integrasi nasional dalam perspektif sejarah indonesiacore.ac.uk/download/pdf/11701997.pdf ·...

40
INTEGRASI NASIONAL DALAM PERSPEKTIF SEJARAH INDONESIA SEBUAH PROSES YANG BELUM SELESAI PIDA TO PENGUKUHAN Disajikan pada Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra Universitas Diponegoro di Semarang, 9 Februari 2002 Oleh: Agustina Magdalena Djuliati Suroyo

Upload: vuongdat

Post on 15-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

INTEGRASI NASIONALDALAM PERSPEKTIF SEJARAH INDONESIA

SEBUAH PROSES YANG BELUM SELESAI

PIDA TO PENGUKUHAN

Disajikan pada UpacaraPenerimaan Jabatan Guru Besar

dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas SastraUniversitas Diponegoro

di Semarang, 9 Februari 2002

Oleh:

Agustina Magdalena Djuliati Suroyo

Yang saya muliakan,

Bapak Rektor/Ketua Senat dan Sekretaris SenatUniversitas Diponegoro,Para anggota Dewan Penyantun Universitas Diponegoro,Para anggota Senat dan Dewan Guru Besar Universitas

Diponegoro,Para Guru Besar tamu,Para anggota Muspida Propinsi Jawa Tengah danPemerintah !<o~a Semarang,Para Pembantu Rektor Universitas Diponegoro,Para Dekan, Pembantu Dekan, Ketua Lembaga, DirekturProgram Pasca Sarjana, Assisten Direktur Program PascaSarjana, Ketua Program Magister dan Program Doktor,serta Sivitas Akademika Universitas Diponegoro,Para Rektor PTN dan PTS,Para tamu undangan yang saya hormati, danpara mahasiswa yang saya cintai.

Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukurkehadirat Tuhan Yang maha Esa atas segala rahrnat danl<.al"Unia-Nya yang telah dilimpahkan kepada kilo, sehi~ggak.ita dapat menghadiri rapat senat terbuka UniversitasDiponegoro dalam rangka peresmia:1 pe!1erimaan jabatanguru besar. PerkenanKanlah saya mengucapkan terimakasih kepada hadi:in yang telah berkenan meluangkan'waktu untuk menghadiri upacara penglikuhan ini.

Adalah suatu kehormatan dan kebahagiaan bagisaya bahwa pad a hari ini saya mendapat kesempatanuntuk menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besardalam Ilmu Sejarah di hadapan majelis yang mulia.

Pad a saat ini kita telah memasuki milenium ketiga,menginjak abad ke-21 yang bercirikan meningkatnyakekuatan globalisasi ekonomi, yang semakin menguasaisemua bangsa dan semua wilayah di muKa bumi.Globalisasi ini ditunjang oleh kecanggihan teknolo~:

1

komunikasi, sehingga pe.ristiwa dan tindakan manusia apapun, dimana pun, k; Ipan pun, dapat diketahui dalamsekejap. Yang lebih penting, peristiwa tersebut dapatmenyulut reaksi ker dS dan mengguncang kehidupanmanusia di sebagian besar dunia dalam sekejap pula, takterkecuali di negara kita, seperti penabrakan pesawat kegedung WTC di New York, 11 September 2001.

Sa at ini bangsa Indonesia, masih mengal3.mi krisismultidimensi yang menggoyang kehidupan kita sebagaibangsa sejak gerakan Reformasi bergulir tahun 1997,yang mengakibatkan runtuhnya pemerintah Orde Baru.Salah satu masalah utama dari krisis besar itu adalahancaman disintegrasi bangsa, yang h!ngga saat ini,setelah pergantian pemerintahan dan pergantian presidenhingga tiga kali, ancaman disintegrasi bangsa masih belummereda, seperti pergo:'3.kan di Aceh, Papua Barat, dandaerah lain, setelah kita kehilangan Timor Timur padatahun 1999. Mengingat disintegrasi bangsa ataudisintegrasi nasional ini berkaitan langsung denganeksistensi kita se~agai satu bailgs8, izinkanlah saya dalalTlkesempatan in: mengangkat tema, yaitu :

INTEGRASI NASIONALDALAryIJ PERSPEKTIF SEJARAH INDONESIA:

SEBUAH PROSES YANG BELUM SELESAI.

Hadirin yang mulia,Integrasi nasional pada hakikatnya adalah Pengertian

bersatunya suatu bangsa yang menempati wilayah tertentu integrasicalam sebuah negara yang berdaulat. Dalam rea!itas nasional

integrasi nasional dapat dilihat dari aspek politik, lazimdisebut integrasi politik, aspek ekonomi (ir!tegrasi ekonomi,saling ketergantungan ekonomi antardaerah yang bekerja-sarna secara sinergjs), dan aspek sosial budaya (integrasiso sial budaya, hubungan antara suku, lapisan dan

golongan).

2

Secara umum integrasi nasional mencerminkanproses persatuan orang-orang dari berbagai wilayah yangberbeda, atau memiliki berbagai perbedaan baik etnisitas,sosial budaya, atau latar belakang ekonomi, menjadi satubangsa (nation) terutama karena pengalaman sejarah danpolitik yang relatif sarna (Drake, 1989:16). Selanjutnya,dalam menjalani proses pembentukan sebagai satubangsa berbagai suku bangsa in! sebenarnya mencita-citakan suatu masyarakat baru, yaitu sebuah masyarakat

politik yang dibayangkan (imagined political community)akan memiliki rasa persaudaraan dan solidaritas yangkental, memiliki identitas kebangsaan dan wilayahkebangsaan yang jelas serta memiliki kekuasaanmemerintah (Anderson, 1983:15-16). Dalam tataranintegrasi politik terdapat dimensi yang bersifat vertikalmenyangkut hubungan elit dan massa, baik antara elitpolitik dengan massa pengikut, atau antara penguasa danrakyat guna menjembatani celah perbedaan dalam rangkapengembangan proses politik yang partisipatif, dandimensi horisontal, yaitu hubungan yang berkaitan denga.nmasalah teritorial (Sjamsuddin, 1989:2).

Hadirin yang berbahagia,Marilah rJta lihat bagaimana proses pembentukan Proses

persatuan bangsa Indonesia menurut pengalaman pembentuksejarahnya. Bukan secara kebetulan bahwa masyarakat anpersatuyang kita cita-citakan terpampang dalam lam bang negara an bangsa

Republik Indonesia BHINNEKA TUNGGAL IKA, berbeda-beda namun satu jua. Semboyan ini berakar dari sejarahpada masa kerajaan Majapahit, diangkat dari karyakakawin Sutasoma ciptaan Empu TaQtular, menggambar-kan berkembangnya agama-agama, sekte-sekte agamadan kepercayaan yang berbeda-beda namun hidupberdampingan secara damai, karena hakikatnya satu:menyembah Tuhan Sang Pencipta (Poerbatjaraka,1957:40-45).

3

Demikian pula aengan bangsa Indonesia yang Perbedaanberangkat dari suku I Jangsa yang beraneka ragam berikut dan

banyak keberagamc:n lain yang melekat pada dirinya. kesamaan

Keberagaman, atau lebih lazim disebut perbedaan yangdimiliki bangsa ini meliputi antara lain wilayah kepulauanyang demikian tersebar di antara kawasan-kawasan laut diNusantara, geografi, ekologi, sistem mats pencaharian,ratusan budaya etnis atau lokal, agama, kepercayaan, da:1bahasa (Wertheim, 1999:1-10; Koenqaraningrat, 1971).

Oi samping keberagaman atau perbedaan, berbagaisuku bangsa di Indonesia juga memiliki beberapakesamaan. Pertama, adalah bahasa perhubungan antar-suku dan antarbangsa (lingua franca), yaitu bahasaMelayu yang dikenal dan digunakan oleh semua suku danorang-orang asing yang mengunjungi seluruh kepulauanIndonesia, bahkan tE;.rsebar hingga ke Asia Tenggara,pantai timur Afrika, Jazirah Arab, Asia Selatan, danTaiwan. KedL!a, budaya penghormatan roh nenek moyangyang dilaksanakan dengan berbagai bentuk sesajilpenghorrnatan rnakam leluhur, pensakrala!l makam nenekmoyang atau ritual kematian. Ketiga, budaya pembuatandan penggunaan jenis kapak batu, anak panah, danbarbaga! oeralatan lain dari batu, dan per..!nggu padab'.Jdaya palaeolithicum, mezolithicum, dan neolithicum.Budaya yang tersebar dari daratan Asia Tenggara keSumatera hingga Papua Barat menunjukkan adanyapersamaan tingkat budaya dan hubungan budaya yangtelah terja1in antara berbagai suku (Soejono, 1984;Koentjaraningrat, 1971 :-21). Keerrlpat, budaya bahari(maritim), yaitu kemampuan berlayar, pengetahuan alamkelautan, dan teknologi perkapalan yang telah dimilikisuku-suku di Indonesia yang meniscayakan mereka salingberkomunikasi untuk aktivitas ekonomi (perdagangan),sosial (mobilitas penauduk), budaya (pe~umpaan budaya,penyebaran agama) dan aktivitas politik (kunjunganpejabat, atau penyerbuan) (Tjandrasasmita, 1984: 1 02-172;PUSPINOO, 1990; Manguin, 1993:197-213; Lapian, 1992).

4

Kelima, adalah kesamaan sejarah bahwa semua sukubangsa Indonesia mengalami penjajahan kolonial Baratyang merendahkan harga diri kita sebagai suku bangsayang berdaulat, dan menyebabkan keterbelakangan di

segala bidang.

Dengan adanya berbagai perbedaan di satu sisi dankesamaan-kesamaan pada sisi lain, cukup beralasan bagiberbagai suku di Indonesia untuk bersatu. Motto BhinnekaTllnggal !ka ssbagai lambang kesatuan bangsa atauintegrasi nasional masih relevan untuk digunakan, dengansubstansi agak berbeda namun sarna dalam makna.

