infeksi sistem pernapasan bawah

50
INFEKSI SISTEM PERNAPASAN BAWAH SKENARIO 2: SESAK YANG MENGGANGGU ISBA Isba, laki-laki, 19 tahun, sering mengeluh batuk- batuk dengan dahak yang banyak, berwarna kekuningan sejak satu bulan yang lalu. Demam hilang timbul dan tidak tinggi sejak satu bulan tapi dalam tiga hari ini suhu tubuhnya menjadi lebih tinggi dan dikuti sesak nafas. Ibunya membawa Isba ke Puskesmas di dekat rumah. Dokter melakukan pemeriksaan terhadap Isba, dan didapatkan ia menderita hiperpireksia dan dispneu. Pada auskultasi paru kanan, terdengar suara nafas amphoris dan rhonki di apeks, sedangkan di lapangan tengah paru kiri terdengar suara nafas bronkial disertai ronkhi. Dokter menjelaskan bahwa Isba kemungkinan menderita penyakit infeksi paru yang dapat disebabkan oleh beberapa hal. Penyakit ini sering ditemui di masyarakat pada keadaan tertentu. Oleh karena banyak kemungkinan penyakitnya maka dokter menganjurkan Isba untuk menjalani beberapa pemeriksaan lainnya. Hasil pemeriksaan darah rutin Isba antara lain didapatkan hemoglobin 11 gr/dL dan leukosit 14.500/mm 3 . Dokter Puskesmas melakukan beberapa tindakan dan memberikan beberapa jenis obat oral dan injeksi, kemudian merujuk ke rumah sakit. Isba bertanya kepada dokter apakah dia dapat sembuh seperti semula.

Upload: maria-kurenai

Post on 06-Aug-2015

98 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

INFEKSI SISTEM PERNAPASAN BAWAH

SKENARIO 2: SESAK YANG MENGGANGGU ISBA

Isba, laki-laki, 19 tahun, sering mengeluh batuk-batuk dengan dahak yang

banyak, berwarna kekuningan sejak satu bulan yang lalu. Demam hilang timbul

dan tidak tinggi sejak satu bulan tapi dalam tiga hari ini suhu tubuhnya menjadi

lebih tinggi dan dikuti sesak nafas. Ibunya membawa Isba ke Puskesmas di dekat

rumah. Dokter melakukan pemeriksaan terhadap Isba, dan didapatkan ia

menderita hiperpireksia dan dispneu. Pada auskultasi paru kanan, terdengar suara

nafas amphoris dan rhonki di apeks, sedangkan di lapangan tengah paru kiri

terdengar suara nafas bronkial disertai ronkhi.

Dokter menjelaskan bahwa Isba kemungkinan menderita penyakit infeksi

paru yang dapat disebabkan oleh beberapa hal. Penyakit ini sering ditemui di

masyarakat pada keadaan tertentu. Oleh karena banyak kemungkinan penyakitnya

maka dokter menganjurkan Isba untuk menjalani beberapa pemeriksaan lainnya.

Hasil pemeriksaan darah rutin Isba antara lain didapatkan hemoglobin 11

gr/dL dan leukosit 14.500/mm3. Dokter Puskesmas melakukan beberapa tindakan

dan memberikan beberapa jenis obat oral dan injeksi, kemudian merujuk ke

rumah sakit. Isba bertanya kepada dokter apakah dia dapat sembuh seperti semula.

Sebagai mahasiswa kedokteran bagaimana saudara menjelaskan keadaan Isba?

Page 2: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

Terminologi

1. Hiperpireksia : Peningkatan temperatur tubuh yang sangat tinggi

lebih dari 41,1 oC.

2. Amphoric : bunyi suara nafas yang ditandai dengan suara

menyerupai meniup diatas mulut botol dapat berasal

dari kavitas atau pneumotoraks dengan fistel yang

terbuka.

3. Ronki : suara tambahan yang dihasilkan oleh aliran udara

melalui saluran nafas yang berisi sekret/eksudat atau

akibat saluran nafas menyempit/oleh edema saluran

nafas.

4. Suara napas bronkial : suara nafas normal di daerah suprasternal.

5. Dispnue : kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan

oksigen dengan pernafasan yang cepat.

Page 3: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

Identifikasi Masalah

1. Mengapa Isba mengeluh batuk-batuk dengan dahak yang banyak, berwarna

kekuningan sejak satu bulan lalu, dan apakah ada hubungan dengan usianya?

2. Mengapa demamnya hilang timbul dan tidak tinggi sejak satu bulan dan dalam

tiga hari ini demamnya menjadi lebih tinggi dan disertai sesak nafas?

3. Bagaimana interpretasi dari auskultasi paru?

4. Mengapa dokter menjelaskan bahwa kemungkinan Isba menderita penyakit

infeksi paru, apa penyebabnya dan infeksi paru apa yang mungkin terjadi?

5. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap infeksi pada Isba?

6. Apa kemungkinan penyakit Isba dan apa pemeriksaan lebih lanjutnya?

7. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan darah rutin Isba?

8. Bagaimana pengobatan yang sebaiknya dilakukan pada Isba?

9. Apakah Isba dapat sembuh seperti semula?

Page 4: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

Analisis Masalah

1. Batuk ada pada orang normal mekanisme pertahanan tubuh dari benda

asing yang masuk ke dalam saluran pernafasan.

Batuk 1 bulan batuk sub-akut

Dahak beserta lendir lebih kurang 100 ml

Berlebihan Infeksi, rangsangan kimia

Banyak infeksi supuratifa

Dahak berwarna kuning infeksi bakteri (TB)

Tidak ada hubungan dengan usia Isba, karena infeksi bisa terjadi pada semua

umur.

2. Demam tanda-tanda infeksi

bakteri demam tidak terlalu tinggi

virus demam tinggi

Demam pada Isba kumungkinan karena: bronkitis, pneumonia, TB (demam

hilang timbul).

1 bulan lalu demam tidak tinggi infeksi tidak terlalu berat

3 hari, demam semakin tinggi infeksi sekunder.

Sesak inflamasi udem

sekret yang menumpuk

peningkatan tahanan jalan nafas

penurunan keregangan paru

penurunan ekspansi paru

penyakit parenkim paru elastisitas paru menurun ventilasi paru

menurun otot-otot pernafasan bekerja lebih keras.

3. Amphoric dan ronki gejala dari TB paru

Suara nafas bronkial di lapangan tengah paru tidak normal (normalnya

pada suprasternal) pemadatan parenkim paru seperti pada pneumonia.

Page 5: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

4. Gelaja dari penyakit Isba, seperti: batuk, demam dan diikuti sesak nafas,

merupakan gejala dari infeksi paru.

Dari pemeriksaan auskultasi paru suara nafas amphoric

ronki pada apex TB

lapangan paru kiri bronkial

pneumonia

Penyebab infeksi bisa karena Bakteri, virus maupun jamur. Untuk penyebab

pastinya perlu pemeriksaan lebih lanjut. Kuman-kuman ini dapat masuk secara

aerosol atau kolonisasi di permukaan mukosa.

Infeksi paru yang mungkin terjadi : TB, Pneumonia, bronkitis, bronkiektasis.

5. Pengaruh lingkungan higienis

penderita yang hidup di sekitar Isba

aerosol

polusi udara

sosial ekonomi rendah

malnutrisi

Selain pengaruh lingkungan, hal lain yang mempengaruhi adalah:

Penderita daya tahan tubuh menurun

Kuman jumlah kuman atau virulensinya

6. Kemungkinan penyakit Isba: TB, Pneumonia, bronkitis

Pemeriksaan lanjutan: pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan BTA,

pemeriksaan photo torax (radiologi), biopsi, biakan kuman, makroskopis dan

mikroskopis dari dahak.

Untuk TB memberikan antibiotik yang tidak berpengaruh terhadap TB, jika

gejalanya tidak hilang TB, jika gejalanya hilang bukan TB.

Page 6: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

7. Hb rendah

Leukosit tinggi (leukositosis)

kedua hal ini merupakan pertanda adanya infeksi bakteri.

8. Pengobatan tergantung etiologi.

Jika TB anti TB

Jika penyebabnya belum diketahui obat simtomatik

antipiretik

obat untuk batuk berdahak

antibiotik

obat yang meningkatkan sistem imun

9. Jika Isba menderita Pneumonia bisa sembuh tanpa meninggalkan bekas

TB tergantung strain

bisa sembuh

bisa sembuh tapi meninggalkan cacat

dorman sewaktu-waktu dapat menyerang dengan penyebaran

secara hematogen ataupun limphogen.

Page 7: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

Skema

ISBA 19 tahun

Penatalaksanaan (obat oral dan injeksi)

Batuk berdahak

Deman, sesak nafas

Nafas amphoric dan ronki

Lapangan paru kiri nafas bronkial

Infeksi paru

Resistensi obat

mikrobiologi

Foto torax

Pemeriksaan darah

Hb 11g/dl

Leukosit 14.500

Tindakan lanjut

Rujukan

Page 8: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

Learning Objective

1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang infeksi saluran nafas bawah;

a. Bronkitis

b. Pneumonia

c. TB

d. Bronkiektasis

e. Mikosis paru

Page 9: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

BRONKITIS

Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya, yang

mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus. Manifefstasi klinis

biasanya terjadi akut mengikuti suatu infeksi saluran napas atas.

 

Etiologi

Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara,

alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur. Virus

merupakan penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh

bakteri. Virus penyebab yang sering yaitu  yaitu virus Influenza A dan B,

Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus (RSV), Rinovirus, adenovirus dan

corona virus. Bronkitis akut karena bakteri  biasanya dikaitkan dengan

Mycoplasma pneumoniae, Mycobacterium tuberculosis, Bordatella pertusis,

Corynebacterium diphteriae, Clamidia pneumonia,  Streptococcus pneumonia,

Moraxella catarrhalis, H. influenza, Penyebab lain agen kimia ataupun pengaruh

fisik.

Diagnosis

Manifestasi klinis

Anamnesis dapat ditemui adanya demam, nyeri kepala, nyeri otot selama 3-4 hari

diikuti dengan batuk. Pada awalnya batuk bersifat kering dan keras, kemudian

berkembang menjadi batuk yang produktif, dahak bisa jernih atau purulen. Batuk

biasanya berlangsung 7-10 hari, tetapi dapat juga berlangsung samnpai 3 minggu.

Pada umumnya gejala akan menghilang dalam 10-14 hari. Bila gejala dan tanda

klinis menetap sampai 2-3 minggu, perlu dicurigai adanya proses kronis atau

terjadi infeksi bakteri sekunder.

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan

adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis.

Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi dada

Page 10: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi

lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.

Pemeriksaan penunjang

Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untuk

diagnosis bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis

harus ditemukan untuk kepentingan terapi. Hal ini biasanya diperlukan pada

bronkitis kronis. Pada bronkitis akut pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena

sebagian besar penyebabnya adalah virus.

Pemeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak corakan bronkial

meningkat.   Pada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan ringan uji

fungsi paru. Akan tetapi uji ini tidak perlu dilakukan pada penderita yang

sebelumnya sehat. Jika dicurigai adanya asma sebagai penyakit yang mendasari,

uji fungsi paru perlu dipertimbangkan untuk dilakukan.

Terapi

Penderita tidak perlu dirawat inap kecuali ada indikasi seperti dehidrasi atau

penyempitan bronkus yang berat.

Medikamentosa

Antibiotik tidak direkomendasikan secara rutin pada bronkitis akut, bahkan

pemberian antibiotik dengan indikasi untuk pencegahan superinfeksi saluran

napas bawah tidak memberikan keuntungan.

Bronkodilator agonis b2  seperti salbutamol dapat memberikan manfaat untuk

mengatasi batuk, utamanya pada keadaan yang disertai dengan  tanda-tanda

bronkokontriksi. Pemberian salbutamol dengan dosis 0,1 mg/kgBB/kali.akan

mengurangi batuk dalam 7 hari, lebih baik dibandingkan pemberian antibiotik,

Analgesik & antipiretik bila diperlukan dapat  diberikan.

Pemberian antitusif tidak direkomendasikan, mukolitik, dan ekspektoran,walau

belum cukup bukti klinis yang kuat.

Suportif

Page 11: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

Terapi bronkitis akut sebagian besar bersifat suportif. Diperlukan istirahat dan

asupan makanan  yang cukup, kelembaban udara yang cukup serta masukan

cairan ditingkatkan

Bronkitis kronik adalah inflamasi luas jalan napas dengan penyempitan/hambatan

jalan napas dan peningkatan produksi sputum mukoid, menyebabkan

ketidakcocokan ventilasi-perkusi dan menyebabkan sionasis. Bronkitis

didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam

satu tahun selama 2 tahun berturut-turut. Sekresi yang menumpuk dalam

bronkioles mengganggu pernapasan yang efektif. Merokok atau pemajanan

terhadap polusi adalah penyebab utama bronkitis kronik. Pasien dengan bronkitis

kronik lebih rentan terhadap kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah.

