k7 - kuliah famed 2015 (paru)

31

Upload: zikri-putra-l-lubis

Post on 13-Apr-2016

229 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

My Traces HOME RUANG BELAJAR MY MIND RUANG DOWNLOAD RUANG MUSIKApril 3, 2012POSTURAL CONTROL (KONTROL POSTUR)A. PENDAHULUAN Postural control (kontrol postur) adalah gerakan korektif yang diperlukan untuk menjaga pusat gravitasi dalam basis dukungan. Yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan ini adalah, koordinasi dari rangka, otot sensorik dan uscul saraf pusat. Kontrol postur meliputi control terhadap posisi tubuh dan berfungsi ganda yaitu untuk stabilitas (keseimbangan) dan orientasi (memelihara hubungan yang tepat antar segmen tubuh dan antara tubuh dan lingkungan). Fungsi ganda usculo postural didasarkan pada empat komponen yaitu:Ø Nilai acuan, seperti orientasi segmen tubuh dan posisi pusat gravitasi (representasi internal dari tubuh atau skema tubuh postural);Ø Masukan multiindrawi mengatur orientasiØ Stabilisasi segmen tubuhØ Reaksi postural fleksibel atau antisipasi untuk pemulihan keseimbangan setelah gangguan, atau stabilisasi postural selama gerakan sukarela.System control postur terdiri dari proses kompleks yang meliputi komponen sensoris dan motoris dan menghasilkan kombinasi yang terintegrasi antara visual, vestibular dan input afferent proprioseptif. Gabungan dari usaha alat-alat sensoris ini merupakan dasar untuk keseimbangan dinamis (stabilitas). Apabila salah satu dari alat ini mengalami kerusakan, maka stabilitas dari postur akan mengalami gangguan. Adapun prinsip dasar dari postural control antara lain:Ø Sistem sensorisØ Kemampuan melihatØ Sistem vestibularØ Sistem somatosensorisØ Sistem MusculoskeletalB. KOMPONEN KONTROL POSTUR DAN GERAKPengontrol keseimbangan postur dan gerak pada tubuh manusia terdiri dari tiga komponen penting, yaitu sistem informasi sensorik (visual, vestibular dan somatosensoris), central processing dan efektor (Sistem Musculoskeletal).1. System Informasi SensorisSebagian terbesar kegiatan system saraf berasal dari pengalaman sensoris dari reseptor sensoris, baik berupa reseptor visual, auditorius, reseptor raba di permukaan tubuh, atau jenis reseptor lain. Sistem sensorik merupakan hal yang penting dalam prinsip dasar kontrol postur anak. Sistem sensorik yang dimaksud terdiri atas:a. Kemampuan visualKemampuan visual (penglihatan) memegang peran penting dalam sistem sensoris. Perannya yaitu: i. Mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan. ii. Mata juga berfungsi sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. iii. Merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada. iv. Berperan dalam mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.b. System vestibularKomponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga.Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetap

TRANSCRIPT

Page 1: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)
Page 2: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

M. TB menginfeksi 1/3 penduduk duniaM. TB menginfeksi 1/3 penduduk dunia

Diperkirakan 95% penderita TB di negara Diperkirakan 95% penderita TB di negara berkembangberkembang

74% penderita adalah kelompok usia produktif74% penderita adalah kelompok usia produktif

Kematian akibat TB 25% dari seluruh kematianKematian akibat TB 25% dari seluruh kematian

Kematian perempuan karena TB lebih banyak Kematian perempuan karena TB lebih banyak daripada karena kehamilan, persalinan dan daripada karena kehamilan, persalinan dan nifas.nifas.

Page 3: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

KOMITMEN (POLITIK)

DIAGNOSIS TB UTAMA MELALUI TEMUAN BTA (MIKROSKOPIS)

PENGOBATAN JANGKA PENDEK & PENGAWASAN LANGSUNG

PENYEDIAAN OBAT

PENCATATAN & PELAPORAN YG BAKU

Strategi DOTS

Strategi DOTS

1

2

3

45

Directly Observed Treatment Short Course (DOTS)

Page 4: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

A. TUJUAN Mencapai angka kesembuhan yang

tinggi Mencegah putus berobat. Mengatasi efek samping obat jika timbul Mencegah resistensi

B. PENGAWASAN Pengawasan terhadap pasien TB

dilakukan oleh PMO.