Hadirin yang mulia,Apabila sejarah menurut filsuf Leopold yon Ranke

adalah memberi jawaban kepada apa yang sesungguhnyaterjadi pada masa lampau (Nash, 1969:4), sedangkanTaufik Abdullah lebih menekankan sejarah sebagai dialogdengan masa lalu, sehingga cerita sejarah ditentukan olehjenis pertanyaan yang dirumuskan (Abduliah, 2001 :98-99),maka pertanyaannya adalah apa yang sesungguhnya.te~adi dengan proses integrasi nasicnal bangsa ini,sehingga setetah 56 tahun Indonesia Merdeka integrasibangsa terasa masih rapuh oleh an"aman disintegrasi?

Secara historis sebenarnya Indonesia pernah Modelmemiliki model integrasi nasional yang meliputi wilayah integrasihampir seluas Negara Republik Indonesia (RI). Yang ?asio'!al:pertama adalah kemaharajaan (imperium) Majapahit (a bad ,:;~enu::XIV-XV). Struktur kemaharajaan yang begitu luas ajapa It

diperkirakan berbentuk mirip kerajaan Mataram Islam,yaitu struktur konsentris. Dimulai dengan konsentrispertama yaitu wilayah inti kerajaan (nagaragung): pulauJawa dan Madura yang diperintah langsung oleh raja dansaudara-saudaranya, menerapkan sistem pemungutanpajak langsung untuk biaya hidup keluarga raja. Konsentriskedua adalah wilayah di luar Jawa (marlcanegara danpasisiran) yang merupakan kerajaan-kerajaC2n ot~nom,

5

atau kerajaan te:1akluk yang mengakui hegemoniMajapahit, deng; In kebebasan penuh mengatur negerimereka masing-nlasing. Kewajiban terhadap negara pusat

hanya menghaddp maharaja Majapahit dUB kali setahundengan membawa upeti sebagai pajak. Konsentris ketiga(tanah sabrang) adalah negara-negara sahabat dimanaMajapahit menjalin hubungan diplomatik dan hubungandagang, antara lain dengan Champa, Kamboja, Ayudya-pura (Thailand). Integrasi vertikal dibC'.ngun melaluipenguasaan maritim, hubungC3f"' pusat dan daeiah dibi~amelalui hubungan perdagangan dan kunjungan pejabat.Ekspedisi angkatan laut (ja/ad/) digunakan apabila terjadipembangkangan, seperti yang diceritakan dalam HikayatRaja-raja Pasai. Kewibawaan Majapahit tercermin dalamberbagai hikayat maupun tradisi lisan dari berbagai daerahdi Nusantara, selain dalam f'Jagarakertagama (Alfian,1999: 33-43; Holben, 1992: 212-231; Moertono, 1974:111-112; Hall, 1985: 232-260). Disintegrasi Majapahitterjadi karena pertama, kelemahan di pusat kekuasaan(konflik perebutan takhta). Kedua, saling pengaruh antarafaktor ekonomi, kemakmuran kota-kota pelabuhan, danfaktor budaya, berkembangnya agama Islam, yangmembentuk solidaritas dan integrasi horizontal kerajaan-kerajaan pesisir di daerah mela'wan kekuasaan f\1ajapahitdi pusat.

Integrasi nasional kedua, lebih tepat disebut dengan Integrasiintegrasi kolonial, atas wilayah Hindie Belanda baru kolonialsepenuhnya dicapai pad a dekade kedua abad xx denganwilayah yang terentang dari Sabang sampai Merauke.Pemerintah kolonial mampu membangun integrasi wi/ayah

juga dengan menguasai maritim, sedang integrasi vertikalantara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dibinamelalui jaringan birokrasi k%nial, yang terdiri dariambtenaar-ambtenaar (pegawai) Belanda can pribumiyang tidak memi/iki jaringan dengan massa rakyat. Dengankata lain pemerintah tidak memiliki dukungan massa yangberarti. Masyarakat kolonial yang pluralistik dan segregatif

6

memisahkan golongan kulit putih, Gina dan pribumi yangmembawa kelemahan pada integrasi sosial budaya.Dengan demikian ketika menghadapi serbuan tentaraJepang pad a masa perang Dunia II, integrasi kolonialHindia Belanda ini langsung runtuh, tanpa massa rakyat

yang menopangnya.

Hadirin yang mulia,Sebelum menguraikan terbentuknya integrasi

nasional Indonesia, marilah kita lihat bagaimana bangsa(nation) Indonesia terbentuk.

Hingga akhir abad XIX berbagai kerajaan kesukuan Prosesdi wilayah yang kini bemama Indonesia be~uang melawan integrasikekuasaan kolonial Belanda dengan menggunakan cara nasional

perlawanan bersenjata. Perlawanan yang dipimpin olehpenguasa kerajaan atau elit lokal bersama rakyat merekaberakhir dengan kekalahan, hingga seluruh kerajaan-kerajaan tersebut dikuasai pemerintah kolonial danmenjadi v..ilayah taklukkan Hindia Belanda (kecuali Acehyang baru ditaklukkan tahun ~913). Namu:1 perlawananskala kecil, spor~dis di tingkat akar rum put, dalam bentukprates dan perlawanan petani tei"US berjalan hirlgga akhirpenjajahan (Kartodirdjo, 1973). Menginjak abad XX, seiringdengan perubahan politik kolonial di dalam negeri untukmemajukan rakyat jajahan sebagai "balas budi" (EthischePolitiek), maupun pengaruh perkembangan nasionalismedi luar negeri, pe~uangan melawan penjajahan mengalamibabak baru, yaitu menggunakan bentuk-bentuk pe~uanganpolitik dan kultural melalui organisasi-organisasi moderenyang dikenal sebagai pergerakan nasional.

Pada awal abad xx "Bangsa Indonesia" masihmerupakan kawula (subject) dari negara kolonial HindiaBelanda. Dalam arti ini perlu dikemukakan bahwapengertian bangsa (nation) sebagai konsep pol~tik masihrelatif baru. Secara historis ia lahir sebagai anak revolusirakyat yang membebaskan diri dari kekuasaan absolut dan

7

mendirikan nerara merdeka yang berkonstitusi. Fahamkebangsaan dir elopori oleh revolusi rakyat Inggris (1654),dilanjutkan revolusi rakyat Amerika Serikat (1776) danmencapai puncaknya pada revolusi rakyat Perancis (1789)(Kohn, 1984:21-34; Hobsbawn, 1992:21-22). Seterusnyafaham bangsa dan semangat kebangsaan ataunasionalisme (semangat mencintai dan membela bangsa)terus tumbuh berkembang dan menjalar di banyak r,egaradi dunia. Khusus di negara-negarCi jajaha;1, faham bangsadan s~ma;1gat kebangs~an menjadi cambuk pe~uangankemerdekaan.

Hadirin yang mulia,OJ Indonesia kesadaran berbangsa mulai timbul di Kesadaran

kalangan golongan terpelajar -mahasiswa dari kawula berbangsaHindia Belanda pada dekade pertama abad XX, justrusebagai "produk sampingan" dari hasil pendidikan kolonialyang tidak diharapkan oleh pemerintah Kolonial. Paramahasiswa inilah yang menumbuhkembangkan kesadarankebangsaan dengan mendirikan organisasi Budi Utomopad a tahun 1908, dan mereka yang belajar di negeriBelanda mendirikan Indisc.'7e Ve,reniging pad a tahun yangsarna (Kartodirdjo, 2001 :115-124). Seperti di negara-negara j~jahan yang lain, tumbuhnya kesadaranberbangsa dipengaruhi sedikitnya tiga faktor, yaitupendidikan, bahasa rakyat (vernacular), dan media massa.

Pertama, melalui pend~dikan fr>rmal, pemerintah Faktorkolonial mengumpulkan pemuda-pemudi dari golongan kesadaranelite dari berbagai suku, ras, dan daerah di Indonesia ke berbangsa:dalam satu tempat pendidikan, justru karena seleksi yang Pendidikanketat dan tempat yang sangat dibatasi. Oi sini para pelajar-mahasiswa bersama-sama mengembangkan kecerdasan,keahlian, rasa keindahan, dan pengetahuan yangmemperluas cakrawala pandangan mereka. Melalui tanapini pula di satu sisi mereka mulai melihat berbagaikepincangan masyarakat kolonial yang diskriminatif daneksploitatif terhadap golongan rakyat pribumi. Oi sisi lain

8

pelajar yang berbeda suku dan daerah rnenjadi semakinakrab. Mereka rnulai mengidentifikasi diri sebagai sesarnapriburni yang sarna-sarna rnerasakan keprihatinan atasketidakadilan yang diderita rakyat.

Kedua, lewat pendidikan bahasa Melayu yang sudah Bahasadikenal sejak dahulu sebagai bahasa perantara antarsuku Melayuyang juga diajarkan di sekolah, di samping bahasa daerahmasing-masing, 3shingga sernakin populer digunakanorRng banyalc. Pemerintsh sengaja membatasi penguasa-an bahasa Belanda hanya pada golongan elit masyarakatyang berpendidikan Barat untuk menunjukkan superioritasbudaya kolonial. Bahasa Melayu juga menjadi bahasabirokrasi (Dienst Ma/eisch) di sam ping Bahasa Belanda,agar semua peraturan dan pengumuman pemerintahdimengerti oleh seluruh masyarakat. Dengan semakinluasnya masyarakat pembaca mendorong timbulnya parapengarang yang menulis buku-buku dalam bahasaMelayu, baik novel, syair, atau esei dan pengetahuanpopuler, Y3ng melahirkan kelompok sastrawan PujanggaBaru sejak tahun 1930-an. Mereka memiliki rasakebangsaan Melayu yang tinggi yang terekspresi mala!uitulisan-tulisan mereka. Bersama-sama dengan tokoh-tokohperger~kan nasional mereka memperjuangkan kemajuandan kebebasan bagi rakyat pribumi (A!1derson, 1983: 63-65,106-107; Klooster, 1985: 58-64; Alfian, 1999: 467-480).

Ketiga, perjuangan moderen tak dapat dipisahkan Mediadengan peranan media massa. Meluasnya pendidikan dan massapopularitas penggunaan bahasa Melayu menjadikesempatan yang baik untuk menerbitkan surat kabarsebagai alat propaganda dan mobilisasi. Melalui mediamassa kesadaran berbangsa, ide-ide perjuangan dankritik-kritik kepada pemerintah disalurkan ke khalayakramai dan membentuk opini masyarakat untuk mendukungperjuangan. Berbagai organisasi pergerakan nasional danserikat buruh atau profesi mulai menerbitkan surat kabaratau majalah sejak dekade kedua abad XX. sepert.i Sinar

9

Hindia milil< Sarekat Islam Semarang, Oetoesan Hindiaorgan Sare- :<at Islam Surabaya, Fikiran Rakyat milik PNIBandung, rlindia Baru (Jakarta) dan Boeroeh Bergerak(Yogyakartd) (Yuliati, 2000; Ingleson, 1986). Melalui mediamassa ini pula semangat kebangsaan dan kesadaranberbangsa semakin dibangkitkan, dan semakin memper-satukan berbagai suku bangsa.

Hadirin yang mulia,Berkat dukungan ketiga faktor tsrsebut ke.<;adaran

berbangsa yang ditumbuhkan oleh organisasi-organisasipergerakan nasional sejak tahun 1908 semakinmenjangkau kalangan yang lebih luas di lingkungan rakyatpribumi yang terdiri dari berbagai suku, ras, dan keturunan,serta menyadarkan mereka akan pentingnya bersatu,bersama-sama berjuang untuk kemajuan, kesejahteraan,dan kemerd,~kaan. Para pemuda-mahasiswa yang idealisdan militan, mulai dari Sutomo (Budi Utomo),Tjokroaminoto (Sarekat Islam), Hatta (Indische Vereniging-Perhimpunan Indonesia), Soekamo (AlgemeneStudieclub Bandung -PNI), Yamin (Jong Sumatra),Semaoen (serikat buruh VSTP), Misbach (serikat taniInsulinde), Marco (wartawan Doenia Bergerak) , adalahcontoh dari sekian banyak pemimpin yang mewakili segalalaplsan dan golongan yang menggerakkan rakyat pribumiuntuk mendukung perjuangan (Shiraishi, 1990).

Proses pembentukan dan persatuan bangsamencapai satu tonggak simbolik yang menentukan dalamSumpah Pemuda tahun 1928, ketika para pemuda yangmewakili berbagai suku bangsa bersepakat dan berikraruntuk menjadi satu bangsa, satu tanah air, dan satubahasa, yaitu Indonesia. Bahkan rasa kebangsaansebagai bangsa Indonesia dari rakyat Aceh sudah lebihdulu dikemukakan oleh salah seorang tokoh Aceh TeukuNya' Arief, anggota Volksraad, dalam pidatonya di bulanJuni 1928

10

Sejak waktu itu proses integrasi terus bergulir seiringdengan pe~uangan menuntut pemerintahan sendiri dankemerdekaan, meski mengalami tekanan dari pemerintahkolonial yang semakin represif terhadap gerakan radikal,sejak pemogokan besar-besaran yang dipelopori kaumKomunis pada tahun 1925/1926. Pemerintah bahkanmelarang Partai Komunis Hindia, likuidasi PNI, dan pem-buangan para pemimpin "radikal" ke luar Jawa (Kahfn,1961: 64-100; Ingleson, 1983: 266-315).

Hadirin yang mulia,Keruntuhan negara kolonial Hindia Belanda pada

Perang Dunia II (1942) oleh serbuan Jepang, danpendudukan Hindia Belanda oleh Jepang merubah seluruhstruktur politik di Hindia Belanda. Nama Indonesia secararesmi dipakai menggantikan nama wilayah Hindia Belanda,namun secara politik wilayah Indonesia dipecah menjaditiga kekuasaan militer Jepang: Sumatera di bawahAngkatan Darat (Tentara Ke-25), Jawa dan Madura dibawah Angkatan Darat (Tentara Ke-16), sedang wilayahKalimantan, Su:awesi, dan Ma!uku di bawah Angkatanlaut (Armada Selatan Ke-2).

~"'~skipun di !:>awah kekuasaan Jepang indollesiakembali dijajah. namun proses integrasi bangsa justr'Jmencapai tonggak yang sangat penting, karena ikrarSumpah Pemuda (satu nusa, satu bangsa, satu bahasa)secara faktual diakui oleh pemerintah militer Jepang,

dengan tujuan agar rakyat mendukung peperangannyamelawan Sekutu. Pelarangan bahasa Belanda (danbahasa Sekutu yang lain) dan penggunaan bahasaIndonesia (dan bahasa Jepang) secara bebas melaluiret6rika para pemimpin dan media massa, semakinmeningkatkan rasa kebangsaan dan persatuan. Meski disatu pihak Jepang me!ancarkan mobiiisasi massa rakyat(pembentukan Peta, Heiho, Seinendan, Keibodan,Romusha) guna mendukung keperluan perang, baik untukkebutuhan sumberdaya manusia, maupun pengumpulan

11

bahan mak'-3r.an dan sandang yang dituntut dari rakyatsecara pc <sa, namun di pihak lain mobilisasi inimemberika" pengalaman partisipasi rakyat demikepentingan negara, yang kelak akan sangat diperlukannegara bangsa (Kurasawa, 1987).

Hadirin yang terhormat ,Berakhirnya Perang Dunia II dengan menyerahnya

Jepang kepada Sekutu merupakan kesempatan em3S bag!bangsa Indonesia Urltui< memerdekakan din, bebas c1arikekuasaan penjajah siapa pun. Momentum untukmenyatakan kemerdekaan kepada dunia diraih padatanggal17 Agustus 1945, ketika te~adi vacum of legitimatepower, karena Jepang yang kalah tidak lagi sahmemerintah, dan Sekutu yang menang belum lagi datang.Saat itu merupakan tonggak sejarah yang monumentalbagi proses integrasi bangsa Indonesia. Secara yuridisformal bangsa Indonesia dikukuhkan menjadi satu nationpada tanggal 18 Agustus 1945 dengan' disahkannyaUndang-undang Dasar Negara Republik Indonesia.Negara RI dengan dasar Pancasila yang d!gali olehSoekarno, yang kemlJdian diSempl.!makan dan djs3hkanoleh sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia(PPKI), dilengkapi dengan lamba.ng Garuda Pancasilabertuliskan "Bhinneka Tunggal IkCi." adalah perwujudanformal dari integrasi nasional Indonesia (Rahardjo,2001:7-28). la merupakan Imagined Community yang duludicita-citakan oleh para pemuda yang berikrar pada tahun1928, dan diidam-idamkanoleh seluruh bangsa Indonesia.Soekarno, salah seorang Bapak Bangsa Indonesia, telahbe~asa merumuskan nilai-nilai kepribadian bangsa inimenjadi dasar negara.

Kemerde-kaanIndonesia

Pancasila dengan nilai-nilai yang terkandung didalamnya berperan sebagai kultur rlormatif dan alatpemersatu bangsa. Nilai-nilai Pancasila akan menentukanorientasi tujuan serta sistem sosiopolitik pada tingkatmakro dan menentukan kaidah-kaidah yang mendasari

12

pola kehidupan individual. Dengan demikian, Pancasilatidak hanya menjadi faktor determinan bagi kehidupanmoral berbangsa, tetapi juga memberikan landasanideologis bagi pelbagai unsur dalam masyarakat Indonesiayang bersifat pluralistis itu. Selain itu, Pancasila sebagaiideologi negara mengandung nilai-nilai yang menjadikomponen dari nasionalisme sebagai dasar untukmempe~uangkan realisasi dari integrasi nasionalIndonesia (Kartodirdjo, 1990: 32-33).

Revolusi nasional yang terjadi antara tahun 1945hingga 1949, dan penyatuan ke arah negara kesatuan RItahun 1950 adalah batu ujian pertama apakah integrasinasional yang telah kita deklarasikan menjadi realitas, ataumasih merupakan masyarakat yang imajiner.

Hadirin yang mulia,Melalui revolusi nasionar bangsa Indonesia terbukti

mampu mempertahankan baik kemerdekaan f1egara,ke:satuan wilayah (kecuali Irian Barat yang baruterintegrasi tahun 1963), maupu:1 kedaulatar. pemerintah.Tantangan berat, selain mempertahankan kedaulatailnegara dari penjajahan asing, adalah memba:1gun baikintegrasi vertikal (elit-ma:sa) antar2 pemerintah dan rakyatdi daeiah, antara elit politik dan massa pengikut, maupunintegrasi horizontal: penyatuan daerah-daerah ke dalamwilayah RI. dan hubungan antarsuku serta golongan.

Integrasivertikal

Berkaitan dengan integrasi vertikal, sang at menarikbahwa reaksi daerah terhadap proklamasi kemerdekaandan berdirinya negara RI disambut positif pertama-tamajustru oleh kelompok-kelompok lakal yang tergabungdalam organisasi lokal, ataupun yang memiliki jaringandengan organisasi di pusat, bukan dari pemerintah lokalyang masih dalam situasi status quo dan menunggu.Pergerakan nasional yang tumbuh di Jakarta sebagaipusat kolonial telah mampu membanguil jaringan dengankelompok-kelompok progresif di daerah, menj&Jj faktor

13

penting sabagai penyalur ide-ide kemajuan dan semangatkebanrsaan dengan membuka cabang di daerah. Oisampirg itu masyarakat !okal pun memiliki dinamikatersenairi dalam menanggapi arus kemajuan, baik melaluipendidikan swasta, madrasah atau pesantren, maupunorganisasi-organisasi masyarakat yang lain, di bawahpimpinan tokoh-tokoh tokal. Jaringan pusat-daerah inisemakin kokoh pad a masa pendudukan Jepang, meskipundengan membonceng kegiatan propaganda untuk mem-peroleh dukunga;, perang. Oinamika irlternal can eksten lalinilah yang membuat gaung kemerdekaan bergema didaerah, dan direspons secara positif, meskipun denganintensitas yang berbeda.

Cukup mengambil contoh dua daerah di luar Jawayang rawan disintegrasi, Aceh adalah satu-satunya daerahyang tid.3k diduduki Belanda pad a masa revolusi (1945-1949). Hanya dua bulan setelah Proklamasi Aceh, telahmembuat maklumat "berdin di belakang maha pemimpinSoekamo" (bergabLing dengan RI) yang ditandatangarlioleh para pemimpin ularna Aceh, antara lain Tengku DaudBeureueh. Hal ini karena secara histor:s t~lah terbangunjaringan elit-massa antara pergerakan nasional yangberpuS,cat di ,Jav/a dengan oj Aceh. Tak kurang ctan SarekatIslam membuka cabang pada tahun 1916, Insulinde padatahun 1918, organisasi iokal Sarekat Aceh berdiri tahun1918. Dan dinamika lokal sekolah-sekolah Islam formalmoderen didirikan tahun 1919, sedang pemuda-pemudaAceh dikirim ke sekolah Muhammadiyah di Jawa, danPersatuan Ulama Seluruh Aceh (PIJSA) yang progresifdidirikan tahun 1939. Rakyat Aceh memberi dukungansangat besar bagi eksistensi negara RI (Alfian, 1999:200-

204).

Contoh terakhir adalah Irian Barat. Dari namanyayang terus berubah-ubah (hingga 1962 bemama NieuwGuinea, 1963-1970 Irian Barat 1970-1999 Irian Jaya, 1999hingga kini Papua Barat) mencerminkan wilayah paling

14

ujung timur Indonesia ini menjadi ajang perebutanpengaruh politik. Pihak Indonesia menghendakipengakuan kedaulatan kepada RI meliputi seluruh wilayahbekas Nederlandsch Indie, termasuk Irian Barat. Secarakebetulan kesadaran kebangsaan Indonesia telahtertanam sejak tahun 1944 pada tokoh-tokoh muda IrianBarat oleh tokoh-tokoh politik yang dibuang di Digul. Lewatpara "kader" inilah tumbuh berbagai organisasi sepertiKomite Indonesia Merdeka (KIM) dan Partai Kemerdekaanmconasia Irian (PKII) dan tokoh-tokoh politik proIndonesia, yang merijadi pendukung integrasi keIndonesia. Bersama-sama bangsa Indonesia yang lainmereka berhasil membebaskan Irian Barat pada tahun1962. Pihak Belanda yang tidak ingin menyerahkan Irianke Indonesia, mempersiapkan sebuah negara Papuadengan membentuk aparat sipil dan militer, bahkan DewanPapua. Namun sebelum itu terlaksana Irian Barat lebihdahulu berintegrasi ke Indonesia. Sementara itu sebagianbesar pend'.lduk Irian masih hidup dalam ikatan suku-sukuyar1g sangat alamiah, terpencar-pencar tanpa saranaperhubungan moderen. Sebagian mereka yang terpelajardan bekas pegawai Belanda ingin mendirikan negaraPapua Barat. Maka sejak berintegrasi, rakY2t Irian terbelahmenjadi tiga kelompok kesetiaan: setia kepada RI, setiakepada imagined community negara Papua, atau setiakepada suku masing-masing (Kaisiepo, 1993; Adicondro,1993; Sjamsuddin, 1989). Dari contoh-contoh di atastampak bahwa proses integrasi nasional Indonesia padabatu ujian pertama cukup berhasil.

Hadirin yang mulia,Selain integrasi vertikal, integrasi horizontal, dalam Integrasi

hal ini integrasi antargolongan atau kelas masyarakat perlu horizontal

kita cermati. Revolusi temyata juga memakan anak sendiri.Perubahan so sial yang mendadak, berskala luas danberjangka lama telah mengguncang struktur masyarakatlama. Revolusi nasional yang berdimensi politik dibeberapa daer2h menjalar ke revolusi sosial, kot Irlik antar-

15

golor gan dan antarkelas masyarakat yang tajam danberd Irah.

RevolusiSosial

OJ Aceh persaingan pengaruh dan kekuasaan antaraulama (pemimpin agama dan moral) dan uleeba/ang(pemimpin daerah dan ad at) memuncak pad a masarevolusi. Tuduhan bahwa uleeba/ang setelah perang Acehmemihak Beland a karena diangkat menj~di kepala daerah,menyimpan rasa dendam di kalangan ulama refoimis,apalagi ketikz temyata Lileeba/ang diarlgkat menjadikepala daerah oleh pemerintah RI. Oalam situasi vacum ofpower pad a akhir tahun 1945 hingga tiga bulan awal1946konflik berdarah tak terelakkan antara laskar pemuda,pendukung penuh ulama melawan para uleeba/ang danpejabat pemerintah, yang berakhir dengan kekalahan totalpihak uleeba/ang. Sejak itu pemerintahan RI dipegang olehgolon~an ulama atas pilihan rakyat (Morris, 1985:90-98).

Revolusi sosial juga terjadi di beberapa daerah lain,dengan kelompok-kelompok yang berbeda dan faktor-faktor penyebab yang berbeda, namun dengan tujuanyang sarna: mengubah struktur keku~saan feodalistiktradisional menjadi demokratik. OJ daerah Tegal,Pemalang, don Pekalongan t~~adi penculikan danpembui1uhan para pamong praja, dari bupati hinggakepala-kepale desa oleh pemuda. Para pamong praja inidituduh sebagai pengikut Belanda dan kolaborator Jepang,dua penjajah aging yang membawa kesengsaraan kepadarakyat petani melalui eksploitasi ekonomi, yaitu eksploitasitanah dan tenaga kerja petani oleh pabrik-pabrik Quia.Pad a masa kolonial ketiga daerah tersebut memangmerupakan konsentrasi pabrik Quia yang menyewa tanah-sawah petani. Pada masa Jepang kembali petani diseng-sarakan oleh tuntutan penyerahan padi besar-besaranuntuk logistik perang, dan pengerahan tenaga kerja untukpembangunan prasarana (rcmLJsha) , yang menyebabkankelaparan dan kematian. Semua "dosa-dosa" ini ditimpa-kan kepada pamong praja hingga kepala desa, karena

16

merekalah yang memerintahkannya. Aksi perburuan,penculikan, pembunuhan, dan penggantian oknum-oknumpamong praja dilakukan oleh para pemuda di bawahpimpinan tokoh-tokoh Komunis dan Islam pad a bulanOktober 1945 hingga Desember 1945. Para pemudakemudian mengangkat pemimpin-pemimpin mereka men-jadi kepala daerah (bupati Brebes dan Tegal), dan memilihtokoh-tokoh lain (dari partai Masyumi dan PNI) yangmereka anggc:p popu!is menjadi pamong praja yang baru,dan m~"gganti para lurah dengan oiang-orang yangdianggap bersih. Gerakan revolusi sosial ini baru dapatdihentikan ketika TKR sebagai aparat keamananpemerintah, bersama-sama dengan kelompok Islam yanglain melakukan operasi pemulihan keamanan. Namundemikian, sebagian besar para kepala daerah dan pamongpraja pilihan rakyat tetap dipertahankan. Ini menandakante~adinya perubahan ke arah demokratisasi di bidangbirokrasi daerah, sebagai buah dari revolusi, dengan cararevolusioner pula. (Lukas, 1989; Lukas, 1985: 23-46).

Sumatera Timur adalah contoh revolusi so sial yangmenumbangkar: penguasa tradisior:al lama (s(Jltan) olehrakyat. dalam kaitan dengan kesetiaan kepada negara RIyang baru. Sumatera Timur yang sejak tahun 1870rnenjadi ajang eksploitasi oleh perkebunan swasta asing,yang beraliansi dengan raja-raja Melayu (terdapat 19kerajaan dan 4 kedatukan, yang terkenal adalah Kesultan-an Langk?t, Deli, Serdang, dan Asahan). Beberapakerajaan yang memiliki tanah-tanah yang disewakan untukperkebunan menikmati kekayaan, yang sangat kontrasdengan kehidupan kuli-kuli perkebunan yang dikontrak dariJawa. Di daerah ini telah terjalin jaringan politik denganpusat di Jawa, antara lain Budi Utomo (1908), .$arekatIslam (1919), dan Insulinde (1919). Melalui organisasi-organisasi ini ditanamkan semangat pe~uangan kepadapenduduk, khususnya suku Batak, penduduk pendatangJawa, dan Minangkabau. Tujuan perjuangan adalahmelawan kekuasaan kolonial, melawan kekuasaan

17

kapitalis perkebunan, dan melawan para raja atau bangsa-wan yang dituduh beke~asama dengan kolonial (karenamenandatangani "surat takluk") dan kapitalis, di sampingmenanamkan kesadaran kebangsaan Indonesia.Semangat pe~uangan semakin radikal dengan masuknyaPKI dan organisasi Islam Sumatra Tawalib dalam gerakanprates mereka, dan baru mereda setelah PKI dibubarkantahun 1927, digantikan oleh organisasi yang lebih moderatseperti PNI, Gerindo, Muhammadiyan, d2n organisasi tokalPArsatuan Kristen Batak.

Persiapan masyarakat ke arah radikalisasi setelahproklamasi kemerdekaan 1945, dan kontradiksi masya-rakat antara elit tradisional dan massa rakyatmeniscayakan meletusnya revolusi sosial pad a bulanMaret 1946. Para laskar pemuda melakukan penangkapandan pembunuhan ter-hadap para raja atau bangsawan,keluarga mereka, dan para pejabat kerajaan, di sam pingpenjarahan harta benda, dan pendudukan tanah-tanahperkebunan. Gerakan ini juga merupakan konflik antaretnik, yaitu pemuda suku Jawa dan Batak menyerang sukuMelayu, karena mereka adalah kawula raja Melayu yangpro Belanda, sedang pemuda-pemuda suku Simalungundan Karo menyerang elit bangsawan sesama SIJku merekasendiri, karena dianggap menindas rakyatnya. Juga yangselalu jadi korban adalah kelompok etnis Gina yangmenguasai kehidupan ekonom:. Sebagai pembalasan,golongan bangsawan Melayu bersama suku mereka dangolongan etnis Gina mencari bantuan kepada pemerintahkolonial Belanda yang kembali menduduki Sumatera padabulan April 1946. Mereka menjadi penentang negara RIdan pendukung Negara Sumatera Timur ciptaan Belandayang didirikan tahun 1948. Namun kekuatan rakyat pro RItemyata lebih besar. Negara Sumatera Timur h~ru5dihapuskan menjelang 17 Agustus 1950 berdasarkantuntutan sebagian besar rakyatnya (Langenberg, 1985:113-137; Sinar, 1995).

1A

Hadirin yang mulia,Melalui pengalaman revolusi nasional bangsa

Indonesia dapat mencapai integrasi politik secara vertikal,sementara melalui revolusi sosial telah te~adi prosesintegrasi sosial, meski harus melalui konflik berdarah.Sebagai batu ujian pertama bisa dikatakan bahwa hinggatahun 1950 bangsa Indonesia telah lulus ujian denganbaik.

t

~~rtanyaa:l kedua adalah sejauh mana 1ntegrasinasional ini dapat dipertahankan, bahkan diperkem-

bangkan?

Pad a hakikatnya faktor utama keberhasilan integrasinasional tahun 1950 adalah karena kesamaan tujuan, yaitumembebaskan diri dari penjajahan dan kesamaan cita-citauntuk membangun masyarakat baru yang lebih sejahtera.Untuk itu semua suku dan golongan bersedia menyatukanpersamaan-persamaan dan melupakan perbedaan-perbedaar;. Dengan kata lain faktor tunggal ika lebihdikedepankan daripada faktor bhinneka. Ketika integrasinasional tercapai dan bang 53 Indonesia akan membangunmasyarakat baru; terjadi persaingan antara kekuatan-kekuatan persatuan (tunggal ika) yang berhadaparidengan kekuatan-kekuatan perbedaan (bhinneka). Artinya,kepentingan bangsa sebagai keseluruhan, yang diwakilipemerintah Pusat, berhadapan dengan kepentingansubbangsa di d3erah, dengan kekhususan dan identitasmasing-masing. Dialog antara "Pusat" dan "Daerah"temyata tidak selalu barjalar; lancar. Konsekuensi sebagaisatu negara kesatuan meniscayakan demi kesatuan danpersatuan bangsa dialog harus dimenangkan oleh pusat,at aU costs. Masalah-masalah daerah dan kecenderungansentrifugal yang membawa konflik pusat dan daerahseringkali terpaksa diselesaikan dengan kekuatan senjata,karena kita terlanjur memiliki tradisi kekerasan dalammenyelesaikan masa!ah daripada melalui dialog danperundingan untuk mencapai kesepakatan, seperti pada

19

contoh konflik-konflik berikut. Lebih celaka karenapemerintah Pusat yang berada di Jawa lebih banyakdiwakili oleh suku Jawa yang memang mayoritas dalamjumlah penduduk, sehingga konflik Pusat -Daerahberimbas menjadi konflik suku Jawa -non Jawa.

Hadirin yang mulia,Beberapa peristiwa konflik antara daerah dan pusat Konf1ik

menunjukkan adanya dialog-dialog yang berakhir derigan pusat-jalan buntu. Peristiwa proklamasi Pemerintah Rev()lu.c;ioner daerahRepublik Indonesia (PRRI) di Padang tahun 1958, danproklamasi Piagam Perjuangan Semesta (Permesta) diMakasar tahun 1957 adalah contoh gerakan daerah yangbersumber pada konflik daerah dengan pusat. Pada intinyaada tiga faktor penyebabnya, yaitu pertama, masalahPusat: ketidakpuasan dengan kebijakan pemerintah Pusatyang "bersahabat" dengan PKI dan tidak mendukungPresiden Sukamo menerapkan sistem presidensiil. Kedua,pemerintah mengabaikan pembangunan .dan ekonomidaerah, dan ketiga, keinginan untuk menerapkan"dwifungsi" ABRI, karena peme~intahan partai-partai politikhanya terfokus kepada persaingan partai mendudukipemerintahan. Kebuntuan dialog yang didasari prasangkabUiUk terpaksa berakhir dengai1 kekerasan senjata, yangmeninggalkan luka menyakitkan pada rakyat di daerahyang dikalahkan. Pemberontakan semacam ini padaumumnya didukung oleh partai atau organisasi tertentudalam jaringan elit dan massa di pusat dan di daerah yangsemakin mempertajam konflik politik (Leirissa, 1999;Harvey, 1983; Sjamsuddin, 1389: 49-69).

Konflik jenis lain adalah konflik ideologi yang diwakilioleh pemberontakan Darul Islam sejak tahun 1949-1962,dan pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948. Padadasamya keaua peristiwa tersebut bertujuan mendirikannegara dengan dasar ideologi yang berbeda dengan dasarnegara RI Pancasila. Dalam hal ini jelas tidak bisa ditoleriroleh pemerintah dan harus ditolak (Kahin, 1961 :290-300).

20

Konflik be ~ar yang berdampak sangat luas dalamSejarah Indone .>ia adalah peristiwa G-30 Spada tahun1965. Peristiwc. yang bermula dari pembunuhan enamjendral teras TNI Angkatan Darat (dan seorang perwira)oleh sekelompok tentara yang bekerjasama dengan PKItelah membawa perubahan politik yang sangat drastis.Pembunuhan yang berawal dari perseteruan antaraAngkatan Darat yang anti-Komunis dengan PKI ituberakhir dengan turunnya Presiden Sukamo, pergantiankekuasaan dengan naiknya militer ke dalam pemerintahan,pembubaran PKI dan pembunuhan terbesar di Indonesiaterhadap anggota-anggota PKI dan organisasi-organisasionderbouw-nya. Kejadian ini mewariskan trauma bangsayang sangat menyakitkan (Sundhaussen, 1985).

PeristiwaG-30 S

Gerakan paling mutakhir dan bersifat separatisadalah Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan OrganisasiPapua Merdeka (OPM). Aceh merupakan sebuah sadstory dari sebagian rakyat di satu daerah yang dilandakekecewaan berkepanjangan kepada Negara RI. Dimulaidengan satu simpati yang luar biasa terhadap berdirinyanegara Ri, rakyat Acer1 langsung bergabung danmemberikan apa saja yang dibutuhka~ negaia RI. TidakkL!rang dari dU2 pesawat terbang komersial telahdisumbangkan kepada pemerintah pad a tahun 1947,sejum!ah dana, dan tanah Aceh sebagai air base untukpenerbangan ke luar negeri untuk mencari dukunganpolitik di dunia intemasional. Pada tahun 1949 setelahpemerintahan RI dipindahkan ke Sumatera, PemerintahDarurat Republik Indonesia (PORI), di bawah tekananpendudukan Belanda yang menduduki sebagian besarpulau Sumatera, mengangkat diJa orang Gubemur Militer,salah satunya adalah T eungku Daud Beureueh untukDaerah Militer Istimewa Aceh, Langkat, dan Tanah Karo,kemudian dibentuk propinsi Aceh dengan GubemurTeungku Daud Beureueh. Sayang sekali konstitusi RISsesuai dengan pe~anj!an RIS-RI tidak memasukkan Acehsebagai satu propinsi, melainkan hanya sebegai

Gerakanseparatis

21

keresidenan. Kekecewaan ini menyebabkan DaudBeureueh tahun 1953 memproklamirkan daerah Acehsebagai bagian dari Negara Islam Indonesia yang didirikanKartosuwiryo, mengingat Aceh memiliki warisan danidentitas Islam yang sangat kental. Untuk menghargai jasarakyat Aceh pemerintah kemudian menetapkan Acehsebagai Propinsi Daerah Istimewa pad a tahun 1959,namu~ seorang Hasan Tiro mendirikan Gerakan AcehMerdeka (GAM) pada tahun 1976, dengan propagandaanti Jawa mengajak rakyat m~ndjrikan Gerakan AcehMerdeka. Dengan teror yang dilakukannya menjadikanAceh Daerah Operasi Militer (DOM) dan korban punbanyak berjatuhan (Sjamsuddin, 1989: 70-89; Alfian, 1999:239-246).

OPM adalah warisan sejarah yang harus dijalanirakyat Papua Barat. Suku bangsa yang memiliki ciribudaya khas Melanesia, yang hidup dalam strukturmasyarakat sub suku yang sangat kental, dan mayoritasberagama Kriste:1 dan Kato!ik in: menunjukkan identitasbudaya yang unik. Sejak awal telah menjadi daarahsengketa antara Indonesia dan Belanda yang masilig-masir1'J menanamkan pengaruhnya, hil1gga sebagianrakyat memi:ih prointegrasi dan sebagian ar:tjintE:gra~i.OPM sebagai kelompok antiintegrasi semakin mendapatkesempatan berkembang ketika perkembangan sosialekonomi Papua lebih berpihak kepada rakyat pendatang,baik kesempatan memasuki jajaran birokrasi, maupunkescmpatan-kesempatan dalam membangun ekonomi.Konsesi perusahaan multitlasional (tambang tembagaFreeport) hampir tidak menyentuh kemakmuran rakyatrapua, bahkan merusak lingkungan mereka, sementarakekayaan mengalir ke pusat. Baik gangguan keamananOPM maupun prates-prates mumi rakyat lebihdiselesaikan dengan pendekatan kekerasan, menyebab-kan OPM semakin mendapat tempat di kalangan rakyat.Satu faktor adalah bantuan asing yang mendiJkunggerakan itu, baik di Australia, Negeri Belanda, bahkan di

22

Afrika (Senegal), sema!<in menyulitkan pemerintah pusatuntuk mengatasinya.

Sejak tahun 198d kelompok OPM memproklamasi-kan "Negara Melanesia Baraf' dan menaikkan benderaBintang Kejora meskipun hanya dihadiri oleh 60 orang.Setiap tahun jumlah yang menghadiri upacara "proklamasi"ini bertambah banyak yang semakin meningkatkan bahayadisintegrasi. Dan peristiwa terakhir adalah !~em3tianmisterius Theys Hiyo Eluay, KetL!2. Presidium DewanPapua yang sangat kharismatis pada bulan November2001.

