ir. ida wiryanti, msi fakultas biologi universitas ...repository.unas.ac.id/1197/1/modul bahan ajar...
TRANSCRIPT
1
MODUL (BAHAN AJAR) NUTRISI HEWAN
Disusun Oleh :
Ir. Ida Wiryanti, MSi
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
2020
2
KATA PENGANTAR
Diktat Nutrisi Hewan ini disusun sebagai salah satu pegangan bagi mahasiswa yang
mengambil mata kuliah Nutrisi Hewan. Mata kuliah Nutrisi Hewan di Fakultas Biologi Unas
merupakan mata kuliah pilihan sehingga hanya diambil oleh mahasiswa-mahasiswa yang
tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang Ilmu Nutrisi pada hewan.
Bahan ajar ini disusun hanya untuk kalangan sendiri khususnya untuk lingkungan
fakultas Biologi Universitas Nasional. Materi yang ada pada diktat ini masih mempunyai
banyak kekurangan sehingga perlu adanya revisi. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat
membangun atau memperbaiki sangat penyusun harapkan.
Akhir kata semoga diktat ini dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari tentang
ilmu Nutrisi pada hewan serta bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Jakarta, Januari 2020
Penyusun
3
DAFTAR ISI
I PENDAHULUAN
4
II PENCERNAAN 5
III JENIS PAKAN
18
IV AIR DAN UDARA
23
DAFTAR PUSTAKA
25
4
PENDAHULUAN
Nutrisi adalah proses kimiawi dan faali pada organisme sejak makanan (pakan atau
pangan) masuk tubuh sampai terjadinya perubahan zat makanan (nutrien atau zat gizi) untuk
keperluan hidupnya.
Nutrien atau Zat gizi adalah setiap unsur atau senyawa kimia yang mempunyai fungsi
spesifik yang dapat menunjang proses kehidupan sel ataupun organisme
Pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan, disenangi, dapat dicerna sebagian
atau seluruhnya, dapat diabsorbsi dan bermanfaat bagi hewan.
Nutrisi Hewan adalah berbagai aktivitas kimiawi dan faali yang mengubah nutrien
penyusun pakan menjadi nutrien penyusun tubuh hewan.
Ada hubungan yang erat antara organisme yang hidup dan lingkungan yang berupa
makanan. Hubungan yang erat itu dimulai sejak organisme memasukkan makanan ke dalam
tubuh diikuti terjadinya proses kimiawi dan faali, sehingga seluruh atau sebagian makanan
yang masuk dapat digunakan untuk berbagai keperluan yaitu, hidup, tumbuh, berkembang
biak atau produksi, sedang sisa makanan yang tidak digunakan segera dikeluarkan dari tubuh.
Makanan mengalami proses ingesti/ditelan/dimasukkan, kemudian digesti/dicerna,
diabsorbsi/diserap, dimeabolisme dan sisanya/yang tidak digunakan akan diekskresikan. Jadi
pokok permasalahan Nutrisi Hewan adalah mencakup berbagai sifat dan kegunaan dari
nutrien atau zat gizi bagi hewan.
Ilmu-ilmu yang mempunyai kaitan dengan Nutrisi Hewan antara lain : Kimia,
Faal/fisiologi, Biokimia, Genetika, Mikrobiologi, Endokrinologi, Matematika, Biofisika.
Dari berbagai ilmu tersebut diketemukan berbagai macam nutrien antara lain, sekitar
25 macam karbohidrat, 15 macam asam lemak, 20 macam asam amino, 13 macam mineral
dan 20 macam vitamin
5
PENCERNAAN
Pencernaan adalah pengelolaan makanan (pakan/pangan) sejak masuk mulut sampai
dapat diabsorbsi dan sisanya dibuang
Pengelolaan pakan dilakukan dengan 2 cara :
1. secara mekanik yang meliputi mastikasi dan kontraksi otot organ pencernaan
2. secara kemik meliputi pencernaan oleh HCl lambung, getah empedu, enzim-enzim
yang dihasilkan oleh organ pencernaan maupun oleh mikroorganisme dalam organ
pencernaan.
Mastikasi adalah gerakan untuk memperkecil bagian pakan dan mencampurnya dengan
air liur supaya basah dan mudah ditelan. Hasil mastikasi tidak sama karena adanya perbedaan
jenis pakan, struktur mulut dan gigi. Ruminansia melakukan mastikasi 2 kali pada setiap
periode makan, sedangkan karnivora dan omnivora serta herbivora non ruminansia
melakukan mastikasi hanya 1 kali pada setiap periode makan. Unggas tidak melakukan
mastikasi, pakan langsung ditelan, saat di empedal baru digiling oleh kontraksi otot empedal
dengan bantuan grit. Absorbsi adalah masuknya molekul zat makanan lewat membran
pencernaan usus ke dalam peredaran darah dan getah bening
Berdasar susunan anatomi dan fisiologi organ pencernaan berbagai hewan berbeda-beda.
Adanya perbedaan sumber pakan untuk semua hewan didasarkan atas adanya perbedaan
saluran pencernaan di antara hewan-hewan.
Ada 4 Macam Saluran Pencernaan pada hewan yaitu :
1. Saluran pencernaan hewan berperut tunggal tanpa peranan fungsi cecum, yang
diwakili oleh hewan seperti kucing, anjing, kera.
2. Saluran pencernaan hewan berperut tunggal dengan fungsi cecum yang optimal, yang
diwakili oleh kuda, kelinci, tikus
6
3. Saluran pencernaan hewan golongan avian, yang mempunyai kekhususan seperti
tembolok, gizzard, yang diwakili oleh ayam, itik, burung
4. Saluran pencernaan hewan berperut komplek (ruminansia), yang diwakili oleh sapi,
kerbau, kambing, rusa
Saluran pencernaan hewan berperut tunggal tanpa peranan fungsi cecum
7
Saluran pencernaan hewan berperut tunggal dengan fungsi cecum optimal
Saluran pencernaan hewan golongan avian/aves
8
Saluran pencernaan hewan berperut kompleks (ruminansia)
Pencernaan pada hewan berlambung tunggal tanpa fungsi cecum
Saluran pencernaan merupakan tabung mulai dari mulut sampai anus. Fungsi dalam
pencernaan adalah mencernakan makanan, mengabsorbsi makanan dan mengeluarkan sisa
makanan sebagai feses. Gelombang peristaltik menggerakan bagian-bagian makanan
sepanjang saluran pencernaan. Pada hewan berperut tunggal/non ruminansia, usus/intestinum
merupakan tempat utama absorbsi.
Pencernaan di mulut terjadi secara mekanik dan kemik. Pengunyahan/mastikasi berfungsi
mencampur makanan dengan air ludah/air liur. Air ludah mengandung sekitar 99 % air & 1 %
nya terdiri dari musin, mineral-mineral dan enzim α amilase. Kelenjar ludah pada kucing &
anjing tidak mensekresi α amilase. Air ludah disekresi oleh kelenjar submandibularis yang
terdapat di sisi rahang bawah. Sedangkan kelenjar sublingualis terdapat di lidah bag. Bawah
dan kelenjar parotis berada di depan telinga.
9
Amilase menghidrolisis pati (polisakarida). Kemudian dari mulut makanan bergerak
melewati faring dan esofagus (2 organ ini tidak mempunyai fungsi pencernaan secara kemik).
Lambung adalah ruang sederhana yang berfungsi sebagai tempat pencernaan dan
penyimpanan makanan. Terdiri dari 3 bagian yaitu : kardia, fundus dan pilorus. Bagian kardia
dan pilorus mengandung otot-otot spincter yang mengatur keluar masuknya makanan ke dan
dari lambung (kardia mengatur masuk, pilorus mengatur keluar). Sedangkan fundus (bag.
tengah) merupakan bagian yang mengeluarkan cairan lambung (mukus), asam lambung
(HCl) dan enzim pepsin serta rennin. Cairan lambung menurunkan pH isi lambung sampai
pH mencapai 2. Hasil pencernaan protein dalam lambung adalah polipeptida dan asam amino
bebas. Karbohidrat tidak ada yang penting hanya meneruskan proses pencernaan di mulut
yang kemudian segera berhenti begitu cairan lambung yang asam disekresikan.
Usus halus/intestinum tenue yang terdiri dari duodenum (yang langsung berhubungan
dengan lambung), jejunum (bagian tengah), ileum (yang berhubungan dengan colon/usus
besar/intestinum crassum). Di intestinum tenue terdapat 4 macam sekresi, yaitu : cairan
duodenum, empedu, cairan pankreas dan cairan vili usus. Cairan duodenum berfungsi sebagai
pelincir yang melindungi duodenum dari asam lambung. Empedu mengandung garam K &
Na, asam-asam empedu, zat warna empedu. Garam empedu berfungsi mengemulsikan lemak
dan mengaktifkan lipase pankreas yang membantu menghidrolisa lemak. Getah pankreas
mengandung tripsinogen, lipase, kimotripsinogen, α amilase dan karboksipeptidase.
Tripsinogen, kimotripsinogen dan karboksipeptidase bekerja pada protein. α amilase bekerja
pada karbohidrat seperti di mulut. Lipase bekerja pada lemak. Cairan vili usus yang
mengandung laktase, maltase dan sukrase menghidrolisa disakarida menjadi monosakarida
Colon tidak menghasilkan enzim. Pada dasarnya pencernaan di sini adalah sisa-sisa
kegiatan pencernaan oleh enzim dari intestinum tenue/usus halus. Pencernaan oleh enzim
yang dihasilkan oleh mikroorganisme/jasat renik yang menghidrolisis protein dan selulosa
10
yang belum dicerna. Mikroorganisme tersebut juga mensintesa vit B yang diabsorbsi ke
dalam tubuh, tetapi sebagian besar disekresi dalam feses (sehingga tidak penting). Feses
mengandung air, sisa makanan yang tak tercerna, sekresi-sekresi pencernaan, sel-sel epitel
dari dinding usus/traktus digestivus, bakteri-bakteri, garam-garam organik, indole, skatole
dan hasil dekomposisi.
Pencernaan hewan berlambung tunggal dengan fungsi cecum optimal
Perbedaannya adalah adanya perbesaran cecum serta pencernaan pada cecum dan
kolon. Mikroorganisme/bakteri yang menghuni cecum dan kolon ada dalam jumlah yang
besar sehingga dapat mencerna selulosa dan bagian lain dari serat kasar, seperti yang terjadi
pada ruminansia (poligastrik). Tetapi dibanding dengan ruminansia, hewan golongan ini lebih
tidak beruntung karena tidak dapat mengabsorbsi semua hasil pencernaan di cecum dan
kolon.
Pencernaan pada avian/aves/unggas
Unggas tidak mempunyai gigi tetapi punya paruh yangdapt untuk melumatkan pakan
sementara. Kemudian makanan masuk ke tembolok/crop/pelebaran esofagus. Di tembolok ini
unggas menimbun makanannya. Dari tembolok makanan lewat esofagus masuk ke
proventrikulus. Di dalam proventrikulus pakan bercampur dengan getah proventrikulus/getah
lambung dan mengalami pencernaan kemik/enzimatis. Kemudian pakan masuk ke empedal
untuk dihancurkan secara mekanik oleh kontraksi otot empedal yang dibantu oleh grit/batuan
kecil sehingga pakan menjadi bentuk pasta. Dari empedal pakan masuk duodenum yang
dilengkapi dengan pankreas yang menghasilkan getah pankreas dan hati yang ada empedunya
yang menghasilkan getah empedu. . Pakan mengalami pencernaan secara kemik seperti yang
terjadi pada manusia atau hewan non ruminansia yang lain.
11
Pakan terus bergerak dari usus halus/intestinum tenue menuju ke usus
besar/kolon/intestinum crassum. Unggas mempunyai sekum sepasang yang terdapat di antara
intestinum tenue dengan intestinum crassum. Enzim yang terdapat di dalam getah pencernaan
unggas sama dengan enzim pada mamalia, hanya laktase yang tidak ada. Amilase saliva
kerjanya dilanjutkan di tembolok.
Enzim pada proventrikulus kerjanya dilanjutkan di dalam empedal sewaktu pakan dicerna
secara mekanik. Grit di empedal dapat menaikkan kecernaan sampai ± 10%. Getah pankreas
pada unggas berisi enzim yang sama seperti pada mamalia sehingga pencernaan karbohidrat,
lemak dan protein di dalam intestinum sama seperti pada hewan non ruminansia/hewan
berlambung tunggal yang lain.
Getah vili usus berisi musin, amilase, maltase, sukrase dan enzim proteolitik. Sekum
sebagai tempat absorbsi tetapi tidak esensial karena jika sekum dihilangkan/dipotong tidak
mempunyai pengaruh yang merugikan. Pencernaan terhadap selulosa tidak terjadi mesipun
pencernaan terhadap hemiselulosa ada/terjadi
Pencernaan Pada Ruminansia
Ruminansia mempunyai lambung majemuk/kompleks yaitu : Rumen, Retikulum,
Omasum dan Abomasum. Abomasum merupakan lambung sejati, sedang rumen, retikulum
dan omasum merupakan perbesaran dari lambung bagian muka. Pada Ruminansia muda
rumen dan retikulum belum berkembang, begitu hewan muda tersebut mulai makan hijauan
(makanan padat) retikulorumen mulai membesar mencapai 60-65% dari seluruh saluran
pencernaan, sedangkan omasum sekitar 6-8 % dari saluran pencernaan. Pada hewan
ruminansia muda juga terdapat alur/groove (esofageal) yang mengalirkan air susu langsung
dari esofagus menuju omasum dan abomasum, melalui jalan/jalur retikulorumen secara
efektif. Alur/groove/esofageal ini tak berfungsi saat hewan sudah dewasa.
12
Rumen/Punch
(Seperti handuk)
Retikulum
(Hardware Stomach)/Perut jala/Perut sarang lebah
Antara Rumen dan Retikulum tidak ada batas yang jelas, pembatas hanya berupa lipatan
sehingga sering disebut satu bagian retikulo rumen atau rumino retikulum. Partikel pakan
akan bercampur pada kedua bagian tersebut.
13
Omasum (manyplies) / Perut Buku
Abomasum/Perut sejati
Ruminansia mengunyah makanannya dengan air liur/ludah sebelum ditelan masuk ke
dalam retikulo-rumen. Isi reikulo-rumen dicampur aduk dengan kontraksi otot-otot dinding
14
retikulo-rumen. Kemudian makanan dari retikulo-rumen dikembalikan ke mulut (regurgitasi)
dengan gelombang anti peristaltik untuk dikunyah kembali (remastikasi) kira-kira 40-50 kali.
Selanjutnya ditelan kembali (redeglutisi) masuk rumen dan mengalami fermentasi di rumen.
Ruminansia juga melakukan gerakan eruktasi yang membawa gas keluar dari rumen. Gas
yang keluar adalah CO2 dan Metan (CH4 ).
Di dalam retikulo-rumen terdapat bakteri dan protozoa. Aktivitas mikroorganisme rumen
mengubah sekitar 70% bahan kering dalam rumen menjadi senyawa yang larut dan dapat
diabsorbsi oleh tubuh hewan. Kontraksi rumen selanjutnya mendorong partikel-partikel halus
yang belum terserap di rumen masuk ke dalam omasum. Kemudian cairan segera di dorong
ke abomasum. Setelah sampai di abomasum maka proses pencernaan terjadi seperti pada
hewan non ruminansia/hewan berperut tunggal.
15
Pencernaan Kaarbohidrat di dalam Rumen
Pakan Ruminansia mengandung sejumlah karbohidrat yang berupa selulosa,
hemiselulosa, pati dan karbohidrat lain. Selulosa dan hemiselulosa tidak dapat dicerna oleh
enzim yang dihasilkan oleh kelenjar pencernaan tetapi dapat dicerna oleh enzim yang
dihasilkan mikroorganisma di dalam rumen. Disamping itu juga mencerna karbohidrat yang
lain tetapi tidak dapat mencerna lignin.
Oleh mikroba yang ada di dalam rumen, karbohidrat tanaman dicerna oleh enzim mikroba
(ekstraseluler) menghasilkan gula-gula sederhana (monosakarida). Gula-gula sederhana ini
kemudian difermentasi oleh mikroba (intraseluler) sehingga dihasilkan sumber energi yang
digunakan untuk kehidupan dan perkembangan mikroba itu sendiri serta menghasilkan
produk akhir yang bermanfaat untuk hewan ruminansia tersebut.
Jadi hasil akhir fermentasi mikrobial terhadap karbohidrat di dalam rumen adalah asam-
asam lemak mudah terbang (volatile fatty acids, VFA) yaitu asam asetat, asam propionat dan
asam butirat serta dihasilkan gas karbondioksida dan gas metan.
Sebagian besar asam lemak mudah terbang (VFA) akan diabsorbsi langsung oleh dinding
rumen, retikulum dan omasum, sisanya akan masuk ke dalam abomasum dan diabsorbsi di
dalam usus halus/intestinum tenue. Sebagian lagi hasil pencrenaan karbohidrat di dalam
rumen akan dipakai oleh mikroorganisme sendiri.
16
Pencernaan Protein di Dalam Rumen
Protein dihidrolisis menjadi peptida dan asam amino oleh mikroorganisme. Sebagian
asam amino mengalami degradasi lebih lanjut menjadi asam organik, ammonia dan
karbondioksida. Ammonia diabsorbsi lewat dinding rumen masuk peredaran darah dan
dibawa ke hati yang kemudian diubah menjadi urea. Sebagian urea kembali masuk rumen
lewat saliva dan dapat juga langsung melalui dinding rumen, sedang sebagian besar urea
dikeluarkan lewat urin.
Mikroorganisme di dalam rumen membentuk protein tubuhnya dari peptida, asam amino,
ammonia atau nitrogen non protein yang lain. Untuk itu mikroorganisme membutuhkan
karbohidrat mudah larut seperti pati atau gula. Jika mikroorganisme mati maka akan masuk
17
abomasum dan usus halus kemudian protein yang berasal dari mikroorganisme tersebut
dicerna dan hasilnya diabsorbsi.
Jadi protein mikroorganisme mengandung asam amino esensial yang asalnya dari
senyawa N non esensial. Sehingga ruminansia dapat memperoleh asam amino esensial
meskipun dalam pakannya tidak mengandung asam amino esensial.
Penggunanaan NPN (nitrogen non protein) oleh Ruminansia
Mikroorganisme rumen mampu mengubah NPN (ammonia) menjadi protein sehingga
dapat menaikkan jumlah protein pakan yang telah berada di dalam saluran pencernaan.
Dalam kehidupan sehari-hari orang sering memberi suplemen/tambahan pakan berupa urea,
garam ammonium atau senyawa NPN yang lain
Pencernaan Lipida di Dalam Rumen
Lemak dalam pakan ruminansia adalah lemak cair (lemak tanaman) yang tersusun dari
asam lemak tak jenuh (mis linoleat dan linolenat). Mikroorganisme dalam rumen akan
melakukan proses hidrogenasi pada asam lemak tak jenuh menjadi asam lemak jenuh
(stearat). Lemak tubuh yang padat kaya akan asam lemak jenuh/stearat. Proses hidrogenasi
terjadi di dalam rumen tetapi hasilnya tidak dapat langsung diserap/diabsorbsi oleh dinding
rumen. Baru setelah sampai di usus halus akan mengalami proses pencernaan seperti pada
non ruminansia.
18
JENIS PAKAN
Pada Ruminansia tidak ada perbedaan yang prinsip, semua pakan bagi hewan yang
digolongkan ke dalam hewan yang berlambung majemuk atau ruminansia adalah jenis
tanaman yang berserat kasar tinggi seperti rumput-rumputan dan leguminosa (kacang-
kacangan).
Pada hewan yang berperut tunggal ( non ruminansia ) terdapat beberapa variasi :
– Carnivora (pemakan daging)
– Omnivora (pemakan segala macam)
– Avian (ada yg pemakan bijian, buah, daging dll)
– Herbivora post digester (kuda, kelinci).
Jenis Pakan ditinjau dari klasifikasi hewan
Pisces
Saluran pencernaan ikan pemakan daging (Carnivora) lebih pendek dibanding dengan
saluran pencernaan ikan pemakan tumbuhan (Herbivora). Bahan makanan yang berasal dari
tumbuhan lebih sukar dicerna dibanding bahan makanan yang berasal dari hewan karena
adanya kandungan serat kasar (sellulosa) yang cukup tinggi. Ikan Carnivora biasanya banyak
menghasilkan enzim-enzim pemecah protein, sedangkan ikan Herbivora biasanya banyak
menghasilkan enzim-enzim pemecah karbohidrat.
Berdasar macam makanannya / jenis pakannya ikan digolongkan menjadi 5 golongan
1. Ikan pemakan tumbuhan/Herbivora, misalnya ikan tawes, ikan bandeng
2. Ikan pemakan daging/Carnivora, misalnya ikan lele, ikan arwana
19
3. Ikan pemakan segala macam bahan pakan/omnivora, misalnya ikan mas, ikan gurami,
ikan munjair.
4. Ikan pemakan plankton (phytoplankton/zooplankton) misalnya ikan cucut moyan
(Rhinodon typicus), ikan selanget (Dorosoma chacunda).
5. Ikan pemakan detritus (hancuran hewan/tumbuhan) yg sedang membusuk di air
misalnya ikan belanak (Mugil spp), ikan karper dari India ( Labeo dan Cirrhina).
Jenis pakan alami
• Infusoria : protozoa (binatang bersel tunggal) misalnya Paramaecium caudatum,
Didinium nasutum
• Rotifera : sekumpulan jasad renik yang tubuhnya mempunyai korona bulat (tajuk
mahkota) yang berambut getar
• Kutu air : udang renik Cladocera misalnya Daphnia, Moina
• Cacing sutra (Tubifex)
• Jentik nyamuk
Amphibi
• Pada masa berudu seperti ikan herbivora makan tumbuhan setelah dewasa (katak)
menjadi Carnivora (pemakan hewan kecil misalnya nyamuk)
20
Reptilia
Kadal, kura-kura, penyu adalah pemakan tumbuhan
Buaya (Crocodillia) adalah carnivora pemakan hewan/daging
Aves
• Carnivora misalnya Elang, burung hantu
• Ayam & itik : pemakan biji-bijian, sisa bahan makanan yang masih mempunyai nilai
gizi tetapi tak digunakan lagi oleh manusia, misalnya bekatul, dedak, tepung tulang,
tepung ikan
Mamalia
Herbivora
Carnivora
Omnivora
Herbivora :
Ruminansia
Non Ruminansia
21
Pakan Ruminansia :
• Rumput-rumputan basah dan kering, misalnya rumput segar, jerami, hay (hijauan
yang dikeringkan) dan silage (hijauan yang difermentasi)
• Leguminosa (tanaman kacang-kacangan) basah dan kering, misalnya lamtoro,
gamal/gliricidia dan kaliandra
• Sisa penggilingan padi seperti dedak, bekatul
Pakan Non Ruminansia tetapi herbivora, misalnya kuda dan kelinci jenis pakannya
berupa hijauan segar seperti rumput-rumputan segar dan sayur-sayuran segar. Carnivora
seperti kucing, anjing & harimau, jenis pakannya berupa daging ikan ayam dll. Omnivora
seperti kucing rumah, anjing rumah & babi, jenis pakannya segala macam prduk dari
tumbuhan maupun hewan.
JENIS PAKAN BERDASAR KANDUNGAN NUTRISINYA
• Hijauan kering dengan serat kasar (SK>18 %) misalnya hay dan jerami
• Hijauan basah (rumput-rumputan & leguminosa segar) kandungan gizi tergantung
saat pemotongan, makin tua makin tinggi serat kasarnnya
• Silage (hijauan yang difermentasi) kandungan gizi juga tergantung saat pembuatannya
• Pakan sumber energi misalnya jagung
• Pakan sumber protein misalnya tepung kedelai, tepung ikan dsb
• Mineral misalnya garam
• Vitamin
22
• Additives (bahan tambahan) biasanya hanya untuk meningkatkan
palatabilitas/kesukaan, hampir tidak mengandung zat gizi tetapi tidak membahayakan
hewan.
23
UDARA DAN AIR
Ada 2 fungsi utama dari udara yaitu :
1. Sebagai bahan pakan
2. Sebagai medium ventilasi
Udara sebagai Bahan Pakan
Udara sebagai bahan pakan karena mengandung oksigen yang berguna untuk oksidasi
aerobik dari senyawa organik untuk menghasilkan energi.
Hewan tanpa pakan dapt bertahan beberapa waktu, hewan tanpa air dapat bertahan
beberapa saat sedangkan hewan tanpa udara tidak dapat bertahan dan akan segera mati.
Oksigen dari udara masuk ke dalam paru-paru/pulmo sewaktu bernafas. Di dalam
pulmo Oksigen ditangkap oleh hemoglobin di dalam sel darah merah (eritrosit) kemudian
masuk sel-sel tubuh untuk proses oksidasi aerobik sehingga menghasilkan energi kemudian
hemoglobin menangkap karbondioksida hasil oksidasi yang selanjutnya dibawa ke pulmo
untuk dikeluarkan dari tubuh.
Udara sebagai medium ventilasi
Di dalam tempat tinggalnya, misalnya di kandang, hewan butuh aliran udara yang
memadahi sehingga dapat menghilangkan uap air, karbondioksida, amoniak dan gas-gas lain
yang berbau. Hal ini dapat memberikan kenyamanan dan sekaligus memberikan hambatan
terhadap pertumbuhan bakteri, jamur ataupun organisme lain yang menyebabkan penyakit.
24
AIR
Hewan ataupun manusia membutuhkan air terus menerus. Hal ini karena tubuhnya
terdiri dari air sekitar 50 – 70 % dari berat / bobot badannya.
Secara umum fungsi air bagi tubuh hewan atau manusia antara lain :
1. Memudahkan penelanan
2. Melarutkan nutrien
3. Berperan dalam proses pencernaan pakan karena pencernaan tidak dapat lepas dari
proses hidrolisis (suatu proses kimia yang membutuhkan air)
4. Pengedar nutrien ke seluruh tubuh
5. Pengatur suhu tubuh
6. Pembawa hasil sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari tubuh
7. Penyusun bebagai cairan tubuh
8. Mempertahankan bentuk sel tubuh
9. Penghantar suara dan cahaya
10. Pelumas bantalan sendi
Air di dalam tubuh hewan atau manusia berasal dari air minum, air di dalam pakan atau
pangan dan air metabolik.
Air metabolik adalah air yang berasal dari proses oksidasi senyawa organik di dalam
tubuh juga dari reaksi polimerisasi seperti pada kondensasi asam amino menjadi peptida dan
sebagainya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Kamal, M. Nutrisi Ternak I (Rangkuman). Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. 1994
Manalu, W. Pengantar Ilmu Nutrisi Hewan. Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor. 1999
Prawirokusumo, S. Ilmu Gizi Komparatif. Edisi Pertama. BPFE Yogyakarta. 1994
Tillman, A D., Reksohadiprodjo, S., Prawirokusumo, S., Lebdosukojo, S. Ilmu Makanan
Ternak Dasar. Cetakan Kedua. Gadjah Mada University Press, Fakultas Peternakan
UGM. Yogyakarta. 1984.