jurusan agribisnis fakultas pertanian universitas

73
i PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DALAM MERESPON TEKNOLOGI DAN PEMASARAN DI DESA BONTO TALASSA KECAMATAN ULUERE KABUPATEN BANTAENG SAHLAN 105 96 00682 10 JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

i

PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DALAM MERESPON

TEKNOLOGI DAN PEMASARAN DI DESA BONTO TALASSA

KECAMATAN ULUERE KABUPATEN BANTAENG

SAHLAN

105 96 00682 10

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

Page 2: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

ii

PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DALAM MERESPON

TEKNOLOGI DAN PEMASARAN DI DESA BONTO TALASSA

KECAMATAN ULUERE KABUPATEN BANTAENG

SAHLAN

105 96 00682 10

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Strata Satu ( S -1 )

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

Page 3: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Proposal : Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam

Merespon Teknologi dan Pemasaran Di Desa

Bonto Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten

Bantaeng.

Nama Mahasiswa : Sahlan

Nomor Induk Mahasiswa : 1059600 682 10

Konsentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh

Dosen Pembimbing

Pembimbing I

Dr.Ir.Ratnawati Tahir,M.Si

Pembimbing II

Amanda Patappari F.,SP.MP

Mengetahui,

Dekan fakultas Pertanian

Ir. Saleh Molla, MM.

Ketua Prodi Agribisnis

Amruddin.,S.Pt,M.Pd

Page 4: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

iv

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul Proposal : Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam

Merespon Teknologi dan Pemasaran Di Desa

Bonto Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten

Bantaeng

Nama Mahasiswa : Sahlan

Nomor Induk Mahasiswa : 1059600 682 10

Konsentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Tim Penguji :

1. Dr.Ir.Ratnawati Tahir,M.Si (……………………………)

2. Amanda Patappari F.,SP.MP (……………………………)

3. Ir .Hj.Nailah Husain, M.Si (……….……………………)

4. Amruddin.,S.Pt,M.Pd (…………………………….)

Tanggal Lulus : ……………………………2014

Page 5: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI DALAM

MERESPON TEKNOLOGI DAN PEMASARAN DI DESA BONTO

TALASSA KECAMATAN ULUERE KABUPATEN BANTAENG.

Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Makassar , Oktober 2014

SAHLAN

105 9600 682 10

Page 6: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

vi

ABSTRAK

SAHLAN.105960068210. Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam

Merespon Teknologi dan Pemasaran Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere

Kabupaten Bantaeng. Dibawah bimbingan RATNAWATI TAHIR dan AMANDA

PATAPPARI F.

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui Penguatan Kelembagaan Pada

Kelompok Tani Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten

BantaengPenelitian ini dilaksanakan di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu ere

Kabupaten Bantaeng, pada bulan Agustus hingga September 2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah anggota kelompok

tani maju mandiri di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng

yang terdiri dari 22 orang.

Penguatan kelompok tani melalui Alur informasi/komunikasi dalam hal ini

bentuk pengembangan teknologi informasi dan komunikasi, seperti pengenalan

komputer, akses informasi melalui internet merupakan modal yang paling

berharga serta memberikan konstribusi yang positif dalam pengembangan akses

informasi diberbagai perkembangan yang ada, Penguatan kelompok tani melalui

Alur saluran pemasaran atau distribusi merupakan kegiatan yang saling tergantung

dalam proses mempermudah penyaluran produk dari produsen ke konsumen.

Sehingga untuk lebih efektifnya dan mengurangi alur pemasaran mampu

memberikan konstribusi keuntungan yang lebih besar dibandingkan mengunakan

alur yang panjang, Penguatan kelompok tani melalui Alur teknologi pertanian

dalam mengelola lahan pertaniannya, maka produktifitas pertanian dalam negeri

akan melonjak pesat dan dapat meningkatkan ketahanan serta kemandirian

pangan.

Page 7: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

SAHLAN, dilahirkan di Bantaeng tepatnya pada tanggal 11

November 1991. Dan merupakn anak pertama dari 3

bersaudara dari pasangan H.Yasin dan Halimah, jenjang

pendidikan formal yang pernah dilalui adalah Masuk di SD

Negeri 32 Bungloe tahun 1997 dan lulus pada tahun 2003,

Masuk di SMP Negeri 3 Bissapu tahun 2003 dan lulus pada

tahun 2007, Masuk di SMA Negeri 1 Bantaeng tahun 2007

dan lulus pada tahun 2010.

Penulis diterima di Universitas Muhammadiyah Makassar pada tahun

2010 sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis. Penulis sangat

aktif dalam berbagai kegiatan organisasi baik yang bersifat intra maupun ekstra.

Organisasi intra yaitu himpunan mahasiswa jurusan agribisnis (HMJ AGRI),

Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PIKOM IMM), Badan

Eksekutif Mahasiswa(BEM), Kordinator Komisariat (KORKOM), LKIM PENA,

Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah(GJDJ). Organisasi ekstra Forum

komunikasi anak petani Indonesia (FORKAPI), Lembaga Survei Masyarakat

(LSM), Forum Komunikasi Gerakan Aspriasi Mahasiswa(FORGAM).

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan menulis skripsi

yang berjudul “Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Merespon

Teknologi dan Informasi Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten

Bantaeng.”

Page 8: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas penyusunan skripsi penelitian dengan judul Penguatan Kelembagaan

Kelompok Tani Dalam Merespon Teknologi dan Pemasaran Di Desa Bonto

Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

Untuk itu pada kesempatan kali ini penyusun mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Orang tua tercinta yang telah memberikan banyak didikan, bimbingan,

dukungan dan doanya, yang berguna demi masa depan penulis.

2. Ibu Dr.Ir.Ratnawati Tahir,M.Si dan Amanda Patappari F.,SP.MP sebagai

dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan.

3. Teman-teman di BEM dan PIKOM Pertanian : Ishaka, A. Nawir, Hendra.

4. Saudara-saudaraku di Jurusan Agribisnis dan teman seperjuangan Kantin

Sehat Organik yang selalu setia memberikan dukungan penuh.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis mohon maaf dan mengharapkan adanya kritik

dan saran yang membangun demi kebaikan dan kesempurnaannya. Akhirnya

penulis mengharap penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalammualaikum Wr. Wb

Makassar, 13 Juli 2014

Penulis

Page 9: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1.Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2.Rumusan Masalah .................................................................................. 5

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ......................................................................... . 5

1.3.2. Manfaat Penellitian ..................................................................... . 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 7

2.1. Penguatan Kelembagaan ....................................................................... 7

2.2. Kelembagaan Pertanian .......................................................................... 15

2.3. Kelompok Tani....................................................................................... 22

2.4. Kerangka Pikir ....................................................................................... 25

III. METODE PENELITIAN .............................................................................. 26

3.1. Tempat dan Waktu ................................................................................. 26

3.2. Populasi dan Sampel .............................................................................. 26

3.3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 27

3.4. Teknik Analisis Data .............................................................................. 28

3.5. Definisi Operasional............................................................................... 28

VI. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ......................................... 30

4.1.Kondisi Geografis ................................................................................... 30

4.2.Potensi Sumber Daya Alam .................................................................... 31

4.3. Potensi Sumber Daya Manusi .................................................................. 32

Page 10: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

x

4.4. Sarana dan Prasarana ........................................................................... 32

V. HASIL DAN PEMBAHASAN… ............................................................... 34

5.1. Identitas Responden ........................................................................... 34

5.1.1 Umur Responden ......................................................................... 34

5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden................................................... 36

5.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga..................................................... 37

5.1.4 Pengalaman Kelembagaan Kelompok Tani ................................ 38

5.2. Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani ............................................ 39

5.2.1 Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani dalam Alur Informasi

atau Komunikasi.......................................................................... 40

5.2.2 Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani dalam Alur Pasar ..... 43

5.2.2.1 Peran Saluran Pemasaran ................................................ 45

5.2.2.2 Tingkat Saluran ............................................................... 46

5.2.3 Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani dalam Alur Teknologi 47

VI. KESIMPULAN DAN SARAN… .............................................................. 52

6.1. Kesimpulan ......................................................................................... 52

6.2. Saran ................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DOKUMENTASI

Page 11: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

xi

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Jumlah Penduduk Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng………… ........................................................................................ 30

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Bonto Tallasa Kecamatan

Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ......................................................................... 31

3. Mata Pencaharian penduduk Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng ....................................................................................... 32

4. Kepemilikan Ternak Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng ........................................................................................................ 32

5. Sarana dan Prasarana Umum di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng ....................................................................................... 33

6. Identitas Petani Berdasarkan Tingkat Umur di Desa Bonto Tallasa Kecamatan

Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ......................................................................... 35

7. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng ....................................................................................... 37

8. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Jumlah Tanggungan Keluarga di

Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ...................... 38

9. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Pengalaman Kelembagaan

Kelompok Tani di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng ......................................................................................................... 39

Page 12: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

xii

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Kerangka Pikir Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani ( studi kasus kelompok

tani maju mandiri ) di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng ............................................................................................................ 25

2. Penguatan Kelompok Tani Dalam Alur Informasi dan Komunikasi di Desa

Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng .................................. 41

3. Bagan Alur Pemasaran Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Alur

Pasar di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ........... 47

Page 13: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Kuisioner Petani ............................................................................................ 56

2. Identitas Responden Kelompok Tani Maju Mandiri di Desa Bonto Tallasa

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ................................................... 59

3. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 60

Page 14: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

1

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kelompok tani merupakan lembaga yang menyatukan para petani secara

horizontal, dan dapat dibentuk beberapa unit dalam satu desa. Kelompok tani juga

dapat dibentuk berdasarkan komoditas, areal pertanian, dan gender.

Pengembangan kelompok tani dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan petani

dalam mengakses berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap

lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia

sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi (Saptana,2004 ).

Sedangkan menurut di Suradisastra (2001) , kelompok tani merupakan lembaga

yang menyatukan para petani secara horizontal dan vertikal. Berbagai kesalahan

dalam pengembangan kelembagaan selama ini yaitu hampir tiap program

pembangunan pertanian dan pengembangan masyarakat pedesaan membentuk

satu kelembagaan yang baru. Sebagian besar kelembagaan dibentuk lebih untuk

tujuan mendistribusikan bantuan dan memudahkan tugas kontrol bagi pelaksana

program, bukan untuk pemberdayaan masyarakat secara nyata. Setiap program

membuat satu organisasi yang baru dengan nama yang khas, jarang sekali

program dari dinas tertentu menggunakan kelompok yang sudah ada.

Pengembangan kelembagaan hanya dengan dukungan material yang cukup tapi

tidak dibina bagaimana mengelolanya dengan manajemen yang baik. Walaupun

kelembagaan telah dijadikan alat yang penting dalam menjalankan suatu program,

Page 15: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

2

namun penggunaan strategi pengembangan kelembagaan banyak mengalami

ketidaktepatan dan kekeliruan ( Syahyuti, 2003 ).

Kelompok Tani di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng pada hakekatnya dalam menjalankan perannya belum maksimal

sehingga dalam kapasitas sebagai kelompok tani mampu menjadi wadah dalam

menjalankan aktifitas dalam berlembaga. Dengan demikian bahwa peran

kelompok tani di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere dalam menghadapi

kemajuan diberbagai perkembangan mampu menselaraskan dengan

perkembangan yang ada. Sebab kelompok tani yang ada masih dalam proses

pemaksimalan dikarenakan kelompok yang ada masih pada tatanan perkembangan

untuk merajut kelembagaan yang memadai. Untuk itu diperlukannya penguatan

kelompok sehingga mampu lebih maksimal sebagai kapasitas kelompok tani yang

lebih mapan dalam menjalankan tahap perencanaan untuk meraup keberhasilan

pembangunan pertanian.

Secara konseptual tiap kelembagaan petani yang dibentuk dapat

memainkan peran tunggal ataupun ganda. Khusus untuk kegiatan ekonomi,

terdapat banyak lembaga pedesaan yang diarahkan sebagai lembaga ekonomi,

diantaranya adalah kelompok tani, koperasi dan kelompok usaha agribisnis.

Secara konseptual masing-masing dapat menjalankan peran yang sama (tumpang

tindih). Berdasarkan konsep sistem agribisnis, aktivitas pertanian pedesaan tidak

akan keluar dari upaya untuk menyediakan sarana produksi (benih, pupuk dan

obat-obatan), permodalan usahatani, pemenuhan tenaga kerja, kegiatan berusaha

Page 16: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

3

tani (on farm), pemenuhan informasi dan teknologi serta pengolahan dan

pemasaran hasil pertanian ( Syahyuti,dkk, 2008 ).

Berdasarkan perihal tersebut yang dihadapi petani adalah ternyata fakta di

lapangan bahwa kelembagaan yang ada seperti kelompok tani dilatar belakangi

oleh kenyataan kelemahan petani dalam mengakses berbagai kelembagaan

layanan usaha, misalnya terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian

serta terhadap sumber. Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan

tersebut maka diperlukan penguatan kelembagaan masyarakat sehingga tercipta

konsep yang matang dan strategis dalam upaya meningkat produktivitas pertanian.

Pengembangan kapasitas petani dan kelembagaan kelompok petani

diperlukan dalam upaya meningkatkan daya saing petani dalam pengembangan

sistem agribisnis di Indonesia. Upaya ini semakin diperlukan dalam menghadapi

era globalisasi dan perdagangan bebas. Kapasitas petani dapat meningkat sejalan

dengan partisipasi mereka dalam kelembagaan petani. Kapasitas petani dan

partisipasi mereka dalam kelembagaan petani akan mendorong kapasitas

kelembagaan menjadi lebih efektif.

Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan petani

merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau social

interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan pertanian juga memiliki titik

strategis (entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk

itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam

rangka peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat

Page 17: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

4

ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum

sebagaimana yang diharapkan (Suradisastra, 2008).

Peran kelembagaan dalam membangun dan mengembangkan sektor

pertanian di Indonesia terutama terlihat dalam kegiatan pertanian tanaman pangan,

peran lembaga pembangunan pertanian sangat menonjol dalam program serta

Kondisi yang menunjukkan signifikansi keberdayaan kelembagaan dalam

akselerasi pembangunan sektor pertanian. Hal ini sejalan dengan hasil berbagai

pengamatan yang menyimpulkan bahwa bila inisiatif pembangunan pertanian

dilaksanakan oleh suatu kelembagaan atau organisasi, di mana individu

individu yang memiliki jiwa berorganisasi menggabungkan pengetahuannya

dalam tahap perencanaan dan implementasi inisiatif tersebut maka peluang

keberhasilan pembangunan pertanian menjadi semakin besar.

Pemberdayaan petani di pedesaan oleh pemerintah hampir selalu

menggunakan pendekatan kelompok. Salah satu kelemahan yang mendasar adalah

kegagalan pengembangan kelompok yang dimaksud, karena tidak dilakukan

melalui proses sosial yang matang. Kelompok yang dibentuk terlihat hanya

sebagai alat kelengkapan proyek, belum sebagai wadah untuk pemberdayaan

kelompok tani secara hakiki (Syahyuti, 2003).

Keberadaan kelembagaan ini tentunya diharapkan mampu mengatasi

permaslahan-permasalahan yang dihadapi oleh para petani termasuk permasalahan

produktivitas hasil pertanian. Produktivitas hasil pertanian mengalami pasang

surut yang berimbas pada menurunya pendapatan petani. Keberadaan petani

Page 18: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

5

sebagai individu dan kelompok serta adanya program pemberdayaan tentunya

memiliki peranan penting dalam meningkatkan produktivitas hasil pertanian.

Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun menilai bahwa perlu dilakukan

suatu penelitian yang berjudul “Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani

Dalam Merespon Teknologi dan Pemasaran Di Desa Bonto Tallasa Kecematan

Ulu Ere Kabupaten Bantaeng” .

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah yang

dapat dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Penguatan

kelembagaan Pada Kelompok Tani Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere

Kabupaten Bantaeng.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui

Penguatan Kelembagaan Pada Kelompok Tani Di Desa Bonto Tallasa

Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi yang bermanfaat bagi kalangan masyarakat

petani terkhusus pada penguatan

2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah terkhusus pemerintah daerah

kabupaten bantaeng dalam hal penguatan kelembagaan masyarakat tani.

Page 19: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

6

3. Bagi petani, dapat menjiadi motivasi dalam kelembagaan sehingga

memberikan hasil yang maksimal

4. Sebagai bahan refrensi untuk penelitian-penelitian yang mengacuh pada

penguatan kelembagaan pada kelompok petani.

Page 20: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Penguatan Kelembagaan

Pengembangan kapasitas petani dan kelembagaan kelompok petani

diperlukan dalam upaya meningkatkan daya saing petani dalam pengembangan

sistem agribisnis di Indonesia. Upaya ini semakin diperlukan dalam menghadapi

era globalisasi dan perdagangan bebas. Kapasitas petani dapat meningkat sejalan

dengan partisipasi mereka dalam kelembagaan petani. Kapasitas petani dan

partisipasi mereka dalam kelembagaan petani akan mendorong kapasitas

kelembagaan menjadi lebih efektif.

Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan petani

merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau social

interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan pertanian juga memiliki titik

strategis dalam menggerakkan sistem agribisnis di pedesaan. Untuk itu segala

sumberdaya yang ada di pedesaan perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka

peningkatan profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat ini

potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui masih belum

sebagaimana yang diharapkan (Suradisastra, 2008).

Penguatan secara etimologi berasal dari kata “kuat” yang mempunyai arti

banyak tenaganya atau kemampuan yang lebih. Sedangkan kata jadian penguatan

mempunyai arti perbuatan (hal dan lain sebagainya) yang menguati atau

menguatkan. Secara terminologi, penguatan mempunyai makna usaha

menguatkan sesuatu atau hal, yang tadinya lemah untuk menjadi lebih kuat.

Page 21: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

8

Penguatan ini didasari karena adanya sesuatu yang lemah, untuk menjadi kuat

dilakukan proses penguatan ( Darwis, 2001 ).

Sesuai dengan makna kata dasarnya “kuat”, penguatan (reinforcement)

mengandung makna menambahkan kekuatan pada sesuatu yang dianggap belum

begitu kuat. Makna tersebut ditujukan kepada tingkah laku individu yang perlu

diperkuat. “Diperkuat”artinya dimantapkan, dipersering kemunculannya, tidak

hilang-hilang timbul, tidak sekali muncul sekian banyak yang tenggelam. Pada

proses pendidikan yang berorientasi pengubahan tingkah laku, tujuan utama yang

hendak dicapai melalui proses belajar adalah terjadinya tingkah laku yang baik,

tingkah laku yang dapat diterima sesering mungkin sesuai dengan kegunaan

kemunculannya.

Penguatan yang diperuntukkan bagi tingkah laku-tingkah laku yang baik,

tingkah laku yang dapat diterima bukan tingkah laku yang jelek. Tingkah laku

yang baik atau dapat diterima adalah tingkah laku yang bernilai positif

Tingkah laku yang baik perlu mendapat apresiasi, sambutan positif,

bahkan penghargaan (reward) yang secara langsung diterima dan dirasakan oleh

peserta didik sebagai sesuatu yang menyenangkan; sedangkan tingkah laku yang

jelek atau tidak dapat diterima tidak boleh diberi penguatan, bahkan harus

dikurangi dan diberantas. Dalam praktik pendidikan sehari-hari banyak sekali

tingkah laku ditampilkanoleh peserta didik, ribuan, bahkan tak terhitung

jumlahnya. Diantara tingkahlaku-tingkahlaku itu pastilah banyak yang baik, yang

perlu diberi penguatan, di samping ada diantaranya yang kurang baik atau tidak

baik sama sekali, yang perlu dilemahkan atau diberantas. Sayangnya, banyak

Page 22: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

9

sekali tingkah laku yang baik itu terlewatkan begitu saja, tidak mendapatkan

penguatan. Tingkah laku yang sebenarnya baik itu, karena tidak mendapatkan

perhatian dan tidak mendapat penguatan, menjadi mengendur dan dikhawatirkan

akhirnya menghilang. Apabila hal ini terjadi terus menerus maka tingkah laku

yang baik itu akan semakin langka; maka akan terjadilah krisis tingkah laku yang

baik. Biasanya krisis itu disertai dengan membanjirnya tingkahlaku yang jelek

( Bappenas, 2004 ).

Dalam kondisi tidak memperhatikan dan memberikan penguatan terhadap

tingkah laku yang baik, banyak diantara orang-orang yang menamakan diri

pendidik justru lebih peka terhadap tingkah laku yang jelek. Berbagai pihak

beramai-ramai memberikan perhatian kepada tingkah laku yang sebenarnya tidak

perlu dibesar-besarkan. Akibatnya tingkah laku jelek itu yang lebih menonjol,

dibicarakan dimana-mana; sementara itu tingkah laku yang baik seakan-akan

tenggelam di rimba berbagai kejelekan. Ironisnya, berbagai pembicaraan, dan juga

upaya yang katanyaditujukan untuk mengatasi tingkah laku-tingkah laku yang

jelek itu, cenderung gagal. Ibarat “arang abis, besi binasa, nasi tak masak, parang

tak jadi juga”. Memang harus diakui bahwa memberantas yang jelek-jelek jauh

lebih susah daripada menyuburkan dan menguatkan hal-hal yang sudah mulai

membaik. Apalagi kalau cara dan para pelaksana pemberantas kejelekan itu masih

banyak terkontaminasi dengan hal-hal yang jelek itu ( Anonim, 2005 ).

Menurut Bappenas (2004), Dalam rangka pemberdayaan (penguatan)

petani sebagai salah satu pelaku agribisnis hortikultura, maka perlu menumbuh

kembangkan kelompok tani yang mandiri dan berwawasan agribisnis. Penguatan

Page 23: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

10

kelembagaan ditingkat petani meliputi kelompok tani, merupakan hal yang perlu

segera dikembangkan secara dinamis guna meningkatkan profesionalisme dan

posisi tawar petani.

Dalam penguatan kelembagaan petani (seperti: kelompok tani, lembaga

tenaga kerja, kelembagaan penyedia input, kelembagaan output, kelembagaan

penyuluh, dan kelembagaan permodalan) dan diharapkan dapat melindungi

bargaining position petani. Tindakan perlindungan sebagai keberpihakan pada

petani tersebut, baik sebagai produsen maupun penikmat hasil jerih payah

usahatani mereka terutama diwujudkan melalui tingkat harga output yang layak

dan menguntungkan petani.Dengan demikian, penguatan dan pemberdayaan

kelembagaan tersebut juga untuk menghasilkan pencapaian kesinambungan dan

keberlanjutan daya dukung SDA dan berbagai usaha untuk menopang dan

menunjang aktivitas kehidupan pembangunan pertanian di pedesaan..

Lembaga di pedesaan lahir untuk memenuhi kebutuhan sosial

masyarakatnya. Sifatnya tidak linier, namun cenderung merupakan kebutuhan

individu anggotanya, berupa: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan

hubungan sosial, pengakuan, dan pengembangan pengakuan. Manfaat utama

lembaga adalah mewadahi kebutuhan salah satu sisi kehidupan sosial masyarakat,

dan sebagai kontrol sosial, Elizabeth dan Darwis, 2003).

Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penguatan kelembagaan

adalah adanya kemampuan dari Sumber daya manusia dalam kelembagaan itu

sendiri. Dalam rangka memandirikan desa, menciptakan pemerintahan desa yang

demokratis, profesional serta managerial. Penyelenggaraan pemerintahan desa

Page 24: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

11

harus mampu mewujudkan paran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa

memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap perkembangan kehidupan

bersama sebagai sesama warga desa, serta penggunaan kewenangan pemerintahan

desa dalam mengatur dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak

asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada masyarakat setempat

harus diselenggarakan dalam perspektif adiminstrasi pemerintahan negara yang

selalu mengiuti perkembangan jaman. Di samping itu penyelenggaraan

pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Desa harus mengakomodasi

aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan diagregasi melalui BPD dan Lembaga

Kemasyarakatan sebagai mitra Pemerintah Desa, serta penyelenggaraan

pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Desa ditujukan untuk

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan

kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas

kebutuhan masyarakat.

Untuk membangun pertanian dibutuhkan SDM yang berkualitas. Lebih

dari itu, tersedianya SDM yang berkualitas merupakan modal utama bagi daerah

untuk menjadi pelaku (aktor), penggerak pembangunan di daerah. Karena itu

untuk membangun pertanian, kita harus membangun sumber daya manusianya.

SDM yang perlu dibangun di antaranya adalah SDM masyarakat pertanian

(petani-nelayan, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian), agar kemampuan

dan kompetensi kerja masyarakat pertanian dapat meningkat, karena merekalah

yang langsung melaksanakan segala kegiatan usaha pertanian di lahan usahanya.

Hal ini hanya dapat dibangun melalui proses belajar dan mengajar dengan

Page 25: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

12

mengembangkan sistem pendidikan non formal di luar sekolah secara efektif dan

efisien di antaranya adalah melalui penyuluhan pertanian ( Soeharto, 2005).

Keberhasilan penyuluhan pertanian dapat dilihat dengan indikator

banyaknya petani, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian yang mampu

mengelola dan menggerakkan usahanya secara mandiri, ketahanan pangan yang

tangguh, tumbuhnya usaha pertanian skala rumah tangga sampai menengah

berbasis komoditi unggulan di desa. Selanjutnya usaha tersebut diharapkan dapat

berkembang mencapai skala ekonomis. Semua itu berkorelasi pada keberhasilan

perbaikan ekonomi masyarakat, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan

masyarakat, lebih dari itu akan bermuara pada peningkatan pendapatan daerah.

Ke depan arah pembangunan, menuju pada industrialisasi di bidang pertanian

melalui pengembangan agribisnis yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan. Hal ini akan bisa diwujudkan dengan lebih dahulu menciptakan

sumberdaya manusia yang berkualitas, terutama masyarakat pertanian, sehingga

kesinambungan dan ketangguhan petani dalam pembangunan pertanian bukan

saja diukur dari kemampuan petani dalam memanage usahanya sendiri, tetapi

juga ketangguhan dan kemampuan petani dalam mengelola sumberdaya alam

secara rasional dan efisien, berpengetahuan, terampil, cakap dalam membaca

peluang pasar dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dunia

khususnya perubahan dalam pembangunan pertanian. Di sinilah pentingnya

penyuluhan pertanian untuk membangun dan menghasilkan SDM yang

berkualitas ( Anonim, 2005 ).

Page 26: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

13

2.2.Kelembagaan Pertanian

Kelembagaan adalah sesuatu yang berada diatas petani, sedangkan

organisasi berada dilevel petani, sebagaimana yang dianut kalangan ahli “ekonomi

Kelembagaan ( North, 2005), Pendapat ini diperkuat oleh Robin (2005) yang

berpendapat bahwa kelembagaan merupakan wadah tempat-tempat organisasi

hidup.Upaya meningkatkan daya saing petani salah satunya adalah pengembangan

kelembagaan pertanian, pemberdayaan, pemantapan dan peningkatan kemampuan

kelompok-kelompok petani kecil.

Menurut Ridwan (2005),istilah lembaga kemasyarakatan sebagai

terjemahan dari Social Institution, istilah lembaga kecuali menunjukkan kepada

suatu bentuk juga mengandung pengertian yang abstrak tentang adanya norma-

norma dan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi ciri dari lembaga

kemasyarakatan itu. Menurut Daniel (2004), lembaga kemasyarakatan adalah

himpunan norma-norma ataun segala tindakan yang berdasarkan pada suatu

kebutuhan pokok manusia, himpunan norma tersebut ada dalam segala tindakan

serta mengatur manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kermil

(2004), mengatakan bahwa lembaga kemasyarakatan merupakan suatu sistem

norma khusus yang menata suatu rangkaian tindakan yang berpola guna

memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupan bersama, dimana lembaga

kemasyarakatan harus mempunyai sistem norma yang mengatur tindakan yang

terpolakan serta tindakannya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Page 27: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

14

Terminologi Pemberdayaan berasal dari kata “empowerment”, yang

mempunyai makna dasar „pemberdayaan‟, di mana „daya‟ bermakna kekuatan

(power). Bryanto (2000) menyatakan pemberdayaan sebagai upaya menumbuhkan

kekuasaan dan wewenang yang lebih besar kepada masyarakat miskin. Cara

dengan menciptakan mekanisme dari dalam untuk meluruskan keputusan-

keputusan alokasi yang adil, yakni dengan menjadikan rakyat mempunyai

pengaruh. Sementara empowerment bukan sekedar memberikan kesempatan

rakyat menggunakan sumber daya dan biaya pembangunan saja, tetapi juga upaya

untuk mendorong mencari cara menciptakan kebebasan dari struktur yang

opresif.Konsep lain menyatakan bahwa pemberdayakan mempunyai dua makna,

yakni mengembangkan, memandirikan, menswadayakan dan memperkuat posisi

tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di

segala bidang dan sektor kehidupan. Makna lainnya adalah melindungi, membela

dan berpihak kepada yang lemah, untuk mencegah terjadinya persaingan yang

tidak seimbang dan terjadinya eksploitasi terhadap yang lemah (Pranarka, 2006).

Dalam pandangan Pearse dan Stiefel dinyatakan bahwa pemberdayaan

mengandung dua kecenderungan, yakni primer dan sekunder. Kecenderungan

primer berarti proses pemberdayaan menekankan proses memberikan atau

mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat

agar individu menjadi lebih berdaya. Sedangkan kecenderungan sekunder melihat

pemberdayaan sebagai proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu

agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang

menjadi pilihannya ( Pranarka, 2006).

Page 28: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

15

Satu hal yang sangat kritis adalah bahwa meningkatnya produksi

pertanian atau output selama ini belum disertai dengan meningkatnya pendapatan

dan kesejahteraan petani secara signifikan dalam usahataninya. Petani sebagai unit

agribisnis terkecil belum mampu meraih nilai tambah yang rasional sesuai skala

usahatani terpadu. Syarat mutlak (syarat pokok pembangunan pertanian), yang

terdiri dari pasar untuk hasil-hasil usahatani, teknologi yang selalu berubah,

tersedianya bahan-bahan produksi dan peralatan secara local, insentif produksi

bagi para petani, pengangkutan (transportasi). Pembangunan pertanian yang

berkelanjutan membutuhkan hal-hal berikut ini pendidikan sistem pertanian,

kredit produksi, kegiatan gotong royong oleh para petani, perbaikan dan perluasan

tanah/lahan pertanian, perencanaan nasional untuk pembangunan pertanian

(Mosher, 1965 dalam Soekartawi, 2002).

Kelembagaan dan lembaga pada hakekatnya mempunyai beberapa

perbedaan. Dari aspek kajian sosial lembaga merupakan pola perilaku yang selalu

berulang dan bersifat kokoh serta dihargai oleh masyarakat, Dalam pengertian lain

lembaga adalah sekumpulan norma dan perilaku yang telah berlangsung dalam

waktu yang lama dan digunakan untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan

kelembagaan adalah suatu jaringan yang terdiri dari sejumlah orang atau lembaga

untuk tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki struktur.

Dalam hal ini lembaga dapat memiliki struktur yang tegas dan formal,

dan lembaga dapat menjalankan satu fungsi kelembagaan atau lebih.

Kelembagaan pertanian memiliki delapan jenis kelembagaan, yaitu 1)

Page 29: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

16

kelembagaan penyedia input, 2) kelembagaan penyedia modal, 3) kelembagaan

penyedia tenaga kerja, 4) kelembagaan penyedia lahan dan air, 5) kelembagaan

usaha tani, 6) kelembagaan pengolah hasil usaha tani, 7) kelembagaan pemasaran,

8) kelembagaan penyedia informasi (Basuki, 2006).

Dalam sistem pertanian dikenal juga istilah Kelembagaan rantai pasok

yakni hubungan manajemen atau sistem kerja yang sistematis dan saling

mendukung di antara beberapa lembaga kemitraan rantai pasok suatu komoditas.

Komponen kelembagaan kemitraan rantai pasok mencakup pelaku dari seluruh

rantai pasok, mekanisme yang berlaku, pola interaksi antarpelaku, serta

dampaknya bagi pengembangan usaha suatu komoditas maupun bagi peningkatan

kesejahteraan pelaku pada rantai pasok tersebut. Bentuk kelembagaan rantai pasok

pertanian terdiri dari dua pola, yaitu pola perdagangan umum dan pola kemitraan.

Ikatan antara petani dan pedagang umumnya ikatan langganan, tanpa adanya

kontrak perjanjian yang mengikat antarkeduanya dan hanya mengandalkan

kepercayaan. Petani dan pedagang pada pola ini juga sering melakukan ikatan

pinjaman modal. Sedangkang pola kemitraan rantai pasok pertanian adalah

hubungan kerja di antara beberapa pelaku rantai pasok yang menggunakan

mekanisme perjanjian atau kontrak tertulis dalam jangka waktu tertentu. Dalam

kontrak tersebut dibuat kesepakatan-kesepakatan yang akan menjadi hak dan

kewajiban pihak-piihak yang terlibat (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

Hubungan antarindividu, saling percaya dan norma yang mengatur

jaringan kerjasama (Putnam, 2005). Jaringan kerjasama akan mefasilitasi

Page 30: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

17

terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya saling percaya

dan memperkuat kerjasama (Fukuyama dalam Ruslan, 2007). Individu petani atau

kelompok petani yang memiliki jaringan komunikasi dan interaksi lebih luas

dengan kelompok, maupun kelembagaan lain yang terkait, akan lebih sering

terjadi pertukaran informasi sehingga mempunyai modal sosial tinggi dan

mempunyai peluang untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan

kesejahteraannya.

Kemampuan memanfaatkan ini sangat ditentukan oleh kemampuan modal

manusia (pengetahuan, motivasi, dan sikap) sebagai proses mental dalam

pengambilan keputusan untuk meningkatkan produktivitas usahatani. Kemampuan

komunikasi dan kerjasama adalah dua kompetensi pada individu yang diakui

berpotensi dalam membangun jaringan informasi dan pengambilan keputusan

secara kolektif. Modal manusia yang tinggi dalam kegiatan usahatani akan

meningkatkan interaksi, komunikasi, dan jaringan kerjasama sehingga dapat

mempengaruhi modal sosial. Modal sosial yang kuat akan memperkuat modal

manusia sehingga antara keduanya memiliki hubungan timbal balik. Modal sosial

melalui jaringan kerjasama dapat menberikan sarana untuk mengadopsi,

mengambil manfaat dari inovasi dan menciptakan modal ekonomi,

memungkinkan kegiatan adopsi bertahan dan berkelanjutan.

Penyebaran informasi, peningkatan kapasitas petani atau kelompok,

pengelolaan usahatani dan adopsi inovasi perlu dilakukan melalui pendekatan

„berbasis modal sosial”. Kelembagaan tingkat mikro (kelembagaan tani)

Page 31: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

18

merupakan basis berkembangnya modal sosial dari bawah, sehingga perlu

diperkuat karena berpotensi menjadi bahan bakar pembangunan sosial dan

ekobnomi di pedesaan. Dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian maka

seorang penyuluh perlu memahami secara baik mengenai afeksi petani sebagai

landasan untuk memberikan keyakinan dan kepercayaan kepada petani mengenai

inovasi yang disampaikan dengan menggunakan metode yang palng disukai

petani.

Sehubungan dengan itu maka penyuluhan pertanian sangat perlu

dilakukan melalui pendekatan modal sosial sebagai instrumen utama untuk

meningkatkan akses petani terhadap informasi serta memperkuat struktur jaringan

kerjasama dalam adopsi inovasi. Untuk meningkatkan kapsitas petani dan tingkat

adopsi inovasi pertanian maka diperlukan revitalisasi modal sosial terutama dalam

pengembangan dan penguatan modal sosial dan kelembagaan tani, pembangunan

sektor pertanian tidak bisa dilakukan secara otonomi krn mempunyai keteraitan

dengan subsektor dan sektor-sektor lain.

Sehingga diperlukan kebijakan dalam pengembangan jaringan kerjasama

dari berbagai sektor, oleh karena, modal sosial mempunyai posisi strategis dalam

pengembangan jaringan kerjasama pembangunan sosial dan ekonomi mikro dan

makro. Ketersediaan informasi sesuai jenis, jumlah, kualitas, dan tepat waktu saat

dibutuhkan petani mampu meningkatkan adopsi teknologi. Nilai manfaat ekonomi

informasi tidak mempengaruhi tingkat adopsi inovasi karena bukan faktor

Page 32: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

19

dominan dipertimbangkan petani utama pengambilan keputusan, melainkan

ketersediaan biaya usahatani.

Hal ini karena kepastian pasar, tingkat harga jual, kemampuan

pembiayaan, modal sosial dan kestabilan harga merupakan indikator yang

melandasi perencanaan dan keputusan petani dalam memilih jenis usahatani dan

inovasi yang digunakan. Modal manusia didefinisikan sebagai nilai pengetahuan,

motivasi, dan sikap yang dimiliki oleh individu yang relevan dengan aktivitas

peningkatan produktivitas usahatani. Exposure petani terhadap informasi meliputi

akses informasi, frekuensi komunikasi dan intensitas komunikasi dapat

mempengaruhi modal sosial dan tingkat adopsi untuk produktivitas usahatani,

melalui jaringan komunikasi, pertukaran informasi, dan kerjasama. Ada hubungan

timbal balik antara exposure informasi dengan modal social

2.3. Kelompok Tani

Pada dasarnya pengertian kelompok tani tidak bisa dilepaskan dari

pengertian kelompok itu sendiri ( Zander, 2008) kelompok adalah suatu unit sosial

yang terdiri dari sejumlah individu yang satu dengan individu lainnya, mempunyai

hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan perannya, mempunyai

norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompok itu.

Kelompok tani secara tidak langsung dapat dipergunakan sebagai salah

satu usaha untuk meningkatkan produktivitas usaha tani melalui pengelolaan

usaha tani secara bersamaan. Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar

organisasi dan kerjasama antar petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani

Page 33: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

20

dapat bersama – sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa

pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil.

Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota

mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab

segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh

kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu

dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal.

Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga

dikemukakan oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat

pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung

dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani menurut Jomo (1968)

dalam Djiwandi (1994) adalah berarti membangun kemauan, dan kepercayaan

pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping

itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir.

Suatu gerakan kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti

kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan problem-

problem yang dihadapi petani. Kelompok tani, menurut Deptan RI (1980) dalam

Mardikanto (1996) diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang

terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/i), yang

terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan

kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang

kontak tani. Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara

lain diungkapkan oleh ( Mardikanto, 2006) sebagai berikut:

Page 34: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

21

Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya

kepemimpinan kelompok.

Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama

antar petani.

Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru.

Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.

Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan

masukan (input) atau produk yang dihasilkannya.

Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta

pengawasannya oleh petani sendiri.

Sedangkan alasan utama dibentuknya kelompok tani adalah :

Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang

tersedia.

Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan.

Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh

suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya

(Mardikanto, 2006).

Organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan orang-orang (para petani)

mencapai satu atau beberapa tujuan yang tidak dapat dicapai individu secara

perorangan. Pakpahan (2000) menyatakan bahwa sistem organisasi ekonomi

petani terdiri dari beberapa unsur (subsistem): (1) unsur kelembagaan (aturan

main), (2) partisipan (sumberdaya manusia), (3) teknologi, (4) tujuan, dan (5)

Page 35: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

22

lingkungan (alam, sosial, dan ekonomi). Kelompok para petani yang berada

disuatu kawasan dapat dipandang sebagai suatu sistem organisasi ekonomi petani,

hubungan antara unsur-unsur organisasi dan keragaan. ekonomi petani saling

berinteraksi dan pada akhirnya akan menghasilkan keragaan organisasi. Unsur

lingkungan merupakan bagian dari sistem organisasi yang menentukan keragaan

organisasi, namun berada di luar kendali organisasi.

Hasyim dan Zakaria (2002) menyatakan bahwa masyarakat petani

merupakan komponen yang sangat penting mengingat jumlahnya sangat banyak

dan umumnya bergerak dibidang usahatani (on farm). Tanpa adanya petani, maka

agribisnis tidaklah mungkin berkembang dan tentu saja produk-produk pertanian

juga tidak cukup tersedia bagi kita. Untuk meningkatkan taraf hidup petani,

mereka harus berperan aktif dan tidak hanya semata-mata menanti uluran tangan

pihak lain. Diharapkan masyarakat petani tersebut dapat berperan: Pertama

berusaha dengan penuh kesadaran yang tinggi untuk meningkatkan kualitas.

Page 36: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

23

2.4. Kerangka Pikir

Gambar 1. Kerangka Pikir Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam

Merespon Teknologi dan Pemasaran Di Desa Bonto Tallasa

Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

Kelembagaan

Kelompok Tani

Penguatan Kelembagaan

Kelompok Tani

Kelompok Tani

Alur Pemasaran Alur Informasi/

Komunikasi

Alur Teknologi

Page 37: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

24

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga September

2014 di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng,

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan Subyek penelitian adalah 8 kelompok

tani,sedangkan penetapan lokasi di lakukan dengan cara purposive

(sengaja), yaitu pemilihan secara langsung dengan pertimbangan bahwa di

desa tersebut merupakan wilayah yang mempunyai sumber daya alam dan

potensi yang memadai .

Sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian

dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh

sampel. Sampel dalam hal ini adalah Kelompok Tani Maju Mandiri di Desa

Bonto Tallasa Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng yang terlibat dalamnya,

Anggota kelompok petani terdiri dari 22 orang. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengunakan metode sensus

(Ruslan, 2008 ).

Page 38: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

25

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1.Observasi

Observasi ialah metode pengumpulan data melalui pengamatan

langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung. Dalam hal ini peneliti

mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati secara langsung berbagai

hal atau kondisi yang ada dilapangan Dalam hal ini penulis menggunakan

jenis obeserasi partisipasi, yaitu obervasi yang melibatkan peneliti secara

langsung dalam kegiatan pengamatan dilapangan serta mengamati kondisi

dilapangan yang sebenarnya.

2. Wawancara

Interview atau wawancara merupakan percakapan yang diarahkan

pada masalah tertentu dilakukan secara khusus, Kegiatan ini merupakan

proses tanya jawab secara lisan dari dua orang atau lebih saling

berhadapan secara fisik (langsung). Oleh karena itu kualitas hasil

wawancara ditentukan oleh pewawancara, responden, pertanyaan dan

situasi wawancara.

Dalam hal ini penulis menggunakan jenis interview (wawancara) bebas

terpimpin yaitu pewawancara secara bebas bertanya dengan membawa

kerangka pertanyaan untuk disajikan kepada responden. Dan responden diberi

kebebasan menjawab atas pertanyaan yang dilontarkan oleh pewawancara.

Page 39: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

26

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mengumpulkan data dengan cara mengalir

atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi, administrasi yang

sesuai dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini dokumentasi diperoleh

melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti di

Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

3.4. Teknik Analisis Data

Berdasarkan data yang diperoleh baik data primer maupun data sekunder

yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriftif, adapun

pengertian deskrptif adalah memberikan penjelasan atau gambaran terhadap

data yang diperoleh secara umum indikator-indikator penelitian yang diteliti.

3.5 Definisi Operasional

Untuk memperoleh pengertian yang lebih jelas pada penelitian ini

mengcakup pengertian-pengertian yang digunakan agar memudahkan dalam

pengambilan data, maka secara operasional dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Penguatan mempunyai makna usaha menguatkan sesuatu atau hal, yang

tadinya lemah untuk menjadi lebih kuat. Penguatan ini didasari karena

adanya sesuatu yang lemah, untuk menjadi kuat dilakukan proses

penguatan .

2. Kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan

terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan

anggota masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang

pertanian di pedesaan.

Page 40: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

27

3. Kelembagaan merupakan wadah tempat-tempat organisasi hidup.Upaya

meningkatkan daya saing petani salah satunya adalah pengembangan

kelembagaan pertanian, pemberdayaan, pemantapan dan peningkatan

kemampuan kelompok-kelompok petani kecil

4. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama,

yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,

mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari

kelompok tersebut.

5. Kelompok tani adalah Kumpulan tani yang dibentuk atas dasar kesamaan

kepentingan dan kebersamaan menghadapi kondisi lingkungan (sosial,

ekonomi, sumber daya, keakraban dan keserasian) yang dipimpin oleh

seorang ketua.

6. Peranan kelompok yaitu memahami kekuatan atau potensi dan kelemahan

kelompok, memperhitungkan peluang dan tantangan serta memilih

berbagai alternatif kemudian menyelanggarakan kehidupan berkelompok

dan bermasyarakat yang serasi dengan lingkungannya secara

berkesinambungan.

Page 41: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

28

VI. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis

Desa Bonto Tallasa merupakan salah satu dari 6 Desa di wilayah

Kecamatan Ulu Ere yang berjarak 7 Km Dari Kecamatan Ulu Ere dan 14 Km dari

Ibu Kota Kabupaten. Desa Bonto Tallasa mempunyai luas wilayah seluas ± 7,4

Hektar atau 5,04 Km dengan ketinggian 540 – 600 dari permukaan laut.

Keadaan Tofografi Desa Bonto tallasa memiliki kondisi daerah yang

berbukit-bukit, berada diatas gunung dengan ketinggian antara 50 sampai 300 dpl.

Kondisi tanah yang cukup subur untuk ditanami berbagai jenis tanaman baik

tanaman jangka pendek maupun tanaman jangka panjang.

Jumlah Penduduk Desa Bonto Tallasa yang tersebar dalam 10 Wilayah Rw

dan 20 RT dengan Perincian sebagaimana tabel :

Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng tahun 2013.

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1

2

Laki – Laki

Perempuan

1.380

1.446

48,83

51,17

Jumlah 2.826 100

Sumber Data : Desa Bonto Tallasa, 2013

Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk menurut

jenis kelamin antara lelaki dan perempuan mengambarkan bahwa jumlah

mayorritas terbanyak adalah perempuan disebabkan jumlah yang berada pada

Page 42: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

29

Desa Bonto Tallasa lebih cenderung pertumbuhannya kelahiran perempuan lebih

dominan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini membuktikan sesuai dengan

pemaparan kepala Dusun Bungloe bahwa lebih banyak peluang seorang ibu

rumah tangga melahirkan seorang perempuan dan alhasil membuktikan jumlahnya

lebih banyak dibandingkan anak laki-laki.

Dengan demikian Kemamapuan seseorang didalam berusaha maupun ikut

kegiatan dilingkungan sekelilingnya sebagian ditentukan oleh tingkat

pendidikannya, baik yang bersifat formal maupun informal. Oleh karena itu, data

penduduk berdasarkan pendidikan merupakan hal yang cukup penting untuk

diketahui. Data penduduk berdasarkan pendidikan di Desa Bonto Tallasa.

Tabel 2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Desa Bonto Tallasa

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng tahun 2013..

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

TK

SD

SMP

SMA

D3

S1

271

1053

913

462

103

16

JUMLAH 2.826

Sumber Data : Desa Bonto Tallasa, 2013

Berdasarkan tabel 2. Menunjukkan kemampuan di Desa Bonto Tallasa

dalam hal ini pendidikan masih berada pada tahapan pengembangan sebab

masyarakat cenderung berpatokang pada tatanan pengalaman saja. Oleh karena itu

Page 43: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

30

kelompok tani sangat memiliki peranan penting dalam mengawal perjalanan

masyarat tani di Desa Bonto Tallasa.

4.2. Potensi Sumber Daya Alam

Adapun potensi Sumber Daya Alam Desa Bonto tallasa memiliki

penggunaan tanah sebagaian be sar diperuntuhkan untuk Tanah Pertanian Sawah,

karena tanah di Bonto Tallasa memliki tanah yang banyak mengandung unsur

hara dan baik bercocok tanam sayur- sayuran seperti tanaman sayuran sawi,

kol,wortel,dan lain- lainya. sedangkan sisanya untuk Tanah kering yang

merupakan bangunan dan fasilitas – fasilitas lainya, adapun di Desa Bonto Tallasa

memiliki 2 musim (musim hujan dan musim kemarau). Musim hujan biasanya

mulai pada bulan desember sampai juni dan oleh masyarakat petani dimanfaatkan

untuk menanam berbagai jenis tanaman pertanian sedangkan musim kemarau

biasanya terjadi antara bulan juni sampai November.

4.3. Potensi Sumber Daya Manusia

Desa Bonto Tallasa merupakan Desa Pertanian, maka sebagian besar

penduduknya bermata pencarian sebagai petani, selengkapnya sebagai berikut :

Page 44: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

31

Tabel 3. Mata Pencaharian penduduk Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng tahun 2013.

No Jenis Mata Pengcaharian Jumlah (orang)

1

2

3

4

5

Petani

Pedagang

PNS

Buruh

Lain – lainnya

1.500

165

12

54

66

Jumlah 1797

Sumber Data : Desa Bonto Tallasa, 2013

Tabel 3 menunjukkan bahwa mata pengcaharian penduduk Desa Bonto

Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng mayoritas petani hal ini

membuktikan dengan adanya data yang menunjukkan angka yang paling tertinggi

adalah masyarakat yang mata pengcahariannya petani. namun pada dasarnya

sebagian juga petani berprofesi berbeda.

Adapun jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Desa Bonto

Tallasa adalah sebagai berikut :

Tabel 4. Kepemilikan Ternak Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng tahun 2013.

No Jenis Hewan Jumlah (Ekor) Persentase (%)

1 Ayam 20.000 74,84

2 Kambing 160 0,60

3 Sapi 756 2,94

4 Bebek 5.776 21.62

Jumlah 26.722 100,00

Sumber Data : Desa Bonto Tallasa, 2013

Page 45: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

32

Berdasarkan Tabel 4 Kepemilikan Ternak Desa Bonto Tallasa Kecamatan

Ulu Ere Kabupaten Bantaeng , dimana yang paling terbanyak adalag ayam sebab

di Desa tersebut cenderung berternak ayam karena pemeliharaannya yang mudah

membuat masyarakat lebih memilih berternak ayam. Hal ini membuktikan dengan

perkembangan yang ada mayoritas penduduk memilih berternak ayam disamping

itu peluang harga yang cukup baik dalam menghasil finasial.

4.4. Sarana dan Prasarana

Sarana adalah suatu alat yang dapat diperguanakan untuk mencapai tujuan

sedangkan prasarana adalah jembatan untuk menuju ketingkat sarana, aktivlasiitas

dan kegiatan Desa tergantung dari sirkulasi perekonomian Desa. Oleh karena itu

sarana dan prasarana social ekonomi merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan dalam bidang pembangunan Desa. Kondisi sarana dan prasarana

umum desa Bonto Tallasa secara garis besar adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Sarana dan Prasarana Umum di Desa Bonto Tallasa Kecamatan Ulu Ere

Kabupaten Bantaeng tahun 2013.

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

POSKESDES

TK

SD

SMP

SMA

POSYANDU

MASJID

BALAI DESA

1

2

1

1

1

4

121

Jumlah 23

Sumber Data : Desa Bonto Tallasa, 2013

Page 46: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

33

Berdarkan tabel 5 disebelah maka sarana dan prasarana yang dimiliki Desa

Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng menunjukkan bahwa

sarana dan prasana pendidikan masih minim sehingga keberadaan sarana

pendidikan ini memberikan dampak negative terhadap perkembangan dari waktu

ke waktu apalagi di desa tersebut yang penduduknya mayoritas pendidikan

sekolah dasar sehingga butuh penyeimbangan dalam menetralisir perkembangan

yang ada saat ini hingga mampu menselrasarkan dengan kondisi lingkungan.

Page 47: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petani yang tergolong dalam

Kelompok Tani Maju Mandiri Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere

Kabupaten Bantaeng. Karakteristik responden dapat dilihat dari segi umur,

pendidikan,jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman dalam berlembaga.

Aspek –aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan penguatan kelembagaan.

Adapun karakteristik responden adalah sebagai berikut :

5.1.1 Umur Responden

Tingkat umur merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi petani

dalam berlembaga sebab umur sangat mempengaruhi kemampuan dalam

pengambilan keputusan ( Erit, 2001). Petani yang berusia muda memiliki fisik dan

cara berfikir sehingga mempengaruhi daya serap informasi pengetahuan dalam

menjalankan kelembagaan kelompok tani. Umur secara harfiah, sebagai usia

kelahiran seseorang yang ditandai dengan denyutan nadi sampai meninggal. Umur

merupakan cirri-ciri kedewasaan fisiologis dan kemampuan fisiknya dalam

bekerja berfikir

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa

petani responden bervariasi mulai 35 sampai 55 tahun anggota kelompok tani

maju mandiri .

Page 48: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

35

Tabel 6 .Identitas Petani Responden Berdasarkan Tingkat Umur di Desa Bonto

Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten Bantaeng 2014.

NO Umur ( tahun ) Jumlah (orang) Presentase (%)

1. 40 – 42 2 9,1

2. 43 – 45 7 31,81

3. 46 – 48 4 18,18

4. 49 – 51 5 22,71

5. 52 – 54 2 9,1

6. 55 – 57 2 9,1

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2014

Tabel 6 menunjukkan bahwa jumlah petani kelompok menunjukkan

bahwa umur petani secara responden sangat ditentukan oleh umur sebab

merupakan satu titik tolak ukur menyerap dan bertindak secara cepat dan tepat.

Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa petani responden masih

berada pada tatanan penuaan atau proses pengcapain atau kisakestabilan sehingga

dapat dikatakan bahwa usia tani Kelompok Tani Maju Mandiri Di Desa Bonto

Tallasa tergolong kedalam usia produktif. Hal ini sangat mendukung dalam upaya

peningkatan dan pengembangan pertanian dalam pengawalan Kelompok Tani

Maju Mandiri Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten Bantaeng

dalam mencapai taraf kemakmuran. Dengan demikian bahwa petani yang masih

muda memiliki kemampuan yang lebih besar dari petani yang tua, yang muda

cenderung menrima hal-hal yang baru dianjurkan untuk menambah pengalaman

sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang baru sedang yang berusia tua

mempunyai kapasitas mengelola dengan mengacu pada pengalaman dikarenakan

telah banyak yang dialami selama bertani.

Page 49: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

36

5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Karena pendidikan dianggap mampu untuk

menghasilkan tenaga kerja yang bermutu tinggi, mempunyai pola pikir dan cara

bertindak yang modern. Pendidikan mempunyai peranan penting bagi petani

dalam melakukan kegiatan. Pendidikan akan membangun pola pikir dan system

bertani yang lebih baik.

Tingkat pendidikan pada umumnya mempengaruhi cara berfikir serta cara

bertindak dalam pengambilan keputusan seseorang dalam menjalankan

pekerjaannya. Secara umum tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang di tunjang

dari berbagai pengalaman akan dapat mempengaruhi produktifitas kemampuan

kerja yang lebih baik dan profesional. Kemampuan seseorang didalam

menjalankan kegiatan sebagian ditentukan oleh tingkat pendidikannya, baik

bersifat formal maupun non formal ( Mosher, 2001).

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan petani responden bervariasi .

Tabel 7. Tingkat pendidikan Responden Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu

Ere Kabupaten Bantaeng, 2014.

No Tingkat Pendidikan Jumlah ( orang) Persentase (%)

1 SD 10 45,45

2 SMP 8 36,37

3 SMA 4 18,18

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014

Page 50: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

37

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa dari Tabel 7

menunjukkan tingkat pendidikan yang ada dilokasi penelitian masih tergolong

rendah, atau dari 22 responden menunjukkan tingkat pendidikan petani responden

yang dominan adalah Sekolah Dasar, sehingga para petani pada dasarnya saatnya

sudah tak ada gairah lagi untuk melanjutkan yang namanya jenajng pendidikan

disebabkan karena petani sudah menikmati hasil dari mata pengcahariannya sendiri

dengan berlandas pada pengalaman saja. Namun demikian tidak mampu

dipungkiri bahwa pendidikan ditengah-tengah masyarakat di ibaratkan hanyalah

sebuah perbedaan strata saja karena masyarakat hanya mengacu pada modal

pengalaman mulai dari nenek moyang mereka sendiri. Hal ini menunjukkan

bahwa pendidikan sangat berpengaruh sebab perkembangan bisa terjadi dengan

cepat apabila petani yang menerimanya cukup mempunyai dasar keterampilan dan

kemampuan dalam mengatasi semua persoalan-persoalan yang bersangkutan

dengan kelompok tani maupun lembaga mereka.( Hendra , 2000).

5.1.3 Jumlah Tanggungan Keluarga

Besarnya tanggungan keluarga kelompok Tani Maju Mandiri berpengaruh

dalam menjalankan kelembagaan. Hal ini memberikan penggambaran tentang

jumlah keluarga yang bertujuan untuk melihat seberapa besar tanggungan

keluarga tersebut. Namun demikian besarnya keluarga turut pula mempengaruhi

beban petani itu sendiri Karena keluarga yang jumlahnya besar tentu

membutuhkan biaya hidup yang lebih besar, keluarga petani biasanya terdiri atas

petani itu sendiri sebagai kepala rumah tangga ditambah isteri dan anak-anaknya.

Page 51: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

38

Adapun Klasifikasi Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Desa Bonto

Tallasa Dapat Dilihat Pada Tabel 8.

Tabel 8.Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Jumlah Tanggungan Keluarga

di Desa Bonto Tallsa Kecematan Uluere Kabupaten Bantaeng 2014.

No Tanggungan Keluarga Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 3 – 5 15 68,18

2 6 – 8 7 31,82

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014

Tabel 8, menunjukkan bahwa petani responden memiliki tanggungan lebih

yang besar berarti memberikan potensi sumber tenaga yang besar. Namun

demikian besarnya tanggungan keluarga cenderung memerlukan biaya yang lebih

besar. sehingga besar pengaruhnya terhadap perjalanan dalam mengarumi rumah

tangga mereka. Keluarga yang besar membutuhkan energi yang besar untuk

memberikan nafkah apalagi keluarga yang memiliki jumlah anggota yang banyak

tentunya sangat membutuhkan biaya financial yang banyak pula. Masyarakat

Desa Bonto Tallasa dalam hal ini anggota kelompok tani maju mandiri bahwa

tanggungan keluarga mereka minimal 3 orang sebab keluarga petani yang relatif

besar akan larut dalam mempengaruhi beban petani itu sendiri.

5.1.4 Pengalaman Kelembagaan Kelompok Tani

Pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang petani menekuni

kelembagaan atau kelompok tani. Berdasarkan dengan teori inovasi

kadang-kadang berlaku secara sederhana atau dasar kebiasaan atau tradisi yang

dialami. Pengalaman berbeda setiap orang atau waktu yang memulainya hingga

Page 52: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

39

lamanya memungkinkan terjadinya perbedaan dalam penerapan suatu hal yang

baru ( Thamrin , 2001). Dengan pengalaman yang cukup besar akan berkembang

suatu keterampilan dan keahlian dalam menentukan cara yang lebih tepat untuk

mengembangkan kelembagaan pada kelompok tani.

Adapun klasifikasi jumlah pengalaman kelembagaan pada kelompok tani

oleh responden di Desa Bonto Tallasa dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Responden Berdasarkan Klasifikasi Pengalaman Kelembagaan

Pada Kelompok Tani di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere

Kabupaten Bantaeng 2014. N

O

Pengalaman Kelembagaan

Pada Kelompok Tani

Jumlah

( Orang )

Persentase

( % )

1 30 – 32 1 4,54

2 33 – 35 8 36,37

3 36 – 38 5 22,72

4 39 – 41 5 22,72

5 42 – 44 1 4,54

6 45 – 47 2 9,1

Jumlah 22 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa pengalaman petani menjadi

dasar bagi setiap individu untuk menentukan sikap atau tindakan petani yang

dilakukan sehingga lebih mempermudah dalam melakukan pengelolaan. Semakin

lama pengalaman petani menentukan semakin besar ketekunan petani dalam

melakukan usaha. Dengan pengalaman yang cukup besar akan berkembang suatu

keterampilan dan keahlian dalam menentukan cara yang lebih tepat untuk

mengembangkan usaha yang ditekuninya.

Page 53: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

40

5.2 Penguatan Kelambagaan Kelompok Tani

Di dalam suatu masyarakat terdapat berbagai potensi kelembagaan, karena

pada dasarnya selalu terjadi interaksi antar individu atau antar kelompok

masyarakat yang terpola. Berbagai bentuk potensi kelembagaan yang ada pada

masyarakat, antara lain: interaksi antara petani sebagai produsen dengan pedagang

(konsumen), Interaksi antar petani dalam memasarkan hasil maupun membeli,

Interaksi antara petani dengan pihak luar (pembina, pemodal, pedagang).

Organisasi atau kelembagaan petani diakui sangat penting untuk

pembangunan pertanian. Namun kenyataan memperlihatkan kecenderungna masih

lemahnya organisasi petani, serta besarnya hambatan dalam menumbuhkan

organisasi atau kelembagaan pada masyarakat petani. Intervensi yang terlalu besar

dari pemerintah atau politisi seringkali menyebabkan organisasi itu bekerja bukan

untuk petani tetapi melayani kepentingan pemerintah atau para pengelolanya.

Adapun sasaran pokok pembangunan pedesaan adalah tercapainya kondisi

ekonomi rakyat di pedesaan yang kukuh, dan mampu tumbuh secara mandiri dan

berkelanjutan. Sasaran pembangunan pedesaan tersebut diupayakan secara

bertahap yaitu peningkatan kualitas pola pikir masyarakat, peningkatan

kemampuan aparatur pemerintah desa, penguatan lembaga pemerintah dan

lembaga masyarakat, pengembangan kemampuan sosial ekonomi masyarakat,

pengembangan sarana dan prasarana pedesaan; dan pemantapan teknologi dalam

pembangunan desa.

Page 54: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

41

Dengan demikian potensi kelembagaan ini dapat dimanfaatkan sebagai

modal untuk pembentukan dan pembinaan kelembagaan-tani. Rasa sosial untuk

saling tolong-menolong perlu ditumbuh-suburkan agar modal sosial ini tidak

terkikis kemajuan masyarakat. Kelembagaan-tani berupa “kelompoktani”

merupakan alternatif wadah yang dapat diandalkan agar para petani dapat

berhimpun dan saling bekerjasama meningkatkan usahanya.

Ada beberapa hal yang harus menjadi ciri kelompok, yaitu : setiap anggota

kelompok harus sadar sebagai bagian dari kelompok, ada hubungan timbal balik

antara sesama anggota dan terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh para

anggota sehingga hubungan diantara mereka semakin kuat. Demi menunjang

peningkatan kapasitas lembaga sebagaimana dengan rencana pembangunan, maka

diperlukan adanya penguatan dalam kelembagaan. Lembaga sebagai penghubung

atau jembatan atas informasi antara pemerintah dan masyarakat, disamping juga

sebagai pengemban aspirasi masyarakat dalam pembangunan. Dengan minimnya

pengetahuan tentang manajemen organisasi dimasing-masing lembaga melalui

peningkatan kapasitas kelembagaan menjadi salah satu jawaban untuk lebih

memahami tentang keorganisasian kelembagaan, peran dan fungsi dalam

kelembagaan. Sehingga dengan meningkatnya pengetahuan lembaga-lembaga

akan dapat saling bekerjasama antar lembaga desa baik .

Ketika petani punya kelembagaan yang kuat, memiliki akses terhadap

sarana, dan secara berkala mendapatkan pembinaan terkait dengan budidaya serta

mendapatkan akses terhadap informasi pasar, maka yang rendah dapat diatasi.

Page 55: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

42

Ketika petani mampu mengelola dengan baik karena ia tahu cara melakukannya

sebagai hasil dari pembinaan daerah, dan rutin melakukan karena dapat diperoleh

dengan mudah, dan petani tahu karena ia memiliki akses terhadap info yang sudah

berkembang maka hal tersebut dapat meningkatkan SDM. Ketika petani

merasakan manfaat untuk setiap kali peningkatkan produksi yang ia capai maka

akan memacunya melakukan perbaikan secara terus menerus.

Untuk itu didalam penguatan kelembagaan tentunya memerlukan alur

dalam mencapai tahapan yang maksimal. Sehingga upaya untuk menciptakan

terjadinya penguatan yang lebih maksimal, maka dapat dilakukan dengan

memberikan konstribusi dalam kelompok tani dengan memperkuat atau

memberlakukan penguatan komunikasi dan kerja sama sehingga menciptakan

ruang yang mampu dijadikan inspiratif petani tetap terus berminat.

Adapun alur yang diterapkan dalam menciptakan Penguatan Kelompok

Tani Dalam Merespon Teknologi Dan Pemasaran Di Desa Bonto Tallasa

Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng,

Page 56: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

43

Alur Penguatan Kelembgaan Kelompok Tani

Gambar 2. Penguatan Kelompok Tani Dalam Merespon Teknologi Dan

Pemasaran Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng 2014.

Berdasarkan penguatan yang dilakukan maka Kelompok pada dasarnya

adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan

bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan mempunyai

struktur tertentu. Dalam hal ini yang di maksud struktur sebuah kelompok adalah

susunan dari pola antar hubungan intern yang stabil, yang terdiri atas : (1) suatu

rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para anggotanya , (2) peranan-

peranan sosial, (3) unsur-unsur kebudayaan (nilai-nilai, norma-norma, model)

yang mempertahankan, membenarkan dan mengagungkan struktur.

Sehingga untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dalam Merespon

Teknologi Dan Pemasaran, maka diperlukannya penguatan-penguatan yang

mampu memberikan kosntribusi yang sifatnya membangun, oleh karena itu ada

beberpa tahapan alur dalam memberikan penguatan demi terciptanya kenyamanan

dan ketentraman berlembaga.

Penguatan Kelembagaan Komunikasi

Pertemuan

Kerja Sama

Page 57: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

44

5.2.1 Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Merespon Alur

Informasi/Komunikasi

Informasi adalah segala sesuatu yang mempunyai arti dan nilai

bagi penerima informasi. Sedangkan Komunikasi adalah proses pertukaran

informasi antara dua orang atau lebih sehingga informasi yang diperoleh bisa di

mengerti atau dipahami.

Informasi merupakan kumpulan data yang saling terkait yang telah

diproses secara kompleks. Dengan kata lain, informasi merupakan hasil dari

sebuah data yang telah diproses. Data-data yang tercatat dan saling terkait

dikumpulkan, kemudian diolah melalui proses sehingga menghasilkan informasi

yang tepat dan akurat. Selanjutnya, informasi menjadi data yang akan diolah dan

akan menjadi informasi yang lainnya. Komunikasi merupakan suatu proses

penyampaian informasi berupa pesan, ide, atau gagasan dari satu pihak kepada

pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Ada dua jenis

komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal adalah

komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik berupa lisan atau tulisan.

Komunikasi nonverbal merupakan pengganti ataupun pendukung dari komunikasi

verbal.

Teknologi informasi sangat baik untuk efisiensi dalam pembangunan

jaringan antar media. Disamping itu, teknologi informasi akan memudahkan

media mengefisikan kan proses internal. Misalnya, penggunaan internet di telepon

seluler, komputerisasi siaran, belum termasuk database berita untuk membangun

sumber pengetahuan bagi petani yang sedang mengakses berbagai informasi.

Page 58: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

45

Singkatnya, media mampu memberikan pengambaran pengembangan khususnya

pertanian itu sendiri (Purbo,2003 ).

Penguatan Kelembagaan Dalam Merespon Alur Informasi Dan

Komunikasi Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng

2014.

Alur Informasi Dan Komunikasi

Gambar 3. Alur Informasi Dan Komunikasi Di Desa Bonto Tallasa Kecematan

Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

Berdasarkan uraian diatas mengambarkan bahwa alur informasi dan

komunikasi yang dijalankan oleh Kelompok Tani Maju Mandiri dalam hal ini

bahwa alur informasi dan komunikasi yang masih tradisonal diantaranya

pengiriman surat , telpon seluler, radio, dan televisi kini kelompok tani maju

mandiri melakukan dengan cara email, akses internet melalui komputer atau

telepon . Dengan demikian dalam merespon teknologi pada alur komunikasi dan

informasi mampu tercipta dengan sendirinya.

1. Pengiriman surat

2. Telepon seluler

3. Radio

4. Televisi

1. Penggunaan email untuk

akses informasi

2. Akses Internet

3. pemanfaatan telpon

seluler sebagai media

akses informasi

Secara Tradional Secara modern

Page 59: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

46

Kelompok tani maju mandiri dalam pelakasanaan mengubah cara

tradisional beralih ke penggunaan secara modern, hal ini dilakukannya dengan

adanya bantuan dari aparat pemerintah daerah yakni mobil internet, dengan

perlakuan inilah yang dilakukannya dalam mengakses informasi dan komunikasi

sehingga hal-hal yang baru sudah berkembang terkait masalah pertanian sudah

mampu dijangkau .

Penggunaan email, akses internet melalui komputer atau telepon

masyarakat atau kelompok tani maju mandiri sudah mampu menjangkau

informasi-informasi yang sudah berkembang, jauh sebelum adannya akses

internet yang menjangkau hal-hal yang sudah maju. Kini kelompok tersebut

sudah mampu mengablikasikannya dikalangan masyarakat terkhusus pada

anggota kelompok tani maju mandiri itu sendiri.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat

telah banyak memberikan kemudahan bagi manusia terutama untuk melakukan

komunikasi dan mendapatkan informasi tanpa dibatasi oleh waktu. Saat ini,

hampir semua aktifitas manusia selalu berhubungan dengan peralatan teknologi

informasi dan komunikasi di manapun berada.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat

menunjukkan bahwa industri teknologi informasi dan komunikasi dunia sekarang

sudah benar-benar kearah mobilitas yang sangat kompleks menembus batasan

ruang dan waktu. Oleh karena itu, kita perlu memahami akan keberadaan berbagai

Page 60: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

47

teknologi informasi dan komunikasi agar dapat dipergunakan untuk membangun

potensi diri kita masing-masing.

Menurut Suddin Ketua Kelompok Tani Maju Mandiri mengemukakan

bahwa Penguatan kelompok tani melalui Alur informasi/komunikasi dalam hal

ini bentuk pengembangan teknologi informasi dan komunikasi. Seperti

pengenalan komputer, akses informasi melalui internet merupakan modal yang

paling berharga serta memberikan konstribusi yang positif dalam pengembangan

akses informasi diberbagai perkembangan yang ada.

Menurut (Laswell,2001), komponen-komponen komunikasi adalah sebagai

berikut:

Pengirim atau komunikator (sender) adalah pihak yang mengirimkan

pesan kepada pihak lain yaitu komunikan.

Pesan (message) adalah isi atau maksud yang akan disampaikan

komunikator kepada komunikan.

Saluran (chanel) adalah media yang digunakan komunikator untuk

mengirimkan pesannya kepada komunikan. Dalam komunikasi atau

percakapan antar pribadi secara langsung (tatap muka), saluran dapat

berupa udara yang mengalirkan getaran nada/suara.

Penerima atau komunikan (receiver) adalah pihak yang menerima pesan

dari pihak lain.

Umpan balik (feedback) adalah tanggapan dari komunikasi pesan atau isi

pesan yang disampaikan.

Page 61: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

48

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi diartikan

sebagai teknologi untuk memperoleh, mengolah, menyimpan, dan menyebarkan

berbagai jenis file informasi dengan memanfaatkan komputer dan telekomunikasi

yang lahir dari dorongan-dorongan kuat untuk menciptakan inovasi dan kreatifitas

baru yang dapat mengatasi segala kemalasan dan kelambatan kinerja manusia.

5.2.2 Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Merespon

Alur Pemasaran

Banyak produsen yang membuat suatu produk tidak menjual secara

langsung produknya kepada konsumen akhir, pertimbangan biaya distribusi

biasanya menjadi faktor utama untuk memilih tidak mendistribusikanya sendirian

ke konsumen akhir terutama untuk wilayah pemasaran yang belum terjangkau.

Diantara produsen dan konsumen ada sekelompok perantara yang menyalurkan

produk diantara mereka. Perantara ini sering disebut dengan saluran pemasaran.

Saluran pemsaran adalah organisasi – organisasi yang saling tergantung yang

tercakup dalam proses yang membuat produk dan jasa menjadi tersedia untuk

digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen. Perangkat ini lah yang menjadi alur

lintas produk dari produsen ke konsumen setelah diproduksi.

Perantara pemasaran produk ini bermacam macam dan biasanya bertigkat.

Untuk tingkat pertama biasanya di tempati perwakilan wilayah yang biasanya

pemilik produk sendiri menanganinya. Kemuadian ada agen tunggal yang

mencangkup daerah pemasaran lebih kecil. Perlu diingat agen juga merupakan

perwakilan karena bisa bertindak Selanjutnya biasanya disusul oleh pedagang

biasa yang menjual tidak hanya satu produk. Di tingkat ini bisanya sudah sampai

Page 62: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

49

ke konsumen akhir tetapi ada juga yang disalurkan ke tingkat yang lebih kecil lagi

seperti warung –warung yang kemudian bisa dipakai langsung oleh konsumen

akhir.

Selain perantara distribusi ada satu lagi perantara penting walaupun tidak

melakukan penjualan langsung namun punya andil dalam menyampaikan barang

ke konsumen yaitu fasilitator seperti agen iklan, distributor, bank dan lain –lain.

Keputusan memilih saluran pemasran adalah salah satu keputusan penting dalam

pemasaran. Saluran pemasaran salah satu yang mementukan keputusan pemasaran

yang lainnya seperti dalam hal penetapan harga produk (pricing) sangat

ditentukan keputusan ini. Ketika memilih memasarkan di toko terbatas pasti

harganya pun tinggi karena ada nilai eksklusifitas.

Dengan demikian dalam hal ini Kelompok Tani menjadi wadah untuk alur

pemasaran sebagai media perantara yang sangat strategis untuk melakukan

transaksi yang lebih efektif. Menurut Kottler (2006) dalam bukunya manajemen

pemasaran mengemukakan ada dua strategi yang sering digunakan perusahaan

dalam mengelola saluran pemasaran terutama dalam penciptaan saluran

pemasaran baru, yaitu strategi dorong dan strategi tarik. Pemakaian strategi ini

tergantung keputusan perusahaan terutama tergantung popularitas produk

perusahaan tersebut.

Strategi dorong dalam pelaksanaanya adalah mencoba membujuk

perantara agar mau memasarkan produknya dengan memberikan fasilitas fasilitas

tertentu misal potongan harga dalam pembelian produk.

Page 63: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

50

Strategi tarik dalam pelaksanaanya adalah dengan cara ini membangun

positioning produk melalui promosi ke konsumen melalui kelompok tani.

5.2.2.1 Peran Saluran Pemasaran

Ada beberapa hal yang mendorong untuk membuat keputusan

mendelegasikan sebagian tugas penjualanya kepada perantara. Namun

mendapatkan keuntungan dari keputusan tersebut yakni:

Banyak produsen tidak memiliki sumberdaya keuangan untuk melakukan

pemasaran langsung sehingga hanya bisa fokus ke produksi

Para produsen yang memang mendirikan saluranya sendiri sering dapat

memperoleh laba yang lebih besar dengan meningkatkan investasinya

dalam bisnis utamanya dari pada mengeluarkan biaya untuk pemasaran

produknya.

Dalam beberapa kasus pemasaran langsung sama sekali tidak dapat

dilakukan menjual secara eceran langsung ke konsumen

5.2.2.2 Tingkat Saluran

Produsen dan konsumen memang bagian utama dari saluran pemasaran.

Namun kita perlu mengetahui jumlah perantara produk hingga sampai ke

konsumen sehingga dapat ditentukan tingkat saluranya. Menurut Kotler (2006),

ada dua jenis saluran pemasaran dengan masing masing empat tingkatan saluran

yaitu :

Saluran Pemasaran Konsumen yang memiliki empat tingkatan

yaitu tingkat nol, tingkat satu, tingkat dua, tingkat tiga.

Page 64: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

51

Saluran Pemasaran Industri yang memiliki empat tingkatan yaitu

tingkat nol, satu,dua dan tiga.

Dengan demikian berdasarkan hasil dari responden mengemukakan bahwa

saluran pemasaran atau distribusi merupakan kegiatan yang saling tergantung

dalam proses mempermudah penyaluran produk dari produsen ke konsumen.

Sehingga untuk lebih efektifnya dan mengurangi alur pemasaran mampu

memberikan konstribusi keuntungan yang lebih besar dibandingkan mengunakan

alur yang panjang. Oleh karena itu peran kelompok tani dalam hal ini Kelompok

Tani Maju Mandiri menjadi media penyaluran sehingga mempermudah

masyarakat tani dalam proses penyaluran produk yang lebih efektif .

BAGAN SALURAN PEMASARAN

Gambar 4. Bagan Alur Pemasaran Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani

Dalam Alur Pasar Di Desa Bonto Tallasa Kecematan Uluere

Kabupaten Bantaeng 2014.

Produsen

Konsumen

Akhir

Produsen

Konsumen

Akhir

Pengecer

Page 65: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

52

5.2.3 Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Merespon

Alur Teknologi

Maju dan berkembangnya petani pada suatu daerah sangat bergantung

kepada motivasi yang diberikan tenaga penyuluh. Begitu juga aktifnya kelompok

tani dalam memberikan informasi terhadap penerapan teknologi terbaru kepada

petani merupakan modal dasar dalam memajukan dunia usaha pertanian. Badan

Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan membuat program bagi penyuluh,

untuk berperan aktif dalam memberikan informasi terhadap perkembangan

teknologi pertanian terbaru.

Teknologi berasal dari istilah teknik yang berarti seni atau keterampilan

( skill ). Menurut Dictionary of Science, teknologi adalah penerapan pengetahuan

teoritis pada masalah-masalah praktis. Teknologi mencakup kegiatan

produksi, pemakaian dan pemeliharaan piranti kehidupan. Namun, setelah terjadi

proses industrialisasi pada abad 18, pengertian teknologi mengalami perubahan

yang pokoknya bertitik tolak dari pengertian penerapan ilmu bagi kesejahteraan

hidup.

Teknologi sebagai metode atau teknik untuk mengkonversi input ke

output dalam menyelesaikan tugas tertentu. Jadi, „metode‟ dan „teknik‟ merujuk

tidak hanya untuk pengetahuan tetapi juga keterampilan dan sarana untuk

menyelesaikan tugas. Inovasi teknologi, maka, mengacu pada peningkatan

pengetahuan, peningkatan keterampilan, atau penemuan alat baru atau yang

Page 66: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

53

ditingkatkan yang meluas kemampuan orang untuk mencapai tugas yang

diberikan.

Sehingga Kelompok Tani Maju Mandiri mampu mengambil langkah untuk

menerapkan teknologi dalam hal ini mulai dari proses pengolahan smpai pada

pasca panen. Dengan demikian dalam pengelolahan lahan pertanian masyarakat

sudah tidak lagi mempermasalahkan pada tahapan pengarapan lahan, sebab

adanya teknologi yang membantu proses penyelesaian, misalnya pengangkutan

hasil produksi dimana biasanya memerlukan tenaga manusia yang ekstra tetapi

dengan penerapannya teknologi inilah yang mampu membantu masyarat

kelompok tani khusunya unutk mempermudah proses pengerjaannya

Jika dibandingkan sebelum masyarakat mengenal lebih luas terkait

informasi-informasi yang sudah berkembang , masyarakat pada saat itu hanya

berpacu berdasarkan pengalaman saja tanpa adanya sentuhan perkembangan

pertanian yang sudah maju. Alhasil bahwa penguatan kelembagaan pada alur

informasi dan komunikasi sangat erat hubungannya dengan penguatan teknologi

karena kedua alur tersebut saling membutuhkan atau saling ketergantungan satu

dengan yang lainnya. Oleh karena itu, di dalam merespon teknologi yang sudah

maju sudah sewajarnya kelompok tani maju mandiri mengambil sikap untuk turut

andil dalam merespon teknologi yang sudah maju. Masyarakat petani saat ini

sudah mampu beradaptasi terhadap perkembangan yang ada dalam hal ini

penerapan teknologi secara berkesinambungan.

Page 67: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

54

Organ teknologi yang diperlukan adalah cara budidaya dan bertani secara

berkelanjutan dilakukan dengan baik, penanganan hasil panen yang baik,

pengolahan/pasca panen dan membangun sistem distribusi yang baik. Indikasi

atau ukuran keberhasilan pelaksanaan teknologi tersebut adalah standar terhadap

produk pertaniannya. Produk pertanian yang baik memenuhi kriteria kualitas,

kuantitas dan kontinuitas. Teknologi yang mampu mendaur ulang proses

pemanfaatan dan pemanfaatan sumberdaya lokal serta diversifikasi merupakan

salah satu bagian dari strategi penguatan teknologi.

Indonesia merupakan negara besar dan memiliki potensi untuk

melaksanakan hal ini. Sumberdaya cukup melimpah dan didukung oleh iklim

yang kondusif. Peran serta pengambil kebijakan lebih fokus dalam pembangunan

bidang pertanian akan mengenjot gairah perkembangan pertanian

Dewasa ini, arus globalisasi semakin gencar. Penemuan teknologi masa

kini semakin marak. Berbagai macam peralatan elektronik tersebar di seluruh

penjuru dunia. Hal-hal yang pada zaman dahulu dikatakan sebuah mimpi,

sekarang menjadi sebuah realita. Penerapan teknologi-teknologi modern di semua

sektor kehidupan, memberikan kemudahan dan kebermanfaatan bagi manusia

dalam menjalankan aktifitasnya. Karena memang tujuan utama adanya penemuan-

penemuan teknologi yaitu untuk membantu manusia dan memberikan kemudahan

dalam melakukan aktifitasnya, sehingga setiap aktivitas bisa lebih efektif dan

efisien.

Page 68: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

55

Peralatan pertanian saat ini masih tergolong tradisonal terkhusus Di Desa

Bonto Tallasa Kecematan Uluere Kabupaten Bantaeng. saat ini dalam upaya

Penguatan Kelompok Tani pada alur teknologi maka diterapkannya atau

pengenalan bahkan memberikan percobaan kepada masyarakat tani terkhusus

kelompok tani maju mandiri untuk lebih mengenal dunia perkembangan

teknologi, sehingga mampu menjalankan aktifitasnya tanpa adanya kendala. Salah

satu diantaranya yang dapat diperkenalkan kepada masyarakat tadi adalah traktor

dapat berfungsi sebagai penarik alat-alat lainnya, seperti mesin penanam benih,

pemotong, dan pemanen. Bahkan, beberapa traktor dapat menjadi alat penggerak

untuk mesin lainnya. Dengan adanya alat atau mesin-mesin modern ini, kegiatan

pertanian menjadi lebih efektif dan efisien.

Menurut data yang didapatkan masih berada pada skala kecil dalam hal ini

penerapan teknologi di Desa Bonto Tallasa masih minim untuk dijalankan dan

salah satu faktor utamanya adalah karena masih belum menerapkan teknologi

pertanian modern, dan masih menggunakan cara-cara konvensional dalam

mengolah lahan pertanian. Seperti mengandalkan cara-cara nenek moyang yang

sekarang sudah bukan zamannya lagi, sebagai contoh membajak sawah dengan

tenaga sapi , tata cara penanaman yang masih mengunakan tenaga manusia.

Padahal jikalau menerapkan teknologi pertanian dalam mengelola lahan

pertaniannya, maka produktifitas pertanian dalam negeri akan melonjak

meningkat.

Dengan demikian dari keterangan responden mengemukakan bahwa

senantiasa akan membiasakan diri untuk lebih mengenal dari pengunaan alat yang

Page 69: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

56

saat ini sudah maju dibandingkan dengan alat yang selama ini masih digunakan,

oleh karena itu penerapan teknologi di Desa Bonto Tallasa sudah mulai

menerapkan dan beradaptasi dengan teknologi yang baru, alhasil kemajuan

teknologi diterapkan di pertanian di Desa Bonto Tallasa merasa lebih nyaman dan

mudah serta pengelolaannya lebih mudah. Apalagi dengan melihat potensi

pertanian dan kesuburan tanah. Akselerasi penerapan teknologi pertanian

merupakan upaya yang paling aplikatif dan paling logis apabila Kabupaten

Bantaeng mulai merajut penerapan teknologi baru. Hal ini memberikan peluang

terbesar bagi masyarakat Kabupaten Bantaeng lebih khusus di Desa Bonto Tallasa

sudah mampu menselaraskan dengan perkembangan yang ada dan jauh zona

keterpurukan di sektor pertaniannya.

Page 70: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

57

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penguatan

kelembagaan Kelompok Tani Dalam Merespon Teknologi dan Pemasaran di Desa

Bonto Tallasa Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng adalah Penguatan

kelompok tani melalui Alur Informasi/Komunikasi adalah mempermudah

memperoleh, mengolah dan berbagai informasi , dan Alur Saluran Pemasaran

yaitu proses mempermudah penyaluran produk dari produsen ke konsumen

dengan memberikan konstribusi keuntungan yang lebih besar karena rantai

pemasarannya yang relatif sedikit, serta Alur Teknologi secara garis besar

mempermudah dalam pengolahan dan membangun sistem distribusi yang baik

dalam mencapai produk pertanian yang sesuai kreteria.

6.2 Saran

Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani di Desa Bonto Tallasa dapat

dioptimalkan dengan cara pendekatan persuasif, dibutuhkan peran dikalangan

akademisi dan pemerintah setempat untuk bersama-sama dengan kelompok tani

membangun dalam upaya peningkatan wawasan masyarakat tani.

Page 71: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

58

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Pengertian Pemberdayaan. http://suniscome.50webs.

Com/32%20Konsep%20Pemberdayaan%20Partisipasi%20Kelembagan

.pdf. (Diakses pada tanggal 3 mei 2014).

Anonim.2005. Tingkah Laku Petani.http :// ppmkp. Bppsdmp.

deptan.go.id/index.php/artikel. (Diakses pada tanggal 10 Juli 2014).

Bappenas . 2004. Penguatan Pertanian. Jakarta.

Basuki . 2006. kelembagaan: Universitas Indonesia. Jakarta

Bryanto. 2000. Pemberdayaan Masyarakat. Rineka Cipta. Bandung

Daniel. 2004. Lembaga Kemasyarakatan. CV.Yasaguna. Jakarta

Deptan. 2003. kelembagaan Pertanian. Jakarta.

Darwis, Elizabeth. 2003. Prilaku petani . Surakarta: Erlangga .

Hasyim dan Zakaria. 2002. Kelompok Tani . Bandung : Jati putih

Hamdani, Chidmat. 2012. Strategi Pemberdayaan Petani. http://ppmkp.bppsdmp.

deptan.go.id/index.php/artikel/umum/48strategi pemberdayaan- petani.

(Diakses pada Tanggal 10 Juli 2014).

Kedisupradi sastra, 2008. Kelompok tani. Maju Mandiri : Alqaprint Jatinangor

Kottler. 2006. Tingkat Saluran Pemasaran Bumi Aksara. Jakarta

Marimin, magfirah. 2010. Kelembagaan Pertanian: Universitas Gaja Mada.

Machmud SM. 2006. Penyuluhan Pertanian: Bahan Ajar Kuliah Ilmu

penyuluhan. Institut Pertanian Bogor.

Mardikanto. 1992. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas

Maret University Press.

Mosher . 2001. Pendidikan. Rajawali Press.Jakarta

North. 2005. Kelembagaan Pertanian: Jakarta .

Page 72: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

59

Naftali, Y. 2008. Penyuluhan pertanian. http://yohanli.wordpress.com/2008/03/10

/produktivitas/. (Diakses pada tanggal 11 Juli 2014).

Nugraha, Toni. 2013. Pemberdayaan Masyarakat Tani. http://bbppbinuang.info/

news16-pemberdayaan-masyarakat-tani.html. (Diakses pada Tanggal

11 Juli 2014)

Pranarka .2006. Motivasi Individu. Bumi Aksara, Jakarta

Putnam. 2005. Komunikasi dan Interaksi. Universitas Terbuka. Jakarta

Purbo. 2003. Teknologi Dan Informasi.Jakarta

Ridwan. 2005. Kelembagaan Petani. Penebar Swadaya

Risyanti Riza dan Roesmidi. 2006. Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang :

Alqaprint Jatinangor

Ruslan. 2008, Metode Penelitian. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Salim. 2005. Komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian.Grafindi Persada.Jakarta

Selo Soemarjan . 1964. kelembagaan Pertanian. Bandung : Media Terang .

Setiadi, Julianto Arief dkk. 2009. Teknologi Informasi dan Komunikasi. Ristek:

Jakarta.

Soeharto. 2005. Komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian.Gembilan

Soekartawi. 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia.

Suradisastra.2008. Penguatan Kelembagaan Petani.Bumi Aksaran.Bandung

Syahyuti.2003. Pemberdayaan Petani. Muara Mulia. Bandung

Saptana.2003. Kelompok Tani. Wedia Irama. Jakarta

Thamrin. 2001. Pengalaman Usaha.Media Cipta,Jakarta

Tubs,Steward L dan Sylvia Moss. 1996. Human communication. Prinsip-Prinsip

Dasar. Terjemahan oleh Dedy Mulyana dan Gembirasari. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Turindra, Azis. 2011. Proses Komunikasi Dalam Penyuluhan. file:///D:/proses-

komunikasi-dalam-penyuluhan.html

Page 73: JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

60

TIM MGMP Komputer Surabaya. Buku Kegiatan Siswa Teknologi Informasi dan

Komunikasi. Surya Jaya Raya: Surabaya.

Yogasuria,Ermina.2010.Komunikasi Dalam Penyuluhan Pertanian

.file:///D:/komunikasii%20dlm%20penyuluhan%20pert.htm

Yuhana Ida, dkk. 2008. Dasar-Dasar Komunikasi: Bahan kuliah. Institut

Pertanian Bogor.

Zander. 2008. Kelompok Tani. Agromedia lestari.Bogor