kajian penyajian data lanjut usia

52

Upload: feriawan-agung-nugroho

Post on 22-Nov-2015

435 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

TIM PENYUSUN INTERDISCIPLINARY ISLAMIC STUDIES-KESEJAHTERAAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA bekerjasama dengan Dinas Sosial DIY.

TRANSCRIPT

  • i

    LAPORAN AKHIR

    KAJIAN DATA LANJUT USIA

    DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    TIM PENYUSUN

    INTERDISCIPLINARY ISLAMIC STUDIES-KESEJAHTERAAN SOSIAL

    PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN KALIJAGA

    DINAS SOSIAL

    DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

    2014

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Kami memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

    yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan studi data lansia Daerah

    Istimewa Yogyakarta (DIY).

    Studi data lansia perlu dilakukan untuk memberikan masukan kepada

    Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pembuatan kebijakan untuk lansia.

    Masalah lansia merupakan masalah yang cukup krusial bagi Pemerintah DIY mengingat

    DIY merupakan provinsi denga prosentase penduduk lansia paling tinggi se Indonesia.

    Penduduk lansia dapat menjadi asset pembangunan bila disertai dengan program

    perlindungan sosial dan pemberdayaan yang sesuai.

    Kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah DIY, terutama Bappeda,

    BPS, dan Dinas Sosial serta pemangku kepetingan lain yang telah membantu kami

    menyelesaikan studi ini. Kami mohon maaf bila masih ada ketidak sempurnaan dalam

    studi ini.

    Akhir kata, kami harap hasil studi ini dapat menjadi masukan yang berharga

    bagi Pemerintah DIY dalam membuat kebijakan untuk menyelesaikan masalah-masalah

    lansia di DIY.

    Hormat Kami,

    Tim Penyusun

  • iii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Jumlah penduduk DIY berdasarkan jenis kelamin

    dan prosentase penduduk per Kabupaten/Kota ..................................................... 8

    Tabel 2. Jumlah jumlah penduduk total, penduduk pralansia

    dan penduduk lansia dan prosentase pralansia dan lansia

    terhadap jumlah total pralansia dan lansia DIY .................................................... 10

    Tabel 3. Jumlah dan prosentase jumlah penduduk lansia

    dibandingkan jumlah penduduk total di tiap kabupaten/kota

    berdasarkan jenis kelamin ..................................................................................... 11

    Tabel 4. Jumlah dan prosentase lansia terlantar DIY

    di tiap Kabupaten/Kota tahun 2011 dan 2012 ....................................................... 12

    Tabel 5. Jumlah dan prosentase penduduk dan lansia sangat miskin,

    miskin dan hampir miskin per Kabupaten/Kota di DIY ....................................... 14

    Tabel 6. Data pralansia dan lansia sangat miskin, miskin

    dan hampir miskin DIY ......................................................................................... 15

    Tabel 7.Data pralansia (45-59 tahun) sangat miskin,

    miskin dan hampir miskin DIY ............................................................................. 16

    Tabel 8. Data lansia muda (60-69 tahun) sangat miskin,

    miskin dan hampir miskin DIY ............................................................................. 16

    Tabel 9. Data lansia menengah (70-79 tahun) sangat miskin,

    miskin dan hampir miskin DIY ............................................................................. 17

    Tabel 10. Data lansia lanjut (80 tahun ke atas) sangat miskin,

    miskin dan hampir miskin DIY ............................................................................ 17

    Tabel 11. Sebaran geografis prosentase tertinggi pralansia,

    lansia muda, lansia menengah dan lansia lanjut sangat miskin,

    miskin dan hampir miskin DIY ............................................................................. 18

    Tabel 12. Jumlah dan prosentase pralansia, lansia muda,

    menengah dan lanjut sangat miskin, miskin dan hampir

    miskin DIY yang masih aktif bekerja ................................................................... 19

  • iv

    Tabel 13. Jumlah dan prosentase Pralansia sangat miskin,

    miskin dan hampir miskin DIY yang masih

    aktif bekerja berdasarkan jenis usaha .................................................................... 22

    Tabel 14. Jumlah dan prosentase Lansia Muda sangat miskin,

    miskin dan hampir miskin DIY yang masih

    aktif bekerja berdasarkan jenis usaha .................................................................... 24

    Tabel 15. Jumlah dan prosentase Lansia Menengah sangat miskin,

    miskin dan hampir miskin DIY yang masih

    aktif bekerja berdasarkan jenis usaha .................................................................... 26

    Tabel 16.Jumlah dan prosentase Lansia Lanjut sangat miskin,

    miskin dan hampir miskin DIY yang masih

    aktif bekerja berdasarkan jenis usaha .................................................................... 28

    Tabel 17. Jumlah dan prosentase Pralansia dan Lansia sangat miskin,

    miskin dan hampir miskin DIY dengan penyakit Kronis...................................... 32

    Tabel 18. Jumlah dan prosentase Pralansia dan Lansia sangat miskin,

    miskin dan hampir miskin DIY dengan disabilitas ............................................... 34

  • v

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Piramida penduduk Indonesia tahun 1971 dan 2000 ......................... 1

    Gambar 2. Penduduk Lanjut Usia Menurut Provinsi ......................................... 3

    Gambar 3. Piramida Penduduk Indonesia dan DIY tahun 2012 ......................... 4

    Gambar 4. Prosentase pralansia, lansia muda, menengah

    dan lanjut yang bekerja per Kabupaten/Kota di DIY .......................................... 20

    Gambar 5. Prosentase Pralansia dan lansia sangat miskin,

    miskin dan hampir miskin dengan penyakit Kronis

    per Kabupaten/Kota di DIY ................................................................................ 32

    Gambar 6. Prosentase Pralansia dan Lansia Miskin

    dengan disabilitas per Kabupaten/Kota di DIY tahun 201.................................. 35

  • vi

    DAFTAR SINGKATAN

    DIY = Daerah Istimewa Yogyakarta

    BPS = Badan Pusat Statistik

  • vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. iii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v

    DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... vi

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

    B. Maksud dan Tujuan ................................................................................... 5

    C. Data yang disajikan ................................................................................... 5

    BAB II TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS

    A. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 6

    B. Teknik Analisis Data ................................................................................. 6

    BAB III HASIL ANALISA DAN PENYAJIAN DATA

    A. Analisa Data Penduduk Lansia ................................................................. 8

    B. Analisa Data Lansia Terlantar ................................................................... 12

    C. Analisa Data Lansia dari Data PPLS ........................................................ 13

    BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 37

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Populasi lansia dunia terus tumbuh baik dalam jumlah absolut maupun

    dalam prosentase dibandingkan populasi penduduk muda (Kinsella dkk,

    2001). Pertumbuhan lansia ini paling cepat terjadi di negara berkembang,

    termasuk Indonesia (UNDESA, 2014).

    Berdasarkan data sensus penduduk dari tahun 1970 hingga 2000, BPS

    menyimpulkan bahwa Indonesia mengalami perubahan struktur penduduk

    dari negara berstruktur muda menjadi negara dengan struktur tua dimana

    prosentase jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas terus meningkat

    melebihi 7 %. Hal ini dapat dilihat bila kita membandingkan piramida

    penduduk Indonesia tahun 1971 dengan tahun 2000 (BPS 2000).

    Gambar 1. Piramida penduduk Indonesia

    tahun 1971 dan 2000.

  • 2

    Piramida penduduk pada tahun 1971 melebar di bawah yang berarti

    masih banyaknya penduduk usia muda (umur 0-14 tahun), sedangkan

    piramida penduduk pada tahun 2000 menunjukkan perubahan semakin

    cembung di tengah dan semakin sempit di bagian bawah yang berati jumlah

    penduduk muda semakin turun, sedangkan jumlah penduduk dewasa semakin

    meningkat. Di samping itu, bagian atas piramida sedikit melebar yang

    menunjukkan semakin banyaknya penduduk lansia.

