hubungan antara konformitas dalam media sosial dan ...signifikan antara konformitas dalam media...
TRANSCRIPT
Hubungan antara Konformitas dalam Media Sosial dan Persepsi Tubuh
pada Remaja di Sekolah Homogen Perempuan di Yogyakarta
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Bayu Indrarini
139114096
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
Work hard in silence.
Let your success be your noise. -Frank Ocean-
One day you will thank yourself
for never giving up. -unknown-
Nikmati saja setiap “hadiah-Nya” -Penulis-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Yesus Kristus Juru Selamatku
Semesta
Keluargaku tercinta
Orang-orang yang ku sayang
Diriku sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DALAM MEDIA SOSIAL
DAN PERSEPSI TUBUH PADA REMAJA DI SEKOLAH
HOMOGEN PEREMPUAN DI YOGYAKARTA
Bayu Indrarini
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara konformitas dalam media
sosial dan persepsi tubuh remaja perempuan. Hipotesis penelitian ini adalah
terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara konformitas dalam media
sosial dan persepsi tubuh pada remaja perempuan. Partisipan dalam penelitian ini
berjumlah 246 remaja yang berusia 13-21 tahun dan sedang bersekolah di sekolah
homogen perempuan di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan teknik
convenience sampling sebagai metode pemilihan partisipan. Alat pengumpulan
data yang peneliti gunakan adalah skala konformitas dalam media sosial yang
terdiri dari 34 item dengan koefisien reliabilitas 0.932 dan skala persepsi tubuh
yang terdiri dari 37 item dengan koefisien reliabilitas 0.852. Uji hipotesis
menggunakan analisis non parametrik spearman’s rho dan menghasilkan koefisien
korelasi 0.089 dengan nilai signifikansi 0.082. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa hipotesis awal dari penelitian ini ditolak atau tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara konformitas dalam media sosial dan persepsi tubuh pada remaja
di sekolah homogen perempuan di Yogyakarta. Faktor usia, sosiokultural, norma
sosial, dan keinginan individuasi merupakan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
Kata kunci: konformitas, persepsi tubuh, remaja, sekolah homogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
THE CORRELATION BETWEEN CONFORMITY IN SOCIAL MEDIA
AND BODY IMAGE ON ADOLESCENT AT GIRL’S
HOMOGENEOUS SCHOOL IN YOGYAKARTA
Bayu Indrarini
ABSTRACT
This research aims to see the correlation between conformity in social media and
body image in adolescent girls. The hypothesis of this study is that there is a
negative and significant relation between conformity in social media and body
image in adolescent girls. Participants in this research are 246 adolescent girls
aged 13-21 years old who are currently studying in homogeneous school in
Yogyakarta. This research used convenience sampling technique as a method to
select participant. Researcher used conformity in media social scale and body
image scale to collect the data. Conformity in social media scale consists of 34
items, it has 0.932 reliability coefficient and body image scale consists of 37 items
with 0.852 reliability coefficient. The hypothesis uses Spearman’s rho non
parametric test analysis and produces 0.089 correlation coefficient with 0.082
significant value. The data analysis result shows that the initial hypothesis of this
study is rejected or there is no significant relationship between conformity in
social media and body image in adolescent at girl’s homogeneous school in
Yogyakarta. Age, sociocultural, social norms, and individuation desire are factors
that can influence the result of research.
Keyword: adolescence, body image, conformity, girl’s homogeneous school
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus yang selalu
membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas
penyertaan-Mu dalam setiap usaha penulis sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Bagi penulis, penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan antara
Konformitas dalam Media Sosial dan Persepsi Tubuh pada Remaja di Sekolah
Homogen Perempuan di Yogyakarta” ini merupakan suatu tantangan. Walaupun
tidak mudah, tetapi peneliti berhasil menyelesaikannya. Penulis juga menyadari
bahwa proses penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dr. Titik Kristiyani M.Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma.
2. Monica Eviandaru Madyaningrum Ph.D., selaku Kepala Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. P. Henrietta P.D.A.D.S, S.Psi., M.A., selaku Wakil Kepala Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
4. Edward Theodorus M.App.Psy., selaku dosen pembimbing skripsi. Terima
kasih atas kesediaan dan kesabaran bapak dalam membimbing dan
memberikan masukan selama proses pengerjaan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
5. Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Diana Permata Sari, S.Psi., M.Sc., selaku
dosen penguji. Terima kasih atas waktu yang telah ibu luangkan untuk
menguji dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
6. Timotius Maria Raditya Hernawa M.Psi., selaku Dosen Pembimbing
Akademik dan kepala Pusat Pelayanan Tes dan Konsultasi Psikologi
(P2TKP) Sanata Dharma. Terima kasih atas bimbingan dan kepercayaan
bapak selama ini.
7. Prof. Dr. Augustinus Supratiknya, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
Terima kasih atas bimbingan dan bantuan bapak selama beberapa semester
terakhir ini.
8. Dr. Yohannes Babtista Cahya Widiyanto M.Si., yang telah memberikan
kesempatan dan kepercayaan kepada penulis untuk belajar dan
berkembang di P2TKP. Terima kasih atas bimbingan serta ilmu yang
diberikan.
9. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima
kasih atas segala bimbingan dan pembelajaran selama proses perkuliahan.
10. Segenap Karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Terkhusus kepada Bu Nanik, Pak Sidiq, Mas Gandung, dan Mas Muji.
Terima kasih banyak atas bantuan dalam segala hal yang berkaitan dengan
administrasi dan urusan laboratorium.
11. Tidak Lupa untuk Pak Gik, yang selama penulis kuliah sampai beliau
pensiun dengan senang hati selalu menawarkan membukakan lift dengan
kartu identitas beliau saat penulis kuliah jam 7 pagi di lantai 4. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
untuk Pak Boni, terima kasih atas bantuan bapak berkaitan dengan sarana
dan prasarana selama penulis bertugas di P2TKP.
12. Kepada Ibu Eny dan Bapak Darmanto, kedua orang tua tercinta yang
selalu memberikan kepercayaan, dukungan, dan pengertian kepada saya
sehingga saya jarang mendengar pertanyaan “Kapan lulus?” dari beliau
berdua. Hal tersebut membuat penulis cukup tenang. Terima kasih.
13. Kepada Mas Sinung, yang selalu gengsi untuk menunjukkan perhatian
kepada adiknya. I know you love me hehehe.
14. Kepada Mas Angga yang selalu mau direpoti untuk membantu saya
mengurus ini itu. Terima kasih atas dukungannya, maaf merepotkan.
15. Kepada rekan kerja serasa keluarga saya di P2TKP yang sangat banyak
jika disebutkan satu persatu. Terima kasih atas dinamika selama dua tahun
ini, senang mengenal kalian. Untuk adik-adikku yang masih bertugas,
semangat ya.
16. Untuk Dea Ruth, Maria Ika, Liliani Luky, Dewi Ayu, Pancaring, Koleta
Acintya, Age Tiara, Andreas, Theresia Wira, dan Robertus Doni. Terima
kasih atas semangat yang kalian berikan. Sukses selalu. See you on top.
17. Untuk teman-teman satu bimbingan, terima kasih atas keseruannya saat
ambil undian untuk bimbingan. Memang ngeri-ngeri sedap kok kalau
ambil undian hari ini dan sorenya langsung bimbingan. Semangat nyekrip,
jangan kasih kendor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
18. Untuk teman-teman Psikologi 2013, khususnya kelas B terima kasih atas
dinamika saat proses perkuliahan. Sukses terus untuk kalian di mana pun
kalian berada.
19. Untuk semua pihak yang telah berperan dan membantu dalam pengerjaan
skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
doa dan dukungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Pengantar ....................................................................................................... 1
B. Latar Belakang ............................................................................................... 4
C. Rumusan Permasalahan ............................................................................... 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
D. Ruang Lingkup ............................................................................................ 22
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 22
F. Pertanyaan Penelitian................................................................................... 22
G. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 23
1. Bagi Orang tua ........................................................................................ 23
2. Bagi Guru, dan Dinas Pendidikan ........................................................... 23
3. Bagi Ilmuwan dan Praktisi Psikologi ...................................................... 24
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 25
A. Pengantar ..................................................................................................... 25
B. Remaja Siswi Sekolah Homogen ................................................................ 26
1. Perspektif Perkembangan........................................................................ 26
2. Perspektif Sosial...................................................................................... 28
3. Remaja Siswi Sekolah Homogen ............................................................ 29
C. Persepsi Tubuh ............................................................................................. 31
1. Definisi Persepsi Tubuh .......................................................................... 31
2. Aspek-Aspek Persepsi Tubuh ................................................................. 32
3. Faktor-faktor Persepsi Tubuh .................................................................. 36
4. Proses dan Dampak ................................................................................. 39
D. Persepsi Tubuh Remaja Siswi Sekolah Homogen ....................................... 42
E. Konformitas ................................................................................................. 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Definisi Konformitas .............................................................................. 45
2. Aspek-aspek Konformitas ....................................................................... 46
3. Faktor-faktor Konformitas ...................................................................... 50
4. Proses dan Dampak ................................................................................. 53
F. Konformitas Remaja Siswi Sekolah Homogen ........................................... 55
G. Hubungan Antara Konformitas dan Persepsi Tubuh Remaja Siswi Sekolah
Homogen ........................................................................................................... 56
H. Kerangka Konseptual................................................................................... 58
I. Hipotesis ...................................................................................................... 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 62
A. Pengantar ..................................................................................................... 62
B. Rancangan Penelitian................................................................................... 62
C. Partisipan ..................................................................................................... 63
1. Populasi ................................................................................................... 63
2. Sampel..................................................................................................... 64
D. Identifikasi dan Definisi Variabel Penelitian ............................................... 64
1. Identifikasi Variabel ................................................................................ 64
2. Definisi Operasional ............................................................................... 65
E. Prosedur Pelaksanaan .................................................................................. 67
F. Pengumpulan Data ....................................................................................... 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
1. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 69
2. Alat Pengumpulan Data .......................................................................... 69
G. Validitas dan Reliabilitas ............................................................................. 78
1. Validitas Skala ......................................................................................... 78
2. Reliabilitas Skala .................................................................................... 79
3. Daya Diskriminasi Item .......................................................................... 81
H. Metode Dan Teknik Analisis Data ............................................................... 84
1. Uji Asumsi .............................................................................................. 84
2. Uji Hipotesis ........................................................................................... 85
I. Pertimbangan Etis ........................................................................................ 85
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 88
A. Pengantar ..................................................................................................... 88
B. Hasil Penelitian ............................................................................................ 88
1. Deskripsi Partisipan Penelitian ............................................................... 88
2. Uji Normalitas ......................................................................................... 90
3. Uji Linearitas .......................................................................................... 91
4. Deskripsi Data Penelitian ........................................................................ 92
5. Uji Hipotesis ........................................................................................... 93
C. Analisis Tambahan ....................................................................................... 94
D. Pembahasan ................................................................................................. 96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 100
A. Kesimpulan ................................................................................................ 100
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 101
C. Saran .......................................................................................................... 103
1. Bagi Remaja .......................................................................................... 103
2. Bagi Orang Tua ..................................................................................... 104
3. Bagi Guru Bimbingan Konseling, dan Dinas Pendidikan .................... 104
4. Bagi komunitas Ilmuwan Psikologi ...................................................... 105
D. Komentar Penutup ..................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 107
LAMPIRAN ......................................................................................................... 113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penskoran Skala Konformitas ................................................................... 70
Tabel 2 Blue print Skala Konformitas .................................................................... 71
Tabel 3 Sebaran Item Skala Konformitas untuk Uji Coba ..................................... 73
Tabel 4 Tabel Penskoran Skala Persepsi tubuh ...................................................... 74
Tabel 5 Blue print Skala Persepsi Tubuh ............................................................... 75
Tabel 6 Sebaran Item Skala Persepsi Tubuh untuk Uji Coba ................................. 77
Tabel 7 Reliabilitas skala Konformitas .................................................................. 80
Tabel 8 Reliabilitas skala Persepsi tubuh ............................................................... 80
Tabel 9 Sebaran Item Skala Konformitas Setelah Seleksi Item ............................. 82
Tabel 10 Sebaran Item Skala Persepsi tubuh Setelah seleksi item......................... 83
Tabel 11 Rentang Usia Partisipan .......................................................................... 89
Tabel 12 Asal Sekolah Partisipan ........................................................................... 89
Tabel 13 Hasil Uji Normalitas Residu ................................................................... 90
Tabel 14 Hasil Uji Linearitas Data Penelitian ........................................................ 91
Tabel 15 Hasil Pengukuran Deskripsi Variabel Konformitas dan Persepsi tubuh . 92
Tabel 16 Uji Hipotesis Data Penelitian .................................................................. 93
Tabel 17 Kategorisasi Konformitas Berdasarkan Mean Empiris ........................... 94
Tabel 18 Pembagian Kategori berdasarkan Skala Konformitas ............................. 94
Tabel 19 Kategorisasi Persepsi Tubuh Berdasarkan Mean Empiris ....................... 95
Tabel 20 Pembagian Kategori berdasarkan Skala Persepsi tubuh ......................... 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Hubungan antara Konformitas dalam Media Sosial dan Persepsi Tubuh
Remaja Siswi Sekolah Homogen……………………………..………61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Reliabilitas Skala Penelitian ............................................................. 114
Lampiran 2 Uji Normalitas dan Linearitas........................................................... 118
Lampiran 3 Uji T ................................................................................................. 119
Lampiran 4 Kategorisasi Partisipan .................................................................. 120
Lampiran 5 Google form online ......................................................................... 121
Lampiran 6 Informed Concent ........................................................................... 122
Lampiran 7 Item Skala Penelitiam ...................................................................... 125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
Penelitian ini membahas mengenai persepsi remaja perempuan terhadap
tubuh mereka, khususnya pada siswi sekolah homogen di Yogyakarta. Ada empat
alasan yang mendasari peneliti mengambil topik tersebut, yaitu; 1) peneliti merasa
prihatin dan penasaran ketika melihat remaja yang berdandan layaknya orang
dewasa sehingga terkesan membuang waktu, 2) peneliti merasa kagum pada
remaja yang berdandan apa adanya tetapi memiliki banyak prestasi, 3) peneliti
merasakan pergulatan yang serupa dengan remaja perempuan tersebut mengenai
penilaian akan penampilan fisik, 4) penelitian ini merupakan usaha dari peneliti
untuk mengurangi rasa prihatin serta memuaskan rasa ingin tahu mengenai
penilaian remaja perempuan terhadap tubuhnya. Yang pertama, peneliti merasa
prihatin ketika melihat perempuan yang masih berusia remaja berdandan secara
berlebihan dan terlihat jauh lebih tua dari usia aslinya. Selain itu, ada pula
beberapa remaja yang sengaja menggunakan baju-baju ketat dan mini hanya untuk
mengikuti tren yang sedang berlangsung. Peneliti menganggap bahwa
berpenampilan secara berlebihan tersebut merugikan bagi remaja karena akan
membuang waktu dan juga uang jajan yang diberikan orang tua. Saat ini banyak
bermunculan kabar mengenai remaja yang memaksakan diri baik dari segi waktu
bahkan finansial hanya untuk berdandan agar memiliki penampilan yang dianggap
kekinian. Waktu dan juga dana yang remaja perempuan keluarkan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
berdandan sebenarnya dapat digunakan untuk mengembangkan bakatnya, selain
itu uang yang biasa digunakan untuk membeli make up dapat juga digunakan
untuk menyalurkan hobinya.
Kedua, peneliti merasa kagum dan cenderung menilai positif para remaja
perempuan yang berdandan sesuai dengan kenyamanan dirinya. Tidak semua
remaja perempuan merasa nyaman menggunakan make up dan berdandan
berlebihan. Ada beberapa remaja perempuan yang lebih nyaman ketika ia
berpenampilan sederhana seakan tidak memakai make up, mengenakan pakaian
santai, dan tidak mengikuti tren yang sedang berlangsung. Walaupun
berpenampilan tidak serupa dengan tren fashion kekinian, beberapa teman peneliti
tersebut memiliki prestasi menonjol di bidang akademik dan/atau olahraga. Dari
perbincangan peneliti dengan beberapa teman, terungkap bahwa mereka merasa
waktu yang digunakan untuk berdandan dapat mereka gunakan untuk kegiatan
lain yang lebih bermanfaat dan dapat mengasah kemampuan mereka. Hal tersebut
yang membuat peneliti kagum pada remaja perempuan yang berani tampil apa
adanya namun memiliki prestasi yang menonjol.
Ketiga, pergulatan remaja perempuan dengan bentuk tubuh dan
penampilan juga dirasakan oleh peneliti. Sebagai seorang perempuan, peneliti
juga pernah merasa kurang puas dengan bentuk tubuh yang dimiliki dan terkadang
membuat peneliti merasa kebingungan ketika menentukan riasan dan busana yang
cocok. Peneliti juga beberapa kali mengikuti anjuran diet untuk mengurangi berat
badan agar dapat dinilai memiliki tubuh yang ideal. Rasa tidak percaya diri
muncul ketika peneliti mencoba baju-baju di sebuah toko baju dan kebanyakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
baju yang peneliti coba ternyata tidak cocok dan beberapa tidak cukup untuk
peneliti kenakan. Saat itu peneliti berpikir bahwa peneliti memiliki bentuk tubuh
yang tidak ideal karena tidak sesuai dengan ukuran baju-baju yang dijual di toko
tersebut. Selain itu, pernyataan dari orang-orang di sekitar peneliti mengenai
bentuk tubuh peneliti saat ini juga membuat peneliti semakin tidak percaya diri.
Ketertarikan untuk mendalami tentang persepsi tubuh menjadi salah satu alasan
peneliti untuk melakukan penelitian ini.
Dan yang keempat, peneliti berusaha untuk mengurangi rasa prihatin serta
memuaskan rasa ingin tahu mengenai remaja perempuan yang berdandan secara
berlebihan. Sebagai mahasiswa psikologi peneliti dapat memaparkan proses dan
dampak pada remaja perempuan ketika menilai tubuhnya berdasarkan literatur
yang ada. Peneliti ingin melihat apakah remaja perempuan pada saat ini hanya
mengikuti temannya dalam hal penampilan atau mereka sudah berdandan dan
berpenampilan sesuai dengan kenyamanannya. Peneliti mencoba untuk
mengetahui perilaku seorang remaja perempuan ketika mengikuti suatu tren
terutama dalam hal fashion melalui skala yang peneliti buat. Selain itu, remaja
diharapkan dapat melakukan refleksi pribadi dengan mengacu pada hasil
penelitian ini sehingga remaja perempuan dapat melihat dan memperkirakan
dalam kategori mana ia menilai tubuhnya, apakah rendah, sedang, atau tinggi.
Dari empat hal yang sudah peneliti jelaskan di atas, dapat dilihat bahwa
peneliti memiliki ketertarikan akan persepsi tubuh remaja perempuan. Peneliti
juga menggunakan penelitian ini sebagai wadah untuk memberikan informasi
mengenai persepsi tubuh pada remaja perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Setelah menerangkan ketertarikan pribadi peneliti, pada bagian selanjutnya
dari bab ini akan dipaparkan berbagai informasi terkait hal-hal yang mendasari
penelitian dan kejelasan mengenai batasan-batasan penelitian ini. Pemaparan
dimulai dari latar belakang, rumusan permasalahan, dan pertanyaan penelitian.
B. Latar Belakang
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan fenomena-fenomena yang
terjadi di masyarakat berkaitan dengan kepuasan terhadap tubuh. Peneliti akan
membahas mengenai fenomena remaja yang menggunakan make up secara
berlebihan, mengenakan seragam ketat, dan bahkan melakukan operasi plastik.
Akhir-akhir ini muncul fenomena baru yang beredar di media sosial, yaitu potret
remaja perempuan usia Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mengenakan rok
dan seragam ketat lalu berpose seakan menunjukkan lekuk tubuhnya (Aladhi,
2016; Wirman, 2016). Seperti yang disampaikan oleh Wirman (2016) di kota
Bogor masih banyak siswa yang mengenakan seragam tidak sesuai dengan
peraturan sekolah. Hal tersebut membuat pihak sekolah terutama guru Bimbingan
dan Konseling kewalahan untuk menegur siswa-siswinya. Fenomena yang muncul
seakan menjadi tren di kalangan pelajar. Prasetya (2013) mengatakan bahwa
tayangan media yang dilihat oleh remaja akan menimbulkan rasa penasaran yang
besar, remaja yang cenderung ingin mencoba dan melakukan apa yang ia lihat
agar disebut sebagai remaja kekinian. Wirman (2016) juga mengatakan bahwa
pembina OSIS SMA di Bogor tersebut telah mencoba untuk menegur, akan tetapi
siswa-siswinya tetap mengenakan seragam yang tidak sesuai dengan peraturan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sekolahnya. Lebih parahnya, ternyata siswa maupun siswi di sekolah tersebut rela
membawa dua seragam sekolah untuk menghindari teguran gurunya.
Tidak hanya berseragam ketat saja, tetapi remaja perempuan juga sudah
mulai belajar menggunakan make up. Menurut Asrianti (2018) perilaku berdandan
merupakan salah satu indikasi bahwa seorang perempuan memiliki penilaian dan
ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Berdasarkan situs gaya hidup Nuyoo, 66% dari
852 perempuan muda mulai memakai kosmetik antara usia 13 sampai 15 tahun.
Sementara 11% lainnya mulai berias antara umur 10 sampai 12 tahun (Asrianti,
2018). Remaja menghabiskan waktunya kurang lebih satu jam untuk berdandan
(Gentina, Palan, & Fosse-Gomez, 2012). Selain waktu yang cukup banyak
terbuang, ternyata remaja perempuan juga mengeluarkan uang yang lumayan
banyak untuk merias dirinya. ZAP Clinic bersama MarkPlus melakukan survei
dan menunjukkan hasil bahwa perempuan yang memasuki usia 18 tahun, dalam
sebulan remaja akan menghabiskan uang kurang dari 1 juta rupiah untuk
berbelanja kebutuhan sehari-hari. Menariknya, 40% dari uang belanja bulanan
tersebut digunakan untuk membeli produk fashion dan kecantikan. Biasanya,
biaya yang mereka habiskan adalah sebesar Rp. 200.000,- hingga Rp. 399.000,-
(Dimara, 2018).
Featherstone (1999 dalam Grogan, 2008) yang mengatakan bahwa ada
peningkatan besar dalam praktik modifikasi tubuh atau dalam hal ini termasuk
penyisipan implan, branding, tattoo, dan tindik. Hal tersebut dikonfirmasi dengan
berita yang cukup mengagetkan dari seorang remaja perempuan asal
Middlesbrough, North Yorkshire yang rela mengeluarkan uang senilai 15 ribu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
poundsterling atau sekitar 279 juta rupiah untuk mengubah dirinya menjadi seperti
artis idolanya (Siahaan, 2018). Di tempat lain yaitu Praha, Republik Ceko ada
pula seorang gadis yang menghabiskan uang sekitar seribu poundsterling atau
setara 19 juta rupiah dalam sebulan untuk melakukan operasi plastik agar dirinya
terlihat seperti boneka barbie (Ambar, 2018).
Selain itu, American Academy of Plastic Facial and Reconstructive
Surgery (AAFPRS) menemukan bahwa tekanan untuk menampilkan hasil swafoto
yang sempurna di media sosial, membuat permintaan operasi plastik semakin
meningkat (Ardina, 2017). Alasan para pasien melakukan operasi plastik adalah
agar tampak sempurna ketika melakukan swafoto, dan pantas diunggah di
Instagram, Snapchat maupun Facebook. American Society of Plastic Surgeons
menunjukkan semakin banyak orang dewasa muda di bawah usia 30 tahun dan
remaja yang memilih untuk melakukan koreksi estetika seperti pembesaran
payudara, sedot lemak, pengecilan perut, suntik botoks, sampai pengencangan
wajah. Kebanyakan pasien semakin merasa mantap untuk melakukan operasi
plastik karena telah mendapatkan banyak informasi dan berkonsultasi dengan
temannya melalui media sosial (Ardina, 2017).
Remaja rela menghabiskan waktu dan uang agar dirinya terlihat lebih
menarik dan sesuai dengan harapannya mengenai penilaian bentuk tubuh ideal.
Dalam harian kompas online dikatakan bahwa telah dilaksanakan sebuah riset
mengenai pandangan cantik pada awal bulan Mei 2017 lalu di 11 kota besar di
Indonesia yang meliputi Medan, Jabodetabek, Bandung, Semarang, Surabaya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Denpasar dan Makassar. Riset pemasaran ini dilakukan oleh Sigma Research
terhadap 1200 responden wanita yang memiliki rentang usia 15-55 tahun. Dari
hasil riset dapat diketahui bahwa 40% responden mendefinisikan kecantikan
berdasarkan kondisi fisik, 14.8% mendefinisikan kecantikan berdasarkan
kepribadian yang menarik, sedangkan yang menganggap perilaku ramah sebagai
tolok ukur cantik hanya 9.5%. Sementara kemampuan intelektual sepertinya tidak
terlalu dianggap sebagai salah satu sifat yang menentukan definisi cantik, karena
yang menganggap orang cerdas sebagai orang cantik hanya 6.1% (Lemmung,
dalam Wisnubrata 2017). Hal tersebut diperkuat dengan pesan di media yang
mengatakan bahwa seorang wanita cantik ketika memiliki tubuh yang kurus,
berkulit putih, gigi rapi, dan juga rambut yang mengkilap (Matlin, 2012). Oleh
karena itu, bukanlah suatu hal yang mengherankan apabila seorang remaja
perempuan mulai belajar merawat dirinya agar terlihat lebih menarik menurut
lingkungan sosialnya. Dari contoh-contoh tersebut dapat disimpulkan bahwa
remaja sangat dekat dengan media khususnya media sosial. Suatu keinginan untuk
tampil sempurna dan ditunjang dengan lengkapnya informasi yang disediakan
oleh media maka menguatlah keinginan untuk mempercantik diri meskipun harus
mengeluarkan banyak biaya.
Akan tetapi, jika remaja kurang mendapatkan pendampingan maka akan
timbul berbagai persoalan seperti yang dikatakan Rully (2017) mengenai seorang
remaja usia 20 tahun asal Malaysia yang menjadi korban akibat memakai make up
berupa masker muka dengan harga murah yang ia beli di pasar malam. Setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
ditelusuri diduga dalam kosmetik tersebut terdapat zat tretinoin yang biasa
digunakan untuk obat jerawat akan tetapi sangat kuat efek sampingnya. Hal itu
berakibat wajah remaja tersebut menjadi kemerahan dan berlendir serta nanah
kering bertumpuk-tumpuk pada wajahnya.
Fenomena yang terjadi di masyarakat seperti di atas menunjukkan bahwa
terlalu mementingkan penampilan fisik akan berdampak negatif bagi remaja
perempuan dan cenderung merugikan baik itu secara fisik dan juga material. Akan
tetapi, untuk mengesampingkan penampilan, tampaknya akan sulit untuk
dilakukan oleh remaja perempuan karena salah satu tugas perkembangannya
adalah ia harus membiasakan diri dan menerima segala perubahan yang terjadi
karena pada usianya ia akan merasakan banyak perubahan baik secara fisik dan
juga psikologis (Stolz & Stolz, 1951 dalam Hurlock, 1973).
Dalam perkembangannya remaja akan mengalami tiga perubahan besar
dalam dirinya yaitu perubahan dari segi fisik, kognitif, dan juga sosial (Hurlock,
1973). Dari segi fisik, remaja perempuan akan mengalami menarche (menstruasi
pertama), dan yang paling sering dikeluhkan adalah terjadinya perubahan
perasaan yang tiba-tiba (mood swing) saat menjelang hari datang bulan (Matlin,
2012). Menarche akan membawa perubahan-perubahan fisik remaja perempuan
seperti perubahan suara, membesarnya payudara, dan juga bertumbuhnya rambut
halus di bagian kemaluan dan ketiak. Bayaknya perubahan yang terjadi, umumnya
membuat remaja merasa tidak nyaman. Dalam menjalani perubahan fisiknya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
remaja perempuan sering merasa kebingungan dengan apa yang terjadi pada
dirinya. Hal tersebut terkonfirmasi dengan wawancara awal dengan Delima.
“…waktu aku pertama kali mens, aku tu kaget plus bingung gitu, terus
nanya ke mamah ini tu kenapa? Terus mamah bilang oo.. itu biasa kok
buat anak perempuan. Nah, waktu mamah bilang gitu aku jd lega
gitu…”(Delima,15 tahun).
Delima mengatakan bahwa ia merasa kebingungan untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan tubuhnya ketika SMP dan bahkan ia sempat merasa gelisah
serta bingung saat mengalami menarche. Akan tetapi kebingungannya
terpecahkan ketika ada orang dewasa yang mendampingi yaitu ibunya.
Selain mengalami menarche dan perubahan bentuk pada tubuh, pada usia
remaja umumnya perempuan juga mengalami perkembangan pada cara
berpikirnya, sehingga remaja perempuan dapat berpikir mengenai hal-hal yang
lebih kompleks (Matlin, 2012). Seperti yang dikatakan oleh Delima, ketika ia
sudah memasuki usia remaja ia mulai dapat memperkirakan sebab dan akibat dari
perilakunya berdasar pada nilai-nilai di lingkungannya.
“…jadi setelah mens itu kan aku masuk SMP, nah pas SMP tu mulai bisa
mikir kalo aku ngelakuin gini nanti jadinya gimana ya?...” (Delima, 15
tahun).
Ketika memasuki usia remaja seseorang akan mengalami perubahan pada
cara berpikirnya berkaitan dengan kondisi fisik, psikologis, dan lingkungan
sosialnya (Markus, 2008 dalam Matlin, 2012). Markus (2008, dalam Matlin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2012) juga mengatakan bahwa kemampuan berpikir kompleks akan berpengaruh
pada pencarian identitas diri. Identitas tersebut akan melekat pada diri remaja
seperti, asal kota kelahiran, suku, dan juga agama. Oleh karena itu akan ada
perbedaan perilaku yang dimunculkan oleh masing-masing remaja perempuan
sesuai dengan karakteristik budaya di tempat tinggalnya.
Selain perubahan fisik dan kognitif, remaja perempuan juga mengalami
perubahan pada interaksi sosialnya. Remaja perempuan menaruh perhatian pada
interaksi sosialnya baik itu dalam keluarga dan juga pertemanan. Bagi remaja
perempuan, teman dekat memiliki peran yang penting dalam kehidupannya oleh
sebab itu pertemanan remaja perempuan terlihat jauh lebih intim jika
dibandingkan dengan remaja laki-laki. Hal tersebut sesuai dengan yang telah
disampaikan Hurlock (1973) bahwa teman dekat akan memberikan lingkungan
yang suportif. Ketika remaja perempuan berkumpul biasanya mereka melakukan
hal yang sama-sama mereka sukai seperti menonton film, makan bersama,
membicarakan mengenai busana dan juga membicarakan mengenai lawan jenis.
Selain bersosialisasi dengan teman yang memiliki jenis kelamin yang sama, pada
usia transisi ini remaja juga sudah mulai mencoba memikirkan dan menjalani
relasi romantis seperti yang dikatakan oleh Lavender:
“…setelah mens dulu itu, aku jadi mulai suka sama cowok mbak
hehehe …” (Lavender, 18 tahun).
Dengan malu-malu Lavender mengatakan bahwa ia mulai memikirkan
tentang lawan jenisnya setelah ia mengalami menarche. Hal tersebut membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
remaja perempuan lebih memperhatikan penampilannya agar dapat menarik
perhatian dari lawan jenisnya (Hurlock, 1973). Hal-hal yang biasanya dilakukan
oleh remaja perempuan untuk menarik perhatian dari lawan jenis adalah mereka
mulai belajar menggunakan make up dan juga memakai baju yang akan
menunjang penampilan mereka. Hal tersebut dikonfirmasi oleh Delima yang
mengatakan bahwa teman-teman sekolahnya mulai belajar berdandan saat jam
istirahat berlangsung, dan riasan tersebut dibiarkan hingga jam pulang sekolah.
Untuk melihat bagaimana remaja menilai tubuhnya, tiga aspek di atas
dapat dia jadikan acuan untuk melihat apakah remaja terlalu mementingkan
penampilan fisiknya atau tidak. Dari ketiga aspek perkembangan yang dialami
remaja perempuan dapat dilihat pula bahwa aspek fisik sangat berpengaruh pada
bagaimana remaja menilai diri mereka.
Penjelasan di atas berlaku bagi remaja perempuan pada umumnya. Akan
tetapi ada satu populasi khusus yang karakteristiknya menarik untuk diteliti yaitu
siswi sekolah homogen. Siswi sekolah homogen menarik untuk diteliti karena ada
penelitian yang dilakukan Tiggemann (2001) menemukan bahwa pada dasarnya
tidak ada perbedaan antara siswi yang bersekolah di sekolah homogen maupun
heterogen mengenai pandangan dan penilaian pada tubuh yang ideal. Meskipun
demikian, siswi yang bersekolah pada sekolah homogen memiliki pencapaian
(achievement) dan pandangan mengenai sex role yang lebih modern. Dalam
penelitian tersebut dikatakan bahwa siswi di sekolah homogen cenderung
mengasosiasikan wanita yang memiliki kemampuan dan intelegensi yang tinggi
memiliki bentuk tubuh yang kurus (ideal). Dari penelitian tersebut dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan faktor sosiokultural yang
penting dalam mempengaruhi sikap dari remaja perempuan mengenai tubuhnya.
Oleh karena itu, sekolah homogen menciptakan lingkungan yang menuntut
siswinya memiliki pencapaian tinggi dalam intelegensi dan kesuksesan secara
profesional (Tiggemann, 2001). Keunikan karakteristik tersebut membuat
populasi siswi sekolah homogen perempuan menjadi menarik untuk diteliti.
Dalam ilmu psikologi, fenomena yang sudah dijabarkan di atas, bagaimana
remaja perempuan menerima perubahan yang ada dalam dirinya, serta dinamika
siswi sekolah homogen itu terkait dengan konsep persepsi tubuh. Secara lebih
spesifik Cash dan Smolak (2011) menerangkan bahwa persepsi tubuh merupakan
suatu sikap yang dimiliki oleh seorang individu terhadap tubuhnya yang berupa
suatu penilaian baik itu positif maupun negatif. Cash (2016) memaparkan ada
sepuluh aspek yang nantinya akan digunakan untuk melihat apakah seseorang
memiliki penilaian yang positif atau negatif terhadap tubuhnya. Kesepuluh aspek
tersebut adalah Appearance evaluation, Appearance orientation, Fitness
evaluation, Fitness orientation, Health evaluation, Health orientation, Illness
orientation, Body areas satisfaction, Overweight preoccupation, dan Self-
classified weigh. Ketika seseorang menilai tubuhnya secara positif maka ia akan
cenderung bahagia dan memiliki kontrol diri yang baik (Cash & Smolak, 2011)
sehingga ia akan lebih menghargai dirinya sebagai pribadi yang unik (Grogan,
2008). Akan tetapi ketika seseorang memiliki penilaian yang negatif terhadap
tubuhnya maka ia akan berusaha mengubah tubuhnya secara ekstrem agar
terhindar dari penilaian negatif orang lain (Smolak & Thompson, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Penilaian yang negatif terhadap tubuh dapat membuat seseorang
melakukan perubahan ekstrem terhadap tubuhnya seperti yang telah disampaikan
(Smolak & Thompson, 2009) di atas oleh karena itu penelitian terkait persepsi
tubuh sangat dibutuhkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada
remaja perempuan.
Beberapa penelitian sudah pernah dilakukan terkait persepsi tubuh. Dua
penelitian akan dibahas di sini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Gentina et al.,
(2012) dan Scott (2015). Pada bagian pendahuluan dari jurnal yang ditulis oleh
Gentina, disebutkan bahwa terlihat atraktif secara fisik merupakan hal yang sangat
penting di kalangan remaja. Sehingga pada usia 15 tahun ke atas merupakan hal
yang wajar ketika seorang perempuan menggunakan make up, tampil dengan
busana yang sedang diminati banyak orang, bahkan melakukan operasi plastik
(Schouten 1991, Park 1998, Rudd 1997 dalam Gentina et al., 2012). Penelitian
tersebut menemukan bahwa ritual menggunakan make up merupakan sebuah
perilaku yang menunjukkan bahwa seorang remaja mulai tumbuh menjadi orang
dewasa (Gentina et al., 2012). Selain itu, penelitian dari Scott pada tahun 2015
yang dilakukan di Amerika menemukan bahwa perempuan selalu lekat dengan
anggapan cantik, oleh karena itu banyak perempuan menggunakan make up
karena perempuan percaya bahwa hal itu akan mempengaruhi level daya tariknya
(Scott, 2015). Dari dua penelitian di atas dapat dilihat bahwa perempuan mulai
memperhatikan penampilannya dan akan berusaha agar terlihat menarik ketika
memasuki usia remaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Seorang remaja akan berusaha untuk mendapatkan penampilan yang ideal
seperti penilaian orang lain ketika ia memiliki penilaian yang buruk pada
tubuhnya. Oleh karena itu, ia akan berusaha untuk mencari informasi mengenai
tubuh yang ideal dan bagaimana cara mendapatkannya melalui media. Sepertinya
yang telah dikatakan oleh (Deutsch & Gerard, 1955; Insko, 1985 dalam Robert. A.
Baron & Nyla R. Branscombe, 2012) ada dua motif kuat yang menjadi alasan
seseorang untuk menyesuaikan diri yaitu, keinginan untuk disukai atau diterima
oleh orang lain dan keinginan untuk berperilaku benar. Saat memasuki masa puber,
remaja perempuan mulai membandingkan tubuhnya dengan teman sebayanya.
Dengan keadaan emosi remaja yang belum stabil serta pandangan lingkungan
sekitar mengenai bagaimana seharusnya penampilan dari seorang perempuan,
membuat remaja berusaha untuk berpenampilan seperti yang lingkungan sosialnya
harapkan. Keinginan untuk diterima oleh teman sebayanya membuat remaja
berusaha untuk mencari info-info terbaru termasuk gaya berbusana. Melalui
media komunikasi, periklanan dan juga industri kosmetik, remaja mencoba untuk
tampil cantik seperti model-model dalam iklan (Smolak & Thompson, 2009)
karena konten-konten dalam media sosial mengandung unsur persuasif yang
mengajak masyarakat untuk mengikuti tren yang ada.
Dari uraian yang sudah peneliti sampaikan di atas dapat dilihat bahwa
kemungkinan ada hubungan antara konformitas di media sosial dan juga persepsi
tubuh. Konformitas adalah suatu usaha seseorang untuk menyesuaikan diri dengan
orang lain baik dari sisi pendapat, penilaian, atau tindakan agar sesuai dengan
standar normatif suatu kelompok atau situasi sosial (American Psychological
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Association, 2009). Orang-orang cenderung melakukan konformitas bila cukup
banyak orang yang mempengaruhi atau pengaruh itu datang dari seseorang yang
memiliki hubungan dengan orang tersebut (Matlin, 2012). Penerimaan dan
pengakuan dari teman sebaya merupakan suatu hal yang penting sehingga
membuat remaja berusaha menyesuaikan diri agar tidak dijauhi oleh teman-
temannya karena peran teman sebaya sangat penting dalam kehidupan mereka
(Hurlock, 1973) dan media sosial merupakan salah satu media di mana remaja
mendapatkan informasi-informasi yang aktual.
Selain itu, pada penelitian lain disebutkan pula bahwa persepsi tubuh
memiliki pengaruh yang cukup besar pada konformitas (Christanto, 2014;
Handayani, 2011; Tiggemann, 2001). Senada dengan penelitian itu (Laili, Soeranti,
& Pertiwi, 2015; Sebayang, Yusuf, & Priyatama, 2011; Yuliantari & Herdiyanto,
2015) menemukan bahwa ada hubungan antara konformitas, persepsi tubuh dan
juga perilaku konsumtif pada remaja. Penelitian dari Andriani dan Ni’matuzahroh,
(2013) serta Nursanti (2009) juga mengatakan bahwa konsep diri yang rendah
akan diikuti pula oleh konformitas yang tinggi. Dari penelitian-penelitian tersebut
dikatakan bahwa remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya dengan membeli barang-barang yang menunjang penampilannya.
Remaja juga mencoba untuk menyesuaikan diri dengan artis idola yang ia lihat di
media karena remaja mulai mengerti betapa pentingnya memperhatikan
penampilan untuk memperoleh pengakuan sosial. Akan tetapi ada penelitian lain
yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara konformitas dan juga
konsep diri (Indrayana & Hendrati, 2013) serta harga diri (Erawati, 2016) pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
remaja. Menurut Potter dan Perry (2005) persepsi tubuh, ideal diri, harga diri,
peran dan juga identitas diri merupakan bagian atau komponen dari konsep diri
sehingga dua penelitian terakhir dapat pula dijadikan acuan dalam penelitian ini.
Adanya perbedaan hasil tersebut membuat peneliti semakin tertarik untuk
melihat seperti apa gambaran seorang remaja perempuan mengenai tubuhnya dan
juga bagaimana sikap yang dimunculkan mengenai tubuhnya berdasarkan tuntutan
lingkungannya terutama ketika seorang remaja berada dalam suatu lingkungan.
Sekolah homogen berjenis kelamin perempuan peneliti pilih karena belum banyak
penelitian yang mengambil populasi tersebut. Penelitian yang dilakukan di
Yogyakarta dengan partisipan siswi perempuan di sekolah homogen ini
diharapkan mampu menambah kelengkapan pengetahuan dari penelitian yang
sudah pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
Orang-orang yang memiliki peran besar terhadap penilaian tubuh remaja
adalah orang tua, pihak sekolah atau guru Bimbingan dan Konseling, serta Dinas
Pendidikan. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mendampingi walaupun
terkadang ada perbedaan pendapat antara anak dengan orang tuanya. Remaja dan
juga orang tua tumbuh dalam budaya dan generasi yang berbeda, walaupun dalam
beberapa hal seperti pandangan mengenai agama, politik, pendidikan, dan juga
norma sosial akan relatif sama tetapi tetap ada beberapa perbedaan cara pandang
antara keduanya (Matlin, 2012).
“…aku tu nggak terlalu suka cerita sama ibu, soalnya aku ngerasa gak
bebas gitu mbak nanti dikit-dikit aku di judge gini lah gitu lah. Enak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
cerita sama temen, jadi berasa sepenanggungan gitu soalnya…”
(Camelia, 15 thn).
Pernyataan Camelia tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan Matlin
(2012) bahwa perbedaan pendapat sering kali membuat remaja perempuan merasa
tidak nyaman dan cenderung terlibat banyak perdebatan dengan orang tua
terutama dengan ibu sehingga menyebabkan remaja perempuan merasa lebih
nyaman ketika bersama dengan teman sebayanya. Remaja perempuan bahkan
cenderung lebih banyak mengungkapkan perasaannya kepada teman atau
sahabatnya.
Walaupun remaja lebih nyaman bercerita pada teman sebayanya, tetapi
pengawasan peran orang tua sangat diharapkan. Hal itu dikarenakan ketika remaja
perempuan merasa puas dan nyaman dengan dirinya ia akan cenderung memiliki
kepercayaan diri yang lebih tinggi dalam mengembangkan kemampuannya yang
lain (Charulata, 2011). Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Canada,
penelitian tersebut menemukan bahwa remaja yang memiliki harga diri yang
tinggi cenderung tidak menggunakan make up dan dalam hal akademik biasanya
mereka lebih mampu mengungkapkan pendapat dan kemampuannya di depan
umum (Charulata, 2011). Akan tetapi, ketika seorang remaja memiliki penilaian
yang rendah ia akan cenderung mengikuti seseorang yang menjadi idolanya
seperti yang berita yang telah disampaikan di atas. Dari penjelasan di atas dapat
dilihat bahwa peran orang tua sangat penting untuk menanamkan nilai yang positif
pada tubuh remaja perempuan agar remaja memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Selain peran orang tua, ada pihak lain yang turut mengambil peran dalam
perkembangan remaja yaitu pihak sekolah dan juga Dinas Pendidikan. Seperti
yang telah dikatakan oleh Tiggemann (2001) sebagian besar remaja menghabiskan
waktunya di sekolah, sehingga peran dari para guru juga sangat besar dalam
pembentukan penilaian terhadap tubuh. Sekolah merupakan tempat yang sangat
penting untuk membantu remaja agar dapat melakukan penanggulangan pada
permasalahan sosial dan psikologis yang akan berdampak pada akademiknya.
Sekolah diharapkan dapat membantu remaja dalam memilih sikap seperti apa
yang lebih tepat untuk diambil daripada hanya memberikan label negatif kepada
siswanya. Oleh karena itu, para guru khususnya guru Bimbingan dan Konseling
(BK) dapat mendampingi siswi ketika mereka memiliki permasalahan dengan
persepsi tubuh. Dinas Pendidikan secara tidak langsung juga memiliki peran
untuk membangun penilaian yang positif terhadap tubuh. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan membuat keputusan mengenai pentingnya pemberian materi
tentang persepsi tubuh, dan mewajibkan sekolah-sekolah menerapkannya.
Ilmuwan dan praktisi psikologi juga memiliki peran untuk menumbuhkan
persepsi tubuh positif pada remaja perempuan. Upaya yang dapat dilakukan
adalah dengan memberikan seminar, pelatihan, atau workshop yang berkaitan
dengan persepsi tubuh agar materi dapat diberikan secara lebih tepat, jelas, dan
mendalam karena disampaikan oleh orang yang lebih ahli. Suatu informasi akan
lebih dipercaya ketika disampaikan oleh orang yang ahli dalam bidangnya
sehingga dapat mengurangi kemungkinan remaja mendapatkan informasi yang
berujung pada menurunnya penilaian terhadap tubuhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Selain peran yang harus dilakukan oleh orang-orang yang berada di sekitar
remaja perempuan, persepsi tubuh juga penting untuk diketahui dan dipelajari.
Penilaian mengenai persepsi tubuh penting untuk diketahui oleh orang tua karena
strategi preventif perlu dilakukan untuk meningkatkan kepuasan persepsi tubuh
pada remaja. Orang tua harus dapat menyediakan kebutuhan fisik, emosional, dan
intelektual, sehingga remaja akan tumbuh dengan memiliki persepsi tubuh dan self
esteem yang positif (Charulata, 2011). Menurut Kenny (dalam Asrianti, 2018),
akan menjadi masalah serius apabila ketergantungan merias diri memengaruhi
cara berpikir remaja jangan sampai remaja putri menganggap nilai diri mereka
semata-mata didasarkan pada penampilan fisik. Kenny juga mengungkapkan
bahwa sebagian besar anak-anak berada di bawah tekanan berat untuk
menampilkan diri mereka dengan baik. Generasi saat ini ingin selalu terlihat
sempurna di depan kamera. Tekanan dari lingkungan sosial tampaknya membuat
remaja berusaha cukup keras untuk mempercantik penampilan mereka, bahkan
mereka rela mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membeli peralatan make
up. Oleh karena itu, ada baiknya apabila orang tua mengajak remaja berdiskusi
mengenai hal itu agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang telah
dipaparkan di bagian sebelumnya.
Penelitian mengenai persepsi tubuh ini penting untuk diketahui oleh guru
BK serta Dinas Pendidikan. Peneliti bersekolah di sekolah negeri yang siswanya
heterogen atau siswa laki-laki dan perempuan campur menjadi satu. Ketika masih
duduk di bangku sekolah, peneliti belum pernah mendapatkan materi mengenai
cara meningkatkan harga diri dan kepuasan terhadap tubuh sehingga penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
diharapkan dapat menunjukkan betapa pentingnya peran sekolah dalam
memberikan penilaian positif terhadap tubuh remaja perempuan. Penelitian ini
dapat dijadikan acuan bagi guru BK agar membuat materi pembelajaran agar lebih
tepat sasaran. Dinas Pendidikan juga penting untuk mengetahui perkembangan
dari usaha yang telah dilakukan oleh guru BK dan perlu memeriksa kesesuaian
materi secara berkelanjutan.
Bagi komunitas ilmuwan Psikologi, penelitian ini penting dilakukan agar
para ilmuwan psikologi mendapatkan informasi tambahan terutama mengenai
keadaan siswi di sekolah homogen perempuan khususnya mengenai persepsi
tubuh dan konformitas. Praktisi psikologi dapat menjadikan hasil penelitian ini
sebagai gambaran keadaan siswi di sekolah homogen sehingga ketika dibutuhkan
praktisi psikologi dapat memberikan intervensi yang tepat saat menghadapi
remaja perempuan yang memiliki permasalahan dengan persepsi tubuh dan juga
perilaku konformitas bersekolah di sekolah homogen sesuai dengan konteks di
sekolahnya.
C. Rumusan Permasalahan
Dari teori yang sudah disampaikan pada bagian latar belakang dapat
dilihat bahwa ketika seseorang menilai tubuhnya secara positif maka ia akan
cenderung bahagia dan memiliki kontrol diri yang baik (Cash & Smolak, 2011)
sehingga remaja perempuan akan lebih menghargai dirinya sebagai pribadi yang
unik (Grogan, 2008). Akan tetapi kenyataan di lapangan berbeda dengan hal itu.
Para remaja kurang mampu menilai dirinya secara positif sehingga remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
berlomba-lomba untuk tampil menarik dan cenderung mengikuti tren saat ini
dengan berperilaku konform dengan lingkungannya. Penelitian-penelitian
sebelumnya mengatakan bahwa ada hubungan yang negatif dan signifikan antara
konformitas dan juga persepsi tubuh (Christanto, 2014; Handayani, 2011;
Tiggemann, 2001; Andriani & Ni’matuzahroh, 2013; Nursanti, 2009). Hal itu
berarti, ketika penilaian terhadap tubuh cenderung tinggi atau positif maka
perilaku konform yang ditunjukkan cenderung rendah. Akan tetapi ada pula
beberapa penelitian yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara
konformitas dan juga persepsi tubuh (Indrayana & Hendrati, 2013; Erawati, 2016).
Adanya perbedaan hasil dari penelitian sebelumnya menjadikan penelitian
ini penting untuk dilakukan. Perbedaan hasil dapat diakibatkan oleh perbedaan
karakteristik partisipan penelitian. Siswi sekolah homogen menarik untuk diteliti
karena memiliki karakteristik yang berbeda dari sekolah heterogen. Selain itu,
jumlah sekolahnya pun tidak sebanyak sekolah heterogen sehingga cukup sulit
untuk meneliti siswi homogen. Dalam penelitian korelasional, hubungan antara
variabel terikat dan bebas sering kali bersifat timbal balik dan belum tentu
merupakan hubungan sebab-akibat (Azwar, 2017b) sehingga peneliti
menggunakan penelitian-penelitian sebelumnya untuk melihat keterkaitan antara
kedua variabel tersebut. Pemilihan variabel bebas yaitu konformitas dalam media
sosial dikarenakan peneliti hanya akan melihat variasi tingkatan dari partisipan
yang menjadi sampel dan apakah konformitas dalam media sosial ada
hubungannya dengan persepsi tubuh remaja perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
D. Ruang Lingkup
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak dapat menggambarkan
semua populasi remaja perempuan di Yogyakarta sehingga peneliti berusaha untuk
mengisi sedikit celah dari penelitian sebelumnya dengan menggunakan partisipan
remaja perempuan yang bersekolah di sekolah homogen di wilayah Yogyakarta.
Sekolah homogen berjenis kelamin perempuan peneliti pilih karena belum banyak
penelitian yang mengambil populasi tersebut.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab rumusan permasalahan yang
telah peneliti temukan dengan ruang lingkup yang sudah ditentukan. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya perilaku konformitas dalam media
sosial dan juga hubungannya dengan tinggi rendahnya penilaian atau persepsi
tubuh remaja perempuan di Yogyakarta dengan karakteristik partisipan siswi SMA
di tiga sekolah homogen di Yogyakarta.
F. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menyimpulkan pertanyaan
yang akan dijawab melalui penelitian ini. Pertanyaan tersebut adalah sebagai
berikut: Apakah ada hubungan antara konformitas dalam media sosial dan
persepsi tubuh remaja perempuan di sekolah homogen?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
G. Manfaat Penelitian
Penelitian ini tidak hanya menarik bagi peneliti akan tetapi penelitian ini
juga bermanfaat bagi orang-orang di sekitar remaja perempuan. Penelitian ini
bermanfaat bagi orang tua, guru dan juga Dinas Pendidikan, serta Ilmuwan dan
Praktisi Psikologi.
1. Bagi Orang tua
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang tua dari siswi sekolah
homogen khususnya di Yogyakarta. Orang tua dapat mengetahui gambaran
dari persepsi tubuh dan juga perilaku konform dari putrinya yang bersekolah
di sekolah homogen. Selain itu, orang tua juga dapat mengetahui pentingnya
membantu remaja untuk membiasakan diri menilai tubuhnya secara lebih
positif.
2. Bagi Guru, dan Dinas Pendidikan
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, sekolah merupakan
lingkungan yang turut membangun persepsi tubuh pada remaja perempuan.
Penelitian ini dapat digunakan oleh dinas pendidikan sebagai bahan
pertimbangan mengenai peraturan pemberian materi pembelajaran mengenai
persepsi tubuh kepada siswi SMA khususnya sekolah homogen. Dengan acuan
dari hasil penelitian ini, guru BK juga dapat membuat dan memberikan materi
yang lebih sesuai dengan karakteristik siswi sekolah homogen agar lebih tepat
sasaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
3. Bagi Ilmuwan dan Praktisi Psikologi
Bagi komunitas ilmuwan psikologi, penelitian ini diharapkan mampu
menambah informasi mengenai gambaran kondisi remaja perempuan di
Yogyakarta mengenai sikap konformis pada media sosial dan kaitannya
dengan persepsi tubuh. Selain itu, ilmuwan dan komunitas psikologi juga
dapat memberikan penanganan yang tepat untuk meningkatkan penilaian
positif terhadap tubuh remaja perempuan siswi sekolah homogen ketika
dibutuhkan.
Dalam bab ini, peneliti telah memaparkan latar belakang penelitian
mengapa penelitian ini penting untuk dilakukan, hasil penelitian terdahulu, serta
manfaat dari penelitian ini. Peneliti juga memberikan batasan atau ruang lingkup
yang dapat diberikan oleh penelitian ini, serta memberikan sedikit paparan
mengenai teori yang akan peneliti gunakan sebagai landasan penelitian. Pada bab
selanjutnya, peneliti akan membahas secara lebih rinci mengenai variabel yang
akan diteliti yaitu konformitas dan juga persepsi tubuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengantar
Pada bab sebelumnya peneliti telah memberi gambaran singkat mengenai
topik yang akan menjadi fokus penelitian berdasar pada fenomena-fenomena yang
terjadi dalam masyarakat. Peneliti juga menjabarkan mengenai ruang lingkup
penelitian, tujuan, serta manfaat dari penelitian ini. Kemudian pada bab ini,
peneliti akan memberikan gambaran secara umum mengenai dinamika remaja
perempuan berkaitan dengan persepsi tubuh dan kecenderungan remaja
perempuan untuk melakukan konformitas melalui media sosial berdasarkan
tinjauan pustaka yang nantinya akan peneliti gunakan sebagai dasar penelitian.
Peneliti mencoba mengawali dengan memberikan gambaran mengenai dinamika
psikologis remaja perempuan dari perspektif psikologi perkembangan dan juga
perspektif psikologi sosial. Dari kedua perspektif tersebut peneliti kemudian
melanjutkan dengan dinamika remaja di sekolah homogen perempuan.
Setelah memaparkan mengenai dinamika remaja siswi sekolah homogen,
peneliti akan memaparkan mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Peneliti
akan menjelaskan mengenai persepsi tubuh secara lebih rinci, dimulai dari definisi,
aspek-aspek dari persepsi tubuh, serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Untuk
melihat usaha yang dilakukan remaja untuk terlihat cantik ideal sesuai dengan tren
saat ini, peneliti mencoba untuk menjelaskannya lewat teori konformitas yang
juga dijelaskan mulai dari definisi, aspek-aspek, dan juga faktor yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
mempengaruhi. Setelah itu, peneliti mencoba untuk menjelaskan proses dan
dampak dari masing-masing variabel serta membuat sebuah kerangka konseptual.
Bab ini akan diakhiri dengan hipotesis penelitian yang nantinya akan diuji dalam
penelitian ini.
B. Remaja Siswi Sekolah Homogen
Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai dinamika psikologis remaja
siswi sekolah homogen. Pemaparan akan dibagi menjadi tiga bagian dimulai dari
perspektif perkembangan, perspektif sosial, dan yang terakhir ditutup dengan
dinamika remaja siswi sekolah homogen.
1. Perspektif Perkembangan
Seorang individu dalam rentang kehidupannya akan mengalami masa
transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Masa transisi ini disebut dengan
masa remaja. Menurut Hurlock (1973) kata remaja berasal dari bahasa latin,
adulenscentia, yang berarti masa muda. Pada masa transisi ini terdapat
perubahan-perubahan yang harus diterima oleh remaja. Perubahan yang akan
dialami oleh remaja meliputi perubahan fisik, psikologis dan emosi (Hurlock,
1973). Dalam hal kematangan seksual, terdapat perbedaan antara laki-laki dan
perempuan. Pada perempuan, usia remaja dimulai dari 13 sampai dengan 18
tahun sedangkan pada laki-laki baru dimulai dari 14 sampai dengan 18 tahun.
Pada rata-rata usia 13 tahun, remaja perempuan mengalami menarche atau
menstruasi pertama. Menarche mengakibatkan terjadinya perubahan-
perubahan fisik pada diri remaja perempuan (Hurlock, 1973). Tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
perkembangan utama pada usia remaja adalah menerima perubahan yang
terjadi pada tubuhnya sebagai simbol perubahan dirinya, sehingga perubahan
pada tubuh lebih banyak menyebabkan distress daripada kepuasan terhadap
dirinya (Smolak & Thompson, 2009). Oleh karena itu, remaja akan
mengusahakan untuk menjaga penampilan dirinya, walaupun mungkin saja
tetap berujung pada ketidakpuasan terhadap diri mereka (Hurlock, 1973).
Selain perubahan dalam segi fisik, remaja juga mengalami
perkembangan dari segi psikologis, perkembangan tersebut membuat seorang
remaja mulai dapat berpikir secara abstrak dan juga kompleks (Hurlock, 1973).
Melalui kemampuan berpikir kompleks tersebut, remaja mulai
mempertanyakan dan menilai tentang dirinya sendiri mengenai karakteristik
personal dalam hal fisik, psikologis, dan juga dimensi sosial (Reid et al., 2008;
Rhodes et al., 2007; Whitbourne, 2008 dalam Matlin, 2012). Erikson (dalam
Gunarsa & Gunarsa, 1981) juga mengemukakan bahwa masa remaja
merupakan masa terbentuknya identitas diri seseorang. Identitas diri tersebut
mencakup cara hidup pribadi yang dikenali dan dialami sendiri dan sulit
dikenali oleh orang lain. Cara berpikir yang kompleks juga membuat remaja
mulai membandingkan dirinya dengan teman sebayanya.
Dalam perkembangannya, remaja juga mengalami perubahan-
perubahan emosi. Cote (1994 dalam Mensinger, 2001) mengatakan bahwa
masa remaja merupakan periode dari “storm and stress” yang diakibatkan
oleh interaksi antara ketidakseimbangan biologis yang dirangsang pubertas
dan juga dipengaruhi oleh budaya. Usia remaja merupakan saat di mana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
seorang individu dalam keadaan emosi tampak lebih tinggi atau dapat dilihat
dalam berbagai bentuk tingkah laku seperti bingung, emosi yang mudah
meledak, bertengkar, tidak bergairah, pemalas, dan membentuk mekanisme
pertahanan diri (Hurlock, 1973). Emosi tersebut merupakan akibat dari
kebutuhan untuk meninggalkan kebiasaan yang lama pada saat anak-anak dan
menghadapi lingkungan yang baru (Hurlock, 1973). Pada remaja perempuan,
perubahan emosi yang mencolok (mood swing) mulai terjadi ketika
mengalami menarche dan akan muncul mendekati haid.
2. Perspektif Sosial
Selain perubahan fisik dan emosi, perubahan sosial juga akan dialami
oleh remaja. Sejak kecil seseorang telah mengetahui hal-hal mengenai
kesesuaian antara penampilan dan peran seperti apa yang akan dimainkan
sesuai jenis kelamin mereka dalam penyesuaian sosial (Hurlock, 1973).
Melalui pola asuh dan didikan dari orang tua, anak belajar bahwa mereka
hidup dalam lingkungan sosial yang memiliki suatu nilai-nilai tertentu. Dalam
perkembangannya, anak diharapkan dapat sedikit demi sedikit mengadaptasi
budaya dari lingkungannya. Selain itu, anak juga belajar bahwa mereka harus
memenuhi penilaian dan tuntutan yang diberikan oleh lingkungannya.
Perasaan dinilai akan memunculkan rasa khawatir mengenai kesesuaian antara
aspek tubuh dengan jenis kelamin mereka (Hurlock, 1973). Oleh karena itu,
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, remaja kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
mempertimbangkan nilai-nilai yang mereka miliki dan cenderung langsung
melebur bersama teman sebayanya.
Remaja juga mulai belajar untuk bersosialisasi dengan masyarakat.
Hidup bermasyarakat merupakan suatu proses belajar untuk menyesuaikan diri
dengan standar, moral, dan tradisi dari masyarakat. Pengelompokan sosial
yang berdasarkan pada negara asal, kelompok etnis, atau agama akan
membentuk identitas budaya dari seseorang (Markus 2008 dalam Matlin,
2012). Penyesuaian pada masyarakat akan menentukan luasnya tingkatan
bagaimana ia akan bersosialisasi pada usia dewasanya (Hurlock, 1973).
Identitas yang dimiliki nantinya akan mempengaruhi perilaku remaja ketika
berinteraksi di lingkungannya ketika dirinya sudah dewasa.
3. Remaja Siswi Sekolah Homogen
Suatu identitas akan mempengaruhi pandangan dan juga perilaku
seseorang termasuk pilihan hidunya termasuk untuk menentukan di mana ia
harus melanjutkan pendidikan. Pilihan tempat untuk melanjutkan pendidikan
dapat didasarkan pada dua pilihan yaitu diri sendiri, dan juga orang tua. Dalam
menentukan sekolah lanjutan, remaja biasanya mendengarkan masukan dari
orang tuanya. Di Indonesia ada dua jenis sekolah yaitu sekolah homogen yang
berisi dengan siswa atau siswi yang berjenis kelamin sama dalam satu sekolah
dan juga sekolah heterogen di mana siswa dan siswinya bercampur menjadi
satu. Mensinger (2001) mengatakan bahwa beberapa orang tua yang memilih
sekolah lanjutan untuk anak perempuannya dengan berdasar pada pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
di masa lalunya. Orang tua yang memilih sekolah homogen perempuan
berdasarkan struktur tradisional memiliki pertimbangan bahwa sekolah
homogen merupakan sekolah yang bergengsi, selain itu sekolah homogen juga
memiliki lingkungan yang konservatif dan protektif sehingga orang tua
mempercayakan anak perempuannya untuk bersekolah di sana (Mensinger,
2001). Pengalaman keluarga di masa lalu yang bersekolah di sekolah homogen
semakin memperkuat keyakinan orang tua untuk menyekolahkan anaknya di
tempat itu (Mensinger, 2001). Di samping itu, Mensinger (2001) mengatakan
bahwa ada pula orang tua yang memiliki pendapat bahwa sekolah homogen
merupakan sekolah yang potensial untuk menambah pengalaman anaknya
karena sekolah homogen lebih berfokus pada kegiatan-kegiatan akademik dan
kurangnya distraksi dalam hal sosialisasi. Hal tersebut membuat orang tua
memiliki harapan jika lulus nanti anak perempuannya akan memiliki
kemampuan dan kepercayaan diri untuk mengatasi diskriminasi gender dan
perbedaan kelas-kelas sosial.
Pemilihan sekolah homogen perempuan atau sekolah heterogen akan
berpengaruh pada diri remaja perempuan. Remaja yang bersekolah di sekolah
homogen cenderung memiliki achievement yang tinggi dan juga kemampuan
leadership yang lebih menonjol (Mensinger, 2001; Schneider & M. Coutts,
1982). Hal itu disebabkan oleh lingkungan sekolah yang mengedepankan
kontrol dan disiplin pada peraturan sekolahnya. Selain itu siswi di sekolah
homogen juga diberikan keleluasaan untuk menggunakan make up atau
berdandan dengan tujuan agar siswi sekolah homogen terlihat layaknya wanita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
sesungguhnya karena di sekolah homogen para siswi dituntut untuk dapat
melakukan pekerjaan yang tidak kalah oleh pria akan tetapi tetap terlihat
anggun seperti wanita (Mensinger, 2001).
C. Persepsi Tubuh
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan mengenai definisi, aspek, serta
faktor yang mempengaruhi persepsi tubuh. Setelah itu, peneliti akan memaparkan
proses dan dampak ketika seseorang menilai tubuhnya dan kemudian dilanjutkan
dengan pemaparan persepsi tubuh remaja perempuan di sekolah homogen.
1. Definisi Persepsi Tubuh
Smolak dan Thompson (2009) mengatakan bahwa secara luas persepsi
tubuh dapat didefinisikan sebagai evaluasi partisipantif mengenai penampilan
seseorang, berbeda dengan daya tarik fisik, yang merupakan penilaian
penampilan eksternal atau objektif. Persepsi tubuh juga merupakan suatu sikap
yang dimiliki oleh seorang individu terhadap tubuhnya yang berupa suatu
penilaian baik itu positif maupun negatif (Cash & Smolak, 2011). Kemudian
menurut Grogan (2008) secara singkat persepsi tubuh merupakan gambaran
dari tubuh kita sendiri yang kita bentuk dalam pikiran kita, yaitu bagaimana
penampilan tubuh muncul pada diri kita sendiri. Secara singkat, persepsi tubuh
dapat diartikan sebagai gambaran dan penilaian seseorang mengenai
penampilannya sendiri baik itu positif maupun negatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2. Aspek-Aspek Persepsi Tubuh
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan aspek-aspek dari persepsi
tubuh menurut Cash (2016) yaitu; Appearance evaluation, Appearance
orientation, Fitness evaluation, Fitness orientation, Health evaluation, Health
orientation, Illness orientation, Body areas satisfaction, Overweight
preoccupation, dan Self-classified weigh. Kesepuluh aspek tersebut akan
dipaparkan sebagai berikut:
a. Appearance Evaluation (Perasaan mengenai Penampilan)
Appearance Evaluation merupakan suatu perasaan seseorang
mengenai daya tarik fisik atas kepuasan atau ketidakpuasan terhadap
penampilannya. Seseorang yang memiliki nilai tinggi cenderung lebih
puas dengan penampilannya, sedangkan orang dengan nilai rendah
cenderung merasa tidak puas dengan penampilan fisiknya.
b. Appearance Orientation (Pemahaman mengenai Penampilan)
Appearance Orientation adalah luasnya pandangan seseorang
mengenai penampilannya. Orang yang memiliki nilai yang tinggi lebih
mementingkan penampilan mereka, memperhatikan penampilan mereka,
dan melakukan perawatan pada tubuhnya. Sedangkan orang yang memiliki
nilai rendah, cenderung apatis tentang penampilan mereka. Mereka merasa
bahwa penampilan bukanlah suatu hal yang terlalu penting dan mereka
tidak berusaha banyak untuk "terlihat baik".
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
c. Fitness Evaluation (Perasaan mengenai Kebugaran Fisik)
Fitness Evaluation merupakan perasaan seseorang mengenai sehat
atau tidak sehat dirinya secara fisik. Orang dengan nilai yang tinggi
merasa diri mereka sehat secara fisik dan terlihat dalam bentuk tubuh yang
atletik, aktif, dan kompeten. Orang dengan nilai tinggi juga cenderung
terlibat aktif dalam aktivitas untuk meningkatkan kebugaran. Sedangkan
orang dengan skor lebih rendah merasa tidak sehat secara fisik, memiliki
bentuk tubuh yang tidak bagus atau tidak atletik serta tidak kompeten.
Orang dengan nilai rendah juga cenderung tidak menghargai kebugaran
fisik dan tidak secara teratur melakukan aktivitas olahraga dan
membiasakannya dalam gaya hidup mereka.
d. Fitness Orientation (Pemahaman mengenai Kebugaran Fisik)
Fitness Orientation adalah luasnya suatu pandangan seseorang
mengenai anggapan sehat secara fisik atau kompeten secara atletik. Nilai
tinggi akan diperoleh oleh orang yang menghargai kebugaran dan secara
aktif terlibat dalam aktivitas untuk meningkatkan atau mempertahankan
kebugaran mereka. Sedangkan nilai yang rendah akan didapatkan oleh
orang yang cenderung tidak menghargai kebugaran fisik dan tidak secara
teratur melakukan aktivitas olahraga dan membiasakan ke dalam gaya
hidup mereka.
e. Health Evaluation (Perasaan mengenai Kesehatan)
Health Evaluation merupakan perasaan seseorang mengenai
kesehatan fisik atau kebebasan dari penyakit fisik. Orang dengan nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
tinggi merasa tubuh mereka sehat. Sedangkan orang dengan skor rendah
merasa tidak sehat dan mengalami gejala penyakit atau kerentanan pada
suatu penyakit.
f. Health Orientation (Pemahaman mengenai Kesehatan)
Health Orientation adalah luasnya pandangan seseorang mengenai
gaya hidup sehat secara fisik. Seseorang dengan nilai tinggi akan
cenderung sadar akan kesehatan dan mencoba menjalani gaya hidup sehat.
Sedangkan seseorang dengan nilai rendah lebih apatis tentang kesehatan
mereka.
g. Illness Orientation (Pemahaman mengenai Penyakit)
Illness Orientatiton merupakan suatu pandangan atau reaktivitas
seseorang mengenai penyakit. Seseorang dengan nilai tinggi cenderung
waspada terhadap gejala penyakit fisik dan cenderung mencari tahu
tentang penanganan medis yang kira-kira dibutuhkan. Orang dengan nilai
rendah cenderung tidak terlalu waspada terhadap gejala fisik penyakit.
h. Body Areas Satisfaction (Kepuasan terhadap Bagian Tubuh)
Body Areas Satisfaction merupakan penilaian seseorang mengenai
kepuasan atau ketidakpuasan terhadap bagian tubuhnya. Seseorang dengan
nilai tinggi umumnya menyukai dan puas pada sebagian besar wilayah
tubuh mereka. Sedangkan orang dengan nilai yang rendah cenderung tidak
senang dengan ukuran atau penampilan beberapa daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
i. Overweight Preoccupation (Kecemasan menjadi Gemuk)
Overweight Preoccupation merupakan penilaian seseorang
mengenai sebuah konstruksi yang mencerminkan kegelisahan dan
kewaspadaan pada berat badan, diet, dan pengendalian makan. Semakin
tinggi nilai yang dimiliki seseorang maka semakin ia berusaha untuk
menjaga berat badannya agar tetap ideal.
j. Self-Classified Weight (Kemampuan Mengategorikan Bentuk
Tubuh)
Self-Classifoed Weight merupakan pandangan dan pemberian label
pada berat seseorang, dari yang sangat kurus hingga sangat kelebihan berat
badan. Orang yang memiliki skor tinggi akan lebih mudah untuk
menentukan atau menilai berat badannya dan juga orang lain dan ia juga
akan memiliki pandangan yang hampir sama dengan orang lain ketika
menentukan berat badan seseorang.
Menurut Cash (2016) dalam variabel persepsi tubuh terdapat sepuluh
aspek yang terdapat di dalamnya. Aspek Appearance, Fitness, dan Helath
masing-masing terbagi menjadi dua yaitu orientation dan evaluation. Bagian
orientation menekankan pada pandangan atau penilaian seseorang, sedangkan
pada bagian evaluation lebih menekankan pada perasaan seseorang mengenai
suatu hal dalam dirinya. Selain itu, masih ada empat aspek yang lain yaitu
Illness Orientation, Body Areas Satisfaction, Overweight Preoccupation, dan
Self-Classified Weigh. Berdasarkan sepuluh aspek yang telah dijelaskan di atas,
persepsi tubuh memiliki dua kategori yaitu rendah dan tinggi. Jadi, penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
tinggi rendahnya persepsi tubuh remaja akan dilihat dari perolehan nilai dari
sepuluh aspek tersebut.
3. Faktor-faktor Persepsi Tubuh
Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi persepsi tubuh yaitu usia,
kelas sosial, kultural, seksualitas, dan juga media. Faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi tubuh tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi
tubuh. Grogan (2008) mengatakan bahwa, baik anak laki-laki dan juga
perempuan mulai kritis terhadap tubuh mereka ketika memasuki usia pra
remaja. Sehingga dimulai dari usia praremaja, seseorang akan mulai
memberikan penilaian kepada tubuhnya. Seorang remaja mulai merasa di
bawah tekanan untuk menjadi lebih langsing ketika mereka berada di
Sekolah Dasar. Remaja juga cenderung menginginkan berat badan yang
normal, sehingga tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus (Grogan,
2008).
b. Kelas Sosial
Kelas sosial juga akan mempengaruhi bagaimana seseorang
menilai tubuhnya. Seseorang yang berada dalam kelas sosial yang lebih
tinggi akan cenderung lebih memperhatikan penampilan dan perawatan
tubuh yang ia jalani. Sebagai contoh, seorang perempuan yang berada
dalam kelas sosial yang lebih tinggi memiliki perhatian yang lebih
mengenai tubuhnya dan cara diet yang akan dilakukannya. Kelas sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
yang lebih tinggi akan cenderung melihat tubuh dari segi estetik dan bukan
fungsionalnya sehingga akan cenderung mengikuti kegiatan olahraga agar
penampilannya tetap terjaga (Grogan, 2008).
c. Etnik/kultural
Pengaruh sosiokultural telah terbukti signifikan dalam menentukan
standar kecantikan dan menunjukkan betapa pentingnya penampilan bagi
seseorang. Pengaruh ini terdiri dari konteks sosial secara umum yang
digambarkan melalui gambar dan pesan media, mainan yang dijual di toko,
dan masukan dari orang-orang terdekat (Smolak & Thompson, 2009).
Setiap negara memiliki standar kecantikan yang berbeda-beda, hal itulah
yang membuat kepuasan dan penilaian terhadap tubuh berbeda-beda di
setiap negara (Grogan, 2008). Grogan (2008) juga mengatakan bahwa
pada usia remaja gadis Asian cenderung lebih mungkin merasa bahwa
mereka kelebihan berat badan dan lebih banyak terlibat dalam program
diet dan konsumsi pil diet yang tidak sehat jika dibandingkan dengan gadis
African dan American.
d. Seksualitas
Dalam hal seksualitas, seseorang akan lebih menyukai atau menilai
lebih baik tentang pasangan yang sehat dan juga bugar. Oleh karena itu
seseorang akan berusaha untuk terlihat menarik dan berusaha untuk
menjadi seperti apa yang diinginkan oleh pasangannya (Grogan, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
e. Media
Media juga membawa pengaruh tersendiri dalam penilaian
terhadap tubuh seseorang. Tayangan dalam media, memiliki pengaruh
terhadap internalisasi seseorang mengenai bentuk tubuh ideal, kurus yang
ideal, dan ketidakpuasan terhadap diri (Cash & Smolak, 2011). Media
khususnya media sosial dapat mempengaruhi persepsi tubuh seseorang
(Fardouly & Vartanian, 2016). Media sosial dapat berpengaruh pada
persepsi tubuh ketika penggunanya aktif dalam membandingkan dirinya
dengan tayangan di akun media sosialnya. Fardouly dan Vartanian (2016)
juga mengatakan bahwa media sosial yang lebih berbasis pada gambar
seperti Instagram dan Snapchat memiliki peluang lebih besar untuk
mempengaruhi persepsi tubuh seseorang.
Setiap negara memiliki standar kecantikan yang berbeda-beda,
penilaian standar tersebut didapatkan dari tayangan di media (Grogan,
2008). Orang dengan usia dan juga kelas sosial yang berbeda akan
memberikan penilaian serta menunjukkan sikap yang berbeda pula pada
standar yang ditunjukkan oleh media. Selain itu, bagaimana seseorang
menilai tubuhnya juga dipengaruhi oleh penilaian pasangannya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dilihat bahwa persepsi tubuh dapat
dipengaruhi oleh lima faktor yaitu usia, kelas sosial, kultural, seksualitas,
dan juga media.
