hubungan pengelolaan sampah rumah tangga...

128
HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA TERHADAP DAYA TARIK VEKTOR MUSCA DOMESTICA (LALAT RUMAH) DENGAN RISIKO DIARE PADA BADUTA DI KELURAHAN CIPUTAT TAHUN 2014 SKRIPSI Disusun Oleh : Kotrun Nida 1110101000025 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 1435 H/2014 M

Upload: truongminh

Post on 08-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA TERHADAP

DAYA TARIK VEKTOR MUSCA DOMESTICA (LALAT RUMAH)

DENGAN RISIKO DIARE PADA BADUTA DI KELURAHAN CIPUTAT

TAHUN 2014

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Kotrun Nida

1110101000025

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 1435 H/2014 M

Page 2: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor
Page 3: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

i

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, Agustus 2014

KOTRUN NIDA, NIM:1110101000025

HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA TERHADAP

DAYA TARIK VEKTOR MUSCA DOMESTICA (LALAT RUMAH)

DENGAN RISIKO DIARE PADA BADUTA DI KELURAHAN CIPUTAT

TAHUN 2014

(xix + 118 halaman, 17 tabel, 4 gambar, 4 bagan, 4 diagram, 5 lampiran)

ABSTRAK

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah penyebab

nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Diare masih menempati 10 besar

penyakit terbanyak di Kecamatan Ciputat dari data Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan. Timbunan sampah yang terdapat di Kecamatan Ciputat berada

di urutan ketiga tinggi bila dibandingkan dengan kecamatan lain. Volume sampah

yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti di rumah tangga dapat meningkat

terus sehingga terjadi penumpukan sampah. Penumpukkan sampah perlu diteliti

untuk melihat hubungan daya tarik vektor Musca domestica dengan risiko diare.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross

sectional yang dilakukan sejak bulan Juni tahun 2014 di Kelurahan Ciputat.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik stratified random

sampling dengan jumlah sampel 90 baduta dan menggunakan analisis univariat,

dan bivariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 25 baduta (28 %) yang

mengalami risiko diare dan terdapat hubungan antara pengumpulan sampah dengan resiko diare pada baduta (p value 0,035). Variabel lain yang berhubungan

dengan resiko diare adalah hubungan penyimpanan sampah dengan risiko diare

pada baduta (p value 0,010). Sedangkan dalam penelitian ini tidak dapat

dibuktikan hubungan antara jarak tempat sampah dengan risiko diare dan daya

tarik vektor Musca domestica dengan risiko diare. Untuk mengurangi risiko diare

dapat dilakukan dengan membuat dan menjalankan program bank sampah. Hal ini

sebagai upaya mengurangi volume penumpukkan sampah sehingga sampah dapat

di kelola dengan baik dan memberi manfaat bagi masyarakat.

Kata Kunci : Diare, Musca domestica (lalat rumah) dan sampah.

Referensi : 49 (1983-2013)

Page 4: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

ii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH

MAJOR OF ENVIRONMENTAL HEALTH

Under Graduated Thesis, August 2014

Kotrun Nida, NIM 1110101000025

THE RELATIONSHIP HOUSEHOLD WASTE MANAGEMENT OF

VECTOR ATTRACTION MUSCA DOMESTICA (FLY HOUSE) WITH

RISK OF DIARRHEA IN CHILDREN IN WARD CIPUTAT 2014

(xix + 118 pages, 17 tables, 4 pictures, 4 charts, 4 diagrams, 5 attachments)

ABSTRACT

According to data from the World Health Organization (WHO), diarrhea is

the number one cause of infant mortality in the world. Diarrhea still occupies the

top 10 most prevalent diseases in the Ciputat Sub-district based on the data from

Health Office of South Tangerang Municipality. The contained waste in the

Ciputat Sub-district was the third high rank compared with other sub-district. The

volume of waste generated from human activities such as household are

increasing and resulting in the accumulation of garbage. Waste dump needs to be

examined to know the relationship Musca domestica vector fascination with the

risk of diarrhea. This research was a quantitative study using cross-sectional

design. It was conducted in June 2014 in Ciputat Village. The sampling method

was stratified random sampling with a sample size of 90 infants. The data was

analyzed using univariate and bivariate analysis.

The results showed that there were 25 infants (28%) who had the risk of

diarrhea. There was a relationship between garbage collection with the risk of

diarrhea in infants (p value 0.035). Other variable associated with the risk of

diarrhea was garbage storage relationship (p value 0.010). This study could not

prove a relationship between the distance bins and vector Musca domestica

fascination with the risk of diarrhea. The risk of diarrhea can be decreased by

initiate and implement the gabarge bank program. It can reduce and manage the

garbage volume. Also, the garbage bank program can give some benefit for

people.

Keyword : Diarrhea, Musca domestica (fly house) and garbage

Reference : 49 (1983-2013)

Page 5: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Page 6: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

iv

Page 7: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PERSONAL

Nama

Alamat

TTL

Jenis Kelamin

Agama

No.HP

E-mail

: Kotrun Nida

: Jl.H. Ipin No.40 RT 006/01 Pondok Labu Jakarta Selatan

: Jakarta, 14 Juli 1992

: Perempuan

: Islam

: 085717073084

: [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

2010-sekarang

2007-2010

2004-2007

1998-2004

: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

: MAN 4 Jakarta

: MTs Miftahul Umam

: MI Miftahul Umam

PENGALAMAN ORGANISASI

2011-2012

2012-2013

2012-2013

2012-2013

2013-2014

Anggota Departemen Humas Dan Media Pengurus Daerah PAMI

Jakarta Raya

Anggota Divisi Pengembangan Masyarakat BEM Kesehatan

Masyarakat UIN Jakarta

Sekretaris Departemen Pengembangan Masyarakat Pengurus Daerah

PAMI Jakarta Raya

Ketua Tari saman FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anggota Envihsa (Environmental Health Student Association) UIN

Jakarta

PENGALAMAN PRAKTEK KERJA

2012

2012-2013

2013

2014

Tim survey AMDAL proyek SUTT PLN di Bandung bersama PT

Arthayu Rali Perdana

Pengalaman Belajar Lapangan Wilayah Kerja Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas) Jurang Mangu, Tangerang Selatan

Orientasi Kerja di HSE PT. Mitra Adi Sesama

Kerja Praktek di bagian QHSE PT Imeco Inter Sarana

Page 8: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmannirrahiim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan

nikmat-Nya yang tak terbatas kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Pengelolaan Sampah Rumah

Tangga Terhadap Daya Tarik Musca Domestica (lalat Rumah) Dengan Risiko

Diare pada Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014”. Shalawat serta salam tak

lupa penulis curahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga kelak kita

mendapatkan syafa’at nya.

Penelitian ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan jenjang pendidikan

S-1 pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis

menyadari dalam penyusunan skripsi ini bayak kesulitan yang dihadapi, tetapi

dengan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Maka dari itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapakan banyak terima

kasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis tercinta, papa dan mama yaitu H.Muhammad

Zainal Arifin dan Iklimah yang tak pernah lelah selalu mendoakan penulis

dan memberikan bantuan moril dan materil saat penyusunan skripsi ini.

2. Kakak penulis tersayang, kak Maria Ulfa, S.S dan kak Hunaini, S.E atas

doa, semangat, bimbingan dan perhatian yang telah diberikan selama

Page 9: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

vii

penulis menyusun skripsi ini. Dan untuk kedua kakak ipar penulis Kak

Mochammad Taufik, S.Pd, M.Pd dan Kak Ahmad Fadli, S.Kom terima

kasih atas semangat dan bantuannya untuk penulis.

3. Bapak Prof. Dr (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And ; selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ir. Febrianti, Msi; selaku Ketua Program Studi kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Arif Sumantri, S.KM., M.Kes selaku dosen penasihat akademik

sekaligus penanggung jawab peminatan kesehatan lingkungan terima kasih

bapak atas bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi dan saran-saran sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, terima kasih atas ilmu,

kesempatan dan pengalaman yang penuis dapatkan bersama teman-teman

di luar kompetensi akademik melalui kegiatan yang bapak berikan.

6. Ibu Dr. Ela Laelasari, S.KM., M.Kes dan Ibu Narila Mutia Nasir, S.KM.,

M.KM, Ph.D selaku pembimbing I dan pembimbing II terima kasih ibu

atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan dan menyempatkan waktu

di kesibukkannya untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.

7. Pihak Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatann dan Puskesmas Ciputat

yang mengizinkan dan medukung penelitian ini berjalan.

8. Untuk teman-teman seperjuangan keslingers 2010 (dillah, annis, fitri,

rizka, tuti, alya, yuni, reka, ifa, miska, elfira, fuad, ilham, febri, angger dan

Page 10: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

viii

akbar) yang sama-sama berjuang dalam menyelesaikan skripsi terima

kasih atas semngat dan keceriaan yang telah diberikan selama di bangku

perkuliahaan.

9. Sahabat-sahabat Kesmas angkatan 2010 FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, tetap semangat dan berjuang di masa depan yang lebih baik !!!

10. Dan seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini

yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan. Thanks for

everythings !!!

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT. Amiin Ya Rabbal A’lamiin

Ciputat, Agustus 2014

Penulis

Page 11: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ..................................... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK .............................................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv

DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................ 6

1.3 Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 8

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 8

1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................................... 8

1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................................... 9

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 10

1.5.1 Bagi Peneliti .............................................................................................. 10

1.5.2 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ............................................ 10

1.5.3 Bagi Masyarakat ....................................................................................... 10

1.6 Ruang Lingkup .................................................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12

2.1 Diare ........................................................................................................................ 12

2.1.1 Pengertian Diare ............................................................................................... 12

2.1.2 Klasifikasi Diare .............................................................................................. 13

2.1.3 Penyebab Diare ................................................................................................ 14

2.1.4 Gejala dan Tanda Diare .................................................................................... 15

2.1.5 Penularan Diare ................................................................................................ 16

Page 12: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

x

2.1.6 Epidemiologi Diare .......................................................................................... 17

2.1.7 Pencegahan Diare ............................................................................................. 18

2.2 Sampah .............................................................................................................. 21

2.2.1 Pengertian Sampah .................................................................................... 21

2.2.2 Sumber-Sumber Sampah ........................................................................... 22

2.2.3 Jenis Sampah ............................................................................................. 24

2.2.4 Sampah Rumah Tangga ............................................................................ 25

2.2.5 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ........................................................ 28

2.2.5.1 Tahap Pemisahan dan Penyimpanan di Tempat Sumber ...................... 29

2.2.5.2 Tahap Pengangkutan ............................................................................. 30

2.2.5.3 Tahap Pemusnahan ............................................................................... 30

2.2.6 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan... 33

2.2.6.1 Pengaruh Positif .................................................................................... 33

2.2.6.2 Pengaruh Negatif................................................................................... 34

2.3 Lalat .................................................................................................................. 35

2.3.1 Lalat Rumah .............................................................................................. 35

2.3.2 Klasifikasi Lalat Rumah: .......................................................................... 36

2.3.3 Morfologi Lalat Rumah ............................................................................ 36

2.3.4 Siklus Hidup Lalat Rumah ........................................................................ 38

2.3.5 Tempat Perindukan ................................................................................... 39

2.3.6 Pemberantasan Lalat Rumah ..................................................................... 40

2.3.7 Cara Mengukur Kepadatan Lalat dengan Fly Grill ................................... 41

2.3.8 Cara Mengukur Kepadatan Lalat dengan Fly Trap ................................... 43

2.4 Kerangka Teori ................................................................................................. 44

BAB III KERANGKA KONSEP ...................................................................... 46

3.1 Kerangka Konsep .................................................................................................... 46

3.2 Definisi Operasional ............................................................................................... 48

3.2.1 Variabel Dependent dan Independent .............................................................. 48

3.3 Hipotesis ................................................................................................................. 51

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 52

4.1 Desain Penelitian .................................................................................................... 52

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................. 52

4.2.1 Lokasi Penelitian .............................................................................................. 52

Page 13: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

xi

4.2.2 Waktu Penelitian .............................................................................................. 52

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................................. 52

4.3.1 Kriteria Inklusi ................................................................................................. 53

4.3.2 Kriteria Eksklusi .............................................................................................. 53

4.4 Sampel Penelitian ................................................................................................... 53

4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................................... 60

4.6.1 Rencana Uji Fungsi Fly Grill ........................................................................... 61

4.6.2 Rencana Uji Fungsi Fly Trap ........................................................................... 62

4.7 Pengolahan Data ............................................................................................... 62

4.8 Analisis Data ........................................................................................................... 63

4.8.1 Analisa Data Univariat ..................................................................................... 63

4.8.2 Analisa Data Bivariat ....................................................................................... 64

BAB V HASIL PENELITIAN .......................................................................... 65

5.1 Analisis Univariat ................................................................................................... 65

5.1.1 Gambaran Risiko Diare Pada Balita ................................................................ 65

5.1.2 Distribusi Faktor Pengelolaan Sampah ............................................................ 66

5.1.3 Distribusi Jarak Tempat Sampah Dengan Pantry Rumah ................................ 67

5.1.4 Distribusi Frekuensi Kunjungan Daya Tarik Vektor Musca domestica (Lalat

Rumah) ...................................................................................................................... 68

5.1.5 Distribusi Frekuensi Populasi Vektor Musca domestica (Lalat Rumah) Di

Pantry ........................................................................................................................ 69

5.1.6 Distribusi Frekuensi Kunjungan Vektor Musca domestica (Lalat Rumah) Di

Tempat Sampah ........................................................................................................ 70

5.2 Analisis Bivariat ...................................................................................................... 71

5.2.1 Hubungan Antara Pengelolaan Sampah dengan Rsiko Diare Pada Baduta ..... 71

5.2.2 Hubungan Antara Jarak Tempat Sampah Terhadap Risiko Diare Pada Baduta

.................................................................................................................................. 73

5.2.3 Hubungan Antara Daya Tarik Vektor Musca Domestica (Lalat Rumah)

Terhadap Risiko Diare Pada Baduta ......................................................................... 74

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................... 76

6.1 Keterbatasan Penelitian ........................................................................................... 76

6.2 Risiko Diare Pada Baduta Di Kelurahan Ciputat .................................................... 76

6.3 Analisis Bivariat ...................................................................................................... 79

6.3.1 Hubungan Pemisahan Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta ................. 79

Page 14: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

xii

6.3.2 Hubungan Penyimpanan Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta ............. 81

6.3.3 Hubungan Jarak Tempat Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta ............. 84

6.3.4 Hubungan Daya Tarik Vektor Musca domestica Dengan Risiko Diare Pada

Baduta ....................................................................................................................... 85

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 90

7.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 90

7.2 Saran ....................................................................................................................... 91

7.2.1 Saran Bagi Masyarakat .................................................................................... 91

7.2.2 Saran Bagi Instansi Terkait (Puskesmas Ciputat) ........................................... 92

7.2.3 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ...................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93

Page 15: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

xiii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

3.1 Variabel Dependent dan Independent 48

4.1 Sampling Frame 59

5.1 Distribusi Pemisahan Sampah Di Kelurahan Ciputat Tahun

2014

66

5.2 Distribusi Penyimpanan Sampah Di Kelurahan Ciputat Tahun

2014

67

5.3 Distribusi Jarak Tempat Sampah Di Pantry Rumah Di

Kelurahan Ciputat Tahun 2014

68

5.4 Distribusi Frekuensi Kunjungan Vektor Musca domestica

(lalat rumah) Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014

68

5.5 Distribusi Frekuensi Kunjungan Vektor Musca domestica

(lalat rumah) Di Tempat Sampah Di Kelurahan Ciputat Tahun

2014

70

5.6 Distribusi Baduta Menurut Pemisahan Sampah Dengan Risiko

Diare pada Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014

72

5.7 Distribusi Baduta Menurut Penyimpanan Sampah Dengan

Risiko Diare pada Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014

73

5.8 Distribusi Baduta Menurut Jarak Tempat SampahDengan

Risiko Diare pada Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014

74

5.9 Distribusi Baduta Menurut Daya Tarik Vektor Musca

domestica (lalat rumah) Dengan Risiko Diare pada Baduta Di

Kelurahan Ciputat Tahun 2014

75

Page 16: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

xiv

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori 45

3.1 Kerangka Konsep 47

4.1 Langkah Penentuan Sampel 55

4.2 Sampling Frame 56

Page 17: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

xv

DAFTAR DIAGRAM

No. Diagram Halaman

5.1 Proporsi Gambaran Frekuensi Risiko Diare Pada Baduta Di

Kelurahan Ciputat tahun 2014

65

5.2 Proporsi Gambaran Frekuensi Populasi Vektor Musca

domestica (lalat rumah) di Pantry

69

Page 18: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Izin Pelaksanaan Penelitian

Lampiran II Kuesioner Penelitian

Lampiran III

Lampiran IV

Lampiran V

Lembar Observasi

Output Analisis Data

Foto

Page 19: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan

dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang,

dan juga sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan

kematian anak di dunia. Secara umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak

berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya di dunia dimana

sekitar 20% meninggal karena infeksi diare (Magdarina, 2010). Menurut data

World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu

kematian balita di seluruh dunia, sementara menurut United Nation Children

(UNICEF) memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada satu anak yang

meninggal dunia karena diare (WHO, 2002).

Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan

bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan

bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam

sehari (Depkes, 2005). Penyakit diare pada bayi dan anak dapat menimbulkan

dampak yang negatif, yaitu dapat menghambat proses tumbuh kembang anak

yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak.

Gejala diare biasanya timbul yang di awali dengan gelisah, suhu tubuh

biasanya meningkat, nafsu makan berkurang/tidak ada, dan kemudian timbul

diare, tinjanya cair dan di sertai lendir/lender dan darah. Pada orang yang

terkena diare dapat menyebabkan terjadinya dehidrasi (ringan, berat, sedang),

Page 20: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

2

hipoglikemi, intoleransi sekunder akibat kerusakan villi mukosa usus dan

defisiensi enzim laktosa (Ngastiyah, 2005).

Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita

yang berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding

anak umur 25-59 bulan (Wulandari, 2010). Distribusi Penyakit Diare

Berdasarkan Orang (umur) Sekitar 80% kematian diare tersebut terjadi pada

anak dibawah usia 2 tahun. Data terakhir menunjukkan bahwa dari sekitar 125

juta anak usia 0- 11 bulan, dan 450 juta anak usia 1-4 tahun yang tinggal di

negara berkembang, total episode diare pada balita sekitar 1,4 milyar kali

pertahun. dari jumlah tersebut total episode diare pada bayi usia di bawah 0-11

bulan sebanyak 475 juta kali dan anak usia 1-4 tahun sekitar 925 juta kali

pertahun (Marto, 2008).

Berdasarkan hasil survey Program Pemberantasan (P2) diare di

Indonesia menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia pada tahun

2000 sebesar 301 per 1000 penduduk dengan episode diare balita adalah 1,0-

1,5 kali per tahun. Tahun 2003 angka kesakitan penyakit ini meningkat

menjadi 374 per 100 penduduk. Hasil survey Departemen Kesehatan (2003),

penyakit diare menjadi penyebab kematian pada balita. Kejadian diare pada

balita secara proporsional lebih banyak di bandingkan kejadian diare pada

seluruh golongan umur yakni sebesar 55 %.

Page 21: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

3

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan

(2012) jumlah penderita diare berdasarkan 10 penyakit terbanyak rawat jalan

Puskesmas se-Tangerang Selatan berada di posisi ke-9 dengan jumlah 9071

kasus, dengan Case Fatality Rate sebesar 0,03% dari jumlah 3 kasus

kematian. Hal tersebut menjadikan jumlah kematian bayi akibat penyakit diare

di Kota Tangerang Selatan tahun 2012 menempati urutan kedua tertinggi.

Jumlah penduduk di Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan saat ini

berjumlah 210,295 jiwa. Kecamatan Ciputat berada di posisi ke 3 terbanyak

jumlah penduduk per Kecamatan di Kota Tangerang Selatan. Sedangkan

dalam hal kasus diare di wilayah tersebut berada pada posisi ke-6 jumlah

kasus terbanyak pada tahun 2012 (Dinkes, 2012).

Jumlah penderita diare di Kecamatan Ciputat termasuk cukup tinggi

yakni terdapat 6763 kasus. Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Ciputat

(2010) jumlah kasus diare untuk semua umur ditemukan 1413 kasus. Selain

itu, berdasarkan laporan bulanan Puskesmas Ciputat (2012) terhitung dari

bulan Februari sampai Desember menunjukan bahwa kasus diare cukup tinggi

yakni sebesar 1704 kasus baru. Dari hasil data tersebut kasus diare paling

banyak dialami dari golongan umur kurang dari 2 tahun yaitu golongan umur

untuk baduta.

Salah satu risiko diare yakni berasal dari keberadaan sampah. Sampah

merupakan suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh

manusia atau benda-benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu

kegiatan manusia dan dibuang (Notoatmodjo, 2007). Keberadaan sampah

Page 22: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

4

dapat juga mengganggu kesehatan masyarakat karena sampah merupakan

salah satu sumber penularan penyakit. Sampah juga menjadi tempat yang ideal

untuk sarang dan tempat berkembangbiaknya vektor penyakit.

Kecamatan Ciputat sebagai salah satu kecamatan yang berkembang

juga tak luput dari permasalahan penanganan sampah. Berdasarkan data dari

Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (2010), timbulan sampah yang

terdapat di Kecamatan Ciputat berada di urutan ketiga tinggi bila

dibandingkan dengan Kecamatan lain yang ada di Kota Tangerang Selatan

yaitu sebesar 603 m3/hari.

Pengelolaan sampah dapat mempengaruhi frekuensi keberadaan lalat

rumah. Ada tiga tahapan dalam pengelolaan sampah, dalam hal ini adalah

sampah padat. Pengelolaan sampah yang baik melalui tiga tahapan, yaitu

pengumpulan dan penyimpanan, pengangkutan dan pemusnahan

(Chandra,2007).

Pada tahap pengumpulan dan penyimpanan dapat disebut dengan

Tempat Pembuangan Sementara (TPS), sedangkan tahap pengangkutan dan

pemusnahan dapat dikatakan Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Di tahap

pengumpulan dan penyimpanan terkait dengan risiko diare maka

kemungkinan output secara langsung dari pengelolaan sampah yakni akibat

vektor, salah satunya yaitu dari lalat rumah (Musca domestica).

Volume sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti di

rumah tangga dapat meningkat terus sehingga terjadi penumpukan sampah.

Page 23: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

5

Penumpukan sampah dapat memburuk bila pengelolaan di masing-masing

rumah tangga masih kurang efektif, efisien, dan berwawasan lingkungan.

Selain itu bila penumpukkan sampah terus dibiarkan maka akan berpengaruh

kepada daya tarik vektor lalat rumah (Musca domestica) sehingga

kemungkinan penularan penyakit dapat terjadi karena secara mekanis bulu-

bulu badannya, kaki-kaki serta bagian tubuh yang lain dari lalat rumah

merupakan tempat menempelnya mikroorganisme penyakit yang dapat berasal

dari sampah. Bila Musca domestica tersebut hinggap ke makanan manusia,

maka kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan dimakan oleh

manusia sehingga akan timbul gejala sakit pada bagian perut atau mules.

Penyakit-penyakit yang ditularkan oleh lalat adalah diare, disentri, kolera, dan

typhus (Depkes RI, 2001).

Salah satu penyebab diare adalah tercemarnya makanan dan minuman

oleh bakteri yang dibawa oleh lalat rumah (Musca domestica). Lalat ini

dianggap mengganggu karena kesukaannya hinggap di tempat-tempat yang

lembab dan kotor, seperti sampah. Selain hinggap, lalat rumah juga menghisap

bahan-bahan kotor dan memuntahkan kembali dari mulutnya ketika hinggap

di tempat berbeda. Jika makanan yang dihinggapi lalat rumah akan tercemar

oleh mikroorganisme baik bakteri, protozoa, telur/larva cacing atau bahkan

virus yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat-lalat dan bila dimakan oleh

manusia, maka dapat menyebabkan penyakit diare (Andriani, 2007).

Pada pola hidup lalat rumah (Musca domestica), tempat yang

disenangi adalah tempat yang basah, benda-benda organik, tinja, kotoran

Page 24: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

6

binatang. Selain itu, tempat yang disenangi adalah sampah yang sebagai

tempat untuk bersarang dan berkembang biak (Dwiyatmo, 2007).

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang

hubungan pengelolaan sampah rumah tangga dengan daya tarik vektor Musca

domestica (lalat rumah) terhadap risiko diare pada baduta (bayi dua tahun) di

Kelurahan Ciputat Tahun 2014.

1.2 Perumusan Masalah

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah penyebab

nomor satu kematian balita di seluruh dunia, hal tersebut juga di perkuat

dengan pernyataan UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan

anak) yang memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada satu anak yang

meninggal dunia karena diare. Di negara Indonesia angka kesakitan penyakit

diare meningkat. Hal ini diketahui berdasarkan hasil survey Program

Pemberantasan diare (2000) yang menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di

Indonesia sebesar 301 per 1000 penduduk dengan episode diare balita adalah

1,0- 1,5 kali per tahun. Tahun 2003 angka kesakitan penyakit ini meningkat

menjadi 374 per 1000 penduduk. Hasil survey Departemen Kesehatan (2003),

penyakit diare menjadi penyebab kematian pada balita. Kejadian diare pada

balita secara proporsional lebih banyak di bandingkan kejadian diare pada

seluruh golongan umur yakni sebesar 55 %.

Di Kota Tangerang Selatan jumlah penderita diare berada dalam

urutan ke-9 untuk penyakit terbanyak rawat jalan puskesmas se-Tangerang

Selatan. Pernyataan tersebut di dapatkan berdasarkan data profil Dinas

Page 25: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

7

Kesehatan Kota Tangerang Selatan (2012). Untuk wilayah Kelurahan Ciputat

berdasarkan hasil laporan bulanan Puskesmas Ciputat (2012), kasus diare

cukup tinggi yakni sebesar 1704 kasus baru. Dalam kasus baru ini paling

banyak dialami oleh golongan umur baduta yakni umur yang kurang dari 2

tahun.

Salah satu penyebab diare yaitu tercemarnya makanan dan minuman

oleh bakteri yang dibawa oleh lalat rumah (Musca domestica). Lalat ini

dianggap mengganggu karena kesukaannya hinggap di tempat-tempat yang

lembab dan kotor, seperti sampah. Volume sampah yang dihasilkan dari

aktivitas manusia seperti di rumah tangga dapat meningkat terus sehingga

terjadi penumpukan sampah. Penumpukan sampah dapat memburuk bila

pengelolaan di masing-masing rumah tangga masih kurang efektif, efisien, dan

berwawasan lingkungan. Selain itu bila penumpukkan sampah terus dibiarkan

maka akan berpengaruh kepada daya tarik vektor lalat rumah (Musca

domestica) sehingga di asumsikan penularan penyakit yang ditularkan oleh

lalat salah satunya adalah diare (Depkes RI, 2001).

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang

hubungan pengelolaan sampah dengan daya tarik vektor Musca domestica

(lalat rumah) terhadap risiko diare pada baduta (bayi dua tahun) di Kelurahan

Ciputat Tahun 2014.

Page 26: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

8

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun

2014?

2. Bagaimana gambaran pengelolaan sampah rumah tangga (pemisahan dan

penyimpanan) di Kelurahan Ciputat Tahun 2014?

3. Bagaimana gambaran jarak antara tempat sampah dengan pantry rumah di

Kelurahan Ciputat Tahun 2014?

4. Bagaimana gambaran populasi vektor Musca domestica (lalat rumah) di

pantry rumah tangga di Kelurahan Ciputat Tahun 2014?

5. Bagaimana gambaran frekuensi kunjungan lalat rumah di tempat sampah

di Kelurahan Ciputat Tahun 2014?

6. Adakah hubungan antara pengelolan sampah rumah tangga (pemisahan

dan penyimpanan) dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat

Tahun 2014?

7. Adakah hubungan antara jarak tempat sampah terhadap risiko diare pada

baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014?

8. Adakah hubungan antara daya tarik vektor Musca domestica (lalat rumah)

terhadap risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengelolaan sampah rumah tangga

terhadap daya tarik vektor Musca domestica (lalat rumah) dengan risiko

diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.

Page 27: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

9

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran risiko diare pada baduta di

Kelurahan Ciputat Tahun 2014

2. Untuk mengetahui gambaran pengelolaan sampah rumah tangga

(pemisahan dan penyimpanan) di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.

3. Untuk mengetahui gambaran jarak antara tempat sampah dengan

pantry rumah di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.

4. Untuk mengetahui gambaran populasi vektor Musca domestica

(lalat rumah) di pantry rumah tangga di Kelurahan Ciputat Tahun

2014.

5. Untuk mengetahui gambaran frekuensi kunjungan lalat rumah di

tempat sampah di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.

6. Untuk mengetahui hubungan antara pengelolan sampah rumah

tangga (pemisahan dan penyimpanan) dengan risiko diare pada

baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.

7. Adakah hubungan antara jarak tempat sampah terhadap risiko

diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014?

8. Untuk mengetahui hubungan antara daya tarik vektor Musca

domestica (lalat rumah) terhadap risiko diare pada baduta di

Kelurahan Ciputat Tahun 2014.

Page 28: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

10

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat pada saat perkuliahan

dan menambah wawasan mengenai hubungan pengelolaan sampah

rumah tangga dengan daya tarik vektor Musca domestica (lalat rumah)

dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat.

1.5.2 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi

peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tentang pengelolaan

sampah rumah tangga dengan daya tarik vektor Musca domestica

(lalat rumah) dengan risiko diare terutama pada baduta.

1.5.3 Bagi Masyarakat

Memberikan masukan kepada masyarakat khususnya yang

mempunyai baduta agar memperhatikan pengelolaan sampah di rumah

agar tidak tercemar oleh vektor penyakit terutama lalat rumah (Musca

domestica) sehingga bayi memiliki resiko yang rendah untuk terkena

diare.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengelolaan

sampah rumah tangga dengan daya tarik vektor Musca domestica (lalat

rumah) dengan risiko diare pada bayi usia 0-24 bulan (baduta) di Kelurahan

Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2014 dengan sampel penelitian yaitu

bayi usia 0-24 bulan di Kelurahan Ciputat. Peneliti hanya ingin meneliti

Page 29: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

11

pengolahan sampah rumah tangga pada tahap pemisahan dan penyimpanan

karena mengingat keterbatasan dari waktu penelitian.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014. Metode yang

digunakan ialah pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional yang

dilakukan pada bayi usia 0-24 bulan di Kelurahan Ciputat Kota Tangerang

Selatan. Data yang digunakan yaitu data primer melalui wawancara kepada

responden dengan kuesioner serta pengukuran frekuensi keberadaan lalat

rumah (Musca domestica) dengan menggunakan Fly Grill untuk di tempat

sampah dan pengukuran populasi lalat rumah (Musca domestica) di pantry

dengan meggunakan Fly Trap.

Page 30: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

2.1.1 Pengertian Diare

Berdasarkan Kepmenkes RI No.1216/Menkes/SK/XI/2001

menyebutkan bahwa batasan diare akut secara operasional adalah buang air

besar lembek, cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih

sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari) dan

berlangsung kurang dari 14 hari. (Depkes RI, 2007).

Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar lebih dari 4 kali

pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi proses encer dapat

berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

(Ngastiyah, 2005).

Penyakit diare merupakan penyakit menular berbahaya karena dapat

menyebabkan kematian apabila tidak segera mendapatkan pertolongan.

Kematian terjadi akibat penyakit diare yaitu karena banyaknya cairan dalam

tubuh penderita yang keluar dan tidak segera diganti dengan cairan lain.

Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO tahun 2000), Diare

adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia,

diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa

untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak

Page 31: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

13

yang meninggal dunia karena Diare. Di Indonesia, setiap tahun 100.000

balita meninggal karena Diare.

Kematian-kematian karena diare merupakan bagian kematian balita

yang besar dari sebab-sebab kematian di Indonesia, 40% kematian-kematian

dalam dua tahun pertama kehidupan disebabkan karena diare. Penelitian di

Negara berkembang lainnya menunjukkan kematian-kematian dengan diare

mencapai puncaknya sesudah anak mencapai umur lebih dari satu tahun

(30-40 kematian-kematian per seribu penduduk) dan agak menurun sesudah

berumur 2-3 tahun dan menjadi berkurang sesudah 5 tahun.

2.1.2 Klasifikasi Diare

Menurut Depkes RI (2000), jenis diare dibagi menjadi empat yaitu:

a. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari

(umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah

dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama

kematian bagi penderita diare.

b. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat

disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,

kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa.

c. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan

berat badan dan gangguan metabolisme.

Page 32: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

14

d. Diare dengan masalah lain, yaitu anak yang menderita diare

(diare akut dan diare persisten), mungkin juga disertai dengan

penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit

lainnya.

Menurut Suraatmaja (2007), jenis diare dibagi menjadi dua yaitu:

a. Diare akut, yaitu diare yang terjadi secara mendadak pada bayi

dan anak yang sebelumnya sehat.

b. Diare kronik, yaitu diare yang berlanjut sampai dua minggu

atau lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan

tidak bertambah selama masa diare tersebut.

2.1.3 Penyebab Diare

Menurut Widoyono (2008), penyebab diare dapat dikelompokan

menjadi:

a. Virus: Rotavirus.

b. Bakteri: Escherichia coli, Shigella sp dan Vibrio cholerae.

c. Parasit: Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan

Cryptosporidium.

d. Makanan (makanan yang tercemar oleh pertumbuhan

bakteri/virus, basi, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran

mentah dan kurang matang).

Page 33: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

15

e. Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein.

f. Alergi: makanan, susu sapi.

g. Imunodefisiensi.

2.1.4 Gejala dan Tanda Diare

Kejadian diare dapat dilihat dari beberapa gejala dan tanda diare, antara

lain (Widoyono, 2011):

1. Gejala umum

a. Berak cair atau lembek dan sering, merupakan gejala khas

diare.

b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut.

c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala

diare.

d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit

menurun, apatis, bahkan gelisah.

2. Gejala spesifik

a. Vibrio cholera, ditandai dengan diare hebat, warna tinja

sepertian cucian beras dan berbau amis.

b. Disenteriform, ditandai dengan tinja yang berlendir dan

berdarah.

Page 34: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

16

2.1.5 Penularan Diare

Penyakit diare sebagian besar disebabkan oleh kuman seperti virus dan

bakteri. Penularan penyakit diare karena virus dan bakteri melalui jalur fekal

oral yang terjadi karena :

a. Melalui air yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya,

tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar

pada saat disimpan di rumah. Pencemaran ini terjadi bila tempat

penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar

menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

b. Melalui tinja yang terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi,

mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja

tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut

hinggap dimakanan, maka makanan itu dapat menularkan diare ke

orang yang memakannya (Widoyono, 2008). Sedangkan menurut

(Depkes RI, 2005) kuman penyebab diare biasanya menyebar

melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang

tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.

Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman

enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, yaitu: tidak

memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4-6 bulan pada

pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan

masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar,

tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air besar, tidak

Page 35: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

17

mencuci tangan sesudah membuang tinja anak, tidak mencuci tangan

sebelum atau sesudah menyuapi anak dan tidak membuang tinja

termasuk tinja bayi dengan benar.

2.1.6 Epidemiologi Diare

Epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2005):

a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar

melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman

yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja

penderita. Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan

penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya

diare, antara lain tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara

penuh 4/6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol

susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar,

menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan

dengan sabun sesudah buang air besar atau sesudah membuang

tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak

membuang tinja dengan benar.

b. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.

Beberapa faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan

beberapa penyakit dan lamanya diare yaitu tidak memberikan

ASI sampai dua tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi,

dan secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada

golongan balita.

Page 36: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

18

Faktor lingkungan dan perilaku. Penyakit diare merupakan salah satu

penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana

air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan

perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar

kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu

melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.

2.1.7 Pencegahan Diare

Menurut Kementerian Kesehatan (2011), cara melakukan

pencegahan diare yang benar dan efektif adalah :

a. Perilaku Sehat

Pencegahan pada Bayi

Perilaku yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya

diare pada bayi adalah sebagai berikut:

1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan

sampai 2 tahun, ASI merupakan makanan yang paling baik

untuk bayi. ASI bersifat steril sehingga menghindarkan

anak dari bahaya dan bakteri lain yang akan menyebabkan

diare. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik

dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang

dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan

terhadap diare.

Page 37: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

19

2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur,

makanan tambahan yang bergizi dan bersih, dimulai ketika

anak berumur 4-6 bulan.

3. Memberikan imunisasi campak, anak yang sakit campak

sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak

juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah

imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan.

Pencegahan pada Anak-Anak dan Orang Dewasa

1. Mencuci tangan, kebiasaan yang berhubungan dengan

kebersihan perorangan yang penting dalam penularan

kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dapat

menurunkan angka kejadian diare sebesar 47%.

2. Menggunakan jamban, keluarga harus buang air besar di

jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga yaitu,

keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan

dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga, bersihkan

jamban secara teratur, dan gunakan alas kaki bila akan

buang air besar.

b. Penyehatan Lingkungan

Selain berperilaku yang sehat, kejadian diare juga dapat

dicegah dengan menjaga lingkungan agar selalu bersih dan

sehat, sebagai berikut:

Page 38: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

20

a. Penyediaan air bersih, penyediaan air bersih baik secara

kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam

memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk

menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Sumber air

juga harus dijaga dari pencemaran oleh hewan dan

sumber air terletak < 10m dari septic tank. Hal ini

dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit yang

dapat ditularkan melalui air antara lain adalah diare,

kolera, disentri, dan lainnya.

b. Sarana pembuangan air limbah, Air limbah baik limbah

pabrik atau limbah rumah tangga harus dikelola dengan

baik agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.

Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi

syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika

dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan

bersarangnya tikus.

c. Pengelolaan sampah, pengelolaan sampah sangat

penting untuk mencegah penularan penyakit yang

penularannya melalui vektor penyakit seperti lalat,

tikus, dan lainnya . Oleh karena itu, tempat sampah

harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap

hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara.

Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan

Page 39: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

21

sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan

pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau

dibakar.

2.2 Sampah

2.2.1 Pengertian Sampah

Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk

menyatakan limbah padat. Sedangkan limbah itu sendiri pada dasarnya

berarti suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu hasil aktivitas

manusia, maupun proses-proses alam dan tidak atau belum mempunyai

nilai ekonomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif.

Sampah dikatakan mempunyai nilai negatif karena penanganan untuk

membuang atau membersihkannya memerlukan biaya yang cukup besar,

disamping juga dapat mencemari lingkungan (Najmulmunir, 2000).

Sampah dalam pengertian ilmu kesehatan lingkungan, sebenarnya

hanya sebagian dari benda yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai,

tidak disenangi atau harus dibuang, sedemikian rupa sehingga tidak sampai

mengganggu kelangsungan hidup (Azrul, 1983).

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses

alam yang berbentuk padat. Para Ahli Kesehatan Masyarakat Amerika,

membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan,

tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang berasal dari

kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.

Page 40: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

22

Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil suatu kegiatan

manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna sehingga bukan semua

benda padat yang tidak digunakan dan dibuang disebut sampah. Dengan

demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Adanya sesuatu benda atau benda padat.

b. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan

manusia.

c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan

sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik

(UU no. 18 tahun 2008).

2.2.2 Sumber-Sumber Sampah

a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)

Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah

tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti sisa-sisa makanan baik

yang sudah dimasak atau belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik,

daun, dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan,

perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau taman. Sampah

yang berasal dari tempat-tempat umum

b. Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat-

tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan sebagainya.

Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan sebagainya.

Page 41: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

23

c. Sampah yang berasal dari perkantoran

Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,

departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-

kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini

bersifat anorganik, dan mudah terbakar (rubbish).

d. Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri dari:

kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban,

onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik, dan

sebagainya.

e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)

Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah yang

berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang berasal dari

proses produksi, misalnya : sampah-sampah pengepakan barang, logam,

plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng, dan sebagainya.

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya:

jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang

patah, dan sebagainya.

g. Sampah yang berasal dari pertambangan

Page 42: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

24

Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya tergantung

dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, maisalnya: batu-batuan,

tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan

Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini, berupa :

kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2.2.3 Jenis Sampah

Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu (Chandra,

2007):

1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah

dibagi menjadi:

a. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak

dapat membusuk, misalnya logam/besi, pecahan gelas,

plastik, dan sebagainya.

b. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat

membusuk, misalnya, sisa-sisa makanan, daun-daunan,

buah-buahan, dan sebagainya.

2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya, kertas, karet, kayu,

plastik, kain bekas, dan sebagainya.

Page 43: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

25

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng

bekas, besi/ logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan

sebagainya.

Menurut Widyadmoko (2002), sampah rumah tangga yaitu sampah

yang berasal dari kegiatan rumah tangga yang dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

1. Sampah basah yang terdiri dari bahan organik yang mudah

membusuk, sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan,

sayuran, dan lainnya.

2. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam, besi tua,

kaleng bekas, dan sampah non logam seperti kertas, kaca, keramik,

dan sisa kain.

3. Sampah lembut, yaitu seperti debu yang berasal dari penyapuan

lantai rumah, gedung, dan penggergajian kayu.

4. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah

tangga yang besar seperti, meja, kursi, kulkas, radio,dan peralatan

dapur.

2.2.4 Sampah Rumah Tangga

Sampah dari rumah tangga merupakan sampah yang dihasilkan

dari kegiatan atau lingkungan rumah tangga atau sering disebut dengan

istilah sampah domestik. Dari kelompok sumber ini umumnya dihasilkan

sampah berupa sisa makanan, plastik, kertas, karton / dos, kain, kayu,

Page 44: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

26

kaca, daun, logam, dan kadang-kadang sampah berukuran besar seperti

dahan pohon. Praktis tidak terdapat sampah yang biasa dijumpai di negara

industri, seperti mebel, TV bekas, kasur dll. Kelompok ini dapat meliputi

rumah tinggal yang ditempati oleh sebuah keluarga, atau sekelompok

rumah yang berada dalam suatu kawasan permukiman, maupun unit rumah

tinggal yang berupa rumah susun. Dari rumah tinggal juga dapat

dihasilkan sampah golongan B3 (bahan berbahaya dan beracun), seperti

misalnya baterei, lampu TL, sisa obat-obatan, oli bekas, dan lain-lain.

Sampah rumah tangga akan ditumpuk di tempat sampah atau

buangan sampah sementara (TPS). Dan kalau terangkut akan habis tidak

menimbulkan masalah, namun pengangkutan hanya dilakukan beberapa

kali dalam seminggu dikarenakan terbatasnya angkutan, sehingga sampah

yang telah tecampur antara organik dan anorganik akan cepat

terdekomposisi, dan menimbulkan bau yang menyengat. Selain

menimbulkan bau, sampah yang terdekomposisi akan mengundang

kedatangan lalat sebagai vector penyakit menular, selain itu lindi yang

berasal dari bahan organik yang terdekomposisi akan masuk ke dalam

tanah dan system saluran air sehingga berpotensi menimbulkan

pencemaran tanah dan air (Wahab, 2011).

Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan keberadaan

sampah, di antaranya (Damanhuri, 2010):

Page 45: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

27

a. Sampah yang terdiri atas berbagai bahan organik dan anorganik

apabila telah tercampur maka mempengaruhi proses pembusukkan

dan merupakan sarang atau tempat berkumpulnya berbagai

binatang yang dapat menjadi vektor penyakit, seperti lalat, tikus,

kecoa, kucing, anjing liar, dan sebagainya. Juga merupakan sumber

dari berbagai organisme patogen, sehingga akumulasi sampah

merupakan sumber penyakit yang akan membahayakan kesehatan

masyarakat, terutama yang bertempat tinggal dekat dengan lokasi

pembuangan sampah

b. Masalah estetika (keindahan) dan kenyamanan yang merupakan

gangguan bagi pandangan mata. Adanya sampah yang berserakan

dan kotor, atau adanya tumpukan sampah yang terbengkelai adalah

pemandangan yang tidak disukai oleh sebagaian besar masyarakat.

a) Sampah yang berbentuk debu atau bahan membusuk dapat

mencemari udara. Bau yang timbul akibat adanya

dekomposisi materi organik dan debu yang beterbangan

akan mengganggu saluran pernafasan, serta penyakit

lainnya.

b) Timbulan lindi (leachate), sebagai efek dekomposisi

biologis dari sampah memiliki potensi yang besar dalam

mencemari badan air sekelilingnya, terutama air tanah di

bawahnya. Pencemaran air tanah oleh lindi merupakan

Page 46: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

28

masalah terberat yang mungkin dihadapi dalam pengelolaan

sampah.

c) Sampah yang kering akan mudah beterbangan dan mudah

terbakar. Misalnya tumpukan sampah kertas kering akan

mudah terbakar hanya karena puntung rokok yang masih

membara. Kondisi seperti ini akan menimbulkan bahaya

kebakaran.

d) Sampah yang dibuang sembarangan dapat menyumbat

saluran-saluran air buangan dan drainase. Kondisi seperti

ini dapat menimbulkan bahaya banjir akibat terhambatnya

pengaliran air buangan dan air hujan.

2.2.5 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Menurut Najmulmunir (2000) pengelolaan sampah adalah

perlakuan atau tindakan yang dilakukan terhadap sampah yang meliputi

pengumpulan, pengangkutan, penyimpangan dan pengolahan serta

pemusnahan. Sedangkan menurut Hadiwiyoto (1983), pengelolaan sampah

adalah perlakuan terhadap sampah guna memperkecil atau menghilangkan

masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan.

Komponen sampah padat mayoritas terdiri dari bahan organik

seperti terjadi pada TPA Bantargebang, proporsi bahan organik untuk

adalah 65 ,05 %. Sedangkan komponen sampah di Amerika mayoritas

bukan bahan organik (Corson, 1990).

Page 47: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

29

Sampah harus dikelola dengan baik, pengelolaan sampah dianggap

baik jika sampah tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit

serta tidak menjadi media perantara penyebaran luas suatu penyakit

(Azwar, 1996). Ada tiga tahapan dalam pengelolaan sampah, dalam hal ini

adalah sampah padat. Pengelolaan sampah yang baik melalui tiga tahapan,

yaitu sebagai berikut (Chandra, 2007):

2.2.5.1 Tahap Pemisahan dan Penyimpanan di Tempat

Sumber

Sampah yang berasal dari rumah tangga terdiri atas sampah

organik dan anorganik. Sampah organik dan anorganik yang

dihasilkan sebaiknya dipisahkan dan dikumpulkan pada tempat

sampah yang berbeda (Dwiyatmo, 2007). Adapun tempat sampah

yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut

(Azwar, 1983):

a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor untuk

mencegah berserakannya sampah.

b. Memiliki tutup, untuk mencegah bau busuk dan

menjadi tempat hinggap lalat serta mudah dibuka tanpa

mengotori tangan.

c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu

orang.

Page 48: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

30

Dari tempat penyimpanan sementara, kemudian sampah

dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam rumah sampah yang

berbentuk bak besar. Pengelolaan rumah sampah dapat diserahkan

pada pemerintah setempat atau masyarakat secara bergotong-

royong.

2.2.5.2 Tahap Pengangkutan

Dari rumah sampah, sampah diangkut ke tempat

pembuangan akhir (TPA) Tahap Pengangkutan atau tempat

pemusnahan sampah dengan diangkut oleh truk pengangkut

sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota, untuk

selanjutnya dilakukan pemusnahan terhadap sampah tersebut.

2.2.5.3 Tahap Pemusnahan

Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang

dan dimusnahkan. Pembuangan atau pemusnahan sampah biasanya

dilakukan di daerah tertentu sehingga tidak menganggu kesehatan

manusia. Lazimnya syarat yang harus dipenuhi dalam membangun

tempat pembuangan sampah akhir, yaitu (Azwar, 1983):

a. Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air

minum atau sumber air lainnya yang dipergunakan oleh

manusia (mencuci, mandi, dan lainnya).

b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.

c. Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.

Page 49: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

31

Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman ialah

sekitar 2 km dari perumahan penduduk, sekitar 15 km dari laut

serta sekitar 200 m dari sumber air. Dalam tahap pembuangan atau

pemusnahan sampah, terdapat beberapa metode yang dapat

digunakan antara lain (Chandra, 2007):

a) Sanitary landfill

Pembuangan sampah dengan cara menimbun dengan tanah

lapis demi lapis, sehingga sampah tidak berada di alam

terbuka, jadi tidak sampai menimbulkan bau serta tidak

menjadi tempat bersarangnya vektor penyakit.

b) Composting

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses

dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman pembusuk,

menjadi pupuk. Kompos dapat dibuat untuk

meminimalisasi efek negatif yang ditimbulkan sampah

dengan membuatnya menjadi lebih bermanfaat secara

ekologis.

c) Hot feeding

Sampah yang dapat digunakan untuk makanan ternak

adalah sampah organik, seperti sisa sayuran, buah-buahan,

dan sisa makanan. Sampah tersebut harus diolah (dimasak

atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing

dan trchionosis ke hewan ternak. Metode pemusnahan

Page 50: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

32

sampah jenis ini umumnya dilakukan pada lingkup rumah

tangga.

d) Dumping

Cara Pembuangannya dengan diletakkan begitu saja di

tanah. Cara ini banyak dilakukan di negara-negara yang

masih berkembang. Hal ini tentu saja banyak segi

negatifnya.

e) Dumping in Water

Cara pembuangannya sama dengan dumping tetapi

dibuang ke dalam air (sungai atau laut). Hal ini akan

menimbulkan banyak kerugian, misalnya dapat mengotori

permukaan air, memudahkan berjangkitnya penyakit, dan

lain sebagainya.

f) Individual inceneration

Pembakaran sampah yang dilakukan perorangan di rumah

tangga.

g) Recycling

Pengolahan sampah dengan cara ini bertujuan memakai

kembali sampah yang masih bisa dipakai, misalnya

kaleng, kaca, dan sebagainya.

Page 51: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

33

2.2.6 Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan

Lingkungan

Pengelolaan sampah mempunyai pengaruh terhadap

masyarakat dan lingkungan, yaitu sebagai berikut (Mukono, 2006):

2.2.6.1 Pengaruh Positif

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh

yang positif, sebagai berikut (Chandra, 2007):

a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan

semacam rawa-rawa dan dataran rendah.

b. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

c. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah

menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan

lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah

terhadap ternak.

d. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya

tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang

pengerat.

e. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang

erat hubungannya dengan sampah

Page 52: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

34

2.2.6.2 Pengaruh Negatif

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan

pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi

kehidupan sosial masyarakat, sebagai berikut :

1. Pengaruh terhadap kesehatan

Sampah dapat menjadi tempat tinggal bagi vektor penyakit

seperti lalat yang dapat menyebabkan kejadian diare.

Insidensi penyakit demam berdarah dengue akan meningkat

karena vektor penyakit hidup berkembang biak dalam

sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan.

2. Pengaruh terhadap lingkungan

a. Estetika lingkungan

b. Penurunan kualitas udara

c. Pembuangan sampah ke badan air akan menyebabkan

pencemaran air

3. Pengaruh terhadap Sosial Masyarakat

a. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan

sosial budaya masyarakat setempat.

Page 53: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

35

b. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok akan

menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk

berkunjung ke daerah tersebut.

2.3 Lalat

Lalat adalah insekta yang lebih banyak bergerak menggunakan sayap (terbang)

yang berbentuk membran. Hanya sesekali bergerak menggunakan kakinya. Oleh

karenanya daerah jajahan lalat cukup luas. Pada saat ini telah ditemukan tidak kurang dari

60.000-100.000 spesies (Maryantuti, 2007).

Jenis lalat yang banyak merugikan manusia diantaranya adalah lalat rumah

(Musca domestica) dan lalat hijau (Chrysomya megacephala). Lalat ini tersebar secara

cosmopolitan dan memiliki ketergantungan yang tinggi dengan manusia karena zat-zat

makanan yang dibutuhkan lalat seperti glukosa dan sedikit protein bagi pertumbuhannya

sebagian besar ada pada makanan manusia (Sitanggang, 2001).

2.3.1 Lalat Rumah

Lalat rumah termasuk ordo Dipteria dan famili Muscidae.

Penyebarannya sangat luas, yaitu di semua tempat. (Bambang, 1992).

Lalat rumah yang menyebarkan penyakit dengan berjalan di atas kotoran

berisi kuman dan kemudian memindahkan kuman tersebut pada makanan

atau tangan manusia. (Andriani, 2007).

Lalat rumah yang terkenal yaitu Musca domestica vicina. Musca

domestica vicina mempunyai panjang badan 5,0-8,0 mm, berbntuk padat

dan berwarna hitam kelabu. Pada bagian kepala memiliki banyak reseptor

yang berguna sebagai indra perasa yang paling senitif.terhadap bau daging

busuk yang berjarak jauh dan dapat terbang dengan cepat. Musca

Page 54: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

36

domestica vicina menyukai tempat yang kumuh dan kotor sehingga

patogen yang berasal dari sana masuk kedalam badan melalui mulut.

Apabila lalat ini mencemari makanan manusia maka kemungkinan

menyebabkan gangguan pencernaan.

2.3.2 Klasifikasi Lalat Rumah:

Kingdom : Animalia

Phylum : arthoropoda

Kelas : Hexapoda

Ordo : Dipteria

Family : Muscidae

Genus : Musca

Spesies :Musca domestica

2.3.3 Morfologi Lalat Rumah

Lalat ini berukuran sedang, panjang 6-8 mm. Berwarna hitam

keabu-abuan dengan empat gari memanjang gelap pada bagian dorsal

toraks dan satu garis hitam medial pada abdomen dorsal. Mata pada betina

memiliki celah yang lebih lebar dari pada lalat jantan. Antenanya terdiri

dari tiga ruas, ruas terakhir paling besar berbentuk silinder dan dilengkapi

dengan arista yang memiliki bulu pada bagian atas dan bawah. Bagian

proboscis lalat disesuaikan dengan fungsinya untuk menyerap dan menjilat

makanan berupa cairan tidak bisa untuk menusuk atau menggigit. Ketika

Page 55: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

37

lalat tidak makan, sebagian mulutnya ditarik masuk ke dalam selubung,

tetapi ketika sedang makan akan dijulurkan ke arah bawah. Bagian ujung

proboscis terdiri atas sepasang labella berbentuk oval yang dilengkaoi

dengan saluran halus disebut pseudotrakhea tempat cairan makanan

diserap. Sayapnya memiliki vena 4 yang melengkung tajam ke arah kosta

mendekati vena 3. Ketiga pasang kaki lalat ini ujungnya mempunyai

sepasang kuku dan sepasang bantalan disebut pulvilus yang berisi kelenjar

rambut. Bantalan rambut lengket ini yang membuat lalat dapat menempel

pada permukaan halus dan mengambil kotoran dan patogen ketika

mengunjungi sampah dan tempat kotor lainnya. (Maryantuti, 2007).

Gambar 2.1

Musca Domestica (Lalat Rumah)

Keterangan gambar:

A. Tarsus

B. Antena

C. Torax

D. Mata

E. Sayap

Page 56: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

38

2.3.4 Siklus Hidup Lalat Rumah

Gambar 2.2

Siklus Hidup Musca Domestica (lalat rumah)

Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai

dari telur, larva, pupa dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur,

berwarna putih dengan ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali

bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan menetas dalam waktu 8–16

jam. Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13 º C).

Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan,

panjang 12-13 mm. Akhir dari phase larva ini berpindah tempat dari yang

banyak makan ke tempat yang dingin guna mengeringkan tubuhnya,

Setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna coklat tua,

panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung

pada musim panas 3-7 hari pada temperatur 30–35 º C, Kemudian akan

keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara 450–900 meter, Siklus

Page 57: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

39

hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari. Lalat dewasa

panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis yang agak gelap

hitam dipunggungnya. Beberapa hari kemudian sudah siap untuk

berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina dapat bertelur

sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi

pada kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan. Lalat tidak kuat

terbang menantang arah angin, tetapi sebaliknya lalat akan terbang jauh

mencapai 1 kilometer. (Wijayanti, 2009).

2.3.5 Tempat Perindukan

Tempat yang disenangi adalah tempat yang basah seperti sampah

basah, kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang

menumpuk secara kumulatif (dikandang).

a. Kotoran Hewan

Tempat perindukan lalat rumah yang paling utama adalah pada

kotoran hewan yang lembab dan masih baru (normal nya lebih

kurang satu minggu).

b. Sampah dan sisa makanan dari hasil olahan

Disamping lalat suka hinggap juga berkembang baik pada sampah,

sisa makanan, buah-buahan yang ada didalam rumah maupun

dipasar.

c. Kotoran Organik

Page 58: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

40

Kotoran organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia. Sampah

dan makanan ikan adalah merupakan tempat yang cocok untuk

berkembang biaknya lalat.

d. Air Kotor

Lalat Rumah berkembang biak pada pemukaan air kotor yang

terbuka (Ermawan, 2008).

2.3.6 Pemberantasan Lalat Rumah

Untuk pemberantasan secara langsung melalui fisik dapat

dilakukan dengan: Cara pemberantasan secara fisik adalah cara yang

mudah dan aman tetapi kurang efektif apabila lalat dalam kepadatan yang

tinggi. Cara ini hanya cocok untuk digunakan pada skala kecil seperti di

rumah sakit, kantor, hotel, supermarket dan pertokoan lainnya yang

menjual daging, tempat produksi makanan, sayuran, serta buah-buahan

(Manalu, 2012).

1. Perangkap Lalat (Fly Trap)

Fly trap adalah suatu alat yang dipergunakan untuk menangkap

lalat dalam jumlah yang cukup besar atau padat.

2. Umpan kertas lengket berbentuk lembaran (Sticky tapes)

Di pasaran tersedia alat ini, biasanya di gantung di atap, menarik

lalat karena kandungan gulanya. Lalat hinggap pada alat ini akan

terperangkap oleh lem. Alat ini dapat berfungsi beberapa minggu

bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau lalat yang

terperangkap.

Page 59: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

41

3. Perangkap dan pembunuh elektronik (light trap with electrocutor)

Lalat yang tertarik pada cahaya akan terbunuh setelah kontak

dengan jeruji yang bermuatan listrik yang menutupi. Sinar bias dan

ultraviolet menarik lalat hijau (blow flies) tetapi tidak terlalu

efektif untuk lalat rumah. Metode ini harus diuji dibawah kondisi

setempat sebelum investasi selanjutnya dibuat. Alat ini kadang

digunakan di dapur rumah sakit dan restoran.

4. Pemasangan kawat kasa pada pintu dan jendela atau ventilasi.

Pemasangan kawat kasa dapat menangkap lalat yang akan masuk

melalui pintu dan jendela. Hal ini mudah dilakukan dan dapat

berguna untuk waktu yang lama.

5. Fly grill

atau sering disebut blok grill oleh sebagian orang, fly grill adalah

suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur kepadatan lalat di

suatu tempat.

2.3.7 Cara Mengukur Kepadatan Lalat dengan Fly Grill

Fly grill atau yang sering disebut blok grill oleh sebagian

orang, adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur

kepadatan lalat di suatu tempat. Alat ini dipergunakan di dunia

kesehatan, khususnya kesehatan lingkungan. Alat ini sering

dipergunakan untuk mengukur kepadatan lalat di tempat umum,

misalnya pasar, tempat sampah umum, warung makan, terminal,

stasiun. Cara membuat fly grill sangat mudah dan tidak diperlukan

Page 60: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

42

keahlian khusus untuk membuatnya, bahan untuk membuat fly grill

mudah untuk didapatkan, fly grill kuat dan mudah disimpan,

permukaan fly grill luas sehingga dapak menangkap lalat lebih banyak

dan dapat digunakan untuk jangka panjang. Fly grill diletakkan pada

titik yang akan diukur dan jumlah lalat yang hinggap dihitung selama

30 menit, tiap titik diadakan 10 kali perhitungan, kemudian diambil 5

angka perhitungan tertinggi dan dibuat rata-rata.

Angka ini merupakan indek populasi lalat pada satu titik

perhitungan. Pengukuran terhadap populasi lalat dewasa lebih tepat

dan bisa diandalkan dari pada pengukuran populasi larva lalat.

Sebagai interpretasi hasil pengukuran indek populasi lalat juga

berguna untuk menentukan tindakan pengendalian yang akan

dilakukan. Indek populasi lalat terbagi menjadi :

a. 0-2 ekor : rendah atau tidak menjadi masalah.

b. 3-5 ekor : sedang atau perlu tindakan pengendalian

terhadap tempat perkembangbiakan lalat.

c. 6-20 ekor : tinggi atau populasi cukup padat, perlu

pengamanan terhadap tempat-tempat perindukan lalat dan

bila mungkin direncanakan upaya pengendalian.

d. 21 ekor : sangat tinggi sehingga perlu dilakukan

pengamanan terhadap tempat-tempat perkembangbiakan

lalat dan pengendalian lalat (Wijayanti, 2009).

Page 61: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

43

2.3.8 Cara Mengukur Kepadatan Lalat dengan Fly Trap

Fly trap adalah suatu alat yang dipergunakan untuk menangkap

lalat dalam jumlah yang cukup besar besar atau padat. Tempat yang

menarik lalat untuk berkembangbiak dan mencari makan adalah

perangkap yang gelap. Bila lalat mencoba makan dan terbang akan

tertangkap dalam perangkap yang diletakkan di mulut fly trap yang

terbuka itu. Sebuah model perangkap akan terdiri dari kawat kasa

sebagai penutup dan beralaskan kayu untuk menempatkan umpan,

tutup kayu dengan celah kecil dan sangkar di atas penutup. Celah

berdiameter 2 cm antara penutup yang berbentuk kerucut dengan

puncak terbuka. Hal tersebut untuk memberi kelonggaran kepada lalat

untuk bergerak menuju penutup. Perangkap harus ditempatkan diudara

terbuka di bawah sinar cerah matahari, jauh dari keteduhan

pepohonan. Indek populasi lalat terbagi menjadi :

a. 0-2 ekor : rendah atau tidak menjadi masalah.

b. 3-5 ekor : sedang atau perlu tindakan pengendalian

terhadap tempat perkembangbiakan lalat.

c. 6-20 ekor : tinggi atau populasi cukup padat, perlu

pengamanan terhadap tempat-tempat perindukan lalat dan

bila mungkin direncanakan upaya pengendalian.

d. 21 ekor : sangat tinggi sehingga perlu dilakukan

pengamanan terhadap tempat-tempat perkembangbiakan

lalat dan pengendalian lalat.(Wijayanti, 2009).

Page 62: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

44

2.4 Kerangka Teori

Pengelolaan sampah sangat penting untuk mencegah penularan penyakit

yang salah satu penularannya melalui vektor Musca domestica (lalat rumah). Bila

lalat menghinggap di makanan manusia maka kotoran yang dibawa dari sampah

yang menempel di bulu atau kakinya dapat mencemari makanan yang akan di

makan manusia slah satunya balita, sehingga akan timbul penyakit diare. Berikut

kerangka teori penelitian ini :

Page 63: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

45

Bagan 2.1

Kerangka teori

Sumber : Modifikasi dari Wijayanti dan Depkes RI Tahun 2009

Keterangan :

: Tidak di bahas lebih lanjut dalam penelitian ini

: Di bahas lebih lanjut dalam penelitian ini

Pengelolaan

sampah

Penyimpanan

Pemisahan

Pembuangan

TPS (Tempat Pembuangan

Sementara)

TPSK

(Tempat Pembuangan

Sampah Kolektif)

Timbunan sampah

Bau/Pembusukan

- Pendidikan

- Pengetahuan

- Sosial

Ekonomi

Daya tarik vektor Musca

domestica (lalat rumah)

Makanan Sumber air

Perilaku ibu :

- Mencuci tangan

- Menutup

makanan

- Merebus air Diare

Tinja

Karakteristik Balita :

- Umur

- Pemberian ASI

Eksklusif

- Status gizi

- Daya tahan tubuh

- Penyakit lain

Jarak

Page 64: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

46

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teoritis di atas, untuk penelitian ini dibuat kerangka

konsep penelitian yang dibatasi hanya pada beberapa faktor seperti tampak pada

gambar 3.1 dibawah ini. Beberapa variabel tidak diteliti yaitu tahap pembuangan,

karena peneliti memfokuskan kepada pengelolaan sampah rumah tangga bukan di

TPSK (Tempat Pembuangan Sementara Kolektif). Selain itu pada karakterisitik

balita dan karakteristik ibu tidak di teliti karena dalam penelitian ini lebih di

tekankan kepada variabel pengelolaan sampah dan vektor Musca domestica.

Variabel merebus air tidak diteliti karena secara garis besar warga melakukan

perebusan air, sehingga diperkirakan data akan menjadi homogen.

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi variabel bebas adalah

variabel pengelolaan sampah (yang meliputi variabel: pemisahan dan

penyimpanan); variabel jarak tempat sampah; variabel daya tarik vektor Musca

domestica (lalat rumah) (yang meliputi: populasi vektor lalat rumah di pantry dan

frekuensi kunjungan lalat di tempat sampah).

Adapun sebagai variabel terikat adalah risiko diare. Kerangka konsep

hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor Musca

domestica dengan risiko diare pada baduta dapat dilihat pada bagan berikut :

Page 65: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

47

Bagan 3.1

Kerangka Konsep

Pengelolaan sampah :

- Pemisahan

- Penyimpanan

Jarak Tempat Sampah

- Jarak tempat sampah

dengan pantry

Daya tarik vektor Musca

domestica (lalat rumah) :

- Populasi vektor Musca

domestica di pantry

- Frekuensi vektor Musca

domestica kunjungan di

tempat sampah

Diare Pada

Baduta (Bayi

Dua Tahun)

Page 66: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

48

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Dependent dan Independent

Tabel 3.1

Variabel Dependent dan Independent

No Variabel Definisi

Operasional

Cara

Ukur

Alat

Ukur

Skala

Ukur

Hasil Ukur

1. Diare Buang air besar

lembek, cair

bahkan dapat

berupa air saja

yang

frekuensinya

lebih sering dari

biasanya

(biasanya 3 kali

atau lebih dalam

sehari) dan

berlangsung

kurang dari 14

hari.

Interview Kuesioner Nominal 1 =Risiko Diare,

jika balita

mengalami buag

air besar dengan

frekuensi >3 kali

atau lebih dalam

sehari dengan

kondisi tinja cair

pada perode 2

minggu yang lalu

sampai saat

dilakukan

wawancara

2 = Tidak risiko

diare jika balita

tidak mengalami

buag air besar

dengan frekuensi

>3 kali atau lebih

dalam sehari

dengan kondisi

tinja cair pada

perode 2 minggu

yang lalu sampai

saat dilakukan

wawancara

Page 67: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

49

Variabel Independent

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat

Ukur

Skala

Ukur

Hasil Ukur

Faktor

Pengelolaan

Sampah

1. Pemisahan

Sampah

Pemisahan

sampah adalah

pemisahan

sampah organik

dan anorganik

yang dilakukan

oleh keluarga di

Kelurahan

Ciputat

Interview

mengisi

kuesioner

dan

observasi

Kuesioner

Dan

lembar

observasi

Ordinal 1= Tidak, jika

tidak

melakukan

pemisahan

sampah organik

dan anorganik

2 =Ya, jika

melakukan

pemisahan

sampah organik

dan anorganik.

2. Penyimpanan

Sampah

Penyimpanan

sampah yaitu

adanya tempat

penyimpanan

sampah di

rumah tangga

yang memenuhi

syarat seperti

pondasi kuat,

memiliki tutup

dan kedap air.

Observasi Lembar

observasi

Ordinal 1 = tidak kuat

(wadah yang

terbuat dari

plastik), tidak

tertutup dan

tidak kedap air.

2 = kuat

(wadah yang

terbuat dari

semen, dan

kayu),

memiliki tutup

dan kedap air

Page 68: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

50

No. Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat

Ukur

Skala

Ukur

Hasil Ukur

Jarak

Tempat

Sampah

1. Jarak tempat

sampah

dengan

pantry

Seberapa jauh

tempat sampah

diletakkan

dengan pantry

atau tempat

akhir

meletakkan

makanan

Observasi Lembar

observasi

Ordinal 1 = < 1 meter

2 = > 1 meter

(Junias, 2008).

Daya tarik

vektor

Musca

domestica

(lalat

rumah)

1. Populasi

vektor

Musca

domestica di

pantry

Ada atau

tidaknya vektor

Musca

domestica (lalat

rumah) di

lokasi setelah

dilakukan

pengukuran.

Pengukuran

dilakukan di

dalam rumah

(pantry)

Pengukuran

frekuensi

kunjungan

lalat dan

observasi

Fly Trap Ordinal 1 = tinggi, jika

angka

frekuensi

kunjungan lalat

≥ 6 ekor

2= rendah, jika

frekuensi

kunjungan lalat

0-5 ekor.

(Depkes, 2005)

Page 69: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

51

No. Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat

Ukur

Skala

Ukur

Hasil Ukur

2. Frekuensi

kunjungan

lalat

Frekuensi

kunjungan lalat

adalah jumlah

vektor Musca

domestica (lalat

rumah) di

lokasi setelah

dilakukan

pengukuran.

Pengukuran

dilakukan di

luar rumah

(tempat

sampah)

Pengukuran

frekuensi

kunjungan

lalat dan

observasi

Fly grill

dan Hand

counter

Ordinal 1 = tinggi, jika

angka

frekuensi

kunjungan lalat

≥ 6 ekor

2= rendah, jika

frekuensi

kunjungan lalat

0-5 ekor.

(Depkes, 2005)

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara pengelolan sampah rumah tangga (pemisahan

dan penyimpaanan) dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan

Ciputat Tahun 2014.

2. Ada hubungan antara jarak tempat sampah dengan risiko diare pada

baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.

3. Ada hubungan antara daya tarik vektor Musca domestica (lalat rumah)

terhadap risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.

Page 70: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

52

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunankan jenis penelitian kuantitatif dengan desain

studi cross sectional di mana pengukuran variabel independen dan variabel

dependen dilakukan pada waktu yang bersamaan. Penelitian ini adalah sebuah

penelitian observasional studi yang bersifat deskriptif-analitik. Deskriptif yaitu

menggambarkan distribusi frekuensi pengelolaan sampah (pemisahan dan

penyimpanan) dan daya tarik vektor Musca domestica (populasi vektor Musca

domestica dan frekuensi kunjungan vektor Musca domestica) di Kelurahan

Ciputat tahun 2014. Sedangkan analitik yaitu untuk melihat secara analitik

hubungan berbagai variabel dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan

Ciputat.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Ciputat wilayah kerja

Puskesmas Ciputat.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan bulan Juni 2014.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah bayi usia 0-24 bulan di Kelurahan

Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2014. Sampel penelitian ini adalah

bayi usia 0-24 bulan, sedangkan responden adalah ibu dari bayi.

Page 71: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

53

4.3.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah responden penelitian ini yaitu ibu dari bayi

berumur 0-24 bulan yang memiliki tempat sampah yang berada di luar

rumah dan memiliki pantry (tempat terakhir menaruh makanan) dan

bersedia untuk di wawancarai.

4.3.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusif adalah responden penelitian yaitu ibu dari bayi

berumur 0-24 bulan yang tidak memiliki tempat sampah atau tempat

sampah berada dalam rumah, tidak memiliki pantry, dan tidak bersedia

untuk di wawancarai.

4.4 Sampel Penelitian

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus (Dahlan,

M.Sopiyudin, 2010)

[ 1 2 √2PQ 1 √P1Q1 P2Q2

P1 P2]

2

Keterangan:

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan

P1 : Proporsi kejadian pada salah satu kelompok tertentu

sebesar 0,683 (Variabel mencuci tangan terhadap

kejadian diare pada balita) dari penelitian terdahulu

(Manalu, dkk 2012).

Page 72: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

54

P2 : Proporsi kejadian pada salah satu kelompok tertentu

sebesar 0,3846 dari penelitian terdahulu.

Q1 : 1 – P1

Q2 : 1 – P2

P : Rata-rata proporsi ((P1+P2)/2))

Q : 1 – P

Z1- /2 : Derajat kemaknaan, pada dua sisi (two tail) yaitu

sebesar %= 1,96

Z1- : Kekuatan uji 1- , yaitu sebesar 95%= 0, 84

Perhitungan:

[ 1 2 √2PQ 1 √P1Q1 P2Q2

P1 P2]

2

[1 96 √2 0 5 0 5 0 84 √0 683 0 317 0 317 0 683

0 683 0 317]

2

[1 3859 0 5702

0 28]2

[1 9369

0 366]2

[5 3]2

28 09 28

28 = 68,3% x n’

Page 73: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

55

n’ = 40,99 41 x 2 = 82

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode stratified random sampling. Berdasarkan perhitungan

sampel secara uji beda dua proporsi maka didapatkan jumlah sampel yang

diambil sebanyak 82 baduta. Untuk mengantisipasi adanya kesalahan dan

kekurangan sampel maka besar sampel ditambah 10% dari minimal sampel,

sehingga besar sampel (n) = 82 + 8,2 = 90 orang.

Adapun langkah-langkah penentuan sampelnya adalah sebagai berikut:

Bagan 4.1

Langkah-langkah Penentuan Sampel

RW 13 RW 4 RW 6 RW 2 RW 1 RW 2

RW 12 RW 10 RW 3 RW 11 RW 5 RW 9

7

sampel

9

sampel 5

sampel

7

sampel

5

sampel

6

sampel

5

sampel

8

sampel

4

sampel

8

sampel

4

sampel

12

sampel

4

sampel

Puskesmas Ciputat

Kelurahan Ciputat

RW 7

6

sampel

RW 14

Posyandu

Page 74: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

56

Posyandu di Wilayah Kelurahan Ciputat

Bagan 4.2

Sampling Frame

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, terdapat 15 RW di Kelurahan

Ciputat. Pemilihan RW terpilih berdasarkan jumlah balita dengan kasus diare

terbanyak. Terdapat 2 RW yakni RW 08 dan RW 14 yang tidak masuk dalam

sampel karena masalah perizinan yang tidak di dapatkan, hal ini termasuk dalam

keterbatasan penelitian. Jadi sampel penelitian ini ada 8 posyandu yang masing

4

balita

6

balita

12

balita

5

balita 8

balita 4

balita 8

balita

Nangka

Jambu

Durian

Pisang

Alpukat Anggur Duku

Melon

Jeruk

Aspol

Manggis

Apel

Belimbing

Rw

01 Rw

02 Rw

03 Rw

04

Rw

05 Rw

06

Rw

07

Rw

08 Rw

10

Rw

11

Rw

12

Rw

13 Rw

14 Rw

09 275

balita

202

balita

118

balita

188

balita

234

balita

143

balita

217

balita

105

balita

253

balita

382

balita 145

balita

313

balita

104

balita

9

balita 7

balita 6

balita 7

balita

7

balita

4

balita

Rw

15

Sawo

100

balita

Page 75: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

57

masing diketahui jumlah balitanya. Berikut di bawah ini adalah nama posyandu

yang ada di Kelurahan Ciputat beserta jumlah balita di tiap posyandu tersebut :

1. Posyandu Nangka = 275 balita

2. Posyandu Belimbing = 202 balita

3. Posyandu Jambu = 118 balita

4. Posyandu Durian = 188 balita

5. Posyandu Pisang = 234 balita

6. Posyandu Alpukat = 143 balita

7. Posyandu Duku = 217 balita

8. Posyandu Sawo = 100 balita

9. Posyandu Anggur= 105 balita

10. Posyandu Melon = 253 balita

11. Posyandu Jeruk = 382 balita

12. Posyandu Aspol = 145 balita

13. Posyandu Manggis = 313 balita

14. Posyandu Apel = 104 balita

Page 76: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

58

Penentuan balita di masing-masing posyandu yang akan dijadikan

sampel dipilih secara proporsional dari balita di masing-masing posyandu,

uraiannya sebagai berikut.

1) Posyandu Nangka = 275/2779 x 90 = 9 balita

2) Posyandu Belimbing = 202/2779 x 90 = 7 balita

3) Posyandu Jambu = 118/2779 x 90 = 4 balita

4) Posyandu Durian = 188/2779 x 90 = 6 balita

5) Posyandu Pisang = 234/2779 x 90 = 8 balita

6) Posyandu Alpukat = 143/2779 x 90 = 5 balita

7) Posyandu Duku = 217/2779 x 90 = 7 balita

8) Posyandu Anggur= 105/2779 x 90 = 4 balita

9) Posyandu Melon = 253/2779 x 90 = 8 balita

10) Posyandu Jeruk = 382/2779 x 90 = 12 balita

11) Posyandu Aspol = 145/2779 x 90 = 5 balita

12) Posyandu Manggis = 313/2779 x 90 = 10 balita

13) Posyandu Apel = 104/2779 x 90 = 4 balita

Setelah diketahui masing-masing sampel di tiap posyandu, maka

penentuan nomor sampel balita dipilih secara random dengan menggunakan

Page 77: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

59

rumus randbetween yang ada di microsoft excel. Berikut adalah hasi sampel

terpilih :

Tabel 4.1

Sampling Frame

No. Nama Posyandu Jumlah balita Sampel Terpilih Nomor Sampel

1 Posyandu Jeruk 382 12 307, 102, 113, 242,

212, 19, 138, 80, 45,

142, 319, 373

2 Posyandu Manggis 313 10 52, 82, 126, 132, 183,

195, 209, 221, 242, 300

3 Posyandu Nangka 275 9 19, 134, 137, 162, 189,

228, 48, 64, 139

4 Posyandu Melon 253 8 2, 19, 47, 49, 159, 210,

233, 249

5 Posyandu Pisang 234 8 31, 32, 62, 120, 173,

199, 200, 204

6 Posyandu Duku 217 7 4, 32, 74, 82, 90, 148,

180

7 Posyandu Belimbing 202 7 26, 36, 62, 64, 83, 87,

200

8 Posyandu Durian 188 6 4, 7, 23, 32, 41, 57

9 Posyandu Aspol 145 5 8, 37, 55, 64, 72

10 Posyandu Alpukat 143 5 4, 8, 21, 31, 32

11 Posyandu Jambu 118 4 4, 7, 25, 45, 58, 69

12 Posyandu Anggur 105 4 2, 11, 16, 39

13 Posyandu Apel 104 4 36, 39, 47, 54

Page 78: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

60

4.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan melalui data primer dan

data sekunder yang diuraikan sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

responden dengan menggunakan alat ukur kuesioner melalui

wawancara dengan ibu dari bayi, observasi dan uji daya tarik

vektor Musca domestica dengan menggunakan fly grill dan fly

trap. Variabel yang dapat diketahui dari kuesioner ialah variabel

pengelolaan sampah (pemisahan dan penyimpanan). Variabel yang

dapat diketahui dengan melakukan obeservasi adalah variabel

populasi vektor Musca domestica dan variabel frekuensi kunjungan

daya tarik vektor Musca domestica.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2012 dan profil Kesehatan Puskesmas

Ciputat tahun 2010 dan laporan bulanan Puskesmas Ciputat tahun

2012.

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan pertanyaan

tertutup yang disebarkan ke ibu-ibu yang bayinya menjadi sampel. Kuesioner

terdiri dari beberapa item pertanyaan. Kuesioner dalam penelitian ini mencakup

pertanyaan mengenai variabel pengelolaan sampah (pemisahan dan

Page 79: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

61

penyimpanan). Untuk mengetahui risiko diare pada variabel daya tarik vektor

Musca domestica mengetahuinnya dengan menggunakan fly grill dan fly trap.

Berikut adalah gambar fly grill dan fly trap:

Gambar 4.1 Gambar 4.2

Fly Grill Fly Trap

4.6.1 Rencana Uji Fungsi Fly Grill

1. Menentukan lokasi penghitungan kepadatan lalat

2. Mengeluarkan fly grill

3. Meletakkan fly grill rekayasa pada titik sampling yang telah

ditentukan

4. Menghitung kepadatan lalat di titik tersebut dengan durasi setiap

30 detik ada berapa lalat yang menempel. Kemudian tiap titik

diulang 10 kali.

5. Menghitung rata-rata kepadatan lalat setiap titik dari 5

penghitungan tertinggi kemudian dibagi 5.

6. Hasil dari setiap titik kemudian dijumlahkan dan dicari rata-

ratanya

7. Hasil kepadatan lalat tersebut lalu dibandingkan dengan

interpretasi untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

Page 80: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

62

4.6.2 Rencana Uji Fungsi Fly Trap

1. Menentukan lokasi penghitungan kepadatan lalat

2. Mengeluarkan fly trap

3. Meletakkan fly trap rekayasa pada titik sampling yang telah

ditentukan

4. Menghitung kepadatan lalat di titik tersebut dengan durasi setiap

15 menit ada berapa lalat yang menempel. Kemudian tiap titik

diulang 5 kali.

5. Menghitung rata-rata kepadatan lalat dari 5 penghitungan tertinggi

kemudian dibagi 5.

6. Hasil dari setiap titik kemudian dijumlahkan dan dicari rata-

ratanya

7. Hasil kepadatan lalat tersebut lalu dibandingkan dengan

interpretasi untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

4.7 Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

program komputer berupa software. Variabel yang dilakukan dengan

menggunakan komputer yaitu variabel pengelolaan sampah (pemisahan dan

penyimpanan), variabel daya tarik vektor Musca domestica (populasi vektor

lalat dan frekuensi kunjungan lalat. Adapun untuk tahapan-tahapan yang

dilakukan dalam pengolahan data primer dari variabel dependen dan variabel

independen adalah sebagai berikut:

Page 81: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

63

1. Editing data, yaitu kuisioner yang telah diisi dilihat kelengkapan

jawabannya, sebelum dilakukan proses pemasukan data ke dalam

komputer.

2. Coding data yaitu membuat klasifikasi data dan memberi kode pada

jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuisioner.

3. Editing Data, yaitu dilakukan untuk memeriksa kebenaran dan

kelengkapan data, seperti konsistensi pengisian setiap jawaban kuesioner,

kelengkapan pengisisan dan kesalahan pengisian. Data ini merupakan data

input utama untuk penelitian.

4. Entry data, yaitu dilakukan pemasukan data ke dalam template yang telah

dibuat.

5. Cleaning data, yaitu data yang telah di entry dicek kembali untuk

memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik kesalahan

pengkodean maupun kesalahan dalam membaca kode. Dengan demikian

diharapkan data tersebut benarbenar siap untuk dianalisis.

4.8 Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini berupa analisis univariat dan analisis

bivariat.

4.8.1 Analisa Data Univariat

Analisa data univariat pada penelitian ini digunakan untuk

menganalisis variabel dependen yaitu risiko diare pada baduta maupun

variabel independen yaitu gambaran pemisahan sampah, gambaran

penyimpanan sampah, gambaran jarak tempat sampah dengan rumah,

Page 82: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

64

gambaran populasi vektor Musca domestica di pantry dan gambaran

frekuensi kunjungan lalat rumah di tempat sampah.

4.8.2 Analisa Data Bivariat

Analisa data bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada

hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen yaitu

risiko diare dengan pengelolaan sampah (pemisahan dan penyimpanan),

risiko diare dengan jarak tempat sampah dan risiko diare dengan daya tarik

vektor Musca domestica (populasi vektor Musca domestica dan frekuensi

kunjungan Musca domestica), Pada analisa ini digunakan uji chi square

dengan rumus:

X2 = Σ (O – E)2

E

Keterangan:

X2 = Chi square

O = Nilai observasi

E = Nilai Ekspektasi (Nilai Harapan)

Secara statistik dalam penelitian ini disebut ada hubungan yang

bermakna atau signifikan antara variabel independen dan variabel

dependen yaitu apabila nilai P value ≤ 0,05. Namun apabila nilai P value >

0,05 maka berarti antara variabel dependen dan variabel independen tidak

ada hubungan yang bermakna.

Page 83: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

65

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Analisis Univariat

Analisis univariat mendeskripsikan risiko diare pada baduta, pengumpulan

sampah, penyimpanan sampah, jarak tempat sampah dengan pantry rumah,

frekuensi kunjungan daya tarik vektor Musca domestica (lalat rumah), populasi

vektor Musca domestica (lalat rumah) di pantry dan frekuensi kunjungan vektor

Musca domestica (lalat rumah) di tempat sampah.

5.1.1 Gambaran Risiko Diare Pada Balita

Adapun hasil yang dapat diperoleh mengenai risiko diare

pada baduta dapat dilihat ada diagram 5.1 berikut.

Diagram 5.1 Proporsi Gambaran Frekuensi Risiko Diare Pada

Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014

Berdasarkan diagram 5.1 dari hasil analisis gambaran

risiko diare pada baduta, diperoleh bahwa 27,8% baduta berisiko

diare dan 72,2% baduta tidak berisiko diare. Dari diagram tersebut

28%

72%

Distribusi Frekuensi Risiko Diare Pada Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014

Risiko Diare Tidak Risiko Diare

Page 84: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

66

terlihat bahwa lebih banyak responden baduta yang tidak berisiko

diare.

5.1.2 Distribusi Faktor Pengelolaan Sampah

Faktor pengelolaan sampah dalam penelitian ini meliputi

pemisahan sampah dan penyimpanan sampah. Di bawah ini akan

dijelaskan distribusi pemisahan sampah yang dilakukan responden

di Kelurahan Ciputat.

a. Distribusi Pemisahan Sampah

Berikut ini adalah gambaran pemisahan sampah yang

dilakukan responden di Kelurahan Ciputat.

Tabel 5.1

Distribusi Pemisahan Sampah Di Kelurahan Ciputat Tahun

2014

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1, diketahui

bahwa sebagian besar responden tidak melakukan pemisahan

sampah yakni pemisahan sampah organik dan anorganik sebanyak

82,2% responden. Sedangkan yang melakukan pemisahan sampah

sebanyak 17,8% responden.

Pemisahan Sampah Frekuensi Persentase (%)

Tidak 74 82,2

Ya 16 17,8

Jumlah 90 100

Page 85: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

67

b. Distribusi Penyimpanan Sampah

Berdasarkan hasil penelitian distribusi penyimpanan

sampah pada tempat tinggal responden diperoleh 33,3% memiliki

tempat penyimpanan sampah yang tidak kuat dan 66,7% memiliki

tempat penyimpanan sampah yang kuat. Dari hasil tersebut

menyatakan bahwa lebih banyak responden yang memiliki tempat

penyimpanan sampah yang kuat. Hal ini tersajikan pada tabel

distribusi penyimpanan sampah pada tabel 5.2 di bawah ini:

Tabel 5.2

Distribusi Penyimpanan Sampah Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014

5.1.3 Distribusi Jarak Tempat Sampah Dengan Pantry Rumah

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebesar

24,4% tempat tinggal responden memiliki jarak tempat sampah

kurang dari 1 meter dari pantry, sedangkan 75,6% responden

memiliki jarak tempat sampah lebih dari 1 meter dari pantry.

sebesar sebagian besar responden memiliki jarak tempat sampah

lebih dari 1 meter dari pantry. Hal tersebut tersajikan pada tabel

distribusi jarak tempat sampah dengan pantry rumah pada tabel 5.3

dibawah ini:

Penyimpanan Sampah Frekuensi Persentase

Tidak Kuat 30 33,3

Kuat 60 66,7

Jumlah 90 100

Page 86: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

68

Tabel 5.3

Distribusi Jarak Tempat Sampah Dengan Pantry

Rumah Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014

Jarak Tempat Sampah Dengan Pantry Frekuensi Persentase (%)

Kurang Dari 1 Meter 22 24,4

Lebih Dari 1 Meter 68 75,6

Jumlah 90 100

5.1.4 Distribusi Frekuensi Kunjungan Daya Tarik Vektor

Musca domestica (Lalat Rumah)

Dalam penelitian ini frekuensi kunjungan daya tarik vektor

Musca domestica (Lalat Rumah) di peroleh dengan menggunakan

Fly Griil (untuk di tempat sampah) dan untuk populasi vektor

Musca domestica (Lalat Rumah) di pantry menggunakan Fly Trap .

Hasil dari penelitian dibagi menjadi dua, yaitu tinggi dan rendah.

Adapun distribusi frekuensi kunjungan vektor Musca domestica

dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini:

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Kunjungan Daya Tarik Vektor Musca domestica

(Lalat Rumah) Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014

B

e

rdasarkan tabel 5.4 dari hasil analisis gambaran kunjungan daya

Kunjungan Daya Tarik Vektor Musca

domestica (Lalat Rumah)

Frekuensi Persentase

(%)

Tinggi 16 17,8

Rendah 74 82,2

Jumlah 90 100

Page 87: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

69

tarik vektor Musca domestica (Lalat Rumah), diperoleh sebesar

17,8% rumah responden memiliki kunjungan daya tarik vektor

Musca domestica (Lalat Rumah) yang tinggi dan 82,2% rumah

responden memiliki kunjungan daya tarik vektor Musca domestica

(Lalat Rumah) yang rendah. Dari hasil tersebut terlihat bahwa lebih

banyak responden yang memiliki kunjungan daya tarik vektor

Musca domestica (Lalat Rumah) yang rendah.

5.1.5 Distribusi Frekuensi Populasi Vektor Musca domestica

(Lalat Rumah) Di Pantry

Frekuensi populasi vektor Musca domestica dalam

penelitian ini menggunakan alat Fly Trap. Hasil dari penelitian di

kategorikan menjadi dua yakni rendah dan tinggi. Adapun

distribusi frekuensi populasi vektor Musca domestica (lalat rumah)

di pantry dapat dilihat pada diagram 5.2 dibawah ini.

Diagram 5.2 Proporsi Gambaran Frekuensi Populasi Daya

Tarik Vektor Musca Domestica (lalat rumah) Di Pantry Di

Kelurahan Ciputat Tahun 2014

16%

84%

Frekuensi Populasi Vektor Musca Domestica (Lalat Rumah) Di Pantry

Kelurahan Ciputat Tahun 2014

Tinggi Rendah

Page 88: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

70

Berdasarkan diagram 5.2 diketahui bahwa sebagaian besar

responden yakni 84,4% responden memiliki frekuensi populasi

vektor Musca domestica (Lalat Rumah) di pantry yang rendah.

Sedangkan 15,6% responden memiliki populasi vektor Musca

domestica (Lalat Rumah) di pantry yang tinggi.

5.1.6 Distribusi Frekuensi Kunjungan Vektor Musca domestica

(Lalat Rumah) Di Tempat Sampah

Dalam penelitian ini frekuensi kunjungan vektor Musca

domestica menggunakan alat Fly Griil.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 74,4% rumah

responden memiliki frekuensi kunjungan vektor Musca domestica

di tempat sampah yang rendah. Sedangkan 25,6% rumah

responden memiliki frekuensi kunjungan vektor Musca domestica

(Lalat Rumah) di tempat sampah yang tinggi. Hal ini tersajikan

pada tabel distribusi frekuensi kunjungan vektor Musca domestica

(Lalat Rumah) di tempat sampah pada tabel 5.5 dibawah ini:

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Kunjungan Vektor Musca domestica

(Lalat Rumah) Di Tempat Sampah Kelurahan Ciputat Tahun 2014

Kunjungan Vektor Musca

domestica (Lalat Rumah) Di

Tempat Sampah

Frekuensi Persentase

(%)

Tinggi 23 25,6

Rendah 67 74,4

Jumlah 90 100

Page 89: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

71

5.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat yang

bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependent. Uji yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara pengelolaan

sampah (pemisahan dan penyimpanan) dengan risiko diare pada baduta, hubungan

jarak tempat sampah dengan risiko diare pada baduta dan hubungan antara daya

tarik vektor Musca domestica (lalat rumah) terhadap risiko diare pada baduta

menggunkana uji Chi Square yang hasilnya kan dijelaskan di bawah ini.

5.2.1 Hubungan Antara Pengelolaan Sampah dengan Rsiko Diare

Pada Baduta

Uji Chi Square digunakan untuk variabel pemisahan sampah dan

penyimpanan sampah. Hasil penelitian mengenai hubungan pengelolaan

sampah (pemisahan dan penyimpanan) dengan risiko diare pada baduta

sebagai berikut.

a) Hubungan Pemisahan Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta

Hasil penelitian mengenai hubungan antara pemisahan

sampah dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat

Tahun 2014 sebagai berikut.

Page 90: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

72

Tabel 5.6

Distribusi Baduta Menurut Hubungan Pemisahan Sampah

Dengan Risiko Diare Pada Baduta Di Kelurahan Ciputat tahun

2014

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa sebesar 32,9%

responden yang tidak melakukan pemisahan sampah dan berisiko

diare sedangkan responden yang memisahkan sampah hanya 6,2%

yang berisiko diare. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai

P value sebesar 0,035, yang artinya pada 5% ada hubungan yang

signifikan antara pemisahan sampah dengan risiko diare pada

baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014. Hasil penelitian ini juga

menunjukkan bahwa responden yang tidak melakukan pemisahan

sampah, maka badutanya akan memiliki peluang 5,189 kali

berisiko diare.

b) Hubungan Penyimpanan Sampah Dengan Risiko Diare Pada

Baduta

Hasil penelitian mengenai hubungan penyimpanan sampah

dengan risiko diare pada baduta sebagai berikut.

Pemisahan

sampah

Risiko Diare

Risiko

Diare

Tidak

Risiko

Diare

Total PR P

Value

N % N % N % 5,189 0,035

Tidak 24 32,9 50 67,6 74 100

Ya 1 6,2 15 93,8 16 100

Total 25 27,8 65 72,2 90 100

Page 91: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

73

Tabel 5.7

Distribusi Baduta Menurut Hubungan Penyimpanan Sampah

Dengan Risiko Diare Pada Baduta Di Kelurahan Ciputat

Tahun 2014

Penyimpanan

sampah

Risiko Diare

Risiko

Diare

Tidak

Risiko

Diare

Total PR P

Value

N % N % N % 2,545 0,010

Tidak Kuat 14 46,7 16 53,3 30 100

Kuat 11 18,3 49 81,7 60 100

Total 25 27,8 65 72,2 90 100

Dari tabel 5.7 diketahui bahwa responden yang memiliki

tempat penyimpanan yang tidak kuat lebih banyak berisiko diare

pada baduta (46,7%) dibandingkan dengan responden yang

memiliki tempat penyimpanan sampah yang kuat (18,3%).

Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara penyimpanan sampah dengan risiko diare

pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014, karena nilai P value

0,010 pada 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden

yang tidak menggunakan tempat penyimpanan sampah yang kuat

2,545 kali lebih berisiko diare pada baduta.

5.2.2 Hubungan Antara Jarak Tempat Sampah Terhadap Risiko

Diare Pada Baduta

Hasil penelitian mengenai hubungan antara jarak tempat sampah

dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014 sebagai

berikut.

Page 92: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

74

Tabel 5.8

Distribusi Baduta Menurut Hubungan Antara Jarak Tempat Sampah

Terhadap Risiko Diare Pada Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun

2014.

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa sebesar 31,8% responden

yang memilki jarak tempat sampah dengan pantry kurang dari 1 meter dan

berisiko diare sedangkan responden yang memiliki jarak antara tempat

samah dengan pantry lebih dari 1 meter hanya 26,5% yang berisiko diare.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P value sebesar 0,831, yang

artinya pada 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak tempat

sampah dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.

5.2.3 Hubungan Antara Daya Tarik Vektor Musca Domestica (Lalat

Rumah) Terhadap Risiko Diare Pada Baduta

Hasil pengujian statistik antara variabel daya tarik vektor Musca

domestica dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat tahun

2014 sebagai berikut.

Jarak Tempat

Sampah

Risiko Diare

Risiko

Diare

Tidak

Risiko

Diare

Total PR P

Value

N % N % N % 1,202 0,831

Kurang dari 1

meter

7 31,8 15 68,2 22 100

Lebih dari 1

meter

18 26,5 50 73,5 68 100

Total 25 27,8 65 72,2 90 100

Page 93: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

75

Tabel 5.9

Distribusi Baduta Menurut Hubungan Antara Daya Tarik

Vektor Musca Domestica (Lalat Rumah Terhadap Risiko Diare Pada

Baduta Di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa sebesar 37,5% responden

yang memiliki daya tarik vektor Musca domestica tinggi dan berisko diare

pada badutanya sedangkan untuk responden yang memiliki daya tarik

vektor Musca domestica yang rendah dan berisiko diare pada baduta yaitu

sebesar 25,7%.

Berdasarkan hasil uji statstik didapatkan nilai P value sebesar

0,365 yang artinya pada 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara

daya tarik vektor musca domestica (lalat rumah) terhadap risiko diare pada

baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014.

Vektor

Musca

domestica

Risiko Diare

Risiko

Diare

Tidak

Risiko

Diare

Total PR P

Value

N % N % N % 1,461 0,365

Tinggi 6 37,5 10 62,5 16 100

Rendah 19 25,7 55 74,3 74 100

Total 25 27,8 65 72,2 90 100

Page 94: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

76

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan

penelitian diantaranya yaitu :

1. Penentuan variabel dependen yaitu risiko diare tidak dilakukan dengan

tenaga medis sehingga hanya didasarkan dari informasi dari responden

melalui wawancara dengan kuesioner yang berisi pertanyaan dari definisi

penyakit diare. Walaupun begitu, kuesioner ini telah digunakan pada

penelitian sebelumnya yang telah diuji secara statistik.

2. Pada variabel frekuensi daya tarik kunjungan vektor Musca domestica,

kemungkinan kesalahan pengukuran sehingga bias informasi dapat terjadi.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena terdapat vektor Musca domestica

yang keluar dari perangkap dan tidak terhitung dalam pengukuran.

3. Beberapa jawaban pertanyaan kuesioner yaitu pertanyaan mengenai gejala

diare sangat tergantung kemampuan daya ingat responden sehingga

adanya kemungkinan bias informasi. Akan tetapi jangka waktu yang di

pertanyakan dalam kuesioner hanya jangka waktu dua minggu terakhir.

6.2 Risiko Diare Pada Baduta Di Kelurahan Ciputat

Dari hasil penelitian yang terdapat pada diagram 5.1 diketahui bahwa

sebagian besar baduta di Kelurahan Ciputat tidak berisiko diare (72,2%). Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Irnawati (2012) yang

menemukan kejadian diare pada 60 balita dalam kurun waktu 3 bulan terakhir

Page 95: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

77

yang tidak mengalami diare 38 orang (63,3%) dan mengalami diare 22 orang

(36,7%).

Risiko diare dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

kuesioner yang berisi pertanyaan yang berhubungan dengan definisi penyakit

diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada

bayi dan lebih dari 3 kali pada anak. Konsistensi proses encer dapat berwarna

hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah,

2005). Berdasarkan Kepmenkes RI No.1216/Menkes/SK/XI/2001

menyebutkan bahwa batasan diare akut secara operasional adalah buang air

besar lembek, cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih

sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung

kurang dari 14 hari.

Lebih lanjut, Andriani (2007), menjelaskan salah satu penyebab diare

adalah tercemarnya makanan dan minuman oleh bakteri yang dibawa oleh

lalat rumah (Musca domestica). Lalat ini dianggap mengganggu karena

kesukaannya hinggap di tempat-tempat yang lembab dan kotor, seperti

sampah. Jika makanan yang dihinggapi lalat rumah akan tercemar oleh

mikroorganisme baik bakteri, protozoa, telur/larva cacing atau bahkan virus

yang dibawa dan dikeluarkan dari mulut lalat-lalat dan bila dimakan oleh

manusia, maka dapat menyebabkan penyakit diare.

Risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat hanya 27,8% hal ini

kemungkinan disebabkan populasi dan frekuensi kunjungan vektor Musca

Page 96: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

78

domestica (lalat rumah) cenderung rendah. Sebagian responden mengurangi

risiko diare dengan menurunkan frekuensi daya tarik vektor Musca domestica

(lalat rumah) dengan cara menutup makanan agar tidak terkontaminasi dengan

menggunakan tudung saji ataupun diletakkan dalam etalase.

Pencegahan risiko diare dari vektor Musca domestica dapat dilakukan

dengan beberapa cara, salah satunya seperti perilaku ibu menutup makanan.

Hal lain yang dapat dilakukan yaitu dengan cara jendela dan tempat-tempat

terbuka dipasang kawat kasa, pintu masuk dilengkapi dengan gorden anti lalat

atau dengan cara menghilangkan tempat perindukkannya. Dalam penelitian ini

tempat perindukkan Musca domestica adalah tempat sampah. Tempat sampah

yang baik yakni berkaitan dengan cara pengelolaan sampahnya. Pengelolaan

sampah yang tidak benar mempengaruhi frekuensi keberadaan lalat rumah

sehingga kemungkinan dapat meningkatkan risiko diare. Ada tiga tahapan

pengelolaan sampah rumah, yakni pemisahan, penyimpanan dan pemusnahan.

Namun dalam penelitian ini yang lebih di perdalam hanyalah tahap pemisahan

dan penyimpanan.

Cara lain untuk menurunkan risiko diare dapat di kurangi dengan

melakukan pemisahan antara sampah organik dan anorganik serta mempunyai

tempat penyimpanan sampah yang kuat dan tertutup. Selain itu dapat

dilakukan tindakan pencegahan terhadap vektor Musca domestica (lalat

rumah) dengan menggunakan Fly Trap yaitu alat perangkap penangkap lalat

yang mudah di buat dan harga terjangkau. Atau jika memiliki budget lebih,

dapat menggunakan Fly Catcher System yaitu alat penangkap lalat dengan

Page 97: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

79

menggunakan cahaya sinar lampu UV (Ultra Violet) untuk menjebak lalat

yang hinggap di lampu tersebut.

6.3 Analisis Bivariat

6.3.1 Hubungan Pemisahan Sampah Dengan Risiko Diare Pada

Baduta

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih banyak

responden yang tidak melakukan pemisahan antara sampah organik dan

anorganik. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 5.1 yang menunjukkan

bahwa sebesar 82,2% responden tidak melakukan tahap pemisahan

sampah yaitu pemisahan sampah organik dan anorganik. Sedangkan

17,8% responden melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik.

Berdasarkan hasil analisis dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa

responden yang tidak melakukan pemisahan sampah lebih banyak berisiko

diare (32,9%) dibandingkan dengan responden yang melakukan pemisahan

sampah yaitu sebesar 6,2% beresiko daiare. Hasil uji chi squre

menunjukkan nilai P value sebesar 0,035 (p ≤ 0,05) yang artinya terdapat

hubungan yang signifikan antara pemisahan sampah dengan risiko diare

pada baduta. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Aprina (2013) di Medan yang menyatakan bahwa ada hubugan antara

pemisahan sampah dengan kejadian diare pada balita dengan nilai P value

0,023.

Menurut Suprapto (2005), lalat biasa hidup di tempat-tempat yang

kotor dan tertarik akan bau yang busuk. Benda-benda yang bau busuk juga

Page 98: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

80

merupakan makanan lalat. Sampah terutama sampah basah, cepat berbau

busuk, sehingga merupakan tempat berkembang biak dan tempat makanan

lalat.

Dalam penelitian ini ada hubungan antara pemisahan sampah

dengan risiko diare pada baduta. Dari hasil studi ditemukan ada beberapa

diantara responden yang membuang sampah basah seperti sampah-sampah

potongan-potongan ikan atau ayam ke tempat sampah yang terpisah.

Namun kebiasaan responden lebih banyak membuang sampah organik dan

anorganik pada tempat pembuangan yang sama. Hal ini kemungkinan

yang menyebabkan ada hubungan antara pemisahan sampah dengan risiko

diare pada baduta.

Lalat menyukai tempat yang lembab dan berbau busuk seperti

tempat penyimpanan sampah. Bau busuk yang berada di tempat sampah

kemungkinan disebabkan karena sampah organik yaitu seperti potongan

ikan atau ayam dan sampah anorganik dikumpul dalam tempat

pembuangan yang sama. Untuk mengurangi risiko diare dapat dilakukan

dengan menurunkan frekuensi daya tarik vektor Musca domestica di

tempat sampah dengan cara pemisahan sampah organik dan anorganik.

Hal ini dikarenakan sampah organik lebih cepat mengalami kebusukkan

sehingga membuat daya tarik vektor Musca domestica menjadi tinggi.

Selain itu, tempat sampah harus kuat yakni terbuat dari semen, memiliki

penutup dan di bersihkan dari sisa bahan cair minimal seminggu dua kali.

Page 99: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

81

6.3.2 Hubungan Penyimpanan Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa

46,7% responden yang tidak memiliki tempat penyimpanan sampah yang

tidak kuat atau buruk dapat berisiko diare pada badutanya. Hasil

penelitian ini dengan menggunakan uji chi squre diperoleh nilai P value

0,010 (p ≤ 0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara

tempat penyimpanan sampah dengan risiko diare pada baduta.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Junias dan Balelay (2008) di Kupang dengan hasil penelitian ada

hubungan antara kondisi tempat penyimpanan sampah dengan kejadian

diare. Dalam penelitiannya, faktor musim kemarau menjadi salah satu

pendukung karena tekanan udara yang tidak menentu dengan angin

kencang membuat sampah-sampah yang sudah dikumpulkan kembali

beterbangan. Bahkan sebagaian berserakan karena dikoyak-koyak oleh

binatang peliharaan seperti anjing. Hal inilah yang menjadi pemicu

terjadinya kejadian diare pada responden.

Lebih lanjut, penelitian lain yang dilakukan oleh Budiman, (2011)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kondisi tempat

penyimpanan sampah dengan kejadian diare pada balita dengan nilai P

value 0,001. Menurut Apriadji (1992), tempat penyimpanan sampah yang

baik adalah yang mudah dibersihkan, kuat dan awet, tertutup dan

ditempatkan jauh dari rumah. Karena kondisi tempat penyimpanan sampah

yang buruk akan mendukung penyebaran penyakit lewat vektor penyakit.

Page 100: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

82

Kondisi tempat penyimpanan sampah dengan keadaan terbuka sangat

mendukung akan terjadinya penyebaran virus atau bakteri yang

mengakibatkan diare pada anak balita. Tempat penyimpanan sampah yang

dalam keadaan terbuka banyak dihinggapi lalat yang berterbangan bebas

masuk ke rumah untuk menghinggapi makanan yang ada di rumah.

Pada umumnya kondisi tempat penyimpanan sampah di rumah

penduduk di Kelurahan Ciputat cukup baik yakni kuat dan tetutup. Namun

tidak sedikit pula yang memiliki tempat penyimpanan sampah yang tidak

kuat dan tidak tertutup, hal ini dapat menyebabkan banyak lalat yang akan

hinggap di tempat penyimpanan sampah tersebut. Menurut Dwiyatmo

(2007) bahwa pemberian tutup bertujuan agar sampah tidak menjadi

sarang lalat.

Pada beberapa tempat penyimpanan sampah terdapat sisa bahan

cair, hal ini mungkin menjadi faktor yang dapat mengundang datangnya

vektor seperti lalat. Dari hasil penelitian di lihat pada diagram 5.2

menunjukkan bahwa populasi vektor Musca domestica di pantry dengan

frekuensi tinggi terdapat 15,6% sedangkan untuk frekuensi rendah terdapat

84,4%. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan kunjungan Musca domestica

yang ada di tempat penyimpanan sampah. Berdasarkan tabel 5.5 terlihat

bahwa frekuensi kunjungan Musca domestica yang tinggi sebesar 25,6%

dan frekuensi kunjungan rendah 74,4%.

Page 101: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

83

Lalat dapat menjadi vektor dalam penyebaran penyakit diantaranya

adalah diare. Hal ini kemungkinan besar lalat dapat berkembang biak dan

menyebarkan kuman-kuman yang terdapat dalam sampah tersebut kepada

manusia melalui makanan dan media penularan lainnya. Ditegaskan oleh

Junias (2008) lalat adalah salah satu makhluk yang berperan dalam

penyebaran kejadian diare, bertindak sebagai agen atau vektor mekanis

yang hanya bertindak sebagai alat pemindah pasif.

Pada pola hidup Musca domestica (lalat rumah) tempat uyang

disenangi yaitu tempat yang lembab dan kotor seperti sampah yang

sebagai tempat ntuk bersarang dan berkembang biak. menyukai tempat

yang lembab seperti tempat penyimpanan sampah. Dalam hasil penelitian

diketahui bahwa ada hubungan antara penyimpanan sampah dengan risiko

diare pada balita. Hal ini kemungkinan terjadi karena penumpukkan

sampah yang dibiarkan maka akan berpengaruh kepada daya tarik vektor

Musca domestica (lalat rumah) sehingga memungkinkan mencemari

makanan yang akan di makan baduta dan risiko diare menjadi tinggi.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko diare yakni

tidak membiarkan penumpukkan sampah terjadi dengan cara pembuangan

sampah secara teratur minimal seminggu dua kali. Hal ini juga dapat

mencegah agar tempat penyimpanan sampah tidak terdapat sisa bahan cair

yang dapat membuat mengundang daya tarik vektor Musca domestica.

(lalat rumah). Atau dapat membuat program bank sampah dimana tujuan

dari program ini mengurangi volume penumpukkan sampah sehingga

Page 102: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

84

sampah dapat dikelola dengan baik dan memberi manfaat bagi masyarakat

selain itu dengan hal ini dapat menurunkan frekuensi kunjungan vektor

Musca domestica..

6.3.3 Hubungan Jarak Tempat Sampah Dengan Risiko Diare Pada

Baduta

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih banyak

responden yang memiliki jarak tempat sampah kurang dari 1 meter dari

pantry. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 5.3 yang menunjukkan bahwa

sebesar 75,6% responden memiliki jarak tempat sampah lebih dari 1 meter

dan 24,4% responden memiiki jarak tempat sampah dengan pantry lebih

dari 1 meter.

Berdasarkan hasil analisis dari tabel 5.8 menunjukkan bahwa

responden yang meiliki jarak kurang dari 1 meter lebih banyak berisiko

diare (31,8%) dibandingkan dengan responden yang mempunyai jarak

tempat sampah lebih dari 1 meter yaitu sebesar 26,5% beresiko diare.

Hasil uji chi squre menunjukkan nilai P value sebesar 0,831 (p ≥ 0,05)

yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jarak tempat

sampah dengan risiko diare pada baduta. Hal tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Junias (2008) di Kupang yang menyatakan

bahwa tidak ada hubugan antara letak TPSS dengan kejadian diare dengan

nilai P value 0,92.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa kondisi jarak tempat sampah

di Kelurahan Ciputat cenderung lebih banyak pada jarak lebih dari 1

Page 103: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

85

meter. Hal ini dapat menurunkan risiko diare seperti Menurut Apriadji

(1994) mengemukakan bahwa sebaiknya letak tempat sampah di

tempatkan di luar rumah atau jauh dari rumah dengan tujuan agar

kebersihan rumah terjaga dan mudah diangkut oleh petugas sampah/truk

sampah. Diharapkan dengan hal tersebut dapat mengurangi risiko

pencemaran dan penyebaran vektor penyakit akibat sampah-sampah yang

ada. Selain itu, jika jarak tempat sampah dekat dengan Sarana Air Bersih

(SAB) turut mendukung pencemaran lingkungan terutama pencemaran air

permukaan. Apabila air pada SAB di gunakan oleh keluarga maka bukan

tidak mungkin akan terserang diare (Soemirat, 2005).

Oleh karena itu sebaiknya tempat sampah diletakkan di luar rumah

dengan menggunakan tempat penyimpanan yang kuat dan tertutup

sehingga mengurangi aroma dari tempat dan karenanya menurunkan

frekuensi kunjungan vektor Musca domestica. Selain itu, letak tempat

sampah juga jauh dari Sarana Air bersih (SAB) agar tidak terjadi

pencemaran air permukaan.

6.3.4 Hubungan Daya Tarik Vektor Musca domestica Dengan Risiko

Diare Pada Baduta

Berdasarkan hasil analisis yang terdapat di tabel 5.10

memperlihatkan bahwa hasil pengukuran daya tarik vektor Musca

domestica di rumah responden terdapat 6 baduta (37,5%) berisiko diare

dengan kondisi daya tarik vektor Musca domestica tinggi sedangkan untuk

Page 104: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

86

kondisi daya tarik vektor Musca domestica yang rendah terdapat 19 baduta

(25,7%) berisiko diare.

Hasil uji chi square meunjukkan nilai P value sebesar 0,365 (p ≥

0,05), hal ini menjelaskan tidak ada hubungan yang signifakan antara daya

tarik vektor Musca domestica dengan risiko diare pada baduta. Penelitian

ini sejalan dengan Dharma (2012) yang menyatakan bahwa dari hasil uji

statistik chi square diperoleh nilai p>0,05, artinya tidak ada hubungan

yang signifikan antara kepadatan lalat dengan kejadian diare pada anak.

Hal ini mungkin disebabkan karena kepadatan lalat yang diukur di pantry

(dapur) tidak memiliki hubungan signifikan dengan kejadian diare karena

kemungkinan lalat tidak mencemari makanan yang sudah tertutup dengan

baik, sehingga kemungkinan menderita diare kecil.

Berbeda halnya dengan penelitian Wijayanti (2009) di Bantar

Gebang. Dalam penelitian ini diperoleh informasi bahwa proporsi angka

kepadatan lalat yang tinggi lebih banyak menimbulkan balita sakit diare

dibandingkan angka kepadatan lalat rendah. Secara bivariat ditemukan

hasilnya bahwa ada hubungan yang signifikan antara angka kepadatan lalat

dengan kejadian diare pada balita. Menurut Manalu (2012) lalat

merupakan salah satu insekta (serangga) yang berperan dalam masalah

kesehatan masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran

pencernaan yang dapat memindahkan kuman/patogen penyakit dari

tempat-tempat yang lembab dan kotor, misalnya sampah dan tinja,

Page 105: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

87

kemudian hinggap pada makanan dan minuman manusia yang akhirnya

akan dapat menyebabkan penyakit diare.

Pemerintah melalui Ditjen P2PL (2007) menyarankan masyarakat

untuk mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan lalat, dapat

dilakukan upaya perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan rumah atau

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan akan lingkungan

yang bersih, penataan hunian rumah yang sehat.

Dalam penelitian ini, tidak ada hubungan antara daya tarik vektor

Musca domestica dengan risiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat.

Hal ini kemungkinan terjadi akibat populasi vektor Musca domestica (lalat

rumah) di pantry cenderung rendah sehingga vektor Musca domestica

(lalat rumah) tidak mencemari makanan yang berada di pantry.

Diare bisa terjadi karena infeksi yang berasal dari makanan yang

terkontaminasi oleh lalat atau dapat pula terjadi akibat faktor higienitas ibu

yang tidak terjaga, seperti perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah

makan atau perilaku mencuci tangan setelah BAB.

Upaya pencegahan untuk mengurangi risiko diare pada baduta

antara lain dapat dilakukan dengan cara menggunakan tudung saji agar

makanan tidak terkontaminasi oleh lalat, lalu meningkatkan perilaku hidup

bersih dan sehat dalam hal mengasuh baduta. Terutama perilaku mencuci

tangan sebelum atau sesuadah makan, mencuci tangan sebelum dan

sesudah BAB, mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk

Page 106: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

88

baduta dan sebelum menyuapi baduta. Hal ini sejalan dengan hasil Studi

oleh Marlini (2004) tentang manfaat membasuh tangan dengan sabun

sesudah buang air besar, sebelum makan dan sebelum menyiapkan

makanan, perilaku tersebut merupakan cara yang efektif untuk

menurunkan insiden penyakit diare.

Cuci tangan yang benar adalah pakai sabun dengan air bersih yang

mengalir melalui kran, pancuran, gayung pembilas yang dilakukan setelah

BAB, sebelum makan dan sebelum menyiapkan makanan.

(Muhadjir,2005). WHO sebagai badan kesehatan dunia telah

merekomendasikan tentang pentingnya bercuci tangan WHO pada tahun

2005 mengeluarkan pesan kesehatan untuk mencuci tangan dengan 7

langkah. Dan dalam pelaksanaannya di bidang kesehatan ada yang

mengembangkan menjadi 10 langkah namun intinya adalah pada tahapan

proses yang di lakukan. Sedangkan bagi kalangan medis mencuci tangan

harus lebih disiplin dan mengikuti standar yang berlaku di tiap – tiap

rumah sakit sesuai kebijakan prosedur yang berlaku.Untuk melakukan

tindakan medis operatif wajib mencuci tangan sampai ke siku (WHO,

2005).

Berikut ini adalah langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO

2005 yakni 7 lagkah yang di kembangkan menjadi 10 langkah :

1. Basuh tangan dengan air mengalir

2. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan

Page 107: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

89

3. Gosok punggung tangan dan sela – sela jari tangan kiri dan

tangan kanan, begitu pula sebaliknya.

4. Gosok kedua telapak dan sela – sela jari tangan

5. Jari – jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.

6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan

lakukan sebaliknya.

7. Gosokkan dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di

telapak tangan kiri dan sebaliknya

8. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan

kanan dan lakukan sebaliknya.

9. Bilas kedua tangan dengan air.

10. Keringkan dengan lap tangan atau tissue

Page 108: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

90

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada baduta di

Kelurahan Ciputat, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran baduta yang berisiko diare sebesar 27,8% dan baduta yang

tidak berisiko diare sebesar 72,2%.

2. Gambaran pengelolaan sampah meliputi :

2.1 Gambaran pemisahan sampah yaitu 82,2% responden tidak

melakukan pemisahan sampah dan 17,8% responden melakukan

pemisahan sampah.

2.2 Gambaran penyimpanan sampah yaitu 33,3% responden memiliki

tempat penyimpanan sampah tidak kuat dan 66,7% responden

memiliki tempat penyimpanan sampah yang kuat.

3. Gambaran jarak tempat sampah dengan pantry rumah responden yaitu

24,4% kurang dari 1 meter dan 75,6% lebih dari 1 meter.

4. Gambaran frekuensi kunjungan vektor Musca domestica (lalat rumah)

meliputi:

4.1 Populasi vektor Musca domestica (lalat rumah) di pantry yaitu 15,6%

tinggi kunjungan vektor Musca domestica (lalat rumah) di pantry

dan 84,4% rendah.

Page 109: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

91

4.2 Frekuensi kunjungan vektor Musca domestica (lalat rumah) di tempat

sampah antara lain 25,6% tinggi kunjungan vektor Musca domestica

(lalat rumah) di tempat sampah dan 74,4% rendah.

5. Terdapat hubungan antara pemisahan sampah dengan risiko diare pada

baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014 dengan P value sebesar 0,035.

6. Terdapat hubungan antara penyimpanan sampah dengan risiko diare pada

baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014 dengan P value sebesar 0,010 .

7. Tidak terdapat hubungan antara jarak tempat sampah dengan risiko diare

pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun 2014 dengan P value sebesar

0,831.

8. Tidak terdapat hubungan antara daya tarik vektor Musca domestica (lalat

rumah) terhadap rsiko diare pada baduta di Kelurahan Ciputat Tahun

2014 dengan P value sebesar 0,365.

7.2 Saran

7.2.1 Saran Bagi Masyarakat

1. Membuat dan menjalankan program bank sampah sebagai upaya

dalam mengurangi volume penumpukkan sampah sehingga sampah

dapat di kelola dengan baik dan memberi manfaat bagi masyarakat.

2. Memisahkan sampah organik dan anorganik serta menggunakan

tempat penyimpanan sampah yang kuat yaitu terbuat dari semen

sehingga kokoh dan memiliki tutup.

Page 110: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

92

3. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang telah tersedia misalnya

Puskesmas apabila baduta mengalami gejala diare sehingga

penyakitnya tidak bertambah parah.

7.2.2 Saran Bagi Instansi Terkait (Puskesmas Ciputat)

Dalam upaya pencegahan diare pada baduta, maka perlu peningkatan

kegiatan promosi kesehatan bagi masyarakat terkait diare mengenai

tanda dan gejalanya serta mencegah penyakit diare dengan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) khususnya mengenai perilku mencuci

tangan, pemberian ASI eksklusif pada baduta, dan perilaku menutup

makanan/minuman untuk menghindari kontaminasi.

7.2.3 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Hendaknya bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk membuat

penelitian lebih lanjut dalam bentuk lebih kompleks dan rinci tentang

risiko diare pada baduta serta dengan jumlah sampel yang lebih

banyak lagi.

2. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan bantuan tenaga medis

untuk menentukan penyakit diare pada baduta.

Page 111: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

93

DAFTAR PUSTAKA

Andriani. 2007. Pemberantasan Serangga dan Penyebab Penyakit Tanaman Liar

dan Penggunaan Pestisida. Proyek Pembangunan Pendidikan Sanitasi

Pusat. Pusdiknas Depkes RI.

Apriadji, WH. 1992. Memproses Sampah. Jakarta: Penebar Swadaya.

Aprina, Marina. 2013. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali Dan

Pengelolaan Sampah Di Rumah Tangga Dengan Kejadian Diare Pada

Keluarga Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013. Skripsi:

Universitas Sumatera Utara

Azwar, Azrul. 1983. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara

Sumber Widya.

Bambang I. C. 1992. The Physiologis of Domestic Animal. A Division of Cornell.

University Press, Ithaca New York

Budiman, Juju Juhaeriah, Asep D. Abdila dan Besti Yuliana. 2011. Hubungan

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di

kelurahan Cibabat Kecamatan Cimahi Utara. Jurnal ISSN: 2089-3582.

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta

Corson, Walter H (Editor). 1990. The Global Ecology Handbook, What You Can

Do about the Environmental Crisis. Boston: Beacon Press.

Dahlan, M. Sopiyudin. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel.

Jakarta: Salemba Medika.

Damanhuri, Enri. 2010. Pengelolaan Sampah. Bandung: Diktat Kuliah Teknik

Lingkungan-3104.

Depkes, RI. 2000. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta:

Depkes RI.

Page 112: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

94

Depkes RI. 2001. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No: 1215/Menkes/SK/XI/2001. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia Direktorat Jendral PPM dan PL. 14 Januari 2014

http://www.depkes.go.id

Depkes. 2003. Data Surveilans 200-2003. Jakarta : Ditjen & PL.

Depkes, RI. 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta: Ditjen PPM

dan PL

Depkes RI, 2007. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi Ketiga. Ditjen

PPM & PL. Jakarta

Destri, Magdarina. 2010. Morbiditas dan Mortalitas Diare Pada Balita di

Indonesia Tahun 2000-2007.

Dharma, Surya, Fiesta Octorina, Irnawati Marsaulina. 2012. Hubungan Kondisi

Lingkungan Perumahan Dengan Kejadian Diare Di Desa Sialang Buah

Kecamatan Teluk Mengkudu kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012.

Skripsi: Universitas Sumatera Utara.

Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman. 2010. Profil Dinas Kebersihan

Pertamanan dan Pemaaman Kota Tangerang Selatan. Tangerang Selatan

Dinkes. 2012. Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Tangerang

Selatan

Dunia Pengetahuan Ensiklopedis. 2014. Di akses dari http://id.swewe.net/. Pada

Tanggal 7 Sepetember 2014.

Dwiyatmo, K. 2007. Pencemaran Lingkungan dan Penanganannya. Yogyakarta:

Citra Aji Pratama.

Hadiwiyoto, Soewedo. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta:

Yayasan Indayu.

Hastono, Sutarito Priyo. 2007. Analisis Data Kesehatan. FKM UI.

Page 113: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

95

Junias, M & Balelay, E. 2008. Hubungan Antara Pembuangan Sampah Dengan

Kejadian Dare Pada Penduduk Di Kelurahan Oesapa Kecamatan Kelapa

Lima Kota Kupang. Jurnal MKM Desember 2008, Vol.3, No.2. PDII LIPI.

Kadim M, Soenarto Y, Hegar B, Firmansyah A. 2011. Epidemiology OF

Rotavirus Diarrhea In Children Under Five: A Hospital Based

Surverillance In Jakarta. Paediatr Indones.

Marto S., Subijanto., Reza Gunadi R., Alpha Farda Aniyah. 2008. Diare. Dalam

buku Pedoman Diagnosis dan Terapi BAG/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Jilid

1, Edisi III. RSUD Dokter Soetomo. Surabaya; hal : 2-14.

Maryantuti. 2007. Bakteri Patogen yang Disebabkan oleh Lalat Rumah (Musca

domestica, L) di rumah Sakit Kota Pekan Baru. Skripsi Program Studi

Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Riau, Pekan Baru. Diakses dari http ://one. Indoskripsi.com. Pada Tanggal

30 Desember 2013.

Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Airlangga

University Press.

Najmulmunir, Nandang. 2000. Model Pendugaan Umur Pemanfaatan Tempat

Pembuangan Akhir Sampah Bantargebang Kota Bekasi.

Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Perinasia. 2004. Manajemen Laktasi: Menuju Persalinan Aman Dan Bayi Lahir

Sehat. Jakarta: Poerwanti

Puskesmas, Ciputat. 2010. Laporan Bulanan 1. Ciputat

Puskesmas, Ciputat. 2012. Laporan Bulanan 1. Ciputat

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 1985. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

Page 114: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

96

Sitanggang, Totianto. 2001. Skripsi: Studi Potensi Lalat Sebagai Vektor Mekanik

Cacing Parasit Melalui Pemeriksaan Eksternal. Fakultas Kedokteran Hewan.

Institut Pertanian Bogor. 42 Halaman (Dipublikasikan).

Soemirat, Juli, 2005, Epidemiologi Lingkungan, Gajah Mada University Press,

Yogyakarta

Suprapto, 2005. Dampak Masalah Terhadap Kesehatan Masyarakat. Jurnal

Mutiara Kesehatan Indonesia, vol.1 no.2. Universitas Sumatera Utara.

Suraatmaja, S. 2007. Kapita Selekta Gastroentrologi. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Undang-Undang Nomer 18 Tahun 2008.

Wahab, Abdul. 2011. Pengelolaan dan rekayasa biosistem untuk efisiensi

bioindustri. Dari http://rekayasahayati.blogspot.com/2011/12/perlu-

rekayasa-untuk-mengatasi-masalah.html. Di akses pada Tanggal 27 Agustus

2014

WHO (Unicef). 2002. Pelaksanaan Diare dan Peggunaan Rehidrasi Oral.

Jakarta: EGC.

Wijayanti, Putri Dianing. 2009. Hubungan Tingkat Kepadatan Lalat Dengan

Kejadian Diare ada Balita Yang Bermukim Di Sekitar Tenpat Pembuangan

Akhir Sampah Bantar Gebang Kota Bekasi. Skripsi: Universitas Indonesia.

Widowati T, Mulyani SN, Nirwati H, Soenarto Y. 2012. Diare Rotavirus Pada

Anak Usia Balita. Sari Pediatri

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasannya. Surabaya: Erlangga.

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga.

Widyadmoko, H & Moerdjoko, S. 2002. Menghndari Mengeloh dan

Menyngkirkan Sampah. Jakarta: Abd Tandur.

Wulandari Atik Sri. 2010. Hubungan Kasus Diare Dengan Faktot Sosial Ekonomi

Dan Perilaku. Fakultas Kedokteran. Wijaya Kusuma.

Yeri, Kurniawan, dkk. 2008. Laporan Penelitian: Faktor-faktor Sanitasi Yang

Berpengaruh Terhadap Timbulnya Penyakit Diare Di Desa Klopo Sepuluh

Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoardjo. Fakultas Kedokteran. Wijaya

Kusuma. 79 Halaman (Dipublikasikan)

Page 115: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

97

Lampiran 1

Page 116: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

98

Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN

DAYA TARIK VEKTOR MUSCA DOMESTICA (LALAT RUMAH)

TERHADAP RISIKO DIARE PADA BADUTA DI KELURAHAN

CIPUTAT TAHUN 2014

Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan hormat, saya Kotrun Nida mahasiswi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Kesehatan

Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan bermaksud mengadakan penelitian

mengenai Hubungan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dengan Daya Tarik

Vektor Musca domestica (Lalat Rumah) Terhadap Risiko Diare Pada Baduta Di

Kelurahan Ciputat Tahun 2014.

Penelitian ini menggunakan kuesioner dengan beberapa item pertanyaan,

saya mohon kesediaan saudara untuk menjawab pertanyaan yang ada dengan

lengkap dan jelas. Jawaban saudara akan dirahasiakan. Peneliti sangat menghargai

hak-hak responden dengan menjamin kerahasiaan identitas dan informasi yang

diberikan.

Atas kesedian dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, Juni 2014

Responden,

(..........................)

Peneliti,

Kotrun Nida

Page 117: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

99

No. Responden

Petunjuk Pengisian:

a. Isilah terlebih dahulu biodata anda pada tempat yang telah disediakan!

b. Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan, sebelum anda menjawabnya!

c. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap benar!

Kode Pertanyaan Jawaban Diisi oleh

peneliti

A. Data Responden

A1 Nama

A2 RT/RW

A3 Umur

A4 No. Telepon/Hp

B. Karakteristik Baduta

B1 Nama Baduta

B2 Jenis Kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan

B3 Umur Balita (..............) Bulan

C. Pemisahan Sampah

C1 Apakah ibu memisahkan antara

sampah organik (sampah yang dapat

membusuk, misalnya, sisa-sisa

makanan, daun-daunan, buah-buahan)

dengan sampah anorganik (sampah

yang tidak dapat membusuk, misalnya

logam/besi, pecahan gelas, plastik dan

sebagainya)?

1. Ya

2. Tidak

[ ]

C2 Bagaimana cara ibu melakukan

pemusnahan sampah ?

1. Diangkut oleh

petugas

2. Dibakar

3. Dibuang

sembarangan

[ ]

C3 Jika sampah diangkut oleh petugas, 1. < 2 kali

2. > 2 kali

[ ]

Page 118: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

100

berapa kali dalam sebulan diangkut

oleh petugas kebersihan?

C4 Jika sampah dibakar, berapa kali?

1. Setiap hari

2. Sekali dalam

seminggu

3. Jika sudah

menumpuk

[ ]

C5 Apakah pembakaran sampah

dilakukan disekitar rumah?

1. Ya

2. Tidak

[ ]

C6 Jika sampah tidak diangkut dan

dibakar, sampah dibuang ke mana?

1. Halaman rumah

2. Dibuang ke

sungai

[ ]

C7 Apakah pemusnahan sampah

dilakukan di sekitar rumah?

1. Ya

2. Tidak

[ ]

D. Gejala Diare

E1 Apakah anak ibu sedang mengalami

sakit berak-berak?

1. Ya

2. Tidak (bila tidak

langsung ke

kode E4)

[ ]

E2 Bila ya, berapa kali sehari?

1. Lebih dari 3 kali

2. 3 kali

3. Kurang dari 3

kali

[ ]

E3 Bagaimana bentuk kotoran anak ibu?

1. Lembek dan cair

2. Seperti

biasa/padat

[ ]

Page 119: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

101

E4 Apakah 2 minggu terakhir anak ibu

mengalami berak-berak?

1. Ya

2. Tidak (bila tidak

langsung ke

kode F1)

[ ]

E5 Bila ya, berapa kali sehari?

1. Lebih dari 3 kali

2. 3 kali

3. Kurang dari 3

kali

[ ]

E6 Bagaimana bentuk kotoran anak ibu?

1. Lembek dan cair

2. Seperti

biasa/padat

[ ]

H. Hasil pengukuran lalat

Lokasi Hasil pengamatan

Rata-rata

hasil

pengukuran

Di luar rumah

(tempat

sampah)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Di dalam

rumah (pantry)

Page 120: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

102

Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN

DAYA TARIK VEKTOR MUSCA DOMESTICA (LALAT RUMAH)

TERHADAP RISIKO DIARE PADA BADUTA DI KELURAHAN

CIPUTAT TAHUN 2014

I. Komponen Ya Tidak Frekuensi Keterangan

a. Kuat

b. Memiliki tutup

c. Kedap air

II. Kebersihan

tempat

penyimpanan

sampah

a. Membersihkan

tempat sampah

b. Waktu

membersihkan

tempat

penyimpanan

sampah

*setiap

hari/sekali

dalam

seminggu/dua

kali dalam

seminggu

c. Terdapat sisa

bahan cair yang

bersal dari sampah

d. Jarak tempat

sampah

Ya = Lebih

dari 1 meter

Tidak =

Kurang dari

1 meter

Page 121: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

103

Lampiran 4

A. HASIL ANALISIS SPSS UNIVARIAT

1. Risiko Diare

Diare

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid risiko diare 25 27.8 27.8 27.8

tidak risiko diare 65 72.2 72.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

2. Faktor Pengelolaan Sampah

a. Pemisahan Sampah

pisah_smpah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak 74 82.2 82.2 82.2

ya 16 17.8 17.8 100.0

Total 90 100.0 100.0

b. Penyimpanan Sampah

simpan_smpah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak kuat 30 33.3 33.3 33.3

kuat 60 66.7 66.7 100.0

Total 90 100.0 100.0

3. Jarak Tempat Sampah Dengan Pantry

Jarak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <1 meter 22 24.4 24.4 24.4

>1 meter 68 75.6 75.6 100.0

Total 90 100.0 100.0

Page 122: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

104

4. Daya Tarik Vektor Musca domestica (lalat rumah)

a. Kunjungan Vektor Musca domestica (lalat rumah)

frekuensi kunjungan lalat pantry dan sampah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tinggi 16 17.8 17.8 17.8

rendah 74 82.2 82.2 100.0

Total 90 100.0 100.0

b. Populasi Vektor Musca domestica (lalat rumah) di Pantry

rata_LatPan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tinggi 14 15.6 15.6 15.6

rendah 76 84.4 84.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

c. Kunjungan Vektor Musca domestica (lalat rumah) di Tempat Sampah

rata_LatSam

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tinggi 23 25.6 25.6 25.6

rendah 67 74.4 74.4 100.0

Total 90 100.0 100.0

Page 123: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

105

B. OUTPUT SPSS BIVARIAT

1. Pengelolaan Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta

a. Pemisahan Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta

pisah_smpah * diare Crosstabulation

diare

Total risiko diare tidak risiko diare

pisah_smpah tidak Count 24 50 74

% within pisah_smpah 32.4% 67.6% 100.0%

Ya Count 1 15 16

% within pisah_smpah 6.2% 93.8% 100.0%

Total Count 25 65 90

% within pisah_smpah 27.8% 72.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.495a 1 .034

Continuity Correctionb 3.285 1 .070

Likelihood Ratio 5.618 1 .018

Fisher's Exact Test .035 .027

Linear-by-Linear Association 4.445 1 .035

N of Valid Casesb 90

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,44.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for kumpul_smpah

(tidak / ya) 7.200 .898 57.744

For cohort diare = risiko diare 5.189 .756 35.609

For cohort diare = tidak risiko

diare .721 .589 .882

N of Valid Cases 90

Page 124: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

106

b. Penyimpanan Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta

simpan_smpah * diare Crosstabulation

diare

Total risiko diare tidak risiko diare

simpan_smpah tidak kuat Count 14 16 30

% within simpan_smpah 46.7% 53.3% 100.0%

Kuat Count 11 49 60

% within simpan_smpah 18.3% 81.7% 100.0%

Total Count 25 65 90

% within simpan_smpah 27.8% 72.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 8.003a 1 .005

Continuity Correctionb 6.653 1 .010

Likelihood Ratio 7.727 1 .005

Fisher's Exact Test .006 .006

Linear-by-Linear Association 7.914 1 .005

N of Valid Casesb 90

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,33.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for simpan_smpah

(tidak kuat / kuat) 3.898 1.477 10.288

For cohort diare = risiko diare 2.545 1.320 4.910

For cohort diare = tidak risiko

diare .653 .458 .932

N of Valid Cases 90

Page 125: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

107

2. Jarak Tempat Sampah Dengan Risiko Diare Pada Baduta

jarak * diare Crosstabulation

diare

Total risiko diare tidak risiko diare

Jarak <1 meter Count 7 15 22

Expected Count 6.1 15.9 22.0

% within jarak 31.8% 68.2% 100.0%

>1 meter Count 18 50 68

Expected Count 18.9 49.1 68.0

% within jarak 26.5% 73.5% 100.0%

Total Count 25 65 90

Expected Count 25.0 65.0 90.0

% within jarak 27.8% 72.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .237a 1 .626

Continuity Correctionb .045 1 .831

Likelihood Ratio .233 1 .630

Fisher's Exact Test .785 .408

Linear-by-Linear Association .234 1 .628

N of Valid Casesb 90

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,11.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for jarak (<1 meter /

>1 meter) 1.296 .455 3.691

For cohort diare = risiko diare 1.202 .580 2.491

For cohort diare = tidak risiko

diare .927 .674 1.276

N of Valid Cases 90

Page 126: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

108

3. Daya Tarik Vektor Musca domestica (lalat rumah) Dengan Risiko Diare

Pada Baduta

frekuensi kunjungan lalat pantry dan sampah * diare Crosstabulation

Diare

Total risiko diare tidak risiko diare

frekuensi kunjungan lalat pantry

dan sampah

Tinggi Count 6 10 16

% within frekuensi kunjungan

lalat pantry dan sampah 37.5% 62.5% 100.0%

rendah Count 19 55 74

% within frekuensi kunjungan

lalat pantry dan sampah 25.7% 74.3% 100.0%

Total Count 25 65 90

% within frekuensi kunjungan

lalat pantry dan sampah 27.8% 72.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .917a 1 .338

Continuity Correctionb .422 1 .516

Likelihood Ratio .875 1 .349

Fisher's Exact Test .365 .253

Linear-by-Linear Association .907 1 .341

N of Valid Casesb 90

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,44.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for frekuensi

kunjungan lalat pantry dan

sampah (tinggi / rendah)

1.737 .556 5.423

For cohort diare = risiko diare 1.461 .696 3.067

For cohort diare = tidak risiko

diare .841 .562 1.258

N of Valid Cases 90

Page 127: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

109

Lampiran 5

DOKUMENTASI PENELITIAN

Foto 1. Kondisi Tempat Penyimpanan Sampah

Foto 2. Pengukuran Daya Tarik Vektor Musca domestica (lalat rumah) di

Tempat Penyimpanan Sampah Dengan Fly Grill

Foto 4. Pengukuran Daya Tarik Vektor Musca domestica (lalat rumah) di

Tempat Pantry Dengan Fly Trap

Page 128: HUBUNGAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25588/1/KOTRUN... · hubungan pengelolaan sampah rumah tangga terhadap daya tarik vektor

110