hubungan antara materialisme dan kecenderungan...

162
i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA AWAL PADA PRODUK FASHION SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun Oleh : Yohana Kadek Dwiastuti NIM: 139114046 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 12-Nov-2020

23 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

i

HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN

IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA AWAL PADA PRODUK

FASHION

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Yohana Kadek Dwiastuti

NIM: 139114046

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

iv

HALAMAN MOTTO

Jadikanlah kegagalan di masa lalu, sebagai cerminan dan pelajaran untuk

melangkah lebih baik menuju masa depan yang cerah untuk meraih cita-cita dan

harapan hidup (Anonim)

Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda namun bukan kehancuran bagi

segalanya, tetapi pelajaran dan peringatan terhadap apa yang telah kita lakukan

dan apa yang akan kita lakukan nantinya (Anonim)

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku

(Filipi 4:13)

Terus berjuang, berkarya, dan berusaha jadikan setiap periode perjuangan

sebagai pembelajaran untuk mencapai sukses sejati (Andrie Wongso)

Jangan putus asa selama kamu masih hidup, itu artinya Tuhan masih memberikan

waktu dan kesempatan (Merry Riana)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada semua orang yang telah turut membantu

saya dalam bentuk doa, semangat, motivasi dan apapun:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu setia mendampingi, membimbing

dan memberikan jalan keluar ketika saya mengalami kesulitan dalam penyusunan

skripsi ini.

Papa, Mama, Nenek, Kakak dan Adikku yang selalu setia mendengarkan keluh

kesah saya ketika mengerjakan skripsi dan memberikan semangat, dukungan, dan

penghiburan serta selalu sabar menunggu hingga karya ini selesai dibuat.

Sahabat, teman-teman, saudara-saudara dan keluarga besar yang selalu

mendukung dan menyemangati saya sehingga karya ini dapat terselesaikan

dengan lancar.

Dosen Pembimbing, Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., M.A. yang tak pernah lelah

selalu mengarahkan, membimbing, memberikan waktu, dan memotivasi saya

sampai penelitian ini terselesaikan dengan lancar.

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sebagai tempat saya belajar dan

mendapatkan berbagai pengalaman hidup yang sangat berharga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Januari 2018

Peneliti,

Yohana Kadek Dwiastuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

vii

HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN

IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA AWAL PADA PRODUK

FASHION

Yohana Kadek Dwiastuti

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara materialisme dan

kecenderungan impulsive buying konsumen dewasa awal pada produk fashion. Hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan

antara materialisme dan kecenderungan impulsive buying konsumen dewasa awal pada

produk fashion. Subyek dalam penelitian ini adalah konsumen dewasa awal berusia 20

tahun sampai dengan 40 tahun yang berjumlah 283 konsumen dewasa awal. Alat

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala materialisme dan skala

kecenderungan impulsive buying dalam model Likert. Skala materialisme memiliki 11 item

dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,801 dan skala kecenderungan impulsive buying

memiliki 26 item dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,929. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Spearman’s rho dikarenakan sebaran

data pada kedua variabel bersifat tidak normal. Penelitian ini menghasilkan nilai korelasi r

= 0,367 dan nilai signifikansi p= 0,00 < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara materialisme dan kecenderungan

impulsive buying konsumen dewasa awal pada produk fashion. Hal ini berarti bahwa

semakin tinggi materialisme, maka kecenderungan impulsive buying konsumen dewasa

awal pada produk fashion menjadi semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah

materialisme, maka kecenderungan impulsive buying konsumen dewasa awal pada produk

fashion menjadi semakin rendah.

Kata kunci: materialisme, kecenderungan impulsive buying, produk fashion, dewasa awal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

viii

THE CORRELATION BETWEEN MATERIALISM AND THE

TENDENCY OF IMPULSIVE BUYING OF EARLY ADULT

CONSUMERS OF FASHION PRODUCTS

Yohana Kadek Dwiastuti

ABSTRACT

This research was conducted to find out the correlation between materialism and the

tendency of impulsive buying of early adult consumers of fashion products. The hypothesis

of this research was that there was a positive and significant correlation between

materialism and the tendency of impulsive buying of early adult consumers of fashion

products. The subject of this research were 283 early adult consumers who were 20 to 40

years old. The instruments of this research were materialism scale and impulsive buying

tendency scale in Likert model. The materialism scale has 11 items with 0,801 reliability

coefficient and the scale of the tendency of impulsive buying which has 26 items has 0,929

reliability coefficient. The data analysis technique which is used in this research was

Spearman’s rho correlation test because the distribution of both two variables data was

not normal. This research yielded r = 0,367 correlation value and p = 0,00 < 0,05

significance value. The result of this research showed that there was a positive and

significant correlation between materialism and the tendency of impulsive buying of early

adult consumers of fashion products. It means that the higher the materialism, the higher

the tendency of impulsive buying of early adult consumers of fashion products. On the other

hand, the lower the materialism, the lower the tendency of impulsive buying of early adult

consumers of fashion products.

Keywords: materialism, impulsive buying tendency, fashion product, early adult

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma :

Nama : Yohana Kadek Dwiastuti

Nomor Mahasiswa : 139114046

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah yang berjudul :

HUBUNGAN MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE

BUYING KONSUMEN DEWASA AWAL PADA PRODUK FASHION

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau di media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

penulis.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 22 Januari 2018

Yang menyatakan,

(Yohana Kadek Dwiastuti)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terimakasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat dan memberikan bimbingan serta

pendampingan selama proses penulisan skripsi, sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Peneliti juga menyadari bahwa banyak pihak

lain yang memberikan kontribusi dalam membantu peneliti untuk menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menyertai saya dari awal proses

penulisan hingga skripsi ini terselesaikan dan selalu menunjukkan jalan keluar

terbaik untuk saya.

2. Bapak Dr. Tarsius Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

selalu memberikan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan

memberikan semangat kepada saya untuk bisa mengerjakan dan

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih atas peran Ibu sebagai

pembimbing yang selalu memotivasi saya untuk selalu semangat dalam

mengerjakan skripsi.

5. Terimakasih kepada Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., M.A., Ibu Monica Eviandaru

M., M.App. Psych dan Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si. selaku dosen

penguji atas semua masukannya yang berupa saran untuk menyempurnakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

xi

skripsi ini.

6. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari, M.Si.dan Bapak Minta Istono

M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan

bimbingan dalam hal akademik kemahasiswaan.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

yang telah mengajar, mendidik,dan memberi ilmu pengetahuan selama peneliti

menempuh studi.

8. Seluruh staff Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma: Mas Gandung,

Ibu Nanik, dan Mas Muji atas keramahannya, dukungan, dan bantuannya

dalam administasi kemahasiswaan serta selalu memberikan semangat kepada

peneliti dalam mengerjakan skripsi.

9. Seluruh subjek penelitian yang telah bersedia meluangkan waktu dan

tenaganya untuk membantu peneliti dalam pengisian skala penelitian, bantuan

yang kalian berikan sangat berarti bagi peneliti.

10. Kepada Papa H. Nyoman Rikus,S.E. dan Mama L. Nyoman Sulastri serta

Nenek saya tercinta yang selalu setia mendengarkan keluh kesah saya dan juga

selalu memberikan semangat, nasihat, doa dan dukungan ketika saya mulai

putus asa sehingga penulisan skripsi ini dapat dikerjakan dengan lancar.

Terimakasih juga atas kontribusi yang papa dan mama berikan baik secara

moral maupun materi yang sangat berarti bagi kelancaran studi saya.

11. Kepada Kakakku tersayang Agnes Ika Dewi Lestari, S.E. yang selalu setia

menemani, meluangkan waktunya untuk mendengarkan semua keluh kesah

yang saya alami selama mengerjakan skripsi ini dan selalu memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

xii

dukungan, bantuan, semangat, dan doa sehingga saya dapat mengerjakan dan

menyelesaikan skripsi dengan lancar dan juga kepada adikku Yohanes Nyoman

Martin H. yang selalu memberikan semangat, dukungan, penghiburan dan doa

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.

12. Sahabat saya Abiel, Dito, Ollyn, Angel, Winda, dan KI yang selalu

memberikan semangat, dukungan, selalu berbagi cerita, dan juga memberikan

berbagai pengalaman hidup kepada saya sehingga saya menjadi termotivasi

dan semangat dalam mengerjakan skripsi.

13. Seluruh teman-teman saya angkatan 2013 terutama teman-teman Psikologi

kelas D yang telah memberikan saya berbagai pengalaman berharga selama

kurang lebih empat tahun ini selama saya menempuh pendidikan di Fakultas

Psikologi. Semangat dan sukses untuk kita semua.

14. Teman-teman KKN angkatan 53 kelompok 34 yang selalu memberikan

semangat, doa, dukungan dan bantuannya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik dan lancar serta selalu menanyakan kelulusan saya

sehingga saya menjadi termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan

lulus. Terimakasih juga atas pengalaman hidup yang kalian berikan dan

mengajarkan arti kekeluargaan kepada saya selama kurang lebih 25 hari hidup

bersama di Dusun Gandu.

15. Seluruh teman-teman seperjuangan bimbingan Bu Etta yang saling

menyemangati, membantu, mendukung dalam penyusunan skripsi. Mari kita

semangat dan kita akan sukses bersama.

16. Kelompok asisten Tes Kognitif (Angel, Febri, Garnis, Mega, Yudis, Maria,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

xiii

dan Fendy) dan Tes Inventori (Devina, Nanda, Rizka, Chilla, Tara, Dhea,

Feliks, Depong, Chaterine, dan Vanio) yang pernah berdinamika bersama saya,

terimakasih atas dukungan, doa, semangat, dan bantuannya sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan lancar.

17. Teman-teman asisten Laboratorium Psikologi (Krisna, Dhani, Fonsa, Dewa,

Tia, dan Bella) dan Mas Muji atas kesempatan dan pengalaman yang diberikan

kepada saya untuk bisa belajar bekerjasama dan mengetahui bagaimana

gambaran dunia kerja yang akan saya hadapi ke depannya. Terimakasih juga

atas dukungan dan semangat yang kalian berikan kepada saya dalam proses

penyusunan skripsi ini. Semoga kita semua bisa sukses meraih cita-cita yang

kita harapkan.

18. Seluruh pihak lainnya yang belum peneliti sebutkan satu persatu yang juga

telah membantu, mendukung, dan memberikan semangat bagi peneliti untuk

bisa menyelesaikan skripsi ini. Tuhan memberkati kalian semua.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

sehingga peneliti sangat mengharapkan dan terbuka untuk menerima kritik dan

saran dari pembaca untuk membantu menyempurnakan skripsi ini dan demi

perkembangan penelitian berikutnya. Peneliti berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca. Akhir kata, peneliti mohon maaf apabila terdapat

kesalahan kata-kata dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih.

Yogyakarta,

Peneliti

Yohana Kadek Dwiastuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii

HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ..............................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSTRACT ........................................................................................................... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................. ix

KATA PENGANTAR .............................................................................................x

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 17

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 17

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 17

BAB II LANDASAN TEORI ...............................................................................19

A. Impulsive Buying ........................................................................................ 19

1. Definisi Impulsive Buying ..................................................................... 19

2. Aspek Impulsive Buying ........................................................................ 23

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying ........................... 25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

xv

B. Materialisme ............................................................................................... 33

1. Definisi Materialisme ............................................................................ 33

2. Aspek Materialisme ............................................................................... 37

3. Dampak Materialisme............................................................................ 38

C. Produk Fashion .......................................................................................... 39

D. Dewasa Awal .............................................................................................. 41

1. Definisi Dewasa Awal ........................................................................... 41

2. Aspek-aspek Masa Dewasa Awal.......................................................... 42

E. Dinamika Hubungan Materialisme dan Kecenderungan Impulsive Buying

Konsumen Dewasa Awal pada Produk Fashion ........................................ 45

F. Skema Penelitian Hubungan antara Materialisme dan Kecenderungan

Impulsive Buying Konsumen Dewasa Awal pada Produk Fashion ........... 51

G. Hipotesis ..................................................................................................... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................53

A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 53

B. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................................. 54

C. Definisi Operasional ................................................................................... 54

D. Subjek Penelitian ........................................................................................ 56

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ......................................................... 56

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .......................................................... 62

G. Metode Analisis Data ................................................................................. 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................71

A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 71

B. Deskripsi Subjek Penelitian ....................................................................... 71

C. Deskripsi Data Penelitian ........................................................................... 73

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

xvi

D. Hasil Penelitian .......................................................................................... 76

E. Pembahasan ................................................................................................ 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................84

A. Kesimpulan ................................................................................................. 84

B. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 84

C. Saran ........................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................88

LAMPIRAN .........................................................................................................100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sebaran Item Skala Materialisme Sebelum Uji Coba ..............................59

Tabel 2. Skor Respon pada Variabel Materialisme ................................................60

Tabel 3. Sebaran Item Skala Kecenderungan Impulsive Buying Sebelum Seleksi

Item ........................................................................................................................60

Tabel 4. Skor Respon pada Variabel Kecenderungan Impulsive Buying ..............61

Tabel 5. Sebaran Item Skala Materialisme Setelah Uji Coba ................................64

Tabel 6. Sebaran Item Skala Kecenderungan Impulsive Buying Setelah Seleksi

Item ........................................................................................................................66

Tabel 7. Deskripsi Usia Subjek ..............................................................................71

Tabel 8. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek ..............................................................72

Tabel 9. Deskripsi Pekerjaan Subjek .....................................................................72

Tabel 10. Deskripsi Aktivitas Belanja Produk Fashion Subjek .............................72

Tabel 11. Deskripsi Pendapatan/Uang Saku Subjek Per-bulan .............................72

Tabel 12. Data Empirik Skala Materialisme ..........................................................74

Tabel 13. Hasil Uji Beda MeanTeoritis dan Mean Empiris Materialisme .............74

Tabel 14. Data Empirik Skala Kecenderungan Impulsive Buying ........................75

Tabel 15. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris Kecenderungan

Impulsive Buying ...................................................................................................75

Tabel 16. Hasil Uji Normalitas ..............................................................................76

Tabel 17. Hasil Uji Linearitas ................................................................................78

Tabel 18. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations ..................................79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Skala Uji Coba .........................................................................101

LAMPIRAN B Reliabilitas Skala Impusive Buying pada Produk Fashion dan

Seleksi Item ..........................................................................................................111

LAMPIRAN C Hasil Uji Reliabilitas Setelah Seleksi Item Impulsive Buying

pada Produk Fashion ............................................................................................114

LAMPIRAN D Hasil Uji Reliabilitas Skala Materialisme ................................117

LAMPIRAN E Skala Penelitian ........................................................................119

LAMPIRAN F Hasil Uji t Mean Teoritis dan Mean Empiris............................130

LAMPIRAN G Hasil Uji Normalitas ................................................................132

LAMPIRAN H Hasil Uji Linearitas ..................................................................134

LAMPIRAN I Hasil Uji Hipotesis ....................................................................136

LAMPIRAN J Izin dari Peneliti Skala Materialisme ........................................138

LAMPIRAN K Surat Keterangan Penerjemahan Skala Materialisme ke dalam

Bahasa Indonesia ..................................................................................................140

LAMPIRAN L Surat Keterangan Penerjemahan Skala Materialisme ke dalam

Bahasa Inggris ......................................................................................................142

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas belanja merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh individu

untuk mendapatkan suatu produk yang dibutuhkan. Namun, zaman sekarang

masyarakat telah mengalami perubahan pola berbelanja, yaitu individu

melakukan aktivitas berbelanja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan,

melainkan lebih kepada aktivitas berbelanja untuk memuaskan keinginan,

mengurangi perasaan negatif, mengungkapkan identitas, atau hanya untuk

bersenang-senang (Verplanken & Herabadi, 2001). Bahkan tak jarang individu

melakukan aktivitas belanja tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu karena

merasakan dorongan secara tiba-tiba yang kuat untuk segera membeli suatu

produk yang sering disebut dengan impulsive buying (Kacen & Lee, 2002).

Pada tahun 2014 Creditcard.com melakukan sebuah survei yang

menghasilkan bahwa sekitar 75% orang Amerika melakukan pembelian

produk secara impulsif, bahkan 10% diantaranya menghabiskan lebih dari 13,6

juta untuk pembelian satu buah produk (Money.id, 2015). Pada tahun 2016

Creditcard.com kembali melakukan survei di Amerika yang menghasilkan

bahwa 84% dari 1003 responden menyatakan bahwa mereka pernah melakukan

impulsive buying dan 79% responden menyatakan bahwa sering melakukan

impulsive buying ketika mereka berbelanja di toko (Putri, 2017). Hal ini

menunjukkan bahwa masyarakat Amerika yang menganut budaya individualis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

2

merupakan individu yang memiliki aktivitas pembelian suatu produk secara

impulsif.

Penelitian yang dilakukan oleh Kacen dan Lee (2002) menunjukkan hasil

bahwa masyarakat dengan budaya individualis seperti Amerika memiliki

kecenderungan impulsive buying lebih tinggi daripada masyarakat dengan

budaya kolektif. Hal ini disebabkan masyarakat dengan budaya kolektif telah

diajarkan sejak dini untuk mengendalikan dorongan dan mempertimbangkan

konsekuensi negatif dari tindakan yang mereka lakukan (Triandis dalam Kacen

& Lee, 2002). Selain itu, kontrol dan moderasi emosional dalam budaya

kolektif sangat ditekankan, sehingga masyarakat dengan budaya kolektif

mampu mengendalikan komponen emosional dari pengalaman pembelian

secara impulsif daripada masyarakat dengan budaya individualis (Kacen &

Lee, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Doran (2002) menyatakan hal yang

serupa, yaitu individu yang menganut budaya kolektif lebih mampu

mengontrol dorongan dalam dirinya terutama dorongan untuk melakukan

impulsive buying daripada individu yang menganut budaya individualis.

Penelitian yang dilakukan oleh Neilsen terhadap konsumen Indonesia

yang menganut budaya kolektif menunjukkan hasil yang berbeda dengan

pernyataan Kacen dan Lee (2002), yaitu konsumen Indonesia semakin impulsif

dalam melakukan pembelian suatu produk ataupun jasa. Penelitian ini

dilakukan dengan mewawancarai 1804 responden secara langsung pada bulan

Desember 2010 hingga Januari 2011 yang berada di Jakarta, Surabaya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

3

Makassar, Medan, dan Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

konsumen Indonesia melakukan pembelian suatu produk semakin impulsif.

Hal ini terlihat dari hasil survei yang menunjukkan bahwa 21% responden

menyatakan bahwa mereka tidak pernah merencanakan sesuatu yang akan

mereka beli sebelum berbelanja dan terdapat 39% responden yang menyatakan

bahwa mereka selalu membeli produk tambahan meskipun mereka telah

merencanakan produk yang akan dibeli (Syafputri, 2011).

Selain itu, pada tahun 2012 riset yang dilakukan lembaga Frontier

Consulting Group menunjukkan hasil bahwa sekitar 15% hingga 20%

konsumen Indonesia melakukan impulsive buying lebih tinggi daripada

konsumen Amerika. Hal ini disebabkan konsumen Indonesia memiliki pola

belanja yang relatif tidak teratur daripada konsumen luar negeri, misalnya

konsumen Australia yang memiliki hari dan jam tertentu untuk berbelanja.

Bahkan sebagian konsumen Indonesia selalu menganggap bahwa belanja dan

rekreasi adalah dua hal yang sama (Zoel, 2012). Pada tahun 2015, Mastercard

melakukan penelitian dengan mewawancarai 2272 konsumen yang berasal dari

14 negara di Asia Pasifik diantaranya Indonesia, Hongkong, Korea Selatan,

Vietnam, dan Thailand. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50%

konsumen Indonesia merupakan konsumen paling impulsif di Asia Pasifik,

dimana setidaknya terdapat setengah dari pembelian produk dilakukan secara

spontan atau tidak terencana, di atas rata-rata regional yaitu sekitar 26%

(Primadhyta, 2015).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

4

Peneliti juga melakukan wawancara pada tanggal 13 dan 14 September

2017 kepada sepuluh konsumen yang sebagian besar konsumennya merupakan

mahasiswa. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa terdapat delapan

konsumen yang pergi ke sebuah toko untuk melakukan aktivitas berbelanja

guna memenuhi keinginan daripada kebutuhan dasar mereka. Saat keinginan

tersebut terpenuhi, mereka merasa senang dan puas. Selain itu, terdapat enam

konsumen yang menyatakan bahwa ketika berbelanja kebutuhan, tiba-tiba

mereka merasakan dorongan yang kuat untuk membeli suatu produk yang tidak

dibutuhkan. Pada saat merasakan hal tersebut, mereka segera membeli produk

tersebut tanpa pertimbangan terlebih dahulu dan tidak memikirkan

konsekuensi jangka panjang yang akan terjadi setelah membeli produk

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tersebut melakukan impulsive

buying.

Berdasarkan data yang dijabarkan menunjukkan bahwa kecenderungan

impulsive buying yang dimiliki oleh konsumen Indonesia yang menganut

budaya kolektif dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sementara, hasil studi

Kacen dan Lee (2002) mengungkapkan bahwa masyarakat dengan budaya

kolektif seperti Indonesia memiliki kecenderungan impulsive buying yang

lebih rendah daripada masyarakat dengan budaya individualis seperti Amerika.

Hal ini menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian hasil studi Kacen dan Lee

(2002) dengan perilaku belanja konsumen Indonesia yang dari tahun ke tahun

semakin impulsif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

5

Impulsive buying merupakan perilaku pembelian yang dilakukan

konsumen ketika berada di dalam toko dan mengalami perasaan tiba-tiba serta

merasakan perasaan yang kuat terhadap dorongan emosional untuk membeli

suatu produk dengan segera (Shiffman & Kanuk, 2007). Rook (1987)

mendefinisikan impulsive buying sebagai perilaku pembelian yang terjadi

ketika konsumen mengalami dorongan tiba-tiba, kuat dan gigih untuk membeli

sesuatu dengan segera. Individu yang melakukan impulsive buying lebih

melibatkan emosional daripada rasional sehingga individu melakukan

pembelian secara spontan, kurang hati-hati, dan cenderung mengabaikan

dampak negatif yang akan terjadi setelah melakukan pembelian (Roberts,

Manolis, & Tanner, 2008; Rook, 1987).

Verplanken dan Herabadi (2001) menyatakan hal yang serupa bahwa

impulsive buying ditandai dengan tingginya aktivitas emosional dan rendahnya

kontrol kognitif. Aktivitas emosional yang tinggi ditunjukkan dengan

munculnya dorongan untuk segera melakukan pembelian, merasa senang dan

puas saat berbelanja atau setelah melakukan pembelian suatu produk.

Sementara itu, rendahnya kontrol kognitif ditandai dengan tidak

mempertimbangkan harga maupun kegunaan dari produk yang dibeli dan tidak

melakukan perbandingan antara produk yang diinginkan dengan produk yang

dibutuhkan. Penelitian yang dilakukan oleh Shahjehan, Qureshi, Zeb, dan

Saifullah (2012) mendukung pernyataan tersebut yang menyatakan bahwa

individu yang mengalami ketidakstabilan emosi, kecemasan, kemurungan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

6

mudah marah, dan kesedihan lebih cenderung menunjukkan perilaku impulsive

buying.

