home visite halim

67
Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No. Berkas : Berkas Pembinaan Keluarga No. RM : Puskesmas Sekardangan Nama KK : Tn. Rohmat Tanggal kunjungan pertama kali 11 September 2013, Nama pembina keluarga pertama kali: Michael Halim, S.Ked Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periode pembinaan ) Tanggal Tingkat Pemahaman Paraf Pembimbing Paraf Keterangan KARAKTEHISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn. Rohmat Alamat lengkap : RT 01/01, Bulusidokare, Sekardangan, Sidoarjo Bentuk Keluarga : Nuclear Family 1

Upload: padma-amrita

Post on 15-Dec-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

home visite tugas kampus

TRANSCRIPT

Klinik Dokter Keluarga FK UWKS No. Berkas :

Berkas Pembinaan Keluarga No. RM :

Puskesmas Sekardangan Nama KK : Tn. Rohmat

Tanggal kunjungan pertama kali 11 September 2013,

Nama pembina keluarga pertama kali: Michael Halim, S.Ked

Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu periode

pembinaan )

TanggalTingkat

PemahamanParaf Pembimbing Paraf Keterangan

KARAKTEHISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. Rohmat

Alamat lengkap : RT 01/01, Bulusidokare, Sekardangan, Sidoarjo

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

1

Tabel 2. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama

Kedudukan

dalam

keluarga

L / PUmur Pendidikan Pekerjaan

Pasien

Y / TKet.

1 Rohmat KK L 42 STMBuruh

pabrik-

2 Mia Istri P 28 SMP IRT -

3. Fani Anak P 17 SMA - - -

4. Elly Anak P 13 SMP - - -

5. Lia Anak P 9 SD - - -

5. Elang Anak L 7 SD - Y Diare akut

Sumber : Data Primer, September 2013

2

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I

STATUS PENDERTTA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita diare

akut, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 7 tahun, dimana pendenta merupakan salah

satu pasien diare akut yang berada di wilayah Puskesmas Sekardangan, Kabupaten

Sidoarjo, dengan berbagai pemasalahan yang dihadapi. Mengingat kasus ini masih banyak

ditemukan di masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Sekardangan beserta

permasalahannya seperti masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola

hidup bersih dan sehat .Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan

dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama

Umur

Jenis kelamin

Pekerjaan

Pendidikan

Agama

Alamat

Suku

Tanggal periksa

: An. E

: 7 Tahun

: Laki-laki

: Siswa

: SD

: Kristen

: Sekardangan RT 01/01, Bulu Sidokare, Sekardangan,

Sidoarjo

: Jawa

: 11 September 2013

3

4

C. ANAMNESIS ( Heteroanamnesis dari ibu pasien)

1. Keluhan Utama : berak cair

2. Riwayat Penyakit Sekarang : ibu pasien mengatakan anaknya mengalami berak

cair sejak 1 hari yang lalu. Sejak kemarin pasien tersebut buang air besar 4 - 5 x sehari,

jumlah banyak, konsistensi cair, kadang ada ampas kadang tidak, tidak ada darah dan

lendir . pasien tidak muntah, pasien tidak panas. Sejak diare anak sulit makan dan

minum, sudah diberikan makanan kesukaannya pun tetap tidak mau. Pasien lebih suka

jajanan keliling seperti pentol dan batagor. Ibu pasien sesekali memberikan oralit

namun anak sering menolak untuk minum.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat alergi obat/makanan : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

- Riwayat keluarga alergi obat/makanan : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat Ayah/ibu merokok : disangkal

- Riwayat olah raga : Suka

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah seorang anak keempat dari pasangan suami istri, Tn R dan Ny.

M. Ayah dan ibu penderita tinggal di sebuah rumah yang berpenghuni 6 orang

(penderita, ayah, ibu, dan 3 kakak penderita). Ayah penderita bekerja sebagai tukang

burung baik untuk merawat dan menjual.. Setiap harinya ayah penderita pulang pergi

Sidoarjo – Gresik menggunakan sepeda motor. Ibu penderita tidak bekerja (IRT).

Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari Ayah penderita sejumlah Rp

2.000.000/bulan.

7. Riwayat Gizi.

Penderita makan sehari-harinya 3x yaitu satu kali pagi hari dengan porsi

keluarga seperti nasi dengan sayur dan lauk pauk. Kesan gizi cukup.

5

D. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, rambut

tidak berwarna kemerahan,

luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)

3. Mata : mata cowong -/-, pandangan mata berkunang-kunang (-),

penglihatan kabur (-), ketajaman baik

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-),

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-) , batuk darah (-)

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)

10. Gastrointestinal : mual (+), muntah (-), diare (+),

nyeri perut (-), BAB cair,

11. Genitourinaria : BAK lancar, 3-4 kali/hari warna dan jumlah berkurang

12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik : sulit dievaluasi

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)

14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)

Bawah : bengkak (-), sakit (-)

F. PEMERIKSAANFISIK

1. Keadaan Umum

Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS 4-5-6), status gizi kesan

cukup.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

• Tanda Vital

Nadi : 76 x/menit, reguler, isi cukup, simetris

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,20 C

Tensi : tidak dievaluasi

6

• Status gizi :

BB : 19 kg

TB : 123 cm

Status Gizi

3. Kulit

Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut,

atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-),

kelainan mimik wajah/bells palsy (-)

4. Mata

Mata cowong (-/-), Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor

(3mm/3mm), reflek kornea (+/+), wama kelopak (coklat kebitaman), katarak (-/-),

radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)

5. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistakils (-), deformitas hidung (-),

hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)

6. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah

hiperemis (-), tremor (-)

7. Telinga

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga

dalam batas normal

8. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

9. Leher

Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-),

lesi pada kulit (-)

10. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

- Cor : I : ictus cordis tak tampak

P: ictus cordis kuat angkat

P: batas kiri atas : SIC U 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas : SIC II LPSD

7

batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah : SIC IV LPSD

batas jantung kesan tidak melebar

A: BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)

- Pulmo : Statis (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (+/+), whezing (-/-)

Dinamis (depan dan belakang)

I : pergerakan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan RBK (+/+), whezing (-/-)

11. Abdomen

I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)

P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P : timpani seluruh lapang perut

A : peristaltik (+) meningkat

12. Sistem Collumna Vertebralis

I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P : nyeri tekan (-)

P : NKCV(-)

13. Ektremitas: palmar eritema(-/-)

akral dingin oedem

14. Sistem genetalia: dalam batas normal

15. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik : dalam batas normal

8

16. Pemeriksaan Psikiatrik

Penampilan : baik, perawatan diri cukup

Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek : appropriate

Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : tidak dievaluasi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium : tidak dilakukan

G. RESUME

Seorang anak laki-laki 7 tahun dengan keluhan utama berak cair. Berak cair

sudah dialami sejak kemarin, berak cair dalam jumlah banyak, kadang ada ampas

kadang tidak. Tidak didapatkan darah/lendir. Mual muntah tidak ada.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan, compos

mentis, status gizi kesan kurang. Tanda vital T:-, N: 76 x/menit, Rr: 20 x/menit,

S:36,2°C, BB:19 gram, TB: 123 cm, status gizi -> Gizi ??. Pemeriksaan penunjang

tidak dilakukan.

H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS

Diagnosis Biologis

1. Diare akut

2. Nafsu makan kurang.

Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

1. Status ekonomi kurang.

2. Kondisi lingkungan dan rumah yang tidak sehat.

I. PENATALAKSANAAN

Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah

/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,

kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik,

mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk

melaksanakan terapi diare secara secara komprehensif, efisien dan efektif harus

9

dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) tepat

indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap efek

samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek

didasarkan pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut (Soeparto et

al, 2006).

Prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah

Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi

WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki

kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak

kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program

LINTAS DIARE yaitu (Kemenkes, 2011) :

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

4. Antibiotik Selektif

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

1. Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga

dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah

tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah

oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan

muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan

yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk

mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi

(Kemenkes RI, 2011).

a. Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang

10

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan

dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.

(Kemenkes RI, 2011)

Tabel 2.2. Kebutuhan

Oralit per Kelompok

Umur Umur

Jumlah oralit yang

diberikan tiap BAB

Jumlah oralit yang

disediakan di rumah

< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)

1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4

bungkus)

> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5

bungkus)

Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari

2. Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat

menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini

meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga

11

berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi

selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,

mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan

kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare

harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet

zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan

pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).

3. Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat

badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu

formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi

yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan

diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan

ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI,

2011).

3. Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat

badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu

formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi

yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan

diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan

ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI,

2011)

12

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare

pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare

dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).

Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena

terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-

obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian

besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa

digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).

5. Pemberian Nasihat

Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat

dengan balita harus diberi nasehat tentang:

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

a. Diare lebih sering

b. Muntah berulang

c. Sangat haus

d. Makan/minum sedikit

e. Timbul demam

f. Tinja berdarah

g. Tidak membaik dalam 3 hari.

J. FOLLOW UP

Tanggal 12 September 2013

S : Penderita masih berak cair tapi frekuensi berkurang 3-4x sehari. Panas -, mual

-, muntah -, nafsu makan mulai membaik. BAK normal.

O : KU sedang, compos mentis.

Tanda vital : T : - R :20x/menit

N :76x/menit

S :36,7°C

Status Generalis : Mata : Mata cowowng (-/-)

13

Status Neurologis : dalam batas normal.

Status Mentalis : dalam batas normal

A : Diare akut

P : Berikan Makanan menu keluarga 2-3x sehari dengan komposisi nasi, lauk,

sayur , dan buah yang seimbang, serta oralit dan obat-obat yang telah diberikan.

Tanggal 13 Juni 2013

S : Penderita masih berak cair 2x saat pagi. Panas -, mual -, muntah -, nafsu makan

membaik. BAK normal.

O : KU sedang, compos mentis, gizi kurang

Tanda vital : T : - R :18x/menit

N : 66x/menit S : 36,5°C

Status Generalis : Mata : mata cowong (-/-)

Status Neurologis : dalam batas normal.

Status Mentalis : dalam batas normal

A : Diare akut membaik

P : Menjaga kebersihan anak serta peralatan makan anak.

FLOW SHEET

Nama : An. I

Diagnosis : Diare akut

NOTGL

Tensi

mm

Hg

BB

Kg

TB

Cm

Status

Gizi

Mata

cowongKET

1 11/09/2013 - 19 123Gizi

Cukup (-/-)

212/09/2013 - 19 123

Gizi

Cukup(-/-)

3 13/09/2013 - 19 123Gizi

Cukup (-/-)

14

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis.

Keluarga terdiri dari penderita, ayah (Tn. Rohmat, 42 tahun), Ibu (Ny. Mia,

43 tahun). Penderita tinggal serumah ayah ,ibu, serta ketiga kakak perempuannya.

2. Fungsi Psikologis.

An. I tinggal serumah dengan kedua orang tuanya. Hubungan keluarga

mereka terjalin cukup akrab. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu

dengan yang lain. Ayah penderita bekerja setiap hari sebagai perawat dan penjual

burung. Sehingga sehari-hari penderita lebih banyak menghabiskan waktunya

dengan ibu dan kakak-kakak penderita.

Penghasilan ayah penderita kurang karena harus membiayai kehidupan

seluruh anggota keluarga, namun mereka tetap hidup cukup bahagia dan mengaku

tidak pernah kekurangan dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

3. Fungsi Sosial

Dalam masyarakat kedua orang tua penderita hanya sebagai anggota

masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat.

Kedua orang tua penderita kurang aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat karena

jam kerja yang menyita waktu. Dalam kesehariannya keluarga penderita bergaul

akrab dengan masyarakat di sekitarya seperti halnya anggota masyarakat yang lain.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari ayah yang bekerja

wiraswasta dengan penghasilan sebesar Rp 2.000.000 per bulannya.

Penghasilan tersebut juga digunakan untuk membiayai seluruh anggota

keluarga. Untuk biaya bidup sehari-hari seperti makan, minum, biaya sekolah atau

iuran membayar listrik hanya mengandalkan uang yang ada dan tidak pemah

menyisihkannya untuk menabung ataupun biaya-biaya mendadak (seperti biaya

pengobatan dan lain-lain). Untuk memasak memakai kompor gas. Makan sehari-

hari Iauk pauk, sayur, kadang daging, buah dan frekuensi makan 3 kali sehari.

Kalau ada keluarga yang sakit biasa berobat ke puskesmas.

15

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Penderita masih berusia 10 bulan sehingga sulit untuk mengevaluasi fungsi ini.

B. APGAR SCORE

ADAPTATION

Penderita sangat dekat dengan anggota keluarga di rumahnya. Penderita

termasuk anak yang cukup aktif bermain meskipun sering mengalami diare sepanjang

tahun 2013 ini.

PARTNERSHIP

An. E memiliki seorang kakak perempuan berumur 9, 13, dan 17 tahun.

Menurut orang tua penderita, setiap hari penderita kerap diajak bermain-main oleh

kakaknya.

GROWTH

An.E memang cukup sering mengalami diare sepanjang tahun 2013 ini,namun

orang tua penderita selalu berusaha memberikan pengobatan yang baik ketika penderita

sedang sakit, salah satunya dengan selalu membawa penderita berobat ke PKM.

AFFECTION

An. E mendapat cukup banyak perhatian dan kasih sayang dari seluruh anggota

keluarga.

RESOLVE

An. E selalu mendapat perhatian dari segenap anggota keluarga. Karena

kesibukan ayah penderita, penderita jarang menikmati kebersamaan bersama anggota

keluarga di luar rumah.

APGAR Tn. Rohmat Terhadap KeluargaSering/

selalu

Kadang-

kadangJarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan √

16

membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan

mendukung keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hid up yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresi-

kan kasih sayangnya dan merespon emosi saya

seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tn Rohmat bekerja sebagai perawat dan penjual burung. Tn.Rohmat

mengendarai sepeda motor setiap hari pulang pergi untuk bekerja sehingga sampai

rumah sudah mulai malam. Karena itu Tn. Rohmat tidak cukup sering bermain ataupun

berinteraksi bersama anaknya.

Namun saat hari libur Tn. Rohmat selalu berada di rumah untuk membantu

isterinya merawat anak-anaknya.

APGAR Ny. Mia Terhadap KeluargaSering/

selalu

Kadang-

kadangJarang/tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga

saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan

membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan

mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan

baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan

kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti

kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara kelnarga saya dan saya

membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9, fungsi keluarga dalam keadaan baik

17

Ny. Mia sehari-harinya tidak bekerja, sehingga bisa menjaga dan merawat

anak-anak setiap hari di rumah.

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga An. Elang adalah 19, Hal

ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An. Elang dan

keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin

baik.

C. SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga

juga dengan saudara partisipasi mereka dalam

masyarakat cukup meskipun banyak keterbatasan

_

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik,

hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik

dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak

tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti

acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran

dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan

kesopanan

_

Religius

Agama menawarkan pe-

ngalaman spiritual yang

haik untuk ketenangan in-

dividu yang tidak didapat-

kan dari yang lain

Pemahaman agama cukup. Namun penerapan

ajaran agama cukup. Setiap pagi mereka selalu

berdoa bersama dan saat minggu pagi beribadah ke

gereja bersama-sama.

_

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke

bawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa

terpenuhi, meski belum mampu mencukupi

kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak

memadai, diperlukan skala prioritas untuk

pemenuhan kebutuhan hidup

_

Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. +

18

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua

masih rendah. Kemampuan untuk memperoleh dan

memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-buku,

koran terbatas.

Medical Pelayanan kesehatan puskesmas memberikan

perhatian khusus terhadap kasus pendenta

Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan

yang lebih balk Dalam mencari pelayanan

kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan

Puskesmas dan hal ini mudah dijangkau karena

letaknya dekat

_

Keterangan

Ekonomi (-) artinya keluarga An. Elang tidak menghadapi permasalahan dalam hal

perekonomian keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan sehari-

hari yang bisa tercukupi .

Religius (-) artinya keluarga An. Irzam tidak menghadapi permasalahan di bidang

agama, kedua orang tua An. Irzam taat beribadah bersama setiap hari Minggu. Hal

ini mempengaruhi ketentraman batin karena pendenta dekat dengan Tuhan

terutama dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada.

Edukasi (+) artinya keluarga An. Irzam menghadapi permasalahan dalam bidang

pendidikan, ibu pasien hanya lulusan SMP. Hal ini akan mempengaruhi

pengetahuan dan pola berpikir dalam pengasuhan dan perawatan

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Sekardangan RT 01/01, Bulu Sidokare, Sekardangan, Sidoarjo

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluarga An. Elang, Dibuat tanggal 11 September 2013

19

Sumber : Data Primer, 11 September 2013

Keterangan:

Penderita

Tn. Rohmat : Ayah Penderita

Ny. Mia : Ibu Penderita

20

An. Irzam10 bulanLaki-laki

Tn. Muis29 tahunLaki-laki

Ny. Indahwati28 tahunperempuan

E. INFORMASI POLA INTERAKSI

Keluarga

Keterangan : = hubungan baik

= hubungan tidak baik

Hubungan antara An. Elang, ayah, ibu, serta kakak-kakaknya baik dan dekat.

Antara ayah dan ibunya baik. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau

hubungan buruk antar anggota keluarga.

F. PERTANYAAN SIRKULER

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh ibu ?

Jawab :

Ibu merawat penderita serta membawa penderita berobat ke Puskesmas.

2. Ketika ibu bertindak seperti itu apa yang dilakukan ayah ?

Jawab :

Ayah mendukung apa yang dilakukan oleh ibu. Karena ia mempercayai urusan

anak sehari-hari kepada ibu.

21

Tn. Muis, 29 tahun Ayah penderita

Ny. Indahwati, 28 tahunIbu penderita

An.Dafa, 3,5 tahunKakak penderita

An. Irzam, 10 bulanPenderita

3. Ketika ayah seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain ?

Jawab :

Ikut mendukung dan membantu apa yang diputuskan ayah.

4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan ?

Jawab :

Dibutuhkan ijin ayah, karena ia sebagai kepala keluarga. Namun sebelumya melalui

musyawarah dengan anggota keluarga lainya atau mungkin juga melibatkan

keluarga besarnya.

5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita ?

Jawab :

Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah ibu.

6. Selanjutnya siapa ?

Jawab :

Selanjutnya adalah nenek penderita. Karena nenek penderita cukup sering

berkunjung dan merawat penderita di rumah bersama ibu penderita.

7. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita ?

Jawab :

Ayah, karena ayah karena setiap harinya ayah penderita bekerja cukup jauh dari

rumah.Setiap hari berangkat pagi dan pulang ketika menjelang malam.

8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien ?

Jawab : -

.

9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya ?

Jawab : segala keputusan di rumah diambil melalui musyawarah antara seluruh

anggota keluarga.

22

BAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

An. E adalah seorang anak dari pasangan Tn. M dan Ny. I. Saat ini penderita

berumur 7 tahun dan tinggal bersama orang tua dan kakak-kakak perempuan penderita

yang berusia 9, 13,dan 17 tahun.

Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat adalah

keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-hari. Keluarga ini

menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka sakit, akan dibutuhkan biaya

tambahan yang dikeluarkan untuk berobat. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya

disebabkan oleh kuman penyakit, bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/

takhayul. Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah

penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan,

atau dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.

Lingkungan rumah mereka tidak sehat karena air sumur yang digunakan untuk

mandi berwarna keruh dan berbau, namun mereka berusaha menjaga kebersihan badan

dengan menggunakan air PDAM lalu menggunakan sabun mandi serta selalu mandi 2x

sehari, yaitu pagi dan sore hari. Mereka juga menata perabot rumah dengan baik dan

menyapu rumah setiap hari .

Keluarga ini sudah memiliki fasilitas jamban keluarga. Namun untuk

melakukan kegiatan mencuci dan mandi keluarga ini menggunakan air dari pompa air

yang ada di rumah. Untuk kebutuhan air minum dan memasak, mereka menggunakan

air PDAM.

23

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga menengah ke

bawah. Keluarga ini memiliki satu sumber penghasilan yaitu dari ayah yang bekerja

sebagai perawat dan penjual burung. Dari total semua penghasilan tersebut keluarga

dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun belum semua kebutuhan dapat

terpenuhi terutama kebutuhan sekunder dan tertier.

Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada kekurangan

dalam pemenuhan standar kesehatan. Hanya terdapat 2 kamar tidur. Sampah keluarga

dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada di belakang rumah. Fasilitas

kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah Puskesmas

Sekardangan.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 12 x 6 m2 dan menghadap ke

Timur. Tidak memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari ruang

kamar tamu yang sekaligus digunakan sebagai ruang keluarga dan menonton TV, ruang

tamu tersebut disekat dengan sebuah lemari besar,dan di belakang lemari juga

dijadikan kamar tidur, dua kamar tidur utama, dapur, dan kamar mandi yang letaknya

bersebelahan dengan dapur serta yang memiliki fasilitas jamban keluarga. Terdiri dari

1 pintu keluar , yaitu 1 pintu depan. Jendela ada 3 buah, dikamar tamu dan disetiap

kamar tidurnya. Pada pagi hari jendela selalu dibuka dan ditutup menjelang sore.

Lantai rumah terbuat dari keramik dan pada bagian dapur terbuat dari semen .

Ventilasi dan penerangan rumah cukup. Atap rumah tersusun dari genteng dan tidak

ditutup langit-langit. Masing-masing kamar memiliki dipan untuk meletakan kasur.

Dinding rumah terbuat dari batubata yang sudah dicat. Perabotan rumah tangga cukup.

Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan air sumur yang

ditimba untuk keperluan mencuci dan mandi, serta menggunakan air PDAM untuk

keperluan air minum dan memasak. Secara keseluruhan kebersihan rumah masih

kurang. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas .

24

Denah Rumah :

25

BAB IV

DAFTAR MASALAH

1. Masalah Aktif :

a. Diare akut

b. Kondisi ekonomi lemah

c. Pengetahuan orang tua yang kurang tentang penyakit pendenta

2. Faktor resiko:

a. Lingkungan dan tempat tinggal yang tidak sehat

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan

faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

26

An. Irzam, 10 bulan

Diare akut

Kondisi ekonomi

lemah

Pengetahuan orang tua kurang

PHBS

BAB V

PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Suport Psikologis

Keluarga pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor yang

dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada dokternya.

Antara lain dengan cara:

a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.

b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau kondisi

fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan

kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.

Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan

YME, misalnya dengan lebih lagi rajin ibadah, berdoa dan memohon hanya kepada

Tuhan.

Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal yang

hams dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi kondisi sosial,

dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati

Dalam kasus ini menentramkan hati diperlukan untuk keluarga pasien dengan

problem psikologis antara lain kecemasan tentang penyakit yang diderita anaknya,

kekhawatiran apabila anaknya sering mengalami masalah yang sama sehingga

pertumbuhan dan perkembangan sang anak terganggu. Menentramkan hati penderita

dengan memberikan edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan

penyakit turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk

kesembuhannya adalah kepatuhan menjalankan anjuran dokter seperti menjaga pola

makan anak dan menerapkan pola hidup bersih dan sehat baik untuk diri sendiri dan

lingkungan sekitar. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang bergizi

tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup.

27

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien

Diberikan penjelasan yang benar mengenai penyakit diare akut tersebut..

Sehingga persepsi yang salah dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan

melalui konseling setiap kali pasien kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh

dokter maupun oleh petugas Yankes.

Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu:

a. Diare merupakan penyakit biasa yang wajar pada anak - anak

b. Diare akut yang sering terjadi tidak perlu diberi perhatian serius

Maka pasien harus diberi pengertian bahwa diare bukanlah penyakit yang

tidak bisa dicegah. Dengan menerapkan pola hidup sehat dan teratur diimbangi

dengan pemenuhan gizi yang baik untuk anak, maka diare bisa dihindari sehingga

pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan dengan baik.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri keluarga

pasien bahwa ia bisa menerapkan anjuran yang diberikan oleh dokter. Selain itu juga

ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam

menjalankan anjuran tersebut. Meskipun anak sudah sembuh diharapkan keluarga

tetap menjalankan pola hidup sehat untuk seluruh anggota keluarga.

5. Pengobatan

Medika mentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam

penatalaksanaan.

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi kesehatan

berupa perubahan tingkah laku (menjaga kebersihan diri sendiri, peralatan makan dan

minum anak), lingkungan (tempat tinggal yang tidak boleh lembab dengan

penggunaan ventilasi yang cukup, pemakaian genteng kaca sehingga pencahayaan

cukup dan kebersihan lingkungan rumah dan luar rumah yang bersih dengan disapu

2x/hari), meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara diet makanan bergizi dan olah

28

raga yang teratur. Dengan demikian diare dapat dicegah sehingga pertumbuhan anak

berjalan dengan baik.

B. PENCEGAHAN DIARE AKUT TERHADAP ANGGOTA KELUARGA YANG

LAIN

Pada prinsipnya secara pencegahan diare adalah mengenai pola hidup sehat

baik terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar agar terhindar dari berbagai penyakit

infeksi.

1. Bagi keluarga biasakan menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Biasakan

membersihkan rumah setidaknya 2 kali setiap hari, serta mencui perabotan rumah

dan pakaian menggunakan air bersih. Selalu mengkonsumsi air bersih yang sudah

dimasak serta menggunakan sumber air yang baik.

2. Istirahat yang cukup 6-8 jam sehari semalam.

4. Olah raga teratur dan makan-makanan yang bergizi.

Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan daya tahan

tubuh bagi anggota keluarga dan tentunya untuk pasien sendiri.

29

BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

A. LATAR BELAKANG

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak

di negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian

besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus,

bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare

akut, termasuk sindroma malabsorpsi. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban

ekonomi yang tinggi di sector kesehatan oleh karena rata-rata 30% dari jumlah tempat

tidur yang ada di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare, selain

itu juga di pelayanan kesehatan primer, diare masih menempati urutan kedua dalam

urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi (Santoso & Subagyo, 2010).

B. DEFINISI

Diare atau penyakit diare ( diarrheal disease) berasal dari kata diarrola

(bahasa Yunani) yang berarti mengalir terus, merupakan suatu keadaan abnormal dari

pengeluaran tinja yang frekuen. Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya

frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/sehari) disertai perubahan konsistensi

tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah dan lendir (Suraatmaja, 2007).

C. EPIDEMIOLOGI

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang

termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan

tertinggi pada anak terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak

meninggal setiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjkadi di

negara berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh

diare sedangkan di Indonesia, hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih

merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% dibanding pneumonia

24%,untuk golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% dibanding

pneumonia 15,5% (Santoso & Subagyo, 2010).

30

E. ETIOLOGI

Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis

mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab

infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri, dan parasit.

Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non inflammatory dan

inflammatory. Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi

enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh

parasit, perlekatan dan atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare

biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau

memproduksi sitotoksin (Santoso & Subagyo, 2010).

Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia

adalah sebagai berikut :

Golongan Bakteri :

1. Aeromonas

2. Bacillus cereus

3. Campylobacter jejuni

4. Clostridium perfringens

5. Clostridium defficile

6. Escherichia coli

7. Plesiomonas shigeloides

8. Salmonella

9. Shigella

10. Staphylococcus aureus

11. Vibrio cholera

12. Vibrio parahaemolyticus

13. Yersinia enterocolitica

Golongan Virus :

1. Astrovirus

2. Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)

3. Enteric adenovirus

31

4. Coronavirus

5. Rotavirus

6. Norwalk virus

7. Herpes simplex virus*

8. Cytomegalovirus*

Golongan Parasit

1. Balantidium coli

2. Blastocystis homonis

3. Cryptosporidium parvum

4. Entamoeba histolytica

5. Giardia lamblia

6. Isospora belli

7. Strongyloides stercoralis

8. Trichuris trichiura

Sumber : Nelson Textbook of Pediatric

* : umumnya berhubungan dengan diare hanya pada penderita

imunocompromised

D. PATOGENESIS

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah (Alatas, 2007)

1. Gangguan osmotic

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan

tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan

elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare

2. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare

timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk

menyerap makanan, sehingga timbul diar2. Sebaliknya bila peristaltic usus

32

menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan diare pula.

Patogenesis Diare Akut (Alatas, 2007)

1. Masuknya jasad renik ke dalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam

lambung

2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus

3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)

4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare

Patofisiologi

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi (Alatas, 2007) :

1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan

keseimbangan asam – basa (asidosis metabolic, hipokalemia, dan sebagainya)

2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran

bertambah)

3. Hipoglikemia

4. Gangguan sirkulasi darah

E. GEJALA KLINIS

GejaIa Klinis

Frekuensi buang air besar bertambah dengan bentuk dan konsistensi yang

lain dari biasanya dapat cair, berlendir, atau berdarah, dapat juga disertai gejala lain,

anoreksia panas, muntah atau kembung. Dapat disertai gejala komplikasi, gangguan

elektrolit, dehidrasi, gangguan gas darah/asidosis (Putra, 2008).

I. DIAGNOSIS DAN PEMERIKSAAN

Anamnesis perlu ditanyakan mengenai riwayat penyakit kepada keluarga

atau penderita, seperti lamanya diare, frekuensinya, volumenya, warnanya, berat badan

sebelum lahir, ada atau tidaknya batuk, pilek dan demam sebelum, selama, sesudah diare

( Suraatmaja, 2007).

33

Pada pemeriksaan fisik kelainan yang ditemukan sangat berguna dalam

menentukan beratnya diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan

ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh, dan tanda toksisitas. Pada

pemeriksaan abdomen adanya kualitas bunyi usus dan ada tidaknya distensi abdomen

dan nyeri tekan merupakan tanda bagi penentuan etiologi ( Simadibrata, 2006).

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dikerjakan seperti pemeriksaan tinja, pemeriksaan

darah berupa darah lengkap, pemeriksaan elektrolit dan pH serta intubasi duodenal pada

diare kronik untuk mencari kuman penyebab (Suraatmaja, 2007).

PENGOBATAN

Secara umum penanganan diare akut ditujukan untuk mencegah

/menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa,

kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik,

mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk

melaksanakan terapi diare secara secara komprehensif, efisien dan efektif harus

dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) tepat

indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap efek

samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek

didasarkan pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut (Soeparto et

al, 2006).

Prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah

Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi

WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki

kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak

kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program

LINTAS DIARE yaitu (Kemenkes, 2011) :

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

4. Antibiotik Selektif

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

34

1. Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga

dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah

tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah

oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan

muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan

yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk

mendapat pertolongan cairan melalui infus. Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi

(Kemenkes RI, 2011).

a. Diare tanpa dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang

35

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan

dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

c. Diare dengan dehidrasi berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di infus.

(Kemenkes RI, 2011)

Tabel 2.2. Kebutuhan

Oralit per Kelompok

Umur Umur

Jumlah oralit yang

diberikan tiap BAB

Jumlah oralit yang

disediakan di rumah

< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)

1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4

bungkus)

> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5

bungkus)

Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari

2. Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat

menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini

meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga

36

berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi

selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,

mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan

kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare

harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian tablet

zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan

pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).

3. Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat

badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu

formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi

yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan

diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan

ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI,

2011).

3. Pemberian ASI/makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat

badan. Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu

formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi

yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan

diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan

ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan (Kemenkes RI,

2011).

37

4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare

pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare

dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).

Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena

terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-

obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian

besar menimbulkan efek samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa

digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia) (Kemenkes RI, 2011).

5. Pemberian Nasihat

Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan

balita harus diberi nasehat tentang:

1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah

2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

a. Diare lebih sering

b. Muntah berulang

c. Sangat haus

d. Makan/minum sedikit

e. Timbul demam

f. Tinja berdarah

g. Tidak membaik dalam 3 hari.

38

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN DIARE

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat komplek, yang

saling berkaitan dengan masalah – masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Banyak

factor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan

masyarakat. Menurut model segitiga epidimiologi, suatu penyakit timbul akibat interaksi

satu sama lain yaitu antara factor lingkungan, agent dan host (Umiati, 2010).

Faktor yang secara langsung maupun tidak langsung dapat menjadi penentu

pendorong terjadinya diare. Faktor lingkungan merupakan factor yang paling penting

sehingga untuk penanggulangan diare diperlukan upaya perbaikan sanitasi lingkungan

(Zubir, 2006).

Faktor – factor yang berhubungan dengan kejadian penyakit diare antara lain :

1. Faktor sanitasi lingkungan

A. Sumber air minum

Air merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Kebutuhan manusia

akan air sangat komplek antara lain untuk minum, masak, mencuci, mandi, dan

sebagainya. Di antara kegunaan – kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah

kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk

memasak) air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan

penyakit bagi manusia termasuk diare (Umiati, 2010).

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah

(Umiati, 2010) :

1) Mengambil air dari sumber air yang bersih

2) Mengambil dan menyiumpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup, serta

menggunakan gayung khusus untuk mengambiul air.

3) Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-

anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber

pengotoran (tangki septik), tempat pembuangan sampah dan air limbah harus

lebih dari 10 meter

4) Menggunakan air yang direbus

5) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air bersih dan cukup.

B. Kualitas fisik air bersih

C. Kepemilikan jamban

39

Jamban merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai tempat

buang air besar. Sehingga sebagai tempat pembuangan tinja, jamban sangat potensial

untuk menyebabkan timbulnya berbagai gangguan bagi masyarakat yang ada di

sekitarnya. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan estetika, kenyamanan dan

kesehatan. Syarat jamban sehat (Notoatmodjo, 2003) :

1) Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.

2) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.

3) Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.

4) Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat, kecoak, dan

binatang – binatang lainnya.

5) Tidak menimbulkan bau.

6) Mudah digunakan dan dipelihara.

7) Sederhana desainnya.

8) Murah.

9) Dapat diterima oleh pemakainya.

2. Faktor perilaku

Factor perilaku yang dapat menyebabkan kuman enteric dan meningkatkan

resiko terjadinya diare. Perilaku – perilaku tersebut antara lain (Umiati, 2010) :

1) Tidak memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4 – 6 bulan.

2) Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman

karena botol susu susah dibersihkan.

3) Menggunakan air minum yang tercemar.

4) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah

membuang tinja anak.

5) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.

40

BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Segi Biologis:

- An. E (7 tahun), menderita diare akut

- Rumah dan lingkungan tempat tinggal An. E tidak sehat.

2. Segi Psikologis:

- Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang terjalin cukup

akrab, harmonis, dan hangat

- Pengetahuan akan penyebab dan penanggulangan serta pencegahan diare akut

yang masih kurang yang berhubungan dengan tingkat pendidikan yang masih

rendah

3. Segi Sosial:

- Problem ekonomi menjadi kendala utama dalam keluarga ini yang berpengaruh

pada ketidakmampuan mendapatkan pelayanan dan informasi tentang kesehatan

keluarga juga untuk dapat mempunyai fasilitas sanitasi, rumah yang sesuai

dengan standart kesehatan

4. Segi fisik:

- Rumah dan lingkungan sekitar keluarga An. E tidak sehat.

B. SARAN

1. Untuk masalah diare akut yang diderita hendaknya dilakukan upaya :

- Promotif : edukasi kedua orangtua penderita mengenai langkah – langkah

pencegahan diare, seperti : penggunaan air bersih yang cukup, kebiasaan cuci

tangan sebelum dan sesudah makan, penggunaan jamban yang benar, pembuangan

kotoran yang tepat termasuk tinja anak – anak dan bayi yang benar, memberikan

imunisasi rotavirus.

2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat dilakukan

langkah-langkah:

Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka jendela tiap

pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan

rumah.

41

3. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :

Rehabilitatif : Pemerintah hendaknya berupaya pemberian kesempatan memperoleh

pendapatan yang layak, dan membantu memperkuat kemampuan wanita untuk

membina keluarganya, sehingga diharapkan pada masa yang akan datang dapat

terlepas dari kemiskinan. Karena dengan peningkatan pendapatan memungkinkan

untuk dapat membeli makanan yang lebih baik, kondisi pemukiman yang lebih

sehat, dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.

42

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, 2007, Diare pada Bayi dan Anak, Edisi Kesebelas, Infomedika Jakarta, Jakarta.

Anonim, 2011, Program LINTAS Diare, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Anonim, 2013, Diarrhoeal Disease, available from :

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs/330/3n/

Notoatmodjo S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip – Prinsip Dasar, Jakarta : PT.

Rineka Cipta

Putra D S, 2008, Diare Akut pada Anak, Available from :

http://www.dr.rocky.com/layout-artikel-kesehatan/42-diare-akut-pada-anak

Soeparto P, Djupri L, Ranuh R, Subijanto M S, 2006, Managemen Diare pada Bayi dan

Anak, Divisi Gastroenterologi, SMF Ilmu Kesehatan Anak, FK UNAIR, RSU

Dr.Soetomo, Surabaya.

Suraatmaja S, 2007, Kapita Selekta Gastroenterologi, Jakarta : CV. Sagung Seto

Subagyo B, Santoso B N, 2011, Buku Ajar Gastroenterologi – Hepatologi, Edisi Kedua,

IDAI, Jakarta.

Umiati, 2010, Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Diare pada

Balita di Wilayah Kerja PKM Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009.

Zubir, Juffrie M, Wibowo T, 2006, Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Ibu

dalam Penanggulangan Dini Diare pada Balita di Kecamatan Baiturrahman

Tahun 2000, Jurnal Kesehatan, 1 (1) : 11-17.

43

LAMPIRAN

RUMAH PASIEN

TAMPAK DEPAN

RUANG TAMU/RUANG TV

44

KAMAR TIDUR 1

KAMAR TIDUR 2

45

KAMAR TIDUR 3

DAPUR

WC UMUM

46

ATAP KAMAR

LINGKUNGAN SEKITAR RUMAH

47

48