hubungan interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya

90
HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DALAM KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI I PEGANDON TAHUN PELAJARAN 2006/ 2007 SKRIPSI Diajukan dalam rangka Penyelesaikan Studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Ela Nisriyana NIM : 1314000025 JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

Upload: achmad-alfin

Post on 18-Jun-2015

5.127 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DALAM KELOMPOK TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

KELAS IX DI SMP NEGERI I PEGANDON TAHUN PELAJARAN 2006/ 2007

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka Penyelesaikan Studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nama : Ela Nisriyana NIM : 1314000025

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2007

Page 2: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan di bawah ni, pembimbing skripsi dari dosen

Nama : Ela Nisriyana

NIM : 1314000025

Jurusan : Bimbingan dan Konseling

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut telah SELESAI bimbingan skripsi yang

berjudul ”Hubungan Interaksi Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya dengan

Motivasi Belajar Siswa Kelas IX di SLTP Negeri I Pegandon Tahun Pelajaran

2006/ 2007”.

Dan skripsi tersebut telah siap DIUJIKAN.

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.H.Sugiyo,M.Si Drs.H. Suharso, M.Pd.Kons.

NIP.130675639 NIP.131754158

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling

Drs.H. Suharso, M.Pd. Kons.

NIP.131754158

Page 3: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

ABSTRAK

Ela Nisriyana. 2007. Hubungan interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Pegandon tahun pelajaran 2006/ 2007.

Motivasi merupakan dorongan, suatu usaha yang didasari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil. Motivasi menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada manusia, sehingga akan bergayut pada persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak melakukan sesuatu. Menurut teori social interction, interaksi sosial yang membentuk motivasi kita. Keinginan untuk tampil seragam dengan orang lain yang menjadikan kita berperilaku tertentu. Sedangkan menurut prinsip motivasi teori dari Behavioristik, menyatakan bahwa seorang siswa yang duduk di sekolah tingkat pertama lebih termotivasi dalam belajar kalau penguatan dari teman sebaya daripada guru sendiri (Prayitno 1989: 54). Pendapat lain, menurut Slamet Santosa (2004: 77) di dalam kelompok teman sebaya tidak dipentingkan adanya struktur organisasi, namun diantara anggota kelompok merasakan adanya tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya. Mengacu pada teori- teori tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti hubungan interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Pegandon Tahun Pelajaran 2006/ 2007. Populasi penelitian adalah siswa kelas IX SMP Negeri 1 Pegandon tahun pelajaran 2006/ 2007. Sampel penelitian 43 siswa. Pengambilan sampel dengan teknik proporsional random sampling. Metode pengumpulan data dengan skala psikologi, yaitu skala interaksi sosial dan skala motovasi belajar. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif persentase. Hasil analisis deskriptif persentase interaksi sosial menunjukkan bahwa 18,60 % termasuk kriteria sangat tinggi, 74,42% kriteria tinggi, 4,65% kriteria sedang,dan 2,33% dalam kriteria rendah. Sedangkan deskriptif persentase motivasi belajar menunjukkan bahwa 51,16% termasuk kriteri sangat tinggi, 46,51% kriteria tinggi, dan 2,33% kriteria sedang. Mengacu pada hasil penelitian, diharapkan kepada guru pembimbing untuk dapat memanfaatkan interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya guna memotivasi siswa dalam belajar. Karena interaksi dengan kelompok teman sebaya mampunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan pemikiran siswa. Dengan interaksi ini, siswa dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuannya dengan orang lain. Siswa semakin tertantang untuk memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya sendiri. Tantangan kelompok akan membantu anak melakukan asimilasi dan akomodasi terhadap skema pengetahuan yang telah dimilikinya.

Page 4: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

” Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh- sungguh (urusan) yang

lain dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”.

(QS. Al Insyiroh, ayat 6-8)

Persembahan:

1. Bapak dan Ibuku tercinta

2. Kakak- kakak dan adik- adikku

3. Guru-guruku

4. By Syukur

5. Almamater

Page 5: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’aalamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan kenikmatan yang senantiasa tercurah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Hubungan Interaksi Sosial dalam

Kelompok Teman Sebaya dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri I

Pegandon Tahun Pelajaran 2006/ 2007” yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi

belajar siswa kelas IX di SMP Negeri I Pegandon tahun pelajaran 2006/2007.

Adapun maksud penulisan skripsi ini yaitu untuk memenuhi salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada jurusan Bimbingan

dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama

dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmojo,M.Si. Rektor Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Dr. H. Agus Salim, M.S, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk

mengadakan penelitian.

3. Bapak Drs. H. Suharso, M.Pd. Kons. Selaku ketua jurusan Bimbingan dan

Konseling, Universitas Negeri Semarang sekaligus dosen pembimbing

kedua, yang dengan penuh pengertian selalu memberikan perhatian dan

dorongan semangat agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. H. Sugiyo, M.Si. Selaku Pembimbing pertama, yang dengan

segala kesibukan beliau yang padat, masih berkenan meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi, dan kepercayaan

kepada penulis, dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

Page 6: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

5. Tim penguji skripsi, terima kasih untuk waktu yang telah diluangkan, pikiran

yang telah dituangkan untuk memberikan bimbingan demi kesempurnaan

skripsi ini.

6. Kepala SMP Negeri I Pegandon yang telah berkenan memberikan ijin kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

7. Para guru dan Siswa kelas IX SMP Negeri I Pegandon yang telah berkenan

memberi bantuan informasi dan kesempatan untuk melakukan penelitian.

8. Bapak dan Ibuku tercinta, kakak-kakak serta adik- adikku, terima kasih atas

samudera kasih yang tiada bertepi.

9. Keluarga Bapak Khumairudin dan Bapak Setiyono yang telah memberikan

doa dan motivasi kepada penulis.

11. Abang Syukur, yang senantiasa mendoakan untuk yang terbaik.

12. Fajriyah Ainy, yang selalu ada dalam suka dan duka. Terima kasih untuk

semuanya.

13. Sahabat- sahabat seperjuangan, Ratri, Evi, Eni, Hemmy, Sigit. Semangat!

14. Kost Ibu Yuli, Kost Bapak Muntari, Kost Ibu Budi, mbak Onah. Terima

kasih tetap menjadikan penulis bagian dari semuanya.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Tidak

sedikit kekurangan dan kelemahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kebaikan skripsi

ini.

Semarang, Juli 2007 Penulis

Page 7: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrabbil’aalamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas

rahmat dan kenikmatan yang senantiasa tercurah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ”Hubungan Interaksi Sosial dalam

Kelompok Teman Sebaya dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas IX SMP Negeri I

Pegandon Tahun Pelajaran 2006/ 2007” yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi

belajar siswa kelas IX di SMP Negeri I Pegandon tahun pelajaran 2006/2007.

Adapun maksud penulisan skripsi ini yaitu untuk memenuhi salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada jurusan Bimbingan

dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama

dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan

rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmojo,M.Si. Rektor Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menimba ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Dr. H. Agus Salim, M.S, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk

mengadakan penelitian.

3. Bapak Drs. H. Suharso, M.Pd. Kons. Selaku ketua jurusan Bimbingan dan

Konseling, Universitas Negeri Semarang sekaligus dosen pembimbing

kedua, yang dengan penuh pengertian selalu memberikan perhatian dan

dorongan semangat agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. H. Sugiyo, M.Si. Selaku Pembimbing pertama, yang dengan

segala kesibukan beliau yang padat, masih berkenan meluangkan waktu,

tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan, motivasi, dan kepercayaan

kepada penulis, dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

Page 8: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

5. Tim penguji skripsi, terima kasih untuk waktu yang telah diluangkan, pikiran

yang telah dituangkan untuk memberikan bimbingan demi kebaikan skripsi

ini.

6. Kepala SMP Negeri I Pegandon yang telah berkenan memberikan ijin kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

7. Para guru dan Siswa kelas IX SMP Negeri I Pegandon yang telah berkenan

memberi bantuan informasi dan kesempatan untuk melakukan penelitian.

8. Bapak Muslich dan Ibu Asmak,

9. Mba Mun, mba Yunas, mba Roy, d’Iliya, d’Bahar, d’Arin, terima kasih atas

samudera kasih yang tiada bertepi.

9. Keluarga Bapak Khumairudin dan Bapak Setiyono yang telah memberikan

doa dan motivasi kepada penulis.

10. Abang Syukur, yang senantiasa mendoakan untuk yang terbaik.

11. Fajriyah Ainy, yang selalu ada dalam suka dan duka.

12. Sahabat- sahabat seperjuangan, Ratri, Evi, Eni, Hemmy, Sigit. Semangat!

13. Kost Ibu Yuli, Kost Bapak Muntari, Kost Ibu Budi, mbak Onah. Terima

kasih tetap menjadikan penulis bagian dari semuanya.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Tidak

sedikit kekurangan dan kelemahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu penulis

mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kebaikan skripsi

ini.

Semarang, Juli 2007 Penulis

Page 9: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i ABSTRAK ...........................................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv KATA PENGANTAR .........................................................................................v DAFTAR ISI.......................................................................................................vii DAFTAR TABEL............................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xi BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................1 B. Rumusan Masalah ..............................................................................6 C. Tujuan Penelitian ...............................................................................6 D. Manfaat Penelitian ............................................................................6 E. Penegasan Judul .................................................................................7 F. Sistematika Skripsi.............................................................................8

BAB II. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi ....................................................................10 2. Ciri- ciri Motivasi........................................................................12 3. Fungsi Motivasi dalam Belajar ...................................................14 4. Faktor- faktor yang mempengaruhi Motivasi dalan belajar........14 5. Macam- macam Motivasi ...........................................................17 6. Bentuk- bentuk Motivasi di Sekolah...........................................17 7. Konsep Terbentuknya Motivasi ..................................................20

B. Interaksi Sosial dalam kelompok teman sebaya Interaksi sosial 1. Pengertian Interaksi Sosial..........................................................21 2. Faktor- faktor yang mempengaruhi Interaksi Sosial...................22 3. Bentuk- bentuk Interaksi Sosial ..................................................23 4. Jenis- jenis Interaksi Sosial .........................................................24 Kelompok Teman Sebaya 1. Pengertian Kelompok Teman Sebaya .........................................24 2. Hakekat Kelompok Teman Sebaya.............................................25 3. Fungsi Kelompok Teman Sebaya ...............................................26 4. Kelompok Sebaya Sebagai Situasi Belajar .................................27 5. Macam- macam Kelompok Teman Sebaya ................................27

C. Hubungan Interaksi Sosial dalam Kelompok Teman Sebaya dengan Motivasi Belajar. ...............................................................................29

D. Hipotesis............................................................................................32

Page 10: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian..............................................................................33 B. Populasi dan Sampel .....................................................................34 C. Variabel Penelitian ........................................................................36 D. Metode Pengumpulan Data ...........................................................39 E. Langkah- langkah penyusunan instrumen.....................................45 F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen .............................................47 G. Metode Analisis Data....................................................................49

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .............................................................................52 B. Pembahasan...................................................................................69

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .......................................................................................73 B. Saran..............................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................75 LAMPIRAN- LAMPIRAN.................................................................................77

Page 11: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 1. Populasi penelitian. ................................................................................ 35

2. Sampel penelitian................................................................................... 36

3. Skor interaksi sosial ............................................................................... 41

4. Skor Tingkat motivasi ............................................................................ 42

5. Distribusi variabel interaksi sosial ......................................................... 42

6. Distribusi frekuensi sub variabel kerja sama ......................................... 55

7. Distribusi frekuensi sub variabel persaingan ......................................... 57

8. Distribusi frekuensi sub variabel pertentangan...................................... 58

9. Distribusi frekuensi sub variabel persesuaian ........................................ 59

10. Distribusi frekuensi sub variabel perpaduan.......................................... 59

11. Distribusi variabel Motivasi belajar ...................................................... 60

12. Distribusi frekuensi sub variabel senang bekerja keras untuk mencapai keberhasilan ........................................................................... 61

13. Distribusi frekuensi sub variabel ulet menghadapi kesulitan belajar..... 62

14. Distribusi frekuensi sub variabel menunjukkan minat terhadap bermacam- macam masalah belajar ....................................................... 63

15. Distribusi frekuensi sub variabel lebih senang bekerja mandiri ............ 64

16. Distribusi frekuensi sub variabel cenderung bertindak atau menetapkan pilihan yang realistis .......................................................... 65

17. Distribusi frekuensi sub variabel senang berkompetisi yang sehat......... 66

18. Distribusi frekuensi sub variabel tidak mudah melepas yang yang diyakini........................................................................................... 67

19. Distribusi frekuensi sub variabel Bertanggung jawab atas pilihan atau perbuatannya ....................................................................... 67

Page 12: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman 2. Konsep terbentuknya motivasi............................................................... 21

3. Dua dunia sosial anak............................................................................. 26

4. Hubungan antar variabel ........................................................................ 39

Page 13: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat ijin penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES

2. Surat keterangan telah melakukan penelitian dari SMP Negeri I Pegandon

3. Kisi- kisi uji coba angket penelitian

4. Angket Try out

5. Perhitungan validitas dan reabilitas interaksi sosial dan motivasi belajar.

6. Contoh perhitungan validitas variabel interaksi sosial

7. Contoh perhitungan reabilitas variabel interaksi sosial

8. Contoh perhitungan validitas variabel motivasi belajar

9. Contoh perhitungan reabilitas variabel motivasi belajar

10. Angket penelitian

11. Hasil tabulasi data variabel interaksi sosial

12. Hasil tabulasi data variabel motivasi belajar

13. Analisis deskriptif persentase interaksi sosial

14. Analisis deskriptif persentase motivasi belajar

15. Persensi siswa kelas IX SMP Negeri I Pegandon

16. Hasil perhitungan NP ar teks

Page 14: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan suatu proses atau sistem yang terdiri dari bebrapa

komponeen. Kelancaran jalannya komponen akan membawa kelancaran pada

proses pendidikan. Keberhasilan pendidikan tentunya tidak lepas dari belajar.

Untuk meningkatkan hasil belajar dibutuhkan motivasi dalam belajar.

Dalam kehidupan sehari- hari, orang sebagai individu yang hidup di tengah

masyarakat ingin diakui sebagai salah satu bagian dari mereka. Keinginan

dihitung timbul dari kebutuhan akan pengakuan. Demikian juga pengakuan dari

lingkungan berpangkal pada keadaan individu itu sendiri. Misalnya, pribadinya,

kemampuan yang dimiliki, prestasi. Pendapat dan evaluasi dari pihak lain

merupakan suatu refleksi objektif dan harga diri pribadi dan dinamika

pengakuannya ditentukan oleh adanya hubungan yang bersifat intrinsik dengan

kebutuhan.

Motivasi menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada

manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan

juga emosi, untuk kemudian bertindak melakukan sesuatu.

Teori Bandura (Muhammad 2001:2) menyatakan bahwa perilaku yang

dimunculkan individu merupakan hasil dari pengolahan observasinya terhadap

lingkungan. Dari lingkunganlah individu mendapatkan banyak informasi yang

akan digunakan sebagai dasar perilakunya dimasa mendatang. Demikian halnya

Page 15: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

2

dengan motivasi yang dimiliki oleh individu, individu dapatkan dari pengadopsian

motivasi perilaku- perilaku yang dilihatnya dari lingkungan sekitar.

Teori social interaction, interaksi sosial yang membentuk motivasi kita.

Keinginan untuk tampil seragam dengan orang lain yang menjadikan kita

berperilaku tertentu. (Muhammad 2001:2)

Nickolas Cottrel (1968) melakukan ekperimen dengan orang yang ditutup matanya (kelompok A) dan tidak ditutup matanya (kelompok B). Kelompok A, walau tahu akan kehadiran orng lain tidak terpengaruh prestasinya, sedangkan kelompok B terpengaruh. Sebab kelompok B dapat melihat orang lain itu dan memperkirakan bagaimana harapan orang lain itu mengenai prestasinya (terkejut, heran, cemas, bersemangat dan sebagainya). Dan kesan mengenai orang lain itu yang meningkatkan prestasinya.(Sarwono 2005:98)

Dalam beberapa penelitian yang mendahului, diperoleh hasil sebagai

berikut:

Penelititian Utomo (2005) menyimpulkan bahwa ada perbedaan motivasi

berprestasi yang signifikan antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan siswa

yang bukan pengurus OSIS di SMU Yayasan Pendidikan Semarang tahun ajaran

2004- 2005.

Penelitian Lestari (2003) menyatakan bahwa teman- teman sekelas yang

sudah memiliki motivasi belajar yang tinggi memberikan pengaruh yang sangat

besar dalam membantu memotivasi siswa yang belum termotivasi belajarnya.

Sehingga siswa yang mengalami motivasi belajar rendah merasa ingin juga

memiliki motivasi tinggi seperti teman- teman yang telah memperoleh prestasi.

Penelitian Solekhah (2002) Menyimpulkan bahwa ada perbedaan motivasi

belajar mahasiswa, antara dosen dan mahasiswa yang mendapat interaksi

perencanaan dengan interaksi yang dilakukan apa adanya atau tanpa perencanaan

terhadap mahasiswa program studi keperawatan.

Page 16: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

3

Berdasarkan hasil penelitian- penelitian yang mendahului tersebut di atas,

dikaitkan dengan hubungan interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya

dengan motivasi belajar dapat disimpulkan bahwa, kelompok teman sebaya

mempunyai pengaruh dalam mengembangkan aspek sosial dan psikologis, seperti

berkreatifitas sesuai dengan minatnya, dapat memenuhi kebutuhan untuk diterima

maupun memberikan sesuatu kepada kelompoknya. Di dalam kelompok teman

sebaya remaja dapat merasa diterima, dibutuhkan, dihargai. Dengan demikian

mereka dapat merasakan adanya kepuasan dalam interaksi sosialnya dengan

mengikatkan individu pada kelompok dan menyebabkan individu diri sosialnya.

Interaksi sosial menurut menurut Shaw (Ali,2004:87) merupakan suatu

pertukaran antar pribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya

satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing- masing perilaku

mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini, tindakan yang dilakukan seseorang

dalam suatu interaksi merupakan stimulus bagi individu lain yang menjadi

pasangannya.

Lebih tegas Suparno menjelaskan bahwa Interaksi sosial, terlebih interaksi dengan teman- teman sekelompok, mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan pemikiran anak. Dengan interaksi ini, seorang anak dapat membandingkan pemikiran dan pengetahuan yang telah dibentuknya dengan pemikiran dan pengetahuan orang lain. Ia tertantang untuk semakin memperkembangkan pemikiran dan pengetahuannya sendiri. Tantangan kelompok akan membantu anak melakukan asimilasi dan akomodasi terhadap skema pengetahuan yang telah dimilikinya. (dalam Ary H 2000:107) Identifikasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi interaksi

sosial. Dalam mencari jati diri remaja cenderung mencari tokoh identifikasi

melalui lingkungannya sosialnya. Menurut Ali (2004:99) Kelompok teman sebaya

memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin

diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah

Page 17: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

4

maupun di luar sekolah. Oleh karenanya, mereka cenderung bertingkah laku

seperti tingkah laku kelompok sebayanya.

Bagi remaja sekolah tingkat pertama motivasi afiliasi, untuk diterima

sebagai teman sebaya dalam belajar sangat menonjol. Untuk itu guru diharapkan

mampu memanfaatkan kelompok untuk memotivasi siswa dalam belajar (Golburg

dalam Prayitno 1989:75). Sedangkan menurut prinsip motivasi dari teori

behavioristik menyatakan seorang siswa yang duduk di sekolah tingkat pertama

lebih termotivasi dalam belajar kalau penguatan dari teman sebaya daripada guru

sendiri (Prayitno 1989:54). Dengan adanya motivasi, akan memberi arah pada

tingkah laku remaja. Siswa mampu menyalurkan energinya untuk menyelesaikan

tugas- tugas akademis, mengembangkan hubungan sosialnya, memperoleh

penghargaan (penerimaan) dari lingkungan sosialnya serta meningkatkan rasa

mampu, karena siswa termotivasi untuk memenuhi kekurangan dalam dirinya.

Idealnya, kelompok teman sebaya sebagai media dalam pengembangan diri

remaja baik dari aspek sosial maupun psikologisnya dapat berkembang dengan

baik. Hendaknya remaja tidak memusatkan identitas pada banyaknya teman atau

berlindung di balik nama teman. Remaja harus memiliki identitas diri sendiri

sehingga tidak terjerumus pada sikap mengkompromikan standar demi diakui

dalam sebuah kelompok.

Menurut Santosa, di dalam kelompok teman sebaya tidak dipentingkan

adanya struktur organisasi, namun diantara anggota kelompok merasakan adanya

tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan kelompoknya (1999: 82)

Kenyataan di lapangan, Sebagian siswa berusaha menguasai bahan pelajaran

atau belajar dengan giat untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan dari

teman- teman kelompoknya, yang dapat memberikan status kepadanya. Siswa

senang bila orang lain menunjukkan pembenaran (approval) terhadap dirinya,

Page 18: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

5

dan oleh karena itu ia giat belajar, melakukan tugas- tugas dengan baik, agar dapat

memperoleh pembenaran tersebut. Bagi remaja yang bersekolah untuk masa

remaja awal, ada unsur- unsur yang menjadi standar dalam memilih kelompok

teman sebaya. Diantaranya pola tingkah laku, minat atau kesenangan, kepribadian

atau nilai yang dianut. Apa yang mereka jadikan standar dilihatnya tentang

keserasian dan kesamaannya. Semakin besar atau banyak keserasian yang mereka

miliki maka semakin erat pula persahabatan diantara mereka. Dalam kelompok

teman sebaya, teman adalah tempat berkaca, sebagai orang yang paling dekat,

teman bisa memberi gambaran tentang diri sendiri dari dekat, bahkan kadang-

kadang remaja dapat diberi identitas berdasarkan dengan siapa dia berteman.

Seperti halnya terjadi di SMP I Pegandon Kabupaten Kendal, menurut

informasi guru pembimbing dan observasi di lapangan, para siswa di sekolah ini

telah memiliki kelompok teman sebayanya sendiri- sendiri, yang dalam

pemilihanya tidak ditentukan oleh jenjang kelas (sekolah) dan tidak harus dalam

satu kelas. Selain itu, rata- rata dalam satu kelompok memiliki minat atau

kesenangan serta pola tingkah laku yang sama. Sehingga jika dalam suatu

kelompok ada anggota kelompok yang memiliki prestasi yang baik maka anggota

yang lainnya akan termotivasi untuk menjadi identik atau berusaha untuk meraih

hasil yang tidak jauh beda. Dalam hal ini remaja butuh pengakuan dari guru dan

teman-temannya sebagai sumber motivasi dalam belajar.

Melihat fenomena yang ada di lapangan belum dapat diketahui dengan pasti

hubungan interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar.

Hal ini dikarenakan belum ada penelitian yang mengulas mengenai hubungan

interaksi sosial dalam kelompok sebaya dengan motivasi belajar. Oleh sebab itu

peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Hubungan Interaksi Sosial

Page 19: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

6

dalam Kelompok Sebaya dengan Motivasi Belajar Siswa kelas IX di SMP Negeri

I Pegandon Kendal Tahun Pelajaran 2006/ 2007”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan penelitian

dalam penelitian ini adalah

1. Adakah hubungan yang signifikan antara interaksi sosial dalam kelompok

sebaya dengan motivasi belajar siswa kelas IX di SMP Negeri I Pegandon

tahun pelajaran 2006/ 2007 ?

2. Bagaimana cara mengetahui dan menganalisis data tentang deskripsi interaksi

sosial dalam kelompok sebaya dengan motivasi belajar siswa kelas IX di SMP

Negeri I Pegandon tahun pelajaran 2006/ 2007 ?

C. Tujuan Penelitian

Pada penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah “ Untuk mengetahui

hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok sebaya dengan motivasi belajar

siswa kelas IX di SMP Negeri I Pegandon Kendal tahun pelajaran 2006/ 2007”.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangan

ilmu dalam bidang pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling yaitu

membantu siswa dalam menumbuhkan serta meningkatkan motivasi belajar

sehingga pencapaian hasil belajar yang optimal dapat tercapai.

Page 20: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

7

2. Praktis

a. Bagi siswa

Menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam belajar serta mampu

memotivasi teman yang lain.

b. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan positif bagi

sekolah, khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

E. Penegasan Judul

1. Interaksi Sosial: Suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang

menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan

masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. (Ali, 2004: 87)

Menurut H Bonner, interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua

orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi,

mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. (Sarlito, 2004:3)

2. Motivasi Belajar: Kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

belajar. Seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi akan cenderung

berhasil dalam belajar, sebaliknya seseorang yang motivasi belajarnya rendah

akan mengalami kegagalan dalam belajar.

3. Kelompok teman Sebaya: Kelompok sebaya menurut J.P Chaplin (2004: 357)

adalah kelompok teman sebaya; satu kelompok, dengan mana anak

mengasosiasikan dirinya.

Page 21: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

8

F. Garis Besar Sistematika Skripsi

Bagian awal skripsi terdiri atas halaman judul, abstrak, halaman

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, da

daftar lampiran.

Pada bagian isi skripsi terdapat lima bab yang terdiri dari pendahuluan,

landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya serta

penutup.

Bab I Pendahuluan, berisi tentang tentang latar belakang masalah

terkait dengan fenomena yang terjadi pada objek penelitian, permasalahan yang

ada, penegasan istilah pada judul skripsi ini, tujuan diadakannya penelitian,

manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dan garis besar sistematika skripsi.

Bab II Landasan Teori, dalam bab ini diuraikan tentang motivasi belajar

yang berisi, pengertian motivasi, fungsi motivasi dalam belajar, faktor- faktor

yang mempengaruhi motivasi belajar,ciri- ciri motivasi, macam- macam motivasi,

bentuk- bentuk motivasi di sekolah. Interaksi sosial, yang berisi pengertian

interaksi sosial, faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi sosial, bentuk- bentuk

dan jenis- jenis interaksi sosial.kelompok sebaya , yang berisi tentang pengertian,

hakekat, fungsi kelompok sebaya, kelompok sebaya dalam situasi belajar dan

macam- macam kelompok sebaya, hubungan interaksi sosial dalam kelompok

sebaya dengan motivasi belajar serta hipotesis yang digunakan.

Bab III Metodologi penelitian, Pada bab ini dijelaskan metode

penelitian antara lain meliputi: jenis penelitian, variabel penelitian, subjek

Page 22: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

9

penelitian yang terdiri dari populasi dan sampel dan teknik sampling, metode

pengumpulan data, metode penentuan validitas dan reabilitas dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian, bab ini berisi tentang persiapan penelitian,

pelaksanaan penelitian, prosedur pengumpulan data dan hasil penelitian serta

pembahasan masing- masing variabel.

Bab V Penutup, dalam bab ini memuat kesimpulan dan saran- saran atas

dasar temuan dan hasil penelitian.

Bagian akhir skripsi yang meliputi daftar pustaka yang berkaitan dengan

penelitian dan lampiran yang memuat kelengkapan data dan analisisnya.

Page 23: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Pada dasarnya pendidikan adalah suatu proses untuk merubah tingkah

laku ke arah yang diinginkan, dengan pendidikan manusia mampu menyikapi tabir

yang ada di alam sekitarnya, dengan harapan dapat menjangkau kehidupan

yang lebih baik di masa yang akan datang dengan pola pikir yang kritis dan

sistematis

Pendidikan merupakan suatu proses atau sistem yang terdiri dari

beberapa komponen. Kelancaran jalannya komponen akan membawa kelancaran

pada proses pendidikan. Keberhasilan pendidikan tentunya tidak lepas dari

belajar. Untuk meningkatkan hasil belajar dibutuhkan motivasi dalam belajar.

Motivasi adalah semua hal (verbal, fisik, psikologis) yang membuat

seseorang melakukan sebagai respon (Stevenson,2001:2). Menurut Sudarsono

(1997:31) motivasi adalah tenaga yang mendorong seeorang untuk berbuat.

Sedangkan menurut Sardiman (2004: 73) motivasi adalah daya penggerak yang

telah menjadi aktif

Slavin (Anni dkk,2005:111) mendefinisikan motivasi sebagai proses

internal yang mengaktifkan, memandu dan memelihara perilaku seseorang secara

terus-menerus. Sedangkan menurut Brophy (Prayitno,1989:8) mendefinisikan

motivasi sebagai energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku

Page 24: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

11

Brophy Mendefinisikan motivasi sebagai energi penggerak, pengarah

dan memperkuat tingkah laku (Prayitno,1989:8)

Menurut Mc. Donald (Sardiman, 2004: 74) motivasi adalah perubahan

energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan

didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang

dikemukakan Mc. Donald ini mengandung tiga pengertian penting:

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap

individu manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa, afeksi seseorang. Dalam hal ini

motivasi relevan dengan persoalan- persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang

dapat menetukan tingkah laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini

sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang

muncul dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau

terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan

menyangkut soal kebutuhan.

Dengan ke tiga pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa

motivasi itu sebagai suatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya

perubahan suatu energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut

dengan persoalan kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak

atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan

atau keinginan.

Dari beberapa pengertian tentang motivasi di atas dapat disimpulkan

10

Page 25: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

12

bahwa Motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi- kondisi

tertentu, sehingga seseorang ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka,

maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka

tersebut. Jadi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang, namun adanya

motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar. Dalam kegiatan belajar, motivasi

dapat dikatakan sebagai daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan

memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh

subjek belajar dapat tercapai.

2. Ciri- ciri Motivasi

Menurut Tension reduction motivation, motivasi terbentuk karena

adanya kebutuhan (needs) yang tidak terpenuhi, sehingga individu mengalami

tekanan. Pada saat kebutuhan belum terpenuhi, individu mengalami

ketidakseimbangan. Untuk mengurangi tekanan tersebut individu melakukan

suatu usaha (drive) tertentu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sehingga ada

keseimbangan dalam dirinya. Tinggi rendahnya motivasi menunjukkan pada

perbedaan kecenderungan individu dalam berusaha untuk meraih suatu prestasi.

Karakteristik individu yang memiliki motivasi tinggi (Ibrahim, 2005:

27)

a. Senang bekerja keras unuk mencapai keberhasilan. b. Selalu khawatir mengalami kegagalan c. Cenderung bertindak atau menetapkan suatu pilihan yang realistis. d. Senang berkompetisi yang sehat e. Bertanggung jawab atas pilihan atau perbuatannya.

Motivasi berprestasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong

Page 26: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

13

atau menggerakkan, untuk memenuhi keinginan atau kebutuhannya. Manusia

bertingkah laku karena didorong oleh adanya kebutuhan, Sehingga tingkah laku

seseorang bergantung pada factor kebutuhan tersebut.

Landasan pemikiran tersebut, sejalan dengan konsep motivasi

berprestasi Mc Clelland (dalam Salam, 94: 12). Menurutnya motif yang ada pada

setiap individu, meliputi motif berpretasi, persahabatan dan berkuasa.

Menurut Sardiman (2004 : 83) motivasi memiliki ciri- ciri sebagai

berikut :

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja secara terus- menerus alam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya.

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam- macam masalah untuk orang dewasa (politik, penentangan terhadap tindak kriminal, amoral dan sebagainya)

d. Lebih senang bekerja mandiri e. Cepat bosan pada tugas- tugas rutin (hal- hal yang bersifat

mekanis, berulang- ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif) f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu) g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal- soal.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas berarti seseorang itu

selalu memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi itu sangat penting

dalam kegiatan belajar. Kegiatan belajar akan berhasil baik kalau siswa tekun

mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan. Siswa yang

belajar dengan baik tidak akan terjebak sesuatu yang rutinitas.

Dengan tidak bermaksud mengabaikan faktor- faktor yang lain, dalam

penelitian ini ciri- ciri motivasi yang akan diungkap adalah :

a. Senang bekerja keras umtuk mencapai keberhasilan.

Page 27: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

14

b. Ulet menghadapai kesulitan belajar

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam- macam masalah belajar.

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cenderung bertindak atau menetapkan pilihan yang realistis.

f. Senang berkompetisi secara sehat.

g. Tidak mudah melepas hal yang diyakini.

h. Bertanggung jawab atas pilihan atau perbuatannya.

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Fungsi motivasi dalam belajar menurut Sardiman (2004: 84) yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak di dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan- perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Di samping itu, ada juga fungsi- fungsi yang lain. Motivasi dapat

berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan

suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar

akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain, dengan adanya usaha yang

tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu

akan melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat

menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Page 28: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

15

Faktor- faktor yang mempengaruhi motivasi, ( Sardiman, 2004: 92)

yaitu:

a. Sikap

Sikap merupakan produk dari dari kegiatan belajar. Sikap

diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi,

perilaku peran. Karena sikap itu dipelajari, sikap juga dapat dimodifikasi

dan diubah. Sikap dapat membantu secar personal karena berkaitan

dengan harga diri yang positif, atau dapat merusak secara personal karena

adanya intensitas perasaan gagal. Sikap berada pada diri setiap orang

sepanjang waktu dan secara konstan sikap itu mempengaruhi perilaku dan

belajar.

b. Kebutuhan

Kebutuhan bertindak sebagai kekuatan internal yang mendorong

seseorang untuk mencapai tujuan. Semakin kuat seseorang merasakan

kebutuhan, semakin besar peluangnya untuk mengatasi perasaan yang

menekan di dalam memenuhi kebutuhannya. Tekanan ini dapat

diterjemahkan ke dalam suatu keinginan ketika individu menyadari

adanya perasaan dan berkeinginan untuk mencapai tujuan tertentu.

Apabila siswa membutuhkan atau menginginkan sesuatu untuk dipelajari,

mereka cenderung termotivasi.

c. Rangsangan

Rangsangan merupakan perubahan. di dalam persepsi atau

pengalaman dengan lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif.

Page 29: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

16

Apapun kualitasnya, stimulus yang unik akan menarik perhatian setiap

orang dan cenderung mempertahankan keterlibatan diri secara aktif

terhadap stimulus tersebut. Rangsangan secara langsung membantu

memenuhi kebutuhan belajar siswa. Apabila siswa tidak memperhatikan

pembelajaran, maka sedikit sekali belajar akan terjadi pada diri siswa

tersebut.

d. Afeksi

Sikap afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional,

kecemasan, kepedulian dan pemilikan. Dari individu atau kelompok pada

waktu belajar. Tidak ada kegiatan belajar yang terjadi di dalam

kevakuman emosional. Siswa merasakan sesuatu saat belajar, dan emosi

siswa tersebut dapat memotivasi perilakunya kepada tujuan. Apabila

emosi bersifat positif pada waktu kegiatan belajar berlangsung, maka

emosi mampu mendorong siswauntuk belajar keras. Integritas emosi dan

berpikir siswa itu dapat mempengaruhi motivasi belajar dan menjadi

kekuatan terpadu yang positif, sehingga akan menimbulkan kegiatan

belajar yang efektif.

e. Kompetensi

Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh

kompetensi dari lingkungannya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa

siswa secara alamiah berusaha keras untuk berinteraksi dengan lingkungan

secara efektif.

f. Penguatan

Page 30: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

17

Penguatan merupakan peristiwa untuk mempertahankan atau

meningkatkan kemungkinan respon. Penguatan positif memainkan

peranan penting. Penguat positif menggambarkan konsekuensi atas

peristiwa itu sendiri. Penguat positif dapat berbentuk nyata, misalnya

dapat berupa sosial, seperti afeksi.

Dalam kegiatan belajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik

sangat diperlukan. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivitas

dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan

kegiatan belajar.

5. Macam- macam Motivasi

Menurut Sardiman (2004: 86), Motivasi diantaranya dapat dilihat

dari sudut pandang:

a. Motivasi Intrinsik

Adalah motif- motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak

perlu dirangsang dari luar. Karena dalam diri individu sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu.

b. Motivasi Ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsi karena

adanya perangsang dari luar.

Motivasi ekstrinsik menurut Sudarsono (1997), dorongan, dari

luar tindakan atau perbuatan yang didasarkan oleh dorongan- dorongan

yang bersumber dari luar pribadi seseorang (lingkungan) melakukan

sesuatu karena ada paksaan dari luar.

Keberadaan motivasi ekstrinsik juga diperlukan dalam kegiatan

Page 31: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

18

belajar, sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-

ubah, dan juga mungkin komponen- komponen lain dalam proses

pembelajaran ada yang kurang menarik bagi siswa.

Di dalam kegiatan belajar dan mengajar peranan motivasi baik

intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi, pelajar

dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan

memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.

6. Bentuk- bentuk Motivasi di Sekolah

Bentuk- bentuk untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan

belajar di sekolah menurut Sardiman (2004 :91)

a. Memberi angka

Angka- angka yang baik bagi siswa merupakan motivasi yang

kuat. Tetapi ada juga, siswa yang belajar hanya ingin naik kelas saja. Ini

menunjukkkan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot bila

dibandingkan siswa yang menginginkan nilai yang baik. Namun,

pemberian angka- angka harus mampu dikaitkan dengan nilai yang

terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada siswa,

sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga keterampilan dan

afeksinya.

b. Hadiah

Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, Tetapi tidak

selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak

akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk

Page 32: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

19

pekerjaan tersebut.

c. Saingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi

untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual

maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Hal ini dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa.

d. Ego- involvement

Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk

mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian

tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri.

e. Memberi ulangan.

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui ada

ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana

motivasi.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apabila kalau terjadi

kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin

mengetahui bahwa grafik hasi belajar meningkat, maka ada motivasi pada

diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus

meningkat.

g. Pujian

Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus

merupakan motivasi yang baik. Dengan pujian yang tepat akan memupuk

Page 33: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

20

suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar.

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi kalau

diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena

itu seorang guru harus memahami prinsp- prinsip pemberian hukuman.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti pada diri siswa memang ada

motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih

baik.

j. Minat

Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga dengan

minat.

k. Tujuan yang diakui

Dengan memahami tujuan yang harus dicapai akan

menimbulkan gairah untuk terus belajar.

7. Konsep terbentuknya motivasi

Dalam membicarakan konsep motivasi, tidak terlepas juga dari

konsep kebutuhan, konsep dorongan, konsep perilaku serta tujuan. Hariyadi

mengemukakan, seseorang yang terdorong untuk berbuat atau melakukan

sesuatu, setidaknya karena adanya kebutuhan yang hendak dicapai. (2003:

106).

Seseorang yang diasumsikan mempunyai kebutuhan akan

Page 34: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

21

penghargaan dan pengakuan, maka timbullah upaya berupa tingkah laku untuk

mencapai tujuan yaitu kebutuhan akan penghargaan dan pengakuan. Misalnya

seorang siswa yang memiliki kebutuhan untuk diakui dan dihargai oleh

teman- teman satu kelas, siswa tersebut mengambil keputusan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut dengan merebut kejuaraan kelas dalam ulangan

semester dengan tujuan agar teman- temannya memberikan penghargaan dan

pengakuan.

Setiap orang dapat membuat reaksi- reaksi yang diperlukan berupa

tingkah laku untuk mencapai tujuan. Tingkah laku merupakan realisasi dari

usaha pemenuhan suatu kebutuhan. Kebutuhan dapat dipandang sebagai suatu

aturan yang obyektif terdapat dalam diri individu yang akan terpenuhi akan

menyebabkan tercapainya suatu kepuasan dan adanya penyesuaian antara

individu dengan lingkungannya.

Menurut Martin Handoko (2006 : 51) konsep terbentuknya motivasi

adalah sebagai berikut :

Gambar. 1

Organisme manusia selalu berusaha memenuhi suatu keseimbangan,

apabila keseimbangan itu terganggu, akan mengakibatkan suatu ketegangan

Dorongan

Kebutuhan

Perbuatan

Motivasi

Motif

Tujuan

Page 35: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

22

yang menggerakkan manusia itu untuk mengembalikan situasinya ke dalam

perimbangan.

B. Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi sosial

Thibaut dan Kelley, mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa

saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir

bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi

satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan

untuk mempengaruhi individu lain. (Ali, 2004: 87)

Menurut Homans (Ali, 2004: 87) mendefisikan interaksi sebagai

suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap

individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu

tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang

dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi

tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.

Shaw mendefinisikan bahwa interaksi adalah suatu pertukaran

antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama

lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi

satu sama lain. (Ali, 2004: 87).

Menurut Bonner (2004:3) Interaksi sosial merupakan suatu

hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu

Page 36: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

23

mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya

(Ali, 2004:87)

Hugo F. Reading (1986: 207) mendefinisikan interaksi sebagai

proses saling merangsang dan menanggapi satu sama lain.

Menurut S.S. Sargent, Social interation is to consider social

behavior always within a group frame work, as related to group structure and

function (Santosa, 2004:11) yang artinya tingkah laku sosial individu

dipandang sebagai akibat adanya struktur dan fungsi kelompok.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi mengandung

pengertian hubungan timbal balik anatara dua orang atau lebih, dan masing-

masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam

interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang

terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi.

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi interaksi social

Menurut Gerungan (2000: 58 ) faktor- faktor ynag mempengaruhi

interaksi sosial yaitu,

a. Faktor Imitasi Merupakan dorongan untuk meniru orang lain, misalnya dalam hal tingkah laku, mode pakaian dan lain- lain.

b. Faktor Sugesti Yaitu pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari orang lain.

c. Faktor identifikasi Merupakan suatu dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain.

d. Faktor Simpati Merupakan suatu perasaan tertarik kepada orang lain. Interaksi sosial yang mendasarkan atas rasa simpati akan jauh lebih mendalam bila dibandingkan hanya berdasarkan sugesti atau

Page 37: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

24

imitasi saja. 3. Bentuk- bentuk Interaksi Sosial

Menurut Park dan Burgess (Santosa,2004:12) bentuk interaksi sosial

dapat berupa:

a. Kerja sama Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang- orang atau kelompok-mkelompok bekerja sama Bantu- membantu untuk mencapai tujuan bersama. Misal, gotong- royong membersihkan halaman sekolah.

b. Persaingan Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orang- orang atau kelompok- kelompok berlomba meraih tujuan yang sama.

c. Pertentangan. Pertentangan adalah bentuk interaksi sosial yang berupa perjuangan yang langsung dan sadar antara orang dengan orang atau kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan yang sama

d. Persesuaian Persesuaian ialah proses penyesuaian dimana orang- orang atau kelompok- kelompok yang sedang bertentangan bersepakat untuk menyudahi pertentangan tersebut atau setuju untuk mencegah pertentangan yang berlarut- larut dengan melakukan interaksi damai baik bersifat sementara maupun bersifat kekal. Selain itu akomodasi juga mempunyai arti yang lebih luas yaitu, penyesuaian antara orang yang satu dengan orang yang lain, antara seseorang dengan kelompok, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

e. Perpaduan Perpaduan adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat di antara individu atau kelompok. Dan juga merupakan usaha- usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

4. Jenis- jenis Interaksi

Menurut Shaw (Ali,2004: 88) membedakan interaksi dalam menjadi

tiga jenis, yaitu:

Page 38: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

25

a. Interaksi verbal. Interaksi verbal terjadi apabila dua orang atau lebih melakukan kontak satu sama lain dengan menggunkan alat- alat artikulasi. Prosesnya terjadi dalam saling tukar percakapan satu sama lain.

b. Interaksi fisik. Interaksi fisik terjadi manakala dua orang atau lebih melakukan kontak dengan menggunakan bahasa- bahasa tubuh.

c. Interaksi emosional. Interaksi emosional terjadi manalaka individu malakukan kontak satu sama lain dengan melakukan curahan perasaan.

C. Kelompok Teman Sebaya

1. Pengertian kelompok teman sebaya

Dalam kamus konseling (Sudarsono,1997:31), teman sebaya berarti.

teman- teman yang sesuai dan sejenis, perkumpulan atau kelompok pra

puberteit yang mempunyai sifat- sifat tertentu dan terdiri dari satu jenis.

Sedangkan pengertian kelompok menurut Billig, (Sarwono,2005:

22) yaitu sebagai kumpulan orang- orang yang anggota- anggotanya sadar

atau tahu akan adanya satu identitas sosial bersama.

Identitas sosial menurut Billig,(Sarwono,2005: 22) adalah sebuah

proses yang mengikatkan individu pada kelompoknya dan menyebabkan

individu diri sosialnya.

Menurut Johnson (Sarwono, 2005: 23) Kelompok adalah kumpulan

dua orang individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka, yang masing-

masing menyadari keanggotaanya dalam kelompok, masing- masing

menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok dan masing-

masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan

bersama.

Page 39: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

26

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih yang saling berkaitan,

berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam perilaku untuk mencapai tujuan

bersama.

Kelompok teman sebaya adalah kelompok persahabatan yang

mempunyai nilai- nilai dan pola hidup sendiri, di mana persahabatan dalam

periode teman sebaya penting sekali karena merupakan dasar primer

mewujudkan nilai- nilai dalam suatu kontak sosial. Disamping itu juga

mempraktekkan berbagai prinsip kerja sama, tanggungjawab bersama,

persaingan yang sehat dan sebagaianya. Jadi kelompok teman sebaya

merupakan media bagi anak untuk mewujudkan nilai- nilai sosial tersendiri

dalam melakukan prinsip kerjasama, tanggungjawab dan kompetisi.

2. Hakekat kelompok teman sebaya

Anak berkembang di dalam dua dunia sosial:

a. Dunia orang dewasa, yaitu orang tuanya, guru- gurunya dan sebagainya.

b. Dunia teman sebaya, yaitu sahabat- sahabatnya, kelompok bermain,

perkumpulan- perkumpulan.

Dunia orang dewasa

Dunia teman

sebayaAnak

Page 40: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

27

Anak hidup di dalam dua dunia

Bagi anak, kelompok sebaya ialah kelompok anak- anak tertentu

yang saling berinteraksi. Setiap kelompok memiliki peraturan- peraturanya

sendiri, tersurat maupun tersirat, memiliki tata sosialnya sendiri, mempunyai

harapan- harapannya sendiri bagi para anggotanya. Setiap kelompok sebaya

juga mempunyai kebiasaan- kebiasaan, tradisi-tradisi, perilaku, bahkan bahasa

sendiri. Kelompok sebaya merupakan lembaga sosialisasi yang penting

disamping keluarga, sebab kelompok sebaya juga turut serta mengajarkan

cara- cara hidup bermasyarakat. Biasanya anatar umur empat dan tujuh tahun

dunia sosial anak mengalami perubahan secara radikal, dari dunia kecil yang

berpusat di dalam keluarga ke dunia yang lebih luas yang berpusat pada

kelompok sebaya. Anak cenderung merasa nyaman berada bersama- sama

teman- teman sebayanya daripada berada bersama orang- orang dewasa,

meskipun orang- orang dewasa tersebut bersikap menerima dan penuh

pengertian.

3. Fungsi Kelompok teman sebaya

Fungsi kelompok sebaya

a. Mengajarkan kebudayaan masyarakatnya. Melalui kelompok sebayanya itu anak akan belajar standar moralitas orang dewasa, seperti bermain secara baik, kerja sama, kejujuran, dan tanggung jawab.

b. Kelompok sebaya mengajarkan peranan- peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin

c. Kelompok sebaya merupakan sumber informasi. d. Mengajarkan mobilitas sosial e. Menyediakan peranan- peranan sosial baru. f. Kelompok sebaya membantu anak bebas dari orang- orang

Page 41: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

28

dewasa. Dukungan kelompok sebaya membuat anak merasa kuat dan padu (Santosa, 2004: 79)

4. Kelompok sebaya sebagai situasi belajar

Dunia teman sebaya dalam situasi belajar.

a. Dalam dunia teman sebaya, anak memiliki status yang sama, anak

memiliki status yang sama dan sederajat dengan anak lain.

b. Dalam kelompok sebaya, belajar biasanya berlangsung dalam situasi yang

kurang terkait secara emosional, ini berlangsung pada umur permulaan,

ketika anak kurang menyadari bahawa situasi belajar itu adalah suatu

situasi belajar.

c. Pengaruh kelompok sebaya terhadap anak yang umurnya semakin

bertambah cenderung menjadi lebih penting jika dibandingkan dengan

pengaruh keluarga, sebab anak itu semakin lama semakin sering berada di

tengah- tengah kelompok sebayanya.

5. Macam- macam Kelompok teman sebaya

Menurut Hurlock (1999 : 215) ada beberapa lima macam kelompok

teman sebaya dalam remaja, antara lain :

a. Teman Dekat

Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat.

b. Teman Kecil

Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok teman- teman dekat.

c. Kelompok Besar

Page 42: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

29

Kelompok besar terdiri dari beberapa kelompok kecil dan

kelompok teman dekat, berkembang dengan meningkatnya minat akan pesta

dan berkencan. Karena kelompok ini besar maka penyesuaian minat

berkurang di antara anggota- anggotanya sehingga terdapat jarak sosial

yang lebih besar di antara mereka.

d. Kelompok Terorganisasi

Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh

sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para

remaja yang tidak mempunyai kelompok besar. Banyak remaja yang

mengikuti kelompok seperti ini merasa diatur dan berkurang minatnya

ketika berusia 16- 17 tahun.

e. Kelompok Gang

Remaja yang tidak termasuk kelompok besar dan tidak merasa

puas dengan kelompok yang terorganisasi, mungkin akan mengikuti

kelompok gang. Anggota biasanya ter diri dari anak- anak sejenis dan minat

mereka melalui adalah untuk menghadapi penolakan teman- teman melalaui

perilaku antisosial.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada berbagai macam

jenis kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya yang pasti ada di

sekolah adalah kelompok yang diorganisir, yaitu kelas yang merupakan

kelompok di sekolah yang sudah pasti keberadaan anggotanya dan bersifat

tetap.

D. Hubungan interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi

belajar kelas IX di SMP N 1 Pegandon

Page 43: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

30

Motivasi merupakan satu variabel penyelang yang digunakan untuk

menimbulkan faktor- faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan,

mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku, menuju satu sasaran.

Motivasi relevan dengan persoalan- persoalan kejiwaan, afeksi dan

emosi yang dapat menentukan tingkah laku. Motivasi muncul dalam diri manusia,

tetapi kemunculannya karena terdorong atau terangsang oleh adanya unsur lain,

yaitu tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan. Dengan demikian dapat

ditegaskan bahwa motivasi, akan selalu terkait dengan kebutuhan. Kebutuhan ini

akan timbul karena adanya keadaan yang tidak seimbang atau ketegangan yag

menuntut suatu kepuasan. Kalau sudah seimbang dan terpenuhi pemuasannya

berarti telah tercapai suatu kebutuhan yang diinginkan. Keadaan tidak seimbang

atau rasa tidak puas itu, diperluka adanya motivasi yang tepat.

Bigelow (dalam Sarlito) telah melakukan penelitian yang

mengungkapkan bahwa anak- anak (9- 13 tahun), teman dekat adalah yang paling

besar pengaruhnya, menyusul orang tua, keluarga, dan anak- anak lain. Jadi yang

paling berpengaruh adalah faktor kedekatan dan keakraban.

Penelitian Utomo (2005) menyimpulkan bahwa ada perbedaan motivasi

berprestasi yang signifikan antara siswa yang menjadi pengurus OSIS dan siswa

yang bukan pengurus OSIS di SMU Yayasan Pendidikan Ekonomi Semarang

tahun ajaran 2004- 2005.

Hasil penelitian Wibisono (2004) menyimpulkan bahwa ada korelasi

Page 44: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

31

positif antara interaksi remaja dalam peer group dengan keputusan remaja remaja

pada siswa kelas I, II, dan III SMU Unggulan Nurul Islami. Hal ini menunjuk

bahwa di dalam pengambilan keputusan para remaja dipengaruhi oleh

interaksinya dengan peer group atau kelompok teman sebaya.

Telah diketahui bersama, bahwa manusia makhluk sosial yang tidak

dapat hidup sendiri tanpa bantuan oang lain, maka dari itu manusia pasti hidup

berkelompok. Demikian juga remaja terutama di sekolah yang usianya sebaya

cenderung hidup berkelompok secara unik yang biasa disebut kelompok teman

sebaya atau tema sebaya, yang di dalamnya terdapat hubungan emosional yang

eratdalam interaksi antaranggota kelompoknya.

Kelompok teman sebaya, merupakan sarana bagi remaja untuk saling

berinteraksi, setiap kelompok teman sebaya, memiliki peraturan- peraturan

sendiri, mempunyai harapan- harapan sendiri bagi para anggotanya. Melalui

kelompok teman sebaya remaja akan belajar standar moralitas orang dewasa,

bermain secara baik, kerja sama, kejujuran dan tanggungjawab. Di dalam

kelompok teman sebaya remaja dapat merasa diterima, dibutuhkan, dihargai.

Dengan demikian mereka dapat merasakan adanya kepuasan dalam interaksi

sosialnya.

Interaksi menurut menurut Shaw (Ali,2004:87) merupakan suatu

pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya

satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing- masing perilaku

mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini, tindakan yang dilakukan seseorang

dalam suatu interaksi merupakan stimulus bagi individu lain yang menjadi

pasangannya.

Page 45: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

32

Identifikasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi interaksi

sosial. Dalam mencari jati diri remaja cenderung mencari tokoh identifikasi

melalui lingkungannya sosialnya. Menurut Ali (2004:99) Kelompok teman sebaya

memegang peranan penting dalam kehipan remaja. Remaja sangat ingin diterima

dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun

di luar sekolah. Oleh karenanya, mereka cenderung bertingkah laku seperti

tingkah laku kelompok sebayanya. Dan dikata pula bahwa suatu interaksi

dikatakan berkualitas jika mampu memberikan kesempatan kepada individu untuk

mengembangkan diri dengan segala kemungkinan yang dimilikinya (2004: 89)

Bagi remaja sekolah tingkat pertama motivasi afiliasi, untuk diterima

sebagai teman sebaya dalam belajar sangat menonjol. Untuk itu guru diharapkan

mampu memanfaatkan kelompok untuk memotivasi siswa dalam belajar (Golburg

dalam Prayitno 1989:75). Sedangkan menurut prinsip motivasi dari teori

behavioristik menyatakan seorang siswa yang duduk di sekolah tingkat pertama

lebih termotivasi dalam belajar kalau penguatan dari teman sebaya daripada guru

sendiri (Prayitno 1989:54). Dengan adanya motivasi, akan memberi arah pada

tingkah laku remaja. Siswa mampu menyalurkan energinya untuk menyelesaikan

tugas- tugas akademis, mengembangkan hubungan sosialnya, memperoleh

penghargaan (penerimaan) dari lingkungan sosialnya serta meningkatkan rasa

mampu, karena siswa termotivasi untuk memenuhi kekurangan dalam dirinya.

Dalam kehidupan sehari- hari, orang sebagai individu yang hidup di

tengah masyarakat ingin diakui sebagai salah satu bagian diantara mereka.

Keinginan di hitung timbul dari kebutuhan akan pengakuan. Bagi remaja yang

bersekolah untuk masa remaja awal, ada unsur- unsur yang menjadi standar dalam

memilih kelompok teman sebaya. Diantaranya pola tingkah laku, minat atau

Page 46: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

33

kesenangan, kepribadian atau nilai yang dianut. Apa yang mereka jadikan standar

dilihatnya tentang keserasian dan kesamaannya. Semakin besar atau banyak

keserasian yang mereka miliki maka semakin erat pula persahabatan diantara

mereka.

Dalam kelompok teman sebaya, teman adalah tempat berkaca, sebagai

orang yang paling dekat, teman bisa memberi gambaran tentang diri sendiri dari

dekat, bahkan kadang- kadang remaja dapat diberi identitas berdasarkan dengan

siapa dia berteman. Dengan demikian, respon anak terhadap kesulitan atau

hambatan, banyak tergantung juga pada keadaan dan sikap lingkungan.

Sehubungan dengan ini, maka peranan motivasi sangat penting di dalam upaya

menciptakan kondisi- kondisi tertentu yang lebih kondusif untuk memperoleh

keunggulan. Menjadi identik atau berusaha untuk meraih hasil yang tidak jauh

beda. Dalam hal ini remaja butuh pengakuan dari guru dan teman- temannya

sebagai sumber motivasi dalam belajar.

E. Hipotesis

Berdasarkan konsep teori di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

“Ada hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan

motivasi belajar kelas IX di SMP Negeri I Pegandon“.

Page 47: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan,

dan menguji suatu kebenaran pengetahuan dengan menggunakan cara- cara

ilmiah. Hal- hal yang harus diperhatikan dalam penelitian adalah metode yang

digunakan harus disesuaikan dengan objek penelitian dan tujuan yang akan

dicapai sehingga penelitian akan berjalan dengan sistematis.

Penggunaan metode penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan

penelitian, serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun metode-

metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Jenis Penelitian

“Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang.

Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu

penelitian kualitatatif dan penelitian kuantitatif” (Sugiyono, 2005:14)

Bila dilihat kedalaman analisisnya, jenis penelitian terbagi atas penelitian

deskriptif dan penelitian inferensial (Sugiyono, 2005:12). Jika dipandang dari sifat

permasalahannya, terdapat delapan jenis penelitian yaitu penelitian historis,

penelitian deskriptif, penelitian perkembangan, penelitian kasus atau lapangan.