    Sebuah negara yang makin maju akan mempunyai makin banyak

    penduduk yang mencapai usia lanjut lebih dari 60 tahun atau yang dikenal

    dengan sebutan lansia. Salah satu tanda tingkat kesehatan bangsa yang makin

    baik adalah meningkatnya usia harapan hidup. Prosentase jumlah penduduk

    lansia diproyeksikan akan terus meningkat menjadi 11 % pada tahun 2020 dan

    16 % pada tahun 2035.

    Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia

    di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 14.439.967 jiwa (7,18 %), selanjutnya

    pada tahun 2010 meningkat menjadi 23.992.553 jiwa (9,77 %). Pada tahun

    2020 diprediksikan jumlah lanjut usia mencapai 28.822.879 jiwa (11,34 %).

    Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sudah termasuk negara berstruktur tua

    karena prosentase jumlah penduduk lansia lebih dari 7 %.

    Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi dengan prosentase

    penduduk lansia paling tinggi pada tahun 2012 yaitu 13,04%, diikuti oleh

    Jawa Timur (10,40%) dan Jawa Tengah (10,34%). Hal ini berarti bahwa pada

  • 3

    tahun 2012, prosentase jumlah lansia di DIY sudah melebihi proyeksi

    prosentase jumlah lansia nasional pada tahun 2020. Data ini dapat dilihat pada

    Gambar 2 yang menyajikan data prosentase penduduk lansia di Indonesia

    berdasarkan Propinsi.

    Gambar 2. Penduduk Lanjut Usia Menurut Provinsi

    Sumber: Susenas Tahun 2012, Badan Pusat Statistik RI

    Prosentase jumlah penduduk lansia di DIY lebih tinggi daripada

    prosentase jumlah penduduk lansia nasional. Hal itu juga bisa dilihat pada

    Gambar 3 yang membandingkan piramida penduduk Indonesia dengan

    piramida penduduk DIY pada tahun 2012, dimana bagian atas piramida

    penduduk Indonesia (yang menggambarkan jumlah penduduk lansia) lebih

    sempit dibandingkan piramida penduduk DIY.

  • 4

    Peningkatan prosentase penduduk lansia meningkatkan angka

    ketergantungan karena besar beban tanggungan kelompok usia produktif atas

    penduduk usia non produktif meningkat. Pada tahun 1971, ada 21 penduduk

    usia produktif di Indonesia yang menunjang 1 orang lansia, sedangkan pada

    tahun 2010 ada 9 dan pada tahun 2035 diproyeksikan ada 6 penduduk usia

    produktif yang menunjang 1 orang lansia. Hal ini berarti jumlah pembayar

    pajak menurun, sementara jumlah penduduk yang membutuhkan asistensi

    sosial meningkat (Jalal, 2013).

    Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta perlu membuat kebijakan

    yang responsif terhadap perubahan struktur populasi dengan menjadikan

    lansia sebagai fokus dan fondasi dari pembangunan. Kebijakan sebaiknya

    dibuat berdasarkan hasil analisa data untuk memberi masukan dalam diskusi

    pembuatan kebijakan.

  • 5

    B. Maksud dan Tujuan

    Maksud dari studi ini adalah menganalisa data lansia Daerah Istimewa

    Yogyakarta sebagai masukan kepada Pemerintah dalam membuat kebijakan

    untuk lansia.

    Tujuan dari studi ini adalah:

    Menganalisa data penduduk pralansia dan lansia

    Menganalisa data lansia terlantar

    Menganalisa data pralansia dan lansia miskin berdasarkan data PPLS

    2011

    C. Data yang disajikan

    Hasil analisa data penduduk lansia, lansia terlantar dan lansia miskin

    disajikan dalam laporan ini.

  • 6

    BAB II

    TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

    A. Teknik Pengumpulan Data

    Data pralansia dan lansia DIY yang dianalisa dan dibahas diperoleh

    dari berbagai sumber seperti BPS, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan. Data

    sekunder ini dikumpulkan dari lembaga terkait atau diunduh dari internet.

    B. Teknik Analisa Data

    Data yang bisa dikumpulkan meliputi data penduduk pralansia dan

    lansia, data lansia terlantar dan data pralansia dan lansia miskin dari PPLS

    2011. Diantara ketiga data tersebut, data PPLS merupakan data yang paling

    lengkap, sehingga analisa terhadap data pralansia dan lansia dengan status

    kesejahteraan 1 (sangat miskin), 2 (miskin) dan 3 (hampir miskin) dapat

    dilakukan dengan cukup detil meliputi status bekerja, jenis usaha, penyakit

    kronis dan disabilitas.

    Data umum pralansia dan lansia DIY yang dapat diperoleh meliputi

    kelompok umur dan jenis kelamin di tiap Kabupaten/Kota, kecuali Kabupaten

    Kulon Progo yang hanya menyampaikan struktur penduduk menurut

    kelompok umur. Hal ini berarti data penduduk pralansia dan lansia hanya bisa

    dianalisa berdasarkan sebaran geografis dan jenis kelamin.

  • 7

    Data lanjut usia terlantar yang diperoleh meliputi jumlah dan jenis

    kelamin di tiap Kabupaten/Kota. Sebagaimana data penduduk pralansia dan

    lansia, data lanjut usia terlantar juga hanya dianalisa berdasarkan sebaran

    geografis dan jenis kelamin.

    Data PPLS 2011 memberikan informasi yang lebih lengkap, sehingga

    analisa dan pembahasan cukup mendalam bisa dilakukan, yaitu meliputi

    sebaran geografis, jenis kelamin, status bekerja, jenis usaha, penyakit kronis

    dan disabilitas. Analisa data dilakukan dalam perspektif provinsi, karena hasil

    analisa data ini ditujukan untuk memberi masukan kepada Pemerintah DIY

    dalam pembuatan kebijakan.

  • 8

    BAB III

    HASIL ANALISA DAN PENYAJIAN DATA

    A. Analisa Data Penduduk Lansia

    Menurut data BPS yang dikutip oleh Bappenas, pada tahun 2011

    jumlah penduduk DIY adalah 3.487.325 jiwa, dengan persebaran yang tidak

    merata sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Jumlah penduduk DIY berdasarkan jenis kelamin dan prosentase

    penduduk per Kabupaten/Kota.

    Laki-Laki Perempuan Total %

    Bantul 461.524 459.739 921.263 26,42 %

    Gunungkidul 320.006 357.992 677.998 19,44 %

    Kulonprogo 190.761 199.446 390.207 11,19 %

    Sleman 534.644 572.66 1.107.304 31,75 %

    Kota 189.375 201.178 390.553 11,20 %

    DIY 1.696.310 1.791.015 3.487.325 100 %

    Jumlah penduduk tertinggi ditemukan di Sleman yang mencapai

    hampir sepertiga dari jumlah penduduk DIY, lalu diikuti Bantul dan

    Gunungkidul. Jumlah penduduk Kota dan Kulonprogo hampir sama yaitu

    sekitar 10 % dari penduduk DIY.

