implementasi kebijakan sistem informasi manajemen
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN KEPEGAWAIAN (SIMPEG) PADA BADAN
KEPEGAWAIAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
KOTA MEDAN
TESIS
Oleh
RAMADANSYAH PUTRA CAPAH
167025036
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI
MANAJEMEN KEPEGAWAIAN (SIMPEG) PADA BADAN
KEPEGAWAIAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA
KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister
Studi Pembangunan (MSP) Program Studi Magister
Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial Politik
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
RAMADANSYAH PUTRA CAPAH
167025036
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada
Tanggal 03 September 2018
PANITIA PENGUJI TESIS
KETUA : Dr. Abdul Kadir, M.Si
ANGGOTA : Dr. Humaizi, MA
Prof. Badaruddin, M.Si
Faisal Andi Mahrawa, S.IP, M.Si
Drs. Kariono, M.Si
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
Judul Tesis
“IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
KEPEGAWAIAN (SIMPEG) PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KOTA MEDAN”
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, peneliti bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Medan, September 2018
Peneliti,
Ramadansyah Putra Capah
167025036
Universitas Sumatera Utara
i
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
KEPEGAWAIAN (SIMPEG) PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAN
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
KOTA MEDAN
ABSTRAK
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
implementasi kebijakan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG)
dan untuk mengetahui faktor yang dapat mendorong dan menghambat
implementasi kebijakan SIMPEG di Badan Kepegawaian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kota Medan (BKDPSDM) Kota Medan. Penelitian ini
dilakukan pada tahun 2018.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dan jenis penelitian
menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian dilakukan di Badan Kepegawaian
Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKDPSDM) Kota Medan.
BKDPSDM Kota Medan berada di Jl. Kapten Maulana Lubis No. 2, Kota Medan,
Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.Dan yang menjadi narasumber/informan dalam penelitian ini adalah
Kepala/Sekretaris BKDPSDM Kota Medan (Informan Kunci), Kepala
Bidang/Subbagian dan Pegawai sebagai user/pengguna kebijakan SIMPEG.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
observasi dan wawancara.
Implementasi Kebijakan SIMPEG yang dilaksanakan di Badan
Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Kota Medan
secara umum telah dilakukan dengan cukup baik. Namun dalam penerapan
kebijakan SIMPEG masih terdapat kendala yang salah satunya adalah mengenai
pengusulan kenaikan pangkat ASN/pegawai yang terkesan mempersulit pegawai
dengan tahap yang terlalu banyak. Faktor yang dapat mendorong keberhasilan
implementasi kebijakan SIMPEG adalah faktor komunikasi. Sementara faktor
yang dapat menghambat keberhasilan implementasi kebijakan SIMPEG adalah
faktor sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi di BKDPSDM Kota Medan.
Kata kunci: Implementasi kebijakan publik, komunikasi, sumber daya,
disposisi, struktur birokrasi.
Universitas Sumatera Utara
ii
IMPLEMENTATION OF PERSONNEL MANAGEMENT INFORMATION
SYSTEM (SIMPEG) POLICY ON REGIONAL PERSONNEL AGENCY
AND HUMAN RESOURCE DEVELOPMENT OF MEDAN CITY
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out how the implementation of the
Personnel Management Information System (SIMPEG) policy and to find out the
factors that can encourage and inhibit the implementation of SIMPEG policies in
the BKDPSDM Medan City. This research was conducted in 2018.
This study uses a qualitative approach. And this type of research uses
descriptive research. The study was conducted at the Regional Personnel Agency
and Human Resource Development (BKDPSDM) Medan City. BKDPSDM Medan
City is on Jl. Captain MaulanaLubis No. 2, Medan City, North Sumatra. The data
used in this study are primary data and secondary data. And the informant in this
study was the Head / Secretary of the Medan City BKDPSDM (Key Informant),
Division Head / Subdivision and Employees as SIMPEG user / user. Data
collection techniques in this study were carried out using observation and
interviews.
The SIMPEG Policy implementation carried out at the Regional Personnel
Agency and Human Resource Development in Medan City has generally been
carried out quite well. But in the implementation of SIMPEG policies there are
still obstacles that one of them is regarding the proposed promotion of ASN /
employees who seem to make it difficult for employees with too many stages.
Factors that can drive the success of SIMPEG policy implementation are
communication factors. While the factors that can hinder the success of SIMPEG
policy implementation are resource factors, disposition and bureaucratic
structure in BKDPSDM Medan City.
Keywords: Implementation of public policy, communication, resources,
disposition, bureaucratic structure.
Universitas Sumatera Utara
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa oleh
karena kuasa dan anugerah-Nya penyusunan Tesisi ini dapat terselesaikan.
Penelitian yang berjudul “Implementasi Kebijakan Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) pada Badan Kepegawaian Daerah
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan” ini disusun dengan
maksud dan tujuan memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
pada Program Pascasarjana Program Studi Pembangunan Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa segala keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan. Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dan semua pihak demi kesempurnaan penulisan di masa mendatang.
Dukungan dari berbagai pihak selama penulis mengikuti perkuliahan pada
Program Pascasarjana hingga penyusunan Tesis ini merupakan sumbangan yang
tak ternilai hargany. Proses penulisan ini telah memberikan pengalaman yang
sangat berarti bagi penulis tentang arti “ Perjuangan, Tantangan, Cobaan dan
Kesabaran” yang selalu menghampiri, penulis disetiap tahapan penulisan ini.
Oleh karena itu melalui kesempatan ini sepatutunyalah penulis menghaturkan
ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
iv
3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Ketua Program Pasca Sarjana
Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Abdul Kadir, M.Si, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
telah banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam pembuatan tesis
ini.
5. Bapak Dr. Humaizi, MA, selaku anggota Komisi Pembimbing yang
dengan sabar dalam membantu memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis untuk menyempurnakan penulisan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Komisi Pembanding pada
pelaksanaan ujian tesis yang telah memberikan banyak masukan dan saran
kepada penulis.
7. Bapak Faisal Eriza, S.Sos, MSP, selaku Komisi Pembanding yang telah
memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis.
8. Seluruh staf dan pegawai pada Program Studi Magister Studi
Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
9. Orang Tua Bapak Ririady Capah dan Ibu Rita Murni Bintang yang atas
doa, bimbing dan perjuangannya untuk bisa mengantar anaknya sekolah
setinggi mungkin.
10. Rekan-rekan Mahasiswa Program Pascasarjana S2 Angkatan XXXIV
Tahun 2017, terimakasih buat kebersamaan selama ini.
11. Serta selurh pihak yang tidak akan terlupakan atas dukungan yang
diberikan kepada penulis baik secara langsung maupun tidak langsung
yang tidak dapat disebutkan penulis satu persatu.
Universitas Sumatera Utara
v
Demikian Tesis ini disusun, atas segala kekurangan mohon maaf dan
semoga dapat bermafaat bagi pihak yang memerlukannya.
Medan, September 2018
Penulis,
Ramadansyah Putra Capah
167025036
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 10
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 11
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 13
2.1 Teori Kebijakan Publik George C. Edward III (1980) .......... 13
2.2 Kebijakan Publik .................................................................... 16
2.3 Tahap-Tahap Kebijakan Publik ............................................ 17
2.4 Implementasi Kebijakan Publik ............................................ 19
2.5 Sistem Informasi ................................................................... 20
2.6 Sistem Informasi Manajemen ............................................... 23
2.7 Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian ........................ 26
2.8 Penelitian Terdahulu .............................................................. 28
2.9 Kerangka Berpikir .................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 34
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................ 34
3.2 Jenis Penelitian ...................................................................... 34
3.3 Lokasi Penelitian .................................................................... 35
3.4 Sumber Data .......................................................................... 35
3.5 Narasumber/Informan ............................................................ 36
Universitas Sumatera Utara
vii
3.6 Teknik Pengumpulan Data .................................................... 36
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................ 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 40
4.1 Gambaran Umum BKDPSDM Kota Medan ......................... 40
4.1.1 Profil BKDPSDM Kota Medan .................................... 40
4.1.2 Struktur Organisasi ....................................................... 40
4.1.3 Sumber Daya Aparatur ................................................. 52
4.1.4 Sarana dan Prasarana ................................................... 55
4.2 Implementasi Kebijakan SIMPEG ......................................... 58
4.3 Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan SIMPEG di
BKDPSDM Kota Medan ....................................................... 65
4.3.1 Komunikasi .................................................................. 65
4.3.2 Sumber Daya ................................................................ 74
4.3.3 Disposisi ....................................................................... 79
4.3.4 Struktur Birokrasi ......................................................... 81
4.4 Pembahasan ........................................................................... 86
4.5 Implikasi Penelitian ............................................................... 90
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 90
5.1 Simpulan ................................................................................ 92
5.2 Saran ...................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 95
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Komposisi ASN Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan
Menurut Jenis Kelamin ............................................................... 4
Tabel 4.1. Komposisi ASN Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan
Menurut Jenis Kelamin ............................................................... 51
Tabel 4.2. Komposisi ASN Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan
Menurut Kelompok Umur ........................................................... 52
Tabel 4.3. Komposisi ASN Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan
Menurut Kualifikasi Pendidikan ................................................. 52
Tabel 4.4. Komposisi ASN Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan
Menurut Kepangkatan ................................................................. 53
Tabel 4.5. Komposisi ASN Badan Kepegawaian Daerah dan
PengembanganSumber Daya Manusia Kota Medan
Menurut Jabatan .......................................................................... 54
Tabel 4.6. Prasarana dan Sarana Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan .................. 55
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir .................................................................... 32
Gambar 4.1 Bagan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan ............... 42
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini Indonesia berada pada era Informasi. Kecepatan dan
ketepatan informasi akan mudah didapat oleh masyarakat luas. Dalam hal ini
teknologi informasi mempunyai peran penting dalam peningkatan kualitas suatu
lembaga/instansi. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 tentang aparatur sipil negara Pasal 10 bahwa ASN berfungsi sebagai
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik, maka upaya pemerintah dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis elektronik dalam rangka
peningkatan pelayanan publik secara efektif dan efisien.
Dengan pengembangan berbasis elektronik untuk penataan sistem
manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan
mengoptimalisasikan teknologi informasi. Adapun pencapaian dalam basis
elektronik salah satunya adalah dengan mengembangakan sistem informasi
manajemen kepegawaian (SIMPEG) yang merupakan implementasi dari
penggunaan teknologi informasi pada pemerintahan. Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian atau disingkat dengan SIMPEG merupakan salah satu
bentuk dari sistem informasi mananjemen tentang kepegawaian suatu daerah atau
pusat.
Secara umum, Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG)
menyangkut pada perencanaan, pengembangan, pengelolaan dan penggunaan alat
bantu berupa teknologi informasi untuk membantu Sumber Daya Manusia (SDM)
Universitas Sumatera Utara
2
dalam kepegawaian yang berkaitan dengan perencanaan, pengembangan kualitas
sumber daya ASN, administrasi kepegawaian serta kesejahteraan kepegawaian.
Pengaplikasian SIMPEG berlaku pada semua ASN yaitu pusat dan daerah.
SIMPEG kabupaten/kota berkedudukan di kabupaten/kota, yang pengelolanya
dilaksanakan oleh bagian kepegawaian kabupaten/kota tersebut. Sistem informasi
manajemen kepegawaian di kabupaten/kota yaitu berupa aplikasi SIMPEG yang
merupakan salah satu sistem yang bergerak dibidang kepegawaian berupa
informasi kepegawaian dan merupakan alat menyelesaikan seluruh pekerjaan
yang berhubungan dengan pengolahan dan pengelolaan data tentang kepegawaian.
Perlu diselenggarakan dan dipeliharanya sistem informasi yang dikembangkan
dan dioperasikan melalui Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG)
dengan tujuan agar Badan Kepegawaian Daerah dapat memiliki kemampuan
dalam mengelola serta dapat memberikan informasi tentang untuk menyampaian
surat, data kepegawaian.
Dibangunnya SIMPEG di Kepegawaian Pemeritahan Kota Medan
didasari oleh pesatnya ilmu pengetahuan terutama pada teknologi informasi serta
tuntutan terhadap kebutuhan data dan informasi untuk keperluan perencanaan,
pengembangan dan memperoleh keakuratan data pegawai dapat tercapai.
Penerapan SIMPEG secara online yang berdasarkan surat edaran Walikota Medan
nomor : 800/529, tanggal 12 Juni 2017 yaitu perihal : pendataan PNS secara
online di lingkungan Pemerintah Kota Medan. Sistem informasi manajemen
kepegawaian (SIMPEG) terus mengalami perubahan secara bertahap untuk
melakukan suatu perbaikan dan penyempurnaan dalam pengelolaan data
kepegawaian.
Universitas Sumatera Utara
3
Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kota Medan adalah salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sebagai unsur
penunjang urusan pemerintahan lingkup pengelolaan kepegawaian Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Wali Kota
Medan melalui Sekretaris Daerah Kota Medan. Berkaitan dengan hal tersebut,
Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota
Medan mempunyai tugas dan kewajiban membantu Wali Kota Medan sebagai
Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dalam melaksanakan manajemen Pegawai
Negeri Sipil Daerah Kota Medan. Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan merupakan instansi yang
memiliki tugas pokok dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah dalam
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang kepegawaian. Badan ini
mengurus seluruh berkas data Pegawai Negeri Sipil (PNS) mulai dari data pribadi
pegawai, data riwayat pegawai, kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, pensiun,
hukuman disiplin, dan satya lencana. Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Kota Medan memiliki empat bidang yang
bertugas mengurus seluruh data pegawai, yaitu bidang mutasi dan kesejahteraan
pegawai, bidang pengadaan dan data kepegawaian, bidang pengembangan karir,
dan bidang pengembangan sumber daya manusia. Pada Badan Kepegawaian
Daerah Kota Medan menangani seluruh urusan kepegawaian dengan pembagian
empat bidang tersebut.
Dari pembagian per bidang di BKDPSDM Kota Medan, maka jumlah ASN
yang ada akan dibagi ke semua bidang dan sub bidang masing-masing yang
sebanyak 82 ASN.
Universitas Sumatera Utara
4
Tabel 1.1.
Komposisi ASN Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kota Medan Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Pria 46 56,10
Wanita 36 43,90
Jumlah 82 100,00
Sumber : BKD dan Pengembangan SDM Kota Medan, Mei 2017.
Maka perbandingan jumlah PNS pria dan wanita pada Badan Kepegawaian
Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan telah
menunjukkan angka yang cukup berimbang.
Selanjutnya sarana dan prasarana merupakan segala sesuatu yang
digunakan, dipakai, dan ditempati untuk mendukung pelayanan kepegawaian serta
pendidikan dan pelatihan yang semakin berkualitas yang diselenggarakan oleh
Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota
Medan. Sarana dan prasarana yang dibutuhkan tersebut berupa bangunan kantor,
kendaraan bermotor, perlengkapan dan peralatan kantor, jaringan komunikasi,
mebeler, dan sarana pendukung pelayanan lainnya yang harus memadai dan sesuai
standar.
Salah satu sarana yang digunakan di BKDPSDM Kota Medan adalah
penggunakan Aplikasi SIMPEG dalam menunjang pelayanan berupa data
informasi kepegawaian, dengan peningkatan informasi yang dihasilkan, untuk itu
sangat dipengaruhi oleh kemampuan sistem dalam input kemudian diproses dan
mencapai output yang berkualitas. Salah satu Instansi pemerintah yang telah
menerapkan SIMPEG adalah Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kota Medan. Dalam pelaksanaannya, maksud tujuan dari
Universitas Sumatera Utara
5
SIMPEG adalah untuk dapat mendukung Sistem Manajemen yang rasional,
mewujudkan data kepegawaian yang lengkap, membantu kelancaran bidang
kepegawaian dan lain-lain. Namun pada penerapannya SIMPEG di instansi-
instansi pemerintahan yaitu OPD belum bisa berjalan sesuai dengan tujuannya
dengan ideal karena membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk beradaptasi.
Seperti halnya dalam penginputan data kepegawaian yang langsung masuk ke
dalam website Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian Pemerintah Kota
Medan yang terdiri dari seluruh pegawai di 57 OPD di lingkungan Pemerintahan
Kota Medan, sehingga data bersifat integrasi.
Komponen utama dari Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
diantaranya adalah Administrasi Sistem untuk memelihara data induk, misalnya
data unit kerja, komponen yang kedua adalah pelaporan manajemen seperti
jumlah pegawai, informasi pendidikan, informasi diklat yang pernah diikuti
(struktural/fungsional), komponen ketiga adalah data entry seperti biodata
pegawai, jabatan, pendidikan dan lain-lain dan komponen terakhir yaitu output
yang menghasilkan keluaran-keluaran seperti kenaikan gaji berkala, surat
keputusan dan lain-lain. Adapun kondisi yang diinginkan dari implementasi
Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) adalah seluruh data
pegawai menjadi terpusat, SIMPEG dapat berfungsi meningkatkan kinerja dan
meningkatkan layanan terhadap OPD dan juga mewujudkan data kepegawaian
yang mutakhir dan terintegrasi.
Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam
keseluruhan struktur kebijakan. Tahap ini menentukan apakah kebijakan yang
ditempuh oleh pemerintah benar-benar aplikabel di lapangan dan berhasil
Universitas Sumatera Utara
6
menghasilkan output dan outcomes seperti yang telah direncanakan. Untuk dapat
mewujudkan output dan outcomes yang ditetapkan, maka kebijakan publik perlu
untuk diimplementasian dengan tepat dan baik.
George C. Edward III (1980) menyatakan bahwa ada beberapa variabel
internal yang dapat mempengaruhi implementasi suatu kebijakan. Keempat faktor
kritis yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan
tersebut adalah komunikasi, sumberdaya, disposisi atau sikap pelaksana dan
struktur birokrasi.
Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat
kompleks dan rumit. Seseorang bisa menahannya hanya untuk kepentingan
tertentu, atau menyebarluaskannya. Di samping itu sumber informasi yang
berbeda juga akan melahirkan interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi
berjalan efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah keputusan
harus mengetahui apakah mereka dapat melakukannya. Tidak cukupnya
komunikasi kepada para implementor secara serius mempengaruhi implementasi
kebijakan.
Sumber-sumber dalam implementasi kebijakan memegang peranan
penting, karena implementasi kebijakan tidak akan efektif bilamana sumber-
sumber pendukungnya tidak tersedia. Yang termasuk sumber-sumber dimaksud
adalah : staf yang relatif cukup jumlahnya dan mempunyai keahlian dan
keterampilan untuk melaksanakan kebijakan, kewenangan yang menjamin bahwa
program dapat diarahkan sesuai yang diharapkan, dan fasilitas pendukung
implementasi (dana dan sarana prasarana).
Universitas Sumatera Utara
7
Selain komunikasi dan sumber daya, salah satu faktor yang
mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor
(disposisi). Jika implemetor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka
mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka
berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami
banyak masalah. Hambatan-hambatan yang sering muncul adalah maksud umum
dari suatu standar dan tujuan suatu kebijakan ketika para pelaksana kebijakan
tidak sepenuhnya menyadari dan memahami terhadap tujuan umum dari suatu
standar dan tujuan kebijakan merupakan hal yang sangat penting. Pemahaman
terhadap standar dan tujuan kebijakan merupakan sebuah potensi yang besar
dalam keberhasilan implementasi kebijakan.
Dan faktor terakhir yang menurut Edward akan mempengaruhi
implementasi kebijakan adalah faktor struktur birokrasi. Suatu kebijakan
seringkali melibatkan beberapa lembaga atau organisasi dalam proses
implementasinya, sehingga diperlukan koordinasi yang efektif antar lembaga-
lembaga terkait dalam mendukung keberhasilan implementasi. Menurut Edwards
III terdapat dua karakteristik utama dari birokrasi yakni : ”Standard Operational
Procedure (SOP) dan fragmentasi”. SOP sangat mungkin dapat menjadi kendala
bagi implementasi kebijakan baru yang membutuhkan cara-cara kerja baru atau
tipe-tipe personil baru untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan. Namun
demikian, disamping menghambat implementasi kebijakan SOP juga mempunyai
manfaat.Organisasi-organisasi dengan prosedur-prosedur perencanaan yang luwes
dan kontrol yang besar atas program yang bersifat fleksibel mungkin lebih dapat
Universitas Sumatera Utara
8
menyesuaikan tanggung jawab yang baru daripada birokrasi-birokrasi tanpa
mempunyai ciri-ciri seperti ini.
Berdasarkan survey pendahuluan, diketahui bahwa implementasi
kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan dilakukan dengan adanya
sinkronisasi antara masing-masing bidang, seperti halnya dalam pengurusan
pangkat kepegawaian. Berkas yang akan diusulkan secara manual akan diproses
apabila berkas kelengkapan pengurusan pegawai tersebut sudah dinyatakan
lengkap, sinkronisasi pada setiap bidang terlihat pada saat berkas tidak dapat
diproses jika data-data pegawai tersebut yang ingin mengusulkan pangkat belum
diupload secara lengkap. Aturan yang baru diterapkan di BKDPSDM Kota Medan
yaitu setiap segala urusan tentang kepegawaian terlebih dahulu harus memeriksa
data kepegawaian melalui aplikasi SIMPEG, masalah pendataan pegawai berada
dinaungan bidang pengadaan data kepegawaian. Selain itu pangkat pegawai
belum dapat di proses jika belum melengkapi SKP 2 tahun terakhir, data juga
terekam pada Aplikasi SIMPEG dibawah bidang pengembangan karir
(BANGKIR). Antara tiga bidang saling berhubungan dan semuanya terekam pada
aplikasi SIMPEG. Setelah data telah dinyatakan lengkap maka pengajuan proses
kepangkatannya dapat diproses dan diajukan pada BKN.
Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kota Medan dalam mengelola data kepegawaian terkadang masih menghadapi
beberapa kendala seperti : Pertama, belum optimalnya punggunaan aplikasi
SIMPEG dalam hal usulan kenaikan pangkat pegawai. Dalam hal kenaikan
pangkat pegawai, dalam proses ini Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
tidak mempunyai banyak peran, adapun data pegawai yang akan atau sudah naik
Universitas Sumatera Utara
9
pangkat tertera di website Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian yang hanya
sebagai database saja, bukan sebagai referensi untuk kenaikan pangkat Pegawai
Negeri Sipil artinya kenaikan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil dapat dilakukan
4 tahun sekali, namun pada kenyataannya masih bersifat manual yaitu pegawai
negeri sipil yang mengajukan kenaikan pangkat akan direkomendasikan oleh
Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan ke
Badan Kepegawaian Negara sebagai pengambilan keputusan. Hal ini sangat
disayangkan karena data dalam aplikasi Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian belum dapat digunakan untuk proses kepegawaian tersebut.
Kedua, masalah ini juga berkaitan dengan kemampuan para pengelola
data kepegawaian di Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia yang ingin mewujudkan tujuan dari Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian sebagai program pemerintah. Pegawai sebagai pengelola data
kepegawaian harus dapat beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang ada,
artinya pegawai yang bertugas dalam penginputan data kepegawaian dapat
memahami penggunaan teknologi yang terus berkembang. Dalam segala
pelayanan informasi kepegawaian di Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia pemerintah kota Medan, tentu banyak
yang perlu diperhatikan dan dibenahi demi terciptanya data kepegawaian yang
akurat, cepat dan tepat. Kurangnya pemahaman dan kemampuan pegawai dalam
menggunakan teknologi informasi akan dapat menghambat kinerja dari pegawai
tersebut sehingga SIMPEG tidak akan berjalan dengan baik. Maka dari itu
pegawai harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang ada
sebagaimana yang dijelaskan oleh Muzakki, dkk (2016) bahwa dengan
Universitas Sumatera Utara
10
penggunaan teknologi informasi akan meningkatkan kinarja pegawai. Sehingga
dengan meningkatnya kinerja pegawai, SIMPEG akan dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa masih terdapat
beberapa masalah di Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kota Medan mengenai implementasi kebijakan SIMPEG yang telah
dilakukan. Kemudian masalah yang menarik untuk dibahas adalah bagaimanakah
peran dari masing-masing faktor implementasi kebijakan yaitu komunikasi,
sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi di Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan? Lalu faktor manakah yang
dapat mendorong dan faktor manakah yang dapat mengambat implementasi
kebijakan SIMPEG di Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kota Medan?. Dengan begitu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut
mengenai hal ini dengan judul penelitian “Implementasi Kebijakan Sistem
Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) pada Badan Kepegawaian
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah peneliti jelaskan di atas, maka
dapat disusun perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Berikut
adalah rumusan-rumusan masalah yang akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian
ini.
1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian (SIMPEG) di Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kota Medan (BKDPSDM) Kota Medan?
Universitas Sumatera Utara
11
2. Faktor apa sajakah yang dapat mendorong dan menghambat implementasi
kebijakan SIMPEG di Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kota Medan (BKDPSDM) Kota Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian di Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kota Medan (BKDPSDM) Kota Medan
2. Untuk mengetahui faktor yang dapat mendorong dan menghambat
implementasi kebijakan SIMPEG di Badan Kepegawaian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kota Medan (BKDPSDM) Kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
Secara teoritis dan secara praktis penelitian ini memberi manfaat sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
a) Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pengembang ilmu
pengetahuan khususnya di bidang kepegawaian dan sistem informasi
manajemen.
b) Untuk mendukung teori-teori yang sudah ada sehubung mengenai
penerapan sistem informasi manajemen kepegawaian.
2. Manfaat Praktis
a) Penelitian dilakukan di Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kota Medan (BKDPSDM) Kota Medan dapat digunakan
Universitas Sumatera Utara
12
sebagai bahan masukan untuk menentukan sebuah kebijakan tentang
manajemen kepegawaian yang didukung oleh teknologi informasi.
b) Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang meneliti tentang masalah
implementasi kebijakan sistem informasi manajemen kepegawaian.
Universitas Sumatera Utara
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Kebijakan Publik George C. Edward III (1980)
Menurut Edwards III dalam Subarsono (2006 : 90-92) ada 4 variabel
yang mempengaruhi kebijakan yakni komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan
struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain,
antara lain :
1. Komunikasi
Implementator mengetahui apa yang harus dilakukan untuk mencapai
keberhasilan implementasi kebijakan, kemudian yang menjadi tujuan dan
sasaran kebijakan yang harus ditransmisi kepada kelompok dan sasaran,
sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran
suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh
kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok
sasaran.
2. Sumber Daya
Kebijakan yang telah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten namun
implemntator kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan implementasi
maka tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya manusia merupakan faktor
penting dalam menjalankan isi kebijakan, tanpa sumberdaya, kebijakan hanya
akan dikertas dokumen saja.
Sumber daya yang penting menurut Winarno (2016 : 161-166), akan terdiri
dari :
Universitas Sumatera Utara
14
a) Staf
Sumber daya yang paling penting dalam melaksanakan kebijakan adalah
staf, tetapi jumlah staf yang banyak tidak menjamin terlaksananya isi
kebijakan dengan efektif. Para pelaksana juga harus memiliki
keterampilan-keterampilan dalam menjalankan kebijakan. Kekurangan
pelaksana yang terlatih dengan baik akan dapat menghambat
beerjalannya kebijakan-kebijakan yang ditetapkan.
b) Informasi
Implementasi kebijakan yang dijalankan dengan sumber informasi
memiliki dua bentuk yaitu pertama informasi dalam melaksanakan
kebijakan. Pelaksana-pelaksana perlu memahami apa yang akan
dilakukan dan bagaimana melakukannya. Yang kedua, informasi tentang
data dan ketaatan aturan yang ditetapkan dalam kebijakan.
c) Wewenang
Wewenang yang digunakan dalam implementasi kebijakan belum tentu
efektif walaupun dimiliki oleh suatu instansi yang besar, karena
wewenang sering disalah artikan antara wewenang formal atau diatas
kertas merupakan suatu hal dengan wewenang yang digunakan secara
efektif adalah hal lain.
d) Fasilitas
Fasilitas fisik merupakan sumber penting dalam implementasi kebijakan,
tetapi tanpa bagunan sebagai kantor untuk melakukan koordinas, tanpa
perlengkapan, tanpa perbekalan maka implementasi yang direncanakan
tidak akan berhasil.
Universitas Sumatera Utara
15
3. Disposisi
Menurut Edward dalam Subarsono (2006 : 91) pengertian disposisi
merupakan watak atau karakteristik yang dimiliki oleh implementator, seperti
komitmen, kejujuran dan sifat demokrasi. Apabila implementor memiliki
disposisi maka kebijakan akan dijalankan dengan baik sesuai yang dinginkan
oleh pembuat kebijakan. Menurut Edward dalam Winarno (2016 : 171),
karakteristik atau watak dari para implementator hal ini pada badan-badan
birokrasi pemerintahan yang tidak dimiliki oleh badan-badan swasta, antara
lain :
a) Badan-badan birokrasi pemeritah lebih bersifat homogen
Tindakan homogen berkembang dari ketertarikan pelaksana untuk
bekerja pada suatu badan-badan pemerintah dan mendukung kebijakan
yang dijalankan oleh badan-badan tersebut. Badan-badan seperti ini lebih
mempekerjakan orang-orang yang memiliki pemikiran yang sama
sehingga menimbulkan suatu lingkungan yang relatif seragam dalam
menjalankan kebijakan.
b) Berkembangnya pandangan-pandangan parokial
Selain rekruitmen personel yang memiliki pemikiran yang sama dalam
menjalankan kebijakan juga perkembangan pandangan-pandangan
parokial dikalangan birokrat.
4. Struktur Birokrasi
Organisasi menyediakan peta sederhana untuk menunjukkan secara umum
kegiatan-kegiatannya dan jarak dari puncak menunjukkan status relatifnya.
Garis-garis antara berbagai posisi-posisi itu dibingkai untuk menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
16
interaksi formal yang diterapkan. Kebanyakan peta organisasi bersifat hirarki
yang menentukan hubungan antara atasan dan bawahan dan hubungan secara
diagonal langsung organisasi melalui lima hal harus tergambar yaitu (Narita,
2016 : 10) :
a) Jenjang hirarki jabatan-jabatan manajerial yang jelas sehingga terlihat
“Siapa yang bertanggungjawab kepada siapa?”;
b) Pelembagaan berbagai jenis kegiatan oprasional sehingga nyata jawaban
terhadap pertanyaan “Siapa yang melakukan apa?”;
c) Berbagai saluran komunikasi yang terdapat dalam organisasi sebagai
jawaban terhadap pertanyaan “Siapa yang berhubungan dengan siapa dan
untuk kepentingan apa?”;
d) Jaringan informasi yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan,
baik yang sifatnya institusional maupun individual;
e) Hubungan antara satu satuan kerja dengan berbagai satuan kerja yang
lain. Dalam implementasi kebijakan, struktur organisasi mempunyai
peranan yang penting.
2.2 Kebijakan Publik
Pada sebuah organisasi pemerintahan akan terdapat kebijakan yang akan
diterapkan untuk menjalankan roda pemerintahan, kebijakan menjadi pedoman
dan dasar rencana dalam menjalankan suatu pekerjaan, selanjutnya defenisi dari
kebijakan dari para ahli akan memberikan penekanan arti yang berbeda-beda
sesuai dengan pandangan para ahli dengan latarbelakang yang berbeda pula dalam
mengartikannnya. Menurut Kiwang, (2014 : 31) bahwa kebijakan publik adalah
Universitas Sumatera Utara
17
suatu Implementasi kebijakan otonomi daerah telah membawa paradigma baru
dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah serta dalam relasi antara
pemerintah pusat dan daerah, maka kebijakan ini akan memberikan kewenangan
yang luas kepada daerah untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya Kebijakan publik menurut Dye dalam Anshori (2012 : 75),
dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dikerjakan pemerintah, mengapa
mereka melakukan, dan hasil yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil
berbeda (what government do, why they do it, and what difference it makes).
Sementara menurut Easton dalam Thoha (1993 : 59-60), kebijakan publik adalah
alokasi dana yang otoritatif untuk seluruh masyarakat akan tetapi hanya
pemerintahlah yang dapat berbuat secara otoritatif untuk seluruh masyarakat, dan
semuanya yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau untuk tidak
dikerjakan adalah hasil dari alokasi nilai-nilai tersebut.
2.3 Tahap-Tahap Kebijakan Publik
Menurut Dunn (1998 : 24) sebagai pakar kebijakan publik menetapkan
tahap-tahap kebijakan publik (public policy) :
1. Penyusunan Agenda
Sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan
publik. Sebelum kebijakan ditetapkan dan dilaksanakan, pembuat kebijakan
perlu menyusun agenda dengan memasukkan dan memilih masalah-masalah
mana saja yang akan dijadikan prioritas untuk dibahas. Masalah-masalah
Universitas Sumatera Utara
18
yang terkait dengan kebijakan akan dikumpulkan sebanyak mungkin untuk
diseleksi.
2. Formulasi Kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh
para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian
dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal
dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan
perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap
perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih
sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.
3. Adopsi/Legitimasi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar
pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh
kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun
warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah. Dukungan
untuk rezim cenderung berdifusi - cadangan dari sikap baik dan niat baik
terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir
pemerintahan disonansi. Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi
simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses ini orang belajar untuk
mendukung pemerintah.
4. Implementasi Kebijakan
Alternatif sebagai pemecahan masalah dengan rumusan-rumusan yang telah
ditetapkan secara terencana, tetapi suatu kebijakan seringkali menemukan
berbagai kendala, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang sering
Universitas Sumatera Utara
19
mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.Kebijakan yang telah melewati tahap-
tahap pemilihan masalah tidak serta merta berhasil dalam implementasi.
Dalam rangka mengupayakan keberhasilan dalam implementasi kebijakan,
maka kendala-kendala yang dapat menjadi penghambat harus dapat diatasi
sedini mungkin.
5. Penilaian/Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut
estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan
dampak. Evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah
kebijakan, program-program yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah
kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.
2.4 Implementasi Kebijakan Publik
Implementasi menurut Grindle dalam Akib (2010 : 2) merupakan proses
umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu.
Proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah
ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan disalurkan
untuk mencapai sasaran. Konsep dari implementasi dikemukakan oleh Lane
dalam Akib (2010 : 2) dibagi dalam dua bagian yakni formula implementasi yaitu
fungsi yang terdiri dari maksud dan tujuan, hasil sebagai produk, dan hasil dari
akibat dan yang kedua adalah kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai
dan dilaksanakan oleh implementator dalam kurun waktu tertentu.
Berdasarkan perspektif masalah kebijakan yang diperkenalkan oleh
Edward III dalam Akib (2010 : 2), implementasi kebijakan diperlukan karena
Universitas Sumatera Utara
20
adanya masalah kebijakan yang perlu diatasi dan dipecahakan. Menurut Edward
III terdapat empat faktor yang digunakan untuk memecahkan masalah kebijakan
yakni komunikasi, sumberdaya, sikap birokrasi atau pelaksana, dan struktur
organisasi termasuk aliran kerja birokrasi. Keempat kriteria tersebut perlu ada
dalam implementasi suatu kebijakan.
2.5 Sistem Informasi
Kemajuan teknologi sangat mempengaruhi perilaku manusia dalam
beraktivitas, begitu juga terhadap perkembangan teknologi informasi yang
digunakan oleh suatu organisasi dalam pencapaian sebuah tujuan. Sistem
Informasi merupakan salah satu aset strategis pada suatu organisasi dalam
mendukung dari perencanaan, pengoperasian hingga tahap evaluasi.
Dengan sistem informasi data yang dikelola akan lebih sistematis dan
terarah juga mempermudah kinerja dalam pencapaian hasil yang baik.Secara
umum definisi Sistem Informasi adalah sekelompok elemen-elemen dalam suatu
organisasi yang saling berintegrasi dengan menggunakan masukan, proses dan
keluaran dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan dan dapat
digunakan untuk membantu pengambilan keputusan yang tepat (Jeffrey L.
Whitten, 2006 : 45).
Seterusnya menurut Mulyanto, (2008 : 28) mendefinisikan sistem
informasi sebagai kombinasi antarprosedur kerja, informasi, orang dan teknologi
informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi.
Pendapat para ahli di atas tentang pengertian Sistem informasi terdiri dari sumber
daya manusia, teknologi informasi pendukung dan prosedur merupakan satu
Universitas Sumatera Utara
21
kesatuan kerja yang akan memproses informasi dalam pencapaian keputusan dan
tujuan suatu organisasi tersebut. Sutabri, (2012 : 10) menyebutkan sistem
informasi mempunyai karakteristik dari sistem adalah :
1. Komponen Sistem
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang
bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem
tersebut dapat berupa suatu bentuk subsistem pada aplikasi SIMPEG berupa
subsistem kepangkatan, berkala, cuti dan lain-lain. Merupakan menu yang
disediakan oleh aplikasi SIMPEG dalam proses administrasi kepegawaian di
Pemerintahan Kota Medan.
2. Batasan Sistem
Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem
dengan sistem lainnya atau sistem dengan lingkungan luarnya, yang bertujuan
untuk mempermudah setiap pegawai dalam menginput data pada aplikasi
SIMPEG.
3. Lingkungan Luar Sistem
Lingkungan luar sistem adalah bentuk apapun yang ada di luar ruang lingkup
atau batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem tersebut. Pada
aplikasi SIMPEG menyediakan beberapa sistem dalam pelayanan
administrasi kepegawaian, setiap sistem beradasarkan bidang kepegawaian
masing-masing seperti bidang kepangkatan, bidang pengembangan karir,
bidang pengadaan data pegawai dan bidang pengembangan sumber daya
manusia tetapi setiap bidang ini mempengaruhi satu sistem dengan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
22
4. Masukan Sistem
Energi yang dimasukkan ke dalam sistem masukan sistem, yang dapat berupa
pemeliharaan dan sinyal. Fungsi input memberikan kemampuan untuk
memasukkan informasi personalia ke dalam SIMPEG. Ini meliputi berbagai
prosedur yang diperlukan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu
kedudukan data base dalam fungsi masukan ini merupakan langkah terpenting
proses pengembangan sistem melalui kreasi data base.
5. Keluaran Sistem
Keluaran ini merupakan masukan bagi subsistem yang lain. Seperti contoh
sistem informasi, keluaran yang dihasilkan adalah informasi, dimana
informasi ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan
atau hal-hal lain yang merupakan input bagi subsistem lain. Sistem yang ada
pada aplikasi Simpeg akan menghasilkan output yang merupakan data base
yang akan diproses pada subsistem untuk mencapai hasil tujuan berupa
keputusan informasi kepegawaian.
6. Pengolahan Sistem
Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan
menjadi keluaran. Masukan data berupa data base akan diproses untuk
menghasilkan keluaran berupa data fisik.
7. Sasaran sistem
Sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat deterministik.
Data base yang telah diinput akan diproses pada sistem dan menghasilkan
data informasi yang valid yang memutuskan apakah data dapat dilanjut untuk
diproses atau ditolak disebabkan oleh kelengkapan data yang ada.
Universitas Sumatera Utara
23
2.6 Sistem Informasi Manajemen
Fungsi manajemen dalam menjalankan sistem informasi menjadi penentu
utama apakah fungsi sistem informasi tersebut beroperasi atau tidak. Maka peran
manajemen menjadi kunci utama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Sutanta
(2003 : 17) manajemen dapat diartikan sebagai proses memanfaatkan berbagai
sumber yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan. Manajemen juga dapat
dimaksudkan sebagai suatu sistem kekuasaan dalam suatu organisasi agar orang-
orang menjalankan pekerjaan. Umumnya, sumber daya yang tersedia dalam
manajemen meliputi manusia, material, dan modal. Konsep sumber daya
manajemen ini akan menjadi bertambah ketika pembahasan difokuskan pada
Sistem Informasi Manajemen. Sehingga sangat diperlukan sistem informasi
manajemen yang baik tidak hanya untuk memproses data menjadi informasi tetapi
juga untuk menyalurkan informasi mencapai proses pengambilan kebijakan atau
keputusan suatu organisasi.
Menurut pendapat Hartono (2013 : 20) sistem informasi manajemen
adalah sebuah sistem, yaitu rangkaian terorganisasi dari sejumlah
bagian/komponen yang secara bersama-sama berfungsi atau bergerak
menghasilkan informasi untuk digunakan dalam manajemen perusahaan.
Sedangkan menurut pendapat Nugroho (2010 : 16) Sistem Informasi Manajemen,
disingkat SIM, adalah sebuah sistem informasi yang berfungsi mengelola
informasi bagi manajemen organisasi. Peran informasi pada organisasi ini dapat
diibaratkan sebagi darah pada tubuh manusia. Konsep SIM sebenarnya telah ada
sebelumnya komputer muncul yaitu dimana segala macam informasi di dalam
Universitas Sumatera Utara
24
organisasi harus diolah dengan cepat, teliti dan andal. Jadi dapat disimpulkan
sistem informasi manajemen adalah suatu susunan komponen-komponen yang
terhubung bekerja secara bersama-sama yang berfungsi mengelola informasi pada
manajemen organisasi tersebut.
Beberapa pendapat tentang sistem informasi manajemen (SIM), menurut
Davis (2002 : 4) menyatakan bahwa, sistem informasi manajemen adalah sebuah
sistem manusia/mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung
fungsi operasi manajemen dan pengambilan keputusan dalam sebuah
organisasi.Selanjutnya pengertian SIM juga dikemukakan oleh Mcleod (2001 : 7),
SIM merupakan sistem yang berbasis komputer, jaringan lainnya yang dapat
menyediakan informasi bagi beberapa pemakai guna mendukung fungsi-fungsi
manajemen dan fungsi pengambilan keputusan.Sedangkan menurut Komaruddin
(2003 : 65) mengatakan bahwa Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan
metode yang memungkinkan pimpinan organisasi mendapatkan informasi. Sistem
informasi berfungsi dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi, sistem disini
mencakup;
1. Berupa informasi yang tersedia
2. Informasi yang mudah dipahami
3. Informasi yang bermanfaat
4. Informasi yang tepat waktu.
Berdasarkan pendapat Arie (2014 : 4) informasi dapat dikatakan
berkualitas jika memiliki kriteria sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
25
1. Relevan, informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan.
Artinya kebutuhan informasi sesuai dengan yang diminta oleh suatu
organisasi tersebut.
2. Akurat, harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Keakuratan informasi
dapat dilakukan dengan pengujian oleh seserang atau lebih. Apabila
menghasilkan hasil yang sama maka dianggap akurat.
3. Lengkap, bahwa informasi yang diperoleh menyajikan gambaran lengkap dari
suatu permasalahan atau penyelesaian.
4. Tepat waktu, informasi harus tersedia pada saat yang dibutuhkan untuk
memecahkan masalah sebelum situasi krisis menjadi tidak terkendali atau
kesempatan menghilang. Informasi yang datang pada penerima tidak boleh
terlambat, karena informasi yang sudah usang tidak dapat di proses lagi.
Kriteria bagi SIMPEG (Sistem Informasi Manejemen Kepegawaian)
yang efektif itu adalah informasi yang diinput pada sistem itu cepat, tepat waktu
artinya perencanaan dan analisis data melalui sistem akan berjalan dengan optimal
dan meningkatkan pertumbuhan organisasi yang lebih baik. Selanjutnya untuk
Sistem informasi manajemen memiliki karakteristik terhadap hasil yang diperoleh
atau yang diterima oleh pengguna informasi. Menurut Sutabri (2005 : 93) yang
mengatakan bahwa karakteristik SIM guna mendapatkan sinyal yang lebih dini
tentang keberadaan dan kondisi SIM di organisasi :
1. SIM membantu manajer secara terstruktur pada tingkat operasional dan
tingkat kontrol saja.
2. SIM didesain untuk memberikan laporan operasional sehari-hari sehingga
dapat memberikan informasi untuk mengontrol operasi tersebut dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
26
3. SIM sangat bergantung pada keberadaan data organisasi secara keseluruhan,
serta bergantung pada alur informasi yang dimiliki oleh organisasi secara
keseluruhan.
4. SIM biasa tidak memiliki kemampuan untuk menganalisis masalah.
5. SIM bukan data-data yang akan terjadi seperti forcasting.
6. SIM yang berorientasi pada data-data di dalam organisasi dibandingkan data-
data dari luar organisasi.
7. SIM biasanya tidak biasa beroperasi pada data-data yang sudah terjadi atau
data-data yang sedang terjadi,
8. fleksibel karena laporan-laporan yang dihasilkan banyak sudah dipersiapkan
sebelumnya.
9. SIM membutuhkan perencanaan yang sangat matang dan panjang, sambil
memperhitungakan perkembangan organisasi di masa mendatang.
Dari penjelasan diatas, bahwa Sistem Informasi Manajemen adalah suatu
teknologi dalam penyampaian informasi yang dioperasikan oleh manusia guna
untuk mempercepat suatu proses manajemen pada suatu organisasi. Peran SIM
sangat membantu pemimpin dalam menjalankan sebuah organisasi dalam
menemukan informasi dan mengolah informasi tersebut.
2.7 Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) adalah suatu
sistem yang dikembangkan oleh pemerintah, guna mendukung sistem manajemen
pegawai negeri sipil yang rasional dan pengembangan sumber daya manusia di
aparatur pemerintah, mewujudkan data kepegawaian yang mutakhir dan
terintegrasi, menyediakan informasi pegawai negeri sipil yang akurat untuk
Universitas Sumatera Utara
27
keperluan perencanaan, pengembangan, kesejahteraan dan pengendalian pegawai
terutama dalam pembuatan laporan. Menurut Simamora (2004 : 90), SIMPEG
adalah prosedur sistematik untuk mengumpulkan, menyimpan, mempertahankan,
menarik dan memvalidasi data yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi tentang
sumber daya manusia, aktifitas-aktifitas personalia, karakteristik-karakteristik
unit-unit organisasi. Berdasarkan Keputusan Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2000
tentang Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian Depdagri dan Pemda
menyebutkan bahwa : Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian adalah suatu
totalitas yang terpadu yang terdiri atas perangkat pengolahan meliputi
pengumpulan, prosedur, tenaga pengolah dan perangkat lunak, perangkat
penyimpan meliputi pusat data dan bank data serta perangkat komunikasi yang
saling berkaitan, bergantung dan saling menentukan dalam rangka penyediaan
informasi di bidang kepegawaian.
Menurut Kepala BKN SIMPEG merupakan sistem informasi terpadu,
yang meliputi pendataan pegawai, pengolahan data, prosedur, tata kerja, sumber
daya manusia dan teknologi informasi untuk menghasilkan informasi yang cepat,
lengkap dan akurat dalam rangka mendukung administrasi kepegawaian. Menurut
Biro Kepegawaian Kementerian Kesehatan, Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian (SIMPEG) memiliki menu aplikasi yang berisi tentang :
1. Data Pegawai
Fasilitas data pegawai merupakan fasilitas utama dari aplikasi SIMPEG.
Untuk mengakses fasilitas ini, dapat dilakukan dengan memilih menu Data
Pegawai.
Universitas Sumatera Utara
28
2. Laporan Pegawai
Laporan pegawai merupakan menu untuk melihat beberapa laporan terkait
data pegawai.
3. Gaji, menu tersebut berisi tentang daftar gaji dan rekap gaji.
Tujuan dari Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian adalah untuk
mendukung efisiensi dan integritas pengelolaan data-data kepegawaian secara
terintegrasi. Dengan rancangan berbasiskan jaringan lokal (LAN) maupun
internet, Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian bisa diakses dimana saja dan
kapan saja oleh pengguna sesuai dengan hak akses yang telah ditentukan. Dari
penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Aplikasi SIMPEG (Sistem Informasi
Manajemen Kepegawain) yang di kembangkan oleh pemerintah untuk
pemerintahan pusat dan daerah guna untuk memepercepat pendataan yang akurat
dan sangat membantu dalam pencarain data pegawai hingga tahap pengolahan
data. SIMPEG yang ada disetiap pemerintahan daerah dan pusat terus mengalami
perkembangan yang diikuti oleh perkembangan teknologi, yaitu dengan cara
setiap pegawai dapat mengakses SIMPEG dimana saja dan kapan saja untuk
urusan masalah kepegawain setiap PNS.
2.8 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian mengenai “Implementasi Kebijakan Sistem
Informasi Manajemen Kepegawaian di Badan Kepegawaian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pemerintah Kota Medan”. Peneliti melakukan peninjauan
terhadap penelitian-penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya. Peneliti
Universitas Sumatera Utara
29
mengambil beberapa hasil penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi
atau masukan untuk penelitian yang akan dilakukan.
1. Penelitian pertama yang menjadi pembanding adalah tesis yang berjudul
“Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian di Tingkat
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2000” yang dilakukan oleh Idawarti
Sugirman (2000). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
metode pengumpulan data wawancara mendalam dan studi dokumen. Secara
umum tujaun dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis secara
mendalam terhadap penerapan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
(SIMPEG) mulai dari kemampuan tenaga pengelola program SIMPEG,
pelaksanaan program SIMPEG, pembinaan tenaga pengelola SIMPEG, dan
pemanfaatan program SIMPEG. Hasil penelitian yang diperoleh adalah secara
umum program sistem informasi manajemen kepegawaian telah diterapkan di
tingkat provinsi Sumatera Barat, akan tetapi pengumpulan data, transparansi
data, dan update data yang secara berkesinambungan belum terlaksana
dengan baik di unit kerja Kabupaten maupun ditingkat Provinsi. Hal tersebut
disebabkan perhatian dan kesadaran akan kepentingan data masih kurang,
sehingga data yang belum memberikan informasi yang akurat. Kualitas
tenaga pengelola tingkat provinsi cukup baik sedangkan sumberdaya yang
lain seperti sarana dan dana untuk tingkat provinsi tidak menjadi kendala
yang paling utama. Pada penelitian yang dilakukan oleh Idawarti Sugirman,
dapat dilihat bahwa SDM yang berperan penting dalam pelaksanaan SIMPEG
di Sumatera Barat.
Universitas Sumatera Utara
30
2. Selanjutnya penelitian kedua yang menjadi pembanding dengan judul
“Efektifitas Penerapan Sistem Informasi Manajemen pada Direktorat Badan
Pangkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Departemen Luar Negeri”
yang dilakukan oleh Septian Anggi Saputra (2008). Peneltian ini
menggunakan positivis dengan metode pengumpulan data melalui wawancara
mendalam dan studi literatur. Penelitian ini memiliki dua tujuan, tujuan
pertama yaitu untuk mengetahui efektifitas penerapan sistem informasi
manajemen pada Direktorat Badan Pangkajian dan Pengembangan Kebijakan
(BPPK) Departemen Luar Negeri. Tujuan kedua penelitian ini adalah untuk
mengetahui kendala apa saja yang muncul dalam penerapan sistem informasi
manajemen pada Direktorat Badan Pangkajian dan Pengembangan Kebijakan
(BPPK) Departemen Luar Negeri. Hasil yang didapat dari penelitian yang
dilakukan oleh Septian Anggi Saputra ini adalah pengelolaan dan pengolahan
informasi melalui penerapan sistem informasi manajemen bisa dikatakan
belum berjalan efektif, karena hampir sebagian besar analisis terhadap
variabel dan karakteristik SIM menunjukkan hasil yang belum berjalan
efektif, penerapan SIM yang belum efektif pada direktorat BPPK antara lain
ditunjukkan oleh analisis terhadap variabel dan karakteristik SIM belum
terintegrasi sistem database dalam satu sistem secara keseluruhan. Selain itu
dalam penerapan sistem informasi manajemen pada direktorat BPPK terdapat
beberapa kendala antara lain masih kurangnya capable dibidang data.
3. Laurensius J Pasanda melakukan penelitian dengan judul yaitu “Pengaruh
Penerapan Sistem Informasi Manajemen Kepgawaian terhadap Kinerja
Pegawai Negeri di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Palopo”.
Universitas Sumatera Utara
31
Penelitian ini penggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode asosiatif
melalui studi lapangan dan koesioner dengan informan adalah para pegawai
negeri sipil. Ada dua hal yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
pertama, untuk mengetahui bagaimana penerapan Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian di Kantor Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
Kota Palopo dan kedua, untuk melihat seberapa besar pengaruh Sistem
Informasi Manajemen Kepegawaian terhadap kinerja pegawai di Kantor
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Palopo. Berdasarkan hasil
penelitian, maka di peroleh hasil bahwa pengaruh Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian terhadap Kinerja Pegawai Negeri di Kantor BKD
Kota Palopo termasuk dalam kategori “kuat” (berdasarkan pedoman
interpretasi korelasi oleh Sugiyono) yakni sebesar 39,7%. Sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain di luar SIMPEG.
4. Bramantya Mahardika Angga (2010) juga melakukan penelitian dengan tema
yang sama yaitu dengan judul “Analisis Penerapan Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian (Simpeg) di Badan Kepegawaian Daerah (BKD)
Karanganyar”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) penerapan
Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian di BKD Karanganyar, (2) usaha
yang dilakukan untuk mengoptimalkan penerapan Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian di BKD Karanganyar, (3) keamanan informasi
dalam Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian di BKD Karanganyar.
Bentuk penelitian yang digunakan adalah kualitatif, sedangkan metode yang
digunakan adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara, observasi langsung, dan dokumentasi. Untuk
Universitas Sumatera Utara
32
mengukur validitas data digunakan triangulasi data dan metode. Teknik
analisis data menggunakan model analisis interaktif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) Penerapan Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian di Badan Kepegawaian Daerah Karanganyar didukung oleh
komponen-komponen pendukung sistem yang terdiri dari; sumber daya
manusia, software, hardware, database, dan jaringan, (2) Usaha yang
dilakukan untuk mengoptimalkan penerapan Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian di BKD Karanganyar antara lain : (a) komponen sumber daya
manusia : mengadakan pelatihan dan workshop berkaitan dengan penerapan
sistem informasi manajemen berbasis komputer, menyediakan anggaran
tersendiri untuk pengembangan SDM, melakukan penambahan pegawai yang
kompeten di bidang komputer; (b) komponen software dengan perawatan
software secara berkala; (c) komponen hardware : upgrade komputer server
untuk mempercepat pengolahan data pegawai, perawatan secara berkala
terhadap semua hardware pendukung SIMPEG agar pengolahan data berjalan
lancar; (d) komponen database : menambah ruang untuk database dan
meningkatkan hardware pendukung database, mem-backup database sehingga
data pegawai tetap aman sekalipun database utama mengalami kerusakan; (e)
komponen jaringan : tidak menyambungkan jaringan ke internet, penambahan
antena untuk jaringan wireless.
5. Denisa Zairen dan Anggit Dwi Hartanto (2013) melakukan penelitian dengan
judul penelitian “Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian (Simpeg) Pada Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Maluku
Tenggara”. Tujuan penelitian ini adalah agar dapat membantu dalam
Universitas Sumatera Utara
33
perancangan SIMPEG yang dapat membantu dalam pengelolaan data
kepegawaian pada instansi BKD Maluku Tenggara sehingga menghasilkan
hasil akhir berupa laporan yang sebenarnya dan dapat
dipertanggungjawabkan guna memberi kemudahan dalam pengambilan
keputusan. Kesimpulan dalam penelitian ini menyatakan bahwa sistem yang
baru akan memudahkan Badan Kepegawaian Daerah dalam melakukan
pelayanan kepagawaian yang berhubungan dengan administrasi kepagawaian.
Data sudah dalam bentuk digital, terkomputerisasi, aman, pembatasan hak
akses sehingga hasil yang sudah dibuat dalam bentuk laporan akhir dapat
berguna, akurat dan bertanggung jawab sehingga memudahkan dalam
pengambilan keputusan.
2.9 Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
BKDPSDM
Kota Medan
Implementasi
Kebijakan SIMPEG
Teori Edward III
1. Komunikasi
2. Sumber Daya
3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi
Tercapainya Tujuan
Kebijakan SIMPEG
dan Mampu
Menciptakan ASN
yang Profesional
Universitas Sumatera Utara
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Yaitu proses
penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati sehingga peneliti bisa
mendapatkan data yang objektif dalam rangka mengetahui dan memahami
bagaimana Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Manajemen Kepegawain
(SIMPEG) Pada Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pemerintah Kota Medan. Penelitian kualitatif mempunyai latar yang alami sebagai
sumber penelitian dalam pengumpulan data, di samping itu penelitian kualitatif
bersifat deskriptif yang lebih mementingkan proses daripada hasil secara induktif
dan makna temuan merupakan hal yang paling esensial dalam rancangan
kualitatif.
3.2 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu,
keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau
penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu
gejala dan gejala lain dalam masyarakat. Metode deskriptif digunakan untuk
menjelaskan implementasi kebijakan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
di Kota Medan. Dengan metode deskriptif diharapkan peneliti memperoleh
Universitas Sumatera Utara
35
penjelasan yang mendalam terkait permasalahan yang akan diteliti. Metode
deskriptif bukan saja menjabarkan (analitis) tetapi memadukan hasil temuan yang
diperoleh dilapangan (Hasan, 2002).
3.3 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (BKDPSDM) Kota Medan. BKDPSDM Kota Medan
berada di Jl. Kapten Maulana Lubis No. 2, Kota Medan, Sumatera Utara.
Pemilihan lokasi penelitian ini karena pada Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya (BKDPSDM) Kota Medan sudah menerapkan
Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) namun masih ditemukan
beberapa kendala dalam penerapannya. Oleh karena itu peneliti memilih lokasi
tersebut untuk meneliti bagaimana Implementasi Kebijakan Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian (SIMPEG).
3.4 Sumber Data
Data untuk suatu penelitian dapat dikumpulkan dari berbagai sumber.
Sumber data dibedakan atas sumber data primer dan sumber data sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumber data. Teknik yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data antara lain observasi, wawancara dan diskusi dan
penyebaran kuesioner. Dalam penelitian ini, data primer didapatkan dengan
melakukan observasi dan wawancara langsung terhadap narasumber/informan
Universitas Sumatera Utara
36
penelitian untuk memperoleh informasi yang akurat yang nantinya akan
dibahas dan dianalisis pada bagian bab berikutnya.
2. Data Sekunder
Sedangkan data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan
kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian
dilakukan. Sumber sekunder dalam penelitian ini dapat diperoleh dari jurnal
penelitian, buku, artikel ilmiah, laporan dan sebagainya. Data sekunder dalam
penelitian ini digunakan sebagai data pendukung, yaitu seperti data mengenai
teori-teori yang digunakan, data penelitian terdahulu dan sebagainya.
3.5 Narasumber/Informan
Narasumber merupakan informan kunci atau orang-orang yang
berpotensi memberikan informasi yang diperlukan. Informan ini harus banyak
pengalaman tentang penelitian, serta dapat memberikan pandangannya dari dalam
tentang nilai-nilai, sikap, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian
setempat. Informan adalah orang yang berada pada lingkungan penelitian. Adapun
informan yang dipilih yaitu :
1. Kepala/Sekretaris BKDPSDM Kota Medan (Informan Kunci)
2. Kepala Bidang/Subbagian
3. Pegawai sebagai user/pengguna kebijakan SIMPEG
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang
diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari
Universitas Sumatera Utara
37
data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah :
1. Observasi yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian, dimana data penelitian itu dapat diamati
peneliti. Peneliti melakukan pengamatan langsung ke kantor Badan
Kepegawaian Daerah dan Penmgembangan Sumber Daya Manusia Kota
Medan, melakukan pengamatan langsung pada bagian pelayanan sistem
informasi manajemen kepegawaian (SIMPEG).
2. Wawancara Mendalam yaitu proses tanyajawab yang dilakukan secara
langsung dan mendalam ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian
dengan draft pertanyaan yang disiapkan dan disesuaikan dengan rumusan
masalah yang telahada. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti terkait
implementasi kebijakan sistem informasi manajemen kepegawaian di Badan
Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota
Medan.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap
jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis
terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai
tahap tertentu, diperoleh dan dianggap kredibel (Sugiyono 2010 : 91). Menurut
Miles dan Huberman dalam Ulber Silalahi (2009 : 339), kegiatan analisis terdiri
Universitas Sumatera Utara
38
dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Lebih jelasnya, berikut dijelaskan mengenai tiga alur kegiatan dalam
analisis data yang dilakukan yaitu :
1. Reduksi Data
Diartikan sebagai proses pemilihan data kasar yang muncul dari hasil catatan-
catatan tertulis dilapangan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah penelilti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyusun data.
Penyajian data yang paling sering digunakan untuk data kualitatif pada masa
lalu adalah bentuk teks naratif dalam puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan
halaman. Akan tetapi, teks naratif dalam jumlah besar melebihi beban
kemampuan manusia dalam memproses informasi dan menggerogoti
kecenderungan-kecenderungan mereka untuk menemukan pola-pola
sederhana.
3. Menarik Kesimpulan
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti- bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
Universitas Sumatera Utara
39
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.
