indikator biofisik dan sosial ekonomi jasa lingkungan hidaya

Upload: rahmawati-rahayu

Post on 09-Jul-2015

144 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri1

Hidayat Pawitan 2, Muh Taufik2, Lala Kolopaking2, Iman K Nawireja2

1

Makalah disampaikan dalam seminar sehari Peran Serta Para Pihak dalam Pengelolaan Jasa Lingkungan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cicatih Hulu, diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Kehutanan, Bogor 2 Tim Peneliti Kerjasama Penelitian IPB/CIFOR, Laboratorium Hidrometeorologi IPB, e-mail: [email protected] Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

1

RINGKASAN Perkembangan beberapa dekade terakhir di Kecamatan Cidahu dicirikan oleh tumbuhnya industri air minum dalam kemasan (AMDK) yang memanfaatkan sumber mata air dan sumur airbumi, dan sampai saat ini masih dapat berlangsung bersamaan dengan pemanfaatan air untuk PDAM dan oleh penduduk setempat yang telah lebih dulu memanfaatkan sumber-sumber air yang ada. Makalah ini mencoba menyajikan secara ringkas hasil yang telah dicapai dalam kegiatan penelitian untuk DAS Cicatih yang bertujuan untuk menggali informasi mengenai kondisi biofisik DAS yang meliputi fungsi dan jasa lingkungan DAS, serta mempelajari aspek sosioekonomi dan persepsi masyarakat terkait dengan kompensasi konservasinya atas dasar rasa keadilan yang saling menguntungkan. DAS Cicatih dengan luas 53 ribu hektar memiliki curah hujan tahunan sebesar 2970 mm dan dengan geologinya yang spesifik telah menghasilkan banyak sumber mata air dengan kapasitas yang cukup besar, seperti pada mata air Cibuntu (695 liter/s) dan Cipanas (2584 liter/s atau < 1000 liter/s?). Penutupan lahan didominasi oleh perkebunan (45%), hutan (21%), dan sebagian besar sisanya berupa lahan pertanian. Debit terukur pada stasiun Ubrug selama 1999-2005 terendah tercatat sebesar 5,25 m3/s (24/08/2002) dan terbesar 209,05 m3/s (8/02/2001). Hasil sementara menunjukkan nilai koefisien limpasan tahunan yang relatif tinggi. Pengelolaan sumber daya air perlu lebih mendapat perhatian dengan pertimbangan adanya pola musiman dan meningkatnya kebutuhan air untuk penggunaan air non-tradisional, khususnya dari mata air dan airbumi. Terdapat indikasi kuat bahwa penduduk lokal cenderung menghemat sumber daya air DAS Cicatih dan bersedia menanggung biaya konservasi untuk menjamin keberlanjutan jasa lingkungan DAS hulu. Hal yang sama perlu dilakukan oleh perusahaan AMDK di Cidahu untuk turut berperan dalam program konservasi DAS hulu, dalam kerangka kebijakan otonomi daerah dan sistem perpajakan yang lebih transparan, adil dan memberdayakan daerah.

Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

2

PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG Jasa lingkungan daerah aliran sungai (DAS) sering tidak lagi disadari oleh pemanfaatnya dan hal ini lebih dikarenakan belum banyak dipahami secara sadar dengan apa yang telah kita peroleh dari sumber daya DAS tersebut. DAS sebagai suatu sistem biofisik lahan memiliki fungsi produksi, fungsi ekologi, fungsi habitat, fungsi estetika, dan sebagainya. Fungsi produksi DAS tidak hanya berupa produk hasil budidaya lahan, akan tetapi juga berupa air, suatu sumber daya mengalir dengan berbagai manfaatnya bagi manusia dan lingkungannya. Pemanfaatan sumber daya air umumnya telah begitu meluas sejalan dengan sejarah peradaban manusia, dan pada tingkat lokal tertentu manfaat air tentunya sesuai dengan kondisi spesifik lokasi. Untuk kasus Cidahu -Cimandiri, sumber daya air permukaan berupa aliran sungai dan mata air telah digunakan oleh penduduk setempat untuk berbagai keperluan hidup masyarakat, seperti untuk kebutuhan domestik, pertanian/irigasi, kolam ikan, dan wisata. Perkembangan beberapa dekade terakhir adalah memasok kebutuhan air industri, khususnya industri air minum dalam kemasan (AMDK), yang menggunakan sumber mata air dan sumur airbumi. Sumber mata air berperan penting bagi kehidupan masyarakat di kecamatan Cidahu. Perkembangan ini menyimpan potensi konflik antar pemanfaat air, dalam kondisi tidak adanya mekanisme kompensasi konservasi jasa lingkungan yang jelas dan diterima oleh para pihak. Pemanfaat air mencakup spektrum yang luas, mulai dari petani dan penduduk desa dari hulu sampai ke hilir DAS, industri AMDK yang berada lebih di bagian hilir DAS, sampai pada regulator pemanfaatan air, pemerintahan lokal, dan lokal LSM dalam bidang sumber daya alam dan lingkungan sampai pada Perum Perhutani yang mengelola kawasan hutan di DAS Hulu. Pengelolaan jasa lingkungan DAS keberlanjutan perlu dilakukan secara terpadu dan partisipatif oleh para pemanfaat dari jasa tersebut untuk menjamin keberlanjutan fungsi-fungsi DAS, yang dapat diwujubkan atas dasar azas-azas ilmiah jika diketahui dan tersedia informasi kondisi biofisik DAS, mekanisme dari fungsi-fungsi DAS yang dapat dijelaskan oleh hukum sebab-akibat (ilmiah ALAMI), kelembagaan serta sosial-ekonomi kemasyarakatan atas dasar rasa keadilan yang saling menguntungkan. Makalah ini terutama menyajikan secara ringkas hasil yang telah dicapai dalam kegiatan penelitian IPB/CIFOR, tentunya dengan pertimbangan sebagai bahan bahasan pada Seminar hari ini yang melibatkan para pihak terkait.

Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

3

TUJUAN KAJIAN IPB/CIFOR Kajian yang telah dilakukan selama dua tahun terakhir ini adalah menghimpun data dan informasi jasa lingkungan DAS CicatihCimandiri dengan fokus pada pengukuran komponen-komponen proses hidrologi dari sistem respons DAS, mulai dari masukan curah hujan, proses pada komponen lahan, vegetasi, dan luaran berupa limpasan sungai dan mata air. Lebih spesifik kajian ini bertujuan untuk mempelajari: (i) karakteristik biofisik DAS untuk mengembangkan indikator kinerja jasa lingkungan DAS; (ii) dampak perubahan penggunaan lahan terhadap respons hidrologi DAS; (iii) aspek sosio-ekonomi dan persepsi masyarakat mengenai fungsifungsi dan jasa lingkungan DAS yang terkait dengan kompensasi konservasinya. PENDEKATAN KAJIAN JASA LINGKUNGAN DAS Secara umum kajian ini dikelompokkan menjadi dua aspek yang saling terkait: (i) aspek biofisik, dan (ii) aspek sosial-ekonomi kelembagaan masyarakat. Lebih spesifik kajian untuk DAS Cicatih (lihat Gambar 1) dilakukan ke dalam empat pendekatan dengan penjabaran singkat berikut:

Gambar 1. Peta lokasi DAS Cicatih-Cimandiri, Sukabumi dengan mikroDAS Cibojong.

Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

4

1. Pembentukan jaringan kerja Kegiatan penelitian di DAS Cicatih telah melibatkan Lembaga Pemerintah, Swasta dan Sekolah setempat. Kegiatan yang dilakukan berupa kunjungan ke instansi terkait, kunjungan dan survey lapang dan seminar-lokakarya. Data biofisik sekunder (curah hujan, debit) diperoleh dari Balai PSDA Cisadea-Cimandiri, PLTA Ubrug, Dinas PSDA Sukabumi. Untuk pemasangan AWLR di mikro-DAS Cibojong dibantu oleh Balai Agroklimat dan Hidrologi DEPTAN Bogor berupa bantuan alat AWLR untuk dipasang di mikro-DAS Cibojong, dengan Balai PSDA Cisadea-Cimandiri membantu dalam hal peizinan lokasi.. Selanjutnya penyediaan lahan untuk pemasangan alat yaitu oleh PT Tangmas (pemasangan AWLR tipe Doppler) dan Perum Perhutani (pemasangan AWS di Wisma Cangkuang) di hulu DAS Cicatih- Gn. Salak. Untuk kajian aspek sosial-ekonomi kerjasama dilakukan dengan pihak Puslit Sosek Kehutanan, Departemen Kehutanan, Bogor. 2. Survei lapang dan pengumpulan data Survei lapang dan pengumpulan data biofisik DAS Cicatih-Cimandiri meliputi pengukuran komponen hidrologi, seperti curah hujan, infiltrasi tanah, dan aliran sungai. Data curah hujan harian diperoleh dari pengukuran langsung dengan bekerja-sama dengan guru dan siswa SMP I Cidahu, dan dari stasiun-stasiun hujan milik Balai PSDA CimandiriCisadea, BMG, Dinas PSDA Sukabumi. Intensitas curah hujan diukur dengan rainfall recorder yang diamati di satu stasiun untuk mikro-DAS Cibojong. Pengukuran infiltrasi dilakukan pada lahan padi sawah pada tiap bulan, melengkap pengukuran terdahulu untuk lahan hutan. Sedang data debit harian sungai Cicatih diperoleh dari hasil pengukuran PLTA Ubrug di stasiun Kebon Randu. Untuk tahap ini, informasi kualitatif sosial-ekonomi masyarakat diperoleh dari hasil in-depth interview dengan key informant dan focus group discussion (FGD) dengan kelompok 6-12 orang dan informasi kuantitatif diperoleh dari berbagai sumber mengenai data desa dan kecamatan Cidahu.

Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

5

3. Analisis dan sintesis aspek biofisik DAS Karakteristik DAS Cicatih disajikan secara spasial dalam bentuk peta dengan berbagai atributnya, seperti jenis tutupan dan penggunaan lahan, jenis tanah dan teksturnya, serta grup hidrologi tanah. Analisis data sungai dan mata air dilakukan untuk memperoleh indikator hidrologi DAS Cicatih. Juga dilakukan analisa neraca air sesuai dengan ketersediaan data hujan dan debit DAS Cicatih. Model prediksi dan simulasi debit sungai dikembangkan untuk level kajadian hujan dan deret harian kontinu. 4. Kajian aspek sosial-ekonomi masyarakat Melengkapi pendekatan kualitatif dengan metoda indepth interview dan FGD, kajian aspek sosial-ekonomi juga dilakukan dengan metoda kuantitatif menggunakan data sekunder yang tersedia di kantor desa maupun kecamatan. Walau disadari keterbatasan akurasi informasi yang mungkin diperoleh, diharapkan dapat diperoleh gambaran yang memadai mengenai kondisi sosial-ekonomi lokal serta kaitannya dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya air setempat.

DESKRIPSI DAS CICATIH-CIMANDIRI DAS Cicatih dengan luas 53 ribu hektar menerima curah hujan cukup melimpah sebesar 2970 mm/tahun dengan perbedaan musim hujan dan kemarau yang jelas, dengan variasi debit sungai dari minimum 5 m3/s sampai lebih dari 230 m3/s. Elevasi DAS Cicatih berkisar dari 200 m dpl pada posisi outlet sungai sampai 3000 m dpl pada puncak Gn Pangrango. Lahan dengan kemiringan lereng kurang dari 15% mencapai 60% dan kurang dari 7% dengan kemiringan lebih dari 45%. Penutupan lahan didominasi oleh perkebunan yang mencapai 45%, sedang hutan masih meliputi 21 % luasan di bagian hulu. DAS Cicatih terdiri atas lima subDAS: (i) Cicatih hulu (18.76%); (ii) Cipalasari (17.57%); (iii) Ciheulang (30.03%); (iv) Cileuleuy (17.43%); dan (v) Cikembar (16.21%). Tabel 1 menyajikan luasan menurut jenis tutupan lahan untuk masingmasing sub DAS tersebut.

Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

6

Table 1 Luasan (ha) menurut jenis tutupan lahan untuk masing-masing sub-DASTipe penutupan lahan Tanaman Pangan Hutan Campuran Kebun Campuran Rumput Padi Sawah Pemukiman Semak Tubuh air Luas total subDAS Cipalasari 1159 1411 4630 12 1165 1110 837 4 10.328 Ciheulang 1298 4160 1968 30 4541 2071 2017 16.086 Cileuleuy 3523 1191 2069 31 646 949 925 9.332 Cth hulu 1444 1765 1400 14 2763 1446 569 9.401 Cikembar 2058 58 3960 47 1115 1127 192 6 8.563

Penduduk Cidahu sejumlah sekitar 54 ribu orang yang tersebar dalam delapan desa dengan rerata kerapatan penduduk hanya 3200 orang/km2 (Tabel 2) dan tingkat pendidikan 80% penduduk hanya sampai SD dan 88% penduduk adalah petani yang 65% nya tanpa memiliki lahan telah mengembangkan usaha ladang, kebun dan sawah yang meliputi 67% dari luas DAS. Sumber air penduduk terutama dari sumur dangkal (4301 KK) dan 444 KK dari PDAM. Perubahan penggunaan lahan yang tercatat dari data PODES (2003) terutama terjadi di desa Pondok Kaso Tengah yang mencapai 11% konversi sawah plus 2% untuk perumahan, dan hampir tidak ada catatan perubahan untuk desa lainnya. Table 2 Karakteristik penduduk Kecamatan CidahuNo Village Pondok Kaso Tonggoh Babakan Pari Pondok Kaso Tengah Cidahu Tangkil Jayabakti Girijaya Pasirdoton Total Population Male Female Total Area (ha) Population Density Sex Ratio

1 2

3.198 3.053

2.947 2.664

6.145 5.717

100 217

61 26

109 115

3 4 5 6 7 8

2.679 4.831 3.967 5.189 3.207 2.385 28.509

2.646 4.232 3.414 4.876 3.076 2.018 25.873

5.325 9.063 7.381 10.065 6.283 4.403 54.382

259 1.224 319 320 357 121 1.694.2

21 7 23 31 18 36 32

101 114 116 106 104 118 110

Sumber: Laporan bulanan kependudukan Kecamatan Cidahu, 2005.Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

7

Fisiografi DAS Cicatih dengan geologinya yang spesifik telah menghasilkan banyak sumber mata air di bagian lereng dan lembah yang dimanfaatkan untuk berbagai keperluan masyarakat, dan dalam dekade terakhir ini telah berkembang puluhan industri air kemasan komersial, mulai dari yang relatif besar sampai pada industri skala lebih kecil. Mata air Cibuntu terukur memiliki debit 695 liter/s yang saat ini terutama digunakan oleh penduduk setempat, sedang banyak mata air lebih kecil telah dikuasai oleh pemilik lahan. Perusahaan air minum kemasan ini tercatat ada 32 buah, diantaranya: Tang Mas, Aquina, Tirta Sejuk, Ades Alpindo, Bakso Mas, Tirta Food, Aires, Tirta Babakan Pari, Tri Banyan Tirta, dan Agrawira. Perkembangan ini menarik untuk dikaji untuk dapat memahami mulai dari deskripsi biofisik DAS secara akurat dengan mengidentifikasi berbagai indikatornya, sampai pada berbagai interaksi antara pemanfaat (stakeholders) dengan komponen sumber daya DAS yang ada, diantaranya untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap perkembangan pemanfaatan jasa lingkungan DAS yang tengah berlangsung dengan sistem kompensasinya untuk menjamin keberlanjutan jasa lingkungan DAS tersebut. INDIKATOR BIOFISIK DAS CICATIH Curah hujan Pengamatan hujan di kawasan dan sekitar DAS Cicatih dilakukan oleh berbagai instansi pemerintah dan swasta seperti Balai PSDA Cisadea-Cimandiri, Dinas PSDA Sukabumi (DPU), BMG dan perusahaan perkebunan. Tercatat ada sejumlah 22 stasiun pengamatan hujan yang beroperasi. Akan tetapi dari sisi kelengkapan data cukup memprihatinkan (lihat Table 4). Penyebaran stasiun hujan juga dirasa kurang mewakili untuk daerah dengan ketinggian di atas 1000m baik di sisi Gn. Salak maupun sisi Gn. Gede-Pangrango (lihat Gambar 2). Table 3 Ketersediaan data hujan di DAS Cicatih* Stasiun 1999 2000 2001 2002 PARUNGKUDA TL CISALAK TL TL TL SUKAMAJU TL TL TL CIBUNAR TL TL TL CIBODAS TL TL SEKARWANGI TL TL TL SINAGAR TL TL TL TL MANGGIS CIUTARA TLIndikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

