karya tulis ilmiah asuhan keperawatan pasien dengan …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/kti...

190
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA YANG DI RAWAT DI RUMAH SAKIT OLEH: TIKA HERLIA NIM. P07220117077 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN SAMARINDA 2020

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA YANG

DI RAWAT DI RUMAH SAKIT

OLEH:

TIKA HERLIA

NIM. P07220117077

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2020

Page 2: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA DI

RAWAT DI RUMAH SAKIT

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Pada

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh:

TIKA HERLIA

NIM : P07220117077

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN

SAMARINDA

2020

Page 3: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

ii

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa karya tulis ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan

bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari karya tulis ilmiah lain untuk memperoleh

gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun baik sebagian

maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia menerima sanksi sesuai

ketentuan yang berlaku.

Balikpapan, 8 mei 2020

Yang menyatakan

TIKA HERLIA

NIM. P07220117077

Page 4: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI

UNTUK DIUJIKAN

TANGGAL 8 Mei 2020

Oleh

Pembimbing

Rahmawati Shoufiah, S.ST., M.Pd

NIDN. 4020027901

Pembimbing Pendamping

Nurhayati, S.ST., M.Pd NIDN. 4024016801

Mengetahui,

Ketua Program Studi D III Keperawatan

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Ns. Andi Lis AG, M. Kep

NIP. 196803291994022001

Page 5: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

iv

Karya Tulis Ilmiah Pasien Dengan Efusi Pleura yang dirawat di rumah sakit

Tahun 2020

Telah Diuji

Pada tanggal 8 Mei 2020

PANITIA PENGUJI

Ketua Penguji

1. Rus Andraini, A.Kp, M.P.H ...........................................

NIDN. 4006027101

Penguji Anggota

1. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd ...........................................

NIDN. 4020027901

2. Nurhayati, S.ST., M.Pd ...........................................

NIDN. 4024016801

Mengetahui,

Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Poltekkes Kemenkes KalimantanTimur

Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Prodi D-III Keperawatan

Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes Ns. Andi Lis AG, M. Kep

NIP. 196508251985032001 NIP. 196803291994022001

Page 6: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri

1. Nama : Tika Herlia

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat, Tanggal Lahir : kuningan, 14 oktober 1998

4. Agama : Islam

5. Pekerjaan : Mahasiswa

6. Alamat : Jl. Gunung stelling Rt.52 Gn. Samarinda

B. Riwayat Pendidikan

1. TK RA-Raudathul Aftah Tahun 2003-2004

2. SD Negeri 009 Pekanbaru Tahun 2005-2010

3. SMP Negeri 13 Balikpapan Tahun 2011-2014

4. SMA Negeri 7 Balikpapan Tahun 2014 - 2017

5. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim Tahun 2017

sampai sekarang

Page 7: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas

berkat dan rahmatnya yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini dalam rangka memenuhi persyaratan

ujian akhir program Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur Jurusan Keperawatan Samarinda Kelas C Balikpapan

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Efusi Pleura”.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mengalami

kesulitan dan hambatan, akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan dari

berbagai pihak. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis telah mendapatkan

bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak baik materil maupun moril.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat :

1. H.Supriadi B, S.Kp.,M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Hj. Umi Kalsum, S. Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

3. Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep, selaku Ketua Prodi D-III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

4. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep.,Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab Prodi

D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Kalimantan Timur.

Page 8: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

vii

5. Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah banyak

memberikan bimbingannya sehingga Karya tulis imiah ini dapat terselesaikan

dengan baik.

6. Nurhayati, S.ST.,M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingannya sehingga Karya tulis imiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

7. Bapak Ade Herman dan Ibu Juliati selaku orang tua saya terimakasih banyak yang

selalu mendukung, dan mendoakan tanpa hentinya.

8. Adik saya Galih Citra Putri, terimakasih sudah mendukung untuk menyelesaikan

pendidikan yang saya jalani.

9. Teman-teman angkatan ke – 6 Prodi D-III Keperawatan Kelas Balikpapan yang

selalu mendukung dalam penyusunan Karya tulis imiah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu masukan,

saran, serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Balikpapan, 21 Februari 2020

Tika Herlia

Page 9: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

viii

ABSTRAK

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA”

Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama banyaknya

ukuran dan jumlah individu yang terkena penyakit di bagian organ pernapasan salah

satunya efusi pleura. Efusi pleura biasanya disebebkan oleh adanya penyakit infeksi

dan non infeksi. Tingginya angka kejadian efusi pleura ini salah satunya disebabkan

oleh keterlambatan penderita untuk memeriksakan kesehatannya sejak dini. Efusi

pleura jika tidak mendapatkan penanganan akan mengakibatkan gangguan pada

pola napas dan tindakan pengaturan posisi serta pembedahan berupa pemasangan

water seal drain dapat dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura di RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi

Lampung.

Penelitian ini menggunakan metode literature review asuhan keperawatan

pada dua kasus yang sama sebagai subjek penelitian pasien dewasa dengan

penyakit Efusi pleura di ruang Flamboyan A RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan dan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung. Metode

pengambilan data adalah dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi

dokumentasi. Instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian

asuhan keperawatan sesuai ketentuan yang berlaku di prodi keperawatan Poltekkes

Kaltim.

Hasil penelitian didapatkan data masing-masing pasien mengeluh sesak

napas. Pada pasien pertama ditemukan 3 diagnosa keperawatan dan pada pasien

kedua ditemukaan 3 diagnosa keperawatan. Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama tiga hari pada kedua pasien didapatkan hasil yaitu dengan dua masalah

pasien teratasi dan satu masalah pasien sebagian teratasi sesuai dengan tujuan dan

kriteria hasil yang telah dibuat dan ditetapkan peneliti.

Dapat disimpulkan bahwa setiap pasien dengan efusi pleura memiliki

respon yang berbeda terhadap masalah. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi atau status

kesehatan dan kemampuan pasien dalam menghadapi suatu masalah. Sehingga

perawat harus melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk

menangani masalah keperawatan pada setiap pasien dan meningkatkan

keterampilan dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya pada pasien

efusi pleura.

Kata kunci : Efusi Pleura, Asuhan Keperawatan

Page 10: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

ix

ABSTRACT

" NURSING CARE IN PATIENTS WITH PLEURAL EFFUSION"

Respiratory system disorders are the main cause of the large size and number

of individuals affected by disease in the respiratory organs, one of which is pleural

effusion. Pleural effusion is usually caused by infectious and non-infectious

diseases. The high incidence of pleural effusion is one of them caused by the delay

of patients to check their health early. This study aims to obtain an overview of

nursing care in patients with pleural effusion in Dr. Hospital. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan and RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung.

This study uses a case study method with the literature review by

implementing care as a unit of analysis. The unit of analysis is adult patients with

pleural effusion. The data collection method is by interview, observation, physical

examination, documentation study and. The instrument of data collection uses the

format of Nursing Care according to the provisions in force in the campus nursing

study program at the East Kalimantan Polytechnic.

Based on the assessment, diagnosis, intervention, implementation and

evaluation results, in the first patients found three nursing diagnoses that appeared

only two diagnoses were resolved, one diagnoses were partially resolved, and in the

second patient found three nursing diagnoses that appeared only two diagnoses

were resolved and one diagnoses are partially resolved.

It can be concluded that each patient with pleural effusion has a different

response to the problem. This is influenced by the condition or health status and

ability of the patient to deal with a problem. So that nurses must carry out

comprehensive nursing care to handle nursing problems in each patient and improve

skills in implementing nursing care, especially in patients with pleural effusion.

Keywords: Pleural Effusion, Nursing Care

Page 11: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN ...............................................................................

HALAMAN SAMPUL DALAM ............................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................ v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

1. Tujuan Umum ........................................................................................... 5

2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

Adapun manfaat penulisan proposal ini adalah: .................................................. 6

1. Bagi Peneliti ................................................................................................. 6

2. Bagi Tempat Penelitian ............................... Error! Bookmark not defined.

Page 12: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

xi

3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan ....... Error! Bookmark not defined.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7

A. Konsep Dasar Medis .................................................................................... 7

1. Pengertian ................................................................................................. 7

2. Etiologi ..................................................................................................... 8

3. Anatomi Fisiologi ..................................................................................... 9

4. Klasifikasi ............................................................................................... 13

5. Manifestasi Klinis ................................................................................... 13

6. Patofisiologi ............................................................................................ 14

8. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 17

9. Komplikasi ............................................................................................. 18

B. Konsep Masalah Keperawatan ................................................................... 20

1. Diagnosis Keperawatan .......................................................................... 20

3. Masalah keperawatan ............................................................................. 24

C. Konsep Asuhan Keperawatan Efusi Pleura................................................ 33

1. Pengkajian .............................................................................................. 33

2. Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 39

3. Intervensi Keperawatan .......................................................................... 40

4. Implementasi Keperawatan .................................................................... 48

5. Evaluasi Keperawatan ............................................................................ 49

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 50

A. Pendekatan/Desain Penelitian .................................................................... 50

Page 13: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

xii

B. Subyek Penelitian ....................................................................................... 50

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) ....................................................... 51

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 52

E. Prosedur Penelitian..................................................................................... 52

F. Metode dan instrument Pengumpulan Data ............................................... 53

G. Keabsahan Data .......................................................................................... 53

H. Analisis Data .............................................................................................. 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 55

A. Hasil ........................................................................................................... 55

B. Pembahasan .............................................................................................. 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 117

A. Kesimpulan .............................................................................................. 117

B. Saran ......................................................................................................... 118

DATAR PUSTAKA ........................................................................................... 120

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Page 14: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

xiii

GAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Anatomi Paru dan Pleura.............................................................. 9

Page 15: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

xiv

DAFTAR BAGAN

BAGAN 2.1 Pathway Efusi Pleura .............................................................. 23

Page 16: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pada Pasien 1 dan 2 ............................................... 57

Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien ......................... 60

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien ........................................ 73

Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pada Pasien ........................................ 74

Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien .................................................. 74

Tabel 4.6 Perencanaan Pada Pasien 1dan 2 ....................................................... 77

Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan Pasien 1 dan 2........................................ 80

Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan Pasien 1 dan 2................................................ 94

Page 17: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Asuhan Keperawatan Pasien 1

Lampiran 2 Asuhan Keperawatan Pasien 2

Lampiran 3 format konsul

Page 18: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling utama, manusia

mempunyai beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi jika ingin dalam

keadaan sehat dan seimbang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur unsur

yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan

fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan

dan kesehatan. Salah satu keseimbangan fisiologis yang perlu dipertahankan,

yaitu saluran pernafasan yang berfungsi menghantarkan udara (oksigen) dari

atmosfer yang kita hirup dari hidung dan berakhir prosesnya di paru-paru untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Rosmalawati & Kasiati, 2016)

Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab utama banyaknya

ukuran dan jumlah individu yang terkena penyakit di bagian organ pernapasan.

Salah satu penyakit gangguan sistem pernapasan pada manusia yaitu efusi

pleura.Efusi pleura adalah cairan yang berlebih di dalam membran berlapis

ganda yang mengelilingi paru-paru (Irianto, 2014).

Efusi pleura merupakan kondisi medis yang dilatarbelakangi oleh

berbagai Penyebab. Data WHO menunjukkan bahwa Efusi pleura disebabkan

oleh berbagai kelainan kardiopulmonal seperti gagal Jantung kongestif,

gangguan hati, hingga keganasan di paru-paru (Mc Gart & Anderson, 2011).

Page 19: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

2

Prevalensi efusi pleura di dunia diperkirakan sebanyak 320 kasus per

100.000 penduduk di negara-negara industri dengan penyebarannya tergantung

dari etiologi penyakit yang mendasarinya. Angka kejadian efusi pleura di

Amerika Serikat ditemukan sekitar 1,5 juta kasus per tahunnya dengan

penyebab tersering gagal jantung kongestif, pneumonia bakteri, penyakit

keganasan, dan emboli paru (Rubins, 2013). Hasil penelitian di salah satu rumah

sakit di India pada tahun 2013-2014 didapatkan prevalensi efusi pleura

sebanyak 80 kasus dengan penyebab terbanyak tuberkulosis paru (Jamaluddin,

2015). Sedangkan prevalensi efusi pleura di Indonesia mencapai 2,7% dari

penyakit infeksi saluran napas lainnya dan Kelompok umur terbanyak terkena

efusi pleura antara 40-59 tahun, umur termuda 17 tahun dan umur tertua 80

tahun (Depkes RI, 2006).

Penyebab efusi pleura yang disebabkan infeksi yaitu tuberkulosis,

pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik. Sedangkan

untuk non infeksi disebabkan oleh karsinoma paru, karsinoma pleura,

karsinoma mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung, gagal jantung,

perikarditis konstriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme, kilotoraks,

emboli paru (Morton dkk, 2012).

Pasien-pasien dengan efusi pleura menunjukkan gejala klinis yang

beragam mulai dari efusi pleura tanpa gejala hingga efusi pleura masif yang

menunjukkan berbagai gejala serius yang mengganggu pernapasan. Pada kasus

efusi pleura tanpa gejala, biasanya efusi pleura terlihat dari gambaran X-Ray

thorak (Wedro, 2014).

Page 20: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

3

Karakteristik tanda dan gejala dari efusi pleura yang sering terjadi seperti

sesak nafas, batuk kering, dan nyeri dada pleuritik. Pada pemeriksaan fisik

dapat ditemukan bunyi redup saat dilakukan perkusi, berkurangnya taktil vokal

fremitus saat dilakukan palpasi, dan penurunan bunyi napas pada auskultasi

paru (Karkhanis, 2012).

Masalah keperawatan yang umum terjadi pada pasien dengan efusi pleura

salah satunya adalah pola napas tidak efektif dan gangguan pertukaran gas

(NANDA, 2012). Pola napas tidak efektif diakibatkan oleh terganggunya

ekspansi paru akibat akumulasi cairan di pleura sehingga akan menimbulkan

manifestasi klinis seperti peningkatan frekuensi napas, kesulitan bernapas

(dipsnea), penggunaan otot-otot bantu pernapasan, dan pada kasus-kasus berat

muncul gejala hipoksia seperti sianosis. Sementara itu, efusi pleura juga

berakibat pada terganggunya pertukaran gas yang bermanifestasi klinis pada

perubahan nilai gas darah arteri (Wilkinson & Ahern, 2005).

Oleh karena itu, peran perawat dan tenaga kesehatan sangatlah diperlukan

terutama dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative, untuk

mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti pneumonia,

peneumothoraks, gagal nafas dan kolaps paru sampai dengan kematian. Peran

perawat secara promotife misalnya memberikan penjelesan dan informasi

penyakit Efusi pleura, preventifenya mengurangi merokok dan minum-

minuman beralkohol, kurative misalnya dilakukan pengobatan ke rumah sakit

dan melakukan pemasangan WSD, rehabilitative misalnya melakukan

Page 21: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

4

pengecekan kembali kondisi klien ke rumah sakit atau tenaga kesehatan

(Muttaqin, 2008).

Penanganan efusi pleura berfokus pada pemenuhan kebutuhan oksigenasi

yang maksimum.Oksigenasi yang maksimum difokuskan untuk mencapai

pertukaran gas yang adekuat, ventilasi yang adekuat, dan perfusi jaringan yang

adekuat (Dugdale, 2014). Evakuasi cairan dilakukan untuk menjamin ventilasi

dan pertukaran gas yang adekuat. Evakuasi cairain dilakukan melalui tindakan

medis seperti thoracentesis dan pemasangan chest tube (Rubins, 2013).

Tindakan keperawatan juga berperan penting untuk menjamin ventilasi dan

perfusi yang adekuat. Beberapa tindakan keperawatan utama untuk mengatasi

masalah pernapasan pada pasien efusi pleura adalah pengkajian berupa monitor

status pernapasan meliputi frekuensi pernapasan, auskultasi suara paru, monitor

status mental, dispnea, sianosis, dan saturasi oksigen (Wilkinson & Ahern,

2005). Selain itu, tindakan keperawatan yang penting adalah “Positioning” yang

bertujuan untuk meningkatkan ekspansi paru sehingga mengurangi sesak

(Dean, 2014).

Berdasarkan data yang diperoleh dari studi pendahuluan Dari catatan

medical di ruang Flamboyan B RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan dari

tahun 2018 hingga sekarang ini kasus efusi pleura yang dirawat di RSUD

Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan sebanyak 41 kasus. Sehingga dalam hal

ini penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Dengan Efusi Pleura Di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Page 22: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

5

Kalimantan Timur” secara komperhensif guna memperoleh gambaran secara

nyata.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien

dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan

Timur tahun 2020?.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah :

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso

Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada karya tulis ini adalah:

a. Mengkaji pasien dengan Efusi Pleura di RSUD Kanudjoso Djatiwibowo

Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020

b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di

RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di

RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020.

Page 23: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

6

d. Melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di

RSUD Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 20120.

e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura di RUSD

Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan Kalimantan Timur tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan proposal ini adalah:

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat memperoleh pengalaman dalam

memberikan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

selama pendidikan khususnya pada pasien dengan Efusi Pleura.

2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan

Hasil peneliti ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam imu

pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien efusi pleura menggunakan litearur-literatur terbaru.

Page 24: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang

terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer

jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap

penyakit lain (Nurarif et al, 2015).

Efusi pleura adalah kondisi paru bila terdapat kehadiran dan

peningkatan cairan yang luar biasa di antara ruang pleura. Pleura adalah

selaput tipis yang melapisi permukaan paru-paru dan bagian dalam dinding

dada di luar paru-paru. Di pleura, cairan terakumulasi di ruang antara

lapisan pleura. Biasanya, jumlah cairan yang tidak terdeteksi hadir dalam

ruang pleura yang memungkinkan paru-paru untuk bergerak dengan lancar

dalam rongga dada selama pernapasan (Philip, 2017).

Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang

terletak diantara permukaan viceralis dan parietalis. Proses penyakit primer

jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap

penyakit lain (Nurarif & Kusuma, 2015).

Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul

dirongga pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau

seluruhnya (Nair & Peate, 2015).

Page 25: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

8

2. Etiologi

Efusi pleura adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan

kecepatan produksi cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau

keduanya, ini disebabkan oleh satu dari lima mekanisme berikut (Morton 2012)

:

a. Peningkatan tekanan pada kapiler sub pleura atau limfatik

b. Peningkatan permeabilitas kapiler

c. Penurunan tekanan osmotic koloid darah

d. Peningkatan tekakanan negative intrapleura

e. Kerusakan drainase limfatik ruang pleura

1) Penyebab efusi pleura:

a) Infeksi

(1) Tuberkulosis

(2) Pneumonitis

(3) Abses paru

(4) Perforasi esophagus

(5) Abses sufrenik

b) Non infeksi

(1) Karsinoma paru

(2) Karsinoma pleura: primer, sekunder

(3) Karsinoma mediastinum

(4) Tumor ovarium

(5) Bendungan jantung: gagal jantung, perikarditiskonstriktiva

Page 26: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

9

(6) Gagal hati

(7) Gagal ginjal

(8) Hipotiroidisme

(9) Kilotoraks

(10) Emboli paru.

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi lagi

menjadi transudat, eksudat dan hemoragi.

a. Transudat dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongesif (gagal

jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (karena sirosishati), sindrom vena

kava superior, tumor dan sindrom meigs.

b. Eksudat disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru,

radiasi dan penyakit kolagen.

c. Efusi hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru

dan tuberculosis.

3. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.2 Anatomi Paru dan Pleura (Adita, 2015)

Page 27: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

10

a. Trakea

Trakea juga dikenal sebagai tenggorokan. Trakea adalah tulang tabung

yang menghubungkan hidung dan mulut ke paru-paru. Ini adalah tabung

berotot kaku terletak di depan kerongkongan yang sekitar 4,5 inci

panjang dan lebar 1 inci.

b. Bronkus

Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-

kira veterbrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan

trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Trakea bercabang menjadi

bronkus utama (primer) kiri dan kanan. Bronkus kanan lebih pendek

lebih lebar dan lebih vertikal dari pada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari

arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di

bawah arteri disebut lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih

langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis

sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas

dan bawah.

c. Bronkioli

Bronkioli membentuk percabangan menjadi bronkioli terminalis yang

tidak mempunyai kelenjar lender dan silia. Bronkioli terminalis ini

kemudian menjadi bronkioli respiratori, yang dianggap menjadi saluran

transisional antara udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas.

Sampai titik ini, jalan udara konduksi mengandung sekitar 150 ml udara

Page 28: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

11

dalam percabangan trakeobronkial yang tidak ikut serta dalam

pertukaran gas.

d. Pleura Parietal dan Pleura Visceral

Pleura yang bagiannya menempel dengan dinding dalam rongga dada

disebut pleura parietalis dan bagian yang melekat dengan paru-paru

disebut pleura visceralis. Sebetulnya pleura ini merupakan kantung yang

dindingnya berisi cairan serosa yang berguna sebagai pelumas sehingga

tidak menimbulkan sakit bila antara dinding rongga dada dan paru-paru

terjadi gesekan pada waktu respirasi.

e. Lobus

Lobus merupakan jalur dari paru-paru yang terdiri dari beberapa bagian

yaitu paru kiri terdiri dari dua lobus (lobus superior dan lobus inferior)

dan paru kanan terdiri dari tiga lobus yaitu (lobus superior, lobus medius

dan lobus inferior).

Pleura merupakan lapisan pembungkus paru. Di mana antara pleura

yang membungkus pulmo dekstra et sinistra dipisahkan oleh adanya

mediastinum. Pleura dari interna ke eksterna terbagi atas 2 bagian :

a. Pleura Viscelaris/Pulmonis yaitu pleura yang langsung melekat pada

permukaan pulmo.

b. Pleura Parietalis yaitu bagian pleura yang berbatasan dengan dinding

thoraks.

Kedua lapisan pleura ini saling berhubungan pada hilus pulmonis

sebagai ligamen Pulmonal (pleura penghubung). Di antara kedua lapisan

Page 29: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

12

pleura ini terdapat sebuah rongga yang disebut dengan cairan pleura.

