kasus appendisitis

34
Case Report APPENDISITIS Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Pembimbing : dr. Hariyono, Sp. B Diajukan Oleh : Intani Mundiartasari, S.Ked J500100112

Upload: wisnu-wijayanto

Post on 16-Jan-2016

137 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kasus Appendisitis

TRANSCRIPT

Page 1: Kasus Appendisitis

Case Report

APPENDISITIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing :

dr. Hariyono, Sp. B

Diajukan Oleh :

Intani Mundiartasari, S.Ked

J500100112

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: Kasus Appendisitis

Case Report

APPENDISITIS

Diajukan Oleh :

Intani Mundiartasari J500100112

Telah disetujui dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari , 2014

Pembimbing

dr. Hariyono, Sp. B (.................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :

dr. D. Dewi Nirlawati (...............................

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

Page 3: Kasus Appendisitis

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii

BAB I CASE REPORT .......................................................................... 1

A. IDENTITAS ................................................................................ 1

B. ANAMNESIS .............................................................................. 1

C. ANAMNESIS SISTEM ............................................................. 2

D. PEMERIKSAAN FISIK ........................................................... 4

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG ............................................. 6

F. RESUME ..................................................................................... 7

G. DIAGNOSA ................................................................................. 7

H. DIAGNOSIS BANDING ........................................................... 8

I. TATALAKSANA ...................................................................... 8

J. FOLLOW UP ............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 15

A. DEFINISI ................................................................................... 16

B. ANATOMI APPENDIKS ........................................................ 16

C. ETIOLOGI ................................................................................. 16

D. PATOFISIOLOGI ...................................................................... 17

E. MANIFESTASI KLINIS .......................................................... 18

F. DIAGNOSIS ................................................................................ 19

G. DIAGNOSIS BANDING ........................................................... 19

H. PENATALAKSANAAN ........................................................... 20

I. KOMPLIKASI ........................................................................... 20

Daftar Pustaka

CASE REPORT

A. IDENTITAS

Page 4: Kasus Appendisitis

Nama : An. P

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 14 tahun

Alamat : Jetis 6/3 Suruh Tasikmadu Karanganyar

Pekerjaan : Pelajar

Tanggal Masuk : 30 Agustus 2014

No. RM : 22.82.81

B. ANAMNESIS

Riwayat penyakit pasien diperoleh secara autoanamnesis dan

alloanamnesis.

a. Keluhan Utama

Sakit pada perut kanan bawah

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 4 hari SMRS, pasien mengeluh ulu hati terasa sakit

disertai badan demam. Kemudian pasien merasakan perut terasa

tegang, mual, dan muntah. Muntah 3x, berisi makanan, tidak ada

darah.

Setelah itu, 2 hari SMRS pasien mengeluh nyeri perut kanan

bawah dan badan masih demam. Nyeri dirasakan bertambah jika

pasien berjalan sehingga harus membungkukkan badan untuk

mengurangi rasa sakit. Sakit tidak menjalar ke pinggang.

Menurut pasien, 1 tahun yang lalu pernah mengalami sakit

seperti ini, yaitu nyeri perut kanan bawah disertai demam, mual, dan

muntah. Namun setelah diberi obat keluhan tersebut dapat hilang

c. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat penyakit serupa : diakui ± 1 tahun yang lalu

- Riwayat alergi obat : disangkal

- Riwayat mondok di RS : disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat penyakit serupa : disangkal

Page 5: Kasus Appendisitis

- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal

- Riwayat Hipertensi : disangkal

- Riwayat alergi obat : disangkal

e. Riwayat Kesehatan Lingkungan dan Kebiasaan

Pasien seorang pelajar, berangkat ke sekolah pagi dan pulang

siang. Rutinitas seperti itu terjadi setiap hari. Pasien tinggal bersama

orang tua. Keluarga dan tetangga sekitar rumah tidak ada yang

mengalami penyakit serupa. Pasien mempunyai kebiasaan makan

makanan pedas.

