issn - prioritaspendidikan.org · pembelajaran ips. guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk...

20
ISSN 2303 - 0852 PRIORITAS PENDIDIKAN Edisi 12 Juli - Sept 2015 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa Bupati Daerah Mitra Canangkan Gerakan Membaca SETELAH melihat hasil pelaksanaan program budaya membaca di sekolah dan madrasah mitra USAID PRIORITAS, beberapa kepala daerah menyatakan dukungannya dengan menyanangkan gerakan membaca di daerahnya. Labuhanbatu, Lumajang, Kuningan, dan Sidrap, telah mengeluarkan kebijakan mendukung program budaya membaca. Bupati Labuhanbatu, Sumatera Utara, Tigor Panusunan Siregar, telah menyanangkan gerakan Labuhanbatu membaca. "Setiap sekolah di Labuhanbatu harus membuat jadwal wajib membaca buku bacaan secara bersama-sama. Jumlah buku yang dibaca siswa juga harus terus meningkat," kata Bupati. Pada acara tersebut, bupati ikut serta membaca buku bersama ribuan siswa dan guru (20/5). Sementara Bupati Lumajang, Jawa Timur, As'at Malik, memberi dukungan dengan melaksanakan Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca (13/5). Bupati Lumajang, Kepala Perpustakaan Nasional, Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, dan Anggota DPR RI Anang Hermansyah, ikut hadir dalam acara itu. Program gemar membaca ini dilakukan dalam bentuk pembinaan ke sekolah-sekolah dalam melaksanakan jam wajib membaca, pengelolaan simpan pinjam buku, pelayanan dan teknis agar siswa gemar membaca, serta program peminjaman 50-100 judul buku milik perpustakaan daerah kepada sekolah. (Kom) Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com Bupati Labuhanbatu,Tigor Panusunan Siregar (dua dari kanan), deklarasikan gerakan membaca di Labuhanbatu dengan ikut membaca bersama 5.000 siswa dari tingkat SD sampai SMA. Program tersebut menandai dimulainya program wajib membaca di Labuhanbatu. Jakarta – Hasil pelaksanaan pembelajaran aktif di SMPN 3 Cimahi dan MTs Al Mukhtariyah Rajamandala Bandung Barat, yang dipamerkan pada acara Forum Kebijakan Guru ACDP (Analytical and Capacity Development Partnership), mendapat apresiasi dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan. ”Ini adalah salah satu hasil karya daur siklus air yang kami buat dalam pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami mencari referensi dari internet dan perpustakaan untuk membuat laporan proses daur siklus air,” jelas Imas Masanah, siswa MTs Al Mukhtariyah kepada Mendikbud. Dia juga menunjukkan termometer yang dibuatnya dalam pembelajaran IPA kepada Mendikbud. “Pendidikan nasional menginginkan apa yang sudah dilakukan dua sekolah ini. Siswa bisa menjelaskan dengan sistematis hasil karya yang mereka kembangkan di kelas. Kita harus menciptakan siswa-siswa yang seperti itu,” kata Mendikbud dalam sambutan- nya pada acara tersebut. (Anw/Tif) Mendikbud, Anies Baswedan, terkesan dengan hasil karya siswa MTs Al Mukhtariyah. Mendikbud Apresiasi Hasil Pembelajaran Aktif Baca berita lainnya di halaman 4. Terbitkan Buku Praktik yang Baik dalam Pembelajaran, MBS, dan Budaya Baca UNTUK menyebarluaskan pengalaman para guru dan kepala sekolah dalam menerapkan pembelajaran aktif, budaya baca, dan manajemen berbasis sekolah (MBS), USAID PRIORITAS menerbitkan buku praktik yang baik. Softcopy buku tersebut dapat diunduh di situs www.prioritaspendidikan.org. Berita lainnya di halaman 3.

Upload: dinhcong

Post on 27-Jul-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

ISSN2303 - 0852

PRIORITAS PENDIDIKANEdisi 12Juli - Sept

2015 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Bupati Daerah Mitra Canangkan Gerakan MembacaSETELAH melihat hasil pelaksanaan program budaya membaca di sekolah dan madrasah mitra USAID PRIORITAS, beberapa kepala daerah menyatakan dukungannya dengan menyanangkan gerakan membaca di daerahnya. Labuhanbatu, Lumajang, Kuningan, dan Sidrap, telah mengeluarkan kebijakan mendukung program budaya membaca.

Bupati Labuhanbatu, Sumatera Utara, Tigor Panusunan Siregar, telah menyanangkan gerakan Labuhanbatu membaca. "Setiap sekolah di Labuhanbatu harus membuat jadwal wajib membaca buku bacaan secara bersama-sama. Jumlah buku yang dibaca siswa juga harus terus meningkat," kata

Bupati. Pada acara tersebut, bupati ikut serta membaca buku bersama ribuan siswa dan guru (20/5).

Sementara Bupati Lumajang, Jawa Timur, As'at Malik, memberi dukungan dengan melaksanakan Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca (13/5). Bupati Lumajang, Kepala Perpustakaan Nasional, Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur, dan Anggota DPR RI Anang Hermansyah, ikut hadir dalam acara itu.

Program gemar membaca ini dilakukan dalam bentuk pembinaan ke sekolah-sekolah dalam melaksanakan jam wajib membaca, pengelolaan simpan pinjam buku, pelayanan dan teknis agar siswa gemar membaca, serta program peminjaman 50-100 judul buku milik perpustakaan daerah kepada sekolah. (Kom)

Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com

Bupati Labuhanbatu, Tigor Panusunan Siregar (dua dari kanan), deklarasikan gerakan membaca di Labuhanbatu dengan ikut membaca bersama 5.000 siswa dari tingkat SD sampai SMA. Program tersebut menandai dimulainya program wajib membaca di Labuhanbatu.

Jakarta – Hasil pelaksanaan pembelajaran aktif di SMPN 3 Cimahi dan MTs Al Mukhtariyah Rajamandala Bandung Barat, yang dipamerkan pada acara Forum Kebijakan Guru ACDP (Analytical and Capacity Development Partnership), mendapat apresiasi dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan.

”Ini adalah salah satu hasil karya daur siklus air yang kami buat dalam pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami mencari referensi dari internet dan perpustakaan untuk membuat laporan proses daur siklus air,” jelas Imas Masanah, siswa MTs Al Mukhtariyah kepada Mendikbud. Dia juga menunjukkan termometer yang dibuatnya dalam pembelajaran IPA kepada Mendikbud.

“Pendidikan nasional menginginkan apa yang sudah dilakukan dua sekolah ini. Siswa bisa menjelaskan dengan sistematis hasil karya yang mereka kembangkan di kelas. Kita harus menciptakan siswa-siswa yang seperti itu,” kata Mendikbud dalam sambutan-nya pada acara tersebut. (Anw/Tif)

Mendikbud, Anies Baswedan, terkesan dengan hasil karya siswa MTs Al Mukhtariyah.

Mendikbud Apresiasi Hasil Pembelajaran Aktif

Baca berita lainnya di halaman 4.

Terbitkan Buku Praktik yang Baik dalam Pembelajaran, MBS, dan Budaya Baca

UNTUK menyebarluaskan pengalaman para guru dan kepala sekolah dalam menerapkan pembelajaran aktif, budaya baca, dan manajemen berbasis sekolah (MBS), USAID PRIORITAS menerbitkan buku praktik yang baik. Softcopy buku tersebut dapat diunduh di situs www.prioritaspendidikan.org.

Berita lainnya di halaman 3.

Page 2: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

Jakarta - USAID PRIORITAS menggelar konferensi nasional penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan kolaborasi guru dan dosen. Konferensi ini membahas pemecahan masalah pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan PTK. Konferensi ini mengundang ketua lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, pembantu rektor, dan perwakilan dosen dari 16 Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK), serta guru dari tujuh provinsi mitra.

Konferensi yang berlangsung selama sehari ini (8/9), menampilkan tujuh hasil PTK dari 16 PTK yang sudah dihasilkan. Sebagai contoh, hasil penelitian dari Hasanudin Jaelani dan Achmat Kusairi, guru kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) Percobaan 2 Malang, yang berkolaborasi dengan dosen

Universitas Negeri Malang bernama Edy Budiono dan Erry Hidayanto. Kolaborasi ini menghasilkan PTK untuk meningkatkan pemahaman siswa membaca teks matematika. ”Selama ini banyak siswa yang kesulitan menyelesaikan soal cerita matematika. bahkan siswa tidak dapat menceritakan kembali isi teks dengan bahasa mereka,” kata Hasanudin Jaelani.

Kemudian, mereka menerapkan metode Read Think and Take a Note atau disingkat RTN di dalam penelitian. Hasilnya, mereka mendapati siswa kelas V SDN Percobaan 2 Malang menjadi lebih mampu memahami teks matematika, dengan memperoleh nilai minimal 70 dari skala 0-100.

Konferensi Nasional Hasil Penelitian Guru dan Dosen

Tingkatkan Kemampuan Komunikasi Tertulis Ilmiah Siswa

Serang, Banten - Sri Sutiyarsih SPd dan Winarsih Puji Priyatno SSi guru SMPN 6 Serang, bersama Dr Hepsi Nindiasari dan Pipit Marianingsih MSi, dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, berkolaborasi melaksanakan PTK tentang penerapan penilaian kinerja dengan pendampingan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi tertulis ilmiah siswa. “Selama ini banyak siswa di kelas yang kesulitan untuk menuliskan hasil laporan percobaan seperti menyajikan grafik, tabel, mendeskripsikan hasil, dan menyusun kesimpulan,” kata Winarsih menjelaskan pengalamannya sebagai guru IPA.

Melalui langkah pendampingan yang spesifik, konsisten dan intens ternyata sembilan puluh persen siswa berhasil mendapatkan nilai di atas 70. Mereka melakukan tindakan pendampingan yang berbeda sesuai kebutuhan siswa. Guru mengelompokkan siswa berdasarkan kesalahan sejenis yang ditemukan dalam lembar kerja kemudian mendampingi setiap kelompok. Kedua guru IPA tersebut juga berhasil mengidentifikasikan pentingnya tutor sebaya.

“Setelah saya mendampingi siswa per kelompok, siswa yang mendapatkan nilai terbaik di kelas diminta untuk mendampingi siswa lain yang masih salah dalam menuliskan laporan ilmiahnya,” kata Sutiyarsih menambahkan. (Anl)

Jakarta - USAID PRIORITAS bersama 16 lembaga pendidik dan tenaga kependidikan (LPTK) mitra dari tujuh provinsi mengadakan pertemuan yang membahas pengembangan materi lokakarya program pendidikan profesi guru (PPG). Selama tiga hari di Jakarta, para ketua program pendidikan profesi guru dan praktik pengalaman lapangan kependidikan (PPLK) di LPTK mitra, serta beberapa guru yang menjadi fasilitator pembelajaran USAID PRIORITAS, membahas materi lokakarya bagi mahasiswa PPG yang dipersiapkan menjadi guru profesional (9-11/9).

”Materi-materi yang selama ini digunakan USAID PRIORITAS untuk melatih guru dan kepala sekolah dalam menerapkan pembelajaran aktif, diadaptasi dalam

16 LPTK Kembangkan Modul Lokakarya PPG

Guru dan dosen yang berkolaborasi dalam penelitian tindakan kelas (PTK),

mempresentasikan hasil penelitiannya dalam konferensi nasional PTK di Jakarta. Kolaborasi

mereka dalam penelitian, berhasil menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran di kelas.

Direktur Pembelajaran, Kemenristekdikti, Dr Paristiyanti Nurwadani mengatakan, untuk meningkatkan kompetensi, para guru harus menulis karya ilmiah yang salah satunya adalah melakukan PTK. Melalui PTK, guru bisa mengetahui berbagai masalah di kelas. "Manfaat PTK akan langsung dirasakan oleh guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas," ujarnya di sela-sela acara. (Anw/Tif)

Sri Sutiyarsih mendampingi siswanya yang sedang melakukan percobaan.

Sebarluaskan Praktik yang Baik

Jakarta - Sebuah gambar yang menunjukkan gunung bersalju, sungai, laut dan awan-awan di langit terpasang di salah satu sudut stan pameran. “Ini adalah salah satu hasil karya daur siklus air yang kami buat dalam pembelajaran IPS,” demikian Imas Masanah, siswa MTs Al Mukhtariyah Rajamadala Bandung Barat, menjelaskan dengan lancar.

Imas menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis siklus hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang dan siklus panjang. ”Siklus pendek adalah ketika air laut menguap, terjadi kondensasi atau perubahan uap air menjadi titik air, kemudian terjadi pembentukan awan, dan turunlah hujan,” katanya lagi. Tidak tampak keraguan pada wajah Imas saat menjelaskan ketiga jenis siklus hidrologi tersebut kepada pengunjung stan pameran acara Forum Kebijakan Guru, yang salah satunya adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan (6/8).

Daryasanta Citapasama, siswa SMPN 3 Cimahi yang turut menjaga stan pameran, juga menjelaskan dengan penuh kepercayaan diri. Dia menunjukkan hasil karya jembatan angkat implementasi dari hukum pascal dan laporan percobaan membuat kapal bertenaga

Para dosen dan guru sedang membahas materi lokakarya PPG di LPTK.

Mendikbud meminta praktik yang baik SMPN 3 Cimahi dan MTs Al Mukhtariyah harus disebarluaskan agar semakin banyak sekolah dapat menirunya.

uap dari bahan sterofom, kaleng bekas, dan lilin, untuk membuktikan terjadinya perpindahan kalor secara konveksi. Mendikbud terkesan dengan penjelasan kedua siswa tersebut. Hal itu disampaikannya saat memberi sambutan pada acara Forum Kebijakan Guru tersebut. Mendikbud juga berpesan, praktik yang baik dari kedua sekolah itu harus disebarluaskan agar semakin banyak sekolah dapat menirunya. (Anw/Tif)

pelaksanaan lokakarya PPG di LPTK,” kata Stuart Weston, Direktur Program USAID PRIORITAS di sela-sela acara.

Pada praktik mengajar di sekolah, lanjut Stuart, kegiatannya juga perlu difasilitasi secara lebih terstruktur. ”Misalnya, sebelum praktik mengajar, mahasiswa mengamati guru yang bagus dalam mengajar, hasilnya didiskusikan untuk menjadi referensi mahasiswa cara mengajar yang baik. Lalu, mereka mulai praktik mengajar selama beberapa waktu, dan dilakukan evaluasi secara berkala dengan dosen dan guru untuk memastikan bahwa mahasiswa sudah menerapkan praktik mengajar yang baik,” ujarnya.

Dalam pertemuan penyusunan materi lokakarya PPG tersebut, para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyusun draft materi lokakarya PPG. Draf materi tersebut di antaranya, materi modeling pembelajaran aktif, penulisan jurnal reflektif, pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja, penilaian otentik, persiapan dan praktik mengajar, serta portofolio hasil karya siswa dan guru.

Prof Dr Muchlas Samani, Konsultan Pengembangan LPTK USAID PRIORITAS, menyebut kegiatan ini sangat efektif untuk membantu meningkatkan kualitas program PPG. ”USAID PRIORITAS sudah punya model melatih guru yang sudah jadi guru, untuk menjadi guru yang lebih bagus. Model ini kita adopsi, yaitu bagaimana menghasilkan calon guru untuk menjadi guru yang bagus. Harapannya, PPG bisa menghasilkan guru yang lebih bagus,” kata dosen Unesa yang juga pernah menjadi Ketua Sertifikasi Guru Nasional itu.

Dr Tarsyad Nugraha, Ketua PPG Universitas Negeri Medan yang juga terlibat dalam kegiatan tersebut, menyambut baik dukungan yang diberikan USAID PRIORITAS. ”USAID PRIORITAS telah melatih dan mendampingi pelaksanaan pembelajaran aktif di sekolah-sekolah mitranya. Materi-materi yang digunakan USAID PRIORITAS dalam pelatihan, kami adaptasi untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan lokakarya PPG,” tukasnya.

2 Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015 3Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Page 3: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

Jakarta - USAID PRIORITAS menggelar konferensi nasional penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan kolaborasi guru dan dosen. Konferensi ini membahas pemecahan masalah pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan PTK. Konferensi ini mengundang ketua lembaga penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, pembantu rektor, dan perwakilan dosen dari 16 Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK), serta guru dari tujuh provinsi mitra.

Konferensi yang berlangsung selama sehari ini (8/9), menampilkan tujuh hasil PTK dari 16 PTK yang sudah dihasilkan. Sebagai contoh, hasil penelitian dari Hasanudin Jaelani dan Achmat Kusairi, guru kelas V Sekolah Dasar Negeri (SDN) Percobaan 2 Malang, yang berkolaborasi dengan dosen

Universitas Negeri Malang bernama Edy Budiono dan Erry Hidayanto. Kolaborasi ini menghasilkan PTK untuk meningkatkan pemahaman siswa membaca teks matematika. ”Selama ini banyak siswa yang kesulitan menyelesaikan soal cerita matematika. bahkan siswa tidak dapat menceritakan kembali isi teks dengan bahasa mereka,” kata Hasanudin Jaelani.

Kemudian, mereka menerapkan metode Read Think and Take a Note atau disingkat RTN di dalam penelitian. Hasilnya, mereka mendapati siswa kelas V SDN Percobaan 2 Malang menjadi lebih mampu memahami teks matematika, dengan memperoleh nilai minimal 70 dari skala 0-100.

Konferensi Nasional Hasil Penelitian Guru dan Dosen

Tingkatkan Kemampuan Komunikasi Tertulis Ilmiah Siswa

Serang, Banten - Sri Sutiyarsih SPd dan Winarsih Puji Priyatno SSi guru SMPN 6 Serang, bersama Dr Hepsi Nindiasari dan Pipit Marianingsih MSi, dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, berkolaborasi melaksanakan PTK tentang penerapan penilaian kinerja dengan pendampingan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi tertulis ilmiah siswa. “Selama ini banyak siswa di kelas yang kesulitan untuk menuliskan hasil laporan percobaan seperti menyajikan grafik, tabel, mendeskripsikan hasil, dan menyusun kesimpulan,” kata Winarsih menjelaskan pengalamannya sebagai guru IPA.

Melalui langkah pendampingan yang spesifik, konsisten dan intens ternyata sembilan puluh persen siswa berhasil mendapatkan nilai di atas 70. Mereka melakukan tindakan pendampingan yang berbeda sesuai kebutuhan siswa. Guru mengelompokkan siswa berdasarkan kesalahan sejenis yang ditemukan dalam lembar kerja kemudian mendampingi setiap kelompok. Kedua guru IPA tersebut juga berhasil mengidentifikasikan pentingnya tutor sebaya.

“Setelah saya mendampingi siswa per kelompok, siswa yang mendapatkan nilai terbaik di kelas diminta untuk mendampingi siswa lain yang masih salah dalam menuliskan laporan ilmiahnya,” kata Sutiyarsih menambahkan. (Anl)

Jakarta - USAID PRIORITAS bersama 16 lembaga pendidik dan tenaga kependidikan (LPTK) mitra dari tujuh provinsi mengadakan pertemuan yang membahas pengembangan materi lokakarya program pendidikan profesi guru (PPG). Selama tiga hari di Jakarta, para ketua program pendidikan profesi guru dan praktik pengalaman lapangan kependidikan (PPLK) di LPTK mitra, serta beberapa guru yang menjadi fasilitator pembelajaran USAID PRIORITAS, membahas materi lokakarya bagi mahasiswa PPG yang dipersiapkan menjadi guru profesional (9-11/9).

”Materi-materi yang selama ini digunakan USAID PRIORITAS untuk melatih guru dan kepala sekolah dalam menerapkan pembelajaran aktif, diadaptasi dalam

16 LPTK Kembangkan Modul Lokakarya PPG

Guru dan dosen yang berkolaborasi dalam penelitian tindakan kelas (PTK),

mempresentasikan hasil penelitiannya dalam konferensi nasional PTK di Jakarta. Kolaborasi

mereka dalam penelitian, berhasil menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran di kelas.

Direktur Pembelajaran, Kemenristekdikti, Dr Paristiyanti Nurwadani mengatakan, untuk meningkatkan kompetensi, para guru harus menulis karya ilmiah yang salah satunya adalah melakukan PTK. Melalui PTK, guru bisa mengetahui berbagai masalah di kelas. "Manfaat PTK akan langsung dirasakan oleh guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di kelas," ujarnya di sela-sela acara. (Anw/Tif)

Sri Sutiyarsih mendampingi siswanya yang sedang melakukan percobaan.

Sebarluaskan Praktik yang Baik

Jakarta - Sebuah gambar yang menunjukkan gunung bersalju, sungai, laut dan awan-awan di langit terpasang di salah satu sudut stan pameran. “Ini adalah salah satu hasil karya daur siklus air yang kami buat dalam pembelajaran IPS,” demikian Imas Masanah, siswa MTs Al Mukhtariyah Rajamadala Bandung Barat, menjelaskan dengan lancar.

Imas menjelaskan bahwa terdapat tiga jenis siklus hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang dan siklus panjang. ”Siklus pendek adalah ketika air laut menguap, terjadi kondensasi atau perubahan uap air menjadi titik air, kemudian terjadi pembentukan awan, dan turunlah hujan,” katanya lagi. Tidak tampak keraguan pada wajah Imas saat menjelaskan ketiga jenis siklus hidrologi tersebut kepada pengunjung stan pameran acara Forum Kebijakan Guru, yang salah satunya adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan (6/8).

Daryasanta Citapasama, siswa SMPN 3 Cimahi yang turut menjaga stan pameran, juga menjelaskan dengan penuh kepercayaan diri. Dia menunjukkan hasil karya jembatan angkat implementasi dari hukum pascal dan laporan percobaan membuat kapal bertenaga

Para dosen dan guru sedang membahas materi lokakarya PPG di LPTK.

Mendikbud meminta praktik yang baik SMPN 3 Cimahi dan MTs Al Mukhtariyah harus disebarluaskan agar semakin banyak sekolah dapat menirunya.

uap dari bahan sterofom, kaleng bekas, dan lilin, untuk membuktikan terjadinya perpindahan kalor secara konveksi. Mendikbud terkesan dengan penjelasan kedua siswa tersebut. Hal itu disampaikannya saat memberi sambutan pada acara Forum Kebijakan Guru tersebut. Mendikbud juga berpesan, praktik yang baik dari kedua sekolah itu harus disebarluaskan agar semakin banyak sekolah dapat menirunya. (Anw/Tif)

pelaksanaan lokakarya PPG di LPTK,” kata Stuart Weston, Direktur Program USAID PRIORITAS di sela-sela acara.

