isi laporan pengenalan alat adan

69
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu ukur tanah disebut juga plan surveying. Ilmu ukur tanah ialah ilmu, seni, dan teknologi untuk menyajikan informasi bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar yang dibatasi pada cakupan relatif sempit berkisar antara 0.5 0 x 0.5 0 atau 55 km x 55 km. Ilmu ukur tanah termasuk dalam kegiatan survey dan studi kelayakan yakni tahap pengumpulan data baik data spasial atau data ruang atau data atribut/tekstual yang melingkupi suatu kegiatan usaha atau proyek atau disebut SIDCOM (Survey Investigation Design Contraction Operational and Measurement). Sedangkan Geodesi adalah ilmu yang memperhatikan kelengkungan bumi. Ilmu geodesi mempunyai dua tujuan yaitu : 1. Tujuan Ilmiah 2. Tujuan Praktis Tujuan ilmiah adalah hendak menentukan bentuk dan ukuran bumi untuk digunakan di dalam pekerjaan praktis geodesi. Sedangkan tujuan praktis adalah pembuatan peta permukaan memasang patok-patok dilapangan sebagai tanda dari suatu rencana pekerjaan teknik sipil misalnya rencana jalan atau saluran irigasi. Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 1

Upload: jay-martinez

Post on 22-Jun-2015

95 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu ukur tanah disebut juga plan surveying. Ilmu ukur tanah ialah ilmu, seni,

dan teknologi untuk menyajikan informasi bentuk permukaan bumi baik unsur alam

maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar yang dibatasi pada

cakupan relatif sempit berkisar antara 0.50 x 0.50 atau 55 km x 55 km. Ilmu ukur tanah

termasuk dalam kegiatan survey dan studi kelayakan yakni tahap pengumpulan data

baik data spasial atau data ruang atau data atribut/tekstual yang melingkupi suatu

kegiatan usaha atau proyek atau disebut SIDCOM (Survey Investigation Design

Contraction Operational and Measurement).

Sedangkan Geodesi adalah ilmu yang memperhatikan kelengkungan bumi. Ilmu

geodesi mempunyai dua tujuan yaitu :

1. Tujuan Ilmiah

2. Tujuan Praktis

Tujuan ilmiah adalah hendak menentukan bentuk dan ukuran bumi untuk

digunakan di dalam pekerjaan praktis geodesi. Sedangkan tujuan praktis adalah

pembuatan peta permukaan memasang patok-patok dilapangan sebagai tanda dari

suatu rencana pekerjaan teknik sipil misalnya rencana jalan atau saluran irigasi.

Pola sebagai salah satu contoh hasil ilmu geodesi praktis dibuat melalui tiga

pola tahapan pekerjaan utama yaitu :

1. Melakukan pengukuran – pengukuran pada dan diantara titik-titik dimuka

bumi (surveying).

2. Menghimpun dan menghitung hasil ukuran, kemudian memindahkannya pda

bidang datar peta.

Menafsir fakta-fakta yang ada dipermukaan bumi dan menggambarkannya

dengan symbol-symbol. Misalnya : sungai, saluran irigasi, bangunan, bentuk

permukaan tanah dan lain-lain.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memberikan informasi kepada para

pembaca alat-alat yang digunakan dalam praktek Ilmu Ukur Tanah.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 1

1.3 Ruang Lingkup Materi

Makalah ini menerangkan alat-alat yang dipakai pada praktikum Ilmu Ukur

Tanah, jadi bahasan yang dicakup dalam makalah ini adalah memberikan informasi

yang terbatas dan hanya sebatas pada ruang lingkup praktek ilmu ukur tanah.

Beberapa alat yang diterangkan dalamdalam laporan ini diantaranya:

1. Sipat Datar

2. Theodolit

3. Rambu Ukur

4. Echo Sonder

5. Planimeter

6. Digitizen

7. Plotter, dll

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Alat Sipat Datar

Tata cara sipat datar kerangka dasar harus sepadan dengan persyaratan dalam

ketentuan sipat datar yang memenuhi kebutuhan penentuan ketinggian dalam sistem

tinggi yang diinginkan. Tata caranya meliputi: organisasi pelaksanaan secara umum,

perlatan, pengukuran dan pencatatan, hitungan perataan dan pelaporan.

Peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam pengukuran dengan menggunakan

alat sipat datar.

1. Meteran

Dilihat dari jenis pita yang digunakan meteran ada 2 jenis, yaitu meteran pita

kain dan meteran pita baja.

Meteran digunakan untuk mengukur jarak dari alat teodolit berdiri sampai

tempat berdirinya rambu ukur atau bak ukur.

Meteran digunakan dalam : pekerjaan dalam bangunan, pengukuran panjang benda-

benda kerja, pengukuran panjang barang-barang atau benda

2. Waterpass

Waterpass ini digunakan untuk mencari letak kedataran atau keseimbangan

pada alat penyipat datar dan teodolit, biasanya waterpass ini sudah ada pada alat

penyipat datar dan teodolit dan bentuknya bulat kecil kurang lebih berdiameter 2 cm.

Waterpass berfungsi untuk menentukan garis atau bidang datar maupun vertikal

dengan menggunakan gelembung sipat datar.

Waterpass terbuat dari sebatang kayu atau baja yang di dalamnya di pasang

nivo. Nivo adalah tabung/ kaca yang sedikit lentur sebagian kecil yang di peruntukan

bagi penguapaan. Nivo di isi dengan zat cair ( eter ) kedua ujung tabungnya tertutuup,

gelembung yang ada di dalam nivo akan selalu bergerak ke arah yang selalu tinggi,

waterpass dalam keadaan seimbang horizontal jika gelembung yang ada dalam nivo

berada dalam titik yang paling tinggi.Untuk mengetahui peka tidaknya gelembung

uap, pada tabung di goreskan beberapa buah garis. Jika gelembung berada tepat di

tengah garis ini maka waterpass dapat di katakan seimbang. Garis singgung yang ada

di dalam tabung di tengah garis-garis pembagi garis bidik.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 3

A. Penyetelan Alat Sipat Datar

Sebelum melakukan pengukuran, hendaknya melakukan penyetelan terlebih

dahulu, yaitu sebagai berikut :

1) Letakkan statip diatas titik atau diantara 2 titik, dan pastikan statip berdiri tegak

(tidak miring).

2) Tempatkan pesawat diatas statip tersebut.

3) Tentukan 2 sekrup kiap yang terdekat dengan gelembung niva (tatakan sejajar

dengan teropong). Sekrup 1 dan 2 diputar kearah luar/dalam.

4) Gerakan gelembung ketengah-tengah antara 2 sekrup tersebut.

5) Gerakan 1 sekrup yang lain (3) kearah kanan/kiri.

6) Setelah gelembung nivo kotak berada ditengah-tengah, baru dilanjutkan dengan

pembacaan Ba, Bt, dan Bb.

B. Bagian-bagian Alat Sipat Datar

Dalam alat sipat datar (waterpass) kurang lebih terdiri dari :

1) Sekrup pengunci (untuk mengunci gerakan teropong kekanan/kiri)

2) Lensa okuler (untuk memperjelas benang)

3) Lensa objektif/diafragma (untuk memperjelas benda/objek)

4) Sekrup penggerak halus (untuk membidik sasaran)

5) Sekrup penyetel nivo “U”

6) Vizir (untuk mencari/membidik kasar objek).

7) Teropong: untuk membidik rambu (menggunakan garis bidik) dan memperbesar

bayangan rambu.

8) Nivo tabung: diletakan pada teropong untuk mengatur agar garis bidik mendatar.

9) Kiap (leveling head/base plate): padanya terdapat skrup-skrup kiap (umumnya

tiga buah) dan nivo kotak (nivo tabung) yang semuanya digunakan untuk

menegakan sumbu kesatu (sumbu tegak) teropong.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 4

10) Statip (tripod): untuk menyangga ketiga bagian tersebut di atas.

Seperti halnya teropong pada theodolit, teropong sifat datar ada yang terdiri dari 3

tabung ada pula yang terdiri 2 tabung. Di dalamnya terdapat lensa objektif, lensa

penolong ( untuk teropong dengan 2 tabung) dan benang silang diafragma yang

terletak pada diafragma ( lihat kembali teropong pada theodolit ). Bidang diafragma

umumnya berbentuk layar tembus pandang ( lempeng kaca) dan benang-benang

silang diafragma digoreskan pada lempeng kaca tersebut.

C. Penggunaan Alat Sipat Datar (Waterpass)

Alat ini biasanya digunakan untuk :

1) Pengukuran profil memanjang

2) Pengukuran profil melintang

3) Pengukuran, perhitungan dan penggambaran kontur

4) Mengukur jarak optis.

Berdasarkan konstruksinya alat sipat datar atau waterpass dapat dibedakan

kedalam tipe-tipe berikut :

1) Type Kekar (Dumpy Level)

Pada tipe ini sumbu tegak menjadi satu dengan teropong. Semua bagian pada

alat sipat datar tipe kekar adalah tetap. Nivo tabung berada di atas teropong, teropong

hanya dapat digeser dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar.

1. Teropong

2. Nivo Tabung

3. Pengatur nivo

4. Pengatur diafragma

5. Kunci horizontal

6. Skrup kiap

7. Tribrach

8. Trivet

9. Kiap (leveling head)

10. Sumbu ke-1

11. Tombol focus

2) Tipe Reversi (Reversible Level)

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 5

Pada tipe ini teropongnya dapat diputar pada sumbu mekanis dan disangga

oleh bagian tengah yang mempunyai sumbu tegak. Di samping itu teropong dapat

diungkit dengan skrup (no 13) sehingga garis bidik dapat mengarah ke atas, ke bawah,

maupun mendatar. Sumbu mekanis, disamping sebagai sumbu puitar teropong

merupakan garis penolong untuk membuat garis bidik sejajar denagn dua garis

jurusan nivo reversi.

1. Teropong 9. Kiap

2. Nivo reversi 10. Sumbu kesatu (sumbu tegak)

3. Pengatur nivo 11. Tombol Fokus

4. Pengatur diafragma 12. Pegas

5. Skrup pengunci horizontal 13. Skrup pengungkit teropong

6. Skrup kiap 14. Skrup pemutar teropong

7. Tribrach 15. Sumbu mekanis

8. Trivet

3) Tipe Jungkit (Tilting Level)

Pada tipe ini sumbu tegak dan teropong dihubungkan dengan engsel dan skrup

pengungkit atau dapat diungkit dengan skrup pengungkit.

1. Teropong

2. Nivo tabung

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 6

3. Pengatur nivo

4. Pengatur diafragma

5. Pengunci horizontal

6. Skrup kiap

7. Tribrach

8. Trivet

9. Kiap

10. Sumbu ke-1

11. Tombol fokus

12. Pegas

13. Pengungkit teropong

Pengukuran untuk memperoleh perbedaan tinggi 2 buah titik dengan cara

observasi sudut elevasi dan biasanya menggunakan theodolit

1. Skrup setel

2. Nivo pesawat

3. Jepitan lingkaran mendatar

4. Skrup mikrometer mendatar

5. Jepitan lingkaran tegak

6. Skrup mikrometer tegak

7. Tombol permukaan

8. Pinggiran tegak

9. Okuler

10. Cincin diafragma

11. Mikroskop

12. Okuler pinggiran busole

13. Tombol arah sinar-sinar cahaya

14. Jendela penerangan

15. Tombol mikrometer

16. Tuas

4) Tipe Otomatik (Automatic Level)

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 7

Tipe ini sama dengan tipe kekar hanya didalam teropongnya terdapat alat yang

disebut komposator untik membuat agar garis bidik mendata. Berbeda dengan 3 tipe

sebelumnya, pada type otomatik ini tidak terdapat nivo tabung untuk mendatarkan

garis bidik sebagai penggantinya di dalam teropong dipasang alat yang dinamakan

kompensator.

Bila benang silang diafragma telah diatur dengan baik, sinar mendatar dan

masuk melalui pusat objektip akan selalu jatuh depat di titik potong benang silang

diafragma, walaupun teropong miring (sedikit).Type otomatik mempunyai

kekurangan yaitu mudah dipengaruhi getaran, karena sebagai kompensatornya

dipergunakan sistim pendulum. Tipe Otomatik terdriri dari :

1.Teropong

5)Kompensator

6)Pengatur diafragma

7)Pengunci horizontal

8)Skrup kiap

9)Tribrach

10) Trivet

11) Kiap

12) Tombol

Instrumen-instrumen pokok sipat datar, di antaranya :

a) Instrumen sipat datar wye

b) Instrumen sipat datar tabung

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 8

c) Instrumen sipat datar ungkit

Instrumen Sipat Datar Ungkit

d) Instrumen sipat datar otomatis

Penyetelan Instrumen Sifat -Datar

Dalam penyetelan instrumen ini, hal-hal yang perlu dapat perhatian adalah:

1) Penempatan agar sumbu nivo tabung tegak lurus sumbu vertikal. Pada

instrumen sifat-datar ungkit hal ini tidak begitu penting.

2) Penempatan agar sumbu nivo tabung agar sejajar garis kolimasi.hal ini

tidak diperlukan pada instrumen sifat-datar otomatis.

3) Penyetelan garis horizontal benang silang instrumen sifat-datar.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 9

Hal-hal tersebut diatas adalah merupakan dasar dari penyetelan instrumen

sipat-datar, sedang untuk penyetelan masing-masing tipe instrumen sipat-datar

adalah :

(1) Penyetelan instrumen sipat-datar Wye :

(a) Penyetelan agar baris kolimasi sejajar dengan garis-garis rangka teleskop :

Membidikkan pada kertas putih yang dipasang sejauh 50 m dengan teleskop di

atas penyangga berbentuk Y dan di pusat benang silang pada kertas putih

sebagai titik a. Kemudian memutar teleskop 180° mengitari sumbu teleskop

dan membidik lagi kertas putih tersebut. Apabila pusat benang silang tidak

berhimpit dengan titik a di atas, titik tersebut ditandai sebagai b dan disetel

agar titik pusat benang silang jatuh tepat pada c titik tengah antara a dan b.

(b) Penyetelan agar garis kolimasi sejajar dengan sumbu niveau tabung dari

teleskop:

1) Menempatkan gelembung pada niveau tabung di tengah-tengah dengan

sekrup sekrup penyetel.

2) Apabila gelembung bergerak ketika teleskop diputar kira-kira 30° pada

sumbunya, maka dibuat dalam keadaan tidak bergerak dengan sekrup

penyetel gelembung lateral.

3) Mengangkat teleskop dari penyangga berbentuk Y dan menempatkan

kembali dalam arah lainnya untuk memastikan apakah gelembung

bergeser. Apabila masih juga bergeser, geserkan setengah penggeserannya

ke belakang dengan sekruip penyetel gelembung vertikal dan setengah

pergeseran ke belakang lainnya dengan sekrup-sekrup penyetel yang

tersedia.

(c) Penyetelan agar garis kolimasi tegak lurus sumbu vertikal :

Setelah melakukan penyetelan-penyetelan pada (a) dan (b) di atas, maka

diperlukan pengaturan selanjutnya, yaitu :

1) Menempatkan gelembung di tengah-tengah dengan

sekrup penyetel.

2) Memutar teleskop 180° mengelilingi sumbu vertikal

untuk mengecek pergeseran gelembung.

(2) Penyetelan instrumen sipat-datar tabung :

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 10

(a) Penyetelan agar sumbu niveau tegak lurus sumbu vertikal.

1) Menempatkan gelembung ditengah-tengah dengan sekrup-sekrup penyetel

dan putar teleskop 180° mengelilingi sumbu vertikal untuk mengecek

apakah gelembung bergeser atau tidak.

2) Apabila gelembung bergeser, maka dengan sekrup penyetel, gelembung

ditempatkan pada setengah pergeseran ke belakang dan setengah

pergeseran ke belakang lainnya dengan sekrup-sekrup penyetel lainnya.

(b) Penyetelan agar garis kolimasi sejajar dengan sumbu-niveau (pengatur patok)

1) Menempatkan patok pada titiki A dan B satu dengan yang lainnya sejauh

beberapa puluh sampai 100 meter, kemudian mengukur jarak

Horizontalnya secara tepat dan akhirnya memasang lagi patok di C.

2) Menempatkan instrumen sifat-datar di titik C dan membaca graduasi a1

dan d1 pada rambu yang dipegang pada titik a dan B , maka ( a1 – b1 )

adalah Perbedaan tinggi titik A dan B tersebut.

3) Kemudian memindah –tempatkan instrumen sifat-datar

tersebut pada titik D sejauh 5 m dibelakang titik A atau titik B da

selanjutnya membaca graduasi a2 dan b2 pada rambu yang dipegang pada

titik A dan titik B.

4) Apabila ( a1 – b1 ) = ( a2 - b2 ) maka penyetelan tidak

diperlukan lagi. Akan tetapi apabila ( a1 – b1 ) = ( a2 - b2 ), maka diperlukan

penyetelan benang silang sedemikin rupa sehingga dapat dilihat graduasi (

a2 + X ) pada garis kolimasi instrumen sifat-datar yang telah ditempatkan

pada titik d tersebut. Adapun X = ((D + d)/d)e, di mana e = ( b2 - b1 ) - ( a2 –

a1 )

(3) Penyetelan instrumen sifat-datar ungkit:

(a) penyetelan hubungan antara niveau bundar dengan sumbu vertikal.

1) Memasang skrup pengungkit pada posisi sentral dari perpindahan

menyeluruh.

2) Menempatkan gelembung pada posisi ditengah-tengah dengan skrup-

skrup penyipat-datar.

3) Memutar teleskop 180o mengelilingi sumbu vertikal untuk mengecek

masalah.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 11

4) Memutar teleskop 90o mengelilingi sumbu vertikal untuk mengecek

apakah gelembung masih bergeser.

(b) penyetelan agar garis kolimasi sejajar sumbu niveau

1) Metode patok dapat digunakan sebagai halnya pada penyetelan

instrumen sifat-datar tabung.

2) Meskipun benang silang digeser untuk menyetel instrumen sifat-datar

tabung, akan tetapi sekrup pengungkit harus disetel sedemikin rupa

agar graduasi ( a + x ) pada rambu A dapat dibaca.

(4) Penyetelan instrumen sifat-datar otomatis

Apabila sumbu vertikalnya dalam posisi dengan kemiringan yang terlalu

besar, instrumen sifat-datar seperti ini tidak dapat berfungsi dengan baik dan

ketelitiannya pun akan menurun, karenanya penyetelan niveau bundarnya

harus;ah sesempurna mungkin.

Adapun caranya adalah:

a) Mengadakan penyetelan-penyetelan yang seperti sudah diuraikan pada

penyetelan sifat-datar ungkit, point a.

b) Menyetel garis kolimasi seperti yang sudah diuraikan pada metode

patok.

3. Statif

Statip merupakan tempat dudukan alat dan untuk menstabilkan alat seperti

Waterpass dan Theodolit. Alat ini mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa

dirubah ukuran ketinggiannya. Statip saat didirikan harus rata karena jika tidak rata

dapat mengakibatkan kesalahan saat pengukuran

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 12

Gambar Statip

4. Pensil

Menentukan tanda kedudukan benang pada patok-patok

o Memberi tanda ukuran/tebal pasangan pada profil

o Memberi tanda pada pekerjaan kayu

o Membuat sketsa pada pekerjaan tertentu

o Pekerjaan-pekerjaan lain yang membutuhkan

5. Benang

1.Menentukan garis lurus

2.Menentukan garis datar menentukan

pasangan yang kurus

3.Mekuruskan plesteran

4.Menggantungkan unting-unting.

Gambar Benang

6. Rambu ukur (Bak Ukur)

Rambu ukur ini berfungsi untuk membaca tinggi rendahnya tanah yang akan

diukur. Dalam rambu ukur ini terdapat 3 bacaan benang, yaitu bacaan benang

bawah,bacaan benang tengah dan bacaan benang atas.

Rambu ukur salah satu alat yang digunakan dalam praktek ilmu ukur tanah.

Bahannya ada yang terbuat dari kayu dan ada juga yang terbuat dari alumunium.

Panjang/ tingginya rata rata dua meter, untuk memudahkan membawanya alat ini bisa

dipendekkan dengan cara dilipat.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 13

Gambar Rambu Ukur

Umumnya alat ukur ini berbentuk sebuah mistar ukur yang besar dengan

satuan panjang terkecilnya adalah sentimeter, namun untuk pengukuran sipat datar

teliti juga digunakan rambu ukur yang satuan skalanya 0,5 centimeter.

Rambu untuk pengukuran sipat datar (leveling) diklasifikasikan ke dalam

2 tipe, yaitu :

1. Rambu sipat datar dengan pembacaan sendiri

a) Jalon c) Rambu sipat datar bersendi

b) Rambu sipat datar sopwith d) Rambu sipat datar invar

2. Rambu sipat datar sasaran

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 14

Untuk mendapatkan beda tinggi dengan cara sipat datar diperlakukan mistar

ukur yang disebut rambu ukur (disingkat : rambu). Rambu ini terbuat dari kayu atau

logm dengan ukuran a.1 : 2x10x300 cm di mana pada salah satu permukaannya dibuat

garis-garis skala dengan interval 0,5 cm atau 1 cm

Terdapat bermacam-macam rambu, baik ditinjau dari cara membuat skala

maupun ditinjau dari konstruksinya. Yang panjangnya 4 m biasanya dibagi menjadi 2

bagian. Masing-masing bagian panjangnya 2 m dan dihubungkan dengan engsel

sehingga dpat diliat. Ada pula yang masing-masing bagiannya disusun sedemikian

sehingga satu sama lain dapat digeser. Rambu demikian biasanya terbuat dari logam

tipis dan ringan.

7. Pita ukur

Pita ukur ini berukuran sangat panjang dan berfungsi untuk mengukur jarak

antara rambu ukur yang akan ditembak dan alat teodolit yang berfungsi sebagai

penembak.

Gambar Pita Ukur

Ada terdapat beberapa macam pita ukur, diantaranya adalah :

a. Pita Ukur Dari Kain Linen (Linen Tape)

Pita ukur dari kain jarang digunakan karena kurang kuat dan cepat rusak.

Pita ukur linen bisa berlapis plastik atau tudak, dan kadang-kadang diperkuat

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 15

dengan benang serat. Pita ini tersedia dalam ukuran panjang 10 meter, 15

meter, 20 meter, 25 atau 30 meter.

Kelebihannya alat ini bisa ditarik dan digulung kembali, dan

kekurangannya adalah kalau ditarik akan memanjang, lekas rusak dan mudah

putus, tidak tahan air. Jadi untuk kegiatan pengukuran tanah kurang memadai.

b. Pita Ukur Dari Baja

Pita ukur baja terbuat dari baja karbon atau baja anti karat yang

dibungkus cat putih/metalik. Cat ini berfungsi meningkatkan ketahanan

terhadap asam dan karat, gradasinya 1 mm. Pemuaian dan penyusutan

disebabkan oleh temperatur dan tegangan, sedangkan kelembaban udara tidak

berpengaruh. Alat ukur ini disebut juga pita ukur kadaster, terbuat dari baja

berkualitas tinggi yang tebalnya kira-kira 0,4 mm. pita ukur baja mempunyai

ketelitian yang tinggi dan ketahanan cukup lama, lebih tahan air dan

pemuaiannya kecil, sehingga pita ukur baja ini banyak digunakan untuk

pengukuran teliti yaitu pada pelaksanaan konstruksi dan penempatan titik-titik

kontrol.

Pita ukur baja lebarnya kira-kira 12 mm-20 mm dan 28 mm, tebal 0,3

mm-0,4 mm panjangnya 20 m, 30 mdan 50 m. bagian ujung baja diberi

pegangan dan garis nol ditempatkan ± 10 cm dari pegangan. Tingkat

ketelitiannya tinggi, sampai milimeter. Ujung-ujung pita baja ditumpu oleh

tripod (tumpuan tiga kaki) yang salah satunya dipasangi mikroskop untuk

membaca pita ukur.

c. Pita ukur serat – serat gelas ( fiber glass tape )

Pita ukur ini terbuat dari serat rami yang diperkuat dengan anyaman

kawat halus campuran serat gelas (fiber glass) dan serat kimia. Biasanya pita

ukur ini dilapis dengan lapisan cat, berangka tanda graduasi. Kelebihan pita

ukur fiber glass ini adalah sifatnya aman dipakai dekat dengan alat listrik,

ringan, tidak mudah bengkok serta mudah pemakaiannya. Kelemahannya

adalah sangat mudah memuai dan menyusut akibat pengaruh kelembaban

udara. Jadi ketelitiannya agak rendah.

Panjang pita fiber glass adalah 10, 20, 30 dan 50 meter, dengan graduasi 5 mm

serta lebar pita 16 mm.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 16

8. Unting-unting

Berfungsi untuk memproyeksikan suatu titik pada pita ukur di permukaan

tanah atau sebaliknya.unting-unting cukup di gantungkan pada instrument yang akan

di tentukan kedatataran atau vertikalnya dan untuk memudahkan suatu titik tegak

lurus dari atas kebawah atau sebaliknya.

Unting-unting terbuat dari besi atau kuningan berbentuk kerucut dengan ujung

bawah lancip dan di ujung atas di gantungkan pada seutas tali dengan ukuran besar

yang berbeda beda, tapi perbedaan ukuran tidak akan mempengaruhi kepada hasil

pengukuran dan sebenarnya untuk unting untuing sendiri bisa digantikan oleh yang

batu.

Unting-unting digunakan :

1. Menentukan garis vertikal atau

bidang tegak lurus terhadap

bidang datar

1. Untuk menentukan letak titik

tegak lurus dibawah suatu titik

diatasnya

Gambar Unting-Unting

9. Kaki Tiga

Alat ini terbuat dari campuran plat besi dan baja yang berbentuk segitiga, pada

disetiap sudutnya terdapat lubang-lubang untuk menyimpan kaki statif. Alat ini dalam

pengukuran digunakan untuk alas dalam mendirikan statif pada saat pengukuran

dijalan raya.

10. Koas dan cat minyak

Alat ini murah dan sederhana akan tetapi peranannya sangat penting sekali

ketika di lapangan, yaitu digunakan untuk menandai dimana kita mengukur dan

dimana pula kita meletakan rambu ukur. Tanda ini tidak boleh hilang sebelum

perhitungan selesai karena akan mempengaruhi perhitungan dalam pengukuran.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 17

Gambar Cat dan Kuas

Di gunakan untuk menandai patok

11. Patok

Patok dalam ukur tanah berfungsi untuk member tanda batas, dimana titik

setelah diukur dan akan diperlukan lagi pada waktu lain. Patok biasanya ditanam di

dalam tanah yang menonjol antara 5 -10 cm, dengan maksud agar tidak telepas dan

todak mudah dicabut. Patok terbuat dari dua macam bahan yaitu kayu dan besi atau

beton.

Patok Kayu

Patok kayu yang terbuat dari kayu, berpenampang bujur sangkar dengan

ukuran ± 50 mm x mm, dan bagian atasnya diberi cat.

Patok beton atau besi

Patok yang terbuat dari beton atau besi biasanya merupakan patok yang tetap

yang akan masih dipakai pada waktu lain.

12. Formulir ukur, alat tulis dan meja lapangan (meja dada)

Alat ini terbuat dari papan dan besi, bentuknya persegi panjang. Papan dada

dalam pengukuran berfungsi sebagai alat pembantu dalam penulisan Formulir

berfungsi untuk mencatat data yang didapat di lapangan.

Gbr. Formulir Pengukuran dan Meja Dada

13. Payung

Payung digunakan untuk melindungi alat

agar tidak terkena teriknya sinar matahari

ataupun kehujanan.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 18

2.2 Pengenalan Alat Poligon (Theodolit)

Theodolit digunakan untuk mengukur besaran sudut datar,sudut miring/zenith,

dan jarak optic pada pengukuran survey dan pemetaan. Alat pengukur sudut theodolit

dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

Bagian bawah, terdiri atas tiga sekrup penyetel yang menyangga suatu

tabung dan pelat yang berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat

skala yang dinamakan limbus.

Bagian tengah, terdiri atas suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung

bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak atau sumbu kesatu S1. Di

atas sumbu S1 diletakkan lagi suatu pelat yang berbentuk lingkaran dan

mempunyai jari-jari kurang dari jari-jari pelat bagian bawah. Pada dua

tempat di tepi lingkaran dibuat pembaca yang berbentuk alat pembaca

nonius. Di atas nonius ini diletakkan di atas pelat nonius untuk membuat

sumbu ke satu tegak lurus.

Bagian atas, terdiri dari sumbu mendatar atau sumbu kedua yang diletakkan

di atas kaki penyangga sumbu kedua S2. Pada sumbu kedua ditempatkan

suatu teropong yang mempunyai diafragma dan dengan demikian

mempunyai garis bidik. Pada sumbu kedua diletakkan pelat yang berbentuk

lingkaran dilengkapi dengan skala. Untuk mendapatkan bacaan pada skala

lingkaran tegak ini ditempatkan dua nonius pada kaki penyangga sumbu

kedua.

Theodolit mempunyai dua macam gerakan yaitu :

Putaran horizontal dengan sumbu putar sumbu I (sumbu tegak)

Putaran vertical dengan sumbu II (sumbu mendatar)

Setiap alat terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. Bagian bawah

a. Tiga sekrup kiap

b. Pembidik centring optis (eye piece)

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 19

c. Skrup kunci gerakan horizontal

d. Skrup penggerak halus horizontal

e. Skrup kunci lingkaran skala horizontal

f. Skrup penggerak halus skala horizontal

g. Skrup perubah skala horizontal

h. Lingkaran skalahorizontal

i. Nivo kotak

j. Pengunci bousole

2. Bagian tengah

a. Skrup pengunci gerakan vertical

b. Skrup penggerak halus vertical

c. Nivo tabung

d. Skrup pengungkit

e. Nivo tabung untuk pembacaan skala vertical

f. Nonius, tempat pembacaan skala vertical dan horizontal

g. Skrup micrometer pembacaan skala

3. Teropong

a. Bagian-bagian optis

b. Lingkaran skala vertical

c. Garis bidik

d. Pembidik kasar

e. Tempat bacaan (nonius) skala horizontal dan vertical

f. Skrup pengatur focus

2.2.1 Theodolit Top Con

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 20

Bagian-Bagian Dari Theodolit Top Con :

1. Lensa Obyektif

2. Visir

3. Cermin Sudut

4. Nivo Tabung

5. Pengunci Mendatar Bagian Atas

6. Piringan Derajat Horizontal

7. Pengarah Halus Mendatar Bagian Bawah

8. Penyetel Nivo

9. Tribrach

10. Penyetel Nivo

11. Nivo Kotak

12. Pengunci Menadatar

13. Penggerak Halus Mendatar Bagian Atas

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 21

14. Pengunci Vertikal

15. Penggerak Halus

16. Knob Mikrometer

17. Visir

2.2.2. Theodolit Wild –T0

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 22

Jenis jenis Theodolite

Jenis dari theodolite dapat dilihat dari dua segi pandangan :

a. segi lingkaran skala horisontal

b. segi konstruksi alat, terutama bagian bawah yang berkenaan dengan lingkaran skala

horisontal.

Dilihat dari segi lingkaran skala horisontal.

1. Theodolite biasa

Piringan skala horisontal pada jenis alat ini bukan merupakan benda yang

mengandung magnet, sehingga tidak ada pengaruh magnet bumi pada piringan

skalanya. Theodolite jenis ini tidak dapat menunjukkan utara magnet bumi, dan

pengukuran hanya pada saat sudut yang dibentuk oleh dua sisi saja.

2. Theodolite kompas

Merupakan theodolite yang piringan skalanya bermuatan magnet, atau tempat

pembacaannya ditunjukkan oleh garis yang bermuatan magnet.

Dilihat dari segi konstruksi alat, terutama bagian bawah yang berkenaan dengan

lingkaran skala horisontal.

1 Theodolite reiterasi adalah alat pengukur sudut datar/lereng, jarak optik, beda

tinggi, yang mana lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga

lingkaran skala mendatar tidak dapat diputar-putar.

Bagian-bagian dari theodolit reiterasi

Linkaran skala tegak

Nivo indeks lingkaran tegak

Teropong

Penyangga sumbu mendatar

Lingkaran mendatar

Kiap

Keuntungan theodolit reiterasi

Praktis

Jarang terjadi kesalahan dalam pengukurannya

Bioasanya terdapat kompas, misalnya Wild To

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 23

Gambar theodolit wild to

Keterangan:

1. Sekrup-sekrup setel

2. Permukaan nivo pesawat

3. Jepitan untuk lingkaran mendatar

4. Sekrup micrometer untuk lingkaran mendatar

5. Jepitan untuk lingkaran tegak

6. Skrup micrometer untuk lingkaran tegak

7. Tombol untuk memainkan permukaan

8. Permukaan untuk pinggiran tegak

9. Okuler dari teropong arah

10. Cincin untung mengatur benang diafragma

11. Mikroskop untuk pinggiran tegak

12. Okuler untuk pinggiran bousolle

13. Tombol untuk mengubah arah sinar cahaya

14. Jendela penerangan

15. Tombol micrometer

16. Tuasa untuk mengeratkan bousolle pada bagian bawah.

Kerugian theodolit reiterasi:

Hasil bacaan sudut mendatar pada suatu target selalu sembarang, tidak dapat

distel sesuai keinginan pengukur.

Menurut kelasnya, diklasifikasi ke dalam:

Theodolit presisi (teliti) : misalnya WILD-T3

Theodolit satu sekon : misalnya WILD-T2

Theodolit puluhan sekon : misalnya SOKKISHA-TM10C

Theodolit satu menit : misalnya WILD TO

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 24

A. Sumbu Dalam

B. Plat sejajar atas

C. Sumbu Luar (Lingkaran Graduasi Horisontal)

Theodolite (Tipe Sumbu Ganda)

A. Sumbu Dalam

B. Sumbu Luar

Theodolite (Tipe Sumbu Tunggal)

Theodolit puluhan memnit : misalnya KERN DK-1

2 Theodolite repetisi adalah alat untuk mengukur sudut datar, sudut lereng, jarak

optik serta beda tinggi, yang mana lingkaran skala mendatar dapat diatur juga

mengelilingi sumbu tegak.

Bagian-bagian dari Theodolit Repetisi:

Lingkaran skala tegak

Nivo indeks lingkaran tegak

Teropong

Penyangga sumbu mendatar

Lingkaran mendatar

Kiap

Skrup reiterasi

Skrup repetisi

Dilihat dari segi konstruksi alat, terutama yang berkenaan dengan sumbu :

1 Theodolite Tipe Sumbu Ganda, theodolite ini digunakan untuk pengukuran

dengan ketelitian yang rendah. Theodolite ini mempunyai dua buah sumbu pada

bagian dalam dan bagian luar, sehingga memungkinkan pengukuran sudut dengan

penulangan (repetition) tertentu, yang akan diuraikan kemudian.

2 Theodolite Tipe Sumbu Tunggal, theodolite ini tidak mempunyai klem bawah dan

hanya mempunyai sumbu dalam, karena bagian yang berputar dengan tabung

sumbu luar dan pelat atas sejajar disatukan.

Bagian-bagian utama Theodolite terdiri dari :

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 25

Teleskop, terdiri dari bagian-bagiannya yaitu: benang-benag silang, sistem pembidik

dan tabung.

Fungsi teleskop adalah untuk mengetahui arah sasaran (garis kolimasi). Karena itu

disyaratkan agar bidang pandangan harus terang, pembesaran harus cukup memadai

dan bayangan harus nyata. Bagian ini direncana sesuai dengan daya penglihatan mata

(kira-kira 60 detik), graduasi dengan pembacaan yang teliti, dan sebagainya.

Benang Silang, titik perpotongan benang silang (cross-hair) adalah untuk

menempatkan sasaran pada titik tertentu dalam teleskop.

Sistem Pembidik, pada dasarnya adalah kombinasi dari sebuah lensa pandang (field

view lens) dan lensa bidik (eye piece).

Tombol Fokus, ditinjau dari cara pengfokusannya, maka terdapat 2 tipe teleskop,

yaitu :

1. Teleskop pengfokus luar (external focussing telescope) dimana obyektif yang

digeser-geser dan kelemahannya adalah bahwa penggeseran obyektif,

mengakibatkan mudah bergesernya titik pusat teleskop dan selanjutnya garis

koliminasinya bergeser pula.

2. Teleskop pengfokus dalam (internal focussing telescope) di mana di antara

obyektif dan benang silang ditempatkan sistem lensa cekung (lensa fokus).

Nivo

Definisi : Benda yang terdiri dari suatu tabung kaca lengkung, dimana didalamnya

terdapat uap cairan (ether) jenuh.

Jenis Nivo ada dua macam :

1. Nivo Tabung

2. Nivo Kotak

Perbedaan jenis Nivo tabung dan Nivo kotak.

Nivo Kotak Nivo Tabung

1. Ketelitian rendah / kasar

2. Lingkaran

1. Teliti

2. Tabung

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 26

Penyimpangan Kromatik Penyimpangan Speris

3. Radius Pendek

4. Biasanya tidak terdapat garis pars

3. Radius Panjang

4. Terdapat garis pars.

Garis jurusan nivo adalah garis yang menyinggung titik tengah skala nivo.

Garis acuan nivo adalah garis yang menyinggung titik tengah gelembung nivo.

Fungsi Nivo :

1. Membuat garis mendatar, bila gelembung nivo berada atau berimpit dengan titik

tengah nivo.

2. Membuat suatu bidang mendatar, bila setiap arah nivo tersebut, gelembung nivo

tetap berada ditengah.

3. Membuat suatu garis tegak atau vertikal, bila garis tersebut tegak lurus suatu

bidang, dan bila nivo telah mendatarkan bidang tersebut.

4. Dapat mengukur sudut vertikal yang kecil, bila satuan dari skala nivo diketahui.

Sudut vertikal = sudut yang terbentuk oleh 2 garis pada bidang vertikal.

Cara mengatur alat bidang mendatar :

1. Mendatarkan secara kasar (mengetengahkan kotak dengan ketiga skrup kiap)

2. Mengetengahkan Nivo Tabung :

a. membuat tabung nivo kira kira sejajar dua skrup kiap

b. gelembung nivo diketengahkan dengan memutar skrup satu dan skrup dua

dengan arah berlawanan.

c. cek dengan cara memutar alat ±180°.

d. gerakan alat ±90° sehingga tegak lurus kedua skrup tadi.

e. putar skrup tiga untuk mengetengahkan gelembung nivo.

f. cek setiap arah nivo, gelembung harus tetap ditengah.

Koreksi Nivo

Membuat suatu bidang mendatar dengan bantuan nivo, tidak dapat terlaksana

apabila kedudukan tidak sejajar bidang tersebut. Untuk ini diperlukan koreksi nivo

agar kedudukan nivo sejajar bidang tempat nivo tersebut.

Pada nivo tabung, bidang tersebut ditunjang oleh tiga buah skrup (skrup kiap), aturlah

seperti biasa untuk pendataran bidang, pada saat melakukan cek alat diputar ±180°.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 27

Gelembung nivo bergeser, koreksi dilakukan dengan pin koreksi, besar geseran

dikoreksi ½ geseran sisanya dengan skrup kiap kembali. Putar alat ±180°, bila masih

bergeser lakukan hal diatas. Koreksi baru selesai dilakukan bila gelembung nivo

sudah tetap di tengah.

Benang Diafragma

Definisi : Benang yang terdapat pada bidang diafragma, yaitu bidang tempat

bayangan lensa objektif jatuh.

Pada alat ukur, sipat datar dan theodolite terdapat beberapa benang.

1. Benang diafragma vertikal

2. Benang diafragma horisontal tengah

3. Benang diafragma horisontal atas

4. Benang diafragma horisontal bawah

Benang vertikal dan horisontal membentuk silang diafragma, sebutan lain

1. Horisontal tengah disebut benang tengah (BT)

2. Horisontal atas disebut benang atas (BA)

3. Horisontal bawah disebut benang bawah (BB)

Fungsi benang atas dan benang bawah

1. Untuk mengontrol benang tengah

2. Untuk pengukuran jarak optis.

Alat Ukur Jarak (Pita Ukur / EDM)

Dewasa ini pita ukur (tapes) digunakan dalam pekerjaan pengukuran jarak biasa.

Pita Ukur Fiber (Fiber Tape)

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 28

Nivo Tabung Nivo Tabung Bundar

Yang termasuk tipe ini adalah pita ukur yang terbuat dari serat rami dan

diperkuat dengan anyaman kawat halus, pita ukur yang terbuat dari campuran serat

rami dan serat katun, dan pita ukur yang terbuat dari campuran serat gelas.

Kelebihan dari tipe pita ukur ini adalah sifatnya yang ringan, tidak mudah

bengkok serta mudah pemakaiannya. Akan tetapi, kelemahannya yang paling

menyolok adalah sangat mudah memuai dan menyusut, akibat pengaruh kelembaban

udara.

Pita Ukur Baja (Steel Tape)

Pita ukur baja pada umumnya mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dari pita ukur

fiber dan ketahanannya pun lebih lama. Pita tipe ini biasanya digunakan untuk

pengukuran teliti, misalnya pengukuran untuk pelaksanaan konstruksi dan

penempatan titik-titik kontrol.

Pita ini terbuat dari baja karbon atau baja anti karat yang dibungkus dengan cat putih,

cat metalik atau cat-cat berwarna lainnya. Selain untuk meningkatkan ketahanan

terhadap asam dan karat, cat pembungkus tersebut digunakan dalam menempatkan

graduasi serta tanda-tanda lainnya.

Pita Ukur Invar

Pita ukur invar biasanya dipakai untuk mengukur garis basis (basic line), di mana

kesalahan relatif yang diizinkan hanya sebesar 1/500.000 ÷ 1/1.000.000.

Instrumen Pengukuran Jarak Yang Didasarkan Pada Metode Optik

Metode di mana suatu jarak anata dua buah titik diukur secara tidak langsung,

disebut takimetri (tacheomtry). Pada prinsipnya metode ini dikaukan dengan

penempatan sebuah instrumen ukur jarak pada ujung titik permulaan dan intrumen

tersebut diarahkan pada titik sasaran yang ditempatkan pada ujung lainnya.

Pengukuran Dengan Batang Bentangan

Instrumen yang Menggunakan Gelombang-Gelombang Elektomagnet

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 29

Pita Ukur KainPita Ukur Dengan CampuranSerat Gelas Dan Serat Kimia

Instrumen pengukuran jarak elektronik saat ini telah digunakan untuk mengukur jarak

langsung dengan tepat.

Pita ukur baja

Instrumen Pendukung Pengukuran

1. Unting-unting

Berfungsi untuk memproyeksikan suatu titik pada pita ukur di permukaan

tanah atau sebaliknya.unting-unting cukup di gantungkan pada instrument yang akan

di tentukan kedatataran atau vertikalnya dan untuk memudahkan suatu titik tegak

lurus dari atas kebawah atau sebaliknya.

Unting-unting terbuat dari besi atau kuningan berbentuk kerucut dengan ujung

bawah lancip dan di ujung atas di gantungkan pada seutas tali dengan ukuran besar

yang berbeda beda, tapi perbedaan ukuran tidak akan mempengaruhi kepada hasil

pengukuran dan sebenarnya untuk unting untuing sendiri bisa digantikan oleh yang

batu.

Unting-unting digunakan :

1. Menentukan garis vertikal atau

bidang tegak lurus terhadap

bidang datar.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 30

2. Untuk menentukan letak titik

tegak lurus dibawah suatu titik

diatasnya

Gambar Unting-Unting

2.Kaki Tiga

Alat ini terbuat dari campuran plat besi dan baja yang berbentuk segitiga, pada

disetiap sudutnya terdapat lubang-lubang untuk menyimpan kaki statif. Alat ini dalam

pengukuran digunakan untuk alas dalam mendirikan statif pada saat pengukuran

dijalan raya.

3. Koas dan cat minyak

Alat ini murah dan sederhana akan tetapi peranannya sangat penting sekali

ketika di lapangan, yaitu digunakan untuk menandai dimana kita mengukur dan

dimana pula kita meletakan rambu ukur. Tanda ini tidak boleh hilang sebelum

perhitungan selesai karena akan mempengaruhi perhitungan dalam pengukuran.

Gbr. Cat dan Kuas

Digunakan untuk menandai patok

4. Pensil

1) Menentukan tanda kedudukan benang pada patol-patol

2) Memberi tanda ukuran/tebal pasangan pada profil

3) Membeti tanda pada pekerjaan kayu

4) Membuat sketsa pada pekerjaan tertentu

5) Pekerjaan-pekerjaan lain yang membutuhkan

5. Benang

1. menentukan garis lurus

2. menentukan garis datar

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 31

3. menentukan pasangan

yang kurus

4. menguruskan plesteran

menggantungkan unting-

Gambar Benang unting.

6. Formulir ukur, alat tulis dan meja lapangan (meja dada)

Alat ini terbuat dari papan dan besi, bentuknya persegi panjang. Papan dada

dalam pengukuran berfungsi sebagai alat pembantu dalam penulisan Formulir

berfungsi untuk mencatan data yang didapat di lapangan

7. Statif

Statip merupakan tempat dudukan alat dan untuk menstabilkan alat seperti

Waterpass dan Theodolit. Alat ini mempunyai 3 kaki yang sama panjang dan bisa

dirubah ukuran ketinggiannya. Statip saat didirikan harus rata karena jika tidak rata

dapat mengakibatkan kesalahan saat pengukuran

Gambar Statif

8. Kompas

Kompas merupakan alat menunjuk arah. Fungsinya pada pengukuran poligon

adalah membantu surveyor mengarahkan teropong Theodolit ke arah utara.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 32

2.3 Pengenalan Alat Tachymetri

Pengukuran titik detail dengan metode tachymetri dilakukan setelah pengukuran

kerangka dasar vertical dan pengukuran kerangka dasar horizontal. Pengukuran titik-

titik detail dengan metode tachymetry pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan

peralatan dengan teknologi lensa optis dan elektronis digital. Pengukuran metode

tachymetry mempunyai keunggulan dalam hal ketepatan dan kecepatan dibandingkan

dengan metode offset.

Pengukuran metode tachymetri menggunakan alat theodolit, baik yang bekerja

secara optis maupun elektronis digital yang dinamakan Total Station. Alat theodolit

didirikan di atas patok yang telah diketahui koordinat dan ketinggiannya berdasarkan

hasil pengukuran kerangka dasar. Patok tersebut mewakili titik-titik ikat pengukuran.

Titik-titik detail dapat berupa unsur alam atau unsur buatan manusia.

Data yang diperoleh di tempat alat berdiri meliputi azimuth magnetis, sudut

vertical inklinasi (sudut miring) atau zenith dan tinggi alat. Pada alat theodolit dengan

fasilitas total station koordinat dan ketinggian titik-titik detail dapat langsung

diperoleh dan direkam ke dalam memori penyimpanan.

Pengukuran titik-titik detail dengan metode tachymetri ini adalah cara yang

paling digunakan dalam praktek, terutama untuk pemetaan daerah yang luas dan

untuk detail-detail yang bentuknya tidak beraturan. Untuk dapat memetakan dengan

cara ini diperlukan alat yang dapat mengukur arah dan sekaligus mengukur jarak yaitu

Theodolit kompas atau BTM (Boussole Trancehe Montage). Pada alat-alat tersebut

arah-arah garis di lapangan diukur dengan jarum kompas sedangkan untuk jarak

digunakan benang silang diafragma pengukur jarak yang terdapat pada teropongnya.

Salah satu theodolit yang banyak digunakan misalnya Wild TO

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 33

2.4 Pengenalan Alat GPS

GPS (Global Positioning System) adalah sebuah sistem navigasi berbasiskan

radio yang menyediakan informasi koordinat posisi, kecepatan, dan waktu kepada

pengguna di seluruh dunia.

GPS terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. satelit yang mengorbit bumi (Satelit GPS mengelilingi bumi 2x sehari),

2. stasiun pengendali dan pemantau di bumi, dan

3. GPS receiver (alat penerima GPS).

Satelit GPS dikelola oleh Amerika Serikat. Alat penerima GPS inilah yang

dipakai oleh pengguna untuk melihat koordinat posisi. Selain itu GPS juga berfungsi

untuk menentukan waktu.

Satelit GPS memancarkan dua sinyal yaitu frekuensi L1 (1575.42 MHz) dan L2

(1227.60 MHz). Sinyal L1 dimodulasikan dengan dua sinyal pseudo-random yaitu

kode P (Protected) dan kode C/A (coarse/aquisition). Sinyal L2 hanya membawa kode

P. Setiap satelit mentransmisikan kode yang unik sehingga penerima (GPS Receiver)

dapat mengidentifikasi sinyal dari setiap satelit. Pada saat fitur ”Anti-Spoofing”

diaktifkan, maka kode P akan dienkripsi dan selanjutnya dikenal sebagai kode P(Y)

atau kode Y. Penghitungan posisi dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan kode C/A dan

kode P(Y). GPS receiver menghitung jarak antara GPS receiver dengan satelit

(pseudorange)

Ada tiga jenis alat GPS. Tipe pertama adalah:

1. GPS Navigasi, GPS Navigasi biasanya memiliki tingkat kesalahan dibawah 10 m

(rata-rata GPS tipe ini memiliki kesalahan 3 sampai dengan 6 meter,

2. GPS Geodesi single frekuensi, GPS Geodesi single frekuensi biasanya digunakan

untuk pemetaan, tingkat kesalahan dibawah 1 m,

3. GPS tipe Geodetik dual frekuensi, GPS ini memiliki tingkat ketelitian yang tinggi

dan tingkat kesalahannya di bawah 1 cm. GPS Geodesi dual frekuensi digunakan

untuk mengukur pergerakan tanah.

GPS memungkinkan kita mengetahui posisi geografis kita (lintang, bujur, dan

ketinggian di atas permukaan laut). Jadi dimanapun kita berada di muka bumi ini, kita

dapat mengetahui posisi kita dengan tepat.

GPS terdiri dari 3 segmen:

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 34

1. Segmen angkasa: terdiri dari 24 satelit yang beroperasi dalam 6 orbit pada

ketinggian 20.200 km dan inklinasi 55 derajat dengan periode 12 jam (satelit akan

kembali ke titik yang sama dalam 12 jam). Satelit tersebut memutari orbitnya

sehingga minimal ada 6 satelit yang dapat dipantau pada titik manapun di bumi

ini. Satelit tersebut mengirimkan posisi dan waktu kepada pengguna seluruh

dunia.

2. Segmen Kontrol/Pengendali: terdapat pusat pengendali utama yang terdapat di

Colorodo Springs, dan 5 stasiun pemantau lainnya dan 3 antena yang tersebar di

bumi ini. Stasiun pemantau memantau semua satelit GOS dan mengumpulkan

informasinya. Stasiun pemantau kemudian mengirimkan informasi tersebut

kepada pusat pengendali utama yang kemudian melakukan perhitungan dan

pengecekan orbit satelit. Informasi tersebut kemudian dikoreksi dan dilakukan

pemuktahiran dan dikirim ke satelit GPS.

3. Segmen Pengguna: Pada sisi pengguna dibutuhkan penerima GPS (selanjutnya

kita sebut perangkat GPS) yang biasanya terdiri dari penerima, prosesor, dan

antena, sehingga memungkinkan kita dimanapun kita berada di muka bumi ini

(tanah, laut, dan udara) dapat menerima sinyal dari satelit GPS dan kemudian

menghitung posisi, kecepatan dan waktu

Cara kerja GPS

Setiap satelit mentransmisikan dua sinyal yaitu:

1. L1 (1575.42 MHz) dan L2 (1227.60 MHz). Sinyal L1 dimodulasikan dengan dua

sinyal pseudo-random yaitu kode P (Protected) dan kode C/A (coarse/aquisition),

2. L2 hanya membawa kode P. Setiap satelit mentransmisikan kode yang unik

sehingga penerima (perangkat GPS) dapat mengidentifikasi sinyal dari setiap

satelit. Pada saat fitur ”Anti-Spoofing” diaktifkan, maka kode P akan dienkripsi

dan selanjutnya dikenal sebagai kode P(Y) atau kode Y.

Perangkat GPS yang dikhususkan buat sipil hanya menerima kode C/A pada

sinyal L1 (meskipun pada perangkat GPS yang canggih dapat memanfaatkan sinyal

L2 untuk memperoleh pengukuran yang lebih teliti.

Perangkat GPS menerima sinyal yang ditransmisikan oleh satelit GPS. Dalam

menentukan posisi, kita membutuhkan paling sedikit 3 satelit untuk penentuan posisi

2 dimensi (lintang dan bujur) dan 4 satelit untuk penentuan posisi 3 dimensi (lintang,

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 35

bujur, dan ketinggian). Semakin banyak satelit yang diperoleh maka akurasi posisi

kita akan semakin tinggi. Untuk mendapatkan sinyal tersebut, perangkat GPS harus

berada di ruang terbuka. Apabila perangkat GPS kita berada dalam ruangan atau

kanopi yang lebat dan daerah kita dikelilingi oleh gedung tinggi maka sinyal yang

diperoleh akan semakin berkurang sehingga akan sukar untuk menentukan posisi

dengan tepat atau bahkan tidak dapat menentukan posisi.

GPS memiliki dua tingkat ketelitian:

1. Sistem posisi standar (standard positioning system / SPS)

SPS merupakan yang disediakan untuk umum (sipil). Tingkat akurasi yang

dihasilkan adalah 100 m untuk posisi horisontal dan 150 meter untuk posisi

vertikal.

2. Sistem posisi presisi (precision positioning system / PPS)

PPS digunakan oleh Departemen Pertahanan AS dan tidak disediakan untuk

umum.

2.5 Pengenalan Alat GIS

Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis (SIG)

diartikan sebagai sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan,

memangggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan data bereferensi

geografis atau data geospatial, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam

perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan

transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya.

Komponen utama SIG adalah sistem komputer, data geospatial dan pengguna,

seperti diperlihatkan pada Gambar 1.1.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 36

Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak

(software) dan prosedur untuk penyusunan pemasukkan data, pengolahan, analisis,

pemodelan (modelling), dan penayangan data geospatial.

Sumber-sumber data geospatial adalah peta digital, foto udara, citra satelit, tabel

statistik dan dokumen lain yang berhubungan.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 37

Data geospatial dibedakan menjadi data grafis (stau disebut juga data

geometris) dan data atribut (data tematik), lihat Gambar 1.2. Data grafis mempunyai

tiga elemen : titik (node), garis (arc) dan luasan (poligon) dalam bentuk vector

ataupun raster yang mewakili geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah.

Dan begitu SIG diterapkan, didapat keuntungan berikut :

penanganan data geospatial menjadi lebih baik dalam format baku

revisi dan pemutakhiran data menjadi lebih mudah

data geospatial dan informasi lebih mudah dicari, dianalisis dan

direpresentasikan

menjadi produk bernilai tambah

data geospatial dapat dipertukarkan

produktivitas staf meningkat dan lebih efisien

penghematan waktu dan biaya

keputusan yang akan diambil menjadi lebih baik

Tabel 1.1 memperlihatikan kelebihan SIG dan kekurangan pekerjaan manual tanpa

SIG.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 38

Gambar 1.3 memperlihatkan perbandingan manajemen informasi spatial dengan dan

tanpa SIG.

Tabel 1.1 memperlihatikan kelebihan SIG dan kekurangan pekerjaan manual tanpa

SIG.

2.6 Pengenalan Alat Echosounder

Echosounder, atau perum-gema, adalah alat untuk mengukur kedalaman air.

Alat ini mampu mengukur kedalaman mulai dari 1m hingga lebih dari 11.000m.

Kemampuan mengukur kedalaman utamannya ditentukan oleh frekwensi yang

digunakan. Agar alat ini mampu mengukur kedalaman lebih besar, maka harus dipilih

frekwensi yang lebih rendah, namun frekuensi rendah menghasilkan tingkat resolusi

dan akurasi yang lebih rendah pula. Itulah sebabnya mengapa perlu memilih

frekwensi yang sesuai dengan cakupan kedalaman area yang akan disurvei. Frekuensi

rendah juga harus menggunakan transduser dengan ukuran yang lebih besar sehingga

tidak memungkinkan dipasang di perahu, misalnya.

Standar frekwensi yang digunakan untuk echosounder dengan aplikasi survei

teliti biasanya adalah 200kHz. 210kHz, 100kHz, 33kHz, 24kHz dan 12kHz.

Frekwensi tinggi (misal 200kHz) memerlukan transducer dengan diameter hanya

10cm saja, sehingga sangat mudah dibawa dan dapat dioperasikan menggunakan

perahu sampang sekalipun. Tabel berikut adalah memberikan gambaran hubungan

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 39

antara frekuensi, kedalaman yang mampu diukur, dan luas sapuan (swath). Misal

model EM3002, bekerja pada frekuensi 300kHz, dapat mengukur kedalaman mulai

dari 0.5m sampai 200m. Misal kedalaman air yang disurvey 25m, maka dalam setiap

lajur survei yang dijalankan, akan tercakup luasan area maksimum 4xD atau 4 x 25m

= 100m (50m ke kiri dan 50m ke kanan).

Model Frequency Min/max depths Max swath width

EM 3002 300 kHz 0.5-200 m 4xD/200 m

EM 3002D 300 kHz 0.5-200 m 10xD/250 m

EM 3001 300 kHz 0.5-200 m 4xD/200 m

EM 2000-120 200 kHz 1-300 m 3.6xD/300 m

EM 2000-150 200 kHz 1-300 m 7.5xD/300 m

EM 710RD 70-100 kHz 3-600 m 5.5xD/800 m

EM 710S 70-100 kHz 3-1000 m 5.5xD/1900 m

EM 710 70-100 kHz 3/-2000 m 5.5xD/2500 m

EM 302 30 kHz 10-7000 m 5.5xD/10 km

EM 122 12 kHz 20-11000 m 5.5xD/35 km

GeoSwath Plus 125, 250 & 500 kHz 0.5 - 200 m 12xD/780 m

2.7 Pengenalan Alat Digitizer

Citra

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 40

Media Penyimpanan

Digitizer Komputer Digital

Piranti Tampilan

Digitizer(Digital Acqusition System) : sistem penamgkap citra digital yang

melakukan penjelajahan citra dan mengkonversinya ke representasi numerik sebagai

masukan bagi komputer digital. Hasil dari digitizer adalah matriks yang elemen-

elemennya menyatakan nilai intensitas cahaya pada suatu titik.Digitizer terdiri dari 3

komponen dasar :–Sensor citra yang bekerja sebagai pengukur intensitas cahaya–

Perangkat penjelajah yang berfungsi merekam hasil pengukuran intensitas pada

seluruh bagian citra–Pengubah analog ke digital yang berfungsi melakukan sampling

dan kuantisasi.

.Komputer digital,digunakan pada sistem pemroses citra, mampu melakukan

berbagai fungsi pada citra digital resolusi tinggi.

Piranti Tampilan, peraga berfungsi mengkonversi matriks intensitas tinggi

merepresentasikan citra ke tampilan yang dapat diinterpretasi oleh manusia.

Media penyimpanan, piranti yang mempunyai kapasitas memori besar sehingga

gambar dapat disimpan secara permanen agar dapat diproses lagi pada waktu

yang lain.

2.8 Pengenalan Alat Planimeter

Planimeter adalah suatu alat yang digunakan untuk menghitung luas dengan

cara mekanis. Planimeter ada dua macam, yaitu planimeter manual dan planimeter

digital. Pada laporan ini akan dibahas tentang planimeter manual

Gambar Planimeter manual

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 41

Bagian-bagian planimeter :

Alat planimeter terdiri dari dari dua tangkai (batang) yang dihubungkan oleh

sendi yang memungkinkan kedua tangkai tersebut bergerak bebas pada meja gambar.

Tangkai yang pertama disebut tangkai jarum tetap atau tangkai batang (kutub),

dibagian ujung lain dari tangkai tetap terdapat jarum pelacak tetap yang disebut

dengan kutub planimeter. Tangkai yang kedua disebut  tangkai pelacak. Pada ujung-

ujung tangkai pelacak terdapat sebuah roda (roda ukur) dan jarum pelacak untuk

menelusuri batas daerah yang diukur. Roda ukur dapat berputar bersamaan dengan

gerakan dari jarum pelacak.Banyaknya putaran dapat dibaca pada piringan berskala

yang dihubungkan dengan roda ukur.

Keterangan:

1. Batang kutub

2. Batang pelacak

3. Kutub planimeter (tetap)

4. Sendi (engsel)

5. Jarum pelacak

6. Roda ukur berskala

7. Piringan berskala

8. Klem (untuk mengatur panjang batang pelacak)

9. Skala Nonius

Pengoperasian Planimeter

Langkah-langkah mempersiapkan alat planimeter sebelum digunakan untuk

menghitung luas :

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 42

1. Letakan Peta yang akan dgunakan di atas meja, dan usahakan agar tidak bisa

berpindah posisi

2. Mengeluarkan alat dari box alat

3. Mengatur panjang batang pelacak

4. Mencari posisi untuk kutub planimeter. Posisi kutub diusahakan agar batang

pelacak dapat menjangkau seluruh garis batas dengan sudut antara batang

pelacak dengan batang kutuk lebih kecil dari 180⁰.

5. Setelah kutub terpasang, gerakkan mengelilingi area batas untuk mengetahui

ada tidaknya hambatan dari gerak roda

Langkah menghitung luas:

1. Lihat titik merah pada lensa alat, kemudian tepatkan titik tersebut pada garis/

batas wilayah yang akan dicari luasannya.

2. Tempatkan jarum pelacak mulai dari titik awal (misal x0 ), yang telah

ditentukan, kemudian putar roda ukur maju (searah jarum jam) atau mundur

(berlawanan arah jarum jam) melalui x1 sampai kembali ketitik awal (x0).

Pada titik start awal sebelum mulai menyusuri garis batas, dilakukan pembacaan

terlebih dahulu pada titik start. Nilai didapat dari piringan berskala dan skala nonius.

Tahap ini juga dilakukan pada titik akhir (x1).

Syarat dari pengukuran luas dengan planimeter yang baik adalah selisih antara

bacaan di x0 dan x1 tidak lebih dari 20. Dengan  konversi tertentu, maka luas akan

dapat dihitung. Ketelitian hasil sangat bergantung pada besar atau kecilnya skala peta.

Semakin besar skala petanya, akan semakin teliti hasil luasannya.

Penghitungan Luas dengan Planimeter

Untuk mendapatkan luasan suatu daerah permukaan bumi dipeta maka diadakan

pengukuran dengan metode planimetri dari titik awal x0 sampai dengan titik akhir x1

dengan menggunakan rumus :

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 43

Keterangan :

La =  luas area yang dicari (km2)

Lx = luas daerah dalam peta  à diperoleh dari perhitungan menggunakan      planimeter

Ly = luas kalibrasi dalam peta  à diperoleh dari perhitungan menggunakan planimeter

Lb        =   luas kotak kalibrasi

p          =   panjang (cm)

l           =   lebar (cm)

Sketsa Peta yang diukur dan kotak yang dikalibrasi

2.9 Pengenalan Alat Plotter

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 44

Plotter merupakan piranti keluaran yang dapat menghasilkan grafik atau

gambar dengan kualitas tinggi dan berwarna. Plotter seringkali digunakan untuk

membuat peta, gambar-gambar arsitektur, ataupun ilustrasi tiga dimensi yang

biasanya berukuran terlalu besar bagi printer.

Head dari plotter terdiri dari beberapa buah pena berwarna yang secara terus-

menerus akan bergerak keatas kertas gambar guna menghasilkan gambar yang

sebelumnya telah dirancang pada sistem komputer. Secara umum, bagian yang ada

didalam plotter terbagi menjadi dua, yaitu drum-plotter dan table-top-plotters

(flatbad). Flatbad plotter yang dilengkapi dengan pena ataupun gantungan pena yang

selalu bergerak menyelusuri permukaan kertas guna menghasilkan gambar

Inkjet Plotters merupakan plotter jenis lain yang bisa menghasilkan berbagai

image dengan menggunakan semprotan tinta dari pelbagai warna yang mana warna ini

kemudian akan menempel pada kertas yang tergulung pada sebuah drum. Komputer

yang dihubungkan dengan inkjet plotter ini, akan mengontrol pergerakan drum serta

semprotan dari tinta yang bersangkutan. Inkjet plotter dapat menghasilkan pelbagai

kombinasi warna gambar secara cepat, tenang dan tepat.

Berdasarkan prinsip kerjanya, jenis plotter dapat berupa :

Plotter Pena

Pada prinsipnya plotter pena memiliki satu pena atau sejumlah pena berwarna-

warni untuk menggambar pada kertas atau plastik transparan. Plotter pena tidak

membuat keluaran berbentuk pola titik-titik., tetapi keluaran dalam bentuk garis

kontinyu.

Plotter Elektrostatis

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 45

Pada plotter elektrostatis ini kertas diletakkan pada tempat datar seperti meja,

kemudian dibuat dengan prinsip kerja seperti pada mensin foto kopi, yaitu dengan

memberi tegangan listrik pada kertas. Tegangan listrik tersebut yang akan

menarik tinta untuk melekat pada kertas. Tinta kemudian dicairkan dengan

pemanasan. Kualitas jenis plotter ini tidak sebagus plotter pena, tetapi

kecepatannya lebih tinggi.

Plotter Thermal

Plotter thermal menggunakan pin yang dipanasi secara elektronis. Kemudian

pin tersebut dilewatkan pada jenis media yang peka terhadap panas, sehingga

terbentuk gambar. Plotter thermal dapat digunakan untuk mencetak pada kertas

maupun pada film buram.

Dalam perkembangannya ada jenis plotter lain yang akan dibahas, yaitu :

Plotter Pemotong

Plotter jenis ini dapat sekaligus memotonh bahan vinyl, karet, gabus, kulit, dan

lain-lain. Contoh pemanfaatannya yaitu pada industri sepatu atau industri

pakaian, untuk memotong pola atau bahan sekaligus.

Plotter Format Lebar

Plotter format lebar biasa digunakan oleh perusahaan grafis, karena plotter

jenis ini dapat membuat cetakan berwarna dalam kertas yang sangat lebar.

Teknologi yang digunakan ada yang menyerupai printer ink-jet ataupun plotter

thermal.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 46

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengukuran-pengukuran dalam praktikum ini dapat dikatakan sangat saling

berkesinambungan. Langkah awal adalah melakukan pengukuran kerangka dasar

vertical, kemudian kerangka dasar horizontal, dan yang terakhir pengukuran titik-titik

detail (tachymetry). Sehingga kita harus melakukannya dengan benar dan

bersungguh-sungguh.

3.2 Saran

Ketika melakukan praktikum ini sangat diharuskan untuk menjaga serta

merawat alat-alat ilmu ukur tanah ini. Dan juga tidak lupa untuk melakukan

praktikum sesuai dengan aturan-aturannya yang sudah ada dalam buku praktikum.

Ketika melakukan praktek, lakukanlah pengukuran dengan benar dan telliti

agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan. sehingga dapat melanjutkan ke materi

praktikum selanjutnya.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 47

DAFTAR PUSTAKA

Purwaamijaya, Iskandar Muda.Dr.Ir.Drs.H.M.T.2007. ____ Petunjuk Praktikum Ilmu

Ukur Tanah. Jurusan Pendidikan Teknik Sipil, FPTK, UPI. Bandung

Wongsotjitro, Soetomo.1991. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Kanisius.

Sosrodarsono, Suyono.1997. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan.

Jakarta:Pradnya Paramitha.

Prijono, Sugeng.2011. Intruksi Kerja Pemakaian Alat Laboratorium Pedologi.

Malang : Universitas Brawijaya.

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 48

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 49

Lampiran : Biodata

DATA PRIBADINama : Adan SudrajatNim : 1001144Alamat rumah : jln. Lingkar Dadaha No.9 Rt/Rw 01/05 Kota Tasikmalaya

Telephone : 0853100908484 , 083827527048.

PENDIDIKAN1998 : Alumni TK. Aisyiah kota Tasikmalaya2004 : Alumni SDN Dadaha 2 kota Tasikmalaya2007 : Alumni SMPN 4 kota Tasikmalaya2010 : Alumni SMKN 2 kota Tasikmalaya2010 : Mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan Universitas Pendidikan Indonesia

Laporan pengenalan alat ilmu ukur tanah Page 50