C. ANAMNESIS SISTEM

Sistem Cerebrospinal Gelisah (-), lemah (+), demam (-)

Sistem Cardiovascular Akral hangat (+), sianosis (-), anemis (-),

Sistem Respiratorius Batuk (-), sesak napas (-)

Sistem Genitourinarius BAK (+) dbn

Sistem Gastrointestinal Perut sebah (-), nyeri perut (+), mual (+),

muntah (-), BAB (+) dbn

Sistem Musculosceletal Badan terasa lemas (+), ekstremitas bawah

oedem (-/-)

Sistem Integumentum Perubahan warna kulit (-), sikatriks (-), tanda

penyakit kulit (-)

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

- Keadaan Umum : Lemah

- Kesadaran : Compos mentis, E4V5M6

- Vital Sign :

Tekanan Darah : 100/60

Nadi : 100 x/menit

Page 6: Kasus Appendisitis

Respirasi : 120 x/menit

Suhu : 370 C

2. Status interna

- Kepala : Normocephal, conjungtiva anemis

(-/-), sklera ikterik (-/-), sianosis (-),

reflek pupil (+/+)

- Leher : Leher simetris, distensi vena leher

(-), deviasi trachea (-), massa (-),

peningakatan JVP (-/-), pembesaran

kelenjar limfe (-/-)

- Thorax

Paru Hasil pemeriksaan

Inspeksi Dada kanan dan kiri simetris, tidak ada ketinggalan

gerak, pelebaran costa (-), retraksi (-)

Palpasi Tidak ada nafas yang tertinggal, Fremitus dada kanan

dan kiri sama

Perkusi Sonor

Auskultasi Terdengar suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-),

ronkhi (-/-)

Jantung Hasil pemeriksaan

Inspeksi Dinding dada pada daerah pada daerah pericordium

tidak cembung / cekung, tidak ada memar maupun

sianosis, ictus cordis tidak tampak

Palpasi Ictus cordis tidak kuat angkat, teraba di SIC 5 linea

mid clavicularis sinistra

Perkusi Bunyi : redup

Batas Jantung :

Batas Kiri Jantung

^ Atas : SIC II di sisi lateral linea parasternalis sinistra.

^ Bawah : SIC V linea mid clvicularis sinistra.

Page 7: Kasus Appendisitis

Batas Kanan Jantung

^ Atas : SIC II linea parasternalis dextra

^ Bawah : SIC IV linea parasternalis dextra

Auskultasi HR= 100 x/menit BJ I/II murni reguler, bising (-),

gallop (-)

Abdomen

Abdomen Hasil pemeriksaan

Inspeksi Perut datar, sikatriks (-)

Auskultasi Suara peristaltik (+), suara tambahan (-)

Palpasi Nyeri tekan (+) didaerah inguinal dextra, nyeri Mc.

Burney (+), rebound sign (+)

Perkusi Suara timpani (+), nyeri ketok costovertebrae (-)

Ekstremitas

Ekstremitas Superior Dextra Akral Hangat (+), Edem (-)

Ekstremitas Superior Sinistra Akral Hangat (+), Edema (-)

Ekstremitas Inferior Dextra Akral Hangat (+), Edema (-)

Ekstremitas Inferior Sinistra Akral Hangat (+), Edema (-)

3. Status lokalis

Pemeriksaan regio inguinal dextra

Inspeksi : tampak kesakitan, memegangi perut kanan bawah,

perut datar, tidak terlihat massa (benjolan), warna kulit coklat

sama seperti di sekitarnya

Auskultasi: peristaltik normal, metalic sound (-).

Perkusi : redup pada daerah iliaka atau pada kuadran kanan

bawah,

Palpasi :

- Mc. Burney : nyeri tekan (+)

- Rovsing sign (+)

Page 8: Kasus Appendisitis

- Psoas sign (+)

- Obturator sign (+)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

- Pemeriksaan laboratorium 19 juni 2014

Pemeriksaan Angka Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 14,4 gr/dl Lk : 13,0 – 16,0

