hubungan konsentrasi cartilage oligomeric...

67
HUBUNGAN KONSENTRASI CARTILAGE OLIGOMERIC MATRIX PROTEIN (COMP) SERUM TERHADAP DERAJAT KEPARAHAN OSTEOARTRITIS LUTUT BERDASARKAN KLASIFIKASI KELLGREN LAWRANCE PADA PASIEN LANJUT USIA DI KPKM RENI JAYA UIN JAKARTA TAHUN 2017 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : ASIAH MUTHII’AH NIM.11141030000016 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA1438 H/2017 M

Upload: nguyentu

Post on 10-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

HUBUNGAN KONSENTRASI CARTILAGE OLIGOMERIC

MATRIX PROTEIN (COMP) SERUM TERHADAP DERAJAT

KEPARAHAN OSTEOARTRITIS LUTUT BERDASARKAN

KLASIFIKASI KELLGREN LAWRANCE PADA PASIEN

LANJUT USIA DI KPKM RENI JAYA UIN JAKARTA

TAHUN 2017 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

ASIAH MUTHII’AH

NIM.11141030000016

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA1438 H/2017 M

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KABYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

! Lrnr]rrn ^rno'1i1i311 ini merr,'"olren he.i! !rer-..'l nq!i oGr.,o r-/q!.!ry 4{ioi,,L{r-yvrrrrrrr*ir iiii iii!rep*i+ri ;iSJii i,;; i.: +J;i ,:,+i_7+ -i;.:;i urEr*.!+r^

$c*Ik meraeaehi saiah satu persyarataa memperoleh gelar strata 1 di UiN

Syarif Hidayatullah J akarta.

serrna sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini talah sayfl

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN syarif

HidayatullahJakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN syarif Hidayatullah Jakarta-

Ciputaf fi luJi 2AI7

2.

3.

j\-frrtLi i'.Li viuiiiit uii

HUBUNGAN KONSENTRA SI CARTILAGE OLIGOMERIC

MATRIX PROTEIN (COMP) SERUM TERIIADAP DERAJAT

KEPARAI{AN OSTEOARTRITIS L UTTIT BERDASARKAN

KI,ASII'IKASI I{ELLGREN I,AWRENCE PADA PASIE1T

LANJUT USIA DI KPKM RE1TI JAYA TJIN JAKARTA TAHUI{

24fi

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter,Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sa{ana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:

Asiah MuthiiiahNrM.I 1141030000016

Pembimbing I Pembimbing fI

dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.EpidNIP. 19780507 200501 1 005

dr. Mery Nitalia, Sp.PK,NIP. 19781230 200604 2 001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN I}AN PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESNHATAN

UNTYERSITAS ISLAM NEGERI.

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/ 2017 M

ilt

LEMBAR PENGESAIIAN

Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN KONSENTRASI CoMp SERUMTEREADAP DERAJAT KEPARAI{AN OA LTITUT BERI}ASARKANKLASTFIKASI KELLGREN LAWRENCE PADA PASTEN LANJUT USIADI KPKM RE,NI JAYA UIN SYARIF HMAYATULLAH JAKARTATAHUN 2017 yang diajukan oleh Asiah Muthii'ah (NIM : 11141030000016),telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 4Agustus 2AL7. Laporan ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperolehgelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Kedokteran dan ProfesiDokter.

Ciputat,4 Agustus 2017

DEWAN PENGUJI

dr.Achmad Zaki, Sp.OT, M.EpidNIP. 19780507200501 1005

Pembipbing tr

It4dr. Mery Nitalia, Sp.PK

NIP. 19781234 200604 2 00iNIP. 19780 501 I 005

\-.-Arief Sumantri, S.KM, M.Kes

808 198803 I 002

jir

iikoen, Sp.OTJ l-- (

dr. Mustika Anggian(F,M.Biomed103 1 003

PIMPINAN FAKULTAS

Kaprodi PSPD UIN Jakarta

dr

(/)"<_

SpU, FICS, FACS, PhD

NIP 19721103 200604 1 001

tv

Pembimbing I

.Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, karunia serta hidayahNya , sehingga penulis dapat dalam menyelesaikan

penelitian ini dengan baik. Tak lupa juga Sholawat beserta salam semoga selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat dan

pengikutnya hingga akhir zaman.

Tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan dalam

mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran dari Program Studi Kedokteran dan

Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi tak lepas dari bantuan, bimbingan dan semangat

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih sebesar- besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, M.Kes sebagai dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku ketua Program Studi

Kedokteran dan Pendidikan Dokter (PSKPD) FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Program Studi Kedokteran

dan Pendidikan Dokter (PSKPD) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid selaku pembimbing I yang telah

mencurahkan bimbingan, perhatian, dukungan, serta motivasi yang

membuat penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini serta

semangat dalam menjalankan semua prosesnya.

5. dr. Mery Nitalia, Sp.PK selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, waktu serta nasehat kepada penulis selama penelitian dan

penulisan skripsi ini.

vi

6. dr.Putri Herliana yang telah bersedia ikut membantu memberi bimbingan

dan dukungan kepada penulis selama proses penyusunan laporan

penelitian ini.

7. Bapak Chris Adhiyanto, MBiomed, PhD selaku penanggung jawab riset

PSKPD angkatan 2014.

8. Staf dosen PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu pengetahuan serta pengalaman hidup sebagai bekal bagi

penulis untuk ke depannya menjadi dokter yang baik bagi agama dan

negara.

9. Staf Klinik Pelayanan dan Kesehatan Masyarakat (KPKM) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak bantuan kepada

penulis selama proses pengumpulan data penelitian ini, terutama kak Ayu

yang selalu sabar membimbing dan membantu penulis.

10. Ibu Nenden Muchtar selaku Ketua Perkumpulan Lansia Tangerang

Selatan, dan ibu-ibu serta bapak-bapak lansia yang selalu ceria dan sabar

menjadi responden dalam penelitian penulis.

11. Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Drs.Riadi dan Ibu Rohani atas jasa- jasanya,

limpahan do’a dan kasih sayang serta dukungan kepada penulis sejak

kecil.

12. Para kakak dan adik penulis, M.Harun Arrasyid, Abu Dzar Haniif, Nabilah

Hanifatul Husnah serta Akhiratur Risalah yang memberikan keceriaan

sehingga penulis semangat untuk menyelesaikan penelitian ini.

13. Teman-teman sejawat dalam penelitian yang sama, Amalina Fitrasari,

Ning Indah, Gebry Nadira, Alvin Zulmaeta dan Maulana Hafiez Rambe

atas kerjasama yang luar biasa serta waktu dan perjuangan yang penulis

dan mereka lakukan bersama demi suksesnya penelitian ini. Terimakasih

telah menepati janji untuk selalu bersama-sama menjalani dan

menyelesaikan penelitian ini.

14. Sahabat-sahabat sejawat penulis, Laelatul Sofiah, Kharisma Aisyah dan

Fairus Brilliani yang selalu sabar dan tidak pernah bosan memberikan

semangat ketika penulis mulai putus asa. Semoga kita semua bisa menjadi

dokter yang berguna bagi masyarakat.

vii

15. Sahabat sejak dulu hingga sekarang, Fatrina Aprilia, Nurul Aslamiah,

Hikma Turiya, Ade Andika, Diki Ariyanto, Ayu rahma, Tiara Nur, Riski

Fitri yang selalu mengiringi penulis baik dikala susah maupun senang.

Terima kasih selalu mendengar dan mengerti penulis. Semoga kita sukses

di bidang masing-masing.

16. Teman sejawat Maskur Fahmi dan Pandu Nur yang telah membantu dalam

pembuatan flyer untuk responden dan pengenalan program SPSS sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

17. Sahabat penulis, Fauziah Aziriani yang setiap hari menyemangati dan

mendukung penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

18. Pembimbing SPSS penulis, Kak septia, Julius dan Ridho yang telah sabar

membantu penulis dalam mengolah data dengan SPSS. Terima kasih atas

bimbingan dan ilmu yang telah dberikan.

19. Keluarga besar “Santri Jadi Dokter Sumatera Selatan” yang telah menjadi

tempat berbagi suka dan duka di tanah rantau. Terimakasih telah

menerima penulis menjadi bagian dari kalian.

20. Teman-teman sejawat PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang memberi motivasi kepada penulis dan telah berjuang bersama dari

semester satu hingga semester akhir, sehingga penulis dapat

menyeselesaikan penelitian ini dengan baik.

21. Semua pihak yang telah banyak membantu menyelesaikan penelitian ini

yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya.

viii

Semoga Allah membalas kebaikan kepada semuanya. Demi perbaikan

selanjutnya, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang

membangun. Akhirnya hanya kepada Allah swt. penulis serahkan segalanya.

Semoga penelitian ini bermanfaat baik bagi penulis maupun semua masyarakat.

Ciputat, 10 Juli 2017

Penulis

ix

ABSTRAK

Hubungan Konsentrasi COMP Serum terhadap Derajat Keparahan

Osteoartritis Lutut Berdasarkan Klasifikasi Kellgren Lawrance pada Pansien

Lanjut Usia di Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat (KPKM) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2017

Latar Belakang : Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif yang

ditandai dengan perburukan kartilago sendi. Derajat berat OA dapat dinilai dari

gambaran radiologi menggunakan kalsifikasi Kellgren-Lawrance. COMP

merupakan biomarker yang dapat menggambarkan proses destruksi sendi dan

dapat dijadikan sebagai penanda prognosis OA.

Tujuan : Mengetahui hubungan antara kosnentrasi COMP serum terhadap

derajat keparahan osteoarthritis berdasarkan Kellgren Lawrance.

Metode : Penelitian ini merupakan jenis peneltian deskriptif analitik dengan

pendekatan cross sectional. Sampel diambil secara konsekutif sebanyak 55

responden yang datang ke KPKM Reni Jaya.

Hasil : Dari uji one way ANOVA didapatkan hubungan yang signifikan antara

konsentrasi COMP serum terhadap derajat keparahan osteoartritis berdasarkan

klasifikasi Kellgren Lawrance (p<0,05). Kelompok yang dipengaruhi secara

signifikan adalah kelompok dengan derajat 1 dan 2 Kellgren- Lawrence

berdasarkan tes Bonferroni.

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara konsentrasi COMP

serum terhadap derajat keparahan OA lutut berdasarkan klasifikasi Kellgren-

Lawrence.

x

ABSTRACT

Correlation Between Serum COMP and Severity degree of knee-OA

according to Kellgren Lawrence Grading Scale in Elderly Patients at KPKM

UIN Syarif Hidaytullah Jakarta on 2017 Year

Background : Osteoarthritis is a degenerative desease that characterized by

deterioration of cartilage in joint. Severity degree of OA can be assessed by

radiographic view using kellgren Lawrence. COMP is a biomarker which can

show joint destruction process and as prognostic biomarker of OA .

Objective : This study is aimed at finding correlation of serum COMP and

severity degree of knee osteoarthritis patient based on Kellgren Lawrence grading

system.

Methods : This type of study is an analytical descriptive with cross sectional

approach. The sample was taken consecutively by 55 respondents who attending

and got treatment at KPKM Reni Jaya and fulfilled the criteria of inclusion and

exclusion.

Results : by using one way ANOVA test was obtained significant correlation

between serum COMP consentration and osteoarthritis severity degree according

to Kellgren Lawrence grading scale (p <0,05). Groups that are significantly

influenced are 1st degree and 2nd degree according to Bonferroni test

Conclusion : There is a significant correlation between serum COMP

consentration and severity degree of knee osteoarthritis according to Kellgren

Lawrence grading scale.

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .................................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................................... ix

ABSTRACT .................................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................................... xi

BAB I

PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3 1.3 Hipotesis .................................................................................................................... 3 1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 3 1.4.1 Tujuan umum ...................................................................................................... 3 1.4.2 Tujuan khusus ..................................................................................................... 3 1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 3 1.5.1 Bagi institusi ....................................................................................................... 3 1.5.2 Bagi masyarakat .................................................................................................. 4 1.5.3 Bagi peneliti ........................................................................................................ 4 1.5.4 Bagi peneliti lain ................................................................................................. 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 6

2.1 Landasan Teori .......................................................................................................... 6 2.1.1 Anatomi sendi lutut .......................................................................................... 6 2.1.2 Histologi sendi lutut ........................................................................................ 8 2.1.3 Fisiologi sendi lutut .......................................................................................... 10 2.1.4 Pengertian osteoartritis ..................................................................................... 11 2.1.5 Faktor resiko osteoartritis ................................................................................. 12 2.1.6 Patofisiologi dan patogenesis osteoartritis ...................................................... 13 2.1.7 Manifestasi klinis ............................................................................................ 14 2.1.8 Tatalaksana osteoartritis ................................................................................... 15 2.1.9 Grading kellgren lawrence ............................................................................... 17 2.1.10 COMP ............................................................................................................ 18

2.2 Kerangka Teori.......................................................................................................... 21

xii

2.3 Kerangka Konsep ...................................................................................................... 22 2.4 Definisi Operasional.................................................................................................. 23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................................... 26

3.1 Desain Penelitian ....................................................................................................... 26 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................... 26 3.3 Populasi Penelitian .................................................................................................... 26 3.4 Jumlah Sampel Penelitian ......................................................................................... 26 3.5 Teknik Pengambilan Ssampel Penelitian .................................................................. 27 3.6 Kriteria Sampel Penelitian ........................................................................................ 27 3.7 Alat dan Bahan .......................................................................................................... 28 3.8 Alur Kerja Penelitian................................................................................................. 29 3.9 Cara Kerja Penelitian ................................................................................................ 30 3.10 Identifikasi Variabel ............................................................................................... 30 3.11 Rencana Manajemen Data....................................................................................... 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 32 4.1 Karakteristik Responden .......................................................................................... 32

4.1.1 Usia responden ................................................................................................. 32 4.1.2 Jenis kelamin responden .................................................................................. 33 4.1.3 Indeks massa tubuh responden ......................................................................... 33 4.1.4 Konsentrasi COMP serum................................................................................ 33 4.1.5 Gambaran derajat keparahan osteoartritis berdasarkan klasifikasi

kellgren lawrence ............................................................................................. 34 4.2 Hubungan Konsentrasi COMP Serum Terhadap Derajat Keparahan

Osteoartritis Berdasarkan Klasifikasi Kellgren Lawrence ........................................ 35 4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................................. 37

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................................ 38 5.1 Simpulan ................................................................................................................... 38 5.2 Saran .......................................................................................................................... 38

BAB VI KERJASAMA RISET ..................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 41

LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Usia dan Jenis Kelamin ............................................................. 32

Tabel 4.2 Karakteristik IMT Responden ......................................................................... 33

Tabel 4.3 Konsentrasi COMP Serum .............................................................................. 33

Tabel 4.4 Gambaran Derajat Keparahan Osteoartritis Berdasarkan Klasifikasi

Kellgren Lawrence ......................................................................................... 34

Tabel 4.5 Hubungan Konsentrasi Serum COMP dengan Derajat Keparahan OA

Lutut berdasarkan Kellgren Lawrence ............................................................. 35

Tabel 4.6 Analisis Bonferroni ......................................................................................... 36

Tabel 4.7 Besarnya Pengaruh COMP terhadap Derajat Keparahan OA

berdasarkan Klasifikasi Kellgren Lawrence ................................................... 37

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Sendi Lutut ................................................................................... 6

Gambar 2.2 Histologi Sendi Lutut .................................................................................. 9

Gambar 2.3 Tipe Sinoviosit ............................................................................................ 9

Gambar 2.4 Gambaran Osteoartritis ............................................................................... 11

Gambar 2.5 Siklus Perubahan Bentuk Kartilago Sendi dan Kegagalan

Pembentukan Kolagen ................................................................................ 13

Gambar 2.6 Klasifikasi Kellgren Lawrence .................................................................... 18

Gambar 4.1 Hubungan Konsentrasi COMP serum terhadap Derajat Keparahan

OA Lutut ...................................................................................................... 37

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Etik Penelitian .................................................................................. 44

Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian .................................................................................. 45

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden ................................................................ 46

Lampiran 4 : Lembar Data Penelitian Responden .......................................................... 47

Lampiran 5 : Lembar Analisis Data SPSS ...................................................................... 48

Lampiran 6 : Riwayat Penulis ......................................................................................... 52

xiv

DAFTAR SINGKATAN

ACL : Anterior Crutiatum Ligament

COMP : Cartilage Oligomeric Matrix Protein

CRP : C Reactive Protein

ELISA : Enzyme Linkd Immunoabsorbent Assay

GAG : Glikosaminoglikan

IL : Interleukin

IMT : Indeks Massa Tubuh

IRA : Indonesian Rheumatology Associations

KL : Kellgren Lawrance

KPKM : Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat

MMPs : Matrix Metaloproteinases

NHANES : National Health and Nutrition Survey

OA : Osteoartritis

OAINS : Obat Anti- Inflamasi Non-Steroid

PCL : Posterior Crutiatum Ligament

SM : Synovial Membrane

TNF : Tumor Necrosis Factor

WHO : World Health Organization

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Osteoartritis (OA) adalah penyakit kronik yang ditandai dengan

perburukan kartilago pada sendi yang menyebabkan benturan antar tulang

sehingga menimbulkan kekakuan, rasa nyeri, dan gangguan pergerakan.

Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif tersering dan menyebabkan

kecacatan kronik1.

Berdasakan data dari Dutch Institute for Public Health , prevalensi

osteoartritis lutut usia 55 tahun sebesar 15.6% pada laki-laki dan 30.5% pada

wanita. Menurut hasil studi Framingham pada 2400 orang dewasa di Boston ,

sebanyak 19.2% partisipan yang berusia lebih dari 45 tahun menunjukkan

gambaran radiologis osteoartritis. Sedangkan menurut National Health and

Nutrition Examination Survey (NHANES III) yang berlangsung tahun 1991-1994,

sebanyak 37% dari partisipan yang berusia lebih dari 60 tahun memiliki gambaran

radiologi OA lutut2. Hasil dari the Johnston Country Osteoartritis Project pada

orang Amerika-Afrika dan Kaukasian yang berumur ≥ 45 tahun, pada tahun 2007

didapatkan bahwa dari 3018 partisipan sebanyak 16% mengalami gejala OA lutut

tanpa temuan radiologis, 28% memiliki gambaran radiologis OA lutut dan 8%

memiliki gambaran radiologis OA lutut yang berat3.

Menurut riset kesehatan dasar Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

(Kemenkes RI) tahun 2013, prevalensi penyakit sendi di Indonesia sebesar

24.7%, angka tersebut menurun dibanding tahun 2007 yaitu sebesar 30.3%4.

Menurut hasil penelitian Zeng QY et al, prevalensi OA di Indonesia mencapai

23,6 sampai 31,3% dan diperkirakan 1-2 juta lansia menderita cacat akibat OA5.

Hasil dari penelitian Harry Isbagio et.al, tahun 2006 bahwa prevalensi OA di

Indonesia pada usia < 40 tahun mencapai 5%, usia 40-60 tahun sebesar 30% , dan

pada usia > 61 tahun sebesar 65% . Untuk OA lutut prevalensinya cukup tinggi

yaitu 15.5%6. Sedangkan menurut penelitian M.Regi Sanjaya tahun 2014 di RS.

2

Al-Islam, Bandung proporsi OA lutut primer paling banyak terjadi pada usia 56-

65 tahun yaitu sebesar 45.58%7.

Diagnosis osteoartritis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan

gambaran radiologi8. Pemeriksaan radiologi X-Ray merupakan reference

standard untuk diagnosis OA. Osteoartritis didiagnosis berdasakan penyempitan

celah sendi dan osteofit. Klasifikasi yang paling sering digunakan untuk

menentukan derajat keparahan OA adalah klasifikasi kellgren lawrence9.

Klasifikasi kellgren-lawrence juga dapat digunakan untuk mengevaluasi

prognosis10.

Namun, gambaran radiologi tidak sensitif untuk mengukur perubahan

molekuler abnormalitas tulang dan sendi. Sehingga dibutuhkan biomarker untuk

mengidentifikasi pasien dengan resiko mengalami progresivitas OA, untuk deteksi

dini penyakit dan dapat bertindak sebagai pengganti klinis yang dapat

menunjukkan respon terapi11.

Cartilage oligometrix matrix protein (COMP) merupakan instrumen

biomarker yang berguna untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko tinggi

terhadap destruksi sendi progresif dan untuk memantau terapi12. Studi-studi

sebelumnya menyebutkan bahwa konsentrasi COMP serum dapat menjadi

penanda prognosis penyakit osteoartritis13. Cut off point COMP adalah 1097.5

ng/ml. Konsentrasi COMP serum meningkat pada pasien OA dan berkorelasi

positif dengan perjalanan penyakit14.

Penelitian mengenai hubungan konsentrasi COMP serum terhadap grading

radiologis Kellgren Lawrence penderita OA ini belum banyak dilakukan . Kadar

COMP serum ini menarik untuk diteliti mengingat bahwa COMP sendiri

merupakan marker kerusakan sendi. Sedangkan derajat keparahan OA dinilai

menggunakan klasifikasi radiologis Kellgren Lawrence. Oleh sebab itu, peneliti

bermaksud untuk melihat adanya hubungan kadar COMP serum dengan derajat

keparahan OA berdasarkan klasifikasi radiologis Kellgren Lawrence serta

melihat seberapa besar korelasinya. Penelitian ini dilakukan pada penderita OA

lutut pada lansia di KPKM Reni Jaya, Pamulang, tahun 2017.

3

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah terdapat hubungan konsentrasi COMP serum terhadap derajat

keparahan OA lutut berdasarkan klasifikasi Kellgren Lawrence pada

pasien osteoartritis lutut lanjut usia di KPKM Reni Jaya tahun 2017?

1.3. Hipotesis

1.3.1. Terdapat hubungan konsentrasi COMP serum terhadap derajat

keparahan OA lutut berdasarkan klasifikasi Kellgren Lawrence pada

pasien osteoartritis lutut lanjut usia di KPKM Reni Jaya tahun 2017

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan konsentrasi serum COMP dengan derajat

keparahan OA lutut menurut klasifikasi radiologis Kellgren Lawrence

pada pasien osteoartritis lutut lanjut usia di KPKM Reni Jaya tahun

2017.

1.4.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui gambaran progresivitas kerusakan sendi dengan

melihat peningkatan konsentrasi serum COMP pada pasien

osteoartritis lutut lanjut usia

2. Mengetahui gambaran derajat keparahan OA menggunakan

grading radiologis Kellgren Lawrence pada pasien osteoartritis

lutut lanjut usia

3. Mengetahui korelasi antara peningkatan serum COMP terhadap

derajat keparahan OA lutut menurut klasifikasi radiologis Kellgren

Lawrence pada pasien osteoartritis lutut lanjut usia.

1.5. Manfaat penelitian

1.5.1. Bagi institusi

a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya terkait hubungan

4

konsentrasi serum COMP dengan derajat keparahan OA lutut

menurut klasifikasi radiologis Kellgren Lawrence pada pasien

osteoartritis lutut lanjut usia.

b. Menjadi pemicu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait

hubungan konsentrasi serum COMP dengan derajat keparahan OA

lutut menurut klasifikasi radiologis Kellgren Lawrence pada pasien

osteoartritis lutut lanjut usia.

c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya terkait hubungan

konsentrasi serum COMP dengan derajat keparahan OA lutut

menurut klasifikasi radiologis Kellgren Lawrence pada pasien

osteoartritis lutut lanjut usia.

1.5.2. Bagi masyarakat

a. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait progresivitas

kerusakan sendi dengan melihat peningkatan konsentrasi serum

COMP pada pasien osteoartritis lutut lanjut usia.

b. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang hasil

pengukuran konsentrasi serum COMP pada lutut lansia

c. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang derajat

keparahan OA

d. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya tentang

hubungan konsentrasi COMP serum dengan derajat keparahan OA

lutut berdasarkan klasifikasi radiologis Kellgren Lawrence pada

pasien osteoartritis lutut lansia

1.5.3. Bagi peneliti

a. Memberikan pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian

deskriptif analitik.

b. Mendapatkan manfaat untuk mengamalkan ilmu pengetahuan yang

sudah dipelajari di Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

5

1.5.4. Bagi peneliti lain

Hasil dari penelitian yang kami lakukan ini diharapkan dapat menjadi

bahan referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian

selanjutnya demi kemajuan ilmu pengetahuan.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Anatomi sendi lutut

Sendi lutut merupakan sendi yang paling kompleks di tubuh manusia.

Sendi lutut terdiri dari tiga sendi yang mengelilingi ruang synovia15:

1. Lateral tibiofemoral joint, sendi ini menghubungkan antara

kondilus lateral femur, meniscus lateral dan kondilus lateral tibia15.

2. Medial tibiofemoral joint, sendi ini menghubungkan anatara

kondilus medial femur, meniscus medial dan kondilus medial tibia15.

3. Patellofemoral joint, sendi ini menghubungkan patellar surface

pada femur dan patella15.

Gambar 2.1 : anatomi sendi lutut16

Komponen anatomi sendi lutut :

1. Kapsul sendi, bagian luar menghubungkan sendi dan tulang.

Penebalan pada kapsul (ligamentum kapsular) mengelilingi sendi

untuk menjaga stabilitas sendi. Kapsul sendi pada lutut tipis, tapi

beberapa ligamen dan otot saling berhubungan untuk

menguatkannya15.

7

2. Retinakula patella medial dan lateral, tendon gabungan dari

insersio M. Quadriceps femoris dan tendon fascia lata yang

menguatkan bagian anterior sendi15.

3. Ligamen patella, perpanjangan dari tendon besar dari insersio

musculus quadriceps femoris yang membentang dari patella ke

tuberositas tibia . fungsinya menguatkan bagian anterior sendi.

Infrapatellar fat pad memisahkan ligament ini dibagian posterior

dengan membran sinovial15.

4. Ligamen popliteal oblique, ligament datar yang membentang dari

fossa interkondilus femur ke caput tibia dan dari kondilus lateral

femur ke kondilus medial tibia. Fungsinya menguatkan bagian

posterior sendi15.

5. Ligamen popliteal arkuata, membentang dari kondilus lateral

femur ke prosessus styloideus capu fibula. Fungsinya menguatkan

bagian bawah lateral posterior sendi15,16.

6. Ligamen tibia kolateral, ligamen di bagian medial sendi yang

membentang dari kondilus medial femur sampai ke kondilus medial

tibia. Ligament ini menempel kuat pada meniskus medial. Robekan

berulang pada ligamen menyebabkan robekan meniskus dan

kerusakan pada ligamentum krusiatum anterior15,16.

7. Ligamen fibula kolateral, ligamen kuat yang mengelilingi bagian

lateral sendi. Ligament ini membentang dari kondilus lateral femur

ke lateral caput fibula. Fungsinya menguatkan bagian lateral sendi.

Ligamen ini ditutupi oleh tendon biseps femoris15,16.

8. Ligamen intrakapsular, ligament antarkapsular yang

menghubungkan os tibia dan os femur. Dari asalnya, mereka berjalan

menyilang pada femur. Ada dua ligament, yaitu ligamentum

krusiatum anterior (ACL) yang membentang dari area interkondilar

tibia ke bagian posteromedial kondilus lateral femur, fungsinya

adalah mencegah hiperekstensi lutut dan yang kedua ligamentum

krusiatum posterior (PCL) yang membentang dari area cekungan

interkondilus tibia dan meniscus lateral ke bagian anterior,

8

permukaan lateral kondilus medial femur . Fungsinya mencegah

sliding posterior tibia ketika fleksi lutut. Hal ini penting ketika

berjalan menuruni tangga15.

9. Meniskus sendi, dua cakram fibrokartilago diantara kondilus tibia

dan femur yang membantu mengkompensasi bentuk ireguler tulang

dan sirkulasi cairan sinovial. Ada dua meniskus yaitu meniskus

medial dan meniskus lateral. Meniskus medial adalah bagian

semisirkular dari fibrokartilago, berbentuk seperti huruf C. Bagian

anteriornya berakhir dengan menempel ke anterior fossa

interkondilar tibia dan anterior ligamentum krusiatum. Bagian

posteriornya berakhir dengan menempel pada ligamentum krusiatum

posterior dan meniscus lateral.

Meniskus lateral adalah bagian sirkular fibrikartilago yang berebntuk

mirip huruf O. Bagian anterior berakhir dengan menempel pada

eminensia interkondilar anterior tibia, dan lateral dan posterior

ligamentum krusiatum anterior. Bagian posteriornya berakhir dengan

menempel pada eminensia interkondilar posterior tibia, dan berjalan

ke depan ke ujung posterior meniskus . Sedangkan permukaan

anterior dari mensikus lateral dan medial saling dihubungkan oleh

ligamentum transversum lutut15.

2.1.2. Histologi sendi lutut

Sendi adalah daerah tulang yang ditutupi dan dikelilingi oleh

jaringan ikat yang menahan tulang dan menentukan jenis dan derajat

pergerakan diantara keduanya. Sendi digolongkan menjadi dua yaitu

diartrosis, sendi yang memungkinkan pergerakan bebas dan sinartrosis,

sendi yang pergerakannya sedikit atau tidak sama sekali. Sendi lutut

termasuk jenis sendi yang diartrosis17.

9

Gambar 2.2 : histologi sendi lutut, C = simpai, SM = membrane synovial,

E = episis, A = kartilago sendi17

Diartrosis biasanya menyatukan tulang- tulang panjang dan

memiliki mobilitas besar seperti lutut. Pada sendi diarthrosis, susunan

tulang ikut dipertahankan oleh jaringan ikat atau simpai. Simpai tersebut

membungkus rongga sendi yang mengandung cairan sinovia. Rongga

sendi tidak dibatasi epitel, sebagai gantinya terdapat jaringan ikat khusus

yang disebut membran sinovia yang menjulurkan lipatan dan vili ke dalam

rongga sinovia dan mensekresikan cairan sinovia sebagai pelumas17.

Gambar 2.3: tipe sinoviosit

A= Sinoviosit Bundar, B=Sinoviosit Fibroblastik17

Membran sinovia memiliki berbagai tipe jaringan ikat (areolar,

fibrosa, atau adiposa) di berbagai sendi diarthrosis. Terdapat dua tipe sel

(sinoviosit). Sinoviosit bundar yang berkontak dengan rongga sinovia

bersifat fagositik dan mengangkit debris wear-tear dari cairan sinovia.

Sedangkan sinoviosit fibroblastik banyak terdapat diantara kapiler yang

khusus menghasilkan glikosaminoglikan (GAG), asam hialuronat dan

komponen lain substansi dasar. GAG melumasi sendi yang mengurangi

friksi pada semua permukaan internal dan menyediakan nutrien dan

oksigen ke kartilago sendi17.

10

Serat kolagen pada kartilago hialin tersusun berupa lengkung

dengan ujungnya pada permukaan yang terpapar, berbeda dengan

kebanyakan kartilago, tidak ditutupi oleh perikondrium. Susunan ini

membantu mendistribusikan daya yang dihasilkan oleh tekanan pada sendi

secara lebih merata. Kartilago yang elastic juga merupakan peredam yang

efektif untuk tekanan mekanis intermitten yang diterima banyak sendi17.

2.1.3. Fisiologi sendi lutut

Sendi lutut termasuk hinge joint atau sendi engsel karena struktur

dan lingkup gerak sendi yang menyerupai engsel. Fungsi dasar sendi lutut

adalah18:

1. Menstabilkan tumpuan berat badan

2. Memungkinkan adanya pergerakan pada tungkai

3. Meneruskan/mentrasmisi beban dari bagian atas tubuh dan

paha ke tungkai bawah18.

Sendi lutut memungkinkan gerakan fleksi, ekstensi, rotasi ekternal

dan rotasi internal11. Gerakan rotasi sendi lutut terjadi ketika posisi sendi

sedikit fleksi, terutama antara tibia dan meniskus. Posisi istirahat sendi

lutut adalah saat sedikit fleksi (10◦)18.

Otot-otot utama pada sendi lutut yang bertindak sebagai ekstensor

adalah m. rectus femoris, vastus lateralis, vastus medialis dan vastus

intermedius (m.quadriceps femoris). Sedangkan otot- otot yang bertindak

sebagai fleksor adalah m.hamstring dengan dibantu oleh m.gracilis,

m.gastrocnimeus, dan m.sartorius. sementara otot yang bertindak sebagai

rotator medial adalah m.popliteus18

Pada saat berdiri, sendi lutut berada pada posisi ekstensi penuh dan

bersifat lebih rigid/kaku karena kondilus medial tibia lebih besar daripada

kondilus lateral dan berada di depan kondilus medial femoral sehingga

mengunci sendi. Dan juga pada saat posisi tubuh tegak, berat badan akan

menumpu pada garis vertikal yang akan jatuh melewati tepat bagian

11

tengah sendi lutut. Namun hal ini dapat dicegah dengan adanya daya

tegang dari ligament krusiatum anterior, popliteal oblik, dan kolateral18.

Patella berfungsi sebagai protektor sendi dan juga mengurangi

friksi antara tulang dan otot yang menyusun sendi lutut. Patella juga dapat

meningkatkan tumpuan mekanik m.quadriceps. Sedangkan, meniskus

berfungsi sebagai shock-absorber dan bantalan sendi lutut. Selain itu,

terdapat juga cairan synovial sebagai shock-absorber dan mengurangi

friksi sendi18.

2.1.4. Pengertian Osteoartritis

Menurut WHO, osteoartritis adalah penyakit tulang kronik yang ditandai

dengan penipisan kartilago pada sendi yang menyebabkan gesekan antar tulang

sehingga mengakibatkan kaku sendi, nyeri dan gangguan pergerakan. Penipisan

kartilago diikuti dengan pertumbuhan tulang baru (osteofit), pembentukan kista,

dan sklerosis pada bagian subkondral tulang, serta terjadi peradangan sendi

(sinovitis) dan fibrosis capsular19.

Gambar 2.4: gambaran osteoartritis20

Osteoartritis sebenarnya bukan murni penyakit degeneratif karena

merupakan fenomena yang selalu dinamis, dimana menunjukkan proses destruksi

dan repair kartilago. Pada OA terjadi penipisan kartilago, diikuti dengan

pembentukan tulang baru yang hiperaktif , perubahan hipertropik pada tulang

sekitarnya (osteofitosis) dan remodelling. Gambaran akhirnya ditentukan oleh

kedua proses yang bertentangan itu19,21.

12

2.1.5. Faktor risiko Osteoartritis

a. Usia

Prevalensi dan beratnya OA meningkat seiring bertambahnya usia.

Dimana saat usia tua, kartilago memperlihatkan selularitas berkurang,

konsntrasi proteoglikan menurun, dan elastisitas hilang. OA hampir

tidak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan

sering pada umur di atas 60 tahun18,22.

b. Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi. Laki-

laki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher.

Secara keseluruhan, pada usia kurang dari 45 tahun, prevalensi OA

pada pria dan wanita sama. Namun, pada usia lebih dari 50 tahun

(setelah menopause), prevalensi wanita lebih banyak dibanding laki-

laki22.

c. Riwayat keluarga

Wanita yang mempunyai ibu yang menderita OA cenderung akan

memiliki kondisi yang sama 22.

d. Suku dan Ras

Terdapat perbedaan prevalensi dan pola terkena sendi antar suku

dan bangsa. Misalnya pada studi Framingham, orang-orang china

lebih sedikit terkena OA hip dan tangan dibandingkan orang-orang

kulit putih22.

e. Obesitas dan penyakit metabolik

Obesitas dapat meningkatkan beban mekanis pada sendi yang

menanggung beban. Selain itu, diduga terdapat factor metabolik dan

endokrin lain pada orang yang obesitas yang dapat berpengaruh

terhadap OA sendi lain (contoh: OA tangan). Jaringan adiposa

memproduksi faktor humoral yang dapat mengubah metabolisme

kartilago sendi. Faktor derivat-adiposit seperti IL-6 dan protein C-

reaktif (CRP) muncul sebagai pro-katabolik untuk kondrosit. Selain

13

itu, ditemukan juga bahwa leptin mungkin memiliki keterlibatan

penting dalam onset dan progresi OA23,24.

f. Trauma

Cedera traumatik, misalnya fraktur yang melibatkan permukaan

sendi, robek meniscus dan ketidakstabilan ligamen yang dapat

menyebabkan sendi tidak stabil dapat menjadi langkah awal untuk

terjadinya OA di kemudian hari19,22.

g. Kelainan pertumbuhan

Kelainan pertumbuhan dan kongenital se perti acetabular dysplasia

dan penyakit Perthes memiliki factor resko yang lebih besar untuk

menderita OA di kemudian hari dibandingkan orang- orang

normal19,22.

2.1.6. Patofisiologi dan Patogenesis Osteoartritis

Kartilago dibentuk oleh matriks ekstrasel dan komposisi

predominan kolagen tipe II dan proteoglikan14. Dalam kondisi normal,

matriks-matriks tersebut mengalami remodelling yang dinamis, dimana

terdapat keseimbangan antara degradasi dan aktivitas sintesis enzim

sehingga volume kartilago tetap.

Gambar 2.5. siklus perubahan bentuk kartilago sendi dan

kegagalan pembentukan kolagen19

Ketika terjadi ketidakseimbangan metabolisme kolagen oleh

berbagai faktor, dimana terjadi peningkatan enzim yang mendegradasi

kolagen sehingga terjadi kehilangan kolagen, proteoglikans dari matriks.

14

Sebagai hasil dari peningkatan degradasi matriks, maka terjadi akumulasi

produk hasil degradasi di cairan sinovial sehingga menginduksi

terjadinya respon inflamasi sendi, kerusakan kondrosit dan nyeri. Respon

dari degradasi yang terjadi adalah kondrosit akan berproliferasi dan

mensintesis kolagen dan proteoglikans. Bila respon ini tidak dapat

mengimbangi perjalanan penyakit, maka akan terjadi erosi kartilago.

Hasilnya adalah degenerasi fokus trabecular dan pembentukan kista, serta

peningkatan vaskularisasi dan reaktif sklerosis di zona pembebanan yang

maksimal14,22.

2.1.7. Manifestasi Klinis

Nyeri sendi

Beberapa penyebab nyeri pada OA yaitu, inflamasi yang terjadi di

cairan synovial sehingga terjadi pelepasan mediator kimiawi seperti kinin

dan prostaglandin yang kemudian merangsang ujung saraf sensible di

subkondral. Kedua, fibrosis kapsular pada jaringan kontraktur yang

meregang, kelelahan otot, dan bahkan karna tekanan pada tulang akibat

kongesti vascular dan peningkatan tekanan intraosseus. Nyeri juga bisa

disebabkan karena radikulopati atau penjalaran, misalnya pada OA

servikal atau lumbal. Selain itu, adanya osteofit yang menekan

periosteum dan radiks saraf dari medulla spinalis juga menyebabkan

nyeri sendi.Awalnya, tidak terasa, namun nyeri akan meningkat perlahan-

lahan sampai beberapa bulan atau tahun19. Nyeri biasanya bertambah

dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat22.

Kaku sendi

Kaku sendi biasanya terjadi setelah imobilitas atau dari periode

inaktif yang lama menjadi aktif. Contohnya saat bangun tidur atau saat

berdiri dari posisi duduk yang lama. Namun, seiring berjalannya waktu,

kaku sendi akan bersifat konstan dan progresif. Kekakuan ini akan

menyebabkan hambatan gerak yang akan memberat seiring dengan

perjalanan penyakit 19,22.

15

Krepitasi

Akibat dari penipisan kartilago sendi maka timbul gesekan kedua

permukaan tulang sendi ketika sendi digerakkan secara pasif yang

terdengar sebagai krepitasi. Semakin bertambahnya penyakit, krepitasi

akan terdengar sampai jarak tertentu (19).

Pembengkakan sendi

Pembengkakan sendi disebabkan karena adanya efusi yang

menyebabkan bengkak bersifat intermiten , osteofit yang mengubah

permukaan sendi dan penebalan kapsuler yang menyebabkan bengkak

bersifat kontinyu. Pembengkakan biasanya terjadi di perifer misalnya

lutut18,19,22.

Deformitas

Kontraktur jaringan kapsul fibrosa akibat adanya proses fibrosis

dan ketidakstabilan sendi menyebabkan deformitas. Selain itu, perubahan

pada permukaan sendi juga mengakibatkan deformitas. Deformitas

mudah ditemukan pada sendi-sendi yang mudah dilihat seperti sendi

lutut18,19,22.

Perubahan gaya berjalan

Biasanya perubahan gaya berjalan berhubungan dengan nyeri pada

sendi. Terutama terjadi pada OA lutut karena merupakan tumpuan berat

badan19,22.

Tanda- tanda peradangan

Akibat adanya sinovitis yang menyebabkan pelepasan sitokin

inflamasi sehingga menimbulkan tanda- tanda peradangan peradanagn

seperti kemerahan, rasa hangat, nyeri tekan dan juga gangguan

pergerakan22.

2.1.8. Tata Laksana Osteoartritis

Mengurangi Beban

Melindungi sendi dari beban berlebihan mungkin dapat

memperlambat kerusakan kartilago sendi. Beberapa hal yang biasa

dilakukan seperti menurunkan berat badan bagi pasien obesitas,

16

menggunakan sepatu dengan shock-absorbent, dan menghindari menaiki

tangga serta menggunakan tongkat saat berjalan akan bermanfaat19.

Fisioterapi dan Terapi Fisik

Dasar tata laksana pada kasus awal adalah fisioterapi, yang

ditujukan untuk menjaga mobiltas sendi dan meningkatkan kekuatan otot.

Program latihan fisik terapeutik yang dapat dilakukan berupa latihan

aerobic dan latihan penguatan otot lokal. Namun, harus tetap diingat

untuk menghindari aktivitas yang meningkatkan loading impact.

Modalitas lain yang dapat dilakukan dapat berupa pemijatan dan

pemberian energi panas. Namun, modalitas tersebut hanya dapat

mengurangi nyeri dan hanya bertahan dalam waktu singkat, sehingga

harus dilakukan berulang-ulang19.

Obat analgetik

Tidak semua pasien membutuhkan terapi obat. Bila dibutuhkan

biasanya menggunakan analgetik sederhana seperti paracetamol. Namun,

bila masih tidak dapat mengatasi nyeri, dapat diberikan obat anti-

inflamasi non-steroid19. Contoh OAINS untuk osteoartritis adalah

diklofenak 3x50 mg, ibuprofen 4x200-400 mg, asam mefenamat 4x250

mg, piroxicam 4x10-20 mg, dan celecoxib 2x100 mg. untuk pemberian

analgetik, penting untuk diingat adanya resiko efek samping seperti mual,

muntah dan iritasi mukosa lambung yang dapat menyebabkan perdarahan

gastrointestinal18.

Osteotomi realignment

Osteotomi realignment ini bertujuan untuk meningkatkan biomekanik

sendi, terutama kesejajarannya. Indikasi tindakan ini adalah pasien

dibawah 50 tahun dengan genu varus dan osteoartritis terlokalisir di

kompartemen medial. Tindakan ini dapat dilakukan jika keadaan sendi

masih stabil dan mobile, dan gambaran radiografik celah sendi masih

baik18.

17

Artroplasti

Terdiri dari dua, yaitu artroplasti reseksi dan artroplasti pengganti

dengan prosthesis sendi. Indikasi untuk tindakan ini adalah pasien usia

lanjut dengan destruksi sendi progresif. Pada artroplasti, permukaan

sendi diganti dengan komponen metal kondiler femur dan lempeng metal

polietilen pada proksimal tibia18.

Artrodesis

Indikasi dilakukannya artrodesis atau fusi sendi adalah bila

kekakuan sendi dapat diterima pasien dan sendi di sisi berlawanan

diperkirakan tidak akan terkena hal yang sama. Artrodesis dapat

menghilangkan nyeri secara permanen tetapi pasien akan kehilangan

funsi pergerakan secara permanen. Tindakan ini hanya boleh

diindikasikan bila artroplasti tidak dapat dilakukan atau terdapat

kontraindikasi18.

2.1.9. Grading Kellgren- Lawrence

Gambaran radiologi osteoartritis pertama kali di perkenalkan oleh

Kellgren Lawrence pada tahun 1957, kemudian akhirnya diadopsi WHO

tahun 1961. Berdasarkan kriteria tersebut, gambaran radiologi OA dapat

berupa pembentukan osteofit pada tepi sendi, periarticular ossicles

terutama pada sendi interphalang distal dan proksimal, penyempitan

celah sendi akibat penipisan kartilago sendi, pseudokista subkondral

dengan dinding yang sklerotik dan perubahan bentuk ujung tulang. Dari

kelima hal tersebut, maka dibuatlah klasifikasi radiologi OA yang terdiri

dari lima derajat, yaitu25:

18

Gambar 2.6. klasifikasi Kellgren- Lawrence26

• Klasifikasi 0 tidak terdapat gambaran OA18.

• Klasifikasi I penyempitan celah sendi masih diragukan dan

kemungkinan lipping osteophytic18.

• Klasifikasi II osteofit definitif, celah sendi normal18.

• Klasifikasi III multiple osteofit sedang, terdapat penyempitan

celah sendi, beberapa sklerosis dan kemunginan deformitas

kontur tulang18.

• Klasifikasi IV osteofit besar, penyempitan celah sendi yang

terlihat jelas, sklerosis berat dan deformitas kontur tulang18.

2.1.10. COMP

Cartilage oligometric matrix protein (COMP) adalah matriks

glikoprotein ekstraseluler non kolagen pentamerik yang muncul terutama

pada kartilago, ligament dan tendon. COMP merupakan bagian

trombospondin yang dapat menstimulasi kolagen fibril tipe I, II, IX dan

memiliki massa molekul 434kDA. Fungsi COMP masih belum jelas,

tetapi kemungkinan memiliki peran struktural pada osifikasi

endokondral dan penyatuan serta stabilisasi matrix ekstraseluler dengan

cara berinteraksi dengan kolagen fibril dan komponen matriks(10).

Telah terbukti bahwa matriks tulang rawan sendi artikuler

mengalami degradasi oleh suatu proses, fragmen protein yang diproduksi

akan berdifusi ke dalam cairan sendi. Sebagian dari protein ini, antara

lain COMP akan masuk ke dalam sirkulasi darah dan dapat digunakan

untuk monitor berlangsungnya degradasi tulang rawan sendi pada

19

penyakit sendi inflamasi seperti RA dan OA27. Pentamer COMP terikat

dengan lima molekul kolagen. COMP memfasilitasi interaksi antar-

kolagen dan pembentukan microfibril. Beberapa studi yang pernah

dilakukan dulu menduga bahwa COMP dihasilkan oleh kondrosit sendi

dan kadar COMP pada cairan synovial dan serum berhubungan dengan

kerusakan kartilago. Kadar COMP meningkat pada cairan sinovial pasien

osteoartritis dan memiliki korelasi yang positif dengan perjalanan

penyakit28.

Ketika terjadi erosi pada kartilago, terjadi reaksi imun pada

kartilago berupa pengeluaran sitokin pro-inflamasi seperti Tumor

Necrosis Factor (TNF-α), Interleukin 1β (IL-1β) yang menstimulasi

produksi Matrix Metalloproteinases (MMPs) dengan cara mengatur

produksi kolagenase dan agrekanase, dan diketahui mensupresi kondrosit

mensintesis aggrekan dan kolagen tipe II yang lain dibutuhkan untuk

restore matriks ekstraseluler28. Cut off point serum COMP adalah

1097.5ng/ml. kadar dalam serum hanya 14% dari kadar dalam cairan

sendi29.

Berdasarkan penelitian Maria LE Anderson dkk tahun 2006

didapatkan peningkatan COMP (median meningkat 1.3 U/L, p<0.001)

pada pasien OA lutut setelah melakukan exercise30. Sedangkan menurut

penelitian V.Vilim 2002 didapatkan rata-rata kadar COMP tertinggi pada

grup pasien kelas I derajat Kellgren-Lawrance, dan perbedaannya dengan

kadar COMP baseline signifikan menggunakan non-parametric Mann-

Whitney test (p<0.05)31. Hasil dari penelitian V.Vilim dkk tahun 2001

menunjukkan kadar COMP tertinggi pada grup dengan derajat Kellgren-

Lawrance >2 OA lutut (1.197µg/ml) dan dibandingkan dengan grup yang

memiliki derajat Kellgren-Lawrance ≤ 2 OA (1.029µg/ml) menggunakan

two-way ANOVA (P=0.002)13. Sedangkan penelitian yang dilakukan

oleh ardiyansah dkk. di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2001-2002

didapatkan kecenderungan semakin berat derajat OA, maka semakin

meningkat konsentrasi COMP serum. Korelasinya positif namun secara

statistik tidak bermakna (r= 0.127, P= 0.31)32.

20

COMP dapat diisolasi menggunakan imunoabsorben assay

competitive enzyme linked (ELISA). COMP ELISA merupakan

immunoassay enzim fase padat 2 sisi (solid-phase two-site enzyme

immunoassay). Kit ini berbasis pada teknik sandwich langsung (direct

sandwich teqhnique), dimana 2 antibodi monoklonal berhadapan secara

langsung dengan determinan antigenik dalam molekul COMP. pada masa

inkubasi COMP dalam sampel bereaksi dengan antibodi anti-COMP

terkonjugasi peroksidase dan antibodi anti-COMP yang terikat dalam

sumur mikrotitrasi. Pencucian bertahap untuk menyingkirkan antibodi-

terlabel- enzim yang tak terikat. Konjugat yang terikat dapat dideteksi

dengan 3,3’,5,5’ tetrametilbenzidin. Reaksi ini dihentikan dengan

menambahkan asam untuk memberikan hasil akhir klorometrik yang

dapat dibaca dengan spektofotometrik29.

21

2.2. Kerangka Teori

Pasien lanjut usia

Trauma ( robek meniskus, ligamen tidak stabil)

Usia lebih dari 60 tahun

Obesitas

Faktor Risiko

Osteoartritis

Osteoartritis pada lansia

↑ destruksi kartilago sendi

Klasifikasi OA menurut Kellgren

Lawrence

Gambaran radiologi OA

↑ COMP serum

Derajat I

Jenis kelamin

Derajat II Derajat III

Pengukuran

menggunakan ELISA

22

2.3. Kerangka Konsep

Konsentrasi COMP

serum

Derajat keparahan OA

lutut berdasarkan klasifikasi Kellgren-

Lawrence

Usia Jenis Kelamin

IMT

23

2.4. Definisi operasional

Variable

Definisi

Alat ukur

Hasil

ukur

Cara

pengukuran

Skala

pengukuran

Kadar

COMP

serum

Kadar produk

hasil

degradasi

kartilago

berupa

cartilage

oligomeric

matrix

protein

(COMP)

sebagai

biomarker

kerusakan

sendi

ELISA ng/ml Darah pasien

diambil

kemudian di

kirim ke lab

prodia untuk

diproses

Numerik

Derajat

keparahan

OA

Derajat

keparahan

OA dilihat

dari

gambaran

radiologi

Kellgren

Lawrence

pasien yang

dibagi

menjadi tiga

X-ray foto

rontgen

genu

Derajat 1

Derajat 2

Derajat 3

Pada genu

pasien

dilakukan

pemeriksaan

x-ray foto

rontgen yang

dibaca oleh

ahli radiologi

untuk dibagi

menjadi 3

klasifikasi

Ordinal

24

klasifikasi berdasarkan

derajat

keparahannya

Usia Usia

kronologis

pasien saat

dilakukan

penelitian

Kuesioner 1.60-69

tahun

2.70-79

tahun

Wawancara Nominal

Jenis

kelamin

Jenis kelamin

pasien saat

dilakukan

penelitian

yang

dibedakan

menjadi laki-

laki dan

perempuan

Kuesioner 1.laki-

laki

2.Perem-

puan

Wawancara Nominal

Indeks

massa

tubuh

Perbandingan

berat badan

(kg) dengan

tinggi badan

(m) kuadrat

Microtoise

Timbangan

1. kurus

berat:

IMT<

17.0

2. kurus

ringan:

IMT

17.0-

18.4

3.normal:

IMT

18.5- 25

4.obes

Dilakukan

pengukuran

tinggi badan

pasien

menggunakan

microtoise

dan berat

badan

menggunakan

timbangan,

kemudian

hasil bb

dibagi tinggi

badan kuadrat

Nominal

25

ringan :

25.1- 27

sesuai rumus

dan dibagi

menjadi 4

kategori

menurut

klasifikasi

DEPKES

2002

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik cross-sectional untuk mengetahui

hubungan antara antara kadar COMP serum dengan grading radiologis Kellgren

Lawrence pada pasien osteoartritis lutut manula di KPKM Reni Jaya, Tangerang

Selatan tahun 2017.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : Januari 2017 – Juni 2017

Tempat : KPKM Reni Jaya, Pamulang

1.3 Populasi Penelitian

Populasi target: semua individu 60 tahun dengan Osteoartritis Lutut simptomatis

di Indonesia.

Populasi terjangkau : semua individu 60 tahun dengan Osteoartritis Lutut

simptomatis di tangerang selatan.

Sampel : lansia dengan OA lutut simtomatis yang datang ke KPKM Reni Jaya

pada tahun 2017 serta diperiksa kadar serum COMP dan radiologi lutut.

1.4 Jumlah sampel penelitian

Rumus besar sampel berdasarkan pertanyaan penelitian analitis korelatif.

n = { 𝐙𝛂+𝐙𝛃

𝟎,𝟓𝐥𝐧 [𝟏+𝐫𝟏−𝐫]}2 + 3

keterangan.

Zα = deviat baku alfa

Zβ = deviat baku beta

r = korelasi minimal yang dianggap bermakna

Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis 2 arah , sehingga

Zα = 1,96. Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ =

27

0.842. Korelasi minimal yang dianggap bermakna ditetapkan

sebesar 0,37 (didapatkan dari penelitian sebelumnya).

n = { 𝐙𝛂+𝐙𝛃

𝟎,𝟓𝐥𝐧 [𝟏+𝐫𝟏−𝐫]}2 + 3

= {(𝟏,𝟗𝟔+𝟎,𝟖𝟒𝟐)𝟎,𝟓𝐥𝐧 [

𝟏+𝟎,𝟑𝟕

𝟏−𝟎,𝟑𝟕]}2 + 3

= {𝟐,𝟖𝟎𝟐

𝟎,𝟓𝐥𝐧 [𝟏,𝟑𝟕

𝟎,𝟔𝟑]}2 + 3

= {𝟐,𝟖𝟎𝟐

𝟎,𝟓𝐥𝐧 [𝟐,𝟏𝟕]}2 + 3

= {𝟐,𝟖𝟎𝟐

𝟎,𝟑𝟗}2 + 3

= 𝟓𝟏, 𝟓𝟓P

+ 3

𝟓𝟒,𝟓𝟓P

dibulatkan menjadi 55

3.5 Teknik pengambilan sampel penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

consecutive sampling, yakni setiap subjek yang memenuhi kriteria yang sesuai

dimasukkan ke dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah

subjek yang diperlukan terpenuhi.

3.6 Kriteria sampel Penelitian

3.6.1 Kriteria inklusi

1. Usia ≥ 60 tahun

2. Bersedia mengikuti penelitian

3. Menderita OA lutut simptomatis

4. Memenuhi kriteria Kellgren Lawrence

5. IMT ≤ 27

28

6. Tidak melakukan aktivitas fisik berat minimal 1 bulan terakhir

7. Tidak menderita penyakit inflamasi sistemik lain

8. Tidak menderita OA di tempat lain

3.6.2 Kriteria eksklusi

1. Menderita kelainan pertumbuhan

2. Pernah mengalami trauma pada lutut

3. Telah dilakukan intervensi seperti artroplasti, artrodesis, atau

osteotomi

4. IMT >27

5. Termasuk ke dalam derajat 4 Kellgren Lawrence

3.7 Alat dan bahan

1. Microtoise

2. Timbangan

3. Kit ELISA

4. Sampel darah pasien

5. Alat radiologi X-Ray lutut

6. Tabung darah

7. Spuit

8. Alcohol swab

9. Kuesioner

10. Program SPSS 2.2

29

3.8 Alur kerja penelitian

Persiapan penelitian

Perizinan ke KPKM Reni jaya, Pamulang

Berdiskusi dengan penanggung jawab KPKM terkait waktu yang tepat dilakukan penelitian

Melakukan penilaian factor resiko dan biodata pasien melalui wawancara kuesioner

Melakukan pemeriksaan tinggi badan dan berat badan

Melakukan permeriksaan X-Ray foto rontgen lutut di RS Sari Asih

1.Nama 2. Usia 3. Jenis kelamin

Pengambilan sampel darah pasien

Pemeriksaan COMP dengan ELISA

Pengiriman sampel ke lab prodia

Pembacaan foto rontgen oleh ahli radiologi

Penyajian dan analisis data menggunakan SPSS

30

3.9 Cara kerja penelitian

1. Melakukan persiapan penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Mengurus perizinan melakukan penelitian di KPKM Reni Jaya, Pamulang.

3. Melakukan diskusi dengan penanggung jawab Klub Bina Lansia Pisangan

terkait waktu yang tepat untuk dilakukannya penelitian.

4. Melakukan pengumpulan data faktor resiko dan data pribadi pasien dari

wawancara kuesioner.

5. Melakukan pemeriksaan tinggi badan dan berat badan.

6. Melakukan pengambilan sampel darah pasien

7. Pengiriman sampel darah ke lab prodia untuk pemeriksaan COMP

8. Melakukan pemeriksaan x-ray foto rontgen lutut pasien di RS Sari Asih dan

dibaca oleh ahli radiologi.

9. Penerimaan hasil data.

10. Penyajian dan analisis data menggunakan SPSS.

3.10 Identifikasi variabel

3.10.1 variabel terikat (dependen)

Nilai hasil derajat keparahan radiologi OA Kellgren Lawrence dalam

skala kategorik

3.10.2 variabel bebas (independen)

Nilai hasil kadar COMP serum dalam skala numerik

3.11 Rencana Manajemen Data

3.11.1 Pengolahan data

1. Coding, yaitu data diberi kode sesuai dengan kriteria masing-

masing

2. Entry, yaitu memasukkan data ke dalam program computer

3. Editing, yaitu meliputi kelengkapan jawaban dan tulisan yang jelas

31

3.11.2 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan uji korelatif untuk menilai korelasi

antara kadar COMP serum dengan derajat keparahan OA lutut

menurut kalsifikasi Kellgren Lawrence dengan menggunakan uji

One Way ANOVA.

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian ini, didapatkan sampel yang berasal dari data primer pada

lanjut usia ( ≥ 60 tahun) yang merupakan pasien KPKM Reni Jaya, Pamulang,

Tangerang Selatan pada bulan Februari hingga Mei 2017 . Didapatkan subjek

penelitian sebanyak 55 orang, yang sebelumnya sudah menyetujui untuk dilakukan

pemeriksaan terkait konsentrasi serum COMP dan pemeriksaan rontgen pada lutut

yang sakit.

4.1. Karakterisitik Responden

4.1.1. Usia Responden

Tabel 4.1 Karakteristik Usia dan Jenis Kelamin

KARAKTERISTIK KATEGORI FREKUENSI PRESENTASE

RESPONDEN (n) (%)

Usia

60-69 tahun 40 72,7

70-79 tahun 15 27,3

Jenis kelamin

Laki-laki 17 30,9

Perempuan 38 69,1

Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 55 orang yang berusia ≥ 60

tahun. Dari 55 orang Responden didapatkan 40 orang ( 72,7%) yang tergolong

lansia muda (60-69 tahun) dan 15 orang (27,3%) masuk golongan lansia madya (70-

79 tahun). Rentang usia responden yaitu dari 60 tahun sampai 78 tahun dengan rata-

rata usia 66,1 tahun (SD=4,60142).

33

4.1.2. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini, Didapatkan 17 responden (29,8%) laki-laki dan 38

responden (70,2%) perempuan. Maka, dapat dilihat dari penelitian ini, perempuan

lebih banyak menderita OA dibanding laki-laki. Hasil ini sejalan dengan

penelitian V.vilim dkk. dimana dari 48 responden OA lutut simptomatik primer

didapatkan 14 laki-laki (29%) dan perempuan 34 (71%).

4.1.3. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tabel 4.2 Karakteristik IMT Responden

KARAKTERISTIK KATEGORI FREKUENSI PRESENTASE

RESPONDEN (kg/m2) (n) (%)

Indeks <17 1 1,8

Massa 17-18,4 1 1,8

Tubuh 18,5-25 26 47,3

(IMT) 25,1-27 27 49,1

Pada penelitian ini didapatkan bahwa kategori IMT terbanyak adalah IMT

18,5-25 kg/m2 (49,1%) yaitu kategori overweight. Kemudian, kategori IMT

terbanyak kedua ialah IMT 25,1-27 kg/m2 (47,3%) yaitu kategori normal

sebanyak 26 orang. Sedangkan kategori IMT kurus ringan dan kurus berat

berjumlah masing- masing satu orang (1.8%).

4.1.4. Konsentrasi COMP serum

Tabel 4.3 Deskripsi Konsentrasi COMP Serum

Konsentrasi serum COMP diukur menggunakan ELISA dengan satuan

ng/ml. Menurut penelitian yang dilakukan ahmed et.al tahun 2010 di mesir,

didapatkan cut off point COMP untuk skrining pasien bebas OA dengan pasien

N Range Maksimum Minimum Rerata SD

COMP 55 1514.70 355.30 1870.00 704.10 272.62

34

OA adalah 1097.5 ng/ml (sensitivitas 87%) dan 1290 ng/ml (spesifitas 100%)

untuk mendiagnosis pasien OA dengan temuan radiologis33. Sedangkan menurut

penelitian sudhir et.al di india tahun 2014 menyarankan cut off point COMP

serum 652.5 ng/dl untuk batas antara pasien OA dengan orang sehat dan 801 ng/dl

untuk batas antara OA ringan dan sedang serta 1100.5 ng/dl untuk batas antara

OA sedang dan berat34. Pada penelitian ini didapatkan konsentrasi terendah

355.30 ng/ml dan konsentrasi tertinggi 1870 ng/ml. sedangkan rerata konsentrasi

serum COMP 704.1 ng/ml (SD= 272,6).

4.1.5. Gambaran Derajat Keparahan Osteoartritis berdasarkan klasifikasi

Kellgren Lawrance

Tabel 4.4 Gambaran Derajat Keparahan Osteoartritis berdasarkan Klasifikasi

Kellgren Lawrence

KARAKTERISTIK

RESPONDEN

KATEGORI

FREKUENSI

(n)

PRESENTASE

(%)

Derajat Keparahan 1 28 50,9

Osteoartritis menurut 2 22 40,0

Kellgren Lawrance 3 5 9,1

Pada penelitian ini, derajat keparahan OA lutut dinilai menggunakan

gambaran radiologi lutut yang sakit dan menggunakan klasifikasi Kellgren

Lawrance . terdapat 3 kategori yaitu, kategori derajat satu (ringan) merupakan

kategori yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini yaitu sebesar 28

responden (50,9%). Kemudian, kategori derajat dua (sedang) sebanyak 22

responden (40,%). Dan yang terakhir kategori derajat tiga (berat) sebanyak 5

responden(9,1%).

35

4.2. Hubungan antara Konsentrasi Serum COMP terhadap derajat

keparahan osteoartritis berdasarkan klasifikasi Kellgren Lawrance

Dari data tersebut, setelah diklasifikasikan responden sesuai dengan derajat

keparahan OA menurut KL. Untuk melihat hubungan antara konsentrasi serum

COMP dengan keparahan osteoartritis berdasarkan klasifikasi Kellgren Lawrence

digunakan uji One Way ANOVA. Uji ini dipilih karena variabel dependen

merupakan variabel kategorik ordinal lebih dari 2 kategorik.

Tabel 4.5 Hubungan Konsentrasi Serum COMP dengan Derajat Keparahan OA Lutut berdasarkan Kellgren Lawrence

Variabel Mean St. Deviation P value

Derajat keparahan

OA lutut

0.03

Derajat 1 (ringan) 617.6 217.35

Derajat 2 (sedang) 819.4 320.92

Derajat 3 (berat) 680.9 132.37

Berdasarkan dari hasil analisis tersebut, didapatkan p value 0.030 yang

berarti terdapat hubungan signifikan antara COMP dengan derajat keparahan OA

lutut berdasarkan klasifikasi Kellgren Lawrence dengan interval kepercayaan

95%. Hal ini sejalan dengan penelitian T.a Gheta et.al dimana didapatkan COMP

secara siginifikan lebih tinggi pada pasien OA berdasarkan Kellgren Lawrence

daripada kelompok kontrol (P<0.00001)35. Sedangkan penelitian oleh V.vilim

et.al yang mengukur perubahan celah sendi setelah 3 tahun didapatkan COMP

serum yang berhubungan secara signifikan (P<0.001) pada perubahan tersebut

bila dibandingkan dengan COMP serum saat pertama kali diukur pada pasien31.

36

Gambar 4.1 Hubungan konsentrasi COMP Serum terhadap derajat

Keparahan OA Lutut

Sedangkan rerata COMP tertinggi pada penelitian ini didapatkan pada

kelompok derajat 2 (sedang). Begitu pula dengan scatter plot (gambar 4.1)

didapatkan kecenderungan Konsentrasi COMP serum tinggi pada kelompok

derajat 2 OA (sedang). Hal ini dapat terjadi dikarenakan terdapat kemungkinan

konsentrasi COMP serum berjalan tidak linier (terus menerus) sehingga

konsentrasi COMP juga fluktatif. Pada saat terjadi progresi OA, COMP

meningkat sedangkan saat tidak terjadi progresi OA maka COMP turun mendekati

normal. Dengan demikian OA lutut derajat berat yang tidak mengalami progresi

mungkin memiliki COMP yang sama atau lebih rendah dari OA lutut derajat

ringan atau sedang yang mengalami progresi32,36.

Tabel 4.6 Analisis Bonferroni

Derajat keparahan

OA lutut

Mean difference P value

Ringan sedang

Berat

-201.86 0.026

-63.36 1.000

Sedang ringan 201.86 0.026

0200400600800

100012001400160018002000

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

kons

entr

asi C

OM

P (n

g/m

l)

derajat keparahan OA lutut (KL)

Hubungan konsentrasi COMP Serum terhadap derajat Keparahan OA Lutut

COMP (ng/ml)

37

Berat 138.50 0.860

Berat ringan

Sedang

63.36 1.000

-138.50 0.860

Kemudian, untuk melihat kelompok derajat OA yang paling dipengaruhi

COMP digunakan tabel analisis Bonferroni. Berdasarkan analisis bonferroni,

kelompok yang dipengaruhi secara signifikan adalah kelompok ringan dan sedang

(P <0.05).

Tabel 4.7 Besarnya Pengaruh COMP terhadap Derajat Keparahan OA

berdasarkan Klasifikasi Kellgren Lawrence

Sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh COMP terhadap derajat

keparahan OA lutut berdasarkan Kellgren Lawrence digunakan uji regresi linier.

Pada uji tersebut didapatkan R kuadrat = 0.057 yang berarti besarnya pengaruh

COMP terhadap derajat keparahan OA lutut berdasarkan klasifikasi Kellgren

Lawrence adalah sebesar 5.7%, dimana nilai R kuadrat apabila semakin

mendekati nilai 100% maka semakin menunjukkan pengaruh yang signifikan.

4.3. Keterbatasan penelitian

1. Penelitian COMP dilakukan dengan metode cross sectional dimana

kemungkinan COMP yang fluktuatif hanya diukur sekali dalam satu waktu

sehingga kurang menggambarkan pengaruh COMP yang sebenarnya

terhadap derajat keparahan OA.

2. Tidak adanya nilai rujukan dan standarisasi COMP yang baku sehingga

peneliti hanya mengacu pada penelitian- penelitian sebelumnya.

R R square

COMP 0.238 0.057

38

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pada penelitian ini, terdapat hubungan antara konsentrasi COMP serum terhadap

derajat keparahan osteoartritis berdasarkan klasifikasi Kellgren Lawrence pada

lansia di KPKM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2017 dengan p value

0,03. Hal tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

kedua variabel. Namun, dalam penelitian ini, pengaruh konsentrasi COMP serum

terhadap derajat keparahan osteoartritis berdasarkan Kellgren Lawrence lemah

yaitu hanya sebesar 5.7%.

5.2. Saran

Berdasarkan peneltian yang telah dilakukan terdapat beberapa saran, sebagai

berikut:

a. Bagi masyarakat

1) Bagi para lansia yang sudah terdiagnosis osteoartritis dan COMP serum

tinggi disarankan untuk terus melakukan pengobatan dan melakukan pola

hidup sehat seperti berolahraga ringan dan makan makanan yang bergizi

seimbang

2) Bagi dewasa yang akan segera memasuki usia lanjut disarankan untuk

mengontrol berat badan agar tidak masuk kedalam kategori obesitas karena

salah satu faktor resiko osteoartritis adalah obesitas.

b. Bagi pemerintah

1) Mengingat bahwa osteoartritis ini sangat mempengaruhi kualitas hidup

lansia, peneliti menyarankan agar pemerintah membuat program

penanggulangan osteoartritis pada lansia.

2) Pemeriksaan COMP serum di Indonesia masih sangat jarang padahal COMP

serum dapat menunjukkan progresivitas OA, sehingga ada baiknya

pemeriksaan COMP disediakan di rumah sakit- rumah sakit di Indonesia.

39

c. Bagi peneliti lain

1) Disarankan untuk melanjutkan penelitian menggunakan metode cohort

untuk lebih melihat hubungan COMP serum terhadap progresivitas OA.

40

BAB VI

KERJASAMA RISET

Riset ini merupakan bagian kerjasama riset mahasiswa dan kelompok riset

Osteartritis dan Osteoporosis pada lansia di KPKM Reni Jaya UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang di biayai oleh dr. Achmad Zaki, sp.OT, M.Epid serta di

bawah bimbingannya.

41

DAFTAR PUSTAKA

1. Wittenaur R, Smith L. Osteoarthritis. Osteoarthritis WHO. 2013.

2. Zhang Y, Jordan JM. Epidemiology of Osteoarthritis. Clin Geriatr Med.

Agustus 2010;26(3):355–69.

3. Jordan JM, Helmick CG, Luta G, Dragomir AD, Woodard J, Fang F, et al.

Prevalence of knee symptoms and radiographic and symptomatic knee

osteoarthritis in African Americans and Caucasians: the Johnston County

Osteoarthritis Project. 34(1):172–80.

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar

2013 [Internet]. Kementerian Kesehatan RI; 2013 [dikutip 4 Februari 2017]

hal. 99. Tersedia pada:

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%2

02013.pdf

5. Zeng Q, Chen R, Darmawan J, Xiao Z, Chen S, Wigley R, et al. Rheumatic

Diseases in China. Arthritis Res Ther. 2008;10(1):R17.

6. Isbagio H. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Jakarta: Suara Karya; 2005.

7. Sanjaya regi. . Karakteristik pasien osteoarthritis lutut primer di poliklinik

rumah sakit al-islam. bandung; 2014.

8. Lozada CJ. Osteoarthritis [Internet]. Medscape.com. 2017

[dikutip 4 Februari 2017]. Tersedia pada: http://emedicine. medscape. com/

article/330487-overview

9. Hoch JM, Mattacola CG, Medina McKeon JM, Howard JS, Lattermann C.

Serum cartilage oligomeric matrix protein (sCOMP) is elevated in patients

with knee osteoarthritis: a systematic review and meta-analysis. Osteoarthr

Cartil OARS Osteoarthr Res Soc. 2011;19(12):1396–404.

42

10. Braun HJ, Gold GE. Diagnosis of osteoarthritis: Imaging. Bone.

2012;51(2):278–88.

11. Attur M, Krasnokutsky-Samuels S, Samuels J, Abramson SB. Prognostic

biomarkers in osteoarthritis. Curr Opin Rheumatol. 2013;25(1):136–44.

12. Tseng S, Reddi AH, Di Cesare PE. Cartilage oligomeric matrix protein

(COMP): A biomarker of arthritis. Biomark Insights. 2009;2009(4):33–44.

13. Vilím V, Vytášek R, Olejárová M, Macháček S, Gatterová J, Procházka B, et

al. Serum cartilage oligomeric matrix protein reflects the presence of

clinically diagnosed synovitis in patients with knee osteoarthritis.

Osteoarthritis Cartilage. 2001;9(7):612–8.

14. Lubis NR. osteoarthritis. Off J Indones J Assoc IKABI. 2013;41.

15. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomi and Physiology. 12 ed.

United States of America: John Willey & Sons.inc; 2010.

16. Martini FH, Nath JL, Bartholomew EF. Fundamental of Anatomy and

Physiology. 9 ed. San Fransisco: Pearson Education.inc; 2012.

17. Mescher anthony L. Histologi Dasar Junqueira. 12 ed. Jakarta: EGC; 2011.

18. Zaki A. Buku Saku Osteoarthritis Lutut. Bandung: Celtic Press. Uin Syarif

Hidayatullah Jakarta; 2013.

19. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s System of Orthopaedics and

Fractures. 9 ed. UK: Hodder Arnold; 2010.

20. AIHW. what is osteoarthritis. Australian Institute of Health and Welfare

[Internet]. 2017; Tersedia pada: http://www.aihw.gov.au/osteoarthritis/what-

is-osteoarthritis/

21. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga; 2004. 374 hal.

43

22. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoarthritis. In:

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Perhimpunan Penyakit Dalam Indonesia. 4

ed. Jakarta: FK UI; hal. 1205–11.

23. Abramson SA, Attur M. Developments in The Scientific Understanding of

Osteoarthritis. In: Medscape [Internet]. 2009. Tersedia pada:

www.medscape.com/viewarticle/714866_2

24. Heidari B. Knee osteoarthritis prevalence, risk factors, pathogenesis and

features: Part I. Casp J Intern Med. 2011;2(2):205–12.

25. Isbagio H, Setyohadi B. Cermin Dunia Kedokteran No.104 Masalah dan

Penanganan Osteoarthritis Sendi Lutut. Jakarta: Kalbe Farma; 1995.

26. Cooper C, Et.al. Osteoarthritis Oxford. Oxford: Oxford; 1998. 273-249 hal.

27. KL P, JT H. The role of cartilage oligomeric matrix protein (COMP) in

skeletal disease. pubmed.gov. Oktober 2008;9(10):869–77.

28. Verma P, Dalal K. Serum cartilage oligomeric matrix protein (COMP) in

knee osteoarthritis: A novel diagnostic and prognostic biomarker. J Orthop

Res. 2013;31(7):999–1006.

29. Isbagio H. Telaah pengaruh jangka panjang densitas massa tulang total yang

rendah terhadap progesivitas kerusakan matriks tulang rawan sendi pada

osteoarthritis sendi lutut. Universitas Indonesia; 2004.

30. Andersson M LE, Thorstensson CA, Roos EM, Petersson IF, Heinegård D,

Saxne T. Serum levels of Cartilage Oligomeric Matrix Protein (COMP)

increase temporarily after physical exercise in patients with knee

osteoarthritis. BMC Musculoskelet Disord. 2006;7(1):98.

31. Vilím V, Olejárová M, Macháček S, Gatterová J, Kraus VB, Pavelka K.

Serum levels of cartilage oligomeric matrix protein (COMP) correlate with

radiographic progression of knee osteoarthritis. Osteoarthritis Cartilage.

2002;10(9):707–13.

44

32. Andriyasa K, Raka Putra T. Korelasi antara derajat beratnya osteoarthritis

lutut dan cartilage oligomeric matrix protein serum. J Intern Med.

2012;13(1). [diakses 25 Agustus 2017]

33. Awadallah AM, Sabry GH, Khater TM. Serum Level of Cartilage

Oligomeric Matrix Protein as a Screening Modality for Osteoarthritis among

Knee Joint Pain Patients. J Am Sci. 2010;6(12):1059–1066.

34. Singh S, Shahi U, Kumar D, Shahi NT. Serum Cartilage Oligomeric Matrix

Protein: Tool for early diagnosis and grading of severity of primary knee

osteoarthritis. Int J Bone Rheumatol Res. 2014;1(1):1–7.

35. Gheita TA, El-Awar AH, El-Ansary MM, Raslan HM, El-Defrawy AO.

Cartilage oligomeric matrix protein (COMP) levels in serum and synovial

fluid in osteoarthritis (OA) patients: Correlation with clinical, radiological

and laboratory parameters. Osteoarthritis Cartilage. 23:A85.

36. Sharif M. Serum cartilage oligomeric matrix protein and other biomarker

profiles in tibiofemoral and patellofemoral osteoarthritis of the knee.

Rheumatology. 17 Januari 2006;45(5):522–6.

45

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Etik Penelitian

46

Lampiran 2

Surat Izin Penelitian

47

Lampiran 3

Lembar Persetujuan Responden

Lembar Persetujuan ( Informed Consent ) Responden

Penelitian yang Berjudul Hubungan Konsentrasi COMP Serum terhadap Derajat Keparahan Osteoarthritis Lutut berdasarkan Kellgren Lawrance pada Lansia di KPKM Reni Jaya UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2017

Assalamualaikum wr.wb

Saya Asiah Muthii’ah, mahasiswi S1 Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersama dengan kelompok riset dari KPKM Reni Jaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah bimbingan dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid sedang melaksanakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan konsentrasi COMP serum terhadap derajat keparahan osteoarthritis lutut. Penelitian ini sebagai salah satu prasyarat bagi saya untuk menyelesaikan studi S1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Melalui penelitian ini dapat diketahui COMP sebagai biomarker yang sensitif untuk prognosis OA. Semua informasi dari responden akan kami jaga kerahasiannya. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk bersedia menjadi responden penelitian kami.

Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian kami. Silahkan mengisi identitas dan tanda tangan dibawah ini.

Terima kasih atas perhatian dan ketersediaan Bapak/Ibu sekalian.

Wassalamualaikum wr.wb

Yang menyetujui

Peneliti Responden

48

Lampiran 4

Lembar Data Penelitian Responden

HUBUNGAN KONSENTRASI COMP SERUM TERHADAP DERAJAT KEPARAHAN OSTEOARTRITIS LUTUT BERDASARKAN KLASIFIKASI KELLGREN LAWRANCE PADA LANSIA DI KPKM RENI JAYA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2017

Identitas Subjek Penelitian

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Nomor telp :

Pemeriksaan Fisik

Indeks Massa Tubuh :

• BB : kg • TB : cm • IMT : kg/m2

Pemeriksaan Laboratorium

COMP : ng/ml

Pemeriksaan Radiologi

Derajat Kellgren Lawrance :

� Derajat Satu (Ringan) � Derajat Dua (Sedang) � Derajat Tiga (Berat)

49

Lampiran 5

Lembar Analisa Data SPSS

ANALISIS DATA

Deskriptif

Frequencies

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 17 30.9 30.9 30.9

perempuan 38 69.1 69.1 100.0

Total 55 100.0 100.0 Descriptives

Statistics

USIA_BARU N Valid 55

Missing 0

USIA_BARU

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 40 72.7 72.7 72.7

2.00 15 27.3 27.3 100.0

Total 55 100.0 100.0

Statistics

JK N Valid 55

Missing 0

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

usia 55 18.00 60.00 78.00 66.1091 4.60142

Valid N (listwise) 55

50

Frequencies

Frequencies

KL

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 28 50.9 50.9 50.9

2.00 22 40.0 40.0 90.9

3.00 5 9.1 9.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

Descriptives

Statistics

IMT_BARU N Valid 55

Missing 0

IMT_BARU

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1.00 1 1.8 1.8 1.8

2.00 1 1.8 1.8 3.6

3.00 26 47.3 47.3 50.9

4.00 27 49.1 49.1 100.0

Total 55 100.0 100.0

Statistics

KL N Valid 55

Missing 0

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

COMP 55 1514.70 355.30 1870.00 704.1073 272.62496

Valid N (listwise) 55

51

Analisis Bivariat

Oneway

Post Hoc Tests

ANOVA

COMP Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 504996.277 2 252498.139 3.742 .030

Within Groups 3508519.560 52 67471.530 Total 4013515.837 54

Multiple Comparisons

Dependent Variable: COMP Bonferroni

(I) KL (J) KL

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

ringan sedang -201.86818* 74.00395 .026 -384.9464 -18.7900

Berat -63.36000 126.11108 1.000 -375.3458 248.6258

sedang ringan 201.86818* 74.00395 .026 18.7900 384.9464

Berat 138.50818 128.69030 .860 -179.8584 456.8748

berat ringan 63.36000 126.11108 1.000 -248.6258 375.3458

sedang -138.50818 128.69030 .860 -456.8748 179.8584

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

52

Regression

Variables Entered/Removeda

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 COMPb . Enter

a. Dependent Variable: KL

b. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .238a .057 .039 .645

a. Predictors: (Constant), COMP

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.325 1 1.325 3.185 .080b

Residual 22.056 53 .416

Total 23.382 54

a. Dependent Variable: KL

b. Predictors: (Constant), COMP

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardiz

ed

Coefficient

s

t Sig.

95.0% Confidence

Interval for B

B Std. Error Beta

Lower

Bound

Upper

Bound

1 (Consta

nt) 1.177 .243 4.848 .000 .690 1.664

COMP .001 .000 .238 1.785 .080 .000 .001

a. Dependent Variable: KL

53

Lampiran 6

Riwayat Penulis

Nama : Asiah Muthii’ah

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Palembang, 4 Juni 1996

Agama : Islam

Alamat : Perum.Tl.Kelapa Blok 6 Rt 23 Rw 11 No 1014,

kel.Talang Kelapa, Kec. Alang- alang lebar, KM.10,

Palembang

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

No. Tempat Pendidikan Kota Tahun Lulus Jurusan

1 SDN 137 Palembang 2008

2 MTs N 1 Palembang 2011

3 MAN 2 Palembang 2014