infobpjs - bpjs kesehatan€¦ · mengenai bahaya kanker serviks dan pentingnya melakukan deteksi...

12
INFOBPJS MEDIA EKSTERNAL BPJS KESEHATAN EDISI 35 TAHUN 2016 Kesehatan BPJS KESEHATAN OPTIMALKAN FUNGSI PROMOTIF DAN PREVENTIF

Upload: vuhanh

Post on 17-Sep-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

INFOBPJSMEDIA EKSTERNAL BPJS KESEHATANEDISI 35 TAHUN 2016 Kesehatan

BPJS KESEHATANOPTIMALKAN FUNGSI PROMOTIF DAN PREVENTIF

CEO

DAFTAR ISI

message

3

5

6

89

10

CEO MESSAGE

11

SALAM REDAKSI

7TESTIMONI

“ “

INFOBPJSKesehatan

BULETIN DITERBITKAN OLEH BPJS KESEHATAN :Jln. Letjen Suprapto PO BOX 1391/JKT Jakarta Pusat Tlp. (021) 4246063, Fax. (021) 4212940

PENGARAHFachmi Idris

PENANGGUNG JAWABBayu Wahyudi

PIMPINAN UMUM Ikhsan

PIMPINAN REDAKSIIrfan Humaidi

SEKRETARISRini Rahmitasari

SEKRETARIAT Ni Kadek M.Devi Eko Yulianto Paramita Suciani

REDAKTURElsa NoveliaAri Dwi AryaniAsyraf MursalinaBudi SetiawanDwi SuriniTati Haryati DenawatiAngga FirdauzieJuliana RamdhaniDiah Ismawardani

DISTRIBUSI & PERCETAKAN FauzirmanAnton Tri WibowoAkhmad TasyrifanArsyad Ranggi Larrisa

Pembaca setia Media Info BPJS Kesehatan, BPJS Kesehatan memasuki usia yang terus bertambah dan diharapkan terus matang dalam menjalankan Program JKN-KIS.Kurun waktu sejak 1 Januari 2014 adalah sebuah masa transisi, baik transisi program maupun transisi kelembagaan. Masa-masa yang sangat dinamis dan penuh tantangan, sekaligus terbuka peluang pengabdian yang tinggi untuk negeri ini.

Menandai hari ulang tahunnya yang ke 48 tahun ini, BPJS Kesehatan mengoptimalkan fungsi promotif dan preventif melalui program-program yang menekankan pada pola hidup sehat dan pencegahan penyakit. Seperti apa perayaan HUT BPJS Kesehatan ke-48 dengan akan dibahas pada rubrik FOKUS.

Dalam edisi 35 kali ini, Info BPJS Kesehatan juga menghadirkan wawancara dengan Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris,bagaimana pandangan beliau terkait kinerja Badan serta harapan beliau memasuki 48 tahun usia BPJS Kesehatan, kesemuanya akan dimuat dalam rubrik BINCANG.

Seiring dengan penerbitan Info BPJS Kesehatan, kami mengucapkan terima kasih atas berbagai dukungan dan tanggapan atas terbitnya media ini. Kami pun terus berupaya dalam memberikan informasi yang baik, akurat dan diharapkan kehadiran media ini dapat menjadi jembatan informasi yang efektif bagi BPJS Kesehatan dan stakeholder-stakeholder-nya. Selamat beraktivitas.

Momentum Pemantapan Pelayanan Fokus - BPJS Kesehatan Optimalkan Fungsi Promotif dan Preventif

Bincang - Pelayanan Prima Harus Selalu Diimplementasikan

Dikatakan Yuhartini, sosialisasi mengenai bahaya kanker serviks dan pentingnya melakukan deteksi dini tidak hanya dilakukan di puskesmas, tetapi juga di posyandu dan posbindu.

"Tes IVA Tidak Seseram Yang Dikira"

Manfaat - Pemeriksaan IVA/Papsmear Dijamin BPJS Kesehatan

Persepsi - Program Sosial Paling Disukai Rakyat

Inspirasi - Ade Rai Bantu Yang Sakit Dengan Menjaga Kesehatan

Sehat & Gaya Hidup - Cegah Kanker Serviks Sebelum Maut MengancamKilas & Peristiwa - Optimalkan Implementasi Program JKN-KIS, BPJS Kesehatan Teken MoU Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

SIMON Sinek, seorang penulis berkebangsaan Inggris dengan bukunya yang hits di tahun 2011 berjudul “START WITH WHY – How Great Leaders Inspire Everyone to Take Action”, berkata bahwa“People don’t buy what you do; they buy why you do it.”. Perkataan ini mengandung makna bahwa jika ingin menginspirasi semua orang, harus memiliki 'why' yang jelas. Melalui ucapannya tersebut, Simon Sinek sesungguhnya juga ingin menegaskan bahwa orang-orang tidak membeli apa yang kita lakukan. Mereka membeli mengapa kita melakukan itu.

Makna konkret dari ucapan Simon ini dicontohkan dengan motif keberhasilan Wright bersaudara dalam menciptakan pesawat terbang pertama dan keberhasilan Apple dalam merajai pasar smartphone dan membuat masyarakat dunia rela antri berhari-hari di depan Apple Store.

Dikisahkan bahwa di awal abad 19, Samuel Pierpont Langley digadang-gadang akan menjadi orang pertama yang akan memiloti penerbangan perdana sebuah pesawat terbang. Ia adalah seorang perwira senior di Smithsonia yang sangat dihormati. Ia juga adalah seorang profesor matematika yang bekerja di Harvard. Langley diberikan $50.000 untuk mendanai proyek pesawat terbang pertama-nya. Ia didukung oleh pemerintah dan para pelaku bisnis, termasuk diantaranya Andrew Carnegie dan Alexander Graham Bell. Semua orang sangat meyakini akan keberhasilan Langley.

Sementara itu, jauh dari publisitas dan kamera, Wilbur dan Orville Wright sedang bekerja keras mewujudkan mimpi mereka untuk membuat pesawat terbang. Mimpi mereka hanya satu yaitu mereka percaya bahwa dengan terciptanya pesawat terbang akan mengubah dunia karena dapat menjadi alat transportasi paling cepat yang mampu menyeberangi samudera dan antar benua. Tanpa dukungan orang-orang penting, bantuan pendanaan dan publisitas yang berarti, Wright bersaudara jatuh bangun mewujudkan mimpinya. Sampai kemudian pada akhirnya, pada tanggal 17 Desember 1903, terbanglah manusia di udara untuk pertama kalinya.

Apa yang terjadi saat itu diperjelas oleh James Tobin, penulis biografi dari Wright bersaudara. Menurut Tobin, ada pembeda khusus antara Wright dan Lanley. Wilbur dan Orville adalah true scientist, mereka dengan tulus concern kepada permasalahan yang mereka coba selesaikan yaitu bagaimana manusia dapat terbang di angkasa. Sementara motif Langley untuk menciptakan pesawat adalah ingin menjadi terkenal seperti Alexander Graham Bell. Jika Wright ingin mengubah peradaban dunia, Langley justru tidak memiliki passion untuk memecahkan masalah terbang di angkasa, kecuali mencari achievement atau pengakuan atas kehebatan dirinya.

Inilah yang kemudian menjadi inti buku Simon Sinek. Semua kembali kepada why-nya, yaitu apa alasan kita melakukan sesuatu sehingga bermakna. Dengan makna mendalam itu kemudian menjadi motif/alasan mengapa kita melakukan sesuatu. Motif why yang kuat akan memecahkan berbagai macam halangan, rintangan, gangguan dan hambatan yang menghadang, serta tidak akan menurunkan semangat sehingga akhirnya ditemukan jawaban atas pertanyaan mendasar why itu sendiri.

Demikian juga halnya dengan keberhasilan Apple. Mengapa Apple selalu dan selalu menjadi market share terbesar, paling inovatif, dan menjadi produk yang ditunggu-tunggu pasar, padahal di antara sesama produsen smartphone, mereka sama-sama memiliki SDM yang handal, teknologi yang canggih, penelitian yang terkini dan memahami keinginan pasar yang terus berkembang. Jawabannya ternyata pada why-nya Apple. Jika produsen smartphone lain menekankan penjualan pada produk berteknologi baru, canggih dan user friendly serta sekedar mengikuti trend pasar, Apple justru selalu berangkat dari keinginan untuk menjawab hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah ada atau terpikirkan.

Apple selalu memikirkan alasan yang paling tepat sehingga seseorang merasa perlu memiliki teknologi Apple, membuat mereka nyaman, serasa memiliki asisten pribadi dan meningkatkan confident dengan memiliki gadget Apple di tanggannya. Setelah semua alasan ini terjabarkan, mereka baru merancang, memproduksi dan menjual produknya.

Dengan kata lain, yang Apple jual bukan hanya produk canggih, tetapi lebih dari itu mereka menyisipkan alasan mengapa seseorang perlu memiliki Apple. Mereka bukan sekedar menjual produk, tetapi lebih tepat dikatakan mereka menciptakan motif mengapa Apple dibutuhkan oleh setiap orang. Inilah tantangan yang selalu Apple pecahkan, bagaimana mereka selalu berpikir dalam cara yang berbeda dalam setiap produknya.

Dalam banyak tulisan sebetulnya sering kita baca bahwa Einstein mengatakan, “Hanya orang gila yang mengharapkan hal yang berbeda dengan cara yang sama.” Harus selalu ada perubahan, selalu ada perbaikan, dan harus selalu ada inovasi serta pergerakan untuk dapat meraih kesuksesan-kesuksesan baru. Harus selalu ada why. Why yang mendasari alasan kita melakukan sesuatu, why yang menjadi motif apa sesungguhnya tujuan yang ingin kita capai, why yang menjadi pijakan awal mengapa kita harus berprestasi dan akhirnya juga harus ada why, mengapa kita harus raih prestasi sampai pada batas tertentu.

Harus selalu ada alasan yang mendasari mengapa kita terus berusaha, bergerak dan berubah. Karena meski kita tahu bahwa air yang tak bergerak akan lebih cepat busuk, kunci yang tak pernah dibuka akan lebih mudah serat, dan mesin yang tak pernah dinyalakan akan lebih gampang berkarat, namun nyatanya sekedar memahami saja hal ini tidak cukup.

Makna why itu bukan pada understanding about something, tetapi why itu lebih tepat untuk merumuskan how we do the action for getting what. Ketika kita tahu motif/alasan why kita melakukan sesuatu, sesungguhnya dalam waktu bersamaan kita akan merumuskan bagaimana meraihnya dan apa hasil yang kita harapkan akhirnya. Jika hasilnya ingin yang berbeda, tentu caranya harus berbeda pula.

Maka bergeraklah, bekerjalah, berkaryalah. Bekerja (how) bukan sekadar untuk meraih sesuatu (what). Karena bekerja sesungguhnya adalah satu cara untuk memberi alasan (why) mengapa kita perlu memberikan kebahagiaan diri... Direktur Utama Fachmi Idris

WHY

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 35 2016

3

FOKUS

Pada 48 tahun lalu, program jaminan kesehatan sudah diperjuangkan, yang awalnya dalam lingkup kecil untuk Pegawai Negeri Sipil, sampai akhirnya

sekarang dipercaya untuk mengelola Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-Kartu Indonesia Sehat (KIS) bagi seluruh penduduk Indonesia. Targetnya, pada 2019 nanti Indonesia akan mencapai Universal Health Coverage, di mana seluruh penduduk yang diperkirakan berjumlah sekitar 257,5 juta jiwa akan menjadi peserta JKN-KIS.

Patut disyukuri karena di usia BPJS Kesehatan yang ke-48 ini, atau lebih tepat lagi di usia pengabdian sepanjang dua tahun lebih sebagai Badan Hukum Publik, berbagai permasalahan dapat dilewati dengan baik. Kurun waktu sejak 1 Januari 2014 adalah sebuah masa transisi, baik transisi program maupun transisi kelembagaan. Masa-masa yang sangat dinamis dan penuh tantangan, sekaligus terbuka peluang pengabdian yang tinggi untuk negeri ini.

Tanggal 31 Desember 2015 lalu menandai berakhirnya masa transisi BPJS Kesehatan secara legalistik. Sesuai dengan mandat Undang-Undang 24 Tahun 2011 tentang BPJS, jajaran Dewan Pengawas dan Dewan Direksi pada tanggal 31 Desember 2015 tidak otomatis melanjutkan kepemimpinan di lembaga ini.

Namun, menurut Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris, transisi yang berujung pada perubahan adalah sebuah “never ending process”. Berbagai persoalan bukanlah semakin berkurang, tetapi akan tetap muncul sebagai ujian-ujian baru dengan berbagai macam permasalahan yang harus segera diselesaikan.

Di antaranya bagaimana memperjuangkan program JKN-KIS tetap lestari, bahkan lebih baik dari masa sebelumnya. Menandai hari ulang tahunnya yang ke 48 tahun ini, BPJS Kesehatan mengoptimalkan fungsi promotif dan preventif melalui program-program yang menekankan pada pola hidup sehat dan pencegahan penyakit.

Fachmi Idris mengatakan, hampir 80% dana jaminan kesehatan terserap untuk layanan di rumah sakit. Sementara 29,6% atau sekitar 16,9 triliun dana terserap untuk membiayai penyakit katastropik, seperti kanker, jantung, stroke, gagal ginjal, dan diabates melitus. Jumlah kasus penyakit-penyakit tidak menular atau kronis ini semakin meningkat, di mana salah satu faktor risikonya adalah perubahan pola hidup masyarakat.

“Penyakit katastropik cenderung terjadi karena faktor kebiasaan perilaku hidup tidak sehat, seperti merokok, makanan tidak sehat, kurang olahraga, dan sebagainya. Kalau dibiarkan, hal ini dapat membawa dampak kurang baik bagi kualitas kesehatan penduduk Indonesia maupun keberlangsungan program JKN-KIS,” kata Fachmi.

Upaya promotif dan preventif tersebut antara lain dilakukan melalui pemeriksaan gratis untuk deteksi dini kanker leher rahim (serviks) dengan metoda Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan Papsmear. BPJS Kesehatan menggelar Pencanangan Gerakan Promotif, Preventif Pemeriksaan IVA/Papsmear serentak seluruh Indonesia bekerja sama dengan OASE Kabinet Kerja, Kementerian Kesehatan dan BKKBN di Kupang, Nusa Tenggara Timur, bertepatan dengan Hari Keluarga Nasional (Harganas) pada 27 Juli 2016. Gerakan deteksi dini kanker serviks ini dicanangkan secara resmi oleh Ketua PKK Pusat Erni Guntarti Tjahjo Kumolo, disaksikan Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo, Dirut BPJS Kesehatan, Kepala BKKBN, Gubernur NTT, dan Gubernur Kalimantan Selatan.

Pencanangan tersebut juga menandai dilaksanakannya kegiatan pemeriksaan IVA dan Papsmear secara serentak di seluruh daerah tepatnya di 1.558 titik pelayanan. BPJS Kesehatan menargetkan peserta sebanyak 27.000 untuk pemeriksaan IVA, dan 10.275 Papsmear. Kegiatan ini mencatat Rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Penyelenggaraan Program Pemeriksaan IVA dan Papsmear Terbanyak serentak di Indonesia.

“Melalui kegiatan pencanangan ini diharapkan kesadaran peserta JKN-KIS untuk melakukan deteksi dini terhadap kanker leher rahim

semakin meningkat,” ujar Fachmi.

Fachmi mengatakan, deteksi dini kanker serviks masuk dalam skema pembiayaan JKN-KIS, sehingga peserta tidak perlu lagi mengeluarkan uang. Peserta JKN-KIS dapat memeriksakan diri untuk mengetahui risikonya di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), seperti puskesmas, klinik, dan dokter praktek perorangan atau sarana penunjang lain yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

“Kanker serviks tidak menimbulkan gejala dan sulit terdeteksi pada stadium awal. Karena itu sebaiknya lakukan skrining kesehatan melalui layanan kesehatan deteksi dini yang disediakan BPJS Kesehatan,” kata Fachmi.

Sebagaimana diketahui, kanker serviks paling sering terjadi dan merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi dari semua jenis kanker pada wanita. BPJS Kesehatan mencatat pada Januari-Juni 2016, jumlah kasus kanker serviks di tingkat pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan mencapai 45.006 dengan total biaya sekitar Rp33,4 miliar. Sementara di tingkat rawat inap, jumlah kanker serviks mencapai 9.381 kasus dengan total biaya sekitar Rp51,3 miliar.

Kegiatan pemeriksaan IVA dan Papsmear dilaksanakan untuk mendeteksi adanya kanker leher rahim atau kanker serviks. Sebab, umumnya pasien baru terdeteksi kanker

serviks ketika sudah stadium lanjut, di mana proses pengobatan menjadi lebih sulit dengan biaya jauh lebih mahal.

Padahal dibandingkan dengan jenis kanker lainnya, kanker serviks sebetulnya paling mudah dicegah dan dideteksi. Caranya dengan deteksi dini dan vaksinasi.

“Namun tantangannya, cukup banyak masyarakat yang enggan atau takut untuk melakukan pemeriksaan IVA atau Papsmear ini. Disinilah bagaimana peran FKTP untuk mengajak peserta JKN-KIS, agar melakukan pemeriksaan ini,” ujar Fachmi.

Animo Masyarakat

Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan Maya Amiarny Rusady menambahkan, animo masyarakat untuk melakukan pemeriksaan IVA dan Papsmear yang diselenggarakan BPJS Kesehatan cukup tinggi.

Ini terlihat dari jumlah peserta yang melampaui target. Untuk program pemeriksaan dalam rangka HUT ke-48 BPJS Kesehatan mencapai 54.362

melampaui target 27.000 peserta dengan IVA. Sedangkan untuk Papsmear dari target 10.275 melampaui hingga 25.332 peserta. Secara keseluruhan program pemeriksaan kanker serviks hingga Juni 2016 mencapai 74.956 untuk IVA, dan 61.594 Papsmear. Dari sekitar 60 peserta yang menjalani pemeriksaan IVA dan Papsmear saat pencanangan di Kupang, 8 orang di antaranya ditemukan positif.

“Begitu diketahui positif, kami tata laksana dengan baik sehingga tidak tambah parah dan akhirnya berbiaya mahal. Kami akan lakuan terus menerus, sehingga semua wanita usia produktif bisa dideteksi dini,” kata Maya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks nomor satu di dunia. Setiap satu jam, ada satu wanita meninggal akibat penyakit ini. Sementara National Comprehensive Cancer Network (NCCN) mencatat 528.000 kasus baru kanker serviks pada 2012 di seluruh dunia. Sebanyak 266.000 pasien meninggal per tahun dan 85 persen dari total kasus terjadi di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Meski membahayakan kesehatan, ternyata masih banyak perempuan yang enggan memeriksakan diri dari ancaman

BPJS Kesehatan Optimalkan

Fungsi Promotif dan Preventif

Tahun ini Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menginjak

usianya yang ke-48 tahun. Selama itu pula, BPJS Kesehatan telah berkiprah mengelola jaminan kesehatan di Tanah

Air. Dimulai dari bernama Badan Penyelenggara Dana Pemeliharaan

Kesehatan (BPDPK) pada 1968 – 1988, lalu menjadi Perusahaan Umum Husada Bhakti (PHB) 1988 – 1992 dan PT Askes

Persero (1992 – 2013) sampai dengan sekarang BPJS Kesehatan yang mulai sejak

1 Januari 2014.

DIREKTUR PELAYANAN BPJS KESEHATAN Maya Amiarny Rusady

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 35 2016

4

FOKUS

penyakit ini. Selain terkendala biaya, banyak wanita yang takut kalau terdeteksi dan divonis mengidap kanker.

Penanganan kanker di Indonesia, termasuk serviks, menghadapi berbagai kendala yang menyebabkan hampir 70% pasien ditemukan sudah pada stadium lanjut. Selain karena kurang pengetahuan dan kesadaran, belum adanya program deteksi dini massal yang terorganisir secara maksimal. Saat ini, capaian deteksi dini kanker serviks dan payudara masih jauh dari harapan.

Data Kementerian Kesehatan menunjukkan pada 2014, dari seluruh penduduk berusia 30-50 tahun yang berisiko tinggi sebanyak 36,7 juta, tetapi yang mendapatkan deteksi dini baru 1,75%-nya atau sekitar 644.951. Padahal target pemerintah adalah 80%. Kemkes sendiri telah menyediakan deteksi dini melalui metode IVA, cryo, dan suspect leher rahim di seluruh puskesmas di Indonesia.

Selain kanker serviks, BPJS Kesehatan akan meningkatkan upaya preventif dengan melakukan skrining pada penyakit tidak menular. Sebab, menurut Maya, penyebab kematian terbesar khususnya pada peserta JKN adalah jantung, stroke dan gagal ginjal. Ke depan BPJS Kesehatan akan bekerjasama pemerintah daerah melakukan skrining untuk mendapatkan peta jumlah penduduk yang berisiko sakit, sudah sakit, dan upaya tindak lanjutnya.

“Kita tidak membiarkan orang terus sakit atau tambah parah. Kalau sudah diketahui punya risiko, namun belum sakit maka kami dorong dengan pola hidup sehat. Kalau sudah terdeteksi berisiko ke penyakit tidak menular, seperti hipertensi, diabetes melitus, kami akan tangani serius melalui Prolanis,” kata Maya.

Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, menyambut baik program BPJS Kesehatan untuk deteksi dini kanker serviks. Upaya seperti ini menurut dia, sangat penting untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak agar generasi bangsa, termasuk di Provinsi NTT, menjadi sehat dan pintar. Diperlukan kerja keras untuk menekan kasus penderita kanker serviks melalui pemeriksaan dini di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya di NTT.

Lebu Raya pun meminta seluruh bupati/walikota untuk menindaklanjuti pencanangan Gerakan Promotif, Preventif Pemeriksaan IVA/Papsmear ini dengan mendorong kaum wanita di wilayahnya untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Sebab, kata Lebu Raya, prevalensi kanker serviks di NTT masih cukup tinggi karena lambannya pencegahan. Ada keengganan kaum wanita untuk memeriksa kondisi rahimnya secara dini, di antaranya karena faktor biaya.

Ini pekerjaan rumah bagi Pemerintah NTT, terutama bupati dan walikota, bagaimana menyiasatinya untuk mendorong kaum wanita di NTT memeriksa kandungannya secara diniuntuk mencegah terjadinya kanker serviks.

Lebu Raya juga mengimbau tenaga kesehatan agar tidak hanya memberikan layanan pengobatan, tetapi juga penjelasan atau informasi bagaimana mencegah kanker serviks untuk menekan risiko kematian. Pemerintah NTT, kata dia, sudah membuat kebijakan melalui program revolusi KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) sejak tahun 2009 yang bertujuan untuk menekan angka kematian ibu dan anak.

Kepala BKKBN, Surya Chandra Surapaty, mengatakan, pemeriksaan IVA juga bisa dilakukan bersamaan dengan pemasangan kontrasepsi. Dengan begitu, para wanita bisa mendapatkan manfaat lebih. Saat pemasangan alat kontrasepi IUD, perempuan usia subur bisa bisa sekaligus melakukan pemeriksaan IVA untuk mengetahui ada tidaknya risiko kanker serviks. BKKBN juga melakukan upaya penanggulangan kanker serviks dengan memberikan edukasi dan informasi seputar kesehatan reproduksi wanita melalui para penyuluh KB di lapangan.

“Goes To School”

Selain skrining kanker serviks, BPJS Kesehatan juga menyosialisasikan pola hidup sehat dan gotong-royong ke setiap Sekolah Menengah Pertama (SMP) di seluruh Indonesia. Kegiatan edukasi yang dikemas dalam tema “BPJS Kesehatan Goes To School” ini bertujuan untuk menanamkan pola hidup sejak dini, termasuk mengindari bahaya rokok.

Peluncuran program BPJS Kesehatan Goes To School dilakukan Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2014-2016, di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada 19 Juli 2016. Peluncuran ini sekaligus menandai dimulainya kegiatan serentak di 13 wilayah kerja Divisi Regional pada 21 Juli 2016.

Beberapa sekolah yang menjadi sasaran kampanye, antara lain SMPN 80 Jakarta timur, SMPN 44 Jakarta Timur, SMPN IX Jakarta Timur, SMPN 41 Jakarta Selatan, SMPN 5 Jakarta Pusat, SLTP Negeri 2 Bekasi, dan SMPN 4 Bogor.

Fachmi Idris mengatakan, pelajar SMP menjadi target edukasi karena pada periode usia remaja merupakan masa yang paling rentan dan memiliki risiko yang cukup besar terpengaruh lingkungannya. Tujuannya untuk mengedukasi anak sejak dini tentang pentingnya pola hidup sehat dan menghindari rokok. Promosi pola hidup sehat kepada generasi muda harus dilakukan sejak dini, sehingga diharapkan para pelajar SMP dapat terhindar dari risiko tersebut. Terlebih, usia 10-19 tahun termasuk kategori usia terbanyak dari total jumlah penduduk Indonesia.

Para remaja ini akan menjadi bagian dari bonus demografi yang puncaknya akan terjadi di Indonesia pada 2020-2035 mendatang. Bahkan bonus demografi di Indonesia sudah dimulai sejak 2012. Meningkat dan melimpahnya usia produktif dengan beban atau tanggungan yang semakin rendah pada saat itu, harus diiringi dengan peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan agar dapat terserap dalam pasar kerja yang kompeten.

“Untuk itu, dalam rangka mengoptimalkan potensi bonus demografi melalui sektor kesehatan, BPJS

Kesehatan menggelar kegiatan “BPJS Kesehatan Goes to School” yang dilaksanakan serentak di 13 wilayah kerja Divisi Regional pada 21 Juli 2016,” kata Fachmi.

Selain edukasi tentang pola hidup sehat dan bahaya merokok, kegiatan BPJS Kesehatan Goes to School tersebut juga diharapkan dapat membentuk serta meningkatkan rasa kepedulian, kerelaan membantu sesama, dan gotong royong dalam diri para pelajar, terutama dalam hal pelaksanaan program jaminan kesehatan di Indonesia.

“Mari kita bayangkan. Jika ada satu orang peserta JKN-KIS melakukan operasi jantung dengan biaya Rp 160 juta rupiah, dengan iuran rata-rata Rp 51.000,- maka diperlukan sebanyak 3.737 orang peserta JKN-KIS yang sehat dan membayar iuran. Kalau hanya peserta yang sakit saja yang membayar iuran dan tidak membayar iuran lagi ketika sudah sehat, dari mana kita bisa membayar biaya pelayanan kesehatan peserta lainnya yang membutuhkan” ujar Fachmi.

Oleh karena itu, peran generasi muda dalam mengawal keberlangsungan program JKN-KIS di Indonesia sangatlah besar. Diharapkan dengan menanamkan rasa kepedulian dan gotong royong dalam jiwa pelajar sejak dini, generasi muda dapat membantu mendukung program pemerintah mewujudkan Indonesia yang lebih sehat.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) saat itu menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan BPJS Kesehatan Goes to School. Menurut Mendikbud, gerakan seperti ini sangat dibutuhkan apalagi bisa lebih banyak lembaga maupun institusi swasta dan pemerintah yang mengikutinya. Program seperti ini bisa diselenggarakan oleh siapa saja setelah dimulai oleh BPJS Kesehatan. Kemdikbud sangat mendukung dan berharap setiap sekolah menerima program ini.

Menurut Mendikbud, kesehatan dan pendidikan tidak bisa dipisahkan. Ketika seorang siswa belajar, dipastikan kondisi badannya harus fit dan sehat. Kegiatan BPJS Kesehatan Goes To School bisa memberikan edukasi bagaimana seorang anak bisa hidup dengan perilaku sehat. Mendikbud berharap, datangnya BPJS Kesehatan dengan membawa gerakan pola hidup sehat dan gotong-royong ke setiap SMP bisa menjadi inspirasi bagi anak-anak sekolah di Indonesia.

Kepala sekolah SMPN 80 Jakarta Timur, Soehar Ryatmo , juga menyambut baik dan mengapresiasi kegiatan BPJS Kesehatan tersebut. Menurutnya, pelajar adalah kelompok yang juga memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan program JKN-KIS sebagai peserta. Karena itu, penting untuk memahami apa itu JKN sejak dini. Selain siswa, ada juga guru honorer yang belum menjadi peserta JKN. Dengan sosialisasi ini diharapkan meningkatkan pemahaman dan mendorong mereka untuk mengambil bagian dalam program JKN.

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 35 2016

5

BINCANG

Direktur Utama BPJS Kesehatan,Fachmi Idris

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 35 2016

Tanggal 1 Januari 2014 menjadi hari bersejarah yang menandai beroperasinya BPJS Kesehatan dalam menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan

Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Kini, sudah lebih dari dua setengah tahun program tersebut berjalan, menjadikan JKN-KIS sebagai program asuransi kesehatan sosial terbesar di dunia dari sisi jumah peserta.

Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris menyampaikan, dalam menuju 1.000 hari pelaksanaan program JKN-KIS, tantangan yang akan dihadapi oleh BPJS Kesehatan tentunya akan semakin besar. Karenanya, dibutuhkan soliditas dan profesionalisme seluruh Duta BPJS Kesehatan untuk menyelesaikan tantangan tersebut. Apa saja yang menjadi fokus utama BPJS Kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan seluruh rakyat Indonesia? Bagaimana peran Duta BPJS Kesehatan dalam menyukseskan program ini? Berikut petikan wawancara dengan Fachmi Idris.

Apa saja pencapaian BPJS Kesehatan selama dua setengah tahun program JKN-KIS?

Program JKN-KIS saat ini telah menjadi program terbesar di dunia, dalam arti jumlah kepesertaan yang mencapai lebih dari 167 juta dan dilaksanakan melalui pendekatan single payer institution. Jumlah kepesertaan ini akan terus bertambah seiring waktu hingga tercapainya cakupan semesta, yang diharapkan dapat terwujudkan paling lambat pada 1 Januari 2019.

Tahun lalu, BPJS Kesehatan juga kembali meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau saat ini disebut dengan Wajar Tanpa Modifikasian (WTM) dari Kantor Akuntan Publik. WTP merupakan gambaran nyata dari komitmen BPJS Kesehatan dalam mengimplementasikan prinsip keterbukaan, kehati-hatian, dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan SJSN di bidang kesehatan.

Pada tahun yang sama, dari hasil external review oleh BPKP, institusi kita dinilai ‘Sangat Baik’ dalam hal Good Governance yang harus dijalankan sesuai standar yang dimiliki. BPJS Kesehatan juga memperoleh penilaian yang baik atau rapor hijau dari Kantor Staf Kepresidenan atas capaian Distribusi KIS melalui pihak ketiga, dengan pencapaian 100,70%. Selain itu, kita juga telah berhasil memenuhi target-target Annual Management Contract (AMC) Tahun 2015 dengan total capaian 102,54% dari target capaian 100% yang harus diraih.

Pencapaian dan prestasi ini tentunya tidak terlepas dari kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas yang dilandasi dedikasi, dan loyalitas yang luar biasa dari seluruh Duta BPJS Kesehatan se-Indonesia.

Pelayanan Prima Harus Selalu Diimplementasikan

Bagaimana memastikan penyelenggaraan program JKN-KIS berjalan optimal?

Sejak awal tahun manajemen sudah menetapkan Tiga Fokus Utama BPJS Kesehatan Tahun 2016, yaitu Sustainabilitas Finansial, Pemantapan Layanan, dan Optimalisasi Revolusi Mental. Sustainabilitas finansial harus diwujudkan melalui peningkatan rekrutmen peserta potensial, peningkatan kolektabilitas iuran peserta dari seluruh segmen, perluasan channel pembayaran iuran, dan penerapan law enforcement bagi peserta atau badan usaha yang melanggar.

Terkait strategi purchasing, sistem pembiayaan kepada fasilitas kesehatan yang dijalankan juga harus efektif dan mampu mendorong serta memotivasi fasilitas kesehatan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang efisien dan bermutu. Salah satu upayanya adalah penguatan fungsi pelayanan di FKTP melalui Penerapan Kapitasi Berbasis Pemenuhan Komitmen Pelayanan (KBK) yang secara teknis pelaksanaannya telah diatur dalam juknis yang telah ditanda-tangani bersama antara BPJS Kesehatan dan Kementerian Kesehatan.

Selain itu, upaya kendali mutu dan kendali biaya di level FKRTL juga harus terus dimaksimalkan melalui penerapan strategi yang telah ditetapkan. Double track strategy pengendalian mutu dan biaya di FKTP dan FKRTL ini harus menjadi perhatian serius untuk kita jalankan.

Bagaimana dengan upaya pemantapan layanan?

BPJS Kesehatan sebagai badan hukum publik sudah mengembangkan sistem yang memudahkan peserta dan Badan Usaha dalam mendaftar ke BPJS Kesehatan melalui percepatan prosedur, namun tetap dalam kerangka memperhatikan akurasi dan validitas data. Demikian juga untuk kemudahan dalam hal penagihan, pembayaran, dan pelaporan iuran kepada Badan Usaha.

Dengan semakin meningkatnya jumlah peserta, kemitraan dengan fasilitas kesehatan juga terus diperluas, namun tetap memperhatikan kualitas kerja sama dengan Faskes dimaksud. Untuk meningkatkan layanan, keterbukaan informasi juga harus dilakukan oleh Faskes. Seperti informasi tentang ketersediaan kamar rawat inap.

Hal penting yang menjadi perhatian dan harus segera diselesaikan?

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian utama saya untuk segera diselesaikan, salah satunya Distribusi KIS. Tahun lalu, kita sudah menyelesaikan pencetakan KIS bagi Peserta PBI dan telah mendistribusikannya melalui pihak ketiga (PT Pos Indonesia, TIKI-JNE, dan aparat Pemda) dengan capaian 100,70% dari target. Dalam perjalanannya serta berdasarkan hasil laporan Posko Pemantauan dan Penangananan Pengaduan Distribusi KIS, masih ditemukan KIS di pihak ketiga yang belum sampai ke tangan rakyat yang berhak karena berbagai kondisi, walaupun persentasenya kecil.

Untuk memastikan KIS diterima peserta PBI, bulan Agustus 2016 juga telah saya nyatakan sebagai sebagai Bulan “Re-Distribusi” KIS. Artinya, bulan untuk memastikan pihak ketiga menyelesaikan sisa-sisa kewajibannya dan memastikan keberadaan KIS yang masih ada di pihak ketiga untuk dapat diselesaikan sesuai dengan ketentuan. Apabila dalam proses ‘re-distribusi’ terdapat perubahan alamat peserta, atau peserta sudah meninggal dunia, maka seluruh data tersebut harus didokumentasikan dengan baik untuk kemudian didata lebih lanjut. Termasuk juga di sini cetak dan distribusi KIS untuk tambahan peserta PBI Tahun 2016.

Pesan untuk para Duta BPJS Kesehatan?

Untuk seluruh Duta BPJS Kesehatan, pelayanan prima tentunya harus selalu diimplementasikan. Tidak ada toleransi, tidak ada excuse bagi duta BPJS Kesehatan untuk tidak mengimplementasikannya. Saat ini, walaupun hanya sedikit sekali kejadiannya, manajemen masih mendengar adanya duta BPJS Kesehatan yang ‘cuek’, kurang ramah dan kurang senyum serta kurang memberikan empati kepada pelanggan. Dan, ini mau tidak mau harus menjadi perhatian kita bersama untuk terus memperbaiki diri.

Untuk menjalankan program-program yang sudah ditetapkan oleh organisasi, dibutuhkan komitmen tinggi dari seluruh Duta BPJS Kesehatan agar penyelenggaraan program ini dapat berjalan dengan optimal. Segera laksanakan sebaik-baiknya program dimaksud, dengan kualitas tertinggi, sehingga memberikan hasil nyata yang bermuara pada pencapaian tiga fokus utama pada tahun ini.

Kualitas layanan juga tidak boleh stagnan, karena ekspektasi peserta dan target kualitas layanan setiap tahunnya akan terus meningkat. Jangan pernah merasa puas, karena keluhan peserta masih banyak kita dengar. Kita harus berupaya lebih keras lagi dari biasanya, bekerja dengan cara-cara baru, melakukan berbagai terobosan dan inovasi, karena upaya kita pada tahun ini akan sangat menentukan kesinambungan program besar ini dalam jangka panjang.

Foto KC Tulungagung

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 35 2016

6

MANFAAT

Kabar gembira untuk kaum perempuan peserta Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) karena pemeriksaan Inspeksi

Visual dengan menggunakan Asam Asetat (IVA) dan Papsmear dijamin BPJS Kesehatan. Peserta hanya perlu menyambangi kantor BPJS Kesehatan terdekat untuk menanyakan fasilitas kesehatan (faskes) yang memberikan pelayanan IVA dan Papsmear. Setelah itu, peserta bisa langsung bertandang ke faskes yang dipilih.

Pemeriksaan IVA dan Papsmear itu masuk dalam program promotif dan preventif JKN-KIS. Sejumlah lembaga bersinergi untuk mendorong kaum perempuan memanfaatkan fasilitas tersebut. Ketua Umum OASE Kabinet Kerja, Erni Guntarti Tjahjo Kumolo, mengatakan organisasi yang dipimpinnya menggandeng Kementerian Kesehatan, BKKBN dan BPJS Kesehatan untuk percepatan gerakan deteksi dini kanker mulut rahim atau dikenal kanker serviks melalui IVA dan Papsmear. Gerakan itu sudah dicanangkan sejak April 2015.

Dengan kerjasama berbagai pihak, Erni melihat gerakan itu membuahkan hasil yang sangat baik dalam mendorong kaum perempuan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks dengan pemeriksaan IVA/Papsmear. Kanker serviks merupakan penyakit yang mematikan, berada di peringkat pertama penyebab kematian kaum perempuan di Indonesia yang terkena kanker.

Walau mematikan, Erni mengingatkan kanker serviks bisa dicegah jika masih stadium awal. Cara mudah untuk mendeteksinya yaitu melakukan pemeriksaan dini dengan metode IVA/Papsmear. Jika terindikasi positif, bisa dilakukan pengobatan seperti terapi cryo. Paling penting, kaum perempuan jangan malu memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan untuk deteksi dini kanker serviks dengan menggunakan metode IVA/Papsmear.

Selaku Ketua Umum PKK Pusat, Erni mengimbau kepada kader-kader PKK untuk mendampingi kaum perempuan yang mau melakukan IVA/Papsmear ataupun yang dinyatakan positif. “Kalau terindikasi positif biasanya dia agak down makanya kader harus mendampingi. Untuk pengobatannya BPJS Kesehatan pasti menanggungnya sampai tuntas,” katanya dalam acara pencanangan gerakan promotif-preventif pemeriksaan IVA/Papsmear di Kupang, NTT, Jumat (29/07).

Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris, menjelaskan gerakan itu ditujukan untuk mencegah peningkatan angka kesakitan akibat kanker serviks. Dari pengakuan staf Puskesmas kota Kupang, Fachmi

Pemeriksaan IVA dan Papsmear Dijamin BPJS Kesehatan

Peserta JKN-KIS bisa menyambangi kantor BPJS Kesehatan terdekat untuk menanyakan daftar faskes yang memberi pelayanan pemeriksaan IVA dan Papsmear.

Pemeriksaan IVA dan Papsmear dijamin BPJS Kesehatan, masuk dalam program promotif-preventif.

mengatakan sejak program ini dicanangkan ada 500 orang diperiksa, 60 diantaranya positif dan dilakukan pencegahan.

Kanker serviks merupakan penyakit dengan jumlah kasus tertinggi di dunia, disusul kanker payudara. Melansir data WHO Fachmi mengatakan penderita kanker serviks setiap tahun bertambah 500 ribu orang. Riset International Agency for Research on Cancer menyimpulkan jumlah kematian akibat kanker serviks mencapai 85 persen dari seluruh kematian akibat kanker.

Di Indonesia, dikatakan Fachmi, data Yayasan Kanker Indonesia menunjukkan kanker serviks menempati posisi 34 persen dari seluruh kanker pada perempuan Indonesia. Ironisnya, dari seluruh kasus yang ditemukan hampir 70 persen sudah stadium lanjut.

Program deteksi dini kanker serviks dengan IVA dan Papsmear ini sangat penting untuk menyelamatkan perempuan Indonesia. Proses pemeriksaannya pun tidak lama, untuk IVA hanya butuh satu menit. Selaras itu Fachmi mengimbau kepada kaum perempuan untuk melakukan pemeriksaan secara rutin. “Rata-rata 1 orang Indonesia meninggal setiap jam akibat kanker serviks,” ujarnya.

Gerakan percepatan terhadap program ini perlu terus dilakukan karena pemeriksaan deteksi dini ini baru bisa mencakup 2 persen. Idealnya, deteksi dini dilakukan terhadap 80 persen kaum perempuan Indonesia.

Fachmi menuturkan pemeriksaan IVA dan Papsmear merupakan pelayanan preventif-promotif yang diberikan BPJS Kesehatan kepada peserta JKN-KIS. Program tersebut diharapkan bisa meminimalisir risiko kanker rahim sejak dini.

Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, mengatakan program ini bermanfaat bagi masyarakat terutama perempuan di NTT. Ia menginstruksikan kepada seluruh Bupati dan Walikota NTT untuk mendorong dan motivasi warganya agar melakukan pemeriksaan IVA dan Papsmear ke fasilitas kesehatan terdekat seperti Puskesmas. Petugas Kesehatan juga harus bekerja keras. Selain itu mengimbau seluruh peserta JKN-KIS rutin membayar iuran agar program ini bisa berkelanjutan. “Saya minta perempuan NTT gunakan kesempatan ini ke Puskesmas terdekat,” urainya.

Dokter spesialis kebidanan RSU W.Z Johannes Kupang, Unedo SpOG.K, mengatakan kasus kanker serviks di NTT sangat tinggi. Ia mencatat dari seluruh pasien penderita

kanker serviks yang datang ke RSU W.Z Johannes 80 persen diantaranya sudah stadium lanjut (3 atau 4). Kalau sudah

stadium lanjut biaya pengobatannya mahal dan lama. Untuk pengobatan yang diberikan biasanya kemoterapi dan radiasi. “Untuk radiasi di NTT belum ada, jadi pasien harus dirujuk ke

Jawa,” tukasnya.

Pemeriksaan IVA dan Papsmear lazim digunakan untuk mendeteksi dini kanker serviks. Sayangnya untuk pemeriksaan Papsmear membutuhkan ahli patologi anatomi dan di NTT jumlahnya terbatas. Untuk saat ini, pemeriksaan IVA lebih sesuai digunakan di NTT. Namun, tidak sedikit kaum perempuan yang menganggap proses pemeriksaan itu sebagai momok. Biasanya mereka malu atau takut kalau hasilnya nanti positif. “Untuk mencegah kanker serviks tidak boleh malu untuk melakukan pemeriksaan,” imbaunya.

Salah satu warga Kupang peserta JKN-KIS yang sudah menjalani pemeriksaan IVA, Frederika, awalnya takut kalau mendengar kanker. Tapi dia bersyukur karena bisa memberanikan diri melakukan pemeriksaan dini dan berkonsultasi dengan dokter. “Selama ini saya mengalami keputihan yang berlebihan, makanya saya segera ke Puskesmas,” tuturnya.

Frederika menceritakan, hasil pemeriksaan Puskesmas menunjukan dia positif kanker serviks. Setelah itu dia menjalani terapi cryo dan sekarang sembuh. Untuk itu Frederika mengajak seluruh kaum perempuan agar tidak malu atau ragu memeriksakan dirinya. “Saya berterima kasih kepada BPJS Kesehatan yang memberikan fasilitas sehingga kami bisa menikmati pelayanan kesehatan. Begitu juga Puskesmas, terima kasih, saya sekarang sembuh total,” pungkasnya.

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 35 2016

7

TESTIMONI

Kanker serviks yang menyerang kaum wanita merupakan salah satu jenis kanker yang paling mematikan, terutama bila ditemukan dalam kondisi stadium lanjut. Penyakit ini disebabkan

oleh Human Papilloma Virus (HPV) yang menyerang leher rahim. Meski mematikan, namun kanker serviks merupakan jenis kanker yang bisa dideteksi.

Untuk mendeteksinya, digunakan metode pemeriksaan IVA dan Papsmear yang bisa dilakukan di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Deteksi dini kanker serviks ini juga sudah masuk dalam skema pembiayaan program JKN-KIS, sehingga peserta JKN-KIS yang ingin melakukan deteksi dini tidak perlu lagi mengeluarkan uang.

Belum lama ini, BPJS Kesehatan bekerjasama dengan Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja yang dipimpin Ibu Iriana Joko Widodo, Kementerian Kesehatan dan BKKBN juga melaksanakan kegiatan "Pencanangan Gerakan Promotif Preventif dengan Pemeriksaan IVA dan Papsmear". Di hari tersebut, dilakukan pemeriksaan IVA dan Papsmear secara serentak di 1.558 titik pelayanan, salah satunya di Puskesmas Ratu Agung, Kota Bengkulu.

Meiriska Eka Syasmi menjadi salah satu peserta program JKN-KIS yang ikut melakukan pemeriksaan kanker serviks di puskesmas tersebut. Awalnya ibu satu anak ini mengaku enggan melakukan pemeriksaan IVA lantaran ngeri dengan prosesnya dan takut mendengar hasilnya. Namun para petugas di Puskesmas Ratu Agung cukup intens melakukan sosialisasi pentingnya melakukan deteksi dini kanker serviks kepada warga, hingga akhirnya keberanian muncul untuk melakukan deteksi dini.

"Di Puskesmas Ratu Agung, kebetulan ada kegiatan senam sehat yang rutin diadakan setiap minggu. Di kegiatan senam sehat ini, petugas puskesmas cukup sering mensosialisasikan bahaya kanker serviks dan pentingnya melakukan detesi dini, apalagi untuk wanita yang sudah menikah seperti saya," ujar Meiriska Eka Syasmi kepada media Info BPJS Kesehatan.

Pada stadium awal, kanker serviks biasanya tidak disertai gejala atau keluhan sama sekali. Penderitanya baru merasa sakit jika kanker serviks sudah mencapai stadium lanjut, di mana pada kondisi tersebut peluang untuk sembuhnya menjadi sangat kecil. Namun bila ditemukan pada stadium awal, proses penyembuhannya akan lebih mudah. Penjelasan yang disampaikan petugas puskesmas ini memberi pencerahan baru bagi Meiriska. Saat pencanangan gerakan pemeriksaan IVA dan Papsmera digelar, ia pun antusias menjadi bagian dari program tersebut.

"Waktu diperiksa, ternyata tidak sakit seperti yang dibayangkan sebelumnya. Dokter di puskesmas juga memberikan sugesti yang menenangkan," ungkapnya.

Dari hasil pemeriksaan tersebut, Meiriska merasa lega karena hasilnya negatif. Namun dokter di puskesmas

tetap mengingatkan dirinya agar rutin melakukan pemeriksaan IVA atau papsmear setahun sekali. "Alhamdulillah, hasilnya negatif. Hasilnya juga langsung ketahuan saat itu juga," tuturnya.

Selain pemeriksaan IVA, sesekali Meiriska juga menggunakan kartu BPJS Kesehatan untuk berobat di puskesmas. Ia bersyukur termasuk orang yang jarang sakit, sehingga tak sampai punya pengalaman dirawat di rumah sakit. "Kalau sakit, paling hanya demam dan batuk ringan saja yang bisa ditangani di puskesmas," pungkasnya.

TAK LELAH MEMBERI EDUKASI

Penanggung jawab pemeriksaan IVA dan Papsmear di Puskesmas Ratu Agung, Bidan Yuhartini menjelaskan, kegiatan deteksi dini kanker serviks ini memang sudah menjadi kegiatan rutin Puskesmas Ratu Agung. Apalagi sebelumnya pemeriksaan IVA dan Papsmear untuk mendeteksi kanker serviks merupakan bagian dari program pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) yang digagas Kementerian Kesehatan.

Dikatakan Yuhartini, sosialisasi mengenai bahaya kanker serviks dan pentingnya melakukan deteksi dini tidak hanya dilakukan di puskesmas, tetapi juga di posyandu dan posbindu. "Setiap kader memang diminta untuk menyebarkan informasi ini kepada warga. Dari mulut ke mulut, informasinya bisa menyebar ke banyak warga," ujarnya.

Diakui bidan yang biasa disapa Atin ini, pada awalnya memang cukup sulit mengajak warga yang sudah pernah melakukan hubungan intim atau sudah menikah untuk melakukan pemeriksaan IVA dan papsmear. Namun dengan semakin banyaknya informasi yang disampaikan mengenai kanker serviks, kesadaran warga untuk melakukan deteksi dini terlihat semakin meningkat.

"Yang takut diperiksa memang masih ada. Bahkan ada warga yang sudah masuk ke ruangan pemeriksaan, eh

tiba-tiba nggak jadi. Tapi semakin hari, saya lihat kesadaran masyarakatnya sudah tinggi. Kalau dulu ngumpulin 10 warga saja untuk tes IVA susahnya bukan main, tapi sekarang mereka sudah datang sendiri. Malahan kadang petugasnya yang kewalahan," ujar Atin.

Dari kegiatan deteksi dini yang dilakukan di Puskesmas Ratu Agung, ditemukan beberapa peserta JKN-KIS yang ternyata positif mengidap kanker serviks tahap awal. Peserta tersebut kemudian mendapatkan terapi krioterapi, yaitu metode pengobatan kanker serviks dengan melakukan perusakan sel-sel pra kanker dengan cara dibekukan. Namun untuk yang kondisi kanker serviksnya sudah parah, puskesmas harus merujuk ke rumah sakit.

"Dari pemeriksaan yang kami lakukan, beberapa memang ada yang harus ditindak lanjuti. Malahan ada satu warga yang ternyata sudah sampai stadium lanjut dan tidak bisa tertolong lagi. Memang sempat kami rujuk ke rumah sakit di Jakarta, tapi akhirnya tidak tertolong lagi. Inilah yang kami sesalkan. Padahal kalau saja mau periksa lebih dini saat kankernya belum parah, tentu penyakitnya itu bisa lebih mudah disembuhkan," pungkas Atin.

Selain bisa berobat di fasilitas kesehatan yang sudah menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan, dalam

program Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) pesertanya juga bisa mendapatkan manfaat pelayanan promotif dan preventif, seperti

skrining kesehatan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu. Salah satunya adalah pemeriksaan Inspeksi

Visual Asam Asetat (IVA) dan Papsmear untuk mendeteksi adanya kanker serviks pada wanita.

Tidak perlu takut, prosesnya tak seseram seperti yang dibayangkan kok. Justru manfaatnya akan sangat besar

bila kanker serviks ditemukan lebih dini.

"Tes IVA Tidak Seseram Yang Dikira"

Petugas Puskesmas Ratu Agung Bidan Yuhartini

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 35 2016

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 35 2016

PERSEPSI8

Pada 15 Juli tahun ini, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang dahulu bernama PT Asuransi Kesehatan (Askes) genap berusia 48 tahun.

Tanpa terasa pula sudah 2 tahun 7 bulan PT Askes berganti baju menjadi BPJS Kesehatan untuk mengelola program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

Kendati program JKN-KIS masih tergolong bayi bagi ukuran umur manusia, program JKN-KIS telah menjelma menjadi program jaminan kesehatan sosial terbesar sejagad raya. Sampai saat ini sudah hampir 169 juta orang bergabung menjadi peserta JKN-KIS dengan pendekatan single payer institution.

Perlahan tapi pasti, jumlah kepesertaan ini bakal terus bertambah. Artinya mimpi kondisi universal coverage atau semua warga negara nantinya akan memiliki jaminan kesehatan akan terwujud paling lambat pada 1 Januari 2019 nanti.

Dalam dua tahun perjalanannya, secara umum program JKN-KIS yang dikelola BPJS Kesehatan berjalan baik. Hal itu bisa dilihat dari indeks tingkat kepuasan (ITK), dan loyalitas responden terhadap fasilitas kesehatan mitra BPJS Kesehatan.

Bahkan dalam survei persepsi yang dilakukan Indo Barometer di 34 provinsi pada 14 - 22 September 2015 lalu, program JKN-KIS menempati urutan teratas dalam daftar poin-poin keberhasilan pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menurut pandangan masyarakat.

Pembagian KIS misalnya, menurut survei itu menjadi urutan paling tinggi dalam daftar poin keberhasilan pemerintahan Jokowi - JK menurut persepsi masyarakat.

Menurut Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari, tidak hanya dianggap berhasil, JKN-KIS juga menjadi program yang paling disukai rakyat dengan perolehan skor sebesar 18,6%.

Skor tersebut, tambah Qodari, memiliki rentang nilai yang cukup signifikan dengan program lainnya. Dia mencontohkan, program KIP, beasiswa, KJP, dan lainnya ‘hanya’ memiliki skor 7,9%.

Namun, tentu saja tidak ada yang sempurna di dunia ini. Dalam perjalanannya yang masih singkat, sejumlah kendala

masih ditemui disana-sini. Begitu pula hubungan BPJS Kesehatan dengan mitra-mitranya tentu terus mengalami dinamika.

Ditemui di Jakarta, beberapa waktu lalu misalnya. Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Dr Ilham Marsis Oetama SpOG(K) memberi sejumlah catatan agar kelak program JKN-KIS bisa bekerja lebih baik lagi.

Menurut Marsis—begitu dia biasa disapa, layanan kepada masyarakat akan lebih baik andai pemerintah menambah dan memperkuat fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL). Selain itu sebaran dokter umum dan spesialis di setiap daerah juga harus merata.

“Peningkatan fasilitas dan dokter harus sesuai dengan rasio ideal. Dengan demikian pelayanan yang diberikan kepada masyarakat bisa optimal,” ujar dia.

Marsis juga menyebutkan perhitungan tarif INA-CBGs harus ada rasionalisasi berkelanjutan, kendati Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah menaikan secara berkala. Di beberapa kasus layanan, jumlah biaya yang disediakan lebih kecil dari ongkos layanan yang diberikan.

Dia juga menyayangkan kenaikan iuran pada peserta PBI (Penerima Biaya Iuran) yang masih belum ideal, yaitu Rp23 ribu, padahal PB IDI telah mengusulkan kenaikan iuran PBI sebesar Rp27 ribu.

"Angka sebesar Rp27 ribu itu sudah melalui perhitungkan secara ilmiah, berdasarkan data dan fakta di lapangan selama pelaksanaan dua tahun BPJS Kesehatan," ujarnya.

Untuk itu dia berharap agar tarif INA-CBGs kembali dibahas bersama, baik dengan asosiasi dokter dan rumah sakit (RS).

Hal itu juga diamini Sekretaris Jenderal PB IDI Adib Khumaidi. Menurut dia, kombinasi sarana dan tenaga minim, serta rendahnya pemahaman masyarakat pada sistem JKN sering menimbulkan gesekan antara peserta dan penyedia layanan kesehatan.

Belajar

Pada kesempatan terpisah, Ketua Umum Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), Drg Susi Setiawati MARS,

Program Sosial Paling Disukai Rakyat

tidak menampik bahwa banyak RS swasta yang belum memahami sejumlah pernik terkait mekanisme JKN-KIS. Sebut saja misalnya hal yang terkait clinical pathway, coding (memasukan data), verifikasi klaim, audit medik, tarif INA-CBGs, dan sebagainya.

Selain itu, RS swasta juga belum optimal dalam memanfaatkan Coordination Of Benefit (CoB) dengan asuransi kesehatan. Padahal menurut Susi, potensi CoB cukup besar bagi pemasukan RS swasta. Namun, lantaran sistemnya belum jelas, potensi itu tidak bisa dioptimalkan. Oleh karena itu, dia berharap agar BPJS Kesehatan segera membenahi konsep CoB yang telah ada.

Kendati demikian, Susi menghimbau para anggotanya agar terus mempelajari konsep JKN-KIS beserta perkembangannya. Bagi RS swasta yang belum bergabung dengan BPJS Kesehatan, dia menghimbau agar mereka segera bergabung. Pasalnya, JKN-KIS adalah masa depan dunia kesehatan Indonesia.

“Semua warga nanti akan menjadi peserta JKN-KIS. Terlebih lagi persaingan ke depan akan lebih keras dengan adanya

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA),” ujar dia.

Pada kesempatan lain, Koordinator Advokasi BPJS Watch Timboel Siregar mengusulkan perbaikan regulasi, sistem rujukan dan penegakan hukum agar program JKN-KIS bisa berjalan lebih baik.

Untuk regulasi, hal yang perlu dilakukan adalah revisi Permenkes Nomor 59 Thn 2014 tentang Paket INA-CBGs. Biaya dalam paket INA-CBGs dianggap RS swasta tidak menarik karena tidak masuk secara keekonomian. Dengan revisi paket, lanjut Timboel, diharapkan RS swasta semakin banyak yang bergabung dengan BPJS Kesehatan. Dengan demikian antrean pasien yang mengular di RS bisa berkurang.

Untuk rujukan, Timboel meminta agar sistem informasi antar-RS sudah terkoneksi satu sama lain. Dengan demikian, tidak ada lagi cerita pasien kesulitan mencari kamar, padahal di RS lain tengah kosong. Terakhir, tandas dia, adalah pemberian sanksi yang tegas pada RS nakal yang memberikan layanan seadanya pada pasien dan badan usaha yang belum mendaftarkan atau membayar iur premi karyawannya.

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 35 2016

INSPIRASI9

Meskipun termasuk orang yang tidak gampang sakit karena selalu menerapkan gaya hidup sehat, Ade Rai tetap merasa perlu

untuk menjadi peserta program Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Bagi mantan atlet binaraga ini, memiliki kartu JKN-KIS adalah sebuah kebanggaan, apalagi bila

kartu tersebut tidak pernah digunakan. Karena itu artinya ia sudah ikut membantu peserta lain yang sedang sakit dan membutuhkan

pengobatan.

Di era tahun 1990-an, Ade Rai dikenal sebagai salah satu atlet binaraga berprestasi. Dua gelar Juara Dunia Superbody Professional dan Musclemania Professional bahkan pernah diraihnya. Tidak salah bila kemudian ia didaulat sebagai ikon hidup sehat

karena gaya hidup yang dijalaninya.

Namun tubuh kekar dan berotot yang dimiliki Ade tidak didapatkan dengan cara instan. Bahkan pria berdarah Bali ini dulunya memiliki badan yang kurus. Berkat kecintaan yang besar pada berbagai aktivitas olahraga, Ade berhasil membentuk tubuhnya menjadi seperti sekarang. Aktivitas olahraga yang dijalani tentunya juga dibarengi dengan menjaga pola makan. Hasilnya, bukan hanya tubuh saja yang berhasil dibentuk, imunitasnya pun ikut terdongkrak naik, sehingga jadi tidak mudah sakit.

Setelah memutuskan untuk pensiun mengikuti kompetisi binaraga sejak 16 tahun lalu, pola hidup sehat tersebut tetap menjadi bagian dalam kesehariannya. Ade bahkan semakin aktif mengkampanyekan hidup sehat dalam berbagai kegiatan, termasuk bersama BPJS Kesehatan yang telah menunjuknya sebagai ikon hidup sehat untuk ikut mensukseskan program JKN-KIS.

TIDAK PERNAH PAKAI KARTU JKN-KIS

Meskipun punya gaya hidup sehat dan termasuk orang yang jarang sakit, Ade Rai tetap merasa perlu untuk menjadi peserta JKN-KIS. Saat program ini mulai digulirkan pada awal 2014, ia bersama anggota keluarganya langsung mendaftarkan diri sebagai peserta. Sampai saat ini, belum sekali pun ia menggunakan kartu kepesertaannya itu untuk berobat. Merasa rugi? Jawabnya tidak. Ade malah berharap tidak pernah memakainya seumur hidup.

"Sudah lebih dari dua tahun saya ikut JKN-KIS, bersyukur tidak pernah pakai kartunya untuk berobat. Kalau dibilang rugi, rugian mana bila kita dibiayai negara atau siapa pun juga, tapi harus mendapatkan sakit?," tutur pria 46 tahun tersebut.

Menurut pemilik nama lengkap I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai ini, memiliki kartu peserta JKN-KIS bukan berarti tidak menjaga kesehatan. Hidup sehat harus tetap dijalani, meskipun sudah ada BPJS Kesehatan yang menanggung biaya pengobatan.

Ade juga menambahkan, sebagian masyarakat selama ini keliru dalam memahami keberadaan program JKN-KIS. Mayoritas menganggap program ini adalah layanan berobat gratis yang seluruh biayanya ditanggung oleh pemerintah. Padahal program JKN-KIS sejatinya adalah asuransi kesehatan sosial dan layaknya suatu program asuransi, terjadi subsidi silang antara peserta yang sehat terhadap peserta yang sakit. Iuran dari peserta yang sehat sesungguhnya digunakan untuk membantu biaya pengobatan peserta yang sakit. Karenanya hal utama yang dibutuhkan untuk menjamin keberlangsungan program JKN KIS ini adalah perlu lebih banyak orang sehat yang bergabung menjadi peserta dan rutin membayar iuran.

"Dengan tetap menjaga kesehatan, artinya kita telah ikut mensubsidi orang yang sakit. Bila yang sakit lebih banyak daripada yang sehat, program ini tidak akan bisa berjalan," tutur Ade.

Kesadaran masyarakat terhadap situasi inilah yang menurutnya harus ditingkatkan. Karena yang terjadi sekarang ini, masyarakat cenderung abai dengan kesehatannya lantaran merasa sudah dijamin oleh BPJS Kesehatan. "Masyarakat belum punya kesadaran untuk bilang, 'bukankah malu ya kepikiran kalau satu orang yang sakit harus disubsidi oleh banyak orang.

Semakin berat sakitnya, yang mensubsidi akan semakin banyak lagi. Kita dengan seenaknya tidak menjaga kesehatan tanpa menyadari apa yang kita lakukan harus dibayar, dan yang membayar itu orang-orang sehat di luar sana," papar dia.

Jadi, penting sekali untuk selalu menjaga kesehatan diri, karena bangsa yang kuat sesungguhnya berasal dari masyarakat yang sehat. Prinsip ini juga berlaku pada perusahaan yang memberikan jaminan kesehatan untuk para karyawannya. Karenanya, sudah sepantasnya karyawan yang sehat mendapatkan reward dari perusahaan."Selama ini kan kalau ada yang sakit, perusahaan akan membiayai. Artinya karyawan yang sakit itu diberi reward. Pertanyaannya, apakah karyawan yg sehat penah diberi reward? Jawabannya tidak. Padahal perlu juga karyawan yang tidak pernah sakit itu diberikan penghargaan, juga untuk daerah yang penggunaan BPJS Kesehatannya paling minim karena bisa menjadi inspirasi sebagai daerah sehat," usul Ade.

MEMAKNAI SEHAT

Secara sederhana, sehat menurut Ade adalah menciptakan kesenangan pada tubuh kita, bukan menciptakan kesenangan pada cita rasa seperti yang selama ini didefinisikan banyak orang. "Sehat itu tidak menarik selagi masih kita miliki, baru menjadi begitu menarik ketika sudah pergi dari kita. Sehat juga tidak memiliki sense of urgency yang tinggi, makanya kenapa masyarakat merasa abai, tidak ada kebutuhannya," tutur dia.

Padahal menurut Ade, mencari sehat pada saat kita masih memilikinya akan jauh lebih mudah dan murah. Sebaliknya, mencari sehat pada saat sehat itu sudah pergi akan jadi sulit dan mahal. "Meski pun sekarang sudah ada program JKN-KIS, tetap saja proses sakitnya itu tidak mengenakkan. Produktifitas kita juga jadi menurun," tuturnya.

Dikatakan Ade, aktifitas yang paling konsumtif sebetulnya bukan saat membeli barang-barang mewah, tetapi ketika membeli sehat saat sudah jatuh sakit. Sudah banyak kasus orang yang jatuh miskin lantaran harta bendanya terkuras untuk biaya pengobatan. Sementara ketika masih diberi sehat, orang sering sewenang-sewang pada tubuhnya.

Ade sendiri awalnya konsen menjaga kesehatan lantaran ingin memiliki badan besar untuk jadi seorang binaragawan. Setelah tak lagi menggeluti olah raga tersebut, pola hidup sehatnya itu tetap terus berjalan. Ketika diajak BPJS Kesehatan untuk ikut mensukseskan program JKN-KIS dengan mengajak masyarakat menerapkan gaya hidup sehat, ia mengaku begitu antusias karena hal tersebut memang sudah menjadi passion-nya.

Lalu, bagaimana membuat aktivitas yang menyehatkan itu jadi sebuah gaya hidup? Cara yang disarankan Ade dengan membuat aktivitas tersebut terasa menyenangkan. Karena sehat sebenarnya adalah menciptakan sebuah kesenangan di dalam tubuh, sesuatu yang tidak dilakukan dengan keterpaksaan.

"Menjalankan hidup sehat, misalnya saja olahraga, tidak boleh menjadi sebuah beban, tetapi harus dilakukan dengan senang hati sehingga akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Agar olahraga terasa

menyenangkan, kita juga harus kreatif memilih olah raga yang memungkinkan, apakah itu tempatnya, waktunya, atau jenis olahraganya itu sendiri," tutur Ade.

Dalam mengeduksi masyarakat cara menjaga kesehatan, Ade juga kerap menggunakan konsep Pohon Kesehatan. Seseorang yang ingin hidup sehat dan bugar harus memperhatikan seluruh bagian pembentuk pohon tersebut.

Bagian atas pohon terdiri dari istirahat yang cukup, makan yang bergizi, dan olah raga teratur. Sedangkan akarnya adalah pikiran yang jernih. Keempatnya mempunyai peranan yang sama penting untuk menjaga kesehatan. Bila akarnya tidak kuat, pohonnya pasti akan tumbang. Jadi, penting sekali untuk selalu menjaga pikiran supaya tidak stres.

"Stres bisa menjadi penyebab kesakitan bahkan kematian karena kita tidak menggunakan pikiran dengan baik. Harusnya itu kita yang menggunakan pikiran, bukan pikiran yang menggunakan kita. Saat pikiran menggunakan kita, itulah yang orang bilang stres," pungkasnya.

Bantu Yang Sakit Dengan Menjaga Kesehatan

Ade Rai

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 35 2016

10

SEHA

T & G

AYA

HIDU

P10

Kanker serviks atau kanker leher rahim muncul pada leher rahim, yaitu penghubung dari vagina ke rahim. Semua perempuan memiliki risiko terserang kanker

serviks, umumnya perempuan berusia di atas 25 tahun atau yang sudah melakukan aktivitas seksual. Namun, perempuan di bawah usia 20 yang sudah melakukan hubungan seksual berisiko dua kali lipat terserang kanker serviks. Kehadiran kanker serviks sering tidak disertai gejala yang spesifik sehingga tidak dirasakan oleh penderita hingga akhirnya terdeteksi setelah kondisi sel kanker sudah menyebar ke organ lain. Padahal sejak virus penyebab kanker serviks yaitu human papilloma virus (HPV) masuk ke dalam tubuh membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan bisa dalam kurun waktu 10 hingga 20 tahun untuk berubah menjadi sel kanker.

Gejala yang paling sering muncul adalah pendarahan pada vagina setelah berhubungan seks, pendarahan di luar masa menstruasi, atau pendarahan setelah menopause. Namun untuk memastikannya, sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter spesialis kandungan. Selain itu, juga perlu diwaspadai jika mengalami keputihan yang tidak normal disertai pendarahan yang berlebihan, sering sakit di bagian pinggul, merasa sakit saat buang air kecil, ketika menstruasi darah yang keluar banyak. Ciri-ciri itu ditengarai sebagai peringatan gejala kanker serviks. Pada stadium lanjut, penderita merasakan sakit pada bagian paha atau salah satu paha mengalami bengkak, nafsu makan berkurang, berat badan tidak stabil, susah buang air kecil, dan mengalami pendarahan spontan. Pada kondisi stadium lanjut, penderita harus menjalani terapi khusus seperti kemoterapi atau jika belum menyebar ke organ lain, bisa dilakukan pengangkatan rahim.

Oleh karena itu, sebelum terlambat sebaiknya para perempuan dewasa memeriksakan dirinya dan melakukan tes Papsmear minimal dua tahun sekali atau melakukan tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Kini tes IVA bisa dilakukan di Puskesmas. Melalui skrining bisa diketahui kelainan sel kemudian bisa diobati sebagai langkah pencegahan sebelum berubah menjadi kanker.Sebagai antisipasi pencegahan agar penyakit kanker serviks tidak bersarang di tubuh, antara lain dengan menjaga kebersihan organ intim menggunakan air bersih. Air bersih memiliki pH yang netral dan aman untuk organ intim Anda. Organ intim yang bersih menghindari berbagai macam masalah kewanitaan seperti keputihan dan bau tidak sedap.

Virus HPV sangat mudah menyebar dan menular dan sangat berisiko jika ada pertukaran cairan. Anda juga perlu berhati-hati saat menggunakan kloset di WC umum. Apabila seorang penderita tidak membersihkan secara sempurna, pengguna kloset berikutnya bisa tertular. Oleh karenanya, menjaga kebersihan lingkungan juga penting. Selain itu, pencegahan lainnya yaitu melakukan hubungan seks yang sehat dengan pasangan sendiri, banyak mengkonsumsi buah dan sayur, olah raga rutin (tidak harus yang berat) bisa melancarkan metabolisme tubuh sehingga sel kanker sulit berkembang. Hal yang tak kalah pentingnya untuk menghindari kanker serviks adalah melalui pola makan yang terjaga. Pilihlah jenis makanan yang sifatnya tidak karsinogenik. Beberapa jenis sayuran berikut ini baik dikonsumsi sebagai pencegah kanker serviks yang cukup ampuh menghindari kita dari kanker perenggut nyawa ini

Kubis atau kol (brassica oleracea) mengandung vitamin A, C, E, dan vitamin K. Selain itu juga kaya akan asam folat, belerang, kalsium, zat besi, kalium, serta magnesium. Kelebihan lainya adalah makanan ini tidak memiliki kandungan kolestrol serta lemak jenuh yang ‘jahat’. Sehingga sangat rendah kalori. Cocok untuk menjadi menu diet anda.Kandungan lainnya adalah Iupeol, sinigrin, I3C, Sulforaphae, serta DIM yang mampu menghambat perkembangan sel kanker serviks.

Brokoli merupakan satu-satunya sayuran yang memiliki kandungan kalsium, protein, asam lemak omega 3 (biasanya terdapat pada ikan-ikanan), karbohidrat, lemak, kalsium, potassium, fosfor, zat besi, Zink, magnesium, vitamin A, B1, B2, B6, B3, B5, B9, C, E, K, mangan, dan triptofan. Sayuran ini juga bebas dari kandungan lemak jahat yang biasanya mampu memicu kolestrol. Sangat aman dan baik bagi tubuh.

Kandungan nutrisi untuk mencegah kanker serviks adalah folat atau vitamin B9. Fungsinya adalah mengurangi tingkat pertumbuhan sel kanker serviks. Bahkan terdapat zat antioksidan yang merupakan salah satu senyawa anti kanker, yaitu glucoraphanin dan indole 3 carbinal. Malah zat tersebut bekerja aktif untuk mencegah dari kanker serviks, prostat, juga payudara.

Buah alpukat adalah salah satu buah yang memiliki lebih dari 25 macam nutrisi. Sayangnya beberapa wanita justru menghindarinya dengan alasan kandungan lemaknya. Tapi justru lemak yang ada dalam alpukat adalah lemak sehat. Selain itu kandungan lain yang sehat bagi tubuh adalah kalori, 20 vitamin, mineral, lutein, serta sodium.Kandungan yang cukup bermanfaat untuk mengurangi risiko kanker, yaitu glutation dan asam oleat yang berfungsi melawan radikal bebas.

Rasberry, blueberry, dan blackberry. Buah yang terkenal dibeberapa Negara Eropa karena tumbuh di sana. Kandungan yang cukup mengagumkan apalagi pada vitamin C, B1, B2, B3, B5 dan beberapa mineral seperti kalsium, besi, magnesium, fosfor, dan seng.

Zat yang cukup berperan adalah senyawa fitokimia yang mampu menghambat proses inflamasi. Proses tersebut diyakini menjadi titik tumbuh awal terjadinya penyakit alzaimer, jantung, dan kanker. Selain itu, zat lutein yang

Salah satu penyakit yang hanya menyerang kaum perempuan dan paling ditakuti adalah kanker serviks karena bisa mengancam maut

atau merenggut nyawa. Di Indonesia setiap hari diperkirakan terdapat 40-45 kasus baru dan sekitar 20-25 orang meninggal dunia disebabkan oleh kanker serviks. Tingginya angka kematian ini disebabkan terlambat

terdeteksi dan saat terdeteksi kanker sudah menyebar di dalam tubuh penderita. Pada kondisi stadium lanjut, pengobatan lebih sulit dilakukan

sehingga berisiko meninggal dunia.

Cegah Kanker Serviks Sebelum Maut Mengancam

banyak sebagai antioksidan tubuh bisa menghambat dan pencegah perkembangan pada sel kanker serviks.

Teh hijau bisa melancarkan pencernaan. Juga mampu untuk melangsingkan tubuh. Banyak wanita mengonsumsinya hanya untuk dimasukan dalam program diet. Ternyata selain itu juga mampu berguna untuk mengurangi risiko kanker. Kandungan polyphenol serta flavonoid berguna untuk membuat sel kanker bekerja secara pasif. Ia juga mampu menjaga imunitas agar daya tahan tubuh anda tetap baik.

Cokelat, mengkonsumsi cokelat diyakini bisa menghilangkan stres. Cokelat mengandung alkonoid, protein, karbohidrat, vitamin, dan lemak. Kandungan terbesarnya adalah fenilalanin, asam amino triptofan, dan tyrosin. Yang dicari adalah nutrisi flavonoid karena kaya anti oksidan. Fungsinya menghindari risiko pemicu kanker.

Tomat, mengandung vitamin C, vitamin A, dan zat lycopene yang mampu menghancurkan radikal bebas yang biasanya terdapat pada polusi, asap rokok, dan zat berbahaya lainnya. Minyak zaitun, mengandung polyphenol, trigliserida, sqalene, tokoferol, omega 3, dan omega 6, serta asam lemak bebas. Minyak zaitun kaya nutrisi polipenol yang mampu mencegah dan menghambat pertumbuhan sel kanker. Jeruk, mengandung vitamin C, kandungan antioksidannya mampu menghambat pertumbuhan sel kanker.

Wortel. Biasanya mengkonsumsi wortel untuk menjaga kesehatan mata. Ternyata wortel mengandung beta karoten yang sangat baik untuk menghambat sel kanker serviks. Bahkan nutrisinya mampu menetralisir nitrosamines yang menumbuhkan sel kanker. Pesan ahli kesehatan, jalani pola hidup bersih dan sehat, konsumsi sayur dan buah, hindari rokok untuk mencegah serangan kanker serviks. Jalani tes IVA atau tes papsmear untuk mengetahui secara dini serangan human papilloma virus (HPV) penyebab kanker serviks. Jika memungkinkan lakukan imunisasi pencegah kanker serviks. (dari berbagai sumber)IN

FO B

PJS

KES

EHA

TAN

Edisi 35 2016

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 35 2016

Indonesia telah menjadi peserta program JKN-KIS. Hadirnya program JKN-KIS membuat masyarakat yang awalnya takut berobat ke fasilitas kesehatan karena biaya yang besar, menjadi tidak khawatir lagi. Sesuai dengan road map yang disusun, diharapkan pada 1 Januari 2019 mendatang, seluruh penduduk Indonesia telah tercakup dalam program JKN-KIS serta mendapatkan jaminan kesehatan yang dapat melindungi mereka saat sakit.

“Untuk mewujudkan hal tersebut, BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara program JKN-KIS senantiasa berupaya menjalin kerjasama dan memperkuat hubungan kemitraan dengan berbagai pihak, baik dari pemerintah

KILAS & PERISTIWA

JAKARTA15 Juni 2016

11

KONSULTASI

Sebagai bentuk komitmen menjalankan amanah undang-undang terkait pelaksanaan program jaminan kesehatan di Indonesia, BPJS Kesehatan

dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sepakat menjalin kerjasama melalui penandatanganan Nota Kesepahaman. Melalui sinergi ini, PBNU diharapkan dapat mendukung BPJS Kesehatan mencapai universal health coverage tahun 2019 mendatang.

“PBNU merupakan salah satu organisasi terbesar dalam bidang sosial, keagamaan, dan kemasyarakatan, dengan jaringan kepengurusan yang sangat luas di Indonesia. Dengan kondisi tersebut, diharapkan PBNU memiliki kekuatan yang besar dalam mengajak masyarakat untuk menjadi akselerator dalam mencapai tujuan pemerintah, baik di bidang ekonomi, pendidikan, sosial dan kesehatan,” kata Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris dalam acara Penandatanganan Nota Kesepahaman antara BPJS Kesehatan dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat yang diselenggarakan di Jakarta, (15/06).

Terdapat beberapa ruang lingkup cakupan Nota Kesepahaman tersebut diantaranya (1) Perluasan Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat, (2) Optimalisasi pemanfaatan fasilitas kesehatan yang digunakan oleh peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat, (3) Sosialisasi Program Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (4) Kolekting Iuran Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat dan (5) Kerjasama lainnya yang disepakati PARA PIHAK. Adapun Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal 08 April 2016 sampai dengan tanggal 08 April 2018.

Sampai dengan Minggu ke II bulan Juni tahun 2016, tercatat sebanyak 166.858.548 jiwa penduduk di

maupun organisasi kemasyarakatan dan kegamaan, sehingga implementasi program JKN-KIS di lapangan dapat berjalan lancar,” kata Fachmi.

Ia juga berharap, nota kesepahaman tersebut juga dapat menjadi awal kerjasama yang baik antara BPJS Kesehatan dengan PBNU se-Indonesia untuk bersinergi meningkatkan derajat kesehatan para PBNU dan seluruh rakyat Indonesia melalui penyediaan jaminan kesehatan dalam program JKN-KIS. Ketua PBNU Said Aqil Siroj, hadir untuk melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman. Acara tersebut juga dihadiri oleh Pengurus Pimpinan Pusat dan Pimpinan Daerah PBNU dan Direksi BPJS Kesehatan.

Optimalkan Implementasi Program JKN-KIS, BPJS Kesehatan Teken MoU Dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

1. Saat ini 25 tahun. Saat ini saya sudah mempunyai kartu BPJS Kesehatan tetapi masih ikut KK keluarga saya dan alamatnya pun masih alamat lama. Sedangkan saya baru saja sudah membuat KK dan KTP baru dengan suami dan alamatnya berbeda (masih 1 kecamatan). Apakah berpengaruh saat digunakan? Untuk informasi, suami belum mempunyai BPJS Kesehatan, dan kurang lebih 2 minggu lagi saya melahirkan (berdasarkan HPL) jadi rencana mau BPJS Kesehatan tersebut mau saya gunakan. Terimakasih.

Jawab: Jika Ibu terdaftar sebagai peserta aktif BPJS Kesehatan, maka selama Ibu mengikuti

prosedur dan ketentuan yang berlaku, biaya persalinan Ibu dapat ditanggung BPJS Kesehatan. Terkait perubahan alamat, karena Ibu sudah memiliki KK dan KTP terbaru, kami menyarankan agar Ibu berkenan memperbarui data sekaligus mendaftarkan suami dan calon bayi Ibu di Kantor Cabang BPJS Kesehatan terdekat. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, seluruh anggota keluarga wajib didaftarkan menjadi peserta BPJS Kesehatan.

2. Dear BPJS kesehatan. Saya mau tanya kalau MRI dan ST SCAN ditanggung BPJS Kesehatan?

Jawab: MRI dan CT Scan dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan, selama peserta

mengikuti prosedur dan ketentuan yang berlaku, serta tindakan MRI dan CT Scan tersebut dilakukan atas indikasi medis yang jelas yang ditetapkan oleh dokter sebagai bentuk penanganan atas penyakit/kondisi peserta (bukan atas keinginan peserta sendiri).

3. Anak saya ikut BPJS Kesehatan secara mandiri, kemudian karena keluar dari pekerjaannya iuran BPJS Kesehatannya tidak dibayarkan sampai dengan saat ini lebih dari 10 bulan. Apakah tunggakan iuran tersebut akan terus ada? Apakah kalau di tempat kerjaannya yg baru nanti dan perusahaannya mendaftarkan anak saya ikut BPJS Kesehatan, tunggakan iuran tersebut harus dibayarkan? Mohon penjelasannya.

Jawab:Ya, tunggakan yang belum dibayarkan peserta BPJS Kesehatan akan terus

terakumulasi. Adapun untuk penanggung tunggakan tersebut, merupakan kebijakan internal perusahaan baru. Jika perusahaan tersebut bersedia menanggung tunggakan anak Bapak/Ibu, maka tidak masalah. Namun jika perusahaan baru tempat anak Bapak/Ibu bekerja tidak bersedia menanggungnya, maka tunggakan iuran selama 10 bulan tersebut akan dibebankan kepada anak Bapak/Ibu.

4. Saya salah satu peserta mandiri, karena perusahaan tempat saya bekerja tidak mengikut sertakan saya sebagai Peserta BPJS Kesehatan. Apakah perusahaan tempat saya bekerja bisa kena sanksi? Mohon penjelasannya.

Jawab: Jika masih ada perusahaan yang belum mau mendaftarkan karyawan

beserta anggota keluarganya menjadi peserta BPJS Kesehatan, maka sesuai Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2013 Pasal 5, sanksi administratif yang dapat diberikan kepada pemberi kerja berupa:

1. Teguran tertulis, diberikan paling banyak 2 kali masing-masing untuk jangka waktu paling lama 10 hari kerja.

2. Denda sebesar 0,1% setiap bulan dari iuran yang seharusnya dibayar yang dihitung sejak teguran tertulis kedua terakhir,

3. Tidak mendapat pelayanan publik tertentu.

INFO

BP

JS K

ESEH

ATA

N

Edisi 35 2016