Pr : 12,0 – 14,0

Lekosit 11,7 x 10^3 ul 5-10

Eritrosit 4,43 X 10^3 ul 5-10

Hematokrit 42,7 % Lk : 40 – 48

Pr : 37 – 43

MCV 96,4 Pf 82 – 92

MCH 32,5 Pg 27 -31

MCHC 33,7 g/dl 32 – 36

Leukosit 1,9 103ul 4,00-5,00

Trombosit 148 103ul 150 – 300

Limfosit % 9,0F2 % 25-40

Monosit % 4,6F2 % 3 – 9

Limfosit # 1,1 x 10^3ul 1,25- 4,00

Monosit # 0,5 x 10^3ul 0,30 – 1,00

Gran% 86,4F4 % 50-70

RDW 11,9 % 11,5-14,7

GDS 53 Mg/100ml 70-150

Page 9: Kasus Appendisitis

- Pemeriksaan USG pada tanggal 24 juni 2014

Keterangan : proses radang mc burney (appendisitis sub akut)

- Rotgent thorax

Page 10: Kasus Appendisitis

F. RESUME

1. Anamnesis

a. Nyeri perut kanan bawah

b. Riwayat demam sebelum masuk rumah sakit

c. Pusing

d. Mual

e. Muntah 1 kali

f. BAB sulit

2. Pemeriksaan fisik : dbn

3. Status lokalis

Pemeriksaan regio inguinal dextra

Inspeksi : tampak kesakitan, memegangi perut kanan bawah,

perut datar, tidak terlihat massa (benjolan), warna kulit coklat

sama seperti di sekitarnya

Palpasi :

Page 11: Kasus Appendisitis

- mc burney : nyeri tekan (+), nyeri ketok (+)

- rovsing sign (+)

- psoas sign (+)

- obrurator sign (+)

4. pemeriksaan USG : proses radang mc burney (appendisitis sub akut)

G. DIAGNOSA

Appendisitis kronis eksaserbasi akut

H. DIAGNOSIS BANDING

- Gastroententeritis

- Limfadenitis mesenterika

I. PENATALAKSANAAN

a. Bed rest

b. Inf RL 20 tpm

c. Inj. Cefotaxim 2x1

d. Inj. Pragesol 3x1

e. Inj. Ranitidin 2x1

f. Inf. Metronidazole 3x500 mg

g. Inj. Ketorolac 3x5 gr

Page 12: Kasus Appendisitis

FOLLOW UP

20/06/14 S/

pasien datang dari IGD dengan keluhan

nyeri perut hingga tembus kebelakang,

BAB (+), kentut (+), riwayat demam (+)

2 hari, riwayat mag, sesak nafas (-)

O/

T = 130/90 N= 88x/menit

S = 36,4 RR= 28x/menit

KU = sedang KS=CM

AL = 11,7

A/

Colic abdomen susp appendisitis

P/

a. Bed rest

b. Inf RL 20 tpm

c. Inj. Cefotaxim 1gr/12 jam

d. Inj. Ranitidin 1amp 2x1

e. Inj. Pragesol 1 amp 3x1

Cek lab urin

Telp dr bakri 18.30

- Tx lanjut

- Inf metronidazole

3x500 mg

- USG

21/06/14 S/

Pasien masih mengeluh nyeri di inguinal

dextra berkurang, mual (-), muntah (-),

BAK BAB dbn, makan dan minum dbn

O/

T = 120/80 N= 88x/menit

S = 36,7 RR = 16 x/menit

KU = sedang KS = CM

K/L = PKGB (-/-), CA (-/-). SI (-/-)

Tho =

Pulmo :

inspeksi = dada simetris

palpasi = gerakan simetris

perkusi = sonor

auskultasi = SDV (+/+), wh (-/-), rh (-/-)

P/

a. Bed rest

b. Inf RL 20 tpm

c. Inj. Cefotaxim 1gr/12 jam

d. Inj. Ranitidin 1amp 2x1

e. Inj. Pragesol 1 amp 3x1

f. Inf metronidazole 3x500

mg

g. USG

Page 13: Kasus Appendisitis

Cor :

HR = 88x/menit

Inspeksi = ictus tidak terlihat

Palpasi = teraba tidak kuat angkat di

SIC V linea mid clavicularis sinistra

Perkusi = redup

Auskultasi = BJ1/II reg murni, bising (-),

gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi = perut datar, sikatrik (-)

palpasi = NT (-)

defans muscular (-), mc burney (+),

rebound sign (+), psoas (+)

perkusi = timpani

auskultasi = suara peristaltik (+)

Eks = Akral hangat, udem eksremitas

bawah (-/-)

A/

Susp appendisitis

22/06/14 S/

Pasien masih mengeluh nyeri di inguinal

dextra berkurang, mual (-), muntah (-),

BAK BAB dbn, makan dan minum dbn

O/

T = 120/70 N= 80x/menit

S = 36,5 RR = 16 x/menit

KU = sedang KS = CM

Status Lokalis

Inspeksi : Datar

Palpasi : Lemas, nyeri tekan di titik Mc

P/

a. Bed rest

b. Inf RL 20 tpm

c. Inj. Cefotaxim 1gr/12 jam

d. Inj. Ranitidin 1amp 2x1

e. Inj. Pragesol 1 amp 3x1

f. Inf metronidazole 3x500

mg

Page 14: Kasus Appendisitis

Burney (+)

Perkusi : Timpani pada 4 kuadran

abdomen

Auskultasi : Bising usus (+)

Pemeriksaan tambahan : Rovsing sign

(+), Psoas (+), rebound sign (+)

A/

Susp appendisitis

23/06/14 S/

Pasien masih mengeluh nyeri di inguinal

dextra berkurang, mual (-), muntah (-),

BAK BAB dbn, makan dan minum dbn

O/

T = 120/80 N= 76x/menit

S = 36,3 RR = 16 x/menit

KU = sedang KS = CM

Status Lokalis

Inspeksi : Datar

Palpasi : Lemas, nyeri tekan di titik Mc

Burney (+)

Perkusi : Timpani pada 4 kuadran

abdomen

Auskultasi : Bising usus (+)

Pemeriksaan tambahan : Rovsing sign

(+), Psoas (+), rebound sign (+)

A/

Susp appendisitis

P/

a. Bed rest

b. Inf RL 20 tpm

c. Inj. Cefotaxim 1gr/12 jam

d. Inj. Ranitidin 1amp 2x1

e. Inj. Pragesol 1 amp 3x1 Inf

metronidazole 3x500 mg

24/06/14 S/

Pasien masih mengeluh nyeri di inguinal

dextra , mual (-), muntah (-), BAK BAB

P/

a. Bed rest

b. Inf RL 20 tpm

Page 15: Kasus Appendisitis

dbn, makan dan minum dbn

O/

T = 130/90 N= 78x/menit

S = 36,3 5 RR = 16 x/menit

KU = sedang KS = CM

USG : Appendisitis

Status Lokalis

Inspeksi : Datar

Palpasi : Lemas, nyeri tekan di titik Mc

Burney (+)

Perkusi : Timpani pada 4 kuadran

abdomen

Auskultasi : Bising usus (+)

Pemeriksaan tambahan : Rovsing sign

(+), Psoas (+), rebound sign (+)

A/

Susp appendisitis

c. Inj. Cefotaxim 1gr/12 jam

d. Inj. Ranitidin 1amp 2x1

e. Inj. Pragesol 1 amp 3x1

f. Inf metronidazole 3x500

mg

25/06/14 S/

Pasien masih mengeluh nyeri di inguinal

dextra , mual (-), muntah (-), BAK BAB

dbn, makan dan minum dbn

O/

P/

a. Bed rest

b. Inf RL 20 tpm

c. Inj. Cefotaxim

1gr/12 jam

d. Inj. Ranitidin 1amp

Page 16: Kasus Appendisitis

T = 120/80 N= 68x/menit

S = 36,0 RR = 16 x/menit

KU = sedang KS = CM

USG : Appendisitis

Status Lokalis

Inspeksi : Datar

Palpasi : Lemas, nyeri tekan di titik Mc

Burney (+)

Perkusi : Timpani pada 4 kuadran

abdomen

Auskultasi : Bising usus (+)

Pemeriksaan tambahan : Rovsing sign

(+), Psoas (+), rebound sign (+)