Page 5: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

Yang dapat menjadi PMO :1. Petugas kesehatan 2. Orang lain (kader, tokoh masyarakat)3. Suami/ Istri/ Keluarga/ Orang serumah

C. LANGKAH PELAKSANAAN DOTS Dalam melaksanakan DOTS sebelum

pengobatan pertama kali dimulai, pasien diberi penjelasan bahwa harus ada seorang PMO dan PMO tersebut harus ikut hadir untuk mendapat penjelasan tentang DOTS.

Page 6: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

D. PERSYARATAN PMO PMO bersedia dengan sukarela membantu

pasien TB sampai sembuh selama pengobatan dengan OAT dan menjaga kerahasiaan penderita HIV / AIDS

E. TUGAS PMO Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik Melakukan pengawasan terhadap pasien

dalam hal minum obat. Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan

ulang dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Page 7: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

Memberi dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur hingga selesai.

Mengenali efek samping ringan obat, dan menasehati pasien agar tetap mau menelan obat.

Merujuk pasien bila efek samping semakin berat.

Melakukan kunjungan rumah Menganjurkan anggota keluarga untuk

memeriksa dahak bila ditemui gejala TB

Page 8: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

F. PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencatatan dan Pelaporan yang baku meliputi beberapa item/ formulir yaitu :

1. Kartu pengobatan (TB 01) 2. Kartu identitas penderita (TB 02) 3. Register laboratorium TB (TB 04) 4. Formulir pindah penderita TB (TB 09) 5. Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan (TB 10)

Page 9: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

PMO

Page 10: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

GLOBAL TARGET, LOCAL ACT

T H A I L A N D

PMO

Page 11: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

PMO

Page 12: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

IN PATIENT DEPARTMENT

PMO

Page 13: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

International Standard For

Tuberculosis Care (ISTC)

Didukung oleh :

• World Health Organization (WHO)

• Dutch Tuberculosis Foundation (KNCV)

• American Thoracic Society (ATS)

• International Union Against Tuberculosis and Lung Disease

• US Centers for disease control & prevention

• Stop TB Partnership

• Indian Medical Association

Page 14: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

TUJUAN

• Memberi gambaran penanganan TB yang diterima luas disetiap tingkat pelayanan

semua praktisi (pemerintah dan swasta) harus menggunakannya dalam menangani pasien

yang diduga atau menderita Tb

Page 15: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

TUJUAN

Memfasilitasi hubungan kerjasama yang efektif antar provider dalam memberikan pelayanan bermutu tinggi kepada pasien Tb :

• Semua usia• BTA positif atau negatif • Ekstra paru • MDR• Ko-infeksi Tb-HIV

Page 16: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

ISTC DI INDONESIA

• Sudah diterima dan didukung oleh IDI dan berbagai organisasi profesi (PDPI, PAPDI, IDAI, POGI, PAMKI….)

• Dalam fase sosialisasi

• Akan diimplementasikan sebagai pilot project di Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah

Page 17: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

• Standar dan guideline saling melengkapi

• Standard saling melengkapi dengan program lokal atau nasional sesuai rekomendasi WHO

• Standar tidak untuk menggantikan guideline

Page 18: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

ISTC

Terdiri atas 21 standar

• 6 standar diagnosis

• 7 standar terapi TB

• 4 standar TB dengan HIV dan komorbid

• 4 standar tanggung jawab kesehatan masyarakat

Page 19: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

Setiap individu dengan batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih yang tidak dapat dipastikan penyebabnya harus di evaluasi untuk tuberkulosis

• Mengapa 2-3 minggu?

• Penelitian di India (2005)

- Kasus TB yang terdeteksi meningkat

46% pada pemeriksaan setelah batuk 2

minggu dibanding batuk 3 minggu

Page 20: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

Semua pasien yang di duga penderita TB paru (dewasa,remaja,dan anak-anak yang dapat mengeluarkan dahak) harus menjalani pemeriksaan sputum secara mikroskopis sekurang-kurangnya 2 kali dan sebaiknya 3 kali.

Bila memungkinkan minimal 1 kali pemeriksaan berasal dari sputum pagi hari.

