isi laprak alat+media
TRANSCRIPT
1
A. PENDAHULUAN
Mikrobiologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup
mikrobiologis seperti bakteri, jamur, khamir, algae, kapang, virus , bakteri dal lain-
lain. Salah satu ilmu terapan dari ilmu mikrobiologi adalah mikrobiologi pangan.
Langkah awal untuk mempelajari mengenai mikrobiologi pangan adalah dengan
mengenal alat-alat laboratorium yang digunakan untuk mempelajari mikrobiologi
pangan, serta mengetahui fungsi, cara kerja dan bagaimana menggunakan alat
tersebut. Peralatan yang digunakan dalam praktikum dan penelitian mikrobiologi
sebagian besar sama dengan peralatan yang digunakan dalam praktikum kimia,
diantaranya : tabung reaksi, pipet ukur, labu erlenmeyer, gelas piala, botol tetes,
pembakar spiritus, rak, tabung reaksi, dsb. Selain itu ada juga beberapa alat khusus
yang harus diketahui dan dipelajari cara penggunaannya oleh mahasiswa.
Medium pertumbuhan mikroba atau yang biasa disebut medium diperlukan
mikroba untuk menumbuhkan mikroba. Medium harus nengandung semua zat yang
diperlukan, yaitu nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan untuk bahan
pembangun plasma serta untuk mensintesis bagian-bagian sel. Pembuatan medium
mikroba tidak selalu sama karena setiap mikroba mempunyai fisiologi tertentu,
sehingga memerlukan nutrisi tertentu pula.
B. TUJUAN
1. Untuk mengenal alat dan bahan yang digunakan pada praktikum mikrobiologi
pangan
2. Untuk mengetahui fungsi dari alat dan bahan yang digunakan pada praktikum
mikrobiologi pangan
3. Untuk mengetahui cara penggunaan alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum mikrobiologi pangan
2
4. Untuk mengetahui jenis-jenis medium yang digunakan pada praktikum
mikrobiologi pangan
5. Untuk mengetahui fungsi dari masing-masing medium yang digunakan pada
praktikum mikrobiologi pangan
6. Untuk mengetahui cara pembuatan dari masing-masing medium yang digunakan
pada praktikum mikrobiologi pangan
C. TINJAUAN PUSTAKA
1) Pengenalan Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum dan penelitian mikrobiologi
sebagian besar sama dengan peralatan yang digunakan dalam praktikum kimia,
diantaranya: tabung reaksi, pipet ukur, labu Erlenmeyer, gelas piala, botol tetes,
pembakar spirtus, rak tabung reaksi, dsb. Selain itu ada juga beberapa alat khusus
yang harus diketahui dan dipelajari cara penggunaannya oleh mahasiswa,
diantaranya: mikroskop, autoklaf, alat penghitung koloni (colony counter), oven,
incubator, jarum tanam, penangas air (water bath), penyuling air dan ruang laminar.
Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati
obyek yang berukuran sangat kecil. Hal ini membantu memecahkan persoalan
manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Ada dua jenis mikroskop
berdasarkan pada kenampakan obyek yang diamati, yaitu mikroskop dua dimensi
(mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangkan
berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan
mikroskop elektron.
Selain mikroskop, terdapat beberapa alat lain dan funginya, diantaranya:
Autoklaf yang digunakan untuk mensterilkan bahan/alat/media dengan cara
pemanasan basah; Alat penghitung koloni yang digunakan untuk menghitung
banyaknya koloni mikroorganisme yang ditumbuhkan pada cawan bermedium; Oven
3
yang digunakan untuk mensterilkan alat (peralatan gelas dan logam); Inkubator yang
berfungsi sebagai tempat inkubasi dengan suhu tetap; Jarum tanam untuk menanam
suatu mikroorganisme pada media; Penangas air yang berfungsi seperti inkubator
tetapi memerlukan air untuk memanaskan medium, biakan atau bahan lain pada suhu
konstan; dan penyulingan air digunakan untuk membuat air suling dengan cara
penyaringan.
2) Pembuatan Media
Mikroorganisme tersebar luas di alam lingkungan, dan sebagai akibatnya produk
pangan jarang sekali yang steril dan umumnya tercemar oleh berbagai jenis
mikroorganisme. Bahan pangan selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga
sebagai sumber makanan bagi perkembangan mikroorganisme. Pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme dalam makanan sangat erat hubungannya dengan
kehidupan manusia.
Untuk mempelajari mikroorganisme yang mempunyai ukuran kecil ini
diperlukan adanya suatu pengamatan. Pengamatan itu dapat dilakukan dengan
pembiakan mikroorganisme yang berfungsi memudahkan pengamatan. Oleh karena
itu, diperlukan suatu media pertumbuhan mikroorganisme. Media pertumbuhan
mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan
(nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme
memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk
menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolasi
mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media
pertumbuhannya.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan pada media padat atau cair. Media yang
diperlukan harus mengandung semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya
antara lain protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin. Berikut adalah jenis-
jenis media yang dapat digunakan untuk pembiakan mikroorganisme:
Media berdasarkan bentuk fisik
1. Media Padat
4
Media padat dapat dibuat dari agar dengan konsentrasi 1-2 % w/v . Agar
digunakan karena tidak mudah terdegradasi oleh bakteri, mencair pada
suhu 980C dan memadar pada suhu 440C. Contoh: nutrient agar
2. Media Cair
Media ini dibuat tanpa menambahkan agar sehingga bentuknya cair
(broth). Contohnya: nutrient broth.
Media berdasarkan kegunaannya
1. Media umum. Media ini dapat ditumbuhi berbagai jenis mikroorganisme.
Contoh: nutrient agar (NA), Potato Dextrose Agar (PDA), dll.
2. Media selektif. Komposisi media ini dibuat untuk menumbuhkan jenis
mikroorganisme tertentu saja, misalnya: Salmonella Shigella Agar (SSA)
3. Media diferensial. Media ini dapat membedakan jenis mikroorganisme
yang satu dengan yang lain, khususnya secara visual. Perbedaan ini timbul
akibat reaksi kimia dalam media dengan jenis bakteri tertentu, misalnya:
Eosin Methylen Blue Agar (EMBA)
4. Media pengkayaan (Enrichment medium). Media ini berguna untuk
memperbanyak jumlah biakan mikroorganisme yang diinginkan,
misalnya: Malt Ekstrak Agar (MEA) untuk memperbanyak khamir.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Lampu spiritus / Bunsen
2. Tabung reaksi
3. Tabung durham
4. Rubber Bulb Filler
5. Pipet tetes
6. Gelas ukur
7. Gelas piala
8. Pengaduk
9. Mikroskop
10. Rak tabung
11. Cawan Petri
12. Colony Counter
13. Autoklaf
14. Oven
15. Inkubator
16. Jarum tanam
17. Laminar Flow Cabinet
18. Hot plate dan Stirrer
5
19. Labu Erlenmeyer
20. Sumbat tabung reaksi dari
kapas
21. Sumbat tabung reaksi dari kain
kasa
` BAHAN
1. Nutrien agar
2. Aquades
E. CARA KERJA
1. Amati alat-alat laboratorium yang digunakan untuk mempelajari
mikroorganisme
2. Carilah informasi mengenai fungsi masing-masing alat
3. Pelajari bagaimana penggunaan masing – masing alat
4. Persiapkan bahan yang akan digunakan untuk membuat media
5. Untuk membuat medium padat, Timbanglah 1.4 gr nutrien agar dan 50 mL
aquades
6. Campurkan 1.4 gr agar nutrien dengan 50 mL aqudes di dalam labu
erlenmeyer
7. Panaskan campuran tersebut pada penangas air hingga mendidih
8. Tuang campuran yang telah mendidih di dalam 5 tabung reaksi dengan
masing-masingnya 10 mL
9. Tutuplah semua tabung raksi dengan sumbat tabung yang terbuat dari kapas
atau kain kasa
10. Selanjutnya tabung reaksi dimasukkan kedalam autoklaf. Sterilisasi dilakukan
pada suhu 121°C selama 15 menit
11. Untuk membuat medium cair, masukkan 5 mL aquades kedalam tabung reaksi
12. Masukkan aquades ke dalam tabung durham
13. Masukkan tabung durham yang telah berisi aquades dalam kondisi terbalik ke
dalam tabung reaksi
6
14. Amati apa yang terjadi, apakah ada gelembung gas yang tampak pada aquades
dalam tabung durham.
F. HASIL PENGAMATAN
a) Pengenalan Alat
1. Lampu spiritus / Bunsen
2. Tabung reaksi
3. Tabung durham
4. Rubber Bulb Filler
5. Pipet
6. Gelas ukur
7. Gelas piala
8. Pengaduk
9. Mikroskop
10. Rak tabung
11. Cawan Petri
12. Colony Counter
13. Autoklaf
14. Oven
15. Inkubator
16. Jarum tanam
17. Laminar Flow Cabinet
18. Hot plate dan Stirrer
19. Labu Erlenmeyer
20. Neraca Analitik
21. Sumbat tabung reaksi dari kapas
22. Sumbat tabung reaksi dari kain kasa
(1) (2)
7
(4) (5) (6)
(7) (8) (9)
(10) (11) 12
13 (14) (15)
8
(16) (17) (18)
(19) (20 (21&22)
b) Pembuatan Media
`
G. PEMBAHASAN
1) Pengenalan Alat
Beberapa alat laboratorium dapat digunakan untuk mempelajari
mikroorganisme. Setiap alat memiliki fungsi dan cara kerja yang berbeda-beda.
Nutrien agar yang telah dicampur dengan aquades
Medium cair dengan tabung
durham
9
Berikut adalah penjelasan mengenai alat-alat laboratorium yang dipergunakan untuk
mempelajari mikroorganisme:
1. Lampu Spiritus/Bunsen
Bunsen adalah lampu yang menggunakan bahan bakar spiritus dan digunakan
untuk sterilisasi alat-alat dengan pembakaran. Api yang menyala dapat
membuat aliran udara karena oksigen dikonsumsi dari bawah dan diharapkan
kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran udara tersebut. Untuk sterilisasi
jarum ose atau yang lain, bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya
adalah bagian api yang berwarna biru (paling panas). Perubahan bunsen dapat
menggunakan bahan bakar gas atau metanol.
2. Tabung Reaksi
Tabung reaksi terbuat dari kaca dan merupakan wadah dalam menumbuhkan
mikroba dengan medium air dalam bentuk media tegak atau miring yang
disumbat dengan kapas, dibulatkan lalu disterilkan dengan kapas berada tetap
di atasnya dan diikat.Tabung reaksi disterilkan dengan cara dibungkus kertas
dan selanjutnya dapat disterilkan dalam oven, inkubator dan autoklaf. Di
dalam mikrobiologi, tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan
menumbuhkan mikroba. Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair.
Tutup tabung reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik atau
aluminium foil. Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur
menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tube agar)
dan agar miring (slants agar). Untuk membuat agar miring, perlu diperhatikan
tentang kemiringan media yaitu luas permukaan yang kontak dengan udara
tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebar dan hindari jarak media yang
terlalu dekat dengan mulut tabung karena memperbesar resiko kontaminasi.
Untuk alas dan efisiensi, media yang ditambahkan berkisar 10-12 ml tiap
tabung.
10
3. Tabung Durham
Tabung durham memiliki bentuk yang sama seperti tabung reaksi, akan tetapi
ukurannya lebih kecil. Fungsi tabung ini adalah sebagai indikator terjadinya
fermentasi. Selain itu tabung durham berfungsi untuk menampung/ menjebak
gas yang terbentuk akibat metabolisme pada bakteri yang diujikan. Fermentasi
terjadi jika gelembung-gelembung udara muncul pada bagian tabung kecil di
dalam tabung durham. Penempatan tabung ini harus terbalik dalam tabung
reaksi dan harus terendam sempurna dalam media (jangan sampai ada sisa
udara). Hal ini dilakukan agar gas yang dihasilkan oleh bakteri dapat terlihat
dengan jelas.
4. Rubber Bulb Filler
Alat ini digunakan untuk menyedot larutan, dapat dipasang pada pangkal pipet
ukur. Bahan filler ini terbuat dari karet yang merupakan karet yang resisten
bahan kimia. Filler memiliki 3 saluran yang masing-masing saluran memiliki
katup. Katup yang bersimbol A (aspirate) berguna untuk mengeluarkan udara
dari gelembung. S (suction) merupakan katup yang jika ditekan, maka cairan
dari ujung pipet akan tersedot ke atas. Kemudian katup E (exhaust) berfungsi
untuk mengeluarkan cairan dari pipet ukur.
5. Pipet
Pipet tetes digunakan untuk memindahlan sejumlah larutan secara akurat dari
suatu wadah ke dalam tabung reaksi untuk pengenceran atau penetapan kadar,
biasanya bersama-sama dengan pengisi pipet (pipette fillers). Ada beberapa
macam pipet; yaitu:
Pipet Ukur (Measuring Pippete)
Pipet ukur merupakan alat untuk memindahkan larutan dengan volume
yang diketahui. Tersedia berbagai macam ukuran kapasitas pipet ukur,
diantaranya pipet berukuran 1 ml, 5 ml dan 10 ml. Cara penggunaanya
adalah cairan disedot dengan pipet ukur dengan bantuan filler sampai
11
dengan volume yang diinginkan. Volume yang dipindahkan
dikeluarkan menikuti skala yang tersedia (dilihat bahwa skala harus
tepat sejajar dengan mensikus cekung cairan) dengan cara
menyamakan tekanan filler dengan udara sekitar.
Pipet Tetes (Pasteur Pippete)
Fungsinya sama dengan pipet ukur, namun volume yang dipindahkan
tidak diketahui. Salah satu penerapannya adalah dalam menambahkan
HCl / NaOH saat mengatur pH media, penambahan reagen ada uji
biokimia, dan lain-lain.
6. Gelas Ukur
Gelas ukur dipakai untuk menakar air suling dan bahan kimia yang akan
digunakan. Ukuran gelas ukur bermacam-macam mulai dari volme 25 ml
sampai dengan 250 ml. Jenis gelas ukur yang ada tahan panas (dari pirex) dan
ada yang tidak tahan panas (dari gelas biasa). Untuk pembuatan larutan
sterilisasi eksplan yaitu chlorox selalu membutuhkan gelas ukur ini. Pada saat
mengukur volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan berdasarkan
meniskus cekung larutan.
7. Gelas Piala
Gelas piala (glass ware) dibutuhkan utnuk menuangkan atau mempersiapkan
baha kimia dan air suling dalam pembuatan medium. Ukuran volmenya juga
bermacam-macam, misalnya 100 ml, 300 ml, sampai 1000 ml. Gelas ukur ini
biasanya jarang disterilkan karena penggunaannya hanya untuk pembuatan
medium saja.
8. Pengaduk
Pengaduk biasanya terbuat dari kaca atau pirex sehingga dapat dipanaskan
dengan autoklaf. Alat ini digunakan utnuk mengaduk bahan kimia atau adar-
agar sebagai pemadat medium, supaya mudah larut.
12
9. Mikroskop
a) Mikroskop Cahaya (Brightfield Microscope)
Salah satu alat untuk melihat sel mikroorganisme adalah mikroskop cahaya.
Dengan mikroskop kita dapat mengamati sel bakteri yang tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang. Cara penggunaan mikroskop adalah dengan
membelakangi bagian belakang mikroskop.Satuan yang biasanya digunakan
pada objek yang dilihat melalui mikroskop adalah Mikron (1 milimeter =
1000mikron ) .
Perbesaran total didapat dari hasil perkalian perbesaran lensa objektif dengan
lensaOkuler.Misalnya pengamatan menggunakan lensa objektif dengan
pembesaran 45 kali dan lensa okuler perbesaran 10 kali maka perbesaran total
adalah = 10 x 45 = 450 kali ukuran semula.
Berikut merupakan bagian-bagian dari mikroskop cahaya:
Keterangan:
13
1. Eyepiece / oculars (lensa okuler)
Untuk memperbesar bayangan yang dibentuk lensa objektif
2. Revolving nosepiece (pemutar lensa objektif)
Untuk memutar objektif sehingga mengubah perbesaran
3. Observation tube (tabung pengamatan / tabung okuler)
4. Stage (meja benda) untuk meletakkan spesimen
5. Condenser (condenser)
Untuk mengumpulkan cahaya supaya tertuju ke lensa objektif
6. Objective lense (lensa objektif)
Untuk memperbesar specimen
7. Brightness adjustment knob (pengatur kekuatan lampu)
Untuk memperbesar dan memperkecil cahaya lampu
8. Main switch (tombol on-off)
9. Diopter adjustmet ring (cincin pengatur diopter)
Untuk menyamakan focus antara mata kanan dan kiri
10. Interpupillar distance adjustment knob (pengatur jarak interpupillar)
11. Specimen holder (penjepit spesimen)
12. Illuminator (sumber cahaya)
13. Vertical feed knob (sekrup pengatur vertikal)
Untuk menaikkan atau menurunkan object glass
14. Horizontal feed knob (sekrup pengatur horizontal)
Untuk menggeser ke kanan / kiri objek glas
15. Coarse focus knob (sekrup fokus kasar)
Menaik turunkan meja benda (untuk mencari fokus) secara kasar dan cepat
16. Fine focus knob (sekrup fokus halus)
Menaik turunkan meja benda secara halus dan lambat
17. Observation tube securing knob (sekrup pengencang tabung okuler)
18. Condenser adjustment knob (sekrup pengatur kondenser) untuk menaik-turunkan
kondenser
14
b) Mikroskop Stereo (Zoom Stereo Microscope)
Mikroskop ini berfungsi untuk melihat objek yang membutuhkan perbesaran
tidak terlalu besar. Mikroskop stereo biasanya digunakan untuk mengamati
secara detail bentuk koloni dan jamur.
Berikut bagian-bagian dari mikroskop stereo:
Keterangan:
1. Oculars eyepiece (lensa okuler)
2. Diopter adjustment ring (cincin pengatur diopter)
3. Zoom control knob (sekrup pengatur pembesaran)
4. Focusing knob (sekrup pengatur fokus)
5. Stage plate (pelat tempat specimen diletakkan)
6. Stage clip (penjepit spesimen / preparat)
10. Rak tabung
Berfungsi sebagai tempat dudukan tabung, prinsip kerjanya yaitu tabung
reaksi diletakkan sesuai tempat (lubang yang tersedia) dan disimpan ditempat
yang aman (Hala, 2009).
15
11. Cawan petri
Alat ini sejenis dengan gelas kimia yang mutlak dibutuhkan dalam kultur
jaringan. Cawan petri biasanya disterilkan bersama dengan kertas saring di
dalamnya. Cawan petri perlu dicuci bersih kemudian dikeringkan, setelah
kering dibungkus dengan kertas putih cokelat untuk disterilisasi dengan oven.
Alat ini berfungsi untuk pembuatan kultur media (Hala, 2009).
12. Coloni counter
Alat ini berfungsi untuk menghitung jumlah koloni bakteri atau jamur. Cara
menggunakannya yaitu setelah menekan tombol on, simpanlah cawan petri yang
berisi bakteri atau jamur ke dalam kamar hitung, lalu aturlah alat penghitung pada
posisi yang benar dan mulai menghitung dengan menggunakan jarum penunjuk
sambil melihat jumlah pada layar hitung (Taiyeb, 2001).
Coloni counter merupakan alat yang berfungsi sebagai penghitung jumlah
mikroba pada cawan petri menggunakan sinar dan luv. Perhitungan mikroba dapat
dilakukan dengan perbesaran menggunakan luv atau dengan menandai beberapa
koloni yang terdapat pada cawan petri menggunakan bulpoint yang terdapat pada
coloni counter dan juga menggunakan tombol check. Namun dalam pengenalan alat
di Laboratorium Gizi UI memiliki coloni counter yang sudah tidak dapat digunakan.
13. Autoklaf
Autoklaf adalah alat untuk mensterilisasikan berbagai macam alat dan
medium kultur jaringan. Alat-alat yang berupa glass ware maupun dissecting kit
sebelum digunakan harus diterilisasikan dahulu. Demikian juga medium yang sudah
dimasukkan ke dalam botol, medium harus disterilkan juga. Dengan pemanasan di
dalam autoklaf maka bakteri dan mikroba dapat mati akibat suhu yang tinggi (121oC)
dan tekanan uap air yang besar (1,5 kg/cm2) selama 15 menit. Suhu dan tekanan yang
tinggi ini bertujuan untuk dapat membunuh bakteri sampai ke endospora.
16
Autoklaf mempunyai cara kerja yang hampir sama dengan alat masak
pressure cooker, sebab alat ini merupakan sebuah bejana yang dapat diidi air dan
ditutup rapat. Autoklaf ada yang model listrik tetapi ada pula yang harus diletakkan di
atas kompor gas. Jika alat ini dipanaskan, maka akan terjadi uap air tidak dapat keluar
karena bejana tertutp rapat, sehingga tekanan di dalam autoklaf naik sampai melebihi
tekanan normal. Kenaikan tekanan uap akan menyebabkan air mendidih di atas
100oC. Apabila tekanan uap tidak diatur, maka akan semakin bertambah tingi. Oleh
karena itu, tekanan perlu diatur sampai mencapai 1,5 kg/cm2. Pada tekanan ini
mikrobia akan mati.
Cara pengaturan tekanan uap dalam alat ini adalah dengan mengatur katup
yang terdapat pada tutup autoklaf. Karena suhu akan naik sesuai dengan tekanan uap
yang dikehendaki, maka jika tekanan uap melebihi batas yang dikehendaki katup
akan membuka karena desakan uap. Dengan demikian tekanan akan dapat
dipertahankan sebab sebagian uap keluar. Untuk memantau tekanan uap dan suhu,
autoklaf dilengkapi dengan manometer dan termometer.
Diagram autoklaf vertical
17
1. Tombol pengatur waktu mundur
(timer)
2. Katup pengeluaran uap
3. pengukur tekanan
4. kelep pengaman
5. Tombol on-off
6. Termometer
7. Lempeng sumber panas
8. Aquades (dH2O)
9. Sekrup pengaman
10. Batas penambahan air
Cara Penggunaan :
1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf. Jika air
kurang dari batas yang ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut.
Gunakan air hasil destilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.
2. Masukkan peralatan dan bahan. Jika mensterilisasi botol bertutup ulir, maka tutup
harus dikendorkan.
3. Tutup autoklaf dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap
yang keluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih
dahulu.
4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu
121oC.
5. Tunggu samapai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen autoklaf
dan terdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup
(dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak
tekanan mencapai 2 atm. Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan
dalam kompartemen turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan
18
(jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka nol). Kemudian klep-klep
pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati.
14. Oven
Alat ini digunakan untuk sterilisasi alat-alat yang tahan terhadap panas tinggi
misalnya cawan petri, tabung reaksi, labu Erlenmeyer, dan lain-lain. Alat ini
umumnya dilengkapi termometer.Prinsip kerjanya yaitu alat-alat yang ingin
disterilkan dibungkus dalam kertas kemudian dimasukkan dalam oven lalu
ditutup.Setelah itu mengaktifkan tombol power dan mengatur suhu yang
diinginkan. Temperatur yang digunakan untuk alat ini umumnya 1800 C
selama 2 jam.(Ali dan Hala, 2008).
Hal ini dilakukan agar mikroba mati dengan semourna.
15. Inkubator
Inkubator adalah suatu unit/suatu kabinet yang suhunya dapat diatur untuk
menyimpan organisme guna tujuan tertentu. Di dalam laboratorium
mikrobiologi digunakan untuk menumbuhkan bakteri pada suhu tertentu,
menumbuhkan ragi dan jamur, menyimpan biakan murni mikroorganisme I
pada suhu rendah. Inkubator biasanya hanya dapat diatur di atas suhu kamar,
sedangkan cooled inkubator dapat diatur baik pada suhu di bawah maupun
diatas suhu kamar. Prinsip kerjanya yaitu mengubah energi listrik menjadi
energi panas. Kawat nikelin akan menghambat aliran elektron yang mengalir
sehingga mengakibatkan peningkatan suhu kawat (Taiyeb, 2001).
Pada saat pengenalan alat, inkubataor pada laboratorium tidak dapat
digunakan. Namun hal ini tidak menjadi masalah, karena fungsinya dapat
digantikan oleh oven.
16. Neraca Analitik
Alat ini berfungsi untuk menimbang bahan secara analitik.
19
17. Jarum Tanam (Inoculating Needle)
Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan untuk
ditanam/ditumbuhkan ke media baru. Jarum inokulum biasanya terbuat dari
kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas.
Bentuk ujung jarum dapat berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau
inoculating loop/transfer loop, dan yang berbentuk lurus disebutinoculating
needle/ transfer needle. Inoculating loop cocok untuk melakukan streak di
permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok digunakan untuk
inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating).
Jarum inokulum ini akan sangat bermanfaat saat membelah agar untuk
preprasi Heinrich’s Slide Culture.. Ada dua macam jarum tanam yaitu jarum
ose dan jarum tanam tajam.
Jarum ose digunakan untuk:
a. Menanam mikroorganisme dari medium cair
b. Menanam bakteri dan khamir dari medium agar
c. Mengambil aquades steril untuk pembuatan olesan bakteri
Sedangkan jarum tanam tajam digunakan khusus untuk menanam kapang dari
medium agar.
18. Laminar Air Flow
Alat ini digunakan untuk penanaman media yang menciptakan kondisi seril
pada penanaman mikroba karena bentuk dari tempat ini adalah tertutup rapat,
namun disertai dua lubang sebagai tempat masuknya tangan dan penanaman
dilakukan dalam tempat ini. Alat ini juga dapat digunakan untu inkubasi.
19. Hot Plate dan Stirer
Hot plate stirrer dan Stirrer bar (magnetic stirrer) berfungsi untuk
menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Pelat (plate) yang
terdapat dalam alat ini dapat dipanaskan sehingga mampu mempercepat
proses homogenisasi. Model stirer bermacam-macam dengan ukuran kecil
20
atau besar. Alat ini berfungsi untuk menggojog dengan pemanas. Dengan
menggunakan listrik, alat ini berfungsi sebagai kompor di samping sebagai
penggojog. Labu erlenmeyer yang berisi larutan dan bahan kimia yang akan
dilarutkan diletakkan di atas stirrer ini. Batang pengaduk magnit (kira-kira
panjangnya 3 cm sebanyak 2 buah) dimasukkan ke dalamnya, sehingga pada
saat larutan sudah mendidih pengaduk akan bergerak memutar dan karena
mengandung magnit menyebabkan berputarnya hanya pada dasar erlenmeyer
saja. Dengan demikian bahan kimia di dalamnya dapat larut dengan baik.
20. Labu Erlenmeyer
Erlenmeyer pada kultur jaringan dipergunakan untuk tempat dan sarana
menuangkan air suling mapupun untuk tempat media dan penanaman eksplan.
Ukuran Erlenmeyer bermacam-macam dari volume 50 ml, 100 ml, 200 ml,
250 ml sampai 2 liter. Untuk keperluan tempat media tanam, biasanya
menggunakan ukuran maksimum volume 250 ml, tergantung dari macam
eksplan yang ditanam. Erlenmeyer umumnya terbuat dari pirex yang tahan
panas. Labu erlenmeyer atau botol media sebelum dipakai harus dicuci bersih
terlebih dahulu kemudian dikeringkan. Setelah kering baru disterilisasi dengan
autoklaf. Oleh karena itu, membutuhkan botol yang tebal supaya tahan panas.
2) Pembuatan Media
Mikroba memiliki karakteristik dan ciri yang berbeda-beda di dalam
persyaratan pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup pada
media yang mengandung sulfur dan ada pula yang tidak mampu hidup
dan seterusnya. Karakteristik persyaratan pertumbuhan mikroba inilah
yang menyebabkan bermacam-macamnya media penunjang
pertumbuhan mikroba.
Tidak semua media bisa digunakan untuk menumbuhkan semua
mikroba. Pada Nutrient Broth (NB), Nutrient Agar (NA), dan media
21
ekstrak daging umumnya digunakan untuk menumbuhkan bakteri.
Sedangkan pada Potato Dextrose Agar (PDA) dan media kentang
dextrose agar (non sintetik) digunakan untuk menumbuhkan fungi.
Untuk membuat media sintetik lebih mudah daripada media non
sintetik. Cara membuat media NB, NA, dan PDA yaitu tinggal
melarutkan (sesuai dengan takaran masing-masing) pada aquades.
Untuk menimbang bahan (NA,NB, dan PDA) digunakan timbangan
analitik. Ketika memanaskan pada kompor listrik, sambil diaduk
perlahan sampai semua bahan terlarut sempurna. Jangan sampai
overheat, karena akan terbentuk busa dan memuai sehingga dapat
tumpah. Setelah homogen, larutan tersebut dimasukkan ke dalam
tabung reaksi dan ditutup rapat dengan kapas. Kemudian baru
disterilkan dengan atoklaf.
Pada praktikum ini, untuk membuat media pertumbuhan mikroba,
bahan-bahan yang sering digunakan di antaranya.
Air (H2O) yang bertindak sebagai pelarut.
Agar (biasanya berbentuk batangan, granula atau bubuk). Agar
merupakan ekstrak dari rumput laut yang berfungsi untuk pemadat
media (pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse). Agar
sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Jika dicampur dengan air
dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diaduk dan
dipanasi. Pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang
terlalu lama dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang
asam.
Terdapat beberapa media yang dapat digunakan dalam percobaan
salah satunya adalah Nutrien Agar (NA). Nutrien agar ini berwarna
kuning, berfungsi sebagai media general dimana semua jenis bakteri
22
dapat tumbuh. Komposisinya adalah ekstrak daging sapi 3 gram,
pepton 5 gram, lacto agar 15 gram, dan aquades 1000 ml.
Pada pembuatana media, NA ditambahkan aquades dan menghasilkan
larutan kuning muda. Lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer.
Selanjutnya dipanaskan sampai larutan agak mendidih. NA harus
dipanaskan sampai mendidih agar larutan menjadi homogen karena
apabila didiamkan pada suhu kamar terdapat komponen komposisi NA
agar yang bisa memadat. Jadi, jika media yang telah mendidih
dimasukkan kedalam tabung reaksi, dan dibuat posisi datar atau miring
maka akan memadat dengan sempurna. Kemudian botol media ditutup
dengan kapas agar mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
media. Selanjutnya di masukkan kedalam autoklaf. Sterilisasi
dilakukan pada suhu 121°C selama 15 menit. Setelah disterilisasi
larutan tetap jernih dan terdapat uap air dalam erlenmeyer.
Setelah proses sterilisasi, media didiamkan selama 24 jam. Hal ini
dilakukan untuk melihat apakah NA steril atau terkontaminasi bakteri
karena bakteri dapat membentuk koloni dalam waktu kurang lebih 24
jam.Pada media NA yang dipanaskan, larutan memadat menjadi agar
berwarna kuning muda. NA ini sudah steril karena pada permukaan
agar tidak terdapat lendir atau gumpalan-gumpalan yang menunjukan
terjadinya kontaminasi.
23
H. KESIMPULAN
1. Pengenalan Alat
Dalam praktikum mikrobiologi pangan digunakan berbagai macam
alat yang diantaranya berupa tabung reaksi, pipet ukur, labu
Erlenmeyer, gelas piala, botol tetes, pembakar spirtus, rak tabung
reaksi, dan sebagainya. Meskipun inkubator tidak dapat digunakan,
namun fungsinya dapat digantikan oleh oven.
Dalam melakukan praktikum, mahasiswa perlu mengenal peralatan
laboratorium terlebih dahulu agar praktikum dapat berjalan lancar dan
kesalahan akibat ketidaktahuan terhadap peralatan laboratorium dapat
dihindari.
2. Pembuatan Media
Media pertumbuhan mikroba memiliki berbagai macam jenis yang
berbeda dan penggunaannya disesuaikan dengan fungsinya masing-
masing.
24
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A. et al. Hari Purnomo dan Adiono (penerjemah). 2009. ILMU
PANGAN. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS).
Sumarsih, Sri. 2003. Diktat Kuliah Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta.
American Public Health Association. 1917. Standard methods of water
analysis, 3rd ed. American Public Health Association, New York, N.Y.
U.S. Food and Drug Administration. 1995. Bacteriological analytical manual,
8th ed. AOACInternational, Gaithersburg, Md.
Clesceri, Greenberg and Eaton (ed.). 1998. Standard methods for the
examination of water and wastewater, 20th ed. American Public Health Association,
Washington, D.C.
Horwitz (ed.). 2000. Official methods of analysis of AOAC International,
17th ed., vol. 1. AOAC International, Gaithersburg, Md.
Downes and Ito (ed.). 2001. Compendium of methods for the microbiological
examination of foods, 4th ed. American Public Health Association, Washington, D.C.
www.google.co.id/imghp?hl=id&tab=wi ( Diunduh pada 21 februari 2011; pukul
19.46 WIB)
25
www.adecandra-bagoes.blogspot.com (Diunduh pada 23 Februaru 2011, pukul 11.59
WIB)