Hadirin yang terhormat,Kerawanan disintegrasi juga menampakkan diri pads Dis;ntegra

aspek sosial dan budaya, khususnya sejak masa sf sosia/,Reformasi 1997. Diawall dengan demonstrasi-demonstrasi ekonom;,mahasiswa menentang rezim Orne Baru yang mumi danbersifat politis pada tahun 1997 dan berakhir dengan budaya

tumbangnya Orde baru, timbu: gsrdkan massa lain yangrnembuat kGrusuhan-kerusuhan di kota Jakarta dan kota-kota besar: lainnya. Dengan sasaran utam2 etnis Gina paraperusuh membakar dan menjarah taka-taka dan gedung-gedung megah Y2ng menjadi simbol kekayaan danarogan5i etnis ini, yang merldapat kesempatan ekonomismelalui kolusi antara pengusaha-pengusaha pads masaOrde Baru, bahkan melakukan perkosaan danpembunuhan.

Kerusuhan-kerusuhan merambah ke berbagai kotakeci! dan desa-desa, di Jawa dan luar Jawa denganspektrum sosial budaya yang 'Iebih luas, Sasaranberkembang menjadi konflik antarumat beragama,antarsuku (suku asli dan suku pendatang), antarburuh danmajikan, antara rakyat dan aparat keamanan, Bahkante~adi berbagai demontrasi menentang pejabat tertentuyang dinilai korup dan main kuasa, sehingga massa rakyatmenuntut pejab~t yang bersangkutan untuk diberhentikan,

23

Gerakan ini menimpa nasib pejabat dari tingkat gubemurhingga kepala desa. Sejak runtuhnya Orde Baru, aparatkeamanan yang dituduh sebagai Blat represi penguasaterhadap rakyat menjadi tidak berwibawa dan kurang tegasdalam mengatasi kerusuhan dan memelihara keamanan.Seiring dengan kehidupan ekonomi yang semakin sulitkejahatan semakin merebak, dan masyarakat semakinberingas menghajar para pencuri yang tertangkap. Situasianomali ini miAlai berangsur nonroal di aVv'al ta;,un 2000,awa! abad XXI, ketika Megal.A/ati menjc-di presiden RIkelima, dengan dukungan partai-partai di DPR, namunkerusuhan di beberapa daerah sesekali masih jugameletup, seperti di Ambon, Poso, dan Kalimantan Tengah,dan Aceh bahkan sampai saat ini.

Hadirin yang mulia,Konflik-konflik vertikal antara pemerintah pusat dan

daerah, atau pertentangan ideologi antara negara danwarga negara yang berlanjut dengan keinginan mendirikansatu negara hampir selalu didukung oleh organisasi politiktertentu yang memiliki jaringan di daerah-daera:', hinggamemiilki kekut1tan dan daya bertahan yang cukup Ijat. Halini menyebabkan pemerintar. cukup sulit untuk memulih-kan hubullgan ver+.ikal dengan rakyat di daerah ataukelompok-ke!ompok ideologis sete!ah tindakan keamananterpaksa dilakukan.

Tidak berbeda dengan konflik vertikal, konflikhorizontal antarsuku atau antargolongan, khususnyago!ongan umat beragama seringkali juga memilikibubungan atau jaringan vertikal dengan organisasi ataukelompok-kelompok di tingkat pusat. Oi sampingorganisasi-organisasi pofitik atau sosial yang resmi,larangan mendirikan partd: politik pada masa Orde Baru(selain tiga partai yang diizinkan) mendorong tumbuhnyaratusan, bahkan ribuan lembaga swadaya masyarakat(LSM) yaitu kelompok-kelompok masyarakat yangmempunyai kepedulian menolong dan mendampingi rakyat

24

kecil dalam mengatasi masalah-masalah kemiskinan danketidakadilan. Kelompok LSM ini dapat bergabung dengangolongan yang bertikai, yang dapat membantupenyelesaian pertikaian, atau memperuncing pertikaian.

Berkaitan dengan semakin terbukanya semua negaraoleh arus globalisasi dan kecanggihan komunikasielektronik meniscayakan tersiamya scgala kejadian didunia untuk diketahui Oleh seluruh dunia (Naisbitt,~ 990:298-307), mQsuk pula jaringan ir,teinasion&1 dar.kelompok-kelompok asing, bantuan-bantuan asing, baikresmi atau tidak resmi ke Indonesia. Mereka dapatmembantu meredakan pertikaian atau pemberontakan,namun dapat pula justru memicunya, tergantung kepadasiapa mereka bersimpati.

Seluruh pengalaman sejarah bangsa yang telahdipaparkan di atas menjadi sebab melemahnya integrasinasional pada awal abad ini, baik dalam dimensi vertikal,maupun dimensi horiscntal.

Hadirin yang mulia,Demikianlah proses integrasi nasional bangsa

Indone:>a tele.h dipaparkan dalam dimensi sejarah, seb~ahjavvaban yang sangat pai1jang atas pertanyaan "apa yangterjadi dengan proses integrasi nasional kita". Inti historisjawabnya adalah bahwa kita telah membangun suatubangsa dan mencapai integrasi nasional. Namun ban yakharapan tidak terwujud pad a sebagian bangsa ini, hinggamelakukan langkah berbeda arah dengan tujuan umumbangsa yang melemahkan integrasi. Harus diakui bahwakita masih menyimpan banyak masalah yang harusdiselesaikan, dan kita meninggalkan luka-luka yang masihmenyakitkan pada diri kita sebagai bangsa yarlg harus kitasembuhkan.

Simp ulan

Masalah pertama adalah membangun kembaliintegrasi vertikal antara pusat dan daerah, antara elite dan

25

massa yang mengalami distorsi. Itu berarti membangunkembali kepercayaan rakyat kepada pemerintah. Berartipula suatu tuntutan membangun pemerintah pusat yangsolid, didukung penuh oleh elit dan massa, yangdemokratik dan mampu mengupayakan perimbangankekuasaan baik politik maupun ekonomi antara pusat dandaerah, antara elit dan massa. Kedua, perlunyamengupayakan penyembuhan bagi luka-luka bangsa ataskekerasan dare ketidakadilan yang dilakukan pemerintahatas r.ama negara. Ketiga, membangu~ i~tegrasihorisontal di bidang sosial budaya dengan mengakuikebhinekaan bangsa dan membangun hidup berdamping-an secara damai. Kebhinnekaan adalah kekuatan untukmenyumbangkan milik terbaik dari masing-masing yangbhinneka itu untuk yang ika : Indonesia. Keempat, kitamasih menyisakan masalah mendasar dalam kehidupanberbangsa dan bemegara: menyempumakan Undang-undang Dasar RI 1945. Masalah besar ini harusdiselesaikan melalui dialog, diskusi, studi, yang intensifdan berkelanjutan, hingga mencapai kompromi, demikompromi, selangkah demi selangkah, namun tidakdilakukan dengan 5uara gemuruh, tirldakan radikal yang

mengguncang kehidupan masyarakat.

Hadirin yang saya muliakan,Perkenankanlah saya menyampaikan pesan kepada Harapan

para mahasiswa tercinta, temlasuk juga mahasiswa dan pesanFakultas sastra Jurusan Sejarah. Anda adalah generasi kepadapenerus bangsa dari golongan elit terpelajar, yang memiliki mahasisilmu pengetahuan, kearifan intelektual, dan kepekaan ~ dan

sosial. Dengan membaca sejarah anda mengetahui bahwa mas:;:golongan terpelajar adalah pelopor perubahan, pembawa U

ide kemajuan dan pembaharuan, dan motor penggerakpe~uangan bang sa. Pe~uangan anda j-llenjadi berbobotberkat proses belajar dan berdialog dengan masyarakat.Maka teruslah anda membaca, menganalisis, menulis danberdialog, agar Iitugas sejarah" anda dapat andalaksanakan dengan baik.

26

Kepada rekan-rekan dosen muda, khususnya dosensejarah, marilah kita meneliti dan menulis sejarah, disamping mengajar sejarah, agar semakin banyak"kebenaran" dapat disingkapkan mengenai peristiwa masalalu yang kini sering dipertanyakan. Dengan menggunakankaidah keilmuan, dapat dicapai penulisan sejarah yangseimbang, karena pada hakikatnya kebenaran sejarahbersifat intersubyektif.

Hadirin yang saya muliakan,Untuk mengakhiri pidato ini izinkanlah saya

menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepadaMenteri Pendidikan Nasional yang telah mengangkat sayasebagai Guru Besar dalam Ilmu Sejarah. Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Rektor/ Ketua Senat,Sekretaris Senat Dewan Guru Besar UniversitasDiponegoro yan telah memberi kepercayaan kepada sayauntuk merrlangku jabatan sebagai Guru Besar di FakultasSastra.

Pad a kesernpatan yang berbahagia ini 3ayasarnpaikan rasa terirna kasih yang rnendalarn kepada IbuDekan/Ketua Senat Prof. Dr. Th. Rahayu Prihatrni, seluruhanggcta Senat, ternan-ternan staf pengajar dan stafadrnil1istrasi di lingkungan Fakultas Sa~tra, yang telahrnendorong sernangat saya, dan rnernbantu sejak awalpengusulan ke jenjang Guru Besar hingga keluamya SuratKeputusar; Menteri, dan para dekan sebelurnnya Drs. H.Anhari Basuki, SUo, Prof. Dr. Hj. Istiati Soetorno, Prof. Drs.Sujarwo, dan Prof. Slarnet Rahardjo, MA yang telahrnenerirna saya sebagai tenaga pengajar di FakultasSastra.

Khusus kepada para sejawat dosen Jurusan Sejarahyang saya cintai, terima kasih tak terhingga sayasampaikan atas segal a perhatian, pengertian, saran, danbantuan Anda yang tulus, untuk membantu mempersiap-kan segala sesuatu, hingga saya dapat mencapai jenjang

27

jabatan guru besar. Tak lupa, ucapan terim.3 kasih jugasaya sampaikan dalam doa, kepada ternan sejawat say ayang telah berpulang, yaitu Aim. Prof. Dr. Hamid Abdullah,dan Aim. Drs. Moehadi. Semoga Tuhan berkenan memberitempat yang layak di sisiNya.

Hadirin yang says hormati,Secara khusus says ucapkan terima kasih Y=3ng

sebesar-bes~mya kepad2 8aj)=3k' R9ktor Prof. Ir. EkoBudihardjo yang t6rus mendorong saya l!ntuk n-,eng~jukanusulan guru besar, dan kepada Bapak Prof. Ir. JoetataHadihardaja, yang membantu mempe~uangkan pengusul-an guru besar says (hingga keluamya Surat KeputusanPengangkatan Guru Besar). Demikian pula says sampai-kan terima kasih yang tutus kepada Bapak Prof. Drs.Sudjati, yang tak jemu-jemu mengingatkan dan memacusays agar mengusulkan kenaikan jenjang jabatan tertinggisebagai pendidik. Tak terkecuali terima kasih sayssampaikan kepada ,Deer group yang diketuai Prof. dr.Soebowo, Sp.PA atas berbagai sarannya

Secara istimewa saya ucapkan terima kasih kepadaguru-guru yang mendidik saya Sekolah Dasar diperguruan Taman Siswa di Cepu, Jakarta, dan PernatangSiantar, yang memperkerlalkan pela1aran sejarah pertamakali dengan sangat menarik. Demikian pula ucapan terimakasih saya sampaikan kepada guru-guru saya di Srv1pSanta Ursula, Jakarta, khususnya Ibu Sulastri Sunoto,yang masih bisa hadir di ruangan ini. Tak lupa pula terimakasih sayS'- sampaikan kepada para guru saya di SfIflASanta Ursula Jakarta. Seorang di antaranya kemudianmenjadi mahaguru di Fakultas Sastra Universitas GadjahMada, dan menjadi promotor saya dalam penulisandisert3si, yaitu Prof. Dr. A. Sartono Kariodirdjo. Kepadabeliau saya sampaikan terima kasih yang tak terhingga.

Kepada para dosen pembimbing saya dalam ilmusejarah yang lain di Fakultas Sastra UGM, yaitu Drs.

28

Benny Utoyo almarhum, Drs. Soeri Soeroto, MA, danmereka yang membimbing saya ke program doktor, yaituProf. Dr. H. Teuku Ibrahim Alfian, MA, Prof. Dr. DjokoSuryo, Prof. Dr. Soedarsono, MA, dan Prof. Dr. LoekmanSoetrisno almarhum, saya sampaikan terima kasih yangmendalam. Kepada mereka yang telah wafat, semogaTuhan mengampuni dosa-dosa mereka, dan menerimamereka dalam kedamaian abadi. Ucapan terima kasih jugasaya sampaikan keJjada para psmbimbing ketika say astudi d! Negsri Belanda dalam rangka penulisan disertasi,yaitu Prof. Dr. C. Fasseur (Rijksuniversitiet Leiden), Prof.Dr. P.W Klein dan Prof. Dr. Jan Breman (Erasmus Univ.Rotterdam), dan Prof. Dr. Peter Boomgaard (KITLV).

Pada kesempatan ini pula, saya sampaikan ucapanterima kasih kepada Prof. Dr. Masrun, MA dari LembagaPendidikan Doktor UGM, yang telah menerima sayasebagai mahasiswa program doktor. Ini dimungkinkanberkat izin yang diberikan kepada saya untukmeninggalkan tugas mengajar dan m9ngikuti programdoKtor oleh manton Rektor Universitas Dipcnegoro Aim.Prof. Sudarto, S.H. Kesempatan menye!esaikan programdoktor diberikan oleh mantan Rektor UniversitasDiponegoro Prof. dr. Moeljor,o S.Trastotenojo. Demikianpu!a mantan rektor Universitas Diponegoro Prof. Dr.Muladi, S.H te!ah mendukung studi sejarah maritim diUniversitas Diponegoro, yang dilanjutkan oleh Rektor Prof.Ir. Eko Budihardjo, yang lelah meresmikan Pusat StudiSejarah dan Budaya Maritim Asia Tenggara, di bawahLembaga Penelitian Univers,itas Diponegoro. Kepadamereka semua saya sampaikan terima kasih.

Kepada Ketua Lenlbaga Penelitian UniversitasDiponegoro tempat saya bekerja di Pusat Penelitian SosialBudaya, baik Ketua yang terdahulu: Prof. Dr. dr. Satotomaupljn ketua yang sekarang: Prof. Dr. dr. Ign. Riwanto,saya sampaikan rasa terima kasih atas kepercayaan dankesempatan yang diberikan kepada saya untuk memimpin

29

lembaga ini. Demikian pula kepada rekan-rekan penelitiyang tergabung dengan Pusat Penelitian Sosial Budaya ,saya sampaikan terima kasih atas ke~asamanya dalammelaksanakan penelitian dan berbagai kegiatan ilmiah

lainnya.

Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya saya sampaikan kepada Panitia dan semuapihak yang tidak bisa saya sebutkan satu pers~tu atassE:gala bantuannYd sejaK dari proses pengusulan gurubesar hingga tenaksarlanya pengukuhan.

Tak lupa saya sampaikan terimakasih secarakhusus kepada Bapak Supeno, pengemudi yang selalusiap mengantar dan membantu saya dalam melaksanakantugas, kapan saja, dan kemana saja.

Hadirin yang mulia,Akhimya kepada almarhum ayah kandung saya:

Malikus Sastroatmodjo d~n Ibu kandung saya: AlmarhumSiti f\t1anda:iyah, sujud dan terima kasih saya :'CJ.turkc:n,kare:1a melalui merekalah Tuhan memberikan hidupkepoda saya. Teriring doa semoga Tuhan memberika:lkedama;an dan kebahagiaan abadi. Sembah dan sujUGsaya dan terima kasih yang tak terhir:gg3 kepada pamandan ayah angkatku: dr. Antonius Suroyo. Bersama IgnatiaBandisah, ibu angkatku, mereka adalah orang tuaku yangsesungguhnya, yang mendidik saya dan saudara-saudarasaya tentang apa artinya cinta, secara nyata. Kepada IbuBandisah yang kini berusia 85 tahun, saya haturkan terimakcsih, a~as kesetiaan dan kesabaran, dengan cinta yangtak pemah putus, hingga saya dapat berdiri di depansidang yang mulia ini. Semoga Tuhan memberikanrengampunan kepada almarhum Bapak Suroyo danmenganugerahkan kebahagi9an kekal di surga.

Kepada semua saudaraku, baik saudara kandungmaupun saudara angkat, seluruh keluarga besar Suroyo,

30

saya sampaikan terima kasih atas segala perhatian dankesabaran anda kepadaku. Marilah kita pelihara ikatancinta yang diwariskan oleh Bapak kepada kita.

Sebagai penutup pidato pengukuhan saya, inginsaya mengingatkan hadirin bahwa universitas inimenyandang nama seorang pahlawan : Diponegoro.Selain seorang pejuang, beliau adalah seorang sastrawandan sejarawan, yang m&nulis 8ab.;;d Dip3.'1egara. Betapakeprih8tina~ belia'j kepada nasib rakyat dan negara, yangmendasari perlawanannya terhadap penjajah, antara lainterlukis dalam tembang Kinanthi pupuh 29 ..

Ing mangke katingal sampunRisak manahing wong cilik

Wong agung galihe rengkaEwah adating nagariPradata Surambi noraNgadeg miwah kukum adil.

(kini telah nampakkerisauan hati rakyat kecilpara pembesar hatinya kacauadat negeri telah diubahpengad:lan dan Surambi tidak ditegakkandan hukum tidak adil).

Kiranya kita bisa mewarisi keprihatinan beliau danmelakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara.Amien.

31

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik, 2001. Nasionalisme dan Sejarah. Ban(jung : SatyaHistorika.

Adiljondro, G.J., 1993. "Bintang Kejora di Tengah Kegeli3.pan Malam.Penggelapan Nasionalisme Orang Irian dalam HistoriografiIndonesia", dalam Semi.'7ar. Nasiona/'isme /ndol7esla pada danMenje/ang Absd XX/, Bina Dhaffila, Salatiga.

Alfian, Teuku Hajj Ibrahim, 1999. "Bahasa Melayu sebagai FaktorDinamika Pertumbuhan Budaya Bangsa", dalam Henri Chambert-Loir dan Hasan Muarif Ambary,eds. panggung Sejarah :Persembahan kepada Profesor Dr. Denys Lombard. Jakarta:Ecole Francaise d'Extreme-Orient/Pusat Penelitian ArkeologiNasional/Yayasan Obor Indonesia, halo 467-480.

Alfian, Teuku Ibrahim, 1999. Wajah Aceh dB/am /intasan Se.iarah. BandaAceh : Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh.

Anderson, Benedict, 1985 (1983). Imagined Communh'ies, Reflectionson the Original Spread of Natiofialism. London: Verso Edition.

Drake, Christine, 1985. Nationallntegf9tion in Indonesia. Pattern andPolicy. Honolulu: University of Hawaii Press.

Gonggong, Anhar, 1993. "Persepsi Mengenai Nasionalisme dalamPembangunan pad a Masyarakat Propinsi Sulawesi Selatan",dalam Seminar Nasionalisme Indonesia pada dan Menjelang AbadXXI, Bina Darma, Salatiga.

Hall, Kenneth R., 1985. Maritime Trade and State Development in EarlySoutheast Asia. Honolulu: University of Hawaii Press.

Hardjana, Andre A., 1993. "Persepsi Men~~enai Nasionalisme dalamPembangunan pada Masyarakat Jawa", dalam Seminar

32

Nasionalisme Indonesia pada dan Menjelang Abad XXI, Bina

Darma, Salatiga.

Harvey, Barbara Sillars, 1983. Permesta. Pemberontakan Setengah

hati. Jakarta: Grafiti.

Kahin, Audrey, 1985. Regional Dynamics of the Indonesia Revolution.

Honolulu: University of Hawaii Press.

Kahin

Kaisiepo, Manuel, 1993. "Ke-lrian-an dan Ke-indonesiaan : MengkajiNasiorlalisme dalam Konteks Lokal" , dalam Seminar NasionalismeIndonesia pada dan Menje/ang Abed )(Xi, )'ayasan 8ina Darma,

Salatiga.Kartodirdjo, Sartono, 1993. "Nasionalisme Lampau dan Kini", dalam

Seminar Nasionalisme Indonesia pada dan Menje/ang Abad XXI,

Bina Darma, Salatiga.

Yogyakarta:Indonesian Historiography.2001Kartodirdjo, SartonoKanisius.

Kartodirdjo, Sartono, 1973. Protest Movements in Rural Java. A. Studyof Agrarian Unrest in the Nineteenth and Early TwentiethCenturies. Singapore/Kuala Lumpur/Jakarta: Oxford University

Press.

33

Kartodirdjo, Sartono, 1990. Kebudayaan Pembangunan Da/amPerspektif Sejarah. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.

Kartodirdjo, Sartono, 1998 (1984). A. Modem Indonesia. Tradition andTransformation. Yogyakarta : Gajah Mada Univ. Press.

Klooster, H.A.J" 1985. Indonesiers Schrijven Hun Geschiedenis.Disertasi. Leiden : Verhandelingen, KITL V.

Koentjaraningrat, 1971.

Djakarta: Djambatan.

Manusia dan Kebudajaan di Indonesia.

Kohn, Hans, 1955. Nasionalisme, Arti dan Sejarahnya. Jakarta:Erlangga, 1984 (1955). Judul asli : Nasionalism. Its Meaning andHistory. Princenton : Nostrand Company.

Kurasawa, Aiko, 1993, 1987. Mobilisasi dan Kontrol, Studi PerubahanSosial di Pedesaan Jawa 1942-1945, te~emahan HermawanSulistyo. Jakarta: Yayasan Kartisarana/GRASINDO.

Langenberg, f\J1ichael van, 1985. "East Sumatra: A:commodating anIndonesian Nat!on Withir, A Sumatran Residency, dalam Audrey R.Kahin, ed. Regional Dynamics of the Indcnesian Revo!ution Unityfrom Diversity. Honolulu: University of Hawaii Press, halo 113-137.

Lapian, A.B., 1992. Sejarah Nusantara Sejarah Bahan.Pengukuhan Guru Besar, Universitas Indonesia.

Pidato

Lapian, Andrian B., 1999. "Nusantara : Silang Bahari", dalam HenriChambert-Loir dan Hasan Muarif Ambary, eds., PanggungSejarah: Persembahan kepada Profesor Dr. Denys Lombard.Jakarta: Ecole Francaise d'Extreme-Orient/Pusat PenelitianArkeologi Nasional/Yayasan Obor Indonesia, halo 79-92.

Leirissa, R.Z., 1991. PRRI. PERMESTA. Strategi Membangun Indonesiatanpa Komunis. Jakarta: Grafiti.

34

Leirissa, R.Z., 1993. "Nasionalisme dan Posisi Daerah : KasusMinahasa" dalam Seminar Nasionalisme Indonesia pada dan

Menjelang Abad XXI, Bina Darma, Salatiga.Lukas, Anton, 1989. Peristiwa Tiga Daerah. Revolusi da/am Revolusi.

Jakarta: Grafiti.

Lukas, Anton, 1985. "The Tiga Daerah Affair: Social Revolution, orRebellion?", dalam Audrey R. Kahin, ed. Regional Dynamics of theIndonesian RGvo:ution Unity from Diversity. Honolulu: 'Jniv6isity of

:-Iawaii Press, h3.l. 2.3-46..Manguin, Pierre-Jves.B, 1993. "The Vanishing Jong: Insular Southeast

Asian Fleets in Trade and War", dalam Anthony Reid, ed,Southeast Asia in Early Modem Eva, Ithaca: Cornell University

Press, hal, 197-213.

:1952).

Kapustakan Djawi. Djakarta1957Poerbatjaraka, R.M.Ng,

Djambatan.

35

Siametmulyana, 1979. NagarakertagamaJakarta: Bhratara Karya Aksara.

dan Tafsir Sejarahnya.

Tjandrasasmita, Uka, ed, 1984. "Jaman Pertumbuhan Kerajaan..Kerajaan Islam di Indonesia", dalam Marwati DjoenedPoesponegoro dan Noegroho Notosusanto, eds. Sejarah NasionalIndonesia, III. Jakarta: Balai Pustaka.

36

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama lengkapT empat dan tanggal lahir

NIPJabatan F LJngsionalPangkat I golongan

Bidang StudiFakultas I UnitAlamat Rumah & Telp.

Agustina Magdalena Djuliati SuroyoCirebon, 18 Februari 1937

130516885Guru BesarPembina Utama / IV b

SejarahSastra, Universitas DiponegoroJI. Cemara Raya No.7, Banyumanik,Semarang 50267, T elp. 024 -7473085

Pendidikan

SO Taman siswa tulus tahun 1950 di pematang SiantarSL TP Santa Ursula lulus tahun 1953 di JakartaSL T A Santa Ursula !u!us tahu!i 1957 di JakartaSarjaila Fakultas Sastra Jurusan Sejarah, lulus tahun 1969 di

Universitas Gajah rv1ada YogyaKartaKutiah Sejarah Sasek Eropa, 1 September 1976 sampai dengan 30

Agustus 1977 di Rotterdam, NederlandRiset Sejarah di Nederland pada tahun 1985Doctor Jurusan Humaniora Sejarah, luius tahun 1989 oj Universitas

Gajah Mada Yogyakarta.

Pekerjaan

...

.Dosen tetap, dari tahun 1975 -sekarang.Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan, 1978 -1980.

Ketua Jurusan Sejarah, 1989 -1996.Ketua pusat Pene!itian Sosial Budaya Lembaga Penelitian Undip.

tahun 1997 -sekarang.Ketua Pusat Kajian Sejarah dan Budaya Maritim Asia Tenggara

Lembaga Penelitian Undip, tahun 2000 -sekarang.Anggota Senat Universitas Diponegoro, 1 April 1999 -sekarang.

-:1"7

1

2.

3.

Conference on Comparative History of India and Indonesia padatahun 1985, diselenggarakan oleh Pemerintah Belanda di Leiden.First Conference on Indonesia Modem History pada tahun 1991diselenggarakan oleh LIPI di Jakarta.Simposium Intemasional Humaniora pad a tahun 1993diselen~gBrakan Universitas Gajah Mada di Yogyakaria.Elaventh IntematiGnal Econorrlic History Congress pada tahun1994 oleh Universitas Commercia:e Luigi 8o<,;coni di MilanoColloquium on Historical Foundation of a National Economy pad atahun 1994 oleh U:1iversitas Amsterdam di Amsterdam.First Conference on Indonesia Maritime History pad a tahun 1999diselenggarakan oleh Universitas Diponegoro di Semarang.International Workshop on Sountheast Asia Studies pada tahun2901 diselenggarakan oleh KITL V di Leiden.

4.

5.

6

Disertasi

1 Ke~a-Wajib sebagai Eksplcitasi Kolonia!.Keresidenan Kedu: 1800-1890.

Perkembangan di

Penelitian

1

2

3.4.5.

6.

Lokasi Pusar Kerajaan Pajang dan Latar Belakang Sejarahnya,1991/1992.Penghayatan Etika Jawa di Kalangan Stat Pengajar FakultasSastra UNDIP, 1993Sejarah dan Budaya Maritim di Lasem, 1994.Penelitian Lokasi Bekas Kraton Demak, 1994/1995.Penelitian tentang Potensi Pagelaran Wayang PUrNO DalamPembangunan, 1994/1995.Revolusi dan Mentalitas, Cepu Sekitar Revolusi Kemerdekaan1945-1949, 1994.Kawasan Laut Jawa Dalam Abad Transisi Tahun 1870-1970,1996.Kawasan Laut Jawa Dalam Abad Transisi Tahun 1870-1970(Bagian II Tahun 1909 -1940), 1998.

7.8

38

9 Kawasan Laut Jawa Dalam Abad Transisi Tahun 1870-1970(Bagian III Tahun 1940 -1970), 1999.

Publikasi

1. Tenaga Ke~a dalam Sistem Masyarakat Tradisional-KolonialPerkembangannya di Jawa pada Abad XIX, dimuat dalam MajalahPenelitian Tahun VII/27 Juni 1995, ISSN 0215-2584.

2. Sejarah Univcrsitas Katulik Zugiycpranoto 1964-1995, 8ukuCetakan tah'..ln 1996, ISBN 979-8366.18.2.

3. Aktivitas Kemaritiman dan Sumbangan pad a Integritas Nasional,dimuat di Lembaran Sastra No. 20/96, ISSN 0852-0704.

4. State run Cultivation in Java and the Colonial State, dimuat diMajalah Historical Foundations of a National Economy in Indonesia1890s -1990s, ISSN : 0444-65807-5 tahun 1996.

5. The Chinese in Javanese Rural Society in Nineteenth Century,makalah disajikan dalam second International Symposium onHumanities Ling & History, Yogyakarta 26-27 April 1993.

I. Revolusi KepahlaWanan dan Pembangunan Bangsa, makalahpada Seminar Sejarah Oleh Jarahnitra Yogyakarta, ;5-16November 1994.

7. Sejarah Maritim dan Integrasi Nasional Aspek Maritirn dalamSeiengah Abad Studi Sejarah Indonesia, disajikan dalam SeminarSetengah Abad Buday~ Indone~ia, Semarang, 11-12 September1995.

8. Problems of Sources and Methods in Indonesian Maritime History,makalah disajikan dalam Seminar Internasional tentang SejarahSosiallndonesia, Jakarta/Depok, 8-11 Desember 1997.

9. Eksploitasi Kolonial Abad XIX. Kerja Wajib di KeresidenanKedu 1800-1890, Yogyakarta, Yayasan Untuk Indonesia, cetakantahun 2000, ISBN 979-8681-32-7.

10. Sejarah Asosiasi Perguruan'. Tinggi Katholik (monografi), bukucetakan tahun 2001, ISBN 979-8J66-40-9.

11. Laut, Kekuasaan di Laut dan Integrasi Nasicnal, makalah padaLustrum VII Fakultas Sastra Undip, Semarang (SeminarInternasional), 1999,

~~~

6

~

39