imkg c11 - amalgam
DESCRIPTION
amalgamTRANSCRIPT
I. Tujuan Praktikum
a. Mampu melakukan manipulasi bahan restorasi amalgam dengan benar
menggunakan perbandingan antara bubuk amalgam dengan merkuri
dengan benar.
b. Mampu membedakan antara hasil triturasi bahan restorasi amalgam
secara manual dengan mekanik dengan benar.
II. Alat & Bahan
II.1 Bahan
a. Bubuk amalgam (merk Nu Alloy & ANA 2000)
b. Cairan merkuri
II.2 Alat
a. Mortar
b. Kondenser amalgam
c. Kain kasa
d. Pistol amalgam
e. Dispenser bubuk amalgam
f. Dispenser cairan merkuri
g. Stopwatch
h. Sonde
i. Burnisher
j. Pinset
k. Spatula semen
l. Amalgamator
m. Timbangan digital
1
III. Cara Kerja
III.1 Triturasi secara manual
a. Bubuk amalgam dikeluarkan dari dispenser sebanyak 1 kali tekanan
(arah tegak lurus) dan dimasukkan dalam mortar.
2
b. Cairan merkuri dikeluarkan dari dispenser sebanyak 1 kali tekanan
(arah tegak lurus) kemudian dimasukkan dalam mortar yang telah
berisi bubuk amalgam.
c. Bubuk amalgam dan cairan merkuri diaduk dengan cara
menekan pestle pada dinding mortar (pen-type grip) dengan gerakan
memutar secepat mungkin sampai homogen. Pada saat mulai
pengadukan waktu dicatat.
d. Adonan yang telah diaduk kemudian dimasukkan ke dalam kain
kasa. Kelebihan merkuri dikeluarkan dengan cara memeras dalam
kain kasa. Kain kasa dijepit kuat dengan pinset kemudian kain kasa
diputar dan digerakkan ke atas, maka sisa merkuri akan keluar
dari kasa. Tahap ini dilakukan beberapa kali sampai tidak ada sisa
merkuri yang keluar dari kasa.
e. Adonan dari kain kasa diambil dengan pistol amalgam kemudian
dimasukkan ke dalam cetakan. Penempatan adonan amalgam dalam
cetakan sedikit demi sedikit sambil dilakukan kondensasi
menggunakan kondenser sampai adonan padat. Pekerjaan ini
dilakukan berulang-ulang sampai cetakan penuh, kemudian
dihaluskan dengan burnisher. Kekerasan permukaan diamati dengan
menggurat permukaan amalgam menggunakan sonde.
f. Amalgam ditunggu sampai mengeras. Waktu yang diperlukan
sampai amalgam mengeras dicatat.
III.2 Triturasi secara mekanik
a. Amalgamator dihubungkan ke sumber listrik
b. Kapsul yang berisi bubuk amalgam dan cairan merkuri diletakkan
di tempat pengaduk pada amalgamator dengan tepat.
c. Triturasi dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan yaitu 8
detik. Setelah tuas pengatur waktu diatur ke arah 8 detik, kemudian
tombol ON dinyalakan.
3
d. Setelah triturasi selesai, kapsul dilepaskan dari amalgamator,
dibuka dan campuran bubuk amalgam dengan cairan merkuri tadi
diletakkan diatas kain kasa, kemudian diperas.
e. Adonan pada kain kasa diambil dengan pistol amalgam,
dimasukkan ke cetakan. Penempatan adonan amalgam dalam
cetakan, sedikit demi sedikit sambil dilakukan kondensasi
menggunakan kondenser sampai adonan padat. Tahap ini
dilakukan berulang-ulang sampai cetakan penuh, kemudian
dihaluskan dengan burnisher.
f. Kekerasan permukaan diamati dengan menggurat permukaan
amalgam menggunakan sonde.
g. Amalgam ditunggu sampai mengeras. Waktu yang diperlukan
sampai amalgam mengeras dicatat.
IV. Hasil PraktikumTabel 1. Data hasil praktikum bahan restorasi amalgam
Triturasi Manual Triturasi Mekanik
I II I II III
16 menit
17 detik
15 menit
14 detik
15 menit
18 detik
15 menit
54 detik
16 menit
26 detik
Praktikum amalgam dilakukan manipulasi dalam pengadukan yaitu
dengan dua kali cara manual dan tiga kali cara mekanik atau pengadukan
menggunakan mesin amalgamator. Bubuk amalgam dan merkuri yang digunakan
baik cara manual maupun mekanik menggunakan rasio 1:1. Percobaan pertama,
yaitu melakukan triturasi manual menggunakan bubuk amalgam 0,48gr dan cairan
merkuri 0,48gr yang diaduk selama 60 detik hingga homogen membutuhkan
waktu 16 menit 17 detik untuk mengeras setelah melakukan kondensasi serta
burnishing.
Sedangkan pada percobaan kedua, masih sama dengan percobaan pertama,
yaitu menggunakan bubuk amalgam 0,48gr dan cairan merkuri 0,48gr dengan 4
triturasi manual dan diaduk selama 60 detik membutuhkan waktu yang lebih cepat
untuk mengeras dan tidak dapat diburnishing lagi, yaitu 15 menit 14 detik.
Kemudian pada percobaan ketiga yaitu dengan cara mekanik (merek
ANA) diaduk menggunakan mesin amalgamator selama 8detik membutuhkan
setting time selama 15 menit 18detik. Seterusnya, percobaan yang sama tetapi
dengan menggunakan merek yang berdbeda, yaitu Nu Alloy, membutuhkan waktu
yang relatif sama yaitu 15 menit 54 detikt untuk mengeras. Percobaan terakhir
membutuhkan masa yang lebih lama dari percobaan sebelumnya untuk setting
yaitu 16 menit 26 detik
V. Pembahasan
V.1Setting Reaksi
Reaksi yang terjadi ketika bubuk alloy dan merkuri dicampur adalah sangat
kompleks. Struktur alloydari lapisan permukaan dipecah dan logam konstituen
mengalami penggabungan dengan merkuri.
Produk reaksi utama adalah fase silver-mercury (yang fase ɤ1) dan fase tin-
mercury (yang fase ɤ2) . The fase ɤ2 memiliki struktur tidak tepat dan nilai x dalam
rumus SnxHg dapat bervariasi dari 7 hingga 8. Persamaan tersebut menekankan
bahwa jumlah yang cukup besar dari alloy yang tidak bereaksi (fase ɤ) tetap tidak
digunakan (McCabe, 2008).
Partikel-partikel dari bubuk alloy dibasahi dengan merkuri selama triturasi
bubuk alloy dan merkuri, dimana ia berdifusi ke partikel. Hasil dari triturasi ini,
amalgam mengalami dissolution dan selanjutnya mengalami kristalisasi, dimana
ia membentuk suatu massa yang solid (Schmaltz, 2009).
V.2Manipulasi
Manipulasi amalgam melibatkan urutan berikut:
( 1 ) Proportioning dan pengeluaran
( 2 ) Triturasi
( 3 ) Kondensasi
( 4 ) Ukiran
5
( 5 ) Polishing
(1) Proportioning dan pengeluaran
Perbandingan takaran cairan merkuri dan bubuk amalgam yang dipakai
pada percobaan praktikum ini adalah 1:1.Untuk properti yang optimal, set
amalgamakhirharus mengandung kurang dari 50% merkuri. Bahan yang
digunakan pada rasio alloy/ merkuri pada ataumendekati 1:1 memerlukan
penghapusan kelebihanmerkuri trituration berikut dan selamakondensasi
(McCabe, 2008).
Jika terlalu banyak merkurihadir di final set amalgam, ada kemungkinan
bahwaterlalu banyak fase yang relatif sulit γ akandikonversi menjadi relatif lemah
dan lembut fase γ2dan cukup banyak merkuri akantidak bereaksi.
Jikapercobaandibuat menggunakan terlalu sedikit merkuri mungkin tidak cukup
untuk membasahi permukaan partikel alloydan menghasilkanfase bahan matriks
yangmencukupi untuk mengikat core γ yang tidak bereaksi. ini
akanmenghasilkanporositas dalam setmateri (McCabe, 2008).
Terdapatduametode yang digunakanuntukpercobaanpraktikum amalgam
yaitu, pertama, menimbang merkuridan komponen alloy menggunakan
keseimbangan.Metodeinimerupakanmetode yang paling akurat namun, jarang
digunakan dan keduanya seringproporsional menggunakan dispenser
volume(McCabe, 2008).
Metodeseterusnyaadalah metode lain yang nyaman dispensasimelibatkan
penggunaan kapsul. Masing-masingkapsul mengandung alloy dan merkuri dalam
proporsiyang telah ditentukan olehprodusen. Dua komponen yang
awalnyadipisahkan oleh sebuah membran kedap yangmudah hancur menggunakan
kapsul tekanpurpose-builtatau mulai bergetar kapsul dalammixer mekanik
yaitumesin amalgamator (McCabe, 2008).
(2) Triturasi
Triturasiadalahsalahsatudarivariabelyang
sangatpenting.Namun,sebelummelakukantriturasi,baiktriturasi manual
6
maupunmekanik, halyang perludilakukanterlebihdahuluadalahmenakarbubuk
amalgam dancairanmerkuri.Mengikutkesesuaianpraktikumkemarin,
perbandingantakarancairanmerkuridanbubuk amalgam yang dipakaiadalah
1:1.0,48grcairanmerkuriditimbangsesuaitakaran yang telahditentukan,
kemudianbubuk amalgamditakardengankeberatan 0,48gr (McCabe, 2008).
Pencampuran atau triturasi amalgamdapat dilakukan dengantangan,
menggunakan mortar and pestle, atau di mesin bertenaga listrikyang bergetar
kapsul yang mengandung merkuridan alloy yaitumesin amalgamator (McCabe,
2008).
Dalampercobaantriturasi manual, cairanmerkuridituangpadabubuk
amalgam yang adadi mortar,
kemudiandiadukdengancaramenekanpestlepadadindingmortarhinggahomogensela
ma 60 detik. Posisipestleyang dipakaiuntukmengadukadalahdengancarapen-type
grip. Ratio alloy/merkuri (1:1) diperlukanuntuk menghasilkan campuran yang
dapat dikerjakan dan tidak menggunakan tekanan yang berlebihan selama
triturasiuntuk mencegah pecahnya partikel alloyyang dapat mengubah karakter
campuran.Waktutriturasi yang dibutuhkantergantungdarijenislogamcampuranyang
digunakan, memiliki efek padasifat final set
amalgam.sertateknikpencampurandankelarutannya(McCabe, 2008).
Dalam percobaan triturasi mekanik, kapsul berisi bubuk amalgam
dancairanmerkuri yang telah ditakar diletakkan pada tempat pengaduk pada
amalgamator. Amalgamator dapat diatur lama triturasi dan kecepatannya sesuai
dengan yang dibutuhkan. Waktu yang diperlukan dalam triturasi mekanik sesuai
percobaan adalah 8 detik. Logam jenis spherical alloy cenderung membutuhkan
waktu triturasi yang pendek. Ini dikarenakan partikelnya lebih mudah terbasahi
daripada lathe-cut alloy. Keuntungan triturasi secara mekanik antara lain;
didapatkan hasil pencampuran yang seragam (homogen), waktu untuk proses
triturasi lebih pendek daripada triturasi secara manual, danrasio alloy dan merkuri
yang lebih besar dapat digunakan dalam teknik triturasi mekanik (McCabe, 2008).
3) Kondensasi
7
Amalgam dikemas atau dikondensasi ke dalam rongga selepas tritrurasi. Metode
yang paling banyak digunakan dari kondensasi adalah dengan instrumen tangan
disebut kondensor amalgam. Bentuk dan ukuran kondensor harus sesuai dengan
ukuran rongga. Kondensor amalgam harus dapat masuk dalam bentuk rongga.
Amalgam harus dikemas secara bertahap, setiap kenaikan menjadi setara dengan
volume bahan yang dapat dilakukan dengan menggunakan pistol amalgam. Pistol
amalgam digunakan untuk mentransfer bahan dari kain kasa ke rongga. Selama
kondensasi, lapisan cairan, merkuri terbentuk pada permukaan setiap lapisan
kenaikan. Rongga diisi penuh dan lapisan merkuri diukir dari permukaan. Metode
ini secara efektif mengurangi kandungan merkuri dari rongga yang diisi amalgam
sehingga meningkatkan sifat mekaniknya.
Teknik yang digunakan untuk kondensasi harus dipastikan seperti berikut,
• adaptasi yang memadai pada material ke seluruh bagian dasar rongga dan
dinding .
• ikatan yang baik antara lapisan tambahan dalam amalgam.
• sifat mekanik yang optimal pada set amalgam dengan meminimalkan
porositas dan mencapai kandungan merkuri akhir pada 44-48%.
Penundaan waktu yang minimal antara trituration dan kondensasi harus dicapai.
Jika kondensasi dimulai terlambat, lathe-cut amalgam memerlukan kekuatan
kondensasi tinggi pada frekuensi kondensasi cepat. Spherical amalgam
memerlukan tekanan kondensasi yang lebih rendah untuk mencapai tingkat
homogenitas dan kekuatan fisik yang sama.
4) Carving
Tujuan carving restorasi amalgam adalah untuk menghilangkan lapisan merkuri
di permukaan amalgam dan untuk membentuk anatomi gigi, membentuk kontak
dengan gigi bersebelahan. Jika carving tertunda terlalu lama setelah kondensasi
amalgam, bahan dapat menjadi terlalu keras untuk mengukir dan terjadi chipping
pada margin. Hal ini penting untuk memeriksa pola kontak oklusal sementara
8
ukiran restorasi. Spherical amalgam lebih mudah untuk mengukir daripada lathe-
cut amalgam.
5) Polishing
Polishing adalah untuk mencapai permukaan berkilau dengan penampilan yang
lebih dapat diterima dan ketahanan korosi yang lebih baik. Tambalan tidak harus
dipoles sampai bahan telah mencapai tingkat kekuatan mekanik tertentu, jika
tidak, kebahayaan fraktur akan terjadi, terutama pada margin. Kekuatan yang
harus dicapai sebelum polishing dimulai tidak tertentu, tetapi banyak produk
memerlukan penundaan 24 jam antara penempatan dan polishing. Hal ini
menyatakan bahwa beberapa bahan fast setting dapat dipoles segera setelah
penempatan.
VI. Kesimpulan
a. Amalgam merupakan bahan restorasi yang berasal dari logam campur
yaitu merkuri dan logam lain.
b. Triturasi mempengaruhi setting time amalgam. Semakin cepat triturasi
maka semakin cepat pula setting time.
c. Setting time dipengaruhi oleh rasio bubuk alamgam dengan cairan
merkuri. Rasio yang tepat untuk manipulasi amalgam adalah 1:1
REFERENSI
9
McCabe J. F., Walls A. W. G. (2008). Applied Dental Materials. 9th Ed. UK:
Blackwell Publishing Ltd.
Schmalz G. (2009). Biocompatibility of Dental Materials. Germany: Springer-
Verlag Berlin Heidelberg.
10