kasbes pji

33
LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PENDERITA Nama : Tn. S Umur : 81 tahun Jenis kelamin : Laki -laki Alamat : Condrorejo Muktiharjo Kendal Agama : Islam No. CM : 6460026 Tanggal Masuk : 4 November 2010 B. DAFTAR MASALAH No Daftar Masalah Aktif Tanggal No Daftar Masalah Pasif Tangg al 1 2 3 CHF NYHA IV PNEUMONIA ANEMIA NORMOSITIK NORMOKROMIK 4 – 11 – 2010 4 – 11 – 2010 4 – 11 - 2010 C. DATA DASAR 1. ANAMNESIS 1

Upload: irmuditaari

Post on 26-Jun-2015

174 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: kasbes pji

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. S

Umur : 81 tahun

Jenis kelamin : Laki -laki

Alamat : Condrorejo Muktiharjo Kendal

Agama : Islam

No. CM : 6460026

Tanggal Masuk : 4 November 2010

B. DAFTAR MASALAH

NoDaftar

Masalah AktifTanggal No

Daftar Masalah Pasif

Tanggal

1

2

3

CHF NYHA IV

PNEUMONIA

ANEMIA NORMOSITIK

NORMOKROMIK

4 – 11 – 2010

4 – 11 – 2010

4 – 11 - 2010

C. DATA DASAR

1. ANAMNESIS

Autoanamnesis dengan penderita di bangsal Geriatri RSDK (4 November 2010)

a. Riwayat Penyakit Sekarang

- Keluhan utama : sesak nafas

- Lokasi :

1

Page 2: kasbes pji

- Onset dan kronologis : sesak nafas terjadi ± 2 bulan yang lalu, awalnya dirasakan ringan, namun makin lama makin memberat. Sesak terutama bila sedang bekerja sehari-hari. Sesak hilang bila kemudian istirahat. Pada malam hari sesak sering kambuh, bisa tidur dengan 1-2 bantal. Pernah berobat ke dokter karena kaki mulai bengkak telah diberi obat tapi bengkak tidak berkurang.±1 minggu sesak makin berat. Bahkan setiap habis mandi pasti sesak. Sesak tidak hilang walaupun dengan istirahat. Oleh keluarga pasien kemudian dibawa ke UGD RSDK.

- Kualitas : Sesak nafas sangat mengganggu aktivitas. Sesak tidak dipengaruhi emosi, cuaca (udara dingin) ataupun makan makanan tertentu.

- Kuantitas : sesak dirasakan sepanjang hari. Tidak hilang walaupun dengan istirahat.

- Faktor yang memperberat : beraktifitas ringan, seperti mandi, tidur posisi telentang.- Faktor memperingan : tidur dengan 1 – 2 bantal atau posisi setengah duduk.- Gejala penyerta : mual (+), muntah (-), hidung tersumbat (-), terbangun di

malam hari karena sesak (+), batuk (+) tidak disertai dahak, dada terasa nyeri (-), berdebar-debar (+), kaki bengkak (+). Nafsu makan menurun, namun belum ada penurunan berat badan. BAB seperti biasa. Pinggang nyeri (-), sakit saat kencing (-) frekuensi lancar seperti biasa.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat dirawat dengan penyakit jantung

- Riwayat sakit ginjal disangkal

- Riwayat kencing manis disangkal

- Riwayat tekanan darah tinggi disangkal

- Riwayat stroke disangkal

- Riwayat asma disangkal

- Riwayat TBC disangkal

- Riwayat merokok sejak muda dengan rokok linting, sehari habis 1-2 batang dan

berhenti ± sejak 5 tahun yang lalu.

- Riwayat Penyakit hati lama disangkal

- Riwayat alergi disangkal

- Riwayat makan makanan bergaram (+), berlemak ( - )

c. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan tekanan darah tinggi (-),

- Riwayat keluarga dengan sakit jantung/ jantung bengkak (-),

- Riwayat keluarga dengan kencing manis ( - ),

- Riwayat keluarga dengan batuk – batuk lama ( - ),

2

Page 3: kasbes pji

- Riwayat keluarga dengan alergi disangkal

d. Riwayat Sosial Ekonomi :

Penderita sudah tidak bekerja. Istri tidak bekerja. Mempunyai 4 orang anak yang sudah

mandiri. Sekarang tinggal dengan anak kedua. Biaya pengobatan dengan jamkesmas.

Kesan : sosial ekonomi kurang.

2. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik pada tanggal 4 November 2010, pukul WIB, di bangsal geriatri RSUP

DR Kariadi.