Rook (1987) menyatakan bahwa setelah melakukan impulsive buying,

konsumen akan merasakan dampak negatif dari perilaku tersebut, yaitu

konsumen mengalami masalah keuangan, munculnya perasaan bersalah,

merasa kecewa pada produk yang telah dibeli karena tidak sesuai dengan

harapan konsumen, dan adanya ketidaksetujuan dari orang-orang sekitar

terhadap barang yang telah dibeli. Hasil wawancara tanggal 13 dan 14

September 2017 yang dilakukan oleh peneliti pada sepuluh konsumen

mendukung pernyataan tersebut, diketahui bahwa dampak negatif yang

dirasakan oleh semua konsumen setelah melakukan impulsive buying, yaitu

konsumen merasa kecewa karena barang yang dibeli tidak sesuai kebutuhan,

merasa menyesal membeli produk diluar kebutuhan, dan konsumen merasa

menjadi lebih boros.

Impulsive buying juga dapat memberikan dampak positif bagi pelaku

industri. Dampak positif tersebut adalah kontribusi pendapatan karena

konsumen yang melakukan impulsive buying akan berbelanja suatu produk

melebihi dari apa yang telah direncanakan sebelumnya atau bahkan tidak

melakukan perencanaan sebelum berbelanja dan tidak mempertimbangkan

konsekuensi yang terjadi setelah melakukan pembelian (Bong, 2011). Selain

itu, dampak positif yang dirasakan konsumen adalah dapat mengurangi

perasaan negatif yang dirasakan melalui aktivitas berbelanja, merasa senang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

7

dan puas dapat membeli suatu produk yang diinginkan (Verplanken &

Herabadi, 2001).

Penelitian ini memfokuskan jenis produk yang sering dibeli secara

impulsif, yaitu produk fashion. Menurut Susan Cunningham, kontributor

Forbes untuk Asia Tenggara menyatakan bahwa pada tahun 2014 konsumen

Indonesia membelanjakan sekitar Rp 1,9 triliun untuk produk fashion.

Sementara itu, Euromonitor mengungkapkan bahwa pada tahun 2016 terjadi

peningkatan biaya belanja pada produk fashion sekitar Rp3,803 triliun (Dhani,

2016). Di samping itu, theatlantic.com (Saroh, 2016) menambahkan bahwa

produk yang paling populer di seluruh dunia dan paling banyak dibeli adalah

produk fashion. Hal ini dikarenakan berbelanja produk fashion merupakan

suatu aktivitas yang menyenangkan dan sebagian orang kaya menganggap

bahwa belanja produk fashion adalah hobi.

Produk fashion juga merupakan suatu produk yang paling favorit dan

sering dibeli oleh konsumen melalui online shop. Hal ini didukung oleh Situs

Statista (Saroh, 2016) yang melakukan pendataan pengguna internet yang

pernah membeli produk secara online pada bulan Oktober 2015. Statistik ini

mendapatkan hasil bahwa produk yang paling sering dibeli, yaitu produk

fashion yang menempati posisi pertama yang menunjukkan persentase sebesar

55% dari pengguna internet global yang pernah belanja melalui online shop,

posisi berikutnya ditempati oleh produk yang berupa buku, musik, dan alat tulis

dengan tingkat pembeliannya sebesar 50%, produk traveling mencapai sebesar

49%, tiket konser, dan barang elektronik berada di kisaran antara 43% sampai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

8

37%. Sementara produk kecantikan, yang disukai kaum hawa, menunjukkan

tingkat pembelian sebesar 35% dari peminat online shop secara global. Pada

tahun 2016 AC Neilsen menyatakan bahwa jenis produk yang sering dibeli

konsumen melalui online shop, yaitu 69% produk fashion, 10% peralatan

rumah tangga, 7% buku, 7% tiket travel, dan 6% barang komputer (Maulana,

2016). Hal ini menunjukkan bahwa pembelian produk fashion yang dilakukan

oleh konsumen melalui online shop maupun offline shop dari tahun ke tahun

semakin meningkat.

Produk fashion merupakan suatu produk yang dapat mengkomunikasikan

berbagai makna dan membantu individu dalam meningkatkan karakteristik

pribadi, meningkatkan citra diri dan memberi individu sanksi sosial untuk

menjadi kelompok konsumen yang berprestasi dan sukses (Handa & Khare,

2011). Produk fashion juga dapat mencerminkan kepribadian individu dan

berfungsi untuk membantu individu dengan harga diri yang rendah beradaptasi

secara sosial, sementara bagi individu yang memiliki harga diri yang tinggi

menggunakan produk fashion untuk mengekspresikan diri (Creekmore, 1974

dalam Handa & Khare, 2011).

Anin, Rasimin, dan Atamimi (2008) mengungkapkan bahwa ketika

individu ingin diterima dalam kelompok dan ingin menjadi seperti orang lain

dalam kelompok tersebut maka individu tersebut akan menggunakan produk

fashion untuk mempresentasikan diri melalui penampilan mereka. Hal ini

menyebabkan individu tersebut akan lebih mudah melakukan impulsive buying

pada produk fashion yang selalu berubah setiap waktu demi mengikuti fashion

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

9

yang sedang tren dalam menunjang penampilan mereka di depan publik.

Penelitian yang dilakukan oleh Park, Kim, dan Forney (2006) menemukan

bahwa keterlibatan produk fashion memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap impulsive buying. Hal ini dikarenakan konsumen yang melakukan

impulsive buying terhadap produk fashion memiliki kesadaran atau persepsi

terhadap fashionability yang dikaitkan dengan desain atau gaya yang inovatif.

Artinya, ketika konsumen melihat produk fashion terbaru, maka konsumen

tersebut akan membelinya karena mereka merasakan dorongan untuk membeli

produk tersebut demi memenuhi keinginannya (Han, Morgan, Kotsiopulos, &

Kang-Park, 1991).

Impulsive buying pada produk fashion dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Khan, Hui, Chen, dan Hoe

(2016) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi impulsive buying pada produk

fashion, yaitu faktor internal, demografi, dan eksternal. Faktor eksternal

didefinisikan sebagai stimulus yang tidak berada di bawah kendali konsumen

tetapi mempengaruhi perilaku impulsive buying secara langsung (Kacen, Hess,

& Walker, 2012). Faktor eksternal ini meliputi lingkungan toko (Karbasivar &

Yarahmadi, 2011), desain toko (Tendai & Crispen, 2009), budaya (Kacen &

Lee, 2002), stimulus pemasaran (Dawson & Kim, 2009), penampilan produk

secara fisik dan cara menampilkan produk (Verplanken & Herabadi, 2001),

serta kartu kredit (Omar, Rahim, Wel, & Alam, 2014). Sedangkan, faktor

demografi yang mempengaruhi impulsive buying, yaitu jenis kelamin,

pendapatan, pendidikan, dan usia (Khan et al., 2016).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

10

Berkaitan dengan usia, Wood (1998) dan Ghani, Imran, dan Jan (2011)

mengungkapkan bahwa individu dengan usia 18 tahun sampai 39 tahun

merupakan individu yang berpotensial dalam melakukan impulsive buying

daripada individu yang berusia di atas 39 tahun. Hal ini disebabkan individu

yang lebih tua cenderung mampu untuk mengendalikan ekspresi emosionalnya

daripada individu yang lebih muda (Chien-Huang & Chuang, 2005). Menurut

Dariyo (2008) masa perkembangan dewasa awal dimulai pada usia sekitar 20

tahun sampai 40 tahun, sehingga individu yang memiliki rentang usia sekitar

18 sampai 39 tahun termasuk dalam masa perkembangan dewasa awal.

Individu yang telah memasuki masa perkembangan dewasa awal memiliki ciri-

ciri, yaitu tanggung jawab pada diri sendiri, mampu membuat keputusan secara

mandiri, dan mandiri secara finansial (Arnet dalam Papalia & Feldman, 2014).

Selain itu, perkembangan kognitif individu pada masa dewasa awal ditandai

dengan individu yang memiliki kemampuan berpikir reflektif yang merupakan

bentuk kompleks dari kognisi sebagai pertimbangan aktif, persisten, dan hati-

hati dalam membuat suatu keputusan (Dewey dalam Papalia dan Feldman,

2014). Dengan memiliki kemampuan berpikir secara reflektif seharusnya

individu pada masa dewasa awal mampu untuk mempertimbangkan keputusan

dalam melakukan pembelian suatu produk. Akan tetapi, pada penelitian yang

dilakukan oleh Mastercard pada tahun 2015 menunjukkan bahwa konsumen

dengan usia sekitar 18 sampai 39 tahun cenderung melakukan pembelian suatu

produk secara impulsif (Primadhyta, 2015).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

11

Impulsive buying tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal dan

demografi, tetapi impulsive buying juga dipengaruhi oleh faktor internal.

Menurut Khan et al. (2016) faktor internal merupakan isyarat internal dan

karakteristik dalam diri individu yang membuat individu terlibat dalam

perilaku impulsive buying. Faktor internal yang mempengaruhi impulsive

buying meliputi keadaan emosi (Verplanken & Herabadi, 2001), harga diri

(Hadjali, Salimi, Nazari, & Ardestani, 2012), kontrol diri (Baumeister, 2002) ,

kepribadian (Shahjehan et al., 2012), evaluasi normatif (Kacen & Lee, 2002)

dan materialisme (Badgaiyan & Verma, 2014).

Pada awalnya, materialisme merupakan suatu paham dalam filsafat yang

menyatakan bahwa pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua

fenomena adalah hasil interaksi material (Bagus, 2000). Secara umum,

materialisme menempatkan kepentingan yang sangat tinggi pada kepemilikan

barang-barang dan diyakini bahwa dengan memperoleh lebih banyak barang

dapat menyebabkan kebahagiaan, sehingga individu yang materialis cenderung

akan menilai keberhasilan diri sendiri dan orang lain dari segi kualitas dan

kuantitas barang yang dimiliki (Ahuvia, 1992; Richins & Dawson, 1992; Veer

& Shankar, 2011). Materialisme juga dapat meningkatkan kecenderungan

seseorang untuk memusatkan barang dalam kehidupan, keyakinan bahwa

kepemilikan merupakan tanda keberhasilan dan sumber kepuasan dalam hidup

(Richins & Dawson, 1992), serta cenderung percaya bahwa kepemilikan

barang adalah sumber kebahagiaan (Wang & Wallendorf, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

12

Sementara itu, dalam ranah Psikologi, Richins dan Dawson (1992)

mendefinisikan materialisme sebagai suatu nilai tentang pentingnya

kepemilikan dan perolehan barang-barang dalam mencapai tujuan hidup atau

kondisi yang diinginkan. Menurut Sarwono dan Meinarno (2014) peran suatu

nilai bagi individu adalah sebagai refleksi dari keyakinan yang dapat

mengarahkan individu dalam bertindak, melakukan pertimbangan dan

pengambilan keputusan sebagai proses akhir yang terjadi dalam individu.

Richins dan Dawson (1992) menambahkan bahwa suatu nilai juga dapat

berperan dalam menentukan pilihan dan perilaku individu dalam berbagai

situasi, termasuk dalam perilaku konsumsi. Menurut Belk (1985) materialisme

berkaitan erat dengan sifat posesif, kurangnya kemurahan hati, dan iri hati.

Berdasarkan uraian tersebut, materialisme dapat dinyatakan sebagai suatu nilai

mengenai pentingnya kepemilikan dan perolehan barang-barang yang diyakini

menjadi pusat dalam kehidupan, tanda kesuksesan dan kebahagiaan dalam

mencapai tujuan hidup.

Podoshen, Andrzejewski, dan Hunt (2014) menyatakan bahwa

materialisme dapat memberikan dampak yang negatif bagi individu yang

memprioritaskan kehidupannya lebih kepada kepemilikan dan perolehan harta

benda daripada tujuan hidup lainnya. Dampak negatif yang dapat individu

rasakan, yaitu individu akan merealisasikan diri mereka lebih buruk, seperti

individu yang merasa kurang bahagia, rendahnya kepuasan hidup, rentan

terhadap depresi, mengalami kecemasan, menunjukkan sikap yang kurang

empati terhadap orang lain (Dittmar, Bond, Hurst, & Kasser, 2014; Gregoire,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

13

2014; Shrum, Lowrey, Pandelaere, Ruvio, Gentina, Furchheim & Mandel,

2014).

Penelitian sebelumnya menambahkan bahwa konsumen materialis juga

rentan terhadap peningkatan konsumsi yang dapat ditunjukkan dengan

memiliki sikap manajemen keuangan yang buruk, cenderung mengkonsumsi

suatu produk secara berlebihan, sering membeli suatu produk tanpa

perencanaan, dan sulit untuk mengendalikan dorongan dalam diri untuk

memenuhi keinginan, sehingga dapat mengarah pada kecenderungan impulsive

buying (Garðarsdóttir & Dittmar, 2012; Goldberg, Gorn, Peracchio &

Bamossy, 2003). Di samping itu, menurut Richins dan Rudmin (1994)

materialisme juga dapat memberikan dampak yang positif, yaitu dengan

tingginya tingkat konsumsi yang dimiliki oleh konsumen materialis dapat

meningkatkan kekayaan lembaga bisnis, meningkatkan kemampuan untuk

melakukan perbaikan modal dan berinvestasi dalam penelitian dan

pengembangan, yang pada gilirannya dapat menghasilkan produktivitas,

terobosan teknologi terbaru, dan standar kehidupan yang lebih tinggi.

Founier dan Richins (1991) mengemukakan bahwa tingkat materialisme

yang tinggi pada individu dianggap sebagai sebuah nilai yang akan memotivasi

individu tersebut untuk mengejar dan memperoleh barang-barang untuk

mencapai pemenuhan diri. Individu yang materialis juga cenderung akan

mencurahkan lebih banyak waktu dan energi yang dimiliki untuk aktivitas yang

berhubungan dengan perolehan materi. Hal ini dapat membuat individu

tersebut memiliki perilaku egois yang ditunjukkan dengan perilaku yang lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

14

peduli pada diri sendiri daripada orang lain dan memiliki hubungan

interpersonal yang buruk dengan orang lain (Lertwannawit & Mandhachitara,

2012; Likitapiwat, Sereetrakul, & Wichadee, 2015). Di samping itu, individu

yang materialis percaya bahwa dengan memperoleh suatu objek yang berupa

barang maupun jasa dapat membantu mereka membangun rasa aman dan

meningkatkan kesejahteraan (Moran & Kwak, 2015). Penelitian yang

dilakukan oleh Handa dan Khare (2011) mengenai kaitan antara materialisme

dan kepemilikan produk yang meningkatkan kesejahteraan, menjelaskan

bahwa individu dengan tingkat materialisme yang tinggi akan menghubungkan

konsumsi dan kepemilikan produk dengan kepuasan dalam hidup.

Penelitian yang dilakukan oleh Arndt, Solomon, Kasser, dan Sheldon

(2004) menunjukkan bahwa orang yang rentan terhadap materialisme biasanya

tidak puas dengan produk yang mereka miliki dan akan terus mencari pilihan

produk yang lebih baik dan lebih mahal. Secara khusus, penelitian yang

dilakukan oleh Ardnt et al. (2004) mengungkapkan bahwa materialisme

berkaitan dengan produk fashion karena produk fashion memiliki makna

simbolis yang tinggi, dapat menyampaikan kesan dan citra kepada orang lain.

Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Browne dan

Kaldenberg (1997) yang menyatakan bahwa individu dengan materialisme

yang tinggi akan lebih tertarik dengan produk fashion karena individu tersebut

mendapatkan lebih banyak kesenangan dari produk fashion, memahami bahwa

produk fashion dapat memberikan makna simbolik, dan memandang

pembelian produk fashion sebagai hal yang penting dalam hidupnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

15

Konsumen dengan materialisme yang tinggi akan menghabiskan uang

yang mereka miliki untuk membeli suatu produk yang relatif tidak penting

secara impulsif demi memenuhi keinginan daripada kebutuhan (Garðarsdóttir

& Dittmar, 2012), sehingga dapat menyebabkan konsumen tersebut memiliki

sifat yang boros dan memiliki banyak hutang (Watson, 2003). Di samping itu,

penelitian yang dilakukan oleh Podoshen dan Andrzejewski (2012)

mendukung pernyataan tersebut bahwa konsumen yang memiliki tingkat

materialisme yang tinggi gemar menghabiskan uang untuk memenuhi

keinginannya membeli berbagai produk. Hal ini menunjukkan bahwa ketika

suatu produk booming dipasaran dan memiliki kualitas serta citra merek yang

baik, maka konsumen tersebut akan segera membeli produk tersebut tanpa

pertimbangan maupun perencanaan terlebih dahulu, sehingga membuat

konsumen cenderung melakukan impulsive buying.

Penelitian yang dilakukan oleh Liao dan Wang (2009) menambahkan

bahwa konsumen dengan materialisme yang tinggi menjadikan kekayaan

sebagai indikator status sosial, prestasi, dan reputasi. Hal ini menunjukkan

bahwa konsumen tersebut tidak ragu untuk membeli produk yang mahal

dengan merek-merek mewah secara impulsif (Prendergast & Wong, 2003). Di

samping itu, penelitian yang dilakukan oleh Richins (2011) mengungkapkan

bahwa ketika individu yang materialis memiliki keinginan untuk mencapai

status sosial melalui kepemilikan materi, maka individu tersebut akan menjadi

impulsif dalam pembelian suatu produk dengan mengikuti dorongan yang ada

dalam dirinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

16

Penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara materialisme dan

impulsive buying yang dilakukan oleh Chavosh, Halimi, Namdar, Choshalyc,

dan Abbaspour (2011) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara materialisme dan impulsive buying. Hasil ini dicurigai karena

adanya keterbatasan pada variabel impulsive buying, yaitu kurangnya

pengkhususan terhadap suatu jenis produk (Park, Kim & Forney, 2006).

Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Mohan, Sivakumaran,

dan Sharma (2013) yang menyarankan untuk meneliti variabel impulsive

buying pada jenis produk tertentu.

Menurut Liao dan Wang (2009) serta Founier dan Richins (1991)

konsumen dewasa awal dengan materialisme yang tinggi cenderung akan

membeli suatu produk fashion yang dapat menunjukkan identitas, status sosial,

dan reputasi yang mereka inginkan serta termotivasi untuk memperoleh

barang-barang untuk mencapai pemenuhan diri, dan mencurahkan lebih

banyak waktu dan energi yang dimiliki untuk aktivitas yang berhubungan

dengan perolehan materi. Ketika konsumen dewasa awal memiliki keinginan

untuk mencapai hal tersebut saat melakukan aktivitas berbelanja dan melihat

suatu produk fashion yang menarik serta sesuai dengan keinginan mereka,

maka mereka akan segera membeli produk tersebut tanpa pertimbangan dan

tidak menyesuaikan dengan kebutuhan yang mereka miliki, sehingga mereka

akan cenderung melakukan impulsive buying pada produk fashion tersebut

dengan mengikuti dorongan yang ada dalam diri mereka (Richins, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

17

Konsumen dewasa awal yang memiliki materialisme yang tinggi juga

tidak ragu untuk membeli produk fashion dengan harga yang mahal dan merek-

merek terkenal guna mendukung penampilan mereka dan menyampaikan

kesuksesan, dan prestige yang mereka miliki pada orang lain (Sahdev &

Gautama, 2007). Untuk memenuhi hal tersebut konsumen dewasa awal rela

menghabiskan uang yang mereka miliki untuk membeli suatu produk fashion

yang relatif tidak penting dan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka secara

impulsif demi memenuhi keinginan mereka dan tidak memikirkan konsekuensi

yang akan terjadi (Garðarsdóttir & Dittmar, 2012). Oleh karena itu, peneliti

ingin melakukan penelitian mengenai materialisme dan impulsive buying

dengan menambahkan jenis produk fashion.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah apakah ada hubungan antara materialisme dan kecenderungan

impulsive buying konsumen dewasa awal pada produk fashion?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara materialisme dan

kecenderungan impulsive buying konsumen dewasa awal pada produk fashion.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Psikologi Konsumen dan

Psikologi Perkembangan mengenai materialisme dan kecenderungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

18

impulsive buying konsumen dewasa awal pada produk fashion, khususnya

pada ketidaksesuaian antara hasil penelitian terdahulu dengan perilaku

belanja konsumen Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin impulsif

serta tidak adanya hubungan yang signifikan antara materialisme dan

impulsive buying.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi dan refleksi diri

bagi konsumen dewasa awal yang berkaitan dengan materialisme dan

kecenderungan impulsive buying, sehingga konsumen dapat lebih

mempertimbangkan aktivitas belanja yang dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

19

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Impulsive Buying

1. Definisi Impulsive Buying

Penelitian mengenai impulsive buying dimulai pada awal tahun 1950-

an. Penelitian ini mengategorikan pembelian baik yang direncanakan

maupun tidak direncanakan, dimana istilah pembelian yang tidak terencana

digunakan secara bergantian dengan impulsive buying (The Du-Pont

Consumer Buying Habit Studies, 1948-1965 dalam Mittal, Sondhi, &

Chawla, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Stern (1962)

mengungkapkan bahwa ada kesalahan dalam mengasumsikan semua

pembelian yang tidak direncanakan sebagai impulsive buying. Hal ini

dikarenakan pembelian yang tidak direncanakan juga dapat terjadi bila

individu berada di toko dan ingat akan produk yang dibutuhkan atau biasa

dibeli. Impulsive buying dibedakan dari pembelian yang tidak direncanakan

dalam hal pengambilan keputusan yang cepat dan juga ditandai dengan

individu mengalami dorongan tiba-tiba, kuat, dan tak tertahankan untuk

membeli suatu produk. Di samping itu, beberapa peneliti mengungkapkan

bahwa impulsive buying merupakan subset yang lebih sempit dan lebih

spesifik daripada pembelian yang tidak direncanakan, tidak ada kebutuhan

atau keinginan serius individu untuk membeli produk dengan merek atau

kategori tertentu sebelum memasuki sebuah toko (Kollat & Willett, 1967;

Cobb & Hoyer, 1986; Bayley & Nancarrow, 1998).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

20

Rook dan Fisher (1995) mendefinisikan impulsive buying sebagai

kecenderungan individu untuk membeli suatu produk secara spontan, tidak

reflektif, segera, dan dirangsang oleh kedekatan fisik pada produk yang

diinginkan, didominasi oleh ketertarikan emosional, dan keinginan untuk

merasakan kepuasan secara langsung pada suatu produk. Penelitian yang

dilakukan oleh Gąsiorowska (2011) menyatakan bahwa impulsive buying

mengacu pada aktivitas pembelian yang tidak diharapkan, terjadi secara

spontan dan tidak reflektif, serta diiringi dengan munculnya keinginan

mendadak untuk membeli suatu produk tertentu pada saat itu juga. Hal ini

terjadi karena kurang melibatkan unsur pikiran dan tidak melalui

pertimbangan yang matang (Rook & Fisher, 1995; Mowen & Minor, 2002).

Menurut Rook (1987) impulsive buying dapat terjadi ketika individu

mengalami dorongan tiba-tiba, sering kuat dan gigih untuk membeli suatu

produk dengan segera tanpa adanya pertimbangan terlebih dahulu.

Dorongan untuk membeli yang dirasakan oleh individu merupakan perilaku

hedonis kompleks dan dapat merangsang konflik emosional, serta rentan

terjadi sehubungan dengan berkurangnya konsekuensi yang dirasakan dari

tindakan yang dilakukan.

Individu dengan impulsive buying yang tinggi cenderung mengalami

rangsangan pembelian secara spontan, memiliki daftar belanja yang lebih

“terbuka”, lebih mudah dan cepat menerima gagasan pembelian yang baru

secara tiba-tiba dan tidak terduga (Rook & Fisher, 1995). Menurut Kacen

dan Lee (2002) individu yang mengalami impulsive buying memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

21

beberapa karakteristik, yaitu adanya perasaan untuk segera memiliki suatu

produk, keinginan untuk mengabaikan segala konsekuensi dari pembelian

sebuah produk, merasakan ketertarikan yang berlebihan pada suatu produk,

merasa puas setelah membeli produk yang diinginkan, dan terjadinya

konflik antara pengendalian dan kegemaran di dalam diri individu. Rook

(1987) serta Rook dan Hock (dalam Alauddin, Hossain, Ibrahim, & Hoque,

2015) menambahkan bahwa individu tersebut juga menunjukkan

karakteristik, yaitu memiliki keinginan tiba-tiba dan spontan untuk

bertindak, melakukan pembelian yang tidak direncanakan, perilaku sulit

dikendalikan, disertai respon emosional, dan kurangnya perhatian terhadap

konsekuensi dari impulsive buying.

Menurut Abraham dan Dameyasani (2013), dan Rook (1987)

impulsive buying lebih melibatkan emosional daripada rasional sehingga

individu melakukan tindakan pembelian berdasarkan pada respon

emosional yang sulit dikontrol. Hal senada juga diungkapkan oleh

Verplanken dan Herabadi (2001) yang menyatakan bahwa impulsive buying

merupakan perilaku pembelian yang ditandai dengan tingginya aktivitas

emosional dan rendahnya kontrol kognitif. Ketika aktivitas emosional lebih

mendominasi daripada kognitif maka individu tersebut akan menunjukkan

perilaku pembelian yang tidak mempertimbangkan harga maupun kegunaan

produk yang dibeli, tidak melakukan perbandingan antara produk yang

diinginkan dengan produk yang dibutuhkan, merasakan dorongan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

22

segera membeli suatu produk, serta merasa senang dan puas saat berbelanja

maupun setelah berbelanja.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa impulsive

buying merupakan suatu aktivitas pembelian yang dilakukan tidak terencana

karena merasakan dorongan yang kuat secara spontan dan tiba-tiba,

sehingga individu melakukan pembelian tanpa pertimbangan dan

mengabaikan konsekuensi yang akan terjadi setelah pembelian, serta

aktivitas yang lebih didasari oleh respon emosional yang bertujuan untuk

memiliki suatu produk dengan segera demi memenuhi keinginan.

Kecenderungan impulsive buying adalah kecenderungan untuk

melakukan aktivitas pembelian yang tidak terencana karena merasakan

dorongan yang kuat secara spontan dan tiba-tiba, sehingga konsumen

melakukan pembelian tanpa pertimbangan dan mengabaikan konsekuensi

yang akan terjadi setelah pembelian, serta aktivitas yang lebih didasari oleh

respon emosional yang bertujuan untuk memiliki suatu produk dengan

segera demi memenuhi keinginan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

23

2. Aspek Impulsive Buying

Verplanken dan Herabadi (2001) menyatakan bahwa terdapat dua aspek

utama yang dapat membentuk perilaku impulsive buying, yaitu:

a. Aspek Kognitif

Menurut Verplanken dan Herabadi (2001) aspek kognitif

dalam impulsive buying ditunjukkan dengan kurangnya

perencanaan, pertimbangan, dan membeli sesuatu secara spontan

ketika melakukan pembelian yang didasarkan pada tidak adanya

evaluasi atas konsekuensi yang akan muncul setelah melakukan

pembelian, individu cenderung enggan untuk memberikan pendapat

mengenai kualitas produk yang dibeli, dan tidak melakukan

perbandingan produk terlebih dahulu. Selain itu, menurut Dawson

dan Kim (2009) aspek kognitif mengacu pada bagaimana seseorang

memahami, berpikir, menafsirkan informasi, dan dapat

menyebabkan impulsive buying karena kurangnya pertimbangan

dalam melakukan pembelian dan mengabaikan konsekuensi yang

akan terjadi setelah melakukan pembelian. Ketika individu kurang

memperhatikan aspek kognitif maka individu akan mengalami

dorongan yang kuat untuk membeli dan cenderung melakukan

impulsive buying (Dholakia, 2000; Rook, 1987; Youn & Faber,

2000).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

24

b. Aspek Afektif

Aspek afektif merupakan respon emosional yang muncul

terlebih dahulu, secara bersamaan, atau setelah melakukan impulsive

buying (Verplanken & Herabadi, 2001). Emosi yang paling

menonjol yang biasanya berkaitan dengan impulsive buying, yaitu

kesenangan dan kegembiraan. Menurut Verplanken dan Herabadi

(2001) individu tidak hanya merasakan perasaan senang dan

gembira saat melakukan impulsive buying tetapi sebelum individu

melakukan impulsive buying, individu mengalami perasaan tiba-tiba

dan mendesak yang tidak tertahankan untuk ingin memiliki sesuatu

dengan segera. Rasa penyesalan juga akan dirasakan individu

setelah melakukan impulsive buying ketika menyadari bahwa telah

banyak uang yang dikeluarkan untuk membeli sesuatu yang

sebenarnya tidak dibutuhkan tetapi hanya untuk memuaskan

keinginan (Dittmar & Drury, 2000). Selain itu, Coley dan Burgess

(2003) menyatakan bahwa individu akan melakukan impulsive

buying ketika individu merasa senang terhadap suatu produk,

bersemangat untuk memilikinya, serta merasa harus membeli

produk itu untuk memuaskan diri.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

terdapat dua aspek yang dapat membentuk impulsive buying, yaitu aspek

kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif pada impulsive buying didasarkan

pada kurangnya pertimbangan, perencanaan, dan membeli sesuatu secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

25

spontan ketika melakukan pembelian, serta mengabaikan konsekuensi yang

akan terjadi setelah melakukan pembelian. Sementara itu, aspek afektif

dalam impulsive buying ditunjukkan dengan adanya perasaan senang dan

gembira saat melakukan pembelian sesuatu, munculnya dorongan tiba-tiba

yang tidak tertahankan untuk membeli sesuatu dengan segera, dan merasa

menyesal setelah melakukan pembelian sesuatu yang sebenarnya tidak

dibutuhkan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying

Impulsive buying dapat terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Secara umum, impulsive buying dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal.

a. Faktor internal

Faktor internal merupakan isyarat dan karakteristik internal yang

membuat individu terlibat dalam impulsive buying (Khan et al., 2016).

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kepribadian dapat

mempengaruhi impulsive buying (Shahjehan et al., 2012). Hal ini

dikarenakan kepribadian yang dimiliki oleh individu dapat memberikan

gambaran yang lebih pada perilaku impulsive buying dibandingkan sifat

lainnya dan dapat membantu dalam menentukan taraf kecenderungan

impulsive buying yang dimiliki seseorang (Beatty & Ferrell, 1998;

Rook & Fisher, 1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

26

Dari beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

keadaan emosi dapat mempengaruhi impulsive buying (Verplanken &

Herabadi, 2001; Kacen & Lee, 2002; Yoon, 2013; Sneath, Lacey, &

Kennett-Hensel, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa ketika individu

lebih responsif pada keadaan afektif, seperti keadaan emosi, mood dan

perasaan diri (Youn & Faber, 2000) dan kurang responsif pada keadaan

kognitif maka individu akan mengalami dorongan yang kuat untuk

melakukan pembelian dan lebih mungkin untuk terlibat dalam

impulsive buying (Dholakia, 2000; Rook 1987; Youn & Faber, 2000).

Selain itu, Sneath et al. (2009) dan Alagöz dan Ekici (2011)

mengungkapkan bahwa individu dengan keadaan emosi yang tidak

stabil lebih cenderung akan melakukan impulsive buying. Hal tersebut

individu lakukan sebagai upaya untuk meningkatkan mood dan

menghindari persepsi psikologis negatif, seperti rendah diri dan suasana

hati yang negatif. Sebaliknya menurut Verplanken dan Herabadi (2001)

individu yang mengalami keadaan emosi yang positif akan lebih

mendorong individu untuk melakukan impulsive buying. Perasaan

positif tersebut meliputi rasa senang, semangat, dan bahagia saat

melakukan perilaku pembelian.

Evaluasi normatif merupakan salah satu faktor yang juga dapat

mempengaruhi impulsive buying (Kacen & Lee, 2002). Menurut Rook

dan Fisher (1995) evaluasi normatif adalah penilaian yang dibuat oleh

individu tentang kesesuaian impulsive buying dalam situasi pembelian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

27

tertentu. Pada umumnya, pandangan negatif mengenai impulsive

buying cenderung muncul, seperti impulsive buying dianggap sebagai

pembelian yang tidak rasional, tidak dewasa, boros, dan beresiko (Rook

& Fisher 1995). Bahkan individu mungkin akan merasa menyesal

setelah melakukan impulsive buying (Verplanken & Herabadi, 2001).

Akan tetapi, pada kenyataannya sebagian besar individu tidak

memandang impulsive buying yang mereka lakukan sebagai perilaku

yang tidak pantas dan tidak menilai sebagai perilaku yang salah (Rook,

1987; Hausman, 2000).

Penelitian yang dilakukan oleh Hadjali, Salimi, Nazari, dan

Ardestani (2012) mengungkapkan bahwa harga diri dapat

mempengaruhi impulsive buying. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

rendah tingkat harga diri yang dimiliki oleh individu maka semakin

tinggi impulsive buying yang individu lakukan dan begitu juga

sebaliknya. Selain itu, impulsive buying juga dipengaruhi oleh kontrol

diri. Baumeister (2002) mengungkapkan bahwa ketika individu

memiliki kontrol diri yang rendah maka individu tersebut menunjukkan

sikap kurang dapat menahan stimulus yang mengarahkan individu

tersebut untuk melakukan impulsive buying dan tidak dapat mengelola

diri dengan baik. Sebaliknya individu yang memiliki kontrol diri yang

baik akan melakukan perilaku pembelian suatu produk sesuai dengan

kebutuhan jangka panjangnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

28

Menurut Kollat dan Wallet (dalam Muruganantham & Bhakat,

2013) menemukan bahwa karakteristik demografi individu

mempengaruhi impulsive buying. Salah satu karakteristik demografi

yang dapat mempengaruhi impulsive buying adalah usia. Menurut

Wood (1998) individu dengan usia 18 tahun sampai 39 tahun

merupakan individu yang berpotensial dalam melakukan impulsive

buying daripada individu yang berusia di atas 39 tahun. Hal ini

disebabkan individu yang lebih tua cenderung mampu untuk

mengendalikan ekspresi emosional yang dimilikinya daripada individu

yang lebih muda (Chien-Huang & Chuang, 2005).

Selain usia, karakteristik demografi yang juga dapat

mempengaruhi impulsive buying, yaitu gender. Penelitian yang

dilakukan oleh Gąsiorowska (2011) menyatakan bahwa konsumen

perempuan memiliki tingkat impulsive buying yang lebih tinggi

dibandingkan konsumen laki-laki. Hal ini dikarenakan ketika berada di

dalam toko konsumen perempuan dapat melihat-lihat berbagai macam

produk dalam waktu yang lebih lama daripada konsumen laki-laki.

Konsumen perempuan juga memiliki kesenangan berbelanja lebih

tinggi dan menganggap bahwa berbelanja merupakan aktivitas yang

wajar dan juga merupakan sebuah hobi. Penelitian yang dilakukan oleh

Dittmar, Beattie, dan Friese (1995) juga menyatakan bahwa gender

dapat mempengaruhi impulsive buying. Hal penelitian tersebut

menemukan bahwa pria cenderung terlibat dalam impulsive buying

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

29

terhadap barang yang nyaman dan berperan penting untuk

menggambarkan aktivitas dan kebebasan mereka. Sementara

perempuan cenderung terlibat dalam impulsive buying karena

perempuan akan membeli barang yang mampu menggambarkan diri

mereka terkait dengan penampilan dan aspek emosional diri.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Badgaiyan dan Verma

(2014) mengemukakan bahwa materialisme dapat mempengaruhi

impulsive buying. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

materialisme yang dimiliki oleh individu maka individu tersebut

cenderung akan melakukan impulsive buying. Lysonski dan Durvasula

(2013), dan Dittmar dan Bond (2010) menggambarkan materialisme

sebagai suatu nilai yang mengutamakan materi dalam kehidupan

seseorang dan menemukan makna serta identitas dari kepemilikan

materi, sehingga mendorong seseorang untuk percaya bahwa akumulasi

barang yang konsumen miliki merupakan tujuan utama kehidupan dan

kunci kebahagiaan. Hal ini menunjukkan bahwa ketika individu yang

materialis menemukan keputusan pembelian mengenai suatu produk

dapat menunjukkan identitas dan status yang mereka inginkan, maka

individu tersebut akan tergoda untuk membeli suatu produk yang

mereka inginkan secara impulsif (Wu, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

30

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan suatu stimulus yang tidak berada di

bawah kendali konsumen tetapi mempengaruhi impulsive buying secara

langsung (Kacen et al., 2012). Selain itu, Youn dan Faber (2000)

menyatakan bahwa faktor eksternal dari impulsive buying mengacu

pada isyarat pemasaran atau rangsangan yang dikendalikan oleh

pemasar dalam usaha untuk menarik individu ke dalam impulsive

buying. Menurut Karbasivar dan Yarahmadi (2011) lingkungan toko

merupakan faktor penentu yang sangat penting dari impulsive buying.

Situasi ini terbatas pada spesifik ruang geografis di dalam toko seperti,

musik, tampilan toko, aroma, promosi di dalam toko, harga, dan

kebersihan toko. Penelitian yang dilakukan oleh Tendai dan Crispen

(2009) menambahkan bahwa pengaruh dari desain toko dapat

menyebabkan impulsive buying meningkat karena tampilan toko yang

menarik dapat memberikan daya tarik pada seseorang untuk memasuki

toko.

Penelitian yang dilakukan oleh Verplanken dan Herabadi (2001)

mengungkapkan bahwa penampilan produk secara fisik, cara

menampilkan produk, ataupun adanya tambahan seperti wewangian,

warna yang indah, dan musik yang menyenangkan akan memberikan

kenyamanan pada konsumen, sehingga dapat menyebabkan munculnya

suasana hati yang positif yang akan meningkatkan impulsive buying.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dawson dan Kim (2009)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

31

menambahkan bahwa konsumen yang melakukan impulsive buying

dapat dipengaruhi oleh stimulus pemasaran, seperti iklan, elemen

visual, hadiah promosi, terikat pada pencarian di dalam toko, dan

cenderung lebih sering merespon dorongan untuk melakukan impulsive

buying.

Kacen dan Lee (2002) mengemukakan bahwa budaya dapat

mempengaruhi impulsive buying konsumen baik pada tingkat individu

maupun kolektif. Menurut Jalan (dalam Badgaiyan & Verma, 2014)

terdapat dua dimensi dari budaya, yaitu individualis dan kolektivis yang

dapat mempengaruhi impulsive buying. Berkaitan dengan budaya

kolektivis, beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa

impulsive buying berkaitan dengan keinginan untuk memenuhi

kebutuhan sosial, yang berarti bahwa kehadiran anggota kelompok

dapat meningkatkan kemungkinan individu dari budaya kolektivis

terlibat dalam impulsive buying (Jalees, 2009; Abraham & Dameyasani,

2013; Hausman, 2000). Sementara itu mengenai pengaruh budaya

individualis pada impulsive buying, beberapa peneliti menemukan hasil

bahwa budaya individualis dapat mempengaruhi impulsive buying

(Kacen & Lee, 2002; Tuyet Mai, Jung, Lantz, & Loeb, 2003). Hal ini

menunjukkan bahwa orang-orang yang individualis lebih

memperhatikan pemenuhan diri sendiri karena mereka bertindak

berdasarkan pemikiran dan perasaan mereka sendiri dan cenderung

tidak mengatur pemikiran mereka, sehingga orang-orang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

32

individualis lebih rentan melakukan perilaku impulsive buying (Zhang

& Shrum, 2009).

Menurut Omar et al. (2014) kartu kredit dapat mempengaruhi

impulsive buying berdasarkan pada faktor eksternal. Kartu kredit

dipandang sebagai cara yang mudah untuk melakukan pembayaran

barang yang dibelanjakan dan penggunaan kartu kredit dapat

menurunkan biaya yang dirasakan. Kemudahan mengakses kartu kredit

dalam melakukan pembayaran dapat menghilangkan kegunaan uang

secara langsung untuk membeli sesuatu, sehingga menyebabkan

konsumen melakukan overspending dan mungkin mempercepat

pengembangan perilaku impulsive buying (Roberts & Jones, 2001).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa impulsive buying dapat

dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama faktor internal, yaitu kepribadian,

keadaan emosi, evaluasi normatif, harga diri, kontrol diri, karakteristik

demografi, dan materialisme. Kedua, faktor eksternal, yaitu lingkungan

toko, desain toko, budaya, kartu kredit, stimulus pemasaran, penampilan

produk secara fisik dan cara menampilkan produk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

33

B. Materialisme

1. Definisi Materialisme

Materialisme adalah suatu paham dalam filsafat yang memiliki

pandangan hidup mencari dasar segala sesuatu dengan mementingkan

kebendaan semata, seperti harta dan uang sebagai tujuan utama dalam

hidupnya dengan mengesampingkan nilai-nilai rohani yang tidak mengakui

entitas-entitas non material, seperti roh, setan, dan malaikat (Bahrudin,

2013). Materialisme diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

Hobbes (dalam Mudhofir, 1996) pada abad ke-17 yang memandang konsep

manusia dari sudut pandang empirisme-Materialisme. Pandangan ini

menyatakan bahwa persepsi dan operasi mental bekerja dengan fantasi indra

dan bergantung kepada materi. Pada abad ke-18, materialisme telah

menyadari bahwa materi adalah sesuatu yang terikat oleh ruang dan waktu

sehingga materi tunduk kepada hukum-hukum alam, dan materi dapat

dipahami dengan cara mekanis yang berarti bahwa manusia dapat dijelaskan

dalam prinsip-prinsip mekanistik (Achmadi, 2010; Wiramihardja, 2009).

Terdapat juga tokoh lainnya yang mengungkapkan mengenai

materialisme dalam rahan filsafat, yaitu Marx (dalam Bagus, 2000) yang

memandang materi tidak hanya sebuah kebendaan di luar manusia

melainkan kesadaran manusia beserta pergerakan masyarakat yang dapat

dikategorikan ke dalam materi. Marx (dalam Fuadi, 2015) menambahkan

bahwa materi merupakan sesuatu yang harus dicari oleh manusia, materi

mampu menghidupkan, mengembangkan, dan membahagiakan manusia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

34

sehingga untuk mendapatkan materi manusia harus bekerja, berkarier, dan

menciptakan suatu sistem produksi ekonomi untuk mewujudkan ekonomi

yang lebih baik.

Menurut Belk (1985) yang memandang materialisme dalam ranah

psikologi menyatakan bahwa analisis historis terkini telah banyak

menyimpulkan bahwa pola pencarian kebahagiaan melalui konsumsi harta

benda disebut dengan materialisme yang pertama kali muncul di Barat pada

abad ke-15, Eropa abad ke-16, Inggris abad ke-18, Perancis abad ke 19, dan

Amerika abad ke-20. Pada setiap era dan sejarah dunia para filsuf dan

pemimpin agama, ekonom dan politisi, dramawan dan novelis telah

mengidentifikasi materialisme, keserakahan, ketamakan, dan kepentingan

finansial sebagai karakteristik dasar manusia. Pada pertengahan tahun 1980-

an dan awal 1990-an, para peneliti dan psikolog konsumen mulai melakukan

proyek kuantitatif dan empiris mengenai materialisme dengan

mengembangkan alat untuk mengukur konstruk dan teori tentang

materialisme (Kasser, 2016).

Penelitian awal mengenai materialisme dilakukan oleh Ward dan

Wackman (1971), dan Moschis dan Churchill Jr (1978) yang

mengungkapkan bahwa materialisme merupakan orientasi individu yang

memandang harta benda dan uang sebagai jalan menuju kebahagiaan

pribadi dan kemajuan sosial. Selain itu, materialisme juga dipandang

sebagai suatu hal yang lebih berfokus pada kebutuhan individu untuk

memperoleh kenyamanan secara materi dan keselamatan fisik atas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

35

kebutuhan yang lebih tinggi seperti ekspresi diri, kepuasan estetika, kualitas

hidup, dan kepemilikan harta benda (Inglehart, 1981, 1990). Menurut Wang

dan Wallendorf (2006) kepemilikan harta benda dapat dipergunakan oleh

individu sebagai tanda keberhasilan, sumber kepuasan dalam hidup, dan

merupakan pusat gaya hidup seseorang, serta penting bagi kebahagiaan

seseorang.

Belk (1985) mendefinisikan materialisme sebagai kepentingan

seseorang yang melekat pada kepemilikan duniawi. Menurut Belk (1985)

materialisme berasal dari sifat dasar egois dan memandang materialisme

sebagai fungsi dari ciri kepribadian seseorang. Belk (1985) juga

mengungkapkan bahwa terdapat tiga sifat dominan dalam materialisme

yang terdiri dari sifat posesif, kurangnya kemurahan hati, dan rasa iri hati.

Sifat posesif didefinisikan sebagai kekhawatiran tentang kehilangan harta

benda dan keinginan untuk mengontrol kepemilikan yang lebih besar

(Ahuvia & Wong, 1995). Kurangnya kemurahan hati didefinisikan sebagai

keengganan untuk memberi atau berbagi milik pribadi dengan orang lain,

sehingga menyebabkan keengganan untuk meminjamkan atau

menyumbangkan barang kepada orang lain dan mendorong sifat negatif

terhadap perilaku untuk beramal. Sementara itu, rasa iri hati dipandang

sebagai keinginan kuat individu untuk memiliki barang milik orang lain.

Ahuvia dan Wong (1995) menyatakan bahwa orang yang iri cenderung

membenci orang lain yang memiliki apa yang dia inginkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

36

Kebanyakan penelitian empiris mengenai materialisme saat ini

mengikuti Richins dan Dawson (1992), dan Kasser dan Ryan (1993, 1996)

dengan meneliti dan memahami materialisme sebagai nilai atau sasaran

yang mencerminkan sejauh mana seseorang yakin bahwa penting untuk

mendapatkan uang dan harta benda, serta memperjuangkan tujuan yang

berkaitan dengan citra diri yang menarik dan status/popularitas yang tinggi,

yang keduanya sering diungkapkan melalui uang dan harta benda.

Materialisme dipandang sebagai sistem nilai pribadi yang dimiliki

oleh individu yang mencakup serangkaian keyakinan terpusat mengenai

pentingnya kepemilikan harta benda dalam kehidupan seseorang (Founier

& Richins, 1991; Richins, 1994; Richins & Dawson, 1992; Richins, 2011).