Dimana di dalam cairan pleura ini terdapat sedikit cairan pleura yang

berfungsi agar tidak terjadi gesekan antara pleura ketika proses pernapasan.

(Wijaya & Putri, 2013).

Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru kanan yang terdiri tiga

lobus terdiri dari bagian atas, tengah dan bawah sedangkan paru-paru kiri

terdiri dari 2 lobus yaitu lobus atas dan bawah. Bagian atas puncak paru

disebut apeks yang menjorok ke atas arah leher pada bagian bawah disebut

basal. Paru-paru dilapisi oleh selaput pleura. Dari segi anatomisnya,

permukaan rongga pleura berbatasan dengan paru sehingga cairan pleura

mudah bergerak dari satu rongga ke rongga yang lainnya. Dalam keadaan

normal seharusnya tidak ada rongga kosong diantara kedua pleura, karena

biasanya sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa yang

selalu bergerak secara teratur. Cairan ini berfungsi untuk pelumas antara

kedua pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain.

Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura bisa menjadi lebih

dari cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi, maka kelebihan

tersebut akan dipompa keluar oleh pembuluh limfatik dari rongga pleura ke

mediastinum. Permukaan superior diafragma dan permukaan lateral pleura

parietalis, memerlukan adanya keseimbangan antara produksi cairan pleura

oleh pleura parietalis dan absorbs oleh cairan viseralis. Oleh karena itu,

rongga pleura disebut sebagai ruang potensial, karena ruang ini normalnya

Page 30: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

13

begitu sempit, sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas (Muttaqin,

2011).

4. Klasifikasi

Efusi pleura di bagi menjadi 2 yaitu:

a. Efusi pleura transudat

Merupakan ultra filtrat plasma, yang menandakan bahwa membran

pleura tidak terkena penyakit. Akumulasi cairan di sebabkan oleh faktor

sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.

b. Efusi pleura eksudat

Efusi pleura ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh

kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru terdekat (Morton, 2012)

5. Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinik dari efusi pleura yaitu :

a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena

pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan

banyak, penderita akan sesak nafas.

b. Adanya gejala penyakita seperti demam, menggigil,dan nyeri dada

pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberculosis),

banyak keringat, batuk, banyak riak.

c. Deviasi trakea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika

penumpukan cairan pleural yang signifikan.

d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,

karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan berkurang

Page 31: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

14

bergerak dalam pernafasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada

perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan

membentuk garis melengkung (garis ellis damoiseu).

e. Didapati segi tiga garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani

dibagian atas garis ellis damoiseu. Segitiga grocco-rochfusz, yaitu

dareah pekak kkarena cairan mendorong mediastinum kesisi lain,pada

auskulasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.

f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura

6. Patofisiologi

Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura

parietalis dan pleura viceralis, karena di antara pleura tersebut terdapat

cairan antara 10 cc - 20 cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu

bergerak teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua

pleura, sehingga pleura tersebut mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui

bahwa cairan di produksi oleh pleura parietalis dan selanjutnya di absorbsi

tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan hidrostatik pada pleura

parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura viceralis. Cairan

kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian kecil

diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan

penyerapan cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak

mikrovili disekitar sel-sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura

tetap karena adanya keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadaan

ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic

Page 32: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

15

koloid. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah

satunya adalah infeksi tuberkulosa paru .

Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium

tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli, terjadilah infeksi

primer. Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening

menuju hilus (Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran

kelenjar getah bening hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada

saluran getah bening akan mempengaruhi permebilitas membran.

Permebilitas membran akan meningkat yang akhirnya dapat menimbulkan

akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura

akibat dari tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek atau

melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robekkan kearah

saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga atau columna

vetebralis.

Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberkolusa paru adalah

merupakan eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura

tersebut karena kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya

serous, kadang-kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura

bias mengandung leukosit antara 500-2000. Mula-mula yang dominan

adalah sel-sel polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan efusi

sangat sedikit mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan efusi

bukanlah karena adanya bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya efusi

pleura dapat menimbulkan beberapa perubahan fisik antara lain: Irama

Page 33: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

16

pernapasan tidak teratur, frekuensi pernapasan meningkat, pergerakan dada

asimetris, dada yang lebih cembung, fremitus raba melemah, perkusi redup.

Selain hal - hal diatas ada perubahan lain yang ditimbulkan oleh efusi pleura

yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru yaitu peningkatan suhu, batuk

dan berat badan menurun (Nair & Peate, 2015).

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan pada efusi pleura yaitu: (Nurarif et al, 2015)

a. Tirah baring

Tirah baring bertujuan untuk menurunkan kebutuhan oksigen karena

peningkatan aktifitas akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga

dispneu akan semakin meningkat pula.

b. Thoraksentesis

Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti

nyeri,dispneu, dan lain lain. Cairan efusi sebanyak 1 - 1,5 liter perlu

dikeluarkan untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah

cairan efusi pleura lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutnya

baru dapat dikalkukan 1 jam kemudian.

c. Antibiotic

Pemberian antibiotik dilakukan apabila terbukti terdapat adanya infeksi.

Antibiotik diberi sesuai hasil kultur kuman.

d. Pleurodesis

Page 34: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

17

Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberi obat melalui

selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan pleura dan

mencegah cairan terakumulasi kembali.

e. Water seal drainage (WSD)

Water seal drainage (WSD) adalah suatu system drainase yang

menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari

cavum pleura atau rongga pleura.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Rontgen dada, biasanya dilakukan untuk memastikan adanya efusi pleura,

dimana hasil pemeriksaan akan menunjukkan adanya cairan.

b. CT scan dada. CT scan bisa memperlihatkan paru-paru dan cairanefusi

dengan lebih jelas, serta bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses

paru atau tumor.

c. USG dada, bisa membantu mengidentifikasi adanya akumulasi cairan dalam

jumlah kecil.

d. Torakosentesis, yaitu tindakan untuk mengambil contoh cairan untuk

diperiksa menggunakan jarum. Pemeriksaan analisa cairan pleura bisa

membantu untuk menentukan penyebabnya.

e. Biopsi. Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya,

maka dilakukan biopsi, dimana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil

untuk dianalisa.

f. Bronkoskopi, pemeriksaan untuk melihat jalan nafas secara langsung untuk

membantu menemukan penyebab efusi pleura.

Page 35: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

18

g. Torakotomi, biasanya dilakukan untuk membantu menemukan penyebab

efusi pleura, yaitu dengan pembedahan untuk membuka rongga dada.

Namun, pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan

menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.

9. Komplikasi

a. Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase

yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan

pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks

meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan

- jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan

(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran - membran

pleura tersebut.

b. Atalektasis

lektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang

disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.

c. Fibrosis paru

Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan

ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara

perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang

menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang

Page 36: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

19

berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang

terserang dengan jaringan fibrosis.

d. Kolaps Paru

Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan

ektrinsik pada sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara

keluar dan mengakibatkan kolaps paru.

e. Empiema

Kumpulan nanah dalam rongga antara paru-paru dan membran yang

mengelilinginya (rongga pleura). Empiema disebabkan oleh infeksi

yang menyebar dari paru-paru dan menyebabkan akumulasi nanah

dalam rongga pleura. Cairan yang terinfeksi dapat mencapai satu gelas

bir atau lebih, yang menyebabkan tekanan pada paru-paru, sesak napas

dan rasa sakit (Morton, 2012).

Page 37: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

20

B. Konsep Masalah Keperawatan

1. Diagnosis Keperawatan

a. Definisi

Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya

baik yang berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2017).

b. Jenis

Jenis diagnosis keperawatan terdiri dari diagnosis keperawatan positif

dan negatif. Diagnosis keperawatan positif meliputi diagnosis

keperawatan promosi kesehatan, sedangkan diagnosis keperawatan

negatif terdiri dari diagnosis keperawatan aktual dan resiko (PPNI,

2017).

1) Positif

Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai

kondisi lebih sehat atau optimal.

a) Promosi Kesehatan

Menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk

meningkatkan kondisi kesehatannya ketingkat yang lebih baik atau

optimal.

2) Negatif

Menunjukan bahwa klien dalam kondisi sakit atau berisiko mengalami

kesakitan.

a) Aktual

Page 38: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

21

Menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau

proses kehidupannya yang menyebabkan klien mengalami masalah

kesehatan.

b) Resiko

Menggambarkan respon klien terhadap kondisi kesehatan atau

proses kehidupannya yang menyebabkan klien beresiko mengalami

masalah kesehatan.

c. Komponen

Masing - masing komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut:

(PPNI, 2017).

1) Masalah (Problem)

Merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan

intidari respon klien terhadap kondisi kesehatan atau proses

kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas deskriptor atau penjelas

dan fokus diagnostik. Deskriptor merupakan pernyataan yang

menjelaskan bagaimana suatu fokus diagnosis terjadi.

2) Indikator Diagnostik

a) Penyebab (Etiologi) merupakan faktor-faktor yang

mempengaruhi perubahan status kesehatan.

b) Tanda (Sign) dan Gejala (Symptom). Tanda merupakan data

objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostik, sedangkan

Page 39: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

22

merupakan data subyektif yang diperoleh dari hasil anamnesis

yang dikelompokkan menjadi:

Mayor: Tanda/gejala ditemukan sekitar 80% - 100% validasi

diagnosis.

Minor: Tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika

ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis.

c) Faktor risiko merupakan kondisi atau situasi yang dapat

meningkatkan kerentanan klien mengalami masalah kesehatan.

Pada diagnosis aktual, indikator diagnostiknya terdiri atas

penyebab dan tanda/gejala. Pada diagnosis risiko tidak memiliki

penyebab dan tanda/gejala, hanya memiliki tanda/gejala yang

menunjukkan kesiapan klien untuk mencapai kondisi yang lebih

optimal.

Page 40: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

23

2. Pathway

Page 41: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

24

3. Masalah keperawatan

Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi penderita efusi

pleura sebelum dilakukan tindakan invasif menurut (Nurarif et al, 2015) dan

(PPNI, 2017):

a. Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005)

1) Definisi Masalah

Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi

adekuat.

2) Penyebab

Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot

pernafasan )

3) Gejala Dan Tanda

a) Data Mayor

(1) Subjektif

(a) Dipsnea

(2) Objektif

(a) Penggunaan otot bantu pernapasan

(b) Fase ekspirasi memanjang

(c) Pola napas yang abnormal (misalnya takipnea, bradipnea,

hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes)

b) Data Minor

(1) Subjektif

(a) Ortopnea

Page 42: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

25

(2) Objektif

(a) Pernapasan pursed lip

(b) Pernapasan cuping hidung

(c) Diameter thoraks anterior posterior meningkat

(d) Ventilasi semenit menurun

(e) Kapitas vital menurun

(f) Tekanan Ekspirasi menurun

(g) Tekanan Inspirasi menurun

(h) Ekskursi dada berubah

4) Kondisi Klinis Terkait

a) Trauma thoraks

b. Nyeri Akut (D. 0077)

1) Definisi

Pengalaman sensorik atau emosioal yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan.

2) Penyebab

Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)

3) Gejala dan Tanda

a) Data Mayor

(1) Subjektif

Mengeluh nyeri

Page 43: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

26

(2) Objektif

(a) Tampak meringis

(b) Bersikap protektif

(c) Gelisah

(d) Frekuensi nadi meningkat

(e) Sulit tidur

b) Data Minor

(1) Subjektif

Tidak tersedia

(2) Objektif

(a) Tekanan darah meningkat

(b) Pola napas berubah

(c) Nafsu makan berubah

(d) Proses berfikir terganggu

(e) Menarik diri

(f) Berfokus pada diri sendiri

(g) Diaforesis

4) Kondisi Klinis Terkait

Infeksi

c. Intoleransi Aktivitas (D.0056)

1) Definisi

Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari.

2) Penyebab

Page 44: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

27

Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

3) Gejala dan Tanda

a) Data Mayor

(1) Subjektif

Mengeluh lelah

(2) Objektif

Frekuensi jantung meningkat lebih dari 20% dari kondisi

istirahat

b) Data Minor

(1) Subjektif

(a) Dyspnea/setelah aktivitas

(b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

(c) Merasa lemah

(2) Objektif

(a) Tekanan darah berubah lebih dari 20% dari kondisi

istirahat

(b) Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah

aktivitas

(c) Gambaran EKG menunjukan iskemia

(d) Sianosis

4) Kondisi Klinis Terkait

a) PPOK

d. Hipertermia (D. 0130)

Page 45: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

28

1) Definisi

Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.

2) Penyebab

Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)

3) Gejala dan tanda

a) Data mayor

(1) Subjektif

Tidak tersedia

(2) Objektif

Suhu tubuh diatas nilai normal

b) Data minor

(1) Subjektif

Tidak tersedia

(2) Objektif

(a) Kulit merah

(b) Kejang

(c) Takikardi

(d) takipnea

(e) kulit terasa terhangat

4) kondisi terkait

proses infeksi

Page 46: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

29

e. Defisit Nutrisi (D. 0019)

1) Definisi

Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme.

2) Penyebab

Ketidakmampuan mencerna makanan

3) Gejala dan Tanda

a) Data Mayor

(1) Subjektif

Tidak tersedia

(2) Objektif

Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal

b) Data Minor

(1) Subjektif

(a) Cepat kenyang setelah makan

(b) Keram atau nyeri abdomen

(c) Nafsu makan menurun

(2) Objektif

(a) Bising usus hiperaktif

(b) Otot pengunyah lemah

(c) Otot menelan lemah

(d) Membran mukosa pucat

(e) Sariawan

Page 47: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

30

(f) Serum albumin turun

(g) Rambut rontok berlebihan

(h) Diare

4) Kondisi Klinis Terkait

Infeksi

f. Defisit pengetahuan (D.0111)

1) Definisi

Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang terkait dengan

topic tertentu.

2) Penyebab

Kurang terpapar informasi

3) Gejala dan tanda

a) Data mayor

(1) Subjektif

(a) Menanyakan masalah yan dihadapi

(2) Objektif

(a) Menjalani pemeriksaan yang tidak sesuai anjuran

(b) Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah

b) Data minor

(1) Subjektif

Tidak tersedia

(2) Objektif

(a) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat

Page 48: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

31

(b) Menunjukan prilaku berlebihan (mis. Apatis,

bermusuhan, agatasi,hysteria)

4) Kondisi klinis terkait

Penyakit kronis

g. Nyeri Akut (D.0077)

1) Definisi

Pengalaman sensorik atau emosioal yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan.

2) Penyebab

Agen pencedera fisik ( prosedur operasi)

3) Gejala dan Tanda

a) Data Mayor

(1) Subjektif

Mengeluh nyeri

(2) Objektif

(a) Tampak meringis

(b) Bersikap protektif

(c) Gelisah

(d) Frekuensi nadi meningkat

(e) Sulit tidur

Page 49: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

32

b) Data Minor

(1) Subjektif

Tidak tersedia

(2) Objektif

(a) Tekanan darah meningkat

(b) Pola napas berubah

(c) Nafsu makan berubah

(d) Proses berfikir terganggu

(e) Menarik diri

(f) Berfokus pada diri sendiri

(g) Diaforesis

4) Kondisi Klinis Terkait

Kondisi pembedahan

h. Risiko infeksi (D. 0142)

1) Definisi

Berisiko mengalami peningkatan terserang organism patogenik.

2) Faktor Risiko

Efek prosedur invasif

3) Kondisi Klinis Terkait

Tindakan invasive

Page 50: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

33

C. Konsep Asuhan Keperawatan Efusi Pleura

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Pada tahap ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah,

agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status

pendidikan dan pekerjaan pasien.

b. Keluhan Utama

Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa :

sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura

yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan

bernafas serta batuk non produktif.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tanda

-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada,

berat badan menurun dan sebagainya.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC

paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.Hal ini

diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-

penyakit yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru,

asma, TB paru dan lain sebagainya.

Page 51: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

34

f. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara

mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang

dilakukan terhadap dirinya.

g. Pengkajian Pola Fungsi

1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

2) Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi

perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga

memunculkan persepsi yang salah terhadap pemeliharaan

kesehatan.

3) Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol

dan penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi

timbulnya penyakit.

4) Pola nutrisi dan metabolisme

5) Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu

melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk

mengetahui status nutrisi pasien.

6) Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama

MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu

makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur

abdomen.

7) Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien

dengan effusi pleura keadaan umumnyalemah.

Page 52: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

35

h. Pola eliminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan

defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang

lemah, pasien akan lebih banyak bedrest sehingga akan menimbulkan

konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen

menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus digestivus.

i. Pola aktivitas dan latihan

1) Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi.

2) Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

3) Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat

adanya nyeri dada.

4) Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien

dibantu oleh perawat dan keluarganya.

j. Pola tidur dan istirahat

1) Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan

berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.

2) Selain itu, akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan

rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak

orang yang mondar - mandir, berisik dan lain sebagainya.

k. Pemeriksaan Fisik

1) Status Kesehatan Umum

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan

pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan

Page 53: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

36

anamnesa, sikap dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana

mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan

pasien.

2) Sistem Respirasi

Inspeksi pada pasien efusi pleura bentuk hemithorax yang sakit

mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan

pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax

kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis.

Pernapasan cenderung meningkat dan pasien biasanya dyspneu.

a) Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah

cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan

pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.

b) Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila

cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat

batas atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke

medical penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-

Damoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang

jelas di punggung.

c) Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi

duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi

atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda

tanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.

3) Sistem Cardiovasculer

Page 54: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

37

a) Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal

berada pada ICS-5 pada linea medio klavikula kiri selebar 1 cm.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

pembesaran jantung.

b) Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) harus

diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung,

perlu juga memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.

c) Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung

terdengar pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah

pembesaran jantung atau ventrikel kiri.

d) Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau

gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala

payah jantung serta adakah murmur yang menunjukkan adanya

peningkatan arus turbulensi darah.

4) Sistem Pencernaan

a) Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit

atau datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol

atau tidak, selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya

benjolan-benjolan atau massa.

b) Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana

nilai normalnya 5-35 kali per menit.

Page 55: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

38

c) Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan

abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk

mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba.

d) Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau

cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites,

vesikaurinarta, tumor).

e) Sistem Neurologis

Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping itu juga

diperlukan pemeriksaan GCS, apakah composmentis atau

somnolen atau comma. Pemeriksaan refleks patologis dan

refleks fisiologisnya.Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu

dikaji seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan

dan pengecapan.

f) Sistem Muskuloskeletal

Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial.Selain

itu, palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat

perfusi perifer serta dengan pemerikasaan capillary refiltime.

Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan

otot kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.

g) Sistem Integumen

Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada

tidaknya lesi pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan

tampak cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport

Page 56: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

39

oksigen. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit

(dingin, hangat, demam). Kemudian tekstur kulit (halus-lunak-

kasar) serta turgor kulit untuk mengetahui derajat hidrasi

seseorang,

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,

keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang aktual ataupun potensial. Diagnosa keperawatan

merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan

(Dinarti & Mulyanti, 2017).

Adapun dignosa yang diangkat dari masalah sebelum dilakukan

tindakan infasif adalah:

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas

(kelemahan otot nafas) (D.0005)

b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis (inflamasi,

iskemia, neoplasma) (D.0077)

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)

d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019)

f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.

(D.0111) (PPNI, 2017).

Page 57: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

40

Adapun dignosa yang diangkat dari masalah setelah dilakukan

tindakan infasif adalah:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)

(D.0077)

b. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142)

(PPNI, 2017)

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan

standard intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) :

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambata upaya nafas.

(D.0005)

1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola

nafas membaik.

2) Kriteria hasil

a) Dyspnea menurun

b) Penggunaan otot bantu nafas menurun

c) Pemanjangan fase ekspirasi menurun

d) Otopnea menurun

e) Pernapasan pursed-lip menurun

f) Frekuensi nafas membaik

3) Intervensi

Observasi

a) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)

Page 58: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

41

b) Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling, mengi, wheezing ,

ronchi kering)

Terapeutik

a) Pertahankan kepatenan jalan nafas head-tilt dan chin-lift (jaw-

thrust jika curiga trauma sevikal)

b) Posisikan semi-fowler atau fowler

c) Berikan oksigen jika perlu

Edukasi

a) Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran, mukolitik, jika

perlu.

b. Nyeri akut berhubungan denganagen pencedera fisiologis ( inflamasi,

iskemia, neoplasma) (D.0077)

1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri

menurun

2) Kriteria hasil :

a) Keluhan nyeri menurun

b) Melaporkan nyeri terkontrol meningkat

c) Meringis menurun

d) Penggunaan analgetik menurun

e) Tekanan darah membaik

3) Intervensi

Page 59: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

42

Observasi

a) Identifikasi skala nyeri

b) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

Terapeutik

a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

b) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemiihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi

a) Anjurkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

c. Intoleransi aktifitas (D.0056)

1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawaan diharapkan akitifitas

pasien meingkat

Page 60: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

43

2) Kriteria hasil

a) Kemudahan melakukan aktifitas

b) Dyspnea saat beraktifitas menurun

c) Dspnea setelah beraktifitas menurun

d) Perasaan lemah menurun

e) Tekanan darah membaik

f) Frekueni nadi membaik

3) Intervensi

Observasi

a) Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

b) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas

Terapeutik

a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya,

suara, kunjungan)

Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

b) Melakukan aktvitas secara bertahap

d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)

1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharpkan suhu

kembali membaik

Page 61: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

44

2) Kriteria hasil :

a) Mengigil menurun

b) Kulit merah menurun

c) Takikardia menurun

d) Takipnea menurun

e) Tekanan darah membaik

f) Suhu tubuh membaik

3) Intervensi

Observasi

a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis.dehidrasi, terpapar

lingkungan panas, penggunaan incubator)

b) Monitor suhu tubuh

c) Monitor komplikasi akibat hipertermia

Terapeuik

a) Sediakan lingkungan yang dingin(atur suhu ruangan)

b) Longgarkan atau lepas pakaian

c) Berikan cairan oral

Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

e. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D.0019)

1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi

membaik

2) Kriteria hasil

Page 62: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

45

a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat

b) Berat bada membaik

c) Nafsu makan membaik

d) Indeks masa tubuh (IMT) membaik

e) Frekuensi makan membaik

3) Intervensi

Observasi

a) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

b) Monitor asupan makanan

c) Identifikasi perubahan berat badan

d) Monitor berat badan

e) Timbang berat badan

Terapeutik

a) Berikan makanan tinggi kalori dan protein

Kolaborasi

a) Kolaborasi dengan ahl gizi tentang cara meningkatkan asupan

makanan

f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.0111)

1) Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

pengetahuan meningkat

Page 63: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

46

2) Kriteria hasil

a) Perilaku sesuai anjuran menigkat

b) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topic

mengingkat

c) Pertanyaan tentang masalah dihadapi menurun

d) Persepsi keliru terhadap masalah menurun

3) Intervensi

Observasi

a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

terapeutik

a) Sediakan materi dan media pendidikn kesehatan

b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

c) Berikan kesempatan untuk bertanya

d) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

Adapun intervensi dari diagnosa setelah dilakukan tindakan

invasif tersebut adalah:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur

operasi) (D.0077)

a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri

menurun

b. Kriteria hasil :

1) keluhan nyeri menurun

2) kemampuan menuntaskan aktifitas meningkat

Page 64: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

47

3) gelisah menurun

4) frekuensi nadi membaik

5) tekanan darah membaik

c. Intervensi

Observasi

1) Identifikasi respon nyeri non verbal

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi , frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

Terapeutik

1) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

Edukasi

1) Anjurkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa

nyeri

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Risiko infeksi berhubungan dengan efek tindakan invasif. (D.0142)

a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

resiko infeksi menurun

b. Kriteria hasil :

1) Demam menurun

2) Kebersihan badan meningkat

Page 65: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

48

3) Bengkak menurun

4) Kemerahan menurun

5) Kultur sputum membaik\kultur area luka membaik

c. Intervensi

Observasi

1) Monitor tanda dan gejala infeksi dan sistemik

Terapeutik

1) Batasi jumlah pengunjung

2) Berikan perawatan kulit pada area edema

3) Cuci tangan sesudah atau sebelum kontak dengan pasien

4) Pertahankan tekhnik aseptic

Edukasi

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2) Ajarkan mencuci tangan dengan benar

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan

komponen lain dari proses keperawatan. Selama implementasi, perawat

mengkaji kembali pasien, modifikasi rencana asuhan, dan menuliskan

kembali hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan. Untuk implementasi yang

efektif, perawat harus berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe intervensi,

Page 66: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

49

proses implementasi dan metode implementasi. Ada tiga fase implementasi

keperawatan yaitu :

a. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana,

pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana,

persiapan pasien dan lingkungan.

b. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi

dengn tujuan. Implementasi apat dilakukan dengan intervensi

indeoenden, dependen atau interdependen

c. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien setelah

implementasi dilakukan (potter and pery, 2005)

5. Evaluasi Keperawatan

Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan dan

kualitas data, teratasi atau tidaknya maslah pasien, serta pencapaian tujuan

serta ketepatan ntervensi keperawatan.

Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencanaa

keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

melalui perbandingan pelayanan keperawatan mutu pelayanan keperawatan

yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan terebih

dahulu.

Page 67: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan/Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dalam bentuk literature

riview kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien

dengan Efusi Pleura. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

B. Subyek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan ini adalah:

1. Subyek ialah pasien yang di rawat inap

2. Subyek terdiri dari 2 orang pasien (laki-laki maupun perempuan) yang di

rawat inap dengan Efusi Pleura

3. Subyek yang berusia 40 - 59 tahun

4. Subyek pasien dengan diagnosa medis Efusi Pleura

Page 68: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

51

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)

Definisi operasional karya tulis ini adalah :

1. Efusi Pleura

Efusi pleura adalah cairan yang berlebih di dalam membran berlapis

ganda yang mengelilingi paru-paru yang disebabkan oleh adanya infeksi

seperti tuberkulosis, pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses

subfrenik dan non infeksi yaitu karsinoma paru, karsinoma pleura,

karsinoma mediastinum, tumor ovarium, bendungan jantung gagal jantung,

perikarditis kontsriktiva, gagal hati, gagal ginjal, hipotiroidisme, kilotoraks,

dan emboli paru. Setelah tindakan pemasangan WSD penatalaksanaannya

adalah dilakukan pemenuhan kebutuhan oksigenasi yang maksimum. Untuk

menentukan asuhan keperawatan pada pasien Efusi Pleura adalah

berdasarkan diagnose medis yang tercatat di dalam rekam medik pasien dan

dari hasil pengkajian pasien.

2. Asuhan Keperawatan pada efusi pleura

Asuhan keperawatan pada Efusi Pleura adalah suatu proses atau

tahap tahap kegiatan dalam praktik keperawatan yang diberikan langsung

kepada pasien dengan Efusi Pleura dalam berbagai tatanan

pelayanan kesehatan meliputi metode askep atau asuhan keperawatan yang

ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta berkesinambungan

dalam pemecahan masalah kesehatan pasien dewasa dengan Efusi Pleura.

Asuhan keperawatan di mulai dengan adanya tahapan pengkajian

Page 69: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

52

(pengumpulan data, analisis data dan penegakkan masalah) diagnosis

keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian/evaluasi tindakan keperawatan.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian pada kasus ini yaitu di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan pada pasien 1 dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek

provinsi Lampung pada pasien 2. Waktu penelitian pada pasien 1 dilaksanakan

pada tanggal 11 Maret 2020 – 13 Maret 2020 di RSUD dr. Kanujoso

Djatiwibowo, Waktu penelitian pada pasien 2 dilaksanakan pada tanggal 25

Maret 2019 – 27 Maret 2019.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut :

1. Mahasiswa mengidentifikasi laporan asuhan keperawatan terdahulu maupun

media internet.

2. Mahasiswa melapor ke pembimbing untuk konsultasi mengenai kasus yang

telah di peroleh.

3. Setelah disetujui oleh pembimbing kemudian membuat review kasus dari ke

2 pasien.

Page 70: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

53

F. Metode dan instrument Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

digunakan, antara lain :

a. Wawancara yaitu hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien dengan

efusi pleura, keluhan utama, riwayat peyakit sekarang-dahulu-keluarga

dll. Sumber data dari klien, keluarga, perawat lainnya.

b. Pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik : inspeksi, auskultasi,

palpasi, perkusi (IAPP) pada system tubuh klien.

c. Observasi intake dan output cairan, hasil laboratorium.

d. Studi dokumentasil (hasil dari pemeriksaan diagnostic).

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format

Asuhan Keperawatan dewasa sesuai ketentuan yang berlaku di Politeknik

Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur (instrument terlampir).

G. Keabsahan Data

Keabsahan data untuk membuktikan kualitas data atau informasi yang

diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.

Keabsahan data pada penelitian ini di tentukan oleh integritas peneliti (karena

peneliti menjadi instrument utama) yaitu dalam melakukan asuhan keperawatan

secara komprehensif pada pasien dengan efusi pleura, keabsahan data dilakukan

dengan memperpanjang waktu pengamatan /tindakan, sumber informasi

Page 71: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

54

tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu pasien

dengan efusi pelura, perawat dan orang tua/keluarga pasien yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang

dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis

digsunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang

menggunakan data untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti

dibandingkan teori yang sudah ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut.

Page 72: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

55

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini saya akan mereview hasil dan pembahas dari tika herlia dan

latifa ayni, selanjutnya akan di uraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai

hasl pengamatan tentang data umum pasien dan tentang gambaran lokasi umum

penelitian, yaitu di ruang Flamboyan RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

dan ruang melati RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung. Pengmbilan data

dilakukan padaa tanggal 11 Maret – 13 Maret 2020 dan 25 Maret – 27 Maret 2019

dengan jumlah subyek sebanyak dua pasien. Adapun hasil penelitiannya diuraikan

sebagai berikut :

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan yang terletak di Jalan MT Haryono No. 656 Balikpapan. RSUD

dr. Kanujoso Djatiwibowo atau dahulu dikenal dengan Rumah Sakit Umum

Balikpapan ini dibuka sejak tanggal 12 September 1949. Fasilitas yang

tersedia antara lain: intalasi rawat jalan, instalasi farmasi, ruang rawat inap,

fisioterapi, dan UGD 24 jam.

Gambaran umum ruang melati RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi

Lampung, ruang melati adalah adalah salah satu bagian dalam ruang

pelayanan rawat inap penyakit paru pernapasan di RSUD Dr. H Abdul

Moeloek provinsi Lampung yang terdiri dari 2 unit yaitu unit pertama ruang

Page 73: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

56

perawatan pasien paru pernapasan dengan kapasitas 42 tempat tidur yang

terdiri dari kelas khusus dengan 6 tempat tidur (TB MDR), kelas 1 dengan

5 tempat tidur, kelas II dengan 10 tempat tidur, kelas III dengan 21 tempat

tidur, exra bed dengan 15 tempat tidur, selanjutnya ruang isolasi flu burung

(ruang perawatan pasien dengan kriteria tertentu) dengan kapasitas 6 tempat

tidur yang terdiri dari kelas suspect dengan 4 tempat tidur, kelas comfirm

dengan 2 tempat tidur. Pengaturan tempat tidur di tempatkan berdasarkan

jenis kelamin dan jenis penyakitnya dan di sesuaikan dengan kondisi

ruangan.

Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian Ruang

Flamboyan A pada pasien 1 dari tanggal 11 Maret – 13 Maret 2020 dan

untuk pasien 2 di Ruang Melati pada tanggal 25 Maret – 27 Maret 2019.

Ruang Flamboyan A adalah ruangan yang dikhususkan merawat pasien-

pasien dengan kasus bedah dan non bedah untuk pemempuan. Ruang

Flamboyan A terletak di lantai dua RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo

Balikpapan.

Kasus yang dirawat di ruang Flamboyan A meliputi kasus, Gagal

Ginjal Kronik, Penyakit Paru Obstuktif Kronis, Diabetes Mellitus, Efusi

Pleura, Cholelitiasis, Laparatomy, Fraktur, CHF, CKR, Abses Hepar dan

Batu Ureter. Pada sub-sub ini akan dijelaskan sebagai berikut:

Page 74: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

57

2. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian Keperawatan

Tabel 4.1 Hasil Anamnesis Pada Pasien 1 dan 2 Dengan Efusi Pleura

di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H

Abdul Moeloek provinsi Lampung Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2

Nama Ny. N Ny. N

Jenis Kelamin Perempuan Perempuan

Umur 47 Tahun 53 tahun

Status Perkawinan Menikah Menikah

Pekerjaan Wiraswasta IRT

Agama Islam Islam

Pendidikan Terakhir SLTA Sma

Alamat Jalan Perum Karangjoang sutiyoso gg.

Panderwangi lk I kota

baru, kec.Tanjung

Karang Timur

Diagnosa Medis Efusi Pleura Efusi Pleura

Nomor Register 75.39.XX 00.54.19.21

MRS/ Tgl Pengkajian Rabu, 11 Maret 2020/

Rabu, 11 Maret 2020

24 Maret 2019 / 25

Maret 2019

Keluhan utama Pasien mengatakan sesak

napas

Pasien mengatakan

Sesak napas

Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit

sekarang pasien yaitu

pasien pada hari Rabu

tanggal 11 maret 2020

pasien mengatakan

Sesak napas, batuk dan

nyeri pinggang. Pasien

tiba di IRD pada pukul

16.00 Wita. Pasien

mengatakan awalnya

hanya batuk pilek,

kemudian dirujuk ke

Rumah Sakit Restu Ibu

dengan diagnose TBC,

pasien dianjurkan

melakukan pengobatan

tbc di puskesmas. Setelah

berjalan 2 bulan

pengobatan ternyata

dokter salah

mendiagnosa. Selama 2

bulan pengobatan TBC,

sering timbul alergi pada

makanan. Pasien

mengatakan pada rontgen

1 sudah ada cairan di

paru-paru, lalu pada

rongen ke 2 cairan

semakin membanyak.

Pasien mengatan jika

Pasien datang ke Rs.

Abdoel Moeloek pada

tanggal 24 maret 2019

melalui UGD pukul

21.23 WIB. Klien

mengatakan sesak

napas. Pasien menga

takan sesak dan yang

dirasakan hilang timbul,

sesak berat dirasakan

saat beraktivitas dan

sesak terasa ringan saat

dalam keadaan rileks

dan memoposisikan

setengah duduk dan

miring sebelah kanan,

Pasien mengatakan dada

sebelah kanan atas

terasa berat, frekuensi

sesak tidak menentu,

sesak mengakibatkan

pasien mual dan tidak

nafsu makan. sesak

sudah dirasakan sejak 3

hari yang lalu, TD

120/90, RR 28 x/menit,

S: 36,0 0C, N 92

x/menit, SaO2: 98%.

Page 75: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

58

banyak beraktivitas

pasien mudah lelah dan

sesak nafas. Pasien

mengatakan pada

tanggang 9 Maret 2020

dilakukan penarikan

cairan di Ruang

Flamboyan A sebanyak

1,1 Liter.

Riwayat penyakit dahulu Pasien mengatakan ada

riwayat asma. Pasien

mengatakan pernah

dilakukan operasi katarak

pada tahun 2018 di RSUD

kanujoso djatiwibowo

balikpapan. Pasien

mengatakan alergi

makanan yaitu : udang,

ayam, kepiting, ikan,

bayam, susu.

Pasien mengatakan tidak

pernah masuk rumah

sakitsebelumnya, Pasien

tidak pernah mengalami

operasi sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga Pasien mengatakan

keluarganya tidak ada

yang memiliki riwayat

penyakit keturunan,

penyakit kronik ataupun

penyakit menular.

Pasien mengatakan

keluarga Pasien tidak

ada yang memiliki

riwayat penyakit TBC,

jantung, diabetes

militus, dan hipertensi

Pasien mengatakan

Pasien tidak memiliki

riwayat alergi baik

alergi obat maupun

makanan

Psikososial Pasien dapat

berkomunikasi dengan

perawat maupun orang

lain sangat baik dan lancar

serta menjawab

pertanyaan yang diajukan

oleh perawat. Pasien

mengatakan penyakit

yang ia alami ini adalah

cobaan dari tuhan dan

pasien ikhlas

menjalaninya. Orang yang

paling dekat dengan

pasien adalah suaminya.

Ekspresi pasien terhadap

penyakitnya tidak ada

gangguan. Pasien

mengatakan interaksi

dengan orang lain baik

dan tidak ada masalah.

Reaksi dan interaksi

pasien tampak kooperatif

dan tidak ada gangguan

konsep diri.

Page 76: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

59

Spiritual Dalam pengkajian

spiritual pada pasien,

pasien mengatakan

sebelum sakit pasien

selalu beribadah sholat

lima waktu. Selama di

rumah sakit pasien masih

selalu melaksanakan

ibadahnya yaitu sholat

lima waktu.

Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek

provinsi Lampung, ayni, tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.1 ditemukan data dari identitas pasien. Pada

pasien 1 bernama Ny. N berjenis kelamin perempuan, masuk rumah

sakit pada tanggal 11 Maret 2020 dan dilakukan pengkajian pada

tanggal 11 maret 2020 dengan diagnosa Efusi Pleura. Sedangkan pada

pasien 2 bernama Ny. N berumur 53 tahun, berjenis kelamin perempuan,

masuk rumah sakit pada tanggal 24 Maret 2019 dan dilakukan

pengkajian pada tanggal 25 Maret 2019 dengan diagnosa medis Efusi

Pleura

Pada pengkajian riwayat kesehatan dalam keluhan utama pada

pasien 1 dan pasien 2 ditemukan ada persamaan yaitu sesak napas. Pada

riwayat kesehatan sekarang ditemukan data pasien 1 pada tanggal 11

Maret 2020 pasien merasakan susah bernapas, batuk dan nyeri

pinggang.

Sedangkan data pasien 2 pada tanggal 24 Maret 2019, pasien

mengatakan sesak napas hilang timbul. Pada riwayat kesehatan dahulu

ditemukan pasien 1 memiliki riwayat penyakit asma dan pernah operasi

katarak tahun2018, pada pasien 2 tidak memiliki riwayat penyakit

Page 77: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

60

menular. Pada pasien 1 dan 2 tidak ada riwayat penyakit kronik. Pada

riwayat penyakit keluarga ditemukan pula kesamaan data pasien 1 dan

pasien 2 keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit keturunan

dan menular.

Data dari pengkajian data psikososial pada pasien 1 ditemukan

masalah keperawatan pola komunikasinya baik, pasien dapat

berinteraksi dengan kooperatif dan tidak ada gangguan pada konsep diri.

Data dari pengkajian spiritual pada pasien 1 tidak ditemukan

masalah, sebelum sakit pasien selalu beribadah dan selama di rumah

sakit pasien masih melaksanakan ibadahnya.

Tabel 4.2 Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Dengan

Efusi Pleura pasien 1 dan 2 di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung

Pemeriksaan fisik Pasien 1 Pasien 2

1. Keadaan umum a. Pasien dengan posisi

semi fowler.

b. Pasien terpasang infus

di sebelah tangan kiri

dengan cairan infuse RL

500cc.

c. Pasien tidak terdapat

tanda klinis yang

mencolok seperti

adanya sianosis dan

perdarahan.

a. Pasien terpasang

ifus Rl 500cc

b. Pasien dengan

posisi semi

fowler.

2. Kesadaran (GCS) E4M6V5 Composmentis

3. Tanda-tanda vital TD : 114/80 mmHg

HR : 103 x/menit

T : 36,20C

RR : 24 x/menit

SPO2 : 97%

TD : 120/90 mmHg

- N : 92x/menit

- RR : 28 x/menit

- S : 36,0C

SPO2 : 98 %

4. Kenyamanan/nyeri P: Pasien mengatakan nyeri

pada pinggang

Q: Nyeri dirasakan seperti

ditusuk-tusuk

R: Nyeri di bagian

pinggang

S: Skala nyeri 4

P: terdapat nyeri tekan

ulu hati

Q: Nyeri dirasakan

seperti terlilit

R: Nyeri di bagian ulu

hati

S: Skala nyeri 4

Page 78: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

61

T: Nyeri dirasakan hilang

timbul. Pasien tampak

meringis menahan nyeri.

T: Nyeri dirasakan

hilang timbul.

5. Status Fungsional/ Aktivitas

dan Mobilisasi Barthel Indeks

a. Pasien mampu secara

mandiri

mengendalikan

rangsangan defekasi

(BAB) =2

b. Pasien mampu

mengendalikan

rangsangan berkemih

secara mandiri (BAK)

= 2

c. Untuk membersihkan

diri (cuci muka, sisir

rambut, sikat gigi)

mandiri = 0

d. Untuk penggunaan

jamban, masuk dan

keluar (melepaskan,

memakai celana,

membersihkan,

menyiram) mandiri =

1

e. Pasien mampu makan

secara mandiri = 2

f. Untuk perubahan

sikap dari berbaring ke

duduk pasien mampu

secara mandiri = 3

g. Untuk berpindah atau

berjalan pasien

memerlukan bantuan

satu orang = 2

h. Pasien mampu

memakai pakaian

secara mandiri = 2

i. Untuk naik turun

tangga memerlukan

pertolongan = 1

j. Untuk mandi mandiri

= 1

Skor = 16

ketergantungan

ringan.

Sebelum sakit pasien

baraktivitas dan

bekerja seperti biasa,

setelah sakit pasien

hanya terbaring di

tempat tidur dan

aktivitas nya dibantu

oleh keluarga.

Pasien mengatakan

sebelum masuk rumah

sakit tidur nya 6-8

jam/hari dan setelah

bangun merasa segar.

Pasien mengatakan

tidur 5-6 jam/hari

Pasien mengatakan

tidak dapat tidur

dengan nyenyak dan

sering terbangun saat

tidur karena nyeri

padaulu hati.

6. Pemeriksaan kepala

a. Rambut

Finger print di tengah

frontal terdehidrasi, kulit

kepala bersih, bentuk

kepala oval, tidak

ditemukan adanya

penonjolan pada tulang

kepala pasien. Penyebaran

rambut merata, warna

hitam, tidak mudah patah

kepala tidak ada lesi,

rambut tampak bersih,

tidak terdapat nyeri

tekan

Page 79: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

62

dan tidak bercabang,

rambut terlihat cerah.

b. Mata Mata lengkap dan simetris

kanan dan kiri, tidak ada

pembengkakan pada

kelopak mata, kornea mata

jernih, konjungtiva tidak

anemis, sclera tidak ikterik,

pupil isokor, pasien dapat

melihat dan membaca

tanpa menggunakan

kacamata, tekanan bola

mata sama kanan dan kiri,

pergerakan bola mata

mampu ke segala arah,

tidak ada nyeri tekan pada

mata.

konjungtiva ananemis,

mata isokor,

c. Hidung Terdapat pernafasan

cuping hidung, tidak ada

secret atau sumbatan pada

lubang hidung, mukosa

merah muda, tidak ada

masalah pada tulang

hidung dan posisi septum

nasi ditengah, ketajaman

penciuman baik, mampu

mencium bau dan

membedakan bau.

napas menggunakan

cuping hidung, tidak

terjadi gangguan

penciuman

d. Rongga Mulut Tidak ada sianosis, tidak

ada luka, gigi lengkap dan

terdapat caries gigi, warna

lidah merah muda, mukosa

bibir lembab, letak uvula

simetris ditengah, tidak ada

gangguan dalam

mengunyah dan menelan,

fungsi pengecapan mampu

membedakan rasa manis,

asin, asam dan pahit .

Tidak ada sianosis

e. Telinga Daun telinga simetris

kanan dan kiri, ukuran

sedang, kanalis telinga

tidak kotor dan tidak ada

benda asing, ketajaman

pendengaran baik pasien

dapat mendengar suara

gesekan jari.

Daun telinga simetris

kanan dan kiri

7. Pemeriksaan Leher Posisi trakea simetris di

tengah, tidak ada

pembesaran pada kelenjar

tiroid dan kelenjar lympe,

denyut nadi karotis teraba

kuat, fungsi menelan baik,

tidak ada rasa nyeri saat

menggerakkan kepala dari

tidak ada pembesaran

vena jugularis, tidak

ada pembesaran

kelenjar tiroid.

Page 80: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

63

sisi ke sisi, vena jugularis 2

cm di atas sudut sternum

(normal).

8. Pemeriksaan thorak : Sistem

Pernafasan

Pasien sesak, batuk tidak

produktif, tidak terdapat

secret, konsistensi tidak

ada, warna tidak ada, bau

tidak ada, suara ucapan

pasien jelas.

- Inspeksi:

Bentuk dada simetris

kanan kiri, frekuensi

pernapasan 26x/menit,

irama pernapasan tidak

teratur, pola

pernapasan dispnea,

terdapat pernapasan

cuping hidung,

terdapat penggunaan

otot bantu pernapasan,

usaha bernapas dengan

posisi setengah duduk,

menggunakan alat

bantu pernapasan yaitu

nasal kanul 3 lpm.

- Palpasi:

Vocal premitus getaran

paru kanan dan kiri

teraba tidak sama kuat

saat pasien

mengucapkan 77, tidak

terdapat krepitasi.

- Perkusi:

Perkusi redup di ICS

IV dan V anterior

dextra , batas paru dan

hepar ICS ke 4 sampai

ICS ke 6

- Auskultasi:

Suara napas wheezing

ICS IV dan V anterior

dextra, suara ucapan

jelas.

- Penggunaan WSD:

Tidak menggunkan WSD.

Pada tanggal 9/3/2020

dilakukan penarikan

cairan, Terdapat cairan

berwarna kuning, jumlah

cairan saat dilakukan

pengkajian 1,1 liter.

Pasien mengatakan

sesak saat melakukan

aktivitas dan cepat

lelah, pasien tidak

batuk.

a. Inspeksi : bentuk

dada asimetris,

gerakan dinding

dada asimetris

(pergerakan dada

kanan tertinggal),

tidak terdapat

benjolan atau lesi,

tampak retraksi

dinding dada.

b. Palpasi : tidak

terdapat nyeri

tekan, vocal

fremitus

menurun,

ekspansi dada

tidak maksimal

ada

ketertinggalan

gerak pada dada

sebelah kanan,

tidak teraba

getaran antara IC

6-8 pada dada

sebelah kanan

depan

c. Perkusi: terdapat

suara redup

antara IC 6-8

pada dada

sebelah kanan

d. Auskultasi :

terdengar suara

vesikuler pada

thorax sinistra

dan terdengar

suara ronkhi pada

thorax dextra

antara IC 6-8

depan.

9. Pemeriksaan jantung : Sistem

Kardiovaskuler

Keluhan nyeri dada tidak

ada, pada pemeriksaan

inspeksi CRT< 3 detik,

tidak ada sianosis. Pada

Page 81: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

64

pemeriksaan palpasi dada,

iktus kordis teraba di

intercosta sinistra (ICS) V

di sebelah medial linea

midclavikularis sinistra,

akral hangat. Pada

pemeriksaan perkusi batas

atas kanan jantung di ICS

II linea parasternalis dextra

(tidak melebar). Batas

bawah kanan jantung ICS

III dan IV linea

parasternalis dextra (tidak

melebar). Batas atas kiri

terdapat di SIC II linea

parasternalis sinistra

(pinggang jantung) tidak

melebar. Batas bawah kiri

terdapat di SIC V ke

medial linea

midclavicularis dextra

(tidak melebar). Pada

pemeriksaan auskultasi

bunyi jantung II aorta dub

yaitu terjadi akibat adanya

getaran menutupnya katup

aorta pada dinding thorak

(bunyi jantung regular).

Bunyi jantung II pulmonal

dup yaitu terjadi akibat

adanya getaran

menutupnya katup

pulmonal pada dinding

thorak (bunyi jantung

regular). Bunyi jantung I

trikuspidalis lub terjadi

akibat adanya getaran

menutupnya katup

trikuspidalis ( bunyi

jantung regular). Bunyi

jantung I mitral lub terjadi

akibat adanya getaran

menutupnya katup mitral

(bunyi jantung regular).

Tidak terdapat bunyi

jantung tambahan.

Pemeriksaan Sistem

Pencernaan dan Status

Nutrisi

BB: 60 kg

TB: 155 cm

IMT: 25 kg/m2

Kategori: berat badan ideal

Tidak ada penurunan berat

badan dalam 6 bulan

terakhir dan nafsu makan

baik.

pasien mengatakan

sebelum masuk

rumah sakit pasien

makan 3 kali dalam

seharidan selalu

menghabiskan 1

piring setiap makan.

semenjak masuk

rumah sakit nafsu

Page 82: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

65

Saat di rumah pasien

memiliki kebiasaan makan

dengan nasi, sayur, dan

lauk sejumlah 1 porsi

sedang sekali makan

dengan frekuensi 3 kali

sehari pada pagi, siang, dan

malam. Saat di rumah,

pasien memiliki kebiasaan

minum sejumlah ± 700 ml,

minuman yang diminum

oleh pasien berupa air

putih.

Di rumah sakit, saat dikaji

pasien makan dengan nasi,

sayur lauk dan buah

sejumlah 1 porsi makan

dengan frekuensi makan 3

kali sehari pagi, siang dan

malam. Saat dirumah sakit

pasien minum sejumlah ±

700 cc/hari, minuman yang

diminum oleh pasien

berupa air putih. Pasien

memiliki alergi

udang,ayam,kepiting,ikan,

bayam dan susu, tidak

memiliki kesulitan dalam

mengunyah dan menelan,

tidak ada mual dan muntah.

Semenjak sakit pasien

makan sendiri. Pasien

mengatakan BAB

1x/ hari terakhir tanggal

12/3/2020 dengan

konsistensi lunak.

makan pasien

berkurang dan hanya

menghabiskan

sedikit atau ½ porsi

makanan yang

diberikan rumah

sakit. pasien

mengatakan minum

dalam sehari sekitar

8-9 gelas. Selama 24

jam terakhir pasien

makan 3 kali dalam

sehari. pasien

mengatakan selama

di rumah sakit tidak

menghabiskan

makanan yang

disediakan. pasien

mengatakan nyeri

pada ulu hati nya dan

pasien merasa mual

dan tidak nafsu

makan.pasien

tampak lemas.

Pasien mengatakan

dirumah frekuensi

buang air kecil

normal dalam satu

hari 3-4 kali

perhari

dengan konsistensi

kuning jernih, bau

normal.

BAB 1x dalam sehari

dengan konsistensi

padat. Sedangkan,

pasien mengatakan

saat dirumah sakit

frekuensi buang air

kecil dalam sehari 4-5

kali perhari dengan

warna kuning jernih

dan bau seperti bau

obat. Sedangkan

dengan BAB dalam

satu hari 1 kali dengan

konsistensi padat.

Page 83: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

66

Abdomen - Inspeksi:

Perut normal, tidak

terdapat bayangan vena,

tidak terdapat benjolan

atau masa, tidak terdapat

luka operasi, tidak terdapat

drain.

- Auskultasi:

Peristaltik usus 12x/menit

- Palpasi:

Tidak terdapat acites, tidak

terdapat nyeri tekan pada

titik Mc. Burney, tidak

terdapat masa, tidak ada

pembesaran dantidak ada

nyeri pada hepar.

- Perkusi:

Tidak terdapat acites,

Tidak terdapat terdapat

undulasi, sfiting Dulnes

tidak terdapat cairan, tidak

terdapat nyeri ketuk pada

ginjal.

Pada pemeriksaan 9 regio

hepar berada di regio

hypocondrium dextra,

epigastrica dan sedikit ke

hypocondrium sinistra,

lambung berada di regio

epigastrium, limfa berada

di regio hypocondrium

sinistra, kandung empedu

berada pada perbatasan

regio hypocondrium dextra

dan epigastrium, kandung

kemih berada di regio

hypogastrium, apendiks

berada di daerah antara

regio inguinalis dextra,

abdominal lateralis dextra

dan bagian bawah region

umbilicalis.

a. Inspeksi : tidak

ada lesi dan

stomatitis,

terdapat distensi.

abdomen, klien

tidak terpasang

kolostomi,

b. Auskultasi:

bissing usus 10

x/mnt

c. Palpasi : terdapat

nyeri tekan pada

ulu hati pasien,

pasie mengatakan

nyeri seperti

terlilit dan hilang

timbul, nyeri

akan hilang jika

klien berbaring

setengah duduk

dan menarik

napas dalam, dan

akan timbul jika

klien melakukan

aktivitas, nyeri

tidak menyebar

dengan skala 4.

Tidak ada

pembesaran

hepar

d. Perkusi: terdapat

suara timpani

pada kuadran

kanan atas.

f. Punggung dan tulang

belakang: tidak

terdapat kelainan

pada tulang

belakang.

Sistem Persyarafan Status memori panjang,

perhatian dapat

mengulang, bahasa baik,

dapat berorientasi pada

orang, tempat dan waktu,

tidak ada keluhan pusing,

istirahat tidur 8 jam/hari.

Pasien tidak ada kesulitan

dalam istirahat tidur.

Pada pemeriksaan saraf

kranial.

Page 84: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

67

- nervus I pasien dapat

membedakan bau –

bauan

- nervus II pasien dapat

melihat dan membaca

tanpa menggunakan

kacamata

- nervus III pasien dapat

menggerakkan bola

mata ke bawah dan ke

samping

- nervus IV pupil pasien

mengecil saat

dirangsang cahaya

nervus V pasien dapat

merasakan sensasi

halus dan tajam

- nervus VI pasien

mampu melihat benda

tanpa menoleh

- nervus VII pasien bisa

senyum dan menutup

kelopak mata dengan

tahanan

- nervus VIII pasien

dapat mendengar

gesekan jari, pada

- nervus IX uvula pasien

berada ditengah dan

simetris

- nervus X pasien dapat

menelan

- nervus XI pasien bisa

melawan tahanan pada

pipi dan bahu

- nervus XII pasien

dapat menggerakkan

lidah.

Pada pemeriksan reflek

fisiologis, ditemukan

adanya gerakan fleksi pada

tangan kiri dan tangan

kanan saat dilakukan

pemeriksaan reflek bisep

dan ditemukan adanya

gerakan ekstensi saat

dilakukan pemeriksaan

reflek trisep. Pada

pemeriksaan reflek patella

ditemukan adanya gerakan

tungkai ke depan pada kaki

kanan, reflek patella

ditemukan adanya gerakan

tungkai ke depan padakaki

kiri. Pada pemeriksaan

Page 85: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

68

reflek patologis berupa

reflek babinsky ditemukan

adanya gerakan fleksi pada

jari-jari.

Sistem Perkemihan Kebersihan sistem

perkemihan pasien bersih,

tidak terdapat keluhan

kencing, kemampuan

berkemih spontan, tidak

menggunakan alat bantu

kateter, produksi urine 550

ml/hari, warna urine

kuning jernih, bau urine

normal, kandung kemih

tidak ada pembesaran,

tidak ada nyeri pada

kandung kemih. Balance

cairan:

Intake

• Minum peroral= 700 cc/

hari

• Cairan infuse= 500

cc/hari

• Obat iv=35cc/hari

• NGT=0

• Makanan= Nasi 500

gram/hari = 645 kalori

(100gram=129 kalori).

• Sayur 400 gram/ hari

=200 kalori (

100gram=50 kalori)

• Buah 300

gram/hari=150kalori(10

0 gram= 50 kalori

• Lauk 150 gram/hari

=285 kalori ( 50

gram=95kalori)

Total= 1.130 kalori

1 kalori= 0,14 ml/hari

Jadi 1.130x0,14= 158.2

ml/hari

Total

intake=700+500+35+15

8.2 = 1.393.2 ml/hari

Output

Urine 550 ml/hari

Drain=300ml/hari

IWL= 37,5 ml/hari

Diare=0

Muntah=0

Perdarahan=0

Fases=20

Total=907,5/hr

Balance cairan: 1.393.2 -

907,5= + 485.7

Page 86: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

69

Sistem muskuloskeletal dan

Integumen

Pergerakan sendi pasien

bebas, pada pemeriksaan

tangan kanan, tangan kiri

kaki kiri, kaki kanan

didapatkan kekuatan otot 5.

5 5

5 5

Tidak terdapat edema pada

ekstremitas bawah, tidak

terdapat kelainan pada

tulang belakang, tidak

terdapat fraktur, tidak

terpasang traksi, spalk, atau

gips, tidak terdapat

kompartemen

syndrome,Tidak terdapat

luka pembedahan dibagian

Intercostal IV dan V linea

axilaris anterior, turgor

kulit baik< 3 detik, tidak

terdapat edema dikaki

pasien. Penilaian tidak

terdapat pitting edema.

Tidak terdapat ekskoriasis,

psoriasis, dan urtikaria.

Persepsi sensori pasien

tidak ada gangguan,

kelembapan pasien sangat

lembab, aktivitas pasien

untuk berjalan kadang-

kadang berjalan, mobilisasi

pasien keterbatasan ringan,

nutrisi pasien baik, gesekan

dan pergeseran tidak

menimbulkan masalah.

Hasil penilaian risiko

dicubitus pasien yaitu low

risk( berisiko rendah).

akral hangat, warna

merah muda, tidak

terdapat kelainan pada

jari

Kekuatan otot:

5 5

5 5

Sistem Endokrin Tidak terdapat pembesaran

kelenjar thyroid, tidak

terdapat pembesaran

kelenjar getah bening, tidak

terdapat trias DM, tidak

terjadinya hipoglikemi,

tidak terjadinya

hiperglikemi, tidak

terdapat luka gangren,

pasien tidak memiliki

riwayat luka sebelumnya,

tidak adanya riwayat

amputasi.

-

Seksualitas dan Reproduksi a. Bentuk payudara simetris tidak ada kelainan

Page 87: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

70

Berdasarkan

Tab

Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek

provinsi Lampung, ayni, tahun 2019

a. Payudara

b. Genitalia

kanan dan kiri, warna

aerola kehitaman, tidak

ada benjolan pada axilla

dan clavikula.

b. Pasien mengatakan sudah

menikah, tidak ada

kelainan seksualitas.

pada genetalia.

Keamanan Lingkungan Penilaian risiko pasien

jatuh dengan skala morse.

Pasien mengatakan tidak

ada riwayat jatuh yang baru

atau 3 bulan terakhir,

pasien mandiri dalam

aktivitas, pasien saat

berjalan sesak, status

mental pasien normal,

dengan kategori penilaian

risiko jatuh pasien yaitu

berisiko rendah

Personal hygiene Pasien mengatakan saat di

rumah pasien memiliki

kebiasaan mandi sebanyak

2 kali sehari, sikat gigi

sebanyak 2 kali sehari,

keramas sebanyak 1 kali

sehari, memotong kuku

seminggu sekali saat

panjang. Di rumah sakit

pasien mengatakan diseka

2 kali sehari, keramas 1 kali

sehari, dan memotong

kuku jika terlihat panjang.

Pasien tampak bersih dan

rapi. Pasien mengatakan

tidak memiliki kebiasaan

merokok dan minum

minuman beralkohol.

Page 88: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

71

table 4.2 ditemukan data dari pemeriksaan kenyamanan/nyeri pada pasien

1 didapatkan nyeri pada bagian pinggang, nyeri dirasakan seperti tertusuk-

tusuk, nyeri skala 4, nyeri dirasakan hilang timbul lebih kurang 3 menit,

pasien tampak meringis menahan nyeri.

Pemeriksaan status fungsional/aktivitas dan mobilisasi barthel

indeks pada pasien 1 didapatkan hasil pasien dengan ketergantungan ringan

yaitu dengan skor 16.

Pemeriksaan thoraks yaitu sistem pernapasan pasien 1 terdapat

yaitu pasien sesak, batuk tidak produktif, irama pernapasan tidak teratur,

terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat penggunaan otot bantu saat

bernapas, vocal premitus tidak sama kuat antara kiri dan kanan, perkusi

redup, suara napas wheezing, sedangkan pada pasien 2 sesak napas hilang

timbul. Dari kedua pasien tersebut ditemukan kesamaan data yaitu tidak

terpasangnya WSD. Pada pasien 1 dilakukan penarikan cairan sebanyak

1,1 liter dengan cairan warna kuning.

Pemeriksaan sistem pencernaan dan status nutrisi pada pasien 1 berat

badan ideal, tidak ada penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir, nafsu

makan baik. Saat di rumah sakit pasien makan dengan jumlah 1 porsi

kadang tidak habis dengan frekuensi makan 3 kali sehari dengan jumlah

minum lebih kurang 700 cc/hari, pasien memiliki pantangan atau alergi,

tidak memiliki kesulitan dalam mengunyah atau menelan, tidak ada mual

maupun muntah. Untuk BAB pasien mengatakan 1x/hari dengan

Page 89: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

72

konsistensi lunak. Pada pasien 2 nafsu makan kurang, pasien tidak ada

pantangan atau alergi, adanya mual. Untuk BAB pasien mengatakan 1X

sehari dengan konsistensi padat, pasien mengatakan dirumah frekuensi

BAK sebanyak 3-4 kali sehari dengan konsistensi kuning jernih, bau

normal.

Pemeriksaan abdomen pasien 1 perut tampak tidak membesar, tidak

terdapat bayangan pada vena, tidak terdapat benjolan dan masa, tidak

terdapat luka operasi, tidak terdapat drain, peristaltik usus 12 x/menit, tidak

terdapat nyeri tekan pada titik Mc. Burney, tidak ada pembesaran dan nyeri

pada hepar, tidak terdapat undulasi, sfiting dullness tidak terdapat cairan,

tidak terdapat nyeri ketuk pada ginjal. Pada pasien 2 tidak ada lesi dan

stomatitis, terdapat distensi abdomen, klien tidak terpasang kolostomi,

bising usus 10 x/m terdapat nyeri tekan pada ulu hati klien, klien

mengatakan nyeri seperti terlilit dan hilang timbul, nyeri akan hilang jika

klien berbaring setengah duduk dan menarik napas dalam, dan akan timbul

jika klien melakukan aktivitas, nyeri tidak menyebar dengan skala

4, Tidak ada pembesaran hepar, terdapat suara timpani pada kuadran

kanan atas.

Pemeriksaan sistem perkemihan pada pasien 1 dan 2 terdapat

kesamaan yaitu kebersihan sistem perkemihan pasien bersih, tidak terdapat

keluhan kencing, kemampuan berkemih spontan, tidak menggunakan alat

bantu kateter, bau urine normal, tidak ada pembesaran kandung kemih.

Pada pasien 1 terdapat balance cairan + 485.7 ml/hari.

Page 90: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

73

Pemeriksaan sitem musculoskeletal pada pasien 1 pergerakan

sendi pasien bebas, pada pemeriksaan tangan kanan, tangan kiri kaki kiri,

kaki kanan didapatkan kekuatan otot 5. Tidak terdapat edema pada

ekstremitas bawah, tidak terdapat kelainan pada tulang belakang, tidak

terdapat fraktur, tidak terpasang traksi, spalk, atau gips, tidak terdapat

kompartemen syndrome, turgor kulit baik < 3 detik. Pada pasien 2 sama

seperti pasien 1 hanya saja pada pasien 2 tidak terdapat edema pada bagian

ekstremitas.

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien Dengan Efusi

Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan ruang melati

RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung Pemeriksaan

Penunjang Pasien 1 Pasien 2

Laboratorium 12/3/2020

Hematologi

Hasil:

Hematokrit : 34,5 (L)

Indeks Eritrosit

MCV : 14,4 (L)

MCH : 26,0 (L)

MCHC : 31,9 (H)

RDW-CV : 16,6 (H)

EO Sinofil : 0,7 (H)

Laju darah lengkap:73(H)

Hitung jenis leukosit

Limfosit : 18,1 (L)

Monosit : 8,5 (H)

Kimia Darah

Elektrolit darah

Ureum darah : 21

Kreatinin darah : 0,68

24/3/109

Parameter Hasil Nilai

rujukan

PATOLOGI

Hemoglobin 8,8 12,0-16,0

Leukosit 21.100 4.800- 10.800

Eritrosit 3,1 4,2-5,4

Hemotokrit 26 37-47

Trombosit 599.00 150.000-

450.000

MCV 85 79-99

MCH 28 27-31

MCHC 34 30-35

Hitung jenis:

- Basofil 0 0-1

- Eoshinofil 0 2-4

- Batang 0 3-5

- Segmen 8 50-70

- Limfosit 8 25-40

- Monosit 6 2-8

Gula darah 95 <140

sewaktu

Ureum 14 13-43

Creatinine 0,44 0,55-1,02

Instalasi Patologi

Anatomi: Makroskopis

Rontgen 12/3/2020

Thoraks 1 posisi

Hasil:

Terdapat cairan

(penumpukan cairan paru

sebelah kanan)

Page 91: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

74

Diterima cairan fleura volume 200

ml warna merah

Mikroskopis

Sediaan berlatar belakang eritrosit,

terdiri dari sebaran satu-satu sel

radang kronik. Tampak sel tumor.

Kesimpulan Pleuritis kronik.

Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek

provinsi Lampung, ayni, tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.3 ditemukan kesamaan data dari pemeriksaan

penunjang pada pasien 1 didapatkan pemeriksaan thoraks 1 posisi

dengan hasil terdapan penumpukan cairan di rongga paru sebelah kanan.

Tabel 4.4 Hasil Penatalaksanaan Terapi Pada Pasien dengan Efusi

Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD

Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung

Pasien 1 Pasien 2

a. Dexametasone (iv) 3x1

b. Ketorolac (iv) 3x30 mg

c. Ringer Laktat (iv) 16 Tpm

(500cc/24 jam)

a. IVFD RL 10 tts/mnt b. Inj. metil predinosolon 5mg/12jam

c. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam

d. Katerolac 30 mg/hari

e. Inj. Levofloxacin 5 mg/24 jam

Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek

provinsi Lampung, ayni, tahun 2019

b. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Dengan Efusi Pleura di

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul

Moeloek provinsi Lampung

No

Urut

Pasien 1 Pasien 2

Hari/Tanggal

ditemukan

Diagnosa

Keperawatan

(kode SDKI)

Hari/Tanggal

Ditemukan

Diagnosa

Keperawatan

(Kode SDKI)

1.