Kisaran infeksi virus, bakteri, dan mikoplasma yang luas dapat menyebabkan

episode bronkitis akut. Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama

musim dingin. Menghirup udara yang dingin pasti dapat menyebabkan

bronkospasme bagi mereka yang rentan.

 Etiologi

Penyebab bronkitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas. Pada

kenyataannya kasus-kasus bronkitis dapat timbul secara kongenital maupun

didapat. Kelainan kongenital dalam ini bronkitis terjadi sejak dalam kandungan.

Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan faktor perkembangan fetus

memegang peran penting.

 Patofisiologi

Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi.

Karena iritasi dyang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-

sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir

yang dihasilkan. Sebagai akibat, bronkiolus menjadi menyempit dan tersumbat.

Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk

fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar, yang berperan

penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk bakteri. Pasien kemudian

Page 12: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkial lebih

lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas.

Pada waktunya, mungkin terjadi perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan

mengakibatkan emfisime dan brokiektasis.

 Manifestasi Klinis

Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin adalah tanda dini

bronkitis kronis. Batuk mungkin dapat diperburuk oleh cuaca yang dingin,

lembab, dan iritan paru. Pasien biasanya mempunyai riwayat merokok dan sering

mengalami infeksi pernapasan.

 Evaluasi Diagnostik

Riwayat kesehatn yang lengkap, termasuk keluarga, pemajanan terhadap

lingkungan, terhadap lingkungan, terhadap bahan-bahan yang mengiritasi dan

riwayan pekerjaan dikumpulkan, termasuk kebiasaan merokok (jumlah bungkus

per hari). Selain itu, pemeriksaan gas-gas darah arteri, rontgen dada, dan

pemeriksaan funsi paru dilakukan, juga pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit.

Pemeriksaan funsi paru menunjukkan penurunan kapasitas vital (VC) dan volume

ekspirasi kuat (FEV ; jumlah udara yang diekshalasi) dan peningkatan volume

residual (RV ; udara yang tersisa dalam paru-paru setelah ekshalasi maksimal),

dengan kapasitas paru total (TLC) normal atau sedikit meningkat. Hematokrit dan

hemaglobin dapat sedikit meningkat. Analisa gas darah dapat menunjukkan

hipoksia dengan hiperkapnia. Rontgen dada mungkin menunjukkan perbesaran

jantung dengan diafragma normal atau mendatar. Konsolidasi dalam bidang paru

mungkin juga terlihat.

 Penatalaksanaan Medis

Objektif utama pengobatan adalah untuk menjaga agar brinkiolus terbuka dan

berfungsi untuk memudahkan pembuangan sekresi bronkial untuk mencegah

infeksi dan untuk mencegah kecacatan. Perubahan dalam pola sputum (sifat,

warna, jumlah, ketebalan) dan dalam batuk adalah tanda yang penting untuk

Page 13: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

dicatat. Infeksi bakteri kambuhan diobati dengan terapi antibiotik berdasarkan

hasil pemeriksaan kultur dan sensitivitas.

Untuk membantu membuang sekresi bronkial, diresepkan bronkodilator untuk

menghilangkan bronkospasme dan mengurangi obstruksi jalan napas sehingga

lebih banyak oksigen didistribusikan ke seluruh bagian paru dan ventilasi

alveolardiperbaiki. Drainase postural dan perkusi dada setelah pengobatan

biasanya sangat membantu, terutama jika terdapat bronkiektasis. Cairan (yang

diberikan per oral atau parenteral jika bronkospasme berat) adalah bagian penting

dari terapi, karena hidrasi yang baik membantu untuk mengencerkan sekresi

sehingga dapat mudah dikeluarkan dengan membatukannya. Terapi kortikosteroid

mungkin digunakan ketika pasientidak menunjukkan keberhasilan terhadap

pengukuran yang lebih konservatif. Pasien harus menghentikan merokok karena

menyebabkan brokokonstriksi, melumpuhkan silia, yang penting dalam menbuang

partikel yang mengiritasi dan menginaktivasi surfaktan, yang memainkan peran

penting dalam memudahkan pengembangan paru-paru. Perokok juga lebih rentan

terhadap infeksi bronkial.

 Pencegahan

Karena sifat bronkitis kronik yang menimbulkan ketidakmampuan, setiap upaya

diarahkan untuk mencegah kekambuhan. Satu tindakan esensial adalah untuk

menghindari iritan pernapasan (terutama asap tembakau). Individu yang rentan

terhadap infeksi saluran pernapasan harus diimunisasi terhadap agens virus yang

umum dengan vaksin untuk influenza dan untuk S. pneumoniae. Semua pasien

dengan infeksi traktus respiratorius atas akut harus mendapat pengobatan yang

sesuai, termasuk terapi antimikroba berdasarkan pemeriksaan kultur dan

sensitivitas pada tanda pertama sputm purulen.

Page 14: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus

maupun jamur.

Penyebab pneumonia adalah:

1.   Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa):

Streptococcus pneumoniae

Staphylococcus aureus

Legionella

Hemophilus influenzae

2. Virus: virus influenza, chicken-pox (cacar air)

3. Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-

anak dan dewasa muda)

4. Jamur tertentu.

Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui:

Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar

Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain

Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru.

Beberapa orang yang rentan (mudah terkena) pneumonia adalah:

Peminum alkohol

Perokok

Penderita diabetes

Penderita gagal jantung

Penderita penyakit paru obstruktif menahun

Page 15: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

Gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita

kanker,penerima organ cangkokan)

Gangguan sistem kekebalan karena penyakit (penderita AIDS).

Pneumonia juga bisa terjadi setelah pembedahan (terutama pembedahan perut)

atau cedera (terutama cedera dada), sebagai akibat dari dangkalnya pernafasan,

gangguan terhadap kemampuan batuk dan lendir yang tertahan. Yang sering

menjadi penyebabnya adalah Staphylococcus aureus, pneumokokus, Hemophilus

influenzae atau kombinasi ketiganya.

Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri, yang

tersering yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae pneumococcus). Pneumonia

dikelompokkan berdasarkan sejumlah sistem yang berlainan. Salah satu

diantaranya adalah berdasarkan cara diperolehnya, dibagi menjadi 2 kelompok,

yaitu "community-acquired" (diperoleh diluar institusi kesehatan) dan "hospital-

acquired" (diperoleh di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya). Pneumonia

yang didapat diluar institusi kesehatan paling sering disebabkan oleh

Streptococcus pneumoniae. Pneumonia yang didapat di rumah sakit cenderung

bersifat lebih serius karena pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, sistem

pertahanan tubuh penderita untuk melawan infeksi seringkali terganggu. Selain

itu, kemungkinannya terjadinya infeksi oleh bakteri yang resisten terhadap

antibiotik adalah lebih besar.

Gejala

 

Gejala-gejala yang biasa ditemukan adalah:

batuk berdahak (dahaknya seperti lendir, kehijauan atau seperti nanah)

nyeri dada (bisa tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita

menarik nafas dalam atau     terbatuk)

menggigil

demam

mudah merasa lelah

sesak nafas

Page 16: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

sakit kepala

nafsu makan berkurang

mual dan muntah

merasa tidak enak badan

kekakuan sendi

kekakuan otot.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

kulit lembab

batuk darah

pernafasan yang cepat

cemas, stres, tegang

nyeri perut.

Diagnosa

 

Pada pemeriksaan dada dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara

ronki.

Pemeriksaan penunjang:

Rontgen dada

Pembiakan dahak

Hitung jenis darah

Gas darah arteri.

Pengobatan

 

Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik

per-oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah.

Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit

jantung atau paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui

Page 17: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu

nafas mekanik.

Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan

keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.

Pencegahan

 

Untuk orang-orang yang rentan terhadap pneumonia, latihan bernafas dalam dan

terapi untuk membuang dahak, bisa membantu mencegah terjadinya pneumonia.

Vaksinasi bisa membantu mencegah beberapa jenis pneumonia pada anak-anak

dan orang dewasa yang beresiko tinggi:

Vaksin pneumokokus (untuk mencegah pneumonia karena Streptococcus

pneumoniae)

Vaksin flu

Vaksin Hib (untuk mencegah pneumonia karena Haemophilus influenzae

type b).

Page 18: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

Tuberculosis

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh

Mycobakterium tuberculosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada

jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob

yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan

parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat

menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang,

nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.

Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau

ketidakefektifan respon imun.

Etiologi

TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang

aerobic tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar

UV.

Bakteri yang jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan

M. Avium.

Tanda Dan Gejala

1. Tanda

a. Penurunan berat badan

b. Anoreksia

c. Dispneu

d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.

2. Gejala

a. Demam

Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya

Page 19: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.

b. Batuk

Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering

kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan

sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah

yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.

c.Sesak nafas.

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya

sudah setengah bagian paru.

d. Nyeri dada

Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)

e.Malaise

Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala,

meriang, nyeri otot, keringat malam.

Patofisiologi

Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang

aneh di dalam paru-paru meliputi : penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag,

pembentukan dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa

yang disebut dengan tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan

meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh karena itu

menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan membrane

respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara progresif, dan

rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi

oksigenasi darah.

Pemeriksaan Penunjang

Pembacaan hasil tuberkulin dilakukan setelah 48 – 72 jam; dengan hasil positif

bila terdapat indurasi diameter lebih dari 10 mm, meragukan bila 5-9 mm. Uji

tuberkulin bisa diulang setelah 1-2 minggu. Pada anak yang telah mendapt BCG,

diameter indurasi 15 mm ke atas baru dinyatakan positif, sedangkan pada anak

kontrak erat dengan penderita TBC aktif, diameter indurasi ≥ 5 mm harus dinilai

Page 20: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

positif. Alergi disebabkan oleh keadaan infeksi berat, pemberian

immunosupreson, penyakit keganasan (leukemia), dapat pula oleh gizi buruk,

morbili, varicella dan penyakit infeksi lain.

Gambaran radiologis yang dicurigai TB adalah pembesaran kelenjar nilus,

paratrakeal, dan mediastinum, atelektasis, konsolidasi, efusipieura, kavitas dan

gambaran milier. Bakteriologis, bahan biakan kuman TB diambil dari bilasan

lambung, namun memerlukan waktu cukup lama. Serodiagnosis, beberapa

diantaranya dengan cara ELISA (enzyime linked immunoabserben assay) untuk

mendeteksi antibody atau uji peroxidase – anti – peroxidase (PAP) untuk

menentukan Ig G spesifik. Teknik bromolekuler, merupakan pemeriksaan sensitif

dengan mendeteksi DNA spesifik yang dilakukan dengan metode PCR

(Polymerase Chain Reaction). Uji serodiagnosis maupun biomolekular belum

dapat membedakan TB aktif atau tidak.

Tes tuberkulin positif, mempunyai arti :

1. Pernah mendapat infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang

menjadi penyakit.

2. Menderita tuberkulosis yang masih aktif

3. Menderita TBC yang sudah sembuh

4. Pernah mendapatkan vaksinasi BCG

5. Adanya reaksi silang (“cross reaction”) karena infeksi mikobakterium

atipik.

Epidemiologi Dan Penularan TBC

Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu

diperhatikan adalah :

1. Reservour, sumber dan penularan

Manusia adalah reservoar paling umum, sekret saluran pernafasan dari orang

dengan lesi aktif terbuka memindahkan infeksi langsung melalui droplet.

2. Masa inkubasi

Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya memerlukan waktu

empat sampai enam minggu, interfal antara infeksi primer dengan reinfeksi bisa

Page 21: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

beberapa tahun.

3. Masa dapat menular

Selama yang bersangkutan mengeluarkan bacil Turbekel terutama yang

dibatukkan atau dibersinkan.

4. Immunitas

Anak dibawah tiga tahun paling rentan, karena sejak lahir sampai satu bulan bayi

diberi vaksinasi BCG yang meningkatkan tubuh terhadap TBC.

Stadium TBC

1. Kelas 0

Tidak ada jangkitan tuberkulosis, tidak terinfeksi (tidak ada riwayat terpapar,

reaksi terhadap tes kulit tuberkulin tidak bermakna).

2. Kelas 1

Terpapar tuberkulosis, tidak ada bukti terinfeksi (riwayat pemaparan, reaksi tes

tuberkulosis tidak bermakna)

3. Kelas 2

Ada infeksi tuberkulosis, tidak timbul penyakit (reaksi tes kulit tuberkulin

bermakna, pemeriksa bakteri negatif, tidak bukti klinik maupun radiografik).

Status kemoterapi (pencegahan) :

· Tidak ada

· Dalam pengobatan kemoterapi

· Komplit (seri pengobatan dalam memakai resep dokter)

· Tidak komplit

4. Kelas 3

Tuberkuosis saat ini sedang sakit (Mycobacterium tuberkulosis ada dalam biakan,

selain itu reaksi kulit tuberkulin bermakna dan atau bukti radiografik tentang

adanya penyakit). Lokasi penyakit : paru, pleura, limfatik, tulang dan/atau sendi,

kemih kelamin, diseminata (milier), menigeal, peritoneal dan lain-lain.

Status bakteriologis :

a. Positif dengan :

· Mikroskop saja

Page 22: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

· Biakan saja

· Mikroskop dan biakan

b. Negatif dengan :

· Tidak dikerjakan

Status kemoterapi :

Dalam pengobatan kemoterapi sejak kemoterapi diakhiri, tidak lengkap reaksi tes

kulit tuberkulin :

a. Bermakna

b. Tidak bermakna

5. Kelas 4

Tuberkulosis saat ini tidak sedang menderita penyakit (ada riwayat mendapat

pengobatan pencegahan tuberkulosis atau adanya temuan radiografik yang stabil

pada orang yang reaksi tes kulit tuberkulinya bermakna, pemeriksaan

bakteriologis, bila dilakukan negatif. Tidak ada bukti klinik tentang adanya

penyakit pada saat ini).

Status kemoterapi :

a. Tidak mendapat kemoterapi

b. Dalam pengobatan kemoterapi

c. Komplit

d. Tidak komplit

6. Kelas 5

Orang dicurigai mendapatkan tuberkulosis (diagnosis ditunda)

Kasus kemoterapi :

a. Tidak ada kemoterapi

b. Sedang dalam pengobatan kemoterapi.

Penanganan

a. Promotif

1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC

2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara

penularan, cara pencegahan, faktor resiko

3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.

Page 23: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

b. Preventif

1. Vaksinasi BCG

2. Menggunakan isoniazid (INH)

3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.

4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui

secara dini.

c. Kuratif

Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam jangka

waktu yang lama. Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya

penyakit klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita

tuberkulosis dengan gejala klinis harus mendapat minuman dua obat untuk

mencegah timbulnya strain yang resisten terhadap obat. Kombinasi obat-obat

pilihan adalah isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat = INH) dengan etambutol

(EMB) atau rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang dewasa biasanya 5-10

mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama 60 hari, kemudian 15

mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek samping etambutol adalah Neuritis

retrobulbar disertai penurunan ketajaman penglihatan. Uji ketajaman penglihatan

dianjurkan setiap bulan agar keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH

yang berat jarang terjadi. Komplikasi yang paling berat adalah hepatitis. Resiko

hepatitis sangat rendah pada penderita dibawah usia 20 tahun dan mencapai

puncaknya pada usia 60 tahun keatas. Disfungsi hati, seperti terbukti dengan

peningkatan aktivitas serum aminotransferase, ditemukan pada 10-20% yang

mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan sesudah konversi

biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu masuk harus dianjurkan terapi dengan

INH saja selama satu tahun.

Baru-baru ini CDC dan American Thoracis Societty (ATS) mengeluarkan

pernyataan mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita

tuberkulosis dengan riwayat tuberkulosis paru pengobatan 6 atau 9 bulan

berkaitan dengan resimen yang terdiri dari INH dan RIF (tanpa atau dengan

obatobat lainnya), dan hanya diberikan pada pasien tuberkulosis paru tanpa

komplikasi, misalnya : pasien tanpa penyakit lain seperti diabetes, silikosis atau

Page 24: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

kanker didiagnosis TBC setelah batuk darah, padahal mengalami batu dan

mengeluarkan keringat malam sekitar 3 minggu.

Bronkiektasis

Bronkiektasis adalah pelebaran (dilatasi) yang ireversibel dari bagian saluran jalan

nafas (bronkus) akibat kerusakan dari dinding jalan nafas. Penyebab tersering

adalah infeksi saluran nafas berulang yang berat. Beberapa orang akan

menunjukkan batuk kronik, dan beberapa biasanya muncul batuk berdarah dan

memiliki nyeri dada, dan berulangnya episode pneumonia. Foto thorax biasanya

akan selalu dilakukan untuk mencari kelainan yang ada dan beratnya kelainan.

Biasanya banyak orang akan menggunakan antibiotik dan obat-obatan lain untuk

menekan mukus.

Bronkiektasis akan terjadi apabila kondisi kerusakan baik secara langsung

maupun tidak langsung dari dinding bronkus tidak dapat dipertahankan secara

normal. Pertahanan normal antara lain adalah cilia sepanjang dinding saluran

nafas. Cilia ini akan bergerak dan menghalau balik kemudian menggerakkan

cairan mukus yang dihasilkan secara normal dari saluran nafas. Mukus ini akan

membawa partikel berbahaya dan bakteri yang terperangkap di dalam mukus dari

dalam menuju keluar tenggorokkan dan akan dibatukkan ataupun dibersinkan.

Baik kerusakan jalan nafas langsung maupun tidak langsung, area bronkus telah

terjadi kerusakan dan mengalami inflamasi kronik. Inflamasi ini akan

menyebabkan bronkus menjadi tidak elastik, yang menyebabkan jalan nafas

menjadi lebar dan dan menghasilkan kantong kecil seperti balon kecil. Peradangan

juga menghasilkan sekresi mukus yang banyak. Karena sel-sel yang mengandung

silia tersebut mengalami kerusakan atau hancur, sekresi mucus ini akan

terkumulasi pada jalan nafas yang melebar dan menjadi tempat berkembangnya

kuman-kuman bakteri.

Page 25: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

Bakteri juga mengakibatkan kerusakan dinding bronkus yang lebih parah dan

menyebabkan suatu lingkaran setan berupa infeksi berulang dan berlanjutnya

kerusakan jalan nafas.

Etiologi

Bronkiektasis sering mulai terjadi pada anak-anak namun dapat juga terjadi pada

awal kehidupan dewasa. Yang paling sering menyebabkan kerusakan cabang-

cabang bronkhial adalah kejadian pasca infeksi seperti tuberkulosis, pneumonia

bakteri ataupun virus, komplikasi gondongan ataupun pertusis.

Bronkiektasis juga berhubungan dengan beberapa kelainan congenital-for

instance, sindrom Kartagener (kondisi dextrokardia dan sinusitis) Sindrom

Williams-Camnbell dan kelainan segmen paru. Obstruksi berupa karsinoma,

stenosis tuberculus, inhalasi benda asing akan menyebabkan pulmo menjadi

kolaps dan infeksi sekunder menyebabkan terjadi bronkiektasis. Infeksi sinus

berulang juga bisa menyebabkan hal tersebut.

Bronkiektasis dapat menyebabkan komplikasi yang lebih parah berupa fibrosis

kistik atau defisiensi imun yang berat seperti hipo-gammaglobulinemia.

Bronkiektasis yang terjadi pada bronkus proximal biasanya diakibatkan oleh

penyakit alergi pada bronkopulmonari aspergilosis.

Gejala dan Tanda

Gejala bronkiektasis adalah batuk disertai produksi dahak. Kadang berupa

hemoptisis dan gejala umum seperti bronchitis berupa wheezing dan dyspnoe.

Kondisi umum pasien lemah dan memiliki jari tabuh. Biasanya terdengar krepitasi

di atas area sekresi.

Pada gambaran foto thorak akan tampak pada posisi posterior-anterior dan lateral

berupa bayangan tubulus atau cincin, atau corakan bronkovaskular yang

abnormal. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan bronkography, namun hal

tersebut tidak nyaman dilakukan, sehingga hanya dilakukan pada pasien yang

akan diterapi bedah saja.

Page 26: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

Tatalaksana

Penatalaksanaan dapat dengan pengobatan maupun pembedahan. Bila pasien

memiliki gejala sedang atau berat, dimana kondisi tubuh bagus,masih memiliki

fungsi paru yang bagus dan hasil bronkografi jelas menyebutkan lokasi

kelainannya maka pasien dapat dilakukan pembedahan untuk mereseksi lobus

paru yang terkena. Jika fungsi paru pasien tersebut masih memungkinkan maka

hanya disisakan satu lobus, lobus paru kiri dan lingula atau lobus kanan bawah

dan lobus tengah.

Pada kasus yang dipilih dengan hati-hati akan memberikan hasil yang baik, dan

pengobatan secara medis seumur hidup dapat dihindarkan. Semua pasien ini harus

mendapatakan pengobatan intensif sebelum dilakukan operasi.

Beberapa kasus bronkiektasis tidak dapat dilakukan terapi pembedahan karena

fungsi parunya sangat buruk atau bisa juga karena infeksi yang telah menyebar

luas. Aspek penting dari pengobatan medis adalah drainase postural secara rutin

pada segmen atau lobus paru yang terkena. Untuk mendrainase bronkus basal

pasien harus meninggikan kaki di tempat tidur, tempat tidur khusus sangat

membantu pada terapi ini. Di rumah pasien disarankan untuk menggunakan bantal

yang tipis.

Lobus tengah dan lingula didrainase dengan cara berbeda, yaitu pasien tiduran

terlentang, kaki ditinggikan dan bantal diletakkan di bawah lapang paru yang

terkena. Pasien harus mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit malam

dan pagi dan selama waktu itu pasien harus mengambil nafas dalam dan batuk

untuk mengeluarkan dahak.

Jika memungkinkan, meminta bantuan orang lain untuk menepuk-nepuk dada

supaya membantu melegakan dada. Drainase postural membutuhkan waktu lebih

dan kesabaran pasien, kadang dia perlu ketekunan dengan rutinitas tersebut.

Selama fisioterapi bila mendapatkan kondisi eksaserbasi akut maka terapi perlu

ditingkatkan menjadi empat kali sehari.

Tabel 1. Bagan Pemberian Antibiotik Berdasarkan Organisme Penyebab

Bakteri Penyebab Obat Pilihan Obat Alternatif

Haemophilus Amoxycillin 500 mg 4 Tetracyclin 500 mg 4 kali

Page 27: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

influenzae (banyak

yang resisten terhadap

Kotrimoksazole)

kali sehari selama 10 hari sehari

Staphilococcus aureus Cloxacillin 500 mg 4 kali

sehari

Bakteri anaerob

patogen

Metronidazole 800 mg 3

kali sehari

Flora normal traktus

respiratori dan

Pseudomonas

aeroginosa

Antibiotik general secara

intermiten

Pasien di rumah

dengan bronchiectasis

Amoxycillin selama 10

hari

Kebanyakan kuman patogen di dalam sputum pasien dengan bronkiektasis adalah

Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumonia.

Organisme anaerobik juga perlu diperhatikan. Semua pasien dengan bronkiektasis

sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan kultur sputum baik bakteri aerob maupun

anaerob. Jika bakteri patogen ditemukan dalam kultur sputum maka antibiotik

yang sesuai harus diberikan.

Pasien dengan volume sputum yang besar dimana terapi sederhana di rumah

gagal, maka perlu dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan intensif.

Mereka akan mendapatkan terpai yang intensif berupa fisioterapi dan antibiotic

lain selama 4 hinga 6 kali perhari. Antibiotik yang diberikan adalah

Benzylpenicillin 600 mg 4 kali per hari dan Streptomycin 0-5 gram dua kali per

hari secara intra muscular untuk 10 hingga 14 hari, atau kloramfenikol 500 mg 4

kali per hari selama 10 hari.

Beberapa pasien yang terinfeksi Pseudomonas aeroginosa akan sangat membantu

bila diberi Gentamicin 2 mg/kgBB 3 kali sehari dalam waktu sepuluh hari dan

Carbenicillin 5 gram 4 kali sehari. Sputum akan banyak berkurang dan keadaan

umum pasien akan meningkat, namun demikian organism di dalam sputum tidak

semuanya tereliminasi.

Page 28: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

Beberapa pasien dengan keadaan yang berat akan lebih menunjukkan

perkembangan yang lebih baik dengan penggunaan kemoterapi jangka panjang.

Tetracycline di sisi lain, yaitu 250 mg atau 500 mg 4 kali per hari untuk dua hari

dapat juga diberikan. Pengobatan ini boleh diteruskan bila keadaan pasien benar-

benar membaik. Pasien dengan penyakit alergi bronkopulmonari aspergilosis

perlu diberikan steroid untuk mencegah kerusakan dinding bronchial di masa yang

akan datang. Dan pada pasien dengan hipogamaglobulinemia bisa diberikan

gamaglobulin.

Semua pasien bronkiektasi harus disarankan untuk tidak merokok. Sepsis pada

paranasal sinus dan gigi harus segera dieliminasi. Semua pasien juga harus

diperiksa volume FEV1 (forced expiratory volume in one second) dan FVC

(forced vital capacity) sebelum dan sesudah mendapat Salbutamol untuk melihat

apakah mereka memiliki obstruksi jalan nafas yang reversible.

Jika mereka menunjukkan peningkatan maka mereka harus mendapatkan terapi

inhalasi salbutamol sebelum melakukan darinase postural. Mereka juga harus

mendapatkan imunisasi Influenza pada musim gugur, dan mereka harus memiliki

standar umum nutrisi dan perawatan di rumah yang adekuat.

Komplikasi

Komplikasi dari bronkiektasis meliputi gejala eksaserbasi akut dan pneumonia.

Sinusitis kadang sering menyertai dan hal itu harus segera diobati. Hemoptisis

juga biasanya terjadi dan dapat mengancam. Biasanya keadaan tersebut sangatlah

berat dan biasanya dapat hilang hanya dengan pemberian antibiotik bagi penyakit

infeksi yang mendasari, jika tidak dapat diatasi maka perlu dilakukan

pembedahan.

Komplikasi yang jarang terjadi adalah empiema, abses otak, dan amiloidosis.

Banyak pasien yang mengalami cor-pulmonale setelah beberapa tahun menderita

sepsis dan hipoksemia arterial.

Pencegahan

Semua episode dari infeksi pulmo dan kolapnya pulmo harus segera diobati secara

adekuat, terutama pada anak-anak. Anak-anak harus diberi imunisasi seperti

pertusis. Seseorang yang dicurigai menghisap benda asing harus dilakukan

Page 29: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

bronkoskopi. Pasien dengan penyakit alergi bronkopulmonari aspergilosis harus

dikoreksi secara rutin dan diobati secepatnya.

Mikosis Paru

Mikosis paru adalah gangguan paru yang disebabkan oleh infeksi/kolonisasi

jamur atau reaksi hipersensitif terhadap jamur.

Klasifikasi

Berdasarkan jamur penyebab, Riddell menglasifikasikan mikosis paru

menjadi:

1. Aktinomisetes (aktinomikosis, nokardiomikosis).

2. Ragi dan jamur menyerupai ragi (kriptokokosis, kandidosis).

3. Jamur berfilamen (aspergillosis, mukormikosis).

4. Jamur dimorfik (histoplasmosis, koksidiodomikosis, blastomikosis).

Sementara, berdasarkan keberadaan jamur dalam tubuh, mikosis paru

dibagi menjadi:

1. Mikosis paru yang disebabkan jamur pathogen, bisa bersifat:

- Endemic yaitu histoplasmosis, blastomikosis, koksidiodomikosis dan

parakoksidiodomikosis.

- Nonendemik yaitu kriptokokosis

2. Mikosis paru disebabkan jamur oportunis, yaitu aspergillosis, kandidosis,

nokardiosis, mukormikosis

Diagnosis

Prosedur diagnosis mikosis paru masih menjadi tantangan sampai saat ini.

Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang cermat merupakan langkah penting dalam

prosedur diagnosis mikosis paru. Langkah tersebut harus diikuti pemeriksaan

penunjang yang tepat, meliputi: pemeriksaan laboratorium rutin, radiologi dan

Page 30: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

mikologi. Meningkatnya kewaspadaan klinisi terhadap kemungkinan infeksi

jamur paru dan pemilihan modalitas diagnosis yang tepat akan membuat

penatalaksanaan lebih baik.

Keluhan pasien mikosis paru mirip dengan keluhan penyakit paru, pada

umumnya, tidak ada kelugan patognomonik. Keluhan demam, batuk, sesak, dll

perli diwaspadai sebagai gejala mikosis paru pada pasien dengan keadaan sebagai

berikut:

1. Pasien yang memiliki kondisi imunosupresi (neutropenia berat, keganasan

darah, transplantasi organ atau kemoterapi)

2. Penggunaan jangka panjang alat-alat kesehatan invasif

3. Pasien dengan kondisi imunokompromis akibat penggunaan jangka

panjang antibiotika berspektrum luas, kortikosteroid dan obat

imunosupresi

4. Penyakit kronik seperti keganasan rongga toraks, PPOK, bronkiektasis,

luluh paru, sirosis hati, insufisiensi renal, diabetes

5. Gambaran infiltrat di paru dengan demam yang tidak membaik setelah

pemberian antibiotika adekuat dengan atau tanpa adenopati

6. Pasien dengan manifestasi mikosis kulit berupa lesi eritema nodosum pada

ekstremitas bawah terutama di daerah endemik jamur tertentu

7. Pasien terpajan atau setelah bepergian ke daerah endemik jamur tertentu.

Pada pemeriksaan fisis, mikosis paru sulit dibedakan dengan penyakit paru

lainnya, tergantung pada kelainan anatomi yang terjadi pada paru. Pemeriksaan

penunjang untuk mendiagnosis mikosis paru antara lain pemeriksaan radiologi,

pemeriksaan laboratorium klinik tertentu, serta pemeriksaan mikologi. Gambaran

foto toraks pada sebagian besar mikosis paru tidak menunjukkan ciri khas, dapat

ditemukan infiltrat interstisial, konsolidasi, nodul multipel, kavitas, efusi pleura.

Gambaran yang khas dapat terlihat pada aspergiloma, yaitu fungus ball di dalam

kavitas pada pemeriksaan foto toraks. Hasil laboratorium rutin yang mungkin

berkaitan dengan mikosis paru adalah peningkatan jumlah sel eosinofil.

Pemeriksaan laboratorium mikologi merupakan prosedur diagnosis

mikosis paru yang sangat penting. Kualitas pemeriksaan ini ditentukan oleh

Page 31: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

pemilihan, pengumpulan serta cara pengiriman bahan klinik (spesimen) yang

baik. Penanganan spesimen yang tidak memadai dapat mengakibatkan

ketidaktepatan diagnosis. Sepsimen dapat diambil dari sputum, bilasan bronkus,

kurasan bronkoalveolar (BAL), jaringan biopsi, darah, cairan pelura, pus, dll.

Pengiriman spesimen harus disertai keterangan klinis yang cukup dan permintaan

yang jelas. Hal itu akan mempermudah staf laboratorium mengarahkan

pemeriksaan yang diperlukan dan menghindari kesalahan interpretasi hasil

pemeriksaan. Spesimen harus diletakkan dalam wadah steril yang tertutup rapat,

tanpa bahan pengawet dan dilabeli dengan baik. Selanjutnya spesimen dikirim ke

laboratorium dalam waktu paling lama dua jam setelah prosedur pengambilan.

Bila tidak memungkinkan segera diproses dalam dua jam, spesimen dapat

disimpan dalam suhu 4o C. Bila spesimen disimpan terlalu lama, keberhasilan

pemeriksaan dapat menurun.

Sputum sebaiknya diambil pagi hari sebelum makan, dilakukan tiga hari

berturut-turut. Pasien harus berkumur dengan air matang sebanyak 2-3 kali,

selanjutnya berusaha mengeluarkan sputum dengan membatukkannya. Induksi

sputum lebih dianjurkan karena lebih mempresentasikan spesimen saluran napas

bawah. Jumlah sputum yang diperlukan sekitar 10-15 mL.

Jaringan hasil biopsi memiliki arti klinik paling tinggi karena penemuan

jamur dalam jaringan dapat memastikan diagnosis mikosis. Spesimen biopsi

sebaiknya diambil dari tengah dan tepi lesi, selanjutnya diletakkan di antara kasa

steril yang sedikit dibasahi dengan larutan garam faal sekedar untuk mencegah

kekeringan. Jangan diberi bahan pengawet karena akan mematikan jamur dalam

jaringan sehingga tidak dapat dilakukan proses pembiakan serta uji kepekaan

jamur terhadap obat antijamur.

Metode laboratorium untuk mendiagnosis mikosis paru dilakukan melalui

tiga pendekatan penting, yaitu: pemeriksaan mikroskopik, isolasi dan identifikasi

jamur pada biakan serta deteksi respons serologis terhadap jamur atau

penandanya. Prosedur diagnostik berdasarkan deteksi deoxyribonucleic acid

(DNA) jamur saat ini sedang dikembangkan. Biakan spesimen maupun hasil

biopsi jaringan masih menjadi baku emas diagnosis mikosis paru. Pemeriksaan uji

Page 32: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

kepekaan jamur terhadap obat perlu dilakukan hanya untuk menentukan pemilihan

obat antijamur yang tepat atau evaluasi terapi.

Tabel 2. Kriteria faktor pejamu, gambaran klinis dan hasil pemeriksaan

mikologi

Kriteria Deskripsi

Faktor pejamu Neutropenia (neutrofil <500/mm3 selama >10 hari)

Menerima transplantasi sumsum tulang alogenik

Menerima terapi kortikosteroid jangka panjang dengan

rerata dosis minimal setara prednison 0,3 mg/kg/hari

selama >3 minggu

Menerima terapi imunosupresan sel-T misalnya

siklosporin, penyekat TNF-alfa, antibodi monoklonal

spesifik (misalnya alemtuzumab), atau analog

nukleosida dalam 90 hari terakhir.

Mengalami imunodefisiensi primer berat (misalnya

penyakit granulomatosa kronik atau imunodefisiensi

berat lainnya)

Gambaran klinis Mayor

Terdapat salah satu dari tiga kondisi berikut pada CT-scan:

lesi padat dengan atau tanpa halo sign, air-crescent sign

atau kavitas.

Minor

Gejala infeksi saluran napas bawah (misalnya batuk,

nyeri dada, sesak napas, hemoptisis)

Pemeriksaan fisis terdapat pleural rub

Gambaran infiltrat baru yang tidak sesuai kriteria

mayor

Page 33: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

Hasil mikologi Pemeriksaan langsung

Ditemukan elemen jamur kapang dari spesimen

sputum BAL, bilasan bronkus, aspirat sinus

Pertumbuhan jamur kapang dalam medium biakan

Pemeriksaan tidak langsung

Aspergilosis: antigen galaktomanan terdeteksi

dalam plasma, serum, BAL atau LSS

Penyakit jamur invasif selain kriptokokus dan

zigomikosis: beta-glucan terdeteksi dalam serum

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan mikosis paru berkaitan erat dengan jenis jamur, status

imun pejamu, lokasi infeksi, kepekaan jamur terhadap obat, terapi antijamur

sebelumnya, penanganan sumber infeksi dan faktor risiko. Penatalaksanaan ini

terdiri atas medikamentosa dan bedah. Terapi medikamentosa dilakukan dengan

memberikan obat anti jamur (OAJ), yang terdiri atas beberapa golongan obat:

polien, flusitosin, azol dan ekinokandin.

Obat anti jamur dapat diberikan sebagai: terapi profilaksis, empiris, pre-

emptive (targeted prophylaxis), dan definitif.

1. Terapi profilaksis

Pemberian OAJ kepada pasien dengan faktor risiko, tanpa tanda infeksi,

dengan tujuan mencegah timbulnya infeksi jamur. Terapi profilaksis biasanya

diberikan pada awal periode risiko tinggi terkena infeksi.

2. Terapi empirik

Pemberian OAJ kepada pasien dengan faktor risiko, disertai tanda infeksi

(misalnya persisiten dengan neutropenia biasanya selama 4-7 hari) yang

etiologinya belum diketahui dan tidak membaik setelah tearpi antibiotika

adekuat selama 3-7 hari. Terapi empirik diberikan kepada pasien dengan

diagnosis possible.

3. Terapi pre-emptive (targeted prophylaxis)

Page 34: Infeksi Sistem Pernapasan Bawah

Pemberian OAJ kepada pasien dengan faktor risiko, disertai gejala klinis,

dan hasil pemeriksaan radiologi dan atau laboratorium yang mencurigakan

infeksi jamur. Terapi pre-emptive diberikan kepada pasien dengan diagnosis

probable.

4. Terapi definitif

Pemberian OAJ kepada pasien yang terbukti (proven) mengalami infeksi

jamur sistemik.

Pembedahan merupakan terapi definitif aspergiloma. Pada pasien dengan

hemoptisis ringan dianjurkan bed rest, postural drainage atau terapi simtomatik

lain. Pada pasien dengan hemoptisis berulang atau hemoptisis masif, pembedahan

dilakukan dengan mempertimbangkan risiko/toleransi operasi. Jika toleransi

operasi tidak memungkinkan, dipertimbangkan embolisasi, atau pemberian OAJ

transtorakal-intrakavitas.

Lama terapi OAJ bersifat individual, tergantung kepada jenis

penyakit/infeksi jamur yang diderita pasien, berat-ringannya penyakit,

perkembangan penyakit selama terapi, serta jenis OAS yang diberikan. Evaluasi

pengobatan harus dilakukan untuk melihat respons terapo dan toksisitas yang

ditimbulkan OAJ. Evaluasi radiologi dilakukan setelah pemberian OAJ 2 minggu.

Evaluasi toksisitas obat dilakukan dengan melihat gejala klinis (mual, muntah,

ikterus, dll) dan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.