kajian aktivitas ekstrak etanol rimpang kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6....

78
Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus Albinus.) WENI KURNIATI DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Upload: vuonglien

Post on 16-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit

(Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit

(Mus musculus Albinus.)

WENI KURNIATI

DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

Page 2: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Judul Skripsi : Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma

longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit

(Mus musculus Albinus.)

Nama : Weni Kurniati

NRP : B04104131

Disetujui

Dr. drh. Wiwin Winarsih, M.Si

Pembimbing I

Dr. Dra. Ietje Wientarsih, Apt. M.Sc

Pembimbing II

Diketahui

Wakil Dekan FKH IPB

Dr. Nastiti Kusumorini

Tanggal lulus:

Page 3: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

ABSTRAK

WENI KURNIATI. Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma

longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus

Albinus). Dibimbing oleh WIWIN WINARSIH dan IETJE WIENTARSIH.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui khasiat sediaan salep ekstrak etanol

kunyit (Curcuma longa Linn.) sebagai obat penyembuhan luka, serta zat-zat aktif

yang terkandung dalam kunyit yang dapat dilarutkan oleh pelarut etanol.

Beberapa uji yang dilakukan adalah; penapisan fitokimia, uji patologi anatomi,

dan histopatologi. Ekstraksi kunyit dilakukan dengan metode maserasi hingga

dihasilkan sediaan kental dan selanjutnya dibuat menjadi sediaan salep. Sebagai

hewan percobaan mencit (Mus musculus Albinus.) jantan sebanyak 45 ekor, yang

berumur 8 minggu dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol

negatif tanpa perlakuan, kelompok kontrol positif yang diberikan sediaan

mengandung neomycin sulfat 5%, dan pemberian sediaan salep ekatrak etanol

kunyit. Setelah itu mencit dilukai di bagian punggung sepanjang 1.5 cm. Sediaan

ekstrak semi padat etanol kunyit kemudian diuji dengan menggunakan metode

fitokimia, diketahui bahwa senyawa yang teridentifikasi adalah kelompok

alkaloid dan kuinon. Setelah itu pengamatan Patologi anatomis dilakukan pada

hari ke 2, 4, 7, 14, 21. Parameter yang diamati secara patologi anatomi adalah

warna luka, folikel rambut, penyempitan luka, oedema, dan keberadan keropeng.

Peubah yang diamati secara histopatologis adalah jumlah polimorfonuklear,

neovaskularisasi, presentasi reepitelisasi, dan luasan kolagen. Data yang

didapatkan kemudian diuji dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan Uji Wilayah

Berganda Duncan. Dari pengamatan histopatologi salep ekstrak etanol kunyit dan

kontrol positif dapat mempercepat prases pembentukan neovaskularisasi.

Sementara untuk jumlah polimorfonuklear, persentasi reepitelisasi dan luasan

kolagen, ketiga kelompok memberikan hasil yang tidak berbeda.

Page 4: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit

(Curcuma longa Linn.) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit

(Mus musculus Albinus.)

WENI KURNIATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

Pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

Page 5: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan tadak lupa salawat dan

salam senantiasa tercurah kepada nabi Muhammad SAW. Terima kasih penulis

ucapkan kepada:

1. Bapak dan Mamah tercinta untuk doa, dukungan, dan kepercayaannya.

2. Ibu Dr. drh. Wiwin Winarsih, M.Si. dan Ibu Dr. Dra. Ietje Wientarsih,

Apt. M.Sc. selaku pembimbing skripsi yang telah dengan penuh kesabaran

membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. drh. Agus Setiono, Ms. PhD. selaku dosen penguji.

4. Bapak drh. Isdhoni, M. Biomed. selaku pembimbing akademik, yang telah

membimbing penulis selama menjalani masa kuliah di FKH.

5. Bapak Bayu, Ibu Lina, dan Ibu Rini atas bantuannya selama penulis

melakukan penelitian da laboratorium farmasi.

6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama

bekerja di laboratorium patologi.

7. Kakak-kakak tercinta (Teh Entin, Teh Lilis, Ka Ichsan, Ka Ibnu) dan

pangeran-pangeran kecilku (Ilham, Azriel, Ivander) yang selalu menjadi

inspirasi.

8. Ratih, Rina, Dika, Agus, Tia atas kerjasamanya selama penelitian.

9. Penghuni Pondok Iswara (Upik, Nora, Tika, Nona, Eni, Lala, Ismi) atas

pengertian dan persaudaraannya.

10. Teman dan sahabat Mba Rina, Ami, Ria, Dc, Siti, Srie, Akil, Ratna, Dilla,

Rina F, Winda M, penghuni HAMAS, serta penghuni pondok Saka.

11. Riva, dan Arwin yang senantiasa mengajarkan indahnya kebersamaan.

12. Himpro Ruminansia dan DKM An-Nahl yang memberikan begitu banyak

pengalaman dan pengajaran.

13. Kakak-kakak 39, 40, Adik-adik 42 dan 43, dan tentu saja para pejuang

Asteroidea 41 yang selalu menjadi terbaik dan teristimewa.

14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak mungkin

Page 6: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

dituliskan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun amat penulis harapkan. Semoga

karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, September 2008

Weni Kurniati

Page 7: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor 5 Mei 1986 dari ayah Katidjo dan Ibu

Mar’ah. Penulis merupakan putri ketiga dari tiga bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan di SD Empang 2 (1992-1998), SLTPN 1

Bogor (1998-2001), dan SMUN 1 Bogor (2001-2004). Pada tahun yang sama

penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Bogor melalui jalur USMI.

Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi pengurus Himpro

Ruminansia (2005/2007) dan DKM An-Nahl (2004/2008). Selain itu penulis juga

pernah menjadi asisten Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun 2007 dan

Pengelolaan Kesehatan Hewan dan Lingkungan (PKHL) pada tahun 2008.

Page 8: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

PENDAHULUAN ................................................................................................1

TINJAUAN PUSTAKA

Kunyit Sejarah Tanaman Kunyit.....................................................................4 Taksonomi...........................................................................................4 Manfaat ...............................................................................................6

Mencit Mencit Sebagai Hewan Percobaan ......................................................6

Kulit Struktur dan Fungsi kulit ....................................................................8 Histologi Kulit ....................................................................................8

Fitokimia ....................................................................................................12 Kurkuminoid ..............................................................................................13 Etanol .........................................................................................................13 Ekstraksi .....................................................................................................14 Salep ...........................................................................................................15 Persembuhan Luka .....................................................................................16 Faktor-Faktor yang mempengaruhi persembuhan Luka ............................20

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu .....................................................................................22 Bahan dan Alat ...........................................................................................22

Hewan Percobaan ............................................................................ 22 Bahan ................................................................................................22 Alat ....................................................................................................23

Tahapan Penelitian Ekstraksi Rimpang Kunyit ................................................................23 Penapisan Fitokimia ..........................................................................24 Pembuatan Salep Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit ..........................26 Mencit Untuk Perlakuan ...................................................................26 Aplikasi Obat ....................................................................................26 Pengamatan Patologi Anatomi ..........................................................26 Pengambilan Sampel Kulit ...............................................................27 Fiksasi sediaan kulit dan pembuatan preparat histopatologi .............27 Pembuatan Sediaan Haematoxilin-Eosin ..........................................28 Pembuatan Sediaan Masson Trichrome ............................................28

Page 9: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Pengamatan Histopatologi ................................................................29 Analisis Data .....................................................................................31

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penapisan Fitokimia ...................................................................................32 Patologi Anatomi .......................................................................................33 Hasil Pengamatan Histopatologi

Polimorfonuklear ..............................................................................36 Neovaskular ......................................................................................39 Reepitelisasi ......................................................................................41 Luasan Jaringan Ikat Kolagen ...........................................................44

KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................48

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................49

LAMPIRAN ........................................................................................................52

Page 10: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Hasil penapisan fitokimia ekstraksi

rimpang kunyit dengan pelarut etanol ....................................................... 32

2. Perbandingan patologi anatomi

persembuhan luka ketiga perlakuan ............................................................ 33

3. Rataan jumlah sel polimorfonuklear

pada pemeriksaan mikroskopis ................................................................... 36

4. Rataan jumlah neovaskularisasi

pada pemeriksaan mikroskopis.. ................................................................. 39

5. Rataan persentase reepitelisasi

pada pemeriksaan mikroskopis .................................................................. 42

6. Rataan persentase jaringan ikat kolagen

pada pemeriksaan mikroskopis.. ................................................................. 45

Page 11: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Tanaman kunyit ...........................................................................................4

2. Rimpang Kunyit ...........................................................................................6

3. Mencit laboratorium.....................................................................................6

4. Struktur skematis kulit ...............................................................................11

5. Struktur kimia kurkumin ............................................................................13

6. Proses ekstraksi rimpang kunyit dengan pelarut etanol .............................23

7. Metode penentuan luasan jaringan ikat kolagen pada pengamatan

histopatologis .............................................................................................30

8. Gambaran patologi anatomis luka hari ke-4 ketiga perlakuan ....................35

9. Sel radang netrofil yang mengilfiltrasi jaringan luka dengan

perlakuan salep ekstrak etanol kunyit pada hari ke-7. ...............................37

10. Perbandingan rataan jumlah sel polimorfonuklear

pada proses persembuhan luka...................................................................38

11. Neovaskularisasi yang yang terbentuk pada jaringan luka

dengan perlakuan salep ekstrak etanol kunyit pada hari ke-14...................40

12. Perbandingan rataan jumlah neovaskularisasi

pada proses persembuhan luka.................................................................41

13. Reepitelisasi persembuhan luka dengan perlakuan

salep ekstrak etanol pada hari ke-14...........................................................43

14. Perbandingan presentase reepitelisasi pada

proses persembuhan luka ............................................................................44

15. Jaringan ikat berwarna biru pada perlakuan

salep ekstrak etanol kunyit pada hari ke-21 ................................................46

16. Perbandingan persentase luasan jaringan ikat kolagen

pada proses persembuhan luka ...............................................................47

Page 12: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1.Hasil perhitungan statistik polimorfonuklear ...................................................52

2.Hasil perhitungan statistik neovaskularisasi ....................................................55

3.Hasil perhitungan statistik persentase reepitelisasi .........................................58

4.Hasil perhitungan statistik persentase luasan kolagen ...................................61

Page 13: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki ekosistem berupa flora

dan fauna yang tergolong cukup beragam di dunia. Kekayaan alam yang cukup

berpotensi di Indonesia adalah adanya berbagai spesies flora, dari 40 ribu jenis

flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh di Indonesia. Sekitar

26% telah dibudidayakan, sedangkan sisanya masih liar di hutan-hutan. Lebih dari

940 jenis tanaman yang dibudidayakan digunakan sebagai obat tradisional, salah

satunya adalah kunyit (Syukur dan Hernani 2002).

Kunyit sebagai tanaman yang digunakan untuk pengobatan, telah

digunakan secara tradisional oleh nenek moyang kita sejak lama. Diantara

beberapa manfaat rimpang kunyit yang dapat digunakan adalah sebagai

antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, bakterisida,

obat sakit perut, memperbanyak ASI, fungisida, mengobati keseleo, memar dan

rematik, obat asma, diabetes melitus, usus buntu, amandel, sariawan, tambah

darah, menghilangkan noda di wajah, penurun panas dan mengobati luka (Tilaar

2002).

Seiring dengan berjalannya waktu dan arus industrialisasi yang makin

hebat, kunyit kini banyak diolah sebagai obat alternatif, namun beberapa manfaat

dari kunyit belum terkelola dengan maksimal diantaranya adalah kunyit sebagai

obat penyembuh luka. Obat-obat kimia untuk persembuhan luka hingga kini

masih menjadi pilihan utama di pasaran karena efek penyembuhan yang bisa

dirasakan langsung, serta mudah diperoleh. Namun ketakutan masyarakat akan

efek samping obat kimia dan harganya yang semakin tinggi, membuat masyarakat

beralih kepada pengobatan alternatif, serta perawatan kesehatan dan kecantikan

secara tradisional. Hal ini didukung juga dengan tingginya nilai manfaat dengan

efek samping yang relatif kecil, serta harga yang terjangkau bila dibandingkan

dengan obat-obatan modern.

Perkembangan ini pulalah yang akhirnya mendorong para ahli untuk terus

menggali potensi tanaman-tanaman obat dengan cara mencari zat aktif dari

Page 14: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

tanaman obat tersebut yang dapat bermanfaat. Teknik yang dikenal untuk

mengetahui zat aktif dalam tumbuhan dikenal dengan nama penapisan fitokimia.

Ketersediaan kunyit yang melimpah di Indonesia tidak didukung dengan

pengembangan obat luka herbal secara komersil, dengan berkembangnya metode

di bidang pengolahan obat tradisional diharapkan dapat mengoptimalkan

pemanfaatan kunyit sebagai penyembuh luka sehingga dapat menjadi produk siap

pakai dalam upaya peningkatan taraf kesehatan masyarakat.

Tujuan

1. Melakukan preparasi sediaan ekstrak etanol rimpang kunyit dalam bentuk

salep dan membandingkannya dengan sediaan komersil yang beredar di

pasaran.

2. Mengetahui khasiat sediaan salep ekstrak etanol rimpang kunyit sebagai

obat penyembuhan luka.

3. Mengetahui senyawa yang terkandung dalam rimpang kunyit yang dapat

ditarik oleh pelarut etanol, sehingga dapat memberikan manfaat secara

maksimal dalam proses persembuhan luka.

Permasalahan Penelitian

Penelitian mengenai aktivitas kunyit secara in vivo sebagai obat

penyembuhan luka masih sedikit, dan belum ada penelitian mengenai aktivitas

sediaan salep kunyit dalam persembuhan luka pada hewan di Indonesia. Oleh

karena itu masih perlu dicari pelarut terbaik yang dapat menarik zat-zat aktif dari

kunyit yang dapat memberikan efek maksimal sebagai obat penyembuhan luka.

Dengan penelitian ini diharapkan dapat diketahui perbandingan khasiat dari

sediaan salep kunyit dengan pelarut etanol dengan obat persembuhan luka

komersil.

Manfaat

Penelitian kunyit dalam bentuk salep belum pernah dilakukan sebelumnya.

Sehingga untuk diperoleh data awal perlu diketahui terlebih dahulu pelarut tepat

Page 15: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

yang dapat menarik zat aktif dari kunyit agar kunyit sebagai obat penyembuh luka

dapat memberikan efek maksimal. Penelitian kali ini menggunakan pelarut etanol

yang kemudian akan diolah menjadi bentuk sediaan salep dan diaplikasikan

secara topikal. Diharapkan dengan demikian sediaan salep dapat lebih mudah

diaplikasikan, praktis, tahan lama, serta lebih efektif digunakan sebagai obat

persembuhan luka.

Page 16: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

TINJAUAN PUSTAKA

Kunyit

Sejarah Tanaman Kunyit

Kunyit telah digunakan oleh bangsa Assyiria sebagai obat herbal sejak

600 tahun sebelum masehi. Sejak beratus-ratus tahun kunyit juga digunakan oleh

orang India sebagai pewarna dan pemberi rasa pada makanan. Pada tahun 1971

kunyit pertama kali dilaporkan sebagai anti peradangan baik bagi kasus akut

maupun kronik (Miils 2000).

Taksonomi

Kunyit (Gambar 1) merupakan tanaman herba, dengan tinggi mencapai

100 cm. Batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang, berwarna hijau

kekuningan. Daun tunggal, lanset memanjang, helai daun berjumlah 3-8 dan

pangkal runcing, tepi rata, panjang 20-40 cm, lebar 8-12.5 cm, pertulangan

menyirip , berwarna hijau pucat. Bunga tumbuh dari ujung batang semu, panjang

10-15 cm, bunga berwarna kuning atau kuning pucat, mekar secara bersamaan.

Rimpang induk bercabang, rimpang cabang lurus atau sedikit melengkung,

keseluruhan rimpang membentuk rumpun yang rapat, berwarna jingga, tunas

muda berwarna putih. Akar serabut berwarna cokelat muda (Syukur dan Hernani

2002).

Gambar 1: Tanaman kunyit

(Sumber: Dokumentasi Pribadi. 2008)

Page 17: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Klasifikasi kunyit menurut Linnaeus dalam Winarto (2003),

selengkapnya adalah sebagai berikut:

Kingdom : Palantae

Divisi : Spermatophita

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Subkelas : Zingiberales

Famili : Zingibereaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma Longa Linn.

Kunyit (Gambar 1) dapat tumbuh di daerah tropis dan sub tropis mulai

dari ketinggian 240-2000 meter di atas permukaan laut (dpl). Daerah dengan

curah hujan 2000-4000 mm/tahun merupakan tempat tumbuh yang baik bagi

kunyit. Kunyit dapat pula tumbuh di daerah dengan curah hujan kurang dari 1000

mm/tahun, tetapi diperlukan pengairan yang cukup dan tertata dengan baik

(Syukur dan Hernani 2002). Kunyit dapat tumbuh dan biasa di tanam di Asia

Selatan, Cina, Taiwan, Indonesia, dan Filipina (Tilaar 2002).

Kunyit dapat menghasilkan rimpang yang cukup besar dan baik (Gambar

2), saat di tanam didaerah yang terbuka sedikit naungan (Tilaar 2002). Jenis tanah

yang cocok bagi tanaman kunyit adalah tanah ringan dengan bahan organik yang

tinggi, seperti tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air. Tanaman

ini dapat hidup di daerah yang memiliki intensitas cahaya matahari penuh atau di

daerah yang ternaungi. Rimpang kunyit dapat pula ditanami tumpang sari

bersama dengan padi gogo, jagung, singkong, kacang merah atau palawija lainnya

( Syukur dan Hernani 2002).

Rimpang kunyit (Gambar 2) mengandung minyak atsiri 3-5%

(Departemen Kesehatan 1989). Minyak atsiri tersebut terdiri dari senyawa antara

lain, fellandrene, sabinene, sineol, borneol, zingibrene, curcumene, turmeron,

kamfene, kamfor, seskuiterpene, asam kafrilat, asam methoksisinamat, tolilmetil

karbinol. Selain itu rimpang kunyit juga mengandung alkohol kurkumin (Syukur

dan Hernani 2002).

Page 18: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Gambar 2: Rimpang Kunyit

(Sumber: Dokumentasi Pribadi. 2008) Manfaat

Rimpang kunyit (Gambar 2) dapat digunakan sebagai antikoagulan,

menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, bakterisida, obat sakit

perut, memperbanyak ASI, fungisida, stimulan, mengobati keseleo, memar dan

rematik, obat asma, diabetes melitus, usus buntu, amandel, sariawan, tambah

darah, menghilangkan noda diwajah, penurun panas, melindungi jantung, radang

hidung, menghilangkan rasa gatal, menyembuhkan kejang, mengobati luka dan

obat penyakit hati. Selain obat, rimpang kunyit dapat dimanfaatkan untuk bumbu

dapur. Zat warna kuning yang dikandungnya dimanfaatkan sebagai bahan

pewarna alami dan tambahan untuk makanan ternak (Syukur dan Hernani 2002).

Mencit

Mencit Sebagai Hewan Percobaan

Mencit (Gambar 3) dipilih sebagai hewan percobaan karena merupakan

hewan yang praktis, mudah dipelihara dalam ruangan yang relatif kecil dan dapat

digunakan untuk penelitian dalam jumlah yang cukup banyak (Malole dan

Pramono 1989) .

Gambar 3. Mencit laboratorium

(Sumber: http://www.rooj.com/Radioprotection_files/image002.jpg . 2008)

Page 19: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Klasifikasi mencit menurut Linnaeus dalam Arington (1972), adalah

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chrodata

Sub filum : Vertebrata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Sub ordo : Myomorphoa

Familia : Muridae

Sub familia : Murinae

Genus : Mus

Species : Mus musculus

Mencit liar atau mencit rumah adalah hewan semarga dengan mencit

laboratorium. Hewan tersebut tersebar di seluruh dunia dan sering ditemukan di

dekat atau di dalam gedung dan rumah yang dihuni manusia. Mencit laboratorium

memiliki berat yang relatif sama dengan mencit liar yaitu mencapai 18-20 gram

pada umur empat minggu dan saat dewasa dapat mencapai 30-40 gram (Smith

1988).

Mencit laboratorium (Gambar 3) adalah strain mencit yang telah

dikembangkan oleh ahli genetik dari peternak mencit peliharaan sejak 100 tahun

silam (Penn 1999). Mencit laboratorium setelah diternakkan secara selektif

memiliki berbagai warna bulu dan timbul banyak galur dengan berat badan

berbeda- beda (Smith 1988).

Mencit laboratorium dapat dikandangkan dalam kotak sebesar sepatu. Hal

yang paling penting dalam sistem perkandangan mencit adalah persyaratan

fsiologis dan tingkah laku mencit harus terperhatikan. Persyaratan ini meliputi

menjaga lingkungan tetap kering dan bersih, suhu yang memadai, dan memberi

ruang yang cukup untuk bergerak dengan bebas dalam berbagai posisi. Banyak

faktor-faktor lingkungan terutama kualitas pakan berpengaruh pada kondisi

mencit secara keseluruhan. Status makanan hewan yang diberikan dalam

percobaan biomedis mempunyai pengaruh nyata pada kualitas hasil percobaan.

Page 20: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Mencit membutuhkan protein sbanyak 20-25% lemak 10-12%, pati 45-55%, dan

serat kasar 4% atau kurang. Tiap hari mencit dewasa makan 3 - 5 gram makanan

(Smith 1988).

Mencit berkembang biak dalam waktu yang singkat sehingga

keturunannya dapat diperoleh dalam jumlah banyak . Kebanyakan mencit mampu

kawin pada umur kurang lebih 5 minggu. Tetapi, biasanya lebih baik kalau mencit

tidak dikawinkan sebelum umur 8 minggu. Estrus terjadi kira-kira tiap 4-5 hari,

dan segera setelah beranak. Lama bunting biasanya 19-21 hari dan anak-anak

dapat disapih pada umur 18-28 hari tetapi biasanya 21 hari (Smith 1988).

Kulit

Struktur dan Fungsi Kulit

Kulit (Gambar 4) adalah suatu jaringan atau organ yang kompleks , suatu

organ yang dinamis dengan berbagai macam sel multiple dengan tipe dan fungsi

yang khas. Kulit mempunyai fungsi ganda (multiple function) yang unik sebagai

pelindung sel dan jaringan yang lebih dalam dari pengaruh lingkungan, mengatur

dan mempertahankan suhu tubuh, sebagai organ neuroreseptor seraya

memonitoring rangsangan–rangsangan dari lingkungannya, memproses substansi

antigenik yang ditugaskan kepadanya, serta sebagai tempat beradanya

kelengkapan (appendages) berupa rambut, bulu, struktur keratin, kelenjar

keringat, zat tanduk (kuku) yang berfungsi sebagai pelindung, penampilan

(appearences) dan menentukan ciri individu (warna, pola, dan sebagainya)

(Dharmojono 2002).

Histologi Kulit

Lapisan Kulit terdiri dari epidermis, dermis, dan subkutis. Kulit dilengkapi

pula oleh derivatnya seperti rambut, serta sistem vaskular dan neural (Dellmann

dan Brown 1992).

• Epidermis

Epidermis, merupakan lapis paling luar kulit, berbentuk epitel pipih

banyak lapis berkeratin. Paling sedikit ada empat lapis yang dapat diidentifikasi,

Page 21: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

yakni stratum basale, stratum spinosum, stratum granulosum, dan stratum

korneum (Dellmann dan Brown 1992). Stratum basale (stratum germinativum)

terdiri atas selapis sel kuboid atau silindris basofilik yang terletak di atas lamina

basalis pada batas epidermis-dermis dan memisahkan epidermis dari dermis.

Stratum spinosum terdiri atas sel-sel kuboid, poligonal, atau agak gepeng dengan

inti di tengah dan sitoplasma dengan cabang-cabang yang terisi berkas filamen

(Junqueira et al. 1998).

Stratum Granulosum ditandai oleh tiga sampai lima lapis sel poligonal

gepeng dengan sitoplasma yang berisi granula basofilik kasar yang disebut

granula keratohialin. Struktur khas lainnya adalah sel-sel stratum granulosum

epidermis merupakan granula berlamel, yatu sebuah struktur lonjong atau mirip

batang kecil yang mengandung cakram berlamen yang dibentuk oleh lapis-ganda

lipid. Stratum lusidum tampak lebih jelas pada kulit tebal, bersifat transluen dan

terdiri atas selapis tipis sel eusinofilik sangat gepeng. Stratum korneum terdiri atas

sel berkeratin tanpa inti gepeng yang sitoplasmanya dipenuhi skleroprotein

filamentosa berpigmen yaitu keratin (Junqueira et al. 1998).

Epidermis memiliki empat tipe sel. Paling banyak adalah keratinosit yang

bertanggungjawab memproduksi keratin, suatu jenis protein yang sulit larut dan

mengisi sel-sel stratum korneum. Tiga tahap aktivitas sel ini adalah, pertama

tahap proliferasi dimana sel-sel terletak tepat diatas lamina basalis yang

mengalami pembelahan secara mitosis. Kedua adalah tahap pemasakan dimana

sel-sel bermigrasi ke arah permukaan dan mengumpulkan filamen keratin

(tonofilamen) secara tidak teratur, butir-butir keratohialin akan meningkat

jumlahnya setelah sel mencapai permukaan atas epitel. Tahap ketiga adalah tahap

inaktif di mana inti sel lenyap, juga filamen keratin dan butir keratohialin bersifat

kompak dan memipih (Dellmann dan Brown 1992).

Warna pada kulit dan bulu terjadi karena butir melanin yang dihasilkan

oleh melanosit. Melanosit adalah sel-sel dendrit. Melanosit akan mensintesis

melanin (biochrome) berwarna kuning, merah, dan cokelat berupa polimer besar

yang terikat pada protein (Dharmojono 2002).

Sel-sel langerhans (sel-sel dendritik agranural) adalah sel-sel imun

Page 22: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

epidermis berasal dari sumsum tulang. Mereka mewakili sistem kekebalan paling

luar dan berfungsi sebagai penghubung antara lingkungan luar dengan organisme.

Sel-sel merkel terdapat dalam epidermis pada elevasi peraba pada banyak

spesies. Daerah tersebut terdiri dari epidermis menebal dengan deretan sel

epiteloid peraba membalut ujung terminal serabut saraf yang menembus lamina

basalis (Dellmann dan Brown 1992).

Hubungan antara dermis dan epidermis umumnya halus pada kulit yang

dilindungi dengan selimut bulu tebal (Dellmann dan Brown 1992). Hubungan

(dermal-epidermal junction) bertindak sebagai penghalang bagi berkembangnya

radang dari sel-sel neoplastik di antara dermis dan epidermis (Dharmojono 2002).

• Dermis

Dermis (Corium) terletak di antara epidermis dan jaringan lemak

subkutan (Dharmojono 2002). Dermis merupakan serabut kolagen, serabut elastik

dan serabut retikuler. Folikel bulu, kelenjar peluh dan palit, pembuluh darah dan

limfe, serta saraf tertanam pada kedalaman yang berbeda pada dermis (Dellmann

dan Brown 1992).

Dermis umumnya dibagi menjadi lapis superfisial (stratum papillare) yang

berbatasan dengan lapis dalam (stratum reticulare) tanpa adanya batasan yang

jelas. Lapis superfisial langsung berbatasan dengan dengan epidermis dan

menyesuaikan diri dengan garis bentuk stratum basale. Terbentuk dari jalinan

halus serabut kolagen, serabut retikuler dan elastik, fibrosit, makrofag, sel plasma,

dan sel mast. Seringkali kromatofor (melanosit) dan sel lemak terdapat

didalamnya (Dellmann dan Brown 1992).

• Subkutis

Subkutis (tela subcutanea) berupa lapis jaringan ikat longgar yang

mempertautkan kulit dengan otot dan tulang dibawahnya. Jaringan serabut

kolagen dan elastik yang longgar memungkinkan fleksibilitas kulit serta gerakan

bebas di sekitar daerah tersebut. Jaringan lemak sering terdapat di daerah tersebut,

dapat berupa sel-sel lemak individu atau sel-sel lemak besar yang biasa disebut

panikulus adiposus (Dellmann dan Brown 1992).

Page 23: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

• Rambut

Menurut Junqueira et al (1998), rambut adalah struktur berkeratin

panjang berasal dari invaginasi epitel epidermis. Setiap rambut berkembang dari

sebuah invaginasi epidermal, yaitu folikel rambut, yang selama pertumbuhannya

mempunyai pelebaran pada bagian ujung yang disebut bulbus rambut. Pada dasar

bulbus rambut dapat dilihat papila dermis. Papila dermis memiliki jalinan kapiler

yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut. Hilangnya aliran darah atau

vitalitas papila dermis akan mengakibatkan matinya folikel. Sel epidermis yang

menutupi papila dermis membentuk akar rambut yang menghasilkan dan

berhubungan langsung dengan batang rambut yang menonjol di atas kulit.

• Inervasi dan Vaskularisasi

Kulit mendapatkan vaskularisasi dari tiga pleksus yang dilepaskan oleh

arteri kutanea. Pleksus profundus atau pleksus subkutaneus akan melepaskan

pleksus medius, yang selanjutnya akan membentuk cabang yang membentuk

pleksus superfisialis atau pleksus subpapilaris. Sebaliknya berlaku untuk

pengembalian vena balik ke vena kutaneus. Dengan susunan demikian, semua

komponen kulit dijamin mendapatkan darah secara sempurna. Pleksus

superfisialis juga mendapatkan lengkung kapiler yang menjulur ke dalam papil

dermis (Dellmann dan Brown 1992).

Inervasi kulit bervariasi pada bagian tubuh berbeda. Tali saraf subkutaneus

membentuk fleksus saraf yang menyelimuti dermis, menginervasi kelenjar, otot

dan bulu, juga mengirim cabang menuju epidermis. Serabut saraf berakhir dalam

berbagai bentuk ujung saraf yakni, ujung saraf bebas dalam epidermis, atau ujung

saraf yang berselubung maupun tidak berselubung (Dellmann dan Brown 1992).

Page 24: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Gambar 4 Struktur skematis kulit

(Sumber: Yahya. 2008)

Fitokimia

Fitokimia merupakan senyawa yang berada di dalam tumbuhan. Fitokimia

memberikan aroma khas, rasa dan warna tertentu bagi tanaman dalam berintegrasi

dengan lingkungan. Manusia memilih senyawa ini karena beberapa alasan,

diantaranya karena fitokimia mempunyai efek biologi yang efektif menghambat

pertumbuhan kanker, sebagai antioksidan, mempunyai sifat menghambat

pertumbuhan mikroba, menurunkan kolesterol darah, menurunkan kadar glukosa

darah, bersifat antibiotik, dan menimbulkan efek peningkatan kekebalan (Amelia

2002). Beberapa fitokimia yang sudah diketahui terdapat di dalam tanaman obat

antara lain sebagai berikut :

1. Alkaloid

Alkaloid pada umumnya larut dalam bahan pelarut lipofil, yang garamnya

larut dalam pelarut hidrofil. Alkaloid dalam tumbuhan umumnya terdapat sebagai

garam, sehingga dapat langsung diekstraksi dengan bahan pelarut hidrofil (air,

etanol) (Voight1994) .

2. Flavonoid

Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Flavonoid dapat

diekstraksi dengan etanol 70% dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak ini

dikocok dengan etanol. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya

Page 25: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

akan berubah jika ditambah basa atau amonia, sehingga mudah dideteksi pada

kromatogram atau dalam larutan (Harborne 1987).

3. Tanin

Tanin dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Tanin dapat

bereaksi dengan protein membentuk suatu polimer mantap yang tidak dapat

bereaksi dengan air (Harborne 1987).

4. Kuinon

Kuinon adalah senyawa berwarna dan memiliki kromofor dasar seperti

kromofor pada benzikuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid.

Tiga kelompok pertama biasanya terhidroksiliasi dan bersifat “senyawa fenol”

serta mungkin terdapat in vivo dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai

glikosida atau dalam bentuk kuinol terwarna, kadang-kadang juga bentuk dimer.

Sehingga diperlukan hidrolisis asam untuk melepaskan kuinon bebasnya

(Harborne 1987).

5. Saponin

Saponin adalah glikosida triterpen dan sterol telah terdeteksi dari 90

tumbuhan. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti

sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan

menghemolisis darah (Harborne 1987).

Kurkuminoid

Kurkuminoid merupakan komponen yang dapat memberikan warna, dan

zat ini digunakan baik dalam industri pangan maupun kosmetik. Salah satu fraksi

yang terdapat dalam kurkuminoid adalah kurkumin ( Sembiring et al. 2006).

Kurkumin bermanfaat sebagai antioksidan, antimikroba, antifungi, dan

juga antiinflamasi. Selain itu kurkumin juga diyakini mampu menghambat

pertumbuhan sel kanker dan memacu apoptosisi sel kanker. Bahan warna

kurkumin dapat juga digunakan untuk memecah penggumpalan darah di otak

seperti yang terjadi pada pasien penyakit alzheimer (Dheni 2007). Menurut

Purwanti (2008), kandungan kurkumin dalam kunyit adalah 2,38 % per 100 gram

kunyit.

Page 26: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Partikel kurkumin memiliki bagian dalam yang bersifat hidrofobik dan

bagian luar yang bersifat hidrofilik (Dheni 2007). Secara kimia, kurkumin dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5 Struktur kimia kurkumin (Sumber: Best 2008)

Etanol

Etanol banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri

makanan dan minuman. Etanol sering ditulis dengan rumus EtOH. Rumus

molekul etanol adalah C2H5OH atau rumus empiris C2H6O (Ane 2008). Kelarutan

zat dalam pelarut tergantung dari ikatannya (polar, semipolar, atau non polar).

Etanol termasuk ke dalam pelarut polar, sehingga sebagai pelarut etanol

diharapkan dapat menarik zat-zat aktif yang juga bersifat polar (Houghton dan

Raman 1998).

Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses untuk mengisolasi senyawa dari suatu tumbuhan.

Ragam ekstraksi bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan

yang diekstraksi pada jenis senyawa yang diisolasi (Harborne 1987). Ekstraksi

amat bergantung pada jenis dan komposisi dari cairan pengekstraksi. Cairan

pelarut yang biasanya digunakan dalam proses ekstraksi adalah air, eter, atau

campuran etanol air. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol air sebaiknya

menggunakan cara maserasi (Farmakope Indonesia 1979).

Prosedur klasik ekstraksi untuk memperoleh kandungan senyawa organik

dari jaringan tumbuhan kering (galih, biji kering, akar, daun) ialah dengan

menggunakan alat soxlet dengan menggunakan sederetan pelarut secara berganti-

Page 27: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

ganti, mulai dengan eter, lalu eter minyak bumi, dan kloroform (untuk

memisahkan lipid dan terpenoid). Kemudian digunakan alkohol dan etil asetat

untuk senyawa yang lebih polar. Ekstrak yang diperoleh kemudian diuapkan

dengan penguap putar yang akan menguapkan larutan menjadi volume kecil.

(Harborn 1987).

Menurut Wientarsih dan Prasetyo (2006) metode ekstraksi dibagi kedalam

5 cara, yaitu:

1. Maserasi

Maserasi adalah cara ekstraksi paling sederhana. Proses maserasi adalah

proses menyatukan bahan yang telah dihaluskan dengan bahan ekstraksi. Waktu

maserasi, semua farmakope mencantumkan 4-10 hari. Setelah waktu itu,

sebaiknya ditetapkan suatu keseimbangan antara bahan yang diekstraksi dalam

bagian sebelah dalam sel dengan yang masuk ke dalam cairan, dengan demikian

difusi akan berakhir. Melalui usaha ini diharapkan akan terjadi keseimbangan

konsentrasi simplisia yang lebih cepat ke dalam cairan. Sedangkan keadaan diam

saat maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif (Voight 1994).

Metode ekstraksi maserasi memiliki kelebihan karena pengerjaan dan alat

yang dipakai sederhana. Tetapi proses ekstraksi dengan metode ini membutuhkan

waktu yang relatif lama, serta hasil ekstraksi yang kurang sempurna (Yuliani dan

Sofyan 2003).

2. Metode Perkolasi

Metode ini dilakukan dengan cara mencampur 10 bagian simplisia ke

dalam 5 bagian larutan pencuci. Setelah itu dipindahkan ke dalam perkolator, dan

ditutup selama 24 jam setelah itu biarkan menetes sedikit demi sedikit. Kemudian

ditambahkan larutan pencuci secara berulang-ulang hingga terdapat selapis cairan

pencuci. Perkolat yang telah terbentuk kemudian diuapkan (Wientarsih dan

Prasetyo 2006).

3. Digesti

Metode ini merupakan bentuk lain dari maserasi yang menggunakan panas

seperlunya selama proses ekstraksi (Wientarsih dan Prasetyo 2006).

4. Infusi

Page 28: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Metode ini dilakukan dengan memanaskan campuran air dan simplisia

pada suhu 90ºC dalam waktu 5 menit. Selama proses ini berlangsung campuran

terus diaduk dan diberi tambahan air hingga diperoleh volume infus yang

dikehendaki (Wientarsih dan Prasetyo 2006).

5. Dekoksi

Metode yang digunakan sama dengan metode infusi hanya saja waktu

pemanasannya lebih lama yaitu sekitar 30 menit (Wientarsih dan Prasetyo 2006).

Salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar (Farmakope Indonesia 1979). Menurut Ansel (1989), salep

merupakan sediaan dermatolologi yang paling sering dipakai. Sediaan topikal

dapat digunakan untuk perlindungan setempat (lokal) atau dengan alasan

terapeutik (Blodinger 1994).

Menurut Farmakope Indonesia (1979), bahan obat dalam pembuatan

salep harus dapat larut/terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.

Pemilihan dasar salep harus memiliki syarat tertentu, diantaranya stabil secara

fisik dan kimia, warna dan bau stabil selama penyimpanan / pemakaian, dapat

dicampur dengan semua obat, teksturnya halus dan licin sehingga mudah dioles

pada kulit. Selain itu dasar salep juga harus baik untuk semua tipe kulit, tidak

mudah tengik, tidak mengiritasi kulit, dan mudah dioleskan (Wientarsih dan

Prasetyo 2006).

Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi dari salep tergantung

pada pemikiran yang cermat atas sejumlah faktor-faktor termasuk laju pelepasan

yang diinginkan bahan obat dari dasar salep, keinginan peningkatan absorbsi

perkutan dari obat, kelayakan melindungi kelembaban kulit, kestabilan dasar

salep dalam jangka waktu lama, pengaruh obat terhadap kekentalan atau lainnya

dari dasar salep (Ansel 1989).

Salep merupakan sediaan yang digunakan secara topikal. Salep, baik salep

penutup maupun pelindung berguna untuk melindungi kulit dari kerja yang

merusak. Salep diharapkan mampu melakukan penetrasi sampai ke dalam lapisan

Page 29: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

kulit teratas dan dapat memberikan efek penyembuhan untuk menangani luka

maupun penyekit kulit lainnya tang bersifat akut ataupun kronis (Ansel 1989).

Persembuhan Luka

Persembuhan luka adalah proses dalam tubuh untuk memperbaiki bagian

luka menjadi bentuk yang paling mendekati kondisi normal tubuh sebelumnya.

(Vegad 1995). Berdasarkan keadaan luka yang terjadi, jenis penyembuhan dibagi

menjadi dua macam. Luka paling sederhana adalah luka yang dapat ditangani

sendiri oleh tubuh seperti pada insisi pembedahan, yang tepi lukanya dapat saling

didekatkan untuk dimulainya proses persembuhan. Persembuhan semacam itu

disebut persembuhan primer atau healty by first intention (Price dan Wilson

1992). Pola kedua adalah penyembuhan luka terjadi jika kulit yang mengalami

luka sedemikian rupa sehingga tepinya tidak dapat saling didekatkan selama

proses penyembuhan. Keadaan ini disebut sebagai healing by second intention

atau terkadang disebut penyembuhan dengan granulasi. Luka seperti ini biasanya

menimbulkan jaringan parut dan memerlukan waktu yang lama dalam proses

persembuhannya (Price dan Wilson 1992).

Menurut Nayak dan Pereira (2006), persembuhan luka merupakan suatu

proses untuk memperbaiki kulit dan jaringan lunak setelah terjadinya proses

perlukaan. Setelah perlukaan terjadi akan diikuti dengan reaksi peradangan pada

daerah dermis yang diikuti penurunan produksi jaringan ikat kolagen. Kemudian

akan terjadi regeneresi dari sel epitel. Oleh karena itu, proses persembuhan luka

umumnya terdiri atas tiga fase yaitu, proses peradangan, fase proliferasi, serta

remodeling atau fase maturasi (Singer dan Clark 1999).

• Fase Peradangan ( Fase Inflamasi)

Peradangan adalah reaksi universal dari kerusakan jaringan karena

terjadinya trauma mekanis, nekrosa jaringan, dan terjadinya infeksi (Price dan

Wilson 1992). Pada fase inflamasi terjadi respons vaskuler dan seluler yang

terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak (Tawi 2008 ; Vegad

1995). Pada awal fase ini, luka yang mengakibatkan kerusakan pembuluh darah

Page 30: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

akan menyebabkan keluarnya darah (Spector dan Spector 1993). Menurut Tawi

(2008), kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang

berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan

juga mengeluarkan substansi “vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh

darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel yang yang

akan menutup pembuluh darah.

Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi

vasodilatasi kapiler stimulasi saraf sensoris, local reflex action, dan adanya

substansi vasodilator: histamin, serotonin, dan sitokin. Sitokin terdiri dari

Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-

derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-β) .

Keberadaan sitokin akan mempercepat kehadiran makrofag dan monosit (Singer

dan Clarc 1999). Sementara histamin, selain menyebabkan vasodilatasi juga

mengakibatkan meningkatnya permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah

keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi

oedema jaringan dan keadaan lokal lingkungan tersebut asidosis (Tawi 2008).

Oedema yang terjadi akan mengakibatkan migrasi sel lekosit (terutama

netrofil) ke ekstra vaskuler. Fungsi netrofil adalah membersihkan daerah luka

dari benda asing dan bakteri (Singer dan Clark 1999). Menurut Spector dan

Spector (1993) keberadaan netrofil di daerah luka sangat singkat, sehingga setelah

dihasilkannya sitokin, monosit masak akan berubah menjadi makrofag di jaringan

dan menggantikan fungsi netrofil. Sel makrofag berfungsi untuk fagositosis,

mensintesa kolagen, membentuk jaringan granulasi bersama-sama dengan

fibroblas, memproduksi growth factor yang berperan pada reepitelisasi, serta

membentuk pembuluh kapiler baru atau angiogenesis (Tawi 2008)

Setelah luka bersih dari infeksi dan bakteri serta terbentuknya

makrofag, dan fibroblas, dapat dikatakan bahwa fase inflamasi telah terjadi. Fase

ini ditandai dengan adanya eritrema, hangat pada kulit, oedema dan rasa sakit

yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4 setelah terjadinya perlukaan

(Tawi 2008).

Page 31: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

• Fase Proliferasi

Menurut Tawi (2008), proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini

adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel.

Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada

persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama

proses rekonstruksi jaringan.

Pada jaringan lunak yang mengalami perlukaan, fibroblas akan aktif

bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan

berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin,

hyaluronic acid, fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam

membangun (rekonstruksi) jaringan baru (Singer dan Clark 1999).

Kolagen memiliki fungsi yang lebih spesifik yaitu membentuk cikal bakal

jaringan baru dan dengan dikeluarkannnya subtrat oleh fibroblas, memberikan

tanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai satu

kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka (Tawi 2008).

Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam di dalam jaringan

baru tersebut, disebut sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses proliferasi

fibroblas dengan aktifitas sintetiknya disebut fibroblasia. Respon yang dilakukan

fibroblas terhadap proses fibroplasia adalah proliferasi, migrasi, deposit jaringan

matriks, serta kontraksi luka (Tawi 2008).

Angiogenesis merupakan proses komplek pembentukan pembuluh

kapiler baru didalam luka, mempunyai arti penting pada tahap proliferasi

persembuhan luka (Singer dan Clark 1999). Kegagalan vaskuler akibat penyakit

(diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan

lambatnya proses sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis. Jaringan

vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu respons untuk

memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di daerah luka karena biasanya pada

daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan turunnya tekanan oksigen. Pada fase

ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses terintegrasi dan dipengaruhi

oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (grawth factors)

(Tawi 2008).

Page 32: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblas mengeluarkan

keratinocyte growth factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel

epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk

barrier yang menutupi permukaan luka. Dengan sintesa kolagen oleh fibroblas,

pembentukan lapisan dermis ini akan disempurnakan kualitasnya dengan

mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan dermis. Untuk membantu jaringan

baru tersebut menutup luka, fibroblas akan merubah strukturnya menjadi

myofibroblas yang mempunyai kapasitas melakukan kontraksi pada jaringan.

Fungsi kontraksi akan lebih menonjol pada luka yang ekstrim dibandingkan

dengan luka biasa (Tawi 2008). Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis

dan lapisan kolagen telah terbentuk (Anonim 2003).

• Fase Maturasi

Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai

kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan

terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan

bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna

kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan

serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut

(Tawi 2008).

Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan

pada fase maturasi. Selain teejadi pembentukan kolagen baru, enzim kolagenase

akan mengubah kolagen muda ( gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase

proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan

struktur yang lebih baik (proses re-modelling) (Singer dan Clark 1999). Menurut

Tawi (2008) luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan

kekuatan jaringan kulit mampu melakukan aktivitas yang normal.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peradangan Dan Penyembuhan

Persembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia, nutrisi,

infeksi, sirkulasi dan oksigenasi, keadaan luka dan obat (Drakbar 2008). Anak dan

dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering

Page 33: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari

faktor pembekuan darah (Drakbar 2008).

Menurut Drakbar (2008) proses penyembuhan membuat tubuh bekerja

lebih keras, sehingga penderita memerlukan diet kaya protein, karbohidrat,

lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Penderita kurang nutrisi

memerlukan waktu lebih lama untuk persembuhan, karena mereka harus

memperbaiki status nutrisi mereka terlebih dahulu baru melakukan proses

persembuhan. Sedangkan pada penderita yang nutrisinya berlebih (gemuk) infeksi

luka akan memerlukan waktu penyembuhan yang lama karena suplai darah

jaringan adipose tidak merata. Penggunaan obat anti inflamasi (seperti steroid dan

aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka.

Penggunaan antibiotik yang lama juga dapat membuat seseorang rentan terhadap

infeksi luka (Drakbar 2008). Penyembuhan luka juga terganggu oleh adanya

benda asing atau jaringan nekrotik pada luka yang menyebabkan infeksi jaringan,

sehingga persembuhan luka lebih lama (Price dan Wilson 1992).

Faktor lain yang mempengaruhi proses persembuhan luka adalah proses

sirkulasi dan oksigenisasi. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan

lemak pada orang-orang yang gemuk membuat penyembuhan luka lambat. Hal

ini dikarenakan pada jaringan lemak jumlah pembuluh darah sedikit, sehingga

jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh.

Pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau

diabetes millitus aliran darah terganggu sehingga persembuhan luka terhambat.

Begitupula pada penderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada

perokok, oksigenasi jaringan menurun sehingga prosesnya lebih lama

dibandingkan pada orang yang sehat (Drakbar 2008).

Menurut Price dan Wilson (1992), hal lain yang dapat mempengaruhi

proses persembuhan luka adalah pemakaiaan obat-obatan tertentu seperti

penderita yang mengkonsumsi sediaan kortikosteroid dalam dosis tinggi ataupun

obat antiinflamasi, seperti steroid dan aspirin yang membuat proses persembuhan

luka akan terhambat.

Page 34: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan
Page 35: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmasi, dan Bagian Patologi,

Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut

Pertanian Bogor pada bulan Juli 2007- April 2008.

Bahan dan Alat

Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit albino jantan sebanyak

45 ekor umur 8 minggu dengan berat badan 20-40 gram. Mencit dipelihara dalam

kotak plastik berukuran 20 X 30 cm. Pada sisi atas kotak ditutup dengan kawat

kasa agar mencit tidak lepas, namun udara tetap bersirkulasi. Pada bagian dasar

diberi serbuk gergaji atau sekam untuk menjaga suhu tetap optimal. Mencit diberi

pakan pelet dan minum ad libitum.

Bahan

Bahan yang digunakan antara lain rimpang kunyit berumur 9 bulan yang

diperoleh dari Balitro dan telah diidentifikasi di Herbarium LIPI Bogorience.

Kemudian rimpang kunyit tersebut diolah menjadi simplisia rimpang kunyit.

Bahan lainnya antara lain etanol 96%, eter, larutan Netral Buffer Formalin

(BNF) 10% untuk fiksasi kulit, dan kapas serta vaselin kuning untuk pembuatan

salep. Obat komersil yang digunakan mengandung ekstrak plasenta 0.5%,

neomycin sulfate 5% dan jelly base.

Bahan yang digunakan untuk membuat sediaan histopatologi yaitu larutan

Mayer’s Hematoxylin, larutan Eosin, Xylol, alkohol dengan konsentrasi

bertingkat (70%, 80%, 90%, 95% dan 100%), larutan Lithium Carbonat,

Aquades, Asam Asetat 1%, larutan Mordant, larutan Carrazi’s Hematoxylin,

larutan Orange G 0,75% larutan Ponceau Xylidine Fuchsin, Larutan

Phosphotungstic acid 2,5%, Anilin Blue, dan parafin.

Page 36: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain toples, kandang mencit, pisau bedah

untuk mendapatkan sediaan kulit, peralatan untuk pembuatan sediaan

histopatologi yaitu tissue processor, mikrotom, penangas air, gelas objek dan

gelas penutup. Mikroskop cahaya dan mikroskop video mikrometer untuk

pengamatan histopatologi. Sedangkan, alat-alat untuk ektraksi rimpang kunyit

adalah maserator, evaporator, gelas elenmayer 100 ml, dan oven untuk

pengeringan.

Tahapan Penelitian

Ekstraksi rimpang kunyit

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Metode ini dilakukan

dengan cara serbuk kunyit (simplisia) yang didapatkan dari rimpang kunyit 9

bulan, dimasukkan ke dalam wadah, setelah itu ditambahkan pelarut etanol

(alkohol 96%) dengan perbandingan 10 : 1. Kemudian direndam selama 24 jam

dengan melakukan pengadukan secara berkala. Setelah itu dilakukan

penampungan filtrat. Ampas yang didapatkan dari penyaringan kemudian

direndam kembali dengan menggunakan etanol 96%. Prosedur ini dilakukan

sebanyak 3 kali. Setelah filtrat didapatkan maka dilakukanlah evaporasi dengan

menggunakan evaporator hingga dihasilkan ekstrak semi padat etanol rimpang

kunyit. Kemudian keringkan dalam oven bersuhu 40 º C hingga didapatkan

ekstrak kental etanol rimpang kunyit.

Page 37: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Gambar 6. : Proses ekstraksi rimpang kunyit dengan pelarut etanol

Penapisan Fitokimia

Metode fitokimia dilakukan untuk menganalisis senyawa yang terkandung

dalam rimpang kunyit yang dapat berguna dalam membantu proses persembuhan

luka. Dalam metode ini senyawa yang dianalisis keberadaannya adalah senyawa

alkaloid, flavonoid, tanin dan polifenol, saponin, dan senyawa kuinon.

a. Senyawa Alkaloid

Serbuk simplisia dibebaskan dengan amonia, kemudian ditambahkan

kloroform dan digerus kuat-kuat. Lapisan kloroform dipipet sambil disaring,

kemudian kedalamnya ditambahkan asam klorida (HCl) 2N. Campuran dikocok

Ekstrak Kental

Evaporasi

Ekstrak Semi Padat

Panaskan (Oven)

Rimpang Kunyit

Serbuk Halus

Simplisia Kunyit

Filtrat

Maserasi Etanol 96%

Page 38: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

kuat-kuat hingga terdapat dua lapisan. Lapisan asam dipipet, kemudian dibagi

menjadi tiga bagian. Bagian pertama ditambahkan pereaksi Mayer, setelah itu

amati adanya endapan atau kekeruhan yang terjadi. Bila terjadi kekeruhan atau

endapan berwarna putih berarti dalam simplisia kemungkinan terkandung

alkaloid. Bagian kedua ditambahkan pereaksi Dragendroff. Terjadinya endapan

jingga kuning atau kekeruhan kemungkinan simplisia tersebut mengandung

alkaloid. Bagian ketiga digunakan sebagai blanko.

b. Senyawa Polifenolat

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan dalam

penangas air, kemudian disaring. Kepada filtrat ditambahkan larutan pereaksi besi

(III) klorida. Adanya senyawa fenolat ditandai dengan terjadinya warna hijau-biru

hitam hingga hitam.

c. Senyawa Tanin

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan dalam

penangas air, kemudian disaring. Setelah itu kedalam filtrat ditambahkan larutan

larutan pereaksi besi (III) klorida sehingga terjadi warna hijau-biru hitam hingga

hitam, kemudian ditambahkan larutan gelatin 1%. Adanya senyawa tanin ditandai

dengan terjadinya endapan berwarna putih.

d. Senyawa Flavonoid

Simplisia dipanaskan dengan campuran Magnesium (Mg) dan asam

klorida (HCl) 5N, kemudian disaring. Adanya flavonoid akan menyebabkan filtrat

berwarna merah yang dapat ditarik oleh amil alkohol.

e. Senyawa kuinon

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan dalam

penangas air, kemudian disaring. Kedalam filtrat ditambahkan larutan KOH 5%.

Adanya senyawa kuinon ditandai dengan terjadinya warna kuning hingga merah.

f. Senyawa Saponin

Sejumlah kecil serbuk simplisia dalam tabung reaksi dipanaskan dalam

penangas air, kemudian disaring. Setelah dingin filtrat dalam tabung reaksi

dikocok kuat-kuat selama kurang lebih 30 detik. Pembentukkan busa sekurang-

kurangnya setinggi 1 cm dan persisten hilang selama beberapa menit serta tidak

Page 39: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

hilang pada penambahan tetes demi tetes asam klorida encer menunjukkan

adanya saponin dalam simplisia.

Pembuatan Salep Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit.

Ekstrak kental etanol kunyit yang telah dihasilkan kemudian ditimbang

dan dihomogenisasi dengan vaselin kuning menggunakan mortar. dilakukan

homogenisasi hingga merata dan tidak terasa lagi butiran serbuk kunyit. Setelah

itu disimpan dalam tabung dan diberi label.

Mencit Untuk Perlakuan

Mencit yang digunakan berjumlah 45 ekor dan dibagi menjadi 3 kelompok

perlakuan; 1) kontrol negatif, yaitu kelompok mencit yang dilukai namun tidak

diberikan pengobatan, 2) kontrol positif, yaitu kelompok mencit yang diberikan

salep neomycin sulfat 5%, dan 3) kelompok mencit yang dilukai dan diberikan

sediaan salep ekstrak etanol kunyit.

Perlukaan Pada Mencit

Sebelum melakukan perlukaan, rambut di sekitar punggung mencit

dicukur. Sebelum disayat kulit mencit diulas dahulu dengan menggunakan

alkohol 70%. Mencit diberi anastesia perinhalasi dengan eter, kemudian

dilakukan penyayatan pada punggung mencit sepanjang satu centimeter sejajar os.

Vertebrae dengan menggunakan pisau bedah steril.

Aplikasi Obat

Aplikasi obat luka komersil yang mengandung neomicin sulfat 5%,

plasenta, dan jelly base, dilakukan dengan mengoleskan obat pada luka dengan

menggunakan cotton buds. Begitupula dengan aplikasi obat luka salep ekstrak

etanol rimpang kunyit dilakukan dengan cara yang sama. Aplikasi sediaan obat

tersebut dilakukan setiap hari sebanyak dua kali sehari selama 21 hari pasca

perlukaan.

Page 40: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Pengamatan patologi Anatomi

Mencit perlakuan dan mencit kontrol diamati setiap hari khususnya pada

hari ke 2, 4, 7, 14 dan 21 setelah perlukaan. Pengamatan patologi anatomi

dilakukan terhadap mencit perlakuan dan mencit kontrol menggunakan metode

deskriptif dengan membandingkan proses persembuhan yang terjadi parameter

yang diamati adalah menyempitnya luka, panjang luka, keringnya luka, warna

luka, keberadaan rambut, dan keberadaan keropeng.

Pengambilan sampel kulit

Sampel kulit diambil pada hari ke 2, 4, 7, 14 dan 21 paska perlukaan

setelah mencit dieuthanasi dengan menggunakkan eter dosis berlebih perinhalasi.

Daerah punggung yang diambil kulitnya dibersihkan dari rambut yang mulai

tumbuh. Kemudian kulit disekitar luka dipotong dengan ukuran ± 1.5 cm

(sentimeter) dengan menggunakan skapel yang telah disterilkan terlebih dahulu.

Kulit yang sudah dipotong difiksasi dengan larutan BNF (Buffer Neutral

Formaline) 10 % selama ± 48 jam.

Fiksasi sediaan kulit dan pembuatan preparat histopatologi

Potongan sediaan kulit dimasukkan ke dalam kaset tisue dan didehidrasi

dengan cara merendam sediaan secara berturut-turut ke dalam alkohol 70%, 80%,

90%, alkohol absolut I, alkohol absolut II, xylol I, xylol II, parafin I, dan terakhir

ke dalam parafin II. Proses perendaman pada setiap bahan dilakukan selama 2 jam

untuk masing-masing sediaan.

Jaringan kemudian dimasukkan ke dalam alat pencetak berisi parafin cair .

Letak jaringan diatur sedemikian rupa agar tetap berada di tengah blok parafin.

Setelah mulai membeku, parafin ditambah kembali hingga alat pencetak penuh

dan dibiarkan hingga parafin mengeras.

Pemotongan dengan mikrotom dilakukan dengan ketebalan 5 mikron. Hasil

pemotongan yang berbentuk pita diletakkan di atas permukaan air hangat 45 º

C dengan tujuan menghilangkan lipatan-lipatan pada pita akibat pemotongan.

Setelah itu sediaan diangkat dari permukaan air dengan gelas objek yang telah

Page 41: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

diulasi larutan albumin yang berguna untuk merekatkan sediaan. Kemudian

preparat dikeringkan semalam dalam inkubator bersuhu 60ºC. Selanjutnya

dilakukan pewarnaan umum Haematoxylin Eosin dan pewarnaan khusus Masson

Trichrome.

Pembuatan sediaan Haematoxilin Eosin (HE)

Sediaan histopatologi yang telah didapatkan kemudian dimasukkan ke

dalam xylol dua kali selama dua menit. Kemudian sediaan direhidrasi yang

dimulai dari alkohol absolut sampai alkohol 80 % dengan waktu masing-masing 2

menit. Selanjutnya sediaan dicuci dalam air mengalir dan dikeringkan.

Setelah sediaan kering kemudian diberi pewarna Mayer’s Hemaktosilin

selama 8 menit, kemudian dibilas dengan air mengalir dan dicuci dengan lithium

karbonat selama 15-30 detik, dibilas dengan air, dan akhirnya diwarnai dengan

pewarna Eosin selama 2 menit. Pewarna Eosin yang berlebihan dihilangkan

dengan cara mencuci sediaan pada air yang mengalir, setelah itu sediaan

dikeringkan. Kemudiaan sediaan dicelupkan ke dalan alkohol 90% sebanyak 10

kali celupan, alkohol absolut I 10 kali celipan, alkohol absolut II selama 2 menit,

xylol I selama I menit, dan xylol II selama 2 menit. Sediaan lalu dikeringkan

terlebih dahulu sebelum ditetesi dengan perekat permount dan kemudian ditutup

dengan gelas penutup dan disimpan beberapa menit hingga zat perekatnya

mengering. Preparat siap untuk diamati dibawah mikroskop cahaya.

Pembuatan Sediaan Masson Trichrome (MT)

Sediaan histopatologi dideparafinasi dan rehidrasi hingga pencucian

dengan air dan akuades dilakukan terlebih dahulu sebelum diwarnai. Sediaan

kemudian dimasukkan ke dalam larutan Mordant selama 30-40 menit lalu dicuci

dengan akuades. Selanjutnya sediaan dimasukkan ke dalam larutan Carrazi’s

Hematoksilin selama 40 menit dan dicuci dengan akuades. Setelah itu sediaan

dimasukkan ke dalam larutan Orange G 0.75 % selama 1 sampai 2 menit lalu

dicuci dengan asam asetat 1% sebanyak 2 kali dengan cara menggoyangnya

sebentar. Kemudian sediaan dimasukkan ke dalam larutan Ponceau Xylidine

Page 42: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Fuchsin selama 15 menit dan dicuci dengan asam asetat 1% sebanyak 2 kali.

Selanjutnya sediaan dimasukkan ke dalam larutan Phosphotungstic Acid selama

10 menit lalu dicuci dengan asam asetat 1% sebanyak 2 kali dan terakhir

dimasukkan ke dalam alkohol 95 %. Berikutnya adalah sediaan dimasukkan ke

dalam Anilin Blue selama 15 menit dan dibilas dengan asam asetat 1% sebanyak

dua kali. Kemudian sediaan dicelupkan ke dalam alkohol 95% selama tiga menit.

Sediaan didehidrasi dan clearing terlebih dahulu sebelum ditetesi perekat

permount dan ditutup dengan gelas penutup.

Pengamatan Histopatologi

Pengamatan histopatologi dilakukan pada sampel kulit yang telah diambil

pada hari ke 2, 4, 7, 14, dan, 21 dengan menghitung sel polimorfonuklear

(Netrofil), jumlah neovaskularisasi, persentase reepitelisasi, dan persentase luasan

jaringan ikat kolagen.

Pengamatan terhadap jumlah sel polimorfonuklear menggunakan

mikroskop Olympus BX51TF, Japan dan pemotretan dengan videophoto dalam

10 lapang pandang dimana luas tiap lapang pandang adalah 20450µm2.

Pengukuran panjang luka dan reepitelisasi menggunakan video mikrometer FDR-

A IV-560 dengan perbesaran objektif empat kali. Ketebalan dan luasan jaringan

ikat dilihat dengan menggunakan preparat yang memakai pewarnaan Masson

Trichrome. Presentase reepitelisasi dan jaringan ikat menggunakan video

micrometer JVC, Japan dengan perbesaran objektif empat kali.

Perhitungan panjang jaringan ikat kolagen dan reepitelisasi ditentukan

dengan cara mengkonfersi skala bar yang digunakan pada video mikrometer

dengan perbesaran 180x, yaitu 200 µm menjadi 3,6 cm.

Kemudian dibuatlah pola kotak-kotak dengan ukuran 3.6 X 3.6 cm dengan

kertas plastik (Gambar 7) . Kertas plastik yang sudah berpola ditempelkan pada

monitor video micrometer. Setelah itu, untuk menyamakan standar perhitungan

200µm X 180x = 3.6 x 104 µm = 3.6 cm

Page 43: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

ditentukan tiga kotak untuk setiap panjang luka yang akan dihitung yang diambil

dari tengah bagian luka.

Gambar 7. Metode penentuan luasan jaringan ikat pada pengamatan histopatologis jaringan luka hari ke 14. Jaringan ikat terlihat berwarna biru pada sediaan Masson Trichrome.Pada tampilan gambar video mikrometer dibuat pola kotak-kotak yang tiap sisinya berukuran 200µm.

Jaringan ikat yang tampak pada video micrometer ditentukan dengan

ketetapan sebagai berikut:

Perhitungan presentase jaringan ikat ditentukan dengan menggunakan rumus:

Sedangkan untuk presentase reepitelisasi ditentukan dengan rumus:

Jika luas jaringan ikat memenuhi lebih dari setengah bagian kotak maka dihitung satu luasan, namun jika luasannya kurang dari setengah kotah maka tidak dihitung sebagai

luasan

Luas jaringan ikat kolagen yang terbentuk X 100% Luas luka

Page 44: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Analisis Data

Hasil pengamatan patologi anatomi diuji secara deskriptif. Hasil

pengamatan histopatologi berupa data banyaknya jumlah sel polimorfonuklear,

neovaskularisasi, persentase luasan jaringan ikat kolagen, dan presentase

reepitelisasi. Selanjutnya data diuji secara statistika menggunakan uji sidik ragam

ANOVA yang dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan untuk

mengetahui hasil yang diperoleh berbeda secara nyata atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Luas luka yang telah ditutupi epitel X 100% Luas luka

Page 45: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Penapisan Fitokimia

Hasil pengamatan penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui

senyawa pada kunyit yang dapat tertarik oleh pelarut etanol yang disajikan pada

Tabel 1. Senyawa-senyawa yang dilakukan pengujian adalah alkaloid, flavonoid,

tanin dan polifenol, saponin, serta kuinon. Etanol yang merupakan pelarut polar

hanya dapat menarik senyawa-senyawa yang juga bersifat polar (Houghton dan

Raman 1998).

Tabel 1 Hasil penapisan fitokimia ekstraksi rimpang kunyit dengan pelarut

etanol

Senyawa dalam kunyit Pelarut Etanol Alkaloid + Flavonoid - Tanin dan Polifenol - Saponin - Kuinon +

Keterangan : ( + ) Etanol dapat menarik senyawa tersebut ( - ) Etanol tidak dapat menarik senyawa tersebut

Berdasarkan penapisan fitokimia yang dilakukan, senyawa yang dapat

tertarik dari proses ekstraksi rimpang kunyit memakai pelarut etanol adalah

alkaloid dan kuinon. Alkaloid merupakan golongan zat sekunder yang terbesar.

Alkaloid sering kali bersifat racun bagi manusia dan banyak memiliki kegiatan

fisiologi yang menonjol sehingga sering digunakan secara luas pada bidang

pengobatan (Harborne 1987). Hampir semua alkaloid yang ditemukan di alam

mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi adapula

yang berguna bagi pengobatan. Misalnya adalah morfin, dan striknin yang

terkenal memiliki efek fisiologis dan psikologis (Leny 2006). Keberadaan

alkaloid pada ekstrak etanol rimpang kunyit memiliki peran menenangkan

penderita luka sehingga dapat mengurangi rasa sakit.

Kuinon adalah senyawa berwarna (Harborne 1987). Menurut Robinson

(1995), kuinon berperan sebagai anti bakteri dan sebagai pewarna. Pada

persembuhan luka, kuinon berperan dalam proses pencegahan masuknya bakteri

pada luka sehingga dapat mempercepat proses persembuhan.

Page 46: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Patologi Anatomi

Hasil pengamatan persembuhan luka berdasarkan gambaran patologi

anatomi (PA) pada mencit kontrol positif yang diberi sediaan neomicin sulfat

5%, kontrol negatif yang tidak diberi perlakuan apapun, serta mencit yang

diberikan sediaan ekstrak etanol rimpang kunyit, disajikan dalam Tabel 2 .

Tabel 2. Perbandingan patologi anatomi persembuhan luka kulit antara mencit kontrol negatif dan mencit perlakuan dengan neomycin sulfat 5%

dan ekstrak rimpang kunyit etanol

Hari Kontrol Negatif Kontrol Positif Salep Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit

1 Panjang luka 1.5 cm, luka

basah, merah dan terbuka Panjang luka 1.5 cm, luka basah, merah dan terbuka

panjang luka 1.5 cm , basah dan merah

2 Panjang luka 1.36 cm, lukabasah, merah dan terbuka

Panjang luka 1.3 cm, luka masih terbuka dan mulai mengering

Luka terbuka, panjang luka 1.3 cm, pinggiran mengering dan mengeras

3 Luka mulai mengering dan menutup, kulit berwarna merah agak pucat

Luka mengering dan masih terbuka dan berwarna merah pucat

Luka terbuka, pinggiran mengering dan mengeras

4 Panjang luka 1,20 cm, luka kering dan berwarna merah pucat

Luka menutup dan kering. Panjang luka 1 cm.

Luka mengering, belum menutup, panjang luka 1.3 cm

5 Tepi luka mengeras dan panjang luka agak mengecil

Luka hampir menutup dan tepi luka mengeras

Luka menutup namun masih terdapat keropeng

6 Tepi luka mengeras dan panjang luka agak mengecil

Luka hampir menutup dan tepi luka mengeras

Luka menutup namun masih terdapat keropeng

7 Luka semakin menutup, panjang luka 1,07 cm

Luka mengecil, panjang luka 0,27 cm.

Luka menutup panjang luka 0.98 cm, masih terdapat keropeng.

8 Luka hampir menutup Luka semakin mengecil Luka menutup namun masih terdapat keropeng

9 Luka semakin mengecil Luka telah menutup Luka menutup namun masih terdapat keropeng

10 Luka semakin mengecil Luka telah tertutup Luka menutup 11 Luka tertutup Luka telah menutup

semputna Luka menutup sempurna

12 Luka telah menutup sempurna

Luka menutup sempurna, terlihat adanya bekas luka

Luka tertutup, masih terlihat bekas luka.

13 Terlihat adanya bekas luka Terlihat bekas luka dan mulai ditumbuhi rambut

Terlihat adanya bekas luka

14 Masih terlihat bekas luka dan mulai ditumbuhi rambut

Masih terlihat bekas luka dan ditumbuhi rambut

Luka menutup sempurna mulai ditutupi rambut

15 Masih terlihat bekas luka dan mulai ditumbuhi rambut

Bekas luka hampir tidak terlihat, dan ditutupi rambut baru

Bekas luka hampir tidak terlihat, ditutupi rambut baru

16-21 Masih terlihat sedikit bekas luka, mulai tertutupi rambut

Bekas luka tidak terlihat dan ditutupi rambut baru

Bekas luka tidak terlihat dan ditutupi rambut baru

Pengamatan secara patologi anatomi, memperlihatkan bahwa pada hari

Page 47: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

pertama dan kedua keadaan luka pada kulit masih terbuka dan memperlihatkan

warna kemerahan baik pada kontrol positf, negatif maupun pelakuan dengan

menggunakan salep ekstrak etanol rimpang kunyit. Menurut Spector and Spector

(1993), kulit yang tersayat akan kehilangan retraksinya dan membuat celah yang

terbuka. Cedera yang mendadak membuat perubahan dalam pembuluh darah kecil

yang menyusun reaksi inflamasi akut. Segera setelah terjadinya luka , akan terjadi

konstriksi singkat arteriola yang diikuti dengan dilatasi berkepanjangan. Hal ini

menyebabkan menjadi merahnya anyaman kapiler darah dan membukanya

saluran kapiler yang tidak aktif, selain itu terjadi pula dilatasi vena dan pembuluh

limfe. Keadaan ini memungkinkan darah mengalir ke dalam miikrosirkulasi lokal.

Kapiler yang awalnya kosong atu sedikit meregang kini mulai terisi dengan darah

secara cepat (Price dan Wilson 1992). Hal ini yang menyebabkan luka pada hari

ke-1 dan ke-2 menunjukan warna kemerahan atau hiperemi.

Pada hari pertama baik kontrol positif, kontrol negatif, maupun luka

dengan perlakuan salep ekstrak etanol rimpang kunyit masih dalam keadaan

basah. Menurut Spector and Spector (1993), hal ini terjadi karena seiring dengan

percepatan pergerakan cairan yang cepat melalui dinding pembuluh darah ke

jaringan peradangan, memungkinkan molekul-molekul kecil lewat. Akan tetapi

hal ini menahan protein-protein besar seperti protein plasma tetap berada dalam

pembuluh darah. Sifat pembuluh darah yang permeable akan menimbulkan

tekanan osmotik yang cenderung menahan cairan di dalam pembuluh darah

dengan melawan tekanan hidrostatik. Pada kasus inflamasi, tekanan hidrostatik

dalam darah meningkat sehingga mengganggu keseimbangan dan menyebabkan

banyak air meninggalkan darah menuju jaringan. Hal ini akhirnya mengganggu

pula sistem limfatik yang kemudian memindahkan cairan yang mencapai celah

jaringan keluar menuju jaringan, untuk mempertahankan kesetaraan secara

normal. Pergeseran cairan pada saat luka terjadi sangat cepat, sehingga eksudat

pada masa peradangan mengandung protein plasma yang sangat signifikan. Pada

peradangan akut terjadi perubahan permeabilitas pembuluh-pembuluh yang

sangat kecil di daerah tersebut yang menyebabkan kebocoran protein. Proses ini

kemudian diikuti oleh pergeseran keseimbangan osmotik, dan air keluar bersama

Page 48: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

protein, menimbulkan pembengkakan. Hal ini yang menyebabkan bertambahnya

jumlah cairan secara abnormal di kompartemen ekstrasel (Spector dan Spector

1993). Sehingga pada patologi anatomi terlihat adanya udema ditunjukkan dengan

keadaan basah di sekitar luka dan terjadi pembengkakan.

Pada hari ke- 4 (Gambar 8) kondisi luka sudah mulai menutup pada

ketiga perlakuan hal ini terjadi karena telah terjadinya proliferasi dari sel. Pada

saat ini peran fibroblas sangat penting dalam proses persembuhan luka. Fibroblas

bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang

akan digunakan pada konstruksi jaringan (Tawi 2008). Perbaikan dari sistem

sirkulasi menyebabkan tekaan hidrostatik seimbang menyebabkan luka mulai

mengering dan oedema berkurang.

Pada hari ke-14 dan ke-21 luka sudah menutup sempurna. Pada saat ini

fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari

jaringan mulai berkurang karena pembuluh darah mulai regresi dan serat fibrin

dari kolagen bertambah banyak memperkuat jaringan parut (Tawi 2008). Hal ini

menyebabkan luka pada ketiga kelompok sembuh, ditandai dengan mulai

menghilangnya jaringan parut .

A

B

C

Gambar 8. Gambaran patologi anatomis luka hari ke-4 pada mencit kelompok kontrol negatif (A), kelompok kontrol positif (B), serta kelompok perlakuan dengan salep ekstrak etanol rimpang kunyit (C).

Hasil Pengamatan Histopatologi

Sel Polimorfonuklear

Hasil pemeriksaan mikroskopis terhadap jumlah sel polimorfonuklear,

Page 49: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

akan ditunjukan pada Tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3 Rataan jumlah relatif sel polimorfonuklear pada pemeriksaan

mikroskopis

Hari ke- Kontrol Positif Kontrol Negatif Salep Ekstrak Etanol

Rimpang Kunyit 2 9.01±4.40 a 15.71±5.24 a 6.87±2.93a 4 4.07±1.09 a 3.70±1.29 a 5.27±1.57a 7 14.50±0.00 a 10.58±2.99 a 11.70±1.81a 14 0.83±1.44 a 3.00±2.00a 1.33±0.58a 21 0.00±0.00 a 0.00±0.00a 0.00±0.00a

Keterangan: Huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata. (P>0.05)

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan

nyata (P>0.05) dari jumlah rataan sel netrofil untuk tiap kelompok (Tabel 3). Pada

hari ke-2 diketahui bahwa sel polimorfonuklear (netrofil) telah hadir pada

jaringan luka di setiap perlakuan. Menurut Price dan Wilson (1992), pada awal

peradangan akut, aliran darah ke daerah yang meradang meningkat. Permeabilitas

yang meningkat mengakibatkan cairan darah bocor keluar dari mikrosirkulasi,

menyebabkan unsur-unsur darah dalam jumlah banyak (eritrosit, trombosit dan

leukosit) tetap tertinggal sehingga viskositas darah meningkat mengakibatkan

aliran darah di daerah luka melambat. Ketika viskositas darah meningkat dan

aliran darah melambat, leukosit mulai mengalami marginasi, yaitu bergerak ke

arah perifer di sepanjang lapisan pembuluh darah menuju ke daerah luka. Netrofil

adalah leukosit yang pertama hadir pada proses persembuhan luka. Setelah

terjadinya perlukaan sel-sel netrofil akan mengilfiltrasi jaringan luka dan

terakumulasi pada benang-bengang fibrin. Benang-benang fibrin merupakan hasil

dari polimerasi fibrinogen di jaringan ekstravaskular. Benang-benang fibrin ini

akan mengisolasi jaringan perlukaan agar tidak mengakibatkan hal yang buruk

bagi jaringan disekitarnya (McGavin dan Zachari 2007).

Page 50: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Gambar 9. Sel radang netrofil yang mengilfiltrasi jaringan luka dengan perlakuan salep ekstrak etanol rimpamg kunyit pada hari ke 7. Pewarnaan HE. Bar: 20 µm

Netrofil (Gambar 9) merupakan sel pertahanan pertama terhadap

kontaminasi mikroba pada peradangan. Fungsi netrofil adalah membersihkan

daerah luka dari benda asing dan bakteri (Singer dan Clark 1999). Menurut

Spector dan Spector (1993) keberadaan netrofil di daerah luka sangat singkat,

sehingga setelah dihasilkannya sitokin, monosit masak akan berubah menjadi

makrofag di jaringan dan menggantikan fungsi netrofil. Keberadaan makrofag

menjadi prasyarat terjadinya proses persembuhan.

Keberadaan netrofil sudah terlihat pada awal perlukaan (Tabel 2).

Netrofil sudah muncul pada hari ke-2 pada ketiga kelompok baik kontrol positif,

negatif maupun perlakuan dengan salep ekstrak etanol rimpang kunyit. Jumlah

netrofil tertinggi pada kontrol positif maupun perlakuan menggunakan salep

ekstrak etanol rimpang kunyit terjadi pada hari ke-7, sedangkan kelompok kontrol

negatif jumlah netrofil tertinggi terjadi pada hari ke-2. Pada hari ke -14

Page 51: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

kelompok kontrol positif dan perlakuan salep ekstrak etanol rimpang kunyit

memperlihatkan penurunan yang cukup signifikan, sedangkan pada kontrol

negatif jumlahnya lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Penurunan jumlah netrofil

pada kontrol positif dan dengan menggunaka sediaan salep ekstrak etanol

rimpang kunyit, dapat disebabkan karena adanya zat anti inflamasi yaitu

neoimicin sulfat 5% pada kontrol positif, sedangkan pada sediaan salep ekstrak

etanol rimpang kunyit mengandung senyawa kuinon yang berfungsi sebagai anti

mikrobial (Robinson 1995).

Jika dibandingkan ketiga perlakuan baik kontrol positif, kontrol

negatif, maupun perlakuan dengan salep ekstrak etanol rimpang kunyit terlihat

bahwa pada hari pertama kontrol positf dan perlakuan salep ekstrak etanol

rimpang kunyit memperlihatkan jumlah netrofil yang rendah di hari pertama

dan hari ke-4, namun kemudian meningkat pada hari ke-7 dan turun secara

signifikan pada hari ke -14 dan 21. Sedangkan pada kontrol negatif jumlah

netrofil tertinggi justru terjadi pada hari pertama, sedangkan jumlah netrofil

dari hari ke-7 menuju hari ke-14 penurunan jumlah netrofil tidak sebesar pada

kelompok kontrol positif maupun perlakuan menggunakan salep ekstrak etanol

rimpang kunyit. Perbandingan rataan jumlah sel polimorfonuklear disajikan pada

grafik pada Gambar 10 berikut ini :

02468

1012141618

2 4 7 14 21

Hari Ke-

Jum

lah

Sel P

olim

orfo

nukl

ear

Kontrol Positif

Kontrol Negatif

Salep EkstrakEtanolRimpangKunyit

Gambar 10. Perbandingan rataan jumlah sel polimorfonuklear pada proses persembuhan luka

Page 52: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Neovaskularisasi

Menurut Singer dan Clark (1999) pembentukan pembuluh darah baru

memiliki arti penting dalam proses persembuhan luka. Hasil pengamatan

mikroskopis jumlah relatif rataan neovaskularisasi, akan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan jumlah relatif neovaskularisasi pada pemeriksaan mikroskopis

Hari Kontrol Positif Kontrol Negatif Salep Ekstrak Etanol

Rimpang Kunyit 2 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 4 0.33±0.58 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 7 8.00±1.73 a 0.67±1.15 b 1.67±0.58 b 14 6.33±2.52 a 5.00±1.00 a 6.67±1.15 a 21 0.00±0.00 a 6.00±1.00 b 1.67±1.53 a

Keterangan: Huruf supersript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata. (P>0.05)

Pada hari ke-2 maupun hari ke-4 terlihat ketiga perlakuan baik kontrol

positif, kontrol negatif maupun kelompok perlakuan menggunakan salep ekstrak

etanol rimpang kunyit tidak memperlihatkan perbedaan nyata (P>0.05) (Tabel 4)

.Pada hari ke-2 belum terlihat munculnya neovaskularisasi pada ketiga kelompok.

Hari keempat mulai terbentuk pembuluh darah baru pada kontrol positif,

meskipun jumlahnya relatif masih sedikit.

Pada hari ke-7 terjadi perbedaan nyata (P<0.05) antara kontrol positif

dengan kontrol negatif dan perlakuan menggunakan salep ekstrak etanol rimpang

kunyit (Tabel 4). Menurut Martin (1997), keberadaan makrofag yang

mengeluarkan FGF2 dan vaskular endotelial growth faktor (VEGF) akhirnya

memicu pertumbuhan neovaskularisasi (Gambar 11). Menurut Spector dan

Spector (1993) Pembuluh darah baru mulai terlihat tanda-tandanya dalam satu

minggu. Pembuluh darah baru tumbuh ke dalam luka sebagai pita padat dari sel-

sel endotel yang tumbuh ke luar sebagai kuncup dari kapiler yang utuh pada tepi

luka. Kuncup endotel yang terbentuk kemudian mengalami mitosis dan

membentuk simpai serta lengkungan. Pita endotel padat kemudian berkembang

menjadi saluran dalam beberapa jam dan darah mulai mengalir. Proses

mengalirnya kembali darah menjadi amat penting dalam proses persembuhan

Page 53: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

luka. Jaringan vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu

respon untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di daerah luka, karena

biasanya pada daerah luka terjadi keadaan hipoksia (Singer dan Clark 1999).

Pada hari ke-14 ketiga perlakukan kembali tidak memperlihatkan

perbedaan yang nyata (P>0.05). Menurut Spector dan Spector (1993), setelah

dua minggu arteriola yang baru sudah mulai terbentuk dan memberikan suplai

bagi saraf vasomotorik. Pada hari ke-21 terlihat terjadi perbedaan nyata (P<0.05)

antara kontrol negatif dengan kontrol positif dan perlakuan menggunakan salep

ekstrak etanol kunyit (Tabel 4). Hasil ini menunjukkan bahwa kontrol positif dan

perlakuan menggunakan salep ekstrak etanol rimpang kunyit memberikan hasil

yang lebih baik daripada kontrol negatif. Hal ini terjadi kemungkinan karena fase

peradangan yang lebih cepat pada kontrol positif dan perlakuan menggunakan

salep ekstrak etanol rimpang kunyit sehingga memberikan hasil yang lebih baik

daripada kontrol negatif.

Gambar 11 Neovaskularisasi yang yang terbentuk pada jaringan luka dengan perlakuan salep ekstrak etanol rimpang kunyit pada hari ke 14. Pewarnaan Masson Trichrome. Bar: 20 µm

Page 54: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Apabila dibandingkan antara ketiga perlakuan (Gambar 12), terlihat

bahwa kontrol positif mulai membentuk neovaskularisasai pada hari ke-4 berbeda

dengan kontrol negatif dan perlakuan salep ekstrak etanol rimpang kunyit yang

baru membentuk neovaskularisasi pada hari ke-7. Pada kontrol positif puncak

jumlah neovaskularisasi terjadi pada hari ke-7 sedangkan pada kelompok negatif

maupun perlakuan dengan ekstrak etanol kunyit jumlah pembentukan

neovaskularisasi tertinggi terjadi pada hari ke-14. Pada hari ke-21 terlihat

penurunan jumlah neovaskularisasi pada kontrol positif dan perlakuan dengan

salep ekstrak etanol rimpang kunyit, sedangkan pada kontrol negatif jumlahnya

masih relatif tinggi. Hal tersebut dapat menggambarkan persembuhan luka yang

relatif lebih cepat pada kontrol positif maupun perlakuan dengan salep ekstrak

etanol rimpang kunyit. Terjadinya keadaan seperti ini kemungkinan karena pada

hari ke-14 dan 21 makrofag telah memfagositosis reruntuhan sel, terbukti dengan

jumlah netrofil yang menurun pada kontrol positif maupun perlakuan dengan

salep ekstrak etanol rimpang kunyit pada hari ke- 14 dan 21, sedangkan kontrol

negatif pada hari yang sama jumlah netrofilnya masih relatif lebih tinggi daripada

yang lain. Fagositosit oleh makrofag inilah yang memicu pembentukan pembuluh

darah baru (Spector dan Spector 1993).

0

2

4

6

8

10

2 4 7 14 21

Hari Ke-

Junl

ah N

eova

skul

ar

Kontrol Positif

Kontrol Negatif

Salep EkstrakEtanolRimpangKunyit

Gambar 12. Perbandingan rataan jumlah neovaskularisasi pada proses

persembuhan luka

Page 55: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Reepitelisasi

Proses reepitelisasi merupakan serangkaian peristiwa yang terkoordinasi

dan terstruktur. Reepitelisasi pada kulit dicapai dengan meningkatkan aktivitas

mitosis epitel di tepi luka (Spector dan Spector 1995). Hasil pengamatan

mikroskopis mengenai gambaran reepitelisasi pada ketiga perlakuan ditunjukkan

pada Tabel 5 berikut ini:

Tabel 5. Persentase (%) reepitelisasi pada pemeriksaan mikroskopis

Hari Ke- Kontrol Positif Kontrol Negatif Salep Ekstrak Etanol

Rimpang Kunyit 2 33.33±33.35 a 44.43±19.28 a 55.57±19.28 a 4 33.33±33.35 a 33.33±33.35 a 22.20±19.23 a 7 77.80±19.23 a 77.80±19.23 a 44.47±38.51 a 14 66.67±57.74 a 88.90±19.23 a 77.77±38.51 a 21 100.00±0.00 a 100.00±0.00 a 100.00±0.00 a

Keterangan: Huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata. (P>0.05)

Pada proses reepitelisasi terjadi migrasi dan proliferasi dari fibroblas yang

akam mengeluarkan keranocyte growth factor, citokin dan reseptor yang akan

memproduksi metalloprotein matiks dan inhibitor. Matriks ekstraselular kemudian

akan mensintesis fibronectins, vitronectin, dan kolagen (Middelkoop 2005).

Menurut Tawi (2008) keratinocyte growth factor (KGF) yang berperan dalam

stimulasi mitosis sel epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan

akhirnya membentuk barrier yang menutupi permukaan luka. Dengan sintesa

kolagen oleh fibroblas, pembentukan lapisan dermis ini akan disempurnakan

kualitasnya dengan mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan dermis. Untuk

membantu jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblas akan merubah

strukturnya menjadi myofibroblast yang mempunyai kapasitas melakukan

kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih menonjol pada luka yang

ekstrim dibandingkan dengan luka biasa.

Reepitelisasi (Gambar 13) pada ketiga perlakuan telah terjadi semenjak

hari ke-2. Secara statistik ketiga perlakuan tersebut tidak memperlihatkan

perbedaan nyata (P>0.05) (tabel 5). Menurut Price dan Wilson (1992), beberapa

Page 56: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

hari setelah perlukaan epitel permukaan di bagian tepi mulai melakukan

regenerasi, kemudian lapisan epitel yang tipis akan bermigrasi menuju permukaan

atas luka. Setelah itu epitel akan menjadi matang sehingga menyerupai kulit di

bawahnya.

Gambar 13. Reepitelisasi persembuhan luka dengan perlakuan salep ekstrak etanol rimpang kunyit pada hari ke-14 dengan menggunakan pewarnaan Masson Trichrome. Bar: 200 µm

Setiap hari pengamatan ketiga perlakuan masih menunjukkan perbedaan

yang tidak nyata (P>0.05) (Tabel 5). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan yang

terdapat pada kontrol positif yang mengandung neomicin sulfat 5% maupun

kandungan dalam salep ekstrak etanol rimpang kunyit tidak memberikan

pengaruh pada proses reepitelisasi persembuhan luka.

Apabila kita membandingkan ketiga perlakuan, kontrol positif dan kontrol

negatif memberikan hasil yang lebih baik pada hari ke-7 dibandingkan perlakuan

pemberian salep etanol rimpang kunyit (Gambar 13). Hal tersebut juga didukung

dari data patologi anatomi bahwa pada perlakuan pemberian salep ekstrak kulit

etanol pada jaringan perlukaan masih terdapat keropeng dan jaringan parut,

Page 57: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

sedangkan pada kelompok yang lain tidak. Menurut Price dan Wilson (1992)

matangnya jaringan parut akan bersinergis dengan menebal dan matangnya epitel

sehingga menyerupai kulit. Pada perlakuan luka yang diberikan salep ekstrak

etanol rimpang kunyit, jaringan parut yang masih hadir hingga hari ke-7

mengakibatkan melambatnya reepitelisasi.

Pada hari ke 14 kontrol negatif memperlihatkan reepitelisasi yang lebih

baik daripada kedua kelompok lainnya. Pada hari ke-21 reepitelisasi telah terjadi

secara sempurna. Hal ini dapat diperkuat dengan data patologi anatomis yang

memperlihatkan luka yang telah menutup secara sempurna.

Gambar 14 Perbandingan presentase reepitelisasi pada proses persembuhan

luka Luasan Jaringan Ikat Kolagen

Menurut Drakbar (2008) persembuhan ditandai dengan menyempitnya

luka dan tepi luka bersatu menjadi lebih kuat. Penyempitan ini dipengaruhi oleh

jaringan ikat yang terdapat pada luka (Gambar 15). Menurut Spector dan Spector

(1993), ciri khusus jaringan pengikat yang mengalami rekonstruksi ialah aktivitas

fibroblasnya. Fibroblas adalah sel mesenkim dasar jaringan dewasa yang memiliki

0

20

40

60

80

100

120

2 4 7 14 21

Hari Ke-

Kontrol Positif

Kontrol Negatif

Salep Ekstrak Etanol Kunyit

Page 58: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

sifat utama untuk mensisntesis komponen-komponen jaringan pengikat, yakni

kolagen dan mukopolisakarid. Deposisi dari kolagen dan ikatan silangnya mampu

memberikan kekuatan dan integritas pada perbaikan jaringan luka (Spector dan

Spector 1993). Tabel 6 akan memperlihatkan hasil pengamatan mikroskopis

terhadap jaringan ikat kolagen.

Tabel 6 Presentase (%) luasan jaringan ikat kolagen pada pemeriksaan mikroskopis

Hari Ke- Kontrol Positif Kontrol Negatif Salep Ekstrak Etanol

Rimpang Kunyit 2 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 4 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 0.00±0.00 a 7 66.67±33.35 a 33.30±0.00 a 0.00±0.00 b 14 100.00±0.00 a 88.90±19.23a 77.80±19.23 a 21 88.90±19.23 a 77.80±19.23 a 77.80±19.23 a

Keterangan: Huruf supersript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan nyata. (P>0.05)

Jaringan ikat kolagen (Gambar 15) Pada kontrol positif dan negatif

telah terbentuk pada hari ke-7, sedangkan pada perlakuan pemberian salep

ekstrak etanol rimpang kunyit, jaringan ikat kolagen pada hari yang sama

belum terbentuk. Sehingga dari uji statistik terjadi perbedaan nyata antara

kontrol positf dan negatif dengan perlakuan menggunakan salep ekstrak etanol

rimpang kunyit (Tabel 6). Jaringan ikat kolagen akan terbentuk setelah 3 hari

setelah perlukaan. Hal ini terjadi karena setelah 72 jam fibroblas akan

memproduksi faktor pertumbuhan yang mempengaruhi proliferasi sel epitel,

yaitu growth factor yang akan menstimulasi hadirnya sel peradangan dan

mengaikibatkan dimulainya proses sintesis kolagen (Anonim 2003).

Pada perlakuan dengan menggunakan salep ekstrak etanol rimpang

kunyit pembentukan kolagen terjadi lebih lambat yaitu pada hari ke-14 (Tabel 6),

menurut Singer dan Clark (1999) kolagen yang matang akan membentuk jaringan

parut pada akhir proses persembuhan. Jaringan parut yang terbentuk secara

berlebihan disebut dengan keloid. Pencegahan terbentuknya keloid terjadi ketika

beberapa sel seperti; makrofag, sel-sel epidermis, endotel dan fibroblas

Page 59: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

mensekresi beberapa enzim proteolitik yang disebut matriks metaloprotein.

Enzim inilah yang akan mensintesis kolagen. Hal ini didukung dengan persentase

reepitelisasi pada sediaan kulit dengan menggunakan salep ekstrak etanol rimpang

kunyit pada awal pengamatan yang lebih rendah daripada kedua kelompok

lainnya. Selain itu keadaan ini juga terjadi kemungkinan karena adanya

kandungan alkaloid pada ekstrak etanol rimpang kunyit yang memberikan respon

penenang tubuh (Leny 2006). Berkurangnya rasa sakit pada tubuh membuat

respon tubuh terhadap persembuhan menjadi lambat (Spector dan Spector 1993).

Gambar 15 Jaringan ikat berwarna biru pada perlakuan salep ekstrak etanol kunyit pada hari ke-21 dengan pewarnaan Masson Trichrome. Bar 200 µm

Jaringan ikat kolagen akan memiliki pematangan menjadi serabut yang

lebih tebal dan besar. Serta memiliki ikatan intermolekuler yang lebih banyak.

Fase perubahan ini dikenal dengan nama fase remodeling (Singer dan Clark 1999:

Anonim 2003). Perubahan ini berlangsung secara lambat hingga minggu ke tiga.

Apabila ketiga kelompok ini dibandingkan, akan terlihat bahwa kontrol positif

marupakan kelompok terbaik diantara ketiga kelompok lainnya (Gambar 16).

Pembentukan jaringan ikat kolagen tertinggi pada kontrol positif terjadi pada

hari ke-14, setelah itu mengalami penurunan menunjukkan luka yang mulai

Page 60: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

sembuh, begitupula yang terjadi pada kontrol negatif. Sedangkan pada perlakuan

ekstrak etanol rimpang kunyit kehadiran kolagen terjadi lebih lambat daripada

kedua kelompok lainnya.

0

20

40

60

80

100

120

2 4 7 14 21

Hari Ke-

Pers

enta

se (%

) lua

san

kola

gen

Kontrol Positif

Kontrol Negatif

Salep EkstrakEtanol Kunyit

Gambar 16 Perbandingan Presentase (%) Luasan Kolagen pada proses

persembuhan luka.

Page 61: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Ekstrak etanol rimpang kunyit mengandung senyawa alkaloid dan kuinon.

2. Sediaan ekstrak etanol rimpang kunyit memberikan hasil yang lebih baik

untuk proses neovaskularisasi dibandingkan tidak dilakukan pengobatan.

3. Secara umum sediaan salep ekstrak etanol rimpang kunyit belum

mempercepat proses persembuhan luka.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui sediaan yang tepat

bagi ekstrak etanol rimpang kunyit agar dapat bekerja efektif sebagai sediaan

persembuhan luka.

Page 62: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan
Page 63: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

DAFTAR PUSTAKA Amelia. 2002. Fitokimia Komponen Ajaib Cegah PJK, DM dan

Kanker. Bogor: Puslitbang Gizi. Ane. 2008. Kegunaan Alkohol. http www.web kimia.com. [24 Agustus 2008]. Anonim. 2003. The Phases Of Cutaneus Wound healing. Cambridge University

Press.5:1. Anonim .2008. http://www.rooj.com/Radioprotection_files/image002. [14 Juli

2008]. Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi ke 4. Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). hlm: 494-506. Arington.L. R. 1972. Introduction Laboratory Laboratorium Animal Science. The

interstate printer andpubliser inb Danville. Illones. Best, B. 2005. Phytochemicals as Nutraceuticals. http www.phytochemicals.com

[Rabu,6 Agustus 2008]. Blodinger, J. 1994. Formulasi Bentuk Sediaan Veteriner. Drs. Sugiharto

Hadimoelj, Penerjemah. Surabaya: Airlangga University Press. Terjemahan dari Formulation of Veterinary Dosage Forms.

Dellmann HD, dan Brown EM. 1992. Buku tekxt Histologi Veteriner. Ed ke-3.

Hartono R, penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Textbook of veterinary histology.hlm:593-617.

Deni, R. 2007. Menyembuhkan kanker dengan kunyit. Bogor: Jurnal Nasional. Dharmojono. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner Buku 2. Jakarta: Pustaka

populer Obor. hlm:105-117. Drakbar. 2008. Rawat Luka. http://drakbar.wordpress.com/xmlrpc.php">. [14 Juli

2008]. Farmakope Indonesia. 1979. Farmakope Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Harborne. J. B. 1987. Metode Fitokimia edisi ke-2. Bandung: Institut Teknologi

Bandung. hlm 1-243. Houghton, PJ dan Raman. 1998. Laboratory Handbook For The Fractination of

Natural Extracts. London UK: Chapman & Hall.

Page 64: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Junquira, LMD. 1998. Histologi Dasar. Jan Tambayang, penerjemah.

Jakarta:EGC. Terjemahan dari Basic Histology. hlm: 358-368. Leny, S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilproponoida, Alkaloida. Sumatera

Utara: Universitas Sumatera Utara. Malole, MBM dan C.S.U Pramono. 1989. Penggunaan Hewan Coba di

Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor. Dirjen Pendidikan Tinggi. Pusat antar Universitas Bioteknologi IPB.

Martin, P. 1997. Wound Healing-Aiming for Perfect Skin Regeneration. Science.

276:75-80. McGavin, D dan Zachary, J. 2007. Pathologic Basic Veterinary Disease

.Philadelpia: Elsevier Inc. Middelkoop, E. 2005. The International Jurnal of Lower Extremity Wounds.

SAGE Publication. 4:9-10. Mills, S. 2000. Principles And Practice of Phitotherapy Modern Herbal Medicine.

London: Churchill Livingstone. hlm: 569-570. Nayak BS, Pereira LM. 2006. Catharanthus Roseus Flower Extract Has Wound-

Healing Activity In Sprague Dawley Rats. BMC Complementary and Alternative Medicine. 41:2.

Purwanti, S. 2008. Kajian Efektivitas Pemberian Kombinasi Kunyit, Bawang

Putih, dan Mineral Zink Terhadap Perfoma, Kadar Lemak, Kolesterol dan Status Kesehatan Broiler. Tesis. Bogor. Pascasarjana IPB.

Penn D. 1999. A House Mouse Primer. http://stormy.biology.utah.edu/lab/mouse_primer.html. [3 juni 2008].

Price, A. dan Wilson L McCarty. 1992. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Brahm U. Pendit, penerjemah: Huriawati Hartono,editor. Jakarta:EGC.Terjemahan dari: Pathophisiology: Clinical Concept of Disease Processes). hlm: 57-76.

Robinson, Tr. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Edisi ke 6.

Kosasih Padmawinata, penerjemah. Bandung: ITB. Terjemahan dari The Organic Constituents of Higher Plants.

Sembiring, Mamun, dan Ginting. Pengaruh Kehalusan dan Lama Ekstraksi

Terhadap Mutu Ekstrak Temulawak ( Curcuma xantorhiza,Roxb).17:53-58.

Page 65: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Singer, AJ dan Clark RAF. 1999. Cutaneus Wond Healing. N England J Med. 341:738-154.

Smith JB, Mangkowidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan

Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. . Hlm. 10-17.

Spector WG, Spector TD. 1993. Pengantar Patologi Umum. ED ke 3. Soetjipto

NS,Harsoyo,Hana A,Astuti P, penerjemah: Moelyono MPE, editor. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to General Pathology. 3th Edition. hlm 72-144.

Syukur, C dan Hernani. 2001. Budi Daya Tanaman Obat Komersial. Jakarta:

Penebar Swadaya. HLm :76-77. Tawi. 2008. Proses Penyembuhan Luka. http://syehaceh.wordpress.com [14Juli

2008]. Tilaar, M. 2002. Budi Daya Secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Jakarta:

Penebar Swadaya.hlm:56-70. Vadamekum Bahan Obat Alam. 1989. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.hlm:177. Vegad JL. 1995. Textbook of veterinary General Pathology. New Delhi: Vikas

Publishing House PVT LTD. Voigt, R.1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Ed-5. Noerono Soendani,

penerjemah. Samhoedi Raksohadiprojo, editor. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Terjemahan dari Lehburch Der Pharmazeutischen Technologie.hlm: 314-316.

Wientarsih, I dan Prasetyo B. 2006. Diktat Farmasi dan Ilmu Reseptier.

Bogor:PPDH FKH IPB. hlm:1-9. Winarto, WP. 2003. Khasiat dan Tanaman Kunyit. Jakarta: PT Agromedia

Pustaka. Yahya, H. 2008. Gambaran Histologi Kulit. www.

harunyahya.com/imagestubuh/23/jpg [14 Juli 2008]. Yuliani, S dan Sofyan R. 2003. Ekstraksi Pestisida Nabati. Bogor: Balai

Penelitian Rempah dan Obat.

Page 66: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

LAMPIRAN

Page 67: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Lampiran 1 Polimorfonuklear Hari ke-2 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 The GLM Procedure Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 0.19919021 0.09959510 1.06 0.4042 Error 6 0.56507386 0.09417898 Corrected Total 8 0.76426407 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.260630 14.06351 0.306886 2.182143

Page 68: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Hari Ke-4 Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 0.19919021 0.09959510 1.06 0.4042 Error 6 0.56507386 0.09417898 Corrected Total 8 0.76426407 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.260630 14.06351 0.306886 2.182143 Hari Ke-7 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 0.49900346 0.24950173 2.80 0.1386 Error 6 0.53535586 0.08922598 Corrected Total 8 1.03435932 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.482428 8.399742 0.298707 3.556147

Page 69: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Hari ke-14 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 0.89282660 0.44641330 1.89 0.2310 Error 6 1.41765036 0.23627506 Corrected Total 8 2.31047696 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.386425 34.67146 0.486081 1.401964 Hari Ke-21 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 0 0 . . Error 6 0 0 Corrected Total 8 0 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.000000 0 0 0.707107

Page 70: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Lampiran 2

Neovaskularisasi Hari Ke-2 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 0 0 . . Error 6 0 0 Corrected Total 8 0 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.000000 0 0 0.707107

Page 71: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Hari Ke-4 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 0.05954424 0.02977212 1.00 0.4219 Error 6 0.17863273 0.02977212 Corrected Total 8 0.23817698 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.250000 22.56617 0.172546 0.764622 Hari Ke-7 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 5.93718587 2.96859294 23.38 0.0015 Error 6 0.76180580 0.12696763 Corrected Total 8 6.69899168 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.886281 19.91883 0.356325 1.788886

Page 72: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Hari Ke-14 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 0.17871630 0.08935815 0.83 0.4799 Error 6 0.64449688 0.10741615 Corrected Total 8 0.82321318 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.217096 12.94659 0.327744 2.531508 Hari Ke-21 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 5.17835004 2.58917502 19.14 0.0025 Error 6 0.81145596 0.13524266 Corrected Total 8 5.98980600 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.864527 23.78789 0.367754 1.545970

Page 73: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Lampiran 3 Reepitelisasi (%)

Hari Ke-2 The GLM Procedure

Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 9.76304509 4.88152254 0.79 0.4942 Error 6 36.86570347 6.14428391 Corrected Total 8 46.62874856 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.209378 39.30913 2.478767 6.305829 Hari Ke-4 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 1.26276137 0.63138068 0.05 0.9517 Error 6 75.96365618 12.66060936 Corrected Total 8 77.22641754 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.016351 76.66360 3.558175 4.641283

Page 74: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Hari Ke-7 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 19.29390464 9.64695232 1.38 0.3207 Error 6 41.85716562 6.97619427 Corrected Total 8 61.15107026 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.315512 33.98687 2.641249 7.771379 Hari Ke-14 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 9.76304509 4.88152254 0.41 0.6826 Error 6 71.93076068 11.98846011 Corrected Total 8 81.69380577 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.119508 41.62234 3.462436 8.318696

Page 75: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Hari ke-21 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Ethanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 0 0 . . Error 6 0 0 Corrected Total 8 0 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.000000 0 0 10.02497

Page 76: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Lampiran 4 Luasan Kolagen (%) Hari ke-2 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Etanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 0 0 . . Error 6 0 0 Corrected Total 8 0 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.000000 0 0 0.707107 Hari Ke-4 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Etanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 0 0 . . Error 6 0 0 Corrected Total 8 0 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.000000 0 0 0.707107

Page 77: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Hari ke-7 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Etanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 The GLM Procedure Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 84.27367592 42.13683796 28.35 0.0009 Error 6 8.91866543 1.48644424 Corrected Total 8 93.19234135 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.904298 25.16754 1.219198 4.844329 Hari ke-14 The GLM Procedure Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Etanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 2.22628244 1.11314122 1.50 0.2963 Error 6 4.45256487 0.74209415 Corrected Total 8 6.67884731 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.333333 9.148939 0.861449 9.415834

Page 78: Kajian Aktivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit · melakukan penelitian da laboratorium farmasi. 6. Pak Soleh, Pak Kasnadi, Pak Endang, yang telah membantu selama ... pengertian dan

Hari Ke-21 The GLM Procedure

Class Level Information Class Levels Values perlk 3 Etanol KN KP Number of Observations Read 9 Number of Observations Used 9 Dependent Variable: respon Sum of Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 2 0.74209415 0.37104707 0.33 0.7290 Error 6 6.67884731 1.11314122 Corrected Total 8 7.42094145 R-Square Coeff Var Root MSE respon Mean 0.100000 11.71016 1.055055 9.009743