ibu latifah-teknologi sediaan steril (2) power point

Upload: liehyun2584

Post on 20-Jul-2015

2.532 views

Category:

Documents


128 download

TRANSCRIPT

TEKNOLOGI SEDIAAN STERILLATIFAH RAHMAN

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN

OBAT MATAPRODUK/SEDIAAN UNTUK PENGOBATAN MATA LARUTAN STERIL SUSPENSI STERIL SALEP STERIL CARA PENGGUNAAN OBAT MATA o TETES MATA (oculoguttae) o SALEP MATA (oculenta) o CUCI MATA (collyria) o LAMELA DAN PENYEMPROT MATA o INSERTE , IRIGASI (depo untuk mata utuh atau luka)

DEFINISIUSP & FARMAKOPE INDONESIA Larutan obat mata larutan steril yang dicampur dan dikemas untuk dimasukkan ke dalam mata Salep mata salep khusus steril untuk pemakaian mata yang dibuat dari bahan steril dengan kondisi aseptik yang ketat atau akhirnya disterilkan

ANATOMI & FISIOLOGI MATAMata adalah organ untuk penglihatan terdiri dari 1. Kornea lensa pertama dalam sistem optikal mata, terdiri dari beberapa lapis yang penuh dengan saraf sensoris, 75-80 % air Fungsi : alat atau pintu masuk segala sesuatu dari luar ke dalam rongga bagian dalam mata, selama bahan tsb. dapat diabsorpsi.

Bagian Organ Mata2. Cairan mata campuran kompleks terdiri dari elektrolit, protein, karbohidrat, enzim (lysozime) dan asam organik. Bahan padat total 1,8 %. Cairan mata (lakrimal) dikeluarkan oleh kelenjar lakrimal dan sekresi kelenjar konjuntiva pH air mata 7,3 7,7 konsentrasi osmotik air mata = larutan NaCl 0,9 %

ANATOMI FIIOLOGI MATA (1)

ANATOMI FISIOLOGI MATA (2)

ABSORPSI OBAT MATA Permukaan mata ditutupi oleh lapisan air mata, yang terdiri dari 3 lapisan film yang berbeda Absorpsi obat secara normal yang dimasukkan ke dalam bola mata akan didistribusikan ke dalam lapisan air mata prekorneal dengan aksi kedipan mata Bioavailabilitas obat mata umumnya sangat kurang baik dengan cara topikal. Umumnya obat mata, kurang dari 1% dari dosis pemberian dapat menembus kornea untuk mencapai ruang bagian dalam Obat yang dimaksud untuk pengobatan lokal masuk ke dalam cairan yang bersifat air melalui kornea dengan difusi pasif Bahan yang bersifat lipoid dan yang larut baik dalam air atau memiliki kelarutan 2 fase, diabsorpsi baik melalui kornea.

Teori KinseyAbsorpsi obat melalui kornea : Obat berupa garam (contoh : Homatropin Bromida) yang seimbang dengan bentuk basenya dalam lingkungan air mata akan mengadakan penetrasi bentuk basenya melalui lapisan epitelium kornea. Di dalam lapisan substansia propria yang bersifat air base lemah mengadakan keseimbangan baru dan membentuk ion garam base tsb. Kemudian di daerah endotelium, bentuk ion ini mengadakan keseimbangan lagi sehingga terjadi penetrasi basenya ke dalam karena endotelium bersifat lipoid.

ABSORPSI OBAT MELALUI KORNEA (Teori Kinsey)

VISKOSITAS OBAT MATA UNTUK MEMBUAT KEKENTALAN OBAT MATA MENYERUPAI KEKENTALAN AIR MATA DIANJURKAN AGAR OBAT TETES MATA DIBERI PENGENTAL USP memganjurkan penambahan bahan pengental seperti - Metil selulose (MC) - Hidroksimetil selulose (HMC) - Karboksimetil selulose (CMC) - Polivinil alkohol (PVA) Penambahan bahan ionik untuk membantu absorpsi obat Benzalkonium klorida biasa ditambahkan dalam larutan mata Karbakhol untuk respons miotik langsung begitu obat terabsorpsi kornea

Persyaratan Produk Obat MataUntuk pengontrolan produk obat mata, harus : Steril Jernih pH dapar tonisitas preservatif aditiv viskositas kemasan dan stabilitas

Syarat Tetes Mata (1)1. Steril Air mata tidak mengandung antibodi, pertahanan terhadap infeksi yang dimiliki mata adalah dengan aksi pencucian dengan air mata dan dengan enzim lisozime yang mampu menghidrolisis polisakarida dari mikroorganisme. Yang tidak dipengaruhi oleh enzim lisozime adalah Pseudomonas aeroginosa yang dapat menyebabkan kerusakan mata. Penyebab infeksi oleh mikroorganisme : transplantasi kornea Pengertian steril bukan parsial artinya jika air yang digunakan air untuk injeksi steril sedangkan bahan obatnya atau tambahannya tidak steril, maka hal itu tidak ada gunanya.

Syarat Tetes Mata (2)2. Preservatif (Pengawet) Penggunaan pengawet pada sediaan obat mata hanya dibolehkan untuk dosis ganda Senyawa amonium kwarterner seperti Benzalkonium klorida, efektif terhadap m.o. gram positif maupun negatif. Kombinasi dengan 0,01 0,1 % Disodium EDTA akan menambah kepekaan mikroorganisme terhadap larutan benzalkonium klorida 1:10.000. Juga kombinasi Benzalkonium klorida 0,02 % dan Neomysin sulfat 0,5 % Klorbutanol Konsentrasi yang digunakan adalah 0,5 %, tetapi larutan ini rusak oleh pemanasan autoklav dan suasana . Senyawa raksa (II) organik Fenilmerkuri nitrat digunakan sebagai pengawet, tetapi senyawa ini tidak tercampurkan dengan halida dan juga kerjanya lambat atau kurang dibanding dengan pengawet lainnya.

Syarat Tetes Mata (3)3. Tekanan osmotik Pembuatan sediaan isoosmotik untuk larutan obat mata berhubungan erat dengan masalah iritasi seperti pada sediaan injeksi. Karena kandungan elektrolit dan koloid di dalamnya, cairan mata memiliki tekanan osmotik yang sama dengan darah dan cairan jaringan. Larutan hipertonis relatif lebih dapat diterima dari pada hipotonis.

Syarat Tetes Mata (4)4. pH dan pendaparan pH air mata sama dengan pH darah: 7,4 atau antara 7,3 -7,7 dengan demikian jika obat tetes akan didapar hendaknya menggunakan dapar dengan kapasitas rendah kapasitas dapar : kekuatan untuk mempertahankan perubahan pH dengan penambahan asam atau alkali. Semakin besar daya tahan dapar terhadap perubahan pH semakin kuat kapasitas dapar Rentang pH yang dapat diterima oleh mata antara 5,2 - 8,3 (Parrott ) atau 6,0-8,0 (Remingtons Science), toleransi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor: - yang diteteskan jumlahnya sedikit - pendaparan oleh mata - peningkatan produksi air mata Contoh : Larutan Pilokarpin 1 % dapat diterima oleh mata, konsentrasinya dinaikkan akan meningkat pula iritasinya jika

Syarat Tetes Mata (5)5. Antioksidan dan Pengkelat - Natrium bisulfit digunakan pada tetes mata Na. Sulfasetamid dan Epinefrin bitartrat 2%. - Na. bisulfit cocok untuk pH sedang, seperti pada penggunaan garam Na EDTA. Ikatan ligan pada logam berat dapat mencegah reaksi katalis logam tersebut pada oksidasi oleh udara.

SALEP MATA (Oculenta) Definisi : Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan dasar salep mata yang cocok. Umumnya salep mata dibuat dengan dasar salep : - petrolatum (vaselin), - vaselin - minyak mineral, atau - vaselin - lanolin Dasar vaselin - lanolin digunakan jika larutan air bahan aktif harus ditambahkan pada salep mata Dasar salep mata tidak boleh mengiritasi pada mata dan harus memberikan kesempatan bahan aktif berdifusi dari dasar salep ke kelenjar air mata Harus bebas partikel besar untuk mencegah iritasi

Dasar Salep MataBritish Pharmacopeia : - Lanolin anhidrat 10 - Vaselin kuning 90 Cara pembuatan: Campuran tersebut dilebur bersama-sama, disaring melalui corong panas menggunakan kertas saring kasar atau kain kasa/flanel, kemudian disterilkan dengan pemanasan kering pada suhu 1700C minimal 30 menit. Biarkan dingin dan dicampurkan dengan bahan aktif. Untuk mendapatkan konsistensi yang lebih lunak, formula dimodifikasi sbb : - Vaselin kuning 80 - Parafin cair 10 - Lanolin anhidrat 10

Cara Pembuatan Salep Mata1. Apabila bahan aktif mudah larut dalam air dan larutannya stabil, dapat dilarutkan dalam sedikit mungkin air, kemudian ditambahkan dasar salep mata lebur yang mampu menyerap sejumlah air pelarut tsb. Campuran diaduk sampai massa membeku. 2. Jika bahan aktif tidak mudah larut dalam air atau larutannya mudah terurai, bahan dimikronisasi (digerus sampai halus) lalu ditambahkan bahan dasar salep sejumlah sama, diaduk sampai homogen. Sisa dasar salep ditambahkan sedikit demi sedikit.

Dasar Salep Mata Larut Dalam Air Formularium Nasional : - PEG 4000 ------ 300 g - PEG 400 ------ 450 g Campuran tersebut dilebur di atas penangas air pada suhu 650C. Campuran ini anhidrous dan mudah tercuci. Sterile Dosage Form Dasar salep mata biasa digunakan vaselin putih, walaupun dasar salep mata larut dalam air lebih disukai.

EVALUASI SALEP MATA1. Bebas Partikel Partikel logam mungkin berasal dari tube berukuran tidak lebih dari 50 mikron (RPS). Caranya : Ambil 20 tube salep mata, 10 tube dilebur dalam cawan petri. Setelah dingin dan membeku kembali diamati di bawah mikroskop yang dilengkapi okuler dengan mikrometer. Persyaratan : Tidak boleh lebih dari 50 partikel teramati yang berukuran 50 mikron atau lebih besar. Sedang pada pemeriksaan 10 tube berikutnya tidak boleh didapatkan/mengandung lebih dari 8 partikel dalam satu tubepun.

EVALUASI SALEP MATA2. Uji Kebocoran tube Modern Pharmaceutics : Satu tube diletakkan dalam posisi horizontal (dalam cawan petri yang dialasi dengan kertas saring). Tube dan cawan dipanaskan dalam oven pada suhu tetap 600 30C selama paling sedikit 8 jam. Persyaratan : Hanya boleh memperlihatkan tanda kebocoran pada bekas lipatan tube (Noda pada kertas hanya terlihat pada bagian lipatan tube).

PENGOBATAN & SEDIAAN HIDUNG FUNGSI HIDUNG - menyaring udara/debu yang masuk melalui hidung - bagian depan hidung, menahan butiran, partikel debu kasar, sedang debu halus dan bakteri menempel pada mukosa hidung - dalam rongga hidung udara dihangatkan sehingga terjadi derajad kelembaban tertentu

pH MUKOSA HIDUNG Keasaman (pH) sekresi hidung, orang dewasa antara 5,5 - 6,5, sedangkan anak antara 5,0 6,7 Pada pH < 6,5 biasanya tidak ditemukan bakteri, sedang pH > 6,5 mulai ada bakteri Rhinitis akut akan menyebabkan pergeseran pH ke arah basa, sedangkan peradangan akut menyebabkan pH ke arah asam. Pada waktu pilek, pH lendir alkalis. Sebaiknya digunakan dapar fosfat pH 6,5 ke arah asam untuk mengembalikan kondisi normal hidung Jika kedinginan pH lendir hidung cenderung meningkat, sebaliknya jika kepanasan cenderung turun.

CARA PEMBERIAN OBAT HIDUNG1. Dengan meneteskan pada tiap lubang hidung dengan pipet tetes (Nasal drop, guttae nasales)2. Dengan cara disemprotkan - Atomizer : disemprotkan dalam bentuk tetesan kasar ke dalam lubang hidung - Nebulizer: disemprotkan dalam tetesan sangat halus sehingga mampu berpenetrasi sampai ke paru-paru 3. Dengan cara mencucikan dengan alat nasal douche 4. Dengan cara inhaler. Dihisap-hisap atau dihirup

ANATOMI FISIOLOGI HIDUNG Proetz : kelembaban (moisture) memegang peran utama dalam mekanisme pertahanan hidung yaitu gerakan cilia yang bergerak mendorong semua yang melekat dari arah belakang ke depan lubang hidung (nasopharynx). Epitel bagian respiratori terdiri dari sel cilia yang diantaranya terdapat sel-sel goblet. Mukus (lendir) hidung merupakan sistem agak kental, pseudoplastik dan merupakan mukoprotein. Mukoprotein terdiri atas ikatan polimer dari glukosamin dan atau asam glukoronat yang terikat pada suatu komponen protein. Mukus hidung 6 kali kental dari cairan/mukus lambung Tonsitas lendir hidung sama dengan cairah darah atau NaCl 0,9%

ABSORPSI OBAT (Tonndorf)

RESPONS CILIA TERHADAP OBAT Larutan NaCl - dalam larutan Na Cl 0,9% pada suhu 25 - 300C, cilia tetap aktif - pada konsentrasi 4 4,5 % semua cilia berhenti, cilia aktif kembali jika membran dicuci dengan air suling dan digenangi NaCl 0,9 % - jika konsentrasinya 0,2 0, 3% aktivitas cilia berkurang dan berhenti.

Pengurangan ion Calsium - Penggunaan senyawa tartrat, sitrat, oksalat dan bahan pengkhelat Ca lainnya akan menghentikan gerakan ciliaMinyak Minyak akan lama melekat pada film mukus dan akan mempengaruhi aktivitas normal cilia. Minyak tidak baik sebagai pembawa pada sediaan hidung karena menimbulkan lipoid pneumonia Protargol Larutan koloid protargol akan mengurangi gerakan cilia

RESPONS CILIA TERHADAP OBAT Larutan perak dan zink - larutan AgNO3 0,5 % dan larutan ZnSO4 , menghancurkan cilia Larutan cocain > 2,5 % dan larutan efedrin HCl > 1 %, menyebabkan paralisis cilia Kamfer, timol, mentol, eukaliptol dan senyawa eteris lainnya akan menyebabkan penurunan kecepatan gerak cilia. Jika konsentrasi < 0,1 % dalam bentuk uap (inhaler) tidak mempengaruhi cilia Antibiotik (Penicillin Sodium) dalam larutan NaCl isotonis 250 500 unit/ml tidak merusak cilia, tetapi jika konsentrasinya 5000 unit/ml terjadi penurunan kecepatan gerakan cilia dengan diselingi penghentian gerakan. Suspensi Tirotrisina dalam air (1:2000 dan 1:5000) menekan aktivitas cilia Atropin, dengan pemberian oral menyebabkan kekeringan atau penghentian gerakan cilia. Pemberian lokal, mereduksi produksi mukus.

ABSORPSI OBAT Absorpsi obat melalui mukus hidung kadang baik atau lebih baik dari per oral. Rute intra nasal menghasilkan efek langsung ke vaskular dan mudah pemberiannya Tonndorf dkk., mengkaji absorpsi hiosin dan atropin dari selaput lendir manusia dan mengevaluasi dengan cara mengamati hambatan produksi saliva

Absorpsi obat (Tonndorf, dkk)Kecepatan absorpsi skopolamin 0,65% dengan rute pemberian : - Kontrol tanpa obat - Injeksi sub cutan - Kapsul oral - Larutan oral - Tetes hidung Pada semua pemberian, produksi saliva untuk kontrol signifikan dengan yang mengandung obat - sediaan kapsul oral responnya paling lambat kemudian diikuti larutan oral, karena responnya tergantung pada waktu yang diperlukan untuk melarutkan kapsul dan serbuk garam alkaloid - injeksi sub cutan memberikan respon paling cepat sedang tetes hidung memberikan respon kedua tercepat dari sub cutan

Absorpsi obat (2) Pemberian hiosin dalam bentuk spray, responnya tidak sebaik dengan tetes hidung. Tetapi jika ditambah Na. Laurilsulfat 0,01 % sebagai surfaktan, maka responnya sama dengan respon pada tetes hidung

JENIS OBAT UNTUK HIDUNG Obat yang sering diberikan : - Antibiotik - Sulfasetamide - Vasokonstriktor - Germiside - Antiseptik Cilia (rambut getar) hidung sangat peka terhadap beberapa jenis obat, misalnya : - Obat yang mengandung Efedrin HCl konsentrasi maks. 3 % , jika lebih besar akan mengerem kerja cilia - larutan Adrenalin 1 % pH 3 juga akan menghentikan kerja cilia - larutan Cocain HCl yang dapat digunakan maksimum 2,5 % - larutan Protargol mengendapkan protein (lendir yang dieksresi di daerah rambut getar sebagian terdiri dari protein) - Parafin cair sembagai pembawa akan menghasilkan suatu lapisan pada mukosa hidung dan akan mengurangi kerja cilia, sebaiknya tetes hidung dengan parafin cair dihindari - reaksi alkali , mis. garam sulfat pHnya antara 10 - 11, maka sebagai pelarut digunakan propilenglikol dan tidak perlu dialkalikan karena reaksinya sedikit asam (karena sulfa merupakan asam lemah)

PERSYARATAN TETES HIDUNG Isotonis Tetes hidung harus isoosmotik dengan sekret hidung atau cairan tubuh lainnya atau NaCl 0,9%. Iritasi mukosa hidung tidak akan terjadi jika larutan isotonis atau sedikit hipertonis. Namun larutan yang sangat encer dan sangat pekat akan menyebabkan iritasi mukosa hidung. Untuk bahan pengisotonis dapat digunakan NaCl atau dekstrose. Steril Tetes hidung harus steril dan untuk menjaga kontaminasi dengan mikroorganisme maka dilakukan penambahan preservatif misalnya : nipagin atau nipasol, atau kombinasi keduanya. Konsentrasi Nipagin /nipasol 0,01 0,04% sedang kombinasi nipagin (0,026%) + nipasol (0,014%).

DAPAR (BUFFER) FOSFAT Formula Dapar fosfat pH 6,5 - Natrium dihidrogen fosfat - Dinatrium hidrogen fosfat - Na Cl - Benzalkonium klorida - Aqua dest. q.s 0,65 0,54 0,45 0,01 0,10% ad 100 ml

KESIMPULANOBAT (TETES) HIDUNG : Sebaiknya digunakan pelarut/pembawa air Jangan menggunakan obat yang cenderung mengerem cilia hidung pH larutan sebaiknya sekitar 5,5 6,5 dan untuk menstabilkan sebaiknya ditambah buffer (dapar) Sebaiknya isotonis Untuk dapat tinggal lama dalam rongga hidung sebaiknya ditambahkan bahan untuk menaikkan viskositas agar mendekati sekret lendir hidung Hendaknya dihindari larutan obat yang bereaksi alkali Jangan sampai anak-anak (bayi) diberi tetes hidung yang mengandung mentol karena dapat menyebabkan kejang (kram) pada saluran pernafasan Harus tetap stabil selama pemakaian oleh pasien Harus mengandung antibakteri (preservatif) untuk mereduksi pertumbuhan bakteri selama pemakaian Beberapa obat simpatomimetik (atropin, hiosin, skopolamin) karena mudah teroksidasi , perlu penambahan antioksidan dan juga kontrol pH

WADAH SEDIAAN STERILWadah/kemasan sediaan steril atau sediaan parenteral :o Takaran tunggal (single dose) : 10 ml, 100, 500 dan 1000 ml - ampul, botol infus (kolf) - bahan : gelas, plastik o Takaran ganda (multiple doses) : - vial (flakon) , botol vaksin : 2 - 20 ml, 50 - 1000 ml - bahan : gelas

WADAH GELAS ATAU KACA Gelas polimerisasi molekul silikon dioksida (SiO2) Gelas : cairan yang mengalami super pendinginan ke suhu dimana pada viskositas lebih dari 1013 poise keadaannya menjadi padat, sementara struktur dalamnya seperti cairan. Struktur gelas : O O O Si O Si O

OO SiO

OO Si

WADAH GELAS ATAU KACA Struktur gelas : silikon oksida (SiO2), bentuk ikatan tersebut dapat terjadi pada : belerang, plastik, arsen trisulfida, kerapatan 2,23 2,48 Istilah gelas digunakan pada bahan keras, mudah pecah yang struktur dasarnya terdiri dari jaringan struktur atom silikon dan atom oksigen, misalnya untuk balon lampu, kaca jendela. Senyawa tsb. yang disebut sebagai silika (silica) Silika melebur pada suhu 17000C dan pada pendinginan menghasilkan kaca atau silika leburan. Silika tahan terhadap bahan kimia kecuali alkali kuat, asam hidofluorik atau derivatnya Penambahan logam monovalen (Na, K) memberikat sifat gelas yang tidak tahan terhadap bahan kimia. Sedang bila ditambahkan logam divalen (Ca, Mg, Ba) menghasilkan gelas yang siap dikerjakan

WADAH GELAS ATAU KACA Gelas soda lime atau soft glass (mengandung Ca), tidak tahan pemanasan/sterilisasi autoklav, kerapatan : 2,48 Untuk mendapatkan gelas keras (hard glass), ditambahkan logam bervalensi tinggi misal : Aluminium dan Boron dengan variasi konsentrasi sesuai kebutuhan Borosilikat, kerapatan : 2,23 Warna amber (coklat) ditambahkan Carbon, Fe atau S hijau Cr, sedikit Fe & Mg biru Co, sedikit Cu Warna gelas dimaksudkan untuk melindungi obat dari pengaruh cahaya

TIPE GELASTIPE JENIS GELAS TIPE TES (UJI) UKURAN (ml) VOLUME ASAM 0,2N (ml) 1,0

I

Gelas borosilikat, daya tahan tinggi Gelas soda lime

Serbuk gelas

semua

II

Kontak air

100 > 100

0,7 0,2

III

Soda lime

Serbuk gelas

semua

8,5

Tipe Gelas (Farmakope, USP, BP, EP) Tipe I Tipe II Tipe III NP : gelas netral atau gelas borsilikat : gelas soda dengan permukaan diberi perlakuan : gelas soda dgn pembatasan kadar alkali : gelas soda (untuk wadah non parenteral)

Ketahanan terhadap sifat kimiawi gelas tergantung pada : 1. Komposisi kimia dari gelas 2. Suhu kontak 3. Lamanya kontak 4. Cara (riwayat) pembuatannya

Komposisi GelasBAHAN Silika Kalsium oksida Natrium /Kalium oksida Alumina Asam borat Barium oksida GELAS SODA (%) 69 - 75 9 - 13 13 -17 0,5 - 2,5 GELAS NETRAL (%) 66 - 72 1-6 7 - 10 4 - 10 9 - 11 0-3

PEWARNAAN GELASAmber Kuning Karbon dan sulfur, atau besi dan mangan Senyawa kadmium dan sulfur

BiruHijau Ruby Opal

Kobalt oksida atau tembaga oksidaBesi oksida, mangan oksida, krom oksida Selenium dan kadmium sulfida Flourida atau fosfat

WADAH GELAS Gelas jernih yang tidak berwarna dibuat dengan cara awawarna dengan penambahan selenium oksid, kobal oksid atau dengan mereduksi kandungan besi sampai di bawah 0,03 % Gelas yang digunakan sebagai wadah sediaan steril adalah gelas tipe I (USP) : gelas borosilikat yang membebaskan sedikit bahan alkali ke dalam air dibanding gelas soda lime.

WADAH PLASTIKPLASTIK

molekul polimer dengan BM tinggi, biasanya terdiri dari senyawa karbon. Tahan panas dan merupakan penghantar listrik yang buruk, bobot jenisnya (kerapatan) 0,9 1,5, proses polimerisasinya membentuk molekul polimer. skala besar, polimerisasi plastik dapat dibuat dari gas (polietilen), serbuk (polistiren), dispersi dalam air (polivinyl chloride PVC) atau dalam bentuk emulsi (polivinyl acetate) pada pembuatan plastik, biasanya ditambahkan stabilisator (untuk penampakan yang lebih baik), antioksidan (senyawa fenol atau amin sekunder), pigmen (pewarna) untuk dekorasi atau menyerap sinar uv dan melindungi degradasi obat dari sinar uv definisi plastik, umumnya diakhiri dengan kata mer. Jika dua unit struktur yang saling berkaitan disebut dimer, kalau tiga unit trimer dan jika banyak diberi nama polimer.

JENIS PLASTIK Unit (struktur dasar) dalam plastik seperti : - ABS (Acylonitrile-Butadiene-Styrene) - Polietilene - Polystyrene - Polyvinyl Acetate dan Polyvinylchloride

Penggunaan PlastikPLASTIK Polietilen Urethan Nylon Fiber poliester Silicones Acrylics Polyvinylchloride Polypropilene Polystyrene Polycarbonate PENGGUNAAN DI BIDANG MEDIS Alat suntik, masker oksigen, penyangga hernia, penyangga lambung, katup jantung, implant kontrasepsi Plastik bedah, perekat vaskular atau tulang Implant vaskuler, alat suntik, klem, transfusi set Transplantasi pada aorta dan arteri perifer Katup jantung, kateter, katup aretral Pengganti tulang, kornea, perekat, bahan hemostatis, kontak lens, bola mata palsu Tabung bedah, penampung darah, set transfusi, perban adhesiv Alat suntik, wadah Alat suntik Alat suntik

Persyaratan Plastik Dalam bidang farmasi, plastik harus memenuhi syarat sbb : 1. Bahan toksik tidak boleh bebas masuk ke dalam produk 2. Produk tidak boleh berkurang dengan adanya absorpsi dan permeasi 3. Tidak boleh terjadi interaksi antara isi dan wadah

Toksisitas Wadah plastik harus tidak toksik, dengan cara mensterilkan aqua dalam wadah tsb. di dalam autoklav (BP 1973) Permeabilitas Kecuali permeabilitas terhadap oksigen udara, CO2 juga tidak boleh menyerap isinya.

KARET KARET : polimer elastik (elastomer) dan dapat dibuat dari bahan alam maupun bahan sintetik.- Dari alam : dispersi koloidal (latex) dari Hevea brasiliensis, terdiri dari 30 60 % hidrokarbon karet - Proses pembuatan karet alam biasa ditambahkan vulkanisator, aktivator, antioksidan, pengisi, pigmen (pewarna), pelembut (softener,) dll.

Formula Karet Dari bahan alam, karet dibuat dengan formula : R/ Latex . Vulkanisator (belerang) ......... Akselerator ( 2-merkaptobenzothiazol diphenylguanidin + Zn dietildithiokarbamat) .. Aktivator (Zn oksid + asam stearat) Antioksidan (phenyl- naphthylamin) Pengisi (Zink oksid) Bahan tambahan lain . 88,4 % 1,0 % 0,3% + 0,1% 1,5% + 0,4% 0,4 % 7,0 % 1,0 %

Persyaratan KaretKaret sebagai penutup vial harus memenuhi syarat (British Pharmacopeia) : 1. Harus elastis 2. Bila ditusuk jarum suntik, dapat menutup rapat kembali bila jarum tsb, dicabut kembali 3. Tidak boleh ada yang tertinggal atau melekat pada jarum 4. Selama menjadi penutup harus dapat menjaga terhadap kontaminasi mikroorganisme sehingga karet dapat menjadi tutup yang baik 5. Harus memenuhi syarat uji permeabilitas

Pencucian dan Sterilisasi Wadah1. Pencucian vial Vial dibersihkan dengan mesin pencuci sbb : vial dimasukkan dalam nozzle dan disemprot dengan udara kering dan bersih disemprot dengan detergen 0,02 % pada suhu 500C bilas dengan raw water bilas berturut-turut 3 kali dengan filter water semprot dengan air bebas ion (deionized water) terakhir semprot dengan udara kering dan bersih Keringkan dalam tunnel dan sterilkan dengan pemanasan bertahap mulai suhu 1500C sampai 2500C dan selanjutnya dilakukan pendinginan (dilengkapi dengan lampu UV untuk menyempurnakan proses sterilisasi sebelumnya dan menjaga agar tetap steril)

Pencucian dan Sterilisasi Wadah2. Pencucian botol gelas Dilakukan dengan manual sbb:rendam botol dalam raw water pada suhu 800C dengan detergen 0,02 % selama 30 menit dan sikat bilas dengan raw water, filter water dan terakhir bilas dengan deionized water keringkan dalam oven pada suhu 1800C selama 3 4 jam wadah(botol) tersebut digunakan untuk sirup dan dry syrup (sirup kering)

Pencucian dan Sterilisasi Wadah3. Pencucian karet (rubber stopper) rendam dengan raw water pada suhu 600C selama 20 menit cuci dengan detergen 0,02% selama 30 menit bilas dengan filter water selama 10 menit pidahkan ke wadah lain, bilas dengan filter water selama 30 menit terakhir bilas dengan deionized water selama 10 menit sterilkan dalam autoklav 1210C selama 20 menit keringkan pada suhu 900C selama 8 jam atau sampai memenuhi persyaratan kadar air.

SEDIAAN PARENTERAL Sediaan parenteral sediaan steril yang diberikan atau disuntikkan melalui beberapa rute pemberian yaitu intra vena, intra muskuler, sub cutan,intra dermal, intra spinal, dsb.

Parenteral Asal kata (bhs. Yunani) : - par/para = disamping - enteron = usus Parenteral berarti pemberian obat yang tidak melalui usus. Dengan pengertian ini tentu termasuk cara pemberian melalui mata, hidung, telinga, urethra, vagina dan kulit.

SEDIAAN PARENTERAL Injectio = injeksi (obat suntik) berarti memasukkan ke dalam, sedangkan infusio = infus berarti penuangan ke dalam Obat suntik 100 ml = sediaan parenteral volume kecil, sedangkan > 100 ml = sediaan parenteral volume besar (dengan pemberian intra vena) Persyaratan sediaan parenteral harus steril, bebas partikel dan diusahakan bebas pirogen.

Persyaratan Produksi Sediaan Parenteral1. Personil yang bekerja pada bagian produk steril, harus memiliki moral dan etika profesional yang tinggi 2. Setiap personil mendapat latihan tentang sediaan steril secara lengkap 3. Memiliki teknik spesialisasi untuk memproduksi sediaan steril 4. Bahan yang digunakan harus bermutu tinggi 5. Kestabilan dan kemanjuran produk harus terjamin 6. Program quality control harus baik untuk memastikan mutu produk dan memenuhi keabsahan prosedur produksi.

OBAT SUNTIK (Injeksi)Definisi (Farmakope Indonesia Ed. III & IV) :Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi, serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi dibuat dengan melarutkan, mengemulsikan atau mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut dan disiapkan dalam wadah takaran tunggal atau ganda.

Keuntungan Pemberian Parenteral1. Obat memiliki onset (mula kerja ) yang cepat 2. Efek obat dapat diramalkan dengan pasti 3. Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna 4. Kerusakan obat dalam tractus gastrointestinal (per oral) dapat dihindarkan misalnya : insulin 5. Obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau yang sedang dalam keadaan koma

Kelemahan Pemberian Parenteral Rasa nyeri pada saat disuntik, apalagi kalau harus diberikan berulang kali Memberikan efek psikologis pada penderita yang takut disuntik Kekeliruan pemberian obat atau dosis, hampir tidak mungkin diperbaiki. Bahaya ini lebih besar lagi jika obat tsb. diberikan secara intra vena dimana obat-obat tersebut mengikuti aliran darah. Pemberian ini hanya dapat dilakukan oleh dokter atau tenaga medis yang berkompeten Harganya relatif mahal dibanding dengan sediaan obat lainnya.

Tujuan Pemberian ParenteralTujuan pengobatan secara parenteral : 1. Diagnostik Inj. Histamin fosfat (fungsi lambung), Inj. Evans Blue (untuk pengukuran volume darah), Inj. Oleum Iodatum (rountgenografi), dsb. 2. Terapi Obat-obat antihistamin, antibiotik, kardiovaskuler, hormon-hormon, anaestetik, serum, toksoid, vaksin, vitamin, dll.

Rute Pemberian InjeksiI.

Rute sub cutan (s.c., subktis)Jaringan subkutan : jaringan yang berlapis terdiri dari serat kolagen, elastin yang tersebar di dalam senyawa kental, terutama terdiri dari asam hialuronat. Aliran darah debit rendah (1 ml /g / menit) Cara penyuntikan di bawah kulit atau lapisan lemak. Cara ini digunakan untuk pemberian obat seperti vaksin, insulin, skopolamin, epinefrin, dll. Onset of action obat berupa larutan dalam air lebih cepat dari pada sediaan suspensi Volume pemberian injeksi s.c. biasanya maksimal 2 ml Jarum suntik yang digunakan panjangnya - 1 inch Cara pemberian s.c. lebih lambat dibandingkan cara i.m. atau i.v. tetapi cara ini dapat digunakan untuk pemberian larutan elektrolit atau infus i.v. , cara ini disebut hipodermoklisis . Cara tersebut dapat digunakan untuk pemberian dengan volume 250 ml 1 liter. Sediaan yang diberikan melalui cara s.c. harus mendekati kondisi faal dalam hal pH (isohidris) dan tonisitas (isotonis) Contoh : - Inj. Neutral Insulin 40 iu/ml - Inj. Fondaparinux Sodium 2,5 mg/0,5 ml

Rute Intra muskuler (i.m) Jaringan intramuskular terbentuk dari otot bergaris yang mempunyai banyak vaskularisasi. Aliran darah tergantung dari posisi otot di tempat penyuntikan Intra muskuler yaitu cara penyuntikan di antara jaringan otot atau di bawah lapisan sub kutis Penyuntikan dapat di daerah pinggul atau lengan bagian atas Kecepatan absorpsinya adalah kedua sesudah intra vena Volume injeksi 1- 3 ml atau maksimal 10 ml Jarum suntik yang digunakan 1 1 inch. Bentuk sediaan yang dapat diberikan dengan i.m adalah larutan, emulsi tipe m/a atau a/m, suspensi dalam minyak atau suspensi baru dari pouder steril Onset bervariasi tergantung besar kecilnya partikel obat. Pemberian i.m. memberikan efek depot atau lepas lambat, puncak dalam darah setelah 1 2 jam. Faktor yang mempengaruhi absorpsi obat dari jaringan otot : reologi produk, konsentrasi dan ukuran partikel obat dalam pembawa, bahan pembawa, volume injeksi, tonisitas produk, dan bentuk fisik produk. Persyaratan pH dibuat antara 3 5, jika dalam bentuk suspensi ukuran partikel < 50 Contoh : - Inj. Penicillin G 3.000.000 unit - Inj. Antitetanus 10.000 atau 20.0000 unit

Rute Intra vena (i.v.) Pemberian langsung ke dalam pembuluh darah vena Larutan dalam volume kecil (< 5 ml) sebaiknya isotonis dan isohidris, sedangkan volume besar (infus) harus isotonis dan isohidris Tidak ada fase absorpsi,obat langsung masuk ke dalam vena, onset of action segera Cara pemberian ini kerja obat cepat, sehingga pemberian antidotum mungkin terlambat Volume pemberian mulai 1 100 ml dan untuk infus > 100 ml. Pada pemberian dengan volume 10 ml atau lebih harus bebas pirogen Kecepatan penyuntikan untuk volume 5 ml diberikan 1 ml/10 detik, sedang untuk volume > 5 ml kecepatannya 1 ml/20 detik Obat yang diberikan harus berada dalam bentuk larutan dalam air, bila bentuk emulsi maka partikel minyak tidak boleh lebih besar dari ukuran partikel eritrosit. Sediaaan suspensi tidak dianjurkan Sediaan yang diberikan diusahakan isotonis dan pH sesuai dengan keadaan fisiologis Zat aktif tidak boleh merangsang pembuluh darah sehingga menyebabkan hemolisa seperti saponin, nitrit dan nitrobenzol Contoh : - Infus Sodium chloride 0,9 % - Infus Ringer Lactate

Rute Parenteral Lainnya Intraspinal dan intratekal: disuntikkan ke dalam sumsum tulang belakang larutan harus isotonis dan isohidris bila digunakan sebagai anestesi, larutan hipertonis / hiperbarik contoh : Inj. Xylocain heavy 0,5% 2 ml

Intraperitoneal : disuntikkan ke dalam rongga perut dengan kateter larutan harus hipertonis zat aktif diabsorpsi dengan cepat volume yang diberikan dalam jumlah besar (1 atau 2 lilter) bisa sebagai cuci darah dengan cara CPAD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis), contoh : Infus Dianeal 1,5 % , 2,5 % / 2 liter.

Intraartikular: disuntikkan ke dalam sendi larutan harus isotonis dan isohidris contoh : Inj, Kenacort A 10 mg/ml vial 5 ml. (IA)

Intradermal: disuntikkan ke dalam kulit larutan sebaiknya nisotonis dan isohidris volume penyuntikan kecil, antara 0,1 hingga 0,2 ml biasa sebagai diagnostik Mantoux tes atau tes alergi contoh : tes alergi antibiotik 1 ml, Inj. Kenacort A 10 mg/ml, vial 5 ml (ID)

Intrasisternal : disuntikkan ke dalam saluran sumsum tulang belakang pada dasar otak

Intracardial : disuntikkan langsung ke dalam jantung

Rute Pemberian Injeksi

KARAKTERISTIK SEDIAAN STERILSyarat umum : steril bebas pirogen stabilKhusus untuk beberapa produk steril : Jernih pH dan dapar tonisitas viskositas

Kesterilan Persyaratan steril berlaku untuk semua sediaan parenteral, pengobatan mata dan alat kesehatan yang berkaitan dengan cara pemberian tsb. di atas, bebas dari mikroorganisme hidup merupakan jaminan terhadap keabsahan proses sterilisasi yang digunakan dan pengemasan serta tehnik aseptik yang digunakan merupakan jaminan peniadaan mikroorganisme secara kontinyu.

Partikel Sumber partikel : senyawa selulose, serat kapas, gelas, karet, logam, plastik, bahan kimia terlarut, karat, tanah diatomae, ketombe, dl Pengaruh sediaan secara biologis bahan gelas sebagai ampul dapat membebaskan patikel gelas ke dalam larutan pada saat dibuka Pengujian pada kelinci menunjukkan adanya emboli pada paruparu yang diberi injeksi volume besar intravena (Ahli Patologi dari Australia) Pemberian intra vena volume besar pada pasien geriatri harus diperhatikan karena ada kemungkinan terjadi penyumbatan di daerah pulmonari

Sumber Partikel di Dalam Sediaan Sumber partikel dalam produk/sediaan : Larutan itu sendiri dan bahan kimia Proses fabrikasi (lingkungan, alat dan personil) Komposisi kemasan dan kandungannya Alat kesehatan yang digunakan (syringe, infus set) Manipulasi (pembuatan produk)

Penyaringan dan Pengamatan Partikel

1 : botol infus berisi larutan 2 & 3 : filter dgn membran berdiameter pori 0,8 4 : erlenmeyer isap untuk penampung filtrat 5 : pompa vakum 6 : partikel diatas slide 7 : mikroskop

Metode tsb. di atas digunakan untuk menghitung dan menentukan ukuran partikel dengan manual, tetapi tidak akurat dan lama. Metode lain yaitu dengan instrumen (mikroskop elektron) yang bedasarkan pada prinsip : - penahan elektrik dan - blokade sinar atau penyebaran cahaya Ukuran partikel dihitung sebagai diameter yang ekivalen dengan volume partikel. Cara ini cepat tetapi adanya gangguan yang disebabkan antara lain serat yang besar, gelembung udara dan adanya elektrolit.

Kontrol Lingkungan Ruang pengisian larutan ke dalam wadah akhir merupakan daerah kritis sehingga harus dijaga agar tetap bebas partikel (debu, serat dsb.) Udara yang masuk ke daerah tsb. harus dilewatkan melalui filter yang mampu menahan partikel secara efisien (High Efficency Particulate Air = HEPA) yang mampu menahan partikel berukuran > 0,3 dengan efisiensi 99,97 % Aliran udara laminer (LAF = Laminar Air Flow) telah dikembangkan secara konvensional untuk ruang bersih LAF : aliran udara yang membentuk aliran udara uniform dengan kecepatan tertentu dan menjamin aliran selalu paralel. Kecepatan LAF vertical : 0,35 m/menit, horizontal : 0,40 0,45 m/menit

Laminar Air Flow = LAF

Bentuk Lemari LAF

SEDIAAN INFUS PARENTERAL Larutan parenteral untuk intravena, dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih Juga diberikan dalam bentuk cairan irigasi atau dialisis Diberikan dalam dosis tunggal dalam wadah gelas atau plastik Persyaratan sediaan harus steril, bebas pirogen, bebas partikel dan tidak boleh mengandung bakterisida (untuk mencegah toksisistas, karena dengan volume besar maka bakterisidanya juga akan bertambah)

Larutan Volume Besar Intravena Farmakope Indonesia Edisi III: Larutan parenteral volume besar intravena (i.v cairan infus, infundibula) yaitu sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat mungkin dibuat isotoni terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam volume relatif besar Emulsi intravena dibuat dengan air sebagai fase luar, diameter fase dalam (minyak) tidak lebih dari 5 mikron (m) Volume netto infus (RPS) : volume dilebihkan 3% gunanya untuk mengeluarkan udara yang ada dalam infus set dan memenuhi label claim yang tercantum dalam wadah (nilai nominal) Larutan i.v harus jernih dan mengandung bahan yang dapat diterima dalam sistem sirkulasi, seperti etilalkohol, asam amino, dekstrose, elektrolit dan vitamin Larutan dekstrose 5% biasanya dibuat pada rentang pH 3,5 6,5 Peneliti : Dekstrose pH asam atau sediaan lain yang bersifat asam dapat mengiritasi vena dan menyebabkan phlebitis Larutan Na.Bikarbonat 1% 20 ml dapat ditambahkan untuk menetralkan keasaman pada infus I.v. dekstrose 1000 ml Pada peningkatan pH akan menyebabkan dekstrose mengalami karamelisasi menjadi berwarna gelap

Sistem Pemberian Intravena Klasifikasi : - vakum (sistem tertutup) - non vakum (sistem terbuka) Sistem terbuka : dengan tutup uliran (screw-capped) dikemas pada tekanan atm, Wadah gelas untuk infus biasa digunakan gelas tipe II Untuk semua kemasan (tertutup maupun terbuka) cairan harus dilebihkan 3% Wadah gelas skalanya dibuat 20 ml dan mudah dibaca pada waktu botol dibalik Wadah plastik PVC (polivinyl klorid) transparan banyak digunakan sebagai wadah infus i.v, tidak mudah pecah tetapi mudah robek Infus intravena merupakan sediaan dosis tunggal, oleh karena itu pemakaian setiap wadah paling lama 24 jam, apabila sisa harus dibuang Pada label (etiket) botol gelas atau plastik harus mencantumkan tanggal kadaluarsa

Metode Pemberian Infus Volume kecil intravena disposable syringe Volume besar dengan beberapa cara : 1. Cara kontinyu - infus intravena diberikan langsung dari wadah kemasan - cairan infus encer diteteskan perlahan langsung ke vena2. Cara berselang (tidak kontinyu) - Obat diberikan dengan selang waktu tertentu, ada 3 kemungkinan : Botol mini diberikan dulu seperti pemberian infus Kemudian disuntik i.v ke jarum dan semprit suntikan atau dimasukkan ke botol tadi lewat samping Dengan volume besar tetapi dikontrol volumenya

Metode Pemberian Infus3. Cara piggyback prinsipnya : untuk mengencerkan infus obat tersedia dalam wadah gelas volume kecil 250 atau wadah plastik 50 - 100 ml berisi larutan NaCl fisiologis atau dekstrose yang dipasang dibelakang infus aliran infus dan piggyback hampir sama karena fungsi larutan pengencer adalah untuk mengurangi iritasi pada pemakaian.

Metode Pemberian Infus4. Menyuntikkan langsung lewat infus set Disuntikkan cepat langsung ke vena atau melalui infus set sesingkat mungkin Obat diencerkan oleh pembawa (tujuan pengenceran sama dengan piggyback) Obat yang direkomendasikan sbb :INJEKSI Valium Keflin Ancef Aminofilin KONSENTRASI 5 mg/ml 100 mg/ml 100 mg/ml 500 mg/ml KECEPATAN /WAKTU Tidak kurang 3 mg/menit Tidak kurang 200 mg/menit Tidak kurang 200 mg/menit perlahan-lahan

DilantinDiazoxide

50 mg/ml15 mg/ml

Tidak kurang 1 menitDalam 20 30 detik

Kecepatan Alir Infus intravena Faktor-faktor yang diperhatikan dalam mengatur kecepatan alir infus : - kondisi pasien, - bobot badan, - usia, dan - komposisi cairan

Infus intravena isotonis, seperti NaCl 0,9%, dekstrose 5%, Ringers Laktat, kecepatan alirnya 1 liter/8 jam atau 125 ml/jam berarti 2 ml/menit Infus (larutan) hipertonis seperti hyperalimentation, kecepatan aliran tidak lebih 1 liter tiap 8 jam atau 3 liter tiap 24 jam Kecuali untuk kasus tertentu seperti kehilangan cairan darah, shock atau pemberian anaestesi, kecepatan alir dapat diberikan 1 liter tiap 1 jam atau 11 ml/menit

Kecepatan Alir Infus intravena KVO (keep vein open),pemberian secara lambat sesuai intravena gravitasi dengan kecepatan 10 ml jam, jika terlalu cepat dapat shock protein hidrolisat harus diberikan secara lambat

Kecepatan pemberian dipilih sbb: 1000 ml tiap 8 jam 1000 ml pada 50 ml per jam 30 tetes per menit KVO dengan dekstrose 5%

ALIRAN GRAVITASI INFUS Wadah dengan infus setnya terletak 1 meter di atas pasien (3 feets) Aliran belum dimulai hingga teramati udara dari infus set masuk ke dalam wadah/botol dan infus set terpenuhi cairan infus

Diatur tetesannya, misalnya 10 tetes/ml atau 1000 ml selama 480 menit

Cara Penentuan Kecepatan Alir Infus Misal : Infus set memberikan tetesan 10 tetes per ml dan volume infus 1000 ml, diinfuskan selama 8 jam (480 menit), maka : 1000 untuk per menit = -------- = 2,08 ml/menit 480 = 2,08 x 10 tetes/ml = 20,8 ~ 21 tetes/menit Jika 50 ml/jam diinfuskan, berarti 50 = ------ = 0,83 ml/menit 60 = 0,83 ml/menit x 10 tetes/ml = 8,3 ~ 8 tetes/menit Spesifikasi tersebut harus dicantumkan pada kemasan infus set

Kombinasi Parenteral dengan Obat/Sediaan obat Pemberian infus jarang diberikan sendiri sebagai pembawa, tetapi biasa dikombinasikan dengan sediaan parenteral yang mengandung obat Penambahan obat lain ke dalam cairan infus perlu diperhatikan masalah kestabilan dan tak tercampurkannya Selain inkompatibilitas, juga masalah presipitan yang dapat mengiritasi vena

Inkompatibilitas intravena Inkompatibilitas farmakologis jika 2 atau 3 jenis obat diberikan bersamaan sehingga menyebabkan antagonis atau memberikan aksi sinergis antagonis mis : kloramfenikol + penisilin penisilin + kortison sinergis mis : ion kalsium + digoxin

Inkompatibilitas fisis terjadi perubahan penampakan larutan seperti perubahan warna, kekeruhan atau endapan, terbentuk gas, dll garam kalsium mengendap dengan Natrium bikarbonat Garam asam seperti Dramamin-HCl akan mengendap dalam pH alkali

Inkompatibilitas kimiawi terjadi degradasi, hidrolisis, oksidasi-reduksi atau reaksi kompleks perubahan suasana asam-basa sediaan/larutan Pustaka : 1. Remingtons Pharmaceutical Sciences 2. Sterile Dosage Form (Turco)

KLASIFIKASI SEDIAAN INFUSPenggolongan Sediaan Infus Berdasarkan komposisi dan kegunaannya : 1. Larutan Elektrolit a. Cairan Fisiologis Tubuh manusia mengandung 60% air, 40% mengandung ion-ion K , Mg, sulfat, fosfat, protein serta senyawa organik asam fosfat (ATP), heksosa, monofosfat dll. b. Fungsi Larutan Elektrolit Secara klinis, untuk mengatasi perbedaan ion atau penyimpangan jumlah normal elektrolit dalam darah - Asidosis : kondisi plasma darah yang terlampau asam akibat adanya iom klorida berlebih - Alkalosis : kondisi plasma darah yang terlampau basa akibat adanya ion Na, K dan Ca dalam darah Contoh : Infus Asering (Otsuka) 2. Infus Karbohidrat Sediaan Infus berisi larutan glukosa atau dekstrosa yang cocok untuk donor kalori. Digunakan untuk memenuhi kebutuhan glikogen otot rangka, hipoglikemia dll Contoh : Larutan Manitol 15-20% digunakan untuk menguji fungsi ginjal

KLASIFIKASI SEDIAAN INFUS3. Larutan Kombinasi Elektrolit dan Karbohidrat Contoh : Infus KA-EN 4 B paed (Otsuka) 4. Larutan Irigasi Sediaan larutan steril dalam jumlah besar (3 liter). Persyaratan larutan irigasi : Isotonik, steril, tidak diabsorpsi, bukan larutan elektrolit, tidak mengalami metabolisme, cepat dieksresi dan mempunyai tekanan osmotik diuretik. Contoh : Larutan Glysine 1,5% - 3 liter Larutan asam asetat 0,25% dalam 1 3 liter

KLASIFIKASI SEDIAAN INFUS5. Larutan Dialisis Peritoneal Merupakan sediaan larutan steril dalam jumlah besar (2 liter). Larutan tidak disuntikkan ke vena, tetapi dibiarkan mengalir ke dalam ruang peritoneal. Tujuan penggunaan larutan tsb. Untuk menghilangkan senyawa-senyawa toksik yang secara normal diekskresikan ginjal. Syarat : hiprtonis, steril dan dapat menyerap toksin dalam ruang perotoneal

KLASIFIKASI SEDIAAN INFUS6. Larutan Plasma Expander atau Penambah Darah Suatu sediaan larutan steril yang digunakan untuk menggantikan plasma darah yang hilang akibat pendarahan, luka bakar, operasi, dll.o Whole Blood (darah lengkap manusia) : darah yang telah diambil dari donor manusia, yang dipilih dengan pencegahan pendahuluan aseptik yang ketat. Darah ditambah ion sitrat atau heparin sebagai antikoagulan. o Human Albumin : sediaan steril albumin serum yang di dapar dengan melakukan fraksinasi darah dari donor manusia sehat. Tidak kurang dari 96% protein harus berupa albumin. Contoh : Infus Human Albumin 20%

KLASIFIKASI SEDIAAN INFUSo Plasma Protein : larutan steril yang terpilih dari plasma darah donor manusia dewasa. Plasma mengandung 5 g protein per 100 ml. Contoh : Infus Plasmanate 5% - 100 ml o Larutan Gelatin Merupakan hasil hidrolisa kolagen, yaitu senyawa polipeptida. Sebagai cairan pengganti darah digunakan larutan gelatin 5% isotonik dengan NaCl. Contoh : Infus Haemacel 3,5% o Larutan Dekstran Suatu senyawa polisakarida dengan satuan glukosa sebagai satuan monomer, yang terikat secara glikosidik pada posisi 1,6. Contoh : Infus Otsutran 70 (Otsuka) o Larutan Protein (Asam Amino) Larutan protein diinfuskan ke dalam tubuh yang mengalami kekurangan protein. Umumnya larutan terdiri atas 8 asam amino esensial (L-isoleusin, L-lisine, Lmetionin, L-fenilalanin, L-trionin, L-triptopan dan L-valin). Contoh : Infus Aminofusin L (Primer)