irhamni - pengaruh tekanan dan lama · pdf file1.2.perumusan masalah berdasarkan latar...
TRANSCRIPT
PENGARUH TEKANAN DAN LAMA PENGGORENGAN (VACUUM FRYING)
TERHADAP MUTU KERIPIK SUKUN (ARTOCAPUS ARTILIS)
Irhamni1,Banda Ratrina Katsum
1, Irfan
1
Universitas Serambi Mekkah, Aceh-Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRAK
Sukun (Artocapus Artilis) dapat dijadikan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional
(beras), artinya keberadaan pangan ini dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional. Sukun cukup bagus
sebagai sumber vitamin A dan B komplek dan mempunyai komposisi gizi yang relatif tinggi, 100 gram berat basah sukun
mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%.ada dua cara yang dapat dilakukan yaitu penggorengan kripik biasa dan
penggorengan dengan vakum (vacuum frying). Penggorengan dengan metode vacuum akan menghasilkan produk pangan
dengan kandungan gizi seperti protein, lemak, dan vitamin yang tetap terjaga Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh tekanan penggorengan keripik sukun dengan menggunakan alat vacuum frying, dan untuk
mengetahui pengaruh lama penggorengan keripik sukun dengan menggunakan alat vacuum frying. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor, yaitu faktor I Tekanan penggorengan yang
terdiri dari 0,5; 0,7; 0,9 dan 1 Atm dan faktor II lama penggorengan yang terdiri dari 20, 30, 40, dan 50 menit. Data yang
diperoleh di analisa , dilanjutkan dengan uji organoleptik. Parameter yang dianalisa adalah kadar air, kadar abu, kadar
lemak, sedangkan untuk uji organoleptik dilakukan terhadap warna, rasa,dan aroma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengaruh tekanan dan lama penggorengan vakum terhadap mutu keripik sukun berpengaruh sangat nyata terhadap kadar
air, kadar abu, kadar lemak, dan uji organoleptik terhadap warna, rasa dan aroma. Nilai Kadar air berkisar 0,43 – 1,83%,
kadar abu 1,46 – 2,43%, dan kadar lemak 44,44 – 48,68%.
Kata Kunci: Sukun, (Artocarpus Altilis), Vacuum Frying, Pengaruh tekanan, dan Lama Penggorengan.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah
Tanaman sukun, Artocarpus altilis Park. dapat digolongkan menjadi sukun yang berbiji disebut
breadnut dan yang tanpa biji disebut breadfruit. Sukun tergolong tanaman tropik sejati, tumbuh
paling baik di dataran rendah yang panas. Tanaman ini tumbuh baik di daerah basah, tetapi juga dapat
tumbuh di daerah yang sangat kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun
bahkan dapat tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Di musim kering, disaat tanaman lain tidak
dapat atau merosot produksinya, justru sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan lebat. Tidak heran,
jika sukun dijadikan sebagai salah satu cadangan pangan nasional. Sukun dapat dijadikan sebagai
pangan alternatif karena keberadaannya tidak seiring dengan pangan konvensional (beras), artinya
keberadaan pangan ini panen susulan pada bulan Juli – Agustus.[1]. Buah sukun yang telah dimasak
cukup bagus sebagai sumber vitamin A dapat menutupi kekosongan produksi pangan konvensional.
Sukun dapat dipakai sebagai pangan alternatif pada bulan-bulan Januari, Februari dan September,
dimana pada bulan-bulan tersebut terjadi musim kemarau sehingga padi mengalami gagal panen.
Musim panen sukun dua kali setahun. Panen raya bulan Januari - Februari dan dan B komplek tetapi
miskin akan vitamin C. Kandungan mineral Ca (kalsium) dan P (posfot) buah sukun lebih baik
daripada kentang dan kira-kira sama dengan yang ada dalam ubi jalar. Sukun mempunyai komposisi gizi
yang relatif tinggi, 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak
0,2%, abu 1,21%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 0,048%, kalsium 0,21%, besi
0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2%. (Koswara, 2006).
Upaya untuk meningkatkan daya guna sukun dan nilai ekonominya dapat dilakukan dengan
menganekaragamkan jenis produk olahan sukun, untuk itu perlu dikembangkan cara pengolahan lain
seperti pembuatan tepung sukun dan kripik sukun. Dalam penggorengan kripik sukun, ada dua cara
yang dapat dilakukan yaitu penggorengan kripik biasa dan penggorengan dengan vakum (vacuum
frying). Penggorengan dengan metode vacuum akan menghasilkan produk pangan dengan kandungan
gizi seperti protein, lemak, dan vitamin yang tetap terjaga. Sistem penggorengan seperti ini, produk-
produk pangan yang rusak dalam penggorengan akan bisa digoreng dengan baik, menghasilkan
produk yang kering dan renyah, tanpa mengalami kerusakan nilai gizi dan flavor seperti halnya yang
terjadi pada penggorengan biasa.
Mesin vacuum frying mempunyai cara kerja yang sederhana, sukun digoreng pada mesin vacuum
frying, dengan medium minyak goreng. Pemanasan minyak goreng disetting pada suhu rendah (80-
850 Celcius) (Anonim, 2003). Penggorengan vakum dilakukan pada tekanan rendah, sehingga
penguapan dapat berlangsung cepat dan merata karena terdapat kesenjangan tekanan dan kelembaban
yang besar antara bagian luar dan bagian lahan bahan. Kerusakan sikap sensoris produk juga dapat
ditekan karena dalam kondisi vakum tidak dibutuhkan suhu tinggi untuk penguapan air (Ketaren,
1998). Keuntungan lain penggunaan system penggorengan vakum adalah warna dan zat-zat nutrisi
yang terkandung dalam buah tidak banyak mengalami perubahan karena proses penguapan air
berlangsung pada suhu rendah.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada pengaruh tekanan terhadap mutu keripik sukun dengan
menggunakan vacuum frying ? dan Apakah ada pengaruh lama penggorengan terhadap mutu keripik
sukun dengan menggunakan vacuum frying ?
1.3.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui pengaruh tekanan penggorengan
keripik sukun dengan menggunakan alat vacuum frying, dan untuk Mengetahui pengaruh lama
penggorengan keripik sukun dengan menggunakan alat vacuum frying.
2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Sukun
Tanaman sukun terdapat di berbagai wilayah di Indonesia. Tanaman sukun mempunyai
beberapa nama ilmiah yang sering digunakan, yaitu Artocarpus communis Forst, Artocarpus Incisa
Linn, atau Artocarpus Altilis. (Kartikawati dan Adinugraha, 2003).
Gambar 1. Buah Sukun
Sukun merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik pada lahan kering (daratan), dengan
tinggi pohon dapat mencapai 10 m atau lebih. Gambar 1. Menunjukkan buah sukun, buah muda
berkulit kasar dan buah tua berkulit halus. Daging buah berwarna putih agak krem, teksturnya kompak,
dan ber serat halus. Rasanya agak manis dan memiliki aroma yang spesifik. Berat buah sukun dapat
mencapai 1 kg per buah, (Koswara, 2006).
2.2. Manfaat Sukun
Buahnya dapat digunakan sebagai bahan makanan. Jaman dahulu di Hawai sukun digunakan
sebagai makanan pokok. Di Madura digunakan sebagai obat sakit kuning. Bunganya dapat diramu
sebagai obat. Bunganya dapat menyembuhkan sakit gigi dengan cara dipanggang lalu digosokkan pada
gusi yang giginya sakit, (Kartikawati dan Adinugraha, 2003). Daunnya selain untuk pakan ternak, juga
dapat diramu menjadi obat. Di India bagian barat, ramuan daunnya dipercaya dapat menurunkan
tekanan darah dan meringankan asma. Daun yang dihancurkan diletakkan di lidah untuk mengobati
sariawan. Juice daun digunakan untuk obat tetes telinga. Abu daun digunakan untuk infeksi kulit.
Bubuk dari daun yang dipanggang digunakan untuk mengobati limpa yang membengkak, (Kartikawati
dan Adinugraha, 2003).
