impression material tentiran psdm scc 2013
DESCRIPTION
Impression Material Tentiran Psdm Scc 2013 ini berisi review kuliahTRANSCRIPT
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e1
Impression Material
1 Elastic materials 1.1 Synthetic elastomers
Elastomer adalah bahan cetak bersifat elastis yang apabila digunakan dan
dikeluarkan dari rongga mulut, akan tetap bersifat elastis dan fleksibel. Bahan ini
diklasifikasikan sebagai nonaqueous elastomeric impression material oleh ANSI/ADA
Spesification No.19. Biasanya digunakan untuk mencetak pembuatan gigi tiruan sebahagian
lepasan, gigi tiruan immediat dan mahkota serta gigi tiruan cekat yang mana diperlukan
cetakan yang akurat pada detail gigi dan daerah gerong.
Reaksi kimia bahan ini adalah reaksi antara molekul atau polimer besar yang diikat
oleh ikatan-ikatan silang. Ikatan silang ini mengikat rantai polimer yang melingkar pada titik
tertentu untuk membentuk jalinan 3 dimensi yang sering disebut sebagai gel. Pada kondisi
ideal, peregangan menyebabkan rantai polimer membuka lingkaran hanya sampai batas
tertentu yang dapat kembali ke keadaan semula yaitu rantai kembali melingkar pada
keadaan berikat ketika diangkat. Banyaknya ikatan silang menentukan kelakuan dan sifat
elastis bahan tersebut. 1 Bahan cetak ini menjadi pilihan dokter gigi karena tinggi
keakuratannya, stabilitas dimensi berbanding waktu dan memiliki kemampuan mencetak
dengan detail berbanding bahan cetak yang lain. Antara bahan cetak elastomer yang terawal
adalah polisulfida, diikuti silicone condensation, polieter dan addition silicons. Bahan terbaru
adalah dikategorikan sebagai addition silicone-polyether hybrid.
1.1.1 Karakterisitik Bahan Cetak Elastomer Bahan cetak Polisulfida rubber impression terdiri dari 2 tube yaitu polisulfida rubber
base dan oxidizing agents. Polisulfida rubber base adalah cairan yang ditambah dengn
beberapa komponen filler sehingga membentuk pasta. Bahan accelerator dan retarder juga
ditambah jika diperlukan untuk meninggikan atau merendahkan setting time. Bahan
polisulfida mempunyai working time dan setting time yang panjang. Proses curingnya
dipercepat oleh kenaikan temperatur dan tergantung pada kelembapan udara.
Satu lagi bahan cetak jenis elastomer adalah polysiloxane atau silicone rubber base.
Bahan ini juga disediakan dalam bentuk pasta. Liquid polysiloxane akan bercampur dengan
Impression material
Elastic
Syhthetic elastomers
Hydrocolloids
Reversible(Agar)
Irreversible
(Alginate)
Non-elastic
Impression plaster
Impression compound
Zinc/oxide-eugenol pastes
Impression waxes
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e2
silica powder (SiO2) untuk membentuk pasta. Proses polimerisasi berlaku akibat reaksi
kondensasi antara silicone base dan alkyl silicate. Bahan ini tidak mengeluarkan bau, bersih,
dan secara relatif mudah di aduk. Beberapa karakteristik bahan cetak jenis elastomer di
ringkaskan dalam tabel
1.1.2 Elastomer jenis vinyl polysiloxane Elastomer jenis vinyl polysiloxane juga disebut polyvinylsiloxane yang merupakan
bahan cetak silikon dengan reaksi tambahan. Disediakan dalam 2 pasta yang setiap pasta
mengandung liquid silicone polymer dan satu lagi pasta adalah katalis dengan kekentalan yang
sama sehingga mudah diaduk. Namun, sejalan dengan perkembangan teknologi, kemasan
bahan polyvinylsiloxane terdapat dalam satu bentuk katridge yang bercampur secara
automatic.
Perbedaan yang nyata bahan cetak dengan reaksi tambahan dengan kondensasi
adalah dalam aspek dimensi stabilitasnya. Bahan cetak polyvinylsiloxane ternyata lebih stabil
dan lebih elastis. Selain itu, bahan ini mempunyai nilai regangan yang rendah sehingga jarang
sekali terjadi distorsi pada bahan ini apabila digunakan untuk mencetak permukaan dengan
daerah gerong.
Bahan ini bersifat hidrofobik yang menjadikannya sesuai untuk mencetak bentuk detail
yang kering. Jika permukaan detail yang hendak dicetak terdapat air, hasil yang didapat tidak
akurat. Namun sekarang ini telah diperkenalkan bahan cetak polyvinylsiloxane yang
mempunyai sifat hidrofobik yang agak rendah.
Desinfeksi selama 10 menit menggunakan sodium hipoklorit tidak memberi efek
kepada dimensi bahan cetak elastomer jenis silikon. 7 Bahan silikon dengan reaksi tambahan
sangat stabil dan menunjukkan tidak ada perubahan dimensi selama penyimpanannya
sehingga bahan ini sangat sesuai digunakan jika diperlukan pengisian ulang pada hasil cetakan.
1.2 Hydrocolloids 1.2.1 Reversible(agar)
1.2.1.1 Komposisi
Agar merupakan salah satu jenis koloid hidrofilik organic yang diekstrat dari rumput
laut jenis tertentu. Terdapat dalam konsentrasi 8% - 15%, bergantung pada sifat bahan yang
dimaksud. Kandungan utamanya adalah air (>80%). Untuk memperkuat gel, biasanya
ditambah sedikit boraks. Namun sayangnya boraks merupakan salah satu jenis retarder
terbaik untu pengerasan gypsum. Kandungan air yang berlebih dalam agar juga dapat
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e3
memperlambat pengerasan gypsum. Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan pengaruh air
dan boraks pada gel, ditambahkan sedikit kalium sulfat. Kalium sulfat merupakan zat
pemercepat pengerasan gypsum. Beberapa bahan pengisi juga diberikan, seperti tanah
diatoma, tanah liat, silica, malam, karet dan serbuk kakuk serupa. Zat lain seperti timol dan
gliserin juga ditambahkan untuk menjadi bakterisit dan bahan pembuat plastic.
1.2.1.2 Proses Gelasi
Proses gelasi merupakan suatu proses pengerasan hidrokoloid reversible. Perubahan
fisik sol-gel dipengaruhi oleh perubahan temperature. Namun untuk perubahan dari gel
menjadi sol diperlukan titik didih yang lebih tinggi (temperature liquefaction = 70-100
derajat). Biasanya sol berubah menjadi gel pada suhu 37-50 derajat. Temperature gelasi
dipengaruhi oleh beberapa factor termasuk berat molekul, kemurnian agar, dan rasio
terhadap komposisinya. Ketidaksamaan temperature gelasi dan temperatu pendinginan
inilah yang menyebabkan agar dapat digunakan sebagai bahan cetak dalam kedokteran gigi.
1.2.1.3 Manipulasi bahan agar
Secara umum ada 3 tahapan, yaitu:
1) Persiapan bahan
Tahapan pertama adalah mengubah gel hidrokoloid menjadi sol. Cara yang
paling efektif adalah dengan menggunakan air panas. Sebaiknya bahan dibiarkan
dalam tempertur ini selama 10 menit. Setelah dilelehkan, bahan dapat disimpan
dalam keadaan sol sampai waktunya diinjeksikan ke dalam preparasi kevitas atau
diisikan ke sendok cetak. Temperatur yang terlalu rendah dapat menghasilkan bahan
cetak dengan kekentalan yang lebih tinggi dan tidak mampu mereproduksi detail
halus dengan tepat.
2) Kondisioning atau pendinginan
Suhu penyimpanan 65 derajat terlalu tinggi untuk rongga mulut. Oleh karena itu,
bahan perlu didinginkan terlebih dahulu (ditempered). Untuk tahap preparasi,
sebuah tube dikeluarkan dari kompartemen penyimpanan dan dimasukkan ke sendok
cetak, sepotong kasa diletakkan diatas bahan yang terletak di sendok cetak,
kemudian diletakkan lagi di kompertemen pendingin 45 derajat selama 3-10menit.
Waktu yang berbeda-beda tergantung pada jenis hidrokoloid dan keenceran yang
diinginkan oleh dokter gigi. Sebagai tambahan, selain menurunkan temperature,
pendinginan juga dapat meningkatkan kekentalan bahan hidrokoloid sehingga bahan
tidak mengalir keluar sendok cetak.
3) Membuat cetakan.
Sebelum proses pendinginan bahan cetak terselesaikan, bahan semprit diambil
dari kompartemen penyimpanan dan diaplikasikan pada kavitas yang direparasi.
Mula-mula diaplikasikan pada dasar preparasi, kemudian pada bagian lain yang belum
tertutup. Ujung semprit diletakkan di dekat gigi, dibawah permukaan bahan semprit
untuk mencegah gelembung udara. Begitu kavitas yang akan dipreparasi telah
tertutup bahan cetak, sendok cetak yang telah sempurna didinginkan siap untuk
dimasukkan kedalam rongga mulut. Proses gelasi dapat dipercepat dengan
mengalirkan air dingin sekitar 18-21 derajat selama 3-5menit.
1.2.1.4 Keakuratan Bahan Cetak Agar
Bahan Cetak Reversibel adalah bahan cetak paling akurat. Untuk mencapai
keakuratan tersebut perlu diperhatikan beberapa hal, diantaranya :
Kekentalan sol
Kekentalan merupakan pertimbangan paling penting dalam keberhasilan
memanipulasi bahan. Bahan tidak boleh terlalu encer sehingga mengalir keluar
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e4
sendok cetak, terutama saat mencetak rahang bawah. Sebaliknya, bahan tidak boleh
terlalu kental, sehingga sulit menembus semua detail gigi-geligi dan jaringan lunak.
Sifat Viskoelastik
Hubungan tegangan – regangan dari bahan hidrokoloid berubah begitu
besarnya beban berubah. Sifat ini menunjukkan perlunya mengeluarkan cetakan dari
dalam mulut dengan cepat. Karena apabila pengeluaran cetakan dari dalam mulut
secra perlahan, diputar atau diungkit akan menyebabkan terjadi distorsi.
Distorsi selama gelasi
Daya reproduksi
Sifat ini mewakili kemampuan untuk membuat die duplikat dari serangkaian
cetakan. Untuk teknik die gandi, dibuat satu cetakan dan kemudian dipotong-potong
menjadi die individual untuk gigi yang akan dipreparasi.
1.2.2 Irreversible(alginate)
1.2.2.1 Definisi Alginat (Hidrokoloid Ireversibel)
Alginat adalah bahan cetak yang paling banyak digunakan dalam kedokteran gigi.
