hubungan kematangan emosi dan kecenderungan perilaku ... · perilaku cyberbullying pada dewasa awal...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DAN
KECENDERUNGAN PERILAKU CYBERBULLYING PADA
DEWASA AWAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Yunika Ayu Agrippina
119114047
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
HAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Motto
He gives strength to the weary and increases the power of the weak.
(Isaiah 40:29)
The secret of getting ahead is getting started
( Mark Twain)
It does not matter how slowly you go as long as you do not stop
(Confucius)
but those who hope in the LORD will renew their strength. They will soar on
wings like eagles; they will run and not grow weary, they will walk and not be
faint.
(Isaiah 40:31)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
Ku persembahkan usaha dan karya ini untuk
Tuhan Yesus yang menyertai dan memampukan ku menghadapi semua
Orangtua yang senantiasa mendukung dan mendoakanku
Keluarga ku
Sahabat-teman sepermainan-teman suka dan duka
Dan
Mereka yang selalu mempertanyakan Kapan didadar??Kapan wisuda??
Kalian mendorongku untuk tetap mengerjakan skripsi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, April 2016
Peneliti
Yunika Ayu Agrippina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN
KECENDERUNGAN PERILAKU CYBERBULLYING PADA DEWASA
AWAL
Yunika Ayu Agrippina
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kematangan emosi dan kecenderungan
perilaku cyberbullying pada dewasa awal. Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan
negatif antara kematangan emosi dan kecenderungan perilaku cyberbullying, yaitu semakin tinggi
kematangan emosi yang dimiliki oleh individu maka akan semakin rendah kecenderungan perilaku
cyberbullyingnya, begitupun sebaliknya. Untuk membuktikan hipotesis tersebut maka analisis
hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman Rho pada SPSS 21.00.Subjek
dalam penelitian ini adalah dewasa awal dengan rentang usia 18-25 tahun dan telah memiliki akses
terhadap internet selama satu tahun, dengan jumlah subjek laki-laki sebanyak 81 orang dan subjek
perempuan sebanyak 69 orang. Dalam penelitian ini digunakan dua skala, variabel kematangan
emosi diukur dengan menggunakan skala Kematangan Emosi yang disusun berdasar pada teori
Kematangan Emosi Katkovsky dan Gorlow dan variabel kecenderungan perilaku cyberbullying diukur menggunakan skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Willard. Koefisien reliabilitas dari skala Kematangan Emosi sebesar 0,859,
sedangkan reliabilitas skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying sebesar 0, 924. Berdasarkan
hasil penelitian diperoleh koefisien korelasi (r) antara kematangan emosi dan kecenderungan
perilaku cyberbullying pada dewasa awal sebesar -0,110 dengan nilai signifikansi (p) = 0,075
(p>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel tersebut tidak berkorelasi.
Kata kunci : kematangan emosi, kecenderungan perilaku cyberbullying, dewasa awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
CORRELATION BETWEEN EMOTIONAL MATURITY AND
CYBERBULLYING BEHAVIOR TENDENCY IN EARLY ADULTHOOD
Yunika Ayu Agrippina
ABSTRACT
This research aimed to examine the relationship between emotional maturity and cyberbullying
behavior tendency in early adulthood. This research hypothesis was there is negative correlation
between emotional maturity and cyberbullying behavior tendency, which is when a person has a
higher emotional maturity, then he also has a lower cyberbullying behavior tendency, and vice
versa. The data analysis that used to examine the hypothesis was Spearman Rho using SPSS 21.00.
The subjects were 81 man and 69 women in early adulthood (18-25 y.o). All of them have been
using the internet at least during one year. This research used two scales, which are Emotional
Maturity Scale that reflecting Katkovsky and Gorlow Maturity Emotional theory and
Cyberbullying Behavior Tendency Scale that reflecting Willard Cyberbullying Behavior Tendency
theory. The coefficient alpha of the scales was good .859 from Emotional Maturity Scale and .924
from Cyberbullying Behavior Tendency Scale. The result showed that there is insignificance
(p
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Yunika Ayu Agrippina
Nomor Mahasiswa : 119114047
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Hubungan antara Kematangan Emosi dan Kecenderungan Perilaku
Cyberbullying pada Dewasa Awal
Beserta perangkat diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
Kepada Perpustakan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 20 April 2016
Yang menyatakan,
(Yunika Ayu Agrippina)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Bapa karena berkat kasih karunia dan berkatNya lah
penulis dapat sampai pada tahap pengerjaan skripsi dan mampu meyelesaikannya.
Selama pengerjaan skripsi ini tentunya banyak pihak yang memberikan dukungan
dan bantuan, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih
kepada :
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si selaku dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing penulis.
2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si selaku Kaprodi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
3. Bapak Y. Heri Widodo, M. Psi., selaku Dosen Pembimbing Akademik dari
semester 1 hingga 4.
4. Bapak Prof. Dr. Agutinus Supratiknya, selaku Dosen Pembimbing Akademik
dari semester 5 hingga 10.
5. Bapak T. M. Raditya Hernawa, M. Psi atau yang akrab disapa Pak Tius
selaku dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang mau
direpotkan penulis untuk berdiskusi dan memberikan masukan dalam proses
penulisan skripsi.
6. Ibu Sylvia Carolina MYM., M. Si. dan Ibu Debri Pristinella, M.Si. selaku
dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan pada skripsi ini.
7. Segenap dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik, membagikan ilmu
pengetahuan dan pengalamannya selama penulis menempuh studi di Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
8. Segenap karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma ( Bu
Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Mas Donny dan Pak Gik) serta teman-
teman student staff atas kebaikan dan kesabarannya memberikan informasi
yang berkaitan dengan studi penulis.
9. Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan dukungan baik dalam bentuk
moril maupun materiil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
10. Mbah No yang tak pernah lupa memberikan dukungan dana dan doa sebagai
salah satu bentuk penyemangat untuk cucunya ini.
11. Sahabat-sahabatku selama menempuh studi, yang tidak hanya mencerahkan
namun kadang kala juga menyuramkan kehidupanku. Vc. Veny S., Mt.Ghea
K., Mbokde Melati Ayu, Ratna Wulandari, Acil Arum Riry, Lala, Mamsit,
Mega, Kaknop, Kaka Jojo.
12. Teman-teman seperantauan, yang hanya ketika bersama mereka lah aku bisa
ngobrol menggunakan bahasa Banjar dengan leluasa. Rista Dewi Liani, Herna
Melani, Didin, Arvin, Fitri, Fery, Gagah, serta adek sepupuku Elika Thea K.
Terimakasih juga karena kalian sudah mau membantu menyebarkan skala
penelitianku.
13. Sahabat diskusi di kala penat dan kegalauan skripsi memuncak, Agnes
Wijaya, mbak Yovi, Mbak Cha dan kakak pembimbing akademik Nunuk
Putri.
14. Sahabat penyemangat yang sudah mendahului aku dalam prosesi geser toga,
Ni Kadek Tri S., S. Si dan Adelina Sihite, S. Kg. Terimakasih untuk setiap
sesi obrolan larut malamnya.
15. Teman-teman dekat yang juga senantiasa mendukung meskipun terpencar di
mana-mana tapi selama ada aplikasi instan messenger, everythings gonna be
ok ya. Rini, Inunk, Ega, Algar, Qie.
16. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat
banyak kekurangan, Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari
pembaca untuk memperbaiki karya penulis ini. Terimakasih
Yogyakarta, 15 April 2016
Penulis
Yunika Ayu Agrippina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............... Error! Bookmark not defined.
