hubungan tingkat pengetahuan wus dengan...

89
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Christina Triwiyani NIM. ST13014 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Upload: lelien

Post on 22-Jul-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MELAKUKAN

PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT

DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Christina Triwiyani

NIM. ST13014

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual
Page 3: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual
Page 4: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas berkah, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian

dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan WUS Dengan Pengambilan

Keputusan Untuk Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat di

Puskesmas Kebakkramat I”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini mengalami banyak

kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan

dari berbagai pihak, kesulitan dan hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk itu

dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si. selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti studi di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi S-1

Keperawatan dan selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengikuti studi di STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan yang telah memberikan arahan, masukan, dorongan,

saran dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

iv

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

3. Anis Nurhidayati, S.S.T., M.Kes selaku Pembimbing Pendamping yang

telah memberikan saran, arahan, masukan serta bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Anita Istiningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Penguji yang telah memberi

masukan dan arahan yang bermanfaat sehingga skripsi ini menjadi lebih

baik.

5. dr. Wahyu Purwadi Rahmat, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Kebakkramat

I, atas ijin penelitian yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini.

6. Suami, Anak, Orangtua dan Keluargaku atas dorongan dan pengertiannya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabatku di Puskesmas Kebakkramat I yang telah berbagi ilmu

pengetahuan, bantuan dan masukkan serta pemberi semangat bagi penulis

dalam penulisan skripsi ini.

8. Teman-temanku di STIKes Kusuma Husada Program Transfer angkatan

2013 serta semua pihak yang tidak dapat satu persatu penulis sebutkan di

sini yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat tersusun.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan

skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang

bermanfaat bagi penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semuanya.

Surakarta, Agustus 2015

Penulis

v

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv

DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

ABSTRAK ........................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori ................................................................................ 8

2.2 Keaslian Penelitian ...................................................................... 40

2.3 Kerangka Teori ........................................................................... 42

2.4 Kerangka Konsep ...................................................................... 42

2.5 Hipotesis ..................................................................................... 43

vi

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................. 44

3.2 Populasi dan Sampel .................................................................. 44

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 47

3.4 Variabel, Definisi Oprasinal dan Skala Pengukuran .................. 47

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ............................. 50

3.6 Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data ................................ 53

3.7 Etika Penelitian .......................................................................... 56

BABIV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum ....................................................................... 58

4.2 Analisis Univariat ....................................................................... 60

4.3 Analisis Bivariat .......................................................................... 61

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden Pada Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam

Asetat ........................................................................................... 63

5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam

Asetat .......................................................................................... 66

5.3 Pengambilan Keputusan Untuk Melakukan Pemeriksaan Inspksi

Visual Asam Asetat ..................................................................... 67

5.4 Analisis Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan WUS Dengan

Pengambilan Keputusan Untuk Melakukan Pemeriksaan Inspeksi

Visual Asam Asetat ................................................................... 69

vii

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ................................................................................ 72

6.2 Saran .......................................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

DAFTAR TABEL

Nomer TabelJudul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi IVA Sesuai Temuan Klinis ........................................ 23

Tabel 2.2 Keaslian Penelitian ....................................................................... 40

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Oprasional dan Skala Pengukuran .................. 50

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Umur ...................... 59

Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan ............. 59

Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan ............... 60

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ......................... 60

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengambilan Keputusan ...... 61

Tabel 4.6 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan WUS dengan Pengambilan

Keputusan Untuk Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam

Asetat ............................................................................................. 62

ix

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

DAFTAR GAMBAR

Nomer GambarJudul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Riwayat Alami Kanker Leher Rahim ......................................... 10

Gambar 2.2 Diagram Alur untuk Pencegahan Kanker Leher Rahim ........... 16

Gambar 2.3 Kerangka Teori .......................................................................... 42

Gambar 2.4 Kerangka Konsep ...................................................................... 42

x

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

DAFTAR LAMPIRAN

Nomer LampiranKeterangan

Lampiran 1. Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 2. Jawaban Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 3. Pengajuan Ijin Penelitian ke DKK Karanganyar

Lampiran 4. Surat Keterangan / Rekomendasi dari DKK

Karanganyar

Lampiran 5. Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol

Karanganyar

Lampiran 6. Surat Rekomendasi Research / Survey dari

BAPPEDA Karanganyar

Lampiran 7. Surat Permohonan menjadi responden

Lampiran 8. Surat Pernyataan bersedia menjadi responden

Lampiran 9. Lembar Kuesioner

Lampiran 10. Master Tabel

Lampiran 11. Hasil Uji Penelitian

Lampiran 12. Lembar Konsultasi

Lampiran 13. Jadwal Penyusunan Skripsi

xi

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Christina Triwiyani

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MELAKUKAN

PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT

DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I

Abstrak

Kanker servik merupakan kanker yang menduduki urutan pertama dari

kejadian kanker secara keseluruhan ataupun dari kejadian kanker pada wanita.

Pencegahan kanker servik bisa dilakukan dengan deteksi dini melalui

pemeriksaan seperti iva test (test inspeksi visual asam asetat), pap smear, thin

prep, dan cara pemberian vaksinasi. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Rendahnya pengetahuan WUS

tentang IVA test mengakibatkan mereka kurang mengetahui tentang manfaat dari

deteksi dini kanker servik, hal itu berdampak pada rendahnya pengambilan

keputusan untuk melakukan IVA test. Hal tersebut berpengaruh langsung pada

rendahnya angka temuan kanker servik.

Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan WUS dengan

pengambilan keputusan untuk melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam

Asetat di Puskesmas Kebakkramat I.

Jenis penelitian menggunakan metode deskripti korelational dengan

pendekatan Cross Sectional. Lokasi penelitian di Puskesmas Kebakkramat I

kabupaten Karanganyar, pada bulan Juni 2015, jumlah sampel 109 responden,

dengan tehnik pengambilan sampel menggunakan propotional cluster random

sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner tertutup, untuk analisis

menggunakan uji Chi Square.

Hasil analisis statistik menunjukkan tingkat pengetahuan responden

tentang pemeriksaan IVA test paling banyak pada katagori baik dengan sejumlah

98 responden (89,9%). Keputusan responden untuk bersedia melakukan

pemeriksaan IVA test sejumlah 105 responden (96,3%).

Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat pengetahuan

WUS dengan pengambilan keputusan untuk melakukan pemeriksaan Inspeksi

Visual Asam Asetat (p=0,025).Hendaknya Perlunya ditingkatkan lagi

pengetahuan WUS di Puskesmas Kebakkramat I tentang pentingnya pemeriksaan

dini kanker serviks melalui penyuluhan-penyuluhan khususnya tentang IVA test.

Kata Kunci: Pengetahuan, Pengambilan Keputusan, Inspeksi Visual Asam Asetat.

Daftar Pustaka: 30 (2004-2013)

xii

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Christina Triwiyani

Correlation between Wus Knowledge Level and Decision on Visual

Inspection of Acetic Acid at Community Health Center 1 of Kebakkramat

ABSTRACT

Cervical cancer is cancer that ranks first on the overall incidence of cancer.

Prevention of cervical cancer can be done with early detection through

examination as IVA test (test of visual inspection of acetic acid), pap smear, thin

prep, and how to give a vaccination. Knowledge is a very important domain for

the formation of someone's actions. The lack of WUS knowledge about the IVA

test causes the less awareness of the benefits of early detection of cervical cancer;

it adversely affects the decision to undertake an IVA test. This is a direct impact

on the low rate of cervical cancer findings.

The objective of this research is to investigate the correlation between the

WUS knowledge level and the decision on the visual inspection of acetic acid at

Community Health Center 1 of Kebakkramat I.

This research used the descriptive correlational method with cross

sectional approach. This research was conducted at Community Health Center 1

of Kebakramat, Karanganyar, in June 2015. The samples of research were 109

respondents and were taken by using the proportionate cluster random sampling.

The data were collected through closed questionnaire and were analyzed by using

the Chi Square analysis.

The result of this research shows that 98 respondents (89.9%) had good

knowledge about IVA test, 105 respondents (96.3%) were willing to perform the

examination IVA test. Thus, there was a correlation between the WUS knowledge

level and the decision on the visual inspection of acetic acid(p=0,025). The WUS

knowledge needs to be improved further at Community Health Center 1 of

Kebakkramat about the importance of early examination of cervical cancer

through counseling, especially about IVA test.

Keywords: Knowledge, decision, visual inspection of acetate acid.

References: 30 (2004-2013)

xiii

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang telah

menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia.

Setiap tahun terdapat 12 juta orang menderita kanker dan 7,6 juta

diantaranya meninggal dunia. Jika tidak diambil tindakan pengendalian

yang memadai, maka pada tahun 2030 diperkirakan 26 juta orang akan

menderita kanker dan 17 juta diantaranya akan meninggal. Kejadian ini

akan terjadi lebih cepat khususnya di negara miskin dan berkembang.

Berdasarkan Riskesdas 2007, tumor / kanker merupakan penyebab

kematian nomer 7 di Indonesia dengan presentasi 5,7% dari seluruh

penyebab kematian. Angka kasusnya (prevalensi) adalah 4,3 per 1000

penduduk. Jadi tiap 1000 orang ada sekitar 4 (empat) orang yang

menderita tumor / kanker (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Kanker servik merupakan kanker yang menduduki urutan pertama

dari kejadian kanker secara keseluruhan ataupun dari kejadian kanker

pada wanita (Andrijono, 2009). Menurut Bosch et al (dalam

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009), hampir semua kanker

servik secara langsung berkaitan dengan infeksi sebelumnya dari salah

satu atau lebih virus Human Papilloma (HPV), salah satu IMS (Infeksi

Menular Seksual) yang paling sering terjadi di dunia. Dari 50 jenis HPV

1

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

yang menginfeksi saluran reproduksi, 15 sampai 20 jenis terkait dengan

kanker servik. Empat dari jenis tersebut yaitu tipe 16, 18, 31 dan 45 adalah

yang paling umum terdeteksi pada kasus kanker servik, dan jenis 16

merupakan penyebab dari setengah jumlah kasus yang terjadi.

Pencegahan kanker servik pada umumnya bisa dilakukan dengan

cara pencegahan sekunder dan pencegahan primer. Pencegahan sekunder

misalnya dengan deteksi dini melalui pemeriksaan seperti iva test (test

inspeksi visual asam asetat), pap smear, thin prep, dan lainnya. Sedangkan

pencegahan primer yaitu mencegah terjadinya infeksi HPV, hal ini

dilakukan dengan cara pemberian vaksinasi. Menggunakan

penggabungkan antara pencegahan primer dan sekunder, diharapkan

morbiditas kanker servik akan menurun, sehingga kesehatan reproduksi

wanita di Indonesia semakin meningkat (Andrijono, 2009).

Angka kasus kanker servik lebih tinggi di negara – negara

berkembang sebagian dikarenakan negara – negara tersebut tidak

memiliki metode pemeriksaan yang efektif. Penggunaan metode pap

smear atau pemeriksaan berbasis serologi dalam mendeteksi perubahan

prakanker sangatlah baik, tetapi banyak terjadi kendala, seperti mahalnya

biaya yang harus dikeluarkan untuk pemeriksaan dengan metode tersebut,

harus adanya ahli dalam pemeriksaan tersebut. Data terkini menunjukkan

bahwa pemeriksaan visual leher rahim menggunakan asam asetat (IVA

test) paling tidak sama efektifnya dengan Test Pap dalam mendeteksi

penyakit dan bisa dilakukan dengan lebih sedikit logistik dan

2

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

hambatan teknis (DepKes RI, 2009). Kelebihan tes yang menggunakan

asam asetat ini adalah test ini menggunakan tehnik yang mudah, dengan

biaya murah tetapi mempunyai tingkat sensitifitas tinggi yang merupakan

faktor paling penting dari suatu test.

Upaya pencegahan kanker servik juga sudah dilakukan di

Puskesmas Kebakkramat I dengan cara melakukan screning melalui

pemeriksaan IVA test pada ibu atau tepatnya pada wanita usia subur dan

sudah dimulai dari bulan Maret 2014 hingga bulan November 2014, dan

data yang didapat baru ada 49 peserta yang bersedia dilakukan

pemeriksaan IVA test dengan angka positif kanker servik 4 orang dan 45

orang negatif. Penanganan dengan hasil positif di rujuk ke instansi yang

lebih tinggi, yaitu ke Rumah Sakit, dan untuk hasil negatif dianjurkan

pemeriksaan ulang 5 tahun lagi.

Kendala lain selain dari mahalnya test yang ada dalam deteksi dini

dari kanker servik yaitu tentang pengetahuan dari ibu dan lingkungan

sekitarnya. Fakta yang didapatkan di lapangan setelah dilakukan promosi

tentang screning untuk kanker servik melalui pemeriksaan IVA test di

posyadu dan promosi di tingkat PKD (Poliklinik Kesehatan Desa) maupun

puskesmas kesadaran dari ibu masih rendah.

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan terdiri dari faktor internal

dan faktor ekternal. Faktor internal terdiri dari pendidikan, pekerjaan dan

umur, sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan sosial

budaya (Wawan, A dan Dewi, 2010). Rendahnya pengetahuan WUS

3

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

tentang IVA test menyebabkan mereka kurang mengetahui tentang

manfaat dari tindakan tersebut, dan hal itu berdampak pada rendahnya

partisipasi WUS dalam melakukan deteksi dini kanker servik sehingga

angka temuan kanker servik di daerah tersebut rendah.

Rendahnya pengetahuan WUS tentang IVA test juga berdampak

pada rendahnya pengambilan keputusan pada tindakan IVA test itu sendiri,

hal tersebut juga berpengaruh pada rendahnya angka temuan kanker

servik. Oleh karena itu, penyampaian informasi tentang manfaat dari

pemerikasaan IVA test sebagai deteksi dini kanker servik diperlukan untuk

dapat meningkatkan pengetahuan dari WUS sehingga WUS bersedia

melakukan tindakan IVA test dan meningkatkan angka temuan kanker

servik.

1.2 Rumusan Masalah

Kanker servik merupakan kanker yang menduduki urutan pertama

dari kejadian kanker secara keseluruhan ataupun dari kejadian kanker

pada wanita. Pencegahan kanker servik bisa dilakukan secara primer

(vaksinasi) maupun sekunder (deteksi dini kanker servik: pap smer, iva

test). Rendahnya pengetahuan WUS tentang IVA test mengakibatkan

mereka kurang mengetahui tentang manfaat dari deteksi dini kanker

servik, hal itu berdampak pada rendahnya pengambilan keputusan untuk

melakukan IVA test. Hal tersebut berpengaruh langsung pada rendahnya

angka temuan kanker servik.

4

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah : “Adakah hubungan antara tingkat

pengetahuan WUS dengan pengambilan keputusan untuk melakukan

pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat di Puskesmas

Kebakkramat 1 ?“

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan

WUS dengan pengambilan keputusan untuk melakukan

pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat di Puskesmas

Kebakkramat 1.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan WUS tentang pemeriksaan

Inspeksi Visual Asam Asetat di Puskesmas Kebakkramat 1.

2. Mengidentifikasi pengambilan keputusan untuk melakukan

pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat di Puskesmas

Kebakkramat 1.

3. Mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan WUS

dengan pengambilan keputusan untuk melakukan pemeriksaan

Inspeksi Visual Asam Asetat di Puskesmas Kebakkramat 1.

5

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi masyarakat

Masyarakat dapat memahami tentang Inspeksi Visual Asam

Asetat dan bersedia melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam

Asetat, sehingga angka kejadian kanker serviks dapat dideteksi

secara dini.

1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam

pengambilan keputusan dan merencanakan strategi pelayanan

khususnya pada pemeriksaan Inspeksi Viaual Asam Atetat ( IVA

test).

1.4.3 Manfaat bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian diharapkan menjadi acuan bagi institusi

pendidikan dalam mengembangkan penelitian sejenis dan serta

dapat dijadikan dasar untuk penelitian lebih lanjut khususnya

tentang pemeriksaan IVA test.

1.4.4 Manfaat bagi peneliti

Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang

pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat dan dapat

mengembangkan kemampuan peneliti di bidang penelitian serta

melatih kemampuan dalam analisis data penelitian.

6

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

1.4.5 Manfaat bagi peneliti lainnya

Dapat berguna sebagai data dasar atau informasi untuk

peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang IVA test.

7

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Kanker Servik

2.1.1.1 Definisi Kanker Servik

Kanker servik merupakan tumor ganas paling sering

ditemukan pada sistem reproduksi wanita. Kanker servik adalah

kanker primer dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio)

(Andrijono, 2009). Kanker servik adalah kanker yang tumbuh dan

berkembang pada serviks atau mulut rahim, khususnya berasal dari

lapisan epitel atau lapisan permukaan serviks (Samadi, 2011).

Kebanyakan kasusnya berupa karsinogen epitel skuamosa, tumor

tumbuh setempat, umumnya menginvasi jaringan parametrium dan

organ pelvis (Dep Kes RI, 2009).

2.1.1.2 Penyebab Kanker Servik

Infeksi HPV (Human Papilloma Virus) terdeteksi pada

99,7% kanker servis, sehingga infeksi HPV merupakan infeksi

yang sangat penting pada perjalanan penyakit kanker serviks uterus

(Andrijono, 2009). Menurut Samadi (2011), mengatakan bahwa

HPV dibagi menurut resiko dalam menimbulkan kanker serviks,

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

yaitu sebagai berikut:

1. Resiko Rendah: tipe 6, 11, 42, 43, 44 disebut tipe non-

onkogenik. Jika terinfeksi, hanya menimbulkan lesi jinak,

misalnya kutil dan jengger ayam.

2. Resiko Tinggi: tipe 16, 18, 31, 35, 39, 45, 51, 56, 58, 59, 68

disebut tipe onkogernik, jika terinfeksi dan tidak diketahui

ataupun tidak diobati, bisa menjadi kanker. HPV resiko tinggi

ditemukan pada hampir semua kasus kanker serviks (99%).

Menurut DepKes RI (2009), mengatkan bahwa kanker leher

rahim pertama kali berkembang dari lesi pra-kanker (secara luas

dikenal sebagai displasia 1), yang berkembang dengan pasti dari

displasia ringan, menengah, sampai parah kemudian menjadi

kanker dini (CIS/Carsinoma In Situ) sebelum menjadi kanker yang

bersifat invasif. Penyebab awal (prekursor) langsung terjadinya

kanker leher rahim adalah displasia tingkat tinggi (CIN/ Cervical

Intraepitelial Neoplasia II atau III), yang dapat berkembang

menjadi kanker leher rahim dalam waktu 10 tahun atau lebih.

Sebagian besar displasia tingkat rendah (CIN I) dapat hilang tanpa

diobati atau tidak berkembang, terutama perubahan-perubahan

yang terlihat pada perempuan remaja.

9

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Gambar 2.1 Riwayat Alami kanker Leher Rahim

Sumber : DepKes RI (2009)

Pada dasarnya ada berbagai pencetus kanker serviks

meskipun faktor penyebab yang paling mutlak adalah infeksi HPV.

Faktor-faktor yang menyebabkan kanker serviks menurut Samadi

(2011), adalah :

1. The seed. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV

merupakan penyakit menular seksual yang berkaitan dengan

aktivitas seksual seperti mitra seksual multipel.

2. The soil. Adanya daerah metaplasia epitelium, yaitu perubahan

sel-sel di mulut rahim dari zona transformasi serviks yang

merupakan daerah kritis dan potensial beresiko terjadinya

perubahan seluler dan perkembangan kanker serviks.

Metaplasia skuamosa dapat terjadi secara aktif pada saat fetus,

pubertas, dan dewasa muda, serta kehamilan pertama. Artinya,

Servik Normal

Perubahan yang berkaitan dg HPV

Lesi Derajat Rendah

Lesi Derajat Tinggi

Kanker Invasif

Kofaktor HPV

Resiko Tinggi

Infeksi HPV60% membaik dlm

waktu 2-3 tahun

Sekitar 15% berkembang dalam 3-4 tahun

30%-70% berkembang dalam 10 tahun

10

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

hubungan seksual pada usia muda atau kehamilan pada usia

muda beresiko terjadinya kanker serviks.

3. The nutrients. Adalah faktor yang mempengaruhi imunitas

epitelial spesifik, seperti merokok, pil kontrasepsi, sperma,

plasma seminal, dan infeksi organisme lainnya, seperti HIV

(Human Immunodeficiency Virus), klamidia, dan HSV (herpes

simplek virus).

Sedangkan menurut DepKes RI (2009), menyatakan bahwa

faktor – faktor resiko infeksi HPV dan kanker leher rahim antara

lain :

1. Aktivitas seksual sebelum berusia 20 tahun

2. Berganti-ganti pasangan seksual

3. Terpapar infeksi yang ditularkan secara seksual (IMS)

4. Ibu atau kakak yang menderita kanker leher rahim

5. Test Pap sebelumnya yang abnormal

6. Merokok

7. Imunosuspresi :

a. HIV/AIDS

b. Penggunaan kortikosteroid kronis

2.1.1.3 Gejala Kanker Servik

Perjalanan kanker serviks dimulai dari terinfeksi virus,

kemudian menjadi lesi prakanker serta akhirnya menjadi kanker,

11

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

rentang waktu antara 3-14 tahun, namun rata - rata 10 tahun

(Samadi, 2011).

Pada tahap lesi prakanker biasanya tidak ada gejala dan

kalaupun ada hanya berupa keluhan rasa kering di vagina, atau

keputihan yang berulang/tidak sembuh-sembuh walaupun sudah

diobati. Menurut Samadi (2011), gejala klinis saat sudah menjadi

kanker servik dapat dibedakan dalam beberapa tahap/stadium

dalam kanker servik, yaitu :

1. Gejala awal

a. Perdarahan pervagina/lewat vagina, berupa perdarahan

pascasanggama atau perdarahan spontan di luar masa

haid.

b. Keputihan yang berulang, tidak sembuh-sembuh walaupun

telah diobati, biasanya berbau, gatal, dan panas karena

sudah ditumpangi infeksi sekunder.

2. Gejala lanjut

Cairan keluar dari liang vagina berbau tidak sedap, nyeri

(panggul, pinggang, dan tungkai), gangguan berkemih, nyeri di

kandung kemih dan rektum/anus.

3. Kanker telah menyebar/metastasis

Timbul gejala sesuai dengan organ yang terkena,

misalnya penyebaran ke paru-paru, liver, atau tulang.

12

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

4. Kambuh/residif

Bengkak/edema tungkai satu sisi, nyeri panggul menjalar

ke tungkai, dan gejala pembuntuan saluran kencing/obstruksi

ureter.

2.1.1.4Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Servik

Pencegahan kanker servik ada dua macam yaitu pencegahan

secara primer dan pencegahan secara sekunder. Pencegahan primer

yaitu mencegah terjadinya infeksi HPV merupakan pencegahan

yang sangat efektif. Infeksi virus hanya memungkinkan dicegah

dengan pemberian vaksinasi (Andrijono, 2009). Menurut Samadi

(2011), pencegahan sekunder kanker serviks merupakan tindakan

preventif sekunder, yaitu deteksi dini lesi prakanker melalui tes Pap

dan rangkaian tindak lanjut, misalnya pemeriksaan kolposkopi,

biopsi.

Di negara maju metode di atas paling sering digunakan

serta mempunyai efektifitas yang tinggi. Namun dalam

implementasinya metode di atas membutuhkan tidak hanya biaya,

tetapi juga sumber daya manusia dan logistik peralatan yang besar.

Menurut Samadi (2011), di Indonesia, cakupan test Pap

diperkirakan kurang dari 5%. Untuk memenuhinya, diupayakan

alternatif test Pap dengan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat).

13

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

2.1.1.4.1 Test Pap

Menurut Samadi (2011), Tes Pap atau yang lebih

terkenal dengan pap smear adalah salah satu deteksi dini terhadap

kanker serviks yang paling sering dilakukan. Pada prinsipnya pap

smear mengambil sel epitel yang ada di leher rahim yang kemudian

dilihat kenormalannya.

Cara melakukan pap smear

1. Usapkan spatula Eyre pada ektoseerviks (bibir mulut rahim)

terlebih dahulu, lalu pulas di kaca benda.

2. Usapkan cytobrush pada endoserviks, lalu pulas di kaca

benda.

3. Rendam kaca benda dalam alkohol 96%, minimal 30 menit.

2.1.1.4.2 Pemeriksaan SSBC/LBC (Sitologi Serviks Berbasis

Cairan/Liquid Base Cytology)

Pemeriksaan ini seperti pemeriksaan pap smear, tetapi

hasil pengambilan sel-sel mulut rahim “dilarutkan” lebih dulu pada

suatu cairan, baru kemudian di sentrifugasi/diambil endapannya,

baru kemudian dibuat apusan dan dibaca di bawah miskroskop

(Samadi,2011).

2.1.1.4.3 Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA test)

Menurut Samadi (2011), deteksi dengan metode IVA test

sangat cocok diaplikasikan di negara berkembang karena selain

mudah, murah, efektif dan tidak invasif, juga dapat dilakukan oleh

14

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

dokter, bidan atau perawat. Hasilnya pun bisa langsung didapat,

dan sentivitas serta spesifitas cukup baik. Alat dan bahan yang

dibutuhkan pun sangat sederhana, yaitu spekulum vagina, asam

asetat 3-5%, kapas lidi, meja periksa, sarung tangan (lebih baik

steril), dan dilakukan pada kondisi ruang yang terang (cukup

cahaya).

Test IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus

menstruasi, termasuk saat menstruasi, pada masa kehamilan dan

saat asuhan nifas atau paska keguguran. Tes tersebut dapat

dilakukan pada perempuan yang dicurigai atau diketahui memiliki

IMS atau HIV/AIDS (DepKes RI, 2009).

Hal-hal yang perlu dikaji mengenai kesehatan reproduksi

sebelum dilakukan pemeriksaan IVA test menurut DepKes RI

(2009), yaitu:

1. Riwayat menstruasi

2. Pola perdarahan (misalnya pasca coitus atau mens tak teratur).

3. Paritas/jumlah kelahiran yang hidup

4. Usia pertama kali berhubungan seksual

5. Penggunaan alat kontrasepsi

15

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Gambar 2.2 Diagram Alur untuk Pencegahan Kanker Leher Rahim

Mengajak ibu-ibu dalam kelompok usia 30-50 tahun

untuk melakukan penapisan kanker leher rahim

Melakukan konseling tentang kanker leher rahim,

faktor resiko dan pencegahannya

Melakukan IVA

Tingkat Komunitas

Tingkat Yankes primer/sekunder

IVA (+)IVA (-) Kanker

Diulang 5tahun yang akan datang Lesi luas *

Tidak Ya

Sarankan Krioterapi

Konseling

Setuju Menolak Ibu memilih

dirujuk

Servisitis bukan kontaindikasi krioterapi

Ada Servisitis ? Anjuran untuk ulangi IVA

1 tahun yang akan datang Rujuk

Ya

Obati

Tidak KRIOTERAPI

Tunggu 2 minggu untuk Krioterapi

Kembali 1 bulan pasca Krioterapi

Kembali 6 bulan pasca Krioterapi

Evaluasi

- Apakah sudah bisa melakukan hubungan

- Lesi sudah sembuh

IVA (-) Ulangi setelah 5tahun

Acetowhite (+) atau

lesi prakanker

**6 bulan I

***6 bulan II

16

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Keterangan gambar 2.2 :

* Lesi > 75% meluas ke dinding vagina atau lebih dari 2 mm dari

diameter krioprob atau ke dalam saluran di luar jangkauan

krioprobe

** 6 bulan I : 6 bulan pasca krio pertama

***6 bulan II : 6 bulan pasca krio kedua

Berdasarkan diagram alur di atas, pada pemeriksaan IVA

test bila didapat hasil negatif maka ibu dianjurkan untuk melakukan

IVA test ulang 5 tahun yang akan datang. Sedangkan bila hasil

positif, lihat seberapa luas lesi, bila luas > 75% anjurkan ibu untuk

rujuk ke rumah sakit tapi bila tidak luas sarankan ibu untuk

melakukan pengobatan krioterapi dan lakukan konseling. Setelah

dilakukan tindakan krioterapi kontrol ulang 6 bulan – 1 tahun bila

hasil negatif kontrol ulang 5 tahun lagi, tetapi bila hasil masih

positif segera rujuk ke Rumah Sakit atau krioterapi ulang, (DepKes

RI, 2009).

Langkah-langkah pelaksanaan IVA test menurut DepKes

RI, (2009) adalah sebagai berikut:

1. Asesmen Klien dan Persiapan

Langkah 1 Sebelum melakukan test IVA, diskusikan

tindakan dengan ibu/klien. Jelaskan mengapa test

tersebut dianjurkan dan apa yang akan dilakukan

saat pemeriksaan. Jelaskan juga mengenai sifat

17

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

temuan yang mungkin dan tindak lanjut atau

pengobatan yang mungkin diperlukan.

Langkah 2 Pastikan peralatan dan bahan yang diperlukan

tersedia. Bawa ibu/klien keruang pemeriksaan,

minta dia untuk BAK terlebih dahulu. Minta

ibu/klien untuk melepas pakaian (termasuk

pakaian dalam) sehingga dapat dilakukan

pemeriksaan panggul dan test IVA.

Langkah 3 Bantu ibu/klien memposisikan dirinya di atas

meja ginekologi, tutup badan ibu dengan selimut,

nyalakan lampu/senter dan arahkan ke vagina ibu.

Langkah 4 Cuci tangan, lakukan palpasi perut

Langkah 5 Pakai sarung tangan

Langkah 6 Atur peralatan dan bahan pada nampan

2. Test IVA

Langkah 1 Periksa kemaluan bagian luar kemudian periksa

mulut uretra apakah ada keputihan. Lakukan

palpasi Skene’s and Bartholin’s glands. Katakan

pada ibu/klien bahwa spekulum akan dimasukkan

dan ibu mungkin merasakan beberapa tekanan.

Langkah 2 Dengan hati-hati masukkan spekulum

sepenuhnya atau sampai terasa ada penolakan

kemudian perlahan-lahan membuka bilah/cocor

18

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

untuk melihat serviks. Atur spkulum sehingga

seluruh serviks dapat terlihat. Hal tersebut

mungkin sulit pada kasus-kasus dimana serviks

berukuran besar atau sangat anterior atau

posterior. Mungkin perlu menggunakan kapas

lidi, spatula atau alat lain untuk mendorong

serviks dengan lembut ke atas atau ke bawah agar

dapat dilihat.

Langkah 3 Bila serviks dapat dilihat seluruhnya, kunci cocor

spekulum dalam posisi terbuka sehinggaakan

tetap ditempat saat melihat serviks.

Langkah 4 Pindahkan sumber cahaya agar serviks dapat

terlihat dengan jelas.

Langkah 5 Amati serviks dan periksa apakah ada infeksi

(cervicitis) seperti cairan putih keruh (mucopus),

ektopi (ectropion), tumor yang terlihat atau kista

Nabothian, nanah atau lesi “strawberry” (infeksi

Trihomonas).

Langkah 6 Gunakan kapas lidi untuk membersihkan cairan

yang keluar, darah atau mukosa dari serviks.

Buang kapas lidi ke dalam wadah tahan bocor

atau kantung plastik.

19

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Langkah 7 Identifikasi cervical os dan SSK (sambungan

skuamo kolumnar) dan area sekitarnya.

Langkah 8 Basahkan kapas lidi ke dalam larutan asam asetat

kemudian oleskan pada serviks. Bila perlu

gunakan kapas lidi bersih untuk mengulang

pengolesan asam asetat sampai serviks benar-

benar telah diolesi asam secara merata, buang

kapas lidi yang telah dipakai.

Langkah 9 Setelah serviks dioles dengan larutan asam asetat,

tunggu minimal 1 menit agar diserap dan sampai

muncul reaksi acetowhite.

Langkah 10 Periksa SSK (sambungan skuamo kolumnar)

dengan teliti, lihat apakah serviks mudah

berdarah, cari apakah ada plak putih yang

menebal atau epitel ecetowhite.

Langkah 11 Bila perlu oleskan lagi asam asetat atau usap

dengan kapas lidi bersih untuk menghilangkan

mukosa, darah atau debris yang terjadi saat

pemeriksaan dan yang mengganggu pandangan,

buang kapas lidi yang telah dipakai.

Langkah 12 Bila pemeriksaan visual pada serviks sudah

selesai, gunakan kapas lidi yang baru untuk

menghilangkan asam asetat yang tersisa pada

20

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

serviks dan vagina, buang kapas lidi yang telah

dipakai.

Langkah 13 Lepaskan spekulum secara halus, jika hasil test

IVA negatif letakkan spekulum ke dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit untuk

dekontaminasi. Jika hasil positif dan setelah

konseling klien menginginkan pengobatan segera

maka letakkan spekulum pada nampan atau

wadah agar dapat digunakan lagi saat krioterapi.

Langkah 14 Lakukan pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan

rectovaginal (jika perlu), periksa kelembutan

gerakan serviks, ukuran, bentuk dan posisi uterus,

kehamilan atau abnormalitas dan pembesaran

uterus atau kepekaan (tenderness) adneksa.

3. Langkah-langkah pasca IVA test

Langakah 1 Bersihkan lampu dengan lap yang dibasahi

larutan klorin 0,5% atau alkohol untuk

menghindari kontaminasi silang antar pasien.

Langkah 2 Celupkan kedua sarung tangan yang masih

dipakai ke dalam larutan klorin 0,5%, lepas

sarung tangan dengan membalik sisi dalam

keluar, atau buang sarung tangan ke dalam wadah

tahan bocor atau kanting plastik. Jika telah

21

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

melakukan rektovaginal sarung tangan harus

dibuang.

Langkah 3 Cuci tangan secara merata dengan sabun dan air

mengalir kemudian keringkan dengan kain bersih

dan kering atau dianginkan.

Langkah 4 Jika test IVA negatif, minta ibu untuk mundur

dan bantu ibu untuk duduk, dan minta ibu untuk

berpakaian.

Langkah 5 Catat hasil test IVA dan temuan-temuan lain

seperti bukti adanya infeksi (cervicitis),

ektropion, tumor yang tampak kasar, atau kista

Nabothian, ulkus atau “strowberry serviks”. Jika

terjadi perubahan acetowhite yang merupakan ciri

dari serviks yang berpenyakit, catatlah

pemeriksaan sebagai abnormal. Gambarkan

sebuah “peta” serviks dan area yang berpenyakit

pada formulir catatan.

Langkah 6 Diskusikan hasil test IVA dan pemeriksaan

panggul bersama ibu, jika hasil test IVA negatif

katakan pada ibu bahwa dia harus kembali untuk

melakukan test IVA berikutnya.

Lagkah 7 Jika hasil test IVA positif atau diduga adanya

kanker, katakan pada si ibu langkah selanjutnya

22

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

yang dianjurkan. Jika pengobatan dapat segera

diberikan, diskusikan kemungkinan tersebut

bersamanya. Jika perlu rujukan untuk tes atau

pengobatan lebih lanjut, aturlah proses rujukan

dan berikan formulir dan petunjuk yang

diperlukan oleh ibu sebelum meninggalkan

klinik, jika mungkin buat janji, ini adalah waktu

yang tepat.

Menurut Samadi (2011), kriteria pemeriksaan IVA test atau

hasil pemeriksaan IVA test, dikelompokkan sebagai berikut :

1. Normal

2. Radang/Servitis/Atipik adalah gambaran tidak khas pada mulut

rahim akibat infeksi, baik akut maupun kronis pada mulut

rahim.

3. IVA test positif/ditemukan bercak putih: berarti ditemukan lesi

prakanker.

4. Curiga kanker serviks

Sedangkan menurut DepKes RI (2009) Klasifikasi hasil dari

IVA test, yaitu :

Tabel 2.1 Klasifikasi IVA test Sesuai Temuan Klinis

KLASIFIKASI IVA TEMUAN KLINIS

Hasil Tes-positif Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite,

biasanya dekat SCJ (Squoamosa Columnar

Junction).

23

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Hasil Tes-negatif

Kanker

Permukaan polos dan halus, berwarna

merah jambu, ektropion, polip, servisitis,

inflamasi, kista Nabotian.

Massa mirip kembang kol atau ulkus.

2.1.1.5 Sasaran

Pemeriksaan IVA pada WUS yaitu wanita yang berusia

antara 15 sampai 49 tahun (Depkes RI, 2011). Wanita yang sudah

pernah melakukan senggama atau sudah menikah juga menjadi

sasaran pemeriksaan IVA test. Penderita kanker servik umur 30 –

60 tahun, terbanyak antara 45 – 50 tahun, frekwensinya masih

meningkat sampai kira-kira golongan umur 60 tahun dan

selanjutnya frekwensi ini sedikit menurun kembali. Hal tersebut

menjadi alasan WUS menjadi sasaran deteksi dini kanker servik

(Prawirohardjo, 2005).

2.1.2 Konsep Pengetahuan

2.1.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah merupakan hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu

obyek tertentu. Pengindraan terhadap obyek terjadi melalui panca

indra manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba dengan sendiri. Menurut Notoatmodjo seperti dikutip oleh

Wawan, A dan Dewi (2010) mengatakan bahwa pada waktu

pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

24

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

dipengauhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek,

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan

formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan,

dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi

perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan

rendah mutlak berpengetahuan rendah pula (Wawan, A dan Dewi,

2010). Hal ini terjadi dikarenakan peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh melalui pendidikan formal saja melainkan bisa

juga didapat dari pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang

tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan

aspek negatif. Kedua aspek ini yang menentukan sikap seseorang,

semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka

menimbulkan sikap positif terhadap objek tertentu (Wawan, A dan

Dewi, 2010).

2.1.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Wawan, A dan Dewi (2010), yaitu :

25

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah

cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat

dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat

informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan

dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk

sikap berperan serta dalam pembanguanan, pada umumnya

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi.

b. Pekerjaan

Menurut Nursalam dalam Wawan, A dan Dewi

(2010), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi

lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan

bekerja pada umumnya merupakan kegiatan yang menyita

26

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan keluarga.

c. Umur

Menurut Elisabeth BH dalam Wawan, A dan Dewi M

(2010), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut

Huclok dalam Wawan, A dan Dewi (2010) mengatakan

semakin cukup umur , tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari

segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa

dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal

ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

2. Faktor Eksternal

a. Faktor Lingkungan

Menurut Ann Mariner dalam Wawan, A dan Dewi

(2010) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di

sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b. Sosial Budaya.

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

27

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

2.1.2.3 Sumber Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari informasi baik lisan maupun

tertulis dan pengalaman seseorang. Pengetahuan juga diperoleh dari

fakta (kenyataan) dengan melihat dan mendengar televisi, radio dan

sebagainya. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman

berdasarkan pikiran kritis (Soekanto, 2005).

2.1.2.4 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmodjo yang dikutip oleh Wawan, A dan

Dewi (2010), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent

behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup di

dalam kognitif mempunyai 6 tingkatan , yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengikat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengikat kembali (recall) terhadap situasi yang

sangat spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini adalah

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat diinterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang

dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi dapat

diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di

dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lainnya.

5. Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan pada suatu komponen untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan menyusun,

merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya

terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

6. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.1.2.5 Proses Perilaku “TAHU”

Menurut Rogers dalam Wawan, A dan Dewi (2010), perilaku

adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat,

diamati langsung maupun tidak dapat diamati dari luar. Sedangkan

sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

1. Awareness (kesadaran) di mana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus

(objek).

2. Interest (marasa terbaik) di mana individu mulai menaruh

perhatian dan tertarik pada stimulasi.

3. Evaluattion (menimbang-nimbang) individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

4. Trial dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

5. Adaption dan sikapnya terhadap stimulus.

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

2.1.3 Pengambilan Keputusan

2.1.3.1 Definisi Pengambilan keputusan

Menurut Siagian (dalam Hasan, 2004) pengambilan

keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap

hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang

menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling

tepat. Sedangkan menurut James pengambilan keputusan (dalam

Hasan, 2004) adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu

tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

De Janasz dkk (dalam Hasan, 2004) mengemukakan bahwa

pengambilan keputusan adalah suatu proses dimana beberapa

kemungkinan dapat dipertimbangkan dan diprioritaskan, yang

hasilnya dipilih berdasarkan pilihan yang jelas dari salah satu

alternatif kemungkinan yang ada.

2.1.3.2 Dasar-dasar Pengambilan Keputusan

Dasar-dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan

bermacam-macam tergantung permasalahannya. Oleh Terry (dalam

Hasan, 2004), dasar-dasar pengambilan keputusan yang berlaku

adalah sebagai berikut:

1. Intuisi

Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi

atau perasaan memiliki sifat subektif, sehingga mudah terkena

pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

mengandung beberapa kebaikan dan kelemahan. Kebaikannya

antara lain waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan

relatif lebih pendek. Untuk masalah yang pengaruhnya

terbatas, pengambilan keputusan akan memberikan kepuasan

pada umumnya. Kemampuan mengambil keputusan dari

pengambil keputusan itu sangat berperan, dan itu perlu

dimanfaatkan dengan baik. Kelemahannya antara lain

keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik. Sulit mencari

alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan

keabsahannya. Dasar-dasar lain dalam pengambilan keputusan

sering kali diabaikan.

2. Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman

memiliki manfaat bagi pengetahuaan praktis. Karena

pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu,

dapat memperhitungkan untung ruginya, baik-buruknya

keputusan yang akan dihasilkan. Karena pengalaman,

seseorang yang menduga masalahnya walaupun hanya dengan

melihat sepintas saja mungkin sudah dapat menduga cara

penyelesaiannya.

3. Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat

memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik. Dengan

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambil

keputusan dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat

itu dengan rela dan lapang dada.

4. Wewenang

Pengambilan keputusan yang berdasarkan wewenang

biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannnya atau

orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang

lebih randah kedudukannya. Pengambilan keputusan

berdasarkan wewenang juga memiliki beberapa kelebihan dan

kelemahan. Kelebihan antara lain kebanyakan penerimaannya

adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan tersebut secara

sukarela ataukah terpaksa. Keputusannya dapat bertahan dalam

jangka waktu yang cukup lama. Memiliki otentisitas (otentik).

Kelemahannya antara lain dapat menimbulkan sifat rutinitas.

Mengasosiasikan dengan praktek diktatorial. Sering melewati

permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat

menimbulkan kekaburan.

5. Rasional

Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan

rasional, keputusan yang diambil bersifat objektif, logis, lebih

transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai

dalam batas kendala tetentu,sehingga dapat dikatakan

mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Pada pengambilan keputusan yang rasional ini terdapat

beberapa hal, sebagai berikut:

a. Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan

masalah.

b. Orientasi masalah: kesatuan pengertian tujuan yang ingin

dicapai.

c. Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya

dan konsekuensinya

d. Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai

kriterianya.

e. Hasil maksimal: pemilihan alteratif didasarkan atas hasil

ekonomis yang maksimal. Pengambilan keputusan secara

rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal.

2.1.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

Menurut Millet (dalam Hasan, 2004), faktor-faktor yang

berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

1. Pria dan wanita

Pria umumnya bersifat lebih tegas atau berani dan cepat

mengambil keputusan dan wanita pada umumnya relatif lebih

lambat dan sering ragu-ragu.

2. Peran pengambil keputusan

Peranan bagi orang yang mengambil keputusan itu

perlu diperhatikan, mencakup kemampuan mengumpulkan

Page 48: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

informasi, kemampuan menganalisis dan menginterpretasikan,

kemampuan menggunakan konsep yang cukup luas tentang

perilaku manusia secara fisik untuk memperkirakan

perkembangan-perkembangan hari depan yang lebih baik.

3. Keterbatasan kemampuan

Perlu didasari adanya kemampuan yang terbatas dalam

pengambilan keputusan yang dapat bersifat institusional

ataupun bersifast pribadi.

Arroba (dalam Kuntadi, 2004) menyatakan ada beberapa

faktor yang mempengaruhi individu dalam proses pengambilan

keputusan yang akan dilakukannya, antara lain :

1. Informasi yang diketahui perihal permasalahan yang dihadapi.

Informasi mengenai hal-hal yang berkenaan dengan

masalah yang sedang dihadapi merupakan hal yang cukup

penting bagi pengambil keputusan sebagai bahan evaluasi.

2. Tingkat pendidikan

pendidikan adalah tahapan kegiatan yang bersifat

kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang

dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu

dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan

sebaginya. Tingkat pendidikan individu merupakan salah satu

aspek yang terlibat dalam suatu pengambilan keputusan.

Page 49: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Menurut UU RI tentang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tingkat

pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:

a. Rendah, artinya individu memiliki tingkat pendidikan dasar

(SD).

b. Sedang atau menengah, artinya individu memiliki tingkat

pendidikan menengah (SLTP dan SLTA).

c. Tinggi, artinya individu memiliki tingkat pendidikan

tinggi(S1 keatas).

3. Personality

Kepribadian individu merupakan faktor yang memiliki

peran terhadap proses pengambilan keputusan. Kepribadian

manusia terdiri dari beberapa tipe, yaitu:

a. Motif atau need, contoh: agresif, berprestasi, afiliatif dll.

b. Kemampuan atau kecakapan, contoh: intelegen, musical,

terampil dll.

c. Temperamen atau emosi, contoh: energik, pencemas dll.

d. Style personal, contoh: hati-hati, petualang, ceroboh dll.

e. Nilai atau keyakinan, contoh: religius, bebas dll.

4. Koping

Koping dapat berupa pengalaman hidup yang terkait

dengan permasalahan (proses adaptasi). Strategi coping adalah

suatu proses dimana individu berusaha untuk menangani dan

menguasai situasi yang menekan akibat dari masalah yang

Page 50: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

sedang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan

kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam

dirinya

5. Culture

Budaya adalah karya, rasa dan cipta masyarakat.

Budaya adalah sesuatu yang kompleks yang mencakup

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-

istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-

kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota

masyarakat

2.1.3.4 Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan

Menurut Simatupang (dalam Kunadi, 2004), memilih dan

mengambil keputusan merupakan dua tindakan yang sangat erat

kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam sepanjang hidupnya

manusia selalu diperhadapkan pada pilihan-pilihan atau alternatif

dan pengambilan keputusan . Hal ini sejalan dengan teori real life

choice, yang menyatakan dalam kehidupan sehari-hari manusia

melakukan atau membuat pilihan-pilihan di antara sejumlah

alternatif. Pilihan-pilihan tersebut biasanya berkaitan dengan

alternatif dalam penyelesaian masalah. Menurut Matlin (dalam

Kuntadi, 2004), tahapan individu dalam pengambilan keputusan

melewati beberapa tahapan, antara lain:

Page 51: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

1. Situasi atau kondisi, dalam hal ini seseorang harus

mempertimbangkan, berpikir, menaksir, memilih dan

memprediksi sesuatu. Pilihan atau alternatif yang dihadapi oleh

setiap orang seringkali berlainan, demikian pula dalam hal

akibat, risiko maupun keuntungan dari pilihan yang diambilnya.

Hal seperti ini jelas sekali pada gilirannya akan membuat situasi

pengambilan keputusan antara individu yang satu dengan

individu yang lain akan berbeda.

2. Tindakan, dalam hal ini individu mempertimbangkan,

menganalisa, melakukan prediksi, dan menjatuhkan pilihan

terhadap alternatif yang ada. Dalam tahap ini reaksi individu

yang satu dengan yang lain berbeda-beda sesuai dengan kondisi

masing-masing individu. Ada beberapa individu dapat segera

menentukan sikap terhadap pertimbangan yang telah dilakukan,

namun ada individu lain yang nampak mengalami kesulitan

untuk menentukan sikap mereka. Tahap ini dapat disebut

sebagai tahap penentuan keberhasilan dari suatu proses

pengambilan keputusan.

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa proses

pengambilan keputusan itu diawali ketika seseorang berada dalam

situasi pengambilan keputusan. Hal yang lain adalah bahwa situasi

pengambilan keputusan antar individu bisa berlainan, karena

pilihan atau alternatif yang dihadapi individu juga berlainan dan hal

Page 52: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

ini akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

Penanganan yang tepat terhadap situasi pengambilan keputusan

juga akan menentukan keberhasilan suatu proses pengambilan

keputusan. Situasi pengambilan keputusan terjadi atau muncul

dalam diri seseorang ketika ia diperhadapkan dengan permasalahan

dan beberapa alternatif atau pilihan sebagai jawaban dari

permasalahannya. Dari beberapa alternatif jawaban tersebut, ia

mulai mempertimbangkan, berpikir, menaksir, memprediksi dan

menentukan pilihan. Tahap menentukan pilihan terhadap alternatif

yang ada merupakan tahap penting dalam proses pengambilan

keputusan.

2.1.3.5 Aspek-aspek dalam pengambilan keputusan

Menurut Siagian (dalam Kuntadi, 2004) menyatakan bahwa

aspek-aspek yang mempengaruhi keputusan, yaitu:

1. Aspek yang bersifat internal

Aspek internal terdiri dari

a.Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsung

maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan. Biasanya semakin luas

pengetahuan seseorang semakin mempermudah

pengambilan keputusan.

Page 53: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

b.Aspek Kepribadian

Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi besar

peranannya bagi pengambilan keputusan.

2. Aspek yang bersifat eksternal

Aspek eksternal terdiri dari:

a. Kultur

Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi

perbuatan individu. Hal ini berpengaruh terhadap proses

pengambilan keputusan.

b. Orang lain

Orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana individu

melihat contoh atau cara orang lain (terutama orang dekat )

dalam melakukan pengambilan keputusan. Sedikit banyak

perilaku orang lain dalam mengambil keputusan pada

gilirannya juga berpengaruh pada perilkau individu dalam

mengambil keputusan.

2.2 Keaslian Penelitian

Tabel 2.2 Keaslian Penelitian

NoNama

PengarangJudul Metode Hasil

1 Maulasari,

U

Faktor-faktor

yang

berpengaruh

terhadap

kunjungan ibu

dalam

pemeriksaan

Jenis penelitian Analitik

korelasi, diolah dengan uji

Chi Square dengan derajat

signifikasi 0,05. Sampel yang

digunakan 64 orang dengan

instrumen kuesioner.

Dari analisi Chi Square

didapatkan tidak ada

hubungan antara

pendidikan responden

dengan kunjunga ibu

dalam pemeriksaan IVA

test dengan nilai p>0,05

Page 54: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

inspeksi visual

asam asetat

(IVA) di desa

Kemujuan

Kecamatan

Kebumen tahun

2011

(p=0,499), ada

hubungaan antara

pekerjaan dengan

kunjungan ibu dalam

pemeriksaan iva test

dengan nilai p<0,05

(p=0,000), ada

hubungan antara

pengetahuan tentang

IVA test dengan

kunjungan ibu dalam

pemeriksaan IVA test

dengan nilai p<0,05

(p=0,027).

2 Ninik

Artiningsih

Hubungan

Antara Tingkat

Pengetahuan

dan Sikap

Wanita Usia

Subur dengan

Inspeksi Visual

Asam Asetat

Dalam Rangka

Deteksi Dini

Kanker Serviks.

Jenis penelitian Analitik

dengan pendekatan potong

lintang (cross sectional),

untuk pengambilan sampel

menggunakan tehnik cluster

random sampling.

Hasil penelitian

didapatkan ada

hubungan yang

bermakna dan positif

antara pengetahuan

WUS dengan perilaku

pemeriksaan IVA

(p=0,000 r=0,535). Ada

hubungan yang

bermakna dan positif

antara sikap WUS

dengan perilaku

pemeriksaan IVA

(p=0,000 r=0,381).

Secara simultan

pengetahuan dan sikap

berpengaruh terhadap

perilaku pemeriksaan

IVA pada WUS di

Puskesmas Blooto,

Kecamatan Prajutit

Kulon dengan

prosentase 49,3%.

Page 55: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

PENGAMBILAN

KEPUTUSAN

2.3 Kerangka Teori

Gambar 2.3 Kerangka Teori

2.4 Kerangka Konsep

Keterangan:

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Variabel Dependen :

Pengetahuan WUS

Valiabel Independen :

Pengambilan

keputusan untuk

melakukan tindakan

IVA Test

PENGETAHUAN

Faktor Internal :

• Pendidikan

• Pekerjaan

•Umur

Faktor Eksternal :

•Lingkungan

• Sosial Budaya

1. Informasi yang diketahui perihal

permasalahan yang dihadapi

2. Tingkat Pendidikan

3. Personality

4. Koping

5. Culture

Pemeriksaan

IVA TEST

Faktor Internal :

• Pendidikan

• Pekerjaan

•Umur

Faktor Eksternal :

•Lingkungan

• Sosial Budaya

Page 56: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

2.5 Hipotesis

2.5.1 Ada hubungan antara pengetahuan WUS dengan pengambilan

keputusan untuk melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam

Asetat.

2.5.2 Tidak Ada hubungan antara pengetahuan WUS dengan

pengambilan keputusan untuk melakukan pemeriksaan Inspeksi

Visual Asam Asetat.

Page 57: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskripti

korelational. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dengan

cross sectional (studi potong lintang). Melalui pendekatan cross sectional

peneliti hanya melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu

saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu

waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subjek hanya

dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau

pengulangan pengukuran (Saryono dan Mekar, 2013).

Dari rancangan penelitian di atas peneliti ingin mengetahui

hubungan tingkat pengetahuan dari WUS di Puskesmas Kebakkramat I

dengan pengambilan keputusan untuk melakukan pemeriksaan IVA test

sebagai deteksi dini dari kanker cervik dengan cara menggambarkan

secara detail dan dilakukakn dengan cara menyebarkan kuesioner dalam

kurun waktu tertentu.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang

diperlukan dalam suatu penelitian (Sarjono dan Mekar, 2013).

44

Page 58: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Populasi dalam penelitian ini adalah semua Wanita Usia Subur di

wilayah Puskesmas Kebakkramat I yang sudah menikah atau sudah

melakukan hubungan seksual dan tinggal atau menetap di wilayah

Puskesmas Kebakkramat I dengan rentang usia antara 15-49 tahun,

pada tahun 2014 sasaran WUS berjumlah 6815 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili suatu

populasi (Sarjono dan Mekar, 2013). Tehnik pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan metode propotional cluster

random sampling yang dilakukan dengan cara memilih 10% dari

populasi terjangkau. Menurut Saryono dan Mekar (2013), metode

propotional cluster random sampling adalah proses pemilihan

secara acak berkelompok dilakukan apabila populasi tersebar

secara luas sehingga tidak memungkinkan untuk membuat daftar

seluruh populasi. Perhitungan besar sampel pada penelitian ini

diperoleh berdasarkan besar populasi dengan menggunakn rumus

Slovin (Sevilla et. al., 2007), di bawah ini:

Keterangan:

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

N

n =

1+ N (α)²

Page 59: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

α : batas toleransi kesalahan yang diinginkan dalam penelitian ini

digunakan 10%

Besar sampel untuk antisipasi drop out

n² : jumlah sampel minimal ditambah dengan subsitusi 10% dari

jumlah sample minimal. Substitusi adalah jumlah subjek

dalam persen yang mungkin drop out

Berdasarkan rumus tersebut, maka didapatkan jumlah

sampel minimal dalam penelitian ini adalah 108,409 subjek dan

dibulatkan menjadi 109 subjek.

Pada penelitian ini peneliti menyebarkan kuesioner ke

wilayah kerja Puskesmas Kebakkramat I meliputi 5 PKD.

Berdasarkan jumlah sampel minimal dalam penelitian ini yaitu 109

subjek kemudian dibagi lagi penyebarannya berdasarkan 5 PKD

68156815

n1 == = 98,5541+6815(0,1)²69,15

n² = n1 + ( 10% x n1 )

n² = 98,554 + ( 10% x 98,554 )

= 108, 409

Page 60: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

yang ada di Puskesmas Kebakkramat I, sedangkan pembagian

besarnya sampel per PKD menggunakan rumus:

∑WUS/wilayah

x= x Sampel total

∑ WUS Puskesmas

Berdasarkan rumus di atas didapatkan besaran sampel di PKD

Kemiri 30 subjek, PKD Waru 21 subjek, PKD Macanan 19 subjek,

PKD Nangsri 20 subjek dan PKD Kebak 18 subjek.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Kebakkramat I Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar

yang dilakukan di PKD Kebak, PKD Waru, PKD Macanan, PKD

Kemiri, PKD Nangsri.

3.3.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai

dengan Juni 2015

3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

3.4.1 Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

Page 61: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Variabel bebas/independen

merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel dependen (terikat) (Riwidikdo, H, 2012).

Variabel terikat/dependen merupakan variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat, karena adanya variabel independen (bebas)

(Riwidikdo, H, 2012). Variabel terikat/dependen dalam penelitian

ini adalah pengetahuan WUS dan variabel bebas/independen pada

penelitian ini adalah pengambilan keputusan untuk melakukan

tindakan IVA test.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi atau pengertian

variabel-variabel diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Definisi operasional pada penelitian ini, yaitu :

1. Tingkat pengetahuan WUS tentang IVA test meliputi

kemampuan WUS untuk menjawab tentang pengetian kanker

servik, cara deteksi kanker servik, manfaat dari IVA test, dan

waktu yang tepat untuk IVA test.

2. Pengambilan keputusan terhadap tindakan IVA test meliputi

kemampuan WUS mengambil kuputusan terhadap pemeriksaan

IVA test.

Page 62: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

3.4.3 Skala Pengukuran

1. Skala pengukuran tingkat pengetahuan menurut Riwidikdo, H

(2010) dikatagorikan menjadi 3, yaitu:

a. Pengetahuan baik, bila (x) > mean + 1 SD

b. Pengetahuan cukup, bila menan – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

c. Pengetahuan kurang, bila (x) < mean – 1 SD

Sebelum menentukan tingkat pengetahuan WUS terlebih

dahulu peneliti menghitung nilai mean dan Standard Deviation.

Menurut Riwidikdo, H (2012), rumus untuk menghitung mean

dan Standard Deviation yaitu :

a. Mean

n

χ = ∑ xi

n

Keterangan:

χ: Mean

n: Jumlah responden

xi: Nilai responden

b. Standard Deviation

(∑xi)²

SD = ∑xi² - n

n-1

Keterangan:

SD: Standard Deviation

Xi: Nilai responden

Page 63: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

N : Jumlah responden

Berdasarkan rumus di atas maka didapatkan nilai mean : 6 dan

Standard Deviation 1,5.

Tabel 3.1 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

NoVariabelDefinisi OprasionalAlat Skala Hasil

UkurUkurUkur

1TingkatKemampuan WUSKuesionerOrdinala.Baik

Pengetahuandalam menjawab:(x)>7 WUS ten-1.Pengertian kanker

tang

IVA test2.Cara deteksi

kanker Servikb.Cukup

3.Manfaat dari4≤x≤7

IVA test 4.Sasaran dari

IVA test

5.Waktu yangc.Kurang

Tepat untuk(x)<4

IVA test

2PengambilanKemampuan WUSKuesionerNominala. Setuju

Keputusanmengambil keputus-melakukan

Terhadapan terhadap tindakantindakan IVA

Tindakan IVA testest.

IVA test b. Tidak setuju

melakukan

tindakan IVA

test.

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini menggunakan

kuesioner tertutup untuk mengukur tingkat pengetahuan, dan

pengambilan keputusan dalam pemeriksaan iva test sebagai deteksi

dini dari kanker servik. Kuesioner pengetahuan terdiri dari 10 butir

Page 64: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

pertanyaan, dan untuk penilaiannya jawaban benar bernilai 1,

jawaban salah bernilai 0.

3.5.2 Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data

primer. Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer

diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan

alat pengukur atau alat pengambilan data, langsung pada subjek

sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono dan Mekar, 2013).

Data primer pada penelitian ini diperoleh secara langsung dari

responden melalui pengisian kuesioner penelitian.

3.5.3 Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana

instrumen pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur

(Riwidikdo, 2010). Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan

rumus korelasi Pearson Product Moment.

Rumus Pearson Product moment adalah :

N ∑XY - ( ∑X )( ∑Y )

r =

N ∑X² - ( ∑ X )² } { N ∑ Y² -( ∑ Y)²}

Keterangan:

N: Jumlah responden

r : Koefisien korelasi product moment

X: Skor pertanyaan

Y: Skor total

Page 65: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Xy: Skor pertanyaan dikalikan skor total

Instrumen dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel,

dengan taraf signifikan 0,05 (Riwidikdo, 2010). Uji Validitas

dilakukan di Puskesmas Kebakkramat II Karanganyar sebanyak 30

responden. Pada penelitian ini r tabel yang digunakan adalah 0,361.

Berdasarkan hasil uji validitas pada 17 pertanyaan dengan 30

responden semua pertanyaan dinyatakan valid. Hasil uji validitas

dapat dilihat pada lampiran 11.

3.5.4 Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat

dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat

dipercaya juga (Arikunto, 2010).

Rumus untuk mengukur reliabilitas menggunakan pendekatan

rumus Alpha Cronbach.

Adapun rumusnya sebagai berikut :

k ∑ S ²

r =1 -

k – 1 S²

Keterangan:

r : Reliabilitas internal seluruh instrumen

k: Mean kuadrat antara subyek

∑ S ²: Jumlah mean kuadrat kesalahan

Page 66: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

∑ S ²: Varian total

Instrumen dikatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach

minimal 0,75 (Riwidikdo, 2010). Dari uji tersebut diperoleh hasil

nilai Alpha Cronbach 0,813, sehingga instrumen dinyatakan

reliabel pada item pertanyaan nomer 1, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15

dan 17. Item pertanyaan nomer 2, 3, 4,5 6,7 dan 16 tidak reliabel.

Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 11.

3.6 Tehnik Pengolahan Data dan Analisa Data

3.6.2 Tehnik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka langkah yang dilakukan

berikutnya adalah pengolahan data. Proses pengolahan data

menurut Arikunto (2010), adalah:

1. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil

jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden

dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan

lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi

kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi.

2. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuesioner

terhadap tahap-tahap dari jawaban responden agar lebih mudah

Page 67: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

dalam pengolahan data selanjutnya. Pada penelitian ini

pemberian kode pada:

a. Pengetahuan (pertanyaan nomer 1-10) nilai 1 untuk jawaban

benar, nilai 0 untuk jawaban salah

b. Pengambilan keputusan, nilai 1 untuk setuju melakukan

IVA test, nilai 0 untuk tidak bersedia melakukan IVA test.

3. Entry data

Kegiatan ini memasukkan data dalam program komputer

untuk dilakukan analisis lanjutan.

4. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari

jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode,

kemudian dimasukkan ke dalam tabel.

3.6.3 Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menggunakan :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari

hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi dan prosentase dari tiap variabel

(Notoadmodjo, 2005). Pada penelitian ini analisi univariat

digunakan untuk meneliti distribusi frekwensi dari tiap variabel

baik bebas maupun variabel terikat, jadi analisis ini untuk

Page 68: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

menguji baik pengetahuan maupun tindakan IVA test. Jika

distribusi normal, maka dapat digunakan rumus mean sebagai

ukuran pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran

penyebaran. Jika distribusi data tidak normal maka

menggunakan median sebagai ukuran pemusatan dan

minimum-minimum sebagai ukuran penyebaran (Saryono,

2013).

2. Analisi Bivariat

Analisi bivariat merupakan analisis untuk mengetahui

interaksi dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif

maupun korelatif. (Saryono dan Mekar, 2013). Pada penelitian

ini pada analisis bivariat peneliti hendak mengukur variabel

bebas (pengetahuan) dengan variabel terikat yaitu pengambilan

keputusan untuk melakukan pemeriksaan IVA test. Uji statistik

yang digunakan untuk menguji hubungan pengetahuan

responden dengan pengambilan keputusan untuk melakukan

pemeriksaan IVA test dengan uji Chi Square pada tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05), bila p < 0,05 maka variabel di

atas dinyatakan berhubungan secara signifikan.

Rumus Chi-Square (Usman, 2000)

χ² = ∑ ( ƒο - ƒе)²

ƒе

Page 69: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Keterangan:

χ²: Nilai chi-kuadrat

ƒе: Frekwensi yang diharapkan

ƒο: Frekuensi yang diperoleh/diamati

Dengan kriteria pengambilan kesimpulan :

1. Jika χ² hitung ≤ χ² tabel, maka Ho diterima

2. Jika χ² hitung > χ² tabel, maka Ho ditolak

3.7 Etika Penelitian

Sebelumnya peneliti membuat informed consent atau persetujuan

kepada responden dengan menulis jati diri, identitas peneliti, tujuan

penelitian, serta permohonan kesediaan responden untuk berpartisipasi

dalam penelitian. Pada penelitian ini, peneliti mendapat ijin dari STIKes

Kusuma Husada Surakarta, Kepala Puskesmas Kebakkramat I, Dinas

Kesehatan Kabupaten Karanganyar dan dari responden sendiri melalui

informed consent yang terjamin kerahasiannya.

Menurut Hidayat (2007), masalah etika penelitian yang harus

diperhatikan antara lain :

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

Page 70: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Apabila responden bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset...................

Page 71: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat

pengetahuan WUS dengan pengambilan keputusan untuk melakukan

pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat di wilayah kerja Puskesmas

Kebakkramat I. Puskesmas Kebakkramat I dengan luas wilayah sebesar

17.843 Ha, dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Kecamatan Masaran dan Kabupaten Sragen, sebelah selatan berbatasan

dengan Kecamatan Jaten, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan

Gondangrejo dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tasikmadu.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kebakkramat I yaitu 30.798

orang yang terdiri dari 15.175 laki-laki dan 16.623 perempuan, dengan

jumlah WUS sebesar 6815 orang.

4.1.1.1 Gambaran umum responden penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah WUS dengan rentang usia

19 sampai 49 tahun yang telah melakukan senggama atau sudah menikah.

Dalam penelitian ini, diambil sebanyak 109 responden sebagai sampel

penelitian. Pada penelitian ini secara umum deskripsi data pribadi

responden dikelompokkan menurut umur, pendidikan, dan pekerjaannya.

Page 72: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

4.1.1.2 Gambaran umum responden berdasarkan umur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dilihat gambaran

umur responden pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Gambaran umum Responden Berdasarkan Umur

Umur Responden Jumlah %

19-29 39 35,8

30-39 47 43,1

40-49 23 21,1

Total 109 100,0

Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa paling banyak responden

berumur 30-39 tahun yaitu sejumlah 47 responden (43,1%).

4.1.1.3 Gambaran umum responden berdasarkan pendidikan

Pendidikan responden dalam penelitian ini dikategorikan sebagai

berikut :

Tabel 4.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Responden Jumlah %

SD 6 5,5

SMP 28 25,7

SMA 52 47,7

D3 15 13,8

S1 8 7,3

Total 109 100,0

Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa pendidikan responden

paling banyak adalah SMA yaitu 52 responden (47,7%).

Page 73: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

4.1.1.4 Gambaran umum responden berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan responden dalam penelitian ini dikategorikan sebagai

berikut :

Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Responden Jumlah %

PNS 7 6,4

IRT 65 59,6

Buruh 4 3,7

Karyawan 31 28,4

Guru 1 0,9

Bidan 1 0,9

Total 109 100,0

Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa pekerjaan responden

tertinggi adalah IRT (ibu rumah tangga) yaitu sejumlah 65 responden

(59,6%).

4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Pengetahuan WUS tentang pemeriksaan Inspeksi Visual Asam

Asetat.

Pengetahuan WUS tentang pemeriksaan Inspeksi Visual Asam

Asetat responden dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan Responden Jumlah %

Baik 98 89,9

Cukup 6 5,5

Kurang 5 4,6

Total 109 100,0

Sumber: Data Primer, 2015

Page 74: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa pengetahuan responden

tentang pemeriksaan IVA test paling banyak pada katagori baik sejumlah

98 responden (89,9%).

4.2.2 Pengambilan keputusan untuk melakukan pemeriksaan Inspeksi

Visual Asam Asetat.

Pengambilan keputusan untuk melakukan pemeriksaan Inspeksi

Visual Asam Asetat responden dalam penelitian ini sebagai berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengambilan Keputusan

Pengambilan Keputusaan Responden Jumlah %

Bersedia 105 96,3

Tidak 4 3,7

Total 109 100,0

Sumber: Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa responden yang bersedia

melakukan pemeriksaan IVA test sejumlah 105 orang (96,3%).

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan antara tingkat pengetahuan WUS dengan pengambilan

keputusan untuk melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam

Asetat

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi

square diperoleh hasil p= 0,025 < 0,05 yang berarti Ho di tolak sehingga

ada hubungan antara tingkat pengetahuan WUS dengan pengambilan

keputusan untuk melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat.

Page 75: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Tabel 4.6 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan WUS Dengan Pengambilan

Keputusan Untuk Melakukan Pemeriksaan

Inspeksi Visual Asam Asetat

Pengetahuan

KeputusanTotal

pBersedia Tidak bersedia

n % n % n %

Baik 96 98 2 2 98 100

0.000Cukup 5 83,3 1 16,7 6 100

Kurang 4 80 1 20 5 100

Total 105 96,3 4 3,7 109 100

Sumber: Data, 2015

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa paling banyak responden

mempunyai pengetahuan baik dan bersedia melakukan pemeriksaan IVA

test sejumlah 96 orang (98%).

Page 76: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik responden pada pemeriksaan Inspeksi Visual Asam

Asetat

Pada penelitian ini karakteristik yang diambil dalam penelitian

yaitu umur, pekerjaan, pendidikan dari responden.

5.1.1 Umur responden

Responden pada penelitian ini berusia antara 19–48 tahun,

sebagian besar responden berusia 30-39 tahun, yaitu sebesar 47

responden atau 43,1% dari total responden. Usia 30-39 tahun

merupakan usia kematangan seseorang. Pada usia ini responden

telah menyadari bahwa wanita memiliki resiko terkena kanker

serviks, untuk itu responden bersedia melakukan deteksi dini

dengan melakukan IVA test. Bertambahnya pengalaman dan

pengetahuan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi

seseorang untuk mengambil keputusan. Mubarok (2007),

mengatakan bahwa dalam perubahan umur seseorang akan terjadi

perubahan pada aspek fisik dan mental, sedangkan umur itu sendiri

merupakan kedewasaan fisik dan kematangan ciri kepribadian

seseorang yang berkaitan erat dengan pengambilan keputusan.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wiyono, Iskandar & Suprijono (2008) yang menyatakan bahwa

Page 77: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

responden pada penelitiannya sebagian besar adalah kelompok usia

40 sampai 49 tahun yaitu sebanyak 34,2 %. Berdasarkan laporan

WHO tahun 1992, kanker serviks ditemukan paling banyak pada

usia setelah 40 tahun dan lesi derajat tinggi pada umumnya dapat

dideteksi sepuluh tahun sebelum terjadi kanker dengan puncak

terjadinya displasia pada usia 35 tahun.

5.1.2 Pendidikan responden

Pendidikan terakhir responden yang paling banyak

melakukan IVA test adalah SMA yaitu sebesar 47,7 %. Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh besar

terhadap perilaku seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Rahma

dan Prabandari (2011) menunjukkan bahwa semakin tinggi

pendidikan orang maka minat untuk melakukan IVA test semakin

tinggi, sedangkan jika semakin rendah pendidikan akan

berpengaruh terhadap minat untuk melakukan IVA test, hal ini

disebabkan dengan pendidikan yang tinggi akan berpengaruh

terhadap keputusan atau kesediaan untuk melakukan IVA test.

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan ibu

dalam pembentuk perilaku seseorang. Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi tingkat kesadaran

orang tersebut akan suatu hal dan semakin matangnya

pertimbangan seseorang dalam mengambil keputusan

(Notoatmodjo, 2010).

Page 78: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Latifah (2011) yang menyatakan tingkat pendidikan

berpengaruh terhadap pengetahuan, karena dengan pendidikan

yang tinggi akan mempermudah orang untuk memahami informasi

yang diperoleh.

5.1.3 Pekerjaan Responden

Pekerjaan responden tertinggi adalah IRT (ibu rumah

tangga) yaitu sejumlah 65 responden (59,6%). Pekerjaan

mempunyai peranan dalam seseorang mengambil keputusan. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian deasy mirayasi pada tahun

2014 di Pontianak yang menyebutkan bahwa sebanyak 37,5%

wanita yang melakukan deteksi dini kanker servik merupakan ibu

rumah tangga. Penelitian lain yang dilakukan oleh Yuliwati pada

tahun 2012 di Kebumen juga mendapatkan hasil sebanyak 43,4%

wanita yang bekerja sebagai ibu rumah tangga melakukan IVA test.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Notoatmodjo

(2011), yang mengatakan bahwa seseorang yang bekerja akan

memiliki pengetahuan yang lebih luas dari pada seseorang yang

tidak bekerja karena dengan bekerja seseorang akan banyak

mendapat informasi dan pengalaman. Perbedaan antara hasil

penelitian dengan teori kemungkinan disebabkan karena ibu rumah

tangga memiliki waktu yag lebih banyak di rumah dan memiliki

aktivitas sosial yang lebih tinggi serta lebih cenderung mengikuti

Page 79: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

penyuluhan atau promosi kesehatan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan.

5.2 Pengetahuan WUS tentang pemeriksaan inspeksi visual asam asetat.

Penelitian ini dilakukan terhadap 109 responden menunjukkan hasil

bahwa sebagian sebesar 98 responden (89,9%) memiliki pengetahuan yang

baik mengenai pemeriksaan IVA test, sedangkan responden yang

memiliki pengetahuan yang kurang sejumlah 5 orang (4,6%), dan 6

orang (5,5%) mempunyai pengetahuan cukup. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Theresia, Karningsih & Delmaifanis (2012) yang

menyatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor dominan yang

berpengaruh dalam perilaku wanita dalam pemeriksaan IVA test.

Penelitian yang dilakukan oleh Ninik Artiningsih (2011) yang

menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna dan positif antara

pengetahuan WUS dengan perilaku pemeriksaan IVA test.

Pengetahuan merupakan faktor yang penting namun tidak memadai

dalam perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan seseorang mengenai

kesehatan mungkin penting sebelum perilaku kesehatan terjadi, tetapi

tindakan kesehatan yang diharapkan mungkin tidak akan terjadi kecuali

seseorang mempunyai motivasi untuk bertindak atas dasar pengetahuan

yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2010).

Responden yang memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai

kanker serviks dan pemeriksaan IVA test akan cenderung memiliki

Page 80: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

kesadaran yang besar untuk meningkatkan status kesehatannya sehingga

lebih besar kemungkinan untuk melakukan pemeriksaan IVA test. Namun,

pengetahuan yang tinggi belum tentu membuat seseorang mau secara sadar

melaukan pemeriksaan IVA test. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal

diantaranya budaya masyarakat yang menganggap pemeriksaan pada

daerah genital masih dianggap tabu, malu dan takut akan hasil yang

diperoleh nantinya. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan

yang rendah mengenai kanker serviks dan pemeriksaan IVA test akan

cenderung tidak menyadari bahaya kanker serviks dan pentingnya

melakukan deteksi dini kanker serviks sesegera mungkin sehingga menjadi

faktor penghambat seseorang untuk melakukan pemeriksaan IVA test.

Pada penelitian ini didapatkan hasil pengetahuan responden tentang

IVA test pada katagori baik, hal ini disebabkan di Puskesmas

Kebakkramat 1 sudah dimulai penyuluhan-penyuluhan tentang tindakan

IVA test dan bahaya kanker servik.

5.3 Pengambilan keputusan untuk melakukan pemeriksaan Inspeksi

Visual Asam Asetat.

Penelitian ini dilakukan terhadap 109 responden menunjukkan hasil

bahwa sebagian sebesar 105 responden (96,3%) bersedia untuk melakukan

pemeriksaan IVA test sedangkan yang tidak bersedia untuk melaukan IVA

test sebanyak 4 responden (3,7%). Pengambilan keputusan ini dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keyakinan, sikap, informasi

Page 81: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

yang diperoleh tentang IVA test, dorongan dari keluarga dan dukungan

dari petugas kesehatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Nurtini (2012),

menyatakan bahwa sikap merupakan hal yang kedua dalam faktor

predisposisi yang memiliki hubungan yang signifikan dengan cakupan

IVA test. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ninik Artiningsih (2011)

bahwa ada hubungan yang bermakna dan positif antara sikap wanita usia

subur dengan perilaku pemeriksaan IVA test di Puskesmas Blooto,

Kecamatan Prajurit Kulon, Mojokerto. Sikap berbeda dengan perilaku dan

perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang, karena seringkali

terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan

dengan sikapnya. Responden yang memiliki sikap mendukung terhadap

pemeriksaan IVA test lebih besar kemungkinan untuk memutuskan

melakukan pemeriksaan IVA test. Sikap yang muncul dari dalam diri

responden harus dibarengi dengan faktor lain seperti ketersediaan fasilitas,

sikap tenaga kesehatan juga perilaku tenaga kesehatan itu sendiri.

Dukungan keluarga merupakan sebuah dukungan yang terdiri atas

nasihat verbal dan nonverbal, bantuan nyata dan tindakan yang diberikan

oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan

mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.

(Gottlieb, 1983, Smet, 1994 dalam Nursalam dan Kurniawati, 2007).

Sedangkan menurut penelitian Wahuni (2013), dukungan suami menjadi

Page 82: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

fantor penentu karena akan memberikan motivasi untuk melakukan deteksi

dini kanker servik.

Responden yang mendapatkan dukungan dari keluarga yang baik

akan lebih besar kemungkinan untuk melakukan pemeriksaan IVA test.

Hal ini disebabkan adanya pengaruh yang kuat dari orang terdekat atau

suami akan cenderung membuat responden lebih termotivasi

meningkatkan taraf kesehatannya. Selain itu, peran suami yang sebagai

pengambil keputusan akan sangat mempengaruhi WUS dalam mengambil

keputusan melakukan pemeriksaan IVA test. Sedangkan responden yang

mendapatkan dukungan dari keluarga yang kurang baik akan lebih kecil

kemungkinan untuk melakukan pemeriksaan IVA test.

5.4 Analisis hubungan antara tingkat pengetahuan WUS dengan

pengambilan keputusan untuk melakukan pemeriksaan Inspeksi

Visual Asam Asetat.

Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi

square diperoleh hasil uji pengetahuan dan keputusan melakukan

pemeriksaan IVA test diperoleh p= 0,025 < 0,05 yang berarti Ho ditolak

sehingga ada hubungan antara pengetahuan WUS dengan pengambilan

keputusan untuk melakukan pemeriksaan IVA test.

Hasil penelitian yang diperoleh responden dengan pengetahuan

baik dan bersedia melakukan pemeriksaan IVA test sejumlah 98%,

Page 83: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

pengetahuan cukup dan bersedia IVA test sejumlah 83,3% , sedangkan

pengetahuan kurang dan bersedia IVA test sejumlah 80%.

Pengetahuan dan pengambilan keputusan dalam melakukan

pemeriksaan IVA test dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur,

pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi tentang IVA test. Perempuan

yang rawan mengidap penyakit kanker serviks adalah mereka fakta

memperlihatkan bahwa terjadi pengurangan resiko infeksi HPV seiring

pertambahan usia, namun sebaliknya resiko infeksi menetap/persisten

justru meningkat. Hal ini diduga karena seiring pertambahan usia, terjadi

perubahan anatomi (retraksi) dan histologi (metaplasia) (Wijaya, 2010).

Menurut Verralls (2003) umur wanita 35-55 tahun mempunyai

resiko tinggi untuk timbulnya kanker serviks, tetapi sekarang telah terjadi

peningkatan jumlah wanita muda yang sel-selnya abnormal, bahkan dapat

didiagnosis pada sitologis serviks. Penelitian yang dilakukan oleh Rini,

Lestari. M (2009) yang menyebutkan jumlah responden terbanyak yang

datang melakukan pemeriksaan IVA test terdapat pada kelompok usia 35–

39 tahun.

Informasi dapat diterima melalui petugas langsung dalam bentuk

penyuluhan, dari perangkat desa melalui siaran dikelompok-kelompok,

melalui media massa dan lain-lain. Dalam hal ini, perilaku WUS dalam

melakukan pemeriksaan IVA test juga dipengaruhi apakah wanita tersebut

sudah pernah atau tidak mendapat informasi mengenai pemeriksaan IVA

test ini (Yuliwati, 2012).

Page 84: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati (2010) yang

menyimpulkan bahwa keterpaparan seseorang terhadap informasi

kesehatan yang diperoleh akan mendorong terjadinya perilaku kesehatan.

Hal ini juga dipaparkan pada penelitian yang dilakukan Yuliwati (2012)

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterpaparan informasi

dengan perilaku WUS dalam melakukan periksa IVA test.

Layanan kesehatan yang bermutu harus dapat memberikan

informasi yang jelas mengenai suatu layanan kesehatan yang akan

dilaksanakan. Kemudahan untuk memperoleh informasi ini diharapkan

dapat membantu seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru

sehingga diharapkan dapat mengubah perilaku seseorang

(Mubarak,02007).

Responden yang pernah mendapat informasi mengenai

pemeriksaan IVA test cenderung lebih mengetahui tentang bahaya kanker

serviks dan manfaat melakukan pemeriksaan IVA test sehingga responden

memutuskan untuk melakukan pemeriksaan IVA test. Sedangkan bagi

responden yang tidak pernah sama sekali mendapatkan informasi

mengenai pemeriksaan IVA test maka akan tidak mungkin baginya untuk

melakukan pemeriksaan IVA test.

Page 85: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara tingkat pengetahuan

WUS dengan pengambilan keputusan untuk melakukan pemeriksaan

Inspeksi Visual Asam Asetat di Puskesmas Kebakkramat I dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkat Pengetahuan responden tentang pemeriksaan IVA test paling

banyak pada katagori baik dengan sejumlah 98 responden (89,9%).

2. Keputusan responden untuk bersedia melakukan pemeriksaan IVA

test sejumlah 105 responden (96,3%).

3. Berdasarkan hasil uji dengan uji Chi Square diperoleh nilai p < 0,005

yaitu 0,025 yang artinya H0 ditolak sehingga ada hubungan antara

tingkat pengetahuan WUS dengan pengambilan keputusan untuk

melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat.

6.2 Saran

1. Bagi Masyarakat

Perlunya mendapat informasi yang seluas-luasnya tentang penyakit

kanker serviks dan melakukan deteksi dini penyakit kanker serviks

dengan melakukan IVA test.

Page 86: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

2. Bagi tenaga kesehatan

Perlunya peningkatan pengetahuan kepada masyarakat tentang

pentingnya pemeriksaan dini kanker serviks melalui penyuluhan-

penyuluhan khususnya tentang IVA test.

3. Bagi peneliti lain

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode penelitian yang

berbeda, variabel yang berbeda dengan jumlah populasi dan sampel

lebih banyak sehingga hasilnya lebih signifikan.

............................................

Page 87: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

DAFTAR PUSTAKA

Andrijono. (2009). Kanker Serviks, Edisi kedua, Jakarta: Devisi Onkologi

Departemen Obstetri-Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis (Edisi

Revisi 2010), Jakarta: Rineka Cipta.

Artiningsih, N. (2011). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita

Usia Subur dengan Inspeksi Visual Asam Asetat Dalam Rangka Deteksi

Dini Kanker Serviks.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Buku Acuan Pencegahan

Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Jakarta: DepKes RI.

Hasan, M. I . (2004). Pokok-pokok materi: Teori Pengambilan Keputusan.

Bogor: Ghalia Indonesia.

Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan teknik Analisi Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Kementerian Kesehatan RI. (2013), Pedoman Penemuan Dini Kanker Pada Anak,

Cetakan ke II, Jakarta: Kementerian RI

Kuntadi. (2004). Metode Pengambilan Keputusan Pada Organisasi. Universitas

Padjajaran.

Latifah. (2011). Hubungan Pengetahuan Tentang Kanker Leher Rahim Dengan

Perilaku Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Pada Ibu-Ibu PKK di

Petronayan Nogosari Boyolali. [KTI]. Prodi DIII Kebidanan Sekolah Ilmu

Kesehatan ‘Aisyiyah Surakarta.

Mirayashi D. (2014). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker

Serviks dan Keikutsertaan Melakukan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat

di Puskesmas Alianyang Pontianak

Mubarok. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar

Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nurtini,N.M. (2012). Hubungan Antara Faktor Predisposisi, Pendukung dan

Pendorong dengan Cakupan Inspeksi Visual Asam Asetat di kota

Denpasar.

Nursalam. (2007). Manajeman Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.

Page 88: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Notoatmodjo, S. (2012). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka

Cipta

Rini, Lestari M. (2009). Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Temuan

IVA Positif di Puskesmas Jatinegara. Skripsi FKU I . Jakarta

Riwidikdo, H. (2010). Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan aplikasi R dan

SPSS. Jogjakarta: Pustaka Rihama.

Riwidikdo, H. (2012). Statistik Kesehatan : Belajar Mudah Teknik Analisis Data

Dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Software SPSS). Yogjakarta:

Nuha Medika

Rohmawati I. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku wanita usia subur

dalam deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA (inspeksi visual

dengan asam asetat) di wilayah kerja puskesmas Ngawen I kabupaten

Gunung Kidul. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia; 2011

Theresia, E, Karningsih, Delmainfanis. (2012). Pengetahuan Merupakan Faktor

Dominan Perilaku Wanita Dalam Pemeriksaan Visual Inspection Whit

Acetic Acid (VIA). Jurnal Mdya No.2 Vol 13

Samadi, Heru Priyanto. (2011). Yes, I Know Everything about Kanker Serviks!.

Cetakan Pertama. Solo: Metagraf.

Saryono & MekarD. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

dakam Bidang Kesehatan. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sevella, Consuelo G.et. al. (2007) Reasearch Methods.Quezon City: Rex Printing

Company.

Soekanto, S. (2005). Sosiologi Budaya Dasar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Usman, H. & R. Purnomo Setiady Akbar. (2006). Pengantar Statistika (edisi 2).

Jakarta : Bumi Aksara

Verralls, S. (2003). Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan, edisis 3.

Jakarta.

Wawan , A & Dewi. (2011). Teori & pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Perilaku Manusia, Cetakan II, Yogyakarta: Nuha Medika.

Wahyuni, S. (2013) Faktor-faktor yang Memepengaruhi Perilaku Deteksi Dini

Kanker Serviks Di Kecamatan Ngampel Kabupaten Kendal Jawa Tengah.

Jurnal Keperawatan Maternitas. No.1 Vol 1 : 55-60

Page 89: HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WUS DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/25/01-gdl-christinat... · 5.2 Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan Inspeksi ... inspeksi visual

Wiyono, S., Iskandar, TM., & Suprijono. (2008). Inspeksi Visual Asam Asetat

(IVA) untuk Deteksi Dini Lesi Prakanker Serviks. Media Medika

Indonesiana. 43 (3), 116-121.

Yuliwati. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku WUS dalam

deteksi dini kanker leher rahim metode IVA di wilayah puskesmas

Prembun Kabupaten Kebumen. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat Peminatan Kebidanan

Komunitas. Universitas Indonesia.