hubungan antara kematangan emosi dan penerimaan sosial ...€¦ · hubungan antara kematangan emosi...

31
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH SURAKARTA OLEH ASTRI DIAN CAHYANI CAROLINE 802009015 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 05-Dec-2020

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL

TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI

MARGANINGSIH SURAKARTA

OLEH

ASTRI DIAN CAHYANI CAROLINE

802009015

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH
Page 3: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH
Page 4: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH
Page 5: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH
Page 6: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH
Page 7: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL

TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI

MARGANINGSIH SURAKARTA

Astri Dian Cahyani Caroline

Ratriana Y.E Kusumiati

Jusuf Tjahjo Purnomo

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

i

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan kematangan emosi dengan

penerimaan sosial kepada siswa difabel di Smk Marsudirini Marganingsih Surakarta.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa ada hubungan positif antara

kematangan emosi dengan penerimaan sosial kepada siswa difabel di Smk Marsudirini

Marganingsih Surakarta. Penelitian ini menggunakan teknik sampel simple random

sampling dimana penelitian ini dilakukan di Smk Marsudirini Marganingsih Surakarta.

Jumlah keseluruhan subyek penelitian sebanyak 42 orang. Variabel-variabel penelitian

diukur dengan menggunakan kuisioner, yaitu skala kematangan emosi yang terdiri dari

48 item dan skala penerimaan sosial yang terdiri dari 32 item. Hasil analisa korelasi

yang menggunakan rumus Pearson Product Moment dari Pearson, menunjukan bahwa

ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan

sosial kepada siswa difabel di Smk Marsudirini Marganingsih Surakarta. Dengan r

sebesar 0,383 (p<0,05), hal ini berarti semakin tinggi kematangan emosi maka semakin

tinggi pula pemerimaan sosial kepada siswa difabel, dan sebaliknya. Variansi skor

penerimaan sosial dapat dijelaskan variabel kematangan emosi sebesar 14,7% (r2 =

0,383)

Kata kunci : penerimaan sosial, kematangan emosi, remaja difabel

Page 9: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

ii

Abstract

The purpose of this study was to examine the relationship of emotional maturity with

social acceptance to students with disabilities in SMK Marsudirini Marganingsih

Surakarta. The hypothesis of this study is that there is a positive relationship between

emotional maturity with social acceptance to students with disabilities in Smk

Marsudirini Marganingsih Surakarta. This study used a sample of simple random

sampling technique in which the study was conducted in Smk Marsudirini

Marganingsih Surakarta. The total number of study subjects were 42 people. Research

variables were measured using questionnaires, namely emotional maturity scale consists

of 48 items and social acceptance scale consisting of 32 items. Results of correlation

analysis using the formula Pearson Product Moment of Pearson, shows that there is a

significant positive relationship between emotional maturity with social acceptance to

students with disabilities in Smk Marsudirini Marganingsih Surakarta. With 0,383 r (p

<0.05), this means that the higher the emotional maturity, the higher the social

pemerimaan to students with disabilities, and vice versa. Variance social acceptance

scores can be explained variables emotional maturity of 14.7% (r2 = 0.383)

Keywords: social acceptance, emotional maturity, youth with disabilities

Page 10: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

1

PENDAHULUAN

Setiap tahap kehidupan memiliki tugas perkembangan masing-masing, mulai

dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Beberapa tugas perkembangan remaja awal

menurut Havighurst (Hurlock, 1995) adalah mencapai hubungan baru yang lebih

matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, menerima keadaan fisiknya

dan menggunakannya secara efektif. Masa remaja awal memiliki tugas

perkembangan yang harus diselesaikan pada masanya. Pada masa remaja awal

kesempatan untuk bersosialisasi bertambah luas, dibanding dengan masa masa

sebelumnya. Sosialisasi merupakan proses yang berkesinambungan terjadi sejak

masa kanak kanak hingga dewasa.

Menurut Hurlock (1995) untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi, remaja

harus membuat penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian

diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam pola

perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru dalam seleksi persahabatan, nilai

baru dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam seleksi

pemimpin. Pada diri remaja hal penolakan oleh kelompok merupakan hal yang

sangat mengecewakan. Untuk menghindari kekecewaan itu remaja awal perlu

memiliki sikap, perasaan, keterampilan-keterampilan perilaku yang dapat

menunjang penerimaan kelompok.

Menurut Grinder (1978: 366) Penerimaan sosial mempunyai arti yang

penting bagi remaja, tanpa penerimaan dari kelompok teman sebaya, lawan jenis

ataupun sama jenis, remaja memperoleh rasa dibutuhkan dan rasa berharga. Tanpa

penerimaan teman sekelompok, maka akan menimbulkan gangguan-gangguan

Page 11: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

2

perkembangan psikis dan sosial remaja yang bersangkutan. Sebaliknya kematangan

fisik dan psikis mempengaruhi penerimaan sosial. untuk mencapai kebahagiaan

seseorang memerlukan afeksi, keberhasilan dan penerimaan sosial. Penerimaan

sosial di artikan sebagai perhatian positif dari orang lain.

Remaja yang diterima dengan baik akan memiliki peluang lebih besar untuk

berpartisipasi dalam kegiatan kelompok sosial dan membuat individu menjadi

popular dibanding dengan anak yang tidak diterima dengan baik. Ketika diterima

dengan baik, seseorang akan merasa berharga dan berarti serta dibutuhkan oleh

kelompoknya sehingga menimbulkan rasa senang, puas, dan bahagia (Bukowski &

Adams, 2005). Terbukti dalam penelitian Gazelle dan Ladd (2003), remaja populer

yang gagal membangun hubungan positif dengan teman sebaya cenderung

menghadapi banyak tantangan psikososial, seperti meningkatkan gejala depresi

karena tidak adanya penerimaan sosial dari teman-teman sebayanya.

Hal yang menjadi tantangan besar bagi remaja untuk mendapatkan

penerimaan sosial antara lain adalah perasaan malu, dimana mereka kurang bisa

berinteraksi sosial sehingga mereka lebih memilih menarik diri dan menghindari

kontak sosial dengan teman sebayanya Asendorpf (dalam Miller & Brody 2009).

Hasil penelitian dari Potochinick & Perreira (2012) juga menunjukan bahwa

penerimaan sosial juga mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Ketika

seseorang tidak diterima dengan baik oleh lingkungannya, maka ia akan memiliki

tingkat depresi dan kecemasan yang tinggi sehingga menimbulkan gangguan mental

ringan sampai berat.

Safilios-Rothschild (1997) menyatakan bahwa orang dengan keadaan tubuh

yang normal, yang masih bisa melakukan banyak hal sesuai tuntutan lingkungan

Page 12: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

3

saja terkadang masih belum bisa diterima secara utuh dalam lingkungannya, terlebih

bagi individu yang berkebutuhan khusus secara jasmani. Ketika orang-orang dengan

cacat fisik masuk dalam masyarakat, sering kurang mendapat penerimaan sosial

oleh orang-orang normal. Ketika penerimaan sosial terbatas, maka partisipasi aktif

dalam kehidupan masyarakat terhambat

Penerimaan sosial merupakan faktor penting dalam sosialisasi siswa

berkebutuhan khusus dan aktivitas apapun oleh siswa menunjukkan perkembangan

normal terhadap-kebutuhan khusus siswa yang sebagai anggota atau kelompok

(Hurlock, 1999; Civelek, 1990). Di sisi lain, penolakan sosial kepada siswa

berkebutuhan khusus menyebabkan penurunan kepercayaan diri, meningkatkan

perasaan cemas dan malu (Akta ş & Küçüker, 2002) dan juga harga diri rendah diri

(Akçamete dan Ceber , 1999). Penolakan terhadap seorang siswa di dalam suatu

kelas juga mampu menimbulkan kecemasan yang berlebihan yang lebih lanjut akan

berdampak kepada menurunnya prestasi akademiknya (Puklek Levpušček, 2011 ).

Di sekolah, keberhasilan akademis merupakan faktor penting yang

mempengaruhi penerimaan sosial. Masalah yang timbul dari ketidakmampuan

individu (yaitu, kurangnya penglihatan, kurangnya pendengaran) menyebabkan

kekurangan dan kelambatan dalam keterampilan akademik. Kelambatan dalam

kemampuan akademik dapat mempengaruhi penerimaan sosial anak dan bisa

mendapatka perlakuan yang berbeda dari teman-temannya (Sucuo Glu dan Kargin,

2006). Harter (1999) menemukan bahwa penerimaan sosial merupakan komponen

penting dari harga diri remaja , ketika ada gangguan dalam penerimaan sosial maka

memiliki konsekuensi yang sangat merugikan bagi perkembangan psikologis

seseorang..

Page 13: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

4

Dalam bidang klinis, Devine & Wilhite (1999) menjelaskan bahwa program

karyawisata dapat membantu untuk mengatasi hubungan antara penerimaan sosial

dan kepuasan sosial penyandang cacat. Ketika seseorang dengan satu kecacatan

maka ia akan susah diterima di lingkungannya, tetapi ketika seseorang itu mau

berinteraksi dan melakukan karyawisata sehingga bertemu dengan banyak orang,

dapat dipastikan bahwa seseorang tersebut akan semakin bisa berada dalam

lingkungan umum dan mendapatkan kepuasan sosial tersendiri. Juga melalui

karyawisata/rekreasi seseorang dapat memperoleh informasi tentang isu-isu yang

berkaitan dengan individu penyandang cacat adalah salah satu strategi yang

membantu dalam meningkatkan penerimaan sosial di lingkungan (Devine & Dattilo,

2001).

Banyak hal yang mempengaruhi penerimaan sosial di masyarakat atau

lingkungan seseorang, antara lain kesan pertama saat bertemu, reputasi atau nama

baik seseorang, penampilan diri, perilaku sosial, sifat pribadi, status sosial ekonomi,

tempat tinggal dan kematangan sosial dan emosi (Hurlock, 1995). Salah satu kondisi

yang menyebabkan remaja tidak mendapatkan penerimaan sosial adalah kurangnya

kematangan terutama dalam hal pengendalian emosi, ketenangan, kepercayan diri

dan kebijaksanaan Hurlock (2007).

Kematangan emosi merupakan faktor yang cukup signifikan memengaruhi

penerimaan sosial. Sebab, emosi yang sudah matang tidak cepat terpengaruh oleh

rangsang atau stimulus baik dari dalam maupun dari luar. Emosi yang sudah matang

akan membuat seseorang belajar menerima kritik, maupun menangguhkan respon-

responnya memiliki saluran sosial bagi energy emosinya, seperti bermain,

melaksanakan hobi dan sebagainya (Young dalam Purwanti, 2007).

Page 14: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

5

Hasil penelitian dalam dunia pendidikan yang dilakukan oleh Sharma

(2012) menunjukkan bahwa mahasiswa tahun pertama kurang emosional matang,

dan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri secara emosional dan sosial

untuk tuntutan perubahan lingkungan dan menghadapi kesulitan lebih akademis

dibandingkan dengan mahasiswa tingkat akhir. Ketika seseorang memiliki

kematangan emosional yang baik, seseorang akan mampu berinteraksi dengan baik

pula, karena individu tersebut sudah mampu mengelola kemungkinan-

kemnungkinan yang terjadi sehingga bisa memberikan respon yang baik dalam

berinteraksi.

Berdasarkan uraian diatas, banyak sekali permasalahan yang timbul

ketika tidak ada penerimaan sosial dari teman sebayanya, maka peneliti tertarik

untuk melihat apakah ada hubungan antara kematangan emosi dengan penerimaan

sosial kepada siswa difabel di SMK Marsudirini Marganingsih Surakarta.

TINJAUAN PUSTAKA

Kematangan Emosi

Kematangan emosi merupakan kemampuan individu untuk dapat menggunakan

emosinya dengan baik serta dapat menyalurkan emosinya pada hal-hal yang bermanfaat

dan bukan menghilangkan emosi yang ada dalam dirinya (Davidoff ,1991). Sedangkan

Sartre (2002) mengatakan bahwa kematangan emosi adalah keadaan seseorang yang

tidak cepat terganggu rangsang yang bersifat emosional, baik dari dalam maupun dari

luar dirinya, selain itu dengan kematangan emosi maka individu dapat bertindak dengan

tepat dan wajar sesuai dengan situasi dan kondisi.

Page 15: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

6

Meichati (1983) mengatakan bahwa kematangan emosional adalah keadaan seseorang

yang tidak cepat terganggu rangsang yang bersifat emosional, baik dari dalam maupun

dari luar dirinya, selain itu dengan matangnya emosi maka individu dapat bertindak

tepat dan wajar sesuai dengan situasi dan kondisi. Kematangan emosi merujuk pada

tahap individu di mana individu mampu menghadapi kenyataa, mampu memberikan dan

menerima cinta, mampu belajar dari pengalaman dan mampu menerima frustrasi dan

permusuhan dengan cara yang konstruktif. Kematangan emosi berarti sejauh mana

orang telah menyadari potensi dalam dirinya dan dapat mengembangkan

kemampuannya untuk menikmati banyak hal, yaitu untuk mencintai dan tertawa,

kapasitasnya untuk merasakan kesedihan muncul, kapasitasnya untuk marah ketika

menghadapi situasi saat ia tidak mampu bekerja. (Singh & Bhargava, 2005)

Singh & Bhargava (2005) menyatakan aspek-aspek kematangan emosi meliputi :

1. Kestabilan Emosi (Emotional Stability)

Kestabilan emosi mengacu kepada karakteristik seseorang yang tidak

memungkinkan untuk bereaksi berlebihan atau perubahan mood secara

mendadak yang disebabkan situasi yang emosional. Orang dengan emosi

yang stabil dapat melakukan apa yang dituntut darinya dalam situasi

tertentu.Tetapi ketidakstabilan emosi adalah kecenderungan untuk berubah

dengan cepat, tidak bisa diandalkan, cepat marah, keras kepala, kurangnya

kapasitas untuk meyelesaikan tugas serta mencari bantuan untuk

meyelesaikan suatu tugas/masalah.

2. Perkembangan Emosi (Emotional Progression)

Perkembangan emosi adalah karakteristik orang yang mengacu kepada

perasaan yang memadai dan memiliki vitalitas emosi untuk berfikiran positif

Page 16: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

7

terhadap lingkungan. Regresi emosi meliputi perasaan rendah diri, gelisah,

bermusuhan, bertindak agresif dn egois.

3. Penyesuaian Sosial (Social Adjustment)

Penyesuaian sosial mengacu kepada proses interaksi antara kebutuhan

seseorang dan tuntutan lingkungan sosial dalam situasi tertentu, sehingga

mereka dapat mempertahankan dan menyesuaikan hubungan yang

diinginkan dengan lingkungan. Oleh karena itu, dapat digambarkan sebagai

hubungan yang harmonis seseorang dengan dunia sosialnya. Sedangkan,

orang yang tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan sosialnya

menunjukan kurangnya adaptasi sosial, menunjukan kebencian,

menyombongkan diri, pembohong dan sering lalai.

4. Integrasi Kepribadian (Personality Integration)

Integrasi kepribadian adalah proses tegas menyatukan unsur-unsur yang

beragam dari individu dan kecenderungan yang dinamis untuk menciptakan

hubungan yang harmonis dan berkurangnya konflik batin. Kepribadian yang

tidak berintegrasi menimbulkan pembentukan phobia, rasionalisasi,

pesimisme, dan amoralitas.

5. Kebebasan (Independence)

Kebebasan adalah kapasitas kecenderungan sikap seseorang untuk menjadi

mandiri atau membuat perlawanan terhadap control oleh orang laindimana ia

dapat mengambil keputusan dengan penilaiannya sendiri berdasarkan fakta

dengan memanfaatkan intelektualnya dan potensi kreatif yang dimiliki.

Orang yang tidak memiliki kebebasan menunjukan ketergantungan dalam

Page 17: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

8

membuat keputusan atau sedang berada dalam keadaan yang sulit, serta tidak

dapat diandalkan.

Penerimaan Sosial Remaja Difabel

Menurut Hurlock (1995) penerimaan sosial adalah suatu keadaan dimana

keberadaan seseorang ditanggapi secara positif oleh orang lain dalam suatu hubungan

yang dekat dan hangat dalam suatu kelompok. Penerimaan sosial juga berarti dipilih

sebagai teman untuk suatu aktifitas dalam kelompok dimana seseorang menjadi

anggota. Ini merupakan indeks keberhasilan yang digunakan seseorang untuk berperan

dalam kelompok sosial dan menunjukan derajat rasa suka anggota kelompok yang lain

untuk bekerja sama atau bermain dengannya. Sedangkan Arslan & Shahbaz (2012)

mengungkapkan bahwa ada penerimaan sosial berarti adanya sinyal dari orang lain yang

ingin meyertakan seseorang untuk tergabung dalam suatu relasi atau kelompok sosial.

Lebih dalam, pada sekolah inklusi, penerimaan sosial pada kelompok siswa

berkebutuhan khusus adalah hal yang krusial, dimana siswa normal bisa mengikut

sertakan siswa-siswa berkebutuhan khusus dalam suatu kegiatan.

Arslan & Shahbaz (2012) menyatakan bahwa ada 3 aspek yang mempengaruhi

penerimaan sosial, yaitu :

1. Keterampilan Sosial (Social Skill)

Keterampilam sosial adalah suatu kebutuhan dari individu untuk dapat

membangun komunikasi timbal balik dan sehat dengan orang lain (Şahin,

2008). Remaja yang memiliki keterampilan sosial yang memadai dapat

membangun komunikasi yang lebih positif. Selain itu, keterampilan sosial

merupakan bagian dari keterampilan sebagai syarat untuk keberhasilan

Page 18: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

9

akademis. Keterbatasan dalam keterampilan sosial dapat mengurangi

penerimaan sosial anak dengan menggabungkan dengan keberhasilan

akademis yang lebih rendah dan masalah perilaku.

2. Perilaku Siswa (Behavior of the student)

Perilaku siswa mengacu langsung kepada siswa yang berkebutuhan khusus

yang biasanya memiliki perilaku berbeda dengan siswa normal, yakni akan

lebih sulit melakukan banyak hal dibanding teman-teman mereka yang

normal, bahkan bisa mengganggu dan membahayakan teman mereka bahkan

diri mereka sendiri. Perilaku ini memengaruhi komunikasi siswa

berkebutuhan khusus dengan teman sebaya dan guru menjadi negatif. Dan

hal ini memengaruhi penerimaan sosial anak tersebut.

3. Sikap Teman Sebaya (Peer Attitude)

Sikap teman sebaya yang dimaksud disini ialah bagaimana seseorang

mampu menunjukan respon berupa sikap kepada temannya. Bisa melalui

sikap positif maupun sikap negatif. Dari sikap inilah dapat terbentuk

pendekatan,terlebih ketika yang muncul adalah sikap yang positif, maka

pendekatan positif pun akan terjalin antara siswa normal dengan siswa

berkebutuhan khusus. Sedangkan sikap negatif mengakibatkan penolakan

sosial dari siswa normal. Sikap negatif mempengaruhi keberhasilan anak

berkebutuhan khusus, adaptasi sosial dan emosional, perilaku intraclass dan

sikap terhadap sekolah dan diri mereka sendiri (Salend, 1998).

Page 19: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

10

METODE

Desain Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul hubungan antara kematangan emosi dengan

penerimaan sosial kepada siswa difabel di SMK Marsudirini Marganingsih Surakarta,

menggunakan penelitian kuantitatif korelasi yang menunjukkan adanya hubungan

berupa angka pada hasil penelitian. Data kuantitatif dianalisis menggunakan analisis

deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran perihal fakta yang sudah

berlangsung atau terjadi pada subjek.

Untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dengan penerimaan sosial,

pada penelitian ini digunakan analisis korelasi Product Moment dari Pearson . Namun

sebelum uji data dilakukan, terlebih dahulu melakukan seleksi item dilanjutkan dengan

uji linear dan uji normalitas.

Partisipan

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa SMK Marsudirini

Marganingsih Surakarta. Sampel dipilih dengan cara teknik purposif.

Subjek dalam penelitian ini berjumlah 42 orang. Subjek yang dipilih memiliki

rentang usia antara 15-16 tahun (remaja awal) yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 25

siswa perempuan. Sampel yang dipilih adalah 42 siswa normal yang memiliki teman

sekelas yang berkebutuhan khusus/difabel di SMKK Marsudirini Marganingsih

Surakarta. 42 siswa tersebut terbagi dalam dua kelas, yakni 22 siswa dari kelas X-Tata

Boga dan 20 dari kelas XI-Desain Komunikasi Visual. Di kelasX-Tata Boga terdapat 1

orang siswa tuna netra, dan di kelas XI-Desain Komunikasi Visual terdapat 3 siswa tuna

rungu.

Page 20: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

11

Alat Ukur yang Digunakan

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuisioner yang yang

disusun dari dua skala. Skala pertama adalah skala kematangan emosi yang disusun oleh

Yashvir Singh dan Mahesh Bhragava (2005) sebanyak 48 item dengan bentuk favorable

berjumlah 23 item dan unfavorable berjumlah 25 item, yang meliputi : kestabilan emosi

(Saya bukan orang yang keras kepala), perkembangan emosi ( saya tidak merasa rendah

diri ketika gagal mencapai tujuan), penyesuaian sosial ( Saya memiliki hubungan yang

dekat dengan teman), integrasi kepribadian (saya memiliki tekad/kemauan yang kuat),

dan kebebasan (saya tidak ingin menjadi pengikut orang lain dalam membuat

keputusan).

Dan skala kedua adalah skala penerimaan sosial yang disusun oleh Arslan &

Shahbaz (2012) sebanyak 32 item dengan bentuk favorable berjumlah 24 item dan

unfavorable berjumlah 8 item yang meliputi : Keterampilan Sosial (saya menikmati

berbagi barang dengan teman saya yang cacat), Perilaku Siswa ( Saya berterimakasih

kepada teman saya yang cacat, ketika ia membantu saya), Sikap Teman Sebaya ( Saya

mengatakan sisi buruk teman saya yang cacat kepada semua orang).

Bentuk favorable dan unfavorable dari angket kematangan emosi maupun

penerimaan sosial memberikan 4 kemungkinan jawaban bagi subjek, yaitu : Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skor

tertinggi untuk pernyataan favorable adalah 4 untuk pilihan Sangat Setuju, 3 untuk

pilihan Setuju, 2 untuk pilihan Tidak Setuju, dan 1 untuk pilihan Sangat Tidak Setuju.

Skor tertinggi untuk pernyataan unfavorable adalah 4 untuk pilihan Sangat Tidak

Setuju, 3 untuk pilihan Tidak Setuju, 2 untuk pilihan Setuju, 1 untuk pilihan Sangat

Setuju.

Page 21: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

12

Prosedur Proses Pengambilan Data

Prosedur pelaksaan penelitian ini langkah pertama yang dilakukan adalah

pendataan siswa yang sesuai karakteristik penelitian yaitu sekolah yang memiliki siswa

difabel. Dari pendataan di SMKK Marsudirini Marganingsih Surakarta terdapat 2 kelas

yang didalamnya terdapat siswa difabel, yakni kelas X-Tata Boga dengan 22 siswa

normal dan 1 siswa tuna netra, di kelas XI-Desain Komunikasi Visual yang memiliki 20

siswa normal dan 3 siswa tuna rungu. Kuisioner dibagikan kepada 42 siswa normal pada

tanggal 28 November 2014 mulai pukul 09.00 WIB dan selesai diisi lalu dikumpulkan

kembali pukul 11.00 WIB. Dalam pelaksanaan, tidak terdapat lembar skala yang rusak

atau tidak terpakai, sehingga semua kuisioner yang dibagikan kembali dengan jumlah

yang sama. Untuk selanjutnya, skala yang telah terkumpul dianalisa dengan

menggunakan program SPSS 16.0

HASIL

Data Demografi

Karakteristik demografi responden pada penelitian ini dibedakan menurut jenis

kelamin, usia, urutan kelahiran, dan memiliki saudara cacat dalam keluarga.

Berdasarkan jenis kelamin dari 42 orang responden maka didapat data sebagai

berikut :

Tabel 1

Demografi responden Jenis

Kelamin

Jumlah Presentase Usia Jumlah Presentase Saudara

Cacat

Jumlah Presentas

e

Laki-laki 17 40,5% 15

tahun

39 92,8% Memiliki 4 9,5 %

Perempuan 25 59,5% 16

tahun

3 7,2% Tidak

memiliki

38 90,5%

Total 42 100% Total 42 100% Total 42 100%

Page 22: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

13

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa lebih banyak

responden perempuan sebanyak 59,5% sedangkan laki-laki sebanyak 40,5%,

lebih banyak responden berusia 15 tahun sebanyak 92,8% sedangkan 16 tahun

sebanyak 7,2%, lebih banyak responden yang tidak memiliki saudara cacat

sebanyak 90,5% dan yang memiliki saudara cacat sebanyak 9,5%

Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengukuran validitas dan reliabilitas menggunakan program SPSS 16.0 for

Windows. Untuk uji validitas menggunakan teknik korelasi Product Moment,

sedangkan uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach. Batas minimal item

yang dinyatakan valid adalah bila r > 0.30 (Azwar, 1997). Maka dengan batasan

tersebut setelah dilakukan perhitungan uji validitas pertama pada skala kematangan

emosi, 8 item yang dinyatakan gugur. Kemudian dilakukan perhitungan uji validitas

yang kedua dengan membuang item yang gugur. Hasilnya masih ada 2 item yang gugur.

Dipengujian yang ketiga tidak ada lagi item yang gugur, sehingga jumlah item yang

valid pada angket ini adalah 38 item, dan mempunyai koefesien validitas yang bergerak

dari kisaran 0.303 sampai 0.649 dan koefesien reliabilitas sebesar α = 0.918.

Sedangkan pengujian validitas pertama dalam skala penerimaan sosial diperoleh 1

item yang gugur. Kemudian dilakukan perhitungan uji validitas yang kedua dengan

membuang item yang gugur. Hasilnya masih ada 3 item yang gugur. Dipengujian yang

ketiga tidak ada lagi item yang gugur, sehingga jumlah item valid pada angket ini

adalah 28 item, dan mempunyai koefesien validitas yang bergerak dari kisaran 0.351

sampai 0.811 dan koefesien reliabilitas sebesar α = 0.945.

Page 23: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

14

Uji Asumsi

1. Uji normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas diperoleh nilai kolmogorov smirnov-Z untuk

variable kematangan emosi sebesar 0.845 dengan nilai sign = 0.472 ( p > 0.05 ).

Hal ini menunjukan bahwa data berditribusi normal. Sedangkan nilai

kolmogorov smirnov-Z untuk variable penerimaan sosial sebesar 1.091 dengan

nilai sign = 0.185 ( p > 0.05 ). Hal ini menunjukan bahwa data berdistribusi

normal.

2. Uji linieritas

Berdasarkan hasil uji linearitas diperoleh nilai deviation from linierity F sebesar

0.911 dengan signifikansi sebesar 0.588 ( p > 0.05). Hal ini menunjukan bahwa

Kematangan Emosi memiliki korelasi linier dengan penerimaan sosial

Analisis Deskriptif

1. Variabel Kematangan Emosi

Tabel 2

Kriteria Skor Kematangan Emosi

No Interval Kategori F (%) Mean Standar

deviasi

1. 123.5 ≤ x < 152 Sangat tinggi 7 16,7 %

111.6

11,46 2. 95 ≤ x < 123.5 Tinggi 33 78,6%

3. 66.5 ≤ x < 95 Rendah 2 4,7%

4. 38 ≤ x < 66.5 Sangat rendah 0 0%

Page 24: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

15

Data di atas menunjukkan tingkat kematangan emosi dari 42 subjek yang

berbeda-beda, mulai dari tingkat sangat rendah hingga sangat tinggi. Pada

kategori sangat rendah didapati prosentase sebesar 0%, kategori rendah sebesar

4,7%, kategori tinggi sebesar 78,6% dan kategori sangat tinggi sebesar 16,7%

Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 111,6 dengan standar deviasi sebesar

11,46. Maka secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat kematangan emosi

siswa SMK Marsudirini Marganingsih Surakarta berada pada tingkat yang

tinggi.

2. Variabel Penerimaan Sosial

Tabel 3

Kriteria Skor Penerimaan Sosial No Interval Kategori F (%) Mean Standar

deviasi

1. 91 ≤ x < 112 Sangat tinggi 8 19 %

81,42

11,53 2. 70 ≤ x < 91 Tinggi 31 73,8%

3. 49 ≤ x < 70 Rendah 3 7,2%

4. 28 ≤ x < 49 Sangat rendah 0 0%

Data di atas menunjukkan tingkat penerimaan sosial dari 42 subjek yang

berbeda-beda, mulai dari tingkat sangat rendah hingga sangat tinggi. Pada

kategori sangat rendah didapati prosentase sebesar 0%, kategori rendah sebesar

7,2%, kategori tinggi sebesar 73,8% dan kategori sangat tinggi sebesar 19%.

Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 81,42 dengan standar deviasi sebesar

11,53. Maka secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat penerimaan sosial

Page 25: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

16

siswa SMK Marsudirini Marganingsih Surakarta berada pada tingkat yang

tinggi.

Uji Korelasi

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi product moment-Pearson dengan

bantuan SPSS 16.0 didapatkan hubungan sebesar 0,383 dengan sig. = 0,006 (p <

0,05). Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan korelasi positif yang

signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan sosial siswa SMK

Marsudirini Marganingsih Surakarta. Hasil perhitungan uji korelasi ini selain

dapat menunjukkan seberapa besar korelasi dan signifikansi yang ada antara

kedua variabel, juga dapat untuk mengetahui seberapa besar sumbangan variabel

predictor (x) terhadap variabel kriterium (y). Berdasarkan hasil tersebut,

ditunjukkan oleh koefisien determinan (r2) sebesar (0,383)

2 yaitu 14,7 %,

artinya sumbangan efektif kematangan emosi terhadap penerimaan sosial 14,7

% dan berarti masih terdapat 85,3% variabel-variabel lain yang mempengaruhi

penerimaan sosial selain kematangan emosi.

Tabel 4

Tabel Uji Korelasi

Correlations

kematangan_emosi penerimaan_sosial

kematangan_emosi Pearson Correlation 1 .383**

Sig. (1-tailed) .006

N 42 42

penerimaan_sosial Pearson Correlation .383** 1

Sig. (1-tailed) .006

N 42 42

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Page 26: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

17

Pembahasan

Hasil analisa data menunjukan bahwa hipotesis pertama yang diajukan dalam

penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan positif signifikan antara

kematangan emosi dengan penerimaan sosial kepada siswa difabel dengan diperolehnya

nilai r = 0,383 dan p < 0,05. Semakin tinggi kematangan emosi, maka semakin tinggi

pula penerimaan sosial kepada siswa difabel, begitu juga sebaliknya semakin rendah

kematangan emosi maka semakin rendah penerimaan sosialnya kepada siswa difabel.

Dengan kata lain, kematangan emosi berperan dalam penerimaan sosial.

Kematangan emosi seseorang membuat seseorang bisa menentukan bagaimana

ia bersikap dan menanggapi sesuatu dengan wajar atau sesuai situasi yang ada, tidak

menanggapi secara berlebihan yang akhirnya akan berdampak baik, jika seseorang

belum memiliki kematangan emosi yang baik, maka dampaknya akan buruk bagi

seseorang itu sendiri, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Sharma (2012)

menunjukkan bahwa mahasiswa tahun pertama kurang emosional matang, dan

mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri secara emosional dan sosial untuk

tuntutan perubahan lingkungan dan menghadapi kesulitan lebih akademis dibandingkan

dengan mahasiswa tingkat akhir.

Ketika remaja memiliki kematangan emosi yang lebih baik, mampu mengontrol

emosinya secara baik, mampu menyetabilkan perasaannya, ketika itu juga ia mampu

membangun hubungan yang lebih matang dengan teman sebayanya. Karena dengan

bekal emosi yang matang, remaja mampu menerima segala bentuk respon yang

mungkin diberikan, tidak berprasangka buruk pada teman sebaya, bahkan juga mampu

menerima kekurangan dan kelebihan dari teman sebaya yang memiliki kekurangan. Hal

ini sejalan dengan ciri-ciri remaja menurut Mappiare (dalam Panggalo, 2010) yang

Page 27: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

18

mengatakan bahwa remaja memiliki ketidakstabilan perasaan dan emosi, banyak

masalah yang dihadapi dengan teman sebayanya.

Penghargaan positif yang diberikan memunculkan perasaan diterima dan

dihargai sepenuhnya oleh seseorang. Kepedulian yang ditunjukan kepada seseorang

yang difabel akan juga memunculkan rasa diterima yang begitu besar. Melibatkan

dalam berbagai kegiatan juga salah satu bentuk penerimaan yang akan semakin

membentuk relasi yang lebih baik lagi dengan seseorang yang difabel. Hal ini sesuai

dengan yang diungkapkan Carl Roger (dalam Feist, 2010) mengenai penerimaan positif

tak bersyarat yang berarti mampu menerima dan menghargai tanpa batasan tertentu

yang akan bedampak posiif bagi si penerima.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini diperoleh data

kematangan emosi SMK Marsudirini Marganingsih Surakarta tergolong tinggi karena

sebagian besar siswa di SMK Marsudirini Marganingsih Surakarta berada pada kategori

tinggi dengan prosentase 78,6%. Dari hasil analisis data tersebut menunjukan bahwa

terdapat hubungan antara kematangan emosi dengan penerimaan sosial. Selain itu, dari

perhitungan uji korelasi juga ditemukan bahwa kematangan emosi memiliki sumbangan

sebesar 14,7% terhadap munculnya penerimaan sosial kepada siswa difabel, maka

sisanya yaitu 85,3% penyebab munculnya penerimaan sosial dapat disebabkan oleh

faktor-faktor lain seperti kesan pertama yang menyenangkan, penampilan diri yang

sesuai dengan kelompok, perilaku sosial yang ditandai dengan sikap kerjasama,

tanggung jawab, bijaksana dan sopan, matang secara emosi, penyesuaian sosial yang

baik (jujur, tidak mementingkan diri sendiri), status sosial ekonomi yang sama atau

sedikit diatas anggota kelompok dan tempat tinggal yang dekat (Hurlock , 1995).

Page 28: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

19

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa:

1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kematangan emosi dan

penerimaan sosial kepada siswa difabel di SMK Marsudirini Marganingsih

Surakarta. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kematangan emosi maka

semakin tinggi pula penerimaan sosial kepada siswa difabel.

2. Dalam penelitian ini, kematangan emosi berkorelasi dengan penerimaan

sosial, kematangan emosi memberikan sumbangan efektif terhadap

penerimaan sosial sebesar 14,7% yang berarti masih terdapat 85,3% variabel

lain yang mempengaruhi penerimaan sosial.

SARAN

Beberapa saran yang dapat diajukan penulis berdasarkan hasil penelitian ini yang

dapat dijadikan perttimbangan dalam penentuan kebijakan lebih lanjut adalah :

1. Bagi pihak sekolah

Berdasarkan hasil penelitian ini yang menunjukkan adanya hubungan

positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan penerimaan sosial.

Dengan demikian kiranya menjadi perhatian bagi pihak sekolah SMK

Mrsudirini Marganingsih Surakarta untuk dapat memberikan pengertian dan

semakin membentuk kematangan emosi siswa yang normal agar semakin

dapat memberikan penerimaan sosial kepada siswa yang difabel dengan cara

mengadakan kegiatan yang melibatkan kedua siswa tersebut, seperti

Page 29: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

20

pramuka, retret, perlombaan dan berbagai acara lain yang bisa dilakukan

oleh siswa normal maupun siswa difabel.

2. Bagi siswa SMK Marsudirini Marganingsih Surakarta

Bagi siswa secara individu, dapat memahami bahwa kematangan emosi

yang mencakup beberapa aspek sangat penting untuk dimiliki oleh siswa

normal agar dapat memberikan penerimaan sosial kepada siswa yang

difabel/ berkebutuhan khusus. Bagi siswa yang memiliki kematangan emosi

yang rendah diharapkan bisa mengelola emosinya menjadi lebih baik lagi,

serta mengikuti kegiatan yang dilakukan bersama-sama dengan siswa

difabel.

3. Untuk penelitian selanjutnya

Bagi peneliti lain yang tertarik dan berminat untuk melakukan penelitian

lebih lanjut tentang kematangan emosi dengan penerimaan sosial, maka

disarankan untuk menyertakan variabel-variabel lain yang belum disertakan

dalam penelitian ini serta memperluas ruang lingkup penelitian ini. Hal ini

mengingat bahwa sumbangan variabel kematangan emosi terhadap

penerimaan sosial sebesar 14,7% sehingga masih terdapat 85,3% lagi untuk

variabel-variabel lain selain kematangan emosi seperti faktor kesan pertama

saat bertemu, reputasi atau nama baik seseorang, penampilan diri, perilaku

sosial, sifat pribadi, status sosial ekonomi, tempat tinggal dan kematangan

sosial.

Page 30: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

21

Daftar Pustaka

Akcamete, G & Ceber, H. (1999). The Comparative Analysis Of Sociometric Status Of

Hearing-Impaired and Hearing Student in Inclusion Classes. Special Education,

2 : 64-74.

Aktas, C &Kucuker, S. (2002). A Cognitive And Affective Educational Program’s

Effect On The Social Acceptance Of Primary School Student Toward Their

Physically Disabled Peers. University Of Ankara, Faculty Of Educational

Sciences. Journal Special Education, 3 : 15-25.

Azwar, S. (1997).Reliabilitas dan Validitas.Yogyakarta: Liberty

Bukwski, W. M., Adams, R (2005). Peer Relationship And Psychopatology : Makers,

Moderates, Mediators, Mechanism, And Meaning. Journal Of Clinical Child

And Adolescent Psychology, 34, 3-10.

Davidoff, L. L. (1991). Psikologi suatu pengantar. Alih Bahasa: Mari Juniati. Jakarta:

Erlangga

Devine, M & Dettilo, J. (2001). Social Acceptance and Leisure Lifestyle of People with

Disabilities. Therapeutic Recreation Journal. 34 , 4 : 306-322.

Feist, J & Feist, G. (2010). Teori Kepribadian. Alih Bahasa : Smita Prathita Sjahputri.

Jakarta : Salemba Humanika

Gazelle, H & Ladd, G.W. (2003). Anxious Solitude And Peer Exclusion : A Diathesis-

Stress Model Of Internalizing Trajectories In Childhood. Child Development 74

(257-258). http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1467-

8624.00534/abstract;jsessionid=6B743880D9D872728BDA47ED95BCC7F1.f0

4t04 (diunduh tanggal 22/1/2014)

Gerungan, W.A.(2002). Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama

Harter, S. (1999). The construction of the self: A developmental perspective. New York:

Guilford

Hurlock, E. 1995. Adolescent Development. New York : Mc Graw Hill Book company.

______. (1999). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

______. (2007). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan. Edisi 5. Bandung : Erlangga.

Meichati, S. (1983). Kesehatan mental. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas

Gadjah Mada.

Page 31: Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Penerimaan Sosial ...€¦ · HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN PENERIMAAN SOSIAL TERHADAP SISWA DIFABEL PADA SISWA DI SMK MARSUDIRINI MARGANINGSIH

22

Panggalo, IS. (2010). Hubungan Antara Komunikasi Orang Tua–Remaja Tentang

Seksualitas dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja Tengah.Skripsi. UKSW:

S1 Psikologi.

Potochnick, S & Perreira, K. (2012). Fitting in : The Roles of Social Acceptane and

Discrimination in Shaping the Daily Psychological well-being of latino youth*.

Social Sciene Quarterly 93, 1. http://paa2009.princeton.edu/papers/92062

(diunduh tanggal 22/1/2014)

Safilos-Rothschild, C. (1997). Disabled Person Self definitions and Their Implication

for Rehabilitation. In G.L Albrecht (Ed). The sociology of physical disability

rehabilitation (pp. 39-56). Pittsburgh : University Of Pittsburgh.

Sartre, J. P. (2002). Pengantar Teori Emosi. Alih Bahasa: Luthfi Ashari. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sharma, B. (2012). Adjustment and Emotional Maturity Among first Year Collage

Student. Pakistan Journal of Social and Clinical Psychology. 10, 2 : 32-37.

http://www.gcu.edu.pk/fulltextjour/pjscs/2012july/5.pdf (diunduh tanggal

22/1/2014)

Soleh. (2005). Ilmu Statistika, (Pendekatan Teoritis dan Aplikatif disertai contoh

penggunaan SPSS). Bandung : Rekayasa Sains.

Sucuoglu, B & Kargin, T. (2006). Inclusion Practice . Morpa Publishing.

Puklek Levpušček, M. (2011). Social Anxiety, Social Acceptance And Academic Self-

Perceptions.In High-School Students. Academic Journal , 116.

http://connection.ebscohost.com/c/articles/79929662/social-anxiety-social-

acceptance-academic-self-perceptions-high-school-students (diunduh tanggal

13/10/2013)