infark miokard akut.pdf

22
Akut Myokard Infark (AMI) A. Definisi AMI merupakan kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari aliran darah ke bagian otot jantung terhambat. AMI merupakan penyebab kematian utam bagi laki-laki dan perempuan di USA. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita infark miokard setiap tahunnya dan lebih dari 600 orang meninggal akibat penyakit ini. Untungnya saat ini terdapat pengobatan mutakhir bagi heart attack yang dapat menyelamatkan nyawa dab mencegah kecacatan yang disebabkannya. Pengobatan paling efektive bila dimulaai dalam 1 jam dari permulaan gejala. So jika menemui ada orang yang mengalami serangan jantung segera hubungi 911 atau di Indonesia 118. B. Etiologi AMI terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak tertangani dengan baik sehingga menyebabkab kematian sel-sel jantung tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya: 1. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard. Menurunya suplai oksigen disebabkan oleh tiga factor, antara lain: a. Faktor pembuluh darah Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan pembuluh darah diantaranya: atherosclerosis, spasme, dan arteritis. Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan beberapa hal antara lain: (a) mengkonsumsi obat-obatan tertentu; (b) stress emosional atau nyeri; (c) terpapar suhu dingin yang ekstrim, (d) merokok. b. Faktor Sirkulasi Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari factor pemompaan dan volume darah yang dipompakan. Kondisi yang

Upload: chamimfaizin

Post on 26-Sep-2015

78 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

  • Akut Myokard Infark (AMI)

    A. Definisi

    AMI merupakan kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari aliran

    darah ke bagian otot jantung terhambat. AMI merupakan penyebab kematian utam

    bagi laki-laki dan perempuan di USA. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita

    infark miokard setiap tahunnya dan lebih dari 600 orang meninggal akibat penyakit

    ini. Untungnya saat ini terdapat pengobatan mutakhir bagi heart attack yang dapat

    menyelamatkan nyawa dab mencegah kecacatan yang disebabkannya. Pengobatan

    paling efektive bila dimulaai dalam 1 jam dari permulaan gejala. So jika menemui ada

    orang yang mengalami serangan jantung segera hubungi 911 atau di Indonesia 118.

    B. Etiologi

    AMI terjadi jika suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak

    tertangani dengan baik sehingga menyebabkab kematian sel-sel jantung tersebut.

    Beberapa hal yang menimbulkan gangguan oksigenasi tersebut diantaranya:

    1. Berkurangnya suplai oksigen ke miokard.

    Menurunya suplai oksigen disebabkan oleh tiga factor, antara lain:

    a. Faktor pembuluh darah

    Hal ini berkaitan dengan kepatenan pembuluh darah sebagai jalan darah

    mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang bisa mengganggu kepatenan

    pembuluh darah diantaranya: atherosclerosis, spasme, dan arteritis. Spasme

    pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak memiliki riwayat

    penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan beberapa hal

    antara lain: (a) mengkonsumsi obat-obatan tertentu; (b) stress emosional atau

    nyeri; (c) terpapar suhu dingin yang ekstrim, (d) merokok.

    b. Faktor Sirkulasi

    Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung keseluruh

    tubuh sampai kembali lagi ke jantung. Sehingga hal ini tidak akan lepas dari

    factor pemompaan dan volume darah yang dipompakan. Kondisi yang

  • menyebabkan gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis

    maupun isufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung (aorta, mitrlalis,

    maupun trikuspidalis) menyebabkan menurunnya cardac out put (COP).

    Penurunan COP yang diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan bebarapa

    bagian tubuh tidak tersuplai darah dengan adekuat, termasuk dalam hal ini

    otot jantung.

    c. Faktor darah

    Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh. Jika

    daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun jalan (pembuluh darah)

    dan pemompaan jantung maka hal tersebut tidak cukup membantu. Hal-hal

    yang

    menyebabkan terganggunya daya angkut darah antara lain: anemia,

    hipoksemia, dan polisitemia.

    2. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh

    Pada orang normal meningkatnya kebutuhan oksigen mampu dikompensasi

    diantaranya dengan meningkatkan denyut jantung untuk meningkatkan COP.

    Akan tetapi jika orang tersebut telah mengidap penyakit jantung, mekanisme

    kompensasi justru pada akhirnya makin memperberat kondisinya karena

    kebutuhan oksigen semakin meningkat, sedangkan suplai oksigen tidak

    bertambah. Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya

    kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya infark. Misalnya: aktivtas berlebih,

    emosi, makan terlalu banyak dan lain-lain. Hipertropi miokard bisa memicu

    terjadinya infark karea semakin banyak sel yang harus disuplai oksigen,

    sedangkan asupan oksien menurun akibat dari pemompaan yang tidak efektive.

    C. Faktor resiko

    Secara garis besar terdapat dua jenis factor resiko bagi setiap orang untuk terkena

    AMI, yaitu factor resiko yang bisa dimodifikasi dan factor resiko yang tidak bisa

    dimodifikasi

  • 1. Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi. Merupakan factor resiko yang bisa

    dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu maka bisa dihilangkan. Yang

    termasuk dalam kelompok ini diantaranya:

    a. Merokok

    Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain: menimbulkan

    aterosklerosis; peningkatan trombogenessis dan vasokontriksi; peningkatan

    tekanan darah; pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen

    jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang

    rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan resiko 2-3 kali disbanding

    yang tidak merokok.

    b. Konsumsi alcohol

    Meskipun ada dasar teori mengenai efek protektif alcohol dosis rendah hingga

    moderat, dimana ia bisa meningkatkan trombolisis endogen, mengurangi

    adhesi platelet, dan meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, akan tetapi

    semuanya masih controversial. Tidak semua literature mendukung konsep ini,

    bahkan peningkatan dosis alcohol dikaitkan dengan peningkatan mortalitas

    cardiovascular karena aritmia, hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.

    c. Infeksi

    Infeksi Chlamydia pneumoniae , organisme gram negative intraseluler dan

    penyebab umum penyakit saluran perafasan, tampaknya berhubungan dengan

    penyakit koroner aterosklerotik

    d. Hipertensi sistemik.

    Hipertens sistemik menyebabkan meningkatnya after load yang secara tidak

    langsung akan meningkan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini akan

    memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari meningkatnya after

    load yang pada akhirnya meningkatan kebutuhan oksigen jantung.

    e. Obesitas

    Terdapat hubungan yang erat antara berat badan, peningkatan tekanan darah,

    peningkatan kolesterol darah, DM tidak tergantung insulin, dan tingkat

    aktivitas yang rendah.

    f. Kurang olahraga

  • Aktivitas aerobic yang teratur akan menurunkan resiko terkena penyakit

    jantung koroner, yaitu sebesar 20-40 %.

    g. Penyakit Diabetes

    Resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan DM sebesar

    2- 4 lebih tinggi dibandingkan orang biasa. Hal ini berkaitan dengan adanya

    abnormalitas metabolisme lipid, obesitas, hipertensi sistemik, peningkatan

    trombogenesis (peningkatan tingkat adhesi platelet dan peningkatan

    trombogenesis).

    2. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi. Merupakan factor resiko yang

    tidak bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu diantaranya

    a. Usia

    Resiko meningkat pada pria datas 45 tahun dan wanita diatas 55 tahun

    (umumnnya setelah menopause)

    b. Jenis Kelamin

    Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK)pada laki-laki dua kali lebih

    besar dibandingkan pada perempuan, hal ini berkaitan dengan estrogen

    endogn yang bersifat protective pada perempuan. Hal ini terbukti insidensi

    PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setare dengan laki pada wanita

    setelah masa menopause

    c. Riwayat Keluarga

    Riwayat anggota keluarga sedarah yang mengalami PJK sebelm usia 70 tahun

    merupakan factor resiko independent untuk terjadinya PJK. Agregasi PJK

    keluarga menandakan adanya predisposisi genetic pada keadaan ini. Terdapat

    bukti bahwa riwayat positif pada keluarga mempengaruhi onset penderita PJK

    pada keluarga dekat

    d. RAS

    Insidensi kematian akiat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih

    tinggi dibandingkan dengan peduduk local, sedangkan angka yang rendah

    terdapat pada RAS apro-karibia

    e. Geografi

  • Tingkat kematian akibat PJK lebih tinggi di Irlandia Utara, Skotlandia, dan

    bagian Inggris Utara dan dapat merefleksikan perbedaan diet, kemurnian air,

    merokok, struktur sosio-ekonomi, dan kehidupan urban.

    f. Tipe kepribadian

    Tipe kepribadian A yang memiliki sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, gila

    hormat, ambisius, dan gampang marah sangat rentan untuk terkena PJK.

    Terdapat hubungan antara stress dengan abnnormalitas metabolisme lipid.

    g. Kelas social

    Tingkat kematian akibat PJK tiga kali lebih tinggi pada pekerja kasar laki-laki

    terlatih dibandingkan dengan kelompok pekerja profesi (missal dokter,

    pengacara dll). Selain itu frekuensi istri pekerja kasar ternyata 2 kali lebih

    besar untuk mengalami kematian dini akibat PJK dibandingkan istri pekerja

    professional/non-manual

    D. Patofisiologi

    AMI terjadi ketika iskemia yang terjadi berlangsung cukup lama yaitu lebih dari

    30-45 menit sehingga menyebabkan kerusakan seluler yang ireversibel. Bagian

    jantung yang terkena infark akan berhenti berkontraksi selamanya. Iskemia yang

    terjadi paling banyak disebabkan oleh penyakit arteri koroner / coronary artery

    disease (CAD). Pada penyakit ini terdapat materi lemak (plaque) yang telah

    terbentuk dalam beberapa tahun di dalam lumen arteri koronaria (arteri yang

    mensuplay darah dan oksigen pada jantung) Plaque dapat rupture sehingga

    menyebabkan terbentuknya bekuan darah pada permukaan plaque. Jika bekuan

    menjadi cukup besar, maka bisa menghambat aliran darah baik total maupun sebagian

    pada arteri koroner.

    Terbendungnya aliran darah menghambat darah yang kaya oksigen mencapai

    bagian otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut. Kurangnya oksigen akan

    merusak otot jantung. Jika sumbatan itu tidak ditangani dengan cepat, otot jantung

    ang rusak itu akan mulai mati. Selain disebabkan oleh terbentuknya sumbatan oleh

    plaque ternyata infark juga bisa terjadi pada orang dengan arteri koroner normal

    (5%). Diasumsikan bahwa spasme arteri koroner berperan dalam beberapa kasus ini

    http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Cad/CAD_WhatIs.htmlhttp://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Cad/CAD_WhatIs.html
  • Spasme yang terjadi bisa dipicu oleh beberapa hal antara lain: mengkonsumsi

    obat-obatan tertentu; stress emosional; merokok; dan paparan suhu dingin yang

    ekstrim Spasme bisa terjadi pada pembuluh darah yang mengalami aterosklerotik

    sehingga bisa menimbulkan oklusi kritis sehingga bisa menimbulkan infark jika

    terlambat dalam penangananya. Letak infark ditentukan juga oleh letak sumbatan

    arteri koroner yang mensuplai darah ke jantung. Terdapat dua arteri koroner besar

    yaitu arteri koroner kanan dan kiri. Kemudian arteri koroner kiri bercabang menjadi

    dua yaitu Desenden Anterior dan arteri sirkumpeks kiri. Arteri koronaria Desenden

    Anterior kiri berjalan melalui bawah anterior dinding ke arah afeks jantung. Bagian

    ini menyuplai aliran dua pertiga dari septum intraventrikel, sebagaian besar apeks,

    dan ventrikel kiri anterior. Sedangkan cabang sirkumpleks kiri berjalan dari koroner

    kiri kearah dinding lateral kiri dan ventrikel kiri. Daerah yang disuplai meliputi

    atrium kiri, seluruh dinding posterior, dan sepertiga septum intraventrikel

    posterior.Selanjutnya arteri koroner kanan berjalan dari aorta sisi kanan arteri

    pulmonal kearah dinding lateral kanan sampai ke posterior jantung. Bagian jantung

    yang disuplai meliputi: atrium kanan, ventrikel kanan, nodus SA, nodus AV, septum

    interventrikel posterior superior, bagian atrium kiri, dan permukaan diafragmatik

    ventrikel kiri. Berdasarkan hal diatas maka dapat diketahui jika infark anterior

    kemungkinan disebabkan gangguan pada cabang desenden anterior kiri, sedangkan

    infark inferior bisa disebabkan oleh lesi pada arteri koroner kanan. Berdasarkan

    ketebalan dinding otot jantung yang terkena maka infark bisa dibedakan menjadi

    infark transmural dan subendokardial. Kerusakan pada seluruh lapisan miokardiom

    disebut infark transmural, sedangkan jika hanya mengenai lapisan bagian dalam saja

    disebut infark subendokardial. Infark miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel

    karena otot yang nekrosis akan kehilangan daya kotraksinya begitupun otot yang

    mengalami iskemi (disekeliling daerah infark).

    Secara fungsional infark miokardium menyebabkan perubahan-perubahan sebagai

    berikut: Daya kontraksi menurun; Gerakan dinding abnormal (daerah yang terkena

    infark akan menonjol keluar saat yang lain melakukan kontraksi); Perubahan daya

    kembang dinding ventrikel; Penurunan volume sekuncup; Penurunan fraksi ejeksi.

    Gangguan fungsional yang terjadi tergantung pada beberapa factor dibawah ini:

  • Ukuran infark jika mencapai 40% bisa menyebabkan syok kardiogenik; Lokasi

    Infark dinding anterior mengurangi fungsi mekanik jantung lebih besar

    dibandingkan jika terjadi pada bagian inferior; Sirkulasi kolateral berkembang

    sebagai respon terhadap iskemi kronik dan hiperferfusi regional untuk memperbaiki

    aliran darah yang menuju miokardium. Sehingga semakin banyak sirkulasi kolateral,

    maka gangguan yang terjadi minimal; Mekanisme kompensasi bertujuan untuk

    mempertahankan curah jantung dan perfusi perifer. Gangguan akan mulai terasa

    ketika mekanisme kompensasi jantung tidak berfungsi dengan baik.

    E. Manifestasi Klinis

    Tidak semua serangan mulai secara tiba-tiba disertai nyeri yang sangat parah

    seperti yang sering kita lihat pada tayangan TV atau sinema. Tanda dan gejala dari

    serangan jantung tiap orang tidak sama. Banyak serangan jantung berjalan lambat

    sebagai nyeri ringan atau perasaan tidak nyaman. Bahkan beberapa orang tanpa gejala

    sedikitpun (dinamakan silent heart attack). Akan tetapi pada umumnya serangan AMI

    ini ditandai oleh beberapa hal berikut

    1. Nyeri Dada

    Mayoritas pasien AMI (90%) datang dengan keluhan nyeri dada. Perbedaan

    dengan nyeri pada angina adalah nyer pada AMI lebih panjang yaitu minimal 30

    menit, sedangkan pada angina kurang dari itu. Disamping itu pada angina

    biasanya nyeri akan hilang dengan istirahat akan tetapi pada infark tidak.Nyeri

    dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya keringat dingin atau

    perasaan takut. Meskipun AMI memiliki ciri nyeri yang khas yaitu menjalar ke

    lengan kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu

    nyeri yang terasa hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau

    penderita DM berkaitan dengan neuropathy. gambaran klinis bisa bervariasi dari

    pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada pasien yang

    merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat berkembang menjadi syok

    dan oedem pulmonal, dan ada pula pasien yang baru saja tampak sehat lalu tiba-

    tiba meninggal.

  • Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,tetapi

    tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang luar

    biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Bila pasien sebelumnya

    pernah mendapat serangan angina ,maka ia tabu bahwa sesuatu yang berbeda dari

    serangan angina sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina

    yang biasa, infark miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat

    ,sering pada jam-jam awal dipagi hari. Nitrogliserin tidaklah mengurangkan rasa

    sakitnya yang bisa kemudian menghilang berkurang dan bisa pula bertahan

    berjam-jam malahan berhari-hari. Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat

    mencekam, mencekik, mencengkeram atau membor. Paling nyata didaerah

    subternal, dari mana ia menyebar kedua lengan, kerongkongan atau dagu, atau

    abdomen sebelah atas (sehingga ia mirip dengan kolik cholelithiasis, cholesistitis

    akut ulkus peptikum akut atau pancreatitis akut).

    Terdapat laporan adanya infark miokard tanpa rasa sakit. Namun hila pasien-

    pasien ini ditanya secara cermat, mereka biasanya menerangkan adanya gangguan

    pencernaan atau rasa benjol didada yang samar-samar yang hanya sedikit

    menimbulkan rasa tidak enak/senang. Sekali-sekali pasien akan mengalami rasa

    napas yang pendek (seperti orang yang kelelahan) dan bukanya tekanan pada

    substernal.Sekali-sekali bisa pula terjadi cekukan/singultus akibat irritasi

    diapragma oleh infark dinding inferior. pasien biasanya tetap sadar ,tetapi bisa

    gelisah, cemas atau bingung. Syncope adalah jarang, ketidak sadaran akibat

    iskemi serebral, sebab cardiac output yang berkurang bisa sekali-sekali

    terjadi.Bila pasien-pasien ditanyai secara cermat, mereka sering menyatakan

    bahwa untuk masa yang bervariasi sebelum serangan dari hari 1 hingga 2 minggu

    ) ,rasa sakit anginanya menjadi lebih parah serta tidak bereaksi baik tidak

    terhadap pemberian nitrogliserin atau mereka mulai merasa distres/rasa tidak enak

    substernal yang tersamar atau gangguan pencernaan (gejala -gejala permulaan

    /ancaman /pertanda). Bila serangan-serangan angina menghebat ini bisa

    merupakan petunjuk bahwa ada angina yang tidak stabil (unstable angina) dan

    bahwasanya dibutuhkan pengobatan yang lebih agresif.

    2. Sesak Nafas

  • Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir diastolic

    ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan

    hipervenntilasi.Pada infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda

    adanya disfungsi ventrikel kiri yang bermakna

    3. Gejala Gastrointestinal, peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan

    muntah, dan biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi diafragma

    pada infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan terlebih-lebih apabila

    diberikan martin untuk rasa sakitnya.

    4. Gejala LainTermasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia ventrikel,

    dan gejala akibat emboli arteri (misalnya stroke, iskemia ekstrimitas)

    5. Bila diperiksa, pasien sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu dengan

    berkeringat , kulit yang dingin .walaupun bila tanda-tanda klinis dari syok tidak

    dijumpai.

    6. Nadi biasanya cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit atau

    inkomplit. Dalam beberapa jam, kondisi klinis pasien mulai membaik, tetapi

    demam sering berkembang. Suhu meninggi untuk beberapa hari, sampai 102

    derajat Fahrenheid atau lebih tinggi, dan kemudian perlahan-lahan turun ,kembali

    normal pada akhir dari minggu pertama.

    F. Komplikasi

    Perluasan infark dan iskemiapasca infark,aritmia (sinus bradikardi,

    supraventrikulertakiaritmia,aritmia ventrikular, gangguan konduksi), disfungsi otot

    jantung (gagal jantung kiri, hipotensi, dan shock), infarkventrikel kanan, defek

    mekanik, ruptur miokard,aneurisma ventrikel kiri,perikarditis, dan trombus mural.

    G. Prognosis

    Tiga faktor penting yang menentukan indek prognosis, yaitu potensi terjadinya

    aritmia yang gawat, potensi pemburukan gangguan hemodinamik lebih jauh

    H. Pemeriksaan Fisik

  • Tampilan Umum

    1. Pasien tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas simpatis berlebihan.

    Pasien juga tampak sesak. Demam derajat sedang (< 38 C) bisa timbul setelah 12-

    24 jam pasca infarkb.

    2. Denyut Nadi dan Tekanan Darah Sinus takikardi (100-120 x/mnt) terjadi pada

    sepertiga pasien, biasanya akan melambat dengan pemberian analgesic yang

    adekuat.Denyut jantung yang rendah mengindikasikan adanya sinus bradikardi

    atau blok jantung sebagai komplikasi dari infark. Peningkatan TD moderat

    merupakan akibat dari pelepasan kotekolamin.Sedangkan jika terjadi hipotensi

    maka hal tersebut merupakan akibat dari aktivitas vagus berlebih, dehidrasi,

    infark ventrikel kanan, atau tanda dari syok kardiogenik.

    3. Pemeriksaan jantung, terdengar bunyi jantung S4 dan S3 , atau mur-mur. Bunyi

    gesekan perikard jarang terdengar hingga hari ke dua atau ketiga atau lebih lama

    lagi (hingga 6 minggu) sebagai gambatan dari sindrom Dressler.

    4. Pemeriksaan paru, Ronkhi akhir pernafasan bisa terdengar, walaupun mungkin

    tidak terdapat gambaran edema paru pada radiografi. Jika terdapat edema paru,

    maka hal itu merupakan komplikasi infark luas, biasanya anterior.

    I. Pemeriksaan Penunjang

    Penegakan diagnosa serangan jantung berdasarkan gejala, riwayat kesehatan

    prbadi dan kelarga, serta hasil test diagnostic.

    1. EKG (Electrocardiogram)

    Pada EKG 12 lead, jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan menmghasilkan

    perubahan gelombang T, menyebabkan inervasi saat aliran listrik diarahkan menjauh

    dari jaringan iskemik, lebih serius lagi, jaringan iskemik akan mengubah segmen ST

    menyebabkan depresi ST. Pada infark, miokard yang mati tidak mengkonduksi listrik

    dan gagal untuk repolarisasi secara normal, mengakibatkan elevasi segmen ST. Saat

    nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik disekitar area nekrotik,

    gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan parut yang tak aktif secara

    elektrikal, tetapi zona nekrotik akan menggambarkan perubahan gelombang T saat

    iskemik terjasi lagi. Pada awal infark miokard, elevasi ST disertai dengan gelombang

  • T tinggi. Selama berjam-jam atau berhari-hari berikutnya, gelombang T membalik.

    Sesuai dengan umur infark miokard, gelombang Q menetap dan segmen ST kembali

    normal.

    Gambaran spesifik pada rekaman EKG

    Daerah infark Perubahan EKG

    Anterior Elevasi segmen ST pada lead V3 -V4, perubahan

    resiprokal (depresi ST) pada lead II, III, aVF.

    Inferior Elevasi segmen T pada lead II, III, aVF, perubahan

    resiprokal (depresi ST) V1 V6, I, aVL.

    Lateral Elevasi segmen ST pada I, aVL, V5 V6.

    Posterior Perubahan resiprokal (depresi ST) pada II, III, aVF,

    terutama gelombang R pada V1 V2.

    Ventrikel kanan Perubahan gambaran dinding inferior

    2. Test Darah

    Selama serangan, sel-sel otot jantung mati dan pecah sehingga protein-protein

    tertentu keluar masuk aliran darah.

    a. LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap lanjut infark miokard yaitu

    setelah 24 jam kemudian mencapai puncak dalam 3-6 hari. Masih dapat

    dideteksi sampai dengan 2 minggu.Iso enzim LDH lebih spesifik

    dibandingkan CPK-MB akan tetapi penggunaan klinisnya masih kalah akurat

    dengan nilai Troponin, terutama Troponin T. Seperti yang kita ketahui bahwa

    ternyata isoenzim CPK-MB maupun LDH selain ditemukan pada otot jantung

    juga bisa ditemukan pada otot skeletal.

    b. Troponin T & I merupakan protein merupakan tanda paling spesifik cedera

    otot jantung, terutama Troponin T (TnT)Tn T sudah terdeteksi 3-4 jam pasca

    kerusakan miokard dan masih tetap tinggi dalam serum selama 1-3

    minggu.Pengukuran serial enzim jantung diukur setiap selama tiga hari

    pertama; peningkatan bermakna jika nilainya 2 kali batas tertinggi nilai

    normal.

    3. Oronary Angiography

  • Coronary angiography merupakan pemeriksaan khusus dengan sinar x pada

    jantung dan pembuluh darah. Sering dilakukan selama serangan untuk

    menemukan letak sumbatan pada arteri koroner. Dokter memasukan kateter

    melalui arteri pada lengan atau paha menujua jantung. Prosedur ini dinamakan

    kateterisasi jantung, yang merupakan bagian dari angiografi koroner Zat kontras

    yang terlihat melalui sinar x diinjeksikan melalui ujung kateter pada aliran darah.

    Zat kontras itu memingkinkan dokter dapat mempelajari aliran darah yang

    melewati pembuluh darah dan jantung Jika ditemukan sumbatan, tindakan lain

    yang dinamakan angioplasty, dpat dilakukan untuk memulihkan aliran darah

    pada arteri tersebut. Kadang-kadang akan ditempatkan stent (pipa kecil yang

    berpori) dalam arteri untuk menjaga arteri tetap terbuka.

    H. Penatalaksanaan

    Tujuan dari penanganan pada infark miokard adalah menghentikan perkembangan

    serangan jantung, menurunkan beban kerja jantung (memberikan kesempatan untuk

    penyembuhan) dan mencegah komplikasi lebih lanjut.Berikut ini adalah penanganan

    yang dilakukan pada pasien dengan AMI:

    1. Berikan oksigen meskipun kadar oksigen darah normal. Persediaan oksigen yang

    melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan beban kerja jantung. Oksigen yang

    diberikan 5-6 L /menit melalu binasal kanul.

    2. Pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia yang mematikan dapat

    terjadi dalam jam-jam pertama pasca serangan

    3. Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung sehingga

    mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung berarti

    memberikan kesempatan kepada sel-selnya untuk memulihkan diri

    4. Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberan obat-obatan dan nutrisi yang

    diperlukan. Pada awal-awal serangan pasien tidak diperbolehkan mendapatkan

    asupa nutrisi lewat mulut karena akan meningkatkan kebutuhan tubuh erhadap

    oksigen sehingga bisa membebani jantung.

    http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/ca/ca_whatis.htmlhttp://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Angioplasty/Angioplasty_WhatIs.htmlhttp://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/stents/stents_whatis.html
  • 5. Pasien yang dicurigai atau dinyatakan mengalami infark seharusnya mendapatkan

    aspirin (antiplatelet) untuk mencegah pembekuan darah. Sedangkan bagi pasien

    yang elergi terhadap aspirin dapat diganti dengan clopidogrel.

    6. Nitroglycerin dapat diberikan untuk menurunkan beban kerja jantung dan

    memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner. Nitrogliserin juga dapat

    membedakan apakah ia Infark atau Angina, pada infark biasanya nyeri tidak

    hilang dengan pemberian nitrogliserin.

    7. Morphin merupakan antinyeri narkotik paling poten, akan tetapi sangat

    mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada pasien

    dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka digunakan petidin

    8. Pada prinsipnya jika mendapatkan korban yang dicurigai mendapatkan serangan

    jantung, segera hubungi 118 untuk mendapatkan pertolongan segera. Karena

    terlambat 1-2 menit saa nyawa korban mungkin tidak terselamatkan lagi

    Obat-obatan yang digunakan pada pasien dengan AMI diantaranya:

    1. Obat-obatan trombolitik

    2. Obat-obatan ini ditujukan untuk memperbaiki kembali airan darah pembuluh

    darah koroner, sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan miokard lebih lanjut.

    Obat-obatan ini digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang menyumbat

    arteri koroner. Waktu paling efektive pemberiannya adalah 1 jam stelah timbul

    gejal pertama dan tidak boleh lebih dari 12 jam pasca serangan. Selain itu tidak

    boleh diberikan pada pasien diatas 75 tahun Contohnya adalah streptokinase

    3. Beta Blocker

    4. Obat-obatan ini menrunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan untuk

    mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah serangan

    jantung tambahan. Beta bloker juga bisa digunakan untuk memperbaiki aritmia.

    Terdapat dua jenis yaitu cardioselective (metoprolol, atenolol, dan acebutol) dan

    non-cardioselective (propanolol, pindolol, dan nadolol)

    5. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors

  • Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada otot

    jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat kelemahan pada otot

    jantung. Misalnya captropil

    6. Obat-obatan antikoagulan

    Obat- obatan ini mengencerkan darah dan mencegah pembentukan bekuan darah

    pada arteri. Missal: heparin dan enoksaparin.

    7. Obat-obatan Antiplatelet

    Obat-obatan ini (misal aspirin dan clopidogrel) menghentikan platelet untuk

    membentuk bekuan yang tidak diinginkan.

    Jika obat-obatan tidak mampu menangani/menghentikan serangan jantung., maka

    dpat dilakukan tindakan medis, yaitu antara lain

    1. Angioplasti

    2. Tindakan non-bedah ini dapat dilakukan dengan membuka arteri koroner yang

    tersumbat oleh bekuan darah. Selama angioplasty kateter dengan balon pada

    ujungnya dimasukan melalui pembuluh darah menuju arteri koroner yang

    tersumbat. Kemudian balon dikembangkan untuk mendorong plaq melawan

    dinding arteri. Melebarnya bagian dalam arteri akan mengembalikan aliran

    darah.Pada angioplasti, dapat diletakan tabung kecil (stent) dalam arteri yang

    tersumbat sehingga menjaganya tetap terbuka. Beberapa stent biasanya dilapisi

    obat-obatan yang mencegah terjadinya bendungan ulang pada arteri.

    3. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)

    Merupakan tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari bagian

    tubuh lain kemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati arteri

    koroner yang tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk aliran darah

    yang menuju sel-sel otot jantung.

    4. Setelah pasien kembali ke rumah maka penanganan tidak berhenti, terdapat

    beberapa hal yang perlu diperhatikan:

    5. Mematuhi manajemen terapi lanjutan dirumah baik berupa obat-obatan maupn

    mengikuti program rehabilitasi.

  • 6. Melakukan upaya perubahan gaya hidup sehat yang bertujuan untuk menurunkan

    kemungkinan kekambuhan, misalnya antara lain: menghindari merokok,

    menurunkan BB, merubah dit, dan meningatkan aktivitas fisik

    DIAGNOSA KEPERAWATAN

    Diagnosa keperawatan yang bisa muncul diantaranya:

    1. Ketidakefektifan pola nafas bd.

    Kecemasan

    Hiperventilasi

    2. Penurunan cardiac out put bd

    Gangguan stroke volume (preload, afterload, kontraktilitas)

    3. Nyeri akut bd

    Agen injuri (fisik)

    4. Intoleransi aktivitas b/d fatigue

    5. Kurang pengetahuan tentang penyakit b/d kurangnya informasi

  • DAFTAR PUSTAKA

    Hudak & Gallo, 1995, Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, EGC : Jakarta

    NANDA, Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2001-2002 , Philadelphia

    , Acute Miocard Infark, down load from http://www.healthatoz.com/ 12

    September 2007

    http://www.healthatoz.com/
  • No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil

    (NOC)

    Intervensi

    (NIC)

    1 Pola nafas tidak

    efektif b/d

    hiperventilasi,

    kecemasan

    Setelah dilakukan askep selama 3x24 jam pola

    nafas klien menjadi efektif, dengan kriteria :

    - mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan

    dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,

    mampu bernafas dengan mudah, tidak ada

    pursed lips)

    - Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,

    frekuensi pernafasan dalam rentang normal,

    tidak ada suara nafas abnormal)

    - Tanda tanda vital dalam rentang normal

    NIC

    Airway Management :

    1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

    2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan

    nafas buatan

    4. Pasang mayo bila perlu 5. Lakukan fisioterapi dada 6. Keluarkan secret dengan batuk atau suction 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan 8. Lakukan suction pada mayo 9. Berikan bronkodilator bila perlu 10. Berikan pelembab udara 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan

    keseimbangan

    12. Monitor espirasi dan status O2 Respiratory Monitoring

    1. Monitor rata-rata kedalaman, irama dan usaha espirasi 2. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,

    penggunaan otot tambahan, retraksi otot

    supraclavicular dan intercostal

    3. Monitor suara nafas seperti dengkur 4. Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea, kusmaul,

    hiperventilasi, cheyne stokes, biot

    5. Catat lokasi trakea 6. Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan

    paradoksis)

    7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi atau suara tambahan

    8. Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi

  • crakles dan ronkhi pada jalan nafas utama

    9. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasil

    2 Penurunan cardiac

    output b/d gangguan

    stroke volume

    (preload, afterload,

    kontraktilitas)

    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

    3x 24 jam klien tidak mengalami penurunan

    cardiac output, dengan kriteria :

    - Tanda vital dalam rentang normal (TD, Nadi, RR)

    - Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan

    - Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites

    - Tidak ada penurunan kesadaran

    NIC

    Cardiac Care

    1. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi) 2. Catat adanya disritmia jantung 3. Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac

    output

    4. Monitor status kardiovaskuler 5. Monitor status pernafasan yang menandakan gagal

    jantung

    6. Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi 7. Monitor balance cairan 8. Monitor adanya perubahan tekanan darah 9. Monitor respon klien terhadap efek pengobatan anti

    aritmia

    10. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan

    11. Monitor toleransi aktivitas pasien 12. Monitor adanya dispneu, fatigue, takipneu, dan

    ortopneu

    13. Anjurkan pasien untuk menurunkan stress Vital Sign Monitoring

    1. Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah 3. Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk dan

    berdiri

    4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan 5. Monitor TD, Nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah

    aktivitas

    6. Monitor kualitas dari nadi 7. Monitor adanya pulsus paradoksus

  • 8. Monotor adanya pulsus alterans 9. Monitor jumlah dan irama jantung 10. Monitor bunyi jantung 11. Monitor frekuensi dan irama pernafasan 12. Monitor suara paru 13. Monitor pola pernafasan abnormal 14. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit 15. Monitor sianosis perifer 16. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang

    melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

    17. Identifikasi penyebab dan perubahan vital sign

    3 Nyeri akut b/d agen

    injuri fisik

    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

    3x 24 janm nyeriklien berkurang, dengan

    kriteria :

    - Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik

    nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)

    - Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri

    - Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri

    - Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

    - Tanda vital dalam rentang normal

    NIC

    Pain Management

    1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan

    faktor pesipitasi)

    2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan 3. Ginakan teknik komunikasi teraipetik untuk

    mengetahui pengalaman nyeri klien

    4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu 5. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

    seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan

    6. Ajarkan tentang teknik pernafasan / relaksasi 7. Berikan analgetik untuk menguranggi nyeri 8. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 9. Anjurkan klien untuk beristirahat 10. Kolaborasi dengan dokter jika keluhan dan tindakan

    nyeri tidak berhasil

    Analgetic Administration

    1. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi

    2. Cek riwayat alegi 3. Monitor vital sign sebelumdan sesudah pemberian

  • analgetik pertama kali

    4. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat

    5. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efak samping)

    4 Intoleransi aktivitas

    b/d fatigue

    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

    3x 24 jam klien tidak mengalami intoleransi

    aktivitas, dengan kriteria :

    - Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, Nadi,

    dan RR

    - Mampu melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri

    NIC

    Energy Management

    1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

    2. Dorong pasiem untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan

    3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan 4. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat 5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi

    secara berlebihan

    6. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas 7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur / istirahat pasien Activity Therapy

    1. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat.

    2. Bantu pasienuntuk mengidentivikasi aktivitas yang mampu dilakukan

    3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

    4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang

    diinginkan

    5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

    6. Bantu untuk mengidentivikasi aktivitas yang disukai 7. Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentivikasi

    kekurangan dalam beraktivitas

  • 5 Kurang pengetahuan

    tentang penyakit b/d

    kurangnya informasi

    Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama

    3 x 24 jam pengetahuan klien bertambah

    tentang penyakit, dengan kriteria :

    - Pasien dan keluarga menyatakan pemahamannya tentang penyakit, kondisi,

    prognosis dan program pengobatan

    - Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

    - Pasien dan keluarga menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat

    NIC

    Teaching : disease Process

    1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

    2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit, dengan cara yang tepat

    3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit

    4. Gambarkan proses penyakit 5. Identivikasi kemungkinan penyebab 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,

    dengan cara yang tepat

    7. Hindari harapan kosong 8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan

    pasien

    9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang

    akan datang atau pengontrolan penyakit

    10. Diskusikan pilihan terapi dan penanganan 11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau

    mendapatkan second opinion

    12. Instruksikan pasien mengenali tanda dan gejala untuk melap[orkan pada pemberiperawatan

    kesehatan, dengan cara yang tepat

  • .