Pernyataan ini serupa dengan pandangan Mick (1996) yang

menggambarkan materialisme sebagai nilai yang mewakili pentingnya

kepemilikan dalam kehidupan individu berdasarkan jenis dan jumlah barang

yang dibeli.

Nilai merupakan suatu keyakinan mengenai apa yang penting dan

fundamental bagi individu yang terbentuk dari hasil interaksi sosial antar

masyarakat dan melalui proses belajar (Mueller & Wornhoff, 1990;

Schwartz, 2007). Mueller dan Wornhoff (1990) juga menyatakan bahwa

nilai dibagi menjadi dua jenis, yaitu nilai pribadi dan sosial. Nilai pribadi

menggambarkan apa yang orang inginkan untuk dirinya sendiri sebagai

individu, sedangkan nilai sosial menggambarkan bagaimana orang berpikir

mengenai masyarakat secara keseluruhan (Mueller & Wornhoff, 1990).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

37

Sarwono dan Meinarno (2014) menambahkan bahwa nilai dapat dipandang

sebagai refleksi dari keyakinan yang mengarahkan tindakan, pertimbangan,

dan pengambilan keputusan sebagai akhir dari proses yang terjadi dalam

individu.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa

materialisme adalah suatu nilai yang dimiliki oleh individu yang mengarah

pada keyakinan terpusat untuk melekatkan diri pada kepemilikan dan

perolehan harta benda sebagai tujuan untuk mencapai kebahagiaan, tanda

keberhasilan dan sumber kepuasan dalam hidup.

2. Aspek Materialisme

Richins dan Dawson (1992) mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek

utama dari materialisme, yaitu:

a. Acquisition Centrality

Suatu nilai dari individu yang mencakup serangkaian keyakinan

bahwa kepemilikan barang dan uang adalah tujuan hidup yang paling

penting bagi individu, sehingga individu yang materialis akan

menempatkan kepemilikan dan perolehan harta benda sebagai pusat

kehidupan serta individu tersebut akan mencurahkan semua waktu dan

energinya untuk memperoleh harta benda yang mereka inginkan.

b. Acquisition as the Pursuit of Happines

Suatu nilai dari individu yang mencakup serangkaian keyakinan

bahwa barang dan uang merupakan jalan utama untuk mendapatkan

kebahagiaan pribadi, kehidupan yang lebih baik, dan dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

38

menunjukkan identitas diri yang lebih positif. Individu yang materialis

akan memandang kepemilikan dan perolehan harta benda sebagai hal

yang sangat penting bagi kepuasan dan kesejahteraan dalam kehidupan

mereka dibandingkan memperoleh prestasi dan pengalaman.

c. Possession-Defined Success

Suatu nilai dari individu yang mencakup serangkaian keyakinan

bahwa kepemilikan barang dan uang merupakan alat ukur untuk

mengevaluasi prestasi diri sendiri maupun prestasi yang dimiliki oleh

orang lain. Individu materialis akan cenderung menilai kesuksesan

mereka dan orang lain dari jumlah dan kualitas harta benda yang telah

mereka kumpulkan. Materialis juga memandang kesuksesan diri

mereka melalui kepemilikan barang yang dapat memproyeksikan

gambaran diri sesuai dengan keinginan mereka.

3. Dampak Materialisme

Podoshen, Andrzejewski, dan Hunt (2014) menemukan bahwa

dampak negatif materialisme konsisten dan menunjukkan bahwa semakin

tinggi prioritas orang memberikan nilai dan sasaran yang terkait dengan

kepemilikan dan perolehan harta benda dibandingkan dengan tujuan hidup

lainnya, maka semakin rendah kepuasan mereka terhadap kehidupan.

Individu yang materialis juga akan merealisasikan diri mereka lebih buruk,

seperti individu yang merasa kurang bahagia, lebih rentan terhadap depresi,

mengalami lebih banyak kecemasan, gangguan perilaku, dan bentuk-bentuk

psikopatologi lainnya (Shrum et al., 2014; Dittmar et al., 2014). Menurut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

39

Gregoire (2014) individu yang mengejar kekayaan dan harta benda akan

selalu merasa kurang puas, lebih sedikit mengalami emosi positif, memiliki

sikap prososial yang rendah, menunjukkan sikap yang kurang empati

terhadap orang lain dan lingkungan, serta memiliki skor yang tinggi pada

narsisme. Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa individu

yang materialis dapat mengalami konflik dengan pasangan dan memiliki

sikap yang positif terhadap perilaku peminjaman karena individu tersebut

mengalami kesulitan untuk menabung, memiliki sikap manajemen uang

yang buruk, dan selalu dihantui oleh rasa kecemasan secara finansial

(Poduska, 1992; Garðarsdóttir & Dittmar, 2012; Goldberg et al., 2003).

C. Produk Fashion

Menurut Wollen (2003) fashion berasal dari istilah bahasa asing yang

artinya adalah “busana” atau “pakaian”. Fashion (pakaian) merupakan kata

benda yang berarti suatu barang yang dapat dipakai atau digunakan oleh

manusia, seperti baju, celana, dan barang-barang lainnya yang dapat

menunjang penampilan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Pernyataan ini

didukung oleh Chita, David, dan Pali (2015) yang menyatakan bahwa produk

fashion adalah mode pakaian yang mencakup semua aksesoris, seperti ikat

pinggang, sepatu, topi, tas, kaos kaki, dan pakaian dalam. Menurut Jusuf (2001)

fashion dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi tingkatan

sosial, ekonomi dan martabat seseorang. Fashion juga dapat digunakan sebagai

media yang efektif untuk menunjukkan status, kedudukan, kekuasaan, dan

lifestyle dari masa ke masa. Shopping termasuk dalam salah satu lifestyle yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

40

paling digemari oleh individu, untuk memenuhi lifestyle tersebut individu rela

mengorbankan sesuatu guna mencapainya dan cenderung dapat

mengakibatkan impulsive buying (Japarianto & Sugiharto, 2012). Menurut

Park et al., (2006) beberapa macam barang-barang yang paling sering dibeli

melalui impulsive buying, yaitu pakaian, perhiasan, atau aksesoris karena

barang-barang tersebut dekat dengan diri individu dan dapat mendukung

penampilan individu.

Menurut Handa dan Khare (2011) produk fashion merupakan suatu

produk yang dapat mengkomunikasikan berbagai makna, membantu individu

dalam meningkatkan karakteristik pribadi, meningkatkan citra diri dan

memberikan individu sanksi sosial untuk menjadi kelompok konsumen yang

berprestasi dan sukses. Park et al. (2006) mengemukakan bahwa produk

fashion berkaitan dengan impulsive buying karena konsumen yang melakukan

impulsive buying pada produk fashion memiliki kesadaran terhadap

fashionability yang dikaitkan dengan desain dan gaya yang inovatif. Hal ini

menunjukkan bahwa saat konsumen melihat produk fashion yang terbaru maka

konsumen akan membelinya karena merasakan dorongan untuk membeli

produk tersebut guna memenuhi keinginannya mengikuti tren yang ada saat ini

(Han et al., 1991). Selain itu, menurut Arndt et al., (2004) materialisme

berkaitan dengan produk fashion. Hal ini dikarenakan produk fashion memiliki

makna simbolis yang tinggi, dapat menyampaikan kesan dan citra seseorang

kepada orang lain serta dapat memberikan lebih banyak kesenangan pada

individu (Browne & Kaldenberg, 1997).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

41

D. Dewasa Awal

1. Definisi Dewasa Awal

Masa dewasa awal adalah periode perkembangan yang dimulai pada

akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir

pada usia tiga puluhan tahun (Santrock, 2002). Dariyo (2008)

mengungkapkan bahwa masa perkembangan dewasa awal dimulai pada usia

sekitar 20 tahun sampai 40 tahun. Masa dewasa awal merupakan masa

pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh

dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode

komitmen, masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan

penyesuaian diri pada pola hidup yang baru (Jahja, 2011). Menurut Arnett

(dalam Papalia & Feldman, 2014) dan Santrock (2002) menyatakan bahwa

terdapat tiga kriteria yang dapat menggambarkan permulaan dari masa

dewasa awal, yaitu kemandirian ekonomi, menerima tanggung jawab akan

diri sendiri, dan kemandirian dalam membuat keputusan. Selain itu, Vaillant

(dalam Dariyo, 2008) membagi masa dewasa awal menjadi tiga tahap yaitu

usia yang mapan, usia konsolidasi dan usia transisi. Usia yang mapan

dimulai pada usia 20 hingga 30 tahun dengan tugas perkembangan individu

mulai hidup mandiri dengan memisahkan diri dari orangtua, berupaya

menemukan pasangan hidup, membentuk keluarga baru dengan pernikahan

dan mengembangkan persahabatan dalam lingkungan keluarga, pekerjaan,

dan masyarakat umum. Pada usia konsolidasi (usia 30-40 tahun) individu

berupaya membangun dan mengembangkan kehidupan karier dalam dunia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

42

pekerjaan serta memperkuat ikatan pernikahan dengan pasangan hidup dan

membina hidup anak-anaknya, sedangkan pada usia transisi (sekitar usia 40

tahun) merupakan masa individu meninggalkan kesibukan pekerjaan dan

melakukan evaluasi terhadap hal yang telah diperoleh.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa individu dewasa

awal adalah individu yang berada pada masa perkembangan yang dimulai

dari usia 20 tahun sampai 40 tahun. Masa perkembangan dewasa awal

ditandai dengan kemampuan individu untuk memiliki tanggung jawab

terhadap diri sendiri, mandiri secara ekonomi, dan mampu membuat

keputusan sendiri.

2. Aspek-aspek Masa Dewasa Awal

Menurut Santrock (2002) dan Papalia dan Feldman (2014) terdapat

beberapa aspek dalam perkembangan masa dewasa awal, yaitu:

a. Perkembangan Kognitif

Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget (dalam

Santrock, 2002), individu pada masa remaja dan dewasa awal berpikir

dengan cara yang sama, atau berada pada tahap pemikiran operasional

formal. Ahli lain beranggapan bahwa individu dewasa awal

merencanakan dan membuat hipotesis tentang masalah-masalah

seperti remaja, tetapi menjadi lebih sistematis. Selain itu, kemampuan

kognitif pada masa dewasa awal menunjukkan adaptasi dengan aspek-

aspek pragmatis dari kehidupan. Maksudnya, selain membuat rencana

dan hipotesis, dalam menyelesaikan masalah individu dewasa awal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

43

juga mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan yang ada dan

dampak pengambilan keputusan terhadap pihak-pihak lain (Santrock,

2002).

Menurut teori dan penelitian neo-Piagetian, individu dewasa awal

berpikir dengan reflektif. Berpikir reflektif merupakan bentuk kognisi

kompleks yang melibatkan pertimbangan aktif, terus-menerus, dan

hati-hati terhadap informasi atau kepercayaan dengan mengingat

bukti-bukti yang mendukung dan mengarahkan pada keputusan yang

dibuat (Papalia & Feldman, 2014). Piaget (dalam Papalia & Feldman

2014) menyatakan bahwa pemikiran reflektif dapat menciptakan

sistem kecerdasan kompleks yang menyatukan konflik ide-ide atau

pertimbangan yang muncul. Kemampuan berpikir reflektif

diperkirakan muncul antara usia 20 sampai 25 tahun. Meskipun

hampir semua individu dewasa mengembangkan kemampuan berpikir

reflektif, hanya sedikit yang mencapai kecakapan yang optimal dan

menerapkannya secara konsisten pada berbagai jenis masalah (Papalia

& Feldman, 2014).

b. Perkembangan Sosioemosional

Santrock (2002) mengungkapkan bahwa terdapat dua kriteria

bagi individu untuk dapat dikatakan telah mengakhiri masa remaja

dan memasuki masa dewasa awal. Kriteria pertama adalah mandiri

secara ekonomi yang ditandai dengan didapatkannya pekerjaan

penuh waktu yang kurang lebih tetap. Kriteria kedua adalah mandiri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

44

dalam membuat keputusan atau mandiri secara pribadi, termasuk

dalam hal karir, nilai-nilai, keluarga dan hubungan, serta gaya hidup.

Dengan memenuhi kriteria tersebut, individu juga mulai

menetapkan posisinya di berbagai aspek kehidupannya, termasuk

dalam hal status sosial di masyarakat (Jahja, 2011).

Banyak penyesuaian baru yang harus dihadapi individu selama

masa dewasa awal sehingga periode perkembangan ini terkadang

disebut sebagai masa yang problematik. Persoalan yang dihadapi

bermacam-macam, mulai dari memasuki dan menyelesaikan

pendidikan tinggi di universitas, mencari pekerjaan dan

mengembangkan karir, memilih teman hidup (menikah), memiliki

anak, dan berperan menjadi orangtua (Santrock, 2002). Banyaknya

persoalan-persoalan baru yang menuntut penyesuaian selama masa

dewasa awal, menyebabkan individu sering mengalami ketegangan

emosi pada masa ini (Jahja, 2011; Santrock, 2002). Menurut

Havighurst (dalam Hurlock, 1997), pada usia sekitar 30 tahun

individu pada umumnya telah dapat memecahkan persoalan-

persoalan dan dapat mengendapkan ketegangan emosinya sehingga

dapat mencapai emosi yang lebih stabil dan tenang.

c. Perkembangan Fisik

Menurut Papalia dan Feldman (2014) masa dewasa awal

merupakan masa dimana seseorang harus memperhatikan kesehatan

dan kebugaran mereka. Hal ini dikarenakan apa yang individu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

45

ketahui tentang kesehatan berdampak pada apa yang mereka

lakukan, apa yang mereka lakukan akan berdampak pada apa yang

mereka rasakan. Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan gaya

hidup dan berhubungan erat dengan kesehatan dan kebugaran seperti

diet dan mengontrol berat badan, aktivitas fisik, tidur, merokok,

minum minuman beralkohol, penggunaan obat terlarang, dan stres.

E. Dinamika Hubungan Materialisme dan Kecenderungan Impulsive Buying

Konsumen Dewasa Awal pada Produk Fashion

Materialisme merupakan suatu nilai yang dimiliki oleh individu yang

mengarah pada keyakinan terpusat untuk melekatkan diri pada kepemilikan

dan perolehan harta benda sebagai tujuan untuk mencapai kebahagiaan, tanda

keberhasilan, dan sumber kepuasan dalam hidup (Fournier & Richins, 1991;

Richins & Dawson, 1992; Richins, 2011; Belk, 1985; Wang & Wallendorf,

2006). Konsumen yang materialis cenderung termotivasi untuk mengejar dan

memperoleh barang-barang untuk mencapai pemenuhan diri, menggunakan

sebagian besar waktu dan energinya untuk memperoleh, memiliki dan

memikirkan hal-hal material, menjadikan kekayaan sebagai indikator untuk

mencapai status sosial, prestasi, dan reputasi, serta cenderung menunjukkan

perilaku menghabiskan uang yang mereka miliki untuk membeli suatu produk

yang relatif tidak penting untuk memenuhi keinginan daripada kebutuhan

mereka (Garðarsdóttir & Dittmar, 2012; Founier & Richins, 1991; Liao &

Wang, 2009).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

46

Richins (1994) menambahkan bahwa konsumen yang materialis

cenderung menunjukkan perilaku menghargai suatu produk yang dikonsumsi

secara publik dan memiliki makna publik atau makna yang berkesan bagi orang

lain daripada suatu produk yang memiliki makna pribadi. Salah satu kategori

produk yang memiliki makna publik adalah produk fashion. Hal ini

dikarenakan konsumen yakin bahwa dengan membeli produk fashion, mereka

dapat memenuhi keinginan mereka untuk mengekspresikan identitas dan citra

diri, serta cara mereka untuk mengesankan orang lain (Sahdev & Gautama,

2007). Konsumen yang materialis juga cenderung akan membeli dan memiliki

suatu produk fashion dengan harga yang mahal dengan merek-merek terkenal

karena bagi mereka yang terpenting dari kepemilikan produk fashion tersebut

adalah penampilan, nilai finansial, dan kemampuan dari produk tersebut

menyampaikan status, kesuksesan, dan prestige yang mereka miliki (Sahdev &

Gautama, 2007).

Ketika konsumen yang materialis melakukan aktivitas berbelanja dan

menemukan suatu produk fashion yang dapat menunjukkan identitas dan status

yang mereka inginkan, maka konsumen tersebut cenderung akan merasakan

dorongan secara tiba-tiba dalam dirinya untuk segera membeli produk fashion

tersebut tanpa pertimbangan terlebih dahulu guna memenuhi keinginannya

(Wu, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa konsumen tersebut mengalami

kecenderungan impulsive buying. Kecenderungan impulsive buying

didefinisikan sebagai kecenderungan untuk melakukan aktivitas pembelian

yang tidak terencana karena merasakan dorongan yang kuat secara spontan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

47

tiba-tiba, sehingga individu melakukan pembelian tanpa pertimbangan dan

mengabaikan konsekuensi yang akan terjadi setelah pembelian, serta aktivitas

yang lebih didasari oleh respon emosional yang bertujuan untuk memiliki suatu

produk dengan segera demi memenuhi keinginan (Rook & Fisher, 1995; Rook,

1987; Kacen & Lee, 2002; Gąsiorowska, 2011).

Kecenderungan impulsive buying sering terjadi pada produk sehari-hari

khususnya produk fashion (Setiadi & Warmika, 2015). Hal ini dikarenakan

produk fashion dapat mengkomunikasikan berbagai makna, membantu

individu dalam meningkatkan karakteristik pribadi, meningkatkan citra diri dan

memberikan individu sanksi sosial untuk menjadi kelompok konsumen yang

berprestasi dan sukses (Handa & Khare, 2011). Park et al., (2006)

menambahkan bahwa produk fashion berkaitan dengan kecenderungan

impulsive buying karena konsumen yang melakukan impulsive buying pada

produk fashion memiliki kesadaran terhadap fashionability yang dikaitkan

dengan desain dan gaya yang inovatif, sehingga saat konsumen melihat produk

fashion terbaru maka konsumen akan membelinya karena merasakan dorongan

untuk membeli produk tersebut guna memenuhi keinginannya mengikuti tren

yang ada saat ini (Han et al., 1991).

Menurut Wood (1998) individu dengan usia 18 tahun sampai 39 tahun

merupakan individu yang cenderung melakukan impulsive buying daripada

individu yang berusia di atas 39 tahun. Rentang usia ini termasuk dalam masa

perkembangan dewasa awal, dimana perkembangan masa dewasa awal

ditandai dengan individu memiliki kemampuan berpikir reflektif yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

48

merupakan bentuk kompleks dari kognisi sebagai pertimbangan aktif,

persisten, dan hati-hati dalam membuat suatu keputusan (Dewey dalam Papalia

& Feldman, 2014). Dengan memiliki kemampuan berpikir secara reflektif

seharusnya individu pada masa dewasa awal telah mampu untuk

mempertimbangkan keputusan dalam melakukan pembelian suatu produk.

Konsumen dewasa awal yang memiliki materialisme yang tinggi

cenderung akan membeli suatu produk fashion yang dapat menunjukkan

identitas, status sosial, dan reputasi yang mereka inginkan serta termotivasi

untuk memperoleh barang-barang untuk mencapai pemenuhan diri, dan

mencurahkan lebih banyak waktu dan energi yang dimiliki untuk aktivitas yang

berhubungan dengan perolehan materi (Liao & Wang, 2009; Founier &

Richins, 1991). Ketika konsumen dewasa awal memiliki keinginan untuk

mencapai hal tersebut saat melakukan aktivitas berbelanja dan melihat suatu

produk fashion yang menarik serta sesuai dengan keinginan mereka, maka

mereka akan segera membeli produk tersebut tanpa pertimbangan dan tidak

menyesuaikan dengan kebutuhan yang mereka miliki, sehingga mereka akan

cenderung melakukan impulsive buying pada produk fashion tersebut dengan

mengikuti dorongan yang ada dalam diri mereka (Richins, 2011). Konsumen

dewasa awal yang memiliki materialisme yang tinggi juga tidak ragu untuk

membeli produk fashion dengan harga yang mahal dan merek-merek terkenal

guna mendukung penampilan mereka dan menyampaikan kesuksesan, dan

prestige yang mereka miliki pada orang lain (Sahdev & Gautama, 2007). Untuk

memenuhi hal tersebut konsumen dewasa awal rela menghabiskan uang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

49

mereka miliki untuk membeli suatu produk fashion yang relatif tidak penting

dan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka secara impulsif demi memenuhi

keinginan mereka dan tidak memikirkan konsekuensi yang akan terjadi

(Garðarsdóttir & Dittmar, 2012).

Hal yang sebaliknya terjadi ketika konsumen dewasa awal memiliki

materialisme yang rendah mereka cenderung kurang berminat untuk membeli

suatu produk fashion yang dapat menunjukkan identitas, status sosial, dan

reputasi yang mereka inginkan serta kurang termotivasi untuk memperoleh

barang-barang untuk mencapai pemenuhan diri, dan tidak akan mencurahkan

lebih banyak waktu dan energi yang dimiliki untuk aktivitas yang berhubungan

dengan perolehan materi (Liao & Wang, 2009; Founier & Richins, 1991).

Ketika konsumen dewasa awal melakukan aktivitas berbelanja dan melihat

suatu produk fashion yang menarik serta sesuai dengan keinginan mereka,

maka mereka akan mempertimbangkan terlebih dahulu dan menyesuaikan

dengan kebutuhan yang mereka perlukan, sehingga mereka cenderung tidak

akan melakukan impulsive buying pada produk fashion tersebut karena mereka

mampu mengendalikan dorongan dalam diri mereka (Richins, 2011).

Konsumen dewasa awal yang memiliki materialisme rendah juga kurang

berminat untuk membeli produk fashion dengan harga yang mahal dan merek-

merek terkenal guna mendukung penampilan mereka dan menyampaikan

kesuksesan, dan prestige yang mereka miliki pada orang lain (Sahdev &

Gautama, 2007). Hal ini dikarenakan konsumen tersebut tidak akan

menghabiskan uang yang mereka miliki untuk membeli suatu produk fashion

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

50

yang relatif tidak penting dan tidak sesuai dengan kebutuhan mereka secara

impulsif demi memenuhi keinginan mereka dan akan memikirkan konsekuensi

yang akan terjadi (Garðarsdóttir & Dittmar, 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

51

F. Skema Penelitian Hubungan antara Materialisme dan Kecenderungan

Impulsive Buying Konsumen Dewasa Awal pada Produk Fashion

1. Memiliki keinginan untuk

mencapai status sosial, prestasi,

dan reputasi melalui

kepemilikan materi.

2. Termotivasi memperoleh

barang-barang untuk mencapai

pemenuhan diri.

3. Mencurahkan lebih banyak

waktu dan energi yang dimiliki

untuk aktivitas yang

berhubungan dengan perolehan

materi.

Konsumen melihat produk fashion

yang menarik dan sesuai dengan

keinginannya maka konsumen

akan segera membeli produk

tersebut tanpa pertimbangan dan

cenderung mengikuti dorongan

yang dirasakan dalam dirinya.

1. Tidak memiliki keinginan untuk

mencapai status sosial, prestasi,

dan reputasi melalui kepemilikan

materi.

