kajian teknis alat gali

32
BAB I PENDAHULUAN 2.1.1. Judul Penelitian KAJIAN TEKNIS ALAT GALI, ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. BATURONA ADIMULYA MUSI BANYUASIN. 2.1.2. Latar Belakang Cadangan batubara yang akan ditambang dengan sistem tambang terbuka guna memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar. Kegiatan utama pada penambangan tersebut terdiri dari pengupasan lapisan tanah penutup, pembongkaran, pemuatan, dan pengangkutan. Peralatan produksi pada operasi penambangan merupakan salah satu sarana produksi yang vital untuk menunjang target produksi akhir yang telah ditentukan perusahaan. Masalah yang sering timbul pada kegiatan penambangan adalah kesediaan alat mekanis yang tidak bekerja secara optimal. Masalah ini terjadi karena perawatan terhadap alat mekanis yang sangat minim dan 1

Upload: aulia-rahman

Post on 31-Jan-2016

116 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Buka bae

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Teknis Alat Gali

BAB I

PENDAHULUAN

2.1.1.Judul Penelitian

KAJIAN TEKNIS ALAT GALI, ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT

PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. BATURONA ADIMULYA

MUSI BANYUASIN.

2.1.2.Latar Belakang

Cadangan batubara yang akan ditambang dengan sistem tambang terbuka

guna memenuhi kebutuhan dan permintaan pasar. Kegiatan utama pada

penambangan tersebut terdiri dari pengupasan lapisan tanah penutup,

pembongkaran, pemuatan, dan pengangkutan. Peralatan produksi pada operasi

penambangan merupakan salah satu sarana produksi yang vital untuk menunjang

target produksi akhir yang telah ditentukan perusahaan.

Masalah yang sering timbul pada kegiatan penambangan adalah kesediaan

alat mekanis yang tidak bekerja secara optimal. Masalah ini terjadi karena

perawatan terhadap alat mekanis yang sangat minim dan tidak terjadwal dengan

baik sehingga komponen-kompenen alat yang semestinya harus diganti karena

rusak tidak langsung diganti, penggunaan waktu yang tidak efisien karena adanya

hambatan-hambatan termasuk hambatan waktu saat perbaikan alat. Maka untuk

mengetahui sejauh mana masalah diatas dapat teratasi, pengkajian masalah

dengan adanya rencana peremajaan alat yaitu tindakan perbaikan dan penggantian

komponen-komponen alat dengan tujuan mengembalikan kondisi alat agar

mendekati kondisi ketika pertama kali digunakan, diupayakan untuk dapat

mencapai target yang menjadi tujuan perusahaan.

1

Page 2: Kajian Teknis Alat Gali

Terlaksananya kinerja alat secara baik sebagai salah satu faktor untuk

mendukung pencapaian target produksi yang diharapkan oleh suatu perusahaaan

dengan manajemen tambang yang baik.

2.1.3.Rumusan Masalah

Permasalahan yang terjadi adalah kondisi alat mekanis yang tidak lagi

berproduksi dengan baik atau efisiensi kerjanya menjadi menurun. Hal ini

ditunjukkan dengan adanya kenyataan produksi yang tidak lagi mencapai target

yang diharapkan. Cara pendekatan masalah adalah dengan mengevaluasi

kemampuan kesediaan mekanis dari alat muat dan alat angkut atau disebut dengan

penataan manajemen alat. Penataan manajemen alat bertujuan agar dapat

berproduksi baik dengan jam rusak serendah mungkin dan biaya operasi alat

seminimal mungkin, meliputi penyediaan alat sesuai jumlah yang dibutuhkan,

penentuan jadwal kerja, perawatan, perbaikan, dan peremajaan alat.

Dalam hal ini penulis membatasi masalah agar penulisan skripsi ini tidak

keluar dari pokok permasalahan dan penulisannya serta hasil peneitian tetap pada

fungsinya. Batasan masalahnya adalah sebagai berikut :

a. Kajian teknis alat gali, muat dan angkut yang hanya dilakukan di lokasi

dengan satu pit tambang aktif yang sudah ditentukan oleh perusahaan.

b. Sumberdaya manusia dan kemampuan finansial pendukung aktifitas

tambang diasumsikan tersedia dalam jumlah memadai.

c. Perencanaan yang dilakukan tidak mempertimbangkan segi ekonomi serta

lingkungan.

