introduction to translation (part ii)

11
History of Translation - The Old Testament , 247 BC, from Hebrew into Greek - Rosetta Stone, 196 BC, hieroglyphic- Egyptian, demotic-Egyptian, ancient-Greek - Lucius Livius Andronicus, 280-200 BC, Greco-Roman dramatist and epic poet of the Old Latin Period - St. Jerome (Hieronimus), 347-420, translate Bible from Greek and Hebrew into Latin - Harun Al Rashid, 766-809 - Meiji Restoration, 1866-1869

Upload: erna-mariana

Post on 20-May-2015

2.607 views

Category:

Education


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Introduction to Translation (Part II)

History of Translation- The Old Testament , 247 BC, from Hebrew into

Greek- Rosetta Stone, 196 BC, hieroglyphic-Egyptian,

demotic-Egyptian, ancient-Greek - Lucius Livius Andronicus, 280-200 BC, Greco-

Roman dramatist and epic poet of the Old Latin Period

- St. Jerome (Hieronimus), 347-420, translate Bible from Greek and Hebrew into Latin

- Harun Al Rashid, 766-809- Meiji Restoration, 1866-1869

Page 2: Introduction to Translation (Part II)

Tradisi terjemah di Indonesia

- Ramayana, dari Bahasa Sansekerta ke Bahasa Jawa Kuno, abad ke-9

- Mahabarata, dari Bahasa Sansekerta ke Bahasa Jawa Kuno, 996

- Pengaruh Islam, huruf dan Bahasa Arab- Pengaruh kolonialisme Eropa, huruf Latin

Page 3: Introduction to Translation (Part II)

Kegiatan terjemah

1. Terjemah lisan (live translation)2. Terjemah tulisan (written translation) :

- Terjemah faktual. Memberi informasi dan keterangan-keterangan (fakta-fakta) di

dalam bahasa lain- Terjemah kesenisastraan. Penerjemahan prosa, puisi, drama atau opera, cerita bergambar, film, dsb.

Page 4: Introduction to Translation (Part II)

Penerjemahan dibagi menjadi empat jenis (Suryawinata)

1). Penerjemahan menurut tujuannya, terdiri atas: (a). Penerjemahan Pragmatis , Penerjemahan ini sangat mementingkan ketepatan (accuracy), misalnya penerjemahan dokumen-dokumen teknis. (b). Penerjemahan Estetis-Puitis , Dalam penerjemahan ini yang

diutamakan adalah emosi , perasaan dan dampak afektif, seperti misalnya penerjemahan puisi. (c). Penerjemahan Etnografi , Penerjemahan ini lebih mengutamakan penyajian konteks budaya dalam bahasa sumber ke dalam konteks budaya bahasa sasaran. (d). Penerjemahan Linguistik , Penerjemahan ini mengutamakan

ekuivalensi kebahasaan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Page 5: Introduction to Translation (Part II)

2). Penerjemahan dilihat dari hasil akhir penerjemahan, terdiri atas: (a). Penerjemahan Harfiah, yaitu penerjemahan kata demi kata dalam teks aslinya. (b). Penerjemahan yang disebut alih bahasa, yaitu penerjemahan yang derajat kesetiaannya 60% - 70%. (c). Saduran, yaitu penerjemahan yang hanya mengambil ide-ide pokok bahasa sumbernya, sedangkan penulisannya bebas memakai ungkapannya sendiri. (d). Penerjemahan Dinamis, yaitu penerjemah mencari padanan atau ekuivalensi yang sedekat mungkin dengan teks aslinya dalam bahasa sumber, tidak kata demi kata atau kalimat demi kalimat, tetapi harus memperhatikan makna teks secara keseluruhan.

3). Penerjemahan dilihat dari materi yang diterjemahkan. Contohnya penerjemahan teks-teks ilmu pengetahuan, seni budaya, dsb.

4). Penerjemahan dilihat dari media penyampaian pesan. Penerjemahan yang dilakukan secara tulisan maupun lisan.

Page 6: Introduction to Translation (Part II)

Klasifikasi terjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber:

1. Terjemahan kata demi kata (word for word translation). Urutan kata dalam teks bahasa sumber tetap dipertahankan, kata-kata diterjemahkan menurut makna dasarnya diluar konteks. Kata-kata yang bermuatan budaya diterjemahkan secara harfiah. Berguna untuk memahami mekanisme bahasa sumber atau untuk menafsirkan teks yang sulit sebagai proses awal penerjemahan.

2. Terjemahan Harfiah ( literal translation/terjemahan struktural). Konstruksi gramatikal bahasa sumber dikonversikan ke dalam padanannya dalam bahasa sasaran, sedangkan kata-kata diterjemahkan di luar konteks. Membantu melihat masalah yang perlu diatasi.

3. Terjemahan setia ( faithful translation). Mencoba menghasilkan kembali makna kontekstual walaupun masih terikat oleh struktur gramatikal bahasa sumber. Berpegang teguh pada tujuan dan maksud bahasa sumber sehingga terkesan kaku. Bermanfaat sebagai proses awal tahap pengalihan. Penerjemah berusaha untuk tetap setia pada bahasa sumber, meskipun sudah terlihat ada upaya untuk mereproduksi makna kontekstual. Kesetiaan tampak pada upaya untuk tetap mempertahankan ungkapan metaforis yang tersurat dalam teks asli .

4. Terjemahan semantis ( semantic translation). Lebih memperhitungkan unsur estetika teks bahasa sumber, kreatif dalam batas kewajaran. Sifatnya lebih fleksibel.

Page 7: Introduction to Translation (Part II)

Klasifikasi terjemahan yang berorientasi pada bahasa sasaran:

1. Terjemahan adaptasi (adaptation). Paling bebas dan paling dekat kebahasaan sasaran. Untuk jenis terjemahan drama dan puisi, tema,karakter dan alur biasanya dipertahankan. Dalam karangan ilmiah logikanya diutamakan,sedangkan contoh dikurangi atau ditiadakan.

2. Terjemahan bebas ( free translation). Penulisan kembali tanpa melihat teks aslinya. Biasanya merupakan parafrase yang dapat lebih pendek ataulebih panjang dari aslinya.

3. Terjemahan idiomatik (idiomatic translation). Pesan bahasasumber disampaikan kembali tetapi ada penyimpangan nuansa makna karena mengutamakan kosa kata sehari-hari dan idiom yang tidak ada di dalam bahasa sumber tetapi bisa dipakai dalam bahasa sasaran.

4. Terjemahan komunikatif (communicative translation). Menyampaikan makna kontekstual dari bahasa sumber sedemikian rupa, sehingga isi dan bahasanya berterima dan dapat dipahami oleh dunia pembaca bahasa sasaran. Terjemahan ini biasanya dianggap terjemahan yang ideal.

Page 8: Introduction to Translation (Part II)

Klasifikasi terjemah (Roman Jakobson)1. Terjemah Intralingual. Dilakukan di dalam dan

berkenaan dengan satu bahasa tertentu. 2. Terjemah Interlingual. Pengalihan pesan yang

terdapat dalam suatu bahasa (asing) dengan padanan terjemahannya di dalam bahasa lain yang berbeda sifat, karakter maupun strukturnya.

3. Terjemah Intersemiotik. Pengalihan pesan dari suatu bentuk sistem simbol atau sistem tanda ke dalam suatu bahasa atau ke dalam bentuk lainnya.

Page 9: Introduction to Translation (Part II)

Terjemah dari segi linguistik umum (Catford)

1. Keluasan bahasa sumber yang diterjemahkan:- Terjemah penuh (full translation). Keseluruhan naskah bahasa sumber diterjemahkan- Terjemah parsial (partial translation). Ada bagian tertentu dari bahasa sumber yang tidak diterjemahkan- Terjemah pinjaman (loan translation). Pemakaian unsur-unsur bahasa sumber di dalam bahasa sasaran dengan memberikan perubahan-perubahan dalam tata tulisan yang disesuaikan dengan pelafalan dan tata penulisan bahasa sasaran.

Page 10: Introduction to Translation (Part II)

2. Unsur-unsur linguistik bahasa sumber yang diterjemahkan :- Terjemah tuntas (total translation). Memindahkan semua unsur kebahasaan (tata bahasa, kosakata, fonologi, dan grafologi) dari bahasa sumber ke bahasa sasaran- Terjemah terbatas (restricted translation) :

- Terjemah fonologi (phonological translation). Fonem bahasa sumber diganti dengan padanannya dalam bahasa sasaran tanpa perubahan tatabahasa dan kosakata.

- Terjemah grafologi (graphological translation). Mengganti grafik bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran tanpa disertai pengalihan kosakata dan tata bahasa

- Terjemah tatabahasa (grammatical translation). Pemindahan tata bahasa bahasa sumber ke dalam tata bahasa bahasa sasaran tanpa disertai pengalihan kosakata bahasa sumber

- Terjemah kosakata (lexical translation). Pengalihan kosakata bahasa sumber ke dalam kosa kata bahasa sasaran

tanpa disertai pemindahan unsur-unsur tata bahasa atau unsur-unsur bahasa yang lain

Page 11: Introduction to Translation (Part II)

3. Kelas terjemah yang berhubungan dengan tataran (ranks) linguistik, baik dalam hierarki fonologi maupun gramatikal :- Terjemah terikat (rank bound translation). Penggantian kosa kata dan morfem bahasa sumber dengan padanannya dalam bahasa sasaran - Terjemah bebas (unbounded translation). Penerjemahan yang tidak terikat pada tataran tertentu. Lebih mengutamakan pesan daripada bentuk terjemahannya. Penerjemah berusaha membebaskan diri dari bentuk dan struktur bahasa sumber.- Terjemah harafiah (literal translation). Diawali dengan menerjemahkan kata per kata lalu dilakukan perubahan dengan ditambah, dikurangi, atau diselaraskan struktur yang dianggap menyimpang dari peraturan kebahasaan bahasa sasaran.