Penelitian korelasional, penelitian kausal komparatif, penelitian eksperimental dan

penelitian tindakan.

Berdasarkan dengan judul penelitian ini, yaitu “Hubungan Interaksi Sosial

33

Page 48: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

dalam kelompok teman sebaya dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas IX

SMP Negeri I Pegandon Kabupaten Kendal Tahun ajaran 2006/ 2007”, maka

dapat disimpulkan bahwa jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kuantitatif korelasional. Sebab penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan

antara dua variabel. Dalam menganalisis data dengan menggunakan data- data

numerikal atau angka yang diolah dengan metode statistik, setelah diperoleh

hasilnya, kemudian dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari

oleh angka yang diolah dengan metode statistik tersebut.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,1998:108).

Populasi harus dibatasi dan ditegaskan sampai pada batas- batas tertentu yang

dapat dipergunakan untuk menentukan sampel. Hal ini ditegaskan lagi bahwa

suatu hal yang diperhatikan keadaan homogenitasnya. Apabila keadaan populasi

itu homogen maka pengambilan sampel akhir tidak ada permasalahan.

Berdasarkan dengan tujuan dari penelitian ini, maka populasi dari penelitian

ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri I Pegandon Kabupaten Kendal Tahun

Ajaran 2006/ 2007.

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX yang berjumlah 217

yang terbagi dalam lima kelas, dua kelas berjumlah 44 siswa dan tiga kelas

lainnya berjumlah 43 siswa. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan

lengkap, berikut ini disajikan mengenai daftar siswa kelas IX di SMP Negeri I

Page 49: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

Pegandon Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2006/2007.

Tabel. 1

POPULASI PENELITIAN

No KELAS JUMLAH SISWA

1.

2.

3.

4.

5.

Kelas IX.1

Kelas IX.2

Kelas IX.3

Kelas IX.4

Kelas IX.5

44

44

43

43

43

JUMLAH 217

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki populasi tersebut (Sugiyono,2005:56). Karena sampel merupakan bagian

dari populasi, maka harus memilih ciri- ciri yang dimiliki oleh populasinya.

Sampel harus memiliki paling sedikit satu sifat yang sama, baik sifat kodrat

maupun sifat- sifat pengkhususan. Proporsi jumlah sampel yang diambil

tergantung pada sifat populasi, artinya jika keadaan populasi homogen, sampel

tidak perlu terlalu banyak, tetapi jika keadaan populasi heterogen maka sampel

seyogyanya dalam jumlah yang banyak. Homogenitas sampel pada penelitian ini

yaitu kelas. Karena kelas merupakan kelompok teman sebaya yang ada di sekolah

dan keberadaan anggotanya bersifat tetap. Alasan peneliti memilih kelas IX

karena kelas tertinggi di jenjang SMP yaitu kelas IX. Berarti interaksi sosial yang

lama terjalin yaitu kelas IX. Dengan asumsi, kedekatan antar siswa lebih dalam.

Berdasarkan pendapat di atas, maka pada penelitian ini untuk ukuran jumlah

sampelnya sebagian dari jumlah populasi yang ada, yang jumlahnya 217 siswa.

Page 50: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

Arikunto (1998; 126) menuliskan “Ukuran jumlah sampel pada penelitian, jika

populasinya sedikit bisa 10- 15 % atau 20- 25% jika populasinya banyak”.

Dengan demikian, pada penelitian ini diambil 20 % dari populasi sehingga

jumlah sampelnya adalah 20% X 217 siswa = 43 siswa. Alasan peneliti

menggunakan 20% pada penentuan ukuran jumlah sampel karena:

a. Jumlah siswa (217) yang tidak mungkin diambil semua menjadi sampel

b. Agar semua kelas terwakili menjadi sampel

Dalam pengambilan jumlah sampel dengan mengikuti teknik sampling.

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. (Sugiyono,2005:56).

Adapun teknik pengambilan sampel, dengan menggunakan teknik

proporsional random sampling. Alasan menggunakan teknik ini karena yang

menjadi populasi dalam penelitian ini hanya siswa kelas IX SMP Negeri I

Pegandon Kabupaten Kendal, dalam setiap kelasnya diambil jumlah yang sama

untuk memperoleh pertimbangan masing- masing kelas.

Tabel. 2

SAMPEL PENELITIAN

NO KELAS JUMLAH SISWA PROSENTASE

1.

2.

3.

4.

5.

Kelas IX.1

Kelas IX.2

Kelas IX.3

Kelas IX.4

Kelas IX.5

44

44

43

43

43

20% X 44 = 8.6 %

20% X 44 = 8.6 %

20% X 43 = 8.2 %

20% X 43 = 8.2 %

20% X 43 = 8.2 %

JUMLAH 217 20 % X 217 = 43,4

C. Variabel

Menurut Sugiyono, Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti

Page 51: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

untuk diamati (2005:2). Sedangkan menurut Syaifudin Azwar, Variabel

merupakan konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek

penelitian yang dapat bervariasi secara kualitatif ataupun kuantitatif (1999:59)

Dengan berdasar pada definisi- definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

variabel merupakan objek yang bervariasi dan dapat dijadikan sebagai titik

perhatian. Titik perhatian dalam penelitian ini adalah hubungan interaksi sosial

dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar.

1. Jenis Variabel

Berdasarkan pada pengertian variabel di atas dan judul dari penelitian ini,

maka dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat.

Sebab penelitian ini ingin meneliti tentang ada tidaknya hubungan interaksi sosial

dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar, sehingga jenis penelitian

ini adalah penelitian deskriptif korelasional.

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas adalah gejala yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap

variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah interaksi sosial

dalam teman sebaya

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah suatu gejala akibat dari variabel bebas. Dalam

penelitian ini yang merupakan variabel terikat adalah motivasi belajar.

2. Hubungan Antar variabel

Hubungan antarvariabel X dan variabel Y dapat dilihat dalam bentuk gambar

sebagai berikut:

Page 52: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

Variabel X Variabel Y

Gambar.2 Hubungan antar variabel

Pada penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel idependen (X) atau

variabel yang mempengaruhi yaitu interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya

dan variabel dependen (Y) atau variabel yang dipengruhi yaitu motivasi belajar.

3. Definisi Operasional

Untuk mengoperasionalkan variabel penelitian, maka perlu dirumuskan

definisi operasional. Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel

yang dirumuskan berdasarkan karakteristik- karkteristik variabel tersebut yang

dapat diamati (Azwar,99:74). Variabel dalam penelitian ini mempunyai definisi

operasional sebagai berikut:

Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dilaksanakan

melalui proses sosial yang disebut interaksi sosial, yaitu hubungan timbal balik

antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok

dengan kelompok dalam masyarakat. Kelangsungan interaksi sosial ini, meskipun

dalam bentuknya yang sederhana namun merupakan proses yang kompleks.

Adapun bentuk- bentuk interaksi sosial yang akan dijadikan dalam pengembangan

instrument dalam penelitian ini, yaitu:

1. Kerja sama (Cooperation)

2. Persaingan (Competition)

3. Pertentangan (Conflict)

4. Persesuaian (Accomodation)

Interaksi sosial dalam teman sebaya

Motivasi belajar

Page 53: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

5. Asimilasi atau perpaduan (Asimilation)

Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah kekuatan untuk mendorong,

menentukan dan menyeleksi perbuatan yang nyata dari individu untuk belajar.

Adapun ciri- ciri motivasi belajar yang akan dijadikan dalam pengembangan

instrument dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Senang bekerja untuk mencapai keberhasilan

2. Ulet menghadapi kesulitan belajar.

3. Menunjukkan minat terhadap bermacam- macam.masalah.

4. Lebih senang bekerja mandiri.

5. Cenderung bertindak atau menetapkan pilihan yang realistis.

6. Senang berkompetisi secara sehat.

7. Tidak mudah melepas hal yang diyakini.

8. Bertanggung jawab atas pilihan atau perbuatannya.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara yng ditempuh oleh peneliti

untuk memperoleh data yang akan diteliti. Data merupakan faktor yang penting,

karena dengan adanya data dapat ditarik kesimpulan untuk memperoleh dan

penyimpulan data untuk mengetahui hasil dari penelitian yang telah dilakukan

serta dapat ditarik kesimpulan dengan mudah.

Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh data yang diperlukan,

dalam penelitian ini digunakan metode non tes yaitu menggunakan skala

psikologis. Skala psikologis merupakan alat pengumpul data yang digunakan

untuk mengukur aspek- aspek psikologis yang terdapat dalam individu.

Page 54: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

Karakteristik skala psikologi menurut Saifuddin Azwar (1999: 4) yaitu:

1. Stimulus berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator- indikator perilaku yang bersangkutan.

2. Dikarenakan atribut psikologi diungkap secara tidak langsung melalui indikator- indikator perilaku, sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk item- item maka skala psikologi selalu berisi banyak item.

3. Respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah, semua jawaban dapat diterima, sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh- sungguh, hanya saja jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda pula.

Adapun alasan peneliti menggunakan skala psikologi sebagai alat ukur,

karena:

1. Data yang diungkap berupa konstruk atau konsep psikologi yang

menggambarkan aspek motivasi dan interaksi sosial dalam kelompok teman

sebaya

2. Stimulus berupa pertanyaan tertuju pada indikator perilaku guna memancing

jawaban yang merupakan refleksi keadaan diri subyek yang biasanya tidak

disadai oleh responden yang bersangkutan

3. Respon terhadap skala psikologi diberi melewati skala penskalaan

Peneliti menyadari bahwa banyak kelemahan dari skala psikologi karena

kurang menjamin kebenaran dari jawaban responden. Jawaban responden

mungkin hanya sekedar pengakuan saja dan tidak benar- benar terjadi dalam

kehidupan nyata, namun peneliti berusaha menekan semaksimal mungkin

kelemahan skala tersebut dengan cara membuat variasi jawaban dalam soal item

skala. Responden memilih alternatif jawaban yang disediakan sesuai dengan

pendapat dan apa yang terjadi pada responden.

Page 55: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

Penelitian ini menggunakan skala interaksi sosial dan motivasi belajar

dengan empat alternatif jawaban. Alasan peneliti menggunakan empat alternatif

jawaban yaitu, untuk menghindari jawaban yang memberikan makna ambigu dan

untuk menghindari responden yang pasif serta cenderung memilih posisi aman

tanpa memberi jawaban yang pasti, karena respon yang kita inginkan adalah

respon yang diyakini oleh subjek

Dalam pemberian skor, setiap respon positif terhadap item Favoriabel akan

diberi bobot yang lebih tinggi daripada respon negatif yaitu dari empat sampai

dengan satu, Sebaliknya untuk item unavoriabel respon positif akan diberi skor

yang bobotnya lebih rendah dari respon negatif, yaitu satu sampai dengan empat.

Setiap jenis respon mendapat nilai sesuai dengan arah pernyataan yang

bersangkutan.

Pilihan alternatif jawaban dan skoring setiap item pernyataan dalam skala

interaksi sosial dan skala motivasi belajar dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.

Skoring pada skala Interaksi Sosial

Skor No Jawaban

+ -

1.

2.

3.

4.

Sangat sesuai (SS)

Sesuai (S)

Tidak Sesuai (TS)

Sangat Tidak Sesuai (STS)

4

3

2

1

1

2

3

4

Page 56: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

Tabel. 4

Skoring pada skala Motivasi Belajar

Skor No Jawaban

+ -

1.

2.

3.

4.

Sangat sesuai (SS)

Sesuai (S)

Tidak Sesuai (TS)

Sangat Tidak Sesuai (STS)

4

3

2

1

1

2

3

4

Untuk menyusun dan mengembangkan instrumen maka peneliti terlebih

dahulu membuat kisi- kisi instrumen yang memuat tentang indikator dari variabel

penelitian yang dapat memberikan gambaran mengenai isi dan dimensi kawasan

ukur yang akan dijadikan acuan dalam penulisan item. Kisi- kisi instrumen

tersebut terdiri dari variabel X yaitu interaksi sosial dan variabel Y yaitu motivasi

belajar.

Kisi-kisi instrumen dengan empat macam alternatif jawaban yang

dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

No Variabel Sub Variabel Indikator No Aitem

(+) (-)

1.

Motivasi

Belajar

1.1. Senang

bekerja

keras untuk

mencapi

keberhasilan

1.2. Ulet

a. Tekun dalam

belajar.

b. Optimis dalam

belajar

a. Tidak mudah

1,4,8,9,11

2,3

14,16,19

5,7,12

6,10

17,20

Page 57: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

menghadapi

kesulitan

belajar.

1.3. Menunjukan

minat

terhadap

bermacam-

macam

masalah

belajar

1.4. Lebih

senang

bekerja

mandiri.

1.5. Cenderung

bertindak

atau

menetapkan

pilihan yang

realistis.

1.6. Senang

berkompetis

i yang sehat.

putus asa dalam

belajar

b. Tertantang

dalam

menghadapi

kesulitan belajar

a. Tidak khawatir

menghadapi

masalah belajar

b. Ikut

berpartisipasi

dalam

pemecahan

masalah belajar

a. Tidak

bergantung

pada orang lain

b. Percaya pada

kemampuan diri

sendiri

a. Tidak terjebak

pada rutinitas

b. Dinamis

a. Bertanggung

jawab

b. Memiliki

semangat

belajar

13,15,22

24,27

23,26,30

33,35

32,3,4

42,45

41,43

52,54,56

51,55,57

18,21

29,31

25,28

38,37

36,40,39

47,48

44,46,49

50,58,59

53,60,61

Page 58: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

2.

Interaksi

sosial

dalam

kelompo

k teman

sebaya

1.7. Tidak

mudah

melepas hal

yang

diyakini

1.8. Bertanggung

jawab atas

pilihan atau

perbuatanya

2.1. Kerjasama

2.2. Persaingan

2.3.

Pertentangan

a. Teguh pendirian

b. Konsekuen

a. Mandiri

b. Disiplin

a. Mempunyai

tujuan yang

sama

b. Saling

memberi atau

menerima

pengaruh

c. Kesediaan

untuk

membantu

a. Saling

berusaha untuk

mencapai

keuntungan.

b. Menarik

perhatuan

kelompok

c. Seleksi

individu

a. Perbedaan

kepentingan

b. Perubahan-

62,63,67

64,69

76,78,79

74,77

2,5,9,14

1,6,7

8,13,18

27,22,26

25,30

28,29

35,36,43

34, 40, 44,

66,68

65,70

71,73,75

72,80

10,12,17

15,16

3,4,11

24,31,33

21,32

20,23

38,41,45,39

37,42,47

Page 59: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

2.4. Persesuaian

2.5. Perpaduan

perubahan

sosial

a. Mengurangi

pertentangan

b. Mencapai

kestabilan

c. Menekan

oposisi

a. Kesatuan

tindakan.

b. Memperhatika

n kepentingan

bersama.

c. Toleransi

dalam

kelompok

46

50,54

48,51,57

53,59

63,66,67

68,73,74

62,65,76

56,58

60,49

52,55,61

70,72

71,75,77,64

, 78

69,79

E. Langkah- langkah Penyusunan Instrumen

Langkah- langkah yang dilakukan peneliti dalam membuat instrumen pada

penelitian ini dengan cara:

a. Menyusun Lay Out instrumen

Pengembangan instrumen penelitian dilakukan dengan cara menentukan

terlebih dulu variabel penelitiannya untuk kemudian dijabarkan dalam sub-

sub variabel, selanjutnya dari sub- sub variabel dijabarkan lagi menjadi

deskriptor yang mengacu pada indikator, yang selanjutnya dibuat item.

b. Karakteristik jawaban yang dikehendaki

Jawaban masing- masing soal dibuat skalanya menurut rangkaian

Page 60: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

kesatuan (kontinum) yang terdiri dari empat poin dengan memberikan skor

tertentu.

c. Menyusun format

Format skala motivasi dan interaksi sosial disusun secara jelas untuk

memudahkan responden mengisi dan tidak menimbulkan kesan menguji

responden. Adapun format penelitian di sini terdiri dari:

1. Kata pengantar

Kata pengantar berisi uraian penjelasan peneliti uang diinginkan, pada

responden. Isi kata pengantar secara garis besar adalah: a) latar belakang

penyebaran skala b) tujuan penelitian c) kerahasiaan data yang akan

diberikan responden d) motivasi kepada responden agar menjawab dengan

sebenarnya atau sejujurnya, dan e) ucapan terima kasih atas bantuan

responden.

2. Identitas

Pada bagian ini berisi tentang identitas diri responden yaitu terdiri dari

nama siswa, kelas, dan alamat.

3. Petunjuk pengisian

Bagian ini berisi tentang cara mengerjakan skala.

4. Butir- butir instrumen

Pada bagian kolom kiri adalah kolom pernyataan, sedangkan pada bagian

kanan adalah kolom jawaban.

Page 61: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

F. Validitas dan Reabilitas

Untuk mendapatkan alat pengumpul data yang baik khususnya skala

psikologi perlu dilakukan perhitungan validitas terhadap skala psikologi yang

akan digunakan sebagai metode penelitan. Untuk itu sebelum alat tersebut

dipakai, terlebih dahulu perlu ditryoutkan (diujicobakan). Tujuannya agar skala

psikologi tersebut dapat diketahui apakah skala yang digunakan sudah valid dan

reliabel atau belum.

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan

suatu instrumen (Arikunto, 1998:160). Suatu instrumen yang valid atau sahih

mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti

memiliki validitas rendah.

Ada dua macam validitas sesuai dengan cara pengujiannya yaitu (Arikunto,

1998:161) :

a. Validitas eksternal

b. Validitas internal

Dalam penelitian ini menggunakan pengujian validitas internal. Pengujian

validitas internal dilakukan dengan menggunakan kriteria dari dalam atau item

dalam alat ukur itu sendiri.

Pengukuran item dilakukan dengan menggunakan seleksi berbagai bentuk

pengukuran yaitu dengan menganalisa korelasi antara item yang satu dengan item

yang lain.

Dalam penelitian ini, untuk mengetahui kesahihan butir alat ukur

Page 62: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

dipergunakan kriteria dengan rumus yang digunakan dalam mengukur validitas

yaitu korelasi product moment (Arikunto, 1998:45)

Dengan rumus sebagai berikut:

{ } ( ){ }2222 )(

)()(

∑∑∑ ∑∑ ∑ ∑

−−

−−=

YYNXXN

YXXYNrxy

Keterangan:

rXY = Koefisien korelasi antar skor

N = Jumlah subyek

∑ X = Jumlah skor item

∑ Y = Jumlah skor total

∑ XY = Jumlah perkalian skor item dengan skor total

∑ X2 = Jumlah kuadrat skor item

∑ Y2 = Jumlah kuadrat skor total

2. Reliabilitas

Dalam penelitian ini menggunakan pengukuran reliabilitas dengan

menggunakan rumus alpha. Alasan menggunakan rumus ini karena instrumen

yang digunakan adalah menggunakan skor skala bertingkat (Rating Scale).

Menurut Arikunto (1998; 190), untuk instrumen dengan skala bertingkat di

uji dengan menggunakan rumus Alpha yaitu skor bukan 1 dan 0. Rumus Alpha

tersebut adalah sebagai berikut:

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡−⎥⎦

⎤⎢⎣⎡

−= ∑

2

2

11 11 at

bk

krσ

Page 63: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

Keterangan;

r11 = Reabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= jumlah varian butir

= Varian total.

Dari hasil perhitungan reliabilitas kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan

nilai rtabel apabila rhitung ≥maka butir soal dikatakan reliabel

G. Metode Analisis Data

Analisis data digunakan untuk menguji hipotesis dalam rangka penarikan

kesimpulan untuk mencapai tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui informasi tentang hubungan interaksi sosial dalam kelompok

teman sebaya dengan motivasi belajar.

Untuk mengetahui dan menganalisis data tentang deskripsi interaksi sosial

dalam kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar siswa yang diteliti, maka

digunakan analisis deskripsi persentase. Data atau skor dari jawaban responden

diperoleh dari alternatif jawaban yang disediakan kemudian dimasukkan ke dalam

tabel, diskor, dijumlahkan dan dinyatakan dalam persentase. Rumus yang

digunakan untuk memperoleh persentase adalah:

%100% XNn

=

Keterangan:

% : Persentase nilai yang diperoleh

Page 64: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

n : Jumlah skor yang diberi

N : Jumlah skor maksimum

Sedangkan untuk mencari hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok

teman sebaya dengan motivasi belajar menggunakan rumus korelasi product

moment, dengan alasan karena rumus ini memiliki keuntungan yaitu langkah yang

ditempuh lebih pendek, bilangan yang diperoleh bukan desimal, sehingga dapat

memperkecil resiko kesalahan.

Rumusnya adalah sebagai berikut:

{ }{ }∑∑∑∑∑ ∑∑

−−

−=

2222 )()(

))((

YYNXXN

YXXYNrxy

Keterangan :

rXY = Koefisien korelasi antar skor

N = Jumlah subyek

∑ X = Jumlah skor item

∑ Y = Jumlah skor total

∑ XY = Jumlah perkalian skor item dengan skor total

∑ X2 = Jumlah kuadrat skor item

∑ Y2 = Jumlah kuadrat skor total

Hasil rXY ini kemudian dikonsultasikan dengan rtabel untuk mengetahui

taraf signifikan sebagai berikut:

rh ≥ 1% maka sangat signifikan, ha diterima

rh ≥ 5% maka ha diterima

rh ≤ 5% maka ha ditolak

Page 65: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

Agar kesimpulan yang diambil tidak menyinggung maka data yang

diperoleh dalam penelitian harus berdistribusi normal sehingga uji hipotesisnya

menggunakan stastistik parametik. Dalam penelitian ini menggunakan uji

normalitas dengan SPSS. 10.1

Page 66: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian pada dasarnya memuat berbagai hal meliputi

pengungkapan data dari instrumen penelitian dan metode analisis data yang

diperoleh untuk menjawab permasalahan yang diajukan.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala penelitian

motivasi belajar dan skala interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya.

Sebelum instrumen motivasi belajar dan interaksi sosial dalam kelompok teman

sebaya digunakan untuk pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan ujicoba di

lapangan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak digunakan yaitu

valid dan reliabel.

Skala motivasi belajar terdiri dari 80 butir pertanyaan yang harus dijawab

oleh responden, setelah diujicobakan pada 43 responden dan dianalisis

menggunakan uji validitas product moment dari 80 soal tersebut, ternyata tidak

semua soal valid. Ada 6 soal yang dinyatakan tidak valid yaitu item soal nomor 9,

14, 22, 40, 62 dan 73.

Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 43 diperoleh nilai kritik product

moment sebesar 0.297 dan untuk item No 1 rhitung > rtabel 0,390 > 0,297, maka

item tersebut dikatakan valid. Perhitungan untuk item-item yang lain, selanjutnya

dapat dilihat pada (lampiran).

Page 67: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

53

Sedangkan skala interaksi sosial terdiri dari 79 butir pertanyaan yang harus

dijawab oleh responden, setelah diujicobakan pada 43 responden dan dianalisis

menggunakan uji validitas product moment dari 79 soal tersebut, ternyata soal

yang valid sebanyak 73 soal dan yang tidak valid sebanyak 6 item soal yaitu

soal nomor 2, 4, 27, 33, 43 dan 73.

Pada taraf kesalahan 5% dengan n = 43 diperoleh nilai kritik product

moment sebesar 0.444 dan untuk item no 1 rhitung > rtabel 0,418 > 0,297, maka

item tersebut dikatakan valid. Perhitungan untuk item-item yang lain, selanjutnya

dapat dilihat pada (lampiran).

Berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha, pada

instrument motivasi belajar diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.920 dan pada

taraf kesalahan 5% dengan n = 43 diperoleh nilai kritik sebesar 0,297 Karena

koefisien relibilitas lebih besar dari nilai kritik, maka angket tersebut reliabel.

Koefisien reliabilitas tersebut termasuk dalam kategori tinggi, sehingga skala

tersebut dari segi reliabel dapat digunakan.

Sedangkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus alpha, pada instrumen

interaksi sosial diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.917 dan pada taraf

kesalahan 5% dengan n = 43 diperoleh nilai kritik sebesar 0,297 Karena koefisien

relibilitas lebih besar dari nilai kritik, maka angket tersebut reliabel. Koefisien

reliabilitas tersebut termasuk dalam kategori tinggi, sehingga skala tersebut dari

segi reliabel dapat digunakan.

2. Hasil Uji Normalitas Data

Page 68: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

54

Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara interaksi sosial dalam

kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar dianalisis dengan korelasi

produk moment, maka data hasil penelitian terlebih dahulu diadakan uji prasyarat

data sebelum data dianalisis. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data

yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis atau tidak. Uji prasyarat

analisis yang digunakan adalah uji normalitas. Berdasarkan hasil analisis dengan

program SPSS versi 12 dengan uji Kolmogorov smirnov diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 4

Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

43 43231.5581 226.790722.01007 24.92805

.176 .199

.119 .149-.176 -.1991.155 1.307

.139 .065

NMeanStd. Deviation

Normal Parameters a,b

AbsolutePositiveNegative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)

MotivasiBelajar

InteraksiSosial

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Berdasarkan hasil uji normalitas data untuk variabel motivasi belajar

diperoleh nilai z sebesar 0,1.155 dengan signifikansi 0,139 sedangkan untuk

variabel interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya diperoleh nilai Z sebesar

1,307 dengan signifikansi 0,065. Karena nilai signifikansi semuanya lebih dari

0,05 maka data variabel interaksi sosial dan motivasi belajar berdistribusi normal.

3. Hasil Analisis Deskriptif Persentase

Page 69: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

55

Dalam penelitian ini analisis ditempuh dengan metode deskriptif

persentase dan metode korelasi product moment. Deskriptif persentase digunakan

untuk mencari bagaimana interaksi sosial siswa dan motivasi belajar siswa kelas

IX di SMP Negeri 1 Pegandon Kabupaten Kendal tahun ajaran 2006/2007.

a. Deskriptif Persentase Interaksi Sosial

Variabel interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya terdiri dari sub

variabel kerjasama, persaingan, pertentangan, persesuaian dan perpaduan tercakup

dalam 73 item pernyataan yakni angket nomor 1 sampai dengan nomor 73. Dari

keseluruhan angket pernyataan tersebut dapat kita lihat jawaban responden

sebagai berikut :

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Variabel Interaksi Sosial

No Kriteria f f % 1 Sangat Tinggi 8 18.60 2 Tinggi 32 74.42 3 Sedang 2 4.65 4 Rendah 1 2.33 43 100

Mencermati tabel di atas bahwa interaksi sosial siswa termasuk dalam

kriteria tinggi. Sebanyak 32 responden atau 74,42% termasuk dalam kriteria tinggi

dan termasuk dalam kriteria dan ada satu siswa yang termasuk dalam kritera

rendah dalam hal persaingan, pertentangan, persesuaian dan perpaduan.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut interaksi sosial siswa dalam kelompok

teman sebaya dapat dikatakan sudah dapat berjalan dengan baik, karena

sebagian besar siswa dapat berinteraksi sosial didalam kelompoknya.

1) Sub Variabel Kerjasama

Page 70: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

56

Sub variabel tentang kerjasama terdiri dari tiga sub indikator

mempunyai tujuan yang sama, saling memberi atau menerima pengaruh dan

kesediaan untuk membantu tercakup dalam 17 item pernyataan yakni angket

nomor 1 sampai dengan nomor 17. Dari ke tujuh belas angket pernyataan

tersebut dapat kita lihat jawaban responden sebagai berikut :

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Kerjasama

No Kriteria F f % 1 Sangat Tinggi 16 37.21 2 Tinggi 24 55.81 3 Sedang 2 4.65 4 Rendah 1 2.33 43 100

Mencermati tabel di atas bahwa kerja sama dalam hal saling

membantu, mempunyai tujuan yang sama dan saling memberi dan menerima

yang termasuk dalam kriteria tinggi sebanyak 24 responden atau 55,81% dan

ada satu siswa yang termasuk dalam kriteria rendah dalam hal mempunyai

tujuan yang sama, saling memberi atau menerima pengaruh dan kesediaan

untuk membantu. Dari tabel tersebut memberikan arti bahwa kerja sama antar

siswa dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kelompok dilakukan

dengan adanya kerjasama yang baik. Karena rata-rata siswa telah dapat

berkerjasama untuk saling membantu dalam mengatasi suatu permasalahan

secara bersama-sama.

2) Sub Variabel Persaingan

Sub variabel tentang persaingan terdiri dari tiga sub indikator saling

berusaha untuk mencapai keuntungan, menarik perhatian kelompok dan

seleksi individu yang tercakup dalam 12 item pernyataan yakni angket nomor

Page 71: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

57

18 sampai dengan nomor 29. Dari ke tiga belas angket pernyataan tersebut

dapat kita lihat jawaban responden sebagai berikut :

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Persaingan

No Kriteria f f % 1 Sangat Tinggi 11 25.58 2 Tinggi 27 62.79 3 Sedang 2 4.65 4 Rendah 3 6.98 11 100

Mencermati tabel di atas bahwa kerja sama dalam hal saling berusaha

untuk mencapai keuntungan, menarik perhatian kelompok dan seleksi

individu yang termasuk dalam kriteria tinggi sebanyak 27 responden atau

62,79% dan termasuk dalam kritera rendah dalam hal saling berusaha untuk

mencapai keuntungan, menarik perhatian kelompok dan seleksi individu

sebanyak 3 responden atau 6,98%. Dari hasil penelitian tersebut siswa

termasuk dalam kategori tinggi dalam hal saling berusaha saling membantu

untuk mencapai keuntungan dan seleksi individu dalam kelompok.

3) Sub Variabel Pertentangan

Sub variabel tentang pertentangan terdiri dari dua sub indikator

perbedaan kepentingan dan perubahan-perubahan sosial yang tercakup dalam

13 item pernyataan yakni angket nomor 30 sampai dengan nomor 42. Dari ke

tiga belas angket pernyataan tersebut dapat kita lihat jawaban responden

sebagai berikut :

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Pertentangan

No Kriteria f f % 1 Sangat Tinggi 14 32.56 2 Tinggi 25 58.14 3 Sedang 3 6.98

Page 72: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

58

4 Rendah 1 2.33 43 100

Mencermati tabel di atas bahwa aspek pertentangan dalam hal

perbedaan kepentingan dan perubahan-perubahan sosial yang termasuk dalam

kategori tinggi sebanyak 25 responden atau 58,14% dan ada satu siswa yang

termasuk dalam kriteria rendah dalam hal perbedaan kepentingan dan

perubahan-perubahan sosial. Siswa yang termasuk dalam kriteria tinggi dalam

aspek pertentangan dalam hal perbedaan kepentingan dan perubahan-

perubahan sosial berarti siswa dapat mengatasi pertentangan dalam kelompok

dan mulai dapat mengantisipasi adanya perubahan sosial yang terjadi didalam

masyarakat.

4) Sub Variabel Persesuaian

Sub variabel persesuaian terdiri dari tiga indikator mengurangi

pertentangan, mencapai kestabilan dan menekan oposisi yang tercakup dalam

14 item pernyataan yakni angket nomor 43 sampai dengan nomor 56. Dari ke

empat belas angket pernyataan tersebut dapat kita lihat jawaban responden

sebagai berikut :

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Persesuaian

No Kriteria f f % 1 Sangat Tinggi 14 32.56 2 Tinggi 26 60.47 3 Sedang 2 4.65 4 Rendah 1 2.33 43 100

Page 73: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

59

Mencermati tabel di atas bahwa persesuaian yang terdiri dari indikator

mengurangi pertentangan, mencapai kestabilan dan menekan oposisi yang

termasuk dalam kriteria sangat tinggi sebanyak 14 resoponden atau 32,56%,

termasuk dalam kriteria tinggi sebanyak 26 responden atau 60,47% dan

termasuk dalam kriteria sedang sebanyak 2 siswa atau 4,65% dan ada satu

siswa yang termasuk dalam kritera rendah dalam hal mengurangi

pertentangan, mencapai kestabilan dan menekan oposisi. Dari hasil penelitian

tersebut responden telah mulai bisa mencapai kestabilan dalam

mengendalikan emosinya dan pertentangan-pertentangan yang ada dalam

kelompok sudah dapat diatasi bersama-sama.

5) Sub Variabel Perpaduan

Sub variabel tentang perpaduan terdiri dari tiga indikator yaitu kesatuan

tindakan, memperhatikan kepentingan bersama dan toleransi dalam kelompok

yang tercakup dalam 17 item pernyataan yakni angket nomor 57 sampai

dengan nomor 73. Dari ke ke tujuh belas angket pernyataan tersebut dapat

kita lihat jawaban responden sebagai berikut :

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Perpaduan

No Kriteria f f % 1 Sangat Tinggi 15 34.88 2 Tinggi 24 55.81 3 Sedang 1 2.33 4 Rendah 3 6.98 43 100

Mencermati tabel di atas bahwa perpaduan yang terdiri dari indikator

kesatuan tindakan, memperhatikan kepentingan bersama dan toleransi dalam

kelompok yang termasuk dalam kriteria sangat tinggi sebanyak 15

resoponden atau 34,88%, termasuk dalam kriteria tinggi sebanyak 24

Page 74: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

60

responden atau 55,81% dan termasuk dalam kriteria sedang sebanyak 1 siswa

atau 2,33% dan 3 siswa atau 6,98% yang termasuk dalam kritera rendah

dalam hal kesatuan tindakan, memperhatikan kepentingan bersama dan

toleransi dalam kelompok. Berdasarkan hasil penelitian tersebut tingkat

toleransi dan kesatuan tindakan dalam kelompok dapat berjalan dengan baik.

Kekompakan kelompok dalam melakukan suatu tindakan dapat atasi secara

bersama-sama.

b. Deskriptif Persentase Motivasi Belajar

Variabel motivasi belajar yang tercakup dalam 74 item pernyataan yakni

angket nomor 1 sampai dengan nomor 74. Dari ke seluruhan angket pernyataan

tersebut dapat kita lihat jawaban responden sebagai berikut :

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Variabel Motivasi Belajar

No Kriteria f f % 1 Sangat Tinggi 22 51.16 2 Tinggi 20 46.51 3 Sedang 1 2.33 4 Rendah 0 0.00 43 100

Mencermati tabel di atas bahwa interaksi sosial siswa termasuk dalam

kriteria sangat tinggi sebanyak 22 resoponden atau 51,16%, termasuk dalam

kriteria tinggi sebanyak 20 responden atau 46,51% dan termasuk dalam kriteria

sedang sebanyak 1 siswa atau 2,33% dan tidak ada yang termasuk dalam kritera

rendah dalam hal saling membantu, mempunyai tujuan yang sama dan saling

emmberi dan menerima.

1) Sub Variabel senang bekerja keras untuk mencapai keberhasilan

Sub variabel senang bekerja keras untuk mencapai keberhasilan terdiri

dari dua indikator tekun dalam belajar dan optimis dalam belajar yang

Page 75: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

61

tercakup dalam 11 item pernyataan yakni angket nomor 1 sampai dengan

nomor 11. Dari ke sebelas angket pernyataan tersebut dapat kita lihat jawaban

responden sebagai berikut :

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Senang Bekerja Keras untuk Mencapai Keberhasilan

No Kriteria f f % 1 Sangat Tinggi 24 55.81 2 Tinggi 17 39.53 3 Sedang 1 2.33 4 Rendah 1 2.33 43 100

Mencermati tabel di atas bahwa tekun dalam belajar dan optimis dalam

belajar yang termasuk dalam kriteria sangat tinggi sebanyak 24 responden

atau 55,81%, yang termasuk dalam kriteria tinggi sebanyak 17 responden atau

39,53% dan yang termasuk dalam kriteria sedang dan rendah terdapat satu

responden atau 2,33% dalam hal senang bekerja keras untuk mencapai

keberhasilan. Berdasarkan hasil penelian tersebut responden tekun dalam

belajar dan memiliki sifat optimis yang tinggi dalam belajar. Dengan sikap

optimis dan tekun dalam belajar akan menghasilkan prestasi yang tinggi

dalam pembelajaran. Sedangkan siswa tekun dan sikap optimisnya yang

rendah maka akan dapat mempengaruhi hasil belajar yang dicapainya.

2) Sub Variabel Ulet menghadapi kesulitan belajar

Sub variabel ulet menghadapi kesulitan belajar terdiri dari dua indikator

yaitu tidak mudah putus asa dalam belajar dan tertantang dalam menghadapi

kesulitan belajar yang tercakup dalam 8 angket pernyataan. Dari ke delapan

Page 76: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

62

angket pernyataan tersebut dapat kita lihat jawaban responden sebagai berikut

:

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Ulet Menghadapi Kesulitan Belajar

No Kriteria f % 1 Sangat Tinggi 20 46.51 2 Tinggi 18 41.86 3 Sedang 4 9.30 4 Rendah 1 2.33 43 100

Mencermati tabel di atas bahwa responden yang memiliki sifat ulet

dalam mengahadapi kesulitan belajar dengan cata tidak mudah putus asa

dalam belajar dan tertantang dalam mengadapi kesulitan belajar yang

termasuk dalam kriteria sangat tinggi sebanyak 20 responden atau 46,51%,

termasuk dalam kritera tinggi sebanyak 18 responden atau 41,86%, dan

sedang sebanyak 4 siswa atau 9,30%. Sedangkan yang termasuk dalam

kriteria rendah sebanyak satu siswa. Sikap ulet dalam menghadapi suatu

kesulitan belajar sangat diperlukan. Karena dengan dimiliki sikap tersebut

responden akan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan dalam belajar

dan berkarya. Responden secara mayoritas sudah memiliki sikap ulet dalam

menghadapi kesulitan belajar yang tinggi

3) Sub Variabel meunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah belajar.

Sub variabel tentang menunjukkan minat terhadap bermacam-macam

masalah dalam belajar dengan tidak khawatir dalam menghadapi masalah

belajar dan ikut berpartisipasi dalam pemecahan masalah belajar tercakup

dalam 9 item pernyataan yakni angket nomor 20 sampai dengan nomor 28.

Page 77: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

63

Dari ke sembilan angket pernyataan tersebut dapat kita lihat jawaban

responden sebagai berikut :

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Menunjukkan Minat terhadap Bermacam-macam Masalah Belajar

No Kriteria f f % 1 Sangat Tinggi 14 32.56 2 Tinggi 25 58.14 3 Sedang 3 6.98 4 Rendah 1 2.33 43 100

Dari tabel diatas dapat diperoleh gambaran bahwa sebanyak 14

responden atau 32,56% termasuk dalam kriteria sangat tinggi, sebanyak 25

responden atau 58,14% termasuk dalam kriteria tinggi dan sebanyak 3 siswa

termasuk dalam kriteria sedang atau 6,98% dan satu siswa yang termasuk

criteria rendah dalam hal memiliki minat terhadap bermacam-macam

masalah belajar. Hasil penelitian tersebut meunjukkan bahwa responden yang

menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah belajar termasuk

dalam kategori yang tinggi. Minat yang tinggi tersebut merupakan salah

modal dalam mencapai prestasi belajar yang tinggi. Karena salah satu faktor

keberhasilan dalam belajar adalah adanya minat yang berasal dari diri

sendiri responden.

4) Sub Variabel lebih senang bekerja mandiri

Sub variabel lebih senang bekerja mandiri yang terdiri dari indikator

tidak tergantung pada orang lain dan percaya pada kemampuan diri sendiri

tercakup dalam 9 item pernyataan yakni angket nomor 29 sampai dengan

Page 78: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

64

nomor 36. Dari kesembilan angket pernyataan tersebut dapat kita lihat

jawaban responden sebagai berikut :

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Lebih Senang Bekerja Mandiri

No Kriteria f f % 1 Sangat Tinggi 21 48.84 2 Tinggi 17 39.53 3 Sedang 2 4.65 4 Rendah 3 6.98 43 100

Dari tabel diatas dapat diperoleh gambaran bahwa siswa yang memiliki

minat yang sangat tinggi dalam hal lebih senang bekerja mandiri sebanyak 21

responden atau 48,84%, sebanyak 17 resoponden atau 39,53% termasuk

dalam kriteria tinggi dan sebanyak 2 responden atau 4,65% termasuk dalam

kriteria sedang. Dan ada 3 siswa atau 6,98% yang termasuk dalam kriteria

rendah dalam hal senang bekerja mandiri. Kemandirian yang tinggi

merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan dalam pembelajaran. Minat

yang tinggi dalam hal lebih senang berkerja mandiri merupakan sifat yang

harus dipertahankan dibandingkan dengan sifat yang memiliki

ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain.

5) Sub Variabel cenderung bertindak atau menetapkan pilihan yang realistik.

Sub variabel cenderung bertindak atau menetapkan pilihan yang

realistis tidak terjebak pada rutinitas dan dinamis tercakup dalam 9 item

pernyataan yakni angket nomor 37 sampai dengan nomor 45. Dari kesembilan

angket pernyataan tersebut dapat kita lihat jawaban responden sebagai berikut

:

Page 79: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

65

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Sub Variabel cenderung bertindak atau menetapkan pilihan yang realistis

No Kriteria f f % 1 Sangat Tinggi 13 30.23 2 Tinggi 26 60.47 3 Sedang 1 2.33 4 Rendah 3 6.98 43 100

Mencermati tabel di atas bahwa yang termasuk dalam kriteria sangat

tinggi sebanyak 13 responden atau 30,23%, kritera tinggi sebanyak 26

responden atau 60,47% dan kriteria sedang sebanyak 1 siswa atau 2,33% dan

3 siswa atau 6,98% termasuk kriteria rendah dalam hal bertindak atau

menetapkan pilihan yang realistis. Sikap realistis responden dalam

menetapkan pilihan yang termasuk dalam kriteria tinggi merupakan hal yang

diperlukan.

6) Sub Variabel senang berkompetisi yang sehat

Sub variabel senang berkompetisi yang sehat terdiri dari dua indikator

yaitu bertanggung jawab dan memiliki semangat belajar yang tercakup dalam

12 item pernyataan yakni angket nomor 46 sampai dengan nomor 57. Dari

keduabelas angket pernyataan tersebut dapat kita lihat jawaban responden

sebagai berikut :

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Senang Berkompetisi yang sehat

No Kriteria f f % 1 Sangat Tinggi 17 39.53 2 Tinggi 22 51.16 3 Sedang 3 6.98 4 Rendah 1 2.33 43 100

Page 80: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

66

Mencermati tabel di atas bahwa responden yang termasuk dalam

kriteria sangat tinggi sebanyak 17 responden atau 39,53%, termasuk dalam

kriteria tinggi sebanyak 22 siswa atau 51,16%, termasuk dalam kriteria

sedang sebanyak 3 siswa atau 6,98% dan satu siswa termasuk kriteria rendah

dalam hal senang berkompetensi yang sehat. Kompetesi yang sehat dan tidak

saling menjatuhkan lawan yang tinggi merupakan salah hal yang dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa yang senang berkompetesi yang

sehat akan senang dalam belajar dibandingkan siswa yang tidak suka.

7) Sub Variabel tidak mudah melepas hal yang diyakini

Sub variabel tentang tidak mudah dalam melepas hal yang diyakini

terdiri dari dua indikator yaitu teguh pendirian dan konsekuen yang tercakup

dalam 7 item pernyataan yakni angket nomor 58 sampai dengan nomor 64.

Dari ketujuh angket pernyataan tersebut dapat kita lihat jawaban responden

sebagai berikut :

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Tidak Mudah Melepas hal yang diyakini

No Kriteria f f % 1 Sangat Tinggi 20 46.51 2 Tinggi 18 41.86 3 Sedang 4 9.30 4 Rendah 1 2.33 43 100

Mencermati tabel di atas bahwa sebanyak 20 responden atau 46,51%

termasuk dalam kriteria sangat tinggi, sebanyak 18 responden atau 41,86%

termasuk dalam kriteria tinggi dan sebanyak 4 responden atau 9,30%

Page 81: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

67

termasuk dalam kriteria yang sedang. Dan ada satu siswa yang termasuk

dalam kriteria yang rendah dalam hal tidak mudah dalam melepas suatu yang

diyakini. Mempertahankan suatu prinsip yang diyakini oleh siswa termasuk

dalam kriteri tinggi, berarti siswa tidak mudah untuk melepaskan tanggung

jawab dan keyakinan pendapat yang dimilikinya.

8) Sub Variabel bertanggung jawab atas pilihan atau perbuatannya

Sub variabel bertanggung jawab atas pilihan yang terdiri dari dua

indikator yaitu mandiri dan disiplin yang tercakup dalam 10 item pernyataan

yakni angket nomor 65 sampai dengan nomor 74. Dari kesepuluh angket

pernyataan tersebut dapat kita lihat jawaban responden sebagai berikut :

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Sub Variabel Bertanggung Jawab atas Pilihan/Perbuatannya

No Kriteria f f % 1 Sangat Tinggi 10 23.26 2 Tinggi 30 69.77 3 Sedang 2 4.65 4 Rendah 1 2.33 43 100

Mencermati tabel di atas bahwa sebanyak 10 responden atau 23,26%

termasuk dalam kriteria sangat tinggi, sebanyak 30 responden atau 69,77%

termasuk dalam kriteria tinggi, sebanyak dua siswa atau 4,65% termasuk

dalam kriteria yang sedang. Sedangkan yang termasuk dalam kriteria rendah

terdapat satu responden hal bertanggung jawab atas pilihan. Pilihan yang

telah ditetapkan oleh responden sudah dapat pertanggungjawabkan sesuai

dengan keyakinannya. Responden tidak mudah untuk melepaskan

tanggungjawabnya atas pilihannya sendiri.

Page 82: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

68

4. Hasil Analisis Korelasi

Berdasarkan hasil analisis korelasi untuk menjawab hipotesis yang

diajukan “ada hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya

dengan motivasi belajar pada siswa kelas VII SMP negeri 1 Pegandon Kabupaten

Kendal.”. Hipotesis tersebut diuji dengan analisis korelasi yang menghasilkan

rhitung sebesar = 0,689 dengan probabilitas sebesar 0,000. Jika dibandingkan

dengan r tabel pada n = 43 diperoleh r table = 0,301. Hubungan tersebut

merupakan hubungan yang positif, artinya siswa yang memiliki interaksi sosial

yang tinggi akan memiliki motivasi belajar yang tinggi pula dan sebaliknya.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis korelasi tersebut karena probabilitas lebih

kecil dari 0,05 atau rhitung > r tabel maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada

hubungan yang positif antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya

dengan motivasi belajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Pegandon Kabupetan

Kendal.

B. Pembahasan

Interaksi sosial merupakan salah satu hubungan antara dua atau lebih

individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau

mempengaruhi individu lain atau sebaiknya. Berdasarkan hasil penelitian bahwa

siswa telah memiliki sifat kerjasama yang sangat tinggi dalam saling membantu,

mempunyai tujuan yang sama dan saling member dan menerima. Dengan

melakukan interaksi sosial yang baik seorang siswa akan terdorong memiliki jiwa

kerja sama yang baik jika dibandingkan dengan siswa yang tidak dapat

Page 83: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

69

melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. Jiwa kerja sama yang baik

tersebut dapat disalurkan dalam bekerja sama dalam hal mengatasi kesulitan

belajar. Dengan melaksanakan interaksi sosial, maka jika dalam satu kelompok

terdapat siswa yang memiliki kemampuan kurang akan meminta kepada teman-

temannya yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam pelajaran sehingga

manfaat yang diperoleh dengan memiliki interaksi sosial akan dapat diambil segi

positifnya. Selain dapat memupuk jiwa kerja sama, interaksi sosial dalam teman

sebaya dapat menjadikan persaingan yang positif. Antara anggota kelompok

tentunya akan memiliki sifat-sifat dan kemampuan yang berbeda. Namun

demikian dalam suatu interaksi sosial yang baik maka sifat-sifat perbedaan dalam

hal pendirian dan kepentingan akan dapat diatas secara bersama-sama. Sifat

individu dan menang sendiri dalam keompok interaksi sosial akan berkurang dan

berubah menjadi sifat saling membantu satu sama lain. Pertentangan-pertantangan

dalam suatu kelompok sosial pastlah tidak dapat dihindarkan karena masing-

masing memiliki ego sendiri-sendiri, namun demikian sifat-sifat ego yang

inginnya menang sendiri dalam suatu kelompok sosial akan dapat diredakan dan

akan mencapai kestabilan emosionalnya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh

gambaran bahwa lebih dari 75% siswa dalam meredakan pertentangan dan

mencapai kestabilan dalam interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya. Sifat

menang sendiri dan merasa paling hebat dapat diatas bersama-sama dalam

kelompok sosial tersebut. Sehingga akan menjadikan perpaduan dan kesatuan

dalam bertindak dalam kelompok sosial tersebut. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat dari Park dan Burges dalam Santoso bahwa bentuk interaksi sosial

Page 84: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

70

dapat berupa adanya kerja sama dalam tim, persaingan dalam hal mencapai tujuan

bersama, perjuangan dalam kelompok maupun luas kelompok untuk mencapai

tujuan bersama, akan adanya persesuaian antara anggota kelompok sehingga

antar anggota kelompok tidak adanya pertentangan dan adanya usaha-usaha

dalam mengurangi perbedaan yang terdapat dalam individu-individu atau

kelompok. Bagi remaja yang masih duduk di sekolah lanjutan pertama, sifat

untuk dapat diterima dalam suatu kelompok atau teman sebaya sangatlah besar.

Siswa akan membentuk kelompok-kelompok kecil diantara mereka tanpa

membedakan status sosial diantaranya. Sehingga dengan adanya kelompok-

kelompok kecil tersebut guru diharapkan dapat memanfaatkan kelompok-

kelompok kecil tersebut untuk dapat memotivasi siswa dalam belajar. Karena

manusia tidak akan lepas dengan manusia yang lain, sifat sebagai makhluk sosial

merupakan sifat yang tidak dapat dilepaskan dari diri manusia. Dalam kelompok

teman sebaya, teman adalah tempat berkaca, sebagai orang yang paling dekat,

teman member gambaran tentang diri sendiri dari dekat.

Pendidikan merupakan suatu proses atau sistem yang terdiri dari

beberapa komponen. Keberhasilan pendidikan tentunya tidak lepas dari belajar.

Untuk meningkatkan hasil belajar dibutuhkan motivasi dalam belajar. Motivasi

belajar dalam berasal dari dalam dan luar siswa atau juga bisa dikatakan motivasi

instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik atau motivasi dari diri siswa akan

muncul karena adanya tujuan yang akan dicapai. Motivasi belajar dapat berupa

senang bekerja keras untuk mencapai keberhasilan. Berdasarkan hasil penelitian

bahwa siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar dengan ditunjukkan

Page 85: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

71

dengan adanya senang bekerja keras untuk mencapai keberhasilan. Dengan

senang bekerja keras untuk mencapai keberhasilan tersebut siswa pantang

menyerah dalam belajar. Siswa akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai cita-

citanya. Untuk mencapai cita-cita tersebut siswa akan tekun dalam belajar dan

memiliki sifat optimis dalam belajar. Motivasi yang tinggi tersebut diharapkan

dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sifat ulet

dan pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan sangat diperlukan untuk

mencapai keberhasilan dalam belajar. Jika menghadapi kesulitan dalam belajar

siswa akan mencari tahu dengan cara membaca buku atau bertanya kepada teman

sebaya dalam suatu kelompok atau bertanya langsung kepada guru pengampunya.

Siswa dengan motivasi belajar yang tinggi akan senang bekerja secara mandiri,

dan memiliki kepercayaan pada kemampuan sendiri. Berdasarkan hasil penelitian

sebanyak 48,84% responden memiliki sifat kemandirian yanag sangat tinggi.

Siswa dengan motivasi yang tinggi akan senang berkompetisi yang sehat dengan

teman-temannya. Namun kompetisi tersebut ditujukan dalam memperoleh prestasi

belajar. Berdasarkan hasil penelitian bahwa motivasi siswa secara keseluruhan

termasuk dalam kriteria yang tinggi. Motivasi yang tinggi tersebut harus dapat

dimaksimalkan oleh guru. Hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok

teman sebaya dengan motivasi belajar diperoleh hubungan yang sangat signifikan.

Hasil r hitung lebih besar dari r tabel. Dengan adanya hubungan tersebut guru

diharapkan dapat memanfaatkan kelompok-kelompok sosial yang telah ada untuk

meningkatkan motivasi belajar sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Page 86: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

72

Page 87: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

52

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka

penelitian yang berjudul hubungan antara interaksi sosial dalam kelompok teman

sebaya dengan motivasi belajar dsi SMP negeri 1 Pegandon tahun pelajaran

2006/2007 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Motivasi belajar siswa SMP Negeri 1 Pegandon tahun pelajaran 2006/2007

rata-rata termasuk dalam kriteria tinggi.

2. Interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya di SMP Negeri 1 Pegandon

tahun pelajaran 2006/2007 rata-rata termasuk dalam kriteria tinggi

3. Ada hubungan yang signifikan antara interaksi sosial dalam kelompok teman

sebaya dengan motivasi belajar pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Pegandon

tahun pelajaran 2006/2007.

B. Saran

1. Kepada guru pembimbing, diharapkan dapat memanfaatkan interaksi sosial

dalam kelompok teman sebaya guna memotivasi siswa dalam belajar. Karena

interaksi dengan kelompok teman sebaya mempunyai pengaruh yang besar

dalam perkembangan pemikiran siswa. Dengan interaksi ini siswa dapat

membandingkan pemikiran dan pengetahuannya dengan orang lain. Siswa

semakin tertantang untuk memperkembangkan pemikiran dan

pengetahuannya sendiri. Tantangan kelompok akan membantu siswa

Page 88: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

53

melakukan asimilasi dan akomodasi terhadap skema pengetahuan yang telah

dimiliki.

2. Melalui guru pembimbing diharapkan para siswa tidak memusatkan

identitas pada banyaknya teman atau berlindung di balik nama teman. Para

siswa harus memiliki identitas diri sendiri sehingga tidak terjerumus pada

sikap mengkompromikan standar demi diakui dalam sebuah kelompok.

3. Kepada pihak sekolah, diharapkan mampu sebagai media dalam

pengembangan diri para siswa, baik dari aspek sosial maupun psikologis.

4. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai hubungan interaksi sosial dalam

kelompok teman sebaya dengan motivasi belajar.

Page 89: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Moh dan Asrori, Moh, 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. AM, Sardiman, 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi.

Aksara Anni, Catharina Tri dkk, 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK. Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifudin, 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Chaplin, JP, 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Gunawan, Ary H, 2000. Sosiologi Pendidikan. Jakarata: Rineka Cipta Gerungan, WA, 2000. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Handoko, Martin, 2006. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta:

Kanisius Hariyadi, Sugeng dkk, 2003. Psikologi Perkembangan. Semarang: Universitas

Negeri Semarang Hurlock, Elizabeth B, 1999. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Ibrahim, Hasiah, 2005. Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar

Taruna Politeknik Ilmu Pelayaran. Semarang. FIP Universitas Negeri Makasar. EDUKASI. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan

Lestari, Sri, 2003. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa kelas V SD Negeri

Plamongansari 01 Semarang melalui tutor teman sebaya tahun pelajaran 2002/ 2003. Skripsi, Universitas Negeri Semarang.

Muhammad, 2001. Pokok- pokok Bahasan Mata Kuliah Psikologi Motivasi. Hand

out. Psikologi, Universitas Negeri Semarang. Prayitno, Elida, 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: FKIP IKIP Padang Santosa, Slamet, 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara

Page 90: Hubungan Interaksi Sosial Dalam Kelompok Teman Sebaya

Sarwono, Sarlito Wirawan, 2005. Psikologi Sosial (Psikologi kelompok & Psikologi Terapan). Jakarta: Balai Pustaka

Solikhah, Umi, 2002. Pengaruh Interaksi Dosen dan Mahasiswa terhadap

Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi D III keperawatan universitas Muhammadiyah Purwokerto Tahun akademik 2000/ 2001. Skripsi, Universitas Negeri Semarang.

Stevenson, Nancy, 2001. Seni Memotivasi. Andi Offset: Yogyakarta. Sudarsono, 1997, Kamus Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono, 2005. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta Reading, Hugo, 1986. Kamus Ilmu- ilmu Sosial. Jakarata: CV Rajawali Utomo, Agus Hari, 2005. Perbedaan Motivasi Berprestasi antara Siswa yang

Menjadi Pengurus OSIS dengan Siswa yang Bukan Pengurus OSIS di SMU Yayasan Pendidikan Ekonomi Semarang Tahun Pelajaran 2004/ 2005. Skripsi, Universitas Negeri Semarang.

Wibisono, Eka Adrian, 2004. Hubungan Interaksi Remaja dalam Peer group

dengan Pengambilan Keputusan Remaja di SMA Unggulan Nurul Islami Semarang Tahun Pelajaran 2003/ 2004. Skripsi, Universitas Negeri Semarang.