imunisasi pp terbaru

78
IMUNISAS I Oleh : Gilang Andya Pratama Pembimbing : dr. Roedi Djatmiko, Sp.A. Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Anak FAKULTAS KEDOKTERAN – UPN ”VETERAN” JAKARTA RST TK.II dr. Soedjono Magelang

Upload: dikla-maulidya-lahira

Post on 24-Dec-2015

92 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

imunisasi

TRANSCRIPT

IMUNISASIOleh : Gilang Andya PratamaPembimbing : dr. Roedi Djatmiko, Sp.A.

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Anak

FAKULTAS KEDOKTERAN – UPN ”VETERAN” JAKARTA

RST TK.II dr. Soedjono Magelang

• Imunisasi berasal dari kata immune yang berarti kebal atau resisten.

• Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. (Depkes RI, 2005).

• setiap tahun terjadi kematian sebanyak 2,5 juta balita, yang disebabkan penyakit yang dapat dicegah melalui vaksinasi.

• Radang paru yang disebabkan oleh pneumokokus menduduki peringkat utama (716.000 kematian), diikuti penyakit campak (525.000 kematian), rotavirus (diare), Haemophilus influenza tipe B, pertusis dan tetanus.

• Dari jumlah semua kematian tersebut, 76% kematian balita terjadi dinegara-negara sedang berkembang, khususnya Afrika dan Asia Tenggara (termasuk Indonesia).

Sasaran

anak-anak, wanita hamil (awal kehamilan – 8 bulan), wanita usia subur (calon mempelai). sejak bayi dibawah umur 1 tahun (0 – 11 bulan) sampai anak sekolah dasar (kelas 1 – kelas 6).

Konsep dasar imunisasi

Jenis imunisasi pada anak

•Imunisasi aktif tubuh membentuk antibodi •Imunisasi pasif tubuh mendapat antibodi

•Imunisasi dasar sejumlah suntikan yang diperlukan untuk mencapai kadar antibodi di atas kadar netralisasi

•Imunisasi ulangan setiap suntikan untuk meningkatkan kembali kadar antibodi sampai di atas kadar netralisasi

•Imunisasi wajib Imunisasi yang diharuskan sesuai dengan PPI (program pengembangan imunisasi- expanded program on immunization)

•Imunisasi anjuran imunisasi diluar PPI

RESPON IMUN

Pertahanan tubuh

Spesifik

Adaptif

Imunitas selular

Imunitas humoral

nonspesifiik

nonadaptif

Berbagai macam antigen

KEBERHASILAN IMUNISASI

• Status imun pejamu (Terjadinya antibodi spesifik pada pejamu terhadap vaksin yang diberikan, maturitas imunologik, Status imun, Keadaan gizi yang buruk )

• Faktor genetik pejamu (responder baik, cukup, dan rendah terhadap antigen tertentu)

• Kualitas dan kuantitas vaksin (cara pemberian, dosis, frekuensi pemberian ajuvan yang dipergunakan, dan jenis vaksin)

Vaksin Bakteri Vaksin Virus

Vaksin Hidup

• BCG •Demam tifoid

• Difteria• Tetanus• Pertusis

• Meningo• Pneumo• Hib• Typhim Vi• Kolera

• Typa

•Campak• Parotitis• Rubela• Varisela•rotavirus

• polio

• Yellow Fever

• Influenza

• Hepatitis B• Hepatitis A

•IPV • RabiesVaksinInaktif

Jenis vaksin

KIPI ( KEJADIAN IKUTAN PASCA-IMUNISASI )

• reaksi yang timbul setelah pemberian vaksinasi.

• sebagai kejadian medik yang berhubungan dengan imunisasi, baik oleh karena efek vaksin maupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, kesalahan program, reaksi suntikan, atau penyebab lain yang tidak dapat ditentukan.

• teknik pelaksanaan vaksinasi, misalnya kelebihan dosis, kesalahan memilih lokasi dan cara menyuntik, sterilitas, dan penyimpanan vaksin.

Kesalahan program

• tidak berhubungan dengan kandungan vaksin, tetapi lebih karena trauma akibat tusukan jarum, misalnya bengkak, nyeri, dan kemerehan di tempat suntikan.

• karena kecemasan, pusing, atau pingsan karena takut terhadap jarum suntik.

Reaksi suntikan

• ringan (demam, bercak merah, nyeri sendi, pusing, nyeri otot)

• bersifat berat, misalnya reaksi anafilaksis dan kejangReaksi vaksin

KIPI yang didapat setelah vaksinasi adalah papul merah

yang kecil timbul dalam waktu 1 – 3 minggu.

• Vaksin TB tidak mencegah infeksi TB, tetapi mencegah infeksi TB berat (meningitis TB dan TB milier).

• Vaksin BCG membutuhkan waktu 6-12 minggu untuk menghasilkan efek (perlindungan) kekebalannya.

• Dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah untuk 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml, diberikan secara intrakutan di daerah insersio M. deltoideus kanan. WHO tetap menganjurkan pemberian vaksin BCG di insersio M. deltoid kanan dan tidak di tempat lain (bokong, paha)

• Vaksin DPT (DtaP atau DTwP) diberikan untuk anak usia diatas 6 minggu sampai 7 tahun. Untuk anak usia 7-18 tahun diberikan vaksin difteri dalam bentuk vaksin Td (Tetanus dan Difteri) atau vaksin Tdap (tetanustoxoid, reduced diphteria toxoid, dan acellular pertusis vaccine adsorbed).

• Ulangan pertama dilakukan 1 tahun sesudahnya (usia 15-18 bulan) dan ulangan kedua diberikan 3 tahun setelah ulangan yang pertama (4-6 tahun)

• daya proteksi vaksin difteri sebesar 98,45% setelah suntikan yang ketiga, namun kekebalan yang terbentuk setelah imunisasi dasar hanya bertahan selama 10 tahun, sehingga perlu diberikan booster setiap 10 tahun sekali. Pemberian booster cukup dengan vaksin Td (tetanus dan difteri).

• Dianjurkan memberikan booster pada usia 11 sampai dengan 12 tahun atau minimal 5 tahun setelah pemberian terakhir. Setelah itu direkomendasikan untuk memberikan booster setiap 10 tahun.

• Jadwal vaksinasi untuk usia 7 - 18 tahun sebagai imunisasi primer dengan menggunakan vaksin Td, yaitu 3 dosis dengan jarak 4 minggu diantara dosis pertama dan kedua, dan 6 bulan diantara dosis kedua dan ketiga. Ikuti dengan dosis booster 6 bulan setelah dosis ketiga.

KIPI dan Kontra Indikasi

• demam ringan dan reaksi lokal berupa kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi suntikan. Demam yang timbul dapat mengakibatkan kejang demam (sekitar 0,06%).

• Vaksin DPT tidak boleh diberikan pada anak dengan riwayat alergi dan kejang pada pemberian vaksin yang pertama.

Vaksin Difteri Tetanus Pertusis whole cells (DTPw) dan Tetanus Toksoid (TT)

Heat Marker /Vaccine Vial Monitor (VVM)

Vaksin Difteri Tetanus Pertusis aselular (DTPa)

• Reaksi KIPI yang sering terjadi umumnya berupa reaksi lokal yang ringan dan bersifat sementara, terkadang dapat menimbulkan demam ringan untuk 1-2 hari. Sampai saat ini tidak ada kontraindikasi absolut pemberian vaksin Hepatitis B. Kehamilan dan laktasi bukan kontraindikasi vaksin Hepatitis B.

Vaksin Hepatitis B (Engerix-B®, Euvax-B®, Hepvac-B®)

• OPV diberikan 2 tetes melalui mulut, sedangkan IPV diberikan melalui suntikan dengan dosis 0,5 ml dengan suntikan subkutan dalam 3 kali di lengan dengan jarak 2 bulan.

• Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir kemudian dilanjutkan dengan imunisasi dasar, diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan

• Pemberian air susu ibu tidak berpengaruh terhadap respons pembentukan daya tahan tubuh terhadap polio, jadi saat pemberian vaksin, anak tetap bisa minum ASI.

• Imunisasi polio ulangan diberikan saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan dosis berikutnya diberikan pada usia 15-19 tahun.

Vaksin Polio Oral (OPV)

Heat MarkerVaccine Vial Monitor (VVM)

Vaksin Polio Injeksi (Injectable / inactivated Polio Vaccine = IPV)

KIPI

• Poliomielitis• pusing, diare ringan, dan nyeri otot.• Vaksinasi polio tidak dianjurkan diberikan

ketika seseorang sedang demam, muntah, diare, sedang dalam pengobatan radioterapi atau obat penurun daya tahan tubuh, kanker, penderita HIV, dan alergi pada vaksin polio.

Vaksin CampakHeat MarkerVaccine Vial Monitor(VVM)

Vaksin Haemophilus influenza b (Hib)

Vaksin Demam Tifoid

Vaksin Hepatitis A

Vaksin Varisela

Vaksin Influenza (Fluarix ®, Vaxigrip®)

MMR (Mumps Morbili Rubella)

• Mumps =gondongan• Morbili = campak• Rubella = campak jerman• Kontroversi:

– Hub dg autis: TIDAK TERBUKTI BERHUBUNGAN– Hub dg asma: TIDAK TERBUKTI BERHUBUNGAN– Hub dg crohn dan colitis ulserativa: TIDAK TERBUKTI

BERHUBUNGAN• Jadwal sesuai IDAI

Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR)

HPV

• HPV = Human Papilloma Virus• Diduga kuat sgt berhubungan dgn kanker

serviks• Diberikan pd anak perempuan usia 10 thn dgn

3 dosis (jadwal ~ Hepatitis B)

VAKSINASI LAIN

• Meningokokus: situasi tertentu, misal ke daerah Arab Saudi, Afrika

• Rotavirus: utk diare• Rabies: utk situasi tertentu atau daerah dgn

angka kejadian tinggi/sering• Yellow Fever: situasi tertentu, travelling ke

daerah endemis spt Afrika • JE (Japanese B Encephalitis): daerah endemis, di

Indonesia jarang tersedia

RotarixTM – Profil Produk

• Berisi strain rotavirus RIX4414 yang hidup dan dilemahkan.

• Vaksin oral: vaksin yang diliofilisasi ( 1 ml setelah dicampur ).

• Konsentrasi vaksin : tidak lebih dari 106.0 Cell Culture Infective Dose 50

DUA DOSIS:• Dosis pertama : dari usia 6 minggu• Dosis kedua : harus dilengkapi pada usia 24

minggu ( sebaiknya sebelum usia 16 minggu )• Interval antara 2 dosis : paling tidak 4 minggu

Pemberian bersama vaksin lain :• DTPw, DTPa, DTPa-HBV-IPV/Hib, Hib, IPV, HBV, OPV

dan vaksin pneumokokus

RotarixTM Indonesia PI IDS ver 3.1+ rev EMEA 200662

PEMBERIAN IMUNISASITata cara pemberian imunisasiSebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan mengikuti tata cara sebagai berikut :

Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak

divaksinasi.

Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi

reaksi ikutan yang tidak diharapkan.

Baca dengan teliti informasi tentang produk ( vaksin ) yang akan diberikan dan

jangan lupa mendapat persetujuan orang tua. Melakukan tanya jawab dengan

orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi.

Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang diberikan.

Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan.

Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik.

Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan. Periksa

tanggal kadarluwarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya adanya perubahan warna

yang menunjukkan adanya kerusakan.

Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin

lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal ( catch up vaccination ) bila diperlukan.

Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan jarum

suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi bayi/anak penerima vaksin.

Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal sebagai berikut :

Berilah petunjuk ( sebaiknya tertulis ) kepada orang tua atau pengasuh

apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau

reaksi ikutan yang lebih berat.

Catat imuniasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.

Catatan imunisasi secar rinci harus disampaikan kepada Dinas

Kesehatan bidang Pemberantasan Penyakit Menular.

Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan

vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan.

Penyimpanan

• Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, Bahwa vaksin harus didinginkan pada temperatur 2-8°C dan tidak membeku. Sejumlah vaksin ( DPT, Hib, hepatitis B, dan hepatitis A ) menjadi tidak aktif bila beku

Arah Sudut Jarum pada Suntikan Intramuskular

• udut 450-600 ke dalam otot vastus lateralis atau otot deltoid.

• Untuk suntikan otot vastus lateralis, jarum diarahkan ke arah lutut sedangkan untuk suntikan pada deltoid jarum diarahkan ke pundak.

Tempat Suntikan yang Dianjurkan

Teknik Penyuntikan dan Penetesan

Subcutaneouse.g. measles, mumps,

rubella, varicella

Intramuscular e.g. hepatitis A and B,

DTP

IntradermalBCG

Orale.g. polio

Teknik dan posisi penyuntikan• Bayi digendong pengasuh, • Anak dipeluk menghadap pengasuh (chest to chest)• Otot yang akan disuntik : lemas (relaks)• Tungkai : sedikit rotasi ke dalam• Lengan : sedikit fleksi pada sendi siku• Anak dipersilahkan memilih lokasi suntikan• Metode Z tract : sebelum jarum disuntikkan geser kulit dan

subkutis ke samping, setelah disuntik kemudian lepaskan• Jarum disuntikan dengan cepat• Bila suntikan lebih dari 1 kali, disuntikan bersamaan

CARA PENYUNTIKAN VAKSINSubkutan

Umur Tempat Ukuran jarum Insersi jarum

Bayi (lahir s/d12 bulan) Paha anterolateral Jarum 5/8’’-3/4Spuit no 23-25

Arah jarum 45o Terhadap kulit

1-3 tahun paha anterolateral/Lateral lengan atas

Jarum 5/8’’-3/4Spuit no 23-25

Cubit tebal untuk suntikan subkutan

Anak > 3 tahun Lateral lengan atas

Jarum 5/8’’-3/4Spuit no 23-25

Aspirasi spuit sebelum disuntikanUntuk suntikan multipel diberikan pada ekstremitas berbeda

CARA PENYUNTIKAN VAKSINIntramuskular

Umur Tempat Ukuran jarum Insersi jarumBayi (lahir s/d 12 bulan Otot vastus lateralis pada

paha daerah anterolateral Jarum 7/8’’-1’’ Spuit n0 22-25

1. Pakai jarum yang cukup panjang untuk mencpai otot

1-3 tahun Otot vastus lateralis pada paha daerah anterolateral sampai masa otot deltoid cukup besar (pada umumnya umur 3 tahun

Jarum 5/8’’-1 ¼’’ (5/8 untuk suntikan di deltoid umur 12-15 bulanSpuit no 22-25

2. Suntik dengan arah jarum 80-90o. lakukan dengan cepat1. Tekan kulit sekitar

tepat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk saat jarum ditusukan

Anak > 3 tahun Otot deltoid, di bawah akromion

Jarum 1’’-1 ¼’’Spuit no 22-25

1. Aspirasi spuit sblm vaksin disuntikan, untuk meyakinkan tidak masuk ke dalam vena.Apabilaterdapat darah, buang dang ulangi dengan suntik yang baru.

2. Untuk suntikan multipel diberikan pada bagian sekstremitas berbeda

Posisi anak ketika divaksinasi

Tungkai anakdijepit paha ibu

Lengan yg satudijepit ketiak ibu Tangan yg lain

dipegang ibu, Kemudian anak dipeluk

Posisi anak ketika di vaksinasi

Tangan dipegang

Tangan kiriDijepit ketiak ibu

suntik

Posisi Anak kurang aman

Kaki bebasBisa berontak

suntik

Tangan bebasBisa meraih jarum

suntik

Posisi bayi dalam pelukan ibu pada penyuntikan BCG

Penetesan vaksin polio