2.1.4.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

a. Menemukan faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya kinerja alat gali,

alat muat dan alat angkut.

b. Memberikan upaya perbaikan atau peremajaan alat gali, alat muat dan alat

angkut untuk mencapai target produksi yang telah ditentukan.

c. Memperoleh data guna mengetahui kondisi kerja dan pengelolaan alat gali,

muat dan angkut sehingga dapat menentukan tindakan peremajaan alat.

2

Page 3: Kajian Teknis Alat Gali

2.1.5.Hipotesa

Terkait dengan permasalahan kinerja alat gali, alat muat dan alat angkut, hal

tersebut diduga disebabkan oleh beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi

kinerja alat gali, alat muat dan alat angkut, diantaranya kondisi medan kerja,

kondisi pengelolaan alat, bertambahnya jam operasi alat, kurangnya nilai

ketersediaan alat, serta efisiensi kerja yang rendah.

2.1.6.Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat :

a. Sebagai masukan bagi perusahaan untuk mempersiapkan dan

mengaplikasikan sistem peremajaan alat yang sesuai.

b. Sebagai bahan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang

berkaitan dengan peralatan.

3

Page 4: Kajian Teknis Alat Gali

BAB II

DASAR TEORI

Peralatan produksi pada operasi penambangan merupakan sarana produksi

yang sangat vital untuk menunjang target produksi akhir yang telah di tentukan

oleh manejemen perusahaan. Ditinjau dari fungsinya, peralatan produksi dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Alat gali muat adalah alat-alat produksi untuk menggali dan memuat

material hasil galiannya ke alat angkut. Contoh : power shovel, backhoe,

dragline, claimshell, bucket wheel excavator (BWE), bucket chain

excavator (BCE), dan sebagainya.

b. Alat angkut adalah alat-alat produksi untuk mengangkut material menuju

proses berikutnya. Contoh : Truck, lori-lokomotif (train), belt conveyor, pipa

lumpur (slurry), scrapper, dsb.

c. Alat bantu adalah alat-alat berat yang digunakan untuk kelancaran produksi.

Contoh : bulldozer, ripper, grader, water truck, fuel truck, dsb.

2.1. Dasar Pemilihan Peralatan Penambangan

2.1.1.Analisa Tempat Kerja

Medan kerja sangat berpengaruh sekali, karena apabila medan kerja buruk

akan mengakibatkan peralatan mekanis sulit untuk dioperasikan secara optimal.

Kondisi suatu medan kerja tercipta oleh keadaan alam dan jenis material yang ada

didalamnya seperti ketinggian tempat kerja serta sifat fisik dari material itu

sendiri. Sifat fisik material berpengaruh besar terhadap pengoperasian alat-alat,

terutama dalam menentukan jenis alat yang akan digunakan dan taksiran kapasitas

produksinya serta perhitungan volume pekerjaan. Beberapa sifat fisik material

4

Page 5: Kajian Teknis Alat Gali

yang perlu diperhatikan dalam pemilihan peralatan adalah:

a. Pengembangan dan Penyusutan (swell factor)

Pengembangan dan penyusutan material adalah perubahan yang berupa

penambahan atau pengurangan volume material, apabila material tersebut

diganggu dari bentuk aslinya (dibongkar, diangkut atau dipadatkan). Untuk

menghitung swell factor digunakan rumus (Yanto Indonesianto, 2013) :

SF=Volume bankVolume loose

x100 % (2.1)

Pengembangan volume suatu material perlu diketahui, karena yang

diperhitungkan pada penggalian selalu didasarkan pada ‘bank volume’ sedangkan

material yang ditangani (dimuat dan diangkut) adalah material yang sudah

mengembang (loose volume).

Sedangkan untuk menghitung faktor penyusutan (shrinkage factor)

digunakan rumus berikut ini (Yanto Indonesianto, 2013) :

Sh=(1−VolumecompactVolume loose )x 100 % (2.2)

Keterangan:

Volume bank = Volume material dalam keadaan asli (BCM)

Volume loose = Volume material dalam keadaan lepas (LCM)

Volume compact = Volume material dalam keadaan padat (CCM)

b. Berat Material

Berat adalah suatu sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan alat

mekanis untuk melakukan pekerjaan seperti mendorong, mengangkat, menarik,

mengangkut dan lainnya sangat dipengaruhi oleh berat material tersebut. Pada

umumnya setiap alat berat mempunyai batasan kapasitas, volume tertentu. Berat

material akan berpengaruh terhadap volume yang diangkat atau didorong dan

biasanya dihitung dalam keadaan asli atau lepas.

c. Jenis Material

Jenis material akan menentukan besarnya produksi alat dan cara

pengoperasiannya, karena hal ini berhubungan dengan faktor pengembangan

material dan faktor pengisian bucket atau blade. Berikut jenis material dapat

5

Page 6: Kajian Teknis Alat Gali

dilihat pada tabel 2.1 berdasarkan bobot isi dan faktor pengembangannya.

Tabel 2.1

Klasifikasi Material Menurut Bobot Isi dan Faktor Pengembangan

Macam Material Bobot Isi(Ton/BCM)

Faktor Pengembangan

(%)Tanah Liat Kering 1,50 0,85

Tanah Liat Basah 1,80 – 2,00 0,82 – 0,80

Tanah Biasa Kering 1,80 0,85

Tanah Biasa Basah 2,20 0,85

Tanah Biasa Bercampur Pasir dan Kerikil 2,03 0,9

Kerikil Kering (Gravel) 2,10 0,89

Kerikil Basah (Gravel) 2,40 0,88

Andesit Hasil Peledakan 2,71 0,63

Lumpur 1,40 – 1,90 0,83

Pasir Kering 1,40 – 2,10 0,89

Pasir Basah 2,10 – 2,40 0,88

d. Kohesivitas Material

Kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling mengikat

diantara butir-butir material itu sendiri. Material dengan kohesivitas tinggi akan

mudah menggunung. Jadi apabila material ini berada pada suatu tempat, akan

munjung. Volume material yang menempati ruangan ini akan ada kemungkinan

bisa melebihi volume ruangan. Kohesivitas ini berhubungan dengan daya dukung

tanah, dimana semakin tinggi kohesivtas semakin tinggi pula daya dukung tanah.

e. Daya Dukung Tanah

Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung alat yang

berada diatasnya. Apabila suatu alat berada diatas tanah, maka alat tersebut akan

memberikan Ground Pressure, sedangkan perlawanan yang akan diberikan tanah

adalah “Daya Dukung”. Jika daya dukung relatif lebih kecil maka alat tersebut

akan terbenam. Daya dukung tanah dirumuskan sebagai berikut (R. Hariyanto,

2012) :

6

Page 7: Kajian Teknis Alat Gali

q=c Nc+γ D N q+12

γ B N γ (2.3)

Keterangan:

q = Daya dukung keseimbangan (ultimate bearing capacity)

c = Kohesi

= Bobot isi tanah

D = Kedalaman jejak ban terhadap tanah

B = Lebar jejak ban luar alat

Nc, Nq, Nγ adalah faktor daya dukung yang tergantung kepada besarnya sudut

gesek dalam (ϕ).

f. Kekuatan material

Material yang keras akan lebih sukar untuk dikoyak, digali atau dikupas

oleh alat mekanis. Hal ini akan menurunkan produktivitas alat. Material yang

umumnya keras adalah batu-batuan (beku, sedimen atau metamorf). Karena

perbedaan kekarasan dari material yang akan digali sangat bervariasi, maka sering

dilakukan penggolongan berdasarkan mudah sukarnya digali. Berikut pada table

2.2 pengklasifikasian material berdasarkan skala kekerasan dan kuat tekan

material.

Tabel 2.2

Klasifikasi Material Menurut Skala Kekerasan dan Kuat Tekan

Klasifikasi Material Skala Kekerasan Mohs Kuat Tekan (Mpa)

Sangat Keras + 7 + 200

Keras 6 – 7 120 – 200

Agak Keras 4,5 – 6 60 – 120

Lunak 1 – 4,5 10 – 60

g. Keadaan Jalan Angkut

Pemilihan alat-alat mekanis untuk transportasi sangat ditentukan oleh jarak

yang dilalui. Fungsi jalan adalah untuk menunjang operasi tambang terutama

dalam kegiatan pengangkutan. Secara geometri yang perlu diperhatikan dan

dipenuhi dalam penggunaan jalan angkut :

7

Page 8: Kajian Teknis Alat Gali

1) Lebar Jalan Angkut

Lebar jalan angkut minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau lebih

menurut Asho Manual Rural High-Way pada jalan lurus adalah (Yanto

Indonesianto, 2013) :

L(m) = N . Wt + (N+ 1)(12

W t) (2.4)

Keterangan :

L(m) = Lebar minimum jalan angkut (meter)

N = Jumlah jalur

W(t) = Lebar alat angkut (meter)

2) Lebar Jalan Angkut Pada Belokan

Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada jalur lurus.

Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan dihitung dengan mendasarkan

pada:

a) Lebar Jejak Ban

Lebar juntai atau tonjolan alat angkut bagian depan dan belakang saat

membelok, dapat dirumuskan sebagai berikut (Yanto Indonesianto, 2013) :

W = n ( U + Fa + Fb + Z ) + C (2.5)

Z=U +Fa+Fb2

(2.6)

Keterangan:

W = Lebar jalan angkut pada tikungan (m)

n = Jumlah Jalur

U = Jarak jejak roda (m)

Fa = Lebar juntai depan (m)

Fb = Lebar juntai belakang (m)

C = Total lateral clearance (m)

Z = Lebar bagian tepi jalan (m)

b) Jari-jari Tikungan

Jari-jari tikungan jalan angkut berhubungan dengan konstruksi kendaraan

atau alat angkut yang digunakan, dimana jari-jari lingkaran yang dijalani oleh

8

Page 9: Kajian Teknis Alat Gali

roda belakang dan roda depan berpotongan di pusat C dengan sudut sama

terhadap sudut penyimpangan roda depan, persamaannya sebagai berikut (Yanto

Indonesianto, 2013) :

R= W bsin α

(2.7)

Keterangan:

R = Jari-jari tikungan jalan angkut (meter)

Wb = jarak antara poros depan dan belakang (meter)

= sudut penyimpangan roda depan (derajat)

h. Curah Hujan Dan Waktu Yang Tersedia

Dalam memilih alat-alat mekanis harus diperhatikan pula adalah iklim dan

curah hujan, hal ini perlu untuk mengetahui sampai batasan mana landasan kerja

bila terkena air hujan akan rusak atau tidak, dan untuk mengetahui jumlah hari

kerja yang benar-benar tersedia didaerah bersangkutan.

2.1.2. Penambangan

Kegiatan penambangan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi yang

ada, misalnya letak endapan, lebar jenjang, dan tinggi jenjang.

2.1.3. Jenis Alat Dan Sistem Kerja Yang Digunakan

Sistem kerja dan jenis alat yang digunakan disesuaikan dengan kondisi kerja

yang ada, karena jika tidak sesuai akan menyebabkan berkurangnya produktivitas

dari alat tersebut.

2.1.4.Memeperkirakan Kapasitas Produksi Alat Gali, Muat Dan Angkut

a. Kemampuan Nyata

1) Alat bongkar (bulldozer), dapat dirumuskan sebagai berikut (Yanto

Indonesianto, 2013) :

Qi=KB x 60 x FK

CT LCM/jam (2.8)

2) Alat garu (ripper), dapat dirumuskan sebagai berikut (Yanto Indonesianto,

2013) :

9

Page 10: Kajian Teknis Alat Gali

Qi=LK x KP x j x60 x FK

CT LCM/jam (2.9)

3) Produksi gabungan alat garu dan alat bongkar, dapat dirumuskan sebagai

berikut (Yanto Indonesianto, 2013) :

Q gab=Q gr x Qbk

Qgr+Qbk

LCM/jam (2.10)

4) Alat muat (back hoe), dapat dirumuskan sebagai berikut (Yanto

Indonesianto, 2013) :

Qi=KM x 60 x FK

CT LCM/jam (2.11)

5) Alat angkut (dump truck), dapat dirumuskan sebagai berikut (Yanto

Indonesianto, 2013) :

Qi=KM x 60 x FK

CT LCM/jam (2.12)

Keterangan:

Qi = Kemampuan produksi (m3/jam)

Qgab = Produksi gabungan (m3/jam)

Qgr = Produksi alat garu /ripper (m3/jam)

Qbk = Produksi alat bongkar / bulldozer (m3/jam)

CT = Waktu edar (menit)

= (Jarak kerja / kecepatan maju) + (jarak kerja / kecepatan mundur) + waktu

tetap

KB = Kapasitas bilah (m3)

= Lebar x (tinggi)2 x faktor bilah

KM = Kapasitas mangkuk (m3)

= Lebar x (tinggi)2 x faktor mangkuk

FK = Faktor Koreksi

= Eff. Waktu x Eff. Kerja x Eff. Operator

LK = Lebar permuka kerja (meter)

