hipotiroid & hipertiroid fixx (repaired)

68
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipotiroidisme sering terjadi pada wanita dan insidennya meningkat sesuai usia. Sekitar 10% sampai 15% pasien lansia mengalami peningkatan TSH akibat hipotiroidisme dan penapisan rutin kelompok berisiko tinggi sering dilakukan pada lingkungan keperawatan primer. Hipotiroidisme pada bayi baru lahir menyebabkan perkembangan abnormal sistem saraf pusat. sejalan dengan perkembangan penyakit, terdapat depresi umum hampir di semua sistem enzim seluler dan proses oksidatif. Tanda dan gejala gangguan mempunyai rentang keluhan tidak jelas dan tidak spesifik yang membuat sulitnya diagnosa, sampai gejala parah yang dapatmengancam kehidupan jika tidak dikenali dan diobati. Komplikasi meliputi retardasi mentalpada anak kecil yang tidak diobati dari lahir, tubuh pendek dan perkembangan fisik terhambat pada anak yang lebih besar, dan koma miksedema yang mempunyai tingkat mortilitas tinggi. Klien yang terserang hipotiroidisme akan mengalami penurunan laju metabolisme yang berakibat penurunan BMR (Basal Metabolism Rate) dan konsumsi oksigen. Asupan makan dan nafsu makan berkurang tetapi berat badan akan meningkat akibat retensi cairan dan garam serta akumulasi lemak. Hipertiroidisme (tiroksikosis) merupakan suatu kondisi dimana kelenjar tiroid mengalami peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid. Hipertiroid pada orang dewasa terjadi sekitar tiga insiden untuk 10.000 kasus setiap tahunnya dengan rasio wanita banding pria adalah lima banding satu. Pada anak, jarang ditemukan hipertiroidisme. Namun, pada anak kasus biasanya terjadi pada usia 10-14 tahun. Klien yang terserang hipertiroidisme akan mengalami perubahan pola menstruasi, masalah dengan kesuburan, kelelahan, dan kelemahan otot (Sudiono, 2007). Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid 1

Upload: yosephin-nova

Post on 20-Jan-2016

208 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

sistem endokrin

TRANSCRIPT

Page 1: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangHipotiroidisme sering terjadi pada wanita dan insidennya meningkat sesuai

usia. Sekitar 10% sampai 15% pasien lansia mengalami peningkatan TSH akibat hipotiroidisme dan penapisan rutin kelompok berisiko tinggi sering dilakukan pada lingkungan keperawatan primer.

Hipotiroidisme pada bayi baru lahir menyebabkan perkembangan abnormal sistem saraf pusat. sejalan dengan perkembangan penyakit, terdapat depresi umum hampir di semua sistem enzim seluler dan proses oksidatif. Tanda dan gejala gangguan mempunyai rentang keluhan tidak jelas dan tidak spesifik yang membuat sulitnya diagnosa, sampai gejala parah yang dapatmengancam kehidupan jika tidak dikenali dan diobati. Komplikasi meliputi retardasi mentalpada anak kecil yang tidak diobati dari lahir, tubuh pendek dan perkembangan fisik terhambat pada anak yang lebih besar, dan koma miksedema yang mempunyai tingkat mortilitas tinggi.

Klien yang terserang hipotiroidisme akan mengalami penurunan laju metabolisme yang berakibat penurunan BMR (Basal Metabolism Rate) dan konsumsi oksigen. Asupan makan dan nafsu makan berkurang tetapi berat badan akan meningkat akibat retensi cairan dan garam serta akumulasi lemak.

Hipertiroidisme (tiroksikosis) merupakan suatu kondisi dimana kelenjar tiroid mengalami peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid. Hipertiroid pada orang dewasa terjadi sekitar tiga insiden untuk 10.000 kasus setiap tahunnya dengan rasio wanita banding pria adalah lima banding satu. Pada anak, jarang ditemukan hipertiroidisme. Namun, pada anak kasus biasanya terjadi pada usia 10-14 tahun. Klien yang terserang hipertiroidisme akan mengalami perubahan pola menstruasi, masalah dengan kesuburan, kelelahan, dan kelemahan otot (Sudiono, 2007).

Berdasarkan data di atas kita dapat menyimpulkan betapa berbahayanya hipotiroid dan hipertiroid. Oleh karena itu, kita harus menghindari hal – hal yang dapat menyebabkan penyakit tersebut. Salah satunya adalah dengan tidak mengkonsumsi yodium berlebihan.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa definisi dari hipotiroid dan hipertiroid?2. Apa etiologi dari hipotiroid dan hipertiroid?3. Apa faktor resiko dari hipotiroid dan hipertiroid?4. Bagaimana patofisiologi dari hipotiroid dan hipertiroid?5. Bagaimana gejala klinis dari hipotiroid dan hipertiroid?6. Bagaimana penatalaksanaan dari hipotiroid dan hipertiroid?7. Apa peran perawat dalam mengatasi penyakit hipotiroid dan hipertiroid?8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hipotiroid dan

hipertiroid?

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

1

Page 2: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami gangguan dalam sistem endokrin, yakni hipotiroid dan hipertiroid dalam tubuh manusia.

1.3.2 Tujuan Khusus1. Dapat memahami definisi gangguan pada sistem endokrin, yakni

hipotiroid dan hipertiroid dalam tubuh manusia;2. Dapat mengetahui etiologi pada gangguan sistem endokrin

hipotiroid dan hipertiroid;3. Dapat mengetahui faktor resiko dari hipotiroid dan hipertiroid;4. Dapat mengetahui patofisiologi dari hipotiroid dan hipertiroid;5. Dapat mengetahui gejala klinis dari hipotiroid dan hipertiroid;6. Dapat mengetahui penatalaksanaan pada gangguan sistem endokrin

hipotiroid dan hipertiroid;7. Dapat mengetahui peran perawat dalam mengatasi penyakit

hipotiroid dan hipertiroid; dan8. Dapat mengetahui asuhan keperawatan pada hipotiroid dan

hipertiroid.

1.4 ManfaatMahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang patofisiologi

gangguan pada sistem endokrin: hipotiroid dan hipertiroid dalam tubuh manusia sehingga dapat bermanfaat bagi para mahasiswa keperawatan dalam melakukan pemeriksaan dan tindakan keperawatan.

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

2

Page 3: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1 Hipotiroid2.1.1 Definisi

Hipotiroidisme adalah keadaan kurang aktifnya kelenjar tiroid yang menyebabkan sekresi hormon tiroid tidak terjadi atau mengalami penurunan. Hipotiroidisme mengacu pada rendahnya kadar hormon tiroid di dalam aliran darah. Kondisi ini disebabkan oleh disfungsi tiroid, yang dapat terjadi karena pembedahan (tiroidektomi), terapi dengan iodin radioaktif, atau pengobatan berlebihan dengan obat-obatan antitiroid. Hipotiroidisme juga dapat bersifat kongenital (1 dari 4000 kelahiran hidup) atau terjadi karena disfungsi imunologis kronis, seperti pada tiroiditis Hashimoto (Hartono, 2012).

Gangguan umum disertai gambaran klinis yang luas, pasien dapat asimtomatik atau dapat mengalami sakit berat disertai koma miksedema. Koma miksedema adalah kedaruratan yang membahayakan jiwa akibat hipotiroidisme ekstrem yang jarang terjadi. Koma miksedema biasanya terjadi pada pasien lansia selama musim dingin setelah faktor tertentu seperti stres, pemajanan terhadap suhu dingin yang ekstrem, atau trauma (Hartono, 2012).

2.1.2 EtiologiMenurut Price & Wilson (2003) etiologi hipotiroid diklasifikan

menjadi tiga, yaitu:a. Hipotiroid congenital menetap

1) Disgenesis TiroidMerupakan penyebab terbesar Hipotiroidisme Kongenital non endemik, kira-kira 85-90%. Merupakan akibat dari tidak adanya jaringan tiroid total (agenesis) atau parsial (hipoplasia) yang dapat terjadi akibat gagalnya penurunan kelenjar tiroid ke leher (ektopik), disini dapat terjadi agenesis unilateral atau hipoplasia. Faktor genetik dan lingkungan mungkin berperan pada disgenesis tiroid, namun demikian sebagian besar penyebabnya belum diketahui.

2) Inborn Errors of Tyroid HormonogenesisMerupakan kelainan terbanyak kongenital karena kelainan genetik. Defek yang didapatkan adalah:a) Kegagalan mengkonsentrasikan yodiumb) Defek organifikasi yodium karena kelainan enzim TPO atau pada

H2O2 generating system c) Defek pada sintesis atau transport triglobulind) Kelainan katifitas iodotirosin deidonase

3) Resisten TSHSindrom resistensi hormone, bermanifestasi sangat luas, sebagai akibat dari berkurang atau tidak adanya respon “end organ” terhadap hormone yang biologis aktif. Hal ini dapat disebabkan karena defek pada reseptor atau post reseptor, TSH resisten adalah suatu keadaan kelenjar tiroid refakter terhadap rangsang TSH. Hilangnya fungsi

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

3

Page 4: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

reseptor TSH, akibat mutasi reseptor TSH defek molekuler pada sebagian keluarga kasus dengan resisten TSH yang ditandai dengan kadar serum TSH tinggi, dan serum hormon tiroid normal atau menurun, disertai kelenjar tiroid normal atau hipoplastik.

4) Sintesis atau sekresi TSH berkurangHipotiroidism sentral disebabkan karena kelainan pada hipofisis atau hipotalamus. Pada bayi sangat jarang dengan prevalensi antara 1: 25.000 sampai 1: 100.000 kelahiran.

5) Menurunnya transport T4 selulerSindrom ini terjadi akibat mutasi monocarboxylate transporter 8 (MCT8), merupakan fasilitator seluler aktif transport hormone tiroid ke dalam sel. Biasanya pada laki laki menyababkan hipotiroidisme dengan kelainan neurologi seperti kelambatan perkembangan menyeluruh, distonia hipotoniasentral, gangguan pandangan mata serta kadar T3 meningkat.

6) Resistensi hormon tiroidMerupakan sindrom akibat dari tidak responsifnya jaringan target terhadap hormone tiroid, ditandai dengan meningkatnya kadar FT4 dan FT3 dalam sirkulasi dengan kadar TSH sedikit meningkat atau normal.

b. Hipotiroid congenital transien1) Defisiensi yodium atau yodium yang berlebihan

Pada janin maupun pada bayi yang baru lahir sangat peka pengaruh nya pada tiroid, sehingga harus dihindarkan penggunannya yodiu pada ibu selama kehamilan, sumber sumber yodium termasuk obat-obatan (kalium yodia, amidarone), bahan kontras radiologi( untuk pyelogram intra vena, cholecytogram) dan larutan antiseptic (yodium povidon) yang digunakan membersihkan kulit dan vagina, dapat berpengaruh.

2) Pengobatan ibu dengan obat antitiroidDapat terjadi pada ibu yang diberikan obat antitiroid (PTU atau karbimasol atau metimasil) untuk penyakit graves, bayi nya ditandai oleh pembesaran kelenjar tiroid, sehingga dapat mengakibatkan gangguan prnafasan, khususnya bila diberikan obat yang dosisnya tinggi.

3) Antibodi reseptor tirotropin ibuReseptor TSH (TSHR) meruoakan pasangan protein G merupakan reseptor berbentuk seperti jangkar terhadap permukaan sel epitel tiroid (tirosid) yang mengatur sintesis dan lepasnya hormone tiroid. Apabila memblok TSH endogen dapat mengakibatkan hipotiroidisme.

c. Hipotiroid didapatkan dari1) Primer

a) Tiroiditis Hasimoto, dengan goiter dan atropi tiroid idiopatik, diduga sebagai stadium akhir penyakit tiroid autoimun, setelah tiroiditis Hashimoto atau penyakit Graves.

b) Terapi iodin radioaktif untuk penyakit Graves.c) Tiroidektami subtotal untuk penyakit Graves atau goiter nodular.d) Asupan iodide berlebihan (kelp, zat warna kontras)

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

4

Page 5: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

e) Konsumsi makanan yang bersifat goitrogenik (terong, kol, sawi, brokoli, dan jenis sayur lainnya) dapat memperlambat penyerapan yodium.

f) Tirokiitis subakut.g) Penyebab yang jarang di Amerika Serikat, antara lain defisiensi

iodide, bahan goitrogenik lain seperti litium, terapi dengan obat antitiroid, dan kelainan bawaan sintesis hormon tiroid.

2) SekunderHipopituitarisme karena adenoma hipofisis, terapi ablasi hipofisis, atau destruksi hipofisis.

3) TersierDisfungsi hipotalamus (jarang).

4) Resistensi perifer terhadap kerja hormon tiroid

2.1.3 Faktor ResikoWanita lebih mungkin dibandingkan laki-laki untuk mengembangkan

hipotiroidisme. Penyakit ini juga lebih sering terjadi pada orang yang lebih tua dari usia 60. The American Thyroid Association (2012) merekomendasikan bahwa orang dewasa, khususnya perempuan, memiliki tes darah untuk mendeteksi masalah tiroid setiap 5 tahun dimulai pada usia 35. Menurut Smeltzer & Bare (2006) faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena gangguan tiroid. Individu mungkin perlu pengujian lebih teratur jika merekaa. Memiliki masalah tiroid sebelumnya, seperti gondok atau operasi tiroidb. Memiliki riwayat keluarga penyakit tiroidc. Memiliki penyakit autoimun lainnya termasuk sindrom Sjögren, anemia

pernisiosa, diabetes tipe 1, rheumatoid arthritis, lupus ataud. Memiliki Sindrom Turner, kelainan genetik yang mempengaruhi anak

perempuan dan perempuane. Lebih tua dari 60f. Telah hamil atau melahirkan bayi dalam 6 bulan terakhirg. Telah menerima radiasi tiroid atau ke leher atau dada

Mendapatkan diuji secara rutin membantu mengungkap masalah tiroid-terutama masalah subklinis. Subklinis berarti seseorang tidak memiliki gejala yang jelas. Beberapa dokter mengobati hipotiroidisme subklinis segera, yang lain lebih memilih untuk meninggalkannya tidak diobati tetapi memonitor pasien mereka untuk tanda-tanda bahwa kondisi ini memburuk (Patricia, 2005).

2.1.4 Manifestasi KlinisManifestasi klinis hipotiroid tergantung pada dua hal yaitu beratnya

defisiensi hormon tiroid yang terjadi dan tingkat keakutan kelainan tersebut terjadi. Pada hipotiroid primer di mana fungsi tiroid menurun perlahan, gejala yang timbul lebih ringan dibandingkan pada kondisi post tiroidektomi (Surks, 1995).

Pada sistem metabolisme terjadi penurunan laju metabolisme yang berakibat penurunan BMR (Basal Metabolism Rate) dan konsumsi oksigen. Penurunan termogenesis akan menimbulkan intoleransi terhadap udara

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

5

Page 6: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

dingin. Asupan makan dan nafsu makan berkurang tetapi berat badan akan meningkat akibat retensi cairan dan garam serta akumulasi lemak. Terjadi penurunan sintesis protein, asam lemak dan lipolisis. Kadar kolesterol total dan LDL kolesterol meningkat akibat penurunan klirens HDL kolesterol. Kadar trigliserid bisa normal atau meningkat. Kadar homosistein juga mengalami peningkatan. (O’Brien et al, 1993; Hussein et al, 1999).

Pada sistem kardiovaskuler terjadi penurunan kontraktilitas myokard dan denyut jantung yang mengakibatkan penurunan cardiac output dan penurunan kapasitas latihan. Resistensi vaskuler perifer akan meningkat yang mengakibatkan peningkatan tekanan diastolik. Penderita hipotiroid juga sering disertai efusi pleura dan perikard (Badesch et al, 1993).

Pada sistem integumentum, dijumpai gambaran kulit kering dan pucat. Dapat dijumpai non pitting edema oleh karena akumulasi glikosaminoglikan. Rambut tampak kasar dan mudah rontok. Kuku mudah pecah dan terjadi penurunan pengeluaran keringat (Heymann, 1992).

Pada sistem saraf dijumpai gejala mudah mengantuk, proses berpikir yang menurun dan perubahan memori. Pemeriksaan imaging menunjukkan penurunan aliran darah otak dan metabolisme yang kemungkinan mendasari kelainan di atas. Penurunan refleks tendon dalam merupakan salah satu tanda hipotiroid yang perlu diperiksa. Pada sistem respirasi terjadi hipoventilasi dan hiperkapnia. Hal ini disebabkan kelemahan otot pernafasan dan respon terhadap hipoksemia dan hiperkapnia yang tidak memadai. Hipotiroid dapat menyebabkan atau memperberat sleep apneu (Siafakas et al, 1992; Ladenson et al, 1988).

Pada sistem gastrointestinal dapat dijumpai konstipasi akibat penurunan motilitas usus. Sebagaimana penyakit autoimun yang lain, terjadi peningkatan risiko anemia pernisiosa dan atrofi gaster pada penderita hipotiroid. Pada sistem reproduksi dapat dijumpai oligo-amenorea atau hiper-menoragi. Pada hipotiroid primer dapat dijumpai peningkatan serum prolaktin akibat stimulasi TRH. Hiperprolaktinemia mengakibatkan hipogonadisme yang akan menyebabkan penurunan fertilitas dan peningkatan risiko keguguran. Pada penderita hipotiroid pria, dapat terjadi penurunan kadar testosteron. (Krassas et al, 1999).

Tabel 1. Gejala dan Tanda Hipotiroid (Hueston, 2001)Gejala dan tanda Persentase

KelemahanPerubahan kulitLetargiPembicaraan lambatEdema palpebraSensasi dinginBerkurangnya keringatLidah tebalEdema fasialRambut kasarKulit pucatMudah lupaKonstipasi

99979190908989827976676661

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

6

Page 7: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

2.1.5 PatofisiologiDefisiensi produksi hormon tiroid mengakibatkan kondisi klinis yang

disebut hipotiroidisme. Hipotiroidisme, suatu penyakit kronis, 10 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hipotiroidisme terjadi pada semua kelompok umur tetapi paling sering terjadi pada lansia yang berumur lebih dari 50 tahun. Hipotiroidisme lebih sering terjadi daripada hipertiroidisme (Fisher, 2002).

Hipotiroidisme dapat terjadi secara primer atau sekunder. Penyebab primer meliputi defek kongenital, pengangkatan jaringan tiroid setelah terapi hipertiroidisme, tidak sempurnanya sintesis hormon akibat proses autoimun, dan pemberian antitiroid atau defisiensi iodin. Penyebab sekundernya adalah resistansi perifer terhadap hormon tiroid, infark hipofisis, dan gangguan hipotalamus. Hipotiroidisme sementara dapat terjadi setelah penghentian terapi T4 atau T3 jangka panjang. Menurut Fisher (2002) penyebab umum hipotiroidisme sementara diantaranya yaitu:

a. Kerusakan kelenjar tiroid (misalnya pembedahan, iodin radioaktif, radiasi eksternal terhadap leher)

b. Penyakit infiltratif (misalnya sarkoidosis, amiloidosis, limfoma)c. Penyakit otoimun (misalnya penyakit Hashimoto, pascagraves)d. Tiroiditis (misalnya virus, pascapartum)e. Dipicu obat (misalnya iodide, litium, amiodaron)f. Hipotiroidisme herediterg. Defisiensi hormon pelepasan tirotropin (TRH)h. Defisiensi hormon pelepasan tiroid (TSH)

Hipotiroidisme biasanya mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Hipotiroidisme biasanya ditandai dengan laju metabolisme basal (BMR) yang rendah dan penurunan metabolisme energy serta produksi panas. Pasien hipotiroidisme kronis dapat mengalami miksedemia, suatu perubahan komposisi dermis dan jaringan lain. Serabut ikat dipisahkan oleh peningkatan jumlah protein dan mukopolisakarida. Serabut ini mengikat air, menyebabkan edema lunak tanpa tekanan, terutama di sekitar tangan, mata, dan kaki. Selain itu menyebakan penebalan lidah dan membran mukosa laring dan faring, mengakibatkan bicara pelo dan suara parau (Fisher, 2002).

2.1.6 WOC (Web of Caution)(Terlampir)

2.1.7 Pemeriksaan DiagnostikBeberapa pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan oleh Roberts &

Ladenson (2004) adalah:Radiografi dada mendeteksi efusi pleura. Perubahan EKG meliputi

brakikardia, pemanjangan interval PR, dan penurunan amplitudo gelombang P dan kompleks QRS. Dan dapat terjadi blok jantung. Pada tes kimia darah terjadi penurunan kadar T3 dan T4, iodiumnya terikat dengan protein, peningkatan kadar TSH pada natrium, serta adanya kolesterol.

Pemeriksaan kadar tirotropin (TSH) merupakan uji diagnostik lini pertama untuk hipotiroid. Kenaikan kadar TSH memastikan seseorang menderita hipotiroid primer. Kadar TSH normal adalah 0,4 mU/L sampai

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

7

Page 8: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

4,0 mU/L yang terdistribusi secara logaritmik, sehingga konsentrasi rata-rata berada di batas bawah dari kisaran normal. Akibatnya, kadar TSH pada batas atas normal (> 3,0 mU/L) kemungkinan menunjukkan disfungsi tiroid yang masih ringan, yang berisiko berkembang menjadi hipotiroid, terutama jika ditemukan adanya autoantibodi tiroid.

Pemeriksaan tirotropin (TSH) mempunyai keterbatasan dalam mendiagnosis hipotirois sentral. Pada penderita hipotiroid sentral, kadar TSH dapat rendah oleh karena penurunan produksi TSH, atau normal atau sedikit meningkat sebagai hasil sintesis TSH dengan aktivitas biologis yang rendah. Hipotiroid sentral dapat dicurigai pada beberapa kondisi, (1) jika didapatkan gambaran klinis hipotiroid tanpa kenaikan kadar tirotropin, (2) gambaran klinis defisiensi hormon hipofisis anterior lain, (3) adanya massa pada regio sellar atau (4) pada pasien dengan hipopituitarisme (mis: sarkoidosis, radioterapi atau perlukaan kranial, kanker dengan metastasis hipofisis). Pada kondisi-kondisi tersebut, pemeriksaan kadar tirotropin dilakukan bersama sama dengan pemeriksaan kadar tiroksin bebas. Kadar tiroksin bebas yang rendah memastikan diagnosis hipotiroid sentral. Ditemukan kadar tiroksin bebas yang rendah ini, tanpa memperhitungkan berapa kadar TSH, harus diikuti dengan pemeriksaan lanjutan, seperti pemeriksaan pencitraan hipofisis, tes stimulasi TRH dan tes fungsi hipofisis yang lain. Pada kecurigaan klinis hipotiroid, kadar tiroksin bebas yang berada pada batas bawah nilai normal pun harus dicurigai sebagai hipotiroid sentral tahap awal, yang perlu dievaluasi lebih lanjut dengan pemeriksaan yang lain. Sebaliknya ada kondisi lain di mana peningkatan TSH tidak berhubungan dengan hipotiroid misalnya pada insufisiensi adrenal, gagal ginjal atau paparan suhu yang sangat dingin. Obat-obat yang digunakan pada kondisi darurat seperti glukokortikoid, dopamin, dobutamin dapat menekan kadar TSH sehingga menutupi gejala hipotiroid. Sebaliknya, pasien yang baru saja pulih dari kondisi sakit parah akan menunjukkan kenaikan sementara kadar TSH, sehingga pemeriksaan fungsi tiroid pada pasien yang sakit parah dapat memberikan hasil yang membingungkan. Penggunaan obat-obat anti kejang seperti fenitoin dan karbamazepin dapat memberikan hasil pemeriksaan TSH dan tiroksin bebas yang rendah yang mungkin dikira sebagai hipotiroid sentral.

Tabel 2. Nilai Laboratorium pada Hipotiroid (Hueston, 2001)Kadar TSH Kadar FT4 Kadar FT3 Kemungkinan Diagnosis

TinggiTinggi(>10 mU/L)

Tinggi(5-10 mU/L)

Tinggi

Tinggi

RendahNormal

Normal

Tinggi

Tinggi

RendahNormal

Normal

Rendah

Tinggi

Hipotiroid primerHipotiroid subklinis yang cenderung berkembang menjadi Hipotiroid klinisHipotiroid subklinis yg tidak cenderung berkembang menjadi Hipotiroid klinisHilangnya enzim pengubahT4-T3, efek amiodaronResistensi hormon tiroidPerifer

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

8

Page 9: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

Rendah Rendah Rendah Hipotiroid sentral (defisiensi Tiroid hipofisis)

2.1.8 PenatalaksanaanBerdasarkan Hartono (2012) terdapat dua penatalaksanaan dalam menangani pasien hipotiroid, yaitu:

a. FarmakologiKomplikasi hipotiroidisme yang paling serius adalah perkembangan

penyakit menjadi koma miksedema dan kematian, jika hipotiroidisme tidak diobati. Pendekatan multisistem harus digunakan dalam perawatan kedaruratan kondisi ini. Ventilasi mekanik digunakan untuk mengendalikan hipoventilasi, hiperkapnea, dan henti nafas. Pemberian salin normal hipertonik dan glukosa secara intravena mengoreksi keadaan hiponatremia dan hipoglikema. Pemberian cairan disertai terapi vasopresor dapat diperlukan untuk mengoreksi hipotensi.

Terapi farmakologis meliputi pemberian hormon tiroid dan kortikosteroid. Terdapat banyak pendekatan untuk aspek penatalaksanaan medis ini. Terapi obat awal meliputi 300 sampai 500μg T4 secara intravena untuk menjenuhkan semua protein yang berikatan dan mempertahankan kadar T4 tetap relative normal. Dosis lanjutan dapat meliputi 100μg setiap hari. T3 oral atau intravena merupakan instruksi alternative. Panduan penggantian T3 adalah 25μg secara intravena setiap 8 jam untuk 24 sampai 48 jam pertama. Dosis T3 oral setiap 8 jam juga diresepkan. Penggantian hormon harus diberikan secara perlahan-lahan dan pasien harus dipantau terus menerus selama pengobatan untuk menghindari peningkatan kebutuhan metabolic yang tiba-tiba dan infark miokard. Penggantian cairan dan menghangatkan kembali pasien juga harus dilakukan dengan urutan teratur untuk menghindari komplikasi.

b. Non farmakologiIntervensi tambahan meliputi penanganan distensi abdomen dan

inpaksi feses dan penatalaksanaan hipotermia dengan penghangatan kembali pasien secara bertahap menggunakan selimut dan kaos kaki. Alat mekanis tidak perlu digunakan. Status neurologis dan tingkat kesadaran pasien dipantau. Dilakukan tindakan untuk pencegahan kejang. Ketika pasien dalam keadaan koma, perawatan meliputi pencegahan komplikasi akibat aspirasi, imobilitas, kerusakan kulit, dan infeksi. Fungsi jantung dan pernapasan dipantau. Pemberian cairan juga harus terus dipantau karena memberikan resiko kelebihan beban cairan. Aspek perawatan yang penting adalah mendeteksi tanda-tanda awal komplikasi. Seiring penyembuhan pasien, fokus intervensinya adalah perawatan mandiri dan penyuluhan.

Tindak lanjut pasien meliputi pemeriksaan menyeluruh bagaimana hipotiroidisme berat terjadi dan bagaimana cara terbaik untuk menghindarinya agar tidak terjadi pada masa yang akan dating. Penyuluhan pasien, tindak lanjut keluarga, pelaksanaan kewaspadaan medis, dan pelibatan dukungan masyarakat mungkin diperlukan.

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

9

Page 10: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

2.1.9 Nursing Consideration (Peran Perawat)Menurut Junaidi (2009) ada tiga jenis pencegahan yang dapat

dilakukan oleh perawat kepada penderita hipotiroidisme:a. Primer

1) Faktor ini bertujuan untuk menghindari diri dari faktor resiko.2) Berikan edukasi agar klien dan keluarga mengetahui ciri-ciri serta

informasi mengenai hipotiroid.3) Iodisasi air minum untuk wilayah dengan resiko tinggi.4) Berikan kapsul minyak beriodium pada penduduk di daerah endemik

berat dan sedangb. Sekunder

1) Bertujuan untuk mendeteksi dini timbulnya penyakit.2) Mengupayakan orang yang sakit agar sembuh.3) Memghambat progresivitas penyakit.

c. TersierTujuannya untuk mengembalikan fungsi mental, fisik, dan sosial penderita setelah proses penyakitnya dihentikan.1) Kontrol berkala untuk memastikan dan mendeteksi adanya

kekambuhan/penyebaran.2) Lakukan rehabilitasi dengan membuat penderita lebih percaya diri,

fisik sehat bugar dan keluarga serta masyarakat daopet menerima kehadirannya melalui fisioterapi.

3) Menekan munculnya komplikasi dan kecacatan.4) Penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan materi

penyuluhan seperti: apakah itu hipotiroid dan bagaimana penatalaksanaannya.

5) Informasikan kepada keluarga klien tentang emosi klien dan anjurkan kepada keluarga untuk menjaga emosi klien.

6) Pemberian pengetahuan kepada klien dan keluarga tentang dosi-dosis obat yang diberikan.

7) Informasikan kepada klien dan keluarga untuk melakukan aktivitas yang ringan dan tidak melakukan aktivitas yang berat-berat.

2.2 Hipertiroid2.2.1 Definisi

Hipertiroidisme (tiroksikosis) merupakan suatu kondisi dimana kelenjar tiroid mengalami peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid. Kondisi ini ditandai dengan adanya peningkatan jumlah hormon triidotironin (T3) dan tiroksin (T4), atau peningkatan kadar TSH (Baradero, 2005). Hipertiroidisme pada orang dewasa terjadi sekitar tiga insiden untuk 10.000 kasus setiap tahunnya dengan rasio wanita banding pria adalah lima banding satu. Pada anak, jarang ditemukan hipertiroidisme. Namun, pada anak kasus biasanya terjadi pada usia 10-14 tahun (Sudiono, 2007).

2.2.2 EtiologiAda beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertiroidisme,

diantaranya adalah penyakit grave, goiter multinodular beracun, tiroiditis,

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

10

Page 11: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

dan pemasukan iodine yang belebihan pada tubuh (American Thyroid Association, 2012).a. Penyakit Graves

Penyakit Graves diperkirakan adalah suatu penyakit autoimun, dan antibodi-antibodi yang adalah karakteristik-karakteristik dari penyakit ini mungkin ditemukan dalam darah. Stress, merokok, radiasi pada leher, obat-obatan dan, organisme-organisme yang menyebabkan infeksi seperti virus-virus merupakan pencetus dari penyakit ini. Penyakit ini cenderung diwariskan dalam keluarga dan lebih sering terjadi pada wanita muda.

Gambar 1. Klien dengan Penyakit Graves(sumber: jama.jamanetwork.com/data/journals/jama/4982/m_

jpg0706f1.jpeg)

b. Goiter multinodular toxinKondisi ini ditandai oleh satu atau lebih nodul atau benjolan di tiroid yang secara bertahap dapat tumbuh dan meningkatkan aktivitas mereka sehingga output total hormon tiroid ke dalam darah lebih besar dari biasanya.

Gambar 2. Klien dengan Goiter multinodular toxin(sumber: medical.cdn.patient.co.uk/images/om281b.jpg)

c. TiroiditisTiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid mungkin terjadi karena suatu virus (subacute thyroiditis).

d. Konsumsi yodium yang berlebihan

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

11

Page 12: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

2.2.3 Faktor ResikoMenurut Tjandra (2011) ada beberapa faktor resiko pada kasus

hipertiroid, yaitu:a. Wanita dengan usia di atas 50 tahunb. Kehamilan atau dalam enam bulan pasca melahirkanc. Riwayat keluarga dengan penyakit autoimund. Stress, infeksi, traumae. Meminum obat yang mengandung yodium.

2.2.4 Manifestasi KlinisMayo Clinic Staff (2012) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa

manifestasi klinis pada pasien hipertiroid, yakni:a. Penurunan berat badan mendadak

Bahkan ketika nafsu makan dan jumlah dan jenis makanan yang dimakan tetap sama atau bahkan meningkat.

b. Detak jantung meningkat (tachycardia) - detak jantung tidak teratur (aritmia) atau berdebar jantung Anda (palpitasi)

c. Kegugupan, kecemasan dan mudah tersinggungd. Tremore. Berkeringatf. Perubahan pola menstruasig. Peningkatan sensitivitas terhadap panash. Perubahan pola buang air besar, buang air besar terutama lebih seringi. Kelenjar tiroid yang membesar (gondok), yang mungkin muncul

sebagai pembengkakan pada pangkal leher Andaj. Kelelahan, kelemahan ototk. Kesulitan tidurl. Penipisan kulitm. Kerapuhan pada rambutn. Appetite perubahan (penurunan atau peningkatan)o. Masalah dengan kesuburan.

2.2.5 PatofisiologiAmerican Thyroid Association (2012) menjelaskan patofisiologi

hipertiroid sebagai berikut:a. Ibu dengan penyakit Graves dapat mempunyai campuran antibodi

stimulasi dan inhibisi/blocking terhadap reseptor TSH (TRAb-stimulasi dan TSH receptor-blocking antibodies atau kita sebut TRAb-inhibisi) sekaligus. Jenis antibodi yang sampai kepada bayi melalui plasenta akan mempengaruhi kelenjar tiroid bayi, bayi yang dilahirkan dapat hipertiroid, eutiroid, atau hipotiroid, tergantung antibodi yang lebih dominan. Potensi masing-masing dari kedua jenis antibodi, beratnya penyakit ibu, lama paparan terhadap kondisi hipertiroid di dalam kandungan, serta obat-obatan anti tiroid dari ibu merupakan faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada status tiroid bayi.

b. Kelenjar tiroid menjadi lebih bergumpal-gumpal ketika kita menua seperti banyak area-area lain dari tubuh. Pada kebanyakan kasus yang ditemukan, gumpalan ini tidak memproduksi hormon-hormon tiroid dan

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

12

Page 13: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

tidak memerlukan perawatan. Namun, adakalanya suatu benjolan mungkin menjadi tidak merespon adanya pengaturan pituitari via TSH dan memproduksi hormon-hormon tiroid dengan dengan sendirinya. Hal ini menjadi lebih berbahaya jika benjolan tersebut berkembang lebih besar dari 3 cm. satu benjolan atau nodule tunggal yang memproduksi secara bebas hormon-hormon tiroid, itu disebut sebagai functioning nodule. Sedangkan, jika ada lebih dari satu functioning nodule, maka disebut Goiter multinodular toxin

c. Saat peradangan terjadi, kelenjar tiroid mengalami suatu akumulasi sel-sel darah putih yang dikenal sebagai lymphocytes (lymphocytic thyroiditis). Pada kondisi ini, perada ngan bisa jadi mengakibatkan kelenjar tiroid bocor, sehingga jumlah hormon tiroid yang masuk ke darah meningkat. Lymphocytic thyroiditis umumnya terjadi setelah suatu kehamilan dan memiliki persentase sampai dengan 8% dari wanita-wanita setelah melahirkan. Pada kasus-kasus ini, fase hipertiroid dapat berlangsung dari 4 sampai 12 minggu yang dapat berlangsung sampai 6 bulan.

d. Kelenjar tiroid membutuhkan yodium untuk mensekresikan hormon tiroid. Suatu kelebihan yodium dapat menyebabkan hipertiroid. Hipertiroid yang dipengaruhi/ diinduksi oleh yodium biasanya terlihat pada pasien-pasien yang telah mempunyai kelenjar tiroid abnormal yang mendasarinya. Obat-obat tertentu, seperti amiodarone (Cordarone), yang digunakan dalam perawatan persoalan-persoalan jantung, mengandung suatu jumlah yodium yang besar dan mungkin berkaitan dengan kelainan-kelainan fungsi tiroid.

2.2.6 Web of Caution (WOC)(Terlampir)

2.2.7 Pemeriksaan DiagnostikMenurut Norman (2012) pemeriksaan umum yang digunakan untuk

mendiagnosa hipertiroidisme di antaranya adalah:a. Pemeriksaan Thyroid-stimulating hormone (TSH)

TSH yang dihasilkan oleh hipofisis akan menurun pada hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis hipertiroidisme hampir selalu dikaitkan dengan tingkat TSH yang rendah. Jika tingkat TSH tidak rendah, maka diperlukan tes yang lainnya.

b. Pemeriksaan hormon tiroid T3 dan T4Hormon tiroid sendiri (T3, T4) akan meningkat. Pasien yang memiliki hipertiroidisme, memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi. Kadang-kadang semua hormon tiroid yang berbeda yang tidak tinggi dan hanya satu atau dua dari pengukuran hormon tiroid yang berbeda yang tinggi. Hal ini tidak terlalu umum, karena kebanyakan orang dengan hipertiroidisme akan memiliki semua pengukuran hormon tiroid mereka tinggi (kecuali TSH).

c. Yodium thyroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal atau seluruh kelenjar.

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

13

Page 14: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

2.2.8 PenatalaksanaanMenurut Milas & Rehan (2012) ada beberapa perawatan yang tersedia

untuk hipertiroidisme. Rencana terbaik untuk pasien tergantung pada gejala, penyebab hipertiroidisme, dan apa pilihan pengobatan yang membuat pasien paling nyaman. Dalam menentukan terapi yang paling efektif, dokter juga akan mengambil riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, dan setiap tes diagnostik menjadi pertimbangan. Penatalaksanaan pada pasien hipertiroidisme dibagi menjadi penatalaksanaan farmakologi dan lifestyle.a. Farmakologi

1) Obat antitiroidObat-obatan antitiroid berguna untuk mencegah tiroid memproduksi jumlah hormon T4 dan T3 secara berlebihan. Ada 2 jenis obat antitiroid yang digunakan dalam pengobatan, yaitu propylthiouracil AS-(PTU) dan methimazole (juga dikenal sebagai Tapazole). Gejala yang ada secara bertahap akan mereda dalam waktu 3 bulan, meskipun mungkin perlu untuk tetap bergantung pada obat selama lebih dari satu tahun. Kedua obat ini menargetkan kelenjar tiroid secara langsung untuk mengurangi produksi hormon T4 dan T3.

2) Beta blokerObat ini biasanya digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi. Beta bloker tidak akan mengurangi kadar tiroid yang ada, tetapi dapat mengurangi detak jantung yang cepat dan membantu mencegah palpitasi. Untuk alasan itu, dokter mungkin meresepkan obat untuk membantu pasien merasa lebih baik. Efek samping dapat termasuk kelelahan, sakit kepala, sakit perut, sembelit, diare atau pusing. Beta bloker tidak untuk semua orang. Jika pasien memiliki asma atau diabetes, obat-obat ini dapat memperburuk kondisinya.

3) Yodium RadioaktifObat oral ini diserap oleh kelenjar tiroid. Yodium radioaktif bekerja secara bertahap untuk menghancurkan tiroid. Pengobatan ini efektif menyembuhkan secara permanen hipertiroidisme, dan memiliki efek samping yang sangat kecil pada seluruh tubuh. Namun, karena pasien tidak akan lagi memiliki tiroid setelah selesainya pengobatan ini, pasien diharuskan untuk melakukan terapi hormon tiroid untuk mengganti kekurangan hormon tiroid.

4) TiroidektomiTiroidektimi adalah operasi pengangkatan total atau sebagian tiroid. Seperti halnya prosedur pembedahan, tiroidektomi menimbulkan beberapa risiko kecil, termasuk potensi kerusakan pita suara dan kelenjar paratiroid pasien. Sama seperti yodium radioaktif, pasien mungkin akan memerlukan terapi tiroid penggantian hormon setelah operasi untuk memasok hormon tiroid untuk tubuh pasien.

b. Non farmakologi (lifestyle)1) Mendapatkan cukup kalsium dan vitamin D

Hipertiroidisme dapat menyebabkan tulang menipis, sangat penting untuk mendapatkan cukup kalsium setiap hari untuk membantu mencegah terjadinya osteoporosis. The Institute of Medicine

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

14

Page 15: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

merekomendasikan 1.000 miligram (mg) kalsium per hari untuk dewasa usia 19 sampai 50 dan pria berusia 51 hingga 70. Rekomendasi kalsium meningkat menjadi 1.200 mg per hari jika pasien seorang wanita usia 51 atau lebih tua atau usia pria 71 tahun atau lebih. The Institute of Medicine juga merekomendasikan 600 internasional unit (IU) vitamin D sehari untuk usia dewasa 19 hingga 70 tahun dan 800 IU sehari untuk orang dewasa usia 71 dan lebih tua.

2) Mengelola dietJika pasien telah kehilangan banyak berat badan, sebaiknya dilakukan penambahan ekstra kalori dan protein untuk diet pasien. Dokter atau ahli gizi dapat membantu dengan perencanaan diet. Selain itu, makan jumlah yang benar natrium dan kalsium adalah pertimbangan makanan penting bagi orang-orang dengan hipertiroidisme.

3) Olahraga secara teraturLatihan secara umum akan menjadikan tubuh merasa lebih baik, meningkatkan otot, dan meningkatkan sistem kardiovaskular. Latihan beban sangat penting bagi orang-orang dengan penyakit Graves karena membantu mempertahankan kepadatan tulang. Olahraga juga dapat membantu meningkatkan tingkat energi Anda.

4) Mempelajari teknik relaksasi. Banyak teknik relaksasi dapat membantu untuk mempertahankan pandangan positif, terutama ketika menghadapi penyakit. Hal ini juga mencatat bahwa dalam penyakit Graves, stres merupakan faktor risiko, jadi belajar untuk rileks dan mencapai keseimbangan dalam hidup Anda dapat membantu menjaga fisik dan mental kesejahteraan.

2.2.8 Nursing ConsiderationsBoucher (2006) mengungkapkan beberapa peran perawat dalam

menangani pasien hipertiroid, antara lain:a. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai

perkembangan dari penyakit yang diderita pasien.b. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai tindakan

yang akan dilakukan kepada pasien.c. Memberikan obat antitiroid seperti yang diresepkan.d. Jika yodium merupakan bagian dari pengobatan, mencampurnya

dengan susu, jus, atau air untuk mencegah terjadinya gangguan pencernaan. Bisa diberikan melalui sedotan untuk mencegah perubahan warna gigi.

e. Berikan persiapan antidiare.f. Berkonsultasi dengan ahli gizi untuk memastikan makanan bergizi

dengan kalori yang memadai dan cairan.g. Minimalkan gangguan fisik dan emosional.h. Monitor dan catatan tanda-tanda vital pasien, berat badan, asupan

cairan, dan output urin.

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

15

Page 16: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

i. Ukur lingkar leher setiap hari untuk memeriksa perkembangan pembesaran tiroid.

j. Evaluasi kadar elektrolit serum, dan memeriksa hiperglikemia dan glukosuria.

k. Menilai pasien untuk tanda-tanda gagal jantung.l. Menekankan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin setelah tindak

lanjut karena hipotiroidisme dapat mengembang 2 sampai 4 minggu.

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

16

Page 17: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Hipotiroid3.1.1 Pengkajian

Pada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien.a. Biodata /identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, agama,

bahasa, pekerjaan, kebangsaan, alamat, pendidikan, tanggal MRS, dan diagnosa medis

b. Keluhan utama Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat

dikaji. Biasanya klien mengeluh:1) Merasa kedinginan2) Merasa semakin gemuk3) Capek, mengantuk terus4) Sembelit5) Menstruasi banyak dan sering6) Sukar konsentrasi, daya ingat turun7) Telinga berdenging, pendengaran berkurang8) Mata kabur terutama pada malam hari

c. Riwayat kesehatan sekarangMengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari

pertolongan, misalnya gejala awal sakit, keluhan utama seperti yang tertera diatas. Pada orang dewasa, paling sering mengenai wanita dan ditandai oleh peningkatan laju metabolik basal, kelelahan dan letargi, kepekaan terhadap dingin, dan gangguan menstruasi. Bila tidak diobati, akan berkembang menjadi miksedema nyata. Pada bayi, hipotiroidisme hebat menimbulkan kretinisme. Pada remaja hingga dewasa, manifestasinya merupakan peralihan dengan retardasi perkembangan dan mental yang relatif kurang hebat serta miksedema disebut demikian karena adanya edematus, penebalan merata dari kulit yang timbul akibat penimbunan mukopolisakarida hidrofilik pada jaringan ikat di seluruh tubuh.

d. Riwayat penyakit sebelumnyaPerlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama,

riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan. Hipotiroidisme tidak terjadi dalam semalam, tetapi perlahan selama berbulan-bulan, sehingga pada awalnya pasien atau keluarganya tidak menyadari, bahkan menganggapnya sebagai efek penuaan. Pasien mungkin kedokter ketika mengalami keluhan yang tidak khas seperti lelah dan penambahan berat badan. Dokter akan meminta pemeriksaan laboratorium yang tepat, yaitu kadar T4 rendah dan TSH yang tinggi, sehingga diagnosis hipotirodisme dapat diketahui pada tahap awal ketika gejalanya masih ringan.

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

17

Page 18: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

e. Riwayat penyakit keluargaApakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang

sama dengan klien.f. Kebiasaan hidup sehari-hari, seperti:

1) pola makan (misal: mengkonsumsi makanan yang kadar yodiumnya rendah, dan nafsu makan menurun)

2) pola tidur (misal: klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur, sering tidur larut malam)

3) pola aktivitas (misal: klien terlalu memforsir pekerjaan sehingga sering mengeluh kelelahan).

g. Pengkajian psikososialKlien sangat sulit membina hubungan sosial dengan

lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. mengkaji bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi

Wajah kaku tanpa ekspresi, kulit pucat, bersisik, kering, atau terdapat bercak-bercak pigmen putih (vitiligo: kehilanagn pigmen sehingga kulit menjadi putih di beberapa tempat dan meluas), kuku kering dan rapuh, rambut rontok, mata dan wajah sembab, lupus, oedema seluruh tubuh, sakit kepala, parastesia (kesemutan), dan suara parau.

b. AuskultasiHipotensi, daya pompa jantung melemah/lambat, disritmia.

c. PerkusiSuara perut dullness, refleks saraf menjadi lebih lambat, dan reflek

tendon menurun.d. Palpasi

Jantung membengkak, denyut nadi lambat, kulit dingin, kaki dan tungkai bawah bengkak, denyut nadi melemah, konstipasi.

e. Pemeriksaan Per Sistem1) Sistem Hematologi

a) Anemia normokrom normositikb) Anemia mikrositik/makrositikc) Gangguan koagulasi ringan

2) Sistem Neurologika) Letargi dan mental menjadi lambatb) Aliran darah otak menurunc) Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian

kurang, penurunan reflek tendon)d) Ataksia (serebelum terkena)e) Gangguan saraf (carfal tunnel)f) Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu

3) Sistem Kardiorespiratorika) Bradikardi, disritmia, hipotensib) Curah jantung menurun, gagal jantungc) Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

18

Page 19: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

d) Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T mendatar/ inverse

e) Penyakit jantung iskemicf) Hipotensilasig) Efusi pleural

4) Sistem Integumena) Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebalb) Pembengkakan, tangan, mata dan wajahc) Tidak tahan dingin

5) Sistem Muskuloskeletala) Volume otot bertambah, glossomegalib) Kejang otot, kaku, paramitonic) Artralgia dan efusi sinoviald) Osteoporosise) Pertumbuhan tulang terhambat pada usia mudaf) Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologisg) Kadar fosfatase alkali menurun

6) Sistem Gastrointestinala) Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomenb) Obstruksi usus oleh efusi peritonealc) Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa

7) Sistem Renalisa) Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurunb) Retensi air (volume plasma berkurang)c) Hipokalsemia

8) Sistem Endokrina) Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore /

masa menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi

b) Gangguan fertilitasc) Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis

terhadap insulin akibat hipoglikemid) Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurune) Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun

3.1.3 Analisis DataData Etiologi Masalah

KeperawatanDS: dyspnea, nafas pendekDO: Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi, penurunan pertukaran udara per menit, menggunakan otot pernafasan tambahan, orthopnea, pernafasan pursed-lip, tahap ekspirasi berlangsung sangat lama, penurunan kapasitas vital, Respirasi: < 11-24 x/mnt

Tidak adekuatnya kerja otot pernafasan

Penurunan fungsi pernafasan

Depresi ventilasi

Dyspnea

Pola nafas tidak efektif

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

19

Page 20: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

DS :-DO : Gangguan status mental, Perubahan perilaku, Perubahan respon motorik, Perubahan reaksi pupil, Kesulitan menelan, Kelemahan atau paralisis ekstrermitas, Abnormalitas bicar

Produksi ATP danADP ↓

Energi otot ↓

Kekuatan kontraksi otot jantung ↓

Bradikardia

Hipotensi

CO ↓

Suplai O2 ke otak ↓

Gangguan neurologis

Penurunan kesadaran

Gangguan perfusi jaringan perifer

DS: Melaporkan secara verbal adanya kelelahan atau kelemahan (mudah mengantuk, cepat lelah,), Adanya dyspneu atau ketidaknyamanan saat beraktivitas.DO: Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas, perubahan ECG : aritmia, iskemia, volume otot bertambah, glossomegali, kejang otot, kaku, paramitoni, artralgia dan efusi synovial, osteoporosis, Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda

Produksi ATP danADP ↓

Energy otot ↓

Metabolisme anaerob

kelelahan

Intoleransi aktivitas

DS: pasien menyatakan sudah tidak bisa BAB, nyeri perut, ketegangan perut, anoreksia, mual, perasaan tekanan pada rektum, nyeri kepala, defekasi dengan nyeri, peningkatan tekanan abdominalDO : distensi abdomen, feses dengan darah, perubahan pola BAB, feses gelap, penurunan frekuensi BAB dan volume feses, distensi abdomen, feses

Metabolisme tubuh ↓

Aktivitas GI ↓

Gerak peristaltic usus ↓

Konstipasi

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

20

Page 21: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

keras, bising usus hipo/hiperaktif, teraba massa abdomen atau rektal, perkusi tumpul, sering flatus, muntahDS : merasa kedinginanDO : kulit dingin, suhu tubuh di bawah 35 °C

Kadar tiroksin menurun

Hipofise anterior terangsang

Mengganggu termoregulasi di

hipotelamus

Toleransi dingin ↓

Kedinginan, menggigil

Hipotermi

DS: merasa semakin gemuk, peningkatan berat badan terus menerusDO: Berat badan meningkat pada waktu yang singkat, Asupan berlebihan dibanding output, Distensi vena jugularis, Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles), pleural effusion Oliguria, azotemia Perubahan status mental, kegelisahan, kecemasan

Hipotiroidisme

pergerakan cairan ke ruang intersitial

edema sekunder

Kelebihan volume cairan

DO :-DS : Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun, Retensi air (volume plasma berkurang), Hipokalsemia

Metabolisme tubuh ↓

Filtrasi ↓

Produksi Urine ↓

Hormonal

Renin-angiotensin ↑

Produksi urin menurun

Gangguan eliminasi urin

DS : -DO: Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal, pembengkakan tangan, mata dan wajah

Hipotiroid

Retensi Natrium ↑

Kulit kering, pecah, bersisik, menebal

Risiko kerusakan

integritas kulit

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

21

Page 22: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

DS : klien apatisDO : Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania

Hipotiroid

sulit membina hubungan sosial

Hambatan interaksi sosial

3.1.4 Diagnosa Keperawatana. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasib. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan

kesadaranc. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh.d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan aktivitas dan penurunan

peristalisis sekunder akibat penurunan laju metabolik.e. Hipotermia berhubungan dengan penurunan laju metabolik.f. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema sekunder akibat

pergerakan cairan ke ruang intersitial.g. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan produksi urine

menurun.h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan dan edema

sekunder akibat pergerakan cairan ke ruang intersitial.i. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan sulit membina

hubungan sosial.

3.1.5 Intervensia. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi

NOC NICTujuan :a) Respiratory status: Ventilationb)Respiratory status : Airway

patencyc) Aspiration ControlKriteria Hasil :a) Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed lips)

b) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

c) Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

Intervensi :a) Manajemen jalan nafasb) Ventilasi mekanis

Aktivitas keperawatan :1. Memposisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi2. Memasang mayo bila perlu3. Melakukan fisioterapi dada

jika perlu.4. Mengeluarkan sekret dengan

batuk atau suction5. Mengauskultasi suara nafas,

catat adanya suara tambahan.6. Memberikan bronkodilator 7. Memberikan pelembab udara

kassa basah NaCl lembab8. Mengatur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

9. Memonitor respirasi dan status O2:

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

22

Page 23: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

a) Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

b) Pertahankan jalan nafas patenc) Observasi adanya tanda

hipoventilasid) Monitor adanya kecemasan

pasien terhadap oksigenasie) Monitor vital signf) Informasikan pada klien

teknik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.

g) Ajarkan batuk efektifh) Monitor pola nafas

b. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan kesadaran

NOC NICTujuan:1. Circulation status2. Neurologic status3. Tissue Prefusion : cerebralKriteria hasil:1. Tekanan systole dan diastole

dalam rentang yang diharapkan2. Tidak ada ortostatikhipertensi3. Komunikasi jelas4. Menunjukkan konsentrasi dan

orientasi5. Pupil seimbang dan reaktif6. Bebas dari aktivitas kejang7. Tidak mengalami nyeri kepala

Intervensi:1. Manajemen cairan/elektrolit2. Pemantauan neurologisAktivitas keperawatan:1. Monitor TTV2. Monitor AGD, ukuran pupil,

ketajaman, kesimetrisan dan reaksi

3. Monitor adanya diplopia, pandangan kabur, nyeri kepala

4. Monitor level kebingungan dan orientasi

5. Monitor tonus otot pergerakan 6. Monitor tekanan intrkranial

dan respon nerologis7. Catat perubahan pasien dalam

merespon stimulus8. Monitor status cairan9. Pertahankan parameter

hemodinamik10. Tinggikan kepala 0-45°

tergantung pada konsisi pasien dan order medis

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan menyeluruh.NOC NIC

Tujuan:1)Self Care : ADLs2)Toleransi aktivita3)Konservasi eneergi.

Intervensi:Manajemen energi: mengatur penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

23

Page 24: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

Kriteria hasil:1)Berpartisipasi dalam aktivitas

fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR

2)Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri

3)Keseimbangan aktivitas dan istirahat

Aktivitas Keperawatan1. Observasi adanya pembatasan

dalam melakukan aktivitas2. Kaji adanya faktor yang

menyebabkan kelelahan3. Monitor nutrisi dan sumber

energi yang adekuat4. Monitor pasien akan adanya

kelelahan fisik dan emosi berlebihan

5. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

7. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan program terapi

8. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai kemampuan fisik, psikologi dan sosial

10. Bantu mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

11. Bantu mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disuka

13. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

14. Bantu mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

15. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

16. Bantu mengembangkan motivasi diri dan penguata

17. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

24

Page 25: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan aktivitas dan penurunan peristalisis sekunder akibat penurunan laju metabolik.

NOC NICTujuan:1. Konstipasi menurun, yang

dibuktikan oleh defekasi2. Bowl Elimination3. Hidration

Kriteria Hasil:1. Pola BAB dalam batas normal2. Feses lunak3. Cairan dan serat adekuat4. Aktivitas adekuat5. Hidrasi adekuat

Intervensi:1) Manajemen defekasi:

membentuk dan mempertahankan pola eliminasi defekasi yang teratur

2) Manajemen konstipasi/impaksi: mencegah dan mengatasi konstipasi/ impaksi

Aktivitas Keperawatan :Manajemen konstipas1. Identifikasi faktor yang

menyebabkan konstipasi2. Monitor tanda-tanda ruptur

bowel/peritonitis3. Jelaskan penyebab dan

rasionalisasi tindakan4. Konsultasikan dengan dokter

tentang peningkatan dan penurunan bising usus

5. Kolaborasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang menetap

6. Jelaskan manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi

7. Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu lama

8. Kolaborasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan

9. Dorong peningkatan aktivitas yang optimal

10. Sediakan privasi dan keamanan selama BAB

e. Hipotermia berhubungan dengan penurunan laju metabolik.NOC NIC

Tujuan:Pasien akan menunjukkan termoregulasi (misalnya, penurunan suhu tubuh, perubahan warna kulit)

Kriteria hasil:Klien menunjukkan termoregulasi (keseimbanagan antara panas

Intervensi:1) Terapi hipotermia:

menghangatkan kembali dan melakukan surveilans pasien yang memiliki suhu tubuh inti kurang dari 35°.

2) Regulasi suhu: mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal

3) Pemantauan tanda vital:

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

25

Page 26: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

yang dihasilkan, peningkatan panas, kehilanagn panas)

menganalisis data kardiovaskular, pernapasan, dan suhu tubuh untuk menentukan serta mencegah komplikasi.

Aktivitas Keperawatan:a) Mencatat tanda-tanda vital b) Melakukan pemantauan jantungc) Menggunakan termometer

rentang rendah, bila perlu untuk mendapatkan suhu yang akurat

d) Mengkaji gejala hipotermiae) Regulasi Suhuf) Penyuluhan untuk klien

Regulasi suhu: mengajarkan kepada pasien, tentang tindakan untuk mencegah hipotermia dari pajanan dingin serta mengajarkan indikasi hipotermia dan tindakan kadaruratan yang diperlukan.

g) Aktivitas kolaboratifUntuk hipotermia berat, bantu dengan teknik menghangatkan suhu basal.

h) Aktivitas lainMemberikan pakaian hangat, alat pemanas mekanis, suhu ruangan disesuaikan, minum air hangat sesuai toleransi

f. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema sekunder akibat pergerakan cairan ke ruang intersitial.

NOC NICTujuan: 1) Electrolit and acid base

balance2) Fluid balance3) HydrationKriteria hasil:1) Terbebas dari edema,

efusi, anaskara2) Bunyi nafas bersih, tidak

ada dyspneu/ortopneu3) Terbebas dari distensi

vena jugularis, reflek hepatojugular (+)

4) Memelihara tekanan vena

Intervensi:Fluid managementa) Menimb

ang popok/pembalut jika diperlukan

b) Mempertahankan catatan intake dan output yang akurat

c) Memasang urin kateter jika diperlukan

d) Memonitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urin)

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

26

Page 27: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam batas normal

5) Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan

6) Menjelaskan indikator kelebihan cairan

e) Memonitor status hemodinamik (CVP, MAP, PAP, PCWP)

f) Memonitor vital signs

g) Memonitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, distensi vena leher, asites, CVP, edema)

h) Mengkaji lokasi dan luas edema

i) Memonitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian

j) Memonitor status nutrisi

k) Memberikan diuretik sesuai intruksi

l) Membatasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l

m) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk

Fluid Monitoringn) Menentu

kan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminasi

o) Menentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidakseimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati)

p) Memonitor berat badan

q) Memonitor serum, elektrolit, dan osmolalitas urine

r) Memonitor BP, HR, dan RR

s) Memonitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung

t) Memonitor parameter hemodinamik infasif

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

27

Page 28: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

u) Mencatat secara akurat intake dan output

v) Memonitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB

w) Memberi obat yang dapat meningkatkan output urin

x) Memonitor tanda dari odema

g. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan produksi urin menurun.NOC NIC

Tujuan :Menunjukkan eliminasi urineKriteria hasil :Terjadi eliminasi urine (pengumpulan dan pengeluaran urine) yang adekuat

Intervensi :Manajemen eliminasi urineAktivitas keperawatan :a) Memantau eliminasi urine,

termasuk frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna

b) Memberi informasi tentang perkemihan normal, kebutuhan cairan, berkemih teratur

c) Mengajarkan pasien tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih

d) Mengajarkan pasien untuk segera berkemih

e) Membantu menyusun rencana untuk meningkatkan fungsi perkemihan

h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan dan edema sekunder akibat pergerakan cairan ke ruang intersitial.

NOC NICTujuan: 1. Tissue Integrity : Skin and

Mucous Membranes2. Status Nutrisi3. Tissue Perfusion:perifer4. Dialiysis Access IntegrityKriteria hasil:1) Integritas kulit yang baik bisa

dipertahankan2) Melaporkan adanya gangguan

sensasi atau nyeri pada daerah kulit yang mengalami gangguan

Intervensi:Pressure Management :1. Anjurkan pasien memakai

pakaian longgar2. Hindari kerutan pada

tempat tidur3. Jaga kebersihan kulit agar

tetap bersih dan kering4. Mobilisasi pasien setiap

dua jam sekali5. Monitor kulit akan adanya

kemerahan 6. Oleskan lotion/ minyak/

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

28

Page 29: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

3) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang

4) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

5) Status nutrisi adekuat6) Sensasi dan warna kulit

normal

baby oil pada derah yang tertekan

7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

8. Monitor status nutrisi pasien

9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

10. Gunakan pengkajian risiko untuk memonitor faktor risiko pasien (Braden Scale, Skala Norton)

11. Inspeksi kulit terutama pada tulang yang menonjol dan titik tekanan ketika merubah posisi pasien.

12. Jaga kebersihan alat tenun13. Kolaborasi ahli gizi untuk

pemberian nutrisi tinggi protein, mineral, vitamin

14. Monitor serum albumin dan transferin

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

29

Page 30: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

i. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan sulit membina hubungan sosial.

3.2 Hipertiroid3.2.1 Pengkajian

Berdasarkan Dongeos et all (2000), selain pengkajian umum seperti data pasien, anamnesa serta pemerikasaan fisik, pengkajian khusus pada pasien dengan hipertiroid meliputi:a. Identitas Klien

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

30

NOC NICTujuan: 1) Menunjukkan ketrampilan

interaksi sosial2) Meunjukkan iklim sosial

keluarga 3) Menunjukkan keterlibatan

sosial

Kriteria hasil:1) Iklim sosial keluarga (ligkungan

suportif yang bercirikan hubungan dan tujuan anggota keluarga)

2) Ketrampilan interaksisosial (perilaku pribadi yang meningkatkan hubungan yang efektif)

3) Keterlibatan sosial (interaksi sosial dengan orang, kelompok, atau organisasi)

Intervensi:Peningkatan sosialisasi (memfasilitasi kemampuan orang lain untuk berinteraksi dengan orang lain)

Aktivitas keperawatan:1)Penyuluhan untuk klien

Memberikan informasi tentang sumber di komunitas yang membantu pasien meningkatkan interaksi sosial

2)Aktivitas kolaboratifMerujuk pasien ke bidang disiplin lain untuk mengadakan, mengevaluasi perencanaan guna meningkatkan/ memperbaiki interaksi pasien

3)Aktivitas laina) Membuat jadwal interaksib) Mengidentifikasi perubahan

perilakuc) Mengidentifikasi tugas

yang dapat memperbaiki interaksi sosial

d) Melibatkan pendukung sebaya dalam memberikan umpan balik kepada pasien

e) Melakukan mediasi antara pasien dan orang lain jika pasien menunjukkan perilaku negatif

Page 31: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

Kaji identitas klien, nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis tentang penyakit yang diderita serta alamat klien.

b. Keluhan utamaPenderita hipertiroid umumnya mengalami beberapa gejala di

berbagai system organ lainnya. Penderita merasa kekelahan, mata kabur, palpitasi, nafsu makan naik tetapi berat badan semakin menurun.

c. Riwayat kesehatan sekarangAda tidaknya kondisi penyakit penyerta pada pasien. Kebiasaan

hidup sehari-hari mencakup aktivitas, pola makan, penggunaan obat-obat tertentu, istirahan dan tidur.

d. Riwayat kesehatan dahuluMemberikan pertanyaan kepada pasien seperti: Apakah pernah

menderita penyakit goiter?e. Riwayat penyakit keluarga

Salah satu penyebab hipertiroid adalah factor genetik. Pasien diberi pertanyaan tentang penyakit keluarga selama tiga generasi ke atas, apakah ada anggota keluarga lain yang pernah memiliki penyakit yang sama seperti yang diderita pasien. Penyebab genetik pada umumnya adalah penyakit graves.

f. Pengkajian PsikososialRespon emosi pasien pada hipertiroid pada umumnya labil,

perhatian yang menurun dan perilaku mania. Fluktuasi emosi menyebabkan klien menjadi bertambah lelah.

3.2.2 Pemeriksaan fisik

a. InspeksiMinta pasien menengadahkan kepala, perhatikan adanya pembesaran pada kelenjar tiroid. Selanjutnya minta pasien menelan ludah, perhatikan gerakan pada leher depan daerah kelenjar tiroid, ada tidaknya dan kesimetrisan.

b. PalpasiPemeriksa berada di belakang. Lakukan palpasi ringan dengan dua jari tangan kanan-kiri di bawah kartilago krikoid. Beri pasien segelas air, minta pasien menundukkan dagu dan menghisap sedikit air dan menelannya, rasakan gerakan istmus tiroid. Dengan lembut gunakan jari untuk menggerakkan trakea ke satu sisi dan minta pasien untuk menelan lagi. Palpasi badan lobus utama dan kemudian palpasi tepi lateral dari kelenjar. Ulangi prosedur untuk lobus yang berlawanan.

c. AuskultasiAritmia, terutama fibrilasi atrial, kemungkinan murmur sistolik, dispnea, dan bising usus hiperaktif.

d. Review of System1) B1 (breathing)

a) frekuensi pernafasan meningkatb) takipneac) dipsneud) edema paru

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

31

Page 32: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

2) B2 (blood)a) takikardi

3) B3 (brain)a) emosi labil, depresib) bicaranya cepat dan parauc) ganguan status mental dan perilakud) tremor halus pada tangane) hiperaktif refleks tendon dalam (RTD)

4) B4 (bladder)a) urin meningkat

5) B5 (bowel)a) berat badan mendadak menurunb) nafsu makan meningkatc) makannya seringd) kehausane) mual dan muntah

6) B6 (bone)a) otot melemahb) atrofi ototc) gangguan koordinasid) kelelahan berat

3.2.3 Analisis DataData Etiologi Masalah

KeperawatanDO: Sianosis >3 detik,

a. takikardi saat istirahat, kulit halus, hangat, dan kemerahanDS: Mudah lelah saat beraktivitas, otot terasa lemah

hipertiroid

Metabolisme tubuh

Konsumsi O2

Kebutuhan energi

Keletihan

DO : frekuensi pernafasan meningkat, takipnea

DS : nafas cepat, tersengal sengal

hipertiroid

Metabolisme tubuh

Konsumsi O2

Hiperventilasi

Ketidakefektifan pola napas

DO: Temperatur tubuh meningkat diatas 37,4 °C, kehilangan berat badan secara tiba-tiba, diare, urine dalam

hipertiroid

Metabolisme tubuh

Aktivitas GI

Kekurangan volume cairan

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

32

Page 33: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

jumlah banyakDS: rasa haus berlebih, keringat banyak, klien tidak tahan panas

Peristaltik usus

diare

DO: BAB lebih dari 3x sehari, bising usus hiperaktifDS: nyeri perut, klien merasa kejang perut

hipertiroid

Metabolisme tubuh

Aktivitas GI

Peristaltik usus

Diare

DO: BB turun, diareDS: Mual, nyeri saat menelan

Hipertiroid

Esophagus tertekan

Disfagia

Nafsu makan menurun

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

DO: kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal, serangan atau konvulsi (kejang), kulit kemerahan, dan teraba panas/ hangatDS: -

Hipertiroid

Metabolisme tubuh

Suhu tubuh

Hipertermi

DO: Perubahan aktual struktur dan fungsi tubuh, kehilangan bagian tubuh, bagian tubuh tidak berfungsi DS: Depersonalisasi bagian tubuh, perasaan negatif tentang tubuh, menyatakan perubahan gaya hidup

Hipertiroid

Kerja syaraf simpatis

Pembengkakan otot ekstraokuler

Eksoftalmus

Gangguan citra tubuh

DO : TD turun, sianosis DS : sesak nafas, kelemahan

Hipertiroid

Kerja syaraf simpatis

Palpitasi

Gangguan sirkulasi

Curah jantung

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

33

Page 34: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

3.2.4 Diagnosa Keperawatana. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kebutuhan oksigen

yang meningkatb. Diare berhubungan dengan peningkatan peristalsis akibat peningkatan

kecepatan metabolikc. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

hipermetabolikd. Hipertermi, faktor resiko :ketidakmampuan untuk mengompensasi

kelebihan aktivitas tiroide. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi,

iritabilitas sistem saraf pusat f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi peran

3.2.5 Intervensi Keperawatana. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kebutuhan oksigen

yang meningkatTujuan/ kriteria evaluasi NOC Intervensi prioritas NIC

a. Respiratory status : Ventilationb. Respiratory status : Airway

patencyc. Vital sign Status

Setelah tindakan keperawatan selama 1x24jam pasien menunjukkan keefektifan pola nafas, dengan kriteria hasil:1. Mendemonstrasikan batuk

efektif dan suara nafas bersih, tidak ada sianosis, dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas mudah, tidak ada pursed lips)

2. Menunjukkan jalan nafas paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

2. Pasang mayo bila perlu3. Lakukan fisioterapi dada jika

perlu4. Keluarkan sekret dengan batuk

atau suction5. Auskultasi suara nafas, catat

adanya suara tambahan6. Berikan bronkodilator7. Monitor respirasi dan status

oksigen 8. Pertahankan jalan nafas paten9. Observasi adanya tanda tanda

hiperventilasi10. Monitor adanya kecemasan

pasien terhadap oksigenasi11. Monitor vital signs12. Informasikan pada pasien dan

keluarga tentang tehnik relaksasi untuk memperbaiki pola nafas.

13. Ajarkan bagaimana batuk efektif14. Monitor pola nafas

b. Diare berhubungan dengan peningkatan peristalsis akibat peningkatan kecepatan metabolikTujuan / kriteria evaluasi NOC Intervensi prioritas NIC

Defisit volume cairan akan dicegah, dibuktikan dengan

1) Pengelolaan elektrolit : peningkatan keseimbangan cairan dan

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

34

Page 35: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit dan asam basa, hidrasi yang ade kuat, dan status nutrisi yang adekuat.

Hasil yang disarankan NOC1) Keseimbangan elektrolit dan

asam-basa; keseimbangan elektrolit dan non elektrolit dalam ruang intrasel dan ekstrasel.

2) Hidrasi: jumlah air dalam ruang intrasel dan ekstrasel tubuh.

3) Status nutrisi: asupan makanan dan cairan: jumlah makanan dan cairan yang masuk ke dalam tubuh selama 24 jam.

pencegahan komplikasi akibat kadar elektrolit serum yang tidak normal atau tidak diinginkan (misalnya : kalsium, kalium, natrium dan fosfat dalam serum)

2) Pemantauan cairan : pengumpulan dan analisis data pasien untuk mengatur keseimbangan cairan.

3) Pengolaan hipovolemia : ekspansi cairan intravaskuler pada pasien yang mengalami penurunan volume.

4) Terapi intravena (IV) : pemberian dan pemantauan cairan dan obat intravena.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hipermetabolik

Tujuan/Kriteria Evaluasi NOC Intervensi Prioritas NICMenunjukkan status gizi: asupan makanan, cairan, dan zat gizi, ditandai dengan indikator berikut (sebutkan nilainya 1-5: tidak adekuat, ringan, sedang, kuat, adekuat total). Makanan oral, pemberian makanan lewat selang, atau nutrisi parenteral total.

Hasil yang disarankan NOC1) Status Gizi: tingkat zat gizi

yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan metabolik,

2) Status gizi: asupan makanan dan cairan: jumlah makanan dan cairan yang dikonsumsi tubuh selama waktu 24 jam.

Status gizi : nilai gizi : keadekuatan zat gizi yang dikonsumsi tubuh

Mandiri 1) Tentukan motivasi pasien untuk

mengubah kebiasaan makan.2) Ketahui makanan kesukaan pasien,3) Pantau kandungan nutrisi dan

kalori pada catatan asupan4) Buat perencanaan makan dengan

pasien untuk dimasukkan ke dalam jadwal makan, lingkungan makan, kesukaan/ ketidaksukaan pasien dan suhu makanan.

Kaloborasi5) Diskusikan dengan ahli gizi dalam

menentukan kebutuhan protein untuk pasien dengan ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein

6) Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien tidak dapat menyiapkan makanan yang adekuat.

d. Hipertermi, faktor resiko: ketidakmampuan untuk mengompensasi kelebihan aktivitas tiroid

Tujuan/Kriteria Evaluasi NOC Intervensi Prioritas NICPasien akan menunjukkan Mandiri

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

35

Page 36: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

termoregulasi, dibuktikan dengan indikator gangguan sebagai berikut: (sebutkan 1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan).1) suhu kulit dalam rentang yang

diharapkan2) suhu tubuh dalam batas normal3) nadi dan pernafasan dalam

rentang yang diharapkan4) perubahan warna kulit tidak

ada5) keletihan dan mudah

tersinggung tidak tampak

1) Lepaskan pakaian yang berlebihan, tutupi pasien dengan selembar pakaian

2) Gunakan waslap dingin pada aksila, kening ,leher, lipatan paha

3) Gunakan selimut dinginKolaborasi4) Berikan obat antipiretik, sesuai

dengan kebutuhanMonitoring5) Pemantauan tanda vital:

pengumpulan dan analisis data kardiovaskuler, respirasi, suhu tubuh

6) Regulasi suhu: mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.

7) Pengobatan demam: pengelolaan pasien dengan hipertermi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bukan dari lingkungan

8) Kewaspadaan hipertermi maligna: pencegahan atau penurunan respon hipermetabolik terhadap obat farmakologis yang digunakan

e. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi, iritabilitas sistem saraf pusat

Tujuan/ kriteria evaluasi NOC Intervensi prioritas NIC1) Pasien akan beradaptasi

terhadap keletihan yang dibuktikan dengan konsentrasi, penghematan energi, ketahanan, dan status nutrisi: energi

2) Pasien akan menunjukan penghematan energi, dibuktikan dengan indikator berikut (ditunjukkan dengan ketentuan 1-5: tidak ada, ringan, sedang, berat, sangat berat )

a) Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktivitas

b) Mempertahankan nutrisi yang adekuat

c) Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat

d) Gunakan teknik penghematan

Mandiri1) Pantau bukti adanya keletihan fisik

dan emosi yang berlebihan pada pasien

2) Pantau asupan nutrisi untuk memjamin keadekuatan sumber energi.

3) Pantau lokasi dan sifat ketidaknyamanan atau nyeri selama bergerak atau beraktivitas

4) Diskusi dengan pasien/ keluarga cara memodifikasi lingkungan rumah untuk mempertahankan aktivitas biasanya dan untuk mengurangi keletihan.

5) Kurangi aktivitas yang prioritasnya rendah

KolaborasiKonsultasi dengan ahli gizi tentang cara untuk meningkatkan asupan

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

36

Page 37: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

energie) Adaptasi gaya hidup dengan

tingkat energi.

makanan yang berenergi tinggi

f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi peranTujuan/Kriteria Evaluasi NOC Intervensi Prioritas NIC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam gangguan body image pasien teratasi dengan kriteria hasil:1) Body image positif2) Mampu mengidentifikasi

kekuatan personal3) Mendiskripsikan secara faktual

perubahan fungsi tubuh4) Mempertahankan interaksi

sosial

1) Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya

2) Monitor frekuensi mengkritik dirinya

3) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, dan prognosis penyakit

4) Dorong klien mengungkapkan perasaannya

5) Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu

6) Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil

3.3 KasusNy. W, 38 tahun dirawat di RS UA sejak 2 hari lalu. Pasien merasa cepat lelah, sulit tidur, dan pandangan mata menjadi kabur sejak sebulan lalu dan makin memburuk akhir-akhir ini. Pasien menyatakan nafsu makannya meningkat, cepat lapar tapi berat badannya menurun. Pasien mengalami diare, sering BAK. Suara pasien terdengar parau dan terlihat pembesaran kelenjar di leher yang dikeluhkan mengakibatkan nyeri telan. T: 380C RR:25x/menit BB: 40Kg TB: 158 TD: 130/90.

3.3.1 Pengkajiana. Identitas klien

Nama : NY. WJenis Kelamin : wanitaUmur : 38 tahun

b. Keluhan utamaNafsu makan meningkat tetapi BB menurun.

c. Riwayat kesehatan sekarangSusah tidur, intensitas makan meningkat.

d. Riwayat kesehatan dahulu : tidak terkajie. Riwayat penyakit keluarga : tidak terkajif. Pengkajian psikososial

Gelisah mengenai pembesaran yang terjadi pada lehernya.g. Dasar data pengkajian klien

1) aktivitas/ istirahatGejala: insomnia, sensitivitasnya meningkat, otot lemah, kelelahan berat.Tanda: atrofi otot

2) SirkulasiGejala: palpitasi dan nyeri dada (angina)

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

37

Page 38: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

Tanda: disritmia, takikardi saat istirahat, syok3) Eliminasi

Gejala: urine jumlah banyak, perubahan dalam feses (diare)4) Intergritas ego

Gejala: mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.Tanda: emosi labil, depresi

5) Makanan/ cairanGejala: kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makannya sering Tanda: pembesaran tiroid, goiter, edema non-pitting terutama daerah pretibial

6) NeurosensoriTanda: bicaranya cepat dan parau

7) Nyeri/ kenyamananGejala: nyeri orbital, fotofobia.

8) PernafasanTanda: frekuensi pernafasan meningkat

9) KeamananGejala: tidak toleransi terhadap panas,keringat yang berlebihanTanda: suhu 38°C

3.3.2 Pemeriksaan FisikReview of SystemB1 (breathing) : RR meningkat, TakipneaB2 (blood) : Takikardi B3 (brain) : emosi labil, depresiB4 (bladder) : urin meningkatB5 (bowel) : Berat badan mendadak menurunB6 (bone) : otot melemah, atrofi otot

3.3.3 Analisis DataData Etiologi Masalah

KeperawatanDO: BAB lebih dari 3x sehari, bising usus hiperaktifDS: nyeri perut, klien merasa kejang perut

Metabolisme tubuh

Aktivitas GI

Peristaltik usus

Diare

DO: RR meningkat (25x/menit)DS: Dyspneu

hipertiroid

Metabolisme tubuh

Konsumsi O2

Hiperventilasi

Ketidakefektifan pola nafas

DO: Suhu tubuh 38 °C, kulit kemerahan,

Hipertiroid Hipertermi

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

38

Page 39: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

dan teraba panas/ hangatDS: -

Metabolisme tubuh

Suhu tubuhDO: Sianosis >3 detik,

b. takikardi saat istirahat, kulit halus, hangat, dan kemerahanDS: Mudah lelah saat beraktivitas, otot terasa lemah

hipertiroid

Metabolisme tubuh

Konsumsi O2

Kebutuhan energi

Keletihan

3.3.4 Diagnosa Keperawatana. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan asupan yang kurang

dari kebutuhan metabolik sekunder akibat laju metabolik yang berlebihan

b. Diare berhubungan dengan peningkatan laju metabolismec. Hipertermi berhubungan dengan proses peningkatan laju metabolisme.d. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi,

iritabilitas sistem saraf pusat

3.3.5 Intervensi Keperawatana. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan asupan yang

kurang dari kebutuhan metabolik sekunder akibat laju metabolik yang berlebihan

Tujuan/Kriteria Evaluasi NOC Intervensi Prioritas NICPasien akan menunjukkan pola pernafasan kembali normal.

1) Mengidentifkasi adanya masalah paru atau obstruksi jalan nafas yang

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

39

Page 40: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

Hasil yang disarankan:1) Pola nafas efekif2) DA normal3) Tidak terjadi sianosis

membahayakan oksigenasi serebral atau menandakan infeksi paru.

2) Memaksimalkan oksigen pada darah arteri dan membantu dalam pencegahan hipoksia. Jika pusat pernafasan tertekan, mungkin diperlukan ventilasi mekanik.

3) Nafas dalam dapat meningkatkan asupan oksigen yang masuk.

4) Perubahan dapat menandakan awitan kompliasi pulmonal atau menandakan lokalisasi keterlibatan otak. Pernapasan lambat , periode apnea dapat perlunya ventilasi mekanis.

5) Memudahkan ekspansi paru dan menurunkan kemungkinan lidah jatuh yang menyumbat jalan nafas.

b. Diare berhubungan dengan peningkatan laju metabolismTujuan/Kriteria Evaluasi NOC Intervensi Prioritas NIC

1) Diare akan dapat dikendalikan/ dihilangkan yang ditunjukkan dengan eliminasi defekasi yang efektif, keseimbangan elektrolit dan asam/basa, keseimbangan cairan, hidarasi yang adekuat.

2) Menunjukkan eliminasi defekasi efektif, ditandai dengan indikator gangguan (ditunjukkan dengan ketentuan 1-5: ringan, sedang, berat, sangat berat, ekstream)a) Pola eliminasi dalam

rentang yang diharapkan b) Diare tidak adac) Darah dan lendir dalam

feses tidak adad) Nyeri keram tidak adae) kembung tidak ada

1) lakukan tindakan untuk mengistirahatkan usus besar (misalnya, puasa atau diet cair)

2)Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil , sering dan jumlah ditingkatkan secara bertahap.

3)Konsulkan dengan ahli diet untuk penyesuian diet yang diperlukan

4)Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala diare yang terus menerus.

5)Ajarkan pasien / anggota keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi dan konsistensi feses.

6)Pantau nilai laboratorium dan laporkan ketidaknormalan

7)Evaluasi catatan asupan kandungan nutris

c. Hipertermi berhubungan dengan proses peningkatan laju metabolisme.

Tujuan/Kriteria Evaluasi NOC Intervensi Prioritas NICPasien akan menunjukkan termoregulasi, dibuktikan dengan indikator gangguan sebagai berikut:

Mandiri1) Lepaskan pakaian yang berlebihan

dan tutupi pasien dengan hanya

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

40

Page 41: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

(sebutkan 1-5: ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan).1) suhu kulit dalam rentang yang

diharapkan2) suhu tubuh dalam batas normal3) nadi dan pernafasan dalam

rentang yang diharapkan4) perubahan warna kulit tidak ada5) keletihan dan mudah

tersinggung tidak tampak

selembar pakaian2) Gunakan waslap dingin pada

aksila, kening ,leher, lipatan paha3) Gunakan selimut dinginKolaborasi4) Berikan obat antipiretik, sesuai

dengan kebutuhanMonitoring5) Pemantauan tanda vital:

pengumpulan dan analisis data kardiovaskuler, respirasi, suhu tubuh

6) Regulasi suhu: mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.

7) Pengobatan demam: pengelolaan pasien dengan hipertermi yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bukan dari lingkungan

8) Kewaspadaan hipertermi maligna: pencegahan atau penurunan respon hipermetabolik terhadap obat farmakologis yang digunakan

d. Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan energi, iritabilitas sistem saraf pusat

Tujuan/ kriteria evaluasi NOC Intervensi prioritas NIC1) Pasien akan beradaptasi

terhadap keletihan yang dibuktikan dengan konsentrasi, penghematan energi, ketahanan, dan status nutrisi: energi

2) Pasien akan menunjukan penghematan energi, dibuktikan dengan indikator berikut (ditunjukkan dengan ketentuan 1-5: tidak ada, ringan, sedang, berat, sangat berat )a) Tingkat daya tahan adekuat

untuk beraktivitasb) Mempertahankan nutrisi

yang adekuatc) Keseimbangan antara

aktivitas dan istirahatd) Gunakan teknik penghematan

energie) Adaptasi gaya hidup dengan

tingkat energi.

Mandiri1) Pantau bukti adanya keletihan fisik

dan emosi yang berlebihan pada pasien

2) Pantau asupan nutrisi untuk memjamin keadekuatan sumber energi.

3) Pantau lokasi dan sifat ketidaknyamanan atau nyeri selama bergerak atau beraktivitas

4) Diskusi dengan pasien/ keluarga cara memodifikasi lingkungan rumah untuk mempertahankan aktivitas biasanya dan untuk mengurangi keletihan.

Kolaborasi5) Konsultasi dengan ahli gizi tentang

cara untuk meningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

41

Page 42: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

BAB IVPENUTUP

3.1 KesimpulanHipotiroidisme adalah keadaan kurang aktifnya kelenjar tiroid yang

menyebabkan sekresi hormon tiroid tidak terjadi atau mengalami penurunan. Hipotiroidisme mengacu pada rendahnya kadar hormon tiroid di dalam aliran darah. Hipotiroidisme dapat terjadi secara primer atau sekunder. Penyebab primer meliputi defek kongenital, pengangkatan jaringan tiroid setelah terapi hipertiroidisme, tidak sempurnanya sintesis hormon akibat proses autoimun, dan pemberian antitiroid atau defisiensi iodin. Penyebab sekundernya adalah resistansi perifer terhadap hormon tiroid, infark hipofisis, dan gangguan hipotalamus. Wanita lebih mungkin dibandingkan laki-laki untuk mengembangkan hipotiroidisme. Penyakit ini juga lebih sering terjadi pada orang yang lebih tua dari usia 60. Manifestasi klinis hipotiroid tergantung pada dua hal yaitu beratnya defisiensi hormon tiroid yang terjadi dan tingkat keakutan kelainan tersebut terjadi. Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan yaitu radiografi dada dan pemeriksaan TSH.

Hipertiroidisme (tiroksikosis) merupakan suatu kondisi dimana kelenjar tiroid mengalami peningkatan produksi dan sekresi hormon tiroid. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan hipertiroidisme, diantaranya adalah penyakit grave, goiter multinodular beracun, tiroiditis, dan pemasukan iodine yang belebihan pada tubuh. Gejala klinis yang dpat timbul, antara lain penurunan berat badan mendadak, detak jantung meningkat, tremor, berkeringat, dan perubahan pola menstruasi. Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan TSH dan pemeriksaan hormon tiroid T3 dan T4.

3.2 SaranBerdasarkan materi yang telah dijelaskan dalam makalah ini, maka

perawat seyogyanya mengerti dan memahami akan medikasi. Sehingga perawat dapat mengimplementasikannya dalam proses penanganan terhadap pasien. Maka asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien akan berjalan dengan baik dan maksimal. Karena jika perawat tidak paham mengenai

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

42

Page 43: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

medikasi akan menghambat penanganan terhadap pasien dan penanganan menjadi kurang maksimal bahkan dapat merugikan pihak pasien.

DAFTAR PUSTAKA

American Thyroid Association. 2012. What is Hyperthyroidsm. http://www.thyroid.org. Diakses pada 8 Maret 2013 pukul 08.13

Badesch, D. B., Wynne, K. M., Bonvallet, S., Voelkel, N. F., Ridgway, C. & Groves, B. M. 1993. Hypothyroidism and primary pulmonary hypertension: an autoimmune pathogenetic link? Ann Intern Med, 119, 44-6.

Baradero, M., et al. 2005. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Boucher, M. A., dkk. 2006. Handbook of Medical-Surgical Nursing. New York: Lippincott Williams & Wilkins.

Bunevicius R, Kazanavicius G, Zalinkevicius R, Prange AJ Jr. 1999. Effects of thyroxine as compared with thyroxine plus triiodothyronine in patients with hypothyroidism. N Engl J Med 340:424-9.

Digeorge, A. Hipotiroidisme. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol. 3. Jakarta : EGC. 2000; Hlm 1937-1944.

Doenges, M. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Jakarta : EGC Hartono, A. 2012. Medikal Bedah Endokrin. Tangerang: Binarupa Aksara.Ladenson, P. W., Goldenheim, P. D. & Ridgway, E. C. 1988. Prediction and

reversal of blunted ventilatory responsiveness in patients with hypothyroidism. Am J Med, 84, 877-83.

Mayo clinic staff. 2012. Hyperthyroidism (overactive thyroid). http://www.mayoclinic.com/health/hyperthyroidism/DS00344/DSECTION=symptoms. Diakses pada 8 Maret 2013, pukul 08.09

Mc Dermott MT, Woodmansee WW, Haugen BR, Smart A, Ridgway EC. The Management of subclinical hyperthyroidism by thyroid specialists. Thyroid 2004,90-110

Milas, K & Rehan, K. M. 2012. Treatments for Hyperthyroidism. Vertical Health LLCNettina, S. M. 2002. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.Norman, J. 2012. Diagnosing Hyperthyroidism: Overactivity Of the Thyroid

Gland. Vertical Health LLC.Patricia G. M, Dorrie F, Carolyn M. H, Barbara M. G. Critical Care Nursing : A

Holistic Approach. Lippincott Williams & Wilkins Inc., USA 14:1292-4.

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

43

Page 44: Hipotiroid & Hipertiroid Fixx (Repaired)

Price, S., & Wilson, L. 2003. Pathophysiology: clinical consepts of disease processes. St. Louis, MO : Mosby

Rumahorbo, H. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin. Jakarta: EGC.

Siafakas, N. M., Salesiotou, V., Filaditaki, V., Tzanakis, N., Thalassinos, N. & Bouros, D. 1992. Respiratory muscle strength in hypothyroidism. Chest, 102, 189-94.

Smeltzer, S. & Bare, B. 2006. Brunner & Sudderth textbook of medical surgical nursing (11 ed). Philadelphia, Lappincott Williams & Wilkins

Sudiono, J. 2007. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta: EGC.Surks, M, I., & Sievert, R. 1995. Drugs and thyroid function. New England

Journal of Medicine Susanto, R. 2009. Kelainan Tiroid masa Bayi. Thyroidology Update. Semarang:

Bag. Ilmu Kesehatan Anak RS dr. Kariadi.Tjandra, H. 2011. Mencegah dan Mengatasi Penyakit Tiroid. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.Walter, M. A. 2007. Effects Of Antithyroid Drugs On Radioiodine Treatment:

Systematic Review And Meta-Analysis Of Randomised Controlled Trials. BMJ Publishing Group Ltd.

Faculty of Nursing Airlangga University | Gangguan Pada Sistem Endokrin Hipotiroid dan Hipertiroid

44