    Penduduk pralansia (usia 45-59 tahun) dan lansia (60 tahun ke atas)

    juga tidak tersebar merata di kabupaten/kota di DIY sebagaimana dapat dilihat

    pada Tabel 2. Tabel 2 menyajikan data jumlah dan prosentase jumlah

  • 9

    penduduk total, penduduk pralansia dan penduduk lansia pada tahun 2011

    (BPS Bantul, 2012; BPS Gunungkidul, 2012;BPS Kota Yogya, 2012; BPS

    Kulonprogo, 2012; BPS Sleman, 2012). Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah

    penduduk pralansia tertinggi dijumpai di Sleman dan jumlah penduduk lansia

    tertinggi dijumpai di Gunungkidul, sedangkan jumlah penduduk pralansia dan

    lansia terendah ditemukan di kota Yogyakarta. Prosentase penduduk pralansia

    dan lansia dibandingkan jumlah total pralansia dan lansia se-DIY yang

    disajikan di Tabel 2 memperlihatkan bahwa prosentase pralansia tertinggi ada

    di Kabupaten Sleman dan terendah di Kota Yogyakarta, sedangkan prosentase

    lansia tertinggi ada di Kabupaten Gunungkidul dan terendah di Kota

    Yogyakarta.

    Hal yang menarik disimak adalah jumlah penduduk lansia di

    Gunungkidul tertinggi di DIY, sementara jumlah penduduk total Gunungkidul

    menempati peringkat ketiga. Hal ini mungkin menyiratkan urbanisasi dimana

    banyak penduduk usia produktif dari Gunungkidul bermigrasi ke daerah lain.

    Berdasarkan jenis kelamin, 51,36 % penduduk lansia DIY adalah perempuan

    dan 48,64 % penduduk lansia DIY adalah laki-laki. Data jenis kelamin lansia

    berdasarkan kelompok umur (lansia muda, lansia menengah, lansia lanjut)

    tidak bisa diperoleh, sehingga analisa untuk mengetahui apakah prosentase

    lansia perempuan meningkat seiring dengan bertambahnya usia tidak dapat

    dilakukan.

  • 10

    Tabel 2. Jumlah jumlah penduduk total, penduduk pralansia dan penduduk lansia dan prosentase pralansia dan lansia

    terhadap jumlah total pralansia dan lansia DIY.

    S

    Selanjutnya analisa dilakukan untuk mendapatkan prosentase penduduk lansia total dan berdasarkan jenis

    kelamin, dibandingkan jumlah penduduk total dan berdasarkan jenis kelamin di tiap Kabupaten/Kota. Hasilnya dapat

    dilihat di Tabel 3.

    Penduduk Total % penduduk total Pralansia % pralansia Lansia % lansia

    Bantul 921,263 26.42 164,564 26.83 110,900 24.06

    Gunungkidul 677,998 19.44 136,055 22.18 132,553 28.75

    Kulonprogo 390,207 11.19 74,026 12.07 63,700 13.82

    Sleman 1,107,304 31.75 172,944 28.20 116,790 25.33

    Kota Yogyakarta 390,553 11.20 65,709 10.71 37,076 8.04

    Total 3,487,325 100.00 613,298 100.00 461,019 100.00

  • 11

    Tabel 3. Jumlah dan prosentase jumlah penduduk lansia dibandingkan jumlah penduduk total di tiap kabupaten/kota

    berdasarkan jenis kelamin.

    Lansia

    Laki-laki

    Lansia

    Perempuan

    Total

    Lansia

    Total

    Laki-laki

    Total

    Perempuan

    Total

    penduduk

    % Laki-laki % Perempuan % Total

    penduduk

    Bantul 49,079 61,821 110,900 464,049 466,227 930,276 10.58 13.26 11.92

    Gunungkidul 57,452 75,091 132,543 327,841 350,157 677,998 17.52 21.44 19.55

    Kulonprogo 63,700 390,207 16.32

    Sleman 52,917 63,873 116,790 554,636 552,668 1,107,304 9.54 11.56 10.55

    Kota

    Yogyakarta

    15,544 21,512 37,056 190,075 200,479 390,554 8.18 10.73 9.49

    Tabel 3 menunjukkan bahwa prosentase tertinggi penduduk lansia terdapat di Gunungkidul dan terendah di Kota

    Yogyakarta. Hal yang perlu dicatat adalah di 4 Kabupaten yang ada di DIY, prosentase penduduk lansia lebih tinggi

    daripada prosentase penduduk lansia nasional yaitu 9,77 %. Di semua Kabupaten/Kota yang termasuk dalam wilayah

    DIY, jumlah lansia perempuan lebih banyak daripada jumlah laki-laki: tertinggi di Gunungkidul (21,44 % perempuan

    dan 17,52 % laki-laki) dan terendah di Kota Yogyakarta (10,73 % perempuan dan 8,18 % laki-laki). Prosentase jumlah

  • 12

    perempuan lansia di semua Kabupaten/Kota lebih tinggi daripada prosentase lansia Indonesia yang dilaporkan oleh BPS

    RI pada tahun 2011 yaitu 8,13 % perempuan dan 7.03 % laki-laki.

  • 13

    B. Analisa Data Lansia Terlantar

    Berdasarkan data pemutakhiran PMKS dan PSKS Dinas Sosial DIY

    tahun 2012 jumlah lansia terlantar di DIY terus meningkat. Pada tahun 2011

    jumlah lansia terlantar mencapai 30.953 jiwa dan tahun 2012 mencapai

    37.199 jiwa, jadi terdapat peningkatan 6.246 jiwa (16,79 %). Data ini tersaji

    pada Tabel 4 yang menunjukkan bahwa lansia terlantar tertinggi pada tahun

    2011 dan 2012 terdapat di Kabupaten Gunungkidul dan terendah di Kota

    Yogyakarta.

    Tabel 4. Jumlah dan prosentase lansia terlantar DIY di tiap Kabupaten/Kota

    tahun 2011 dan 2012.

    2011 % 2012 %

    Bantul 6.083 20% 8.025 22%

    Gunungkidul 12.564 41% 15.422 41%

    Kulonprogo 4.918 16% 5.432 15%

    Sleman 5.536 18% 6.017 16%

    Kota Yogyakarta 1.852 6% 2.303 6%

    Total 30.953

    37.199

    Berdasarkan jenis kelamin, jumlah lansia terlantar perempuan lebih

    banyak daripada lansia laki-laki, yakni lansia perempuan sebanyak 22.508

    jiwa (72,72 %) dan lansia laki-laki sebanyak 8.445 jiwa (27,78 %) pada

    tahun 2011. Pada tahun 2012 lansia perempuan sebanyak 26.436 jiwa (71,07

    %) dan lansia laki-laki sebanyak 10.763 jiwa (28,93 %). Jumlah penduduk

  • 14

    lansia perempuan DIY pada tahun 2011 adalah 51,36 % dari jumlah penduduk

    total, sedangkan prosentase penduduk lansia terlantar perempuan pada tahun

    2011 mencapai 72,72 %. Hal ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan

    gender dimana lansia perempuan lebih rentan menjadi terlantar dibandingkan

    lansia laki-laki.

    C. Analisa Data Lansia dari Data PPLS

    Berdasarkan data BPS, jumlah dan prosentase penduduk miskin di

    DIY dari tahun 2006-2011 terus menurun (BPS, 2012). Pada tahun 2006

    angka kemiskinan DIY adalah 19,15 % sedangkan pada tahun 2011 angka

    kemiskinan DIY adalah 16,14 %. Walaupun begitu, tingkat kemiskinan DIY

    masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kemiskinan nasional pada

    tahun 2011 yaitu 11,86 %.

    Pada tahun 2011 jumlah penduduk DIY adalah DIY 3.487.325.

    Survey PPLS melaporkan bahwa jumlah penduduk dengan:

    status kesejahteraan 1 (sangat miskin) adalah 561.333 (16 %)

    status kesejahteraan 2 (miskin) adalah 396.208 (11 %)

    status kesejahteraan 3 (hampir miskin) adalah 359.372 (10 %)

    Penduduk miskin ini tersebar tidak merata di Kabupaten/Kota yang

    ada di DIY dan sebaran geografis ini dapat dilihat di Tabel 5.

