hikmah bab ii -...

34
10 BAB II PENGARUH POLA ASUH ANAK USIA BALITA TERHADAP PERKEMBANGAN TINGKAH LAKU ANAK A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh adalah kata majemuk yang berasal dari pola dan asuh. Pola berarti “model, gambar atau potongan untuk contoh”. 1 dan diartikan sebagai “sistem, atau cara kerja”. 2 Sedangkan asuh diartikan “menjaga, merawat dan mendidik anak”. 3 Jadi yang dimaksud dengan pola asuh adalah cara yang ditempuh orang tua atau pendidik dalam menjaga, merawat, mendidik dan mengarahkan agar menjadi pribadi yang baik. Menurut Kohn (1971), yang dikutip oleh Chabib Thoha bahwa : Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua atau pendidik memberikan peraturan kepada anak cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian atau tanggapan terhadap keinginan anak. Dengan demikian yang dimaksud dengan pola asuh adalah bagaimana cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung. 4 Cara mendidik secara langsung artinya bentuk-bentuk asuhan yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman, penciptaan situasi maupun pemberian hadiah sebagai alat pendidikan. 1 Saliman Sudarsono, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), hlm. 184. 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), hlm. 692. 3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), edisi 2, hlm. 63. 4 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 110.

Upload: dobao

Post on 06-Apr-2019

246 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

10

BAB II

PENGARUH POLA ASUH ANAK USIA BALITA

TERHADAP PERKEMBANGAN TINGKAH LAKU ANAK

A. Pola Asuh Anak

1. Pengertian Pola Asuh

Secara etimologis, pola asuh adalah kata majemuk yang berasal

dari pola dan asuh. Pola berarti “model, gambar atau potongan untuk

contoh”. 1 dan diartikan sebagai “sistem, atau cara kerja”.2 Sedangkan

asuh diartikan “menjaga, merawat dan mendidik anak”.3 Jadi yang

dimaksud dengan pola asuh adalah cara yang ditempuh orang tua atau

pendidik dalam menjaga, merawat, mendidik dan mengarahkan agar

menjadi pribadi yang baik.

Menurut Kohn (1971), yang dikutip oleh Chabib Thoha bahwa :

Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya, sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua atau pendidik memberikan peraturan kepada anak cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian atau tanggapan terhadap keinginan anak. Dengan demikian yang dimaksud dengan pola asuh adalah bagaimana cara mendidik anak baik secara langsung maupun tidak langsung. 4

Cara mendidik secara langsung artinya bentuk-bentuk asuhan yang

berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan dan keterampilan

yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman,

penciptaan situasi maupun pemberian hadiah sebagai alat pendidikan.

1 Saliman Sudarsono, Kamus Pendidikan Pengajaran dan Umum, (Jakarta : Rineka Cipta, 1994), hlm. 184.

2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), hlm. 692.

3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), edisi 2, hlm. 63.

4 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 110.

Page 2: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

11

Dalam situasi seperti ini diharapkan muncul dari anak adalah efek

instruksional yakni respon-respon anak terhadap aktivitas pendidikan itu.

Mendidik secara tidak langsung adalah berupa contoh kehidupan

sehari-hari baik tutur kata sampai kepada adat kebiasaan dan pola hidup,

hubungan antara orang tua dengan keluarga, masyarakat, hubungan suami

istri. Semua ini secara tidak langsung telah membentuk situasi di mana

anak selalu bercermin terhadap kehidupan sehari-hari dari orang tua

maupun pendidik.

Karena begitu pentingnya peran orang tua maupun pendidik dalam

mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama, tinjauan sosial

kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Dalam menumbuhkan

perkembangan kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan

rohani serta intelektual harus berkembang secara optimal. Maka cara

mendidik anak ini dapat dilihat dalam 3 pola asuh terhadap anak, yakni

pola demokratis, pola otoriter dan pola permisif.

2. Dasar dan Fungsi Pengasuhan Anak

a. Dasar Pengasuhan

Tuntutan untuk mengasuh anak, disampaikan oleh banyak

pihak baik adat maupun agama. Dalam hal ini terdapat dua dasar

pengasuhan yaitu dasar operasional maupun dasar religius.

1) Dasar religius

Bahwa dalam pengasuhan anak terdapat ayat al-Qur’an dan

Sabda Nabi Muhammad SAW yang mengaturnya, yaitu :

a) Ayat al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :

) 6: التحرمي (... ياأيها الذين ءامنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا

Page 3: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

12

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka …”. (QS. At-Tahrim : 6) 5

b) Sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi :

قال رسول اهللا صلى : عن ابى هريرة رضي اهللا عنه انه قال

مامن مولود إال يولد علىالفطرة فابوه : اهللا عليه وسلم

هانه يسجميانه اورصنيانه اود6 و

“Dari Abu Hurairah ra berkata Rasulullah saw bersabda: Tidaklah seorang yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, (suci dari kesalahan dan dosa), maka orangtuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (H.R. Bukhori)

Dengan demikian, begitu pentingnya mendidik dan

mengasuh anak sejak dini akan lebih baik dalam membentuk

tingkah laku pada perkembangan selanjutnya.

2) Dasar operasional

Bahwa dalam pengasuhan anak terdapat undang-undang

yang mengatur tentang hal tersebut, yaitu pada keputusan

pemerintah RI No. 20 tahun 2003 pasal 28 ayat 3, yang mana

pendidikan pra sekolah tidak merupakan persyaratan untuk

memasuki pendidikan dasar tetapi lebih mengarah kepada

persiapan memasuki pendidikan dasar. Dengan demikian,

pendidikan pra sekolah meliputi : Pendidikan taman kanak-kanak,

kelompok bermain dan tempat penitipan anak maupun lainnya,

bukan suatu hal yang wajib diikuti oleh seorang anak usia tiga

sampai lima tahun. Sedangkan Tempat Penitipan Anak (TPA) ini

5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : CV. Thoha Putra,

1989), hlm. 951. 6 Imam Bukhori, Shohih al-Bukhari, Juz II, (Baerut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, t.t), hlm.

913.

Page 4: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

13

dikelola oleh Departemen Sosial, karena tidak masuk kepada

pendidikan formal. 7

b. Fungsi Pengasuhan Anak

Dalam landasan bahwa mengasuh dalam rangka

mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak, maka fungsi

pengasuhan seharusnya melingkupi semua dimensi kemanusiaan pada

anak.

Menurut Hasan Langgulung, fungsi pengasuhan orang tua atau

pendidik dalam Islam mencakup tujuh bidang pendidikan, yaitu :

1) Dalam pendidikan jasmani dan kesehatan anak-anaknya baik dari aspek perkembangan maupun aspek perfungsian.

2) Dalam pendidikan akal (intelektual anak), yaitu dengan menolong anak menemukan bakat dan minat serta sikap intelektual yang melatih kemampuan akal

3) Pendidikan keindahan, dengan membiasakan hidup rapi dan teratur tanpa harus dengan kemewahan

4) Pendidikan psikologikal dan emosi anak, agar dapat menciptakan kematangan diri anak untuk berfikir positif dan dinamis

5) Pendidikan agama bagi anak-anak, yaitu dalam membangkitkan kekuatan spiritual yang bersifat naluriah melalui bimbingan agama untuk bekal kehidupan anak

6) Pendidikan akhlak, melatih untuk dibiasakan sejak kecil. 7) Pendidikan sosial bagi anak-anak sangat menentukan dalam

kehidupan dengan orang lain dalam bergaul. 8

Dari ke tujuh hal tersebut di atas secara umum fungsi

pengasuhan berperan dalam hal memberikan bantuan terhadap

perkembangan anak seutuhnya dalam arti dapat mengembangkan

potensi fisiknya semaksimal mungkin, serta sebagai pembinaan aspek

kecakapan, keterampilan (skill) nilai praktis yang harus diberikan

kepada anak.

