hematologi 2

Upload: iisislamiyah

Post on 04-Oct-2015

268 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

HEMATOLOGI II

Oleh: Nama: Iis Islamiyah NIM: B1J03092 Rombongan: VII Kelompok: 4 Asisten: Evelin Agusti Tjasmana

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO2014I. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDarah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. fungsi utama darah ialah mengangkut oksigen dari paru-paru atau insang ke jaringan tubuh. Darah memiliki komposisi yang terdiri atas sekitar 55% cairan darah (plasma) dan 45% sel-sel darah. Elemen pembentuk darah meliputi tiga macam sel darah, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Ketiga sel-sel darah tersebut tergolong dalam unsur padat yang disebut korpuskuler. Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsur pokoknya sama dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran kompleks zat organik dan anorganik (Pearce, 2002).Darah mengandung hemoglobin yang berfungsi sebagai pengikat oksigen. Sebagian hewan tak bertulang belakang atau invertebrata yang berukuran kecil, oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah karena protein pembawa oksigennya terlarut secara bebas. Darah berwarna merah karena adanya sel-sel darah merah. Terdiri atas sel darah merah, putih dan keping darah (Pearce, 2002).Sel darah merah berbentuk bulat gepeng yang kedua permukaannya cekung. Sel darah merah tidak memiliki inti sel dan mengandung hemoglobin. Sel darah putih sesungguhnya tidaklah berwarna putih, tetapi jernih. Disebut sel darah putih untuk membedakannya dari sel darah merah yang berwarna merah. Sel darah putih bentuknya tidak teratur atau tidak tetap. Tidak seperti sel darah merah yang selalu berada di dalam pembuluh darah, sel darah putih dapat keluar dari pembuluh darah. Kemampuan untuk bergerak bebas diperlukan sel darah putih agar dapat menjalankan fungsinya untuk menjaga tubuh. Sel darah putih memiliki inti sel tetapi tidak berwarna atau tidak memiliki pigmen. Keping darah berbentuk bulat atau lonjong. Ukuran keping darah lebih kecil daripada sel darah merah. Fungsi utama dari sel darah merah (eritrosit) adalah mentransfer hemoglobin. Eritrosit normal berbentuk bulat atau agak oval dengan diameter 7 8 mikron (normosit). Dilihat dari samping, eritrosit nampak seperti cakram atau bikonkaf dengan sentral akromia kira-kira - diameter sel (Warni, 2009) Jumlahnya kurang lebih 300.000 pada tiap 1 mm3 darah. Keping darah hidupnya singkat, hanya 8 hari. Keping darah berfungsi pada proses pembekuan darah. Saat terjadi luka, darah keluar melalui luka tersebut. Keping darah menyentuh permukaan luka, lalu pecah dan trombokinase (Pearce, 2002).1.2 TujuanTujuan dari praktikum kali ini adalah untuk memahami respon sel darah merah terhadap berbagai macam media yang mempunyai konsentrasi osmotis berbeda, dapat mengetahui konsentrasi internal sel darah merah, memahami bentuk dan struktur sel, membandingkan bentuk dan struktur sel darah katak dan manusia, serta dapat memahami proses pembekuan darah dan menentukan lamanya waktu pembekuan darah pada manusia.

II. MATERI DAN CARA KERJA2.1 MateriAlat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kapas, lancet, gunting, pembuluh kaca kapiler, objek gelas dan kaca penutup, mikroskop spuilt, pinset, pipet tetes dan stopwatch. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan NaCl 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,9%, 1,0 %, darah katak (Fejervarya cancrivora), dan darah manusia (Homo sapiens), alkohol 70%, dan antikoagulan: Na-sitrat/EDTA.2.2. Cara KerjaCara kerja yang digunakan dalam praktikum pengamatan konsentrasi, struktur sel dan waktu beku darah adalah sebagai berikut : 2.2.1 Konsentrasi Daraha. Seekor katak ditusuk bagian kepalanya dengan gunting sampai mengenai bagian otaknya. Pastikan katak sudah tidak lagi berdaya dengan membalikan tubuhnya hingga bagian ventral terletak ke arah atas, apabila masih ada gerakan dari katak maka tusuk lagi hingga benar-benar tidak berdaya.b. Katak yang sudah tidak berdayal segera dilakukan diseksi di bagian ventral, agar jantungnya dapat diisolasi.c. Dibuat insisi dengan gunting pada bagian ventral sisi kiri atau kanan, selanjutnya melintang di bagian posterior jantung. Kulit dan otot ventral diangkat agar tampak jantung. Selanjutnya, insisi diteruskan hingga rongga dada terbuka. d. Setelah jantung katak diisolasi, kemudian syringe yang telah dibilas larutan koagulan (Na-sitrat) ditusukksn ke bagian ventrikel.e. Darah dihisap sebanyak yang diperlukan (sekitar 1 ml) dengan jalan menarik pompa syringe secara perlahan. Bila tarikan syringe terasa berat, berarti ujung syringe tidak berada di tengah ruang ventrikel atau karena tusukan tadi terlalu dalam. Dalam posisi baik maka denyut jantung akan terasa membantu tarikan syring. Syring dicabut dan segera diputar-putar agar darah tercampur seluruhnya dengan senyawa anti beku.f. Darah katak diteteskan pada gelas objek, kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan NaCl 0,2%, keduanya dicampurkan dengan pengaduk gelas atau tusuk gigi, selanjutnya campuran cairan tersebut segera ditutup dengan kaca penutup. Bila tidak segera ditutup akan terjadi penguapan hingga mengubah konsentrasi larutan NaCl.g. Diamati campuran tersebut di bawah mikroskop.h. Dilakukan langkah kerja diatas untuk tetesan darah berikutnya, dengan menggunakan NaCl 0,4%, 0,6%, 0,9% dan 1,0%. Setiap campuran darah pada konsentrasi tertentu harus segera diamati di bawah mikroskop.i. Ditentukan konsentrasi NaCl yang mana sel darah merah tidak mengalami perubahan bentuk.2.2.2 Stuktur Sel Darah Meraha. Sediaan katak diperoleh dengan cara yang sama pada percobaan sebelumnya, diisap lansung dari jantung.b. Percobaan ini dibandingkan antara struktur sel darah merah katak dan manusia. Pada gelas objek yang bersih dan kering, diteteskan darah katak, kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan NaCl 0,6%.c. Setelah keduanya dicampur kemudian ditutup dengan gelas penutup dan diamati di bawah mikroskop.d. Untuk sediaan darah manusia diperoleh dengan jalan menusuk ujung jari dengan lancet yang steril, dan darah yang keluar dapat lansung digunakan untuk percobaan. Langkah percobaan pengerjaan seperti pada percobaan sebelumnya.e. Dilakukan prosedur di atas terhadap darah anda sendiri dengan menggunakan NaCl 0,9%.f. Perbedaan antara kedua sel darah yang diamati diperhatikan dan dibuat gambar dari masing-masing sel tadi.g. Jari bekas tusukan tadi dibersihkan dengan kapas beralkohol, kapas dapat terus ditekan agar luka dapat segera menutup dengan terbentuknya bekuan darah.2.2.3 Waktu Beku Darah a. Jari dibersihkan dengan alkohol 70%, setelah alkohol mongering jari ditusuk dengan lancet steril atau lancet sekali pakai.b. Pipa kapiler ditempelkan ke tetesan darah yang keluar dari jari.c. Dengan interval waktu 1 menit pembuluh kaca kapiler dipotong sedikit-demi sedikit sampai terlihat fibrin yang terbentuk ditandai dengan potongan kapiler yang tetap menempel atau menggantung setelah dipatahkan.d. Waktu diperlukan darah untuk membeku dicatat, yaitu waktu sejak jari dilukai hingga kapiler yang dipatahkan tetap menggantung.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Hasil Konsentrasi NaCl (%)Sel 1Sel 2Sel 3Sel 4Sel 5Rata-rata

0,27,329,767,329,767,326,34

0,49,7614,649,7617,089,7612,2

0,67,329,769,769,767,328,78

0,97,327,089,767,326,17,52

16,349,769,329,767,327,07

A. Hasil Pengamatan Ukuran Sel darahTabel 3.1.1. Ukuran sel darah manusia Konsentrasi NaCl (%)Sel 1Sel 2Sel 3Sel 4Sel 5Rata-rata

0,213,4219,528,5417,0817,0812,93

0,414,6417,0818,318,312,216,10

0,610,9817,0814,6915,8615,8612,93

0,913,428,5412,214,6419,5215,81

112,9318,3015,8613,4217,0817,56

Tabel 3.1.2 Ukuran sel darah katak

3.1.3 Perhitungan : Sel Darah Katak tanpa NaCl = P+L/2= 8+6/2 = 17,08 Sel Darah Katak dengan NaCl 0,9% Sel 1 = P+L/2 = 8+6/2= 17,08 Sel 2 = P+L/2 = 9+6/2= 18,03 Sel 3 = P+L/2 = 8+5/2 = 15,86 Sel 4 = P+L/2 = 7+5/2= 14,64 Sel 5 = P+L/2 =7+4/2= 13,42Rata-rata= 17,08+18,03+15,86+14,64+13,42/5= 15,81

Sel Darah Manusia Tanpa Nacl :D= 5 Sel Darah Manusia dengan NaCl 0,9%Kalibrasi x Hasil Pengukuran :Kalibrasi : 100x= 9,8400x= 2,4440x= 24,4Sel 1= 4 x 2,44= 9,76Sel 2= 3 x 2,44= 7,32Sel 3 = 4 x 2,44= 9,76Sel 4 = 3 x 2,44=7,32Sel 5= 4 x 2,44= 9,76Rata-rata = 9,76+7,32+9,76+7,32+9,76/5= 8,78

B. Hasil Pengamatan Waktu Pembekuan Darah ManusiaKelompokWaktu beku darah

13 menit 31 detik

23 menit

313 menit 56 detik

417 menit

57 menit

C. Hasil Pengamatan struktur sel darah merah ditambah larutan NaCl dengan konsentrasi yang berbedaKonsentrasi Larutan NaClSel Darah ManusiaSel Darah Katak

0.2 %

0.4 %

0.6 %

0.9 %

1 %

Gambar 3.1.4. Struktur sel Darah Katak Dan Sel Darah Manusia

Gambar Struktur Sel Darah katak Gambar Struktur Sel darah Manusia

3.2 PembahasanPada praktikum hematologi 2 ini menggunakan darah manusia dan katak sebagai preparat pengamatan. Darah manusia dan katak digunakan untuk mengetahui respon sel darah jika diberikan larutan NaCl dengan konsentrasi berbeda, mengetahui bentuk dan sstruktur dari kedua sel darah tersebut dan mengetahui proses dan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pembekuan darah manusia. Pengamatan praktikum ini dibagi perkelompok dimana kelompok 1 mengamati diameter dan struktur sel darah sebelum dan sesudah diberi larutan NaCl 0.2 %, Kelompok 2 mengamati diameter dan struktur sel darah sebelum dan sesudah diberi larutan NaCl 0.4 %, kelompok 3 mengamati diameter dan struktur sel darah merah sebelum dan sesudah diberi larutan NaCl 0.6 %, kelompok 4 mengamati diameter dan struktur sel darah sebelum dan sesudah diberi larutan NaCl 0.9 % dan kelompok 5 mengamati diameter dan struktur sel darah sebelum dan sesudah diberi larutan NaCl 1 %.Berdasarkan hasil praktikum didapatkan bahwa darah manusia dengan konsentrasi larutan 0,2% memiliki ukuran sel darah merah rata-rata sebesar 6, 34 m, konsentrasi 0,4% sebesar 12,2 m, konsentrasi 0,6% sebesar 8,78 m, kosentrasi 0,9% sebesar 7,52 m, konsentrasi 1,0% sebesar 7,07 m diameter sel darahnya. Sedangkan darah katak dengan konsentrasi 0,2% memilki diameter sel darah sebesar 12,93 m, 0,4% sebesar 16,10 m, 0,6% sebesar 12,93 m, 0,9% sebesar 15,81 m dan konsentrasi 1% sebesar 17,56 m. Menurut Wiguna (2009) eritrosit pada katak (Fejervarya cancrivora) memiliki bentuk oval dan memiliki ukuran yang lebih besar daripada eritrosit manusia. Eritrosit dewasa berbentuk lonjong atau bulat panjang, pipih dan memiliki inti. Eritrosit yang dimiliki katak termasuk eritrosit yang terbesar dibandingkan hewan vetebrata lainnya. Dengan adanya inti pada eritrosit katak maka dapat memperkecil ruang bagi hemoglobin karena oksigen yag dibutuhkan oleh katak tidak hanya diikat oleh sel darah merah di paru-paru, melainkan dari oksigen yang berdifusi melewati kulit mereka. Menurut Warni (2009) eritrosit sel darah normal kelihatan bundar dengan diameter 7,5 m dengan ketebalan tepi 2 m. Dari samping eritrosit kelihatan berbentuk seperti cakram dengan kedua permukaannya cekung (biconcav disk). Menurut hasil pengamatan pada saat praktikum hasil pengamatan struktur sel darah merah katak sesuai dengan pustaka, namun ada perbedaan pada ukuran diameternya hal ini dimunginkan kesalahan menghitung sel dengan ukuran yang besar-besar saja sehingga hasil akhirnya diameternya lebih besar dari yang disebutkan pustaka. Plasmolisis adalah suatu proses yang secara riil bisa menunjukkan bahwa sel sebagai unit terkecil kehidupan ternyata terjadi sirkulasi keluar masuk suatu zat, artinya suatu zat atau materi bisa keluar dari sel dan bisa masuk melalui membrannya. Adanya sirkulasi ini bisa menjelaskan bahwa sel tidak diam ternyata sungguh dinamis dengan lingkungannya jika memerlukan materi dari luar maka ia harus ambil materi itu dengan segala cara, yaitu mengatur tekanan agar terjadi perbedaan tekanan sehingga materi dari luar itu bisa masuk. Kondisi sel tidak selalu berada pada keadaan yang normal yang dengan mudah ia mengaturnya ia bisa mencapai homeostatis atau seimbang. Keadaan dimana konsentrasi antara didalam dan luar sel seimbang dinamakan isotonik. Terkadang sel juga bisa berada di lingkungan yang ekstrem menyebabkan semua isi sel dipaksakan keluar karena diluar tekanan lebih besar, jika terjadi demikian maka terjadilah lisis (plasmolisis) yang membawa sel itu mati. Plasmolisis adalah contoh kasus transportasi sel secara osmosis dimana terjadi perpindahan larutan dari kepekatan yang rendah ke larutan yang pekat melalui membran semi permeable, yang akan dibahas dengan contoh pada darah. Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh makhluk hidup, misalnya, pada membrane sel darah merah. Jika kamu meletakan sel darah merah dalam suatu larutan hipertonik (lebih pekat), air yang terdapat dalam sel darah akan ditarik keluar dari sel sehingga sel mengerut dan rusak. Peristiwa ini disebut krenasi. Sebaliknya, jika kamu meletakan sel darah merah dalam suatu larutan yang bersifat hipotonik (lebih encer), air dari larutan tersebut akan ditarik masuk kedalam sel darah sehingga sel mengembang dan pecah.Proses ini disebut hemolisis (Biologi News, 2010). Sel ketika ditempatkan pada daerah yang isotonic maka diameter sel akan tetap. Menurut Leeson (1990) menyatakan bahwa Larutan NaCl 0.9 % merupakan larutan yang isotonic terhadap sel darah manusia sedangkan pada sel darah katak larutan NaCl yang isotonic adalah yang mengandung konsentrasi 0.6 % NaCl. Kondisi sel pada larutan yg hipertonik harusnya diameternya lebih besar namun pada pengamatan dihasilkan hasil yang berbeda dengan pustaka, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidak telitian dari praktikan saat membaca skala micrometer pada lensa okuler.Hasil pada pengamatan waktu beku darah dari kelompok 1,2,3,4,dan 5 didapatkan hasil yaitu 3 menit 31 detik, 3 menit, 13 menit 56 detik, 17 menit, 7 menit. Menurut Pharmaspica (2011) waktu pembekuan darah adalah waktu yang diperlukan dari saat darah keluar sampai terbentuk benang fibrin pada proses pembekuan darah. Penderita hemofilia, darah sukar membeku. Jika penderita mengalami luka ringan, dapat mengakibatkan pendarahan yang serius. Masa pendarahan normal 1-3 menit, dari uraian tersebut hasil dari kelompok 1 dan 2 sesuai dengan pustaka sedangkan pada kelompok 3, 4, dan 5 tidak sesuai dengan pustaka karena ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, mungkin kurangnya vitamin K dalam tubuhnya sehingga mengakibatkan darah sukar membeku.Sebagai respons terhadap kerusakan pembuluh darah, maka rangkaian reaksi kimiawi yang kompleks terjadi dalam darah dan melibatkan banyak faktor pembekuan darah. Hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu kompleks substansi teraktivasi yang secara kolektif disebut aktivator protrombin (Pharmaspica, 2011). Tromboplastin terbentuk karena terjadi kerusakan pada trombosit, selama ada garam kalsium dalam darah akan mengubah prototrombin menjadi thrombin sehingga terjadi penggumpalan darah (Pearce, 2002). Aglutinasi atau penggumpalan sel-sel darah merah dapat dipengaruhi berbagai zat, dan dapat terjadi di dalam peredaran darah pada berbagai keadaan patologik. Aglutinin yang terdapat di dalam plasma beberapa individu dapat menyebabkan aglutinasi eritrosit orang lain. Aglutinin menjadi dasar dari empatbagian darah (Leeson. 1990). Penggumpalan darah diperlukan 4 faktor :1). Garam kalsium yang dalam keadaan normal ada dalam darah.2). Sel yang terluka yang membebaskan trombokinase.3). Trombin yang terbentuk dari protrombin bila ada trombokinase.4). Fibrin yang terbentuk dari fibrinogen disamping thrombin.(Leeson, 1990).

Mekanisme pembekuan darah merupakan proses autokatalis dan self-limited dimana pembentukan thrombin yang memegang peranan yang cukup mengatasi efek anti trombin yang beredar dan serin protease inhibitor yang lain, fibrinogen segera diubah menjadi fibrin dalam bentuk gel (Chandramin,1997). Trombosit yang menyentuh permukaan yang kasar akan pecah dan mengeluarkan enzim Trombokinase (Tromboplastin). Prosesnya adalah sebagai berikut; Trombosit pecah Tromboplastin ion Ca Protrombin Trombin Vitamin K - Fibrinogen Fibrin (Leeson, 1990). Mekanisme koagulasi harus jelas dipahami untuk menentukan risiko pendarahan sebelum operasi untuk pasien yang menjalani operasi dan mengelola Terapi hemostatik sebelum operasi. Hemostasis memiliki dua jalur, kontak aktivasi jalur (sebelumnya dikenal sebagai intrinsik jalur), dan faktor jaringan jalur (sebelumnya dikenal sebagai jalur ekstrinsik), yang menyebabkan fibrin formasi. Itu yang diperkirakan sebelumnya bahwa kaskade koagulasi terdiri dari dua jalur yang sama pentingnya bergabung dengan jalur umum (Johri, et al., 2011).Praktikum hematologi 2 ini menggunakan alat dan bahan yang mendukung pengamatan. Alat dan bahan tersebut memiliki fungsinya masing-masing. Alat yang digunakan diantaranya lancet yang digunakan untuk menusuk jari tangan yang akan diambil darahnya. Gunting untuk pembedahan katak, dan pipet kapiler untuk menampung darah yang akan diamati proses pembekuannya. Bahan yang digunakan adalah larutan NaCl sebagai larutan uji pada konsentrasi sel darah, larutan alkohol 70% sebagai disinfektan dan EDTA sebagai antikoagulan pada darah mencegah pembekuan darah ketika diambil sampelnya (Pattern, 1971).Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi. Kalibrasi, pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang digunakan dalam akurasi tertentu. Contohnya, termometer dapat dikalibrasi sehingga kesalahan indikasi atau koreksi dapat ditentukan dan disesuaikan (melalui konstanta kalibrasi), sehingga termometer tersebut menunjukan temperatur yang sebenarnya dalam celcius pada titik-titik tertentu di skala (Pattern, 1971).Hati mensintesis sebagian besar faktor pembekuan, sehingga berperan penting dalam pembekuan darah. Penyakit hati yang mengganggu sintesis ini dapat menimbulkan kesulitan pembekuan. Vitamin K sangat penting dalam sintesis protrombin dan faktor pembekuan lainnya dalam hati. Absorpsi vitamin ini dari usus bergantung pada garama empedu yang diproduksi hati. Jika duktus empedu tersumbat (misalnya, oleh batu empedu), maka kemampuan untuk membentuk bekuan akan berkurang (Wiguna, 2009).Mekanisme pembekuan darah merupakan proses autokatalis dan self-limited dimana pembentukan thrombin yang memegang peranan yang cukup mengatasi efek anti trombin yang beredar dan serin protease inhibitor yang lain, fibrinogen segera diubah menjadi fibrin dalam bentuk gel (Chandramin,1997). Trombosit yang menyentuh permukaan yang kasar akan pecah dan mengeluarkan enzim Trombokinase (Tromboplastin). Prosesnya adalah sebagai berikut; Trombosit pecah Tromboplastin ion Ca Protrombin Trombin Vitamin K - Fibrinogen Fibrin (Leeson, 1990). Mekanisme ekstrinsik pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal pembuluh darah itu sendiri. Tromboplastin (membran lipoprotein) yang dilepas oleh sel-sel jaringan yang rusak mengaktivasi protrombin (protein plasma) dengan bantuan ion kalsium untuk membentuk thrombin. Trombin mengubah fibrinogen yang dapat larut, menjadi fibrin yang tidak dapat larut. Benang-benang fibrin membentuk bekuan, atau jaring-jaring fibrin, yang menangkap sel darah merah, trombosit serta menutup aliran darah yang melalui pembuluh yang rusak (Wiguna, 2009).Mekanisme instrinsik untuk pembekuan darah berlangsung dalam cara yang lebih sederhana. Setiap faktor protein berada dalam kondisi tidak aktif; jika salah satu diaktivasi, maka aktivitas enzimatiknya akan mengaktivasi faktor selanjutnya dalam rangkaian, dengan demikian akan terjadi suatu rangkaian reaksi (cascade of reaction) untuk membentuk bekuan, setelah terbentuk, bekuan akan beretraksi (menyusut) akibat kerja protein kontraktil dalam trombosit. Jaring-jaring fibrin dikontraksi untuk menarik permulakaan yang terpotong agar saling mendekat dan untuk menyediakan kerangka kerja untuk perbaikan jaringan. Bersamaan dengan retraksi bekuan, suatu cairan yang disebut serum keluar dari bekuan. Serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen dan tanpa faktor lain yang terlibat dalam mekanisme pembekuan (Wiguna, 2009).Darah kelompok-aktif protein yang ditemukan pada sel darah merah yang matang secara vestigial karena pematangan sel darah merah tampaknya tidak normal kualitas proses kontrol yang ditemukan pada jenis sel lain dan ini memungkinkan untuk ekspresi residu non-esensial protein dalam membran plasma (Anstee, 2010). Eritrosit mamalia berbentuk cakram bikonkaf, bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan bagian tepi. Semua sel darah merah tidak memiliki mitokondria dan menghasilkan ATP-nya secara eksklusif melalui metabolisme anaerobik. Fungsi utama eritrosit adalah membawa oksigen, supaya dapat diangkut, oksigen harus berdifusi melewati membran plasma sel darah merah. Semakin kecil sel darah merah semakin besar pula total luas permukaan membran plasma dalam suatu volume darah. Bentuk bikonkaf eritrosit juga turut menambah luas permukaannya, oleh karena itu sel darah merah lebih rentan terhadap perubahan media lingkungan dilihat dari struktur ataupun bentuk serta fungsi dari eritrosit itu sendiri (Campbell, 2004).Faktor-faktor Pembekuan Darah Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia. Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia. Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan. Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah. Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin. Sebuah faktor koagulasi sebelumnya dianggap suatu bentuk aktif faktor V, tetapi tidak lagi dianggap dalam skema hemostasis. Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil. Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A. Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B. Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase. Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C. Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis. Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase (pramono, 1981).Pemeriksaan darah (hematologis) dapat digunakan sebagai indikator tingkat keparahan suatu penyakit. Studi hematologis merupakan kriteria penting untuk diagnosis dan penentuan kesehatan contoh endoparasit yang terdapat pada darah ikan adalah: Trypanosoma sp, Sanguinicola sp, dan Haemogregarina sp (Alamanda, et al., 2007). Tingkat kesetresan lebih tinggi terjadi pada vertebrata atau hewan bertulang belakang. Tingkat kesetresan ini berkembang karna adanya pengaktifan dari sintesa dari tekanan hormon: hormon yang adrenocorticotropic dan somatotropic, cortisol, catecholamines, semua ini terjadi bila hormon tersebut tidak bekerja dengan baik. Hal ini berkenaan dengan proses metabolisme, status immunologic, dan potensi adaptip (Mikryakov, et al., 2007).

IV. KESIMPULAN DAN SARANBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :1. Eritrosit pada katak (Fejervarya cancrivora) memiliki bentuk oval dan memiliki ukuran yang lebih besar daripada eritrosit manusia dan memiliki inti.2. Konsentrasi sel darah pada lingkungan hipertonik akan menybabkan krenasi (pengkerutan) pada sel darah karena air didalam sel keluar ke lingkungan. Sedangkan sel darah pada lingkungan hipotonik memyebabkan plasmolisis (pecah) pada sel darah karena air dari lingkungan masuk kedalam sel darah. 3.Mekanisme pembekuan darah adalah sebagai berikut; Trombosit pecah Tromboplastin ion Ca Protrombin Trombin Vitamin K - Fibrinogen Fibrin.4.Waktu pembekuan darah adalah waktu yang diperlukan dari saat darah keluar sampai terbentuk benang fibrin pada proses pembekuan darah. Waktu normal beku darah 1-3 menit. Sedangkan hasil pada pengamatan waktu beku darah dari kelompok 1,2,3,4 dan 5 didapakan hasil 3 menit 31 detik, 3 menit, 13 menit 56 detik, 17 menit, 7 menit.

DAFTAR REFERENSI

Akoso. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Kanisius, Yogyakarta.Alamanda, Intan. E, dkk. 2007. Penggunaan Metode Hematologi dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clariasgariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali. Biodiversitas Vol. 8, No. 1 hal. 34-38. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret, Surakarta.Biologi News, 2010 .Osmosis-Krenasi-Plasmolisis. http ://biologinews. blogspot.com/ 2011 /12 /osmosis krenasi - plasmolisis.htm. di akses tanggal 7 oktober 2014.Bryon, A. S and S. Doroth. 1973. Text Book of Physiology. St Burst The Moshy Co Toppon Co Ltd. Japan.Dallman, D.M. dan Brown, E.M. Text Book of Vaterinary Histology. Lea and Fabige, New York.Frandson, R. D. 1986. Anatomy and physiology of Farm Animals. Lea and Febiger, Philadelphia.Johri, Parul., Sagar.N., Kakumani.V.S., Chitta.S.K. 2011. An Insight into Blood Clotting Disorders in Humans. Journal of Computational Biology and Bioinformatics Research Vol. 3(1) : 8-14.Kimball, J.W. 1988. Biologi. Erlangga, Jakarta.Leeson, T. 1990. Buku Ajar Histologi. EGC, Jakarta.Maswira, 2008. Gambaran Darah Ikan Lele Lele Clarias sp., http://maswira.wordpress.com/2008/09/17/darah-ikan-2/. Diakses tanggal 7 oktober 2014. Moyle, P. B dan J. J. Cech. 2001. Fisher and Introduction to Ichtyology 4th. Prentice, Inc. London.Pattern, B.M. 1971. Early Embriology of The Chick. Mc. Graw-Hill Publishing.Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT.Gramedia, Jakarta.Pharmaspica, 2011. Mekanisme Pembekuan Darah. http: //pharmaspica. blogspot.com/2010/11/mekanisme-pembekuan-darah.html. diakses tanggal 10 November 2012.Pramono, E. Dan D. Adisuwirjo. 1981. Diktat Fisiologi Hewan. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.Ramesh, M. and M. Saravanan. 2008. Haematological and Biochemical Responses in a Freshwater Fish Cyprinus Carpio exposed to Chlorpyrifos. Bharathiar University, India.Ville, C. A, Walker, W, and Barnes, R. D. 1988. Zoologi Umum Edisi 6. Penerbit Erlangga, jakarta.Warni, E. 2009. Penentuan Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit) Berbasis Pengolahan Citra dan Jaringan Syaraf Tiruan. Jurusan Teknik Elektro Universitas Hassanudin, Makassar.Wiguna, I Komang. 2009. Aplikasi Ilmu Fisiologi Sistem Darah Dan CairanTubuh Dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Udayana, Denpasar.Yuwono, E. 2001. Buku Ajar Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.