Getah tanaman digunakan untuk mengobati penyakit kulit. Getah yang ditambah air jika
diminum dapat mengobati diare. Kayu sukun tidak terlalu keras tapi kuat , elastis dan tahan rayap,
digunakan sebagai bahan bangunan antara lain mebel, partisi interior, papan selancar dan peralatan
rumah tangga lainnya. Serat kulit kayu bagian dalam dari tanaman muda dan ranting dapat digunakan
sebagai material serat pakaian. Di Malaysia digunakan sebagai mode pakaian. Komposisi zat gizi buah
sukun dapat dilihat pada Tabel 1, dan perbandingan kandungan zat gizi disajikan pada Tabel 2. (Irwan,
2011).
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Sukun per 100 g
Zat Gizi Sukun Muda Sukun Tua Tepung Sukun
Karbohidrat (g) 9,2 28,2 78,9
Lemak (g) 0,7 0,3 0,8
Protein (g) 2 1,3 3,6
Vitamin B1 (mg) 0,12 0,12 0,34
Vitamin B2 (mg) 0,06 0,05 0,17
Vitamin C (mg) 21 17 47,6
Kalsium (mg) 59 21 58,8
Fosfor (mg) 46 59 165,2
Zat besi (mg) - 0,4 1,1
Tabel 2. Perbandingan Komposisi Kandungan Gizi Sukun dengan beberapa Bahan Pangan lainnya
dalam 100 gram (SNI 01-4279-1996).
Jenis Bahan
Pangan
Energi Protein Lemak
(g)
Karbohidrat
(g) (kal) (g)
Tepung sukun 302 3,6 0,8 78,9
Buah sukun tua 108 1,3 0,3 28,2
Beras 360 6,8 0,7 78,9
Jagung 129 4,1 1,3 30,3
Ubi Kayu 146 1,2 0,3 34,7
Ubi jalar 123 1,8 0,7 27,9
Kentang 83 2,0 0,1 19,1
Berdasarkan Tabel 1 dan 2 di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai gizi buah sukun tidak kalah
dengan bahan-bahan pangan lainnya yang sering digunakan sebagai bahan pangan pokok ataupun
bahan pangan pokok alternatif di Indonesia. Bahkan, dalam beberapa hal sukun tampak lebih unggul
dari bahan pangan lainnya. Dengan demikian sukun, khususnya tepung sukun mempunyai prospek
yang sangat baik sebagai bahan pangan pengganti beras. Produk pangan olahan yang merupakan hasil
olahan langsung dari buah sukun segar misalnya keripik sukun, apem sukun, bolu cup sukun, getuk
sukun, kroket sukun, prol sukun, dan lain-lain.
2.3. Vacuum Frying
Mesin vacuum frying adalah mesin yang berfungsi untuk memproduksi keripik buah ataupun
sayur dengan cara melakukan penggorengan vacuum tanpa merubah rasa buah tersebut. Vacuum
mampu memproduksi berbagai jenis keripik buah, seperti, keripik ubi, keripik pisang, keripik mangga,
keripik sukun, dan lain-lain. Vacuum bisa juga digunakan untuk membuat keripik sayur dan juga
keripik ikan. Tipe mesin vacuum bermacam-macam bentuk dan ukurannya. Salah satu tipe mesin
vacuum dapat diuraikan sebagai berikut: (Anonim, 2007)
Spesifikasi teknik mesin vacuum tipe VF30 – 18
Kapasitas masukan : 10 kg/proses
Lama proses pembuatan : 20 -50 menit/proses
Volume minyak goreng : 40 kg
Dimensi tabung penggorengan : 33x44x65 cm3
Dimensi bak air : 88x70x65 cm3
Dimensi total (p x l x t) : 88x70x100 cm3
Bunner : RINNAI 2 titik api
Bahan bakar : Liquid Petrolium Gas (LPG)
Kebutuhan LPG : 0,1 – 0,2 kg/jam
Sistem pengvakuman : Water jett 1 injektor
Pompa air : Grundfas
Kebutuhan daya listrik : 2200 watt
Model bak air : Horisontal
System pendinginan : Sirkulasi air
Control suhu : Manual
Dalam 40 kg minyak tersedia kapasitas masukannya 2 kg, 5 kg dan 10 kg.