Untuk melihat fungsi pengasuhan di atas, keberhasilan dan

kegagalan seseorang dalam mendidik anak tergantung kepada

7 Tim Redaksi Fokus Media, Undang-undang RI No. 20 th. 2003 tentang Sisdiknas, (Bandung: Fokus Media, 2003), hlm. 18.

8 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta : Al-Husna, 1995), hlm. 365-375.

Page 5: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

14

pendidikan pertama yang diterimanya pada usia dini. Pada pengasuhan

yang apabila diterapkan secara setengah hati dan tidak tegas akan

berdampak negatif pada anak. Inilah sebenarnya yang menjadi

tanggung jawab keluarga dalam mendidik anak. Karena pendidikan

anak tergantung pada adanya kerjasama yang baik antara orang tua

atau pendidik di satu pihak, dan lingkungan keluarga atau masyarakat

yang lain. Dengan cara inilah kita dapat menciptakan generasi masa

depan anak yang mampu memahami misi hidupnya dengan baik.

Dari fungsi-fungsi di atas jika dapat terlaksana, maka hal ini

akan berpengaruh pada wujud diri anak, baik dari sisi kognisi, afeksi

maupun psikomotorik anak. perwujudan ini akan menyangkut

penyesuaian dalam dirinya maupun dengan lingkungan sekitarnya.

3. Bentuk-bentuk Pola Asuh

Ada berbagai ciri perlakuan (pola asuh) yang diterima anak dari

orang tua maupun pendidik. Semuanya mempunyai implikasi sendiri-

sendiri pada anak. Secara garis besar ada 3 pola asuh yang diterapkan

kepada anak, yaitu :

a. Pola asuh otoriter

Merupakan cara mendidik anak dengan menggunakan

kepemimpinan otoriter, kepemimpinan otoriter mempunyai ciri yaitu

memimpin atau mengasuh anak dengan menentukan semua kebijakan,

langkah dan tugas yang harus dikerjakan bersifat agresif dan apatik.

Pola asuh otoriter juga ditandai dengan cara mengasuh anak

dengan aturan-aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk

berperilaku seperti pengasuh, kebebasan untuk bertindak atas nama diri

sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar

pikiran dengan orang tua atau pengasuh, mereka yakin bahwa anak-

anak harus berada di tempat yang telah ditentukan. Karena pola asuh

otoriter ini menuntut agar semua peraturan-peraturan itu dipatuhi oleh

anak.

Page 6: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

15

Pola asuh yang otoriter juga ditandai dengan penggunaan

hukuman yang keras, lebih banyak hukuman badan, anak juga diatur

segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap

diberlakukan meskipun sudah menginjak dewasa. Anak yang

dibesarkan dalam situasi seperti ini akan mempunyai sifat yang ragu-

ragu, lemah kepribadian dan tidak sanggup mengambil keputusan

tentang apa saja.9

Sedangkan orang tua atau pendidik yang otoriter dicirikan

sebagai orang tua atau pendidik yang berorientasi pada diri sendiri,

mendominasi proses pendidikan, menuntut kepatuhan yang berlebihan,

tidak menggunakan pujian dan hadiah serta mengutamakan hukuman

sebagai alat pendidikan.

Perilaku yang dapat mencirikan orang tua atau pendidik yang

otoriter diantaranya sebagai berikut :

1) Anak harus mematuhi peraturan orang tua atau pendidik, dan tidak boleh membantah

2) Orang tua atau pendidik lebih cenderung mencari kesalahan pada pihak anak dan kemungkinan menghukumnya

3) Kalau terdapat perbedaan pendapat orang tua atau pendidik dengan anak, maka anak dianggap sebagai seorang yang suka melawan dan membangkang.

4) Lebih cenderung memberikan perintah dan larangan terhadap anak.

5) Lebih cenderung memaksakan disiplin 6) Orang tua atau pendidik lebih cenderung menentukan segala

sesuatu untuk anak dan anak hanya sebagai pelaksana (orang tua atau pendidik berkuasa).10

Dari ciri di atas dapat diketahui bahwa pola asuh otoriter

merupakan pola yang berpusat pada orang tua atau pendidik. Orang tua

atau pendidik sebagai sumber segalanya, sedangkan anak sebagai

9 Chabib Thoha, op.cit., hlm. 111. 10 Zahari Idris, Dasar-dasar Pendidikan, (Padang : Angkasa Raya, 1987), hlm. 39-40.

Page 7: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

16

pelaksana saja. Dan sedikit atau tanpa melibatkan pendapat dan

inisiatif anak.

Dari pola otoriter ini, banyak merugikan anak dan lebih lanjut

kepada masyarakat. Sebab anak jadi tidak mengenali dan memahami

jati dirinya sendiri, sehingga seringkali berperilaku tidak tepat.

Misalnya anak sering membuat keonaran atau anak sangat pasif, secara

diri kerugian yang diterima anak tidak dapat mengembangkan potensi-

potensi dirinya. Sedangkan pada masyarakat, dari keonaran yang

dilakukan anak dapat merusak ketentraman lingkungan, juga

masyarakat kehilangan generasi penerus yang berkualitas.

b. Pola asuh permisif

Pola asuh permisif merupakan kebalikan dari pada otoriter,

pola asuh permisif merupakan pola asuh yang berpusat pada anak, di

mana anak mempunyai kebebasan yang sangat luas untuk menentukan

segala sesuatu yang diinginkan sampai-sampai tidak ada batasan

aturan-aturan maupun larangan-larangan dari orang tua atau pendidik.

Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua atau pendidik,

mendidik anak secara bebas. Anak dianggap orang dewasa atau muda,

ia diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang

dikehendaki. Kontrol orang tua atau pendidik sangat lemah, juga tidak

memberikan bimbingan yang cukup berarti bagi anaknya. Semua apa

yang kelak dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu

mendapatkan teguran, arahan atau bimbingan.11

Orang tua atau pendidik permisif apabila mendidik kedisiplinan

pada anak cenderung tidak berhasil sebab biasanya disiplin permisif

tidak membimbing anak berperilaku yang disetujui secara sosial dan

tidak menggunakan hukuman. Mereka membiarkan anak meraba

dalam situasi yang sulit untuk ditanggulangi oleh mereka sendiri tanpa

bimbingan atau pengendalian.12

11 Chabib Thoha, op.cit., hlm. 112. 12 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid I, (Jakarta : Erlangga, 1988), hlm. 8.

Page 8: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

17

Pada dasarnya orang tua atau pendidik permisif berusaha

menerima dan mendidik sebaik mungkin, tetapi cenderung sangat pasif

ketika sampai ke masalah penetapan batas-batas atau menanggapi

ketidakpatuhan. Pola permisif tidak begitu menuntut, juga tidak

menetapkan sasaran yang jelas bagi anak, karena meyakini bahwa anak

seharusnya berkembang sesuai dengan kecenderungan alamiahnya.

Ciri perilaku orang tua atau pendidik permisif yang dijabarkan

oleh Zahari Idris sebagai berikut :

1) Membiarkan anak bertindak sendiri tanpa memonitor dan membimbingnya.

2) Mendidik anak acuh tak acuh, pasif dan masa bodoh 3) Lebih menentukan pemberian kebutuhan material pada anak 4) Membiarkan saja apa yang diberlakukan anak (terlalu

membiarkan kebebasan untuk mengatur dirinya tanpa ada peraturan-peraturan dan norma-norma yang digariskan).

5) Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dengan keluarga maupun teman sebayanya.13

Dibandingkan pola otoriter dengan anak yang dididik secara

permisif ada peluang lebih besar untuk dapat lebih mengenali dirinya,

sifat keakuannya sedikit lebih terbangun, sebab anak lebih terbiasa

untuk dapat mengatur dan menata dirinya sendiri tanpa harus

tergantung pada orang lain. Namun juga berpeluang untuk

menciptakan anak-anak yang asosial sebab anak terbiasa untuk berbuat

semaunya sendiri.

c. Pola asuh demokratis

Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang

tua atau pendidik terhadap kemampuan anak. anak diberi kesempatan

untuk tidak selalu tergantung kepada orang tua atau pendidik. Orang

tua pendidik sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih

apa yang terbaik bagi dirinya. Anak didengarkan pendapatnya,

dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan

kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi kesempatan untuk

13 Zahari Idris, op.cit., hlm. 41.

Page 9: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

18

mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit

berlatih untuk bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. Anak

dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam

menyangkut hidupnya.

