hubungan antara kematangan emosi dengan penyesuaian...

23
1 PENDAHULUAN Saxton (1968) menyebutkan bahwa penyesuaian perkawinan adalah ketika pasangan suami istri melibatkan satu sama lain dalam memberi respon untuk suatu kebutuhan yang diterima. Tetapi, bila salah satu pasangan hanya mampu menyesuaikan diri dengan dirinya saja tanpa melibatkan pasangannya maka akan merugikan penyesuaian pasangannya tersebut. Mulyono (2012) mengatakan bahwa salah satu kondisi yang mempersulit penyesuaian perkawinan adalah perkawinan antara pasangan yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, termasuk perkawinan antar etnis. Menurut Hurlock (1997 dalam Mulyono, 2012) bahwa proses penyesuaian yang baik mungkin akan sulit diperoleh bagi pasangan yang berbeda etnis, agama dan latar belakang sosial karena pasangan seperti ini biasanya mempunyai perbedaan minat, nilai dan bingkai rujukan. Asimilasi dalam perkawinan campuran yang disampaikan oleh Soekanto (1990) berguna untuk mengurangi perbedaan-perbedaan yang dianut. Salah satu bentuk asimilasi adalah perkawinan campuran (amalgamation). Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak di Kalimantan Barat (KalBar) sudah ditemui sejak kedatangan etnis Tionghoa di KalBar. Djuweng (2010) mengatakan kedatangan orang Tionghoa disebut-sebut bagian dari sejarah perdagangan dan politik di Asia. Djuweng (2010) menyebutkan kedatangan pedagang Cina pertama kali ke Kalimantan sekitar abad ketiga karena ada peluang mendulang emas. Tentara-tentara Cina dan Mongol itu berhasil dipukul mundur. Djuweng (2010) menambahkan bahwa

Upload: vutuong

Post on 08-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

1

PENDAHULUAN

Saxton (1968) menyebutkan bahwa penyesuaian perkawinan

adalah ketika pasangan suami istri melibatkan satu sama lain dalam

memberi respon untuk suatu kebutuhan yang diterima. Tetapi, bila

salah satu pasangan hanya mampu menyesuaikan diri dengan

dirinya saja tanpa melibatkan pasangannya maka akan merugikan

penyesuaian pasangannya tersebut.

Mulyono (2012) mengatakan bahwa salah satu kondisi yang

mempersulit penyesuaian perkawinan adalah perkawinan antara

pasangan yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda,

termasuk perkawinan antar etnis. Menurut Hurlock (1997 dalam

Mulyono, 2012) bahwa proses penyesuaian yang baik mungkin

akan sulit diperoleh bagi pasangan yang berbeda etnis, agama dan

latar belakang sosial karena pasangan seperti ini biasanya

mempunyai perbedaan minat, nilai dan bingkai rujukan. Asimilasi

dalam perkawinan campuran yang disampaikan oleh Soekanto

(1990) berguna untuk mengurangi perbedaan-perbedaan yang

dianut. Salah satu bentuk asimilasi adalah perkawinan campuran

(amalgamation).

Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak di

Kalimantan Barat (KalBar) sudah ditemui sejak kedatangan etnis

Tionghoa di KalBar. Djuweng (2010) mengatakan kedatangan

orang Tionghoa disebut-sebut bagian dari sejarah perdagangan dan

politik di Asia. Djuweng (2010) menyebutkan kedatangan pedagang

Cina pertama kali ke Kalimantan sekitar abad ketiga karena ada

peluang mendulang emas. Tentara-tentara Cina dan Mongol itu

berhasil dipukul mundur. Djuweng (2010) menambahkan bahwa

Page 2: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

2

sebagian masyarakat Cina yang dipukul mundur tersebut bergabung

dengan masyarakat Cina lainnya yang sudah datang lebih dahulu

dan sebagian lainnya menikah dengan wanita Dayak.

Walaupun sudah disebut-sebut adanya hubungan yang saling

timbal balik antara etnis Tionghoa dan Dayak, tetapi tentu keduanya

memiliki perbedaan budaya mengenai kehidupan perkawinan.

Menurut Mulyono (2012), perkawinan pada tradisi Cina melibatkan

keluarga besar, sehingga pada tradisi Cina orangtua berperan

penting dalam pengaturan perkawinan anak-anaknya. Pada generasi

tua masyarakat Tionghoa, perkawinan diperuntukkan untuk

keluarga bukan untuk diri sendiri, termasuk untuk meneruskan clan-

nya (Hariyono, 1994). Walaupun demikian, Hariyono (1994)

mengatakan bahwa ada pergeseran mengenai pendapat tersebut

walau masih ada peranan penerusan clan. Sementara itu, menurut

Andasputra (2011) pada etnis Dayak kekerabatan itu sangat penting

terutama untuk kepentingan musyawarah (pembagian warisan dan

hubungan perkawinan). Selain itu, masyarakat Dayak tidak

mengenal adanya penurunan clan, karena masyarakat Dayak tidak

mengenal sistem kekerabatan matrilineal atau patrilineal

(Andasputra, 2011). Keluarga memainkan peranan yang penting

dalam perkawinan agar tidak terdapat silsilah hubungan keluarga

antar pasangan yang hendak menikah.

Hubungan antara etnis Tionghoa dan Dayak dalam

perkawinan dapat dijumpai saat ini. Menurut hasil wawancara yang

dilakukan penulis, ditemukan bahwa adanya nilai-nilai yang telah

disebutkan mengenai perkawinan pada dua etnis ini cukup

memengaruhi kehidupan perkawinan dalam rumah tangga. Ada

Page 3: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

3

yang cukup mampu bersama-sama menyepakati nilai masing-

masing etnis namun ada juga yang tidak.

Hurlock (1996) mengatakan bahwa studi menekankan

kesulitan penyesuaian perkawinan yang hampir tidak terelakkan bila

suami dan istri mendidik anak di rumah di mana pola keluarganya

berbeda. Selain itu, Hurlock (1996) mengatakan bahwa salah satu

dari faktor sulitnya penyesuaian perkawinan adalah perkawinan

campuran.

Lasswell (dalam Purgiyastuti, 2008) mengatakan bahwa

faktor-faktor yang dapat memengaruhi penyesuaian perkawinan

yaitu, latar belakang budaya dan kebiasaan, sikap beragama,

kematangan emosi, kerukunan, cara pengambilan keputusan, dan

usaha saling menghargai. Menurut Walgito (2000), kematangan

emosi dan pikiran akan saling kait-mengait. Bila seseorang telah

matang emosinya, telah dapat mengendalikan emosinya, maka

individu akan dapat berpikir secara matang, berpikir secara baik,

berpikir secara objektif.

Saxton (1968) mengatakan bahwa kegagalan hubungan

perkawinan tersebut disebabkan oleh salah satu dari sekian banyak

faktor kegagalan, yaitu ketidakmatangan emosi pasangan tersebut.

Apalagi kedua pasangan berasal dari latar belakang individu yang

berbeda, baik itu ekonomi dan etnis (heterogenomy), dengan nilai

yang berbeda-beda dan mereka bawa pada perkawinan, kedua

pasangan diharapkan mampu untuk saling menyesuaikan (Saxton,

1968).

Pada penelitian sebelumnya, Dean (1966) yang mengukur

kematangan emosi terhadap penyesuaian perkawinan dengan

korelasi antar suami, antar istri, juga suami istri, menemukan bahwa

Page 4: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

4

penilaian diri sendiri dalam kematangan emosi berhubungan secara

positif dengan penyesuaian pernikahan untuk korelasi antar suami

(0, 28) dan antar istri (0,35) dan bahwa pada pengukuran

kematangan emosi antar pasangan suami-istri berhubungan lebih

kuat secara positif untuk para istri (0, 55). Berbeda dengan

Purgiyastuti (2008) yang menemukan bahwa adanya hubungan yang

positif dan signifikan antara kematangan emosi dengan penyesuaian

perkawinan, korelasi yang ada (0, 805). Walaupun demikian, ada

perbedaan yang ditemukan oleh Mulyono (2012) pada penelitian

perkawinan beda etnis Tionghoa- Jawa. Mulyono (2012)

menemukan bahwa faktor adat-istiadat, ekonomi, agama, dan

pemukiman menjadi faktor penting dalam penyesuaian perkawinan

beda etnis sementara penelitian lain menekankan bahwa

kematangan emosi menjadi faktor yang berpengaruh dalam

penyesuaian perkawinan.

Itulah sebabnya Penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Hubungan antara kematangan emosi dengan

penyesuaian perkawinan beda etnis Tionghoa-Dayak di Kalimantan

Barat?”

LANDASAN TEORI

Penyesuaian Perkawinan Beda Etnis

Spanier (1976) menyebutkan bahwa penyesuaian perkawinan

merefleksikan perasaan dan pertanyaan tentang bagaimana interaksi,

komunikasi dan konflik yang dialami oleh pasangan suami istri

(Rachmawati, 2013).

Page 5: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

5

Pengertian Perkawinan Beda Etnis

Pengertian perkawinan beda etnis adalah bersatunya dua

orang sebagai suatu ikatan dan komitmen legal yang mengandung

tujuan bersama membentuk suatu kehidupan rumah tangga dan

keluarga bahagia untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional,

berbagi tanggung jawab, dan sumber pendapatan tetapi dengan latar

belakang pasangan yang berbeda golongan manusia menurut

kepercayaan, nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma bahasa, sejarah,

geografis, dan hubungan kekerabatan.

Etnis Dayak

Djuweng dan Krenak (2010) menyatakan bahwa Dayak

adalah nama kolektif yang kemudian membentuk sebuah label etnik

untuk menyebut kira-kira 450 suku asli non muslim yang mendiami

pulau Kalimantan (Borneo).

Etnis Tionghoa

Coppel (1994) menyebutkan bahwa orang Tionghoa di

Indonesia didefinisikan sebagai orang keturunan Tionghoa yang

berfungsi sebagai warga negara atau berpihak pada masyarakat

Tionghoa dan dianggap oleh orang pribumi Indonesia sebagai orang

Tionghoa sehingga mendapatkan perlakuan tertentu sebagai

akibatnya.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Perkawinan

Lasswell (dalam Purgiyastuti,2008) menyebutkan beberapa

faktor yang memengaruhi penyesuaian perkawinan;

Page 6: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

6

a. Latar belakang budaya dan kebiasaan

Mulyono (2012) menjelaskan bahwa persamaan latar

belakang budaya antara suami dan istri merupakan hal yang

baik, sedangkan jika terdapat perbedaan latar belakang yang

cukup besar maka hal tertentu ini dapat menyulitkan

penyesuaian dalam pernikahan.

b. Sikap beragama

DeGenova (2005) memaparkan mengenai sikap

beragama sebagai penyesuaian dalam perkawinan yaitu

dapat menerima dengan baik keyakinan beragama

pasangannya juga mengamalkan ritual keagamaannya.

c. Kematangan emosi

Kematangan emosi dan pikiran akan saling kait-

mengait. Bila seseorang telah matang emosinya, telah dapat

mengendalikan emosinya, maka individu akan dapat berpikir

secara matang, berpikir secara baik, berpikir secara objektif

(Walgito, 2000)

d. Kerukunan

DeGenova dkk (2005) mengatakan kerukunan

disebutkan sebagai usaha penyesuaian perkawinan untuk

mengidentifikasi penyebab masalah dan keadaan dalam

masalah tersebut, menangani konflik secara konstruktif dan

memecahkan masalah.

Page 7: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

7

e. Cara Pengambilan Keputusan

DeGenova dkk (2005) menerangkan bahwa

pengambilan keputusan ini adalah suatu usaha sebagai tugas

dari perkawinan.

f. Usaha Saling Menghargai

Usaha saling menghargai yang dimaksud adalah bila

individu menyesuaikan moral, nilai, etika, keyakinan,

filosofi dan tujuan hidup pasangannya.

Hal Penting bagi Kebahagiaan Perkawinan

Menurut Hurlock (1996) empat pokok yang paling penting

bagi kebahagiaan perkawinan adalah:

a. Penyesuaian dengan pasangan

Bagaimanapun juga dalam kasus perkawinan,

hubungan interpersonal jauh lebih sulit untuk disesuaikan

daripada kehidupan bisnis, sebab dalam perkawinan terdapat

kerumitan karena ditimbulkan faktor kehidupan individual.

b. Penyesuaian seksual

Masalah penyesuaian seksual merupakan masalah

paling sulit dan seringkali menyebabkan pertengkaran dan

ketidakbahagiaan perkawinan apabila kesepakatan ini tidak

dapat dicapai dengan memuaskan.

Page 8: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

8

c. Penyesuaian keuangan

Uang dan kurangnya uang mempunyai pengaruh yang

kuat terhadap penyesuaian perkawinan. Penyesuaian

keuangan sangat penting dilakukan untuk menghindar dua hal

yang kemungkinan akan terjadi. Pertama, adanya

percekcokkan yang terjadi karena istri berharap suami dapat

menangani bagian dari tugasnya. Kedua, untuk menunjukkan

bahwa mereka adalah keluarga yang berhasil maka mereka

membeli harta benda untuk meningkatkan mobilitas sosial

sebagai keluarga yang berhasil.

d. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan

Dengan perkawinan, setiap orang dewasa akan secara

otomatis memperoleh sekelompok keluarga. Mereka itu

adalah anggota keluarga pasangan dengan usia yang berbeda-

beda, yang kerapkali mempunyai minat dan nilai yang

berbeda. Bahkan seringkali sangat berbeda dari pendidikan,

budaya, dan latar belakang sosialnya.

Komponen Penyesuaian perkawinan Beda Etnis

Menurut Spanier (1976), komponen penyesuaian pasangan

dalam perkawinan adalah:

a. Kepuasan antar pasangan (Dyadic Satisfaction)

Dyadic satisfaction atau kepuasaan hubungan adalah

derajat kepuasan dalam hubungan.

Page 9: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

9

b. Kohesivitas antar pasangan(Dyadic Cohesion)

Dyadic cohesion atau kedekatan hubungan adalah

kebersamaan atau kedekatan, yang menunjukkan seberapa

banyak pasangan melakukan berbagai kegiatan secara

bersama-sama dan menikmati kebersamaan yang ada.

c. Konsensus antar pasangan (Dyadic Consensus)

Dyadic Consensus adalah kesepahaman atau

kesepakatan antar pasangan dalam berbagai masalah dalam

perkawinan seperti keuangan, rekreasi, keagamaan.

d. Ekspresi efeksi (Affectional Expression)

Affectional expression atau ekperesi afeksi adalah

kesepahaman dalam menyatakan perasaan dan hubungan seks

maupun masalah yang ada mengenai hal-hal tersebut. Bagi

beberapa orang tidak mudah untuk membiarkan orang lain

mengetahui siapa mereka, apa yang mereka rasakan atau apa

yang mereka fikirkan.

Kematangan Emosi

Pengertian Kematangan Emosi

Coleman (dalam Saxton 1968) mendefinisikan kematangan

emosi meliputi dua kali kesadaran: kesadaran akan kebutuhan

dan nilai diri sendiri, juga kesadaran dan nilai orang lain maupun

masyarakat yang lebih luas.

Walgito (2000) menyebutkan kematangan emosi berarti

dapat berpikir secara obyektif, tidak bersifat impulsif,

mengontrol emosi dengan baik, bersikap sabar dan penuh

Page 10: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

10

pengertian, memiliki toleransi yang baik, bertanggungjawab,

mandiri, tidak mudah frustrasi.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi adalah

satu keadaan atau kondisi mencapai tingkat kedewasaan dari

perkembangan emosional yang ditunjukkan dengan kesadaran

akan kebutuhan dan nilai diri sendiri dan juga orang lain, berpikir

secara obyektif, tidak bersifat impulsif, mengontrol emosi

dengan baik, bersikap sabar dan penuh pengertian, memiliki

toleransi yang baik, bertanggungjawab, mandiri, tidak mudah

frustrasi.

Komponen-komponen kematangan emosi

Menurut Dean (1966), komponen dalam kematangan emosi

meliputi komponen di bawah ini:

a. Ability to handle Stress

Individu yang emosinya sudah matang, ditandai

dengan kemampuannya menangani stres dalam kehidupan

sehari-hari tanpa ketegangan yang tidak pantas.

b. Ability to handle Anger

Individu yang sudah matang emosinya dapat

menangani frustrasi dan kemarahan secara sosial berguna atau

paling tidak memiliki tata cara yang hangat dalam

bersosialisasi.

Page 11: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

11

c. Healthy relationship with Authority

Individu yang sudah matang emosinya dapat

menerima suatu wewenang tetapi tidak bergantung pada

wewenang tersebut.

d. Integration

Individu menyatu dengan filosofi hidup dan mood-

nya. Apa yang dipikirkan individu tersebut tampak sejalan

dengan perasaan yang dimunculkan oleh individu tersebut.

e. Self control

Individu yang sudah matang emosinya dapat

melakukan kontrol diri yang baik. Individu dapat

menyeimbangkan dirinya, mengatur emosi, maupun

perilakunya.

f. Judgement

Individu yang matang emosinya memiliki penilaian

yang baik. Individu akan memberikan penilaian secara

objektif, tidak memihak.

g. Heterosexual relationship

Individu mengembangkan hubungan yang mendalam

dan memberi kenyamanan kepada berbagai lawan jenis.

Hubungan yang terjadi berupa kemampuan individu untuk

bersikap kepada lawan jenis apa saja.

Page 12: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

12

h. Attitude toward learning

Sudut pandang individu lebih terbuka. Individu

memandang masalah dari berbagai sisi oleh karena

pembelajaran yang ia dapatkan sepanjang hidupnya. Dia

sudah memiliki perilaku yang terbuka terhadap pembelajaran,

misalnya: “He is teachable”.

i. Intelectual maturity

Individu yang sudah matang emosinya sudah

mencapai level “dewasa” dari kematangan intelektual.

j. Responsibility

Individu menjadi lebih bertanggungjawab atas

konsekuensi dari sikapnya ataupun tindakannya.

k. Egocenteredness-sosioceneredness

Individu mulai mengalihkan pikirannya untuk

kepentingan sosial daripada memikirkan kepentingan dirinya

sendiri. Pemusatan pikiran tidak semata-mata kepada

kebutuhan dirinya, melainkan kepada orang lain juga.

l. Communication

Individu yang emosinya sudah matang mampu untuk

mengkomunikasikan idenya secara efektif. Selain itu, individu

juga sudah mampu untuk berkomunikasi dengan orang lain

secara efektif.

Page 13: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

13

m. Emotional security

Individu yang sudah matang secara emosi akan

memiliki rasa aman secara emosional. Individu tidak akan

bergantung sepenuhnya kepada orang lain. Individu akan

merasa aman walaupun berjauhan dengan orang dekatnya atau

pasangannya.

n. Social poise

Individu yang sudah matang emosinya akan memiliki

sikap tenang yang sesuai dengan keadaannya. Individu yang

mampu mengontrol dirinya akan memiliki keseimbangan

dalam bersikap sehingga akan menunjukkan sikap tenangnya

dalam berbagai situasi.

Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan yang positif dan signifikan

antara kematangan emosi dengan penyesuaian perkawinan beda

etnis.

H1 : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara

kematangan emosi dengan penyesuaian perkawinan beda etnis.

Jika skor kematangan emosi tinggi, maka skor penyesuaian

perkawinan tinggi.

METODE

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan berdasarkan analisisnya

adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian

dilakukan sejak tanggal 20 Desember 2013 sampai tanggal 2 Januari

Page 14: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

14

2014. Dalam pengambilan data, peneliti juga menjelaskan bahwa

angket yang diberikan merupakan pengumpulan data untuk

penyelesaian skripsi peneliti.

Pelaksanaan penelitian dilakukan di Provinsi Kalimantan

Barat, khusunya Kota Sanggau dan Kota Ngabang.

Partisipan

Jumlah partisipan dalam peneilitian ini yaitu 40 orang yang

terdiri dari 20 pria dan 20 wanita, menikah beda etnis Tionghoa-

Dayak, bertempat tinggal di Kalimantan Barat.

Prosedur Sampling

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling yang

dilakukan adalah non-probability sampling dengan Incidental

Sampling. Pengambilan sampel ini dilakukan karena tidak adanya

data terkait jumlah populasi yang akan dijadikan sampel.

Pengukuran

Alat ukur yang digunakan adalah skala kematangan emosi

yang penulis buat berdasarkan teori Dean (1966) dan Skala

Penyesuaian Perkawinan yang dimodifikasi dari Dyadic Adjusment

Scale milik Spanier (1976). Sebelumnya, Skala Kematangan Emosi

telah melalui tahap validitas melalui validitas isi oleh expert

judgement (dosen pembimbing utama dan dosen pembimbing

pendamping). Skala Kematangan Emosi diuji dengan uji beda aitem

menghasilkan 21 aitem gugur dan 35 aitem valid dari 56 aitem.

Aitem bergerak dari Nilai α bergerak dari 0,219 – 0,684. Koefisien

reliabilitas Alpha didapatkan melalui Alpha Cronbach dengan

Page 15: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

15

α=0,904. Koefisien reabilitas Alpha Dyadic Adjusment Scale milik

Spanier (1976) sebesar α=0,86 dan Dyadic Adjusment Scale

dilakukan telah dilakukan validitas melalui criterion-related validity

dan construct validity. Pada penelitian ini, dilakukan modifikasi

skala, uji bahasa, validitas isi dan terjemahan Dyadic Adjusment

Scale ke Bahasa Indonesia. Koefisien reabilitas Alpha setelah

dimodifikasi, uji bahasa, validitas isi dan setelah diterjemahkan dari

Bahasa Inggris ke Bahahasa Indonesia melalui Alpha Cronbach

adalah α= 0,924. Semua aitem valid dari 32 aitem dan Nilai α aitem

bergerak dari 0,296 – 0, 834.

Hasil

Melalui uji statistik deskriptif ditemukan bahwa pada

variabel kematangan emosi M= 110,25, SD= 20, N=40. Pada

variabel penyesuaian perkawinan M= 119,75, SD= 20,44, N=40.

Hasil uji analisis diferensial ditemukan bahwa sampel tidak

berdistribusi normal, pada variabel kematangan emosi ditemukan

sig. 0.150 (p>0.005) dan pada variabel penyesuaian perkawinan

ditemukan berdistribusi normal dengan sig. 0.000 (p>0.005). Pada

uji linieritas ditemukan sig. .623 dengan F=0,894. Pada uji hipotesis

ditemukan rxy = 0,283 dan p= 0,038 (p<0,05) yang artinya H0

ditolak dan H1 diterima.

Pembahasan

Dari hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa

kematangan emosi berhubungan positif dengan penyesuaian

perkawinan (rxy= 0,283) dan signifikan yaitu p= 0,038 (p<0,05 one

tailed). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kematangan

Page 16: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

16

emosi maka penyesuaian perkawinan juga semakin tinggi.

Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Purgiyastuti (2008) yang mengatakan bahwa adanya hubungan

positif dan signifikan antara kematangan emosi dengan penyesuaian

perkawinan, yaitu r = 0, 805 dengan p sebesar 0,000 (p<0,05).

Penelitian ini menolak penelitian Mulyono (2012) yang dilakukan

secara kualitatif, yang menyebutkan bahwa faktor adat-istiadat,

ekonomi, agama, dan pemukiman menjadi faktor penting dalam

penyesuaian perkawinan beda etnis.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa variabel kematangan

emosi memberikan sumbangan efektif sebesar 8% terhadap

penyesuaian perkawinan. Artinya, ada 92% faktor lain yang

memengaruhi seseorang untuk menyesuaikan diri dengan

pasangannya yang berlatar belakang beda etnis. Walaupun uji

hipotesis membuktikan bahwa terdapat hubungan yang positif dan

signifikan pada variabel kematangan emosi dan penyesuaian

perkawinan, namun hubungan tersebut rendah. Santoso (2008)

mengatakan bahwa angka korelasi di atas 0,5 menunjukkan

korelasi yang cukup kuat, sedangkan di bawah 0,5 korelasi lemah.

Hal ini didukung dengan nilai determinasi yang hanya 8% pada

variabel kematangan emosi untuk memberikan pengaruh pada

penyesuaian perkawinan. Untuk sisanya (100% - 8% = 92%)

adalah variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini,

misalnya latar belakang budaya dan kebiasaan, sikap beragama,

kerukunan, cara pengambilan keputusan dan usaha saling

menghargai.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti ditemukan

bahwa rata-rata tingkat kematangan emosi pasangan yang menikah

Page 17: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

17

beda etnis terletak pada kategori tinggi dengan nilai Mean sebesar

110,25 dari nilai kategorisasi 0-175 dengan interval sebesar 35 dan

SD= 20. Saxton (1968) mengatakan bahwa pasangan yang berasal

dari latar belakang individu yang berbeda, baik itu ekonomi dan

etnis (heterogenomy), membawa nilai-nilai yang berbeda sehingga

mereka diharapkan mampu untuk saling menyesuaikan agar tidak

mengalami keretakan hubungan perkawinan karena faktor

ketidakmatangan emosi. Vincent dan Satir (dalam Cole, 1980)

menemukan bahwa individu dan kelompok pasangan yang

sejahtera secara emosional dalam perkawinan memiliki dampak

yang signifikan untuk mampu menangani tuntutan-tuntutan dari

lingkungan sekitar mereka.

Ketidakmatangan emosi membuat individu tidak dapat

menghadapi krisis-krisis yang terjadi dalam kehidupan

berkeluarga, tampaknya hal inilah yang menjelaskan mengapa

pasangan yang menikah saat remaja tidak matang secara emosi

(Bartz, Nye, Lewis, Spanier, Otto dalam Cole, 1980). Pada

wawancara ketika penelitian dilakukan, peneliti menemukan

bahwa 82,5% usia pasangan saat menikah adalah lebih dari 21

tahun. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata kematangan emosi

pada populasi berada dalam kategori tinggi.

Selan itu, variabel penyesuaian perkawinan terletak pada

kategori tinggi dengan nilai Mean sebesar 119,75 dari nilai

kategorisasi 0-160 dengan interval sebesar 32 dan SD= 20,44. Hal

ini karena kedua etnis memiliki persamaan nilai bahwa keluarga

itu penting, namun memiliki perbedaan dalam memaknai

pentingnya keluarga. Dawis (2009) mengatakan bahwa keluarga

Tionghoa mensosialisasikan bahwa bakti anak kepada orangtua,

Page 18: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

18

hormat kepada leluhur, dan pemilihan jodoh atau pasangan hidup

sebagai lambang budaya Tionghoa. Etnis Dayak memandang

bahwa kekerabatan itu sangat penting terutama untuk kepentingan

musyawarah (pembagian warisan dan hubungan perkawinan)

(Andasputra, 2011). Hubungan perkawinan yang dimaksud adalah

untuk mengatur perkawinan pada etnis Dayak agar tidak terjadi

perkawinan yang sumbang atau melakukan perkawinan sedarah

hingga pada garis keturunan ke delapan (Andasputra dan Julipin,

2011). Orang-orang Tionghoa menganut sifat patriarikal

(Haryono, 1993), sedangkan Andasputra dan Julipin (2011)

menyebutkan bahwa orang dari etnis Dayak tidak menganut sistem

mattrilineal atau patrilineal. Sistem kekerabatan berdasarkan ke

dua belah pihak secara seimbang (Andasputra dan Julipin, 2011).

Dawis (2009) menyebutkan bahwa adanya alasan keberatan

orangtua terhadap pribumi sebagai suami atau istri anak-anak

mereka adalah bahwa orang Tionghoa memiliki status lebih tinggi

dari orang pribumi. Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti

menemukan bahwa subjek yang berasal dari etnis Tionghoa

menganggap status antara entnisnya dan etnis lain adalah sama,

tidak ada yang lebih tinggi. Hal tersebut didukung dengan

pernyataan Haryono (1993) yang menyebutkan bahwa perkawinan

campur hanya dapat terjadi di kalangan orang-orang yang

semangat dan pikirannya tidak terikat oleh sentimen nilai-nilai

kesukuan, seperti nilai-nilai familiisme dan etnosentrisme. Jika

nilai-nilai familiismenya lemah, maka perasaan in group feeling-

nya juga lemah dan memudahkan terjadinya proses perkawinan

campur (Haryono, 1993).

Page 19: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

19

Hal ini didukung dengan kemampuan etnis Dayak yang

mampu menyerap praktik kebudayaan dari etnis Cina atau

Tionghoa (Djuweng, 2010). Orang Dayak yang lebih terbuka

dapat menyerap lebih cepat budaya etnis lain, dalam hal ini apabila

pasangannya berasal dari etnis Tionghoa. Selain itu, garis

keturunan yang egalitarian (memandag seimbang pihak Ayah dan

Ibu) bagi etnis Dayak tidak mempermasalahkan mengenai

penerusan clan bagi etnis Tionghoa.

Mulyono (2012) menyebutkan bahwa beberapa faktor yang

memengaruhi penyesuaian di dalam perkawinan orang yang

menikah beda etnis antara lain pendidikan dan penyesuaian

dengan keluarga. Pada penelitian, 37,5% subjek mengenyam

pendidikan SMA/SMK. Selain itu, subjek tidak hanya bergaul

dengan keluarga dari dirinya saja, melainkan dengan pihak

pasangannya juga. Subjek mengatakan bahwa mereka saling

mengunjungi sanak saudara dari pihak pasangannya juga.

Kekurangan dari penelitian ini adalah sedikitnya sampel

yang diambil dikarenakan tidak diketahuinya sumber populasi

orang yang menikah beda etnis Tionghoa-Dayak di Kalimantan

Barat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang

diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan yang positif yang ditunjukkan dengan

(rxy= 0,283) signifikansi 0,038 (sig.≤0.05). Hal ini

menyatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.

Page 20: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

20

2. Kematangan emosi orang yang menikah beda etnis Tionghoa-

Dayak rata-rata masuk dalam kategori tinggi yaitu dengan

nilai mean 110,25. Penyesuaian perkawinan orang yang

menikah beda etnis Tionghoa-Dayak masuk dalam kategori

tinggi dengan nilai mean 119,75.

3. Sumbangan efektif (koefisien determinasi) variabel

kematangan emosi terhadap variabel penyesuaian perkawinan

adalah 8%, faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini

yaitu latar belakang budaya dan kebiasaan, sikap beragama,

kerukunan, cara pengambilan keputusan dan usaha saling

menghargai sebesar 92%.

Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

peneliti mengajukan beberapa saran bagi:

1. Para Psikolog dan Ilmuwan di bidang Psikologi

Perkembangan, Psikologi Sosial dan Budaya agar

menggiatkan konseling pranikah pada calon pasangan yang

akan menikah beda etnis Tionghoa-Dayak untuk

mempertahankan kematangan emosi yang tinggi pada kedua

etnis.

2. Peneliti selanjutnya agar meneliti faktor lain yang sebesar

92%, mungkin saja dapat memengaruhi penyesuaian

perkawinan para pasangan yang menikah beda etnis

Tionghoa-Dayak, yang tidak diteliti oleh peneliti dalam

penelitian ini, karena sumbangan efektif variabel kematangan

emosi sebesar 8% saja. Selain itu, penulis juga menyarankan

kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tidak

hanya di Kalimantan Barat, mungkin dapat dilakukan di

Page 21: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

21

daerah lain misalnya di Kalimantan Selatan atau Kalimantan

Timur yang populasi penduduk etnis Tionghoa dan Dayaknya

lebih sedikit.

3. Pasangan yang menikah beda etnis Tionghoa-Dayak untuk

mempertahankan kematangan emosi yang sudah ada. Selain

itu, disarankan agar mempertahankan komponen-komponen

penyesuaian perkawinan yaitu kepuasan antar pasangan

(dyadic satisfaction), kohesivitas antar pasangan (dyadic

cohesion), kedekatan antar pasangan (dyadic consensus) dan

ekpresi afeksi (affectional expresion).

Daftar Pustaka

Andasputra, N & Djuweng, S.(2010). Manusia Dayak Orang Kecil

yang Terperangkap Modernisasi cetakan ke Tiga. Pontianak:

Institut Dayakologi.

_____________& Julipin, V. (2011). Mencermati Dayak Kanayatn.

Pontianak: Institut Dayakologi.

Cole, C.L., Cole, A.L., Dean, D.G.(1980). Emotional Maturity and

Marital Adjusment: A Decade Replication. Journal of

Marriage and Family, vol. 42, No.3 (Aug., 1980), pp. 533-

539.

Coppel, C.A. (1994). Tionghoa Indonesia dalam Krisis. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

Dawis, A. (2009). Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Page 22: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

22

DeGenova, M.K., Rice, F.P. (2005). Intimate Relationship,

Marriages, and Families. Sixth Edition. New York: McGraw

Hill.

Dean, D.G.(1966). Emotional Maturity and Marital Adjusment.

Journal of Marriage and Family, vol. 28, No.4 (Nov., 1966),

pp. 454-457.

Hariyono, P. (1993). Kultur Cina dan Jawa; pemahaman menuju

asimilas kultrural. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Hurlock, E.B. (1996). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Ke Lima.Jakarta:

Erlangga.

Mulyono, A.S. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian

Perkawinan Pada Istri Beretnis Cina Yang Mempunyai Suami

Beretnis Jawa. (2012). Tesis.(Tidak Diterbitkan). Fakultas

Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.Semarang.

Purgiyastuti, A. (2008). Hubungan Antara Kematangan Emosi

dengan Penyesuaian Diri dalam Perkawinan. Skripsi.(Tidak

diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya

Wacana. Salatiga.

Rachmawati, D., Mastuti, E. (2013). Perbedaan Tingkat Kepuasan

Perkawinan Ditinjau Dari Tingkat Penyesuaian Perkawinan

Pada Istri Brigif 1 Marinir Tni – Al Yang Menjalani Long

Distance Marriage. Jurnal Psikologi Pendidikan dan

Perkembangan Volume 02, No. 01.

Saxton, L. (1968). The Individual and the Marriage Family.

Belmont, California: Wadsworth Publishing Company, Inc.

Spanier, G.B. Measuring Dyadic Adjustment: New Scales for

Assessing the Quality of Marriage and Similar Dyads.

Journal Of Marriage and the Family, vol. 38, No.1. (Feb.,

1976), pp. 12-28. New York: Pennsylvania State University.

Page 23: Hubungan antara Kematangan Emosi dengan Penyesuaian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9000/3/T1_802010048_Full... · Terjadinya perkawinan antar etnis Tionghoa dan Dayak

23

Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar Edisi keempat.

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Walgito,B.(2000).Bimbingan & Konseling Perkawinan. Yogyakarta:

Andi.