hubungan strategi komunikasi penyuluh pertanian...

166
HUBUNGAN STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH PERTANIAN DENGAN PERILAKU PETANI JAHE

Upload: others

Post on 31-Jan-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN STRATEGI KOMUNIKASI

    PENYULUH PERTANIAN DENGAN PERILAKU PETANI JAHE

  • Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

    Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf I untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan

    pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp

    100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

    Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak cipta

    melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1)

    huruf c, huruf d, huruf f dan/atau huruf h untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan

    pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp

    500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

    Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipt atau pemegang hak melakukan

    pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf

    b, huruf e, dan/atau hurufg untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara

    paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu

    miliar rupiah).

    Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam

    bentuk pembajkan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau

    pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

  • HUBUNGAN STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH PERTANIAN DENGAN PERILAKU PETANI JAHE

    Bagus Ade Tegar Prabawa

    2020

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian

    Dengan Perilaku Petani Jahe Subak Sarwa Ada

    Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar

    Bagus Ade Tegar Prabawa

    Kategori: Pertanian

    Desain cover & tata letak isi | Yogi Astra

    Versi digital | Nindy Widiastuti

    Editor: Dr. Ni Komang Sutriyanti, S.Ag., M.Pd.H

    14,8 X 21 cm

    Cetakan pertama : April 2020

    Tersedia di Google Play Books mulai April 2020

    ISBN : 978-623-7352-36-5

    Hak Cipta © 2020 pada penulis.

    Dilarang menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau

    seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

    Dterbitkan oleh

    NILACAKRATM

    Angota IKAPI (no. 023/BAI/2019)

    JL. Raya Darmasaba-Lukluk,

    Badung, Bali 80352. Telp : (0361) 424612

    Website : www.penerbitbali.com

    E-mail : [email protected]

    Instagram : @penerbit_nilacaka

    http://www.penerbitbali.com/mailto:[email protected]

  • v

    Om Swastyastu

    Puji syukur penulis haturkan kehadapan Ida Sang

    Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

    Asung Kertha Wara Nugraha-Nya penulis dapat menye-

    lesaikan buku yang berjudul, “Hubungan Strategi Komu-

    nikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    Subak Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan Tegallalang Kabu-

    paten Gianyar”. Melalui kesempataan ini penulis mengu-

    capkan terima kasih sedalam-dalamnya kepad:

    1. Prof. Dr. Drs. I Gusti Ngurah Sudiana, M.Si, selaku

    Rektor Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

    yang memberikan fasilitas dan pelayanan yang pri-

    ma, arahan, dan kebijakan sehingga tesis ini bisa

    terwujud.

    2. Prof. Dr. Dra. Relin D.E, M.Ag, selaku Direktur Pro-

    gram Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri

    Denpasar atas motivasi dan kemudahan yang

    diberikan selama mengikuti proses pendidikan dan

    perkuliahan.

    3. Dr. I Nyoman Yoga Segara, S.Ag., M.Hum, selaku

    Wakil Direktur Program Pascasarjana Institut Hindu

  • vi

    Dharma Negeri Denpasar atas motivasi dan kemu-

    dahan yang diberikan selama mengikuti proses

    pendidikan dan perkuliahan.

    4. Dr. I Gede Sutarya, SST.Par., M.Ag, selaku Ketua Pro-

    gram Studi Ilmu Komunikasi Hindu pada Program

    Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri Den-

    pasar atas motivasi dan kemudahan yang diberikan

    selama mengikuti proses pendidikan dan perku-

    liahan.

    5. Dr. I Dewa Ayu Hendrawathy Putri, S.Sos., M.Si se-

    laku Pembimbing I dan Sekretaris Program Studi

    Ilmu Komunikasi Hindu pada Program Pascasarjana

    Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar yang selalu

    memberikan bimbingan dan arahan selama ini.

    6. Dr. Drs. I Nengah Lestawi, M.Si selaku Pembimbing

    II yang selalu memberikan bimbingan dan arahan

    selama ini.

    Buku ini merupakan hasil penelitian penulis yang be-

    rupa Tesis sebagai syarat dalam menempuh strata 2 di

    Ilmu Komunikasi Hindu Program Pascasarjana IHDN Den-

    pasar. Penulis menyadari bahwa buku ini sangat jauh dari

    sempurna. Untuk itu, dengan kerendahan hati, penulis

    memohon saran dan kritik yang membangun demi kesem-

    purnaan buku ini.

    Om shanti, shanti, shanti Om

  • vii

    BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Konsep 7

    1.2.1 Komunikasi 7 1.2.1.1 Proses Komunikasi 8 1.2.1.2 Karakteristik Komunikasi 9 1.2.1.3 Tujuan Komunikasi 10 1.2.1.4 Fungsi Komunikasi 10 1.2.2 Strategi Komunikasi 11 1.2.2.1 Penerapan Strategi Komunikasi 13 1.2.3 Penyuluh Pertanian 18 1.2.4 Perilaku Petani 20 1.2.5 Sistem Subak 23 1.2.5.1 Pengertian Subak 23 1.2.5.2 Struktur Organisasi Subak 25 1.2.5.3 Fungsi Subak 26 1.2.5.4 Aspek Sosial Subak 29

    1.3 Teori 33 1.3.1 Teori Difusi Inovasi 34 1.3.2 Teori S-O-R 34

    1.4 Model Penelitian 35 1.5 Populasi dan Sampel Penelitian 37 1.6 Metode Pengumpulan Data 38

  • viii

    1.7 Variabel Penelitian 39 1.8 Metode Analisis Data 40

    BAB II GAMBARAN UMUMDAERAH

    PENELITIAN 51 2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 51

    2.1.1 Luas Wilayah dan Topografi Desa Taro 52 2.1.2 Orbitasi Wilayah Desa Taro 53 2.1.3 Iklim Wilayah Desa Taro 54 2.1.4 Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan

    Desa Taro 54 2.1.5 Kondisi Ekonomi di Desa Taro 55 2.1.6 Jumlah dan Komposisi Penduduk Desa Taro 56 2.1.7 Sumber Mata Pencaharian Utama Penduduk

    Desa Taro 57 2.1.8 Pendidikan Penduduk Desa Taro 58

    2.2 Karakteristik Responden 60 2.3 Subak Sarwa Ada 66

    2.3.1 Upacara Keagamaan 67 2.3.2 Struktur Organisasi Subak Sarwa Ada 70

    BAB III STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH

    PERTANIAN 77 3.1 Teknik Komunikasi 77

    3.1.1 Cara Penyampaian Materi 78 3.1.2 Teknik Penyampaian Materi 80 3.1.3 Bahasa yang digunakan oleh Penyuluh

    Pertanian 82 3.2 Pendekatan Kepada Sasaran 83

    3.2.1 Keaktifan Penyuluh Pertanian 84 3.2.2 Frekuensi Kehadiran Penyuluh Pertanian 85

  • ix

    3.2.3 Kedekatan Penyuluh Pertanian dengan Petani Jahe 86

    3.3 Saluran Komunikasi 88 3.3.1 Penyapaian Materi dengan Perorangan atau

    Kelompok 89 3.3.2 Melibatkan Petai dalam Penyusunan Materi 90 3.3.3 Perubahan dalam Cara Berusahatani Petani 93

    3.4 Materi 94 3.4.1 Kesesuaian Materi dengan Kebutuhan

    Petani 96 3.4.2 Jenis Materi yang disampaikan Penyuluh

    Pertanian 97 3.4.3 Materi tentang Pedewasan dan Upacara

    Keagamaan 102 BAB IV PERILAKU PETANI JAHE 109

    4.1 Pengetahuan Petani Jahe 109 4.1.1 Pengetahuan Petani dalam Persemaian 110 4.1.2 Pengetahuan Petani dalam Pengolahan

    Tanah 111 4.1.3 Pengetahuan Petani dalam Penanaman 112 4.1.4 Pengetahuan Petani dalam Pemupukan 112 4.1.5 Pengetahuan Petani dalam Pengendalian Hama

    dan Penyakit 113 4.1.6 Pengetahuan Petani dalam Panen 113 4.1.7 Pengetahuan Petani dalam Pedewasan dan

    Upacara Keagamaan 114 4.2 Sikap Petani 115

    4.2.1 Sikap Petani dalam Persemaian 117 4.2.2 Sikap Petani dalam Pengolahan Tanah 117 4.2.3 Sikap Petani dalam Penanaman 118

  • x

    4.2.4 Sikap Petani dalam Pemupukan 118 4.2.5 Sikap Petani dalam Pengendalian Hama dan

    Penyakit 119 4.2.6 Sikap Petani dalam Panen 119 4.2.7 Sikap Petani dalam Pedewasan dan Upacara

    Keagamaan 120 4.3 Keterampilan Petani 121

    4.3.1 Keterampilan Petani dalam Persemaian 122 4.3.2 Keterampilan Petani dalam Pengolahan

    Tanah 123 4.3.3 Keterampilan Petani dalam Penanaman 123 4.3.4 Keterampilan Petani dalam Pemupukan 124 4.3.5 Keterampilan Petani dalan Pengendalian

    Hama dan Penyakit 125 4.3.6 Keterampilan Petani dalam Pemanenan 125 4.3.7 Keterampilan Petani dalam Pedewasan dan

    Upacara Keagamaan 125 BAB V HUBUNGAN STRATEGI KOMUNIKASI

    PENYULUH PERTANIAN DENGAN PERILAKU PETANI 131

    5.1 Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian terhadap Perilaku Petani Jahe di Subak Sarwa Ada 131

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 135

    6.1 Simpulan 135 6.2 Saran 136

  • xi

    DAFTAR PUSTAKA 139 LAMPIRAN 147 TENTANG PENULIS 153 PROFIL EDITOR 154

  • xii

  • Pendahuluan

    1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara agraris dimana mayoritas

    penduduk berprofesi sebagai petani sebesar 31,86 % dari

    total keseluruhan penduduk Indonesia dan sektor perta-

    nian memegang peranan penting dalam perekonomian

    nasional. Hal ini terlihat dari penduduk Indonesia yang

    sebagian produk nasional bersumber dari pertanian, men-

    cakup pertanian secara luas, pertanian rakyat, kehutanan,

    perikanan, peternakan dan perkebunan. Subsektor per-

    kebunan merupakan salah satu subsektor dari sektor per-

    tanian yang dapat meningkatkan devisa negara (BPS, 2017

    : 87). Komoditas yang termasuk komoditas subsekor per-

    kebunan yang memiliki prospek pengembangan yang baik

    adalah tanaman jahe (Zingiber Oflnule). Data Depatermen

    Perdagangan Republik Indonesia menunjukkan volume

    eksport jahe dari tahun ketahun mengalami peningkatan.

    Selama periode tahun 2016 s.d. tahun 2017, rata-rata vo-

    BAB I

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    2

    lume ekspor jahe mengalami peningkatan 1,55% per ta-

    hun, lebih tinggi dari rata-rata peningkatan volume ekspor

    kopi yang hanya 1,25% per tahun (Depag, 2017: 66). Pe-

    ningkatatan jumlah produksi jahe di Indonesia dipenga-

    ruhi oleh peningkatan konsumsi masyarakat terhadap ja-

    he, peningkatan konsumsi jahe Indonesia cenderung fluk-

    tuatif dengan rata-rata pertumbuhan yang cukup tinggi

    yaitu 123,37% per tahun (Kementrian Pertanian, 2016 : 55).

    Data terinci mengenai pertumbuhan produksi jahe di In-

    donesia tahun 2011 s.d. tahun 2015 dapat dilihat pada

    lampiran 1.

    Pada lampiran 1 dapat dijelaskan bahwa budidaya ta-

    man jahe Indonesia tersebar di 34 provinsi, pada tahun

    2015 Provinsi Jawa Timur merupakan produksi tertinggi

    yaitu 77.541.345 kg, sedangkan pertumbuhan produksi

    jahe di Indonesia periode 2011 s.d. 2015 tertinggi berada

    di Provinsi Bali yaitu 197,47%. Menurut Badan Pusat Sta-

    tistik Provinsi Bali (2017), menunjukkan produksi jahe Bali

    pada tahun 2017 sebesar 1.935.658 kg dan dapat diketahui

    bahwa Kabupaten Gianyar berkontribusi paling tinggi yai-

    tu 51,36% dari total produksi jahe di Bali. Produksi terbesar

    kedua adalah Kabupaten Karangasem, yaitu 18,41% dan

    sisanya tersebar di Kabupaten Badung, Bangli, dan Jem-

    brana. Data terinci mengenai produksi jahe di Provinsi Bali

    tahun 2014 s.d. 2017 dapat dilihat pada lampiran 2.

    Pada lampiran 2 dapat dijelaskan bahwa produksi jahe

    di Kabupaten Gianyar dari tahun 2014 s.d. 2017 mengalami

    penurunan jumlah produksi. Produksi jahe pada tahun

    2014 sebesar 1.401.476 kg, pada tahun 2015 mengalami

  • Pendahuluan

    3

    penurunan menjadi 1.102.056 kg, pada tahun 2016 me-

    ngalami penurunan menjadi 1.027.638, dan pada tahun

    2017 mengalami penurunan menjadi 946.220 kg. Produksi

    jahe di Kabupaten Gianyar harusnya dapat ditingkatkan,

    karena Kabupaten Gianyar memiliki potensi dan agrokli-

    mat yang sesuai untuk budidaya tanaman jahe.

    Menurut Setyaningrum dan Saparinto (2013: 25), me-

    ngungkapkan tanaman jahe menghendaki daerah dengan

    ketinggian 300 s.d 900 m dpl dengan suhu berkisar 25° s.d

    30°C, tekstur tanah lempung liat berpasir, pH tanah 6,8 s.d

    7,4 dan arealnya sedikit ternaungi hingga terbuka. Ber-

    dasarkan syarat tumbuh tersebut, dari tujuh kecamatan di

    Kabupaten Gianyar, Kecamatan Tegallalang memiliki ag-

    roklimat yang paling sesuai untuk perkebunan jahe. Hal ini

    juga sejalan dengan data Statistik Pertanian, Perkebunan

    dan Perikanan Kabupaten Gianyar produksi jahe di Kabu-

    paten Gianyar pada tahun 2016 yaitu 72,8% dihasilkan di

    Kecamatan Tegallalang (BPS Gianyar, 2017: 154).

    Salah satu kawasan budidaya jahe di Kecamatan Tegal-

    lalang yaitu di Subak Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan

    Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Subak adalah organisasi

    sosial masyarakat Bali yang mengatur sistem pengairan

    atau irigasi sawah di pulau Bali. Subak merupakan sistem

    irigasi tradisional pertanian yang hanya ada di Bali, di mana

    sawah dibangun dalam susunan terasering. Subak meru-

    pakan sinergi tata sosial religius masyarakat Bali, karena

    subak biasanya memiliki pura yang dinamakan Pura Ulun-

    carik, atau Pura Bedugul.

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    4

    Organisasi pengairan tradisional atau subak sudah

    menjadi bagian dari unsur seni dan budaya yang diwa-

    riskan secara turun temurun oleh masyarakat di Bali, sistem

    pengairan tradisional pertanian atau subak di Bali, dinilai

    terbaik diantara sistem pertanian lainnya di Indonesia. Se-

    lain tata sosial religius bagi masyarakat Bali, juga menim-

    bulkan panorama indah alam persawahan. Sebagaimana

    halnya dengan berbagai organisasi tradisional yang tum-

    buh di Bali, subak juga berdasarkan atas filosofi Tri Hita

    Karana. Filosofi ini mengajarkan bahwa kebahagiaan ma-

    nusia akan dapat dicapai bila manusia mampu menjaga

    keharmonisan hubungan antara tiga faktor dari Tri hita

    karana, yaitu Parhyangan (unsur Ketuhanan), Pawongan

    (manusia), dan Palemahan (unsur alam), (Windia 2006 : 47).

    Subak Sarwa Ada merupakan daerah yang potensial untuk

    budidaya tanaman jahe.

    Subak Sarwa Ada merupakan daerah yang potensial

    untuk budidaya tanaman jahe. Namun pada kenyataannya

    tidak mudah untuk mendapatkan jahe dengan kualitas dan

    kuantitas yang dibutuhkan, baik kebutuhan dalam negeri

    maupun ekspor. Biasanya tanaman ini banyak tumbuh di

    pekarangan rumah maupun di Kebun. Bahkan sekarang

    tanaman jahe banyak dibudidayakan di daerah tegalan.

    Berdasarkan hasil wawancara terhadap Pekaseh subak Sar-

    wa Ada bahwa petani belum memahami cara budidaya

    jahe yang disampaikan Penyuluh Pertanian dalam membe-

    rikan pembinaan tentang teknik budidaya tanaman jahe.

  • Pendahuluan

    5

    Menurut Ban dan Hawkins (2009: 76), tujuan penyu-

    luhan pertanian adalah untuk meningkatkan cara beru-

    sahatani yang baik dan menguntungkan, menaikkan taraf

    kehidupan dan kesejahteraan petani, penanganan kegia-

    tan penyuluhan pertanian akan melibatkan kegiatan pe-

    nyuluh dan kegiatan masyarakat tani yang memerlukan

    penyuluhan. Peranan penyuluh pertanian adalah mem-

    bantu petani membentuk pendapat yang tepat dan mem-

    buat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan

    memberikan informasi yang mereka perlukan dan juga

    dapat membantu petani menemukan mengembangkan

    dan mengevaluasi informasi yang relevan untuk meme-

    cahkan masalah yang di hadapi oleh petani.

    Keberhasilan penyuluhan bukan hanya ditentukan oleh

    materi yang disampaikan saja. Bagaimana menyampaikan

    materi penyuluhan itu kepada para petani memegang

    peranan yang menentukan keberhasilan penyuluhan per-

    tanian. Penyampaian materi penyuluhan ini biasanya dise-

    but dengan metode penyuluhan.

    Strategi komunikasi merupakan salah satu cara yang

    digunakan penyuluh untuk menyampaikan penyuluhan

    dengan berbagai macam cara sesuai dengan pendekatan

    yang dilakukan. Secara umum berdasarkan pendekatanya

    metode penyuluhan ini dapat dibedakan berdasarkan la-

    ngsung tidaknya komunikasi yang dilakukan, berdasarkan

    pendekatan kepada sasaranya.

    Strategi komunikasi pembangunan akan berdampak

    positif apabila tujuan program pembangunan dapat ter-

    capai dan perubahan perilaku khalayak sasaran sebagai

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    6

    tujuan akhir dapat diamati dan diukur. Pencapaian tujuan

    tersebut, Purbathin (2008: 26) harus dicirikan dengan: (1)

    timbulnya kesadaran masyarakat untuk memahami man-

    faat inovasi, (2) perwujudan tindakan kongkret masyarakat

    dalam bentuk mengadopsi inovasi tersebut, dan (3) tim-

    bulnya sumberdaya manusia yang berkualitas sebagai aki-

    bat adopsi inovasi.

    Berdasarkan program Balai Penyuluhan Pertanian, Peri-

    kanan dan Kehutanan Kabupaten Gianyar diharapkan pe-

    nyuluh pertanian mampu mendampingi dan memberikan

    binaan tentang budidaya jahe. Penyuluh pertanian meng-

    gunakan beberapa metode dalam melakukan aktifitas ko-

    munikasinya kepada petani, seperti teknik komunikasi de-

    ngan cara langsung kepada petani ataupun dengan cara

    tidak langsung. Melalui pendekatan kepada sasaran agar

    adanya perubahan dalam kegiatan usahatani jahe. Melalui

    saluran dilakukan oleh penyuluh kepada petani melalui

    kunjungan personal maupun kelompok, serta dengan ma-

    teri yang disampaikan penyuluh berdasarkan kepada ke-

    butuhan petani.

    Penyuluhan pertanian yang dilakukan diharapkan da-

    pat memberikan kontribusi yang nyata terhadap tujuan

    pembangunan pertanian melalui penyebaran informasi

    yang dilakukan oleh penyuluh, petugas lapangan dan mas-

    yarakat pertanian. Dengan adanya informasi-informasi

    yang diberikan oleh penyuluh pertanian akan merubah

    cara pandang atau cara kerja petani jahe di Subak Sarwa

    Ada Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar.

  • Pendahuluan

    7

    Strategi komunikasi penyuluh pertanian diharapkan mam-

    pu mempengaruhi perilaku setiap petani dalam melakukan

    usahatani jahe. Maka peneliti ingin meneliti “Hubungan

    Strategi Komunikasi Penyuluhan Pertanian dengan Peril-

    aku Petani Jahe di Subak Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan

    Tegalalang Kabupaten Gianyar”.

    1.2 Konsep

    1.2.1 Komunikasi

    Kata komunikasi atau communication menurut Mul-

    yana dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar

    (2004: 41) dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin

    communis yang berarti “sama”, communico, communica-

    tio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to

    make common). Istilah yang paling sering disebut sebagai

    asal-usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-

    kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan

    bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut

    secara sama.

    Menurut Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi (20-

    00: 9) Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris co-

    mmunication berasal dari kata Latin communication, dan

    bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama

    disini maksudnya adalah sama makna. Berdasakan uraian

    definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi

    adalah hal yang paling utama dalam kehidupan manusia

    karena manusia tidak mungkin dapat berinteraksi tanpa

    berkomunikasi. Proses komunikasi pada hakekatnya dapat

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    8

    disimpulkan sebagai proses informasi atau pesan oleh se-

    seorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan) ba-

    ik secara langsung maupun tidak langsung dengan meng-

    gunakan media.

    1.2.1.1 Proses Komunikasi

    Proses komunikasi menurut Liliweri dalam bukunya

    Wacana Komunikasi Organisasi (2004: 49) adalah “Proses

    yang menggambarkan kegiatan komunikasi antar manusia

    yang bersifat interaktif, relasional dan transaksional, dida-

    lamnya melibatkan sumber komunikasi yang mengirimkan

    pesan-pesan melalui media tertentu kepada penerima

    dengan maksud dan tujuan dalam sebuah konteks ter-

    tentu”. Lebih lanjut Liliweri mengatakan bahwa proses ko-

    munikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer

    dan secara sekunder:

    1) Proses komunikasi secara primer adalah proses pe-

    nyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang

    kepada orang lain dengan menggunakan lambang

    (symbol) sebagai media.

    2) Proses komunikasi secara sekunder adalah proses

    penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang

    lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai

    media kedua setelah memakai lambang sebagai

    media pertama.

    Dalam hubungan dengan unsur komunikasi pembagi-

    an dua tahap proses komunikasi ini membedakan peng-

    gunaan media (in which channel) antara kedua proses

    komunikasi. Pada proses komunikasi primer media yang

  • Pendahuluan

    9

    digunakan adalah lambang atau simbol sedangkan pada

    proses komunikasi sekunder media yang digunakan ada

    dua, yaitu lambang dan sarana alat.

    1.2.1.2 Karakteristik Komunikasi

    Liliweri dalam bukunya Wacana Komunikasi Organisasi

    (2004: 56) Komunikasi memiliki karakteristik sebagai

    berikut:

    1) Komunikasi adalah proses; Disebut proses karena

    komunikasi merupakan aktivitas yang dinamis, akti-

    vitas yang terus berlangsung secara berkesinam-

    bungan sehingga dia terus mengalami perubahan.

    2) Komunikasi adalah simbolis; Karena aktivitas berko-

    munikasi menggunakan simbol-simbol bermakna

    yang diubah kedalam kata-kata (verbal) untuk ditulis

    dan diucapkan atau simbol nonverbal untuk dipe-

    ragakan.

    3) Komunikasi adalah kontekstual; Disebut berdimensi

    kontekstual karena sifat komunikasi yang serba ru-

    ang dan serba waktu.

    4) Komunikasi adalah purposif; Karena yang dilakukan

    berdasarkan tujuan tertentu, artinya orang berko-

    munikasi untuk memenuhi kebutuhaan.

    5) Komunikasi adalah proses dua arah; Kegiatan komu-

    nikasi memang merupakan kegiatan mengirim atau

    menerima pesan yang berlangsung dua arah namun

    pada galibnya pesan sama sekali tidak berpindah,

    yang berpindah adalah makna pesan tersebut.

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    10

    1.2.1.3 Tujuan Komunikasi

    Komunikasi dibagi menjadi dua kategori yaitu kita ber-

    komunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang pen-

    ting bagi kebutuhan kita dan kita berkomunikasi untuk

    menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain.

    dari definisi diatas dapat dijabarkan bahwa tujuan komuni-

    kasi adalah utuk kebutuhan kita dan mempupuk hubu-

    ngan dengan orang lain. Menurut Effendy (2003: 55) Tu-

    juan komunikasi adalah:

    1) Perubahan sikap, yaitu komunikan dapat merubah

    sikap, setelah dilakukan suatu proses komunikasi.

    2) Perubahan pendapat, yaitu perubahan pendapat

    dapat terjadi dalam suatu komunikasi yang tengah

    dan sudah berlangsung dan itu tergantung bagai-

    mana komunikator menyampaikannya.

    3) Perubahan perilaku, yaitu perubahan perilaku dapat

    terjadi bilamana dalam suatu proses komunikasi

    apa yang dikemukakan komunikator sesuai dengan

    yang disampakainnya dan ini tergantung dari kre-

    dibiltas komunikator itu sendiri

    4) Perubahan sosial, yaitu perubahan yang terjadi da-

    lam tatanan masyarakat itu sendiri sesuai dengan

    lingkungan ketika berlangsungnya komunikasi.

    1.2.1.4 Fungsi Komunikasi

    Fungsi komunikasi menurut Effendy (2003: 36) menge-

    mukakan bahwa fungsi komunikasi adalah:

    1) Menginformasikan (to inform). Memberikan infor-

    masi kepada masyarakat, memberitahukan kepada

  • Pendahuluan

    11

    masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide

    (pikiran dan tingkah laku orang lain), serta segala

    sesuatu yang disampaikan orang lain.

    2) Mendidik (to educated). Komunikasi merupakan sa-

    rana pendidikan. Dengan komunikasi manusia da-

    pat menyampaikan ide dan pikirannya kepada

    orang lain, sehingga orang lain mendapatkan in-

    formasi dan ilmu pengetahuan.

    3) Menghibur (to entertain). Komunikasi selain bergu-

    na untuk menyampaikan komunikasi. Pendidikan

    dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyam-

    paikan hiburan atau menghibur orang lain.

    4) Mempengaruhi (to influnce). Fungsi mempernga-

    ruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya

    berusaha saling mempengaruhi jika pikiran komu-

    nikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap

    dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang

    diharapkan.

    1.2.2 Strategi Komunikasi

    Strategi dalam komunikasi adalah cara mengatur pe-

    laksanaan oprasi komunikasi agar berhasil. Strategi komu-

    nikasi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan

    manajemen (magement) untuk mencapai satu tujuan.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi

    sebagai petajalan yang hanya menunjukkan arah, tetapi

    juga harus menunjukkan taktik oprasionalnya. Oleh kare-

    nanya dari paparan secara teori diatas, agar komunikator

    Pada saat berkomunikasi harus bisa membuat strategi

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    12

    komunikasi terlebih dahulu agar pesan yang kita sam-

    paikan bisa mencapai target komunikasi yang diinginkan.

    Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan

    dalam bentuk simbol atau kode dari dari satu pihak kepada

    yang lain dengan efek untuk mengubah sikap, atau tin-

    dakan. Menurut Effendy, (2005: 32) komunikasi adalah

    proses penyampaian pesan oleh satu orang ke orang lain

    untuk menginformasikan, mengubah sikap, pendapat,

    atau perilaku, baik secara lisan (langsung) maupun tidak

    langsung (melalui media).

    Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah peren-

    canaan (planning) dan manajemen (management) untuk

    mencapai tujuan. Strategi komunikasi adalah tahapan kon-

    kret dalam rangkaian aktifitas komunikasi yang berbasis

    pada satuan teknik bagi pengimplemintasian tujuan ko-

    muniasi, adapun teknik adalah satu pilihan tindakan ko-

    munikasi tertentu berdasarkan strategi yang telah ditetap-

    kan sebelumnya. Rencana yang meliputi metode, teknik,

    dan tata hubungan fungsional antara unsur-unsur dan

    faktor-faktor dari proses komunikasi guna kegiatan ope-

    rasional dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran. Pada

    hakekatnya adalah sebuah perencanaan dan manajemen

    untuk mencapai sebuah tujuan. Seorang pakar perenca-

    naan komunikasi Middleton membuat definisi dengan me-

    nyatakan strategi komunikasi adalah kombinasi terbaik

    dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator,

    pesan, saluran (media) penerima sampai pada pengaruh

    (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi

    yang optimal (Cangara, 2013: 61).

  • Pendahuluan

    13

    Jadi strategi komunikasi merupakan keseluruan peren-

    canaan, taktik dan cara yang dipergunakan untuk melan-

    carkan komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan

    aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai

    tujuan yang diinginkan.

    Penyusunan strategi komunikasi diperlukan suatu pe-

    mikiran dengan memperhitungkan faktor-faktor pendu-

    kung dan penghambat. Akan lebih baik apabila dalam

    strategi komunikasi diperhatikan komponen-komponen

    komunikasi dan faktor pendukung atau penghambat pada

    setiap komponen, diantaranya faktor kerangka refrensi,

    faktor situasi dan kondisi, pemilihan media komunikasi,

    tujuan pesan komunikasi, dan peranan komunikator dalam

    komunikasi (Abidin, 2009: 116).

    1.2.2.1 Penerapan Strategi Komunikasi

    Menurut Soekartawi, (2004: 24) penerapan strategi ko-

    munikasi yang baik dan berjalan dengan efektif tentunya

    dipengaruhi beberapa faktor pendukung untuk mencapai

    proses komunikasi yang efektif. Ketika penyuluh pertanian

    menyampaikan informasi teknik atau teknologi budidaya

    pertanian kepada petani, maka penyuluh yang bertindak

    sebagai pemberi informasi haruslah mampu memberikan

    pemahaman yang cukup kepada petani agar proses pe-

    nyampaian pesan menjadi efektif. Penerapan strategi ko-

    munikasi dapat dibagi sebagai berikut:

    1) Teknik Komunikasi

    Dalam setiap komunikasi diharapkan seorang ko-

    munikan dapat menangkap pesan yang disampaikan

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    14

    komunikator dengan baik. Supaya tidak terjadi ke

    salah pahaman nantinya, juga dalam penyampaian

    pesan seorang komunikator harus seefektif mungkin

    dalam menyampaikan informasinya. Adapun keten-

    tuan agar penyampaian pesan bisa efektif yaitu stra-

    tegi pesan, pelaksanaan pesan, tone dan format pe-

    san. Komunikasi akan dapat terjadi secara efektif

    apabila sumber dan sasaran berada dalam suatu

    sistem yang serupa. Misalnya bila si A berbicara ke-

    pada si B (berkomunikasi), maka A dan B pada saat

    itu ada dalam sistem yang sama. Bila A berbicara

    dalam bahasa Indonesia, maka B yang diajak bicara

    harus mengerti Bahasa Indonesia. Bila petani tidak

    dapat berbahasa Indonesia dan hanya mengerti ba-

    hasa daerah, maka penyuluh harus belajar menggu-

    nakan bahasa daerah mereka (Cangara, 2013: 61).

    Bila petani tidak dapat menulis dan membaca,

    penyuluh harus menggunakan gambar atau lukisan-

    lukisan atau lambang-lambang lainnya yang mudah

    di mengerti oleh mereka yang dikomunikasikan ada-

    lah arti (meaning), arti tersebut berada dalam diri

    orang yang berkomunikasi yang diartikan oleh sum-

    ber (pengirim) dalam suatu pesan (message) yang

    disampaikan mungkin berbeda dari pada yang diar-

    tikan oleh sasaran (penerima). Komunikasi dapat di-

    katakan gagal bila arti yang terkandung dalam pesan

    tidak diterima (ditangkap) oleh sasaran (penerima).

    Arti (meaning) adalah penting baik bagi encoder

    maupun decoder yang harus sampai pada sasaran

  • Pendahuluan

    15

    (penerima) adalah arti (meaning) dan bukan lam-

    bang-lambang. Pesan (message) tidak lain adalah

    kumpulan lambang-lambang yang mengandung arti

    (Mardikanto, 1993: 49)

    2) Pendekatan Kepada Sasaran

    Menurut Pradiana dan Haryanto, (2011: 74-75)

    pendekatan kepada sasaran merupakan target dalam

    proses komunikasi adalah pelaku komunikasi yang

    diusahakan untuk menerima informasi, ide-ide dan

    anjuran-anjuran yang disampaikan oleh sumber, sa-

    saran diharapkan dapat terjadi perubahan dan per-

    baikan-perbaikan perilaku sebagai hasil dari proses

    berkomunikasi dengan sumber. Jika pada sasaran

    tidak tampak tanda-tanda perubahan, maka komu-

    nikasi itu tidak berhasil. Dipandang dari segi sasaran

    keberhasilan komunikasi dipengaruhi oleh keteram-

    pilan, pengetahuan dan sikap mental yang dimili-

    kinya. Disamping itu sistem sosial seperti adat-

    istiadat, tradisi dan kebudayaan, misalnya bahasa

    akan turut pula mempengaruhi keberhasilan komu-

    nikasi, karena itu penyuluh harus mengenal sifat-sifat

    sasarannya beserta sistem sosial dimana mereka

    berada. Sasaran utama penyuluhan pertanian tidak

    lain adalah petani beserta keluarganya yang hidup

    dan berada pada masyarakat pedesaan yang memi-

    likin ciri-ciri yang spesifik berbeda dengan masya-

    rakat kota.

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    16

    3) Saluran

    Menurut Pradiana dan Haryanto, (2011: 75-77)

    saluran (channel) adalah jalan atau cara yang diper-

    gunakan untuk menyampaikan pesan (message) ke-

    pada sasaran. Saluran yang dipakai harus sesuai de-

    ngan panca indera yang akan menangkapnya. Efek-

    tivitas penggunaan saluran tergantung pada kepeka-

    an indera yang digunakan. Indera mana yang akan

    digunakan dan kelima indera (panca indera) yang ada

    menentukan saluran apa yang akan digunakan. Da-

    lam penyuluhan pertanian, saluran ini dapat mem-

    bentuk kunjungan rumah, demonstrasi, perlombaan,

    pertunjukan, kursus, latihan, pameran, darmawisata,

    publikkasi, film, radio, televisi, dan lain-lain. Mem-

    pergunakan kombinasi dari berbagai macam saluran

    akan menambah kemungkinan proses komunikasi

    dapat berhasil dengan baik, dalam arti bahwa pesan

    yang disampaikan akan sampai dan dimengerti oleh

    sasaran. Peranan media penyuluhan pertanian dapat

    ditinjau dari berapa segi yakni proses komunikasi,

    segi proses belajar dan segi peragaan dalam proses

    komunikasi, dan dari peranan media penyuluhan per-

    tanian sebagai saluran komunikasi (channel) dalam

    kegiatan penyuluhan pertanian. Beberapa fungsi me-

    dia penyuluhan:

    a) Menyalurkan pesan atau informasi dari sumber

    atau komunikator kepada sasaran yakni petani dan

    keluarganya sehingga sasaran dapat menerapkan

    pesan dengan kebutuhannya.

  • Pendahuluan

    17

    b) Menyalurkan umpan balik (feed back) dari sasaran

    atau komunikan kepada sumber atau komunikator

    sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan atau pe-

    ngembangan dalam penerapan teknologi selan-

    jutnya.

    c) Menyebarluaskan pesan informasi kemasyarakat

    dalam jangkauan yang luas, mengatasi keterba-

    tasan ruang, waktu dan daya indra.

    4) Materi

    Keberhasilan penyuluhan bukan hanya ditentukan

    oleh materi yang disampaikan saja. Bagaimana me-

    nyampaikan materi penyuluhan itu kepada para pe-

    tani memegang peranan yang menentukan keber-

    hasilan penyuluhan pertanian. Penyampaian materi

    penyuluhan ini biasanya disebut dengan metode pe-

    nyuluhan. Secara singkat metode penyuluhan perta-

    nian dapat diartikan sebagai cara-cara penyampaian

    materi penyuluhan pertanian melalui mediakomu-

    nikasi oleh penyuluh kepada petani beserta keluar-

    ganya. Materi merupakan Pesan (amanat) adalah se-

    gala apa yang disampaikan oleh sumber (penyuluhan

    pertanian) kepada sasaran (petani beserta keluarga-

    nya) untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya anju-

    ran untuk memupuk tanaman jahe agar produksinya

    meningkat. Isi pesan (message content) merupakan

    materi dalam pesan yang dipilih oleh sumber untuk

    mengungkapkan maksudnya. Perlu disadari bahwa

    isi pesan yang tidak jelas akan sangat mempengaruhi

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    18

    efektivitas komunikasi. Oleh karena itu penyuluh per-

    tanian selaku sumber yang akan menyampaikan sua-

    tu amanat tertentu kepada sasaran (petani dan ke-

    luarganya) harus dapat memilih dan menentukan

    lambang, isyarat atau sandi-sandi untuk mengung-

    kapkan dan memberi arti kepada orang lain (Pradiana

    dan Haryanto, 2011: 77-79).

    1.2.3 Penyuluh Pertanian

    Penyuluhan secara meluas yang digunakan oleh ber-

    bagai kalangan berasal dari kata ”Extension”. Dalam Bahasa

    Indonesia istilah penyuluhan berasal dari kata dasar ”Su-

    luh” yang berarti pemberi terang di tengah kegelapan.

    Penyuluhan dalam arti umum merupakan ilmu sosial yang

    mempelajari sistem dan proses perubahan pada individu

    serta masyarakat sehingga akan terwujud perubahan yang

    lebih baik sesuai dengan yang harapan (Setiana, 2005: 32).

    Penyuluhan dapat dipandang sebagai suatu bentuk pen-

    didikan untuk orang dewasa. Menurut Van den Ban dan

    Hawkins (2003: 49), penyuluhan pertanian adalah suatu

    bentuk pengaruh sosial yang dilakukan secara sadar de-

    ngan mengkomunikasikan informasi untuk membantu

    masyarakat membentuk pendapatan yang wajar dan me-

    ngambil keputusan yang tepat.

    Departemen Pertanian (2002: 68), menyatakan bahwa

    penyuluhan pertanian adalah pemberdayaan petani dan

    keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui

    kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar

    mereka mampu menolong dirinya sendiri, baik di bidang

  • Pendahuluan

    19

    ekonomi, sosial maupun politik sehingga peningkatan

    pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. Hal

    ini diimplementasikan di dalam UU RI No. 16, tentang SP3K

    Tahun 2006 yang menyebutkan bahwa penyuluhan per-

    tanian adalah suatu proses pembelajaran bagi pelaku

    utama (pelaku kegiatan pertanian) serta pelaku usaha agar

    mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisa-

    sikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,

    permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya un-

    tuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, penda-

    patan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesada-

    ran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

    Menurut Kusnadi, D. (2011: 45), pengertian tersebut

    mengandung makna bahwa didalam proses pembelajaran

    inheren adanya proses-proses lain yang terjadi secara si-

    multan, yaitu:

    a. Proses komunikasi persuasif, yang dilakukan oleh pe-

    nyuluh dalam memfasilitasi sasaran (pelaku utama dan

    pelaku usaha) beserta keluarganya guna membantu

    mencari pemecahan masalah berkaitan dengan per-

    baikan dan pengembangan usahan mereka, komuni-

    kasi ini sifatnya mengajak dengan menyajikan alter-

    natif-alternatif pemecahan masalah, namun keputusan

    tetap pada sasaran.

    b. Proses pemberdayaan, maknanya adalah memberikan

    “kuasa dan wewenang” kepada pelaku utama dan pe-

    laku usaha serta mendudukkannya sebagai “subyek”

    dalam proses pembangunan pertanian, bukan sebagai

    “obyek”, sehingga setiap orang pelaku utama dan

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    20

    pelaku usaha (laki-laki dan perempuan) mempunyai

    kesempatan yang sama untuk 1). Berpartisipasi; 2).

    Mengakses teknologi, sumberdaya, pasar dan modal;

    3). Melakukan kontrol terhadap setiap pengambilan

    keputusan; dan 4). Memperoleh manfaat dalam setiap

    lini proses dan hasil pembangunan pertanian.

    c. Proses pertukaran informasi timbal-balik antara pe-

    nyuluh dan sasaran (pelaku utama maupun pelaku

    usaha). Proses pertukaran informasi timbal-balik ini

    mengenai berbagai alternatif yang dilakukan dalam

    upaya pemecahan masalah berkaitan dengan per-

    baikan dan pengembangan usahanya.

    Pendidikan dalam penyuluhan pertanian adalah usaha

    untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku

    manusia yang mencakup; a). Perubahan dalam pengeta-

    huan atau hal yang diakui; b). Perubahan dalam keteram-

    pilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu; dan c).

    Perubahan dalam sikap mental.

    1.2.4 Perilaku Petani

    Perilaku petani dicerminkan dalam tindakan sehari-hari

    baik dalam lingkungan seperti keluarga, masyarakat, mau-

    pun lingkungan pekerjaan. Tindakan yang dilakukan seca-

    ra berulang-ulang dan mendarah daging disebut dengan

    perilaku. Kebiasaan ini akan berlangsung terus menerus.

    Perilaku ini juga dapat mempengaruhi cara berpikir petani

    dalam pengelolaan usahatani yang sudah dilakukan sejak

    dahulu kala. Pengelolaan usahatani yang sudah dilakukan

  • Pendahuluan

    21

    sejak dulu itu, dilakukan untuk memenuhi kebutuhan

    sehari-hari. Petani merasa membutuhkan, oleh karena itu

    timbul suatu dorongan atau semacam motivasi yang ada

    di dalam diri mereka.

    Menurut Maslow (1994: 87) dorongan atau kebutuhan

    atau keinginan sebenarnya tidak mungkin tidak akan per-

    nah dikaitkan dengan suatu landasan khusus, tersendiri,

    dan ditempatkan secara jasmaniah. Keinginan yang sebe-

    narnya lebih banyak merupakan kebutuhan orang itu se-

    penuhnya. Setelah motivasi itu timbul maka petani beru-

    saha untuk melakukan pengelolaan usaha tani secara terus

    menerus sehingga menjadi suatu kebiasaan, kebiasaan

    inilah yang menimbulkan perilaku. Melihat kenyataan se-

    perti itulah maka petani khususnya di Indonesia berusaha

    untuk meningkatkan produksi pertanian agar dapat me-

    menuhi kebutuhan bagi hidupnya baik itu kebutuhan

    jasmaniah maupun rohaniah. Melalui peningkatan penge-

    lolaan usahatani mulai dari pembibitan, pengolahan tanah,

    penanaman, pemeliharaan tanaman, pengendalian hama

    penyakit dan pemungutan hasil yang biasa.

    Tidak semua perilaku ditentukan oleh kebutuhan dasar.

    Kita bahkan boleh mengatakan bahwa tidak seluruh peri-

    laku dapat dimotivasi. Terdapat banyak faktor penentu

    perilaku lainnya daripada motivasi saja. Misalnya terdapat

    kelas penentu yang penting lain disebut faktor penentu

    lapangan. Secara teoritis sekurang-kurangnya perilaku di-

    tentukan secara sempurna di lapangan atau bahkan

    dengan dorongan eksternal yang diisolasi secara khusus

    seperti pada penggabungan gagasan atau pemantulan

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    22

    pada kondisi tetentu. Jika dalam kata penggerak terdapat

    istilah meja tanggapan ini tentu saja tidak ada hubungan-

    nya dengan kebutuhan dasar (Heckman dan Hunneryager,

    1992: 45).

    Ilmu-ilmu keperilakuan merupakan percabangan dari

    ilmu-ilmu sosial dalam arti luas. Perbedaan atara ilmu-ilmu

    sosial dengan ilmu keprilakuan hanya terletak pada titik

    tekannya dimana ilmu keprilakuan memfokuskan diri pada

    perilaku manusia, meskipun tidak jarang pembedaan itu

    hanya dilakukan secara gradual saja (Danim, 2000: 15).

    Cara berpikir petani diturunkan dari generasi tua ke

    generasi muda dalam perjalanan sosialisasi primer. De-

    ngan demikian, tercipta model perilaku yang berorientasi

    pada sistem nilai dan diikuti dengan patuh untuk jangka

    waktu lama, meskipun situasi yang menjadi dasarnya su-

    dah lama berubah. Terdapat banyak contoh mengenai

    kelambanan budaya (culture lag). Ini seperti misalnya di

    bidang teknik, tetap berpegang teguh pada pemakaian

    peralatan, metode pengolahan dan bentuk bangunan

    rumah lama meski telah dikenal alat, proses, bentuk baru

    yang secara objektif lebih sesuai dengan tujuan. Kesulitan

    mengubah cara berfikir juga terlihat jika mengambil alih

    suatu pembaharuan, misalnya jenis bibit tertentu yang le-

    bih efisien, tanpa diikuti usaha yang diperlukan untuk

    menjamin keberhasilannya (Planck, 1990: 20).

    Pendidikan dalam penyuluhan pertanian adalah usaha

    untuk menghasilkan perubahan-perubahan pada perilaku

    manusia yang mencakup; a). Perubahan dalam pengeta-

  • Pendahuluan

    23

    huan atau hal yang diakui; b). Perubahan dalam kete-

    rampilan atau kebiasaan dalam melakukan sesuatu; dan c).

    Perubahan dalam sikap mental.

    1.2.5 Sistem Subak

    Sistem irigasi subak adalah sebuah organisasi tradi-

    sional yang berdasarkan konsep Tri Hita Karana yang

    bersumber dari ajaran agama Hindu. Sistem subak adalah

    merupakan salah satu bentuk sistem irigasi yang mampu

    mengakomodasikan dinamika sistem sosio-teknis masya-

    rakat setempat. Air irigasi dikelola dengan prinsip-prinsip

    keadilan, keterbukaan, harmoni dan kebersamaan, melalui

    suatu organisasi yang fleksibel yang sesuai dengan kepen-

    tingan masyarakat. Sementara itu keberadaan artefak pada

    sistem subak dibangun sedemikian rupa sehingga mampu

    mendukung prinsip-prinsip sistem subak. Ini berarti bahwa

    sistem subak pada hakekatnya adalah suatu teknologi

    yang telah membudaya dalam dinamika kehidupan mas-

    yarakat Bali (Windia, dkk, 2015: 6).

    1.2.5.1 Pengertian Subak

    Subak merupakan organisasi tradisional para petani di

    Bali yang terutama bertujuan untuk berbagi tanggung

    jawab dalam pengelolaan irigasi air, dan pola tanam padi

    di sawah. Subak sebagai sistem irigasi yang berbasis pe-

    tani, merupakan lembaga yang bersifat mandiri dan demo-

    kratis. Bangunan utama yang ada dalam subak adalah

    bangunan saluran irigasi. Hal ini sesuai dengan sejarah

    subak. Nama subak berasal dari kata “kasuwakan” atau

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    24

    saluran air. Ada beberapa pendapat para pakar tentang

    pengertian subak yang ada di Bali seperti: Menurut Windia

    (2006: 7), subak merupakan organisasi pengairan tradisio-

    nal di bidang pertanian, yang berdasarkan atas seni dan

    budaya serta diwarisi secara turun temurun oleh masya-

    rakat di Bali. Subak adalah organisasi kemasyarakatan

    yang khusus mengatur sistem pengairan sawah yang

    digunakan dalam bercocok tanam di Bali. Subak biasanya

    memiliki pura yang dinamakan Pura Uluncarik, atau Pura

    Bedugul, yang khusus dibangun oleh para pemilik lahan

    dan petani yang diperuntukkan bagi dewi kemakmuran

    dan kesuburan yaitu Dewi Sri. Sistem pengairan ini diatur

    oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang

    petani di Bali yang disebut dengan Pekaseh.

    Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali No.9 Tahun

    2012, subak adalah organisasi tradisional dibidang tata-

    guna air dan atau tatatanaman ditingkat usahatani pada

    masyarakat adat di Bali yang bersifat sosio-agraris, religius,

    ekonomis yang secara historis terus tumbuh dan berkem-

    bang. Definisi ini ditetapkan oleh Gubernur Bali tanggal 17

    Desember 2012. Menurut Sutawan (2008: 10) memberikan

    beberapa definisi tentang subak, yaitu (1) subak sebagai

    lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius

    terutama bergerak dalam pengelolaan air untuk produksi

    tanaman setahun khususnya padi berdasarkan prinsip Tri

    Hita Karana; (2) subak sebagai sistem irigasi, selain meru-

    pakan sistem fisik juga merupakan sistem sosial. Sistem

    fisik diartikan sebagai lingkungan fisik yang berkaitan erat

    dengan irigasi seperti sumber-sumber air beserta fasilitas

  • Pendahuluan

    25

    irigasi berupa empelan, bendung atau dam, saluran-salu-

    ran air, bangunan bagi, dan sebagainya, sedangkan sistem

    sosial adalah organisasi sosial yang mengelola sistem fisik

    tersebut; (3) subak sebagai organisasi petani pemakai air

    yang sawah-sawah para anggotanya memperoleh air dari

    sumber yang sama dan mempunyai satu atau lebih Pura

    Bedugul, serta mempunyai otonomi penuh baik ke dalam

    (mengurus kepentingan rumah tangganya sendiri), mau-

    pun keluar dalam arti kata bebas mengadakan hubungan

    langsung dengan pihak luar secara mandiri.

    1.2.5.2 Struktur Organisasi Subak

    Menurut Sutawan (2006: 18), Subak sebagai organisasi

    tradisional di Bali memiliki ciri-ciri sebagai berikut. (1)

    mempunyai wilayah berupa areal persawahan dengan ba-

    tas-batas yang jelas; (2) mempunyai krama subak (anggota

    subak). (3) mempunyai prajuru subak (pengurus); (4) mem-

    punyai sumber air irigasi dari sebuah empelan (ben-

    dungan); (5) mempunyai awig-awig (peraturan- peraturan

    dasar); (6) mempunyai otonomi penuh baik ke dalam (me-

    ngurus rumah tangganya sendiri) maupun keluar (bebas

    mengadakan hubungan langsung dengan pihak luar); (7)

    mempunyai satu atau lebih Pura tempat pemujaan Tuhan

    dalam manifestasinya sebagai Dewi Kesuburan. Ketujuh

    ciri yang dimiliki tersebut dapat menjamin tercapainya

    tujuan subak.

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    26

    1.2.5.3 Fungsi Subak

    Pengelolaan subak bertujuan untuk meningkatkan ke-

    sejahteraan kepada para anggotanya. Untuk mewujudkan

    tujuan tersebut pengelola dihadapkan pada fungsi dan

    tugas pokok dalam subak. Fungsi dan tugas yang dilaku-

    kan oleh subak dibagi atas fungsi internal dan eksternal.

    Secara eksternal, subak mempunyai fungsi dan peranan

    yang sangat penting dalam pembangunan pertanian dan

    pedesaan.

    Secara internal, subak mempunyai peranan, fungsi dan

    tugas yang sangat penting dan mutlak bagi kehidupan

    organisasi subak maupun anggota-anggotanya dalam hu-

    bungannya dengan pertanian. Berikut ini diuraikan lima

    fungsi/aktivitas subak menurut Sutawan (2008: 26).

    1) Pencarian dan distribusi air irigasi

    Sutawan (2008: 27-28), membedakan pengertian

    pengalokasian air dan pendistribusian air irigasi.

    Pengalokasian air irigasi adalah kegiatan menja-

    tahkan atau kegiatan memberikan hak pemanfaa-

    tan air yang tersedia kepada setiap anggota subak.

    Pendistribusian air irigasi adalah penyaluran atau

    pemberian jatah air yang telah ditetapkan itu dari

    saluran induk sampai kepada petak sawah tiap

    anggota agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya

    untuk produksi pangan khususnya beras. Hak atas

    air anggota subak ditentukan berdasarkan luas

    sawah yang diukur dengan tektek atau kecoran.

    Secara umum,air irigasi satu tektek diberikan untuk

    sawah seluas antara 30 - 40 are. Satu tektek adalah

  • Pendahuluan

    27

    besarnya air yang mengalir melalui penampang

    dengan lebar sekitar lima cm dan tinggi sekitar satu

    cm. Satu tektek air berarti “satu porsi” air. Hak air

    satu tektek menuntut kontribusi tenaga kerja (aya-

    han) sebanyak satu orang tenaga kerja pada setiap

    kegiatan subak dan kontribusi materi atau uang

    (disebut peturunan) sebesar “satu porsi” (Sutawan,

    2008: 29).

    2) Penggalian dana dan mobilisasi sumberdaya

    Dana subak secara umum sumbernya adalah (1)

    peturunan, yaitu iuran yang dibayar oleh anggota

    subak secara insidental sesuai dengan kebutuhan

    subak. Bentuk peturunan dapat berupa uang atau

    material; (2) dedosan atau denda, yaitu pelaku pe-

    langgaran awig-awig didenda sesuai dengan besar

    kecilnya pelanggaran; (3) sarin tahun, yaitu iuran

    yang dibayar oleh anggota subak setiap habis pa-

    nen padi. Pada umumnya Sarin tahun diberikan

    dalam bentuk gabah yang besarnya sesuai dengan

    luas sawah atau hak atas air; (4) pengoot; dan (5)

    bantuan pemerintah, yaitu pemerintah membantu

    subak dalam merehabilitasi sarana dan prasarana

    (Sudarta, 2002: 38). Dana subak yang terkumpul

    dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan subak, meli-

    puti pemeliharaan dan perbaikan fasilitas air irigasi

    (bendungan, saluran air irigasi dan terowongan),

    pemeliharaan dan perbaikan pura subak, upacara

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    28

    keagamaan, administrasi, rapat-rapat subak, imba-

    lan pengurus subak, dan keperluan-keperluan lain-

    nya (Sutawan, 2008 : 40).

    3) Penanganan persengketaan

    Subak sebagai lembaga irigasi sering mengalami

    konflik terkait dengan air irigasi. Konflik yang dia-

    lami juga dapat bersumber pada batas-batas tanah

    sawah, adanya pepohonan diperbatasan sawah

    yang menaungi sawah orang lain, hewan peliharaan

    yang merusak tanaman orang lain, dan sebagainya

    (Sutawan, 2008: 47). Menurut Sutawan (2008: 48),

    konflik yang tidak dapat diselesaikan secara keke-

    luargaan akan dibawa dalam rapat subak. Umum-

    nya konflik yang terjadi tidak sampai menimbulkan

    benturan fisik dan dapat diselesaikan baik ditingkat

    tempek maupun di tingkat subak.

    4) Penyelenggaraan kegiatan keagamaan

    Salah satu keunikan subak dibandingkan dengan

    organisasi petani pemakai air di luar Bali adalah

    adanya upacara keagamaan dengan frekuensi yang

    cukup tinggi. Upacara keagamaan mengikuti siklus

    kehidupan tanaman, ada yang dilakukan di tingkat

    petani dan adapula di tingkat tempek (Sutawan,

    2008: 40). Menurut Sutawan (2008: 42), upacara

    keagamaan di tingkat petani adalah (1) ngendagin

    (memasukkan air ke sawah); (2) ngurit (saat mena-

    bur benih di pembibitan); (3) nuasen (menanam); (4)

    neduh (saat berumur 35 hari); (5) biyukukung; (6)

    banten panen; (7) mantenin (setelah padi disimpan

  • Pendahuluan

    29

    di gudang). Pada umumnya, upacara keagamaan

    yang dilaksanakan petani di tingkat tempek baik di

    subak-gede maupun non subak-gede adalah (1)

    mendak toya, yaitu upacara pada saat mulai men-

    cari air untuk pertama kalinya sebelum musim ta-

    nan; (2) mebalik sumpah, yaitu upacara yang

    dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar dua

    minggu; (3) merebu, yaitu upacara dilakukan men-

    jelang panen; (4) ngusaba, yaitu upacara yang

    dilaksanakan setelah selesai panen; (5) nangluk

    merana, yaitu upacara yang dilakukan apabila padi

    diserang hama dan penyakit yang dipandang mem-

    bahayakan; (6) pakelem, yaitu upacara yang dilaku-

    kan sewaktu-waktu bergabung dengan subak lain;

    dan (7) odalan, yaitu upacara yang dilakukan di

    berbagai pura yang disungsung oleh subak. Kete-

    rikatan dan kekompakan dalam kelompoktani dika-

    wasan subak tidak semata-mata karena kepenti-

    ngan air irigasi, tetapi disebabkan adanya nilai-nilai

    religius yang berkaitan dengan filosofi dan ditaati

    oleh anggota subak (Sutawan, 2008: 43).

    1.2.5.4 Aspek Sosial Subak

    Subak adalah masyarakat hukum adat di Bali yang

    bersifat sosioagraris-religius, yang secara historis didirikan

    sejak dulu kala dan berkembang terus sebagai organisasi

    penguasa tanah dalam bidang pengaturan air dan lain-

    lain, persawahan dari suatu sumber di dalam suatu daerah.

    Menurut Windia, dkk (2015: 43), aspek sosial sistem subak

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    30

    yang menjadi indikator dari sebuah organisasi agar dapat

    dikategorikan sebagai organisasi sosial terdiri dari:

    1) Tujuan

    Sistem subak sebagai suatu organisasi pada hakekat-

    nya harus memiliki tujuan. Tujuan subak adalah sesuai

    dengan asas-asas yang harus diemban yakni sebuah

    tujuan yang berorintasi pada keadilan dan kebersa-

    maan sesuai dengan nilai Tri Hita Karana yang dianut

    oleh subak. Tujuan-tujuan subak dapat dicapai dengan

    sebuah kesepakatan bersama yang diadakan dalam

    rapat subak. Rapat subak biasanya diadakan menje-

    lang waktu tanam pada suatu musim tertentu. Tujuan

    rapat subak adalah untuk; (1) menentukan waktu ta-

    nam; (2) jenis tanaman; (3) menentukan waktu gotong

    royong perbaikan sarana irigasi; (4) pelaksanaan upa-

    cara; (5) jenis dan jumlah pupuk yang diperlukan; (6)

    masalah denda (Windia dkk, 2015: 45).

    2) Kepercayaan

    Dalam teori modal sosial, ada tiga komponen yang

    harus dipahami, yakni kepercayaan, jaringan kerja dan

    norma. dari ketiga komponen itu, maka komponen

    kepercayaan adalah hal yang paling penting. Kom-

    ponen kepercayaan dalam modal sosial, khususnya

    dalam sistem subak, umumnya berkaitan dengan; (1)

    kepercayaan antar petani; (2) kepercayaan petani ke-

    pada pengurus subak; (3) kepercayaan petani kepada

    Penyuluh Pertanian Lapangan (Windia dkk, 2015: 47).

  • Pendahuluan

    31

    3) Norma

    Norma adalah pedoman tentang perilaku yang diha-

    rapkan atau pantas menurut kelompok masyarakat

    atau biasa disebut dengan peraturan sosial. Norma

    pada dasarnya menunjukkan tentang apa yang baik

    dan yang buruk dalam suatu komunitas tertentu. Pada

    sistem subak, norma dan etika dicantumkan dalam

    peraturan subak yang disebutkan dengan awig-awig

    (peraturan tertulis) dan juga perarem (peraturan yang

    tidak tertuli, namun telah disepakati dalam rapat subak

    (Windia dkk, 2015: 49).

    4) Sanksi

    Sanksi adalah suatu bentuk imbalan atau balasan yang

    diberikan kepada seseorang atas perilakunya. Pada or-

    ganisasi subak, sangsi diatur dalam awig-awig atau

    perarem berdasarkan kesepakatan atau konsensus.

    Dalam organisasi subak yang paling banyak diatur

    dalam pengelolaannya adalah sanksi negatif kepada

    anggotanya yang melanggar kesepakatan subak.

    Sanksi diberikan kepada anggota subak apabila tidak

    ikut dalam rapat subak, tidak mengikuti pola tanam

    dan tidak melaksanakan upacara agama di subak. San-

    ksi biasanya berupa uang dan sangsi sosial yaitu

    melaksanakan upacara agama di subak (Windia dkk,

    2015: 50).

    5) Wilayah

    Wilayah sebagai suatu sub sistem dari sitem sosial

    mempunyai arti yang sangat penting bagi kelang-

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    32

    sungan hidup suatu sistem sosial. Demikian pula su-

    bak-subak di Bali, masing-masing mempunyai wilayah

    dengan batasbatas alamiah yang jelas seperti gunung,

    hutan, jurang, sungai dan desa. wilayah subak disebut

    dengan palemahan sebagai suatu keserasian hubu-

    ngan timbal balik antara manusia dengan lingku-

    ngannya (Windia dkk, 2015: 53). Subak adalah suatu

    organisasi yang sekaligus memiliki nilai-nilai sehingga

    dapat disebut sebagai suatu lembaga. Nilai adalah

    sesuatu yang berharga dan dapat digunakan sebagai

    pegangan hidup pada masa yang akan datang. Nilai

    yang dimiliki subak di Bali adalah Tri Hita Karana

    (Windia dkk, 2015: 55). Ciri khas Subak terdapat dalam

    hal pelaksanaan kegiatan ritual keagamaan yang sa-

    ngat padat. Fungsi utama Subak adalah pengelolaan

    air untuk memproduksi pangan, khususnya beras,

    yang merupakan makanan pokok utama bagi orang

    Bali, seperti halnya juga kebanyakan penduduk Asia.

    Sebagai lembaga adat, Subak berlandaskan pula

    falsafah Tri Hita Karana, yaitu hubungan yang serasi,

    selaras, dan seimbang antara manusia dengan ma-

    nusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan

    Tuhannya.

    6) Tri Hita Karana dalam Subak

    Suasana hidup yang menginginkan harmoni dan ke-

    bersamaan adalah keinginan umat manusia yang uni-

    versal. Konsep hidup seperti ini akhirnya dikristalkan

    melalui proses induktif oleh para pemikir atau pemuka

    masyarakat, sampai akhirnya dimunculkan istilah Tri

  • Pendahuluan

    33

    Hita Karana (THK). Secara terminalogis Tri Hita Karana

    berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri atas kata

    Tri + Hita + Karana yang berarti tiga hal yang me-

    nyebabkan terjadinya kesejahteraan atau kebahagia-

    an. Adapun yang dimaksud dengan tiga penyebab

    tersebut yaitu hubungan harmonis antara manusia

    dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (parhyangan),

    manusia dengan manusia (pawongan) dan manusia

    dengan alam (palemahan). Hal inilah yang harus dan

    wajib dilakukan oleh manusia, karena manusialah yang

    paling utama mendapatkan manfaat jika Tri Hita Ka-

    rana itu teraplikasi dengan baik. Oleh sebab itu, ber-

    hasil atau gagalnya penerapan ajaran Tri Hita Karana

    tergantung pada manusia (Windia, 2005: 61).

    1.3 Teori

    Sebuah teori digunakan dalam suatu penelitian akan

    memberikan gambaran bahwa pandangan atau paradig-

    ma penyusunan definisi berpengaruh terhadap konsep

    dasar teorinya (Moleong, 2004: 34). Snelbecker (1974)

    dalam Meleong, 2004: 35) mendefinisikan teori sebagai

    perangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yai-

    tu yang mengikuti aturan tertentu dapat dihubungkan

    secara logis satu dengan yang lainnya dengan data dasar

    yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk

    meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati.

    Pada bagian ini akan dibahas beberapa teori yang men-

    dukung penelitian ini. Teori-teori dimaksud dipaparkan

    sebagai berikut.

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    34

    1.3.1 Teori Difusi Inovasi

    Penyampaian suatu pesan untuk mempengaruhi mas-

    yarakat dalam pelaksanaan pembangunan umunya meng-

    gunakan teori Difusi Inovasi. Teori Difusi Inovasi dikemuka-

    kan oleh Rogers (Dilla, 2007: 53) yang mendefinisikan

    difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomuni-

    kasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu ter-

    tentu maka akan mampu mempengaruhi para anggota

    suatu sistem sosial.

    Penerapan difusi inovasi perlu memperhatikan teknik

    komunikasi yang digunakan, cara pendekatan kepada sa-

    saran, saluran yang dipergunakan dan materi yang disam-

    paikan. Sehingga proses penyampaian atau penyebaran

    pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada

    khalayak guna merubah perilakunya. Teori difusi inovasi ini

    digunakan untuk menentukan variabel strategi komunikasi

    yang digunakan penyuluh pertanian lapangan dalam me-

    nyampaikan pesan atau informasi kepada petani petani

    jahe di Subak Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan Tegal-

    lalang, Kabupten Gianyar.

    1.3.2 Teori S-O-R

    Teori S-O-R (Stimulus Organism Respon) yang dike-

    mukakan oleh Houland, et. al pada tahun 1953 dalam

    Efendy (2003: 253), menjelaskan unsur penting dalam

    model komunikasi S-O-R itu ada tiga yaitu : Pesan ( Sti-

    mulus, S), Komunikan (Organims, O) dan Efek (Response,

    R). Artinya pesan yang disampaikan oleh komunikator pa-

  • Pendahuluan

    35

    da dasarnya untuk menggerakkan dan merubah sikap/-

    perilaku khalayak sasaran untuk bertindak sesuai yang

    diharapkan komunikator.

    Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2005: 106), mem-

    bagi perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau

    kawasan yakni : 1) kognitif (pengetahuan), 2) afektif (sikap),

    3) psikomotorik (perilaku).

    Teori ini digunakan untuk menentukan variabel peri-

    laku petani jahe di Subak Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan

    Tegallalang, Kabupaten Gianyar.

    1.4 Model Penelitian

    Tujuan penyuluhan pertanian adalah untuk mening-

    katkan cara berusahatani yang baik dan menguntungkan,

    menaikkan taraf kehidupan dan kesejahteraan petani, pe-

    nanganan kegiatan penyuluhan pertanian akan melibatkan

    kegiatan penyuluh dan kegiatan masyarakat tani yang me-

    merlukan penyuluhan. Peranan penyuluh pertanian adalah

    membantu petani membentuk pendapat yang tepat dan

    membuat keputusan yang baik dengan cara berkomu-

    nikasi dan memberikan informasi yang mereka perlukan

    dan juga dapat membantu petani menemukan mengem-

    bangkan dan mengevaluasi informasi yang relevan untuk

    memecahkan masalah yang dihadapi oleh petani.

    Keberhasilan penyuluhan ditentukan oleh strategi ko-

    munikasi yang diterapkan oleh penyuluh. Strategi komu-

    nikasi yang dimaksud adalah teknik komunikasi yang dila-

    kukan penyuluh, cara pendekatan yang dilakukan penyu-

    luh kepada sasaran, saluran yang digunakan penyuluh, dan

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    36

    materi yang disampaikan oleh penyuluh. Strategi komuni-

    kasi pembangunan akan berdampak positif apabila tujuan

    program pembangunan dapat tercapai dan perubahan pe-

    rilaku khalayak sasaran sebagai tujuan akhir dapat diamati

    dan diukur. Strategi komunikasi yang diterapkan oleh pe-

    nyuluh diharapkan mampu mempengaruhi perilaku pe-

    tani. Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah model pendekatan diagrametik dapat dilihat pada

    gambar 1.1.

    Gambar 1.1 Model Penelitian

    Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian dengan Perilaku Petani

    Jahe di Subak Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan Tegallalang Kabupaten

    Gianyar

  • Pendahuluan

    37

    Hipotesis penelitian:

    Adanya hubungan positif antara strategi komunikasi

    penyuluh pertanian terhadap perilaku petani jahe di Subak

    Sarwa Ada Desa Taro, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten

    Gianyar.

    1.5 Populasi dan Sampel Penelitian

    Dalam suatu penelitian, data yang dipakai belum tentu

    merupakan keseluruhan dari suatu populasi. Hal ini patut

    dimengerti, karena adanya beberapa kendala, termasuk di-

    antaranya biaya, waktu, tenaga dan heterogenitas atau

    homogenitas dari elemen populasi tersebut. Dengan de-

    mikian, peneliti menggunankan sampel yang merupakan

    bagian dari populasi untuk dipakai dalam penelitian. Me-

    nurut Sugiyono (2011: 117), populasi adalah keseluruhan

    unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Sedangkan sam-

    pel merupakan cuplikan atau bagian kecil yang ditarik dari

    populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pe-

    tani jahe gajah yang ada di Subak Sarwa Ada Desa Taro

    Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar yaitu sebanyak

    sebanyak 187 petani.

    Sampel adalah sebagian dari anggota populasi yang

    terpilih sebagai objek pengamatan. Penentuan sampel

    anggota gapoktan menggunakan teknik Proporsional Ran-

    dom Sampling, yaitu pengambilan sampel yang dilakukan

    dengan cara mengacak sampel tanpa memperhatikan stra-

    ta yang ada dalam populasi. Jumlah sampel ditentukan

    berdasarkan pendekatan Slovin dengan tingkat kesalahan

    sebesar 10% (Sugiyono, 2011: 87).

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    38

    N

    n = ……………..

    1 + N. e2

    Keterangan:

    n = jumlah sampel

    N = ukuran populasi

    e = persen kesalahan yang diinginkan (sebesar 10%)

    𝑛 = 187

    1 + (187𝑥10%2)= 65,15 = 66 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑛𝑖

    Berdasarkan pendekatan Slovin maka jumlah sampel

    yang diperoleh adalah sebesar n = 65,15 dibulatkan men-

    jadi 66 orang.

    1.6 Metode Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan

    dengan menggunakan metode:

    1.6.1 Wawancara (interview), menurut Sugiyono (2011:317)

    yaitu metode pengumpulan data melalui wawancara

    kepada responden secara langsung dengan daftar

    pertanyaan atau kuisioner yang telah dipersiapkan

    terlebih dahulu.

    1.6.2 Studi Pustaka, studi pustaka yaitu teknik pengum-

    pulan data dengan cara mengumpulkan sumber data

    dari laporan penelitian, buku-buku ilmiah, artikel, dan

    juga situs web yang berhubungan dengan penelitian.

    Menurut Sugiyono (2013: 224), teknik pengumpulan

  • Pendahuluan

    39

    data merupakan langkah yang paling strategis dalam

    penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ada-

    lah mendapatkan data.

    1.6.3 Kuisioner (angket), menurut Sugiyono (2013: 137)

    Kuisioner (angket) merupakan teknik pengumpulan

    data yang dilakukan dengan cara memberi sepe-

    rangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

    responden untuk dijawabnya.

    1.7 Variabel Penelitian

    Sugiyono, (2014: 59) mengatakan bahwa variabel pe-

    nelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

    obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

    yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

    kesimpulannya. Operasional variabel penelitian berarti

    menjabarkan variabel/sub-variabel menjadi konsep, di-

    mensi, indikator, dan lain-lain untuk memperoleh nilai

    variabel penelitian. Sehubungan dengan penelitian me-

    ngenai hubungan strategi komunikasi penyuluh pertanian

    dengan perilaku petani jahe di Subak Sarwa Ada Desa Ta-

    ro, Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar maka iden-

    tifikasi variabel penelitian dapat dilihat melalui Tabel 3.1.

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    40

    Tabel 1.1

    Variabel, indikator dan pengukuran hubungan strategi komunikasi penyuluh

    pertanian dengan perilaku petani jahe di Subak Sarwa Ada Desa Taro,

    Kecamatan Tegallalang Kabupaten Gianyar

    Variabel Indikator Pengukuran

    Strategi Komunikasi Teknik komunikasi Skor

    Pendekatan kepada sasaran Skor

    Saluran Skor

    Materi Skor

    Perilaku Pengetahuan Skor

    Sikap Skor

    Keterampilan Skor

    1.8 Metode Analisis Data

    Menurut Sugiyono (2014: 428) mengatakan bahwa

    analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

    sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, cata-

    tan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorga-

    nisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam

    unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,

    memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan

    membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

    sendiri maupun orang lain.

  • Pendahuluan

    41

    Teknik Pengolahan Data

    Data yang diperoleh di lapangan diolah secara tabulasi

    dan uraian dijelaskan secara deskriptif yaitu dengan me-

    maparkan hasil yang didapat dalam bentuk uraian yang

    sistematis pada pembahasan. Untuk menjawab tujuan per-

    tama yaitu mengukur strategi komunikasi yang digunakan

    penyuluh pertanian dalam menyampaikan informasi kepa-

    da petani di Subak Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan Tegal

    lalang, Kabupaten Gianyar dilakukan dengan penghitu-

    ngan skor. Indikator yang digunakan terdiri dari teknik

    penyampaian, pendekatan kepada sasaran, saluran dan

    materi. Setiap indikator diukur melalui 3 pertanyaan, setiap

    pertanyaan diberi skor 3 untuk kriteria tinggi, skor 2 untuk

    kriteria sedang dan skor 1 untuk kriteria rendah. Menurut

    Sugiyono, (2009 : 336) rumus yang digunakan untuk mem-

    buat interval kelas adalah sebagai berikut:

    NR = NST-NSR

    PI = NR : JIK

    Dimana:

    NR = Nilai Range

    NST = Nilai Skor Tertinggi

    NSR = Nilai Skor Terendah

    PI = Panjang Interval

    JIK = Jumlah Interval Kelas

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    42

    Diketahui:

    NST = 36 ( 4 indikator x 3 pertanyaan x bobot

    pertanyaan (3))

    NSR = 12 ( 4 indikator x 3 pertanyaan x bobot

    pertanyaan (1))

    JIK = 3

    Maka perhitungannya:

    NR = NST – NSR PI = NR : JIK

    = 36 – 12 = 24 : 3

    = 24 = 8

    Setiap indikator pengukuran, hasil skor yang didapat

    ditampilkan dalam bentuk rata-rata skor 3 tinggi, skor 2

    sedang, skor 1 rendah. Perhitungan untuk membuat inter-

    val kelas untuk tiap indikator adalah sebagai berikut:

    Diketahui:

    NST = 9 (3 pertanyaan x bobot pertanyaan (3))

    NSR = 3 (3 pertanyaan x bobot pertanyaan (1))

    JIK = 3

    Maka perhitungannya:

    NR = NST - NSR PI = NR : JIK

    = 9 – 3 = 6 : 3

    = 6 = 2

  • Pendahuluan

    43

    Perhitungan untuk membuat interval kelas untuk tiap

    pertanyaan adalah sebagai berikut:

    Diketahui:

    NST = 3 (satu pertanyaan x bobot pertanyaan (3))

    NSR = 1 (satu pertanyaan x bobot pertanyaan (1))

    JIK = 3

    Maka perhitungannya:

    NR = NST – NSR PI = NR : JIK

    = 3 – 1 = 2 : 3

    = 2 = 0,67

    Berdasarkan perhitungan di atas maka nilai indikator

    digolongkan berdasarkan interval kelas. Adapun perhitu-

    ngan interval kelas beserta kriterianya dapat dilihat pada

    tabel 1.2 sebagai berikut:

    Tabel 1.2 Nilai interval kelas per indikator

    strategi komunikasi penyuluhan pertanian

    Sumber :Sugiyono (2009 : 231)

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    44

    Adapun untuk menjawab tujuan kedua yaitu mengukur

    perilaku petani jahe di Subak Sarwa Ada Desa Taro Keca-

    matan Tegalalang, Kabupaten Gianyar dilakukan dengan

    penghitungan skor meliputi pengetahuan, sikap dan kete-

    rampilan yang masing-masing komponen tersebut terdiri

    dari 6 indikator yang digunakan terdiri pembibitan, pengo-

    lahan tanah, penanaman, pemupukan, pengendalian hama

    dan penyakit serta panen. Setiap indikator diukur melalui

    2 pertanyaan, setiap pertanyaan diberi skor 3 untuk kriteria

    tinggi, skor 2 untuk kriteria sedang dan skor 1 untuk kri-

    teria rendah. Rumus yang digunakan untuk membuat in-

    terval kelas adalah sebagai berikut:

    NR = NST-NSR

    PI = NR : JIK

    Dimana:

    NR = Nilai Range

    NST = Nilai Skor Tertinggi

    NSR = Nilai Skor Terendah

    PI = Panjang Interval

    JIK = Jumlah Interval Kelas

    Diketahui:

    NST = 42 ( 7 indikator x 2 pertanyaan x bobot pertanyaan

    (3))

    NSR = 14 ( 7 indikator x 2 pertanyaan x bobot pertanyaan

    (1))

    JIK = 3

  • Pendahuluan

    45

    Maka perhitungannya:

    NR = NST - NSR PI = NR : JIK

    = 42 - 14 = 28 : 3

    = 28 = 9,3

    Setiap indikator pengukuran, hasil skor yang didapat

    ditampilkan dalam bentuk rata-rata skor 3 tinggi, skor 2

    sedang, skor 1 rendah. Perhitungan untuk membuat inter-

    val kelas untuk tiap indikator adalah sebagai berikut:

    Diketahui :

    NST = 6 (2 pertanyaan x bobot pertanyaan (3))

    NSR = 2 (2 pertanyaan x bobot pertanyaan (1))

    JIK = 3

    Maka perhitungannya :

    NR = NST – NSR PI = NR : JIK

    = 6 – 2 = 4 : 3

    = 4 = 1,33

    Perhitungan untuk membuat interval kelas untuk tiap

    pertanyaan adalah sebagai berikut:

    Diketahui:

    NST = 3 (satu pertanyaan x bobot pertanyaan (3))

    NSR = 1 (satu pertanyaan x bobot pertanyaan (1))

    JIK = 3

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    46

    Maka perhitungannya:

    NR = NST – NSR PI = NR : JIK

    = 3 – 1 = 2 : 3

    = 2 = 0,67

    Berdasarkan perhitungan di atas maka nilai indikator

    digolongkan berdasarkan interval kelas. Adapun

    perhitungan interval kelas beserta kriterianya dapat dilihat

    1.3 pada tabel sebagai berikut:

    Tabel 1.3 Nilai interval kelas per indikator

    untuk pengetahuan, sikap dan keterampilan

    Sumber :Sugiyono (2009: 231)

    Nilai interval dan kriteria interval kelas untuk penge-

    tahuan sikap dan keterampilan sama seperti Tabel 3. Untuk

    mencari nilai perilaku, maka skor dari pengetahuan, sikap

    dan keterampilan untuk sikap setiap individu dijumlahkan.

    Hasil penjumlahan tersebut di golongkan berdasarkan in-

    terval kelasnya. Perhitungan untuk membuat interval peri-

    laku adalah sebagai berikut:

  • Pendahuluan

    47

    Diketahui:

    NST = (42 + 42 + 42) = 126 (NST pengetahuan + sikap +

    keterampilan)

    NSR = (14 + 14 + 14) = 56 (NSR pengetahuan + sikap +

    keterampilan)

    Sehingga:

    NR = NST – NSR PI = NR : JIK

    = 126 – 56 = 70 : 3

    = 70 = 23,33

    Berdasarkan perhitunngan, maka nilai interval kelas un-

    tuk perilaku dapat dillihat pada Tabel 1.4 sebagai berikut:

    Tabel 1.4 Nilai interval dan kriteria interval kelas untuk perilaku

    NO Nilai Interval Kelas Kriteria

    1 56 ≤ x ≤ 79,33 Rendah

    2 79,33 ≤ x ≤ 102,66 Sedang

    3 102,66 ≤ x ≤ 126 Tinggi

    Sumber : Dimyati (2013 : 103)

    Analisis Hubungan Strategi Penyuluh terhadap Peri-

    laku Petani

    Untuk menjawab tujuan ketiga yaitu menganalisis hu-

    bungan antara strategi komunikasi yang digunakan pe-

    nyuluh pertanian lapangan terhadap perilaku petani jahe

    di Subak Sarwa Ada Desa Taro Kecamatan Tegalalang

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    48

    Kabupaten Gianyar maka dilakukan dengan uji korelasi

    Peringkat Spearman (rs) menggunakan aplikasi SPSS versi

    20 sebagai berikut (Sugiyono, 2009 : 356).

    Ho: Kedua variabel bebas

    Ha: Ada korelasi antara kedua variabel

    Bila terdapat angka yang sama dalam pemberian pe-

    ringkat dianjurkan menggunakan rumus :

    Dimana:

    Rs : koefisien kolerasi peringkat spearman

    di : selisih antara xi dan yi

    n : jumlah sample

    Tx : jumlah variable x yang sama

    Ty : jumlah variable y yang sama

  • Pendahuluan

    49

    Data yang digunakan dalam korelasi parsial biasanya

    memiliki skala interval atau rasio. Berikut adalah pedoman

    untuk memberikan interpretasi serta analisis bagi koefisien

    korelasi menurut Sugiyono (2009 : 358):

    0,00 sampai 0,19 artinya: sangat rendah

    0,20 sampai 0,39 artinya: rendah

    0,40 sampai 0,59 artinya: sedang

    0,60 sampai 0,79 artinya: kuat

    0,80 sampai 1,00 artinya: sangat kuat

    Kaidah keputusan:

    rs hitung > rs α (n) = Tolak Ho

    rs hitung ≤ rs α (n) = Terima Ho dimana α = 0,05

    Artinya:

    Terima Ho : Artinya tidak terdapat hubungan antara stra-

    tegi Komunikasi Penyuluh Pertanian Terha-

    dap Perilaku Petani Jahe di Subak Sarwa Ada

    Desa Taro Kecamatan Tegalalan, Kabupaten

    Gianyar.

    Tolak Ho : Artinya terdapat hubungan antara strategi

    Komunikasi Penyuluh Pertanian Terhadap Pe-

    rilaku Petani Jahe di Subak Sarwa Ada Desa

    Taro Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianyar.

    ۩۩۩

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    50

  • Gambaran Umum Daerah Penelitian

    51

    GAMBARAN UMUM

    DAERAH PENELITIAN

    2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Kabupaten Gianyar merupakan salah satu dari sem-

    bilan kabupaten atau kodya di Provinsi Bali. Kabupaten

    Gianyar terletak antara 080 18’48” s.d 080 38’58’ Lintang

    Selatan dan 1150 13’29” s.d 1150 22’23” Bujur Timur. Ber-

    batasan dengan Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar

    di sebelah barat, Kabupaten Bangli di sebelah utara, dan

    Samudra Indonesia di sebelah selatan.

    Desa Taro merupakan salah satu dari 63 desa yang ada

    di Kabupaten Gianyar dan berada di wilayah Kecamatan

    Tegallalang. Desa Taro berbatasan dengan Kecamatan Pa-

    yangan disebelah barat, Kecamatan Ubud disebelah sela-

    tan, Kabupaten Bangli disebelah utara, dan Kecamatan

    Tampaksiring disebelah timur. Tempat penelitian ini ber-

    tempat di Banjar Tebuana Desa (Taro Profil Pembangunan

    BAB II

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    52

    Desa Taro, 2017: 29). Tempat penelitian ini berbatasan

    dengan batas wilayah yaitu:

    Sebelah Utara : Br. Belong

    Sebelah Timur : Br. Let

    Sebelah Selatan : Br. Puakan

    Sebelah Barat : Br. Sengkaduan

    2.1.1 Luas Wilayah dan Topografi Desa Taro

    Luas Kabupaten Gianyar adalah 36.800 ha (6,53%) dari

    luas Pulau Bali secara keseluruhan. Secara administrative

    terbagi dalam tujuh kecamatan. Salah satunya adalah Ke-

    camatan Tegallalang. Kecamatan Tegallalang ada seba-

    nyak enam kelurahan, Kecamatan Gianyar ada lima kelura-

    han, dan di Ubud ada satu kelurahan, sehingga total desa

    dan kelurahan ada 69 di Kabupaten Gianyar. Banjar dinas

    atau dusun ada sebanyak 495.

    Terdapat 12 buah sungai melintasi wilayah Gianyar. Se-

    bagian besar air sungai dimanfaatkan sebagai irigasi per-

    sawahan. Proporsi penggunaan lahan meliputi lahan sa-

    wah 14.878 ha, tanah kering 21.738 ha, dan tanah lainnya

    berupa rawa/tambak, luasnya 184 ha (Badan Pusat Statistik

    Kabupaten Gianyar, 2017).

    Tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Gianyar, salah

    satunya adalah Kecamatan Tegallalang. Luas wilayah Keca-

    matan Tegallalang adalah 61,8 km2 (11,52%). Luas wilayah

    Desa Taro yang merupakan salah satu desa yang terletak

    di Kecamatan Tegallalang terdiri atas 11 banjar dinas dan

    14 desa pekraman yaitu:

    54

  • Gambaran Umum Daerah Penelitian

    53

    1. Banjar dinas dan Desa Pekraman Taro Kaja

    2. Banjar dinas dan Desa Pekraman Taro Kelod

    3. Banjar dinas dan Desa Pekraman Let

    4. Banjar dinas dan Desa Pekraman Ked

    5. Banjar dinas dan Desa Pekraman Tatag

    6. Banjar dinas dan Desa Pekraman Paku Seba

    7. Banjar dinas dan Desa Pekraman Puakan

    8. Banjar dinas dan Desa Pekraman Alas Pujung

    9. Banjar dinas dan Desa Pekraman Belong

    10. Banjar dinas dan Desa Pekraman Patas

    11. Banjar dinas dan Desa Pekraman Pisang Kaja

    12. Banjar dinas dan Desa Pekraman Pisang Kaja

    13. Banjar dinas dan Desa Pekraman Sangkaduan

    14. Banjar dinas dan Desa Pekraman Tebuana

    Kabupaten Gianyar terletak pada ketinggian 100 s.d

    500 m dari permukaan laut. Kecamatan Tegallalang ter-

    letak pada ketinggian 250 s.d 950 m dari permukaan laut.

    Desa Taro terletak pada ketinggian ± 600 s.d 950 m di atas

    permukaan laut. Desa Taro juga memiliki potensi pariwi-

    sata apabila dikelola dengan baik yang akan memberikan

    dampak positif. Desa Taro memiliki potensi alam yang

    sangat sejuk dan menarik bagi para pelaku pariwisata dan

    wisatawan yang datang ke Desa Taro (Desa Taro, 2017: 24).

    2.1.2 Orbitasi Wilayah Desa Taro

    Jarak Desa Taro ke ibukota kecamatan ± 12 km dan

    lama tempuh perjalanan kurang dari 25 menit, jarak tem-

    puh dari Desa Taro ke Ibukota Kabupaten Gianyar ± 33 km

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    54

    dan lama tempuh perjalanan lebih kurang 45 menit, se-

    dangkan ke Ibukota Provinsi ± 45 km dan lama waktu

    tempuh perjalanan lebih kurang satu jam yang dapat di-

    jangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat

    serta dengan kondisi jalan yang cukup baik (Desa Taro,

    2017: 25).

    2.1.3 Iklim Wilayah Desa Taro

    Desa Taro beriklim tropis dengan curah hujan berkisar

    antara 200 s.d 250 mm. Musim hujan selama setahun ter-

    jadi enam bulan dan musim kering selama setahun terjadi

    selama enam bulan. Suhu rata-rata harian berkisar 250 s.d

    300 C sehingga suhu di Desa Taro cukup dingin (Desa Taro,

    2017: 27).

    2.1.4 Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan Desa Taro

    Luas keseluruhan pengunaan lahan di Desa Taro adalah

    1.289,00 ha. Sebagian besar lahan di Desa Taro diman-

    faatkan untuk kegiatan pertanian yaitu hampir 93% dari

    luas keseluruhan seluas 1.197,00 ha. Sebaran mengenai

    luas lahan menurut penggunaan lahan di Desa Taro tahun

    2017 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

  • Gambaran Umum Daerah Penelitian

    55

    Tabel 2.1

    Luas wilayah dan penggunaan lahan di Desa Taro tahun 2017

    No Penggunaan lahan Luas (ha) (%)

    1 Sawah 247,00 20

    2 Lahan pertanian (perkebunan) 950,00 73

    3 Lahan bukan pertanian 92,00 7

    Jumlah 1.289,00 100 Sumber: Profil Pembangunan Desa Taro (2017: 29).

    Pata Tabel 2.1 dapat diketahui bahwa pemanfaatan la-

    han pertanian di Desa Taro terbagi menjadi dua kategori

    yaitu persawahan seluas 247,00 ha (20%) dan lahan per-

    tanian (perkebunan) seluas 950 ha (73%). Selain peng-

    gunaan lahan untuk pertanian, di Desa Taro juga terdapat

    lahan bukan pertanian seluas 92,00 ha (7%) (Desa Taro,

    2017: 29).

    2.1.5 Kondisi Ekonomi di Desa Taro

    Desa Taro merupakan salah satu desa di Kabupaten

    Gianyar yang berbatasan dengan Kecamatan Kintamani,

    Kabupaten Bangli yang memiliki potensi besar untuk

    pengembangan pertanian secara luas. Adapun kondisi

    ekonomi pertanian Desa Taro sebagai berikut (Desa Taro,

    2017: 30).

    1. Wilayah Desa Taro yang merupakan tanah sawah men-

    capai 247 ha.

    2. Pada sektor pertanian dihasilkan beberapa jenis ko-

    moditi padi gogo, jagung, kacang tanah, cabai, dan

    buah-buahan.

  • Hubungan Strategi Komunikasi Penyuluh Pertanian Dengan Perilaku Petani Jahe

    56

    3. Sektor perkebunan meliputi tanaman jeruk, kopi, ke-

    lapa, cengkeh, dan jahe.

    4. Sektor peternakan meliputi babi, sapi, ayam, dan itik.

    5. Sektor perikanan meliputi perikanan air tawar seperti

    mujair, nila, dan karper.

    6. Sektor kehutanan meliputi hutan rakyat, hutan perlin-

    dungan jurang dan hutan milik desa adat. Beberapa

    jenis kayu yang dapat tumbuh dan berkembang de-

    ngan baik di wilayah hutan Desa Taro meliputi kayu

    mahoni, jati, kajimas, jempinis, dan beberapa jenis ka-

    yu langka yang tumbuh di areal hutan desa adat.

    7. Sektor industri yang berkembang di Desa Taro adalah

    industri kerajinan bambu, ukir, lukis, dan anyaman (De-

    sa Taro 2017: 30).

    2.1.6 Jumlah dan Komposisi Penduduk Desa Taro

    Menurut Badan Pusat Statistik (2017: 94), pengelom-

    pokan usia penduduk dikelompokan menjadi tiga yaitu

    penduduk usia belum produktif, penduduk usia produktif,

    dan penduduk usia tidak produktif. Penduduk usia belum

    produktif yaitu penduduk yang berusia di bawah 15 tahun.

    Penduduk usia produktif yaitu penduduk yang berusia

    antara 15 tahun sampai 64 tahun. Penduduk usia tidak

    produktif yaitu penduduk yang berusia di atas 65 tahun.

    Sebaran mengenai jumlah penduduk Desa Taro menurut

    kelompok umur dan jenis kelamin tahun 2017 dapat di-

    lahat pada Tabel 2.2.

  • Gambaran Umum Daerah Penelitian

    57

    Tabel 2.2

    Jumlah penduduk Desa Taro menurut kelompok umur

    dan jenis kelamin tahun 2017

    No Golongan umur

    (tahun)

    Jenis kelamin (orang) Jumlah

    Laki – laki Perempuan (orang) (%)