jurnal awal granulasi basah

30
PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN NON STERIL JURNAL AWAL FORMULASI SEDIAAN GRANULASI BASAH Oleh : KELOMPOK III I Putu Bagus Maha Paradipa (0808505001) Anggy Anggraeni Wahyudhie (0808505002) Ni Putu Dian Priyatna Sari (0808505007) I Gusti Agung Suastika (0808505008) I Wayan Dwisada Purnamayadi (0808505009) I.G.A Mira Semara Wati (0808505016) Ni Putu Parwatininghati (0808505017) I Gede Dwija Bawa Temaja (0808505031)

Upload: nyink-nyink-nyink

Post on 25-Jun-2015

2.149 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Awal Granulasi Basah

PRAKTIKUM FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN NON STERIL

JURNAL AWAL FORMULASI SEDIAAN

GRANULASI BASAH

Oleh :

KELOMPOK III

I Putu Bagus Maha Paradipa (0808505001)

Anggy Anggraeni Wahyudhie (0808505002)

Ni Putu Dian Priyatna Sari (0808505007)

I Gusti Agung Suastika (0808505008)

I Wayan Dwisada Purnamayadi (0808505009)

I.G.A Mira Semara Wati (0808505016)

Ni Putu Parwatininghati (0808505017)

I Gede Dwija Bawa Temaja (0808505031)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2010

Page 2: Jurnal Awal Granulasi Basah

BAB I

TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT

Sediaan tablet dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah,

granulasi kering dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini

biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat

tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya serta besar kecilnya dosis (Anonim,

2010).

Granulasi basah merupakan suatu proses pencampuran partikel zat aktif dan eksipien

menjadi pertikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang

tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan

apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sulit

dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode

granulasi basah adalah membasahi massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai

mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi

(Anonim, 2010).

Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat

sebagai pengganti pengompakan, dimana teknik ini membutuhkan larutan, suspensi atau

bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk dan

cairan dimasukkan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting

dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan

meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan

tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul bila cairan sudah ditambahkan

(Anonim, 2010).

Pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan

pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa

dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling dengan tujuan agar

terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih

cepat. Setelah pengeringan, granul diayak kembali dimana ukuran ayakan tergantung pada

alat penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat (Anonim, 2010).

Keuntungan metode granulasi basah antara lain :

a. Memperoleh aliran yang baik.

b. Meningkatkan kompresibilitas.

c. Mengontrol pelepasan.

Page 3: Jurnal Awal Granulasi Basah

d. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.

e. Distribusi keseragaman kandungan.

f. Meningkatkan kecepatan disolusi.

Kekurangan metode granulasi basah antara lain :

a. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.

b. Biaya cukup tinggi.

c. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara

ini.

d. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air.

(Anonim, 2010)

1.1 Indikasi

Paracetamol merupakan derivat dari asetanilida yang merupakan metabolit dari

fenasetin yang dahulu banyak digunakan sebagai analgetikum, tapi pada tahun 1978 ditarik

dari peredaran karena efek sampingnya berupa nefrotoksisitas dan karsinogen. Khasiat dari

paracetamol ini adalah sebagai analgesik dan antipiretik, tetapi tidak untuk antiradang.

Dewasa ini paracetamol dianggap sebagai zat anti nyeri yang paling aman juga untuk

swamedikasi (pengobatan sendiri) (Tjay dan Rahardja., 2008).

Parasetamol merupakan derivat para aminofenol yang memiliki aktivitas analgesik

dan antipiretik, serta anti-inflamasi lemah. Parasetamol dapat diberikan per oral dan per rektal

untuk mengatasi keluhan nyeri ringan hingga sedang, serta demam (Reynolds, 1989).