Universitas Sumatera Utara
40
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum BKDPSDM Kota Medan
4.1.1 Profil BKDPSDM Kota Medan
Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kota Medan adalah salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sebagai unsur
penunjang urusan pemerintahan lingkup pengelolaan kepegawaian Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Wali Kota
Medan melalui Sekretaris Daerah Kota Medan. Berkaitan dengan hal tersebut,
Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota
Medan mempunyai tugas dan kewajiban membantu Wali Kota Medan sebagai
Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dalam melaksanakan manajemen Pegawai
Negeri Sipil Daerah Kota Medan.
Sebagai OPD yang membidangi kepegawaian serta pendidikan dan
pelatihan, Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kota Medan memiliki peran strategis dalam keberhasilan Kota Medan dalam
meningkatkan kualitas ASN. Berdasarkan Peraturan Wali Kota Medan Nomor 1
Tahun 2017 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, dan Tata
Kerja Perangkat Daerah, Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kota Medan menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis kepegawaian dan pengembangan sumber daya
manusia;
Universitas Sumatera Utara
41
2. Pelaksanaan tugas dukungan teknis kepegawaian dan pengembangan sumber
daya manusia untuk terlaksananya manajemen pegawai asn yang meliputi
penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karir, pola karir, pendidikan dan pelatihan, promosi, mutasi,
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensiun, dan jaminan hari tua serta perlindungan
pegawai asn;
3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas dukungan teknis
kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia;
4. Pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi penunjang urusan pemerintahan
lingkup kepegawaian dan pengembangan sumber daya manusia berdasarkan
atas peraturan perundang-undangan; dan
5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh wali kota terkait terkait dengan
tugas dan fungsinya.
4.1.2 Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Wali Kota Medan Nomor 1 Tahun 2017 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, dan Tata Kerja Perangkat
Daerah, susunan organisasi Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kota Medan terdiri dari :
1. Kepala Badan;
2. Sekretaris :
a. Subbagian Umum;
b. Subbagian Keuangan; dan
Universitas Sumatera Utara
42
c. Subbagian Penyusunan Program.
3. Bidang Mutasi dan Kesejahteraan Pegawai :
a. Subbidang Mutasi;
b. Subbidang Kepangkatan; dan
c. Subbidang Kesejahteraan dan Fasilitasi Profesi Pegawai ASN.
4. Bidang Pengembangan Karir :
a. Subbidang Jabatan;
b. Subbidang Disiplin; dan
c. Subbidang Penilaian dan Evaluasi Kinerja.
5. Bidang Pengadaan dan Data Kepegawaian :
a. Subbidang Data dan Arsip;
b. Subbidang Pengembangan Sistem Informasi; dan
c. Subbidang Pengadaan.
6. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia :
a. Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan dan Sertifikasi;
b. Subbidang Pengembangan Kompetensi; dan
c. Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Teknis Fungsional.
7. UPT;
8. Kelompok jabatan fungsional dan pelaksana.
Bagan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kota Medan digambarkan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
43
Gambar 4.1. Bagan Organisasi Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan
1. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup
kesekretariatan yang meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan
penyusunan program serta fasilitasi pengoordinasian penyusunan kebijakan dan
pelaksanaan tugas Kepala Badan. Sekretariat menyelenggarakan fungsi, dengan
rincian :
a. Perencanaan program dan kegiatan kesekretariatan dengan
mempedomani rencana umum kota, Renstra, dan Renja Badan untuk
terlaksananya sinergitas perencanaan;
Universitas Sumatera Utara
44
b. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan, standar operasional prosedur
(SOP), standar pelayanan, standar kompetensi jabatan, analisis jabatan,
analisis beban kerja, evaluasi jabatan, laporan kinerja, dan standar
lainnya lingkup kesekretariatan untuk terselenggaranya aktivitas dan
tugas secara optimal;
c. Pendistribusian tugas, pembimbingan, penilaian, penghargaan, dan
penegakan/pemrosesan kedisiplinan pegawai ASN (reward and
punishment) dalam rangka untuk kelancaran tugas lingkup
kesekretariatan berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
d. Pengoordinasian penyusunan rumusan kebijakan, bahan rencana program
dan kegiatan, SOP, standar pelayanan, standar kompetensi jabatan,
analisis jabatan, analisis beban kerja, evaluasi jabatan, laporan kinerja,
dan standar lainnya untuk terselenggaranya tugas dan kegiatan lingkup
Badan;
e. Fasilitasi, supervisi, dan pengintegrasian pelaksanaan tugas Bidang yang
meliputi perumusan kebijakan, bahan rencana program dan kegiatan,
SOP, standar pelayanan, standar kompetensi jabatan, analisis jabatan,
analisis beban kerja, evaluasi jabatan, laporan kinerja, dan standar
lainnya lingkup Badan sesuai dengan usulan Bidang berdasarkan atas
peraturan perundang-undangan;
f. Pelaksanaan pelayanan administrasi kesekretariatan meliputi keuangan,
perlengkapan, penyusunan program dan kegiatan, kepegawaian, analisis
jabatan, analisis beban kerja, evaluasi jabatan, kepegawaian, analisis
peraturan, tata naskah dinas, penataan kearsipan, kerumahtanggaan,
Universitas Sumatera Utara
45
kehumasan, dan umum lainnya lingkup Badan agar terciptanya pelayanan
administrasi yang cepat, tepat, dan lancar;
g. Pengendalian, evaluasi, dan penilaian lingkup kesekretariatan meliputi
unsur pelaksanaan perencanaan, unsur pelaksanaan perumusan kebijakan,
unsur pelaksanaan tugas, dan unsur-unsur lainnya;
h. Pelaksanaan perumusan kebijakan dan penyelenggaraan kebijakan
lainnya berdasarkan atas peraturan perundang–undangan;
i. Penyampaian laporan hasil pelaksanaan tugas sebagai
pertanggungjawaban kepada Kepala Badan; dan
j. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Badan terkait dengan
tugas dan fungsinya.
2. Subbagian Umum
Subbagian Umum mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Sekretariat lingkup administrasi umum. Subbagian Umum menyelenggarakan
fungsi, dengan rincian :
a. Perencanaan program dan kegiatan Subbagian dengan mempedomani
rencana umum kota, Renstra, dan Renja Badan untuk terlaksananya
sinergitas perencanaan;
b. Penyusunan bahan kebijakan, SOP, standar kompetensi jabatan, analisis
jabatan, analisis beban kerja, evaluasi jabatan, dan standar lainnya
lingkup Subbagian untuk terselenggaranya aktivitas dan tugas secara
optimal;
c. Pembagian tugas, pembimbingan, penilaian, penghargaan dan
penegakan/pemrosesan kedisiplinan pegawai (reward and punishment)
Universitas Sumatera Utara
46
lingkup Subbagian berdasarkan peraturan atas peraturan perundang-
undangan;
d. Penyusunan bahan koordinasi SOP, standar kompetensi jabatan, analisis
jabatan, analisis beban kerja, evaluasi jabatan, dan standar lainnya dalam
rangka terselenggaranya tugas dan kegiatan lingkup Badan;
e. Penyusunan bahan pengelolaan administrasi umum meliputi pengelolaan
tata naskah dinas, pengelolaan administrasi kepegawaian, analisis
peraturan, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan
kerumahtanggaan, keprotokolan, dan kehumasan;
f. Penyusunan bahan pembinaan dan fasilitasi kelembagaan,
ketatalaksanaan kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-
undangan;
g. Penyusunan bahan pelaksanaan survei kepuasan masyarakat atas
pelayanan publik;
h. Penyusunan bahan pengendalian, evaluasi, dan penilaian lingkup
Subbagian meliputi unsur pelaksanaan perencanaan, unsur pelaksanaan
perumusan kebijakan, unsur pelaksanaan tugas, dan unsur-unsur lainnya;
i. Pelaksanaan perumusan kebijakan dan penyelenggaraan kebijakan
lainnya berdasarkan atas peraturan perundang–undangan;
j. Penyampaian laporan hasil pelaksanaan tugas sebagai
pertanggungjawaban kepada Sekretaris; dan
k. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris terkait dengan
tugas dan fungsinya.
Universitas Sumatera Utara
47
3. Subbagian Keuangan
Subbagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan. Subbagian Keuangan
menyelenggarakan fungsi, dengan rincian :
a. Perencanaan program dan kegiatan Subbagian dengan mempedomani
rencana umum kota, Renstra dan Renja Badan untuk terlaksananya
sinergitas perencanaan;
b. Penyusunan bahan kebijakan, SOP, standar pelayanan, standar
pelayanan, dan standar lainnya lingkup Subbagian untuk
terselenggaranya aktivitas dan tugas secara optimal;
c. Pembagian tugas, pembimbingan, penilaian, penghargaan, dan
penegakan/pemrosesan kedisiplinan pegawai (reward and punishment)
lingkup Subbagian berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
d. Penyusunan bahan pengelolaan administrasi keuangan, meliputi kegiatan
penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan,
verifikasi, dan pelaporan administrasi keuangan berdasarkan atas
peraturan perundang-undangan;
e. Pelaksana tugas selaku Pejabat Penatausahaan Keuangan dan Pejabat
Penatausahaan Barang Badan;
f. Penyusunan bahan pengendalian, evaluasi, dan penilaian lingkup
Subbagian meliputi unsur pelaksanaan perencanaan, unsur pelaksanaan
perumusan kebijakan, unsur pelaksanaan tugas, dan unsur-unsur lainnya
berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
Universitas Sumatera Utara
48
g. Pelaksanaan perumusan kebijakan dan penyelenggaraan kebijakan
lainnya berdasarkan atas peraturan perundang–undangan;
h. Penyampaian laporan hasil pelaksanaan tugas sebagai
pertanggungjawaban kepada Sekretaris; dan
i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris terkait dengan
tugas dan fungsinya.
4. Subbagian Penyusunan Program
Subbagian Penyusunan Program mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan. Subbagian
Penyusunan Program menyelenggarakan fungsi, dengan rincian :
a. Perencanaan program dan kegiatan Subbagian dengan mempedomani
rencana umum kota, Renstra dan Renja Badan untuk terlaksananya
sinergitas perencanaan;
b. Penyusunan bahan kebijakan, SOP, dan standar lainnya lingkup
Subbagian untuk terselenggaranya aktivitas dan tugas secara optimal;
c. Pembagian tugas, pembimbingan, penilaian, penghargaan dan
penegakan/pemrosesan kedisiplinan pegawai (reward and punishment)
lingkup Subbagian berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
d. Penyusunan bahan pengoordinasian Renstra, Renja, Laporan Kinerja,
SOP, dan standar lainnya dalam rangka terselenggaranya tugas dan
kegiatan lingkup Badan;
e. Penyusunan bahan pengendalian, evaluasi, dan penilaian lingkup
Subbagian meliputi unsur pelaksanaan perencanaan, unsur pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
49
perumusan kebijakan, unsur pelaksanaan tugas, dan unsur-unsur lainnya
berdasarkan atas peraturan perundang-undangan;
f. Pelaksanaan perumusan kebijakan dan penyelenggaraan kebijakan
lainnya berdasarkan atas peraturan perundang–undangan;
g. Penyampaian laporan hasil pelaksanaan tugas sebagai
pertanggungjawaban kepada Sekretaris; dan
h. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Sekretaris terkait dengan
tugas dan fungsinya.
5. Bidang Mutasi dan Kesejahteraan Pegawai
Bidang Mutasi dan Kesejahteraan Pegawai mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Badan lingkup perpindahan, kepangkatan, dan kesejahteraan PNS.
Bidang Mutasi dan Kesejahteraan Pegawai memiliki 3 subbidang yaitu Subbidang
Mutasi, Subbidang Kepangkatan dan Subbidang Kesejahteraan dan Fasilitasi
Profesi Pegawai ASN.
a. Subbidang Mutasi
Subbidang Mutasi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Bidang Mutasi dan Kesejahteraan Pegawai lingkup perpindahan dan
kenaikan gaji berkala PNS.
b. Subbidang Kepangkatan
Subbidang Kepangkatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Bidang Mutasi dan Kesejahteraan Pegawai lingkup kepangkatan PNS.
c. Subbidang Kesejahteraan dan Fasilitasi Profesi Pegawai ASN
Subbidang Kesejahteraan dan Fasilitasi Profesi Pegawai ASN
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Mutasi dan
Universitas Sumatera Utara
50
Kesejahteraan Pegawai lingkup kesejahteraan PNS dan kelembagaan
profesi ASN.
6. Bidang Pengembangan Karir
Bidang Pengembangan Karir mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Badan lingkup jabatan, kedisiplinan, dan evaluasi kinerja PNS. Bidang
Pengembangan Karir memiliki 3 subbidang yang antara lain adalah Subbidang
Jabatan, Subbidang Disiplin dan Subbidang Penilaian dan Evaluasi Kinerja.
a. Subbidang Jabatan
Subbidang Jabatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pengembangan Karir lingkup jabatan PNS.
b. Subbidang Disiplin
Subbidang Disiplin mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pengembangan Karir lingkup kedisiplinan PNS.
c. Subbidang Penilaian dan Evaluasi Kinerja
Subbidang Penilaian dan Evaluasi Kinerja mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Karir lingkup
evaluasi kinerja PNS.
7. Bidang Pengadaan dan Data Kepegawaian
Bidang Pengadaan dan Data Kepegawaian mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pengadaan PNS dan data
kepegawaian. Bidang pengadaan dan data kepegawaian terdiri atas tiga subbidang
yaitu :
a. Subbidang Data dan Arsip
Universitas Sumatera Utara
51
Subbidang Data dan Arsip mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas Bidang Pengadaan dan Data Kepegawaian lingkup data
kepegawaian.
b. Subbidang Pengembangan Sistem Informasi
Subbidang Pengembangan Sistem Informasi mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengadaan dan Data Kepegawaian
lingkup pengembangan sistem informasi.
c. Subbidang Pengadaan
Subbidang Pengadaan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Bidang Pengadaan dan Data Kepegawaian lingkup pengadaan pegawai
ASN.
8. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia
Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Badan lingkup pengembangan sumber daya
manusia (SDM) pegawai ASN. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia
terdiri dari subbidang :
a. Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan dan Sertifikasi
Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan dan Sertifikasi
mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan
Sumber Daya Manusia lingkup pendidikan dan pelatihan (diklat)
kepemimpinan dan sertifikasi.
b. Subbidang Pengembangan Kompetensi
Universitas Sumatera Utara
52
Subbidang Pengembangan Kompetensi mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia lingkup
pengembangan kompetensi SDM PNS.
c. Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Teknis Fungsional
Subbidang Pendidikan dan Pelatihan Teknis Fungsional mempunyai
tugas melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Sumber Daya
Manusia lingkup pendidikan dan pelatihan (diklat) teknis dan fungsional.
4.1.3 Sumber Daya Aparatur
Tabel 4.1.
Komposisi ASN Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kota Medan Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Pria 46 56,10
Wanita 36 43,90
Jumlah 82 100,00
Sumber : BKD dan Pengembangan SDM Kota Medan, Mei 2017.
Berdasarkan isu pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) maka
perbandingan jumlah PNS pria dan wanita pada Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan telah menunjukkan angka
yang cukup berimbang.
Jika diamati dari besaran kelompok usia, maka mayoritas SDM aparatur
yang bertugas pada Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kota Medan merupakan kelompok usia muda yang energik dan
Universitas Sumatera Utara
53
memiliki etos kerja yang tinggi dalam memberikan pelayanan kepegawaian serta
pendidikan dan pelatihan.
Tabel 4.2.
Komposisi ASN Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kota Medan Menurut Kelompok Umur
Rentang Usia
(tahun)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Di bawah 30 16 19,51
30 – 39 34 41,46
40 – 49 14 17,07
50 – 60 18 21,95
Jumlah 82 100,00
Sumber : BKD dan Pengembangan SDM Kota Medan, Mei 2017.
Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kota Medan memiliki SDM aparatur yang cukup ideal. Karena seluruh PNS
memiliki ijasah minimal tingkat SMA sederajat. Mayoritas PNS-nya
berpendidikan Sarjana (S-1) sebanyak 67,07%. Potensi ini menjadi modal yang
cukup untuk pengembangan kompetensi teknis PNS dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya.
Tabel 4.3.
Komposisi ASN Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kota Medan Menurut Kualifikasi Pendidikan
Pendidikan Formal Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Magister (S-2) 9 10,98
Sarjana (S-1) 55 67,07
Diploma (D.III) 5 6,10
SMA sederajat 13 15,85
Jumlah 82 100,00
Sumber : BKD dan Pengembangan SDM Kota Medan, Mei 2017.
Universitas Sumatera Utara
54
Tabel selanjutnya menunjukkan bahwa mayoritas PNS yang bertugas pada
Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota
Medan merupakan PNS dengan pangkat Penata, yaitu 78,05%. Sedangkan PNS
dengan pangkat Pembina dan Pengatur persentasenya sama, yaitu 10,98%.
Tabel 4.4.
Komposisi ASN Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kota Medan Menurut Kepangkatan
Golongan Ruang Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
IV/c 1 1,22
IV/b 2 2,44
IV/a 6 7,32
III/d 13 15,85
III/c 7 8,54
III/b 20 24,39
III/a 24 29,27
II/d 5 6,10
II/c 2 2,44
II/b 1 1,22
II/a 1 1,22
Jumlah 82 100,00
Sumber : BKD dan Pengembangan SDM Kota Medan, Mei 2017.
Hal ini menunjukkan bahwa komposisi PNS pada lingkungan organisasi
tidak menunjukkan struktur piramida, melainkan menggelembung di tengah,
yakni golongan III. Kondisi ini kurang ideal mengingat keberadaan PNS dengan
pangkat Pengatur masih sangat dibutuhkan untuk melaksanakan sebagian tugas
organisasi, khususnya sebagai frontliner terhadap pengguna jasa pelayanan
kepegawaian.
Universitas Sumatera Utara
55
Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kota Medan mendorong pengangkatan jabatan fungsional tertentu (JFT), baik
keahlian maupun keterampilan, yang memiliki peran dan tanggung jawab strategis
dalam penyelenggaraan aktivitas organisasi. Saat ini Badan Kepegawaian Daerah
dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan memiliki tiga orang JFT
Analis Kepegawaian. Sedangkan pos jabatan struktural yang masih kosong
sebanyak dua jabatan, yaitu : Kepala Subbidang Pengadaan dan Kepala Subbidang
Pengembangan Kompetensi.
Tabel 4.5.
Komposisi ASN Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Kota Medan Menurut Jabatan
Jabatan Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Struktural 19 23,17
Fungsional Umum 60 73,17
Fungsional Tertentu 3 3,66
Jumlah 82 100,00
Sumber : BKD dan Pengembangan SDM Kota Medan, Mei 2017.
4.1.4 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan segala sesuatu yang digunakan, dipakai,
dan ditempati untuk mendukung pelayanan kepegawaian serta pendidikan dan
pelatihan yang semakin berkualitas yang diselenggarakan oleh Badan
Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan.
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan tersebut berupa bangunan kantor,
kendaraan bermotor, perlengkapan dan peralatan kantor, jaringan komunikasi,
Universitas Sumatera Utara
56
mebeler, dan sarana pendukung pelayanan lainnya yang harus memadai dan sesuai
standar.
Kondisi prasarana dan sarana Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan (per 31 Mei 2017) adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.6.
Prasarana dan Sarana Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kota Medan
No. Uraian Satuan
A. Tanah dan bangunan -
B. Kendaraan bermotor :
1. Kendaraan roda empat 6 unit
2. Kendaraan roda dua 13 unit
C. Peralatan dan Mesin :
1. Komputer 36 unit
2. Laptop 16 unit
3. Notebook 3 unit
4. Printer 38 unit
5. Scanner 2 unit
6. Mesin ketik elektronik 2 unit
7. Mesin ketik biasa 7 unit
8. Harddisk 2 unit
9. Internet 1 set
10. Local Area Network (LAN) 1 set
11. Peralatan jaringan 1 set
12. Server 3 unit
13. Router 2 unit
14. Stabilizer 1 unit
15. Unit Power Supply (UPS) 6 unit
16. Lemari besi 3 unit
17. Lemari kaca 3 unit
18. Lemari kayu 7 unit
Universitas Sumatera Utara
57
Sumber : BKD dan Pengembangan SDM Kota Medan, Mei 2017.
19. Rak buku 4 unit
20. Filing cabinet 13 Unit
21. Brankas 1 unit
22. Meja biro 48 unit
23. Meja kerja 2 unit
24. Meja komputer 22 unit
25. Meja rapat 1 unit
26. Kursi kerja hidrolik besar 3 unit
27. Kursi kerja hidrolik sedang 20 unit
28. Kursi kerja besi 25 unit
29. Kursi rapat 1 unit
30. Sofa tamu 6 set
31. AC (pendingin ruangan) 20 unit
32. Exhaust fan 1 unit
33. Mesin fotokopi 2 unit
34. Infocus proyektor 4 unit
35. Microphone wireless 1 unit
36. Amplifier wireless 2 unit
37. Megaphone wireless 1 unit
38. Kamera digital 3 unit
39. Kamera video 5 unit
40. Mesin faximile 2 unit
41. Audio phone In 1 unit
42. Mesin penghancur kertas 5 unit
43. Televisi 3 unit
44. Kulkas 1 unit
45. Dispenser 2 unit
46. Mesin penghisap debu 1 unit
47. Mesin absensi 2 unit
48. Sound system 1 unit
49. Papan pengumuman 1 unit
50. Jam mekanis 1 unit
51. Tabung pemadam api 1 unit
52. Tangga aluminium 1 unit
Universitas Sumatera Utara
58
4.2 Implementasi Kebijakan SIMPEG
Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian berguna untuk mengolah data
kepegawaian, yaitu sebagai sistem informasi terpadu yang meliputi pendataan
pegawai, pengolahan data, prosedur, tata kerja, sumber daya manusia dan
teknologi informasi untuk menghasilkan informasi yang cepat, lengkap dan akurat
dalam rangka mendukung administrasi kepegawaian.
Secara umum, tujuan SIMPEG di lingkungan Pemerintahan menurut
Bramantya (2010) adalah :
1. Sistem informasi manajemen kepegawaian yang handal dan terintegrasi
secara nasional dapat menjawab berbagai informasi tentang PNS (Pegawai
Negeri Sipil) yang dibutuhkan oleh para pengambil kebijakan untuk
perencanaan, pengembangan dan kesejahteraan PNS.
2. Sistem informasi manajemen kepegawaian dapat menjamin penyelenggaraan
kebijakan di bidang manajemen kepegawaian baik secara organisasional,
wilayah maupun nasional dan pada gilirannya menjadi perekat bangsa dalam
NKRI.
3. Mewujudkan data PNS yang akurat disetiap instansi baik di pusat maupun
daerah yang terintegrasi secara nasional dan untuk bahan dalam penyusunan
standar kompetensi dan klasifikasi jabatan.
4. Meningkatkan pelayanan dibidang kepegawaian secara transparan dan
objektif sehingga setiap PNS dapat dengan mudah mendapatkan informasi
tentang kepegawaian
Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) yang diterapkan di
BKDPSDM Kota Medan bertujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik
Universitas Sumatera Utara
59
kepada setiap pegawai yang berurusan dengan segala hal tentang kepegawaian
salah satunya tentang masalah usulan pangkat. Dengan pemanfaat SIMPEG ini
diharapkan pelayanan kepada semua pegawai menjadi lebih baik.
BKDPSDM Kota Medan menetapkan beberapa strategi yang dilakukan
untuk mencapai tujuan SIMPEG. Antara lain dengan :
1. Melaksanakan pelayanan kepegawaian di BKDPSDM Kota Medan dengan
menggunakan aplikasi SIMPEG secara online.
2. Setiap bentuk pelayanan kepegawaian oleh ASN Pemerintah Kota Medan
dengan menggunakan aplikasi SIMPEG.
3. Kebijakan aplikasi SIMPEG dilaksanakan berdasarkan Keputusan Walikota
Medan
4. Tupoksi pada masing-masing bidang dibagi berdasarkan subbidang masing-
masing yang diimplementasikan oleh pelasaksana/staf pada bidang tersebut.
Penerapan SIMPEG dengan komputerisasi ini sangat memudahkan
pegawai dalam menyimpan dan menemukan kembali data-data pegawai yang
diperlukan. Bila sebelumnya harus mencari dalam almari arsip saat membutuhkan
data tersebut, kini tinggal mengetikkan apa yang dibutuhkan ke dalam komputer,
dan semua informasi kepegawaian yang dibutuhkan akan tersedia. Hal ini sangat
memudahkan pegawai dalam menyimpan dan mengelola database. Dalam aplikasi
SIMPEG ini, terdapat menu yang dapat memudahkan para pegawai untuk mencari
data dalam entry data dan pengelolaan data/informasi. Data-data kepegawaian
bisa ditemukan sesuai kebutuhan dan seketika itu juga dapat dicetak sebagai
bahan laporan.
Universitas Sumatera Utara
60
Di setiap instansi, data kepegawaian merupakan hal yang penting, karena
digunakan sebagai bahan analisis instansi terhadap para pegawainya. Oleh karena
itu pengelolaan data kepegawaian harus dilakukan dengan praktis agar mudah
diakses. Penerapan SIMPEG berbasis berbasis komputerisasi di BKDPSDM Kota
Medan akan memudahkan para staff/pegawai baik dalam menyimpan maupun
menemukan kembali data-data pegawai untuk pengolahan lebih lanjut.
Setiap pihak yang terlibat dalam pembuatan aplikasi SIMPEG diorganisir
sehingga mereka memahami dan menguasai tanggung jawabnya masing-masing.
Setelah selesai, pengorganisasian dilakukan antara lain dengan pendelegasian
wewenang yang sangat diperlukan, khususnya kepada para pegawai yang
berkompeten dalam menangani tugas-tugas pengelolaan kepagawaian secara
sistematis melalui aplikasi SIMPEG.
Berdasarkan wawancara dengan Sekretaris BKDPSDM yaitu Bapak
Baginda, dapat diketahui hal berikut :
“Pembuatan program aplikasi SIMPEG ini dilaksanakan langsung
oleh Subbidang Data dan Arsip sama Subbidang Pengembangan Sistem
Informasi, subbidang data dan arsip tugasnya untuk nyusun programnya
seperti apa mau dibuat dan yang membuat dan menyusun program aplikasi
SIMPEGnya itu subbidang sistem informasi...” (Sumber : Wawancara, 19
Juni 2018).
Penyusunan program aplikasi SIMPEG di BKDPSDM dilaksanakan oleh
Subbidang Data dan Arsip serta Subbidang Pengembangan Sistem Informasi
dengan koordinasi dari Sekretaris. Pada Subbidang Data dan Arsip, subbidang ini
berperan dalam menentukan menu-menu apa saja yang akan dimasukkan ke
dalam aplikasi SIMPEG. Karena pada aplikasi SIMPEG hampir seluruhnya
membahas tentang data dan arsip pegawai. Setelah itu, kemudian Subbidang
Universitas Sumatera Utara
61
Pengembangan Sistem Informasi berperan untuk menyusun program aplikasi
SIMPEG tersebut agar dapat digunakan dengan optimal di seluruh Subbagian,
Bidang dan Subbidang di BKDPSDM. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh
Kepala Subbidang Data dan Arsip yaitu Bapak Suminto sebagai berikut :
“Ya kita kan sudah tahu, dalam program SIMPEG itu hampir
keseluruhan isinya membahas tentang data pegawai. Dengan adanya
aplikasi ini kita jadi gampang aja untuk akses data pegawai kapanpun dan
dimanapun. Jadi dalam penyusunan program itu memang kami Subbagain
Data dan Arsip ikut terlibat langsung...” (Sumber : Wawancara, 21 Juni
2018).
Penyusunan program kebijakan SIMPEG ini akan berhubungan dengan
tupoksi masing-masing subbidang, bagian serta subbagian yang ada di
BKDPSDM. Pengawasan dan pengendalian juga dilakukan agar ASN/pegawai
dapat menyerahkan data kepegawaian yang tepat dan penyerahan laporan itu juga
dilakukan tepat waktu. Pengawasan dan pengendalian ini penting agar input data
kepegawaian yang dimasukkan ke dalam aplikasi SIMPEG dapat dilakukan terus-
menerus dan tepat waktu pula untuk menjamin bahwa data kepegawaian yang
tersedia pada aplikasi SIMPEG memang selalu diperbaharui.
Sekretaris BKDPSDM, Bapak Baginda menuturkan bahwa :
“Untuk kegiatan pengawasan dan pengendalian kebijakan SIMPEG
di BKDPSDM ini, saya selaku Sekretaris juga ikut langsung mengawasi
pelaksanaannya. Selain itu kami juga menghimbau kepada masing-masing
Kepala Subbagian, Kepala Bidang dan Kepala Subbidang untuk ikut
terlibat dalam mengawasi kegiatan yang dilaksanakan pada masing-masing
bagian tersebut...” (Sumber : Wawancara 19 Juni 2018).
Di BKDPSDM Kota Medan, kegiatan pengawasan dan pengendalian
dilakukan oleh pimpinan dan masing-masing Kepala Subbagian, Kepala Bidang,
dan Kepala Subbidang. Dalam hal ini kepala BKDPSDM juga menugaskan agar
Universitas Sumatera Utara
62
para pegawai yang berposisi menangani data kepegawaian dalam aplikasi
SIMPEG dapat mengerjakan semua tugas yang menjadi tanggungjawabnya secara
optimal. Dalam pengarahan tersebut, Kepala BKDPSDM juga sering memberikan
motivasi, menunjukkan kepemimpinan yang baik, membuat keputusan yang tepat,
menekankan komunikasi dua arah dengan pegawai, melakukan koordinasi,
negosiasi, dan menangani konflik secara bijak dan melakukan apa pun yang
diperlukan untuk dapat memajukan BKDPSDM, sehingga kinerja pemerintahan
daerah semakin meningkat seiring dengan meningkatnya efektivitas manajemen
kepegawaian melalui aplikasi SIMPEG.
Apabila dikaji secara lebih mendalam, manajemen kepegawaian melalui
aplikasi SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan juga sudah dilakukan dengan upaya
mengendalikan berbagai faktor yang terjadi di luar hal-hal yang diperkirakan
sebelumnya. Langkah pengendalian tersebut dilakukan melalui pemantauan,
penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
melalui aplikasi SIMPEG. Pelaksanaan kegiatan manajemen kepegawaian selalu
dipantau, dinilai dan dilaporkan melalui aplikasi SIMPEG. Jika ada
penyimpangan atau kesalahan, BKDPSDM akan segera melakukan tindakan
perbaikan dan penyempurnaan rencana, agar aplikasi SIMPEG memang benar-
benar dapat mendukung pelaksanaan manajemen kepegawaian di BKDPSDM
Kota Medan. Kegiatan pengendalian yang dilakukan ini biasanya adalah
memantau dan menilai kehadiran pegawai yang menangani data kepegawaian
dalam aplikasi SIMPEG, melihat kedisiplinannya, perilaku, kerjasama yang
ditunjukkan, dan pelaksanaan pekerjaan sesuai SOP yang sudah ditentukan.
Universitas Sumatera Utara
63
Namun penerapan kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan bukan
tanpa kendala. Seperti yang telah dijelaskan dibagian latar belakang penelitian,
berdasarkan analisa peneliti maka terdapat beberapa kendala dalam implementasi
SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan yang salah satunya adalah masalah
mengenai kepangkatan (kenaikan pangkat). BKDPSDM tidak dapat berdiri sendiri
tanpa dukungan dari ASN Pemerintahan Kota Medan seluruhnya. Maka dari itu
ASN Pemerintahan Kota Medan harus mampu memahami dengan baik sistem
kerja SIMPEG yang telah diterapkan agar implementasinya berjalan dengan baik.
Salah satu kendala yang terdapat di BKDPSDM contahnya yaitu : Jika ada
ASN yang akan mengajukan usulan kenaikan pangkat. Maka ASN/pegawai
tersebut harus melewati semua prosedur yang telah ditetapkan. Mulai dari
melengkapi berkas yang dibutuhkan untuk kenaiakan pangkat yang akan
diserahkan ke OPD masing-masing, lalu OPD akan membuat pengatar untuk
diajukan sebagai usulan kenaikan pangkat pegawai tersebut. Usulan pengantar
yang kemudian diserahkan ke BKDPSDM Kota Medan tidak hanya
membutuhkan data fisik tetapi juga operator OPD wajib menginput usulan
kenaikan pangkat pada aplikasi SIMPEG dan yang terakhir harus melengkapi
setiap data-data pegawai yang wajib diupload di aplikasi tersebut.
Pimpinan BKDPSDM yaitu Kaban menegaskan : “Jika pegawai yang
ingin mengurus tentang kepegawaian seperti kenaikan dan lain-lain, wajib
melengkapi data-data pribadi SIMPEG. Jika pegawai menemukan data-data
pegawai tidak lengkap maka berkas usulan fisik akan ditolak dan terlebih dahulu
melengkapi data pribadinya”.
Universitas Sumatera Utara
64
Penegasan ini dilakukan dikarenakan setiap pegawai Pemerintah Kota
Medan wajib melengkapi setiap data-data pribadi pegawai seperti SK pangkat,
CPNS, PNS, pendidikan, diklat dan lain-lain. Dan aturan ini sudah tegaskan oleh
Walikota Medan melalui Peraturan Walikota Medan Nomor 800/529 Tahun 2017
yaitu perihal : Pendataan PNS Secara Online di Lingkungan Pemerintah Kota
Medan.
Setelah semua berkas-berkas pegawai lengkap maka usulan pangkat dapat
diproses dan diselesaikan dengan waktu yang dapat dikatakan pasti. Karena ketika
pertama usulan pangkat masuk (berkas yang dikatakan lengkap) melalui TNDE
(Tata Naskah Dinas Elektronik) di aplikasi tersebut akan jelas waktu usulan
masuk dan batas penyelesaian 3 hari tetapi ini hanya aturan apliasi TNDE.
Kenyataannya setiap pegawai harus lebih aktif untuk menanyakan kapan berkas
akan selesai atau masih dalam proses.
Namun jika pegawai yang ingin mengusulkan kenaikan pangkat tidak
memiliki data yang lengkap, maka pegawai tersebut terlebih dahulu harus
melengkapi data dan berkas fisik yang diperlukan. Disinilah sangat diperlukan
keterlibatan masing-masing ASN di lingkungan kepemerintahan Kota Medan
untuk lebih memperhatikan, aktif dan ikut bertanggungjawab untuk selalu meng
update data di aplikasi SIMPEG dan selalu menjaga berkas-berkas fisik yang
dimiliki.
Berdasarkan kasus diatas, jika tujuan akhir dari SIMPEG adalah untuk
mempermudah, memaksimalkan pengelolaan secara efektif dan efisien maka
berdasarkan hal tersebut tujuan ini belum terpenuhi secara baik. Hal inilah yang
kemudian menjadi kendala dalam implementasi kebijakan SIMPEG di
Universitas Sumatera Utara
65
BKDPSDM Kota Medan. Hal ini yang kemudian menyebabkan banyaknya
komplain dari pegawai yang berurusan tentang hal kepegawaian. Kasus di atas
mencerminkan begitu banyaknya tahap yang harus dilalui ASN untuk
mengusulkan kenaikan pangkat, padahal kendala ini seharusnya dapat teratasi
dengan adanya integrasi yang baik antara masing-masing OPD dengan
BKDPSDM. Jadi ASN akan lebih mudah untuk mengusulkan kenaikan pangkat
karena semua data pegawai akan dapat dengan mudah diakses melalui aplikasi
SIMPEG.
4.3 Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan SIMPEG di
BKDPSDM Kota Medan.
4.3.1 Komunikasi
Menurut Edward komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan
dikomunikasikan kepada organisasi dan/atau publik dan sikap serta tanggapan dari
pra pihak yang terlibat. Sedangkan pengertian komunikasi itu sendiri merupakan
proses penyampaian informasi dari komunikasi kepada komunikan. Komunikasi
sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan
publik. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan pun harus tepat, akurat dan
konsisten.
Komunikasi merupakan salah satu elemen penting yang mempengaruhi
implementasi kebijakan publik. Keberhasilan sebuah kebijakan dapat dilihat dari
komunikasi yang ada. Kebijakan harus disampaikan kepada pihak-pihak yang
terkait, sehingga informasi yang disampaikan harus akurat. Apabila penyampaian
tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, tidak memberikan pemahaman atau
Universitas Sumatera Utara
66
bahkan tujuan dan sasaran kebijakan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok
sasaran, maka kemungkinan akan terjadi suatu penolakan atau resistensi dari
kelompok sasaran yang bersangkutan.
Implementasi kebijakan SIMPEG dapat berjalan dengan efektif bila proses
komunikasi yang dilakukan oleh BKDPSDM Kota Medan dalam melaksanakan
tugasnya dilakukan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan visi dan misi
yang ada. Komunikasi dalam implementasi kebijakan SIMPEG dapat
dilaksanakan dengan komunikasi atau penyampaian kejelasan informasi dan
adanya konsistensi penyampaian informasi secara baik. Proses komunikasi yang
baik akan mendorong aparatur untuk dapat lebih meningkatkan pelayanannya.
Penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu
implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran
komunikasi yaitu adanya salah pengertian (miskomunikasi) yang disebabkan
banyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi,
sehingga apa yang diharapkan terhenti di tengah jalan.
Oleh karena itu diperlukannya tiga hal, yaitu penyaluran (transmisi) yang
baik akan mengahsilkan implementasi yang baik pula, adanya kejelasan yang
diterima oleh pelaksana kebijakan sehingga tidak membingungkan dalam
pelaksanaannya, dan adanya konsistensi yang diberikan pelaksanaan kebijakan.
Jika yang dikomunikasikan berubah-ubah akan membingungkan dalam
pelaksanaan kebijakan yang bersangkutan. Peneliti membahas fenomena
komunikasi dengan memperhatikan transmisi, kejelasan tujuan dan konsistensi
yang disesuaikan dengan hasil penelitian. Komunikasi dalam implementasi
Universitas Sumatera Utara
67
kebijakan SIMPEG di BKDPSDM untuk lebih jelasnya akan peneliti jelaskan
sebagai berikut :
1. Transmisi
Transmisi merupakan suatu penyampaian informasi dari pihak satu ke
pihak lainnya. Penyampaian informasi disini adalah cara aparatur dalam
menyampaikan informasi mengenai pembatasan jam operasional hiburan malam
kepada pengusaha dan masyarakat. Penyampaian informasi ini harus dilakukan
dengan baik untuk menghasilkan suatu pelaksanaan kebijakan yang optimal.
Penyampaian informasi tentunya tidak selalu berjalan dengan baik seringkali
terjadi masalah dalam penyampaian informasi seperti adanya salah pengertian
atau kesalahpahaman yang disebabkan oleh human error atau faktor lainnya
seperti banyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses
penyampaian informasi.
Proses penyampaian informasi mengenai kebijakan SIMPEG dilakukan
dengan cara beberapa hal yaitu dengan arahan secara langsung maupun melalui
catatan tertulis. Penyampaian informasi ini dilakukan oleh Pimpinan dan
Sekretaris BKDPSDM Kota Medan kepada seluruh Bidang yang terdapat di
BKDPSDM Kota Medan. Tujuan yang direncanakan BKDPSDM dalam proses
penyampaian informasi adalah untuk memberikan pemahaman kepada masing-
masing pegawai yang bekerja di BKDPSDM mengenai kebijakan SIMPEG. Oleh
karena itu dibutuhkan suatu penyampaian informasi yang jelas, mudah dimengerti
dan mudah dipahami agar pegawai yang menerimanya bisa mudah mengerti dan
paham akan maksud dari kebijakan tersebut. Seiring dengan hal tersebut setelah
Universitas Sumatera Utara
68
mewawancarai informan kunci dalam penelitian ini yaitu bapak Baginda selaku
Sekretaris BKDPSDM Kota Medan, maka dapat diketahui :
“Untuk komunikasi mengenai kebijakan SIMPEG ini kita berikan
instruksi langsung kepada masing-masing kepala Subbagian dan kepala
Bidang di BKDPSDM, jadi penyampaiannya sudah dilakukan dengan baik
karena masing-masing kepala sudah mengerti maksud yang ingin dicapai
dari kebijakan SIMPEG ini...” (Sumber : Wawancara, 18 Juni 2018).
Melihat hasil wawancara di atas, penyampaian informasi ini sudah berjalan
dengan baik yaitu pihak Kepala Badan dan Sekretaris telah memberikan instruksi
langsung kepada masing-masing kepala Subbagian dan kepala Bidang di
BKDPSDM Kota Medan. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan salah
satu pegawai yang bernama Bapak Chairulsyah sebagai pengguna kebijakan
diketahui hal berikut :
“...Fungsi dan tugas pegawai berdasarkan Bidang masing-masing
juga udah dikasitau ke masing-masing Bidang, ada pemberitahuan tertulis
dari pihak Sekretaris jadi pegawai tinggal ikuti aturan-aturan itu...”
(Sumber : Wawancara, 18 Juni 2018).
Selain dengan penyampaian langsung, penyampaian informasi mengenai
kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan juga dilakukan dengan cara
tertulis agar pihak-pihak yang berkepentingan dapat memahami secara baik apa
yang ingin dicapai dalam implementasi kebijakan SIMPEG ini.
2. Kejelasan Tujuan
Syarat komunikasi berikutnya adalah komunikasi yang diterima oleh
pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan atau ambigu.
Penyampaian informasi harus disampaikan dengan benar-benar jelas supaya tidak
akan terjadi kesalahpahaman antara individu yang satu dengan individu lainnya.
Universitas Sumatera Utara
69
Kebijakan mengandung suatu unsur tindakan untuk mencapai tujuan dan
umumnya tujuan tersebut ingin dicapai oleh seseorang, kelompok ataupun
pemerintah. Kebijakan tentu mempunyai hambatan-hambatan tetapi harus mencari
peluang-peluang untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang diinginkan. Hal
tersebut berarti bahwa kebijakan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai dan
praktik-praktik yang ada dalam masyarakat. Apabila kebijakan berisi nilai-nilai
yang bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka
kebijakan tersebut akan mendapat kendala dan hambatan ketika
diimplementasikan. Sebaliknya suatu kebijakan harus mampu mengakomodasikan
nilai-nilai dan praktik-praktik yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Dalam sebuah kebijakan, tujuan merupakan satu tolak ukur yang sangat penting
untuk menilai keberhasilan kebijakan itu sendiri.
Dalam implementasi kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan,
tujuan utama penerapan SIMPEG harus disusun secara jelas dan tepat agar
implementasi dapat dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu tujuan tidak
ditetapkan dengan jelas dan tepat maka hal yang dapat terjadi yaitu kekeliruan dan
ketidakjelasan dan hal tersebut harus dihindari. Mengenai kejelasan tujuan
SIMPEG berikut penjelasan Sekretaris BKDPSDM Kota Medan :
“Dalam SIMPEG ini sebetulnya kita berharap cukup besar, karena
memang SIMPEG ini berkaitan langsung sama hampir semua kegiatan di
BKDPSDM ini. Jadi kalau ditanya tujuannya sudah jelas atau belum
jawabnya ya sudah. Karena dalam pembuatan kebijakan ini kita
berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri. Urusan mengenai
kepegawaian ini luas, makanya kita harus pakai sistem untuk
mengaturnya, sistem itulah namanya SIMPEG (Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian)...” (Sumber : Wawancara, 19 Juni 2018).
Universitas Sumatera Utara
70
SIMPEG (Sistem Informasi Manajemen Pegawai) merupakan sistem
informasi terpadu, yang meliputi pendataan pegawai, pengolahan data, prosedur,
tata kerja, sumber daya manusia dan teknologi informasi untuk menghasilkan
informasi yang cepat, lengkap dan akurat dalam rangka mendukung administrasi
kepegawaian. Secara umum tujuan penerapan SIMPEG adalah agar dapat
mewujudkan suatu sistem informasi yang terintegrasi dalam suatu jaringan
komputer yang mampu menghasilkan informasi yang bermutu untuk menunjang
pengambilan keputusan manajemen kepegawaian di lingkungan Pemerintahan.
Pada BKDPSDM Kota Medan sendiri, SIMPEG diimplementasikan agar
mempermudah segala kegiatan yang berkaitan dengan urusan administrasi
kepegawaian. Dimana informasi mengenai data-data pegawai akan dapat dengan
mudah diakses melalui aplikasi yang telah terintegrasi. Hal tersebut sesuai dengan
apa yang diungkapkan Sekretaris BKDPSDM Kota Medan :
“Tujuan utama penerapan SIMPEG ini ya untuk mempermudah
segala urusan administrasi kepegawaian. Misalnya untuk evaluasi kinerja
pegawai, masa kerja pegawai, kenaikan gaji, kenaikan pangkat dan
sebagainya. Semua ini akan lebih mudah dengan adanya aplikasi SIMPEG,
karena semua data-data yang diperlukan dapat diakses melalui aplikasi
SIMPEG. Jadi kita tau, misalnya untuk tahun depan siapa-siapa saja
pegawai yang akan pesiun, bagaimana kinerja di suatu instansi, seperti
itu...” (Sumber : Wawancara, 19 Juni 2018).
Untuk lebih spesifik, berikut tujuan penerapan SIMPEG di BKDPSDM
Kota Medan :
a. Mewujudkan pengelolaan, pemanfaatan data dan informasi kepegawaian
secara optimal.
b. Mewujudkan sistem informasi kepegawaian yang mampu mendukung
pelaksanaan manajemen kepegawaian secara optimal.
Universitas Sumatera Utara
71
c. Mewujudkan pelayanan simpeg yang lebih transparan, efektif dan
efisien.
Berdasarkan tujuan tersebut dapat diketahui bahwa kata kunci yang
digunakan adalah optimal, transparan, efektif dan efisien. Optimal adalah ukuran
yang menyebabkan tercapainya tujuan. Secara umum optimalisasi merupakan
pencarian nilai terbaik dari yang tersedia dari beberapa fungsi yang diberikan pada
suatu konteks. Dengan begitu dapat dipahami bahwa penggunaan kata optimal
dalam tujuan kebijakan SIMPEG ini adalah untuk melaksanakan pengelolaan,
pemanfaatan data dan informasi yang dapat mendukung pelakasanaan
kepegawaian secara maksimal.
Selain itu, dalam tujuan kebijakan SIMPEG juga digunakan kata
transparan, hal ini dimaksudkan untuk melaksanakan segala prosedur atau tata
cara, penyelengaraan pemerintahan yang berkaitan dengan sistem kepegawaian
dan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh
masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta.
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil
atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Suatu kegiatan dikatakan
efektif apabila tujuan ataupun sasaran yang telah ditentukan dapat dicapai dengan
baik. Sedangkan kata efisien berarti ketepatan cara (usaha, kerja), dalam
menjalankan atau melakukan suatu kegiatan dengan tidak membuang-buang
waktu, tenaga dan biaya.
Berdasarkan tujuan SIMPEG yang telah dijelaskan diatas, maka kejelasan
sudah terlihat dengan baik dalam tujuan tersebut. Dimana tujuan penerapan
Universitas Sumatera Utara
72
SIMPEG ini kemudian menjadi tolak ukur apakah implementasi yang
dilaksanakan sudah baik atau tidak.
3. Konsistensi
Syarat komunikasi berikutnya adalah konsisten. Hal tersebut menjadi
penting mengingat didalam sebuah komunikasi yang diberikan dalam pelaksanaan
suatu kebijakan haruslah bersifat konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau
dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah dan dalam
pelaksanaannya tidak sesuai, maka hal tersebut dapat menimbulkan ketidakjelasan
dan kebingungan bagi pelaksana kebijakan dilapangan dalam menjalankan suatu
kebijakan.
Konsistensi ini terkait dengan sikap, persepsi, dan respon dari BKDPSDM
Kota Medan sebagai pelaksana dalam memahami secara jelas dan benar terhadap
mekanisme-mekanisme dan pedoman yang dilaksanakan. Tingkat keefektifan
kebijakan SIMPEG akan tergantung kepada konsistensi dan kejelasan perintah
pelaksanaanya. Walaupun perintah yang disampaikan kepada pelaksana kebijakan
mempunyai unsur kejelasan, tetapi apabila perintah tersebut bertentangan maka
perintah tersebut tidak akan memudahkan para pelaksana kebijakan menjalankan
tugasnya dengan baik.
Disisi lain, perintah implementasi kebijakan SIMPEG yang tidak konsisten
akan mendorong para pelaksana mengambil tindakan yang sangat longgar dalam
menafsirkan dan mengimplementasikan kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota
Medan. Konsistensi sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kerja. Konsistensi
dimaksudkan untuk menjaga kinerja aparatur agar tetap pada alur sesuai dengan
isi dari kebijakan. Pelaksanaan kerja akan sesuai dengan prosedur kerja apabila
Universitas Sumatera Utara
73
tujuan yang telah dirumuskan dilaksanakan secara konsisten. Pelaksanaan kerja
yang sesuai dengan prosedur ini akan menghasilkan kualitas kerja yang
berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi kebijakan itu sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu Kepala Bidang di
BKDPSDM yaitu Bapak Ridho, maka dapat diketahui :
“Iya, konsisten ini penting. Sejak kebijakan SIMPEG ini mulai
diterapkan, seluruh pegawai mau tidak mau harus terlibat didalamnya.
Konsistensi ini bisa diliat dari mantapnya tujuan yang udah ditetapkan.
Jadi kita tidak ragu dan tidak berubah-ubah lagi dalam menetapkan
kebijakan. Makanya ketika kita menerapakan SIMPEG kita banyak
lakukan sosialisasi sama anggota-anggota di BKDPSDM, trus kita juga
lakukan hal yang sama untuk instansi lainnya di Pemko (Pemerintah Kota)
Medan...” (Sumber : Wawancara, 19 Juni 2018).
Dalam mencapai tujuannya, strategi yang digunakan BKDPSDM Kota
Medan dalam mengimplementasikan kebijakan SIMPEG ini antara lain dengan
memastikan bahwa penyelenggaraan manajemen kepegawaian sudah dilakukan
dengan baik dan konsisten agar dapat mewujudkan aparatur sipil negara yang
profesional dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan seperti yang diungkapkan
Sekretaris BKDPSDM Kota Medan :
“...kita harus pastikan dulu apakah semua kegiatan udah dilakukan
dengan baik apa belum, kita juga harus konsisten supaya bisa menerapkan
kebijakan dengan baik, makanya kita harus pastikan dulu sampai saat ini
apakah kita udah baik penyelenggaraan kegiatannya atau belum, kalau
belum ya harus ditingkatkan lagi...” (Sumber : Wawancara, 19 Juni 2018).
Dengan baiknya tingkat konsistensi yang ada dalam
mengimplementasikan kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan maka,
pelaksanaan kebijakan tersebut akan mantap dan memberikan hasil yang sesuai
dengan apa yang telah ditetapkan dalam kebijakan SIMPEG tersebut.
Universitas Sumatera Utara
74
Berdasarkan dari penjelasan ketiga indikator yang mempengaruhi variabel
komunikasi yaitu transmission (penyampaian informasi), clarity (kejelasan), dan
consistency (konsisten) dapat diketahui bahwa komunikasi dalam implementasi
kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan ini sudah berjalan dengan baik.
4.3.2 Sumber Daya
Sumber daya dalam kebijakan merupakan kebutuhan yang mutlak harus
dilaksanakan pada setiap organisasi melalui perwujudan dan interaksi yang
sinergis, sistematis dan terencana atas dasar kemitraan. Pengembangan sumber
daya dalam implementasi kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan
diarahkan kepada pembentukan sistem manajemen kepegawaian yang lebih
efektif.
Sumber daya menjadi salah satu faktor penting dalam implementasi
kebijakan publik. Sumber daya meliputi sumber daya manusia, sumber daya
anggaran, dan sumber daya fasilitas. Sumber daya menusia berkenaan dengan
kecakapan pelaksana kebijakan publik untuk mengimplementasikan kebijakan
secara efektif. Sumber daya dikatakan baik dilihat dari sumber daya manusia,
anggaran dan fasilitas. Sumber daya manusia di dalam suatu organisasi
merupakan hal yang penting. Ketersediaan staff yang berkualitas sangat
dibutuhkan, atau yang dalam penelitian ini adalah staff pegawai yang memiliki
kompetensi mengenai SIMPEG agar mampu menjalankan tugasnya dengan baik
untuk mencapai tujuan instansi.
Dalam kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan, terdapat sumber-
sumber yang dapat menentukan keberhasilan implementasi kebijakan tersebut
Universitas Sumatera Utara
75
dalam menciptakan efisiensi kerja. Sumber-sumber tersebut antara sumber daya
manusia dan fasilitas (sarana dan prasarana).
Sumber daya manusia merupakan potensi yang terkandung dalam diri
manusia untuk mewujudkan perannya sebagai mahkluk sosial yang mampu
mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung didalamnya
menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan. Sumber daya manusia yang bermutu
dan profesional merupakan kunci utama dalam tercapainya tujuan dan berjalannya
suatu implementasi kebijakan. Sumber daya manusia adalah unsur penting dalam
suatu proses pengolahan data. Peran sumber daya manusia didalam suatu
organisasi sangat menentukan bagi terwujudnya tujuan organisasi.
Staff selain diharapkan pandai dan terampil, staff juga hendaknya
berkeinginan dan mempunyai kesungguhan untuk bekerja secara efektif dan
efisien. Sebaliknya apabila staff yang kurang mampu, kurang cakap, dan kurang
terampil dapat mengakibatkan pekerjaan tidak dapat terselesaikan secara optimal
tepat dan cepat sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Staff ini merupakan aset
yang sangat penting dan berharga untuk BKDPSDM Kota Medan. Faktor sumber
daya manusia ini haruslah mendapatkan perhatian yang baik dalam rangka
meningkatkan pelayanan publik.
Berdasarkan data komposisi ASN pada BKDPSDM Kota Medan (Tabel 4.3)
diketahui bahwa Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Kota Medan ini memiliki sumber daya manusia yang cukup ideal.
Karena seluruh PNS memiliki ijasah minimal tingkat SMA sederajat. Mayoritas
PNS-nya berpendidikan Sarjana (S-1) sebanyak 67,07%. Potensi ini menjadi
Universitas Sumatera Utara
76
modal yang cukup untuk pengembangan kompetensi PNS untuk ikut berkontribusi
dalam implementasi kebijakan SIMPEG.
Dalam hal sumber daya manusianya, Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan juga mendorong PNS untuk
pengangkatan jabatan fungsional tertentu (JFT), baik keahlian maupun
keterampilan, yang memiliki peran dan tanggung jawab strategis dalam
penyelenggaraan aktivitas organisasi. Saat ini Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan memiliki tiga orang JFT
Analis Kepegawaian. Sedangkan pos jabatan struktural yang masih kosong yaitu
sebanyak dua jabatan, yaitu : Kepala Subbidang Pengadaan dan Kepala Subbidang
Pengembangan Kompetensi.
Mayoritas PNS yang bertugas pada Badan Kepegawaian Daerah dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota Medan merupakan PNS dengan
pangkat Penata, yaitu sebanyak 78,05%. Sedangkan PNS dengan pangkat
Pembina dan Pengatur persentasenya sangat kecil yaitu sebesar 10,98%. Selain
itu, komposisi PNS pada lingkungan organisasi juga tidak menunjukkan struktur
piramida yang baik, melainkan menggelembung ditengah, yakni pada komposisi
PNS berdasarkan golongannya. PNS yang berada pada golongan III sangat
mendominasi komposisi PNS di BKDPSDM yaitu dengan total sebanyak 64 dari
82 pegawai. Kondisi ini kurang ideal mengingat keberadaan PNS dengan pangkat
Pengatur masih sangat dibutuhkan untuk melaksanakan sebagian tugas organisasi,
khususnya sebagai frontliner terhadap pengguna jasa pelayanan kepegawaian.
Staff merupakan faktor yang sangat penting dalam keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan kebijakan. Hal ini dikarenakan manusia adalah unsur
Universitas Sumatera Utara
77
penggerak dan pelaksana dari kebijakan itu sendiri. Sehingga diharapkan agar
BKDPSDM terus dapat meningkatkan sumber daya manusia yang dimiliki.
Selain sumber daya manusia, sumber daya fasilitas juga merupakan hal yang
dapat mempengaruhi implementasi kebijakan SIMPEG di BKDPSDM. Sumber
daya fasilitas termasuk faktor yang tidak kalah pentingnya dengan sumber daya
manusia dalam implementasi kebijakan SIMPEG ini. Pengadaan fasilitas yang
layak seperti gedung, peralatan, dan perlengkapan akan menunjang implementasi
suatu kebijakan.
Tersedianya sarana dan prasarana kerja adalah salah satu indikator
efektivitas organisasi dalam kemampuannya bekerja secara produktif. Dengan
adanya fasilitas sarana dan prasarana yang baik maka akan menunjang
keberhasilan kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan. Secara keseluruhan,
BKDPSDM memiliki 36 unit komputer, 16 laptop, 3 unit notebook. Selain itu
BKDPSDM Kota medan juga memiliki 38 unit printer, 2 scanner. BKDPSDM
juga menyediakan jaringan internet Local Area Network (LAN) dengan 3 server
dan 2 router.
Pejabat Penyedia Barang, Ibu Doharni yang peneliti wawancarai
menuturkan bahwa :
“Untuk penyediaan sarana dan prasarana terkait kebijakan
SIMPEG ini, waktu itu memang ada arahan dari Sekretaris untuk tambah
sarana dan prasarana untuk mendukung kebijakan ini. Karena memang
anggaran juga tersedia jadi saya beli tambahan komputer, laptop dan
printer sesuai instruksi. Menurut saya semua perlengkapan itu udah cukup
untuk kegiatan-kegiatan operasional. Karena kita kan tidak bisa juga
terlalu boros anggaran...” (Sumber : Wawancara 25 Juni 2018).
Kelangkapan jumlah komputer, printer, scan, boling kabinet, rasanya
belum cukup baik. Karena masih terdapat kekurangan seperti kurangnya komputer
Universitas Sumatera Utara
78
untuk Subbidang Kepangkatan. Tidak semua pegawai pada Subbidang
Kepangatan mendapatkan fasilitas komputer saat melakukan aktivitas kerja di
BKDPSDM Kota Medan. Padahal kelengkapan sarana dan prasarana merupakan
hal yang penting dan sangat mempengaruhi tingkat penyelesaian urusan
kepegawaian di Subbidang Kepangkatan karena dalam bidang ini pegawai akan
banyak berurusan dengan SIMPEG yang dapat diakses melalui komputer atau
laptop.
Selain itu, kondisi boling kabinet yang masih sedikit menjadi masalah bagi
pegawai sehingga berkas-berkas yang ada harus ditumpuk disamping meja/kursi
pegawai yang dapat menghalangi keleluasaan pegawai untuk melakukan aktivitas.
Hal ini sesuai dengan yang diutarakan salah seorang staff yang bernama Ibu Nia :
“Kalau masalah Sarana dan Prasarana sih menurut saya sebetulnya
udah cukup, beberapa staf disediakan komputer ataupun laptop di meja
kerjanya, tapi tidak semuanya kebagian. Ada beberapa staf yang tidak.
Satu lagi, disini kan keliatan berkas ditumpuk dimana-mana, ini menurut
saya sih ini karna boling kabinet disini udah penuh. Jadi kalo ada berkas
baru tidak bisa lagi disimpan di boling kabinet. Terpaksa diletak di meja
lah jadinya...” (Sumber : Wawancara 25 Juni 2018).
Luas ruangan juga menjadi hal yang tidak kalah pentingnya, luas ruangan
pada masing-masing bidang terlihat kurang sesuai dengan banyaknya barang-
barang serta berkas yang ada didalamnya. Hal ini semoga saja dapat lebih
diperhatikan oleh kepala BKDPSDM agar pegawai dapat bekerja maksimal dan
mencapai tujuan dalam Kebijakan SIMPEG yang telah ditetapkan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
79
4.3.3 Disposisi
Disposisi adalah watak atau karakteristik yang dimiliki oleh implementor.
Disposisi akan menentukan keberhasilan sebuah implementasi kebijakan. Apabila
implementor memiliki disposisi yang baik maka dia akan dapat menjalankan
kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.
Disposisi memegang salah satu peran penting dalam keberhasilan sebuah
implementasi kebijakan. Hal ini dikarenakan dalam menjalankan tugasnya,
seseorang harus paham dan memiliki pandangan yang baik terkait dengan
kebijakan tersebut.
Disposisi pada penelitian ini difokuskan mengenai komitmen. Komitmen
dibuktikan dengan melihat alasan implementor untuk dapat melaksanakan
implementasi, tujuan/perubahan yang ingin dicapai, dan perubahan yang telah
dicapai para implementor untuk implementasi kebijakan SIMPEG. Kebijakan
SIMPEG ini memiliki tujuan yaitu untuk dapat menciptakan manajemen
kepegawaian yang efektif. Jika pelaksanaan ingin dilakukan dengan efektif, maka
para pelaksana tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga
harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya.
Komitmen pegawai dalam menjalakan kebijakan SIMPEG ini sesuai harus
sesuai dengan visi dan misi BKDPSDM dalam memberikan pelayanan yang
efektif dan efisien. Terwujudnya SIMPEG sesuai dengan perkembangan teknologi
agar terbentuknya jaringan komunikasi data mulai dari Kabupaten/Kota, Provinsi
dan Departemen Dalam Negeri, serta tersajinya informasi Kepegawaian yang
cepat, tepat dan akurat guna menunjang pengambilan Keputusan bagi pimpinan.
Berikut hasil gambaran komitmen pegawai terhadap implementasi kebijakan
Universitas Sumatera Utara
80
SIMPEG berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada salah seorang
staff yang bernama Bapak Chairulsyah :
“Komitmen itu kan dari masing-masing individu, kalau saya
sendiri ya saya suka pekerjaan ini, dengan begitu saya bisa kerjakan semua
pekerjaan saya dengan baik, tapi kalau saya ditanya tentang komitmen
pegawai di BKDPSDM secara umum ya saya tidak tahu, coba aja tanya
sama pimpinan, mungkin mereka tahu...” (Sumber : Wawancara, 21 Juni
2018).
Berdasarkan wawancara tersebut kemudian peneliti terpancing untuk
menanyakan kepada Sekretaris BKDPSDM langsung mengenai komitmen
pegawai secara umum. Dan berikut hasil wawancaranya :
“Kalau untuk pegawai yang kurang efektif kinerjanya sih ada, tapi
saya tidak tahu apakah itu berkaitan dengan komitmennya dalam bekerja
disini atau tidak, kita tahu kalau di pemerintahan ini kan semua pegawai
harus ikuti semua aturan dan tugas yang dikasi sama atasan, tapi terkadang
ada juga beberapa pihak yang merasa tertekan karna hal itu, mungkin itu
juga sebab dari kurang baiknya komitmen pegawai...” (Sumber :
Wawancara, 21 Juni 2018).
Dari hasil wawancara tersebut maka dapat diketahui bahwa komitmen
sebagai sikap dari pegawai dalam BKDPSDM terkesan masih kurang maksimal.
Seharusnya baik pihak atasan maupun bawahan yang terdapat di BKDPSDM
harus memiliki tingkat komitmen yang baik, sehingga masing-masing individu
dapat terus mengerjakan tugasnya dengan senang hati dan tanpa perasaan tertekan.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan salah seorang staff lainnya yang bernama
Pak Sukri :
“Rasa tertekan karena harus menjalankan semua tugas sesuai
perintah atasan sih kadang ada, karna pimpinan terkadang tidak mau tau
bagaimana proses kerjaan dilakukan, yang penting hasilnya harus bagus
Universitas Sumatera Utara
81
dan sesuai dengan apa yang mereka harapkan...” (Sumber : Wawancara, 21
Juni 2018).
Dengan hasil wawancara kepada salah seorang staff tersebut dapat
diketahui bahwa masih terdapat pihak-pihak yang merasa tertekan dengan
pemberian tugas maupun penetapan aturan yang dilakukan instansi. Dengan rasa
tertekan ini maka pegawai tidak akan dapat bekerja secara optimal, dan
diharapkan agar seluruh pihak di BKDPSDM memiliki disposisi (sikap) yang baik
terhadap pekerjaan yang dilakukan untuk meningkatkan implementasi kebijakan
SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan.
4.3.4 Struktur Birokrasi
Struktur Birokrasi termasuk salah satu faktor yang penting dalam
implementasi kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan. Ada dua
karakteristik utama dari birokrasi menurut Edward, yaitu prosedur–prosedur kerja
atau sering disebut sebagai Standard Operating Procedures (SOP) dan
fragmentasi. SOP yang baik adalah yang mencantumkan kerangka kerja yang
jelas, sistematis, tidak berbelit dan mudah dipahami oleh siapapun karena akan
menjadi acuan dalam bekerja implementor.
Dengan adanya SOP, sumber daya pengampu kebijakan mampu dapat
menjalankan tugasnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam SOP
sehingga dapat menimbulkan efektivitas dan efisiensi kinerja, sedangkan struktur
organisasi pelaksana pun sejauh mungkin menghindari hal yang berbelit, panjang
dan kompleks.
Universitas Sumatera Utara
82
Struktur birokrasi menjelaskan bagaimana kedudukan, tugas, dan fungsi
dialokasikan kepada masing-masing bagian yang terdapat pada BKDPSDM Kota
Medan. Hal ini tentunya akan berdampak terhadap cara setiap bagian
melaksanakan tugasnya dalam implementasi kebijakan SIMPEG ini. Ketika arah
dan strategi secara keseluruhan ditetapkan serta struktur birokrasi telah dibentuk,
maka hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana pegawai dalam melakukan
kegiatan atau menjalankan tugas dan fungsinya. Mengenai alokasi tugas dan
fungsi yang diberikan dalam implementasi kebijakan SIMPEG di BKDPSDM
Kota Medan berikut penuturan Sekretaris BKDPSDM :
“Untuk masing-masing bidang dan bagian disini, kita serahkan
perencanaan perumusan kebijakannya pada masing-masing bidang itu
sendiri, kita bebaskan mereka mengatur perumusan kebijakannya, baru
setelah itu persetujuan perumusannya tetap berdasarkan koordinasi dari
Sekretaris...” (Sumber : Wawancara, 19 Juni 2018).
Secara umum, kebijakan SIMPEG yang dirumuskan oleh Menteri Dalam
Negeri berdasarkan keputusan Mendagri No. 17 Tahun 2000 adalah untuk :
1. Penyeragaman dan penstandarisasian pengolahan data pegawai di
Departemen Dalam Negeri, Propinsi dan Kabupaten/Kota dengan
mempedomani petunjuk pelaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri.
2. Terciptanya mekanisme pendistribusian data yang diawali dari
Kabupaten/Kota, Provinsi hingga Departemen Dalam Negeri melalui jaringan
komunikasi data sehingga diperoleh data yang cepat, tepat dan akurat serta
berkesinambungan.
Universitas Sumatera Utara
83
3. Terwujudnya SIMPEG sesuai dengan perkembangan teknologi informatika
dan terbentuknya jaringan komunikasi data mulai dari Kabupaten/Kota,
Provinsi dan Departemen Dalam Negeri, serta tersajinya informasi
Kepegawaian yang cepat, tepat dan akurat guna menunjang pengambilan
Keputusan bagi pimpinan.
Struktur birokrasi merupakan suatu gambar yang menggambarkan tentang
jenis atau tipe pembagian bidang-bidang, kedudukan dan jenis wewenang pejabat,
bidang hubungan pekerjaan yang terkait, garis perintah dan tanggung jawab serta
rentang kendali sistem pimpinan di BKDPSDM Kota Medan. Struktur birokrasi
sebagai pelaksana kebijakan memiliki peranan penting dalam kebijakan SIMPEG
ini. Salah satu aspek yang terpenting dalam BKDPSDM Kota Medan adalah
adanya standard operational prosedure (SOP) dan fragmentasi atau penyebaran
tanggung jawab.
Salah satu aspek yang terpenting dalam birokrasi adalah adanya standar
operasional prosedur (SOP). SOP adalah suatu standar atau pedoman tertulis yang
dipergunakan untuk mendorong dan menggerakan suatu instansi untuk mencapai
tujuannya. SOP merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan harus
dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu. SOP di BKDPSDM Kota
Medan berpedoman kepada rencana strategis yang terdiri dari pernyataan visi dan
misi, tujuan dan sasaran strategis instansi. Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dengan informan staff yang bernama Pak Sukri mengenai SOP dapat diketahui
bahwa :
“Sebenarnya tidak ada SOP khusus yang mengatur tentang ini itu
dalam implementasi kebijakan SIMPEG ini, tetapi kita kan tetap
melaksanakan tugas sesuai dengan arahan-arahan dari atasan, sesuai visi,
Universitas Sumatera Utara
84
misi dan tupoksi kami, jadi kami tau untuk melakukan ini harus
bagaimana, ini bagaimana, karna kalau tidak terarah kita tidak akan bisa
mencapai tujuan kita...” (Sumber : Wawancara, 21 Juni 2018).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa SOP khusus
mengenai kebijakan SIMPEG ini tidak ada dibuat oleh BKDPSDM. Namun
tentunya hal ini perlu memnjadi perhatian bagi pihak BKDPSDM, karena dalam
pencapaian implementasi kebijakan yang baik maka SOP harus dibuat, hal ini
bukan hanya sebagai alat pengarahan, tetapi juga media evaluasi yang dapat
digunakan untuk melihat apakah semua kegiatan yang dilakukan di BKDPSDM
terkait implementasi kebijakan SIMPEG sudah dilakukan dengan baik atau tidak.
Sedangkan dalam fragmentasi atau penyebaran tanggung jawab, struktur
birokrasi merupakan pembagian tugas dan tanggung jawab kepada masing-masing
bagian dalam instansi terkait, struktur biorkrasi merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap implementasi kebijakan. Struktur birokrasi menjelaskan
bagaimana kedudukan, tugas, dan fungsi yang dialokasikan dalam organisasi. Hal
ini mempunyai dampak yang signifikan terhadap cara setiap bagian melaksanakan
tugasnya dalam implementasi kebijakan SIMPEG. Ketika arah dan strategi
BKDPSDM secara keseluruhan telah ditetapkan serta struktur birokrasi telah
dibentuk maka hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana bagian-bagian
tersebut melakukan/menjalankannya tugas dan fungsinya sesuai dengan yang
diarahkan.
Implementasi kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan dilakukan
dalam rangka memudahkan proses pengelolaan data kepegawaian di BKDPSDM
Kota Medan sendiri, khususnya untuk menangani urusan kepegawaian yang
tersebar di berbagai OPD Kota Medan. Ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
85
lembaga/instansi terkait agar dapat memudahkan kegiatan pengkoordinasian,
pengarahan, pengendalian, rekrutmen, pengembangan dan pemberian kompensasi
pegawai.
Dalam hal ini, ketua BKDPSDM selaku pemilik kedudukan tertinggi di
BKDPSDM menetapkan perencanaan-perencanaan yang akan dilaksanakan untuk
jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. Perencanaan mengenai
pengaturan tanggung jawab ini harus dibuat dengan jelas dan mudah dipahami.
Pimpinan BKDPSDM dalam menetapkan perencanaan berinteraksi langsung
dengan masing-masing Kepala Subbagian dan Kepala Bidang untuk menentukan
perencanaan yang terbaik. Pimpinan juga merespon jika ada pihak yang pro
maupun kontra terhadap perencanaan yang dibuat.
Misalnya pada Subbidang Kepangkatan, perumusan tentang penyebaran
tanggung jawab dilaksanakan oleh Kepala Bidang Mutasi dan Kesejahteraan
Pegawai di BKDPSDM Kota Medan. Perumusan ini merupakan turunan dari
strategi-strategi yang telah ditetapkan oleh BKDPSDM dalam menerapkan
kebijakan SIMPEG. Perumusan kebijakan, pengendalian, evaluasi, dan penilaian
lingkup pada Subbidang Kepangkatan meliputi unsur pelaksanaan perencanaan,
unsur pelaksanaan perumusan kebijakan, unsur pelaksanaan tugas, dan unsur-
unsur lainnya kemudian akan dikoordinasikan oleh Sekretaris berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Jadi pada dasarnya Kepala masing-masing Subbidang melaksanakan
tugas-tugas dan fungsinya sesuai dengan apa yang telah dirumuskan oleh Kepala
Bidang dan juga Sekretaris. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Kepala
Subbidang Kepangkatan BKDPSDM yaitu Bapak Jopan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
86
“Bidang Mutasi dan Kesejahteraan punya 3 (tiga) Subbidang
didalamnya, ada Subbidang Mutasi, Subbidang Kepangkatan dan
Subbidang Kesejahteraan dan Fasilitasi Profesi ASN, nah kami Subbidang
Kepangkatan ini dalam perumusan kebijakan itu berdasarkan keputusan
dari Kepala Bidang Mutasi dan Kesejahteraan. Setelah perumusan
kebijakan sudah ditentukan dengan koorinasi dengan Sekretaris, baru nanti
kami menerima arahan mengenai perencanaan dan tugas yang akan kami
laksanakan...” (Sumber : Wawancara, 21 Juni 2018).
Namun berdasarkan pada wawancara dan pengamatan yang peneliti
lakukan ditemukan bahwa terkadang dalam pelaksanaan kegiatan mengenai
kebijakan SIMPEG ini masih terdapat beberapa masalah. Masalah tersebut antara
lain seperti apa yang telah peneliti ceritakan di latarbelakang penelitian dan bagian
Implementasi Kebijakan SIMPEG pada bahasan sebelumnya. Berdasarkan
masalah mengenai pengusulan kenaikan pangkat tersebut maka dapat diketahui
bahwa pemberian tanggung jawab memang sudah dilakukan dengan cukup baik
oleh BKDPSDM, namun hal ini masih kurang efektif dan dapat menghambat
implementasi kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan.
4.4 Pembahasan
Secara teoritis, Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG)
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan penyediaan informasi
yang akurat dan efisien, sehingga pengambilan keputusan dapat secara obyektif
dilakukan. Secara strategis aplikasi SIMPEG merupakan salah satu sistem yang
bergerak dibidang kepegawaian dan mampu menumbuhkan pengetahuan,
memelihara, memperkaya dan menyediakan pengetahuan dibidang kepegawaian
kepada pihak-pihak yang membutuhkan sebagai basis pengambilan keputusan
yang akurat pada saat yang tepat.
Universitas Sumatera Utara
87
SIMPEG yang diselenggarakan secara cepat, tepat dan akurat ditujukan
untuk mendukung kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil, terutama di
dalam mendukung kebijakan pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Kondisi Sistem
Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) di Indonesia pada saat ini
umumnya sudah mengarah ke sistem informasi yang integratif, sistematis, up to
date, dan mudah serta cepat dalam mendapatkan data pegawai yang sewaktu-
waktu diperlukan dalam pembinaan yang berkaitan dengan usaha meningkatkan
kualitas pegawai.
Seperti hasil penelitian dibagian sebelumnya telah dijelaskan mengenai
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan
SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan. Faktor tersebut antara lain adalah
komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Komunikasi yang
terjadi di BKDPSDM mengenai kebijakan SIMPEG secara umum seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya sudah dilaksanakan dengan baik.
Selain itu, penerapan SOP mengenai kabijakan SIMPEG juga telah
dilaksanakan dengan baik. Yaitu dengan menerapkan aturan bahwa segala berkas
yang masuk harus dapat diselesaikan dalam 5 hari kerja. Setiap berkas yang
masuk ke dalam aplikasi simpeg memiliki beberapa tahapan yaitu: berkas dikirim
oleh pegawai, dan kemudian berkas masuk ke dalam TNDE (Tata Naskah Dinas
Elektronik. Setelah berkas masuk kedalam TNDE maka Staf BKD (staf bagian
umum) akan membuka file berkas tersebut lalu staf yang bersangkutan
mengirimkan/memberikan file tersebut kepada bidang yang berkaitan. Kemudian
dari bidang tersebut akan memberikan file ke subbidang yang dituju. Misalnya
berkas adalah berkas berkas usulan berkala, maka berkas tersebut akan diberikan
Universitas Sumatera Utara
88
kepada subbidang yang berkaitan. Setelah masuk ke subbidang tersebut, maka
berkas akan di periksa oleh staf di bagian subbidang apakah data tersebut sudah
lengkap atau belum. Jika berkas yang dikirimkan sudah lengkap maka berkas akan
diproses lebih lanjut, namun jika ternyata berkas tersebut belum lengkap maka
usulan tersebut akan ditolak. Keseluruhan tahap dan proses inilah yang harus
dapat diselesaikan dalam 5 hari kerja.
Berdasarkan observasi peneliti maka dapat diketahui bahwa seluruh proses
tersebut pada BKDPSDM Kota Medan sudah dilakukan dengan baik yaitu dengan
menyelesaikan keseluruhan tahap dalam 5 hari kerja. Namun terdapat salah satu
persoalan yang masih dihadapi pegawai yaitu mengenai lamanya proses usulan
kenaikan pangkat. Berdasarkan hasil observasi peneliti maka dapat diketahui
bahwa dalam hal usulan kenaikan pangkat, proses pemeriksaan data dan
penyaluran data di BKDPSDM selama ini sudah dilakukan dengan baik yaitu
dengan tetap mengupayakan kegiatan tersebut selesai dalam 5 hari kerja, hanya
saja karena usulan kenaikan pangkat berkas juga harus dikirim ke BKN maka
yang menjadi kendala selama ini adalah proses verifikasi data di BKN yang
prosesnya cenderung lama. Jadi berdasarkan SOP yang ada tersebut, dapat
diketahui bahwa implementasi kebijakan SIMPEG sudah dilakukan dengan baik
oleh BKDPSDM Kota Medan.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Idawarti Sugirman (2000) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa secara
umum program sistem informasi manajemen kepegawaian telah diterapkan di
tingkat provinsi Sumatera Barat, akan tetapi pengumpulan data, transparansi data,
dan update data yang secara berkesinambungan belum terlaksana dengan baik di
Universitas Sumatera Utara
89
unit kerja Kabupaten maupun ditingkat Provinsi. Hal tersebut disebabkan karena
perhatian dan kesadaran akan pentingnya data masih kurang. Jika dibandingkan
dengan penelitian tersebut, maka apa yang telah dilakukan oleh BKDPSDM Kota
Medan sudah jauh lebih baik dengan penerapan kebijakan SIMPEG di Sumatera
Barat.
Pada hasil penelitian selajutnya yaitu penelitian Septian Anggi Saputra
(2008) juga dapat diketahui pengelolaan dan pengolahan informasi melalui
penerapan sistem informasi manajemen kepegawaian dikatakan belum berjalan
dengan efektif, dalam penelitian ini masalah yang mencuat adalah kurangnya
kemampuan pegawai dalam mengelola data yang masuk. Untuk itu tentunya
diharapkan bagi BKDPSDM Kota Medan agar selalu mengutamakan dan
memperhatikan proses pengelolaan data (berkas) yang masuk karena berdasarkan
hasil penelitian terdahulu dapat diketahui bahwa pada bagian inilah (pengelolaan
data) kebanyakan masalah akan muncul.
Semakin baiknya BKDPSDM dalam mengelola data yang masuk maka
akan mendorong kinerja SDM yang dimiliki BKDPSDM sebagai salah satu
instansi pemerintahan daerah. Karena berdasarkan hasil penelitian Pasanda (2016)
dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan SIMPEG ini memiliki hubungan
yang kuat terhadap kinerja pegawai. Semakin baiknya penerapan kebijakan
SIMPEG yang dilakukan BKDPSDM Kota Medan maka akan mendorong
pegawai dalam meningkatkan kinerjanya.
Universitas Sumatera Utara
90
4.5 Implikasi Penelitian
Berdasarkan pembahasan dapat diketahui bahwa implementasi kebijakan
SIMPEG sudah berjalan dengan cukup baik. Mulai dari penetapan tujuan yang
jelas dan tepat, pemilihan strategi pencapaian tujuan, perumusan kebijakan yang
baik, perencanaan kebijakan yang matang hingga sistem pengawasan dan
pengendalian yang baik. Namun masih terdapat kendala yang apabila tidak segera
diatasi akan menjadi masalah yang serius. Berikut implikasi penelitian ini
berdasarkan hasil yang didapatkan.
1. Berdasarkan observasi peneliti maka diketahui bahwa sumber daya fasilitas
(sarana dan prasarana) yang terdapat di BKDPSDM sudah cukup lengkap,
hanya saja ruang tempat pegawai bekerja khususnya ruang subbidang terasa
kurang luas. Hal ini dikarenakan banyaknya berkas-berkas ASN/pegawai
yang ditumpuk di atas meja maupun disamping meja kerja, tentu saja hal ini
akan mengganggu aktivitas pegawai dalam menjalankan tugasnya.
2. Tingginya tingkat keefektifan kebijakan publik dapat dilihat berdasarkan
tujuan yang telah ditetapkan. Semakin tujuan tersebut tercapai maka semakin
tinggi pula tingkat efektivitasnya, begitu pula sebaliknya. Tingkat
keberhasilan implementasi kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan
dapat dikatakan cukup baik. Untuk itu Kepala BKDPSDM harus tetap
menjaga keefektifan implementasi kebijakan SIMPEG di BKDPSDM dengan
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan SIMPEG. BKDPSDM diharapkan dapat
meningkatkan faktor-faktor tersebut untuk dapat meningkatkan dan
mendorong keberhasilan kebijakan yang dilakukan. Dengan semakin
Universitas Sumatera Utara
91
terwujudnya tujuan kebijakan SIMPEG maka BKDPSDM akan menjadi
lembaga/instansi yang mampu mewujudkan pelaksanaan manajemen
kepegawaian secara optimal.
3. Mengenai kasus kepangkatan diharapkan agar kendala ini dapat diatasi
dengan segera karena jika tidak diatasi maka akan banyak pegawai yang akan
mengeluh karena terlalu panjangnya tahapan yang harus dilewati untuk
pengusulan kenaikan pangkat.
Universitas Sumatera Utara
92
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil observasi peneliti dan pembahasan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
1. Implementasi Kebijakan SIMPEG yang dilaksanakan di Badan Kepegawaian
Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Kota Medan secara
umum telah dilakukan dengan cukup baik. Namun dalam penerapan
kebijakan SIMPEG masih terdapat beberapa kendala yang salah satunya
adalah mengenai pengusulan kenaikan pangkat ASN/pegawai yang terkesan
mempersulit pegawai dengan tahap yang terlalu banyak yaitu melalui OPD,
BKD, lalu BKN. Seharusnya tahap-tahap ini tidak perlu dilalui karena hanya
dengan memanfaatkan aplikasi SIMPEG seluruh data administrasi pegawai
dapat diakses di OPD, BKD dan BKN tanpa perlu pegawai yang
bersangkutan mengurusnya ke lokasi.
2. Komunikasi pada implementasi kebijakan SIMPEG di BKDPSDM
berdasarkan penyampaian informasinya, kejelasan tujuan dan konsistensinya
sudah diterapkan dengan baik, hal ini yang kemudian mendorong terciptanya
implementasi kebijakan yang baik pada instansi pemerintah. Sementara untuk
sumberdaya, masih terdapat beberapa masalah yang terdapat didalamnya
seperti kurangnya pegawai yang memiliki pangkat Pembina dan Pengatur,
serta efisiennya manajemen fasilitas penyimpanan arsip fisik pegawai
Universitas Sumatera Utara
93
sehingga banyak berkas-berkas yang bertumpuk dimeja-meja pegawai. Untuk
faktor disposisi, rasa tertekan pegawai kadang cenderung dimiliki oleh
pegawai dalam menjalankan tugasnya karena pemberian tugas yang harus
dikerjakan dengan benar. Dan yang terakhir berdasarkan faktor struktur
birokrasi, struktur birokrasi pada BKDPSDM Kota Medan sudah dapat
dikatakan cukup baik, namun belum efektif. Sehingga hal ini dapat
menimbulkan masalah-masalah seperti yang peneliti angkat yaitu mengenai
pengusulan kenaikan pangkat. Berdasarkan hasil observasi peneliti maka
dalam implementasi kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan, faktor
yang dapat mendorong keberhasilan implementasi kebijakan SIMPEG di
BKDPSDM adalah faktor komunikasi. Sementara faktor yang dapat
menghambat keberhasilan implementasi kebijakan SIMPEG adalah faktor
sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi karena faktor ini belum dapat
dioptimalkan dengan baik.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ditarik dalam penelitian ini maka dapat
dibuat beberapa saran yaitu sebagai berikut :
1. Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kota
Medan sebagai induk SIMPEG harus selalu melakukan himbauan, sosialisasi
maupun arahan kepada ASN/pegawai agar lebih memperhatikan
implementasi kebijakan SIMPEG yang ada agar tercapai tujuan SIMPEG
seperti yang selama ini diharapkan oleh pemerintah dan mampu menciptakan
ASN yang profesional. Implementasi kebijakan SIMPEG harus didukung
Universitas Sumatera Utara
94
penuh baik bagi atasan maupun bawahan dan seluruh elemen dari
BKDPSDM Kota Medan.
2. Diharapkan kepada BKDPSDM Kota Medan agar dapat menigkatkan faktor
sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi yang dimiliki, hal ini perlu
dilakukan untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan SIMPEG
di BKDPSDM sendiri. Seperti diketahui sumber daya, disposisi dan struktur
birokrasi merupakan faktor penghambat keberhasilan implementasi kebijakan
SIMPEG, namun dengan meningkatkan faktor sumber daya, disposisi dan
struktur birokrasi agar semakin baik, maka faktor-faktor tersebut bukan tidak
mungkin akan dapat berubah menjadi faktor pendukung keberhasilan
implementasi kebijakan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan.
Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menguji kembali tingkat
efektivitas kebijakan SIMPEG di Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Kota Medan pada masa yang akan datang untuk membantu
instansi tersebut menilai apakah yang selama ini dilaksanakan sudah sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
95
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Yuli Tirtariandi dan Ayi Karyana. 2012. Kebijakan Publik Yang
Partisipatif dan Komunikatif. Jurnal Kebijakan Publik. Vol. 3, No 2.
Arie, Nunuk, S. 2014. Employe Performance Management Informastion System In
Support Of Civil Service Center Of Humanies, Health Policy and
Community Emplowerment. Surabaya.
Bramantya Mahardika Angga. 2010. Analisis Penerapan Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian (Simpeg) di Badan Kepegawaian Daerah
(BKD) Karanganyar. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Bungkaes H.R, J. H. Posumah, Burhanuddin Kiyai. 2013. Hubungan Efektifitas
Pengelolaan Program Raskin dengan Peningkatan Kesejahteraan
Masyarakat di Desa Mamahan Kecamatan Gemeh Kabupaten
Kepualauan Talaud. Acta Diurna, Vol. 1 No. 23
Davis, Gordon B, Kerangka Dasar. 2002 : Sistem Informasi Manajemen, Bagian I
Pengantar. Seri Manajemen No. 90-A. Cetakan Kedua Belas, Jakarta :
PT. Pustaka Binawan Pressindo.
Denisa Zairen dan Anggit Dwi Hartanto. 2013. “Analisis Dan Perancangan Sistem
Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) Pada Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Maluku Tenggara”. Universitas
AMIKOM, Yogyakarta. Vol 15. No 3.
Dunn, William. 1998. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Effendy, Onong Uchjana. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung : PT. Remaja
Haedar Akib. 2010. Implementasi Kebijakan : Apa, Mengapa dan Bagaimana.
Jurnal Pemikiran dan Penelitian Administrasi Publik. Volume 1. No 1.
Hartono, Bambang, 2013. “Sistem Informasi Manajemen Berbasis Komputer”.
Jakarta : PT.RINEKA CIPTA.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok – pokok Metodologi Penelitian 7 Aplikasinya.
Ghalia Indonesia.
Idawarti Sugirman. 2000. Analisis Penerapan Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian di Tingkat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2000. Tesis.
Universitas Sumatera Utara
96
Jeffrey, Whitten L. 2006. Sistem Informasi Manajemen. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Kiwang, Amir S. 2014. Kebijakan Publik dan Efektifitas Organisasi. Jurnal
Kebijakan Publik. Vol.5
Komarudin, A. 2003. Ensiklopedia Manajemen. Bandung, Penerbit : Alumni.
Laurensius J Pasanda. 2016. “Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Manajemen
Kepgawaian terhadap Kinerja Pegawai Negeri di Badan Kepegawaian
Daerah (BKD) Kota Palopo”. Skripsi. Universitas Hasanuddin.
Mcleod. Jr., Raymond 2001. Sistem Informasi Edisi7 Jilid 2. Prenhallindo.
Jakarta.
Mulyanto, Agus. 2008. Sistem Informasi Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Muzakki, Mukhammad Hilmi., Heru Susilo., dan Saiful Rahman Yuniarto. 2016. Pengaruh Penggunaan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi
Pada Karyawan PT. Telkom Pusat Divisi Regional V Surabaya). Jurnal
Administrasi Bisnis. Universitas Brawijaya.
Narita, Devi. 2016. Implementasi Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan
Pada Kecamatan Tanjungpinang Barat Kota Tanjungpinang. Skripsi.
Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.
Nugroho, Eko. 2010. “Sistem Informasi Manajemen : Konsep Aplikasi dan
Perkembangan”. Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Septian Anggi Saputra. 2008. Efektifitas Penerapan Sistem Informasi Manajemen
pada Direktorat Badan Pangkajian dan Pengembangan Kebijakan
(BPPK) Departemen Luar Negeri. Skripsi, Universitas Indonesia.
Siagian, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi Aksara.
Simamora, Henry. 2004 dalam Monalisa Siti “Evaluasi Kualitas Layanan Sistem
Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) Menggunakan Metode
Servqual. Pekanbaru.
Subarsono. 2006. Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori, dan Aplikasi).
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
Universitas Sumatera Utara
97
Sutabri, Tata. 2005. Sistem Informasi Manajemen.Yogyakarta, Andi
Sutabri, Tata. 2012. Konsep Sistem Informasi. Andi. Yogyakarta
Sutanta, Edhy. 2003. Sistem Informasi Manajemen. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Thoha, Miftah. 1993. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara. Jakarta :
Grasindo.
Ulber. Silalahi. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama
Winarno, Budi. 2016. Kebijakan Publik Era Globalisasi (Teori, Proses, dan Studi
Kasus Komparatif). Yogyakarta : CAPS
Peraturan :
Undang-Undang Republik Indonesia No 5 Tahun 2014. Tentang Aparatur Sipil
Negara.
Keputusan Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2000 tentang Sistem Informasi
Manajemen Kepegawaian Depdagri dan Pemda
Surat Walikota Medan Nomor : 800/5081, tanggal 26 Mei 2009. Perihal
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG).
Surat Edaran Walikota Medan Nomor : 800/529, tanggal 12 Juni 2017. Perihal :
Pendataan PNS secara online di Lingkungan Pemerintah Kota Medan.
Lain-lain :
http : //administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/ Hal. 3
http : //jurnal.untad.ac.id/ hal 1013-1014
http : //ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/ hal. 392-393
http : //literaturbook.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-efektivitas-dan-
landasan.html
http : //dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Hasil Rekap Wawancara
PERTANYAAN MENGENAI KOMUNIKASI
Pertanyaan 1:Bagaimana sih pak cara komunikasi yang dilakukan mengenai
implementasi kebijakan SIMPEG ini?
Jawab:
“Untuk komunikasi mengenai kebijakan SIMPEG ini kita berikan
instruksi langsung kepada masing-masing kepala Subbagian dan kepala
Bidang di BKDPSDM, jadi penyampaiannya sudah dilakukan dengan baik
karena masing-masing kepala sudah mengerti maksud yang ingin dicapai dari
kebijakan SIMPEG ini...”
Pertanyaan 2:Untuk penyampaian informasi mengenai fungsi dan tugas masing-
masing pegawai bagaimana mekanismenya pak?
Jawab:
“...Fungsi dan tugas pegawai berdasarkan Bidang masing-masing
juga udah dikasitau ke masing-masing Bidang, ada pemberitahuan tertulis
dari pihak Sekretaris jadi pegawai tinggal ikuti aturan-aturan itu...”
Pertanyaan 3:Menurut Bapak bagaimana tentang kejelasan tujuan dalam kebijakan
SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan ini? Apakah tujuannya sudah ditetapkan dengan
jelas?
Jawab:
Universitas Sumatera Utara
“Dalam SIMPEG ini sebetulnya kita berharap cukup besar, karena
memang SIMPEG ini berkaitan langsung sama hampir semua kegiatan di
BKDPSDM ini. Jadi kalau ditanya tujuannya sudah jelas atau belum
jawabnya ya sudah. Karena dalam pembuatan kebijakan ini kita berdasarkan
keputusan Menteri Dalam Negeri. Urusan mengenai kepegawaian ini luas,
makanya kita harus pakai sistem untuk mengaturnya, sistem itulah namanya
SIMPEG (Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian)...”
Pertanyaan 4: Lalu apa sih tujuan utama dari penerapan kebijakan SIMPEG ini
Menurut bapak?
Jawab:
“Tujuan utama penerapan SIMPEG ini ya untuk mempermudah segala
urusan administrasi kepegawaian. Misalnya untuk evaluasi kinerja pegawai,
masa kerja pegawai, kenaikan gaji, kenaikan pangkat dan sebagainya. Semua
ini akan lebih mudah dengan adanya aplikasi SIMPEG, karena semua data-
data yang diperlukan dapat diakses melalui aplikasi SIMPEG. Jadi kita tau,
misalnya untuk tahun depan siapa-siapa saja pegawai yang akan pesiun,
bagaimana kinerja di suatu instansi, seperti itu...”
Pertanyaan 5:Menurut Bapak, penting tidak sih pak sikap konsisten dalam
implementasi kebijakan SIMPEG ini pak?
Jawab:
“Iya, konsisten ini penting. Sejak kebijakan SIMPEG ini mulai
diterapkan, seluruh pegawai mau tidak mau harus terlibat didalamnya.
Konsistensi ini bisa diliat dari mantapnya tujuan yang udah ditetapkan. Jadi
kita tidak ragu dan tidak berubah-ubah lagi dalam menetapkan kebijakan.
Makanya ketika kita menerapakan SIMPEG kita banyak lakukan sosialisasi
Universitas Sumatera Utara
sama anggota-anggota di BKDPSDM, trus kita juga lakukan hal yang sama
untuk instansi lainnya di Pemko (Pemerintah Kota) Medan...”
Pertanyaan 6:Ada tidak pak yang harus dipersiapkan BKDPSDM Kota Medan untuk
dapat menerapkan kebijakan SIMPEG ini? Trus penting tidak pak konsisten dalam
menerapkan kebijakan?
Jawab:
“...kita harus pastikan dulu apakah semua kegiatan udah dilakukan
dengan baik apa belum, kita juga harus konsisten supaya bisa menerapkan
kebijakan dengan baik, makanya kita harus pastikan dulu sampai saat ini
apakah kita udah baik penyelenggaraan kegiatannya atau belum, kalau belum
ya harus ditingkatkan lagi...”
PERTANYAAN MENGENAI SUMBER DAYA
Pertanyaan 1: Bagaimana sih pak kelengkapan sarana dan prasarana di BKDPSDM
secara umum terkait kebijakan SIMPEG? Apakah ada penambahan unit ketika
SIMPEG ini diterapkan?
Jawab:
“Untuk penyediaan sarana dan prasarana terkait kebijakan SIMPEG
ini, waktu itu memang ada arahan dari Sekretaris untuk tambah sarana dan
prasarana untuk mendukung kebijakan ini. Karena memang anggaran juga
tersedia jadi saya beli tambahan komputer, laptop dan printer sesuai
instruksi. Menurut saya semua perlengkapan itu udah cukup untuk kegiatan-
kegiatan operasional. Karena kita kan tidak bisa juga terlalu boros
anggaran...”
Universitas Sumatera Utara
Pertanyaan 2: Menurut Bapak bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana di
BKDPSDM? Apakah sudah cukup?
Jawab:
“Kalau masalah Sarana dan Prasarana sih menurut saya sebetulnya
udah cukup, beberapa staf disediakan komputer ataupun laptop di meja
kerjanya, tapi tidak semuanya kebagian. Ada beberapa staf yang tidak. Satu
lagi, disini kan keliatan berkas ditumpuk dimana-mana, ini menurut saya sih
ini karna boling kabinet disini udah penuh. Jadi kalo ada berkas baru tidak
bisa lagi disimpan di boling kabinet. Terpaksa diletak di meja lah jadinya...”
PEERTANYAAN MENGENAI DISPOSISI
Pertanyaan 1: Menurut bapak perlu tidak pak pegawai memiliki komitmen terkait
dengan implementasi kebijakan SIMPEG di BKDPSDM?
Jawab:
“Komitmen itu kan dari masing-masing individu, kalau saya sendiri
ya saya suka pekerjaan ini, dengan begitu saya bisa kerjakan semua
pekerjaan saya dengan baik, tapi kalau saya ditanya tentang komitmen
pegawai di BKDPSDM secara umum ya saya tidak tahu, coba aja tanya sama
pimpinan, mungkin mereka tahu...”
Pertanyaan 2:
Menurut Bapak ada tidak pak pegawai yang bermasalah karena
komitmennya kurang baik?
Jawab:
“Kalau untuk pegawai yang kurang efektif kinerjanya sih ada, tapi
saya tidak tahu apakah itu berkaitan dengan komitmennya dalam bekerja
Universitas Sumatera Utara
disini atau tidak, kita tahu kalau di pemerintahan ini kan semua pegawai
harus ikuti semua aturan dan tugas yang dikasi sama atasan, tapi terkadang
ada juga beberapa pihak yang merasa tertekan karna hal itu, mungkin itu
juga sebab dari kurang baiknya komitmen pegawai...”
Pertanyaan 3:
Apakah Bapak merasa tertekan karena harus mengerjakan tugas sesuai
dengan perintah atasan?
Jawab:
“Rasa tertekan karena harus menjalankan semua tugas sesuai
perintah atasan sih kadang ada, karna pimpinan terkadang tidak mau tau
bagaimana proses kerjaan dilakukan, yang penting hasilnya harus bagus dan
sesuai dengan apa yang mereka harapkan...”
PERTANYAAN MENGENAI STRUKTUR BIROKRASI
Pertanyaan 1: Bagaimana sih sistem pembagian tugas dan perumusan kebijakan
dalam penerapan SIMPEG di BKDPSDM Kota Medan ini pak?
Jawab:
“Untuk masing-masing bidang dan bagian disini, kita serahkan
perencanaan perumusan kebijakannya pada masing-masing bidang itu
sendiri, kita bebaskan mereka mengatur perumusan kebijakannya, baru
setelah itu persetujuan perumusannya tetap berdasarkan koordinasi dari
Sekretaris...”
Universitas Sumatera Utara
Pertanyaan 2: Ada tidak pak aturan SOP yang khusus mengenai implementasi
kebijakan SIMPEG di BKDPSDM?
Jawab:
“Sebenarnya tidak ada SOP khusus yang mengatur tentang ini itu
dalam implementasi kebijakan SIMPEG ini, tetapi kita kan tetap
melaksanakan tugas sesuai dengan arahan-arahan dari atasan, sesuai visi,
misi dan tupoksi kami, jadi kami tau untuk melakukan ini harus bagaimana,
ini bagaimana, karna kalau tidak terarah kita tidak akan bisa mencapai
tujuan kita...”
Pertanyaan 3: Sebenarnya siapa sih pak yang merumuskan kebijakan untuk
mengatur tugas dan fungsi masing-masing subbidang?
Jawab:
“Bidang Mutasi dan Kesejahteraan punya 3 (tiga) Subbidang
didalamnya, ada Subbidang Mutasi, Subbidang Kepangkatan dan Subbidang
Kesejahteraan dan Fasilitasi Profesi ASN, nah kami Subbidang Kepangkatan
ini dalam perumusan kebijakan itu berdasarkan keputusan dari Kepala
Bidang Mutasi dan Kesejahteraan. Setelah perumusan kebijakan sudah
ditentukan dengan koorinasi dengan Sekretaris, baru nanti kami menerima
arahan mengenai perencanaan dan tugas yang akan kami laksanakan...”
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Hasil Wawancara Di Bkdpsdm Kota Medan
JENDELA DEPAN APLIKASI SIMPEG
WAWANCARA DENGAN KASUBID PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
TANGGAL 19 JUNI 2018
Universitas Sumatera Utara
BAPAK CHAIRULSYAH STAF/PELAKSANA YANG MENGOPERASIKAN
APLIKASI SIMPEG
TANGGAL 21 JUNI 2018
IBU NIA STAFF/PELAKSANA YANG MENGECEK BERKAS USULAN
PANGKAT PEGAWAI
TANGGAL 25 JUNI 2018
Universitas Sumatera Utara
IBU ADE DAN PAK SUKRI STAF/PELAKSANA MENGECEK DATA
KEPEGAWAIAN ASN PEMKO MEDAN
TANGGAL 25 JUNI 2018
IBU DESY DAN PAK RAHMAD STAF/PELAKSANA MENGECEK USULAN
AJUAN SIMPEG
19 JUNI 2018
Universitas Sumatera Utara