imunologi makalah
TRANSCRIPT
MAKALAH
SISTEM IMUNOLOGIDisusun untuk memenuhi tugas IKD IV ( Ilmu Keperawatan Dasar )
Oleh Nr. Theresia Anita S.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok
1. Asma Warnaniah
2. Arni Fadriyana
3. Rio Aguspurnomo
4. Supran
5. Taufiq Rahman
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
STIKES BORNEO CENDEKIA MEDIKA
KALIMANTAN TENGAH
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan
rahmat-Nya kami sebagai penulis sangat bahagia sehingga penyusunan makalah
ini dapat terselesaikan dengan pembahasan “Sistem Imunologi” serta tidak lupa
pula ucapan terimakasih, kami ucapakan kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami demi lancarnya penyusunan makalah kami.
Sebagai penyusun kami sadar bahwa dalam pembuatan dan penyusunan
makalah ini masih banyak terdapat kesalahan, untuk itu kami mengharapkan
kepada pembaca makalah kami ini kiranya dapat memberikan sumbangsihnya
berupa kritik dan sarannya demi makalah kami.
Pangkalan Bun, 03 Juli 2013
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang...................................... 1
B. Rumusan Masalah ..............................................................1
C. Tujuan Penulisan ..............................................................2
D. Manfaat Penulisan ..............................................................2
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Imunologi .........................................................................B. Respon Kekebalan Tubuh Terhadap Pathogen ..................................
C. Respon Kekebalan Tubuh Terhadap Jaringan ....................................
D. Hipersensitif .......................................................................................
E. Obat Antiinflamasi .............................................................................
F. Fungsi Imun dalam Tubuh .................................................................
G. Alergi ..................................................................................................
H. Autoimun ............................................................................................
I. Definisi Imun ......................................................................................
J. Imunisasi ............................................................................................
K. Imun Terhadap Transplamasi .............................................................
BAB III Penutup
A. Kesimpulan......................... ..............................................................27
B. Saran .............................................................. 27
Daftar Pustaka................................................................................................ 28
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, semakin banyak penyakit yang bermunculan. Penyakit
sistem imun adalah penyakit yang sedang ramai dibahas. Defisiensi sistem
imun yang paling melekat di masyarakat adalah HIV/AIDS, padahal masih
banyak penyakit sistem imun yang terdapat di sekitar kita. Defisiensi imun
disebabkan oleh berbagai faktor. Misalnya virus, mutasi, antigen, genetik dan
lain sebagainya. Melalui makalah ini, kami mencoba untuk memberikan
informasi mengenai defisiensi sistem imun.
Sistem kekebalan tubuh ( Imunitas ) adalah suatu organ komplek yang
memproduksi sel-sel yang khusus yang dibedakan dengan sistem peredaran
darah dari sel darah merah, tetapi bekerja sama dalam melawan infeksi
penyakit ataupun masuknya benda asing kedalam tubuh. Semua sel imun
mempunyai bentuk dan jenis sangat bervariasi dan bersirkulasi dalam sistem
imun dan diproduksi oleh sumsum tulang. Sedangkan kelenjar limfe adalah
kelenjar yang dihubungkan satu sama lain oleh saluran limfe yang merupakan
titik pertemuan dari sel-sel sistem imun yang mempertahankan diri dari benda
asing yang masuk kedalam tubuh. Mikroorganisme yang menyerang tubuh
kita dapat berupa bakteri, virus, jamur ataupun bahan kimia. Respon tubuh
terhadap imun pada dasarnya berupa proses pengenalan dan eliminasi. Jika
salah satu atau kedua proses ini terganggu maka akan terjadi gangguan
patologis.
B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan imunologi ?
2. Apa saja respon kekebalan tubuh terhadap pathogen ?
3. Apasaja respon kekebalan tubuh terhadap jaringan ?
4. Apa yang dimaksud dengan hipersensitif ?
5. Apa yang dimaksud dengan fungsi imun dalam tubuh ?
4
6. Apa yang dimaksud dengan imunisasi dan imun terhadap transplamasi ?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian imunologi.
2. Untuk mengetahui respon kekebalan tubuh terhadappathogen dan
jaringan.
3. Untuk mengetahui fungsi imun didalam tubuh.
D. Manfaat
1. Manfaat UmumDengan menyusun makalah ini diharap pembaca dapat mengetahui
dan memahami tentang Fisiologi Sistem Imunitas.
2. Manfaat Khusus
5
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Imunologi
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari tentang proses pertahanan atau
imunitas terhadap senyawa makromolekuler atau organisme asing yang masuk
kedalamtubuh. Secara historisistilahini kemudian digunakan untuk
menjelaskan perlindungan terhadap penyakitinfeksi. Untuk melindungi dirinya,
tubuh memerlukan mekanisme yang dapat membedakan sel-sel itu sendiri
(Self) dariagen-agenpenginvasi (nonself). Sistem kekebalan atau sistem imun
adalah system sel dan organ khusus pada sut pengaruh luar biolagis yang
dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organism.
(http://es.slideshare.net/aminudinharahap/makalah-rekayasa genitka dan sistem
imun-1)
Imunitas mempunyai tiga fungsi utama:
a. Perannya dalam pertahanan adalah menghasilkan resistens terhadap agen
penginvasi seperti mikroorganisme.
b. Perannya dalam survey lans adalah mengindentifikasi dan menghancurkan
sel-sel tubuh sendiri yang bermutasi dan berpotensi. Perannya dalam
homeostasis adalahmembersihkan sisa-sisa seldan zat-zat buangan sehingga
tipe-tipe sel tetap seragam dan tidak berubah.
B. Respon Kekebalan Tubuh Terhadap Pathogen
Sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap antigen tertentu dengan
mengaktifkan sel limfosit dan memproduksi protein khusus yang disebut
antibodi. Sistem kekebalan tubuh mampu mengingat antigen yang pernah
menyerang dan telah mempersiapkan diri lebih baik dan efektif jika patogen
tersebut menyerang kembali. Yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh
adalah Sel Limfosit dan Antibodi. Sel limfosit terdiri dari Sel Limfosit B dan
Limfosit T.
6
(Read more:http:/www.pustakasekolah.com/sistem-pertumbuhan-tubuh-
spesifik.html#1xzz2xrss730u)
a) Antibodi.
Antibodi merupakan protein. Antibodi berikatan dengan protein yang
lainnya (antigen) yang ditemukan di dalam tubuh. Molekul protein pada
permukaan bakteri atau virus berperan sebagai antigen. Antibodi merupakan
bagian yang berperan di dalam pertahanan tubuh. Setiap antibodi memiliki
dua tempat yang dapat bereaksi dengan antigen. Fungsi antibodi, yaitu
berikatan dengan molekul antigen membentuk rangkaian seperti jaring.
Antibodi dapat menghambat partikel-partikel virus. Untuk menginfeksi
saluran sel, virus pertama-tama harus bisa mengenali sel inangnya. Protein
dari virus mencocokkan bentuknya dengan molekul pada membran sel dari
sel inang. Antibodi dapat menutupi protein dari virus agar virus tersebut
tidak bisa menginfeksi sel. Protein yang disebut interferon juga bekerja
melawan virus. Interferon diproduksi oleh sel yang telah terinfeksi oleh
virus. Interferon membuat sel-sel yang tidak terinfeksi menjadi resisten
terhadap serangan virus. Antibodi tersusun atas dua tipe rantai polipeptida
yaitu rantai ringan (light chain) dan rantai berat (heavy chain). Struktur
gabungan kedua rantai tersebut membentuk huruf Y. Di tengah-tengah
ikatan rantai tersebut terdapat daerah Hinge (Hinge Region) yang
memungkinkan rantai-rantai polipeptida untuk bergerak. Setiap lengan dari
antibodi memiliki daerah pengikat antigen (antigen-binding site). Antibodi
dapat dibedakan berdasarkan susunan proteinnya menjadi lima kelas utama.
Setiap antibodi berinteraksi dengan molekul dan sel yang berbeda-beda dan
memiliki karakteristik yang berbeda pula. Masing-masing antibodi memiliki
daerah variabel (variable region) yang dapat mengenali antigen khusus dan
daerah konstan (constant region) yang mengontrol bagaimana molekulnya
berinteraksi dengan bagian lain dari sistem kekebalan tubuh. Untuk lebih
jelasnya mengenai tipe-tipe antibodi.
b) Respons Kekebalan Tubuh.
7
Respons kekebalan tubuh dan memori imunologis terhadap suatu
patogen atau antigen dapat dibedakan atas respons primer dan respons
sekunder. Respons primer merupakan respons kekebalan tubuh yang
pertama kali terjadi ketika suatu antigen tertentu memasuki tubuh. Respons
sekunder merupakan respons kekebalan tubuh ketika antigen yang sama
menyerang tubuh kembali untuk kedua kalinya. Ketika antigen pertama kali
memasuki tubuh, respons sistem kekebalan tubuh tidak terjadi secara
langsung. Diperlukan beberapa hari bagi sel limfosit untuk dapat aktif.
Selama keterlambatan ini, individu yang terinfeksi akan sakit (contohnya
demam). Konsentrasi antibodi mencapai puncak setelah sekitar 2 minggu
dari awal infeksi. Saat konsentrasi antibodi dalam darah dan sistem limfatik
naik, gejala sakit akan berkurang dan hilang. Setelah itu, pembentukan
antibodi menurun dan individu tersebut sembuh. Jika antigen yang sama
menyerang tubuh kembali, antigen tersebut akan memicu respons kekebalan
tubuh sekunder. Respons kedua ini terjadi lebih cepat daripada respons
primer. Respons sekunder juga menghasilkan konsentrasi antibodi yang
lebih besar dan lebih lama. Selain imunitas humoral (pembentukan
antibodi), imunitas seluler juga berperan dalam respons kekebalan tubuh
sekunder ini. Karena respons kekebalan tubuh sekunder yang cepat, gejala
sakit (demam) tidak terjadi. Oleh karena itu, individu tersebut dikatakan
kebal terhadap penyakit tersebut.
c) Imunitas Humoral.
Imunitas humoral menghasilkan pembentukan antibodi yang
disekresikan oleh sel limfosit B. Antibodi ini berada dalam plasma darah
dan cairan limfa (dahulu disebut cairan humor) dalam bentuk protein.
Pembentukan antibodi ini dipicu oleh kehadiran antigen. Antibodi secara
spesifik akan bereaksi dengan antigen. Spesifik, berarti antigen A hanya
akan berekasi dengan dengan antibodi A, tidak dengan antibodi B. Antibodi
umumnya tidak secara langsung menghancurkan antigen yang menyerang.
Namun, pengikatan antara antigen dan antibodi merupakan dasar dari kerja
antibodi dalam kekebalan tubuh. Terdapat beberapa cara antibodi
8
menghancurkan patogen atau antigen, yaitu netralisasi, penggumpalan,
pengendapan, dan pengaktifan sistem komplemen (protein komplemen).
Netralisasi terjadi jika antibodi memblokir beberapa tempat antigen
berikatan dan membuatnya tidak aktif. Antibodi menetralkan virus dengan
menempel pada tempat yang seharusnya berikatan dengan sel inang. Selain
itu, antibodi menetralkan bakteri dengan menyelimuti bagian beracun
bakteri dengan antibodi. Hal tersebut menetralkan racun bakteri sehingga sel
fagosit dapat mencerna bakteri tersebut. Penggumpalan (aglutinasi) bakteri,
virus, atau sel patogen lain oleh antibodi merupakan salah satu cara yang
cukup efektif. Hal ini dapat dilakukan karena antibodi memiliki minimal
dua daerah ikatan (binding site). Cara ini memudahkan sel fagosit
menangkap sel-sel patogen tersebut. Cara ketiga mirip dengan
penggumpalan. Pengendapan dilakukan pada antigen terlarut oleh antibodi.
Hal ini untuk membuat antigen terlarut tidak bergerak dan memudahkan
ditangkap oleh sel fagosit. Cara terakhir merupakan perpaduan antara
antibodi dan sistem komplemen. Antibodi yang berikatan dengan antigen
akan mengaktifkan sistem komplemen (protein komplemen) untuk
membentuk luka atau pori pada sel mikroba patogen. Pembentukan luka
atau pori ini menyebabkan luka atau pori pada sel mikroba patogen.
Pembentukan luka atau pori ini menyebabkan lisozim dapat masuk dan sel
patogen tersebut akan hancur (lisis).
d) Imunitas Seluler.
Imunitas seluler bergantung pada peran langsung sel-sel (sel limfosit)
dalam menghancurkan patogen. Setelah kontak pertama dengan sebuah
antigen melalui makrofag, sekelompok limfosit T tertentu dalam jaringan
limfatik akan membesar diameternya. Setelah itu, berkembang biak dan
berdiferensiasi menjadi beberapa sub populasi. Sub populasi tersebut, antara
lain sel T sitotoksik (cytotoxic T cell), sel T penolong (helper T cell), sel T
supressor (supressor T cell), dan sel T memori (memory T cell). Tugas
utama imunitas seluler adalah untuk menghancurkan sel tubuh yang telah
terinfeksi patogen, misalnya oleh bakteri atau virus. Bakteri atau virus yang
9
telah menyerang sel tubuh akan memperbanyak diri dalam sel tubuh
tersebut. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh antibodi tubuh. Sebenarnya
hanya sel T sitotoksik saja yang dapat menghancurkan sel yang terinfeksi.
