hubungan harmoni manusia dengan alam dalam …repository.ub.ac.id/1941/1/leni wahyuni.pdf · dalam...

97
i HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM SASTRA LISAN DI KEDIRI (MODEL KAJIAN SASTRA PASTORAL) SKRIPSI OLEH LENI WAHYUNI NIM 135110701111036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2017

Upload: others

Post on 18-Oct-2020

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

i

HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM

DALAM SASTRA LISAN DI KEDIRI

(MODEL KAJIAN SASTRA PASTORAL)

SKRIPSI

OLEH

LENI WAHYUNI

NIM 135110701111036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017

Page 2: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

ii

HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM

DALAM SASTRA LISAN DI KEDIRI

(MODEL KAJIAN SASTRA PASTORAL)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Brawijaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

Leni Wahyuni

NIM 135110701111036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2017

Page 3: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

iii

Page 4: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

iv

Page 5: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

v

Page 6: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan rahmat, taufik,

dan hidayahnya, peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Hubungan Harmoni Manusia Dengan Alam Dalam Sastra Lisan Di Kediri (Model

Kajian Sastra Pastoral) dengan baik dan tepat waktu. Penulisan skripsi ini disusun

untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan program S1 Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia, Universitas Brawijaya. Penulisan skripi tersebut membahas

tentang sebuah gambaran hidup yang ideal oleh masyarakat Kediri yang termuat

dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan

ideal yang dimaksudkan adalah hubungan baik mayarakat Kediri dengan alam dalam

artian yang lebih luas. Salah satunya adalah dengan cara memelihara dan menjaga

kelestarian alam.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis mendapatkan arahan,

bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu peneliti

dalam proses penyusunan skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terimakasih teruntuk:

1. Bapak Nanang Bustanul Fauzi, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia.

2. Bapak Maulfi Syaiful Rizal, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang memberikan

arahan, dukungan, dan memberi pelajaran dengan sabar dalam penulisan tugas

akhir sehingga menjadi tugas akhir yang selesai.

Page 7: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

vii

3. Bapak Dr. Sony Sukmawan, M.Pd., selaku dosen penguji yang menyempatkan

waktunya untuk memberikan kritik, saran, dan bimbingan demi kelayakan dalam

penulisan tugas akhir.

4. Kedua oran tua, Bapak Kusdianto dan Ibu Tining yang senantiasa mendidik,

memberikan masukan, dan motivasi kepada penulis agar tugas akhir ini dapat

terseleaikan dengan baik.

5. Kedua saudara tercinta Nibra Setia Wibowo dan Rita Nur Sholekhah yang

senantiasa memberikan dorongan untuk terselaikannya penulisan tugas akhir.

6. Bapak Suratin yang memberi dukungan, informasi dan mendongengi semua

peristiwa yang ada di Kediri.

7. Keluarga besar Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FIB UB

2013 yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan selesai tanpa bantuan

dari semua pihak yang telah disebutkan. Penulis sadar jika masih ada kekurangan

dalam penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu, adanya kitik dan saran dapat

membangun penulis yang sangat penulis harapkan. Semoga penyusun skripsi ini

dapat berguna bagi semua pihak terutama bagi penulis.

Malang, 07 Agustus 2017

Leni Wahyuni

Page 8: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

viii

ABSTRAK

Wahyuni, L. 2017. Hubungan Harmoni Manusia dengan Alam Dalam Sastra

Lisan Di Kediri ‘Model Kajian Sastra Pastoral’. Program Studi Pendidikan

Bahasa Dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya.

Pembimbing : Maulfi Syaiful Rizal M.Pd

Kata Kunci : Hubungan Harmoni, Pastoral, Sastra Lisan, Masyarakat Kediri

Bencana ekologi disebabkan oleh faktor manusia yang

mempunyai perilaku membuang sampah sembarangan, pembangunan

yang mengurangi lahan hijau, dan pelepasan alih fungsi lahan yang

mengakibatkan ketidakseimbangan kebutuhan manusia dengan

kebutuhan alam. Adapun cara untuk menanggulangi fenomena-

fenomena di atas adalah dengan membangun paradigma manusia

terhadap pentingnya menjaga lingkungan. Nilai untuk memahami

lingkungan sendiri tertuang dalam kajian ekokritik sastra yang dapat

membantu, menentukan, bahkan menyelesaikan masalah ekologi.

Penelitian ini memanfaatkan studi ekokritik pada sastra lisan di Kediri

melalui deskripsi sastra pastoral yang termuat dalam sastra lisan di

Kediri.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif

dengan menggunakan teknik wawancara secara mendalam dan

dokumentasi berupa rekaman percakapan dengan informan. Langkah

awal yang dilakukan peneliti adalah observasi tempat agar dapat

merefleksi seacara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi pada

subjek penelitian.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, termuatnya ciri pastoral

yang terdapat dalam sastra lisan Kediri terdapat dalam legenda

Gunung Kelud dan Penghianatan Cinta Dewi Kilisuci, legenda Arca

Totok Kerot, legenda Kediri, mitos Sendang Tirto Kamandanu, Mitos

Pamuksan Sri Aji Jayabaya, mantra sembelih hewan, mantra memberi

makan sapi, mantra selametan desa (pemberian sesaji), dan ujub

selametan desa. Setelah peneliti melakukan studi lapang hasil yang

didapatkan adalah terdapatnya unsur pastoral seperti bucolic

‘penggembala’, konstruksi arcadia yang memuat unsur Idylls dan

nostalia, serta wacana retreat dan return pada sastra lisan di Kediri,

unsur pastoral yang tidak ditemukan unsur georgic karena

penggambaran bentuk kenyamanan bekerja masyarakat Kediri tidak

ditemukan dalam produk sastra lisan Kediri.

Page 9: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

ix

ABSTRACT

Wahyuni, L. 2017. Relation Harmony of Human and Nature on Oral Literature

in Kediri 'Pastoral Literature Studies Model'. Study Program Indonesian

Literature, Faculty of Humanities, Brawijaya University.

Supervisor : Maulfi Syaiful Rizal, M.Pd

Keyword : Relation Harmony, Pastoral Literature, Oral

Literature, Kediri Society.

Ecological disasters are caused by people that have littering

behavior, building development that reduces green land, and the

disposal of land functions that leads to an imbalance of human needs

with natural needs. The way to overcome those phenomena are by

building a human paradigm of the importance of maintaining the

environment. The value to understand the environment itself is

contained in eco-critical literary studies that can help, determine, and

even solve an ecological problems. This study utilizes an eco-critical

study on oral literature in Kediri through a description of pastoral

literature contained in oral literature in Kediri.

This research used descriptive qualitative approach by using

interview technique and documentation in the form of conversation

record with the informant. The first step is the observation of the place

to reflect the activity and interaction on the subject of research.

Based on the results, pastoral traits are contained in oral

literature in Kediri can be seen on the figure of the shepherd, farmer,

and the breeder who represents the harmonious relationship between

human and nature. Harmonious relationship is contained in the

concept of Tri Hita Kirana which is the relationship between human

and God, human beings with human beings, and humans with the

natural surroundings. In this case, the nostalgic elements can be seen

in Kediri people that missing the figure that has been lost, Sri Aji

Jayabaya. To remember the figure of Sri Aji Jayabaya, Kediri people

held a ritual which is Satu Suro ritual, held at Sendang Tirto

Kamandanu, Menang village, Pagu sub-district, Kediri district

Page 10: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR .............................................................................. i

HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ v

HALAMAN PENGANTAR ................................................................................ vi

ABSTRAK .......................................................................................................... viii

ABSTRACT .......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 7

1.6 Definisi Operasional ......................................................................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 9

2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 9

2.2 Landasan Teori ............................................................................... 13

2.2.1 Sastra Lisan ............................................................................. 13

2.2.1.1 Cerita Rakyat .................................................................... 14

2.2.1.2 Legenda ............................................................................ 15

2.2.1.3 Mitos ................................................................................. 16

2.2.2 Mantra ..................................................................................... 17

2.2.3 Etika Manusia Kepada Alam Semesta .................................... 19

Page 11: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

xi

2.2.4 Ekokritik Sastra ....................................................................... 20

2.2.5 Sastra Pastoral ......................................................................... 21

2.2.5.1 Bucolic ‘penggembala’ ..................................................... 22

2.2.5.2 Konstruksi Arcadia ........................................................... 22

2.2.5.3 Wacana Retreat dan Return .............................................. 25

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 26

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................... 26

3.2 Data dan Sumber Data ..................................................................... 27

3.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 28

3.4 Instrumen Kajian ............................................................................. 31

3.5 Keabsahan Data ............................................................................... 32

3.6 Analisis Data ................................................................................... 33

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 36

4.1 Deskripsi Pastoral Dalam Cerita Rakyat di Kediri ............................ 36

4.1.1 Bucolic ‘Penggembala’ ........................................................... 36

4.1.2 Konstruksi Arcadia ................................................................. 45

4.1.2.1 Unsur Idylls ................................................................... 45

4.1.2.2 Unsur Nostalgia ............................................................ 56

4.1.3 Wacana Retreat dan Return .................................................... 60

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 64

5.1 Simpulan ............................................................................................ 64

5.2 Saran .................................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67

LAMPIRAN .......................................................................................................... 69

Page 12: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Sastra Lisan Kediri ............................................................... hal.69

Lampiran 2 Analisis Sastra Lisan Kediri ......................................................... hal.84

Lampiran 3 Data Diri Narasumber ................................................................... hal.97

Lampiran 4 Berita Acara Bimbingan Skripsi ................................................... hal.98

\

Page 13: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

xiii

DAFTAR SINGKATAN

Angka 1-75 : Temuan Data

ATT : Arca Totok Kerot

Buc : Bucolic

GK : Gunung Kelud

Idy : Idylls

K : Kediri

L : Legenda

M : Mantra

MH : Menyembelih Hewan

Mi : Mitos

MMH : Memberi Makan Hewan

Nos : Nostalgia

PSAJ : Petilasan Sri Aji Jayabaya

RR : Retreat dan Return

SD : Selametan Desa

SDms : Selametan Desa (memberi sesajen)

STT : Sendang Tirto Kamandanu

U : Ujub

WP : Wiwid Pari

Page 14: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

xiv

DAFTAR GAMBAR

Lampiran 1 Daftar gambat lokasi penelitian .................................................... hal.94

Page 15: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

15

Page 16: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra tidak lagi berpusat pada manusia yang dijadikan sebagai objek atau

sasaran dalam menulis karya sastra. Akan tetapi, alam ikut berperan dalam

merepresentasikan sebuah karya sastra di dalamnya. Alam seringkali dijadikan

sebagai latar tempat sebuah cerita fiksional. Pemilihan unsur-unsur pada alam

seperti pohon, sungai, pasir, angin, dan benda-benda lain yang disajikan oleh alam

telah memperlihatkan bahwa alam dimanfaatkan oleh sastrawan sebagai bagian dari

sebuah karya sastra. Seperti yang telah diketahui, alam menyajikan segala sesuatu

yang dibutuhkan oleh manusia, baik itu dalam kepentingan sebuah mahakarya

manusia maupun keberlangsungan hidup untuk manusia itu sendiri. Hal ini

menggambarkan keterkaitan antara manusia dan alam yang saling memiliki

hubungan erat dan timbal balik antara satu dengan yang lainnya. Contohnya,

komponen biotik yang meliputi: tumbuhan, hewan, dan makhluk hidup lainnya,

serta komponen abiotik yang meliputi: tanah, air, udara, dan matahari yang

berperan penting dalam keberlangsungan kehidupan manusia di bumi. Oleh sebab

itu, manusia hendaknya menjaga dan merawat alam dengan sebaik-baiknya tanpa

harus mengeksploitasinya secara besar-besaran.

Ketidakseimbangan antara manusia dengan alam di Indonesia sangat

terlihat kontras, dilihat dari kondisi alam yang sangat memprihatinkan belakangan

ini. Maraknya bencana alam yang terjadi di Indonesia khususnya

1

Page 17: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

2

Jawa Timur tidak terlepas dari campur tangan manusia yang tidak peduli terhadap

lingkungan. Menurut Riski (dalam Cristanto, 2017), pelepasan alih fungsi lahan dengan

kawasan yang seharusnya menjadi kawasan lindung yang beralih ke industri inilah

yang dapat mendorong kenaikan risiko bencana ekologis di berbagai daerah, misalnya

banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Kasus yang tidak lama ini terjadi di Tuban, Jawa

Timur adalah penambangan di gunung kapur Tuban yang dilakukan oleh PT Semen

Indonesia, penambangan tersebut menimbulkan banyak kerugian oleh aktivitas

pertambangan, di antaranya adalah polusi, limbah, konflik sosial, dan krisis air bersih.

Kondisi ini akan dikhawatirkan menimbulkan konflik sosial di masyarakat yang hidup

bergantung pada lahan dan air. Kenyataan tersebut memperlihatkan kompleksitas

manusia yang merupakan hasil interaksi manusia dengan alam.

Adapun upaya untuk menanggulangi ancaman bencana ekologis terhadapa

lingkungan adalah dengan cara pengawetan (konservasi) alam atau lingkungan. Dalam

hal ini Dwidjoseputro (1987:32) berpendapat bahwa untuk kepentingan dalam

kesejahteraan hidup manusia, perubahan yang menuju perbaikan kondisi alam perlu

mendapatkan perhatian yang terus menerus. Di samping itu manusia dan lingkungan

merupakan satu kesatuan yang harmonis tanpa ada kecenderungan untuk menguasai

satu sama lain. Manusia harus hidup bersahabat dengan alam sehingga kepentingan

manusia dengan kepentingan alam dapat berjalan dengan beriringan.

Siswanto (2008: 45) mengatakan bahwa manusia merupakan satu kesatuan

yang utuh. Hal ini menjelaskan bahwa saat manusia bertindak juga secara utuh, tidak

dapat dipisah antara bagian satu dengan yang lainnya karena pada dasarnya manusia

Page 18: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

3

adalah sebagai pelaku atau subjek yang bertindak dalam hubungan dengan manusia

lainnya, manusia berkomunikasi dua arah, sedangkan dengan dunia di luar dirinya

berkomunikasi sepihak.

Adanya keterkaitan manusia dengan alam memunculkan tentang sebuah

konsep dalam setiap kebudayaan pada masyarakat Jawa. Pulau Jawa merupakan suatu

daerah yang meyakini kepercayaan mengenai legenda, dongeng dan mitos. Ketiga

unsur dari sastra lisan tersebut masih terjaga ekistensinya hingga saat ini.

Penyebarannya disebarkan melalui lisan. Hutomo dalam Amir (2013:77) memberi

batasan untuk sastra lisan yakni kesusastraan mencakup ekspresi suatu sastra dalam

kebudayaan yang disebarkan dan diturunkan secara sambung lidah atau lisan. Sastra

jenis ini banyak ditemukan di wilayah pedesaan, karena fungsi dari sastra lisan adalah

sebagai upaya untuk kontrol sosial (Hutomo, 1991:18). Selain itu, masyarakat Jawa

juga meyakini adanya kekuatan gaib yang ada di wilayahnya, serta kepercayaan pada

mitos-mitos yang tersebar di suatu tempat. Contohnya, kepercayaan pada mitos

terhadap sumber mata air yang diyakini suci oleh masyarakat Desa Menang Kecamatan

Pagu Kabupaten Kediri, yakni ‘Sendang Tirto Kamandanu’. Sendang ini merupakan

situs peninggalan Kerajaan di masa pemerintahan raja Kediri Sri Aji Jayabaya.

Masyarakat sekitar meyakini bahwa Sendang Tirto Kamandanu merupakan ‘Patirtan’

yaitu mata air yang dianggap suci karena digunakan untuk mandi dan bersuci oleh raja

Sri Aji Jayabaya. Selain itu, air dari Sendang Tirto Kamandanu banyak digunakan

untuk keperluan pengunjung/peziarah sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Page 19: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

4

Beberapa cerita rakyat di Kediri menggunakan setting pada alam, misalnya

saja legenda Gunung Kelud dan Penghianatan Cinta Dewi Kilisuci yang berlatar

tempat di gunung, dan memiliki kedekatakan dengan alam karena letak geografisnya.

Penggunaan latar tempat di gunung menggambarkan sesuatu yang asri, sejuk, dan

tenang. Berbeda jika dibandingkan dengan kehidupan di kota yang ramai, sesak, dan

padat. Pada perkembangan sastra, adanya keterkaitan manusia dengan alam

memunculkan sebuah konsep tentang permasalahan ekologi dalam sastra. Hal ini

selaras dengan teori yang membahas tentang keterkaitan karya sastra dengan unsur

alam yaitu ekokritik. Istilah ekokritik digunakan sebagai istilah mengenai konsep kritik

sastra yang berhubungan dengan alam. Hal ini selaras dengan pendapat Garrard (dalam

Sukmawan, 2016:6) menyebutkan bahwa ekokritik dapat membantu menentukan,

mengeksploitasi, dan menyelesaikan masalah ekologi dalam pengertian yang luas.

Penelitian ini berfokus pada sastra lingkungan dengan model kajian pastoral

mengenai sastra lisan di Kediri. Gifford (1999:2) berpendapat bahwa pastoral adalah

suatu jenis sastra yang mendiskripsikan kehidupan desa secara berbeda dengan

kehidupan di daerah urban atau kota. Sebuah karya sastra dapat digolongkan ke dalam

sastra pastoral jika memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) Bucolic ‘pengembala’, (2)

konstruksi Arcadia (unsur Idylls, nostalgia, Georgic), serta (3) wacana Retrat dan

Return (Sukmawan, 2016:14-15).

Peneleitian ini menggunakan kajian ekokritik pastoral yang berfokus pada

sastra lisan. Sastra lisan yang ada di Kediri banyak ditemukan keterkaitan antara teks

sastra dengan unsur alam yang memenuhi kriteria dalam kajian ekokritik Pastoral.

Page 20: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

5

Selain itu, pada penelitian ini data yang digunakan adalah paparan langsung dari

informan berupa cerita rakyat di Kediri yang mengandung unsur pastoral dan sumber

data yang digunakan adalah berupa legenda Gunung Kelud dan Penghianatan Cinta

Dewi Kilisuci, legenda Arca Totok Kerot, legenda Kediri, mitos Sendang Tirto

Kamandanu, Mitos Pamuksan Sri Aji Jayabaya, mantra sembelih hewan, mantra

memberi makan sapi, mantra selametan desa (pemberian sesaji), dan ujub selametan

desa.

Jika ditarik kesimpulan keterkaitan antara manusia, alam, dan karya sastra,

ketiganya adalah satu kesatuan yang utuh karena manusia sebagai subjek atau pelaku

yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem yang ada di bumi,

sedangkan karya sastra hadir sebagai pelengkap untuk mendidik manusia agar

berperilaku baik terhadap alam. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan,

penelitian ini hadir untuk mengetahui keterkaitan antara karya sastra, manusia dan alam

dalam cerita rakyat di Kediri, dengan judul penelitian “Hubungan Harmoni Manusia

Dengan Alam Dalam Sastra Lisan di Kediri: (Model Kajian Sastra Pastoral).” Tujuan

dilakukannya penelitian ini adalah sebagai bentuk wujud nilai pendidikan lingkungan

yang dapat diterapkan oleh masyarakat agar selalu menjaga lingkungan dengan sebaik-

baiknya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut.

Page 21: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

6

1) Bagaimana deskripsi karakter Bucolic ‘Penggembala’ dalam sastra lisan di

Kediri?

2) Bagaimana deskripsi Arcadia (unsur Idylls, nostalgia, dan Georgic) dalam sastra

lisan di Kediri?

3) Bagaimana deskripsi retreat dan return dalam sastra lisan di Kediri?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan

sebagai berikut.

1) Mendeskripsikan karakter Bucolic ‘Penggembala’ dalam sastra lisan di Kediri.

2) Mendeskripsikan konstruksi Arcadia (unsur Idylls, nostalgia, dan Georgic)

dalam sastra lisan di Kediri.

3) Mendeskripsikan wacana retreat dan return dalam sastra lisan di Kediri.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoretis

Manfaat dalam penelitian ini adalah untuk memperkaya referensi mengenai

sejarah cerita rakyat di Kediri dan kajian ekokritik di Indonesia, serta dapat

memberikan sumbangsih bagi perkembangan sastra lingkungan atau ekokritik yang

ada di Indonesia.

2) Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan bagi masyarakat dan

peneliti.

Page 22: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

7

1. Manfaat bagi masyarakat adalah memahami sejarah mengenai cerita rakyat di

Kediri. Manfaat kedua adalah dapat memperkaya pengetahuan baru mengenai

keterkaitan antara manusia dengan alam yang ada di dalam sastra lingkungan

atau biasa disebut ekokritik sastra.

2. Manfaat bagi peneliti adalah dapat menjadi pedoman dan wawasan baru

mengenai sejarah asal-usul tempat yang ada di Jawa Timur melalui studi dan

kajian sastra lingkungan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Data penelitian ini menggunakan sastra lisan di Kediri yang dikaji dengan

Ekokritik sastra pastoral. Data ini berfokus pada model kajian pastoral yang ditelaah

dengan struktur Bucolic ‘pengembala’, konstruksi Arcadia yang memuat unsur Idylls,

nostalgia, dan Georgic, serta Retreat dan Return.

1.6 Definisi Operasional

Definisi operasional berisikan istilah yang terkait dengan penelitian untuk

menghindari adanya kesalahpahaman dalam menafsirkan istilah yang digunakan dalam

penelitian.

1) Hubungan harmoni manusia dengan alam: keterkaitan antara manusia

dengan alam yang menimbulkan keselarasan untuk sebuah kehidupan di

bumi.

2) Sastra Lisan: bagian dari sebuah kebudayaan yang tumbuh dan

berkembang di tengah-tengah masyarakat dan diwariskan secara turun-

temurun, serta disebarkan secara lisan dan diakui sebagai milik bersama.

Page 23: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

8

3) Kediri: sebuah kota yang ada di Jawa Timur, Indonesia. Kediri merupakan

salah satu wilayah yang memiliki banyak cerita rakyat, karena pada zaman

dahulu kerajaan besar terletak di kota ini, yaitu Kerajaan Kediri.

4) Ekokritik Sastra: disiplin ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara

sastra dengan lingkungan yang dapat membantu menentukan bahkan

menyeleaikan masalah ekologi dalam pengertian yang lebih luas.

5) Sastra Pastoral: karya sastra yang menggambarkan kehidupan lingkungan

pedesaan yang sangat kontras jika dibandingkan dengan kehidupan di kota,

memiliki kriteria adanya sosok penggembala, penggambaran hidup ideal,

dan wacana ketidaksesuaian lapisan masyarakat Kediri dengan kehidupan

yang ada di kota sehingga terjadi sebuah pelarian ke desa.

Page 24: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini diuraikan beberapa penelitian yang memiliki relevansi dengan

penelitian yang berjudul Hubungan Manusia dengan Alam dalam Cerita Rakyat di

Kediri “Model Kajian Ekokritik Pastoral ”

Lisnasari, L (2016) dalam sebuah skripsi yang berjudul Harmoni Alam Dalam

Cerita Rakyat Tengger (Sebuah Kajian Sastra Pastoral) membahas tentang hubungan

harmonis masyarakat Tengger dengan alam baik secara fisik maupun metafisik.

Penelitian tersebut, Lisnasari mengambil data tertulis berupa legenda dan mitos yang

ada di wilayah Tengger. Sumber data tersebut antara lain, (1) Legenda Kasada

berjumlah sepuluh cerita dari beberapa versi, (2) Legenda Karo berjumlah tujuh cerita

dengan versi yang berbeda, (3) Mitos Gua Widodaren, (4) Mitos Poten, (5) Mitos Jimat,

dan (6) Mitos Punden Tosari.

Penelitian Lisnasari memiliki keterkaitan dengan penelitian ini yaitu tentang

hubungan manusia dengan alam yang menggunakan model kajian ekokritik sastra

pastoral. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini terletak pada data dan

sumber datanya. Penelitian sebelumnya menggunakan studi pustaka sedangkan pada

penelitian ini menggunakan studi lapang. Selain itu, data yang digunakan berupa

paparan naratif cerita rakyat Tengger, serta sumber data yang digunakan dalam

Page 25: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

10

penelitian tersebut adalah cerita rakyat Tengger yang berupa legenda Kasada, legenda

Karo, mitos Gua Widodaren, Mitos Poten, mitos Jimat, dan mitos Punden Tosari.

Sedangkan pada penelitian ini data yang digunakan berupa paparan langsung dari

informan yang mengandung unsur sastra pastoral, sumber data yang digunakan adalah

legenda Gunung Kelud dan Penghianatan Cinta Dewi Kilisuci, legenda Arca Totok

Kerot, legenda Kediri, mitos Sendang Tirto Kamandanu, Mitos Pamuksan Sri Aji

Jayabaya, mantra sembelih hewan, mantra memberi makan sapi, mantra selametan

desa (pemberian sesaji), dan ujub selametan desa.

Hasil yang didapatkan dalam penelitian Lisnasari adalah terdapatnya ciri

pastoral yang yang ada di cerita rakyat Tengger meliputi karakter Bucolic, konstruksi

Arcadia (unsur Idylls, nostalgia, dan Georgic), serta wacana retreat dan return. Ciri

pastoral tersebut termuat dalam bentuk legenda Kasada, legenda Karo, dan mitos (Gua

Widodaren, Poten, jimat, dan punden Tosari). Unsur utama yang termuat dalam cerita

rakyat Tengger adalah unsur Idylls yang terwujud dari adanya hubungan harmonis

antara Masyarakat Tengger dengan Tuhan, sesama manusia, hewan, dan makhluk

psikis. Dalam hal ini, cara pandang dan laku hidup Masyarakat Tengger yang tercermin

dalam cerita rakyatnya sesuai dengan falsafah hidup Welas Asih Pepitu dan Bekti

Marang Guru Papat yang bermaknakan kewajiban manusia untuk menjaga keselarasan

kosmos.

Dewi (2015) dalam sebuah jurnal yang berjudul Manusia Dan Lingkungan

Dalam Cerpen Indonesia Kontemporer: Analisis Ekokrtik Cerpen Pilihan Kompas

Page 26: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

11

yang mendiskripsikan tentang hubungan manusia dengan lingkungan dalam cerpen

Indonesia kontemporer. Dalam penelitian tersebut Dewi mengambil data dari

kumpulan cerpen koran Kompas sepanjang tahun 2010-2015 yang kemudian

ditemukan data berupa cerpen yang bertemakan lingkungan hidup. Tujuan

dilakukannya penelitian Dewi ini adalah untuk melihat apakah sastra Indonesia masa

kini telah memperlihatkan keberpihakan yang serius dalam upaya menjaga kelestarian

di Bumi.

Penelitian Dewi memiliki kesamaan dalam penelitian ini yaitu tentang

hubungan manusia dengan lingkungan dalam analisis ekokritik. Perbedaan penelitian

sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada kajian analisis

teorinya serta data dan sumber data yang digunakan. Penelitian sebelumnya membahas

hubungan manusia dengan lingkungan yang dikaji dengan terori ekokritik secara

umum, serta data yang digunakan dalam penelitian sebelumnya berupa cerpen-cerpen

bernuansa lingkungan yang dimuat diharian Kompas pada kurun waktu 2010 hingga

pertengahan tahun 2015. Sumber datanya adalah cerpen di surat kabar Kompas tahun

2010-2015, sedangakan pada penelitian Hubungan Manusia dengan Alam dalam cerita

Rakyat di Kediri “Model Kajian Ekokritik Pastoral” ini, lebih memfokuskan lagi pada

kajian ekokritik pastoral yang meliputi karakter Bucolic ‘penggembala’, konstruksi

Arcadia (unsur Idylls, nostalgia, dan Georgic), serta wacana retreat dan return dalam

cerita rakyat di Kediri. Data yang digunakan pada penelitian ini berupa paparan

langsung dari informan berupa cerita rakyat di Kediri yang menandung unsur pastoral,

Page 27: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

12

sedangkan sumber data yang digunakan adalah legenda Gunung Kelud dan

Penghianatan Cinta Dewi Kilisuci, legenda Arca Totok Kerot, legenda Kediri, mitos

Sendang Tirto Kamandanu, Mitos Pamuksan Sri Aji Jayabaya, mantra sembelih hewan,

mantra memberi makan sapi, mantra selametan desa (pemberian sesaji), dan ujub

selametan desa.

Hardiningtyas (2015) dalam penelitian yang berjudul Ekokritik: Ritual dan

Kosmis Alam Bali dalam Puisi Saiban Karya Oka Rusmini membahas tentang

keterkaitan sastra dengan masalah lingkungan serta tradisi yang ada di Bali, yang

memiliki persamaan maupun perbedaan antara keadaan tekstual dan faktual, dengan

menunjukkan objek berupa puisi Saiban yang merupakan perwujudan sastra dan

lingkungan. Data penelitian ini diambil dari data deskriptif berupa kata-kata tertulis,

sedangkan sumber data yang digunakan adalah puisi Saiban karya Oka Rusmini.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang berjudul Hubungan Manusia

dengan Alam dalam Cerita Rakyat di Kediri “Model Kajian Ekokritik Pastoral”

terletak pada fokus kajian teori serta data dan sumber datanya. Fokus kajian pada

penelitian sebelumnya menggunakan ekokritik yang membahas sastra dengan alam,

sedangkan pada penelitian ini fokus kajian teorinya menggunakan ekokritik sastra

pastoral. Untuk data dan sumber data pada penelitian sebelumnya menggunakan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis, dan sumber datanya adalah puisi Saiban karya Oka

Rusmini, sedangkan data dan sumber data pada penelitian ini adalah data yang berupa

paparan langsung dari informan berupa legenda dan mitos, serta sumber data yang

Page 28: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

13

digunakan pada penelitian ini adalah legenda Gunung Kelud dan Penghianatan Cinta

Dewi Kilisuci, legenda Arca Totok Kerot, legenda Kediri, mitos Sendang Tirto

Kamandanu, Mitos Pamuksan Sri Aji Jayabaya, mantra sembelih hewan, mantra

memberi makan sapi, mantra selametan desa (pemberian sesaji), dan ujub selametan

desa.

Penelitian yang dilakukan Hardiningtyas (2015) menghasilkan simpulan

bahwa puisi Saiban menggamarkan perwujudan ketenangan dan keselarasan kosmis,

terlihat sikap harmonis antara manusia dan alam lingkungannya. Sikap ini terwujud

melalui sikap rukun, sikap yang tidak saling mengusik atau tidak saling mengganggu

antarelemen kosmis. Dengan demikian, menjaga kerukunan kosmis merupakan

perwujudan sikap kasih sayang dan menjaga keberlanjutan kosmis, alam, dan

manusianya. Puisi Saiban ini menggambarkan tradisi yang kuat tentang spiritualitas

alam berpadu dengan tradisi dan nuansa religius Hindu menjadi salah satu nilai kearifan

lingkungan masyarakat Bali.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Sastra Lisan

Sastra lisan adalah suatu bentuk kesusastraan yang mencakup ekspresi

kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturunkan secara lisan dari

mulut ke mulut (Hutomo dalam Sudikan, 2001:2). Sastra lisan sering disebut literature

orally yang lebih dikenal dengan istilah folklor. Sesuai dengan namanya sastra lisan

Page 29: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

14

merupakan sastra yang disampaikan dan dinikmati secara lisan dari mulut seorang

penyair kepada sekelompok pendengar. Secara harfiah sastra lisan bersifat komunal

atau umum yang berarti milik bersama dalam sekumpulan masyarakat tertentu di suatu

daerah. Hal ini yang memberikan ciri khas sastra lisan tiap daerahnya masing-masing

karena di dalam sastra lisan tertuang nilai budaya dan kearifan lokal yang mengikat

masyarakatnya. Sastra lisan dapat menjadi sebuah aset kebudayaan bagi masyarakat

yang melestarikannya dalam suatu wilayah, sehingga bentuk sastra lisan suatu daerah

bisa membedakannya dengan komunitas lain.

Ciri-ciri pengenal utama sastra lisan adalah terdapat di sebuah desa terpencil

atau pelosok. Biasanya masyarakat yang tinggal di daerah terpencil sebuah pedesaan

akan menjaga keutuhan budaya atau tradisi nenek moyang mereka yang berkembang

dan diyakini oleh masyarat setempat. Berbeda jika dibandingkan dengan kehidupan di

kota, sastra lisan yang berkembang di kota sedikit demi sedikit akan tergeser

eksistensinya oleh teknologi yang semakin maju dan pengaruh dari budaya luar yang

mudah di terima oleh masyarakat urban. Amir (2013:7) berpendapat bahwa sastra lisan

hidup ditengah-tengah masyarakat tradisonal, bentuknya tetap, dan menggunakan

ungkapan klise. Salah satu sastra lisan yang berkembang ditengah-tengah masyarakat

tradisional dan masih terjaga eksistensinya adalah sastra lisan yang ada di Kediri.

Masyarakat Kediri mempunyai banyak produk sastra lisan, diantaranya adalah legenda

dan mitos yang tersebar di sana.

2.2.1.1 Cerita Rakyat

Page 30: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

15

Cerita rakyat merupakan bentuk produk sastra lisan yang berkembang disuatu

daerah. Hingga saat ini eksistensi cerita rakyat menjadi fenomena budaya yang bersifat

universal dalam kehidupan masyarakat. Dalam penelitian ini terdapat beberapa

pembahasan tentang cerita rakyat yang merupakan salah satu kategori folklor lisan.

Danandjaja (1984:2) menjelaskan definisi folklor adalah suatu kebudayaan kolektif

yang tersebar dan diwariskan secara turun-temurun dalam versi yang berbeda, baik

dalam bentuk lisan maupun tulis yang disertai dengan gerak isyarat atau alat peraga

unuk membantu mengingat. Folklor digolongkan menjadi beberapa golongan, dikutip

dari pendapat Brunvand (dalam Endraswara, 2009:29) folklor terdiri dari: 1) Folklor

lisan, yaitu folklor yang banyak diteliti orang. Beberapa bentul sastra lisan adalah

ujaran rakyat (folk speech), dialek, ungkapan, kalimat tradisonal, pertanyaan rakyat,

mite, legenda, nyanyian rakyat, dan lain sebagainya. 2) Folklor adat kebiasaan, yang

mencakup jenis folklor lisan dan non lisan, misalnya kepercayaan rakyat, adat-istiadat,

pesta, dan permainan rakyat. 3) Folklor material, yang mencakup jenis seni karya,

arsitektur, busana, makanan, dan lain-lain. Dalam hal ini cerita rakyat yang mencakup

legenda, dongeng, dan mitos yang diujarkan secara turun-temurun melalui lisan

merupakan warisan budaya yang sampai saat ini masih mempunyai nilai-nilai yang

patut dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kehidupan masa kini dan masa yang akan

datang.

Dalam penelitian ini, cerita rakyat yang dijadikan sebagai objek penelitian

berupa legenda Gunung Kelud dan Penghianatan Cinta Dewi Kilisuci, legenda Kediri,

Page 31: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

16

mitos Sendang Tirto Kamandanu, dan mitos pamuksan Sri Aji Jayabaya. Selain

legenda dan mitos tersebut, penelitian ini juga akan mendeskripsikan tentang ritual

upacara slametan satu suro di Sendang Tirto Kamandanu. Mulder (1985:32)

menjeaskan definisi slametan adalah ritual pokok untuk melanjutkan,

mempertahankan, atau memperbaiki suatu tatanan tertentu yang bersifat sosio-religius

guna mempererat hubungan sesama manusia yang ikut serta dalam perayaan upacara

atau ritual adat tersebut.

2.2.1.2 Legenda

Legenda adalah cerita yang diyakini oleh beberapa masyarakat setempat

benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral. Danandjaja (1984:66)

menjelaskan definisi legenda yaitu cerita prosa rakyat yang diyakini oleh empu cerita

sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau.

Masyarakat Jawa meyakini bahwa legenda-legenda yang pernah diceritakan oleh kakek

dan neneknya merupakan suatu peristiwa yang pernah terjadi di suatu tempat pada

masa lampau. Legenda memiliki kandungan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi

masyarakat setempat untuk mematuhi norma atau larangan-larangan dalam kehidupan

yang telah dijalankan di suatu tempat. Legenda seringkali dipandang sebagai sejarah

kolektif yang tidak tertulis, penyebarannya pun melalui lisan dari mulut ke mulut,

sehingga legenda tersebut mengalami distorsi dari masa ke masa yang dapat berbeda

dari cerita aslinya.

Page 32: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

17

Legenda bersifat sekuler atau suci dengan tokoh utamanya adalah manusia.

Dalam legenda bercerita tentang migrasi, perang dan kemenangan, pemimpin raja

zaman dahulu, serta kesuksesan dalam suatu dinasti yang sedang memerintah. Dalam

cerita rakyat yang ada di Kediri, ada beberapa legenda yang terkenal hingga saat ini

yaitu legenda Gunung Kelud dan Penghianatan Cinta Dewi Kili Suci, legenda Kediri,

dan legenda Arca Totok Kerot yang digunakan sebagai sumber data penelitian ini.

2.2.1.3 Mitos

Seperti yang sudah dijelaskan pada subbab sebelumnya, mitos atau mite

termasuk ke dalam genre prosa dalam bentuk cerita rakyat. Mitos sendiri memiliki

definisi yaitu cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah berlatar masa lampau yang

mengandung penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya.

Dundes (dalam Danandjaja, 1984:62) berpendapat bahwa mitos adalah penjelasan suci

terbentuknya manusia seperti sekarang ini, harus diingat bahwa sesuatu yang

berhubungan dengan kepercayaan, terutama yang sudah berupa kitab suci akan sukar

sekali berubah. Menurut definisi yang sudah dijelaskan, mitos sering ditafsirkan

dengan pemahaman yang negatif, ia diidentikkan dengan dongeng atau cerita rekaan,

khayalan, dan bukan yang sebenarnya. Cara pandang inilah yang menjadi kesepakatan

pada kalangan masyarakat pendahulunya. Pada abad 19 semenjak ilmuan dari Barat

memiliki suatu pendekatan studi tentang mitos dengan sudut padang empirik dan bukan

hanya sudut bahasa, maka semenjak itu pula mitos memiliki kesan positif yang

dipahami sebagai cerita yang benar-benar terjadi (Roibin, 2009:86).

Page 33: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

18

Mitos juga dapat dipahami sebagai realitas budaya yang kompleks dengan

kiasan atau cerita sakral yang berhubungan dengan even pada waktu primordial, yaitu

pada waktu permulaan yang mengacu pada asal mula segala sesuatu dan dewa-dewa

sebagai objeknya. Hal inilah yang dimaksud dengan istilah konsepsi yang digali dari

realitas. Pada saat yang sama ketika model itu diulang-ulang maka mitos itu menjadi

konsep yang dijadikan sebagai pedoman dan arahan bagi realitas kehiupan manusia.

Mitos diajarkan untuk dipercayai karena dianggap memiliki kekuatan untuk menjawab

keraguan yang sering dikaitkan dengan teologi dan ritual. tokoh utama mitos bisanya

binatang, dewa, atau pahlawan yang tindakannya terjadi pada masa lampau. Dalam

penelitian ini mitos yang diambil di wilayah Kediri adalah mitos air sendang yang

dianggap suci oleh masyarakat sekitar di Sendang Tirto Kamandanu dan mitos

petilasan Sri Aji Jayabaya.

2.2.2 Mantra

Mantra dikategorikan sebagai sastra lisan yaitu puisi rakyat yang bersifat

magis dan dimiliki oleh masyarakat yang diperoleh dan disebarkan secara lisan.

Perilaku magis ini biasa disebut sebuah perilaku yang dilakukan untuk mencapai suatu

tujuan tertentu yang diyakini oleh manusia ada di alam-meta empiris (Rusyana dalam

Sorayah, 2014:2). Penggunaan mantra pada saat ini mulai ditinggalkan oleh

masyarakat modern. Ketika masyrakat sudah mulai meninggalkan tradisi, tidak

dipungkiri bahwa sebenarnya masyarakat telah meninggalkan nilai-nilai luhur yang

dianutnya secara turun-temurun. Mantra jawa yang terdapat dalam Primbon merupakan

Page 34: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

19

tradisi lisan yang bertransformasi ke bentuk tulis warisan dari leluhur Jawa untuk

tinggalan anak cucunya agar senantiasa keturunannya dalam ranah kesucian lahir dan

batin (Widodo, 2012:965).

Ujub merupakan suatu realitas budaya masyarakat Jawa yang mengandung

berbagai simbol dan mitos (Yanto, A, dkk. 2013:1). Setiap simbol memiliki makna

tertentu yang dapat menuntun masyarakat agar senantiasa meningkatkan keimanan dan

tingkah laku dalam kehidupannya. Dalam hal ini ujub akan diucapkan ketika

berjalannya sebuah ritual slametan sesudah semua piranti slametan telah disiapkan.

Slametan memiliki makna sosial bagi masyarakat Jawa yang sangat diyakini dan

memegang peranan penting dalam menciptakan suatu kondisi dalam menentukan sikap

dan tingkah laku bagi masyarakat yang bersangkutan. Salah satu wujud slametan yang

diadakan oleh masyarakat Kediri adalah slametan desa yang masih dilestarikan hingga

saat ini. Ujub mempunyai ciri yang bermuatan puisi dengan bahasa yang mudah

dipahami dari pada mantra. Banyak ditemukan ujub yang berbentuk lafal-lafal bahasa

Jawa yang termasuk kategori bahasa krama, sehingga masih bisa dipahami oleh

kalangan muda pada saat ini. Jika ditarik benang merah maka dapat disimpulkan

bahwasannya ujub merupakan ragam puisi untuk mengiri suatu ritual tertentu dalam

kehidupan masyarakat yang mempercayainya.

2.2.3 Etika Manusia Kepada Alam Semesta

Pandangan hidup manusia Jawa tidak dapat dipisahkan dengan konsep etika.

Etika sendiri merupakan pengetahuan mengenai tata cara kehidupan yang perlu

Page 35: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

20

diketahui oleh manusia. Dalam hal ini etika juga disebut sebagai falsafah moral yang

membahas tentang sudut pandang manusia dalam perbuatannya. Perbuatan atau

tingkah laku manusia adalah tindakan-tindakan yang berasal dari akal budi sehingga

menghasilkan perbuatan baik dan buruk. Ciri khas dari manusia Jawa mengenai etika

adalah bahwasanya manusia Jawa menjunjung tinggi nilai keselarasan baik kepada

Tuhan, manusia, maupun kepada alam semesta yang tercakup dalam konsep Tri Hita

Kirana, yaitu tiga hubungan harmoni yang menyebabkan timbulnya kebahagiaan pada

manusia (Widyawati, 2010:64). Berdasarkan ketiga hubungan harmoni tersebut, maka

dapat diketahui bahwa manusia hidup di dunia ini tidak hanya berbuat baik kepada

Tuhan dan sesama manusia saja, melainkan juga harus berbuat baik kepada alam

semesta.

Manusia selain memiliki hubungan dengan Tuhan dan sesama manusia, juga

memiliki hubungan dengan alam semesta. Hal ini dimaksudkan karena manusia

merupakan khalifah atau wakil Tuhan di bumi ini, bukan hanya berbuat baik kepada

sesama manusia saja melainkan juga berbuat baik kepada alam semesta. Oleh karena

itu, manusia Jawa merasa memiliki kepentingan untuk menjaga keselarasan alam

dengan cara dapat menjaga kerukunan dan mengakui kedudukan masing-masing pihak.

Ajaran tersebut sudah ditanamkan sejak kecil, sehingga manusia Jawa akan bertindak

rukun dan hormat terhadap sesama (Suseno, 1999:205).

2.2.4 Ekokritik Sastra

Page 36: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

21

Ekokritik sastra adalah studi tentang hubungan antara sastra dengan

lingkungan fisik, Glotfelty (dalam Garrad, 2004:3). Ekokritik memfokuskan diri pada

karya sastra atas pengalaman manusia secara natural dan konsekuen di dunia yang

kultural ini. Dalam hal ini sastra dengan lingkungan fisik dalam kaitannya mempunyai

makna yang cukup luas, dimana keduanya saling berkaitan satu sama lain. Sebagai

sebuah karya sastra lisan yang memuat tentang unsur lingkungan, cerita rakyat

memiliki potensi untuk mengungkap pesan-pesan lingkungan kepada masyarakat

sehingga cerita rakyat tersebut muncul. Teks sastra lisan memuat potensi besar sebagai

teks sastra kearifan lingkungan atau sastra ekologi karena secara tersirat maupun

tersurat telah menghadirkan tema tentang lingkungan dan menjadikan tema lingkungan

sebagai orientasi etis teks (Sukmawan, 2016:29).

Kajian ekokritik sastra menuntut manusia agar senantiasa memperdulikan

alam dan peka terhadap pesan-pesan yang disampaikan lingkungan sehingga manusia

mampu mengidentifikasi masalah yang timbul diakibatkan oleh lingkungan. Selain itu

pengkajian teks sastra menggunakan ekokritik akan mencerminkan perilaku manusia

terhadap alam yang menunjukkan keseimbangan antara keduanya. Teks sastra yang

memuat unsur-unsur lingkungan adalah cerita rakyat yang berlatar alam pedesaan.

Contohnya saja produk sastra lisan yang berupa legenda Gunung Kelud dan

Penghianatan Cinta Dewi Kili Suci di Kediri. Dalam teks sastra tersebut latar yang

digunakan adalah alam pedesaan, serta unsur alam seperti gunung, sumur, dan sungai

digunakan dalam cerita tersebut.

Page 37: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

22

2.2.5 Sastra Pastoral

Pastoral berasal dari bahasa Latin atau bahasa Yunani Pastor, yaitu Poimen,

yang berarti penggembala. Dalam hal ini pengembala erat kaitannya dengan kehidupan

di pedesaan yang selaras dengan ciri sastra pastoral, yaitu menggambarkan kehidupan

yang ideal disebuah pedesaan yang dekat dengan unsur-unsur alam. Sukmawan

(2016:30) menyatakan bahwa pada sekitar tahun 1610-an, pastoral merupakan bentuk

puisi atau drama yang di dalamnya memuat sebuah narasi para penggembala. Dalam

narasi tersebut terjadi dialog antar penggembala yang membicarakan tentang

pekerjaan, kehidupan sehari-hari, lukisan panorama, lanskap alam, dan lingkungan

pedesaan.

Sama halnya dengan pendapat Gifford (1999:2) menyatakan bahwa pastoral

merujuk pada setiap karya sastra yang menjabarkan tentang kehidupan suatu pedesaan

yang berbeda dengan daerah urban atau perkotaan. Sebuah sastra dapat dikatakan

sebagai sastra pastoral jika memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) ekosentris, (2) narasi

kehidupan, penghidupan, dan tata cara hidup yang selaras dengan norma alam, (3)

tempat hidupa yang nyaman dan ideal, (4) kesatuan harmoni antara manusia dan

lingkungan, (5) idealisasi desa dan romantisme masa lalu, serta (6) reflektif-

introspektif (Sukmawan, 2016:45). Untuk membedah teks sastra ke dalam sastra

pastoral dapat dilakukan dengan memperhatikan karakteristik yang telah dijelaskan di

dalam bukunya Sukmawan (2016:30) yang terurai atas deskripsi Bucolic

Page 38: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

23

‘penggembala’, konstruksi Arcadia (unsur Idylls, nostalgia, dan Georgic), serta wacana

retreat dan return.

2.2.5.1 Bucolic ‘Pengembala’

Salah satu elemen penting yang menandai sastra pastoral adalah bucolic

‘penggembala’ yang dapat dimaknai secara sederhana bahwa penggembala berasal dari

kehidupan di desa (Sukmawan, 2016:31). Keberadaan unsur penggembala adalah tolak

ukur sebuah karya sastra yang masuk dalam kajian sastra pastoral. Dalam hal ini

gambaran karakter penggembala muncul dalam sebuah cerita rakyat yang ada di Kediri

yaitu legenda Gunung Kelud dan Penghianatan Cinta Dewi Kili Suci, penggambaran

tokoh sakti Lembu suro dan Mahesa suro yang diibaratkan sebagai hewan kerbau dan

sapi pada masa itu menjelaskan bahwa orang pada zaman dahulu mendewakan hewan

sebagai gambaran yang kuat dan sakti dalam kehidupannya. Jika ditarik benang merah

sapi dan kerbau adalah hewan yang digunakan untuk membajak sawah atau ladang

tempat masyarakat bercocok tanam maka karakter penggembala yang ada dalam sastra

pastoral sudah mewakili pada cerita rakyat tersebut. Penggembala digambarkan secara

khas pada legenda Gunung Kelud dan Penghianatan Cinta Dewi Kili Suci yang berlatar

di pegunungan karena unsur-unsur alam seperti gunung dan sungai juga digunakan

dalam cerita rakyat tersebut.

2.2.5.2 Konstruksi Arcadia

Page 39: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

24

Struktut teks arcadia merujuk pada cara atau gaya hidup yang diidealkan.

Dalam hal ini cara hidup yang mengacu pada konsep ideal terpusat di pedesaan.

Sukmawan (dalam Gifford, 2016:34) memaparkan istilah Idylls yang tidak hanya

mengacu kepada bentuk puitika secara khusus tetapi juga berkembang menjadi istilah

umum. Perilaku membuang sampah pada tempatnya dapat dikatakan sebagai wujud

idylls karena telah menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Masih mengutip

dalam bukunya Sukmawan (2016:34) konstruksi arcadia dibagi ke dalam tiga unsur,

diantaranya adalah: 1) unsur Idylls, menggambarkan nilai-nilai desa yang

mengimplikasikan kritisisme kota, 2) unsur nostalgia, suatu wujud yang selalu melihat

ke belakang atau ke masa lampau, 3) Georgic, menggambarkan kenyamanan bekerja

orang desa secara harmonis yang selaras dengan alam.

Idylls merupakan perwujudan gagasan, pemikiran, dan perilaku yang ideal.

Dalam hal ini unsur Idylls menggambaran kehidupan yang diidealkan oleh masyarakat

pedesaan. Pada masyarakat Jawa, gagasan, pemikiran, dan perilaku yang diidealkan

tergambar dalam sastra lisan yang berkembang di wilayah mereka, misalnya saja adat

istiadat desa yang diwariskan oleh nenek moyang kemudian sebisa mungkin

dilaksanakan dan dilestarikan ke dalam bentuk ritual slametan. Ritual slametan

mengungkap nilai-nilai yang dirasakan oleh orang Jawa, yaitu nilai kebersamaan,

ketetanggan, dan kerukunan (Suseno dalam Sukmawan, 2016:35).

Perilku yang diidealkan tentang bagaimana cara hidup tertentu tidak terlepas

dari kepercayaan atau kejadian masa lampau yang melatarbelakangi munculnya

Page 40: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

25

gagasan dan perilaku yang diidealkan dalam masyarakat. Kejadian pada masa lampau

inilah yang menjadi penanda penting dalam unsur nostalgia. Unsur nostalgia adalah

elemen mendasar dari Arcadia yang merupakan bentuk untuk selalu melihat ke

belakang. Dalam hal ini pastoral merepresentasikan idealisasi sebuah kehidupan di

desa dan masa lalu yang mengimplikasikan masa depan yang lebih baik (Gifford dalam

Sukmawan, 2016:37). Nostalgia digambarkan dengan mendeskripsikan keadaan

zaman dulu dan sekarang yang jauh berbeda. Dalam bukunya Sukmawan (2016:38)

menyatakan bahwa penanda unsur notalgia terbagi menjadi dua aspek, yaitu aspek

kebahasaan yang ditandai dengan penggunaan keterangan waktu lampau, seperti ‘pada

zaman dahulu’, ‘konon’, ‘dahulu kala’, kemudian aspek yang kedua adalah aspek

substansi yang berisikan tentang sebuah kerinduan, kenangan yang manis dan indah,

masa silam atau masa lampau, sesuatu yang sudah tidak ada lagi sekarang, dan sesuau

yang letaknya jauh.

Unsur terkahir Arcadia adalah unsur georgic. Georgic merupakan bentuk

penggambaran cara proses bekerja pada masyarakat desa yang harmonis dengan alam

dimana akan memberikan perbedaan dengan suasana kota yang ramai. Penggambaran

pekerjaan di desa tampak dalam mantra dan dongeng masyarakat Jawa yang lebih

memperlihatkan detail pekerjaan pada sisi spiritualnya (Sukmawan, 2016:40). Hampir

setiap tahapan dalam bercocok tanam selalu diawali dengan ritual yang kemudian

disusul dengan perapalan mantra dalam setip proses ritual. Dalam masyarakat Jawa

sebelum mereka memulai bercocok tanam di ladang, mereka mempercayai sebuah

Page 41: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

26

petangan yang mengacu pada kalender Jawa. Petangan sendiri memiliki arti yaitu

perhitungan baik-buruk yang dilukiskan dalam lambang dan watak hari, tanggal, bulan,

tahun, pranata wangsa, wuku, dan lain sebagainya (Purwadi dalam Sukmawan,

2016:40).

2.2.5.3 Wacana Retreat dan Return

Sukmawan (2016:42) memaparkan wacana retreat dan return sebagai wujud

pelarian dari kota. Hal ini terlihat sangat kontras jika dibandingkan dengan konsep

sastra pastoral yang merujuk pada cara atau gaya hidup yang diidealkan. Gaya hidup

yang ideal digambarkan pada kehidupan di desa yang sangat berbanding terbalik

dengan gaya hidup di kota. Retreat diartikan dengan pelarian manusia dari hingar-

bingar, komplesitas kehidupan dan permasalahan kota, dengan tujuan melepas diri atau

keluar dari tingkah laku kita (hijrah). Return merujuk pada kepulangan kembali menuju

desa dan memperbaiki perilaku mereka.

Page 42: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

27

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijabaran beberapa subbab metode penelitian berupa, (1)

Jenis Penelitian, (2) Data dan Sumber Data, (3) Teknik Pengumpulan Data, (4)

Instrument Kajian, (5) Keabsahan Data, dan (6) Analisis Data.

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian yang berjudul Hubungan Harmoni Manusia Dengan Alam

Dalam Sastra Lisan Di Kediri (Model Kajian Sastra Patoral) adalah jenis penelitian

kualitatif. Menurut Basrowi dan Suwandi (dalam Bodgan & Taylor, 2008:21)

mendiskripsikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa dokumen tertulis maupun secara lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Penelitian kualitatif memiliki tingkat kritisme yang mendalam

karena metode ini biasanya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Kondisi yang alami

seperti ini akan menghasilkan data yang diperoleh tidak dibuat-buat, berkembang apa

adanya, dan tidak adanya manipulasi. Dalam pnelitian kualitatif, pengumpulan data

tidak dipandu oleh teori, akan tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat

penelitian di lapangan. Oleh sebab itu, analisis data yang dilakukan bersifat induktif

yang berdasarkan pada fakta-fakta yang ditemukan, kemudian dapat dikonstruksikan

menjadi hipotesis (Sugiyono, 2014:3).

Page 43: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

28

Dalam penelitian kualitatif seorang peneliti merupakan instrumen dalam

penelitian itu sendiri. Instrumen adalah alat untuk menggali data primer dari responden

sebagai sumber data terpenting dalam sebuah penelitian (Suyanto dan Karnaji,

2005:59). Untuk dapat menjadi instrumen, peneliti harus memiliki bekal teori dan

wawasan yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis, mendokumentasi foto,

dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebh jelas dan bermakna.

Metode kualitatif dengan studi sastra sangat berkaitan, karena data yang ditemukan di

lapangan bersifat alamiah maka harus didiskripsikan kemudian disusul dengan analisis

data yang telah ditemukan.

Dilihat dari sudut pandang kualitatif, bahwa realitas dipandang sesuatu yang

holistik, permasalahan belum jelas, kompleks, dinamis, dan penuh makna, maka

peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam terlebih dahulu,

kemudian menemukan pola, hipotesis dan teori. Selain itu, penelitian ini juga berupa

data deskriptif, misalnya kata-kata, gambar dan bukan angka yang merupakan ciri dari

penelitian kuantitatif.

3.2 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini diambil dari tuturan lisan cerita rakyat dan darasan

mantra yang mengandung karakteristik sastra pastoral, yaitu 1) Bucolic ‘penggembala’,

2) konstruksi arcadia yang meliputi unsur Idylls, nostalgia, dan Georgic, serta 3)

wacana retreat dan return. Penuturan informan tersebut kemudian direkam ketika

peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan. Menurut Sugiyono

(2011:20) dalam penelitian kualitatif proses memperoleh data atau informan pada

Page 44: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

29

setiap tahapan dilakukan secara sirkuler, berulang-ulang dengan berbagai cara serta

dari berbagai sumber. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau

data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian dan akan

berkembang setelah peneliti masuk dan selama penelitian.

Sumber data adalah subjek yang menunjukkan dari mana suatu data berasal

atau diperoleh (Arikunto, 2010:172). Sumber data dalam penelitian ini berupa legenda

Gunung Kelud dan Penghianatan Cinta Dewi Kilisuci, legenda Arca Totok Kerot,

legenda Kediri, mitos Sendang Tirto Kamandanu, Mitos Pamuksan Sri Aji Jayabaya,

mantra sembelih hewan, mantra memberi makan sapi, mantra selametan desa

(pemberian sesaji), dan ujub selametan desa, serta informan yang peneliti pilih yaitu

Mbah Suratin. Selain itu, peneliti melengkapi data penelitian dengan mengumpulkan

beberapa cerita rakyat Kediri melalui data pustaka yang berupa bahan-bahan tertulis,

yaitu legenda Kediri, kecamatan Pagu, kabupaten Kediri.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang

berkaitan dengan kajian teori. Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh

bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya.

Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara secara mendalam dan

dokumentasi berupa rekaman percakapan saat wawancara dengan informan. Sebelum

peneliti melakukan penelitian lapang, langkah awal yang peneliti gunakan adalah

observasi tempat. Observasi merupakan bagian yang sangat penting untuk penelitian

kualitatif, karena peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksi secara sistematis

Page 45: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

30

terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian (Basrowi dan Suwandi, dalam Burns,

2008:93). Penelitian ini dilakukan di Desa Menang, kecamatan Pagu, kabupaten

Kediri. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa Menang Kediri adalah

desa tersebut merupakan desa yang masih relatif ajeg dalam menjalankan ritual. Seperti

yang dilakukan oleh masyarakat Menang adalah menjalankan tradisi ritual upacara

suroan setiap tanggal satu Suro. Kegiatan suroan ini dilakukan sebagai bentuk

penghormatan kepada leluhur mereka yaitu Prabu Sri Aji Jayabaya. Dalam tradisi yang

sudah dijalankan secara turun-temurun ini, upacara satu suro di Kediri memiliki

keistimewaan tersendiri yaitu upacara ini dihadiri langsung oleh perwakilan keluarga

besar Hondodento Yogyakarta. Kegiatan upacara ini diikuti iring-iringan barisan mulai

dari Kelurahan menuju Petilasan dengan rangkaian upacara yaitu menghaturkan

keinginan penyelenggra upacara ziarah, mengheningkan cipta, munjuk atur, tabur

bunga, caos dahar, peletakan pusaka, pembacaan doa, munjuk lengser, pengambilan

pusaka, upacara di pamuksan menuju Sendang Tirta Kamandaru.

Dalam penelitian sastra lisan, peneliti lapang terlibat dengan kehidupan

masyarakat di kampung tempat kesenian itu berada. Akan tetapi, teks tetaplah yang

terpenting, teks merupakan pusat penelitian sastra lisan (Amir, 2013:50). Kemudian

langkah selanjutnya adalah menentukan informan. Informan sendiri adalah orang-

orang yang ada pada latar penelitian. Informan dimanfaatkan untuk memberikan

informasi situasi dan kondisi latar belakang pada penelitian, sehingga peneiti dapat

menggali informasi lebih dalam pada informan. Selain itu, informan dimanfaatkan juga

untuk bertukar pikiran atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari

Page 46: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

31

subjek lainnya. Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah (1) informan

berusia 60 tahun ke atas, (2) Warga asli Desa Menang, (3) mempunyai pengetahuan

lengkap tentang keberadaan dan cerita tentang sastra lisan di Kediri, (4) serta dapat

berbicara lancar.

Peneliti banyak mendapatkan informasi melalui informan yaitu Mbah Suratin.

Informan yang dipilih merupakan orang asli desa Menang dan seorang juru kunci

Sendang Tirto Kamandanu. Mbah Suratin menjadi juru kunci di Sendang Tirto

Kamandanu sejak tahun 1999 sampai sekarang. Selain itu, Mbah Suratin juga

mengetahui banyak informasi tentang asal-usul tempat di Kediri yang masuk ke dalam

kriteria informan yang sudah ditentukan oleh peneliti sebelumnya, adapun beberapa

sastra lisan yang telah diceritakan oleh informan kepada peneliti antara lain, asal-usul

kerajaan Kediri, asal-usul Sendang Tirto Kamandanu, legenda Gunung Kelud, asal-

usul pamuksan Sri Aji Jayabaya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, peneliti memiliki

langkah-langkah dalam pengambilan data penelitian, Adapun langkah-langkah dalam

pengambilan data adalah sebagai berikut:

1) Mencari informan yang mengetahui tentang cerita rakyat yang ada di Kediri.

2) Wawancara secara mendalam dengan informan yang bernama Mbah Suratin untuk

mengetahui sastra lisan yang ada di Kediri.

3) Dokumentasi penelitian, dimaksudkan agar peneliti mendapatkan data yang akurat

dari informan yang berupa foto dan rekaman wawancara dengan informan.

4) Mengklasifikasi data, dimaksudkan agar mengetahui unsur-unsur sastra pastoral

yang ada dalam sastra lisan di Kediri, diantaranya adalah 1) Bucolic

Page 47: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

32

‘penggembala’, 2) konstruksi arcadia yang meliputi unsur Idylls, nostalgia, dan

Georgic, serta 3) wacana retreat dan return.

5) Pemberian kode pada data yang sudah terkumpul.

3.4 Instrumen Kajian

Dalam penelitian ini diterapkan instrumen kajian berupa alat bantu untuk

panduan studi teks dan kodefikasi data. Studi teks dikembangkan berdasarkan unsur-

unsur pastoral yang menjadi teori dalam penelitian ini, sedangkan kodefikasi data

adalah pengkodean pada data yang untuk mempermudah klasifikasi data.

Tabel 1.1 panduan analisis data dan kodefikasi data

Variabel Sub Variabel Indikator Data Kode

Pastoral 1. Bucolic - Adanya sosok penggemala

dalam narasi teks sastra lisan

di Kediri.

- Karakter penggembala

dalam produk sastra lisan di

Kediri sesuai dengan

kehidupan di desa, seperti

petani, pencari kayu,

peternak, dan lain

sebagainya.

- Karakter penggembala

mempunyai keterkaitan

dengan alam, dengan cara

merawat alam sebaik-

baiknya.

(M/ MH/

Buc/ 01)

2. Arcadia

a. Idylls

- Penggambaran kehidupan

yang ideal dan idealkan.

- Hubungan masyarakat

Kediri dengan Tuhan melalui

kegiatan upacara ritual satu

suro setiap tahunnya.

- Hubungan masyarakat

Kediri dengan sesama yang

(Mi/ STT/

Idy/ 18)

Page 48: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

33

b. Nostalgi

a

c. Georgic

menunjukkan sikap peduli,

guyup rukun, dan bergotong

royong.

- Hubungan masyarakat

Kediri dengan alam sekitar

(alam meta-empiris) melalui

sikap menyadari dan

menghormati dhanyang

penunggu atau mbaurekso

Mbok Sri, Dadang Kawuk,

Buto Lokaya, dan

Tunggulwulung.

- Penggambaran kehidupan

pada masa lampau yang

ditandai dengan kalimat

‘pada zaman dahulu’, ‘konon

cerita’, ‘jarene wong biyen’,

dan lain-lain.

- Adanya bentuk kerinduan

pada sesuatu yang telah

hilang.

- Penggambaran cara kerja

orang desa yang selaras

dengan alam.

- Keadaan nyaman

masyarakat Kediri yang

tinggal dan bekerja dalam

berbagai kedaan.

(Mi/ STT/

Nos/ 17)

(L/ K/ Geo/

58)

Wacana

Retreat dan

Return

- Penggambaran pelarian

masyarakat urban menuju

desa atas kehiruk-pikukan

kota.

- Pelarian psikis berupa

kesadaran manusia untuk

kembali ke tempat asalnya.

(L/ K/ RR/

34)

3.5 Keabsahan Data

Keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini agar mendapatkan data yang

layak, absah, dan sesuai, maka perlu dilakukan langkah-langkah beriku ini:

Page 49: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

34

1) Mendiskusikan hasil temuan di lapangan dengan dosen pembimbing dan teman

sejawat untuk bertukar pikiran mengenai kendala atau permasalahan dalam data,

serta mendapatkan informasi baru yang tidak diketahui oleh peneliti sebelumnya.

Dalam hal ini, dosen dan teman sejawat yang dipilih adalah yang mumpuni atau

mengetahui tentang teori ekokritik sastra pastoral untuk membedah data.

2) Mengamati kembali analisis yang telah dilakukan secara menyeluruh.

3) Mencari dan membaca dari berbagai sumber untuk memahami lebih dalam teori

ekokritik sastra pastoral, mencari tahu keterkaitan karya sastra dengan alam, serta

bagaimana manusia mengaplikasikan alam untuk mebuat karya sastra.

3.6 Analisis Data

Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus

permasalahan yang terkait dengan 1) Bucolic ‘penggembala’, 2) konstruksi arcadia

yang meliputi unsur Idylls, nostalgia, dan Georgic, serta 3) wacana retreat dan return

yang terdapat dalam cerita rakyat yang ada di Kediri. Adapun langkah-langkah dalam

menganalisis data adalah sebagai berikut.

1) Reduksi Data

Pada tahap ini penelitian dilakukan dengan membaca serta memahami

sejarah dan cerita rakyat di Kediri guna mencari data, menandai kalimat-kalimat

penting yang ada. Data yang dipilih adalah berupa kalimat yang masuk ke dalam

unsur-unsur sastra pastoral dan mengklasifikasi data yang ditemukan dalam

hubungan harmonis antara manusia dan alam pada sastra lisan di Kediri.

Page 50: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

35

2) Sajian Data

Pada tahap ini dilakukan pengkalisifian paparan langsung berupa

wawancara tentang sastra lisan Kediri yang sudah di transkrip dan di transliterasi

ke dalam unsur-unsur sastra pastoral diantaranya adalah: 1) Bucolic

‘penggembala’, 2) konstruksi arcadia yang meliputi unsur Idylls, nostalgia, dan

Georgic, serta 3) wacana retreat dan return.

a) Menetukan karakter Bucolic ‘penggembala’ didasarkan pada kriteria bucolic:

adanya sosok penggembala yang ada di masyarakat di dalam teks sastra lisan,

sosok gembala yang sesuai dengan lingkungan pedesaan, serta keterkaitan

antara manusia dengan alam

b) Menentukan konstruksi Arcadia yang didasarkan pada kriteria deskripsi

hidup yang ideal “Idylls” berupa hubungan manusia dengan sesamanya,

manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhan yang hidup secara

harmonis. Unsur nostalgia yang ditandai dengan penggunakan keterangan

waktu lampau seperti ‘pada zaman dahulu’, ‘dahulu kala’, ‘konon cerita’, dan

lain sebagainya. Unsur Georgic, yang ditandai dengan adanya deskripsi cara

kerja orang desa yang selaras dengan alam, seperti peringatan upacara satu

Suro yang diadakan di Sendang Tirto Kamandanu.

c) Menentukan wacana retreat dan return yang didasarkan pada kriteria adanya

sebuah pelarian masyarakat urban atas hiruk-pikuk dan kemoderenan kota

menuju desa untuk memperbaiki perilaku mereka.

Page 51: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

36

3) Penarikan Simpulan

Pada tahap ini peneliti dapat menjawab rumusan masalah dan tujuan

penelitian yang telah dituliskan pada bab II. Kemudian menyimpulkan hasil penelitian

yang dikaji dengan teori dari awal hingga akhir.

Page 52: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

37

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijabaran beberapa subbab metode penelitian berupa, (1)

Jenis Penelitian, (2) Data dan Sumber Data, (3) Teknik Pengumpulan Data, (4)

Instrument Kajian, (5) Keabsahan Data, dan (6) Analisis Data.

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian yang berjudul Hubungan Harmoni Manusia Dengan Alam

Dalam Sastra Lisan Di Kediri (Model Kajian Sastra Patoral) adalah jenis penelitian

kualitatif. Menurut Basrowi dan Suwandi (dalam Bodgan & Taylor, 2008:21)

mendiskripsikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa dokumen tertulis maupun secara lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati. Penelitian kualitatif memiliki tingkat kritisme yang mendalam

karena metode ini biasanya dilakukan pada kondisi yang alamiah. Kondisi yang alami

seperti ini akan menghasilkan data yang diperoleh tidak dibuat-buat, berkembang apa

adanya, dan tidak adanya manipulasi. Dalam pnelitian kualitatif, pengumpulan data

tidak dipandu oleh teori, akan tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat

penelitian di lapangan. Oleh sebab itu, analisis data yang dilakukan bersifat induktif

yang berdasarkan pada fakta-fakta yang ditemukan, kemudian dapat dikonstruksikan

menjadi hipotesis (Sugiyono, 2014:3).

Page 53: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

38

Dalam penelitian kualitatif seorang peneliti merupakan instrumen dalam

penelitian itu sendiri. Instrumen adalah alat untuk menggali data primer dari responden

sebagai sumber data terpenting dalam sebuah penelitian (Suyanto dan Karnaji,

2005:59). Untuk dapat menjadi instrumen, peneliti harus memiliki bekal teori dan

wawasan yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis, mendokumentasi foto,

dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebh jelas dan bermakna.

Metode kualitatif dengan studi sastra sangat berkaitan, karena data yang ditemukan di

lapangan bersifat alamiah maka harus didiskripsikan kemudian disusul dengan analisis

data yang telah ditemukan.

Dilihat dari sudut pandang kualitatif, bahwa realitas dipandang sesuatu yang

holistik, permasalahan belum jelas, kompleks, dinamis, dan penuh makna, maka

peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara mendalam terlebih dahulu,

kemudian menemukan pola, hipotesis dan teori. Selain itu, penelitian ini juga berupa

data deskriptif, misalnya kata-kata, gambar dan bukan angka yang merupakan ciri dari

penelitian kuantitatif.

3.2 Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini diambil dari tuturan lisan cerita rakyat dan darasan

mantra yang mengandung karakteristik sastra pastoral, yaitu 1) Bucolic ‘penggembala’,

2) konstruksi arcadia yang meliputi unsur Idylls, nostalgia, dan Georgic, serta 3)

wacana retreat dan return. Penuturan informan tersebut kemudian direkam ketika

peneliti melakukan wawancara langsung dengan informan. Menurut Sugiyono

(2011:20) dalam penelitian kualitatif proses memperoleh data atau informan pada

Page 54: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

39

setiap tahapan dilakukan secara sirkuler, berulang-ulang dengan berbagai cara serta

dari berbagai sumber. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau

data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian dan akan

berkembang setelah peneliti masuk dan selama penelitian.

Sumber data adalah subjek yang menunjukkan dari mana suatu data berasal

atau diperoleh (Arikunto, 2010:172). Sumber data dalam penelitian ini berupa legenda

Gunung Kelud dan Penghianatan Cinta Dewi Kilisuci, legenda Arca Totok Kerot,

legenda Kediri, mitos Sendang Tirto Kamandanu, Mitos Pamuksan Sri Aji Jayabaya,

mantra sembelih hewan, mantra memberi makan sapi, mantra selametan desa

(pemberian sesaji), dan ujub selametan desa, serta informan yang peneliti pilih yaitu

Mbah Suratin. Selain itu, peneliti melengkapi data penelitian dengan mengumpulkan

beberapa cerita rakyat Kediri melalui data pustaka yang berupa bahan-bahan tertulis,

yaitu legenda Kediri, kecamatan Pagu, kabupaten Kediri.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang

berkaitan dengan kajian teori. Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh

bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya.

Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik wawancara secara mendalam dan

dokumentasi berupa rekaman percakapan saat wawancara dengan informan. Sebelum

peneliti melakukan penelitian lapang, langkah awal yang peneliti gunakan adalah

observasi tempat. Observasi merupakan bagian yang sangat penting untuk penelitian

kualitatif, karena peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksi secara sistematis

Page 55: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

40

terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian (Basrowi dan Suwandi, dalam Burns,

2008:93). Penelitian ini dilakukan di Desa Menang, kecamatan Pagu, kabupaten

Kediri. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian di Desa Menang Kediri adalah

desa tersebut merupakan desa yang masih relatif ajeg dalam menjalankan ritual. Seperti

yang dilakukan oleh masyarakat Menang adalah menjalankan tradisi ritual upacara

suroan setiap tanggal satu Suro. Kegiatan suroan ini dilakukan sebagai bentuk

penghormatan kepada leluhur mereka yaitu Prabu Sri Aji Jayabaya. Dalam tradisi yang

sudah dijalankan secara turun-temurun ini, upacara satu suro di Kediri memiliki

keistimewaan tersendiri yaitu upacara ini dihadiri langsung oleh perwakilan keluarga

besar Hondodento Yogyakarta. Kegiatan upacara ini diikuti iring-iringan barisan mulai

dari Kelurahan menuju Petilasan dengan rangkaian upacara yaitu menghaturkan

keinginan penyelenggra upacara ziarah, mengheningkan cipta, munjuk atur, tabur

bunga, caos dahar, peletakan pusaka, pembacaan doa, munjuk lengser, pengambilan

pusaka, upacara di pamuksan menuju Sendang Tirta Kamandaru.

Dalam penelitian sastra lisan, peneliti lapang terlibat dengan kehidupan

masyarakat di kampung tempat kesenian itu berada. Akan tetapi, teks tetaplah yang

terpenting, teks merupakan pusat penelitian sastra lisan (Amir, 2013:50). Kemudian

langkah selanjutnya adalah menentukan informan. Informan sendiri adalah orang-

orang yang ada pada latar penelitian. Informan dimanfaatkan untuk memberikan

informasi situasi dan kondisi latar belakang pada penelitian, sehingga peneiti dapat

menggali informasi lebih dalam pada informan. Selain itu, informan dimanfaatkan juga

untuk bertukar pikiran atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari

Page 56: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

41

subjek lainnya. Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah (1) informan

berusia 60 tahun ke atas, (2) Warga asli Desa Menang, (3) mempunyai pengetahuan

lengkap tentang keberadaan dan cerita tentang sastra lisan di Kediri, (4) serta dapat

berbicara lancar.

Peneliti banyak mendapatkan informasi melalui informan yaitu Mbah Suratin.

Informan yang dipilih merupakan orang asli desa Menang dan seorang juru kunci

Sendang Tirto Kamandanu. Mbah Suratin menjadi juru kunci di Sendang Tirto

Kamandanu sejak tahun 1999 sampai sekarang. Selain itu, Mbah Suratin juga

mengetahui banyak informasi tentang asal-usul tempat di Kediri yang masuk ke dalam

kriteria informan yang sudah ditentukan oleh peneliti sebelumnya, adapun beberapa

sastra lisan yang telah diceritakan oleh informan kepada peneliti antara lain, asal-usul

kerajaan Kediri, asal-usul Sendang Tirto Kamandanu, legenda Gunung Kelud, asal-

usul pamuksan Sri Aji Jayabaya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini, peneliti memiliki

langkah-langkah dalam pengambilan data penelitian, Adapun langkah-langkah dalam

pengambilan data adalah sebagai berikut:

1) Mencari informan yang mengetahui tentang cerita rakyat yang ada di Kediri.

2) Wawancara secara mendalam dengan informan yang bernama Mbah Suratin untuk

mengetahui sastra lisan yang ada di Kediri.

3) Dokumentasi penelitian, dimaksudkan agar peneliti mendapatkan data yang akurat

dari informan yang berupa foto dan rekaman wawancara dengan informan.

4) Mengklasifikasi data, dimaksudkan agar mengetahui unsur-unsur sastra pastoral

yang ada dalam sastra lisan di Kediri, diantaranya adalah 1) Bucolic

Page 57: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

42

‘penggembala’, 2) konstruksi arcadia yang meliputi unsur Idylls, nostalgia, dan

Georgic, serta 3) wacana retreat dan return.

5) Pemberian kode pada data yang sudah terkumpul.

3.4 Instrumen Kajian

Dalam penelitian ini diterapkan instrumen kajian berupa alat bantu untuk

panduan studi teks dan kodefikasi data. Studi teks dikembangkan berdasarkan unsur-

unsur pastoral yang menjadi teori dalam penelitian ini, sedangkan kodefikasi data

adalah pengkodean pada data yang untuk mempermudah klasifikasi data.

Tabel 1.1 panduan analisis data dan kodefikasi data

Variabel Sub Variabel Indikator Data Kode

Pastoral 1. Bucolic - Adanya sosok penggemala

dalam narasi teks sastra lisan

di Kediri.

- Karakter penggembala

dalam produk sastra lisan di

Kediri sesuai dengan

kehidupan di desa, seperti

petani, pencari kayu,

peternak, dan lain

sebagainya.

- Karakter penggembala

mempunyai keterkaitan

dengan alam, dengan cara

merawat alam sebaik-

baiknya.

(M/ MH/

Buc/ 01)

2. Arcadia

a. Idylls

- Penggambaran kehidupan

yang ideal dan idealkan.

- Hubungan masyarakat

Kediri dengan Tuhan melalui

kegiatan upacara ritual satu

suro setiap tahunnya.

- Hubungan masyarakat

Kediri dengan sesama yang

(Mi/ STT/

Idy/ 18)

Page 58: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

43

b. Nostalgi

a

c. Georgic

menunjukkan sikap peduli,

guyup rukun, dan bergotong

royong.

- Hubungan masyarakat

Kediri dengan alam sekitar

(alam meta-empiris) melalui

sikap menyadari dan

menghormati dhanyang

penunggu atau mbaurekso

Mbok Sri, Dadang Kawuk,

Buto Lokaya, dan

Tunggulwulung.

- Penggambaran kehidupan

pada masa lampau yang

ditandai dengan kalimat

‘pada zaman dahulu’, ‘konon

cerita’, ‘jarene wong biyen’,

dan lain-lain.

- Adanya bentuk kerinduan

pada sesuatu yang telah

hilang.

- Penggambaran cara kerja

orang desa yang selaras

dengan alam.

- Keadaan nyaman

masyarakat Kediri yang

tinggal dan bekerja dalam

berbagai kedaan.

(Mi/ STT/

Nos/ 17)

(L/ K/ Geo/

58)

Wacana

Retreat dan

Return

- Penggambaran pelarian

masyarakat urban menuju

desa atas kehiruk-pikukan

kota.

- Pelarian psikis berupa

kesadaran manusia untuk

kembali ke tempat asalnya.

(L/ K/ RR/

34)

3.5 Keabsahan Data

Keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini agar mendapatkan data yang

layak, absah, dan sesuai, maka perlu dilakukan langkah-langkah beriku ini:

Page 59: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

44

1) Mendiskusikan hasil temuan di lapangan dengan dosen pembimbing dan teman

sejawat untuk bertukar pikiran mengenai kendala atau permasalahan dalam data,

serta mendapatkan informasi baru yang tidak diketahui oleh peneliti sebelumnya.

Dalam hal ini, dosen dan teman sejawat yang dipilih adalah yang mumpuni atau

mengetahui tentang teori ekokritik sastra pastoral untuk membedah data.

2) Mengamati kembali analisis yang telah dilakukan secara menyeluruh.

3) Mencari dan membaca dari berbagai sumber untuk memahami lebih dalam teori

ekokritik sastra pastoral, mencari tahu keterkaitan karya sastra dengan alam, serta

bagaimana manusia mengaplikasikan alam untuk mebuat karya sastra.

3.6 Analisis Data

Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus

permasalahan yang terkait dengan 1) Bucolic ‘penggembala’, 2) konstruksi arcadia

yang meliputi unsur Idylls, nostalgia, dan Georgic, serta 3) wacana retreat dan return

yang terdapat dalam cerita rakyat yang ada di Kediri. Adapun langkah-langkah dalam

menganalisis data adalah sebagai berikut.

1) Reduksi Data

Pada tahap ini penelitian dilakukan dengan membaca serta memahami

sejarah dan cerita rakyat di Kediri guna mencari data, menandai kalimat-kalimat

penting yang ada. Data yang dipilih adalah berupa kalimat yang masuk ke dalam

unsur-unsur sastra pastoral dan mengklasifikasi data yang ditemukan dalam

hubungan harmonis antara manusia dan alam pada sastra lisan di Kediri.

Page 60: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

45

2) Sajian Data

Pada tahap ini dilakukan pengkalisifian paparan langsung berupa

wawancara tentang sastra lisan Kediri yang sudah di transkrip dan di transliterasi

ke dalam unsur-unsur sastra pastoral diantaranya adalah: 1) Bucolic

‘penggembala’, 2) konstruksi arcadia yang meliputi unsur Idylls, nostalgia, dan

Georgic, serta 3) wacana retreat dan return.

a) Menetukan karakter Bucolic ‘penggembala’ didasarkan pada kriteria bucolic:

adanya sosok penggembala yang ada di masyarakat di dalam teks sastra lisan,

sosok gembala yang sesuai dengan lingkungan pedesaan, serta keterkaitan

antara manusia dengan alam

b) Menentukan konstruksi Arcadia yang didasarkan pada kriteria deskripsi

hidup yang ideal “Idylls” berupa hubungan manusia dengan sesamanya,

manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhan yang hidup secara

harmonis. Unsur nostalgia yang ditandai dengan penggunakan keterangan

waktu lampau seperti ‘pada zaman dahulu’, ‘dahulu kala’, ‘konon cerita’, dan

lain sebagainya. Unsur Georgic, yang ditandai dengan adanya deskripsi cara

kerja orang desa yang selaras dengan alam, seperti peringatan upacara satu

Suro yang diadakan di Sendang Tirto Kamandanu.

c) Menentukan wacana retreat dan return yang didasarkan pada kriteria adanya

sebuah pelarian masyarakat urban atas hiruk-pikuk dan kemoderenan kota

menuju desa untuk memperbaiki perilaku mereka.

Page 61: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

46

3) Penarikan Simpulan

Pada tahap ini peneliti dapat menjawab rumusan masalah dan tujuan

penelitian yang telah dituliskan pada bab II. Kemudian menyimpulkan hasil penelitian

yang dikaji dengan teori dari awal hingga akhir.

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Pastoral dalam Sastra Lisan di Kediri

Pastoral adalah bentuk penggambaran dari masyarakat desa yang bertolak

belakang dengan kehidupan pada masyarakat urban atau kota. Adapun karakter yang

terdapat dalam pastoral adalah, 1) adanya sosok Bucolic ‘penggembala’, 2) adanya

konstruksi Arcadia yang meliputi unsur Idylls, nostalgia, dan Georgic, serta 3) terdapat

wacana retreat dan return. Berikut adalah penjabaran pastoral pada produk sastra lisan

yang ada di Kediri.

4.1.1 Bucolic ‘penggembala’

Unsur Bucolic atau yang biasa disebut penggembala merupakan penanda

penting dalam sastra pastoral. Jika unsur ini tidak ada dalam pastoral suatu bentuk

produk sastra dikatakan bukan pastoral jika tidak adanya unsur Bucolic ‘penggembala’.

Dalam konteks ini penggembala merujuk pada masyarakat Kediri dan penggembalaan

dimaknakan sebagai aneka macam hewan peliharaan di wilayah tersebut. Penggembala

dan penggembalaan dalam produk sastra lisan pada masyarakat di Kediri secara

Page 62: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

47

eksplisit terlihat dalam mantra menyembelih hewan. Berikut bunyi mantra untuk

menyembelih hewan.

Niat ingsun nyembelih kewan

Siro dedeko nyembelih gulu sak jeroning kulit

Nyembelih sak jeroning daging

Seujud kewan sapi, kerbau, kambing, ayam, dan lain-lain

yaiku dedeke sembelih aji benggolo geni

(M/ MH/ Buc/ 01)

Saya berniat menyembelih hewan

Saya menyembelih hewan dari leher hingga kulit.

Menyembelih sampai dalam daging

yang berwujud hewan sapi, kerbau, ayam, kambing, dan lain-

lain

yaitu hewan yang disembelih menggunakan benggolo geni

(M/ MH/ Buc/ 01)

Data M/ MH/ Buc/ 01 merupakan mantra menyembelih hewan yang

bermuatan bucolic ‘penggembala’. Mantra itu akan dirapalkan ketika hendak

menyembelih hewan berdasarkan kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud adalah tidak

hanya didasarkan pada keinginan mengkonsumsi sebagai lauk pauk saja, malainkan

masyarakat Kediri juga akan menyembelih hewan ketika ada acara tertentu seperti

pelaksanaan ritual upacara satu suro di Sendang Tirto Kamandanu, yaitu wujud

memberi sesajen dalam pelaksanaan ritualnya. Bentuk pemberian sesajen tersebut

dimaksudkan agar dilancarkan dalam pelaksanaan upacara. Persembahan sesajen

berisikan bubur, nasi dan lauk pauknya, di antaranya adalah daging hewan yang sudah

dimasak. Hewan yang dijadikan sesaji merupakan bentuk penggembalaan hewan yang

telah mereka rawat hingga dapat mereka makan. Dalam hal ini, bukan hanya manusia

Page 63: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

48

yang diprioritaskan untuk mendapatkan pertimbangan moral, melainkan juga hewan

yang berhak diperlakukan dengan baik oleh manusia. Masyarakat sebagai

penggembala berharap ketika hewan peliharaan mereka disembelih tidak akan merasa

sakit serta membawa keberkahan bagi penggembalanya.

Desa Menang Kecamatan Pagu merupakan desa yang masih menjunjung

tinggi dan melestarikan budaya peninggalan nenek moyang mereka. Mayarakat

Menang tetap meyakini bahwa tradisi-tradisi yang telah dilakukan oleh para leluhur

mereka mempunyai kekuatan di dalam kehidupannya. Masyarakat percaya bahwa

kekuatan tersebut bisa mendatangkan rizky, menolak balak, dan lain sebagainya.

Adapun tradisi atau kepercayaan yang dilakakukan oleh masyarakat desa Menang

secara turun-temurun sampai sekarang adalah proses menyembelih hewan dengan

merapalkan mantra kejawen yang mereka yakini.

Jika dilihat dari kebiasaan menyembelih hewan tersebut, masyarakat desa

Menang masih banyak yang memelihara hewan ternak sebagai kebutuhan mereka.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Masykuri (2015:7) menyatakan bahwa

komoditi unggulan desa Menang Kecamatan Pagu diantaranya adalah padi, gogo,

bawang merah, rambutan, papaya, kacang panjang, kelapa, nangka, tebu, sapi,

kambing, domba, dan ayam buras. Dalam hal ini penggembala merujuk pada

masyarakat Kediri, sedangkan penggembalaan merujuk pada hewan ternak yang

dirawat oleh masyarakat Kediri. Masyarakat Menang memanfaatkan hasil komoditi

yang diperoleh untuk diperjual-belikan di kawasan perdagangan dan jasa di Kota

Page 64: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

49

Kediri yaitu pasar induk (Pasar Setono Betek) yang merupakan pusat kegiatan

perdagangan skala besar untuk komoditas sayuran, buah, daging, ikan, dan lain

sebagainya. Selain itu, hasil komoditi yang sebagian mereka peroleh dimanfaatkan

untuk kebutuhan mereka sendiri.

Penggambaran sosok penggembala merujuk pada aktivitas khas daerah yang

berkaitan erat dengan aktifitas yang memperlihatkan kedekatan manusia dengan alam,

seperti yang dilakukan masyarakat Desa Menang Kecamatan Pagu yang berprofesi

sebagai peternak dan petani. Selain mantra menyembelih hewan, gambaran

penggembala dan penggembalaan juga terdapat pada mantra memberi makan hewan

yang memuat unsur Bucolic pada masyarakat Kediri. Berikut ini adalah gambaran pada

mantra memberi makan hewan ternak di Kediri.

Rep sirep nyirep kewan

Madepo madep sak jeroning kantongan

Siro lemu ujud koyo dadang kawuk

Siro pakani njilmo koyo sapi

Ojo lali-lali sirepe sapi

Kemeluk ngobong lirang

Soko sak jeroning rogo

Jalmu jalku jalle ajale

Kewan ruwasan

(M/ MMS/ Buc/ 09-10)

Wahai hewan tenanglah

Menghadaplah ke tempat makanan ini

Kamu (hewan) gemuklah seperti dadang kawuk

Kamu (hewan) diberi makan seperti sapi

Jangan lupa menenangkan sapi.

Asap mengepul membakar kemenyan.

Dari dalam jiwa ajalmu ajalku ajalnya

hewan peliharaan.

Page 65: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

50

(M/ MMS/ Buc/ 09-10)

Pada data (M/ MMS/ Buc/ 09-10) merupakan mantra yang bermuatan Bucolic

‘penggembala’. Mantra tersebut memiliki maksud agar hewan yang dipeihara

senantiasa gemuk seperti dadang kawuk yang merupakan danyang dari semua hewan,

serta dijauhkan dari penyekit-penyakit yang akan menyerang hewan peliharaan dengan

cara membakar kemenyan, sehingga hasil yang didapatkan memelihara hewan ternak

tersebut akan memberikan hasil yang memuaskan yaitu hewan ternak mereka akan

sehat dan gemuk.

Secara implisit larik mantra di atas menggambarkan masyarakat Kediri

merupakan sosok penggembala hewan, seperti sapi, kambing, dan ayam. Hewan

tersebut merupakan hewan peliharaan mereka yang dijadikan sebagai komiditi

masyarakat. Pada kondisi tertentu peternak hewan memanfaatkan hewan peliharaannya

untuk keberlangsungan hidup mereka dengan cara diperjualbelikan selain untuk

dikonsumsi sendiri. Jika ditarik benang merah, kedua mantra tersebut menandakan

adanya sosok penggembala pada masyarakat Kediri karena masyarakat Kediri

khususnya di Dusun Menang masih mempertahankan mata pencaharian mereka

sebagai peternak dengan memelihara hewan seperti sapi, kambing, ayam, dan lain

sebagainya sebagai komoditi masyarakat sekitar.

Hewan-hewan ternak seperti sapi juga dimanfaatkan petani untuk membajak

sawah tempat mereka bercocok tanam. Masyarakat Kediri mengenal sistem bercocok

Page 66: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

51

tanam sudah sejak masa pemerintahan Raja Sri Aji JayaBaya. Sehingga untuk

memenuhi kebutuhan pangan mereka, masyarakat Kediri pada masa itu menanam

sendiri semua kebutuhan pangan yang akan mereka makan. Seperti kunyit dan temu

lawak yang merupakan makanan sehari-hari Sang baginda raja Sri Aji Jayabaya.

Kemudian seiring berjalannya waktu masyarakat Kediri tidak hanya menanam kunyit

dan temu lawak saja, tetapi padi juga mereka tanam untuk makanan pokok mereka.

Dalam sistem bercocok tanam padi, masyarakat Kediri akan merapalkan mantra wiwid

pari sebagai bentuk ritual sebelum diadakannya memanen padi. Adapun kutipan mantra

yang mengandung unsur Bucolic adalah sebagai berikut.

Niat ingsun metik pari

Ibu bumi bapak Nabi Adam ibu Kowo

Aku arep metik pari kanggo sangu urip rina lan wengi

(M/ WP/ Buc/ 15)

Saya berniat untuk memanen padi

Ibu bumi Nabi Adam dan ibu Kowo

saya mau memanen padi untuk bekal hidup siang dan malam

(M/ WP/ Buc/ 15)

Pada data (M/ WP/ Buc/ 15) adalah mantra yang bermuatan Bucolic, mantra

tersebut bermakna bahwasannya setiap pelaksanaan sebelum panen, masyarakat Kediri

mengenal istilah wiwit pari sebagai bentuk wujud syukur kepada Tuhan karena bisa

menuai benih yang mereka tanam, dengan harapan hasil panen akan melimpah dan

berkah. Pelaksanaan wiwit pari ini dilakukan ketika padi sudah menguning dan siap

untuk di panen. Dalam pelaksanaannya, sesajen juga diberikan kepada Mbok Sri yang

dianggap sebagai dewi Padi, adapun isi sesajen tersebut di antaranya adalah telur,

Page 67: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

52

bawang putih, bawah merah, cabai, garam, dan penyedap rasa (micin).

Sebagaimana masyarakat petani di Jawa lainnya, masyarakat desa Menang

juga masih mempercayai keyakinan adanya kekuatan diluar dari diri manusia, yaitu

kekuatan dari sing Baurekso atau dhanyang. Hingga keyakinan itu menjadi tradisi yang

dilakukan oleh masyarakt desa Menang. Sejalan dengan pendapat Mursal (1999:21)

tradisi adalah kebiasaan yang dilakukan secara turun-temurun sekelompok masyarakat

berdasarkan pada setiap nilai kebudayaan. Kekuatan-kekuatan gaib yang adikodrati itu

tadi diyakini turut menentukan nasib manusia dalam setiap kehidupan. Seperti tradisi

wiwit pari yang dilakukan oleh masyarakat desa Menang secara turun-temurun sampai

sekarang. Sebagai salah satu ritus slametan masyarakat Jawa, wiwitan pada awalnya

dilaksanakan para petani guna memberikan persembahan untuk dewi padi atau biasa

dikenal dengan dewi Sri agar hasil panen mereka memuaskan. Selain itu, ritual

ditujukan untuk memohon agar tanaman padi para petani tidak diserang oleh hama,

hewan, atau tumbuhan yang akan menyerang padi di sawah. Dengan begitu masyarakat

akan merasa aman dari mara bahaya baik itu yang terlihat ataupun tidak terlihat.

Ritual merapalkan mantra wiwid pari bertujuan agar padi yang mereka tanam

akan tumbuh dengan subur. Dalam perapalan mantra disebutkan danyang penguasa

tanaman yaitu ibu bumi, bapak Nabi Adam, dan ibu Kowo. Disebutkan nama-nama

danyang tersebut agar padi yang mereka tanam senantiasa dijauhkan dari hama-hama

yang menyerang tanaman mereka karena danyang tersebut merupakan penunggu

tanaman di sawah. Selain ibu bumi, bapak Nabi Adam, dan ibu Kowo, danyang lain

Page 68: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

53

penunggu padi adalah Mbok Sri atau Dewi Padi. Secara implisit wujud dari perapalan

mantra wiwid pari merupakan bentuk aktivitas masyarakat Kediri khususnya Menang

yang bermata pencaharian sebagai petani. Padi adalah hasil komoditi masyarakat

Dusun Menang sebagai makanan mereka sehari-hari, selain itu padi juga akan

diperjual-belikan untuk keberlangsungan hidup mereka yang menghasilkan uang.

Gambaran lain yang ditemukan pada kutipan legenda Gunung Kelud dan

penghianatan cinta Dewi Kilisuci juga menandakan adanya unsur Bucolic pada cerita

rakyat tersebut. Adapun kutipan yang terdapat pada legenda Gunung Kelud dan

penghianatan cinta dewi Kilisuci adalah sebagai berikut.

“Namun yang melamar bukan dari bangsa manusia,

karena yang satu berkepala lembu bernama Raja

Lembu Suro dan satunya lagi berkepala kerbau

bernama Mahesa Suro (L/ GK/ Buc/ 45)”.

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Lembu Suro dan Mahesa Suro

merupakan sosok manusia yang berwujud lembu dan kerbau. Zaman dahulu para

kesatria yang memiliki kekuatan sakti mandraguna menggambarkan diri mereka

sebagai binatang. Menurut kepercayaan orang-orang terdahulu, sosok binatang yang

digambarkan pada dirinya menggambarkan bahwa ia merupakan orang yang sakti dan

kuat fisiknya seperti hewan. Sosok Lembu Suro dan Mahesa Suro ini diibaratkan

sebagai orang yang berkepala lembu dan kerbau, adanya unsur bucolic yang termuat

dalam karakter Lembu Suro dan Mahesa Suro merupakan penggambaran hewan sapi

dan lembu, orang pada zaman dahulu telah mengenal hewan lembu dan kerbau,

Page 69: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

54

dimana lembu dan kerbau ini adalah hewan yang bertugas membantu petani untuk

membajak sawah mereka. Penggambaran tani terbukti pada kutipan legenda Kediri,

adapun kutipannya adalah sebagai berikut.

“Karena itu pula di sebelah tenggaranya kota

Mamenang ada desa bernama si Kunir dan si

Lawak, sebab desa itu menghasilkan hasil bumi

kunyit dan temulawak, yang menjadi santapan sang

Prabu (L/ K/ Buc/ 63)”.

Kutipan legenda di atas adalah wujud dari unsur bucolic. Masyarakat

terdahulu telah mengenal sistem bercocok tanam sebagai komiditinya. Terbukti bahwa

prabu Sri Aji Jayabaya hanya memakan hasil bumi yang telah ditanam oleh rakyatnya

sebagai makanannya sehari-hari. Selain penggambaran pada hewan ternak, produk

sastra dikatakan sebagai bucolic jika terdapat aktifitas di pedesaan yang

menggambarkan cara kerja mereka sebagai peternak, petani, atau pencari kayu. Selain

itu, gambaran lain yang menggambarkan unsur bucoli juga terapat pada legenda

Kediri. Adapun kutipan legendanya adalah sebagai berikut.

“Singkatnya, setelah kami selesai menebangi

pohon-pohon yang besar-besar dan tinggi-tinggi,

kemudian kami membersihkannya (L/ K/ Buc/

55)”.

Kyia Daha dan Kyia Daka mengembara disuatu wilayah hutan yang lebat,

kemudian melakukan babat alas di wilayah Kediri sebagai tempat tinggal mereka.

Babat alas ini dilakukan dengan menebangi pohon yang besar-besar dan tinggi-tinggi.

Page 70: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

55

Hasil kayu yang telah mereka tebangi digunakan untuk membuat sebuah gubuk

sebagai tempat berteduh. Proses penebangan kayu di hutan inilah yang

menggambarkan adanya unsur bucolic dalam sebuah legenda Kediri karena Kyia Daha

dan Kyia Daka juga memanfaatkan hasil hutan berupa kayu untuk membuat sebuah

gubuk sebagai tempat berteduh mereka. Selain kutipan di atas terdapat beberapa

kutipan lagi yang menggambarkan adanya sosok bucolic ‘penggembala’ dalam

legenda Kediri. Adapun isi dari kutipan legenda Kediri aalah sebagai berikut.

“Hasil hutan, hasil pertanian pokoknya semua hasil

bumi yang menjadi makanan penduduk hendaknya kau

jaga baik-baik jangan sampai terkena lahar (L/ K/ Buc/

69)”.

“Gunanya apabila ada orang asing yang mengungsi atau

datang ke tempat itu dan membutuhkan pertolongan,

hasil hutan atau bumi yang dapat dimakan dapat

disumbangkan kepada mereka yang membutuhkan (L/

K/ Buc/ 70).

Berdasarkan data (L/ K/ Buc/ 69) dan (L/ K/ Buc/ 70) diketahui bahwa tokoh

dalam legenda Kediri yang bernama Tunggulwulung adalah penunggu disebelah

Timur sungai Brantas. Tunggulwulung ini bertugas untuk mengawasi aliran lahar

gunung Kelud agar tetap pada aliran yang sama sehingga tiak merusak pemukiman

warga dan lahan untuk bercocok tanam masyarakat Kediri. Dalam data tersebut

dijelaskan masyarakat Kediri sudah menenal sistem bercocok tanam sejak masa

pemerintahan Sri Aji Jayabaya hingga sekarang. Masyarakat sekitar mempercayai

adanya sosok penunggu atau danyang Tunggulwulung yang mengawasi wilayah

Page 71: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

56

mereka dari bahaya lahar gunung Kelud. Data (L/ K/ Buc/ 70) juga menggambarkan

sistem bercocok tanam masyarakat Kediri, terbukti dengan adanya kutipan yang

menjelaskan bahwa orang asing yang datang ke tempat tersebut dan membutuhkan

pertolongan bisa memanfaatkan hasil hutan dan bumi untuk dimakan dan segala

keperluannya.

4.1.2 Konstruksi Arcadia

Konstruksi arcadia merujuk pada gaya hidup, suasana, lokasi, permukiman

atau lanskap hidup yang diidealkan. Dalam hal ini unsur-unsur arkadia terbagi menjadi

tiga macam, yaitu: 1) unsur Idylls, penggambaran kehidupan yang diidealkan dan

bertolak belakang dengan kehidupan masyarakat urban atau kota, 2) unsur notalgia,

kejadian masa lalu yang melatarbelakangi kehiupan yang ideal, dan 3) unsur georgic

menggambarkan kenyamanan bekerja orang desa yang selaras dengan alam

(Sukmawan, 2016:34). ketiga unsur tersebut didiskripsikan pada beberapa produk

sastra lisan di Kediri sebagai berikut.

4.1.2.1 Unsur Idylls

Idylls merupakan perwujudan dari gagasan, pemikiran, dan perilaku yang

diidealkan. Selain dianggap sebagai bentuk dari puitika nostalgia, perilaku ramah

terhadap lingkungan dapat dikatakan sebagai perilaku yang Idylls (Sukmawan,

2016:34). Dalam sastra lisan yang ada di Kediri termuat beberapa bentuk perilaku ideal

yang merujuk pada konsep kosmologi Tri Hita Karana, yaitu hubungan harmonis

Page 72: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

57

dalam menghargai sesama aspek disekitarnya. Hubungan harmonis itu meliputi, 1)

hubungan harmonis masyarakat Kediri dengan Tuhan, 2) hubungan harmonis

masyarakat Kediri dengan sesama manusia, 3) hubungan harmonis masyarakat Kediri

dengan alam sekitarnya (makhluk psikis). Dengan menerapkan falsafah tersebut

diharapkan masyarakat dapat merubah pandangan hidup moderen yang lebih

mementingkan individualisme dan materialisme dengan cara masih menerapkan

ragam budaya yang dilestarikan. Contohnya prosesi upacara sakral pada tanggal satu

suro di Sendang Tirto Kamandanu. Dalam prosesi upacara tersebut konsep kosmologi

Tri Hita Karana dapat dijumpai pada beberapa ritual di dalamnya. Ketiga konsep

tersebut tercermin dalam perapalan mantra dan ujub yang ada di dusun Menang,

Kediri.

a) Hubungan Harmonis Mayarakat Kediri dengan Tuhan

Mayoritas masyarakat desa Menang memeluk agama islam, realitas ini

berimplikasi bahwa islam memberikan banyak pengaruh terhadap setiap kehidupan

masyarakat di sana. Dikutip dari wawancara dengan narasumber bahwa masyarakat

Menang masih mempercayai adanya ritual dan sesajen. Dalam ritual dibutuhkan

mantra untuk meminta keselamatan kepada Tuhan. Perapalan mantra pada bagian

pembuka dan penutup diawali dengan kalimat bismillahirohmanirokhim dan

assalamualaikum, seperti yang dilakukan umat muslim pada umumnya sebelum

melakukan aktifitas apapun. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat di Kediri selalu

mengikut sertakan Tuhan yang mewakili dalam kebudayaan islam pada setiap prosesi

Page 73: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

58

ritualnya. Gambaran lain yang menunjukkan bahwa masyarakat Kediri selalu

mengikut sertakan Tuhan dalam setiap kehidupannya termuat dalam ritual sedekah

desa. Sedekah desa merupakan prosesi yang dilakukan dalam meminta keselamatan

kepada Tuhan (Allah SWT). Berikut ini adalah larik mantra sedekah desa di Kediri.

Bismillahhirohmanirokhim

Salammualaikumsalam

Niat ingsun jabang bayi

Sedulurku papat limo pancer

Kang kawah diari-ari

Aku njalok slamet kang Gusti maha suci

(M/ SB/ Idy/ 05-07)

Bismillahhirohmanirokhim

Salammualaikumsalam

Saya berniat pada jabang bayi

saudara saya empat dan lima pusat

Saya meminta keslamatan dari Allah yang Maha suci

(M/ SB/ Idy/ 05-07)

Konsep Tuhan (Allah SWT) dalam makrokosmos merupakan pusat alam

semesta. Hal ini selaras dengan penggalan mantra slametan desa yang ada di Kediri.

Dijelaskan bahwa dalam larik mantra di atas menggunakan kalimat pembuka

bismillahirrohmanirokhim dan assalamualaikum yang sering dilakukan oleh umat

muslim sebelum melaukan aktivitas apapun. Hubungan harmonis masyarakat Kediri

dengan Tuhan tercermin dalam penggalan mantra di atas. Disebutkan manusia hanya

meminta keselamatan dari Tuhan (Allah SWT), selain itu manusia juga harus sujud

bakti kepada Tuhan Sang pencipta alam semesta beserta isinya. Rasa bakti (taat dan

patuh) kepada Tuhan timbul dalam hati manusia karena Tuhan Maha ada, Maha

Page 74: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

59

Kuasa, dan Maha Kasih yang melimpahkan kasih kepada umatNya. Sebagai manusia

yang beragama hendaknya memanjatkan puji syukur atas limpahan rahmat dan

hidayahNya.

Bentuk wujud syukur masyarakat Kediri dengan Tuhan adalah diadakannya

slametan desa. Dalam slametan terungkap nilai-nilai yang dirasakan paling mendalam

oleh orang Jawa, yaitu nilai kebersamaan, nilai ketetanggan, dan nilai kerukuran

(Suseno dalam Sukmawan, 2016:35). Pencapaian nilai-nilai tersebut menjadi

gambaran sebuah kehidupan yang diidealkan bagi masyarakat desa yang sangat

kontras dengan kehidupan masyarakat urban atau kota. Gambaran lain yang

mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan Tuhan tersirat pada legenda

Kediri. Berikut adalah kutipan dari legenda Kediri yang mencerminkan gambaran

kedekatan manusia dengan Tuhan.

“Ketika itu saya didatangi Syanghyang Wisnu yang

bersabda kepada saya bahwa beliau menghendaki untuk

mengejawantahkan atau turun dari kahyangan, menjadi

manusia dan akan menjadi raja di permukiman yang

kami buat. Saya tunduk dan berserah diri atas kehendak

Dewa Wisnu (L/ K/ Idy/ 56)”.

Data (L/ K/ Idy/ 56) menunjukkan adanya sikap sujud dan bakti manusia

kepada Syang Hyang Wisnu. Masyarakat Kediri pada zaman dahulu masih menganut

kepercayaan Hindu dalam kehidupannya. Hal ini memberikan banyak pengaruh

terhadapa pola pikir, sikap, dan perilaku masyarakat Kediri penggambaran masyarakat

Kediri yang memeluk agama hindu pada waktu pemerintahan Sri Aji Jayabaya dapat

Page 75: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

60

dilihat pada data (L/ K/ Idy/ 56). Pada data tersebut dijelaskan sikap patuh dan tunduk

oleh tokoh Kyai Daka terhadap Syang Hyang Wisnu yang berperan sebagai dewa.

Dalam agama Hindu, dewa adalah Tuhan yang disembah dan dipuja oleh umat. Bentuk

penghormatan manusia kepada dewa adalah dengan cara beribadah dan memanjatkan

doa agar terhindar dari marabahaya.

Keyakinan manusia yang mengarah kepada praktik mempersonifikasikan

alam sebagai Tuhan, mempersonfikasikan roh-roh leluhur sebagai Tuhan, maupun

meyakini benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan magis tidak bisa untuk

dihindari lagi. Manusia bisa menyembah apa saja yang mereka miliki, misalnya saja

benda-benda tak hidup, tumbuhan, berhala, Tuhan yang ghaib, seorang manusia yang

kudus, dan lain sebagainya, namun alam batinnya tetap mampu membedakan

keyakinan religius dari yang bukan religius, karena pada dasranya dorongan manusia

untuk menyembah Tuhan merupakan suatu keniscayaan yang pasti (Roibin, 2009:69).

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keberagaman, baik dari segi

bahasa, budaya, bahkan agama. Dialektika agama dan budaya pada masyarakat muslim

banyak melahirkan penilaian subjektif-pejoratif. Sebagian berusaha mensterilkan

agama dari kemungkinan akulturasi budaya setempat, sementara yang lain berusaha

membangun pola dialektika antar keduanya. Keadaan yang seperti inilah berjalan

secara periodik dari masa ke masa. Terlepas bagaimana keyakinan dari masing-masing

tiap individu pada agamanya, yang jelas potret keberagaman yang terjadi semakin

menunjukkan suburnya pola akulturasi , bahkan sinkretisasi lintas agama. Berikut ini

Page 76: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

61

adalah gambaran hubungan harmonis masyarakat Kediri dengan Tuhan pada masa itu

yang tercermin pada larik legenda Kediri.

“Mereka melakukan ibadahnya dengan baik sungguh-

sungguh, mempelajari segala macam ilmu, seperti ilmu

duniawi dan ilmu batin. Pengetahuan itu mereka kuasai dan

mereka amalkan dengan sungguh-sungguh, sehingga mereka

sangat taat dalam hal ambatar atau melakukan ibadahnya.

Semua diyu, danawa sangat ketakutan (L/ K/ Idy/ 59)”.

Pada data (L/ K/ Idy/ 59) di atas menjelaskan bahwa umat Hindu dalam cerita

Kediri bergantung kepada Tuhan yang menjadi tempat berlindung dan meminta segala

keinginannya dengan cara melakukan ibadah dengan baik dan sungguh-sungguh

kepada Syang Hyang Wisnu. Hal ini menjelaskan bahwa pada masa pemerintahan raja

Sri Aji Jayabaya masyarakat Kediri memiliki hubungan kedekatan dan keharmonisan

dengan Tuhan. Data (L/ K/ Idy/ 59) juga menyebutkan diyu dan danawa tidak akan

mengganggu ketentraman hidup masyarakat Kediri karena mereka taat dalam

beribadah. Diyu dan danawa dalam agama hindu adalah raksasa besar atau makhluk

pengganggu seperti setan atau iblis dalam islam. Perilaku taat melaksanakan ibadah

mencerminkan kehidupan yang diidealkan oleh masyarakat desa karena diyakini

memiliki kedekatan batin anatara manusia dengan Sang Pencipta-Nya.

b) Hubungan Harmonis Masyarakat Kediri dengan Sesama Manusia

Hubungan harmonis masyarakat Kediri dengan sesama manusia tercermin

dalam ujub slametan sendang dan cerita rakyat yang berkembang di sana. Dalam

konstruksi masyarakat Kediri, selain pola hubungan manusia dengan Tuhan,

Page 77: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

62

masyarakat Kediri juga percaya bahwa menjalin hubungan yang harmonis dengan

sesama manusia dan alam meta-empiris (alam gaib) juga sebuah keharusan yang harus

dilakukan. Tujuannya adalah penghormatan terhadap leluhur yang menempati posisi

vital dalam masyarakat Jawa (Sukmawan, 2016:37). Salah satu bentuk perilaku

masyarakat Kediri terhadap sesamanya tereprensentasi dalam ujub slametan sendang

di bawah ini.

Bismillahirrohmanirrokhim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Para sedoyo kulo mok dlimo

Ngajakipun hajatan warga masyarakat

Nggih meniko dinten dino seloso kliwon

Hajatipun dungo pindungo kaslametan desa Menang

Nggih meniko ngerohi cikal-bakal dusun Menang

(U/ SD/ Idy/ 27)

Bismillahirrohmanirrokhim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu

Para hadirin semuanya, saya mengajak hajatan

warga masyarakat

yang diadakan pada hari Selasa Kliwon. Hajatan akan

dilakukan dengan meminta keselamatan Desa Menang

Yang mengetahui sesajen Dusun Menang

(U/ SD/ Idy/ 27)

Larik di atas merujuk pada semua elemen yang mengikuti slametan di Sendang

Tirto Kamandanu. Terlihat saat pemimpin slametan yang merapalkan ujub di atas

mengajak semua masyarakat untuk ikut serta dalam acara slametan Sendang. Kondisi

tersebut relevan dengan konsep bahwa selametan sendang merupakan media untuk

merekatkan hubungan keharmonisan yang menciptakan kerukunan, keselarasan, dan

Page 78: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

63

kekuatan gotong royong dalam masyarakat yang hidup di desa. Komunikasi manusia

dengan sesamanya, manusia dengan makhluk dalam dimensi lain merupakan suatu

perwujudan sikap yang diidealkan.

Dalam bukunya Suseno (1993:5) menyatakan bahwa slametan merupakan

ritus religius orang Jawa. Slametan banyak memiiki makna sosial bagi masyarakat

Jawa yang sangat diyakini dan memegang peranan penting dalam menciptakan kondisi

untuk mempertebal rasa aman, serta memberi pegangan dalam menentukan sikap dan

tingkah laku bagi masyarakat yang bersangkutan. Salah satu tradisi slametan yang rutin

diadakan oleh masyarakat Menang adalah slametan satu suro di Sendang Tirto

Kamandanu. Slametan ini dilakukan untuk mengenang leluhur mereka yaitu Sri Aji

Jayabaya sebagai rasa hormat dan patuh terhadap leluhur mereka. Dalam pelaksanaan

ritual slametan akan dirapalkan ujub untuk melakanakan kegitan tersebut. Larik pada

ujub dalam setiap peritiwa slametan di desa Menang merupakan salah satu realitas

pengguna bahasa yang dapat menjadi objek kajian sastra lisan Jawa.

Dalam hal ini dapat dilihat bahwa masyarakat Kediri tidak melepaskan tradisi

kejawen dan budaya dari nenek moyangnya begitu saja, melainkan mereka masih

menjalan tradisi tersebut hingga saat ini. Menurut Mulder (dalam Roibin, 2009:145)

menjelaskan bahwa kepercayaan masyarakat Jawa sebelum masuknya agama-agama

besar telah memiliki pandangan hidup sendiri yang disebut dengan kejawen atau

jawanisme. Mentalis kejawen lebih condong kepada sinkretisme dan sanggup

menampung berbagai argumentasi agama formal. Konsep Tuhan selalu ada dalam

Page 79: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

64

semua harmoni, yaitu harmoni manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya,

dan manusia dengan alam.

c) Hubungan Harmonis Mayarakat Kediri dengan Alam Sekitarnya (Alam

Meta-Empiris)

Hubungan harmonis antara manusia dengan alam sekitarnya tercermin dalam

perilaku manusia yang merawat dan menjaga linkungan sehingga terwujud

keharmonisan alam dan tetap terjaga keseimbangan ekosistemnya. Untuk mewujudkan

keharmonisan dengan lingkungan, bentuk-bentuk nyata yang dapat menjadi panduan

dan dilaksanakan adalah melalui bersih desa atau selametan desa. Dalam pelaksanaan

bersih desa/selametan desa ini masyarakat Kediri akan membersihkan tempat yang

akan dijadikan ritual upacara selametan desa. Selain itu situs bersejarah peninggalan

kerajaan Kediri juga dirawat tanpa merusak peninggalan bersejarah kerajaan Kediri.

Sikap merawat lingkungan tersebut mencerminkan masyarakat Kediri telah peduli

terhadap lingkungan sekitar dan menghormati para leluhur mereka. Prosesi bersih

desa/selametan desa selalu dilakukan ritual yang dipersembahkan untuk danyang

penunggu disuatu tempat. Danyang secara kuat hadir di dalam kehidupan masyarakat

Kediri. Masyarakat sekitar mempercai bahwa danyang atau makhluk gaib yang ikut

serta dalam merawat alam dan makhluk hidup yang ada di wilayah tersebut. Dalam

perapalan mantra misalnya, penyebutan kata danyang atau baureksa merupakan hal

yang lazim dalam perapalan mantra. Berikut ini larik dari mantra selametan desa atau

sedekah bumi.

Page 80: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

65

Sirepe cahyoning rembulan

Ngerohi sumber, wit, lan watu

Nggih meniko ngerohi danyang kaki danyang sing mbaurekso

(M/ SDms/ Idy/ 23)

Kekuatan dari cahaya bulan

Yang mengetahui sumber mata air, pohon, dan batu

Yang mengetahui danyang kakek danyang yang baureksa

(M/ SDms/ Idy/ 23)

Pada larik mantra di atas dijumpai pelafalan kata yang menyebutkan danyang

dan baureksa. Danyang dan baureksa tersebut ditujukan kepada makhluk gaib

penunggu tempat-tempat sakral, misalnya sendang. Pada larik mantra dijelaskan

kekuatan yang berasal dari cahaya rembulan yang menuju tempat-tempat penghunian

para makhluk psikis yaitu sumber mata air, pohon, dan batu. Masyarakat Kediri

meyakini bahwa ketiga tempat tersebut adalah tempat bersemayamnya makhluk gaib

penunggu tempat atau wilayah yang disakralkan. Munculnya makhluk-makhluk psikis

dalam masyarakat Kediri merupakan penjabaran dari makrokosmos. Dikutip dari

bukunya Haq (2011:6), mendiskripsikan bahwa makrokosmos adalah sikap dan

pandangan hidup terhadap alam semesta yang mengandung kekuatan supranatural dan

penuh dengan hal-hal yang bersifat mistis. Gambaran lain kedekatan masyarakat Kediri

dengan lingkungan sekitarnya tercermin pada cerita rakyat yang berupa legenda Kediri.

Adapun kutipan yang menggambarkan kedekatan manusia dengan alam sekitarnya

(alam meta-empiris) adalah sebagai berikut.

“Waktu itu ada seorang abdi raja Prabu Jayabaya

bernama Ki Krama Taruna yang ikut muksa menjadi

siluman, lalu diperintahkan bertempat tinggal di

Page 81: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

66

Sendang (mata air) Desa Kalasan. Tempat tersebut

terletak di barat daya kota Mamenang, di sebelah barat

gunung Kelud dan menjadi dhanyang atau datu di situ.

Sampai sekarang para petani yang mempunyai sawah di

situ, apabila sawahnya kekurangan air lalu mengadakan

upacara dengan jalan menyediakan sesaji, air sendhang

atau mata air di situ diaduk (L/ K/ Nos/ 57)”.

Pada data (L/ K/ Nos/ 57) ditemui larik yang menyebutkan kata dhanyang.

Dhanyang tersebut merujuk pada penunggu sendang di wilayah desa Kalasan, barat

daya kota Mamenang. Masyarakat setempat meyakini bahwa Ki Krama Taruna adalah

penunggu Sendang (mata air) diwilayah tersebut yang memiliki peran andil terhadap

kemakmuran masyarakat desa Kalasan di Kediri perihal wilayah ladang atau

persawahan. Dalam dimensi hubungan masyarakat Kediri terhadap makhluk metafisik

tersebut hakikatnya merupakan tumbuhnya sikap menyadari bahwa mereka selalu

hidup berdampingan.

Fenomena di atas dapat diamati secara nyata dalam tradisi keberagaman

masyarakat muslim, misalnya pada pola relasi peziarah muslim kejawen dengan budaya

berziarah ke makam yang ada di wisata ritual tertentu. Dari proses tersebut secara

umum dapat diketahui karakteristik peziarah muslim kejawen memiliki banyak

keunikan dan daya tarik tersendiri. Unik dalam artian memiliki kompleksitas ekspresi

keberagaman yang bernuansa mistis, baik dari segi cara kepemahaman agama maupun

perilaku keberagamnnya. Misalnya dengan mendatangi lokasi tertentu yang dianggap

sakral, keramat, maupun suci, dan meyakini tempat tersebut dapat memberikan berkah

kepada siapa saja yang berniat mencari keutamaan dari tempat tersebut. Seperti yang

Page 82: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

67

dilakukan masyarakat muslim di desa Menang Kabupaten Kediri pada sebuah sumber

mata air atau yang biasa mereka sebut Sendang Tirto Kamandanu, mereka

mempercayai dan mengkeramatkan Sendang (sumber mata air) yang diyakini

merupakan tempat patirtan (mata air yang dianggap suci) yang digunakan Prabu

Jayabaya bertahta, selian itu masyarakat sekitar percaya bahwasanya air dari Sendang

tersebut dapat memberikan berkah bagi siapa saja yang meminumnya.

Dalam kepercayaan masyarakat setempat bahwa kondisi baik misalnya

sumber air lancar akan berdampak pada kesuburan tanaman mereka disawah yang

keikutsertaan Sang dhanyang dalam menjaga ekosistem di sana. Sama halnya dengan

datangnya kondisi yang buruk misalnya sumber air dan ladang mengering yang

berdampak pada kesusahan masyarakat merupakan bencana yang menimpa seseorang

karena telah menyimpang dari pranata atau tidak mematuhi norma yang ada. Kondisi

tersebut menjadikan masyarakat menyadari bahwa Sang baureksa atau dhanyang telah

memberikan pelajaran atas pranata yang tidak dipatuhi oleh masyarakat setempat,

sehingga masyarakat Kediri meyakini jika mengadakan upacara atau ritual sesaji dan

air sendang atau mata air di situ diaduk, tak lama kemudian air yang keluar dari mata

air atau sendang tersebut kian banyak hingga permukaannya tampak naik sehingga

airnya mengalir ke sawah atau ladang.

Dikutip dari Suseno (dalam Sukamawan, 2016:36) menjelaskan bahwa

fenomena-fenomena yang terjadi di atas relevan dengan kepekaan terhadap alam meta-

empiris yang menemukan jawabannya dalam berbagai cara, misalnya upacara atau

ritual sesaji yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam kondisi tersebut menggambarkan

Page 83: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

68

adanya hubungan manusia dengan alam sekitar (alam meta-empiris) yang terjadi di

Kediri.

4.1.2.2 Unsur Nostalgia

Nostalgia merupakan elemen dasar dari unsur Arcadia. Pastoral dibangun oleh

arcadia yang selalu melihat ke belakang serta merepresentasikan idealisasi kehidupan

desa dan masa lalu, hal ini harus mengimplikaikan masa depan yang lebih baik yang

terdapat dalam bahasa masa kini (Gifford dalam Sukmawan 2016:37). Penanda unsur

nostalgia terbagi menjadi dua aspek, yaitu aspek bahasa yang ditandai dengan

keterangan waktu lampau dan aspek isi yang berupa kerinduan terhadap sesuatu yang

jauh dan hilang. Bentuk dari unsur masa lalu ditandai dengan penggunaan bahasa

dengan keterangan waktu lampau, mialnya ‘zaman dahulu’, ‘konon cerita’, dan

‘dahulu kala’, serta adanya kerinduan terhadap sesuatu yang telah hilang atau jauh.

Meninjau dari data yang ada, ciri tersebut muncul pada legenda dan mitos yang ada di

Kediri, di antaranya pada legenda Gunung Kelud dan Penghianatan Cinta Dewi

Kilisuci di bawah ini.

“Dikisahkan Dewi Kilisuci anak putri Jenggolo Manik

yang terkenal akan kecantikannya dilamar dua orang

raja. Namun yang melamar bukan dari bangsa manusia,

karena yang satu berkepala lembu bernama Raja Lembu

Suro dan satunya lagi berkepala kerbau bernama

Mahesa Suro (L/ GK/ Nos/ 44)”.

Berdasarkan data (L/ GK/ Nos/ 44) pada kutipan di atas, tampak penanda

bahwa adanya kejadian masa lalu pada awal kalimat yang melatarbeakangi cerita.

Page 84: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

69

Tokoh pada cerita di atas diyakini oleh masyarakat Kediri bahwa terjadinya persoalan

seperti gunung Kelud meletus adalah sumpah dari tokoh Lembu Suro dan Mahesa Suro

yang sakit hati karena telah dihianati oleh Dewi KiliSuci. Lembu Suro dan Mahesa Suro

terpedaya oleh rayuan Dewi KiliSuci untuk masuk ke dalam sumur buatan mereka

sendiri, setelah mereka sudah masuk ke dalam sumur yang sangat dalam, Dewi Kili

Suci memerintahkan prajurit Jenggala untuk menimbun keduanya dengan batu.

Akhirnya Lembu Suro dan Mahesa Suro mati karena tertimbun tumpukan batu di dalam

sumur. Tetapi sebelum mereka tewas Lembu Suro sempat melontarkan sumpah dengan

mengatakan “Ya, orang Kediri besok akan mendapatkan balasanku yang sangat besar.

Kediri bakal jadi sungai, Blitar akan jadi daratan, dan Tulungagung akan menjadi

danau”.

Berdasarkan legenda di atas, masyarakat Kediri selalu mengadakan upacara

sesaji sebagai tolak balak atas sumah Lembu Suro yang disebut Larung Sesaji. Upacara

tersebut masih dilakukan masyarakat lereng gunung Kelud sampai sekarang pada

tanggal satu suro. Selain dimaksudkan sebagai tolak balak sumpah Lembu Suro yang

ditipu oleh Dewi Kili Suci, masyarakat Kediri juga melakukan upacara larung sesaji

sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan juga bentuk rasa hormat pada penunggu

gunung Kelud. Upacara larung sesaji yang diadakan oleh masyarakat lereng gunung

Kelud pada setiap tahunnya merupakan bentuk representasi simbolik pelunasan

kerinduan terhadap sosok leluhur mereka, dan perwujudan harmonisasi antara manusia

dengan alam sekitar.

Page 85: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

70

Kepercayaan terhadap cerita pada masa lampau menjadikan adanya laku ideal

dalam masyarakat yang menggambarkan wujud pelestarian budaya nenek moyang pada

masyarakat lereng gunung Kelud. Kepercayaan pada cerita masa lampau tersebut,

merupakan bentuk rasa hormat dan patuh kepada Syang Hyang Widhi yang berimbas

kepada sikap masyarakat yang mengedepankan kepentingan alam untuk mewujudkan

kearifan ekologis. Unsur nostalgia juga ditemukan dalam mitos Sendang Tirto

Kamandanu, adapun kutipannya adalah sebagai berikut.

“Pada zaman dahulu terdapat sebuah sumber mata air yang

bernama sumber buntung. Sumber artinya tempat air dan

buntung artinya tidak memiliki ekor. Jadi sumber buntung

diartikan sebagai sumber mata air yang tidak memiliki

aliran untuk ke sungai (Mi/ STT/ Nos/ 35).”

“Konon, tempat ini merupakan patirtaan (mata air yang

dianggap suci) yang digunakan ketika Prabu Jayabaya

bertahta (Mi/ STT/ Nos/ 37).”

Pada data (Mi/ STT/ Nos/ 17) dan (Mi/ STT/ Nos/ 19) kalimat pertama yang

menjadi penanda kejadian masa lampau terlihat pada penggunaan frasa ‘pada zaman

dahulu’ dan ‘konon’. Data pertama menjelaskan tentang adanya sebuah sumber mata

air di Kediri pada waktu itu. Orang pada zaman dahulu menyebutnya dengan Sendang

(sumber mata air). Sendang ini mempunyai nama yaitu sumber buntung, yang diartikan

sebagai sumber mata air yang tidak memiliki aliran ke sungai. Namun seiring dengan

berjalannya waktu, Sendang tersebut dipugar dan diganti nama oleh keluarga besar

Hondodento Yogyakarta menjadi Sendang Tirto Kamandanu. Tirto Kamandanu

memiliki makna tersendiri yaitu sumber mata air yang memberikan kehidupan.

Page 86: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

71

Sedangkan dalam pengaplikasiannya sumber mata air ini memberikan kegunan yang

beraneka ragam bagi makhluk hidup. Contohnya saja air Sendang tersebut dapat

diminum oleh masyarakat yang beristirahat ditempat itu.

Pada data kedua menjelaskan tentang bentuk kerinduan tentang sesuatu yang

telah hilang oleh masyarakat Kediri pada leluhur mereka yaitu Sang Prabu Raja Sri Aji

Jayabaya. Masyarakat Kediri meyakini bahwa zaman dahulu, Sendang tersebut dibuat

untuk melukad atau tempat mandi dan bersuci oleh Prabu Sri Aji Jayabaya. Pada satu

sisi, kesan kerinduan terbentuk saat ingatan mereka merindukan sosok leluhurnya yaitu

Sang Prabu Sri Aji Jayabaya untuk hadir di masa sekarang. Sedangkan disisi lain sosok

tersebut telah jauh dan hilang. Selain pada mitos Sendang Tirto Kamandanu, unsur

nostalgia juga terdapat pada legenda Arca Totok Kerot, adapun kutipan legenda

tersebut adalah sebagai berikut.

“Dikisahkan dalam sebuah cerita rakyat yang terkenal di

Kediri bahwa sebenarnya Totok Kerot tersebut adalah

penjelmaan puteri cantik dari seorang demang di Lodaya

(Lodoyo) Blitar (L/ ATK/ Nos/ 48).

Pada data (L/ ATK/ Nos/ 30) dalam legenda Arca Totok Kerot tampak

penanda bahwa legenda tersebut terjadi pada masa lampau. Komposisi cerita yang

cukup lengkap, terlihat dari tokoh, latar waktu, tempat, dan peristiwa yang menjadikan

legenda tersebut sebagai konstruksi yang nyata terjadi pada masa lampau. Penanda

adanya unsur nostalgia terdapat pada awal kalimat penggunaan frasa ‘dikisahkan’.

Penanda tersebut menggambarkan bahwa legenda Arca Totok Kerot pernah terjadi pada

Page 87: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

72

masa lampau. Bukti lain yang menguatkan bahwa legenda tersebut pernah terjadi

adalah ditemukannya patung atau arca Totok Kerot di Dusun Bulu Pasar Kabupaten

Kediri.

Legenda Arca Totok Kerot menceritakan tentang keinginan seorang puteri

cantik dari Lodoyo Blitar yang ingin diperistri oleh Sri Aji Jayabaya. Namun karena

tidak mendapatkan izin dari kedua orang tuanya, puteri tersebut nekat datang ke Kediri

agar diperistri oleh Sang Prabu Sri Aji Jayabaya. Setelah sampai di kerajaan Kediri

puteri tersebut terlibat peperangan oleh pasukan kerajaan Kediri dan memenangkan

peperangan tersebut. Setelah itu Sang Puteri bersikeras ingin bertemu dengan Sri Aji

Jayabaya, tuntutan puteri tersebut dikabulkan oleh Prabu Jayabaya. Karena Sang Prabu

telah mendengar keinginan puteri tersebut agar diperistri, maka Prabu Sri Aji Jayabaya

menyampaikan penolakannya, hingga akhirnya puteri tersebut kembali membuat onar

dan di sabda oleh Sang Prabu menjadi arca rakasasa yang menyerupai buto (rakasa).

4.1.3 Wacana Retreat dan Return

Wacana retreat dan return merupakan bentuk pelarian dari kehiruk-pikukan

kehidupan di kota menuju ke desa. Sejalan dengan penjelasan dalam bukunya

Sukmawan (2016:42) mendeskripsikan bahwa pelarian dari kota menuju desa ini

bertujuan untuk melepaskan diri dari segala kemoderenan kota yang dianggap tidak

sesuai lagi dengan naluri seseorang. Dalam legenda Arca Totok Kerot ditemukan

adanya bentuk pelarian dari kota menuju desa dalam sebuah kutipan di bawah ini.

Page 88: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

73

“Totok Kerot pernah dipindah dari tempat asalnya dan

diletakkan di alun-alun kota Kediri. Namun dalam

waktu satu malam, Arca Totok Kerot tidak betah akan

tempat barunya. Arca Totok Kerot mulai menyusun

rencana melarikan diri. Pada tengah malam tiba- tiba

saja berkumpul dua ekor gajah dan tujuh ekor sapi di

alun-alun. Kesembilan hewan itupun menarik Arca

Totok Kerot menuju Dusun Bulupasar, tempat asal

sang arca (L/ ATK/ RR/ 50)”.

Berdasarkan data (L/ ATK/ RR/ 50) arca Totok Kerot merupkan penjelmaan

atau penggambaran dari seorang puteri cantik yang berasal dari Lodoya (Lodoyo) Blitar

yang datang ke Kediri dengan tujuan agar diperistri oleh Sang raja Prabu Sri Aji

Jayabaya. Setelah membuat kerushan di kerajaan Kediri, puteri cantik dari Blitar tadi

disabda oleh Jayabaya dengan menyebut Sang Puteri memiliki kelakuan seperti

layaknya buto atau raksasa, hingga akhirnya terwujudlah sebuah arca raksasa yang

dinamai dengan arca Totok Kerot.

Pada data (L/ ATK/ RR/ 50) dijelaskan bahwa pelarian Arca Totok Kerot

merupakan penjelmaan puteri cantik dari Lodoyo Blitar yang mulanya berada di desa

Bulu Pasar kemudian dipindah tempatkan ke alun-alun kota Kediri. Cerita yang

berkembag di masyarakat sekitar bahwa patung atau arca Totok Kerot pernah dipindah

dari tempat asalnya oleh masyarakat Kediri ke alun-alun kota Kediri, namun arca Totok

Kerot tersebut secara tiba-tiba kembali lagi ke tempat asalnya karena diyakini oleh

masyarakat setempat bahwa arca Totok Kerot tidak betah tinggal di tempat yang baru

yaitu alun-alun kota Kediri, ia lebih menyukai tempat aslinya di Dusun Bulupasar.

Bentuk return merujuk pada kepulangan kembali Arca Totok Kerot pada Dusun

Page 89: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

74

Bulupasar yang menjadi tempat asalnya. Dalam legenda yang ada di Kediri lainnya,

dikisahkan pula sebuah pelarian oleh Kyai Daha dan Kyai Daka ke daerah hutan di

Kediri. Adapun kutipan legenda Kediri yang memiliki unsur retreat adalah sebagai

berikut.

“Mas Ngabei purbawidjaja, kalau hanya soal yang

begitu, itu mudah sekali. Karena sesungguhnya sayalah

cikal-bakal atau orang pertama yang membuka hutan

dan yang pertama bertempat tinggal di Kadhiri. Ketika

itu saya dan adik saya bersama-sama menebangi hutan

di dekat sungai Kadhiri (Berantas) dengan maksud

untuk dijadikan pemukiman (L/ K/ RR/ 52)”.

Pada data (L/ K/ RR/ 52) dikisahkan bahwa pelarian dilakukan oleh Kyai

Daha dan Kyai Daka menuju hutan. Perajalan yang dilakukan oleh Kyai Daha dan Kyai

Daka termasuk bentuk pelarian dengan beragam motifnya sebagaimana yang

ditunjukkan pada larik legenda Kediri di atas. Pengembaraan menuju hutan yang

dilakukan oleh Kyai Daha dan Kyai Daka dapat dikatakan memuat ide tentang retreat

pasoral karena perjalanan yang dilakukan menuju hutan untuk mencari ketenangan

yang jauh dari keramaian kota, hal tersebut merupakan bentuk penanda dari pemikiran

retreat. Selain adanaya bentuk pelarian menuju desa, pada legenda Kediri juga memuat

bentuk pelarian untuk menyelesaikan dan membicarakan permasalah yang sedang

terjadi, sehingga menenangkan diri di hutan menjadi salah satu upaya untuk

menyelesaikan masalah yang datang sewaktu-waktu.

“Karenanya pesanggrahan itu dinamakan Wanacatur

yang artinya hutan tempat merembug atau berunding.

Page 90: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

75

Jika ada hal yang perlu dipecahkan, saya dan

Tunggulwulung ditugaskan untuk mengiringi baginda

raja pergi ke Wanacatur (L/ K/ RR/ 62)”.

Pada data (L/ K/ RR/ 62) menjelaskan adanya bentuk pelarian yang dilakukan

oleh Baginda Raja Sri Aji Jayabaya dan puterinya menuju hutan. Pelarian di sini yang

dimaksudkan adalah mencari ketenangan di hutan untuk menghindari keramaian di

Kerajaan Kediri. Selain itu wanacatur atau hutan ini dijadikan tempat oleh Sang Prabu

Jayabaya sebagai tempat berembug atau berunding jika ada suatu hal yang haru

dipecahkan. Selain itu, gambaran lain dari retreat juga terdapat pada legenda Kediri

sebagai berikut.

“Saya ditugaskan untuk bertempat tinggal di GOA

SELOBALE yang terletak di sebelah barat Banawi

atau kali Brantas. Sedangkan Tunggulwulung

ditugaskan untuk bertempat tinggal di gunung Kelud,

menjadi raja makhluk halus yang ada di situ (L/ K/ RR/

66-67)”.

Data di atas menunjukkan adanya perpindahan tempat tinggal menuju goa dan

gunung. Pada legenda Kediri diceritakan bahwa zaman dahulu, sebelum Sang Prabu

Jayabaya moksa, Kyai Buto Lokaya dan Tunggulwulung mendapat wasiat dari Sang

Prabu untuk bertempat tinggal di goa dan gunung Kelud. Keduanya diperintahkan

untuk menajaga dan mengawasi wilayah-wilayah yang sudah dibagi oleh Sang Prabu

Sri Aji Jayabaya. Dimanapun lokasi dan apapun model perjalanan retreat yang

ditemukan dalam penggalan dari larik-larik di atas, pasti terdapat return (kembali) dari

Page 91: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

76

lokasi itu ke dalam konteks dimana hasil perjalanan dapat dipahami dan diungkapkan

(Sukmawan, 2016:44).

Page 92: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

77

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Karakteristik pastoral dalam sastra lisan masyarakat Kediri secara implisit

termuat dalam legenda, mitos, mantra, dan ujub yang dimiliki oleh masyarakat Kediri

dalam upaya pemeliharaan lingkungan. Karakteristik pastoral yang terdapat dalam

sastra lisan Kediri dimaksudkan sekaligus menjadi karakteristik narasi teks ekokritik

sastra lisan di Kediri. Melalui penjabaran dalam struktur pastoral di antaranya adalah

unsur bucolic ‘penggembala’, idylls, nostalgia, georgic, serta wacana retreat dan return

memuat karakteristik keharmonisan hubungan manusia dengan alam baik secara fisik

maupun meta fisik.

Kemunculan sosok penggembala petani dan peternak merepresentasikan

keharmonisan hubungan manusia dengan lingkungan dalam artian yang lebih luas.

Ketiga aktivitas tersebut mewujudkan hubungan dalam upaya penjagaan kosmos

melalui upacara ritual upacara adat, hasil komoditi dari sektor pertanian dan peternakan

menjadi salah satu unsur sesaji dalam upacara adat, pemanfaatan kayu sebagai sarana

yang dimanfaatkan untuk menunjang kebutuhan dalam upacara adat. Hal ini merupakan

salah satu upaya yang dilakukan oleh masyarakat Kediri dalam menjaga keseimbangan

kosmos dan hidup secara harmonis dengan alam fisik maupun meta fisik.

Unsur idylls mendeskripsikan konsep kehidupan masyarakat Kediri yang

diidealkan dengan menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dan Tuhan,

Page 93: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

78

hubungan harmonis dengan sesama manusia, serta hubungan baik dengan alam sekitar

(alam meta empiris). Hal tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan rutin tahunan yang

diadakan setiap tanggal satu suro oleh masyarakat Kediri, upacara tersebut membuat

masyarakat menjadi guyub rukun kepada sesama dengan cara berkumpul dan ikut

berpartisipasi dalam upacara ritual. Kedekatan masyarakat Kediri dengan Tuhan

terlihat saat seorang dukun merapalkan mantra dan diikuti doa oleh mayarakat Kediri

guna rasa syukur dan meminta perlindungan dari Tuhan (Allah SWT). Selain itu

gambaran kedekatan manusia dengan linkungan tercermin pada sikap pemeliharaan

lingkunan yang dilakukan oleh masyarakat Kediri dalam upacara ritual satu suro.

Sebelum diadakannya ritul, sebuah tempat yang menjadi lokasi ritual akan dibersihkan

terlebih dahulu agar saat berlangsungnya upacara bisa mengikuti dengan hikmat.

Unsur nostalgia menjelaskan tentang kerinduan terhadap sesuatu yang telah

hilang dan jauh. Bentuk kerinduan terhadap sosok abdi masa lampau dihadirkan pada

masa sekarang dengan diadakannya perayaan upacara ritual adat satu suro di Sendang

Tirto Kamandanu. Upacara tersebut menggambarkan bentuk kebaktian masyarakat

Kediri terhadap leluhur mereka yaitu Sang Prabu Sri Aji Jayabaya. Selain itu, gagasan

georgic menjelaskan tentang kenyamanan bekerja masyarakat Kediri untuk tetap

beraktivitas sebagai petani, peladang, dan peternak sebagai komoditi di sana. Gagasan

wacana retreat dan return dalam legenda Kediri menjelaskan adanya sosok yang

melakukan pengembaraan ke hutan sebagai bentuk pelarian dari keramaian dan

kehiruk-pikukan kota dan kembali menuju desa atau hutan untuk mencari ketenangan

Page 94: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

79

dalam jiwa dengan menghindari konflik guna menjaga keharmonisan hubungan dengan

alam.

5.2 Saran

Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk upaya peningkatan manfaat

dan pelestarian produk sastra lisan yang ada di Kediri.

a) Bagi Lembaga Pendidikan

Cerita rakyat yang berkembang di Kediri dapat dijadikan sebagai bahan ajar

materi sastra lama pada pelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, cerita rakyat di Kediri

yang berupa legenda Gunung Kelud dan Penghianatan Dewi Kili Suci, legenda Arca

Totok Kerot, legenda Kediri, mitos Sendang Tirto Kamandanu, dan mitos Pamuksan

Sang Prabu Sri Aji Jayabaya dapat dijadikan sebagai bahan ajar muatan lokal agar

generasi penerusnya tidak kehilangan identitas sebagai pewaris kebudayaan di Kediri.

b) Bagi Peneliti Selanjutnya

Menjadi referensi penelitian yang sejenis dengan sastra lingkungan yaitu ekokritik

sastra. Mengingat penelitian dengan kajian ekokritik sastra masih sangat jarang

diteliti karena dapat dikatakan kajian ekokritik sastra ini masih baru dibandingkan

dengan kajian sastra yang lainnya. Sehingga dapat memperkaya khazanah penelitian

sastra Indonesia.

Page 95: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

DAFTAR PUSTAKA

Amir, A. 2013. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Yogyakarta: PT Rineka Cipta.

Basrori & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Danandjaja, J. 1984. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta:

PT Grafiti Pers.

Dewi, N. 2015. Manusia Dan Lingkungan Dalam Cerpen Indonesia Kontemporer:

Analisis Ekokritik Cerpen Pilihan Kompas. (Online).

(http://journal.uny.ac.id/index.php/litera/ article/view/7211/6216). Diakses pada

tanggal 22 April 20017.

Dwidjoseputro. 1987. Manusia Dengan Linkungannya. Jakarta: Lembaga Pendidikan

Tenaga Kependidikan, Direktorat endral Pendidikan Tinggi, Departemen

Pendidikan an Pengajaran.

Endraswara, S. 2009. Metode Penelitian Folklor: Konsep, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Media Presindo.

Gifford, Terry. 1999. Pastoral. New York: Routledge.

Garrard, G. 2004. Ecocriticsm: The New Critical Idiom. New York: Routledge.

Hardiningtyas, P. R. 2015. Ekokritik: Ritual dan Kosmis Alam Bali dalam Puisi Saiban

Karya Oka Rusmini. (Online).

(http://eprints.unlam.ac.id/1560/1/e_proceedings_ecology_of_

language_and_literature%20(2015).pdf#page=126). Diakses pada tanggal 23

April 2017.

Hutomo, S.S. 1991. Mutiara Yang Terlupakan. Malang: Dioma.

Khumaini. A. 2014. Legenda Gunung Kelud dan Kisah Penghianatan Cinta Dewi

Kilisuci. (online), (https://www.merdeka.com/peristiwa/legenda-gunung- kelud-

dan-kisah-pengkhianatan-cinta-dewi-kilisuci.html) diakses pada tanggal 07 Juni

2016.

Lisnasari, L. 2016. Harmoni Alam Dalam Cerita Rakyat Tengger (Sebuah Kajian

Sastra Pastoral). Skripsi. Malang: Unversitas Brawijaya.

Masturina, A. 2016. Makna Sendang Made Bagi Masyarakat Desa Made Kecamatan

Kudu Kabupaten Jombang. (Online). (http://journal.unair .ac.id/download-

fullpapers-auneb6349 f5d0full.pdf), diakses pada tanggal 17 April 2017.

Page 96: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

Masykuri, A. 2015. Geografi Regional Indonesia: Kajian Wilayah Kabupaten Kediri,

Jawa Timur. (Online). (https://www.academia.edu /183472

82/GEOGRAFI_REGIONAL_INDONESIA_KAJIAN_WILAYAH_KABUPA

TEN_KEDIRI_JAWA_TIMUR)

Mulder, N. 1985. Pribadi dan Masyarakat Di Jawa. Jakarta: Sinar Harapan

Mursal, E. 1999. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa.

Perdana, V. 2013. Arca Totok Kerot-Legenda Putri Cantik Dari Kerajaan Lodaya.

(Online). (https://koswisata.blogspot.co.id/2013/09/arca-totok-kerot.html).

diakses pada tanggal 07 Juni 2016.

Prabowo, M. P. 2017. Dalam Satu Hari, 12 Insiden Bencana Alam Terjadi Di Jawa

Timur. (Online). (http://jatim.tribunnews.com/2017/02/16/dalam-satu- hari-12-

insiden-bencana-ala m-terjadi-di-jawa-timur?page=2), diakses pada tanggal 29

Maret 2017.

Riski, P. 2017. Bencana Ekologi Ancam Jawa Timur, (Online),

(http://www.voaindonesia. com/a/bencana-ekologi-mengancam-jawa-timur/

3668756.html), diakses pada tanggal 29 Maret 2017.

Roibin. 2009. Relasi Agama & Budaya Masyarakat Kontemporer. Malang:UIN-

Malang Press.

Siswanto, W. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo.

Sudikan. S.Y. 2001. Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya: Citra Wacana.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Sukmawan, S. 2016. Ekokritik Sastra: Menanggap Sasmita Arcadia. Malang: UB

Press.

Suseno, F.M. 1999. Etika Jawa: Sebuah Analisis Falsafi Tentang Kebijakanaan Hidup

Jawa. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Suyanto & Karnaji. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.

Jakarta: Kencana

Widodo, W. 2012. Kearifan Lokal Dalam Mantra Jawa. (Online).

(https://icssis.files.wordpress. com/2012/05/09102012-75.pdf). Diakses pada

tanggal 27 April 2017.

Widodo, W. 2012. Mantra Kidung Jawa (Kajian Repetisi dan Fungsi). (Online).

(https://digilib. uns.ac.id/…=/Mantra-Kidung-Jawa-Kajian-Repetisi-Dan-

Fungsi-abstrak.pdf).Diakses pada tanggal 27 April 2017.

Page 97: HUBUNGAN HARMONI MANUSIA DENGAN ALAM DALAM …repository.ub.ac.id/1941/1/LENI WAHYUNI.pdf · dalam produk sastra lisan berbentuk legenda, mitos, mantra, dan ujub. Kehidupan ideal

Widyawati, W. 2010. Etika Jawa (Menggali Kebijaksanaan dan Keutamaan Demi

Ketentraman Lahir Batin). Yogyakarta: Pura Pustaka.

Yanto, A. Adianto, M.R & Wijajanti, A. 2013. Simbol-simbol Lingual dalam Tuturan

”Ujub Genduren” Siklus Hidup Masyarakat Desa Seneporejo. (Online).

(http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/63490/

ANDRI%20YANTO.pdf?sequence=1). Diakses pada tanggal 16 Juli 2017.