1.2 Farmakokinetik

Parasetamol siap diabsorpsi dari saluran gastrointestinal dengan konsentrasi puncak

plasma mencapai sekitar 10-60 menit dengan dosis per oral. Parasetamol didistribusikan ke

hampir semua jaringan tubuh. Melewati plasenta dan mengalir melalui air susu. Ikatan

protein plasma dapat diabaikan pada konsentrasi terapeutik normal, namun dapat meningkat

dengan peningkatan konsentrasi. Waktu paruh eliminasi dari parasetamol bervariasi antara 1

hingga 3 jam (Sweetman, 2002). Parasetamol dimetabolisme dalam hati dan diekskresi

melalui urin sebagai glukoronide dan sulfat konjugasi. Kurang dari 5% diekskresi sebagai

parasetamol. Eliminasi terjadi kira-kira 1-4 jam (Reynolds, 1989).

Page 4: Jurnal Awal Granulasi Basah

Suatu metabolit terhidroksilasi (N-acetyl-p-benzoquinoneimine), selalu diproduksi

dengan jumlah yang sedikit oleh isoenzim sitokrom P450 (terutama CYP2E1 dan CYP3A4)

didalam hati dan ginjal. Metabolit ini selalu terdetoksifikasi dengan konjugasi dengan

glutasion, tetapi dapat terjadi akumulasi diikuti dengan overdosis parasetamol dan

menyebabkan kerusakan jaringan (Sweetman, 2002).

1.3 Mekanisme

Parasetamol merupakan analgetik-antiperetik yang bekerja seperti aspirin yaitu

menghambat sintesa prostaglandin tetapi tidak mempunyai efek anti inflamasi. Obat ini

memblok impuls nyeri; memproduksi antipiresis dari hambatan pusat pengaturan panas

hipotalamus (Lacy, 2004).

Parasetamol memiliki daya analgetik ringan karena kerjanya menghambat sintesis

prostaglandin pada sistem saraf perifer dan memblok impuls nyeri. Sedangkan daya

antipiretik diperoleh karena kerjanya memberikan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor

di hipotalamus, yang mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya

pengeluaran kalor yang disertai keluarnya banyak keringat (Tjay dan Rahardja, 2007).

Page 5: Jurnal Awal Granulasi Basah

1.4 Efek Samping

Efek samping jarang terjadi lewat dosis sedang seperti mual, muntah, nyeri perut,

menggigil. Intoksikasi akut seperti pening, lemah, mual, muntah, nyeri perut, keringat

berlebihan, palpilasi, stimulasi SSP (gelisah, delirium, psikosis, toksik, dan konvulsi) diikuti

dengan depresi SSP, hipotermia, syok, dan koma. Dosis lebih berkepanjangan dapat

mengakibatkan neutropenia, leukopenia, trombositopenia, pensilopenia, agranulositosis, (tak

lazim), methemoglobinemia (sianosis pada kulit, mukosa, kuku jari, dispenia, sakit kepala,

vertigo, lemah nyeri angina, gagal sirkulasi), sulfenoglobionemia, gangguan saluran cerna,

perubahan psikologis, reaksi hipersensitivitas, udem laring, lesi mukosa, eritemia atau ruam,

udem angioneurotik dan demam (Anonim, 2005).

Reaksi hipersensitivitas meliputi gejala urtikaria, disponoea, dan hipotensi, hal ini

dapat terjadi setelah penggunaan parasetamol baik pada dewasa maupun anak-anak. Juga

dilaporkan terdapat angioedema (Sweetman, 2002).

1.5 Kontra Indikasi

Hipersensitifitas terhadap parasetamol dan komponen lain dalam formulasi.

► Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat.

► Penderita dengan gangguan fungsi ginjal.

► Penderita diabetes melitus.

► Penderita G6PD.

► Penderita dengan riwayat hipersensitivitas pada parasetamol.

(Lacy, 2004)

1.6 Peringatan dan Perhatian

Limit dosis < 4 g/hari dapat menyebabkan toksisitas hati pada kasus overdosis akut,

pada beberapa pasien dewasa dapat menyebabakan kerusakan hati pada dosis harian kronis.

Digunakan dengan perhatian pada pasien dengan penyakit hati karena alkoholik dan pasien

dengan defisiensi G6PD yang tidak diketahui (Lacy, 2004).

Peringatan :

► Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita gangguan fungsi ginjal.

► Bila setelah 5 hari nyeri tidak menghilang, atau demam tidak menurun setelah 2

hari, segera hubungi unit pelayanan kesehatan.