Mereka digunakan untuk membuat impressions for removable partial dentures with clasps,
preliminary impressions for complete dentures, dan orthodontic serta study models. Mereka
tidak cukup akurat untuk mencetak fixed partial denture impressions.
Pada akhir abad lalu, seorang ahli kimia dari Skotlandia memperhatikan bahwa
rumput laut tertentu berwarna coklat (algae) bisa menghasilkan suatunekstrak lendir yang
aneh. Lalu, ia menamakannya dengan algin. Substansi alami ini kemudian diidentifikasikan
sebagai suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan dinamakan asam
anhydro-b-d mannuronic (disebut juga asam alginik).
1.2.2.2 Komposisi Alginat
Komponen Jumlah
(%)
Fungsi
Garam Sodium atau
Potasium Alginat
18 Komposisi aktif utama, untuk melarutkan powder
dalam air
Kalsium Sulfat Dihidrat
(Gipsum)
14 Untuk bereaksi melarutkan powder alginat dari bentuk
tidak larut kalsium alginat (reaktor)
Sodium Fosfat 2 Untuk bereaksi dengan kalsium sulfat dan mengontrol
working time (retarder)
Potasium sulfat or
potasium zinc fluorida
10 Untuk menetralkan efek penghambat kekerasan selama
pembuatan model gips atau die material
diatomaceous earth atau
silicate powder
56 Mengontrol konsistensi pencampuran atau fleksibilitas
bahan cetak
Sodium silicofluoride 4 Untuk mengontrol pH
Organic glycol Untuk melapisii partikel-partikel powder untuk
meminimalkan debu selama pengadukan
Pigment’s Untuk memberikan warna
Quaternary ammonium
compounds atau
chlorhexidine
Untuk memberikan self desinfection
phenylalanine Untuk bahan pemanis
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e5
Alginat berasal dari asam alginate yang diperoleh dari rumput laut yang merupakan
bahan dasar bahan cetak irreversible hydrocolloid. Komponen dasar alginat adalah salah satu
alginat yang larut air (potasium alginat atau sodium alginat) dan reactor (kalsium sulfat).
Kalsium Sulfat atau gypsum mempunyai fungsi sebagai sumber ion Ca+ . Kalsium sulfat
apapun dapat digunakan sebagai reaktor. Bentuk dihidrat umumnya digunakan, tetapi untuk
keadaan tertentu hemihidrat menghasilkan waktu penyimpanan bubuk yang lebih lama serta
kestabilan gel yang lebih memuaskan.. Sodium alginat bereaksi dengan ion kalsium yang
berasal dari gypsum yang terurai (Kalsium Sulfat atau CaSO4.2H2O) untuk membentuk
kalsium alginat.
Produk tersebut juga mengandung retarder (Sodium atau Potasium sulfat, oksalat,
atau karbonat) untum mencegah proses gelasi terlalu cepat. Sebagai contoh, sodium fosfat
memegang peran penting dalam mengontrol setting dari material alginate. Sodium fosfat
bereaksi dengan ion kalsium
3Ca2+ + 2Na3PO4 Ca3(PO4)2 + 6Na+
Fluoride biasanya mempercepat pengerasan stone untuk mendapat permukaan
model stone yang keras dan padat terhadap cetakan.. Tabel berikut ini dapat membantu
memahami komposisi alginat.
1.2.2.3 Sifat-sifat Alginat
1.2.2.3.1 Sifat Biologis Alginat (Bhat & Nandish 2011, p. 104)
Alginat memiliki sifat non toksik dan tidak mengiritasi jaringan lunak mulut.
Alginat memiliki rasa dan bau yang dapat diterima kebanyakan orang.
Alginat mengandung partikel silica jika terhirup maka berbahaya bagi kesehatan
tubuh.
1.2.2.3.2 Sifat Fisik Alginat (Bhat & Nandish 2011, p. 106)
Keelastikan dan deformasi permanen. Alginat diklasifikasikan sebagai bahan elastik,
namun tidak terlalu elastik.
Ketahanan terhadap sobekan. Kekuatan alginat atas tekanan dan ketahanan dari
sobekan merupakan persyaratan yang penting, walaupun ketahanan alginat
terhadap sobekan masih diragukan.
Fleksibilitas. Powers dan Wataha (2008, p. 176) mengatakan bahwa jumlah relatif air
dan bubuk mempengaruhi fleksibilitas set alginat.
Kestabilan dimensi
Alginat bersifat tidak stabil karena mengalami sineresis dan imbibisi sehingga cast
harus dituang secepatnya setelah pencetakan.
1.2.2.3.3 Sifat Mekanis Alginat (Bhat & Nandish 2011, p. 104)
Waktu gelasi. Anusavice (2004, p. 93) menyatakan bahwa proses gelasi adalah proses
perubahan dari sol menjadi gel. Wujud gel berupa material yang tidak lengket di
tangan yang kering.
Reaksi irreversible. Gladwin & Bagby (2009) menyatakan bahwa alginat tidak dapat
kembali menjadi pasta setelah bereaksi menjadi gel.
Pengaruh temperatur terhadap reaksi setting pada alginate. Gladwin & Bagby (2009)
menyatakan bahwa air hangat mempercepat reaksi setting, sebaliknya air yang
dingin menurunkan kecepatan reaksi setting.
1.2.2.3.4 Sifat minor Alginat (Bhat & Nandish 2011, p. 107)
Kompatibel dengan gipsum sebagai bahan cast.
Elektroplasi (pelapisan metal). Bahan impresi tidak dapat dielektroplasi dengan metal
karena wujudnya berupa gel (mengandung lebih banyak air).
Masa guna. Alginat memiliki waktu kadaluarsa yang sangat cepat. Penyimpanan
alginat tidak boleh melebihi satu tahun dan harus ditempatkan pada lingkungan yang
sejuk dan kering.
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e6
Keakuratan. Gladwin & Bagby (2009) mengatakan bahwa alginat tidak dapat
mencetak geligi secara akurat.
Hidrofilik (Gladwin & Bagby (2009))
Mudah digunakan karena tidak perlu alat khusus dan harga relatif murah.
Mudah dimanipulasi (Hatrick, eakle & bird 2011).
1.2.2.4 Fungsi Alginat
1.2.2.4.1 Bidang Kedokteran Gigi
Ketika bahan cetak agar menjadi langka karena perang dunia II, penelitian untuk
menemukan bahan pengganti yang cocok semakin dipercepat. Hasilnya adlah ditemukannya
hidrokoloid irreversibel, yakni alginat. Penggunaan umum bahan hidrokoloid irreversible ini
jauh melampaui penggunaan bahan cetak lain yang ada.
1.2.2.4.2 Bidang Non Kedokteran Gigi
Dalam industri tekstil, alginat digunakan sebagai pengental pasta dengan zat
pewarna dan dengan mudah dicuci dengan tekstil sehingga alginat menjadi pengental
terbaik untuk zat pewarna. Di dalam industri makanan, alginat digunakan pada pembuatan
saus dan sirup serta penstabilan pada pembuatan es krim, dapat juga digunakan sebagai
pembungkus yang dapat dimakan.
Kalsium alginat juga dapat digunakan sebagai pembungkus daging untuk
mengawetkannya, dan merupakan pengepak alternatif karena mudah terurai oleh organisme
sehingga bersifat ramah lingkungan. Kalsium alginat dan pelapis dapat digunakan untuk
mengawetkan ikan beku.
Dalam bidang farmasi, alginat dapat digunakan sebagai pembalut luka yang dapat
menyembuhkan luka karena dapat mengabsorbsi cairan luka.
1.2.2.5 Manipulasi Alginat
1.2.2.5.1 Setting Reaksi
Terbentuk sol pada pencampuran bubuk dengan air, dan alginat, garam kalsium serta
fosfat mulai larut. Setelah melalui reaksi kimia, terjadi reaksi pembentukkan gel elastis
kalsium alginat. Reaksi ini irreversible (tidak dapat balik), jadi material hanya bisa digunakan
sekali saja.
Reaksi berawal dari garam potassium dan garam sodium dari asam alginic yang
bersifat larut air, bereaksi dengan garam kalsium (kalsium sulfate) menghasilkan endapan gel
elastic yang yaitu kalsium alginat. Kalsium sulfat bereaksi sangat cepat dengan
sodium/potassium alginat dalam larutan encer(aq) untuk menghasilkan endapan kalsium
alginat. Reaksi ini bila terjadi terus akan membuat hasil material tidak mempunyai cukup
working time sehingga diperlukan retarder berupa sodium phosphate untuk menghambat
reaksi ini supaya calcium sulfate bereaksi dengan sodium phosphate dan tidak bereaksi
dengan alginat yang larut air tersebut.
(CaSO4)H2O 2Ca2+ + 2SO42- + H2O
Na3PO4 3Na+ + PO43-
NanAlg + n/2 CaSO4↔ n/2 Na2SO4+ Can/2Alg
Hanya lapisan luar partikel-partikel alginat yang terlarut dan bereaksi. Walaupun
demikian, reaksi diatas dapat berlangsung sewaktu proses pengadonan dan pengisian ke
sendok cetak. Ini sebenarnya tidak dikehendaki karena bahan seharusnya berubah menjadi
plastis dan bukan elastis sewaktu hendak dimasukkan ke dalam mulut. Ion kalsium dari
kalsium sulfat dihidrat bereaksi dengan ion fosfat dari sodium fosfat. Reaksi ini akan
menghalangi pembentukan gel yang terbentuk dari reaksi antara kalsium sulfat dan alginat
larut air hingga sodium phosphate habis, menghasilkan endapan kalsium fosfat.
Reaksi lengkapnya adalah:
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e7
2Na3PO4+ 3 CaSO4→ Ca3(PO4)2+ 3Na2SO4
Saat ion phosphate habis, ion kalsium akan bereaksi dengan potassium alginat untuk
membentuk gel kalsium alginat. Reaksi ini akan mengubah suatu ikatan molekul sol menjadi
jaringan gel. Kalsium ion dari kalsium sulfate bertindak sebagai penghubung antara sol dan
gel tersebut. Reaksi ini tidak memperbesar sifat elastic bahan. Berlangsungnya reaksi ini
diharapakan agar tidak ada gel kalsium alginat yang terbentuk sampai seluruh sodium
phosphate terpakai. Dengan demikian pabrik dapat mengontrol waktu setting produknya
dengan mengatur jumlah sodium phosphate (retarder).
1.2.2.5.2 Setting Time
Setting time adalah waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi secara lengkap, dimulai
dari pencampuran sampai bahan menjadi keras. Berkisar antara 1-5 menit.
Metode praktis untuk menentukan setting time yaitu dengan mengamati waktu dari
awal pencampuran sampai material tidak terlalu lengket atau saat disentuh dengan sarung
tangan yang bersih dan kering. Setting time terdeteksi oleh hilangnya tackiness (kelekatan)
permukaan. Perubahan warna alginat memberikan indikasi visual dari working time dan
setting time. Mekanisme perubahan warna adalah perubahan pH yang berhubungan
dengan pewarna. Salah satu perubahan seperti warna alginat dari merah muda menjadi
putih.
1.2.2.5.3 Working Time
Working time adalah waktu sesudah pencampuran sampai adonan menjadi
homogen (sudah tidak dapat dimanipulasi). Material yang termasuk dalam fast setting time,
memiliki working time yang berkisar antara 1,25 - 2 menit, dengan 45 detik pencampuran
dan 30 – 75 detik working time untuk mencetak sampai cetakan terbentuk sempurna.
Sedangkan material yang termasuk regular setting time biasanya memiliki working time
antara 3 – 4,5 menit, dengan 60 detik waktu pencampuran dan sisanya 2 – 3,5 menit
working time. Alginat yang sudah tercampur harus dimasukkan tray dan cetakan dibuat
secepatnya.
1.2.2.6 Manipulasi
1.2.2.6.1 Cara Mengukur
Sendok ukur tersedia untuk mengukur bubuk, sementara tabung ukur plastik
digunakan untuk mengukur volume air yang tepat. Alternatif lain adalah untuk menaruh
bubuk alginat dalam sachet kecil, dimana satu sachet bisa digunakan untuk satu cetakan.
Biasanya untuk sendok cetak rahang atas ukuran medium sampai large
menggunakan kurang lebih 3 scoops. Untuk yang kecil menggunakan kurang lebih 2 scoops.
Sedangkan untuk sendok cetak rahang bawah ukuran apapun menggunakan kurang lebih 2
scoops. Dan untuk air, menggunakan tabung ukur. Biasanya 1 unit / 1 satuan untuk 1 scoops.
1.2.2.6.2 Bahan dan alat yang digunakan :
Bubuk alginate
Tabung ukur yang digunakan untuk mengukur air
Scoop untuk mengambil bubuk alginat, biasanya disediakan oleh pabrik dan
disesuaikan takarannya
Rubber bowl
Pengaduk, wide bladed spatula
Sendok cetak (metal atau plastik)
Desinfektan dan kantong plastic
Vibrator, untuk mempermudah pengadukan
1.2.2.6.3 Cara Mencampur
1) Secara Manual :
Siapkan sendok cetak yang akan digunakan
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e8
Takarlah air dengan menggunakan tabung ukur kemudian masukkan ke
dalam bowl. Perbandingan alginat dan air 1:1.
Takar bubuk alginat sesuai ukuran dan kebutuhan.
Aduklah membentuk angka 8 dengan adukan dihentakkan dan ditekan pada
dinding mangkuk karet dengan putaran interminen (180°) dari spatula untuk
mengeluarkan gelembung udara. Waktu pengadukan pun harus diperhatikan
karena mempengaruhi waktu pengerasan. Biasanya berkisar antara 45 detik –
1 menit, tergantung pabrik yang memproduksi.
2) Secara mechanical : Pengadukan juga dapat dilakukan dengan menggunakan
mechanical mixer. Hasil yang didapatkan lebih nyaman, tepat, dan mengurangi
banyaknya gelembung udara hasil pengadukan.
1.2.2.6.4 Cara Memasukkan ke dalam Cetakan
Campuran yang telah jadi dimasukkan ke dalam sendok cetakan. Bahan cetak harus
menempel pada sendok cetak sehingga ketika kita ingin melepas cetakan dari mulut, dapat
terlepas dari giginya.
Campuran alginat yang telah tercampur rata dimasukkan dan ditekan ke dalam
cetakan. Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi gelembung udara yang terperangkap
dalam adonan.
1.2.2.6.5 Cara mencetak
Sebelum memasukkan cetakan ke dalam mulut, oleskan sedikit sisa dari adonan
alginat pada permukaan oklusal dan embrasure dari gigi yang dicetak. Hal ini untuk
mengurangi terperangkapnya udara pada bagian groove dan embrasure.
Biasanya cetakan dapat diambil setelah proses gelasi setelah 2-3 menit. Jika terlalu
cepat atau terlalu lama, dapat menyebabkan distorsi terhadap cetakan.
1.2.2.7 Modifikasi Manipulasi
Reaktor : Calcium Sulfate bisa digunakan untuk reactor. Bentuk dihidrat-nya banyak
digunakan, tapi dalam kondisi tertentu, hemihydrates memperpanjang tingkat shelf-
life bubuk dan tingkat kestabilan dimensi gel yang lebih memuaskan.
Accelerator: Potassium titanium fluoride ditambahkan sebagai akselerator. Ini
membantu setting of the stone sehingga tercipta permukaan cast stone yang keras
dan padat (dense).
Retarder: Sodium phosphate bertindak sebagai retarder, beberapa produk setting
time-nya lebih cepat dari produk lain karena mengandung lebih sedikit sodium
phosphate.
Glycol: Bubuk alginat merupakan bubuk yang halus dan berbahaya jika terhirup dan
dapat menimbulkan fibrogenesis dan carcinogenesis. Melapisi bubuk dengan glycol
dapat menghasilkan alginat yang tidak berdebu.
Disinfectants: Disinfectants ini dimaksudkan untuk menghindari kontaminasi bakteri
dari mulut pada cetakan, karena saat pencetakan bakteri dalam mulut bisa
menkontaminasi alginat dan menyebabkan kegagalan alginat.
1.2.2.8 Pengaruh Manipulasi Terhadap Setting Time, Setting Ekspansi, Kekuatan, dan
Viskositas
Beberapa hal dapat mempengaruhi setting time yang dibutuhkan untuk bereaksi.
Setting time dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya W/P rasio, temperatur, dan
cara pengadukan.
1.2.2.8.1 Rasio W/P
Apabila rasio air lebih banyak daripada bubuk alginat, maka hasil pencampuran akan
lebih encer dan memperlambat setting time. Sedangkan jika rasio air lebih sedikit daripada
bubuk alginat maka hasil pencampuran akan lebih kental dan hal tersebut akan
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e9
mempercepat setting time. Mengurangi rasio bubuk ke air mengurangi kekuatan dan akurasi
alginat tersebut
1.2.2.8.2 Temperatur
Pada saat temperatur tinggi maka setting time akan lebih cepat. Sebaliknya saat suhu
rungan rendah maka setting time akan lebih lama. Namun suhu standar untuk manipulasi
alginat berkisar sekitar 23 °C.
1.2.2.8.3 Intensitas pengadukan.
Semakin besar intensitas pengadukan dalam satu menit, maka semakin cepat waktu
setting-nya dan semakin kecil intensitas pengadukan maka setting timenya akan semakin
lama. Pengadukan yang tidak sempurna menyebabkan campuran tidak tercampur merata
sehingga reaksi kimia yang terjadi tidak seragam di dalam massa adukan.
1.2.2.8.4 Kecepatan mengeluarkan cetakan
Kecepatan mengeluarkan cetakan dalam mulut akan mempengaruhi keregangan
alginat atau ketahanan terhadap sobekan. Semakin cepat, maka akan semakin tahan.
1.2.2.9 Kegagalan-kegagalan dalam Manipulasi Alginat dan Solusinya
1.2.2.9.1 Operator
1) Kurang cekatan dalam menggunakan alat dan bahan (terutama spatula dan
mangkok).
2) Cara mengaduk yang salah/tidak sesuai aturan.
1.2.2.9.2 Material (Alginat)
1) Setting time :
Ratio air/bubuk terlalu sedikit (tidak sesuai aturan/anjuran pabrik) akibatnya
setting time terjadi terlalu cepat.
Suhu air terlalu tinggi bisa membuat setting time terjadi lebih cepat
Cara penyimpanan bubuk alginat yang salah membuat setting time lebih
cepat
2) Distorsi :
Cetakan dikeluarkan dari mulut sebelum waktunya (setting time selesai).
Cara pengeluaran cetakan dari mulut yang salah.
Hasil cetakan tidak segera diisi. Cara menanggulangi : ditutup kain/kapas
basah, tapi tidak terlalu lama untuk menghindari terjadinya
ekspansi/perubahan dimensi cetakan.
Sendok cetak berubah posisi selama gelation
3) Robek/pecahnya material :
Pengeluaran cetakan dari mulut terlalu cepat (sebelum setting time selesai).
Tidak hati-hati saat mengeluarkan cetakan (terlalu terburu-buru/kasar).
Adanya daerah-daerah undercut dapat menyebabkan material robek/pecah.
Perbedaan ketebalan material ekstrem
Kontaminasi kelembaban
Pengadukan terlalu lama
4) Material hasil cetakan kurang detail
Pengeluaran cetakan dari mulut terlalu cepat (sebelum setting time selesai).
Adanya kotoran pada jaringan.
5) Hasil pencetakan berbutir :
Cara pengadukan tidak benar
Waktu pengadukan terlalu lama
Gelation tidak semestinya
Rasio WP terlalu rendah
6) Bubbles :
Gelation tidak sempurna
Udara terperangkap selama masa pencampuran.
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e10
7) Hasil pengisian gips kasar/berkapur :
Pembersihan hasil cetakan alginat tidak benar
Sisa air tertinggal di cetakan alginate
Pelepasan gips terlalu cepat
Gips terlalu lama di cetakan
Manipulasi gips tidak benar
2 Non-elastic materials 2.1 Impression plaster.
Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan zat tambahan untuk
mengatur waktu pengerasan dan ekspansi pengerasan. Plaster cetak jarang digunakan lagi
untuk mencetak dalam kedokteran gigi karena telah digantikan oleh bahan yang kurang
kaku seperti hidrokoloid dan elastomer . plaster terbatas digunakan untuk cetakan akhir,
atau wash, dalam pembuatan gigi tiruan penuh.
Gips merupakan mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Gips juga
merupakan produk samping dari beberapa produk proses kimia. Di alam, gips merupakan
massa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat. Warna tersebut disebabkan
adanya zat lain seperti tanah liat, oksida besi, anhidrat, karbohidrat, sedikit SiO2 atau oksida
lain. Secara kimia, gips yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat
dihitrat (CaSO4.2H2O) murni. Jika gips tersebut dicampur dengan air, maka strukturnya
berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat dan menimbulkan panas.
Dalam bidang ilmu material kedokteran gigi kita banyak menemuai aplikasi
penggunaan gips, baik untuk keperluan klinik maupun pekerjaan laboratorium. Material gips
ini banyak dipergunakan antara lain dalam pembuatan model studi dari rongga mulut, die,
articulating cast, mould, refractory investment dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan
laboratorium kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi.