MOTTO.............................................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... ix
KATA PENGANTAR ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 9
C. Tujuan .................................................................................................................. 10
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1. Manfaat Teoretis............................................................................................... 10
2. Manfaat Praktis ................................................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 11
A. KEMATANGAN EMOSI.................................................................................. 11
1. Pengertian Kematangan Emosi ....................................................................... 11
2. Aspek-aspek Kematangan Emosi ................................................................... 13
B. CYBERBULLYING ............................................................................................ 14
1. Pengertian Cyberbullying ............................................................................... 14
2. Bentuk-Bentuk Cyberbullying ........................................................................ 16
3. Faktor-faktor Cyberbullying ........................................................................... 17
4. Media Cyberbullying ..................................................................................... 19
C. DEWASA AWAL ............................................................................................. 21
1. Pengertian Dewasa Awal ............................................................................... 21
2. Perkembangan Dewasa Awal ......................................................................... 22
D. Dinamika Hubungan Kematangan Emosi dengan Kecenderungan Perilaku
Cyberbullying pada Dewasa Awal ..................................................................... 24
E. Kerangka Penelitian .............................................................................................. 29
F. Hipotesis ............................................................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 31
A. Jenis Penelitian .................................................................................................. 31
B. Identifikasi Variabel Penelitian .......................................................................... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
C. Definisi Operasional .......................................................................................... 31
1. Kematangan Emosi ........................................................................................ 31
2. Perilaku Cyberbullying .................................................................................. 32
D. Subjek Penelitian ............................................................................................... 33
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 33
1. Skala Kematangan Emosi............................................................................... 34
2. Skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying ................................................ 36
F. Uji Skala ........................................................................................................... 38
1. Validitas Alat Tes .......................................................................................... 38
2. Seleksi Item ................................................................................................... 39
3. Reliabilitas..................................................................................................... 45
G. Metode Analisis Data ........................................................................................ 45
1. Uji Asumsi .................................................................................................... 45
2. Uji Hipotesis .................................................................................................. 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 48
A. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................................... 48
B. Data Demografi Subjek ..................................................................................... 48
C. Deskripsi Data Penelitian ................................................................................... 49
D. Hasil Analisis Data ............................................................................................ 55
1. Uji Asumsi Penelitian .................................................................................... 55
2. Uji Hipotesis .................................................................................................. 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
E. Analisis Tambahan ............................................................................................ 62
F. Pembahasan ....................................................................................................... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 69
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 69
B. Keterbatasan Penelitian...................................................................................... 69
C. Saran ................................................................................................................. 70
1. Bagi Subjek Penelitian ................................................................................... 70
2. Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 72
LAMPIRAN..79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pemberian Skor pada Skala Kematangan Emosi ...................................35
Tabel 2.Blueprint Skala Kematangan Emosi sebelum uji coba ...........................36
Tabel 3.Tabel Pemberian Skor pada skala Kecenderungan Perilaku
Cyberbullying. ..........................................................................................37
Tabel 4.Blueprint Skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying sebelum uji
coba ..........................................................................................................38
Tabel 5.Blueprint Skala Kematangan Emosi setelah uji coba..............................41
Tabel 6.Blueprint Skala Kematangan Emosi setelah pengguguran Manual..42
Tabel 7.Blueprint Skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying setelah uji
coba ..........................................................................................................43
Tabel 8.Blueprint Skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying setelah
pengguguran manual ............................................................................44
Tabel 9.Deskripsi Jenis Kelamin Subjek ............................................................49
Tabel 10.Tabel Hasil Pengukuran Deskriptif Variabel ........................................50
Tabel 11.Hasil Penghitungan Uji T ....................................................................51
Tabel 12.Norma Kategorisasi .............................................................................52
Tabel 13.Norma Kategorisasi Kematangan Emosi ..............................................53
Tabel 14.Norma Kategorisasi Kecenderungan Perilaku Cyberbullying ...............54
Tabel 15. Tabel Hasil Uji Normalitas Variabel ...................................................55
Tabel16. Tabel Hasil Uji Linearitas Variabel .....................................................58
Tabel 17. Tabel Hasil Uji Korelasi .....................................................................61
Tabel 18. Tabel Hasil Uji Analisis Tambahan ....................................................63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Histogram Kematangan Emosi .......................................................... 56
Gambar 2.Histogram Kecenderungan Perilaku Cyberbullying ........................... 57
Gambar 3.Scatterrplot Kematangan Emosi dan Kecenderungan Perilaku
Cyberbullying ...........................................................................................59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Skala Uji Coba...................................................................................78
Lampiran 2.Hasil Reliabilitas dan Seleksi Item...................................................94
Lampiran 3.Skala Final..........................................................................................98
Lampiran 4. Statistik Deskriptif...........................................................................113
Lampiran 5.Hasil Uji Normalitas.........................................................................114
Lampiran 6.Hasil Uji Linearitas...........................................................................115
Lampiran 7.Hasil Uji Hipotesis............................................................................116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu kebutuhan individu terkait dengan fungsinya sebagai makhluk sosial
adalah membina, memelihara hubungan dan berinteraksi dengan orang lain. Oleh
karena itu, individu melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(Devito, 2011). Menurut Devito (2011) sifat komunikasi terbagi dalam dua jenis
yaitu komunikasi secara langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung
merupakan komunikasi yang dilakukan dengan saling bertatap muka dalam suatu
aktivitas komunikasi tanpa menggunakan perantara media. Sebaliknya
komunikasi secara tidak langsung merupakan komunikasi yang dilakukan dengan
menggunakan perantara media seperti email, handphone, dan jejaring sosial.
Saat ini kemajuan teknologi banyak terjadi pada berbagai aspek kehidupan,
termasuk pada teknologi komunikasi dan informasi. Informasi dapat dengan cepat
dikirimkan dan diterima melalui media cetak maupun media
elektronik.Komunikasi yang dilakukan menggunakan internet biasa dikenal
dengan komunikasi online atau jejaring sosial online.Kemajuan teknologi pada
aspek komunikasi membantu individu untuk berinteraksi dengan sesamanya tanpa
terhambat oleh jarak dan waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Berdasarkan hasil statistik dari hasil kerja sama antara Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia (APJII) dengan Pusat Kajian Komunikasi (PusKaKom)
Universitas Indonesia pada tahun 2014, menunjukkan bahwa 88,1 juta orang
Indonesia menggunakan internet. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh
APJII terdapat tiga alasan utama orang Indonesia menggunakan internet. Ketiga
alasan tersebut adalah untuk mengakses sarana sosial/komunikasi, sumber
informasi harian, dan mengikuti perkembangan zaman. Ketiga alasan utama
tersebut dipraktikkan melalui empat kegiatan utama yaitu menggunakan jejaring
sosial, mencari informasi, berkirim pesan secara online melalui aplikasi pesan
instan, dan mencari berita terbaru (APJII, 2015).Facebook, Twitter, Myspace,
Path, Instagram merupakan sebagian bentuk aplikasi yang digunakan dalam
berkomunikasi secara online.
Mayoritas pengguna internet di Indonesia berumur 18-25 tahun (APJII, 2015).
Usia tersebut tergolong dalam periode dewasa awal (Santrock dalam Arnett
2006,2007). Keterlibatan dalam kegiatan sosial di luar rumah yang terus
berkurang, membuat individu dewasa awal mulai memanfaatkan kehadiran situs
jejaring sosial sebagai sarana alternatif untuk tetap berkomunikasi dengan teman-
teman.Seseorang merasa dipermudah dalam membangun hubungan karena situs
jejaring sosial merupakan media yang interaktif. Dengan menggunakan situs
jejaring sosial seseorang merasa diperhatikan oleh teman secara virtual baik teman
baru maupun teman-teman yang sudah lama tidak bertemu. Hal ini didukung
dengan pernyataan yang diberikan oleh beberapa informan dewasa awal terkait
dengan manfaat dari penggunaan jejaring sosial (komunikasi pribadi, April 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Tapscot (2009) mengemukakan bahwa salah satu karakteristik yang membedakan
dunia maya dengan dunia nyata adalah sesorang dapat berinteraksi dengan orang
lain melalui teknologi dan internet tanpa terbatas jarak dan waktu.
Dalam menggunakan situs jejaring sosial, pengguna dapat saling membalas
komentar dan menanggapi status atau berita yang disebarkan oleh pengguna
lainnya. Interaksi yang terjalin melalui situs jejaring sosial memberikan banyak
kesempatan positif, termasuk kesempatan untuk menjalin persahabatan,
kesempatan dalam pembentukan identitas, kesempatan untuk mencari informasi,
dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam hal politik (Boyd 2007; Ellison,
Steinfield, & Lampe, 2011; Yun & Chang, 2011 dalam Wegge, Vandebosch,
Eggermont, & Walrave, 2014). Akan tetapi, jejaring sosial juga memberikan
pengalaman negatif seperti pelecehan dan bullying dalam bentuk elektronik (Kite,
Gable, & Filippelli, 2010; Livingstone, 2008; Ybarra & Mitchell, 2008 dalam
Wegge dkk). Pengguna dapat dengan mudah mengomentari status yang dibuat
oleh pengguna lain, baik dengan komentar yang positif atau negatif. Pengguna
juga dapat dengan mudah menuliskan status yang berisi kata-kata kasar, vulgar,
atau rasisme, atau bahkan mengancam atau memfitnah orang lain melalui akun
jejaring sosial yang dimiliki (Bennett, 2013).
Secara umum, bullying atau pelecehan diakui sebagai sub bagian dari agresi
yang didefinisikan sebagai salah satu jenis spesifik dari perilaku agresi yang
dimaksudkan untuk menyebabkan kerusakan, dilakukan secara berulang,
ditargetkan pada individu yang tidak mampu membela dirinya sendiri (Cross D,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Shaw T, Hearn L, et al, 2009). Hal tersebut dapat berupa tindakan secara fisik
maupun psikologis (Olweus D, 1980).
Cyberbullying adalah istilah yang digunakan pada saat seseorang mendapat
perlakuan tidak menyenangkan seperti dihina, diancam, dipermalukan, disiksa,
atau menjadi target bulan-bulanan oleh orang lain menggunakan teknologi
Internet maupun teknologi mobile (diakses dari www.cyberbullying.org).
Cyberbullying dapat dikategorikan bullying verbal karena pelaku melakukan
tindakan bullying secara tidak langsung seperti mengejek, menghina, mengolok-
olok, mencela, menggosip, menyebarkan rumor, bahkan mengancam dengan
menggunakan media elektronik. Adapun jenis dari cyberbullying menurut Willard
(2007) yaitu flaming (pesan dengan amarah), harassment (gangguan), denigration
(pencemaran nama baik), impersonation (peniruan), outing (penyebaran), trickery
(tipu daya), exclusion (pengucilan), dan cyberstalking (merendahkan).
Penelitian yang dilakukan oleh Price dan Dalgeish (2009) menyatakan bahwa
bentuk cyberbullying yang banyak terjadi yaitu called name (pemberian nama
negatif), abusive comments (komentar kasar), rumour spread (menyebarkan
rumor atau desas desus), threatened physical harm (mengancam yang
membahayakan fisik), ignored atau exclude (pengabaian dan pengucilan), opinion
slammed (pendapat yang merendahkan), online impersonation (peniruan secara
online), sent upsetting image (mengirim gambar yang mengganggu), dan image of
victim spread (penyebaran foto).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
http://www.cyberbullying.org/
5
Langos (dalam Francisco, Simo, Ferreira & Martins, 2014) menemukan bahwa
dampak emosional dari perilaku cyberbullying adalah adanya kekhawatiran,
stres, takut, kesedihan, kemarahan atau hinaan, dan dapat
meluas ke bentuk yang lebih parah, seperti cedera psikologis berkepanjangan
yang dapat membahayakan jiwa individu. Dampak dari cyberbullying untuk para
korban tidak terhenti pada tahap depresi saja melainkan sudah sampai pada
tindakan yang lebih ekstrim yaitu bunuh diri. Hasil dari penelitian yang dilakukan
oleh Hinduja dan Patchin mengungkapkan fakta bahwa terdapat pertumbuhan
tingkat bunuh diri pada anak dan remaja usia 10 sampai 19 tahun pada tahun-
tahun terakhir (dalam Rahayu, 2012).
Pada tahun 2010, Nurarafa (18 tahun) terdakwa kasus penghinaan melalui situs
jejaring sosial facebook dijatuhi vonis dua bulan 15 hari dengan masa percobaan
selama lima bulan oleh hakim di Pengadilan Negeri Bogor. Dalam perkara
tersebut, Ferly Fandini sebagai korban melaporkan penghinaan atas dirinya yang
dilakukan oleh Nurarafah. Saat itu Nurarafah mengaku cemburu atas kedekatan
pacarnya dengan pelapor (korban), sehingga Nurarafah menulis kata-kata hinaan
dalam facebooknya. Selain itu pada tahun 2013 terjadi tindakan bunuh diri yang
dilakukan oleh ketua panitia penyelenggaran konser musik di kota Yogyakarta
yang banyak mendapatkan tekanan karena pengelolaan konser yang dinilai kurang
memuaskan. Selain itu ada juga seorang mahasiswi rantau yang menimba ilmu di
sebuah perguruan tinggi negeri di kota yang sama, menulis status di akun media
sosialnya yang memuat kata-kata kasar dan menyinggung masyarakat
Yogyakarta. Status itu lalu berbuntut panjang bukan hanya pada banyaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
masyarakat yang berbalik melakukan cyberbully terhadap mahasiswa tersebut,
tetapi ada juga yang melaporkannya kepada pihak yang berwajib.
Cyberbullying bisa menjadi lebih berbahaya daripada bullying tradisional
karena beberapa alasan. Alasan pertama adalah perilaku cyberbullying dapat
dimulai dengan cara yang mudah, selain itu adanya faktor anonimitas dari Internet
bisa menghilangkan banyak hambatan yang ditemui dalam aksi bullying
tradisional. Alasan kedua adalah perilaku cyberbullying sulit untuk dihentikan.
Kata-kata dan gambar-gambar yang dikirimkan secara online bisa tersebar ke
seluruh dunia kapanpun juga dan kadang-kadang sulit untuk dihapus.Penelitian
yang dilakukan Hinduja & Patchin mengungkapkan bahwa 20% responden
dilaporkan pernah berpikir secara serius untuk bunuh diri. Semua bentuk bullying
secara signifikan berkaitan dengan meningkatnya keinginan untuk bunuh diri.
Percobaan bunuh diri yang dicoba dilakukan oleh korban cyberbullying
jumlahnya hampir dua kali lebih banyak daripada remaja yang tidak pernah
mengalami cyberbullying.
Meskipun sering diasumsikan bahwa cyberbullying hanya terjadi sampai pada
tingkat usia Sekolah Menengah Atas, namun adanya laporan bahwa perilaku
cyberbullying pada usia universitas juga mengalami peningkatan. Penelitian yang
dilakukan oleh MacDonald dan Roberts-Pittman (2010) yang melibatkan 439
partisipan menemukan hasil bahwa sebanyak 38% mahasiswa mengetahui bahwa
mahasiswa lain pernah mengalami cyberbully, 21,9% mahasiswa mengalami
cyberbully, dan 8,6% mahasiswa melakukan cyberbully pada mahasiswa lain.
Selain itu Dilmac (2009) melaporkan bahwa 22,5% dari 666 mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Universitas Selcuk Turki melakukan cyberbullying setidaknya satu kali terhadap
mahasiswa lain dan 55,355% mahasiswa menjadi korban cyberbullying
setidaknya satu kali.
Penemuan tersebut konsisten dengan literatur yang berkembang sebelumnya
yang menunjukkan bahwa orang dewasa melakukan bully terhadap orang dewasa
lainnya di lingkungan kerjanya (Cooper , Einarsen , Howel , & Zapf , 2003 ; Vega
& Comer ; 2005 dalam Brewer, B., et al, 2012) termasuk bullying pada situasi
akademik (Chapell, Hasselman, Kitchin, Lomon, MacIver, & Sarullo, 2006;
Halbur, 2005; Simpson & Cohen, 2004; Westhues, 2006 dalam Brewer, B., et al,
2012).
Karakteristik pelaku bully secara tatap muka memiliki kesamaan dengan
karakteristik pelaku cyberbullying (Campfield, 2008). Menurut Benitez & Justicia
(2006) pelaku bullying cenderung memiliki sikap empati yang rendah, impulsif,
dominan, dan tidak bersahabat. Karakteristik kepribadian dari pelaku dianggap
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi cyberbullying (Maulida, 2011).
Adanya faktor anonimitas dimana indiivdu dapat menyamarkan identitas dari
dirinya sehingga pelaku merasa tidak perlu bertanggung jawab atas dampak yang
diterima oleh korban dan menganggap bahwa korban pun tidak akan mengetahui
pelaku. Jika individu telah mencapai kematangan emosi yang baik, ia mampu
mempertanggungjawabkan keputusan maupun tindakan yang ia ambil. Tidak
hanya bersembunyi di balik layar komputer yang mana identitasnya bisa
disembunyikan maupun disamarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Perilaku yang tergolong ke dalam cyberbullying yaitu menyebarkan informasi
kurang menyenangkan tentang orang lain, memberikan komentar yang mengolok-
olok dan tidak sopan, serta memberikan pernyataan ancaman. Hal tersebut
dilakukan melalui e-mail, chat room, situs jejaring sosial seperti facebook, twitter,
instagram, dan melalui pesan singkat. Individu yang menjadi pelaku
cyberbullying merupakan seseorang yang senang mendominasi orang lain,
padahal ketika individu mampu menerima kenyataan bahwa tiap orang memiliki
perbedaan maka ia akan mampu menghargai kekurangan serta kelebihan individu
lain. Perbedaan yang dimiliki oleh orang lain akan dihargai sebagai keberagaman
bukan sebagai bahan untuk menjatuhkan orang tersebut. Ketika individu memiliki
kematangan emosi yang baik, ia dapat menerima perbedaan yang dimiliki oleh
tiap individu serta beradaptasi dengan karakteristik individu lain maupun dengan
situasi apapun. Sebaliknya ketika kematangan emosi pada diri individu masih
belum baik maka ia akan mudah untuk memberikan ejekan ataupun olokan
kepada orang lain yang ia anggap berbeda dengan dirinya.
Individu dengan tingkat kematangan emosional tinggi mampu meredam
dorongan agresi dan mengendalikan emosinya, pandai membaca perasaan orang
lain, serta dapat memelihara hubungan baik dengan lingkungannya. Dengan
demikian, apabila individu memiliki kematangan emosi yang baik, maka individu
tersebut mampu mengendalikan perilaku agresinya (Rahayu, 2008). Individu
dengan tingkat kematangan emosi yang baik tidak bersifat impulsif, sehingga
ketika ada stimulus negatif yang datang ia akan mampu memberikan tanggapan
secara obyektif dan dipikirkan dengan baik terlebih dahulu. Individu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
cenderung memiliki sikap empati yang rendah dan impulsive menunjukkan bahwa
individu tersebut masih belum mencapai tahap kematangan emosi.
Kematangan emosi seharusnya sudah dicapai pada periode dewasa awal.
Semakin bertambah usia individu, maka emosinya diharapkan akan lebih matang
dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya (Hurlock, 1994). Mahasiswa
sebagai kelompok individu yang berada dalam tahap perkembangan dewasa awal
semestinya sudah mencapai tahap kematangan emosi yang baik. Ketika individu
memiliki kematangan emosi yang tinggi maka kecenderungan untuk melakukan
perilaku cyberbullying akan rendah. Namun pada kenyataannya beberapa kasus
cyberbullying yang terjadi tidak jarang dilakukan oleh individu yang berada dalam
usia dewasa awal.
Adanya kesenjangan teori dengan fenomena yang ada saat ini membuat
penulis terdorong untuk meneliti lebih jauh mengenai hubungan antara
kematangan emosi dengan kecenderungan perilaku cyberbullying pada
mahasiswa. Selama ini penelitian tentang cyberbullying lebih banyak dilakukan
oleh peneliti dari luar, penelitian di Indonesia sendiri masih belum cukup banyak
dilakukan. Hal tersebut dapat dikarenakan perilaku cyberbullying merupakan
sebuah fenomena yang relatif baru (Hines, 2011).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
pertanyaan yang ingin diajukan dalam penelitian adalah apakah ada hubungan
antara kematangan emosi dengan kecenderungan perilaku cyberbullying pada
mahasiswa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
C. TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi
dengan kecenderungan perilaku cyberbullying pada dewasa awal.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoretis
Memberikan tambahan informasi kajian teori-teori psikologi, khususnya
Psikologi Perkembangan Remaja dan Psikologi Sosial mengenai hubungan
antara kematangan emosi dengan kecenderungan perilaku cyberbullying pada
dewasa awal.
2. Manfaat Praktis
Memberikan informasi kepada mahasiswa pengguna jejaring sosial bahwa
kematangan emosi diperlukan agar individu lebih bijak dalam berperilaku
secara online. Penting untuk mengetahui bahwa perilaku cyberbullying
memiliki dampak yang tidak kalah mengkhawatirkan dibandingkan dengan
perilaku bully secara tradisional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEMATANGAN EMOSI
1. Pengertian Kematangan Emosi
Osho (2008) menyatakan bahwa emosi terbentuk melalui
perkembangan yang dipengaruhi oleh pengalaman dan dalam
perkembangan emosi menuju tingkat yang konstan, yaitu adanya integrasi
dan organisasi dari semua aspek emosi.Emosi merupakan perasaan yang
kuat dan disadari beserta ekspresinya baik ekspresi yang positif maupun
negatif. Emosi yang positif antara lain: cinta, harapan, simpati, loyal, dan
perasaan optimis, sedangkan emosi yang negatif antara lain: takut, benci,
marah, iri dan dendam.
Wolman (dalam Puspitasari, 2002) mendefinisikan kematangan
emosi sebagai kondisi yang ditandai oleh perkembangan emosi dan
pemunculan perilaku yang tepat sesuai dengan usia dewasa daripada
bertingkah laku seperti anak-anak. Semakin bertambah usia individu
diharapkan dapat melihat segala sesuatunya secara obyektif, mampu
membedakan perasaan dan kenyataan, serta bertindak atas dasar fakta
daripada perasaan. Definsi tersebut senada dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Kartono (2005). Kartono (2005) mengartikan
kematangan emosi sebagai suatu keadaan atau kondisi tercapainya tingkat
kedewasaan dari perkembangan emosional, oleh karena itu individu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
bersangkutan tidak lagi menampilkan emosi seperti pada masa kanak-
kanak. Seseorang yang telah mencapai kematangan emosi dapat
mengendalikan emosinya. Emosi yang terkendali dan terarah akan sangat
mempengaruhi tingkah laku individu (Gunarsa, 2008). Hal tersebut
menyebabkan orang mampu berpikir secara lebih baik, dan melihat
persoalan secara objektif (Walgito, 2004).
Individu yang telah mencapai kematangan emosi dapat
diidentifikasikan sebagai individu yang dapat menilai situasi secara kritis
terlebih dahulu sebelum bertindak, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir
sebelumnya seperti anak anak atau orang yang tidak matang emosinya
(Hurlock, 1994).
Menurut Katvosky dan Gorlow (1976) kematangan emosi adalah
keadaan dimana kepribadian individu secara terus menerus berusaha
mencapai keadaan emosi yang sehat secara intrafisik maupun
interpersonal.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa kematangan emosi merupakan tahapan tercapainya
kedewasaan perkembangan emosional dimana individu mampu
mengendalikan emosinya secara terarah dan mampu melihat persoalan
secara objektif sehingga perilaku yang ditunjukkan tidak merugikan bagi
dirinya serta orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
2. Aspek-aspek Kematangan Emosi
Katkovsky dan Gorlow (1976), mengemukakan tujuh aspek-aspek
Kematangan emosi, yaitu:
a. Kemandirian
Kemampuan memutuskan apa yang dikehendaki dan bertanggung
jawab terhadapkeputusan yang diambilnya.
b. Kemampuan menerima kenyataan
Mampu menerima kenyataan bahwa dirinya tidak sama dengan orang
lain,mempunyai kesempatan, kemampuan, serta tingkat intelegensi
yang berbeda dengan orang lain.
c. Kemampuan beradaptasi
Orang yang matang emosinya mampu beradaptasi dan mampu
menerima beragam karakteristik orang serta menghadapi situasi
apapun.
d. Kemampuan merespon dengan tepat
Individu yang matang emosinya memiliki kepekaan untuk merespon
terhadapkebutuhan emosi orang lain.
e. Kapasitas untuk seimbang
Kemampuan individu dalam meyeimbangkan pemenuhan kebutuhan
sendiri dan kebutuhan yang didapat orang lain orang lain. Individu
melihat situasi tidak hanya dari satu sudut pandang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
f. .Kemampuan berempati
Mampu berempati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada
posisi oranglain dan memahami apa yang mereka pikirkan atau
rasakan.
g. Kemampuan menguasai amarah
Individu yang matang emosinya dapat mengetahui hal-hal apa saja
yang dapat membuatnya marah, maka ia dapat mengendalikan
perasaan marahnya.
B. CYBERBULLYING
1. Pengertian Cyberbullying
Bullying telah terjadi sebelum munculnya cyberbullying. Dahulu
bullying dilakukan secara langsung antara pelaku dan korbannya, namun
dengan kemajuan teknologi internet memunculkan bentuk lain dari
perilaku bullying, yaitu cyberbullying. Pelaku bullying dapat
menggunakan alat bantu tambahan untuk melakukan bullying terhadap
orang lain, yaitu melalui internet, telepon genggam, maupun berbagai
bentuk lain dari teknologi (Mason, 2008). Olweus mengemukakan
bahwa bullying merupakan perilaku yang dilakukan secara berulang dan
melibatkan kekuasaan atau kekuatan yang tidak seimbang (Olweus &
Limber, 2010a). Para pelaku bullying biasanya memiliki fisik yang lebih
besar dan kuat daripada korban dan biasanya didukung dengan
popularitas, kemampuan sosial, kepercayaan diri, usia, kepintaran ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
melecehkan korbannya (Mason, 2008) Jenis bullying terbaru yang
dihadapi pada era perkembangan zaman saat ini adalah Cyberbullying.
Peter Smith dan rekannya (2008) mendefinisikan cyberbullying
sebagai perilaku agresif yang disengaja dan dilakukan secara individual
maupun berkelompok dengan menggunakan media komunikasi
elektronik. Perilaku tersebut dilakukan secara berulang dan dari waktu ke
waktu terhadap korbannya. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh
Feinberg dan Robey (2008), cyberbullying meliputi pengiriman teks atau
gambar yang berbahaya dan kejam dengan menggunakan internet
(misalnya, instant messaging, e-mail, chatting, dan situs jejaring sosial)
atau perangkat komunikasi digital lainnya, seperti ponsel. Tidak seperti
bullying , para pelaku cyberbullying tidak selalu memiliki tampilan fisik
yang kuat dan besar dan biasanya tidak diketahui identitasnya (Kiriakidis
& Kavoura, 2010). Kebanyakan dari pelaku cyberbullying sulit untuk
diidentifikasi identitasnya dan oleh karena itu pelaku merasa leluasa
dalam melakukan cyberbullying karena yakin bahwa perilaku yang
dilakukan tidak akan menimbulkan hukuman ataupun konsekuensi buruk
bagi pelaku (Kiriakidis & Kavoura, 2010).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan
perilaku cyberbullying adalah perilaku mengirimkan atau melakukan
postingan dengan materi yang menyakitkan dan mengganggu kepada
dan/ tentang orang lain. Perilaku ini dilakukan secara berulang dan
disengaja melalui perantara internet dan teknologi digital lain, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
melalui e-mail, aplikasi pesan instan (instan messaging), akun jejaring
sosial, chat rooms, dan pesan digital atau gambar yang dikirimkan
melalui komputer, telepon selular, atau alat komunikasi lainnya.
2. Bentuk-Bentuk Cyberbullying
Kowalski (2012) mengemukakan berbagai bentuk perilaku yang
dikategorikan sebagai cyberbullying, yaitu :
a. Flaming: perdebatan, diskusi secara online melalui pesan elektronik
yang menggunakan bahasa vulgar dan ofensif.
b. Harasment/Pelecehan: pengulangan pengiriman pesan ofensif, tidak
menyenangkan dan menghina.
c. Denigration/Pencemaran nama baik: untuk menghina atau
mencemarkan nama baik seseorang secara online untuk mengirim
rumor, gosip atau kebohongan, biasanya ofensif dan kejam, untuk
merusak citra atau reputasi seseorang atau hubungannya dengan orang
lain.
d. Impersonation/Peniruan: mendapatkan informasi pribadi atau
penampilan seseorang (nick, password, dll), dengan tujuan untuk
menyamar sebagai orang lain dan membuat orang itu terlihat buruk,
melakukan tindakan tidak pantas, merusak reputasinya atau untuk
merusak hubungannya dengan orang lain.
e. Exclusion: Mengucilkan seseorang dalam sebuah grup online atau
forum diskusi online secara disengaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
f. Outing dan Trickering: untuk menyebarkan rahasia seseorang,
informasi atau foto secara online.
g. Cyberstalking: pengiriman pesan berulang yang menyertakan ancaman
atau sangat mengintimidasi.
2. Faktor-faktor Cyberbullying
Maulida (2011) mengemukakan 5 hal yang dapat menjadi faktor penyebab
individu melakukan cyberbullying, yaitu :
a. Bullying Tradisional
Maulida (2011) mengungkapkan bahwa peristiwa bullying yang
dialami di dunia nyata memiliki pengaruh besar pada kecenderungan
individu untuk menjadi pelaku cyberbullying. Bullying tradisional
merupakan bentuk kekerasan yang bertujuan untuk membahayakan
atau membuat orang lain menderita atau merasa tidak nyaman secara
fisik maupun emosional (Dracic, 2009). Bullying biasanya melibatkan
kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang. Seperti menendang,
memukul, mengejek, menuduh, dan mengucilkan seseorang.
Penelitian yang dilakukan oleh Riebel,dkk. (2009) menunjukkan
bahwa ada hubungan antara bullying dalam kehidupan nyata dan dalam
dunia maya.
b. Karakteristik Kepribadian
Karakteristik dari pelaku cyberbullying seperti yang dipaparkan
oleh Camodeca & Goosens (2005) dalam Kowalski (2012) adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
memiliki kepribadian yang dominan dan senang melakukan kekerasan,
cenderung temperamental, impulsive, mudah frustasi, sulit untuk
mengikuti aturan dan menunjukkan sedikit rasa empati atau belas
kasihan kepada mereka yang menjadi korban bully.
c. Persepsi terhadap korban
Maulida (2011) menyebutkan persepsi dan atraksi seseorang
terhadap individu tertentu dapat mempengaruhi sikap mereka terhadap
individu tersebut.Siswa yang kurang disenangi siswa lain atau
memiliki kelemahan cenderung menjadi korban bully.
d. Strain
Agnes (dalam Maulida, 2011) memaparkan strain adalah suatu
kondisi psikis yang ditimbulkan dari hubungan negatif dengan orang
lain yang menghasilkan efek negatif yang mengarah pada kenakalan
e. Peran interaksi orangtua dan anak
Peran orang tua dalam mengawasi pola penggunaan internet sangat
berpengaruh pada kecenderungan terjadinya cyberbullying pada
anak.Menurut Willard (dalam Maulida, 2011) orangtua yang tidak
terlibat dalam aktivitas online anak menjadikan anak lebih rentan
terlibat dalam aksi cyberbullying.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
3. Media Cyberbullying
Beragam teknologi komunikasi yang ada saat ini dapat dipergunakan
sebagai media untuk melakukan cyberbully terhadap individu lain.
Beberapa jenis media yang seringkali dipergunakan adalah :
a. Instan Messaging (IM), merupakan komunikasi real-time (saat itu juga)
melalui internet antar individu yang berada dalam daftar kontak aplikasi
tersebut. Cyberbullying melalui IM dapat dilakukan dengan berbagai
bentuk perilaku, pelaku mungkin mengirimkan pesan yang mengancam
kepada orang lain, selain itu pelaku dapat menggunakan nama target
cyberbullying sebagai username kemudian mengirimkan pesan tidak
menyenangkan kepada orang lain, seolah-olah pesan tersebut
dikirimkan oleh target.
b. Electronic mail (E-mail), merupakan salah satu komunikasi digital yang
sering dimanfaatkan. Alasan penggunaan e-mail sebagai media
cyberbullying adalah satu e-mail yang dikirimkan pelaku dapat
dikirimkan kepada banyak orang dalam waktu yang bersamaan, pelaku
dapat mengirimkn email yang berisi gambar atau informasi yang
memalukan tentang korban.
c. SMS/ Pesan teks, meskipun tidak termasuk jenis komunikasi yang
memanfaatkan internet, pesan teks merupakan jenis komunikasi yang
menpergunakan telepon selular. Penggunaan pesan teks sebagai sarana
untuk melakukan cyberbullying adalah pelaku berusaha untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
mengirimkan ratusan bahan ribuan pesan teks bernada ancaman atau
kemarahan kepada korban.
d. Situs Jejaring Sosial, merupakan media online yang berfungsi atau
bermanfaat untuk memfasilitasi penggunanya dalam melakukan
hubungan serta interaksi sosial dengan pengguna lainnya. Para pngguna
didorong untuk memajang profil diri yang berisi identitas, foto,
ketertarikan/minat, bahkan catatan harian. Beberapa contoh dari situs
jejaring sosial adalah facebook, twitter, instagram, tumblr, dan lain-lain.
Melalui situs jejaring sosial, perilaku cyberbullying yang dapat
dilakukan adalah mengirimkan komentar bernada kasar atau offensif,
menggunakan identitas orang lain untuk membuat sebuah halaman
profil, mengirimkan dan menyebarkan postingan yang
mempermalukam orang lain.
e. Blog, bentuk aplikasi web yang berbentuk tulisan-tulisan (yang dimuat
sebagai posting) pada sebuah halaman web. Tulisan-tulisan ini
seringkali dimuat dalam urutan terbalik (isi terbaru dahulu sebelum
diikuti isi yang lebih lama), meskipun tidak selamanya demikian. Situs
web seperti ini biasanya dapat diakses oleh semua pengguna Internet
sesuai dengan topik dan tujuan dari si pengguna blog tersebut.
f. Web sites adalah kumpulan-kumpulan halaman yang menampilkan
berbagai macam informasi teks, data, gambar diam ataupun bergerak,
data animasi, suara, video maupun gabungan dari semuanya, baik itu
yang bersifat statis maupun yang dinamis, yang dimana membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
satu rangkaian yang saling berkaitan dimana masing-masing
dihubungkan dengan jaringan halaman.
C. DEWASA AWAL
1. Pengertian Dewasa Awal
Istilah adult berasal dari kata kerja Latin yang berarti tumbuh
menjadi kedewasaan (Hurlock, 1990).Santrock (2012) mengemukakan
bahwa masa dewasa awal disebut juga sebagai masa beranjak dewasa
(emerging adulthood) yaitu masa transisi antara remaja ke dewasa.Oleh
karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat
bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 1990).Masa dewasa awal
terjadi pada individu yang berusia 18-25 tahun.
Terdapat dua kriteria yang menunjukkan bahwa individu telah
memasuki masa dewasa awal yaitu mandiri secara ekonomi dan mandiri
dalam membuat keputusan.Pencapaian individu dalam hal kemandirian
ekonomi ditandai dengan adanya pekerjaan tetap yang dijalani
individu.Hal tersebut didukung karena dalam masa dewasa awal biasanya
individu telah menyelesaikan sekolah, baik tingkat Sekolah Menengah
Atas maupun Perguruan Tinggi.
Individu dewasa awal dapat secara mandiri membuat keputusan
secara luas tentang karir, nilai-nilai, keluarga dan hubungan, serta tentang
gaya hidup (Santrock, 2002). Mandiri dalam membuat keputusan juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dapat ditunjukkan dengan bertanggungjawab secara sepenuhnya terhadap
diri individu. Individu dewasa awal dapat mempertanggungjawabkan
tindakan yang dilakukan serta mengembangkan pengendalian emosi di
dalam dirinya (Santrock, 2012)
2. Perkembangan Dewasa Awal
a. Perkembangan Fisik Dewasa Awal
Pada masa dewasa awal ini individu tidak hanya mengalami
peningkatan dari performa fisik, namun di sisi lain sebagian individu
juga mengalami penurunan dalam performa fisiknya. Ketika beranjak
dewasa banyak individu mengembangkan gaya hidup yang kurang
baik seperti makan tidak teratur, menjadi perokok sedang atau berat,
minum alkohol sesekali atau menjadi peminum berat, tidak
berolahraga dan kurang tidur di malam hari. Gaya hidup yang kurang
baik berakibat pada kondisi kesehatan yang buruk (Cousineau,
Goldstein, & Franco, 2005 dalam Santrock, 2012).
b. Perkembangan Kognitif Dewasa Awal
Individu dewasa awal memiliki pengetahuan yang lebih banyak
dibandingkan ketika masa remaja.Piaget (Santrock, 2012) berpendapat
bahwa tahap pemikiran formal-operasional merupakan ciri dari
individu dewasa.
Pada masa dewasa awal, pemikiran individu menjadi lebih
sistematis dan terampil dalam menyusun rencana maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
hipotesis.Individu menyadari bahwa jawaban atas permasalahan perlu
bersifat realistis dan praktis Ketika memasuki masa dewasa awal,
individu menyadari bahwa setiap orang memiliki pandangan yang
berbeda dan beragam.Individu mulai memahami bahwa dirinya tidak
dapat menggunakan satu jawaban atas permasalahan pada semua
keadaan.
c. Perkembangan SosioEmosi Dewasa Awal
Pada masa dewasa awal, individu memiliki suasana hati yang tidak
berubah-ubah, cenderung lebih mampu bertanggung jawab, dan lebih
jarang terlibat dalam tindakan-tindakan berisiko.
Menurut Erikson (Santrock, 2012) masa dewasa awal merupakan
masa tahapan keintiman vs isolasi. Keintiman merupakan suatu proses
dimana individu berusaha menemukan diri dan meleburkan diri sendiri
di dalam diri orang lain. Dalam prosesnya, komitmen dengan orang
lain dibutuhkan dalam keintiman. Ketika seseorang gagal
mengembangkan relasi yang intim di masa dewasa awal maka ia akan
mengalami isolasi. Ketidakmampuan mengembangkan relasi yang
bermakna dengan orang lain dapat menyebabkan terlukanya pribadi
individu. Hal tersebut dapat mengarahkan individu untuk mengabaikan
atau menyerang orang lain yang dianggap menimbulkan frustasi.
Ketika memasuki masa dewasa awal, hubungan individu dengan
teman-teman kelompok sebaya masa remaja akan mejadi renggang,
keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah akan terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
berkurang. Pada masa ini individu dewasa awal rentan mengalami
keterasingan sosial.