2. Kurang termotivasi memperoleh

barang-barang untuk mencapai

pemenuhan diri.

3. Tidak mencurahkan lebih banyak

waktu dan energi yang dimiliki

untuk aktivitas yang berhubungan

dengan perolehan materi.

Konsumen melihat produk fashion

yang menarik dan sesuai dengan

keinginannya maka konsumen

kurang berminat untuk membeli

dan akan mempertimbangkan

terlebih dahulu manfaat dari

produk tersebut serta

mengendalikan dorongan yang

dirasakan dalam dirinya.

Materialisme

Materialisme Tinggi Materialisme Rendah

Kecenderungan Impulsive

Buying Tinggi

Kecenderungan Impulsive

Buying Rendah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

52

G. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan

yang positif dan signifikan antara materialisme dan kecenderungan impulsive

buying konsumen dewasa awal pada produk fashion. Semakin tinggi

materialisme, maka kecenderungan impulsive buying konsumen dewasa awal

pada produk fashion akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah

materialisme, maka kecenderungan impulsive buying konsumen dewasa awal

pada produk fashion akan semakin rendah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang

dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena dengan menggunakan data-data

numerik dan dianalisis menggunakan statistik (Muijis dalam Suharsaputra,

2012). Menurut Supratiknya (2015) penelitian kuantitatif bertujuan untuk

menguji teori secara objektif dengan cara meneliti hubungan antar variabel-

variabel. Creswell (2009) menambahkan bahwa jenis penelitian kuantitatif

bertujuan untuk menguji teori secara objektif dengan cara meneliti hubungan

antar variabel-variabel yang dapat diukur, sehingga data numerik yang

dihasilkan dapat dianalisis.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian korelasional.

Penelitian korelasional adalah penelitian yang bertujuan untuk menentukan ada

tidaknya hubungan atau sejauh mana hubungan atau keterkaitan antara dua

variabel (yang dapat diukur) atau lebih berdasarkan koefisien korelasi

(Sumanto, 2014; Azwar, 2012). Menurut Creswell (2014) dalam penelitian

kuantitatif korelasional, peneliti menggunakan statistik korelasional untuk

mendeskripsikan dan mengukur tingkat atau taraf hubungan skor antara dua

atau lebih variabel yang akan diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

hubungan antara materialisme dan kecenderungan impulsive buying konsumen

dewasa awal pada produk fashion.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

54

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Penelitian korelasional memerlukan beberapa variabel yang akan dicari

hubungan diantara variabel-variabel tersebut. Menurut Sarwono (2006)

variabel adalah suatu konsep yang memiliki nilai yang berbeda atau bervariasi.

Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

tergantung.

a. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang menyebabkan munculnya

variabel lain atau dapat dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi

variabel lain (Sarwono, 2006). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

materialisme.

b. Variabel Tergantung

Variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

lainnya atau variabel yang memberikan respon/reaksi terhadap variabel

bebas jika kedua variabel dihubungkan (Sarwono, 2006). Variabel

tergantung dalam penelitian ini adalah kecenderungan impulsive buying.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definisi dari variabel yang ditulis pada

tingkat operasional dan praktis, serta dapat diterapkan dengan bahasa yang lebih

spesifik untuk memahami hubungan antar variabel (Creswell, 2014). Definisi

operasional dalam penelitian ini, yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

55

1. Kecenderungan Impulsive Buying

Kecenderungan impulsive buying adalah kecenderungan untuk

melakukan aktivitas pembelian yang tidak terencana karena merasakan

dorongan yang kuat secara spontan dan tiba-tiba, sehingga konsumen

dewasa awal melakukan pembelian tanpa pertimbangan dan mengabaikan

konsekuensi yang akan terjadi setelah pembelian, serta aktivitas yang lebih

didasari oleh respon emosional yang bertujuan untuk memiliki suatu produk

dengan segera demi memenuhi keinginan. Kecenderungan impulsive buying

akan diukur menggunakan skala yang terdiri dari dua aspek, yaitu aspek

kognitif dan aspek afektif. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek dalam

skala tersebut akan menunjukkan bahwa subjek memiliki kecenderungan

impulsive buying yang tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor yang

diperoleh subjek dalam skala tersebut akan menunjukkan bahwa subjek

memiliki kecenderungan impulsive buying yang rendah.

2. Materialisme

Materialisme adalah suatu nilai yang dimiliki oleh konsumen dewasa

awal yang mengarah pada keyakinan terpusat untuk melekatkan diri pada

kepemilikan dan perolehan harta benda sebagai tujuan untuk mencapai

kebahagiaan, tanda keberhasilan dan sumber kepuasan dalam hidup.

Materialisme akan diukur menggunakan skala materialisme milik Richins

& Dawson (1992). Skala tersebut disusun berlandaskan pada tiga aspek

yaitu, acquisition centrality, acquisition as the pursuit of happiness, dan

possession-defined success. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

56

dalam skala tersebut akan menunjukkan bahwa semakin tinggi pula nilai

materialisme yang dimiliki subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang

diperoleh subjek dalam skala tersebut akan menunjukkan bahwa semakin

rendah pula nilai materialisme yang dimiliki subjek.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang menjadi sumber data dari

penelitian, memiliki karakteristik yang sesuai variabel penelitian dan pada

dasarnya yang dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 2011). Subjek yang

digunakan dalam penelitian ini adalah konsumen dewasa awal dengan rentang

usia 20 tahun sampai 40 tahun.Teknik sampling yang digunakan untuk

menentukan sampel dalam penelitian ini adalah convenience sampling.

Convenience sampling adalah pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan

pada ketersediaan sampel dan kemudahan sampel untuk diperoleh (Creswell,

2014).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah proses yang dilakukan dalam suatu

penelitian, untuk mengumpulkan data primer dan sekunder (Siregar, 2013).

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penyebaran skala. Penyebaran skala merupakan metode yang berbentuk

laporan diri sendiri berisi daftar kumpulan pernyataan yang harus dijawab oleh

individu sebagai subjek penelitian (Azwar, 2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

57

Jenis skala yang digunakan pada setiap item untuk mengukur kedua

variabel pada penelitian ini adalah skala Likert. Skala Likert adalah skala yang

dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

kelompok orang mengenai suatu gejala atau fenomena (Sumanto, 2014).

Dengan menggunakan skala Likert, subjek diminta untuk menyatakan

kesetujuan-ketidaksetujuan dalam sebuah kontinum yang terdiri dari empat

jenis respon, yaitu Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Setuju, Sangat Setuju.

Peneliti tidak menggunakan pilihan respon Netral karena peneliti ingin

menghindari adanya central tendency pada subjek penelitian (Supratiknya,

2014). Model penskalaan ini bertujuan untuk mengungkap sikap pro dan

kontra, positif dan negatif, serta mengungkap kesetujuan dan ketidaksetujuan

seseorang terhadap suatu objek sosial (Azwar, 2012). Penelitian ini akan

menggunakan skala, yaitu skala materialisme dan skala kecenderungan

impulsive buying produk fashion.

1. Skala Materialisme

Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data materialisme

dalam penelitian ini adalah skala adaptasi dari Richins dan Dawson (1992),

yaitu skala Material Values Scale (MVS). Skala ini disusun berlandaskan

pada tiga aspek, yaitu acquisition centrality, acquisition as the pursuit of

happiness, dan possession-defined succes. Skala MVS merupakan model

skala Likert yang digunakan untuk melihat kecenderungan materialisme

yang dimiliki seseorang. Sebelum mengadaptasi skala, peneliti sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

58

memperoleh izin dari pihak atau peneliti-peneliti yang berkaitan langsung

dengan skala (terlampir).

Peneliti mengadaptasi skala MVS dengan menterjemahkan skala

tersebut dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Kemudian mencari ahli

bahasa dan mendiskusikannya dengan Dosen Pembimbing untuk

mengkoreksi terjemahan peneliti. Metode yang digunakan dalam proses

penerjemahan skala adalah metode back-translation. Back-translation

merupakan suatu metode dengan melibatkan pengambilan protokol dari

sebuah penelitian dalam bahasa tertentu. Protokol tersebut akan

diterjemahkan ke dalam bahasa lain, kemudian meminta orang lain untuk

menerjemahkan kembali ke bahasa aslinya untuk menekan kemunculan bias

yang dapat terjadi (Matsumoto & Juang, 2008).

Setelah mendapatkan izin dari peneliti yang berkaitan langsung dengan

skala, kemudian skala materialisme diterjemahkan dari bahasa Inggris ke

bahasa Indonesia dengan melibatkan Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma. Selanjutnya, peneliti mendiskusikan dengan dosen pembimbing

untuk mengoreksi terjemahan tersebut. Setelah itu, skala materialisme

diterjemahkan kembali dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dengan

melibatkan Dosen Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma

dan mendiskusikan kembali dengan dosen pembimbing untuk mengoreksi

terjemahan tersebut. Ketika skala materialisme sudah dinyatakan baik, maka

peneliti segera melakukan uji coba skala tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

59

Tabel 1. Sebaran Item Skala Materialisme Sebelum Uji Coba

Variabel Aspek Favorable Unfavorable Total

Materialisme

Possession-Defined

Success 1, 2, 4, 5 3,6 6

Acquisition

Centrality 10, 11, 12 7, 8, 9, 13 7

Acquisition as the

Pursuit of Happines 15, 17, 18 14,16 5

Total 10 8 18

Skala ini terdiri dari 18 pernyataan mengenai masing-masing aspek

dalam variabel materialisme. Jawaban subjek atas setiap pernyataan

merupakan respon atas pengalaman subjek. Item di dalam instrument terdiri

dari 2 jenis yaitu favorable yang bersifat mendukung, memihak, atau

menunjukkan ciri variabel yang diukur, dan unfavorable merupakan item

yang bersifat tidak mendukung atau tidak memihak ciri variabel yang diukur

(Supratiknya, 2014).

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pernyataan

dengan alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),

dan Sangat Tidak Setuju (STS). Penggunaan empat kategori respon tanpa

adanya kategori respon “Netral” digunakan dengan pertimbangan bahwa

penyajian titik tengah hanya memberikan kemudahan bagi subjek yang

tidak bersedia mengerjakan tugas dengan serius dalam menunjukkan

karakteristik pribadinya (Friedenberg, 1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

60

Pernyataan favorable skor tinggi mengindikasikan bahwa subjek

memiliki nilai materialisme yang tinggi, sedangkan pernyataan unfavorable

skor tinggi mengindikasikan bahwa subjek memiliki nilai materialisme yang

rendah.

Tabel 2. Skor Respon pada Variabel Materialisme

Respon Subjek Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

2. Skala Kecenderungan Impulsive Buying

Skala yang digunakan untuk mengumpulkan data kecenderungan

impulsive buying dalam penelitian ini adalah skala yang disusun oleh

peneliti. Skala ini disusun berlandaskan pada dua aspek, yaitu aspek kognitif

dan aspek afektif. Skala ini merupakan model skala Likert yang digunakan

untuk melihat kecenderungan impulsive buying yang dimiliki seseorang.

Tabel 3. Sebaran Item Skala Kecenderungan Impulsive Buying

Sebelum Seleksi Item

Variabel Aspek Favorable Unfavorable Total

Kecenderungan

Impulsive Buying

Aspek

Afektif 1, 2, 4, 5,10, 12,

16, 26, 34, 38

3, 14, 18, 21,

25, 28, 31, 32,

35, 36

20

Aspek

Kognitif

8, 19, 22, 23, 27,

29, 30, 33, 37,

40

6, 7, 9, 11, 13,

15, 17, 20, 24,

39

20

Total 20 20 40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

61

Skala ini terdiri dari 40 pernyataan mengenai masing-masing aspek

dalam variabel kecenderungan impulsive buying. Jawaban subjek atas setiap

pernyataan merupakan respon atas pengalaman subjek. Item di dalam

instrument terdiri dari 2 jenis yaitu favorable yang bersifat mendukung,

memihak, atau menunjukkan ciri variabel yang diukur, dan unfavorable

merupakan item yang bersifat tidak mendukung atau tidak memihak ciri

variabel yang diukur (Supratiknya, 2014).

Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pernyataan

dengan alternatif jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),

dan Sangat Tidak Setuju (STS). Penggunaan empat kategori respon tanpa

adanya kategori respon “Netral” digunakan dengan pertimbangan bahwa

penyajian titik tengah hanya memberikan kemudahan bagi subjek yang

tidak bersedia mengerjakan tugas dengan serius dalam menunjukkan

karakteristik pribadinya (Friendenberg, 1995).

Tingginya skor favorable pada skala ini menunjukkan tingginya

tingkat kecenderungan impulsive buying yang dimiliki oleh subjek,

sedangkan tingginya skor unfavorable pada skala ini menunjukkan

rendahnya tingkat kecenderungan impulsive buying yang dimiliki oleh

subjek.

Tabel 4. Skor Respon pada Variabel Kecenderungan Impulsive Buying

Respon Subjek Favorable Unfavorable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

62

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur yang

digunakan benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Noor, 2011).

Suatu alat ukur akan dinyatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat

ukur tersebut mampu memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan

dalam penelitian (Azwar, 2011). Pengujian validitas yang digunakan pada

alat ukur penelitian ini adalah validitas isi. Menurut Azwar (2011) validitas

isi adalah salah satu jenis validitas yang diperoleh dari hasil analisis rasional

terhadap isi tes dan juga berdasarkan penelitian oleh expert judgement yang

bersifat subjektif. Skala MVS yang diadaptasi dari Richins dan Dawson

(1992) tidak menjelaskan secara rinci mengenai validitas yang digunakan,

sehingga peneliti mencoba untuk menterjemahkan skala tersebut yang

dibantu oleh ahli bahasa, selanjutnya dikonsultasikan kepada Dosen

Pembimbing Skripsi. Peneliti juga berkonsultasi kepada Dosen Pembimbing

Skripsi sebagai ahli mengenai skala kecenderungan impulsive buying yang

dibuat sendiri oleh peneliti, kemudian skala kecenderungan impulsive

buying diujicobakan dan dianalisis dengan analisis item (Sugiyono, 2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

63

2. Seleksi Item

Seleksi item digunakan untuk menguji karakteristik item-item yang

akan digunakan sebagai suatu alat ukur dalam penelitian (Azwar, 2011).

Sebelum proses seleksi item, peneliti melakukan uji validitas isi (content

validity) oleh dosen pembimbing skripsi sebagai expert judgement, dan

melakukan uji coba skala (try out). Hal ini dilakukan untuk menguji tingkat

ketepatan skala yang akan digunakan dalam pengukuran atribut sesuai

dengan tujuan penggunaan. Hasil uji coba skala digunakan untuk melakukan

seleksi item. Seleksi item dilakukan dengan cara mengkorelasikan masing-

masing item dengan skor total dan menghitung proporsi subjek yang

memilih jawaban. Menurut Supratiknya (2014) cara ini mampu menjamin

homogenitas skala sebagai kesatuan dengan cara menunjukkan item-item

yang paling baik mengukur konstruk yang sedang diukur.

Setelah melakukan uji coba skala, peneliti melakukan diskriminasi

item dengan menghitung korelasi antara distribusi skor per item dengan

distribusi skor skala untuk memilih item yang baik. Dalam diskriminasi

item, peneliti melihat besarnya koefisien korelasi item total yang berada

pada kisaran -1.00 sampai dengan +1.00 (Supratiknya, 2014). Semakin baik

daya diskriminasi item maka koefisien korelasinya semakin mendekati

angka 1,00. Koefisien yang kecil mendekati angka 0 atau yang memiliki

tanda negatif mengindikasikan bahwa item yang bersangkutan tidak

memiliki daya diskriminasi (Azwar, 2012). Pengujian korelasi item total

akan menghasilkan koefisien korelasi item total (rix). Kriteria pemilihan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

64

item berdasarkan pada perolehan skor korelasi dari item total dengan

batasan rix ≥ 0,30 (Azwar, 2009). Dengan demikian, jika item mencapai rix

minimal 0,30, maka item tersebut memiliki daya beda yang tinggi.

Sebaliknya, jika item mencapai rix < 0,30, maka item tersebut memiliki daya

beda yang rendah dan harus digugurkan.

Uji coba skala dilaksanakan pada tanggal 29 November 2017 hingga

tanggal 2 Desember 2017 dengan responden sejumlah 73 orang. Hasil uji

coba skala dianalisis dengan menggunakan program SPSS for Windows

versi 22. Hasil uji coba skala adalah sebagai berikut:

a. Skala Materialisme

Pada skala materialisme dengan item sejumlah 18 buah, didapatkan

5 item yang menunjukkan nilai rix < 0,30 yaitu, item 2, 9, 14, 16, dan 17.

Hal tersebut berarti item-item tersebut memiliki daya beda yang rendah

tetapi tidak digugurkan. Tabel skala materialisme setelah dilakukan uji

coba adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Sebaran Item Skala Materialisme Setelah Uji Coba

Variabel Aspek Favorable Unfavorable Total

Materialisme

Possession-Defined

Success 1, 2*, 4, 5 3,6 6

Acquisition

Centrality 10, 11, 12 7, 8, 9*, 13 7

Acquisition as the

Pursuit of Happines

15, 17*,

18 14*,16* 5

Total 10 8 18

Keterangan: * = item yang memiliki rix < 0,30. Pada skala materialisme,

peneliti tidak menggugurkan item.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

65

b. Skala Kecenderungan Impulsive Buying

Hasil uji coba skala kecenderungan impulsive buying yang

memiliki item berjumlah 40 buah menunjukkan bahwa terdapat 32 item

yang dinyatakan lolos dan 8 item dinyatakan gugur karena memiliki rix

< 0,30. Menurut Azwar (2012) untuk mencukupi jumlah item yang

diinginkan, maka perlu dilakukan penurunan standar minimal korelasi

item-total dari rix ≥ 0,30 menjadi rix ≥ 0,25. Peneliti menurunkan standar

minimal korelasi item-total dari rix ≥ 0,30 menjadi rix ≥ 0,25, karena

terdapat satu item yang memiliki rix mendekati 0,30, yaitu item nomor

25. Hal ini peneliti lakukan untuk mencukupi jumlah item yang

diinginkan. Ketika standar minimal korelasi item-total diturunkan

menjadi menjadi rix ≥ 0,25, item nomor 25 dinyatakan lolos, sehingga

terdapat 33 item yang lolos dan 7 item dinyatakan gugur. Tujuh item

yang dinyatakan gugur ternyata item yang berasal dari aspek afektif,

sehingga membuat komposisi item menjadi tidak seimbang. Kemudian

peneliti memutuskan untuk sengaja menggugurkan 7 item dari aspek

kognitif supaya komposisi item menjadi seimbang, sehingga didapatkan

hasil bahwa terdapat 26 item yang dinyatakan lolos dan 14 item yang

dinyatakan gugur. Tabel skala kecenderungan impulsive buying setelah

dilakukan seleksi item adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

66

Tabel 6. Sebaran Item Skala Kecenderungan Impulsive Buying

Setelah Seleksi Item

Variabel Aspek Favorable Unfavorable Total

Kecenderungan

Impulsive

Buying

Aspek

Afektif

1*, 2, 4*, 5,

10, 12, 16,

26*, 34, 38*

3, 14*, 18*,

21, 25, 28,

31*, 32, 35, 36

13

Aspek

Kognitif

8, 19, 22,

(23), 27, 29,

30, 33, 37,

40

(6), 7,(9), 11,

(13), 15, (17),

20, (24), (39)

13

Total 15 11 26

Keterangan :

* = item yang gugur () = item yang sengaja digugurkan

3. Reliabilitas

Salah satu syarat tes yang baik adalah memiliki reliabilitas yang tinggi

(Supratiknya, 2014). Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran jika

prosedur pengetesannya dilakukan secara berulang kali terhadap suatu

populasi individu atau kelompok (Supratiknya, 2014). Menurut Azwar

(2012) alat ukur yang reliabel atau dapat dipercaya merupakan alat ukur

yang mampu menghasilkan skor yang sama ketika digunakan untuk

mengukur atribut yang sama dan pada subjek yang sama. Reliabilitas tes

penting untuk dilakukan dan diketahui karena jika pengukuran tidak

reliabel, maka skor yang dihasilkan juga tidak dapat dipercaya.

Reliabilitas dalam penelitian ini diukur dalam bentuk koefisien

reliabilitas, yaitu koefisien konsistensi internal. Koefisien konsistensi

internal merupakan koefisien yang didasarkan pada hubungan antar skor

masing-masing item dalam tes. Data koefisien ini diperoleh dari satu kali

pengadministrasian tes pada sekelompok subjek. Data ini dianalisis dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

67

dihitung menggunakan koefisien Alpha Cronbach (α) untuk menghasilkan

estimasi konsistensi internal item skala (Supratiknya, 2014). Menurut

Azwar (2009) nilai reliabilitas yang dihasilkan berada pada rentang 0

sampai 1. Reliabilitas yang baik ditunjukkan dengan skor yang semakin

mendekati 1. Sebaliknya, reliabilitas yang kurang baik ditunjukkan dengan

skor yang semakin mendekati 0. Koefisien minimum yang dipandang

memuaskan untuk reliabilitas adalah ≥ 0,70; jika koefisien minimum kurang

dari 0,70 alat ukur dipandang kurang memadai karena menunjukkan bahwa

inkonsistensi alat ukur sedemikian besar, sehingga interpretasi skor menjadi

meragukan (Supratiknya, 2014). Seluruh penghitungan reliabilitas ini

dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 22.

a. Skala Materialisme

Reliabilitas pada skala materialisme asli mencapai nilai koefisien

alpha untuk 18 item sebesar 0,87 (Richins & Dawson, 1992).

Reliabilitas skala materialisme pada penelitian ini menunjukkan nilai

koefisien alpha untuk 18 item sebesar 0,801. Jika item 2, 9, 14, 16, dan

17 digugurkan, maka reliabilitas skala materialisme meningkat menjadi

0,826. Hal tersebut menunjukkan bahwa skala materialisme tergolong

reliabel.

b. Skala Kecenderungan Impulsive Buying

Reliabilitas pada skala kecenderungan impulsive buying untuk 40

item sebelum diseleksi pada penelitian ini menunjukkan nilai koefisien

alpha sebesar 0,895. Setelah dilakukan seleksi pada item dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

68

menggugurkan item 1, 4, 6, 9, 13, 14, 17, 18, 23, 24, 26, 31, 38, dan 39

reliabilitas skala kecenderungan impulsive buying menjadi 0,929. Hal

tersebut menunjukkan bahwa skala kecenderungan impulsive buying

tergolong reliabel.

