implementasi kebijakan pemerintah kabupaten bintan dalam ...repository.umrah.ac.id/3871/1/edi...
TRANSCRIPT
Implementasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bintan Dalam Meningkatkan
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Tambelan 2018
Edi Ashari⁽¹⁾, Nur.A.Dwi Putri⁽²⁾, Nazaki⁽³⁾
Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik, Universitas
Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Implementasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bintan dalam Meningkatkan
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Tambelan. Meningkatkan derahat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dengan pelayanan yang terjangkau dan
berkualitas. tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi
kebijakan pemerintah kabupaten bintan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di
puskesmas tambelan. Informan dalam penelitian ini ialah dengan kepala bidang
pelayanan kesehatan kabupaten bintan, kepala UPTD puskesmas tambelan dan
masyarakat tambelan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Teknik analisis data pada penelitian ini yaitu dengan menelaah seluruh
data, baik primer maupun data sekunder lalu diinterprestasikan sesuai dengan
pemahaman peneliti. Berdasarkan hasil penelitian implementasi kebijakan pemerintah
kabupaten bintan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas tambelan
sudah berjalan dengan cukup baik sesuai dengan prinsip-prinsip namun masih ada
beberapa kendala, belum terakreditasinya puskesmas tambelan, kurangnya sumber
daya manusia.
Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Pemerintah, Pelayanan
PENDAHULUAN
Pembangunan dalam peningkatan pelayanan dasar terhadap publik merupakan
amanah yang harus terus dilakukan karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
Dalam Undang-Undang Nomor.25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, yang
dimaksud pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Salah satu bentuk pelayanan publik
tersebut adalah pelayanan di bidang kesehatan. Peningkatan pelayanan di bidang
kesehatan sangat penting karena kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang
keberadaannya sangat diperlukan oleh masyarakat. Kesehatan juga merupakan aspek
yang sangat vital dalam mencapai Millenium Development Goals ( MDG’s ) karena
kesehatan merupakan indikator perkembangan suatu bangsa.
Perlu dibutuhkan konsep strategis untuk memperbaiki tatanan pelayanan publik
bidang kesehatan ini. Sehingga tidak terjadi miss communication antara aparatur
pemerintah, paramedis dan masyarakat yang menjadi sasaran utama dalam aspek
pelayanan publik dalam bidang ini. Dalam tulisan ini penulis mencoba memberikan
gambaran langkah strategis apa yang dapat diterapkan pada pelayanan publik bidang
kesehatan di Indonesia.
Salah satu bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah
pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat. Reformasi dibidang kesehatan
dilaksanakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan menjadikannya lebih
efisien, efektif serta dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Seperti yang
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
951/Menkes/SK/VI/2000 yaitu bahwa “tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. (Departemen Kesehatan Jakarta
(Tahun 2000).
Meningkatnya tingkat pendidikan dan keadaan sosial dalam masyarakat maka,
meningkat pula kesadaran akan arti hidup sehat dan keadaaan tersebut menyebabkan
tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu, nyaman dan berorientasi
pada kepuasan konsumen semakin mendesak dimana diperlukan kinerja pelayanan
yang tinggi. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah pada Bab IV pasal 11 ayat (2) ditetapkan bahwa bidang
pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota
adalah pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian,
perhubungan, industry dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup,
pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja. Berdasarkan undang-undang tersebut, bidang
kesehatan menempati urutan kedua (setelah bidang pekerjaan umum) dari bidang
pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten dan kota. Ini
berarti bahwa dalam rangka Otonomi Daerah, Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah
Kota bertanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayahnya, dengan memberikan
pelayanan yang memuaskan.
Adapaun proses pelayanan kesehatan dan kualitas pelayanan berkaitan dengan
ketersediaan sarana kesehatan yang terdiri dari pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas,
Balai Pengobatan), pelayanan rujukan (rumah sakit), ketersediaan tenaga kesehatan,
peralatan dan obat-obatan. Kinerja pelayanan menyangkut hasil pekerjaan, kecepatan
kerja, pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan harapan pelanggan, dan ketepatan
waktu dalam menyelesaikan pekerjaan. Pemerintah telah berusaha memenuhi
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan dengan mendirikan Rumah Sakit dan
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di seluruh wilayah Indonesia. Puskesmas
adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten / kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja tertentu.
Bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu jenis fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional,
khususnya subsistem upaya kesehatan, bahwa penyelenggaraan Pusat Kesehatan
Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan
kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan derajat masyarakat serta
menyukseskan program jaminan sosial nasional. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Kemudian di wilayah Kabupaten Bintan saat ini sudah memiliki (15)
Puskesmas yang masing-masing tersebar disetiap wilayah kabupaten bintan. Salah
satunya puskesmas yang terletak dikecamatan tambelan. Kecamatan Tambelan
merupakan wilayah Kabupaten Bintan, daerah ini ialah gugusan dari pulau yang
terletak ditengah laut Natuna dan berbatasan dengan Laut Cina Selatan. Kecamatan
Tambelan ialah daerah kepulauan yang terletak pada posisi yang geografis 106ᵒ21'00''
- 107ᵒ59'00'' LU dan 0ᵒ50'00'' - 1ᵒ50'00" - 1ᵒ21'00" BT, memiliki luas sekitar
356,905,00 Ha. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan pada
bagian Utara dan Selatan, Pada bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Bintan
Timur dan bagian Timur berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat. (Badan Pusat
Statistik Kabupaten Bintan.co.id 2015).
Tambelan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Bintan, kecamatan yang
paling terjauh dari kabupatenya, tambelan saat ini terdiri dari (7) desa dan (1)
kelurahan, memiliki (1) buah Sekolah Menengah Atas, (1) Sekolah Menengah
Pertama, (1) MTS, (7) Sekolah Dasar dan (2) TK. Adapun hasil wawancara saya
dengan masyarakat disana, yang mengatakan pelayanan kesehatan yang berada
dipuskemas kecamatan tambelan saat ini belum begitu memberikan kepuasaan yang
cukup kepada masyarakat. Yang mana disebabkan beberapa faktor penghambat dalam
segi pelayanan yakni:
1. Keterbatasan fasilitas prasarana
2. Petugas sering keluar daerah
3. Akses pelayanan yang belum merata, bermutu dan terjangkau
4. Jarak yang jauh dari pusat kota
Dengan memperhatikan kondisi lapangan serta dukungan informasi yang peneliti
dapatkan dari masyarakat kecamatan tambelan, maka untuk menyingkapi kenyataan
tersebut peneliti tertarik mengangkat permasalahan ini ke dalam penelitian ilmiah.
untuk mengatasi masalah diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam
dan melakukan penelitian lebih dalam tentang fenomena yang terjadi dengan peneltian
yang berjudul sebagai berikut ”Implementasi Kebijakan Pemerintah Kabupaten Bintan
Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Tambelan“
METODE DAN BAHAN
Penelitian ini menggunakan penelitian deskritip kualitatif. Penelitian di
lakukan di desa batu lepuk kecamatan tambelan, kabupaten bintan tahun 2018. Teknik
dan alat pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara, observasi, dan
dokumentasi dengan menggunakan sumber data primer dan sekunder. Adapun yang
jumlah informasi dalam penelitian ini sebanyak 4 orang.
HASIL
Adapun hasil yang di peroleh oleh peneliti di UPTD puskesmas tambelan di desa
batu lepuk kecamatan tambelan, kabupaten bintan yang meliputi Bagaimana
implementasi kebijakan pemerintah kabupaten bintan dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan di UPTD puskesmas kecamatan tambelan 2018.
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui implementasi kebijakan pemerintah kabupaten bintan
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di UPTD puskesmas tambelan.
Dalam proses pengumpulan data pada penelitian ini selain melalui studi
dokumentasi, penelitan juga melakukan wawancara kepada bebarapa informan
wawancara yang dilakukan agar peneliti mengetahui informasi yang valid tentang
penelitian yang diteliti dari informan.
PEMBAHASAN
Maka dari itu untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pemerintah
kabupaten bintan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas tambelan.
Penulis mencoba menganalisis dengan mengacu pada pendapat van meter dan van
horn (Agustian, 2012:142) yang terdiri dari 6 (enam) variabel yaitu:
1. Ukuran dan tujuan kebijakan
Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilanya jika-dan-
hanya ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio-kultur
yang mengadakan di level pelaksanaan kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau
tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan dilevel
warga, maka agak sulit memang meralisasikan level warga, maka agak sulit
memang meralisasikan kebijakan publik hingga titik yang dapat dikatakan
berhasil.
Dapat disimpulkan bahwa UPTD puskesmas tambelan memiliki Standar
operasional prosedur (SOP) dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Kemudian untuk masyarakat yang tidak terjangkau puskesmas
dibawahnya puskesmas itu memilki PUSTU puskesmas pembantu dan
POSKESDES kesehatan desa, hal ini dapat dikatakan masyarakat dipermudah
untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Dan Upaya yang sudah dilakukan
sampai saat ini adapun dengan di keluarkannya PERBUP tentang pengobatan
gratis bagi masyarakat yang memiliki KTP bintan, pengobatan gratis di
puskesmas sesuai dengan aturan yang sudah tertulis.
Kemudian pemerintah juga memberikan akses kemudahan untuk masyarakat
tambelan dengan berkerja sama dengan rumah sakit abdul aziz yang berada di
singkawang Kalimantan barat bagi mereka yang tidak tercover oleh BPJS. Hal
tersebut dibuktikan dari hasil wawancara kepada informan dinas dan puskesmas..
2. Sumberdaya
Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat, tergantung dari
kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. Manusia meruapakan
sumberdaya yang terpenting dalam menentukan suatu keberhasilan proses
implementasi. Tetapi diluar sumebrdaya manusia, sumberdaya lain yang perlu
diperhitungkan juga, ialah: sumberdaya finansial dan sumberdaya waktu.
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa UPTD puskesmas
tambelan memiliki misi yang menuju pada program meningkatkan kulitas sumber
daya manusia,dan sudah ada upaya yang dilakukan oleh uptd puskesmas
tambelan. Sumberdaya manusia merupakan sumber daya yang tidak kalah penting
dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi. Sumberdaya manusia
menuntut adanya kualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh
kebijakan yang telah ditetapkan disamping kualitas yang memadai. Tetapi, jika
kulitas sumber daya manusia tersebut rendah, maka keberhasilan implementasi
kebijakan akan sulit untuk dicapai.
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa untuk menjalankan
program-program yang sudah direncanakan dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan yang berkulitas ini bersumber dari APBN anggaran pendapatan belanja
negara, APBD anggaran pedapatan belanja daerah dan JKN jaminan kesehatan
nasional. Bahwa UPTD puskesmas tambelan kabupaten bintan melaksanakan
program-program melalui tiga sumber dana tersebut.
Jadi berdasarkan wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa puskesmas
tambelan jelas memiliki tujuan akhir yang akan dicapai agar menjadi puskesmas
pusat pelayanan kesehatan yang berkualitas menuju masyarakat tambelan sehat
dan mandiri dibidang kesehatan.
3. Karakteristik agen pelaksana
Pusat perhatian pada agen pelaksanaan meliputi organisasi formal dan
organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasiann kebijakan publik.
Selain itu karakteristik dari badan pelaksanaan dilihat dari stuktur birokrasi.
Struktur birokrasi diartikan sebagai karakteristik, norma dan pola hubungan yang
terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan
baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dengan menjalankan
kebijakan.
Berdasarkan dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa agen
pelaksana baik individu, maupun tim sudah bekerja dengan baik sesuai dengan
tugas dan fungsinya masing-masing. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan
suatu kebijakan karena apabila agen pelaksana tidak mengatahui masing-masing
tugas dan fungsinya yang telah diberikan akan mengalami kegagalan.
4. Sikap/kecenderungan (disposition) para pelaksana
Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat banyak
mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik.
Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah
hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan yang mereka
rasakan. Tetapi kebijakan yang akan diimplementorkan pelaksanaan adalah
kebijakan dari atas (top down) yang sangat memungkinkan para pengambil
keputusannya tidak pernah mengetahui kebutuhan, keinginan, atau permasalahan
yang warga ingin selesaikan.
Hasil wawancara diatas dapat dikatakan bahwa dengan disediakanya kotak
saran dan sms center agar apa yang diinginkan masyarakat dapat diketahui.
Tujuan agar mencapai kemajuan. Namun masih banyak masyarakat yang tidak
mengerti akan peran kotak saran dalam memberi saran dan masukkan dalam
pelayanan yang di berikan UPTD puskesmas tambelan.
5. Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana
Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan
publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat
dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan
sangat kecil untuk terjadi. Dan bagitu pula sebaliknya.
Koordinasi antara pihak puskesmas dan dinas kesehatan sangat baik sekali, hal
ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara diatas. Didalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat berdasarkan cuplikan wawancara diatas bahwasanya Puskesmas
Kecamatan Tambelan juga menjallin Hubungan kerjasama dengan RSUD Abdul
Aziz yang berada di Kalimantan Barat hal ini karena secara geografis letak
puskesmas tambelan lebih dekat menuju ke RSUD Abdul Aziz jarak tempuh yang
diperlukan hanya memakan waktu kurang 8 (delapan) jam jika dibandingkan
dengan RSUD Bintan yang merupakan Rumah Sakit Umum Daerah yang di miliki
oleh Kabupaten Bintan memakan waktu kurang lebih 24 (dua puluh empat) jam
dari Kecamatan Tambelan sendiri
6. Lingkungan ekonomi, sesuai dan politik
Hal ini terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja
implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh van meter dan van
horn adalah sejauh mana limgkungan ekternal turut mendorong keberhasilan
kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik
yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja
implementasi kebijakan karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan
harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.
Dapat disimpulkan bahwa dari pernyataan ibuk yulistini lingkungan sosial
turut mendukung dengan kebijakan yang telah dilaksanakan. Dari hasil
wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah sudah berupaya semaksial
mungkin dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat bintan
dengan adanaya PERBUP NOMOR 36 TAHUN 2016.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di bahas di bab sebelumnya, maka
penulis menarik kesimpulan bahwa implementasi kebijakan sudah berjalan dengan
cukup baik sesuai dengan prinsip-prinsip namun masih ada beberapa kendala. Hal ini
dapat dilihat dari enam indikator yang penulis gunakan untuk mengetahui bagaimana
implementasi kebijakan yanag dilaksanakan oleh Uptd Puskesmas tambelan, yaitu:
Dapat disimpulkan bahwa UPTD puskesmas tambelan memiliki Standar
operasional prosedur (SOP) dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Kemudian untuk masyarakat yang tidak terjangkau puskesmas
dibawahnya puskesmas itu memilki Pustu puskesmas pembantu dan Poskesdes
kesehatan desa, hal ini dapat dikatakan masyarakat dipermudah untuk memperoleh
pelayanan kesehatan. Dan Upaya yang sudah dilakukan sampai saat ini adapun dengan
di keluarkannya PERBUP tentang pengobatan gratis bagi masyarakat yang memiliki
KTP bintan, pengobatan gratis di puskesmas sesuai dengan aturan yang sudah tertulis.
Dilihat dari indictor sumber daya yang ada dipuskesmas tambelan saat ini sudah
memenuhi syarat tenaga kesehatan sebagaimana yang telah dimaksud pada ayat 2
paling sedikit 2 dokter. agen pelaksana baik individu, maupun tim sudah bekerja
dengan baik sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Hal ini sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan karena apabila agen pelaksana tidak
mengatahui masing-masing tugas dan fungsinya yang telah diberikan akan mengalami
kegagalan.
Sikap dan kecenderuangan (disposisition) para pelaksana bahwa dengan
disediakanya kotak saran dan sms center agar apa yang diinginkan masyarakat dapat
diketahui. Tujuan agar mencapai kemajuan. Namun masih banyak masyarakat yang
tidak mengerti akan peran kotak saran dalam memberi saran dan masukkan dalam
pelayanan yang di berikan UPTD puskesmas tambelan.
Koordinasi antara pihak puskesmas dan dinas kesehatan sangat baik sekali, hal
ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara diatas. Didalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat berdasarkan cuplikan wawancara diatas bahwasanya Puskesmas
Kecamatan Tambelan juga menjallin Hubungan kerjasama dengan RSUD Abdul Aziz
yang berada di Kalimantan Barat.
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah sudah
berupaya semaksial mungkin dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk
masyarakat bintan dengan adanaya PERBUP NOMOR 36 TAHUN 2016.
DAFTAR REFERENSI
Buku:
Abidin, Rosidi Dr. 2013. Reinventing Government. Yogyakarta: C.V Andi Offset
Abdul Wahab, Solichin.2008. Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakan Negara Edisi Kedua. Bumi Aksara. Jakarta.
Abdul Wahab, Solichin. 2012. ANALISIS KEBIJAKAN: Dari Formulasi ke
penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Bumi
Agustino, Leo. 2008. Dasar- dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung.
Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung
Anggara, Sahya, 2012. Ilmu administrasi Negara. Bandung: CV Pustaka Setia.
Dunn,William N. 2000. Pengantar Analisa Kebijakan Publik.
Yogyakarta:GadjahMada Press
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.
Jakarta Selatan: Salemba Humanika.
Irwan A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Bandung
Islamy, Irfan. 2003. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bina
Aksara.
Labolo, Muhadam Dr. 2014. Memahami Ilmu Pemerintahan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Ndraha, Taliziduhu. 2005. Teori Budaya Organisasi, Cetakan Pertama, PT. Rineka
Cipta, Jakarta.
Riant Nugroho. 2014, Kebijakan Publik di Negara-Negara Berkembang. Yogyakarta,
Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sufianto, Dadang Dr. H. 2015. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik :Teori dan Proses. Yogyakarta :Med Press (
Anggota IKAPI ).
Winarno Budi. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus.Yogyakarta:
CAPS.
Jurnal :
Tedi Sudrajat Dan Agus Mardianto, (2012:Vol.12 No.2) Hak Atas Pelayanan Dan
Perlindungan Kesehatan Ibu Dan Anak Implementasi Kebijakan Di Kabupaten
Banyumas.
Irawati Sagala1, Laksono Trisnantoro dan Retna Siwi Padmawati, (2016:Vol.05
No.03) Implementasi Kebijakan Jkn Oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan Di
Kabupaten Kepulauan Anambas.
R.Hendri Apriyanto, Tjahjono Kuntjoro, Dan Lutfhan Lazuardi, (2013:Vol.02 No.04),
Implementasi Kebijakan Subsidi Pelayanan Kesehatan Dasar Terhadap Kualitas
Pelayanan Puskesmas Di Kota Singkawang.
Lisdawati, (2014: Vol.5 No.3), Implementasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di
Rumah Sakit Umum daerah Inche Abdoel Moeis Di Samarinda Seberang.
Undang-undang:
UU no 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
UUD 1945 Pasal 28H Ayat 1.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 951/Menkes/SK/VI/2000.
Dokumen:
Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Bintan
Internet:
https://rachmatul4212.wordpress.com/2013/01/28/teknik-pengumpulan-data-dalam-
penelitian-kuantitatif-dan-kualitatif/
https://bppk.kemenkeu.go.id/id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/19908-
fakir-miskin-dan-anak-anak-terlantar-dipelihara-oleh-nega