KP = Kedalaman penetrasi gigi-gigi ripper (meter)

j = Jarak penggaruan (meter)

b. Efisiensi Kerja (E)

10

Page 11: Kajian Teknis Alat Gali

Produktivitas dari suatu alat yang diperlukan adalah produktivitas standar

dari alat tersebut dalam kondisi ideal dikalikan dengan suatu faktor. Faktor ini

dinamakan efisiensi kerja. Efisiensi kerja alat adalah perbandingan antara waktu

produktif dengan waktu kerja yang tersedia. Berikut berdasarkan pengalaman

dapat ditentukan efisiensi kerja yang mendekati kenyataan pada tabel 2.3,

(Rochmanhadi, Dept. Pekerjaan Umum).

Tabel 2.3Efisiensi Kerja

Kondisi Operasi Alat

Pemeliharaan Mesin

Baik Sekali Baik Sedang Buruk Buruk Sekali

Baik Sekali 0,83 0,81 0,76 0,70 0,63

Baik 0,76 0,75 0,71 0,65 0,60

Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54

Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45

Buruk Sekali 0,52 0,50 0,47 0,42 0,32

2.1.5.Estimasi Jumlah Alat Yang Diperlukan

Untuk dapat mengestimasikan jumlah alat yang diperlukan, maka harus

diketahui terlebih dahulu:

a. Volume pekerjaan, dinyatakan dalam m3/ton.

b. Waktu penyelesaian pekerjaan, dinyatakan dalam jam kerja.

c. Taksiran kapasitas produksi alat yang digunakan, dinyatakan dalam m3/jam

atau ton/jam.

Dari ketiga data tersebut maka dapat dihitung jumlah alat yang diperlukan,

dengan memasukkan kepersamaan berikut (Yanto Indonesianto, 2013) :

N=

V p

W p

K p

atau N=T vp

K p

(2.13)

Keterangan:

Vp = Volume pekerjaan

Wp = Waktu penyelesaian

11

Page 12: Kajian Teknis Alat Gali

Tvp = Target volume pekerjaan (T vp=V p

W p)

Kp = Kapasitas produksi alat

2.1.6.Keserasian Kerja Alat Bongkar, Alat Muat dan Alat Angkut

Untuk menilai keserasian kerja alat muat dan alat angkut digunakan

penilaian meliputi :

a. Penyesuaian berdasarkan spesifikasi teknik alat, yaitu tinggi penumpahan

alat muat harus lebih tinggi dari alat angkut dan perbandingan volume ideal

alat muat sekitar 1/4 sampai 1/5 dari volume alat angkut.

b. Penyesuaian berdasarkan nilai faktor keserasian (Macth Factor), faktor

keserasian merupakan persamaan matematis yang dguanakan untuk

menghitung tingkat keselarasan kerja antara alat gali, alat muat dan alat

angkut. Faktor keserasian dihitung dengan menggunakan rumus (Yanto

Indonesianto, 2013) :

MF= Jumlahalat angkut xWaktu satu kali pengisianJumlahalat muat x Waktuedar alat angkut

(2.14)

Adapun cara menilainya adalah :

1) MF < 1 , artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedang alat angkut

bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena

menunggu alat angkut yang belum datang.

2) MF = 1 , artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehigga tidak terjadi

waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.

3) MF > 1 , artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja

kurang dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut.

Dengan keserasian kerja alat bongkar, muat dan angkut maka dapat

menekan waktu tunggu daripada alat angkut yang berpangaruh langsung terhadap

pencapaian produksi.

2.1.7.Kesediaan Alat

Salah satu hal yang terpenting dalam pengaturan peralatan mekanis dalam

12

Page 13: Kajian Teknis Alat Gali

pengoperasiannya adalah mengenai kesediaan mekanis dari alat tersebut.

Beberapa pengertian yang menunjukkan tingkat kesediaan alat mekanis sebagai

berikut :

a. Kesediaan Mekanik (Mechanical Avaibility, MA).

Kesediaan mekanik (MA) ini menunjukkan secara nyata kesediaan alat

karena adanya waktu akibat masalah mekanik yang terjadi. Persamaan dari

kesediaan mekanik (MA) dapat dirumuskan sebagai berikut (Yanto Indonesianto,

2013):

MA= WW +R

x100 % (2.15)

Keterangan :

W = Jumlah jam kerja alat, yaitu waktu dibebankan kepada seorang

operatorsuatu alat yang dalam kondisi dapat dioperasikan, artinya tidak

rusak. Waktu ini meliputi pula tiap waktu hambatan yang ada, seperti

waktu untuk pulang pergi ke permuka kerja, waktu pelumasan dan

pengisian bahan bakar, dan waktu hambatan akibat cuaca.

R = Jumlah jam perbaikan, yaitu waktu untuk perbaikan dan waktu yang

hilang karena saat perbaikan termasuk juga waktu untuk penyediaan suku

cadang serta waktu untuk perawatan pencegahan.

b. Kesediaan Fisik (Physical Availability, PA)

Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang dipergunakan

dalam beroperasi. Faktor ini meliputi adanya pengaruh dari segala waktu akibat

permasalahan yang ada. Persamaan dari keadaan fisik (PA), sebagai berikut

(Yanto Indonesianto, 2013) :

PA= W +SW +R+S

x100 % (2.16)

Keterangan:

S = Jumlah jam menunggu alat, yaitu jumlah jam suatu alat yang tidak dapat

dipergunakan padahal alat baik dan dalam keadaan siap beroperasi.

T = W + R + S

= Adalah jumlah jam yang tersedia, yaitu jumlah seluruh jam jalan atau

13

Page 14: Kajian Teknis Alat Gali

jumlah jam kerja yang tersedia dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi.

Kesediaan fisik (PA) pada umumnya selalu lebih besar daripada kesediaan

mekanik (MA). Tingkat efisiensi dari sebuah alat mekanis baik, jika angka

kesediaan fisik (PA) mendekati angka kesediaan mekanik (MA).

c. Kesediaan Pemakaian (Use of Availability)

Menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk

beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan. Persamaan dari kesediaan

pemakaian (UA), sebagai berikut (Yanto Indonesianto, 2013) :

UA= WW +S

x100 % (2.17)

Angka dari kesediaan pemakaian (UA) biasanya dapat memperhatikan

seberapa efektif suatu alat yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini

dapat menjadi ukuran seberapa baik pengelolaan peralatan yang dipergunakan.

d. Penggunaan Efektif (Effective Utilization, EU)

Menunjukkan beberapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat

dimanfaatkan untuk bekerja produktif. Penggunaan efektif (EU) sebenarnya sama

dengan pengertian efisiensi kerja. Persamaan dari penggunaan efektif (EU)

sebagai berikut (Yanto Indonesianto, 2013) :

EU= WW +R+S

x100 % (2.18)

2.1.8.Manajemen Alat

Manajemen alat adalah suatu penataan yang bertujuan agar alat dapat

berproduksi baik dengan jam rusak serendah mungkin dan biaya operasi alat

seminimal mungkin. Manajeman alat meliputi penyediaan alat sesuai jumlah yang

dibutuhkan, penetuan jadwal kerja, perawatan, perbaikan, dan peremajaan alat.

a. Perawatan

Perawatan adalah usaha untuk menjaga kemampuan alat yang dilakukan

pada saat alat masih dapat bekerja dengan baik. Perawatan (maintenance) itu

sendiri terbagi menjadi 3, yaitu:

1) Perawatan Terjadwal

14

Page 15: Kajian Teknis Alat Gali

Perawatan yang harus dilakukan berdasarkan jadwal yang ditentukan. Ada

dua sistem pengaturan jadwal perawatan terhadap alat, yaitu:

a) Sistem Kalender

Dilakukan dengan interval mingguan, bulanan, ataupun tahunan. Metode ini

tepat untuk operasi dengan jam operasi alat rata-rata yang tetap dan kurang tepat

diterpkan pada kegiatan yang memiliki jam operasi alat yang tidak tetap.

b) Sistem Pedoman Hourmeter

Penentuan dengan hourmeter biasanya berdasarkan ketentuan yang

diberikan oleh pabrik pembuat alat. Pedoman ini tepat jika diterapkan pada

kegiatan dengan jam operasi tetap maupun tidak tetap. Namun jika unit yang

dimiliki cukup banyak maka akan kesulitan dalam pelaksanaannya karena banyak

waktu yang terbuang jika harus melaksanakan perawatan untuk beberapa unit

sekaligus yang kebetulan telah mencapai nilai hourmeter yang sama. Perlakuan

terhadap alat yang dilakukan dalam perawatan terjadwal antara lain adalah

pelumasan bagian-bagian mesin, penggantian komponen-komponen sekunder.

2) Perawatan Koreksi

Perawatan yang bersifat memantau kondisi alat setiap kali alat akan ataupun

selesai digunakan. Perawatan koreksi merupakan perawatan harian yang harus

dilakukan bersama-sama antara operator dengan ahli mesin. Perawatan ini

bertujuan, agar apabila ditentukan kelainan pada unit dapat segera dicegah sedini

mungkin sehingga tidak berkembang menjadi kerusakan yang parah.

3) Perawatan Pencegahan

Serangkaian uji dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap alat yang

beroperasi berdasarkan hasil laporan operator mengenai kelainan pada alat, ketika

bersama-sama ahli mesin melakukan perawatan koreksi sewaktu alat selesai

digunakan.

Perawatan pencegahan juga dilakukan menyesuaikan kondisi alat maupun

kondisi cuaca, misalnya:

a) Pada musim kemarau mesin harus lebih sering mengalami pelumasan

meskipun belum jatuh tempo perawatan terjadwal.

b) Tekanan ban harus lebih sering diperiksa agar kenaikannya dapat terkontrol

15

Page 16: Kajian Teknis Alat Gali

dan lain-lain.

Penanganan yang dapat dilakukan dalam perawatan pencegahan antara lain:

a) Pengambilan sampel oli untuk mengukur tingkat keausan.

b) Pengukuran kekuatan tekanan hidrolik.

c) Pemeriksaan under carriege (alat angkut).

d) Pelumasan di luar perawatan terjadwal dan lain-lain tanpa melakukan

penggantian baik terhadap komponen utama maupun komponen sekunder

alat.

b. Perbaikan

Perbaikan adalah penanganan yang dilakukan terhadap alat yang rusak dan

tidak dapat digunakan. Dimana kerusakan yang terjadi pada alat bersifat

mendadak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Secara garis besar, perbaikan

dibagi atas dua yaitu:

1) Perbaikan Ringan

Pelaksanaan perbaikan terhadap masalah-masalah yang ringan dan

memerlukan waktu cepat untuk penganannya.

2) Perbaikan Berat

Pelaksanaan perbaikan terhadap masalah-masalah berat yang memerlukan

waktu pengerjaan yang lama, penyediaan suku cadang yang sulit dijumpai di

pasaran, serta membutuhkan peralatan dan mekanik khusus.

c. Peremajaan (Overhaul)

Peremajaan adalah penanganan yang meliputi perbaikan, dan penggantian

yang dilakukan terhadap komponen alat (baik komponen utama, komponen

sekunder maupun perangkat kerja) yang dinilai kemampuannya telah menurun

atau di bawah standart yang ditentukan. Peremajaan biasanya diawali dengan

dilakukannya pemeriksaan terhadap seluruh komponen alat. Penanganan ini

dilakukan meskipun komponen-komponen tersebut masih berfungsi atau unit

masih dapat menjalankan fungsinya (tidak rusak). Peremajaan yang biasanya

dilakukan adalah peremajaan standart, yaitu penggantian yang dilakukan terhadap

suatu komponen setelah komponen ini bekerja untuk suatu jumlah jam operasi

tertentu. Jumlah jam operasi tersebut biasanya ditentukan oleh pabrik pembuat.

16

Page 17: Kajian Teknis Alat Gali

Tujuan dilakukannya peremajaan standar secara tepat sesuai dengan ketentuan

pabrik pembuat adalah:

1) Menghindari jam rusak yang tinggi.

2) Persiapan pengadaan suku cadang terutama suku cadang yang langka.

3) Persiapan peralatan mekanik.

4) Alokasi dana sesuai dengan jadwal.

17

Page 18: Kajian Teknis Alat Gali

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian yang penulis gunakan dalam menganalisa kajian

teknis alat gali, muat dan angkut yang dilakukan di pit PT. Baturona Adimulya

adalah dengan menggabungkan antara teori dengan data-data yang ada di

lapangan, sehingga dari keduanya didapat pendekatan penyelesaian masalah.

Adapun urutan pekerjaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Studi literatur

Mempelajari literatur yang berhubungan dengan kajian alat gali, muat dan

ngkut agar pembaca dapat memahami laporan tugas akhir yang dibuat.

2. Pengamatan lapangan.

Dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap keadaan geologi

permukaan dan mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan dibahas. Mencocokkan dengan perumusan masalah, yang

bertujuan agar penelitian yang dilakukan tidak meluas.

3. Pengambilan data primer (langsung dari lapangan) dan data sekunder (laporan

penelitiaan perusahaan).

a. Data Primer

1) Pengamatan Muatan

2) Jenis Material

3) Pengamatan Kondisi Front Kerja

4) Waktu Penyelesaian Pekerjaan (CT)

b. Data Sekunder

1) Data Curah Hujan

2) Peta Layout Tambang, Data Litologi dan Geologi

18

Page 19: Kajian Teknis Alat Gali

3) Peta Kesampaian Daerah

4) Spesifikasi Alat Muat dan Alat Angkut

5) Jumlah Hari Kerja dan Jam Kerja

4. Penentuan Lokasi Penelitian.

5. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan melakukan beberapa perhitungan dan

penggambaran. Selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik-grafik atau rangkaian

perhitungan dalam penyelesaian masalah yang ada.

Membuat analisa dari data yang didapat dan hasil perhitungan untuk

mengetahui parameter yang berpengaruh dalam kajian teknis alat gali, muat dan

angkut.

6. Pengambilan kesimpulan

Dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah dilakukan

dengan permasalahan yang diteliti.

19

Page 20: Kajian Teknis Alat Gali

BAB IV

JADWAL PENELITIAN

4.1. Skedul Pelaksanaan

TAHUN 2015

BULAN AGUSTUS SEPTEMBER

MINGGU I II III IV I II III IV

Studi Literatur

Observasi

Pengambilan Data

Pengolahan Data

Penyusunan Draft

20

Page 21: Kajian Teknis Alat Gali

BAB V

RENCANA DAFTAR ISI

RINGKASAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB

I. PENDAHULUANI.1. Latar BelakangI.2. Rumusan MasalahI.3. Tujuan PenelitianI.4. Batasan MasalahI.5. Metode PenelitianI.6. Hasil Yang Diharapkan

II. TINJAUAN UMUM2.1 Lokasi dan kesampaian daerah2.2 Iklim dan Curah Hujan2.3 Keadaan Geologi2.4 Karakteristik Batuan2.5 Target Produksi2.6 Kegiatan Penambangan

III. DASAR TEORIIII.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan Alat Mekanis III.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi AlatIII.3. Managemen Alat

IV. HASIL PENELITIANIV.1. Kondisi tempat kerjaIV.2. Produksi alat bongkar, muat, angkut

21

Page 22: Kajian Teknis Alat Gali

IV.3. Manajemen Alat

V. PEMBAHASANV.1. Target produksiV.2. Analisis Tingkat Penggunaan AlatV.3. Analisis Kesediaan AlatV.4. Analisi Kesediaan Mekanik AlatV.5. Jumlah Alat yang DiremajakanV.6. Peremajaan Alat

VI. KESIMPULAN DAN SARANVI.1. KesimpulanVI.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

22

Page 23: Kajian Teknis Alat Gali

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

1. Burt, Christina Naomi. (2008) “An Optimisation Approach to Materials Handling in Surface Mines”. Ph.D, Curtin University of Technology.

2. Drevdahal Jr., ER, “Profitable Use of Excavation Equipment”, Technical Publication, Desert Laborataries Inc., Tueson Arizona, 1961

3. Ercelebi, S.G. and Bascetin, A. (2009) “Optimization of Shovel-Truck System for Surface Mining”, Journal of The South African Institute of Mining and Metallurgy, Vol. 109.

4. Kenedy Bruce A. (1990), Surface Mining, SMNE, Lettleton, Colorado.

5. Prodjosumarto P.(1986), Tambang Terbuka, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, ITB, Bandung,.

6. Prodjosumarto P. (1994), Jalan Angkut Tambang, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Direktorat Pembinaan Pengusaha Pertambangan, Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan.

7. Rochmanhadi (1992), Alat-alat Berat dan Penggunaannya, Cetakan IV, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

8. Suyono (1993), Beberapa Geometri Penting Yang Akan Mempengaruhi Keadaan Jalan Angkut pada Tambang Terbuka, Edisi November, BTM No.

9. Thompson, R.L. (2005) “Surface Strip Coal Mining Handbook”. Johannesburg : South African Colliery Managers Association.

10. Wesley LD (1977), Mekanika Tanah, Cetakan IV, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.

11. Yanto Indonesianto, “Pemindahan Tanah Mekanis”, Jurusan Teknik Pertambangan , UPN, Yogyakarta, 2006.

23