Pada praktik mengajar di sekolah, lanjut Stuart, kegiatannya juga perlu difasilitasi secara lebih terstruktur. ”Misalnya, sebelum praktik mengajar, mahasiswa mengamati guru yang bagus dalam mengajar, hasilnya didiskusikan untuk menjadi referensi mahasiswa cara mengajar yang baik. Lalu, mereka mulai praktik mengajar selama beberapa waktu, dan dilakukan evaluasi secara berkala dengan dosen dan guru untuk memastikan bahwa mahasiswa sudah menerapkan praktik mengajar yang baik,” ujarnya.

Dalam pertemuan penyusunan materi lokakarya PPG tersebut, para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk menyusun draft materi lokakarya PPG. Draf materi tersebut di antaranya, materi modeling pembelajaran aktif, penulisan jurnal reflektif, pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja, penilaian otentik, persiapan dan praktik mengajar, serta portofolio hasil karya siswa dan guru.

Prof Dr Muchlas Samani, Konsultan Pengembangan LPTK USAID PRIORITAS, menyebut kegiatan ini sangat efektif untuk membantu meningkatkan kualitas program PPG. ”USAID PRIORITAS sudah punya model melatih guru yang sudah jadi guru, untuk menjadi guru yang lebih bagus. Model ini kita adopsi, yaitu bagaimana menghasilkan calon guru untuk menjadi guru yang bagus. Harapannya, PPG bisa menghasilkan guru yang lebih bagus,” kata dosen Unesa yang juga pernah menjadi Ketua Sertifikasi Guru Nasional itu.

Dr Tarsyad Nugraha, Ketua PPG Universitas Negeri Medan yang juga terlibat dalam kegiatan tersebut, menyambut baik dukungan yang diberikan USAID PRIORITAS. ”USAID PRIORITAS telah melatih dan mendampingi pelaksanaan pembelajaran aktif di sekolah-sekolah mitranya. Materi-materi yang digunakan USAID PRIORITAS dalam pelatihan, kami adaptasi untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan lokakarya PPG,” tukasnya.

2 Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015 3Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Page 4: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

PRIORITAS - NasionalPRIORITAS - Nasional

Dukungan Bupati dalam Gerakan Membaca

Sidrap Canangkan sebagai Kota Membaca

Sidrap, Sulawesi Selatan - Kabupaten dengan nilai ujian nasional tertinggi di Sulawesi Selatan tahun 2015, kini menyanangkan diri untuk menjadi kota baca. Yaitu menjadi kota yang masyarakatnya sadar dan terbudayakan untuk membaca setiap hari.

Untuk mencapai tujuan iktu, Kepala Dinas Pendidikan Sidrap, Nur Kanaah, melakukan sosialisasi program membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Hal itu juga sejalan dengan Permendikbud Nomor 15 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti yang salah satunya untuk mening-katkan kebiasaan membaca siswa. “Kami umumkan kewajiban membaca di koran lokal selama tiga bulan penuh, sebagai sosia-lisasi dimulainya gerakan budaya baca di kota

ini,” ujar Nur Kanaah di kantornya (16/9).

Program budaya baca yang dicanangkan oleh Dinas Pendidikan Sidrap ini mendapatkan dukungan penuh dari Bupati Sidrap, Rusdi Masse yang akan mengoordinasikan program tersebut dengan SKPD-SKPD lainnya.

“Saat ini kami sedang berusaha membentuk tim budaya baca kabupaten, kecamatan dan sekolah. Peluncuran program budaya baca ini kita agendakan di bulan Oktober,” ujar Nur Kanaah lagi.

Program-program yang dicanangkan sebagai langkah awal Sidrap menjadi kota baca adalah pengalokasian waktu-waktu khusus untuk membaca bagi siswa dan

guru, membangun infrastruktur taman baca lebih menarik, memaksimalkan perpustakaan, memperkaya bahan bacaan, mengadakan kompetisi literasi buku, publikasi hasil-hasil karya masyarakat, dan pelatihan membaca efektif. Program ini juga berusaha menghubungkan antara siswa dan masyarakat, dan mengarusutamakan membaca di tengah masyarakat lewat berbagai kegiatan kemasyarakatan. Program diusahakan akan dipayungi dengan hukum dan dievaluasi kekuatan dan kelemahannya.

Kuningan Dukungan dengan PuslingBupati Kuningan memberikan dukungan nyata untuk pelaksanaan program membaca di sekolah. Melalui Sekretaris Daerah Kuningan, Drs Yosep Setiawan MSi, Kuningan meluncurkan perpustakaan keliling (Pusling) yang akan disebar ke 100 titik yaitu sekolah dan desa se-Kabupaten Kuningan.

”Dengan hadirnya Pusling yang menjangkau ke sekolah, madrasah, dan desa-desa diharapkan akan merangsang masyarakat untuk membaca dan menambah koleksi buku untuk dibaca,” kata Sekretaris Daerah Kuningan Yosep Setiawan saat meluncurkan dua mobil Pusling di halaman kantor perpustakaan daerah (27/8).

Kabupaten Kuningan juga memberi hibah 100 buku ke sekolah dan madrasah mitra USAID PRIORITAS yang sudah mengembangkan program membaca. Tahun 2016, anggaran pengadaan buku bacaan akan ditambah. Sekolah-sekolah yang sudah mengembangkan program membaca juga akan mendapat hibah buku. (Ajb/Sb)

Kepala Dinas Pendidikan Sidrap, Nurkanaah, Canangkan Sidrap sebagai Kota Membaca. Dia mengiklankan program tersebut di surat kabar lokal selama tiga bulan penuh.

PELAKSANA tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erry Nuradi mengatakan guru perlu dilatih agar kualitasnya meningkat. Guru tidak cukup hanya membaca buku-buku tentang teori pembelajaran. Guru perlu dilatih dan dilakukan terus menerus. “Guru harus terus mengalami peningkatan yang berkelanjutan atau continued improvement, inilah yang kita sebut sebagai pengembangan keprofesian

berkelanjutan atau disingkat PKB,” tuturnya saat membuka Rapat Reviu dan Persiapan PKB yang difasilitasi USAID PRIORITAS di Medan (12/8).

Seluruh daerah mitra USAID PRIORITAS saat ini sedang menyusun perencanaan PKB untuk memetakan jenis pelatihan yang relevan untuk para guru di daerahnya. Perencanaan PKB ini akan memberikan gambaran jenis

Wakil Konsul AS untuk Pulau Sumatera, Tamra Greig, didampingi Plt Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erry Nuradi, memukul gong tanda dibukanya Rapat Reviu dan Persiapan PKB di Medan.

pelatihan, biaya satuan pelatihan, sumber pembiayaan, dan sumber daya pelatihan lainnya yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas guru.

Rektor Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof Dr Syawal Gultom menguatkan bahwa kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas merupakan penentu peningkatan peradaban bangsa. Semakin baik pembelajaran, maka kemajuan bangsa akan ikut membaik. “Jika saat ini kita prihatin dengan kondisi bangsa, itu karena proses pembelajaran di kelas kita tidak begitu baik,” tuturnya di sela-sela acara.

Di Jawa Barat, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Asep Hilman, memberi satu contoh kecil yang bisa ditempuh untuk kegiatan PKB adalah penataan ruang guru secara berkelompok sesuai dengan bidang mata pelajaran guru. Dalam kelompok, kata Hilman, guru dapat mengalami proses dialog, saling belajar, dan melakukan pengembangan diri terus-menerus.

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Aceh, Drs Ramli Rasyid MSi juga mengingatkan bahwa kebijakan yang diambil berdasarkan data yang menyangkut PKB guru adalah mahal. “Tapi akan lebih mahal lagi jika kebijakan diambil tidak berdasarkan data, karena akan menghasilkan kebijakan yang kurang baik dan bisa saja tidak tepat sasaran,” kata Ramli pada acara lokakarya PKB di Aceh.

(Eh/Ds/Tmk)

Sekolah Tata Kelola Terbaik, Dilatih Gunakan ALPEKA BOS Tangerang Selatan, Banten – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar seleksi tata kelola bantuan operasional sekolah (BOS) tingkat nasional untuk mencari model sekolah terbaik dalam pengelolaan dana BOS. Acara yang diikuti 35 SD terpilih dari seluruh provinsi di Indonesia itu, mengundang USAID PRIORITAS untuk melatih peserta dalam menggunakan ALPEKA BOS (13-16/8).

ALPEKA BOS adalah aplikasi laporan penggunaan keuangan BOS tingkat sekolah, yang dikembangkan USAID PRIORITAS untuk memudahkan sekolah-sekolah membuat laporan keuangan yang akuntabel dan transparan.

Kompetisi BOS tersebut, bertujuan untuk mendorong kinerja pengelolaan program BOS di sekolah agar lebih baik. “Dengan ALPEKA BOS, kami memperkuat kapasitas pengelola sekolah tentang pentingnya

pelaporan BOS yang terpadu, benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka,” ujar Ahmad Mardiyanto Prasetyo, Spesialis Pengembangan Sekolah USAID PRIORITAS Provinsi Banten, usai memberi pelatihan kepada peserta (15/8).

Hal itu sejalan dengan program Kemendikbud yakni Laporan BOS online dalam situs www.bos.kemdikbud.go.id yang memuat realisasi penggunaan dana secara transparan dan bertanggungjawab. ALPEKA BOS juga dapat diunduh dalam laman tersebut.

Pelatihan Penilaian Kinerja GuruBeberapa waktu yang lalu, Kemendikbud juga melaksanakan kegiatan pendampingan penilaian kinerja guru (PKG). USAID PRIORITAS yang juga telah mengembangkan modul PKG, ikut membantu kegiatan tersebut. “Kegiatan

Perencanaan PKB Mulai Dilaksanakan

ini untuk memberikan pendampingan kepada pengawas, kepala sekolah, dan guru dalam melaksanakan penilaian kinerja guru di sekolahnya,” ujar Asyikin, Fasilitator dari Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Kemendikbud di Serang, Banten (28/6). Kegiatan ini dilaksanakan di tujuh provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Banten. (Anl)

Peserta presentasikan kemampuan pedagogik yang diperlukan untuk peningkatan profesionalitas guru.

Diseminasi Pelatihan untuk Kepala MTs dan MA se-SumutKANTOR Wilayah Kementerian Agama Sumatera Utara (Sumut) melaksanakan diseminasi pelatihan untuk kepala MTs dan MA, serta pengawas madrasah se-Sumut (4-6/8). Pelatihan dilaksanakan secara bertahap dengan melibatkan 328 kepala madrasah dan pengawas. Salah satu tindak lanjut pelatihan ini, Kepala Kanwil Kemenag Sumut Drs Tohar Bayoangin MAg, meresmikan biro konsultasi pengawas madrasah untuk mendukung penyebarluasan praktik yang baik di madrasah (8/9).

Di Bantaeng, Sulawesi Selatan, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, melaksanakan diseminasi pelatihan ke semua SD dan SMP se-Kabupaten Bantaeng. Kegiatan ini dilaksanakan bulan Mei sampai September 2015. Pelatihan diikuti oleh guru dan kepala sekolah dari 141 sekolah SD dan 23 SMP negeri dan swasta se-Kabupaten Bantaeng. Pelatihan ini dibagi menjadi sembilan angkatan.

Diseminasi pelatihan ini juga dilaksanakan di berbagai daerah mitra. Para guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah nonmitra mendapatkan pelatihan dengan memanfaatkan modul dan fasilitator pelatihan USAID PRIORITAS. Pada Januari 2013 s.d September 2015, diseminasi pelatihan ini telah menghabiskan dana Rp. 39.370.394.954. Dana tersebut 82% berasal dari dana pemerintah daerah, dan 18% berasal dari dana bantuan USAID. (Kom)

Peserta presentasikan lingkungan belajar yang efektif pada saat diseminasi pelatihan modul I USAID PRIORITAS di Bantaeng.

4 Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015 5Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Page 5: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

PRIORITAS - NasionalPRIORITAS - Nasional

Dukungan Bupati dalam Gerakan Membaca

Sidrap Canangkan sebagai Kota Membaca

Sidrap, Sulawesi Selatan - Kabupaten dengan nilai ujian nasional tertinggi di Sulawesi Selatan tahun 2015, kini menyanangkan diri untuk menjadi kota baca. Yaitu menjadi kota yang masyarakatnya sadar dan terbudayakan untuk membaca setiap hari.

Untuk mencapai tujuan iktu, Kepala Dinas Pendidikan Sidrap, Nur Kanaah, melakukan sosialisasi program membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Hal itu juga sejalan dengan Permendikbud Nomor 15 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti yang salah satunya untuk mening-katkan kebiasaan membaca siswa. “Kami umumkan kewajiban membaca di koran lokal selama tiga bulan penuh, sebagai sosia-lisasi dimulainya gerakan budaya baca di kota

ini,” ujar Nur Kanaah di kantornya (16/9).

Program budaya baca yang dicanangkan oleh Dinas Pendidikan Sidrap ini mendapatkan dukungan penuh dari Bupati Sidrap, Rusdi Masse yang akan mengoordinasikan program tersebut dengan SKPD-SKPD lainnya.

“Saat ini kami sedang berusaha membentuk tim budaya baca kabupaten, kecamatan dan sekolah. Peluncuran program budaya baca ini kita agendakan di bulan Oktober,” ujar Nur Kanaah lagi.

Program-program yang dicanangkan sebagai langkah awal Sidrap menjadi kota baca adalah pengalokasian waktu-waktu khusus untuk membaca bagi siswa dan

guru, membangun infrastruktur taman baca lebih menarik, memaksimalkan perpustakaan, memperkaya bahan bacaan, mengadakan kompetisi literasi buku, publikasi hasil-hasil karya masyarakat, dan pelatihan membaca efektif. Program ini juga berusaha menghubungkan antara siswa dan masyarakat, dan mengarusutamakan membaca di tengah masyarakat lewat berbagai kegiatan kemasyarakatan. Program diusahakan akan dipayungi dengan hukum dan dievaluasi kekuatan dan kelemahannya.

Kuningan Dukungan dengan PuslingBupati Kuningan memberikan dukungan nyata untuk pelaksanaan program membaca di sekolah. Melalui Sekretaris Daerah Kuningan, Drs Yosep Setiawan MSi, Kuningan meluncurkan perpustakaan keliling (Pusling) yang akan disebar ke 100 titik yaitu sekolah dan desa se-Kabupaten Kuningan.

”Dengan hadirnya Pusling yang menjangkau ke sekolah, madrasah, dan desa-desa diharapkan akan merangsang masyarakat untuk membaca dan menambah koleksi buku untuk dibaca,” kata Sekretaris Daerah Kuningan Yosep Setiawan saat meluncurkan dua mobil Pusling di halaman kantor perpustakaan daerah (27/8).

Kabupaten Kuningan juga memberi hibah 100 buku ke sekolah dan madrasah mitra USAID PRIORITAS yang sudah mengembangkan program membaca. Tahun 2016, anggaran pengadaan buku bacaan akan ditambah. Sekolah-sekolah yang sudah mengembangkan program membaca juga akan mendapat hibah buku. (Ajb/Sb)

Kepala Dinas Pendidikan Sidrap, Nurkanaah, Canangkan Sidrap sebagai Kota Membaca. Dia mengiklankan program tersebut di surat kabar lokal selama tiga bulan penuh.

PELAKSANA tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erry Nuradi mengatakan guru perlu dilatih agar kualitasnya meningkat. Guru tidak cukup hanya membaca buku-buku tentang teori pembelajaran. Guru perlu dilatih dan dilakukan terus menerus. “Guru harus terus mengalami peningkatan yang berkelanjutan atau continued improvement, inilah yang kita sebut sebagai pengembangan keprofesian

berkelanjutan atau disingkat PKB,” tuturnya saat membuka Rapat Reviu dan Persiapan PKB yang difasilitasi USAID PRIORITAS di Medan (12/8).

Seluruh daerah mitra USAID PRIORITAS saat ini sedang menyusun perencanaan PKB untuk memetakan jenis pelatihan yang relevan untuk para guru di daerahnya. Perencanaan PKB ini akan memberikan gambaran jenis

Wakil Konsul AS untuk Pulau Sumatera, Tamra Greig, didampingi Plt Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erry Nuradi, memukul gong tanda dibukanya Rapat Reviu dan Persiapan PKB di Medan.

pelatihan, biaya satuan pelatihan, sumber pembiayaan, dan sumber daya pelatihan lainnya yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas guru.

Rektor Universitas Negeri Medan (Unimed) Prof Dr Syawal Gultom menguatkan bahwa kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas merupakan penentu peningkatan peradaban bangsa. Semakin baik pembelajaran, maka kemajuan bangsa akan ikut membaik. “Jika saat ini kita prihatin dengan kondisi bangsa, itu karena proses pembelajaran di kelas kita tidak begitu baik,” tuturnya di sela-sela acara.

Di Jawa Barat, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Asep Hilman, memberi satu contoh kecil yang bisa ditempuh untuk kegiatan PKB adalah penataan ruang guru secara berkelompok sesuai dengan bidang mata pelajaran guru. Dalam kelompok, kata Hilman, guru dapat mengalami proses dialog, saling belajar, dan melakukan pengembangan diri terus-menerus.

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Aceh, Drs Ramli Rasyid MSi juga mengingatkan bahwa kebijakan yang diambil berdasarkan data yang menyangkut PKB guru adalah mahal. “Tapi akan lebih mahal lagi jika kebijakan diambil tidak berdasarkan data, karena akan menghasilkan kebijakan yang kurang baik dan bisa saja tidak tepat sasaran,” kata Ramli pada acara lokakarya PKB di Aceh.

(Eh/Ds/Tmk)

Sekolah Tata Kelola Terbaik, Dilatih Gunakan ALPEKA BOS Tangerang Selatan, Banten – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar seleksi tata kelola bantuan operasional sekolah (BOS) tingkat nasional untuk mencari model sekolah terbaik dalam pengelolaan dana BOS. Acara yang diikuti 35 SD terpilih dari seluruh provinsi di Indonesia itu, mengundang USAID PRIORITAS untuk melatih peserta dalam menggunakan ALPEKA BOS (13-16/8).

ALPEKA BOS adalah aplikasi laporan penggunaan keuangan BOS tingkat sekolah, yang dikembangkan USAID PRIORITAS untuk memudahkan sekolah-sekolah membuat laporan keuangan yang akuntabel dan transparan.

Kompetisi BOS tersebut, bertujuan untuk mendorong kinerja pengelolaan program BOS di sekolah agar lebih baik. “Dengan ALPEKA BOS, kami memperkuat kapasitas pengelola sekolah tentang pentingnya

pelaporan BOS yang terpadu, benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka,” ujar Ahmad Mardiyanto Prasetyo, Spesialis Pengembangan Sekolah USAID PRIORITAS Provinsi Banten, usai memberi pelatihan kepada peserta (15/8).

Hal itu sejalan dengan program Kemendikbud yakni Laporan BOS online dalam situs www.bos.kemdikbud.go.id yang memuat realisasi penggunaan dana secara transparan dan bertanggungjawab. ALPEKA BOS juga dapat diunduh dalam laman tersebut.

Pelatihan Penilaian Kinerja GuruBeberapa waktu yang lalu, Kemendikbud juga melaksanakan kegiatan pendampingan penilaian kinerja guru (PKG). USAID PRIORITAS yang juga telah mengembangkan modul PKG, ikut membantu kegiatan tersebut. “Kegiatan

Perencanaan PKB Mulai Dilaksanakan

ini untuk memberikan pendampingan kepada pengawas, kepala sekolah, dan guru dalam melaksanakan penilaian kinerja guru di sekolahnya,” ujar Asyikin, Fasilitator dari Pusat Pengembangan Profesi Pendidik Kemendikbud di Serang, Banten (28/6). Kegiatan ini dilaksanakan di tujuh provinsi yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Banten. (Anl)

Peserta presentasikan kemampuan pedagogik yang diperlukan untuk peningkatan profesionalitas guru.

Diseminasi Pelatihan untuk Kepala MTs dan MA se-SumutKANTOR Wilayah Kementerian Agama Sumatera Utara (Sumut) melaksanakan diseminasi pelatihan untuk kepala MTs dan MA, serta pengawas madrasah se-Sumut (4-6/8). Pelatihan dilaksanakan secara bertahap dengan melibatkan 328 kepala madrasah dan pengawas. Salah satu tindak lanjut pelatihan ini, Kepala Kanwil Kemenag Sumut Drs Tohar Bayoangin MAg, meresmikan biro konsultasi pengawas madrasah untuk mendukung penyebarluasan praktik yang baik di madrasah (8/9).

Di Bantaeng, Sulawesi Selatan, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, melaksanakan diseminasi pelatihan ke semua SD dan SMP se-Kabupaten Bantaeng. Kegiatan ini dilaksanakan bulan Mei sampai September 2015. Pelatihan diikuti oleh guru dan kepala sekolah dari 141 sekolah SD dan 23 SMP negeri dan swasta se-Kabupaten Bantaeng. Pelatihan ini dibagi menjadi sembilan angkatan.

Diseminasi pelatihan ini juga dilaksanakan di berbagai daerah mitra. Para guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah nonmitra mendapatkan pelatihan dengan memanfaatkan modul dan fasilitator pelatihan USAID PRIORITAS. Pada Januari 2013 s.d September 2015, diseminasi pelatihan ini telah menghabiskan dana Rp. 39.370.394.954. Dana tersebut 82% berasal dari dana pemerintah daerah, dan 18% berasal dari dana bantuan USAID. (Kom)

Peserta presentasikan lingkungan belajar yang efektif pada saat diseminasi pelatihan modul I USAID PRIORITAS di Bantaeng.

4 Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015 5Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Page 6: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

6

PRIORITAS - Provinsi

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Maros, Sulawesi Selatan - Satriani Arsyad, guru SD Inpres 62 Gaya Baru Manokwari Selatan, Papua Barat, sambil berurai air mata menceritakan hasil pengamatannya setelah mengunjungi kelas-kelas di SDN 105 Alatengae, Maros, Sulawesi Selatan (26/8). “Saya melihat sendiri, anak-anak begitu antusias menjawab pertanyaan guru. Semua anak tampak menikmati proses pembelajaran, siswa duduk dalam kelompok, dan banyak pajangan hasil karya di kelas. Kami merindukan seperti ini terjadi di Papua” ujar Satriani Arsyad sambil terisak.