Kesan umum : tampak lemas

Kesadaran : Composmentis

Tanda vital : TD : 100/70 mmHg

N : 68 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup

RR : 28 x/menit

T : 36,9C (axiler)

Kepala : Mesosefal

Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),

Telinga : discharge (-/-), berdenging ( - )

Hidung : discharge (-/-), epistaksis (-/-), napas cuping (-/-)

Mulut : bibir sianosis (-), pursed lips breathing (-)

Tenggorok : T1-1, faring hiperemis (-)

Leher : simetris, JVP ↑ R+5 cm, pembesaran kelenjar limfe (-/-),

trachea di tengah

Thorax : bentuk normal, retraksi suprasternal (+), retraksi intercostal (-)

Jantung :

Inspeksi : ictus cordis tak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba di sic VI 2 cm lateral linea medioclavicularis

sinistra, kuat angkat (-), pulsasi parasternal (-), sternal lift (-), pulsasi

epigastrial (-)

3

Page 4: kasbes pji

Perkusi : atas : SIC II linea parasternalis sinistra

kanan : linea parasternalis dextra

kiri : SIC VI 2 cm lateral linea midclavicularis sinistra

Auskultasi : HR : 68 x/menit, BJ I – II normal

bising sistolik (+) gallop (-)

Pulmo :

Depan

inspeksi : simetris, statis, dinamis

Palpasi : stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : Redup di basal paru

Auskultasi: suara dasar : suara dasar bronchial

suara tambahan: ronkhi basah halus (+/+) pada basal paru

Belakang

inspeksi : simetris, statis, dinamis

Palpasi : stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : Redup di basal paru

Auskultasi: suara dasar : suara dasar bronchial

suara tambahan: ronkhi basah halus (+/+) pada basal paru

Abdomen :

Inspeksi : datar, venektasi (-)

Auskultasi : bising usus (+) N

Perkusi : tympani, pekak sisi (+) normal, pekak alih (-), area troube

timpani

Palpasi : supel, nyeri tekan (-) epigastrium (-), hepar/lien tak teraba

Extremitas : superior Inferior

Oedema -/- +/+

Pucat -/- -/-

4

Page 5: kasbes pji

Sianosis -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Clubbing finger -/- -/-

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium Darah (4 November 2010) :

HEMATOLOGI

Hemoglobin 11,90 gr% ↓

Hematokrit 37,7 % ↓

Eritrosit 3.87 juta/mm3 ↓

MCH 30,80 pg

MCV 97,5 fl

MCHC 31,6 g/dl

Lekosit 6,9 ribu/mm3

Trombosit 199.0 ribu/mm3

RDW 14,10 %

MPV 6.30 fl

KIMIA KLINIK (4/11/09)

GDS 93 mg/dl

Ureum 19 mg/dl

Creatinin 0,66 mg/dl

ELEKTROLIT ( 16 september 2010 )

Natrium 133 mmol/L ↓

Kalium 5,1 mmol/L

Clorida 99 mmol/L

Calsium 1,91 mmol/L ↓

5

Page 6: kasbes pji

Magnesium 0,75 mmol/L

X- foto thorax AP (4 november 2010) : suspek kardiomegali (LVH), gambaran

cephalisasi, gambaran bronkhopneumonia, curiga efusi pleura kanan

D. DAFTAR ABNORMALITAS

1. Sesak nafas

2. Lemas

3. Batuk

4. Cardiomegali

5. Bising sistolik

6. Keredupan kedua paru (pada basal paru)

7. Suara tambahan pulmo ronkhi basah halus pada kedua basal paru

8. Pitting edema extremitas inferior

9. Anemia normositik normokromik

E. DAFTAR MASALAH

1. CHF NYHA IV

2. Pneumonia

3. Anemia normositik normokromik

F. INITIAL PLAN

1. Problem : Gagal jantung kongestif (CHF) NYHA IV

Assessment : Etiologi : IHD

Kelainan anatomi : LVH

6

Page 7: kasbes pji

Ip. Dx : EKG

ECHO

CKMB, PTT, PTTK

Angiografi

Profil Lipid (kolesterol, HDL, LDL, trigliserida)

Urin rutin

Elektrolit

Ip. Tx. : Oksigen kanul 3 L/menit

Tidur setengah duduk

Infuse D5% 15 tpm

Furosemid 2x 1 ampul (20 mg i.v)

ISDN 10 mg 3x1

Captopril 3x 12,5 mg

Diet lunak rendah garam

Ip. Mx. : Keadaan umum, tanda vital, balannce cairan,

Ip. Ex. : Pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis dan kelanjutan terapi

Tampung urin

Terapi hanya untuk peningkatan kualitas hidup, sehingga diperlukan

pengobatan terus menerus dan kontrol teratur

Hindari aktivitas yang berat, makan makanan berlemak, bergaram.

