hubungan pemberian insentif non material...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
-
0
HUBUNGAN PEMBERIAN INSENTIF NON MATERIAL
OLEH PIMPINAN DENGAN SEMANGAT KERJA
PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN
KOTA SOLOK
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan
stata satu (S-1)
Oleh :
Ferdino Wedi Sanjaya
15582/2010
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
-
i
-
i
-
i
-
i
ABSTRAK
Judul : Hubungan Pemberian Insentif Non Material oleh Pimpinan
Dengan Semangat Kerja Pegawai Pada Dinas Pendidikan
Kota Solok
Penulis : Ferdino Wedi Sanjaya
Pembimbing : 1. Dra Ermita M.Pd
2. Drs. Irsyad M.Pd
Penelitian ini dilatar belakangi dari hasil pengamatan penulis di Kantor
Dinas Pendidikan Kota Solok yang menunjukkan rendahnya semangat kerja
pegawai, hal ini diduga karena kurangnya prmberian insentif non material oleh
pimpinan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
Pemberian Insentif Non Material Oleh Pimpinan, Semangat Kerja Pegawai dan
Hubungan Pemberian Insentif Non Material oleh Pimpinan dengan Semangat
Kerja Pegawai Pada Dinas Pendidikan Kota Solok. Hipotesis penelitian yang
diajukan adalah: terdapat hubungan yang berarti antara pemberian insentif non
material oleh pimpinan dengan semangat kerja pegawai pada Dinas Pendidikan
Kota Solok.
Jenis penelitian ini bersifat korelasional.Populasi penelitian adalah semua
pegawai Dinas Pendidikan Kota Solok dengan jumlah 105 orang. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan Simple Random Sampling dengan
melihat table Krecjie-Morgan yaitu sebanyak 86 orang pegawai dengan tingkat
kesalahan 1% dan tingkat kepercayaan 99%.instrumen penelitian ini adalah
angket model Skala Likert yang telah diuji validitas dan reliabelnya. Data
dianalisis dengan teknik korelasi Product Moment.
Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa: Pemberian Insentif
Non Material oleh Pimpinan berada pada kategori cukup baik (71,3%) dan
semangat kerja pegawai berada pada kategori cukup tinggi (79,5%). Terdapat
hubungan yang signifikan dan positif antara Pemberian Insentif Non Material oleh
Pimpinan dengan Semangat Kerja Pegawai pada Dinas Pendidikan Kota Solok
dengan koefisien korelasi rhitung = 0,700 > rtabel = 0,317 pada taraf kepercayaan
99%.
-
ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhadmdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul: Hubungan Pemberian Insentif Non Material Dengan
Semangat Kerja Pegawai Pada Dinas Pendidikan Kota Solok.
Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang disusun dalam rangka
memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sajana Pendidikan Strata 1 (S-1)
pada Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Padang.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat:
1. Ibu Dra. Ermita, M.Pd selaku pimbimbing I dan Bapak Drs. Irsyad, M.Pd
selaku pembimbing II yang telah membantu penulis dengan semangat dan
motivasinya untuk membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dekan Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Padang.
3. Bapak Dr. Ahmad Sabandi, M.Pd dan Ibu Nelitawati, S.Pd, M.Pd selaku
ketua jurusan dan sekretaris jurusan.
4. Staf Dosen serta Karyawan Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Padang.
5. Kepala Dinas Pendidikan Kota Solok yang telah bersedia memberi waktu dan
izin dalam penelitian, serta semua Pegawai Dinas Pendidikan Kota Solok
yang telah membantu penulis dalam kelancaran pelaksanaan penelitian
penulis.
6. Kedua orang tua penulis Papa dan Mama tersayang, penulis menyucapkan
terima kasih tak terhingga atas segenap doa, nasihat, motivasi dan curahan
kasih sayang yang melimpah dan tak berkesudahan.
7. Rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dan bantuan kepads penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
-
iii
Penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis susun ini masih banyak
terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan. Penulis mengharapkan. Sarandan
kritikan yang konstuktif dari semua pihak atau pembaca yang telah membaca
skripsi ini untuk kesempurnaan tulisan dimasa yang akan datang.
Terakhir penulis menyampaikan harapan semoga penelitian sederhana
yang penulis susun ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kepentingan dan
kemanjuan organisasi di masa yang akan datang. Amiin.
Padang, Mai 2014
Penulis
-
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 5
C. Batasan Masalah................................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
F. Kegunaan Penelitian............................................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Semangat Kerja .................................................................................... 10
1. Pengertian Semangat Kerja ............................................................ 10
2. Pentingnya Semangat Kerja ........................................................... 11
3. Indikator yang Mempengaruhi Semangat Kerja ............................ 13
B. Insentif ................................................................................................. 22
1. Pengertian Insentif ......................................................................... 22
2. Tujuan Pemberian Insentif ............................................................. 23
3. Bentuk Bentuk Pemberian Insentif ............................................. 24
4. Indikator Insentif Non Material ..................................................... 25
C. Hubungan Pemberian Insentif Non Material dengan Semangat
Kerja ..................................................................................................... 28
D. Kerangka Konseptual ........................................................................... 29
E. Hipotesis ............................................................................................... 30
-
v
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................................. 31
B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ............................................ 31
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 32
D. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 34
E. Instrumen Penelitian dan Penyusunannya ............................................ 34
F. Pengumpulan Data ............................................................................... 37
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian ..................................................................... 41
B. Persyaratan Analisis ............................................................................. 46
C. Pengujian Hipotesis .............................................................................. 47
D. Pembahasan .......................................................................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 54
B. Saran ..................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Sampel Penelitian .................................................................... 33
2. Kualifikasi dan Presentasi .................................................................... 39
3. Distribusi Frekuensi Data Variabel Pemberian Insentif Non Material
oleh Pimpinan ...................................................................................... 42
4. Penilaian Insentif Non Material ........................................................... 43
5. Distribusi Frekuensi Data Variabel Semangat Kerja Pegawai .............
6. Penilaian Semangat Keja Pegawai ....................................................... 46
7. Rangkuman Hasil Uji Noemalitas Variabel ......................................... 46
8. Pengujian Korelasi dan Keberartian Korelasi Variabel X dan Y
dengan Tabel Uji r dan Tabel Uji t....................................................... 47
-
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Konseptual ........................................................................... 30
2. Histogram Distibusi Frekuensi Skor Variabel Pemberian Insentif
Non Material oleh Pimpinan ................................................................ 42
3. Histogram Distribusi Frekuensi Skor Variabel Semangat Kerja ......... 45
-
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pengantar Angket ................................................................................. 58
2. Petunjuk Pengisian Angket .................................................................. 69
3. Kisi Kisi Angket Penelitian ............................................................... 60
4. Angket Penelitian ................................................................................ 61
5. Rekapitulasi Uji Coba Variabel Insentif Non Material ........................ 65
6. Rekapitulasi Uji Coba Variabel Semangat Kerja Pegawai .................. 66
7. Analisi Hasil Uji Coba ......................................................................... 69
8. Tabulasi Data Variabel Insentif Non Material ..................................... 76
9. Tabulasi Data Variabel Semangat Kerja Pegawai ............................... 80
10. Skor Mentah Hasil Penelitian............................................................... 84
11. Pengolahan Data Menggunakan SPSS ................................................. 87
12. Tabel Nilai-Nilai Rho ........................................................................... 93
13. Tabel Nilai-Nilai R Product Moment ................................................... 94
14. Nilai-Nilai Chi Kuadrat ........................................................................ 95
15. Nilai-Nilai dalam Distribusi ................................................................ 96
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap organisasi mempunyai tujuan, baik organisasi yang menghasilkan
barang maupun organisasi yang bergerak dibidang jasa.Dalam pencapain
tujuan tersebut tentunya tidak terlepas dari faktor sumber daya manusia yang
ada dalam suatu organisasi. Orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut
biasanya dikenal dengan sebutan pegawai atau karyawan. Pegawai atau
karyawan tersebutdi dalam suatu organisasi mempunyai tanggung jawab
terhadap tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan, hal ini
dikarenakan pegawai tersebutlah yang merencanakan dan melaksanakan
pekerjaan yang telah diprogramkan.
Keberhasilan pencapaian tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh
faktor manusia sebagai tenaga kerjayang ada.Pegawai merupakan unsur pokok
dalam menunjang keberhasilan suatu organisasi karena pegawai adalah
sumber tenaga dari suatu aktivitas yang dilakukan dalam organisasi.
Keberhasilan pegawai dalam bekerja dipengaruhi oleh banyak faktor.Ada
kemungkinan pegawai berhasil dalam perkerjaan karena memiliki semangat,
kemampuan dan keterampilan dalam bekerja.
Dari sudut semangat kerja Netisemito (2002:56), mengatakan bahwa
semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga
dengan demikian pekerjaan akan dapat diharapkan sekali dapat selesai lebih
cepat dan lebih baik.
-
2
Semangat kerja sangat penting bagi pegawai karena semangat kerja yang
tinggi tentu dapat mengurangi angka absensi atau tidak bekerja seorang
pegawai karena malas. Dengan semangat kerja yang tinggi dari pegawaiatau
karyawan maka pekerjaan yang diberikan akan dapat diselesaikan dengan
waktu yang lebih cepat. Semangat kerja pegawai yang tinggi secara otomatis
tentunya akan membuat pegawai merasa lebih senang dalam bekerja, sehingga
kecil kemungkinan karyawan akan pindah bekerja ke tempat lain.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nawawi (2004:120) bahwa
semagat kerja yang tinggi merupakan dorongan bagi terciptanya usaha
partisipasi secara maksimal dan kegiatan organisasi atau kelompok guna
tercapainya tujuan yang ditentukan.Hasibuan (2012:94) juga
mangatakanbahwa keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan
pekerjaannya serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal.
Semangat kerja ini akan meransang seseorang untuk berkarya dan
berkreatifitas dalam pekerjaannya.
Oleh karena itudalam menjalankan tugas atau pekerjaan hendaknya
pegawai memiliki semangat kerja yang tinggi dan diharapkan akan melahirkan
kreatifitas dan inisiatif yang tinggi, penuh rasa tanggung jawab akan
mendorong peningkatan produktifitas kerja pegawai pada instansi atau kantor
tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dan wawancara di lapangan dan
dilengkapi dengan informasi dari beberapa pegawai pada Kantor Dinas
Pendidikan Kota Solokdi bulan Januari 2014, masih terlihat beberapa masalah
-
3
yang mengindentifikasi bahwa masih rendahnya semangat kerja pegawai pada
Dinas Pendidikan Kota Solok dalam menjalankan tugas-tugasnya. Hal ini
dapat dilihat dari fenomena-fenomena yang terjadi sebagai berikut:
1. Masih ada sebagian pegawai yang kurang bisa menyelesaikan tugas dengan
petunjuk kerja yang sudah ditetapkan, seperti pekerjaan pegawai yang
sudah selesai namun diperbaiki dan diproses kembali. Hal ini disebabkan
karena penempatan pegawai yang kurang tepat.
2. Masih ada sebagian pegawai yang rendah perhatiannya dalam
menyelesaikan tugas, hal ini dapat dilihat adanya pegawai yang suka
menunda-nunda pekerjaan yang telah diberikan kepadanya. Bahkan
pekerjaan yang diselesaikan oleh pegawai sering kurang baik dan tidak
tepat waktu. Hal ini terjadi karena fasilitas yang ada kurang mendukung,
sehingga tugas yang dikerjakan oleh pegawai sering kurang baik dan tidak
tepat waktu.
3. Masih adanya sebagian pegawai terlambat datang kerja serta adanya
beberapa pegawai yang sering keluar masuk kantor disaat jam kerja tanpa
tujuan yang jelas.
4. Masih adanya sebagian pegawai yang kurang kreatif dalam bekerja, hal ini
terlihat dari hasil kerja pegawai. Tugas yang diselesaikan sering cepat
selesai namun dengan hasil yang kurang memuaskan. Sebagai contoh
kearsipan kantor disetiap bidang dan pembukuan di ruang TU atau dikenal
dengan ruang piket kurang tertata dengan rapi dan bersih.
-
4
5. Adanya Sebagian pegawai yang tidak dilibatkan dalam musyawarah hal ini
membuat pegawai tidak bisa mengeluarkan ide-idenya dalam rapat,
sehingga membuat pegawai kurang mau bekerjasama dengan pegawai
lainnya dalam menyelesaikan tugas di kantor. Sering pegawai lebih
mendahulukan kepentingan sendiri dan sungkan membantu rekan lainnya
yang sedang mengalami kesulitan dalam bekerja.
6. Adanya terlihat beberapa pegawai yang kurang betah berada ditempat
kerjanya dan lebih suka berada dan berbincang-bincang ditempat kerja
pegawai yang lain. Hal ini terjadi karena pegawai tersebut sedang memiliki
masalah dengan pegawai setempat kerjanya sehingga terjadilah hubungan
yang kurang harmonis yang berdampak pada semangat kerja pegawai yang
menurun.
Fenomena yang telah digambarkan diatas mencerminkan bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai pada Kantor
Dinas Pendidikan Kota Solok, menjadi rendah dan belum optimal sehingga
perlu di tingkatkan untuk kemajuan dan pencapaian tujuan organisasi
instansi/lembaga tersebut.Penulis menduga salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya semangat kerja pegawai adalah kurangnya
insentif.Insentif sangat penting sekali dalam mendorong semangat kerja
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya.Insentif dapat dibedakan atas
insentif material dan non material. Dengan pemberian insentifbaik berupa
materi maupun non materi yang memadaipegawai merasa lebih dihargai
dirinya sebagai pegawai/tenaga kerja, sehingga akan mendorong pegawai
-
5
untuk lebih bergairah dan bersemangat dalam melaksanakan tugasnya.
Adapun fenomena yang terlihat dilapangan adalah rendahnya pemberian
insentif non material oleh pimpinan, sebagai berikut :
1. Kurangnya perhatian dari kepala dinas terhadap pekerjaan pegawai seperti
tidak memberikan pengarahan bagaimana seharusnya pekerjaan mereka
yang benar sehingga sebagian pegawai suka menunda-nunda pekerjaan
mereka, kurang disiplin dan lain-lain karena kurangnya perhatian dari
kepala dinas.
2. Kurangnya pemberian penghargaan pada pegawai yang telah melakukan
pekerjaan dengan baik oleh kepala dinas seperti bagi pegawai yang
pekerjaannya lebih baik dari pekerjaan pegawai lain tidak mendapatkan
pujian ataupun bonus lebih dari kepala dinas.
3. Kurangnya pemberian pujian oleh kepala dinas baik secara lisan ataupun
tulisan kepada pegawai yang menunjukkan loyalitasnya(kesetiaannya) dan
keunggulannya dalam bekerja.
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pemberian
Insentif Non Material oleh Pimpinan dengan Semangat Kerja Pegawai
Pada Kantor Dinas Pendidikan Kota Solok.
B. Identifikasi Masalah
Semangat kerja pegawai merupakan faktor penunjang dalam
kelancaran dan keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.Karena denganadanya semangat kerja yang tinggi dari
-
6
pegawai maka tugas dapat dilaksanakan dengan baik.Nawawi (2003)
manyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
semangat kerja adalah minat seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukannya,
faktor gaji dan upah yang tinggi, status sosial pekerjaan, suasana kerja dan
hubungan dalam pekerjaan serta tujuan dalam pekerjaan.
Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya, dapat diidentifikasi
fenomenayang terjadi terkait semangat kerja pegawai dalam melaksanakan
tugas-tugasnyaberdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada bulan
Januari 2014 pada Dinas Pendidikan Kota Solok ditandai dengan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan yang diberikan sulit tapi waktu yang diberikan untuk
penyelesaiannya cukup singkat sehingga munculnya keluhan dari pegawai.
2. Pekerjaan yang diberikan tidak sesuai dengan kemampuan pegawai.
3. Tidak suka dengan jabatan yang diberikan karena merasa tidak sesuai
denfgan kemampuan dan keahlian yang dimiliki.
4. Suasana dan lingkungan kerja kurang nyaman seperti tata ruang kantor,
tata cahaya dan kondisi pekerjaan itu sendiri.
5. Kurangnya peralatan kantor untuk mendukung untuk menunjang pekerjaan
salah satunya banyak yang rusak sehingga sedikit yang dapat digunakan
dengan baik.
6. Kurangnya perhatian kepala dinas terhadap hasil pekerjaan pegawai,
sehingga pegawai suka menunda-nunda pekerjaannya karena jarang di
evaluasi oleh kepala dinas.
-
7
7. Pimpinan tidak pernah memberikan reward ataupun pujian sehingga
pegawai merasa pekerjaannya kurang dihargai.
8. Kurangnya pemberian penghargaan pada pegawai yang telah melakukan
pekerjaan dengan baik dan memiliki banyak prestasi dibandingkan dengan
pegawai lainnya.
C. Batasan Masalah
Dengan adanya semangat kerja maka ada faktor penggerak yang
merangsang pegawai melakukan pekerjaannya, pegawai yang melaksanakan
pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab dan mau bekerja keras, maka
akan dapat mengatasi masalah yang akan dihadapi dalam melaksanakan
pekerjaan.
Mengingat begitu luasnya permasalahan semangat kerja pegawai ini
serta keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan maka penulis membatasi
masalah yang memfokuskan pada Hubungan Pemberian Insentif Non Materi
Oleh Pimpinan Dengan Semangat Kerja Pegawai Pada Dinas Pendidikan Kota
Solok. Dengan melihat bahwa pemberian insentif non material adalah salah-
satu hal yang dapat mempengaruhi timbulnya semangat kerja pegawai dalam
melaksanakan pekerjaannya.
D. PerumusanMasalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah yang
dapat dirumuskandalam penelitian ini adalah :
-
8
1. Bagaimanakah semangat kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Kota
Solok?
2. Bagaimanakah pemberian insentif non material oleh Kepala Dinas
Pendidikan Kota Solok?
3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara insentif non material
dengan semangat kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Kota Solok?
E. Tujuan Penilitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini untuk
mengetahui dan mendapatkan informasi tentang sebagai berikut:
1. Semangat kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Kota Solok.
2. Pemberian insentif non material oleh Kepala Dinas kepada pegawai dalam
melaksanakan pekerjaannya pada Dinas Pendidikan Kota Solok.
3. Hubungan antara pemberian insentif non material dengan semangat kerja
pegawai pada Dinas Pendidikan Kota Solok.
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca khususnya,
terutama :
1. Masukan bagi kepala Dinas Pendidikan Kota Solok untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai pada Dinas
Pendidikan Kota Solok.
-
9
2. Masukan bagi pegawai pada Dinas Pendidikan kota Solok dalam rangka
peningkatan semangat kerjayang tinggi dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab.
3. Masukan bagi penulis untuk mengembangkan ilmu serta menambah ilmu.
4. Mahasiswa yang berminat meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi semangat kerja sebagai bahan masukan dan informasi.
-
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Semangat Kerja
1. Pengertian Semangat Kerja
Semangat kerja menggambarkan adanya kemauan dan kegairahan
seseorang untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan
sebaik mungkin dan penuh kesungguh-sungguhan.Dalam bekerja tentunya
setiap organisasi mengharapkan agar pekerjaan para pegawainya dapat
terus meningkat.
Semangat kerja diartikan oleh banyak para ahli diantaranya ialah,
menurut Sastrohardiwiryo (2001:32) semangat kerja adalah kesenangan
tenaga kerja untuk melaksanakan suatu pekerjaan yang telah diserahkan
kepadanya sehingga pekerjaan tersebut dapat selesai dengan tepat waktu.
Pariata Westra (2000:72) juga mengemukan bahwa semangat kerja
adalah sikap dari individu maupun kelompok terhadap lingkungan
kerjanya dan terhadap kesediaan untuk bekerjasama sesuai dengan
kebutuhan utama organisasi atau kantor.
Semangat dan moral/kegairahan kerja merupakan salah satu faktor
yang akan mempengaruhi secara langsung terhadap produktivitas kerja.
Semangat dan moral kerja yang tinggi akan berdampak positif terhadap
perusahaan/kantor.
-
11
Selanjutnya Hasley (2001) menyatakan tentang semangat kerja
bahwa:
Semangat kerja atau moral kerja itu adalah sikap kesediaan
perasaan yang memungkinkan seorang karyawan untuk
menghasilkan pekerjaan yang lebih banyak dan lebih tanpa
menambah keletihan, yang menyebabkan karyawan dengan
antusisas ikut serta dalam kegiatan-kegiatan dan usaha-
usaha kelompok sekerjanya,dan membuat karyawan tidak
mudah terpangaruh luar, terutama dari orang-orang yang
mendasarkan sasaran mereka itu atas tanggapan bahwa satu-
satunya kepentingan pemimpin perusahaan itu terhadap
dirinya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-
besarnya darinya dan memberi sedikit mungkin.
Dengan adanya rasa semangat dalam bekerja maka itu merupakan
dorongan bagi terciptanya partisipasi pegawai terhadap pelaksanaan
pekerjaan dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki oleh pegawai
tersebut.Pegawai yang memiliki semangat kerja yang tinggi ini dapat
diwujudkan dari sikap dan perkerjaannya.
Berdasarkan uraian dan pendapat para ahli diatas dapat
disimpulkanbahwa semangat kerja adalah sikap individu atau kelompok
sebagai anggota organisasi untuk mengabdi kepada pekerjaannyadengan
kesungguhan dalam mewujudkan kemampuan dan keinginannya untuk
bekerja dengan giat dan konsekuen penuh dorongan secara lebih cepat
dengan hasil yang lebih memuaskan, sehingga dapat mencapai tujuan
organiasasi dengan maksimal.
2. Pentingnya Semangat Kerja
Dalam suatu organisasi semangat kerja mempunyai peranan yang
sangat penting yang harus dimiliki setiap orang yang melaksanakan
-
12
aktifitas organisasi.Begitu juga seorang pegawai dimana semangat kerja
mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan pekerjaan. Apabila
tidak ada semangat kerja maka setiap aktifitas yang dilakukan oleh
seorang pegawai akan terganggu dan pekerjaan tidak akan berjalan dengan
lancar.
Semangat kerja yang tinggi merupakan dorongan bagi terciptanya
partisipasi pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya dengan
kemampuan yang dimilikinya.Pegawai yang memiliki semangat kerja
dapat diwujudkan dengan sikap dan perbuatannya dalam melakukan
pekerjaan. Sebagaimana menurut Nitisemito (2002:96) semangat kerja
adalah melakukan pekerjaansecara lebih giat sehingga dengan demikian
pekerjaan akan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik.
Tohardi (2002:70) mengatakan semangat kerja sangat penting bagi
organisasi, karena :
a. Semangat kerja yang tinggi tentu dapat mengurangi angka absensi atau tidak bekerja karena malas
b. Dengan semangat kerja yang tinggi dari buruh dan karyawan maka pekerjaan yang diberikan atau ditugaskan
kepadanya akan dapat diselesaikan dengan waktu yang
lebih singkat atau lebih cepat
c. Dengan semangat kerja yang tinggi pihak organisasi memperoleh dari sudut kecilnya angka kerusakan karena
semakin tidak puas dalam bekerja, semakin tidak
bersemangat dalam bekerja, maka semakin besar angka
kerusakan
d. Semangat kerja yang tinggi otomatis membuat karyawan akan merasa senang bekerja sehingga kecil kemungkinan
karyawan akan pindah bekerja ke tempat lain
e. Semangat kerja yang tinggi dapat mengurangi angka kecelakaan karena karyawan yang mempunyai semangat
kerja yang tinggi cenderung bekerja dengan hati-hati dan
teliti sehingga bekerja sesuai dengan prosedur yang ada
-
13
Begitu sangat pentingnya semangat kerja oleh pegawai dalam
bekerja atau menyelesaikan pekerjaannya maka dari itu semangat kerja
perlu ditingkatkan. Untuk dapat meningkatkan semangat kerja
Sastrohardiwiryo (2001:284), mengemukakan beberapa cara yang dapat
ditempuh sebagai berikut :
a. Pemberian gaji yang cukup b. Memperhatikan kebutuhan rohani c. Sesekali perlu menciptakan suasana yang santai d. Harga diri perlu mendapatkan perhatian e. Tempatkan para pegawai pada posisi yang tepat f. Berikan kesempatan untuk maju g. Perasaan aman menghadapi masa depan atau
dengan kata lain memperhatikan hari esok tenaga
kerja
Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhiu semangat kerja pegawai , khususnya
pegawai pada Dinas Pendidikan Kota Solok perlu ditingkatkan karena
dengan semangat kerja yang tinggi dari para pegawai, maka tujuan dari
Dinas Pendidikan Kota Solok dapat tercapai dengan maksimal.
3. Indikator yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Semangat kerja seorang pegawai dapat dilihat dan diamati melalui
prilaku nyata dalam menyelesaikan pekerjaannya.Kunci keberhasilan
suatu lembaga atau organisasi adalah semangat pegawainya dalam bekerja.
Apabila pegawai semangat dalam bekerja maka pekerjaan atau tugas akan
dapat diselesaikan dalam waktu yang lebih cepat. Semangat kerja seorang
pegawai akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan
-
14
tersebut. Namun untuk menciptakan semangat kerja yang tinggi banyak
faktor yang mempengaruhinya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja menurut
Nitisemito (2002:30) adalah sebagai berikut :
a. Memberi gaji yang cukup b. Memperhatikan kebutuhan rohani pegawai c. Sesekali menciptakan suasana santai d. Memperhatikan harga diri pegawai e. Menempatkan pegawai pada posisi yang tepat sesuai
dengan keahliannya
f. Memberi kesempatan untuk maju g. Memupuk perasaan aman menghadapi masa depan h. Mengusahakan loyalitas pegawai i. Mengajak berunding para pegawai j. Memberi insentif yang terarah k. Memberi fasilitas yang menyenangkan
Selanjutnya Purwanto (2012:84) juga mengemukakan faktor-faktor
yang mempengaruhi semangat kerja antara lain adalah :
a. Adanya kehidupan yang layak b. Adanya perasaan terlindung, ketentraman dalam bekerja c. Adanya kondisi-kondisi bekerja yang menyenangkan d. Suasana dan rasa kekelurgaan e. Perlakuan yang adil dari atasannya f. Pengakuan dan penghargaan terhadap sumbangan-
sumbangan dan jasa-jasa yang diperbuatnya
g. Terdapat perasaan berhasil dan kesadaran untuk ingin berkembang
h. Kesempatan berpartisipasi dan diikutsertakan dalam menentukan kebijakkan (policy)
i. Kesempatan untuk tetap memiliki rasa harga diri
Berdasarkan beberapa pendapat diatas banyak faktor yang
mempangaruhi semangat kerja pegawai. Berikut akan dijelaskan sesuai
pembatasan masalah adalah penempatan kerja pegawai, fasilitas kerja
pegawai, loyalitas pegawai terhadap pekerjaan, kreatifitas pegawai dalam
-
15
bekerja, partisipasi pegawai dalam melaksanakan tugas dan suasana kerja
pegawai dalam bekerja. Untuk lebih jelasnya indikator-indikator yang
mempengaruhi semangat kerja maka akan dibahas satu persatu sebagai
berikut :
a. Penempatan Pegawai
Karyawan ataupun pegawai yang cakap, mampu, dan terampil
belum menjamin produktivitas kerja yang baik, kalau semangat kerja
dan kedisipilinannya rendah. Merekabaru bermanfaat dan mendukung
terwujudnya tujuan perusahaan atau kantor jika mereka berkeinginan
tinggi untuk berprestasi.
Karyawan yang kurang mampu, kurang cakap, dan tidak
terampil mangakibatkan pekerjaan yang mereka kerjakan tidak bisa
selesai pada waktunya dan tidak akanlebih baik.Kualitas dan kuantitas
karyawan/pegawai harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan, supaya
efektif dan efesien akan menunjang tercapainya tujuan organisasi.
Untuk tercapainya tujuan organisasi secaraefektif dan
efesienserta untuk menibulkan semangat kerja pegawai.Maka perlu
penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan kemampuan dan
keterampilan pegawai.Marwansyah (2012:144) mengatakan bahwa
penempatan (placement) adalah penugasan atau penugasan kembali
seorang pekerja pada sebuah pekerjan atau jabatan baru, Mathis dan
Jackson (2001:305) juga mengatakan bahwa penempatan adalah
menempatkan seseorang pada posisi yang tepat.
-
16
Penempatan tugas atau pekerjaan yang baru bagi seorang
pegawai bukanlah hal biasa bagi mereka. Ini adalah sebuah tantangan
bagi pegawai yang berprestasi dan berpengalaman tetapi akan menjadi
masalah besar bagi pegawai yang tidak memiliki kemampuan dan
keahlian dibidangnya. Maka perlu penempatan kerja bagi seorang
pegawai yang sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang
dimilikinya.Karena dengan demikian seorang pegawai akan leluasa
bekerja, mencoba lebih baik sertaselalu bersemangat dalam
menyelesaikan pekerjaannya.
Dengan gairah kerja dan kedisiplinan akan lebih baik serta
efektif akan menunjang terwujudnya tujuan organisasi atau
perusahaan.Penempatan pegawai/karyawan yang jauh dibawah
kemampuannya atapun diluar kemampuannya mengakibatkan
semangat kerja dan kedisiplinan pegawai akan menjadi rendah.
Penempatan tidak sekedar menempatkan saja, melainkan harus
mencocokkan dan membandingkan kulifikasi yang dimiliki oleh
seorang pegawai dengan kebutuhan dan persyaratan dari suatu jabatan
atau pekerjaan, sehingga the right man on the right job tercapai.
Hasibuan (2001:64) (dalam buku Suwatno, 2011:116) menegaskan
bahwa penempatan pegawai hendaklah memperhatikan azas
penempatan orang-orang yang tepat dan penempatan orang yang tepat
untuk jabatan yang tepat atau the right man in the right place and the
right man behind the right job.
-
17
b. Fasilitas Pegawai
Berbicara mengenai fasilitas, kita berbicara mengenai
lingkungan fisik yang terdapat disekitar pegawai sebagai sarana dan
prasarana yang mendukung mereka dalam menyelesaikan pekerjaan.
Sarwono (2005) menyatakan bahwa linkungan kerja fisik adalah
tempat kerja pegawai melakukan aktivitasnya.
Menurut Sedarmayanti (2001) faktor-faktor yang
mempengaruhi semangat kerja pegawai adalah
1) Penerangan 2) Suhu udara 3) Sirkulasi udara 4) Ukuran ruang kerja 5) Tata letak ruang kerja 6) Privasi ruang kerja 7) Kebersihan 8) Suara bising 9) Penggunaan warna 10) Peralatan kantor 11) Keamanan kerja 12) Musik ditempat kerja 13) Hubungan sesama rekan kerja 14) Hubungan kerja antara atasan dan bawahan
Pendapat diatas menggambarkan bahwa fasilitas atau sarana
dan prasarana seperti penerangan, suhu udara, sirkulasi udara, ukuran
ruang kerja, tata letak ruang kerja, privasi ruang kerja, kebersihan,
suara bising, penggunaan warna, peralatan kantor, keamanan kerja,
musik ditempat kerja, hubungan sesama rekan kerja, hubungan kerja
antara atasan dan bawahanharus tepenuhi dan di kelola dengan baik.
Kerena dengan fasilitas yang baik dan lingkungan kerja yang
mendukung akan menumbuhkan gairah/semangat dalam bekerja.
-
18
Terutama pegawai yang harus menyelesaikan tugas-tugasnya perlu
fasilitas yang baik dan mendukung sehingga pekerjaan dapat
dikerjakan dengan effektif dan seefesien mungkin.
c. Loyalitas Pegawai Terhadap Pekerjaan
Sifat loyalitas sangatlah diperlukan dalam bekerja seperti yang
dijelaskan dalam Kamus Bahasa Indonesia (2000:533) loyalitas dapat
diartikan sebagai kesetiaan, kepatuhan dan ketaatan seseorang terhadap
sesuatu. Handayaningrat (2000:71) juga menjelaskan bahwa
loyalitas adalah kualitas kesetiaan seseorang terhadap negara,bangsa
dan tanah air dan terhadap tugas yang dibebankan kepadanya kesatuan
atasan dan bawahannya.Sikap Loyalitas pegawai sangatlah diperlukan
untuk mencapai tujuan organisasi karena dengan adanya loyalitas yang
tinggi dapat menunjukkan semangat kerja yang tinggi pula.
Dari pendapat diatas dapatlah diambil kesimpulan bahwa
loyalitas kerja merupakan kesetiaan, kepatuhan dan ketaatan seseorang
dalam :
1) Kepada perusahaan, lembaga atau instansi temapat ia bekerja
2) Terhadap pekerjan atau tugas yang diberikan kepadanya
3) Terhadap atasannya sehingga memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi terhadap pekerjaannya
Dengan demikian orang atau pegawai yang memiliki sifat
loyal, maka pegawai tersebut akan giat dan bersemangat dalam bekerja
tidak melalaikan atau meninggalkan tugas yang telah dibebankan
kepadanya.
-
19
d. Kreatifitas Pegawai dalam Menjalankan Pekerjaan
Sebagai seorang pegawai tentu harus dituntut memiliki sifat
yang kretif dalam bekerja, karena bekerja yang kreatif akan
menghasilkan kreatifitas yang baru. Menurut Nawawi (2004:175)
kreatifitas adalah kemampuan melihat sesuatu dengan perspektif baru,
atau kemampuan mengkhayalkan dan memikirkan suatu susunan atau
bentuk yang berbeda dari sebelumnya dan kemampuan menyusun
konsepsinya sebagai penerapan yang baru.
Menurut Supriadi (2005:13) kreatifitas adalah kemampuan
seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru , baik berupa gagasan
ataupun nyata yang relatif berbeda dengan apa yang ada. Wahyudi
(2007:3) juga menjelaskan bahwa kretifitas adalah kemampuan
menghasilkan sesuatu yang baru dan original yang berwujud ide-ide
dan alat serta keahlian yang lebih spesifik lagi untuk menemukan
sesuatu yang baru.
Beberapa devenisi diatas menjelaskan bahwa kretifitas itu tidak
hanya berkaitan dengan cara berfikir seseorang untuk menciptakan
sesuatu, hal yang bersifat baru baik berupa barang ataupun gagasan,
tetapi juga menyangkut kemampuan untuk mencari dan menemukan
ide-ide, teknik-teknik dan cara kerja yang lebih efisien, walaupun
terkadang ide tersebut tidak masuk akal dan tidak mungkin diterapkan
dalam organisasi. Pegawai yang memiliki kretivitas yang tinggi dalam
bekerja sangat berpengaruh terhadap tugas yang dikerjakannya.
-
20
e. Partisipasi Pegawai dalam Bekerja
Setiap kegiatan yang dilakukan dikantor sangatlah dituntut
adanya partisipasi dari semua unsur yang ada didalamnya tanpa
terkecuali termasuk para pegawai yang ada. Karena partisipasi dari
semua pegawai akan mendukung terhadap kelancaran dari suatu
pekerjaan.
Partisipasi sangat menentukan keberhasilan suatu pekerjaan,
dalam Kamus Bahasa Indonesia (2000:734) partisipasi adalah turut
berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan dan peran serta.
Sastropoetra (2001:13) juga menjelaskan partisipasi adalah
keterlibatan mental/pikiran dan emosi/perasaan seseorang di dalam
situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan
kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut
bertanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan.
Dari pendapat diatas dijelaskan partisipasi pegawai adalah
sebagai keikutsertaan dan keterlibatan pegawai yang disertai kesadaran
dan tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok maupun dalam
melaksanakan pekerjaan secara individu. Partisipasi ini bukan hanya
sekedar ikut serta tetapi betul-betul terlibat dalam suatu kegiatan atau
pekerjaan. Partisipasi dari pegawai ini sangatlah diperlukan dan sangat
membantu dalam pencapain tujan kantor yang sudah ditetapkan. Tanpa
adanya keikutsertaan dan keterlibatan pegawai dalam melaksanakan
-
21
kegiatan atau pekerjaan maka pekerjaan itu belum tentu akan dapat
terlaksana dengan baik.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa partisipasi
adalah keterlibatan atau keikutsertaan seseorang atau pegawai baik
mental maupun emosional dalam suatu kegiatan atau pekerjaan demi
mencapai tujuan.
f. Suasana Kerja Pegawai
Situasi kerja dan lingkungan kerja yang kondusif akan
mempengaruhi seorang pegawai dalam menjalankan tugasnya.Karena
iklim dan lingkungan kerja mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap keberhasilan kerja seorang pegawai dan lingkungan yang
kondusif memberi perasaan aman, bebas dan nyaman bagi pegawai
yang bekerja.
Nawawi (2003) menyatakan bahwa dalam penciptaan kondisi
kerja yang menyenangkan, seorang pimpinan juga harus bertindak
tehadap bawahannya dengan cara bersikap ramah, kekeluargaan,
mengharagai pendapat pegawai dan menata dilingkungan kerja dengan
penuh rasa nyaman.
Berdasarakan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
upaya mencitakan kondisi kerja yang menyenangkan, pimpinan
melakukan dengan cara bersikap ramah, kekeluargaan, mengharagai
pendapat pegawai dan menata dilingkungan kerja dengan penuh rasa
nyaman.Selain itu Suasana kerja yang tenang dan menyenangkan juga
-
22
akan membangkitkan semangat kerja seorang pegawai. Pemimpin juga
harus mampu menciptakan suasana kerja yang harmonis serta
menciptakan linkungan kantor yang aman dan menyenangkan.
B. Insentif
1. Pengertian Insentif
Insentif merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan
pada pekerja/pegawai. Insentif adalah suatu bentuk dorongan finansial
kepada pegawai sabagai balas jasa sebuah organisasi/instansi/lembaga
kepada pegawai atas prestasi pegawai tersebut dalam bekerja. Rivai
(2003:384) mengatakan bahwa insentif diartikan sebagai bentuk
pembayaran yang dikaikan dengan kinerja, sebagai pembagian keuntungan
bagi karyawan akibat peningkatan produktifitas atau penghematan
biaya.Hasibuan (2010:118) juga mengatakan bahwa insentif adalah
tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang
prestasinya diatas prestasi standar.
Fungsi utama dari pemberian insentif adalah untuk memberikan
tanggung jawab dan dorongan kepada pegawai dalam menjalankan
tugansnya. Insentif menjamin bahwa pegawai akan mengarahkan usahanya
untuk mencapai tujuan organisasi/insttasi/lembaga tersebut. Selain itu
tujuan utama pemberian insentif ini adalah guna meningkatkan
produktivitas kerja. Wibowo (2007:355) mengatakan bahwa program
insentif dirancang untuk meningkatkan motivasi kerja.
-
23
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa insentif
merupakan peransang, penghargaan atau ganjaran yang sengaja diberikan
dapat berupa tunjangan, gaji tambahan, pujian, penghargaan, reward,
hadiah ataupun fasulitas sebagai balas jasa kepada pegawai untuk bekerja
lebih baik. Maka sangat terlihat bahwa insentif merupakan hal terpenting
dalam peningkatan gairah dan semangat kerja pegawai, sehingga pegawai
mau menjalankan tugasnya dengan penuh keikhlasan untuk tercapainya
tujuan dari organisasi/instasnsi/lembaga secara efektif dan efisien.
2. Tujuan Pemberian Insentif
Insentif sebagai alat untuk meningkatkan semangat kerja seseorang
dalam mencapai tujuan oirganisasi/instansi/lembaga. Rivai (2003:385)
mengatakan bahwa tujuan utama dari insentif adalah untuk memberikan
tanggung jawab dan dorongan kepada karyawan dalam rangka
meningkatkan kualitas hasil kerjanya. Sedangkan bagi perusahaan atau
organisasi tersebut, insentif merupakan strategi untuk meningkatkan
produktifitas dan efisiensi perusahaan/orgasisasi dalam menghadapi
persaingan yang semakin ketat, dimana produktivitas menjadi satu hal
yang sangat penting.
Berdasarkan uraian diatasdapat disimpulkan bahwa insentif sebagai
bagian dari bentuk imbalan dan penghargaan yang diberikan oleh
pimpinan kepada pegawai yang bertujuan untuk:
a. Mendorong pegawai untuk lebih bersemangat dalam bekerja sehingga
dapat memudahkan tercapainya tujuan organisasi/instansi/lembaga
secara efektif dan efesien.
-
24
b. Memotivasi pegawai agar terus berusaha memperbaiki dan
meningkatkan kemampuannya dalam menjalankan pekerjaannya
dengan penuh rasa tanggung jawab.
c. Membantu memberikan pegawai motivasi sehingga bergairahan dalam
bekerja dan penuh bersemangat dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
3. Bentuk Bentuk Pemberian Insentif
Untuk dapat menimbulkan menimbulkan semangat kerja yang
tinggi oleh seorang pegawai dalam menjalankan tugas-tugasnya. Maka
perlu pemberian insentif oleh pimpinan, pemberian insentif ini banyak
bentuknya. Adapun beberapa bentuk insentif yang dikemukakan oleh para
ahli adalah menurut Hasibuan (2005:205) menyatakan bahwa pemberian
insentif dikelompokkan menjadi :
a. Insentif Material
Insentif material adalah daya peransang yang diberikan kepada
karyawan berdasarkan prestasi kerjanya, berbentuk uang dan barang.
Insentif material ini bernilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan karyawan beserta keluarganya.
b. Insentif Non Material
Insentif non material ini adalah daya peransang yang diberikan
kepada karyawan, berbentuk penghargaan atau pengukuhan
bedasarkan prestasinya, diatas prestasi standard.
c. Insentif sosial
Insentif sosial adalah daya peransang yang diberikan kepada
karyawan berdasarkan prestasi kerjanya berupa fasilitas dan
-
25
kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya seperti promosi.
Mengikuti pendidikan atau dengan naik haji.
Dalam hal yang sama Sarwonto (1991:155) juga mengatakan
bahwa pemberian insentif tergolong dalam beberapa bentuk sebagai
berikut :
a. Insentef Material
Insentef material adalah peransang yang dapat dinilai dengan
material/uang yang dapat diberikan dalam bentuk bonus, komisi, profit
sharing dan kompensasi. Jaminan sosial dapat diberikan dalam bentuk
seperti pemberian rumah dinas, pemberian cuti, berlangganan koran,
pelayanan kesehatan, pemberian biaya pindah dan pemberian
kesempatan pendidikan.
b. Insentif Non Material
Insentif non material merupakan segala peransang yang tidak
dapat dinilai dengan uang seperti pemberian gelar secara resmi,
pemberian tanda jasa atau medali, pemberian piagam penghargaan,
pemberian pujian lisan atapun tulisan dan ucapan terimakasih secara
formal ataupun informal.
4. Indikator Insentif Non Material
Bedasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpilkanbahwa
bentuk-bentuk pemberian insentif adalah sebagai berikut :
a. Pemberian insentif Material
Pemberian insentif material ini dapat berupa uang dapat juga
berupa barang. Uang dapat berupa gaji/honor yang diberikan oleh
-
26
pimpinan kepada pegawai secara periodik pasti dan terjamin. Baik itu
gaji/honor tetap/pokok juga gaji/honor tambahan, tunjangan dan juga
uang lelah.
b. Pemberian insentif Non Material
Pemberian insentif Non Material yang diberikan oleh pimpinan
kepada pegawai dapat berupa :
1) Sikap pimpinan
Situasi kerja dan lingkungan kerja yang kondusif akan
mempengaruhi seorang pegawai dalam menjalankan tugasnya.
Nawawi (2003) menyatakan bahwa dalam penciptaan kondisi dan
suasana kerja yang menyenangkan, seorang pimpinan juga harus
bertindak tehadap bawahannya dengan cara bersikap ramah,
kekeluargaan, mengharagai pendapat pegawai dan menata
dilingkungan kerja dengan penuh rasa nyaman.Dengan suasana dan
keadaan kerja serta fasilitas yang lengkap yang diberikan oleh
pimpinan kepada bawahannya akan membuat pegawainya lebih
giat dan bersemngat dalam bekerja.
Dalam memberikan penghargaan pimpinan harus
melakukan dengan cara bersikap ramah, kekeluargaan,
mengharagai pendapat pegawai. Selain itu pimpinan juga musti
memperhatikan kebutuhan kerja pegawai baik itu tentang tata
ruang kantor dan fasilitas yang mendukung pekerjaan di kantor.
Suasana kerja yang tenang dan menyenangkan juga akan
-
27
membangkitkan semangat kerja seorang pegawai. Pemimpin juga
harus mampu menciptakan suasana kerja yang harmonis serta
menciptakan linkungan kantor yang aman dan menyenangkan.
2) Pemberian penghargaan oleh pimpinan
Pemberian penghargaan ini merupakan bentuk rasa
pengormatan yang diberikan oleh seorang atasan untuk menghargai
bawahannya. Pemberian penghargaan ini dapat diberikan dalam
bentuk bonus, reward, komisi, profit sharing dan kompensasi.
Bisa juga dalam bentuk jaminan sosial seperti pemberian
rumah dinas, pemberian cuti, berlangganan koran,
sertifikat,piagam penghargaan/perstasi, peleyanan kesahatan,
pemberian biaya pindah rumah dan pemberian kesempatan
pendidikan dan lain-lain.Pemberian penghargaan ini besar
maknanya bagi bawahan (seoarng pegawai), karena dapat
meransang bawahan (pegawai) nya untuk selalu bersemangat,
giat/tekun dalam membuat prastasi-prestasi baru.
3) Promosioleh pimpinan
Promosi merupakan kenaikan pangkat atau pemberian
kesempatan untuk berkarya serta mengembangkan karier atas
prestasi kerja yang telah dilakukan oleh seorang pegawai. Siagian
(2011:169) menjelaskan bahwa promosi adalah kegiatan
personalia, seoarang pegawai dipindahkan satu pekerjaan ke
pekerjaan lain yang tanggung jawabnya lebih besar, tingkatannya
-
28
dalam hierarki jabatan lebih tinggi dan penghasilannya pun lebih
besar pula. Jika ada kesempatan bagi setiap pegawai/karyawan
dipromosikan, maka pegawai akan terdorong bekerja lebih giat,
bersemangat, berdisiplin dan berprestasi kerja sehingga sasaran
perusahaan/instansi/lembaga secara optimal dapat dicapai.
4) Pemberian Pujian oleh Pimpinan
Pemberian pujian ini merupakan bagian dari penghargaan
yang diberikan oleh pimpinan kepada bawahan (pegawai)nya
secara langsung dan kontiniu/terus menerus.
Dapat diberikan secara langsung kepada para pegawai,
yaitu pegawai yang selalu memiliki disiplin kerja dan kesungguhan
dalam bekerja. Pemberian pujian ini dapat diberikan secara lisan
ataupun tulisan oleh pimpinan kepada bawahannya.Dengan
pemberian pujian dalam bentuk lisan maupun tulisan oleh pimpian
secara langsung. Akan memberikan rasa tersendiri oleh pegawai,
sehingga membuat pegawai lebih giat dan bersemangat dalam
mengerjakan pekerjaannya serta berlomba-lomba meningkatkan
prestasi kerjanya.
C. Hubungan Pemberian Insentif Non Material dengan Semangat Kerja
Untuk meningkatkan produktivitas kerja seorang pegawai, haruslah
memiliki semangat kerja yang tinggi, salah satunya yang dapat dilakukan oleh
seorang pagawai untuk meningkatkan semangat kerja yang tinggi adalah
dengan memberikan insentif dan penghargaan spesial kepada pegawai. Karena
-
29
sebagai perseonil/tenaga kerja seoarang pegawai ingin juga mendapatkan
penghargaan dari pimpinannya sebagai wujud bahwa pekerjaannya tidak sia-
sia dan dinilai bagus/berprestasioleh pimpinannya.
Oleh karena itu keberadaan insentif sangatlah diperlukan, tidak hanya
insentif material tetapi juga insentif non material seperti sikap pimpinan
terhadap suasana/keadaan dan fasilitas pegawai dalam bekerja, pemberian
penghargaan dan tanda jasa oleh pimpinan, promosi tempat kerja/pekerjaan
dan pemberian pujian oleh pimpinan kepada pagawai(bawahan)nya. Dengan
adanya insentif ini maka diharapkan pegawai dapat lebih giat dan bersemangat
dalam melaksanakan pekerjaan/tugas-tugasnya.
D. Kerangka Konseptual
Semangat kerja adalah kemauan dan kesadaran yang timbul dari dalam
diri seorang pegawai untuk melakukan pekerjaan, sehingga pekerjaan itu dapat
dilaksanakan dengan cepat dan dengan hasil yang memuaskan.Dimana
indikator semangat kerja pegawai dalam penelitian ini adalah penempatan
kerja pegawai, fasilitas kerja pegawai, loyalitas pegawai terhadap pekerjaanya,
kreatifitaspegawai dalam melaksanakan tugasnya, partisipasi pegawai dalam
bekerja dan suasana kerja pegawai. Insentif menjadi salah satu penyebab yang
sangat mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja seorang pegawai.
Adapun indikator dari pemberian insentif non material dalam penelitian ini
adalah sikap pimpinan terhadap suasana/keadaan dan fasilitas kerja pegawai,
pemberian penghargaan dan tanda jasa oleh pimpinan, promosi tempat
-
30
kerja/pekerjaan dan pemberian pujian oleh pimpinan kepada pagawai
(bawahan)nya.
Untuk lebih jelasnya, maka dapat digambarkan dalam kerangka
konseptual berikut ini :
Gambar 1 : Kerangka Konseptual Hubungan Pemberian Insentif Non
Material oleh Pimpinan dengan Semangat Kerja Pegawai
Pada Dinas Pendidikan Kota Solok
E. Hipotesis
Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah Terdapat
hubungan yang berarti antara pemberian insentif non material oleh pimpinan
dengan semangat kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Kota Solok.
Pemberian Insentif Non
Material
1. Sikap Pimpinan
2. Pemberian Penghargaan oleh Pimpinan
3. Promosi oleh Pimpinan
4. Pemberian Pujian oleh Pimpinan
Semangat Kerja Pegawai
1. Penempatan Pegawai
2. Fasilitas Pegawai
3. Loyalitas Pegawai
terhadap Pekerjaan 4. Kreatifitas pegawai
dalam Melaksanakan
Pekerjaan 5. Partisipasi Pegawai
dalam Bekerja 6. Suasana Kerja Pegawai
-
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Sesuai dengan permasalah dan tujuan yang telah diajukan
dalampenelitian ini, maka jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional
(Rorelational Research). Penelitian korelasional merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk melihat hubungan yang terjadi antara satu variabel dengan
variabel lainnya. Pilihan dan penggunaan penelitian ini sejalan dengan tujuan
penelitian yaitu melihat Hubungan Pemberian Insentif Non Materi oleh
Pimpinan dengan Semangat Kerja Pegawai pada Dinas Pendidikan Kota
Solok.
B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (X) Insentif Non Material
Insentif yang dimaksud dalam penelitan ini adalah insentif yang
merupakan suatu peransang, pujian, rewaerd, penghargaan atapun ganjaran
berupa tambahan penghasilan, penghargaan dalam bentuk jasa maupun
uang/barang, promosi dan penyediaan fasilitas kerja pegawai yang
bertujuan untuk memotivasi pegawai agar lebih giat dan bersemangat
dalam bekerja. Adapun indikator dari insentif non material adalah : sikap
pimpinan, pemberian penghargaan oleh pimpinan, promosi oleh pimpinan
dan pemberian pujian oleh pimpinan kepada pagawai (bawahan)nya.
-
32
2. Variabel terikat (Y ) Semangat Kerja Pegawai
Faktor faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang menunjang dan
membuat pegawai memiliki semangat kerja yang tinggi, mendorong
pegawai melaksanakan tugasnya dengan baik, bekerja lebih giat sehingga
pekejaan yang dilakukan menjadi lebih efektif dan efesien.Hal ini dapat
dicapai dengan penempatan kerja pegawai yang baik, fasilitas pegawai
yang sangat mendukung dalam bekerja, pegawai yang bekerja penuh
dengan kesetiaan (loyalnya terhadap pekerjaan), sangat berkreatifitas
dalam bekerja, dan berpatisipasi tinggi dalam melakukan pekerjaan demi
mewujudkan tujuan bersamaserta menciptakan suasana kerja yang nyaman
demi kelancaran pekerjaan.
Adapun faktor-faktoryang mempengaruhi semangat kerja ini terdiri
dari 6 indikator yaitu penempatan pegawai, fasilitas pegawai, loyalitas
pegawai terhadap pekerjaan, kreatifitas pegawai dalam melaksanakan
pekerjaan, partisipasi pegawai dalam bekerja dan suasana kerja pegawai.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2013:117) populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
-
33
pegawai yang ada pada Dinas Pendidikan Kota Padang sebanyak 105
pegawai.
2. Sampel
Sampel menurut Suharsimi Arikunto (2010:174) adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Suharsimi Arikunto (2006:134), juga
menyatakan bahwa populasi yang kurang dari 100 orang, maka semua
populasi di ambil sebagai sampel, jika populasi lebih dari seratus maka
sampelnya di ambil 10%-25% atau 25%-50% dari jumlah populasi.
Jumlah populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 105 pegawai.
Maka penulis akan mengambil sampel berdasarkan teknik Simple Random
Sampling, sampel diambil berdasarkan tabel Krecjie-Morgan dengan
tingkat kesalahan 5% dan tingkat kepercayaan 95%. Jadi maka sampel
yang diambil adalah sebanyak 86 pegawai.
Tabel 1
Jumlah Sampel Penelitian
No. Nama Bidang Jumlah Pegawai
1. Sekretariat 25
2. Dikmen 6
3. TK, SD dan PK 6
4. PLS-SBOP 11
5. Peningkatan Mutu dan Litbang 6
6. Pengawas 32
Total 86 Orang
-
34
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
yaitu data yang diperoleh langsung dari responden penelitian, berkenaan
dengan hubungan Pemberian Insentif Non Material oleh Pimpinan dengan
Semangat Kerja Pegawai.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang
bekerja pada Dinas Pendidikan Kota Solok.
E. Instrumen Penelitian dan Penyusunannya
Alat penumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket yang bertujuan untuk memperoleh data mengenai semangat kerja
pegawai. Angket yang digunakan adalah model skala Likert, dimana
konstruksi kerja dari skla likert ini dimulai dengan mengumpulkan sejumlah
item-item dalam bentuk pernyataan yang berhubungan sedangkan masalah
penelitian. Item-item tersebut kemudian diisi oleh responden dengan memilih
salah satu dari lima alternatif jawaban yang telah disediakan. Adapun
limaalternatif jawaban yang disediakan adalah selalu (SL), sering (SR),
kadang-kadang (KD), jarang (JR) dan tidak pernah (TP).
Adapun langkah-langkah dalam penyusunan angket adalah sebagai
berikut:
1. Membuat kisi-kisi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan variabel yang diteliti
-
35
b. Menentukan indikator dari masing-masing variabel
2. Menyusun pernyataan (item) berdasarkan indikator dari masing-masing
variabel
3. Mengkonsultasikan butir-butir angket yang telah disusun dengan dosen
pembibing
4. Melakukan uji coba angket yang telah disusun yaitu dengan
memberikannyakepada 10pegawaiDinas Pendidikan Kota Solok diluar
sampel yang telah ditetapkan.
a. Uji Validitas Angket
Menurut Arikunto (2010:211) Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Untuk mengetahui validitas angket dilakukan analisis
menggunakan rumus korelasi tata jenjang yang dikemukakan oleh
Spearman dalam Suharsimi (2010:321) sebagai berikut :
Keterangan :
= validitas yang dicari
= jumlah beda ( rank total rank maksimal)
= jumlah sampel
Kriteria dalam pengujian validitas adalah:
Jika r hitung > r tabel berarti valid
Jika r hitung < r tabel berarti tidak valid
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus sperman
untuk angket variabel X diperoleh Rho = 0,9985 sedangkan Rho tabel
-
36
pada taraf kepercayaan 99% dengan N =10 adalah 0,794 dimana r
hitung lebih besar dari r tabel 0,9985 > 0,794 maka variabel X
dinyatakan valid. Untuk Angket variabel Y diperoleh Rho = 0,9939
sedangkan Rho tabel pada taraf kepercayaan 99% dengan N =10 adalah
0,794 dimana r hitung lebih besar dari r tabel 0,9939 > 0,794 maka
variabel Y dinyatakan valid.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Arikunto (2010:221) mengatakan reliabilitas menunjuk pada
satupengertian bahwa sesuatu instrumen yang cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu
sudah baik atau valid (reliabelitas artinya dapat dipercaya, jadi dapat
diandalkan). Untuk mencari realibilitas menggunakan rumus Alpha,
Arikunto (2010:239) :
Keterangan :
= reabilitas instrumen
K = banyak butir pernyataan atau banyaknya soal
ob2
= jumlah varians butir
O2t = varians totals
Kriteria dalam pengujian reliabelitas adalah:
Jika r hitung > r tabel berarti reliabel
Jika r hitung < r tabel berarti tidak reliabel
Hasil perhitungan dengan menggunakan alpa untuk angket
variabel X perhitungan di peroleh r hitung = 1,0205, sedangkan r tabel
-
37
pada taraf kepercayaan 99% dengan N = 10 adalah 0,765 maka r
hitung besar dari r tabel 1,0205 > 0,765 berarti variabel X reliabel.
untuk angket variabel Y perhitungan di peroleh r hitung =
0,9095, sedangkan r tabel pada taraf kepercayaan 99% dengan N = 10
adalah 0,765 maka r hitung besar dari r tabel 0,9094> 0,765 berarti
variabel Y reliabel.
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sendiri secara langsung oleh peneliti
dengan Dinas Pendidikan Kota Solok.Pengumpulan data dilakukan dengan
penyebarann angket kepada seluruh pegawai pada Dinas Pendidikan Kota
Solok.
Adapun prosedur pengumpulan data ini adalah sebagai berikut :
1. Mengurus surat izin penelitian dari jurusan yang diteruskan ke Fakultas
2. Setelah surat izin dapat diselesaikan dengan jurusan dan fakultas, surat
izin disampaikan kepada pihak yang terkait yaitu Dinas Pendidikan Kota
Solok
3. Setelah mendapat izin dari Dinas Pendidikan Kota Solok, penulis
menyebarkan angket kepada setiap pegawai yang menjadi responden
dalam penelitian ini.
G. Teknik Analisis Data
Data penelitian diolah dengan langkah sebagai berikut :
1. Pemberian Skor
-
38
Pada setiap angket yang telah diedarkan, disediakan lima alternatif
jawaban dimana alternatif jawaban itu adalah selalu (SL) dengan skor 5,
sering (SR) dengan skor 4, kadang-kadang (KD) dengan skor 3, jarang
(JR) dengan skor 2, tidak pernah (TP) dengan skor 1. Sedangkan untuk
butir angket negatif alternatif jawaban selalu (SL) dengan skor 1, sering
(SR) dengan skor 2, kadang-kadang (KD) dengan skor 3, jarang (JR)
dengan skor 4, tidak pernah (TP) dengan skor 5.
2. Mentabulasi data dan menghitung sakor rata-rata (Mean), Median, Modus
dan Standar Deviasi (SD).
a. Data yang telah diberi skor nilai dimasukkan kedalam distribusi
frekuensi skor masing-masing variabel, kemudian dilanjutkan dengan
mencari skor rata-rata (Mean), Median, Modus dan Standar Deviasi
(SD), untuk mendapatkan gambaran dari kedua kelompokm variabel.
Data yang diolah dengan menggunakan komputer program SPSS.
b. Menentukan gambaran secara kualitatif hasil penelitian untuk masing-
masing variabel dengan memebandingkan skor rata-rata (Mean)
dengan skor tertinggi dikali dengan 100% untuk variabel X dan skor
rata-rata (Mean) dengan skor tertinggi dikali dengan 100% untuk
variabel Y. Dengan menggunakan klasifikasi yang dikemukakan oleh
Nana Sudjana (2006:33) seperti dibawah ini :
-
39
Tabel 2
Kualifikasi dan Persentase
Klasifikasi Persentase
Sangat Baik/ Tinggi
Baik/ Tinggi
Cukup
Kurang Baik/ Tinggi
TidakBaik/ Tinggi
90 100 %
80 89 %
65 79%
55 64%
0 54%
3. Melakukan uji normalitas pemberian insentif non material dan semangat
kerja pegawai dengan rumus Chi Kuadrat yang dikemukakan oleh
Arikunto (2006:290) yaitu:
Keterangan:
= Harga Chi Kuadrad yang dicari
= Frekuensi observasi atau yang ada
= Frekuensi yang diharapkan
4. Menghitung koefisien Korelasi Variabel X dan Y untuk mengetahui
hubungan dengan menggunakan Teknik Korelasi Product Moment, yang
dikemukakan oleh Arikunto (2006:274) dengan rumus:
Keterangan :
rxy = Nilai koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = Jumlah responden
X = Jumlah skor seluruh item
Y = Jumlah skor setiap item
X2 = Jumlah kuadrat skor variabel X
Y2 = Jumlah kuadrat skor variabel Y
-
40
5. Untuk menghitung uji keberatian Korelasi digunakanuji-t dengan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
= angka hasil uji
r = Nilai koefisien korelasi
n = Jumlah sampel
Suatu koefisien korelasi dipandang signifikan kalau harga t hasil
perhitungan > dari harga t pada tabel distribusi t.
-
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Sesuai dengan variabel penelitian, maka diperoleh dua kelompok data
yaitu data mengenai Pemberian Insentif Non Material oleh Pimpinan dan
Semangat Kerja Pegawai Pada Dinas Pendidikan Kota Solok. Deskripsi
masing-masing data tersebut dapat dirinci sebagai berikut:
1. Deskripsi Data Pemberian Insentif Non Material oleh Pimpinan
Pengumpulan data variabel Pemberian Insentif Non Material oleh
Pimpinan (Variabel X) didapat dari penyebaran angket sebanyak 86
responden. Skor variabel Pemberian Insentif Non Material oleh Pimpinan
yang diperoleh menyebar dari skor terendah 52,00 sampai skor tertinggi
140,00. Sedangkan skor minimal 30 dan skor maksimal idealnya 150.
Dari hasil pengolan data secara umum, maka pemberian insentif non
material oleh pimpinan diperoleh skor mean (rata-rata) = 106,9767
median (nilai tengah) = 107,5000 modus (nilai yang sering muncul) =
99,00dan standar deviasi (simpangan baku) = 22,09284. Secara lengkap
mengenai perhitungan dapat dilihat pada lampiran.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang distribusi skor
variabel insentif non material (X) dapat dilihat pada tabel dan gambar
berikut:
-
42
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Data Variabel Pemberian Insentif Non Material Oleh
Pimpinan
Kelas
Interval
Frekuensi
Absolut
Frekuensi
Relatif
130 - 142 18 20,9
117 - 129 15 17,4
104 - 116 16 18,7
91 - 103 15 17,4
78 - 90 16 18,6
65 - 77 3 3,5
52 - 64 3 3,5
Jumlah 86 100
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
52-64 65-77 78-90 91-103 104-116 117-129 130-142
3 3
1615
1615
18
Insentif Non Material
Gambar 2
Histogram Distribusi Frekuensi Skor Variabel Pemberian Insentif Non
Material oleh Pimpinan
Berdasarkan Tabel dan Histigram diatas variabel Pemberian
Insentif Non Material oleh Pimpinan diketahui 38,3% responden berada di
atas kelas interval rata-rata, 18,6% responden berada di kelas interval rata-
57,5 70,5 83,5 96,5 109,5 122,5 135,5
-
43
rata dan 43,1% berada dibawah kelas rata-rata, jadi dapat disimpulkan
bahwa 43,1% Pemberian Insentif Non Material oleh Pimpinan dibawah
rata-rata.
Hasil pengolahan data angket variabel insentif non material (X)
dengan cara membandingkan skor rata-rata (mean) dengan skor maksimal
dikali 100, maka nilai mean 106,98 dibagi dengan skor maksimal 150
dikali 100% maka diperoleh angka = 71,3. Hal ini berarti variabel
pemberian insentif non material oleh pimpinan berada pada kategori
cukup baik yaitu 71,3% dari skor ideal.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang distribusi skor
variabel insentif non material (X) dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4
Rekapitulasi Pemberian Insentif Non Material oleh Pimpinan
No Indikator Rata-rata % Tingkat Pencapaian Klasifikasi
1 Sikap Pimpinan 3.87 77.4 Cukup Baik
2 Pemberian Penghargaan oleh Pimpinan 3.34 66.8 Cukup Baik
3 Promosi oleh Pimpinan 3.31 66.2 Cukup Baik
4 Pemberian Pujian oleh Pimpinan 3.81 76.2 Cukup Baik
Variabel Insentif Non Material 106.98 71.3 Cukup Baik
2. Deskripsi Data Semangat Kerja Pegawai
Pengumpulan data variabel Semangat Kerja Pegawai (Variabel Y)
didapat dari penyebaran angket sebanyak 86 responden. Skor variabel
Semangat Kerja Pegawai yang diperoleh menyebar dari skor terendah
78,00 sampai skor tertinggi 139,00. Sedangkan skor minimal 30 dan skor
maksimal idealnya 150. Dari hasil pengolan data secara umum, maka
-
44
semangat kerja pegawai diperoleh skor mean (rata-rata) = 119,1744
median (nilai tengah) = 118,0000 modus (nilai yang sering muncul) =
136,00 dan standar deviasi (simpangan baku) = 14,12565.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang distribusi skor
variabel Semangat Keja Pegawai (Y) dapat dilihat pada tabel dan gambar
berikut ini:
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Data Variabel Semangat Kerja Pegawai
Kelas
Interval
Frekuensi
Absolut
Frekuensi
Relatif
132- 140 21 24,4
123 - 131 15 17,4
114 - 122 18 20,9
105 - 113 23 26,7
96 - 104 4 4,8
87 - 95 3 3,5
78 - 68 2 2,3
Jumlah 86 100
-
45
0
5
10
15
20
25
78-86 87-95 96-104 105-113 114-122 123-131 132-140
23
4
23
18
15
21
Semangat Kerja
Gambar 3
Histogram Distribusi Frekuensi Skor Variabel Semangat Kerja Pegawai
Berdasarkan Tabel dan Histogram diatas diketahui 41,8%
responden berada diatas kelas interval rata-rata, 20,9% responden berada
di kelas interval rata-rata dan 37,3% dibawah kelas rata-rata, jadi dapat
disimpulkan bahwa 37,3% Semangat Kerja Pegawai berada dibawah rata-
rata.
Hasil pengolahan data angket variabel semangat kerja pegawai (Y)
dengan cara membandingkan skor rata-rata (mean) dengan skor maksimal
dikali 100, maka nilai mean 119,17 dibagi dengan skor maksimal 150
dikali 100% maka diperoleh angka = 79,5. Hal ini berarti variabel
semangat kerja pegawai berada pada kategori cukup yaitu 79,5% dari
skor ideal.
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang distribusi skor
variabel semangat kerja pegawai (X) dapat dilihat pada tabel berikut ini:
81,590,599,5 108,5 117,5 126,5 135,5
-
46
Tabel 6
Penilaian Semangat Kerja Pegawai
B. Persyaratan Analisis
Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan teknik korelasi. Untuk
menggunakan teknik ini harus memenuhi persyaratan. Penyujian normalitas
dilakukan dengan teknik chi kuadrat terhadap pemberian insentif non material
oleh pimpinan dan semangat kerja pegawai. Hasil pengujian uji coba
normalitas terhadap kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 7
Rangkuman Hasil Uji Normalitas Variabel
Variabel X2 Hitung Keterangan
X2 Tabel
= 0,05
Insentif Non
Material
19,209 Normal 43,775
Semangat Kerja
Guru
22,651 Normal 43,775
Pada tabel dapat dilihat bahwa X2
hitung variabel X dan variabel Y
kecil dari X2 pada tabel = 0,05. Maka distribusi skor variabel X dan variabel
Y adalah normal.
No Indikator Rata-rata % Tingkat Pencapaian Kategori
1 Penempatan Pegawai 3.8 76.5 Cukup Baik
2 Fasilitas Pegawai 4.1 81.6 Tinggi
3 Loyalitas Pegawai 4.2 84.5 Tinggi
4 Kreatifitas pegawai 4.0 80.5 Tinggi
5 Partisipasi Pegawai 3.7 74.9 Cukup
6 Suasana Kerja Pegawai 4.1 81.3 Tinggi
Variabel Semangat Kerja 119.17 79.5 Cukup
-
47
C. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan
yang berarti antara Pemerian Insentif Non Material Oleh Pimpian Dengan
Semangat Kerja Pegawai Pada Dinas Pendidikan Kota Solok. Untuk
menguji hipotesis ini dilakukan analisis korelasi pada skor insentif non
material dan skor semangat kerja pegawai dengan menggunakan rumus
korelasi. Rangkuman hasil analisis korelasi dapat dilihat pada tabel.
Tabel 8
Pengujian Koefisien Korelasi dan Keberatian Korelasi Variabel X dan Y
dengan Tabel Uji r dan Tabel Uji t
Koefisien
Korelasi (r)
r tabel Keberatian
Korelasi (t)
t tabel
= 0,01 = 0,01
0,700
0,317 8,975 2,390
Hasil perhitungan pada tabel menunjukkan bahwa koefisien korelasi
antara Pemberian Insentif Non Material oleh Pimpinan dengan Semangat
Kerja Pegawai adalah signifikan yaitu rhitung = 0,700 > ttabel= 0,317 pada taraf
kepercayaan 99%. Untuk melihat keberartian hubungan maka dilakuan uji t
dengan perolehan data thitung= 8,975 > ttabel= 2,390 pada taraf kepercayaan
99%. Dengan demikian hipotesei yang diuji dapat diterima dalam taraf
kepercayaan 99%.
Artinya hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan yang signifikan
antara pemeberian insentif non material oleh pimpina dengan semangat kerja
pegawai dapat diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
-
48
yang berarti antara Pemberian Insentif Non Material oleh Pimpinan dengan
Semangat Kerja Pegawai pada Dinas Pendidikan Kota Solok.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kantor Dinas
Pendidikan Kota Solok, ditemukan terdapatnya hubungan yang berarti antara
pemberian insentif non material oleh pimpinan dengan semangat kerja
pegawai pada taraf signifikan 99% dengan koefisien korelasi 0,700 dan
keberartian korelasi 8,975 dengan menggunakan uji t.
Untuk lebih jelasnya berikut ini akan bahas masing-masing variabel:
1. Variabel Semangat Kerja Pegawai (Y)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Dinas Pendidikan
Kota Solok tentang hubungan pemberian insentif non material oleh
pimpinan dengan semangat kerja pegawai diperoleh data semangat kerja
pegawai berada pada kategori cukup baik yaitu 79,5% dengan
membandingkan skor rata-rata (mean) dengan skor maksimal dikali
100%. Hal ini berarti semangat kerja pegawai perlu ditingkatkan lagi dari
cukup tinggi menjadi lebih tinggi lagi. Karena dengan semangat kerja
yang tinggi tentunnya dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat
dan lebih baik.
Menurut Netisemito (2002:56), mengatakan tentang pengetian
semangat kerja bahwa semangat kerja adalah melakukan pekerjaan
secara lebih giat sehingga dengan demikian pekerjaan akan dapat
diharapkan sekali dapat selesai lebih cepat dan lebih baik. Semangat
-
49
kerja sangat penting bagi pegawai karena semangat kerja yang tinggi
tentu dapat mengurangi angka absensi atau tidak bekerja seorang pegawai
karena malas.
Dengan semangat kerja yang tinggi dari pegawaiatau karyawan
maka pekerjaan yang diberikan atau ditugaskan kepadanya akan dapat
diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat. Semangat kerja pegawai
yang tinggi otomatis membuat karyawan akan merasa lebih senang
bekerja sehingga kecil kemungkinan karyawan akan pindah bekerja ke
tempat lain.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nawawi (2004:120) bahwa
semagat kerja yang tinggi merupakan dorongan bagi terciptanya usaha
partisipasi secara maksimal dan kegiatan organisasi atau kelompok guna
tercapainya tujuan yang ditentukan.Hal senada juga dikemukakan oleh
Hasibuan (2012:94) bahwa keinginan dan kesungguhan seseorang
mengerjakan pekerjaannya serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja
yang maksimal. Semangat kerja ini akan meransang seseorang untuk
berkarya dan berkreatifitas dalam pekerjaannya.
Oleh karena itudalam menjalankan tugas atau pekerjaan hendaknya
pegawai memiliki semangat kerja yang tinggi dan diharapkan akan
melahirkan kreatifitas dan inisiatif yang tinggi, penuh rasa tanggung
jawab akan mendorong peningkatan produktifitas kerja pegawai pada
instansi atau kantor tersebut.
-
50
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi semangat kerja pegawai,
faktor-faktor yang dimaksud di sini adalah faktor-faktor yang menunjang
dan membuat pegawai memiliki semangat kerja yang tinggi, mendorong
pegawai melaksanakan tugasnya dengan baik, bekerja lebih giat sehingga
pekejaan yang dilakukan menjadi lebih efektif dan efesien.
Hal ini dapat dicapai dengan penempatan kerja pegawai yang baik,
fasilitas pegawai yang sangat mendukung dalam bekerja, pegawai yang
bekerja penuh dengan kesetiaan (loyalnya terhadap pekerjaan), sangat
berkreatifitas dalam bekerja, dan berpatisipasi tinggi dalam melakukan
pekerjaan demi mewujudkan tujuan bersamaserta menciptakan suasana
kerja yang nyaman demi kelancaran pekerjaan mau mengerahkan semua
atau seluruh kemampuan secara maksimal untuk mendapatkan hasil yang
terbaik untuk kemajuan organisasi atau kantor/instansi pada masa yang
akan datang.
2. Variabel Insentif Non Material (X)
Berdasarkan data yang diperoleh dari responden dan dengan
membandingkan skor rata-rata (mean) dengan skor maksimal 100% dapat
diketahui bahwa penilaian secara kuantitatif mengenai pemberian insentif
non material oleh pimpinan berada pada kategori cukup baik yaitu 71,3%
dari skor ideal. Hal ini berarti pemberian insentif non material oleh
Kepala Dinas Alhadulillah sudah cukup baik, namun perlu ditingkatkan
lagi agar pegawai bisa lebih bersemangat dalam bekerja.
-
51
Insentif merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan
pada pekerja/pegawai. Insentif adalah suatu bentuk dorongan finansial
kepada pegawai sabagai balas jasa sebuah organisasi/instansi/lembaga
kepada pegawai atas prestasi pegawai tersebut dalam bekerja.
Menurut Rivai (2003:384) mengatakan bahwa insentif diartikan
sebagai bentuk pembayaran yang dikaikan dengan kinerja, sebagai
pembagian keuntungan bagi karyawan akibat peningkatan produktifitas
atau penghematan biaya. Hasibuan (2010:118) juga mengatakan bahwa
insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan
tertentu yang prestasinya diatas prestasi standar.
Fungsi utama dari pemberian insentif adalah untuk memberikan
tanggung jawab dan dorongan kepada pegawai dalam menjalankan
tugansnya. Insentif menjamin bahwa pegawai akan mengarahkan usahanya
untuk mencapai tujuan organisasi/insttasi/lembaga tersebut. Selain itu
tujuan utama pemberian insentif ini adalah guna meningkatkan
produktivitas kerja. Wibowo (2007:355) mengatakan bahwa program
insentif dirancang untuk meningkatkan motivasi kerja.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa insentif
non material merupakan peransang, penghargaan atau ganjaran yang
sengaja diberikan dapat berupa pujian, penghargaan, reward, piagam,
sertifikat, hadiah ataupun fasilitas sebagai balas jasa kepada pegawai untuk
bekerja lebih baik. Dalam pembahasan ini Pemberian Insentif Non
Material oleh Pimpinan yang perlu ditingkatkan lagi adalah promosi dan
-
52
pemberian penghargaan. Maka sangat terlihat bahwa insentif merupakan
hal terpenting dalam peningkatan gairah dan semangat kerja pegawai,
sehingga pegawai mau menjalankan tugasnya dengan penuh keikhlasan
untuk tercapainya tujuan dari organisasi/instasnsi/lembaga secara efektif
dan efisien.
3. Hubungan Pemberian Insentif Non Material Oleh Pimpinan dengan Semangat Kerja Pegawai
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara
Pemberian Insentif Non Material oleh Pimpinan dengan Semangat Kerja
Pegawai adalah signifikan yaitu rhitung = 0,700 > ttabel= 0,317 pada taraf
kepercayaan 99%. Untuk melihat keberartian hubungan maka dilakuan uji
t dengan perolehan data thitung= 8,975 > ttabel= 2,390 pada taraf
kepercayaan 99%. Dengan demikian hipotesis yang diuji dapat diterima
dalam taraf kepercayaan 99%.
Adanya hubungan yang signifikan antara insentif non material oleh
pimpinan dengan semangat kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Kota
Solok. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu faktor yang menentukan
semangat kerja adalah Pemberian Insentif Non Material. Hasil penelitian
ini memperkuat pendapat para ahli sebagai mana dikemukakan oleh
Nitisemito (2002:30), menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi semangat kerja adalah sebagai berikut:
a. Memberi gaji yang cukup b. Memperhatikan kebutuhan rohani pegawai c. Sesekali menciptakan suasana santai d. Memperhatikan harga diri pegawai
-
53
e. Menempatkan pegawai pada posisi yang tepat sesuai dengan keahliannya
f. Memberi kesempatan untuk maju g. Memupuk perasaan aman menghadapi masa depan h. Mengusahakan loyalitas pegawai i. Mengajak berunding para pegawai j. Memberi insentif yang terarah k. Memberi fasilitas yang menyenangkan
Selanjutnya Purwanto (2012:84) juga mengemukakan faktor-faktor
yang mempengaruhi semangat kerja antara lain adalah :
a. Adanya kehidupan yang layak b. Adanya perasaan terlindung, ketentraman dalam bekerja c. Adanya kondisi-kondisi bekerja yang menyenangkan d. Suasana dan rasa kekelurgaan e. Perlakuan yang adil dari atasannya f. Pengakuan dan penghargaan terhadap sumbangan-
sumbangan dan jasa-jasa yang diperbuatnya
g. Terdapat perasaan berhasil dan kesadaran untuk ingin berkembang
h. Kesempatan berpartisipasi dan diikutsertakan dalam menentukan kebijakkan (policy)
i. Kesempatan untuk tetap memiliki rasa harga diri
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian
insentif non material oleh pimpinan sangat mempengaruhi semangat kerja
pegawai. Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan yang
berarti antara pemberian insentif non material oleh pimpinan dengan
semangat kerja pegawai. Artinya semakin banyak insentif non material
yang diberikan oleh pimpinan maka semakin tinggi pula semangat kerja
pegawai dalam bekerja. Sebaliknya apabila insentif non materil yang
diberikan oleh pimpinan sedikit maka semangat kerja pegawai juga juga
semakin rendah. Sehingga kedua variabel harus sama-sama ditingkatkan
agar menjadi lebih baik dan sesuai dengan apa yang diingikan.
-
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis tentang Hubungan
Pemberian Insentif Oleh Pimpinan Dengan Semangat Kerja Pegawai Pada
Dinas Pendidikan Kota Solok dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Semangat kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Kota Solok berada dalam
kategori cukup baik dengan skor 79,5%
2. Pemberian Insentif non material oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota
Solok berada pada kategori cukup baikdengan skor 71,3%.
3. Terdapat hubungan yang berarti antara pemberian insentif non material
oleh pimpinan dengan semangat kerja pegawai pada Dinas Pendidikan
Kota Solok dimana besarnya koefisien korelasi rhitung = 0,700 > rtabel =
0,317 pada taraf kepercayaan 99% dan thitung = 8,975 > ttabel = 2,390 pada
taraf kepercayaan 99%.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian Semangat Kerja Pegawai Pada Dinas
Pendidikan Kota Solok berada pada kategori cukup. Maka penulis
menyarankan agar pegawai meningkatkan lagi semangat kerja, agar
dalam menjalankan tugas pegawai dapat menyelesaikannya menjadi lebih
-
55
efektif dan efesien. Pimpinan juga diharapkan agar selalu memerhatikan
memotivasi pegawai, agar selalu bersemangat dalam bekerja.
2. Pimpinan atau Kepala Dinas Pendidikan Kota Solok perlu meningkatkan
insentif non material yang diterima oleh pegawai. Agar pegawai memiliki
semangat yang tinggi dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaannya.
3. Diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya yang dapat
dijadikan sebagai bahan penduan dalam meneliti kedua variabel ini
dengan tempat dan indikator yang berbeda.
-
56
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharmi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta
Depdikbud.2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Didit, Darmawan. 2013. Prinsip-prinsip Prilaku Organisasi. Surabaya: Pena
Semesta
Hasibuan, Melayu SP. 2010. Organisasi Motivasi. Jakarta: Bumi Aksara
Marwansyah. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Alfabeta cv
Nawawi, Hadari. 2004. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung
Netisemito, Alex S. 2005. Manajemen Personalia (Manajemen Sumber daya
manusia). Jakarta: Ghalia Indonesia
Purwanto, Ngalim. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Rivai, Veithzal. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.