Sel yang terinfeksi memiliki antigen asing milik virus atau bakteri yang
menyerangnya. Sel T sitotoksik membawa reseptor yang dapat berikatan
dengan antigen sel terinfeksi. Setelah berikatan dengan sel yang terinfeksi,
sel T sitotoksik menghasilkan protein perforin yang dapat melubangi
membran sel terinfeksi. Dengan adanya lubang, enzim sel T dapat masuk
dan menyebabkan kematian pada sel terinfeksi beserta patogen yang
menyerangnya.
C. Respon Kekebalan Tubuh Terhadap Jaringan
D. Hipersensitif
Hipersensitif adalah respon imun yang merusak jaringan tubuh sendiri.
Hipersensitif memacu kepada respons imun yang berlebihan yang
menimbulkan kerusakan jaringan atau organ. (intisari mikrobiologi &
imunologi, 2011) Mereka terbagi menjadi 4 kelas (tipe I-IV) yaitu:
a. Tipe I - Hipersensitivitas akut ( alergi, anafilaksis, segera)
1) Tipe I memerlukan dua pajanan dengan nantige/alergen spesik yang
sama.
a) Pajanan petama menimbulkan sensitisasi dan produksi antibodi IgE
di dalam darah, yang berikatan dengan respon pada respon pada sel
mast dan/atau basofil.
b) Panjang kedua dengan alergen mengakibatkan kompleks alergen-IgE
pada permukaan sel mast dan/atau basofil sehingga terjadi
dgranulasi dan pelepasan granul basofilik yang mengandung
histamin dan aminvasoaktif lainnya. Keadaan ini pada akhirnyab
mengakibatkan reaksi lokal ( alergi) atau reaksisistemik (
anafilaksis) yang bersifat segera.
2) Contoh – contoh tipe I :
a) Anafilaksis sistemik
10
b) Rhinitis alegi dan asma
c) Dermatitis atopik
d) Alergi penisilin
e) Alergi makanan
f) Urtika dan peradangan lokal.
b. Tipe II – Hipersensitvitas sitotoksik (bergantuing – antibody)
1) Pada respon imun, antibodi yang terbentuk dapat mengenali dan
menyerang komponen molekuler hospes pada permukaan sel dan
jaringan melalui salah satu di antara dua cara berikut ini :
a) Pengenalan langsung molekul pada permukaan sel hospes yang
terpajan akibat cedera yang secara noemal tidak terlihat oleh sistem
imun dan dengan demikian bersifat imunogenik.
b) Nonantigen ekstrinsik diserap ke permukaan sel hospes. Ketika
sistem imun menyerang antiigen pada permukan sel, serangan ini
menimbulkan destruksi antigen, demikian pula pada jaringan tempat
antigen tersebut terikat.
2) Mediasi terjadi lewt IgG atai IgM yang terikat dengan Ag pada jaringan
sehingga mengakibatkan aktivitas pengendapan komponen jalur klasik
dan produksi mediator inflamasi multipel di tempat ini.
3) Hasil akhirnya adalah kematian sel dan lisi yang terjadi karena produksi
membrane attack comlexes dan fagositasi sesudah opsonisasi pada
permukaan jaringan hospes.
4) Contoh- contoh tipe II :
a) Anemia hemolitik autoimun
b) Anemia hemolitikterinduksi-obat (misalnya, metildopa)
c) Reaksi transfusi
d) Miastenia gravis
e) Penyakit grave
c. Tipe III – Hipersensitivitas kompleks imun
1) Terjadi karena antigen berlebihan yang, setelah beberapa waktu akan
berikatan dengan antibodi membentuk kompleks imun yang larut.
11
2) Ketika jumlah kompleks imun yang larut (Ag-Ab) di dalam darah
meningkat sehingga mencapai kadar yang membuatnya tidak larut lagi,
kompleks imun tersebut mulai mengendap di dalam jaringan, memicu
aktivitas komplemen.
3) Komponen yang aktif, bersama dengan kompleks Ag-Ab,
mengakibatkan degranulasi neutrofil enzim dan stimulasi makrofag
untuk melepaskan sitokin, reactive oxygen intermediates, dan nitril
oksida sehingga menimbulkan destruksi sel dan kerusakan jaringan.