2.4. Cara Kerja Vacuum Frying
Cara kerja dari mesin vacuum frying tidaklah rumit, bahan yang dimasukkan kedalam
penggorengan vacuum akan digoreng secara vacuum. Penggorengan secara vacuum ini akan membuat
kadar air didalam buah maupun sayuran akan menjadi keripik. Komponen-komponen penting dari
mesin vacuum frying terdiri dari vacuum penggoreng vacuum, kondesor, pompa waterjett pemanas dan
waterbox. Suhu dan tekanan kerja untuk menggoreng buah rata-rata sekitar 85-900C dan tekanan ± 25
cmHg, tergantung dari jenis dan karakteristik buah. Lama proses penggorengan berlangsung rata-rata
sekitar 1-1,5 jam atau disesuaikan dengan jenis bahan baku yang diproduksi, setiap buah memiliki
karakteristik yang berbeda. Minyak goreng dapat digunakan hingga mencapai 200 kali penggorengan.
Lama daya tahan keripik buah yang dihasilkan mesin vacuum frying tergantung akan kemasan, keripik
buah memiliki daya tahan mencapai ½ tahun. (Anonim, 2007)
2.6. Keripik Sukun
Keripik sukun adalah makanan yang terbuat dari sukun yang diiris tipis kemudian digoreng
sampai kering dan renyah, biasanya rasanya adalah asin dengan aroma bawang yang gurih. Keripik
merupakan sejenis makanan ringan berupa irisan tipis dari umbi-umbian , buah-buahan, atau sayuran
yang digoreng didalam minyak nabati. Untuk menghasilkan rasa yang gurih dan renyah biasanya
dicampur dengan adonan tepung yang diberi bumbu rempah tertentu. Secara umum keripik dibuat
melalui tahap penggorengan, tetapi ada pula dengan hanya melalui penjemuran atau pengerinngan.
Keripik dapat berasa asin, pedas, manis, asam, gurih, atau paduan dari kesemuanya.(Koswara, 2006).
Tabel 3. Syarat Mutu Keripik Sukun
Tabel 3. Syarat Mutu Keripik Sukun Menurut SNI (01-4297-1996)
No Kriteria Persyaratan
1 Kadar Air (%) Maks 5
2 Kadar Karbohidrat (%) Min 30
3 Kadar Lemak (%) Maks 40
3.METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standarisasi di Jalan Cut Nyak
Dhien no. 377 Banda Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa
tahap:
3.1.Analisa Data
Data analisa menggunakan sidik ragam (Rancangan Acak Lengkap), Beda Nyata Jujur (BNJ).
3.4. Variabel Tetap
1. Sukun = 2 kg sekali penggorengan = 64 kg sukun
2. Kapur sirih = (0,2%)
3.5. Variabel Berubah
A. Tekanan = 0,5; 0,7; 0,9 dan 1 atm
B. Lama Penggorengan = 20, 30, 40, dan 50 menit
Adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis Kadar Air
b. Analisis Kadar Lemak
c. Analisis Kadar Abu
d. Uji Organoleptik
4.HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian yang telah diuji cobakan antara perlakuan tekanan dan lama penggorengan
terhadap mutu keripik sukun dapat dinyatakan bahwa semua hasil perlakuan yang dicobakan
berpengaruh sangat nyata terhadap hasil pengujian kadar air, kadar abu, kadar lemak dan uji
organoleptik terhadap warna, rasa, dan aroma. Hasil analisa sidik ragam kadar air,kadar abu, kadar
lemak, dan uji organoleptik terhadap warna, rasa, dan aroma keripik sukun pada tiap taraf perlakuan
tekanan dan lama penggorengan dapat dilihat pada pembahasan penelitian dibawah ini:
4.1. Kadar Air
Rata-rata analisis kadar air keripik sukun pada tiap taraf perlakuan tekanan dan lama penggorengan
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata analisa kadar air keripik sukun pada tiap taraf perlakuan tekanan dan lama
penggorengan.
Tekanan Lama penggorengan ( menit )
(Atm) 20 30 40 50
0,5 3,88 3,66 2,92 2,28
0,7 3,64 3,48 2,42 1,88
0,9 3,56 3,42 3,16 1,45
1 3,48 3,28 1,66 0,86
BNJ (0,05) = 0,0426
Tabel 4.Dapat dinyatakan nilai rata-rata kadar air tertinggi dijumpai pada perlakuan (0,5 atm –
20 menit) sebesar 3,88% dan nilai rata-rata kadar air terendah dijumpai pada perlakuan (1 atm – 50
menit) yaitu sebesar 0,86%, terjadinya penyusutan kadar air pada proses penggoregan keripik sukun
dengan menggunakan vacuum frying disebabkan oleh tekanan dan lama penggorengan yang semakin
tinggi. Suhu optimum untuk penggorengan keripik sukun berkisar 80 - 90 ̊C dengan lama
penggorengan 30 – 40 menit. Menurut SNI (01-4279-1996) keripik sukun persyaratan kadar air
maksimal 5%, dari tabel diatas nilai kadar air yang diperoleh sudah termasuk persyaratan SNI keripik
sukun. Penurunan kadar air keripik sukun pada tiap taraf perlakuan tekanan dan lama penggorengan
disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan antara pengaruh tekanan dan lama penggo
kadar air keripik sukun.
Gambar 2. Menyatakan bahwa penambahan tekanan dan lama penggorengan akan
mengakibatkan penurunan kadar air.
menit dan suhu 80 ̊C nilai kadar air masih diatas 3,88% dan pada perlakuan lainnya dibawah 3,88%.
Semakin tinggi tekanan dan lama penggorengan, maka air yang berada dalam bahan semakin berkurang
dikarenakan tekanan yang tinggi akan membuat keripik semakin kering dan air dalam bahan akan
menguap. Penguapan air selama penggorengan terjadi karena suhu minyak sebagai media penggoreng
melebihi titik didih air sehingga air dalam bahan me
bahwa penggorengan konvensional dilakukan pada suhu yang cukup tinggi
titik didih minyak. Titik didih minyak akan rendah jika tekanan didalam ruang penggorengan
divakumkan. Pada tekanan 66 cm Hg,
4.2. Kadar Abu
Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral pada bahan, kandungan komposisi abu
atau mineral pada bahan tergantung dari dua jenis bahan dan cara penggorengannya .
Dapat dinyatakan bahwa nilai rata
3.88
3.643.663.48
2.92
2.422.28
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
20 menit 30 menit
kadar air
Lama Penggorengan
. Hubungan antara pengaruh tekanan dan lama penggorengan terhadap nilai rata
kadar air keripik sukun.
enyatakan bahwa penambahan tekanan dan lama penggorengan akan
mengakibatkan penurunan kadar air. Pada perlakuan tekanan 0,5 atm dengan lama penggorengan
C nilai kadar air masih diatas 3,88% dan pada perlakuan lainnya dibawah 3,88%.
emakin tinggi tekanan dan lama penggorengan, maka air yang berada dalam bahan semakin berkurang
ikarenakan tekanan yang tinggi akan membuat keripik semakin kering dan air dalam bahan akan
menguap. Penguapan air selama penggorengan terjadi karena suhu minyak sebagai media penggoreng
melebihi titik didih air sehingga air dalam bahan menguap.(Setyawan an Setyabudi, 2008), mengatakan
bahwa penggorengan konvensional dilakukan pada suhu yang cukup tinggi (± 160
titik didih minyak. Titik didih minyak akan rendah jika tekanan didalam ruang penggorengan
divakumkan. Pada tekanan 66 cm Hg, Vacum, minyak sudah mendidih pada suhu ±
Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral pada bahan, kandungan komposisi abu
atau mineral pada bahan tergantung dari dua jenis bahan dan cara penggorengannya .
apat dinyatakan bahwa nilai rata-rata kadar abu terendah dijumpai pada perlakuan tekanan 1 atm dan
3.56 3.483.48 3.423.28
2.42
3.16
1.661.88
1.54
0.86
30 menit 40 menit 50 menit
Lama Penggorengan
Tekanan
0,5 atm
0,7 atm
0,9 atm
1 atm
rengan terhadap nilai rata-rata
enyatakan bahwa penambahan tekanan dan lama penggorengan akan
atm dengan lama penggorengan 20
C nilai kadar air masih diatas 3,88% dan pada perlakuan lainnya dibawah 3,88%.
emakin tinggi tekanan dan lama penggorengan, maka air yang berada dalam bahan semakin berkurang
ikarenakan tekanan yang tinggi akan membuat keripik semakin kering dan air dalam bahan akan
menguap. Penguapan air selama penggorengan terjadi karena suhu minyak sebagai media penggoreng
n Setyabudi, 2008), mengatakan
160 – 180 ̊C) yaitu pada
titik didih minyak. Titik didih minyak akan rendah jika tekanan didalam ruang penggorengan
minyak sudah mendidih pada suhu ±82 – 85 ̊C.
Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral pada bahan, kandungan komposisi abu
atau mineral pada bahan tergantung dari dua jenis bahan dan cara penggorengannya . (Winarno, 1997).
rata kadar abu terendah dijumpai pada perlakuan tekanan 1 atm dan
Tekanan
lama penggorengan 30 menit yaitu sebesar 3,14%. Untuk standar mutu kadar abu yang ditetapkan
adalah dengan nilai maksimal 2,0 % /bb, sedangkan untuk hasil k
masih dibawah nilai mutu maksimal yang di tetapkan
sukun menggunakan vakum mulai dari 4,26
penggorengan keripik sukun dengan
penggorengan yang semakin tinggi. Tinggi rendahnya nilai kadar
perlakuan tekanan dan lama penggorengan disajikan
Gambar 3. Tinggi rendahnya nilai
dan lama penggorengan.
Gambar 3. menyatakan bahwa semakin bertambah tekanan dan lama penggorengan keripik
sukun, maka nilai kadar abu yang dihasilkan akan semakin tinggi. Dari semua perlakuan tekana
lama penggorengan dijumpai nilai kadar abu yang tinggi pada perlakuan tekanan 0,5 atm dan lama
penggorengan 50 menit yaitu sebesar 4,92%.
sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Abu atau miner
terdiri dari karbonat fosfat, sulfat dan mineral. Selanjutnya menurut
bahwa, mineral yang digolongkan sebagai zat gizi anorganik juga disebut sebagai unsur abu dalam
pangan karena ternyata bahwa jika bahan dibakar, unsur organik akan menghilang dalam bahan
organik, abu yang tersisa terdiri dari unsur mineral.
4.264.344.32
4.424.42 4.48
0
1
2
3
4
5
6
20 menit 30 menit
kadar abu
Lama Penggorengan
lama penggorengan 30 menit yaitu sebesar 3,14%. Untuk standar mutu kadar abu yang ditetapkan
adalah dengan nilai maksimal 2,0 % /bb, sedangkan untuk hasil kadar abu yang sudah diuji adalah
masih dibawah nilai mutu maksimal yang di tetapkan. Nilai kadar abu pada penggorengan keripik
sukun menggunakan vakum mulai dari 4,26 – 3,72%. Terjadinya peningkatan kadar abu pada proses
penggorengan keripik sukun dengan menggunakan vacuum frying disebabkan oleh tekanan dan lama
penggorengan yang semakin tinggi. Tinggi rendahnya nilai kadar abu keripik sukun pada tiap taraf
perlakuan tekanan dan lama penggorengan disajikan pada Gambar 3.
Tinggi rendahnya nilai kadar abu keripik sukun pada tiap taraf perlakuan
dan lama penggorengan.
menyatakan bahwa semakin bertambah tekanan dan lama penggorengan keripik
sukun, maka nilai kadar abu yang dihasilkan akan semakin tinggi. Dari semua perlakuan tekana
lama penggorengan dijumpai nilai kadar abu yang tinggi pada perlakuan tekanan 0,5 atm dan lama
penggorengan 50 menit yaitu sebesar 4,92%. Menurut,(Winarno, 1997) abu merupakan zat organik dari
sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Abu atau mineral yang terdapat dalam suatu bahan pangan
terdiri dari karbonat fosfat, sulfat dan mineral. Selanjutnya menurut,(Suhaedjo, 1985)
bahwa, mineral yang digolongkan sebagai zat gizi anorganik juga disebut sebagai unsur abu dalam
ata bahwa jika bahan dibakar, unsur organik akan menghilang dalam bahan
organik, abu yang tersisa terdiri dari unsur mineral.
4.44
4.924.42 4.52
3.14
4.724.76
3.32
4.8 4.86
3.72
30 menit 40 menit 50 menit
Lama Penggorengan
Tekanan
0,5 atm
0,7 atm
0,9 atm
1 atm
lama penggorengan 30 menit yaitu sebesar 3,14%. Untuk standar mutu kadar abu yang ditetapkan
adar abu yang sudah diuji adalah
ilai kadar abu pada penggorengan keripik
Terjadinya peningkatan kadar abu pada proses
disebabkan oleh tekanan dan lama
abu keripik sukun pada tiap taraf
pada tiap taraf perlakuan tekanan
menyatakan bahwa semakin bertambah tekanan dan lama penggorengan keripik
sukun, maka nilai kadar abu yang dihasilkan akan semakin tinggi. Dari semua perlakuan tekanan dan
lama penggorengan dijumpai nilai kadar abu yang tinggi pada perlakuan tekanan 0,5 atm dan lama
abu merupakan zat organik dari
al yang terdapat dalam suatu bahan pangan
(Suhaedjo, 1985) menambahkan
bahwa, mineral yang digolongkan sebagai zat gizi anorganik juga disebut sebagai unsur abu dalam
ata bahwa jika bahan dibakar, unsur organik akan menghilang dalam bahan
Tekanan
4.3. Kadar Lemak
Istilah lipid yang berarti lemak, minyak atau unsur yang menyerupai lemak yang didapat dalam
pangan yang digunakan dalam tubuh. Lemak mengandung lebih banyak karbon dan lebih sedikit
oksigen dari pada karbohidrat, oleh karena itu lebih banyak mempunyai energinya. (Suhaedjo, 1985).
Keripik sukun mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, terutama nilai energi. 100 gr keripik sukun di
peroleh energi sebesar 86 kkal. Rata-rata analisa kadar lemak keripik sukun pada tiap taraf perlakuan
tekanan dan lama penggorengan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.Rata-rata analisa kadar lemak keripik sukun pada tiap taraf perlakuan tekanan dan lama
penggorengan.
Tekanan Lama penggorengan ( menit )
(Atm) 20 30 40 50
0,5 88,88 89,50 89,62 89,86
0,7 89,02 89,88 89,92 90,24
0,9 91,32 91,36 91,52 92,10
1 94,46 94,76 95,88 96,34
BNJ (0,05) = 0,00220
Tabel 5.Dapat dinyatakan bahwa pada perlakuan lama penggorengan 50 menit yaitu sebesar
89,86%, yang merupakan hasil perlakuan yang memiliki kadar lemak tertinggi, dan nilai terendahnya
dijumpai pada perlakuan tekanan 0,5 atm dan lama penggorengan 20 menit yaitu sebesar 88,88%.
Ketentuan SNI untuk kadar lemak yaitu maksimal 1,0 b/b. Sedangkan hasil penelitian yang sudah
dilakukan masih dibawah nilai maksimal standar yang ditetapkan.
4.4. Analisis Uji Argonoleptik.
Uji organoleptik pada keripik sukun meliputi rasa, aroma dan warna, menggunakan uji
kesukaan dengan skala hedonik antara 1 (sangat tidak suka) – 5 (sangat suka). Data hasil pengamatan
menunjukkan bahwa dengan statistik non parametik uji friedman menunjukkan kombinasi keripik
sukun tekanan dan lama penggorengan berpengaruh sangat nyata terhadap warna, rasa dan aroma.
4.4.1 Warna
Warna penting bagi makanan, baik makanan yang tidak diproses maupun yang diproduksi.
Bersama-sama dengan aroma dan rasa, warna memegang peran penting dalam penerimaan makanan.
Selain warna dapat memberikan petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan seperti
pencoklatan .(Winarno, 1993), kombinasi perlakuan tekanan dan lama penggorengan keripik sukun 0,9
atm dan 40 menit yaitu sebesar 200 dan merupakan warna keripik sukun yang paling bagus menurut
persepsi panelis berarti bahwa warna keripik sukun kuning dan rasanya renyah. Hasil uji Friedman
pada selang kepercayaan 95% untuk warna yaitu nilai X2
hitung = 107,2869, dan X2
tabel = 30,6,
menunjukkan bahwa X2
hitung > X2 tabel, sehingga disimpulkan bahwa warna antara perlakuan
berpengaruh sangat nyata (α = 0,01).
4.4.2 Rasa
Instrumen yang paling berperan mengetahui rasa suatu bahan pangan adalah indera lidah. Dalam
pengawasan mutu makanan ,rasa termasuk komponen yang sangat penting untuk menentukan
penerimaan konsumen.. Hasil uji Friedman pada selang kepercayaan 95% untuk rasa yaitu nilai X2
hitung = 130,9284, dan X2
tabel = 30,6, menunjukkan bahwa X2
hitung > X2 tabel, sehingga
disimpulkan bahwa rasa antara perlakuan berpengaruh sangat nyata (α = 0,01).
4.4.3 Aroma
Aroma berhubungan dengan indera pembauan yang berfungsi untuk menilai produk. Cita rasa
bahan pangan sesungguhnya terdiri dari komponen bau, rasa dan rangsangan mulut. Bau makanan
banyak menentukan kelezatan makanan . (Winarno, 1993). Hasil uji Friedman pada selang
kepercayaan 95% untuk aroma yaitu nilai X2
hitung = 110,35, dan X2
tabel = 30,6, menunjukkan
bahwa X2
hitung > X2 tabel, sehingga disimpulkan bahwa aroma antara perlakuan berpengaruh sangat
nyata (α = 0,01).
5.KESIMPULAN
Berdasarkan pengolahan data maka dapat diambil beberapa kesimpulan:
a. Perlakuan tekanan dan lama penggorengan keripik sukun berpengaruh sangat nyata
terhadap kadar air, kadar abu, kadar lemak dan uji organoleptik terhadap warna, rasa dan
aroma.
b. Perlakuan tekanan dan lama penggorengan keripik sukun berpengaruh sangat nyata
terhadap kadar air, kadar abu dan uji organoleptik terhadap warna dan aroma.
c. Perlakuan tekanan dan lama penggorengan keripik sukun berpengaruh sangat nyata
terhadap kadar air, kadar abu, kadar lemak dan uji organoleptik terhadap warna dan
aroma. Nilai kadar air berkisar 0,86 – 3,88%, Kadar abu 3,14 – 4,92% dan Kadar lemak
88,88 – 96,34%.
6.DAFTAR PUSTAKA
Koswara, 2006. Sukun Sebagai Cadangan Pangan Alternatif. Ebook pangan.com
Anonim, 2003. Panduan Teknologi Pengolahan Sukun Sebagai Bahan Pangan Alternatif. Direktorat
Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
Ketaren. 1998. Pengantar Teknologi Lemak Dan Minyak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia.
Jalarta
Kartikawati, N. K dan H.A. Adinugraha, 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Purwobinangun.
Yogyakarta.
Irwan. 2011. Perbandingan komposisi Kandungan Gizi Sukun Dengan Beberapa Bahan Pangan
Lainnya Dalam 100 gram.
Anonim. 2007. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina Ilmu. Surabaya.
Setyawan dan setyabudi. 2008. Pengaruh cara pembuatan dan suhu penggorengan vakum terhadap sifat
kimia dan sensor, keripik buncis (Phaseolus radiatus) muda. Jurnal paska panen 5(2): 45-54.
Winarno. F. G. 1997. Kimia Pangan gizi. Penerbit PT. Gramedia pustaka utama. Jakarta.
Suhaedjo. 1985. Pangan Gizi dan Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia.
Winarno.F.G. 1993. Enzim Pangan. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.