Pola demokratis yang digambarkan sebagai orang tua atau

pendidik yang memberi bimbingan, tetapi tidak mengatur mereka

memberi penjelasan tentang yang mereka lakukan serta membolehkan

anak memberi masukan dalam pengambilan keputusan penting.

Mereka menghargai kemandirian anak-anaknya, tetapi menuntut

mereka memenuhi standar tanggung jawab yang tinggi pada keluarga,

teman dan masyarakat serta perilaku kekanak-kanakan tidak diberi

tempat.14

Jadi pola asuh demokratis ada hubungan timbal balik antara

anak dengan orang tua atau pendidik dalam menjalankan dan

memenuhi kewajiban masing-masing. Dalam pola ini tidak ada yang

mendominasi, semuanya mempunyai kesempatan yang sama dalam

menentukan keputusan dan tindakan.

Namun, menurut Prof. Dr. Abduh Azizi El-Qussy, yang dikutip

oleh Chabib Thoha mengemukakan, tidak semua orang tua atau

pendidik harus mentolelir terhadap anak. dalam hal-hal tertentu orang

tua atau pendidik perlu ikut campur, misalnya :

1) Dalam keadaan yang membahayakan hidupnya atau keselamatan anak.

2) Hal-hal yang terlarang bagi anak dan tidak tampak alasan-alasan yang lahir

3) Permainan yang menyenangkan bagi anak, tetapi menyebabkan keruhnya suasana yang mengganggu ketenangan umum.15

Pola asuh dan sikap orang tua atau pendidik yang demokratis

menjadikan adanya komunikasi yang dialogis antara anak dan orang tua

14 Lawrence S. Shopiro, Mengajarkan Emotional Intelegence, (Jakarta : Gramedia, 1999),

hlm. 28. 15 Chabib Thoha, loc.cit.

Page 10: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

19

atau pendidik. Dan adanya kehangatan yang membuat anak merasa

diterima di keluarga atau di masyarakat menjadi pendorong terhadap

perkembangan anak ke arah yang positif.16

B. Perkembangan Tingkah Laku Anak

1. Pengertian Tingkah Laku

Secara etimologis, tingkah laku adalah kata majemuk yang berasal

dari kata tingkah dan laku. Tingkah berarti “perbuatan dan ulah yang aneh-

aneh atau tidak wajar”. 17 Sedangkan laku berarti “kelakukan atau

perbuatan”.18

Dalam bahasa Islam disebut sebagai “akhlak” bentuk jamak dari

kata “khulk” yang berarti “budi pekerti, perangai, tingkah laku atau

tabiat”.19

Dari segi bahasa “tingkah laku” adalah tanggapan atau reaksi

individu yang terwujud pada geark (sikap) tidak saja badan ataupun

ucapan.20

Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat mengenai

pengertian tingkah laku.

a. Menurut J.B Watson yang dikutip oleh Sarlito Wirawan Sarwono

mengatakan bahwa :

“tingkah laku sebagai tanggapan atau balasan (respon) terhadap

rangsang (stimulus)”.21

16 M. Shochib, Pola Asuh Orang Tua, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998), hlm. 6. 17 Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Modern Inggris Press,

1991), hlm. 1351. 18 W.J.S Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Departemen P dan K, (Jakarta : Balai Pustaka, 2003), hlm. 650. 19 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2002), hlm. 1. 20 W.J.S Poerwadarminto, op.cit., hlm. 1279. 21 Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta : Rajawali Press, 1991),

hlm. 13.

Page 11: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

20

b. Menurut Wolman Benjamin B mengatakan:

“Behavior is the totality of intra and extraorganismic actions and

interactions of an organism with its physical and social

environment”.22

“Perilaku adalah keseluruhan perilaku organ dalam dan organ luar

interaksi dari sebuh organ dengan lingkungan fisik serta lingkungan

sosialnya.”

c. Menurut Ibn Maskawaih yang dikutip oleh Hasyim Asy’ari

“Khuluq atau akhlak adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong

untuk melakukan perbuatan dengan tanpa memerlukan pemikiran”.23

d. Menurut Ahmad Amin

“Akhklak adalah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu

bila dibiasakan akan sesuatu, maka kebiasaannya itu disebut akhlak”.24

Kemudian dapat disinggung mengenai perkembangan, ada

beberapa pendapat pengertian dari perkembangan diantaranya :

a. Menurut F.J. Monk bahwa :

“Perkembangan adalah suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju

ke arah suatu organisasi. Pada tingkat integrasi yang lebih tinggi,

berdasarkan proses pertumbuhan, kemasakan dan belajar”.25

b. Menurut Lester D. Crow dan Alice Crow yang dikutip oleh Mustaqim

bahwa :

“Perkembangan itu lebih tepat dapat dipergunakan untuk menunjuk

potensi-potensi tingkah laku dari dalam yang terpengaruh oleh

rangsangan lingkungan” 26

22 Wolman, Benjamin B., Dictionary of Behavioral Science, (New York: Van Nostrand

Reinhold Company, 1973), hlm. 41.

23 Hasyim Asy’ari, Akhlak Pesantren, (Yogyakarta : PT. Bayu Indra Grafika, 2001), hlm. 39.

24 Ibid., hlm. 40. 25 F.J. Monk, dkk, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta : Gajah Muda University Press,

1982), hlm. 2. 26 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 13.

Page 12: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

21

c. Menurut Soegarda Poerbakawatja bahwa :

“Perkembangan merupakan suatu proses dalam pertumbuhan yang

menunjukkan adanya pengaruh dalam yang menyebabkan

bertambahnya tempo, kualitas dalam pertumbuhan”.27

Jadi, dari pengertian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa

perkembangan tingkah laku merupakan suatu proses perubahan dari

potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat

dan ciri-ciri baru terhadap stimulus atau rangsangan baik dari dalam

maupun dari luar, sehingga dapat mempengaruhi pola kehidupan anak

dalam tahap-tahap tertentu pada masa pertumbuhannya.

Karena tingkah laku merupakan satu kesatuan perbuatan dari

manusia yang berarti, di mana setiap tingkah laku manusia merupakan

response terhadap stimulus yang mana stimulus tersebut berupa kebutuhan

dan tujuan, dan tingkah tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan

tujuan.

Sedangkan perkembangan merupakan suatu perubahan di mana

lebih menunjukkan kepada perubahan psikis yang terjadi akibat dari

kekuatan intern secara otomatis, dan kekuatan-kekuatan dari luar.

2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Tingkah Laku

Secara sederhana faktor yang mempengaruhi perkembangan

tingkah laku ada 2 diantaranya faktor internal dan faktor external.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang terdapat di dalam diri pribadi

manusia, faktor tersebut terdapat dari :

1) Pengalaman pribadi

Setiap manusia pasti mempunyai pengalaman pribadi

masing-masing. Tentang masalah ini Zakiah Daradjat mengatakan :

“Sebelum anak masuk sekolah telah banyak pengalaman yang diterima di rumah dari orangtuanya, saudaranya serta seluruh anggota keluarganya di samping dari sepermainan.

27 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 1982), hlm.

276.

Page 13: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

22

Menurut penelitian ahli jiwa, terbukti bahwa semua pengalaman yang dilalui orang sejak lahir merupakan unsur pribadinya”.28

Faktor pengalaman ini disebut juga sebagai aliran

empirisme. Empirisme berasal dari kata empiris yang berarti

pengalaman. Menurut aliran empirisme seluruh perkembangan

manusia ditentukan oleh pengalaman yang diterimanya dari

lingkungan. Teori John dikenal dengan teori tabularasa, yaitu teori

yang menyatakan bahwa anak lahir di dunia bagaikan kertas putih

yang bersih. Apa dan bagaimana isi kertas tersebut tergantung

kepada yang menulisnya. Maka, bagaimana jadinya anak tersebut

kelak sepenuhnya tergantung dari pengalaman pengalaman yang

diperolehnya dari lingkugannya. Lingkungan yang menentukan

perkembangan anak tersebut dapat terjadi secara sengaja dan

dirancang secara sistematis.29

Sedangkan pendapat lain juga mengatakan bahwa tingkah

laku manusia dapat diubah sesuai dengan apa yang dikehendaki,

dengan memberikan perangsang tertentu. Dengan demikian

pengaruh tersebut dapat menciptakan manusia yang ideal dengan

menyediakan kondisi-kondisi yang diperlukan untuk itu.

2) Pengaruh Emosi

Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada

sejak anak dilahirkan. Namun pengaruh emosi ini tidak berjalan

dengan sendirinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh peran

pematangan dan peran proses belajar yang dilakukan. Sehingga

menurut Soemiarti Padmonodewo bahwa emosi seseorang cukup

besar pengaruhnya terhadap pembentukan tingkah laku anak. hal

ini disebabkan oleh beberapa perubahan diantaranya :

28 Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, (Bulan Bintang : Jakarta, 1980), hlm. 11. 29 Wayan Nur Kancana, Perkembangan Jasmani dan Kejiwaan, (Surabaya : Usaha

Nasional, 2001), hlm. 25.

Page 14: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

23

a) Kesadaran kognitif anak telah meningkat memungkinkan pemahaman terhadap lingkungan berbeda dengan tahapan semula pada masa bayi.

b) Imaginasi atau daya khayalnya lebih berkembang c) Berkembangnya wawasan sosial anak.

Umumnya mereka telah memasuki lingkungan di mana teman sebaya mulai berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari.30

Pengaruh emosi anak yang sehat sangat membantu bagi

keberhasilan anak, maka bimbingan yang perlu diperhatikan oleh

orang tua atau pendidik adalah dalam hal :

a) Kemampuan untuk mengenal, menerima dan berbicara tentang perasaan-perasaannya.

b) Menyadari bahwa ada hubungan antara emosi dengan tingkah laku sosial

c) Kemampuan untuk menyalurkan keinginannya tanpa menggangung perasaan orang lain

d) Kemampuan untuk peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain.31

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri pribadi

manusia. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :

1) Pengaruh orang tua

Mengingat pembentukan sikap dan tingkah laku yang

dilakukan sejak dalam kandungan, maka yang paling berperan di

sini adalah kedua orang tua. Oleh karena itu, orang tua hendaknya

menjadi contoh yang baik dalam segala aspek kehidupan bagi

anak, karena anak belum dapat memahami hanya dengan

pengertian saja.32

Dalam pengertian lain, bahwa faktor orang tua termasuk

dalam faktor hereditas ataupun faktor kelahiran atau keturunan.

30 Soemiarti Padmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekolah. (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1998), hlm. 30.

31 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 169-170.

32 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Bulan Bintang : Jakarta, 1996), hlm. 77.

Page 15: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

24

Menurut Schopenhaner yang dikutip oleh Wayan Nurkancana

menyebut sebagai aliran Nativisme.

Nativisme berasal di kata Natives yang berarti kelahiran. Menurut aliran ini seluruh perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor yang telah dibawa oleh anak sejak ia dilahirkan (Hereditas). Faktor ini diterima oleh anak dari kedua orang tuanya, di mana kedua orang tuanya menerimanya dari leluhurnya terdahulu.33

2) Faktor lingkungan

Yang dimaksud dengan faktor lingkungan adalah semua

faktor yang berada di luar individu yang bersangkutan.

Perkembangan seorang telah dipengaruhi oleh lingkungan sejak

yang bersangkutan masih berada di dalam kandungan.34

Karena faktor lingkungan ini secara langsung dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan tingkah laku anak, maka faktor

lingkungan meliputi :

a) Faktor keluarga

Faktor keluarga disebut juga sebagai faktor rumah,

karena keluarga merupakan yang pertama berperan dalam

pembentukan kepribadian anak. Beberapa sifat lingkungan

rumah yang memungkinkan anak membentuk sifat-sifat

kepribadian yang dapat diterima oleh umum, yaitu :

(1) Kesediaan orang tua menerima anak sebagai anggota keluarga yang berharga

(2) Pertengkaran dan perselisihan paham antara orang tua supaya tidak terjadi dihadapan anak

(3) Adanya sikap demokratis yang memungkinkan setiap anggota keluarga mengikuti arah minatnya sendiri, sejauh tidak merugikan atau merintangi kesejahteraan orang lain, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan di luar keluarga.

(4) Penyesuaian yang baik antara ayah dan ibu dalam pernikahan

33 Wayan Nurkancana, Op.Cit., hlm. 26. 34 Ibid., hlm. 31.

Page 16: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

25

(5) Penerimaan (akseptasi) sosial para tetangga terhadap keluarga.35

Dengan demikian keluarga mempunyai fungsi yang

tidak hanya terbatas selaku penerus keturunan saja. Dalam

bidang pendidikan keluarga mempunyai pendidikan utama,

karena segala pengetahuan dan kecerdasan intelektual manusia

diperoleh pertama kali dari orang tua dan anggota keluarganya

sendiri.

b) Faktor teman sebaya

Dalam hal ini, anak belajar bermain dengan anak lain,

belajar bekerja sama dengan anak lain. Anak berusaha

mencapai realisasi diri melalui keberhasilan, anak harus

melebihi hasilnya sendiri untuk dapat maju. Cara-cara yang

memberikan keberhasilan dalam persaingan dalam hubungan

dengan teman sekolah, akan dipakainya dalam kompetisi

selanjutnya. Kebiasaan ini akan berlangsung terus dalam

integrasi kepribadian pada masa dewasa.36

c) Lingkungan sekolah

Merupakan badan pendidikan yang penting pula setelah

keluarga. Maka orang tua menyerahkan tanggung jawabnya

sebagian kepada lembaga sekolah, di mana sekolah berfungsi

sebagai pembantu keluarga dalam mendidik anak dan sekolah

memberikan pendidikan dan pengajaran apa yang tidak dapat

atau tidak ada kesempatan orang tua untuk memberikan

pendidikan dan pengajaran di keluarga.37

Lingkungan sekolah di sini dapat dikategorikan sebagai

tempat penitipan anak, yang dalam pengasuhan kepada anak

35 Singgih D. Gunarso dan Ny. Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing, (Jakarta

: PT. BPK Gunung Mulia, 2000), hlm. 75-76. 36 Ibid., hlm. 78. 37 Zuhairi, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), hlm. 179.

Page 17: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

26

dididik dan dibina, akhirnya nanti menjadi bekal masuk ke

sekolah dasar dan sejenisnya..

d) Lingkungan masyarakat

Menurut Ngalim Purwanto mengenai masyarakat

mengatakan bahwa :

Masyarakat adalah kumpulan dan paduan dari keluarga yang uga didalamnya terdapat hukum-hukum, tata tertib, dan aturan-aturan yang tertulis dan tidak tertulis.38

Dalam masyarakat, individu (terutama anak-anak) akan

melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau

anggota masyarakat lainnya.

Dari beberapa faktor lingkungan di atas, maka apabila

kondisi lingkungan yang sehat, akan dapat merangsang

perkembangan anak sehingga mencapai hasil maksimal.

Lingkungan yang baik adalah lingkungan di mana anak dapat

memperoleh kesempatan untuk dapat menggunakan dan

mengembangkan kemampuan anak semaksimal mungkin.

Dengan mengetahui peranan lingkungan yang sangat

berpengaruh terhadap perkembangan anak, maka secara otomatis

baik tidaknya suatu lingkungan tergantung kepada orang tua atau

pendidik dapat mengarahkan dan menciptakan lingkungan tersebut

menjadi terkendali. Sehingga anak dapat memilih bagaimana dan

dengan siapa dia dapat bergaul atau berinteraksi dengan

masyarakat sekitar.

Dari kedua faktor tersebut, menurut William Stern

menciptakan hukum konvergensi yang dikutip oleh Wayan

Nurkancana menyatakan bahwa :

Perkembangan manusia adalah merupakan Resultante dari faktor hereditas dengan faktor lingkungan. Karena faktor

38 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm. 170.

Page 18: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

27

hereditas tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan faktor hereditas tersebut. sebaliknya lingkungan yang baik tidak bisa menghasilkan perkembangan yang optimal kalau pada diri anak tidak terdapat faktor hereditas yang diperlukan untuk perkembangan tersebut.39

Maka dapat dikatakan bahwa jalan perkembangan anak

sedikit banyaknya ditentukan oleh pembawaan yang turun

temurun, yang oleh aktivitas dan pemilihan atau penentuan anak

sendiri yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh faktor-

faktor lingkungan tertentu, akan berkembang menjadi sifat-sifat

yang dimiliki oleh anak.

3. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Balita

Pada hakikatnya, individu merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan. Tetapi untuk memudahkan memahami dunia perkembangan

anak terdapat aspek-aspek perkembangan menurut Thorndike, antara

lain:40

a. Aspek Fisik

Perkembangan fisik merupakan dasar dari kemajuan

perkembangan berikutnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh

baik menyangkut ukuran berat dan tinggi, maupun kekuatan anak

memungkinkan anak untuk dapat lebih mengembangkan keterampilan

fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungannya dengan tanpa bantuan

dari orang lain. Perkembangan sistem syaraf pusat memberikan

kesiapan kepada anak untuk lebih dapat meningkatkan pemahaman

dan penguasaan terhadap tubuhnya.41

Perkembangan fisik anak ditandai juga dengan kemampuan

atau keterampilan motoriknya. Hal ini terletak dalam penampilan,

proporsi tubuh, berat, panjang badan dan keterampilan yang mereka

39 Wayan Nurkancana, op.cit., hlm. 28. 40 Ibid., hlm. 26. 41 Syamsu Yusuf, op.cit., hlm. 163.

Page 19: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

28

miliki. Dalam keterampilan motorik ini terdapat dua bagian yaitu

keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus.

Keterampilan motorik kasar adalah koordinasi sebagian besar

otot tubuh misalnya melompat, main jungkat-jungkit, dan berlari.

Keterampilan motorik halus adalah koordinasi bagian kecil dari tubuh,

terutama tangan ketarampilan motorik halus misalnya kegiatan

membalik halaman buku, menggunakan gunting dan menggabungkan

kepingan aneka mainan.42

Perkembangan motorik inilah yang memungkinkan anak dapat

melakukan segala sesuatu, yang terkandung dalam jiwanya, dengan

sewajarnya. Dengan perkembangan motorik itu anak makin kaya

dalam bertingkah laku, sehingga memungkinkan anak memperkaya

perbendaharaan mainannya, bahkan memungkinkan anak

memindahkan aktivitas bermainnya. Kreativitas belajar dan bekerja

memungkinkan anak melakukan kewajiban, tugas, bahkan keinginan-

keinginannya sendiri.43

Ciri-ciri fisik anak usia antara 3 sampai 5 tahun dapat dilihat

dari beberapa segi diantaranya :

1) Proporsi tubuh

Dengan bertambahnya usia anak, perbandingan antar

bagian tubuh akan berubah. Dengan bertambahnya usia, letak

grativitas makin berada di bawah tubuh. Dengan demikian bagi

anak yang makin berkembang usianya, keseimbangan tersebut ada

ditungkai bagian bawah.

Pada akhir usia tiga tahun, seorang anak memiliki tinggi 3 kaki dan 6 inchi lebih tinggi saat ia berusia 5 tahun. Berat badannya kira-kira 15 Kg dan diharapkan menjadi 20 Kg saat ia berusia 5 tahun. Tentu saja perbedaan berat dan tinggi badan anak dipengaruhi oleh faktor keturunan, efek dari pemberian nutrisi, dan faktor lain yang dimiliki anak dalam riwayat hidupnya. Anak laki-laki akan lebih tinggi

42 Soemiarti Padmonodewo, Op.Cit., hlm. 26. 43 Agus Sujanto, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995), hlm. 70.

Page 20: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

29

dan lebih berat daripada anak perempuan, namun hal ini juga bisa saja berbeda karena bergantung pada perawatan dan kecenderungan pertumbuhan anak. Dalam usia ini otot-otot anak menjadi lebih kuat dan tulang-tulang tumbuh menjadi besar dan keras.44 Otakpun telah berkembang sekitar 75 % dari berat otak usia

dewasa. Gigi masih merupakan gigi susu dan akan berganti pada

perkembangan berikutnya dengan gigi tetap.

2) Perkembangan motorik anak

Perkembangan motorik tidak saja mencakup berjalan,

berlari, melompat, naik sepeda roda tiga, mendorong, menarik,

memutar dan berbagai aktivitas koordinasi mata tangan, namun

juga melibatkan hal-hal seperti menggambar, mengecat, mencoret

dan kegiatan lain.

Kemampuan keseimbangan membuat anak mencoba

berbagai kegiatan dengan keyakinan yang besar akan keterampilan

yang dimilikinya. Anak sangat menyukai gerakan yang

membangkitkan semangat. Untuk itu, mereka tidak butuh duduk

berlama-lama. Sehingga yang cocok pada usia ini permainan yang

merangsang kegemaran mereka akan gerakan-gerakan bukan

permainan kompetisi.45

Maka dari hal tersebut di atas perkembangan fisik anak

sangat diperlukan gizi yang cukup baik, karena kondisi kesehatan

anak yang baik akan memungkinkan anak dapat secara maksimal

menikmati apapun yang dilakukan dan dapat pula membantu anak

dalam mencapai keberhasilan maksimal dalam melakukan berbagai

kegiatan yang terkait dengan tugas, perkembangan yang harus

diselesaikan.

44 Reni Akbar Hawadi, op.cit., hlm. 6. 45 Ibid., hlm. 7.

Page 21: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

30

Dalam rangka membantu perkembangan fisik anak maka

orang tua atau pengaruh harus memiliki sikap yang positif yang

berkaitan dengan perkembangan anak, diantaranya adalah :

a) Pengenalan atau pengetahuan akan namanya dan bagian-bagian tubuhnya

b) Kemampuan untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi tubuh

c) Pemahaman bahwa walaupun setiap individu berbeda dalam penampilannya, seperti perbedaan dalam warna rambut, kulit dan mata, atau tingginya, namun semua orang memiliki kesamaan karakteristik fisik yang sama.

d) Menerima bahwa semua orang memiliki keterbatasan dalam kemampuannya, seperti setiap orang dapat berjalan, berlari atau melompat, tetapi tidak ada seorangpun yang dapat terbang

e) Kemampuan untuk memahami bahwa tubuh itu berubah secara konstan, dan pertumbuhan fisik itu berawal dengan kelahiran dan berakhir dengan kamatian.

f) Pemahaman akan pentingnya tidur, dan juga sebagai dua siklus kehidupan yang penting bagi kehidupan

g) Mengetahui kesadaran sensori (merasa, melihat, mendengar, mencium, dan menyentuh atau meraba).

h) Memahami keterbatasan fisik, seperti lelah, sakit, dan melemah.46

b. Aspek Psikis

Dalam aspek psikis ini terdapat 3 hal yang harus diperhatikan

dalam perkembangan anak diantaranya :

1) Kognitif (pengenalan)

Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau

berfikir. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berfikir

dan mengamati. Jadi merupakan tingkah laku - tingkah laku yang

mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang

dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan.47

Selain berfikir dan mengamati, tanggapan, fantasi, maupun

ingatan merupakan bagian dari kognitif. Perkembangan kognitif

46 Syamsu Yusuf, op.cit., hlm. 164-165. 47 Soemiarti Padmonodewo, op.cit., hlm. 27.

Page 22: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

31

pada anak dipengaruhi oleh faktor kematangan dan pengalaman,

yaitu dinyatakan dengan pertumbuhan kemampuan merancang,

mengingat dan mencari penyelesaian masalah yang dihadapi.

Menurut Piaget, yang dikutip oleh Syamsu Yusuf

mengemukakan bahwa :

Perkembangan kognitif pada usia ini berada pada periode preoperasional, yaitu tahapan di mana anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional, atau “Symbolic Function”, yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk merepresentasikan (mewakili) sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol (kata-kata, gesture atau bahasa gerak, dan benda). Dapat juga dikatakan sebagai “semiotic function”, kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol (bahasa, gambar, tanda atau isyarat, benda, gesture, atau peristiwa) untuk melambangkan suatu kegiatan, benda yang nyata, atau peristiwa. Melalui kemampuan di atas, anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Anak dapat menggunakan kata-kata peristiwa dan benda untuk melambangkan yang lainnya.48

Kegiatan mengamati pada aspek kognitif ini dimaksudkan

untuk mengenal dunia sekitar dengan menggunakan alat indra,

seperti melihat sesuatu dengan mata, mendengar suara dengan

telinga, dan lain sebagainya. Dalam periode anak-anak, kegiatan

pengamatan benar-benar telah dilakukan secara aktif. Apalagi bila

diingat, bahwa dalam periode ini anak manusia sedang haus-

hausnya dan memiliki keinginan yang kuat untuk mengenal segala

sesuatu di sekitarnya, maka hampir seluruh aktivitas hidupnya

tercurahkan ke sana, baik secara langsung maupun tidak

langsung.49

48 Syamsu Yusuf, Op.Cit., hlm. 165 49 Imam Bawani, Ilmu Jiwa Perkembangan dalam Konteks Pendidikan Islam, (Surabaya :

PT. Bina Ilmu, 1990), hlm. 85.

Page 23: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

32

Begitu anak-anak mengamati sesuatu baik dengan mata,

telinga, hidung dan sebagainya maka di dalam kesadaran mereka

terdapat kesan, hasil atau gambaran dari kegiatan pengamatan itu,

yang dalam istilah psikologi disebut “Tanggapan”. Jadi tanggapan

adalah gambaran, hasil atau kesan yang tinggal atau terjadi dalam

kesadaran seseorang, sesudah itu mengamati sesuatu. Gambaran

atau kesan itulah yang menimbulkan atau sekaligus membentuk

pengertian, pengenalan atau pemahaman seseorang terhadap apa

yang diamati.

Karena kegiatan pengamatan terus terjadi pada anak-anak

di setiap saat, maka hari demi hari terjadilah akumulasi tanggapan

atau pengertian tentang sesuatu yang jumlahnya semakin banyak.

berarti, di sini telah terjadi penerimaan dan penambahan tanggapan

atau pengertian yang sifatnya terus menerus. Tanggapan atau

pengertian itu, selanjutnya disimpan dalam otak dan pada suatu

saat bila dibutuhkan, sebagian atau seluruhnya akan diproduksi

atau ditimbulkan kembali. Kegiatan untuk menerima, menyimpan

dan mereproduksikan kembali tanggapan atau pengertian semacam

itulah, dalam dunia psikologi disebut ingatan.

Dalam periode anak-anak, obyek pengamatan dan ingatan

yang biasanya disukai anak, tentu saja adalah benda dan apa saja

yang menarik perhatian anak sesuai dengan tingkat usia tersebut.

namun yang perlu dicatat, bahwa kuat atau tidaknya ingatan

seorang anak, tergantung kepada banyak faktor dan salah satunya

adalah intelegensi atau kecerdasan. Jadi pikiran dianggap berpusat

di kepala karena menggunakan sarana atau alat yang disebut akal,

nalar atua otak. Dengan demikian anak dikatakan dapat berfikir,

berarti anak mempunyai perasaan yang mana perasaan ini sering

Page 24: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

33

diasosiasikan dengan organ tubuh lain yang terdapat di dalam dada

yaitu hati.50

2) Afektif (perasaan)

Perasaan adalah suatu pernyataan yang sedikit banyak

bersifat subyektif, untuk merasakan senang dan tidak bergantung

kepada perangsang atau indera tertentu. Jadi perasaan secara

langsung berkaitan dengan apa yang tergores dalam hati seseorang,

dan wujud aslinya berupa senang atau tidak senang terhadap

sesuatu. 51

Di samping senang dan tidak senang ada pula yang merinci

perasaan sebagai sifat ketuhanan, sosial, keindraan, tanggapan,

insting, simpati dan lain sebagainya. Tetapi di sini akan dibahas

mengenai sifat ketuhanan sosial.

a) Sifat ketuhanan

Pengetahuan anak tentang agama terus berkembang

sesuai dengan perkembangan intelektualnya (berfikirnya) yang

tertangkap dalam kemampuan berbahasa, yaitu sudah dapat

membentuk kalimat, mengajukan pertanyaan dengan kata-kata :

apa, siapa, di mana, dari mana, dan ke mana, maka pada usia

antara 3-5 tahun anak sudah diajarkan shahadat, bacaan, dan

gerakan sholat, doa-doa dan al-Qur’an.

Pengetahuan anak dapat berkembang dengan baik

apabila :

(1) Melihat sikap dan perilaku orang tua dalam mengamalkan ibadah

(2) Mendengarkan ucapan-ucapan orang tua (3) Pengalaman dan meniru ucapan dan perbuatan

orangtuanya. 52

50 Ibid., hlm. 89. 51 Ibid., hlm. 93. 52 Syamsu Yusuf, op.cit., hlm. 177.

Page 25: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

34

Di samping mengajarkan hal-hal di atas, kepada

anakpun diajarkan atau dilatihkan tentang kebiasaan-kebiasaan

melaksanakan akhlakul karimah, seperti :

(1) Mengucapkan salam (2) Membacakan basmalah pada saat mau mengerjakan

sesuatu (3) Membaca hamdalah pada saat mendapatkan

kenikmatan dan setelah mengerjakan sesuatu (4) Menghormati orang lain (5) Belajar memberi shodaqoh (6) Memelihara kebersihan (kesehatan) baik pada

dirinya maupun lingkungan.53 Untuk menanamkan nilai-nilai agama kepada anak pada

usia ini, dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan dalam

mengajarkan agama karena hal tersebut akan menjadi

kebiasaan bagi anak untuk bertingkah laku dalam kehidupan

sehari-hari.

b) Sifat sosial

Pada usia antara 3 sampai 5 tahun, perkembangan sosial

anak sudah tampak jelas, karena mereka sudah mulai aktif

berhubungan dengan teman sebayanya yang sebagai sahabat

dan teman bermain bagi anak. pergaulan dengan teman-teman

mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan anak. melalui

pergaulan itulah anak belajar hidup dan bergaul dengan

masyarakat luas di luar pagar rumahnya.54

Untuk bermain seorang anak perlu diberikan kebebasan

yang wajar kepada anak untuk memilih teman-temannya. tetapi

perlu dan selalu diingat, bahwa seorang anak yang memilih

teman yang berkecenderungan buruk, sikap orang tua harus

sigap dan segera memberi pengertian kepada anak agar tidak

meniru dari perbuatan temannya tersebut.

53 Ibid. 54 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Perkembangan Jiwa Anak, (Jakarta : Ghalia Indonesia,

1986), hlm. 81.

Page 26: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

35

Sedangkan tanda-tanda perkembangan sosial anak

menurut Syamsu Yusuf adalah :

(1) Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkugnan keluarga maupun dalam lingkungan bermain

(2) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan

(3) Anak mulai menyadari hak dan kepentingan orang lain

(4) Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain, atau teman sebaya.55

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh

iklim sosio psikologis keluarga. Apabila di lingkungan

keluarga tercipta suasana yang harmonis, saling

memperhatikan, saling membantu (bekerja sama) dalam

menyelesaikan tugas-tugas keluarga, terjalin komunikasi antar

anggota keluarga, dan konsisten dalam melaksanakan aturan,

maka anak akan memiliki kemampuan, atau penyesuaian sosial

dalam berhubungan dengan orang lain.

Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa aspek-aspek

perkembangan selain aspek fisik dan psikis adalah aspek gerak,

atau yang disebut aktivitas anak. untuk mengetahui bahwa semua

aktivitas tingkah laku anak dipengaruhi oleh suatu perbuatan yang

nyata atau terwujud yang didasari oleh kehendak anak. dengan

demikian ada 3 faktor yang mendasari aktivitas yang dapat diamati

pada anak, yaitu :

a) Peranan naluri dalam perbuatan

“Naluri adalah pola-pola tingkah laku yang kompleks

yang tidak dipelajari, tetapi diperoleh dari kelahiran, dan dapat

terlihat pada seseorang”.56

55 Syamsu Yusuf., Op.Cit., hlm. 171. 56 Singgih D. Gunarso, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 1996),

hlm. 13.

Page 27: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

36

Kemampuan naluriah berbeda dari kemampuan sebagai

hasil tahap-tahap perkembagnan fisik jasmaniah,

perkembangan mental, perkembangan sosial dan

perkembangan karakterologisnya. Misalnya kemampuan

memegang sesuatu adalah hasil koordinasi, integrasi dan

sinkronisasi antara berbagai segi perkembangan. Sesuai

perkembagnan yang menyeluruh pada anak, maka dasar-dasar

naluriah perbuatan-perbuatannya lambat laun berkurang dan

sejajar dengan ini, mulailah tumbuh fungsi-fungsi fisik yang

sederhana sampai kepada yang kompleks.

b) Refleks dan aktivitas tubuh

Kecuali perbuatan-perbuatan naluriah pada anak dapat

pula kita amati adanya gerakan-gerakan atau aktivitas-aktivitas

yang berupa refleks-refleks. Pada umumnya gerakan-gerakan

reflektoris ini bertujuan melindungi diri dari kemungkinan-

kemungkinan menerima rangsang-rangsang, baik dari luar

tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri yang mungkin

mengancam kerusakan-kerusakan tubuh, ataupun sesuatu yang

tidak menimbulkan keuntungan atau kesenangan seseorang,

ataupun juga untuk memperoleh keuntungan akibat gerakan-

gerakan refleks tersebut. gerakan-gerakan refleks seperti

menarik tangan, menarik kaki, bersin, kedipan mata, dan lain-

lain. Merupakan latihan gerakan-gerakan yang lebih kuat dan

halus. Dari hasil penyelidikan I.P Pavlov yang dikutip oleh

Singgih D Gunarso dibuktikan bahwa :

Gerakan-gerakan refleks ini berkembang dan dapat dipindahkan dari satu refleks ke refleks yang lain. Bertumpu pada pendapat sederhana ini, maka para ahli menganggap bahwa tingkah laku motorik pada manusia tidak lain adalah hasil rangkaian perpindahan antara refleks yang satu dengan refleks yang lain.57

57 Ibid., hlm. 14.

Page 28: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

37

c) Kebutuhan dan kehendak

Kalau kedua faktor di atas banyak sangkut pautnya

dengan kehidupan bayi dan anak kecil, maka faktor ketiga ini

banyak menyangkut aktivitas-aktivitas anak yang lebih besar.

Kehendak ini ada kalanya jelas disadari dan dirasakan

anak, dipihak lain mungkin tidak disadari, tidak dirasakan, atau

tidak diketahui oleh anak. Dengan kelangsungan hidup anak

dapat membutuhkan banyak hal yang tidak dapat dinyatakan

dengan ekspresi yang tepat, karena perkembangan anak belum

mencapai taraf pengekspresian atau pengungkapan melalui

ucapan ataupun perbuatan-perbuatan yang nyata dan sesuai.

Dengan demikian, adanya kebutuhan maka timbul suatu

dorongan atau kehendak untuk bertingkah laku, dan tingkah

laku ini diarahkan untuk mencapai sesuatu tujuan, sehingga

dengan demikian kebutuhan tersebut terpenuhi atau kehendak

itu terpuaskan dan tidak ada lagi dorongan.58

4. Proses Pembentukan Tingkah Laku

Tingkah laku bukanlah warisan orang tua, namun terjadi setelah

melalui interaksi dengan lingkungannya. Tingkah laku sebagai sesuatu

yang baru, terbentuk melalui proses panjang. Menurut Krathwohl yang

dikutip oleh Suhartin Citrabrata bahwa proses pembentukan sikap yang

merupakan permulaan terbentuknya tingkah laku melalui tahapan-tahapan:

a. Penerima, pada taraf ini anak akan menyadari nilai-nilai tersebut dalam menerimanya.

b. Memberikan jawaban atau respon, pada taraf ini anak tidak hanya menerimanya saja, tetapi telah memberi jawaban

c. Menilai, pola taraf ini akan mulai membentuk suatu sistem nilai pada dirinya, kemudian sistem ini dijadikan bagian dari dunianya.

d. Organisasi, anak mengorganisasikan sistem nilainya sehingga menjadi keutuhan yang bulat. Ini meneliti semua nilai yang telah diambilnya tadi mungkin ada yang ditambah atau yang

58 Ibid., hlm. 16.

Page 29: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

38

dibuang, sehingga dengan demikian sikap yang menjadi teguh dan konsisten, tidak akan digoyahkan.

e. Taraf perbuatan atau pengalaman-pengalaman pada taraf ini terlihat tingkah laku sebagai penjelmaan sikap mental atau pendiriannya.59

Selain itu, terdapat pendapat lain menurut teori Operant

Conditioning yang dikutip oleh Mustaqim mengatakan bahwa proses

pembentukan tingkah laku meliputi :

a. Menentukan hadiah bagi tingkah laku yang diinginkan. b. Mengidentifikasi komponen-komponen yang dianggap bisa

membentuk tingkah laku tersebut. c. Menyusun komponen-komponen tersebut secara sistematis. d. Mengidentifikasi hadiah (penguat) tiap-tiap komponen secara

sistematis. e. Melakukan pembentukan tingkah laku, dengan memakai urutan

komponen-komponen yang telah disusun.60

Pembentukan tingkah laku ini timbul dan berkembang diikuti oleh

perangsang-perangsang tertentu kemudian timbulnya response. Response

ini bersifat memperkuat, misalnya anak melakukan perbuatan belajar

menyanyi setelah selesai lalu diberi hadiah, maka saat-saat berikutnya

akan lebih giat menyanyi. Cara pemberian hadiah tidak berlaku terus

menerus, melainkan terbatas sampai terbentuknya komponen tingkah laku.

Tetapi ada juga bagi anak, bahwa pembentukan dengan jalan

pembiasaan dan pengalaman hidup yang ditanamkan sejak kecil dengan

cara pembiasaan pada diri anak dan pemberian keteladanan, merupakan

faktor yang paling dominan dalam pembentukan pribadi anak pada

kehidupan kelak.

5. Pengaruh Pola Asuh Anak Usia Balita terhadap Perkembangan Tingkah

Laku Anak

Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan

terjadi perubahan dalam banyak aspek perkembangan. Maka pengetahuan

59 Suhartin Citrabrata, Cara Mendidik Anak dalam Keluarga Masa Kini, (Jakarta : Bratara

Karya Aksara, Jakarta, 1986), hlm. 155-156. 60 J. Mustaqim, op.cit., hlm. 56-57.

Page 30: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

39

tentang perkembangan anak dapat membantu mengembangkan diri anak,

dan memecahkan masalah yang dihadapi anak. memahami dunia anak

tersebut dengan cara mendidik dan mengarahkan anak sesuai jenjang

usianya dengan mengetahui pola asuh yang diterapkan kepada anak.

Maka perlakuan terhadap anak akan memberi kesan pada waktu

masa kanak-kanak dan mempengaruhi kecenderungan berprestasi pada

masa selanjutnya. Pola asuh yang diterapkan kepada anak dengan baik

akan membantu orang tua atau pendidik untuk mengetahui dengan pasti

bahwa itu sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai

dengan kebutuhannya.61

Dalam tahapan ini dari usia tiga sampai lima tahun, anak mulai

memperluas perkembangan imajinasinya. Salah satu diantaranya dapat

membedakan antara dirinya dengan orang lain, sehingga anak mulai

menguasai gerakan-gearkan fisiknya dengan baik yang memberinya rasa

percaya diri.62

Dalam mendidik anak dapat ditemui bermacam-macam perilaku

orant tua, yaitu cenderung otoriter di mana orang tua dalam mendidik

anaknya lebih cenderung menentukan segala sesuatunya dan anak hanya

sebagai pelaksana.

“Sikap yang otoriter seringkali anak-anaknya akan menunjukkan

ciri-ciri pasivitas dan menyerah segala-galanya kepada pemimpin”.63

Sikap otoriter orang tua lebih banyak memberikan larangan dan

tanpa ada pengertian pada anaknya serta cenderung memaksakan disiplin.

Perilaku demokratis orang tua sebagai didikan di mana orang tua

sering bertindak mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil,

menerangkan alasan dari peraturan-peraturan, menjawab pertanyaan-

pertanyaan anak dan bersikap toleran. Sikap demokratis akan

61 Stephen Lekane, Aktivitas Anak-anak di Saat Pertumbuhan, (Bandung : Sinar Kumala, 1980), hlm. 18.

62 Hadi Subrata, Mengembangkan Kepribadian Anak Balita, (Jakarta : PT. BPK. Gunung Mulia, 1988), hlm. 30.

63 W.A Genungan, Psikologi Sosial, (Bandung : PT. Erisco, 1996), hlm. 189.

Page 31: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

40

menimbulkan ciri-ciri berinisiatif, tidak takut, lebih giat dan lebih

bertujuan, tetapi juga memberi kemungkinan berkembangnya sifat-sifat

tidak taat (tidak mau menyesuaikan diri).

Sebaliknya, orang tua yang membiarkan (permisif) adalah orang

tua yang memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada mereka dan

menempatkan harapan-harapan kepada anak.

Dapat disimpulkan bahwa mengenai pola asuh anak bahwa orang

tua yang paling efektif lebih sering memilih gaya authoritative. Orang tua

yang dapat dipercaya cenderung mempunyai anak yang mandiri,

bersahabat, bekerja sama dengan orang tua, tegas, harga diri yang tinggi,

dan berorientasi pada prestasi.

Sebaliknya orang tua otoriter atau sangat permissive cenderung

mempunyai anak yang kurang dalam sifat yang disebutkan sebelumnya.

Sehingga di sini menekankan pentingnya peranan orang tua dalam

mengontrol dan memberikan pujian atas tingkah laku anak yagn baik,

memberikan tanggung jawab yang diperlukan, dan mengharapkan anak-

anak bertindak dengan cara-cara yang matang. Maka orang tua yang

efektif dalam mempengaruhi anak akan memberikan alasan memberikan

kebebasan.64

Pola asuh orang tua di Indonesia kebanyakan menggunakan pola

ganda, yakni dalam memberikan kepuasan emosional orang tua bersifat

permisif atau menuruti kehendak anak, dan biasanya hal ini menyebabkan

anak menjadi manja. Tetapi ada pula yang cenderung menelantarkan anak,

artinya kurang memperhatikan anak. kedua, bahwa dibiarkannya anak

kurang mendapatkan perhatian bukan karena orang tua tidak memiliki

kasih sayang, melainkan karena :

a. Seorang ibu belum siap menjadi orang tua

b. Terjadi salah pengertian yang dianggapnya sebagai orang dewasa

64 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Grasindo, 2002), hlm.

78-79.

Page 32: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

41

c. Karena kesibukan sebagai akibat orang tua bekerja.65

Pola ganda juga dapat dijumpai tidak hanya jika salah satu orang

yang mengasuh sama-sama menggunakan pola asuh yang berbeda. Maka

mengenai pola hubungan antara orang tua dengan anak, diperoleh

beberapa pola hubungan salah satu diantaranya yang berkenaan dengan :

a. Sifat pengasuh yang dirasakan anak sehingga ada kalanya pengasuh yang demokratis, otoriter atau permisif.

b. Pola pengasuh yagn memanjakan disiplin keras dalam kehidupan keluarga di rumah atau memberi kebebasan.

c. Kedudukan anak yang merasa diterima atau ditolak pengasuh.66

Dari beberapa pendapat di atas menurut hemat penulis bahwa dari

ketiga, pola asuh yang diterapkan bagi anak merupakan sesuatu yang

terpenting bagi dunia perkembangan anak. karena bagaimanapun baik

buruknya pola asuh yang diberikan kepada anak tergantung bagaimana

pengasuh mengelolanya. Dalam memberikan perlakuan terhadap anak

harus juga memperhatikan faktor kejiwaan anak, karena jika seorang

pengasuh salah dalam mengasuh anak akan berakibat cara perlakuan yang

negatif pada anak dan akhirnya anak lebih cenderung berbuat seenaknya

sendiri.

Selanjutnya akan dibahas sedikit mengenai pengasuhan anak pada

tempat penitipan anak. Pada masyarakat yang didalamnya makin banyak

kaum ibu yang harus meninggalkan rumah untuk bekerja ketika anaknya

masih amat kecil, makin diperlukan perawatan paruh waktu. Karena anak

yang masih kecil memerlukan kehadiran ibu secara normal.

Maka sebagai pengganti pengasuhan seorang ibu menyerahkan

perawatan dan pendidikan anaknya kepada seorang perawat atau seorang

pengasuh sehingga dapat berpengaruh dalam perkembangan anak, hal ini

dapat diamati dengan :

a. Bagaimana cara dan sikapnya dalam mendidik anak

b. Siapa yang lebih berpengaruh, ibu atau pengasuh

65 M. Chabib Thoha, op.cit., hlm. 113. 66 Ibid., hlm. 114.

Page 33: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

42

c. Bagaimana sikap pengasuh terhadap anak-anak lain.67

Dalam pengasuhan ini seorang ibu terkadang memilih

memasukkan anaknya di tempat penitipan anak. semula sarana penitipan

anak ini diperuntukkan bagi ibu dari kalangan keluarga yang kurang

beruntung, sedangkan sekarang sarana ini lebih banyak diminati oleh

keluarga tingkah menengah dan atas yang umumnya disebabkan kedua

orang tuanya bekerja. Tempat penitipan anak ini hanya sebagai pelengkap

terhadap asuhan orang tua dan bukan sebagai pengganti asuhan orang tua,

yang dikelola oleh departemen sosial. Alasan seorang ibu menyerahkan

anaknya kepada tempat penitipan anak, antara lain :

a. Kebutuhan untuk melepaskan diri sejenak dari tanggung jawab dalam hal mengasuh anak secara rutin

b. Keinginan untuk menyediakan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dengan teman seusianya dan tokoh pengasuh lain

c. Agar anak mendapat stimulasi kognitif secara baik d. Agar anak mendapat pengasuhan pengganti sementara ibu

bekerja.68

Tempat penitipan anak yang sehat biasanya menampung 20 sampai

65 anak dengan rentang usia yang amat berbeda (satu bulan sampai lima

tahun). Secara teoritis tempat penitipan anak mempunyai empat tujuan

pokok, walaupun pada prakteknya penekanan tujuan antara tempat

penitipan yang satu bisa berbeda dengan yang lain diantaranya :

a. Perawatan serta kenyatamanan fisik, termasuk pemberian makan

b. Perkembangan emosional dan rasa aman serta percaya diri c. Bantuan dalam menangani hubungan dengan anak lain dan

orang dewasa d. Bahasa dasar dan keterampilan pendidikan dalam persiapan

memasuki sekolah formal.69

67 Ny. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Membimbing, (Jakarta:

PT. BPK Gunung Mulia, 2000), hlm. 58. 68 Soemiarti Padmonodewo, op.cit., hlm. 77. 69 Kathy Sylva, Ingrid Lunt, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Arcan, 1988), hlm. 186.

Page 34: Hikmah BAB II - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/9/jtptiain-gdl-s1-2005... · A. Pola Asuh Anak 1. Pengertian Pola Asuh Secara etimologis, pola asuh

43

Kebanyakan tempat penitipan anak cenderung memberi tekanan

pada perawatan dan pelatihan fisik, terutama karena banyak anak demikian

memerlukan pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan fisik yang mendasar.