D. Dinamika Hubungan Kematangan Emosi dengan Kecenderungan
Perilaku Cyberbullying pada Dewasa Awal
Kematangan emosi merupakan tahapan tercapainya kedewasaan
perkembangan emosional individu ketika individu mampu mengendalikan
emosi secara terarah dan mampu melihat persoalan secara objektif sehingga
perilaku yang ditunjukkan tidak merugikan bagi diri individu tersebut serta
orang lain. Individu yang telah mencapai kematangan emosi yang baik dapat
menilai situasi secara kritis terlebih dahulu sebelum bertindak, tidak beraksi
tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak (Hurlock, 1994). Oleh sebab itu
individu yang seringkali diidentikkan dengan kondisi kematangan emosi yang
baik adalah individu yang berada pada masa dewasa awal
Pada masa dewasa awal, individu tidak lagi dianggap sebagai seorang
anak-anak maupun remaja. Ketika memasuki masa dewasa awal, hubungan
individu dengan kelompok teman sebaya masa remaja menjadi renggang dan
keterlibatan dalam kegiatan kelompok di luar rumah akan terus berkurang
(Hurlock, 1990). Individu akan mencari alternatif untuk tetap menjalin
hubungan dengan orang lain. Kehadiran situs jejaring sosial dimanfaatkan
sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain. Namun di sisi lain,
keberadaan situs jejaring sosial dipergunakan sebagai sarana untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
menyalurkan agresi terhadap orang lain. Salah satu jenis perilaku agresi yang
dilakukan secara online adalah cyberbullying.
Perilaku cyberbullying dapat dilakukan oleh individu dengan usia
peralihan dari masa remaja ke masa dewasa. Salah satu kelompok individu
yang sedang berada pada tahap dewasa awal adalah mahasiswa. Kiriakidis
dan Kavora (2010) menemukan bahwa perilaku cyberbullying mengalami
peningkatan berdasarkan usia, dan mahasiswa adalah kelompok yang
mempergunakan internet dan media sosial lebih sering, yaitu berupa e-mail,
instan messaging, dan chats. Sehingga mahasiswa memiliki kemungkinan
yang lebih besar untuk melakukan dan mengalami perilaku cyberbullying
(Palfrey & Gasser, 2008).
Salah satu faktor yang dianggap mempengaruhi cyberbullying adalah
karakteristik kepribadian seseorang (Maulida, 2011). Camodeca & Goosens
(2005) dalam Kowalski (2012) memaparkan karakteristik dari pelaku
cyberbullying. Individu yang melakukan cyberbullying adalah individu yang
senang mendominasi orang lain (dominan), senang melakukan kekerasan,
cenderung temperamental, impulsif, mudah frustasi, sulit untuk mengikuti
aturan dan menunjukkan sedikit rasa empati atau belas kasihan kepada
mereka yang menjadi korban bully.
Adanya faktor anonimitas ketika melakukan cyberbullying menyebabkan
individu yang melakukan perilaku cyberbullying lebih leluasa dalam
membully korbannya karena pelaku tidak dapat melihat secara langsung
konsekuensi dari tindakan yang dilakukannya (Slonje & Smith dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Francisco, Simo, Ferreira, & Martins, 2014), selain itu anonimitas dapat
menyamarkan identitas dari pelaku sehingga pelaku merasa tidak perlu
bertanggung jawab atas dampak yang diterima oleh korban dan menganggap
bahwa korban pun tidak akan mengetahui pelaku. Jika individu telah
mencapai kematangan emosi yang baik, ia mampu mempertanggungjawabkan
keputusan maupun tindakan yang ia ambil. Tidak hanya bersembunyi di balik
layar computer yang mana identitasnya bisa disembunyikan maupun
disamarkan.
Perilaku yang tergolong ke dalam cyberbullying yaitu menyebarkan
informasi kurang menyenangkan tentang orang lain, memberikan komentar
yang mengolok-olok dan tidak sopan, serta memberikan pernyataan ancaman.
Hal tersebut dilakukan melalui e-mail, chat room, situs jejaring sosial seperti
facebook, twitter, instagram, dan melalui pesan singkat. Individu yang
menjadi pelaku cyberbullying merupakan seseorang yang senang
mendominasi orang lain, padahal ketika individu mampu menerima
kenyataan bahwa tiap orang memiliki perbedaan maka ia akan mampu
menghargai kekurangan serta kelebihan individu lain. Perbedaan yang
dimiliki oleh orang lain akan dihargai sebagai keberagaman bukan sebagai
bahan untuk menjatuhkan orang tersebut. Ketika individu memiliki
kematangan emosi yang baik, ia dapat menerima perbedaan yang dimiliki
oleh tiap individu serta beradaptasi dengan karakteristik individu lain maupun
dengan situasi apapun. Sebaliknya ketika kematangan emosi pada diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
individu masih belum baik maka ia akan mudah untuk memberikan ejekan
ataupun olokan kepada orang lain yang ia anggap berbeda dengan dirinya.
Individu yang telah matang emosinya akan peka terhadap ekspresi
perasaan yang ditunjukkan oleh orang lain, selain itu ia mampu berempati
atau menempatkan diri pada posisi orang lain sehingga ia mengerti perasaan
atau pikiran yang dimiliki oleh orang lain. Bertolak belakang dengan pelaku
cyberbullying, pelaku dikarakteristikkan sebagai seseorang yang memiliki
rasa empati yang kurang. Beberapa individu menganggap cyberbullying
sebagai sebuah hiburan, yaitu hanya sebagai sebuah permainan yang
dimaksudkan untuk melukai orang lain (N. Willard, 2007). Para pelaku
bermaksud iseng sehingga mereka lebih cenderung menggunakan teknologi
daripada melakukannya secara langsung. Hanya untuk bersenang-senang saja
dijadikan alasan oleh orang-orang yang melakukan bullying (P.K. Smith, L.
Talamelli, H. Cowie, P. Naylor, & P. Chauhan, 2004).
Rahayu (2008) mengungkapkan bahwa individu yang belum stabil dan
kurang matang emosinya dapat lebih mudah muncul perilaku agresinya
daripada yang telah matang emosinya.Hal tersebut dapat disebabkan individu
tersebut masih belum mampu mengontrol emosi serta responnya terhadap
stimulus negatif.Individu yang pada tahap dewasa awal seharusnya dapat
mempertanggungjawabkan tindakan yang dilakukan serta mengembangkan
pengendalian emosi di dalam dirinya (Santrock, 2012).
Di sisi lain, Individu yang telah mencapai kematangan emosi yang baik
mampu meredam dorongan agresi yang ditunjukkan dengan tidak melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
perilaku cyberbullying, mampu mengendalikan emosinya, pandai membaca
perasaan orang lain, serta dapat memelihara hubungan baik dengan
lingkungannya, (Rahayu, 2008). Sehingga jika seseorang sudah memiliki
kematangan emosi yang baik maka kecenderungan ia untuk bertindak
cyberbullying semakin rendah, begitu pula sebaliknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
E. Kerangka Penelitian
Dewasa Awal
Kematangan Emosi Tinggi
Bertanggung jawab atas
tindakannya
Menerima perbedaan dan
keberagaman karakteristik
individu
Beradaptasi dengan karakteristik
individu lain dan fleksibel dalam
menghadapi situasi
Peka terhadap kebutuhan emosi
individu lain
Kemampuan berempati terhadap
kondisi individu lain
Mampu menguasai amarah
Kematangan Emosi rendah
Kurang mampu bertanggung jawab
atas tindakannya
Sulit menerima realitas bahwa tiap
individu berbeda dan memiliki
karakteristik yang beragam
Kurang mampu beradaptasi dengan
karakteristik individu lain dan tidak
fleksibel dalam menghadapi situasi
Tidak peka terhadap kebutuhan
emosi individu lain
Kurang mampu berempati terhadap
kondisi individu lain
Kurang mampu menguasai amarah
Kecenderungan Perilaku Cyberbullying Tinggi
Kecenderungan Perilaku Cyberbullying Rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
F. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan teoretis tersebut, maka penulis menarik
hipotesis: bahwa terdapat hubungan negatif antara kematangan emosi dan
kecenderungan perilaku cyberbullying pada dewasa awal. Artinya semakin
tinggi kematangan emosi yang dimiliki dewasa awal maka akan semakin
rendah kecenderungan perilaku cyberbullyingnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional.Jenis
penelitian ini menggunakan data yang berbentuk angka yang dapat
dianalisis dengan menggunakan teknik perhitungan statistic dan memiliki
tujuan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel (Siregar, 2013) yaitu
kematangan emosi dan kecenderungan perilaku cyberbullying pada dewasa
awal.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel Bebas : Kematangan Emosi
Variable Tergantung : Kecenderungan Perilaku Cyberbullying
C. Definisi Operasional
1. Kematangan Emosi
Kematangan emosi merupakan tahapan tercapainya kedewasaan
perkembangan emosional dimana individu mencapai kemampuan
dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya secara terarah dan
mampu melihat persoalan secara objektif sehingga perilaku yang
ditunjukkan tidak merugikan bagi dirinya serta orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kematangan emosi diungkapkan dengan skala kematangan emosi
yang terdiri dari 6 aspek yang dikemukakan oleh Katvosky dan
Gorlow (1976) yaitu kemandirian, kemampuan menerima kenyataan,
kemampuan beradaptasi, kemampuan merespon dengan tepat,
kapasitas untuk seimbang, kemampuan berempati, dan kemampuan
menguasai amarah. Semakin besar skor yang didapat maka
kematangan emosi akan tinggi, begitu pula sebaliknya.
2. Kecenderungan Perilaku Cyberbullying
Perilaku Cyberbullying merupakan perilaku mengirimkan atau
melakukan postingan dengan materi yang menyakitkan dan
mengganggu kepada dan/ tentang orang lain. Perilaku ini dilakukan
secara berulang dan disengaja melalui perantara internet dan teknologi
digital lain, seperti melalui e-mail, aplikasi pesan instan (instan
messaging), akun jejaring sosial, chat rooms, dan pesan digital atau
gambar yang dikirimkan melalui komputer, telepon selular, atau alat
komunikasi lainnya. Perilaku cyberbullying diungkap dengan skala
Perilaku Cyberbullying yang disusun oleh peneliti berdasarkan 7
komponen yang dikemukakan oleh Willard dalam Kowalski, Limber
dan Agatson(2012) yaitu Flaming, Harrasment, Cyberstalking,
Denigration, Impersonating, Outing dan Trickery, dan Exclusion.
Semakin besar skor yang didapat, maka semakin tinggi tingkat
perilaku cyberbullying dilakukan, begitu pula sebaliknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah individu yang berada dalam
rentang usia dewasa awal yaitu 18-25 tahun (Arnett dalam Santrock
Santrock,2006) dan telah menggunakan internet ataupun alat komunikasi
seperti telepon seluler selama satu tahun. Kriteria pengguna internet
ataupun telepon seluler terpenuhi ketika subjek ditanya terlebih dahulu
sebelum skala diberikan. Untuk mempermudah peneliti dalam
pengambilan data maka peneliti memilih mahasiswa sebagai kelompok
individu yang tergolong dalam usia ini.
Karena jumlah populasi tidak diketahui maka teknik pengumpulan
sampel dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling.Tipe
dari nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
accidental sampling. Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan faktor kebetulan, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja
bertemu dengan peneliti dan memenuhi karakteristik usia serta
penggunaan internet dan telepon seluler yang digunakan pada penelitian,
maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel (partisipan)
(Neuman, 2000).
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan metode
penyebaran skala pengukuran.Skala pengukuran yang dipakai pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
penelitian ini adalah skala Kematangan emosi dan skala kecenderungan
perilaku cyberbullying yang disusun oleh peneliti mengacu pada landasan
teori yang ada. Skala tersebut berisi pernyataan-pernyataan yang
menggambarkan aspek dari kematangan emosi dan perilaku cyberbullying.
Jenis skala pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah
skala Likert, yaitu skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena
tertentu (Siregar, 2013). Pernyataan yang diberikan pada kedua skala
tersebut terdiri dari pernyataan favourable dan unfavourable. Pernyataan
favourable adalah pernyataan yang jika disetujui oleh subjek menunjukkan
sikap positif terhadap objek terkait.Sebaliknya, pernyataan unfavourable
adalah pernyataan yang jika disetujui oleh subjek menunjukkan sikap
negatif terhadap objek terkait.
1. Skala Kematangan Emosi
Skala Kematangan Emosi disusun oleh peneliti yang mengacu pada
tujuh aspek yang dikemukakan oleh Katvosky dan Gorlow (1976),
yaitu kemandirian, kemampuan menerima kenyataan, kemampuan
beradaptasi, kemampuan merespon dengan tepat, kapasitas untuk
seimbang, kemampuan berempati, kemampuan menguasai amarah.
Jumlah aitem pada skala kematangan emosi sebanyak 66 aitem
yang terdiri dari aitem favourable dan aitem unfavourable.Format
respon pada skala penelitian ini menyatakan kesetujuan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
ketidaksetujuan subjek dalam sebuah kontinum yang terdiri atas empat
alternatif jawaban.Penggunaan jumlah genap alternative pilihan
jawaban dimaksudkan agar tidak tersedia kesempatan kepada subjek
memberikan jawaban netral.Subjek diberikan pilihan untuk memilih
antara jawaban favourable dan unfavourable (Supratiknya, 2014).
Alternatif pilihan jawaban pada skala pengukuran ini yaitu :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Kriteria pemberian skor untuk tiap-tiap item pernyataan dan
spesifikasiskala kematangan emosi dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut :
Tabel 1
Tabel Pemberian Skor pada Skala
Item Favorable Item Unfavorable
SS 4 SS 1
S 3 S 2
TS 2 TS 3
STS 1 STS 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Tabel 2
Blue Print skala Kematangan Emosi (sebelum uji coba dan seleksi aitem)
No Aspek Kematangan Emosi Nomor Item
Favorable
Nomor Item
Unfavorable
Jumlah
Item
1 Kemandirian 6, 25, 29, 54 12, 16, 21, 30 8
2 Kemampuan Menerima
Realitas
10, 18, 40, 56 7, 9, 23, 55 8
3 Kemampuan Beradaptasi 5, 26, 42, 50 2, 11, 32, 53 8
4 Kemampuan Merespon
dengan Tepat
20, 28, 38, 44 37, 39, 49, 52 8
5 Kapasitas untuk Seimbang 15, 36, 47, 51 3, 13, 24, 33 8
6 Kemampuan Berempati 8, 17, 31, 48 22, 27, 35, 41 8
7 Kemampuan Menguasai
Amarah
1, 4, 19, 34 14, 43, 45, 46 8
Total 56
2. Skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying
Skala kecenderungan perilaku cyberbullying dibuat berdasarkan metode skala
Likert (Azwar, 2010).Jumlah aitem dalam skala kecenderungan perilaku
cyberbullying terdiri dari 49 aitem yang terdiri dari aitem favourable.Tiap aitem
berisi tindakan agresif untuk menunjukkan perilaku cyberbullying.Format respon
pada skala penelitian ini menyatakan frekuensi perilaku negatif subjek dalam
sebuah kontinum yang terdiri atas empat alternatif jawaban.Penggunaan jumlah
genap alternative pilihan jawaban dimaksudkan agar tidak tersedia kesempatan
kepada subjek memberikan jawaban netral.Selain itu, alternative jawaban tengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah (central tendency effect)
terutama bagi yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya.Alternatif
pilihan jawaban pada skala pengukuran ini yaitu :
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah
Kriteria pemberian skor untuk tiap-tiap item pernyataan dan spesifikasiskala
kematangan emosi dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :
Tabel 3.
Tabel Pemberian Skor pada Skala
Item Favorable
SR 4
KD 3
JR 2
TP 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Tabel 4
Blue Print Skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying (sebelum uji coba
dan seleksi item)
No Komponen Sebaran Item Jumlah
1 Flaming 1, 2, 7, 12, 20, 30,
42
7
2 Harassment 8, 9, 11, 14, 22,
24, 31
7
3 Denigration 5, 21, 32, 34, 36,
38, 45
7
4 Impersonation 6, 15, 33, 35, 37,
39, 49
7
5 Outing dan Trickery 3, 4, 10, 16, 26,
27, 43
7
6 Exclusion 13, 17, 18, 23, 29,
41, 44
7
7 Cyberstalking 19, 25, 28, 40, 46,
47, 48
7
Total 49
F. Uji Skala
1. Validitas Alat Tes
Validitas menurut Azwar (2011) adalah ketetapan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.Suatu tes atau instrument
pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
tersebut memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya
pengukuran tersebut.Tes yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan
tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah.
Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi merupakan proses pengujian isi alat ukur melalui professional
judgement (Azwar, 2011). Professional judgement yang diperoleh dalam
penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing.
2. Seleksi Item
Prosedur seleksi item dilakukan dengan cara menguji karakteristik
masing-masing aitem yang menjadi bagian dari skala yang digunakan.
Apabila item dalam skala yang sedang disusun tidak menunjukkan kualitas
yang baik, maka aitem harus disingkirkan atau direvisi terlebih dahulu
agar dapat tetap menjadi bagian dalam skala.Pengujian keselarasan fungsi
aitem dengan fungsi tes dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi
antara distribusi skor tiap aitem dengan distribusi skor total
skala.Komputasi koefisien korelasi akan menghasilkan koefisien korelasi
aitem-total (rix) atau indeks daya beda aitem (Azwar, 2011).
Kriteria pemilihan aitem berdasar korelasi item total, yaitu
memiliki daya beda yang lebih atau sama dengan 0,30 (Rix 0,30).
Aitem-aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya bedanya
dianggap memuaskan, namun apabila jumlah aitem yang lolos masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
belum mencukupi jumlah yang diinginkan, dapat mempertimbangkan
untuk menurunkan batas kriteria koefisien aitem total menjadi 0,25.
Uji daya beda item dilakukan dengan menggunakan program SPSS
versi 20 dengan mengukur morelasi antara skor item dengan skor total
respon uji coba. Hasil seleksi aitem yang merupakan hasil uji coba skala
dapat dilihat sebagai berikut :
a. Skala Kematangan Emosi
Kriteria seleksi item pada skala ini direncanakan akan
menggunakan batasan 0,30, namun karena item yang lolos tidak
mencukupi jumlah yang diinginkan maka kriteria batasan diturunkan
menjadi 0,25. Berdasarkan uji coba yang dilakukan peneliti mendapatkan
35 item dari 56 item yang telah diseleksi. Koefiesien item total sebelum
seleksi item memiliki kisaran rix = -0,047 sampai 0,595. Setelah dilakukan
seleksi item, kisaran koefisien item total menjadi rix = 0, 253 sampai 0,
608. Item-item yang lolos dapat dilihat pada tabel berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 5.
Blueprint Skala Kematangan Emosi setelah diujicobakan
No Aspek Kematangan
Emosi
Nomor Item
Favorable
Nomor Item
Unfavorable
Jumlah
Item
1 Kemandirian 6, 29, 54 12, 16, 21 6
2 Kemampuan Menerima
Realitas
18, 40 7, 9, 55 5
3 Kemampuan Beradaptasi 5, 26, 42 2, 32, 53 6
4 Kemampuan Merespon
dengan Tepat
38 37, 39 3
5 Kapasitas untuk
Seimbang
47 3, 13, 24, 33 5
6 Kemampuan Berempati - 22, 27, 35 3
7 Kemampuan Menguasai
Amarah
1, 19, 34 14, 45, 46 6
Total 34
Pada tabel 5 diketahui jumlah persebaran item pada tiap aspeknya
masih belum seimbang, maka untuk menyeimbangkannya peneliti
memutuskan untuk melakukan pengguguran manual. Item-item yang lolos
melalui pengguguran manual dapat dilihat melalui tabel berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel 6.
Blueprint Skala Kematangan Emosi setelah pengguguran manual.
No Aspek Kematangan
Emosi
Nomor Item
Favorable
Nomor Item
Unfavorable
Jumlah
Item
1 Kemandirian 6, 29, 54 12, 16 5
2 Kemampuan Menerima
Realitas
18, 40 7, 9, 55 5
3 Kemampuan Beradaptasi 5, 26, 42 2, 32 5
4 Kemampuan Merespon
dengan Tepat
38, 28, 44 37, 39 5
5 Kapasitas untuk
Seimbang
47 3, 13, 24, 33 5
6 Kemampuan Berempati 31, 48 22, 27, 35 5
7 Kemampuan Menguasai
Amarah
19, 34 14, 45, 46 5
Total 16 19 35
Setelah dilakukan pengguguran manual, peneliti mendapatkan 35
item dari 37 item yang sebelumnya lolos seleksi dengan kualitas item baik.
Peneliti meloloskan item no 28, 31, 44 dan 48 untuk diperbaiki sehingga
memenuhi fungsi ukur alat tes, peneliti juga terpaksa menggugurkan item
no 21, 53 dan 1 agar memenuhi komposisi yang seimbang. Setelah
dilakukan pengguguran manual didapatkan kisaran koefisien korelasi item
total menjadi rix = 0, 165 sampai 0, 605. Jumlah keseluruhan item yang
dipakai peneliti untuk skala kematangan emosipada penelitian ini adalah
35 item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
b. Skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying
Kriteria seleksi item pada skala ini menggunakan batasan 0,30,
Berdasarkan uji coba yang dilakukan peneliti mendapatkan 41 item dari
49 item yang telah diseleksi. Koefiesien item total sebelum seleksi item
memiliki kisaran rix = 0, 038 sampai 0, 785. Setelah dilakukan seleksi
item, kisaran koefisien item total menjadi rix = 0, 380 sampai 0, 785.
Item-item yang lolos dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7.
Blueprint Skala kecenderungan perilaku cyberbullying
No Komponen Sebaran Item Favorable Jumlah
1 Flaming 1,2, 12, 20, 30, 42 6
2 Harassment 8, 9, 11, 14, 24, 31 6
3 Denigration 5, 21, 32, 34, 36, 38, 45 7
4 Impersonation 15, 33, 37 3
5 Outing dan Trickery 3, 4,10, 26, 27, 43 6
6 Exclusion 13, 17, 18, 23, 29, 41,
44
7
7 Cyberstalking 19, 25, 28, 40, 46, 47,
48
7
Total 43
Pada tabel 7 diketahui komposisi item pada tiap aspeknya masih
belum seimbang, maka untuk menyeimbangkannya peneliti memutuskan
untuk melakukan pengguguran manual. Item-item yang lolos melalui
pengguguran manual dapat dilihat melalui tabel berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Tabel 8.
Blueprint Skala Kecenderungan Perilaku Cyberbullying setelah pengguguran
manual
No Komponen Sebaran Item Favorable Jumlah
1 Flaming 2, 12, 30, 42 4
2 Harassment 8, 11, 24, 31 4
3 Denigration 21, 34, 38, 45 4
4 Impersonation 15, 33, 37, 39 4
5 Outing dan Trickery 3, 4, 26, 43 4
6 Exclusion 17, 18, 23, 44 4
7 Cyberstalking 19, 25, 40, 47 4
Total 28
Peneliti meloloskan item no 39 untuk diperbaiki sehingga
didapatkan sebaran item yang merata untuk tiap aspeknya, peneliti juga
terpaksa menggugurkan item no 1, 20, 9, 14, 5, 32, 45, 10, 27, 13, 23, 29,
28, 46 dan 48 agar memenuhi komposisi yang seimbang. Setelah
dilakukan pengguguran manual didapatkan kisaran koefisien korelasi item
total menjadi rix = 0, 174 sampai 0, 842. Jumlah keseluruhan item yang
dipakai peneliti untuk skala kematangan emosipada penelitian ini adalah
28 item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3. Reliabilitas
Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan
alat tersebut dapat dipercaya (Suryabrata, 2002).Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan estimasi reliabilitas konsistensi internal yang mana estimasi
reliabilitasnya cukup didasarkan pada satu kali pengadministrasian tes.
Reliabilitas tes diestimasi dengan metode yang didasarkan pada kovarians item
(Crocker & Algina dalam Supratiknya, 2014).
Metode berbasis kovarians item yang dipakai untuk mengukur tingkat
reliabilitas skala pada penelitian ini menggunakan teknik koefisien alpha
croncbach yang diperhitungkan menggunakan program SPSS versi 20. Kriteria
suatu instrument penelitian dikatakan reliable dengan menggunakan teknik ini
jika memiliki koefisien reliabilitas >0,6 (Siregar, 2013).
Berdasarkan perhitungan SPSS versi 21 diperoleh hasil reliabilitas
skala kematangan emosi sebesar 0,859 dan 0, 924 untuk skala kecenderungan
perilaku cy berbullying.
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengecek
apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal.
Pengujian asumsi normalitas pada penelitian ini menggunakan teknik
Kolmogorov-Smirnov dalam program IBM SPSS versi 21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Data tergolong normal apabila memenuhi syarat p > 0.05.Data
dengan nilai p < 0.05 menunjukkan bahwa data tersebut memiliki
perbedaan yang signifikan dengan data normal.Sebaliknya, apabila data
memiliki nilai p > 0.05 menunjukkan bahwa data tersebut tidak memiliki
perbedaan yang signifikan dengan data yang normal.Hal ini berarti
sebaran datanya normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui
apakah hubungan antara skor variabel tergantung dan variabel bebas
mengikuti garis lurus atau tidak.Jika hubungan antara dua variabel
tersebut menunjukkan garis lurus maka dapat dinyatakan terdapat
korelasi linear antara kedua variabel.Data dinyatakan linear apabila dua
variabel memiliki signifikansi kurang dari 0.05 (p < 0.05) (Priyatno,
2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara
Kematangan Emosi dan Perilaku Cyberbullying pada Dewasa
Awal.Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik
korelasi Spearman Rho karena teknik tersebut tidak mensyaratkan
normalitas data. Pengolahan data akan dibantu menggunakan IBM
SPSS versi 21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Proses pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 8
Desember sampai dengan 17 Desember 2015. Peneliti menyebarkan skala
secara acak dan menitipkan skala kepada teman. Skala diberikan pada
mahasiswa dengan rentang usia 18-24 tahun di kawasan kampus 3
Universitas Sanata Dharma, Universitas Atmajaya Yogyakarta dan
Universitas Respati Yogyakarta. Jumlah skala yang disebar sebanyak 195
eksemplar.Skala yang kembali berjumlah 184 eksemplar, namun skala
yang lengkap berjumlah 173 skala. Skala yang gugur sebanyak 11 skala
dikarenakan usia subjek yang tidak memenuhi kriteria (dibawah 18 tahun),
subjek tidak mengisi usia dan melewatkan beberapa butir pernyataan.
B. Data Demografi Subjek
Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini berjumlah 173 orang. Subjek penelitian
merupakan mahasiswa dan mahasiswi dari tiga universitas atau perguruan
tinggi yang berada di Yogyakarta dengan kriteria berusia 18-24 tahun.
Tiga universitas dipilih berdasarkan kemudahan akses peneliti dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
perizinan penyebaran skala. Berikut deskripsi data penelitian berdasarkan
jenis kelamin:
Tabel 9
Deskripsi Jenis Kelamin Subjek
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 81 subjek
Perempuan 69 subjek
Total
173 subjek
C. Deskripsi Data Penelitian
Azwar (2010) menyatakan bahwa deskripsi data perlu dilakukan
untuk memberikan gambaran mengenai keadaan distribusi skor pada
sekelompok subjek yang diukur dan sebagai sumber informasi mengenai
keadaan subjek pada variable-variabel yang diteliti.Pada penelitian ini,
peneliti membandingkan antara pengukuran teoretis dan pengukuran
teoretis. Hasil deskripsi data penelitian sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 10
Hasil pengukuran deskriptif variabel
Pengukuran Teoretis Empiris
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Kematangan
Emosi
35 140 87,5 17,5 67 120 96,27 8,83
Kecenderungan
Perilaku
Cyberbullying
28 112 70 14 28 66 36,90 6,33
Berdasarkan hasil pengukuran deskriptif, mean empiris variabel
kematangan emosi sebesar 96,27. Sedangkan mean teoretis variabel
Kematangan Emosi sebesar 87,5. Hasil perbandingan antara mean teoretis
dan mean empiris terlihat bahwa mean empiris lebih besar dari mean
teoritik (96,27>87,5). Data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata subjek
yang terlibat dalam penelitian memiliki kematangan emosi yang
cenderung tinggi.
Mean empiris dari variabel Kecenderungan Perilaku Cyberbullying
sebesar 36,90, sedangkan mean teoretis variabel Kecenderungan Perilaku
Cyberbullying sebesar 70. Berdasarkan perbandingan mean teoretis
dengan mean empiris terlihat bahwa mean empiris lebih kecil dari mean
teoretis (36,90< 70). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata subjek
penelitian memiliki kecenderungan perilaku cyberbullying yang
rendah.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI