identifikasi residu pestisida dieldrin dalam beras …

86
SKRIPSI IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS LOKAL DAN BERAS IMPOR DI PASAR TERONG DAN LOTTE MART KOTA MAKASSAR TAHUN 2013 MUSFIANDI TAQWIN K 111 09 370 skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

i

SKRIPSI

IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN

DALAM BERAS LOKAL DAN BERAS IMPOR

DI PASAR TERONG DAN LOTTE MART

KOTA MAKASSAR TAHUN 2013

MUSFIANDI TAQWIN

K 111 09 370

skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

ii

ABSTRACT

HASANUDDIN UNIVERSITY

FACULTY OF PUBLIC HEALTH

ENVIRONMENTAL HEALTH

Thesis, MAY 2013

MUSFIANDI TAQWIN

"THE IDENTIFICATION OF DIELDRIN PESTICIDE RESIDUES IN

LOCAL RICE AND IMPORT RICE AT THE TERONG MARKET AND

LOTTE MART OF MAKASSAR CITY "

The using of pesticides are increasing year by year. The high using of

pesticides can not be separated from the function of pesticides which can reduce

the problem of agricultural, especially pest plants problem and can increase

agricultural productions. The high using of pesticides allows for pesticide residues

cause health problems in humans. One of the kind of pesticides that used by

farmers at most and generated a lot of residues on rice is Dieldrin. Rice as a staple, is

a marker that the pattern of the people consumption of rice is very high. This

research aims to determine the existence and the amount of content of dieldrin

pesticide recidues in local rice and import rice at the Terong Market and Lotte

Mart Makassar.

The type of the research which conducted is an observational method with

a descriptive approach to obtain the data in the field by identifying the pesticide

dieldrin residues in local rice and import rice through laboratory analysis. The

inspection of sample was conducted at the Pesticide Testing Laboratory BPTPH.

The result of sample test at The Pesticide Testing Laboratory of Technical

Implementation Unit of the Department of Plant Protection Institute of Food and

Horticulture of South Sulawesi, with Gas Chromatography method, showed no

detection of pesticide residues of dieldrin in the local rice and imported rice from

the market Eggplant and Lotte Mart and can safely be said to consumption

because it is still below the MRL limits based SNI 2008 is 0.02 mg / kg.

Keywords: Pesticides, Residues, Dieldrin.

References: 33 (1991-2012)

Page 3: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

iii

ABSTRAK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN LINGKUNGAN

SKRIPSI, MEI 2013

MUSFIANDI TAQWIN

“IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS

LOKAL DAN BERAS IMPOR DI PASAR TERONG DAN LOTTE MART

KOTA MAKASSAR”

Penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tingginya

penggunaan pestisida tidak terlepas dari fungsi pestisida yang dapat mengurangi

masalah pertanian terutama masalah hama tanaman dan dapat meningkatkan

produksi pertanian. Tingginya penggunaan pestisida memungkinkan adanya

residu pestisida yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia.

Salah satu golongan pestisida yang paling banyak digunakan petani dan banyak

menimbulkan residu pada beras adalah Dieldrin. Merupakan bahan pokok

menandakan pola konsumsi masyarakat terhadap beras sangat tinggi. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan jumlah kandungan residu

pestisida dieldrin dalam beras lokal dan beras impor di Pasar Terong dan Lotte

Mart Kota Makassar.

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah metode observasional dengan

pendekatan deskriptif untuk memperoleh data di lapangan dengan cara

mengidentifikasi residu pestisida dieldrin dalam beras lokal dan beras impor

melalui analisis laboratorium. Pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium

Pengujian Pestisida BPTPH.

Hasil pemeriksaan sampel di Laboratorium Pengujian Pestisida Unit

Pelaksana Teknis Dinas Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

Sulawesi Selatan, dengan metode Kromatografi Gas, menunjukkan tidak

terdeteksinya residu pestisida dieldrin dalam beras lokal dan beras impor yang

berasal dari pasar Terong dan Lotte Mart dan bisa dikatakan aman untuk

dikonsumsi karena masih dibawah batas BMR berdasarkan SNI 2008 yaitu 0,02

mg/kg.

Kata Kunci : Pestisida, Residu, Dieldrin.

Daftar Pustaka : 33 (1991-2012)

Page 4: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Identifikasi Residu Pestisida Dieldrin Dalam Beras Lokal Dan Beras Impor

di Pasar Terong dan Lotte Mart Kota Makassar Tahun 2013”. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Sujud Syukur yang kupersembahkan skripsi ini terkhusus kepada kedua

orang tua tercinta Ayahanda H. Mustaring, SE dan Ibunda Hj. Nursiah, S.Pd.

Terima kasih atas segala pengorbanan, kesabaran, dukungan, semangat, dan do’a

restu di setiap langkah ini, kiranya amanah yang diberikan kepada penulis tidak

tersia-siakan.

Penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sedalam-

dalamnya kepada Bapak Dr. Sukri Palutturi, SKM, MPH selaku penasehat

akademik atas segala motivasi dan bimbingannya selama ini sejak awal mulai

menginjakkan kaki di Fakultas tercinta ini. Serta tak lupa pula penulis

menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada bapak Dr. Anwar Daud,

SKM, M.Kes selaku pembimbing I dan bapak Agus Bintara Birawida, S.Kel,

M.Kes selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan, pengarahan, serta petunjuk yang sangat berguna sehingga tersusunlah

skripsi ini. Terima kasih pula kepada tim penguji Anwar, SKM, M.Sc, Dr. Suriah,

Page 5: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

v

SKM, M.Kes dan Awaluddin, SKM, M.Kes yang telah banyak memberikan

masukan serta arahan guna penyempurnaan penulisan skripsi ini. Melalui

kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. H.M Alimin Maidin, MPH , selaku Dekan FKM Unhas,

beserta seluruh pegawai FKM Unhas yang telah memberikan bimbingan

selama mengikuti pendidikan.

2. Bapak dr. Hasanuddin Ishak, M.Sc., Ph.D sebagai Ketua Bagian Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Masyarakat Universitas

Hasanuddin beserta seluruh staf.

3. Bapak dan Ibu dosen FKM UNHAS yang telah memberikan bimbingan dan

ilmu pengetahuan kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan, terkhusus

kepada Bapak dan Ibu dosen jurusan Kesehatan Lingkungan.

4. Kepada saudara saya Musfriliandi Taswin, Miftakhul Ramadhan dan Muh.

Mey Rezky yang sudah memberikan dorongan semangat, keyakinan, dan

serta memotivasi kepada penulis

5. Teman-teman seperjuangan selama kuliah Muh. Aedil, Muh. Irwan Rizali,

Haerul Anwar, Adnan Amal Yusfar, Asrori Muhofi, Muh. Wiranto,

Firnasruddin, M. Zuldarisman dan Muh. Suyuti yang selalu terbuka untuk

saling berbagi suka dan duka selama kuliah dan sampai pada proses

penyelesaian skripsi ini, salam sukses dan semoga kita termasuk golongan

orang-orang yang beruntung, sukses dan bahagia, Amin.

Page 6: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

vi

6. Spesial buat Juwita Nurul Hikma P yang selalu memberikan semangat,

motivasi, serta canda dan tawanya selama penulis berada di FKM.

7. Teman-teman seperjuangan di jurusan Kesling (Tata, Idhe, Iman, Iccha, Andi

Itha, Wiwi, Lilis, dll) yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi

ini dan terima kasih untuk kebersamaannya.

8. Teman-teman angkatan 2009, teman-teman KKN PK angkatan 41 posko

Kelurahan Bontotangnga Kabupaten Jeneponto, teman-teman PBL Kelurahan

Kunjung Mae Kecamatan Mariso yang senantiasa memberikan dukungan,

motivasi, kesabaran serta kasih sayang yang tulus kepada penulis yang tak

terhingga nilainya.

9. Teman-teman Pengurus HmI, Forkom Kl, KSR PMI Unhas, BRS Community

dan KPA Jelajah Nusantara yang senantiasa memberikan dukungan, terima

kasih untuk semua kebersamaan dan pengalaman yang diberikan selama

periode kepengurusan.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena

itu, besar harapan penulis kepada pembaca atas kontribusinya berupa saran dan

kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya Kepada Allah SWT jualah penulis memohon doa dan berharap

semoga kebaikan yang diberikan akan mendapat imbalan yang berlipat ganda dan

semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi siapapun. Amin

Makassar, Juni 2013

Penulis

Page 7: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...............................................................................................

RINGKASAN...........................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................

DAFTAR TABEL ....................................................................................

DAFTAR SINGKATAN..........................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................

B. Rumusan Masalah ...........................................................

C. Tujuan Penelitian .............................................................

D. Manfaat Penelitian ...........................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pestisida ..................................

1. Pengertian Pestisida ...................................................

2. Jenis Pestisida ............................................................

B. Tinjauan Umum Tentang Beras ......................................

C. Tinjauan Umum Tentang Insektisida ..............................

D. Tinjauan Umum Tentang Kromatografi Gas....................

E. Tujuan Umum Pasar .........................................................

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Landasan Pemikiran.............................. ...........................

B. Pola Pikir Variabel Yang Diteliti......................................

C. Defenisi Operasional .......................................................

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .................................................................

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................

Halaman

i

iii

iv

vii

ix

x

xi

1

8

9

11

11

26

42

44

47

52

56

57

57

59

59

Page 8: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

viii

C. Populasi dan Sampel .......................................................

D. Teknik Penarikan Sampel .................................................

E. Metode Pengujian Sampel ................................................

F. Pengumpulan Data ...........................................................

G. Pengolahan dan Penyajian Data .......................................

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ..................................................................................

B. Pembahasan ......................................................................

C. Keterbatasan Peneliti.........................................................

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.........................................................................

B. Saran............ ......................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

59

60

60

62

62

63

66

71

72

72

Page 9: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1

Tabel 2

Tabel 3

Persistensi Beberapa Pestisida dari Golongan

Organoklorin

Beberapa merek dagang untuk pestisida yang berbahan

aktif senyawa organoklorin

Hasil Analisa Konsentrasi Residu Pestisida Dieldrin

pada Beras Lokal dan Beras Impor di Pasar Terong

dengan Kromatografi Gas

37

38

64

Tabel 4 Hasil Analisa Konsentrasi Residu Pestisida Dieldrin

pada Beras Lokal dan Beras Impor di Lotte Mart

dengan Kromatografi Gas

65

Page 10: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

x

DAFTAR SINGKATAN

ATSDR : Agency for Toxic Substances and Disease Registry

BMR : Batas Maksimum Residu

BPTPH : Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

DDT : Dikloro difenil trikloroetan

ECD : Electron capturedetector

LD50 : Lethal Dosage 50 %

OPT : Organisme Pengganggu Tanaman

PHT : Pengendalian Hama Tanaman

Ppb : Part per billion

Ppm : Part per million

SNI : Standar Nasional Indonesia

UNEP : United Nations Environment Programe

WHO : World Health Organization

Page 11: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Standar Nasional Indonesia (SNI) Batas Maksimum Residu Pestisida Pada

Hasil Pertanian

2 Hasil Kromatogram Standar dan Residu Pestisida Dieldrin di

Laboratorium Pengujian Pestisida BPTPH Sulawesi Selatan

3 Laporan Hasil Pengujian dari Laboratorium Pengujian Pestisida BPTPH

Sulawesi Selatan

4 Surat Keterangan Telah Melakukan Pengujian di Laboratorium Pengujian

Pestisida BPTPH Sulawesi Selatan

5 Surat Izin Penelitian dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanuddin Makassar

6 Surat Izin Penelitian dari Gubernur Sulawesi Selatan ke Kantor Walikota

Makassar

7 Surat Izin Penelitian dari Kantor Walikota Makassar ke Dir. PD Pasar

Makassar Raya dan Pimp. Lotte Mart Kota Makassar

8 Surat Izin Penelitian dari PD Pasar ke Pasar Pannampu dan Lotte Mart Kota

Makassar.

9 Daftar Riwayat Hidup

10 Dokumentasi Penelitian

Page 12: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan yang dihadapi di bidang pertanian tidak terlepas

dari penggunaan tekhnologi yang digunakan untuk mengolah lahan

pertaniaan. Dalam perspektif kesehatan, penerapan tekhnologi adalah suatu

health risk. Ketika terjadi perubahan ataupun pemilihan sebuah teknologi,

secara implisit akan terjadi perubahan faktor resiko kesehatan. Teknologi

mencangkul digantikan dengan traktor, pemberantasan hama dengan predator

digantikan dengan penggunaan pestisida, akan mengubah faktor resiko

kesehatan yang dihadapi (Achmadi, 2008).

Penerapan teknologi baru memerlukan adaptasi sekaligus

keterampilan. Demikian pula dengan penggunaan pestisida, ada banyak

faktor yang harus diperhatikan, seperti indikasi hama, kapan saat

menyemprot hama, takaran, teknik penyemprotan, dan lain-lain. Ironisnya,

teknologi baru ini memiliki potensi bahaya khusunya pada saat kritis

pencampuran. Banyak kasus dan penelitian yang sudah membuktikan banyak

korban yang sudah berjatuhan akibat penggunaan pestisida.

Penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini

tidak terlepas dari manfaat yang dirasakan masyarakat dari penggunaan

pestisida tersebut. Salah satu peranan pestisida yang dijelaskan Saenong

(2007) adalah untuk membantu mengatasi permasalahan organisme

Page 13: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

2

pengganggu (hama) dan penyakit tanaman. Bahkan, pestisida telah menjadi

alat sangat penting didalam meningkatkan produksi pertanian. Hal ini

mengakibatkan pestisida menjadi sarana pengendalian hama dan penyakit

tanaman yang memegang peranan penting dan dibutuhkan oleh petani.

Mengutip data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Program

Lingkungan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNEP), 1-5 juta kasus keracunan

pestisida terjadi pada pekerja yang bekerja di sektor pertanian. Sebagian

besar kasus keracunan pestisida tersebut terjadi di negara berkembang, yang

20.000 diantaranya berakibat fatal. Jumlah keracunan yang akan terjadi

diperkirakan lebih tinggi lagi, mengingat angka tersebut diperoleh dari kasus

yang dilaporkan oleh korban keracunan, maupun dari angka statistik.

Pada tahun 1996 di Filipina, 52 orang masuk rumah sakit akibat

keracunan pestisida, 35 diantaranya keracunan berat. Tahun 1999 di Peru, 24

anak beberapa diantaranya masih berumur 4 tahun meninggal setelah kantong

susu yang mereka minum dicampur dengan parathion, jenis insektisida yang

digunakan untuk membunuh anjing dan tikus (health modul, 1999).

Disamping dapat menimbulkan keracunan melalui kontak langsung

dengan pestisida, Penggunaan pestisida dapat mencemari lingkungan dengan

meninggalkan residu dalam tanah serta dalam bagian tanaman seperti buah,

daun, dan umbi. Data lapangan menunjukkan adanya residu insektisida pada

beras dan tanah sawah di Jawa, berupa organofosfat, organoklorin, dan

karbamat (Widianto, 1994).

Page 14: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

3

Residu pestisida pada tanaman dapat berasal dari hasil penyemprotan

pada tanaman. Residu insektisida terdapat pada semua tubuh tanaman seperti

batang, daun, buah, dan juga akar. Khusus pada buah, residu ini terdapat pada

permukaan maupun daging dari buah tersebut. Walaupun sudah dicuci atau

dimasak residu pestisida ini masih terdapat pada bahan makanan.

Menurut Pandit (2006) tingkat keracunan pestisida jenis insektisida

dapat dibedakan menjadi 3, yaitu acute poisoning, yaitu keracunan yang

terjadi akibat masuknya sejumlah besar pestisida sekaligus ke dalam tubuh.

Misal, kasus salah makan ataupun bunuh diri. Gejala dari keracunan akut,

mual, muntah-muntah, sakit kepala, pusing, panik, kejang otot, dan lemah

otot.

Sub acut poisoning, merupakan keracunan yang ditimbulkan oleh

sejumlah kecil pestisida yang masuk ke dalam tubuh, namun terjadinya

secara ber ulang-ulang. Sementara untuk chronic poisoning, yaitu keracunan

akibat msuknya sejumlah kecil pestisida dalam waktu yang lama dan

pestisida mengalami kecenderungan untuk terakumulasi dalam tubuh.

Salah satu kendala yang dihadapi petani dalam budidaya tanaman

baik yang di dataran rendah maupun dataran tinggi adalah masalah hama

dan penyakit. Penggunaan pestisida merupakan alternatif utama yang

dilakukan dalam mengendalikan hama penyakit tanaman, terutama pada

daerah-daerah sentral penghasil beras, karena dianggap paling efektif

dibandingkan cara biologis dan fisik. Penggunaan pestisida sintetis mencapai

2.300 kg setahun, pemanfaatan pestisida sintetis yang tidak

Page 15: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

4

terkendali memerlukan biaya tambahan untuk memulihkan lingkungan

(Suprapta, 2005).

Kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida kadang-kadang

menyalahi aturan, selain dosis yang digunakan melebihi takaran, petani juga

sering mencampur beberapa jenis pestisida, dengan alasan untuk

meningkatkan daya racunnya pada hama tanaman. Tindakan yang demikian

sebenarnya sangat merugikan, karena dapat menyebabkan semakin tinggi

tingkat pencemaran pada lingkungan oleh pestisida.

Jenis padi di Indonesia yang menghasilkan beras sangat beragam

sebagai contoh jenis padi sawah terdiri dari varietas Rojele, Sintanur,

Cihelang, Cimalaya, dan Pandan Wangi. Sedangkan dari jenis Gogo terdiri

dari varietas Bulu, Poso, Wangi Lokal, Gogo Merah dan danau tempe. Semua

jenis padi lokal indonesia ini harus dilestarikan dan dikembangkan agar terus

bermanfaat bagi kehidupan indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidup

maupun kelestarian plasma nnutfanya. (Daud , Dewi dan Faizal. S. 2011).

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk dengan

tingkat pertumbuhan yang tinggi. Penduduk Indonesia pada tahun 2011

diperkirakan mencapai 241 juta jiwa. Pada tahun 2011, data BPS

menunjukkan bahwa tingkat konsumsi beras mencapai 139kg/kapita lebih

tinggi dibanding dengan Malaysia dan Thailand yang hanya berkisar 65kg -

70kg perkapita pertahun. Beras sebagai makanan pokok utama masyarakat

Indonesia sejak tahun 1950 semakin tidak tergantikan meski roda energy

diversifikasi konsumsi sudah lama digulirkan, hal ini terlihat bahwa pada

Page 16: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

5

tahun 1950. Konsumsi beras nasional sebagai sumber karbohidrat baru

sekitar 53% Bandingkan dengan tahun 2011 yang telah mencapai sekitar

95%.

Dalam rencana strategis Kementerian Pertanian menempatkan

beras, sebagai satu dari lima komoditas pangan utama. Kementerian

Pertanian mentargetkan pencapaian swasembada dan swasembada

berkelanjutan atas tanaman pangan pada tahun 2010-2014 yakni padi, jagung,

kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar Karena padi sudah

pada posisi swasembada mulai 2007, maka target pencapaian selama 2010-

2014 adalah swasembada berkelanjutan dengan sasaran produksi padi sebesar

75,7 juta ton GKG (Gabah Kering Giling).

Residu pestisida pada tanaman dapat berasal dari hasil penyemprotan

pada tanaman. Residu insektisida terdapat pada semua tubuh tanaman seperti

batang, daun, buah, dan juga akar. Khusus pada buah, residu ini terdapat pada

permukaan maupun daging dari buah tersebut. Walaupun sudah dicuci atau

dimasak residu pestisida ini masih terdapat pada bahan makanan.

Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh badan Standar Nasional

Indonesia (SNI) 2008, tentang batas maksimum residu pestisida pada

tanaman, Residu pestisida untuk golongan organofosfat (klorpirifos) masih

diperbolehkan ada di dalam tanaman dalam konsentrasi yang telah

ditentukan, khusus untuk beras batas konsentrasi residu yang diperbolehkan

yaitu 0,5 mg.

Page 17: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

6

Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil

pertanian bahan pangan atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung

maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida. Istilah ini mencakup juga

senyawa turunan pestisida, seperti senyawa hasil konversi, metabolit,

senyawa hasil reaksi dan zat pengotor yang dapat bersifat toksik. Residu

pestisida menimbulkan efek yang bersifat tidak langsung terhadap konsumen,

namun dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan

diantaranya berupa gangguan pada syaraf dan metabolisme enzim. Residu

pestisida yang terbawa bersama makanan akan terakumulasi pada jaringan

tubuh yang mengandung lemak. Akumulasi residu pestisida ini pada manusia

dapat merusak fungsi hati, ginjal, sistem syaraf, menurunkan kekebalan

tubuh, menimbulkan cacat bawaan, alergi dan kanker (Sakung, 2004).

Terkait dengan swasembada beras capaian produksi komoditas

pertanian selama tahun 2005-2009 telah menunjukan prestasi sangat

baik, antara lain: peningkatan produksi padi dari 57,16 juta ton tahun 2007

menjadi 60,33 juta ton pada tahun 2008, atau meningkat 3,69 %, sehingga

terjadi surplus 3,17 juta ton GKG, dan mendorong beberapa perusahaan

untuk mengekspor beras kelas premium. Target produksi padi 2009

sebesar 63,5 juta ton, sementara berdasarkan ARAM III (Juni 2009)

produksi padi telah mencapai 63,8 juta ton atau mencapai 100,5 % dari

target tahun 2009. Peningkatan produksi ini telah menempatkan Indonesia

meraih kembali status swasembada beras sejak tahun 2007.

Page 18: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

7

Hasil penelitian menyebutkan akibat penggunaan berbagai pestisida

sintetis sekitar 2 juta orang dilaporkan menderita keracunan dan 40.000

diantaranya berakibat fatal. Selanjutnya dilaporkan kasus keracunan pestisida

di Indonesia antara tahun 1976-1986 tercatat 2.075 orang dan 236 orang

diantaranya meninggal dunia. Pada Juli tahun 2000 dilapoi,rkan 16 orang

petani belia di wilayah Kolda; Senegal yang berupaya melindungi bibit

kacang tanah menggunakan pestisida serbuk Grannox TBC dan Spinox T,

tiba-tiba sakit dan mati (Suprapta, 2005).

Kasus keracunan pada petani padi di Desa Barang Pale Kabupaten

Pirang berdasarkan hasil pemeriksaan cholinestrase pada penelitian Rusli

(2002) dari 40 orang petani, ternyata terdapat 26 orang (65%) kategori ringan

dan 14 orang (27,5 %) masih dalam batas normal. Penelitian terkait yang

dilakukan Mulyana (2003) pada sayuran didapati residu golongan

organophosfat pada sayuran berkisar antara 0,125-9,5 Ppm yang

menunjukkan tingkat membahayakan bagi manusia dan telah melampaui nilai

Acceptable Daily Intake (ADI) yaitu 0,001-0,002 Ppm.

Hasil pemeriksaan cholinestrase darah petani yang dilakukan BTKL-

PPM Makassar tahun 2006 di Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi

Tengah terdeteksi 0,04 dan 0,01 mg/kg bahan aktif deltametrin, dan

Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara terdeteksi 0,090

mg/kg. sedangkan di Kabupaten Enrekang dan Kabupaten Gowa Propinsi

Sulawesi Selatan terdeteksi 0,01 mg/kg dan 0,49 mg/kg bahan aktif

klorpirifos.

Page 19: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

8

Pasar terong merupakan salah satu pasar tradisional terbesar yang ada

di kota makssar. Pasar terong merupakan tempat berkumpulnya segala jenis

beras dan tanaman kortikultura yang berasal dari perbagai pemasok utamanya

pemasok beras di wilayah sulawesi selatan. Hal tersebut menjadikan harga

beras di pasar terong relatif lebih murah dibandingkan pasar tradisional yang

lain sehingga mayoritas masyaraakat makassar membeli kebutuhan akan

sayuran, buah maupun rempah di pasar terong.

Lotte Mart merupakan salah satu pasar modern terbesar di kota

Makassar. Selain lokasinya yang strategis juga memiliki harga yang relatif

murah dibanding pasar modern lainnya.

Dari permasalahan diatas peneliti ingin melakukan penelitian

mengenai identifikasi residu pestisida jenis Organoklorin dengan bahan aktif

dieldrin dalam beras di pasar tradisional (pasar Terong) dan pasar Modern

(Lotte Mart) di Kota Makassar tahun 2012.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah terdapat residu pestida golongan organoklorin dengan bahan

aktif dieldrin dalam beras lokal dan beras impor di Pasar Terong dan

Lotte Mart ?

2. Berapa banyak bahan aktif dieldrin dalam beras lokal dan beras impor

di Pasar Terong dan Lotte Mart ?

Page 20: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

9

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya golongan organoklorin dengan bahan

aktif dieldrin dalam beras lokal dan beras impor di Pasar Terong dan

Lotte Mart.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui adanya residu pestisida golongan organoklorin

dengan bahan aktif dieldrin dalam beras lokal dan beras impor

berdasarkan asal pemasok beras di Pasar Terong dan Lotte Mart.

b) Untuk mengetahui konsentrasi bahan aktif dieldrin pada beras lokal

dan beras impor di Pasar Terong dan Lotte Mart.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak

antara lain:

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengembangan ilmu pengetahuan tentang kesehatan lingkungan di

bidang pertanian khususnya pestisida.

2. Dinas Kesehatan dan Pertanian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam menentukan kebijakan penggunaan pestisida

untuk Dinas Pertanian serta pelayanan kesehatan untuk mencegah

keracunan pestisida di DinasKesehatan.

Page 21: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

10

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan

penelitian, analisis data dan penelitian ilmiah.

4. Bagi Masyarakat

Menambah pengetahuan petani tentang risiko lingkungan

terhadap penggunaan pestisida di dalam pertanian sehingga

diharapkan dapat memilih serta menggunakan pestisida secara tepat

dan aman.

Page 22: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Umum Tentang Pestisida

1. Pengertian Pestisida

Pestisida menurut Soemirat (2005) berasal dari kata pest yang berarti

hama dan sida berasal dari kata caedo yang berarti pembunuh. Jadi, secara

sederhana pestisida dapat diartikan sebgai pembunuh hama. Pengertian

lain dikemukan Dadang (2006) bahwa pestisida adalah semua bahan yang

dapat mempengaruhi kehidupan organisme kehidupan mikroorganisme,

atau pestisida adalah semua bahanbahan racun yang digunakan untuk

membunuh jasad hid up yang mengganggu tumbuhan, temak dan

sebagainya yang diusahakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya.

Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun

yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan

tungau di Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti

arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk

memberantas serangga pada abad ke-15. Kemudian pada abad ke-17 nikotin

sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai insektisida.

Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisida alami yaitu, pyretrum yang

diekstrak dari chrysanthemum dan rotenon yang diekstrak dari akar tuba

Derris eliptica (Sastroutomo, 1992).

Page 23: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

12

Othmar Zeidler di Tahun 1874 adalah orang yang pertama kali

mensintesis DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane), tetapi fungsinya

sebagai insektisida baru ditemukan oleh ahli kimia Swiss, Paul Hermann

Muller pada tahun 1939 yang dengan penemuannya ini dia dianugrahi hadiah

nobel dalam bidang Physiology atau Medicine pada tahun 1948

(NobelPrize.org). Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida

sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas (Weir, 1998).

Beberapa literatur menyebutkan bahwa tahun 1940an dan 1950an

sebagai aloera pestisida. Penggunaan pestisida terus meningkat lebih dari

50 kali lipat semenjak tahun 1950, dan sekarang sekitar 2,5 juta ton

pestisida ini digunakan setiap tahunnya. Dari seluruh pestisida yang

diproduksi di seluruh dunia saat ini, 75% digunakan di negara-negara

berkembang (Sudarmo, 1987).

Di Indonesia, pestisida yang paling banyak digunakan sejak tahun

1950an sampai akhir tahun 1960-an adalah pestisida dari golongan

hidrokarbon berklor seperti DDT, endrin, aldrin, dieldrin, heptaklor dan

gamma BHC. Penggunaan pestisida-pestisida fosfat organik seperti

paration, OMPA, TEPP pada masa lampau tidak perlu dikhawatirkan,

karena walaupun bahan-bahan ini sangat beracun (racun akut), akan tetapi

pestisida-pestisida tersebut sangat mudah terurai dan tidak mempunyai

efek residu yang menahun. Hal penting yang masih perlu diperhatikan

masa kini ialah dampak penggunaan hidrokarbon berklor pada masa

lampau khususnya terhadap aplikasi derivat-derivat DDT, endrin dan

dieldrin.

Page 24: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

13

Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 07/PERME

NTAN/SR.140/2/2007 mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia

atau bahan lain dan jasad renik serta virus yang digunakan untuk: 1)

memberantas atau mencegah hama-hama tanaman, bagian-bagian tanaman

atau hasil-hasil pertanian. 2) Memberantas rerumputan. 3) Mematikan

daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan. 4)

Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian bagian

tanaman, tidak termasuk pupuk. 5) Memberantas atau mencegah hama-

hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak. 6). Memberantas dan

mencegah hama-hama air; 7). Memberantas atau mencegah binatang-

binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat

pengangkutan; 8). Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang

dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu

dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Tata nama (nomenklatur) pestisida dijelaskan Novizan (2002)

merupakan ketetapan internasional, sehingga di seluruh negara memiliki

kesamaan dalam menyebutkannya. Pestisida mempunyai tiga macam

nama, yaitu :

a) Nama umum (Common name) : Yaitu nama yang telah didaftarkan

pada International Standard Organization (ISO). Nama umum

biasanya dipakai sebagai nama bahan aktif suatu pestisida.

Page 25: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

14

b) Nama kimia (Chemical name) : Yaitu nama dari unsur atau senyawa

kimia dari suatu pestisida yang terdaftar pada International Union

for Pure dan Applied Chemistry

c) Nama dagang (Trade name) : Yaitu nama dagang dari suatu produk

pestisida yang biasanya telah terdaftar dan mendapat semacam paten

dari masing-masing Negara

2. Jenis Pestisida

Pada dasamya pestisida yang beredar telah daJam bentuk formulasi

yaitu campuran antara bahan aktif dengan bahan tambahan. Penambahan

bahan tabahan tersebut berguna untuk memudahkan aplikasi, menambah

efektifitas, menambah efisiensi dan keamanan dalam aplikasi. Pestisida

dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sasaran, bentuk fisik, bentuk

formulasi, cara kerjanya, cara masuk, golongan senyawa, dan asal bahan

aktif (Dadang, 2006).

a) Berdasarkan jenis sasaran

Berdasarkan jenis sasaran, pestisida dapat dikelompokkan menjadi:

1) Insektisida : sasaran dan jenis serangga

2) Akansida : sasaran dan jenis tungau

3) Fungisida : sasaran dan jenis cendawan

4) Nematisida : sasaran dan jenis nematoda

5) Baktensida : sasaran dan jenis bakten

6) Moluskisida : sasaran dan jenis moluska (keong)

7) Termisida : sasaran dan jenis rayap

Page 26: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

15

8) Herbisida : sasaran dari jenis gulma

9) Rodentisida : sasaran dari jenis hewan pengerat

10) Piscisida : sasaran dan jenis ikan liar

b) Berdasarkan bentuk formulasi

Berdasarkan bentuk formulasi, pestisida dikelompokkan menjadi :

1) Butiran (G/granul), biasanya pestisida dengan formulasi bentuk ini

dapat langsung diaplikasikan tanpa harus diiarutkan terlebih dahulu.

2) Powder (tepung) 0NP). biasanya harus dilarutkan terlebih dahulu

sebelum diaplikasikan. Formulasi bentuk ini membentuk sediaan

pestisida berupa suspensi. sehingga sangat diperlukan pengadukan

yang terus menerus karena sifat sediaan ini dapat mengendap dan

dapat merusak alat aplikasi atau terjadinya penyumbatan pada noze/.

Beberapa kode formulasi pestisida yang sejenis artinya akan menjadi

suspensi jika diencerkan dengan air adalah SC, F. dan lain-lain.

3) EC (Emulsifiable I emulsible concentrates). Pestisida dengan

formulasi berbentuk EC ini akan membentuk emulsi (seperti susu)

pada larutan semprot. Larutan jadi ini tidak memerlukan pengadukan

yang terus menerus. Pada umumnya insektisida memiliki formulasi

bentuk EC.

4) AS. Pestisida dengan formulasi ini akan membentuk larutan yang

homogen setelah dicampurkan dengan air. Biasanya pestisida dengan

bentuk formulasi ini adalah dari golongan herbisida. Beberapa kode

Page 27: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

16

formulasi lain yang akan menjadi larutan jika diencerkan dengan air

adalah SP, L, WSC, dan lain-lain.

c) Bedasarkan cara kerja

Berdasarkan cara kerja pestisida dike!ompokkan menjadi:

1) Kelompok IGR, mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

2) Racun syaraf, biasanya mengganggu fungsi syaraf sehingga

3) Kematian yang cepat dapat terjadi. Umumnya insektisida yang

beredar di pasaran sekarang ini pada umumnya adalah insektisida

yang beke~a sebagai racun syaraf seperti golongan organofosfat,

karbamat, dan piretroid.

4) Mempengaruhi fungsi enzim,

5) Mempengaruhi tingkah laku,dan lain-lain.

d) Berdasarkan cara masuk

Berdasarkan eara masuk, pestisida dikelompokkan:

1) Racun kontak, artinya pestisida daJam hal ini senyawa bahan aktif

masuk melalui kontak atau masuk ke tubuh serangga melalui

dinding tubuh atau kutikula.

2) Racun perut, artinya senyawafbahan aktif masuk ke dalam tubuh

serangga meialui proses makan (mulut) dan masuk ke tubuh

melalui pencemaan.

3) Racun sistemik, senyawa bahan aktif terserap oleh tanaman lalu

ditransportasikan ke seluruh jaringan tanaman.

Page 28: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

17

4) Fumigan, artinya senyawalbahan aktif masuk ke dalam tubuh

sasaran

melalui sistem pemapasan.

e) Berdasarkan asal bahan aktif

Berdasarkan asal bahan aktif, pestisida dapat digolongkan menjadi:

1) Sintetik

a. Anorganik : garam-garam beracun seperti arsenat, flourida,

tembaga sulfat dan garam merkuri .

b. Organik

i. Organokhorin : DDT, SHC, endrin, dieldrin, dll.

ii. Heterosiklik : Kepone, mirex , dU.

iii. Organofosfat : klorpirifos, prefonofos, dll.

iv. Karbamat : earbofuran, SPMC, dU.

v. Dinitrofenol : Dinex, dU.

vi. Thiosianat : lethane, dll.

vii. Lain-lain : methylbromida dll.

2) Hasil alam (biopestisida) : Nikotinoida, Piretroida, Rotenoida dU

(Dadang, 2006).

3. Keracunan Pestisida

Pada dasarnya tidak ada batas yang tegas tentang

penyebab dari keracunan berbagai macam zat kimia, karena setiap

zat kimia mungkin menjadi penyebab dari keracunan tersebut,

Page 29: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

18

yang membedakannya adalah waktu terjadinya keracunan dan

organ target yang terkena.

a) Cara terjadinya keracunan (Depkes RI, 1992 dalam Afriyanto,

2008).

1) Self poisoning

Pada keadaan ini petani menggunakan pestisida

dengan dosis yang berlebihan tanpa memiliki pengetahuan

yang cukup tentang bahaya yang dapat ditimbulkan dari

pestisida tersebut. Self poisoning biasanya terjadi karena

kekurang hati-hatian dalam penggunaan, sehingga tanpa

disadari bahwa tindakannya dapat membahayakan dirinya.

2) Attempted poisoning

Dalam kasus ini, pasien memang ingin bunuh diri

dengan dengan pestisida, tetapi bisa berakhir dengan

kematian atau pasien sembuh kembali karena salah tafsir

dalam penggunaan dosis.

3) Accidental poisoning

Kondisi ini jelas merupakan suatu kecelakaan tanpa

adanya unsur kesengajaan sama sekali. Kasus ini banyak

terjadi pada anak di bawah 5 tahun, karena kebiasaannya

memasukkan segala benda ke dalam mulut dan kebetutan

benda tersebut sudah tercemar pestisida.

Page 30: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

19

4) Homicidal piosoning

Keracunan ini terjadi akibat tindak kriminal yaitu

seseorang dengan sengaja meracuni seseorang. Masuknya

pestisida dalam tubuh akan mengakibatkan aksi antara

molekul dalam pestisida molekul dari sel yang bereaksi

secara spesifik dan non spesifik. Formulasi dalam

penyemprotan pestisida dapat mengakibatkan efek bagi

penggunanya yaitu efek sistemik dan efek lokal. Efek

Sistemik, terjadi apabila pestisida tersebut masuk

keseluruh tubuh melalui peredaran darah sedangkan efek

lokal terjadi terjadi dimana senyawa pestisida terkena

dibagian tubuh (Anief, 1996 dalam Afriyanto, 2008).

b) Mekanisme fisiologis keracunan

Bahan-bahan racun pestisida masuk ke dalam tubuh

organisme (jasad hidup) berbeda-beda menurut situasi paparan.

Mekanisme masuknya racun pertisida tersebut dapat melalui

melalui kulit luar, mulut dan saluran makanan, serta melalui

saluran pernapasan. Melalui kulit, bahan racun dapat

memasuki pori-pori atau terserap langsung ke dalam sistem

tubuh, terutama bahan yang larut minyak polar (Afriyanto,

2008).

Salah satu cara penentuan adanya keracunan pestisida

adalah dengan cara pemeriksaan laboratorium terhadap

Page 31: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

20

spesimen bilogis dari penderita atau orang terpapar. Untuk

peestisida golongan organofosfat dan karbamat beberapa

metode yang telah ada yaitu pemeriksaan kadar maupun

aktivitas cholonesterase dengan spesimen darah.

Hasilnya berupa aktivitas yang dinyatakan dalam persen,

dengan makna sebagai berikut (Depkes RI dalam Amir,2005) :

a) 75% - 100% dari normal, termasuk kategori normal, tidak

ada tindakan, tetapi perlu diuji ulang dalam waktu dekat.

b) 50% - 75% dari normal, termasuk keracunan ringan,

mungkin telah terjadi over exposure, perlu diuji ulang, jika

responden lemah agar istirahat dan menghindari kontak

dengan organofosfat selama 2 minggu, di uji ulang sampai

sembuh.

c) 25% - 50% dari normal, termasuk keracunan sedang, perlu

diuji ulang, terjadi over exposure yang serius, istirahat dari

pekerjaan yang berhubungan dengan pestisida, jika sakit

perlu dirujuk ke pemeriksaan medis.

d) 0% - 25% dari normal, termasuk keracunan berat, over

exposure yang sangat serius, perlu diuji ulang, harus

istirahat dari semua pekerjaan, jika perlu dirujuk untuk

pemeriksaan medis.

Page 32: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

21

1) Racun kronis

Racun kronis menimbulkan gejala keracunan setelah

waktu yang relatif lama karena kemampuannya menumpuk

(akumulasi) dalam lemak yang terkandung dalam tubuh. Racun

ini juga apabila mencemari lingkungan (air, tanah) akan

meninggalkan residu yang sangat sulit untuk dirombak atau

dirubah menjadi zat yang tidak beracun, karena kuatnya ikatan

kimianya. Ada di antara racun ini yang dapat dirombak oleh

kondisi tanah tapi hasil rombakan masih juga merupakan

racun. Demikian pula halnya, ada yang dapat terurai di dalam

tubuh manusia atau hewan tapi menghasilkan metabolit yang

juga masih beracun. Misalnya sejenis insektisida organoklorin,

Dieldrin yang disemprotkan dipermukaan tanah untuk

menghindari serangan rayap tidak akan berubah selama 50

tahun sehingga praktis tanah tersebut menjadi tercemar untuk

berpuluh-puluhtahun. Dieldrin ini bisa diserap oleh tumbuhan

yang tumbuh di tempat ini dan bila rumput ini dimakan oleh

ternak misalnya sapi perah maka dieldrin dapat menumpuk

dalam sapi tersebut yang kemudian dikeluarkan dalam susu

perah. Manusia yang minum susu ini selanjutnya akan

menumpuk dieldrin dalam lemak tubuhnya dan kemudian akan

keracunan. Jadi dieldrin yang mencemari lingkungan ini tidak

Page 33: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

22

akan hilang dari lingkungan, mungkin untuk waktu yang

sangat lama (Afriyanto, 2008).

2) Racun akut

Racun akut kebanyakan ditimbulkan oleh bahan-bahan

racun yang larut air dan dapat menimbulkan gejala keracunan

tidak lama setelah racun terserap ke dalam tubuh jasad hidup.

Contoh yang paling nyata dari racun akut adalah “Baygon”

yang terdiri dari senyawa organofosfat (insektisida atau racun

serangga) yang seringkali disalahgunakan untuk meracuni

manusia, yang efeknya telah terlihat hanya beberapa menit

setelah racun masuk ke dalam tubuh. Walaupun semua racun

akut ini dapat menyebabkan gejala sakit atau kematian hanya

dalam waktu beberapa saat setelah masuk ke dalam tubuh,

namun sifatnya yang sangat mudah dirombak oleh suhu yang

tinggi, pencucian oleh air hujan dan sungai serta faktor-faktor

fisik dan biologis lainnya menyebabkan racun ini tidak

memegang peranan penting dalam pencemaran lingkungan

(Afriyanto, 2008).

Dalam menelaah dinamika pestisida di lingkungan terdapat dua

istilah yang berhubungan yakni deposit dan residu. Deposit ialah materi

yang terdapat pada permukaan segera setelah aplikasi. Residu merupakan

materi yang terdapat di atas atau di dalam benda lain setelah beberapa saat

Page 34: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

23

atau mengalami penuaan (aging), perubahan kimia (alteration) atau

keduanya (Sinulingga, 2005).

Residu adalah racun yang tinggal pada tanaman setelah

penyemprotan yang akan bertahan sebagai racun sampai batas waktu

tertentu. Jika residu pestisida terlalu lama bertahan pada bagian tanaman

yang disemprot, akan berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya,

karena residu pestisida akan termakan oleh manusia saat mengonsumsi

hasil pertanian. Tetapi jika racun pestisida terlalu cepat hilang dari bagian

tanaman yang disemprot, pestisida akan kehilangan efektivitasnya dalam

pengendalian OPT (Novizan, 2002).

Residu permukaan dapat hilang karena pencucian (pembilasan),

penggosokan, hidrolisis, tetapi ada juga yang lipofilik. Banyak jenis

pestisida lipofilik yang cenderung berakumulasi (menumpuk) pada lapisan

malam (lilin) dan lemak tanaman, terutama di bagian kulit. Itu sebabnya

sayuran atau buah terutama yang dimakan mentah perlu dicuci atau

dikupas dahulu agar insektisida yang tersimpan dalam lemak tidak atau

kecil kemungkinannya untuk berdegradasi karena yang lipofilik biasanya

bersifat stabil atau persisten (Sinulingga, 2005).

Terserapnya residu pestisida ke dalam sayuran disebabkan oleh

komposisi air dan bahan organik, jika jumlah bahan organik sekitar 10%

menyebabkan penyerapan akan mudah terjadi. Faktor struktural dalam

suatu molekul pestisida juga dapat menyebabkan terserapnya pestisida

tersebut, antara lain : 1) sifat gugus fungsi yang ada khususnya gugus asam

Page 35: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

24

karboksilat, hidroksil, alkoholik, dan amina; 2) sifat gugus substituen yang

dapat mengubah perilaku gugus fungsi; 3) posisi gugus substituen yang

berhubungan dengan gugus fungsi yang dapat memperkuat atau

memungkinkan koordinasi dengan ion-ion logam peralihan; 4)

ketidakjenuhan dalam molekul dapat mempengaruhi keseimbangan

lipofilik (Sakung, 2004 dalam Munarso dkk, 2006).

Residu pestisida dapat hilang atau terurai melalui proses dan

kadang-kadang berlangsung dengan derajat yang konstan. Residu pestisida

dapat terjadi pada tanaman (daun, buah, cabang, akar), tanah, dan air.

Residu insektisida juga dipengaruhi oleh jenis insektisida yang digunakan,

antara lain daya larut dalam air, polaritas, reaktif dan stabilitas kimia

(Laba, 2010).

Residu pestisida pada komoditas pertanian dipengaruhi oleh

berbagai faktor berikut (Djojosumarto, 2008):

a. Jenis Pestisida.

1) Persistensi pestisida. Pestisida yang persistensi tinggal lebih lama

pada tanaman dibandingkan yang tidak persisten.

2) Sistemik/non-sistemik. Pestisida sistemik tinggal lebih lama

daripada yang non-sistemik.

3) Sifat-sifat kimia-fisik, degradasi dan metabolit. Pestisida yang

mudah didegradasi (dengan kata lain tidak persisten) di lingkungan

akan kurang menimbulkan residu dibandingkan pestisida yang

Page 36: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

25

lebih persisten. Hasil degradasi pestisida bisa saja menjadi bahan

kimia yang berbahaya, meskipun umumnya tidak.

4) Formulasi solvent, carrier, impurity, dsb. Residu pestisida bukan

hanya ditentukan oleh bahan aktif nya, tetapi juga oleh bahan-

bahan pembantu (misalnya solvent) dan bahan pembawanya.

b. Teknik Aplikasi/Penggunaan Pestisida.

1) Jumlah aplikasi per musim (makin banyak jumlah aplikasi,

kemungkinan makin banyak residunya).

2) Takaran aplikasi (makin tinggi takaran kemungkinan makin

banyak pula residunya).

3) Masa tunggu (holding period, pre harvest interval).

c. Jenis Tanaman

Residu pestisida bisa tinggal lebih lama pada tanaman yang satu

dibandingkan tanaman yang lainnya.

d. Iklim dan Cuaca

1) Suhu udara sangat memengaruhi residu pestisida. Di daerah

beriklim panas degradasi pestisida lebih cepat dibandingkan daerah

beriklim sedang.

2) Banyaknya curah hujan juga memengaruhi residu pestisida pada

tanaman. Hujan bisa “mencuci” pestisida yang terdapat di

permukaan tanaman. Demikian pula matahari juga mempercepat

degradasi pestisida.

Page 37: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

26

e. Penanganan Pascapanen

1) Pengupasan dan pencucian pada umumnya akan menurunkan

residu.

2) Pemasakan dan pemrosesan lebih lanjut akan lebih menurunkan

lagi residu tersebut.

1. Nomenklatur

Pestisida mempunyai tiga macam nama, yaitu:

a. Nama umum (Common name)

Yaitu nama yang telah didaftarkan pada International Standard

Organization (ISO). Nama umum biasanya dipakai sebagai nama

bahan aktif suatu pestisida.

b. Nama kimia (Chemical name)

Yaitu nama dari unsur atau senyawa kimia dari suatu pestisida yang

terdaftar pada International Union for Pure dan Applied Chemistry.

c. Nama dagang (Trade name)

Yaitu nama dagang dari suatu produk pestisida yang biasanya telah

terdaftar dan mendapat semacam paten dari masing-masing negara

(Afriyanto, 2008)

2. Jenis Pestisida

Jenis-jenis pestisida yang pada umumnya digunakan adalah

herbisida, insektisida dan fungisida. Insektisida dapat dikelompokkan ke

dalam tiga jenis yaitu organofosfat, organoklorin dan karbamat. Ketiga

jenis insektisida ini memiliki pengaruh yang berbeda terhadap lingkungan.

Page 38: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

27

Salah satu yang memiliki dampak “kronis” terhadap kesehatan dan juga

lingkungan adalah yang berasal dari jenis organoklorin yang bernama

“DDT atau Dichloro Difenil Tricholoatana”. Pestisida jenis ini tergolong

“bioakumulatif” sehingga penggunaanya telah dilarang (Dwipayanti, dkk,

2012).

Ditinjau dari jenis jasad yang menjadi sasaran penggunaan

pestisida dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain (Dirjen

Prasarana dan Sarana Pertanian, 2011):

a. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti

tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya

untuk membunuh tungau atau kutu.

b. Algasida, berasal dari kata alga, bahasa latinnya berarti ganggang laut,

berfungsi untuk membunuh alga.

c. Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung,

fungsinya sebagai pembunuh atau penolak burung.

d. Bakterisida, Berasal dari katya latin bacterium, atau kata Yunani

bakron, berfungsi untuk membunuh bakteri.

e. Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos

yang artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.

Dapat bersifat fungitoksik (membunuh cendawan) atau fungistatik

(menekan pertumbuhan cendawan).

f. Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun,

berfungsi untuk membunuh gulma.

Page 39: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

28

g. Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratin

segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.

h. Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung

tipis atau lembek, berfungsi untuk membunuh siput.

i. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani

nema berarti benang, berfungsi untuk membunuh nematoda.

j. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk

merusak telur.

k. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma,

berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma.

l. Piscisida, berasal dari kata Yunani Piscis, berarti ikan, berfungsi

untuk membunuh ikan.

m. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat

berfungsi untuk membunuh binatang pengerat.

n. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang

kayu berfungsi untuk membunuh rayap.

3. Formulasi Pestisida

a. Formulasi Cair

Formulasi pestisida bentuk cair biasanya terdiri dari pekatan yang

dapat diemulsikan (EC), pekatan yang larut dalam air (SL), pekatan

dalam air (AC), pekatan dalam minyak (OC), Aerosol (A), gas yang

dicairkan (LG).

Page 40: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

29

1) Pekatan yang diemulsikan

Formulasi pekatan yang dapat diemulsikan atau Emulsifiable

Concentrate (yang lazim disingkat EC) merupakan formulasi

dalam bentuk cair yang dibuat dengan melarutkan bahan aktif

dalam pelarut tertentu dan ditambah surfaktan atau bahan

pengemulsi. Pestisida yang termasuk formulasi pekatan yang dapat

diemulsikan mempunyai kode EC di belakang nama dagangnya.

2) Pekatan yang larut dalam air

Formulasi yang larut dalam air atau Water Soluble

Concentrate (SL) merupakan formulasi cair yang terdiri dari bahan

aktif yang dilarutkan dalam pelarut tertentu yang dapat bercampur

baik dengan air. Formulasi ini sebelum digunakan terlebih dahulu

diencerkan dengan air kemudian disemprotkan. Pestisida yang

termasuk formulasi ini mempunyai kode SL dibelakang nama

dagangnya.

3) Pekatan Dalam Air

Formulasi pekatan dalam air atau Aqueous Concentrate

(AC) merupakan pekatan pestisida yang dilarutkan dalam air.

Biasanya pestisida yang diformulasikan sebagai pekatan dalam air

adalah bentuk garam dari herbisida asam yang mempunyai

kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang termasuk formulasi ini

mempunyai kode AC dibelakang nama dagangnya.

Page 41: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

30

4) Larutan Dalam Minyak

Pekatan dalam minyak atau Oil Miscible Concentrate

(OL) adalah formulasi cair yang mengandung bahan aktif dalam

jumlah tinggi yang dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon aromatic

seperti xilin atau nafta. Formulasi ini biasanya digunakan setelah

diencerkan dalam hidrokarbon yang lebih murah seperti solar

kemudian disemprotkan atau dikabutkan (Fogging). Pestisida yang

termasuk formulasi ini mempunyai kode OL di belakang nama

dagangnya.

5) Aerosol

Formulasi pestisida aerosol adalah formulasi cair yang

mengandung bahan aktif yang dilarutkan dalam pelarut organik.

Ke dalam larutan ini ditambahkan gas yang bertekanan dan

kemudian dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi kemasan

yang siap pakai dan dibuat dalam jumlah yang rendah. Pestisida

yang termasuk formulasi ini mempunyai kode A di belakang nama

dagangnya.

6) Gas yang dicairkan atau Liquefied Gases

Formulasi ini adalah formulasi pestisida bahan aktif

dalam bentuk gas yang dipampatkan pada tekanan dalam suatu

kemasan. Formulasi pestisida ini digunakan dengan cara fumigasi

ke dalam ruangan atau tumpukan bahan makanan atau penyuntikan

Page 42: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

31

ke dalam tanah. Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai

kode LG di belakang nama dagangnya.

b. Formulasi Padat

1) Tepung yang dapat disuspensikan/ dilarutkan

Formulasi tepung yang dapat disuspensikan atau Wettable

Powder (WP) atau disebut juga Dispersible Powder (DP) adalah

formulasi yang berbentuk tepung kering yang halus, sebagai bahan

pembawa inert (misalnya : tepung tanah liat), yang apabila

dicampur dengan air akan membentuk suspensi, dan ditambah

dengan bahan aktif atau pestisida. Surfaktan juga ditambahkan ke

dalam formulasi ini sebagai bahan pembasah atau penyebar.

Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode WP di

belakang nama dagangnya.

2) Tepung yang dapat dilarutkan

Formulasi yang dapat dilarutkan atau Soluble Powder (SP) sama

dengan formulasi tepung yang dapat disuspensikan, tapi bahan aktif

pestisida maupun bahan pembawa dan bahan lainnya. Pestisida

yang termasuk formulasi ini mempunyai kode SP di belakang nama

dagangnya.

3) Butiran

Dalam formulasi butiran atau Granula (G), bahan aktif

pestisida dicampur atau dilapisi oleh penempel pada bagian luar

bahan pembawa yang inert, seperti tanah liat, pasir, atau tongkol

Page 43: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

32

jagung yang ditumbuk. Kadar bahan aktif formulasi ini berkisar

antara 1-40%. Formulasi ini digunakan secara langsung tanpa

bahan pengecer dengan cara menabur. Pestisida yang termasuk

formulasi ini mempunyai kode G di belakang nama dagangnya.

4) Pekatan Debu

Pekatan debu atau Dust Concentrate (DC) adalah tepung kering

yang mudah lepas dengan ukuran dari 75 micron, yang

mengandung bahan aktif dalam jumlah yang relatif tinggi,

berkisar antara 25 %-75 %. Pestisida yang termasuk formulasi ini

mempunyai kode DC di belakang nama dagangnya.

5) Debu

Formulasi pestisida dalam bentuk debu atau Dust (D)

terdiri dari bahan pembawa yang kering dan halus, mengandung

bahan aktif dalam konsentrasi antara 1-10%. Ukuran partikel debu

kurang dari 70 micron. Pestisida yang termasuk formulasi ini

mempunyai kode D di belakang nama dagangnya.

6) Umpan

Formulasi umpan atau Block Bait (BB) adalah campuran

bahan aktif pestisida dengan bahan penambah yang inert.

Formulasi ini biasanya berbentuk bubuk, pasta atau butiran.

Pestisida yang termasuk formulasi ini mempunyai kode BB di

belakang nama dagangnya.

Page 44: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

33

7) Tablet

Formulasi ini ada 2 macam, bentuk yang pertama tablet

yang terkena udara akan menguap menjadi fumigan. Bentuk ini

akan digunakan untuk fumigasi di gudang atau perpustakaan.

Pestisida dalam formulasi ini mempunyai kode TB (Tablet) di

belakang nama dagangnya. Bentuk kedua adalah tablet yang

merupakan umpan racun perut untuk membunuh hama (kecoa).

c. Padatan Lingkar

Formulasi padatan lingkar adalah campuran bahan aktif pestisida

dengan serbuk gergaji kayu dan perekat yang dibentuk menjadi

padatan yang melingkar. Formulasi ini mempunyai kode MC di

belakang nama dagangnya (Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian,

2011).

4. Karakteristik Pestisida

Dalam menentukan jenis pestisida yang tepat, perlu diketahui karakteristik

pestisida, yang meliputi efektivitas, selektivitas, fitotoksitas, residu,

persistensi, resistensi, LD 50 dan kompatabilitas. Berikut ini akan

dijelaskan karakteristik-karakteristik tersebut :

a. Efektivitas Pestisida

Merupakan daya bunuh pestisida terhada OPT. Pestisida yang bagus

seharusnya memiliki daya bunuh yang cukup tinggi, sehingga

memperkecil dampak buruknya terhadap lingkungan.

Page 45: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

34

b. Selektivitas

Selektivitas sering disebut dengan istilah sektrum

pengendalian, merupakan kemampuan pestisida membunuh beberapa

jenis organisme. Pestisida yang disarankan dalam program PHT adalah

pestisida yang bersifat selektif atau berspektrum sempit. Berarti

pestisida tersebut hanya membunuh OPT sasaran dan tidak berbahaya

untuk organisme lain dan aman bagi musuh alami OPT.

c. Fitotoksitas

Fitotoksitas merupakan suatu sifat yang menunjukkan potensi

pestisida untuk menimbulkan efek keracunan bagi tanaman yang

ditandai dengan pertumbuhan abnormal setelah aplikasi pestisida.

Pestisida yang sebaiknya digunakan adalah pestisida dengan fitotoksitas

yang rendah. Beberapa jenis pestisida jika diaplikasikan dengan cara

yang tidak tepat akan merusak tanaman.

d. Residu

Residu adalah racun yang tinggal pada tanaman setelah

penyemprotan yang akan bertahan sebagai racun sampai batas waktu

tertentu. Jika residu pestisida teralalu lama bertahan pada bagian

tanaman yang disemprot, akan berbahaya bagi manusia dan makhluk

hidup lain, karena residu pestisida akan termakan oleh manusia saat

mengonsumsi hasil pertanian. Tetapi jika racun pestisida terlalu cepat

hilang dari bagian tanaman yang disemprot, pestisida akan kehilangan

efektivitasnya dalam pengendalian OPT.

Page 46: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

35

e. Persistensi

Persistensi adalah kemampuan pestisida bertahan dalam bentuk racun di

dalam tanah. Pestisida yang mempunyai persistensi tinggi akan sangat

berbahaya karena dapat meracuni lingkungan.

f. Resistensi

Resistensi merupakan kekebalan OPT terhadap aplikasi suatu jenis

pestisida. Jenis pestisida yang mudah menyebabkan resistensi OPT

sebaiknya tidak digunakan.

g. LD 50 atau Lethal Dosage 50%

Berarti besarnya dosis yang dapat mematikan 50% dari jumlah

mamalia percobaan (biasanya tikus). Program PHT menginginkan

pestisida dengan LD 50 yang tinggi. Artinya hanya pada dosis yang

sangat tinggi pestisida tersebut dapat mematikan mamalia. Dengan kata

lain daya racunnya terhadap manusia dan binatang lebih rendah.

h. Kompatabilitas

Kompatabilitas adalah kesesuaian suatu jenis pestisida untuk dicampur

dengan pestisida lain tanpa menimbulkan dampak negatif. Informasi

tentang jenis pestisda yang dapat dicampur dengan pestisida tertentu

biasanya terdapat pada label di kemasan pestisida.

5. Klasifikasi Pestisida

Pestisida dapat digolongkan menurut penggunaannya dan disubklasifikasi

menurut jenis bentuk kimianya. Dari bentuk komponen bahan aktifnya

Page 47: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

36

maka pestisida dapat dipelajari efek toksiknya terhadap manusia maupun

makhluk hidup lainnya dalam lingkungan yang bersangkutan.

a. Organoklorin

Organoklorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri

dari beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya.

Yang paling populer dan pertama kali disintesis adalah “Dichloro-

diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT (Kaloyanova, 1991 dalam

Sungkawa, 2008).

Golongan organoklorin mempunyai rumus CxHyClz. Golongan

ini dibagi menjadi tiga sub golongan utama, yaitu DDT, BHC dan

siklodiena. Pada umumnya semua sub golongan ini mempunyai sifat-

sifat kimia yang hampir sama. Daya larutnya dalam air sangat rendah

jika dibandingkan dalam pelarut organik. Dalam keadaan murni, ketiga

sub golongan tersebut berbentuk kristal putih atau sedikit kekuning-

kuningan (PUSARPEDAL, 2011).

Dikloro difenil trikloroetana atau DDT yang dulu digunakan

sebagai pembasmi nyamuk Anopheles penyebab malaria. Tetapi

sekarang sudah mulai ditinggalkan karena ternyata biodegradasinya

sangat lambat sekali sehingga persistensinya cukup tinggi. Sifatnya

yang lipofil memungkinkan untuk beredar mengikuti rantai makanan.

Disamping itu juga dapat menimbulkan gangguan fisiologi pada hewan

tingkat tinggi termasuk pada manusia, seperti gangguan embriogenesis,

malformasi alat kelamin dan kanker. Meskipun sudah tidak

Page 48: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

37

dipergunakan, bahaya buruk masih sering dijumpai oleh karena residu

pemakaian pada masa yang lalu. (Ramade, 1987 dalam Lukitaningsih,

dkk, 2002).

Pestisida golongan organoklorin secara lambat akan terurai

(persisten), selain itu juga bersifat persisten dalam jaringan hayati,

metabolisme yang lambat atau dalam jaringan tumbuhan, hewan dan

lingkungan (tanah) serta menyebabkan akumulasi lebih lanjut. Faktor

ini berhubungan dengan temuan resiko karsinogen dari pestisida

tersebut. Selain itu senyawa ini memiliki pengaruh terhadap sistem

syaraf pusat, dapat larut dalam jaringan lemak dan pada dosis tinggi

dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal (PUSARPEDAL, 2011).

Persistensi dari beberapa pestisida organoklorin dalam tanah dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Persistensi Beberapa Pestisida dari Golongan Organoklorin

Insektisida Lama setelah aplikasi

(tahun)

Sisa yang tertinggal

(%)

Aldrin 14 40

Klordan 14 40

Endrin 14 41

Heptaklor 14 16

Dilan 14 23

Isodrin 14 15

BHC 14 10

Toksafen 14 45

Dieldrin 14 31

DDT 14 39

Sumber: Kusnaedi, 2001 dalam Sinulingga, 2006

Pestisida yang masuk dalam golongan ini antara lain endrin,

aldrin, endosulfan (thiodan), dieldrin, lindane (gamma BHC) dan DDT.

Senyawa ini bekerja mempengaruhi syaraf pusat terutama otak yang

Page 49: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

38

menimbulkan efek keracunan dengan gejala mual, sakit kepala dan

tidak dapat berkonsentrasi. Pada dosis tinggi dapat terjadi kejang-

kejang, muntah dan dapat terjadi hambatan pernafasan (Saenong, 2007).

Tabel 2. Beberapa merek dagang untuk pestisida yang

berbahan aktif senyawa organoklorin

Merek Dagang Bahan aktif

Rothone® DDD

Aspon, Belt, Chloriandin,

Chlorkil, Chlordane, Corodan,

nKypchlor, M140,

Toxichlor,Veliscol-1068,

Chlordane 8EC®

Klordan

Marlate 50 WP® Metosiklor

Dekloran, Feriamisida dan GC

1283

Mirex

AntiCarie, Ceku, C.B. dan No

Bunt,

Amaticin, Bunt-cure, Bunt-no-

more, Granox, Sanocide, Smut-go

Hexaklorobenzen

Dieldrin 20 EC, Dieldrex, ENT

16.225, Heod, Octalox, Alvit,

Dieldrite, Dieldrix, Panoram D-

13, Quintox

Dieldrin

Aahepta, Agroceres,

Heptachlorane, Heptagran,

Heptamak, Heptox, Fezdrex 20

EC®

Heptaklor

Mendrin, Nendrin, Hexadrin,

Compound 269, Endrex Isodrin,

Epoxide

Endrin

Agritan, Anofex, Arkotine,

Azotox, Gesapon, Gesarex,

Pentachlorine, Zeidane, Zerdane

DDT

Aldrex, Aldrec, Aldrite, Aldrosol,

Altox, Drinox, Octalene, Seedrin

Aldrin

Sumber : PUSARPEDAL, 2011

Page 50: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

39

b. Organofosfat

Lebih dari 50.000 komponen organofosfat telah disintesis dan

diuji untuk aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan saat

ini tidak lebih dari 500 jenis. Semua produk organofosfat tersebut

berefek toksik bila terjadi kontak dengan manusia. Beberapa jenis

insektisida digunakan untuk keperluan medis misalnya fisostigmin,

edroprium dan neostigmin yang digunakan untuk aktivitas

kholinomimetik (efek seperti asetylcholine) (Kaloyanova, 1991 dalam

Sungkawa, 2008).

Organofosfat adalah insektisida yang merupakan ester asam

fosfat atau asam tiofosfat, masing-masing diwakili oleh diklorvos dan

paration. Senyawa ini menghambat asetilkolinesterase yang

mengakibatkan akumulasi asetilkolin sehingga terjadi peningkatan

aktifitas syaraf dengan gejala seperti sakit kepala, mual, muntah, sesak

nafas, kejang otot dan dapat mengakibatkan kelumpuhan. Umumnya

digunakan sebagai racun pembasmi serangga karena sifatnya yang

paling toksik secara akut terhadap binatang bertulang belakang seperti

ikan, burung, cicak dan mamalia (Alegantina, dkk, 2005).

Pestisida yang masuk dalam golongan ini antara lain mevinfos

(fosdrin), paration, gution, monokrotofos (azodrin), dikrotofos,

fosfamidon, diklorvos (DDVP), etion, fention dan diazinon. Senyawa

dari golongan pestisida ini bekerja menghambat aktivitas enzim

kolinestrase yang dapat berakit fatal pada tubuh dengan gejala antara

Page 51: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

40

lain sakit kepala, pusing-pusing, lemah, pupil mengecil, gangguan

penglihatan dan sesak nafas, mual, muntah, kejang pada perut dan

diare, sesak pada dada dan detak jantung menurun (Saenong, 2007).

c. Karbamat

Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat.

Insektisida ini daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia

dibandingkan dengan organofosfat, tetapi sangat efektif untuk

membunuh insekta. Struktur karbamate seperti physostigmin,

ditemukan secara alamiah dalam kacang Calabar (calabar bean).

Bentuk carbaryl telah secara luas dipakai sebagai insektisida dengan

komponen aktifnya adalah Sevine. Mekanisme toksisitas dari karbamate

adalah sama dengan organofosfat, dimana enzim ACHE dihambat dan

mengalami karbamilasi (Afriyanto, 2008).

Senyawa pestisida yang masuk dalam golongan ini antara lain

aldikarb (temik), carbofuran (furadan), metomil (lannate), propoksur

(baygon) dan karbaryl (sevin). Cara bekerja dari senyawa ini adalah

menghambat aktivitas enzim kolinestrase tetapi reaksinya reversible

dan lebih banyak bekerja pada jaringan bukan dalam darah atau plasma.

Tanda-tanda keracunannya umumnya lambat sekali baru terlihat

(Saenong, 2007).

6. Penggolongan Berdasarkan Cara Kerja Insektisida

Menurut cara kerja atau gerakannya pada tanaman setelah diaplikasikan,

insektisida dapat dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut :

Page 52: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

41

a. Sistemik

Insektisida sistemik diserap oleh organ-organ tanaman, baik lewat

akar, batang dan daun. Selanjutnya, insektisida sistemik tersebut

mengikuti gerakan cairan tanaman dan ditransportasikan ke bagian-

bagian tanaman lainnya, baik ke atas (akropetal) atau ke bawah

(basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh.

b. Insektisida Nonsistemik

Insektisida nonsistemik setelah diaplikasikan pada tanaman sasaran

tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya menempel di bagian

luar tanaman. Insektisida nonsistemik sering disebut insektisida

kontak.

c. Insektisida Sistemik Lokal

Insektisida sistemik lokal adalah kelompok insektisida yang dapat

diserap oleh jaringan tanaman (umumnya daun), tetapi tidak

ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya.

Menurut cara masuk insektisida ke dalam tubuh serangga sasaran

dibedakan menjadi tiga kelompok insektisida sebagai berikut:

a. Racun Lambung (Racun Perut, Stomach Poison)

Racun lambung adalah insektisida-insektisida yang membunuh

serangga sasaran bila insektisida tersebut masuk ke dalam organ

pencernaan serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan.

Selanjutnya, insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke

Page 53: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

42

tempat sasaran yang mematikan (misalnya ke susunan syaraf

serangga).

b. Racun Kontak

Racun kontak adalah insektisida yang masuk ke dalam tubuh serangga

lewat kulit (bersinggungan langsung). Serangga hama akan mati bila

bersinggungan (kontak langsung) dengan insektisida tersebut.

c. Racun Pernapasan

Racun pernapasan adalah insektisida yang bekerja lewat

saluran pernapasan. Serangga hama akan mati bila menghirup

insektisida yang cukup (Djojosumarto,2000).

B. Tinjauan Umum Tentang Beras

Pangan, terutama beras, mempunyai peranan yang sangat penting

dalam masyarakat Indonesia, beras yang diolah menjadi nasi

merupakan makanan pokok terpenting masyarakat dunia dan

khususnya di Indonesia. Beras masih dianggap sebagai komoditi yang

paling pas untuk mencukupi kebutuhan zat gizi terutama

karbohidrat sebagai sumber energi utama. Untuk itulah pemerintah

selalu mengontrol ketersediaan dan keterjangkauan harga beras di

pasar.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1990)

memperkirakan, beras mempunyai kandungan karbohidrat sebesar

80,01% dan kandungan kalori sebesar 364 kal per 100 g bahan.

Karbohidrat menyediakan energi untuk fungsi tubuh dan aktivitas

Page 54: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

43

dengan mensuplai kalori. Ini terjadi melalui perubahan karbohidrat

menjadi glukosa (gula darah). Karbohidrat disimpan di hati dan otot

sebagai glikogen. Tubuh merubah glikogen di hati menjadi glukosa

untuk dilepaskan ke aliran darah saat dibutuhkan.

Diet tinggi karbohidrat, rendah lemak dapat mengurangi resiko

5 dari 10 menyebab kematian paling besar: Penyakit jantung koroner,

stroke, diabetes, kanker dan atherosclerosis (pengerasan arteri karena

timbunan kolesterol). 55%-60% kalori harian berasal dari karbohidrat,

kurang dari 15% total kalori berasal dari karbohidrat biasa. Sumber

karbohidrat adalah padi-padian, kacang-kacangan, kentang dan buah-

buahan (Winarmo, 2000).

Ada beberpa jenis varietas beras yang cukup sering kita jumpai di

pasar ataupun di lahan pertanian yang sedang di tanam oleh petani,

diantara beberapa jenis varietas beras tersebut adalah:

1. Beras IR 64

Beras IR 64 adalah jenis beras yang berasal dari varietas padi

yang memiliki umur 115-120 hari, tinggi tanaman 90-100 cm,

mutu beras baik, tahan hama wereng coklat biotipe 1 dan 2

2. Beras santana

Beras santana adalah beras yang berasal dari varietas padi yang

mempunyai umur 115-125 hari, tahan terhadap hama dan

penyakit WCK biotipe 1,2 dan mempunyai rasa nasi yang enak.

3. Beras IR 66

Page 55: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

44

Beras IR66 adalah beras yang berasal dari varietas padi yang

mempunyai umur 110-120 hari tahan terhadap hama dan

penyakit WCK biotipe 1,2,3, tungro, dan HDB

4. Beras Siherang

Beras Siherang ialah beras yang berasal dari varietas padi yang

memiliki umur 116-125 hari, tahan terhadap hama dan penyakit

WCK biotipe 2,3 dan HDB (Departemen Pertanian, 1984).

C. Tinjauan Umum Tentang Insektisida

Kata insektisida secara harafiah berarti pembunuh serangga yang

berasal dari kata insekta = serangga dan kata lain cida yang berarti

pembunuh. Insektisida adalah alat yang ampuh yang tersedia untuk

penggolongan hama, apabila hama sudah mendekati atau melewati

kerusakan ekonomi maka insektida adalah salah satu pengendali yang

dapat diandalkan untuk menghadapi keadaan darurat itu

(Wudianto,1999).

Menurut Sudarmo (1992), ada banyak penggolongan/jenis-jenis

pestisida yang beredar di pasaran dan senantiasa digunakan baik yang

ditujukan pada hewan, tumbuhan maupun jasad renik. untuk

mengendalikan jenis serangga maupun hewan yang berpotensi sebagai

organisme pengganggu tanaman adalah insektisida. Penggolongan

insektisida berdasarkan susunan kimia dapat dibedakan menjadi

insektisida inorganik, insektisida organik, dan insektisida organik

sintetik

Page 56: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

45

a. Insektida inorganik adalah senyawa insektisida yang tidak

mengadung unsur karbon, contoh : arsenikum, merkurium,

boron, tembaga, sulfur, asam borat, kalsium sianida, arsenar

timbal dan lain-lain.

b. Insektisida organik alamiah adalah senyawa insektisida yang

mengandung unsur karbon, insektisida organik alamiah

merupakan insektisida yang terbuat dari tanaman (botani) dan

bahan alami lainnya, yang terdiri dari :

1. Asal tanaman, contoh : nikotin (ekstrak tembakau),

pyrethrum (bunga serunai/chrysant), dan ryania biasa mudah

diuari oleh sinar matahari.

2. Asal mikroba, bahan dasarnya adalah mikrobiologis, contoh :

huricide HP (senyawa yang mengandung bakteri basillus thur

ingiensis).

c. Insektisida organik sintetik

1. Organoklorin, insektisida ini sedikit digunakan di negara

berkembang karena mereka memperhatikan secara kimia

bahwa insektisida organoklor adalah senyawa yang tidak

reaktif, memiliki sifat yang sangat tahan atau persisiten, baik

dalam tubuh maupun dalam lingku ngan memiliki

kelarutan sangat tinggi dalam lemak dan memiliki

kemampua n terdegradasi yang lambat (Ecobichon dalam

Ruchicawat, 1996 dan Tarumingkeng, 1993). Insektisida ini

Page 57: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

46

masih digunakan pada negara sedang berkembang terutama

negara pada daerah ekuator karena murah, efektif dan

persisten. Contoh DDT, aldrin, dieldrin, BHC, endrin, lindane,

heptaklor, toksofin, pentaklorofenol dan beberapa lainnya.

2. Organofospat ditemukan pada tahun 1945. struktur

kimia dan cara kerjanya berhubungan erat dengan gas

syaraf. organofosfat dapat menurunkan populasi serangga

dengan cepat, persistensinya di lingkungan sedang sehingga

organofosfat secara bertahap dapat menggantikan

organoklorin. Sampai saat ini organofosfat masih

merupakan insektisida yang paling banyak digunakan di

seluruh dunia. Contoh : malathion, monokrotofos, paration,

fosfamidon, bromofos, diazinon, dimetoat, diklorfos,

fenitrotion, fention, dan puluhan lainnya.

3. Karbamat dikenalkan pada 1951 oleh geology chemical

company di Switzerland dan dipasarkan pada tahun 1965.

insektisida tersebut cepat terurai dan hilang daya racunnya dari

jaringan sehingga tidak terakumulasi dalam jaringan lemak

dan susu seperti organoklorin. Umumnya digunakan dalam

rumah untuk penyemprotan nyamuk, kecoa, lalat, dan

lain-lain. Contoh: karbaril, metiokarb, propoksur, aldikarb,

metomil, oksamil, oksi karboksin, metil karbamat, dimetil

karbamat seperti bendiokarb, karbofuran, dimetilon,

Page 58: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

47

dioksikarb, dan oksikarboksin.

4. Piretroid digunakan sejak tahun 1970-an. Keunggulannya

karena memiliki pengaruh ”knock down” atau menjatuhkan

serangga dengan cepat, tingkat toksisitas rendah bagi

manusia. Tetapi cepat perkembangan hama baru yang tahan

trhadap insektisida piretroid. Contoh : alletrin, bioalletrin,

sipermetrin, permetrin, dekametrin dan lain-lain.

5. Fumigan, contoh : metil bromida, etilen dibromida,

karbon disulfida, fosfin dan naftalin

6. Minyak-minyak mineral adalah minyak parafin yang

dihaluskan dan dibuat emulsi yang diaplikasikan secar ringan

pada tanaman untuk mengendalikan tungau, kutu-kutu tanaman.

Contoh : dinitrokresol.

7. Zat-zat pengatur tumbuh serangga, contoh : difubenzuron,

kinofrin dan metoprin

8. Senyawa-senyawa mikroba, contoh : bacillus thuringiensis

banyak dipergunakan untuk mengendalikan hama-hama

lepidoptera, bacillussporopiliae dan bacillus lentimorphus untuk

mengendalikan kumbang jepang (Sastroutomo, 1992).

D. Tinjauan Umum Tentang Kromatografi Gas

Kromatografi adalah suatu metode pemisahan campuran yang

didasarkan pada perbedaan distribusi dari komonen-komonen campuran

tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Berdasarkan

Page 59: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

48

fase gerak yang digunakan, kromatografi dibedakan menjadi dua

golongan besar yaitu kromatografi gas dan kromatografi cair (McNair &

Miller, 1998, Braitwhite & Smith, 1999 dalam Lie, 2011).

Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk

pemisahan senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan

senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Sampel yang

mudah menguap (dan stabil terhadap panas) akan bermigrasi melalui

kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang

tergantung pada rasio distribusinya. Pada umumnya solut akan terelusi

berdasarkan pada peningkatan titik didihnya dan affinitasnya terhadap

fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung

kolom lalu menghantarkannya ke detektor (Gandjar & Rohman, 2007

dalam Lie, 2011).

Pada kolom kromatografi, terdapat fase diam yang umumnya

terbuat dari material padatan yang dapat mengabsorpsi komponen-

komponen dalam sampel. Fase diam ini juga berupa cairan yang

melarutkan komponen-komponen dalam sampel. Komponen-komponen

dalam sampel masuk ke dalam kolom kromatografi yang mengandung

fase diam, dan terjadi interaksi antara komponen-komponen yang terbawa

oleh fase gerak dan fase diam. Interaksi ini berbeda-beda untuk masing-

masing komponen yang terdapat dalam sampel campuran tersebut,

sehingga terjadi proses pemisahan (Lestari, 2010).

Page 60: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

49

Kromatografi gas dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan

kuantitatif. Untuk analisis kualitatif dilakukan dengan cara

membandingkan waktu retensi dari komponen yang kita analisis dengan

waktu retensi zat baku pembanding (standar) pada kondisi analisis yang

sama. Untuk analisis kuantitatif dilakukan dengan cara perhitungan relatif

dari tinggi atau luas puncak kromatogram komponen yang dianalisis

terhadap zat baku pembanding (standar) yang dianalisis (McNair &

Miller, 1998; Johnson & Stevenson, 2001 dalam Lie, 2011).

Jenis senyawaan yang dapat dianalisis dengan kromatografi gas

umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut (Breysse dan Lees, 2003

dalam Lestari, 2010):

1. Digunakan untuk senyawaan dengan titik uap tinggi.

2. Titik didih rendah.

3. Memiliki kestabilan termal sehingga dapat terlarut dalam fase gas.

Komponen dasar yang umumnya terdapat pada kromatografi gas adalah :

1. Sistem fase gerak (gas).

2. Alat penginjeksi sampel.

3. Kolom.

4. Detektor.

5. Sistem pencatatan.

Jenis-jenis detektor yang umumnya digunakan untuk kromatografi gas

antara lain adalah :

Page 61: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

50

1. Flame ionization detector (FID).

2. Nitrogen- phosporous detector (NPD).

3. Flame photometric detector (FPD).

4. Electron capturedetector (ECD).

5. GC/mass spectrometry (GC/MS).

Keuntungan dari kromatografi gas, yaitu (Lie, 2011):

1. Proses analisisnya cepat, biasanya dalam hitungan menit.

2. Efisien, resolusinya tinggi.

3. Sensitif, dapat mendeteksi ppm (part per million) .

4. Analisis kuantitatif dengan akurasi yang tinggi.

5. Memerlukan sampel dalam jumlah kecil, umumnya µl.

6. Handal dan relatif sederhana.

7. Tidak mahal.

Page 62: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

51

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan sebelumnya,

maka disusunlah suatu kerangka teori yang akan meringkas semua hal-hal

yang berkaitan dengan penggunaan pestisida pertanian sebagai berikut :

Sumber : Djojosumarto, 2008 (dimodifikasi)

Penggunaan Pestisida Pertanian

Lingkungan

Umum

Lingkungan

Konsumen Keracunan

Pengguna

Fitotoksik

Lingkungan

Pertanian

Gangguan

Kesehatan

Berkurangnya

keanekargaman

hayati

Bioakumulasi

Biomagnifikasi

Kematian

organisme non

target

Pencemaran

Lingkungan

Kematian

musuh alami

Timbulnya

hama lain

Resurjensi

Resistensi

Suksesi gulma

Gangguan

Kesehatan

Residu

Page 63: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

52

E. Tinjauan Umum Tentang Pasar

Dalam pengertian yang sederhana pasar adalah tempat terjadinya

transaksi jual beli yang di lakukan oleh penjual dan pembeli yang terjadi

pada waktu dan tempat tertentu. Definisi pasar secara luas adalah orang-

orang yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk

belanja serta kemauan untuk membelanjakannya. Pada umumnya suatu

transaksi jual beli melibatkan produk/barang atau jasa dengan uang

sebagai alat transaksi pembayaran yang sah dan di setujui oleh kedua

belah pihak yang bertransaksi (Fissamawati, 2009).

Pasar sebagai tempat transaksi jual beli dijelaskan Triyono (2005)

dalam Fissamawati (2009) mengalami perkembangan yang semakin maju.

Saat ini pasar tradisional dapat bersaing dengan pasar modern.

Perkembangan pasar modern di tandai dengan munculnya berbagai

minimarket, supermarket, dan hypermarket. Untuk itu sebagian

masyarakat kini telah memenuhi kebutuhan rumah tangganya dari pasar

modern, terutama masyarakat perkotaan.

Pasar tradisional adalah tempat pertemuan antara penjual dan

pembeli yang terjadi secara tradisi atau terbentuk secara alami. Pembeli di

pasar tradisional umumnya adalah masyarakat berpenghasilan rendah

sampai menengah, sedangkan di pasar swalayan adalah golongan

menengah keatas dan mempunyai pendidikan tinggi (Pangastuti, 2006

Fissamawati, 2009).

Page 64: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

53

Hierarki pasar tradisional ini sendiri di bagi menjadi 3,

diantaranya:

1. Pasar Kawasan 30.000 penduduk, pasar ini biasanya terdapat di

kelurahan atau desa. Fungsi utama pasar sebagai pusat perbelanjaan di

lingkungan yang menjual kebutuhan sehari-hari termasuk sayur,

daging, ikan, buah - buahan, beras, bahan pakaian, barang-barang

kelontong. Lokasinya berada pada jalan utama lingkungan dan

mengelompok dengan pusat lingkungan dan mempunyai terminal kecil

untuk pemberhentian kendaraan. Luas tanah yang dibutuhkan berkisar

13.500m².

2. Pasar Kawasan 120.000 penduduk, pasar ini biasanya terdapat di

kecamatan. Fungsi utama sama dengan pasar lingkungan lain hanya

dilengkapi sarana-sarana niaga seperti kantor - kantor, bank, industri -

industri kecil seperti konveksi. Lokasinya mengelompok dengan pusat

kecamatan dan mempunyai pangkalan transportasi untuk kendaran -

kendaran jenis angkutan penumpang kecil. Luas tanah yang di

butuhkan berkisar 480.000m².

3. Pasar Kawasan 480.000 penduduk, pasar ini biasanya terdapat di

kabupaten atau kotamadya. Fungsi utama sama dengan pasar yang

lebih kecil dengan skala usaha yang lebih besar dan lebih lengkap.

Lokasinya di kelompokan dengan pusat wilayah dan mempunyai

terminal bis, angkutan umum, dan jenis kendaraan angkutan kecil

Page 65: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

54

lainnya. Luas tanah yang di butuhkan berkisar 96000m² (Rahayu,

2005).

Peran dan fungsi pasar sebagai salah satu media bagi

berlangsungnya kegiatan perdagangan di tingkat masyarakat antara

lain :

1. Memantau lalu lintas barang dan jasa, untuk mengetahui tingkat

perkembangan harga bahan kebutuhan pokok masyarakat sebagai

bahan perhitungan inflasi, serta sebagai upaya pengendalian stock

barang.

2. Sebagai pengembangan sistem informasi dan pemasaran dengan

tujuan untuk menciptakan informasi pasar, harga dan hasil produk

serta mempromosikan produk.

Sedangkan Pasar modern umumnya di lengkapi dengan bentuk

bangunan fisik yang megah, fasilitas berbelanja yang lengkap, serta

suasana yang aman dan nyaman.Barang-barang yang di perdagangkan

berbagai macam jenisnya yang tentu dengan kualitas yang baik tetapi

pada umumnya harga barang - barang di pasar ini cenderung lebih

mahal, namun terkadang ada barang yang dijual dengan harga murah

untuk mengatasi persaingan yang cukup ketat. Harga barang - barang

di pasar ini cukup tinggi disebabkan oleh biaya investasi untuk sewa

atau pemilikan tempat usaha. Keberadaan Pasar modern dewasa ini

sudah menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup modern yang

Page 66: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

55

berkembang di masyarakat. Tidak hanya di kota metropolitan tetapi

sudah merambah sampai kota kecil di tanah air (Fissamawati, 2009).

Berdasarkan fasilitas yang di miliki serta luas areal yang

dipakai untuk aktivitas perdagangan eceran, pasar modern di bedakan

menjadi :

1. Hypermarket, adalah toko modern yang memiliki luas areal diatas

5000m² per outletnya dengan variasi jenis barang dan merek yang

lebih banyak. Konsep yang di tawarkan Hypermarket adalah one stop

shopping atau pusat pertokoan yang lengkap yang menyediakan

berbagai macam kebutuhan rumah tangga sehari – hari dimulai dari

kebutuhan pokok hingga kebutuhan sandang. Kepemilikan

Hypermarket adalah joint venture antara swasta lokal dengan swasta

asing.

2. Supermaket, adalah toko modern yang memiliki luas 600-1000m².

komoditi utama yang dijual adalah barang – barang / bahan – bahan

pangan dan peralatan dapur. Model kepemilikan dari Supermaket milik

swasta baik lokal maupun asing.

3. Departement Store, adalah toko modern dengan luas areal yang

bervariasi, biasanya berhubungan dengan proses retailing, penyortiran

barang konsumsi yang di kelompokan berdasarkan jenis kelamin, usia,

atau gaya hidup, self service atau pelayanan penjualan dibawah satu

manajemen umum. Barang – barang yang dijual di Departement Store

umumnya adalah barang – barang sandang.

Page 67: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

56

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Landasan Pemikran

Penggunaan pestisida dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Tingginya penggunaan pestisida tidak terlepas dari fungsi pestisida yang

dapat mengurangi masalah pertanian terutama masalah hama tanaman dan

dapat meningkatkan produksi pertanian. Tingginya penggunaan pestisida

memungkinkan adanya residu pestisida yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan pada manusia. Salah satu golongan pestisida yang

paling banyak di gunakan petani dan banyak menimbulkan residu pada

beras adalah Dieldrin. Bahan pokok menandakan pola konsumsi

masyarakat terhadap beras sangat tinggi. Sementara berdasarkan badan

pengawasan pestisida Dinas pertanian Tanaman Pangan dan Hortikular

Kota Makassar beras adalah jenis tanaman pangan dengan pemakaian

pestisida yang cukup tinggi. Maka penulis ingin mengetahui adanya residu

pestisida dieldrin dalam beras lokal dan beras impor .

Page 68: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

57

B. Pola Pikir Variabel yang Diteliti

C. Definisi Operasional

1. Beras Lokal

Beras Lokal adalah jenis beras yang diproduksi oleh petani lokal

yang dengan nama latin Oriza sativa yang dijual di Pasar Terong dan

Lotte mart Kota Makassar.

2. Beras Impor

Beras impor adalah jenis beras dari produk luar negeri yang

dipasok ke dalam negeri dengan nama latin Oriza sativa yang di jual

di Pasar Terong dan Lotte mart Kota Makassar.

Pasar Terong

Beras Lokal

Beras Impor

Residu

Dieldrin

Lotte Mart

Beras Lokal

Beras Impor

Page 69: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

58

3. Residu Pestisida Dieldrin

Residu pestisida Dieldrin dalam beras lokan dan beras impor

melalui uji laboratorium dengan metode Kromatograf gas yang dijual

di Pasar Terong dan Lotte mart Kota Makassar.

Page 70: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

59

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah metode observasional

dengan pendekatan deskriptif untuk memperoleh data di lapangan

dengan cara mengidentifikasi residu pestisida dieldrien dalam beras

lokal dan beras impor melalui analisis laboratorium.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi : Lokasi dari penelitian ini ditetapkan di pasar Terong dan

Lotte Mart Kota Makassar

2. Waktu : Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2013

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua beras lokal dan beras

impor yang dijual di Pasar terong dan Lotte Mart Kota Makassar

2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah sebagian beras lokal dan beras

impor yang dijual Pasar terong dan Lotte Mart Kota Makassar

sebanyak 1kg beras lokal dan 1kg beras impor di masing-masing

lokasi penelitian.

Page 71: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

60

D. Teknik Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah

purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposive didasarkan

pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti yaitu:

1. Sampel yang diambil berasal dari pedagang yang merupakan

pemasok utama menjual beras.

2. Lama kedatangan beras yang dijadikan sampel maksimal 2

minggu.

3. Pengambilan sampel beras di lakukan dengan mengambil 1 kg

pada karung tempat sampel.

E. Metode Pengujian Sampel

1. Prinsip

Pestisida direaksi dengan aseton dan diklorometana. Ekstrak

diuapkan sampai hamper kering dan residu dilarutkan dalam iso

oktana/toluena. Umumnya tidak diperlukan pembersihan, bila ada

gangguan pembersihan dilakukan dengan kolom alumina dan

ditetapkan dengan kromatograf gas menggunakan detektor

penangkap electron (ECD).

2. Pereaksi

a) Aseton

b) Diklorometana

c) Petroleuum eter 400C – 600C

d) Iso oktana

Page 72: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

61

e) Toluena

3. Peralatan

a) Pencincang

b) Blender atau Ultra turaks

c) Kromatograf gas, dilengkapi dengan detektor spesifik untuk

senyawa yang mengandung unsur fosfar (FPD dan NPD).

4. Prosedur

a. Uapkan 8 mL ekstrak sampai hampir kering dengan Rotavapor

pada suhu tangas air 400C

b. Larutkan residu dalam 5 mL petroleum eter dan uapkan

kembali hingga kering.

c. Larutkan residu dalam 1,0 mL 400C – 600C sehingah larutan

mengandung 2,0 gram cuplikan analitik per mL.

d. Masukkan 1,0 gram alumina berlapis perak nitrat kedalam

kolom kromatograf yang telah diberi wol kaca. Ketuk-ketuk

dinding kolom sampai kepadatan penyerap dalam kolom

merata.

e. Masukkan 1 mL ekstrak yang mengandung 2 gram cuplikan

analitik per mL (butir 3.4.2.c) kedalam kolom dan bilas bagian

dalam dinding kolom dengan 1 mL eluen campuran.

f. Elusi dengan 9 mL eluen campuran yang sama.

Page 73: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

62

5. Perhitungan

Bandingkan waktu tambat dan tinggi atau luas puncak

kromatogram yang diperoleh dari larutan cuplikan dan larutan

pembanding.

6. Nilai Perolehan Kembali

Nilai perolehan kembali > 80 %.

7. Batas Penerpan

Batas penetapan < 0,01-0,5 mg/kg.

F. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui survei pendahuluan di lokasi penelitian

seperti keadaan umum lokasi dan hasil pemeriksaan laboratorium

mengenai kandungan pestisida dieldrin dalam beras lokal dan beras

impor yang dijual di Pasar Terong dan Lotte Mart Kota Makassar.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur yang berkaitan dengan

penelitian seperti buku, jurnal, skripsi, tesis, hasil penelitian BTKL

Makassar dan hasil penelitian dari Balai Proteksi Tanaman Pangan dan

Hortikultura Sulawesi Selatan.

G. Pengolahan dan Penyajian Data

1. Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan sampel di laboratorium

dikumpul kemudian diolah secara komputerisasi.

Page 74: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

63

2. Hasil penelitian tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan

diuraikan dalam bentuk narasi.

Page 75: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

64

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Terong dan Lotte Mart Kota

Makassar dengan sampel beras lokal dan beras impor. Pengambilan sampel

beras lokal dan beras impor dilaksanakan pada tanggal 8 April 2013. Sampel

beras lokal dan beras impor di Pasar Terong diambil pada pagi hari sekitar

pukul 07.40-08:20 WITA. Sedangkan pengambilan sampel beras lokal dan

beras impor di Lotte Mart dilakukan pada pukul 10.00-10.30 WITA. Adapun

untuk pemeriksaan residu pestisida dengan sampel beras lokal dan beras

impor dilakukan di Laboratorium Pengujian Pestisida BPTPH pada tanggal

08-17 April 2013.

Berdasarkan hasil pemeriksaan di Laboratorium Pengujian Pestisida

BPTPH Sulawesi Selatan menggunakan metode Kromatografi Gas mengenai

keberadaan dan konsentrasi residu pestisida Dieldrin pada pada beras lokal

dan beras di Pasar Terong dan Lotte Mart maka diperoleh hasil sebagai

berikut :

Page 76: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

65

Tabel 3.

Hasil Analisa Konsentrasi Residu Pestisida Dieldrin pada

Beras Lokal dan Beras Impor di Pasar Terong

Kota Makassar

No.

Urut Kode Sampel Satuan Konsentrasi Keterangan

1 A1 TR mg/kg 0 ttd

2 A2 TR mg/kg 0 ttd

Sumber : Data Primer, 2013

Keterangan :

A1 TR : Beras Lokal

A2 TR : Beras Impor

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa residu pestisida

dengan bahan aktif dieldrin dalam beras lokal yang dijual di Pasar Terong

adalah 0 mg/kg. Hal ini menyatakan bahwa tomat buah yang dijual di Pasar

Terong tidak terdeteksi mengandung residu pestisida dengan bahan aktif

dieldrin berdasarkan batas deteksi pada alat kromatografi gas. Begitu pula

dengan residu pestisida bahan aktif dieldrin dalam beras impor yang dijual di

Pasar Terong adalah 0 mg/kg dan dinyatakan tidak terdeteksi mengandung

residu pestisida dengan bahan aktif dieldrin.

Page 77: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

66

Tabel 4.

Hasil Analisa Konsentrasi Residu Pestisida Dieldrin dalam

Beras Lokal dan Beras Impor di Lotte Mart

Kota Makassar

No.

Urut Kode Sampel Satuan Konsentrasi Keterangan

1 A3 LT mg/kg 0 ttd

2 A4 LT mg/kg 0 ttd

Sumber : Data Primer, 2013

Keterangan :

A3 TR : Beras Lokal

A4 TR : Beras Impor

Berdasarkan tabel 4, menunjukkan bahwa residu pestisida dengan

bahan aktif dieldrin dalam beras lokal yang dijual di Lotte Mart adalah 0

mg/kg. Hal ini menyatakan bahwa beras lokal yang dijual di Lotte Mart tidak

terdeteksi mengandung residu pestisida dengan bahan aktif deildrin

berdasarkan batas deteksi pada alat kromatografi gas. Begitu pula dengan

residu pestisida dengan bahan aktif dieldrin dalam beras impor yang dijual di

Lotte Mart adalah 0 mg/kg dan dinyatakan tidak terdeteksi mengandung

residu pestisida dengan bahan aktif dieldrin.

B. Pembahasan

Hasil analisis konsentrasi residu pestisida dengan bahan aktif

dieldrin dalam beras lokal dan beras impor yang dijual di Pasar Terong dan

Lotte Mart Kota Makassar menunjukkan bahwa residu pestisida dieldrin tidak

terdeteksi berdasarkan batas deteksi pada alat kromatografi gas. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak ditemukannya residu pestisida dengan bahan aktif

Page 78: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

67

dieldrin yang dimana kemungkinan memang tidak ada atau tidak digunakan

jenis pestisida yang mengandung bahan aktif dieldrin pada petani yang

menjadi pemasok beras lokal dan beras impor yang dijual di Pasar Terong

dan Lotte Mart Kota Makassar. Jadi, beras lokal dan beras impor yang dijual

di Pasar Terong dan Lotte Mart Kota Makassar tersebut aman ditinjau dari

BMR bahan aktif dieldrin dalam beras berdasarkan SNI 7313:2008 yaitu 0.02

mg/kg tetapi belum bisa dikatakan aman untuk dikonsumsi, karena

kemungkinan terdapatnya senyawa atau residu pestisida lain mengingat

penelitian ini hanya mengidentifikasi satu jenis bahan aktif pestisida.

Salah satu kemungkinan yang menjadi penyebab tidak terdeteksinya

residu pestisida karena adanya keterbatasan alat kromatografi gas yang

digunakan di Laboratorium Pengujian Pestisida BPTPH. Alat kromatografi

gas yang digunakan dengan batas deteksi minimum hanya 0,1 mg/kg

walaupun dilakukan secara otomatis oleh alat kromatografi gas.

Prosedur pemeriksaan di Laboratorium Pengujian Pestisida BPTPH

Sulawesi Selatan yang telah sesuai dengan standar. Proses ekstraksi dilakukan

di dalam lemari asam untuk menghindari kontaminasi dari luar dan alat

pelumat yang digunakan sudah canggih. Selain itu, proses pemeriksaan

sampel dilakukan dengan dua perlakuan yaitu simplo dan duplo. Hal ini

dilakukan untuk melihat perbandingan pengujian pertama dengan kedua

apakah terdapat perbedaan atau kesalahan.

Pestisida golongan organoklorin masih banyak digunakan oleh

petani di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan masih ditemukannya residu

Page 79: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

68

pestisida dengan jenis pestisida organoklorin di beberapa pasar yang ada di

Sulawesi Selatan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Balai Proteksi

Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Sulawesi Selatan (2012) di Pasar

Sentral Pinrang menemukan residu pestisida dengan bahan aktif lindane

dalam tomat dengan konsentrasi sebesar 0, 0112 mg/kg. Penelitian lainnya

yang dilakukan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi

Selatan (2012) pada sayuran: terong, wortel, sawi dan bayam dengan lokasi

pengambilan sampel yang berbeda juga ditemukan adanya residu pestisida

dengan jenis organoklorin.

Kurangnya pengawasan dan penerapan sanksi terhadap pelanggaran

dalam distribusi dan penggunaan pestisida yang telah dilarang menjadi salah

satu penyebab masih adanya pestisida golongan organoklorin yang digunakan

oleh petani secara ilegal. Hal ini didukung dengan pernyataan seorang staf

ahli di Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura bahwa kurangnya

pengawasan yang dilakukan terhadap peredaran pestisida organoklorin

dikarenakan sulitnya pengawasan pestisida yang ilegal dan masih lemahnya

peraturan pemerintah tentang pelanggaran dalam distribusi dan penggunaan

pestisida yang telah dilarang khususnya golongan organoklorin.

Menurut UNEP (United Nations Environment Programe) dalam

Kurnia dan Sutrisno (2008), toksisitas organoklorin dengan bahan aktif

endrin dan dieldrin tergolong kategori 1 (extremely hazardous) sedangkan

organoklorin dengan bahan aktif aldrin, DDT, toxhapene, chlordane,

hetachlor, dan lindane termasuk kategori 2 (highly hazardous). Keberadaan

Page 80: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

69

pestisida ini di lingkungan pertanian diprioritaskan untuk diidentifikasi.

Dieldrin merupakan pestisida golongan organoklorin yang penggunaannya

telah dilarang oleh pemerintah sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 24/Permentan/SR.140/4/2011, karena pestisida golongan organoklorin

sifatnya dapat bertahan lama di tanah serta cukup stabil meski terkena cahaya

dan panas. Daya racun senyawa ini dua kali lebih kuat dari DDT.

(Sastroutomo, 1992 dalam PUSARPEDAL, 2011).

Berdasarkan penelitian oleh Sinulingga (2006) mengenai residu

pestisida dengan jenis organoklorin juga ditemukan dalam sampel wortel di

kawasan sentra Kabupaten Karo Sumatera Utara. Hasil analisa sampel yaitu

0,0292 ppm dan masih berada di bawah Batas Maksimum Residu (BMR).

Residu yang terdeteksi diduga berasal dari penyemprotan sekarang atau

musim-musim tanaman sebelumnya. Dieldrin dapat bertahan dalam tanah

setelah aplikasi selama 14 tahun dengan sisa yang tertinggal sebanyak 10 %.

Perlu diwaspadai adanya organoklorin yang masih terdapat di lingkungan

karena sisa penggunaannya di masa lalu. Pestisida golongan organoklorin

mempunyai waktu paruh yang sangat panjang, sehingga pestisida yang

memiliki sifat persistensi yang tinggi dapat meracuni lingkungan.

Residu pestisida dipengaruhi oleh penanganan pascapanen meliputi

kegiatan pada saat beras dipetik sampai dengan kegiatan pada saat beras

disimpan di gudang untuk siap dijual ke pasar. Umumnya kegiatan yang

dilakukan meliputi proses pemetikan, penggilinganan, pengemasan,

pengangkutan maupun penyimpanan baik di tingkat petani, pedagang

Page 81: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

70

pengumpul maupun pedagang grosir. Berdasarkan hasil wawancara yang

telah dilakukan kepada pedagang beras lokal dan beras impor mengenai

proses penanganan pascapanen bahwa di tingkat pedagang grosir di Pasar

Terong tidak adanya kegiatan pembersihan tempat penyimpanan beras yang

dilakukan terhadap beras yang diperdagangkan. Sedangkan hasil wawancara

kepada petugas di Lotte Mart, proses penanganan pascapanen dilakukan

dengan kegiatan pembersihan terhadap tempat penyimpanan beras yang akan

diperdagangkan.

Residu pestisida juga dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis

pestisida persisten/tidak persisten, teknik aplikasi pestisida, iklim dan cuaca.

Pencucian oleh hujan bisa mengakibatkan berkurangnya residu pestisida.

Selain itu kemungkinan yang terjadi setelah pestisida disemprotkan yaitu

adanya penguapan, fotodekomposisi dan reaksi kimia.

Hasil penelitian yang dilakukan Yuliatuti (2011) pada daun kubis

bagian dalam menemukan jenis pestisida organoklrin berbahan aktif lindane

dengan konsentrasi 0,0032 ppm. Sedangkan untuk kubis bagian luar, residu

pestisida lindane dengan konsentrasi 0,0004 ppm. Konsentrasi residu

pestisida pada daun kubis bagian luar seharusnya lebih tinggi dibandingkan

dengan bagian dalam karena daun bagian luar secara langsung terkena

semprotan pestisida. Namun, konsentrasi residu pestisida pada daun kubis

bagian luar lebih rendah daripada daun kubis bagian dalam. Hal ini

kemungkinan karena residu pestisida pada daun kubis bagian luar tercuci oleh

air hujan.

Page 82: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

71

Selain residu pestisida yang menempel pada tanaman, pestisida yang

diaplikasikan di daerah pertanian atau perkebunan paling banyak

terakumulasi di tanah, walaupun ada sebagian berada di udara sebagai

partikulat terutama bila pemakaian dilakukan dengan cara penyemprotan.

Hasil penelitian Narwanti (2008) menunjukkan bahwa sampel tanah di Desa

Srigading terdeteksi adanya residu pestisida organoklor (lindane, heptaklor,

aldrin, dieldrin, endrin dan DDT). Kisaran konsentrasi residu pestisida pada

sampel tanah untuk lindane yaitu 5,6 - 38,8 ppb.

Pestisida yang paling banyak digunakan oleh petani adalah pestisida

golongan organofosfat karena mempunyai daya basmi yang kuat, cepat dan

hasilnya kelihatan. Hal ini sejalan dengan data peredaran pestisida dari

BPTPH menunjukkan bahwa pestisida yang paling sering digunakan oleh

petani tomat adalah pestisida dengan bahan aktif klorpirifos dan profenofos.

Pestisida golongan organofosfat sifatnya lebih cepat mengalami penguapan

dan mudah larut dalam air.

C. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini tidak meninjau langsung pestisida yang digunakan oleh

petani yang menjadi pemasok beras lokal dan beras impor di Pasar

Terong dan Lotte Mart.

2. Penelitian ini dilakukan pada musim hujan sehingga kemungkinan residu

pestisida hilang akibat pencucian oleh air hujan.

3. Keakuratan alat kromatografi gas yang digunakan di Laboratorium

Pengujian Pestisida BPTPH Sulawesi Selatan.

Page 83: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

72

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil analisis konsentrasi residu pestisida dengan bahan aktif dieldrin

dalam beras lokal dan beras impor yang dijual di Pasar Terong dan Lotte

Mart Kota Makassar menunjukkan bahwa residu pestisida dieldrin tidak

terdeteksi berdasarkan batas deteksi pada alat kromatografi gas.

2. Residu pestisida dieldrin dalam beras lokal dan beras impor masih berada

di bawah BMR yaitu berdasarkan SNI 2008 yaitu 0,02 mg/kg.

B. Saran

1. Kepada pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dan instansi Badan

Pemeriksaan Tanaman dan Holtikultura agar kiranya meningkatkan

pengawasan peredaran pestisida khususnya golongan organoklorin dan

mengadakan penyuluhan mengenai penggunaan pestisida yang sesuai

dengan program PHT.

2. Kepada para petani agar kiranya meningkatkan pengetahuan mengenai

dampak penggunaan pestisida yang tidak sesuai dengan program PHT.

3. Kepada masyarakat agar lebih mengetahui cara penanganan untuk

mengurangi residu pestisida dan kiranya tetap berhati-hati mengingat

beragamnya residu pestisida pada bahan pangan.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai residu pestisida

organoklorin dengan jenis bahan aktif yang lain.

Page 84: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

73

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi,S.S, 2003, Nasib Bahan Kimia POPs Di Lingkungan, Jurnal Kesehatan,

Jakarta, Vol 1, Hal.4

Afriyanto., 2008. Kajian keracunan pestisida pada petani penyemprot cabe di

Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Tesis. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro, Semarang. [online] Diakses pada

tanggal 05 Desember 2012, http://eprints.undip.ac.id/16195/1/AFRIYANTO.pdf

Anonim, 2012, Panduan Penulisan Skripsi Bagian Kesehatan Lingkungan, FKM

UNHAS Makassar

Anonim, 1994, Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal, Depkes RI

Andriyani, Retno, 2006, Usaha Pengendalian Pencemaran Lingkungan Akibat

Penggunaan Pestisida Pertanian, Jurnal Kesehatan Lingkungan,Vol 3 (1)

Amir, A, 2005. Hubungan Karakteristik Pemaparan Pestisida Dengan Kadar

Cholinestrase Darah Pada Petani Sayur-Sayuran Di Desa Jonooge Kecamatan

Sigibiromaru Kabupaten Donggala, Skripsi Sarjana Tidak Diterbitkan, FKM

UNHAS, Makassar

Balai Besar Karantina Pertanian, 2012, Data Hasil Pengawasan Keamanan

Pangan, Makassar

Dadang, R.S., 2006. Hubungan karakteristik petani dengan kompetensi agribisnis

pada usaha tani sayuran di Kabupaten Kediri Jawa Timur. Jurnal Penyuluhan

ISSN: 1858-2664 September 2006, Vol. 1, No.1. [online] Diakses pada tanggal 04

Desember 2012

<http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/42816/Rini%20Sri%20D

amihartini.pdf?sequence=1>

Fissamawati, R.A., 2009. Tracer pathway dari insektisida Malathion dan

pengaruhnya terhadap organ hati dan otak tikus. jurnal Makara, Kesehatan, Vol.13

No. 2, Desember 2009: 69-73. [online] Diakses pada tanggal 06 Desember 2012

<http://journal.ui.ac.id/health/article/download/361/357>http://www.biokesayangan.com//pencemaran senyawa-organoklorin, diakses 02 Desember 2012

Imron, Amrul Munif, 2009, Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Jakarta,

Sagung Seto

Indraningsih., 2008. Pengaruh penggunaan insektisida karbamat terhadap

Kesehatan ternak dan produknya. Jurnal Wartazoa Vol. 18 No. 2. [online]

Diakses pada tanggal 06 Desember 2012

Page 85: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

74

http://digilib.litbang.deptan.go.id/repository/index.php/repository/download/1915/

1943

Joni Munarso, S, dkk, 2009, Studi Kandungan Residu Pestisida pada Kubis,

Tomat dan wortel Di Malang dan Cianjur, Buletin Tekhnologi Pascapanen

Pertanian, Vol 5 (31)

Munajo, dkk., 2006. Risiko kesehatan akibat pemakaian pestisida kimia di tingkat

rumah tangga di Kabupaten Badung dan Ubud Propinsi Bali. Laporan Penelitian.

Puslitbang Ekologi Dan Status Kesehatan Badan Penelitian Dan Pengembangan

Kesehatan, Jakarta.

Miskiyah, dan Munarso, S.J. 2009. Kontaminasi residu pestisida pada cabai

merah, selada, dan bawang merah (studi kasus di Bandungan dan Brebes Jawa

Tengah serta Cianjur Jawa Barat). Jurnal J. Hort. 19(1):101-111, 2009. [online]

Diakses pada tanggal 06 Desember 2012

<http://digilib.litbang.deptan.go.id/repository/index.php/repository/download/479

4/4364>

Narwanti, 2008, Petunjuk Pemakaian Pestisida, Bekasi, Agromedia Pustaka

Pandit, T.B., 2006. Analisis faktor risiko keracunan pestisida organofosfat pada

keluarga petani hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Tesis.

Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro , Semarang. [online]

Diakses pada tanggal 05 Desember 2012,

<http://eprints.undip.ac.id/17895/1/TEGUH_BUDI_PRIJANTO.pdf>

Ragayu, A., 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keracunan pestisida

Organofosfat, Karbamat dan kejadian anemia pada petani hortikultura di Desa

Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Skripsi Sarjana. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro, Semarang. [online] Diakses pada

tanggal 06 Desember 2012 < http://eprints.undip.ac.id/17532/1/YODENCA_ASSTI_RUNIA.pdf >

Ruslan, K., 2012. Sensus Pertanian 2013: “Untuk Masa Depan Petani yang Lebih

Baik”. Kompasiana, 09 Agustus 2012. [online] Diakses pada tanggal 03

Desember 2012 <http://ekonomi.kompasiana.com/agrobisnis/2012/08/09/sensus-

pertanian-2013-untuk-masa-depan-petani-yang-lebih-baik/>

Saenong, 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi petani bawang merah

terhadap risiko penggunaan pestisida di Kabupaten Brebes. Tesis. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Sakung, M, 2004, Membuat Pestisida Organik, Jakarta Selatan : PT. Agromedia

pustaka, hal. 5-6.

Page 86: IDENTIFIKASI RESIDU PESTISIDA DIELDRIN DALAM BERAS …

75

Sastroutomo, K, 2006, Telaah Residu Organoklorin Pada Wortel Daucus Carota

L Di Kawasan Sentra Kabupaten Karo Sumut, Jurnal Sistem Teknik Industri, Vol

7 (1), hal 92 – 97

Sebayang, G.I., 2010. Sikap Konsumen Pasar Swalayan Terhadap Sawi Caisim

Organik di Kota Surakarta. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian. Universitas

Sebelas Maret, Surakarta. [online] Diakses pada tanggal 05 Desember 2012,

http://eprints.uns.ac.id/208/1/170432411201010411.pdf

Sudarmo, S, 1991, Pestisida, Yogyakarta, Kanisius

Suprapta, M., 2005. Apa Bahaya Sayur dan Buah Berpestisida?. [online] Diakses

pada tanggal 28 November 2012 http://ffarmasi.unand.ac.id/berita/abam/989-apa-

bahaya-sayur-dan-buah-berpestisida-muslim-suardi

Tadeo, J. (editor)., 2008. Analysis of pesticides in food. USA : CRC. Press.

Weir, F.D., 1998. Pesticide: problems, Improvements, Alternative.

USA:Blackwell Science.

WHO., 2003. Who Specifications and Evaluations for Public Health Pesticides

(Malathion). Geneva : Word Health Organization.

Widianto, .F., 1994. Kajian efektifitas sanitizer untuk peningkatan higiene sayuran

segar

di tingkat petani. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor. [online]

Winarmo, S., 2000. Pencegahan pencemaran pupuk dan pestisida. Jakarta :

Penerbit Swadaya.

Yuantari, M.G.C., 2009. Studi ekonomi lingkungan penggunaan pestisida dan

dampaknya pada kesehatan petani di area pertanian hortikultura Desa Sumber

Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Tesis. Fakultas

kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro, Semarang. [online]

Yuliastuti, S, 2011, Teknik Analisis Pestisida Organoklorin Pada Tanaman Kubis

Dengan Menggunakan Kromatografi Gas, Buletin Teknik Pertanian, Vol. 16 (2),

hal 74-76