G. Metode Analisis Data

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data

dalam penelitian yang dilakukan terdistribusi normal atau tidak

(Kasmadi & Sunariah, 2013). Jika data yang diuji memiliki nilai p >

0,05, maka data yang diuji memiliki distribusi normal. Sebaliknya,

jika data yang diuji memiliki nilai p < 0,05, maka data yang diuji

memiliki distribusi yang tidak normal (Santoso, 2010). Penelitian ini

menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui

normalitas distribusi sebaran data.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan

antarvariabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak,

sehingga peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan

diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di

variabel lainnya (Santoso, 2010). Suatu hubungan variabel dapat

dikatakan linear jika memiliki nilai p < 0,05. Sementara itu, jika nilai

p > 0,05 menunjukkan bahwa hubungan antar variabel tidak linear.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

69

Uji linearitas pada penelitian ini dilakukan menggunakan test of

linierity dalam program IBM SPSS Statistic 22.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan bukan untuk menguji kebenaran hipotesis awal,

melainkan untuk menguji dapat diterima atau ditolaknya hipotesis awal

tersebut (Gulӧ, 2002). Penelitian ini menggunakan metode analisis Product

Moment Pearson jika data yang diperoleh berdistribusi normal. Akan tetapi,

jika hasil uji normalitas menunjukkan sebaran data tidak normal maka

pengujian hipotesis menggunakan teknik Spearmen’s Rho Correlation.

Untuk melakukan uji hipotesis, uji asumsi linearitas harus terpenuhi karena

teknik korelasi didasarkan pada asumsi bahwa terdapat hubungan yang

linear antar variabel (Santoso, 2010). Metode analisis tersebut digunakan

sebagai uji korelasi untuk menentukan hubungan antar variabel bebas dan

variabel tergantung (Sarwono, 2006). Besarnya nilai korelasi (r) adalah -1

hingga +1. Apabila nilai r adalah -1, maka dapat dinyatakan bahwa

hubungan antara kedua variabel negatif (ada hubungan yang bertolak

belakang antara kedua variabel). Apabila nilai r adalah +1, maka dapat

dinyatakan bahwa hubungan antara kedua variabel positif (ada hubungan

searah antara kedua variabel). Taraf nilai signifikan (p) berkisar 0,05. Jika

nilai p < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya ada hubungan yang

signifikan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Sebaliknya, jika

nilai p > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

70

yang signifikan antara variabel bebas dan variabel tergantung (Siregar,

2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

71

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2017 sampai dengan

11 Desember 2017. Peneliti melakukan pengambilan data dengan dua skala

yang dibuat menggunakan Google Forms dan dalam bentuk hardcopy. Skala

disebarkan dengan dua cara, yaitu membagikan skala hardcopy secara

langsung kepada subjek yang ditemui dan secara online dengan cara

memberikan link skala kepada subjek. Peneliti menyebarkan link skala melalui

beberapa media sosial, seperti LINE, Whatapps, BBM, dan Facebook kepada

konsumen dewasa awal. Cara ini dilakukan karena media sosial memiliki

jangkauan yang lebih luas dalam memperoleh subjek. Dari proses tersebut,

peneliti mendapatkan subjek sebanyak 283 orang.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah konsumen dewasa awal berusia 20

tahun sampai 40 tahun. Jumlah total subjek yang terlibat dalam penelitian ini

adalah 283 orang. Data demografi subjek yang terlibat dalam penelitian ini

dapat dideskripsi sebagai berikut:

Tabel 7. Deskripsi Usia Subjek

Usia Jumlah Persentasi

20 – 26 tahun 240 84,8 %

27 – 33 tahun 33 11,7 %

34 – 40 tahun 10 3,5 %

Total 283 100 %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

72

Tabel 8. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek

Jenis Kelamin Jumlah Persentasi

Laki-laki 67 23,7 %

Perempuan 216 76,3 %

Total 283 100 %

Tabel 9. Deskripsi Pekerjaan Subjek

Pekerjaan Jumlah Persentasi

Mahasiswa 157 55.5 %

Guru 19 6.7 %

Karyawan 72 25.4 %

Wirausaha 17 6,0 %

Pekerja Seni 5 1.8 %

Tidak Bekerja 13 4.6 %

Total 283 100 %

Tabel 10. Deskripsi Aktivitas Belanja Produk Fashion Subjek

Aktivitas Belanja Jumlah Persentasi

Online 14 4,9 %

Offline 123 43,5 %

Online dan Offline 146 51,6 %

Total 283 100 %

Tabel 11. Deskripsi Pendapatan/Uang Saku Subjek Per-bulan

Pendapatan/Uang Saku Per-Bulan Jumlah Persentasi

< Rp. 1000.000 77 27,2 %

Rp. 1.000.000 – Rp. 3.000.000 153 54,1 %

Rp. 3.000.000 – Rp. 5.000.000 38 13,4 %

>Rp. 5.000.000 15 5,3 %

Total 283 100 %

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

73

C. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian bertujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya

materialisme dan kecenderungan impulsive buying. Deskripsi data dilakukan

dengan cara mencari mean empiris dan mean teoritis. Mean teoritis merupakan

hasil perhitungan manual berdasarkan skor terendah dan skor tertinggi yang

dapat diraih dalam sebuah skala. Hal itu dapat dirumuskan sebagai berikut:

Mean Teoritis = (Skor terendah × jumlah item ) +(Skor tertinggi × jumlah item)

2

Mean empiris merupakan rata-rata dari skor yang dimiliki oleh subjek

penelitian. Mean empiris yang lebih tinggi dari mean teoritis menunjukkan

bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat materialisme dan

kecenderungan impulsive buying yang cenderung tinggi. Sebaliknya mean

empiris yang lebih rendah dari mean teoritis menunjukkan bahwa subjek dalam

penelitian ini memiliki tingkat materialisme dan kecenderungan impulsive

buying yang rendah. Selain itu, deskripsi data pada penelitian ini juga

menggunakan uji One-Sample Test yang bertujuan untuk mengetahui apakah

ada perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris. Skor

empiris dan uji One-Sample Test didapatkan dengan menggunakan SPSS for

Windows versi 22.

Berdasarkan skala penelitian yang digunakan, maka didapatkan hasil

perhitungan mean teoritis dan mean empiris materialisme sebagai berikut:

Mean Teoritis = (1 ×18 ) +(4 ×18)

2 =

90

2 = 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

74

Tabel 12. Data Empirik Skala Materialisme

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Materialisme 283 39.54 6.196 .368

Tabel 13. Hasil Uji Beda MeanTeoritis dan Mean Empiris Materialisme

One-Sample Test

Test Value = 45

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Materialisme -14.822 282 .000 -5.459 -6.18 -4.73

Pada tabel hasil uji beda mean One-Sample Test skala materialisme

(Tabel 13) memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa terdapat perbedaaan yang signifikan antara mean teoritis

dan mean empiris dari skala materialisme. Mean teoritis pada skala

materialisme sebesar 45 dan mean empiris sebesar 39,54 (SD = 6,196). Hasil

ini menunjukkan bahwa mean empiris secara signifikan lebih rendah daripada

mean teoritis, sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini

memiliki nilai materialisme yang cenderung rendah.

Berdasarkan skala penelitian yang digunakan, maka didapatkan hasil

perhitungan mean teoritis dan mean empiris kecenderungan impulsive buying

sebagai berikut:

Mean Teoritis = (1 ×26 ) +(4 ×26)

2 =

130

2 = 65

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

75

Tabel 14. Data Empirik Skala Kecenderungan Impulsive Buying

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kecenderungan

Impulsive Buying 283 55.48 10.433 .620

Tabel 15. Hasil Uji Beda Mean Teoritis dan Mean Empiris

Kecenderungan Impulsive Buying

One-Sample Test

Test Value = 65

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kecenderungan

Impulsive Buying -15.343 282 .000 -9.516 -10.74 -8.30

Pada tabel hasil uji beda mean One-Sample Test skala kecenderungan

impulsive buying (Tabel 15) memperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai

tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara mean

teoritis dan mean empiris dari skala kecenderungan impulsive buying. Mean

teoritis pada skala kecenderungan impulsive buying sebesar 65 dan mean

empiris sebesar 55,48 (SD = 10,433). Hasil ini menunjukkan bahwa mean

empiris secara signifikan lebih rendah daripada mean teoritis, sehingga

mengindikasikan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki kecenderungan

impulsive buying yang rendah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

76

D. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan untuk melihat apakah data penelitian memenuhi

syarat untuk dianalisis menggunakan teknik analisis korelasi tertentu. Uji

asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov dan uji linearitas dengan menggunakan test for

linearity dengan bantuan SPSS for Windows versi 22.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data

dalam penelitian yang dilakukan terdistribusi normal atau tidak

(Kasmadi & Sunariah, 2013). Jika data yang diuji memiliki nilai p >

0,05, maka data yang diuji memiliki distribusi normal. Sebaliknya, jika

data yang diuji memiliki nilai p < 0,05, maka data yang diuji memiliki

distribusi yang tidak normal (Santoso, 2010). Hasil uji normalitas

menggunakan Lilliefors Significance Correction pada Kolmogorov-

Smirnov melalui SPSS for Windows versi 22 dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 16. Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Kecenderungan

Impulsive Buying .072 283 .001

Materialisme .065 283 .005

a. Lilliefors Significance Correction

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

77

Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan hasil bahwa data

penelitian skala materialisme (p = 0,005) memiliki nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat diasumsikan bahwa data penelitian

pada skala materialisme memiliki distribusi yang tidak normal. Pada

data penelitian skala kecenderungan impulsive buying (p = 0,001)

memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan

bahwa data penelitian pada skala kecenderungan impulsive buying juga

memiliki distribusi yang tidak normal. Dengan demikian, uji hipotesis

pada penelitian ini akan menggunakan teknik korelasi non-parametrik

Spearman’s rho.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan

antarvariabel yang hendak dianalisis mengikuti garis lurus atau tidak,

sehingga peningkatan atau penurunan kuantitas di satu variabel akan

diikuti secara linear oleh peningkatan atau penurunan kuantitas di

variabel lainnya (Santoso, 2010). Suatu hubungan variabel dapat

dikatakan linear jika memiliki nilai p < 0,05. Sementara itu, jika nilai p >

0,05 menunjukkan bahwa hubungan antar variabel tidak linear. Hasil uji

linearitas dapat dilihat pada tabel berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

78

Tabel 17. Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of

Square

s df

Mean

Square F Sig.

Kecenderungan

Impulsive

Buying *

Materialisme

Between

Groups

(Combined) 11105.

374 32

347.04

3 4.429 .000

Linearity 6112.6

37 1

6112.6

37

78.00

2 .000

Deviation

from

Linearity

4992.7

37 31

161.05

6 2.055 .001

Within Groups 19591.

305 250 78.365

Total 30696.

678 282

Berdasarkan hasil uji linearitas, diketahui bahwa data penelitian

memiliki pola hubungan yang linear (lurus) karena nilai signifikansi

kurang dari 0,05 (p = 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa materialisme

memiliki hubungan yang linear dengan kecenderungan impulsive buying,

sehingga pengolahan data dapat dilanjutkan pada uji hipotesis.

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji asumsi, diketahui bahwa skala materialisme dan

kecenderungan impulsive buying tidak terdistribusi secara normal.

Berdasarkan hal tersebut, maka pengujian hipotesis dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman’s rho dengan taraf

signifikansi sebesar 0,05 dan menggunakan program SPSS for Windows versi

22. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

79

Tabel 18. Hasil Uji Hipotesis Spearman’s rho Correlations

Kecenderungan

Impulsive Buying Materialisme

Spearman's

rho

Kecenderungan

impulsive buying

Correlation

Coefficient 1.000 .367**

Sig. (1-

tailed) . .000

N 283 283

Materialisme Correlation

Coefficient .367** 1.000

Sig. (1-

tailed) .000 .

N 283 283

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi Spearman’s rho,

diketahui bahwa materialisme dan kecenderungan impulsive buying memiliki

koefisien korelasi sebesar 0,367 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p <

0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara materialisme dan kecenderungan impulsive buying secara

keseluruhan. Jadi, semakin tinggi materialisme, maka kecenderungan

impulsive buying konsumen dewasa awal pada produk fashion akan semakin

tinggi. Sebaliknya, semakin rendah materialisme, maka kecenderungan

impulsive buying konsumen dewasa awal pada produk fashion akan semakin

rendah. Dengan demikian, maka hipotesis dalam penelitian ini dinyatakan

diterima.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

80

E. Pembahasan

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan

antara materialisme dan kecenderungan impulsive buying konsumen dewasa

awal pada produk fashion. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

materialisme dan kecenderungan impulsive buying memiliki hubungan yang

positif dan signifikan (r = 0,367; p = 0,000). Hasil penelitian yang diperoleh

menunjukkan bahwa semakin tinggi materialisme, maka kecenderungan

impulsive buying yang dilakukan konsumen dewasa awal pada produk fashion

menjadi semakin tinggi. Sebaliknya semakin rendah materialisme, maka

kecenderungan impulsive buying yang dilakukan konsumen dewasa awal pada

produk fashion menjadi semakin rendah. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang

telah diajukan peneliti yaitu, materialisme dan kecenderungan impulsive

buying konsumen dewasa awal pada produk fashion memiliki hubungan yang

positif dan signifikan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif

dan signifikan antara materialisme dan kecenderungan impulsive buying

konsumen dewasa awal pada produk fashion. Hal tersebut mendukung hasil

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian sebelumnya

menyatakan bahwa konsumen dewasa awal yang memiliki tingkat

materialisme yang tinggi, akan menjadikan kekayaan sebagai indikator status

sosial, prestasi, dan reputasi. Ketika konsumen tersebut memiliki keinginan

untuk mencapai status sosial, prestasi, dan reputasi melalui kepemilikan materi

maka konsumen tersebut akan menjadi impulsif dalam pembelian suatu produk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

81

terutama produk fashion dengan mengikuti dorongan yang ada dalam dirinya

(Richins, 2011). Bahkan konsumen dewasa awal yang materialis juga tidak

ragu untuk melakukan impulsive buying dalam membeli produk fashion yang

mahal dengan merek-merek mewah guna mencapai status sosial yang mereka

inginkan (Prendergast & Wong, 2003). Selain itu, konsumen dewasa awal yang

materialis cenderung akan menunjukkan perilaku menghabiskan uang yang

mereka miliki untuk membeli suatu produk fashion yang relatif tidak penting

secara impulsif demi memenuhi keinginan daripada kebutuhan (Garðarsdóttir

& Dittmar, 2012).

Materialisme merupakan suatu nilai yang mengarah pada keyakinan

konsumen dewasa awal bahwa penggunaan suatu produk dapat digunakan

untuk menyampaikan kesan mengenai identitas dan status sosial yang dimiliki

oleh konsumen dewasa awal pada orang lain (Wang & Wallendorf, 2006; Wu,

2006). Konsumen dewasa awal yang materialis juga menunjukkan perilaku

menghargai suatu produk yang dikonsumsi secara publik dan memiliki makna

publik atau makna yang berkesan bagi orang lain daripada suatu produk yang

memiliki makna pribadi (Richins, 1994). Salah satu kategori produk yang

memiliki makna publik adalah produk fashion. Hal ini dikarenakan konsumen

dewasa awal yakin bahwa dengan membeli produk fashion, mereka dapat

memenuhi keinginan mereka untuk mengekspresikan identitas dan citra diri,

serta cara mereka untuk mengesankan orang lain (Sahdev & Gautama, 2007).

Konsumen yang materialis cenderung akan membeli dan memiliki suatu

produk fashion dengan harga yang mahal dengan merek-merek terkenal karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

82

bagi mereka yang terpenting dari kepemilikan produk fashion tersebut adalah

penampilan, nilai finansial, dan kemampuan dari produk tersebut

menyampaikan status, kesuksesan, dan prestige yang mereka miliki (Sahdev &

Gautama, 2007).

Produk fashion dapat berkaitan dengan kecenderungan impulsive buying

karena konsumen dewasa awal yang memiliki kecenderungan impulsive buying

pada produk fashion memiliki kesadaran terhadap fashionability yang

dikaitkan dengan desain dan gaya yang inovatif (Park et al., 2006). Hal ini

terjadi karena ketika konsumen dewasa awal melihat produk fashion terbaru

dan sesuai dengan tren yang ada saat ini maka konsumen tersebut merasakan

dorongan yang tidak tertahankan untuk segera memiliki produk fashion

tersebut guna memenuhi keinginannya mengikuti tren saat ini (Han, Morgan,

Kotsiopulos & Kang-Park, 1991). Setelah merasakan dorongan tersebut

mereka akan segera membeli produk fashion yang mereka inginkan tanpa

mempertimbangkan apakah produk tersebut akan berguna atau tidak bagi

mereka, yang terpenting ketika mereka telah memiliki produk tersebut mereka

akan merasa puas dan senang karena mereka telah mampu memiliki produk

sesuai dengan tren yang ada.

Ketika konsumen dewasa awal yang materialis menemukan keputusan

pembelian mengenai suatu produk fashion dapat menunjukkan identitas dan

status yang mereka inginkan, maka konsumen tersebut akan tergoda untuk

melakukan impulsive buying pada produk – produk fashion yang mereka

inginkan (Wu, 2006). Hal ini terjadi dikarenakan mereka percaya bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

83

produk fashion tersebut memiliki makna simbolis yang dapat menyampaikan

kesan mengenai identitas yang mereka miliki pada orang lain, membantu

mereka meningkatkan karakteristik pribadi dan citra diri. Selain itu, produk

fashion dapat juga memberikan sanksi sosial bagi konsumen dewasa awal

untuk mampu menjadi kelompok konsumen yang berprestasi dan sukses

(Setiadi & Warmika, 2015; Handa & Khare, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

84

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara materialisme dan

kecenderungan impulsive buying konsumen dewasa awal pada produk fashion

(r = 0,367; p = 0,000). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

materialisme, maka kecenderungan impulsive buying yang dilakukan

konsumen dewasa awal pada produk fashion menjadi semakin tinggi.

Sebaliknya semakin rendah materialisme, maka kecenderungan impulsive

buying yang dilakukan konsumen dewasa awal pada produk fashion menjadi

semakin rendah.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Pada skala materialisme terdapat 5 item yang memiliki kualitas item

kurang baik karena memiliki skor rix < 0,30. Meskipun Azwar (2009)

menyatakan bahwa item yang memiliki skor rix < 0,30 harus digugurkan,

namun peneliti tidak menggugurkan item-item tersebut karena skala

materialisme yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala

adaptasi yang ketika digunakan dalam suatu penelitian, harus digunakan

secara utuh (Supratiknya, 2015).

2. Setelah dilakukan uji coba pada skala kecenderungan impulsive buying

produk fashion ditemukan bahwa item-item dari aspek afektif sekitar 7

item memiliki skor rix < 0,25 sehingga item-item tersebut harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

85

digugurkan, akan tetapi item-item dari aspek kognitif tidak ada item yang

memiliki skor rix < 0,25. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

ketidakseimbangan antara item-item dari aspek afektif dan kognitif,

sehingga peneliti harus menggugurkan beberapa item dari aspek kognitif

supaya jumlah item yang mengukur kecenderungan impulsive buying

produk fashion memiliki proporsi yang seimbang (Supratiknya, 2014).

3. Penelitian ini tidak mencantumkan manfaat yang akan diperoleh subjek

jika terlibat dalam penelitian. Hal ini membuat subjek menjadi kurang

memahami bahwa sebenarnya hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi

mereka sehingga subjek kurang memiliki antusiasme dalam pengisian

kuesioner.

C. Saran

1. Bagi Subjek

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa materialisme memiliki

hubungan yang signifikan dengan kecenderungan impulsive buying pada

produk fashion, maka bagi konsumen dewasa awal diharapkan dapat

mengevaluasi kembali perilaku belanja yang mereka miliki dengan

mengembangkan kemampuan berpikir secara reflektif supaya tidak

mengarah pada impulsive buying ketika melakukan aktivitas berbelanja

produk fashion dan mampu mempertimbangan dengan baik kegunaan dari

produk yang dibeli serta memikirkan konsekuensi yang akan terjadi ketika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

86

melakukan aktivitas belanja secara spontan yang lebih memenuhi

keinginan daripada kebutuhan yang lebih penting.

Konsumen dewasa awal juga diharapkan dapat lebih memahami

dampak dari materialisme dan menjadikan hasil penelitian ini sebagai

bahan refleksi untuk tidak selalu mengutamakan kepemilikan harta benda

sebagai suatu hal yang mampu menunjukkan kesuksesan dan kebahagiaan

dalam kehidupan, karena kesuksesan dan kebahagiaan tidak hanya dapat

dari kepemilikan harta benda tetapi bisa juga dari prestasi ataupun

hubungan interpersonal dengan orang lain.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa skala penelitian ini

terdistribusi secara tidak normal, sehingga data yang dihasilkan ini tidak

dapat digeneralisasikan kepada seluruh populasi. Oleh karena itu untuk

penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan supaya subjek yang

dilibatkan dalam penelitian diperluas sehingga dapat semakin mewakili

jumlah populasi. Selain itu, penelitian selanjutnya juga disarankan untuk

membuat item pool yang lebih memadai dalam hal kualitas item untuk

mengantisipasi banyaknya item yang gugur pada skala penelitian selama

proses uji coba skala.

Penelitian selanjutnya disarankan untuk mencantumkan manfaat

yang akan diperoleh subjek jika bersedia terlibat dalam penelitian.

Pernyataan yang berisi manfaat untuk subjek dapat dicantumkan di bagian

awal kuesioner. Hal ini akan membuat subjek merasa lebih antusias

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

87

terlibat dalam penelitian karena hasilnya menyangkut keadaan diri

mereka. Subjek yang merasa mendapatkan manfaat dari penelitian akan

bersungguh-sungguh dalam memahami item, sehingga respon yang

muncul pun akan lebih tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

88

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, J., & Dameyasani, A. W. (2013). Impulsive buying, cultural values

dimensions, and symbolic meaning of money: A study on college students in

Indonesia’s capital city and its surrounding. International Journal of

Research Studies in Psychology, 2(3), 35–52.

Achmadi, A. (2010). Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers.

Ahuvia, A. (1992). For the love of money: Materialism and product love.

Association for Consumer Research, 8, 188–198.

Ahuvia, A., & Wong, N. (1995). Materialism: Origins and implications for personal

well-being. European Advances in Consumer Research, 2, 172–178.

Alagöz, S., & Ekici, N. (2011). Impulse purchasing as a purchasing behaviour and

research on Karaman. International Research Journal of Finance &

Economics, 66, 172–180.

Alauddin, M., Hossain, M. M., Ibrahim, M., & Hoque, M. A. (2015). Perceptions

of consumer impulse buying behavior in the super store: A case study of some

selected super store in Bangladesh. Asian Social Science, 11(9), 68–76.

Anin, A., Rasimin, B. S., & Atamimi, N. (2008). Hubungan self monitoring dengan

impulsive buying terhadap produk fashion pada remaja. Jurnal Psikologi,

35(2), 181–193.

Arndt, J., Solomon, S., Kasser, T., & Sheldon, K. M. (2004). The urge to splurge:

A terror management account of materialism and consumer behavior. Journal

of Consumer Psychology, 14(3), 198–212.

Azwar, S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2011). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi (2 ed.). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Badgaiyan, A. J., & Verma, A. (2014). Intrinsic factors affecting impulsive buying

behaviour—Evidence from India. Journal of Retailing and consumer

services, 21(4), 537–549.

Bagus, L. (2000). Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bahrudin. (2013). Dasar-dasar Filsafat. Bandar Lampung: Haraksindo.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

89

Baumeister, R. F. (2002). Yielding to temptation: Self-control failure, impulsive

purchasing, and consumer behavior. Journal of consumer Research, 28(4),

670–676.