2003 TL TL -

2004 TL TL TL TL

2005 L TL L TL TL

8

CISALADA CIRADEN TL L TL TL MANDAILING TL TL TL CIKEMBANG TL TL CICURUG TL TL TL TL CIKEMBAR TL TL TL WARUNGKIARA TL TL TL TL CIPEUNDEUY TL L L TL TL DINAS PSDA L TL TL TL PTP XI L TL TL TL CIBUNGUR CISAMPORA TL TL TL PAKUWON L TL CICATIH *Data diperoleh dari Balai PSDA Cisadea-Cimandiri dan Sukabumi L lengkap TL tidak lengkap tidak ada data Debit sungai

TL TL TL TL Dinas

L L PSDA

Data debit sungai diperoleh dari UPT PLTA Ubrug. Data yang tersedia yaitu data harian dari tahun 1999 hingga 2005. Dalam kajian penelitian kerjasama IPB/CIFOR sedang dilakukan penghitungan indikator-indikator hidrologi Sungai Cicatih. Rangkuman tentang indikator dimaksud disajikan dalam Table 4. indikator-indikator tersebut disarikan dari Olden and Poff (2003), Ritcher et al (1996,1997,1998).

Gambar 2 Peta Penyebaran Stasiun hujan di DAS Cicatih-CimandiriIndikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

9

Table 4 Indikator hidrologi DAS CicatihGrup Magnitude of flow Indikator hidrologi Rata-rata debit harian tahun 19992005 Rata-rata debit bulanan Rata-rata debit minimum bulanan Rata-rata debit maximum bulanan Low flow index* Baseflow index Rata-rata debit 7 harian minimum Rata-rata debit 7 harian maximum Low flood pulse count Frequency of low flow spells High flood pulse count Rise rate Fall rate No day rises Unit waktu Hari Bulan Bulan Bulan Tahun Tahun Hari Hari Tahun Tahun Tahun Hari Hari Hari Temuan 31.04 m /s Table 4, Gambar 3 Table 4, Gambar 3 Table 4, Gambar 3 3 0.28 m /s Dalam proses Table 5 Table 5 Dalam proses Dalam proses Dalam proses Dalam proses Dalam proses Dalam proses3

Duration of flow events Frequency of flow events Rate of change in flow events

*Low flow index didefinisikan sebagai rata-rata dari debit harian tahunan terendah dibagi dengan rata-rata debit harian tahunan. BEBERAPA TEMUAN SEMENTARA Mikro-DAS Cibojong Dari hasil survey Tim IPB/CIFOR bekerjasama dengan Balai Agroklimat dan Hidrologi menunjukkan telah terjadi perbedaan hasil pengukuran debit mata air Cipanas di Cidahu. Dari laporan Balai PSDA Cisadea-Cimandiri th 1987 debit di mata air Cipanas sebesar 2584 lt/s sedangkan dari survey bulan Juni 2006 diperoleh nilai kurang dari 1000 lt/s. Perbedaan ini masih perlu pendalaman lebih lanjut. Untuk mata air yang lain perlu pula dilakukan survey ulang tentang kapasitas debitnya mengingat semakin berkembangnya industri pemanfaat jasa lingkungan air di kawasan Cidahu, serta kemungkinan dampak dari perubahan lingkungan yang sudah terjadi. Pengukuran infiltrasi tanah Pengukuran infiltrasi dilakukan untuk kondisi lahan takterganggu dengan tutupan lahan hutan dan jenis tanah latosol coklatkuning. Laju infiltrasi konstan pada tiga kedalaman (0-10 cm; 10-20Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

10

cm; dan 20-30 cm) yang dicapai setelah 90 menit terukur antara 300 mm/jam pada lapisan atas sampai 500 mm/jam pada lapisan tanah lebih dalam. Hasil pengukuran sebelumnya tercatat laju infiltrasi sebesar 1190~1263 mm/jam untuk hutan alam dan hutan tanaman, 579 mm/jam untuk semak belukar, dan 565~745 mm/jam untuk tanaman pangan. Hasil ini memiliki standar deviasi antara50% sampai di atas 100% dan relatih lebih besar dari hasil literatur, sehingga pengukuran lebih luas untuk mendapatkan hasil lebih representatif masih diperlukan untuk berbagai jenis penggunaan lahan dominan, seperti perkebunan dan lahan pertanian, termasuk sawah yang saat ini sedang dilakukan tiap bulan selama fase tumbuh tanaman padi. DAS Cicatih Sungai Cicatih menerima jumlah air yang melimpah sepanjang tahun. Dari catatan UPT PLTA Ubrug (pemakai debit Sungai Cicatih) dari periode pengamatan 1999-2005, debit terendah sebesar 5.25 m3/s terjadi pada 24 agustus 2002 dan debit tertinggi sebesar 209.05 m3/s pada tanggal 8 Feb 2001. Hasil berupa indikator-indikator hidrologi yang dianalisa disajikan dalam Table 5 dan Gambar 3 (magnitude of flows), serta Table 6 (Duration of flow events) Table 5 Debit bulanan rerata (m3/s ) DAS Cicatih periode 19992005Debit Min Max Mean Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des 19.58 19.81 19.11 17.57 16.17 14.14 11.36 9.12 9.74 11.49 14.78 16.33 112.43 106.31 97.68 88.08 93.70 59.34 52.53 39.23 50.91 65.21 80.47 90.54 41.21 41.80 41.71 40.59 34.50 23.18 18.87 13.24 16.12 30.87 41.88 33.81

Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

11

120.00

Debit rataan Bulanan DAS Cicatih 1999-2005Min Max Mean

100.00 80.00Q (m3/s)

60.00

40.00 20.00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des

Gambar 3 Debit rataan bulanan DAS Cicatih periode 1999-2005 Table 6 Debit 7 hari (Q7) minimum dan maksimum DAS Cicatih Indikator 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Q7MIN Q7MAX 10.89 8.82 88.24 76.22 12.21 7.50 8.07 7.83 10.29 128.36 106.94 80.65 72.42 65.08

Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

12

Keseimbangan air bulanan Cicatih Analisa dilakukan dari ketersediaan data hidrologi terutama data debit. Hasil analisa disajikan dalam Table 7. Secara umum terjadi penurunan tinggi muka air sungai Cicatih yaitu ditunjukkan dengan debit kurang dari 2000 mm/th sejak tahun 2002. Table 7 Neraca air DAS CicatihTahun 1999a 2000 2001 2002 2003 2004b 2005a b

CH 1720 2498 3223 2035 2299 1583 3121

Debit 1862 2062 3008 1816 1600 1294 1807

CH-Q -142 436 215 218 699 289 1314

RI 1,08 0,83 0,93 0,89 0,70 0,82 0,58

data kosong untuk April, Nov dan Des data kosong untuk Okt-NovGrafik CH-DEBIT DAS CICATIH1000 900 800 700Debit (mm)

0 100 200 300CH (mm)

600 500 400 300 200 100 0 1999 Curah hujan Debit

400 500 600 700 800 900 1000 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Gambar 4 Grafik CH dan Debit bulanan DAS Cicatih 1999-2005

Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

13

Indikator sosial-ekonomi Indikator sosio-ekonomi yang dapat dipertimbangkan untuk membantu menilai faktor yang berperan bagi keberlanjutan sumber daya air DAS Cicatih terfokus pada pengguna air sebagai pemanfaat sumber daya dengan implikasi bagi pengelolaan sumber daya air di Cicatih. Semakin banyak para pihak yang terlibat sebagai pemanfaat air maka semakin sulit upaya pengelolaan sumber daya yang berakibat pada semakin besar pula potensi konflik. Untuk kasus Cicatih, konflik air telah terjadi pada tahun 2003 antara petani/penduduk yang telah menggunakan mata air untuk keperluan air domestiknya dan pemanfaat air yang datang kemudian, yaitu perusahaan air kemasan. Konflik demikian terjadi bilamana ada pihak yang merasa haknya diambil secara tidak adil, sehingga batas penggunaan air oleh para pihak perlu diketahui secara terbuka. Kajian ini mendapatkan adanya kesadaran penduduk untuk menghargai jasa air sebagaimana ditunjukkan oleh kesediaan rumah tangga untuk membayar air bersih yang dipasok PDAM Sukabumi. Ini merupakan tanda yang baik bahwa penduduk lokal dapat secara sadar dilibatkan dalam kegiatan konservasi DAS Cicatih sepanjang mereka menyadari manfaat/jasa lingkungan yang diperoleh dari DAS hulu. Hal lain yang perlu disampaikan adalah pajak yang dikenakan oleh pemerintah provinsi terhadap sumber daya air DAS Cicatih. Masalahnya adalah bagaimana menjamin bahwa pajak yang dibayarkan benar-benar digunakan untuk kepentingan penyelamatan sumber daya air Cicatih. Pada waktu yang sama, penting bagi perusahaan air di Cidahu untuk menyisihkan sebagian pendapatannya untuk menjamin kelangsungan program konservasi DAS hulu dan lebih peduli terhadap kesejahteraan penduduk daerah konservasi/DAS hulu. Mempertimbangkan kebijakan otonomi daerah yang telah meningkatkan kesadaran hak daerah, kerjasama pengelolaan jasa lingkungan perlu disiapkan secara adil, terpadu dan partisipatif bersama masyarakat untuk menjamin keberhasilan pengelolaan berkelanjutan. Pengelolan Jasa Lingkungan DAS Hulu Dalam UU No. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air dijelaskan bahwa pengelolaan meliputi merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air pada setiap wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan airbumi. Pola pengelolaan disusun secara terkoordinasi di antara pihak terkait berdasarkan azas kelestarian,Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

14

keseimbangan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi, azas kemanfaatan umum, keadilan, kemandirian, transparansi dan akuntabilitas. Pola pengelolaan tersebut kemudian dijabarkan dalam bentuk rencana pengelolaan sumber daya air. Sejalan dengan penjelasan tersebut maka pengelolaan jasa lingkungan DAS Hulu di sini juga meliputi aspek merencanakan, memantau dan mengevaluasi kegiatan konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak fungsi-fungsi DAS hulu. Sasaran pengelolaan ini kemudian dijabarkan dalam suatu rencana pengelolaan jasa lingkungan DAS Hulu yang penyusunannya melibatkan seluas-luasnya peran masyarakat dan dunia usaha secara demokratis. Oleh karena itu, makalah ini harus dilihat sebagai upaya awal untuk mencapai sasaran pengelolaan tersebut, yaitu dengan menghimpun informasi dasar yang diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang memadai mengenai deskripsi kondisi biofisik DAS, sosial-ekonomi dan kelembagaan masyarakat, serta persepsi penduduk terhadap perkembangan pemanfaatan sumber daya air yang ada. Isu pengelolaan yang memerlukan penyelesaian diantaranya adalah alokasi pajak air untuk kembali pada pelayanan umum dan konservasi sumber daya air lokal, yang sangat dimungkinkan dalam kebijakan otonomi daerah. Isu lain adalah menyadari kondisi pemanfaatan jasa lingkungan di Cidahu yang cukup intensif dengan jumlah penduduk yang padat, kualitas SDM dan kesempatan kerja yang rendah. Perkembangan industri setempat perlu mengangkat kesejahteraan masyarakat lokal, di samping turut menjamin keberlanjutan sumber daya air. Kontribusi masing-masing pemanfaat jasa lingkungan ini, yang meliputi penduduk/petani, pengusaha, pemerintah daerah, regulator sumber daya air/Balai PSDA, peneliti, dan LSM, perlu dirumuskan bersama secara demokratis, akuntabel, adil dan bertanggung-jawab.

Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

15

KESIMPULAN DAN PENUTUP 1. DAS Cicatih dengan geologinya yang spesifik menghasilkan banyak sumber mata air dengan kapasitas yang cukup besar, seperti pada mata air Cibuntu (695 liter/s) dan Cipanas (2584 liter/s atau < 1000 liter/s?). Penutupan lahan didominasi oleh perkebunan (45%), hutan (21%), dan sebagian besar sisanya berupa lahan pertanian. Debit terukur pada stasiun Ubrug selama 1999-2005 terendah tercatat sebesar 5,25 m3/s (24/08/2002) dan terbesar 209,05 m3/s (8/02/2001). Hasil sementara menunjukkan nilai koefisien limpasan tahunan yang relatif tinggi. 2. Pengelolaan sumber daya air perlu lebih mendapat perhatian dengan pertimbangan adanya pola musiman dan meningkatnya kebutuhan air untuk penggunaan air non-tradisional, khususnya dari mata air dan airbumi. 3. Profil sosio-ekonomi Cidahu dicirikan oleh daerah pedesaan dengan kerapatan penduduk relatif padat sebesar 3200 orang/km2, dengan tingkat pendidikan rendah dan dominasi petani tanpa lahan yang mencapai 80% penduduk desa, yang telah meningkatkan kegiatan galian 4. Terdapat indikasi kuat bahwa penduduk lokal cenderung menghemat sumber daya air DAS Cicatih dan bersedia menanggung biaya konservasi untuk menjamin keberlanjutan jasa lingkungan DAS hulu. Hal yang sama perlu dilakukan oleh perusahaan air di Cidahu untuk menyisihkan sebagian pendapatannya untuk menjamin kelangsungan program konservasi DAS hulu. 5. Dengan berlakunya kebijakan otonomi daerah yang meningkatkan kesadaran hak daerah, kerjasama pengelolaan jasa lingkungan perlu disiapkan secara adil, terpadu dan partisipatif bersama masyarakat untuk menjamin keberhasilan pengelolaan jasa lingkungan berkelanjutan.

Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

16

ACKNOWLEDGEMENT Kajian yang mendasari penulisan makalah ini mendapat bantuan dana penelitian dari CIFOR(Center for International Forestry Research) melalui Project Code: U-ENV-148-1-00000, dan perhargaan disampaikan kepada Prof. Daniel Murdiyarso selaku CIFOR Program Coordinator. Penghargaan yang sama disampaikan kepada Bapak Camat Cidahu-Sukabumi, Bapak Kepala dan Staf Balai PSDA Cisadea-Cimandiri Sukabumi, Kepala dan Guru SMP I Cidahu, serta semua pihak yang telah membantu penelitian lapang ini.

Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

17

RUJUKAN Olden JD, NL Poff . 2003. Redundancy And The Choice Of Hydrologic Indices For Characterizing Streamflow Regimes. River Res. Applic. 19: 101121 (2003) Pawitan, H. (2006a). Assessing the Biophysical Indicators of Forested Watershed Functions. Final Report of IPB/CIFOR Collaborative Research phase-II. Lab. Hydrometeorology-IPB, Bogor. Pawitan, H. (2006b). Assessing the Biophysical and socio-economic Indicators of Watershed Functions. Progress Report of IPB/CIFOR Collaborative Research phase-III. Lab. Hydrometeorology-IPB, Bogor. Richter BD, Baumgartner JV, Powell J, Braun DP. 1996. A method for assessing hydrologic alteration within ecosystems. Conservation Biology 10: 11631174. Richter BD, Baumgartner JV, Wigington R, Braun DP. 1997. How much water does a river need? Freshwater Biology 37: 231249. Richter BD, Baumgartner JV, Braun DP, Powell J. 1998. A spatial assessment of hydrologic alteration within a river network. Regulated Rivers: Research and Management 14: 329340.

Indikator Biofisik Dan Sosial Ekonomi Jasa Lingkungan DAS Studi Kasus: DAS Cicatih-Cimandiri

18