Rabu, 11

Maret 2020

Pola napas tidak

efektif

berhubungan

Senin, 25

Maret 2019

Pola napas tidak

efektif

berhubungan

Page 92: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

75

dengan hambatan

upaya napas

(kelemahan otot

pernapasan).

Kriteria mayor:

Subjektif:

e. Pasien

mengatakan

sesak napas.

Objektif:

a. Pasien tampak

terdapat

penggunaan otot

bantu

pernapasan.

b. Pola napas

pasien tampak

cepat dispnea.

Kriteria minor:

Subjektif:

a. Pasien

mengatakan

sesak dirasakan

saat duduk

ataupun

berbaring.

Objektif:

a. Pasien tampak

menggunakan

pernapasan

cuping hidung.

b. Tampak bentuk

dada pasien

barrel chest.

c. Tampak

terdapat

penggunaan otot

bantu

pernapasan.

d. RR : 26x/menit

(D. 0005)

dengan hambatan

upaya napas

(kelemahan otot

pernapasan).

Kriteria mayor:

Subjektif:

a. Pasien

mengatakan

sesak napas.

b. Paisen

mengatkan

sesak

dirasakan

ketika pasien

beraktivitas

Objektif:

a. tampak sulit

bernapas

b. pernapasan

dangkal dan

cepat

c. tampak

retraksi

dinding dada

Kriteria

minor:

Subjektif:

a. Pasien

mengatakan

sesak

dirasakan

ketika

beraktivitas

Objektif:

a. Frekuensi

napas

28x/mnt

b. Terpasang

nasal kanul 2

lpm (D. 0005)

2. Rabu, 11

Maret 2020

Nyeri akut

berhubungan

dengan agen

pencedera

fisiologis

Karakteristik

mayor:

Subjektif:

a. Pasien

mengatakan

nyeri pinggang

Obyektif:

Senin, 25 Maret

2019

Risiko Defisit

Nutrisi

berhubungan

dengan Faktor

Psikologis (mis.

Stres,

keengganan

untuk makan)

ditandai dengan

mual dan

kurangnya nafsu

makan.

Karakteristik

mayor:

Page 93: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

76

a. Pasien tampak

meringis

menahan nyeri.

b. Pasien tampak

gelisah.

c. Frekuensi nadi

pasien

meningkat

Karakteristik

minor:

Subjektif:

a. Tidak terdapat

dalam (SDKI).

Objektif:

a. tekanan darah

pasien meingkat

b. pola napas

pasien meingkat

(D.0077)

Subjektif:

a. Pasien

mengatakan

mual dan

tidak nafsu

makan

Obyektif:

a. Pasien

tampak lemas

b. Pasien

tampak

distensi

abdomen

c. Pasien

tampakmengh

abiskan ½

dari porsi

makan yang

di berikan.

(D.0032)

3. Rabu, 11

Maret 2020

Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan kelemahan

Karakteristik

mayor:

Subjektif:

a. Pasien

mengatakan

saat

beraktivitas

mudah sesak

dan lelah.

Objektif:

a. pasien tampak

lemas

b. pasien saat

beraktivitas di

bantu oleh

suaami

Karakteristik

minor:

Subjektif:

a.Pasien

mengatakan

sesak dirasakan

saat

beraktivitas.

Objektif:

a. Tidak

tersedia

(D.0056)

Senin, 25

Maret 2019

Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan

kelemahan

Karakteristik

mayor:

Subjektif:

a. Pasien

mengatakan

mudah lelah

b. Pasien

mengatakaan

sesak jika

banyak

beraktivitas

Objektif:

a. Pasien

tampak lemas

b. Aktivitas

dibantu oleh

perawat dn

keluargaa

c. Pasien

terpasang

nasal kanul 2

lpm

Karakteristi

k minor:

Subjektif:

a. pasien sesak

saat

beraktifitas

Page 94: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

77

Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek

provinsi Lampung, ayni, tahun 2019

Table 4.5 telah melakukan pengkajian dan menganalisis data pada pasien

1 dan pasien 2, ditemukan 2 diagnosa yang sama dan 1 diagnosa yang

berbeda. Pada pasien 1 ditemukan diagnosa pada tanggal 11 Maret 2020

deengan diagnosa pola napas tidak efektif berhubungan dengan

hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan), nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Pada pasien 2 ditemukan

diagnosa pada tanggal 24 Maret 2019 dengan diagnosa Pola Napas Tidak

Efektif berhubungan dengan Hambatan Upaya Napas, Risiko Defisit

Nutrisi berhubungan dengan Faktor Psikologis (Keengganan Untuk

Makan), Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Kelemahan.

c. Perencanaan

Tabel 4.6 Perencanaan Pada Pasien 1dan 2 Dengan Efusi Pleura di

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr.H Abdul

Moeloek provinsi Lampung Hari/

Tanggal

Dx

Keperawatan

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Perencanaan

Pasien 1

Rabu, 11

Maret

2020

Pola napas tidak

efekstif

berhubungan

Setelah dilaksanakan

tindakan asuhan

keperawatan selama

1.1 Lakukan monitor

pola napas

(frekuensi,

b. Pasien

mengatakan

lemas

Objektif:

a. Tidak

tersedia(D.00

56)

Page 95: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

78

dengan hambatan

upaya napas

(kelemahan otot

pernapasan)

3x24 jam diharapkan

pola napas kembali

efektif.

Kriteria hasil:

a. Dyspnea

menurun.

Menunjukan pola

napas

normal/efektif

(RR : 20x/ menit)

b. Penggunaan otot

bantu nafas

menurun

c. Frekuensi napas

membaik

kedalaman, usaha

napas)

1.2 Lakukan monitor

bunyi napas

tambahan (mis.

Gurgling, mengi,

wheezing, ronci

kering)

1.3 posisikan semi

fowler.

1.4 berikan oksigen jika

perlu.

1.5 Ajarkan pasien

teknik batuk efektif

Rabu, 11

Maret

2020

Nyeri akut

berhubungan

dengan agen

pencedera

fisiologis

Setelah dilaksakan

tindakan asuhan

keperawatan selama

1x24 jam diharapkan

nyeri pinggang pasien

menurun

Kriteria hasil:

a. keluhan nyeri

menurun

b. Melaporkan

bahwa nyeri

berkurang dengan

menggunakan

manajemen nyeri

skala nyeri (0-1).

c. meringis menurun

d. penggunaan

analgetik menurun

2.1 lakukan identifikasi

skala nyeri

2.2 lakukan identifikasi

lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas

nyeri.

2.3 Berikan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa

nyeri

2.4 Kolaborasi

pemberian analgetik,

jika perlu.

Rabu, 11

Maret

2020

Intoleransi

Aktivitas

berhubungan

dengan

kelemahan .

Setelah dilaksakan

tindakan asuhan

keperawatan selama

3x24 jam diharapkan

toleransi aktivitas

meningkat

Kriteria hasil:

a. Kemudahan

melakukan aktifitas

b. Dyspnea saat

beraktifitas menurun

c. Perasaan lemah

menurun

d. Frekuensi nadi

membaik

3.1 lakukan identifikasi

gangguan fugsi

tubuh yang

mengakibatkan

kelelahan

3.2 sediakan lingkungan

nyaman dan rendah

stimulus

3.3 anjurkan tirah baring

3.4 anjurkan melakukan

ativias secara

bertahap

Pasien 2

Masalah

keperawatan

Rencana keperawatan

Tujuan Rencana tindakan

Page 96: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

79

Pola Napas Tidak

Efektif berhubungan

dengan Hambatan

Upaya Napas

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

diharapkan pola napas

menjadi efektif dengan

kriteria hasil:

1. Frekuensi

pernapasan dalam

rentan normal ( RR :

24 x/menit)

2. Pada pemeriksaan

rontgen thorak tidak

ditemukan adanya

akumulasi cairan

3. Tidak ada bunyi

napas tambahan

4. Tidak ada retraksi

dinding dada dan

penggunaan alat

bantu pernapasan.

Observasi

1. Observasi tanda-tanda vital

(nadi dan pernapasan) / 8

Jam

2. Kaji kualitas, frekuensi, dan

kedalaman pernapasan,

serta melaporkan setiap

perubahan yang terjadi / 8

jam

Mandiri :

3. Berikan Pasien posisi yang

nyaman atau tinggikan

kepala (60-90º) dan bantu

mengubah posisi

fowler/semi fowler,

miringkan ke arah sisi yang

sakit

4. Lakukan auskultasi bunyi

napas dan catat adanya

bunyi tambahan.

5. Bantu dan ajarkan klien

untuk batuk dan napas

dalam yang efektif.

Kolaborasi :

6. Kolaborasi dengan tim

medis lain untuk pemberian

, foto thoraks serta obat-

obatan

- Inj. metil predinosolon 5mg

/12jam

- Inj. Ranitidine 50 mg / 12

jam

- Katerolac 30 mg/hari

Inj. Levofloxacin 5 mg/24

jam

2. Risiko Defisit

Nutrisi berhubungan

faktor psikologis

Setelah dilakukan

tindakan asuahan

Keperawatan diharapkan

risiko defisit nutrisi

dapat teratasi dengan

kriteria hasil:

1. Pasien mengatakan

tidak mual

2. Tidak terjadi

penurunan BB

3. Asupan makanan

menjadi adekuat

Observasi

1. Lakukan pengkajian

lengkap rasa mual

termasuk frekuensi, durasi,

tingkat mual, dan faktor

yang menyebabkan pasien

mual.

2. Monitor mual ( misal,

frekuensi, durasi dan

tingkat keparahan )

3. Evaluasi efek mual

terhadap nafsu makan

pasien, aktivitas sehari-

hari, dan pola tidur pasien

Mandiri

4. Anjurkan makan sedikit

tapi sering dan dalam

keadaan hangat

5. Kendalikan faktor

lingkungan penyebab mual

Page 97: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

80

(mis, rangsangan visual

yang tidak menyenangkan)

6. Anjurkan pasien

mengurangi jumlah

makanan yang bisa

menimbulkan mual.

7. Berikan istirahat dan tidur

yang adekuat untuk

mengurangi mual

Kolaborasi

8. Kolaborasi pemberian obat

3. Intoleransi aktivitas

berhubungan

dengan kelemahan

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

diharapkan intoleransi

aktivitas dapat diatasi

dengan kriteria hasil:

1. Mampu melakukan

aktivitas sehari-hari

secara mandiri,

seperti: ke kamar

mandi, mengganti

pakaian, makan dan

minum dll.

2. Kebutuhan aktivitas

terpenuhi tanpa

merasa sesak

3. Pasien toleran

terhadap

aktivitasnya.

Observasi :

1. Monitor respon fisik,

emosi, social dan

spiritual setiap 12 jam

Mandiri :

2. Bantu klien untuk

mengidentifikasi

aktivitas yang

mampu dilakukan

3. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi

aktivitas yang disukai

4. Bantu pasien untuk

mengembangkan

motivasi diri dan

penguatan

Kolaborasi :

5. Kolaborasi dengan

tenaga rehabilitasi

medic dalam

merencanakan program

terapi yang tepat.

Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek

provinsi Lampung, ayni, tahun 2019

Berdasarkan tabel 4.6 setelah melakukan penegakan diagnosa

keperawatan pada pasien 1 dan 2 selanjutnya membuat perencanaan

tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masing-masing diagnosa

yang ditemukan pada pasien.

Page 98: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

81

d. Pelaksanaan

Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan Pasien 1 dan 2 Pada Pasien

Dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

dan RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung Waktu

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi

Hari 1

Rabu, 11 Maret

2020

19.05

19.10

1.1 Melakukan monitor

pola napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas)

1.2 Melakukan monitor

bunyi napas tambahan

(mis. Gurgling, mengi,

wheezing, ronci kering)

DS:

a. Pasien mengatakan

sesak napas.

b. Pasien mengatakan

saat beraktivitas

mudah sesak dan

lelah

c. DO:

a. Pasien tampak

sesak

b. Tampak irama

pernapasan pasien

tidak teratur

c. Pasien tampak

menggunakan

pernapasan cuping

hidung

d. Pasien

menggunakan otot

bantu pernapasan

e. Pasien tampak

menggunakan otot

bantu saat

bernapas.

f. TD : 114/80

mmHg

N : 103x/mnt

RR: 26 X/ menit

S : 36,2⁰C

Spo2 : 97%

Ds:

a. Pasien mengatakan

bersedia dilakukan

pemeriksaan Do:

a. Tampak

menggunakan

pernapasan cuping

hidung

Page 99: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

82

19.15

19.25

1.3 Memberikan posisi semi

fowler / fowler

1.4 berikan oksigen jika

perlu.

b. Pasien tampak

menggunakan otot

bantu pernapasan

c. Tampak terdengar

bunyi napas

wheezing

d. RR : 26x/mnt

e. Spo2 : 97%

Ds:

a. Pasien

mengatakan sesak

napas.

b. Pasien

mengatakan batuk

Do:

a. Pernapasan pasien

tampak cepat

(dispnea)

b. Tampak irama

pernapasan pasien

tidak teratur

c. Pasien tampak

menggunakan otot

bantu pernapasan.

d. Pasien tampak

menggunakan

pernapasan cuping

hidung

e. Tampak usaha

napas semi fowler

Ds:

a. Pasien

mengatakan sesak

napas

b. Pasien menatakan

batuk

Do:

a. Pasien tampak

menggunakan

otot bantu

pernapasan

b. Pasien tampak

menggunakan

cuping hidung

Page 100: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

83

20. 00

20.10

1.5 mengajarkan pasien

teknik batuk efektif

2.1 Melakukan identifikasi

skala nyeri

2.2 Melakukan identifikasi

lokasi, karakteristik,

c. Tampak usaha

napas semi fowler

d. Terpasang nasal

kanul 3 lpm

e. Pasien tampak

tenang

Ds:

a. Pasien mengatakan

sesak napas dan

batuk tapi tidak

berdahak

b. Pasien bersedia di

ajarkan tekhnik

batuk efektif

Do:

a. Pada pemeriksaan

auskultasi suara

napas wheezing

b. Tampak tidak ada

secret

c. Pasien tampak

paham

Ds :

a. Pasien mengatakan

nyeri di daerang

pinggang

b. Pasien mengatkan

Nyeri seperti

tertusuk tusuk

c. Pasien mengatkan

Nyeri hilang

timbul

Do :

a. Skala nyeri 4

b. Pasien tampak

meringis

c. Tampak frekuensi

nadi meingkat

d. TD : 114/80

mmHg

N : 103x/mnt

RR: 26 X/ menit

S : 36,2⁰C

Spo2 : 98%

Ds :

Page 101: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

84

20.15

20.20

20.30

durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri.

2.3 Memberikan teknik non

farmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

2.4 Melakukan Kolaborasi

pemberian analgetik,

jika perlu.

3.1 Melakuan identifikasi

gangguan fugsi tubuh yang

mengakibatkan kelelahan

a. Pasien mengatakan

nyeri di bagian

pinggang

b. Pasien mengatakan

nyeri seperti

ditusuk-tusuk

c. Pasien mengatakan

Nyeri hilang

timbul

Do :

a. Pasien tampak

meringis

b. Skala Nyeri 4

c. Pasien tampak

menahan nyeri

Ds :

a. Pasien bersedia

diberi tindakan

terapeutik

(kompres hangat)

Do :

a. Pasien tampak

meringis

b. Pasien tampak

menahan nyeri

c. Skala nyeri 4

d. Pasien tampak

gelisah

e. Pasien tampak

paham

Ds :

a. Pasien

mengatakan

bersedia diberi

analgetik

Do :

a. Pasien tampak

meringis

b. Pasien tampak

paham setelah

diberi penjelasan

tentang indikasi

analgetik

c. Pasien tampak

menahan nyeri

d. Skala nyeri 4

e. Pasien tampak

gelisah

Page 102: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

85

20.40

20.45

21.00

3.2. Menganjurkan tirah

baring.

3.3. Menganjurkan

melakukan ativias secara

bertahap

Melakukan visite keperawatan

Ds:

a. Pasien mengatan

jika beraktivitas

pasien mudah lelah

dan sesak nafas.

Do :

a. Pasien tampak

lelah.

b. Dalam beraktifitas

pasien tampak

dibantu oleh suami

c. Pasien tampak sulit

beraktivitas karena

sesak

Ds :

a. Pasien mengatakan

bersedia

dianjurkan untuk

tirah baring

Do :

a. Pasien tampak

paham

b. Pasien tampak

rileks

c. Pasien sulit

berkativitas karena

sesak napas

Ds :

a. Pasien mengatakan

bersedia

melakukan

aktifitas secara

bertahan

Do :

a. Pasien tampak

paham yang di

anjurkan perawat

b. Pasien saat

beaktivitas masih

dibantu oleh suami

S:

a. Pasien mengatakan

masih terasa sesak

b. Pasien mengatakan

masih batuk-batuk

Page 103: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

86

c. Pasien mengatakan

jika beraktivitas

akan sesak napas

dan lelah.

d. Pasien mengatakan

sudah tidak nyeri

di daerah pinggang

O:

a. Pasien tampak

tidak meringis

menahan nyeri lagi

b. Skala nyeri 1

c. Pasien tampak

lemah

d. Pasien tampak

gelisah

e. Pasien tampak

sesak

TTV:

TD: 118/80 mmHg

N: 80X/menit

T: 36,0⁰C

RR: 24X/Menit

Spo2:98%

A:Masalah belum

teratasi

P:Lanjutkan

Intervensi Hari 2

Waktu Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi

Kamis, 12 Maret 2020

14.00

Visite keperawatan

S:

a. Pasien mengatakan

sesak dan batuk

mulai berkurang

b. Pasien mengatakan

nyeri sudah hilang

c. Pasien mengatakan

jika beraktivitas

masih sesak

O:

a. Pasien tampak masih

sesak

b. Pasien tampak masih

menggunakan otot

c. pernapasan

d. Pasien masih

menggunakan

pernapasan cuping

hidung

e. Pasien tampak lemah

Page 104: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

87

14.15

14.25

14.30

Menginstruksikan pada

pengunjung dan pada pasien

untuk mencuci tangan saat

berkunjung dan setelah

berkunjung meninggalkan

pasien

1.1 Melakukan monitor pola

napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas)

1.2 Melakukan monitor

bunyi napas tambahan

(mis. Gurgling, mengi,

wheezing, ronci kering)

TTV:

TD: 120/70 mmHg

N: 84X/menit

RR: 22X/menit

T: 36,0⁰C

SPO2: 98%

a. Pasien tampak

terpasang nasal kanul 3

lpm

A: Masalah belum

teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

Ds:

a. Pasien dan

pengunjung

mengatakan

mengerti cara

mencuci tangan

yang benar

Do:

a. Pasien dan salah satu

pengunjung tampak

melakukan cara cuci

tangan yang baik

Ds:

a. pasien mengatakan

sesak berkurang

b. pasien mangatakan

batuk sudah

berkurang

Do:

a. pasien tampak

menggunakan nasal

kanul saat sesak

saja

b. pasien tampak

sesak sudah

berkurang

c. pasien tampak

posisi semi fowler

d. RR : 22x/mnt

Ds:

a. Pasien mengatakan

bersedia dilakukan

pemeriksaan

Do:

a. Pasien sedikit lebih

tenang

b. Wheezing pada

pasien berkurang

c. Pasien tampak

menggunakan otot

Page 105: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

88

14.50

15.10

15.20

15.30

1.3 memberika posisikan

semi fowler / fowler

1.4 memberikan oksigen jika

perlu.

1.5 mengajarkan pasien

teknik batuk efektif

3.1 Melakuan identifikasi

gangguan fugsi tubuh

bantu pernapasan

berkurang

d. Pasien tampak

menggunakan

cuping hidung

berkurang

Ds:

a. Pasien mengatakan

sesak napas

berkurang.

b. Pasien mengatakan

batuk sudah

berkurang

Do:

a. Pasien tampak

menggunakan otot

bantu pernapasan

berkurang.

b. Pasien tampak

menggunakan

pernapasan cuping

hidung berkurang

c. Pasien tampak

tenang

Ds:

a. Pasien mengatakan

sesak napas

berkurang

Do:

a. Pasien tampak

menggunakan otot

bantu pernapasan

b. RR : 22x/mnt

c. Terpasang nasal

kanul jika sesak

saja

d. Spo2 : 98 %

Ds:

a. Pasien mengatakan

batuk berkurang

b. Pasien mengatakan

sesak berkurang

Do:

a. Pada pemeriksaan

auskultasi suara

napas Wheezing

berkurang

b. Tampak tidak ada

secret

Ds:

Page 106: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

89

16.00

16.15

16.30

yang mengakibatkan

kelelahan

3.2 Menganjurkan tirah

baring

3.3 Menganjurkan melakukan

ativias secara bertahap

Melakukan visite

keperawatan

a. Pasien mengatakan

jika beraktivitas

sesak dan mudah

lelah sudah

berkurang

Do :

a. Pasien tampak lelah

berkurang

b. Pasien tampak

posisi semi fowler

c. Pasien tampak

tenang

Ds :

a. Pasien mengatakan

jika beraktivitas

sesak dan mudah

lelah berkurang

Do :

a. Pasien tampak

paham

b. Pasien tampak rilex

c. Pasien beraktivitas

secara bertahap

d. Pasien beraktivitas

masih dibantu oleh

suami

Ds :

a. Pasien mengatakan

sesak nafas dan

lelah sudah

berkurang

Do :

a. Pasien tampak

tenang

b. aktifitas pasien

masih dibantu oleh

suami

c. Pasien beraktivitas

secara bertahap

S:

a. Pasien mengatakan

sesak sudah

berkurang

b. Pasien mengatakan

batuk sudah

berkurang

c. Pasien mengatakan

nyeri sudah sembuh

O:

a. Pasien tampak

sesak berkurang

b. Pasien tampak

memakai Nasal

Page 107: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

90

kanul jika sesak

saja

c. Penggunaan otot

bantu pernapasan

berkurang

d. Penggunaan cuping

hdung berkurang

TTV

TD: 120/ 80 mmHg

HR: 80X/Menit

RR: 22 X/menit

T: 36,0Oc

Spo2: 98%

A: Masalah sebagian

teratasi

P: Lanjutkan intervensi

Hari 3

Waktu Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi Jumat, 13 Maret 2020

21.00

Visite keperawatan

S: S :

a. Pasien mengatakan

sudah tidak sesak

napas dan batuk

b. Pasien mengatakan

jika beraktivitas

sudah mulai tidak

sesak

c. Pasien mengatakan

jika beraktivitas

lelah berkurang

O:

a. Pasien tampak

tidak sesak

b. Pasien sudah tidak

menggunakan otot

pernapasan

c. Pasien sudah tidak

menggunakan

cuping hidung

d. Pasien tampak

lemah berkurang

TTV:

TD: 120/80 mmHg

N: 80X/menit

RR: 20X/menit

T: 36,0⁰C

SPO2: 99%

e. Pasien sudah tidak

menggunakan

nasal kanul

A: Masalah teratasi

sebagian

P: Intervensi

dilanjutkan

Page 108: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

91

21.10

21.20

21.25

1.1 Melakukan monitor pola

napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas)

1.2 Melakukan monitor

bunyi napas tambahan

(mis. Gurgling, mengi,

wheezing, ronci kering)

3.1. Melakuan identifikasi

gangguan fugsi tubuh yang

mengakibatkan kelelahan

Ds:

a. pasien mengatakan

sudah tidak sesak

Do:

a. pasien sudah tidak

menggukanan

nasal kanul

b. pasien tampak

sudah tidak

menggunakan

cuping hidung

c. pasien sudah tidak

menggunakan otot

bantu pernapasan

d. RR : 20 x/mnt

e. Spo2: 99%

Ds:

a. Pasien mengatakan

bersedia dilakukan

pemeriksaan

Do:

a. Pasien sudah tidak

terdengar suara

wheezing

b. Pasien sudah tidak

menggunakan otot

bantu pernapasan

c. Pasien tidak

menggunakan

cuping hidung

d. Pasien tampak

tidak sesak

Ds :

a. Pasien mengatakan

sesak sudah

berkurang saat

beraktivitas

b. Pasien mengatakan

saat beraktivitas

lelah sudah

berkurang

Do :

a. Pasien tampak

tidak gelisah lagi

b. Pasien tampak

lemah berkurang

c. Pasien tampak

tenang

d. Pasien Tampak

beraktivitas dibantu

oleh suami

Page 109: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

92

21. 30

21. 40

22.00

3.2. Menganjurkan tirah

baring

3.3 Menganjurkan melakukan

ativias secara bertahap

Melakukan visite

keperawatan

Ds :

a. Pasien mengatakan

saat beraktivitas

lelah sudah

berkurang

Do :

a. Pasien tampak

beraktivitas masih

di bantu

b. Pasien tampak

melakukan tirah

baring

Ds :

a. Pasien mengatakan

saat beraktivitas

lelah berkurang

Do :

a. Pasien tampak

tenang

b. Pasien tampak

melakukan

aktivitas secara

bertahap

c. Pasien melakukan

aktivitas masih

dibantu oleh suami

S:

a. Pasien mengatakan

sudah tidak sesak

b. Pasien mengatakan

saat berkativitas

lelah berkurang

c. Pasien mengatakan

sudah tidak Sesak

saat beraktivitas

d. Pasien mengatakan

batuk sudah tidak

ada

O:

a. Pasien tampak

sudah tidak sesak

b. Pasien tampak

sudah tidak

menggunakan nasal

kanul

c. Wheezing sudah

tidak terdengar

d. Tidak

menggunakan otot

bantu pernapasan

e. Pasien sudah tidak

menggunakan

cuping hidung

TTV

Page 110: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

93

TD: 120/ 80 mmHg

N: 80X/Menit

RR: 20 X/menit

T: 36,0Oc

Spo2: 99%

A: Masalah teratasi

sebagian

P: lanjutkan intervensi

PASIEN 2

No

dx

Waktu

dan Tanggal

Implementasi Paraf

1.

2.

25 Maret 2019

08.15 WIB

25 Maret 2019

16.15

25 Maret 2019

20.15 WIB

26 Maret 2019

08.20 WIB

1. Memeriksa tanda- tanda vital

(tekanan darah, nadi, pernapasan

dan suhu)/8 jam

2. Mengauskultasi dada sebelah kiri

pasien.

3. Memposisikan klien semi fowler,

miringkan ke arah sisi yang sakit

yang nyaman atau tinggikan kepala

(60-90º)

4. Mengajarkan klien untuk batuk dan

napas dalam yang efektif.

5. Kolaborasi obat : - Inj.Methyl prednisolon 5mg/IV

- Inj.Ranitidine 50mg/iv

- Ketorolac 30mg/drip

- Inj.Levofloxacyn 5mg/iv

1. Memeriksa tanda- tanda vital

(tekanan darah, nadi, pernapasan

dan suhu)

2. Mengauskultasi pada dada sebelah

kiri pasien.

3. Memposisikan klien semi fowler,

miringkan ke arah sisi yang sakit

yang nyaman atau tinggikan kepala

(60-90º)

1. Mengevaluasi klien untuk batuk dan

napas dalam yang efektif. 2. Kolaborasi obat

- Inj. Ranitidine 50mg/ IV

- Inj. Metil Predinosolon 5mg /IV

1. Memeriksa tanda-tanda vital (tekanan

darah, nadi, pernapasandan suhu)/8

jam

2. Mengauskultasi dada sebelah kiri

pasien.

3. Memposisikan klien semi fowler,

miringkan ke arah sisi yang sakit yang

Page 111: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

94

3.

26 Maret 2019

08.15 WIB

27, Maret 2019

09.30 WIB

27, Maret 2019

16.15 WIB

nyaman atau tinggikan kepala (60-

90º)

4. Mengajarkan klien untuk batuk dan

napas dalam yang efektif. 5. Kolaborasi obat :

- Inj.metil predinosolon

5mg /IV

- Inj. Ranitidine 50 mg /IV - Ketorolac 30 mg/drip

- Inj. Levofloxacin 5 mg/IV

1. Memeriksa tanda- tanda vital

(tekanan darah,nadi,pernapasandan

suhu)

2. Mengauskultasi dada sebelah kiri

pasien.

3. Memposisikan klien semi

fowler, miringkan ke arah sisi

yang sakit yang nyaman atau

tinggikan kepala (60-90º)

4. Mengajarkan klien untuk batuk dan

napas dalam yang efektif.

5. Kolaborasi obat :

- Inj. Levofloxacin 5 mg/IV

- Inj. metil predinosolon

5mg

/IV

- Inj. Ceftriaxone 1 g /IV

- Inj. Ranitidine 50 mg / IV

1. Memeriksa tanda-tanda vital

(tekanan darah, nadi, pernapasandan

suhu)/8 jam

2. Mengauskultasi dada sebelah kiri

pasien.

3. Memposisikan klien semi fowler,

miringkan ke arah sisi yang sakit

yang nyaman atau tinggikan kepala

(60- 90º)

4. Mengajarkan klien untuk batuk dan

napas dalam yang efektif. 5. Kolaborasi obat :

- Inj.Metil predinosolon

5mg /IV

- Inj. Ranitidine 50 mg / IV - Ketorolac 30

mg/drip

- Inj. Levofloxacin 5 mg/IV

1. Memeriksa tanda-tanda vital

(tekanan darah, nadi, pernapasandan

suhu)/8 jam

2. Mengauskultasi dada sebelah kiri

pasien.

3. Memposisikan klien semi fowler,

Page 112: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

95

27, Maret 2019

20.15 WIB

miringkan ke arah sisi yang sakit

yang nyaman atau tinggikan kepala

(60- 90º)

1. Mengevaluasi klien untuk batuk dan

napas dalam yang efektif.

2. Kolaborasi obat :

- Inj. Metil predinosolon 5mg /IV

- Inj. Ranitidine 50 mg / IV

Berdasarkan tabel 4.7 Implementasi tindakan keperawatan dilakukan

untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada pasien sesuai

dengan perencanaan intervensi keperawatan masing-masing diagnosa

keperawatan yang telah disusun.Pelaksanaan tindakan keperawatan pada

pasien 1 dilakukan selama 3 hari perawatan yaitu pada tanggal 11 Maret

2020 sampai tanggal13 Maret 2020. Pelaksanaan tindakan keperawatan

pada pasien 2 dilakukan selama 3 hari perawatan yaitu pada tanggal 25

Maret 2019 sampai tanggal 27 Maret 2019 Pelaksanaan tindakan

keperawatan dilakukan secara komperehensif.

d. Evaluasi

Tabel 4.8 Evaluasi Keperawatan Pasien 1 dan 2 Pada Pasien Dengan

Efusi Pleura di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dan

RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi Lampung

Hari Ke- Diagnosa Kep Evaluasi SOAP

Hari 1

Rabu , 11 Maret

2020

Pola napas tidak efektif

berhubungan dengan hambatan

upaya napas ( kelemahan otot

pernapasan)

S:

a. Pasien mengatakan sesak

napas.

O:

a. Pasien tampak sesak

b. Tampak irama pernapasan

pasien tidak teratur

c. Pasien tampak

menggunakan pernapasan

cuping hidung

d. Pasien tampak

menggunakan otot bantu

saat bernapas.

Page 113: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

96

Nyeri akut berhubungan dengan

agen pencedera fisik (prosedur

operasi)

Intoleransi Aktivitas berhubungan

dengan kelemahan .

e. TTV:

TD: 114/80 mmHg

HR: 103X/menit

T: 36,2⁰C

RR: 24X/Menit

Spo2 : 97%

A: Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1.1 Melakukan monitor pola

napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas)

1.2 Melakukan monitor bunyi

napas tambahan (mis.

Gurgling, mengi, wheezing,

ronci kering)

1.3 memberikan posisikan semi

fowler / fowler

1.4 berikan oksigen jika perlu.

1.5 Ajarkan pasien teknik batuk

efektif

S:

a. Pasien mengatakan terasa

nyeri di daerah pinggang

sudah tidak ada

O:

a. Pasien tampak tenang

setelah di berikan analgetik

b. Pasien tampak tidak

meringis lagi

c. Skala nyeri 1

d. Pasien tidak gelisah karena

nyeri

TTV:

TD: 120/80 mmHg

HR: 80X/menit

T: 36,2⁰C

RR: 24X/Menit

A: Masalah teratasi

P: intervensi dihentikan

S:

a. Pasien mengatakan saat

beraktivitas sesak napas

dan mudah lelah

O:

a. pasien tampak lemah

b. pasien tampak posisi semi

fowler

c. pasien tampak saat

beraktivitas di bantu oleh

suami

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

Page 114: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

97

3.1 Melakuan identifikasi

gangguan fugsi tubuh yang

mengakibatkan kelelahan

3.2 Menganjurkan tirah baring

3.3 Menganjurkan

melakukan ativias secara

bertahap

Hari 2

Hari Ke- Diagnosa Kep Evaluasi SOAP

Kamis , 12 Maret

2020

Pola napas tidak efektif

berhubungan dengan hambatan

upaya napas ( kelemahan otot

pernapasan)

Intoleransi Aktivitas berhubungan

dengan kelemahan .

S:

a. Pasien mengatakan sesak

napas berkurang

O:

a. Pasien tampak masih

sesak

b. Pasien tampak

menggunakan pernapasan

cuping hidung sudah

berkurang

c. Pasien tampak

menggunakan otot bantu

saat bernapas sudah

bekurang.

d. TTV:

TD: 120/80 mmHg

N: 84X/menit

T: 36,2⁰C

RR: 22X/Menit

A: Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

1.1 Melakukan monitor pola

napas (frekuensi,

kedalaman, usaha napas)

1.2 Melakukan monitor bunyi

napas tambahan (mis.

Gurgling, mengi,

wheezing, ronci kering)

1.3 memberikan posisikan

semi fowler / fowler

1.4 berikan oksigen jika perlu.

1.5 Ajarkan pasien teknik

batuk efektif

S:

a. Pasien mengatakan saat

beraktivitas sesak napas

dan mudah lelah sudah

berkurang

O:

a. pasien tampak gelisah sudah

berkurang

b. pasien tampak posisi semi

fowler

c. pasien tampak lemah

berkurang

Page 115: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

98

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

3.1 Melakuan identifikasi

gangguan fungsi tubuh yang

mengakibatkan kelelahan

3.2 Menganjurkan tirah baring

3.3 Menganjurkan melakukan

ativias secara bertahap

Hari 3

Hari Ke- Diagnosa Kep Evaluasi SOAP

Jumat , 13 Maret

2020

Pola napas tidak efektif

berhubungan dengan hambatan

upaya napas ( kelemahan otot

pernapasan)

Intoleransi Aktivitas berhubungan

dengan kelemahan .

S:

a. Pasien mengatakan sudah

tidak sesak napas

b. Psien mengatakan sudah

tidak batuk

O:

a. Pasien tampak tidak sesak

b. Tampak irama pernapasan

pasien sudah teratur

c. Pasien tampak sudah tidak

menggunakan pernapasan

cuping hidung

d. Pasien tampak sudah tidak

menggunakan otot bantu

saat bernapas

e. Pasien sudah tidak

menggunakan nasal kanul

f. TTV:

TD: 114/80 mmHg

N: 80X/menit

T: 36,2⁰C

RR: 20X/Menit

A: Masalah sudah teratasi

P : Intervensi di hentikan

S:

a. Pasien mengatakan saat

beraktivitas sudah tidak

sesak napas

b. Pasien mengtakan saat

beraktivitas lelah

berkurang

O:

a. pasien tampak tenang

b. pasien tampak lemah

berkurang

c. pasien beraktivitas secara

bertahap

d. pasien beberapa

beraktivitas masih dibantu

suami

A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi

Page 116: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

99

2.1 Melakuan identifikasi

gangguan fungsi tubuh

yang mengakibatkan

kelelahan

3.2 Menganjurkan tirah baring

3.3 Menganjurkan melakukan

ativias secara bertahap

PASIEN 2

Waktu dan Tanggal Evaluasi

25 Maret 2019

08.15 WIB

26 Maret 2019

08.15 WIB

Subjektive

1. Pasien mengatakan sesak

2. Pasien mengatakan sesak bertambah saat beraktivitas Objektive

1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 l/menit

2. Posisi pasien semifowler 3. TTV:

TD:120/90 mmHg

Nadi: 92x/menit,

RR: 28 x/menit,

Suhu: 36,0 0C

4. Bunyi nafas ronchi

5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan Assesment

Pola Napas Tidak Efektif Belum Teratasi Planning

Lanjutkan Intervensi Observasi :

1. Monitor kualitas,

frekuensi, dan kedalaman pernapasan, serta melaporkan

setiap perubahan yang terjadi /8jam

2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi

tambahan /8 jam Mandiri :

3. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan

kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler

atau arah yang sakit

4. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan

5. Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian obat

Subjective:

1. Pasien mengatakan sesak berkurang

2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat

beraktivitas ringan seperti duduk dan makan sendiri

di tempat tidur Objective:

1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm

2. Posisi pasien semifowler

3. TTV:

TD : 120/90 mmHg

Nadi: 92x/menit, RR: 26 x/menit Suhu: 36,0⁰C 4. Bunyi nafas ronchi

5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan

Page 117: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

100

27 Maret 2019

09.30 WIB

6. Pola nafas dispneu.

Assesment:

Pola Napas Tidak

Efektif belum teratasi

Planning:

Lanjutkan intervensi Observasi :

1. Monitor kualitas, frekuensi, dan kedalaman

pernapasan, serta melaporkan setiap perubahan yang

terjadi /8 jam

2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi tambahan

/8 jam

Mandiri :

3. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan

kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler

atau arah yang sakit

4. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat

Subjective:

1. Pasien mengatakan sesak berkurang

2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat

beraktivitas ringan Objective:

1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm

2. Posisi pasien semifowler

3. TTV:

TD : 120/90 mmHg

Nadi: 92x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 36,00C

4. Bunyi nafas ronchi

5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan Assesment:

Pola Napas Tidak Efektif Belum Teratasi

Planning:

Lanjutkan intervensi Observasi : 1. Monitor kualitas,

frekuensi,dan kedalaman pernapasan,serta melaporkan

setiap

perubahan yang

terjadi //8 jam

2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi

tambahan /8 jam

Mandiri :

3. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan

kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler

atau arah yang sakit

4. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian obat

Sumber : pasien dengan efusi pleura di RSUD Dr.H Abdul Moeloek provinsi

Lampung, ayni, tahun 2019

Page 118: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

101

Pada table 4.8 setelah melakukan pelaksanaan tindakan keperawatan

pada pasien 1, dibuat evaluasi tindakan selama 24 jam. Pada pasien 1 saat

melakukan evaluasi tindakan pada pasien 1 menunjukan 3 diagnosa

keperawatan yang teratasi 2 dan sebagian teratasi 1 yaitu pola napas tidak

efektif teratasi dihari ke 3, nyeri akut teratasi sebagian dihari ke 1, intoleransi

aktivitas teratasi sebagian di hari ke 3. Pada pasien 2 menunjukan 3 diagnosa

keperawatan yang teratasi 2 dan sebagian teratasi 1, pola napas tidak efektif

teratasi sebagian di hari ketiga.

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini, peneliti membahas tentang asuhan keperawatan

pada 2 pasien dengan Efusi pleura sesuai dengan konsep-konsep teori yang ada.

Asuhan keperawatan dilaksanakan selama 3 pada pasien 1 dari tanggal 11 Maret

– 13 Maret 2020 di ruang Flamboyan A dan 3 hari pada pasien 2 mulai dari

tanggal 25 Maret – 27 Maret 2019 di Ruang Melati RSUD Dr. H. Abdoel

Moeloek Provinsi Lampung. Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan Asuhan

keperawatan Pada Pasien Dengan Efusi Pleura di RSUD Dr. Kanujoso

Djatiwibowo Balikpapan dan RSUD Dr. H. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung

sesuai tiap fase dalam proses keperawatan yang meliputi: pengkajian,

menegakkan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

Page 119: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

102

1. Pengkajian

a. Pasien 1

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang

dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi pasien, membuat data

dasar tentang pasien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan

pasien (Dinarti & Mulyanti, 2017).

Pada pengkajian pasien 1 menggunakan konsep pengkajian

berdasarkan teori (Muttaqin, 2008). Dimana pengkajian ini difokuskan

pada asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura. Hasil dari

pengkajian sebagai berikut:

Berdasarkan dari hasil pengkajian pada pasien 1 dengan

diagnosa medis Efusi Pleura. Pada pasien 1 memiliki keluhan yaitu

sesak napas.

Berdasarkan teori yang ada menurut (Sudoyo dkk, 2009)

menyatakan bahwa bila cairan banyak pada penderita efusi pleura,

penderita mengalami sesak akan sesak napas.

Menurut peneliti bahwa sesak napas yang dirasakan pada pasien

1 merupakan tanda dan gejala dari efusi pleura yang terjadi karena

adanya penumpukan cairan dalam rongga paru yang menyebabkan

kelemahan pada otot pernapasan.

Pada riwayat penyakit sekarang ditemukan data pemeriksaan vital

TD: 114/80 mmHg, N: 103x/menit, RR: 26x/menit, Suhu: 36,2 0C,

Page 120: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

103

pasien 1 pada hari Senin tanggal 11 maret 2020 pasien mengatakan

Sesak napas, batuk dan nyeri pinggang. Pasien tiba di IRD pada pukul

16.00 Wita. Pasien mengatakan awalnya hanya batuk pilek, kemudian

dirujuk ke Rumah Sakit Restu Ibu dengan diagnose TBC, pasien

dianjurkan melakukan pengobatan di Rumah Sakit Restu Ibu. Sudah

berjalan 2 bulan pengobatan ternyata dokter salah mendiagnosa. Selama

2 bulan pengobatan TBC, sering timbul alergi pada makan. Pasien

mengatakan pada rontgen 1 sudah ada cairan di paru-paru, lalu pada

rongen ke 2 semakin membanyak. Pasien mengatan jika berjalan mudah

lelah dan sesak nafas. Pasien mengatakan pada tanggang 9 Maret 2020

dilakukan penarikan cairan di Ruang Flamboyan A sebanyak 1,1 Liter.

Lalu pasien di bawa ke RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo, sesampainya

di IRD pasien langsung dilakukan pemeriksaan thoraks 1 posisi, lalu

pasien di bawa ke ruang Flamboyan A pada tanggal 11 Maret 2020.

Berdasarkan teori menurut (Morton,dkk 2012) Efusi pleura

adalah akumulasi cairan pleura akibat peningkatan kecepatan produksi

cairan, penurunan kecepatan pengeluaran cairan atau keduanya, adapun

penyebab dari efusi pleura diantaranya non infeksi berupa karsinoma

termasuk limfoma maligna. Hal ini yaitu terjadi karena adanya

akumulasi cairan disebabkan oleh faktor sistemik yang mempengaruhi

produksi dan absorbsi cairan pleura.

Page 121: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

104

Menurut peneliti pada pasien 1 memiliki penyakit penumpukan

cairan paru karena kesalahan diagnose pada pasien.

Pada pemeriksaan fisik thorak system pernapasan pada pasien 1

pasien sesak, batuk tidak produktif, tidak terdapat sekret, dengan

frekuensi napas 26x/menit, irama pernapasan tidak teratur, pola

pernapasan pasien dispnea, terdapat pernapasan cuping, terdapat

penggunaan otot bantu pernapasan, vocal premitus getaran paru kanan

dan kiri tidak sama kuat. Hasil pemeriksaan rontgen thoraks 1 posisi

pada pasien 1 didapatkan hasil terdapat penumpukan cairan paru

disebelah kanan.

Berdasarkan teori yang ada menurut (Morton dkk, 2012)

menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi penyembuhan efusi

pleura yaitu adanya penyakit infeksi dan non infeksi. Untuk penyakit

infeksi yaitu Ini terjadi akibat kebocoran cairan melewati pembuluh

kapiler yang rusak dan masuk ke dalam paru yang dilapisi pleura

tersebut atau kedalam paru terdekat. Sedangkan untuk penyakit non

infeksi yaitu karena adanya akumulasi cairan disebabkan oleh faktor

sistemik yang mempengaruhi produksi dan absorbsi cairan pleura.

b. Pasien 2

Usia subyek asuhan pada pengumpulan data ini adalah usia lebih

dari 30 tahun yang termasuk dalam kategori dewasa. Berdasarkan hasil

pengumpulan data didapati subyek asuhan usia 53 tahun, subyek asuhan

pada pengumpulan data ini adalah berjenis kelamin perempuan.

Page 122: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

105

pada pasien 2 didapatkan data yaitu, pasien datang ke Rs.

Abdoel Moeloek pada tanggal 24 maret 2019 melalui UGD pukul 21.23

WIB. Pasien mengatakan sesak napas. Pasien mengatakan sesak dan

yang dirasakan hilang timbul, sesak berat dirasakan saat beraktivitas dan

sesak terasa ringan saat dalam keadaan rileks dan memoposisikan

setengah duduk dan miring sebelah kanan, Pasien mengatakan dada

sebelah kanan atas terasa berat, frekuensi sesak tidak menentu, sesak

mengakibatkan pasien mual dan tidak nafsu makan. sesak sudah

dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Pemeriksaan vital TD: 110/80 mmHg,

N: 87x/menit, RR: 28x/menit, Suhu: 36,7 0C, Kesadaran :

Composmentis. pada pasien Ny. N terdapat suara tambahan yaitu ronchi

dibagian lapang paru sebelah kanan, bentuk dada pasien asimetris

(pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), terdapat suara redup

karena terdapat cairan di lapang paru sebalah kanan terdapat suara redup

karena terdapat cairan di lapang paru sebalah kanan pada IC 6 8 bagian

depan, tidak terdapat nyeri tekan pada seluruh lapang paru. Hasil

pemeriksaan pada pasien 2 di terima cairan sebanyak 200 ml.

Pada pengkajian Ny.N pada bagian abdomen terdapat nyeri tekan

pada ulu hati Pasien, Pasien mengatakan nyeri seperti terlilit dan hilang

timbul, nyeri akan hilang jika pasien berbaring setengah duduk dan

menarik napas dalam, dan akan timbul jika pasien melakukan aktivitas,

nyeri tidak menyebar, skala nyeri 4, peneliti sebelumnya melakukan

Page 123: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

106

pengkajian tidak konverhensif seharusnya dari keluhan pasien bisa

ditegakan diagnose keperawatan.

Pada implementasi pasien 2 peneliti kurang konverhensif dalam

memasukan data implementasi, peneliti tidak mencantumkan data

subjektif dan data objektif pasien 2.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,

keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang aktual ataupun potensial. Diagnosa keperawatan

merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan keperawatan

(Dinarti & Mulyanti, 2017).

Berdasarkan hal tersebut peneliti dalam kasus asuhan keperawatan

pada pasien dengan Efusi pleura menegakkan masalah keperawatan

berdasarkan dari pengkajian yang didapatkan.

Menurut (Nurarif, Amin Huda & Kusuma, 2015) dan (PPNI, 2017)

ada 4 diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien efusi pleura

sebelum dilakukan tindakan invasif yaitu pola napas tidak efektif

berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan),

nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, Resiko Defisit

nutrisi berhubungan dengan factor psikologis, intoleransi aktivitas

Page 124: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

107

berhubungan dengan kelemahan. Diagnosa keperawatan pada kedua pasien

yang sesuai dengan teori antara lain:

a. Pola napas tidak efektif

Diagnosa yang sama antara teori dengan kedua pasien yaitu pola napas

tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas (kelemahan

otot pernapasan). Diagnosa ini muncul pada pasien 1 dan 2 karena pada

saat pengkajian didapatkan data subjektif dari pasien 1 dan 2 yaitu

pasien mengatakan sesak napas dan data objektif dari pasien 1 dan 2

yaitu pasien tampak sesak, pasien mengatakan sulit bernapas pasien

mengatakan sesak bertambah jika beraktivitas

Pola napas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang

tidak memberikan ventilasi adekuat. Kriteria mayor yang dapat dilihat

dari data subyektif meliputi dispnea dan untuk data objektif yaitu adanya

penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memannjang, pola

napas abnormal. Kriteria minor yang didapatkan dari data subjektif yaitu

ortopnea, dan untuk data objektif yaitu pernapasan pursed lip,

pernapasan cuping hidung, diameter thoraks anterior posterior

meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan

ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah

(PPNI, 2017).

Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sudoyo dkk, 2009)

Adanya timbunan cairan pada rongga paru mengakibatkan penderita

akan mengalami sesak napas.

Page 125: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

108

Menurut peneliti pada pasien 1 dan 2 pola napas tidak efektif

ditimbulkan karena adanya penumpukan cairan paru yang menyebabkan

ketidak mampuan atau adanya kelemahan otot pernapasan sehingga

muncul masalah pola napas tidak efektif.

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera agen pencedera

fisiologis

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien 1 dengan teori

adalah nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. pada

pasien satu didapatkan data subyektif dimana pasien mengatakan nyeri

di daerah piggang. Sementara data objektif yang ditemukan pada pasien

1 pasien tampak meringis menahan nyeri,skala nyeri 4 dan pasien

tampak gelisah .

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan

onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari 3 bulan. Kriteria mayornya yang dapat

ditemukan berupa data subjektif mengeluh nyeri, data objektif yang

ditemukan yaitu tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi

nadi meningkat, sulit tidur. Sedangkan untuk kriteria minor tidak

tersedia data subjektif dan untuk data objektif tekanan darah meningkat,

pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu,

menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaforesis(PPNI, 2017).

Page 126: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

109

Berdasarkan teori yang ada menurut (Nurarif, Amin Huda &

Kusuma, 2015)menyatakan bahwa adanya penumpukan di cairan

rongga pleura dapat dilakukan tindakan pembedahan yaitu berupa

pemasangan drainase yang dapat menimbulkan adanya nyeri pada

pasien.

c. Resiko Defisit Nutrisi

Diagnosa yang berbeda dengan pasien 2 adalah resiko defisit

nutrisi berhubungan dengan factor psikologis (ke engganan untuk

makan). Saat pengkajian didapatkan data subyektif dari pasien yang

mengatakan nafsu makannya menurun dan mual, sedangkan pada data

objektif pasien hanya memakan ½ dari porsi yang dierikan.

Resiko Defisit nutrisi adalah beresiko mengalami asupan nutrisi

tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Menurut peneliti

Resiko defisit nutrisi pada pasien 2 terjadi karena adanya faktor

penyakit yang diderita sehingga pasien mengalami penurunan napsu

makan sehingga diangkat diagnose resiko defisit nutrisi.

d. Intoleransi aktivitas

Pada diagnosa ini ada kesamaan pada pasien 1 dan 2 dengan

intoleransi aktivitas berhubungan dengaan kelemahan. Saat pengkajian

didapatkan data subyektif dari pasien yang mengatakan lelah, pasien

mengatakan sesak napas. Sementara data objektif didapatkan pasien

tampak sesak.

Page 127: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

110

Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi untuk

melakukan aktivitas sehari-hari. Kriteria mayor ditemukan data

subjektif yaitu mengeluh lelah dan data objektif yaitu frekuensi jantung

berubah > 20% dari kondisi istirahat. Kriteria minor didapatkan data

subjektif yaitu dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman

setelah beraktivitas, merasa lemah dan untuk data objektif tekanan darah

berubah > 20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukan

aritmia saat/setelah aktivitas, gambara EKG menunjukan iskemia,

sianosis (PPNI, 2017).

Berdasarkan teori yang ada menurut (Nurarif, Amin Huda &

Kusuma, 2015) menyatakan bahwa dengan adanya penumpukan cairan

di rongga pleura mengakibatkan sesak pada pasien sehingga energy

berkurang untuk melakukan aktiviitas.

Menurut peneliti intoleransi aktivitas pada pasien 1 dan 2 terjadi

karena adanya kelemahan sehingga sulit melakukan aktivitas maka dari

itu peneliti mengagkat diagnosa intoleransi aktivitas.

3. Perencanaan

Intervensi keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan

langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan tujuan,

rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada pasien

berdasarkan analisis data dan diagnosa keperawatan (Dinarti & Mulyanti,

2017).

Page 128: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

111

Tahap ketiga dari proses keperawatan adalah perencanaan,

perencanaan tindakan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 dibuat

setelah semua data yang terkumpul selesai dianalisis dan diprioritaskan.

Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan ini terdiri dari:

menegakkan diagnosa keperawatan, menentukan sasaran dan tujuan,

menentukan kriteria dan evaluasi, menyusun intervensi dan tindakan

keperawatan.

Pada diagnosa pola napas tidak efektif berhubungan dengan

hambatan upaya napas (kelemahan otot pernapasan) pada pasien 1 dan 2

peneliti mencantumkan tujuan setelah melakukan tindakan keperawatan

dalam waktu yang telah ditentukan diharapkan pola napas pasien kembali

efektif dengan kriteria hasil: menunjukan pola napas normal/efektif , bebas

sianosis dan tanda gejala hipoksia.

Intervensi tindakan pola napas tidak efektif yang telah di buat pada

pasien 1 dan 2 meliputi: Lakukan monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,

usaha napas) , Lakukan monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,

mengi, wheezing, ronci kering), pertahankan kepatenan jalan napas,

posisikan semi fowler., berikan oksigen jika perlu, Ajarkan pasien teknik

batuk efektif

Pada diagnosa resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya

nafsu makan pada pasien 2 peneliti mencantumkan tujuan setelah

melakukan tindakan keperawatan dalam waktu yang telah ditentukan

diharapkan pemenuhan kebutuhan pasien tercukupi dengan dengan kriteria

Page 129: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

112

hasil: keinginan makan membaik, asupan makan membaik, asupan cairan

membaik, energy untuk makan membaik.

Intervensi resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya

nafsu makan yang telah di buat pada pasien 2 meliputi: Lakukan pengkajian

lengkap rasa mual termasuk frekuensi, durasi, tingkat mual, dan faktor yang

menyebabkan pasien mual. Monitor mual (misal, frekuensi, durasi dan

tingkat keparahan) Evaluasi efek mual terhadap nafsu makan pasien,

aktivitas sehari-hari, dan pola tidur pasien, Anjurkan makan sedikit tapi

sering dan dalam keadaan hangat, Kendalikan faktor lingkungan penyebab

mual (mis, rangsangan visual yang tidak menyenangkan), Anjurkan pasien

mengurangi jumlah makanan yang bisa menimbulkan mual. Berikan

istirahat dan tidur yang adekuat untuk mengurangi mual, Kolaborasi

pemberian obat

Pada diagnosa Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

pada pasien 1 dan 2 peneliti mencantumkan tujuan setelah dilakukan

tindakan keperawaan diharapkan akitifitas pasien meingkat dengan kriteria

hasil: Dyspnea saat beraktifitas menurun, Dyspnea setelah beraktifitas

menurun, Perasaan lemah menurun, Tekanan darah membaik, Frekueni nadi

membaik.

Intervensi Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

pada pasien 1 dan 2 meliputi: Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang

mengakibatkan kelelahan, Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama

Page 130: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

113

melakukan aktifitas, Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus

(mis. Cahaya, suara, kunjungan), Anjurkan tirah baring, Melakukan aktvitas

secara bertahap

4. Pelaksanaan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan

implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain

yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi

keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Mulyanti, 2017).

Implementasi yang dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 dibagi

dalam tiga tahap yaitu tindakan keperawatan mandiri, tindakan kolaborasi,

dan proses pendokumentasian tindakan mandiri. Implementasi yang

dilakukan peneliti disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat.

Pada pasien 1 dan 2 terdapat tindakan pada masalah utama

keperawatan yaitu pola napas tidak efektif tindakan yang dilakukan yaitu

lakukan observasi pola napas pasien, Monitor pola nafas (frekuensi,

kedalaman, usaha nafas), Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Gurgling,

mengi, wheezing , ronchi kering).

Page 131: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

114

Menurut (Yuaningsih, 2017) mengatakan bahwa pemberian teknik

relaksasi napas dalam pada pasien yang terpasang water seal drain yaitu agar

ekspansi paru dapat maksimal.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses

keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang

telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan

mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan

yang dilakukan dan memenuhi kebutuhan pasien. Penilaian adalah tahap

yang menentukan apakah tujuan tercapai (Dinarti & Mulyanti, 2017).

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada pasien 1 dari 3

masalah keperawatan yang muncul hanya dua masalah yang teratasi yaitu

pola napas tidak efektif dan nyeri akut. Pada pola napas tidak efektif

ditandai dengan menunjukan pola napas pasien normal, bebas sianosis dan

tanda gejala hipoksia. Pada nyeri akut ditandai dengan keluhan nyeri

menurun, Melaporkan nyeri terkontrol meningkat, Meringis menurun,

penggunaan analgetik menurun, tekanan darah membaik. Pada intoleransi

akivitas didapatkan evaluasi subjektif pasien mengatakan saat beraktivitas

terasa sesak dan mudah lelah. Evaluasi objektif didapat pasien masih

tampak lelah, pasien tampak posisi semi fowler, jika beraktivitas pasien di

bantu oleh suami. Pada tanggal 12 maret 2020 didapatkan evaluasi subjektif

pasien mengatkan saat beraktivitas sesak napas dan lelah mulai berkurang,

pada evaluasi objektif pasien tampak gelisah sudah berkurang, pasien

Page 132: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

115

tampak melakukan aktivitas secara bertahap, aktivitas masih dibantu oleh

suami. Pada tanggal 13 maret 2020 didapatkan data evaluasi subjektif pasien

mengatkan saat beraktivitas sudah tidak sesak dan lelah berkurng, evaluasi

objektif pasien tampak tenang, lemas tampak berkurang, bebrapa aktivitas

di bantu oleh suami.

Hasil evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada pasien 2 dari 3

masalah keperawatan yang muncul hanya dua masalah yang teratasi yaitu

resiko defisit nutrisi dan intoleransi aktivitas. Pada pola napas tidak efektif

didapatkan evaluasi subjektif pasien mengatakan masih dirasakan sesak,

sesak yang dirasakan berat ketika klien melakukan aktivitas. Evaluasi

objektif di dapat klien masih tampak kesulitan bernapas dengan terpasang

oksigenasi nasal kanul 2 lpm, frekuensi pernapasan 28 x/mnt dan

terdengar suara ronchi. pada tanggal 26 Maret 2019 didapat evaluasi

subjektif klien mengatakan sesak napas dan batuk masih dirasakan tetapi

sudah berkurang, klien mampu mempraktikkan teknik latihan napas

dalam, evaluasi objektif didapatkan frekuensi napas 26x/menit dengan

oksigen nasal kanul 2 lpm dan suara napas masih terdengar ronchi. pada

tanggal 27 Maret 2019 didapat data subjektif masih terasa sesak tetapi

sudah mulai berkurang. Evaluasi objektif frekuensi napas 24 x/mnt dan

oksigen terpasang 2lpm terdengar suara ronchi.

Berdasarakan hasil evaluasi diatas dapat disimpulkam bahwa

masalah pola napas tidak efektif pada pasien 2 belum dapat teratasi

Page 133: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

116

dengan implementasi dan evaluasi yang telah diberikan setiap hari.

Page 134: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

117

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada

pasien 1 dengan efusi pleura di Ruangan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Kalimantan Timur sedangkan Pada pasien 2 Ruang Melati RSUD Dr. H. Abdoel

Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019 dan peneliti dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian yang dilakukan sesuai dengan teori meliputi identitas

pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan pasien, pola aktivitas sehari-hari,

data psikososial, data status mental pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

penunjang dan penatalaksanaan terapi.Salah satu focus utama pengkajian

pada pasien dengan efusi pleura adalah pola pernapasan pasien.

2. Diagnosa keperawatan

Menurut teori yang dikemukakan peneliti pada bab sebelumnya

diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada pasien efusi pleura

setelah dilakukan tindakan invasive pembedahan yaitu 3 diagnosa. pada

pasien 1 dan 2 tidak dilakukan pemasangan WSD dan terdapat 3 diagnosa.

3. Perencanaan

Perencanaan yang digunakan dalam kasus pada kedua pasien

dirumuskan berdasarkan prioritas masalah dengan teori yang ada, Intervensi

Page 135: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

118

setiap diagnosa dapat sesuai dengan kebutuhan pasien dan memperhatikan

kondisi pasien serta kesanggupan keluarga dalam kerjasama. Intervensi

yang dilakukan oleh peneliti yaitu intervensi yang dilakukan secara mandiri

maupun kolaborasi.

4. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan pada kasus ini dilaksanakan sesuai dengan

intervensi yang sudah di buat, sesuai dengan kebutuhan kedua pasien

dengan efusi pleura.

5. Evaluasi Keperawatan

Akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan

keperawatan yang di berikan. Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti pada

pasien 1 dan 2 selama 3 hari perawatan oleh peneliti dan dibuat dalam

bentuk SOAP. Respon pasien dalam pelaksanaan asuhan keperawatan baik,

pasien cukup kooperatif dalam pelaksanaan setiap tindakan keperawatan.

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Peneliti diharapkan lebih teliti dalam melalukan asuhan

keperawatan, salah satunya dalam mengangkat diagnose keperawatan

peneliti sebaiknya dalam melaksanakan asuhan keperawatan dapat

melaksanakan pengkajian dan pengisian data ecara komperhensif dan

menyeluruh.

2. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan

Page 136: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

119

Hasil peneliti ini diharapkan agar selalu menambah dan memperdalam imu

pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan

asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura menggunakan litearur-literatur

terbaru.

Page 137: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

120

DATAR PUSTAKA

Arif Muttaqin. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Ayni (2019). Karya Tulis Ilmiah Efusi Pleura. http://repo.stikesicme-

jbg.ac.id/2528/. Diakses tanggal 23 april 2020.

Bararah, Taqiyyah & Jauhar, M. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap

Menjadi Perawat Profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Dean, E. (2014). Effect of Body Position on Pulmonary Function. Journal of

American Physical Therapy: Diakses pada 19 februari 2020 pada :

http://ptjournal.apta.org/

Dinarti & Mulyanti, Y. (2017). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia.

Dugdale, D.C. (2014). Pleural efussion: US international Library of Medicine

National Institute of Health: Diakses pada 19 februari 2020 pada

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000086.htm

E Doenges Marilynn dkk, 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Buku

kedoktteran EGC

Haugen, N & Galura, S.J. (2012).Ulrich & Canale's Nursing Care Planning Guides

(7th Ed). Diakses pada 19 februari 2020 pada

http://www1.us.elsevierhealth.com/SIMON/Ulrich/Constructor/diagnos

es.cfm?did=320

Irianto, K. (2014). Anatomi dan Fisiologi. Bandung: Alfabeta.

Juall Lynda, 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran

EGC

Morton dkk. (2012). Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.

Morton. (2012). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 dan 2. Jakarta: Media

Aesculapius.

Martha & Smith Kelly, 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta: Digna

pustaka

Page 138: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

121

NANDA-I, 2010. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.

Jakarta: Buku kedokteran EGC

NANDA International. (2012). Nursing diagnoses: definitions and classifications

2013-2014. USA: Wiley-Blackwell.

Nair, M., & Peate, I. (2015). Dasar-dasar Patofisiologi Terapan Edisi 2. Jakarta:

Bumi Medika.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi refisi jilid 1 2015.

Jakarta: Media Action Publishing.

PHILIP ENG Respiratori medical clinic. (2017). philipeng.com. Dipetik April22,

2017, dari philipeng.com.sg:http://www.philipeng.com.sg/ms

/conditions/pleural-effusion/

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta

Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Priharjo Robert, 1996. Pengkajin Fisik Keperawatan. Jakarta: Buku kedokteran

EGC

Rosmalawati dan Kasiat (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta : Pusdik

SDM Kesehatan

.

Rubins, J .(2013). Pleural Efussion. Diakses pada tanggal 19 februari 2020 pada

http://emedicine.medscape.com/article/299959-overview

Sherwood, L. (2010). Human physiologi: From cell to system. USA: Brooks and

Cole

The British Thoracic Society. (2010). Pleural Disease Guideline 2010 A Quick

Reference Guide. British Thoracic Society Reports, Vol 2, No 3, 2010.

Diakses pada tanggal 19 februari 2020 pada http://www.brit-

thoracic.org.uk/clinical-information/pleural-disease.aspx

Wartonah, 2006. Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta

salemba medika

Wedro, B. (2014). Pleural Effusion. Medicine Net: Diakses pada tanggal 19

februari 2020 pada:

http://www.onhealth.com/pleural_effusion/article.htm

Wilkinson, J.M dan Ahern, N.R. (2005). Diagnosis Keperawatan: Diagnosis

Nanda, Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Page 139: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

122

LAMPIRAN : Asuhan Keperawatan Pasien 1

Page 140: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

123

Page 141: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

124

Page 142: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

125

Page 143: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

126

Page 144: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

127

Page 145: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

128

Page 146: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

129

Page 147: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

130

Page 148: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

131

Page 149: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

132

Page 150: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

133

Page 151: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

134

Page 152: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

135

Page 153: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

136

Page 154: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

137

Page 155: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

138

Page 156: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

139

Page 157: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

140

Page 158: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

141

Page 159: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

142

Page 160: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

143

Page 161: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

144

Page 162: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

145

Page 163: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

146

Page 164: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

147

Page 165: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

148

Page 166: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

149

Page 167: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

150

Page 168: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

151

Page 169: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

152

Page 170: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

153

Page 171: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

154

Page 172: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

155

Page 173: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

156

LAMPIRAN : Asuhan Keperawatan Pasien 2

A. PEMERIKSAAN FISIK

Item pengkajian

Klien 2

Data

umum

Nama : Ny. N

Umur : 53 tahun Status perkawinan : menikah

Pekerjaan : IRT Pendidikan : sma

Jenis kelamin : perempuan Alamat : sutiyoso gg.