Gips menjadi bahan pilihan dalam kedokteran gigi karena sifatnya yang memenuhi
persyaratan, diantaranya sifat mekanisnya yang kuat, sehingga menghindari kerusakan bila
terjadi kecerobohan serta keras agar permukaannya tahan terhadap pengukiran desain
malam, dimensinya cukup akurat dan stabil sehingga pada saat setting menunjukkan
perubahan dimensi yang tidak begitu berarti dan stabil, kompatibel dengan bahan cetak agar
tidak terjadi interaksi antara permukaan bahan cetakan dan bahan model atau die,
mereproduksi detil halus dan batas-batas yang tajam, serta bahannya yang murah dan
mudah digunakan.
Dengan banyaknya pengunaan gips dalam kedokteran gigi tersebut maka perlu
untuk mengetahui segala aspek dalam gips terutama sifat sifatnya sehingga akan
memudahkan dalam memanipulasi, dan menghasilkan suatu hasil manipulasi yang maksimal.
Dan untuk lebih memahaminya maka perlu dilakukan suatu percobaan yang akan
memperlihatkan pengaruh sifat sifat gips terhadap hasil manipulasi serta cara manipulasi
gips yang benar.
Proses pengerasan gips dibagi menjadi 2, yaitu initial setting dan final setting. Initial
setting terjadi mulai pencampuran antara gips dengan air sampai timbul reaksi eksoterm
berupa panas. Final setting adalah suatu waktu dimana gips tersebut telah melewati reaksi
eksoterm dan menjadi dingin kembali. Intial setting dan final setting sangat bergantung
dengan perbandingan antara serbuk gips dengan air saat pencampuran dilakukan. Semakin
sedikit air yang digunakan, maka semakin cepat initial setting dan final setting. Jika air yang
dibutuhkan kurang, maka akan sulit dilakukan pencampuran dan kalsium sulfat dihidrat tidak
sepenuhnya berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat.
Menurut Anderson, 1997, gips adalah bentuk hemihidrat dari kalsium sulfat dihidrat,
dengan rumus kimia (CaSO4)2H2O. Di alam, gips merupakan masa yang padat dan berwarna
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e11
abu-abu, merah atau coklat. warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat,
oksidasi besi, anhidrat, karbokhidrat, sedikit SiO2 atau oksida logam lain
Karena gips adalah bentuk dihidrat dari kalsium sulfat (CaSO4.2H2O), pada saat
panas, akan kehilangan 1,5 gr mol dari H2O dan bersifat kalsium sulfat hemihidrat
(CaSO4.½H2O), atau bisa juga ditulis (CaSO4)2 H2O. Jika kalsium sulfat hemihidrat dicampur
dengan air, reaksi berbalik dan kalsium sulfat hemihidrat kembali berubah ke kalsium sulfat
dihidrat. Oleh karena itu, dehidrasi parsial dari batu gips dehidrasi dari calsium sulfat
hemihidrat tersusun secara reversibel (Robert G. Craig and John M. Power:392). Gips apabila
dipanaskan dalam bejana terbuka dengan temperatur 1100 C – 1200 C menghasilkan β
hemihidrat atau gips lunak yang lebih dikenal dengan sebutan Plaster of Paris. Apabila gips
dipanaskan dalam autoclaved pada tekanan uap pada temperatur 1200 C - 1300 C
menghasilkan α hemihidrat atau lebih dikenal dengan sebutan gips keras (Dental Stone)
(Combe, 1992 : 320).
2.1.1 SIFAT GIPSUM
2.1.1.1 Sifat Kimia
Menurut Craig dkk (1987), sifat kimia gips adalah sebagai berikut :
Solubility ( daya larut ) adalah banyaknya bagian dari suatu zat yang dilarutkan
dengan 100 bagian pelarut pada temperatur dan tekanan tertentu yang dinyatakan
dalam persen berat/volume.
Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk menjadi keras dan dihitung
sejak gips kontak dengan air.
2.1.1.2 Sifat Mekanis
Menurut Craig dkk (1987) gips keras mempunyai sifat mekanis, antara lain :
Compressive strength (kekuatan tekan hancur)
Kekuatan gips berhubungan langsung dengan kepadatan atau masa gips. Partikel
dental stone lenih halus, maka air air yang diperlukan untuk mencampur lebih sedikit
jika dibanding dengan air yang dibutuhkan untuk pencampuran Plaster of Paris.
Tensile strength (daya rentang)
Daya rentang dari gips sangat penting pada saat gips dikeluarkan dari bahan cetak.
Karena tidak adanya sifat lentur pada gips, model akan cenderung patah. Daya
rentang gips keras dua kali lebih besar dari pada gips lunak baik dalam keadaan basah
maupun kering.
Surface hardness and abrassive ressistance (kekerasan permukaan dan daya tahan
abrasi)
Kekerasan permukaan gips berhubungan dengan kekuatan tekan hancur. Daya
tahan abrsai meningkat dan meningkatnya kekuatan tekan hancur. Daya tahan
terhadap abrasi maksimal didapat ada saat gips mencapai daya strength. Gips keras
merupakan gips yang memiliki daya tahan abrasi tinggi.
2.1.1.3 Sifat Rheologi
Plaster sangat baik dalam mencatat detil detil halus.
Perubahan dimensi sewaktu setting sangat kecil.
Bila terdapat undercut,cetakan gips akan pecah sewaktu dikeluarkan dari mulut ini
biasanya terjadi pada plaster gips tipe 1.
Perubahan dimensi selama penyimpanan cetakan gips adalah kecil meskipun ada
sedikit kontraksi karena pengeringan.
2.1.2 PENGERTIAN GIPSUM Gips adalah salah satu bahan yang sering digunakan dalam aplikasi di bidang
kedokteran gigi. Bahan dasar / komposisi utama pembuatan gips adalah Kalsium Sulfat
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e12
Dihidrat (CaSO4.2H2O) yang dihancurkan, dipanaskan dan diolah hingga menjadi bubuk gips.
Gips telah ditemukan dan digunakan sebagai dental cast (bahan cetak) sejak 1756 (Hatrick dkk,
2003).
Gypsum merupakan salah satu jenis bahan pengisi. Kriteria pemilihan produk gypsum
tertentu bergantung pada penggunaannya serta sifat fisik tertentu untuk penggunaan
tertentu. Misalnya, stone kedokterangigi merupakan materi yang buruk untuk digunakan
sebagai bahan cetak karena bila ada gigi geligi, tidaklah mungkin mengeluarkan cetakan
melalui undercut gigi tanpa melukainya (karena besarnya kekuatan stone ).
Gypsum pada kedokteran gigi digunakan untuk membuat model studi dari rongga
mulut serta struktur maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan
laboratoriumkedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi. Gips adalah salah satu
bahan yang sering digunakan dalam aplikasi di bidang kedokteran gigi. Bahan dasar /
komposisi utama pembuatan gips adalah Kalsium Sulfat Dihidrat (CaSO4.2H2O) yang
dihancurkan, dipanaskan dan diolah hingga menjadi bubuk gips. Gips telah ditemukan dan
digunakan sebagai dental cast (bahan cetak) sejak 1756 (Hatrick dkk, 2003).
Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips
berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat,(CaSO4)2.H2O,dan pada temperatur lebih tinggi.
Gypsum sendiri dapat dibagi menjadidua jenis secara umum sebelum diklasifikasikan yaitu :
Plaster dan stone gigi.Kandungan utama plaster dan stone gigi adalah kalsium sulfat
hemihidrat (CaSO4)2.H2O atau CaSO4. . H2O. bergantung pada metode pengapuran bentuk
hemihidrat yangberbeda dapat diperoleh.
Karena gips adalah bentuk dihidrat dari kalsium sulfat (CaSO4.2H2O), pada saat panas,
akan kehilangan 1,5 gr mol dari H2O dan bersifat kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4.½H2O),
atau bisa juga ditulis (CaSO4)2 H2O. Jika kalsium sulfat hemihidrat dicampur dengan air, reaksi
berbalik dan kalsium sulfat hemihidrat kembali berubah ke kalsium sulfat dihidrat. Oleh karena
itu, dehidrasi parsial dari batu gips dehidrasi dari calsium sulfat hemihidrat tersusun secara
reversibel (Robert G. Craig and John M. Power:392). Gips apabila dipanaskan dalam bejana
terbuka dengan temperatur 1100 C – 1200 C menghasilkan β hemihidrat atau gips lunak yang
lebih dikenal dengan sebutan Plaster of Paris. Apabila gips dipanaskan dalam autoclaved pada
tekanan uap pada temperatur 1200 C - 1300 C menghasilkan α hemihidrat atau lebih dikenal
dengan sebutan gips keras (Dental Stone) (Combe, 1992 : 320).
Saat mengeras, dimana suhunya cukup tinggi untuk menghilangkan kadar airnya, gips
berubah menjadi kalsium sulfat hemihidrat, (CaSO4)2.H2O, dan pada temperatur lebih tinggi,
anhidrat dibentuk sebagaimana bertikut :
Gips pada suhu 130º C CaSO4.2H2O
Hemihidrat pada suhu 200º C (CaSO4)2.H2O
Anhidrat CaSo4 (Richard dkk, 2002)
2.1.3 MANIPULASI GIPSUM Proses manipulasi pertama-tama dilakukan dengan mencampurkan Plaster atau gips
dengan air atau larutan PE dengan perbandingan 100gr dengan 50 sampai 60ml. Harus dijaga
agar tidak terbentuk gelembung udara sewaktu mengaduk karena gelembung ini dapat
muncul di permukaan dan dapat menyebabkan ketidaktepatan hasil cetakan (Combe, 1992).
Untuk lebih detailnya, manipulasi gips dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :
2.1.3.1 Pemilihan
Untuk proses awal, harus dilakukan pemilihan gips berdasarkan aplikasi yang akan dibuat.
2.1.3.2 Perbandingan (rasio P/W atau air/bubuk)
Perbandingan air dan bubuk yang tepat akan sangat menentukan proses manipulasi
dan juga setting reaksi, misalnya apabila terlalu banyak kandungan air dalam gips maka
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e13
waktu setting akan lebih cepat dan diperoleh hasil gips yang lunak. Karena kekuatan suatu
stone secara tidak langsung sebanding dengan rasio W:P adalah sangat penting untuk
mempertahankan jumlah air serendah mungkin. Namun, jangan terlalu rendah sehingga
adukan tidak mengalir ke dalam setiap detail cetakan. Sekali rasio W:P otimal ditentukan,
menggunakan rasio W:P yang dianjurkan pabrik sebagai pedoman takaran yang harus selalu
digunakan. Air dan bubuk harus selalu diukur dengan menggunakan silinder pengukur
volume air yang akurat dan menimbang kesetaraannya untuk bubuk. Bubuk tidak boleh
diukur dengan volume (menggunakan sendok penakar), karena tidak dimampatkan seragam.
Sendok penakar tersebut mungkin bervariasi dari produk yang satu dengan yang lain, serta
bubuk bisa menjadi lebih keras begitu kemasan bersisa tidak digunakan. Bila wadah kemasan
dikocok, volume akan meningkat sebagai akibat terjebaknya udara. Bubuk dalam kantung
yang sudah ditimbang menjadi populer, karena memiliki keakuratan, mengurangi sisa, dan
menghemat waktu.
2.1.3.3 Pengadukan
Bila mengaduk dengan tangan, mangkuk pengaduk harus berbentuk parabolik, halus,
dan tahan terhadap abrasi. Spatula harus memiliki bilah yang kaku serta pegangan yang
nyaman dipegang. Terjebaknya udara dalam adukan harus dihindari untuk mencegah porus
yang dapat menyebabkan kelemahan dan ketidakakuratan permukaan. Air yang sudah diukur
jumlahnya ditempatkan dalam mangkuk pengaduk, dan bubuk yang sudah ditimbang
ditaburkan. Adukan kemudian dengan cepat diputar, dengan secara periodik menyapu
spatula ke dalam mangkuk pengaduk untuk menjamin pembasahan semua bubuk serta
memecahkan endapan, atau gumpalan. Pengadukan harus terus berlangsung sampai
diperoleh adukan yang halus, biasanya dalam 1 menit. Semakin lama waktu pengadukan
berarti mengurangi waktu kerja, khususnya untuk menuang model.
Kebiasaan menambahkan air dan bubuk berulang-ulang untuk mencapai konsistensi
yang tepat harus dihindari. Hal tersebut menyebabkan ketidakseragaman pengerasan dalam
massa adukan, menghasilkan kekuatan yang rendah dan distorsi, satu penyebab utama
ketidakakuratan dalam menggunakan produk gipsum.
2.1.3.4 Vibrator
Sewaktu menuang ke dalam cetakan model atau die biasanya digunakan vibrator
untuk membantu mengalirnya adonan ke dalam cetakan dan mempermudah terlepasnya
gelembung udara. Penggunaan vibrator otomatis dengan frekuensi tinggi dan amplitude
yang tinggi adalah membantu. Cegah dilakukannya vibrasi yang berlebih karena dapat
menyebabkan distorsi bahan cetak.
2.1.3.5 Initial setting time-working time
Setelah dicampur selama 1 menit, working time dimulai. Selama viscositas dari
campuran bertambah, bahan tidak lagi mengalir dan mulai megeruh. Saat mulai mengeruh
berarti campuran telah mencapai initial setting. Atau bisa dilihat pada awal campuran dimana
bahan menjadi kaku tetapi tidak keras dan tidak dapat dibentuk serta terjadi ekspansi termis
atau adanya panas. Pada umumnya, initial setting terjadi selama 8 –10 menit mulai dari awal
pengadukan.
2.1.3.6 Final setting
Finnal setting dicapai saat bahan dapat dengan aman dibentuk, tetapi memiliki
kekuatan dan resistensi yang minimal. Saat final setting reaksi kimia selesai dan model terasa
dingin saat disentuh. Sebagian besar pabrik merekomendasikan 1 jam sampai akhirnya bahan
bisa dengan aman dilepas dari cetakan
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e14
2.1.3.7 Pemberian bahan separator
Sebelum dilakukan pencetakan dengan gips sebaiknya pola diberi bahan separasi
seperti Vaseline. Hal ini bertujuan agar setelah gips setting maka akan mudah dilepas. Namun
tidak boleh terlalu berlebihan karena akan membuat permukaan menjadi lebik lunak.
2.1.3.8 Hindari terjebaknya udara
Adanya kandungan udara dalam pencampuran gips akan dapat menyebabkan
porositas pada hasil akhir dari gips. Hal tersebut dapat dihindari dengan menuangkan air
terlebih dulu ke dalam wadah setelah itu diikuti dengan memasukkan powder.
2.1.3.9 Penyimpanan
Gips dapat menyerap air dari lingkungan. Kelembaban dan tempat yang dekat
dengan sumber air akan berpengaruh buruk pada powdernya. Hal ini akan mempengaruhi
waktu setting, sehingga gips sebaiknya disimpan dalam kontainer tertutup. Namun
terkadang diperlukan proses merendam model gipsum dalam air, sebagai persiapan untuk
teknik yang lain. Komponen gipsum yang membentuk model umumnya sedikit larut dalam
air. Jika model stone direndam dalam air mengalir, dimensi liniernya akan menurun sekitar
0,1% untuk setiap 20 menit perendaman tersebut. Metode teraman untuk merendam model
adalah menempatkannya dalam bak berisi air yang khusus untuk tujuan tersebut, dimana
debris plaster masih tetap konstan di dasar bak air untuk membentuk larutan jenuh kalsium
sulfat.
Seperti dijelaskan sebelumnya, penyimpanan baik stone atau plaster pada
temperatur ruang tidak menimbulkan perubahan dimensi yang bermakna. Namun, bila
temperatur penyimpanan dinaikkan sampai antara 90o dan 110o C (194o-230oF), pengerutan
terjadi begitu kristalisasi air dikeluarkan dan dihidrat berubah menjadi hemihidrat. Kontraksi
plaster pada temperatur tinggi lebih besar dibandingkan dengan stone, dan ini juga
mengurangi kekuatannya.
Kontraksi tersebut dapat terjadi selama penyimpanan di atas temperatur ruang,
begitupun bila model stone sedang dikeringkan. Barangkali tidaklah aman menyimpan atau
memanaskan suatu model stone pada temperatur yang lebih tinggi dari 55oC (130oF).
Produk gipsum agak peka terhadap perubahan kelembaban relatif dari lingkungan.
Bahkan kekerasan permukaan dari model plaster dan stone mungkin berfluktuasi sedikit
dengan kelembaban atmosfer relatif. Permukaan gipsum yang dibuat dengan adukan yang
lebih encer nampak terpengaruh lebih banyak dibandingkan dengan rasio W:P yang rendah.
Hemihidrat gipsum mengambil air dari udara dengan mudah. Misalnya, bila
kelembaban relatif melebihi 70%, plaster mengambil uap air secukupnya untuk memulai
reaksi pengerasan. Hidrasi pertama menghasilkan lebih sedikit kristal gipsum pada
permukaan kristal hemihidrat. Kristal ini bertindak sebagai nukleus kristalisasi, dan
manifestasi pertama dari kerusakan plaster adalah penurunan dalam waktu pengerasan.
Begitu kerja higroskopik berlanjut, lebih banyak kristal gipsum terbentuk sampai
keseluruhan kristal hemihidrat tertutup. Pada keadaan ini air sulit menembus lapisan dihidrat,
dan waktu pengerasan menjadi diperpanjang. Karena itu, adalah penting bahwa semua jenis
produk gipsum disimpan dalam atmosfer kering. Cara penyimpanan terbaik adalah menutup
produk tersebut dalam wadah logam tahan kelembaban. Bila produk gipsum disimpan dalam
tempat tertutup, umumnya waktu pengerasan hanya sedikit dihambat, sekitar 1 atau 2 menit
per tahun. Bila perlu hal ini dapat diatasi sengan sedikit meningkatkan waktu pengadukan.
2.1.3.10 Kebersihan
Peralatan manipulasi gips harus dijaga kebersihannya. Seperti yang disebut diatas
waktu setting gips akan lebih cepat karena pengadukan. Bowl, spatula, dan vibrator harus
segera dibersihkan segera sebelum setelah menipulasi, sehingga tidak terkontaminasi bahan
lain (Hatrich dkk, 2003).
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e15
2.1.4 SETTING TIME Menurut Craig dkk (1987), Setting time adalah waktu yang diperlukan gips untuk
menjadi keras dan dihitung sejak gips kontak dengan air. Setting time adalah waktu yang
diperlukan untuk setting (mengeras) suatu bahan sampai menjadi rigid (kaku). Waktu setting
merupakan waktu yang digunakan oleh bahan yang telah set sampai menjadi cukup kuat
untuk menahan penetrasi sebuah jarum dengan diameter tertentu dan besar beban yang
diketahui. Alat penguji ini terdiri dari dua bagian yaitu jarum vicat dari Gillmore. Waktu setting
dapat dipengaruhi oleh komposisi gips/stone, bentuk fisis gips/stone, suhu pencampuran,
impurity, akselerator, W/P ratio, waktu pengadonan meningkat maka setting cepat.
Setting time terdapat dua tahap sebagai berikut :
1) Initial setting time: permulaan setting time dimana pada waktu itu campuran gips
dengan air sudah sudah tidak dapat lagi mengalir ke dalam cetakan. Secara visual
ditandai dengan loss of gloss (hilangnya kemengkilatan/ timbulnya kemuraman).
Keadaan dimana gips tidak dapat hancur tapi masih dapat dipotong dengan pisau.
2) Final setting: waktu yang dibutuhkan oleh gips keras untuk bereaksi secara lengkap
dari kalsium sulfat dihidrat, meskipun reaksi dehidrasinya belum selesai. Tandanya
antara lain adalah kekerasan belum maksimum, kekuatannya belum maksimum dan
dapat dilepas dari cetakan tanpa distorsi atau patah.
Ketika hemihidrat dicampur dengan air terbentuk dihidrta sebagai berikut:
(CaSO4)2, H2O + 3H3O → 2 CaSO4, 2 H2O+ 3900 kal/ gr mol
Reaksi yang terjadi saat setting time ini merupakan reaksi exotermik, dimana reaksi ini
menghasilkan panas ± 3900 kal/gr mol. Pada proses tersebut terjadi :
1) Kalsium sulfat hemihidrat larut dan bereaksi dengan air membentuk Kalsium sulfat
dihidrat.
2) Terjadi presipitasi Kristal kalsium sulfat dihidrat menjadi bahn yang kaku tetapi tidak
keras, dapat diukir tetapi tidak dapat dibentuk, ekspansi thermos dan panas asih
berlangsung (INITIAL SETTTING).
3) Bahan keras, kaku, ekspansi thermos dan panas sudah berakhir (FINAL SETTING).
Ini adalah kebalikan reaksi pembentukan hemihidrate. Dari persamaan di atas dapat
dihitung bahwa untuk menghasilkan hidrasi yang sempurna untuk 100 g hemihidrate
dibutuhkan sekitar 18,6 ml air. Sewaktu hemihidrate dicampur dengan air diduga terjadi hal-
hal sebagai berikut:
1) Sebagian hemihidrat larut dan menghasilkan ion Ca2+ dan SO4 2- kelarutan
hemihidrate dalam air 0,8 %
2) Pada suhu ini kelarutan dihidrat hanya sekitar 0,2%; hemihidrate yang larut
membentuk dihidrate dalam larutan yang kemudian menjadi terlalu jenuh. Maka dari
larutan ini terjadi pertumbuhan kristal dihidrate
3) Faktor ang penting sehubungan dengan reaksi ini: Terjadi pertumbuhan kristal pada
inti kristalisasi; padakasus ini inti dapat berupa kristal gypsum yang timbul sebagai
impurity pada kristal hemihidrate. Difusi atau pergerakan ion ke inti juga sangat
penting. Oleh karena dihidrate berkristalisasi maka lebih banyak hemihidrate yang
larut dan proses bersanbung terus
Faktor yang mempengaruhi Setting Time
1) Mixing Time: pertambahan mixing time akan mempercepat setting time.
2) W/ P ratio: memperkecil W/ P ratio akan mempercepat setting time.
3) Temperatur: meningkatkan temperatur dapat mempercepat reaksi sehingga setting
time juga semakin cepat. Tetapi jika temperatur berada di atas 50oC maka yang
terjadi adalah sebaliknya, hal ini disebabkan karena kelarutan hemihidrate
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e16
dibandingkan dihidrate menurun. Jika temperatur melebihi 100oC maka tidak akan
terjadi reaksi, hal ini disebabkan karena kelarutan hemihidrate dan dihidrate sama.
4) Pemercepat dan penghambat (accelerators and retarders):
Akselerator , contohnya adalah Na2SO4 dapat empercepat pembentukan
larutan kalsium sulfat hemihidrate, K2SO4 dapat menambah kecepatan larutnya
kalsium sulfat hemihidrat, dan gypsum mempersiapkan inti pertumbuhan Kristal
dihydrat yang terbentuk lebih lanjut. NaCl dengan konsentrasi kurang dari 20% akan
meningkatkan kelarutan hemihidrate sehingga setting time menjadi lebih cepat.
Retardus , contohnya Na sitrat, borax, kalsium sulfat adalah bahan yang
dapat diserap oleh inti Kristal sehingga dapat meracuni inti Kristal. Retardus bekerja
dengan membentuk lapisan pada partikel hemihidrate dan dihidrate yang berakibat
pada penurunan kelarutan hemihidrate dan dihidrate serta menghambat
perkembangannya.
5) Koloid: darah, saliva, agar, alginat dapat memperpanjang setting time.
6) Gipsum: calcium sulfate dihydrate merupakan accelerator.
7) Perubahan Setting expansion : Memperbesar setting expansion, misalnya kalsium
asetat menambah 1% setting expansion linear. Untuk kompensasi pengkerutan
logam saat dingin. Memperkecil setting expansion , misalnya Natrium sulfat
mengurangi setting expansion 0,05%.
Penambahan bahan additive tersebut biasanya dapat mengurangi kekuatan dari gips
itu sendiri.selain diengaruhi oleh penambahan bahan aditive, kekuatan gips juga bergantung
pada:
1) Bahan yang dipergunakan ; misalnya hemihydrat yang autoclaved / calcined, dan
adanya bahan additive.
2) Perbandingan air / puder.
3) Kekeringan bahan yang telah set. Untuk mendapatkan sifat – sifat optimal, gips
hendaknya dibiarkan berhydrasi selama paling sedikit 1 jam (dan kalau bisa lebih
lama), dan kemudian dikeringkan sampai diperoleh berat yang konstan pada suhu
450C. (E.C.Combe,1992)
2.1.5 Aplikasi gipsum dalam kedokteran gigi Produk gypsum telah digunakan secara meluas dalam kedokteran gigi untuk membuat
model studi dari rongga mulut dan struktur maksilo-facial dan sebagai piranti penting untuk
pekerjaan laboratorium kedokteran gigi yang melibatkanpembuatan protesa gigi.
Dalam kedokteran gigi Gipsum digunakan untuk :
Model dan die
Bahan cetak
Mounting
Packing
Bahan tanam
Berbagai jenis plaster digunakan untuk membuat cetakan dan model dimana protesa
dan restorasi kedokteran gigi dibuat. Bila plaster diaduk dengan silica maka dikenal dengan
bahan tanam gigi. Bahan tanam tersebut digunakan untuk membentuk mold guna mengecor
restorasi gigi dengan logam yang dicairkan. Penambahan silica pada bahan tanam tersebut
bertujuan untuk mengurangi penyusutan pada gips karena panas yang dihasilkan dari
pengecoran logam dan juga mengurangi resiko patahnya gips saat dilakukan pengecoran
(Kenneth J. Anusavice, 2004 : 155). Penggunaan gypsum dalam kedokteran gigi juga dapat
diperlihatkan dalam membuat gigi tiruan. Misalnya, campuran plaster of Paris dan air
ditempatkan dalam sendok cetak dan ditekan pada jaringan rahang. Plaster dibiarkan
mengeras dan kemudian cetakan dikeluarkan. Dokter gigi sekarang memiliki bentuk negative
dari jaringan yang dibentuk tersebut yang dibuat dalam rongga mulut. ( Kenneth J.Anusavice,
2004 : 155).
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e17
Bila jenis plaster lain yang dikenal dengan stone gigi, yang sekarang diaduk dengan
air sekarang diaduk dengan air kemudian dituang kedalam cetakan model negative yang tadi
lalu dibiarkan sampai mengeras. Lalu cetakan plaster yang mengeras tersebut menjadi mold
untuk menjadi model positif atau model master. Pada model inilah gigi tiruan dibuat tanpa
kehadiran pasien. ( Kenneth J. Anusavice, 2004 :155).
Terdapat dua jenis aplikasi dari gipsum, yaitu model kerja dan model studi. Model
kerja menggunakan gipsum jenis α-hemihidrat karena dibutuhkan kekerasan yang lebih
dalam penggunaanya. Sedangkan untuk model studi menggunakan gipsum jenis β-
hemihidrat yang digunakan untuk menegakkan diagnosa sehingga tidak memerlukkan
kekerasan yang lebih. Untuk model kerja sendiri berupa gipsum biru, sedangkan contoh
untuk model studi yaitu alat protesa, bentuk gigi, pembuatan rahang tanpa menghadirkan
pasien, cetakan pembuatan lempeng gigit, dan sebagai bahan tanam.
Model studi juga digunakan untuk bahan cetak yang memerlukkan bahan cetak non
elastis. Selain itu digunakan untuk mounting, packing, dan investment materials (bahan
tanam). Mounting adalah memasang model gips pada artikulator. Sedangkan packing yaitu
pengisian mould yang terbuang dari gips yang terdapat dalam kuvet logam dengan bahan
plastis, kemudian diproses untuk membuat protesa. Tipe bahan tanam:
Kalsium sulfat (gipsum) bonded investment, Bahan untuk casting aloy dan
pemanasan tidak boleh lebih dari 700°C
Phosphate bounded investment
Silica bounded investment, Merupakan bahan alternative dan digunakan untuk cast
tingkat tinggi
2.2 Impression compound. Compound adalah bahan cetak yang bersifat rigid, reversible dengan perubahan
fisikal. Dengan pemanasan compound menjadi melunak dan kondisi dingin akan mengeras.
Bahan cetak ini digunakan untuk mencetak edentolus pasien, juga bisa digunakan dalam
konservasi gigi untuk mencetak single tooth.
2.2.1 Klasifikasi ADA spesifikasi membagi compound menjadi 2 tipe
Tipe I : Impression Compound/ High fusion compound (60-65o)
Tipe ini mempunyai viskositas yang tinggi. Biasanya digunakan sebagai bahan cetak
pada edentolus pasien. Cetakan dibuat pada sendok cetak individual untuk membuat
cetakan fungsional/akhir. Bisa juga digunakan untuk mencetak single tooth. Flow 70%
pada 45oC, dan kurang dari 2% pada 37oC.
Tipe II:Tray Compound/ Low fusion compound (50-55o)
Tipe ini mempunyai viskositas yang rendah. Flow 85% pada 45oC, dan kurang dari 6%
pada 37oC. Digunakan pada material cetak rahang tak bergigi (prostetik), peripheral
seal material, copper band impression, bentuk batang (stick).
2.2.2 Sifat Kurang flow > hasil kurang detail
Termal ekspansi cukup tinggi
Bila ada undercut > distorsi
Perubahan dimensi dapat terjadi pada saat penyimpanan sebelum diisi.
Kompatible dengan material model
Tidak toksik, tidak iritasi
Waktu pengerasan dalam mulut tidak lama
Shelf life sangat baik
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e18
Compound, juga disebut modeling plastic, dilunakkan dengan pemanasan, dimasukkan
dalam sendok cetak, serta diletakkan pada jaringan sebelum bahan mengeras. Indikasi utama
penggunaannya adalah untuk mencetak linggir tanpa gigi. Kadang-kadang compound
digunakan dalam kedokteran gigi operatif untuk mencetak preparasi single tooth atau untuk
membuat stabil pita matrikx atau alat operatif lainnya. Untuk mencetak gigi tunggal, pita
tembaga silindris (disebut pita matriks) diisi dengan bahan compound yang sudah dilunakkan.
Pita yang terisi kemudian ditekan di atas gigi, menekan compound beradaptasi dengan
preparasi gigi. Cetakan seperti itu kadang disebut cetakan tube. Setelah compound
didinginkan, cetakan dilepas, dan hasil cor, atau die, dibuat dari cetakan tersebut.1,2
Compound yang agak lebih kental, disebut compound sendok cetak, dapat digunakan
untuk membentuk sendok cetak dalam pembuatan gigi tiruan. Suatu cetakan jarungan lunak
diperoleh dari compound sendok cetak seperti yang digambarkan. Cetakan ini disebut cetakan
primer. kemudian digunakan sebagai sendok cetak untuk menahan lapisan tipis bahan cetak
kedua, yang akan ditempatkan langsung menghadap jaringan. Cetakan ini disebut sebagai
cetakan sekunder. Cetakan sekunder dapat juga dibuat dari pasta oksida seng eugenol, adalah
untuk membentuk tepi (border molding) sendok cetak perseorangan dari akrilik selama
mencoba sendok cetak. Ada dua bentuk dasar compound cetak, yaitu bentuk kue dan stick
(batang).1,2
2.2.3 Temperatur fusi Temperature fusi adalah batas temperature yang menunjukkan penurunan sifat plastis
(bahan dalam proses pendinginan). Di atas temperature ini bahan yang dilunakkan tetap
bersifat plastis sementara cetakan dibuat. Jadi, setiap detail jaringan mulut lebih mudah
diperoleh. Begitu sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut, sendok cetak harus ditahan
secara kuat pada posisinya sampai cetakan mendingin di bawah temperature fusi. Pada
keadaan apapun, cetakan tidak boleh diganggu atau dikeluarkan sampai bahan tersebut
mencapai temperature mulut.
Tipikal cooling pada bahan cetak compound.
Softening temperature to fusion temperature (45-43derajat)
Fusion temperatur (42,5 derajat)
Fusion temperature to mouth preparation (42,5-37 derajat)
Konduktivitas termal dari bahan ini adalah rendah, sehingga perlu waktu tambahan
untuk memperoleh pendinginan dan pemanasan yang sempurna dari bahan compound.
Adalah penting bahwa bahan lunak merata pada saat sendok cetak dimasukkan dan dingin
menyeluruh dalam sendok cetak sebelum cetakan dikeluarkan dari mulut. Biasanya air dingin
dapat disemprotkan pada sendok cetak ketika di dalam mulut, sampai compound mengeras
merata sebelum dikeluarkan. Kegagalan memperoleh bahan yang mengeras sempurna
sebelum dikeluarkan, dapat menghasilkan distorsi besar pada cetakan.
Rata-rata kontraksi linier compound cetak pada pendinginan dari temperature mulut
sampai temperature ruang 25 derajat C bervariasi antara 0,3% sampai 0,4%. Kesalahan yang
disebabkan dari besarnya kontraksi ini tidak bisa dihindari, dan merupakan kesatuan dari
teknik.
2.2.4 Komposisi Komposisi compound terdiri dari:
1) Resin dan wax,
Malam atau resin dalam compound cetak adalah kandungan utama dan membentuk
matriks. Bersifat termoplastik dengan jumlah sekitar 47% dari keseluruhan bahan.
2) Plasticisers.
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e19
Karena malam tersebut rapuh, substansi seperti shellac, asam stearic, dan gutta
percha ditambahkan untuk meningkatkan plastisitas dan kemampuan kerja. dengan
jumlah hanya sekitar 3% dari keseluruhan bahan.
3) Fillers
Banyak bahan diperkuat atau sebaliknya, diubah sifat fisknya dengan penambahan
partikel kecil bahan lembam, biasanya dikenal sebagai bahan pengisi, yang secara
kimia berbeda dengan kandungan utama atau kandungan lainnya. dengan jumlah
sekitar 50% dari keseluruhan bahan.
4) Colouring
Struktur ini terlalu cair untuk ditangani dan memberikan kekuatan yang rendah
meskipun pada temperature ruangan. Karena itu, bahan pengisi harus ditambahkan.
Bahan pengisi meningkatkan viskositas pada temperature di atas temperature mulut
dan meningkatkan kekerasan compound pada temperature ruang. Struktur compound
cetak agak seperti suatu komposit. Konsep komposit digunakan secara luas dalam
produksi bahan kedokteran gigi. (Anusavice, Kenneth J ;150)
2.2.5 Manipulasi 1) Bentuk lembaran
Untuk material cetak prostetik (rahang tak bergigi), caranya dimasukkan ke dalam air
panas 55-60oC kemudian decetakkan dalam keadaan flow.
2) Bentuk batang
Untuk copper band impression inlay dan crown, caranya dilunakkan di atas api
kemudian dicetakkan ke die(model). Untuk tambahan marginal pada individual tray.
2.2.6 Pelunakan compound cetak. Compound dapat dilunakkan secara pemanasan langsung (diatas api) atau tidak
langsung (didalam oven). Bila api langsung digunakan, compound tidak boleh dibiarkan
mendidih atau terbakar sehingga kandungan di dalamnya menguap. Bila sejumlah besar
compound, seperti yang dibutuhkan untuk mencetak seluruh rahang, hendak dilunakkan,
disarankan melakukan perendaman dalam air. Perendaman terlalu lama atau terlalu panas
dalam rendaman air tidaklah diindikasikan; compound dapat menjadi rapuh dan berbutir bila
beberapa kandungan berberat molekul rendah terlepas dari bahan.
Pelunakan compound adalah satu-satunya cara mengeluarkan model dari compound
cetak setelah stone mengeras. Metode yang dianjurkan adalah merendam bahan cetak dalam
air hangat sampai compound cukup lunak sehingga dapat dipisahkan dengan mudah dari
model.
2.2.7 Aliran Setelah compound melunak, dan selama periode dicetakkan ke jaringan mulut, bahan
harus dengan mudah mengalir untuk menyesuaikan dengan jaringan sehingga setiap detail
dan tanda-tanda dalam mulut terpindahkan secara akurat. Di lain pihak, bila jumlah aliran pada
temperature mulut terlalu besar, distorsi dapat terjadi ketika cetakan dikeluarkan dari mulut.
2.2.8 Distorsi Relaksasi dapat terjadi baik selama waktu yang boleh dikatakan amat singkat atau
dengan peningkatan temperature. Hasilnya adalah kerusakan atau distorsi cetakan. Untuk
meminimalkan distorsi, prosedur paling aman adalah melakukan pendinginan bahan cetak
dengan seksama sebelum dikeluarkan dari mulut dan membuat hasil cor atau die secepat
mungkin setelah cetakan diperoleh, sedikitnya dalam waktu satu jam.
2.2.9 Keuntungan 1) Bahan cetak dapat digunakan kembali (pada pasien yang sama) pada kasus yang
terjadi kesalahan
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e20
2) Ketidakakuratan dapat diperbaiki kembali tanpa bahan cetak yang baru
3) Akurasi dapat ditingkatkan dengan menyala bahan permukaan
4) ahan ini cukup baik untuk mendukung cetakan itu sendiri terutama di bagian tepi
(peripheral), yang tidak akanmudah patah meski tanpa didukung oleh sendok cetak.
2.2.10 Kerugian 1) Sulit mendapatkan rekaman secara detail karena high viskositas
2) Menekan jaringan (mucocompression)
3) Berubah karena kecilnya stabilitas dimensi
4) Sulit dikeluarkan dari mulut bila ada beberapa daerah undercut
5) Kemungkinan bisa terjadi overextension terutama didaerah peripheral
2.3 Zinc/oxide-eugenol paste. 2.3.1 Definisi
Semen zinc oxide eugenol adalah suatu semen tipe sedatip yang lembut. Biasanya
disediakan dalam bentuk powder dan liquid seperti halnya semen zinc fosfat. Bahan Ini
biasanya dapat digunakan sebagai bahan balutan sementara. Bahan ini juga dapat berguna
sebagai bahan insulatif.
2.3.2 Komposisi Biasanya ZOE disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan,meskipun
komponennyamungkin saja dicampurkan dalam benuk pasta oleh pabrik agar mudah
digunakan. Powderdari semen ZOE yang paling baik dibenuk melalui proses penguraian dari
zinc hydroxide,zinc carbonate dan beberapa garam/senyawa zinc dengan proses pemanasan
kira-kira 300oC(570oF).
Powdernya dicampurkan dengan inert oil atau minyak biji kapas untuk membuatnya
menjadi pasta dengan cara menggabungkannya dengan bahan pengisiinert,seperti diatomeus
earth atau talc.
Menurut Combe EC,komposisi dari semen ZOE terdiri dari:
Serbuk,berupa:
o Zinc oxide
o Magnesium oxide dijumpai dalam jumlah kecil, bahan ini bereaksi denganeugenol
dengan cara yang sama seperi zinc oxide.
o Zinc acetate (garam lainnya) dalam jumlah sampai dengan 1% digunakansebagai
akselerator unuk setting reaksi.
Liquid
o Eugenol, merupakan konstitusi utama minyak cengkeh.
o Olive oil,sampai 15%.
o Kadang-kadand asam asetat yang bertindak sebagai akselerator.
2.3.3 Sifat-sifat Sifat Fisik :
Seperti pada semua semen lain, rasio bubuk : cairan dari ZEO akanmempengaruhi
kecepatan pengerasan. Semakin tinggi rasio bubuk : cairan, semakin cepatpengerasannya.
Pendingin alas aduk akan memperlambat waktu pengerasan kecualitemperaturnya di bawah
titik pengembunan. Di bawah titik embun ini, kondensat akan bergabung dengan adukan dan
reaksi pengerasan akan dipercepat.
Ukuran partikel akan mempengaruhi kekuatan. Pada umumnya, ukuran partikel
yanglebih kecil akan meningkatkan kekuatan. Formula ZEO yang dirancang untuk
berbagaikegunaan memiliki kekuatan yang berkisar antara 3 sampai 55 Mpa. Kekuatan semen
ZEOtergantung pada tujuan kegunaannya dan pada formula yang dirancang untuk
tujuantersebut.
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e21
Zinc Oxide Eugenol memilik efek paliatif terhadap pulpa gigi, memiliki
kemampuanuntuk meminimalkan kebocoran mikro, dan memberikan perlindungan terhadap
pulpa.Bahan ini sering digunakan ketika merawat lesi-lesi karies yang besar. Selain itu, ZOE
dapat beradaptasi dengan baik terhadap dentin demikian juga dengandinding kavitas,dan
memiliki sifat antibakteri sehingga dapat menghambat perkembanganbakteri pada dinding
kavitas.
2.3.4 Klasifikasi Klasifikasi Zinc Oxide Eugenol Menurut ADA No. 30 yaitu sebagai berikut.
ZEO Tipe I
Digunakan untuk semen sementara. ZEO mempunyai pH 7 dan cocok secara
biologis terhadap pulpa. Selain itu, dapat menutup kavitas dengan sangat baik untuk
menghambat masuknya cairan mulut, paling tidak untuk waktu singkat, dandengan
begitu iritasi yang disebabkan oleh kebocoran mikro juga dikurangi.
Kekuatan dari semen sementara haruslah rendah agar restorasi dapat dilepas
tanpa menimbulkan trauma pada gigi dan merusak restorasi itu sendiri. Semen ini
tersedia dengan berbagai kekuatan. Untuk memungkinkan pelepasan restorasi, dipilih
formula dengan kekuatan yang rendah.
ZEO Tipe II
Digunakan untuk semen permanen dari restorasi sementara dan basispenahan
panas. ZEO tipe II dirancang untuk kegunaan jangka panjang.
ZEO Tipe III
Digunakan untuk restorasi sementara dan basis penahan panas.
ZEO Tipe IV
Digunakan untuk pelapik kavitas. Kegunaan yang terakhir inimenganjurkan
penggunaan bahan sebagai pelapis pada dinding pulpa untuk melindunginya terhadap
iritasi kimia dari bahan restorasi. Namun, ketebalannya tidak memadai untuk
memberikan perlindungan panas pada pulpa.
2.3.5 Manipulasi Manipulasi Untuk mencampur semen ini lebih sering di gunakan kertas pad di banding
glassslab. Bubuk dalam jumlah secukupnya di tambahkan ke beberapa tetes eugenol
dandiaduk sampai homogen selama 20 detik hingga mencapai suatu tekstur yang sepertipasta
kental, yang dapat di pegang tanpa merekat ke jari.
Setting Reaction
Setting reaction semen ZOE adalah suatu reaksi chelation (suatu
dekalsifikasiyakni melunaknya struktur gigi oleh karena bahan kimia) yang amorf (tak
berbentuk)menjadi pembentukan zinc eugenolate.Setting reaction dapat dipercepat
dengan meningkatkan temperature ataukelembaban. Reaksi Kimianya adalah 2
molekul eugenol + ZnO (excess) H2O Zinc Eugenolate + ZnO (unreacted)
ZnO eugenol bereaksi dengan eugenol dengan membentuk seng
eugenolate,yang merupakan senyawa chelate. Senyawa ini mengkristal untuk
memberikanmatriks kristal seperti sarung panjang yang mengikat sisanya ZnO yang
tidak bereaksi.Eugenol yang tidak bereaksi diserap baik oleh seng eugenolate dan ZnO
yang tidak bereaksi. Massa mengeras karena terdiri dari mesh (matriks kristal
eugenolate sengyang mengikat secara bersama-sama partikel ZnO seng dan kelebihan
eugenol diserapdengan baik oleh eugenolate seng dan seng oksida.
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e22
Aplikasi
Sebagian kecil kira-kira seukuran biji wijen di lengketkan ke ujung eksplorer dan
dioleskan dengan hati-hati ke dalam kavitas. Hindari mengenai tepi-tepi kavitas.Kapas
yang sangat kecil di jepit dengan pinset dan di gunakan sebagai alat untuk “menekan”
bahan tersebut dan membentuknya di dalam kavitas, semen yang baru di aduk
cenderung lengket ke instrument logam atau plastic,karena itu kapas
haruskering.penambahan bahan bias dilakukan berulangkali,dengan cara yang sampai
diperoleh ketebalan yang cukup.
2.3.6 Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi
1. Menutup tubuli dentin
2. Mengurangi kebocoran ditepi restorasi
3. Berfungsi sebagai barier untuk melindungi gigi dari semen yang asam sepertizinc
phosphate
4. Untuk tumpatan amalgam konvensional
Kontra indikasi
1. Digunakan dibawah restorasi GIC dan resin komposit
2.3.7 Penggunanaan ZOE untuk restorasi sementara dan menengah.Semen ini biasanya di kemas dalam
bentuk bubuk dan cairan atau kadang-kadangsebagai dua jenis pasta. Tersedia berbagai jenis
formula ZOE untuk restorasi sementara dan jangka menengah ,pelapik kavitas,basis penahan
panas dan semen perekat sementara sertapermanen,juga berfungsi sebagai penutup saluran
akar dan dressing periodontal.PH-7 padasaat dimasukkan ke dalam gigi. Seperti yang di bahas
sebelumnya, semen ZOE adalah salahsatu bahan yang tidak mengiritasi dari semua bahan gigi
dan merupan penutup yangistimewa terhadap kebocoran. Berbagai formula dan kegunaan di
sebutkan dalam spesifikasiADA no.30 untuk bahan restorasi ZOE, yang menyebutkan empat
jenis semen ZOEdiantaranya:
Tipe I : digunakan untuk semen sementar
Tipe II : digunakan semen permanen dari restorasi atau alat-alat yang dibuat diluar
mulut.
Tipe III : digunakan untuk restorasi sementara dan basis penahan panas.
Tipe IV : digunakan untuk pelapik kavitas. Kegunaan terakhir inimenganjurkan
penggunaan bahan
Sebagai lapisan pada dinding pulpa untuk melindunginya terhadap iritasi kimia dari
bahan restorasi. Namun ketebalannya tidak memadai untuk memberikan perlindungan
panas pada pulpa.2. ZOE sebagai bahan perekat atau pengikat sementara dan permanen
untuk restorasiSemen ZOE tipe I seperti telah dikatakan sebelumnya, semen ZOE
mempunyai pH 7dan cocok secara biologis terhadap pulpa. Selain itu, dapat menutup kavitas
sangat baik untuk menghambat cairan mulut, paling tidak waktu singkat; dan dengan begitu,
iritasi yangdisebabkan kebocoran mikro juga dikurangi. Kekuatan dari semen sementara
haruslahrendah agar restorasi dapat dilepas tanpa menimbulkan trauma pada gigi dan
merusak restorasi itu sendiri. Semen ini tersedia dengan berbagai kekuatan. Untuk
memungkinkanpelepasan restorasi, dipilih formula dengan kekuatan yang rendah.
Semen ZOE tipe II sifat biologi dari ZOE membuat semen ini menaik untuk digunakan
sebagai sementasi akhir, jika kekuatannya rendah bisa diterima oleh praktisi.Semen-semen
yang ada di pasaran umumnya pada kedua sistem ini. Sistem pertamaberdasarkan pada
penambahan alumina dalam bubuk asam orthoetoksibenzoat pada cairaneugenol, dan yang
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e23
kedua pada penggunaan suatu polimer, seperti pada formula ZOE yangdigunakan untuk
restorasi jangka menengah. Kekuatan kompresi pada semen ZOE yangsudah ditingkatkan ini
memang memadai, tetapi sifat mekanis keseluruhannya lebih rendahdaripada semen-semen
lain. Selain itu, semen ini agak sulit untuk dimanipulasi di dalam rongga mulut. Ketebalan
lapisan dari beberapa produk cenderung tinggi dan kelebihansemen yang mengeras sangat
sulit untuk dibuang. Untuk alasan inilah, penggunaan semenZOE untuk kegunaan jangka
panjang dibatasi pada situasi dimana akan terjadi kepekaanpasca-operatif. Tetapi akhir-akhir
ini, semen seng polikarboksilat yang sama ramahnyaterhadap pulpa dan memiliki sifat
manipulatif yang lebih baik, telah hampir menggantikansemen ZOE bahkan yang
sudahditingkatkan sekalipun.
2.3.8 Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan semen ZOE antara lain:
Mengurangi rasa nyeri pulpitis
Memiliki sifat antimikroba
Mencegah cedera pulpa
Mengurangi sensitivitas gigi setelah perawatan
Kekurangan ZOE antara lain :
Tidak bisa menjangkau daerah undercut
Sensasi rasa terbakar tidak disukai pasien
Waktu seting yang harus dikontrol
Susah dibersihkan karena lengket
2.4 Impression waxes. Impression wax adalah salah satu material non elastik dalam kedokteran gigi.
Campuran malam + resin dengan titik lebur rendah , dapat digunakan sebagai material
cetak . Tersedia dengan variasi temperatur pelunakan . Cetakan harus segera diisi sehingga
mencegah distorsi. Ada dua klasifikasi menurut cara penggunaanya yaitu pertama corrective
wax dan bite registration wax. Umumnya penggunaan impression wax dikombinasi dengan
material impression lainnya seperti ZOE, impression compound, dan polysulfide rubber.
2.4.1 Properties dari dental waxes: 1) Harus kuat dan keras pada temperatur ruangan tetapi tidak rapuh.
2) Memiliki suhu pelunakan yang rendah.
3) Dapat mengalir dengan mudah.
4) Dimensi nya stabil.
5) Harus memiliki suhu jauh dibawah suhu air mendidih dan wax tersebut dapat diambil
saat air mendidih.
6) Mempunyai warna yang cerah dan kontras untuk membantu saat mengukir.
2.4.2 Sumber waxes: 1) Dari serangga contoh Bee’s Wax (wax lebah) didapatkan dengan melelehkan madu
dari sarangnya dan straining it lalu didinginkan membentuk cetakan.
2) Candelila plant wax dari tumbuhan di Mexico
3) Carnauba wax dari daun pohon kelapa di Brazil
4) Japan wax
5) Potreleum waxes merupakan hidrokarbon diperolehsebagai produk petroleum seperti
paraffin wax dan micro-crystal line wax (titik lelehnya: 65-90 °C).
6) Mineral waxes seperti ceresin adalah ozokerite yg dimurnikan, montan wax dari lignite,
dan ozokerite dapat ditemukan di alam.
7) Syntethic waxes seperti polyethylene.
KPP PSDM SCC FKG UA 2013 | MATERIAL CETAK/IMPRESSION MATERIALS
Pag
e24
2.4.3 Corrective wax Digunakan sebagai wax veneer atau lapisan tipis diatas impression asli untuk kontak
dan details dari jaringan lunak. Komposisi:
Paraffin wax
Ceresin
Partikel metal
Kekurangannya adalah tidak stabil. Karena itu tidak banyak digunakan sebagai
corrective wax namun sudah digantikan oleh material impression elastomer.
2.4.4 Bite Registration Wax Digunakan untuk mengartikulasi secara akurat model tertentu dari kuadran
berlawanan. Komposisi nya paraffin wax atau Beeswax atau ceresin dan aluminium atau
partikel tembaga (Soratur, 2002).
Bite Wafers: berbentuk huruf U, sering diperkuat dengan partikel metal agar lebih
stabil. Kemungkinan terjadi distorsi ketika suhu nya sedikit di atas suhu ruangan.
Occlusal Indicator Wax: Digunakan untuk mendeteksi daerah-daerah prematur kontak
oklusal. Berbentuk “strips” dengan warna hijau tua, kuning, atau biru.
Paraffin wax sendiri adalah sebuah zat putih, transparan, dengan garis kristal yang
didapat dari distilasi minyak tanah, batu bara, kayu, dan lain-lain. Dinamakan paraffin karena
afinitas kimia nya kecil terhadap zat-zat lain (Soratur,2002). Selain itu rapuh dalam suhu
ruangan, dan titik lelehnya sekitar: 48-70 °C.
2.4.5 Manipulasi: 1) Wax sebaiknya dihaluskan bahkan saat cuaca kering, dengan tangan hangat atau
dengan api.
2) Jika dihaluskan menggunakan api, harus diputar di atas api agar merata.
3) Wax yg meleleh harus ditambahkan secara berlapis ke dalam objek.
4) Wax patterns should be invested within 30 min of carving, because of changes by
relaxation of residual stress.
5) Tipe seperti boxing dan utility wax Waxes such as boxing and utility wax sedikit lekat
pada suhu ruangan untuk membantu merekatkan diri sendiri, tetapi harus tetap kering.
6) Untuk menghindari distorsi, wax harus disimpan atau sedikit di bawah suhu ruangan.