hubungan frekuensi menyusui dan status gizi ibu menyusui

26
HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI USIA 1-6 BULAN DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN UTARA OLEH: DEWI SETYA PARAMITHA NPM: 06090 A-S.1 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN TAHUN 2010

Upload: dewi-setya-paramitha

Post on 03-Jul-2015

8.485 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUIDENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI USIA 1-6 BULAN

DI PUSKESMAS ALALAK SELATANBANJARMASIN UTARA

OLEH:DEWI SETYA PARAMITHA

NPM: 06090 A-S.1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASINPROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN

TAHUN 2010

Page 2: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBayi sebagai calon penerus bangsa hendaknya tumbuh dengan

sehat dan cerdas. Untuk itu hendaknya bayi mendapatkan asupannutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik bagi bayi adalah ASI namuntidak semua ibu mampu menyusui dengan benar.

Sri Purwanti (2004: 47) mengungkapkan cara menyusui yang benardipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Posisi menyusui2. Teknik menyusui3. Frekuensi menyusui

Faktor frekuensi menyusui sebaiknya tidak terpaku pada jadwal. Penetapan frekuensi dan durasi menyusui tidak perlu dilakukan dandapat menyebabkan kerusakan pada pertumbuhan bayi dan suplai air susu ibu.

Kelancaran produksi ASI tentunya tidak lepas dari status gizi ibu. Asupan yang optimal tentunya juga akan menghasilkan produksi ASI yang optimal juga, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Page 3: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

Bayi yang mendapat cukup air susu akan menunjukkan tanda-tanda positif, tanda yang paling dapat diketahui adalah adanya peningkatan berat badan bayi.

Menurut Riskesdas 2007 prevalansi status gizi anak balita di Indonesia menurut BB/U terdapat 5,4% balita gizi buruk, 13,0% balita gizi kurang, 77,2% balita gizi baik dan 4,3% balita gizi lebih.

Provinsi Kalimantan Selatan menurut BB/U terdapat 8,4% balita gizi buruk, 18,2% balita gizi kurang, 70,4% balita gizi baik dan 3,0% balita gizi lebih.

Pada tahun 2009 di kota Banjarmasin terdapat 119 kasus baru BGM dan sebanyak 288 kasus lama BGM.

Di Puskesmas Alalak Selatan jumlah bayi yang mandapat ASI sebanyak 472 bayi. Dari catatan penimbangan bayi di Puskesmas Alalak Selatan terdapat 12 kasus BGM.

Page 4: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

B. Rumusan MasalahBagaimana hubungan frekuensi menyusui dan status gizi ibu menyusui dengan kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara?

C. Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan

frekuensi menyusui dan status gizi ibu menyusui dengan kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara.

Page 5: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Air Susu Ibu (ASI)Frekuensi Menyusui

Mansjoer (2000: 322) mengungkapkan sebaiknya menyusui bayisesuai kebutuhan, jangan dijadwal. Kebutuhan bayi terpenuhi denganmenyusui tiap 2-3 jam. Setiap menyusui, lakukan pada kedua payudarasecara bergantian.

Romadhona (2008: 1) mengungkapkan bahwa pemberian ASI secara teratur hingga maksimal 10 menit untuk setiap sesi menghasilkan peningkatan berat badan signifikan.

Page 6: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

B. Konsep Status Gizi Ibu MenyusuiGizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu,

yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.

Pengukuran Status Gizi Ibu Menyusui

C. Konsep Berat Badan BayiKenaikan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar 700-1000

gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500-600 gram/bulan, pada triwulan III sekitar 350-450 gram/bulan dan pada triwulan IV sekitar 250-350 gram/bulan(Nursalam, 2005: 48) .

(m)badan Tinggi x (m)badan Tinggi(kg)badan Berat IMT =

Page 7: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

E. Hipotesis1. Ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan kenaikan

berat badan bayi usia 1-6 bulan yang diberi ASI.2. Ada hubungan antara status gizi ibu menyusui dengan kenaikan

berat badan bayi usia 1-6 bulan yang diberi ASI.

