karya tulis ilmiah sman 2 ponorogo (nanda ahsani with novan aji imron

40
  LOMBA KARYA TULIS ILMIAH INOVASI FESTIVAL ILMIAH PEMUDA BANGSA 2012 “EFEKTIFITAS PESTISIDA USTILA TERHADAP HAMA CABUK PUTIH (  Pseudococcus viburni) GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN”  Disusun oleh : NANDA AGUS AHSANI TAQWIN (8698) NOVAN AJI IMRON (9003) SMA NEGERI 2 PONOROGO Jalan Pacar No. 24 Ponorogo 2012

Upload: novanajiid

Post on 21-Jul-2015

2.426 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH INOVASI FESTIVAL ILMIAH PEMUDA BANGSA 2012

EFEKTIFITAS PESTISIDA USTILA TERHADAP HAMA CABUK PUTIH (Pseudococcus viburni) GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN

Disusun oleh : NANDA AGUS AHSANI TAQWIN (8698) NOVAN AJI IMRON (9003)

SMA NEGERI 2 PONOROGOJalan Pacar No. 24 Ponorogo 2012

LEMBAR PENGASAHANKarya Tulis ini disusun guna mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah TulisIlmiah Inovasi SMA/MA/SMK dan Mahasiswa Tingkat Jawa Timur Festival Ilmiah Pemuda Bangsa 2012 yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jember. Dengan judul karya tulis Efektivitas Pestisida USTILA Terhadap Hama Cabuk Putih (Pseudococcus

1. Nama Lengkap NIS Sekolah No Telp/HP Email 2. Nama Lengkap NIS Sekolah No Telp/HP Email 3. Guru Pembimbing NIP Alamat Rumah No Telp/HP

: NANDA AGUS AHSANI TAQWIN : 8698 : SMA Negeri 2 Ponorogo : 081 231 892 895 : [email protected] : NOVAN AJI IMRON : 9003 : SMA Negeri 2 Ponorogo : 082334495956 : [email protected] : ERNINNAURINNISA, M.Pd. :19700609 199702 2 001 : Perumda Blok D 19 : 085 735 306 818 PONOROGO, 05 Mei 2012 Menyetujui,

Guru Pembimbing

Penulis

ERNINNAURINNISA, M.Pd. NIP. 19700609 199702 2 001

NANDA AGUS AHSANI TAQWIN NIS. 8698

Mengetahui, Wakasek Urusan Kesiswaan Kepala SMA Negeri 2 Ponorogo

SUGIANTO, S.Pd. NIP. 19650330 199003 1 005

Drs. SUGENGSUBAGYO, M.Pd. NIP. 19581023 198403 1 004

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan nikmat dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Efektifitas Pestisida USTILA Terhadap Hama Cabuk Putih (Pseudococcus Viburni) Guna Meningkatkan Produktivitas Pertanian dengan maksimal. Penulis menyusun karya tulis dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Festival Ilmiah Pemuda Bangsa 2012 yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jember. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ini, antara lain : 1. Bapak Drs. Sugeng Subagyo, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 2 Ponorogo yang mengijinkan dan memfasilitasi penulisan karya tulis ilmiah ini. 2. Bapak Sugianto, S.Pd. selaku wakasek urusan Kesiswaan. 3. Ibu Ernin Naurinnisa, M.Pd. selaku Guru Pembimbing dan sekaligus Pembina KIR SMA Negeri 2 Ponorogo. 4. Semua pihak yang telah mau membantu dalam pembuatan karya tulis ini. Harapan penulis dalam menyusun karya tulis ini adalah dapat ikut berkontribusi positif dalam penggunaan pestisida alami USTILA guna meningkatkan produktivitas pertanian. Semoga dapat bermanfaat bagi semua kalangan, dan hasil penelitian ini dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari. Kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini, sehingga dapat menjadi koreksi bagi kami.

Ponorogo, Mei 2012

Peneliti,

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL ABSTRAK BAB I PENDAHULUANA. B. C. D. E. F. A. B. C. D. E. F. G. H. I. A. B. C. D. E. F. G. Latar Belakang Masalah Pemilihan Topik Batasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Pengertian Pestisida Klasifikasi Hama Cabuk Putih Morfologi Tanaman Waru Kandungan Limbah Cair tepung Ketela dan Pemanfaatanya Kandungan dan Potensi daun Kayu Putih Kandungan Urin Manusia Tetes Tebu dan Pemanfaatanya Kandungan Daun Sembukan dan Manfaatnya Hipotesis Tempat dan Waktu Penelitian Prosedur Penelitian Metode Penelitian Variabel Penelitian Langkah Kerja Teknik Pengumpulan Data Analisis dan Sintesis Penelitian

ii iii iv v vi vii

1 3 4 5 6 7 8 10 11 12 13 14 14 15 16 17 17 18 19 20 25 26 27 31 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASANA. Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB V KESIMPULAN dan SARANA. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3.

Lembar pernyataan orisinalitas Formulir pendaftaran Surat Pengantar ke PT Sari Tanam

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Klasifikasi Hama Cabuk Putih (Pseudococcus viburni) Tabel 2. Pendapat Masyarakat tentang Kecocokan Lahan di Kabupaten Ponorogo Tabel 3. Klasifikasi Tanaman Kayu Putih (Meialeuca leucadendra L.) Tabel 4. Kandungan Kimia Tetes Tebu (molases) Tabel 5. Alat Dan Bahan Penelitian Tabel 6. Hasil Penelitian Pada Pestisida Organik Tabel 7. Hasil Penelitian Pada Pestisida Kimia Tabel 8. Uji Ketoksikkan Pada Limbah Cair Tepung Ketela (Manihot utilisima)

vi

ABSTRAKNanda Agus Ahsani Taqwin, Novan Aji Imron,. 2012. Efektifitas Pestisida USTILA Terhadap Hama Cabuk Putih (Pseudococcus Viburni) Guna Meningkatkan Produktivitas Pertanian Saat ini, permintaan akan hasil dari komoditas pertanian dan hortikultura terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Produksi dari hasil pertanian dan hortikultura bisa jadi akan mengalami penurunan karena berbagai faktor, salah satunya adalah hama tanaman. Maka dari itu, untuk meningkatkan produksi pertanian dan hortikultura baik secara kualitas maupun kuantitas dilakukan banyak cara salah satunya adalah penggunaan pestisida. Saat ini saja, penggunaan pestisida terus membludak tanpa mempertimbangkan efek terhadap lingkungan maupun kesehatan tanaman. Dengan demikian, salah satu solusi yang tepat adalah penggunaan pestisida yan lebih ramah lingkungan atau lebih biasa disebut biopestisida. Penulis memberikan inovasi pembuatan pestisida alami yang memanfaatkan limbah dan bahan alam yang diberi nama pestisida USTILA. Dalam penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai proses pembuatan dan untuk mengetahui tingkat keefektifan pestisida alami USTILA yakni dari bahan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens). Pestisida alami yang dibuat oleh peneliti tersebut, diharapkan dapat digunakan sebagai pengganti pestisida kimia yang dijual di pasaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung dan metode eksperimen. Penulis mencari bahan pestisida alami selanjutnya diracik dan sebagai sasaran penelitian adalah hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) pada tanaman waru (Hibiscus tiliaceus L.) dengan beberapa kelompok percobaan. Penulis tidak hanya menggunakan pestisida alami buatan sendiri, tetapi sebagai pembanding, penulis menggunakan pestisidda yang dijual di pasaran dengan jenis Insektisida Karbamat Berbahan Aktif. Pada proses penyemprotan penulis memberikan interval yang berbeda sehingga dapat diidentifikasi kondisi cabuk pada tiap interval. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok pestisida alami lebih efektif penggunaannya daripada pestisida kimia yang dijual di pasaran. Hal ini terbukti dengan kondisi cabuk putih menunjukkan perbedaan pada setiap interval penyemprrotan. Pada penyemprotan pertama (2 kali penyemprotan), hama cabuk putih belum terlihat tanda-taanda reaksi dengan pestisida, baik dalam pestisida alami maupun pestisida kimia. Pada penyemprotan kedua (4 kali penyemprotan), hama cabuk putih pada pestisida alami mulai terlihat ada respon terhadap pestisida yakni setengah dari populasi sudah ada yang mati tetapi pada pestisida kimia belum menunjukkan respon apapun. Pada penyemprotan ketiga (6 kali penyemprotan), hama cabuk putih pada pestisida alami terlihat semua populasi hama mati dan pada pestisida kimia, hanya sebagian hama yang mati. Penulis menyarankan agar pestisida alami yang lebih ramah lingkungan benar-benar dapat difungsikan guna meningkatkan produktivitas pertanian yang lebih baik.

Kata kunci : Pestisida USTILA, Pestisida Kimia, Cabuk Putihvii

BAB I PEDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak permintaan berbagai hasil produksi dari komoditas pertanian dan hortikultura oleh pasar dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini tentu saja akan menjadikan peluang bagi para petani untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Memang benar bahwa konsumsi akan sayuran dan buah-buahan sebagai hasil produksi pertanian dan hortikultura kini yang paling diminati banyak orang. Indonesia sebagai negara yang mempunyai lahan pertanian dan perkebunan luas tentu saja sanggup memenuhi permintaan pasar yang begitu besar. Dalam satu dekade ke depan, ekspor dari komoditas hortikultura Indonesia ditargetkan akan meningkat 30 persen pada tahun 2014 dari tahun sebelumnya dan akan terus mengalami peningkatan volume ekspor

(www.nasinal.jurnas.com/halaman/11/2011-02-04/158081). Perlu kita ketahui, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor hasil pertanian dan perkebunan terbesar di Asia Tenggara. Betapa tidak, seperti halnya Singapura yang membuka pintu lebar-lebar bagi ekspor komoditas hortikultura, diantaranya buah-buahan, sayuran, dan tanaman hias dari Indonesia. Pangsa pasar yang disepakati dari Indonesia sampai 30% pada tahun 2014. Indonesia sangat dekat dengan Singapura. Transportasi nyaris tanpa kendala. Lahan produksi banyak tersedia. Tenaga kerja melimpah petani yang siap membudidayakan hortikultura tak terbilang jumlahnya. Secara teknis, teknologi pembenihan juga siap mendukung (Harian Kompas edisi Rabu 9 Mei 2012). Bayangkan saja, berapa banyak keuntungan yang didapat oleh Indonesia setiap hari, setiap bulan, dan setiap tahunnya dari sektor pertanian dan hortikultura tersebut? pasti banyak bukan? Tetapi, perlu kita

1

ingat kembali bahwa produksi akan hasil dari komoditas pertanian dan hortikultura di Indonesia bisa saja tidak mencukupi permintaan konsumen baik di dalam maupun di luar negeri dan hal ini akan berdampak pada naiknya harga bahan-bahan pokok, sayuran, buah-buahan, dan hasil pertanian di pasaran serta akan berpengaruh terhadap ekspor hasil pertanian dan hortikultura Indonesia. Jikalau mengalami permasalahan tersebut, pasti Indonesia tidak lagi menjadi pengekspor hasil pertanian dan hortikultura tetapi akan menjadi pengimpor yang akan menambah beban piutang negara. Penyebab terjadinya ketidakcukupan permintaan konsumen dan pasar, biasanya disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor tersebut adalah hama tanaman. Hama tanaman menjadi penyebab utama terjadinya gagal panen dari hasil pertanian dan hortikultura. Gagal panen pada tanaman akan mempengaruhi produktivitas dari tanaman yang dihasilkan atau produk pertanian dan perkebunannya. Bagaimana tidak, kasus di Desa Sumberejo, Kecamatan Mranggen, Demak yakni hama cabuk putih (seperti undur-undur) yang menyerang tanaman tembakau belum bisa dibasmi walaupun sudah menggunakan berbagai macam pestisida. Akibatnya banyak tanaman tembakau yang daunnya menjadi kuning dan mati. Petani banyak yang merugi akibat hama tersebut

(suaramerdeka.com). Kita tahu bahwa tembakau merupakan tanaman yang memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Dari sinilah petani tidak mampu memenuhi permintaan konsumen yang begitu besar sedangkan hasil pertanian dan hortikultura yang berakibat pada naiknya harga kebutuhan pokok dan jatuhnya ekspor kebutuhan pokok. Tidak hanya hal tersebut, kalau tanaman banyak yang terserang hama kualitas produk yang dihasilkan pun juga kurang bagus, banyak yang rusak, dan bahkan mungkin gagal panen. Maka dari itu, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian dan hortikultura tersebut dilakukan banyak cara. Salah satunya pemberian pestisida. Walaupun hanya perkara pemberian pestisida, kita juga tidak boleh menganggap remeh dan sembarangan. Yang saat ini

2

banyak beredar di pasaran adalah bermacam-macam pestisida buatan pabrik dan harganya relatif mahal. Pestisida pabrik mempunyai banyak efek samping baik terhadap lingkungan dan tanaman yang diberi pestisida tersebut. Padahal, jika ada pestisida alami dan ramah lingkungan, tentu saja tidak banyak berpengaruh terhadap tanaman dan tidak banyak menghasilkan residu (endapan) yang banyak. Apalagi dengan

memanfaatkan suatu limbah yang sudah tidak berguna dan berpotensi menjadi pestisida serta bahan-bahan alam tentu saja akan mempunyai nilai tambah dan nilai guna lebih. Dengan demikian, untuk mewujudkan suatu pestisida alami yang lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan, penulis membuat pestisida alami dengan memanfaatkan bahan dari limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) untuk membasmi hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) pada tanaman waru (Hibiscus tiliaeceus L.) dengan mempertimbangkan interval penyemprotan dan dapat digunakan pada tanaman lain dengan jenis hama yang sama seperti pada tanaman tembakau (Nicotianae tabacum) guna meningkatkan kualitas dan kuantitas tanaman.

B. Pemilihan Topik

Penulis mengangkat topik ini untuk dibahas, menggunakan pertimbangan sebagai berikut : 1. Pemilihan tema yaitu Revolusi Siswa Menciptakan Inovasi Dalam Dinamika Pendidikan Penulis diharapkan mampu menciptakan sebuah inovasi baru dalam dinamika pendidikan guna

mempermudah kelangsungan aktivitas kehidupan seharihari serta dapat berevolusi menciptakan hal-hal baru, kritis terhadap suatu objek, dan tanggap terhadap suatu permasalahan. Hal ini dibuktikan oleh penulis untuk

3

membuat suatu inovasi baru pestisida alami berbahan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) guna menaggulangi penyebaran hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) pada tanaman waru (Hibiscus tiliaeceus L.). 2. Pemilihan masalah untuk dibahas yaitu Penggunaan pestisida alami berbahan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) guna menanggulangi

penyebaran hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) pada tanaman waru (Hibiscus tiliaceus L.) Pengaruh pemberian pestisida alami untuk

membasmi hama cabuk putih pada tanaman waru melalui langkah penyemprotan, hal ini diharapkan penggunaannya lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Pemanfaatan limbah dan bahan-bahan alami dari tumbuhan yang diambil ekstraknya mempunyai nilai lebih pada pestisida alami ini serta penggunaanya tidak berpengaruh pada lingkungan di sekitarnya.

C. Batasan Masalah

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis membatasi masalah yakni : 1. Lokasi observasi dan penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Ponorogo tahun 2012. 2. Sebagai objek penelitian adalah hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) pada tanaman waru (Hibiscus tiliaeceus L).

4

3. Untuk pengambilan sampel limbah tepung ketela, penulis membuat sendiri dari ketela yang dijual di pasar kemudian diparut selanjutnya diperas ampasnya dan airnya didiamkan bebrapa hari, jadilah limbah tepung ketela, untuk daun minyak kayu putih (Meialeuca leucadendra L.) penulis mengambil dari tumbuhan minyak kayu putih (Meialeuca leucadendra L.) yang ada di lingkungan sekolah, urin manusia dari beberapa sampel orang di lingkungan penulis, dan untuk bahan-bahan yang lain diambil dari sekitar rumah penulis. 4. Dalam penelitian ini penulis memberikan solusi serta

penawaran sebagai upaya meminimalisasi penyebaran hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) serta dampak negatif yang ditimbulkanya pada tanaman waru (Hibiscus tiliaeceus L) yang sangat merugikan dengan membuat suatu pestisida alami berbahan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) dengan mempertimbangkan interval penyemprotan.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang serta batasan masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagamana proses pembuatan pestisida alami USTILA dari limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu , dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens)? 2. Apakah penggunaan pestisida alami USTILA dari limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases),

5

dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) efektif untuk membasmi hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) pada tanaman waru (Hibiscus tiliaeceus L.)? 3. Dapatkah pestisida alami USTILA dari limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) dijadikan sebagai pengganti pestisida kimia yang dijual di pasaran?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk memberikan gambaran mengenai proses pembuatan pestisida alami dari limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens). 2. Untuk mengetahui tingkat keefektifan pestisida alami dari limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) untuk membasmi hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) pada tanaman waru (Hibiscus tiliaeceus L.). 3. Untuk mengetahui dapat atau tidaknya pestisida alami dari limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan dijadikan sebagai pengganti pestisida kimia yang dijual di pasaran.

6

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti dan pelajar : menambah wawasan serta pengetahuan dalam bidang ilmu pertanian, penyakit dan hama tanaman, serta teknologi pertanian (pestisida) untuk mengatasi penyebaran hama pada tanaman yang menggunakan bahan-bahan alami. Serta diharapkan dapat menerapkan dan mengaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari. 2. Bagi masyarakat : memberikan informasi dan solusi alternatif untuk mengetahui keefektifan penggunaan pestisida alami dari limbah tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) untuk membasmi hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) pada tanaman waru (Hibiscus tiliaeceus L.) yang lebih efektif, efisien, dan ramah lingkungan. 3. Bagi pemerintah dan dinas terkait : dapat mengembangkan, mensosialisasikan, dan merekomendasikan kepada masyarakat mengenai pestisida alami dari limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) untuk membasmi hama cabuk putih

(Pseudococcus viburni) pada tanaman waru (Hibiscus tiliaeceus L.) serta dapat dijadikan sebagai teknologi pertanian (pestisida alami) yang lebih baik.

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian PestisidaPestisida (Inggris : pesticide) berasal dari kata pest yang berarti hama dan cide yang berarti mematikan atau racun. Pestisida juga dapat diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama dalam konteks ini sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu (gulma), dan kutu tanaman (cabuk) penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Menurut pemaparan dari The United States Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah sebagai berikut : 1. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau mennagkis gangguan

serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama. 2. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman (Djojosumarto, 2004). a. Manfaat dan peranan pestisida Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan banyak manfaatnya. Salah satu manfaat dari penggunaan pestisida tersebut adalah dapat meningkatakan produksi pertanian. Beberapa

8

peranan pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 yakni: a) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman yang tidak dipupuk. b) Mematikan hama dan mncegah

pertumbuhan yang tidak diinginkan. b. Dampak negatif penggunaan pestisida Pestisida yang seringkali digunakan oleh petani tidak selamanya bagus efek sampingnya. Kenyataannya pestisida dapat mengganggu

ekosistem lingkungan sekitar dan malah memutus rantai makanan organisme. Penggunaan pestisida secara terus menerus dan berlebihan akan berakibat pada resistensi hama (kebal) terhadap pestisida yang diberikan.. Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida dijadikan sebagai alternatif terakhir. Hal ini karena, pemerintah saat ini tidak mensubsidi pestisida. Menyikapi hal ini, penggunaan pestisida haruslah aman dan benar. Aman terhadap diri dan lingkungannya, benar dalam arti tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat takaran. Dengan demikian, pestisida merupakan suatu bahan yang menjadi kebutuhan pokok khususnya bagi petani untuk menanggulangi hama dan penyakit tanaman. Apabila tanaman yang ditanam dibiarkan begitu saja hanya dipupuk dan tidak diberi pestisida, tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitasnya serta akan berdampak tanaman kurang sehat atau mudah terserang bibit penyakit dan hama. Jadi, pestisida mutlak adanya dan sudah tidak dapat dipungkiri penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Keyakinan tersebut, yang membuat penggunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat pesat (www.carabudidaya.com).

9

B. Klasifikasi Hama Cabuk Putih (Pseudococcus viburni)Tabel 1. Klasifikasi Hama Cabuk Putih (Pseudococcus viburni) Klasifikasi Ilmiah Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species Animalia Arthropoda Insecta Hemiptera Pseudococcidae Pseudococcus P. viburni Pseudococcus viburni Gambar 1. Cabuk Putih (Pseudococcus viburni) Sumber : Obscure mealybug 1875 Pseudococcus viburni (umumnya dikenal sebagai kutu putih kabur dan kutu putih umbi). Cabuk putih ini, biasanya menyerang bagian bawah dari daun yang akan berakibat daun menjadi kuning dan lama kelamaaan tanaman akan mati. Cabuk putih (Pseudococcus viburni) menyerang tanaman pertanian dan perkebunan diantaranya, tembakau, anggur, ketela, pepaya, dan lain sebagainya. Cabuk putih ini dapat berpindah tempat dengan cara terbang dan saat terbang mengeluarkan seperti serbuk putih ke udara yang bisa berakibat sesak napas apabila masuk ke pernapasan.

Binomial name

10

C. Morfologi Tanaman Waru (Hibiscus tiliaceus L.)Tabel 2. Klasifikasi Tanaman Waru (Hibiscus tiliaceus L.) Klasifikasi Ilmiah Kerajaan Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies Nama Binomial Plantae Magnoliophyta Magnoliopsida Malvales Malvaceae Hibiscus H. tiliaceus Gambar 2. Waru (Hibiscus tiliaceus L.)

Hibiscus tiliaceus L.

Waru (Hibiscus tiliaceus, suku kapas-kapasan atau Malvaceae), juga dikenal sebagai waru laut telah lama dikenal sebagai pohon peneduh tepi jalan atau tepi sungai dan pematang serta pantai. Walaupun tajuknya tidak terlalu rimbun, waru disukai karena akarnya tidak dalam sehingga tidak merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. Waru dapat diperbanyak dengan distek Pohon kecil, tinggi 515 m. Di tanah yang subur tumbuh lebih lurus dan dengan tajuk yang lebih sempit daripada di tanah gersang. Daun bertangkai, bundar atau bundar telur bentuk jantung dengan tepi rata, garis tengah hingga 19 cm; bertulang daun menjari, sebagian tulang daun utama dengan kelenjar pada pangkalnya di sisi bawah daun, sisi bawah berambut abu-abu rapat. Daun penumpu bundar telur memanjang, 2,5 cm, meninggalkan bekas berupa cincin di ujung ranting. Biasanya, daun dari tanaman waru yang paling sering diserang oleh hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) sehingga menyebabkan daun waru banyak yang berlubang dan rusak.

11

D. Kandungan Limbah Cair Tepung Ketela (Manihot Utilisima) DanPemanafaatannya Limbah yang dihasilkan pada pengolahan taioka ini berupa padatan dan cairan. Dalam penelitian ini yang peneliti gunakan untuk membuat pestisida alami adalah limbah yang berupa cairan. Limbah cair yang dihasilkan dari pengolahan tepung ketela atau tapioka berasal dari air pencucian dan perasan singkong (Manihot utilisima). Menurut

Adiwasastra (1992), dalam air limbah tepung ketela terdapat garam sianida yang sangat beracun dan sangat berbahaya. Perlu diketahui garam-garam sianida jika masuk kedalam tubuh dapat berubah menjadi asam sianida atau HCN yang kemudian menyebar keseluruh tubuh, menyerang membran sel sihingga menyebabkan oksigen tidak dapat bersenyawa dengan hemoglobin untuk membentuk oxyhemoglobin. Hal ini brakibat oksigen tidak dapat beredar ke setiap jaringan sel dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya kelumpuhan, termasuk alat-alat pernapasan dan akan berakibat kematian. Proses pembuatan tapioka memerlukan air untuk memisahkan pati dari serat. Pati yang larut dalam air harus dipisahkan. Teknologi yang ada belum mampu memisahkan seluruh pati yang terlarut dalam air, sehingga limbah cair yang dilepaskan ke ling-kungan masih mengandung pati. Limbah cair akan mengalami dekomposisi secara alami di badan-badan perairan dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Bau tersebut dihasilkan pada proses penguraian senyawa mengan-dung nitrogen, sulfur dan fosfor dari bahan berprotein (Zaitun, 1999; Hanifah dkk, 1999). Dengan demikian, penulis berasumsi zat kimia yang dapat dijadikan pestisida untuk membasmi hama cabuk putih adalah garamgaram sianida yang terdapat dalam limbah cair tepung ketela.

12

E. Kandungan Dan Potensi Daun Kayu Putih (Meialeuca leucadendra L.)Tabel 3. Klasifikasi Tanaman Kayu Putih (Meialeuca leucadendra L.) Klasifikasi Ilmiah Kerajaan Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies Nama Binomial Plantae Magnoliophyta Magnoliopsida Myrtales Myrtaceae Melaleuca M. leucadendra Meialeuca leucadendra L. Gambar 3. Kayu putih (Meialeuca leucadendra L)

Kayu putih (Meialeuca leucadendra L) bagian daunnya memiliki beberapa kandungan kimia. Kandungan kimia tersebut diantaranya adalah: minyak atsiri, terdiri dari sineol 50%-65%, Alfa- terpineol, valeraldehida, dan benzaldehida. Perlu diketahui, zat kimia benzaldehida ini merupakan salah satu zat kimia yang bersifat racun. Minyak kayu putih yang diambil dari daunnya dapat dijadikan sebagai pengusir nyamuk atau pengusir serangga yang lain. Dengan demikian, penulis berasumsi bahwa zat kimia benzaldehida yang terdapat dalam daun minyak kayu putih bersifat racun dan memungkinkan untuk dijadikan pestisida.

13

F. Kandungan Urin ManusiaUrin manusia merupakan hasil sisa proses eksresi dalam tubuh manusia yang berlangsung di dalam organ ginjal. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan menjaga keseimbangan (homeostasis) cairan tubuh. Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang kotor. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis, yaitu suatu metode analisis zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urin. Kandungan amonia (NH 3 )yang terkandung dalam urin serta zat-zat mineral yang bersifat toksik memungkinkan untuk dijadikan bahan pestisida.

G. Tetes Tebu (molases) Dan PemanfaatannyaTetes Tebu (molases) adalah hasil samping proses pembuatan gula tebu (Saccharum officinarum). Tetes tebu berwujud cairan kental yang diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula. Tetes tebu tidak dapat dibentuk gula dengan kadar tinggi (50-60 %), asam amino, dan mineral. Tingginya kandungan gula dalam tetes berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol.

14

Tabel 4. Kandungan Kimia Tetes Tebu (molases) Unsur Air 17-25 Sukrosa Dekstrosa (glukosa) Fruktosa Karbohidrat lain Abu 7-15 Unsur nitrogen Unsur bukan nitrogen Pigmen Lilin, sterol, phospolipid Vitamin Kisaran (%) 20 30-40 4-9 5-12 2-5 4 2-6 2-8 0,1-1 12 4,5 0,4 5 35 7 9 3 Rata-rata (%)

Unsur nitrogen dalam tetes tebu (molases) mempunyai sifat toksik, sehingga tetes tebu (molases) memungkinkan untuk dijadikan sebagai bahan pestisida.

H. Kandungan Daun Sembukan (Paederia scadens) dan Manfaatnya Tumbuhan sembukan (Paederi scandens) lama dikenal masyarakat kita karena baunya dan sering dikenal sebagai daun kentut. Jika hari panas terik, baunya menyengat. Di kota besar sembukan kurang dikenal, tapi dikoleksi oleh pembudidaya tanaman obat. Tanaman ini batangnya merambat, panjangnya 3-5 meter. Pangkalnya berkayu. Berdaun tunggal bertulang sirip, terletak berhadapan dan berbentuk bulat telur. Bunganya ungu, kelopaknya melonceng dengan mahkota yang mencembung berwarna putih, ke luar dari ketiak daun atau ujung percabangan. Daun sembukan memiliki kandungan kimia asperuloside deasetilas peruloside, paederoside, scanderoside, asam paederosidic dan arbutin. Daun sembukan juga mengandung gamma sitosterol, asam olea-nolik dan

15

minyak asiri. Pada penelitian sebelumnya, daun sembukan telah dijadikan sebgai pestisida alami. Daun sembukan berpotensi dijadikan sebagai bahan pestisida alami karena memilkiki aroma yang menyengat dan juga memiliki kandungan kimia yang bersifat toksik bagi hama

I. HipotesisDari rumusan masalah diatas, penulis mendapatkan dugaan sementara : 1. Proses pembuatan pestisida alami dari limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu , dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) adalah mudah, murah, praktis dan efisien. 2. Pestisida alami USTILA dari limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) terbukti efektif untuk membasmi hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) pada tanaman waru (Hibiscus tiliaeceus L.). 3. Pestisida alami USTILA dari limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) dapat dijadikan sebagai solusi alternatif pengganti pestisida kimia yang dijual di pasaran.

16

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian1. Tempat Penelitian Penulis melakukan penelitian di wilayah Kabupaten Ponorogo, sesuai dengan domisili peneliti. Tepatnya di rumah penulis Jalan Ki Ageng Mirah Nomor 55, Desa Japan, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo. 2. Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian selama kurang lebih 9 hari dengan rincian sebagai berikut : a. Observasi dan penelitian di lapangan selama 4 hari terhitung sejak tanggal 7 Mei hingga 10 Mei 2012. b. Penyusunan penulisan dilakukan selama 5 hari terhitung sejak tanggal 11 Mei hingga 15 Mei 2012.

B. Prosedur PenelitianTulisan ini memiliki prosedur dalam proses penulisannya, prosedur atau alur penelitian digunakan untuk mempermudah proses penulisan. Adapun prosedur penelitian dalam tulisan ini akan dijelaskan pada gambar 1 berikut ini. IDE TULISAN * Banyaknya pestisida kimia yang dijual di pasaran dengan harga yang mahal dan kurang efisien untuk kalangan menengah ke bawah. * Pestisida kimia banyak berdampak buruk bagi lingkungan maupun mahkluk hidup lain yang tidak berperan sebagai hama tanaman. * Inisiatif menginovasi limbah dan bahan-bahan alam menjadi pestisida organik yang ramah lingkungan, efektif, efisien, dan murah. Tidak banyak memiliki efek samping.

17

TINJAUAN PUSTAKA * * * * * * * * Pengertian pestisida Klasifikasi hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) Morfologi tanaman waru (Hibiscus tiliaceus L.) Kandungan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima) dan pemanafaatannya Kandungan dan potensi daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.) Kandungan urin manusia Tetes tebu (molases) dan pemanfaatannya Kandungan daun sembukan (Paederia scadens) dan manfaatnya

EKSPLORASI PERMASALAHAN * Tanaman petani khususnya yang memiliki produktivitas tinggi dan daya jual yang menjanjikan seperti: tembakau, ketela, pepaya dan lain sebagainya terancam mati karena hama cabuk putih. * Sulitnya membasmi hama cabuk putih karena pestisida yang dijual di pasaran kurang efektif dan harganya mahal, hanya sekedar lebih praktis. * Penggunaan pestisida alami oleh petani masih minim bahkan sangat kurang. PEMANFAATAN PESTISIDA ALAMI "USTILA" DAN TINGKAT EFEKTIFITAS TERHDAP HAMA CABUK PUTIH (Pseudococcus viburni) GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PERTANIAN DAN HORTIKULTURA DENGAN MEMPERHATIKAN INTERVAL PENYEMPROTAN

KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 4. Alur Berpikir

C. Metode PenelitianMetode penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah metode eksperimen. Peneliti melakukan percobaan yakni pembuatan pestisida alami dari bahan-bahan yang telah dipersiapkan, yaitu: limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Mealeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), ekstrak daun

18

sembukan (Paederia scadens), yang semuanya dicampur dengan volume total 500 mL dan seuai takaran yang ditetapkan. Setelah membuat formulasi pestisida alami, penulis melakukan perlakuan pemberian pestisida terhadap hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) pada tanaman waru yang terbagi dalam dua kelompok penelitian, yaitu: 1. Pestisida bahan alami : terdapat 3 kelompok penelitian cabuk putih yang kesemuanya disemprotkan pestisida buatan sendiri dan merata pada setiap kelompok. Penelitian ini tetap didasarkan pada interval penyemprotan dengan perbandingan 1 : 2 : 3. 2. Pestisida kimia : terdapat 3 kelompok penelitian cabuk putih yang kesemuanya disemprotkan pestisida kimia (buatan pabrik) yang dijual di pasaran. Pestisida yang peneliti gunakan adalah jenis Insektisida Karbamat Berbahan Aktif. Pestisida ini, memiliki takaran penggunaan seperempat sendok teh setiap 500 mL air. Penelitian ini tetap didasarkan pada interval penyemprotan dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Perlakuan terhadap semua kelompok penelitian dilakukan hanya dalam satu siklus dan diberi waktu 10 menit setelah perlakuan. Penelitian dikelompokkan mempunyai fungisi sebagai indikator pembanding antar pestisida. Setelah diberi perlakuan kemudian pada masing-masing kelompok penelitian diidentifikasi hasilnya untuk ditarik kesimpulan.

D. Variabel PenelitianDalam penelitian ini, penulis menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Adapun variabel bebas dan terikat adalah sebagai berikut : a. Variabel bebas : Limbah cair tepung ketela (Manihot

utiisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L), urin manusia, tetes tebu (molases), ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) dan tumbuhan waru (Hibiscus tiliaceus L.) yang digunakan.

19

b. Variabel terikat : Cabuk putih (Pseudococcus viburni), waktu penyemprotan, interval penyemprotan, jumlah bahan (pestisida) yang dicampurkan pada bahan penyemprot, dan hasil akhir praktikum.

E. Langkah KerjaInstrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Mempersiapkan alat dan bahan Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat dan bahan adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Alat dan bahan penelitian No 1. Gambar Alat atau Bahan Nama Alat atau Bahan a) Gelas ukur 100 mL, 50 mL, dan 10 mL b) Gelas erlenmeyer 250 mL c) Pipet d) Corong Fungsi Alat Untuk menempatkan bahan-bahan pestisida dan alami

mengambil

bahan-bahan pestisida tersebut. alami

2.

2 buah penyemprot Sebagai plastik pestisida dan buatan

wadah alami pestisida untuk

disemprotkan

20

3.

6

buah

gelas

plastik Menempatkan daun waru untuk diberikan perlakuan

bertutup

4.

2 buah masker medis

Memberikan perlindungan pernapasan peneliti membuat pada saat dan

menyemprotkan pestisida 5. 2 pasang sarung tangan Memberikan medis perlindungan pada tangan saat proses pembuatan penyemprotan pestisida 6. Beberapa helai daun waru Sebagai yang terdapat hama cabuk penelitian putih objek untuk dan

disemprotkan pestisida dan buatan alami pestisida

7.

Limbah ketela 250 mL

Sebagai

bahan

pestisida alami

21

8.

Ekstrak daun kayu putih Sebagai 150 mL

bahan

pestisida alami

9.

Ekstrak daun sembukan 25 Sebagai mL

bahan

pestisida alami

10.

Tetes (molases) 50 mL

Sebagai

bahan

pestisida alami

11.

Urin manusia 75 mL

Sebagai

bahan

pestisida alami

2. Proses pembuatan pestsisida Dalam proses pembuatan pestisida, penulis

melakukan berbagai tahap seperti dalam berbagai diagram berikut:

22

a. Pestisida alami

Menyiapkan alat dan bahan

Memasukkan air limbah ke dalam penyemprot dengan volume 200 mL

Memasukkan ekstrak daun kayu putih ke dalam penyemprot dengan volume 150 mL

1

2

3

Memasukkan ekstrak daun sembukan ke dalam penyemprot dengan volume 25mL

Memasukkan tetes tebu (molases) ke dalam penyemprot dengan volume 50 mL

Memasukkan urin manusia kedalam penyemprot dengan volume 75 mL

6Pestisida alami siap di gunakan

5

4

7

23

b. Pestisida kimia (pestisida pabrik)

Menyiapkan bubuk pestisida dan sendok teh

Mengambil seper empat sendok teh bubuk pestisida

Melarutkan bubuk pestisida yang telah diambil ke dalam 50 mL air

1

2

3

43. Pengujian pestisida

Pestisida siap digunakan

Dalam penelitian ini, penulis melakukan uji pestisida terhadap hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) pada tanaman waru (Hibiscus tiliaceus). Pestisida yang digunakan adalah pestisida alami dan pestisida kimia buatan pabrik dengan tujuan sebagai pembanding efektivitas pestisida alami dan pestisida kimia buatan pabrik.

4. Pengujian ketoksikan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima) Limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima) diuji ketoksikanya dengan cara memasukan ikan mas

24

(Cyprinus carpio) ke dalam 2 buah gelas plastik yang masing-masing berisi limbah cair tepung ketela dan air biasa, lalu kita tunggu beberapa menit hingga ikan menunjukan reaksi akibat racun limbah.

F. Teknik Pengumpulan DataDalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa: 1. Melakukan ekperimen pembuatan pestisida alami dengan bahan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) serta pembuatan pestisida kimia. 2. Membuat perlakuan pada setiap kelompok penelitian dengan menyemprotkan pestisida kimia buatan pabrik dan pestisida alami pada hama cabuk putih (Pseudococus viburni) yang dijadikan sebagai sampel penelitian dalam perlakuan tersebut. 3. Studi pustaka dari buku-buku, internet, jurnal penelitian, surat kabar dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan memahami konsep-konsep dan teori mengenai pengaruh pestisida alami dari bahan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) terhadap hama cabuk putih pada tanaman waru (Hibiscus tiliaceus L.) guna meningkatkan produktivitas pertanian.

25

G. Analisis dan Sintesis PenelitianDalam pengolahan dan analisis penelitian, penulis mendapatkan data dengan melakukan eksperimen yakni, membuat perlakuan dengan menyemprotkan pestisida alami dan pestisida kimia buatan pabrik masingmasing kedalam tiga buah gelas plastik yang didalamnya terdapat bebarapa helai daun waru (Hibiscus tiliaeceus L.) yang dihinggapi hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) dengan interval penyemprotan yang berbeda yaitu masing-masing dua kali penyemprotan empat kali penyemprotan, dan enam kali penyemprotan, pada masing-masing kelompok penelitian. Kemudian, wadah plastik ditutup rapat dan ditunggu selama sepuluh menit sampai hama cabuk putih menunjukan reaksi dari hasil penyemprotan. setelah itu, tutup plastik dibuka dan mengidentifikasi hama cabuk cabuk putih pada masing-masing kelompok penelitian. Penelitian dinyatakan berhasil apabila kondisi hama cabuk putih sebelum dan setelah diberi perlakuan ada perbedaan yang signifikan. Interval penyemprotan pestisida juga sangat berpengaruh pada hasil penelitian.

26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tabel 6. Hasil Penelitian Pada Pestisida Organik

Gambar a.

Interval Penyemprotan 2X Penyemprotan

Keterangana) Hama cabuk putih belum bereaksi dengan pestisida b) Hama cabuk putih masih bergerak dengan bebas atau bergerak aktif a) Setengah dari dari populasi cabuk putih mati. b) Setengah populasi cabuk putih yang masih hidup bergerak pasif

b.

4X Penyemprotan

c.

Semua cabuk putih dalam populasi mati 6X Penyemprotan

Dalam penelitian ini, penulis melakukan uji pestisida organik terhadap hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) pada tanaman waru (Hibiscus tiliaceus) dengan melakukan ekperimen. Pestisida organik disemprotkan pada daun waru di dalam gelas plastik yang terdapat populasi hama cabuk putih. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa, pada interval dua kali penyemprotan hama cabuk putih (Pseudocosus viburni) sama sekali belum bereaksi dengan pestisida yang telah disemprotkan dan hama cabuk putih (Pseudocosus viburni) masih dapat bergerak dengan bebas tanpa menunjukkan reaksi apapun.

27

Pada interval empat kali penyemprotan setengah dari populasi hama cabuk putih mati sementara yang masih hidup menunjukkan reaksi hasil penyemprotan pestisida yaitu gerakan hama cenderung pasif atau lamban. Pada interval enam kali penyemprotan semua populasi hama cabuk putih dalam gelas plastik mati.

Tabel 7. Hasil Penelitian Pada Pestisida Kimia

Gambar

a.

Interval Penyemprotan 2X Penyemprotan

Keterangana) Hama cabuk putih belum menunjukkan reaksi akibat hasil penyemprotan pestisida b) Hama cabuk putih masih dapat bergerak dengan aktif a) Hama cabuk putih belum menunjukkan reaksi akibat hasil penyemprotan pestisida b) Hama cabuk putih masih dapat bergerak dengan aktif a) Setengah dari populasi cabuk mati b) Setengah populasi cabuk putih yang masih hidup bergerak pasif/lamban

b.

4X Penyemprotan

c.

6X Penyemprotan

Untuk menguji kefektifan pestisida alami USTILA penulis membuat penelitian terhadap pestisida kimia buatan pabrik, hal ini dilakukan untuk mendapatkan perbandingan kefektifan pestisida alami USTILA dengan pestisida kimia buatan pabrik. Penulis membuat perlakuan yang sama seperti sebelumnya yaitu dengan membedakan interval penyemprotan pada gelas plastik yang berisi populasi hama cabuk putih. Pada interval dua kali penyemprotan, hama cabuk putih melum menunjukkan reaksi hasil penyemprotan pestisida dan hama cabuk putih masih dapat bergerak dengan bebas. Pada interval empat kali penyemprotan hama cabuk putih belum menunjukan reaksi seperti interval dua kali penyemprotan. Pada interval enam kali penyemprotan setengah dari populasi cabuk putih mati dan setengah populasi yang hidup menunjukkan reaksi yaitu gerakan cabuk putih lamban atau pasif. 28

Tabel 8. Uji Ketoksikkan Pada Limbah Cair Tepung Ketela (Manihot utilisima)Keterangan No Gambar Waktu Gelas plastik yang berisi air biasa a) Ikan cenderung berada di bawah b) Ikan bergerak dengan aktif c) Gerakan sirip cenderung perlahan Gelas plastik yang berisi air limbah a) Ikan cenderung berada di atas permukaan b) Ikan bergerak dengan aktif c) Gerakan sirip cenderung cepat

1

1 Menit

2

2 Menit

a) Ikan cenderung berada di bawah b) Ikan bergerak dengan aktif c) Gerakan sirip cenderung perlahan

a) Ikan cenderung berada di datas permukaaan b) Ikan bergerak pasif/lamban c) Gerakan sirip mulai melambat

3

3 Menit

a) Ikan cenderung berada di bawah b) Ikan bergerak dengan aktif c) Gerakan sirip cenderung perlahan

a) Ikan cenderung b) c) d)berada diatas permukaan Ikan bergerak pasif/lamban Gerakan sirip cenderung cepat Ikan berenang dengan keadaan terbalik Ikan cenderung berada diatas permukaan Ikan berhenti bergerak Sirip berhenti bergerak Ikan berenang dengan keadaan terbalik Ikan membukabuka mulut di atas permukaan

a) Ikan cenderung berada di bawah b) Ikan bergerak dengan aktif c) Gerakan sirip cenderung perlahan 4 4 Menit

a)

b) c) d)

e)

29

5 5 Menit

a) Ikan cenderung berada di bawah b) Ikan bergerak dengan aktif c) Gerakan sirip cenderung perlahan

a) Ikan mengambang di permukaan b) Ikan berhenti bergerak c) Ikan dalam kondisi terbalik

Untuk menguji ketoksikkan limbah, penulis membuat penelitian dengan memasukan dua ikan mas (Cyprinus carpio) masing-masing diberi pelakuan yang sama yaitu dengan masukan dalam botol plastik yang berisi air limbah tepung ketela (Manihot utilisima) dan air bisa. Pada menit pertama sampai menit kelima ikan yang berada di air limbah cenderung untuk selalu di permukaan sementara ikan yang berada pada air biasa cenderung untuk berada dalam air. Pada menit pertama ikan mas bergerak dengan bebas, perbedaanya ikan yang berada dalam air limbah, sirip bergerak dengan cepat atau tergesa-gesa sementara pada ikan yang berada pada air biasa sirip ikan bergerak dengan santai dan pelan. Pada menit kedua gerakan sirip ikan mas yang berada dalam limbah cenderung melambat. Pada menit ketiga sirip ikan bergerak dengan cepat tetapi ikan berenang dengan gerakan lambat dan posisi ikan saat berenang terbalik. Pada menit keempat ikan mulai berhenti bergerak, sirip berhenti bergerak dan ikan berenang terbalik, ikan berada dipermukaan air dan cenderung membuka mulut. Pada menit kelima ikan mati mengambang ke permukaan dengan keadaan terbalik. Ikan yang berada dalam air biasa dari menit pertama sampai menit kelima ikan cenderung berperilaku sama.

30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa : 1. Pembuatan pestisida alami USTILA dari bahan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) lebih mudah, ekonomis, dan ramah lingkungan. 2. Pestisida alami USTILA dari bahan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) mempunyai tingkat keefektifan lebih baik daripada pestisida kimia untuk membasmi hama cabuk putih (Psseudococcus viburni) pada tanaman waru (Hibiscus tiliaceus L.). 3. Pestisida alami USTILA dari bahan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) bisa menjadi alternatif solusi dari pestisida kimia yang tidak ramah lingkungan. 4. Pestisida alami USTILA dari bahan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) terbukti efektif untuk membasmi hama cabuk putih (Pseudococcus viburni) pada interval penyemprotan 6 kali. 5. Pestisida alami USTILA dari bahan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan agrobisnis.

31

B. Saran Dalam penelitian ini, penulis menyarankan bahwa : 1. Penggunaan pestisida alami USTILA dari bahan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) dapatnya dijadikan sebagai pestisida alternatif ramah lingkungan pengganti pestisida kimia yang dijual di pasaran dengan alasan bahan murah, mudah didapat, mudah dibuat, ramah lingkungan serta terbukti lebih efektif daripada pestisida kimia yang dijual di pasaran. 2. Sebaiknya penggunaan pestisida kimia yang dijual di pasaran bisa diminimalisasi penggunaannya karena dapat berpengaruh pada lingkungan, tanaman, maupun kesehatan manusia. 3. Pemerintah hendaknya ikut berperan serta mensosialisasikan

penggunaan pestisida alami USTILA dari bahan limbah cair tepung ketela (Manihot utilisima), ekstrak daun kayu putih (Meialeuca leucadendra L.), urin manusia, tetes tebu (molases), dan ekstrak daun sembukan (Paederia scadens) sehingga, pestisida alami dapat digunakan secara meluas di masyarakat.

32

DAFTAR PUSTAKA

http://ditjenbun.deptan.go.id [diakses tanggal 04 Mei 2012] http://id.wikipedia.org/wiki/Kayu_putih [diakses tanggal 14 Mei 2012] http://www.biotis.co.id [diakses tanggal 04 Mei 2012] http://www.iptek.net.id [ diakses tanggal 14 Mei 2012 ] Marzuki.2005.Metodologi Riset.Yogyakarta:Ekoninsa. Nur Tjahyadi, Ir..1996.Hama dan Penyakit Tanaman.Yogyakarta:Kanisius Rismunandar.1993.Penyakit Tanaman Pangan dan Pembasmianya.Bandung: Sinar Baru Algesindo. Suwahyono,Untung.2010.Biopestisida.Jakarta:Penebar Swadaya

33