Selanjutnya di bawah ini akan dijelaskan mengenai bagaimana
proses seseorang mengenai dalam memersepsi tubuhnya dan seperti apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
dampak-dampak yang ditimbulkan baik dari persepsi tubuh yang tinggi
dan juga rendah. Penelitian ini akan lebih banyak membahas faktor usia,
etnik/kultural, serta media sebagai faktor yang mempengaruhi persepsi
tubuh.
4. Proses dan Dampak
Setelah memaparkan definisi persepsi tubuh, aspek-aspek, serta faktor-
faktor yang mempengaruhi di bawah ini akan dijelaskan mengenai proses
seseorang menilai tubuhnya serta dampaknya bagi diri sendiri dan orang lain.
Dalam beberapa tahun pertama kehidupan, tidak ada perbedaan besar
yang terlihat antara anak laki-laki dan anak perempuan dalam menggambarkan
dirinya akan tetapi ketika masih dalam kandungan, janin sudah mulai bisa
merasakan bahwa tubuh mereka berbeda dengan lingkungannya (Lowes &
Tiggemann 2003 dalam Smolak & Thompson, 2009). Pada usia 2 tahun anak-
anak baru memiliki perasaan yang jelas mengenai siapa dirinya. Hal tersebut
dapat dilihat dari refleks anak yang menoleh ketika ada orang yang memanggil
namanya. Kemudian pada usia prasekolah yaitu 4-6 tahun anak-anak mulai
membandingkan perilaku mereka dengan salah satu anak lain dan pada usia
tersebut anak cenderung lebih menginginkan tubuh dengan ukuran yang lebih
besar dari dirinya. Sebagian besar anak perempuan lebih memilih untuk
menjadi lebih kurus, dan ini dapat terjadi pada anak perempuan yang berusia 5
tahun. Lowes dan Tiggemann (2003 dalam Smolak & Thompson, 2009)
menemukan 59% gadis berusia 5 sampai 8 tahun memilih sosok ideal yang
lebih kurus dari sosok mereka saat ini. Ketika usia 8 tahun barulah seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
anak mulai membandingkan dirinya dengan lebih banyak anak lain (Cash &
Smolak, 2011). Dalam usia sekolah dasar, peran teman sebaya juga
memberikan dampak yang besar pada persepsi tubuh terutama pada anak
perempuan. Karena pada lingkaran pertemanannya, mereka akan bertukar
informasi mengenai body attitudes (Paxton et al 1999 dalam Smolak &
Thompson, 2009).
Sebuah sistem norma kecantikan menyatakan gagasan tubuh ideal
yang hampir mustahil, perempuan diharapkan memiliki tubuh yang langsing
namun berpayudara besar (Grogan, 2008). Studi penggambaran tubuh wanita
di media telah menemukan bahwa penampilan model akan menjadi kurus dan
semakin kurus antara tahun 1960an dan 1980an (Grogan, 2008). Brownmiller
(1984 dalam Grogan, 2008) juga mengatakan bahwa tubuh perempuan telah
dikendalikan dan dibatasi oleh peradaban sehingga pengaruh dari budaya di
lingkungan menjadi faktor yang secara signifikan menunjukkan bagaimana
gambaran tubuh yang ideal dan pentingnya penampilan pada perempuan.
Pengaruh dalam berpenampilan dapat dengan mudah ditemui di media,
mainan anak yang di jual di toko-toko, dan juga informasi dari orang tua dan
orang terdekat dari anak. Ketika anak tumbuh dan masuk pada usia remaja,
Hurlock (1973) mengatakan bahwa perempuan menjadi lebih peduli dengan
perkembangan tubuh mereka karena bagi mereka tubuh mereka lebih terkait
erat dengan peran mereka dalam kehidupan, terutama dalam perkawinan dan
pernikahan. Hal tersebut membuat perempuan mencoba untuk menyesuaikan
diri dengan estetika yang berlaku, dan hal ini berhasil melemahkan perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
secara fisik dan lebih bergantung pada pria sehingga penilaian perempuan
terhadap diri mereka cenderung rendah.
Selain itu, Eagly et.al (1991 dalam Grogan, 2008) mengemukakan
bahwa efek stereotip daya tarik fisik paling kuat adalah untuk persepsi
kompetensi sosial (sociability and popularity). Salah satu proses yang
mempengaruhi tingkat ketidakpuasan terhadap tubuh adalah ketika seseorang
mulai peka dan sadar pada penilaian sosial (Smolak & Thompson, 2009). Oleh
karena itu, perempuan khususnya pada usia remaja cenderung tidak mau kalah
dan berusaha untuk mencapai tubuh yang ideal menurut penilaian teman
sebayanya. Ketidakpuasan terhadap tubuh dapat menjadi suatu penyebab
seseorang menjadi tertekan dan melakukan perilaku ekstrem mengubah
tubuhnya untuk menghindari penilaian negatif (Smolak & Thompson, 2009).
Konsen pada berat dan bentuk tubuh juga merupakan suatu prediksi
peningkatan pada permasalahan makan seperti diet, dorongan untuk menjadi
kurus, simptom bulimia, bigne eating, dan sindrom BN. Persepsi tubuh juga
dapat dijadikan prediktor dari keseluruhan well-being. Ketidakpuasan terhadap
tubuh akan menimbulkan perkembangan self esteem yang rendah.
Sebaliknya, ketika seseorang memiliki penilaian yang positif terhadap
tubuhnya, ia akan cenderung puas dan lebih menghargai dirinya (Grogan,
2008). Orang yang puas terhadap tubuhnya dapat dilihat dari bagaimana ia
menghargai dirinya sebagai pribadi yang unik dan berbeda dari orang lain.
Perasaan puas terhadap tubuh juga akan memunculkan perasaan nyaman,
percaya diri, merasa menarik, dan juga merasa bahagia dengan tubuhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Orang yang merasa puas dengan tubuhnya akan memiliki kontrol diri yang
baik sehingga ia akan memiliki koneksi dengan tubuhnya dan dapat segera
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh tubuhnya (Cash & Smolak, 2011).
Perasaan puas terhadap tubuh juga akan meningkatkan kemampuan seseorang
dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal relationship),
meningkatkan perilaku altruistik, waspada terhadap penyakit, dan membangun
daya tahan tubuh. Perasaan-perasaan positif tersebut akan terpancar dari
perilaku seseorang yang akan berusaha untuk mendorong dan meyakinkan
orang lain untuk mencintai dan menghargai tubuhnya. Orang tersebut juga
akan cenderung tidak terpengaruh oleh media-media yang menampilkan sosok
tubuh yang ideal dalam masyarakat saat ini (Cash & Smolak, 2011).
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa usia, kelas sosial,
etnik/kultural, seksualitas, serta media merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi tubuh. Pada bagian proses dan dampak juga telah
dipaparkan mengenai dampak penilaian yang positif serta negatif pada tubuh bagi
diri sendiri dan orang lain. Pada bagian selanjutnya, peneliti akan mengaitkan
persepsi tubuh remaja pada karakteristik siswi sekolah homogen.
D. Persepsi Tubuh Remaja Siswi Sekolah Homogen
Ketika memasuki usia remaja awal terdapat perbedaan yang signifikan
antara laki-laki dan perempuan dalam menilai tubuh ideal. Semua remaja baik itu
laki-laki maupun perempuan pasti memiliki minat untuk mengikuti perkembangan
tubuh mereka. Pada usia 9-12 tahun, melalui perbincangan antar teman, remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
akan mulai membandingkan tubuh mereka dan memperbincangkan mengenai
berat badan yang berujung pada meningkatnya ketidakpuasan terhadap tubuh.
Tingkat perasaan puas dengan tubuh atau berbagai bagiannya, lebih penting bagi
remaja perempuan daripada laki-laki karena masyarakat memberi nilai lebih pada
penampilan remaja perempuan (Smolak & Thompson, 2009). Pada usia remaja,
perempuan lebih merasa tidak puas pada tubuhnya daripada laki-laki Knauss,
Paxton, dan Alsaker (2007 dalam Smolak & Thompson, 2009). Lebih dari 70%
remaja perempuan yang tidak puas terhadap bentuk tubuhnya ingin menjadi lebih
kurus. Penghargaan diri yang rendah akan mengembangkan pemikiran bahwa
tubuh yang kurus merupakan suatu keharusan dan sangat penting, hal itu tentu
saja akan meningkatkan rasa tidak puas terhadap tubuh (Smolak & Thompson,
2009). Jika remaja tidak puas dengan tubuhnya setelah transformasi masa pubertas,
ia akan mengembangkan perasaan cemas dan tidak aman (Hurlock, 1973) berbeda
dengan orang dewasa baik laki-laki atau perempuan merasa lebih puas dengan
tubuhnya terutama saat mereka berusia 60-85 tahun (Cash & Smolak, 2011).
Persepsi tubuh yang positif memainkan peran penting dalam membina
perkembangan psikologis dan fisik yang sehat pada anak perempuan. Sebaliknya,
persepsi tubuh yang buruk memiliki berbagai konsekuensi negatif (Smolak &
Thompson, 2009).
Lee dan Bryk (dalam Guglielmi, 2010) mengatakan bahwa sekolah
homogen membantu untuk menanggulangi jenis kelamin yang lain dalam
mempengaruhi gambaran diri seseorang karena pada usia remaja merupakan
periode yang riskan dalam membangun sikap terhadap dirinya sendiri. Remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
yang bersekolah di sekolah homogen memiliki kemauan yang tinggi untuk
mewujudkan apa yang ia inginkan sehingga mereka saling bersaing untuk
mendapatkan nilai yang tinggi terutama dalam bidang akademik (Tiggemann,
2001). Dalam wawancara dengan Loren Bridge ditemukan bahwa di sekolah
homogen tidak ada sexual harassment, dan bully dari siswa laki-laki sehingga
tidak adanya tekanan dari laki-laki di sekolah homogen perempuan membuat
remaja perempuan lebih mudah mengekspresikan diri dan lebih dekat dengan
teman-temannya yang lain sehingga mereka bersaing secara sehat untuk mencapai
kesuksesan (Knuckey, 2016). Hal tersebut berbeda dari siswi di sekolah heterogen
di mana remaja perempuan cenderung memperhatikan tubuhnya karena ada
penilaian dari teman sebaya yang berjenis kelamin laki-laki (Tiggemann, 2001).
Siswi di sekolah homogen cenderung memiliki evaluasi yang rendah terhadap
penampilan fisiknya sehingga daya tarik fisik cenderung tidak diperhatikan hal
tersebut disebabkan oleh reaksi sosial yang dimunculkan karena mereka hanya
berinteraksi dengan teman yang berjenis kelamin sama. Dari situ dapat
disimpulkan bahwa remaja perempuan yang bersekolah di sekolah homogen
memiliki penilaian yang tinggi pada tubuhnya.
E. Konformitas
Setelah memaparkan mengenai persepsi tubuh pada bagian sebelumnya,
pada bagian ini peneliti akan memaparkan mengenai definisi, aspek, serta faktor
yang mempengaruhi konformitas. Setelah itu, peneliti akan memaparkan proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
dan dampak ketika seseorang melakukan konformitas dan kemudian dilanjutkan
dengan konformitas yang dilakukan remaja perempuan di sekolah homogen.
1. Definisi Konformitas
Alldden (1965 dalam Cialdini & Trost, 1998) menyatakan bahwa para
ahli masih memunculkan pandangan yang bervariasi mengenai definisi dari
konformitas. Asch (1956 dalam Cialdini & Trost, 1998) berpendapat bahwa
konformitas berbeda dengan perilaku normatif, konformitas ditandai dengan
adanya suatu perpindahan posisi seseorang dari posisi awal ke posisi
bertentangan yang dimunculkan karena adanya perbandingan dengan orang
lain atau orang-orang di dalam kelompok. Baron dan Branscombe (2012)
mendefinisikan konformitas sebagai tekanan untuk berperilaku dengan cara
yang dipandang dapat diterima atau sesuai oleh kelompok atau masyarakat
pada umumnya. Menurut Taylor, Peplau, dan Sears (2009) konformitas adalah
tindakan yang secara sukarela dilakukan seseorang karena orang lain juga
melakukan hal yang sama. Dengan demikian, konformitas mengacu pada
perubahan perilaku seseorang agar sesuai dengan respon orang lain (Cialdini
& Goldstein, 2003) yang dilakukan karena adanya perbandingan dengan orang
lain dalam suatu group. Tekanan untuk mengubah perilaku muncul karena
adanya keinginan agar dapat diterima di lingkungannya
Konformitas dalam psikologi sosial tradisional, cenderung
mengabaikan dampak perkembangan teknologi pada pengalaman sosial
seseorang (Kende, Ujhelyi, Joinson & Greitemeyer, 2015). Dalam beberapa
tahun terakhir, seseorang dapat membuat dan berinteraksi dalam lingkaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
sosial baru dalam media sosial, dan untuk menavigasi modal sosial mereka
(Yoo, Choi, Choi & Rho, 2014). Hal ini menyajikan peluang yang tampaknya
tak terbatas bagi individu untuk tumbuh dan berkembang, sementara juga
memfasilitasi peredaran norma dan pengaruh sosial yang tidak akan dapat
diakses atau berpengaruh di dunia offline (Kende, et al., 2015). Pengaruh
sosial dalam media sosial akan membuat seseorang cenderung melakukan hal
yang juga disukai oleh orang yang ia kenal di media sosial (Egebrark &
Ekström 2011). Informasi dan akses yang lebih mudah secara online akan
memfasilitasi bentuk-bentuk baru konformitas, yang dapat mengarah pada
internalisasi keyakinan sosial baru dan mengubah cara orang bertindak (Yoo et
al., 2014)
Dari definisi yang sudah disebutkan oleh para ahli, dapat disimpulkan
bahwa konformitas adalah suatu tekanan yang mendorong seseorang untuk
mengubah perilakunya secara sukarela agar sesuai dan dapat diterima oleh
orang-orang dalam kelompoknya. Kemudahan mendapatkan informasi dari
media sosial tentunya akan mempermudah persebaran norma dan juga
pengaruh sosial, sehingga seseorang akan cenderung mengubah perilaku
berdasarkan informasi yang mereka dapatkan.
2. Aspek-aspek Konformitas
Ada beberapa motivasi yang mendorong seseorang untuk
menyesuaikan diri dengan orang lain. Cialdini dan Goldstein (2003)
memaparkan bagaimana konformitas memberikan kemudahan bagi seseorang
untuk mencapai tujuannya, yaitu memiliki keinginan untuk: berlaku efektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
dan tepat, membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain, dan
mempertahankan konsep diri. Berikut ini adalah penjelasan mengenai motivasi
yang mendasari perilaku konformitas:
a. Motivasi Akurasi
Keinginan untuk membentuk interpretasi akurat dari realita serta
berperilaku benar (Cialdini & Goldstein, 2003).
1) Perceived Concencus
Perceived Concencus merupakan persepsi mengenai
persetujuan umum bagaimana seseorang bereaksi terhadap
kepercayaan yang dianut oleh orang lain. Sehingga bergantung
pada tingkat keyakinan dan persetujuan dari orang tersebut.
2) Dynamical System
Individu yang menempati ruang sosial tertentu akan
cenderung menyesuaikan diri dengan sikap, kepercayaan dan
kecenderungan perilaku yang ditunjukkan oleh mayoritas hal itu
disebut Dynamical System.
3) Automatic Activation
Konformitas juga mungkin merupakan produk dari
automatic activation atau tujuan berorientasi afiliasi yang kurang
sadar, memberikan jalan pintas adaptif yang memaksimalkan
kemungkinan tindakan efektif terhadap sumber daya kognitif
seseorang dengan usaha yang minimal (Chartrand & Bargh 1999
dalam Cialdini & Goldstein, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
b. Motivasi Afiliasi
Didasarkan pada tujuan mendapatkan persetujuan sosial dari orang
lain (Cialdini & Goldstein, 2003).
1) Behavioral Mimicry
Behavioral mimicry dijuluki efek bunglon, istilah ini
menggambarkan perilaku yang cocok dengan postur, ekspresi
wajah, karakteristik vokal, dan perilaku yang terjadi di antara dua
individu atau lebih (Chartrand & Bargh 1999 dalam Cialdini &
Goldstein, 2003).
2) Gaining Social Approach
Individu sering terlibat dalam usaha yang lebih sadar dan
disengaja untuk mendapatkan persetujuan sosial dari orang lain,
untuk membangun hubungan yang bermanfaat dengan mereka, dan
dalam prosesnya, untuk meningkatkan harga diri mereka disebut
dengan gaining social approach (Cialdini & Goldstein, 2003).
Terdapat sedikit kesamaan antara sub aspek gaining social
approach dan automatic activation, perbedaannya adalah pada sub
aspek gaining social approach perubahan perilaku dilakukan
secara lebih sadar agar membangun suatu hubungan yang
bermanfaat bagi seseorang sedangkan pada automatic activation
dilakukan dengan kurang sadar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
c. Motivasi mempertahankan konsep diri.
Salah satu motivasi seseorang untuk menyesuaikan diri dengan
perilaku dan pandangan orang lain adalah untuk meningkatkan, menjaga,
dan memperbaiki harga dirinya. Oleh karena itu dapat dilihat bahwa
perilaku menyesuaikan diri memiliki peran dalam menegaskan konsep diri
seseorang. Seseorang yang fokus pada dasar-dasar harga dirinya seperti
sifat (self-attribute), akan memiliki kemungkinan yang lebih kecil untuk
menyesuaikan diri. Mempertahankan konsep diri dapat melalui cara
perlindungan harga diri maupun proses kategorisasi diri (Cialdini &
Goldstein, 2003). Dibawah ini, peneliti akan menjelaskan mengenai
perspektif dasar kategorisasi diri mengenai pengaruh mayoritas dan
minoritas, dan juga efek deindividuasi pada konformitas:
1) Majority and minority Influence
Majority and minority influence merupakan sejauh mana
seseorang mengidentifikasi sumber pesan, merupakan faktor
penting dalam menentukan strategi pemrosesan informasi yang
akan digunakan serta hasil usaha dan pengaruhnya. Pandangan
mengenai pengaruh mayoritas dan minoritas meningkatkan
ketertarikan dan dukungan pada perspektif kategorisasi diri. Efek
dari pengaruh mayoritas dan minoritas hanya dapat dilihat jika
seseorang menjadi anggota dari suatu group tertentu (David &
Turner 2001 dalam Cialdini & Goldstein, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
2) Deindividuation Effect
Deindividution effect adalah suatu proses di mana seorang
individu akan menyesuaikan perilakunya dengan norma lokal dan
situasi spesifik yang ditentukan oleh identitas kelompok (Cialdini
& Goldstein, 2003). Respons seseorang terhadap norma kelompok
bukanlah suatu proses tanpa berpikir atau irasional tetapi mungkin
saja merupakan proses sadar dan rasional yang berkaitan dengan
identitas diri (Spears et al, 2001 dalam Cialdini & Goldstein, 2003).
Postmes dan Spears (1998 dalam Cialdini & Goldstein, 2003)
mengungkapkan bahwa daripada terlibat dalam kegiatan anti
normatif, individu mengalami proses deindividuation yang tidak
sesuai dengan perilaku mereka, akan tetapi untuk mengikuti
norma-norma atau situasi khusus yang didefinisikan oleh identitas
kelompok.
3. Faktor-faktor Konformitas
Dalam kondisi tertentu seseorang akan cenderung menyesuaikan
perilakunya dengan orang lain (Cialdini & Trost, 1998). Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi sikap seseorang dalam menentukan perilakunya,
apakah ia akan menyesuaikan diri pada lingkungannya atau membangkang.
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi konformitas, yaitu sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
a. Cohesiveness (Kohesivitas)
Cohesiveness merupakan salah satu cara seseorang untuk mencoba
menyesuaikan diri dengan cara mengikuti perilaku yang berlaku dalam
situasi tertentu dan didasarkan pada pengaruh orang lain. Seseorang
melakukan hal tersebut agar dapat diterima oleh anggota kelompok. Jadi,
semakin seseorang ingin menjadi anggota dan diterima oleh anggota
lainnya, semakin orang itu berusaha untuk menghindari melakukan
sesuatu yang akan memisahkan dirinya dari kelompok tersebut (Baron &
Branscombe, 2012).
b. Ukuran Kelompok
Ukuran kelompok juga mempengaruhi karena konformitas
cenderung meningkat apabila ukuran kelompok meningkat, setidaknya
sampai titik tertentu (Sarwono, 2014). Jadi semakin banyak jumlah orang
dalam kelompok yang berperilaku dengan cara tertentu, maka akan
semakin besar pula kecenderungan seseorang untuk menyesuaikan diri
dengan melakukan apa yang orang-orang tersebut lakukan (Baron &
Branscombe, 2012).
c. Komitmen pada kelompok
Komitmen adalah suatu kekuatan positif maupun negatif yang
membuat individu tetap berhubungan atau tetap setia berada dalam
kelompok (Taylor et al., 2009). Kekuatan positif tersebut misalnya adalah
rasa suka atau rasa percaya yang membuat kelompok tersebut bekerja
dengan baik. Dan kekuatan negatif adalah halangan keluar karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
seseorang telah berinvestasi besar dalam kelompok tersebut, sehingga ia
akan mengalami kerugian jika keluar dari kelompok tersebut. Semakin
besar komitmen seseorang terhadap kelompok, semakin besar tekanan ke
arah konformitas terhadap standar kelompok (Taylor et al., 2009).
d. Norma Sosial
Norma sosial akan mempengaruhi perilaku hanya jika norma
tersebut relevan pada orang-orang yang terlibat pada saat atau situasi
tertentu (Baron & Branscombe, 2012). Seseorang yang berhadapan dengan
mayoritas yang kompak akan cenderung menyesuaikan diri dengan
mayoritas itu (Taylor et al., 2009). Norma sosial dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Deskriptif
Norma Deskriptif menggambarkan apa yang akan
dilakukan oleh kebanyakan orang dalam suatu situasi. Norma
deskriptif mempengaruhi perilaku dengan cara memberikan
informasi yang spesifik untuk dilakukan dan perilaku seperti apa
yang diterima dan tidak diterima dalam situasi tertentu (Baron &
Branscombe, 2012).
2) Injunctive
Norma injunctive adalah norma umum yang menentukan
perilaku seperti apa yang disetujui atau tidak disetujui dalam
situasi tertentu dengan pertimbangan secara etis dan tidak etis
(Cialdini & Goldstein, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
e. Keinginan Individuasi
Masing-masing orang memiliki kesediaan yang berbeda untuk
melakukan hal-hal yang secara mencolok berbeda dengan orang lain.
Beberapa orang lebih suka melebur dalam kelompok dan mengikuti opini
kelompok, sedangkan sebagian lainnya memilih tampil berbeda (Taylor et
al., 2009). Jadi keputusan seseorang untuk mengikuti keinginan kelompok
atau tidak, bergantung pada seberapa tingkat keinginan individuasi mereka.
4. Proses dan Dampak
Seseorang akan merasa sangat tidak nyaman dan tertekan bila ia
memiliki pendapat atau perilaku yang berbeda dari kebanyakan orang di
sekitarnya karena pada umumnya pendapat atau perilaku dari pihak minoritas
akan berujung pada ejekan (Asch, 1956; Crutchfield, 1955; Deutsch & Gerard,
1955, Schachter, 1951 dalam Cialdini & Trost, 1998). Untuk menghindari rasa
tidak nyaman tersebut, kebanyakan orang akan memilih untuk menyesuaikan
dirinya dengan orang di sekitarnya. Perubahan pendapat atau perilaku tersebut
akan semakin meningkat ketika seseorang diminta untuk menyampaikannya
secara langsung dalam kelompok yang besar, dan akan cenderung menurun
ketika respon disampaikan secara personal (Cialdini & Trost, 1998). Hal
tersebut juga dirasakan oleh seseorang yang mulai memasuki usia remaja
dimana mereka ingin selalu terlihat baik di depan teman sebayanya. Remaja
memilih untuk menyesuaikan diri mereka dengan teman sebayanya agar
mereka tidak dijauhi oleh-teman-temannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Penyesuaian diri pada remaja terjadi karena adanya 2 motivasi yang
mempengaruhi konformitas yaitu; 1) seseorang akan cenderung bersikap
konform ketika tujuannya ingin membuat suatu penilaian yang valid sehingga
ia tidak akan merasa sendirian dalam memberikan jawaban atau berperilaku.
2) seseorang akan cenderung merasa lebih percaya diri ketika ada orang lain
yang sependapat dengan dirinya sehingga seseorang bersikap konform agar
dapat meningkatkan persetujuan terhadap diri sendiri, karena jika ia berbeda
dari orang lain ia akan cenderung merasa cemas dan bersalah (Kiesler &
Kiesler, 1969; Myers, 1996 dalam Cialdini & Trost, 1998; Cialdini &
Goldstein, 2003). Ketika berada dalam kondisi yang demikian akan ada 2 jenis
perilaku individu yang berbeda dalam menentukan sikap, yang pertama adalah
early conformist yaitu mereka yang akan terus menerus menyesuaikan diri
dengan kelompok mereka (konformitas tinggi). Sarwono (2001 dalam Susanti
& Nurwidawati, 2014) mengatakan bahwa ada pengaruh positif yang
diberikan ketika seseorang menyesuaikan diri dengan kelompoknya di
antaranya hubungan akrab yang diikat oleh minat yang sama, kepentingan
bersama dan saling membagi perasaan, setia saling tolong menolong untuk
memecahkan masalah bersama, juga adanya perasaan gembira akibat
penghargaan terhadap diri dan hasil usaha dan prestasinya. Hal tersebut
memegang peranan penting dalam menumbuhkan rasa percaya diri individu
tersebut, sehingga ikatan emosi bertambah kuat dan saling membutuhkan.
Akan tetapi Sarwono dan Meinarno (2014) mengatakan ada pula pengaruh
negatif dari konformitas yaitu seseorang akan cenderung tidak memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
pendirian dan hanya mengikuti temannya sehingga bisa berujung pada
perkelahian serta perilaku-perilaku negatif yang lainnya.
Jenis yang kedua adalah non conformist (konformitas rendah),
kelompok ini cenderung memilih bertahan dalam perselisihan atau perbedaan
pendapat dan tetap berdiri secara independen (Cialdini & Trost, 1998). Tingkat
konformitas yang rendah menunjukkan bahwa remaja dapat memberikan
keputusan tanpa takut ditolak oleh kelompok.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa kohesivitas, ukuran kelompok,
komitmen pada kelompok, norma sosial, serta keinginan individuasi merupakan
faktor yang mempengaruhi konformitas. Proses dan dampak dari tingkat
konformitas yang tinggi dan juga rendah juga sudah peneliti paparkan pada bagian
sebelumnya. Pada bagian selanjutnya, peneliti akan menjelaskan mengenai
dinamika konformitas pada remaja sisi sekolah homogen.
F. Konformitas Remaja Siswi Sekolah Homogen
Sebagai makhluk sosial, tentu saja seorang indivdu akan melakukan
interaksi dengan individu yang lainnya. Begitu pula dengan remaja, sesuai dengan
teori Erikson (dalam Papalia, Olds, Feldman, & Gross, 2008) dikatakan bahwa
remaja berada pada fase di mana ia ingin dikenal dan diterima oleh kelompok
peer-nya. Remaja memperlihatkan upaya mencari kesamaan dan kesinambungan
dengan orang lain untuk menjelaskan arti kehadiran mereka. Identifikasi diri ini
muncul ketika remaja memilih nilai dan orang tempat ia memberikan loyalitasnya
seperti pada teman sebayanya. Pada masa ini rentan bagi remaja untuk mencoba-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
coba. Dari dulu pria cenderung memegang jabatan dan posisi status yang lebih
tinggi di banyak masyarakat daripada perempuan (Herdiansyah, 2016). Ada
hubungan antara status dan kerentanan terhadap pengaruh sosial, status yang lebih
rendah menyebabkan kecenderungan yang lebih besar untuk menyesuaikan diri
Eagly (1987 dalam Baron & Branscombe, 2012) itulah sebabnya perempuan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk berlaku konform.
Bagi remaja perempuan yang bersekolah di sekolah homogen, banyak
sekali hal yang dapat dijadikan pembanding dengan dirinya. Hal tersebut
dikarenakan banyaknya dinamika yang mereka lakukan dengan teman sebaya
yang berjenis kelamin sama sehingga terdapat kecenderungan untuk tidak mau
kalah. Siswi di sekolah homogen berlomba-lomba untuk mendapatkan prestasi
yang tinggi. Lee & Bryk (1986) mengatakan bahwa sekolah homogen khususnya
perempuan memberikan manfaat dalam kaitannya dengan prestasi akademik, juga
pandangan terhadap peran jenis. Keinginan yang tinggi untuk berprestasi
membuat remaja perempuan di sekolah homogen merasa tidak perlu memenuhi
harapan dari kelompoknya sehingga kecenderungan untuk melakukan konformitas
menjadi rendah.
G. Hubungan Antara Konformitas dan Persepsi Tubuh Remaja Siswi
Sekolah Homogen
Budaya masyarakat di Indonesia cenderung bersifat kolektivistik, dan ciri
khas dari budaya ini adalah konformitas. Dengan demikian maka orang-orang
mudah mengikuti kegiatan, aktivitas, ataupun tren yang diikuti oleh banyak orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Hal tersebut membuat masyarakat Indonesia cenderung menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan mengikuti tren yang sedang berlangsung agar tidak dianggap
aneh oleh lingkungan sekitarnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa budaya Barat
mempromosikan suatu bentuk tubuh yang tidak realistis bagi perempuan,
ketidaksesuaian terhadap gambaran ideal tubuh ini menyebabkan penolakan sosial.
Chapkis (1986 dalam Grogan, 2008) berpendapat bahwa perempuan
ditindas oleh industri periklanan, media komunikasi, dan industri kosmetik.
Media-media tersebut mempromosikan tren mengenai kecantikan yang kebarat-
baratan bagi perempuan di seluruh dunia. Para peneliti bersepakat bahwa tekanan
sosial untuk menyesuaikan diri dengan bentuk tubuh yang ideal lebih besar
dialami oleh perempuan daripada pada laki-laki (Grogan, 2008). Hal tersebut
menyebabkan perempuan akan selalu memperhatikan bagaimana penampilan
mereka dan adanya rasa ketidakpuasan terhadap tubuh membuat perempuan
berusaha untuk terlihat lebih menarik agar tidak dinilai negatif oleh
lingkungannya. Penjelasan di atas menunjukkan adanya kemungkinan bahwa
persepsi tubuh memiliki hubungan dengan konformitas pada remaja yang
bersekolah di sekolah homogen perempuan.
Penelitian dari Andriani & Ni’matuzahroh (2013) mengatakan bahwa
konsep diri yang rendah akan diikuti pula oleh konformitas yang tinggi. Salah satu
komponen dari konsep diri adalah persepsi tubuh. Disebutkan pula bahwa
persepsi tubuh memiliki pengaruh yang cukup besar pada konformitas. Penelitian
sebelumnya menjelaskan bahwa ada hubungan yang negatif antara konformitas
dan juga persepsi tubuh (Christanto, 2014; Handayani, 2011; Tiggemann, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Remaja mencoba untuk menyesuaikan diri dengan teman sebayanya dengan
membeli barang-barang yang akan membuatnya tampil lebih menarik. Perilaku
belanja tersebut terkadang melampaui batas sehingga remaja cenderung konsumtif
(Laili, Soeranti, & Pertiwi, 2015; Sebayang, Yusuf, & Priyatama, 2011; Yuliantari
& Herdiyanto, 2015). Remaja perempuan tahu bahwa mereka dapat menggunakan
kosmetik dan memilih pakaian untuk melakukan kamuflase bagian tubuh yang
mereka anggap buruk (Hurlock, 1973) sehingga ada kemungkinan bahwa remaja
perempuan cenderung menetapkan standar tertentu bagi tubuh mereka sesuai
dengan tayangan yang ia lihat dan berupaya agar dapat mencapai target tersebut.
Melalui apa yang remaja lihat di media komunikasi, ia berusaha untuk
menyesuaikan diri agar mencapai penilaian yang ideal. Penyesuaian diri tersebut,
mereka lakukan agar tidak mendapat mendapatkan penolakan dari lingkungan
sosial mereka terutama teman sebaya. Selain itu, remaja juga mencoba untuk
menyesuaikan diri dengan artis idola yang ia lihat di media karena remaja mulai
mengerti betapa pentingnya memperhatikan penampilan untuk memperoleh
pengakuan sosial.
H. Kerangka Konseptual
Seperti yang sudah dikatakan Hurlock (1973) pada bagian sebelumnya,
pada perempuan usia remaja dimulai dari 13 sampai dengan 18 tahun dengan
ditandai dengan menarche. Pada masa pubertas, banyak sekali perubahan-
perubahan yang akan dialami oleh remaja. Pada masa ini remaja memerlukan
orang lain seperti teman sebaya dan orang tua untuk memenuhi tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
perkembangannya tersebut. Orang tua dan teman sebaya memiliki peran yang
sangat penting dalam pengambilan keputusan bagi seorang remaja. Orang tua
memiliki peran yang penting dalam memberikan contoh perilaku yang nantinya
akan diimitasi oleh remaja perempuan, begitu pula dengan teman sebaya di mana
seorang remaja sangat membutuhkan pengakuan dari lingkungan sosialnya
terutama teman sebayanya (peer group). Dalam beberapa hal, remaja tetap masih
membutuhkan orang tua untuk menentukan pilihan, termasuk pilihan untuk
bersekolah di sekolah homogen (Mensinger, 2001).
Lingkungan sekolah tentu saja mempengaruhi perilaku remaja dalam
pergaulannya. Perasaan ingin diterima oleh teman sebaya membuat remaja
cenderung ingin mengikuti perilaku atau menggunakan pakaian, aksesoris bahkan
riasan yang saat itu sedang digemari oleh teman sebayanya. Tren fashion yang
sedang digemari tersebut remaja dapatkan dari media massa dan juga media sosial.
Dari akun-akun media sosial yang dimiliki, remaja mendapatkan informasi-
informasi mengenai gaya berbusana yang terbaru. Akan tetapi informasi-informasi
yang ditunjukkan di media sosial justru membuat remaja cenderung merasa
kurang percaya diri karena membandingkan dirinya dengan model-model yang
ditampilkan di media massa dan juga media sosial sehingga remaja cenderung
memiliki kepuasan yang rendah terhadap tubuhnya dan tentunya berpengaruh
pada penilaian terhadap tubuhnya yang juga akan cenderung rendah. Ketika
keinginan untuk tampil lebih menarik tidak dikelola dengan baik maka seorang
remaja akan memiliki penilaian dan kepuasan pada tubuh yang rendah sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
cenderung menimbulkan kecenderungan eating disorder karena terlalu
memaksakan diri untuk mendapatkan bentuk tubuh yang ideal.
Persepsi atau penilaian tubuh yang rendah akan berpengaruh pada
meningkatnya permasalahan makan seperti munculnya keinginan untuk diet
karena adanya dorongan untuk menjadi kurus, sehingga muncullah simptom
bulimia, bigne eating, dan sindrom BN (Grogan, 2008). Selain itu persepsi tubuh
yang rendah juga akan berpengaruh pada perkembangan self esteem yang rendah.
Perasaan-perasaan tertekan yang muncul akan berpengaruh pada munculnya
perilaku ekstrem dalam mengubah tubuh seperti implan, bahkan operasi plastik.
Hal tersebut membuat remaja tumbuh menjadi individu yang tidak bahagia dan
sehat mental. Akan tetapi bagi remaja yang tetap percaya diri dengan
penampilannya dan tidak terpengaruh dengan iklan-iklan dan model di media
sosial akan lebih menghargai dirinya sebagai pribadi yang unik dan berbeda dari
orang lain. Oleh karena itu akan muncul perasaan nyaman, percaya diri, merasa
menarik, dan juga merasa bahagia dengan tubuhnya. Remaja perempuan juga
akan memiliki kontrol diri yang baik sehingga ia akan memiliki koneksi dengan
tubuhnya dan dapat segera mengetahui apa yang dibutuhkan oleh tubuhnya. Hal-
hal tersebut tentu saja akan meningkatkan kemampuan remaja perempuan dalam
berhubungan dengan orang lain (interpersonal relationship), meningkatkan
perilaku altruistik, waspada terhadap penyakit, dan membangun daya tahan tubuh
oleh karena itu remaja tersebut lebih cenderung sehat mental. Jika digambarkan
dalam kerangka konseptual akan menjadi sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Gambar 1 Hubungan antara Konformitas dalam Media Sosial dan Persepsi Tubuh
Remaja Siswi Sekolah Homogen
I. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan dan
negatif antara konformitas dan persepsi tubuh pada remaja perempuan. Semakin
rendah sikap konformitas yang dilakukan remaja, maka semakin tinggi persepsi
tubuhnya. Sebaliknya, semakin tinggi sikap konformitas remaja, maka semakin
rendah persepsi terhadap tubuhnya.
Remaja siswi sekolah homogen
Belajar bersosialisasi dengan lingkungan
Remaja dengan perilaku konformitas
rendah
Remaja dengan perilaku konformitas
tinggi
Berdiri secara independen
Berani mengambil keputusan tanpa
takut ditolak
Merasa percaya diri dan nyaman
dengan dirinya
Ingin terlihat baik di mata teman
sebaya
Mengambil keputusan dan berlaku
sesuai dengan keinginan lingkungan
Remaja dengan persepsi tubuh tinggi Remaja dengan persepsi tubuh rendah
Menghargai diri
Memiliki kontrol dan koneksi diri
yang baik
Merasa puas dan bahagia dengan
tubuhnya, menjadi individu yang
sehat mental
Merasa tertekan
Melakukan perubahan pada
penampilan bahkan tubuhnya
Merasa kurang puas dengan
tubuhnya, menjadi individu yang
kurang sehat mental
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pengantar
Dalam bab sebelumnya, peneliti telah menjabarkan mengenai tinjauan
pustaka yang peneliti gunakan sebagai dasar dalam penyusunan penelitian ini.
Selanjutnya, peneliti akan menjelaskan mengenai metode penelitian yang akan
peneliti gunakan secara keseluruhan. Penjelasan akan dimulai dengan ulasan
mengenai rancangan penelitian, variabel penelitian, partisipan penelitian, prosedur
dan metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas dari skala, serta metode
dan teknik analisis data. Dalam bab ini, peneliti juga akan memberikan rancangan
atau blue print penelitian yang akan peneliti gunakan dalam penyusunan skala
konformitas dan juga skala persepsi tubuh.
B. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis
penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji suatu teori secara objektif dengan
cara meneliti hubungan antar variabel-variabel penelitian (Supratiknya, 2015).
Variabel-variabel penelitian harus dapat diukur sehingga dihasilkan data numerik
yang bisa dianalisis secara statistik (Creswell, 2009 dalam Supratiknya, 2015).
Desain penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah desain
surveys-analytics. Dengan metode surveys-analytics, peneliti hendak
menggambarkan dan membuat generalisasi pada suatu populasi mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
hubungan antara variabel-variabel yang akan diteliti berdasarkan sampel.
Kelebihan desain survei adalah sifatnya yang relatif sederhana untuk
mengidentifikasi keadaan populasi berdasarkan penelitian terhadap salah satu
sampel yang relatif kecil (Coolican, 2014).
C. Partisipan
Dalam bagian ini, peneliti akan menjelaskan populasi dan juga sampel
yang akan digunakan dalam penelitian. Penjelasan akan dimulai dari populasi dan
kemudian dilanjutkan dengan jumlah yang lebih sedikit yaitu sampel penelitian.
1. Populasi
Populasi adalah semua anggota yang berada dalam suatu kelompok
tertentu (Coolican, 2014). Partisipan yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah remaja yang berjenis kelamin perempuan. Adapun kriteria
partisipan dalam penelitian ini adalah remaja perempuan dalam rentang usia
13-21 tahun sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Hurlock, 1973).
Secara lebih spesifik peneliti memilih siswa SMA homogen khusus
perempuan di kota Yogyakarta untuk menjadi populasi. Di Yogyakarta
terdapat 3 sekolah homogen perempuan yang sesuai kriteria yaitu SMA
Stelladuce 1, SMA Stelladuce 2, dan juga SMA Santa Maria. Karena jumlah
populasi tersebut cukup besar, maka peneliti akan menggunakan sampel dari
populasi untuk menjadi partisipan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2. Sampel
Sampel adalah sub kelompok dari populasi target yang direncanakan
diteliti oleh peneliti untuk menggeneralisasikan hasil dari keseluruhan
populasi target (Coolican, 2014; Creswell, 2014). Dalam menentukan sampel,
peneliti menggunakan proses seleksi opportunity sample atau sering disebut
dengan convenience sampling (Coolican, 2014). Peneliti memilih teknik
convenience sampling karena anggota sampel akan dipilih berdasarkan
kemudahan atau ketersediaan untuk mengakses sampel yang sesuai dengan
kriteria partisipan yang akan diteliti (Coolican, 2014; Supratiknya, 2015).
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, populasi dari penelitian ini
adalah remaja perempuan yang bersekolah di sekolah homogen perempuan di
Yogyakarta. Selanjutnya, pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik
convenience sampling dengan pertimbangan kemudahan peneliti.
D. Identifikasi dan Definisi Variabel Penelitian
Di bawah ini akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai variabel-variabel
yang akan diteliti. Penjelasan dimulai dari identifikasi variabel, dan dilanjutkan
dengan definisi operasional dari variabel konformitas dan juga persepsi tubuh.
1. Identifikasi Variabel
Variabel adalah atribut atau karakteristik yang melekat pada individu
yang dapat diobservasi atau bahkan diukur serta bervariasi antara satu individu
dengan individu yang lainnya (Creswell, 2009 dalam Supratiknya, 2015).
Variabel yang dalam penelitian ini adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Variabel bebas : Konformitas dalam media sosial
Variabel terikat : Persepsi tubuh
2. Definisi Operasional
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing variabel:
a. Konformitas Media Sosial
Konformitas adalah suatu tindakan yang mengacu pada perubahan
perilaku seseorang agar sesuai atau sama dengan respon orang lain
(Cialdini & Goldstein, 2003). Kemudahan mendapatkan informasi dari
media sosial tentunya akan mempermudah persebaran norma dan juga
pengaruh sosial, sehingga seseorang akan cenderung mengubah perilaku
berdasarkan info yang mereka dapatkan (Egebrark & Ekström 2011;
Kende, et al., 2015; Yoo et al., 2014). Peneliti akan mengukur variabel
konformitas dengan skala konformitas yang terdiri dari tiga aspek yaitu
motivasi akurasi, motivasi afiliasi dan juga motivasi mempertahankan
konsep diri. Perilaku yang muncul dari tiga aspek tersebut adalah 1)
berperilaku sesuai dengan realita di lingkungannya karena adanya
keinginan untuk berperilaku benar, 2) melakukan hal yang sama dengan
orang lain agar mendapat persetujuan dari orang tersebut, 3)
mempertahankan harga diri melalui perlindungan harga diri maupun
proses kategorisasi diri (Cialdini & Goldstein, 2003). Perilaku konformis
ini akan diukur menggunakan alat ukur yang peneliti susun. Skala
konformitas ini akan melihat tingkatan dari perilaku konformitas remaja
perempuan berdasarkan nilai dari masing-masing item dalam skala, mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
dari perilaku konformitas yang rendah hingga tinggi. Semakin tinggi nilai
yang diperoleh, maka akan mengindikasikan bahwa partisipan memiliki
kecenderungan melakukan perilaku konformitas yang tinggi, begitu pula
sebaliknya.
b. Persepsi Tubuh
Persepsi tubuh adalah suatu sikap seseorang mengenai tubuhnya
yang berupa suatu penilaian baik itu positif maupun negatif (Cash &
Smolak, 2011). Skala persepsi tubuh akan digunakan untuk mengukur
variabel persepsi tubuh. Menurut Cash (2000) skala persepsi tubuh ini
dibagi menjadi sepuluh cara penilaian yaitu; 1) perasaan mengenai
penampilan (Appearance evaluation), 2) pemahaman mengenai
penampilan (Appearance orientation), 3) perasaan mengenai kebugaran
fisik (Fitness evaluation), 4) pemahaman mengenai kebugaran fisik
(Fitness orientation), 5) perasaan mengenai kesehatan (Health evaluation),
6) pemahaman mengenai kesehatan (Health orientation), 7) pemahaman
tentang penyakit (Illnes orientation), 8) kepuasan terhadap bagian tubuh
(Body area satisfaction), 9) kecemasan menjadi gemuk (Overweight
preoccupation), dan 10) kemampuan mengategorikan ukuran tubuh (Self-
classified weight). Penilaian terhadap tubuh ini akan diukur dengan skala
persepsi tubuh yang disusun oleh peneliti. Alat ukur ini akan melihat
tingkatan dari penilaian remaja perempuan terhadap tubuhnya berdasarkan
nilai dari masing-masing item dalam skala, mulai dari penilaian yang
rendah hingga tinggi. Semakin tinggi nilai yang diperoleh menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
semakin puas remaja pada tubuhnya dan cenderung positif penilaian
terhadap tubuhnya, begitu pula sebaliknya.
Setelah memaparkan mengenai identifikasi variabel serta definisi
operasional dari variabel dalam penelitian ini, peneliti akan menguraikan prosedur
pelaksanaan penelitian. Uraian prosedur dimulai dari awal penyusunan skala
hingga peneliti mendapatkan data yang mencukupi.
E. Prosedur Pelaksanaan
Pada prosedur pelaksanaan, peneliti mengawali penelitian dengan
menyusun skala konformitas dan skala persepsi tubuh. Peneliti menyusun item
dalam sebuah blue print untuk mempermudah peneliti menentukan indikator dan
menyusun item-item dari skala yang akan peneliti buat. Peneliti meminta bantuan
dari dosen pembimbing sebagai expert judgement untuk memberikan penilaian
mengenai sejauh mana pertanyaan-pertanyaan yang tercantum dalam skala sudah
sesuai dengan topik dan teori yang menjadi acuan peneliti. Peneliti juga meminta
bantuan dari 6 orang peer-rater untuk memberikan rating pada skala peneliti.
Penilaian tersebut bertujuan untuk melihat kesesuaian antara item yang peneliti
buat dengan teori yang diacu.
Setelah item-item diseleksi, terbentuklah skala konformitas dengan jumlah
56 item dan skala persepsi tubuh berjumlah 80 item. Setelah itu, peneliti
menyusun skala penelitian dalam google form. Dalam skala yang peneliti buat,
peneliti mencantumkan informed consent sebagai tanda persetujuan dari partisipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
untuk berpartisipasi. Selain itu, peneliti juga mencantumkan cara pengisian skala
agar mempermudah partisipan dalam pengisian skala ini. Dalam kolom identitas
peneliti hanya meminta partisipan untuk mengisikan nama berupa inisial, usia,
dan juga asal sekolah hal tersebut peneliti lakukan agar partisipan merasa aman
akan kerahasiaan data yang ia berikan. Peneliti juga mencantumkan identitas
peneliti secara jelas sehingga partisipan dapat menghubungi peneliti jika
partisipan memiliki pertanyaan mengani topik penelitian.
Setelah skala siap digunakan, peneliti menyebarkan skala penelitian dalam
bentuk google form ke siswa yang bersekolah di sekolah homogen. Untuk waktu
pengambilan data, peneliti mulai menyebarkan skala try out pada tanggal 25 Mei
2018 dan berakhir pada 4 Juni 2018. Peneliti mendapatkan 39 partisipan mengisi
skala try out yang peneliti buat. Setelah pengambilan data try out dirasa cukup,
peneliti kemudian melakukan seleksi item dengan melihat korelasi total antar item
untuk memilih item-item yang layak dijadikan item skala penelitian. Analisis
terhadap data yang sudah didapatkan dengan bantuan program SPSS for Windows
versi 22.
Setelah memeriksa validitas dan reliabilitas dari kedua skala yang peneliti
susun, terbentuklah skala konformitas dengan jumlah 34 item dan skala persepsi
tubuh dengan jumlah 37 item. Ketika telah mendapatkan persetujuan dari dosen
pembimbing, peneliti segera mengambil data penelitian pada partisipan remaja
usia 13-21 tahun dan sedang bersekolah di sekolah homogen perempuan di
Yogyakarta. Pengambilan data dimulai dari tanggal 17 Agustus 2018 sampai
dengan 13 September 2018. Penyebaran skala dilakukan secara online dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
bantuan ketua osis dan official account dari media sosial di setiap sekolah
homogen perempuan di Yogyakarta. Dari proses pengambilan data, peneliti
mendapatkan 246 partisipan.
F. Pengumpulan Data
Dalam bagian ini, peneliti akan menjelaskan mengenai metode dan alat
pengumpulan data yang akan peneliti gunakan. Penjelasan akan dimulai dari
metode pengumpulan data, sampai penyusunan alat pengumpulan data.
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
skala atau kuesioner agar peneliti mendapatkan data primer atau data yang di
dapatkan langsung dari partisipan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
pengumpulan data dengan menggunakan skala yang disebarkan kepada
partisipan penelitian dalam bentuk google form.
2. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala persepsi tubuh dan
skala konformitas yang peneliti susun berdasarkan tinjauan pustaka yang
peneliti jadikan acuan. Berikut adalah penjelasan mengenai kedua skala
tersebut:
a. Skala Konformitas
Skala konformitas berguna untuk mengukur bentuk-bentuk
perilaku konformitas yang dilakukan oleh remaja perempuan. Skala yang
peneliti susun berdasar pada teori yang dikemukakan oleh Cialdini dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Goldstein (2003). Peneliti menggunakan model skala Likert yang sedikit
dimodifikasi sehingga setiap itemnya memuat empat respon yaitu; SS
(Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak
Sesuai). Partisipan diminta untuk memilih satu dari empat pilihan respon
yang tersedia. Modifikasi jumlah pilihan jawaban dimaksudkan agar dapat
menghindari kecenderungan partisipan memilih jawaban netral. Hasil skor
yang tinggi dalam skala konformitas ini akan menunjukkan semakin
tingginya kecenderungan remaja untuk semakin konformis dengan
kelompoknya, begitu pula sebaliknya. Penskoran skala konformitas dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 1
Penskoran Skala Konformitas
Respon Penskoran
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Skor tinggi yang diperoleh dari skala ini mengindikasikan bahwa
partisipan memiliki kecenderungan yang tinggi dalam menyesuaikan diri
dengan orang lain di lingkungannya. Sedangkan skor yang rendah
mengindikasikan bahwa partisipan cenderung tidak mudah terpengaruh
untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Di bawah ini akan disajikan
blue print dari skala konformitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel 2
Blue Print Skala Konformitas
Konsep Aspek Sub Aspek Indikator
Motivasi Akurasi
Perceived
Concencus
Memutuskan sesuatu setelah diyakinkan oleh
orang lain.
Merasa melakukan suatu hal yang benar ketika
banyak orang juga melakukannya.
Dynamical
System
Berperilaku sesuai dengan situasi dan kondisi saat
itu.
Mengikuti apa yang dilakukan oleh kebanyakan
orang di lingkungannya.
Automatic
Activation
Mengikuti hal-hal yang dilakukan banyak orang
agar diterima di lingkungannya.
Menyesuaikan diri agar diperhatikan orang di
sekitarnya.
Motivasi Afiliasi Behavioral
Mimicry
Menyesuaikan perilaku dengan orang yang
diidolakan/ dikagumi.
Menyesuaikan penampilan dengan orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
diidolakan/dikagumi.
Gaining Social
Approach
Menirukan perilaku orang lain untuk menjaga
hubungan baik dengan mereka.
Merasa lebih berharga ketika diterima di
kelompok tertentu
Mempertahankan
konsep diri
Majority and
minority
Influence
Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan suara
mayoritas.
Tidak terpengaruh pada perilaku yang
dimunculkan minoritas.
Deindividuation
Effect
Menyesuaikan perilaku dengan identitas dan
norma kelompok.
Menunjukkan perilaku yang sesuai dengan situasi
kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Tabel 3
Sebaran Item Skala Konformitas untuk Uji Coba
Sub Aspek
Nomor Item
Total
Favorable Unfavorable
Perceived Concencus 45, 29, 27, 4 22,30, 56, 1 8
Dynamical System 41, 47, 5, 32 14,49, 17, 46 8
Automatic Activation 26, 44, 40, 48 2, 19, 35, 51 8
Behavioral Mimicry 36, 6, 18, 17 16, 23, 11, 24 8
Gaining Social Approach 53, 20, 9, 13 25, 54, 34, 33 8
Majority and minority
Influence
50, 39, 31, 8 42, 15, 55, 21 8
Deindividuation Effect 28, 10, 12, 3 52, 43, 37, 38 8
TOTAL 28 28 56
b. Skala Persepsi tubuh
Skala persepsi tubuh juga menggunakan model skala Likert yang
mengacu pada aspek-aspek dari teori yang dikemukakan oleh Cash (2000).
Dalam skala Persepsi tubuh ini terdapat empat respon yaitu; SS (Sangat
Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS (Sangat Tidak Sesuai).
Partisipan diminta untuk memilih satu dari empat pilihan respon yang
tersedia. Skala tersebut telah dimodifikasi oleh peneliti untuk menghindari
kecenderungan partisipan menjawab netral sebagai pilihannya. Hasil skor
yang tinggi dalam skala persepsi tubuh ini akan menunjukkan semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
tingginya penilaian remaja perempuan terhadap tubuhnya, dan sebaliknya.
Penskoran skala persepsi tubuh dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4
Tabel Penskoran Skala Persepsi tubuh
Respon Penskoran
Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Skor tinggi diperoleh oleh partisipan yang memiliki penilaian yang
tinggi dan cenderung positif serta puas terhadap tubuhnya. Sedangkan
partisipan yang memiliki skor rendah cenderung memiliki penilaian yang
rendah terhadap tubuhnya dan tidak puas pada tubuhnya. Pada halaman
selanjutnya, akan dipaparkan blue print dari skala persepsi tubuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel 5
Blue Print Skala Persepsi Tubuh
Konsep Aspek Indikator
Persepsi tubuh juga
merupakan suatu sikap
yang dimiliki oleh
seorang individu
terhadap tubuhnya
yang berupa suatu
penilaian baik itu
positif maupun negatif
(Cash & Smolak, 2011)
Appearance
evaluation
Merasa bangga dan percaya diri dengan kondisi fisiknya saat ini.
Tidak membandingkan tubuhnya dengan orang lain.
Appearance
orientation
Memperhatikan penampilan secara detail.
Memperhatikan fashion yang cocok untuk dipakai dan mengikuti tren yang
ada saat ini.
Fitness
Evaluation
Merasa memiliki fisik yang sehat dan tubuh yang atletis.
Merasa berkompeten dalam kegiatan yang membutuhkan aktivitas fisik.
Fitness
Orientation
Terlibat dalam aktivitas fisik untuk meningkatkan kebugaran.
Membiasakan diri untuk berolahraga dan menjadikan rutinitas dalam gaya
hidupnya.
Health Memiliki perhatian pada kesehatan tubuhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Evaluation Merasa sehat dan tidak mudah tertular penyakit.
Health
orientation
Mengetahui cara-cara hidup sehat.
Melakukan gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit.
Illnes Orientation
Waspada terhadap gejala penyakit fisik yang muncul.
Mencari tahu tentang penanganan medis yang tepat ketika merasa tidak sehat.
Body area
satisfaction
Merasa puas dengan bentuk dan ukuran dari setiap bagian tubuh yang dimiliki.
Merasa bahagia dengan setiap bagian tubuh yang dimiliki.
Overweight
preoccupation
Menghindari hal-hal yang akan membuat gemuk
Melakukan pengendalian terhadap berat badan.
Self-classified
weight
Memiliki penilaian yang tepat pada tubuh yang kurus sampai kelebihan berat.
Memiliki penilaian yang sama dengan orang lain mengenai ketegorisasi berat
badan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tabel 6
Sebaran Item Skala Persepsi Tubuh untuk Uji Coba
Sub Aspek
Nomor Item
Total Favorable Unfavorable
Appearance evaluation 57, 65, 75, 35 8, 2, 49, 27 8
Appearance orientation 78, 53, 26, 15 66, 10, 64, 70 8
Fitness Evaluation 67, 28, 30, 47 13, 52, 22, 21 8
Fitness Orientation 69, 73, 18, 33 31, 19, 6, 71 8
Health Evaluation 74, 59, 79, 7 63, 55, 36, 12 8
Health orientation 4, 39, 45, 16 50, 5, 60,58 8
Illnes Orientation 40, 80, 37, 68 44, 56, 38, 43 8
Body area satisfaction 3, 48, 11, 14 72, 46, 23, 54 8
Overweight preoccupation 34, 24, 25, 51 17, 29, 41, 77 8
Self-classified weight 62, 32, 61, 1 9, 20, 76, 42 8
TOTAL 40 40 80
Dari pemaparan di atas dapat dilihat bahwa peneliti menyusun item-item
yang akan digunakan dalam skala penelitian dengan menggunakan bantuan blue
print. Item-item dalam skala konformitas dan juga persepsi tubuh akan diuji-
cobakan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian
yang sebenarnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
G. Validitas dan Reliabilitas
Untuk mendapatkan skala penelitian yang layak digunakan, item-item
dalam suatu skala harus diuji validitas dan juga reliabilitasnya. Di bawah ini akan
dipaparkan mengenai validitas dan juga reliabilitas penelitian.
1. Validitas Skala
Validitas adalah kualitas esensial yang menunjukkan sejauh mana
suatu tes sungguh-sungguh dapat mengukur atribut psikologis yang hendak
diukurnya (Supratiknya, 2014). Di samping itu, Azwar (2009) mengatakan
bahwa validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur yang valid tidak
sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan tetapi juga harus
memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Dari pengertian-
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa validitas pengukuran
menunjukkan kualitas mengenai ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsinya mengukur suatu atribut psikologis tertentu.
Tipe validitas umumnya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu; content
validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-
related validity (validitas berdasar kriteria) (Azwar, 2009; Supratiknya, 2014).
Peneliti menggunakan prosedur validitas isi atau content validity untuk
melakukan validasi terhadap penelitian ini. Validitas isi merupakan validitas
yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan bantuan dari
profesional judgement (Azwar, 2009). Peneliti meminta bantuan dosen
pembimbing skripsi sebagai expert judgement untuk melihat kesesuaian antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
alat ukur dan konstruk yang diukur. Peneliti juga melakukan peer-rating untuk
mendapatkan validitas isi yang baik. Setelah peneliti mendapatkan penilaian,
peneliti menetapkan nilai IVI-I > 0,83 untuk dipakai dalam skala penelitian.
Penentuan nilai 0,83 berdasar pada nilai IVI-I minimun 0.78 dari Lynn (1986
dalam Supratiknya, 2016). Akan tetapi peneliti mempertimbangkan beberapa
item yang memiliki nilai 0.83 untuk direvisi dan digunakan kembali. Nilai
IVI-S pada kedua skala yaitu konformitas dan persepsi tubuh adalah 0.90. Hal
itu berarti item-item dalam skala sudah dapat dinilai valid dari segi isinya
(Supratiknya, 2016). Selain itu peneliti juga memanfaatkan blue print yang
memuat cakupan dari skala menurut teori yang dapat membantu agar validitas
muka dan validitas logik terpenuhi.
2. Reliabilitas Skala
Setelah validitas tes, bagian ini merupakan pemaparan dari reliabilitas
skala. Reliabilitas adalah konsistensi hasil pengukuran jika prosedur
pengetesannya dilakukan secara berulang kali terhadap suatu populasi
individu atau kelompok (AERA, APA, & BNCME, 1999 dalam Supratiknya,
2014). Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
(Azwar, 2009). Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
reliabilitas adalah konsistensi hasil dari suatu pengukuran yang dapat
dipercaya jika prosedur tesnya dilakukan berulang kali pada populasi atau
kelompok yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Ada tiga jenis pendekatan koefisien reliabilitas yaitu; Koefisien bentuk
alternatif, Koefisien tes-retest, dan Koefisien konsistensi internal (Supratiknya,
2014). Pengujian reliabilitas yang peneliti gunakan adalah pendekatan
konsistensi internal Alpha Cronbach yang dilakukan untuk menguji reliabilitas
skala konformitas dan persepsi tubuh. Koefisien reliabilitas berkisar mulai dari
0.0 sampai dengan 0.1. Koefisien reliabilitas rxx’= 1.0 menandakan adanya
konsistensi yang sempurna pada hasil ukur yang bersangkutan (Azwar, 2009).
Setelah melakukan uji coba, peneliti menemukan bahwa koefisien reliabilitas
dari skala konformitas adalah 0.932 untuk 34 item sedangkan skala persepsi
tubuh menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar 0.852 untuk 37 item. Kedua
skala yang peneliti susun memiliki reliabilitas yang cukup tinggi. Berikut
adalah hasil penghitungan reliabilitas dari skala konformitas dan persepsi
tubuh:
Tabel 7
Reliabilitas Skala Konformitas
Cronbach’s Alpha N of Items
0.932 34
Tabel 8
Reliabilitas Skala Persepsi tubuh
Cronbach’s Alpha N of Items
0.852 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
3. Daya Diskriminasi Item
Daya diskriminasi item merupakan penilaian mengenai sejauh mana
item mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang
memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur, atau dalam penelitian
ini atribut yang diukur adalah konformitas dalam media social dan juga
persepsi tubuh. Item yang berdaya beda tinggi adalah item yang mampu
membedakan mana partisipan yang memiliki nilai positif dan mana yang
negatif (Azwar, 2017). Untuk mengetahui hal tersebut, peneliti melakukan try
out pada dua skala yang telah peneliti buat. Hal tersebut peneliti lakukan untuk
mengetahui apakah alat ukur tersebut memenuhi nilai reliabilitas suatu alat
ukur karena dalam suatu penelitian tidak menutup kemungkinan adanya error.
Berikut adalah hasil dari try out dari dua skala yang peneliti buat:
a. Skala konformitas
Awalnya skala konformitas memiliki 56 item dan setelah try out
tersisa 34 item. Sehingga dari proses tersebut terdapat 22 item yang gugur.
Banyaknya item yang gugur tersebut dapat terjadi karena error penelitian
seperti terlalu banyak jumlah item yang digunakan untuk uji coba sehingga
partisipan kelelahan dan cenderung menjawab dengan asal-asalan. Setelah
melakukan uji coba, peneliti melakukan seleksi item berdasarkan koefisien
korelasi ≥ 0,25. Walaupun banyak item yang gugur, aspek-aspek dalam
skala konformitas masih dapat tergambarkan dari item-item yang tersisa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Tabel 9
Sebaran Item Skala Konformitas setelah Seleksi Item
Sub Aspek
Nomor Item
Total Favorable Unfavorable
Perceived Concencus *45, 29, 27, 4 *22,30, *56, 1 5
Dynamical System 41, 47, *5, 32 14,*49, *17, 46 5
Automatic Activation 26, 44, 40, 48 2, 19, *35, *51 6
Behavioral Mimicry *36, *6, 18, 17 16, 23, *11, *24 4
Gaining Social Approach *53, 20, 9, 13
25, *54, *34,
*33 4
Majority and minority
Influence 50, *39, 31, *8 *42, 15, 55, *21 4
Deindividuation Effect 28, *10, 12, 3 *52, 43, 37, 38 6
TOTAL 20 14 34
Catatan. nomor item yang bertanda bintang ( * ) adalah item yang gugur
b. Skala persepsi tubuh
Awalnya skala persepsi tubuh memiliki 80 item jadi 37 item.
Setelah melakukan uji coba, peneliti melakukan seleksi item berdasarkan
koefisien korelasi ≥ 0,25. Sehingga dari proses tersebut terdapat 48 item
yang gugur. Banyaknya item yang gugur tersebut dapat terjadi karena
error penelitian seperti terlalu banyak jumlah item yang digunakan untuk
uji coba sehingga partisipan kelelahan dan cenderung menjawab dengan
asal-asalan. Akan tetapi, untuk memenuhi jumlah target awal yaitu
minimal 3 item dalam setiap aspek peneliti, memasukkan kembali item
nomor 33, 59, 39, 24, dan 25. Peneliti memasukkan kembali item-item
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
tersebut dengan pertimbangan penambahan item tersebut tidak berdampak
pada nilai reliabilitasnya dan nilai Cronbach’s Alpha cukup memuaskan
yaitu 0.852. Walaupun banyak item yang gugur, aspek-aspek dalam skala
persepsi tubuh masih dapat tergambarkan dari item-item yang tersisa.
Tabel 10
Sebaran Item Skala Persepsi Tubuh Setelah Seleksi Item
Sub Aspek
Nomor Item
Total Favorable Unfavorable
Appearance evaluation 57, *65, *75, 35 *8, *2, 49, *27 3
Appearance
orientation 78, 53, *26, 15 *66, *10, *64, 70 4
Fitness Evaluation 67, 28, *30, 47 *13, 52, 22, 21 6
Fitness Orientation *69, 73, *18, (33) *31, 19, *6, *71 3
Health Evaluation 74, (59), *79, 7 *63, *55, *36, *12 3
Health orientation 4, (39), *45, 16 *50, *5, *60, *58 3
Illnes Orientation 40, *80, *37, 68 44, 56, 38, *43 5
Body area satisfaction *3, 48, *11, *14 *72, 46, 23, *54 3
Overweight
preoccupation *34, (24), (25), 51 *17, 29, *41, *77 4
Self-classified weight *62, *32, *61, 1 9, *20, *76, 42 3
TOTAL 23 14 37
Catatan. nomor item yang diberi tanda ( * ) adalah item yang gugur, dan
nomor item dalam tanda kurung ( ) adalah item yang dimasukkan
kembali
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa setelah peneliti memeriksa validitas
dan juga reliabilitas dari skala yang peneliti buat telah di dapatkan item-item yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
layak dijadikan skala penelitian sesungguhnya. Skala konformitas terdiri dari 34
item, dan skala persepsi tubuh terdiri dari 37 item.
H. Metode Dan Teknik Analisis Data
Metode dan teknik analisis data yang digunakan adalah uji asumsi dan
juga uji hipotesis. Penjelasan lebih lengkap akan dibahas pada bagian selanjutnya.
1. Uji Asumsi
Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti melakukan uji asumsi
dengan uji normalitas dan juga linearitas.
a. Uji Normalitas
Santoso (2010) mengatakan bahwa uji normalitas dilakukan untuk
memeriksa apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya
normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis Kolmogorov-Smirnnov. Data dapat dikatakan memiliki
persebaran data yang tidak normal ketika p < 0.05 sedangkan data
dikatakan memiliki persebaran yang normal ketika memiliki nilai p > 0.05
(Santoso, 2010).
b. Uji Linearitas
Santoso (2010) mengatakan bahwa uji linearitas berfungsi untuk
melihat apakah ada hubungan antar variabel yang hendak dianalisis. Jika
terdapat hubungan antara kedua variabel maka data yang dianalisis akan
mengikuti suatu garis lurus. Jadi peningkatan atau penurunan kuantitas
dari suatu variabel akan diikuti secara linear oleh variabel yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Peneliti akan menggunakan program SPSS For Windows version 22 untuk
melakukan uji linearitas.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan dari variabel yang
akan diteliti. Oleh karena itu, uji hipotesis akan dilakukan ketika data yang
dimiliki telah memenuhi syarat linearitas atau data yang dianalisis sudah
mengikuti suatu garis lurus (Santoso, 2010). Peneliti akan menggunakan
bantuan program SPSS For Windows versi 22 untuk melakukan uji hipotesis.
Uji normalitas dan juga uji linearitas akan dilakukan sebelum peneliti
melaju pada uji hipotesis. Keseluruhan teknik analisa data dalam penelitian ini
menggunakan bantuan dari program SPSS For Windows versi 22.
I. Pertimbangan Etis
Dalam suatu proses penelitian, seorang peneliti pasti membutuhkan
bantuan dari orang lain sehingga peneliti harus mempertimbangkan kesejahteraan
dari orang-orang yang terlibat dalam penelitian ini termasuk partisipan penelitian.
Pada jalannya suatu penelitian, tidak menutup kemungkinan akan adanya suatu
kejadian yang akan merugikan partisipan baik itu secara materi maupun
psikologis. Oleh karena itu, seorang peneliti harus mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan dampak yang akan terjadi dan bagaimana cara
mengantisipasi dampak yang akan muncul.
Peneliti menggunakan acuan dari Kode Etik Psikologi yang diterbitkan
oleh HIMPSI untuk mengantisipasi terjadinya hal yang akan merugikan partisipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
penelitian. Dalam Buku kode Etik yang diterbitkan oleh HIMPSI terdapat pasal-
pasal yang dapat membantu psikolog dan ilmuwan psikologi agar senantiasa
menghargai dan menghormati harkat dan martabat serta menjunjung tinggi
kesejahteraan hak asasi manusia (HIMPSI, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti
mengacu pada beberapa pasal yang terkait dengan penyelenggaraan penelitian.
Pada pasal 45 dikatakan bahwa dalam penulisan rancangan penelitian diharapkan
menggunakan format dan acuan yang sesuai dengan standar penelitian sehingga
dapat dipahami oleh pihak lain yang berkepentingan, sehingga peneliti
menggunakan acuan format yang telah diberikan oleh dosen pembimbing. Peneliti
juga melakukan konsultasi pada pihak yang lebih ahli (expert) dalam penulisan
penelitian hal tersebut sesuai dengan Pasal 46 sehingga peneliti mengikuti
bimbingan rutin dengan dosen pembimbing.
Kemudian pada pasal 53 peneliti tidak diperkenankan untuk merekayasa
atau melakukan langkah-langkah lain yang tidak bertanggungjawab dan
mengancam kesejahteraan partisipan. Selain itu, pada pasal 55 peneliti tidak
diperkenankan melakukan plagiarisme pada karya cipta pihak lain serta mengutip
tanpa menuliskan sumber secara jelas dan lengkap.
Dalam interaksi dengan partisipan, peneliti juga mengacu pada beberapa
pasal yaitu pasal 48 peneliti diharapkan hanya berinteraksi dengan partisipan di
lokasi dan dalam hal-hal yang sesuai dengan rancangan penelitian. Pada pasal 50,
peneliti tidak diperbolehkan untuk melakukan manipulasi atau menutupi informasi
yang akan mempengaruhi keikutsertaan partisipan sehingga seperti pada pasal 49
peneliti diharapkan memberikan informed consent yang berisi tujuan dan prosedur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
dari penelitian sebagai antisipasi keadaan yang akan membuat partisipan merasa
tidak nyaman. Oleh karena itu akan ada kemungkinan pengunduran diri dari
partisipan penelitian, akan tetapi peneliti tidak diperkenankan untuk memaksa
partisipan yang akan mengundurkan diri agar kembali bergabung dalam penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengantar
Pada bab ini peneliti akan memaparkan hasil dari penelitian yang sudah
peneliti lakukan. Peneliti akan memaparkan mulai dari deskripsi data partisipan
yang diteliti, setelah itu peneliti akan memaparkan mengenai perbandingan mean
teoretis dan mean empiris. Selanjutnya, peneliti akan menampilkan perhitungan
statistika mengenai distribusi data dari partisipan, dan membuktikan hubungan
dari kedua variabel yang peneliti teliti. Dalam perhitungan statistik, peneliti
menggunakan bantuan dari SPSS for Windows versi 22. Kemudian pada bagian
pembahasan peneliti akan menjelaskan mengenai paparan data yang telah dibahas
pada sub bab sebelumnya.
B. Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian dan mendapatkan data, peneliti dapat
melihat gambaran usia dan juga asal sekolah dari keseluruhan partisipan. Berikut
adalah deskripsi dari data partisipan :
1. Deskripsi Partisipan Penelitian
Berikut merupakan deskripsi data partisipan dalam penelitian ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tabel 11
Rentang Usia Partisipan
Usia Jumlah Partisipan Persentase
14 tahun 3 1.22%
15 tahun 25 10.16%
16 tahun 106 43.09%
17 tahun 90 36.59%
18 tahun 22 8.94%
TOTAL 246 100%
Kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah remaja
perempuan dalam rentang usia 13-21 tahun sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh (Hurlock, 1973). Berdasarkan tabel di atas,
diketahui bahwa mayoritas partisipan penelitian ini adalah remaja
perempuan yang berusia 16 tahun dengan persentase sebesar 43.09%
dari total partisipan berjumlah 246 orang.
Tabel 12
Asal Sekolah Partisipan
Asal Sekolah Jumlah Partisipan Persentase
SMA Santa Maria Yogyakarta 32 13%
SMA Stelladuce 1 Yogyakarta 81 32.93%
SMA Stelladuce 2 Yogyakarta 133 54.07%
TOTAL 246 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Dari data yang telah peneliti dapatkan, dapat dilihat bahwa siswi dari
tiga sekolah homogen di Yogyakarta berkontribusi dalam penelitian ini. Dari
tabel tersebut diketahui bahwa peneliti mendapatkan data dengan jumlah
terbesar sebanyak 54.07% atau berjumlah 133 orang dari total jumlah 246 dari
SMA Stelladuce 2 Yogyakarta.
2. Uji Normalitas
Seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, uji normalitas
dilakukan untuk memeriksa apakah data penelitian berasal dari populasi yang
sebarannya normal atau tidak (Santoso, 2010). Uji normalitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis Kolmogorov-Smirnnov. Santoso (2010)
mengatakan bahwa data dapat dikatakan memiliki persebaran data yang tidak
normal ketika p < 0.05 sedangkan data dikatakan memiliki persebaran yang
normal ketika memiliki nilai p > 0.05.
Tabel 13
Hasil Uji Normalitas
Variabel Sig. N
Konformitas 0.079 246
Persepsi tubuh 0.015 246
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa data konformitas tersebar
secara normal, karena p > 0.05 yaitu p = 0.079 sedangkan untuk persepsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
tubuh p < 0.05 atau p = 0.015 sehingga dapat diartikan bahwa sebaran datanya
tidak normal.
3. Uji Linearitas
Uji linearitas berfungsi untuk melihat apakah ada hubungan antar
variabel yang hendak dianalisis. Jika terdapat hubungan antara kedua variabel
maka data yang dianalisis akan mengikuti suatu garis lurus. Jadi peningkatan
atau penurunan kuantitas dari suatu variabel akan diikuti secara linear oleh
variabel yang lain (Santoso, 2010). Peneliti akan menggunakan program SPSS
For Windows ver 2.2 untuk melakukan uji linearitas dan menentukan asusmsi
linearitas berdasarkan Deviation from Linearity pada tabel ANOVA.
Tabel 14
Hasil Uji Linearitas Data Penelitian
Anova Table
Persepsi tubuh
Konformitas
F Sig.
Linearity 2.551 0.112
Deviation from Linearity 0.963 0.552
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hubungan antar variabel
memenuhi asumsi linier karena nilai F Deviation from linearity berada pada
rentang tidak signifikan (F= .963 atau p > 0,05) (Widhiarso, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
4. Deskripsi Data Penelitian
Berkaitan dengan skala pada variabel yang sedang diteliti, peneliti
melakukan analisis terhadap data penelitian dengan menentukan mean teoretis
dan mean empiris. Penghitungan ini digunakan untuk melihat gambaran
umum mengenai tingkat konformitas dan persepsi tubuh dari partisipan
penelitian. Berikut adalah data yang diperoleh:
Tabel 15
Hasil Pengukuran Deskripsi Variabel Konformitas dan Persepsi Tubuh
Variabel N Item
Data Teoretis Data Empiris
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Konformitas 34 34 136 85 17 37 115 70.38 12.364
Persepsi
tubuh 37 37 148 92.5 18.5 49 130 96.26 9.719
Mean empiris dari variabel konformitas adalah 70.38, sehingga dapat
dilihat bahwa nilainya lebih rendah dari mean teoretis, hal itu berarti
konformitas remaja siswi sekolah homogen yang menjadi sampel penelitian
cenderung lebih rendah dari rata-rata teoretis. Selain itu mean variabel
persepsi tubuh adalah 96.26 atau lebih tinggi dari mean teoretisnya hal itu
menandakan persepsi tubuh remaja cenderung lebih tinggi dari rata-rata
teoretis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
konformitas dan juga persepsi tubuh. Peneliti menggunakan teknik analisis
Spearman’s rho dengan bantuan SPSS for Windows versi 22 karena data dari
salah satu variabel tidak terdistribusi secara normal. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Santoso (2015) yang mengatakan bahwa metode non
parametrik dapat digunakan ketika data terdistribusi secara tidak normal.
Untuk data yang bersifat ordinal dapat digunakan korelasi Spearman (Santoso,
2015). Berikut adalah hasil perhitungan melalui bantuan SPSS.
Tabel 16
Uji Hipotesis Data Penelitian
Correlations
Konformitas
Persepsi
tubuh
Spearman's
rho
Konformitas
Correlation Coefficient 1.000 .089
Sig. (1-tailed) . .082
N 246 246
Persepsi
tubuh
Correlation Coefficient .089 1.000
Sig. (1-tailed) .082 .
N 246 246
Penelitian ini menggunakan uji satu ekor (one-tailed) karena hipotesis
penelitian merupakan hipotesis yang berarah, yakni terdapat hubungan yang
negatif antara konformitas dengan persepsi tubuh. Santoso (2010) mengatakan
bahwa apabila koefisien korelasi memiliki taraf signifikasi p < 0.05 maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
terdapat korelasi yang signifikan. Akan tetapi berdasarkan tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara Konformitas
dan persepsi tubuh karena nilai Sig > 0.005 (Sig = 0.082).
C. Analisis Tambahan
Data dari hasil penelitian ini baik variabel konformitas maupun persepsi
tubuh dapat dikategorisasikan ke dalam tiga kategori, yakni; rendah, sedang, dan
tinggi. Berikut adalah tabel kategorisasi variabel konformitas dan berdasar mean
empiris.
Tabel 17
Kategorisasi Konformitas Berdasarkan Mean Empiris
Kategorisasi Nilai
Rendah X < 58.016
Sedang 58.016 ≤ X < 82.744
Tinggi 82.744 ≤ X
Tabel 18
Pembagian Kategori Berdasarkan Skala Konformitas
Frequency Percent
Rendah 41 16.7
Sedang 174 70.7
Tinggi 31 12.6
TOTAL 246 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Berdasarkan hasil kategorisasi skor partisipan penelitian pada skala
konformitas, terlihat bahwa sebagian besar partisipan mengarah ke kategori
sedang. Hal tersebut dibuktikan dengan sebanyak 174 siswi masuk dalam kategori
sedang, 41 siswi masuk dalam kategori rendah, dan sebanyak 31 siswi masuk ke
dalam kategori tinggi. Dengan demikian, partisipan pada penelitian ini paling
banyak memiliki tingkat konformitas yang sedang. Cukup banyak partisipan yang
menunjukkan tingkat konformitas yang rendah, dan lebih sedikit partisipan yang
memiliki nilai konformitas tinggi. Pada bagian selanjutnya akan dipaparkan
mengenai kategorisasi skala persepsi tubuh berdasarkan mean empiris.
Tabel 19
Kategorisasi Persepsi Tubuh Berdasarkan Mean Empiris
Kategorisasi Nilai
Rendah X < 86.541
Sedang 86.541 ≤ X < 105.979
Tinggi 105.979 ≤ X
Tabel 20
Pembagian Kategori Berdasarkan Skala Persepsi Tubuh
Rendah
Sedang
Tinggi
Frekuensi Persentase
29 11.8
185 75.2
32 13.0
TOTAL 246 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Dari data di atas dapat dilihat bahwa kategori skor partisipan lebih
mengarah ke kategori sedang. Terlihat bahwa sebanyak 29 partisipan memiliki
persepsi tubuh yang rendah, 185 siswi memiliki persepsi tubuh yang sedang, dan
32 siswi memiliki persepsi tubuh yang tinggi. Dengan demikian, partisipan pada
penelitian ini paling banyak memiliki tingkat persepsi tubuh yang sedang.
D. Pembahasan
Uji hipotesis dilakukan pada subyek yang bersekolah di sekolah homogen
perempuan dan berusia 14-18 tahun. Dari perhitungan statistika yang
menggunakan uji satu ekor (one-tailed) yang telah dilakukan sebelumnya
ditemukan bahwa uji hipotesis menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0.081 (p >
0.05). Dengan demikian, hasil penelitian pada partisipan remaja siswi sekolah
homogen di Yogyakarta menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara konformitas dengan persepsi tubuh sehingga hipotesis awal
ditolak. Konformitas yang tinggi tidak berhubungan dengan persepsi tubuh yang
rendah dan begitu pula sebaliknya, konformitas yang rendah tidak berhubungan
dengan persepsi tubuh yang tinggi. Hasil penelitian hanya dapat digeneralisasikan
ke dalam sampel penelitian saja karena penelitian ini menggunakan teknik
convenience sampling, akan tetapi hasilnya cukup dapat dipercaya karena
populasinya cukup homogen yaitu remaja perempuan yang bersekolah di sekolah
homogen dengan rentang usia yang tidak terlalu jauh.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan beberapa penelitian
sebelumnya. Penelitian terdahulu mengatakan bahwa konsep diri yang rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
akan diikuti pula oleh konformitas yang tinggi (Andriani & Ni’matuzahroh, 2013;
Nursanti, 2009) dalam penelitian ini disebutkan pula bahwa persepsi tubuh adalah
satu komponen dari konsep diri. Di samping itu penelitian lain menjelaskan
bahwa ada hubungan yang negatif antara konformitas dan juga persepsi tubuh
(Christanto, 2014; Handayani, 2011; Tiggemann, 2001). Dalam penelitian tersebut
juga disebutkan bahwa persepsi tubuh memiliki pengaruh yang cukup besar pada
konformitas sehingga untuk menyesuaikan diri dengan teman sebayanya dengan
membeli barang-barang yang akan membuatnya tampil lebih menarik dan
terkadang melampaui batas sehingga remaja cenderung konsumtif (Laili, Soeranti,
& Pertiwi, 2015; Sebayang, Yusuf, & Priyatama, 2011; Yuliantari & Herdiyanto,
2015). Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Indrayana dan Hendrati (2013)
mengatakan bahwa tidak ada hubungan antara konformitas dengan konsep diri
serta harga diri (Erawati, 2016) pada remaja. Dengan demikian, hasil penelitian
dari Indrayana dan Hendrati (2013) serta Erawati (2016) tersebut lebih
memperkuat hasil penelitian ini.
Diperlukan pembahasan lebih lanjut mengenai tidak adanya hubungan
antara konformitas dan juga persepsi tubuh pada remaja perempuan di sekolah
homogen. Pembahasan tersebut dibagi menjadi beberapa bagian yaitu, pertama
rancangan penelitian, dan yang kedua faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
tubuh dan juga konformitas. Yang pertama dari segi rancangan penelitian,
penelitian ini menggunakan convenience sampling di mana pemilihan partisipan
berdasar pada kemudahan peneliti untuk mendapatkan partisipan penelitian.
Penggunaan non-probability sampling dinilai kurang menggambarkan variasi data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
dari populasi karena hanya dapat di generalisasikan ke sampel yang menjadi
partisipan penelitian.
Yang kedua, dari segi faktor yang mempengaruhi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi penilaian seseorang terhadap tubuh adalah usia. Hurlock (1973)
menggolongkan usia remaja dalam tiga tingkatan yaitu preadolescent dari usia 10-
12 tahun, early adolescent 13-16 tahun, dan late adolescent 17-21 tahun. Dari data
yang peneliti dapatkan, partisipan yang mengikuti penelitian ini berusia 14-18
tahun, sehingga jika ditinjau dari teori Hurlock (1973) para partisipan masuk ke
dalam tingkatan early adolescent dan juga late adolescent. Grogan (2008)
mengatakan bahwa anak mulai kritis dan mulai menilai tubuh mereka ketika
memasuki usia preadolescent. Peneliti mengasumsikan bahwa partisipan sudah
mulai menerima diri dan mulai memiliki penilaian yang positif terhadap tubuhnya
karena partisipan sudah tidak berada dalam tahapan usia preadolecent, sehingga
partisipan merasa tidak perlu untuk mengikuti tren yang sedang berlangsung.
Lingkungan sekolah juga merupakan faktor sosiokultural yang
mempengaruhi hasil penelitian karena siswi lebih banyak menghabiskan
waktunya di sekolah. Seperti yang telah dikatakan oleh Knuckey (2016) bahwa di
sekolah homogen tidak ada distraksi dari lawan jenis mengenai sexual harassment
dan juga bullying pada penampilan fisik, sehingga siswi sekolah homogen
diharapkan dapat lulus dengan memiliki kemampuan dan kepercayaan diri untuk
mengatasi diskriminasi gender dan perbedaan kelas-kelas sosial. Remaja
perempuan di sekolah homogen juga dibiasakan untuk mengekspresikan dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
melalui ekstrakulikuler yang ada di sekolah sehingga mereka merasa lebih
percaya diri karena memiliki prestasi yang sesuai dengan minatnya.
Faktor-faktor dari konformitas yaitu norma sosial dan keinginan
individuasi juga mempengaruhi hasil penelitian. Remaja perempuan di sekolah
homogen tidak berlomba-lomba untuk berpenampilan menarik hanya karena ingin
mendapatkan perhatian dari lawan jenis sehingga mereka cenderung
berpenampilan sesuai dengan kenyamanannya. Hal tersebut berbeda dari siswi di
sekolah heterogen di mana remaja perempuan cenderung memperhatikan
tubuhnya karena ada penilaian dari teman sebaya yang berjenis kelamin laki-laki
(Tiggemann, 2001).
Hal-hal mengenai rancangan penelitian, faktor usia, sosiokultural, norma
sosial, dan keinginan individuasi seperti yang telah disampaikan di atas dapat
berpengaruh pada hasil penelitian. Akan tetapi, hasil penelitian dan pembahasan
hanya dapat di generalisasikan pada sampel penelitian saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan statistika dan penjelasan dari bab sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan
antara persepsi tubuh dan juga konformitas. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai
korelasi r = 0.082. Hal itu berarti tingginya tingkat konformitas tidak diikuti
dengan rendahnya persepsi tubuh, dan begitu juga sebaliknya. Penelitian ini
bertolak belakang dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menemukan
bahwa ada hubungan antara konformitas dan juga konsep diri. Akan tetapi ada
pula penelitian yang mendukung hasil penelitian ini yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Indrayana dan Hendrati (2013) yang menerangkan bahwa tidak
ada hubungan antara konformitas dengan konsep diri serta harga diri (Erawati,
2016) pada remaja. Persepsi tubuh, ideal diri, harga diri, peran dan juga identitas
diri merupakan bagian atau komponen dari konsep diri (Potter & Perry, 2005)
Faktor usia dan juga sosiokultural sekolah juga berpengaruh pada hasil
penelitian ini terutama pada penilaian seseorang terhadap tubuh mereka. Selain itu,
ada pula faktor yang mempengaruhi tingkat konformitas dari partisipan yaitu
sosiokultural, norma sosial di dalam sekolah, dan juga keinginan individuasi.
Partisipan penelitian ini adalah siswi dari sekolah homogen perempuan di
Yogyakarta dan berusia 14-18 tahun yang masuk ke tahapan early dan late
adolescent sehingga sudah lebih mampu mengolah pikiran dan perasaannya jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
dibandingkan dengan remaja dalam tahap preadolescent sehingga perilaku
konform tidak terlalu tinggi. Peraturan dan budaya di sekolah homogen juga
cenderung membebaskan siswinya dalam mengkespresikan diri mereka. Hal
tersebut terbukti dari banyaknya ekstrakulikuler yang dapat menjadi wadah
siswinya untuk mengkespresikan diri. Secara tidak langsung hal tersebut membuat
para siswinya dapat menyalurkan minat dan bakatnya dan membuat para siswi
dapat lebih percaya diri.
B. Keterbatasan Penelitian
Setelah melalui proses penelitian, peneliti menyadari bahwa ada beberapa
hal yang menunjukkan keterbatasan dan kekurangan dari penelitian ini. Ada lima
hal yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini yaitu berkaitan dengan jumlah
sampel try out, teknik sampling, item, uji hipotesis, dan juga latar belakang
pendidikan peneliti. Yang pertama mengenai sampel try out, peneliti mengambil
sampel try out yang jumlahnya tidak cukup banyak yaitu 39 orang sehingga
variasi data yang didapatkan rendah.
Yang kedua, pengambilan sampel dengan teknik convenience sampling.
Peneliti menggunakan convenience sampling dengan pertimbangan kemudahan
peneliti dalam mendapatkan data. Akan tetapi teknik sampling ini kurang
menggambarkan populasi yang menjadi target group peneliti karena hanya dapat
memberikan generalisasi pada sampel yang diambil (Neuman, 2007).
Ketiga, berkaitan dengan item penelitian. Untuk memenuhi kebutuhan
jumlah minimal item dalam setiap aspek yaitu minimal 3 item peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
memasukkan kembali item yang memiliki nilai < 0.25 yaitu nomor 33, 59, 39, 24,
dan 25 pada skala persepsi tubuh untuk memenuhi target minimal dari jumlah
item. Peneliti memasukkan kembali item-item tersebut dengan pertimbangan
bahwa penambahan item tersebut tidak berdampak pada nilai reliabilitasnya. Nilai
Cronbach’s Alpha juga tergolong masih memuaskan yaitu 0.852 akan tetapi item-
item tersebut memiliki daya diskriminasi yang rendah (Azwar, 2017a). Selain itu,
terjadi overlapping pada indikator dan item antara aspek automatic activation dan
gaining social approach.
Keempat, data yang peneliti dapatkan pada variabel persepsi tubuh tidak
tersebar secara normal sehingga peneliti menggunakan uji statistik nonparametrik
yaitu spearman’s rho dalam uji hipotesis peneliti. Penggunaan uji hipotesis
spearman’s rho memiliki keterbatasan pada hasil karena hasil yang di dapatkan
lebih umum dan kesimpulan yang diambil lebih lemah (Santoso, 2015)
Kelima, format informed conscent yang digunakan dalam penelitian ini
belum tepat. Peneliti adalah seorang mahasiswa S1 yang masih belum
berpengalaman dalam bidang penelitian sehingga membutuhkan pendampingan
oleh ahli. Selain itu, analisis dan juga pembahasan yang peneliti lakukan belum
terlalu mendalam.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa keterbatasan
penelitian yang peneliti temukan. Keterbatasan tersebut dapat dijadikan tolok ukur
bagi peneliti selanjutnya agar dapat menutup keterbatasan yang ada dalam
penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
C. Saran
Seperti yang telah peneliti sampaikan pada Bab I, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak oleh karena itu pada bagian ini
peneliti akan memaparkan saran bagi remaja perempuan, orang tua, guru BK dan
dinas pendidikan, serta komunitas ilmuwan psikologi. Uraian saran akan peneliti
sampaikan sebagai berikut:
1. Bagi Remaja
Remaja perlu berefleksi mengenai bagaimana penilaiannya terhadap
tubuhnya sendiri. Remaja juga perlu belajar untuk menilai tubuhnya secara
positif agar remaja merasa lebih percaya diri untuk menampilkan dirinya
walaupun tanpa make up dan juga fashion yang kekinian. Hal tersebut
berdasar pada data penelitian yang menunjukkan bahwa persepsi tubuh pada
partisipan masuk dalam kategori sedang dan belum banyak yang masuk pada
kategori tinggi. Selain itu, remaja juga diharapkan dapat menyadari bahwa
tayangan-tayangan mengenai tubuh ideal yang ditampilkan di media terkadang
berlebihan dan tidak selalu cocok jika diterapkan pada diri sendiri sehingga
tidak perlu membandingkan dirinya dengan apa yang di tampilkan oleh media.
Remaja juga tidak perlu mengikuti tuntutan lingkungan sosial mengenai
fashion dan cara berdandan jika memang merasa tidak nyaman. Dan pada
akhirnya remaja juga perlu menyadari bahwa berdandan bukanlah suatu hal
yang utama sehingga waktu dan tenaga dapat digunakan untuk kegiatan yang
lebih produktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
2. Bagi Orang Tua
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
gambaran persepsi tubuh dan juga konformitas serta pengaruh media pada
pengambilan keputusan remaja untuk melakukan sesuatu. Dari hasil penelitian
dapat dilihat bahwa penilaian terhadap tubuh remaja siswi sekolah homogen
masih tergolong sedang dan bahkan masih ada yang rendah, di samping itu
perilaku konformitas juga masuk dalam kategori sedang dan bahkan ada
beberapa yang tinggi. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk menanamkan
dan meningkatkan penilaian positif remaja terhadap tubuhnya dan juga
menurunkan perilaku konform remaja. Orang tua dapat membantu remaja
dengan cara mengajak berdiskusi dan mengajak remaja menonton tayangan-
tayangan yang dapat membantu remaja meningkatkan penilaian positif pada
tubuhnya serta perilaku-perilaku remaja dalam mengikuti tren saat ini.
3. Bagi Guru Bimbingan Konseling, dan Dinas Pendidikan
Guru di sekolah juga merupakan lingkup inner circle remaja yang
memiliki peran penting untuk mendidik remaja khususnya agar memiliki
kepercayaan diri dan penilaian yang positif terhadap tubuhnya. Guru BK di
sekolah homogen dapat menata dan menyusun materi pembelajaran khususnya
materi yang berkaitan dengan peningkatan penilaian tubuh dan juga
mengurangi perilaku konformitas. Selain itu, guru BK juga dapat memberikan
pendampingan pribadi bagi siswi yang memiliki indikasi tidak puas dengan
dirinya dan/atau memiliki perilaku konform yang tinggi. Hal tersebut penting
untuk dilakukan karena data penelitian ini menunjukkan bahwa masih ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
siswi yang memiliki penilaian yang rendah terhadap tubuhnya dan ada pula
beberapa siswi yang cenderung berperilaku konform dengan teman sebayanya.
Dinas pendidikan secara tidak langsung juga dapat memberikan sumbangan
untuk membiasakan remaja menilai tubuhnya dengan positif dengan cara
menyususn materi pembelajaran yang dapat disampaikan oleh guru BK. Selain
itu, Dinas pendidikan juga diharapkan memeriksa secara berkala apakah
materi yang disampaikan sudah sesuai dengan keadaan sekolah yang
bersangkutan.
4. Bagi komunitas Ilmuwan Psikologi
Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran mengenai bagaimana remaja perempuan di sekolah homogen menilai
tubuh mereka dan bagaimana mereka bersikap ketika menghadapi tekanan dari
lingkungan sosialnya. Bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti populasi siswi
sekolah homogen dan ingin menggunakan metode kuantitatif ada baiknya jika
menggunakan teknik probability sampling agar lebih mampu menggeneralisasikan
hasil penelitian pada populasi dengan baik. Bagi peneliti yang ingin mendalami
bagaimana dinamika remaja perempuan menilai tubuhnya dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dapat menggunakan metode kualitatif agar dapat
memperoleh informasi yang lebih dalam. Selain itu, penulisan informed conscent
dalam penelitian ini belum tepat sehingga peneliti yang selanjutnya dapat
menggunakan format informed conscent yang sesuai dengan aturan yang berlaku.
Berkaitan dengan keterbatasan penelitian mengenai overlapping pada indikator
antara aspek automatic activation dan gaining social approach, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
selanjutnya diharapkan melakukan analisis faktor terlebih dahulu dan lebih cermat
dalam melakukan seleksi item.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa peneliti memberikan beberapa
masukan atau saran. Peneliti berharap bahwa saran yang peneliti sampaikan dapat
diterima dan ditindaklanjuti dengan bijaksana oleh pihak yang bersangkutan.
D. Komentar Penutup
Setelah menyelesaikan penelitian ini, peneliti cukup senang karena
mendapatkan hasil bahwa sebagian besar partisipan penelitian yang bersekolah di
sekolah homogen tidak memiliki penilaian yang rendah terhadap tubuhnya.
Sebagian besar partisipan di sekolah homogen juga tidak menunjukkan perilaku
konform yang tinggi. Walaupun baik dari penilaian terhadap tubuh dan juga
perilaku konformitas masih masuk dalam kategori sedang. Peneliti berharap
remaja yang bersekolah di sekolah homogen dapat lebih meningkatkan penilaian
mereka terhadap tubuh dan lebih menghargai diri sendiri tanpa perlu
membandingkannya dengan orang lain. Peneliti juga berharap bahwa penelitian
ini bermanfaat bagi orang lain sehingga penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi
diri peneliti tetapi bagi orang lain juga khususnya orang tua dan guru BK. Orang
tua dan guru BK merupakan orang-orang yang dekat dengan remaja sehingga
diharapkan agar dapat membantu para remaja perempuan untuk dapat menilai
tubuhnya dengan lebih positif. Upaya yang dilakukan orang tua, dan juga guru BK
tidak akan cukup jika dinas pendidikan dan juga komunitas ilmuwan psikologi
tidak ikut mengambil bagian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
DAFTAR PUSTAKA
Aladhi. (2016, April 26). Meme seragam ketat siswi SMA jadi viral di sosial
media. belitung.tribunnews.com. Diunduh dari
http://belitung.tribunnews.com/2016/04/26/meme-seragam-ketat-siswi-
sma-jadi-viral-di-sosial-media
Ambar, P. (2018, Februari 25). Gila! Remaja ini habiskan uang orangtuanya Rp 19
juta setiap bulan hanya untuk bisa mirip barbie. tribuntravel.com.
Diunduh dari http://travel.tribunnews.com/2018/02/25/gila-remaja-ini-
habiskan-uang-orangtuanya-rp19-juta-setiap-bulan-hanya-untuk-bisa-
mirip-barbie?page=all
American Psychological Association. (2009). APA concise dictionary of
psychology. Washington, DC: American Psychological Association.
Andriani, M., & Ni’matuzahroh. (2013). Konsep diri dengan konformitas pada
komunitas hijaber. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, l(1). Doi:
10.22219/jipt.v1i1.1362
Ardina, I. (2017, Juli 11). Tekanan di media sosial picu operasi plastik.
beritagar.id. Diunduh dari https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/tekanan-
di-media-sosial-picu-operasi-plastik
Asrianti, S. (2018, Desember 4). Psikolog ungkap penyebab remaja “kecanduan”
kosmetik. republika.co.id. Diunduh dari
https://www.republika.co.id/berita/gaya-
hidup/trend/18/04/12/p7288h284-psikolog-ungkap-penyebab-remaja-
kecanduan-kosmetik
Azwar, S. (2009). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Azwar, S. (2017a). Penyusunan skala psikologi (2nd ed.). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Azwar, S. (2017b). Metode penelitian psikologi (2nd ed.). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Baron, R.A., & Branscombe, N. R. (2012). Social psychology (13th ed.). Boston,
AS : Pearson Education, Inc.
Camelia. (2008, 28 Januari). Wawancara Personal.
Cash, T. F. (2000). The multidimensional body-self relations questionnaire. Third
revision. Norfolk, England : Old Dominion University
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Cash, T. F.(2016). Encyclopedia of feeding and eating disorders. (T. Wade, Ed.).
Singapore: Springer Singapore. Doi: 10.1007/978-981-287-087-2_3-1
Cash, T. F., & Smolak, L. (2011). Body Image: A handbook of science, practice,
and prevention (2nd ed). New York, AS: Guilford Press.
Charulata, G. (2011). The relation between body image satisfaction and self-
esteem to academic behaviour in adolescents and pre-adolescents.
University of Manitoba. Diunduh dari
https://umanitoba.ca/faculties/education/media/Gupta-11.pdf
Christianto, N. W. (2014). Hubungan antara body image dan konformitas dalam
perilaku konsumtif pada remaja. (Skripsi). Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta, Indonesia. Diunduh dari
http://www.library.usd.ac.id/web/index.php?pilih=ta&mod=yes&aksi=ful
l&id=de2b7a0b2c7a41562731ec1ebcf33f69
Cialdini, R B., & Goldstein, N.J. (2003). Social Influence: Compliance and
conformity. Review in Advance. Doi:
10.1146/annurev.psych.55.090902.142015
Cialdini, R. B., & Trost, M. R. (1998). Social influence: Social norms, conformity
and compliance. In the handbook of social psychology. New York, AS:
McGraw-Hill.
Coolican, H. (2014). Research methods and statistics in psychology (6th edition).
New York, AS: Psychology Press.
Creswell, J. W. (2014). Research design. qualitative, quantitative, and mixed
method approaches (4th ed.). United Kingdom: SAGE Publication Ltd.
Delima. (2018, 3 Februari). Wawancara Personal.
Dimara, G. Y. (2018, Agustus 25). Berapa pengeluaran bulanan perempuan
indonesia untuk membeli makeup?.kumparan.com. Diunduh dari
https://kumparan.com/@kumparanstyle/berapa-pengeluaran-bulanan-
perempuan-indonesia-untuk-membeli-makeup-1535173218344351524
Egebrark, J. & Ekström, M. (2011). Like What You Like or Like What Others
Like? Conformity and Peer Effects on Facebook. (IFN Working Paper No.
886). Stockholm, Sweden: Research Institute of Industrial Economics.
Erawati, C. K. (2017). Hubungan antara konformitas dan harga diri pada
mahasiswa yang menggunakan hijab. Jurnal Ilmiah Psikologi,10 (1),
142-151. Diunduh dari
http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/view/1552.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Fardouly, J & Lenny R. V. (2016). Social media and body image concerns:
Current research and future direction. Social Media and Applications to
Health Behavior.9, 1-5. Doi : dx.doi.org/10.1016/j.copsyc.2015.09.005
Gentina, E., Palan, K. M., & Fosse-Gomez, M.-H. (2012). The practice of using
makeup: A consumption ritual of adolescent girls: Adolescent girls’ ritual
use of makeup. Journal of Consumer Behaviour, 11(2), 115–123. Doi:
10.1002/cb.387
Grogan, S. (2008). Body Image: Understanding body dissatisfaction in men,
women, and children (2nd ed). New York, AS: Routledge.
Guglielmi, A. (2010). Girls’ self-esteem rates in single sex & coed high schools
(Thesis). Trinity College, Hartford, CT.
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, N. S. D. (1981). Psikologi remaja. Jakarta: Tira
Pustaka.
Handayani, M. W. S. (2011). Hubungan antara konformitas dengan citra tubuh
pada remaja putri (Skripsi). Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta,
Indonesia. Diunduh dari
http://www.library.usd.ac.id/web/index.php?pilih=ta&mod=yes&aksi=ful
l&id=e680b4cd0824ee525d529dd46c78e8cd
Herdiansyah, H. (2016). Gender dalam perspektif psikologi. Jakarta: Salemba
Humanika.
HIMPSI. (2010). Kode etik psikologi Indonesia. Kebayoran: Pengurus Pusat
Himpunan Psikologi Indonesia.
Hurlock, E. B. (1973). Adolescent development (4th ed). New York, AS: McGraw-
Hill.
Indrayana, P., & Hendrati, F. (2013). Hubungan antara kecerdasan emosional dan
konformitas kelompok teman sebaya dengan konsep diri remaja. Persona,
Jurnal Psikologi Indonesia, 2, 199–207.
Kende, A., Ujhelyi, A., Joinson, A. & Greitemeyer, T. (2015). Putting the social
(psychology) into social media. European Journal of Social Psychology,
45, 277-278. Doi: 10.1002/ejsp.2097
Knuckey, D. (2016). [Interview with Loren Bridge]. All girl schools. Diunduh dari
http://www.saasso.asn.au/wp-content/uploads/2016/11/SAASSO-
Bulletin-All-Girl-Schools.pdf
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Laili, Q., Soeranti, T., & Pertiwi, Y. (2015). Hubungan antara persepsi tubuh
dengan perilaku konsumtif pada siswi smk farmasi sari farma depok.
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Bekasi,1. Diunduh dari
https://jurnalpsikologi.ubharajaya.ac.id/buletin/jurnal/lihat_jurnal/5
Lavender. (2018, Februari 3). Wawancara Personal.
Matlin, M. W. (2012). The psychology of women (7th ed). Australia : Wadsworth.
Mensinger, J. (2001). Conflicting gender role prescriptions and disordered eating
in single-sex and coeducational school environments. Gender and
Education, 13, 417–429. Doi: 10.1080/09540250120081760
Neuman, W. L. (2007). Basic of social research qualitative and quantitative
approaches (2nd ed.). New York, AS: Pearson Education Inc.
Nursanti, Y. D. (2009). Hubungan antara konformitas dan konsep diri pada
remaja yang bergaya harajuku di yogyakarta (Skripsi). Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia. Diunduh dari
http://www.library.usd.ac.id/web/index.php?pilih=ta&mod=yes&aksi=ful
l&id=31d9b00c424bd5cbf9cc08b8e3e5b229
Papalia, D. E., Sally W. O., Feldman, R. D., & Dana Gross. (2008). Human
development (9 ed.). Jakarta: Kencana.
Potter P.A. & Perry A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses dan Praktik (4 Ed). Jakarta: EGC.
Prasetya, C. (2013, November 2). Seks pra nikah trend remaja masa
kini?.lensaindonesia.com. Diunduh dari
https://www.lensaindonesia.com/2013/02/11/seks-pra-nikah-trend-
remaja-masa-kini.html
Rully, A. (2017, April 13). Beli make up di pasar malam, muka gadis ini jadi rusak
parah. plus.kapanlagi.com. Diunduh dari https://plus.kapanlagi.com/beli-
make-up-di-pasar-malam-muka-gadis-ini-jadi-rusak-parah-98b300.html
Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi dari blog menjadi buku. Yogyakarta:
Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Santoso, S. (2015). Menguasai statistik non paramterik. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Sarah Grogan. (2008). Persepsi tubuh. understanding body dissatisfaction in men,
women, and children. (2nd ed.). New York, AS: Taylor & Francis Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Sarwono, S. W., & A. Meinarno, E. (2014). Psikologi sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Schneider, F. W., & M. Coutts, L. (1982). The high school environment: A
comparison of coeducational and single-sex school. American
Psychological Association, Inc, 74, 898–906. Doi: 0022-0663/82/7406-
0898$00.75
Scott, S. (2015). Influence of cosmetics on the confidence of college women: an
exploratory study. citeseerx.ist.psu.edu. Diunduh dari
https://psych.hanover.edu/research/Thesis07/scottpaper.pdf
Sebayang, J., Yusuf, M., & Priyatama, A. N. (2011). Hubungan antara persepsi
tubuh dan konformitas dengan perilaku konsumtif pada siswi kelas XI
SMA Negeri 7 Surakarta. Jurnal Wacana Psikologi,3 (2). Diunduh dari
http://jurnalwacana.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/wacana/article/view/
36
Siahaan, S. (2018, Agustus 15). Demi mirip Kim Kadarshian, remaja ini rela
keluarkan uang hingga Rp 279 juta. medan.tribunnews.com. Diunduh
dari http://medan.tribunnews.com/2018/08/15/demi-mirip-kim-
kardashian-remaja-ini-rela-keluarkan-uang-hingga-rp-279-juta?page=all
Smolak, L., & Thompson J.K. (2009). Body Image, eating disorders, and obesity
in youth. assessment, prevention, and treatment (2nd ed.). Amerika
Serikat: American Psychological Association.
Sudariyanti, N. M. (2011). Perbedaan body image antara remaja putri di sekolah
homogen dengan sekolah heterogen (Skripsi). Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta, Indonesia. Diunduh dari
http://www.library.usd.ac.id/web/index.php?pilih=ta&mod=yes&aksi=ful
l&id=089a9beff66d88530b7210f31a68c807
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Penerbit Universitas Sanata
Dharma.
Supratiknya, A. (2015). Metode penelitian kuantitatif & kualitatif dalam psikologi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2016). Kuantifikasi validitas isi dalam asesmen psikologi.
Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Susanti, E., & Nurwidawati, D. (2014). Hubungan antara kontrol diri dan
konformitas dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa program
studi psikologi Unisa. Jurnal Mahasiswa Unesa, 2 (3). Diunduh dari
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/1099
5
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial (12 ed.).
Jakarta: Kencana.
Tiggemann, M. (2001). Effect of gender composition of school on body concerns
in adolescent women. International Journal Eat Disorder, 29 (2). 239–
243. Doi: 10.1002/1098-108X(200103)29:2<239::AID-
EAT1015>3.0.CO;2-A
Widhiarso, W. (2010). Catatan pada uji linieritas hubungan. Manuskrip tidak
dipublikasikan. Diunduh dari
http://widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/widhiarso_2010_uji_linieritas_hubu
ngan.pdf
Wirman, A. (2016). Miris! Siswa-siswi di kota bogor masih kenakan baju sekolah
ketat. mediabogor.com. Diunduh dari https://mediabogor.com/miris-
siswa-siswi-dikota-bogor-masih-kenakan-baju-sekolah-ketat/amp/
Wisnubrata. (2017, Juni 14). Apa definisi perempuan cantik?. kompas.com.
Diunduh dari
http://lifestyle.kompas.com/read/2017/06/14/135648020/apa.definisi.pere
mpuan.cantik
Yoo, J., Choi, S., Choi, M. & Rho, J. (2014). Why people use Twitter: Social
conformity and social value perspectives. Online Information Review,
38 (2), 265-283. Doi: 10.1108/OIR-11-2012–0210
Yuliantari, M. I., & Herdiyanto, Y. K. (2015). Hubungan konformitas dan harga
diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri di kota denpasar. Jurnal
Psikologi Udayana, 2, 89–99. Diunduh dari
https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/25144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 1
Reliabilitas Skala Penelitian
Skala Konformitas
Item-Total Statistics
Scale
Mean if
Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item Deleted
Skor Jawaban Skala2.29 63.95 198.103 .432 .931
Skor Jawaban Skala2.30 65.03 205.078 .408 .931
Skor Jawaban Skala2.27 65.13 198.430 .614 .929
Skor Jawaban Skala2.4 64.46 190.150 .740 .927
Skor Jawaban Skala2.1 65.00 196.474 .587 .929
Skor Jawaban Skala2.41 65.26 198.669 .626 .929
Skor Jawaban Skala2.47 65.03 195.762 .708 .928
Skor Jawaban Skala2.14 64.28 194.366 .644 .928
Skor Jawaban Skala2.32 64.95 195.734 .609 .929
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 39 100.0
Excludeda 0 .0
Total 39 100.0
a. Listwise deletion based on all variabels in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.932 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Skor Jawaban Skala2.46 64.87 200.957 .417 .931
Skor Jawaban Skala2.44 64.28 190.576 .730 .927
Skor Jawaban Skala2.2 64.64 197.815 .558 .929
Skor Jawaban Skala2.26 64.28 195.839 .520 .930
Skor Jawaban Skala2.40 63.56 195.779 .576 .929
Skor Jawaban Skala2.48 64.44 193.726 .636 .928
Skor Jawaban Skala2.16 65.51 206.099 .286 .932
Skor Jawaban Skala2.23 65.08 203.020 .284 .932
Skor Jawaban Skala2.18 64.97 195.605 .607 .929
Skor Jawaban Skala2.7 65.18 200.993 .397 .931
Skor Jawaban Skala2.25 65.21 205.115 .318 .931
Skor Jawaban Skala2.20 65.10 203.831 .236 .933
Skor Jawaban Skala2.9 63.87 195.799 .491 .930
Skor Jawaban Skala2.13 63.69 198.903 .381 .932
Skor Jawaban Skala2.50 64.54 190.887 .727 .927
Skor Jawaban Skala2.15 65.28 202.682 .471 .930
Skor Jawaban Skala2.31 64.69 196.903 .504 .930
Skor Jawaban Skala2.55 65.10 206.779 .250 .932
Skor Jawaban Skala2.43 65.28 201.208 .483 .930
Skor Jawaban Skala2.28 65.23 197.287 .593 .929
Skor Jawaban Skala2.12 65.03 196.078 .625 .928
Skor Jawaban Skala2.37 65.08 200.810 .711 .929
Skor Jawaban Skala2.38 65.21 201.799 .588 .929
Skor Jawaban Skala2.3 64.69 199.166 .544 .929
Skor Jawaban Skala2.19 65.49 203.993 .480 .930
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
66.77 210.445 14.507 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Skala Persepsi tubuh
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 39 100.0
Excludeda 0 .0
Total 39 100.0
a. Listwise deletion based on all variabels in the procedure.
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item Deleted
Skor Jawaban Skala1.57 91.13 154.273 .248 .851
Skor Jawaban Skala1.49 90.44 153.252 .387 .847
Skor Jawaban Skala1.35 91.18 152.730 .348 .848
Skor Jawaban Skala1.78 90.72 151.418 .404 .846
Skor Jawaban Skala1.53 91.13 154.167 .252 .851
Skor Jawaban Skala1.15 91.38 154.506 .305 .849
Skor Jawaban Skala1.70 91.10 151.568 .445 .845
Skor Jawaban Skala1.67 90.97 154.289 .326 .849
Skor Jawaban Skala1.52 90.97 149.552 .481 .844
Skor Jawaban Skala1.22 90.54 153.887 .360 .848
Skor Jawaban Skala1.21 90.62 155.822 .297 .849
Skor Jawaban Skala1.19 91.08 152.020 .394 .847
Skor Jawaban Skala1.73 91.97 155.447 .376 .848
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.852 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Skor Jawaban Skala1.33 91.26 157.827 .181 .852
Skor Jawaban Skala1.74 90.69 152.745 .430 .846
Skor Jawaban Skala1.59 92.08 157.073 .247 .850
Skor Jawaban Skala1.7 90.64 154.184 .395 .847
Skor Jawaban Skala1.4 90.90 154.621 .306 .849
Skor Jawaban Skala1.39 90.97 155.920 .219 .851
Skor Jawaban Skala1.16 90.97 152.657 .441 .846
Skor Jawaban Skala1.40 90.79 153.273 .345 .848
Skor Jawaban Skala1.44 90.77 152.709 .496 .845
Skor Jawaban Skala1.68 90.82 148.362 .583 .842
Skor Jawaban Skala1.38 91.13 153.378 .259 .851
Skor Jawaban Skala1.48 91.49 154.256 .294 .849
Skor Jawaban Skala1.46 91.05 153.892 .353 .848
Skor Jawaban Skala1.23 90.49 148.888 .532 .843
Skor Jawaban Skala1.29 91.21 154.220 .349 .848
Skor Jawaban Skala1.24 91.97 157.920 .182 .852
Skor Jawaban Skala1.25 91.90 157.042 .213 .851
Skor Jawaban Skala1.51 91.77 154.551 .349 .848
Skor Jawaban Skala1.9 91.10 153.884 .311 .849
Skor Jawaban Skala1.1 91.36 154.026 .338 .848
Skor Jawaban Skala1.42 91.31 155.903 .300 .849
Skor Jawaban Skala1.28 91.59 155.617 .285 .849
Skor Jawaban Skala1.47 91.03 156.131 .305 .849
Skor Jawaban Skala1.56 91.49 156.362 .285 .849
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
93.67 162.018 12.729 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran 2
Uji Normalitas dan Linearitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Persepsi
tubuh .065 246 .015 .959 246 .000
Konformitas .054 246 .079 .985 246 .011
a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA Table
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
Persepsi
tubuh *
Konformitas
Between
Groups
(Combined) 5069.210 54 93.874 .992 .498
Linearity 241.387 1 241.387 2.551 .112
Deviation
from
Linearity
4827.822 53 91.091 .963 .552
Within Groups 18072.140 191 94.619
Total 23141.350 245
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Lampiran 3
Uji T
One-Sampel Test
Test Value = 0
T df Sig.
(2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Konformitas 89.277 245 .000 70.378 68.83 71.93
Persepsi
tubuh 155.347 245 .000 96.260 95.04 97.48
One-Sampel Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Konformitas 246 70.38 12.364 .788
Persepsi tubuh 246 96.26 9.719 .620
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Lampiran 4
Kategorisasi Partisipan
Kategorisasi Konformitas Berdasarkan Mean Empiris
Kategorisasi Rumus Nilai
Rendah X <(μ-1,0σ) X < 58.016
Sedang (μ-1,0σ) ≤ X < (μ+1,0σ) 58.016 ≤ X < 82.744
Tinggi (μ+1,0σ) ≤ X 82.744 ≤ X
Kategori berdasarkan skala konformitas
Konformitas
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Rendah 41 16.7 16.7 16.7
Sedang 174 70.7 70.7 87.4
Tinggi 31 12.6 12.6 100.0
Total 246 100.0 100.0
Kategorisasi Persepsi Tubuh Berdasarkan Mean Empiris
Kategorisasi Rumus Nilai
Rendah X <(μ-1,0σ) X < 86.541
Sedang (μ-1,0σ) ≤ X < (μ+1,0σ) 86.541 ≤ X < 105.979
Tinggi (μ+1,0σ) ≤ X 105.979 ≤ X
Pembagian kategori berdasarkan Skala Persepsi tubuh
BodyImage
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Rendah 29 11.8 11.8 11.8
Sedang 185 75.2 75.2 87.0
Tinggi 32 13.0 13.0 100.0
Total 246 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Lampiran 5
Google form online
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Lampiran 6
Informed Concent
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Lampiran 7
Item Skala Penelitian
Skala Konformitas
Sub Aspek Indikator Item Lolos
Favorable Unfavorable
1
Perceived
Concencus
1. Memutuskan sesuatu
setelah diyakinkan orang
lain.
Saya yakin dengan penampilan
saya ketika dipuji oleh teman-teman.
Saya yakin dengan penampilan saya
walaupun tidak ada yang memuji.
2. Merasa melakukan suatu
hal yang benar ketika
banyak orang juga
melakukannya.
Saya langsung membeli model
pakaian yang dipakai oleh
kebanyakan orang populer di media
sosial.
Saya lebih percaya diri ketika
mengikuti tren fashion yang ada
saat ini.
Saya lebih percaya diri dengan
fashion saya saat ini, walaupun berbeda
dengan tren.
2
Dynamical
System
1. Berperilaku sesuai dengan
situasi dan kondisi saat
itu.
Saya mengikuti tren fashion saat
ini agar tidak dijauhi oleh teman-
teman.
Saya berpenampilan hampir
sama dengan teman dekat saya,
Saya kurang mengikuti tren fashion
saat ini dan tidak masalah jika saya
dijauhi teman-teman karena hal itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
karena kami mengikuti tren di media
sosial.
2. Mengikuti apa yang
dilakukan oleh
kebanyakan orang di
lingkungannya.
Saya menyesuaikan dandanan
saya dengan teman-teman dekat
saya.
Saya memilih dandanan yang
berbeda dari teman-teman dekat saya.
3
Automatic
Activation
1. Mengikuti hal-hal yang
dilakukan banyak orang
agar diterima di
lingkungannya.
Saya sedih ketika teman-teman
saya tidak menyukai penampilan
saya.
Saya senang jika teman-teman
menerima saya karena saya dapat
mengikuti tren fashion saat ini.
Saya senang dengan penampilan
saya saat ini walaupun teman-teman saya
tidak suka.
Saya senang jika teman-teman
menerima saya walaupun saya tidak
mengikuti tren fashion saat ini.
2. Menyesuaikan diri agar
diperhatikan orang
disekitarnya.
Saya senang ketika usaha saya
untuk berdandan dipuji oleh teman-
teman saya.
Saya nyaman ketika mengikuti
saran untuk berdandan dari teman
saya.
4
Behavioral
Mimicry
1. Menyesuaikan perilaku
dengan orang yang
diidolakan/ dikagumi.
Saya berusaha meraih prestasi sesuai
dengan minat dan kemampuan saya.
Saya memiliki gaya hidup yang jauh
berbeda dari idola saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
2. Menyesuaikan penampilan
dengan orang yang
diidolakan/dikagumi.
Saya mengikuti dandanan teman
saya yang sering kali mendapat
pujian dari banyak orang.
Saya ingin terlihat menarik
seperti artis idola saya yang sering
muncul di media sosial sehingga
saya mengikuti dandanannya.
5
Gaining Social
Approach
1. Menirukan perilaku orang
lain untuk menjaga
hubungan baik dengan
mereka.
Saya menuruti apa saja yang
dikatakan teman saya agar ia tidak
menjauhi saya.
Saya melakukan hal yang menurut
saya baik walaupun akan ada orang yang
tidak suka.
2. Merasa lebih berharga
ketika diterima di
kelompok tertentu
Saya merasa berharga ketika
dandanan saya diterima oleh teman-
teman yang up to date dalam gaya
berpakaian.
Saya senang jika pendapat saya
diterima oleh teman-teman yang
saya anggap lebih hebat dari saya.
6
Majority and
minority
1. Menunjukkan perilaku
yang sesuai dengan suara
mayoritas.
Saya mengikuti tren fashion saat
ini.
Saya tidak memaksakan diri untuk
berdandan seperti teman-teman saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Influence
2. Tidak terpengaruh pada
perilaku yang
dimunculkan minroitas.
Saya melihat suatu tren fashion
akan dinilai bagus dari seberapa
jumlah orang yang memakainya.
Saya menilai tren fashion tertentu
tetap bagus walaupun orang yang
memakainya sedikit.
7
Deindividuatio
n effect
1. Menyesuaikan perilaku
dengan identitas dan
norma kelompok.
Saya menggunakan aksesoris
yang sama dengan teman-teman
dekat saya.
Saya mengenakan pakaian sesuai
kenyamanan saya walaupun tidak sama
dengan teman-teman dekat saya.
2. Menunjukkan perilaku
yang sesuai dengan situasi
kelompok.
Saya mengikuti tren fashion
yang ada karena teman-teman saya
juga mengikutinya.
Saya berusaha untuk
menyesuaikan gaya berpakaian saya
dengan teman-teman baru saya.
Saya tetap berdandan semau saya,
walaupun teman-teman saya mengikuti
tren saat ini.
Saya tetap mengenakan pakaian
sesuai gaya saya walaupun teman-teman
saya berbeda gaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Skala Persepsi tubuh
Aspek Indikator Item Lolos
Favorable Unfavorable
1
Appearance
evaluation
1. Merasa bangga dan percaya
diri dengan kondisi fisiknya
saat ini.
Saya tidak perlu mengubah apa
pun pada bentuk tubuh saya.
2. Tidak membandingkan
tubuhnya dengan orang lain.
Saya bahagia dengan bentuk tubuh
saya saat ini, sehingga saya tidak
ingin memiliki bentuk tubuh seperti
orang lain.
Saya tetap merasa kurang
menarik walaupun sudah
menggunakan make up seperti artis
idola saya.
2
Appearance
orientation
1. Memperhatikan penampilan
secara detail.
Saya menggunakan produk
kecantikan (seperti; lulur, body lotion,
lip butter, dll) untuk menunjang
penampilan saya.
Saya bercermin setiap kali ada
kesempatan untuk memastikan
penampilan saya walaupun
membutuhkan waktu yang lama.
2. Memperhatikan fashion yang
cocok untuk dipakai dan
mengikuti tren yang ada saat
Saya berusaha mengikuti tren
fashion yang sedang populer saat ini
agar saya terlihat lebih menarik.
Saya membeli 8u. Saya kurang
memperhatikan tren fashion yang
sedang populer karena saya tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
ini. terlalu peduli dengan penampilan
saya.
3
Fitness
Evaluation
1. Merasa memiliki fisik yang
sehat dan tubuh yang atletis.
Saya memiliki tubuh yang sehat
dan tidak mudah tertular penyakit.
Saya memiliki bentuk tubuh yang
atletis sehingga terlihat ideal.
Saya memiliki bentuk tubuh yang
terlalu kurus/gemuk.
2. Merasa berkompeten dalam
kegiatan yang membutuhkan
aktivitas fisik.
Saya mendapat nilai yang bagus
dalam mata pelajaran olahraga di
sekolah.
Saya kurang pandai dalam bidang
olahraga apa pun.
Saya mendapat nilai yang buruk
dalam mata pelajaran olahraga.
4
Fitness
Orientation
1. Terlibat dalam aktivitas fisik
untuk meningkatkan
kebugaran.
Saya rajin datang ke club
olahraga/gym karena tubuh yang
sehat adalah prioritas saya.
Saya malas untuk datang ke club
olahraga/gym karena jika saya sakit
merupakan hal yang wajar.
2. Membiasakan diri untuk
berolahraga dan menjadikan
rutinitas dalam gaya
hidupnya.
Saya berusaha membiasakan diri
untuk rutin berolahraga setiap harinya.
5
Health
Evaluation
1. Memiliki perhatian pada
kesehatan tubuhnya.
Saya sadar dengan cepat ketika
tubuh saya mulai menunjukkan gejala
dari suatu penyakit.
Saya rutin melakukan medical
check up agar dapat memantau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
kesehatan tubuh saya.
2. Merasa sehat dan tidak
mudah tertular penyakit.
Saya memegang kendali penuh
atas kesehatan tubuh saya sehingga
kegiatan saya dapat berjalan lancar.
6
Health
orientation 1. Mengetahui cara-cara hidup
sehat.
Saya memahami bahwa meminum
suplemen atau multivitamin dapat
menjaga kesehatan tubuh saya.
Saya suka mencari dan membaca
artikel-artikel mengenai cara hidup
sehat.
2. Melakukan gaya hidup sehat
agar terhindar dari penyakit.
Saya berusaha mengatur asupan
gizi dari makanan yang saya
konsumsi.
7
Illnes
Orientation
1. Waspada terhadap gejala
penyakit fisik yang muncul.
Saya dapat mencermati gejala-
gejala fisik yang timbul ketika saya
akan sakit.
Saya kurang peka dengan gejala
yang muncul pada tubuh saya ketika
mengalami suatu penyakit
Saya tetap melakukan aktivitas
walaupun saya merasa kurang sehat.
2. Mencari tahu tentang
penanganan medis yang tepat
Saya mencoba bertanya pada orang
lain yang mengetahui penanganan
yang tepat ketika saya mulai merasa
Saya hanya membeli obat-obatan
yang diberikan oleh dokter ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
ketika merasa tidak sehat. tidak enak badan. saya sakit.
8
Body area
satisfaction
1. Merasa puas dengan bentuk
dan ukuran dari setiap bagian
tubuh yang dimiliki.
Saya merasa percaya diri ketika
mengenakan model pakaian yang
menunjukkan bentuk tubuh saya.
Saya memilih mengenakan
pakaian yang longgar untuk
menutupi bentuk tubuh, karena saya
merasa kurang percaya diri.
2. Merasa bahagia dengan
setiap bagian tubuh yang
dimiliki.
Saya merasa kurang percaya diri
dengan setiap bagian tubuh saya.
9
Overweight
preoccupation
1. Menghindari hal-hal yang
akan membuat gemuk
Saya menghindari makanan
berlemak karena saya tidak mau
bertambah gemuk.
Saya memakan makanan yang
berlemak karena tidak masalah bagi
saya jika terlihat gemuk.
2. Melakukan pengendalian
terhadap berat badan.
Saya memperhatikan jam makan
saya agar berat badan saya tidak
bertambah.
Saya rutin berolahraga karena takut
berat badan saya akan naik dengan
cepat.
10
Self-classified
1. Memiliki penilaian yang
tepat pada tubuh yang kurus
sampai kelebihan berat.
Saya kurang memahami cara
menggolongkan bentuk tubuh yang
kurus, ideal, dan juga gemuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
weight
2. Memiliki penilaian yang
sama dengan orang lain
mengenai ketegorisasi berat
badan.
Saya memiliki penilaian yang sama
dengan orang lain ketika menentukan
berat badan seseorang.
Saya memiliki penilaian yang
berbeda dengan orang lain ketika
menentukan berat badan seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI