isi buku teh

102
1| Manajemen Perkebunan Teh I PENDAHULUAN Perkebunan teh merupakan salah satu aspek dari sektor pertanian yang menguntungkan di Indonesia. Kebutuhan dunia akan komoditas perkebunan sangat besar khususnya teh. Teh merupakan minuman penyegar yang disenangi hampir seluruh penduduk di dunia. Bahkan minuman teh sudah banyak sekali dijadikan minuman sehari-hari. Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Teh Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan (1990-2009) Tahun Luas Lahan (Ha) Total PR PBN PBS 1990 51.238 49.495 28.347 129.080 1991 51.468 51.662 30.575 133.705 1992 53.040 51.322 33.145 137.507 1993 55.678 51.296 35.609 142.583 1994 57.517 50.507 37.500 145.524 1995 61.202 4.939 41.839 152.431 1996 65.372 43.282 33.828 142.842 1997 64.498 43240 34.484 142.222 1998 65.372 50.446 40.752 157.039 1999 65.272 49.157 42.410 156.839 2000 67.100 44.263 42.312 153.675 2001 67.580 44.554 38.738 150.872

Upload: 0810480121

Post on 05-Jul-2015

2.040 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: isi buku teh

1| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

I

PENDAHULUAN

Perkebunan teh merupakan salah satu aspek dari sektor pertanian

yang menguntungkan di Indonesia. Kebutuhan dunia akan komoditas

perkebunan sangat besar khususnya teh. Teh merupakan minuman penyegar

yang disenangi hampir seluruh penduduk di dunia. Bahkan minuman teh sudah

banyak sekali dijadikan minuman sehari-hari.

Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Teh Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan

(1990-2009)

TahunLuas Lahan (Ha)

TotalPR PBN PBS

1990 51.238 49.495 28.347 129.0801991 51.468 51.662 30.575 133.7051992 53.040 51.322 33.145 137.5071993 55.678 51.296 35.609 142.5831994 57.517 50.507 37.500 145.5241995 61.202 4.939 41.839 152.4311996 65.372 43.282 33.828 142.8421997 64.498 43240 34.484 142.2221998 65.372 50.446 40.752 157.0391999 65.272 49.157 42.410 156.8392000 67.100 44.263 42.312 153.6752001 67.580 44.554 38.738 150.8722002 66.289 44.608 39.810 150.7072003 64.742 41.988 34.874 143.6042004 61.902 44.768 35878 142.5482005 60.771 44.066 34.284 139.1212006 60.990 46.661 27.939 135.5902007 60.948 42.579 30.207 133.7242008 60.539 38.946 28.227 127.7122009 60.923 38.199 30.165 129.287

Sumber: Ditjenbun (2011)

Page 2: isi buku teh

2| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Grafik 1. Luas Perkebunan Teh Seluruh Indonesia (1990-2009)

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

0

20,000

40,000

60,000

80,000

PRPBNPBS

Tahun

Luas

laha

n (H

a)

Sumber: Ditjenbun (2011)

Namun pada kurun waktu terakhir, perkebunan teh di Indonesia

sedang mengalami masa sulit. Kinerja budidaya teh terus mundur akibat

minimnya keberpihakan pemerintah dan stakeholders lainnya terhadap

kelangsungan perkebunan teh rakyat. Dari grafik di atas dapat dilihat pada

beberapa tahun belakangan. luas lahan perkebunan teh nasional terus menurun.

Penyebab penurunan luasan perkebunan teh karena adanya alih fungsi lahan.

perambahan dengan tanam sayur. penyerobotan lahan oleh masyarakat serta

masih rendahnya pendapatan petani sehingga berkurang pula biaya untuk

melakukan perawatan kebun.

Sepanjang 2000 luas area perkebunan teh diperhitungkan masih

mencapai 153.675 hektare. Namun luas area ini terus menurun setiap

tahunnya. Dari tahun 2000 ke tahun 2002 penurunan masih sangat rendah.

Penurunan yang signifikan terjadi pada tahun 2003. yakni luas area perkebunan

teh mencapai 143.604 hektare dan penurunan drastis juga kembali terjadi pada

Page 3: isi buku teh

3| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

tahun 2009 yakni area perkebunan teh menyusut dan kembali berkurang

menjadi 129.287 hektar.

Penurunan luas areal teh di Indonesia tentu saja akan mempengaruhi

jumlah total produksi nasional. Adapun perkembangan produksi teh nasional

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Produksi Teh Seluruh Indonesia menurut Pengusahaan (1990-2009)

TahunProduksi

TotalPR PBN PBS

1990 33381 95346 29192 1559191991 27898 84035 27587 1395201992 31834 94023 27844 1537011993 36631 95126 33237 1649941994 30294 78383 30545 1392221995 32593 87432 33988 1540131996 34256 96642 38537 1694171997 32619 88259 32770 1536481998 34137 91079 41612 1668251999 34561 86099 40343 1650032000 39466 84132 38989 1625872001 40160 86207 40500 1668672002 44773 80426 39995 1651942003 47079 82082 40660 1698212004 40200 89303 36448 1659512005 37746 89959 38386 1660912006 37355 81847 27657 1468592007 38937 80274 31412 1506232008 38593 78354 37024 1539712009 38559 80889 29468 148916

Sumber: Ditjenbun (2011)

Page 4: isi buku teh

4| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Grafik Produksi Perkebunan Teh Seluruh Indonesia (1990-2009)

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

2006

2008

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

PRPBNPBS

tahun

Prod

uksi

(ton

)

Sumber: Ditjenbun (2011)

Pada 2000-2009. Statistik Perkebunan Indonesia Ditjen Perkebunan

mencatat terjadi penyusutan produksi dari 162.570 ton menjadi 148.916 ton

walau dalam kurun waktu tersebut juga terjadi fluktuasi naik-nurunnya

produksi teh dimana pada tahun 2003 produksi teh mencapai 169.821 ton. yang

merupakan produksi tertinggi yang dicapai oleh perkebunan teh. namun

keadaan ini tidak dapat dipertahankan sehingga pada tahun-tahun berikutnya

produksi cenderung menurun.

Tingkat produktivitas teh di Indonesia saat ini mencapai sebesar ±

1300 kg per hektar per tahun. baru mencapai 60 % dari potensi produktivitas

yang dimilikinya (2 ton/ha/th). Rendahnya tingkat produktivitas dan produksi

teh Indonesia disebabkan karena sekitar 44.38 % areal tanaman teh merupakan

Perkebunan Rakyat (PR) dan sebagian besar areal kebun teh Indonesia (50 %)

merupakan tanaman teh tua. bibit atau benih belum menggunakan klon/varietas

unggul. serta populasinya masih di bawah standar (± 9.000 pohon/ha). Kondisi

Page 5: isi buku teh

5| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

tersebut ditambah dengan perkembangan harga pucuk teh yang pada akhir –

akhir ini cukup rendah menyebabkan penghasilan yang diperoleh petani juga

rendah. sehingga para petani umumnya tidak memiliki modal yang cukup untuk

memelihara kebunnya secara intensif sesuai dengan kultur teknis. Padahal.

pemeliharaan kebun sangat berpengaruh terhadap usia tanaman. Bila tidak

dipelihara dengan baik. usia tanaman teh yang seharusnya lebih dari tiga puluh

tahun. bisa berkurang drastic.

Dewan Teh Indonesia (DTI) mengungkapkan terdapat sedikitnya 30

ribu hektare (ha) kebun teh terutama milik petani yang memerlukan peremajaan

tanaman. Usia tanaman perkebunan teh milik rakyat rata-rata mencapai 60-80

tahun sehingga produktivitasnya menurun. Sementara itu untuk

mengembangkan atau meremajakan satu hektar  lahan teh.  butuh minimal

10.000 bibit. Sedangkan harga bibit  kualitas bagus berkisar Rp 2.000 - Rp

2.500/batang.  Tingginya biaya  menjadi hambatan pengembangan budi daya

teh bagi perkebunan rakyat. Padahal.  budidaya  teh secara ekonomi

menguntungkan sekaligus sebagai  solusi untuk mencegah erosi di daerah

dataran tinggi. Sejumlah petani  kini mulai melakukan pembibitan sendiri 

dengan sistem stek pucuk. Namun masih terbatas untuk rehabilitasi kebun

sendiri. Namun. cara perbanyakan ini juga mempunyai kelemahan. antara lain

jumlah bibit yang dihasilkan terbatas. perlu waktu lama untuk menyeleksi

pohon induk. dan bibit yang dihasilkan kurang toleran terhadap kekeringan

karena perakarannya dangkal sehingga penyerapan air dan unsure hara kurang

optimal.

Biaya program revitalisasi perkebunan teh nasional yang akan

digulirkan pada tahun 2010-2012 mencapai Rp 1.5 triliun. Dana yang akan

dihimpun dari anggaran pemerintah pusat. pemerintah daerah. kalangan swasta.

hingga pinjaman luar negeri tersebut diharapkan dapat menyelamatkan sekitar

57.837 hektar kebun teh rakyat yang saat ini tidak optimal. Program itu akan

Page 6: isi buku teh

6| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

dilakukan di 5 provinsi dan 21 kabupaten. Sebagian besar lahan yang akan

direvitalisasi terdapat di Jabar dengan luas areal 50.666 hektar. Adapun

revitalisasi lahan di Jawa Tengah dilakukan di 4.521 hektar. DI Yogyakarta 135

hektar. Jawa Timur 51 hektar. dan Sumatera Barat 2.464 hektar (Kompas.

2011).

Page 7: isi buku teh

7| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

II

PENYIAPAN LAHAN PERKEBUNAN TEH

2.1 Hak Membuka Tanah Dan Memungut Hasil Hutan

Dalam UUPA pasal 6 dinyatakan bahwa hak membuka tanah dan

memungut hasil hutan hanya dapat dipunyai oleh warga negar Indonesia dan

diatur dengan Peraturan Pemerintah. Menurut lampiran Instruksi Presiden No. 1

Tahun 1976, tanggal 13 Januari 1976 tentang Pedoman Sinkronisasi

Pelaksanaan Tugas Keagrariaan dengan bidang tugas kehutanan

Pertambangan,Transmigrasi dan Pekerjaann Umum, mengenai pelaksanaan

pemberian hak pengusahaan hutan dan hak pemungutan hasil hutan :

a) Bahwa Hak Pengusahaan Hutan dan Hak Pemungutan Hasil hutan

diberikan oleh pemerintah dengan mengikuti tatacara yang ditetapkan

dalam Perundang-undangan yang berlaku, dalam hal ini ketentuan-

ketentuan dan persyaratan-persyaratan benar-benar akan dipertimbangkan

dengan sematang-matangnya oleh Gubernur Kekepala Daerah Tingkat I,

dan dalam pemberian Hak Penguasaan Hutan serta Hak Pemungutan

Hasil Hutan itu dengan tidak mengurangi kewenangan yang diberikan oleh

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku maka Menteri Pertanian dan

demikian pula Gubernur Kepala Daerah Tingkat I haruslah berusaha

mencegah terjadinya pertindihan penetapan/penggunaan tanah yang

bersangkutan.

b) Terhadap areal tanah yang diberikan dengan Hak Pengusaahn Hutan,maka

merupakan kewajiban bagi pemegang haknya untuk berusahaa agar setelah

3 bulan harus sudah mulai melaksanakan penataan batasbatasnya dan

pekerjaan ini harus sudah selesai selambat-lambatnya dalam waktu 3 tahun

terhitung sejak diterimanya keputusan pemberian Hak Pegusahaan hutan

Page 8: isi buku teh

8| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

tersebut. Penataan batas ini sesuai dengan yang ditentukan oleh Menteri

Pertanian.

c) Hak penggusahaan hutan ini hanya diberikan kepada pemegang haknya

yaitu atas kawasan hutan dan atau atas areal tanah yang diatasnya terdapat

tegakn hutan.Pihak Menteri Pertanian telah mencantumkan beberapa

persyaratan bagi pengusahaan hutan ini, yaitu apabila bagian-bagian areal

yang oleh pengusaha ternyata digunakan untuk tujuan lain daripada

pengunaan yang telah ditentukan, atau tidak lagi dipergunakan untuk usaha

yang sesuai dengan pemberian Hak Pengusahaan Hutan, maka bagian-

bagian harus segera dikeluarkan dari areal Hak Pengusahaan Hutan tanpa

menunggu sampai berakhirnya jangka waktu Hak Pengusahaan Hutan

tersebut.

d) Dapat dijelaskan bahwa areal Hak Pengusahaan Hutan bukanlah areal tanah

proyek transmigrasi, dalam hal ini apabila terdapat pertindihan antara

kedua areal tersebut maka hal ini harus segera dimintakan penyelesaian

kepada Menteri-menteri yang bersangkutan.Sama halnyaseperti diatas

apabila areal Hak Pengusahaan Hutan hendak dijadikan tanah perkebunan

maka terlebih dahulu harus dimintakan Hak Guna Usaha dengan mengikuti

tatacara prolehan Haktersebut sesuai dengan ketentuan UUPA.

Pelaksanaan Status Hak Tanah :

a) Untuk areal Hak Pengusahaan Hutan yang merupakan tanah Negara

yang penggunaanya secara langsung untuk usaha yang sesuai dengann

pemberian Hak Pengusahaan Hutan, pemegang Hak Pengusahaan

Hutan tidak diwajibkan mengajukan permohonan untuk memperoleh

hak atas tanah tersebut.

b) Dalam hal pemegangan Hak Pengusahaan Hutan memerlukan

penggunaan sebidang tanah didalam areal Hak Pengusahaan Hutan

yang penggunaanya tidak secara langsung untuk usaha yang sesuai

Page 9: isi buku teh

9| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

dengan pemberian Hak Pengusahaan Hutan tersebut, maka yang

bersangkutan wajibmengajukan permohonan kepada Menteri Dalam

Negeri untuk memperoleh sesuatu hak atastanah tersebut sesuai

dengan penggunaanya, yaitu setelah mendapat persetujuan dari

Menteri Pertanian dengan mengikuti tata cara yang ditetapkan dalam

peraturan perundang-undanganagraria yang berlaku (UUPA)

c) Dalam hal sebidang tanah sangat diperlukan oleh pemegang Hak

Pengusahaan Hutan,sedangkan tanah tersebut dikuasai oleh penduduk

atau masyarakat adat dengan sesuatu hak yangsah, maka hak tersebut

harus dibebaskan terlebih dahulu oleh Pemegang Hak

PengusahaanHutan dengan memberikan ganti rugi kepada penduduk

atau anggota masyarakat adat pemeganghaknya itu yang selanjutnya

dimohonkan Haknya, dengan mengikuti tata cara yang

ditetapkandalam peraturan prundang-undangan agraria yang berlaku.

d) Dalam hal pengusahaan areal Hak Pengusahaan Hutan memerlukan

penutupan areal itu, sehingga mengakibatkan penduduk dan

masyarakat hukum setempat tidak dapat melaksanakanhak adatnya,

maka pemegang Hak Pengusahaan Hutan harus memberikan ganti rugi

kepadapenduduk dan atau masyarakat hukum tersebut. Ketentuan-

ketentuan / syarat-syarat seperti yang tersebut dalam ad. (a),(b), (c)

dan (d) dicantumkan dalam keputusan pemberian HakPengusahaan

Hutan.

2.2 Pembuatan Jaringan Jalan dan Saluran Drainase

Maksud pembuatan jalan, Jembatan dan saluran drainase, suatu

perencanaan sebagai salah satu syarat untuk memperlancar jaringan tranformasi

dan baik dalam pengambilan hasil tumbangan,maupun hasil panen jika tanaman

hasil perkebunan sudah mulai bisa dipanen. Pembuatan jalan ini bertujuan

Page 10: isi buku teh

10| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

untuk memperlancar tranformasi alat-alat berat, sehingga jika jalannya

melewati saluran drainase atau sungai maka pembuatan jalan kapasitas

kekuatannya harus disesuaikandengan alat-alat berat yang nantinya lewat ke

daerah lahan perkebunan yang akan dibuka dandiolah Sehingga dalam

perenncanaan pembuatan jalan ini harus disesuaikan dengan fungsi

dankapasitas jalan yang akan dibuat agar dalam waktu pelaksanaannya

pembukaan jalan tidakmengalami hambatan, begitu juga jembatan dan saluran

drainasenya yang akan terlewati olehalat-alat berat pembuka lahan.

Dalam perencanaan pembuatan jalan ini perlu dipertimbangkan

kekuatannya, baik jalan maupun jembatannya, karena nantinya jalan ini akan

dilewati alat berat baik alat – alat penumbang pohon, alat pengumpul

tumbangan, alat pengolahan tanah dan tranfortasi pengangkutan hasil

tumbangan dan hasil panen. Prosedur dan segala persyaratan perlu

dikonsultasikan dengan dinas pekerjaan umum daerah setempat.

Berdasarkan kebutuhan dilapangan terdapat beberapa jenis jalan :

Jalan utama (Main Road)

Jalan yang menghubungkan antar afdeling maupun pabrik serta langsung

ke jalan luar/umum.

Letak : didalam atau diluar lokasi kebun

Waktu : pembentukan jalan dan peningkatan badan jalan

(dikeraskan) pada masa TBM. Pelaksanaan pengerasan

pada TBM 1 sekitar 40 %, TBM 2 dan 3 masing-masing

40 % dan 20 %.

Konstruksi : badan jalan dikeraskan dengan sirtu/batu belah 5/7dengan

ketebalan 7 cm dan lebar jalan 6 m. Permukaan jalan ini

dibuat seperti punggung kerbau lebih tinggi di bagian tengah

jalan dengan kemiringan 2,5 – 4% ke arah kiri kanan.

Panjang jalan utama 40 – 50 m/ha. 

Page 11: isi buku teh

11| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Ukuran jalan utama: 

Lebar = 16 m (2 gawangan)

Pinggir = 2 m

Parit = 1 x 0,6 x 0,5 m

Bahu jalan = 2 m

Badan jalan ± 6 m

Jalan utama dilalui kendaraan lebih sering dan lebih berat termasuk

kendaraan umum. Jalan utama biasanya dibangun secara terpadu dengan

infrastruktur lain seperti perumahan, bengkel dan kantor.

Gambar 1. peta jalur utama suatu perkebunan (Anonymousa, 2011)

Page 12: isi buku teh

12| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Gambar 2. contoh kontruksi penentuan lebar (Anonymousa, 2011)

Jalan Produksi (Collection Road)

Berfungsi sebagai sarana mengangkut produski TBS dari TPH, terdapat di

antara blok dan berhubungan dengan jalan utama.

Letak : posisi jalan terdapat di blok tanaman

Waktu : pembangunan jalan dilakukan tahun O sementara

pengerasan jalan dilaksanakan pada perioede TBM

Konstruksi : badan jalan dikeraskan dengan sirtu/batu belah 5/7

dengan ketebalan 7 cm dan lebar jalan 5 m.

Panjang jalan produksi 60 – 80 m/ha. Jalan produksi harus disesuaikan

dengan bentuk/keadaan dan luas blok. Pada daerah bertofografi datar

(luasnya ± 25 ha/blok) jarak antara jalan produksi adalah 500 m,

Page 13: isi buku teh

13| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

sedangkan pada daerah berbukit (dengan luas ± 16 ha/blok) jarak antara

jalan produksi adalah 400 m. 

Jalan Kontrol (Control Road)

Terdapat di setiap blok. Berfungsi untuk memudahkan pengontrolan areal

pada tiap blok dan sebagai batas pemisah antar blok tanaman.

Letak : didalam areal tanaman dengan arah silang U-S dan T-B

Waktu : pembuatan jalan pada masa TBM 1 semester 1

Konstruksi : lebar jalan 3-4 m, konstruksi dicangkul/diratakan kondisi

tetap bersih

Ukuran jalan kontrol/blok:

Lebar = 8 m

Pinggir jalan = 0,9 m

Parit jalan = 0,6 x 0,4 x 0,3 m

Bahu jalan = 0,5 m

Badan jalan = 4 m

Jembatan dan Gorong-gorong

Pada daerah yang terdapat aliran sungai, pembutan jaringan jalan

diusahakan melalui bagian sungai yang tersempit, agar pembangunan

jembatan lebih mudah dan efisiens. Pada sungai kecil dan dangkal cukup

dibuat gorong-gorong. Pada tempat rendah dan tempat penyaluran air dari

parit dibuatkan gorong-gorong sesuai dengan ukuran parit. Jenis gorong-

gorong yang umum digunakan adalah gorong-gorong yang terbuat dari

semen, akan tetapi jika memungkinkan disaranakan yang terbuat dari PVC.

Tanah timbunan gorong-gorong minimal setebal gorong-gorong, agar

jangan pecah jika dilalui kendaraan. Sebagai contoh gorong-gorong

Page 14: isi buku teh

14| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

ukuran diameter 60 cm ditimbun tanah minimal 60 cm. Jalan dan tanah

diatasnya harus rata. Kebutuhan untuk satu tempat gorong-gorong = 7

buah; batu = 1-2 m3; tenaga = 6 – 10 HK. Ukuran gorong-gorong besar

panjang 1m, diameter 1m; Kecil panjang 1m, diameter 0,6m. 

Gambar 3. Penampang gorong-gorong (Anonymousa, 2011)

2.3 Membersihkan Lahan Dari Semak-Semak Belukar

Dalam melakukan perencanaaan pembersihan pohon perlu dilakukan

dulu observasi lapangan dan survey lahan yang akan dibuka, pengamatan

dilakukan terhadap jenis- jenis semak-semak yang akan dibabad, besarnya

diameter batang semak dan tingkat kesukaran dalam melakukanpembabadan

perlu disesuasesuaikan dengan alat pembabad yang akandigunakan, kalau

diameterbatangnya relatif masih kecil maka bisa digunakanmesim rumput,

sedangkan jika diameternyabesar-besar jangan digunakan mesin rumput karena

akan merusak mata pisau mesin rumput,tetapi perlu dibabad dulu dengan

mengunakan gergaji mesin atau dibabad dengan menggunakangolok. Dalam hal

ini membakar semak-semak yang akan dibabad maupun belum dibabad

tidakdianjurkan. Sebaiknya hasil pembabadan direncanakan untuk dikumpulkan

disuatu lahan terbukadan bisa dikomposkan atau boleh dibakar sehingga tetapi

tidak akan menimbulkan kebakaran.Jenis-jenis alat pembabad semak –semak

diantaranya :

Page 15: isi buku teh

15| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

1. Mesin Rumput

Mesin rumput ini , dibuat dari bahan plastik dan besi , bermesin 2 tak,

dengan bahan bakanbensin dan mempunyai pisau yang tajam dan tipis

sehingga tidak bisa untuk memotong batabgatau cabang semak yang

berdiameter lebih dari 1 cm , jika dipaksakan akan merusak giginya,juga

pisaunya akan rompal. Lebih cocok digunakan untuk semak-semak yang

berbatang lunak.

2. Golok

Golok alat ini terbuat dari besi baja, mata goloknya tajan gagangnya bisa

terbuat dari besiataukayu, digunakan untukmemotong batang-batang

semak yang mempunyai diameter diatas satu cmdan untuk membersihkan

rantingrantingnya. Sehingga memudahkan pengangkutan/ pengumpulan

limbahnya.

3. Gergaji

Gergaji terbuat dari besi baja,gagangnya terbuat dari bahan kayu.Bergigi

tajam-tajam, digunakan untuk metong semak-semak yang mempunyai

diameter batang besarbesar

4. Gacok

Gacok terbuat dari besi berbentuk garpu tetapi gagangnya seperti cangkul

terbuat dari bahan kayu. Alat ini digunakan untuk membersihkan semak-

semak yang sudah terpotong ditarikdengan gacokdan dikumpulkan disuatu

tempat yang sudah ditentukan.

2.4 MENUMBANGKAN POHON

Jika pembukaan lahan dilakukan lahan hutan yang masih banyak

pohon-pohon besarnya, maka pembukaaan lahan perlu dilakukan dengan

menggunakan alat berat. Dalam teknik penumbanganpohon biasanya jika dalam

skala besar, tidak semua pohon dipotong dengan gergaji lalu ditumbangkan satu

Page 16: isi buku teh

16| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

persatu, tetapi perlu penetapan atau menentukan kearah mana pohon tersebut

akan ditumbangkan. Pohon-pohon yang akan ditumbangkan ditentukan lalu

satu persatu pohontersebut dipotong dengan gergaji mesin (simso) tetapi setelah

dalam kondisi pohon-pohon besar tersebut masih berdiri. Baru yang terakhir

kalinya pemotongan (penebangan ) dilakukan sampai pohon itu tumbang dan

mengenai pohon-pohon yang telah ditebang tadi, sehingga nantinya pada waktu

berentetan pohon-pohon yang telah dipotong akan semua tumbang secara

berurutan.

Gergaji Mesin (Chain saw)

Alat ini terbuat dari bahan baja, mempunyai ratai-ratai yang bergigi

tajam dan bermesin yang menggunakan bahan bakar bensin, penggunaan alat

mesin ini harus sangat berhati-hati, jika mendapat kesalahan bisa mematahkan

atau melukai anggota badan pemakainya.

2.5 Mengumpulkan Hasil Tumbangan

Alat pengumul hasil tumbangan disiapkan sesuai dengan jenis dan

fungsinya,adapun jenis-jenisalat pengumpul hasil tumbangan ini, jika hasil

tumbangan berupa pohon-pohon besar, alat yangperlu disiapkan yaitu alat-alat

berat dan Ringan seperti :

1. Truk

Truk : kendaraan ini harus mempunyai daya berat sampai dengan puluhan

ton untuk digunakan mengangkut kayu-kayu gelondongan ke tempat

pengumpulan hasil tumbangan

2. Roder

Rodser : alat ini digunakan untuk mengangkat kayu-kayu yang berat untuk

dinaikan ke atas bak truk untuk diangkut ketempat pengumpulan hasil

tumbangan

Page 17: isi buku teh

17| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

3. Buldozer

Buldozer dapat digunakan untuk mendorong hasil tumbangan yang

beratberat dan sulit diangkat.Selain itubuldozer ini dapat digunakan untuk

meratakan lahan-lahan yang struktur tanahnyakeras dan banyak batuannya.

4. Traktor (Zeator )

Traktor digunakan bisa serba fungsi, selain digunakan untuk mengolah

tanah teraktor juga dapat digunakan untuk mengangkut atau menarik

kayu-kayu gelondongan hasil tumbangan.

2.6 Pengolahan Lahan

Tujuan dilakukannya pengolahan lahan antara lain:

1. Mengemburkan tanah

2. Menghilangkan gas-gas yang dapat meracuni tanaman yang

dibudidayakan

3. Memberikan kesempatan kepada akar tanaman untuk lebih leluasa

dalam meresap airhara

4. yang dibutuhkannya dari tanah.

5. Menghilangkan atau membunuh rumput atau gulma

2.7 Menyiapkan dan Merawat Alat

1. Cangkul : Berfungsi untuk membongkar dan membalikan tanah juga

setelah juga untuk menghaluskan/menggemburkan tanah, selain itu

juga cangkul dipergunakan untuk membuat saluran drainase .

2. Sabit atau Arit : Berfungsi untuk membabat rumput-rumput liar

(Gulma) yang pertumbuhannya dapat menggangu tanaman yang

dibudidayakan dan

3. Garpu Tanah : Garpu diperlukan apabila tanah yang akan diolah keras

dan kering sehingga sulit untuk dicangkul

Page 18: isi buku teh

18| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

4. Linggis : Linggis diperlukan apabila lahan yang akan diolah banyak

batubatu yang besar yang dapat mengganggu dalam pengolahan

tanah,sehingga batu tersebut perlu dibongkar duludengan

menggunakan linggis

5. Golok : diperlukan sekali-kali yaitu berfungsi untuk merawat apabila

cangkul lepas / patah dari gagangnya (doran)

Page 19: isi buku teh

19| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

III

FAKTOR PENGELOLAAN TETAP DALAM

PERKEBUNAN TEH

2.1 Letak Geografis / Agroklimat yang Sesuai

Iklim

Faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh adalah

cura hujan, sinar matahari, suhu udara, tinggi tempat, dan angin.

1. Curah Hujan

Tanaman teh menghendaki daerah penanaman yang lembab dan sejuk.

Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan. Curah hujan tahunan

yang diperlukan adalah 2000 mm sampai 2500 mm, dengan jumlah

hujan pada musim kemarau rata-rata tidak kurang dari 100 mm.

2. Sinar matahari

Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh.

Makin banyak sinar matahari, pertumbuhan tanaman teh makin cepat,

sepanjang curah hujan mencukupi. Apabila suhu mencapai 300C, maka

pertumbuhan tanaman teh akan terhambat. Fungsi pohon pelindung di

daerah dataran rendah adalah mengurangi intensitas sinar matahari,

sehingga suhu tidak meningkat terlalu tinggi.

3. Suhu Udara

Tanaman teh menghendaki udara sejuk. Suhu udara yang baik bagi

tanaman teh adalah suhu yang berkisar antara 130C sampai dengan

250C, yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah, dengan

kelembaban relative pada siang hari tidak kurang dari 70%.

4. Tinggi tempat

Page 20: isi buku teh

20| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Di Indonesia, penanaman teh dilakukan pada ketinggian antara 400 m

sampai dengan 1200 m dari permukaan laut (dpl). Sehingga daerah

penanaman teh dapat dibagi menjadi :

a. Daerah dataran rendah : berada di ketinggian 400 m hingga 800 m

dpl, suhu mencapai 230C sampai dengan 240C.

b. Daerah dataran sedang : berada di ketinggian 800 m hingga 1200 m

dpl, suhu mencapai 210C sampai dengan 220C.

c. Daerah dataran tinggi : berada di ketinggian di atas 1200 m dpl,

suhu mencapai 180C sampai dengan 190C.

5. Angin

Pada umumnya angin yang berasal dari dataran rendah membawa udara

panas dan kering. Angin yang bertiuo kencang dapat menurunkan

kelembaban nisbi sampai 30%, meskipun hanya berpengaruh sedikit

pada kelembaban tanah lapisan bawah

Tanah

Tanah yang baik dan sesuai dengan kebutuhan tanaman teh adalah tanah

yang cukup subur dengan kandungan bahan organic cukup, tidak bercadas,

serta mempunyai derajat keasaman (Ph) antara 4.5 sampai 6.0.

1. Sifat-sifat Fisik Tanah

Sifat-sifat fisika tanah yang cocok untuk tanaman teh adalah : solum

cukup dalam, tekstur lempung ringan atau sedang, atau debu, keadaan

gembur, mampu menahan air, dan memiliki kandungan hara yang

cukup.

2. Sifat-Sifat Kimia Tanah

Pada umumnya, tanah yang digunakan untuk perkebunan teh memiliki

kesuburan yang cukup, kadar kation basa dan fosfor rendah, dan kadar

nitrogen bervariasi.

Page 21: isi buku teh

21| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Tanaman teh menghendaki tanah asam dengan Ph berkisar antara 4.5

sampai 6.

3. Tipe Tanah

Menurut Schoorel, ada 6 tipe tanah yang ditanamai teh di Indonesia.

Keenam tipe tanah tersebut adalah :

a. Tanah pegunungan tinggi, yaitu jenis tanah andosol dengan luas

35%

b. Tanah pegunungan tinggi yang ua, meliputi luas 14%

c. Tabah laterit merah, meliputi luas 28%

d. Tanah kuarsa berasal dari tuf liparit (Podsolik merah kuning),

meliputi luas 15%

e. Tanah merah yang mengandung liat, meliputi luas 7%

f. Tanah merah yang berasal dari batu-batuan kapur, meliputi luas 1%,

2.2 Pemilihan Varietas

1. Varietas PS 1a

Varietas PS 1a merupakan varietas PS 1 asli yang merupakan varietas

anjuran sejak tahun 1955 dan sampai saat ini banyak ditanam pekebun.

Varietas ini merupakan salah satu tetua dari varietas seri GMB yang

memiliki ciri bentuk daun lonjong, warna daun hijau muda,

permukaan daun kasar bergelombang posisi daun agak tegak, daun

tebal, internodia sedang, bentuk peko tegak, bulu daun pada peko

banyak. Varietas ini mempunyai persentase peko banyak, percabangan

baik, batang keras, pertumbuhan setelah pangkas sedang, mudah

dipetik (empuk), sangat tahan terhadap penyakit cacar teh.

2. PS 324

Varietas lain yang terkenal dari KP. Pasir Sarongge adalah PS 324

yang merupakan salah satu tetua dari varietas GMB 6 dan GMB 8. PS

Page 22: isi buku teh

22| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

324 merupakan varietas anjuran tahun 1955 dengan produktivitas yang

tinggi akan tetapi mempunyai sifat rentan terhadap serangan penyakit

cacar, dari daerah Pangalengan diantaranya telah ditemukan varietas

Kiara 8, KP 4, Mal 2, Mal 4, Mal 9, Mal 11 dan Cin 143.

3. Kiara 8

Varietas Kiara 8 bertipe sinensis, kedudukan daun tegak, warna daun

hijau muda, permukaan daun sedikit melengkung, pucuk kecil ringan,

varietas ini mempunyai sifat pertumbuhan yang cepat, tetapi

percabangan yang banyak dan kecil-kecil menyebabkan sulit

dipangkas, pada umur pangkas ketiga cenderung membentuk pucuk

burung, rentang terhadap penyakit cacar dan mati ujung. Pada kondisi

tanah yang kurang subur Kiara 8 cenderung membentuk bunga.

4. GMB

Varietas seri GMB merupakan varietas generasi kedua karena varietas

varietas ini diperoleh dari seleksi tanaman F1 hasil persilangan yang

melibatkan tetua varietas generasi pertama, yaitu Cin 143, GP 3, GP 8,

KP 4, Mal4, Mal15, PS 1, Kiara 8 dan PS 324, persilangan buatan

dilakukan pada tahun 1972. Pada tahun 1974, tanaman F1 dari 47

kombinasi persilangan ditanam dilapangan, setelah dilakukan

pembetukan bidang memiliki potensi hasil tinggi dan pada tahun 1979

terpilih 20 perdu yang selanjutnya diperbanyak secara vegatatif.

Pada tahun 1985 mulai dilakukan pengujian multilokasi di 12 lokasi

perkebunan di Indonesia, dari pengamatan potensi hasil, kualitas, daya

adaptasi dan ketahanan terhadap penyakit cacar terpilih varietas

Gambung (GMB) 1 sampai dengan GMB 11, varietas GMB 1 sampai

GMB 5 dilepas pada tanggal 21 April tahun 1988 dengan nomor SK.

260, 267, 266, 265 dan 264 oleh Menteri Pertanian, karena memiliki

potensi hasil yang tinggi dan mulai dapat dipetik pada umur 18 bulan.

Page 23: isi buku teh

23| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Varietas GMB 6 sampai dengan GMB 11 dilepas pada tanggal 9

Oktober tahun 1998 dengan nomor SK. 684, 684a, 684b, 684c, 684d

dan 684e sebagai varietas unggul karena mempunyai potensi hasil

tinggi, kualitas baik, tahan terhada penyakit cacar.

Varietas sari GMB mempunyai tetua yang sama yaitu PS 1 GMB,yaitu

GMB 4,GMB 5, GMB 7,GMB10 dan GMB11. merupakan varietas-

varietas yang memiliki hubungan kekerabatan dekat karena berasal

dari persilangan Mal2 x PS 1, sehingga memiliki banyak kemiripan

yang dapat menyulitkan dalam identivikasi varietas. Untuk

membedakan antara varietas seri GMB dalam pelepasan setiap

varietas dilengkapi dengan diskripsi.

2.3 Penggunaan Jarak Tanam

Makin banyak jumlah (populasi) tanaman per satuan luas, akan makin

cepat tajuk tanaman saling menutup, dan produksi yang tinggi juga akan

dapat dicapai dalam waktu yang lebih cepat. Namun setelah tajuk tanaman

saling menutup, setelah pangkasan produksi kedua, produksi dari areal

dengan populasi tanaman 9000 pohon per ha tidak berbeda dengan yang

populasi tanamannya lebih banyak. Jarak tanam yang dianjurkan adalah

sebagai berikut:

Tabel 3. Penentuan jarak tanam berdasarkan kemiringan lahan

Kemiringan lahan Jarak tanam (cm) Jumlah tanaman

(pohon/ha)

Datar sampai dengan 15% 120 x 90 9.260

15 – 30% 120 x 75 11.110

Lebih dari 30% 120 x 60 13.888

Dalam batas-batas tertentu 120 x 60 x 60 18.500

Sumber: Setyadmadja (2000)

Page 24: isi buku teh

24| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Jarak tanam antar barisan tanaman minimal 120 cm, dan jarak tanam

dalam barisan beragam antara 60-90 cm. Selain secara baris tunggal, jarak

tanam dapat pula secara baris berganda, dengan ketentuan jarak tanam

antar barisan minimal 120 cm dan jarak tanam dalam barisan berganda

beragam antara 60-75 cm dengan sistem segitiga sama sisi. Pola hubungan

tanaman antara lain : Baris tunggal lurus, baris tunggal zig-zag, baris

berganda, dan sejajar garis kontur.

Gambar 4. Pola Hubungan Tanaman Teh (Setyadmadja, 2000)

2.4 Pengajiran

Pengajiran dilakukan sebelum penanaman, dan dimaksudkan agar

tanaman teh ditanam sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan. Ajir

terbuat dari bambu berukuran panjang 50 cm, tebal 1 cm, sedangkan alat

untuk menentukan jarak dan barisan tanaman dibuat dari rantai kawat atau

tambang plastik yang biasa disebut kenca.

Cara pengajiran pada lahan yang datar dan landai ialah dengan

membuat ajir induk pada kedua sisi lahan, kemudian pengajiran dilakukan

Page 25: isi buku teh

25| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

dengan sistem barisan lurus atau zig-zag, sesuai dengan jarak tanam yang

telah ditentukan.

Cara pengajiran pada lahan kering dengan sistem kontur adalah sebagai

berikut :

Pengajiran dimulai dari atas turun ke bawah, dipilih lereng yang tidak

bergelombang.

Tentukan titik tertinggi dan tancapkan ajir. Dari titik itu dibuat

deretan ajir induk dengan jarak tanam antar barisan yang telah

ditentukan (120 cm) dari atas lereng turun ke bawah.

Pada sisi lain, di sebelah ajir induk tadi dengan jarak kira-kira 20 cm

atau lebih, dibuat deretan ajir induk ke dua, dengan titik tertinggi

sama dengan salah satu titik ajir dari deretan ajir induk pertama.

Deretan ajir induk kedua juga ditancapkan dari atas turun ke bawah

dengan jarak 120 cm.

Sesudah deretan ajir induk kedua ditentukan, maka di antara kedua

induk ajir tadi dibuat deretan ajir induk ketiga atau keempat atau lebih

disesuaikan dengan keadaan topografi tanah tepat pada garis kontur.

Ajir induk ditentukan dengan menggunakan alat teodolit, atau dengan

alat water pass yang terbuat dari slang (pipa) plastik dengan garis

tengah 0,5 cm. Alat water pass serupa ini biasa dipakai oleh tukang

tembok.

Selanjutnya dengan berpedoman pada ketiga atau lebih deretan ajir

induk tadi dapat dilakukan pengajiran dengan sistem kontur atau ngais

pasir dengan jarak tanam 60 cm (dalam barisan).

Jarak tanam antar barisan (120 cm) pada lahan miring bukan jarak

tanam proyeksi, tetapi jarak yang sebenarnya (permukaan tanah).

Page 26: isi buku teh

26| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Lubang tanam dibuat tepat di tengah-tengah antara dua ajir, dengan

ukuran sebagai berikut : (a) untuk bibit asal stump biji adalah 30 x 30 x 40

cm, dan (b) untuk bibit asal setek adalah 20 x 20 x 40 cm. Lubang tanam

dibuat 1-2 minggu sebelum penanaman. Pada waktu penanaman, lubang

tanam diperiksa lebih dahulu, lubang yang tertutup kembali atau menjadi

dangkal oleh tanah yang masuk akibat air hujan perlu digali kembali.

2.5 Penanaman

1. Pemberian Pupuk Dasar

Untuk menyediakan unsur-unsur hara terutama fosfat bagi

tanaman yang baru ditanam, pada lubang perlu diberikan pupuk dasar.

Pemupukan dasar yang dianjurkan terdiri atas 12,5 g Urea + 5 g TSP +

5 g KCl per lubang tanam. Apabila pH tanah di atas 6, diberikan

belerang murni sebanyak 10-15 g tiap lubang.

Page 27: isi buku teh

27| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Gambar 5 Cara Penanaman Bibit Pada Lubang Tanam (Setyadmadja, 2000)

2. Cara menanam

a. Menanam bibit Stump

Bibit stump biasanya ditanam pada umur 2 tahun. Bibit ditanam

dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam, persis di tengah-

tengah lubang, dengan leher akar tepat di permukaan tanah.

Lubang ditimbun dan dipadatkan dengan diinjak. Bibit tidak

boleh miring, dan tanah di sekitar lubang tanam diratakan.

b. Menanam bibit asal stek

Mula-mula kantong plastic disobek bagian bawahnya,

kemudian bagian samping juga disobek dari atas ke bawah sampai

bertemu dengan sobekan pada bagian bawah. Ujung kantong

plastic bagian bawah yang telah sobek ditarik ke atas sehingga

bagian bawah kantong plastic terbuka. Bibit dipegang dengan

tangan kiri, disangga dengan belahan bamboo, kemudian

dimasukkan ke dalam lubang, sementara tangan kanan menimbun

lubang dengan tanah yang berada di sekitar lubang dengan

menggunakan kored.

Setelah tanah penuh menutup bagian akar bibit, belahan

bamboo dan kantong plastic ditarik dengan hati-hati ke luar dari

lubang tanam. Plastik disimpan pada ujung ajir yang berada di

sebelahnya. Kemudian tanah di sekitar bibit dipadatkan dengan

tangan. Selesai menanam, tanah sekitar lubang diratakan agar

tidak nampak cekung atau cembung.

2.6 Perhitungan Kebutuhan Jumlah Bibit Teh Pada Lahan 1000 Ha

Page 28: isi buku teh

28| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Kebutuhan bibit teh yang digunakan untuk penanaman di

lahan seluas 1000 Ha bergantung pada jarak tanam yang digunakan.

Semakin lebar jarak tanam yang digunakan, maka jumlah bibit yang

diperlukan sedikit, sebaliknya jarak tanam yang makin sempit maka

jumlah bibit yang diperlukan semakin banyak, seperti yang dapat

dilihat pada table berikut:

Tabel 4. Penentuan Kebutuhan Bibit berdasarkan Jarak Tanam.

Jarak tanam (cm) Jumlah tanaman

(pohon/ha)

Kebutuhan bibit teh

untuk 1000 Ha lahan

120 x 90 9.260 9. 260.000

120 x 75 11.110 11.110.000

120 x 60 13.888 13.888.000

120 x 60 x 60 18.500 18.500.000

Jarak tanam yang biasanya digunakan adalah 120 x 75 sehingga

jumlah bibit yang diperlukan adalah sebanyak 11.110.000 batang.

2.7 Perkiraan Biaya Untuk Penanaman Kebun Teh

Saprodi Harga per satuan Biaya (Rp)

Pembukaan lahan 1000

Ha

@ Rp 800.000 800.000.000

Bibit 11.110.000 @ Rp 2000 22.220.000.000

Pupuk

- Urea 138.875 kg @ Rp 4000 555.500.000

- TSP 55.550 kg @ Rp 5500 305.525.000

- KCL 55.550 kg @ Rp 6200 344.410.000

Total biaya 24.222.165.000

Page 29: isi buku teh

29| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Page 30: isi buku teh

30| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

IV

FAKTOR PENGELOLAAN MUSIMAN/TAHUNAN

DALAM PERKEBUNAN TEH

4.1. Naungan

Ketika tanaman masih muda, intensitas naungan yang diberikan masih

tinggi, selanjutnya dikurangi secara bertahap seiring dengan semakin tuanya

tanaman atau bergantung pada berbagai faktor tumbuh.

Tujuan penggunaan naungan antara lain untuk melindungi tanaman

dari penyinaran matahari secara langsung agar tidak mengalami akibat berupa :

Kenaikan temperature yang melampaui daya tahan tanaman

Penguapan air yang terlampau cepat dari tubuh tanaman

Penguapan air tanah terlampau banyak lewat permukaan tanah

Tanaman naungan juga dapat berfungsi untuk:

Melindungi tanaman dari angin kencang dan kering

Menambah kandungan bahan organik tanah

Mencegah erosi

Menaikkan unsur hara yang telah tercuci ke lapisan bawah

Kerugian akibat pohon-pohon naungan :

Saingan dengan tanaman pokok dalam hal penyerapan unsur-unsur hara

Bila musim kemarau tiba juga akan bersaing dengan tanaman pokok dalam

penyerapan air tanah. Oleh karena itu penggunaan pohon naungan tidak

boleh berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan.

Page 31: isi buku teh

31| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Berdasarkan fungsinya naungan dibedakan menjadi 2 macam :

1. Pohon naungan sementara

Pohon naungan sementara berfungsi juga sebagai pupuk hijau. Pohon

naungan sementara digunakan pada daerah ketinggian yang lebih dari 1200

m dpl

2. Pohon naungan tetap

Pohon naungan tetap digunakan pada lahan yang mempunyai ketinggian

kurang dari 1000 m dpl

Tanaman yang cocok digunakan sebagai naungan sementara:

Flemingia congesta

Leucena glauca

Theprosia sp

Naungan tetap yang paling baik digunakan adalah Leucena Sp.

Kebaikan dari tanaman ini adalah kayunya keras, tidak mudah patah karena

angin, perakaran sangat dalam dan akar sampingnya sedikit, sehingga saingan

akan air maupun unsur hara paling kecil.

Tanaman-tanaman lain yang bisa juga dipakai untuk pohon penaung

adalah

Albizzia stipula (Sengon Jawa)

Albizzia falcata (Sengon Laut)

Erythrina Sp. (Dadap)

Gliricidia sepium

Parkia speciosa (Pete)

Kelemahan masing-masing jenis pohon penaung ini tidak sama.

Misalnya pohon Albazzia Spp. terlalu cepat besar dan cabang-cabangnya pun

besar, tingginya bisa mencapai 30 m dan kayunya mudah patah.

Erythrina Spp. Pohonnya terlalu besar, penaungnya terlalu berat, dan

umurnya kadang-kadang tidak panjang. (15-20 tahun). Gliricidia,

Page 32: isi buku teh

32| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

percabangannya kurang. Karena akar samping tumbuh kuat, akibatnya terjadi

persaingan yang berat dengan tanaman pokok. Selain itu Gliricidia sangat

disukai kutu putih (Pseudococcus citri).

Parkia speciosa, meskipun akhirnya tumbuh menjadi pohon yang

besar, tetapi tumbuhnya lambat. Daun-daunnya lebat hingga penaungannya

agak terlalu berat.

4.2. Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu usaha untuk mendorong

peningkatan produksi. Oleh karena itu pemupukan harus dilakukan dengan

tepat, meliputi tepat dosis, tepat cara, tepat jenis, dan tepat waktu. Tepat dosis

adalah unsur utama dari 4 tepat yang yang sangat menentukan, 3 tepat lainnya

merupakan unsur pendukung. Untuk menentukan dosis pupuk yang tepat perlu

dilaksanakan penelitian analisis tanah untuk mengetahui tingkat kesuburan

tanah. Waktu pemupukan yang terbaik adalah pada kondisi curah hujan 60-200

mm/minggu, sehingga pupuk yang diberikan terlarut dengan baik tetapi tidak

sampai hilang tercuci. Cara pemupukan yang tepat ialah memberikan pada

daerah perakaran yang aktif dengan jarak 30-40 cm dari pangkal batang perdu

dengan kedalaman 10-15 cm dari permukaan tanah.

Pemupukan dapat juga menggunakan pupuk organik berupa : sampah

pangkasan; sisa tumbuhan dan hewan dari lahan yang sama atau lahan yang

lain; kompos atau bokasi; sampah organik rumah tangga, kota dan pasar;

limbah sampah organik pabrik; limbah sampah peternakan; dan  tanaman

khusus penghasil bahan organik (pupuk hijau, pohon pelindung dan lain-lain).

Selain itu pupuk hijau berguna untuk mempertahankan dan meningkatkan

bahan organik tanah yang selanjutnya dapat meningkatkan nitrogen. Pupuk

hijau merupakan bentuk khusus daur ulang organik, yaitu :

Page 33: isi buku teh

33| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Pupuk hijau dapat dikumpulkan dari daun, cabang, ranting dan

rumput yang diangkut ke lapangan untuk disebarkan sebagai

mulsa di atas tanah atau dibenam dalam tanah.

Pupuk hijau dapat juga ditanam di lapangan dan dibenam selama

bera atau sebelum penanaman tanaman utama.

Pupuk hijau dapat ditanam secara tumpang sari  (intercrop)sebagai

mulsa hidup untuk tanaman utama.

Pupuk hijau dapat ditanam sebagai alley cropping, pohon atau

perdu pupuk hijau ditanam sebagai pagar berjarak beberapa meter

dan di antaranya (alley) dapat ditanami tanaman utama.

Gambar 6. Pemupukan dengan menggunakan Pupuk Hijau (Anonymousb, 2011)

4.3. Pembentukan Bidang Petik

a. Cara Pemenggalan (centering)

Cara ini dilakukan pada bahan tanaman/bibit asal setek yang ditanam

dalam bekong. Pelaksanaan centering adalah sebagai berikut :

Setelah bibit ditanam dilapang dan telah menunjukkan

pertumbuhan, yaitu kira-kira berumur 4-6 bulan, batang

utama di centering setinggi 15-20 cm dengan meninggalkan

minimal 5 lembar daun. Apabila pada ketinggian tersebut

tidak ada daun maka centering dilakukan lebih tinggi lagi.

Page 34: isi buku teh

34| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Kemudian setelah cabang baru tumbuh setinggi 50-60 cm,

yaitu kira-kira 6-9 bulan setelah centering dan terdapat

cabang yang tumbuh kuat ke atas, maka perlu

dipotong(decentering) pada ketinggian 30 cm untuk memacu

pertumbuhan ke samping/melebar.

Tiga sampai enam bulan kemudian, jika percabangan baru

telah tumbuh mencapai ketinggian 60-70 cm, dilakukan

pemangkasan selektif bagi cabang (selective cut

cross)dibiarkan selama 3-6 bulan, kemudian

dijendang (tipping)pada ketinggian 60-65 cm atau 15-20 cm

dari bidang pangkas. 

b. Cara Perundukan (bending)

Bending adalah suatu cara pembentukan bidang petik dengan

melengkungkan batang utama dan cabang-cabang sekunder tanpa

mengurangi bagian-bagian tanaman agar merangsang pertumbuhan

tunas pada bagian tersebut. Pelaksanaan bending adalah sebagai

berikut  :

Setelah bibit dipindahkan ke lapangan dan menunjukkan

pertumbuhan (4-6 bulan), batang utama dilengkungkan

(dirundukkan) dengan membentuk sudut 450 dari permukaan

tanah. Untuk melengkungkan batang atau cabang

dipergunakan tali bambu, cagak kayu dan lain-lain.

Kira-kira 6 bulan setelah bending I, tunas-tunas sekunder

telah mencapai panjang 40-50 cm dan dilakukan bending II

dengan arah menyebar ke segala arah. Pada umumnya tunas

sekunder mempunyai kecepatan tumbuh yang berbeda-beda,

sehingga bending dilakukan 2-3 kali sampai cabang menutup

ke segala arah.

Page 35: isi buku teh

35| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Cabang yang tumbuh kuat ke atas setelah bending II dipotong

setinggi 30 cm.

Tunas-tunas yang tumbuh setelah bending II (kecuali yang

tumbuh kuat ke atas) dibiarkan sampai mencapai ketinggian

60-70 cm (6-9 bulan setelah bending II), kemudian di cut

cross/dipangkas setinggi 45 cm.

Gambar 7. Perundukan (bending) (Anonymousb, 2011)

4.4. Pemangkasan

Pekerjaan pemangkasan dimaksudkan untuk mempertahankan kondisi

bidang petik sehingga memudahkan dalam pekerjaan pemetikan dan

mendapatkan produktivitas tanaman yang tinggi. Tujuan dari pekerjaan

pemangkasan adalah:

a. bidang petik tetap rendah untuk memudahkan pemetikan

b. Mendorong pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif.

c. Membentuk bidang petik (frame) seluas mungkin.

d. Merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru.

e. Meminimalkan formasi pucuk burung.

f. Membuang cabang-cabang yang tidak produktif.

g. Mengatur fluktuasi produksi harian pada masa flush dan masa minus

(kemarau).

Page 36: isi buku teh

36| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Prinsip-Prinsip Pangkasan

a. Batang/cabang/ranting yang telah dipotong tidak boleh pecah atau rusak.

b. Luka pangkas pada batang/cabang/ranting harus rata membentuk sudut 45

menghadap ke dalam perdu.

c. Membuang ranting-ranting kecil dengan diameter kurang dari 1 cm

(ukuran pensil).

d. Membuang cabang yang membenggul.

e. Membuang cabang-ranting yang lapuk.

f. Membuang salah satu cabang/ranting yang menumpuk, bersilang atau

berdekatan dengan jarak kurang dari 5 cm.

Bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah.

Pemangkasan yang dilakukan adalah sebagai berikut

Pangkasan pada daerah dataran sedang (800-1.200 dpl), tinggi pangkasan

50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun-daun serta

membiarkan 1–2 cabang berdaun (pangkasan jambul).

Pangkasan pada daerah dataran tinggi (> 1.200 dpl), tinggi pangkasan 50–

60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun (pangkasan

bersih), serta membiarkan  1–2 cabang berdaun (pangkasan jambul)

terutama pada tanaman muda yang berumur kurang dari 10 tahun.

Pada umumnya tinggi pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara

40-70 cm. Tinggi pangkasan yang lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan

percabangan yang terbentuk menjadi terlalu rendah, sehingga akan menyulitkan

pemetik dalam melaksanakan pemetikan.Sebaliknya jika lebih tinggi dari 70

cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan.

Setelah pemangkasan perlu diikuti dengan perlakuan gosok lumut dan

pengolahan tanah dengan cara garpu rengat. Berbagai jenis pangkasan hu-

bungannya dengan ketinggian pangkasan seperti yang terlihat pada Gambar 8.

Page 37: isi buku teh

37| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Gambar 8. Hubungan Ketinggian Pangkasan dengan Jenis Pangkasan (Anonymousb, 2011)

4.5. Pembuatan Rorak

Pada tanah miring perlu dibuat rorak yang mengikuti garis kontur.

Rorak dibuat antara 2-3 baris tanaman secara zig-zag dengan ukuran panjang

200cm, lebar 40cm, dan dalam 60cm. Rorak perlu dikuras dengan mengangkat

endapan yang ada dan menyebarnya ke atas rorak secara merata.

Pembongkaran dilakukan 3x dalam setahun, yaitu: awal, pertengahan, dan akhir

musim hujan. Fungsi rorak pada musim hujan sebagai kantong peresapan air

yang akan berguna untuk menghadapi musim kemarau.

4.6. Penyulaman

Penyulaman harus dilakukan secepat mungkin dan terus-menerus

sampai tamanan berumur 2 tahun. Untuk dapat melaksanakan dengan baik,

2minggu setelah penanaman perlu dilakukan pemeriksaan. Penyulaman

dilakukan sampai 2 bulan menjelang musim kemarau

4.7. Pengendalian hama dan penyakit

Hama

Perusak akar Cara Pengendaliannya

Heterodera marioni Menggunakan nematisida, misal

Nemagon atau metil-bromida

Page 38: isi buku teh

38| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Atau tidak menanami selama 2 tahun

Pratylenchus prattensi Sama seperti Heterodera marioni

Meloidogyne sp. Fumigasi tanah untuk mengisi polibag

dengan metil promida 250 g/ m3 atau

dengan Nemagon 60 EC

Perusak batang dan Ranting Cara Pengendaliannya

Zeuzera coffeae Memotong bagian yang terserang dan

membakar sampai habis

Xylobarus mogigerus

Biasa menyerang bibit

Dicabut untuk mencegah serangan lebih

lanjut. Jika perdu yang terserang maka

cabang/ranting dipotong dan dibakar

Perusak biji teh Cara Pengendaliannya

Kepik biji Poecilocoris

harwickii

Mengumpulkan kepik biji dengan

menggoyangkan pohon dan

membunuhnya

Lalat biji Adrame

determinata

Menutup persemaian tempat biji

berkecambah dengan karung basah atau

menutupi biji dengan pasir/tanah

Perusak daun teh Cara Pengendaliannya

Helopeltis antonii Secara kultur teknis, mekanis, hayati,

dan kimiawi

Ulat jengkal (Hyposidra

talaca, Ectropis bhurmita,

dan Biston sppessaria)

Sanitasi dan Kimiawi

Ulat penggulung daun Mekanis yaitu memetik daun yang

Page 39: isi buku teh

39| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

(Homona coffearia) terserang dan membinasakannya.

Hayati dengan memanfaatkan

musuh alami seperti Nacrocentrus

homonae

Kimia yaitu dengan insektisida

Ulat penggulung pucuk

(Cydia leucostome)

Mekanis, yaitu memetik daun yang

terserang dan membakarnya

Hayati, dengan memanfaatkan

musuh alami diantaranya Apanteles

Kimia dengan insektisida

Ulat api (Setora nitens,

Parasa lepida, dan Thosea)

Mekanis yaitu mengumpulkan

kepompong dan membinasakannya.

Hayati dengan memanfaatkan

parasit Rogas musuh alami seperti

Nacrocentrus homonae

Kimia yaitu dengan insektisida

Tungau jingga (Brevipalpus

phoenicis)

Mekanis, yitu dengan memangkas

perdu yang terserang

Sanitasi,dengan mengendalikan

gulma yang menjadi inang hama

seprti Sintrong dan babadotan

Hayati, memanfaatkan predator

Amblyseius

Pemupukan berimbang dan tidak

memberikan unsur N yang

berlebihan

Kimia, dengan menggunakan

akasirida

Page 40: isi buku teh

40| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Penyakit

Perusak akar Cara Pengendaliannya

Penyakit akar merah anggur

disebabkan oleh jamur

Ganoderma pseudoferrum

Membongkar dan membakar

perdu teh yang terserang

Dibuat saluran drinase

secukupnya

Penyakit akar hitam disebabkan

oleh jamur Roselinia arcuata

Petch dan Roselinia bunodes

Sacc

Membersihkan sampah yang ada

pada tempat perdu teh yang

diserang dan dibakar

Penyakita akar merah bata oleh

jamur Poria hypolateritia

Pencegahan dengan

membersihkan sisa akar

pada lahan yang akan

ditanami teh

Pemberantasan dengan

membongkar semua pohon

teh yang terserang dan

pohon disekitarnya dan

membakarnya. Setelah

beberapa lama baru ditanami

Penyakit akar cokelat

disebabkan oleh jamur Fomes

noxius

Membongkar perdu-perdu yang

terserang dan membakar habis

hasil bongkaran itu

Penyakit leher akar disebabkan

jamur Ustulina maxima

Mencegah luka-luka pada

leher akar

Bila telah menjalar

Page 41: isi buku teh

41| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

diberantas dengan mengupas

kulit yang terserang dan

melabur dengan penutup

luka

Perusak batang dan dahan Cara Pengendaliannya

Penyakit jamur upas oleh jamur

Corticius salmonicolor

Pencegahan dengan

membuat keadaan kebun

tidak terlalu lembab

Bila terserang dengan

mengeroklapisan benang

cendawan di permukaan

kulit batang yang terserang

Lumut-lumutan Membersihkan lumut dengan

menggunakan serabut kelapa,

sapu lidi

Perusak daun teh

Penyakit cacar teh disebabkan

oleh jamur Exobasidium vexans

Massee

Kultur teknis, berupa

mengendalikan lingkungan

hidup atau iklim kebun teh

sehingga penyakit tidak

berkembang

Kimiawi, dengan

menggunakan fungisida

Page 42: isi buku teh

42| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Penyakit busuk daun

disebabkan oleh jamur

Cylindrocladium scoparium dan

Glomerella cinguala

Mencelupkan setek yang

akan ditanam kedalam

larutan fungisida carbamat

dengan konsentrasi 0,2%.

Penyakit mati pada ujung pada

bidang petik disebabkan oleh

jamur Pestalotis theae

Memperbaiki kesuburan

tanah dengan memberi

pupuk yang tepat atau

dengan disemprot fungisida

tembaga dengan dosis 125

g/ha

4.7 Pemetikan

Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang

memenuhi syarat-syarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha

membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara

berkesinambungan.

Menurut Siswoputranto (1978), teh dihasilkan dari pucuk-pucuk

tanaman teh yang dipetik dengan siklus 7 sampai 14 hari sekali. Hal ini

bergantung dari keadaan tanaman masing-masing daerah, karena dapat

mempengaruhi jumlah hasil yang diperoleh. Berdasarkan jenisnya, pemetikan

teh dapat dibedakan menjadi:

a. Pemetikan jendangan

Pemetikan jendangan adalah pemetikan yang dilakukan pada awal setelah

tanaman dipangkas. Pemetikan ini bertujuan untuk membentuk bidang

petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang

cukup agar tanaman mempunyai potensi produksi daun yang tinggi.

Pemetikan jendangan mulai dapat dilakukan apabila 60% pucuk daun telah

tumbuh. Biasanya pemetikan jendangan dilakukan 6-10 kali petikan maka

Page 43: isi buku teh

43| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

tunas muda sudah membentuk cabang dan kemudian diteruskan dengan

pemetikan produksi.

b. Pemetikan produksi atau disebut juga pemetikan biasa

Pemetikan ini dilaksanakan setelah pemetikan jendangan selesai dilakukan,

pemetikan produksi dilakukan secara terus-menerus dengan daur petik

tertentu dan jenis petikan tertentu dengan siklus 8-12 hari.

c. Pemetikan gendesan

Pemetikan gendesan ialah pemetikan dilakukan pada kebun yang akan

dipangkas. Yaitu memetik semua pucuk yang akan diolah tanpa

memperhatikan daun yang ditinggalkan.

Cara pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga

sangat mempengaruhi mutu teh yang dihasilkan. Cara pemetikan daun teh

dibedakan menjadi 3 kategori yaitu :

a. Petikan halus apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko (P)

dengan satu daun, atau pucuk burung (B) dengan satu daun muda (M),

biasanya ditulis dengan rumus P+1 atau B+1M.

b. Petikan medium apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko

dengan dua daun, tiga daun, serta pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga

daun muda, ditulis dengan rumus P+2, P+3, B+1M, B+2M, B+ 3M.

c. Petikan kasar apabila pucuk yang dihasilkan terdiri dari pucuk peko

dengan empat daun atau lebih, dan pucuk burung dengan beberapa daun

tua, ditulis dengan rumus [P+4 atau lebih, B+(1-4 t)].

P+1 P+2 P+3

Page 44: isi buku teh

44| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

B+1M B+2 B+3M

Gambar 9. Jenis-jenis pucuk teh (Primanita, 2010)

Keterangan gambar :

P+1 : Pucuk peko dan 1 daun

P+2 : Pucuk peko dan 2 daun

P+3 : Pucuk peko dan 3 daun

B+1M : Pucuk burung dan 1 daun muda

B+2 : Pucuk burung dan 2 daun

B+3M : Pucuk burung dan 3 daun muda

Umumnya jenis petikan yang dikehendaki ialah petikan medium,

dengan komposisi 70% pucuk medium maksimal 10% pucuk halus dan 20%

pucuk kasar. Kegiatan pemetikan biasa dilakukan dari pukul 06.00-09.30 WIB.

Pukul 09.30 WIB untuk penimbangan pertama dan penimbangan kedua pada

pukul 10.00 WIB, dimana pucuk masih dalam keadaan segar.

Pemetikan dilakukan oleh tenaga pemetik dengan alat gunting. Tujuan

penggunaan gunting sebagai alat pemetikan pucuk daun teh, untuk mengejar

target produksi yang dalam setiap blok berbeda-beda tergantung musim.

Setelah daun dipetik, kemudian dimasukkan ke dalam keranjang. Selanjutnya

setelah keranjang penuh, dimasukkan ke dalam waring yang berkapasitas

kurang lebih 25 kg untuk selanjutnya ditimbang dengan diadakan sortir daun

tua.

Dalam satu blok terdapat beberapa tenaga pemetik dan dua

pembimbing (mandor) yaitu mandor petik dan mandor pemeliharaan. Tiap

Page 45: isi buku teh

45| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

mandor petik idealnya membantu 20-25 orang. Untuk jenis tanaman teh

masing- masing blok berbeda, misalnya saja pada blok Panama jenis tanaman

teh ada TRI 2025, TRI 2024, Gambung 4, Gambung 3. Jenis tanaman teh pada

blok Pemandangan ada

TRI 2024, TRI 2025.

Kegiatan pemetikan yang memerlukan karyawan yang jumlahnya

paling besar masih banyak ditemui hasil pemetikan yang hanya mengejar target

tanpa memperhatikan tata cara pemetikan yang benar. Apalagi menghadapi

musim hujan yang produksinya lebih banyak dari pada musim kemarau maka

akan dibutuhkan lebih banyak lagi karyawan. Hal ini menyebabkan perlunya

pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif dalam pelaksanaannya

Menurut Arifin (1992), untuk mengetahui pelaksanaan pemetikan

pada suatu waktu tertentu, baik cara maupun hasilnya, apakah sudah sesuai

dengan tujuan yang dikehendaki, maka perlu melakukan pemeriksaan pucuk

yang dihasilkan pada waktu tersebut. Pemeriksaan pucuk serupa ini biasanya

disebut analisis hasil petikan yang dilakukan setiap hari. Analisis hasil petikan

terdiri dari dua macam yaitu:

a) .Analisis petik ialah pemisahan pucuk yang didasarkan pada jenis pucuk

atau rumus petik yang dihasilkan pemetikan yang telah dilakukan dan

dinyatakan dalam bentuk persen. Tujuan dari analisis petik yaitu :

Menilai kondisi kebun (sehat atau tidak)

Menilai ketrampilan pemetik

Menentukan daur petik (cepat atau tidak)

Menilai kondisi pucuk

b) Analisis pucuk ialah pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian muda

dan tua daun yang dinyatakan dalam persen. Pucuk dianggap rusak apabila

pada pucuk tersebut terdapat daun-daun yang rusak seperti tersobek,

terlipat, dan terperam. Tahap-tahap analisis pucuk sebagai berikut :

Page 46: isi buku teh

46| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Sampel diambil dari 10 tempat berbeda secara acak, kemudian dari

sampel yang telah diambil, ditimbang 200 gr untuk sekali analisis.

Satu kali analisis dilakukan untuk 500 kg pucuk dan diulang untuk

setiap kelipatannya. Dari 200 gr sampel tersebut dipisahkan antara

pucuk yang memenuhi syarat olah dengan yang tidak memenuhi syarat

olah berdasarkan kondisi fisik pucuk.

Pucuk daun teh yang memenuhi syarat olah adalah pucuk halus yaitu

dengan rumus petikan sebagai berikut : P+1, P+2m, P+2, P+3m, P+3,

B+1m, B+2m, dan B+3m. Sedangkan pucuk yang tidak memenuhi

syarat adalah pucuk kasar dengan rumus petiknya yaitu B+1, B+2

serta lembaran dan tangkai. Setelah dipisahkan antara pucuk yang

memenuhi syarat olah dan pucuk yang tidak memenuhi syarat olah

kemudian masing-masing pucuk ditimbang. Kemudian dihitung

presentase beratnya.

Presentase yang dinyatakan masuk analisis adalah apabila hasil

presentase bagian yang memenuhi syarat olah ≥ 50%. Hal ini berarti

lebih banyak pucuk yang halus daripada pucuk yang kasar, dan pada

hasil produksinya akan menghasilkan teh dengan mutu satu. Apabila

analisis pucuk dinyatakan lebih dari 50%, pemetik akan mendapat

insentif atau premi (upah tambahan) yaitu sebesar Rp 25,- per kg

pucuk.

Page 47: isi buku teh

47| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Rangkaian akhir dari kegiatan pemetikan di kebun adalah adalah

pengumpulan, penimbangan di kebun dan pengangkutan hasil. Pengangkutan

dari lokasi penimbangan kebun ke pabrik diusahakan sesegera mungkin dan

pucuk harus langsung dibongkar dan dimasukkkan segera ke dalam bak

pelayuan (withering trough) setelah sampai ke pabrik.

Page 48: isi buku teh

48| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

V

PASCAPANEN DAN PEMASARAN TEH

Teh adalah bahan minuman yang sangat bermanfaat, terbuat dari

pucuk tanaman teh ( Camellia sinensis ) melalui proses pengolahan tertentu.

Manfaat minuman teh ternyata dapat menimbulkan rasa segar, dapat

memulihkan kesehatan badan dan terbukti tidak menimbulkan dampak negatif.

Teh yang bermutu tinggi sangat diminati oleh konsumen. Teh semacam ini

hanya dapat dibuat dari bahan baku (pucuk teh) yang benar serta penggunaan

mesin–mesin peralatan pengolahan yang memadai (lengkap)

Menurut Hartoyo (2003), pengelolaan teh dapat dikelompokan

berdasarkan cara pengolahan. Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi

adalah sebagai berikut :

1. Teh Hijau

Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah

dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses

oksidasi dihentikan dengan pemanasan. Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual

dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-

bola kecil.

2. Teh Hitam atau Teh Merah

Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh. Teh hitam masih dibagi

menjadi 2 jenis: Orthodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional)

dan CTC (metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang sejak tahun

1932). Menurut Arifin (1994), teh wangi dibuat dari teh hijau yang dicampur

dengan bahan pewangi dari bunga melati, melalui proses pengolahan tertentu

untuk mendapatkan cita rasa yang khas, disamping xx rasa tehnya masih tetap

ada. Seduhan teh wangi mempunyai aroma bunga yang berkombinasi dengan

Page 49: isi buku teh

49| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

rasa tehnya sendiri. Hal ini membuat teh wangi menjadi minuman yang

digemari terutama di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

5.1 Proses Pengolahan Teh Hitam

Sistem pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dibagi menjadi dua,

yaitu sistem orthodox murni dan rotorvane. Serta sistem baru misalnya sistem

CTC. Sistem orthodox murni sudah jarang sekali dan yang umum saat ini

adalah sistem orthodox rotorvane. Sistem CTC (Crushing, Tearing, Curling)

merupakan sistem pengolahan teh hitam yang relatif baru di Indonesia (Arifin,

1994).

Ada dua jenis utama teh hitam yang dipasarkan di pasaran

internasional, yaitu teh orthodox dan teh CTC. Kedua jenis teh hitam ini

dibedakan atas cara pengolahannya. Pengolahan CTC adalah suatu cara

penggulungan yang memerlukan tingkat layu sangat ringan (kandungan air

mencapai 67% sampai 70%) dengan sifat penggulungan keras, sedangkan cara

pengolahan orthodox memerlukan tingkat layu yang berat (kandungan air 52%

sampai 58%) dengan sifat penggulungan yang lebih ringan. Ciri fisik yang

terdapat pada teh CTC antara lain ditandai dengan potonganpotongan yang

keriting. Adapun sifat-sifat yang terkandung didalamnya dibedakan yaitu untuk

teh CTC memiliki sifat cepat larut, air seduhan berwarna lebih tua dengan rasa

lebih kuat, sedangkan teh orthodox mempunyai kelebihan dalam quality dan

flavor (Setiawati dan Nasikun, 1991).

Perbandingan antara cara pengolahan teh hitam sistem orthodox dan

sistem CTC adalah sebagai berikut :

Page 50: isi buku teh

50| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Tabel 5. Perbandingan antara cara pengolahan teh hitam sistem Orthodox dan

sistem CTC

1. Pengolahan Teh Hitam Sistem Orthodox

Menurut Arifin (1994), pengolahan teh hitam sistem orthodox murni

di Indonesia hampir tidak lagi dilaksanakan, yang umum dilaksanakan ialah

sistem orthodox-rotorvane. Hal ini disebabkan oleh tuntutan pasar dunia yang

beralih ke teh hitam dengan partikel yang lebih kecil (teh bubuk). Tahapan

proses orthodox secara umum sebagai berikut : pemetikan daun segar, analisis

hasil petikan, pelayuan, peggilingan dan sortasi bubuk basah, oksidasi

enzimatis, pengeringan, sortasi kering dan pengemasan.

a. Pemetikan daun segar

Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang

memenuhi syarat-syarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula sebagai

usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara

berkesinambungan.

Page 51: isi buku teh

51| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

b. Pelayuan

Daun-daun teh yang dipetik dari kebun segera dibawa ke pabrik

dan kemudian dimulai pelayuan (withering). Hal ini dilakukan untuk

menurunkan kandungan air dari daun teh serta untuk melayukan daundaun

teh agar mudah digulung. Proses pelayuan, umumnya dilakukan dengan

menempatkan daun di rak-rak dalam gedung. Udara dingin disemprotkan

melalui rak-raknya, proses pelayuan dilakukan selama 16-24 jam.

Menurut Arifin (1994), proses pelayuan bertujuan untuk membuat

daun teh agar lebih lentur dan mudah digulung sehingga memudahkan

cairan sel keluar jaringan pada saat digulung. Waktu yang diperlukan

dalam pelayuan 12-15 jam dengan derajat layu pucuk teh 44-46%.

Suhunya tidak boleh lebih dari 27 0 C serta kelembaban 76%.

Dalam proses pelayuan, pucuk teh akan mengalami dua

perubahan yaitu pertama perubahan senyawa-senyawa kimia yang

dikandung di dalam pucuk, dan kedua menurunnya kandungan air sehingga

pucuk menjadi lemas (flacid). Perubahan pertama lazim disebut proses

pelayuan kimia dan yang kedua disebut pelayuan fisik

c. Penggulungan

Biasanya daun-daun yang telah layu diambil dan dimasukkan

kedalam alat penggulung daun. Karena daun telah layu, maka daun

tersebut tidak akan remuk melainkan hanya akan menggulung saja.

Kemudian pekerjaan menggulung daun ini juga dibagi menjadi beberapa

tingkatan. Yaitu daun-daun yang bergumpal-gumpal menjadi bingkahan-

bingkahan, sering harus dipecah-pecah lagi sambil diayak untuk

memisahkan daun-daun yang berukuran besar dengan daun yang berukuran

sedang juga daun yang berukuran kecil. Hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah pekerjaan fermentasi dan juga penjenisannya. Sebab

penjenisan ini dilakukan pada waktu daun masih dalam keadaan basah.

Page 52: isi buku teh

52| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Menurut Loo (1983), penggilingan daun teh bertujuan untuk

memecahkan sel-sel daun segar agar cairan sel dapat dibebaskan sehingga

terjadi reaksi antara cairan sel dengan oksigen yang ada diudara. Peristiwa

ini dikenal dengan nama oksidasi enzimatis (fermentasi). Pemecahan daun

perlu dilakukan dengan intensif agar fermentasi dapat berjalan baik.

d. Oksidasi Enzimatis

Istilah fermentasi banyak digunakan untuk pengolahan industry

pertanian, misalnya fermentasi alkohol, fermentasi ragi dan lain-lain.

Namun istilah fermentasi atau pemeraman pada pengolahan teh sebenarnya

adalah sejumlah besar reaksi kimia antara satu dengan lainnya ditandai

dengan aktivitas enzim. Fermentasi ini untuk mendapatkan teh yang

berwarna cokelat tua dan harum baunya.

Menurut Arifin (1994), peristiwa oxidasi enzimatis yang telah

dimulai pada awal penggulungan merupakan proses oxidase senyawa

polifenol dengan bantuan enzim polifenol oxidase. Suhu terbaik yaitu 26,7 0 C serta kelembaban diatas 90%. Oxidasi senyawa polifenol, terutama

epigalocatechin dan galatnya akan menghasilkan quinonquinon yang

kemudian akan mengkondensasi lebih lanjut menjadi bisflavanol,

theaflavin, thearubigin. Proses kondensasi dan polimerisasi berjalan

membentuk substansi-substansi tidak larut.

Fermentasi merupakan bagian yang paling khas pada pengolahan

teh hitam, karena sifat-sifat teh hitam yang terpenting timbul selama fase

pengolahan ini. Sifat-sifat yang dimaksud ialah warna seduhan, aroma,

rasa, dan warna dari produk yang telah dikeringkan

Theaflavin adalah merupakan senyawa yang menentukan mutu

teh hitam yang dihasilkan. Senyawa ini yang berperan untuk membuat

warna seduhan teh menjadi kuning dan menentukan karakter ‘brightness’

Page 53: isi buku teh

53| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

dan ‘briskness’ dan thearubigin membuat warna seduhan teh merah

kecoklatan, membentuk kemantapan seduhan ‘body’ atau ‘strength’ .

e. Pengeringan

Tujuan utama pengeringan adalah menghentikan oksidasi

enzimatis senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisi zat-zat

pendukung kualitas mencapai keadaan optimal. Adanya pengeringan maka

kadar air dalam teh menurun, dengan demikian teh akan tahan lama dalam

penyimpanan.

Menurut Muljana (1983), setelah mengalami proses fermentasi,

maka daun-daun tersebut dimasukkan dalam mesin pengeringan. Setelah

keluar dari mesin tersebut maka daun teh telah benar-benar kering dan

warnanya telah berubah menjadi hitam. Waktu pengeringan yang ideal

untuk mengeringkan teh bubuk hingga mencapai kandungan air yang

dinginkan yaitu 3-4% adalah 20-30 menit dengan pemberian suhu udara

masuk sebesar 90-98 0 C dan suhu keluar sebesar 45-50 0 C.

f. Sortasi

Teh yang berasal dari pengeringan ternyata masih heterogen atau

masih bercampur baur, baik bentuk maupun ukurannya. Selain iu teh juga

masih mengandung debu, tangkai daun, dan kotoran lain yang akan sangat

berpengaruh pada mutu teh nantinya, untuk itu sangat dibutuhkan proses

penyortiran atau pemisahan yang bertujuan untuk mendapatkan suatu

bentuk dan ukuran teh yang seragam sehingga cocok untuk dipasarkan

dengan mutu terjamin

Maksud dari sortasi ialah menjeniskan hasil daun teh yang baru

saja keluar dari mesin-mesin pengeringan, dalam beberapa jenis sesuai

dengan apa yang dikehendaki dipasaran perdagangan teh kering. Teh

kering dimasukkan kedalam mesin-mesin pengayak. Didalamnya terdapat

Page 54: isi buku teh

54| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

beberapa buah alat ayakan, masing-masing berlubang-lubang menurut

ukuran tertentu dari kasar sampai yang kecil sekali.

Menurut Arifin (1994), umumnya partikel teh hasil sortasi kering

berbeda-beda. Ukuran mesh nomor ayakan berkisar 8 sampai 32. Setiap

jenis teh mempunyai standar ukuran berdasarkan besar kecilnya partikel

yang dipisah-pisahkan oleh ayakan dengan ukuran mesh nomor yang

berbeda-beda sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Didalam mesin sortasi terdapat beberapa jenis ayakan yang kasar

sampai yang halus, sehingga teh kering yang keluar dari mesin sortir akan

terbagi menjadi tiga golongan besar yaitu:

1) Teh Daun (Leafy grades)

a. Orange pecco (OP)

b. Pecco (P)

c. Pecco Souchon (PS)

d. Souchon (S)

2) Teh Remuk (Broken grades)

a. Broken Orange Pecco (BOP)

b. Broken Pecco (BP)

c. Broken Tea (BT)

3) Teh Halus

a. Fanning (F)

b. Dust (D)

(Muljana, 1983).

g. Pengemasan dan Penyimpanan

Setelah disortasi sesuai mutunya, teh dimasukkan kedalam peti

penyimpanan agar mutu teh tetap bertahan pada kondisi yang diinginkan

sebelum dikemas peti ini kemudian ditutup agar tidak terjadi perembesan

udara kedalam peti. Setelah volume teh dalam peti penyimpanan sudah

Page 55: isi buku teh

55| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

cukup banyak untuk dikemas dan siap untuk diekspor atau

diperdagangkan, maka teh ini disalurkan melalui lubang yang ada dibawah

peti dan ditampung di atas pelat bergerak berputar menuju tempat

pengepakan. Untuk mempermudah pengemasan biasanya dibantu dengan

alat yang diberi nama tea packer and tea bulker.

Saat ini sistem pengemasan dan bahan yang dipakai untuk

kemasan teh sudah berkembang dengan pesat. Peti kemas dari triplek yang

didalamnya dilapisi aluminium foil saat ini banyak pengusaha teh hitam

menganggap mahal, sulit untuk di recycle, dan dapat menimbulkan polusi.

Pengemas teh hitam dalam bentuk curah adalah karung atau tenunan lapis,

peti kardus, wadah plastik, kotak karton gelombang serta kantong kertas

lapis.

2. Proses Pengolahan Teh Hitam secara CTC (Crushing, Tearing and

Curling)

Menurut Arifin (1994), diagram proses pengolahan teh hitam secara

CTC sebagai berikut :

Gambar 10. Diagram Proses Pengolahan Teh Hitam secara CTC

Page 56: isi buku teh

56| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Keterangan dari masing-masing proses yaitu :

a. Bahan baku : pucuk teh yang halus (minimal 60%) dan utuh merupakan

bahan baku yang berpotensi kualitas tinggi disampin faktor lainnya.

Umumnya perkebunan teh yang melaksanakan pengolahan CTC pemetikan

pucuknya halus. Pucuk yang halus sangat membantu kelancaran dalam

proses penggilingan. Banyaknya tangkai-tangkai tua dapat menyebabkan

macetnya putaran alat penggiling.

b. Pelayuan : pelayuan pucuk teh CTC hampir sama dengan orthodox.

Perbedaanya terletak pada tingkat layu pucuk yang dikehendaki sangat

ringan, yaitu dengan derajat layu 32-35% (kadar air 65- 68%). Secara fisik

pelayuan ini hanya memerlukan waktu 4-6 jam, tetapi masih diperlukan

pelayuan kimia hingga pelayuan diperpanjang menjadi 12-16 jam.

c. Ayakan pucuk layu : bertujuan untuk memisahkan pucuk dari pasir, kerikil

dan benda-benda asing lainnya yang dapat menyebabkan pisau-pisaunya

cepat tumpul atau memacetkan putaran roller CTC. Green Leaf Sifter

(Ayakan pucuk) yang biasanya dipakai.

d. Gilingan persiapan : alat yang umumnya digunakan dalam gilingan

persiapan yaitu Barbora Leaf Condisioner ( BLC).

e. Gilingan CTC : mesin gilingan CTC yang biasanya dipakai di Indonesia

adalah triplek CTC, yang terdiri dari 2 buah rol gigi yang berputar

berlawanan arah, masing-masing dengan perbandingan kecepatan 1:100.

f. Fermentasi : fermentasi bubuk basah memerlukan suhu udara rendah dan

kelembaban yang tinggi, dan dimulai sejak pucuk digiling di BLC. Di

pabrik-pabrik CTC Indonesia sebagian besar memakai Continuous

Fermenting Machine (CFM). Lamanya fermentasi diatur agar jangan

terlalu lama maupun terlalu pendek, dan umumnya berkisar 80-85 menit.

Hasil fermentasi CTC cukup rata, karena ukuran bubuk basah rata.

Page 57: isi buku teh

57| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Keuntungan lainnya dengan adanya CFM adalah kebutuhan karyawan

berkurang.

g. Pengeringan : alat yang biasanya digunakan yaitu Fluid Bed Dryer (FBD).

Kadar air hasil pengeringan berkisar sekitar 2,5-3,5% tanpa mengalami

over fired atau gosong. Pengering FBD selalu mengeluarkan debu yang

banyak (blow out) sehingga pemasangan cyclon dust colector sangat

disarankan. Keuntungan lainnya adalah tempat pengeringan tidak terjadi

polusi udara karena partikelpartikel teh yang kecil telah tersedot oleh

cyclon dust colector.

h. Sortasi : Sortasi kering pada pengolahan CTC lebih sederhana daripada teh

hitam orthodox. Keringan teh CTC ukurannya hamper seragam, dan serat-

serat yang tercampur keringan tinggal sedikit karena telah banyak

dikeluarkan selama pengeringan lewat blow out.

i. Pengemasan : Bahan pengemas teh CTC sama dengan teh hitam orthodox

yaitu :

1) Teh dikemas dengan peti triplek yang didalamnya dilapisi aluminium

foil.

2) Teh dikemas dalam kantong kertas (paper sack) yang didalamnya

dilapisi aluminium foil.

5.2 Proses Pengolahan Teh Hijau

Menurut Nazaruddin et, all (1993), teh hijau dihasilkan dari

pengolahan pucuk daun teh tanpa proses fermentasi. Pengolahan teh hijau di

Indonesia masih menggunakan peralatan sederhana. Hampir 90%

pengolahannya dilakukan oleh rakyat di Jawa Barat. Teh hijau ini nantinya

akan dijadikan bahan baku teh wangi yang pabriknya di Jawa Tengah. Seperti

pengolahan teh hitam, pengolahan teh hijau juga melalui beberapa tahap

Page 58: isi buku teh

58| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

seperti pelayuan, penggulungan, pengeringan dan sortasi. Adapun proses

pengolahan teh hijau secara sederhana sebagai berikut :

1. Pelayuan

Cara pelayuan secara sederhana yang banyak dilakukan oleh petani rakyat

adalah sebagai berikut : daun teh yang yang baru dipetik ditebarkan diatas

lantai serambi agar kadar airnya berkurang dan menjadi layu. Bila

cuacanya baik lama penjemuran dua hari. Kemudian daun tersebut

digoreng dalam wajan pada suhu 90 0 C. Daun perlu dibolak-balik agar

tidak gosong. Lamanya penggorengan 8-10 menit, tergantung dari

kelembaban daun yang digoreng.

2. Penggulungan

Daun yang sudah menjadi lemas diangkat dari penjemuran dan diletakkan

diatas meja untuk didinginkan. Daun yang sudah dingin kemudian

digulung dengan tangan atau dengan alat yang berbentuk bola dan terbuat

dari kayu

3. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan cara daun teh yang telah digulung

diletakkan pada srumbu bambu yang dibawahnya terdapat arang kayu yang

sedang membara. Jika tingkat kekeringan daun sudah mencapai 80%

kemudian didinginkan di atas nyiru.

4. Sortasi

Sortasi kemudian dilakukan dengan memisahkan daun teh yang

rusak dan tangkai daunnya.

Sedangkan menurut Arifin (1994), secara skematis proses pengolahan

teh hijau yang dapat dilihat pada Gambar 11.

Page 59: isi buku teh

59| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Gambar 11. Diagram Proses Pengolahan Teh Hijau

Keterangan dari masing-masing proses yaitu :

a. Pelayuan

Pelayuan pada pengolahan teh hijau adalah untuk menginaktifkan enzim

polifenol oxidase dan menurunkan kandungan air dalam pucuk sehingga

menjadi lentur dan mudah tergulung. Pelayuan dilakukan dengan cara

mengalirkan sejumlah pucuk secara berkesinambungan kedalam alat

Rotary Panner dalam keadaan panas. Lama pelayuan antara 2-4 menit.

Suhu pelayuan yang baik dalam roll Rotary panner berkisar 80-100 0 C.

Tingkat layu pucuk pada pengolahan teh hijau berkisar 60-70%.

b. Penggulungan

Penggulungan pada teh hijau pada dasarnya merupakan tahapan

pengolahan yang bertujuan membentuk mutu secara fisik, karena selama

penggulungan akan terbentuk menjadi gulungan kecil. Penggunaan mesin

26” tipe single action. Lamanya penggulungan selama 15-17 menit.

Page 60: isi buku teh

60| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

c. Pengeringan pertama

Selain menurunkan kadar air juga memekatkan cairan sel yang menempel

di permukaan daun sampai berbentuk seperti perekat. Jumlah air yang

diuapkan sebanyak 50%. Berlangsung selama 25 menit. Mesin yang

digunakan yaitu ECP (Endless Chain Pressure). Hasil pengeringan

pertama masih setengah kering.

d. Pengeringan kedua

Pengeringan kedua menggunakan Rotary Dryer (RD). Tujuan dari

pengeringan kedua yaitu selain untuk mengurangi kadar air juga untuk

memperbaiki bentuk menggulung teh keringnya sehingga suhu tidak boleh

lebih dari 70 0 C, lama pengeringan 80-90 menit.

e. Sortasi Kering

Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan, memurnikan agar dapat

diterima di pasaran. Pembentukan jenis mutu terutama untuk membuat

jenis Chun Mee dan Sow Mee serta menyeragamkan warna dengan proses

poiishing.

5.3 Proses Pengolahan Teh Wangi

Teh wangi merupakan teh hijau yang ditambah bunga melati untuk

memperbaiki rasa dan aroma teh. Teh ini disukai banyak orang terutama

masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur. Menurut Arifin (1994), prinsip

pengolahan teh wangi terutama berupa proses penyerapan aroma bunga ke

dalam teh hijau secara maksimal, agar hasil yang diperoleh bermutu tinggi.

Tahapan proses pengolahan teh wangi sebagai berikut :

a. Penyediaan bahan baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan teh wangi teh hijau.

Sedangkan bahan pewangi yang sering dipakai dalam pengolahan teh

wangi adalah bunga melati.

Page 61: isi buku teh

61| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

b. Penggosongan

Teh hijau sampai diolah menjadi teh wangi biasanya memakan waktu

lama, sehingga sulit untuk dihindarkan adanya penyerapan uap air. Adanya

uap air yang terserap akan menghalangi masuknya bau bunga. Dengan

pemanasan dengan mesin Rotary Dryer pada suhu 150- 170 0 C selama 1-2

jam atau sering disebut penggosongan. Teh hijau yang dihasilkan lebih

kering dan berwarna coklat kehitaman.

c. Pemilihan bunga

Pemilihan bunga melati yang mempunyai tingkat kemasakan tertentu yaitu

dengan perkiraan tepat mekar pada saat pencampuran dengan teh, sehingga

aroma dapat terserap secara maksimal.

d. Pelembaban

Pelembaban dengan cara pemberian air pada teh gosong sampai keadaan

teh menjadi lembab dengan kadar air 30-35%. Pelembaban dapat

melonggarkan gulungan teh. Pelembaban berpengaruh dalam proses

pemindahan aroma bunga kepada teh hijau. Biasanya dilakukan pada pukul

17.00 WIB agar dapat langsung dilanjutkan pada proses pewangian.

e. Pewangian

Pewangian adalah proses penyerapan aroma bunga oleh teh hijau. Cara

pewangian yang biasa dilakukan adalah kontak langsung, yaitu bunga

dicampur/diaduk dengan teh yang akan yang diwangikan. Pekerjaan

pewangian ini biasanya dilakukan pada malam hari selama satu satu malam

(sore sampai pagi, selama 12-14 jam), dengan pengadukan pada selang

waktu tertentu untuk meratakan proses pewangian.

f. Pengeringan dan Pengepakan

Sisa-sisa bunga setelah proses pewangian selesai ada yang dipisahkan

dengan tehnya ada juga yang mengikutsertakan sisa-sisa bunga tersebut.

Teh kemudian dikeringkan dengan alat ECP pada inlet ± 110 0 C dan outlet

Page 62: isi buku teh

62| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

± 50 0 C selama 30 menit dengan kadar air mencapai 4%. Setelah

pengeringan selesai dan diangin-anginkan sampai dingin kemudian

dilakukan pembungkusan. Bahan pembungkus yang baik adalah kertas

lapis aluminium foil selanjutnya dikemas untuk dipasarkan.

5.4 Pemasaran Produk

Pengolahan teh hitam memproduksi produk yang sesuai dengan

permintaan pasar sehingga tidak kesulitan dalam pemasaran. Pemasaran

biasanya dengan dua tujuan yaitu ekspor dan konsumsi lokal. Untuk ekspor

merupakan prioritas yang pertama karena dari segi laba lebih menguntungkan.

Adapun pangsa pasar yang tersedia adalah sebagai berikut:

a. Pasar Ekspor (Perdagangan antar negara)

1. Direct Export (Ekspor Langsung), dimana semua proses atau Buyer

Agent di negara tujuan pembeli (Destination), demikian pula seluruh

pengurusan dokumen-dokumen pendukungnya.

2. Ekspor Tidak Langsung yang meliputi Exporter & Blender Exporter,

merekalah yang langsung berhubungan dengan buyer atau buyer agent

di Negara tujuan pembeli (Destination), termasuk pengurusan

dokumen-dokumen pendukungnya. Pembeli yang termasuk ini antara

lain : PT Unilever Indonesia TBK, Jakarta

b. Pasar Lokal

1. Antar Daerah, hubungan dengan pembeli dilakukan secara langsung,

dalam hal ini pembeli biasanya juga merangkap sebagai Packer

(mengemas kembali dengan merk-merk mereka sesuai standar yang

mereka tetapkan sendiri). Pembeli yang termasuk ini antara lain : PT

Sariwangi, Bogor.

2. Eceran terdiri dari penjualan teh uraian dan kemasan dimana

pemasarannya dilakukan melalui Unit Penjualan yang ada di PT

Page 63: isi buku teh

63| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Perkebunan. Unit Penjualan ini melayani langsung pada pembeli

maupun penjualan melalui agen-agen yang telah terdaftar.

5.5 Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu merupakan upaya untuk mencapai dan

mempertahankan standar bentuk, kegunaan, dan warna yang direncanakan.

Dengan kata lain, pengendalian mutu ditunjukkan untuk mengupayakan agar

produk (jasa) akhir sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tujuan pokok dari pengendalian mutu adalah untuk mengetahui sampai sejauh

mana proses dan hasil produk (jasa) yang dibuat sesuai standar yang ditentukan

pabrik.

Menurut Prawirosentono (2002), proses kegiatan pengendalian mutu

pada berbagai kegiatan yang berhubungan dengan mutu antara lain :

1. Pengawasan mutu bahan-bahan di gudang meliputi penerimaan,

penyimpanan dan pengeluaran.

2. Pengendalian kegiatan pada berbagai proses sesuai SOP (Standar

Operational Prosedure).

3. Mengawasi pengepakan dan pengiriman produk ke konsumen.

Pucuk teh adalah bahan baku dalam pengolahan teh, baik teh hitam,

teh hijau, maupun teh oolong. Sebagai bahan baku, pucuk teh harus bermutu

tinggi agar teh jadi yang dihasilkan bermutu tinggi. Oleh karena itu mutu pucuk

harus diusahakan dan dipertahankan agar tetap tinggi, sejak dipetik di kebun

sampai di pabrik. Seluruh kegiatan pengelolaan/pemeliharaan tanaman

ditujukan untuk membentuk zat penentu kualitas (cathechin dan enzym) yang

tinggi dalam pucuk, mengingat senyawa ini mempunyai peranan yang besar

terhadap rasa, warna dan aroma teh jadi.

Mutu teh merupakan kumpulan sifat yang dimiliki oleh teh, baik fisik

maupun kimia. Keduanya telah dimiliki sejak berupa pucuk teh atau diperoleh

Page 64: isi buku teh

64| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

sebagai akibat teknik pengolahan dan penanganan yang dilakukan. Oleh karena

itu, proses pengendalian mutu telah dilakukan sejak teh ditanam, dipetik,

diangkut ke pabrik dan selama pengolahan (Arifin, 1994).

Page 65: isi buku teh

65| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

DAFTAR PUSTAKA

Anonymousa. 2011. http://2.bp.blogspot.com. Diakses tanggal 10 Maret 2011

Anonymousb. 2011. http://rikobassist.blogspot.com/2009/10/penanaman-teh-

pengenalan-tanaman-teh.html. diakses tanggal 10 Maret 2011

Anonymousc.2011.http://repository.usu.ac.id/bitstream/

123456789/7532/1/09E02685.pdf. Diakses tanggal 20 Maret 2011

Anonymousd.2011.http://www.pusri.or.id/50publikasi01.php?

pageNum_mediamassa=11&tipeid=DD&pubid=pub20070136&totalR

ows_mediamassa=518. Diakses tanggal 20 Maret 2011

Arifin, S. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2011. Luas Areal dan Produksi Perkebunan

Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan.

http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php/viewstat/komoditiutam

a/10-Teh. Diakses tanggal 10 Maret 2011

Harler, C, R. 1963. Tea Manufacture. Oxford University Press.

Hartoyo, Arif. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan : Sebagai Tinjauan Ilmiah. Kanisius. Yogyakarta.

Kompas. 2011. Revitalisasi Butuh Biaya Rp 1,5 Triliun.

http://cetak.kompas.com/read/2009/10/30/04434618/revitalisasi.butuh.

biaya.rp.15.triliun. Diakses tanggal 10 Maret 2011

Loo, T.G. 1983. Penuntun Praktis Mengelola Teh dan Kopi. PT. Kinta.

Jakarta.

Muljana, W. 1983. Petunjuk Praktis Bercocok Tanam Teh. CV. Aneka

Ilmu. Semarang.

Nazaruddin, Fary B, Paimin. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan

Teh. Penebar Swadaya. Jakarta.

Page 66: isi buku teh

66| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

Prawirosentono, Sulyadi. 2002. Filosofi Baru Tentang Management

Mutu Terpadu Total Quality Management. Bumi Aksara. Jakarta.

Primanita, Asri Yulian. 2010. Laporan Magang di Unit Perkebunan Teh Tambi PT Perkebunan Teh Tambi Wonosobo ( Proses Produksi Teh Hitam ). Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Setyadmadja, Djoehana. 2000. Teh: Budidaya dan Pengolahan Pascapanen.

Kanisius. Yogyakarta.

Page 67: isi buku teh

67| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h

TENTANG PENULIS

Anggi Indah Yuliana, lahir di Jombang 8 Juli

1991. Anak pertama dari 2 bersaudara.

Menyelesaikan pendidikan di SDN Penggaron I,

SMPN I Mojowarno, SMA N Ngoro Jombang,

dan sekarang sedang mengenyam pendidikan di

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dalam

program studi Agroekoteknologi. Saat ini

bertempat tinggal di Jalan Ponco 63 Desa Penggaron Kec. Mojowarno Kab.

Jombang. HP 085733204969, Email [email protected]

Dhona Puspita Ningrum, lahir di Jember 5

Agustus 1989. Anak bungsu dari 3 bersaudara.

menyelesaikan pendidikan di TK Pertiwi Kudu

Kertosono, SDN Kudu I, SMPN I Kertosono,

SMA N I Kertosono, dan sekarang sedang

mengenyam pendidikan di Fakultas Pertanian

Universitas Brawijaya Malang dalam program

studi Agroekoteknologi. Saat ini bertempat

tinggal di Jalan Kelud 9 Desa Kudu Kec.

Kertosono Kab. Nganjuk. HP 085736940530,

Email [email protected]

Page 68: isi buku teh

68| M a n a j e m e n P e r k e b u n a n T e h