  • 15

    Tabel 5. Jumlah dan prosentase penduduk dan lansia sangat miskin, miskin dan

    hampir miskin per Kabupaten/Kota di DIY

    Sangat

    miskin

    (1)

    % Miskin

    (2)

    % Hampir

    miskin

    (3)

    %

    Bantul 148.109 26% 131.001 33% 120.455 34%

    Gunungkidul 174.226 31% 105.731 27% 92.971 26%

    Kulonprogo 95.010 17% 53.098 13% 46.371 13%

    Sleman 112.085 20% 82.893 21% 77.574 22%

    Kota Yogyakarta 31.903 6% 23.485 6% 22.001 6%

    DIY 561.333 100% 396.208 100% 359.372 100%

    Lansia 96,542 17% 82,042 21% 73,978 21%

    Data yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa penduduk

    sangat miskin, miskin dan hampir miskin paling tinggi dijumpai di Kabupaten

    Gunungkidul dan Bantul, sementara terendah di Kota Yogyakarta

    1. Jumlah dan Prosentase Pralansia dan Lansia Miskin

    Hasil survey PPLS DIY menunjukkan:

    Jumlah lansia sangat miskin adalah 96.542 jiwa atau 17 % dari jumlah

    penduduk sangat miskin

    Jumlah lansia miskin adalah 73.978 jiwa atau 21 % dari jumlah

    penduduk miskin

    Jumlah lansia hampir miskin adalah 82.042 jiwa atau 21 % dari jumlah

    penduduk hampir miskin

  • 16

    Mengingat bahwa prosentase jumlah penduduk lansia DIY adalah

    13,04 %, hal ini berarti tingkat kemiskinan pada kelompok umur lansia lebih

    tinggi daripada tingkat kemiskinan penduduk secara keseluruhan. Lansia

    merupakan kelompok penduduk yang lebih rentan menjadi miskin

    dibandingkan penduduk dari kelompok umur lainnya. Banyak keluarga sangat

    miskin, miskin dan hampir miskin mempunyai anggota keluarga pralansia dan

    lansia.

    Hasil analisa data PPLS berdasarkan kelompok umur dengan fokus

    pada pralansia dan lansia disajikan pada tabel 6. Analisa lebih lanjut data

    PPLS per Kabupaten/Kota untuk kelompok umur pralansia (45-59 tahun)

    dapat dilihat di Tabel 7, lansia muda (60-69 tahun) di Tabel 8, lansia

    menengah (70-79 tahun) di Tabel 9 dan lansia lanjut (80 tahun ke atas) di

    Tabel 10.

    Tabel 6. Data pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin

    DIY

    Sangat Miskin Miskin Hampir Miskin

    Pralansia 92,025 80,179 80,309

    Lansia Muda 38,176 34,458 33,995

    Lansia Menengah 40,487 20,363 26,367

    Lansia Lanjut 17,879 15,333 13,616

  • 17

    Tabel 7. Data pralansia (45-59 tahun) sangat miskin, miskin dan hampir miskin DIY

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    % Sangat

    Miskin

    %

    Miskin

    % Hampir

    Miskin

    Bantul 24,766 26,396 26,844 27% 33% 33%

    Gunungkidul 28,817 20,824 20,606 31% 26% 26%

    Kulonprogo 14,756 11,437 11,348 16% 14% 14%

    Sleman 18,114 16,656 16,698 20% 21% 21%

    Kota Yogyakarta 5,572 4,866 4,813 6% 6% 6%

    Total 92,025 80,179 80,309 100% 100% 100%

    Tabel 8. Data lansia muda (60-69 tahun) sangat miskin, miskin dan hampir miskin

    DIY

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    % Sangat

    Miskin

    %

    Miskin

    % Hampir

    Miskin

    Bantul 10,285 10,158 9,219 27% 29% 27%

    Gunungkidul 13,215 10,988 11,267 35% 32% 33%

    Kulonprogo 5,769 4,694 5,428 15% 14% 16%

    Sleman 7,575 7,199 6,566 20% 21% 19%

    Kota Yogyakarta 1,332 1,419 1,515 3% 4% 4%

    Total 38,176 34,458 33,995 100% 100% 100%

  • 18

    Tabel 9. Data lansia menengah (70-79 tahun) sangat miskin, miskin dan hampir

    miskin DIY

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    % Sangat

    Miskin

    %

    Miskin

    % Hampir

    Miskin

    Bantul 9,725 9,544 8,178 24% 30% 31%

    Gunungkidul 14,199 10,645 8,303 35% 33% 31%

    Kulonprogo 8,283 4,404 3,426 20% 14% 13%

    Sleman 7,508 6,592 5,333 19% 20% 20%

    Kota Yogyakarta 772 1,066 1,127 2% 3% 4%

    Total 40,487 32,251 26,367 100% 100% 100%

    Tabel 10. Data lansia lanjut (80 tahun ke atas) sangat miskin, miskin dan hampir

    miskin DIY

    Sangat

    Miskin

    Miskin Hampir

    Miskin

    % Sangat

    Miskin

    %

    Miskin

    % Hampir

    Miskin

    Bantul 3,863 4,495 4,543 22% 29% 33%

    Gunungkidul 6,910 4,988 3,935 39% 33% 29%

    Kulonprogo 3,107 1,963 1,598 17% 13% 12%

    Sleman 3,617 3,394 2,933 20% 22% 22%

    Kota Yogyakarta 382 493 607 2% 3% 4%

    Total 17,879 15,333 13,616 100% 100% 100%

    Rekapitulasi sebaran geografis prosentase tertinggi pralansia, lansia

    muda, lansia menengah dan lansia lanjut sangat miskin, miskin dan hampir

    miskin tertinggi dapat dilihat di Tabel 11.

  • 19

    Tabel 11. Sebaran geografis prosentase tertinggi pralansia, lansia muda, lansia

    menengah dan lansia lanjut sangat miskin, miskin dan hampir miskin DIY

    Sangat Miskin Miskin Hampir Miskin

    Pralansia Gunungkidul,

    Bantul

    Bantul,

    Gunungkidul

    Bantul,

    Gunungkidul

    Lansia Muda Gunungkidul,

    Bantul

    Gunungkidul,

    Bantul

    Gunungkidul,

    Bantul

    Lansia Menengah Gunungkidul,

    Bantul

    Gunungkidul,

    Bantul

    Gunungkidul,

    Bantul

    Lansia Lanjut Gunungkidul,

    Bantul

    Gunungkidul,

    Bantul

    Bantul,

    Gunungkidul

    Dari Tabel 11, dapat dilihat bahwa prosentase pralansia, lansia muda,

    lansia menengah dan lansia lanjut sangat miskin, miskin atau hampir miskin

    ditemukan tertinggi di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul. Prosentase

    terendah untuk pralansia, lansia muda, lansia menengah dan lansia lanjut

    sangat miskin, miskin dan hampir miskin semuanya ditemukan di Kota

    Yogyakarta.

    2. Pralansia dan Lansia Miskin Bekerja

    Survey PPLS juga mengumpulkan data pralansia dan lansia miskin

    yang masih aktif bekerja. Jumlah lansia (60 tahun ke atas) DIY dengan status

    kesejahteraan 1-3 adalah 252.262, dan 164.913 (65,30 %) diantaranya masih

  • 20

    bekerja. Survey Tenaga Kerja Nasional yang diadakan oleh BPS pada tahun

    2011 melaporkan bahwa 45,41 % lansia indonesia masih bekerja, berarti

    prosentase lansia miskin yang masih bekerja di DIY lebih tinggi daripada

    prosentase penduduk lansia Indonesia. Kemungkinan hal ini menunjukkan

    bahwa lansia miskin terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

    Hasil analisa data pralansia dan lansia dengan status kesejahteraan 1-3

    yang masih bekerja dapat dilihat di Tabel 12 dan Gambar 4.

    Tabel 12. Jumlah dan prosentase pralansia, lansia muda, menengah dan lanjut

    sangat miskin, miskin dan hampir miskin DIY yang masih aktif bekerja

    Pralansia 45-59 Lansia 60-69 Lansia 70-79 Lansia 80+

    Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

    Bantul 66,139 85 22,182 75 14,877 54 3,807 30

    Gunungkidul 66,168 94 31,979 90 24,971 75 7,227 46

    Kulonprogo 1,581 84 453 67 344 42 77 22

    Sleman 42,001 82 15,979 75 11,152 57 3,232 33

    Kota Yogyakarta 11,869 78 2,779 65 1,291 44 376 25

    DIY 220,301 87 85,926 81 62,177 63 16,810 36

  • 21

    Gambar 4. Prosentase pralansia, lansia muda, menengah dan lanjut yang bekerja per

    Kabupaten/Kota di DIY

    Dari riset tahun 2009, Adioetomo melaporkan bahwa 52 % lansia

    muda, 33 % lansia menengah dan 17 % lansia lanjut masih aktif bekerja

    (Adioetomo, 2009). Prosentase lansia muda, lansia menengah dan lansia

    lanjut dengan status kesejahteraan 1-3 DIY yang masih aktif bekerja di semua

    Kabupaten/Kota ternyata lebih tinggi daripada hasil riset Adioetomo.

    Prosentase pralansia dan lansia muda, menengah dan lanjut dengan status

    kesejahteraan 1-3 yang masih aktif bekerja paling tinggi ditemukan di

    Gunungkidul. Tingginya partisipasi ekonomi lansia miskin mungkin

    menunjukkan bahwa lansia miskin terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    80

    90

    100

    Pralansia Lansia 60-70 Lansia 70-80 Lansia 80+

    Bantul

    Gunungkidul

    Kulonprogo

    Sleman

    Kota

  • 22

    sehari-hari, di samping untuk mengisi waktu luang, menjaga kesehatan badan,

    dan lain-lain. Lansia yang masih aktif bekerja bisa punya dampak positif

    untuk kesehatan mereka, tetapi harus hati-hati akan kemungkinan terjadinya

    eksploitasi lansia oleh keluarga dan perhatikan jumlah jam kerja supaya tidak

    sampai mengganggu kesehatannya.

    Data pralansia dan lansia miskin yang masih aktif bekerja dianalisa

    lebih lanjut berdasarkan jenis usaha. Hasil analisa disajikan di Tabel 13, 14,

    15 dan 16.

  • 23

    Tabel 13. Jumlah dan prosentase Pralansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin DIY yang masih aktif bekerja

    berdasarkan jenis usaha

    Jenis Usaha Bantul GK KP Sleman Kota

    Pertanian Tanaman padi dan Palawija 19,377 29.30% 3,020 89.77% 1,184 74.89% 12,954 30.84% 13 0.11%

    Holtikultura 426 0.64% 2 0.06% 10 0.63% 1,298 3.09% 8 0.07%

    Perkebunan 827 1.25% 11 0.33% 5 0.32% 416 0.99% 7 0.06%

    Perikanan tangkap 95 0.14% 7 0.21% 7 0.44% 48 0.11% 8 0.07%

    Perikanan budidaya 77 0.12% 0 0.00% 0 0.00% 57 0.14% 4 0.03%

    Peternakan 2,974 4.50% 66 1.96% 35 2.21% 1,701 4.05% 30 0.25%

    Kehutanan/pertanian lainnya 356 0.54% 19 0.56% 2 0.13% 292 0.70% 10 0.08%

    Pertambangan/penggalian 770 1.16% 2 0.06% 2 0.13% 794 1.89% 12 0.10%

    Industri pengolahan 9,524 14.40% 17 0.51% 30 1.90% 3,863 9.20% 901 7.62%

    Listrik dan gas 84 0.13% 1 0.03% 1 0.06% 70 0.17% 32 0.27%

    Bangunan/konstruksi 9,943 15.03% 1,18 3.51% 115 7.27% 6,553 15.60% 752 6.36%

    Perdagangan 10,949 16.55% 69 2.05% 103 6.51% 5,979 14.24% 3,712 31.41%

    Hotel dan rumah makan 740 1.12% 1 0.03% 0 0.00% 634 1.51% 722 6.11%

    Transportasi dan pergudangan 2,233 3.38% 6 0.18% 4 0.25% 871 2.07% 775 6.56%

    Informasi dan komunikasi 55 0.08% 0 0.00% 0 0.00% 38 0.09% 42 0.36%

    Keuangan dan asuransi 33 0.05% 0 0.00% 0 0.00% 37 0.09% 23 0.19%

  • 24

    Jasa pendidikan, kesehatan,

    kemasyarakatan, pemerintahan dan

    perorangan

    6,399 9.68% 18 0.54% 61 3.86% 5,299 12.62% 4,199 35.53%

    Lainnya 1,277 1.93% 7 0.21% 22 1.39% 1,097 2.61% 569 4.81%

    Total 66,139 3,364 1,581 42,001 11,819

    * KP: Kulon Progo, GK: Gunung Kidul

  • 25

    Tabel 14. Jumlah dan prosentase Lansia Muda sangat miskin, miskin dan hampir miskin DIY yang masih aktif bekerja

    berdasarkan jenis usaha

    Jenis Usaha Bantul GK KP Sleman Kota

    Pertanian Tanaman padi dan Palawija 10,749 48.03% 1,685 94.98% 358 79.03% 8,040 50.32% 21 0.76%

    Holtikultura 198 0.88% 1 0.06% 3 0.66% 572 3.58% 3 0.11%

    Perkebunan 352 1.57% 0 0.00% 4 0.88% 167 1.05% 3 0.11%

    Perikanan tangkap 23 0.10% 1 0.06% 0 0.00% 15 0.09% 1 0.04%

    Perikanan budidaya 14 0.06% 2 0.11% 0 0.00% 15 0.09% 0 0.00%

    Peternakan 1,600 7.15% 35 1.97% 15 3.31% 856 5.36% 4 0.14%

    Kehutanan/pertanian lainnya 186 0.83% 7 0.39% 1 0.22% 160 1.00% 4 0.14%

    Pertambangan/penggalian 115 0.51% 0 0.00% 0 0.00% 157 0.98% 0 0.00%

    Industri pengolahan 2,324 10.38% 7 0.39% 12 2.65% 1,315 8.23% 184 6.62%

    Listrik dan gas 6 0.03% 0 0.00% 0 0.00% 10 0.06% 5 0.18%

    Bangunan/konstruksi 1,399 6.25% 11 0.62% 16 3.53% 1,214 7.60% 132 4.75%

    Perdagangan 3,184 14.23% 15 0.85% 30 6.62% 1,883 11.78% 983 35.37%

    Hotel dan rumah makan 151 0.67% 0 0.00% 0 0.00% 129 0.81% 148 5.33%

    Transportasi dan pergudangan 419 1.87% 0 0.00% 0 0.00% 124 0.78% 228 8.20%

    Informasi dan komunikasi 5 0.02% 0 0.00% 0 0.00% 3 0.02% 5 0.18%

    Keuangan dan asuransi 5 0.02% 0 0.00% 0 0.00% 8 0.05% 3 0.11%

  • 26

    Jasa pendidikan, kesehatan,

    kemasyarakatan, pemerintahan dan

    perorangan

    1,312 5.86% 7 0.39% 10 2.21% 1,045 6.54% 901 32.42%

    Lainnya 340 1.52% 3 0.17% 4 0.88% 266 1.66% 154 5.54%

    Total 22,382 1774 453 15,979 2,779

    * KP: Kulon Progo, GK: Gunung Kidul

  • 27

    Tabel 15. Jumlah dan prosentase Lansia Menengah sangat miskin, miskin dan hampir miskin DIY yang masih aktif bekerja

    berdasarkan jenis usaha

    Jenis Usaha Bantul GK KP Sleman Kota

    Pertanian Tanaman padi dan Palawija 8,010 53.84% 961 94.31% 280 81.40% 6,413 57.51% 31 2.40%

    Holtikultura 117 0.79% 0 0.00% 3 0.87% 430 3.86% 2 0.15%

    Perkebunan 199 1.34% 0 0.00% 5 1.45% 127 1.14% 0 0.00%

    Perikanan tangkap 11 0.07% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00%

    Perikanan budidaya 6 0.04% 0 0.00% 0 0.00% 12 0.11% 0 0.00%

    Peternakan 1,467 9.86% 36 3.53% 17 4.94% 706 6.33% 6 0.46%

    Kehutanan/pertanian lainnya 146 0.98% 3 0.29% 1 0.29% 125 1.12% 3 0.23%

    Pertambangan/penggalian 61 0.41% 2 0.20% 0 0.00% 74 0.66% 0 0.00%

    Industri pengolahan 1,563 10.51% 1 0.10% 2 0.58% 969 8.69% 81 6.27%

    Listrik dan gas 7 0.05% 0 0.00% 0 0.00% 5 0.04% 1 0.08%

    Bangunan/konstruksi 317 2.13% 0 0.00% 7 2.03% 314 2.82% 31 2.40%

    Perdagangan 1,825 12.27% 7 0.69% 21 6.10% 1,133 10.16% 523 40.51%

    Hotel dan rumah makan 64 0.43% 0 0.00% 0 0.00% 46 0.41% 59 4.57%

    Transportasi dan pergudangan 116 0.78% 0 0.00% 0 0.00% 29 0.26% 77 5.96%

    Informasi dan komunikasi 1 0.01% 0 0.00% 0 0.00% 1 0.01% 4 0.31%

    Keuangan dan asuransi 2 0.01% 0 0.00% 0 0.00% 2 0.02% 0 0.00%

  • 28

    Jasa pendidikan, kesehatan,

    kemasyarakatan, pemerintahan dan

    perorangan

    680 4.57% 8 0.79% 4 1.16% 555 4.98% 381 29.51%

    Lainnya 285 1.92% 1 0.10% 4 1.16% 211 1.89% 92 7.13%

    Total 14,877 1019 344 11,152 1,291

    * KP: Kulon Progo, GK: Gunung Kidul

  • 29

    Tabel 16.Jumlah dan prosentase Lansia Lanjut sangat miskin, miskin dan hampir miskin DIY yang masih aktif bekerja

    berdasarkan jenis usaha

    Jenis Usaha Bantul GK KP Sleman Kota

    Pertanian Tanaman padi dan Palawija 1,902 49.96% 226 94.56% 66 85.71% 1,805 55.85% 8 2.13%

    Holtikultura 40 1.05% 0 0.00% 0 0.00% 144 4.46% 0 0.00%

    Perkebunan 64 1.68% 0 0.00% 2 2.60% 39 1.21% 1 0.27%

    Perikanan tangkap 2 0.05% 0 0.00% 0 0.00% 4 0.12% 0 0.00%

    Perikanan budidaya 4 0.11% 0 0.00% 0 0.00% 4 0.12% 2 0.53%

    Peternakan 509 13.37% 8 3.35% 1 1.30% 233 7.21% 2 0.53%

    Kehutanan/pertanian lainnya 34 0.89% 1 0.42% 0 0.00% 33 1.02% 1 0.27%

    Pertambangan/penggalian 9 0.24% 0 0.00% 0 0.00% 12 0.37% 1 0.27%

    Industri pengolahan 388 10.19% 0 0.00% 2 2.60% 345 10.67% 17 4.52%

    Listrik dan gas 3 0.08% 0 0.00% 0 0.00% 1 0.03% 0 0.00%

    Bangunan/konstruksi 43 1.13% 1 0.42% 0 0.00% 46 1.42% 4 1.06%

    Perdagangan 481 12.63% 3 1.26% 4 5.19% 311 9.62% 167 44.41%

    Hotel dan rumah makan 11 0.29% 0 0.00% 0 0.00% 14 0.43% 12 3.19%

    Transportasi dan pergudangan 20 0.53% 0 0.00% 0 0.00% 7 0.22% 15 3.99%

    Informasi dan komunikasi 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% 1 0.03% 0 0.00%

    Keuangan dan asuransi 5 0.13% 0 0.00% 0 0.00% 1 0.03% 0 0.00%

  • 30

    Jasa pendidikan, kesehatan,

    kemasyarakatan, pemerintahan dan

    perorangan

    205 5.38% 0 0.00% 1 1.30% 154 4.76% 122 32.45%

    Lainnya 87 2.29% 0 0.00% 1 1.30% 78 2.41% 24 6.38%

    Total 3,807 239 77 3,232 376

    * GK: Gunung Kidul, KP: Kulon Progo

    Dari Tabel 13, 14, 15 dan 16 terlihat adanya perbedaan jenis usaha berdasarkan sebaran geografis, yaitu:

    Bantul: sekitar 50 % lansia bekerja di bidang pertanian tanaman padi dan palawija, sebagian kecil bekerja di

    bidang industri pengolahan dan perdagangan

    Gunungkidul: sekitar 90 % bekerja di bidang pertanian tanaman padi dan palawija, sebagian kecil bekerja di

    bidang peternakan dan bangunan/konstruksi

    Kulonprogo: sekitar 80 % bekerja di bidang pertanian tanaman padi dan palawija, sebagian kecil bekerja di

    bidang peternakan dan perdagangan

    Sleman: sekitar 50 % lansia bekerja di bidang pertanian tanaman padi dan palawija, sebagian kecil bekerja

    di bidang industri pengolahan dan perdagangan

  • 31

    Kota Yogyakarta: sekitar 40 % bekerja di bidang perdagangan, 30 % di bidang jasa, dan sebagian kecil

    bekerja di bidang industri pengolahan

  • 32

    Ada kesamaan jenis usaha dari pralansia dan lansia sangat miskin,

    miskin dan hampir miskin di Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo yaitu

    sebagian besar bekerja di bidang bidang pertanian tanaman padi dan palawija,

    sebagian kecil bekerja di bidang peternakan. Sementara kesamaan jenis usaha

    juga dijumpai pada pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir

    miskin di Kabupaten Bantul dan Sleman yaitu sekitar 50 % lansia bekerja di

    bidang pertanian tanaman padi dan palawija, sebagian kecil bekerja di bidang

    industri pengolahan dan perdagangan.

    Pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin di

    Kabupaten Gunungkidul dan Kulonprogo masih mengandalkan pemasukan

    mereka dari sektor pertanian yang mencerminkan kondisi rural, sementara

    mereka yang tinggal di Kabupaten Bantul dan Kulonprogo mempunyai jenis

    usaha yang lebih bervariasi. Pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan

    hampir miskin yang tinggal di Kota Yogyakarta mengandalkan pemasukan

    mereka dari bidang perdagangan dan jasa yang lebih mencerminkan kondisi

    urban.

    3. Pralansia dan Lansia miskin dengan Penyakit Kronis

    Data pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin

    dengan penyakit kronis per Kabupaten/Kota di DIY dari survey PPLS dan

    hasil survey BPS tahun 2011 disajikan pada Tabel 17 dan Gambar 6.