► Penggunaan obat ini pada penderita yang mengkonsumsi alkohol dapat

meningkatkan resiko kerusakan hati.

Page 6: Jurnal Awal Granulasi Basah

(Tjay dan Rahardja., 2008)

1.7 Interaksi Obat

1. Dengan aspirin, meningkatkan konsentrasi aspirin dalam darah.

2. Dengan chloramphenicol meningkatkan half life dari chloramphenicol.

3. Barbiturat, karbamazepin, hydantoins, isoniazid, rifampin, sulfinpyrazone dapat

meningkatkan potensi hepatotoksik dan menurunkan efek analgesik dari

parasetamol.

4. Kolesteramin dan propantelin dapat menurunkan absorpsi parasetamol.

5. Metoklopramid dapat meningkatkan absorpsi dari parasetamol.

6. Etanol dapat meningkatkan resiko induksi hepatotoksik dari parasetamol.

7. Dengan antikonvulsan phenobarbiton memperkuat efek hepatotoksik parasetamol.

(Lacy, 2004)

1.8 Penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Anonim, 1995).

Page 7: Jurnal Awal Granulasi Basah

BAB II

SIFAT FISIKOKIMIA BAHAN

2.1 Bahan Aktif

1. Paracetamol

► Nama Umum : Paracetamol (Anonim, 1995).

► Nama IUPAC : N-asetil-4-aminofenol (Reynolds, 2007).

► Struktur kimia :

(Moffat et al, 2005)

► Berat molekul : 151,16 g/mol (Anonim, 1995).

► Titik Lebur : 1690 sampai 1720 (Anonim, 1979).

► Pemerian :

Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit (Anonim, 1979).

► Kelarutan :

Paracetamol agak sukar larut dalam air, dan dalam gliserol; larut dalam aseton;

mudah larut dalam propilenglikol dan dalam etanol (95%) P ( Anonim, 1979).

Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N (Anonim, 1995).

Parasetamol agak sukar larut dalam air (1 : 70), larut dalam air mendidih (1 :

20), mudah larut dalam alkohol (1 : 7 atau 1: 10), larut dalam aseton (1 : 13),

agak sukar larut dalam gliserol (1: 40), mudah larut dalam propilen glikol (1: 9),

sangat sukar larut dalam kloroform, praktis tidak larut dalam eter, larut dalam

larutan alkali hidroksida (Reynolds, 1989).

► Khasiat

Analgetikum dan antipiretikum (Anonim, 1995).

► Kandungan

Acetaminophen mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari

101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan (Anonim, 1995).

Page 8: Jurnal Awal Granulasi Basah

► Stabilitas

Terhadap cahaya: Tidak stabil terhadap sinar UV.

Terhadap suhu: peningkatan suhu dapat mempercepat degradasi obat.

Hidrolisis dapat terjadi pada keadaan asam ataupun basa. Hidrolisis minimum

terjadi pada rentang pH antara 5-7.

(Anonim, 1995)

► Wadah dan Penyimpanan

Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Anonim, 1995).

► Penetapan Kadar

Lakukan penetapan dengan cara penetapan kadar nitrogen, menggunakan 300

mg yang ditimbang saksama dan 8 ml asam sulfat bebas nitrogen P (Anonim,

1995).

2.2 Bahan Tambahan

a. Bahan Pengisi : Laktosa

Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau

mengandung satu molekul air hidrat.

► Pemerian :

serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa

sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau.

► Kelarutan :

mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan dan mudah larut dalam air

mendidih; sangat sukar larut dalam etanol; tidak larut dalam kloroform dan

eter.

► Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

(Anonim, 1979)

b. Bahan Pengikat; Bahan Penghancur : Starch (Amylum)

► Pemerian : serbuk sangat halus, putih.

► Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.

► Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

(Anonim, 1995)

Page 9: Jurnal Awal Granulasi Basah

c. Bahan Pelincir : Talcum

Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit

aluminium silikat.

► Pemerian :

serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat pada kulit, bebas butiran:

warna putih atau putih kelabu.

► Kelarutan : tidak larut dalam hampir semua pelarut.

► Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

► Khasiat dan penggunaan : zat tambahan.

(Anonim, 1979)

Page 10: Jurnal Awal Granulasi Basah

BAB III

BENTUK BAHAN, DOSIS, DAN CARA PEMAKAIAN

3.1. Bentuk Sediaan

Sediaan dalam bentuk tablet (masih berupa granul untuk pembuatan tablet parasetamol

sebanyak 50 tablet).

3.2. Dosis

Tabel. Dosis Lazim Untuk Anak dan Bayi

Nama zat Umur/bobot

badan

Dosis lazim Penggunaan

Sekali Sehari

Parasetamol

(Asetaminof

en)

6-12 bulan

1-5 tahun

5-10 tahun

10 tahun ke atas

100 mg

100mg-200 mg

200mg-400 mg

500 mg

400 mg

400 mg-800 mg

800 mg-1600 mg

2 g

Analgetikum

antipiretikum

Tabel 1.1. Dosis Lazim Untuk Dewasa

Nama zat Dosis lazim Penggunaan

Sekali Sehari

Parasetamol

(Asetaminofen)

500 mg 500 mg-2 g Analgetikum;

antipiretikum

(Anonim, 1979)

Pemberian parasetamol dalam bentuk suppositoria, pada orang dewasa dengan

dosis 0,5-1 gram tiap 4-6 jam, maksimal 4 kali sehari. Dosis yang direkomendasikan

untuk anak-anak yaitu: 1-5 tahun, 125-250 mg; 6-12 tahun, 250-500 mg; keduanya

diberikan dengan frekuensi yang sama dengan pada dosis dewasa. Anak-anak yang lebih

besar dapat diberikan dosis dewasa. BNFC merekomendasikan dosis rektal pada bayi

sebagai berikut:

Page 11: Jurnal Awal Granulasi Basah

► Neonatus usia 28-32 minggu, 20 mg/kg sebagai dosis tunggal, kemudian 15 mg/kg

tiap 12 jam bila diperlukan, dengan dosis maksimum 30 mg/kg sehari.

► Neonatus usia diatas 32 minggu, 30 mg/kg sebagai dosis tunggal, kemudian 20

mg/kg tiap 8 jam bila diperlukan, dengan dosis maksimum 60 mg/kg sehari.

► Bayi usia 1-3 bulan, 30-60 mg tiap 8 jam bila diperlukan, dengan dosis maksimum 60

mg/kg sehari.

► Bayi usia 2-12 bulan, 60-125 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan hingga maksimum 4

kali dalam 24 jam.

► Anak usia 5-12 tahun, 250-500 mg tiap 4-6 jam bila diperlukan hingga maksimum 4

kali dalam 24 jam.

► Pada gejala yang berat, anak-anak usia 1-3 bulan dapat diberikan 30 mg/kg sebagai

dosis tunggal, kemudian diikuti dengan 20 mg/kg tiap 8 jam hingga maksimum 60

mg/kg sehari. Anak-anak dengan usia lebih besar dapat diberikan 40 mg/kg dalam

dosis tunggal yang diikuti dengan 20 mg/kg tiap 4-6 jam hingga maksimum 90 mg/kg

sehari dalam 48 jam, bila diperlukan, sebelum diturunkan mencapai 15 mg/kg tiap 6

jam.

(Sweetman, 2002)

3.3. Cara Pemakaian

Cara pemakaiannya yaitu dengan rute per oral.

Page 12: Jurnal Awal Granulasi Basah

BAB IV

MACAM-MACAM FORMULASI

4.1. Macam-macam Formula (baku/standar)

a. Formula 1 ( Paracetamol Instant Granul 500 mg)

R/ Paracetamol, fine powder ..........................50 g

Sorbitol instant (Merck) ............................130 g

Lutrol F 127 [1] ..........................................50 g

Citric acid, powder ......................................3 g

Sodium citrate...............................................3 g

II. Kollidon 90 F [1] ....................................8 g

Ethanol 96%.................................................50 g

(Volker Buhler, 1998)

b. Formulasi 2

R/ Paracetamol 400 mg

Microcrystalline Cellulose 128 mg

Binder (A.marmelos gum) 8 % b/v

Talc 24 mg

Dibuat satu tablet dengan berat 600 mg

(Patil dkk., 2010)

c. Formulasi 3

R/ Parasetamol 250

Amilum 10% Fase Dalam (FD):

Mucilago Amili 10% 1/3 FD 90% x 500 mg= 450 mg

Avicel PH 102 qs

Talk 5% Fase Luar (FL):

Amilum kering 5% 10%

Page 13: Jurnal Awal Granulasi Basah

(Anonim, tt)

d. Formulasi 4

Tabel 1. Formulasi Tablet Asetaminofen (USP)

Bahan Jumlah per tablet Jumlah per 10.000

tablet

Asetaminofen USP

(granul atau Kristal

besar)*

325,00 mg 3,25 kg

Avicel pH 101 138,25 mg 1,3835 kg

Asam stearat

(serbuk halus)

1,65 mg 0,0165 kg

Keterangan :

Bila ukuran kristal asetaminofen lebih kecil untuk mempermudah kelarutan, maka

perlu menggunakan sejumlah besar Avicel dengan penggunaan pH 102 menggantikan

pH 101, dan menggunakan bahan pelincir. Semua bahan pelincir diayak sebelum

ditambahkan ke dalam blender (Lachman dkk., 2008).

4.2. Formula Yang Akan Dibuat

R/ Parasetamol 500 mg

Amilum 10%

Mucilago Amyli 10%

Lactosa qs

Amilum kering 5%

Talk 5%

4.3. Permasalahan

1. Granul dapat melekat pada cetakan pada saat proses pencetakan di dalam mesin.

2. Granul mudah remuk apabila bahan pengikat yang ditambahkan kurang.

3. Talk dapat memperlambat disintegran.

Page 14: Jurnal Awal Granulasi Basah

4.4. Penyelesaian Permasalahan

1. Agar tidak melekat, maka ditambahkan talk sebagai bahan lubrikan ke dalam granul

sehingga setiap granul dilapisi bahan lubrikan. Hal ini dilakukan untuk mempercepat

aliran granul dalam corong ke dalam rongga cetakan, mencegah melekatnya granul

pada punch dan cetakan, selama pengeluaran tablet mengurangi pergesekan antara

tablet dan dinding cetakan ketika proses pencetakkan tablet.

2. Untuk mendapatkan granul yang baik (tidak mudah remuk), dapat dilakukan dngan

menambahkan cairan pengikat dalam serbuk. Unsur pengikat dalam tablet juga

membantu merekatkan granul satu dengan yang lain, menjaga kesatuan tablet setelah

dikompresi. Umumnya kerja pengikat akan lebih efektif apabila serbuk dicampur

dengan perekat dalam bentuk cairan berair, seperti 10-20% cairan berair dari tepung

jagung dan 25-50% larutan glukosa. Namun, harus berhati-hati jangan sampai tablet

terlalu basah karena akan menghasilkan granul yang terlalu keras untuk dibuat tablet

yang bagus. Selain itu, zat pengikat dapat ditambahkan tanpa air atau ditambahkan

dalam keadaan kering. Oleh karena itu, dapat ditambahkan bahan pengikat lain

seperti serbuk gelatin.

3. Agar mendapat tablet yang baik sebaiknya fase luarnya digunakan kombinasi talk

dan amilum kering. Amylum yang digunakan sebagai penghancur (fase luar)

haruslah amylum kering karena dengan adanya air akan menurunkan

kemampuannya sebagai penghancur. Pengeringan amylum dilakukan pada suhu 70o

pada suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari amylum.

4.5. Penimbangan Bahan

Dibuat formula untuk 50 tablet

R/ Parasetamol 500 mg

Amilum 10% Fase Dalam (FD):

Mucilago Amili10% 1/3 FD 90% x 700 mg = 630 mg

Laktosa qs

Talk 5% Fase Luar (FL):

Amylum kering 5% 10%

Page 15: Jurnal Awal Granulasi Basah

FD dan Σ muchilago amilum (MA)

FD : 90% x 700 = 630 mg

MA : 10% ± 1/3FD = 1/3x 630 = 210 mg

Amilum yang ditimbang atau digunakan untuk muchilago:

10% x 210 = 21 mg

FL

FL : 10% x 700 = 70 mg

Talk dan Amilum (masing-masing 5%)

Perhitungan :

5/100 x 70 mg = 3,5 mg

Jadi, amilum dan talk yang ditimbang untuk disintegran masing-masing 3,5 mg

Penambahan pengisi

FD : 630 mg x 50 tablet = 31,5 gram

Parasetamol : 500 mg

Amilum 10% x 700 : 70 mg 591 mg

Amilum untuk MA : 21 mg 630 mg

Laktosa (700 mg - 591 mg + 7 mg) : 102 mg

Penimbangan bahan

Parasetamol 500 mg x 50 = 25000 mg = 25 gr

Amilum 70 mg x 50 = 3500 mg = 3,5 gr

Amilum untuk MA 21 mg x 50 = 1050 mg = 1,050 gr

Laktosa 102 mg x 50 = 5100 mg = 5,1 gr

Total = 34,65 gr

Nama BahanBobot dalam

Satu Tablet

Bobot dalam 50

TabletKegunaan

Paracetamol 500 mg 25 gram Zat aktif

Laktosa 39 mg 5100 mg = 5,1 gr Pengisi

Amilum 70 mg 3,5 gram Disintegran,

Page 16: Jurnal Awal Granulasi Basah

pengikat

amilum MA 21 mg 1,05 g Pengikat

Talk 3,5 mg 0,175 g Lubrikan

Amilum kering 3,5 mg 0,175 g Glidan

BAB V

PROSEDUR KERJA

5.1. Alat dan Bahan

a. Alat

Penangas air

Beaker glass

Batang pengaduk

Sendok tanduk

Kertas perkamen

Timbangan

Mortar dan stamper

Mixer

Oven

Wadah granul

Gelas ukur

b. Bahan

Paracetamol

Corn Starch

Talk

Laktosa

Air

Page 17: Jurnal Awal Granulasi Basah

Pati jagung ditimbang sebanyak 1,050 gram

Air dipanaskan sampai mendidih dalam gelas beaker

Beaker gelas dan pengaduk ditara

5.2. Cara Kerja

a. Pembuatan Mucilago Amyli

Pati jagung yang sudah ditimbang disuspensikan dengan 1 mL air

Suspensi pati jagung dimasukkan ke dalam gelas beaker yang berisi 6 mL air mendidih, aduk hingga homogeny (M1)

Sebanyak 6 mL air mendidih dituang ke dalam beaker yang sudah ditara

Sisa pati dibilas dengan 2,45 mL air, masukkan ke dalam (M1)

Page 18: Jurnal Awal Granulasi Basah

Ditimbang semua bahan sesuai yang dibutuhkan

Masing-masing zat aktif, eksipien : pengisi, sebagian disintegran dan pengikat kering (fase dalam) dihaluskan secara terpisah dengan mortar (A)

b. Pembuatan Tablet Metode Granulasi

Granul kering diekstruksi dengan pengayak 18-20 mesh

Zat aktif, zat pengisi, dan sebagian disintegran/pengikat kering (fase dalam) yang sudah dihaluskan dicampur

Dibuat cairan penggranulasi (cairan pengikat : mucilago amyli)

Massa granul dibuat dengan mencampurkan campuran A dengan cairan pengikat membentuk massa basah yang seragam

Massa basah digranulasi dengan pengayak 6-12 mesh dalam mesin granulator

Granul basah dikeringkan dalam oven pada suhu 50o-60o

Granul kering dievaluasi

Page 19: Jurnal Awal Granulasi Basah

BAB VI

EVALUASI SEDIAAN

6.1. Evaluasi Granul

a.. Laju Alir dan Sudut Henti

Menggunakan alat flow rate tester (g/menit) standar uji sifat alir :

- < 25 = mudah mengalir

- 25-45 = mengalir

- > 45 = sukar mengalir (Anonim, tt)

b. Uji Susut Pengeringan

Campur dan timbang seksama zat uji kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing

monografi, lakukan penetapan menggunakan 1 gram hingga 2 gram. Apabila zat uji berupa

hablur besar, gerus secara cepat hingga ukuran partikel lebih kurang 2 mm. Tara botol

timbang dangkal bersumbat kaca yang telah dikeringkan selama 30 menit pada kondisi

seperti yang akan digunakan dalam penetapan. Masukkan zat uji ke dalam botol timbang

tersebut, dan timbang saksama botol beserta isinya. Perlahan-lahan dengan menggoyang,

letakkan zat uji sampai setinggi lebih kurang 5 mm dan dalam hal zat ruahan tidak lebih dari

10mm. Masukkan ke dalam oven, buka sumbat dan biarkan sumbat ini di dalam oven.

Panaskan zat uji pada suhu, dan waktu tertentu seperti yang tertera pada monografi. Pada

waktu oven dibuka, botol segera ditutup dan biarkan dalam desikator sampai suhunya

mencapai suhu kamar sebelum ditimbang. Jika contoh yang diuji berupa tablet, gunakan

sejumlah serbuk tablet dari tidak kurang dari 4 tablet yang diserbukhaluskan (Anonim, 1995).

c. Uji Kompresibilitas

Dengan menggunakan gelas ukur 100 mL dimasukkan granul kering sampai 100 mL

kemudian memampatkannya dengan mengetuk-ngetuk sebanyak 500 kali ketukan.

Persen (%) kemampatan (K) = Do – Df x 100%

Do

Page 20: Jurnal Awal Granulasi Basah

Do = tap density (berat granul/ volume granul sebelum dimampatkan)

Df = bulk density (berat granul/ volume granul setelah dimampatkan)

Syarat = % K < 20 %

(Siregar, 2010)

e. Granulometri

Granulometri adalah analisis dan repartisi granul (penyebaran ukuran-ukuran granul).

Dalam melakukan analasis granulometri digunakan susunan pengayak dengan berbagai

ukuran. Mesh terbesar diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun pengayak dengan mesh

yang semakin kecil.

Prosedurnya :

Timbang 100 gr granul.

Letakkan granul pada pengayak paling atas.

Getarkan mesin 5-30 menit, tergantung dari ketahanan granul terhadap getaran.

Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak.

Hitung persentase garnul pada tiap pengayak.

(Siregar, 2010)

f. Bobot Jenis

Yang terdiri dari :

Bobot jenis sejati diukur dengan piknometer gas Beckman.

Bobot jenis nyata, ke dalam gelas takar masukkan 100 g granul. Baca volume.

Bobot jenis nyata = bobot/volume.

Bobot jenis nyata setelah pemampatan, Ke dalam gelas takar masukkan 100 g

granul. Mampatkan 500 x dengan alat volumeter. Lihat volume setelah

pemampatan.

BJ nyata setelah pemampatan = bobot/volume setelah pemampatan

g. Uji Friabilitas

Metode pengujian friabilitas memberikan suatu cara mengukur kecenderungan granul

pecah menjadi butir-butir yang lebih kecil jika mengalami gaya pengganggu. Prosedur

mencakup pengambilan sejumlah granul kemudian granul ditempatkan pada sebuah wadah

dan dikocok dan diguling-gulingkan selama periode waktu yang ditetapkan. Setelah dikocok,

Page 21: Jurnal Awal Granulasi Basah

serbuk diayak di atas pengayak dengan ukuran mesh X. Persentase bahan yang lewat diambil

sebagai ukuran friabilitas atau kekuatan granul (Siregar, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta : Depkes RI.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Depkes RI.

Buhler, Volker. 1998. Generic Drug Formulation 2nd Edition. BASF Fine Chemical.

Lacy, Charles F., Lora L. Amstrong, Marton P. Goldman, Leonard L. Lance. 2004. Drug Information Handbook 12th Edition .Ohio. Lexi Comp.

Reynolds, J.E.F. 1989. Martindale The Extra Pharmacopoeia, Twenty-ninth edition. London : The Pharmaceutical Press.

Siregar, Charles JP. 2010. Dasar-Dasar Praktis Sediaan Tablet. Jakarta : EGC

Sweetman, Sean C. 2002. Martindale The Complete Drug Reference Thirty-Third edition. London : The Pharmaceutical Press.

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2008. Obat-Obat Penting. Edisi ke-VI. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.