Panderwangi lk I kota baru, kec.Tanjung

Karang Timur

Sumber biaya :jamkesmas BPJS

Dx. Medis : efusi pleura No. rekam medic : 00.54.19.21

Tanggal pengkajian : 25 Maret 2019

Keluhan utama

Sesak napas

Riwayat

penyakit

sekarang

Klien datang ke Rs. Abdoel Moeloek pada tanggal 24 maret 2019

melalui UGD pukul 21.23 WIB. Klien mengatakan sesak napas.

klien mengatakan sesak dan yang dirasakan hilang timbul, sesak

berat dirasakan saat beraktivitas dan sesak terasa ringan saat dalam

keadaan rileks dan memoposisikan setengah duduk dan miring

sebelah kanan, klien mengatakan dada sebelah kanan atas terasa

berat, frekuensi sesak tidak menentu, sesak mengakibatkan klien

mual dan tidak nafsu makan. sesak sudah dirasakan sejak 3 hari

yang lalu, TD 120/90, RR 28 x/menit, S: 36,0 0C, HR 92 x/menit,

SaO2: 98%

Riwayat

penyakit

dahulu

klien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakitsebelumnya,

klien tidak pernah mengalami operasi sebelumnya.

Page 174: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

157

Riwayat

penyakit

keluarga

Klien mengatakan keluarga klien tidak ada yang memiliki

riwayat penyakit TBC, jantung, diabetes militus, dan

hipertensi

Riwayat alergi

Klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat alergi baik alergi obat maupun makanan

Pemeriksa

an fisik

TD: 120/90 mmHg Nadi: 92x/menit RR: 28

x/menit Suhu: 36,0C Kesadaran: Composmentis

a. Kepala : kepala tidak ada lesi, rambut tampak bersih, tidak

terdapat nyeri tekan, konjungtiva ananemis, mata isokor, wajah

tidak pucat, bibir tidak sianosis.

b. Hidung : napas menggunakan cuping hidung, tidak terjadi

gangguan penciuman

c. Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid. d. THORAK :

Inspeksi : bentuk dada asimetris, gerakan dinding dada

asimetris (pergerakan dadakanan tertinggal), tidak terdapat

benjolan atau lesi, tampak retraksi dinding dada.

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus menurun,

ekspansi dada tidak maksimal ada ketertinggalan gerak pada

dada sebelah kanan, tidak teraba getaran antara IC 6-8 pada

dada sebelah kanan depan

Perkusi: terdapat suara redup antara IC 6-8 pada dada sebelah

kanan

Auskultasi : terdengar suara vesikuler pada thorax sinistra dan

terdengar suara ronkhi pada thorax dextra antara IC 6-8 depan. e. ABDOMEN

Inspeksi : tidak ada lesi dan stomatitis, terdapat distensi

abdomen, klien tidak terpasang kolostomi,

Auskultasi: bissing usus 10 x/m Palpasi :terdapat nyeri tekan

pada ulu hati klien, klien mengatakan nyeri seperti terlilit dan

hilang timbul, nyeri akan hilang jika klien berbaring setengah

duduk dan menarik napas dalam, dan akan timbul jika klien

melakukan aktivitas, nyeri tidak menyebar dengan

Skala 4. Tidak ada pembesaran hepar

Perkusi: terdapat suara timpani pada kuadran kanan atas.

a. Punggung dan tulang belakang: tidak terdapat kelainan pada

tulang belakang.

b. Genetalia: tidak ada kelainan pada genetalia.

c. Ekstremitas atas dan bawah: akral hangat, warna merah muda,

tidak terdapat kelainan pada jari

d. Kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555

Page 175: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

158

Pola

pengkajian

oksigenasi

Klien mengatakan sesak saat melakukan aktivitas dan cepat lelah,

klien tidak batuk. Pada saat pengkajian diperoleh data:

Inspeksi: frekuensi napas 28x/m, kedalaman pernapasan dangkal

dan cepat, pernapasan tidak menggunakan cuping hidung, irama

napas tidak teratur, tampak ekspansi dada asimetris

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, vocal fremitus menurun,

ekspansi dada tidak maksimal ada ketertinggalan gerak pada dada

sebelah kanan, tidak teraba getaran antara IC 6-8 pada dada

sebelah kanan depan

Perkusi: terdapat suara redup antara IC 6-8 pada thorax dextra

Auskultasi : terdengar suara vesikuler pada thorax sinistra dan

terdengar suara ronkhi pada thorax dexyta antara IC 6-8 depan.

Pola

pengkajian

metabolis

medan

nutrisi

Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien makan 3 kali

dalam seharidan selalu menghabiskan 1 piring setiap makan,.

semenjak masuk rumah sakit nafsu makan klien berkurang dan

hanya menghabiskan sedikit atau ½ porsi makanan yang diberikan

rumah sakit. Klien mengatakan minum dalam sehari sekitar 8-9

gelas. Selama 24 jam terakhir klien makan 3 kali dalam sehari.

Klien mengatakan selama di rumah sakit tidak menghabiskan

makanan yang disediakan. Klien mengatakan nyeri pada ulu hati

nya

dan klien merasa mual dan tidak nafsu makan. Klien tampak lemas.

Pola

Aktivitas

Sebelum sakit klien baraktivitas dan bekerja seperti biasa, setelah

sakit klien hanya terbaring di tempat tidur dan aktivitas nya

dibantu oleh keluarga

Pola

Konsepsi

Diri

Klien bekerja sebagai ibu rumah tangga, situasi keluarga klien

baik, dengan ia sebagai kepala keluarga memiliki seorang istri dan

2 orang anak. Klien termasuk aktif dalam keanggotaan kelompok

sosial, yaitu pengajian ibu-ibu dan arisan di sekitar rumahnya.

Klien mengatakan bahwa tiadak ada keadaan fisiknya yang tidak

ia sukai.

Pola

pengkajian

istirahat

tidur

Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tidur nya 6-8

jam/hari dan setelah bangun merasa segar.

Klien mengatakan tidur 5-6 jam/hari klien mengatakan tidak

dapat tidur dengan nyenyak dan sering terbangun saat tidur karena

nyeri padaulu hati.

Page 176: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

159

Pola

pengkajian

eliminasi

Klien mengatakan dirumah frekuensi buang air kecil normal

dalam satu hari 3-4 kali perhari dengan konsistensi kuning jernih,

bau normal dan BAB 1x dalam sehari dengan

konsistensi pad at. Sedangkan, klien mengatakan saat

dirumah sakit frekuensi buang air kec il dalam sehari 4-5 kali p

erhari dengan warna kuning jernih dan bau seperti bau obat.

Sedangkan dengan BAB dalam satu hari 1 kali dengan

konsistensi padat.

Pemerikaa

n

penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Tgl: 24 Maret 2 19

Parameter Hasil

PATOLOGI

Hemoglobin 8,8

Leukosit 21.100

Eritrosit 3,1

Hemotokrit 26

Trombosit 599.00

0

MCV 85

MCH 28 MCHC 34

Hitung jenis:

- Basofil 0

- Eoshinofil 0

- Batang 0

- Segmen 86

- Limfosit 8

- Monosit 6

Instalasi

Patologi

Anatomi:

Makroskopis

Diterima cairan fleura

volume 200 ml warna

merah

Nilai

rujukan

12,0-16,0

4.800-10.800

4,2-5,4 37-47

150.000 - 450.000

79-99

27-31

30-35

0-1

2-4

3-5

50-70

25-40

2-8

Terapi obat - IVFD RL 10 tts/mnt - Inj. metil predinosolon 5mg /12jam

- Inj. Ranitidine 50 mg / 12 jam

- Katerolac 30 mg/hari

- Inj. Levofloxacin 5 mg/24 jam

Page 177: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

160

B. ANALISIS DATA

Ny. N 1. - Klien

mengatakan

dia sulit bernapas

- Klien

mengatakan

sesak

bertambah jika

beraktivitas

- Tampak sulitbernapas

- Napas

menggunakanc

uping hidung

- Pernapasan

cepat dan

dangkal

- Frekuensi

pernapasan28x

/m

- Terpasang

oksigen nasal

kanul 2 l/m

Pola Napas

Tidak

Efektif

Hambatan

Upaya

Napas

2. - Klien

mengatakan

mual dan tidak

nafsu makan

- Klien

mengatakan

nyeri pada ulu

hatinya

- Klien tampak

lemas

- Tampak

distensi

abdomen

- Klien tampak

hanya

menghabiskan ½ dari porsi

yang telah diberikan

Risiko

Defisit

Nutrisi

Faktor

Psikologis

(Keenggan

an Untuk

Makan)

3. - Klien

mengatakan

mudah lelah

- Klien

mengatakan sesak jika banyak beraktivitas

- Klien tampak

lemas

- Aktivitas klien

dibantu oleh

Perawat dan

keluarga

- Klien

terpasang

oksigen

nasal kanul 2

liter/ menit

Intoleransi

Aktivitas

Kelemahan

Fisik

Umum dan

Keletihan

Sekunder Akibat Adanya Sesak Napas.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama klien Diagnosa keperawatan

Ny. N 1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan

Hambatan Upaya Napas

2. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan

Faktor Psikologis (Keengganan Untuk Makan) 3. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan

Kelemahan Fisik Umum Dan Keletihan Sekunder Akibat Adanya Sesak Napas.

Page 178: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

161

D. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Masalah

keperawatan

Rencana keperawatan

Tujuan Rencana tindakan

1. Pola Napas Tidak

Efektif

berhubungan

dengan Hambatan

Upaya Napas

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

diharapkan pola napas

pada Ny. N menjadi

efektif dengan kriteria

hasil: kriteria hasil:

1. Frekuensi

pernapasan dalam

rentan normal ( RR :

24 x/menit)

2. Pada pemeriksaan

rontgen thorak tidak

ditemukan adanya

akumulasi cairan

3. Tidak ada bunyi

napas tambahan

4. Tidak ada retraksi

dinding dada dan

penggunaan alat

bantu pernapasan.

Observasi

1. Observasi tanda-tanda vital

(nadi dan pernapasan) / 8 Jam

2. Kaji kualitas, frekuensi, dan

kedalaman pernapasan, serta

melaporkan setiap perubahan

yang terjadi / 8 jam Mandiri :

3. Berikan klien posisi yang

nyaman atau tinggikan kepala

(60-90º) dan bantu mengubah

posisi fowler/semi fowler,

miringkan ke arah sisi yang sakit

4. Lakukan auskultasi bunyi napas

dan catat adanya bunyi

tambahan.

5. Bantu dan ajarkan klien untuk

batuk dan napas dalam yang

efektif. Kolaborasi :

6. Kolaborasi dengan tim medis

lain untuk pemberian , foto

thoraks serta obat- obatan - Inj. metil predinosolon 5mg

/12jam

- Inj. Ranitidine 50 mg / 12 jam

- Katerolac 30 mg/hari

- Inj. Levofloxacin 5 mg/24 jam

2. Risiko Defisit

Nutrisi berhubungan

Mual

Setelah dilakukan

tindakan asuahan

Keperawatan

diharapkan risiko

defisit nutrisi pada Ny.

N dapat teratasi dengan

kriteria hasil:

1. Klien mengatakan

tidak mual

2. Tidak terjadi

penurunan BB

3. Asupan makanan

menjadi adekuat

Observasi

1. Lakukan pengkajian lengkap

rasa mual termasuk frekuensi,

durasi, tingkat mual, dan faktor

yang menyebabkan pasien

mual.

2. Monitor mual ( misal,

frekuensi, durasi dan tingkat

keparahan )

3. Evaluasi efek mual terhadap

nafsu makan pasien, aktivitas

sehari-hari, dan pola tidur

pasien

Mandiri

4. Anjurkan makan sedikit tapi

sering dan dalam keadaan

hangat

5. Kendalikan faktor lingkungan

penyebab mual (mis,

rangsangan visual yang tidak

menyenangkan)

6. Anjurkan pasien mengurangi

jumlah makanan yang bisa

Page 179: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

162

menimbulkan mual.

7. Berikan istirahat dan tidur yang

adekuat untuk mengurangi

mual Kolaborasi

8. Kolaborasi pemberian obat

3. Intoleransi

Aktifitas

berhubungan denga

Ketidak Seimbangan

Antara Suplei dan

Kebutuhan Oksigen

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

diharapkan intoleransi

aktivitas pada Ny. N

dapat diatasi dengan

kriteria hasil:

1. Mampu melakukan

aktivitas sehari-hari

secara mandiri,

seperti: ke kamar

mandi, mengganti

pakaian, makan dan

minum dll.

2. Kebutuhan aktivitas

terpenuhi tanpa

merasa sesak

3. Pasien

toleran terhadap

aktivitasnya.

Observasi :

1. Monitor respon fisik, emosi,

social dan spiritual setiap 12

jam Mandiri :

2. Bantu klien untuk

mengidentifikasi aktivitas

yang mampu dilakukan

3. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi aktivitas

yang disukai

4. Bantu pasien untuk

mengembangkan motivasi

diri dan penguatan Kolaborasi :

5. Kolaborasi dengan tenaga

rehabilitasi medic dalam

merencanakan program

terapi yang tepat.

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Waktu dan Tanggal Evaluasi

25 Maret 2019

08.15 WIB

Subjektive

1. Pasien mengatakan sesak

2. Pasien mengatakan sesak bertambah saat

beraktivitas Objektive

1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 l/menit

2. Posisi pasien semifowler 3 . TTV:

TD:120/90 mmHg

Nadi: 92x/menit,

RR: 28 x/menit,

Suhu: 36,0 0C

4. Bunyi nafas ronchi

5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan Assesment

Pola Napas Tidak Efektif Belum Teratasi Planning

Lanjutkan Intervensi Observasi :

1. Monitor kualitas, frekuensi, dan kedalaman

pernapasan, serta melaporkan setiap perubahan yang

terjadi /8jam

2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi

Page 180: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

163

26 Maret 2019

08.15 WIB

27 Maret 2019

09.30 WIB

tambahan /8 jam Mandiri :

1. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan

kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler

atau arah yang sakit

2. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian obat

Subjective:

1. Pasien mengatakan sesak berkurang

2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat

beraktivitas ringan seperti duduk dan makan sendiri

di tempat tidur Objective:

1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm

2. Posisi pasien semifowler

3. TTV:

TD : 120/90 mmHg

Nadi: 92x/menit, RR: 26 x/menit Suhu:

36,0⁰C 4. Bunyi nafas ronchi

5. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan

6. Pola nafas dispneu.

Assesment:

Pola Napas Tidak

Efektif belum teratasi

Planning:

Lanjutkan intervensi Observasi :

1. Monitor kualitas, frekuensi, dan kedalaman

pernapasan, serta melaporkan setiap perubahan yang

terjadi /8 jam

2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi

tambahan /8 jam

Mandiri :

1. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan

kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler

atau arah yang sakit

2. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat

Subjective:

1. Pasien mengatakan sesak berkurang

2. Pasien mengatakan sudah tidak begitu sesak saat

beraktivitas ringan Objective:

1. Terpasang O2 Nasal Kanul 2 lpm

2. Posisi pasien semifowler

3. TTV:

4. TD : 120/90 mmHg

5. Nadi: 92x/menit, RR: 24 x/menit, Suhu: 36,00C

6. Bunyi nafas ronchi

Page 181: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

164

7. Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan Assesment:

Pola Napas Tidak Efektif Belum Teratasi

Planning:

Lanjutkan intervensi Observasi :

1. Monitor kualitas, frekuensi,dan kedalaman

pernapasan,serta melaporkan setiap perubahan yang

terjadi //8 jam

2. Monitor bunyi napas dan catat adanya bunyi

tambahan /8 jam

Mandiri :

1. Pertahankan posisi yang nyaman atau tinggikan

kepala 60º dan bantu mengubah posisi semi fowler

atau arah yang sakit

2. Evaluasi klien napas dalam yang telah diajarkan Kolaborasi:

1. Kolaborasi pemberian obat

Page 182: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

165

LAMPIRAN : LEMBAR KONSUL

LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL

Nama : Tika Herlia

NIM : P07220117077

Judul : Literatur Review asuhan keperawatan pada pasien dengan

efusi pleura

Nama pembimbing : Rahmawati Shoufiah, S.ST., M.Pd

NO HARI/TANGGAL MATERI

YANG DI

KONSULKAN

SARAN

PEMBIMBING

TTD

PEMBIMBI

NG

TTD

MAHASIS

WA

1 14 januari 2020 BAB I

Latar belakang

masalah

a. Penulisan judul

cover harus

berbntuk

pyramid

b. Format margin

harus sesuai

c. Data pada efusi

pleura belum di

masukan

d. Masalah, solusi

dan perawat

belum di

cantumkan

e. Prevalensi

belum di

cantumkan

f. Penulisan klien

diganti menjadi

pasien

Page 183: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

166

g. Kata

pengantar,

daftar isi,daftar

pustaka belum

saatnya

dicantumkan

2 4 februari 2020 BAB I

Latar belakang

masalah

a. Perhatikan

spasi yang

digunakan

b. Masalah yang

muncul pada

efusi pleura

belum

dicantumkan

c. Komplikasi

efusi pleura

d. Data efusi

pleura harus

dicantumkan

3 10 februari 2020 BAB I-II

Latar belakag

maslah –

metode

penelitian

a. Penelitian

sebelumnya

harus

dimasukan

b. Pengetikan

disesuaikan

c. Penomoran

harus rapih

d. Tambahkan

gangguan

pernapasan

e. Sumber belum

dimasukan

f. Definisi

operasional

diperbaiki

g. Umur pasien

diperbaiki

h. Pint ke 5 di

bab 3

Page 184: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

167

penulisan di

perbaiki

4. 21 februari 2020 BAB I - III a. Penomoran

diubah menjadi

abjad

b. Perbaiki bagan

pathway

c. Intervensi

sesuaikan

dengan

siki,sdki,slki

d. Tambahkan

kata pada

asuhan

keperawatan

e. Bahasa

operasional

f. Tambahkan

tanggal di

jadwl

penelitian

Page 185: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

168

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Tika Herlia

NIM : P07220117077

Judul : Literatur Review asuhan keperawatan pada pasien dengan

efusi pleura

Nama pembimbing : Rahmawati Shoufiah, S.ST., M.Pd

NO HARI/TANGGAL MATERI

YANG DI

KONSULKAN

SARAN

PEMBIMBING

TTD

PEMBIMB

ING

TTD

MAHASI

SWA

1 28 April 2020 BAB 4

Hasil &

Pembahasan

Lampirkan askep

yang asli pada

pasien 1 dan pasien

2

2 1 Mei 2020 BAB 4

Hasil &

Pembahasan

a. di telaah

kembali Bab 4

dan 5

b. penomoran

pada tabel di

baiki

c. nomor pada

rekamedik

ganti dengan

yang baru

d. Ds & Do

dilengkapi lagi

sesuai

pengkajian

e. 5. lengkapi

tanda mayor

dan mior pada

diagnose

Page 186: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

169

3 13 mei 2020 BAB III-V

Metodologi

penelitian –

penutup

a. tabel pasien

1&2 jadikan

Satu

b. daftar pustaka

pasien ke 2 di

cantumkan

c. sumber di

cantumkan

d. Bab 3 isi di

sesuaikan

dengan

peraturan kti

yang baru

4. 28 juni 2020 BAB I –V

Pendahuluan -

penutup

a. Cover

digabung

b. Lembar

persetujun

disamakan

c. Perbaiki kata

kata proposal

dengan Kayra

tulis ilmiah

d. Manfaat di

perbaiki

e. Bagian abstrak

ditambahkan

literature rivew

f. Bagian hasil

ditambahkan

sumber pada

bagian bawah

table

g. Saran di

perbaiki

Page 187: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

170

LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL

Nama : Tika Herlia

NIM : P07220117077

Judul : Literatur Review asuhan keperawatan pada pasien dengan

efusi pleura

Nama pembimbing : Nurhayati, S.ST., M.Pd

NO HARI/TANGGAL MATERI

YANG DI

KONSULKAN

SARAN

PEMBIMBING

TTD

PEMBIM

BING

TTD

MAHA

SISWA

1 15 januari 2020 BAB I

Latar belakang

masalah

a. Penulisan judul

cover harus

sesuai buku

panduan

b. Pengetikan

harus sesuai

buku panduan

2 8 januari 2020 BAB I

Latar belakang

masalah

a. Nyeri termasuk

diagnose

b. Penelitian

pendahuluan

harus

dicantumkan

c. LBM masih

dangkal

diperbaiki lagi

3 19 februari 2020 BAB I

Latar belakag

masalah

a. Perbaiki

penomoran

b. Perbaiki

pengetikan

Page 188: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

171

4. 21 maret 2020 BAB I - III a. Yang diberi

tanda merah

pada proposal

diperbaiki lagi

b. Bab 2

menggunakan

sub bab sesuai

buku panduan

c. Pathway

dipaparkan

dulu setelah itu

diagnose

keperawatan

5 26 maret 2020 BAB I - III a. Perbaiki

penulisan

b. Telaah kembali

Page 189: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

172

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Tika Herlia

NIM : P07220117077

Judul : Literatur Review asuhan keperawatan pada pasien dengan

efusi pleura

Nama pembimbing : Nurhayati, S.ST., M.Pd

NO HARI/TANGGAL MATERI YANG

DI

KONSULKAN

SARAN

PEMBIMBING

TTD

PEMBIMB

ING

TTD

MAHA

SISWA

1 30 April 2020 BAB IV-V

Hasil - penutup

a. Penomoran

tabel

diperbaiki

b. Rekamedik di

ubah

c. DS & DO

dilengkapi

sesuai

pengkajian

d. Perbaiki

diagnose ke 3

e. Pelaksanaan

di pola nafas

diperbaiki

f. Ditelaah

kembali

2 17 Mei 2020 BAB I – V a. Perbaiki

pengetikan

b. ACC

Page 190: KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN …repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1083/1/KTI TIKA HERLIA.pdf · pneumonitis, abses paru, perforasi esophagus, abses subfrenik

173

LAMPIRAN : FOTO SEMINAR HASIL