isi selulitis 473 a

Upload: nurlaili-yani

Post on 12-Oct-2015

97 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

KEGIATAN IUPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP SDR. SARWO REJO DENGAN POST STSG ATAS INDIKASI RAW SURFACEREGIO DORSAL PEDIS DAN CRURISET CAUSA SELULITIS

TAHAP IKARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga: Tn. Sarwo Rejo Alamat lengkap : Masaran Kulon Rt 06 Rw 02 Jati, Masaran, SragenBentuk Keluarga: Nuclear Family

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga Tn. Sarwo Rejo yang Tinggal dalam Satu Rumah

NoNamaKedudukanL/PUmurPendidikan TerakhirPekerjaanPasien/ BukanKet.

1.Tn. Sarwo RKKL69 th-Tidak bekerjapasienSelulitis

2.Ny. MujiatiIstriP45 thSekolah DasarBuruh serabutanbukan-

3.Sdr. SutiknoAnakL21 thSMAKaryawan pabrikbukan-

4.An. FitriAnakP17 thSMAPelajarbukan-

5.An. MustaqimAnakL14 thSMPPelajarbukan-

KesimpulanPenderita atas nama Tn. Sarwo Rejo (78 th) merupakan kepala keluarga yang menderita penyakit selulitis. Sebelum sakit penderita bekerja sebagai petani. Bentuk keluarga Penderita nuclear family. Penderita tinggal dalam satu rumah dengan seorang istri, Ny. Mujiati (45 th) dan tiga orang anak yaitu Sdr. Sutikno (21 th), An. Fitri (17 th), dan An. Mustaqim (14 th).

TAHAP IISTATUS PENDERITA

A. PENDAHULUANLaporan ini disusun berdasarkan kasus yang didapat dari seorang pasien raw surface regio dorsal pedis dan cruris et causa selulitis, berjenis kelamin laki-laki, usia 78 tahun, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi pasien. Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan dermis dan subkutis. Sebagian besar kasus selulitis dapat sembuh dengan pengobatan antibiotik. Infeksi dapat menjadi berat dan menyebabkan infeksi seluruh tubuh jika terlambat dalam memberikan pengobatan.Pemahaman penderita terhadap penyakit yang diderita serta dukungan keluarga adalah kunci sukses pengobatan suatu penyakit. Ketidakpatuhan meminum obat khususnya antibiotik serta pergantian perban yang lama menyebabkan infeksi sukar sembuh dan bertambah berat. Terjadi gangguan fungsional ekstremitas bawah kiri memunculkan masalah biopsikososial karena pasein kehilangan mata pencarian dan tidak dapat menjalankan perannya sebagai tulang punggung keluarga.

B. IDENTITAS PENDERITANama: Tn. Sarwo RejoUmur: 78 tahunJenis kelamin: Laki-lakiPekerjaan: Tidak bekerjaPendidikan: -Agama: IslamAlamat: Masaran Kulon Rt 06 Rw 02 Jati, Masaran, SragenStatus pernikahan: MenikahSuku : JawaTanggal pemeriksaan: 17 April 2014, 26 April 2014 dan 29 April 2014.

A. ANAMNESIS1. Keluhan utama Luka terbuka di tungkai bawah kiri yang tidak sembuh-sembuh

2. Riwayat Penyakit SekarangPasien mengeluhkan luka terbuka di tungkai bawah kiri yang tidak sembuh-sembuh semenjak operasi split thickness skin graft (stsg). Pada saat malam hari, nyeri memberat disertai panas yang terutama dirasakan di bagian bawah tungkai, yang sangat mengganggu tidur pasien.Pada bulan Agustus tahun 2013 pasien mengeluhkan bengkak di punggung kaki kiri. Bengkak disertai nyeri dan panas saat dipegang. Pasien tidak mengetahui secara pasti, sebelumnya terdapat luka atau tidak pada punggung kakinya. Sehari-hari pasien bekerja sebagai petani. Sehari sebelum kaki pasien bengkak, pasien memupuk sawah seperti biasa. Sehari-hari pasien tidak mengenakan alas kaki saat bekerja di sawah. Bengkak diketahui muncul saat pagi hari seukuran telur ayam setelah bangun tidur, malam harinya hanya didapatkan bentol-bentol kecil berisi cairan jernih. Bengkak kemudian pecah dan mengeluarkan cairan berwarna jernih, darah (-). Area yang rusak meluas hingga bagian atas punggung kaki. Pasien tidak mengalami demam. Pasien tidak dapat berjalan karena kaki terasa nyeri.Pasien kemudian dibawa ke RSUD Soehadi Prijonagoro Sragen. Selulitis terjadi hingga jaringan yang dalam dan telah terjadi necrotizing fascilitis. Pasien menjalani operasi tunggal pengangkatan jaringan yang rusak pada tanggal 13 Agustus 2013 dan dirawat selama 22 hari.Selanjutnya pasien dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta untuk melakukan operasi split thickness skin graft (stsg). Kulit diambil dari region femur dekstra, femur sinistra dan cruris dekstra. Pasien juga menjalani operasi pemasangan open reduction and eksternal fication (oref) atas indikasi stsg. Pasien telah menjalani 8 kali operasi. Pasien kontrol rutin setiap 4 hari sekali ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

3. Riwayat Penyakit Dahulua. Riwayat tekanan darah tinggi: disangkalb. Riwayat sakit gula: disangkalc. Riwayat sakit asma: disangkald. Riwayat alergi obat/makanan: disangkale. Riwayat trauma: disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluargaa. Riwayat tekanan darah tinggi: disangkalb. Riwayat sakit gula: disangkalc. Riwayat sakit asma: disangkald. Riwayat sakit serupa: disangkal

5. Riwayat Kebiasaana. Riwayat olahraga: jarangb. Riwayat merokok : disangkalc. Riwayat mengkonsumsi jamu/obat-obatan: jamu pegal-linu

6. Riwayat Perkawinan dan Sosial Ekonomi :Pasien adalah seorang laki-laki berusia 78 tahun dengan status menikah. Istri pasien bernama Ny. Mujiati berusia 45 tahun yang bekerja sebagai buruh serabutan. Pasien tinggal serumah dengan suami dan anak-anaknya. Pasien mempunyai 3 orang anak, yaitu anak pertama Sdr. Sutikno yang berusia 21 tahun, anak kedua An. Fitri yang berusia 17 tahun dan anak ketiga An. Mustaqim yang berusia 14 tahun. Sebelum sakit pasien bekerja sebagai petani. Namun, selama sakit pasien tidak dapat bekerja. Saat ini tulang punggung keluarga adalah anak pertama Tn. Sarwo Rejo. Sdr. Sutikno bekerja sebagai karyawan pabrik. Penghasilan Sdr. Sutikno kurang dari Rp. 1.000.000 per bulan. Untuk jaminan kesehatan, pasien memiliki kartu JKN PBI.

7. Riwayat Gizi Pasien makan dua sampai tiga kali dalam sehari dengan lauk tahu, tempe dan sayur mayur. Pasien mengaku jarang mengkonsumsi lauk-pauk hewani karena harganya yang tidak terjangkau. Pasien biasa makan buah-buahan yang ditanam di halaman rumah sendiri seperti pisang dan pepaya.

8. Anamnesis SistemKeluhan Utama: Luka terbuka di tungkai bawah kiri yang tidak sembuh-sembuh1. Kulit: luka terbuka yang tidak sembuh-sembuh di tungkai bawah kiri (+), nyeri (+), pucat (-).2. Kepala: sakit kepala (-), leher cengeng (-), berputar (-), luka(-), benjolan (-)c. Mata: pandangan mata berkunang-kunang (-), pandangan mata kabur (-)d. Hidung: tersumbat (-), mimisan (-)e. Telinga: pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar cairan (-)f. Mulut: sariawan (-), mulut terasa asam (-), mukosa basah (+), papil lidah atropi (-)g. Tenggorokan: sakit menelan (-), serak (-)h. Pernafasan: sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-), batuk darah (-), dahak (-), nyeri dada (-)i. Kardiovaskuler : berdebar-debar (-)j. Gastrointestinal: mual (-), muntah (-), mudah haus (-), diare (-), nafsu makan menurun (-), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan.k. Genitourinaria: BAK 4-5 kali sehari warna kuning jernih dan jumlah dalam batas normal.l. Muskuloskeletal: nyeri sendi (-), nyeri otot (-)m. Ekstremitas: Atas kanan:bengkak (-), luka (-), ujung jari tangan dingin (-)Atas kiri:bengkak (-), luka (-), ujung jari tangan dingin (-)Bawah kanan:bengkak (-), luka (+), ujung jari kaki dingin(-)Bawah kiri:bengkak (-), luka (+), ujung jari kaki dingin(-)

C. PEMERIKSAAN FISIKTanggal 14 April 20141. Keadaan UmumTampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan kurang.2. Tanda VitalTensi:120/80 mmHgNadi:86 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukupPernafasan :19 x/menitSuhu :36,0oC per axilerVAS: 43. Status GiziBB:49 kgTB:163 cmBMI:BB/TB2 = 49 / (1,63) 2 = 18,44 kg/m2Status gizi: kesan kurang4. KulitSawo matang, rambut hitam, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-), venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-), luka terbuka yang tidak sembuh-sembuh di tungkai bawah kiri (+), nyeri (+), pus (+), jaringan granulasi (+).5. KepalaBentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut sukar dicabut.6. MataKonjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+).7. HidungNafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deviasi septum (-).8. MulutBibir pucat (-), bibir kering (-), papil lidah atrofi (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (-)9. TelingaMembran timpani intak, sekret (-)10. TenggorokanTonsil membesar (-), faring hiperemis (-), dahak (-)11. LeherJVP tidak meningkat, trakea di tengah, KGB tidak membesar 12. ThoraksNormochest, simetris, pernapasan thoracoabdominal, retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi infrasternalis (-), sela iga melebar (-)-Cor: I :ictus cordis tak tampakP: ictus cordis tak kuat angkatP: batas kiri atas: SIC II LPSSbatas kanan atas: SIC II LPSDbatas kiri bawah: SIC V 1 cm medial LMCSbatas kanan bawah: SIC IV LPSDpinggang jantung: SIC III LPSSbatas jantung kesan tidak melebarA:BJ III intensitas normal, regular, bising (-)- Pulmo:I:pengembangan dada kanan = dada kiriP:fremitus raba kanan = kiriP:sonor/sonorA:suara dasar vesikuler (+ N/+ N)ronkhi basah kasar (-/-), wheezing (-/-)13. AbdomenI: dinding perut sejajar dinding dada, venektasi (-)P: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak terabaP: timpani seluruh lapang perutA: bising usus (+) normal14. Ektremitas: lihat status lokalisExtremitas superiorExtremitas inferior

DextraSinistraDextraSinistra

Edema---+

Sianosis----

Pucat ----

Akral dingin----

Luka--++

Deformitas----

Ikterik----

Petekie----

Sponn nail----

Kuku pucat----

Clubing finger----

Hiperpigmentasi----

Fungsi motorik5555

Fungsi sensorikNormalNormalNormalNormal

Reflek fisiologis+2+2+2+2

Reflek patologis----

Status Lokalis:a. Regio femur dekstra et sinistra, region cruris dekstra et sinistra: Raw surface (+), jaringan granulasi (-), jaringan nekrotik (-), pus (+) ROM terbatas karena nyeri.b. Regio dorsal, pedis sinistra: Raw surface (-), oedem (+) minimal, NVD (-), ROM terbatas karena nyeri.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium darah yang dilakukan tanggal 29 April 2014,TanggalNilaiSatuanRujukan

HEMATOLOGIRUTIN

Hb10.0g/dl12.3 - 15.3

HCT32.1% 35-47

AL4.4103/l4.0 11.3

AT251103/l150 450

AE3.79106/l4.1 -5.1

INDEX ERITROSIT

MCV84.7/um80-96

MCH26.4Pg28-33

MCHC31.2g/dl33-36

HITUNG JENIS

Netrofil52.5%55-80

Limfosit32.7%22-44

KIMIA KLINIK

Gula darah sewaktu128mg/dl60-140

E. RESUMEPasien mengeluhkan Luka terbuka di tungkai kiri yang tidak sembuh-sembuh yang nyeri dan mengeluarkan cairan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, compos mentis, status gizi kesan kurang. Tanda vital T: 120/80 mmHg, N: 86 x/menit, RR: `19 x/menit, S: 36,0C peraxiller, BB: 49 kg, TB: 163 cm (BMI = 18,44 kg/m2). Pemeriksaan status lokalis di regio femur dekstra et sinistra, regio cruris dekstra et sinistra terdapat raw surface, jaringan granulasi (+), jaringan nekrotik (+), pus (+) ROM terbatas karena nyeri. Regio dorsal, pedis sinistra oedem (+) minimal, NVD (-), ROM terbatas karena nyeri.Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan anemia ringan.

J. FLOW SHEETNama: Tn. Sarwo RejoDiagnosis: Post STSG atas indikasi raw surface regio dorsal pedis dan cruris sinistra et causa selulitis.Tabel 2. Flow Sheet (14, 26 dan 29 April 2014)NoTglKeluhan/ Kondisi pasienPemeriksaan Fisik

TerapiPlanningTarget

1.14-42014Luka terbuka di tungkai bawah kiri yang tidak sembuh-sembuh, terasa nyeri.

Antibiotik yang diresepkan dokter tidak dihabiskan.

Perban hanya diganti saat kontrol ke RSUD Dr. Moewardi.

Pasien tidak pernah berlatih untuk mulai menggerakkan kaki.

Tensi: 120/80 mmHgNadi: 86 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukupPernafasan :19x /menitSuhu :36,0oC (axiler)VAS : 4BB/TB2 = 49 / (1,63) 2 = 18,44 kg/m2 (gizi kesan kurang)

Px Paru, jantung, dan abdomen dalam batas normalKuratif : Na diclofenac 2 x 50 mgCiprofloxacin 2 x 500 mgVit B complex 3 x 5 mgPromotif :Edukasi pasien untuk meminum obat, terutama antibiotik dengan benar.Menerangkan bahaya resistensi antibiotic

Menyarankan pasien dan keluarga mengganti perban setiap 2 hari sekali di tempat pelayanan kesehatan terdekat dengan memanfaatkan JKN PBI

Edukasi untuk mulai melatih kaki bergerak, langkah awal dengan mulai menapakkan kaki sambil duduk di tempat tidur1. Lanjut terapi

2. Kontrol ke RSUD Dr. Moewardisesuai jadwal

3. Mengajari cara perawatan luka kepada keluarga pasien pada pertemuan berikutnya

Menyele-saikan pengobatan dan memberikan suasana yang nyaman hingga keluhan pasien berkurang tiap harinya

1. Antibiotik di minum habis sesuai jadwal

2.Perban diganti 2 hari sekali

3. Mulai berlatih menggerakkan kaki

Menyele-saikan pengobatan dan memberikan suasana yang nyaman hingga keluhan pasien berkurang tiap harinya

1.Antibiotik harus habis, tepat dengan aturan minum obat.

2.Keluarga mengetahui cara merawat luka

3.Mendapat informasi mengenai antibiotik yang akan diberikan untuk melanjutkan terapi berikutnya.

2.26-42014Keluhan belum berkurang

Advice pertemuan sebelumnya tidak dilakukan sama sekali.

Tensi: 110/85 mmHgNadi: 85 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukupPernafasan :17x /menitSuhu :36,0oC (axiler)VAS : 4BB/TB2 = 49 / (1,63) 2 = 18,44 kg/m2 (gizi kesan kurang)

Px Paru, jantung, dan abdomen dalam batas normalKuratif : Na diclofenac 2 x 50 mgCiprofloxacin 2 x 500 mgVit B complex 3 x 5 mgPromotif :Menekankan pada seluruh anggota keluarga untuk bertanya jika perintah/advice tidak dimengerti

Meminta anggota keluarga menjadi pengawas minum obat. Keluarga wajib memastikan pasien menelan obat.

Menekankan bahaya resistansi antibiotik.

Meminta keluarga menceritakan pada dokter yang memegang pasien bahwa selama ini antibiotik tidak dihabiskan. dan menanyakan perlukah antibiotic pengganti.

Mengajari secara langsung cara merawat luka1. Terapi lanjut

2. Kontrol ke RSUD Dr. Moewardi sesuai jadwal

3.Pemeriksaan darah ulangan pada pertemuan berikutnya

3.29-22014Penyembuhan luka berlangsung lebih cepat.Tensi: 120/80 mmHgNadi: 86 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukupPernafasan :19x /menitSuhu :36,0oC (axiler)VAS : 4BB/TB2 = 49 / (1,63) 2 = 18,44 kg/m2 (gizi kesan kurang)

Px Paru, jantung, dan abdomen dalam batas normalKuratif : Na diclofenac 2 x 50 mgCiprofloxacin 2 x 500 mgVit B complex 3 x 5 mgPromotif :Membimbing anak kedua untuk merawat luka.Menyarankan keluarga untuk kontrol ke Puskesmas, agar pengobatan menjadi cost efektif karena tidak perlu menjangkau RSUD Dr Moewardi dengan ambulance atau mobil sewaan.1. Terapi lanjut2. Perawatan berkala 2x sehari dengan mandiri

Menyele-saikan pengobatan dan memberikan suasana yang nyaman hingga keluhan pasien berkurang tiap harinya

.

TAHAP IIIIDENTIFIKASI FUNGSI - FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK1. Fungsi BiologisPenderita atas nama Tn. Sarwo Rejo (78 th). Bentuk keluarga Penderita nuclear family. Penderita tinggal dalam satu rumah dengan seorang istri, Ny. Mujiati (45 th) dan tiga orang anak yaitu Sdr. Sutikno (21 th), An. Fitri (17 th), dan An. Mustaqim (14 th).Keluarga memahami kondisi pasien dan berupaya memberikan kondisi yang nyaman bagi pasien.

2. Fungsi PsikologisHubungan pasien dengan keluarganya sangat baik, mereka saling perhatian. Keluarga mendukung pengobatan Tn. Sarwo Rejo dengan menemani pasien untuk kontrol secara rutin.

3. Fungsi SosialKeluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Tidak terdapat masalah dalam hubungan penderita dan keluarga ataupun dengan masyarakat disekitar rumah. Keluarga ini cukup aktif mengikuti kegiatan kemasyarakatan di lingkungannya seperti kerja bakti. Selama sakit, interaksi social penderita berkurang. Namun, sesekali penderita tetap keluar rumah ditemani salah satu anggota keluarga dengan menggunakan kursi roda agar tidak bosan berada di dalam rumah.

4. Fungsi EkonomiPemasukan utama keluarga ini berasal dari anak pertama yang bekerja sebagai karyawan pabrik tekstil dibantu oleh Ny. Mujiati yang bekerja sebagai buruh serabutan. Penghasilan yang didapat oleh kedua anggota keluarga tersebut < Rp. 1.000.000,00. Untuk jaminan kesehatan, pasien memiliki kartu BPJS PBI.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan BeradaptasiKeputusan-keputusan penting dalam keluarga diambil dengan musyawarah, tidak ada yang mendominasi dalam pengambilan keputusan. Baik kepala keluarga, istri, maupun anak-anaknya saling mendukung satu sama lain dalam mengambil keputusan.

B. FUNGSI FISIOLOGISUntuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. 1. AdaptionTn. Sarwo Rejo lebih nyaman bercerita kepada istrinya, Ny. Mujiati dan begitu pula sebaliknya. Dalam menghadapi masalah, pasien sangat mendapatkan perhatian dari istri dan anak-anaknya. 2. PartnershipSetiap ada permasalahan mengenai pasien, Tn. Sarwo Rejo selalu mendiskusikan bersama istri dan anaknya, begitu pula sebaliknya.3. GrowthTn. Sarwo Rejo mendapat dukungan istri dan anak-anaknya dan peduli dengan kesembuhan pasien.4. AffectionDalam keluarga terdapat rasa saling menyayangi satu sama lain dan saling memberi dukungan.5. ResolveKuantitas maupun kualitas kebersamaan anggota keluarga cukup.

Skoring Hampir selalu: 2 poinKadang kadang : 1 poinHampir tak pernah: 0 poin

Kriteria nilai APGAR8 - 10: baik5- 7: sedang1-4: burukTabel 3. APGAR keluarga Tn. Sarwo RejoAPGAR keluarga Tn. Sarwo RejoTn. ANy. SSdr. YSdr. A

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah1222

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya2122

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru2212

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll2222

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama1222

Total Nilai89910

Fungsi Fisiologis Keluarga = (8+9+9+10) : 4 = 9 (BAIK)KesimpulanSecara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Tn. Sarwo Rejo adalah baik. Hal ini menunjukkan tidak ada masalah maupun hambatan pada interaksi antar individu pada keluarga Tn. Sarwo Rejo.

C. FUNGSI PATOLOGIS SCREEMTabel 4. Tabel SCREEM

SUMBERPATOLOGIKET

SOCIALInteraksi sosial baik antar anggota keluarga. Keluarga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Namun, selama sakit Tn. Sarwo Rejo belum dapat mengikuti beberapa kegiatan kemasyarakatan secara mandiri.+

CULTURALBanyak tradisi budaya yang masih diikuti seperti mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, dll. Pasien menguasai bahasa jawa dan adat kesopanan jawa.-

RELIGIONKetaatan pasien dan keluarga cukup baik, dapat dilihat dari sholat wajib 5 kali setiap harinya dan mengaji.-

ECONOMYEkonomi keluarga ini tergolong rendah dan tidak menetap, untuk kebutuhan sekunder dan tersier kadang sulit terpenuhi. Rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup. +

EDUCATIONPendidikan anggota keluarga kurang memadai. Tn. Sarwo Rejo tidak bersekolah dan Ny. Mujiati hanya tamat SD. Kedua anak tertua keluarga ini tamat SMA dan tidak memiliki rencana melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Anak terakhir masih kelas 2 SMP.+

MEDICALPerhatian keluarga yang diberikan kepada pasien sudah cukup baik seperti selalu mengantarkan pasien untuk kontrol berobat. Namun, pengetahuan keluarga dan pasien terhadap penyakit dan perilaku hidup bersih sehat masih kurang.Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga mendapat pelayanan RSUD Dr. Moewardi dengan menggunakan kartu JKN PBI (jamkesmas).+

KesimpulanDalam keluarga Tn. Sarwo Rejo ini, didapatkan beberapa fungsi yang patologis, diantaranya adalah sosial pasien terhadap masyarakat, pendapatan ekonomi yang masih rendah dan tidak menentu, tingkat pendidikan keluarga yang masih rendah serta pengetahuan penyakit dan perilaku hidup bersih sehat yang masih kurang.D. GENOGRAM

An. M14 thnAn. F17 thnSrr. S21 thn Ny. M45 thnTn. SR (pasien)68 thn

Ny. M45 thnGambar 1. Genogram keluarga Tn. Sarwo Rejo

: Laki-laki yang telah meninggal : Wanita yang telah meninggal : Laki-laki yang masih hidup : Tinggal dalam satu rumah : Wanita yang masih hidup : PasienKeterangan :

Kesimpulan Kakek maupun nenek dalam keluarga inti Tn Sarwo Rejo dan Ny. Mujiati sudah meninggal dunia. Saat ini pasien, Tn. Sarwo Rejo tinggal bersama istri kedua dan ketiga anaknya. Sebelumnya pasien telah satu kali menikah, memiliki 6 anak dan 13 cucu. Di dalam garis keturunan Tn. Sarwo Rejo tidak didapatkan penyakit yang diturunkan. Pada genogram tidak ditemukan gejala penyakit menular maupun peyakit yang sama pada kerabat yang lain. E. POLA INTERAKSI KELUARGA

Ny. MSdr. SAn. FAn. MTn. SR

Gambar 2. Pola interaksi keluargaKeterangan: Hubungan HarmonisKesimpulanHubungan antara tiap anggota keluarga Tn. Sarwo Rejo cukup harmonis.

F. FAKTOR-FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN1. PemahamanPemahaman keluarga mengenai hygiene dan sanitasi masih rendah. Pengetahuan mengenai penyakit juga masih kurang. Seluruh anggota keluarga tidak mengetahui tata cara konsumsi antibiotik sehingga selama ini antibiotik yang diresepkan tidak pernah habis di minum. Keluarga telah mendapat penjelasan untuk mengganti perban setiap 2 hari sekali akan tetapi keluarga tidak melaksanakan karena memahami perban telah diganti secara berkala setiap kali kontrol di rumah sakit meskipun mereka telah mendapat pelatihan dan memiliki peralatan sendiri di rumah. Akibatnya, penyembuhan luka berlangsung lama selain karena pergantian perban yang terlambat, faktor utama adalah antibiotik yang tidak dihabiskan.2. Sikap Sikap pasien terhadap penyakit yang dideritanya belum baik, pasien sering mengeluhkan penyakitnya yang tidak segera sembuh namun jarang meminum obat, pasien juga belum mau melatih kaki kirinya untuk bergerak sehingga sering merasakan pegal dan linu. Keinginan pasien dan keluarga untuk kesembuhan penyakit besar akan tetapi saran dan nasehat dari dokter sering tidak disikapi secara serius, dan tidak dianggap sebagai sesuatu yang wajib dilaksankan. Apabila belum faham, mereka cenderung diam dan tidak bertanya karena takut dimarahi.3. TindakanPasien dan keluarga memperlihatkan tindakan yang belum konsisten untuk memperjuangkan kesembuhan penyakit. Beberapa tindakan seperti tetap menyewa mobil untuk kontrol saat tidak ada ambulance gratis yang dapat digunakan, menyediakan tempat tidur khusus yang diletakkan di samping ruang tamu demi kenyamanan pasien, menunjukkan keluarga pasien menyadari pentingnya pengobatan dan mengharapkan kondisi pasien lebih baik. Namun, beberapa tindakan masih kontradiktif seperti kurang pro aktifnya pasien dan keluarga untuk memdapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai penyakit, tidak ada pemantau minum obat sehingga minum obat sering terlewat, perban tidak diganti lebih cepat meskipun telah diberi pengertian bahwa mengganti perban dapat dilakukan secara mandiri atau dengan memanfaatkan JKN PBI di PKD atau puskesmas.

G. FAKTOR-FAKTOR NON PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN 1. Lingkungan Rumah yang dihuni Tn. Sarwo Rejo dan keluarga adalah rumah pribadi dengan kondisi sederhana, luas rumah sesuai dengan kriterian kepadata hunian (10 x 10 m). Rumah terdiri dari ruang tamu, dua kamar utama, mushola, ruang makan, dapur dan sumur. Pencahayaan di ruang tamu cukup baik namun ruang-ruang tengah tampak gelap dengan ventilasi sedikit. Rumah tampak rapi di ruang-ruang bersama akan tetapi beberapa kamar tampak berantakan. Lantai dapur masih tanah dan keluarga ini tudak memiliki jamban dan kamar mandi. Sumber air bersih untuk mandi, mencuci dan masak berasal dari sumur. Sedangkan BAB biasa dilakukan di sungai.Halaman rumah cukup luas, berbatasan dengan tanah rendah didepan rumah yang tergenang air dan ditumbuhi tanaman air.2. Keturunan Tidak didapatkan riwayat penyakit diturunkan dalam keluarga ini.3. Pelayanan Kesehatan Rumah penderita relatif dekat dengan pusat pelayanan kesehatan primer. Pusat pelayanan kesehatan seperti PKD dan puskesmas dapat dicapai dengan sepeda motor. Pasien juga menerima JKN PBI yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis.Untuk mencapai RSUD pasien memanfaatkan layanan ambulance gratis dari puskesmas. Jika ambulance tidak tersedia, keluarga mengusahakan mobil sewaan untuk mencapai rumah sakit.

Lingkungan:Penerangan dan ventilsi tidak merata, dapur masih tanah. Rumah tidak dilengkapi jamban dan kamar mandi.Pemahaman:Pasien dan keluarga tidak cukup faham mengenai penyakit dan penanganannya di rumah.Sikap:Sikap pasien terhadap penyakit yang diderita masih kurang baik. Keluarga pasif terhadap advice dokter Keturunan:Tidak ada faktor keturunan yang berpengaruh terhadap penyakitTn. Sarwo Rejo (78 tn)Tindakan:Obat tidak dimimun rutin, perban hanya diganti saat kontrol. Pelayanan Kesehatan Pasien cukup mudah ke Puskesmas, namun transportasi ke RSUD kadang kesulitan

Gambar 3. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

: Faktor Perilaku : Faktor Non Perilaku

H. IDENTIFIKASI INDOOR DAN OUTDOOR

URuang TamuTempat Tidur Tn. Sarwo RKamar Tidur UtamaKamar Tidur Anak IIKamar Tidur Anak IMusholaRuang MakanDapurTerasSumurHalaman Gambar 4. Denah Rumah Tn. Sarwo Rejo

BAB IVDIAGNOSIS HOLISTIK

A. Diagnosis BiologisPost STSG atas indikasi raw surface regio dorsal pedis dan cruris et causa selulitis

B. Diagnosis PsikologisHubungan penderita dengan anggota keluarga lain terjalin harmonis.

C. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya Selama sakit Tn. Sarwo Rejo belum dapat mengikuti beberapa kegiatan kemasyarakatan secara aktif. Namun, hubungannya dengan masyarakat sekitar tetap terjalin baik. Pendapatan keluarga berkurang karena semenjak sakit Tn, Sarwo Rejo kehilangan mata pencarian sebagai petani. Tulang punggung keluarga kini adalah anak tertua Tn. Sarwo Rejo dan Istrinya.

TAHAP VPEMBAHASAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

A. PEMBAHASANPenyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, atau oleh keduanya disebut pioderma. Penyebab utamanya ialah Staphylococcus aureus dan Streptococcus B hemolyticus, sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni normal di kulit dan jarang menyebabkan infeksi. Faktor predisposisi pioderma adalah higiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh, dan telah ada penyakit lain di kulit. Salah satu bentuk pioderma adalah selulitis. Selulitis merupakan peradangan akut terutama menyerang jaringan dermis dan subkutis(Djuanda, 2008; Fitzpatrick, 2008).Faktor risiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pembuluh vena maupun pembuluh getah bening. Lebih dari 40% penderita selulitis memiliki penyakit sistemik. Penyakit ini biasanya didahului trauma, karena itu tempat predileksinya di tungkai bawah. Gejala prodormal selulitis adalah demam dan malaise, kemudian diikuti tanda-tanda peradangan yaitu bengkak (tumor), nyeri (dolor), kemerahan (rubor), dan teraba hangat (kalor) pada area tersebut (Djuanda, 2008; Pandaleke, 1997). Tn Sarwo Rejo, memiliki faktor predisposisi untuk menderita selulitis berupa hygiene yang kurang yaitu tidak mengenakan alas kaki, alat perlindungan diri saat bekerja di sawah. Faktor risiko lain berupa trauma lokal, luka terbuka, gangguan pembuluh darah / getah bening maupun penyakit sistemik disangkal oleh pasien.Gejala prodormal yang tergali selama anamnesis adalah bengkak (tumor), nyeri (dolor), kemerahan (rubor), dan teraba hangat (kalor) pada area dorsal pedis. Bengkak berukuran telur ayam, yang disertai bula yang kemudian pecah pagi, hari selanjutnya. Onset penyakit berlangsung akut, hanya 1 hari. Setelah bula pecah infeksi menyebar ke region cruris. Infeksi memberat sehingga terjadi necrotizing fascilitis . Tn. Sarwo rejo dirujuk ke RSUD Soehadi Prijonagoro Sragen. Pasien menjalani operasi tunggal pengangkatan jaringan yang rusak pada tanggal 13 Agustus 2013 dan dirawat selama 22 hari.Selanjutnya Tn. Sarwo Rejo dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta untuk melakukan operasi split thickness skin graft (stsg). Kulit yang digunakan untuk menutup area yang terbuka diambil dari region femur dekstra, femur sinistra dan cruris dekstra. Pasien juga menjalani operasi pemasangan open reduction and eksternal fication (oref) atas indikasi stsg. Pasien telah menjalani 8 kali operasi. Pasien kontrol rutin setiap 4 hari sekali ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Sebagian besar kasus selulitis dapat sembuh dengan pengobatan antibiotik. Infeksi dapat menjadi berat dan menyebabkan infeksi seluruh tubuh jika terlambat dalam memberikan pengobatan. Namun, dalam kasus ini, keluarga Tn. Sarwo tidak memiliki pemahaman yang baik mengenai pengobatan yang harus dijalani. Keluarga bersikap pasif terhadap nasihat dokter. Antibiotik yang diresepkan tidak habis diminum, perban juga hanya diganti saat kontrol. Setelah mendapat edukasi tatalaksana minum obat, antibiotik tetap tidak habis. Faktor yang diidentifikasikan berikutnya sebagai penyebab adalah tidak adanya pemantau minum obat. Akibatnya meskipun telah mendapat penanganan yang baik di rumah sakit, penyembuhan luka berlangsung lama. Lamanya masa penyembuhan menyebabkan masalah biopsiko sosial yang baru. Pasien tidak dapat melansanakan fungsinya untuk mencari nafkah bagi keluarga. Selain itu, pasien juga tidak dapat berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Di dalam rumah sendiri, pasien menjadi tidak mandiri untuk memenuhi kebutuhan pribadinya dan amat tergantung kepada anggota keluarga yang lain. Hal ini tidak sampai menyebabkan gangguan depresi pada lansia. Namun, masalah depresi pada lansia adalah hal yang sering terjadi sehingga perlu diwaspadai. Keluarga tetap diberi pengertian untuk memberikan kondisi senyaman mungkin kepada pasien dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kepedulian keluarga dan perhatian merupakan kunci utama penyembuhan penyakit, terutama pada lansia. Lansia memiliki kemampuan koordinasi diri yang telah menurun, untuk minum obat atau merawat diri selain karena sakit yang diderita factor ini menambah keterbantungan pasien sehingga pasien memerlukan pemantau minum obat dan keluarga yang mengganti perban berkala secara rutin.Ekonomi keluarga ini tergolong rendah dan tidak menetap, untuk kebutuhan sekunder dan tersier kadang sulit terpenuhi. Rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Oleh karena itu, perawatan pasien di rumah hendaklah dilakukan secara benar agar penyembuhan berjalan cepat dan cost effective.

B. SARAN KOMPREHENSIF 1. Promotif dan PreventifEdukasi kepada keluarga pasien berupa:a. Pemahaman tentang hygiene dan sanitasi terhadap keluarga.b. Pentingnya memiliki jamban sehat, mendorong untuk menyisihkan penghasilan dan menjadikan pengadaan jamban sebagai salah satu prioritas utama.c. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada secara optimal.d. Komunikasikan terhadap antar anggota keluarga yang memiliki masalah dan dicari pemecahan masalahnya bersama-sama.e. Edukasi keluarga untuk senantiasa menerapka Perilaku Hidup Bersih Sehat.2. KuratifNon Medikamentosaa. Edukasi pasien agar makan, istirahat dan olahraga yang cukup, serta tetap rajin beribadah.b. Edukasi untuk meminum obat secara benar. Menunjuk keluarga sebagai pemantau minum obat. Keluarga harus memastikan obat ditelan oleh pasien.

Medikamentosaa. Na diclofenac 2 x 50 mgb. Ciprofloxacin 2 x 500 mgc. Vit B complex 3 x 5 mg3. Rehabilitatifa. Pada tahap pasien masih mendapatkan pengobatan, anjuran rehabilitasi yang dianjurkan terutama melatih mobilitas kaki sedikit demi sedikit.b. Hendaknya pelayanan kesehatan meningkatkan pelayanan kunjungan rumah (home visit) kepada pasien agar kondisi dan pemulihan pasien selalu terpantau.

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2008Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, seventh edition. New York: McGrawHill: 2008Pandaleke, HEJ. Erisipelas dan selulitis. Fakultas kedokteran Universitas Samratulangi; Manado. Cermin Dunia Kedokteran No. 117, 1997

viiLAMPIRAN

Rumah Tn. SR tampak dari depan Halaman rumah Tn. SR Tempat tidur Tn. SR Dapur rumah Tn. SR

Dokter Muda FK UNS mengajarkan Anak Tn. SR berlatih merawat luka

viii cara merawat luka

Luka pada kulit (21 April 2014) Luka pada kulit (29 April 2014)

Dokter Muda FK UNS bersamadengan keluarga Tn. SR

ix 25