2. Problem : Pneumonia

Assessment : CAP

HAP

Ip. Dx. : S : -

O: Foto Polos Thorax, Pengecatan gram, Kultur sputum

Ip. Rx. : Parasetamol 3 x 500mg, bila t≥38° C

Inj ceftriaxone 1x2 g (IV)

Ip. Mx. : Keadaan umum, tanda vital, Balance Cairan

Ip. Ex. : Diagnosis penyakit

7

Page 8: kasbes pji

3. Problem : Anemia Normositik Normokromik

Assessment : etiologi: penyakit kronis

Defisiensi besi

Ip. Dx. : S : -

O: Gambaran darah tepi, Retikulosit, Fe Serun, TBSH

Ip. Rx. :-

Ip. Mx. : Keadaan umum, tanda vital,

Ip. Ex. : Diagnosis penyakit

8

Page 9: kasbes pji

Tanggal Keluhan

Keadaan

Umum

Tanda Vital Px Fisik Px Penunjang

Problem

Terapi Program

5/10/10 HP: 1

TD : 90/50

N : 72x/`

RR : 24x/`

T : 36,5 C

Mata: CPP (-/-), sklera

ikterik(-/-)

Thorax :C : BJ I-II

murni, bising (+) sistolik gallop (-)

P : redup di basal paru

suara dasar : SD bronchial, suara tambahan (+/+) RBH

Abdomen : datar, supel, BU (+) N

Ekstremitas : Supor Infor

Edema -/- +/+

Kimia klinikAs ur 5,90 mg/dL

Cholesterol 111 mg/dL

Trigliserida 44mg/dL

HDL 56mg/dL

LDL 33mg/dL ↓

P.total 5,3g/dL↓

Albumin3,1g/dL↓

Globulin 2,2g/dL↓

ElektrolitNatrium128 mmol/L↓

Kalium 5,1 mmol/L

Clorida 90 mmol/L↓

Urin lengkap AnalizerEpitel 0-1 /LPKLeukosit 0-2 /LPBEritrosit 5-10 /LPB

-Wrn kuning jernih-BJ 1,010-pH 8,0-Reduksi (-)-Urobilinogen (-)-Bilirubin (-)-Aseton (-)-Nitrit(-)

HematologiWaktu prothrombin 11,3 detikWaktu thromboplastin >180 detik↑APTT kontrol 37 detik

Kimia klinik

- CHF

NYHA

IV

-Infus D5% 15ttm-diet lunak 1700 kkal-injeksi dopamin 11µ/kgBB-ISDN 5mg 3x1

-EKG -CKMB-PTT-PTTK-balance cairan

9

Page 10: kasbes pji

CK-MB 16U/I ↑

6/11/10 HP:2

pusing,

mual

Kesada ran : com pos mentis

TD : 110/70

N : 88x/mnt

RR : 24x/mnt

T : 36,5 C

Mata: CPP (-/-), sklera

ikterik(-/-)

Thorax :C : BJ I-II

murni, bising (+) sistolik gallop (-)

P : redup di basal paru

suara dasar : SD bronchial, suara tambahan (+/+) RBH

Abdomen : datar, supel, BU (+) N

Ekstremitas : Supor Infor

Edema -/- +/+

- CHF

NYHA

IV

DE

IHD

DA

LVH

-

vertigo

-Infus D5% 15tpm-O2 3 liter/mnt- dopamin 8µ/kgBB-heparinisasi 1000 ui/jam-ISDN 5mg 3x1-paracetamol 500mg 3x1-vastigo 5mg 3x1

-daftar USG abd

-apusan drh tepi-EKG ulang -ECHO

8/11/10 HP:4

Kesadaran : compos mentis

TD : 100/60

N : 78x/mnt

RR : 18x/mnt

T : 36,9 C

Mata: CPP (-/-), sklera

ikterik(-/-)

Thorax :C : BJ I-II

murni, bising (+) sistolik gallop (-)

P : redup di basal paru

suara dasar : SD bronchial, suara tambahan (+/+) RBH

Abdomen : datar, supel, BU (+) N

Ekstremitas : Supor Infor

Edema -/- -/-

↓Waktu prothrombin 9,8 detik↓Waktu thromboplastin 75,5 detik↑APTT kontrol 36,7 detik

Kimia klinikCK-MB 15U/I

-

iskemi

k

-CAP

-

hipoalb

u

minemi

a

-Infus D5% 15tpm-O2 3 liter/mnt- dopamin 10µ/kgBB-heparinisasi 1000 ui/jam-ISDN 5mg 3x1-posisi setengah duduk

-EKG -CKMB-PTT-PTTK-ECHO-kateterisasi

9/11/10, HP:5

Mual

(+)

Baik

Kesadaran : compos mentis

TD : 100/60

N : 80x/mnt

RR : 24x/mnt

T : 36,8 C

Mata: CPP (-/-), sklera

ikterik(-/-)

Thorax :C : BJ I-II

murni, bising (+) sistolik gallop (-)

P : redup di basal paru

HematologiHb 13,20 gr%

Ht 39,4 %↓

Eritrosit ↓4,17 juta/mmk

MCH 31,7 pg

MCV 94,6 fl

- IHD

-Hipo

tensi

-

hipoalb

u

-Infus D5% 15tpm-O2 3 liter/mnt- dopamin 10µ/kgBB-heparinisasi 1000 ui/jam-ISDN 10mg -posisi setengah duduk-diet lunak

- EKG -CKMB-PTT-PTTK-ECHO-kateterisasi-darah rutin

10

Page 11: kasbes pji

suara dasar : SD bronchial, suara tambahan (+/+) RBH

Abdomen : datar, supel, BU (+) N

Ekstremitas : Supor Infor

Edema -/- -/-

MCHC 33,5 g/dl

Lekosit 12,4 rb/mmk↑

Trombosit 130rb/mmk↓

RDW 14,1 %

MPV 7,80 fl

Waktu prothrombin 13,5 detik

PPT control 12,3 detik

Waktu thromboplastin 99,6 detikAPTT control 30,9 detik

CK-MB 9U/I ↑

minemi

a

-CAP

11

Page 12: kasbes pji

BAB II

PEMBAHASAN

I. CONGESTIVE HEART DISEASE ( GAGAL JANTUNG KONGESTIF )

Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah ke

jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Atau secara klinik gagal jantung

merupakan sindrom klinis ditandai oleh sesak nafas dan rasa cepat lelah (saat istirahat maupun

saat aktivitas), yang disebabkan oleh kelainan struktur maupun fungsi jantung.

Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana suatu abnormalitas fungsi jantung

berperanan dalam kegagalan jantung memompa darah pada suatu kecepatan yang seimbang

dengan kebutuhan metabolisme jaringan dan atau mampu melakukannya hanya dengan

peningkatan tekanan pengisian.

Terdapat tiga kondisi yang mendasari terjadinya gagal jantung, yaitu :

1) Gangguan mekanik ; beberapa faktor yang mungkin bisa terjadi secara tunggal atau

bersamaan yaitu :

a. Beban tekanan

b. Beban volume

c. Tamponade jantung atau konstriski perikard

d. Obstruksi pengisian ventrikel

e. Aneurisma ventrikel

f. Disinergi ventrikel

g. Restriksi endokardial atau miokardial

2) Abnormalitas otot jantung

a. Primer : kardiomiopati, miokarditis metabolik (DM, gagal ginjal kronik, anemia)

toksin atau sitostatika.

b. Sekunder: iskemia, penyakit sistemik, penyakit infiltratif, korpulmonal

3) Gangguan irama jantung atau gangguan konduksi

Diagnosis gagal jantung ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,

elektrokardiografi, foto toraks, ekokardiografi Doppler, dan kateterisasi.

12

Page 13: kasbes pji

Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal jantung

terbagi menjadi gagal jantung kanan, gagal jantung kiri, dan gagal jantung kongestif. Gejala dan

tanda berbeda sesuai pembagiannya.

Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort, orthopneu, paroksismal nocturnal

dyspneu, fatigue, batuk, pembesaran jantung, gallop, takikardi, pulsus alternans, ronki, kongesti

vena pulmonalis. Sedangkan gagal jantung kanan timbul fatigue, edema, hepatomegali,

anoreksia, kembung, hipertrofi ventrikel kanan, murmur, tekanan vena jugularis meningkat dan

edema pitting. Gagal jantung kongestif terjadi manifestasi dari keduanya. Penegakkan diagnosis

berdasakan kriteria Framingham seperti di bawah ini:

Kriteria Mayor Kriteria Minor

Paroxysmal nocturnal dyspneu Oedema tungkai

Kardiomegali Batuk malam hari

Gallop Dispneu d’effort

Peningkatan JVP Hepatomegali

Refluks hepatojuguler Efusi pleura

Ronkhi basah halus Takikardia

Diagnosis ditegakkan dengan 2 kriteria mayor atau 1 mayor dan 2 minor yang terjadi

pada saat yang bersamaan.

Diagnosis banding untuk gagal jantung diantaranya:

1. Penyakit paru : pneumonia, PPOK, asma eksaserbasi akut, infeksi berat misalnya ARDS

2. Penyakit ginjal : gagal ginjal akut dan kronik, sindroma nefrotik, diabetik nefropatik

3. Penyakit hati: sirrhosis hepatis

4. Sindroma hiperventilasi : psikogenik/ ansietas berat.

Bila diagnosis gagal jantung telah ditegakkan, gejala – gejala dapat dipergunakan untuk

mengklasifikasi beratnya gagal jantung dan memonitor efek terapi. New York Heart Association

mengklasifikasikan gagal jantung secara fungsional menjadi 4.

Derajat I Tidak terbatas, aktivitas fisik sehari – hari tidak menyebabkan lelah,

13

Page 14: kasbes pji

sesak nafas, atau palpitasi

Derajat II Sedikit pembatasan aktivitas fisik, aktivitas sehari – hari menyebabkan

lelah, palpitasi, sesak nafas, atau angina

Derajat III Aktivitas fisik sangat terbatas, saat istirahat tanpa keluhan namun

aktivitas kurang dari sehari – hari menimbulkan gejala

Derajat IV Tidak mampu melakukan aktivitas apapun tanpa keluhan, gejala bahkan

timbul saat istirahat

Pemeriksaan penunjang seperti foto toraks dapat mengarah ke kardiomegali, corakan

vaskuler paru meningkat, atau gambaran oedem pulmo. Sedangkan EKG untuk melihat etiologi

yang mendasari seperti infark miokard dan aritmia. Hasil pemeriksaan EKG tidak spesifik

menunjukkan adanya gagal jantung. Biasanya pada OMA akan didapatkan ST elevasi.

Pemeriksaan lain seperti ekokardiografi, angiografi, fungsi ginjal dilakukan atas indikasi.

Prinsip terapi pada gagal jantung harus dikombinasikan antara terapi non farmakologis

dan terapi farmakologis. Upaya non farmakologis meliputi tindakan umum yang perlu dilakukan

oleh semua pasien gagal jantung yaitu pembatasan aktivitas fisik, pembatasan masukan cairan,

diet, menghentikan kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol.

Diuretik oral maupun parenteral tetap merupakan ujung tombak pengobatan gagal

jantung sampai edema atau ascites hilang (euvolemik). ACE inhibitor atau Angiostensin

Receptor Blocker dosis kecil dapat dimulai setelah euvolemik sampai dosis optimal. Digitalis

diberikan bila didapatkan disritmia atau dengan pengobatan obat tersebut diatas belum

memberikan hasil yang memuaskan. Intoksikasi digitalis sangat mudah terjadi apabila terdapat

penurunan fungsi ginjal dan kadar kalium yang rendah. Aldosteron antagonis dipakai untuk

memperkuat efek diuretik atau pada pasien dengan hipokalemia, dan pada beberapa studi

menunjukkan penurunan mortalitas dengan pemberian obat jenis ini.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan gejala dan

tanda untuk gagal jantung kongestif. Kriteria mayor yang terdapat pada pasien ini adalah

paroxysmal nocturnal dispneu (bangun malam hari karena sesak), kardiomegali, edema pulmo

(ronkhi basah halus), sedangkan kriteria minor pada pasien ini adalah, dispneu d’effort ( sesak

saat aktifitas), oedema tungkai bawah, batuk malam hari. Sehingga pasien ini memenuhi

kriteria Framingham untuk diagnosis penyakit jantung kongestif. Secara fungsional menurut

14

Page 15: kasbes pji

NYHA, pasien ini diklasifikasikan sebagai gagal jantung kongestif NYHA IV, karena pasien

merasa sesak saat melakukan aktivitas ringan seperti berjalan ke kamar mandi(±10 m), dan sesak

juga timbul saat istirahat.

Pasien ini mendapatkan terapi obat golongan ACE inhibitor yaitu captopril tablet 3 x 12,5

mg. Pada pasien ini diberikan ISDN tablet 3 x 10 mg sebagai vasodilator untuk mengatasi nyeri

dada. Juga Furosemide 1 x 20 mg i.v sebagi diuretik digunakan untuk mengurangi beban

jantung.

II. PNEUMONIA

Definisi

Pneumonia adalah infeksi akut jaringan pernapasan bagian bawah disertai dengan tanda dan

gejala dan bukti infiltrasi dada pada x-ray atau nafas diubah suara di auskultasi.

Tergantung pada-mereka morbiditas co, warga dapat mengembangkan komunitas-diperoleh,

akhir-hidup atau pneumonia aspirasi.

Komunitas diperoleh pneumonia terjadi pada orang yang tinggal di komunitas atau RACF, yang

tidak di rumah sakit atau telah di rumah sakit selama kurang dari 48 jam. Terapi antibiotik

dimulai dalam 8 jam presentasi dengan pneumonia komunitas-diperoleh secara signifikan

mengurangi angka kematian. Hal ini perlu dibedakan dari pneumonia yang terjadi pada

kehidupan-akhir-, yang memiliki sedikit kematian yang timbul dan antibiotik berdampak kecil

terhadap harapan hidup.

Aspirasi pneumonia terjadi pada penduduk beresiko aspirating bakteri patogen orofaringeal

karena makan selang nasogastrik atau gastroskopi, atau kesulitan menelan, misalnya berkaitan

dengan demensia, CVA, gunakan obat penenan.

Karena usia mereka, penyakit kronis dan kondisi kehidupan dekat, warga perumahan fasilitas

panti jompo beresiko tinggi mengembangkan infeksi dan meninggal akibat pneumonia.

orang dewasa yang lebih tua memiliki risiko lebih tinggi terkena pneumonia daripada kelompok

pasien lainnya. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingginya tingkat pneumonia pada

orang dewasa yang lebih tua:

15

Page 16: kasbes pji

Penuaan sistem organ: 

o Sistem pernapasan: mendasari penyakit paru-paru, otot pernafasan lemah;

o Sistem kekebalan: imunosupresi; dan

o Sistem gastrointestinal: Mulut kolonisasi dengan organisme patogen, aspirasi

sekunder gangguan batuk dan refleks menelan.

Co-morbiditas misalnya diabetes, PPOK, asma, penyakit jantung.

Warga juga memiliki peningkatan risiko pneumonia karena faktor kelembagaan, seperti; tinggal

dalam jarak dekat dengan orang lain; meningkatnya resiko terkena bakteri, misalnya dari

kewaspadaan standar miskin, dan peningkatan penggunaan anti-microbials menyebabkan

organisme resisten anti-mikroba dalam lingkungan.

Dalam RACFs, melaporkan kejadian pnemonia adalah sekitar 1 episode per 1.000 hari perawatan

perumahan : tingkat 10 kali lebih tinggi dari masyarakat yang tinggal orang dewasa.Ini

merupakan salah satu penyebab paling umum kematian pada populasi perawatan perumahan

usia, dan lebih tua dewasa dengan demensia. RACF warga yang dirawat di rumah sakit dengan

pneumonia pada tingkat 30 kali lebih tinggi daripada orang dewasa yang lebih tua hidup di

masyarakat. Korban memiliki tingkat tinggi kembali rawat inap, morbiditas jangka panjang dan

kematian.

Penyebab Pneumonia

Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) bertanggung jawab untuk sekitar dua-pertiga dari

bakteri pneumonia komunitas-kasus yang diakuisisi serta kebanyakan kematian dari pneumonia,

terutama pada orang tua. risiko tertinggi pada individu dengan immunocompetence berkurang,

perokok dan mereka dengan kondisi kronis termasuk penyakit jantung atau paru-paru, dan

diabetes.

Penyebab umum lainnya termasuk Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia pneumonia.

Haemophilus influenzae bertanggung jawab kurang dari 5% kasus dan terlihat terutama di

saluran udara penyakit obstruktif kronis. Kurang sering diamati organisme masih harus

16

Page 17: kasbes pji

dipertimbangkan termasuk Legionella, yang memiliki tingkat kematian yang tinggi, virus

influenza.

Pencegahan

1.Pengurangan faktor risiko

Mengurangi resiko aspirasi dalam penduduk dengan kesulitan menelan.

Penggunaan antibiotik profilaksis belum terbukti mengurangi risiko pneumonia, dan akan

diharapkan untuk menghasilkan kolonisasi meningkat dengan organisme resisten.

2.Imunisasi

imunisasi rutin adalah tindakan pencegahan paling efektif untuk pneumonia. NH & MRC Buku

Pegangan Imunisasi Australia itu merekomendasikan vaksinasi warga RACFs untuk influenza

dan pneumokokus untuk mengurangi prevalensi infeksi dan morbiditas terkait.

Vaksinasi Influenza

Vaksinasi influenza harus diberikan setiap tahun untuk semua penghuni dan staf RACFs dan

telah terbukti mengurangi rawat inap untuk penyakit jantung, penyakit serebrovaskular, influenza

dan pneumonia, serta risiko kematian akibat semua penyebab selama musim influenza.

Pneumococcal vaksinasi

vaksinasi pneumokokus mencegah pneumonia dan meningkatkan semua penyebab

kematian. Tidak ada review sistematis telah menemukan penurunan mortalitas dari vaksin

pneumokokus di negara-negara industri atau pneumonia pneumokokus dalam risiko tinggi dan

pasien immunocompromised. Namun demikian, ada bukti manfaat dari vaksin polisakarida

pneumokokus antara penduduk lanjut usia (lebih dari 65 tahun) di Swedia, dan di Aborigin dan

Torres Strait Islander orang di utara Queensland.

The valent vaksin pneumokokus polisakarida-23 (23vPPV) memberikan perlindungan untuk

sebagian besar jenis pneumococcus menyebabkan penyakit pneumokokus menular pada orang

dewasa Australia. Vaksinasi dengan 23vPPV direkomendasikan untuk :

Dewasa 65 tahun dan lebih tua, dengan vaksinasi ulang tunggal 5 tahun kemudian; dan

17

Page 18: kasbes pji

Aborigin dan Torres Lurus Kepulauan 50 tahun dan lebih tua, dengan vaksinasi ulang

tunggal 5 tahun kemudian.

Negara Pemerintah Victoria, Departemen Pelayanan Masyarakat memberikan vaksin

pneumokokus gratis bagi orang selama 65 tahun dan & Torres Strait Islander Aborigin orang

selama 50 tahun. vaksin pneumokokus untuk penggunaan terbatas juga tersedia melalui PBS.

Vaksinasi ini tidak dianjurkan untuk :

Individu yang telah divaksinasi dalam 3 tahun terakhir, karena risiko peningkatan efek

samping lokal; atau

Individu yang baru menggunakan imunosupresan atau mengalami radiasi kelenjar getah

bening. Setelah itu dianggap bahwa seorang individu kekebalannya stabil, bagaimanapun,

ia mungkin akan divaksinasi.

Reaksi merugikan berikut ini mungkin terjadi :

demam rendah kelas kadang-kadang terjadi;

Sekitar 50% dari penerima akan mengalami rasa sakit beberapa setelah dosis pertama,

tapi rasa sakit atau bengkak cukup parah untuk membatasi gerakan lengan terjadi dalam

waktu kurang dari 5% dari penerima, dan

Re-vaksinasi dikaitkan dengan peningkatan efek samping lokal, dengan sekitar 75%

mengalami nyeri di tempat injeksi.

Vaksinasi dapat dilakukan setiap saat sepanjang tahun, namun dapat diberikan bersamaan dengan

vaksin Influenza untuk perlindungan sebelum mulai musim dingin (yaitu divaksinasi antara

Maret dan Mei).

Administrasi vaksinasi harus secara jelas didokumentasikan dalam catatan warga, dengan

tanggal, waktu, jenis dan jumlah batch vaksinasi, dan setiap efek samping dari imunisasi.

Hal ini penting untuk menjaga suhu vaksin antara 2 ° - 8 ° C selama transportasi dan

penyimpanan.

Penilaian

Penilaian bertujuan untuk mengidentifikasi:

18

Page 19: kasbes pji

Diagnosa jenis pneumonia (masyarakat yang diperoleh, akhir-of-hidup, aspirasi) dan

tingkat keparahan;

Penduduk tujuan preferensi perawatan dan pengobatan;

Organisme kausatif melalui investigasi yang tepat;

Co-morbiditas, seperti diabetes, gagal jantung, dan

Potensi komplikasi, misalnya abses empiema, paru-paru.

Diagnosa

Diduga pneumonia jika penduduk memiliki setidaknya dua dari:

Batuk baru, atau batuk berubah dalam karakter;

Dahak produksi atau perubahan warna;

Demam atau kekakuan;

berhubung dgn selaput dada nyeri dada, dan

Sesak napas

Riwayat :

Takipnea;

Kelesuan;

Penurunan fungsional;

Inkontinensia, (onset baru);

Perubahan dalam siklus tidur-bangun;

Kehilangan nafsu makan;

Peningkatan kebingungan dan / atau agitasi; dan

Pemeriksaan awal harus mencakup suhu, tekanan darah, laju pernafasan, denyut jantung dan nadi

oksimetri jika tersedia. Pneumonia adalah mungkin jika tanda-tanda klinis dari konsolidasi paru-

paru yang hadir.