  • 33

    Tabel 17. Jumlah dan prosentase Pralansia dan Lansia sangat miskin, miskin dan

    hampir miskin DIY dengan penyakit Kronis

    Pralansia

    miskin

    Lansia

    muda

    Lansia

    menengah

    Lansia

    lanjut

    %

    Pralansia

    miskin

    %

    Lansia

    muda

    % Lansia

    menengah

    %

    Lansia

    lanjut

    Bantul 4183 2813 3688 2044 5,36 9,48 13,44 15,84

    Gunungkidul 2605 2544 3791 2469 3,71 7,17 11,44 15,59

    Kulonprogo 1233 1085 1638 784 3,28 6,83 10,17 11,76

    Sleman 1949 1567 1978 1172 3,79 7,34 10,18 11,79

    Kota 1092 606 508 278 7,16 14,21 17,13 18,76

    DIY 11062 8615 11603 6747 4,72 8,08 11,71 14,41

    BPS 2011

    17,64 28,53 38,26 44,27

    Gambar 5. Prosentase Pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin

    dengan penyakit Kronis per Kabupaten/Kota di DIY

    0%

    5%

    10%

    15%

    20%

    25%

    30%

    35%

    40%

    45%

    Pralansiamiskin total

    Lansia muda Lansiamenengah

    Lansia lanjut

    Bantul

    Gunungkidul

    Kulonprogo

    Sleman

    Kota

    DIY

    Nasional

  • 34

    Dari Tabel 17, bisa dilihat bahwa prosentase individu dengan penyakit

    kronis meningkat dengan bertambahnya usia. Prosentase pralansia dan lansia

    miskin DIY dengan penyakit kronis lebih rendah daripada prosentase nasional

    yang dilaporkan oleh BPS 2011. Ada kemungkinan prosentase pralansia dan

    lansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin DIY dengan penyakit kronis

    rendah daripada prosentase nasional. Akan tetapi ada juga kemungkinan

    bahwa pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin DIY

    kurang mengerti tentang resiko penyakit kronis, tidak memeriksakan diri ke

    pelayanan kesehatan sehingga tidak tahu menderita penyakit kronis, dan lain-

    lain.

    Prosentase pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir

    miskin dengan penyakit kronis di Kota Yogyakarta lebih tinggi daripada

    prosentase pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin

    dengan penyakit kronis yang ditemukan di 4 Kabupaten di DIY. Hal ini

    mungkin disebabkan pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir

    miskin kota Yogyakarta mempunyai pengetahuan lebih banyak tentang

    penyakit kronis dan kesadaran lebih tinggi untuk cek kesehatan, sehingga

    mereka memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dan mengetahui bahwa

    mereka menderita penyakit kronis. Namun ada juga kemungkinan bahwa

    tekanan hidup penduduk kota lebih tinggi sehingga prosentase pralansia dan

    lansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin dengan penyakit kronis paling

    tinggi dijumpai di kota Yogyakarta.

  • 35

    4. Pralansia dan Lansia miskin dengan Disabilitas

    Prosentase pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir

    miskin dengan disabilitas di DIY berkisar antara 2,53 % sampai 5,31 %

    seperti tampak pada Tabel 18 dan Gambar 6.

    Tabel 18. Jumlah dan prosentase Pralansia dan Lansia sangat miskin, miskin

    dan hampir miskin DIY dengan disabilitas

    Pralansia 45-59 Lansia 60-69 Lansia 70-79 Lansia 80+

    Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

    Bantul 865 2.92 1,101 4.01 855 6.63 2,821 4.03

    Gunungkidul 847 2.39 1,042 3.14 875 5.53 2,764 3.27

    Kota 81 1.9 85 2.87 72 4.86 238 2.73

    Kulonprogo 430 2.71 481 2.99 279 4.18 1,190 3.08

    Sleman 476 2.23 564 2.9 405 4.07 1,445 2.85

    DIY 2,699 2.53 3,273 3.3 2,486 5.31 8,458 3.35

  • 36

    Gambar 6. Prosentase Pralansia dan Lansia Miskin dengan disabilitas per

    Kabupaten/Kota di DIY tahun 2011

    Dari Gambar 6 bisa dilihat bahwa disabilitas meningkat seiring dengan

    bertambahnya usia, kecuali pada kelompok lansia lanjut prosentase disabilitas

    lebih rendah dibandingkan kelompok lansia menengah. Penjelasan yang

    mungkin diberikan untuk fenomena ini adalah lansia yang bisa mencapai usia

    di atas 80 tahun adalah lansia dengan tingkat kesehatan yang lebih baik,

    sehingga prosentase disabilitas pada kelompok lansia lanjut lebih rendah

    daripada kelompok lansia menengah.

    National Institute of Health Amerika melaporkan bahwa prevalensi

    disabilitas pada lansia berusia 65 tahun ke atas pada tahun 1999 adalah 20 %

    Jadi prosentase pralansia dan lansia miskin dengan disabilitas yang ditemukan

    di DIY pada tahun 2011 ini amat rendah dibandingkan yang dijumpai di

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    Pralansia 45-60

    Lansia 60-70

    Lansia 70-80

    Lansia 80+

  • 37

    Amerika. Mengingat bahwa disabilitas dan kemiskinan berkorelasi positif

    yang berarti bila angka kemiskinan lebih tinggi maka angka disabilitas juga

    lebih tinggi. Kemungkinan penyebab rendahnya prosentase pralansia dan

    lansia miskin dengan disabilitas di DIY adalah kriteria disabilitas yang

    digunakan dan anggapan bahwa keterbatasan fungsi yang sering dijumpai

    pada lansia tidak dianggap sebagai disabilitas tetapi sebagai bagian dari

    perubahan normal yang terjadi pada lansia. Penggunaan Washington Group

    Short Measure on Disability dalam survey yang akan datang mungkin dapat

    mengklarifikasi perbedaan ini.

  • 38

    BAB IV

    PENUTUP

    Pada tahun 2012 Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai prosentase jumlah

    lansia tertinggi di Indonesia yaitu 13.04 % Angka harapan hidup DIY juga pasling

    tinggi di Indonesia. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah lansia perempuan lebih tinggi

    dibandingkan jumlah lansia laki-laki di semua Kabupaten/Kota di DIY.

    Angka kemiskinan DIY (16,14 %) lebih tinggi daripada angka kemiskinan

    nasional (11,86 %). Berdasarkan data PPLS tahun 2011, prosentase lansia sangat

    miskin, miskin dan hampir miskin (status kesejateraan 1-3) DIY dibandingkan jumlah

    penduduk sangat miskin, miskin dan hampir miskin DIY adalah 17 %, 21 % dan 21

    %. Ketiga angka inii lebih tinggi daripada prosentase jumlah lansia di DIY (13,94 %),

    berarti lansia DIY mempunyai tingkat kerentanan terhadap kemiskinan yang lebih

    tinggi dibandingkan rata-rata penduduk DIY. Hal ini berarti keberadaan lansia dalam

    keluarga miskin dapat dimasukkan sebagai salah satu syarat dalam program

    perlindungan sosial seperti Program Keluarga Harapan.

    Persebaran geografis pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir

    miskin (status kesejahteraan 1-3) tidak merata di kabupaten/ kota. Hal ini berarti

    program pemberdayaan dan perlindungan sosial untuk lansia harus dibuat

    proporsional sesuai sebaran geografis masalah lansia yang ada di DIY. Prosentase

    tertinggi ditemukan di Kabupaten Gunungkidul dan Bantul, sedangkan prosentase

    terendah ditemukan di Kota Yogyakarta. Data jumlah dan sebaran geografis ini bisa

  • 39

    menjadi masukan untuk menentukan sasaran program pemberdayaan dan

    perlindungan sosial.

    Program perlindungan sosial diutamakan bagi lansia lanjut sangat miskin,

    sementara pemberdayaan ditujukan bagi pralansia dan lansia muda/menengah dari

    keluarga sangat miskin, miskin dan hampir miskin. Program pemberdayaan ekonomi

    bisa ditujukan kepada lansia atau keluarga untuk meningkatkan kemampuan keluarga

    dalam merawat anggota keluarga yang lansia.

    Prosentase pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin yang

    masih aktif bekerja di DIY lebih tinggi daripada angka lansia bekerja secara nasional.

    Hal ini mungkin menunjukkan bahwa pralansia dan lansia sangat miskin, miiskin dan

    hampir miskin terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Data

    yang menunjukkan bahwa 46 % lansia lanjut di Gunungkidul masih bekerja bisa

    menjadi masukan untuk perubahan cara pandang tentang batasan usia lansia potensial

    yang bisa mendapat bantuan Usaha Ekonomi Produktif.

    Program pemberdayaan ekonomi ini sebaiknya disesuaikan dengan jenis

    usaha lansia atau keluarga. Analisa data pralansia dan lansia dengan status

    kesejahteraan 1-3 menunjukkan persebaran geografis yang berbeda. Di Kabupaten

    Gunungkidul dan Kulonprogo prolansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir

    miskin bekerja di sektor pertanian (sekitar 90 %). Di Kabupaten Sleman dan Bantul,

    jenis usahanya lebih bervariasi: sekitar 50 % bekerja di bidang pertanian, dan ada

    yang bekerja di sektor bidang industri pengolahan dan perdagangan. Di kota

    Yogyakarta, mereka bekerja di sektor perdagangan dan jasa.

  • 40

    Prosentase pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin DIY

    dengan penyakit kronis lebih rendah dari angka nasional yang dilaporakan BPS 2011.

    Mungkin hal ini karena ketidak tahuan tentang penyakit kronis atau tidak tahu bahwa

    dirinya menderita penyakit kronis, atau pralansia dan lansia sangat miskin, miskin

    dan hampir miskin pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin DIY

    memang lebih sehat karena lebih ayem.

    Persebaran prosentase pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir

    miskin dengan penyakit kronis tidak merata di kabupaten/ kota, dimana prosentase

    pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin di kota yang menderita

    penyakit kronis lebih tinggi daripada di 4 Kabupaten. Hal ini mungkin dikarenakan

    pengetahuan dan kesadaran yang lebih tinggi tentang penyakit kronis atau karena

    stress yang lebih tinggi di kota.

    Prosentase pralansia dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin DIY

    dengan disabilitas relatif rendah daripada angka yang dilaporkan oleh negara maju.

    Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan kriteria yang dipakai. Prosentase lansia

    miskin DIY dengan disabilitas meningkat dengan bertambahnya usia, kecuali pada

    lansia lanjut. Hal ini mungkin disebabkan lansia lanjut merupakan lansia yang sehat

    karena sebagian besar lansia yang kurang sehat meninggal di usia antara 70-79 tahun.

    Data PPLS lebih lengkap dibandingkan data umum dan data lansia terlantar, sehingga

    analisa cukup detil bisa dilakukan untuk mendapatkan gambaran kondisi pralansia

    dan lansia sangat miskin, miskin dan hampir miskin. Mengingat bahwa negara harus

    mengayomi dan menyejahterakan seluruh penduduk, tidak hanya penduduk yang

  • 41

    strata ekonominya di bawah, kami menyarankan pengumpulan data yang lengkap

    untuk semua pralansia dan lansia, sehingga gambaran semua pralansia dan lansia

    pada umumnya dapat diperoleh.

  • 42

    DAFTAR PUSTAKA

    Adioetomo, Sri Moertiningsih (2009), Indonesia country profile based on 2008

    SUSENAS Data. Paper presented at the Workshop on Ageing Readiness, ESCAP and

    Demographic Institute, Jakarta, Hotel Athlete, 7-8 October 2009, Jakarta.

    BPS Indonesia, 2000, Piramida penduduk. Dapat diunduh dari

    http://www.datastatistik-

    indonesia.com/portal/index.php?option=com_content&task=view&id=213&Itemid=2

    13&limit=1&limitstart=4)

    BPS, 2011. Profil Pembangungan D.I. Yogyakarta. Dapat diunduh dari

    http://simreg.bappenas.go.id/document/Profil/Profil%20Pembangunan%20Provinsi%

    203400DIY%202013.pdf

    BPS, 2012. Kondisi Kemiskinan. Dapat diunduh dari

    http://simreg.bappenas.go.id/document/Profil/Profil%20Pembangunan%20Provinsi%

    203400DIY%202013.pdf

    BPS, 2011. Survey Tenaga Kerja Nasional. Dapat diunduh dari

    http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/stat_lansia_2011/files/search/searchtext.xml

    BPS Bantul, 2012. Banyaknya penduduk Kabupaten Bantul menurut kelompok umur

    dan jenis kelamin. Dapat diunduh dari http://bantulkab.bps.go.id/index.php/en/sosial-

    dan-kependudukan-2/penduduk/45-banyaknya-penduduk-kabupaten-bantul-menurut-

    kelompok-umur-dan-jenis-kelamin-2012

  • 43

    BPS Gunungkidul, 2012. Gunungkidul Dalam Angka 2012. Dapat diunduh dari

    http://www.gunungkidulkab.go.id/pustaka/Gunungkidul%20Dalam%20Angka%2020

    12.pdf

    BPS Kota Yogyakarta, 2012. Yogyakarta Dalam Angka 2012. Dapat diunduh dari

    http://jogjakota.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=1

    BPS Kulonprogo, 2012. Kulonprogo Dalam Angka 2012. Dapat diunduh dari

    http://kulonprogokab.bps.go.id/?hal=publikasi_detil&id=2

    BPS Sleman, 2012. Sleman Dalam Angka 2012. Dapat diunduh dari

    http://slemankab.bps.go.id/flipbook/kca/sleman2012/

    Jalal F, 2013. Indonesia Needs to Prepare for Population Aging. Dapat diunduh dari

    http://indonesia.unfpa.org/news/2013/08/indonesia-needs-to-prepare-for-population-

    ageing

    Dinas Sosial DIY, 2011. Data PMKS dan PSKS 2011.

    Dinas Sosial DIY, 2012. Data PMKS dan PSKS 2012. Dapat diunduh dari

    http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/02/23/mioild-lansia-terlantar-di-

    diy-meningkat-1679-persen

    Kaneda Toshiko, 2006. A Critical Window for Policymaking on Population Aging in

    Developing Countries. Dapat diunduh dari

    http://www.prb.org/Publications/Articles/2006/ACriticalWindowforPolicymakingonP

    opulationAginginDevelopingCountries.aspx

    Kinsella, K., Velkoff, V.A., 2001. An Aging World: 2001. Dapat diunduh dari

    http://www.census.gov/prod/2001pubs/p95-01-1.pdf

  • 44

    Komnas Lansia, 2009. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Dapat diunduh dari

    http://www.komnaslansia.go.id/d0wnloads/profil/Profil_Penduduk_Lanjut_Usia_200

    9.pdf

    National Institute of Health National Institute of Health, 2010. Disability in Older

    Adults. Dapat diunduh dari

    http://report.nih.gov/nihfactsheets/ViewFactSheet.aspx?csid=37

    United Nations Department of Economic and Sosial Affairs, Population Division.

    World Population Prospects: Revision 2012. Dapat diunduh dari

    http://www.un.org/en/development/desa/population/publications/pdf/trends/WPP201

    2_Wallchart.pdf

    HALAMAN JUDULKATA PENGANTARDAFTAR TABELDAFTAR GAMBARDAFTAR SINGKATANDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUANBAB II TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISA DATABAB III HASIL ANALISA DAN PENYAJIAN DATABAB IV PENUTUPDAFTAR PUSTAKA