Page 21: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

Semua pasien yang di duga penderita TB ekstraparu (dewasa, remaja dan anak) harus menjalani pemeriksaan bahan yang didapat dari kelainan yang dicurigai. Bila tersedia fasilitas dan sumber daya, juga harus dilakukan biakan dan pemeriksaan histopatologi.

Page 22: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

• Sedikit M. TB yang ditemukan pada extra paru

• Pada pleuritis TB : BTA (+) hanya 5-10%

• Pada meningitis TB lebih rendah lagi

• Biakan dan pemeriksaan histopatologi lebih penting (spt biopsi jarum pada KGB)

Page 23: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

Semua individu dengan foto toraks yang mencurigakan ke arah TB harus menjalani pemeriksaan dahak secara mikrobiologi

Page 24: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

Diagnosis TB paru, BTA negatif harus berdasarkan kriteria berikut : negatif paling kurang pada 3 kali pemeriksaan (termasuk minimal 1

kali terhadap dahak pagi hari) foto thoraks menunjukkan kelainan TB tidak ada respon terhadap antibiotik spektrum luas (hindari

pemakaian flurokuinolon). Bila ada fasilitas pada kasus tersebut harus dilakukan pemeriksaan

biakan. Pada pasien dengan atau diduga HIV, evaluasi diagnostik harus di

segerakan

Page 25: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

• Pemeriksaan sputum bisa (+) bila terdapat minimal 10.000 kuman per mililiter sputum.

• Bila jumlah kuman < 1000 per mililiter sputum maka kemungkinan BTA (+) adalah dibawah 10%.

• Pada kultur hasil positif bila terdapat 100 kuman permililiter sputum.

Page 26: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

Diagnosis TB intrathoraks (paru, pleura, KGB hilus/mediastinal) pada anak dengan BTA negatif berdasarkan foto thoraks yang sesuai dengan TB dan terdapat riwayat kontak atau uji tuberkulin/interferon gamma release assay positif.

Pada pasien demikian bila ada fasilitas harus dilakukan pemeriksaan biakan dari bahan yang berasal dari batuk, bilasan lambung atau induksi sputum

Page 27: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

Pada anak biasanya BTA sputum (-) sehingga penting untuk dilakukan kultur/biakan, uji tuberkulin dan foto toraks

Saat ini sedang dikembangkan sistem scoring

Page 28: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)
Page 29: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

Standard 18Semua penyelenggara pelayanan untuk pasien tuberkulosis seharusnya

memastikan bahwa semua orang yang mempunyai kontak erat dengan pasien tuberkulosis menular seharusnya dievaluasi dan ditatalaksana sesuai dengan rekomendasi internasional. Penentuan prioritas penyelidikan kontak didasarkan pada kecendrungan bahwa kontak: 1). menderita tuberkulosis yang tidak diognosis; 2). berisiko tinggi menderita tuberkulosis jika terinfeksi; 3). berisiko menderita tuberkulosis berat jika penyakit berkembang; dan 4). berisiko tinggi terinfeksi oleh pasien. Prioritas tertinggi evaluasi kontak adalah:

Orang dengan gejala yang mendukung kearah tuberkulosis. Anak berusia <5 tahun. Kontak yang menderita atau diduga menderita imunokompromais,

khususnya infeksi HIV. Kontak dengan pasien MDRIXDR TB.

Kontak erat lainnya merupakan kelompok prioritas yang lebih rendah.

Page 30: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)

Standard 19Anak berusia <5 tahun dan induvidu semua usia dengan infeksi HIV

yang memiliki kontak erat dengan pasien tuberkulosis dan setelah dievaluasi dengan seksama, tidak menderita tuberkulosis aktif, harus diobati sebagai infeksi laten tuberkulosis dengan isoniazid.

Standard 20Setiap fasiliti pelayanan kesehaatn yang menangani pasien yang

menderita atau diduga menderita tuberkulosis harus mengembangkan dan menjalankan rencana pengendalian infeksi tuberkulosis yang memadai.

Standard 21Semua penyelenggara pelayanan kesehatan harus melaporkan kasus

tuberkulosis baru maupun kasus pengobatan ulang serta hasil pengobatannya kekantor Dinas Kesehatan setempat sesuai dengan peraturan hukum dan kebijaksanaan yang berlaku.

Page 31: K7 - Kuliah Famed 2015 (Paru)