Page 8: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Ukur Kategori

1. IndependenFrekuensimenyusui

Jumlah waktu ibumenyusui dengantepat dalam satuhari.

Waktu menyusuiterbagi atas: 1. Jumlah

menyusui dalamsatu hari

2. Lama waktudalam satu kali menyusui

3. Pengaturanwaktu menyusui

Kuesioner Ordinal Menurut Arikunto (2006: 344) terbagi atas: 1. Kurang: Jika < 60%

jawaban benar2. Cukup: Jika 60%-

75% jawaban benar3. Baik: Jika > 75%-

100% jawaban benar

2. IndependenStatus gizi ibumenyusui

Keadaan gizi ibudinilai dariperbandinganantara berat badandan tinggi badanibu menyusui.

Status gizi menurutnilai IMT:

Observasi Ordinal Nilai IMT terbagi atas:1. Kurus tingkat berat:

< 17,0 2. Kurus tingkat

ringan: 17,0-18,5 3. Normal: > 18,5-

25,0 4. Gemuk tingkat

ringan: > 25,0-27,0 5. Gemuk tingkat

berat: > 27,0

2(m) TB(kg) BB

=

Page 9: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

No VariabelDefinisi

OperasionalParameter Alat Ukur

Skala Ukur

Kategori

3.DependenKenaikan beratbadan bayi usia1-6 bulan

Pertambahan beratbadan bayi darihasil penimbanganberat badansebelumnya, sesuai denganumur berdasarkangrafik KMS.

Jumlah kenaikanberat badan bayi

Observasi Ordinal Berdasarkan Triwulan.Terbagi atas:1. Kurang:I: < 700 gr/blnII: < 500 gr/bln2. Normal:I: 700-1000 gr/blnII: 500-600 gr/bln3. Lebih:I: > 1000 gr/blnII: > 600 gr/bln

Page 10: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

B. Rancangan PenelitianC. Populasi dan Sampel

1. PopulasiPopulasinya adalah seluruh ibu yang memiliki bayi dan menyusui bayinya di wilayah kerja Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara, sebanyak 511 bayi.

2. SampelPengambilan sampel secara nonrandom atau nonpropability sampling dengan teknik accidental sampling. Responden adalah ibu dengan kriteria memiliki bayi usia 1-6 bulan, menyusui bayinya, dalam keadaan sehat dan mempunyai KMS yang datang ke Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara, sebanyak 50 responden.

Page 11: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

D. Jenis Data dan Sumber DataE. Teknik dan Instrumen Pengumpulan DataF. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan DataLangkah pertama semua data (independen dan dependen)

dikumpulkan dan diperiksa kembali kelengkapannya , selanjutnya semuajawaban yang ada dari data dikategorikan sesuai definisi operasional. Kemudian data ditabulasi dengan bantuan komputer, untukmemudahkan menganalisis.

2. Analisis Dataa. Analisis Univariat

Digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi variabel independen (frekuensi menyusui dan status gizi ibu menyusui) dan dependen (kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan).

Page 12: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

b. Analisis Bivariat Menganalisis data untuk melihat hubungan antara variabel

independen (frekuensi menyusui dan status gizi ibu menyusui) dengan variabel dependen (kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan).

Menggunakan uji statistik Spearman Rank Order Correlation pada α = 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.

Kriteria hubungan variabel di tentukan olah nilai ρ value. Apabila nilai ρ ≤ α 0,05 maka H0 ditolak dan HA diterima berarti ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Apabila ρ > α 0,05, maka H0 diterima dan HA ditolak berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Page 13: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

G. Cara Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengajukan kuesioner kepada ibu. Selain itu melakukan pengamatan (observasi) terhadap nilai IMT ibu dan kenaikan berat badan bayi. Setelah data terkumpul kemudian data diolah dan dianalisis untuk mengetahui gambaran masing -masing variabel dan hubungan antara variabel independen dan dependen.

Page 14: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

BAB IVHASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi PenelitianWilayah Kecamatan Banjarmasin Utara sendiri memiliki empat

Puskesmas yaitu Puskesmas Kayu Tangi, Puskesmas Alalak Selatan, Puskesmas Alalak Tengah dan Puskesmas Sungai Jingah.

Puskesmas Alalak Selatan yang terletak di Kecamatan Banjarmasin Utara memiliki luas wilayah kerja seluas 393,25 Ha. Cakupan wilayah kerjaPuskesmas Alalak Selatan meliputi Kelurahan Alalak Selatan, KelurahanKuin Utara dan Kelurahan Pangeran. Jumlah penduduk di wilayah kerjaPuskesmas Alalak Selatan pada tahun 2009 berjumlah 28.204 jiwa.

Page 15: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

B. Analisis Data1. Analisis univariat

a. Gambaran frekuensi menyusui di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin UtaraDistribusi Frekuensi Ibu Menyusui Bayinya di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara

No. Frekuensi Menyusui Frekuensi Persentase (%)

1. Kurang 2 4,0

2. Cukup 9 18,0

3. Baik 39 78,0

Total 50 100,0

Page 16: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

b. Gambaran status gizi ibu menyusui di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara

Distribusi Frekuensi Status Gizi Ibu Menyusui di PuskesmasAlalak Selatan Banjarmasin Utara

No. Status Gizi Ibu Menyusui Frekuensi Persentase (%)

1. Kurus tingkat berat 0 0

2. Kurus tingkat ringan 3 6,0

3. Normal 43 86,0

4. Gemuk tingkat ringan 4 8,0

5. Gemuk tingkat berat 0 0

Total 50 100,0

Page 17: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

c. Gambaran kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara

Distribusi Frekuensi Kenaikan Berat Badan Bayi Usia 1-6 Bulan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara

No. Kenaikan Berat Badan Bayi Frekuensi Persentase (%)

1. Kurang 10 20,0

2. Normal 31 62,0

3. Lebih 9 18,0

Total 50 100,0

Page 18: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

2. Analisis bivariatDalam menganalisis kekuatan hubungan antara variabel tersebut

digunakan uji statistik Sprearman Rank Order Correlation padatingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

a. Hubungan antara frekuensi menyusui dengan kenaikanberat badan bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara

Nilai Correlation Coefficient = 0,375 dan nilai ρ = 0,007 Hasil analisis uji satistik Spearman Rank Order Correlation

menunjukkan Correlation Coefficient sebesar 0,375 dan nilai ρ ≤ α (0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang bermaknaantara frekuensi menyusui dengan kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan.

No.FrekuensiMenyusui

Kenaikan Berat Badan BayiTotal

Kurang Normal LebihN % N % N % N %

1. Kurang 1 50,0 1 50,0 0 0 2 100

2. Cukup 4 44,4 5 55,6 0 0 9 100

3. Baik 5 12,8 25 64,1 9 23,1 39 100Total 10 20,0 31 62,0 9 18,0 50 100

Page 19: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

b. Hubungan antara status gizi ibu menyusui dengan kenaikanberat badan bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara

Nilai Correlation Coefficient = 0,174 dan nilai ρ = 0,228Hasil analisis uji Spearman Rank Order Correlation menunjukkan ρ > α

(0,05), jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antarastatus gizi ibu menyusui dengan kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan.

No.Status Gizi Ibu

Menyusui

Kenaikan Berat Badan BayiTotal

Kurang Normal LebihN % N % N % N %

1. Kurus tingkat berat 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Kurus tingkat ringan 1 33,3 2 66,7 0 0 3 100

3. Normal 8 18,6 28 65,1 7 16,3 43 100

4. Gemuk tingkat ringan 1 25,0 1 25,0 2 50,0 4 100

5. Gemuk tingkat berat 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 10 20,0 31 62,0 9 18,0 50 100

Page 20: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

C. Pembahasan

1. Gambaran frekuensi menyusui di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara

Tingginya persentase bayi yang frekuensi menyusunya dalam kategori baik menunjukkan tingginya jumlah berapa kali bayi menyusu dalam satu hari. Ini dikarenakan setiap bayi memiliki refleks mengisap untuk menelan ASI dari payudara ibunya.

Hal ini karena bayi yang refleks mengisapnya kuat akan lebih mudah mengosongkan isi payudara. seperti yang diungkapkan oleh Coad (2006: 346) bahwa “pendapat bahwa bayi yang menentukan produksi susu melalui kontrol lokal ditunjang oleh korelasi erat antara derajat pengosongan payudara dan kecepatan pembentukan susu”.

Page 21: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

2. Gambaran status gizi ibu menyusui di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara

Tingginya persentase ibu yang memiliki status gizi normal menunjukkan bahwa keadaan ibu menyusui di daerah tersebut dinilai dari angka antropometri berada dalam keadaan baik.

Menurut Dudek (2001) dalam Paath (2004: 39) bahwa “ibu yang bertambah berat badannya secara tepat selama hamil harus meningkatkan asupan kalorinya 500 kal/hari baik selama 6 bulan pertama atau kedua menyusui. Karena lebih dari 500 kal/hari secara aktual digunakan untuk menghasilkan susu”.

Namun menurut Soetjiningsih (1997: 120) “pada ibu-ibu yang malnutrisi, produksi ASI lebih sedikit dari pada ibu yang gizinya baik. Dengan suplementasi makanan, maka produksi ASI bisa ditingkatkan”.

Page 22: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

3. Gambaran kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara

Tingginya bayi yang kenaikan berat badannya dalam ketegori normal menunjukkan bahwa bayi sudah mendapat asupan nutrisi yang optimal. Seperti yang diungkapkan oleh Siregar (2004: 11) bahwa “ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi akan energi dan gizi selama 4-6 bulan pertama kehidupannya, sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal”.

Page 23: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

4. Hubungan antara frekuensi menyusui dengan kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara

Uji statistik Spearman Rank Order Correlation pada tingkat kepercayaan 95% ( α = 0,05) didapatkan nilai ρ = 0,007. Ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan HA diterima karena nilai ρ ≤ 0,05. Artinya ada hubungan yang bermakna antara frekuensi menyusui dengan kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara.

Ini disebabkan karena tanda bayi yang mendapat cukup ASI akan memiliki pertambahan berat badan yang baik. Hal ini diungkapkan oleh Soetjiningsih (1997: 112) bahwa “pada bayi yang dalam masa pertumbuhan, pada masa ini mereka menyusu lebih sering dari biasa untuk mendapatkan lebih banyak ASI untuk memenuhi kebutuhannya”.

Page 24: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

5. Hubungan antara status gizi ibu menyusui dengan kenaikanberat badan bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara

Hasil uji statistik Spearman Rank Order Correlationmenunjukkan nilai ρ = 0,228 pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hal ini berarti H0 diterima dan HA ditolak karena nilai ρ > α (0,05). Ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara status gizi ibumenyusui dengan kenaikan berat badan bayi usia 1-6 bulan.

Karena ibu dengan status gizi normal juga dapat memberikanfrekuensi menyusu yang cukup atau kurang kepada bayinya. Sepertidikemukakan oleh Hambraeus & Sjolin (1970) dikutip oleh Arisman(2004: 37) bahwa “status gizi tidak bepengaruh besar terhadap mutu(kecuali volume) ASI, meskipun kadar vitamin dan mineralnya sedikitlebih rendah”. Sehingga seorang ibu mungkin saja menghasilkanvolume ASI yang kurang namun mutu ASI tersebut tetap sama sajadengan mutu ASI kebanyakan lainnya. Maka mungkin saja bayitersebut memiliki kenaikan berat badan yang normal.

Page 25: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

BAB VPENUTUP

Kesimpulan1. Sebagian besar bayi di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara

mendapat frekuensi menyusu dengan baik.2. Sebagian besar ibu menyusui yang memiliki bayi usia 1-6 bulan di

Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara meliliki status gizi dalamkategori normal.

3. Sebagian besar bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara yang ditimbang memiliki kenaikan berat badandalam kategori normal.

4. Ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan kenaikan beratbadan bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara.

5. Tidak ada hubungan antara status gizi ibu menyusui dengan kenaikanberat badan bayi usia 1-6 bulan di Puskesmas Alalak Selatan Banjarmasin Utara.

Page 26: HUBUNGAN FREKUENSI MENYUSUI DAN STATUS GIZI IBU MENYUSUI

Terima Kasih