Bayley, G., & Nancarrow, C. (1998). Impulse purchasing: A qualitative exploration

of the phenomenon. Qualitative Market Research: An International Journal,

1(2), 99–114.

Beatty, S. E., & Ferrell, M. E. (1998). Impulse buying: Modeling its precursors.

Journal of retailing, 74(2), 169–191.

Belk, R. W. (1985). Materialism: Trait aspects of living in the material world.

Journal of Consumer research, 12(3), 265–280.

Bong, S. (2011). Pengaruh in-store stimuli terhadap impulse buying behavior

konsumen Hypermarket di Jakarta. Ultima Manajemen, 3(1), 31-52.

Browne, B. A., & Kaldenberg, D. O. (1997). Conceptualizing self-monitoring:

Links to materialism and product involvement. Journal of Consumer

Marketing, 14(1), 31–44.

Chavosh, A., Halimi, A. B., Namdar, J., Choshalyc, S. H., & Abbaspour, B. (2011).

The contribution of product and consumer characteristics to consumer’s

impulse purchasing behaviour in Singapore. International Conference on

Social Science and Humanity, 5, 248-252.

Chien-Huang, L., & Chuang, S.-C. (2005). The effect of individual differences on

adolescents’ impulsive buying behavior. Adolescence, 40(159), 551.

Chita, R., David, L., & Pali, C. (2015). Hubungan antara self-control dengan

perilaku konsumtif online shopping produk fashion pada mahasiswa fakultas

kedokteran Universitas Sam Ratulangi angkatan 2011. Jurnal e-Biomedik,

3(1), 297–302.

Cobb, C. J., & Hoyer, W. D. (1986). Planned versus impulse purchase behavior.

Journal of retailing, 62(4), 384–409.

Coley, A., & Burgess, B. (2003). Gender differences in cognitive and affective

impulse buying. Journal of Fashion Marketing and Management: An

International Journal, 7(3), 282–295.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

90

Creswell, J. W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches (3 ed.). California: Sage.

Creswell, J. W. (2014). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed (3 ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dariyo, A. (2008). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.

Dawson, S., & Kim, M. (2009). External and internal trigger cues of impulse buying

online. Direct Marketing: An International Journal, 3(1), 20–34.

Dhani. (2016). Gila Belanja di Dunia Maya. Diambil 16 Oktober 2017, dari

https://tirto.id/gila-belanja-di-dunia-maya-b9tj

Dholakia, U. M. (2000). Temptation and resistance: An integrated model of

consumption impulse formation and enactment. Psychology & Marketing,

17(11), 955–982.

Dittmar, H., Beattie, J., & Friese, S. (1995). Gender identity and material symbols:

Objects and decision considerations in impulse purchases. Journal of

economic psychology, 16(3), 491–511.

Dittmar, H., & Bond, R. (2010). I want it and I want it now: Using a temporal

discounting paradigm to examine predictors of consumer impulsivity. British

Journal of Psychology, 101(4), 751–776.

Dittmar, H., Bond, R., Hurst, M., & Kasser, T. (2014). The relationship between

materialism and personal well-being: A meta-analysis. Journal of Personality

and Social Psychology, 5 (107), 879-924.

Dittmar, H., & Drury, J. (2000). Self-image–is it in the bag? A qualitative

comparison between “ordinary” and “excessive” consumers. Journal of

economic psychology, 21(2), 109–142.

Doran, K. (2002). Lessons learned in cross-cultural research of Chinese and North

American consumers. Journal of Business Research, 55(10), 823–829.

Founier, S., & Richins, M. L. (1991). Some theoretical and popular notions

concerning materialism. Journal of Social Behavior and Personality, 6(6),

403 - 414.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

91

Founier, S., & Richins, M. L. (1991b). Some theoretical and popular notions

concerning materialism. Journal of Social Behavior and Personality, 6(6),

403–414.

Friedenberg, L. (1995). Psychological testing: Design, Analysis, and use. USA:

Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.

Fuadi. (2015). Metode historis: Suatu kajian filsafat materialisme Karl Marx.

Substantia, 17(2), 219–230.

Garðarsdóttir, R. B., & Dittmar, H. (2012). The relationship of materialism to debt

and financial well-being: The case of Iceland’s perceived prosperity. Journal

of Economic Psychology, 33(3), 471–481.

https://doi.org/10.1016/j.joep.2011.12.008

Gąsiorowska, A. (2011). Gender as a moderator of temperamental causes of

impulse buying tendency. Journal of Customer Behaviour, 10(2), 119–142.

Ghani, U., Imran, M., & Jan, F. A. (2011). The impact of demographic

Characteristics on impulse buying behaviour of urban consumers in

Peshawar. International Journal of Academic Research, 3(5), 286–289.

Goldberg, M. E., Gorn, G. J., Peracchio, L. A., & Bamossy, G. (2003).

Understanding materialism among youth. Journal of Consumer Psychology,

13(3), 278–288.

Gregoire, C. (2014). The psychology of materialism,and why it’s making you

unhappy. The Huffington Post. Diambil dari

https://www.huffingtonpost.com/2013/12/15/psychology-

materialism_n_4425982.html

Gulӧ, W. (2002). Metodelogi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Hadjali, H. R., Salimi, M., Nazari, M., & Ardestani, M. S. (2012). Exploring main

factors affecting on impulse buying behaviors. Journal of American Science,

8(1), 245–251.

Han, Y. K., Morgan, G. A., Kotsiopulos, A., & Kang-Park, J. (1991). Impulse

buying behavior of apparel purchasers. Clothing and Textiles Research

Journal, 9(3), 15–21.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

92

Handa, M., & Khare, A. (2011). Gender as a moderator of the relationship between

materialism and fashion clothing involvement among Indian youth.

International Journal of Consumer Studies, 37(1), 112–120.

Hausman, A. (2000). A multi-method investigation of consumer motivations in

impulse buying behavior. Journal of consumer marketing, 17(5), 403–426.

Hurlock, E. B. (1997). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Kehidupan, terj. Jakarta: Erlangga.

Inglehart, R. (1981). Post-materialism in an environment of insecurity. American

Political Science Review, 75(4), 880–900.

Inglehart, R. (1990). Culture shift in advanced industrial society. Princeton

University Press.

Jahja, Y. (2011). Psikologi perkembangan. Jakarta: Prenada Media Grup.

Jalees, T. (2009). An empirical analysis of impulsive buying behavior in Pakistan.

Journal of Management,Business, & Econimics, 5(3), 298–308.

Japarianto, E., & Sugiharto, S. (2012). Pengaruh shopping life style dan fashion

involvement terhadap impulse buying behavior masyarakat high income

Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran, 6(1), 32–41.

Jusuf, H. (2001). Pakaian sebagai penanda: Kajian teoretik tentang fungsi dan jenis

pakaian dalam konteks semiotika. Jurnal Seni Rupa dan Desain, 1(3), 1–12.

Kacen, J. J., Hess, J. D., & Walker, D. (2012). Spontaneous selection: The influence

of product and retailing factors on consumer impulse purchases. Journal of

Retailing and Consumer Services, 19(6), 578–588.

Kacen, J. J., & Lee, J. A. (2002). The influence of culture on consumer impulsive

buying behavior. Journal of consumer psychology, 12(2), 163–176.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Definisi Pakaian. Diambil pada 23

Oktober 2017, dari www.kbbi.wed.id

Karbasivar, A., & Yarahmadi, H. (2011). Evaluating effective factors on consumer

impulse buying behavior. Asian Journal of Business Management Studies,

2(4), 174–181.

Kasmadi, & Sunariah, N. S. (2013). Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.

Bandung: Alfabeta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

93

Kasser, T. (2016). Materialistic values and goals. Annual Review of Psychology, 67,

489–514.

Kasser, T., & Ryan, R. M. (1993). A dark side of the American dream: correlates

of financial success as a central life aspiration. Journal of personality and

social psychology, 65(2), 410-422.

Kasser, T., & Ryan, R. M. (1996). Further examining the American dream:

Differential correlates of intrinsic and extrinsic goals. Personality and social

psychology bulletin, 22(3), 280–287.

Khan, N., Hui, L. H., Chen, T. B., & Hoe, H. Y. (2016). Impulse buying behaviour

of generation Y in fashion retail. International Journal of Business and

Management, 11(1), 144–151.

Kollat, D. T., & Willett, R. P. (1967). Customer impulse purchasing behavior.

Journal of marketing research, 21–31.

Lertwannawit, A., & Mandhachitara, R. (2012). Interpersonal effects on fashion

consciousness and status consumption moderated by materialism in

metropolitan men. Journal of Business Research, 65(10), 1408–1416.

Liao, J., & Wang, L. (2009). Face as a mediator of the relationship between material

value and brand consciousness. Psychology & Marketing, 26(11), 987–1001.

Likitapiwat, T., Sereetrakul, W., & Wichadee, S. (2015). Examining materialistic

values of university students in Thailand. International Journal of

Psychological Research, 8(1), 109–118.

Lysonski, S., & Durvasula, S. (2013). Consumer decision making styles in retailing:

evolution of mindsets and psychological impacts. Journal of Consumer

Marketing, 30(1), 75–87.

Matsumoto, D., & Juang, L. (2008). Culture and Psychology (4 ed.). Canada:

Nelson Education.

Maulana, A. (2016). Nilai Transaksi E-commerce di Indonesia Menggiurkan.

Diambil 25 Oktober 2017, dari

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20160122170755-185-

106096/nilai-transaksi-e-commerce-di-indonesia-menggiurkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

94

Mick, D. G. (1996). Are studies of dark side variables confounded by socially

desirable responding? The case of materialism. Journal of consumer

research, 23(2), 106–119.

Mittal, S., Sondhi, N., & Chawla, D. (2015). Impulse buying behaviour: an

emerging market perspective. International Journal of Indian Culture and

Business Management, 11(1), 1–22.

Mohan, G., Sivakumaran, B., & Sharma, P. (2013). Impact of store environment on

impulse buying behavior. European Journal of Marketing, 47(10), 1711–

1732.

Money.id. (2015). Ini Penyebab Kenapa Anda Gila Belanja Saat Lihat Diskon |

Money.id. Diambil dari https://m.money.id/news/ini-penyebab-kenapa-anda-

gila-belanja-saat-lihat-diskon-151125t.html

Moran, B., & Kwak, L. E. (2015). Effect of stress, materialism and external stimuli

on online impulse buying. Journal of Research for Consumers, (27), 26–51.

Moschis, G. P., & Churchill Jr, G. A. (1978). Consumer socialization: A theoretical

and empirical analysis. Journal of marketing research, 15(4), 599–609.

Mowen, J. C., & Minor, M. (2002). Perilaku konsumen. Jakarta: Erlangga.

Mudhofir, A. (1996). Kamus Teori dan Aliran dalam Filsafat dan Teologi.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Mueller, D. J., & Wornhoff, S. A. (1990). Distinguishing personal and social values.

Educational and Psychological Measurement, 50(3), 691–699.

Muruganantham, G., & Bhakat, R. S. (2013). A review of impulse buying behavior.

International Journal of Marketing Studies, 5(3), 149-160.

Noor, J. (2011). Metode Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi & Karya Ilmiah.

Jakarta: Prenada Media.

Omar, N. A., Rahim, R. A., Wel, C. A. C., & Alam, S. S. (2014). Compulsive

buying and credit card misuse among credit card holders: The roles of self-

esteem, materialism, impulsive buying and budget constraint. Intangible

Capital, 10(1), 52–74.

Papalia, D. E., & Feldman, R. D. (2014). Menyelami perkembangan manusia.

Jakarta: Salemba.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

95

Park, E. J., Kim, E. Y., & Forney, J. C. (2006). A structural model of fashion-

oriented impulse buying behavior. Journal of Fashion Marketing and

Management: An International Journal, 10(4), 433–446.

Podoshen, J. S., & Andrzejewski, S. A. (2012). An Examination of the relationships

between materialism, conspicuous consumption, impulse buying, and brand

loyalty. Journal of Marketing Theory and Practice, 20(3), 319–334.

Podoshen, J. S., Andrzejewski, S. A., & Hunt, J. M. (2014). Materialism,

conspicuous consumption, and American hip-hop subculture. Journal of

International Consumer Marketing, 26(4), 271–283.

Poduska, B. (1992). Money, marriage, and Maslow’s hierarchy of needs. American

Behavioral Scientist, 35(6), 756–770.

Prendergast, G., & Wong, C. (2003). Parental influence on the purchase of luxury

brands of infant apparel: an exploratory study in Hong Kong. Journal of

Consumer Marketing, 20(2), 157–169.

Primadhyta, S. (2015). Generasi Millenial RI Paling Impulsif Belanja Barang

Mewah. Diambil 24 Agustus 2017, dari

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20151102182452-92-

88999/generasi-millenial-ri-paling-impulsif-belanja-barang-mewah/.

Putri, A. A. (2017). Ada Jurusnya Berkelit dari Godaan Belanja Barang Diskon!

Diambil 16 September 2017, dari

http://female.kompas.com/read/2017/01/31/093200420/ada.jurusnya.berkeli

t.dari.godaan.belanja.barang.diskon.

Richins, M. L. (1994). Special possessions and the expression of material values.

Journal of consumer research, 21(3), 522–533.

Richins, M. L. (2011). Materialism, transformation expectations, and spending:

Implications for credit use. Journal of Public Policy & Marketing, 30(2),

141–156.

Richins, M. L., & Dawson, S. (1992). A consumer values orientation for

materialism and its measurement: Scale development and validation. Journal

of consumer research, 19(3), 303–316.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

96

Richins, M. L., & Rudmin, F. W. (1994). Materialism and economic psychology.

Journal of Economic Psychology, 15, 217–231.

Roberts, J. A., & Jones, E. (2001). Money attitudes, credit card use, and compulsive

buying among American college students. Journal of Consumer Affairs,

35(2), 213–240.

Roberts, J. A., Manolis, C., & Tanner Jr, J. F. (2008). Interpersonal influence and

adolescent materialism and compulsive buying. Social Influence, 3(2), 114–

131.

Rook, D. W. (1987). The buying impulse. Journal of consumer research, 14(2),

189–199.

Rook, D. W., & Fisher, R. J. (1995). Normative influences on impulsive buying

behavior. Journal of consumer research, 22(3), 305–313.

Sahdev, A., & Gautama, P. (2007). Are consumer perceptions of brand affected by

materialism? International Marketing Conference on Marketing & Society.

Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi dari Blog Menjadi Buku. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

Santrock, J. W. (2002). Life-span development (Perkembangan masa hidup) (5 ed.).

Jakarta: Erlangga.

Saroh, M. (2016). Barang-barang yang Populer di Online Shop. Diambil 16 Oktober

2017, dari https://tirto.id/barang-barang-yang-populer-di-online-shop-b9tE

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2014). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba

Humanika.

Schwartz, S. H. (2007). Universalism values and the inclusiveness of our moral

universe. Journal of Cross-Cultural Psychology, 38(6), 711–728.

Setiadi, I., & Warmika, I. (2015). Pengaruh fashion involvement terhadap impulse

buying konsumen fashion yang dimediasi positive emotion di Kota Denpasar.

E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, 4(6), 1684–1700.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

97

Shahjehan, A., Qureshi, J. A., Zeb, F., & Saifullah, K. (2012). The effect of

personality on impulsive and compulsive buying behaviors. African Journal

of Business Management, 6(6), 2187–2194.

Shiffman, L. G., & Kanuk, L. L. (2007). Perilaku Konsumen (Edisi ketujuh).

Jakarta: Indeks.

Shrum, L. J., Lowrey, T. M., Pandelaere, M., Ruvio, A. A., Gentina, E., Furchheim,

P., & Mandel, N. (2014). Materialism: the good, the bad, and the ugly.

Journal of Marketing Management, 30(17–18), 1858–1881.

Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan

Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana.

Sneath, J. Z., Lacey, R., & Kennett-Hensel, P. A. (2009). Coping with a natural

disaster: Losses, emotions, and impulsive and compulsive buying. Marketing

Letters, 20(1), 45–60.

Stern, H. (1962). The significance of impulse buying today. The Journal of

Marketing, 26 (2) 59–62.

Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: CV. Alfabeta.

Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Sumanto. (2014). Teori dan Aplikasi Metode Penelitian: Psikologi, Pendidikan,

Ekonomi Bisnis, dan Sosial. Yogyakarta: Center of Academic Publishing

Service.

Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Universitas Sanata

Dharma.

Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dalam

Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Syafputri, E. (2011). Pebelanja Indonesia Makin Impulsif. Diambil 8 Agustus 2017,

dari /berita/264058/pebelanja-indonesia-makin-impulsif

Tendai, M., & Crispen, C. (2009). In-store shopping environment and impulsive

buying. African Journal of Marketing Management, 1(4), 102–108.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

98

Tuyet Mai, N. T., Jung, K., Lantz, G., & Loeb, S. G. (2003). An exploratory

investigation into impulse buying behavior in a transitional economy: A study

of urban consumers in Vietnam. Journal of International Marketing, 11(2),

13–35.

Veer, E., & Shankar, A. (2011). Forgive me, Father, for I did not give full

justification for my sins: How religious consumers justify the acquisition of

material wealth. Journal of Marketing Management, 27(5–6), 547–560.

Verplanken, B., & Herabadi, A. (2001). Individual differences in impulse buying

tendency: Feeling and no thinking. European Journal of personality, 15(1),

71–83.

Wang, J., & Wallendorf, M. (2006). Materialism, status signaling, and product

satisfaction. Journal of the Academy of Marketing Science, 34(4), 494–505.

Ward, S., & Wackman, D. (1971). Family and media influences on adolescent

consumer learning. American Behavioral Scientist, 14(3), 415–427.

Watson, J. J. (2003). The relationship of materialism to spending tendencies,

saving, and debt. Journal of economic psychology, 24(6), 723–739.

Wiramihardja, S. A. (2009). Pengantar Filsafat: Sistematika dan Sejarah

Epistemologi, Metafisika, dan Filsafat Manusia. Balikpapan: Refika

Aditama.

Wollen, P. (2003). The concept of fashion in the arcades project. Boundary 2, 30(1),

131–142.

Wood, M. (1998). Socio-economic status, delay of gratification, and impulse

buying. Journal of economic psychology, 19(3), 295–320.

Wu, L. (2006). Excessive buying: the construct and a causal model. Georgia

Institute of Technology.

Yoon, S-J. (2013). Antecedents and consequences of in-store experiences based on

an experiential typology. European Journal of Marketing, 47(5/6), 693–714.

Youn, S., & Faber, R. J. (2000). Impulse buying: its relation to personality traits

and cues. Advances in Consumer Research, 27, 179-185.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

99

Zhang, Y., & Shrum, L. J. (2009). The influence of self-construal on impulsive

consumption. Journal of Consumer Research, 35(5), 838–850.

https://doi.org/10.1086/593687

Zoel. (2012). Maybe Yes! Maybe No! Diambil 19 Agustus 2017, dari

http://www.marketing.co.id/maybe-yes-maybe-no/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

101

LAMPIRAN A Skala Uji Coba

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

102

SKALA UJI COBA

Sebagai bagian dalam Penyusunan Skripsi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Yohana Kadek Dwiastuti

139114046

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

103

Yogyakarta, 29 November 2017

Kepada

Yth. Saudara/Saudari yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini

Dengan hormat,

Dengan ini saya:

Nama : Yohana Kadek Dwiastuti

Kontak : 085737164524 ([email protected])

Institusi : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa, maka peneliti mohon

kesediaan saudara/i membantu serta berpartisipasi untuk memberikan tanggapan pada

pernyataan-pernyataan yang telah peneliti susun dalam skala penelitian ini.

Saat merespon pernyataan-pernyataan tersebut, saudara/i diharapkan dapat mengisi

dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi saudara/i dalam kehidupan sehari-

hari. Pada skala ini, tidak ada penilaian benar atau salah. Data yang diberikan oleh saudara/i

sangat terjaga kerahasiannya. Pada saat mengisi skala ini, mohon untuk selalu memperhatikan

petunjuk pengerjaan dan instruksi yang diberikan, karena hasil dari pengisian skala ini akan

digunakan untuk kepentingan akademik.

Peneliti mengucapkan terimakasih atas waktu dan kesediaan saudara/i untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini.

Hormat saya,

(Peneliti)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

104

PERNYATAAN KESEDIAAN

Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi skala ini tanpa adanya paksaan

ataupun tekanan dari pihak manapun. Saya bersedia mengisi skala ini dengan sukarela, demi

membantu terlaksananya penelitian ilmiah ini.

Semua respon yang saya berikan dalam skala ini, benar-benar mewakili apa yang saya

alami dalam kehidupan sehari-hari dan bukan atas pandangan masyarakat pada umumnya.

Saya juga memberikan izin agar jawaban saya dapat digunakan sebagai data untuk penelitian

ilmiah ini.

Yogyakarta, .................................. 2017

Menyetujui,

........................................

(Tanda Tangan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

105

IDENTITAS RESPONDEN

Usia :

Jenis Kelamin : L/P (Lingkari salah satu yang sesuai)

Pekerjaan :

Sering melakukan aktivitas berbelanja produk fashion secara (lingkari salah satu yang sesuai):

a. Online

b. Offline

c. Online dan Offline

Pendapatan/uang saku per-bulan:

a. < Rp.1.000.000

b. Rp. 1.000.000 – Rp 3.000.000

c. Rp. 3.000.000 – Rp. 5.000.000

d. > Rp. 5.000.000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

106

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama

2. Tentukan pilihan jawaban yang sungguh-sungguh menggambarkan diri Anda yang

sebenarnya dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang meliputi:

SS (Sangat Setuju) : Apabila Anda merasa “SANGAT SESUAI” dengan diri Anda.

S (Setuju) : Apabila Anda merasa “SESUAI” dengan diri Anda.

TS (Tidak Setuju) : Apabila Anda merasa “TIDAK SESUAI” dengan diri Anda.

STS (Sangat Tidak Setuju) : Apabila Anda merasa “SANGAT TIDAK SESUAI”

dengan diri Anda.

3. Pada setiap pernyataan hanya dapat memilih satu jawaban. Tidak ada jawaban yang salah,

semua jawaban adalah benar. Hasil dari skala ini tidak akan mempengaruhi apapun yang

terkait dengan diri Anda. Kerahasiaan data dijamin dan hanya dapat diakses oleh peneliti

untuk kepentingan akademik.

4. Contoh pengisian

Pernyataan SS S TS STS

Saya suka membeli novel bertema persahabatan X

Jika Anda merasa jawaban Anda kurang mencerminkan diri Anda dan ingin

mengganti jawabannya, maka Anda dapat mengganti pilihan jawaban Anda dengan cara

memberikan tanda garis dua pada jawaban sebelumnya (=) kemudian memberikan

tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai.

Pernyataan SS S TS STS

Saya suka membeli novel bertema persahabatan X X

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

107

SKALA BAGIAN PERTAMA

Pastikan tidak ada jawaban yang terlewatkan! Selamat Mengerjakan!

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya mengagumi orang-orang yang memiliki

rumah, mobil dan pakaian yang mahal.

2. Beberapa pencapaian terpenting dalam hidup

saya adalah memiliki harta benda.

3.

Saya tidak terlalu menekankan jumlah materi

yang dimiliki oleh orang lain sebagai tanda

kesuksesan.

4. Barang-barang yang saya miliki menunjukkan

seberapa sukses hidup saya.

5. Saya suka memiliki barang-barang yang

mengesankan orang lain.

6. Saya tidak terlalu memperhatikan objek-objek

materi milik orang lain.

7. Saya biasanya hanya membeli barang yang

saya butuhkan.

8.

Saya mencoba membuat hidup saya sederhana,

sejauh mempertimbangkan barang-barang

yang saya miliki.

9. Barang-barang yang saya miliki tidak

seluruhnya penting bagi saya.

10. Saya menikmati membelanjakan uang untuk

hal-hal yang tidak praktis/berguna

11. Membeli barang-barang memberikan saya

banyak kesenangan.

12. Saya suka kemewahan dalam hidup saya.

13.

Saya tidak terlalu menekankan pada hal-hal

materi daripada kebanyakan orang yang saya

kenal.

14. Saya memiliki semua hal yang benar-benar

saya butuhkan untuk menikmati hidup.

15. Hidup saya akan lebih baik jika saya memiliki

barang-barang yang tidak saya miliki.

16. Saya belum tentu akan lebih bahagia jika saya

memiliki hal-hal yang lebih baik.

17. Saya akan lebih bahagia jika saya mampu

untuk membeli lebih banyak barang.

18.

Terkadang saya sedikit terganggu ketika saya

tidak mampu untuk membeli semua barang

yang saya suka.

Silahkan periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang terlewatkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

108

SKALA BAGIAN KEDUA

Pastikan tidak ada jawaban yang terlewatkan! Selamat Mengerjakan!

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya merasa senang ketika membeli produk

fashion yang saya inginkan.

2.

Saya membeli produk fashion, karena saya

menyukainya, bukan karena

membutuhkannya.

3. Saya bisa menahan keinginan untuk membeli

produk fashion yang menarik perhatian saya.

4.

Saya merasa menyesal telah membeli produk

fashion di luar kebutuhan saya dan sering tidak

bermanfaat.

5. Saya langsung membeli produk fashion yang

saya inginkan, ketika ada diskon.

6. Saya selalu membeli produk fashion sesuai

kebutuhan saya

7.

Saya biasanya berpikir hati-hati dalam

menentukan produk fashion yang akan saya

beli.

8.

Saya memutuskan untuk langsung membeli

produk fashion yang sedang diskon pada saat

itu juga.

9. Saya terbiasa membeli produk fashion sesuai

dengan perencanaan sebelumnya.

10.

Ketika saya memiliki uang, saya tidak dapat

menahan keinginan untuk menghabiskannya

membeli produk fashion.

11.

Saya bukan tipe orang yang suka membeli

produk fashion melebihi apa yang telah saya

rencanakan.

12.

Saya sering merasakan dorongan di dalam diri

saya untuk berbelanja produk fashion yang

saya sukai.

13. Saya tidak harus membeli produk fashion yang

saya sukai.

14. Saya tidak pernah merasa kecewa dengan

produk fashion yang telah saya beli.

15. Saya selalu mempertimbangkan manfaat dari

produk fashion yang akan saya beli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

109

16.

Saya memiliki keinginan yang kuat untuk

segera membeli produk fashion yang menarik

perhatian saya.

17.

Ketika membeli suatu produk fashion, saya

akan mempertimbangkan dengan matang

sebelum saya memutuskan untuk membelinya.

18.

Saya tidak pernah merasa bersalah karena telah

menghabiskan banyak uang untuk membeli

produk fashion yang tidak dibutuhkan.

19. Saya harus segera memiliki produk fashion

yang saya sukai.

20.

Ketika membeli produk fashion di luar

kebutuhan, saya selalu memikirkan

konsekuensi yang akan terjadi.

21.

Saya mampu menahan diri untuk tidak tergoda

dan langsung membeli produk fashion yang

saya sukai.

22.

Saya memutuskan membeli produk fashion

yang saya inginkan tanpa menyesuaikan

dengan kebutuhan saya.

23. Saya tidak pernah membuat perencanaan

ketika akan membeli produk fashion.

24. Saya tidak akan langsung membeli ketika saya

menemukan produk fashion yang saya sukai.

25.

Ketika saya memiliki uang, saya lebih suka

menabung uang saya daripada membeli produk

fashion yang saya inginkan.

26. Terkadang saya merasa bersalah setelah

membeli produk fashion tanpa pertimbangan.

27. Saya sering membeli produk fashion melebihi

apa yang telah saya rencanakan sebelumnya.

28. Saya hanya membeli produk fashion, ketika

saya benar-benar membutuhkan-nya.

29.

Saya tidak pernah berpikir dengan cermat

dalam menentukan produk fashion yang akan

saya beli.

30. Saya mengabaikan konsekuensi yang akan

terjadi setelah membeli produk fashion.

31.

Saya merasa sangat sedih ketika tidak

mendapatkan produk fashion yang ingin saya

beli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

110

Silahkan periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang terlewatkan.

TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terimakasih atas kontribusi Anda dalam membantu peneliti

menyelesaikan penyusunan skripsi. Peneliti tidak dapat memberikan imbalan apapun, namun

peneliti percaya bahwa saat kita membantu orang lain, maka bantuan juga akan datang saat kita

butuhkan. Sekali lagi, peneliti mengucapkan terimakasih atas bantuan Anda.

32.

Ketika melihat produk fashion yang menarik,

saya merasa biasa saja ketika tidak

membelinya.

33. Saya suka membeli produk fashion tanpa

berpikir panjang terlebih dahulu.

34. Saya senang membeli produk fashion yang

menarik walaupun tidak dibutuhkan.

35.

Saya mampu menunda untuk membeli produk

fashion yang saya inginkan, walaupun sedang

ada diskon.

36. Saya kurang suka membeli produk fashion

yang tidak saya butuhkan.

37. Saya terbiasa membeli produk fashion secara

spontan.

38. Saya merasa sangat gembira ketika melihat

produk fashion yang menarik.

39. Saya pikir produk fashion yang sedang diskon

tidak harus dibeli saat itu juga.

40. Saya tidak pernah mempertimbangkan dengan

matang produk fashion yang akan saya beli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

111

LAMPIRAN B Reliabilitas Skala Impusive Buying

pada Produk Fashion dan Seleksi Item

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

112

Reliabilitas Skala Impusive Buying pada Produk Fashion dan Seleksi Item

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 73 100.0

Excludeda 0 .0

Total 73 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.895 40

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

IB1 83.90 170.782 -.034 .898

IB2 84.64 162.427 .413 .892

IB3 85.42 162.248 .488 .892

IB4 84.36 170.260 -.015 .899

IB5 84.64 158.482 .491 .891

IB6 85.38 162.406 .493 .892

IB7 85.51 161.865 .526 .891

IB8 85.12 158.526 .600 .889

IB9 85.26 162.195 .417 .892

IB10 85.19 159.352 .508 .891

IB11 85.27 158.174 .668 .889

IB12 84.47 162.225 .386 .893

IB13 85.19 159.879 .494 .891

IB14 84.68 170.358 -.018 .899

IB15 85.37 161.903 .512 .891

IB16 84.63 158.931 .511 .891

IB17 85.51 163.003 .453 .892

IB18 84.00 179.722 -.452 .906

IB19 85.16 157.695 .711 .888

IB20 85.38 161.073 .603 .890

IB21 85.34 160.728 .653 .890

IB22 85.25 160.022 .616 .890

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

113

IB23 85.26 159.640 .574 .890

IB24 85.15 162.852 .484 .892

IB25 85.18 165.148 .283 .894

IB26 84.21 176.166 -.322 .903

IB27 84.93 157.592 .606 .889

IB28 85.25 159.994 .544 .890

IB29 85.14 159.037 .613 .889

IB30 85.16 157.528 .679 .888

IB31 84.53 183.141 -.554 .909

IB32 84.97 163.110 .402 .893

IB33 85.29 158.013 .670 .889

IB34 85.12 154.471 .732 .887

IB35 85.22 160.646 .507 .891

IB36 85.07 162.426 .447 .892

IB37 84.93 156.231 .586 .889

IB38 84.23 167.264 .141 .897

IB39 85.34 160.395 .527 .891

IB40 85.26 159.390 .588 .890

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

114

LAMPIRAN C Hasil Uji Reliabilitas Setelah Seleksi Item

Impulsive Buying pada Produk Fashion

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

115

Hasil Uji Reliabilitas Setelah Seleksi Item Impulsive Buying pada Produk

Fashion

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 73 100.0

Excludeda 0 .0

Total 73 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.929 26

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

IB2 51.16 124.917 .392 .929

IB3 51.95 123.941 .524 .927

IB5 51.16 121.584 .467 .928

IB7 52.03 124.694 .483 .927

IB8 51.64 121.566 .576 .926

IB10 51.71 121.680 .520 .927

IB11 51.79 120.888 .668 .925

IB12 50.99 123.903 .415 .928

IB15 51.89 124.099 .515 .927

IB16 51.15 120.213 .584 .926

IB19 51.68 120.024 .741 .924

IB20 51.90 123.227 .618 .926

IB21 51.86 122.787 .680 .925

IB22 51.77 122.126 .643 .925

IB25 51.70 126.658 .304 .930

IB27 51.45 120.334 .607 .925

IB28 51.77 122.709 .528 .927

IB29 51.66 122.201 .576 .926

IB30 51.68 120.274 .682 .924

IB32 51.49 124.198 .468 .927

IB33 51.81 120.463 .688 .924

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

116

IB34 51.64 116.677 .788 .922

IB35 51.74 122.640 .531 .927

IB36 51.59 124.745 .437 .928

IB37 51.45 119.529 .566 .926

IB40 51.78 121.812 .596 .926

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

117

LAMPIRAN D Hasil Uji Reliabilitas Skala

Materialisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

118

Hasil Uji Reliabilitas Skala Materialisme

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 73 100.0

Excludeda 0 .0

Total 73 100.0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.801 18

Item-Total Statistics

Scale Mean

if Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

M1 39.48 41.142 .509 .784

M2 39.30 44.297 .215 .803

M3 39.86 40.787 .575 .780

M4 39.66 42.034 .422 .790

M5 39.56 41.277 .525 .783

M6 39.70 40.936 .567 .780

M7 40.07 43.259 .325 .796

M8 40.04 43.012 .440 .789

M9 39.30 45.686 .100 .809

M10 39.82 42.037 .411 .790

M11 39.34 42.423 .414 .790

M12 39.60 40.771 .481 .785

M13 39.85 41.769 .583 .782

M14 39.85 45.880 .083 .809

M15 39.62 42.351 .459 .788

M16 39.67 44.668 .193 .804

M17 39.59 43.440 .274 .800

M18 39.45 42.390 .358 .794

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

119

LAMPIRAN E Skala Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

120

SKALA PENELITIAN

Sebagai bagian dalam Penyusunan Skripsi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh :

Yohana Kadek Dwiastuti

139114046

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

121

Yogyakarta, 6 Desember 2017

Kepada

Yth. Saudara/Saudari yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini

Dengan hormat,

Dengan ini saya:

Nama : Yohana Kadek Dwiastuti

Kontak : 085737164524 ([email protected])

Institusi : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir sebagai mahasiswa, maka peneliti

mohon kesediaan saudara/i membantu serta berpartisipasi untuk memberikan

tanggapan pada pernyataan-pernyataan yang telah peneliti susun dalam skala penelitian

ini.

Saat merespon pernyataan-pernyataan tersebut, saudara/i diharapkan dapat

mengisi dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan dan kondisi saudara/i dalam

kehidupan sehari-hari. Pada skala ini, tidak ada penilaian benar atau salah. Data yang

diberikan oleh saudara/i sangat terjaga kerahasiannya. Pada saat mengisi skala ini,

mohon untuk selalu memperhatikan petunjuk pengerjaan dan instruksi yang diberikan,

karena hasil dari pengisian skala ini akan digunakan untuk kepentingan akademik.

Peneliti mengucapkan terimakasih atas waktu dan kesediaan saudara/i untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini.

Hormat saya,

(Peneliti)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

122

PERNYATAAN KESEDIAAN

Dengan ini saya menyatakan kesediaan saya untuk mengisi skala ini tanpa adanya

paksaan ataupun tekanan dari pihak manapun. Saya bersedia mengisi skala ini dengan

sukarela, demi membantu terlaksananya penelitian ilmiah ini.

Semua respon yang saya berikan dalam skala ini, benar-benar mewakili apa yang

saya alami dalam kehidupan sehari-hari dan bukan atas pandangan masyarakat pada

umumnya. Saya juga memberikan izin agar jawaban saya dapat digunakan sebagai data

untuk penelitian ilmiah ini.

Yogyakarta, .................................. 2017

Menyetujui,

........................................

(Tanda Tangan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

123

IDENTITAS RESPONDEN

Usia :

Jenis Kelamin : L/P (Lingkari salah satu yang sesuai)

Pekerjaan :

Sering melakukan aktivitas berbelanja produk fashion secara (lingkari salah satu yang

sesuai):

a. Online

b. Offline

c. Online dan Offline

Pendapatan/uang saku per-bulan:

a. < Rp.1.000.000

b. Rp. 1.000.000 – Rp 3.000.000

c. Rp. 3.000.000 – Rp. 5.000.000

d. > Rp. 5.000.000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

124

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama

2. Tentukan pilihan jawaban yang sungguh-sungguh menggambarkan diri Anda yang

sebenarnya dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang

meliputi:

SS (Sangat Setuju) : Apabila Anda merasa “SANGAT SESUAI” dengan

diri Anda.

S (Setuju) : Apabila Anda merasa “SESUAI” dengan diri Anda.

TS (Tidak Setuju) : Apabila Anda merasa “TIDAK SESUAI” dengan

diri Anda.

STS (Sangat Tidak Setuju) : Apabila Anda merasa “SANGAT TIDAK SESUAI”

dengan diri Anda.

3. Pada setiap pernyataan hanya dapat memilih satu jawaban. Tidak ada jawaban

yang salah, semua jawaban adalah benar. Hasil dari skala ini tidak akan

mempengaruhi apapun yang terkait dengan diri Anda. Kerahasiaan data dijamin

dan hanya dapat diakses oleh peneliti untuk kepentingan akademik.

4. Contoh pengisian

Pernyataan SS S TS STS

Saya suka membeli novel bertema

persahabatan

X

Jika Anda merasa jawaban Anda kurang mencerminkan diri Anda dan ingin

mengganti jawabannya, maka Anda dapat mengganti pilihan jawaban Anda

dengan cara memberikan tanda garis dua pada jawaban sebelumnya (=)

kemudian memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai.

Pernyataan

SS S TS STS

Saya suka membeli novel bertema

persahabatan

X X

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

125

SKALA BAGIAN PERTAMA

Pastikan tidak ada jawaban yang terlewatkan! Selamat Mengerjakan!

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya mengagumi orang-orang yang memiliki

rumah, mobil dan pakaian yang mahal.

2. Beberapa pencapaian terpenting dalam hidup

saya adalah memiliki harta benda.

3.

Saya tidak terlalu menekankan jumlah materi

yang dimiliki oleh orang lain sebagai tanda

kesuksesan.

4. Barang-barang yang saya miliki

menunjukkan seberapa sukses hidup saya.

5. Saya suka memiliki barang-barang yang

mengesankan orang lain.

6. Saya tidak terlalu memperhatikan objek-

objek materi milik orang lain.

7. Saya biasanya hanya membeli barang yang

saya butuhkan.

8.

Saya mencoba membuat hidup saya

sederhana, sejauh mempertimbangkan

barang-barang yang saya miliki.

9. Barang-barang yang saya miliki tidak

seluruhnya penting bagi saya.

10. Saya menikmati membelanjakan uang untuk

hal-hal yang tidak praktis/berguna

11. Membeli barang-barang memberikan saya

banyak kesenangan.

12. Saya suka kemewahan dalam hidup saya.

13.

Saya tidak terlalu menekankan pada hal-hal

materi daripada kebanyakan orang yang saya

kenal.

14. Saya memiliki semua hal yang benar-benar

saya butuhkan untuk menikmati hidup.

15.

Hidup saya akan lebih baik jika saya

memiliki barang-barang yang tidak saya

miliki.

16. Saya belum tentu akan lebih bahagia jika

saya memiliki hal-hal yang lebih baik.

17. Saya akan lebih bahagia jika saya mampu

untuk membeli lebih banyak barang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

126

18.

Terkadang saya sedikit terganggu ketika saya

tidak mampu untuk membeli semua barang

yang saya suka.

Silahkan periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang terlewatkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

127

SKALA BAGIAN KEDUA

Pastikan tidak ada jawaban yang terlewatkan! Selamat Mengerjakan!

No. Pernyataan SS S TS STS

1 Saya sering membeli produk fashion

melebihi apa yang telah saya rencanakan

sebelumnya.

2 Saya memiliki keinginan yang kuat untuk

segera membeli produk fashion yang

menarik perhatian saya.

3 Ketika saya memiliki uang, saya lebih

suka menabung uang saya daripada

membeli produk fashion yang saya

inginkan.

4 Saya bukan tipe orang yang suka membeli

produk fashion melebihi apa yang telah

saya rencanakan.

5 Ketika melihat produk fashion yang

menarik, saya merasa biasa saja ketika

tidak membelinya.

6 Saya mengabaikan konsekuensi yang akan

terjadi setelah membeli produk fashion.

7 Ketika saya memiliki uang, saya tidak

dapat menahan keinginan untuk

menghabiskannya membeli produk

fashion.

8 Ketika membeli produk fashion di luar

kebutuhan, saya selalu memikirkan

konsekuensi yang akan terjadi.

9 Saya terbiasa membeli produk fashion

secara spontan.

10 Saya kurang suka membeli produk fashion

yang tidak saya butuhkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

128

11 Saya membeli produk fashion, karena

saya menyukainya, bukan karena

membutuhkannya.

12 Saya memutuskan membeli produk

fashion yang saya inginkan tanpa

menyesuaikan dengan kebutuhan saya.

13 Saya tidak pernah mempertimbangkan

dengan matang produk fashion yang akan

saya beli.

14 Saya bisa menahan keinginan untuk

membeli produk fashion yang menarik

perhatian saya.

15 Saya langsung membeli produk fashion

yang saya inginkan, ketika ada diskon.

16 Saya selalu mempertimbangkan manfaat

dari produk fashion yang akan saya beli.

17 Saya mampu menahan diri untuk tidak

tergoda dan langsung membeli produk

fashion yang saya sukai.

18 Saya biasanya berpikir hati-hati dalam

menentukan produk fashion yang akan

saya beli.

19 Saya senang membeli produk fashion

yang menarik walaupun tidak dibutuhkan.

20 Saya mampu menunda untuk membeli

produk fashion yang saya inginkan,

walaupun sedang ada diskon.

21 Saya tidak pernah berpikir dengan cermat

dalam menentukan produk fashion yang

akan saya beli.

22 Saya suka membeli produk fashion tanpa

berpikir panjang terlebih dahulu.

23 Saya hanya membeli produk fashion,

ketika saya benar-benar

membutuhkannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

129

Silahkan periksa kembali jawaban Anda, jangan sampai ada yang terlewatkan.

TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terimakasih atas kontribusi Anda dalam membantu peneliti

menyelesaikan penyusunan skripsi. Peneliti tidak dapat memberikan imbalan apapun,

namun peneliti percaya bahwa saat kita membantu orang lain, maka bantuan juga akan

datang saat kita butuhkan. Sekali lagi, peneliti mengucapkan terimakasih atas bantuan

Anda.

24 Saya sering merasakan dorongan di dalam

diri saya untuk berbelanja produk fashion

yang saya sukai.

25 Saya harus segera memiliki produk

fashion yang saya sukai.

26 Saya memutuskan untuk langsung

membeli produk fashion yang sedang

diskon pada saat itu juga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

130

LAMPIRAN F Hasil Uji t Mean Teoritis

dan Mean Empiris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

131

Hasil Uji t Mean Teoritis dan Mean Empiris

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Materialisme 283 39.54 6.196 .368

One-Sample Test

Test Value = 45

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Materialisme -14.822 282 .000 -5.459 -6.18 -4.73

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kecenderungan Impulsive

Buying 283 55.48 10.433 .620

One-Sample Test

Test Value = 65

t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Kecenderungan

Impulsive Buying -15.343 282 .000 -9.516 -10.74 -8.30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

132

LAMPIRAN G Hasil Uji Normalitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

133

Hasil Uji Normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova

Statistic df Sig.

Kecenderungan Impulsive

Buying .072 283 .001

Materialisme .065 283 .005

a. Lilliefors Significance Correction

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

134

LAMPIRAN H Hasil Uji Linearitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

135

Hasil Uji Linearitas

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Kecenderung

an Impulsive

Buying *

Materialisme

Betwee

n

Groups

(Combined) 11105.374 32 347.043 4.429 .000

Linearity 6112.637 1

6112.63

7

78.00

2 .000

Deviation

from

Linearity

4992.737 31 161.056 2.055 .001

Within Groups 19591.305 250 78.365

Total 30696.678 282

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

136

LAMPIRAN I Hasil Uji Hipotesis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

137

Hasil Uji Hipotesis

Correlations

Kecenderungan

Impulsive Buying Materialisme

Spearman's rho Kecenderungan

Impulsive Buying

Correlation

Coefficient 1.000 .367**

Sig. (1-

tailed) . .000

N 283 283

Materialisme Correlation

Coefficient .367** 1.000

Sig. (1-

tailed) .000 .

N 283 283

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

138

LAMPIRAN J Izin dari Peneliti Skala

Materialisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

139

Izin dari Peneliti Skala Materialisme

dwiastuti yohana <[email protected]> 1 November 2017 20.31

Kepada: [email protected]

Dear Mr./Mrs. Richins

Hello, my name is Yohana. I'm writing a thesis about Relationship between

Materialism and Impulsive Buying of Early Adult Consumers on Fashion

Products.

Mr./Mrs. Richins, I want to ask permission to adapted your scale which in the

journal entitled "A Consumer Values Orientation for Materialism and Its

Measurement: Scale Development and Validation as a publised in Journal of

Consumer Research, 1992, Vol 19 for the purpose of my thesis.

Thank you very much for your kind attention. I hope we could have a good

communication

Sincerely yours,

Yohana Kadek Dwiastuti

Faculty of Psychology, Sanata Dharma University, Yogyakarta, Indonesia..

Richins, Marsha L. <[email protected]> 3 November 2017 20.47

Kepada: dwiastuti yohana <[email protected]>

Yes, you may use that measure in your research. The attached information may

be useful. Please don’t ask me for more information, as that is all I have besides

what’s been published in journal articles.

MVS.doc 41K

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

140

LAMPIRAN K Surat Keterangan Penerjemahan

Skala Materialisme ke dalam

Bahasa Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

141

Surat Keterangan Penerjemahan Skala Materialisme ke dalam Bahasa

Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

142

LAMPIRAN L Surat Keterangan Penerjemahan

Skala Materialisme ke dalam

Bahasa Inggris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

Surat Keterangan Penerjemahan Skala Materialisme ke dalam Bahasa Inggris

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN …repository.usd.ac.id/16348/2/139114046_full.pdf · i HUBUNGAN ANTARA MATERIALISME DAN KECENDERUNGAN IMPULSIVE BUYING KONSUMEN DEWASA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI