imunodefisiensi 18 pebruari 2015 compatibility mode

58
Imunodefisiensi & Autoimun Dorta Simamora

Upload: risman

Post on 18-Dec-2015

32 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

penyakit yang menurunkan sistem kekebalan tubuh

TRANSCRIPT

  • Imunodefisiensi & Autoimun

    Dorta Simamora

  • Imunodefisiensi

    Dorta Simamora

  • Defenisi

    Immunodefisiensi : komponen sistem imun tidak dapat berfungsi secara normal.

    Akibatnya, penderita imundefisiensi menjadi lebih rentan terhadap infeksi virus, jamur, bakteri, keganasan, dan infeksi berulang (reaktivasi infeksi laten)

    Imunodefisiensi dapat disebabkan oleh penyakit genetik, infeksi atau diperoleh seperti pada AIDS karena HIV.

  • Sepuluh tanda imunodefisiensi

    Jeffrey Modell Foundation

    Dua atau lebih gejala dalam satu tahun

  • Empat atau lebih infeksi telinga dalam setahun

    Dua atau lebih infeksi sinus berat dalam setahun

    Dua bulan atau lebih pemakaian antibiotik dengan sedikit efek

    Dua episode atau lebih pneumonia dalam setahun

    Pada bayi terjadi kegagalan peningkatan berat badan dan gagal tumbuh

  • Abses berulang pada kulit dan organ dalam

    Kandidiasis persisten di mulut atau di mana saja usia >1 tahun

    Kebutuhan penggunaan antibiotik intravena untuk mengatasi infeksi

    Dua atau lebih infeksi dalam termasuk septikemia

    Riwayat keluarga dengan imunodefisiensi primer

  • GANGGUAN FUNGSI SISTEM IMUN dan PENYAKIT YANG MENYERTAI

    DEFISIENSI1. Sel B2. Sel T3. Fagosit4. komplemen

    Infeksi bakteri rekuren otitis media, pnemumoniarekuren

    Kerentanan meningkat virus, jamur, dan protozoa Infeksi sistemik oleh bakteri yang dalam keadaan biasa

    mempunyai virulensi rendah, infeksi bakteri piogenikInfeksi bakteri, autoimunitas

  • PEMBAGIAN DEFISIENSI SISTEM IMUN

    DEFISIENSI IMUN NONSPESIFIK

    DEFISIENSI IMUN SPESIFIK

  • DEFISIENSI IMUN NONSPESIFIK

    1. DEFISIENSI KOMPLEMEN

    peningkatan insiden infeksi atau penyakitautoimun Lupus SLE. Defisiensi komplemen infeksi bakteri yang rekuren, sensitivitas terhadap penyakit autoimun. Kebanyakan defisiensi komplemen adalahherediter.

  • a. DEFISIENSI KOMPLEMEN KONGENITALBiasanya mengakibatkan infeksi yang berulang atau penyakitkompleks imun seperti LES.

    b. DEFISIENSI KOMPLEMEN FISIOLOGIK Defisiensi C7, dan C8 peningkatan kerentanan terhadapseptikemi meningokok dan gonokok. Defisiensi komplemen fisiogenik hanya ditemukan pada neonatusyang disebabkan karena kadar C3, C5, & faktor B yang masih rendah.

    C3 infeksi mikroba & gangguan opsonisasiC5 infeksi bakteri & gangguan kemotaksis

    c. DEFISIENSI KOMPLEMEN DIDAPAT depresi sintesis, misalnya pada sirosis hati dan malnutrisiprotein/kalori

  • 2. DEFISIENSI INTERFERON (IFN) DAN LISOZIMa. DEFISIENSI IFN KONGENITAL

    Dapat menimbulkan infeksi mononukleosis yang fatalb. DEFISIENSI IFN DAN LISOZIM DIDAPAT

    Dapat ditemukan pada malnutrisi protein / kalori.3. DEFISIENSI NK

    a. DEFISIENSI KONGENITALTerjadi pada penderita dengan osteoporosis (defekosteoklas & monosit).

    b. DEFISIENSI DIDAPATTerjadi akibat imunosupresi atau radiasi

    4. DEFISIENSI SISTEM FAGOSITFagosit dapat menghancurkan mikroorganisme dengan atau

    tanpa bantuan komplemen. Defisiensi fagosit sering disertai dengan infeksi berulang

  • Contoh penyakit defisiensi fagosit : 1. CGD = Chronic Granulomatous Disease

    Penyakit X-linked resesif pd usia 2 thn pertama Defek neutrofil tidak mampu membentuk peroksid hidrogen atau metabolit oksigen toksik lainnya.

    2. Defisiensi G6PD (Glucose 6 phosphate dehydrogenaseAnemia hemolitik karena defisiensi pembentukan NADPH. Normal fagositosis mengaktifkan NADPH membentuk peroksidase

    3. Sindrom lazy Leucocyte jumlah Neutrofil menurun respon kemotaksis tergangggu sehingga rentan terhadap infeksi mikroba Respon inflamasi terganggu.

    12

  • Defisiensi fagosit Disfungsi Fagositosis

    Dapat berkisar dari infeksi kulit ringan sampaiinfeksi sistemik yang berat Infeksi kulit, furunkulosis, abses visceral atau

    perirectal dengan pembentukan granuloma, limfadenitis, ginggivitis

    Penyembuhan luka yang buruk, kurangnya nanah Terutama rentan terhadap infeksi bakteri virulen

    Staphylococcus spesies Organisme Gram-negatif

    13

  • II. DEFISIENSI IMUN SPESIFIK

    2. DEFISIENSI IMUN KONGENITAL ATAU PRIMER

    A. DEFISIENSI IMUN PRIMER B gangguan perkembangan pada sel B.

    B. DEFISIENSI IMUN PRIMER SEL TPenderita dengan defisiensi sel T kongenital sangat rentanterhadap infeksi virus, jamur, dan protozoa.

    Sel T juga berpengaruh pada sel B, maka defisiensi sel T juga disertai gangguan produksi Ig tidak adanya responsterhadap vaksinasi dan infeksi berulang

  • KehamilanFetus allograf dengan antigen paternalIg meningkat karena pengaruh estrogen

    Usia tahun pertama Antibodi janin disintesis pada awal minggu ke 20, tp

    IgG dewasa sekitar usia 5thnBayi prematur lebih mudah terinfeksi karena sedikit

    menerima Ig dari ibuUsia Lanjut

    Lebih mudah terinfeksi karena atrofi timus dengan fungsi menurun.

    Imunodefisiensi spesifik fisiologik

    15

  • I. Imunodefisiensi primer sel Ba. Gangguan perkembangan sel B

    ex : - hypogamaglobulinemia (tidak ada Ig/sangat sedikit).- Dalam jumlah normal sel B tidak dapat berkembang

    menjadi Sel B yang matur b. Insiden atopy dan penyakit autoimun menjadi meningkatII. Imunodefisiensi primer sel T (infeksi oportunistik)a. Sangat rentan terhadap infeksi virus, jamur dan protozoa.b. Berpengaruh thd aktivasi dan proliferasi sel T

    disertai dengan gangguan produksi Ig tidak ada respon thd vaksinasi. ex : sindrom DiGeorge.

    c. Insiden terhadap malignanci pada (CVID) Common variable immunodeficiency menjadi tinggi. Ex : Infeksi yang melibatkan THT and lungs (respiratory tract)

    ditandai respon Ab depressed, level Ab darah sangat rendah

    Imunodefisiensi spesifik

    16

  • III. Defisiensi kombinasi Sel B dan sel T berat Severe combined immunodeficiency disease (SCID)Penderita rentan terhadap infeksi virus, bakteri jamur

    dan protozoaTidak adanya sel B dan T terlihat dari limfositopeniaditerapi dengan transplantasi sumsum tulang

    Imunodefisiensi spesifik

    17

  • Syndrome:

    Combined immunodeficiency

    Wiskott-Aldrich syndrome Trias: eksim, trombositopenia, imunodefisiensi

    Ataksia-teleangiektasia Ataksia serebelar, teleangiektasia okulokutaneus

    Sindrom DiGeorge Delesi kromosom 22q11 Malformasi jantung, hipotiroid, hipokalsemi, wajah

    dismorfik, gangguan perkembangan timus

  • Infections associated with cellular immune defects

    (Sanford KW & Roseff SD, 2011)

  • Contoh Penyakit Kelainan / Kerusakan yang disebabkan Dampak klinis

    Defisiensi imunitas kombinasi (Severe Combined

    Immunodeficiency/SCID)

    Penurunan jumlah sel T, sel B, sel NK, dan/atau antibodi

    Rentan terhadap infeksi virus, fungi, dan bakteri karena

    kecacatan padasistem kekebalan

    selular dan humoral.

    X-linked agammaglobulinemia Kegagalan maturasi sel B di sumsum tulang belakang

    Penurunan atau sama sekali tidak ada produksi sel B dan

    antibodi

    Sindrom DiGeorge

    Ketidaksempurnaan perkembangan organ

    timusdan kegagalan maturasi sel T

    Rentan terhadap infeksi virus dan fungi karena kegagalan

    sistem imunitas humoral

    Sindrom Wiskott-AldrichCacat fungsi trombosit, sel T,

    dan kekurangan antibodi (terutama IgA)

    Rentan terhadap ekzema atopik dan infeksi yang mudah

    kambuh

    Hyper-IgM syndrome

    Cacat pada sel B sehingga tidak dapat melakukan

    pergantian kelas antibodi (imunoglobulin)

    Kadar IgM di dalam tubuh menjadi berlebihan dan

    kekurangan IgA, IgG, dan IgE. Hal ini menyebabkan sering terjadinya infeksi berulang.

  • TerapiDefisiensi Sel-BTerapi pengganti dengan suntikan gamma globulin IV

    Penderita CVIDTerapi antimikroba (mencegah infeksi respiratorius,

    komplikasi seperti pneumonia, sinusitis/otitis media)Metronidazol (flagyl)/kuinakrin hidroklorida (Atabrine)

    selama 7 hari jika adaya infestasi intertisnal oleh Giardia Lamblia

    Jika ada anemia pernisiosa. Suntikan vitamin B12 sebulansekali

  • Defisiensi Sel-T

    - Terapi topical dengan mikronazol- Suntikan amfoterisin B IV- Terapi oral dengan klotrimazol & ketokonazol

  • Terapi

    Defisiensi sel B dan sel T

    * Transplantasi sumsum tulang* Suntikan immunoglobulin IV* Faktor yang berasal dari thymus* Transplantasi kelenjar thimus

  • Malnutrisi Infeksi Obat, trauma, tindakan kateterisasi Penyinaran Penyakit berat Kehilangan imunoglobulin/leukosit Stres Agamaglobulinemia dengan timoma (disertai

    menghilangnya sel B total dari sirkulasi)

    AIDS

    Faktor faktor yang mempengaruhi Imunodefisiensi didapat (sekunder)

  • Progression of HIV

    infection

  • Autoimun

    Dorta Simamora

  • Defenisi Autoimun

    Autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan oleh mekanisme normalnya gagal untuk mempertahankan self tolerance sel B, sel T atau keduanya.

    Kegagalan pada toleransi imunitas sendiri

    Penyakit autoimun adalah kerusakan jaringan atau gangguan fungsi fisiologis yang ditimbulkan oleh respon autoimun

  • Pada penyakit tertentu antibodi yang diproduksi oleh tubuh ditujukan untuk melawan sel atau jaringan tubuh itu sendiri. Tipe antibodi ini disebut autoantibodi dan

    Penyakitnya disebut penyakit autoimun (autoimmune diseases).

  • Etiologi autoimun

    Teori tentang terjadinya penyakit autoimun : - Reaksi silang dengan antigen bakteri- Rangsangan molekul poliklonal- Kegagalan autoregulasi

  • AUTOIMMUNITY VS. AUTOIMMUNE DISEASE

    Autoimmunity Self reaktive limfosit dan

    antibodinya kurang Berpotensi reversibel Insidennya lebih tinggi

    pada usia menua

    Autoimmune disease Bergantung pada faktor

    genetik virus dan hormon Terjadinya kerusakan

    yang parah pada jaringan Gejala klinis Kejadiannya perlahan

    tapi fatal Familiar clustering

  • Symptoms

    Kelelahan Depresi Kehilangan otot kram Irritability Keringat berlebihan Insomnia Kehilangan koordinasi

    Pembengkakan Ruam Tubuh sakit Tremor Kelelahan Kehilangan nafsu

    makan

    Diagnosa beberapa simptom pada penyakit autoimmune parah

    Many times there are no symptoms!

  • Penyakit autoimun : bila reaksi autoimun kerusakan jaringan patologikMekanisme kerusakan akibat : 1.Destruksi sel (Ab >< permukaan sel)2.Pembentukan kompleks imun (Ag>
  • Etiology of autoimmune diseases. Kono, Dwight H.,Theofilopoulos, Argyrios N. -Kelley's Textbook of

    Rheumatology, 281-298.e5 2013

    Factors influencing autoimmune diseases development

    HLA, FcgR, FAS/FASL, Complement proteins

  • Faktor-faktor yang berkontribusi pada perkembangan penyakit autoimun

    1. Genetik, yaitu haplotipe HLA tertentu meningkatkan risikopenyakit autoimun.

    2. Kelamin (gender), yaitu wanita lebih sering daripada pria.3. Infeksi, yaitu virus Epstein-Barr, mikoplasma, streptokok,

    Klebsiella, malaria, dll, berhubungan dengan beberapapenyakit autoimun;

    4. Sifat autoantigen, yaitu enzim dan protein (heat shock protein) sering sebagai antigen sasaran dan mungkin bereaksi silangdengan antigen mikroba;

    5. Obat-obatan, yaitu obat tertentu dapat menginduksi penyakitautoimun;

    6. Umur, yaitu sebagian besar penyakit autoimun terjadi padausia dewasa.

  • Auto Ab production

    Environment Hormones

    Stochastic factorsGenetic factors

    Initiation of pathogenesis

    Criticalthreshold

    Dendritic cell

    Defective primingDefectiveAntigen presentation

    IFN? Secretion T independent

    Ab production

    Increased costimulation Cytokine help

    T cellB cellIncreased activity Increased activity

    Abnormal complement fixation Defective phagocyte activation Circulating immune complex

    Increased apoptosis Defective AICD Defective cytokine production

    Tissuedamage

    Pathogenesis of Pathogenesis of autoimmune diseasesautoimmune diseases

    Autoimmunity (loss of tolerance)

    Autoreactive T and B cells activation

    Disease

    Inflammation

  • Klasifikasi Penyakit autoimun

    1. Khas organ (organ specific) dengan pembentukan antibodiyang khas organ.

    Ex: Thiroiditis, dengan auto-antibodi terhadap tiroid; Diabetes Mellitus, dengan auto-antibodi terhadap pankreas Sclerosis multiple, dengan auto-antibodi terhadap susunan saraf Penyakit radang usus, dengan auto-antibodi terhadap usus.

    2. Bukan khas organ (non-organ specific), dengan pembentukanauto antibodi melibatkan lebih dari satu organ.ExSystemic lupus erythemathosus (SLE), arthritis rheumatika, vaskulitis sistemik dan scleroderma, dengan auto-antiboditerhadap berbagai organ.

  • Endocrine system Autoimmune (Hasimotos) thyroiditis Hyperthyroidism (Graves disease; thyrotoxicosis) Type I diabetes mellitus (insulin-dependent or juvenile diabetes) Insulin-resistant diabetes Autoimmune adrenal insufficiency (Addisons disease) Autoimmune oophritis

    Organ-specific autoimmune diseases

    Hematopoietic system Autoimmune haemolytic anemia Paroxysmal cold hemoglobinuria Autoimmune thrombocytopenia Autoimmune neutropenia Pernicious anemia Pure red cell anemia

    Neuromuscular system Myasthenia gravis Autoimmune polyneuritis lemah otot Multiple sclerosis Experimental allergic encephalomyelitis

    Skin Pemphigus and other bullous diseases

    Cardiopulmonary System Rheumatic carditis Goodpastures syndrome Postcardiotomy syndrome (Dresslers syndrome)

  • Organ-spesifik penyakit autoimun Autoimun hemolitik anemia Autoimun trombositopenia Myasthenia gravis Penyakit Graves Goodpasture Sindrom paru paru dan ginjal

    Sistemik penyakit autoimun Lupus eritematosus sistemik (SLE)

    Penyakit yang disebabkan oleh autoimunitas ataureaksi terhadap antigen mikroba

    Polyarteritis nodosa

    PENYAKIT Autoimun dimediasi olehANTIBODI DAN KOMPLEKS IMUN

  • Organ-spesifik penyakit autoimun Tipe 1 diabetes mellitus Multiple sclerosis penyakit sistem saraf yang mempengaruhi

    otak dan sumsum tulang Sistemik penyakit autoimun

    Rheumatoid arthritis *

    Sistemik sclerosis* penyakit jaringan ikat yang tidak diketahui penyebabnya ditandai oleh fibrosis kulit & organ visceral serta kelainan mikrovaskuler

    Sjogren syndrome *

    Penyakit yang disebabkan oleh autoimunitas atau reaksiterhadap antigen mikroba Penyakit radang usus (penyakit Crohn, ulcerative colitis) Inflamasi myopathiesgangguan endokrin, gangguan metabolik,

    infeksi otot atau inflamasi : obat-obatan karena Mutasi dalam gen

    PENYAKITautoimun dimediasi oleh T SEL

  • Susceptibility Factors Gender

    Increased risk associated with gender.e.g. Female to male ratio for

    SLE 10:1 Multiple sklerosis 5:1 Hashimoto's thyroiditis 4:1 But IDDM is 1:1 and AS is 0.3:1.

  • Susceptibility Factors Immune regulation genes

    Increased risk associated with changes in expression of immune regulation genes.

    Decreased expression of Fas, FasL, assoc with SLE.

    Decreased amount of Complement proteins (C1, C2, C4) has been assoc with SLE.

  • 42

    Sex-based DifferencesEstrogen

    - causes autoimmunity (generally)- stimulates prolactin secretion (helps regulate immune

    response) - stimulates the gene for CRH (corticotropin-releasing

    hormone) that promotes cortisol secretion - causes more TH1-dominated immune responses (promotes inflammation)

    Testosterone- can cause autoimmunity or protect against it

  • Faktor yang berperan pada autoimunitas

    A. Sequestered antigen

    adalah antigen sendiri letak anatomi jauh sehingga tidak terpajan dengan sel B dan sel T dari sistem imun. Keadaan normal dilindungi dan tidak ditemukan untuk dikenal sistem imun.

  • Faktor yang berperan pada autoimunitas

    B. Gangguan presentasi.

    Terjadi pada presentasi antigen, infeksi meningkatkan respon MHC dan kadar sitokin yang rendahmis : TGF- dan gangguan respon terhadap IL-2

  • Faktor yang berperan pada autoimunitas

    C. Ekspresi MHC yang tidak benar.

    Sel pankreas pada penderita dengan IDDM mengekpresikan kadar tinggi MHC-1 dan MHC-2,

    subjek sehat mengekpresikan MHC-1 yang lebih sedikit dan tidak mengekpresikan MHC-2 sama sekali.

  • Faktor yang berperan pada autoimunitas

    D. Aktivasi sel B policlonal.

    Autoimunitas dapat terjadi oleh karena aktivasi sel B policlonal oleh oleh virus EBV.

    LPS dan parasit malaria merangsang sel B secara langsung menimbulkan autoimunitas

  • Faktor yang berperan pada autoimunitas

    E. Peran CD 4 dan reseptor MHC

    Gangguan yang mendasari penyakit autoimun sulit diidentifikasi.

    Penelitian pada model hewan menunjukkan bahwa CD-4 merupakan efektor utama pada penyakit autoimun

  • Faktor yang berperan pada autoimunitas

    F. Keseimbangan Th1 dan Th2

    Penyakit autoimun organ spesifik terbanyak terjadimelalui sel T CD4.

    Keseimbangan T1 dan th2 dapat mempengaruhi terjadinya autoimunitas.

    Th1 peran pada autoimunitasTh2 melindungi terhadap induksi dan progres

    penyakit

  • Faktor yang berperan pada autoimunitas

    G. Sitokin pada autoimunitas.Sitokin dapat menimbulkan translasi berbagai faktor etiologis kedalam kekuatan patogenik dan mempertahankan inflamasi fase kronis serta destruksi jaringan.

  • 1. Melalui autoantibodi autoantigen (AIHA, ITP, Grave, Hashimoto, miksedema primer, miastenia gravis, seliak)

    2. Melalui antibodi dan sel T terbentuk kompleks imun RA dan LES (sistemik), sindrome sjogren, guillainbare, miastenias gravis, grave, DM, hashimoto, ITP, pemfigus, dermatomiositis (organ)

    3. Melalui kompleks antigen-antibodi LES, miasteniagravis, DM tipe I, sklerosis multipel

    4. Melalui komplemen LES

    Pembagian penyakit autoimun menurut mekanisme

  • Penyakit Antigen target Mekanisme Manifestasiklinopatologi

    Anemia hemolitik autoimun

    Protein membran eritrosit (antigen golongan darah Rh)

    Opsonisasi dan fagositosiseritrosit

    Hemolisis, anemia

    Purpuratrombositopeniaautoimun (idiopatik)

    Protein membran platelet (gpIIb:integrin IIIa)

    Opsonisasi danfagositosis platelet

    Perdarahan

    Pemfigus vulgaris Protein pada hubunganinterseluler pada selepidermal (epidemal cadherin)

    Aktivasi protease diperantarai antibodi, gangguan adhesiinterseluler

    Vesikel kulit (bula)

    Sindrom Goodpasture Protein non-kolagen pada membran dasar glomerulus ginjal dan alveolus paru

    Inflamasi yang diperantarai komplemendan reseptor Fc

    Nefritis, perdarahanparu

    Demam reumatik akut Antigen dinding sel streptokokus, antibodi bereaksi silang dengan antigen miokardium

    Inflamasi, aktivasimakrofag

    Artritis, miokarditis

    Miastenia gravis Reseptor asetilkolin Antibodi menghambatikatan asetilkolin, modulasi reseptor

    Kelemahan otot, paralisis

    Penyakit Graves Reseptor hormon TSH Stimulasi reseptor TSH diperantarai antibodi

    Hipertiroidisme

    Anemia pernisiosa Faktor intrinsik dari sel parietal gaster

    Netralisasi faktor intrinsik, penurunan absorpsivitamin B12

    Eritropoesis abnormal, anemia

  • Examples of Organ SpecificLungs of a patient with

    Goodpastures

    Vitiligo

    Hashimotos disease(thyroiditis)hypofunction of

    thyreoid

    Graves-Basedows disease- hyperfunction of thyreoid,

    thyreotoxicosis- autoantibodies against TSH

    receptor

    Graves-Basedows disease

  • HASHIMOTOS THYROIDITIS

    a. Gbr kelenjar tiroid normal sel epitel folikularnya berbentuk seperti kubusb. Hashimotos thyroiditis limfositnya mengalami infiltrasi

    Kelenjar tiroid diserang oleh limfosit dan fagosit menyebabkan keradangan dan tiroid menjadi bengkak (goiter)

  • Clinical features of SLE

  • Bullous

    Pempigus

    Goopasture Sindrom

    Polyartritis nodosa

    Sistemik sklerosis

    Multiple sclerosis

  • Terapi pada Autoimmune Diseases

    Pharmacotherapy Anti-inflammatories--steroids or NSAIDS. Other specific drugs for symptoms e.g. insulin

    Possible Immunotherapies Block co-stimulation Peptide vaccines. Inject peptides to block MHC

    and prevent self peptides from binding. Oral Tolerance. MBP ingested to induce

    tolerance.

  • PENGOBATAN

    Prinsip : supresi respons imun atau menggantifungsi organ yang rusak

    Kontrol metabolik Obat antiinflamasi Imunosupresan Kontrol imunologis riset

  • &God bless You all...