Dia berharap kemitraan pemerintah daerah Manokwari Selatan dan USAID PRIORITAS dapat membantu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolahnya. Satriani merupakan salah seorang peserta rombongan guru dari Manokwari Selatan, Papua Barat, yang ikut kunjungan belajar ke Maros yaitu SDN 105 Alatengae, SDN 111 Polejiwa Maros, dan SDN Gunungsari Baru Makassar. Rombongan kunjungan belajar terdiri dari 22 orang dari unsur kepala sekolah, guru, fasilitator pelatihan, dan dinas pendidikan dari Manokwari Selatan, Papua Barat. Mereka mempelajari pembelajaran aktif, manajemen sekolah, dan bentuk dukungan pemerintah untuk pendidikan.

Simson Arrongear, Kepala Dinas Pendidikan Manokwari Selatan, yang ikut dalam rombongan berharap kunjungan belajar melecutkan semangat perubahan ke para guru dan kepala sekolah. “Banyak perubahan dalam program pendidikan harus dilakukan di Papua. Hasil-hasil kunjungan ini juga bisa dijadikan bahan menyusun rencana strategis pengembangan pendidikan di Manokwari Selatan,” ujar Simson.

Dukungan Pemerintah Daerah

Kepala Dinas Pendidikan Maros, Ashar Paduppa, di hadapan para peserta kunjungan belajar menyatakan bahwa dukungan pemerintah sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. “Untuk mendukung perubahan pembelajaran dan manajemen sekolah berdasarkan pelatihan USAID PRIORITAS, pemerintah kabupaten Maros telah menghabiskan dana sekitar satu milyar. Dana tersebut untuk melatih kurang lebih 1.800 pendidik di Maros. Kami bisa melaksanakan pelatihan itu karena Bupati Maros sangat mendukung program ini,” ujar Ashar Paduppa. (Ajb)

Guru Papua Barat Kunjungi Sekolah di Maros

Tulus Mengajar di Sekolah Pegunungan Yahukimo

Salah seorang peserta kunjungan belajar dari Papua Barat, mengamati proses pembelajaran di SDN 105 Alatengae, Maros.

Yahukimo, Papua - Tanpa alas kaki maupun baju seragam, Mahason Kobak dengan tekun berdiri di depan kelas mempraktikkan pembelajaran dengan menggunakan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP). “Saya menjalankan saja lembar demi lembar dari buku BPKP ketika mengajar. Rasanya mudah dan anak-anak lebih cepat mengerti. Dulu saya mengajar loncat-loncat,” demikian penuturan Mahason Kobak guru relawan yang mengajar dengan menggunakan BPKP di Yahukimo.

“Kami memiliki banyak relawan seperti Pak Kobak ini, yang hanya lulusan SD namun harus mengajar di SD. Hal ini kita lakukan karena tidak banyak orang yang betah tinggal di tempat ini dan mau menjadi guru bagi anak-anak yang tinggal di pegunungan Yahukimo,” kata Ester Yahuli Pengelola Pendidikan Yayasan Sosial untuk Masyarakat Terpencil (Yasumat) yang bermitra dengan USAID PRIORITAS untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Yahukimo.

Mahason Kobak adalah warga Desa Wesili Distrik Lolat, di Pegunungan Yahukimo Papua. Dia juga relawan Yasumat untuk membantu mengelola pendidikan di kampungnya. “Keinginan saya hanya ingin saudara di kampung bisa membaca,” kata Mahason. Kegiatan mengajar membaca ini rupanya menyebar kepada para tetangganya yang tertarik juga ingin bisa membaca. Jadilah dia guru membaca bagi sesamanya di kampung. Tanpa yang ada yang menyuruh apalagi membayarnya.

Mahason sekarang menjadi tulang punggung berjalannya proses pembelajaran di SD Pararel Wesili Wanim Lolat. Sebenarnya ada guru PNS di sekolah ini, namun mereka jarang datang mengajar. Bahkan ada yang datang hanya saat menjelang ujian. (Hry)

Mahason sedang mengajar di sekolah.

Surabaya, Jawa Timur - Sebuah timbangan yang terbuat dari triplek ukuran 60 x 60 cm seberat 4 kg dan disangga oleh empat gelas kertas menarik perhatian Dr Femmy Eka Kartika Putri, Asisten Deputi Urusan Pendidikan Dasar, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).

Timbangan sederhana yang diberi nama Timbangan Gelas Kertas Perkasa tersebut ditampilkan oleh MI Roudlatul Banat, Sepanjang Sidoarjo, salah satu sekolah peserta unjuk karya praktik yang baik dalam pembelajaran di SD/MI, SMP/MTs, dan LPTK mitra USAID PRIORITAS (20/8).

Keterangan pada timbangan tersebut menyatakan bahwa timbangan mampu menahan beban di bawah 84 kg. “Masa sih, penasaran saya,” kata Femmy. Dia pun naik ke atas triplek dan benar saja, gelas kertas tersebut mampu menyangga tubuhnya. “Ini luar biasa, kok bisa ya?” tanyanya. Hafiyyuddin Ahmad, siswa kelas VI MI Roudlatul Banat yang bertugas menjaga stan, menjelaskan bahwa hal tersebut bisa terjadi karena tekanan udara di dalam gelas kertas memengaruhi berat beban yang mampu

SD Mitra LPTK Tampilkan Kekuatan Gelas Kertas

Semarang, Jawa Tengah - Menindak-lanjuti kerja sama Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan Florida State University (FSU), USAID PRIORITAS kembali memfasilitasi lokakarya pengembangan bahan ajar literasi untuk kelas awal berbasis penelitian (4-21/8). Lokakarya itu difasilitasi langsung oleh tim FSU, Prof Helen Boyle, Dr Marion Fesmire dan Norma Evans.

Bahan ajar ini dilengkapi dengan sumber jurnal ilmiah internasional sebagai landasan, video contoh aktivitas secara konkret, dan berbagai bentuk aktivitas yang dapat dilakukan oleh dosen dan mahasiswa untuk memahamkan serta menyimulasikan pembelajaran literasi kelas awal.

Dalam kegiatan ini, peserta dibagi menjadi delapan kelompok yang masing-masing mengembangkan satu unit, yaitu mulai unit pendahuluan, bahasa lisan dan mendengar secara komprehensif, kesadaran fonologis, konsep cetak/ kesadaran abjad, membaca kata, kefasihan, kosakata, dan membaca mandiri. Untuk memperkaya konten modul, para dosen juga dilatih untuk menggunakan buku bacaan berjenjang.

Selain itu, SAS (struktural, analisis dan

sintesis) sebagai strategi umum dalam pembelajaran bahasa Indonesia juga dibahas sehingga dosen dapat memetakan unit pelatihan dengan pendekatan tersebut.

“Bahan ini sangat baik dan sangat penting untuk diberikan kepada mahasiswa. Saya mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang pengajaran bahasa dan cara seseorang mempelajari bahasa. Saya sekarang memiliki perspektif baru

Kembangkan Bahan Ajar Literasi Berbasis Penelitian

Dr Marion memandu peserta memberikan pendapat tentang pentingnya konsep bahan tercetak dalam pembelajaran

literasi di kelas awal.

disangga. Jarak antar gelas kertas juga memengaruhi kekuatan daya sangga. Setiap gelas kertas mampu menahan beban sekitar 21 kg sehingga empat gelas kertas mampu menahan sekitar 84 kg.

Hasil karya siswa tersebut sangat berkesan bagi Femmy. “Karya siswa timbangan gelas kertas yang dibuat oleh MI Roudlatul Banat ini sederhana tapi luar biasa. Inilah yang diharapkan oleh kami kepada anak-anak Indonesia. Mereka bisa kreatif dan menghasilkan karya yang inovatif,” ungkap Femmy saat membuka acara.

Pameran tersebut diikuti oleh dua LPTK mitra USAID PRIORITAS di Jawa Timur, yakni Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, serta 19 sekolah dan madrasah mitra yang menjadi dampingan dua LPTK tersebut. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Abdul Wahid Maktub, Staf Khusus Menteri Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, serta para pemangku kepentingan pendidikan.

Nur Kholis, Spesialis Pengembangan LPTK USAID PRIORITAS Jawa Timur mengatakan, acara ini untuk

menampilkan praktik yang baik dalam pembelajaran dari hasil pelatihan dan pendampingan USAID PRIORITAS yang bermitra dengan LPTK. Sekolah-sekolah tersebut diharapkan menjadi tempat praktik mengajar yang baik bagi mahasiswa calon guru. (Dkd)

Timbangan sederhana karya siswa MI Roudlatul Banat, sekolah mitra UIN Sunan Ampel Surabaya.

dalam mengajar,” kata Umar Samadhy, salah seorang peserta dari Universitas Negeri Semarang. Pada Oktober 2015, para dosen akan mencoba menerapkan bahan ajar tersebut di dalam perkuliahan. (Aff)

7

PRIORITAS - Provinsi

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Page 7: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

6

PRIORITAS - Provinsi

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Maros, Sulawesi Selatan - Satriani Arsyad, guru SD Inpres 62 Gaya Baru Manokwari Selatan, Papua Barat, sambil berurai air mata menceritakan hasil pengamatannya setelah mengunjungi kelas-kelas di SDN 105 Alatengae, Maros, Sulawesi Selatan (26/8). “Saya melihat sendiri, anak-anak begitu antusias menjawab pertanyaan guru. Semua anak tampak menikmati proses pembelajaran, siswa duduk dalam kelompok, dan banyak pajangan hasil karya di kelas. Kami merindukan seperti ini terjadi di Papua” ujar Satriani Arsyad sambil terisak.

Dia berharap kemitraan pemerintah daerah Manokwari Selatan dan USAID PRIORITAS dapat membantu meningkatkan mutu pembelajaran di sekolahnya. Satriani merupakan salah seorang peserta rombongan guru dari Manokwari Selatan, Papua Barat, yang ikut kunjungan belajar ke Maros yaitu SDN 105 Alatengae, SDN 111 Polejiwa Maros, dan SDN Gunungsari Baru Makassar. Rombongan kunjungan belajar terdiri dari 22 orang dari unsur kepala sekolah, guru, fasilitator pelatihan, dan dinas pendidikan dari Manokwari Selatan, Papua Barat. Mereka mempelajari pembelajaran aktif, manajemen sekolah, dan bentuk dukungan pemerintah untuk pendidikan.

Simson Arrongear, Kepala Dinas Pendidikan Manokwari Selatan, yang ikut dalam rombongan berharap kunjungan belajar melecutkan semangat perubahan ke para guru dan kepala sekolah. “Banyak perubahan dalam program pendidikan harus dilakukan di Papua. Hasil-hasil kunjungan ini juga bisa dijadikan bahan menyusun rencana strategis pengembangan pendidikan di Manokwari Selatan,” ujar Simson.

Dukungan Pemerintah Daerah

Kepala Dinas Pendidikan Maros, Ashar Paduppa, di hadapan para peserta kunjungan belajar menyatakan bahwa dukungan pemerintah sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. “Untuk mendukung perubahan pembelajaran dan manajemen sekolah berdasarkan pelatihan USAID PRIORITAS, pemerintah kabupaten Maros telah menghabiskan dana sekitar satu milyar. Dana tersebut untuk melatih kurang lebih 1.800 pendidik di Maros. Kami bisa melaksanakan pelatihan itu karena Bupati Maros sangat mendukung program ini,” ujar Ashar Paduppa. (Ajb)

Guru Papua Barat Kunjungi Sekolah di Maros

Tulus Mengajar di Sekolah Pegunungan Yahukimo

Salah seorang peserta kunjungan belajar dari Papua Barat, mengamati proses pembelajaran di SDN 105 Alatengae, Maros.

Yahukimo, Papua - Tanpa alas kaki maupun baju seragam, Mahason Kobak dengan tekun berdiri di depan kelas mempraktikkan pembelajaran dengan menggunakan Buku Paket Kontekstual Papua (BPKP). “Saya menjalankan saja lembar demi lembar dari buku BPKP ketika mengajar. Rasanya mudah dan anak-anak lebih cepat mengerti. Dulu saya mengajar loncat-loncat,” demikian penuturan Mahason Kobak guru relawan yang mengajar dengan menggunakan BPKP di Yahukimo.

“Kami memiliki banyak relawan seperti Pak Kobak ini, yang hanya lulusan SD namun harus mengajar di SD. Hal ini kita lakukan karena tidak banyak orang yang betah tinggal di tempat ini dan mau menjadi guru bagi anak-anak yang tinggal di pegunungan Yahukimo,” kata Ester Yahuli Pengelola Pendidikan Yayasan Sosial untuk Masyarakat Terpencil (Yasumat) yang bermitra dengan USAID PRIORITAS untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Yahukimo.

Mahason Kobak adalah warga Desa Wesili Distrik Lolat, di Pegunungan Yahukimo Papua. Dia juga relawan Yasumat untuk membantu mengelola pendidikan di kampungnya. “Keinginan saya hanya ingin saudara di kampung bisa membaca,” kata Mahason. Kegiatan mengajar membaca ini rupanya menyebar kepada para tetangganya yang tertarik juga ingin bisa membaca. Jadilah dia guru membaca bagi sesamanya di kampung. Tanpa yang ada yang menyuruh apalagi membayarnya.

Mahason sekarang menjadi tulang punggung berjalannya proses pembelajaran di SD Pararel Wesili Wanim Lolat. Sebenarnya ada guru PNS di sekolah ini, namun mereka jarang datang mengajar. Bahkan ada yang datang hanya saat menjelang ujian. (Hry)

Mahason sedang mengajar di sekolah.

Surabaya, Jawa Timur - Sebuah timbangan yang terbuat dari triplek ukuran 60 x 60 cm seberat 4 kg dan disangga oleh empat gelas kertas menarik perhatian Dr Femmy Eka Kartika Putri, Asisten Deputi Urusan Pendidikan Dasar, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).

Timbangan sederhana yang diberi nama Timbangan Gelas Kertas Perkasa tersebut ditampilkan oleh MI Roudlatul Banat, Sepanjang Sidoarjo, salah satu sekolah peserta unjuk karya praktik yang baik dalam pembelajaran di SD/MI, SMP/MTs, dan LPTK mitra USAID PRIORITAS (20/8).

Keterangan pada timbangan tersebut menyatakan bahwa timbangan mampu menahan beban di bawah 84 kg. “Masa sih, penasaran saya,” kata Femmy. Dia pun naik ke atas triplek dan benar saja, gelas kertas tersebut mampu menyangga tubuhnya. “Ini luar biasa, kok bisa ya?” tanyanya. Hafiyyuddin Ahmad, siswa kelas VI MI Roudlatul Banat yang bertugas menjaga stan, menjelaskan bahwa hal tersebut bisa terjadi karena tekanan udara di dalam gelas kertas memengaruhi berat beban yang mampu

SD Mitra LPTK Tampilkan Kekuatan Gelas Kertas

Semarang, Jawa Tengah - Menindak-lanjuti kerja sama Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan Florida State University (FSU), USAID PRIORITAS kembali memfasilitasi lokakarya pengembangan bahan ajar literasi untuk kelas awal berbasis penelitian (4-21/8). Lokakarya itu difasilitasi langsung oleh tim FSU, Prof Helen Boyle, Dr Marion Fesmire dan Norma Evans.

Bahan ajar ini dilengkapi dengan sumber jurnal ilmiah internasional sebagai landasan, video contoh aktivitas secara konkret, dan berbagai bentuk aktivitas yang dapat dilakukan oleh dosen dan mahasiswa untuk memahamkan serta menyimulasikan pembelajaran literasi kelas awal.

Dalam kegiatan ini, peserta dibagi menjadi delapan kelompok yang masing-masing mengembangkan satu unit, yaitu mulai unit pendahuluan, bahasa lisan dan mendengar secara komprehensif, kesadaran fonologis, konsep cetak/ kesadaran abjad, membaca kata, kefasihan, kosakata, dan membaca mandiri. Untuk memperkaya konten modul, para dosen juga dilatih untuk menggunakan buku bacaan berjenjang.

Selain itu, SAS (struktural, analisis dan

sintesis) sebagai strategi umum dalam pembelajaran bahasa Indonesia juga dibahas sehingga dosen dapat memetakan unit pelatihan dengan pendekatan tersebut.

“Bahan ini sangat baik dan sangat penting untuk diberikan kepada mahasiswa. Saya mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang pengajaran bahasa dan cara seseorang mempelajari bahasa. Saya sekarang memiliki perspektif baru

Kembangkan Bahan Ajar Literasi Berbasis Penelitian

Dr Marion memandu peserta memberikan pendapat tentang pentingnya konsep bahan tercetak dalam pembelajaran

literasi di kelas awal.

disangga. Jarak antar gelas kertas juga memengaruhi kekuatan daya sangga. Setiap gelas kertas mampu menahan beban sekitar 21 kg sehingga empat gelas kertas mampu menahan sekitar 84 kg.

Hasil karya siswa tersebut sangat berkesan bagi Femmy. “Karya siswa timbangan gelas kertas yang dibuat oleh MI Roudlatul Banat ini sederhana tapi luar biasa. Inilah yang diharapkan oleh kami kepada anak-anak Indonesia. Mereka bisa kreatif dan menghasilkan karya yang inovatif,” ungkap Femmy saat membuka acara.

Pameran tersebut diikuti oleh dua LPTK mitra USAID PRIORITAS di Jawa Timur, yakni Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, serta 19 sekolah dan madrasah mitra yang menjadi dampingan dua LPTK tersebut. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Abdul Wahid Maktub, Staf Khusus Menteri Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, serta para pemangku kepentingan pendidikan.

Nur Kholis, Spesialis Pengembangan LPTK USAID PRIORITAS Jawa Timur mengatakan, acara ini untuk

menampilkan praktik yang baik dalam pembelajaran dari hasil pelatihan dan pendampingan USAID PRIORITAS yang bermitra dengan LPTK. Sekolah-sekolah tersebut diharapkan menjadi tempat praktik mengajar yang baik bagi mahasiswa calon guru. (Dkd)

Timbangan sederhana karya siswa MI Roudlatul Banat, sekolah mitra UIN Sunan Ampel Surabaya.

dalam mengajar,” kata Umar Samadhy, salah seorang peserta dari Universitas Negeri Semarang. Pada Oktober 2015, para dosen akan mencoba menerapkan bahan ajar tersebut di dalam perkuliahan. (Aff)

7

PRIORITAS - Provinsi

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Page 8: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

PRIORITAS - Provinsi

8 Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Oleh Dewi Cahyanti, Guru Kelas IIIA SDN Cibabat Mandiri 4 Cimahi

Cimahi, Jawa Barat - Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung di kelas III sangat menentukan untuk melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi. Namun demikian, saya masih menemukan kemampuan membaca siswa kelas IIIA SDN Cibabat Mandiri 4, masih sangat bervariasi antara siswa yang satu dengan yang lain. Belum lagi ada beberapa orang siswa yang tulisannya belum jelas.

Setelah mengikuti TOT Modul III USAID, tentang kegiatan membaca berimbang yang memanfaatkan buku bacaan berjenjang, saya terinspirasi untuk segera mempraktik-kannya di kelas. Pertama, saya membuat tes membaca untuk mengetahui kemampuan membaca siswa, baik dalam hal kelancaran membaca, tanda baca, maupun pemahaman terhadap isi bacaan. Cara mengetesnya, saya meminta siswa satu persatu untuk membaca secara nyaring satu halaman buku bacaan. Dari tes tersebut, saya dapat mengetahui kemampuan membaca setiap siswa.

Setelah diadakan tes membaca, ternyata siswa ketagihan membaca, dan selalu siap dites sambil memegang buku pilihannya. “Bu, aku mau baca buku ini dengan ibu,” kata Rangga. “Bu, kapan giliran saya dites baca?” kata Gyan penuh semangat. Gyan adalah salah seorang siswa yang kurang lancar membaca. Anak-anak tampak tidak sabar menunggu giliran membaca. Hal ini membuat saya senang dan semakin termotivasi untuk segera melaksanakan kegiatan membaca berimbang.

Dari hasil tes membaca, saya membuat kelompok membaca dan jadwal kegiatan membaca. Segera setelah saya menerima buku bacaan berjenjang untuk kelas awal dari USAID, pada 20 September 2015, hari itu juga saya mempraktikkan kegiatan membaca bersama di kelas menggunakan big book. Respon siswa sangat bagus ketika membaca bersama. Mereka sangat antusias

membaca big book yang banyak gambar.

Keesokan harinya Gea dan teman-temannya menagih, ”Bu kapan kita baca buku bersama lagi? Sekarang ya, Bu!”Rengek Gea dan Adisti. Alhamdulillah ternyata mereka sangat tertarik untuk membaca dan dengan mudah mereka bisa menyimpulkan isi bacaan. Mereka sangat suka ketika saya mengajak untuk menebak gambar/memprediksi hal apa yang ada pada halaman selanjutnya.

Beberapa hari kemudian, saya mengajak guru lain untuk belajar bersama menggunakan big book dan buku berjenjang di kelas saya. Rekan saya cukup tertarik juga untuk mau mempraktikkannya. Saya beri kesempatan rekan saya untuk mempraktikkan membaca bersama menggunakan big book.

Walaupun masih terlihat kaku memegang big book namun dia tetap bisa menggali pemahaman siswa mengenai gambar yang ada dalam buku dan membaca bersama siswa. “Bagus juga, ya Bu. Bukunya sangat menarik karena

Buku Bacaan Berjenjang Jadikan Siswa Lebih Fokus

Kegiatan membaca bersama dengan big book di kelas IIIA, menarik keingintahuan siswa.

banyak gambar dengan ukuran yang besar dan bacaan yang mudah dipahami siswa,” kata Mila guru kelas IIIB.

Selain praktik bersama menggunakan big book, saya juga melaksanakan kegiatan membaca terbimbing menggunakan buku bacaan berjenjang. Siswa yang mengikuti kegiatan membaca terbimbing, duduk secara berkelompok tujuh orang dengan kemampuan membaca yang homogen.

Siswa secara bergiliran membaca buku sesuai panduan guru, mulai dari menceri-takan gambar di halaman yang telah ditentukan sampai menyimpulkan isi bacaan yang dikaitkan dengan pelajaran berharga yang dipetik untuk kehidupan sehari-hari.

Amelia dengan lancar menyimpulkan isi bacaan. “Kita tidak boleh membuang sampah ke sungai karena akan menyebabkan sungai mampat dan jika terjadi hujan air akan meluap dan banjir Bu,” tuturnya. Amelia adalah siswa yang kurang fokus dalam belajar dan sulit untuk memahami instruksi. Tapi ternyata, dia dapat menyimpulkan isi bacaan dengan tepat dan lancar. Ternyata kegiatan membaca terbimbing sangat berdampak

positif bagi siswa kelas IIIA baik dalam hal minat membaca maupun dalam pemahaman isi bacaan.

Membaca bersama dengan memanfaatkan buku bacaan berjenjang membuat siswa lebih fokus belajar.

Tangerang Selatan, Banten - Pembelajaran IPS kelas V MI Roudhotul Jannah, kali ini membahas materi tentang jenis-jenis perekonomian di Indonesia. Pembelajaran bertujuan agar siswa mampu menyusun laporan sederhana tentang berbagai kegiatan ekonomi di Indonesia, salah satunya adalah pasar yang menjadi pusat perekonomian.

Eutik Sobariyah membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari enam siswa. Setiap kelompok diberi nama sesuai nama pasar. Kemudian siswa mengamati tayangan video singkat yang diputar di kelas. Tayangan video tersebut berisi aktivitas pasar sehari-hari. Setelah itu, siswa diberikan tiga warna post-it yang berbeda, yakni merah, kuning dan hijau.

“Dari tayangan video tersebut, apa yang ingin kalian ketahui tentang pasar. Silakan tuliskan tiga pertanyaan yang berbeda tentang pasar di post-it tersebut!” seru guru kepada seluruh siswa. Siswa pun mengikuti instruksi yang diminta guru. Lalu guru pun menempelkan tiga sub tema di papan tulis tentang pasar, yakni definisi pasar, ciri-ciri pasar dan manfaat pasar. ”Silakan kalian tempelkan post-it tersebut dalam sub tema yang sesuai,” kata guru sekali lagi.

Setelah seluruh post it terkumpul sesuai sub tema, guru pun membagi kelompok sesuai dengan sub tema tersebut. Masing-masing kelompok terdiri dari delapan siswa yang dipilih secara acak berdasarkan warna post it. Setiap kelompok siswa diminta untuk menunjuk satu siswa sebagai ketua kelompok. Guru memberikan lembar kerja dan instruksi kepada ketua kelompok agar dapat mencari informasi tentang pasar.

Setiap kelompok membagi menjadi dua peran keahlian. Ahli pertama berjumlah empat siswa bertugas untuk menjawab

PRIORITAS - Praktik yang Baik

9

pertanyaan tentang pasar dengan wawancara. Wawancara dilakukan kepada orang-orang di sekitar sekolah seperti guru, kepala sekolah, orang tua, karyawan, dan ada yang langsung belajar ke pasar untuk wawancara ke pedagang. Ahli kedua berjumlah empat siswa juga. Ahli kedua bertugas mencari informasi dengan membaca bahan bacaan yang sudah disiapkan oleh guru.

Setelah selesai pencarian informasi, ketua kelompok mengajak diskusi para anggota untuk mengolah informasi yang ditemukan. Setiap siswa bercerita tentang hasil informasi yang diperolehnya dari membaca dan wawancara.

Di tahap akhir, guru meminta siswa kembali ke kelompok asal yang sesuai dengan nama-nama pasar. Di setiap kelompok, siswa diminta untuk bercerita agar saling melengkapi informasi yang diperolehnya. Wakil dari kelompok menyampaikan hasil diskusinya. Setelah presentasi kelompok selesai, secara individu siswa menulis laporan sederhana sesuai format yang diberikan guru. (Anl)

Blusukan Ke Pasar

Siswa mewawancarai pedagang di dekat sekolah.

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Belajar Nilai Tempat dengan Buku Besar

Medan, Sumatera Utara - Nenny Rahmawarny Hrp SAg, guru kelas IIA MIN Medan Barat, mengajari siswanya tentang nilai tempat. Dia menempelkan sebuah alat peraga bergambar lucu tentang nilai satuan. Dia menjelaskan mana yang termasuk satuan, puluhan, dan ratusan. Sebelumnya, kelas sudah dibagi ke dalam tiga kelompok utama, sesuai dengan tema pelajaran, yakni kelompok satuan, kelompok puluhan, dan kelompok ratusan.

Untuk memudahkan siswa memahami

tentang nilai satuan, Ibu Nenny sudah mempersiapkan buku besar tentang nilai tempat yang dibuatnya. Ada gambar dalam buku besar yang mewakili nilai satuan, puluhan, dan ratusan pada nilai tempatnya masing-masing.

Kemudian siswa dibagikan guntingan angka-angka besar pada kertas karton. Tiap siswa mendapatkan satu dan nilai angka mereka sesuai dengan nilai tempat kelompoknya. Misalnya, siswa yang mendapatkan angka 5 dari kelompok ratusan maka nilai siswa tersebut adalah angka 5 pada nilai tempat ratusan atau 500. Bila angka 5 di kelompok puluhan maka nilainya adalah 50.

Perwakilan tiap kelompok secara acak diminta maju ke depan kelas. Jadi ada tiga

siswa yang berdiri di depan kelas dengan membawa angkanya. Seisi kelas lalu melihat dan menentukan berapa nilai angka-angka yang diangkat tinggi-tinggi di depan kelas. Mereka juga menentukan nilai tempatnya. Misalnya jika dari kelompok satuan adalah angka 3, dari kelompok puluhan 5, dan dari kelompok ratusan 2 maka pada nilai tempat satuan adalah 3, pada nilai tempat puluhan adalah 5, pada nilai tempat ratusan adalah 2 dan bilangan itu menunjukan 253 dengan nilai “dua ratus lima puluh tiga”.

Sebagai tugas, secara berkelompok siswa mengerjakan penentuan nilai tempat angka-angka yang mereka susun sendiri dan menempelkannya pada kertas karton, disertai penjelasan nilai tempat. Dalam sebuah bilangan 122 misalnya, angka berapa pada nilai satuan, puluhan, dan ratusan. Saat presentasi hasil kerja kelompok, teman-teman dari kelompok lain memberikan penilaian, terutama “apakah nilai keseluruhan bilangan tersebut benar?” (Eka)

Tiga siswa berdiri di depan kelas membawa angka. Siswa lainnya menentukan berapa nilai angka-angka yang diangkat siswa tersebut.

Page 9: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

PRIORITAS - Provinsi

8 Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Oleh Dewi Cahyanti, Guru Kelas IIIA SDN Cibabat Mandiri 4 Cimahi

Cimahi, Jawa Barat - Kemampuan membaca, menulis, dan berhitung di kelas III sangat menentukan untuk melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi. Namun demikian, saya masih menemukan kemampuan membaca siswa kelas IIIA SDN Cibabat Mandiri 4, masih sangat bervariasi antara siswa yang satu dengan yang lain. Belum lagi ada beberapa orang siswa yang tulisannya belum jelas.

Setelah mengikuti TOT Modul III USAID, tentang kegiatan membaca berimbang yang memanfaatkan buku bacaan berjenjang, saya terinspirasi untuk segera mempraktik-kannya di kelas. Pertama, saya membuat tes membaca untuk mengetahui kemampuan membaca siswa, baik dalam hal kelancaran membaca, tanda baca, maupun pemahaman terhadap isi bacaan. Cara mengetesnya, saya meminta siswa satu persatu untuk membaca secara nyaring satu halaman buku bacaan. Dari tes tersebut, saya dapat mengetahui kemampuan membaca setiap siswa.

Setelah diadakan tes membaca, ternyata siswa ketagihan membaca, dan selalu siap dites sambil memegang buku pilihannya. “Bu, aku mau baca buku ini dengan ibu,” kata Rangga. “Bu, kapan giliran saya dites baca?” kata Gyan penuh semangat. Gyan adalah salah seorang siswa yang kurang lancar membaca. Anak-anak tampak tidak sabar menunggu giliran membaca. Hal ini membuat saya senang dan semakin termotivasi untuk segera melaksanakan kegiatan membaca berimbang.

Dari hasil tes membaca, saya membuat kelompok membaca dan jadwal kegiatan membaca. Segera setelah saya menerima buku bacaan berjenjang untuk kelas awal dari USAID, pada 20 September 2015, hari itu juga saya mempraktikkan kegiatan membaca bersama di kelas menggunakan big book. Respon siswa sangat bagus ketika membaca bersama. Mereka sangat antusias

membaca big book yang banyak gambar.

Keesokan harinya Gea dan teman-temannya menagih, ”Bu kapan kita baca buku bersama lagi? Sekarang ya, Bu!”Rengek Gea dan Adisti. Alhamdulillah ternyata mereka sangat tertarik untuk membaca dan dengan mudah mereka bisa menyimpulkan isi bacaan. Mereka sangat suka ketika saya mengajak untuk menebak gambar/memprediksi hal apa yang ada pada halaman selanjutnya.

Beberapa hari kemudian, saya mengajak guru lain untuk belajar bersama menggunakan big book dan buku berjenjang di kelas saya. Rekan saya cukup tertarik juga untuk mau mempraktikkannya. Saya beri kesempatan rekan saya untuk mempraktikkan membaca bersama menggunakan big book.

Walaupun masih terlihat kaku memegang big book namun dia tetap bisa menggali pemahaman siswa mengenai gambar yang ada dalam buku dan membaca bersama siswa. “Bagus juga, ya Bu. Bukunya sangat menarik karena

Buku Bacaan Berjenjang Jadikan Siswa Lebih Fokus

Kegiatan membaca bersama dengan big book di kelas IIIA, menarik keingintahuan siswa.

banyak gambar dengan ukuran yang besar dan bacaan yang mudah dipahami siswa,” kata Mila guru kelas IIIB.

Selain praktik bersama menggunakan big book, saya juga melaksanakan kegiatan membaca terbimbing menggunakan buku bacaan berjenjang. Siswa yang mengikuti kegiatan membaca terbimbing, duduk secara berkelompok tujuh orang dengan kemampuan membaca yang homogen.

Siswa secara bergiliran membaca buku sesuai panduan guru, mulai dari menceri-takan gambar di halaman yang telah ditentukan sampai menyimpulkan isi bacaan yang dikaitkan dengan pelajaran berharga yang dipetik untuk kehidupan sehari-hari.

Amelia dengan lancar menyimpulkan isi bacaan. “Kita tidak boleh membuang sampah ke sungai karena akan menyebabkan sungai mampat dan jika terjadi hujan air akan meluap dan banjir Bu,” tuturnya. Amelia adalah siswa yang kurang fokus dalam belajar dan sulit untuk memahami instruksi. Tapi ternyata, dia dapat menyimpulkan isi bacaan dengan tepat dan lancar. Ternyata kegiatan membaca terbimbing sangat berdampak

positif bagi siswa kelas IIIA baik dalam hal minat membaca maupun dalam pemahaman isi bacaan.

Membaca bersama dengan memanfaatkan buku bacaan berjenjang membuat siswa lebih fokus belajar.

Tangerang Selatan, Banten - Pembelajaran IPS kelas V MI Roudhotul Jannah, kali ini membahas materi tentang jenis-jenis perekonomian di Indonesia. Pembelajaran bertujuan agar siswa mampu menyusun laporan sederhana tentang berbagai kegiatan ekonomi di Indonesia, salah satunya adalah pasar yang menjadi pusat perekonomian.

Eutik Sobariyah membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari enam siswa. Setiap kelompok diberi nama sesuai nama pasar. Kemudian siswa mengamati tayangan video singkat yang diputar di kelas. Tayangan video tersebut berisi aktivitas pasar sehari-hari. Setelah itu, siswa diberikan tiga warna post-it yang berbeda, yakni merah, kuning dan hijau.

“Dari tayangan video tersebut, apa yang ingin kalian ketahui tentang pasar. Silakan tuliskan tiga pertanyaan yang berbeda tentang pasar di post-it tersebut!” seru guru kepada seluruh siswa. Siswa pun mengikuti instruksi yang diminta guru. Lalu guru pun menempelkan tiga sub tema di papan tulis tentang pasar, yakni definisi pasar, ciri-ciri pasar dan manfaat pasar. ”Silakan kalian tempelkan post-it tersebut dalam sub tema yang sesuai,” kata guru sekali lagi.

Setelah seluruh post it terkumpul sesuai sub tema, guru pun membagi kelompok sesuai dengan sub tema tersebut. Masing-masing kelompok terdiri dari delapan siswa yang dipilih secara acak berdasarkan warna post it. Setiap kelompok siswa diminta untuk menunjuk satu siswa sebagai ketua kelompok. Guru memberikan lembar kerja dan instruksi kepada ketua kelompok agar dapat mencari informasi tentang pasar.

Setiap kelompok membagi menjadi dua peran keahlian. Ahli pertama berjumlah empat siswa bertugas untuk menjawab

PRIORITAS - Praktik yang Baik

9

pertanyaan tentang pasar dengan wawancara. Wawancara dilakukan kepada orang-orang di sekitar sekolah seperti guru, kepala sekolah, orang tua, karyawan, dan ada yang langsung belajar ke pasar untuk wawancara ke pedagang. Ahli kedua berjumlah empat siswa juga. Ahli kedua bertugas mencari informasi dengan membaca bahan bacaan yang sudah disiapkan oleh guru.

Setelah selesai pencarian informasi, ketua kelompok mengajak diskusi para anggota untuk mengolah informasi yang ditemukan. Setiap siswa bercerita tentang hasil informasi yang diperolehnya dari membaca dan wawancara.

Di tahap akhir, guru meminta siswa kembali ke kelompok asal yang sesuai dengan nama-nama pasar. Di setiap kelompok, siswa diminta untuk bercerita agar saling melengkapi informasi yang diperolehnya. Wakil dari kelompok menyampaikan hasil diskusinya. Setelah presentasi kelompok selesai, secara individu siswa menulis laporan sederhana sesuai format yang diberikan guru. (Anl)

Blusukan Ke Pasar

Siswa mewawancarai pedagang di dekat sekolah.

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Belajar Nilai Tempat dengan Buku Besar

Medan, Sumatera Utara - Nenny Rahmawarny Hrp SAg, guru kelas IIA MIN Medan Barat, mengajari siswanya tentang nilai tempat. Dia menempelkan sebuah alat peraga bergambar lucu tentang nilai satuan. Dia menjelaskan mana yang termasuk satuan, puluhan, dan ratusan. Sebelumnya, kelas sudah dibagi ke dalam tiga kelompok utama, sesuai dengan tema pelajaran, yakni kelompok satuan, kelompok puluhan, dan kelompok ratusan.

Untuk memudahkan siswa memahami

tentang nilai satuan, Ibu Nenny sudah mempersiapkan buku besar tentang nilai tempat yang dibuatnya. Ada gambar dalam buku besar yang mewakili nilai satuan, puluhan, dan ratusan pada nilai tempatnya masing-masing.

Kemudian siswa dibagikan guntingan angka-angka besar pada kertas karton. Tiap siswa mendapatkan satu dan nilai angka mereka sesuai dengan nilai tempat kelompoknya. Misalnya, siswa yang mendapatkan angka 5 dari kelompok ratusan maka nilai siswa tersebut adalah angka 5 pada nilai tempat ratusan atau 500. Bila angka 5 di kelompok puluhan maka nilainya adalah 50.

Perwakilan tiap kelompok secara acak diminta maju ke depan kelas. Jadi ada tiga

siswa yang berdiri di depan kelas dengan membawa angkanya. Seisi kelas lalu melihat dan menentukan berapa nilai angka-angka yang diangkat tinggi-tinggi di depan kelas. Mereka juga menentukan nilai tempatnya. Misalnya jika dari kelompok satuan adalah angka 3, dari kelompok puluhan 5, dan dari kelompok ratusan 2 maka pada nilai tempat satuan adalah 3, pada nilai tempat puluhan adalah 5, pada nilai tempat ratusan adalah 2 dan bilangan itu menunjukan 253 dengan nilai “dua ratus lima puluh tiga”.

Sebagai tugas, secara berkelompok siswa mengerjakan penentuan nilai tempat angka-angka yang mereka susun sendiri dan menempelkannya pada kertas karton, disertai penjelasan nilai tempat. Dalam sebuah bilangan 122 misalnya, angka berapa pada nilai satuan, puluhan, dan ratusan. Saat presentasi hasil kerja kelompok, teman-teman dari kelompok lain memberikan penilaian, terutama “apakah nilai keseluruhan bilangan tersebut benar?” (Eka)

Tiga siswa berdiri di depan kelas membawa angka. Siswa lainnya menentukan berapa nilai angka-angka yang diangkat siswa tersebut.

Page 10: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

PRIORITAS - Praktik yang Baik

10 Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Madiun, Jawa Timur - Menemukan sesuatu yang baru tentu membuat siswa penasaran. Mereka pasti akan banyak bertanya dan ingin tahu lebih. Inilah yang menginspirasi Dian Sukma SPd, guru bahasa Indonesia di MI Muhammadiyah Mejayan, Kabupaten Madiun. Ketika akan mengajar tentang 'mencari informasi menggunakan kalimat tanya' dia mengajak siswa untuk belajar ke salah satu orang tua siswa. “Ternyata ada orang tua siswa yang memiliki usaha meubel bersedia menjadi tempat belajar siswa. Lokasinya juga tidak jauh dari sekolah. Saya pun memiliki ide mengajak para siswa ke sana. Pasti akan banyak pertanyaan yang muncul dari mereka,” ungkapnya. Apalagi ide tersebut didukung penuh oleh kepala sekolah.

Hari yang disepakati dengan pemilik meubel yakni Pak Mariadi pun tiba. Kelas V dibagi dalam empat kelompok sesuai dengan empat proses pekerjaan di usaha meubel tersebut. Mulai pemotongan kayu, pembentukan kayu, pelitur, dan finishing.

Sebelum berangkat, siswa dibagikan lembar kerja (LK). Setiap kelompok berdiskusi membuat kalimat tanya untuk mencari jawaban sesuai empat langkah proses pekerjaan meubel.

Para siswa diterima langsung oleh Pak Mariadi, pemilik perusahaan meubel CV Alam Sejati. Mereka kemudian diajak berkeliling untuk melihat-lihat dan mendengarkan penjelasan proses pembuatan meubel secara lengkap. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi, banyak pertanyaan yang muncul dari siswa. Misalnya, apa saja alat-alat yang digunakan dalam proses pemotongan dan pembentukan kayu? Bahan baku kayu didapatkan dari mana? Butuh berapa lama

Mencari Informasi di Perusahaan Meubel

Siswa mengamati pekerja meubel yang sedang bekerja.

Belajar IPA Bonusnya Minum Jamu

Oleh Raudhatul Fuad SPd Guru MIN Ulee Gle, Pidie Jaya, Aceh

DALAM pembelajaran IPA kali ini, saya mengajak siswa kelas IV untuk memanfaatkan tumbuhan obat sebagai media pembelajaran sekaligus untuk menjaga kesehatan tubuh. Sebelumnya, siswa sudah ditugaskan dari rumah untuk membawa kunyit, jahe, asam jawa, gula aren, sereh, dan tumbuhan yang biasa digunakan dijadikan obat-obatan.

Siswa saya bagi dalam lima kelompok, setiap

anggota kelompok diminta memilih salah satu tanaman obat dan mencari informasi manfaatnya untuk kesehatan dari bahan bacaan yang disediakan guru. Setelah selesai, setiap anggota kelompok mengumpulkan hasil temuannya di kelompok. Kemudian perwakilan

kelompok saling mempresentasikan hasil karya mereka ke kelompok lainnya.

Pembelajaran ini tidak hanya selesai setelah siswa presentasi. Bahan-bahan tumbuhan obat seperti kunyit, asam jawa, gula aren dan beberapa bahan yang dibawa oleh siswa dibersihkan bersama-sama. Di sinilah inti pembelajarannya, bahan-bahan yang mereka bawa dalam pembelajaran IPA tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan jamu yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Setiap kelompok siswa mendapat panduan cara membuat jamu.

Semua siswa tampak asyik bekerja sama membersihkan bahan-bahan kerja kelompok mereka, memotong beberapa bagian, memprosesnya dalam blender yang sudah disediakan, dan memasaknya. Mereka bisa langsung menikmati hasil karyanya dan merasakan manfaat dari sumber daya alam terutama untuk kesehatan tubuh.

Bekerja sama meramu membuat jamu.

Menikmati jamu buatan sendiri.

pengerjaan pembentukan kayu sampai menjadi meubel? Dan masih banyak lagi.

Banyak pertanyaan yang muncul dari siswa karena keingintahuan mereka. Siswa mampu menuliskan beragam 'kalimat tanya' untuk mencari informasi tentang pembuatan meubel. Setelah dirasa cukup mendapatkan informasi, siswa kembali ke kelas. Mereka berdiskusi membuat laporan tentang informasi yang diperoleh berdasarkan pertanyaan yang telah dibuat.

Dari pembelajaran ini, siswa menjadi lebih berani dan aktif bertanya. Mereka juga mendapatkan pengetahuan langsung dari ahlinya sehingga tujuan pembelajaran mencari informasi dengan menggunakan kalimat tanya menghasilkan laporan yang menarik dan bervariasi. (Ade)

11

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Sengkang, Sulawesi Selatan - Siswa kelas VI SD Muhammadiyah Sengkang berkumpul di halaman sekolah dengan beberapa pot di hadapan mereka. Guru mereka telah menyiapkan tanah dan pupuk kandang di dekat pot-pot tersebut serta membagikan lembar kerja.

Para siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapatkan tiga pot. Mereka memasukkan tanah dan pupuk kandang ke dalam pot sesuai panduan lembar kerja. Satu pot berisi tanah saja, satu pot berisi tanah dan pupuk dengan perbandingan 1 : 0,5, dan satu pot berisi tanah dan pupuk dengan perbandingan 1 : 1. Tiap pot diberi label tentang perbandingan tanah dan pupuk.

Setelah semua pot terisi, siswa memasukkan tunas pohon kamboja ke dalam tiap pot. Setiap hari para siswa memantau dan mengukur perkembangan tunas pohon tersebut serta mencatatnya dalam lembar kerja.

Menemukan Media Tanah yang Cocok untuk Bertanam

Siswa sedang mengamati pertumbuhan tanaman yang menjadi ujicoba.

Cimahi, Jawa Barat - “Apa kegunaan air dalam kehidupan sehari-hari?” Demikian pertanyaan dari Pak Rusmanto yang sedang praktik mengajar di kelas IVC SDN Cibabat Mandiri 2, setelah mengikuti pelatihan modul 3. “Untuk minum.” “Untuk mandi.” “Untuk mencuci.” Para siswa bergantian memberikan jawabannya. Kemudian guru memperlihatkan air yang kotor. “Apa yang kamu lihat dalam botol ini?” tanya. “Air yang kotor pak,” jawab beberapa siswa.

“Apakah bisa membuat air yang kotor ini

kembali jernih dengan penyaringan?” tanya guru. “Mungkin bisa, Pak,” jawab seorang siswa. “Mari kita buktikan,” kata guru lagi.

Guru membagi siswa menjadi enam kelompok, dengan satu kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Kemudian siswa mendapatkan satu set alat dan bahan yang terdiri dari satu botol mineral berisi air kotor, satu botol mineral kosong, satu bungkus batu kerikil kecil, satu bungkus arang, satu bungkus pasir, dan tiga helai kain.

Guru meminta para siswa untuk membaca dengan teliti petunjuk pada lembar kerja. Semua akan membuat penyaringan air yang susunan bahannya boleh sesuai panduan pada lembar kerja atau ditentukan sendiri oleh siswa. Setelah memahami tugasnya, siswa mulai sibuk bekerja sama membuat penyaringan air. Mereka juga mendiskusikan susunan bahan-bahan yang perlu dimasukkan.

Berikutnya, siswa sudah berbagi tugas. Ada yang memotong botol mineral air, memilah kerikil, pasir, kain, arang, dan kain yang akan dimasukkan dalam penyaringan air. Setelah alat penyaringan

sudah siap, siswa menuangkan air kotor pada botol berisi pasir, kerikil, arang dan kain tersebut. Tidak seluruh air kotor disaring, siswa menyisakan sedikit air kotor sebagai sampel awal, yang dituangkan ke dalam gelas berlabel “0”.

Selanjutnya air saringan pertama dituang ke gelas berlabel “A”, sementara sisanya dituang kembali ke botol berisi susunan bahan-bahan tersebut. Sebagian air saringan kedua dituang ke gelas berlabel “B”, dan sisanya kembali disaring dan dituang ke gelas berlabel “C”.

Siswa diminta mengamati warna dan bau air hasil percobaan pada gelas “0”, “A”, “B” dan “C” dan menuliskan jawabannya pada lembar kerja. Para siswa berhasil menemukan bahwa air di gelas “C” memiliki warna yang lebih jernih dan bau yang tidak menyengat dibanding air di gelas lainnya. Ada juga kelompok yang hasil saringan airnya belum jernih. ”Sepertinya susunan saringan air kami salah,” tukas salah seorang siswa.

Selanjutnya siswa diminta membuat laporan dari hasil percobaan membuat saringan air, mempresentasikannya, serta serta melakukan kunjung karya ke kelompok lain untuk melihat hasil percobaan kelompok lainnya yang dipajangkan di kelas. (Tif)

Menyaring Air Kotor

Siswa mencoba saringan air buatannya.

Setelah melakukan pemantauan selama dua minggu, guru meminta setiap kelompok untuk membuat laporan dan mempresentasikannya di depan kelas. Semua kelompok mendapatkan hasil yang sama, yaitu pohon tumbuh lebih cepat pada pot yang memiliki perbandingan tanah dan pupuk kandang 1 : 1.

Kepala SD Muhammadiyah Sengkang, Ruslan Muhammad, mengaku senang melihat para siswa dapat menemukan media tanah yang cocok untuk tanaman melalui percobaan. “Melalui percobaan, siswa turut aktif dalam proses pembelajaran sehingga mereka lebih memahami mata pelajaran tersebut,” kata Ruslan.

Pohon kamboja yang telah besar selanjutnya ditanam di pekarangan sekolah. Selain menjadi pengingat atas percobaan mata pelajaran IPA, pohon tersebut juga berfungsi sebagai penyejuk pekarangan sekolah. (Tif)

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Page 11: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

PRIORITAS - Praktik yang Baik

10 Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Madiun, Jawa Timur - Menemukan sesuatu yang baru tentu membuat siswa penasaran. Mereka pasti akan banyak bertanya dan ingin tahu lebih. Inilah yang menginspirasi Dian Sukma SPd, guru bahasa Indonesia di MI Muhammadiyah Mejayan, Kabupaten Madiun. Ketika akan mengajar tentang 'mencari informasi menggunakan kalimat tanya' dia mengajak siswa untuk belajar ke salah satu orang tua siswa. “Ternyata ada orang tua siswa yang memiliki usaha meubel bersedia menjadi tempat belajar siswa. Lokasinya juga tidak jauh dari sekolah. Saya pun memiliki ide mengajak para siswa ke sana. Pasti akan banyak pertanyaan yang muncul dari mereka,” ungkapnya. Apalagi ide tersebut didukung penuh oleh kepala sekolah.

Hari yang disepakati dengan pemilik meubel yakni Pak Mariadi pun tiba. Kelas V dibagi dalam empat kelompok sesuai dengan empat proses pekerjaan di usaha meubel tersebut. Mulai pemotongan kayu, pembentukan kayu, pelitur, dan finishing.

Sebelum berangkat, siswa dibagikan lembar kerja (LK). Setiap kelompok berdiskusi membuat kalimat tanya untuk mencari jawaban sesuai empat langkah proses pekerjaan meubel.

Para siswa diterima langsung oleh Pak Mariadi, pemilik perusahaan meubel CV Alam Sejati. Mereka kemudian diajak berkeliling untuk melihat-lihat dan mendengarkan penjelasan proses pembuatan meubel secara lengkap. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi, banyak pertanyaan yang muncul dari siswa. Misalnya, apa saja alat-alat yang digunakan dalam proses pemotongan dan pembentukan kayu? Bahan baku kayu didapatkan dari mana? Butuh berapa lama

Mencari Informasi di Perusahaan Meubel

Siswa mengamati pekerja meubel yang sedang bekerja.

Belajar IPA Bonusnya Minum Jamu

Oleh Raudhatul Fuad SPd Guru MIN Ulee Gle, Pidie Jaya, Aceh

DALAM pembelajaran IPA kali ini, saya mengajak siswa kelas IV untuk memanfaatkan tumbuhan obat sebagai media pembelajaran sekaligus untuk menjaga kesehatan tubuh. Sebelumnya, siswa sudah ditugaskan dari rumah untuk membawa kunyit, jahe, asam jawa, gula aren, sereh, dan tumbuhan yang biasa digunakan dijadikan obat-obatan.

Siswa saya bagi dalam lima kelompok, setiap

anggota kelompok diminta memilih salah satu tanaman obat dan mencari informasi manfaatnya untuk kesehatan dari bahan bacaan yang disediakan guru. Setelah selesai, setiap anggota kelompok mengumpulkan hasil temuannya di kelompok. Kemudian perwakilan

kelompok saling mempresentasikan hasil karya mereka ke kelompok lainnya.

Pembelajaran ini tidak hanya selesai setelah siswa presentasi. Bahan-bahan tumbuhan obat seperti kunyit, asam jawa, gula aren dan beberapa bahan yang dibawa oleh siswa dibersihkan bersama-sama. Di sinilah inti pembelajarannya, bahan-bahan yang mereka bawa dalam pembelajaran IPA tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan jamu yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Setiap kelompok siswa mendapat panduan cara membuat jamu.

Semua siswa tampak asyik bekerja sama membersihkan bahan-bahan kerja kelompok mereka, memotong beberapa bagian, memprosesnya dalam blender yang sudah disediakan, dan memasaknya. Mereka bisa langsung menikmati hasil karyanya dan merasakan manfaat dari sumber daya alam terutama untuk kesehatan tubuh.

Bekerja sama meramu membuat jamu.

Menikmati jamu buatan sendiri.

pengerjaan pembentukan kayu sampai menjadi meubel? Dan masih banyak lagi.

Banyak pertanyaan yang muncul dari siswa karena keingintahuan mereka. Siswa mampu menuliskan beragam 'kalimat tanya' untuk mencari informasi tentang pembuatan meubel. Setelah dirasa cukup mendapatkan informasi, siswa kembali ke kelas. Mereka berdiskusi membuat laporan tentang informasi yang diperoleh berdasarkan pertanyaan yang telah dibuat.

Dari pembelajaran ini, siswa menjadi lebih berani dan aktif bertanya. Mereka juga mendapatkan pengetahuan langsung dari ahlinya sehingga tujuan pembelajaran mencari informasi dengan menggunakan kalimat tanya menghasilkan laporan yang menarik dan bervariasi. (Ade)

11

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Sengkang, Sulawesi Selatan - Siswa kelas VI SD Muhammadiyah Sengkang berkumpul di halaman sekolah dengan beberapa pot di hadapan mereka. Guru mereka telah menyiapkan tanah dan pupuk kandang di dekat pot-pot tersebut serta membagikan lembar kerja.

Para siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapatkan tiga pot. Mereka memasukkan tanah dan pupuk kandang ke dalam pot sesuai panduan lembar kerja. Satu pot berisi tanah saja, satu pot berisi tanah dan pupuk dengan perbandingan 1 : 0,5, dan satu pot berisi tanah dan pupuk dengan perbandingan 1 : 1. Tiap pot diberi label tentang perbandingan tanah dan pupuk.

Setelah semua pot terisi, siswa memasukkan tunas pohon kamboja ke dalam tiap pot. Setiap hari para siswa memantau dan mengukur perkembangan tunas pohon tersebut serta mencatatnya dalam lembar kerja.

Menemukan Media Tanah yang Cocok untuk Bertanam

Siswa sedang mengamati pertumbuhan tanaman yang menjadi ujicoba.

Cimahi, Jawa Barat - “Apa kegunaan air dalam kehidupan sehari-hari?” Demikian pertanyaan dari Pak Rusmanto yang sedang praktik mengajar di kelas IVC SDN Cibabat Mandiri 2, setelah mengikuti pelatihan modul 3. “Untuk minum.” “Untuk mandi.” “Untuk mencuci.” Para siswa bergantian memberikan jawabannya. Kemudian guru memperlihatkan air yang kotor. “Apa yang kamu lihat dalam botol ini?” tanya. “Air yang kotor pak,” jawab beberapa siswa.

“Apakah bisa membuat air yang kotor ini

kembali jernih dengan penyaringan?” tanya guru. “Mungkin bisa, Pak,” jawab seorang siswa. “Mari kita buktikan,” kata guru lagi.

Guru membagi siswa menjadi enam kelompok, dengan satu kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Kemudian siswa mendapatkan satu set alat dan bahan yang terdiri dari satu botol mineral berisi air kotor, satu botol mineral kosong, satu bungkus batu kerikil kecil, satu bungkus arang, satu bungkus pasir, dan tiga helai kain.

Guru meminta para siswa untuk membaca dengan teliti petunjuk pada lembar kerja. Semua akan membuat penyaringan air yang susunan bahannya boleh sesuai panduan pada lembar kerja atau ditentukan sendiri oleh siswa. Setelah memahami tugasnya, siswa mulai sibuk bekerja sama membuat penyaringan air. Mereka juga mendiskusikan susunan bahan-bahan yang perlu dimasukkan.

Berikutnya, siswa sudah berbagi tugas. Ada yang memotong botol mineral air, memilah kerikil, pasir, kain, arang, dan kain yang akan dimasukkan dalam penyaringan air. Setelah alat penyaringan

sudah siap, siswa menuangkan air kotor pada botol berisi pasir, kerikil, arang dan kain tersebut. Tidak seluruh air kotor disaring, siswa menyisakan sedikit air kotor sebagai sampel awal, yang dituangkan ke dalam gelas berlabel “0”.

Selanjutnya air saringan pertama dituang ke gelas berlabel “A”, sementara sisanya dituang kembali ke botol berisi susunan bahan-bahan tersebut. Sebagian air saringan kedua dituang ke gelas berlabel “B”, dan sisanya kembali disaring dan dituang ke gelas berlabel “C”.

Siswa diminta mengamati warna dan bau air hasil percobaan pada gelas “0”, “A”, “B” dan “C” dan menuliskan jawabannya pada lembar kerja. Para siswa berhasil menemukan bahwa air di gelas “C” memiliki warna yang lebih jernih dan bau yang tidak menyengat dibanding air di gelas lainnya. Ada juga kelompok yang hasil saringan airnya belum jernih. ”Sepertinya susunan saringan air kami salah,” tukas salah seorang siswa.

Selanjutnya siswa diminta membuat laporan dari hasil percobaan membuat saringan air, mempresentasikannya, serta serta melakukan kunjung karya ke kelompok lain untuk melihat hasil percobaan kelompok lainnya yang dipajangkan di kelas. (Tif)

Menyaring Air Kotor

Siswa mencoba saringan air buatannya.

Setelah melakukan pemantauan selama dua minggu, guru meminta setiap kelompok untuk membuat laporan dan mempresentasikannya di depan kelas. Semua kelompok mendapatkan hasil yang sama, yaitu pohon tumbuh lebih cepat pada pot yang memiliki perbandingan tanah dan pupuk kandang 1 : 1.

Kepala SD Muhammadiyah Sengkang, Ruslan Muhammad, mengaku senang melihat para siswa dapat menemukan media tanah yang cocok untuk tanaman melalui percobaan. “Melalui percobaan, siswa turut aktif dalam proses pembelajaran sehingga mereka lebih memahami mata pelajaran tersebut,” kata Ruslan.

Pohon kamboja yang telah besar selanjutnya ditanam di pekarangan sekolah. Selain menjadi pengingat atas percobaan mata pelajaran IPA, pohon tersebut juga berfungsi sebagai penyejuk pekarangan sekolah. (Tif)

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Page 12: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

PRIORITAS - Praktik yang Baik

“APA contoh penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari?” tanya Ibu Nurhayati, didampingi Pak Eko Riskiyanto, saat mengawali pembelajaran di kelas IX-F. “Contohnya dalam perdagangan di pasar Bu,” “Menghitung biaya membangun rumah Bu,” jawab beberapa siswa.

“Betul! Apa kalian pernah melakukan penghitungannya secara detail?” tanya Ibu Nur. Siswa terdiam. “Sekarang kita akan belajar menerapkan matematika dalam kehidupan,” ajak Ibu Nur. Guru mengajak siswa menuju ke kolam ikan sekolah yang berisi ikan hias, menjelaskan ukuran dan luas kolam, pemilihan bidang tanah untuk kolam, dan cara pembuatannya. Setelah para siswa dirasa paham, mereka kembali ke kelas.

Di dalam kelas, semua mendapatkan amplop berisi lembar kerja di setiap meja kelompok. Guru meminta siswa untuk mengambil lembar kerja pertama, yang berisi denah lokasi tanah yang akan dibuat kolam lengkap dengan ukurannya. Pada tahap ini siswa harus bekerja dalam kelompok untuk menetapkan lokasi kolam yang paling sesuai.

Lembar kedua berisi informasi harga bibit, biaya pakan ikan lele, biaya pembuatan kolam, dan lain-lain yang mendukung pembuatan kolam ikan lele. Siswa diminta membuat perhitungan pembuatan kolam ikan lele dan operasional pembuatannya.

Siswa berbagi peran untuk menulis, menghitung, dan merencanakan bentuk kolam. Setelah itu, siswa diberikan lembar kerja kedua, yang berisi permasalahan matematika dalam kehidupan.

Selang 30 menit, siswa selesai mengerjakan tugas pada lembar kerja kedua. Dua orang perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok, antara lain jumlah dana yang dibutuhkan dan alasan mereka memilih bentuk dan posisi kolam. Mereka juga

Ayo Membuat Kolam Ikan LeleOleh Purnomo SPd, Guru SMPN 1 Punggelan, Banjarnegara, Jawa Tengah

Lembar Kerja 1KELOMPOK PETANI IKAN

Berikut ini adalah lokasi lahan kolam ikan yang disediakan

1.Lokasi pertama10 m

12 m 13 m

2.Lokasi kedua15 m

10 m

10 m

2 m

20 m2 Kolam ikan akan dibuat dengan ukuran 60 m dan kedalaman 1

m. Pilihlah lokasi tanah dan buatlah denah kolam ikan tersebut! (denah tampak dari atas) mengungkapkan keuntungan yang diperoleh. Kelompok lain

menanggapi dan menanyakan alasan pemilihan tempat serta alasan untung, karena hasil dari kelompok tersebut rugi.

Setelah sesi presentasi yang diwakili oleh kelompok siswa yang untung dan rugi, Pak Eko Riskiyanto memberikan refleksi dan penguatan. Bagaimana seharusnya memilih lokasi? Bagaimana menggunakan dan mengefisienkan dana? Siswa menyimak dengan tenang dan serius.

“Kalian sudah tahu cara pembuatan kolam dan operasionalnya. Saatnya kalian secara individu menghitung dan memanfaatkan lahan yang tersisa dari kolam tersebut. Hasil dari kebun ini, bisa menambah untung atau mengurangi kerugian kalian,” kata Pak Eko menegaskan. Siswa pun dengan semangat mengerjakan.

Berikut adalah informasi awal pembuatan kolam ikan21. Biaya penggalian tanah Rp. 75.000/m

22. Biaya pembuatan tembok kolam Rp. 500.000/m3. Harga bibit ikan koi Rp. 5.000/ekor4. Harga pakan ikan Rp. 100.000/karung5. Harga vitamin ikan Rp. 135.000/botol

Catatan: Kapasitas kolam memuat maksimal 20.000 ekor ikan koi Satu karung pakan berisi 60 kg Satu hari menghabiskan 10 kg pakan Satu bulan menghabiskan 2 botol vitamin Ikan direncanakan dijual setelah 3 bulan

Lembar Informasi

Apabila ikan dijual seluruhnya dengan harga per ekor adalah Rp. 11.500, sementara tingkat kematian ikan 20%. Berapakah keuntungan yang dapat diperoleh?

Lembar Kerja 2

Lembar kerja, lembar informasi, dan hasil karya siswa dalam

pembelajaran matematika yang

mengaitkan dengan konteks kehidupan.

12 Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

PRIORITAS - Praktik yang Baik

BUKAN hal yang aneh jika sebagian siswa merasa bahwa bahasa Inggris adalah pelajaran yang susah dan kurang menarik. Hal ini mengakibatkan siswa mendapat nilai di bawah rata-rata. Permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Ibu Viza Suhanna untuk mengubah paradigma tersebut, contohnya dalam materi pembelajaran membuat kalimat “Simple Past”.

Dia mendapati sebagian besar siswa kelas VIII kurang memahami cara membuat kalimat tersebut terutama dalam mengubah kata kerja bentuk ke V1(simple present tense) ke V2 (simple past tense). Siswa juga kurang mampu menulis teks Recount yang menggunakan kalimat 'Simple Past'. Ibu Viza memecahkan masalah itu dengan membuat media pembelajaran yang menarik dengan menggunakan gambar berwarna dari bahan bekas yang mudah didapatkan lingkungan sekitar. Ibu Viza membuat media pembelajaran 'Snake and Ladder' sebagai jalan keluarnya.

Komponen permainan “Snake and Ladder” terdiri dari papan permainan (berupa 36 bidang kotak yang berisikan kata kerja pertama (V1). Papan juga berisi instruksi bahwa pemain harus mengganti V1 pada kotak untuk menjadi V2. Komponen lainnya yaitu bidak dan dadu.

Bahan yang perlu dipersiapkan untuk permainan, antara lain alas permainan yang terdiri dari kertas karton warna putih (ukuran papan bisa disesuaikan mau besar atau kecil). Karton juga dapat dilapisi kardus bekas dan di laminasi agar lebih baik. Bahan lainnya, pensil, spidol warna, pensil warna, penggaris, lem, bidak (terbuat dari tutup botol air mineral bekas yang jumlah disesuaikan dengan kelompok), serta dadu.

Cara permainannya sangat mudah dan dapat dilakukan secara berkelompok atau perorangan seperti halnya bermain ular tangga. Pertama, guru membentuk kelompok siswa dan dimulai dengan mengocok dadu secara bergiliran. Siswa menggunakan bidak untuk melangkah ke dalam kotak pada papan permainan sesuai angka yang muncul pada dadu. Siswa yang bidaknya berhenti di dalam kotak tersebut harus mengubah V1 menjadi V2 secara tertulis dan lalu mengucapkannya. Permainan diteruskan hingga mencapai kotak terakhir.

Dalam permainan ini jika ada pemain yang terhenti di kotak dengan gambar kepala ular maka dia harus turun ke kotak yang berada di ekor ular. Sedangkan bila pemain berhenti di kotak yang bergambar kaki tangga maka pemain berhak untuk menaiki tangga hingga sampai ke kotak di atas ujung tangga. Sedangkan bagi siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan maka sanksinya bidak pemain kembali ke tempat semula sebelum ia melangkah lagi.

Dampak dari permainan ini adalah siswa lebih memahami perbedaan bentuk kata kerja V1 dan V2, dan siswa juga dapat mengubah kata kerja bentuk V1 ke dalam bentuk V2 dengan baik. Dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik kemampuan siswa dalam penggunaan Simple Past dan menulis teks recount menjadi meningkat. Dan yang terpenting siswa menjadi lebih termotivasi serta percaya diri untuk belajar bahasa Inggris terutama grammar.

“Seharusnya dari dulu kita belajar bahasa

Inggris menggunakan media yang mempermudah kami untuk belajar dengan lebih menyenangkan. Setiap tema yang diberikan oleh guru pastilah cepat kami pahami. Media pembelajaranya juga sangat menarik dengan menggunakan papan permainan yang berwarna,” jelas Zahri siswa kelas VIII SMPN 1 Krueng Sabe, mengungkapkan perasaan mereka tentang pembelajaran yang menggunakan media ini.

“Dulu pelajaran bahasa Inggris kurang menarik, tapi kini dengan metode yang menyenangkan membuat saya semakin suka dengan bahasa Inggris. Bahkan kami juga pernah praktik how to make noodles, memasak mie dengan resep masakan dan cara membuatnya kami jelaskan menggunakan bahasa Inggris,” kata Fahrian mendukung ungkapan Zahri.

Ibu Viza Suhanna bersama siswanya memperlihatkan hasil karya siswa

setelah belajar mengunakan media snake and ladder

Snake and Ladder untuk Simple Past Tense Oleh Viza Suhanna MPd M.Tessol

Guru SMPN 1 Krueng Sabee,Aceh Jaya

13Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Media pembelajaran Snake and Ladder.

Page 13: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

PRIORITAS - Praktik yang Baik

“APA contoh penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari?” tanya Ibu Nurhayati, didampingi Pak Eko Riskiyanto, saat mengawali pembelajaran di kelas IX-F. “Contohnya dalam perdagangan di pasar Bu,” “Menghitung biaya membangun rumah Bu,” jawab beberapa siswa.

“Betul! Apa kalian pernah melakukan penghitungannya secara detail?” tanya Ibu Nur. Siswa terdiam. “Sekarang kita akan belajar menerapkan matematika dalam kehidupan,” ajak Ibu Nur. Guru mengajak siswa menuju ke kolam ikan sekolah yang berisi ikan hias, menjelaskan ukuran dan luas kolam, pemilihan bidang tanah untuk kolam, dan cara pembuatannya. Setelah para siswa dirasa paham, mereka kembali ke kelas.

Di dalam kelas, semua mendapatkan amplop berisi lembar kerja di setiap meja kelompok. Guru meminta siswa untuk mengambil lembar kerja pertama, yang berisi denah lokasi tanah yang akan dibuat kolam lengkap dengan ukurannya. Pada tahap ini siswa harus bekerja dalam kelompok untuk menetapkan lokasi kolam yang paling sesuai.

Lembar kedua berisi informasi harga bibit, biaya pakan ikan lele, biaya pembuatan kolam, dan lain-lain yang mendukung pembuatan kolam ikan lele. Siswa diminta membuat perhitungan pembuatan kolam ikan lele dan operasional pembuatannya.

Siswa berbagi peran untuk menulis, menghitung, dan merencanakan bentuk kolam. Setelah itu, siswa diberikan lembar kerja kedua, yang berisi permasalahan matematika dalam kehidupan.

Selang 30 menit, siswa selesai mengerjakan tugas pada lembar kerja kedua. Dua orang perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok, antara lain jumlah dana yang dibutuhkan dan alasan mereka memilih bentuk dan posisi kolam. Mereka juga

Ayo Membuat Kolam Ikan LeleOleh Purnomo SPd, Guru SMPN 1 Punggelan, Banjarnegara, Jawa Tengah

Lembar Kerja 1KELOMPOK PETANI IKAN

Berikut ini adalah lokasi lahan kolam ikan yang disediakan

1.Lokasi pertama10 m

12 m 13 m

2.Lokasi kedua15 m

10 m

10 m

2 m

20 m2 Kolam ikan akan dibuat dengan ukuran 60 m dan kedalaman 1

m. Pilihlah lokasi tanah dan buatlah denah kolam ikan tersebut! (denah tampak dari atas) mengungkapkan keuntungan yang diperoleh. Kelompok lain

menanggapi dan menanyakan alasan pemilihan tempat serta alasan untung, karena hasil dari kelompok tersebut rugi.

Setelah sesi presentasi yang diwakili oleh kelompok siswa yang untung dan rugi, Pak Eko Riskiyanto memberikan refleksi dan penguatan. Bagaimana seharusnya memilih lokasi? Bagaimana menggunakan dan mengefisienkan dana? Siswa menyimak dengan tenang dan serius.

“Kalian sudah tahu cara pembuatan kolam dan operasionalnya. Saatnya kalian secara individu menghitung dan memanfaatkan lahan yang tersisa dari kolam tersebut. Hasil dari kebun ini, bisa menambah untung atau mengurangi kerugian kalian,” kata Pak Eko menegaskan. Siswa pun dengan semangat mengerjakan.

Berikut adalah informasi awal pembuatan kolam ikan21. Biaya penggalian tanah Rp. 75.000/m

22. Biaya pembuatan tembok kolam Rp. 500.000/m3. Harga bibit ikan koi Rp. 5.000/ekor4. Harga pakan ikan Rp. 100.000/karung5. Harga vitamin ikan Rp. 135.000/botol

Catatan: Kapasitas kolam memuat maksimal 20.000 ekor ikan koi Satu karung pakan berisi 60 kg Satu hari menghabiskan 10 kg pakan Satu bulan menghabiskan 2 botol vitamin Ikan direncanakan dijual setelah 3 bulan

Lembar Informasi

Apabila ikan dijual seluruhnya dengan harga per ekor adalah Rp. 11.500, sementara tingkat kematian ikan 20%. Berapakah keuntungan yang dapat diperoleh?

Lembar Kerja 2

Lembar kerja, lembar informasi, dan hasil karya siswa dalam

pembelajaran matematika yang

mengaitkan dengan konteks kehidupan.

12 Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

PRIORITAS - Praktik yang Baik

BUKAN hal yang aneh jika sebagian siswa merasa bahwa bahasa Inggris adalah pelajaran yang susah dan kurang menarik. Hal ini mengakibatkan siswa mendapat nilai di bawah rata-rata. Permasalahan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Ibu Viza Suhanna untuk mengubah paradigma tersebut, contohnya dalam materi pembelajaran membuat kalimat “Simple Past”.

Dia mendapati sebagian besar siswa kelas VIII kurang memahami cara membuat kalimat tersebut terutama dalam mengubah kata kerja bentuk ke V1(simple present tense) ke V2 (simple past tense). Siswa juga kurang mampu menulis teks Recount yang menggunakan kalimat 'Simple Past'. Ibu Viza memecahkan masalah itu dengan membuat media pembelajaran yang menarik dengan menggunakan gambar berwarna dari bahan bekas yang mudah didapatkan lingkungan sekitar. Ibu Viza membuat media pembelajaran 'Snake and Ladder' sebagai jalan keluarnya.

Komponen permainan “Snake and Ladder” terdiri dari papan permainan (berupa 36 bidang kotak yang berisikan kata kerja pertama (V1). Papan juga berisi instruksi bahwa pemain harus mengganti V1 pada kotak untuk menjadi V2. Komponen lainnya yaitu bidak dan dadu.

Bahan yang perlu dipersiapkan untuk permainan, antara lain alas permainan yang terdiri dari kertas karton warna putih (ukuran papan bisa disesuaikan mau besar atau kecil). Karton juga dapat dilapisi kardus bekas dan di laminasi agar lebih baik. Bahan lainnya, pensil, spidol warna, pensil warna, penggaris, lem, bidak (terbuat dari tutup botol air mineral bekas yang jumlah disesuaikan dengan kelompok), serta dadu.

Cara permainannya sangat mudah dan dapat dilakukan secara berkelompok atau perorangan seperti halnya bermain ular tangga. Pertama, guru membentuk kelompok siswa dan dimulai dengan mengocok dadu secara bergiliran. Siswa menggunakan bidak untuk melangkah ke dalam kotak pada papan permainan sesuai angka yang muncul pada dadu. Siswa yang bidaknya berhenti di dalam kotak tersebut harus mengubah V1 menjadi V2 secara tertulis dan lalu mengucapkannya. Permainan diteruskan hingga mencapai kotak terakhir.

Dalam permainan ini jika ada pemain yang terhenti di kotak dengan gambar kepala ular maka dia harus turun ke kotak yang berada di ekor ular. Sedangkan bila pemain berhenti di kotak yang bergambar kaki tangga maka pemain berhak untuk menaiki tangga hingga sampai ke kotak di atas ujung tangga. Sedangkan bagi siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan maka sanksinya bidak pemain kembali ke tempat semula sebelum ia melangkah lagi.

Dampak dari permainan ini adalah siswa lebih memahami perbedaan bentuk kata kerja V1 dan V2, dan siswa juga dapat mengubah kata kerja bentuk V1 ke dalam bentuk V2 dengan baik. Dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik kemampuan siswa dalam penggunaan Simple Past dan menulis teks recount menjadi meningkat. Dan yang terpenting siswa menjadi lebih termotivasi serta percaya diri untuk belajar bahasa Inggris terutama grammar.

“Seharusnya dari dulu kita belajar bahasa

Inggris menggunakan media yang mempermudah kami untuk belajar dengan lebih menyenangkan. Setiap tema yang diberikan oleh guru pastilah cepat kami pahami. Media pembelajaranya juga sangat menarik dengan menggunakan papan permainan yang berwarna,” jelas Zahri siswa kelas VIII SMPN 1 Krueng Sabe, mengungkapkan perasaan mereka tentang pembelajaran yang menggunakan media ini.

“Dulu pelajaran bahasa Inggris kurang menarik, tapi kini dengan metode yang menyenangkan membuat saya semakin suka dengan bahasa Inggris. Bahkan kami juga pernah praktik how to make noodles, memasak mie dengan resep masakan dan cara membuatnya kami jelaskan menggunakan bahasa Inggris,” kata Fahrian mendukung ungkapan Zahri.

Ibu Viza Suhanna bersama siswanya memperlihatkan hasil karya siswa

setelah belajar mengunakan media snake and ladder

Snake and Ladder untuk Simple Past Tense Oleh Viza Suhanna MPd M.Tessol

Guru SMPN 1 Krueng Sabee,Aceh Jaya

13Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Media pembelajaran Snake and Ladder.

Page 14: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

14

Ciptakan Media Pembelajaran Kontekstual IPA dalam Perkuliahan PGSD

brainstorming mengenai permasalahan aktual yang kontekstual terjadi di masyarakat maupun di SD terkait dengan IPA.

Setelah itu mahasiswa diberi penjelasan tujuan perkuliahan dan tugas-tugas apa yang akan dilakukan serta kompetensi yang dicapai melalui kegiatan ini. Produk yang diharapkan untuk dihasilkan mahasiswa adalah berupa produk kreatif yang berguna bagi masyarakat, atau dapat pula media pembelajaran IPA SD, maupun inovasi lainnya.

Berikutnya secara berkelompok, mahasiswa merumuskan permasalahan baik yang berhubungan dengan fenomena di masyarakat maupun seputar pembelajaran di sekolah dasar. Kemudian mahasiswa membuat prediksi jawaban atas pertanyaan tersebut, membuat daftar pekerjaan yang diperkirakan akan dilakukan, membuat pembagian pekerjaan, lalu menyusun desain investigasi dengan mengacu berbagai sumber.

Tahap implementasi proyek, mahasiswa melakukan investigasi berdasarkan desain yang telah disusun dan mendokumentasikannya. Hasil akhir dari tahap ini adalah produk yang relevan dengan kebutuhan di lapangan. Produk-produk yang telah dihasilkan oleh mahasiswa di antaranya media sederhana

IPA seperti gerhana matahari dan gerhana bulan, sistem tata surya dengan anggota planet yang dapat berputar sendiri, aquarium tanpa kuras, rumah hemat lampu, dan lain-lain.

Tahap akhir, pengolahan proyek. Setiap kelompok mahasiswa berbagi informasi mengenai produk yang telah dikembangkan, sekaligus refleksi, dan tindak lanjutnya. Dalam perkuliahan ini, tahapan ini dilakukan dalam bentuk pameran yang dikemas dengan nama festival sains.

Pamerkan Hasil Karya

Dalam kegiatan ini, selain pameran produk hasil karya kelompok, mahasiswa juga mengundang guru-guru SD untuk dilatih dan berbagi ide dalam membuat produk media pembelajaran. Mahasiswa juga memberikan brosur kepada masyarakat baik di sekolah maupun masyarakat umum untuk dapat melihat pamerannya.

Hasilnya, para guru antusias untuk belajar membuat media pembelajaran IPA. Melalui pembelajaran seperti ini, ternyata dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa, pemahaman terhadap konsep juga meningkat, dan menyalurkan bakat-bakat mahasiswa.

Hal ini juga menjadi ajang sosialisasi media kreatif IPA SD kepada guru-guru SD atau masyarakat sehingga tidak hanya berguna bagi mahasiswa tetapi juga bagi masyarakat.

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Oleh Woro Sri HastutiDosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

DALAM mata kuliah Pengembangan Pendidikan IPA, salah satu tujuannya adalah mahasiswa mampu merancang media pembelajaran IPA untuk siswa SD. Untuk mencapai tujuan tersebut, selama setengah semester akhir perkuliahan didesain dengan pembelajaran berbasis proyek (PBL).

PBL adalah pembelajaran dengan proyek sebagai aktivitas belajar. Mahasiswa melakukan proyek untuk mengatasi persoalan nyata sehingga menghasilkan produk realistik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari atau kontekstual.

Proyek yang dilakukan mahasiswa dalam hal ini didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan kritis yang berisi permasalahan-permasalahan yang akan dipecahkan secara ilmiah. Untuk memecahkan permasalahan tersebut memerlukan waktu beberapa minggu.

Berikut adalah kegiatan perkuliahan yang saya lakukan dengan mengacu pada langkah-langkah: perencanaan, implementasi proyek, dan pengolahan proyek.

Tahap perencanaan, mahasiswa merancang proyek yang diawali dengan

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Mahasiswa PGSD UNY memamerkan hasil karya media kontekstual IPA SD yang dibuatnya dalam perkuliahan pengembangan pendidikan IPA. Mereka juga mengundang guru-guru SD di sekitar kampus untuk berbagi ide dalam pembuatan media pembelajaran IPA SD.

15

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Kuningan, Jawa Barat - Keberpihakan Kabupaten Kuningan terhadap tata kelola pendidikan, khususnya pengembangan guru, sangat jelas dan dikembangkan melalui tahapan yang sistematis dan konkret. Tahapan yang dikembangkan mulai dari: 1) penyusunan regulasi, 2) penyusunan perencanaan dan arah kebijakan, 3) imple-mentasi kebijakan, dan 4) capaian kinerja konkret.

Regulasi yang dibuat telah ditetapkan melalui Perda Penyelenggaraan Pendidikan No. 11 tahun 2009, yang dalam pasal-pasalnya mengatur penataan guru seperti mutasi dan penggabungan sekolah. Untuk mengimplementasikan Perda tersebut dibuat beberapa peraturan bupati yang terkait dengan penataan guru, seperti Perbup No. 28 tahun 2011 dan tahun 2015, peraturan tentang mutasi dan guru rangkap sekolah.

Salah satu arah kebijakan perencanaan yang tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Kabupaten Kuningan 2014-2018 adalah peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.

Walaupun RPJMD Kabupaten Kuningan disusun sebelum RPJMN 2015-2019, namun memiliki simetri yang kuat, terutama dalam fungsi pendidikan, baik yang tertuang dalam misi, tujuan dan sasaran strategis, serta arah kebijakan. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam APBD Kabupaten Kuningan mulai tahun 2014 dan 2015 yang sudah mengalokasikan anggaran untuk peningkatan mutu guru melalui diseminasi modul-modul USAID PRIORITAS pada jenjang SD dan SMP, serta untuk madrasah.

Tata Kelola Guru di Kabupaten Kuningan

Pembelajaran di SDN 1 Cilimus pasca penggabungan SDN 1 Cilimus de-ngan SDN 3 Cilimus. Setelah kedua sekolah tersebut digabung, proses pem-belajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Tampak guru sedang memandu siswa belajar di luar kelas mengamati terjadinya proses penguapan air.

”Kami akan mewujudkan Kuningan sebagai Kota Pendidikan. Untuk mewujudkan rencana tersebut, kami memprioritaskan peningkatan mutu pendidikan dengan memperhatikan peningkatan kualitas dan tata kelola guru,” kata Bupati Kuningan Hj. Utje Suganda yang ditemui di kantornya beberapa waktu lalu. (Ash)

Hasil penataan dan pemerataan guru di Kabupaten Kuningan:

Hasil dari pengembangan keprofesianberkelanjutan meliputi:

Penggabungan sekolah dasar negeri sebanyak 17 sekolah menjadi 9 sekolah.

Mutasi guru SD sebanyak 211 guru dan mutasi guru SMP sebanyak 53 guru.

Guru rangkap sekolah (mengajar di dua sekolah) sebagai upaya memenuhan jam mengajar guru sebanyak 250 guru Penjaskes SD.

Alih fungsi staf PNS non-guru menjadi guru melalui program induksi, dan guru SMP menjadi guru kelas SD SD sebanyak 45 guru.

Peta kebutuhan pelatihan guru SD dan SMP menurut KKG (gugus) dan MGMP (rayon) berbasis DAPODIK dan KKG/MGMP.

Lokakarya inisiasi perencanaan PKB di tingkat KKG/gugus dengan melibatkan ketua gugus sebanyak 107 orang.

Diseminasi pelatihan Modul 1 PAKEM untuk 271 guru SD, Modul 1 CTL untuk 160 guru SMP, dan Modul MBS untuk 86 kepala SD dan SMP.

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Dukung Penyusunan Grand Desain Pendidikan Inklusif

Bireun, Aceh - USAID PRIORITAS dan Pemerintah Daerah Bireuen, menyusun grand desain pendidikan inklusif di Matang Raya, Bireuen (28-29/8). Sebanyak 70 orang peserta dari unsur dinas pendidikan, DPRK komisi pendidikan, majelis pendidikan daerah, Bappeda, organisasi kemasyarakatan, dan 22 sekolah yang menjadi sekolah percontohan untuk pendidikan inklusif di kabupaten tersebut turut terlibat dalam kegiatan ini.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen, Nasrul Yuliansyah mengatakan, grand desain pendidikan inklusif ini akan menjadi pedoman bersama dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif di Bireun. "Kami menyusun program dan rencana kegiatan jangka pendek, menengah, dan panjang untuk pelaksanaan pendidikan inklusif," jelas Nasrul. "Secara bersama kita juga akan menyusun pendanaan kegiatan dan jadwal pelaksanaan kegiatan selama 4 tahun ke depan," lanjutnya.

Di Medan, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) bersama USAID PRIORITAS tengah mempersiapkan deklarasi Sumut sebagai provinsi pendidikan inklusif. Deklarasi ini bertujuan membangun kesadaran publik tentang pentingnya pendidikan inklusif, sekaligus mendorong pertumbuhan sekolah inklusif di Sumut.

Spesialis gender dan pendidikan inklusif USAID PRIORITAS, Wiwit Sri Arianti yang terlibat dalam penyusunan grand desain mengatakan, ”Grand desain ini diharapkan dapat mendorong semakin banyak sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif sehingga setiap siswa dengan berbagai potensinya dapat terlayani kebutuhan belajarnya dan berkembang dengan optimal.” (Tkm/Eh/Anw)

Page 15: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

14

Ciptakan Media Pembelajaran Kontekstual IPA dalam Perkuliahan PGSD

brainstorming mengenai permasalahan aktual yang kontekstual terjadi di masyarakat maupun di SD terkait dengan IPA.

Setelah itu mahasiswa diberi penjelasan tujuan perkuliahan dan tugas-tugas apa yang akan dilakukan serta kompetensi yang dicapai melalui kegiatan ini. Produk yang diharapkan untuk dihasilkan mahasiswa adalah berupa produk kreatif yang berguna bagi masyarakat, atau dapat pula media pembelajaran IPA SD, maupun inovasi lainnya.

Berikutnya secara berkelompok, mahasiswa merumuskan permasalahan baik yang berhubungan dengan fenomena di masyarakat maupun seputar pembelajaran di sekolah dasar. Kemudian mahasiswa membuat prediksi jawaban atas pertanyaan tersebut, membuat daftar pekerjaan yang diperkirakan akan dilakukan, membuat pembagian pekerjaan, lalu menyusun desain investigasi dengan mengacu berbagai sumber.

Tahap implementasi proyek, mahasiswa melakukan investigasi berdasarkan desain yang telah disusun dan mendokumentasikannya. Hasil akhir dari tahap ini adalah produk yang relevan dengan kebutuhan di lapangan. Produk-produk yang telah dihasilkan oleh mahasiswa di antaranya media sederhana

IPA seperti gerhana matahari dan gerhana bulan, sistem tata surya dengan anggota planet yang dapat berputar sendiri, aquarium tanpa kuras, rumah hemat lampu, dan lain-lain.

Tahap akhir, pengolahan proyek. Setiap kelompok mahasiswa berbagi informasi mengenai produk yang telah dikembangkan, sekaligus refleksi, dan tindak lanjutnya. Dalam perkuliahan ini, tahapan ini dilakukan dalam bentuk pameran yang dikemas dengan nama festival sains.

Pamerkan Hasil Karya

Dalam kegiatan ini, selain pameran produk hasil karya kelompok, mahasiswa juga mengundang guru-guru SD untuk dilatih dan berbagi ide dalam membuat produk media pembelajaran. Mahasiswa juga memberikan brosur kepada masyarakat baik di sekolah maupun masyarakat umum untuk dapat melihat pamerannya.

Hasilnya, para guru antusias untuk belajar membuat media pembelajaran IPA. Melalui pembelajaran seperti ini, ternyata dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa, pemahaman terhadap konsep juga meningkat, dan menyalurkan bakat-bakat mahasiswa.

Hal ini juga menjadi ajang sosialisasi media kreatif IPA SD kepada guru-guru SD atau masyarakat sehingga tidak hanya berguna bagi mahasiswa tetapi juga bagi masyarakat.

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Oleh Woro Sri HastutiDosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

DALAM mata kuliah Pengembangan Pendidikan IPA, salah satu tujuannya adalah mahasiswa mampu merancang media pembelajaran IPA untuk siswa SD. Untuk mencapai tujuan tersebut, selama setengah semester akhir perkuliahan didesain dengan pembelajaran berbasis proyek (PBL).

PBL adalah pembelajaran dengan proyek sebagai aktivitas belajar. Mahasiswa melakukan proyek untuk mengatasi persoalan nyata sehingga menghasilkan produk realistik yang terkait dengan kehidupan sehari-hari atau kontekstual.

Proyek yang dilakukan mahasiswa dalam hal ini didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan kritis yang berisi permasalahan-permasalahan yang akan dipecahkan secara ilmiah. Untuk memecahkan permasalahan tersebut memerlukan waktu beberapa minggu.

Berikut adalah kegiatan perkuliahan yang saya lakukan dengan mengacu pada langkah-langkah: perencanaan, implementasi proyek, dan pengolahan proyek.

Tahap perencanaan, mahasiswa merancang proyek yang diawali dengan

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Mahasiswa PGSD UNY memamerkan hasil karya media kontekstual IPA SD yang dibuatnya dalam perkuliahan pengembangan pendidikan IPA. Mereka juga mengundang guru-guru SD di sekitar kampus untuk berbagi ide dalam pembuatan media pembelajaran IPA SD.

15

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Kuningan, Jawa Barat - Keberpihakan Kabupaten Kuningan terhadap tata kelola pendidikan, khususnya pengembangan guru, sangat jelas dan dikembangkan melalui tahapan yang sistematis dan konkret. Tahapan yang dikembangkan mulai dari: 1) penyusunan regulasi, 2) penyusunan perencanaan dan arah kebijakan, 3) imple-mentasi kebijakan, dan 4) capaian kinerja konkret.

Regulasi yang dibuat telah ditetapkan melalui Perda Penyelenggaraan Pendidikan No. 11 tahun 2009, yang dalam pasal-pasalnya mengatur penataan guru seperti mutasi dan penggabungan sekolah. Untuk mengimplementasikan Perda tersebut dibuat beberapa peraturan bupati yang terkait dengan penataan guru, seperti Perbup No. 28 tahun 2011 dan tahun 2015, peraturan tentang mutasi dan guru rangkap sekolah.

Salah satu arah kebijakan perencanaan yang tertuang dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Kabupaten Kuningan 2014-2018 adalah peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.

Walaupun RPJMD Kabupaten Kuningan disusun sebelum RPJMN 2015-2019, namun memiliki simetri yang kuat, terutama dalam fungsi pendidikan, baik yang tertuang dalam misi, tujuan dan sasaran strategis, serta arah kebijakan. Implementasi kebijakan tersebut tertuang dalam APBD Kabupaten Kuningan mulai tahun 2014 dan 2015 yang sudah mengalokasikan anggaran untuk peningkatan mutu guru melalui diseminasi modul-modul USAID PRIORITAS pada jenjang SD dan SMP, serta untuk madrasah.

Tata Kelola Guru di Kabupaten Kuningan

Pembelajaran di SDN 1 Cilimus pasca penggabungan SDN 1 Cilimus de-ngan SDN 3 Cilimus. Setelah kedua sekolah tersebut digabung, proses pem-belajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Tampak guru sedang memandu siswa belajar di luar kelas mengamati terjadinya proses penguapan air.

”Kami akan mewujudkan Kuningan sebagai Kota Pendidikan. Untuk mewujudkan rencana tersebut, kami memprioritaskan peningkatan mutu pendidikan dengan memperhatikan peningkatan kualitas dan tata kelola guru,” kata Bupati Kuningan Hj. Utje Suganda yang ditemui di kantornya beberapa waktu lalu. (Ash)

Hasil penataan dan pemerataan guru di Kabupaten Kuningan:

Hasil dari pengembangan keprofesianberkelanjutan meliputi:

Penggabungan sekolah dasar negeri sebanyak 17 sekolah menjadi 9 sekolah.

Mutasi guru SD sebanyak 211 guru dan mutasi guru SMP sebanyak 53 guru.

Guru rangkap sekolah (mengajar di dua sekolah) sebagai upaya memenuhan jam mengajar guru sebanyak 250 guru Penjaskes SD.

Alih fungsi staf PNS non-guru menjadi guru melalui program induksi, dan guru SMP menjadi guru kelas SD SD sebanyak 45 guru.

Peta kebutuhan pelatihan guru SD dan SMP menurut KKG (gugus) dan MGMP (rayon) berbasis DAPODIK dan KKG/MGMP.

Lokakarya inisiasi perencanaan PKB di tingkat KKG/gugus dengan melibatkan ketua gugus sebanyak 107 orang.

Diseminasi pelatihan Modul 1 PAKEM untuk 271 guru SD, Modul 1 CTL untuk 160 guru SMP, dan Modul MBS untuk 86 kepala SD dan SMP.

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Dukung Penyusunan Grand Desain Pendidikan Inklusif

Bireun, Aceh - USAID PRIORITAS dan Pemerintah Daerah Bireuen, menyusun grand desain pendidikan inklusif di Matang Raya, Bireuen (28-29/8). Sebanyak 70 orang peserta dari unsur dinas pendidikan, DPRK komisi pendidikan, majelis pendidikan daerah, Bappeda, organisasi kemasyarakatan, dan 22 sekolah yang menjadi sekolah percontohan untuk pendidikan inklusif di kabupaten tersebut turut terlibat dalam kegiatan ini.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen, Nasrul Yuliansyah mengatakan, grand desain pendidikan inklusif ini akan menjadi pedoman bersama dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif di Bireun. "Kami menyusun program dan rencana kegiatan jangka pendek, menengah, dan panjang untuk pelaksanaan pendidikan inklusif," jelas Nasrul. "Secara bersama kita juga akan menyusun pendanaan kegiatan dan jadwal pelaksanaan kegiatan selama 4 tahun ke depan," lanjutnya.

Di Medan, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) bersama USAID PRIORITAS tengah mempersiapkan deklarasi Sumut sebagai provinsi pendidikan inklusif. Deklarasi ini bertujuan membangun kesadaran publik tentang pentingnya pendidikan inklusif, sekaligus mendorong pertumbuhan sekolah inklusif di Sumut.

Spesialis gender dan pendidikan inklusif USAID PRIORITAS, Wiwit Sri Arianti yang terlibat dalam penyusunan grand desain mengatakan, ”Grand desain ini diharapkan dapat mendorong semakin banyak sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif sehingga setiap siswa dengan berbagai potensinya dapat terlayani kebutuhan belajarnya dan berkembang dengan optimal.” (Tkm/Eh/Anw)

Page 16: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

16

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Wajo, Sulawesi Selatan - "Setelah menerima pelatihan manajemen berbasis sekolah dari USAID PRIORITAS, saya tertantang mengimplementasikannya di sekolah," ujar Abidin Raukas, kepala SMPN 2 Maniangpajo, Wajo. Tekad itu dia wujudkan dengan menjalin silaturahmi dengan masyarakat. "Saya juga mendekati dan berdiskusi dengan tujuh instansi yang dekat dengan kami," ujarnya.

Hasil diskusi tersebut menghasilkan MoU jalinan kerja sama sekolah dengan tujuh instansi. Penandatanganan MoU itu disaksikan guru, pengawas, kepala dinas pendidikan, dan orang tua pada saat acara kelulusan siswa. Berikut adalah tujuh instansi yang bekerja sama dengan sekolah.

1. PT Galungloanna Bosowa bermitra dalam pembangunan masjid sekolah dan bantuan untuk siswa kurang mampu. Dari MoU ini, perusahaan menyumbang 250 sak semen dan beberapa peralatan untuk membangun masjid.

2. UD Hasrat Calaccu bermitra dalam pembangunan masjid dan bantuan siswa. Untuk masjid, mereka menyumbang lebih dari Rp 15 juta. Mereka juga membantu membangun lapangan bulu tangkis, sepak takraw, dan kolam ikan. Mereka juga memberi hadiah kepada siswa berprestasi.

3. TV Mitra Kabel bekerja sama dalam penyiaran kegiatan dan promosi sekolah.

4. UD Asma Rezky bermitra dalam jasa layanan internet. Mereka memasangkan

jaringan internet di sekolah dengan gratis.

5. PT Tiga Serangkai. Beberapa kali mereka membantu pendanaan untuk pendidikan pelatihan guru dan pengadaan spanduk-spanduk kegiatan sekolah.

6. Polsek Maniangpajo. Mereka mengutus personelnya ke sekolah untuk membawakan materi saat upacara, terutama untuk mengurangi kenakalan remaja.

Sekolah Ini Bangun Kerja Sama untuk Kemajuan Sekolah

7. Pusksesmas Maniangpajo bermitra dalam program kesehatan dan kebersihan. Pihak sekolah mengundang mereka juga dalam upacara untuk memberi arahan tentang kesehatan dan mengisi kegiatan UKS.

"Jalinan kerja sama ini amat positif mendukung kemajuan sekolah terutama dalam membangun sarana dan prasarana sekolah. Siswa juga menjadi semakin termotivasi karena kalau juara ada hadiah dari dunia usaha," tukas Abidin.

(Ajb)

Penandatangan MoU antara sekolah dengan banyak instansi.

Medan, Sumatera Utara - Dewi Mulyani adalah Ketua Komite MIN Medan Barat. Dia menyadari, fungsi madrasah akan bisa lebih maksimal jika ada kerja sama yang baik antara orang tua siswa dengan pihak sekolah. “Kita tidak bisa melepaskan kepercayaan mendidik anak kepada sekolah saja. Orang tua juga harus berperan serius mendukung kegiatan-kegiatan di sekolah bahkan juga membantu menyediakan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran yang tidak bisa disediakan sekolah,” katanya.

Karena itu, selain membantu memikirkan pengadaan kebutuhan prasarana sekolah, dia juga ikut turun ke kelas mengajar keterampilan yang ia kuasai. “Waktu itu Ibu Dewi adalah ketua paguyuban kelas V. Saya libatkan beliau mengajar di kelas karena beliau punya keahlian keterampilan membuat kerajinan tangan. Anak-anak diajarkan membuat kerajinan tangan dalam pembelajaran seni budaya dan kesenian,” kata Dra Bidasari Daulay, guru kelas V MIN Medan Barat.

Di sekolah ini, komite sekolah aktif membantu sekolah. Hal ini bisa terjadi, menurut Bidasari karena sekolah ini mengadakan guyub kelas. Dalam guyub kelas ada kerja sama antara wali kelas dengan orang tua murid. Setiap satu bulan sekali juga diadakan pengajian sekolah. Pada kesempatan ini komite, orang tua, dan guru-guru bercerita dan berbagi informasi tentang perkembangan pembelajaran anak. Semua kemajuan anak dan masalah-masalah

Komite dan Guru Kelas buat Pertemuan Bulanan

Pengajian bulanan yang diikuti komite, orang tua, dan guru-guru untuk berbagi informasi perkembangan pembelajaran anak.

anak didiskusikan setelah pengajian usai.

Dalam waktu dekat, komite MIN Medan Barat akan menambah toilet sekolah. “Saat ini murid sudah mencapai 589. Warga sekolah bertambah banyak sementara toilet sekolah saat ini hanya ada tiga. Ini tentu tidak mencukupi. Proyeksi kami tahun ini adalah menambah toilet sekolah agar anak-anak nyaman belajar,” kata Dewi Mulyani. (Eka)

17

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Sengkang, Sulawesi Selatan - M. Ferry Ardiansyah adalah siswa kelas IV SD Muhammadiyah Sengkang. Wajahnya putih, perawakannya lumayan tinggi untuk seumurnya. Sekilas tidak ada yang berbeda dengan siswa lainnya. Ferry adalah salah seorang anak berkebutuhan khusus (ABK), yaitu autis. Seringkali tindak tanduknya tidak terduga. “Kadang kalau datang marahnya, susah sekali dikendalikan,” ujar Astuti Asriani, guru kelas II Ferry.

Kala berangkat ke sekolah, Nurhadiyah Baso neneknya selalu mengantarnya. Ferry tidak mau sendiri. Nenek yang setia ini dengan sabar mendampinginya mengerjakan tugas-tugasnya, menjadi tutor di samping guru pengajar kelas. Karena rajin temani cucunya dan sering menjadi guru pendamping, dia diangkat menjadi salah satu pengurus paguyuban kelas di SD Muhammadiyah.

“Waktu kelas satu sampai kelas tiga, kalau istirahat, seringkali dia langsung pulang. Butuh kesabaran dan ketelatenan untuk menghadapinya,” kata Sundarsani, guru kelas III yang juga pernah mendampingi Ferry.

Sebelum SD Muhammadiyah Sengkang menerapkan PAKEM seperti yang dilatihkan USAID PRIORITAS, pembelajaran di kelas lebih banyak menekankan model ceramah sehingga teman belajar Ferry di kelas adalah neneknya sendiri. Dia tidak bergaul dengan teman-temannya, asyik dengan dirinya sendiri dan neneknya.

“Dia sudah bisa membaca semenjak kelas satu, tapi kalau menulis ia tidak mau. Neneknya lah yang sering menuliskan tugas-tugas untuknya. Keterikatan dengan neneknya begitu kuat, “ ujar Astuti lagi.

SD Muhammadiyah Sengkang mulai dipilih jadi mitra USAID PRIORITAS pada tahun

2013, saat Ferry sudah masuk kelas II. Astuti Asriani yang ikut pelatihan, mencoba menerapkan pendekatan PAKEM di kelas. Dia mengajar dengan banyak interaksi dengan siswa, melayani individu dengan lebih baik, dan menerapkan tugas kelompok dan individu. Awalnya Ferry susah bergabung dalam pembelajaran berkelompok, namun secara perlahan, karena pembelajarannya menyenangkan dan guru sabar membimbingnya, dia mulai

PAKEM Membuat Ferry Tidak Lagi Merasa Sendiri percaya diri dan bisa bergabung dengan kelompoknya.

Bahkan dia amat senang dengan teman-teman kelompoknya. Karena berasal dari keluarga yang berada, dia sering mentraktir teman-temannya. Dia mengambil krupuk, langsung dibagi ke teman-temannya sekelompoknya. “Dia menjadi lebih bisa bergaul, dan tidak suka menyendiri lagi seperti dulu, temannya hanya neneknya,” ujar Astuti.

Saat ini Ferry Ardiansyah sudah kelas IV, walaupun kadang masih pulang sebelum waktunya, dia sudah semakin tahu perannya dalam kelompok. “Pada waktu memajang hasil karya, dia sering membantu teman-temannya. Dia juga sudah percaya diri tampil ke depan membantu presentasi,” cerita Subaedah, yang baru tiga minggu menjadi wali kelas Ferry.

“Pembelajaran PAKEM dengan berkelompok telah menumbuhkan rasa percaya dirinya, membuatnya tidak lagi merasa kesepian, dan memupuk pula solidaritas dirinya dengan teman-temannya. Kalau pembelajarannya model ceramah terus seperti dulu, pastilah dia akan terus menerus terisolasi dan akan cuma berinteraksi dengan neneknya yang selalu setia menemaninya,” ujar Astuti. (Ajb)

PAKEM yang diterapkan oleh guru, membuat Ferry terbiasa bekerja sama dengan teman-teman sekelasnya yang nonABK.

Ferry ditemani neneknya saat pembelajaran di kelas.

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Page 17: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

16

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Wajo, Sulawesi Selatan - "Setelah menerima pelatihan manajemen berbasis sekolah dari USAID PRIORITAS, saya tertantang mengimplementasikannya di sekolah," ujar Abidin Raukas, kepala SMPN 2 Maniangpajo, Wajo. Tekad itu dia wujudkan dengan menjalin silaturahmi dengan masyarakat. "Saya juga mendekati dan berdiskusi dengan tujuh instansi yang dekat dengan kami," ujarnya.

Hasil diskusi tersebut menghasilkan MoU jalinan kerja sama sekolah dengan tujuh instansi. Penandatanganan MoU itu disaksikan guru, pengawas, kepala dinas pendidikan, dan orang tua pada saat acara kelulusan siswa. Berikut adalah tujuh instansi yang bekerja sama dengan sekolah.

1. PT Galungloanna Bosowa bermitra dalam pembangunan masjid sekolah dan bantuan untuk siswa kurang mampu. Dari MoU ini, perusahaan menyumbang 250 sak semen dan beberapa peralatan untuk membangun masjid.

2. UD Hasrat Calaccu bermitra dalam pembangunan masjid dan bantuan siswa. Untuk masjid, mereka menyumbang lebih dari Rp 15 juta. Mereka juga membantu membangun lapangan bulu tangkis, sepak takraw, dan kolam ikan. Mereka juga memberi hadiah kepada siswa berprestasi.

3. TV Mitra Kabel bekerja sama dalam penyiaran kegiatan dan promosi sekolah.

4. UD Asma Rezky bermitra dalam jasa layanan internet. Mereka memasangkan

jaringan internet di sekolah dengan gratis.

5. PT Tiga Serangkai. Beberapa kali mereka membantu pendanaan untuk pendidikan pelatihan guru dan pengadaan spanduk-spanduk kegiatan sekolah.

6. Polsek Maniangpajo. Mereka mengutus personelnya ke sekolah untuk membawakan materi saat upacara, terutama untuk mengurangi kenakalan remaja.

Sekolah Ini Bangun Kerja Sama untuk Kemajuan Sekolah

7. Pusksesmas Maniangpajo bermitra dalam program kesehatan dan kebersihan. Pihak sekolah mengundang mereka juga dalam upacara untuk memberi arahan tentang kesehatan dan mengisi kegiatan UKS.

"Jalinan kerja sama ini amat positif mendukung kemajuan sekolah terutama dalam membangun sarana dan prasarana sekolah. Siswa juga menjadi semakin termotivasi karena kalau juara ada hadiah dari dunia usaha," tukas Abidin.

(Ajb)

Penandatangan MoU antara sekolah dengan banyak instansi.

Medan, Sumatera Utara - Dewi Mulyani adalah Ketua Komite MIN Medan Barat. Dia menyadari, fungsi madrasah akan bisa lebih maksimal jika ada kerja sama yang baik antara orang tua siswa dengan pihak sekolah. “Kita tidak bisa melepaskan kepercayaan mendidik anak kepada sekolah saja. Orang tua juga harus berperan serius mendukung kegiatan-kegiatan di sekolah bahkan juga membantu menyediakan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran yang tidak bisa disediakan sekolah,” katanya.

Karena itu, selain membantu memikirkan pengadaan kebutuhan prasarana sekolah, dia juga ikut turun ke kelas mengajar keterampilan yang ia kuasai. “Waktu itu Ibu Dewi adalah ketua paguyuban kelas V. Saya libatkan beliau mengajar di kelas karena beliau punya keahlian keterampilan membuat kerajinan tangan. Anak-anak diajarkan membuat kerajinan tangan dalam pembelajaran seni budaya dan kesenian,” kata Dra Bidasari Daulay, guru kelas V MIN Medan Barat.

Di sekolah ini, komite sekolah aktif membantu sekolah. Hal ini bisa terjadi, menurut Bidasari karena sekolah ini mengadakan guyub kelas. Dalam guyub kelas ada kerja sama antara wali kelas dengan orang tua murid. Setiap satu bulan sekali juga diadakan pengajian sekolah. Pada kesempatan ini komite, orang tua, dan guru-guru bercerita dan berbagi informasi tentang perkembangan pembelajaran anak. Semua kemajuan anak dan masalah-masalah

Komite dan Guru Kelas buat Pertemuan Bulanan

Pengajian bulanan yang diikuti komite, orang tua, dan guru-guru untuk berbagi informasi perkembangan pembelajaran anak.

anak didiskusikan setelah pengajian usai.

Dalam waktu dekat, komite MIN Medan Barat akan menambah toilet sekolah. “Saat ini murid sudah mencapai 589. Warga sekolah bertambah banyak sementara toilet sekolah saat ini hanya ada tiga. Ini tentu tidak mencukupi. Proyeksi kami tahun ini adalah menambah toilet sekolah agar anak-anak nyaman belajar,” kata Dewi Mulyani. (Eka)

17

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Sengkang, Sulawesi Selatan - M. Ferry Ardiansyah adalah siswa kelas IV SD Muhammadiyah Sengkang. Wajahnya putih, perawakannya lumayan tinggi untuk seumurnya. Sekilas tidak ada yang berbeda dengan siswa lainnya. Ferry adalah salah seorang anak berkebutuhan khusus (ABK), yaitu autis. Seringkali tindak tanduknya tidak terduga. “Kadang kalau datang marahnya, susah sekali dikendalikan,” ujar Astuti Asriani, guru kelas II Ferry.

Kala berangkat ke sekolah, Nurhadiyah Baso neneknya selalu mengantarnya. Ferry tidak mau sendiri. Nenek yang setia ini dengan sabar mendampinginya mengerjakan tugas-tugasnya, menjadi tutor di samping guru pengajar kelas. Karena rajin temani cucunya dan sering menjadi guru pendamping, dia diangkat menjadi salah satu pengurus paguyuban kelas di SD Muhammadiyah.

“Waktu kelas satu sampai kelas tiga, kalau istirahat, seringkali dia langsung pulang. Butuh kesabaran dan ketelatenan untuk menghadapinya,” kata Sundarsani, guru kelas III yang juga pernah mendampingi Ferry.

Sebelum SD Muhammadiyah Sengkang menerapkan PAKEM seperti yang dilatihkan USAID PRIORITAS, pembelajaran di kelas lebih banyak menekankan model ceramah sehingga teman belajar Ferry di kelas adalah neneknya sendiri. Dia tidak bergaul dengan teman-temannya, asyik dengan dirinya sendiri dan neneknya.

“Dia sudah bisa membaca semenjak kelas satu, tapi kalau menulis ia tidak mau. Neneknya lah yang sering menuliskan tugas-tugas untuknya. Keterikatan dengan neneknya begitu kuat, “ ujar Astuti lagi.

SD Muhammadiyah Sengkang mulai dipilih jadi mitra USAID PRIORITAS pada tahun

2013, saat Ferry sudah masuk kelas II. Astuti Asriani yang ikut pelatihan, mencoba menerapkan pendekatan PAKEM di kelas. Dia mengajar dengan banyak interaksi dengan siswa, melayani individu dengan lebih baik, dan menerapkan tugas kelompok dan individu. Awalnya Ferry susah bergabung dalam pembelajaran berkelompok, namun secara perlahan, karena pembelajarannya menyenangkan dan guru sabar membimbingnya, dia mulai

PAKEM Membuat Ferry Tidak Lagi Merasa Sendiri percaya diri dan bisa bergabung dengan kelompoknya.

Bahkan dia amat senang dengan teman-teman kelompoknya. Karena berasal dari keluarga yang berada, dia sering mentraktir teman-temannya. Dia mengambil krupuk, langsung dibagi ke teman-temannya sekelompoknya. “Dia menjadi lebih bisa bergaul, dan tidak suka menyendiri lagi seperti dulu, temannya hanya neneknya,” ujar Astuti.

Saat ini Ferry Ardiansyah sudah kelas IV, walaupun kadang masih pulang sebelum waktunya, dia sudah semakin tahu perannya dalam kelompok. “Pada waktu memajang hasil karya, dia sering membantu teman-temannya. Dia juga sudah percaya diri tampil ke depan membantu presentasi,” cerita Subaedah, yang baru tiga minggu menjadi wali kelas Ferry.

“Pembelajaran PAKEM dengan berkelompok telah menumbuhkan rasa percaya dirinya, membuatnya tidak lagi merasa kesepian, dan memupuk pula solidaritas dirinya dengan teman-temannya. Kalau pembelajarannya model ceramah terus seperti dulu, pastilah dia akan terus menerus terisolasi dan akan cuma berinteraksi dengan neneknya yang selalu setia menemaninya,” ujar Astuti. (Ajb)

PAKEM yang diterapkan oleh guru, membuat Ferry terbiasa bekerja sama dengan teman-teman sekelasnya yang nonABK.

Ferry ditemani neneknya saat pembelajaran di kelas.

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Page 18: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

18

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Salah satu kegiatan yang dipromosikan USAID PRIORITAS

adalah pengembangan budaya baca di sekolah. Berikut beberapa contoh

strategi yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan minat baca siswanya,

mulai dari menyediakan fasilitas buku bacaan sampai mengintegrasikan

program membaca dalam pembelajaran.

Pandeglang, Banten - “Bukan hal yang mudah untuk membangun kebiasaan membaca di sekolah kami. Karena itu kami mencoba membuat program budaya baca senyaman mungkin bagi siswa sehingga mereka gemar membaca. Kami juga melibatkan siswa kelas tinggi membimbing siswa kelas awal untuk lancar membaca,” ujar Siti Aisah SPd, guru kelas V SDN Bojong 4, Pandeglang.

Sebagai upaya untuk mendukung budaya baca di sekolah, SDN Bojong 4 telah merintis program baca setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis selama 15 menit sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. “Kami sudah melaksanakan program baca untuk seluruh siswa selama 15 menit. Lewat program baca ini, kami berharap siswa jadi senang membaca dan dapat terus melakukannya di sela-sela waktu istirahat sekolah,” kata Siti Aisah menjelaskan program budaya baca tersebut.

Menurut dia, motivasi membaca siswa sangat kurang sebelum ada program budaya baca. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas dan sarana. Untuk itu sekolah berinisiatif membangun ruang baca yang letaknya tak jauh dari sarana bermain sehingga dapat menjadi kebiasaan membaca dengan menyenangkan. “Setelah mendapatkan hibah buku dari USAID PRIORITAS, kini koleksi buku kami bertambah. Kemudian kami membuat pojok baca di beberapa sudut kelas sehingga memudahkan siswa untuk membaca saat sela-sela pembelajaran dan waktu istirahat,” katanya lagi. (Anl)

Membantu Teman yang Belum lancar Membaca

Siswa yang sudah lancar membaca, membantu temannya yang masih belum lancar membaca.

Parepare, Sulawesi Selatan - SDN 71 Parepare membuat program mengajak dan membelikan buku bacaan pilihan siswa ke toko buku. Menurut Salman Syukur, kepala SDN 71 Parepare, salah satu cara agar siswa suka membaca adalah membawa mereka ke toko buku dan membebaskan memilih buku yang disukai.

Program itu khusus diberikan kepada sepuluh siswa yang paling rajin membaca di perpustakaan. Mereka terpilih berdasar catatan kunjungan oleh petugas perpustakaan sekolah serta pengamatan aktivitas membaca di perpustakaan setiap bulan.

Untuk mendapatkan buku pilihannya, siswa terpilih diantar oleh petugas perpustakaan dan guru pendamping ke toko buku. Masing-masing siswa memilih 1-2 buku yang mereka suka. Buku yang dipilih adalah buku cerita, buku pelajaran, buku ilmu pengetahuan umum, atau yang lain sesuai pilihannya. Buku-buku tersebut dibelikan oleh sekolah dengan menggunakan dana BOS.

Agar Gemar Membaca, SDN 71 Parepare Belikan Buku Kesukaan Siswa

Siswa foto bersama setelah membeli buku yang disukainya dan dibelikan oleh sekolah.

Sekolah mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 500.000 per kunjungan atau setiap bulan.

Sepuluh siswa itu dapat saling bertukar buku setelah selesai membaca. Setelah 10 hari, buku-buku tersebut disimpan di perpus-takaan untuk dibaca oleh teman-temannya yang lain. Program ini bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada siswa yang banyak membaca dan juga untuk menambah jumlah buku bacaan di perpustakaan.

Selain untuk siswa yang rajin membaca, program membeli buku ini juga perlu dilakukan untuk siswa yang minat membacanya masih rendah, agar minat membaca siswa tersebut semakin tumbuh karena mendapatkan buku bacaan yang disukainya.

Beberapa program lain yang juga dikembangkan sekolah untuk menumbuhkan minat membaca yaitu: (1) Pin anak cinta membaca, yaitu memberikan pin penghargaan bagi tiga anak yang paling banyak membaca selama satu minggu pada waktu upacara. (2) Teras Baca, yaitu penyediaan buku di setiap teras baca halaman kelas. (3) Meminjam buku ke perpustakaan daerah sebulan sekali, (4) Berlangganan majalah yang menarik bagi siswa. (Ajb)

19

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Belajar Potensi Desa dan Kota dari Narasumber, Perpustakaan, dan Internet

Sidoarjo, Jawa Timur - Dwi Indah Sri Astutik SPd, pagi itu mengajar IPS kelas VII tentang materi komposisi penduduk Indonesia berdasarkan bidang usaha dan kondisi geografis. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran, guru menunjukkan komposisi penduduk Indonesia berdasarkan data BPS tahun 2012, yang menunjukkan bidang usaha penduduk Indonesia terbesar adalah di bidang pertanian. “Mengapa penduduk Indonesia sebagian besar bekerja di bidang pertanian?” tanya Ibu Endah.

”Karena banyaknya lahan di Indonesia yang luas dan masih subur.” “Karena rata-rata tingkat pendidikannya masih rendah.” Jawab dua orang seorang siswa memberi argumentasinya. Berdasar jawaban siswa, guru memberikan apresiasi dan penguatan.

Untuk mendapatkan gambaran tentang potensi Indonesia dari kondisi geografis, sekitar tiga menit siswa diminta membaca buku IPS halaman 103-104. Kemudian guru memutar video durasi 4 menit yang dibuatnya tentang potensi dan permasalahan yang ada di daerah pedesaan dan perkotaan di Sidoarjo. Siswa mengamati video dan mencatat hal-hal penting dari hasil pengamatannya secara individu.

Selanjutnya siswa dibagi menjadi dua kelompok ahli, yaitu ahli pedesaan dan ahli perkotaan. Setiap kelompok ahli dibagi menjadi tiga kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 siswa. Selama 20 menit, setiap anggota kelompok mendapat tugas berbeda. Mereka dibagi untuk mencari dari tiga sumber informasi yang berbeda, yaitu internet, perpustakaan, dan narasumber. Informasi yang mereka gali, berpandu pada lembar kerja (LK) yang diberikan guru.

Penugasan pada LK

Berikut adalah tiga pertanyaan panduan pada LK tentang perkotaan:

Apa yang membuat kota banyak dikunjungi orang?

Permasalahan apa yang muncul di kota ketika banyak dikunjungi oleh masyarakat urban?

Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi urbanisasi?

Siswa mewancarai narasumber untuk mendapat informasi yang kontekstual dan melatih keterampilannya dalam mencari informasi.

Sedangkan tiga pertanyaan panduan pada LK tentang pedesaan:

Mengapa masyarakat desa lebih banyak pindah ke kota?

Di desa banyak potensi alam dan sumber daya, tetapi mengapa penduduk desa lebih banyak mencari pekerjaan di kota?

Upaya apa yang dapat dilakukan agar masyarakat desa mau tinggal di desanya?

Beberapa siswa yang memiliki laptop dimanfaatkan untuk mencari sumber informasi dari internet. SMPN 4 Sidoarjo memiliki akses wifi yang bisa dimanfaatkan para siswa. Sementara di perpustakaan siswa mencari referensi dari koran, majalah, dan buku bacaan.

Untuk narasumber, guru menyiapkan dua orang guru yang tinggal dan memahami permasalahan di perkotaan dan pedesaan untuk diwawancarai oleh siswa. Semua siswa tampak aktif karena masing-masing memiliki tugas untuk menggali informasi potensi bidang usaha, peluang, serta permasalahan yang ada di desa dan di kota.

Setelah 20 menit semua siswa kembali ke kelas. Mereka melaporkan kepada kelompoknya temuan yang diperolehnya dari internet, perpustakaan, dan wawancara kepada narasumber. Di dalam kelompok setiap siswa berkesempatan menyampaikan hasil-hasil yang diperolehnya.

Ketua kelompok mendapat tugas memfasilitasi jalannya diskusi dan merangkum hasil-hasil di kelompok. Dari

hasil yang diperoleh, siswa menuliskannya pada kertas plano. Setelah selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil karya kelompoknya. Setiap kelompok memiliki dua kali kesempatan presentasi, yakni presentasi ke kelompok yang topiknya sama dan kelompok yang topiknya berbeda. Tujuannya, agar mereka bisa saling memperkaya informasi dan saling belajar dari hasil karya kelompok lain.

”Banyak penduduk desa yang pindah ke kota karena ingin mencari pekerjaan. Masalah-masalah yang timbul setelah terjadi kepadatan penduduk, yaitu banyak pengangguran di kota karena tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya lapangan pekerjaan, tindakan kriminalitas karena banyaknya pengangguran, kepadatan penduduk dan masalah banjir menjadi masalah yang sering terjadi,” demikian presentasi salah satu kelompok.

”Menurut saya, pemerintah perlu membuat pelatihan untuk para pengangguran di kota yang sesuai dengan potensi di desa, agar mereka mau kembali membangun desanya,” saran salah seorang siswa memberi masukan pada kelompok yang presentasi.

Usai presentasi, guru meminta semua siswa untuk memberikan ide atau gagasannya bila menjadi bupati, camat, kepala desa atau lurah untuk membantu pemecahan masalah kependudukan di daerahnya. Sebagai penutup, sebelum doa bersama dan refleksi pembelajaran, hasil karya kelompok siswa dikumpulkan lalu dipajang untuk dinilai oleh guru. Sementara hasil individu dimasukkan dalam portofolio siswa. (Anw)

USAID PRIORITAS melatih guru untuk mengembangkan kemampuan

literasi siswa dalam pembelajaran. Berikut adalah pembelajaran IPS di

SMPN 4 Sidoarjo, yang memfasilitasi siswa untuk meningkatkan

kemampuan literasinya.

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Page 19: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

18

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Salah satu kegiatan yang dipromosikan USAID PRIORITAS

adalah pengembangan budaya baca di sekolah. Berikut beberapa contoh

strategi yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan minat baca siswanya,

mulai dari menyediakan fasilitas buku bacaan sampai mengintegrasikan

program membaca dalam pembelajaran.

Pandeglang, Banten - “Bukan hal yang mudah untuk membangun kebiasaan membaca di sekolah kami. Karena itu kami mencoba membuat program budaya baca senyaman mungkin bagi siswa sehingga mereka gemar membaca. Kami juga melibatkan siswa kelas tinggi membimbing siswa kelas awal untuk lancar membaca,” ujar Siti Aisah SPd, guru kelas V SDN Bojong 4, Pandeglang.

Sebagai upaya untuk mendukung budaya baca di sekolah, SDN Bojong 4 telah merintis program baca setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis selama 15 menit sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. “Kami sudah melaksanakan program baca untuk seluruh siswa selama 15 menit. Lewat program baca ini, kami berharap siswa jadi senang membaca dan dapat terus melakukannya di sela-sela waktu istirahat sekolah,” kata Siti Aisah menjelaskan program budaya baca tersebut.

Menurut dia, motivasi membaca siswa sangat kurang sebelum ada program budaya baca. Hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas dan sarana. Untuk itu sekolah berinisiatif membangun ruang baca yang letaknya tak jauh dari sarana bermain sehingga dapat menjadi kebiasaan membaca dengan menyenangkan. “Setelah mendapatkan hibah buku dari USAID PRIORITAS, kini koleksi buku kami bertambah. Kemudian kami membuat pojok baca di beberapa sudut kelas sehingga memudahkan siswa untuk membaca saat sela-sela pembelajaran dan waktu istirahat,” katanya lagi. (Anl)

Membantu Teman yang Belum lancar Membaca

Siswa yang sudah lancar membaca, membantu temannya yang masih belum lancar membaca.

Parepare, Sulawesi Selatan - SDN 71 Parepare membuat program mengajak dan membelikan buku bacaan pilihan siswa ke toko buku. Menurut Salman Syukur, kepala SDN 71 Parepare, salah satu cara agar siswa suka membaca adalah membawa mereka ke toko buku dan membebaskan memilih buku yang disukai.

Program itu khusus diberikan kepada sepuluh siswa yang paling rajin membaca di perpustakaan. Mereka terpilih berdasar catatan kunjungan oleh petugas perpustakaan sekolah serta pengamatan aktivitas membaca di perpustakaan setiap bulan.

Untuk mendapatkan buku pilihannya, siswa terpilih diantar oleh petugas perpustakaan dan guru pendamping ke toko buku. Masing-masing siswa memilih 1-2 buku yang mereka suka. Buku yang dipilih adalah buku cerita, buku pelajaran, buku ilmu pengetahuan umum, atau yang lain sesuai pilihannya. Buku-buku tersebut dibelikan oleh sekolah dengan menggunakan dana BOS.

Agar Gemar Membaca, SDN 71 Parepare Belikan Buku Kesukaan Siswa

Siswa foto bersama setelah membeli buku yang disukainya dan dibelikan oleh sekolah.

Sekolah mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 500.000 per kunjungan atau setiap bulan.

Sepuluh siswa itu dapat saling bertukar buku setelah selesai membaca. Setelah 10 hari, buku-buku tersebut disimpan di perpus-takaan untuk dibaca oleh teman-temannya yang lain. Program ini bertujuan untuk memberikan apresiasi kepada siswa yang banyak membaca dan juga untuk menambah jumlah buku bacaan di perpustakaan.

Selain untuk siswa yang rajin membaca, program membeli buku ini juga perlu dilakukan untuk siswa yang minat membacanya masih rendah, agar minat membaca siswa tersebut semakin tumbuh karena mendapatkan buku bacaan yang disukainya.

Beberapa program lain yang juga dikembangkan sekolah untuk menumbuhkan minat membaca yaitu: (1) Pin anak cinta membaca, yaitu memberikan pin penghargaan bagi tiga anak yang paling banyak membaca selama satu minggu pada waktu upacara. (2) Teras Baca, yaitu penyediaan buku di setiap teras baca halaman kelas. (3) Meminjam buku ke perpustakaan daerah sebulan sekali, (4) Berlangganan majalah yang menarik bagi siswa. (Ajb)

19

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Belajar Potensi Desa dan Kota dari Narasumber, Perpustakaan, dan Internet

Sidoarjo, Jawa Timur - Dwi Indah Sri Astutik SPd, pagi itu mengajar IPS kelas VII tentang materi komposisi penduduk Indonesia berdasarkan bidang usaha dan kondisi geografis. Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran, guru menunjukkan komposisi penduduk Indonesia berdasarkan data BPS tahun 2012, yang menunjukkan bidang usaha penduduk Indonesia terbesar adalah di bidang pertanian. “Mengapa penduduk Indonesia sebagian besar bekerja di bidang pertanian?” tanya Ibu Endah.

”Karena banyaknya lahan di Indonesia yang luas dan masih subur.” “Karena rata-rata tingkat pendidikannya masih rendah.” Jawab dua orang seorang siswa memberi argumentasinya. Berdasar jawaban siswa, guru memberikan apresiasi dan penguatan.

Untuk mendapatkan gambaran tentang potensi Indonesia dari kondisi geografis, sekitar tiga menit siswa diminta membaca buku IPS halaman 103-104. Kemudian guru memutar video durasi 4 menit yang dibuatnya tentang potensi dan permasalahan yang ada di daerah pedesaan dan perkotaan di Sidoarjo. Siswa mengamati video dan mencatat hal-hal penting dari hasil pengamatannya secara individu.

Selanjutnya siswa dibagi menjadi dua kelompok ahli, yaitu ahli pedesaan dan ahli perkotaan. Setiap kelompok ahli dibagi menjadi tiga kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 siswa. Selama 20 menit, setiap anggota kelompok mendapat tugas berbeda. Mereka dibagi untuk mencari dari tiga sumber informasi yang berbeda, yaitu internet, perpustakaan, dan narasumber. Informasi yang mereka gali, berpandu pada lembar kerja (LK) yang diberikan guru.

Penugasan pada LK

Berikut adalah tiga pertanyaan panduan pada LK tentang perkotaan:

Apa yang membuat kota banyak dikunjungi orang?

Permasalahan apa yang muncul di kota ketika banyak dikunjungi oleh masyarakat urban?

Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi urbanisasi?

Siswa mewancarai narasumber untuk mendapat informasi yang kontekstual dan melatih keterampilannya dalam mencari informasi.

Sedangkan tiga pertanyaan panduan pada LK tentang pedesaan:

Mengapa masyarakat desa lebih banyak pindah ke kota?

Di desa banyak potensi alam dan sumber daya, tetapi mengapa penduduk desa lebih banyak mencari pekerjaan di kota?

Upaya apa yang dapat dilakukan agar masyarakat desa mau tinggal di desanya?

Beberapa siswa yang memiliki laptop dimanfaatkan untuk mencari sumber informasi dari internet. SMPN 4 Sidoarjo memiliki akses wifi yang bisa dimanfaatkan para siswa. Sementara di perpustakaan siswa mencari referensi dari koran, majalah, dan buku bacaan.

Untuk narasumber, guru menyiapkan dua orang guru yang tinggal dan memahami permasalahan di perkotaan dan pedesaan untuk diwawancarai oleh siswa. Semua siswa tampak aktif karena masing-masing memiliki tugas untuk menggali informasi potensi bidang usaha, peluang, serta permasalahan yang ada di desa dan di kota.

Setelah 20 menit semua siswa kembali ke kelas. Mereka melaporkan kepada kelompoknya temuan yang diperolehnya dari internet, perpustakaan, dan wawancara kepada narasumber. Di dalam kelompok setiap siswa berkesempatan menyampaikan hasil-hasil yang diperolehnya.

Ketua kelompok mendapat tugas memfasilitasi jalannya diskusi dan merangkum hasil-hasil di kelompok. Dari

hasil yang diperoleh, siswa menuliskannya pada kertas plano. Setelah selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil karya kelompoknya. Setiap kelompok memiliki dua kali kesempatan presentasi, yakni presentasi ke kelompok yang topiknya sama dan kelompok yang topiknya berbeda. Tujuannya, agar mereka bisa saling memperkaya informasi dan saling belajar dari hasil karya kelompok lain.

”Banyak penduduk desa yang pindah ke kota karena ingin mencari pekerjaan. Masalah-masalah yang timbul setelah terjadi kepadatan penduduk, yaitu banyak pengangguran di kota karena tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya lapangan pekerjaan, tindakan kriminalitas karena banyaknya pengangguran, kepadatan penduduk dan masalah banjir menjadi masalah yang sering terjadi,” demikian presentasi salah satu kelompok.

”Menurut saya, pemerintah perlu membuat pelatihan untuk para pengangguran di kota yang sesuai dengan potensi di desa, agar mereka mau kembali membangun desanya,” saran salah seorang siswa memberi masukan pada kelompok yang presentasi.

Usai presentasi, guru meminta semua siswa untuk memberikan ide atau gagasannya bila menjadi bupati, camat, kepala desa atau lurah untuk membantu pemecahan masalah kependudukan di daerahnya. Sebagai penutup, sebelum doa bersama dan refleksi pembelajaran, hasil karya kelompok siswa dikumpulkan lalu dipajang untuk dinilai oleh guru. Sementara hasil individu dimasukkan dalam portofolio siswa. (Anw)

USAID PRIORITAS melatih guru untuk mengembangkan kemampuan

literasi siswa dalam pembelajaran. Berikut adalah pembelajaran IPS di

SMPN 4 Sidoarjo, yang memfasilitasi siswa untuk meningkatkan

kemampuan literasinya.

Prioritas Pendidikan: Edisi 12 Juli - September 2015

Page 20: ISSN - prioritaspendidikan.org · pembelajaran IPS. Guru memberi tugas kepada kelompok kami untuk mengamati daur siklus air. Lalu kami ... hidrologi, yaitu siklus pendek, siklus sedang

DOKUMENTASI USAID PRIORITAS

Prioritas Pendidikan: Edisi 11 April - Juni 201520

Kegiatan membaca bersama dilaksanakan dengan memanfaatkan buku besar dari buku bacaan berjenjang. Dalam kegiatan ini semua siswa melihat gambar

dan teks dari buku besar yang dibaca dan mereka membaca bersama, mendiskusikan bahan bacaan, dan menirukan guru membaca teks sesuai yang

dibaca guru. Siswa yang kesulitan membaca termotivasi untuk ikut membaca karena mereka dapat belajar membaca bersama dari guru dan temannya.

USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education (WE). USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang.

Isi dari newsletter ini bukan merepresentasikan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.

USAID melalui program PRIORITAS akan menghibahkan sekitar 8,6 juta buku bacaan berjenjang ke sekolah dan madrasah mitra dan nonmitra di sembilan provinsi, yaitu Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Papua, dan Papua Barat. Pemberian buku akan dilakukan secara bertahap, yang dilaksanakan mulai September 2015.

Buku bacaan berjenjang adalah buku yang digunakan guru sebagai alat bantu belajar untuk membimbing kelompok siswa sesuai tingkat kemampuan membaca dalam pembelajaran membaca di kelas awal di SD dan MI, terutama untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menumbuhkan minat baca siswa. Dengan buku bacaan yang sesuai dengan kemampuan membaca siswa, diharapkan siswa dapat memahami isi buku, terlatih membaca buku bacaan, dan memiliki minat baca yang tinggi.

Berikut adalah beberapa foto kegiatan pembelajaran membaca yang menggunakan buku bacaan berjenjang.

Hibah 8,6 Juta Buku Bacaan Berjenjang

Beberapa contoh buku-buku bacaan berjenjang.

Kegiatan membaca terbimbing dilakukan dalam kelompok kecil. Semua anggota kelompok yang mengikuti kegiatan ini memiliki tingkat kemampuan membaca yang setara. Buku yang digunakan disesuaikan dengan tingkat kemampuan membaca siswa, mulai dari jenjang A s.d F. Semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan bimbingan guru secara intensif dan mempraktikkan membaca.