Atypical atau presentasi non-spesifik pnemonia pada orang dewasa dapat menunda diagnosis dan

pengobatan. Takipnea atau kelesuan dapat tanda-tanda awal hanya dalam penyakit.Classic tanda-

19

Page 20: kasbes pji

tanda dan gejala sering tidak hadir, dengan sampai 50% kasus pneumonia pada pasien berusia di

atas 65 tidak dapat didiagnosis dengan tanda dan gejala klinis saja.

diagnosis diferensial pada pasien dengan tanda dan gejala pneumonia meliputi:

Emboli paru;

Edema paru;

Keganasan;

Pneumonitis aspirasi dan

TB paru, terutama di warga dari negara-negara berisiko tinggi atau orang-orang dengan

sejarah penurunan berat badan dan / atau batuk kronis.

Pemeriksaan Penunjang

Bukti menunjukkan bahwa tidak ada kombinasi menyajikan tanda-tanda klinis dan gejala

dipercaya dapat mengkonfirmasi suatu diagnosis pneumonia. Tabel berikut rincian penyelidikan

untuk mempertimbangkan untuk warga yang diduga pneumonia.

Tabel Satu: Penyelidikan untuk Pneumonia

Investigasi Deskripsi

Chest X-ray

diagnosis mengkonfirmasikan dan memberikan indikasi

keparahan, mendasari co-morbiditas dan kemajuan setelah

pengobatan dimulai Gambaran infiltrat dan bronkovasculer

meningkat.

Pulse oksimetri Harus dilakukan bila memungkinkan. Hipoksemia (oksigen

saturasi kurang dari 90%) berfungsi sebagai prediktor penting

dari jangka pendek (30-hari) pemantauan kematian dan

berkelanjutan dapat menunjukkan kegagalan pernafasan yang

20

Page 21: kasbes pji

akan datang yang mungkin memerlukan transfer ke fasilitas

perawatan akut

Klasifikasi Keparahan Pneumonia

pedoman klinis dan pendapat ahli merekomendasikan bahwa Pneumonia Severity Index skor

digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat keparahan pneumonia untuk membantu

memutuskan lokasi pengobatan, dan pilihan antibiotik (antibiotik spektrum yang lebih luas

digunakan untuk beratnya lebih besar).

Pasien menampilkan 2 atau lebih dari tanda-tanda dan gejala berikut ini

didefinisikan sebagai risiko tinggi, dan memiliki tingkat mortalitas> 30%:

Pernapasan Tingkat> 30/min.

Pulse> 125/min.

Akut perubahan keadaan mental.

Hipotensi (<90mmHg sistolik dan / atau diastolik 60mmHg <dan / atau 20mmHg

kurang dari baseline penduduk's.

Sejarah demensia, penyakit jantung, penyakit hati atau gagal ginjal.

Mewajibkan oksigen pada tingkat> 3L/min.

Penilaian yang sedang berlangsung

Pasien harus dinilai minimal sekali per shift oleh staf perawat terlatih, tanda-tanda dan gejala

dari memburuknya kondisi, terutama dalam 24-48 jam pertama. Dispnea, nyeri, suhu, BP, laju

pernafasan, denyut jantung, oksimetri nadi dan status mental harus dinilai.

Tes Fungsi Paru

34% dari orang dewasa yang menunjukkan tanda-tanda pneumonia dan gejala yang ditemukan

memiliki indikasi klinis yang konsisten dengan asma atau PPOK dalam waktu 3 tahun episode

pneumonia. Pertimbangkan spirometri bermasalah setelah periode pemulihan untuk diagnosis

21

Page 22: kasbes pji

asma yang mendasari atau COPD, terutama jika warga dipamerkan difus dan crackles mengi

pada auskultasi selama episode pneumonia.

Tata Laksana

Penggunaan Persiapan Batuk

Salah satu gejala awal pneumonia sering batuk. Batuk adalah mekanisme pertahanan untuk

membersihkan dahak dari saluran udara, oleh karena itu, menekan batuk tidak selalu

tepat.Penggunaan persiapan penekan batuk hanya dibenarkan ketika pasien mengalami batuk,

non-produktif iritasi, dan kemudian hanya boleh digunakan ketika penduduk tidak memiliki

kontra medis atau farmakologis-indikasi. Ekspektoran, demulcents, beta-antagonis, codeine,

pholcodine (linctus) dan dextromorphan (penekan batuk candu) semuanya telah terbukti efektif

dalam pengobatan batuk.

DAFTAR PUSTAKA

Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. FKUI.

Jakarta. 2006.

Buku Ajar Kardiologi. Balai Penerbit Universitas Indonesia. 2001.

Harrison Principles of Internal Medicine 17th edition. McGraw Hill Medical, New York.

2008.

Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Balai Penerbit Universitas Indonesia.

2006.

22

Page 23: kasbes pji

Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Penerbit Kedokteran EGC. 2003.

23

Page 24: kasbes pji

24