A/

Pre op appendisitis

2x1

e. Inj. Pragesol 1 amp

3x1

f. Inf metronidazole

3x500 mg

g. puasa

26/06/14 S/

Pasien masih mengeluh nyeri di inguinal

dextra, mual (-), muntah (-), BAK BAB

dbn, makan dan minum dbn

O/

T = 130/90 N= 78x/menit

S = 36,3 5 RR = 16 x/menit

KU = sedang KS = CM

USG : Appendisitis

Status Lokalis

Inspeksi : Datar

Palpasi : Lemas, nyeri tekan di titik Mc

Burney (+)

Perkusi : Timpani pada 4 kuadran

abdomen

Auskultasi : Bising usus (+)

P/

a. Operasi app

b. Bed rest

c. Inf RL 20 tpm

d. Inj. Cefotaxim 1gr/12

jam

e. Inj. Ranitidin 1amp 2x1

f. Inj ketorolac 3x1

g. Pasang DC

Page 17: Kasus Appendisitis

Pemeriksaan tambahan : Rovsing sign

(+), Psoas (+), rebound sign (+)

A/

OP appendisitis

27/06/14 S/

Sakit pada bekas jahitan, flatus (-)

O/

KU= sedang KS= CM

T = 130/90 N= 78x/menit

S = 36,3 5 RR = 16 x/menit

Abd: nyeri pada bekas jahitan

A/

Post op app hari I

P/

a. Bed rest

b. Inf RL 20 tpm

c. Inj. Cefotaxim 1gr/12

jam

d. Inj. Ranitidin 1amp 2x1

e. Inj ketorolac 3x1

f. Lepas DC

28/07/14 T= 120/90

s/ pasien stabil, nyeri bekas jahitan (-)

o/ dbn

a/ p.o app infiltrat

p/ blpl

BLPL

Amoxiclav 3x1

Paracetamol 3x1

Page 18: Kasus Appendisitis

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Appendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis

B. Anatomi appendiks

- Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-

kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal caecum.

- Posisi appendiks

Promontorik : ujung appendix menunjuk ke promontorium

sacri

Retrocolic : appendix berada di depan caecum

Antecaecal : appendix berada di depan caecum

Paracaecal : appendix terletak horizontal di belakang caecum

Retrocaecal : appendix berputar ke atas di belakang caecum.

- Vascularisasi : a. Appendiclaris à cabang cari a. iliocaecalis

à cabang dari a. mesenterica superior

- Histologi :

Tunika mukosa

Tunika submukosa

Tunika muscularis

Tunika serosa

- Fungsi appendiks : kemungkinan berhubungan dengan sistem imun

C. Etiologi

Obstruksi lumen apendiks diikuti dengan kongesti vaskular,

inflamasi dan edema, penyebab obstruksi pada umumnya berupa:

1. Fekolit

2. Pada 30% hingga 35% kasus (paling banyak terjadi pada orang

dewasa).

3. Benda asing

Page 19: Kasus Appendisitis

4% (misalnya biji bah-buahan, cacing kermi, cacing pita, cacing

tambang, kakulus)

4. Inflamasi

Pada 50% hingga 60% kasus (hiperplasi jaringan limfoid

submukosa merupakan etilogi yang paling sering pada anak-anak

dan remaja)

5. Neoplasma

1% (karsinoma, penyakit metastasis, karsinoma)

D. Patofisiologi

E. Gejala Klinis

Apendisitis akut merupakan diagnosis abdomen yang paling mudah

atau paling sulit. Kasus klasik ditandai dengan :

Page 20: Kasus Appendisitis

a. Rasa tidak nyaman ringan didaerah periumbilikus

Variasi lokasi anatomi apendiks memberikan banyak variasi lokasi

utama fase somatik dari rasa sakit. Misalnya, apendiks yang panjang

dengan inflamasi di ujung kuadran kiri bawah menyebabkan nyeri

pada daerah itu. Apendiks retrocecal dapat menyebabkan nyeri pinggul

atau sakit punggung, apendiks pelvis, terutama nyeri suprapubik, dan

apendiks retroileal, nyeri testis, mungkin karena iritasi arteri

spermatika dan ureter. Malrotasi usus juga bertanggung jawab pada

pola nyeri pada apendisitis.

b. Anoreksia, mual, muntah, obstipasi, diare

Anoreksia hampir selalu menyertai apendisitis. Hal ini begitu

konstan sehingga diagnosis apendisitis perlu dipertanyakan jika pasien

tidak anoreksia.

Walaupun hampir 75% pasien mengalami muntah, tetapi ini

tidak menonjol dan kebanyakan pasien hanya muntah sekali atau dua

kali. Muntah disebabkan oleh stimulasi saraf dan adanya ileus.

Kebanyakan pasien biasanya juga mengeluhkan kesuliatan

buang air besar sebelum timbul sakit perut, dan banyak yang merasa

bahwa dengan buang air besar akan menghilangkan rasa sakit perut

mereka.

Diare terjadi pada beberapa pasien, terutama pada anak-anak,

sehingga pola fungsi usus memberikan sedikit nilai diagnosis. Urutan

timbulnya gejala memberikan arti yang besar untuk diagnosis banding.

Pada 95% pasien dengan apendisitis akut, anoreksia merupakan gejala

utama. Kemudian diikuti dengan nyeri perut lalu muntah-muntah. Jika

muntah timbul sebelum rasa sakit, diagnosis apendisits perlu

dipertanyakan.

c. Nyeri tekan kuadran kanan bawah yang dalam beberapa jam berubah

menjadi rasa pegal dalam atau nyeri di kuadran kanan bawah.

d. Demam

e. Leukositosis

Page 21: Kasus Appendisitis

F. Diagnosis

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan penunjang

4. Alvarado score

Manifestasi Skor

Gejala Adanya migrasi nyeri 1

Anoreksia 1

Mual/muntah 1

Tanda Nyeri RLQ 2

Nyeri lepas 1

Febris 1

Laboratorium Leukositosis 2

Shift to the left 1

Total poin 10

Keterangan :

0-4 : kemungkinan appendicitis kecil

5-6 : bukan diagnosis appendicitis

7-8 : kemungkinan besar appendicitis

9-10 :hampir pasti menderita appendicitis

Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6

maka tindakan bedah sebaiknya di lakukan

Page 22: Kasus Appendisitis

G. Diagnosis Banding

Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu

dipertimbangkan sebagai diagnosis banding, yaitu:

1. Gastroenteritis

Pada gastroenteritis, mual, muntah dan diare mendahului rasa

sakit. Sakit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas.

Hiperperistaltik sering ditemukan. Panas dan leukositosis kurang

menonjol dibandingkan apendisitis akut.

2. Limfadenitis mesenterika

Limfadenitis mesenterika yang biasa didahului oleh enteritis

atau gastroenteritis ditandai dengan nyeri perut, terutama kanan

disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan perut samar, terutama

kanan

3. Kelainan ovulasi

Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan

nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Pada

anamnesis, nyeri yang sama pernah timbul lebih dahulu. Tidak ada

tanda radang, dan nyeri biasa hilang dalam waktu 24 jam, tetapi

mungkin dapat menganggu selama dua hari.

4. Infeksi panggul

Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis

akut. Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut

bagian bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya

disertai keputihan dan infeksi urin. Pada colok vagina akan timbul

nyeri hebat di panggul jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat

dilakukan colok dubur jika perlu.

H. Penatalaksanaan

1. Non farmakologi

- Bed rest

- Diet lunak

Page 23: Kasus Appendisitis

2. Farmakologi

- Antibiotik

- Analgetik

3. Pembedahan

- Appendektomi

I. Komplikasi

1. Gangren

2. Perforasi dinding appendix

3. Appendikuler Abses

4. Syok sepsis

Daftar Pustaka

De Jong, Wim. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Page 24: Kasus Appendisitis

Greenberg. 2007. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan. Jakarta: EMS

http://www.digestive.niddk.nih.gov (diakses pada tanggal 29 Juni 2014)

Mansjoer,A., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua. Penerbit

Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Price S A, Wilson L M., 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.

Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru et al.2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :FKUI