4) Contoh – contoh tipe III
a) Serum sickness
b) Nefritis atau vaskulitis SLE
c) Reaksi Arhus
d. Tipe IV – Hipersensitivitas yang diperantarai sel ( tipe lambat)
1) Tipe ini merupakan reaksi yang dipeantarai hapten yang memperlukan
sensitisasi. Sesudah pajanan-ulang antigen, sebuah APC ( biasanya
makrofag) akan menganmbil antigen tersebut dan memprosesenya pada
molekul MHC-I atau MHC-II seraya melepaskan IL-12 yang
meningkatkan proliferasi sel T helper.
2) Sel T memori yang tersensitisasi, bisa berupa ThI CD4+ (antigen
inttrasel) atau sel-T sitotoksik CD8+ (antigen ekstra), akan memulai
reaksi:
a) Aktivitas sel Th tersensitisasi melepaskan IFN g yang menimbulkan
aktivitas makrofag dan aktivitas ThIlebih lanjut; dan IL-12 yang
meningkatkan proliferasi sel-T.
b) Aktivitas sel-T sitotoksik tersensitasi menyebabkan destruksi
langsung sel target (penolakan alogrfi).
3) Hasil akhirnya adalah respon imun yang diperantarai-sel yang
ditimbulkan oleh makrofag.
a) Makrofag yang teraktivasi memperlihatkan pemperlihatkan
peningkatan aktivitas fagisitik, bakteriosidal dan sitosidal.
12
b) Jika reaksi tersebut disebabkan oleh infeksi mikroganisme intrasel
yang kronik, respon DTH ( delayed type hypersensitivity) dapat
memanjang, mengakibatkan perubahan makrofag menjadi epiteloid
danselraksa berinti banyak, yang merupakan ciri khas reaksi
granuloma.
4) Contoh – contoh obat tipe IV :
a) Penyakit granuloma – Tuberkulosis, sarkoidosis, lepra
b) Dermatitis kontak – Poison ivy, reaksi aksema
c) Penolakann cangkok organ allograft.
E. Obat AntiinflamasiObat-obat antiinflamasi adaah golongan obat yang memiliki aktivitas
menekan atau mengurangi peradangan. Aktivitas ini dapat dicapai melalui
berbagai cara, yaitu menghambat pembentukan mediator radang
prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang maupun
menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya.
(http://www.psychologymania.com obat -antiflamasi.html, 2012)
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antiinflamasi dibagi menjadi
dua golongan utama yaitu golongan steroida dan non-steroida (Kee dan
Evelyn, 1996)
a) Obat Antiinflamasi dari Golongan Steroid (Glukokortikoida)
Efek antiinflamasi golongan steroid (glukokortikoid) berhubungan
dengan kemampuan untuk merangsang biosintesis protein lipomodulin,
yang dapat menghambat kerja enzimatik fosfolipase A2 sehingga
mencegah pelepasan mediator seperti asam arakhidonat dan metabolitnya
seperti prostaglandin (PG), leukotrien (LT), tromboksan dan prostasiklin.
Glukokortikoid dapat memblok jalur siklooksigenase dan lipooksigenase,
sedangkan AINS hanya memblok enzim siklooksigenase. Contoh senyawa
yang termasuk dalam kelompok ini adalah kortison, hidrokortison,
deksametason, prednison dan sebagainya
b) Obat Antiinflamasi Non-Steroida (AINS)
13
AINS merupakan kelompok obat-obat yang bekerja dengan aktivitas
menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat
menjadi prostaglandin menjadi terganggu. AINS cocok digunakan untuk
mengurangi pembengkakan, nyeri dan kekakuan sendi (Kee dan Evelyn,,
1996).
Contoh senyawa yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
1) Turunan asam salisilat, contoh: aspirin, diflusinal, sulfasalazin,
olsalazin
2) Turunan para-aminofenol, contoh: asetaminofen
3) Indol dan asam indene asetat, contoh: indometasin, sulindak, etodolak
4) Asam heteroalil asetat, contoh: tolmetin, diklofenak, ketorolak
5) Asam arilpropionat, contoh: ibuprofen, naproksen, feniprofen,
ketoprofen
6) Asam antranilat (fenamat), contoh: asam mefenamat, asam
meklofenamat
7) Asam enolat, contoh: oksikam (piroksikam, tenoksikam), pirazolidin
(fenilbutazon, oksifentatrazoFoye, , 1996)
F. Fungsi Imun Dalam Tubuh
Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai :
a. Penangkal “benda” asing yang masuk ke dalam tubuh.
b. Untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan
komponen tubuh yang telah tua.
c. Sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi, atau ganas, serta
menghancurannya.
Pada prinsipnya, jika sistem imun seseorang bekerja optimal, orang
tersebut tidak mudah terkena penyait dan sistem keseimbangannya juga
normal. Namun, sistem imun tidak dapat dibentuk dalam waktu singkat.
Respon imun tubuh alamiah terhadap serangan patogen baru akan muncul
dalam 24 jam. Tubuh kita mampu mengatasi infeksi patogen karena adanya
sistem pertahanan tubuh atau sistem imun. Tubuh kita memiliki dua
14
pertahanan tubuh, yaitu pertahanan tubuh alami dan pertahan tubuh oleh sel
darah putih.
G. AlergiJangan pernah menyepelekan penyakit lingkup alergi dan imunologi.
Seluruh tubuh merasa nyeri atau sesak napas. Jangan pula merasa tidak terjadi
apa-apa jika tiba-tiba hidung gatal, tersumbat, kulit melepuh serta akhirnya
menimbulkan kematian. Itu semua merupakan bagian kecil dari gejala
penyakit-penyakit alergi dan imunologi. Jenis penyakit alergi dan imunologi
sangat beragam. Asma merupakan kasus yang relatif paling sering, diikuti
rinitis alergi, dan urtikaria kronik. Jenis alergi lain yang tak kalah pentingnya
adalah reaksi alergi obat. Sementara dalam bidang imunologi, terdapat
penyakit autoimun, khususnya Lupus Eritematosis Sistemik (LES).
Sementara dari penyakit imunodefisiensi, salah satunya yang terkenal adalah
penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Dalam artikel ini
juga akan dikemukakan pentingnya imunisasi pada orang dewasa. Berikut
beberapa penyakit dalam lingkup alergi:
1. Asma Bronkial
Masalah utama asma adalah sering tak terdiagnosis atau pengobatan
tak adekuat. Pasien mengobati sendiri, pemahaman dan pengetahuan
mengenai asma yang kurang serta beberapa mitos atau salah persepsi
mengenai asma. Tak jarang dijumpai rasa sesak disangka penyakit jantung,
atau batuk-batuk kronis yang disebabkan penyakit bronkitis atau sukar
tidur karena insomnia. Keluhan batuk mengi atau sesak saja bukan
monopoli penyakit asma. Beberapa penyakit atau keadaan dapat
menyerupai asma, seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
bronkitis kronik dan emfisema; infeksi paru; sinusitis paranasal;
tuberkulosis; refluks gastroesofageal dan penyakit jantung seperti gagal
jantung. Diagnosis tepat mengarahkan pengobatan yang tepat.
Hal yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan penderita obat
anti inflamasi, menghindari faktor pencetus serangan, dan mendapatkan
15
edukasi. Edukasi bertujuan agar pemahaman dan pengetahuan pasien
mengenai asma dan penyebabnya menjadi lebih baik. Pengetahuan inilah
yang akan mempermudah komunikasi dengan dokter, dan memahami
mitos-mitos yang berkembang di masyarakat.
Dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat penderita asma dapat
menjalani hidup dengan normal (pasien harus mematuhi instruksi, dan
kontrol dokter. Ia pun wajib memakai obat pengontrol secara teratur.
Jangan pergi ke dokter saat asma menyerang saja).
2. Rinitis Alergi
Rinitis alergi merupakan salah satu bentuk rinitis yang mekanismenya
secara umum melalui sistem imun, atau IgE secara khusus. Prevalensinya
berkisar antara 10-15% dari masyarakat. Penderitanya pun beragam, mulai
dari usia anak hingga dewasa. Gejalanya dapat berupa rinorea, hidung
gatal, bersin dan hidung tersumbat. Terkadang disertai rasa gatal di mata.
Akibatnya, mengganggu kualitas hidup penderitanya. Seperti, gangguan
tidur, gangguan aktivitas, hingga absen dari sekolah atau pekerjaan.
Berdasarkan lama dan seringnya gejala rinitis dapat diklasifikasikan
sebagai rinitis alergi intermiten atau persisten. Dikatakan rinitis intermiten
bila gejala berlangsung kurang dari empat hari per minggu dan lamanya
kurang dari empat minggu. Sedangkan rinitis persisten gejala berlangsung
lebih dari empat hari/ minggu dan lamanya lebih dari empat minggu.
Derajatnya dikatakan sedang atau berat bila gejalanya menggangu kualitas
hidup penderitanya. Yang perlu diwaspadai adalah komplikasi terjadinya
sinusitis, polip hidung, dan gangguan pendengaran.
Rinitis alergi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya asma.
Sering pasien baru datang ke dokter jika telah terjadi komplikasi. Dengan
pengobatan yang baik, gejala rinitis dapat terkontrol. Sehingga kualitas
hidup penderitanya meningkat kembali dan menjalani hidup layaknya
orang normal.
4. Urtikaria dan Angioderma
16
Urtikaria ditandai kelainan kulit berupa bentol, kemerahan, dan gatal.
Dikatakan urtikaria akut jika gejala berlangsung kurang dari enam minggu
dan sebabnya jelas. Sedangkan urtikaria kronik jika gejala berlangsung
lebih dari enam minggu, bahkan bisa sampai 20 tahun. Umumnya pasien
yang datang ke poli alergi adalah urtikaria kronik.
Umumnya pasien telah lama berobat ke berbagai dokter baik umum
maupun spesialis, sehingga pasien merasa jengkel karena urtikarianya
tidak sembuh-sembuh. Sebagian besar urtikaria kronik penyebabnya tidak
diketahui sehingga pengobatan bisa berlangsung lama. Bila sebabnya
diketahui, mungkin gejalanya dapat dihilangkan. Angioderma menyerupai
urtikaria, tetapi mengenai jaringan kulit yang lebih dalam. Gejala sering
tidak gatal tetapi terasa sakit. Umumnya mengenai mukosa mata, bibir atau
kemaluan. Bila mengenai daerah trakea atau bronkus, seperti pada reaksi
anafilaksis dapat membahayakan nyawa pasien.
5. Lupus Eritematosus Sistemik (LES)
LES merupakan salah satu penyakit autoimun. Karena bersifat
sistemik, auto-antibodi menyerang beberapa organ, baik secara bersamaan
atau berurutan. Radang sendi merupakan gejala yang tersering, tetapi
demam yang berkepanjangan juga merupakan salah satu gejala lupus.
Gejala seperti kemerahan di wajah, sariawan, anemia, lekopeni atau
trambositopeni merupakan petunjuk ke arah LES. Proteinuria dan
hematuria sampai kepada efusi pleura atau perikard tidak jarang dijumpai.
Kelainan neorologi atau psikitrik dapat disebabkan LES. Makin dini
diagnosis, dan makin cepat diobati, diharapkan komplikasi yang serius
dapat dihindari.
6. Penyakit Imunodefisiensi
Penyakit imunodefisiensi bisa didapat sejak lahir, atau setelah dewasa.
Berbagai penyakit atau keadaan seperti pemakaian obat dapat
menyebabkan imunodefisiensi. Infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) merupakan salah satu penyebab imunodefisiensi yang dikenal
dengan AIDS. Umumnya pasien datang dalam keadaan sudah lanjut
17
karena infeksi oportunistik, padahal semakin awal penyakit diketahui dan
diobati semakin baik prognosisnya. Penyakit-penyakit kronis lainnya
seperti diabetes mellitus, gagal ginjal kronis, sirosis hati, dan PPOK dapat
menurunkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu, meningkatkan daya tahan
tubuh sangat diperlukan, agar terhindar dari bahaya penyakit infeksi.
H. Auotoimun
Penyakit autoimun adalah salah satu penyakit yang hingga kini belum di
ketahui pasti penyebabnya dan susah disembuhkan, kini ilmuwan mulai
mengungkap penyebab penyakit autoimun. Penyakit imun muncul ketika
imun atau sistem kekebalan tubuh dalam diri yang seharusnya bertugas
melawan bibit penyakit dari luar tubuh malah menyarang jaringan tubuh
sendiri. Penelitian di National jewish Health telah menemuka jenis sel yang
menjadi penyebab penyakit autoimun, temuan ini juga telah menjelaskan
mengapa penyakit seperti lupus, multiple, sclerosis dan rheumatoid arhritis
lebih sering menyerang wanita di banding pria. (http://healthdeti.com/read,
2011)
Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun yang disebut
autoimunitas. Sistem imun gagal untuk memusnahkan dengan tepat antara
diri sendiri dan orang lain yang menyerang dari bagian tubuh.
I. Difisiensi Imun
Defisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem Imun
tidak aktif, kemampuan sistem Imun untuk merespon patogen berkurang pada
baik golongan muda dan golonga tua, respon imun berkurang pada usia 50
tahun, respon juga dapat terjadi karena penggunaan Alkohol dan narkoba
adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk, namun, kekurangan
nutrisi adalah akibat paling umum yang menyebabkan difisiensi imun di
negara berkembang. Diet kekurangan cukup protein berhubungan dengan
gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi
antibody, IgA dan produksi sitokin, Defisiensi nutrisi seperti zinc, Selenium,
zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, B6 dan asam folik (vitamin B9) juga
mengurangi respon imun. Difisiensi imun juga dapat didapat dari chronic
18
granulomatus disease (penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk
menghancurkan fagosit berkurang), contohnya: Aids dan beberapa tipe
kanker.
J. ImunisasiImunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang
melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi
dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai
macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh
dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat
asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan
jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit
karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi
organisme. Untuk selamat dari tantangan ini, beberapa mekanisme telah
berevolusi yang menetralisir patogen. Bahkan organisme uniselular seperti
bakteri dimusnahkan oleh sistem enzim yang melindungi terhadap
infeksi virus . Mekanisme imun lainnya yang berevolusi pada eukariota kuno
dan tetap pada keturunan modern, seperti tanaman, ikan, reptil dan serangga.
Mekanisme tersebut termasuk peptida antimikrobial yang disebut defensin,
fagositosis, dan sistem komplemen. Mekanisme yang lebih berpengalaman
berkembang secara relatif baru-baru ini, dengan adanya evolusi vertebrata.
Imunitas vertebrata seperti manusia berisi banyak jenis protein, sel, organ
tubuh dan jaringan yang berinteraksi pada jaringan yang rumit dan dinamin.
Sebagai bagian dari respon imun yang lebih kompleks ini, sistem vertebrata
mengadaptasi untuk mengakui patogen khusus secara lebih efektif. Proses
adaptasi membuat memori imunologis dan membuat perlindungan yang lebih
efektif selama pertemuan pada masa depan dengan patogen tersebut. Proses
imunitas yang diterima adalah basis dari vaksinasi.
Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit yang paling
efektif, contohnya penyakit cacar (variola) telah lama hilang dari muka bumi,
sedangkan kasus-kasus polio dalam beberapa tahun terakhir tidak pernah
19
dijumpai lagi. Program imunisasi selama ini diwajibkan untuk anak, dan
hasilnya sangat memuaskan.
Imunisasi dapat menurunkan kejadian sakit, perawatan rumah sakit atau
meninggal dunia karena penyakit-penyakit infeksi. Pemberian vaksin
influenza pada orang dewasa usia < 65 tahun menurunkan insidensi influenza
sebesar 70-90%, pada orang usia lanjut menyebabkan penurunan insidensi
kasus influenza 30-40%, perawatan rumah sakit 50-60% dan penurunan
angka kematian sebesar 70-100%. Vaksin pneumokok efektivitasnya sekitar
60-64%, hepatitis B 80-95%, dan MMR 90-95%. Keberhasilan imunisasi
menyebabkan biaya pengobatan dan perawatan rumah sakit menjadi lebih
hemat. Peranan imunisasi sama pentingnya dengan olahraga dan diet dalam
menjaga kesehatan tetapi sering dilupakan. Jenis vaksin yang di
rekomendasikan orang dewasa antara lain influenza, pneumokok (infeksi
paru), varicella, human papiloma virus (untuk mencegah kanker leher rahim),
hepatitis A & B, dan Measles, Mumps and Rubella (MMR), serta tetanus,
difteri & pertusis (TDaP).
K. Imun Pada Transplantasi
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Defisiensi sistem imun merupakan penyebab utama menurunnya
pertahanan tubuh terhadap antigen. Defisiensi sistem imun dapat disebabkan
karena infeksi virus, hipersensitivitas, mutasi genetik pada sistem imun,
faktor psikologis dan usia.
Gangguan pada sistem imun meliputi gangguan limfosit B dan T,
gangguan makrofag (inflamasi), gangguan sistem komplemen, maupun
gangguan imunitas sistemik. Dan salah satu penyakit yang umum diderita
terkait dengan infeksi gastrointestinal adalah HIV/AIDS
B. Saran
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, dapat menjadi suatu bahan
pembelajaran bagi pembaca.Serta untuk selanjutnya makalah (Sistem
Imunologi) yang dibuat penyusun, diharapkan adanya saran-saran yang
membangun. Dikarenakan penyusun menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunannya.
21
Daftar Pustaka
1. (Kee dan Evelyn,, 1996)
2. (Read more:http:/www.pustakasekolah.com/sistem-pertumbuhan-tubuh-
spesifik.html#1xzz2xrss730u)
3. (fenilbutazon, oksifentatrazoFoye, , 1996)
4. (http://es.slideshare.net/aminudinharahap/makalah-rekayasa genitka dan
sistem imun-1)
5. (http://healthdeti.com/read, 2011)
6. (http://www.psychologymania.com obat -antiflamasi.html, 2012)
7. (intisari mikrobiologi & imunologi, 2011)
8. (susanblog18.blogspot.com, 2012)
22