jurnal fix

Download Jurnal Fix

If you can't read please download the document

Upload: calon-pemimpin

Post on 15-Sep-2015

216 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

earwet4ert6

TRANSCRIPT

ANALISA JURNALIDENTIFICATION OF STROKE DURING THE EMERGENCY CALL: A DESCRIPTIVE STUDY OF CALLERS PRESENTATION OF STROKE

Disusun oleh:Doni Cahyono( 1411040100)Argiansa Afrian( 1411040076)Febi Nur Ekasari(1411040091)Dewi Aulicha Purnamasari(1411040080)Amir Syarifudin(1411040073)

PROGRAM STUDI PROFESI NERSFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO2015

BAB IRESUME JURNALJudul Jurnal PenelitianJudul dari jurnal penelitian ini adalah identification of stroke during the emergency call: a descriptive study of callers presentation of stroke

Nama PenelitiAnnika Berglund, Mia von Euler, Karin Schenck-Gustafsson, Maaret Castren, Katarina Bohm

Tempat dan Waktu PenelitianDi Stockholm, Swedia

Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penelepon yang melapor ke panggilan darurat EMCC tentang kasus stroke, dengan indentifikasi gejala FAST (Face, Arm, Speech, Time).

Metode PenelitianIni adalah penelitian deskriptif : otentik panggilan darurat ke EMCC. Para pasien direkrut dari sebuah rumah sakit besar dengan daerah tangkapan hingga 600. 000 jiwa di Stockholm. Pasien dengan diagnosis stroke mempunyai kode yaitu, (International Classification of Diseases (ICD) 10 Kode; I61, I63, I64) selama Januari-Juni 2011, kemudian diidentifikasi dari catatan medis dan pasien yang memenuhi syarat untuk penelitian dibawa dengan ambulans menuju rumah sakit. Di Stockholm, panggilan darurat dijawab oleh operator yang melayani semua keadaan darurat. Panggilan darurat yang berhubungan dengan kesehatan diarahkan untuk perawat setelah informasi yang didapat relevan seperti alamat, kondisi pasien, tingkat kesadaran dan pola pernapasan. Para perawat meringkas keluhan, dengan keadaan yang mendesak sesuai dengan kode pengiriman yang telah ditetapkan terkait dengan tingkat prioritas. Ambulans dikirim secara bersamaan. Untuk mengetahui evaluasi dan prioritas terkakit gejala, perawat dapat menggunakan indeks berdasarkan kriteria pedoman medis, atau Indeks Medis. Indeks Medis, mengandung 30 teori, sebagian besar mengarah pada gejala dengan beberapa pengecualian, misalnya, teori stroke. Dengan demikian, tidak ada teori dalam indeks medis yang menggambarkan kelemahan unilateral, kelemahan wajah atau gangguan bicara. Pedoman merekomendasikan prioritas tertinggi (prioritas 1) untuk pasien dengan dugaan stroke dan gejala dalam waktu 6 jam. Prioritas berkisar dari 1 sampai 4 di mana prioritas 1 menunjukkan pengiriman langsung dan digunakan untuk kondisi yang mengancam jiwa.

Sebuah alat pengumpulan data digunakan untuk mendokumentasikan temuan dari panggilan darurat yang direkam. Rekaman panggilan darurat didengarkan berulang kali oleh AB dan temuan dipindahkan ke pegumpulan alat data. Statistik deskriptif disajikan dalam frekuensi dan proporsi dengan perhitungan menggunakan SPSS Statistik, ayat 22 (IBM Korporasi 2010, Route 100, Somer, New York 10589, USA). Untuk data kategori, uji Fisher digunakan untuk menguji signifikansi. 95% CI dihitung.

Hasil Penelitian(gambar 1) Selama masa penelitian Januari-Juni 2011, 428 pasien yang tiba di rumah sakit dengan ambulans yang sudah diidentifikasi diagnosis stroke dan diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Persetujuan diberikan oleh 245 pasien (57%). Dari jumlah tersebut, 66 pasien dikeluarkan sebagai panggilan mereka bukan panggilan langsung ke EMCC. Akhirnya, 179 pasien dilibatkan dalam penelitian ini. Karakteristik pasien dan data latar belakang dijelaskan pada Tabel 1. Usia rata-rata adalah 79 tahun (26-97 minimum / maksimum). Dalam 85% (n = 152), pasien yang didiagnosis adalah stroke iskemik dan 15% (n = 27), perdarahan intraserebral. Ambulans dikirim dengan prioritas 1 64% dari semua panggilan (tabel 1). untuk pasien yang tercatat dengan serangan gejala dalam waktu 6 jam, ambulans dikirim dengan prioritas 1-89% pasien. Untuk pasien dengan gejala setelah 6 jam, sebuah ambulans dikirim dengan prioritas 1 menjadi 43% pasien.

Gangguan bicara adalah masalah yang paling sering ditemukan (54%), diikuti oleh penurunan atau posisi (38%) dan pelapor yang berbohong (27%; tabel 2). Kecurigaan stroke disebutkan oleh penelepon di 87 panggilan (49%; tabel 1) dan kode 'Stroke' 66 panggilan (76%). Sisanya 21 panggilan kode non-strok ditemukan dengan gejala dan diprioritaskan sama dengan sisa panggilan kode non-stroke. Setidaknya satu gejala (FAST) ditemukan 64% dari semua panggilan dan ditemukan secara spontan oleh penelepon 90% dari mereka. Gejala (FAST) disebutkan oleh penelepon pertama dalam percakapan di 35% dari semua panggilan.Pasien yang dikodekan sebagai 'Stroke', gejala-Stroke spesifik lebih sering disajikan dalam panggilan dikodekan sebagai 'Stroke' (tabel 2). Gejala (FAST) disajikan di 80% dari panggilan dan masalah yang paling dicatat adalah gangguan bicara (68%).Selain gejala stroke spesifik, status berubah mental (29%) dan jatuh atau posisi berbaring (22%) yang umumnya disajikan (tabel 2). tidak sadar itu dijelaskan dalam 4% dari pasien dikodekan sebagai stroke. Kebanyakan pasien dengan serangan gejala dalam waktu 6 jam diberi kode 'Stroke' (74%), dan ambulans dikirim dengan prioritas 1 di 81% dari pasien dengan serangan gejala dalam waktu 6 jam, dan dikirim sebagai stroke.Pasien dikodekan sebagai selain Stroke, Di antara panggilan dikodekan sebagai selain stroke, yang paling umum kode data tidak pasti / sakit parah pasien (52%) dan setengah dari panggilan mereka dikirim dengan prioritas 1 (tabel 3). Seperti yang disampaikan pada Tabel 2, jatuh atau dalam posisi berbaring (66%) adalah masalah yang paling sering ditemukan diikuti oleh gangguan bicara (31%) dan diubah status mental (25%). Gejala (FAST) (35%) ditemukan dalam panggilan tersebut. Tidak sadar dilaporkan 25%, semua dikirim sebagai prioritas 1. Dari non-stroke dikirim panggilan, 32% dilaporkan dengan serangan gejala dalam waktu 6 jam, dan ambulans dikirim dengan prioritas 1 di 67% dari non-stroke panggilan dikirimkan setelah gejala dalam waktu 6 jam.perbedaan jenis kelamin, wanita usia 83 tahun, sedangkan 74 tahun untuk laki-laki. Gejala yang dilaporkan adalah serupa kecuali untuk perubahan status mental, yang lebih sering dilaporkan, wanita (36%) dibandingkan laki-laki (18%; p = 0,012). Pengobatan trombolitik diberikan kepada 21% dari pasien dengan stroke iskemik, masing-masing 16% dan 27% pada wanita dan laki-laki. Pengobatan trombolisis untuk usia wanita yang lebih tua, yaitu usia rata-rata 81 tahun dibandingkan dengan laki-laki yang usianya 65 tahun (p = 0,001). Sebagian penelepon adalah kerabat dari pasien, masing-masing 53% dari pasien laki-laki dan 44% pasien wanita, masing-masing penyedia layanan kesehatan, dari pasien laki-laki 10% dan 36% dari pasien wanita.

Saran PenelitiSaran untuk penelitian ini adalah :

Seharusnya lebih diperjelas lagi tentang identifikasi pasien stroke dengan menggunakan gejala FAST. Pasien stroke iskemik seharusnya dapat diteliti sebagai pembanding dari gejala FAST.

BAB IIKOLERASI ISI JURNAL DAN REALITA KLINISKorelasi isi jurnal dengan kondisi riil di IndonesiaHasil Penelitian JurnalKondisi Riil Di Klinik Selama masa penelitian Januari-Juni 2011, 428 pasien yang tiba di rumah sakit dengan ambulans yang sudah diidentifikasi diagnosis stroke dan diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Persetujuan diberikan oleh 245 pasien (57%). Dari jumlah tersebut, 66 pasien dikeluarkan sebagai panggilan mereka bukan panggilan langsung ke EMCC. Akhirnya, 179 pasien dilibatkan dalam penelitian ini. Karakteristik pasien dan data latar belakang dijelaskan pada Tabel 1. Usia rata-rata adalah 79 tahun (26-97 minimum / maksimum). Dalam 85% (n = 152), pasien yang didiagnosis adalah stroke iskemik dan 15% (n = 27), perdarahan intraserebral. Ambulans dikirim dengan prioritas 1 64% dari semua panggilan (tabel 1). untuk pasien yang tercatat dengan serangan gejala dalam waktu 6 jam, ambulans dikirim dengan prioritas 1-89% pasien. Untuk pasien dengan gejala setelah 6 jam, sebuah ambulans dikirim dengan prioritas 1 menjadi 43% pasien. Dalam jurnal ini 118 banyak melakukan rujukan ke rumah sakit terdekat saat kejadian.

Di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS. Margono Soekarjo tidak menggunakan identifikasi gejala FAST melalui telepon. Jika pasien yang akan dirujuk ke RS Margono, sebelumnya rumah sakit yang terkait akan mengirim pasien menelopon terlebih dahulu dan melaporkan keadaan pasien, setelah disetujui oleh pihak RS Margono, pasien boleh dikirim. Setelah pasien rujukan itu tiba di RS Margono, perawat yang mengirim memberikan laporan serah terima pasien kepada perawat yang bertugas di RS Margono. Kemudian Pasien diperiksa oleh dokter dan dinilai GCS nya, biasanya pasien rujukan kebanyakan sudah mengalami penurunan kesadaran dan nilai GCS nya sangat rendah dan keadaan umumnya jelek. Pasien yang datang tanpa rujukan sering ditemukan mengalami kelemahan anggota badan sebelah, tidak bisa digerakkan, tetapi GCS nya masih baik. Di Indonesia, terutama di kota-kota besar 118 sudah sering melakukan rujukan. Tetapi di daerah banyumas dan sekitar 118 tidak pernah terlihat melakukan penanganan dan rujukan karena masyarakat langsung membawa korban ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan terdekat menggunakan alat bantu seadanya. Hal ini mungkin diakibatkan karena kurangnya personil 118 dan ketidaktahuan masyarakat tentang 118.

Peran perawat dalam penanganan stroke melalui call centerPerawat mengidentifikasi keluhan/kondisi saat kejadianPerawat menanyakan lama waktu kejadian(mendadak atau tidak)Perawat mengidentifikasi aktivitas yang sedang dilakukan pasienPerawat mengidentifikasi riwayat pasien

BAB IIIPERBANDINGAN ISI JURNAL DENGAN TEORIPerbandingan isi jurnal dengan teoriHasil penelitian isi jurnalTeoriDalam isi jurnal untuk mendiagnosis stroke adalah dengan memakai 4 tanda gejala, yaitu FAST, ARM, SPEACH, dan TIME. FAST, tanda dan gejala yang di lihat dari muka penderita.

ARM, tanda dan gejala yang dilihat dari anggota gerak ekstremitas tubu (kelemahan ekstremitas kanan atau kiri).SPEACH, tanda dan gejala yang didengar dari suara pasien atau penderita.TIME, tanda dan gejala yang dilihat dari waktu mendadak atau tidak, sedang beraktivitas atau tidak.Dalam teori disebutkan bahwa dilakukan manajemen stroke diantaranya Anamnesis, Pemeriksaan fisik.Anamnesis merupakan langkah awal yang sangat berguna dalam rangka untuk menggali beberapa informasi penting untuk membantu menegakkan diagnosis stroke maupun TIA. Beberapa pertanyaan bisa diajukan secara berulang untuk menambah kejelasan dan juga untuk menentukan secara tepat deskripsi kronologis gejala yang muncul pada saat serangan kepada pasien sendiri jika sadar dan kooperatif, maupun kepada anggota keluarga yang melihatnya saat serangan, hal ini sangat penting untuk membedakan apakah hal ini merupakan serangan iskemik, migrain dengan aura, epilepsi kejang fokal, maupun gangguan psikogenik Pasien harus segera dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis saraf konsultan stroke, dan suatu keterlambatan dalam pemeriksaan akan menghambat upaya manajemen dan bisa memperburuk outcome. Pemeriksaan klinik dimulai dengan assessment dan secara simultan melakuan tindakan untuk perbaikan jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah (circulation), dan pengawasan terhadap suhu tubuh.

ImplikasiStrength

Kekuatan penelitian ini adalah dapat mengidentifikasi gejala stroke menggunakan gejala FAST melalui pangglilan darurat.Weakness (Kelemahan)

Keterbatasan penelitian ini adalah bahwa hanya 57% dari pasien yang memenuhi syarat penelitian. Pasien serangan stroke iskemik tidak disertakan.

Opportunity

Dengan mengidentifikasi gejala pasien stroke dengan menggunakan FAST dapat mempermudah identifikasi pasien yang mengalami stroke iskemik atau non iskemik. Treat (Ancaman)

Jika operator salah dalam mengidentifikasi gejala FAST (Face, Arm, Speech, Time) dan terlalu lama untuk mengidentifikasi dan terlalu lama mendapat penanganan yang tepat, itu akan mengancam keselamatan pasien.